talasemia
DESCRIPTION
file ini menjelaskan tentang talasemiaTRANSCRIPT
TALASEMIA
I. DEFINISI
Talasemia adalah sekelompok heterogen anemia hipopkromik herediter dengan
berbagai derajat keparahan. Defek genetik yang mendasari meliputi delesi total atau parsial
gen rantai globin dan substitusi, delesi, atau insersi nukleotida. Akibat dari berbagai
perubahan ini adalah penurunan atau tidak adanya mRNA bagi satu atau lebih rantai globin
atau pembentukkan mRNA yang cacat secara fungsional. Akibatnya adalah penurunan atau
supresi total sintesis rantai polipeptida Hb.(nelson).
Talasemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif menurut
hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit talasemia meliputi suatu
keadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling ringan (bentuk heterozigot) yang disebut
talasemia minor atau talasemia trait (carrier = pengemban sifat) hingga yang paling berat
(bentuk homozigot) yang disebut talasemia mayor. Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah
satu orang tuanya yang mengidap penyakit talasemia, sedangkan bentuk homozigot
diturunkan oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit talasemia
II. ETIOLOGI
Talasemia terjadi akibat adanya perubahan pada gen globin pada kromosom
manusia. Gen globin adalah bagian dari sekelompok gen yang terletak pada kromosom
11. Bentuk daripada gen beta-globin ini diatur oleh locus control region (LCR). Berbagai
mutasi pada gen atau pada unsur-unsur dasargen menyebabkan cacat pada inisiasi
atau pengakhiran transkripsi, pembelahan RNA yang abnormal, substitusi, dan
frameshifts. Hasilnya adalah penurunan atau pemberhentian daripada penghasilan
rantai beta-globin, sehingga menimbulkan sindrom talasemia beta.
III. EPIDEMIOLOGI
Gen talasemia sangat luas tersebar dan kelainan ini diyakini merupakan penyakit
genetic manusia yang paling prevalen. Distribusi utama meliputi daerah-daerah perbatasan
laut mediterania sebagian besar afrika, Timur Tengah, India sampai Asia Tenggara. Dan 3%
sampai 8% orang Amerika keturunan itali atau yunani dan 0,5% dari kulit hitam Amerika
membawa gen untuk talasemia β.
Kelainan Hemoglobin pada awalnya endemik di 60% dari 229 negara, berpotensi
mempengaruhi 75% kelahiran. Namun sekarang cukup umum di 71% dari Negara Negara
di antara 89% kelahiran. Tabel 2.3-1 menunjukkan perkiraan prevalensi konservatif oleh
WHO regional. Setidaknya 5,2% dari populasi dunia (dan lebih dari 7% wanita hamil)
membawa varian yang signifikan. S Hemoglobin membawa 40% carir namun lebih dari 80%
kelainan dikarenakan prevalensi pembawa local sangat tinggi. Sekitar 85% dari gangguan
sel sabil (sickle-cell disorders), dan lebih dari 70% seluruh kelahiran terjadi di afrika. Selain
itu, setidaknya 20% dari populasi dunia membawa Talasemia α +.
Diantara 1.1% pasangan suami istri mempunya resiko memiliki anak dengan kelainan
hemoglobin dan 2.7 per 1000 konsepsi terganggu. Pencegahan hanya memberikan
pengaruh yang kecil, pengaruh prevalensi kelahiran dikalkulasikan antara 2.55 per 1000.
Sebagian besar anak anak yang lahir dinegara berpenghasilan tinggi dapat bertahan
dengan kelainan kronik, sementara di Negara Negara yang berpengasilan rendah
meninggal sebelum usia 5 tahun. Kelainan hemoglobin memberikan kontribusi setara
dengan 3.4% kematian padan anak usia di bawah 5 tahun di seluruh dunia.
IV. KLASIFIKASI
Ada 3 tingkat klasifikasi talasemia. Secara klinis bisa dibagi menjadi 3 grup :
1. Talasemia mayor sangat tergantung pada transfusi
2. Talasemia minor/karier tanpa gejala
3. Talasemia intermedia
Klasifikasi ini memiliki implikasi klinis diagnosis dan penatalaksanaan
Talasemia juga bisa diklasifikasikan secara genetic menjadi α-,β-,δβ- atau talasemia
εγδβ sesuai dengan rantai globin yang berkurang produksinya. Pada beberapa talasemia
sama sekali tidak terbentuk rantai globin disebut αo atau βo talasemia, bila produksinya
rendah α+ atau β+ talasemia.
Thalasemia- β (Thalasemia major, cooley anemia)
Bentuk ini lebih heterogen dibandingkan thalasemia α, tetapi untuk kepentingan klinis
umumnya dibedakan antara thalasemia β0 dan thalasemia β+. Pada β0 thalasemia tidak
dibentuk rantai globin sama skali, sedangkan β+ thalasemia terdapat pengurangan (10-50%)
daripada produksi rantai globin β tersebut. Pembagian selanjutnya adalah kadar HbA2 yang
normal baik pada β0 maupun β+- thalasemia dalam bentuk heterozigotnya. Bentuk homozigot
dari β0 atau campuran antara β0 dengan β+ -thalasemia yang berat akan menimbulkan gejala
klinis yang berat yang memerlukan tranfusi darah sejak permulaan kehidupannya. Tapi kadang
kadang bentuk campuran ini memberi gejala klinis ringan dan disebut thalasemia intermedia.
Bentuk β-Thalasemia sindrom lain nya.
Sindrom talasemia β- digolongkan menjadi enam kelompok: β-thalasemia, δβ-
thalasemia, γ- thalasemia, δ- thalasemia, εγδβ- thalasemia, dan sindrom HPFH. Sebagian
besar thalasemia relatif langka, hanya beberapa yang ditemukan dalam kelompok keluarga. β-
thalasemia juga dapat diklasifikasikan secara klinis sebagai sifat talasemia, minimum, ringan,
menengah, dan besar dari tingkat anemia. Klasifikasi genetik tidak selalu menentukan fenotipe,
dan derajat anemia tidak selalu memprediksi klasifikasi genetik.
Thalasemia intermedia dapat berupa kombinasi dari mutasi β- thalasemia (β0 / β, β0 / βvariant,
E/β0), yang akan menyebabkan fenotipe anemia mikrositik dengan Hb sekitar 7 g / dL. Terdapat
kontroversi mengenai apakah dilakukan tranfusi pada anak-anak ini. Mereka pasti akan
mengembangkan derajat hiperplasia meduler, hemosiderosis gizi mungkin membutuhkan
chelation, splenomegali, dan komplikasi lain thalasemia dengan kelebihan zat besi.
Hematopoiesis Extramedullary dapat terjadi dalam kanalis vertebralis, penekanan saraf oleh
tulang belakang dan menyebabkan gejala neurologis, kedua adalah darurat medis yang
membutuhkan terapi radiasi langsung lokal untuk menghentikan eritropoiesis. Transfusi akan
meringankan manifestasi thalasemia dan mempercepat kebutuhan chelation. splenektomi
menempatkan anak berisiko terinfeksi dan hipertensi paru.
Thalasemia diklasifikasikan sebagai minimum dan ringan biasanya heterozigot (β0 / β, β / β)
yang memiliki fenotipe yang lebih parah dari sifat tetapi tidak separah intermedia. Anak-anak ini
harus diselidiki untuk genotipe dan dimonitor untuk akumulasi besi. β- thalasemia.
Talasemia Alfa
Homozigot α_+_ thalasemia hanya menimbulkan anemia yang sangan ringan dengan
hipokromia eritrosit. Bentuk homozigot Hb constant spring juga tidak menimbulkan gejala yang
nyata, hanya anemia ringan dengan kadang kadang disertai spleenomegali ringan. 4
Pada fetus kekurangan rantai –α menyebabkan rantai-δ yang berlebihan sehingga akan
terbentuk tetramer δ 4 (Hb Bart’s) sedangkan pada anak besar atau dewasa, kekurangan
rantai- α ini menyebabkan rantai– β yang berlebihan hingga akan terbentuk tetramer β 4 (HbH).
Jadi adanya nya Hb bart’s dan HbH pada elektroforesis merupakan petunjuk terhadap adanya
thalasemia α. Yang sulit ialah mengenal bentuk heterozigot α- thalasemia. Bentuk heterozigot
α0- thalasemia memberikan gambaran darah tepi serupa dengan bentuk heterozigot thalasemia
seperti mikrositosis dan peninggian resistensi osmotik. 8
Pada Hidrops fetalis, biasanya bayi telah mati pada usia kehamilan 28-40 minggu atau lahir
hidup untuk beberapa jam kemudian meninggal. Bayi akan tampak anemia dengan kadar Hb 6-
8 g%, sediaan hapusan darah tepi memperlihatkan hipokromia dengan tanda tanda
anisositosis, poikilositosis, banyak normoblas dan retikulositosis. Pada pemeriksaan
eritroporesis darah, akan ditemukan Hb bart’s sebanyak kira kira 80%. Tidak ditemukan HbF
Maupun HbA. 4
2.7.1 Tanda dan Gejala
Talasemia Alfa
Delesi gen globin-α menyebabkan sebagian besar kelainan ini. Terdapat empat globin-α
pada individu normal dan empat bentuk talasemia- α yang berbeda telah diketahui dengan
delesi satu, dua, tiga atau semua empat gen ini.
Penderita thalasemia dengan tiga gen α-globin (hanya gen delusi) asimtomatik dan tidak
terdapat abnormal pada hematologi. Hb level dan MCV normal. Hb elekroforesis pada neonatal
memperlihatkan 0-3% Hb bart’s, Hb varian menyusun empat rantai globin- γ. Hb elektropoesis
setelah beberapa bulan pertama kehidupan normal.
Penderita thalasemia dengan dua gen α-globin (dua gen delusi) mengarah ke asimtomatik.
MCV selalu dibawah dari 100 fL saat lahir. Studi hematologi pada beberapa infant dan anak
anak memperlihatkan normal atau sedikit penuruna HB level dengan rendah MCV dan sedikit
hipokromik. Tipikal Hb elektroporesis memperlihatkan 2-10% Hb bart’s pada periode neonatal
tapi normal pada anak lain dan dewasa.
Penderita thalasemia dengan satu gen α-globin (tiga gen delusi) cendrung anemia mikrositik
ringan menuju moderate (Hb level 7-10 g/dl). Disertai dengan hepatosleenomegali
Talasemia Beta
Hampir semua anak dengan talasemia β homozigot dan heterozigot, memperlihatkan gejala klinis
sejak lahir, gagal tumbuh, kesulitan makan, infeksi berulang dan kelemahan umum. Bayi nampak pucat
dan didapatkan splenomegali. Pada stadium ini tidak ada tanda klinis lain dan diagnosis dibuat
berdasarkan adanya kelainan hematologi. Bila menerima transfusi berulang, pertumbuhannya biasanya
normal sampai pubertas. Pada saat itu bila mereka tidak cukup mendapat terapi kelasi (pengikat zat besi),
tanda-tanda kelebihan zat besi mulai nampak. Bila bayi tersebut tidak mendapat cukup transfusi, tanda
klinis khas talasemia mayor mulai timbul.
Pada anak yang cukup mendapat transfusi, pertumbuhan dan perkembangannya biasanya normal,
dan splenomegali biasanya tidak ada. Bila terapi kelasi efektif, anak ini bisa mencapai pubertas dan terus
mencapai usia dewasa secara normal. Bila terapi kelasi tidak adekuat, secara bertahap akan terjadi penum
pukkan zat besi. Efeknya mulai nampak pada akhir dekade pertama. Adolescent growth spurt tidak akan
tercapai, komplikasi hati,endokrin dan jantung akibat kelebihan zat besi mulai Nampak. Termasuk
diabetes, hipertiroid, hipoparatiroid dan kegagalan hati progresif. Tanda-tanda seks sekunder akan
terlambat atau tidak timbul.
Kausa kematian tersering pada penimbuhan zat besi ini adalah gagal jantung yang dicetuskan
oleh infeksi atau aritmia, yang timbul di akhir decade kedua atau awal decade ketiga.
Gambaran klinis pasien yang tidak mendapat transfusi adekuat sangat berbeda. Pertumbuhan dan
perkembangan sangat terlambat. Pembesaran lien yang progresif sering memperburuk anemianya dan
kadang-kadang diikuti oleh trombositopenia. Terjadi perluasan sumsum tulang yang mengakibatkan
deformitas tulang kepala, dengan zigoma yang menonjol, memberikan gambaran khas mongoloid.
Perubahan tulang ini memberikan gambaran radiologi yang khas termasuk penipisan dan peningkatan
trabekulasi tulang-tulang panjang termasuk jari-jari. Dan gambaran rontgenogram tulang tengkorak
memperlihatkan maksila yang tumbuh lebih dan menunjukkan pelebaran nyata rongga diploe, dengan
gambaran hair on end yang disebabkan oleh trabekula vertical. Lihat gambar berikut.
Prognosis pada pasien yang tidak memperoleh transfusi adekuat, sangat buruk. Tanpa transfusi
sama sekali mereka akan meninggal pada usia 2 tahun. Bila dipertahankan pada Hb rendah selama masih
kecil, mereka bisa meninggal karena infeksi berulang. Bila berhasil mencapai pubertas mereka akan
mengalami komplikasi akibat penimbunan zat besi, sama dengan pasien yang cukup mendapat transfusi
tapi kurang mendapat terapi kelasi.
V. DIAGNOSIS
Talasemia dapat di ketahui dengan cara melakukan tes darah yang terdiri dari termasuk
menghitung kelengkapan darah (CBC) dan tes hemoglobin khusus.
CBC memberikan informasi tentang jumlah hemoglobin dan berbagai jenis sel darah,
seperti sel darah merah, dalam sampel darah. Penderita talasemia memiliki lebih sel-sel
darah merah sehat lebih sedikit dan kurang hemoglobin dalam keadaan normal. Penderita
alfa talasemia atau beta talasemia mungkin memiliki sel darah marah lebih kecil daripada
sel darah merah normal.
Tes hemoglobin mengukur jenis hemoglobin dalam sampel darah. Penderita talasemia
memiliki masalah dengan alpha atau rantai protein beta globin hemoglobin.
Umumnya orang yang menderita talasemia didiagnosis pada saat usia dini. Hal ini karena
tanda-tanda dan gejala dari penyakit ini telah muncul dalam 2 tahun pertama mereka hidup.
Orang yang memiliki bentuk yang lebih ringan talasemia dapat didiagnosis setelah tes
darah rutin menunjukkan mereka telah anemia. Dokter mencurigai seseorang menderita
talasemia jika seseorang itu menunjukkan bahwa dia anemia dan merupakan anggota dari sebuah
kelompok yang memiliki resiko tinggi untuk terkena talasemia.
Diagnosis dapat juga dilakukan dengan melakukan tes pada jumlah zat besi dalam darah
untuk mengetahui apakah anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi atau
talasemia. Kekurangan zat besi - anemia terjadi saat tubuh tidak memiliki cukup besi untuk
membuat hemoglobin. Jika anemia pada talasemia terjadi karena masalah dengan salah satu
rantai globin alpha atau rantai beta globin hemoglobin, bukan karena kekurangan zat besi.
Talasemia merupakan penyakit keturunan yang diteruskan dari orang tua kepada anak-
anak, studi genetik keluarga juga dapat membantu mendiagnosis gangguan ini. Ini melibatkan
mengambil riwayat kesehatan keluarga dan melakukan tes darah pada anggota keluarga untuk
menunjukkan apakah ada gen hemoglobin yang telah hilang atau diubah.
VI. TERAPI
Medikamentosa
Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin
serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-
20 kali transfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari
subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari
berturut setiap selesai transfusi darah.
Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek
kelasi besi.
Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.
Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur
sel darah merah
Bedah
Splenektomi, dengan indikasi:
limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan
peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur
hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau
kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun.
Transplantasi sumsum tulang telah memberi harapan baru bagi penderita thalasemia dengan lebih
dari seribu penderita thalasemia mayor berhasil tersembuhkan dengan tanpa ditemukannya
akumulasi besi dan hepatosplenomegali. Keberhasilannya lebih berarti pada anak usia dibawah 15
tahun. Seluruh anak anak yang memiliki HLA-spesifik dan cocok dengan saudara kandungnya di
anjurkan untuk melakukan transplantasi ini.
Suportif
Tranfusi Darah
Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini akan memberikan
supresi sumsum tulang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat
mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC
(packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.
VII. DIAGNOSIS BANDING
Sifat α-Thalasemia (dua gen delesi ) harus dibedakan dari anemia ringan tipe mikrositik
termasuk defisiensi besi dan β-thalasemia minor. Berbeda pada anak anak dengan defisiensi
besi, juga dengan sifat α -Thalasemia yang memiliki Hb elektroporesis normal setelah usia 4-6
bulan. Akhirnya, perjalanan dari rendahnya MCV (96 fL) saat lahir atau tampilan Hb bart’s pada
hemoglobinopati neonatal, screening tes memperlihatkan α -Thalasemia.
Anak anak dengan HbH memiliki gejala ikterus dan splenomegali, dan kelainan tersebut
harus disingkirkan dari hemolitik anemia lain nya. Kunci diagnosis adalah meningkatnya MCV
dan memperlihatkan hipokrom pada apusan darah. Dengan pengecualian pada β-thalasemia,
memiliki kelainan hemolitik berupa normal atau peningkatan MCV dan tidak hipokromik.
β-Talasemia minor harus dibedakan dari penyebab lain dari mikrositik ringan, hipokromik anemia,
defisiensi besi dan α-talasemia. Berbeda dengan penderita anemia difisiensi besi, mereka dengan β-
talasemia minor memiliki peningkatan jumlah eritrosit dan index MCV dibagi eritrosit dengan hasil di
bawah 13. Secara umum, ditemukannya peningkatan Hb A2 merupakan diagnosis. Namun rendahnya
HbA2 juga dapat disebabkan oleh defesiensi besi yang terjadi secara bersamaan. Sehingga dapat
mengaburkan diagnosis dan sering salah diagnosis dengan anemia defesiensi besi.
β-Talasemia major sering sangat beda dari kelainan lain. Hb elektroporesis dan study
keluarga membuktikan mudah membedakan dengan Hb E-β-Talasemia, yang paling penting
adalah tranfusi rutin merupakan poin penting diagnosa β-Talasemia.
DAFTAR PUSTAKA
1.2. Hassan R dan Alatas H. (2002). Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan anak. bagian 19 Hematologi
hal. 419-450 ,Bagian ilmu kesehatan anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta
3. Hay W.W, Hayward A.R, Levin M..J and Sandheimer J.M. (2003). Current pediatric diagnosis and treatment. Part 27 hematologic disorder, congenital hemolytic anemias hemoglobinopaties. 16th edition. Lange medical books/McGraw-hill. North America
4. Modell B and Darlison M. (2008). Global Epidemiology of hemoglobin disorders and derived service indicators. Bulletin of the World Health Organization, volume 86, number 6. http://www.who.int/bulletin/volumes/86/6/06-036673/en/
5. Rachmilewitz E and Rund D. (2005) thalassemia. The new England journal medicine : Jerusalem. http://content.nejm.org/cgi/reprint/353/11/1135.pdf
6.
kelompok-kelompok ini memerlukan transfusi pada masa remaja atau dewasa, Beberapa mungkin
menjadi kandidat untuk kemoterapi seperti hydroxyurea.
Sifat thalasemia sering misdiagnosis sebagai kekurangan zat besi pada anak-anak. Sebuah
kursus singkat dari besi dan re-evaluasi, semua yang diperlukan untuk memisahkan anak-
anak yang perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut. Anak anak yang memiliki sifat β-
Thalasemia akan memiliki lebar sel darah merah terdistribusi dan pada elektroforesis Hb
memiliki HbF tinggi dan diagnose di tinggikan HbA2. Terdapat istilah "silent" bentuk sifat
thalasemia dan jika sejarah keluarga adalah sugestif, studi lebih lanjut dapat diindikasikan.
Temuan Klinik -thalasemia 10
2.7.1 Tanda dan Gejala
Penderita -thalassemia minor biasanya asimtomatis dengan temuan normal pada
pemeriksaan fisik. Berbeda dengan -thalasemia mayor yang normal saat lahir tapi berkembang
menjadi anemia siknifikan sejak tahun pertama kelahiran. Jika kelainan tersebut tidak
teridentifikasi dan di terapi dengan tranfusi darah, pertumbuhan anak sangat buruk dan disertai
hepatoslenomegali masiv dan perluasan dari jarak medulla dengan penjalaran pada cortex tulang.
Perubahan tulang terlihat jelas pada deformitas wajah gambar 2.7-1. (prominen dari kepala dan
maksilla) dan hal ini juga sering menyebabkan penderita thalasemia rentan terhadap fraktur patologis.
Gambar.2.7-1 karakteristik wajah penderita thalasemia
VIII. DIAGNOSIS
IX. TERAPI
Medikamentosa
Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi darah.
Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi.
Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.
Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah merah
X. DIAGNOSIS BANDING
Sifat α-Thalasemia (dua gen delesi ) harus dibedakan dari anemia ringan tipe mikrositik termasuk
defisiensi besi dan β-thalasemia minor. Berbeda pada anak anak dengan defisiensi besi, juga dengan sifat
α -Thalasemia yang memiliki Hb elektroporesis normal setelah usia 4-6 bulan. Akhirnya, perjalanan dari
rendahnya MCV (96 fL) saat lahir atau tampilan Hb bart’s pada hemoglobinopati neonatal, screening tes
memperlihatkan α -Thalasemia.
Anak anak dengan HbH memiliki gejala ikterus dan splenomegali, dan kelainan
tersebut harus disingkirkan dari hemolitik anemia lain nya. Kunci diagnosis adalah
meningkatnya MCV dan memperlihatkan hipokrom pada apusan darah. Dengan
pengecualian pada β-thalasemia, memiliki kelainan hemolitik berupa normal atau
peningkatan MCV dan tidak hipokromik.