talasemia

30
TALASEMIA I. DEFINISI Talasemia adalah sekelompok heterogen anemia hipopkromik herediter dengan berbagai derajat keparahan. Defek genetik yang mendasari meliputi delesi total atau parsial gen rantai globin dan substitusi, delesi, atau insersi nukleotida. Akibat dari berbagai perubahan ini adalah penurunan atau tidak adanya mRNA bagi satu atau lebih rantai globin atau pembentukkan mRNA yang cacat secara fungsional. Akibatnya adalah penurunan atau supresi total sintesis rantai polipeptida Hb.(nelson). Talasemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif menurut hukum Mendel dari orang tua kepada anak- anaknya. Penyakit talasemia meliputi suatu keadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling ringan (bentuk heterozigot) yang disebut talasemia minor atau talasemia trait (carrier = pengemban sifat) hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang disebut talasemia mayor. Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang mengidap penyakit talasemia, sedangkan bentuk homozigot diturunkan oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit talasemia II. ETIOLOGI

Upload: sri-mahtufa-riski

Post on 09-Aug-2015

52 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

file ini menjelaskan tentang talasemia

TRANSCRIPT

Page 1: TALASEMIA

TALASEMIA

I. DEFINISI

Talasemia adalah sekelompok heterogen anemia hipopkromik herediter dengan

berbagai derajat keparahan. Defek genetik yang mendasari meliputi delesi total atau parsial

gen rantai globin dan substitusi, delesi, atau insersi nukleotida. Akibat dari berbagai

perubahan ini adalah penurunan atau tidak adanya mRNA bagi satu atau lebih rantai globin

atau pembentukkan mRNA yang cacat secara fungsional. Akibatnya adalah penurunan atau

supresi total sintesis rantai polipeptida Hb.(nelson).

Talasemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif menurut

hukum Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit talasemia meliputi suatu

keadaan penyakit dari gelaja klinis yang paling ringan (bentuk heterozigot) yang disebut

talasemia minor atau talasemia trait (carrier = pengemban sifat) hingga yang paling berat

(bentuk homozigot) yang disebut talasemia mayor. Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah

satu orang tuanya yang mengidap penyakit talasemia, sedangkan bentuk homozigot

diturunkan oleh kedua orang tuanya yang mengidap penyakit talasemia

II. ETIOLOGI

Talasemia terjadi akibat adanya perubahan pada gen globin pada kromosom

manusia. Gen globin adalah bagian dari sekelompok gen yang terletak pada kromosom

11. Bentuk daripada gen beta-globin ini diatur oleh locus control region (LCR). Berbagai

mutasi pada gen atau pada unsur-unsur dasargen menyebabkan cacat pada inisiasi

atau pengakhiran transkripsi, pembelahan RNA yang abnormal, substitusi, dan

frameshifts. Hasilnya adalah penurunan atau pemberhentian daripada penghasilan

rantai beta-globin, sehingga menimbulkan sindrom talasemia beta.

Page 2: TALASEMIA

III. EPIDEMIOLOGI

Gen talasemia sangat luas tersebar dan kelainan ini diyakini merupakan penyakit

genetic manusia yang paling prevalen. Distribusi utama meliputi daerah-daerah perbatasan

laut mediterania sebagian besar afrika, Timur Tengah, India sampai Asia Tenggara. Dan 3%

sampai 8% orang Amerika keturunan itali atau yunani dan 0,5% dari kulit hitam Amerika

membawa gen untuk talasemia β.

Kelainan Hemoglobin pada awalnya endemik di 60% dari 229 negara, berpotensi

mempengaruhi 75% kelahiran. Namun sekarang cukup umum di 71% dari Negara Negara

di antara 89% kelahiran. Tabel 2.3-1 menunjukkan perkiraan prevalensi konservatif oleh

WHO regional. Setidaknya 5,2% dari populasi dunia (dan lebih dari 7% wanita hamil)

membawa varian yang signifikan. S Hemoglobin membawa 40% carir namun lebih dari 80%

kelainan dikarenakan prevalensi pembawa local sangat tinggi. Sekitar 85% dari gangguan

sel sabil (sickle-cell disorders), dan lebih dari 70% seluruh kelahiran terjadi di afrika. Selain

itu, setidaknya 20% dari populasi dunia membawa Talasemia α +.

Diantara 1.1% pasangan suami istri mempunya resiko memiliki anak dengan kelainan

hemoglobin dan 2.7 per 1000 konsepsi terganggu. Pencegahan hanya memberikan

pengaruh yang kecil, pengaruh prevalensi kelahiran dikalkulasikan antara 2.55 per 1000.

Sebagian besar anak anak yang lahir dinegara berpenghasilan tinggi dapat bertahan

dengan kelainan kronik, sementara di Negara Negara yang berpengasilan rendah

meninggal sebelum usia 5 tahun. Kelainan hemoglobin memberikan kontribusi setara

dengan 3.4% kematian padan anak usia di bawah 5 tahun di seluruh dunia.

IV. KLASIFIKASI

Ada 3 tingkat klasifikasi talasemia. Secara klinis bisa dibagi menjadi 3 grup :

1. Talasemia mayor sangat tergantung pada transfusi

2. Talasemia minor/karier tanpa gejala

Page 3: TALASEMIA

3. Talasemia intermedia

Klasifikasi ini memiliki implikasi klinis diagnosis dan penatalaksanaan

Talasemia juga bisa diklasifikasikan secara genetic menjadi α-,β-,δβ- atau talasemia

εγδβ sesuai dengan rantai globin yang berkurang produksinya. Pada beberapa talasemia

sama sekali tidak terbentuk rantai globin disebut αo atau βo talasemia, bila produksinya

rendah α+ atau β+ talasemia.

Thalasemia- β (Thalasemia major, cooley anemia)

Bentuk ini lebih heterogen dibandingkan thalasemia α, tetapi untuk kepentingan klinis

umumnya dibedakan antara thalasemia β0 dan thalasemia β+. Pada β0 thalasemia tidak

dibentuk rantai globin sama skali, sedangkan β+ thalasemia terdapat pengurangan (10-50%)

daripada produksi rantai globin β tersebut. Pembagian selanjutnya adalah kadar HbA2 yang

normal baik pada β0 maupun β+- thalasemia dalam bentuk heterozigotnya. Bentuk homozigot

dari β0 atau campuran antara β0 dengan β+ -thalasemia yang berat akan menimbulkan gejala

klinis yang berat yang memerlukan tranfusi darah sejak permulaan kehidupannya. Tapi kadang

kadang bentuk campuran ini memberi gejala klinis ringan dan disebut thalasemia intermedia.

Bentuk β-Thalasemia sindrom lain nya.

Sindrom talasemia β- digolongkan menjadi enam kelompok: β-thalasemia, δβ-

thalasemia, γ- thalasemia, δ- thalasemia, εγδβ- thalasemia, dan sindrom HPFH. Sebagian

besar thalasemia relatif langka, hanya beberapa yang ditemukan dalam kelompok keluarga. β-

thalasemia juga dapat diklasifikasikan secara klinis sebagai sifat talasemia, minimum, ringan,

menengah, dan besar dari tingkat anemia. Klasifikasi genetik tidak selalu menentukan fenotipe,

dan derajat anemia tidak selalu memprediksi klasifikasi genetik.

Thalasemia intermedia dapat berupa kombinasi dari mutasi β- thalasemia (β0 / β, β0 / βvariant,

E/β0), yang akan menyebabkan fenotipe anemia mikrositik dengan Hb sekitar 7 g / dL. Terdapat

kontroversi mengenai apakah dilakukan tranfusi pada anak-anak ini. Mereka pasti akan

Page 4: TALASEMIA

mengembangkan derajat hiperplasia meduler, hemosiderosis gizi mungkin membutuhkan

chelation, splenomegali, dan komplikasi lain thalasemia dengan kelebihan zat besi.

Hematopoiesis Extramedullary dapat terjadi dalam kanalis vertebralis, penekanan saraf oleh

tulang belakang dan menyebabkan gejala neurologis, kedua adalah darurat medis yang

membutuhkan terapi radiasi langsung lokal untuk menghentikan eritropoiesis. Transfusi akan

meringankan manifestasi thalasemia dan mempercepat kebutuhan chelation. splenektomi

menempatkan anak berisiko terinfeksi dan hipertensi paru.

Thalasemia diklasifikasikan sebagai minimum dan ringan biasanya heterozigot (β0 / β, β / β)

yang memiliki fenotipe yang lebih parah dari sifat tetapi tidak separah intermedia. Anak-anak ini

harus diselidiki untuk genotipe dan dimonitor untuk akumulasi besi. β- thalasemia.

Talasemia Alfa

Homozigot α_+_ thalasemia hanya menimbulkan anemia yang sangan ringan dengan

hipokromia eritrosit. Bentuk homozigot Hb constant spring juga tidak menimbulkan gejala yang

nyata, hanya anemia ringan dengan kadang kadang disertai spleenomegali ringan. 4

Pada fetus kekurangan rantai –α menyebabkan rantai-δ yang berlebihan sehingga akan

terbentuk tetramer δ 4 (Hb Bart’s) sedangkan pada anak besar atau dewasa, kekurangan

rantai- α ini menyebabkan rantai– β yang berlebihan hingga akan terbentuk tetramer β 4 (HbH).

Jadi adanya nya Hb bart’s dan HbH pada elektroforesis merupakan petunjuk terhadap adanya

thalasemia α. Yang sulit ialah mengenal bentuk heterozigot α- thalasemia. Bentuk heterozigot

α0- thalasemia memberikan gambaran darah tepi serupa dengan bentuk heterozigot thalasemia

seperti mikrositosis dan peninggian resistensi osmotik. 8

Pada Hidrops fetalis, biasanya bayi telah mati pada usia kehamilan 28-40 minggu atau lahir

hidup untuk beberapa jam kemudian meninggal. Bayi akan tampak anemia dengan kadar Hb 6-

8 g%, sediaan hapusan darah tepi memperlihatkan hipokromia dengan tanda tanda

anisositosis, poikilositosis, banyak normoblas dan retikulositosis. Pada pemeriksaan

Page 5: TALASEMIA

eritroporesis darah, akan ditemukan Hb bart’s sebanyak kira kira 80%. Tidak ditemukan HbF

Maupun HbA. 4

2.7.1 Tanda dan Gejala

Talasemia Alfa

Delesi gen globin-α menyebabkan sebagian besar kelainan ini. Terdapat empat globin-α

pada individu normal dan empat bentuk talasemia- α yang berbeda telah diketahui dengan

delesi satu, dua, tiga atau semua empat gen ini.

Penderita thalasemia dengan tiga gen α-globin (hanya gen delusi) asimtomatik dan tidak

terdapat abnormal pada hematologi. Hb level dan MCV normal. Hb elekroforesis pada neonatal

memperlihatkan 0-3% Hb bart’s, Hb varian menyusun empat rantai globin- γ. Hb elektropoesis

setelah beberapa bulan pertama kehidupan normal.

Penderita thalasemia dengan dua gen α-globin (dua gen delusi) mengarah ke asimtomatik.

MCV selalu dibawah dari 100 fL saat lahir. Studi hematologi pada beberapa infant dan anak

anak memperlihatkan normal atau sedikit penuruna HB level dengan rendah MCV dan sedikit

hipokromik. Tipikal Hb elektroporesis memperlihatkan 2-10% Hb bart’s pada periode neonatal

tapi normal pada anak lain dan dewasa.

Penderita thalasemia dengan satu gen α-globin (tiga gen delusi) cendrung anemia mikrositik

ringan menuju moderate (Hb level 7-10 g/dl). Disertai dengan hepatosleenomegali

Talasemia Beta

Hampir semua anak dengan talasemia β homozigot dan heterozigot, memperlihatkan gejala klinis

sejak lahir, gagal tumbuh, kesulitan makan, infeksi berulang dan kelemahan umum. Bayi nampak pucat

dan didapatkan splenomegali. Pada stadium ini tidak ada tanda klinis lain dan diagnosis dibuat

berdasarkan adanya kelainan hematologi. Bila menerima transfusi berulang, pertumbuhannya biasanya

normal sampai pubertas. Pada saat itu bila mereka tidak cukup mendapat terapi kelasi (pengikat zat besi),

Page 6: TALASEMIA

tanda-tanda kelebihan zat besi mulai nampak. Bila bayi tersebut tidak mendapat cukup transfusi, tanda

klinis khas talasemia mayor mulai timbul.

Pada anak yang cukup mendapat transfusi, pertumbuhan dan perkembangannya biasanya normal,

dan splenomegali biasanya tidak ada. Bila terapi kelasi efektif, anak ini bisa mencapai pubertas dan terus

mencapai usia dewasa secara normal. Bila terapi kelasi tidak adekuat, secara bertahap akan terjadi penum

pukkan zat besi. Efeknya mulai nampak pada akhir dekade pertama. Adolescent growth spurt tidak akan

tercapai, komplikasi hati,endokrin dan jantung akibat kelebihan zat besi mulai Nampak. Termasuk

diabetes, hipertiroid, hipoparatiroid dan kegagalan hati progresif. Tanda-tanda seks sekunder akan

terlambat atau tidak timbul.

Kausa kematian tersering pada penimbuhan zat besi ini adalah gagal jantung yang dicetuskan

oleh infeksi atau aritmia, yang timbul di akhir decade kedua atau awal decade ketiga.

Gambaran klinis pasien yang tidak mendapat transfusi adekuat sangat berbeda. Pertumbuhan dan

perkembangan sangat terlambat. Pembesaran lien yang progresif sering memperburuk anemianya dan

kadang-kadang diikuti oleh trombositopenia. Terjadi perluasan sumsum tulang yang mengakibatkan

deformitas tulang kepala, dengan zigoma yang menonjol, memberikan gambaran khas mongoloid.

Perubahan tulang ini memberikan gambaran radiologi yang khas termasuk penipisan dan peningkatan

trabekulasi tulang-tulang panjang termasuk jari-jari. Dan gambaran rontgenogram tulang tengkorak

memperlihatkan maksila yang tumbuh lebih dan menunjukkan pelebaran nyata rongga diploe, dengan

gambaran hair on end yang disebabkan oleh trabekula vertical. Lihat gambar berikut.

Page 7: TALASEMIA

Prognosis pada pasien yang tidak memperoleh transfusi adekuat, sangat buruk. Tanpa transfusi

sama sekali mereka akan meninggal pada usia 2 tahun. Bila dipertahankan pada Hb rendah selama masih

kecil, mereka bisa meninggal karena infeksi berulang. Bila berhasil mencapai pubertas mereka akan

mengalami komplikasi akibat penimbunan zat besi, sama dengan pasien yang cukup mendapat transfusi

tapi kurang mendapat terapi kelasi.

V. DIAGNOSIS

Talasemia dapat di ketahui dengan cara melakukan tes darah yang terdiri dari termasuk

menghitung kelengkapan darah (CBC) dan tes hemoglobin khusus.

CBC memberikan informasi tentang jumlah hemoglobin dan berbagai jenis sel darah,

seperti sel darah merah, dalam sampel darah. Penderita talasemia memiliki lebih sel-sel

darah merah sehat lebih sedikit dan kurang hemoglobin dalam keadaan normal. Penderita

alfa talasemia atau beta talasemia mungkin memiliki sel darah marah lebih kecil daripada

sel darah merah normal.

Tes hemoglobin mengukur jenis hemoglobin dalam sampel darah. Penderita talasemia

memiliki masalah dengan alpha atau rantai protein beta globin hemoglobin.

Umumnya orang yang menderita talasemia didiagnosis pada saat usia dini. Hal ini karena

tanda-tanda dan gejala dari penyakit ini telah muncul dalam 2 tahun pertama mereka hidup.

Orang yang memiliki bentuk yang lebih ringan talasemia dapat didiagnosis setelah tes

darah rutin menunjukkan mereka telah anemia. Dokter mencurigai seseorang menderita

talasemia jika seseorang itu menunjukkan bahwa dia anemia dan merupakan anggota dari sebuah

kelompok yang memiliki resiko tinggi untuk terkena talasemia.

Diagnosis dapat juga dilakukan dengan melakukan tes pada jumlah zat besi dalam darah

untuk mengetahui apakah anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi atau

Page 8: TALASEMIA

talasemia. Kekurangan zat besi - anemia terjadi saat tubuh tidak memiliki cukup besi untuk

membuat hemoglobin. Jika anemia pada talasemia terjadi karena masalah dengan salah satu

rantai globin alpha atau rantai beta globin hemoglobin, bukan karena kekurangan zat besi.

Talasemia merupakan penyakit keturunan yang diteruskan dari orang tua kepada anak-

anak, studi genetik keluarga juga dapat membantu mendiagnosis gangguan ini. Ini melibatkan

mengambil riwayat kesehatan keluarga dan melakukan tes darah pada anggota keluarga untuk

menunjukkan apakah ada gen hemoglobin yang telah hilang atau diubah.

VI. TERAPI

Medikamentosa

Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin

serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-

20 kali transfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari

subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari

berturut setiap selesai transfusi darah.

Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek

kelasi besi.

Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.

Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur

sel darah merah

Bedah

Splenektomi, dengan indikasi:

limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan

peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur

Page 9: TALASEMIA

hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau

kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu tahun.

Transplantasi sumsum tulang telah memberi harapan baru bagi penderita thalasemia dengan lebih

dari seribu penderita thalasemia mayor berhasil tersembuhkan dengan tanpa ditemukannya

akumulasi besi dan hepatosplenomegali. Keberhasilannya lebih berarti pada anak usia dibawah 15

tahun. Seluruh anak anak yang memiliki HLA-spesifik dan cocok dengan saudara kandungnya di

anjurkan untuk melakukan transplantasi ini.

Suportif

Tranfusi Darah

Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini akan memberikan

supresi sumsum tulang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat

mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC

(packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.

VII. DIAGNOSIS BANDING

Sifat α-Thalasemia (dua gen delesi ) harus dibedakan dari anemia ringan tipe mikrositik

termasuk defisiensi besi dan β-thalasemia minor. Berbeda pada anak anak dengan defisiensi

besi, juga dengan sifat α -Thalasemia yang memiliki Hb elektroporesis normal setelah usia 4-6

bulan. Akhirnya, perjalanan dari rendahnya MCV (96 fL) saat lahir atau tampilan Hb bart’s pada

hemoglobinopati neonatal, screening tes memperlihatkan α -Thalasemia.

Anak anak dengan HbH memiliki gejala ikterus dan splenomegali, dan kelainan tersebut

harus disingkirkan dari hemolitik anemia lain nya. Kunci diagnosis adalah meningkatnya MCV

dan memperlihatkan hipokrom pada apusan darah. Dengan pengecualian pada β-thalasemia,

memiliki kelainan hemolitik berupa normal atau peningkatan MCV dan tidak hipokromik.

Page 10: TALASEMIA

β-Talasemia minor harus dibedakan dari penyebab lain dari mikrositik ringan, hipokromik anemia,

defisiensi besi dan α-talasemia. Berbeda dengan penderita anemia difisiensi besi, mereka dengan β-

talasemia minor memiliki peningkatan jumlah eritrosit dan index MCV dibagi eritrosit dengan hasil di

bawah 13. Secara umum, ditemukannya peningkatan Hb A2 merupakan diagnosis. Namun rendahnya

HbA2 juga dapat disebabkan oleh defesiensi besi yang terjadi secara bersamaan. Sehingga dapat

mengaburkan diagnosis dan sering salah diagnosis dengan anemia defesiensi besi.

β-Talasemia major sering sangat beda dari kelainan lain. Hb elektroporesis dan study

keluarga membuktikan mudah membedakan dengan Hb E-β-Talasemia, yang paling penting

adalah tranfusi rutin merupakan poin penting diagnosa β-Talasemia.

DAFTAR PUSTAKA

1.2. Hassan R dan Alatas H. (2002). Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan anak. bagian 19 Hematologi

hal. 419-450 ,Bagian ilmu kesehatan anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta

3. Hay W.W, Hayward A.R, Levin M..J and Sandheimer J.M. (2003). Current pediatric diagnosis and treatment. Part 27 hematologic disorder, congenital hemolytic anemias hemoglobinopaties. 16th edition. Lange medical books/McGraw-hill. North America

4. Modell B and Darlison M. (2008). Global Epidemiology of hemoglobin disorders and derived service indicators. Bulletin of the World Health Organization, volume 86, number 6. http://www.who.int/bulletin/volumes/86/6/06-036673/en/

Page 11: TALASEMIA

5. Rachmilewitz E and Rund D. (2005) thalassemia. The new England journal medicine : Jerusalem. http://content.nejm.org/cgi/reprint/353/11/1135.pdf

6.

Page 12: TALASEMIA
Page 13: TALASEMIA
Page 14: TALASEMIA
Page 15: TALASEMIA
Page 16: TALASEMIA
Page 17: TALASEMIA
Page 18: TALASEMIA
Page 19: TALASEMIA
Page 20: TALASEMIA
Page 21: TALASEMIA
Page 22: TALASEMIA

kelompok-kelompok ini memerlukan transfusi pada masa remaja atau dewasa, Beberapa mungkin

menjadi kandidat untuk kemoterapi seperti hydroxyurea.

Sifat thalasemia sering misdiagnosis sebagai kekurangan zat besi pada anak-anak. Sebuah

kursus singkat dari besi dan re-evaluasi, semua yang diperlukan untuk memisahkan anak-

anak yang perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut. Anak anak yang memiliki sifat β-

Thalasemia akan memiliki lebar sel darah merah terdistribusi dan pada elektroforesis Hb

memiliki HbF tinggi dan diagnose di tinggikan HbA2. Terdapat istilah "silent" bentuk sifat

thalasemia dan jika sejarah keluarga adalah sugestif, studi lebih lanjut dapat diindikasikan.

Temuan Klinik -thalasemia 10

2.7.1 Tanda dan Gejala

Penderita -thalassemia minor biasanya asimtomatis dengan temuan normal pada

pemeriksaan fisik. Berbeda dengan -thalasemia mayor yang normal saat lahir tapi berkembang

menjadi anemia siknifikan sejak tahun pertama kelahiran. Jika kelainan tersebut tidak

teridentifikasi dan di terapi dengan tranfusi darah, pertumbuhan anak sangat buruk dan disertai

hepatoslenomegali masiv dan perluasan dari jarak medulla dengan penjalaran pada cortex tulang.

Perubahan tulang terlihat jelas pada deformitas wajah gambar 2.7-1. (prominen dari kepala dan

maksilla) dan hal ini juga sering menyebabkan penderita thalasemia rentan terhadap fraktur patologis.

Gambar.2.7-1 karakteristik wajah penderita thalasemia

Page 23: TALASEMIA

VIII. DIAGNOSIS

IX. TERAPI

Medikamentosa

Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi darah.

Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi.

Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.

Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah merah

X. DIAGNOSIS BANDING

Sifat α-Thalasemia (dua gen delesi ) harus dibedakan dari anemia ringan tipe mikrositik termasuk

defisiensi besi dan β-thalasemia minor. Berbeda pada anak anak dengan defisiensi besi, juga dengan sifat

α -Thalasemia yang memiliki Hb elektroporesis normal setelah usia 4-6 bulan. Akhirnya, perjalanan dari

rendahnya MCV (96 fL) saat lahir atau tampilan Hb bart’s pada hemoglobinopati neonatal, screening tes

memperlihatkan α -Thalasemia.

Anak anak dengan HbH memiliki gejala ikterus dan splenomegali, dan kelainan

tersebut harus disingkirkan dari hemolitik anemia lain nya. Kunci diagnosis adalah

meningkatnya MCV dan memperlihatkan hipokrom pada apusan darah. Dengan

pengecualian pada β-thalasemia, memiliki kelainan hemolitik berupa normal atau

peningkatan MCV dan tidak hipokromik.