tahura
TRANSCRIPT
TAHURA
Kelompok 5 :
Adi
Hartini
Frisca Rahmadina J3M111088
Rafli Harjanto J3M211112
Vicky Puji
Yunita Purnamasari J3M111014
Taman Hutan Raya
Undang-undang Republik Indonesia Nomer 5 Tahun 1990 tentang konservasi Sumberdaya Alam pada Bab I, pasal 1 ayat 15 menyebutkan bahwa Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.
Kriteria penunjukkan dan penetaan sebagai kawasan taman hutan raya
• Merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah;
• Memiliki keindahan alam dan atau gejala alam;• Mempunyai luas yang cukup yang memungkinkan untuk
pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis asli dan
atau bukan asli.
• Tahura Ir. H. Djuandakawasan konservasi yang terpadu antara alam sekunder dengan hutan tanaman yang terletak di kota Bandung.
Visi dan Misi• Visi
• Misi
Terciptanya Pengembangan Pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang berwawasan lingkungan untuk mewujudkan kelestarian hutan sebagai sistem penyangga kehidupan bagi kesejahteraan rakyat
•Meningkatkan kontribusi pemanfaatan kawasan hutan melalui pariwisata alam untuk kepentingan konservasi, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.•Mengoptimalkan distribusi manfaat pariwisata alam bagi para pihak.•Meningkatkan kesadaran dan pemahaman pentingnya manfaat sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bagi kehidupan umat manusia.•Meningkatkan pengembangan produksi aneka pariwisata alam.Menciptakan mekanisme keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan, pengelolaan dan kemitraan dengan para penyelenggara pariwisata alam
Sejarah
• Dibangun oleh pemerintah Hindia-Belanda ini awalnya bernama Hutan Lindung Gunung Pulosari pada tahun 1922.
• Perintisan taman ini dimulai sejak tahun 1912 bersamaan dengan pembangunan terowongan penyadapan aliran sungai Ci Kapundung (kemudian hari disebut sebagai Gua Belanda).
• Setelah Indonesia merdeka status kawasan hutan negara dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Djawatan Kehutanan.
• Di tahun 1963 sebagian kawasan hutan lindung tersebut mulai dipersiapkan sebagai Hutan Wisata dan Kebun Raya. Sejalan dengan itu, hutan ini mulai ditanami dengan tanaman koleksi pohon-pohonan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.
• Pada tanggal 23 Agustus 1965 diresmikan oleh Gubernur Mashudi sebagai Kebun Raya Hutan Rekreasi Ir. H. Djuanda yang kemudian menjadi embrio Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang dikelola oleh Dinas Kehutanan (dulu Djawatan Kehutanan Propinsi Jawa Barat).
• Tahun 1978 pengelolaan dari Dinas Kehutanan (dulu Djawatan Kehutanan Propinsi Jawa Barat) diserahkan ke Perum Perhutani Jawa Barat.
• Pada tahun 1980 Kebun Raya/Hutan Wisata yang merupakan bagian dari komplek Hutan Gunung Pulosari ini ditetapkan sebagai taman wisata, yaitu Taman Wisata Curug Dago seluas 590 ha yang ditetapkan oleh SK. Menteri Pertanian Nomor : 575/Kpts/Um/8/1980 tanggal 6 Agustus 1980.
• Pada tahun 1985, Bapak Mashudi dan Bapak Ismail Saleh sebagai pribadi dan Bapak Soedjarwo selaku Menteri Kehutanan mengusulkan untuk mengubah status Taman Wisata Curug Dago menjadi Taman Hutan Raya.
• Usulan tersebut kemudian diterima Presiden Soeharto yang kemudian dikukuhkan melalui Keputusan Presiden No. 3 Tahun 1985 tertanggal 12 Januari 1985. Peresmian Taman Hutan RayaIr. H. Djuanda dilakukan pada tanggal 14 Januari 1985 yang bertepatan dengan hari kelahiran Bapak Ir. H. Djuanda. Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda sebagai Taman Hutan Raya pertama di Indonesia.
• Untuk menjamin susksesnya pengelolaan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Nomor : 192/Kpts-II/1985 membentuk Badan Pembina Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang diketuai oleh Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) serta menunjuk Perum Perhutani sebagai Badan Pelaksana Pengelolaan dan Pembangunan Taman Hutan RayaIr. H. Djuanda.
Fungsi TAHURA Ir. H. Djuanda
• Perlindungan sistem penyangga kehidupan, • Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa asli
atau bukan asli• Keunikan panorama alam asrinya dapat dimanfaatkan secara
lestari untuk konservasi, koleksi, edukasi, rekreasi dan secara tidak langsung dapat meningkatkan sosial ekonomi masyarakat sekitarnya dan PAD Propinsi Jawa Barat
Kondisi Umum
• Letak dan LuasTaman Hutan raya Ir. H. Djuanda terletak di sebelah Utara Kota Bandung Berjarak ± 7 km dari pusat kota, secara geografis berada 107° 30 BT dan 6° 52 LS, secara ′ ′administrasi berada di wilayah Ciburial Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung dan sebagian wilayah masuk Desa Mekatwangi, Desa Cibodas, Desa Langensari, dan Desa Wangunharja, Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat serta Kelurahan Dago Kecamatan Coblong Kota Bandung. Berdasarkan hasil rekonstruksi tata batas Taman hutan Raya Ir. H. Djuanda pada tahun 2003 luasnya adalah 526,98 hektar.
• BudayaPenduduk asli di sekitar Taman Hutan raya Ir. H. Djuanda adalah suku sunda. Upacara adat pada umumnya masih dilakukan terutama pada saat pernikahan dan khitanan, terdapat beberapa kesenian seperti pencak silat, jaipongan, kecapi suling dan calung.
• TopografiSebagian besar kawasan merupakan ekosistem pinggir sungai (Riparian ecosystem), pada umumnya kondisi lapangan miring, dengan kelerengan (slope) agak curam sampai dengan terjal, dengan ketinggian ± 770 dpl sampai dengan ± 1350 m di atas permukaan laut.
• Jenis TanahUnsur tanah yang terkandung di areal Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda didominasi andosol, sebagian kecil gramasol yang peka terhadap erosi
• Iklim:Iklim menurut klasifikasi Schmidt Ferguson termasuk Type B, kelembababan nisbi udara berkisar antara 70% (siang hari) dan 90% (malam dan pagi hari), suhu berkisar antara 22° C – 24° C (di lembah) dan berkisar 18° C – 22° C (di puncak). Curah hujan rata-rata pertahun 2.500 – 4.500 mm/tahun
• HidrologiSumber air yang berada di Taman Hutan raya Ir. H. Djuanda adalah sungai Cikapundung yang membentang sepanjang 15 km dan lebar rata-rata 8 meter dengan debit air sekitar 3.000 m³/detik. Sungai Cikapundung merupakan anak Sungai Citarum yang berhulu di Gunung Bukit Tunggul, selain terdapat juga beberapa mata air yang bersumber dari kelompok Hutan Gunung Pulosari.
• Aksesibilitas: Semua jenis kendaran bisa masuk hingga ke pintu gerbang utama. Kondisi jalan dari pusat kota sampai dengan lokasi (pintu gerbang utama) sudah beraspal dan kini dalam kondisi baik (sebelumnya rusak berat). Walaupun demikian, jalan masuk dari Kordon ke Tahura Ir. H. Djuanda yang berjarak ± 500 m dirasakan terlalu sempit, sehingga menyulitkan kendaran berpapasan. Bila menggunakan kendaraan umum, Angkutan Kota hanya sampai Terminal Dago, selanjutnya perjalanan diteruskan dengan kendaraan umum lain jurusan Kampus Unisba dan berhenti di Kordon. Dari Kordon perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 500 m.
Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda yang terletak di tengah-tengah Bandung merupakan Kawasan Pelestarian Alam yang tersisa juga berfungsi sebagai paru-paru pada kota Bandung. Hanya berjarak +/- 5 km dari Pusat Pemerintahan (Gedung Sate). Lokasi yang strategis ini dapat dengan mudah dijangkau melalui:– Terminal Dago +/- 2 km– Ciumbuleuit Punclut +/- 6 km– Padasuka, Cimenyan +/- 8 km– Maribaya, Lembang +/- 4 km
Lokasi
Jam Operasional
Jam Operasional:08.00 s/d 16.00 WIB
Buka Setiap Hari (Hari Kerja & Hari Libur)
Tiket Masuk:– Wisatawan Nusantara: Rp. 10.000,-
– Wisatawan Mancanegara: Rp. 75.000,-– Kegiatan Foto Komersial: Rp. 200.000,-
Kunjungan
• Dapat dikunjungi setiap hari.• Waktu bukanya antara jam 08.00-18.00.• Setiap pengunjung dikenakan biaya masuk sebesar Rp. 8.000,- (tahun 2010).• Untuk menjelajah seluruh hutan dibutuhkan sekitar 2-3 jam• Dapat dicapai melalui Jalan Dago maupun melalui Jalan Cikutra. Semua jenis
kendaran bisa masuk hingga ke pintu gerbang utama. Bila menggunakan kendaraan umum Angkutan Kota hanya sampai Terminal Dago, selanjutnya perjalanan diteruskan dengan kendaraan umum lain jurusan Kampus Unisba dan berhenti di Kordon. Dari Kordon perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh 500 m.
• Akses dari arah Utara, melalui Obyek Wisata Maribaya-Lembang. Dari pintu gerbang ini akan dapat dilihat obyek wisata Curug Omas dan kemudian perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menyusur jalan setapak sepanjang 6 km menuju ke Pakar Dago
CURUG DUGO
Curug Dago memiliki pemandangan alam ekosistem hutan dan perkampungan Sunda pada kanan kiri aliran sungai Cikapundung. Keindahan air terjun sungai Cikapundung setinggi +/- 15 meter, dilengkapi dengan 2 (dua) buah Batu Prasasti peninggalan Kerajaan Thailand, serta tempat peristirahatan yang sejuk di bawah pohon-pohon hutan.
CURUG OMAS
ketinggian air terjun yang deras setinggi +/- 30 meter, lingkungan Curug Omas pun masih asri dan berhawa sejuk dan aliran air nya sangat jernih
GOA BELANDAPada masa kemerdekaan Goa ini pernah dipakai atau dimanfaatkan sebagai gudang mesiu oleh tentara Indonesia
GOA JEPANGGoa ini diperkirakan berkaitan dengan kegiatan dan fungsi strategis kemiliteran. Lorong-lorong dan ruang-ruang yang terdapat pada Goa ini dapat dipergunakan sebagai markas, maupun tempat penyimpanan peralatan dan logistik. Selama pendudukan Jepang di Indonesia, daerah Pakar yang sekarang Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda dipergunakan untuk ke-pentingan militer dan tertutup untuk masyarakat.
PATAHAN LEMBANGPatahan Lembang ini apabila diamati dari photo udara akan nampak berupa lineament yaitu struktur geologi yang membentuk garis lurus membujur arah Barat Laut-Tenggara. Secara fisik di lapangan patahan ini berupa punggung bukit atau ngarai terjal (escapement) yang membujur lurus, mengontrol Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung Hulu berbelok dan mengalir mengikuti arah patahan.
Fasilitas
• Panggung Terbuka• Taman Bermain Anak• Outbond dan Flying Fox• Guest House• Saung dan Tempat Persinggahan• Lapangan Tennis
Tata Tertib Pengunjung
• Pengunjung harus membeli tiket masuk ke dalam Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda.
• Pengunjung hanya diperbolehkan berada dalam blok pemanfaatan, obyek daya tarik wisata, dan jalur-jalur yang telah disediakan.
• Tidak merusak, mengganggu, dan membawa benda-benda yang berada dalam kawasan keluar.
• Tidak merusak, mengganggu, dan membawa flora-fauna yang berada dalam kawasan hutan.
• Untuk menghindari pencemaran, pengunjung tidak membawa alat/bahan kimiawi yang membayahakan lingkungan.
• Tidak membawa cat, phylox, spidol, dll. untuk corat-coret di kawasan hutan.
• Dilarang membawa senjata api, senjata tajam, narkoba, serta melakukan tindakan kriminal dan vandalisme.
Sumber
• http://ditjenphka.dephut.go.id/index.php/data-kawasan/kawasan-konservasi/taman-hutan-raya
• http://tahuradjuanda.jabarprov.go.id/facility/taman-bermain-anak/