tabel spesifikasi
Embed Size (px)
DESCRIPTION
78TRANSCRIPT

BAB 12 TABEL SPESIFIKASI
1. Fungsi Tabel Spesifikasi
Dalam pembicaraan mengenai validitas tes disebutkan bahwa sebuah tes harus
memiliki validitas isi dan tingkah laku . Dan memang validitas inilah yang terpenting
dalam menyusun tes prestasi .
Untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak menyimpang dari
bahan( materi ) serta aspek kejiwaan (tingkah laku ) yang akan dicakup dalam tes ,
dibuatlah sebuah tabel spesifikasi .
Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau blue print .
Ujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi dan tingkah
laku beserta imbangan / proporsi yang dikehendaki oleh penilaian Tiap kotak diisi
dengan bilangan yang menunjukan jumlah soal .
Dalam contoh hanya dicantumkan 3 buah aspek karena yang banyak
digunakan di sekolah sampai sekarang hanya 3 buah ini (Ingatan , Pemahaman , dan
Aplikasi ) . Hal ini tidak bahwa pengungkapan aspek lain tidak diseyogyakan.
Contoh :
Aspek yang Diungkap
Pokok Materi
Ingatan (1)
Pema-haman
Apli-Kasi(A)
Jumlah
Bagian I ........... ........... ................. ...............Bagian II ............ ........... ................ ................Bagian(terakhir) ............ ........... ................. ...............
Jumlah .............. ........... .................. ................
Tabel spesifikasi mempunyai kolom dan baris , sehingga tampak hubungan
antara materi dengan aspek yang tergambar dalam TIK . Sebenarnya penyusunan tes
bukan hanya mengingat hubungan antara dua hal tersebut tetapi empat hal , yaitu
hubungan antara materi . TIK , Kegiatan belajar , dan evaluasi .
Keempat hal , yaitu materi , TIK , Kegiatan belajar , dan evaluasi merupakan
kaitan yang erat sekali .Dengan mengenal materi yang akan diajarkan (yang dipilih
untuk mencapai Tujuan Kurikuler dan Tujuan Intruksional Umum ), kita segera tahu
bagaimana sifat materi tersebut misalnya fakta , konsep atau hubungan antarkonsep .
Apabila materinya berupa fakta , tentu TIK-nya menyangkut ingatan . Kegiatan

belajarlah informasi dan evaluasi dapat terurai , isian singkat , benar-salah atau pilihan
ganda biasa .
Dalam program satuan pelajaran yang dikembangkan oleh Pemantapan Kerja
Guru (PKG) dapat diketahui dengan jelas hubungan antara empat komponen tersebut .
Urutannya adalah : TIK , materi , kegiatan belajar-mengajar , dan evaluasi . Ini
merupakan urutan yang benar . Memang dakam mengajar harus diketahui terlebih
dahulu apa yang akan dicapai . Kemudian ditentukan materi penunjangnya . Apa yang
disajikan diatas mengikuti kebiasaan yang ada dalam praktek . Karena yang tersedia
dihadapan guru adalah materi yang tercakup dalam buku , maka barulah dari materi
tersebut dirumuskan TIK-nya tentu saja ini kurang benar , tetapi mudah dilakukan ,
khususnya bagi mereka yang belum tarbiasa menyusun soal .
Kebiasaan yang salah dan tidak boleh lagi diteruskan adalah dari materi disusun
soalnya , baru kemudian dirumuskan TIK-nya .
Sebagai contoh kaitan antara TIK , materi , kegiatan balajar-mangajar dan
evaluasi adalah sebagai berikut .
TIK : 4.2.2. Siswa dapat menghitung kecepatan benda
Materi : 4.2.2. Percepatan benda .
KBM : Informasi dan tanya jawab percepatan .
Evaluasi : 4.2.2. Sebuah banda yang mula-mula diam , massanya 5 kg dan
menerima dua buah gaya yang berlawanan dan sama besar masing-
masing 10 newton.
Maka percepatannya ialah :
A. 0 m/dt²
B. 0,5 m/dt²
C. 2 m/ dt²
D. 4 m/dt²
Dalam beberapa tahun terakhir ini istilah “tabel spesifikasi atau tabel kisi-kisi” ini
mulai luntur dikalangan guru-guru . Sebagai alasan lunturnya adalah munculnya
istilah “indikator ” . Sebetulnya kita tidak perlu “kagum ”, “terharu ”, atau “lekas
terpengaruh” dengan munculnya istilah –istilah baru yang bjustru kadang membuat
kita bingung padahal sebetulnya sama saja . Istilah “indikator” sebetulnya tidak
berbada banyak dengan inti aspek yang dirumuskan didalam Tujuan Instruksional

Khusus atau TIK . Tentu saja berbeda , tetapi dalam aplikasi nya tidak jauh berbada .
Oleh karena itu , agar tidak membingungkan pembaca , istilah yang digunakan dalam
buku ini tetap “kisi-kisi” atau “tabel spesifikasi” .
2.Langkah – Langkah Pembuatan
Sebenarnya ada beberapa macam tabel spesifikasi . Macam tabel ini
ditentukan oleh bidang studi dan homogenitas materi yang akan diteskan . Satu hal
yang sama adalah bahwa langkah pertama yang harus diambil adalah mendaftar
pokok- pokok materi yang diteskan kemudian memberikan imbangan bobot masing-
masing pokok materi .
Contoh :
Akan membuat tes untuk evaluasi . Pokok-pokok materinya adalah :
a. Pengertian (2)
b. Fungsi evaluasi (3)
c. Macam-macam cara evaluasi (5)
d. Persyaratan evaluasi (4)
Angka – angka yang tertera didalam kurung yang tertuliskan dibelakang
pokok materi . Penentuan imbangan bobot dilakukan oleh penyusunan soal
berdasarkan atas luasnya materi atau kepentingannya untuk dites . Penentuan
imbangan dilakukan atas perkiraan (judgment) saja.Pada waktu menuliskan angka
tidak perlu dihitung-hitung bahwa jumlahnya harus 10 karena semuanya akan diubah
menjadi angka dalam bentuk persentase .
Dari contoh diatas , maka pokok-pokok materi dapat dipindahkan kedalam
tabel dan mengubah indeks menjadi persentase . Inilah merupakan langkah kedua dari
pembuatan tabel spesifikasi .
\

TABEL SPESIFIKASI UNTUK MENYUSUN SOAL EVALUASI
Aspek yang Di Ungkapkan
PokokMateri
Ingatan Pemahaman Aplikasi Jumlah
Pengertian evaluasi (14 %) 7
Fungsi evaluasi (21%) 10
Macam-macam cara Evaluasi (36%) 18
Persyaratan evaluasi (29%) 15
Jumlah 50 butir soal
Setelah mencantumkan pokok –pokok materi yang akan diteskan beserta
presentasenya , langkah ketiga adalah merinci banyaknya butir soal untuk tiap-tiap
pokok materi , dan angka ini dituliskan pada kolom paling kanan . Caranya adalah
membagi jumlah butir soal (disini 50 buah ) menjadi 4 bagian berdasarkan imbalan
bobot yang tertera sebagai persentase .
Angka 50 ditentukan oleh guru berdasarkan alokasi waktu yang disediakan
dan bentuk soal yang akan diberikan . Dalam contoh ini dimisalkan bahwa akan
disusun tes berbentuk objektif dalam jumlah 50 butir soal berbentuk pilihan ganda ,
karena waktu yang disediakan adalah 75 menit . Sekali lagi disini diperlukan
kebijaksanaan guru untuk memperkirakan banyaknya soal agar tidak terlalu sedikit
maupun terlalu banyak .
Sebagai ancar-ancar waktu adalah bahwa sebuah soal tes obyektif
membutuhkan waktu 1 menit untuk membaca dan menjawabnya sehingga jika
disediakan waktu 75 menit untuk tes , dapat disusun butir soal sejumlah :
- 50 buah bentuk soal obyektif (50 menit)
- 5 buah bentuk uraian (25 menit )
Jadi banyaknya butir soal sangat ditentukan oleh :

1. Waktu yang tersedia ,
2. bentuk soal
Sampai dengan langkah ketiga , cara yang dilalui sam bagi seluruh bidang
studi .
Untuk langkah-langkah selanjutnya , terdapat langkah khusus , tergantung
dari homogenitas atau heterogenitas (keragaman) materi yang diteskan .
a. Untuk materi yang seragam
Yang dimaksud dengan ‘seragam’ di sini adalah bahwa antara pokok materi yang
satu dengan pokok materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek
tingkah laku . Misalnya 50% untuk ingatan , 30% untuk pemahaman , dan 20%
untuk aplikasi . Apabila demikian halnya , maka angka persentase dapat dituliskan
pada kolom , di bawah kata-kata ‘ingatan’ , ‘Pemahaman’ , dan ‘ aplikasi ’ .
Selanjutnya banyak butir soal untuk setiap sel (kotak kecil) diperoleh dengan cara
menghitung persentase dari banyaknya soal bagi tiap pokok materi yang sudah
tertulis dikolom paling kanan . Perlu diperhatikan bahwa angka yang diperoleh
untuk setiap sel merupakan pembulatan dari perhitungan dengan cara mereka-reka
atau mengeser-gesernya sehingga jumlah ke samping dan ke bawah diperoleh
angka benar.
Contoh :
TABEL SPESIFIKASI PENYUSUNAN TES EVALUASI
Aspek yang
Diukur
Pokok
Materi
Ingatan
(50%)
Pemahaman
(30%)
Aplikasi
(20%)
Jumlah
(100%)
Pengertian evaluasi
(14 %) (A) (B) (C) 7
Fungsi evaluasi
(21%) (D) (E) (F) 10
Macam-macam cara evaluasi
(36%) (G) (H) (I) 18
Persyaratan evaluasi
(29%) (K) (L) (M) 15

Jumlah 50
Untuk mengisi / menentukan banyak butir soal untuk tiap sel dilakukan demikian :
Sel A =50
x 7 soal = 3.5 ( 4 soal)100
Sel B =30
x 7 soal = 2.1 ( 2 soal)100
Sel C =20
x 7 soal = 1.4 ( 1 soal)100
Untuk mengisi sel-sel yang lain , dilakukan dengan cara yang sama dengan cara yang
digunakan untuk menentukan sel A , sel B , dan sel C.
Catatan :
Di samping cara yang diajukan ini , untuk menentukan jumlah butir soal untuk tiap-
tiap pokok materi , ada lagi cara lain yang diambil orang , yakni mulai dari pengisian
sel-sel kemudian baru diperoleh jumlah soal dari tiap pokok materi .
Contoh :
TABEL SPESIFIKASI PENYUSUNAN TES IPS
Aspek yang Diukur
PokokMateri
Ingatan(50%)
Pemahaman(30%)
Aplikasi(20%)
Jumlah(100%)
Bab 1
(40%)(A) (B) (C)
Bab 2
(30%)(D) (E) (F)
Bab 3
(30%)(G) (H) (I)
Jumlah
(100%)
40
Misalnya berdasarkan waktu yang telah ditentukan , diperkirakan akan disusun 40
buah butir soal . Maka tiap diperoleh imbangan jumlah sebagai berikut :
Sel A =50
X40
X 40 soal = 8 soal100 100
Sel B =30
X40
X 40 soal = 4,8 soal (dibulatkan 5 soal)100 100
Sel C = 20 % X 40 % X 40 soal = 3,2 soal (dibulatkan 3 soal)

Sel D = 50% X 30% X 40 soal = 6 soal.
Demikian seterusnya setelah dihitung dengan cara yang sama , terdapatlah angka-
angka yang menggambarkan banyaknya soal seperti tercantum pada tiap aspek .
Sesudah itu baru dijumlahkan ke kanan maupun ke bawah sehingga terdapat jumlah
soal untuk setiap bagian / pokok materi maupun untuk setiap aspek tingkah laku .
Dengan demikian maka tabel spesifikasi penyusunan tes IPS tersebut akan terisi
seperti di bawah ini :
Aspek yang
Diukur
Pokok
Materi
Ingatan
(50%)
Pema-
Haman
(30%)
Apli-
Kasi
(20%)
Jumlah
(100%)
Bab 1
(40%)
(A)
8
(B)
5
(C)
3 16
Bab 2
(30%)
(D)
6
(E)
4
(F)
2 12
Bab 3
(30%)
(G)
6
(H)
4
(I)
2 12
Jumlah
(100%) 20 13 7 40
b. Untuk materi yang tidak seragam
Apa yang telah dijelaskan adalah pembuatan kisi-kisi (tabel spesifikasi) untuk
materi yang arti seragam dalam imbangan aspek tingkah laku .
Adakalanya pokok-pokok materi dalam satu bulan hanya mencakup satu aspek
tingkah laku saja , yakni ingatan saja misalnya : suku-suku bangsa yang ada
diindonesia .Adanya suku-suku bangsa tersebut hanya dapat dihafalkan , tanpa
perlu dipahami , apalagi diaplikasikan .Dalam keadaan demikian maka isi
hanya kolom ingatan.Dalam kedaan lain misalnya hal osmose dan difusi ,
hanya dapat dipahami dan diaplikasikan , sebaiknya tidak di hafalkan .
Untuk membuat tabel spesifikasi pokok-pokok materi yang tidak seragam ,
tidak perlu mencantumkan angka persentase imbangan tingkah laku di kepala

kolom . Pemberian imbangan dilakukan tiap pokok materi didasarkan atas
banyaknya soal untuk materi itu dan imbangan yang dikehendaki oleh penilai
menurut sifat pokok materi yang bersangkutan .
Contoh :
Aspek yang
Diukur
Pokok
Materi
Ingatan
(I)
Pema-
Haman
(P)
Apli-
Kasi
(A)
Jumlah
Bab 1
(25%)
(A) 60%
6
(B)30%
3
(C)10%
1 10
Bab 2
(40%)
(D)20%
3
(E)50%
8
(F)30%
5 16
Bab 3
(35%)
(G)20%
3
(H)20%
3
(I)60%
8 14
Jumlah
(100%) 40
Dalam keadaan seperti dicontohkan misalnya :
Bab 1 mayoritas hafalan
Bab 2 mayoritas pemahaman
Bab 3 mayoritas aplikasi
Maka imbangan aspek tingkah laku , tidak dapat dituliskan pada kepala kolom .
Penentuan angka yang menunjukan banyaknya butir soal pada tiap sel ,
ditentukan perbab.
Kiraan (judgment) apakah materi-materi yang akan diteskan merupakan materi
yang homogen atau bukan.
Apabila tabel spesifikasi sudah jadi, maka ini berarti bahwa guru sudah
melakukan tugas betul dan aman di dalam rangkaian tugas menyusun tes.

Penyesuaiaan tes yang disertai dengan melalui tabel spesifikasi dapat dijamin
bahwa tesnya cukup mempunyai validitas isi dan validitas tingkah laku.
Adakalanya guru memperoleh bimbingan dalam menyusun soal tes. Agar
pembimbing dapat berlangsung secara efektif. Dituliskan sekaligus unsur-unsur
item bagi sel yang bersangkutan, misalnya sebagai berikut :
Aspek yang
Diukur
Pokok
Materi
Ingatan
(I)
Pema-
Haman
(P)
Apli-
Kasi
(A)
Jumlah
Bab 1
(25%)
(6)
1,2,6,7,
8,10
(3)
3,4,9
(1)
5 10
Bab 2
(40%)
(3)
11,18,22
(8 )
12,13,14,15
19,20,23,24
(5)
16,17,21
25,26
16
Bab 3
(35%)
(3)
27,32,26
(3)
28,33,37
(8)
29,30,31,34
35,38,39,40
14
Jumlah (100%) 12 14 14 40
Dengan dicantumkannya nomor-nomor item tersebut pembimbing dapat
menelusuri sesuatu rumusan item kembali pada kisi-kisi. Misalnya untuk item
nomor 16 menurut kehendak penulisan soal, item tersebut mengukur aplikasi.
Oleh pembimbing ditelaah rumusan kalimat dan isinya. Sangat mungkin
ternyata item tersebut hanya mengungkap ingatan saja. Memang demikianlah
menurut pengalaman penulis buku ini dalam memberikan bimbingan kepada
para guru maupun mahasiswa. Paling mudah adalah membuat item yang
mengukur aspek ingatan.
Pada waktu ini ada kecendrungan di dalam dunia pendidikan tidak
menggunakan pendendekatan aspek-aspek ini lagi tetapi “indikator”

kecendrungan baru tersebut tidak berarti menyalahkan yang lama. Tetapi
menyempurnakannya. Pendekatan dengan “indikator” tidak jauh berbeda dengan
pendekatan “aspek”. Dalam kesempatan lain akan dimasukkan juga kedalam
buku ini.
3. Tindak Lanjut Sesudah Penyusunan Tabel Spesifikasi
Dua langkah lagi sebagai tindak lanjut sesudah menyusun tabel spesifikasi
untuk memperoleh seperangkat soal tes. Dua langkah tersebut adalah:
menentukan bentuk soal dan menulis soal-soal tes.
a. Menentukan bentuk soal
Dalam pengalaman yang diperoleh sehari-hari dapat diketahui adanya
bermacam-macam bentuk soal tes. Dengan kebaikan dan keburukan masing-
masing. Dengan ketergantungan tentang bagai mana cara mengatasi keburukan
atau kekurangan tiap bentuk, maka kita dapat mengambil berbagai bentuk.
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk soal yaitu :
a.Waktu yang tersedia,
b. Sifat meteri yang dites.
Sebagai pertimbangan dalam menentukan bentuk soal sehubungan dengan waktu
yang tersedia adalah bahwa soal bentuk betul-salah membutuhkan waktu yang
lebih singkat daripada isian atau pilihan ganda. Bentuk menjodohkan adalah
bentuk yang memerlukan waktu banyak untuk menyelesaikan. Yang perlu
mendapat perhatian adalah soal bentuk uraian. Soal bentuk ini paling banyak
memakan waktu dibandingkan dengan pernyataan”mengapa”.
Sifat materi, sangat menentukan bentuk soal tes pula. Adakalanya sebuah pokok
materi tidak dapat diukur dengan soal bentuk pilihan ganda karena sukar dicarikan
alternatif yang hampir sama.
Materi yang berisikan fakta-fakta, lebih mudah dibuatkan alat pengukur bentuk
isian singkat. Materi-materi yang dapat diukur dengan soal bentuk pilihan ganda,
apabila digabungkan dapat diukur dengan soal bentuk menjodohkan.
Perlu diingat lagi keuntungan dan kerugian dalam menggunakan soal bentuk
objektif dan bentuk uraian, untuk menentukan bentuk soal ini.
Sebelum kita menentukan bentuk soal tes, terlebih dahulu kita harus sudah
mengetahui beberapa lama lokasi waktu nyang tersedia untuk mengerjakan tes.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan alokasi waktu tes adalah:

1) Untuk tes formatif dari bahan diselesaikan dalam waktu 4-5 kali pertemuan
(@ 45 menit) kira-kira memerlukan 15-20 menit, sedangkan untuk
mempelajaran yang berlangsung selama 1 jam pelajaran memerlukan waktu
kira-kira 5-10 menit.
2) Waktu yang digunakan untuk menyelesaiakn soal bentuk objektif pilihan
ganda kira-kira ½-1 menit untuk setiap butir tes (untuk pilihan ganda
sederhana benar-salah barangkali dapat lebih singkat).
3) Waktu yang diperlukan untuk menyelesaiakn soal bentuk uraian tergantung
dari berapa lama siswa harus berpikir dan menuliskan jawaban.
Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi aspek berpikir adalah sebagai
berikut:
1) Mendaftar fakta-fakta, istilah, definisi yang terdapat dalam seluruh materi
yang diajarkan. Kita ketahui bahwa fakta dan sebagainya ini berhubungan
dengan aspek ingatan.
2) Mendaftar setiap konsep (pengertian) yang tercakup dalam seluruh materi.
Konsep ini diukur penguasaannya berdasarkan aspek pemahamansiswa.
3) Mencari hubungan antara dua atau beberapa konsep yang ada. Hubungan
konsep ini berhubungan dengan aspek pemahaman tetapi dapat juga aplikasi.
4) Mempertentangkan konsep-konsep, menggeneralisasikan dan menghubungkan
konsep dengan masalah kehidupan sehari-hari. Hal ini berhubunagn dengan
aspek aplikasi.
5) Memilih hubungan antara beberapa konsep dalam penerapan kedalam
permasalahan yang lebih luas. Kasus permasalahan yang luas dapat diangkat
sebagai pokok untuk menyusun soal bentuk analisis, sintesis, atau evaluasi.
Yang baru saja diterangkan adalah bentuk-bentuk soal ditinjau dari aspek yang
diukur.
Untuk mementukan bentuk soal ditinjau dari segi konstruksi soal. Yaitu bentuk
objektif dan uraian, maka dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Memilih fakta-fakta tunggal seperti: tahun, nama, atau istilah. Hal-hal seperti
ini merupakan bagian yang paling tepat untuk dijadikan butir soal benar-salah
(B-S) ataupun isian singkat.
2) Hubungan konsep-konsep yang berupa klasifikasi dan diferensiasi ditentukan
untuk membuat soal bentuk pilihan ganda (multiple choice). Definisi atau
hubungan sebab-akibat, merupakan bahan yang dapat diuji dengan bentuk

benar-salah, pilihan ganda ataupun hubungan antarhal (dua pernyataan yang
dihubungkan dengan kata”sebab”).
3) Memilih konsep-konsep yang agak kompleks sifatnya, untuk dijadikan soal
bentuk uraian .
Dengan pertimbangan butir soal ditinjau dari aspek yang diukur dan dibentuknya,
kita akan tahu bahwa antara keduanya terdapat perkaiatn. Bentuk “Hubungan
Antarhal” tidak tepat digunakan untuk mengukur aspek ingatan, tetapi aspek
pemahaman ke atas.
b. Menulis soal-soal tes
Langakah terakhir dari penyusunan tes adalah menuliskan soal-soal tes (item
writing). Walaupun tampaknya tinggal satu langkah, akan tetapi langkah ini
merupakan langkah penting karena kegagalan dalam hal ini dapat berakibat fatal.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
(a) Bahasnya harus sederhana dan mudah dipahami. Perlu diingat sekali lagi
bahwa kesalahan dalam memilih kalimat dapat berakibat tidak validnya
sebuah tes. Untuk mengukur pencapaian atau prestasi belajar, faktor bahasa
tidak boleh menjadikan hambatan penyelesaian soal.
(b) Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda atau membingungkan.
(c) Cara memenggal kalimat atau meletakkan/menata kata-kata perlu diperhatikan
agar tidak ditafsirkna salah. Dalam matematika misalnya, penulisan pangkat
maupun indeks harus diusahakan pada tempat yang semestinya.
(d) Petunjuk mengerjakan.
Walaupun kadang-kadang siswa sudah biasa melihat bentuk-bentuk soal yang
dijumpai, namun petunjuk mengerjakan tiap kelompok soal merupakan hal
yang penting dan tidak boleh diabaikan. Petunjuk ini harus dituliskan
sedemikian rupa sehingga jelas, dan siswa tidak bekerja menyimpang dari
yang dikehendaki oleh guru.
Catatan :
Untuk memperoleh sebuah tes yang terstandar, harus dilakukan uji coba (try out)
berkali-kali sehingga diperoleh soal-soal yang baik. Dengan mengadakan uji coba
terhadap soal-soal tes yang sudah disusun, paling tidak dapat ditarik manfaat-manfaat
sebagai berikut :
(1) Pengalaman menggunkan tes tersebut.

(2) Mengetahui kesukaran bahasa.
(3) Mengetahui variasi jawaban siswa.
(4) Mengetahui waktu yang dibutuhkan.
(5) Dan lain-lain kesulitan.
Uji coba yang sesungguhnya dilakukan oleh para penyusun tes terstandar
sehingga tes tersebut sudah diketahui dengan pasti. Hal ini tidak berarti bahwa guru
tidak dimungkinkan melaksanakan uji coba. Sebetulnya kondisi tes yang menyangkut
dengan keadaan siswa dan suasana kelas, sudah dikenal oleh guru, terutama oleh guru
yang mengajar suatu tingkat kelas berturut-turut beberapa tahun. Masukan siswa yang
dihadapi sudah dikenal. Rata-rata kepandaian anak sudah dapat diperkirakan oleh
sebelumnya.
Guru yang baik selalu akan meningkatkan mutu tes yang digunakan oleh karena
menyusun tes itu sukar maka mereka disarankan untuk mengumpulkan soal-soal
tesnya, dan disertai dengan catatan –catatan mengenai butir-butir mana yang terlalu
mudah, terlalu sukar, atau membingungkan. Dengan cara demikian maka
keterampilan guru dalam menyusun tes akan meningkat, dan akan diperoleh
sekelompok tes yang mutunya buka lagi yang paling bawah.
Tes merupakan suatu alat untuk mengukur sesuatu. Alat ukur tersebut dengan
sendirinya harus sedemikian keadaannya sehingga memberikan gambaran hasil
seperti yang diharapkan.
Evaluasi selalu harus sejalan dengan materi yang diajarkan. Disekolah dasar
banyak hal-hal yang bersifat hafalan yang diajarkan. Disekolah lanjutan tingkat
pertama, lebih banyak pemahaman daripada hafalannya. Disekolah lanjutan tingkat
atas beralih kehal-hal yang bersifat anlitik-sintetik dan problematik. Ini semua
berakibat pada aspek-aspek evaluasinya, yaitu bahwa makin ketingkat atas
pendidikannya, aspek yang diukur mengarah ke kognitif tingkat tinggi.
Berhubungan setiap bidang studi memiliki sifat dan karakteristik sendiri-sendiri
maka presentase yang menggambarkan aspek tidak diungkap tidak mungkin
diseragamkan. Berikut ini disajikan satu tabel yang menggambarkan alokasi persen
setiap aspek untuk berbagai bidang studi. Contoh ini diambil dari Pedoman
Penyusunan Tes Sumatif di Proyak Perintis Sekolah Pembangunan, yang mungkin
saja dapat dijadikan pedoman dalam menyusun tes sejenis.
KOMPOSISI ASPEK YANG DIUNGKAP

DALAM MENYUSUN TES SUMATIF
UNTUK TIAP BIDANG STUDI
(dalam 100%)
Aspek yang diungkapkan
Bidang studi / Tingkat
Ingatan (1%)
Pemahaman(%)
Aplikasi (%)
Jumlah (100%)
MatematikaSD 50 30 20 100
SMP 40 30 30 100SMA 40 30 30 100
IPA SD 60 30 10 100SMP 50 35 15 100SMA 40 40 20 100
PENDIDIKAN MORAL PANCASILA
SD 60 25 15 100SMP 50 35 20 100SMA 40 35 25 100
IPSSD 65 25 10 100
SMP 55 30 15 100SMA 45 35 20 100
BAHASA INGGRIS
SD - - - -SMP 25 50 25 100SMA 25 50 25 100
BAHASA INDONESIA
SD 40 35 25 100SMP 25 40 35 100SMA 20 50 30 100
*) Untuk Bahasa Inggris:
a. Catatan,yang dimaksud dengan “ ingatan” adalah vacabulary indiomatic expression
b. pemahaman adalah structure dan comprehension.
c. kemampuan menjawab pertanyaan dalam bentuk essay dan kemampuan translation.
Evaluasi Bab 12
1. Untuk memperoleh dua tes yang paralel, apakah yang harus sama?
- Materi yang dicakup.
- Tabel Spesifikasi.
- Bentuk soal.
- Taraf kesukaran soal.
- Kunci jawaban
- Pedoman penilaian
Jelaskan jawaban saudara!
2. Seorang penilai akan menyusun tes untuk 3 bab dari materi yang sudah diajarkan.

- Bab 1 : berbobot dua kali bab 2.
Aspek yang diukur, seperlima hafalan, seperlima pengertian, dan tiga
perlima aplikasi.
- Bab 2 : berbobot setengah dari bab 3.
Aspek yang diukur hanya pengertian dan aplikasi dengan bobot
yang sama
- Bab 3 : berbobot dua kali bab 2.
Aspek yang diukur hanya ingatan dan aplikasi dengan imbangan 1:3
Bantulah untuk menyusun tabel spesifikasinya !
3. kepada siapa penyusun tes harus bertanya agar diketahui bahwa bahasanya cukup
mudah dipahami?