ta’arudh adillah dan solusinya oleh : mhd. fikri maulana...

25
1 Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana Nasution Pascasarjana Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang Uinpmh.fikrimedan@gmail.com Abstrak Ta’arudh Adillah menjadi topik yang hangat, Ta’arudh Adillah merupakan pertentangan antara dua dalil hukum - Islam. Dalil-dalil yang saling bertentangan padahal sumber atau asal dari dalil-dalil itu adalah pembuat syariat yakni Allah dan Rasulnya, sehingga untuk memetakan pertentangan-pertentangan ada beberapa cara yang telah dikenal untuk menyelesaikan Ta‟arudh al- adillah seperti Nasakh, Tarjih ataupun Jam‟ wa Taufiq. A. Latar Belakang Ta‟arudh al-adillah adalah sebuah konsep usul fikih yang menggambarkan adanya beberapa dalil syariah yang merujuk kepada satu masalah yang sama dengan ketentuan hukum yang berbeda bahkan berlawanan. Dengan istilah lain frasa tersebut dapat diungkapkan dengan istilah konflik dalil atau pertentangan dalil. 1 Mengetahui adanya ta‟arudh al-adillah merupakan salah satu cara untuk memahami hukum Islam dan mengeluarkan hukum dari sumber aslinya, dalam usul 1 Syamsul Anwar, “Ta‟ârud Al-Adillah dan Tanâwu‟ dalam Ibadah: Tinjauan Tentang Bacaan Basmalah dalam Salat”, jurnal asy-Syir‟ah, Ilmu Syari‟ah dan Hukum, Vol. 47, No. 2, Desember 2013, hlm. 417.

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

1

Ta’arudh Adillah dan Solusinya

Oleh : Mhd. Fikri Maulana Nasution

Pascasarjana Ilmu Falak UIN Walisongo Semarang

[email protected]

Abstrak

Ta’arudh Adillah menjadi topik yang hangat, Ta’arudh

Adillah merupakan pertentangan antara dua dalil hukum -

Islam. Dalil-dalil yang saling bertentangan padahal

sumber atau asal dari dalil-dalil itu adalah pembuat

syariat yakni Allah dan Rasulnya, sehingga untuk

memetakan pertentangan-pertentangan ada beberapa cara

yang telah dikenal untuk menyelesaikan Ta‟arudh al-

adillah seperti Nasakh, Tarjih ataupun Jam‟ wa Taufiq.

A. Latar Belakang

Ta‟arudh al-adillah adalah sebuah konsep usul

fikih yang menggambarkan adanya beberapa dalil syariah

yang merujuk kepada satu masalah yang sama dengan

ketentuan hukum yang berbeda bahkan berlawanan.

Dengan istilah lain frasa tersebut dapat diungkapkan

dengan istilah konflik dalil atau pertentangan dalil.1

Mengetahui adanya ta‟arudh al-adillah merupakan

salah satu cara untuk memahami hukum Islam dan

mengeluarkan hukum dari sumber aslinya, dalam usul

1Syamsul Anwar, “Ta‟ârud Al-Adillah dan Tanâwu‟ dalam Ibadah:

Tinjauan Tentang Bacaan Basmalah dalam Salat”, jurnal asy-Syir‟ah, Ilmu

Syari‟ah dan Hukum, Vol. 47, No. 2, Desember 2013, hlm. 417.

Page 2: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

2

fikih dikenal istilah turuq al-istinbath (metode

menetapkan hukum). Penerapan turuq al-istinbath ini,

para fuqaha dapat memahami maksud, tujuan dan cara

pelaksanaan suatu hukum. Memahami ta‟arudh al-adillah,

fuqaha dapat menetapkan hukum, melaksanakan hukum

dan menyelesaikan hukum pada suatu permasalahan.

Menemukan hukum dari sumbernya sangat penting,

karena realitas permasalahan kehidupan manusia

mengalami perkembangan dari masa ke masa, begitu pula

pada era modern ini banyak permasalahan yang muncul

membutuhkan penyelesaian dari aspek hukum Islam.

B. Pengertian Ta’arudh al-Adillah

Pertentangan atau kontradiksi dalam bahasa Arab

disebut dengan ta‟arudh, yang artinya ketidakpaduan satu

dengan yang lainnya, atau ketidakcocokan satu dengan

yang lainnya.

Wahbah az-Zuhaili, secara etimologi berarti salah

satu dari dua dalil menghendaki hukum yang berbeda dari

hukum yang dikehendaki dalil lain.

Asy-Syaukani dalam karya monumentalnya Irsyad

al-Fuhul menjelaskan berarti salah satu dari dua dalil

menunjukkan pada hukum suatu peristiwa tertentu,

sedangkan dalil yang lain menunjukkan hukum yang

berbeda dengan itu.

Page 3: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

3

Al-Khudlari Bik menjelaskan, ta‟arudh ialah bila

maksud suatu dalil bertentangan dengan maksud dalil

lain.2

Menurut Abdul Wahab Khallaf yang perlu

diperhatikan dalam memahami ta‟arud al-adillah, yaitu

bahwasannya tidak terdapat kontradiksi yang sebenarnya

antara dua ayat atau antara dua hadis yang sahih atau

antara ayat dan hadits sahih. Jika kelihatannya ada

kontradiksi maka itu hanya lahirnya saja sesuai dengan

apa yang tampak pada akal, bukan kontradiksi yang

sebenarnya. Alasannya, karena Allah tidak mengeluarkan

dua hukum yang bertentangan untuk satu peristiwa dalam

satu waktu.3Tetapi jika kontradiksi itu terjadi pada qiyas

maka hal ini merupakan kontradiksi yang sebenarnya, oleh

karena itu boleh jadi salah satu dari dua qiyas itu ada

kesalahan.

Sebagaimana asy-Syatibi memandang bahwa pada

hakikatnya ta‟arudh al-adillah tidak mungkin terjadi,

karena dasar syari‟ah adalah wahyu Allah. Adanya hal itu

hanya dari segi pandang mujtahid, manakala dua dalil

tidak mungkin dikompromikan. Dengan demikian, adanya

2Ahmad Atabik, “Kontradiksi Antar Dalil dan Cara

Penyelesaiannya Prespektif Ushuliyyin”, jurnal Yudisia, Pemikiran Hukum

dan Hukum Islam, Vol. 6, No. 2, Desember 2015, hlm. 258. 3 Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Mesir: Maktabah al-

Dakwah al-Islamiyah, tt),hlm. 320.

Page 4: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

4

realitas pemahaman mengenai kontradiksi dalil ini

tampaknya merupakan problem kemampuan seorang

mujtahid atau ahli hukum Islam dalam memadukan dalil,

baik dari konsep sejarah maupun maknanya. Dalam

konteks inilah ta‟arudh al-adillah dipahami, yakni

masing-masing dari dua dalil atau lebih yang

menghendaki adanya suatu hukum yang berbeda, dan

dalil-dalil tersebut sederajat.4

Seperti ulama lainnya, as-Syatibi berpendapat

bahwa inti ta‟arudh ini berkisar pada dua petunjuk yang

berbeda, satu menafikan dan yang lain menetapkan.

Seperti memandang keserupaan yang berlaku pada suatu

kasus, umpamanya dalam kasus hamba yang dapat dilihat

dari sudut manusianya (adami) atau dianggap harta (mal).

Contoh lain, pertentangan sebab-sebab, seperti

mencampur adukan mayat dengan binatang yang

disembelih atau mencampuradukan istri dengan

perempuan ajnabiyah, karena masing-masingnya ada

kemungkinan sebab adanya yang dihalalkan dan

diharamkan. Contoh lain, pertentangan syarat, seperti

pertentangan dua penjelasan, ketika kita mengatakan

bahwa syahadah adalah syarat bebasnya hukuman, maka

4 Duski Ibrahim, Metode Penetapan Hukum Islam: Membongkar

Konsep al-Istiqra‟ al-Ma‟nawi asy-Syatibi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2013), hlm. 151-152.

Page 5: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

5

salah satu keduanya menurut penetapan dan yang lain

menuntut penundaannya.5 Jadi, dalam kenyataannya

kontradiksi dalil yang terjadi tidak terlepas dari tiga

kemungkinan, yaitu: pertentangan dari segi lahiriyahnya

semata, kesulitan mengkompromikan dua dalil yang

nampak bertentangan, atau kesalahan anggapan terhadap

satu dalil yang sebetulnya bukan dalil.6

C. Jenis-jenis Ta’arudh al-Adillah

Dalam ta‟arudh al-adillah ada empat jenis, yaitu:7

a. Ta’arudh antara al-Qur’an dengan al-Qur’an.

Sebagaimana firman Allah:

ٱنبغبل م ٱنخ خهق يب ل حؼه صت ش نخشكبب ٱنح

Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal, dan keledai,

untuk kamu tunggangi dan (menjadi) perhiasan. Allah

menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.(QS.

An-Nahl (16): 8).

Ayat di atas, dapat diambil sebuah pengertian bahwa kuda,

baghal, dan keledai hanya diperuntukkan untuk kendaraan

saja, sedang ayat berikut bermakna berbeda.

5Ibid., hlm. 153. 6 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih, alih bahasa Saefullah

Ma‟shum, dkk, cet. ke-18, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016), hlm. 501. 7Totok Jumantoro, Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Ushul Fikih,

(Jakarta: Amzah, 2005), hlm. 313-314.

Page 6: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

6

ب حأكه ي ب ؼبو نخشكبا ي انهز جؼم نكى الأ الله

Allahlah yang menjadikan binatang ternak untuk kamu,

sebagiannya untuk kamu kendarai dan sebagiannya untuk

kamu makan. (QS. Al-Mu‟min (40): 79).

b. Ta’arudh antara Sunnah dan Sunnah

ػ ػبئشت ه صهه الل ػه ه انهب ب اه الل ػ او سلايت سض

و )يخفق ػه( ص بع ثىه غخسم ج صبح جبب ي سههى كب

Dari Aisyah dan Ummi Salamah ra. bahwa Nabi ketika

masuk waktu subuh dalam keadaan junub karena

melakukan jima‟ kemudian mandi dan menjalankan

puasa.

Hadis ini bertentangan dengan hadis lain yang berbunyi:

ي و احذكى جبب فلا ص بح لاة انص نهصه د ارا

Bila telah dipanggil untuk salat Subuh, sedang salah satu

di antaramu dalam keadaan junub maka jangan puasa di

hari itu.

c. Ta’arudh antara Sunnah dengan Qiyas

Ta‟arudh antara sunnah dengan qiyas, dapat dilihat dalam

contoh tentang ukuran hewan untuk aqiqah berdasarkan

sunnah, satu kambing untuk putri dan dua kambing untuk

putra, berdasar hadis:

انجبست شبة ػ يكبفئخب انغلاو شبحب قت حق ػ انؼق

Page 7: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

7

Aqiqah itu sesuatu yang mesti dikerjakan untuk anak laki-

laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor

kambing. (HR. Asma binti Yazid)

Bagi yang berpegang pada qiyas maka untuk aqiqah ini

boleh hewan yang lebih besar, unta lebih dari sapi dan

sapi lebih dari kambing, ini hampir pendapat sebagian

besar fuqaha. Sedang yang berpegang pada bunyi hadis di

atas adalah Imam Malik, bahwa aqiqah itu dilakukan

dengan menyembelih kambing.

d. Ta’arudh antara qiyas dengan qiyas

Contohnya adalah peng-qiyas-an masalah perkawinan

Nabi Muhammad saw. terhadap Siti Aisyah, sebagaimana

diriwayatkan Bukhari Muslim:

سههى نسج ل الل صهه الل ػه سس ج ه ػبئشت قبنج: حض ػ

)سا يسهى ػ ػبئشت( ج حسغ س أب ب ب ب س

Dari Aisyah beliau berkata: Rasulullah mengawini saya

ketika saya berumur enam tahun dan mengumpuliku

ketika saya sebagai gadis yang telah berumur sembilan

tahun. (HR. Muslim dari Aisyah)

Berdasarkan hadis di atas, dapat diambil sebuah hukum

kebolehan mengawinkan orang tua terhadap anaknya

yang belum dewasa tanpa izin yang bersangkutan yang

masih di bawah umur, demikian pendapat Hanafiyah.

Page 8: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

8

Sedangkan ulama Syafi‟iyah menganggap karena

kegadisannya.

D. Cara Menyelesaikan Ta’arudh al-Adillah

Manakala seorang ahli hukum Islam menemukan

dalil-dalil yang bertentangan, maka secara umum

ditemukan dua metode penyelesaian. Pertama, metode

Hanafiyah, yaitu:

(1) Menerapkan teori nasakh, yakni membatalkan

hukum yang datang lebih dahulu dengan dalil yang datang

kemudian, setelah melalui usaha penelitian eksistensi dalil

dari sudut kesejarahan.

(2) Menerapkan teori tarjih, yaitu berusaha

menguatkan salah satu dari dalil-dalil yang bertentangan

tersebut berdasarkan petunjuk-petunjuk yang

mendukungnya, dengan memperhatikan segi petunjuk

kandungan nash dan segi keadilan para periwayat.

(3) Mengumpulkan dan mengompromikan dua dalil

yang tampaknya bertentangan berdasarkan prinsip

pengamalan dua dalil lebih utama dan pengabaiannya.

Page 9: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

9

(4) Tasaqut ad-Dalilain, yaitu menggugurkan dua

dalil yang tampak bertentangan dan mencari dalil lain

sekalipun derajatnya lebih rendah. Kedua,

Metode Syafi‟iyah dalam menyelesaikan ta‟arudh al-

adillah , yaitu:

(1) Al-jam‟u wa at-taufiq (mengumpulkan dan

mengompromikan),

(2) Menetapkan teori nasakh (pembatalan hukum),

(3) Tarjih, yaitu menguatkan salah satu dalil atas

yang lain,

(4) Takhyir, memilih salah satu dalil yang

bertentangan,

(5) Tawaqquf, yaitu meninggalkan dua dalil yang

bertentangan dan mencari dari dalil yang lain.8

Menurut Abu Zahrah jika secara lahiriah terdapat dua

nash yang bertentangan, maka wajib mengadakan

penelitian dan ijtihad untuk mengumpulkan dan

mengkompromikan kedua nash tersebut dengan cara yang

benar disebut dengan istilah انجغ انخفق. Di antara

8 Ibid., hlm. 152.

Page 10: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

10

metode al-jam‟u wa al-taufiq ialah pertama jika ada dua

nash yang satu bersifat khas dan yang satu lagi bersifat

„am, maka yang khas dapat mentakhsis yang „am. Kedua

dengan cara men-ta‟wil salah satu kedua nash ini. Jika

tidak mungkin dengan dua cara di atas, maka perlu

dilakukan ijtihad dengan cara memenangkan di antara

salah satu dua dalil atau yang disebut dengan tarjih. Jika

cara tarjih ini pun tidak mungkin sedangkan diketahui

sejarah datangnya dua nash itu, maka yang datang

kemudian adalah sebagai penghapus (nasikh) terhadap

dalil yang datang lebih dahulu. Jika cara terakhir ini pun

tidak mungkin maka harus ditangguhkan pengalaman dua

nash tersebut.9

Hal penting yang harus diketahui tentang ta‟arud al-

adillah yaitu bahwa kontradiksi dua dalil syara‟ tidak

mungkin terjadi kecuali apabila kedua dalil itu sama-sama

kuatnya. Apabila salah satu dari dua dalil itu ada yang

lebih kuat maka yang diamalkan adalah dalil yang lebih

kuat. Dengan demikian, maka tidak akan terjadi

kontradiksi antara dalil qaț‟i dengan dalil yang zānni,

antara naș dengan ijma‟ atau qiyas, maupun antara ijma‟

dengan qiyas. Kontradiksi hanya dapat terjadi antara dua

9Ibid.

Page 11: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

11

ayat, atau dua hadis yang mutawatir atau antara dua

qiyas.10

Bahwa antara akal dan wahyu terdapat ruang

yang dapat dikompromikan. Kebebasan berpikir sebagai

kinerja akal namun harus dibatasi dengan tanggung jawab

dan moral. 11

1. Solusi Penyelesaian Ta’arudh12

Menurut Hanafiyah, ta‟arudh mungkin terjadi

diantara dalil-dalil syar‟i ataupun diantara dalil-

dalil lain yang tidak syar‟i. Jika yang terjadi

adalah ta‟arudh diantara dua dalil syar‟i, maka

seorang mujtahid harus menempuh empat

langkah berikut secara berurutan:

a. Nasakh

Disini seorang mujtahid dituntut untuk

mencari sejarah dari dua dalil syar‟i tersebut.

Apabila dapat diketahui secara pasti mana

dalil yang lebih dulu datang dan mana yang

terakhir datang, maka dilakukan voting

bahwa dalil yang datang belakangan itu

menasakh dalil yang datang lebih dulu.

10Ibid., hlm. 232. 11 Mahsun Mahfudz, Kebebasan Berpikir dan Etika (Mengintip

Ruang Bertemu dan Ruang Berpisah), Jurnal Hermenia 6 (2007). 12Ahmad Atabik, “Kontradiksi Antar Dalil dan Cara

Penyelesaiannya Prespektif Ushuliyyin”, jurnal Yudisia, Pemikiran Hukum

dan Hukum Islam, Vol. 6, No. 2, Desember 2015, hlm. 262-264.

Page 12: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

12

Namun apabila dua dalil yang dimaksud itu

sama kuatnya, misalnya ada pertentangan

antara dua ayat yang memungkinkan untuk

menasakh satu sama lainnya, atau terjadi

ta‟arudh antara ayat dengan sunnah

mutawatir ataupun sunnah masyhur, atau

terjadi ta‟arudh diantara dua khabar yang

statusnya ahad.

Contoh terjadinya pertentangan antara ayat

dengan ayat adalah ayat tentang iddah wafat

dengan ayat tentang iddah hamil. Ayat

tentang iddah wafat berbunyi: “Orang-orang

yang meninggal dunia di antaramu dengan

meninggalkan istri-istri (hendaklah para istri

itu) menangguhkan dirinya (ber`iddah)

empat bulan sepuluh hari.” (QS. Al-Baqarah:

234).

Ayat ini berdasarkan keumumannya

menghendaki bahwa setiap orang yang

meninggal dunia dan meninggalkan istri,

maka iddah istrinya berakhir dalam empat

bulan sepuluh hari, baik wanita itu dalam

keadaan hamil atau tidak.

Page 13: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

13

Sedangkan ayat tentang iddah hamil

berbunyi: “Dan perempuan-perempuan yang

hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai

mereka melahirkan kandungannya.” (QS.

Ath-Thalaq: 4).

Nash ini sesuai dengan keumumannya

menunjukkan bahwa setiap wanita yang

hamil, iddahnya adalah sampai dengan

melahirkan, baik beriddah karena ditinggal

mati suaminya, atau karena dicerai. Secara

zhahir terjadi pertentangan diantara kedua

ayat di atas. Wanita yang ditinggal mati oleh

suaminya dalam keadaan hamil, merupakan

suatu kasus dimana nash yang pertama

menghendaki bahwa iddahnya berakhir

dengan masa tunggu empat bulan sepuluh

hari, sedangkan nash yang kedua

menghendaki iddahnya berakhir dengan

melahirkan kandungannya.

Ibnu Mas‟ud meriwayatkan, bahwa status

ayat yang kedua turun belakangan dibanding

ayat yang pertama. Sehingga ayat yang

kedua statusnya menasakh ayat yang pertama

dalam hal penentuan waktu iddahyang

Page 14: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

14

nampak bertentangan. Yaitu wanita hamil

yang ditinggal mati suaminya. Dengan

demikian iddah wanita hamil yang ditinggal

mati suaminya adalah dengan melahirkan.

Begitulah pendapat mayoritas ulama.

b. Tarjih

Al-Barzanji menjelaskan disaat mujtahid

tidak mengetahui sejarah dari dua dalil yang

saling kontradiktif, maka selanjutnya

dilakukan pentarjihan jika memungkinkan,

dengan beberapa metode tarjih yang akan

saya jelaskan pada pembahasan berikutnya.

Seperti mentarjihkan dalil yang muhakkam

dan mengakhirkan dalil yang mufassar.

Mentarjihkan ibarat dan mengakhirkan

isyarat. Mentarjihkan dalil yang

bersifatmengharamkan daripada yang

menghalalkan. Mentarjihkan salah satu

khabar ahad dengan menilai kedhabitan,

keadilan, atau kefakihan perawinya, dan lain

sebagainya.

Kalangan Hanafiyah lebih mendahulukan

metode tarjih daripada al-jam‟u (kompromi).

Karena mendahulukan yang rajih (kuat) dan

Page 15: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

15

mengalahkan yang marjuh (lemah) adalah

logis. Sebagaimana yang dilakukan Abu

Hanifah. Ia lebih mendahulukan hadits yang

berbunyi: “Bersucilah kalian dari air

kencing,” daripada hadits yang menjelaskan

tentang penduduk „Urainah yang meminum

air kencing unta.

Abu Hanifah lebih mengamalkan hadits

“Bersucilah kalian dari air kencing,” karena

hadits ini jelas ada petunjuk pengharaman

(yaitu perintah untuk bersuci dari air

kencing), meskipun sebenarnya kalimat “air

kencing” itu sendiri masih bersifat umum

dan bisa dimaknai dengan kencingnya

binatang yang tidak dapat dimakan

dagingnya, atau air kencing yang dalam

kondisi tidak dijadikan obat. Abu Hanifah

berdalih bahwa menolak kemudharatan itu

lebih diprioritaskan daripada menarik

kemaslahatan.

c. Al-jam’u wa at-taufiq (metode kompromi)

Apabila kesulitan untuk dilakukan

pentarjihan, maka seorang mujtahid beralih

ke metode berikutnya, yaitu metode

Page 16: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

16

kompromi diantara dua dalil. Sebab

mengamalkan dua dalil yang berbenturan itu

lebih baik daripada meninggalkan keduanya.

Sedangkan cara-cara kompromi sebagaimana

disebutkan dalam kitab Musallam ats-tsubut

dan lainnya adalah dengan mengamati

karakter dua dalil yang ada. Misalnya kedua

dalil tersebut samasama bersifat umum,

maka dilakukan kompromi dengan cara

diversifikasi. Jika kedua dalil tersebut sama-

sama mutlak, maka dilakukan kompromi

dengan cara limitasi. Jika sama-sama khusus,

maka dilakukan kompromi dengan cara

pembagian. Jika kedua dalil ada yang umum

dan ada yang khusus, maka dilakukan

kompromi dengan cara menspesifikasi dalil

yang umum.

E. Penyelesaian Ta’arudh al-Adillah dalam Konsep

Maqasid sebagai Solusi Konstruktif menurut

Yasser Audah13

Pada umumnya naskh merupakan produk

pemahaman manusia ketimbang produk wahyu. Yasser

13Jaser „Audah, al-Maqasid untuk Pemula, (Yogyakarta: Suka-Press

UIN Sunan Kalijaga, 2013), hlm. 66-69.

Page 17: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

17

Auda dalam bukunya al-Maqasid untuk Pemula

memberikan contoh mengenai keterbatasan metode naskh.

Pada surat at-Taubah ayat 5, yang kemudian dinamakan

Ayah al-Sayf (Ayat Pedang), Allah berfiman:

ى جذح ث ح ششك فئرا ٱسهخ ٱلأشش ٱنحشو فٲقخها ٱن

خزى أقبيا ٱقؼذا نى كمه يشصذ فئ حببا ٱحصشى

حى غفس سه ه ٱلله ة فخها سبهى إ ك ا ٱنضه ءاح ة ه ٱنصه

“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka

bunuhlah orang-orang musyrikin di mana saja kamu

jumpai mereka, dan tangkaplah mereka.Kepunglah

mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka

bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat,

maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha

Penyayang.”

Konteks sejarah dari ayat tersebut adalah konteks

perang antara kaum Muslimin dan kaum Musyrikin

Makkah pada tahun ke-9 H. Konteks tematik surah ke-9

adalah konteks dari perang yang sama.

Akan tetapi, ayat tersebut telah dicabut dari konteks

tematik dan konsep sejarahnya, dan diklaim sebagai

penentu hukum hubungan antarkaum Muslimin dan non-

Muslim di setiap tempat, waktu dan situasi. Sehingga

Page 18: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

18

muncullah anggapan bahwa ayat tersebut berkontradiksi

dengan lebih dari 200 ayat al-Qur‟an yang lain, yang

semuanya mengajak kepada dialog, kebebasan akan

kepercayaan, pemberian maaf, damai dan kesabaran.

Dalam sejarah fikih, konsiliasi antar dalil-dalil yang

tampak berbeda itu, sepertinya tidak menjadi pilihan.

Berdasarkan metode nasakh, mayoritas para penafsir

Qur‟an berkesimpulan bahwa dalam surat at-Taubah ayat

5 ini, yang diwahyukan menjelang wafatnya Nabi saw.,

telah menghapus setiap dan semua ayat-ayat lain, yang

diwahyukan lebih awal, yang tampak menyelisihinya.

Bersadarkan pemahaman nasakh, ayat-ayat seperti

yang berikut ini telah dianggap tiada:

غث كفش بٲنطه ف ٱنغ شذ ي ٱنش قذ حهبه ل إكشا ف ٱنذ

ٱلله ل ٱفصبو نب ثق ة ٱن سك بٲنؼش فقذ ٱسخ بٲلله ؤي غ س

ػهى

“Tidak ada paksaan dalam urusan agama.

Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan

yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada

Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya

ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang

tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256)

Page 19: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

19

ٱنكهى ػ ف ست حش جؼهب قهبى ق ى قى نؼه ث ى ي ب قض فب

ب ه سا حظب ي اضؼۦ خبئت يه ل حضال حطههغ ػه شا بۦ رك

حس حب ٱن ه ٱلله ٱصفح إ ى ى فٲػف ػ ى إله قهلا ي ي

“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami

kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras

membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari

tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan

sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan

dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan

melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara

mereka (yang tidak berkhianat. Maafkanlah mereka dan

biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-

orang yang berbuat baik” (QS. Al-Maidah: 13)

ب صف أػهى ب ئت ح ٱنسه أحس ٱدفغ بٲنهخ

“Balaslah perbuatan buruk dengan yang lebih baik.

Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan.”(QS.

Al-Mu‟minun: 96)

ل ق هك ٱنهز ل سخخفه حق ػذ ٱلله ه فٲصبش إ

“Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah

adalah benardan sekali-kali janganlah orang-orang yang

Page 20: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

20

tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu

menggelisahkan kamu.”(QS. Ar-Rum: 30)

ى ا ي ظه إله ٱنهز أحس ب إله بٲنهخ م ٱنكخ ا أ ذن ل حج

ا ءايهب بٲنه قن ح حذ كى إن ب إن كى أضل إن ب أضل إن ز

نۥ يسه

“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab,

melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan

orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah:

"Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang

diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu;

Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya

kepada-Nya berserah diri.” (QS. Al-Ankabut: 46)

د ن نكى دكى

“Katakanlah: Untukmu agamamu, dan untukkulah

agamaku” (QS. Al-Kafirun: 6)

Demikian pula, sejumlah besar hadits Nabi saw.

yang melegalkan terjadinya kesepakatan-kesepakatan

perdamaian dan hidup berdampingan antarbudaya, telah

ditiadakan, semuanya berdasarkan metode penghapusan

itu. Salah satu tradisi ke-Nabi-an yang dianggap telah

dihapus dan digantikan oleh Ayat Pedang tersebut Sahifah

al-Madinah (Deklarasi Madinah), di mana Nabi dan kaum

Page 21: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

21

Yahudi telah mencatat sebuah kesepakatan yang

mendefinisikan hubungan antara kaum Muslimin dan

kaum Yahudi yang hidup di Madinah. Deklarasi Madinah

itu menyebutkan bahwa: “Muslimin dan Yahudi adalah

satu ummah (bangsa), di mana Muslimin memiliki agama

mereka sendiri dan Yahudi memiliki agama mereka

sendiri pula.” Ulama klasik dan neo-tradisional

mengomentari Sahifah itu sebagai sesuatu yang telah

dihapus berdasarkan Ayat Pedang dan beberapa ayat yang

serupa dengannya.

Apabila kita memandang ayat-ayat dan hadits-hadits

di atas secara uni-dimensi (damai versus perang), maka

hal ini akan berimplikasi adanya kontradiksi, di mana

kebenaran mutlak harus berpihak kepada salah satu: damai

dan perang. Hasil dari pikiran uni-dimensional seperti ini

adalah sebuah pilihan yang kaku antara damai atau perang

pada semua tempat, waktu dan situasi. Kekakuan inilah

yang sulit dibayangkan keabsahannya, padahal kondisi

damai dan perang itu selaluberubah-ubah.

Dalam hal ini pula Yasser Audah beranggapan

bahwa terdapat hal lain yang menambah muskil nasakh

yaitu pembengkakan jumlah kasus penghapusan yang

diklaim oleh tabi‟in, di mana jumlah kasus itu justru

melebihi kasus yang dibicarakan para Sahabat sendiri.

Page 22: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

22

Setelah abad pertama, semakin banyak lagi kasus nasakh

yang diklaim oleh para ulama mazhab-mazhab, yang tidak

pernah diklaim oleh generasi tabi‟in. Sehingga pada

akhirnya, nasakh seakan-akan menjadi strategi untuk

mendiskreditkan opini lawan. Sebagai contoh, Abu al-

Hasan al-Karkhi pernah menulis: “Kaidah dasar adalah:

Setiap ayat Qur‟an yang berbeda dengan opini para ulama

mazhab kami, dianggap telah dicabut dari konteksnya atau

telah di-nasakh-kan.”

Dengan demikian, tidak jarang dalam literatur fikih

terdapat hukum tertentu yang dianggap nasikh oleh satu

mazhab, sedangkan dianggap mansukh oleh yang lain.

Penggunaan sepihak metode naskh ini telah memperparah

kekurangan yang sudah ada pada interpretasi multi-

dimensional terhadap dalil-dalil hukum Islami.

urutan surat at-Taubah ayat 5 lebih akhir turunnya

daripada ayat-ayat yang datang lebih dulu yang sudah

disebutkan di atas. Maka jika digunakan teori nasakh

dalam hal ini tidak sesuai, karena ayat-ayat yang turun

sebelumnya mengisyaratkan bahwa umat beragama itu

harus saling menghormati kepercayaannya masing-masing

orang, harus saling menjaga satu sama lain, namunsetelah

dinasakh yang berlaku adalah ayat pedang, sehingga jika

Page 23: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

23

ayat pedang diterapkan di Indonesia maka tidak aktual dan

realistis, sehingga yang terjadi kemudian setiap orang

Muslim jika bertemu dengan orang Kafir akan terjadi

pembunuhan di mana-mana. Dalam hal ini, kedua ayat

tersebut masih bisa digunakan dengan menggunakan

metode jam‟u wa taufiq.

F. Penutup

Dalam penyelesaian masalah ta‟arudh al-adillah

ini digunakan metode jam‟u wa taufiq, sebagaimana yang

telah dikemukakan oleh Yaseer Audah beranggapan

bahwa terdapat hal lain yang menambah muskil nasakh

yaitu pembengkakan jumlah kasus penghapusan yang

diklaim oleh tabi‟in, di mana jumlah kasus itu justru

melebihi kasus yang dibicarakan para Sahabat sendiri.

Setelah abad pertama, semakin banyak lagi kasus nasakh

yang diklaim oleh para ulama mazhab-mazhab, yang tidak

pernah diklaim oleh generasi tabi‟in. Sehingga pada

akhirnya, nasakh seakan-akan menjadi strategi untuk

mendiskreditkan opini lawan.

Daftar Pustaka

Anwar, Syamsul, “Ta‟ârud Al-Adillah dan Tanâwu‟

dalam Ibadah: Tinjauan Tentang Bacaan

Basmalah dalam Salat”, jurnal asy-Syir‟ah, Ilmu

Page 24: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

24

Syari‟ah dan Hukum, Vol. 47, No. 2, Desember

2013.

Atabik, Ahmad, “Kontradiksi Antar Dalil dan Cara

Penyelesaiannya Prespektif Ushuliyyin”, jurnal

Yudisia, Pemikiran Hukum dan Hukum Islam,

Vol. 6, No. 2, Desember 2015.

Ibrahim, Duski, Metode Penetapan Hukum Islam:

Membongkar Konsep al-Istiqra‟ al-Ma‟nawi asy-

Syatibi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.

Jumantoro, Totok, Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu

Ushul Fikih, Jakarta: Amzah, 2005.

Khallaf, Abdul Wahab, Ilmu Ushul Fiqh, Mesir:

Maktabah al-Dakwah al-Islamiyah.

Khinny, Musthofa Sa‟id al-, Atsarul Ikhtilaf fi Qawa‟id al-

Ushuliyah fi Iktilafi al-Fuqaha, Beirut: Al-Resalah,

1998.

Mahfudz, Mahsun, Kebebasan Berpikir dan Etika (Mengintip

Ruang Bertemu dan Ruang Berpisah), Jurnal Hermenia

6 (2007).

Syafe‟i, Rachmat, Ilmu Ushul Fiqih, Bandung: CV. Pustaka

Setia, 2010.

Syafe‟i,Rachmat, Ilmu Ushul Fiqh Untuk UIN, STAIN,

PTAIS,cet. Ke-IV,Bandung: CV Pustaka Setia,

2010.

Page 25: Ta’arudh Adillah dan Solusinya Oleh : Mhd. Fikri Maulana ...if-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/... · laki dua kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. (HR

25

Shidiq, Sapiudin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2011.

Zahrah, Muhammad Abu, Ushul Fiqih, alih bahasa

Saefullah Ma‟shum, dkk, cet. ke-18, Jakarta:

Pustaka Firdaus, 2016.

Jaser „Audah, al-Maqasid untuk Pemula, Yogyakarta:

Suka-Press UIN Sunan Kalijaga, 2013.