systematic review ; pengaruh penyuluhan …

137
SYSTEMATIC REVIEW ; PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TENTANG SENAM LANSIA Oleh MELVI DWI ARISANDI 18.14201.90.05 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG 2020 i

Upload: others

Post on 22-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SYSTEMATIC REVIEW ; PENGARUH PENYULUHAN

KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN

SIKAP LANSIA TENTANG SENAM LANSIA

Oleh

MELVI DWI ARISANDI 18.14201.90.05

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA

PALEMBANG

2020

i

SYSTEMATIC REVIEW ; PENGARUH PENYULUHAN

KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN

SIKAP LANSIA TENTANG SENAM LANSIA

Skripsi ini diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

SARJANA KEPERAWATAN

Oleh

MELVI DWI ARISANDI

18.14201.90.05

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

2020

ii

ABSTRAK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

BINA HUSADA PALEMBANG

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, Agustus 2020

Melvi Dwi Arisandi

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Sikap

Lansia Tentang Senam Lansia : Sebuah Tinjauan Sistematik (xiii + 24 halaman + 6 tabel + 1 Bagan)

Ada beberapa perubahan fisik pada lansia seperti perubahan sel, sistem persyarafan,

sistem pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, pengatur suhu tubuh, pernafasan,

pencernaan, reproduksi, genitourinaria, endokrin, integumen dan muskuloskeletal.

Ada beberapa macam penyakit yang biasa menimpa para lansia antara lain hipertensi,

diabetes mellitus, jantung koroner, stroke, katarak, dan lain sebagainya. Penyakit

pada lansia dapat diminimalisir dengan melakukan aktifitas fisik pada lansia,

Aktivitas fisik dengan cara melakukan latihan fisik membantu lansia beraktivitas.

Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur, terarah dan terencana yang

diikuti oleh lansia untuk meningkatkan kemampuan fungsional tubuh. Melakukan

senam secara teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan kebugaran fisik yang

baik. Olah raga meningkatkan curah jantung (cardiac output), frekuensi denyut nadi

(Heard rate) dan isi sekuncup (stroke volume). Peningkatan curah jantung

dipengaruhi oleh isi sekuncup yang merupakan perkalian antara denyut jantung dan

isi sekuncup. Untuk meningkatan kemauan lansia dalam melakukan senam lansia

maka dibutuhkan penjelasan dan pengarahan pada lansia untuk melakukan senam

lansia dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap lansia

tentang senam lansia. Metode yang lebih dominan dan lebih sering digunakan dalam

penelitian terkait dari review literature jurnal tentang pengaruh penyuluhan kesehatan

terhadap pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia yaitu metode Quasy

Eksperimen pre dan post test desaign dengan Uji Paired T Test. Pada review literature

ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan

dan sikap lansia tentang senam lansia. Dari penelitian terdapat pengaruh penyuluhan

kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia.

Kata Kunci

Dafrar Pustaka

: Penyuluhan Kesehatan, Pengetahuan, Sikap Lansia

: 14 (2008 – 2020)

iii

ABSTRACT

INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE

BINA HUSADA PALEMBANG NURSING STUDY PROGRAM

Thesis, 25 August 2018

Melvi Dwi Arisandi

The Effect oh Health Education on Knowladge and Attitudes of Elderly About

Elderly Gymnastics : a Systematic review (xiii + 24 pages + 6 tables +1 chart)

There are several physical changes in the elderly such as changes in cell, nervous

system, hearing system, vision, cardiovascular, body temperature control, respiration,

digestion, reproduction, genitourinary, endocrine, integumentary and

musculoskeletal. There are several types of diseases that commonly afflict the

elderly, including hypertension, diabetes mellitus, coronary heart disease, stroke,

cataracts and so on. Diseases in the elderly can be minimized by doing physical

activity in the elderly. Physical activity by doing physical exercise helps the elderly

get active. Gymnastics for the elderly is a series of regular, directed and planned tone

movements that are followed by the elderly to increase the body’s functional abilities.

Doing regular exercise is one way to improve good physical fitness. Exercise

increases cardiac output, pulse frequency (heard rate) and stroke volume. The

increase in cardiac output is influenced by the content of the stroke which is the

multiplication of heart rate and stroke content. To increase the willingness of the

elderly to do elderly exercise by giving health education. This study aims to

determine the effect of health education on knowledge and attitudes of the elderly

about elderlyexercise. The method that is more dominant and more frequently used in

related research from the knowledge and attitudes of the elderly about elderly

exercise, namely the quasy experiment method and the desaign post test with the

paired T test. This literature review show that there is an effect on health education

on the knowledge and attitudes of the elderly about elderly exercise. From the

research, there is an effect of health education on knowledge and attitudes of the

elderly about elderly exercise.

Keywords

Bibliography

: Health Education, Knowladge, Attitudes of the elderly

: 14 (2008-2020)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

SYSTEMATIC REVIEW ; PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN

TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TENTANG SENAM

LANSIA

Oleh :

MELVI DWI ARISANDI

18.14.201.90.05P

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji

skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Bina Husada Palembang

Palembang, Agustus 2020

Pembimbing

Abu Bakar Sidik, SKp,.M.Kes

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Ns. Sutrisari Sabrina Nainggolan, S. Kep., M.Kes,.M.Kep

v

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI

ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG

Palembang, Agustus 2018

KETUA

Abu Bakar Sidik, SKp,.M.Kes

PENGUJI I

Ns. Isrizal, S.Kep., M.Kes., M.Kep

PENGUJI II

Ns. Yunita Liana, S.Kep., M.Kes

vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. Identitas

Nama : Melvi Dwi Arisandi

Tempat, Tanggal lahir : Baturaja, 27 Mei 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Sepakat 4 Blok R No. 48B Baturaja Permai

Kecamatan Baturaja Timur Kab OKU

Email : [email protected]

Nomor Handphone : 087896779307

Nama Orang Tua

- Ayah : Nuzul Karyadi

- Ibu : Rosmaleni S.E

B. Riwayat Pendidikan

Tahun 2002-2008 : SDN 02 OKU

Tahun 2008-2011 : SMP Negeri 01 OKU

Tahun 2011-2014 : SMA Sentosa Bhakti Baturaja

Tahun 2014-2017 : DIII Al Ma’Arif Baturaja

Tahun 2018-2020 : STIK Bina Husada Palembang

vii

PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, saya persembahkan karya ini untuk

diriku dan orang-orang yang aku sayangi..

Teruntuk kedua orang tuaku tercinta papa Nuzul Karyadi dan mama Rosmaleni

yang senantiasa menyebut namaku dalam setiap doa dan selalu memberikan

dukungan serta semangat yang tiada hentinya, terima kasih atas usaha dan kerja

keras yang kalian lakukan demi untuk kesuksesanku

Teruntuk kedua saudaraku ayuk Dewi Putri Anggeraeni adikku M.Tri Bhagas

Alamalah yang selalu memberikan semangat semoga kelak kita bisa sukses

bersama dan membahagiakan kedua orang tua kita

Teruntuk keluarga besarku terimakasih karena kalian aku bias semangat sampai

sekarang

Teruntuk Ricco Tuzzuhdi terimakasih atau kasih sayang yang telah diberikan

terimakasih sudah memotivasiku untuk terus maju kedepan

Teruntuk sahabat ku Herza oktavira dan Nilla ardiani terimakasih buat support

yang tiada henti, semoga kelak kita bias sukses bersama

Teruntuk kelas PSIK Reg B Terimakasih telah memberikan kenangan yang

sangat berarti

Motto :

Jangan pernah puas dengan apa yang telah kita raih, karena kepuasan akan

membuat kemunduran dalam suatu pencapaian

Semangatlah dalam meraih cita-cita untuk mendapatkan keinginan yang sudah

kita impikan

viii

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji Syukur kita sampaikan atas kehadiran Allah SWT, yang senantiasa

memberikan rahmat dan karunia-Nya. Salawat dan salam kami sampaikan kepada

junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia ke alam yang

penuh dengan pengetahua, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai

salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIK) Bina Husada Palembang Program Studi Ilmu Keperawatan.

Skripsi ini ditulis dengan judul : “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap

Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang Senam Lansia” guna memenuhi salah satu

syarat dalam rangka menyelesaikan Pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIK) Bina Husada Palembang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Dr. Amar Muntaha, SKM.,M.Kes selaku ketua STIK Bina Husada Palembang.

2. Ns. Kardewi S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan STIK Bina

Husada Palembang

3. Ns. SutriSari Sabrina Nainggolan, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Ilmu

Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

4. Abu Bakar Sidik, SK.p,. M.Kes selaku dosen Pembimbing yang telah

menyediakan waktu dan tenaga dalam mengarahkan dan membimbing saya dalam

menyelesaikan penulisan Literatur Review ini.

ix

5. Ns. Isrizal, S.Kep,. M.Kes,. M.Kep selaku dosen Penguji 1 dalam seminar Skripsi

Terima Kasih atas waktu, masukan dan saran serta arahannya dalam seminar

Skripsi ini

6. Ns. Yunita Liana, S.Kep M.Kes selaku dosen Penguji 2 dalam seminar Skripsi

Terima Kasih atas waktu, masukan dan saran serta arahannya dalam seminar

Skripsi ini

7. Seluruh Staf dan Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIK Bina Husada

Palembang

Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan semoga

amal yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari

bahwa Skripsi ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, karena keterbatasan

pengetahuan dan keahlian. Untuk itu penulis harapkan saran dan masukan untuk

kesempurnaan Skripsi ini. Akhirnya semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi

peneliti selanjutnya Amin.

Palembang, Agustus 2020

Peneliti

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ................................................ ii

ABSTRAK .................................................................................................................... iii ABSTRACT. ................................................................................................................ iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN. ....................................................................... v PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI. ................................................................. vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS. .............................................................................. vii HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ................................................ viii

UCAPAN TERIMAKASIH ..................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................................ x

DAFTAR BAGAN ...................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang .................................................................................................. 1 1.2. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 4

1.4. Tujuan Penelitian............................................................................................. 5 BAB II METODE PENELITIAN

2.1.Metode Pencarian. ............................................................................................ 6 2.1.1 Sumber Pencarian. ................................................................................ 6

2.1.2 Strategi Pencarian. ................................................................................ 6 2.2. Seleksi Studi. .................................................................................................... 7

2.2.1 Strategi Seleksi Studi. .......................................................................... 7

2.2.2 Kriteria Inklusi. ..................................................................................... 8 2.3. Kriteria Kualitas Studi. .................................................................................. 8

2.4. Ekstraksi Data. ................................................................................................. 9 2.5.Analisa Data. .................................................................................................... 16

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil dan Pembahasan. .................................................................................. 17

3.1.1 Pengetahuan Lansia. ............................................................................. 17 3.1.2 Sikap Lansia ........................................................................................... 19

3.1.3 Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap lansia .................................................................................................................. 20

BAB IV KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan. ...................................................................................................... 23 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRA

xi

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

Bagan 2.1 Alur Prisma ............................................................................................................ 7

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Strategi Pencarian .................................................................................................. 6

Tabel 2.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................................................... 8

Tabel 2.3 Kriteria Kualitas Studi .......................................................................................... 9

Tabel 2.4 Ekstraksi Data ........................................................................................................ 10

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

1. Jurnal Titik Kurniawati, Dewi Elliana, Indah Permata Sari Hubungan

tingkat pengetahuan lansia dengan keikutsertaan dalam pelaksanaan senam

lansia Tahun 2019

2. Jurnal Agustika Antoni Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap lansia

tentang senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluh

Sicincin Tahun 2018

3. Jurnal Nurul Insan,Eka Fitriyanti Pengaruh penyuluhan senam lansia

terhadap minat mengikuti senam lansia pada wanita menopause di RT 09

Bumijo Jetis Yagyakarta Tahun 2017

4. Jurnal Novianti, Dina Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia

dalam mengikuti senam lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2018

5. Jurnal Purwaningsih Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Posyandu

Lansia Terhadap Pengetahuan dan Tindakan Pemanfaatan di Desa Rembung

Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2020

6. Jurnal Upik Rahmi,Budi Somantri, Nisa YusriaNur Alifah Gambaran

pengetahuan lansia mengenai senam lansia di Panti Sosial tresna werdha

budi pertiwi Tahun 2016

7. Jurnal Haris, Muh Aris, Mulyadi Peningkatan Pengetahuan Lanjut Usia

Melalui Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Media Powe

Point Tahun 2019

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses menjadi tua pasti akan dialami oleh setiap orang, pada lanjut usia akan

terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau

mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga

tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi

(Sunaryo, dkk. 2016)

Lanjut usia adalah proses yang terjadi pada laki-laki dan perempuan berusia 60

tahun ke atas. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 20210-2035 terjadi

peningkatan demografi di Indonesia oleh karena keberhasilan pembangunan

kesehatan.Hal ini ditandai dengan tingginya umur harapan hidup (UHH), peningkatan

UHH berakibat pada transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan meningkatnya

jumlah kesakitan oleh karena penyakit degenerative (Depkes RI, 2016).

Lanjut usia menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 adalah seseorang yang telah

mencapaiusia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Penduduk lanjut usia terus mengalami

peningkatan seiring kemajuan di bidang kesehatan yang ditandai dengan

meningkatnya angka harapan hidup dan menurunnya angka kematian. Perkembangan

demografi ini dapat membawa dampak di bidang kesehatan, ekonomi, dan

sosial.Untuk itu diperlukan data terkait kelanjutusiaan sebagai bahan pemetaan dan

strategi kebijakan sehingga pertumbuhan jumlah penduduk lansia menjadi potensi

yang turut membangun bangsa (Badan Pusat Statistik Lansia, 2019).

Meningkatnya jumlah lansia beriringan dengan peningkatan jumlah rumah tangga

yang dihuni oleh lansia. Persentase rumah tangga lansia tahun 2019 sebesar 27,88

persen, dimana 61,75 persen diantaranya dikepalai oleh lansia. Yang menarik dari

keberadaan lansia Indonesia adalah ketersediaan dukungan potensial baik ekonomi

maupun social yang idealnya disediakan oleh keluarga. Data Susenas 2019

1

menunjukkan bahwa 9,38persen lansia tinggal sendiri, di mana persentase lansia

perempuan yang tinggal sendiri hampir tiga kali lipat dari lansia laki-laki (13,39

persen berbanding 4,98 persen). Dibutuhkan perhatian yang cukup tinggi dari seluruh

elemen masyarakat terkait hal ini, karena lansia yang tinggal sendiri membutuhkan

dukungan dari lingkungan sekitar mereka mengingat hidup mereka lebih berisiko,

terlebih pada lansia perempuan yang cenderung termarginalkan (Badan Pusat Statistik

Lansia, 2019).

Berdasarkan data Susenas 2014, jumlah rumah tangga lansia sebanyak 16,08 juta

rumah tangga atau 24,50 persen dari seluruh rumah tangga di Indonesia. Rumah

tangga lansia adalah yang minimal salah satu anggota rumah tangganya berumur 60

tahun ke atas. Jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan

8,03 persen dari seluruh penduduk Indonesia tahun 2014. Jumlah lansia perempuan

lebih besar daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan dibandingkan 9,47

juta lansia laki-laki. Adapun lansia yang tinggal di perdesaan sebanyak 10,87 juta

jiwa, lebih banyak daripada lansia yang tinggal di perkotaan sebanyak 9,37 juta jiwa

(Bappenas, 2014).

Dalam aspek kesehatan diketahui semakin bertambah tua umurnya, maka lansia

yang mengalami keluhan kesehatan akan semakin banyak. Sebanyak 37,11 persen

penduduk pra lansia (45-59 tahun) pernah mengalami keluhan kesehatan dalam

sebulan terakhir, sementara lansia muda (60-69 tahun) sebesar 48,39 persen, lansia

madya (70-79 tahun) sebesar 57,65 persen, dan lansia tua (80-89 tahun) sebesar 64,01

persen yang mengeluhkan kondisi kesehatannya. Selanjtnya, ditilik dari angka

kesakitan (morbidity rates) lansia yaitu terganggunya kegiatan sehari-hari sebagai

akibat dari keluhan kesehatan yang dideritanya. Angka kesakitan lansia tahun 2014

sebesar 25,05 persen, berarti bahwa sekitar satu dari empat lansia pernah mengalami

sakit dalam satu bulan terakhir(Bappenas, 2014).

Ada beberapa perubahan fisik pada lansia seperti perubahan sel, sistem

persyarafan, sistem pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, pengatur suhu tubuh,

2

pernafasan, pencernaan, reproduksi, genitourinaria, endokrin, integumen dan

muskuloskeletal. Ada beberapa macam penyakit yang biasa menimpa para lansia

antara lain hipertensi, diabetes mellitus, jantung koroner, stroke, katarak, dan lain

sebagainya (Nugroho, 2008).

Aktivitas fisik dengan cara melakukan latihan fisik membantu lansia beraktivitas.

Olah raga adalah salah satu aktivitas yang baik untuk lansia.Jenis olah raga yang

dilakukan untuk meningkatkan kebugaran yang efektif untuk populasi lansia adalah

aerobic contohnya senam (Kemenkes RI, 2017).

Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur, terarah dan terencana

yang diikuti oleh lansia untuk meningkatkan kemampuan fungsional

tubuh..Melakukan senam secara teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan

kebugaran fisik yang baik (Sulistyarini, 2018).

Olah raga meningkatkan curah jantung (cardiac output), frekuensi denyut nadi

(Heard rate)danisi sekuncup (stroke volume).Peningkatan curah jantung dipengaruhi

oleh isi sekuncup yang merupakan perkalian antara denyut jantung dan isi

sekuncup.Pada saat keadaan istirahat nilai denyut jantung 60 sampai 80 kali per

menit, peningkatan denyut jantung sejalan dengan jenis olah raga yang dilakukan oleh

seseorang. Saat melakukan olah raga isi sekuncup akan meningkat hingga 40-60%

dan peningkatan ini terjadi karena peningkatan aliran balik vena melalui mekanisme

frank-starling atau karena peningkatan kontraktilitas miokardium yang dipicu oleh

aktivitas simpatis (Guyton, 2011)

Untuk meningkatan kemauan lansia dalam melakukan senam lansia maka

dibutuhkan penjelasan dan pengarahan pada lansia untuk melakukan senam lansia

dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan. Tujuan dari penyuluhan kesehatan

tersebut yaitu tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat

dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat serta

berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

3

Pernyataan diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haris

(2019) dengan judul peningkatan pengetahuan lanjut usia melalui pendidikan

kesehatan dengan media power point. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

pengatahuan lansia sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan terdapat

perbedaan dengan nilai p value 0,000.

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan rangkuman literature

yang bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penyuluhan kesehatan terhadap

pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia.

1.2 Pertanyaan penelitian

1. Apakah penyuluhan kesehatan mempengaruhi pengetahuan lansia tentang

senam lansia

2. Apakah penyuluhan kesehatan mempengaruhi sikap lansia tentang senam

lansia

3. Apakah penyuluhan kesehatan mempengaruhi pengetahuan dan sikap lansia

tentang senam lansia.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Teridentifikasinya nilai pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan

penyuluhan kesehatan

2. Teridentifikasinya nilai sikap sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan

kesehatan

3. Teridentifikasinya nilai pengetahuan dan sikap sebelum dan setelah dilakukan

penyuluhan kesehatan

4

BAB II

METODE PENELITIAN

2. 1 Metode Pencarian

2.1.1 Sumber Pencarian

Pencarian data pada penelitian ini mengacu pada sumber data based seperti

Pubmed, sinta, portal garuda, google Scholar yang sifatnya resmi yang disesuaikan

dengan judul penelitian, abstrak dan kata kunci yang digunakan untuk mencari

artikel. Kata kunci ini disesuaikan dengan pertanyaan penelitian yang telah dibuat

sebelumnya .

2.1.2 Strategi Pencarian

Pencarian literature menggunakan pendekatan PICO berdasarkan kata kunci

Population Intervention Comparison Outcome

(Populasi) (Intervensi) (Perbandingan) (Hasil)

Konsep Konsep Konsep utama Konsep utama

utama utama

Seluruh Lansia Penyuluhan - Pengaruh penyuluhan

diPosyandu Kesehatan kesehatan tentang senam

lansia lansia terhadap pengetahuan

lansia tentang senam lansia

Sinonim/ Sinonim/ Sinonim/ istilah Sinonim/ Istilah Pencarian

5

istilah istilah pencarian

pencarian pencarian

Populasi Seluruh lansia Pengaruh penyuluhan

di Posyandu kesehatan senam lansia

lansia terhadap pengetahuan lansia

tentang senam lansia

2.2 Seleksi studi

2.2.1.1 Strategi seleksi studi

Seleksi studi berpedoman pada Diagram PRISMA (2009) yang alurnya

dapat dilihat pada Diagram 2.1

Diagram 2.1

Diagram Alur PRISMA

Penelitian diidentifikasi dari Penelitian diidentifikasi dari

database

Google database Portal Garuda

Cendikia/Scholar n=10 n=1

Catatan setelah duplikat dihapus (n=9)

Excluded (n=2)

Judul yang di identifikasi dan disaring (n=7)

Excluded (n=0)

Abstrak yang diidentifikasi dan

6 disaring (n=7)

Salinan lengkap diambil dan

dinilai untuk kelayakannya

Studi termasuk dalam sintesis (n=7)

2.2.1.2 Kriteria inklusi

Kriteria inklusi studi dtetapkan berdasarkan item PICOS

Participant/ population (populasi) Seluruh Lansia di Posyandu Lansia

Intervention (intervensi) Penyuluhan Kesehatan tentang Senam

lansia

Comparison (Perbandingan) -

Outcomes (Hasil) Pengaruh penyuluhan kesehatan tentang

senam lansia terhadap pengetahuan dan

sikap lansia tentang senam lansia

Study Design/ context Systematic review, Pre experimental,

dan penelitian kuantitatif

2.3 Kriteria Kualitas Studi

Pencarian Literatur Dipublikasikan hanya dari jurnal

terindeks SINTA

7

Batas Pencarian 2015-2020

Skrining/Penyaringan Full text dengan minimal 2

penulis/peninjau

Abstraksi Data Satu orang mengabstraksi data

sementara yang lain memverifikasi

Risiko Penilaian Bias Satu orang menilai sementara yang

lain memverifikasi

Apakah dua penulis akan secara Ya

mandiri menilai studi

Proses Penilaian Full text

Bagaimana perbedaan pendapat akan Perbedaan pendapat akan dikelola

dikelola oleh orang yang ahli

Alat Penilai Risiko Bias/ Alat Penilai -

Kualitas Studi

2.4 Ekstrasi Data

Setelah proses protokol telah dilakukan dengan menggunakan metode

PRISMA selanjutnya dilakukan ekstraksi data. Ekstraksi data dalam penelitian ini

akan dilakukan secara manual dengan membuat format yang berisi tentang tipe

artikel, nama jurnal atau konferensi, tahun, judul, kata kunci, metode penelitian.

Tabel 3.1

Karkteristik Studi Tinjauan Sistematis “Pengaruh penyuluhan kesehatan

terhadap pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia”

8

No Author Thn Volume, Judul Metode Hasil penelitian Data

angka (desain, base

sampel,

variable,

instrument,

analisis)

1 Titik 2019 Volume Hubungan Cross Hasil penelitian Scopus

Kurniawa 8 tingkat sectional, 80 menunjukkan

ti, Dewi Nomor pengetahu Responden bahwa tingkat

Elliana, 2 an lansia lansia, pengetahuan

Indah dengan Pengetahuan, lansia tentang

Permata keikutsert keikutserataan senam lansia

Sari aan dalam senam lansia, sebagian besar

pelaksana Quesioner, termasuk

an senam dianalisis kategori kurang

lansia menggunakan yaitu sebanyak

Uji Chi Square 37 (46,3%)

responden.

Sedangkan

keikutsertaan

dalam

pelaksanaan

senam lansia

sebagian besar

termasuk

kategori tidak

mengikuti

sebanyak 39

(48,8%)

responden.

9

Terdapat

hubungan yang

bermakna antara

tingkat

pengetahuan

lansia dengan

keikutsertaan

dalam

pelaksanaan

senam lansia

dengan p value

0,000.

2 Agustika 2018 Volume Gambaran Cross Hasil penelitian Scopus

Antoni XII, tingkat sectional, 54 98,1%

Nomor pengetahu lansia, responden

8 an dan Pengetahuan, memiliki

sikap sikap, pengetahuan

lansia menggunakan tinggi tentang

tentang Quesioner, senam lansia di

senam Deskriptif panti social

lansia di Kuantitatif tresna werdha

Panti sabai Nan Aluh

Sosial Sicincin dan

Tresna 83,3%

Werdha responden

Sabai Nan bersikap positif

Aluh tentang senam

Sicincin lansia di Panti

Sosial Tresna

Werdha Sabai

10

Nan Aluh

Sicincin.

3 Nurul 2017 Volume Pengaruh rancanganquas Hasil uji

Insan,Eka 2 Jilid 1 penyuluha i eksperiment statistik Mann

Fitriyanti n senam dengan one Whiney

lansia group pretest didapatkan

terhadap posttest. rerata sebelum

minat Sampel dalam dilakukan

mengikuti penelitian ini penyuluhan

senam sebanyak 30 sebesar 69,6 dan

lansia responden. rerata setelah

pada Pengambilan penyuluhan

wanita data dengan sebesar 78,8 dan

menopaus kuesioner dan nilai p-

e di RT analisis data valueyang di

09 dengan uji dapat sebesar

Bumijo Mann-Whiney 0,000<0,05

Jetis sehingga dapat

Yagyakart disimpulkan

a bahwa terdapat

pengaruh

penyuluhan

senam lansia

terhadap minat

mengikuti

senam lansia

pada wanita

menopause di

RW 09 Bumijo

Jetis

11

Yogyakarta.

4 Novianti, 2018 Volume Faktor- Cross hasil penelitian

Dina 1, faktor sectional, 33 menunjukkan

Nomor yang orang bahwa sebagian

2 mempeng responden, besar responden

aruhi Pengetahuan, (60,6%)

perilaku dukungan memiliki

lansia keluarga, pengetahuan

dalam motivasi, kurang,

mengikuti Quesioner, Uji kebanyakan

senam Chi Square responden

lansia di (51,5%

Wilayah mendapat

Kerja dukungan

Puskesma keluarga yang

s lebih rendah,

hamper separuh

responden

(36,4%)memilik

i motivasi

rendah, hamper

setengah

responden

(42,4%)

berprilaku tidak

aktif dalam

berpartisipasi

pada senam

untuk lansia,

dan hasil chi

12

square p

=0,040, 0,000

dan 0,001 yang

menunjukkan

tidak ada

hubungan yang

bermakna

5 Purwanin 2020 Volume Pengaruh Quasy Hasil penelitian Scopus

gsih 2, Pendidika Eksperimen, menunjukkan

Nomor n 30 orang bahwa ada

1 Kesehatan respondem, pengaruh

Tentang Pengetahuan (perbedaan)

Posyandu sebelum dan yang signifikan

Lansia setelah, pengetahuan

Terhadap Quesioner, Uji lansia sebelum

Pengetahu Paired T Test. diberikan

an dan pendidikan

Tindakan kesehatan

Pemanfaa (pretest) dengan

tan di pengetahuan

Desa setelah diberi

Rembung pendidikan

Kecamata kesehatan

n Pantai (posttest)

Cermin dengan nilai t

Kabupate hitung = -37,622

n Serdang > 1,699 (t-tabel)

Bedagai dan nilai p value

0,000 <0,05.

13

6 Upik 2016 Volume Gambara metode Hasil Scopus

Rahmi,B 2 Jilid 1 n deksriptif penelitian

udi pengetah kuantitatif, menunjukan

Somantri uan Jumlah bahwa

, Nisa lansia responden distribusi

YusriaN mengena yang di ambil frekuensi

ur Alifah i senam sebanyak 29 responden

lansia di lansia di berdasarkan

Panti panti sosial usia 60-74

Sosial tresna werdha tahun (48,3%)

tresna budi pertiwi. atau lebih dari

werdha Intrument sebagian besar

budi menggunaka lansia

pertiwi n kuisoner berpengetahua

dan teknik n baik 14

analisa data lansia (48,3%),

menggunakn dan lansia

distribusi yang

frekuensi. berpengetahua

n cukup 14

lansia (48,3%)

dan

berpengetahua

n kurang ada 1

lansia (3,4%).

Dari hasil

penelitian ini

dapat

14

disimpulkan

bahwa hampir

setengahnya

(48,3%)

berpengetahua

n baik dan

cukup

7 Haris, 2019 Volume Peningkat Quasy Hasil penelitian

Muh Aris, 2, an Eksperimen, didapatkan

Mulyadi Nomor Pengetahu 15 responden, bahwa

2 an Lanjut Pengetahuan pengetahuan

Usia sebelum dan lansia sebelum

Melalui sesudah, dilakukan

Pendidika Quesioner, Uji penyuluhan

n Paired T Test dengan

Kesehatan menggunakan

Dengan media power

Menggun point adalah

akan 22,73 sementara

Media mean skor hasil

Powe post test 24,47,

Point hasil T test

dependen

menunjukkan

nilai 0,000 yang

menunjukkan

bahwa adanya

pengaruh

pemberian

penyuluhan

15

kesehatan

dengan

menggunakan

media power

point terhadap

pengetahuan

lansia

2.5 Analisa data

Setelah melewati tahap protokol sample, maka akan dilakukan dengan

menghubungkan semua data yang telah memenuhi kriteria inklusi san ekssklusi

menggunakan teknik secara deskriptif untuk memberikan gambaran terkait dari permasalahan

yang diteliti.

16

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil dan Pembahasan

3.2.1 Pengetahuan Lansia

Artikel pertama yang dikemukakan oleh Novianti (2020) yang menyatakan

bahwa dari 33 responden terdapat sebagian besar responden (60,6%) memiliki

pengetahuan kurang dari 20 responden pengetahuan kurang terdapat sebagian besar

responden (60,0%) berperilaku tidak aktif dalam mengikuti senam lansia.

Berdasarkan uji chi-square(Pearson Chi-Square)didapatkan nilai ρ= 0,040 maka

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku lansia

dalam mengikuti senam lansia. Pengetahuan lansia akan manfaat senam lansia ini

dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Lansia

yang menghadiri kegiatan posyandu, akan mendapatkan penyuluhan tentang

bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang

melekat pada mereka. Pengalaman serta pengetahuan lansia menjadi pendorong minat

atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia (senam

lansia). Pengetahuan yang dicari seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan

kemampuan berpikir dengan kata lain seseorang yang berpengetahuan tinggi akan

dapat mengambil keputusan yang lebih baik umumnya terbuka atau cepat tanggap

untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan yang berpengetahuan

17

lebih rendah, begitu pula halnya dengan pengetahuan lansia cenderung

mempengaruhi perilaku lansia dalam mengikuti senam.

Pernyataan artikel diatas sejalan dengan artikel yang dikemukakan oleh Upik

Rahmi (2016) yang menyatakan bahwa menurut data yang didapatkan lansia yang

berpengetahuan cukup 14 orang (48,3%), meskipun hal ini tidak terlalu jauh

perbedaannya dengan tingkat pengetahuan baik dan kurang yang memperlihatkan

sebagian responden berpengetahuan baik 14 orang (48,3%) dikarenakan sudah

dilakukan penyuluhan tentang senam lansia sebelumnya dan sebagian kecil responden

berpengetahuan kurang 1 orang (3,4%) ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu

usia, pengalaman, dan pendidikan. Mengingat pada tabel di atas umur lansia menurut

WHO didominasi 60-74 tahun 14 lansia (48,3%) dan umur > 74 tahun ada 15 lansia

(51,7%) dimana menurut Notoatmodjo (2010) semakin cukup umur, tingkat

kematangan seseorang akan lebih tinggi pada saat berpikir dan bekerja terutama pada

usia lanjut. Pada usia tahap ini (>74 tahun) yaitu lanjut usia akhir, individu akan lebih

berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan

persiapan demi suksenya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua.

Pernyataan tersebut juga sejalan dengan artikel selanjutnya yang dikemukakan

oleh Purwaningsih (2020)menunjukkan bahwa nilai posttest pengetahuan lansia lebih

tinggi dibandingkan nilai pretest. Nilai rata-rata (mean) pada pretest yaitu 3,57

sedangkan posttest yaitu 6,93, nilai tengah (median) pada pretest yaitu 3,00

sedangkan posttest yaitu 7,00, nilai simpangan baku (standar deviation) pada pretest

18

yaitu 971 sedangkan posttest yaitu 944. Varians (variance) pada pretest 944

sedangkan pada posttest yaitu 892.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan pada artikel diatas maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat 3 kategori dalam pengetahuan yaitu baik, cukup,

kurang.Pada pengetahuan yang baik dapat meningkatkan wawasan dan prilaku hidup

yang lebih baik juga.

3.2.2 Sikap Lansia

Artikel pertama yang dikemukakan oleh Agustika (2018) yang menyatakan

bahwa dari 54 responden, 45 (83.3%) responden memiliki sikap positif tentang senam

lansia sedangkan 9 responden (16.7%) memiliki sikap negatif tentang senam lansia.

sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang

dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial.Berdasarkan hasil yang didapatkan maka peneliti mengansumsi bahwa

lebih dari setengah responden memiliki sikap yang positif tentang senam lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin. Banyaknya sikap lansia yang

positif terhadap senam lansia karena dengan seringnya lansia mendapatkan informasi-

informasi atau penyuluhan tentang tujuan, manfaat senam lansia maka lansia akan

19

berfikir dan bersikap positif terhadap hal yang diberikan oleh orang lain yang dirasa

bermanfaat olehnya.

Berdasarkan artikel-artikel diatas maka dapat disimpulkan bahwa jika lansia

bersikap positif dan berpengetahuan tinggi maka akan meningktkan kemauan dan

minatnya untuk melakukan sesuatu yang positif.

3.2.3 Pengaruh Penyuluhan Kesehatan senam lansia terhadap pengetahuan

dan sikap lansia tentang senam lansia

Artikel pertama yang dikemukakan oleh Titik Kurniawati (2019) yang

menyatakan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan lansia

tentang senam lansia sebagian besar termasuk kategori kurang yaitu sebanyak 37

(46,3%) responden. Sedangkan keikutsertaan dalam pelaksanaan senam lansia

sebagian besar termasuk kategori tidak mengikuti sebanyak 39 (48,8%) responden.

Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan lansia dengan

keikutsertaan dalam pelaksanaan senam lansia dengan p value 0,000.

Pernyataan tersebut juga sejalan dengan artikel selanjutnya yang dikemukakan

oleh Purwaningsih (2020) menunjukkan bahwa nilai posttest pengetahuan lansia lebih

tinggi dibandingkan nilai pretest. Nilai rata-rata (mean) pada pretest yaitu 3,57

sedangkan posttest yaitu 6,93, nilai tengah (median) pada pretest yaitu 3,00

sedangkan posttest yaitu 7,00, nilai simpangan baku (standar deviation) pada pretest

yaitu 971 sedangkan posttest yaitu 944.Varians (variance) pada pretest 944

sedangkan pada posttest yaitu 892. Berdasarkan uji statistik menggunakan uji t dua

20

sampel berpasangan (paired sample t test) diperoleh nilai t-hitung = - 37,622 > 1,699

(t-tabel) dan nilai p= 0,000 < 0,05 hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan pengetahuan lansia sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan

tentang posyandu lansia atau terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

pengetahuan lansia.Pendidikan kesehatan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat,

berfungsi sebagai media atau sarana untuk menyediakan kondisi sosio-psikologis

sedemikian rupa sehingga individu atau masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-

norma hidup sehat, dengan perkataan lain pendidikan kesehatan bertujuan untuk

mengubah pengetahuan, sikap dan tindakan individu atau masyarakat sehingga sesuai

dengan norma-norma hidup sehat. Pendidikan kesehatan akan berpengaruh pada

perilaku kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada

meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (out come)

pendidikan kesehatan.

Berdasarkan artikel diatas maka dapat diasumsikan bahwa dengan pemberian

penyuluhan kesehatan maka akan meningkatkan pengetahuan dan menambah

wawasan lansia tentang senam lansia sehingga akan mempengaruhi juga cara lansia

tersebut bersikap, lansia akan bersikap positif dan berminat untuk melaksanakan

senam lansia.

21

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

1. Pengetahuan lansia meningkat setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan

tentang senam lansia

2. Sikap lansia menjadi positif dan mau mengikuti senam lansia setelah

mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang senam lansia

3. Ada pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan pada lansia terhadap

pengetahuan dan sikap lansia terhadap senam lansia. Lansia yang sebelumnya

tidak tau apa dan bagaimana manfaat dari senam lansia setelah diberikan materi

penyuluhan maka akan bertambahnya wawasan mereka terhadap senam lansia,

hal inilah yang akan mempengaruhi sikap lansia untuk melaksanakan senam

lansia.

22

DAFTAR PUSTAKA

Agustika Antoni (2018). Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluh Sicincin. Menara Ilmu. Volume XII, Nomor 8.https://www.jurnal.umsb. ac.id/index.php/menarailmu/article/viewFile/860/771

Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Penduduk Lanjut Usia

SumateraSelatan.(Online), (http://sumsel.bps.go.id,diakses 26 Juli 2020): Sumatera Selatan

Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Penduduk Lanjut Usia SumateraSelatan. (Online), (http://sumsel.bps.go.id,diakses 26 Juli 2020): Sumatera Selatan

Guyton A. C, Hall, J.E (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta : EGC

Haris, Muh Aris, Muliyadi (2019). Peningkatan Pengetahuan Lanjut Usia Melalui

Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan Media Power Point. Volume 2 Nomor 2.

Haris, Muh Aris, Mulyadi (2019). Peningkatan Pengetahuan Lanjut Usia Melalui Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Media Powe Point. Media Karya Kesehatan.Volume 2, Nomor 2.http://jurnal.unpad.ac.id /mkk/article/view/22472

Kementrian Kesehatan RI (2017), Info Datin Pusat Data dan Informasi Kesehatan RI

Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta : Kemenkes RI.

Novianti, Dina (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia dalam

mengikuti senam lansia di Wilayah Kerja Puskesmas. Jurnal Keperawatan Silampari. Volume 1, Nomor 2.https://doi.org/10.31539/jks.v1i2.8

Nugroho (2008).Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

Nurul Insan,Eka Fitriyanti (2017). Pengaruh penyuluhan senam lansia terhadap

minat mengikuti senam lansia pada wanita menopause di RT 09 Bumijo Jetis Yagyakarta.STIKes Aisyah Yogyakarta http://lib.unisayogya.ac.id/

Purwaningsih (2020).Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Posyandu Lansia

Terhadap Pengetahuan dan Tindakan Pemanfaatan di Desa Rembung

Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Journal of Health

Science and Physiotherapy. Volume 2, Nomor 1. http://jurnal.stikes-sitihajar.ac.id/index.php/jhsp

23

Sulistyarini, Tri, dkk (2018). Kompres hangat dan senam lansia dalam menurunkan nyeri sendi lansia.Nganjuk : Adji Madia Nusantara

Sunaryo, dkk.(2016). Asuhan Keperawatan Gerontik.Yogyakarta : Andi

Upik Rahmi,Budi Somantri, Nisa YusriaNur Alifah (2016). Gambaran pengetahuan lansia mengenai senam lansia di Panti Sosial tresna werdha budi pertiwi.

Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. Volume 2 Jilid 1. https://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/view/2851

24

LAMPIRAN

25

Tersedia di http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/ Jurnal Kebidanan, 8 (2), 2019, 115-122 DOI : 10.26714/jk.8.2.2019.115-122

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA DENGAN

KEIKUTSERTAAN DALAM PELAKSANAAN SENAM LANSIA DI KOTA SEMARANG

RELATIONSHIP OF ELDERLY KNOWLEDGE LEVEL WITH PARTICIPATION IN IMPLEMENTATIONGYMNASTIC IN THE CITY OF SEMARANG

Titik Kurniawati1, Dewi Elliana2, Indah Permata Sari3

1,2,3 Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Email: [email protected]

ABSTRAK

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada kehidupan

manusia.. Upaya mendukung tercapainya harapan hidup, diawali dengan meningkatkan

pelayanan dibidang kesehatan pada usia lanjut. Di Indonesia tahun 2010 terdapat

penduduk lanjut usia sebanyak 23.992.513 jiwa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia dengan keikutsertaan

dalam pelaksanaan senam lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyu Manik

Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan termasuk

jenis krelasi. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan purposive

Sampling dengan responden sebanyak 80 responden. Data selanjutnya dianalisis

menggunakan Uji Chi Square. Peneltian ini dilakukan pada bulan Mei 2014. Hasil

penelitian menunjukan tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia sebagian besar

termasuk katagori kurang yaitu sebanyak 37 (46,3%) responden. Sedangkan

keikutsertaan dalam pelaksanaan senam lansia sebagian besar termasuk katagori tidak

mengikuti sebanyak 39 (48,8%) responden. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada

hubungan . Nilai tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia dengan

keikutsertaan dalam pelaksanaan senam lansia dengan nilai p value 0,000. Nilai p value

lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Saran yang diberikan kepada masyarakat khususnya

lansia lebih meningkatkan pengetahuan tentang manfaat senam lansia dengan aktif

menggali informasi dan pengetahuan tentang manfaat senam lansia untu kesehatan

baik melalui posyandu lansia atau sumber lain yang lebih akurat.

Kata kunci : Pengetahuan, Keikutsertaan, Senam lansia

26

ABSTRACT

Old age is said to be the final stage of development in human life. Efforts to

support the achievement of life expectancy begin with improving services in the field of

health in the elderly. In Indonesia in 2010 there were 23,992,513 elderly people. The

purpose of this study was to determine the relationship of the level of knowledge of the

elderly about elderly gymnastics with participation in the implementation of elderly

gymnastics in Pudakpayung Village, Banyu Manik District, Semarang City. This study

used a cross sectional design and included the type of correlation. In this study the

sampling technique used purposive sampling with as many as 80 respondents. The data

is then analyzed using Chi Square Test. This research was conducted in May 2014. The

results of the study showed that the level of knowledge of the elderly about elderly

gymnastics was mostly included in the category of 37 (46.3%) respondents. While the

participation in the exercise of elderly gymnastics, mostly including the category did not

follow as many as 39 (48.8%) respondents. The conclusion of this study is that there is a

relationship. The value of the level of knowledge of the elderly about elderly gymnastics

with participation in the implementation of elderly gymnastics with a p value of 0,000.

The value of p value is smaller than 0.05 (0,000 <0,05). Suggestions given to the

community, especially the elderly, increase their knowledge about the benefits of elderly

gymnastics by actively digging up information and knowledge about the benefits of

elderly gymnastics for health both through elderly posyandu or other more accurate

sources.

Keywords: Knowledge, Participation, Elderly Gymnastics

Copyright © 2019, JK, p-ISSN: 2301-8372, e-ISSN: 2549-7081

PENDAHULUAN

Menurut Boedhi Darmojo (2004), menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau

sakit, tetapi suatu proses perubahan dimana kepekaan bertambah atau batas

kemampuan beradaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan

geriatric giant, di mana lansia akan mengalami 13 I, yaitu imobilisasi; instabilitas

(mudah jatuh); intelektualitas terganggu (demensia); isolasi (depresi);

inkontinensia; impotensi; imunodefisiensi; infeksi mudah terjadi; impaksi

(konstipasi); iatrogenesis (kesalahn diagnosi); insomnia; impairment of

(gangguan pada); pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman,

komunikasi dan intergritas kulit, inaniation (malnutrisi). Proses menua (Ageing

Process) merupakan proses menghilangnya secara perlahan-lahan mengganti

27

dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Bandiyah Siti, 2009

). Kesegaran atau kebugaran jasmani pada lansia adalah kebugaran dengan

kesehatan, yaitu kebugaran jantungparu, peredaran darah, kekuatan otot, dan

kelenturan sendi. Untuk memperoleh kesegaran jasmani yang baik, harus

melatih semua komponen dasar kesegaran jasmani yang terdiri atas : ketahanan

jantung, peredaran darah, pernapasan, ketahanan otot, kekuatan otot serta

kelenturan tubuh (R. Siti Maryam. dkk 2011). Senam lansia adalah olah raga

ringan yang mudah dilakukan dan tidak memberatkan, yang dapat diterapkan

pada lansia. Aktifitas olah raga ini akan membantu tubuh lansia agar tetap bugar

dan sehat (Widianti, dkk 2010).

Menurut WHO (World Health Organisation), tahun 2025 yang akan

datang jumlah usia lanjut yang ada diseluruh dunia diperkirakan menjadi 1,2

milyar lansia. (Bandiyah, 2009). Saat ini, diseluruh dunia jumlah lansia

diperkirakan ada 529 juta. Jumlah populasi lansia yang ada di Indonesia pada

tahun 2005 kurang lebih 18,7 juta lansia (8,5 % dari jumlah penduduk) dan

diperkirakan tahun 2025 populasi lansia di Indonesia menempati urutan ke-4

dari negara-negara yang jumlah populasi lansianya terbanyak setelah Cina,

India, Amerika (Hardjomarsono, 2011). Sedangkan jumlah lanjut usia di

Indonesia, menurut Badan Pusat Statistik bahwa pada tahun 2004 sebesar

16.522.31 lansia, tahun 2006 sebesar 17.478.282 lansia, tahun 2008 sebesar

19.502.355 lansia (8,55% dari total penduduk sebesar 228.018.900) dan pada tahun 2010 sebesar 23.992.513 lansia (9,77%).

Di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 terdapat 2.229.448 lansia

sedangkan yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 1.321.757 lansia

(59,29%) (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2010). Data Dinas Kesehatan Kota

Semarang, di daerah Kota Semarang pada tahun 2011 terdapat jumlah

penduduk Lanjut Usia sebanyak 59081 lansia. Untuk memberi pelayanan

kesehatan maka didirikan sejumlah 781 Posyandu Lansia, dengan kegiatan-

kegiatan yang mendukung kesejahteraan lansia salah satu diantaranya yaitu

senam lansia yang terdapat 625 kelompok senam lansia di seluruh Kota

Semarang. Data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2011 di Puskesmas

Pegandan jumlah lansia 2145 dengan 37 kelompok senam lansia. sedangkan di

Kelurahan Pudak Payung dengan jumlah lansia usia 60-65 tahun sebanyak 397

lansia, dan mengikuti senam yaitu 90 lansia.

28

Jumlah keseluruhan lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang terdapat 850 lansia. Data dari kelurahan Pudak

Payung terdapat 16 RW. Bulan November 2013 di dapatkan jumlah lansia usia

60-65 tahun sebanyak 397 lansia. Di Rw 1 terdapat 54 lansia, di Rw 2 terdapat

28 lansia, di Rw 2 terdapat 28 lansia, di Rw 3 terdapat 28 lansia, di Rw 4

terdapat 64 lansia, di Rw 5 terdapat 60 lansia, di Rw 6 tidak terdapat lansia

berumur 60-65 tahun, di Rw 7 terdapat 29 lansia, di Rw 8 terdapat 16 lansia, di

Rw 9 tidak terdapat lansia, di Rw 10 terdapat 43 lansia, di Rw 11 terdapat 38

lansia, di Rw 12 terdapat 22 lansia, di Rw 13 terdapat 49 lansia, di Rw 14

terdapat 9 lansia, di Rw 15 terdapat 7 lansia, di Rw 16 terdapat 4 lansia. Dari

data study pendahulauan pada bulan November 2013 yang di lakukan di

Kelurahan Pudak Payung terhadap 10 lansia di dapatkan hasil yang mengetahui

tentang senam lansia dan mengikuti senam lansia ada 3 lansia (30%) sedangkan

7 lansia (70%) tidak mengetahui tentang senam lansia dan tidak mengikuti

senam lansia. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin meneliti

mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia tentang Senam Lansia dengan

Keikutsertaan Lansia Dalam Pelaksanaan Senam Lansia di kelurahan Pudak

Payung Kecamatan Banyumanik kota Semarang.

METODE PENELITIAN

Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah hubungan tingkat

pengetahuan lansia tentang senam lansia dengan keikutsertaan lansia dalam

pelaksanaan senam lansia. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Pudak Payung

Kecamatan Banyumanik Kota Semarang pada bulan Mei 2014. Penelitian ini

menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua lansia yang berusia 60-65 tahun, jumlah populasi dalam penelitian ini

sebanyak 387 lansia. Sampel didapatkan 80 responden, dengan teknik

pengambilan sampel adalah proporsional sampel dari 10 RW.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Karaktertistik Sampel

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden

Umur F %

29

60– 62 tahun 48 60,0 63-65 tahun 32 40,0

Jumlah 100,0 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar

lanjut usia berumur 60-62 tahun yaitu sebanyak 48 orang (60,0%).

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden

Pendidikan F %

Tidak sekolah 12 15,0

Dasar (SD-SMP) 58 72,5

Menengah (SMU) 6 7,5

Perguruan tinggi 4 5,0

Jumlah 80 100,0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar

lanjut usia berpendidikan dasar (SD-SMP) yaitu sebanyak 58 orang

(72,5%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden

Pekerjaan f %

Tidak bekerja 9 11,3

Buruh 34 42,5

Pedagang 25 31,3

PNS 6 7,5

Purnawirawan 5 6,3

lain-lain 1 1,3

Jumlah 80 100,0 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar

lanjut usia bekerja sebagai buruh yaitu sebanyak 34 orang (42,5%).

2. Analisis Univariat

a. Tingkat Pengetahuan Lansia tentang Senam Lansia Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang

30

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Senam Lansia di Kelurahan Pudak Payung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang

Pengetahuan f %

Baik 22 27,5

Cukup 21 26,3

Kurang 37 46,3

Jumlah 80 100,0

Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa pengetahuan lansia

tentang senam lansia Kelurahan Pudakpayung Kecamatan

Banyumanik Kota Semarang sebagian besar dalam kategori kurang

baik yaitu sebanyak 37 orang (46,3%).

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan

lanjut usia dengan keikutsertaan lanjut usia dalam mengikuti senam

lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota

Semarang dari 80 lanjut usia menunjukan bahwa responden dengan

pengetahuan kurang sebanyak (46,3%), pengetahuan cukup

sebanyak (26,3%), dan pengetahuan baik sebanyak (27,5%).

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar

pendidikan lansia rendah yaitu pada pendidikan dasar (SD-SMP)

sebanyak 58 (72,5%) responden. Hal ini dikarenakan kurangnya

pengetahuan lanjut usia tentang senam lansia.

b. Keikutsertaan Lansia dalam Pelaksanaan Senam Lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang

Tabel 5. Distribusi Frekuensi KeikutsertaanLansia Dalam Pelaksanaan Senam

Lansia di Kelurahan PudakPayung Kecamatan Banyumanik Kota

Semarang

Pendampingan suami f %

Mengikuti teratur 21 26,3

Mengikuti tidak teratur 20 25,0

Tidak mengikuti 39 48,8

Jumlah 80 100,0

31

Berdasarkan Tabel 5. menunjukkan bahwa keikutsertaan lansia

dalam pelaksanaan senam lansia di Kelurahan Pudakpayung

Kecamatan Banyumanik Kota Semarang sebagian besar tidak

mengikuti yaitu sebanyak 39 orang (48,8%).

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan

lanjut usia tentang senam lansia dengan keikutsertaan lansia dalam

mengikuti senam lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan

Banyumanik Kota Semarang menunjukan bahwa sebagian besar

responden yang tidak mengikuti teratur sebanyak 39 (48,8%)

responden, mengikuti teratur 21 (26,3) responden, dan mengikuti

tidak teratur 20 (25,0%) responden.

Sesuai Erfandi (2008), keikutsertaan senam lansia adalah

dimana lansia mengikuti kegiatan senam lansia secara teratur,

terukur serta terencana dan tujuannya untuk meningkatkan

kemampuan fungsional raga. Dan factor yang mempengaruhi

keikutsertaan senam lansia adalah pengetahuan lansia, jarak dan

dukungan keluarga serta sikap lansia.

3. Analisis Bivariat

Tabel 6. Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia tentang Senam Lansia dengan

Keikutsertaan dalam Pelaksanaan Senam Lansia di Kelurahan Pudakpayung

Kecamatan Banyumanik Kota Semarang

Pengetahuan Keikutsertaan

Mengikuti Mengikuti

teratur

tidak

Tidak Total

p-

teratur mengikuti value

f % f % f % f %

14 63,5 3 13,6 5 22,7 22 100,0 0,000

Baik

Cukup 5 23,8 15 71,4 1 4,8 21 100,0

Kurang 2 5,4 2 5,4 33 89,2 37 100,0

32

Jumlah 21 26,3 20 25,0 39 48,8 80 100,0

Berdasarkan hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang

senam lansia dalam keikutsertaan dalam pelaksanaan senam lansia di

Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang

diperoleh responden yang mempunyai pengetahuan tentang senam

lansia kategori baik sebanyak 22 orang dimana 14 orang (63,6%)

mengikuti senam lansia dengan teratur, 3 orang (13,6%) mengikuti

senam lansia dengan tidak teratur dan 5 orang (22,7%) tidak mengikuti

senam lansia.

Responden yang mempunyai pengetahuan tentang senam lansia

kategori cukup baik sebanyak 21 orang dimana 5 orang (23,8%)

mengikuti senam lansia dengan teratur, 15 orang (71,4%) mengikuti

senam lansia dengan tidak teratur dan 1 orang (4,8%) tidak mengikuti

senam lansia. Responden yang mempunyai pengetahuan tentang senam

lansia kategori kurang baik sebanyak 37 orang dimana 2 orang (5,4%)

mengikuti senam lansia dengan teratur, 2 orang (5,4%) mengikuti

senam lansia dengan tidak teratur dan 33 orang (89,2%) tidak mengikuti

senam lansia.

Hasil uji statistik didapatkan nilai χ2 sebesar 66,615 dan nilai p value

sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan tingkat

pengetahuan lansia tentang senam lansia dalam keikutsertaan dalam

pelaksanaan senam lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan

Banyumanik Kota Semarang

Lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota

Semarang yang mempunyai pengetahuan tentang senam lansia kategori

baik sebagian besar mengikuti senam lansia di mana responden

mengetahui senam lansia membantu tubuh agar tetap bugar dan sehat,

olahraga ringan yang mudah dilakukan dan tidak memberatkan

sehingga mereka mengikuti senam lansia dengan teratur. Keteraturan

lansia mengikuti senam lansia tersebut didukung oleh dukungan

keluarga yang baik. Dimana mereka memberikan motivasi dan

kesediaan mengantar serta mendampingi.

Responden yang mempunyai pengetahuan tentang senam lansia

kategori cukup baik sebanyak 21 orang dimana 5 orang (23,8%)

mengikuti senam lansia dengan teratur, 15 orang (71,4%) mengikuti

33

senam lansia dengan tidak teratur dan 1 orang (4,8%) tidak mengikuti

senam lansia. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar

responden yang mempunyai pengetahuan tentang senam lansia

kategori cukup baik mengikuti senam lansia dengan tidak teratur.

Lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota

Semarang yang mempunyai pengetahuan tentang senam lansia kategori

cukup baik di mana mereka mengetahui bahwa dengan mengikuti

senam lansia manfaat minimalnya adalah lansia merasa bahagia,

senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, dan pikiran tetap segar

sehingga mereka mengikuti senam lansia meskipun tidak teratur.

Responden yang mengikuti senam lansia meskipun tidak teratur merasa

bahagia karena dapat berkumpul dengan rekan sebayanya, di mana

mereka dapat bertukar pengalaman dan bercerita tentang kesehatan

dan hal lainnya. Hal tersebut diantaranya didukung dengan sikap positif

mereka terhadap senam lansia.

Sesuai Erfendi (2008) penilaian pribadi atau sikap yang baik trhadap

petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia dalam

mengikuti kegaiatan senam lansia. Dengan sikap baik tetsebut, lansia

cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di

posyandu lansia dalam hal senam lansia. Hal ini dapat dipahami karena

sikap seseorang adalah salah satu cerminan dari kesiapan untuk

bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan

potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertenetu apabila indivdu

dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.

Responden yang mempunyai pengetahuan tentang senam lansia

kategori kurang baik sebanyak 37 orang dimana 2 orang (5,4%)

mengikuti senam lansia dengan teratur, 2 orang (5,4%) mengikuti

senam lansia dengan tidak teratur dan 33 orang (89,2%) tidak mengikuti

senam lansia. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar

responden yang mempunyai pengetahuan tentang senam lansia

kategori kurang baik tidak mengikuti senam lansia dengan teratur.

Lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota

Semarang yang mempunyai pengetahuan tentang senam lansia kategori

kurang baik di mana mereka tidak mengetahui bahwa senam lansia

dapat melatih tulang agar tetap kuat dan dapat membantu kerja

34

jantung secara optimal, sehingga mereka tidak teratur dalam melakukan

senam lansia. Sebagian dari responden mengikuti senam lansia hanya

kerena ingin berkumpul dengan komunitasnya, mencari teman yang

dapat digunakan sebagai teman bercerita atau berbagi, sehingga ketika

mereka sudah tidak mendapatkan teman berbagi ketika melakukan

senam, maka mereka tidak aktif lagi untuk mengikuti kegiatan tersebut.

Hasil uji statistik didapatkan nilai χ2 sebesar 66,615 dan nilai p value

sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan tingkat

pengetahuan lansia tentang senam lansia dalam keikutsertaan dalam

pelaksanaan senam lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan

Banyumanik Kota Semarang.

Sesuai Erfendi (2008) pengetahuan lansia akan manfaat senam lansia ini

dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan

sehariharinya. Lansia yang menghadiri kegiatan posyandu lansia, akan

mendapat penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan

segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada

mereka. Pengalaman serta pengetahuan lansia menjadi pendorong

minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu

lansia (senam lansia).

KESIMPULAN

1. Sebagian besar responden berumur 60-62 tahun yaitu sebanyak 48 orang (60,0%), berpendidikan dasar (SD-SMP) yaitu sebanyak 58 orang (72,5%) dan bekerja sebagai buruh yaitu sebanyak 34 orang (42,5%).

2. Sebagian besar Pengetahuan lansia tentang senam lansia Kelurahan

Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang dalam kategori kurang baik yaitu sebanyak 37 orang (46,3%).

3. Sebagian besar Keikutsertaan lansia dalam pelaksanaan senam lansia di

Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang tidak mengikuti yaitu sebanyak 39 orang (48,8%).

4. Ada hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia dalam

keikutsertaan dalam pelaksanaan senam lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang, dengan p value 0,000.

35

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Rineka Cipta, Jakarta

Azwar, Saifudin. (2011). Metode Penelitian. Pustaka Belajar, Yogyakarta Provinsi Jawa Tengah

Badan Pusat Statistik. (2010). Profil Lansia Jawa Tengah Semarang : BPS Provinsi Jawa Tengah

Bandiyah, Siti. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika, Yogyakarta

Darmojo, R. Boedhi dan Martono, H. Hadi. (2006). Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). FKUI, Jakarta

Dinkes Kota Semarang. (2011). Format Pencatatan Hasil Kgiatan Kesehatan di

Kelompok Usia lanjut Tingkat Kota Semarang Tahun 2010, Dinas Kesehatan

Kota Semarang

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika, Jakarta

Maryam, R. Siti, dkk. (2011). Mengenal Usia Lnajut dan perawatannya, salemba medika, Jakarta selatan

Notoatmodjo.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik, Edisi 3. HCG. Jakarta

Tamher, S dan Noorkasiani. (2011). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta

Widianti, Anggriyana Tri. (2010). Senam Kesehatan. Nuha Medika, Yogyakarta

36

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

LANSIA TENTANG SENAM LANSIA DI PANTI

SOSIAL TRESNA WERDHA SABAI

NAN ALUIH SICINCIN

Jurnal Keperawatan Silampari (JKS) Volume 1, No 2, Januari-Juni 2018 e-ISSN : 2581-1975

p-ISSN : 2597-7482

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU LANSIA DALAM MENGIKUTI SENAM LANSIA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS

Novianti 1, Dina2 1,2

UPTD Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

lansia dalam mengikuti senam lansia di Puskesmas Jalan Gedang di Kota Bengkulu.

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan crosssectional. Populasi

yang semuanya lansia di senam di Puskesmas Jalan Gedang berjumlah 50 orang, dengan

total sampel 33 orang, dan diambil dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data

dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan

analisis univariat dan bivariat dengan uji chi-square pada α 5%. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar responden (60,6%) memiliki pengetahuan kurang,

kebanyakan responden (51,5%) mendapat dukungan keluarga yang lebih rendah, hampir

separuh responden (36,4%) memiliki motivasi rendah, hampir setengah responden

(42,4%) berperilaku tidak aktif dalam berpartisipasi. pada senam untuk lansia, dan hasil

nilai chi-square ρ = 0,040, 0,000 dan 0,001 menunjukkan tidak ada hubungan antara

pengetahuan, dukungan keluarga dan motivasi terhadap perilaku lansia dalam mengikuti

37

senam di Puskesmas Jalan Gedang di Kota Bengkulu. 2016. Pengetahuan, dukungan

keluarga, dan motivasi sangat penting bagi lansia agar senantiasa mengikuti senam

secara aktif, karena senam sangat berguna untuk menjaga kesehatan.

Kata kunci: Dukungan Keluarga Kesadaran, Motivasi dan Perilaku

ABSTRACT

This study aimed to determine the factors that influence the behavior of the elderly in

participating in gymnastics for elderly in Jalan Gedang Health Center in Bengkulu City, 2016.

This study was an analytical study using cross-sectional design. The population were all

elderly at gymnastics in Jalan Gedang health center totaled 50 people, with a total sample

of 33 people, and were taken using accidental sampling technique. Data collection was done

by direct interview using a questionnaire. The data were analyzed using univariate and

bivariate analysis with chi-square test at α 5%. The results showed that most respondents

(60.6%) had less knowledge, most respondents (51.5%) got lower family support, almost

half of respondents (36.4%) had low motivation, almost half of respondents (42.4%) behave

not active in participating in gymnastics for elderly, and the results of the chi-square value

of ρ = 0.040, 0.000 and 0.001 showed no relationship between knowledge, family support

and motivation to the behavior of the elderly in participating in gymnastics in Jalan Gedang

health center in Bengkulu City 2016. Knowledge, family support, and motivation are very

important for the elderly in order to follow gymnastics actively, because gymnastics is very

useful for maintaining health.

Keywords: Awareness, Behavior, Family Support, and Motivation

4. PENDAHULUAN

Salah satu hasil pembangunan di Indonesia adalah meningkatnya angka harapan hidup.

Pembangunan di Indonesia sudah cukup berhasil karena angka harapan hidup bangsa kita

meningkat secara bermakna. Namun, dengan meningkatnya harapan hidup, populasi

penduduk lanjut usia semakin meningkat (Suseno, 2012).

Semakin meningkatnya populasi lansia perlu mendapatkan perhatian khusus terutama

peningkatan kualitas hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatannya. Salah satu

upaya yang dilaksanakan adalah program posyandu lansia. Posyandu lansia merupakan

38

salah satu program Puskesmas melalui kegiatan peran serta masyarakat yang ditujukan pada

masyarakat setempat, khususnya lansia. Salah satu kegiatan di posyandu lansia yaitu senam

lansia. Senam lansia bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran lanjut usia.

Dengan melakukan olahraga kesehatan secara teratur dapat memperbaiki morbiditas dan

mortalitas yang diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler. Selain itu olah raga pada lanjut

usia juga akan membantu meningkatkan kualitas hidup, menambah kegembiraan dan

memaksimalkan sisa kemampuan (Padila, 2013).

Perilaku lansia untuk mengikuti kegiatan senam dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut

Mantra, perilaku dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, motivasi kepercayaan dan sikap

positif, tersedianya sarana dan prasaran yang diperlukan dan terdapat dorongan yang

dilandasi kebutuhan yang dirasakan. Sikap lanjut usia perempuan dan laki laki dapat

berupa sikap positif (mendukung) dan sikap negatif (menolak). Ada 3 faktor yang saling

menunjang untuk pembentukan sikap, yaitu kognitif, konatif, dan afektif yang merupakan

presdiposisi terhadap tindakan dan perilaku seseorang (Sigalingging, 2008).

Puskesmas Jalan Gedang terdapat posyandu lansia yang salah satu kegiatannya adalah

senam lansia yang bernama kelompok senam jantung sehat (KJS) yang beranggotakan 50

orang, tetapi jumlah lansia yang berkunjung ke posyandu lansia masih rendah. Berdasarkan

studi awal kader posyandu lansia dalam pelaksanaan kegiatan senam masih banyak lansia

tidak aktif mengikuti dan yang aktif hanya berjumlah 28 orang. Ketidakhadiran para lansia ke

Posyandu untuk kegiatan senam menurut berdasarkan hasil dari wawancara 6 orang lansia,

30% karena tidak ada yang mengantar, 50% karena senam dianggap kurang bermanfaat bagi

kesehatannya, dan 20% karena kurang menyenangi senam sedangkan menurut dari kader

Posyandu disebabkan oleh berbagai kondisi fisik yang terjadi pada lansia seperti sedang

sakit atau lupa dengan jadwal Posyandu.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang” Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia dalam mengikuti senam lansia

di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu Tahun 2016”. Dimana tujuan dari

penelitian ini adalah untuk melihat faktor pengetahuan, dukungan keluarga, motivasi, dan

perilaku lansia dalam mengikuti kegiatan senam lansia.

5. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross-sectional.

Populasi penelitian adalah seluruh lansia senam di Puskesmas Jalan Gedang yang berjumlah 50

orang, dengan jumlah sampel sebanyak 33 orang, dan diambil menggunakan teknik accidental

sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung

39

menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi-square pada α 5%.

6. HASIL PENELITIAN

Data yang diperoleh dari penelitian kemudian dikelompokkan dan ditabulasi sesuai dengan

keperluan peneliti. Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dan analisis data.

Hasil penelitian disajikan dalam analisis univariat dan setiap variable independen dan

dependen. Penyajian dilanjutkan dengan hasil analisis bivariat yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara variable independen dan variable dependen. Dengan hasil

penelitian sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lansia

Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

Kurang 20 60,6

Cukup 7 21,2

Baik 6 18,2

Total 33 100,0

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui dari 33 responden terdapat sebagian besar responden (60,6%) memiliki pengetahuan kurang.

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Lansia

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)

Rendah 17 51,5

Tinggi 16 48,5

Total 33 100,0

Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui dari 33 responden terdapat sebagian besar responden (51,5%) mendapat dukungan keluarga rendah.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Motivasi Lansia

40

Motivasi Frekuensi Persentase

(%)

Rendah Tinggi 12 36,4

21 63,6

Total 33 100,0

Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui dari 33 responden terdapat hampir sebagian responden (36,4%) memiliki motivasi rendah.

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Perilaku Lansia

Perilaku Lansia Frekuensi Persentase

(%)

Tidak Aktif Aktif 14 42,4

19 57,6

Total 33 100,0

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diketahui dari 33 responden terdapat hampir sebagian

responden (42,4%) berperilaku lansia tidak aktif dalam mengikuti senam lansia.

Tabel 5 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Lansia dalam Mengikuti Senam Lansia

Perilaku Lansia Total

Pengetahuan Tidak Aktif Aktif p

n % n % n %

Kurang 12 60,0 8 40,0 20 100,0 0, Cukup 1 14,3 6 85,7 7 100,0 04

Baik 1 16,7 5 83,3 6 100,0 0

Berdasarkan tabel 5 diatas diketahui dari 20 responden pengetahuan kurang terdapat

sebagian besar responden (60,0%) berperilaku tidak aktif dalam mengikuti senam lansia.

Berdasarkan uji chi-square (Pearson Chi-Square) didapatkan nilai ρ = 0,040 maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku lansia dalam

mengikuti senam lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu Tahun

2016.

41

Tabel 6 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Lansia

Perilaku Lansia Total

Dukungan Keluarga Tidak Aktif Aktif p

n % n % n %

Rendah Tinggi 13 1 76,5 6,2 4 23,5 17 100,0 0,00 15 98,2 16 100,0 0

Berdasarkan tabel 6 diatas diketahui dari 17 responden yang mendapat dukungan keluarga

rendah terdapat hampir seluruh responden (76,5%) berperilaku tidak aktif dalam

mengikuti senam lansia. Berdasarkan uji chi-square (Continuity Correction) didapatkan nilai

ρ = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan

perilaku lansia dalam mengikuti senam lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang

Kota Bengkulu Tahun 2016.

Tabel 7 Hubungan Motivasi dengan Perilaku Lansia dalam

Mengikuti Senam Lansia

Perilaku Lansia Total

Motivasi Tidak Aktif Aktif p

n % n % n %

Rendah Tinggi 10 4 83,3 2 16,7 12 100,0 0,00

19,0 17

81,0 21 100,0 1

Berdasarkan tabel 7 diatas diketahui dari 12 responden yang motivasi rendah terdapat

hampir seluruh responden (83,3%) berperilaku tidak aktif dalam mengikuti senam lansia.

Berdasarkan hasil uji chi-square (Continuity Correction) didapatkan nilai ρ = 0,001 maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan motivasi dengan perilaku lansia dalam mengikuti senam

lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu Tahun 2016.

PEMBAHASAN

7. Pengetahuan Lansia Tentang Senam Lansia

Berdasarkan hasil penelitian tabel 1 di atas dapat diketahui dari 33 responden terdapat

sebagian besar responden (60,6%) memiliki pengetahuan kurang. Hasil penelitian mengenai

42

pengetahuan lansia tentang manfaat senam lansia menunjukkan bahwa tingkat

pengetahuan responden mayoritas termasuk dalam kategori kurang. Kurangnya

pengetahuan lansia tentang manfaat senam lansia dikarenakan terbatasnya informasi

mengenai manfaat senam lansia, sehingga informasi dan pengetahuan tentang manfaat

senam lansia belum dapat dimengerti oleh responden. Dan kurang optimalnya kader

dalam memberikan informasi, imbauan, bujukan dan ajakkan terhadap lansia yang tidak

aktif membuat responden semakin tidak aktif untuk mengikuti kegiatan senam lansia.

Pengetahuan lansia akan manfaat senam lansia ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi

dalam kehidupan sehari-harinya. Lansia yang menghadiri kegiatan posyandu, akan

mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala

keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Pengalaman serta

pengetahuan lansia menjadi pendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti

kegiatan posyandu lansia (senam lansia).

Penelitian ini didukung teori Notoatmojo, (2010) yang mengatakan pengetahuan yang

dicari seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berpikir dengan kata

lain seseorang yang berpengetahuan tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih

baik umumnya terbuka atau cepat tanggap untuk menerima perubahan atau hal baru

dibandingkan dengan yang berpengetahuan lebih rendah, begitu pula halnya dengan

pengetahuan lansia cenderung mempengaruhi perilaku lansia dalam mengikuti senam.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Puspitasari (2014) dengan judul hubungan tingkat

pengetahuan dan dukungan keluarga dengan keaktifn lanjut usia dalam mengikuti

kegiatan di posyandu lansia Desa Gajahan Kecamatan Colomadu, menunjukan sebagian

besar responden (61,5%) pengetahuan baik, pengetahuan lansia diperoleh dari hasil

pengalaman lansia selama proses aktif di posyandu, sehingga lansia mampu merasakan

manfaat dari kegiatan Posyandu Lansia (senam lansia).

Berdasarkan hasil penelitian penulis berasumsi bahwa pengetahuan lansia tentang senam

lansia sangat diperlukan karena mendorong lansia untuk mengikuti senam, sehingga perlu

edukasi tentang senam dari tenaga kesehatan Puskesmas Jembatan Kecil kota Bengkulu.

8. Dukungan Keluarga Pada Lansia dalam Mengikuti Senam Lansia

Berdasarkan hasil penelitian tabel 2 di atas dapat diketahui dari 33 responden terdapat

sebagian besar responden (51,5%) mendapat dukungan keluarga rendah. Hal ini terlihat

dari jawaban responden yang mengatakan yang lebih dominan tidak diantar keluarga untuk

mengikuti senam lansia, responden senam lebih dominan atas kemauan sendiri, dan kalau

responden lupa mengikuti senam keluarga biasa saja tidak merasa kecewa. Padahal

43

mengingat pada orang lanjut usia (lansia) banyak dari organ tubuh yang mulai mengalami

proses degenerasi atau menua serta berbagai macam penyakit kronis yang mulai

mengghinggapi mereka. Maka untuk mendapatkan kesegaran tubuh perlu memilih olah raga

yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Olahraga yang dapat dilakukan berupa jalan pagi

atau olah raga aerobik seperti senam lansia, yang dilakukan secara teratur dua atau tiga kali

dalam seminggu dengan intensitas yang terukur sehingga kualitas kesegaran fisik pada

lansia dapat ditingkatkan.

Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk

mengikuti kegiatan senam lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia

apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia,

mengingatkan lansia jika lupa jadwal senam lansia, dan berusaha membantu mengatasi

segala permasalahan bersama lansia.

Setelah seseorang memasuki masa lansia, maka dukungan keluarga dari orang lain menjadi

sangat berharga dan akan menambah ketenteraman hidupnya. Namun demikian dengan

adanya dukungan keluarga tersebut tidaklah berarti bahwa setelah memasuki masa seorang

lansia hanya tinggal duduk, diam, tenang, dan berdiam diri saja. Untuk menjaga kesehatan

baik fisik maupun kejiwaannya lansia justru tetap harus melakukan aktivitas-aktivitas yang

berguna bagi kehidupannya. Lansia tidak boleh berdiam diri saja tanpa melakukan aktivitas

fisik, dan semua dilayani oleh orang lain. Hal itu justru akan mendatangkan berbagai

penyakit dan penderitaan, sehingga bisa menyebabkan para lansia tersebut cepat

meninggal dunia.

Hasil penelitian didukung teori Maryam, (2010), dukungan keluarga merupakan informasi

verbal maupun non verbal, saran, bantuan yang nyata yang diberikan oleh orang-orang yang

dekat dengan subjek di dalam lingkungan keluarganya, atau yang berupa kehadiran dan hal-

hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku

penerimanya. Dukungan keluarga juga dapat didefinisikan sebagai adanya kenyamanan,

perhatian, penghargaan, atau sikap penerimaan, dukungan sosial tersebut diperoleh dari

kelompok. Keaktifan lansia dalam mengikuti senam lansia sangat dipengaruhi oleh

dukungan keluarga itu sendiri. keluarga diharapkan dapat memberikan motivasi pada lansia

dalam mempertahankan kesehatannya.

Keluarga merupakan tempat bernaung dan berlindung bagi para lansia, oleh karena itu

keluarga diharapkan dapat memberikan dukungannya terhadap lansia, karena dukungan

keluarga merupakan salah satu unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan

masalah dalam hal ini masalah kesehatannya. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan

44

bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat (Padila, 2012).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Novarina (2012), dengan judul

hubungan dukungan keluarga tentang senam lansia Dengan keaktifan mengikuti senam di

Posyandu “Peduli Insani” di Mendungan Desa

Pabelan Kartasura, menujukan sebagian besar responden (52%) dukungan keluarga kategori

buruk sehingga semakin tinggi tingkat dukungan keluarga maka semakin tinggi tingkat keaktifan

lansia mengikuti senam. Tingkat dukungan keluarga yang cukup tentang senam lansia sangat

penting, sehingga resiko lansia mengalami kelemahan fisik bisa dicegah.

Dan sejalan dengan penelitian Puspitasari (2014), dengan judul hubungan tingkat

pengetahuan dan dukungan keluarga dengan keaktifan lanjut usia dalam mengikuti

kegiatan di posyandu lansia Desa Gajahan Kecamatan Colomadu, menunjukan hampir

sebagian responden dukungan keluarga sedang. Dukungan keluarga yang sedang dapat

diartikan bahwa masih ada responden yang kurang baik mendapat dukungan keluarga

terhadap keaktifan dalam mengikuti posyandu.

Hasil penelitian ini sejalan penelitian Suseno (2012), dengan judul faktorfaktor yang

mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu lansia di Desa Kauman

Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten, menunjukan sebagian besar responden (73%)

mendapat dukungan keluarga kurang. Berdasarkan hasil penelitian penulis berasumsi

bahwa dukungan keluarga diperlukan oleh lansia untuk mengikuti senam lansia, salah

satunya dengan keluarga mengingatkan jadwal senam atau kalau bisa mengantar lansia

untuk senam sehingga kesehatan lansia bisa terkontrol.

9. Motivasi Lansia dalam Mengikuti Senam Lansia

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 di atas dapat diketahui dari 33 responden terdapat

hampir sebagian responden (36,4%) memiliki motivasi rendah. Hal ini terlihat dari jawaban

responden yang mengatakan lebih dominan mengatakan bahwa senam tidak membuat percaya

diri dan mengurangi rasa cemas, lebih dominan tidak ada dorongan dari petugas kesehatan

untuk lebih giat mengikuti senam, dan responden lebih dominan mengatakan tidak ada petugas

kesehatan dan teman lansia yang mengajak senam jika ia malas mengikuti senam. Sedangkan

motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak, motivasi merupakan dampak

dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya. motivasi merupakan tenaga

penggerak, dengan motivasi manusia akan lebih cepat dan bersungguh sungguh untuk

melakukan kegiatan. Motivasi dibagi menjadi dua jenis motivasi yaitu motivasi intrinsik berasal

dari dalam diri manusia (meliputi kebutuhan akan senam,

45

keinginan untuk mengikuti kegiatan senam, harapan dari kegiatan senam, dan kepuasan

lansia pada kegiatan senam) dan motivasi ektrinsik yang berasal dari luar merupakan

pengaruh dari orang lain atau lingkungan (meliputi motivasi karena rangsangan dari luar

atau pengaruh dari luar lansia, misalnyan dukungan dari keluarga, teman, kader

kesehatan, dan tokoh masyarakat dan petugas kesehatan.

Hasil penelitian ini didukung teori Ismawati (2010), kurangnya motivasi dalam mengikuti

kegiatan senam lansia salah satunya adalah kegiatan yang diadakan tidak banyak

perubahan atau jenis senam hanya satu macam hanya monotun, sehingga menjadikan

motivasi untuk tetap mengikuti kegiatan senam lansia semakin berkurang.

Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan diperlukan faktor lain yaitu motivasi.

Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang

menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah laku. Motivasi merupakan

tenaga penggerak, dengan motivasi manusia akan lebih cepat dan bersungguh sungguh

untuk melakukan kegiatan. Motivasi dibagi menjadi dua jenis motivasi yaitu motivasi

intrinsik berasal dari dalam diri manusia (meliputi kebutuhan akan senam, keinginan untuk

mengikuti kegiatan senam, harapan dari kegiatan senam, dan kepuasan lansia pada kegiatan

senam) dan motivasi ektrinsik yang berasal dari luar merupakan pengaruh dari orang lain

atau lingkungan (meliputi motivasi karena rangsangan dari luar tau pengaruh dari luar

lansia, misalnya dukungan dari keluarga, teman, kader kesehatan, dan tokoh masyarakat

dan petugas kesehatan (Padila, 2013).

Hasil penelitian ini tidak sejalan penelitian Suseno (2012), dengan judul faktor-faktor yang

mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu lansia di Desa

Kauman Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten, menunjukan sebagian besar responden

(65%) motivasi kurang. Dan sejalan penelitian Hasanah (2007), dengan judul tinjauan

motivasi lansia dalam mengikuti senam lansia pada Paguyuban Lansia di Rumah Sakit Panti

Rahayu YAKKUM Purwodadi Grobogan, menunjukan hampir seluruh responden (84,3%)

motivasi tinggi dalam mengikuti senam lansia.

Berdasarkan hasil penelitian penulis berasumsi motivasi lansia baik dari dalam diri

sendiri atau dari luar mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti senam lansia

sehingga diperlukan.

10. Perilaku Lansia dalam Mengikuti Senam Lansia

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4 di atas dapat diketahui dari 33 responden terdapat

hampir sebagian responden (42,4%) berperilaku tidak aktif dalam mengikuti senam. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pengetahuan, sosial ekonomi, ketersediaan

46

sarana dan fasilitas, letak geografis, dukungan keluarga dan sikap petugas kesehatan. Dari

hasil observasi dilapangan melalui daftar hadir selama 12 kali pertemuan terdapat kehadiran

lansia yang terendah sebanyak 35 lansia dengan kehadiran 1 sampai 4 kali pertemuan, ini

disebabkan karena keluarga tidak memberi tahu jadwal senam, fasilitas senam yang

diberikan kader kurang mencukupi, jarak rumah lansia dengan posyandu jauh, lansia tidak

datang mengikuti kegiatan senam lansia karena tidak tahu manfaat senam. Didukung teori

Wulan (2012) dalam Novarina (2012), dengan banyaknya lansia yang aktif mengikuti senam

diharapkan lansia mendapatkan manfaat dari mengikuti senam lansia sehingga lansia tetap

bugar dan memiliki harapan hidup yang tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Widyastuti (2012) dalam Novarina (2012), dengan banyaknya lansia

yang aktif mengikuti senam diharapkan lansia mendapatkan manfaat dari mengikuti senam

lansia sehingga lansia tetap bugar dan memiliki harapan hidup yang tinggi. Berdasarkan hasil

penelitian penulis berasumsi perilaku aktif dalam mengikuti senam lansia sangat penting

karena bermanfaat bagi kesehatan lansia agar tubuh tetap sehat dan bugar.

11. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Lansia

dalam Mengikuti Senam Lansia

Berdasarkan hasil penelitian tabel 5 diatas diketahui dari 20 responden pengetahuan

kurang terdapat sebagian besar responden (60,0%) berperilaku tidak aktif dalam mengikuti

senam lansia, dan dari 6 responden yang pengetahuan baik terdapat hampir seluruh

responden (83,3%) berperilaku aktif dalam mengikuti senam lansia. Berdasarkan hasil

analisis uji chi-square (Pearson Chi-Square) didapatkan nilai ρ = 0,040 < α 0,05 berarti

signifikan maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara pengetahuan dengan perilaku lansia dalam mengikuti senam lansia Di Wilayah Kerja

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat responden yang memiliki pengetahuan kurang,

namun responden aktif mengikuti kegiatan senam di posyandu lansia. Faktor pendukung

untuk menjadikan responden aktif adalah ajakan dari kader posyandu dan keinginan dapat

bertemu dengan rekan sesama lansia. Meskipun secara pengetahuan responden kurang,

namun responden lebih banyak mengikuti ajakan untuk mengikuti kegiatan posyandu.

Faktor yang tidak kalah penting adalah adanya kesempatan bagi responden untuk dapat

bersosialisasi dengan rekan sesama lansia. Pertemuan bagi rekan lain yang berjauhan rumah

menjadi kesempatan baik yang digunakan oleh responden. Sedangkan responden yang

memiliki pengetahuan baik namun tidak aktif mengikuti kegiatan senam. Kondisi ini

disebabkan oleh adanya aktivitas lain yang bersamaan waktunya kegiatan posyandu lansia.

Acara yang diadakan pada pagi hari menjadikan responden sulit untuk menentukan pilihan

yang ada seperti membantu memasak yang dilakukan pagi hari untuk keperluan kebutuhan

47

rumah tangga dimana responden hidup bersama anak dan cucunya. Oleh karena itu

pengetahuan yang baik pada responden tidak cukup kuat untuk menjadikan

responden selalu aktif mengikuti kegiatan senam lansia.

Hasil penelitian ini didukung teori Notoatmojdo (2010), pengetahuan yang dicari seseorang

memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berpikir dengan kata lain seseorang

yang berpengetahuan tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih baik umumnya

terbuka atau cepat tanggap untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan

dengan yang berpengetahuan lebih rendah, begitu pula halnya dengan pengetahuan lansia

cenderung mempengaruhi perilaku lansia dalam mengikuti senam.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Damayanti (2012), dengan judul hubungan

tingkat pengetahuan dan sikap lansia dengan keikutsertaan sikap lansia dalam mengikuti

posyandu lansia di Kelurahan Sambungharjo, menunjukan ada hubungan pengetahuan

dengan keikutsertaan sikap lansia dalam mengikuti posyandu lansia. Dan sejalan

penelitian Suseno (2012), dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia

dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia di Desa Kauman Kecamatan Polanharjo

Kabupaten Klaten, menunjukan ada pengetahuan dengan keaktifan lansia dalam

mengikuti kegiatan posyandu lansia dengan nilai p = 0,022.

Berdasarkan hasil penelitian penulis berasumsi bahwa pengetahuan lansia tentang senam

mempengaruhi perilaku lansia dalam mengikuti senam lansia, dengan tahunya lansia

manfaat senam maka lansia akan aktif mengikuti senam begitupun sebaliknya dengan lansia

yang tidak tahu manfaat senam, maka lansia tidak aktif mengikuti senam hanya karena

ajakan teman atau kebetulan bisa ikut senam.

12. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Perilaku Lansia

dalam Mengikuti Senam Lansia

Berdasarkan hasil penelitian tabel 6 diatas diketahui dari 17 responden yang mendapat

dukungan keluarga rendah terdapat hampir seluruh responden (76,5%) berperilaku tidak

aktif dalam mengikuti senam lansia, dan dari 16 responden yang mendapat dukungan

keluarga tinggi terdapat hampir seluruh responden (98,2%) berperilaku aktif dalam

mengikuti senam lansia. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square (Continuity Correction)

didapatkan nilai ρ = 0,000 < α 0,05 berarti signifikan maka Ho ditolak dan Ha diterima,

dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan perilaku lansia

dalam mengikuti senam lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.

Hasil penelitian menujukan semakin tinggi tingkat dukungan keluarga akan semakin tinggi

tingkat keaktifan lansia mengikuti senam. Tingkat dukungan keluarga yang cukup tentang

48

senam lansia sangat penting, sehingga resiko lansia mengalami kelemahan fisik bisa

dicegah. Teori ini sama dengan yang dikemukakan dalam buku Padila (2013), yaitu

dukungan keluarga dibutuhkan dalam rangka membantu agar lansia tetap dapat

beraktivitas. Menurut PKPM olahraga seperti senam lansia dapat menjaga fungsi oragan

tubuh tetap sehat. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat satu lansia yang memiliki

dukungan keluarga kurang namun aktif dalam menjalankan senam lansia, terdapat satu

lansia yang dukungan keluarganya baik, namun tidak aktif.

Dari hasil observasi pada lansia yang dukungan keluarganya buruk namun aktif dalam

kegiatan senam lansia menunjukan bahwa lansia tersebut mengetahui manfaat dari senam

lansia. Sementara pada lansia yang mendapatkan dukungan keluarga baik namun tidak aktif

dalam kegiatan senam lansia, karena lansia yang bersangkutan sering mengalami gangguan

kesehatan misalnya masuk angin, sehingga meskipun dukungan keluarga baik, namun

karena kondisi kesehatan lansia tidak memungkinkan maka lansia tersebut tidak menghadiri

kegiatan senam lansia. Setelah seseorang memasuki masa lansia, maka dukungan keluarga

dari orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah ketenteraman hidupnya.

Namun demikian dengan adanya dukungan keluarga tersebut tidaklah berarti bahwa

setelah memasuki masa seorang lansia hanya tinggal duduk, diam, tenang, dan berdiam diri

saja. Untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun kejiwaannya lansia justru tetap harus

melakukan aktivitas-aktivitas yang berguna bagi kehidupannya. Lansia tidak boleh berdiam

diri saja tanpa melakukan aktivitas fisik, dan semua dilayani oleh orang lain. Hal itu justru

akan mendatangkan berbagai penyakit dan penderitaan, sehingga bisa menyebabkan para

lansia tersebut cepat meninggal dunia (Azizah, 2011) dalam (Novarina, 2012).

Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian Novarina (2012), dengan judul hubungan

dukungan keluarga dengan tingkat keaktifan lansia dalam mengikuti senam lansia di

Posyandu Peduli Insani Mendungan desa Pabelan Kecamatan Kartasura Kabupaten

Sukoharjo, menggunakan teknik Chi Square diperoleh nilai 2hitung sebesar 46,854 dengan

tingkat signifikansi (p-value) sebesar 0,000, menunjukan ada hubungan antara dukungan

keluarga dengan tingkat keaktifan lansia dalam mengikuti senam lansia di Posyandu Peduli

Insani Mendungan desa Pabelan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo secara

signifikan. Dan sejalan hasil penelitian Puspitasari (2014), dengan judul hubungan tingkat

pengetahuan dan dukungan keluarga dengan keaktifan lanjut usia dalam mengikuti

kegiatan di posyandu Lansia Desa Gajahan Kecamatan Colomadu, menunjukan ada

hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lanjut usia dalam mengikuti kegiatan di

Posyandu Lansia Desa Gajahan Kecamatan Colomadu dengan nilai p = 0,000.

49

Berdasarkan hasil penelitian penulis berasumsi bahwa dukungan keluarga sangat

diperlukan bagi lansia terutama dalam mengikuti senam karena dengan ada dukungan

keluarga dapat memberikan semangat lansia dalam menjaga kesehatannya yang salah satu

caranya dengan aktif mengikuti senam lansia.

13. Hubungan Antara Motivasi dengan Perilaku Lansia dalam

Mengikuti Senam Lansia

Berdasarkan hasil penelitian tabel 7 diatas diketahui dari 12 responden yang motivasi

rendah terdapat hampir seluruh responden (83,3%) berperilaku tidak aktif dalam

mengikuti senam lansia, dan dari 21 responden yang motivasi tinggi terdapat hampir

seluruh responden (81,0%) berperilaku aktif dalam mengikuti senam lansia. Berdasarkan

hasil analisis uji chi-square (Continuity Correction) didapatkan nilai ρ = 0,001 < α 0,05

berarti signifikan maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan motivasi dengan perilaku lansia dalam mengikuti senam lansia di Wilayah Kerja

Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.

Motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak, motivasi merupakan

dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya. motivasi merupakan

tenaga penggerak, dengan motivasi manusia akan lebih cepat dan bersungguh sungguh

untuk melakukan kegiatan. Motivasi dibagi menjadi dua jenis motivasi yaitu motivasi

intrinsik berasal dari dalam diri manusia (meliputi kebutuhan akan senam, keinginan untuk

mengikuti kegiatan senam, harapan dari kegiatan senam, dan kepuasan lansia pada

kegiatan senam) dan motivasi ektrinsik yang berasal dari luar merupakan pengaruh dari

orang lain atau lingkungan (meliputi motivasi karena rangsangan dari luar atau pengaruh

dari luar lansia, misalnyan dukungan dari keluarga, teman, kader kesehatan, dan tokoh

masyarakat dan petugas kesehatan.

Hal ini menunjukkan bahwa dorongan atau keinginan dari lansia mengikuti senam lansia

yang bersumber dari dalam dirinya sudah besar. Dari ketiga indicator faktor intrinsik yang

memotivasi lansia mengikuti senam lansia adalah keinginan untuk menjadi sehat dan dapat

berhubungan dengan masyarakat sesama lansia. Kondisi tersebut cukup beralasan sebab

pada masa lansia kondisi tubuh mereka mulai menurun, sehingga mereka membutuhkan

lantihan fisik yang sesuai dengan kapasitasnya pada masa tua yaitu melalui senam lansia.

Selaras dengan teori tentang senam lansia dalam padila (2013), bahwasanya dengan

senam lansia mereka berkeyakinan dapat terbebas dari berbagai penyakit yang

menghampiri di masa tuanya, mereka dapat menghindari diri dari kegemukan akibat

kekuarangan gerak serta melalui senam lansia juga dapat meningkatkan kekuatannya yang

mulai menurun seiring dengan bertambahnya usia.

50

Keikutsertaan lansia dalam senam lansia atas dorongan untuk dapat berhubungan dan

bermasyarakat juga sangat beralasan sebab pada masa tua, biasanya mereka sudah

berhenti atau pensiun dari segala pekerjaan dan aktifitas yang dilakukannya semasa muda.

Dengan meminggalkan pekerjaan tersebut tentunya mereka juga meninggalkan semua

teman-teman yang dulu selalu bersama-sama semasa muda. Sehingga mereka

membutuhkan komunitas yang baru untuk dapat hidup bermasyarakat dan bergaul untuk

mengisi masa-masa tuanya. Disamping keinginan untuk menjadi sehat dan dapat

bermasyarakat, keikutsertaan lansia mengikuti senam lansia juga karena didorong keinginan

untuk menambah pengetahuan terkait berbagai teknik dan bentuk-bentuk gerakan senam

lansia agar pada akhirnya nanti selain mereka dapat melakukan senam lansia (Padila, 2012).

Adanya motivasi intrinsik yang lebih dominan dibandingkan motivasi ekstrinsik tersebut

tentunya akan membuat para lansia dapat lebih tekun dalam mengikuti segala program

yang direncanakan. Selain itu suatu kegiatan yang didorong oleh motivasi instrinsik lebih

menunjukkan sikap tekun, dedikasi tinggi, tidak bergantung pada orang lain, percaya

diri, disiplin yang tinggi dan memiliki kepribadian yang matang dan mantap. Namun

demikian adanya dorongan dari luar harus tetap ditumbuhkan agar mtovasi seseorang

tersebut semakin tinggi (Padila, 2013).

Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Widjajono (2009) dalam Henny A (2013)

menyatakan kurangnya motivasi pada responden, menjadikan responden tidak aktif

mengikuti kegiatan Posyandu (senam lansia). Motivasi lansia yang terdaftar di Posyandu

dapat dipengaruhi oleh motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik pada lansia

bermakna keinginan yang muncul dari diri sendiri dan tanpa dukungan orang lain. Motivasi

ekstrinsik seperti halnya tokoh masyarakat dan pelayanan petugas Posyandu berkaitan

dengan motivasi masyarakat lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu lansia. Tokoh

masyarakat biasanya dianggap sebagai pemimpin informal sekaligus teladan dan panutan

di masyarakat. Motivasi dari petugas Puskesmas, kader Posyandu dan tokoh masyarakat

setempat berpengaruh pada keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu lansia.

Dan hasil penelitian Hasanah (2007) faktor instrinsik memotivasi lansia untuk mengikuti senam,

dalam kategori tinggi dengan keinginan menambah pengetahuan sebagai alasan utama dan

selanjutnya diikuti oleh keinginan meningkatkan derajat kesehatan, dan untuk menambah

hubungan kemasyarakatan dimasa-masa tuanya. Kemudian faktor ekstrinsik memotivasi lansia

untuk mengikuti senam, dalam kategori sedang dengan fasilitas serta peluang bermasyarakat

pendorong utama dan diikuti oleh adanya kesempatan untuk mendapatkan kegembiraan dan

kesenangan, kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan serta peran serta

pelatih. Dan sejalan hasil penelitian Suseno (2012), dengan judul faktor-faktor yang

mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan

51

posyandu lansia di Desa Kauman Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten, menunjukan ada

motivasi dengan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia dengan nilai p =

0,009. Kurangnya motivasi dalam mengikuti kegiatan Posyandu salah satunya adalah kegiatan

yang diadakan tidak banyak perubahan atau kegiatan lain selain pemeriksaan tekanan darah,

penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan konsultasi gizi. Responden

beranggapan bahwa keluhan berat badan, tinggi badan dari waktu kewaktu tidak banyak

perubahan dan kegiatannya hanya monotun, sehingga menjadikan motivasi untuk tetap

mengikuti kegiatan posyandu lansia semakin berkurang juga.

Beradasarkan hasil penelitian penulis berasumsi bahwa motivasi sangat penting karena

mendorong adanya keinginan untuk menambah pengetahuan, keinginan untuk sehat

serta keinginan untuk bermasyarakat dan akan membuat para lansia dapat lebih tekun

dalam mengikuti segala program yang direncanakan. Selain itu suatu kegiatan yang

didorong oleh motivasi instrinsik lebih menunjukkan sikap tekun, dedikasi tinggi, tidak

bergantung pada orang lain, percaya diri, disiplin yang tinggi dan memiliki kepribadian

yang matang dan mantap.

14. SIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebagian besar lansia memiliki pengetahuan kurang.

2. Sebagian besar lansia mendapat dukungan keluarga rendah.

3. Hampir sebagian lansia memiliki motivasi rendah.

4. Hampir sebagian lansia berperilaku tidak aktif dalam mengikuti senam lansia.

5. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku lansia dalam mengikuti senam lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu Tahun 2016.

6. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku lansia dalam mengikuti

senam lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu Tahun 2016.

7. Ada hubungan antara motivasi dengan perilaku lansia dalam mengikuti senam lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu Tahun 2016.

15. SARAN

1. Akademik. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai sumber pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia dalam mengikuti senam lansia.

2. Peneliti Selanjutnya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengembangan dan agar

dapat menyempurnakan penelitian ini dengan metode yang lebih lengkap.

52

3. Bagi Puskesmas. Puskesmas hendaknya melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan penyuluhan berbagai macam hal berkaitan dengan masalah kesehatan dalam pelayanan posyandu lansia.

4. Bagi Keluarga Responden. Bagi keluarga lansia merupakan tanggung jawab anggota

keluarga, dengan demikian dukungan keluarga terhadap kesehatan lansia sangat penting.

5. Bagi Responden. Diharapkan lansia tetap mau melakukan kunjungan ke posyandu lansia untuk mengikuti senam lansia agar kesehatan dapat tetap terkontrol secara baik.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Indonesia. 2012. Jumlah Penduduk Indonesia. Diakses http://Badan Pusat Statistik.co.id tanggal 14 Oktober 2015.

Bandiyah, S. 2010. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika

Damayanti. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia dengan Keikutsertaan

Lansia dalam Posyandu Lansia di Kelurahan Sembungharjo Kota Semarang. Diakses

dari jtptunimus-gdl-fitrianinu6466-1-artikel -1.pdf tanggal 15 Oktober 2015.

Erfandi. 2008. Pengelolaan Posyandu Lansia. Diakses dari http// puskesmas-oke.

Blogspot.com/2011 pengelolaan-Posyandu Lansia-html tanggal 15 Oktober 2015.

Fatimah. 2010. Merawat Manusia Lanjut Usia. Jakarta : Trans Info Media.

Henny A. 2013. Motivasi Lanjut Usia Dalam Melakukan Senam Lansia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. UR :

Naskah Asli Tidak Dipublikasikan

Ismawati. 2010. Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta : Nuha Medika.

Hasanah. 2007. Tinjauan Motivasi Lansia dalam Mengikuti Senam Lansia di Rumah Sakit Panti Rahayu Yakkum Purwodadi Grobogan. Naskah dipublikasikan.

53

Latipah. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Pedagogia

Maryam. 2010. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.

Ningsih. 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat Lansia Mengunjungi Posyandu Lansia.

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Novarina. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga tentang Senam Lansia Dengan Keaktifan Mengikuti Senam Di Posyandu “Peduli Insani” di Mendungan Desa Pabelan Kartasura

Novita. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Puskesmas Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.

Profil Dinkes Kota Bengkulu. 2015. Profil Dinkes Kota Bengkulu. Bengkulu: Dinkes Kota Bengkulu.

Padila. 2013. Buku ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuhamedika

Padila. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuhamedika

Puspitasari, D. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga Dengan

Keaktifan Lanjut Usia dalam Mengikuti Kegiatan di Posyandu Lansia Desa

Gajahan Kecamatan Colomadu. Naskah Dipublikasikan.

Riyanto. 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Sigalingging. 2008. Sikap Motivasi Lanjut Usia terhadap Kegiatan Senam Lansia berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Sihumbang Taput. Naskah

54

Dipublikasikan.

Soemanto. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Bina Aksara.

Suseno. 2012. Factor-fakor yang mempengaruhi Keaktifan Lansia dalam mengikuti Kegiatan

Posyandu Lansia di Desa Kauman kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten

Wawan & Dewi. 2011. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.

Yogyakarta : Nuha Medika.

Willis. 2012. Psikologi Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Agustika Antoni Akademi Keperawatan Baiturrahmah Padang

[email protected]

55

Abstrak

Indonesia sebagai salah satu negara di Asia mengalami peningkatan penduduk lansia (60 tahun ke atas) yang cukup pesat. Dalam kurun waktu sekitar 50 tahun peningkatannya sudah mencapai tiga kali lipat.Di Sumatera Barat juga terjadi peningkatan jumlah lansia dari tahun ke tahun, berdasarkan data yang peneliti dapat dari biro pusat statistik yaitu sebayak 346,574 jiwa berdasarkan sensus tahun 2011. (Data Statistik Indonesia, 2011). tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap lansia di Panti Sosial Tresna Werda Sabai Nan Alui Pariaman. Jenis Penelitian ini adalah penelitian Deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 54 lansia dengan teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling. Hasil penelitaian 98,1% Responden memiliki pengetahuan tinggi tentang senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin dan 83,3% Responden bersikap lansia positif tentang senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Key Words : Senam Lansia, Lansia

Pendahuluan

Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.. Salah satu isu kependudukan yang mulai menghangat pada dekade terakhir ini adalah peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di beberapa negara di dunia dan khususnya di Indonesia.(UU Kesehatan no 36 tahun 2009).

Indonesia sebagai salah satu negara di Asia mengalami peningkatan penduduk lansia (60 tahun ke atas) yang cukup pesat. Dalam kurun waktu sekitar 50 tahun peningkatannya sudah mencapai tiga kali lipat. Menurut data BPS (1998), jumlah lansia (60 tahun ke atas) di Indonesia pada tahun 1971 sekitar 4,9 persen dari jumlah penduduk, sedangkan pada tahun 1990 sekitar 6,7 persen, kemudian meningkat . (http://www.askep-kti.co.cc.maret.2011).

Penduduk Indonesia yang berusia lanjut selalu menunjukkan peningkatan setiap tahunnya,

menurut Survey Pemantauan Anak Sekolah (SUPAS) Lembaga Demografi, Universitas

Indonesia, persentase jumlah penduduk lansia tahun 1985 sebesar 3,4 % , tahun 1990

meningkat menjadi 5,8 % dan tahun 2000 mencapai 7,4 %. Pada tahun 2006 mencapai 8,5 %

dan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 22,5 % (Depkes RI, 2009)

Di Sumatera Barat juga terjadi peningkatan jumlah lansia dari tahun ke tahun, berdasarkan data yang peneliti dapat dari biro pusat statistik yaitu sebayak 346,574 jiwa berdasarkan

56

sensus tahun 2011. (Data Statistik Indonesia, 2011). Panti sosial selain sebagai rumah

hunian bagi para lansia yang tidak mampu secara ekonomi, disini lansia juga mendapat

bimbingan-bimbingan dan aktivitas-aktivitas yang menunjang kesehatan seperti

pemeriksaan kesehatan secara rutin setiap minggunya dan juga dilaksanankan senam lasia

untuk kebugaran tubuh yang dilaksanakan rutin 2 kali dalam seminggu.

Berdasarkan studi awal yang peneliti lakukan di Lansia yang menjadi kelolaan di Panti Tresna

Werdha ini 116 orang lansia,63 laki-laki dan 53 orang perempuan, dengan rentang umur 60-

75 tahun, dengan daerah asal dari berbagai daerah di Sumatera Barat, para lansia ini dibagi

8-12 orang per kelompok dan ditampung di wisma yang berjumlah 14 wisma.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti ”Gambaran tingkat pengetahuan dan

sikap lansia tentang senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin.

16. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran

mengenai tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentangsenam lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin.

Populasipenelitian ini adalah Seluruh lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin yang berjumlah116 orang lansia.

Teknik pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan rumus : (Notoatmodjo, 2005).

N

n 1 2)

N(d

Dimana besar populasi 116 orang (N)

n

n

57

n

n

=54

Keteranga

n :

N = Besar

Populasi n =

Besar Sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)

Jadi jumlah sampel penelitian adalah 54 lansia.Tehnik pengambilan sampel Random sampling.

17. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PSTW Sabai Nan Aluih merupakan salah satu Panti Sosial yang ada di Sumatera Barat.

Panti Sosial ini berlokasi di Sicincin Kabupaten Padang Pariaman tepatnya Di Jl. Raya Padang

Bukittinggi Km. 48 dengan luas lokasi 10.200 m. Panti Sosial ini memiliki fasilitas 14 wisma, 1

kantor, 1 gedung serba guna, 1 poliklinik, 1 mushola, 1 ruang kesenian dan 2 buah rumah

dinas. Jumlah lansia yang berada di PSTW Sabai Nan Aluih Sebanyak 116 lansia.

18. Karakteristik Umum Responden Umur Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi

Lansia Menurut Umur Di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin

Umur Mean SE SD Min-Max Responden

72.46 814 5.980 50-82

58

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa usia responden rata-rata 72.46 tahun dengan

standar eror of mean 814, standar devisiasi 2.990 dan usia minimal 50 tahun sedangkan usia

maksimal responden 82 tahun.

19. Jenis Kelamin Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Lansia Menurut Jenis

Kelamin Di Panti Sosial Tresna Wedha Sabai Nan Aluih

Jenis kelamin

F

%

Laki –laki 29 53.7

Perempuan 25 46.3

Jumlah 54 100

Dari tabel 1.2 diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

laki-laki sebanyak 29 responden (53,67%), sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 25

responden (46,3%).

20. Pendidikan Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Reponden Menurut

Pendidikan Di Panti Sosial Tresna Wedha Sabai Nan Aluih

Pendidikan F %

SD 7 13,0

SLTP 20 37,0

SLTA 25 46,3

PERGURUAN TINGGI 2 3,7

Jumlah 54 100

Dari tabel 1.3 diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan pendidikan adalah tamat SD sebanyak 7 responden (13,0%), tamat SLTP sebanyak 20 responden (37,0%), tamat

59

SLTA sebanyak 25 responden (46,3%), dan tamat Perguruan Tinggi sebanyak 2 responden (3,7%).

21. Hasil Penelitian Pengetahuan Lansia Tentang Senam Lansia Tabel 1.4

22. Ditribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Pengetahuan Lansia

Tentang Senam LansiaDi Panti Sosial Tresna Wedha Sabai Nan AluihSicincin

No Pengetahuan Keseluruhan f %

1. Tinggi 53 1 98.1

2. Rendah 1.9

Jumlah 54 100

Dari tabel1.4 diatas dapat bahwa dari 54 responden, 53 (98.51%) responden memiliki

pengetahuan tinggi tentang pengetahuan secara keseluruhan tentang senam lansia dan 1

responden (1.9%) tingkat pengetahuan rendah tentang pengetahuan secara keseluruhan

terhadap senam lansia.

23. Sikap Lansia Tentang Senam Lansia Tabel 1.5 Ditribusi Frekuensi Sikap

LansiaTentang Senam Lansia Di Panti Sosial Tresna Wedha Sabai Nan Aluih

Sicincin

No Sikap f %

1. Positif 45 9 83,3

2.

Negatif 16,7

Jumlah 54 100,0

Dari tabel1.5 diatas dapat bahwa dari 54 responden, 45 (83.3%) responden memiliki sikap

positif tentang senam lansia sedangkan 9 responden (16.7%) memiliki sikap negatif tentang

senam lansia.

60

24. Pembahasan Pengetahuan Lansia Tentang Senam Lansia

Dari tabel1.4 diatas dapat bahwa dari 54 responden, 53 (98.1%) responden pengetahuan tinggi terhadap pengetahuan tentang senam lansia.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, terdapat kesamaan dengan hasil

penelitian Arifatul Unsiyanah (2006) di Desa Kalirejo Lampung Tengah, dimana terdapat

(72.6%) responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang senam lansia.

Menurut Depkes RI (1997),manfaat senam lansia bagi kesehatan adalah dapat sebagai pencegah suatu penyakit, sebagai pengobatan, dan sebagai perbaikan dari suatu penyakit.

Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa pengetahuan dapat membantu sikap

seseorang. Dalam hal ini dengan retannya penyakit pada lanjut usia diharapkan lansia dapat

mempertahankan kesehatannya dengan produktif dalam kebiasaan sehari dalam kehidupan

bermasyarakat.

Maka dengan demikian peneliti dapat mengansumsikan bahwa pengetahuan merupakan hal

yang mempengaruhi lansia dalam melakukan senam lansia secara teratur.Tingginya

pengetahuan lansia tentang pengetahuan tentang senam lansia karena saat dilakukan

penelitian lansia mengatakan sering mendapatkan informasi tentang senam lansia tersebut

dari penyuluhan yang diberikan tenaga kesehatan yang ada maupun dari mahasiswa

kesehatan yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin. Lansia yang ada

di panti 2 kali dalam seminggu mendapatkan instruktur senam lansia oleh pihak panti.

Dengan adanya informasi dan pelaksanaan senam lansia yang dilakukan oleh

lansia secara langsung lansia sudah mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi

25. Sikap LansiaTerhadap Senam Lansia

Dari tabel1.5 diatas dapat bahwa dari 54 responden, 45 (83.3%) responden memiliki sikap positif tentang senam lansia.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, terdapat kesamaan dengan hasil

penelitian Arifatul Unsiyanah (2006) di Desa Kalirejo Lampung Tengah, dimana terdapat

(60.9%) responden bersikap positif tentang senam lansia.

Menurut Notoadmojo (2003), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap

secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu

yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial.

61

Berdasarkan hasil yang didapatkan maka peneliti mengansumsi bahwa lebih dari setengah

responden memiliki sikap yang positif tentang senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Sabai Nan Aluih Sicincin. Banyaknya sikap lansia yang positif terhadap senam lansia karena

dengan seringnya lansia mendapatkan informasi-informasi atau penyuluhan tentang tujuan,

manfaat senam lansia maka lansia akan berfikir dan bersikap positif terhadap hal yang

diberikan oleh orang lain yang dirasa bermanfaat olehnya.

Kesimpulan

1. Mayoritas lansia memiliki pengetahuan tinggi tentang senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin

2. Mayoritas lansia bersikap positif tentang senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Sabai Nan Aluih Sicincin

Daftar

Pustaka A.

Unsiyanah. 2006. Kareteristik senam lansia di posyandu lestari. http://www.askep-kti.co.cc.maret

.2011. B.

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Budiman Chandra, 1995, Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta. EGC.

Depkes RI, 2003. Latihan Fisik Untuk Usia Lanjut. Depkes RI, 2003. Buku Pedoman Pelaksanaan posyandu lanjut usia

Marniyah. (2007). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Peningkatan Kebugaran Pada Lansia di

Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

Notoatmodjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.. Jakarta. Rineka Cipta.

Notoatmodjo, 2005, Metodologi Penelitian. Kesehatan. Jakarta . Rineka Cipta.

Rahmania. (2008). Pengaruh Olah Raga Senam Lansia Terhadap Tingkat Depresi Pada

Usia Lanjut di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya. Skripsi Fakultas

Keperawatan Universitas Airlangga

Risdianto. (2009). Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Desa

Kembang Kuning Cepogo Boyolali. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

62

Santosa.1994 . Tentang Senam Lansia. http://tutorial kuliah,blogspot.com. april. 2011. Siti Bandiyah,2009. Lanjut usia dan keperawatan gerontik. yogjakarta.Nuha Medika UUD RI. 1998.No 13. Kesejahteraan lanjut usia. UUD RI. 2009. No 36. Tentang Kesehatan.

GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI

1Upik Rahmi, 2Budi Somantri, 3Nisa Yusrina Nur Alifah 1,2,3Prodi D3

Keperawatan FPOK Universitas Pendidikan Indonesia Email : [email protected]

63

ABSTRAK

Di Indonesia proporsi penduduk berusia lanjut terus membesar. Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan usia harapan hidup lansia akan menimbulkan berbagai masalah antara lain masalah kesehatan, psikologi dan sosial ekonomi. Salah satu permasalahan pada lansia adalah penurunan aktivitas akibat proses penuaan ditandai dengan kurangnya motivasi lansia mengikuti senam lansia. Hal ini dikarena kurangnya pengetahuan lansia mengenai senam lansia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan lansia mengenai senam

lansia. Penelitian ini menggunakan metode deksriptif kuantitatif, dengan teknik pengambilan data sampel menggunakan total sampling. Jumlah responden yang di ambil sebanyak 29 lansia di panti sosial tresna werdha budi pertiwi. Intrument menggunakan kuisoner dan teknik analisa data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan usia 60-74 tahun (48,3%) atau lebih dari sebagian besar lansia berpengetahuan baik 14 lansia (48,3%), dan lansia yang berpengetahuan cukup 14 lansia (48,3%) dan berpengetahuan kurang ada 1 lansia (3,4%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hampir setengahnya (48,3%) berpengetahuan baik dan cukup. Adapun saran bagi tenaga kesehatan adalah diadakannya

penyuluhan tentang senam lansia.

Kata Kunci : Pengetahuan, Senam Lansia, Lansia

ABSTRACT

In Indonesia, the proportion of the elderly population continues to grow. Indonesia is among the top five countries with the highest number of elderly people in the world, reaching 18.1 million in 2010. The increasing of population and life expectancy of the elderly will cause various problems among other health problems, psychological and socio-economic. One of the problems in the elderly is a decrease in activity due to aging is characterized by a lack of motivation to follow gymnastics elderly. This is caused by a lack of knowledge about gymnastics elderly. The purpose of this study was to identify the description of the elderly knowledge about gymnastics. This research is using quantitative descriptive method, with sample data retrieval technique using total sampling. The number of respondents who took as many as 29 elderly people in social institutions Tresna Werdhana Budi Pertiwi. Instrument using questionnaires and data analysis techniques using frequency distribution.

The results of the research showed that the frequency distribution of respondents by age 60-74 years (48.3%) or more of the mostly elderly knowledgeable both 14 elderly (48.3%), and the elderly who are knowledgeable enough 14 elderly (48.3%) and No less knowledgeable one elderly (3.4%). From these results it can be concluded that nearly half (48.3%) and fairly

64

good knowledge. As for advice for health workers is holding counseling about gymnastics elderly. Keywords: Knowledge, Gymnastics Elderly, Elderly

e-ISSN 2477-3743. Indonesia University of Education @2016

65

PENDAHULUAN

Lanjut usia merupakan salah satu fase hidup yang akan dialami oleh setiap manusia,

meskipun usia bertambah dengan diiringi penurunan fungsi organ tubuh tetapi lansia

tetap dapat menjalani hidup sehat. Salah satu hal yang paling penting adalah merubah

kebiasaan. Tidak hanya meninggalkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu

kesehatan, tetapi beberapa pola hidup sehat seperti olah raga dan menjaga pola makan

memang harus dilaksanakan (PKPU Lembaga

Kemanusiaan Nasional, 2011).

Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO (World Health Organization) seseorang

disebut lanjut usia (elderly) jika berumur 60-74 tahun. Berdasarkan pengertian lanjut

usia secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun

keatas (Effendi dan Makhfudli, 2009). Menurut WHO batasan lanjut usia meliputi usia

pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly),

antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun, usia sangat

tua (very old), diatas 90 tahun.

Proporsi lansia di dunia diperkirakan mencapai 22 persen dari penduduk dunia atau

sekitar 2 miliar pada tahun 2020, sekitar 80% lansia hidup di negara berkembang. Rata-

rata usia harapan hidup di negara-negara kawasan Asia Tenggara adalah 70 tahun.

Jumlah penduduk di 11 negara kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun

berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di

tahun 2050 sedangkan di Indonesia termasuk cukup tinggi yaitu 71 tahun

(riskesdas, 2013).

Di Indonesia proporsi penduduk berusia lanjut terus membesar. Indonesia termasuk

lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni

mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6% dari jumlah penduduk (Sensus Penduduk,

2010). Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun

2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun

2006 usia harapan hidup meningkat menjadi 66,2 tahun dan jumlah lansia menjadi 19

juta orang, dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4%

(riskesdas, 2013).

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab

pertanyaan “what”. Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia

terhadap sesuatu, atau segala perbuatan dari manusia untuk memahami suatu objek

tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barangbarang baik lewat indera maupun lewat akal,

1

dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau bersangkutan dengan masalah kejiwaan.

Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan usia harapan hidup lansia akan menimbulkan

berbagai masalah antara lain masalah kesehatan, psikologi dan sosial ekonomi. Sebagian

besar permasalahan pada lansia adalah masalah kesehatan akibat proses penuaan ditambah

dengan masalah lain seperti masalah keuangan, kesepian, merasa tidak berguna dan tidak

produktif.

Kesegaran jasmani cenderung mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia

seseorang. Penurunan semakin terlihat setelah seseorang berusia 40 tahun dan akan

menurun 30-50% pada saat usia lanjut. Salah satu faktor presdisposisi penurunan kesegaran

jasmani adalah kurangnya aktivitas fisik seorang lansia biasanya akan mengalami

keterbatasan dalam melakukan aktifivitas sehingga cenderung kurang beraktivitas.

Terutama dalam melakukan olahraga seperti jogging, jalan sehat dan senam lansia. ( Hilda

fauziah, 2012 )

Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang

diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan

fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. (Santosa, 2010). Dalam Indonesia Nursing (2008)

Rahmi, U., Somatri, B., & Alifah, N.Y.N.

senam lansia

disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga

berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan

teratur.

Olahraga pada usia lanjut dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkat

kekuatan, seperti jalan cepat, bersepeda santai dan senam dapat dilakukan secara

rutin. ”Bahkan aktivitas sehari-hari seperti membersihkan rumah, berkebun dan

mencuci pakaian dengan intensitas selama 30 menit juga baik bagi kesehatan.

Penting bagi lansia untuk mengikuti senam karena akan membantu tubuh lansia

agar tetap bugar dan tetap segar, karena senam lansia mampu melatih tulang

tetap kuat, mendorong jantung bekerja secara optimal dan membantu

menghilangkan radikal bebas yang terdapat didalam tubuh. Semua jenis senam dan

aktivitas olahraga ringan sangat bermanfaat untuk menghambat proses

degeneratif atau proses penuaan (Widianti, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh

2

Warda Jamilah (2012) dari hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan

lansia tentang senam lansia dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil

jawaban responden dengan kategori baik sebanyak 67,3%, sedang 11,5%, dan

kategori sangat baik 21,1 %. Sikap Lansia dalam penelitian ini mayoritas responden

dalam kategori baik yaitu sebanyak 80,7%, sedangkan kategori sedang sebanyak

19,2%.

Faktor yang mendukung pengetahuan lansia dapat dikategorikan baik yaitu bila

dilihat dari keadaan responden hal ini memungkinkan responden memiliki

pengetahuan baik karena didukung oleh pengalaman dan motivasi responden yang

kuat untuk tetap memperoleh informasi. Hal ini kemungkinan juga dapat

berhubungan dengan pengalaman, budaya dan kesempatan untuk mendapatkan

informasi yang didapatkan responden dalam kehidupannya sehari - hari. Sebagai

saran

Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 38-43 (2016)

penelitian selanjutnya perbandingan pengetahuan lansia terhadap motivasi melakukan senam lansia terhadap lansia yang ada di panti dengan lansia di masyarakat.

Penelitian Veronica, dkk (2011) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan lansia dalam

kategori baik (54%), cukup (6%), dan kurang (40%). Berdasakan hasil uji Spearman’s Rho

diketahui bahwa arah korelasi positif dan terdapat kekuatan hubungan tingkat sedang

antara tingkat pengetahuan tentang senam lansia dengan keaktifan mengikuti senam lansia.

Nilai koefisien korelasi sebesar 0,435 dan nilai signifikansi p=0,002 (P<0,05). Berdasarkan

hasil penelitian diatas diharapkan dengan semakin baiknya tingkat pengetahuan lansia

tentang senam lansia.

Didapatkan data lansia yaitu jumlah lansia pada tahun 2015 di Panti Sosial Tresna Werdha

Budi pertiwi ini adalah 29 lansia. Semua lansia yang tinggal dip anti semuanya adalah lansia

perempuan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 04 April 2015 dari

lima lansia yang diwawancarai, semua lansia mengatakan selalu mengikuti senam lansia dua

kali dalam seminggu setiap hari selasa dan rabu. Lima lansia tersebut mengatakan senam

lansia yang diadakan di panti sosial hanya sebagai rutinitas yang harus dijalaninya saja. Dua

diantara lima lansia kurang motivasi mengikuti kegiatan senam lansia karena lelah

sedangkan tiga yang lainnya mengatakan jika sedang sakit tidak pernah mengikuti senam

lansia. Dari hasil pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul

penelitian “Gambaran pengetahuan lansia mengenai senam lansia”.

3

METODOLOGI

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

Populasi dalam penelitian adalah 29 lansia di panti sosial tresna werdha budi pertiwi

bandung. Sampel dalam penelitian ini 29 lansia dan pengambilan sampel dalam penelitian

ini menggunakan teknik Total Sampling. Intrument dalam penelitian ini menggunakan

kuisoner tertutup. Kuesoiner dalam penelitian ini menggunakan skala Guttman yaitu skala

yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban tegas seperti jawaban dari

pertanyaan/pernyataan : ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan

salah. Skala Guttman ini umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian,

apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2011).

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Kuesioner

adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana

responden (dalam hal kuesioner) dan interview (dalam hal wawancara) tinggal

memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo,

2010). Adapun bentuk pernyataan yang digunakan dalam kuesioner ini adalah kuesioner

berbentuk pilihan dimana jawabannya telah disediakan closed ended item.

Uji validitas instrumen ini dilakukan kepada 10 responden di Panti Sosial Tresna

Werdha Senjarawi Bandung pada tanggal 18 Mei 2015 surat izin untuk uji validitas

masuk dan di izinkan dari pihak Panti Sosial Tresna Werdha Senjarawi Bandung adalah

tanggal 19 Mei 2015 untuk melakukan uji validitas. Dari 30 pertanyaan, 13 pertanyaan

tersebut dinyatakan valid dan 17 pertanyaan tersebut tidak valid karena r hasil < 0,514.

Petanyaan yang tidak valid selanjutnya diperbaiki redaksi kalimatnya kepada

pembimbing, dan tetap digunakan untuk penelitian yang sebenarnya.

Pertanyaan yang sudah valid dilakukan uji reliabilitas dengan cara

membandingkan r hasil (alpha) dengan konstanta (0,7). Jika nilai r hasil adalah alpha

yang terletak di awal output dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05) maka setiap

pertanyaan kuesioner dikatakan valid jika r alpha > konstanta (0,7) maka pertanyaan

tersebut reliable.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas kepada 10 orang responden di Panti Sosial Tresna

Werdha Senjarawi Bandung didapatkan nilai r (alpha)= 0,712 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa item pertanyaan tersebut reliabel.

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat yang

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo,2010). Analisis secara diskriptif ini nantinya menghasilkan distribusidan 4

persentase dari setiap variabel, dan disajikan dalam bentuk narasi,tabel dan diagram. Untuk

mengetahui pengetahuan Lansia Di panti social tresna werdha budi pertiwi tentang senam

lansia yang diperoleh dari wawancara dengan alat bantu kuesioner. Setiap jawaban yang

benar diberi nilai 1, dan jawaban yang salah diberi nilai 0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan pada lansia mengenai senam lansia di PSTW Budi

Pertiwi

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden

Gambaran Pengetahuan Lansia

Mengenai Senam Lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Pertiwi (n=29)

Pengetahuan f %

Baik 14 48,3 %

Cukup 14 48,3 %

Kurang 1 3,4 %

Jumlah 29 100 %

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan pada lansia di panti

sosial tresna werdha budi pertiwi mengenai senam lansia menunjukan sebagian responden

berpengetahuan baik 14 lansia (48,3 %), berpengetahuan cukup 14 lansia (48,3 %) dan

sebagian kecil responden

Rahmi, U., Somatri, B., & Alifah, N.Y.N. berpengetahuan

kurang 1 lansia (3,4 %).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pada Lansia Di Panti

5

Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Usia (tahun) f %

60-74 14 48,3 %

> 74 15 51,7 %

Jumlah 29 100 %

Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa usia lansia di panti sosial

tresna werdha budi pertiwi pada tahun 2015 sebagian besar berusia > 74 tahun

yaitu 14 lansia (51,7 %) dan sebagian kecil berusia 60 – 74 tahun 14 orang (23,8%).

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi

Pertiwi

Jenis Kelamin f %

Laki – laki 0 0 %

Perempuan 29 100 %

Jumlah 29 100 %

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa

sosial tresna werdha budi pertiwi semuanya

lansia(100%).

jenis kelamin pada lansia di panti perempuan dengan jumlah 29

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha

Budi Pertiwi

Pendidikan Terakhir f %

Tidak Sekolah SD 11 37,9%

6

11 37,9 %

SMP 4 13,8 %

SMA 2 6,9 %

Perguruan Tinggi 1 3,4 %

Jumlah 29 100 %

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pendidikan terakhir pada lansia di

panti sosial tresna werdha budi pertiwi adalah 11 lansia (37,9%) tidak

berpendidikan, 11 lansia (37,9%) berpendidikan SD, 4 orang (13,8%)

Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 38-43 (2016)

berpendidikan SMP, dan 2 orang (3,4%) berpendidikan SMA, serta 1 orang (3,4%) berpendidikan Perguruan Tinggi.

Lansia adalah proses alami yang tidak dapat dihindari. Semakin bertambahnya usia,

fungsi tubuh pun mengalami kemunduran sehingga lansia lebih mudah terganggu

kesehatanya, baik kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa (Maryam dkk., 2008). Karena

keadaan fisik yang banyak mengalami kemunduran sehingga membuat lansia kurang

motivasi untuk berolah raga seperti senam lansia karena minimnya pengetahuan mengenai

senam lansia.

Menurut data yang didapatkan lansia yang berpengetahuan cukup 14 orang (48,3%),

meskipun hal ini tidak terlalu jauh perbedaannya dengan tingkat pengetahuan baik dan

kurang yang memperlihatkan sebagian responden berpengetahuan baik 14 orang (48,3%)

dikarenakan sudah dilakukan penyuluhan tentang senam lansia sebelumnya dan sebagian

kecil responden berpengetahuan kurang 1 orang (3,4%) ini disebabkan oleh beberapa faktor

yaitu usia, pengalaman, dan pendidikan. Mengingat pada tabel di atas umur lansia menurut

WHO didominasi 60-74 tahun 14 lansia (48,3%) dan umur > 74 tahun ada 15 lansia (51,7%)

dimana menurut Notoatmodjo (2010) semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang

akan lebih tinggi pada saat berpikir dan bekerja terutama pada usia lanjut. Pada usia tahap

ini (>74 tahun) yaitu lanjut usia akhir, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat

dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksenya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua.

7

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2013) yang

menyebutkan bahwa data hasil penelitian dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Penelitian

ini pun sejalan dengan penelitian Veronica, dkk (2011) didapatkan bahwa hasil penelitian

menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan lansia dalam kategori baik (54%), cukup (6%), dan

kurang (40%).

Pengetahuan lansia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti budaya,

kebiasaan, dan pengalaman hidup. Menurut Notoatmodjo (2010) pengalaman

merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Salah satu faktor lain yang diungkapkan oleh

Kuncoroningrat (1997, dalam

Mubarak, 2008, hlm.145) yaitu pendidikan, yang menyebutkan bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak

pengetahuan yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan hasil pendidikan terakhir lansia bisa

mempengaruhi pengetahuan proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin

mudah orang tersebut untuk menerima informasi ini menurut notoatmodjo (2010), ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan peneliti di panti sosial tresna werdha budi

pertiwi sebagian besar lansia 11 lansia (37,9%) tidak bersekolah, 11 lansia 37,9 (37,9%)

berpendidikan SD, 4 lansia (13,8%) berpendidikan SMP, 2 lansia (6,9%) berpendidikan

SMA, dan 1 lansia (3,4%) berpendidikan perguruan tinggi.

SIMPULAN

Gambaran pengetahuan lansia mengenai senam lansia di panti sosial tresna werdha

budi pertiwi diperoleh kategori tertinggi yaitu kategori baik 14 lansia, kategori cukup 14

lansia dan untuk pengetahuan dengan kategori kurang 1 lansia.

8

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Caesar, A. (2012). Validitas dan reliabilitas.

(online). Tersedia di:

http://arihdyacaesar.wordpress.com/20 12/01/13/validitas-dan-reliabilitas/.

Diakses : 15 Mei 2015.

Hidayat, A. A. (2011). Metodologi penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba Medika.

Jamilah,W (2013) “Pengetahuan Dan Sikap Lansia Tentang Senam Lansia Di Desa

Mompang Kecamatan Berumun Kabupatn Padang Lawas” hlm 1 Maryam RS, Ekasari, MF, dkk. (2008). Mengenal

Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Edisi ke-2. Jakarta :

Salemba Medika. RISKESDAS. (2013). Laporan Nasional 2013. Riyanto, A. (2011). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

9

Peningkatan Pengetahuan Lanjut Usia melalui Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan Media Power Point

Haris, Muh Aris, Muliyadi Akademi Keperawatan Kaltara

Tarakan Email : [email protected]

Abstrak

Lanjut usia merupakan bagian akhir dari tahapan perkembangan manusia. Lanjut usia merupakan salah satu kelompok rentan terkena penyakit. Ketika memasuki tahap lanjut usia dibutuhkan pengetahuan untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan. Pemberian pendidikan Kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan lansia. Penggunaan power point sebagai media memiliki kelebihan yaitu selain dapat menampilkan gambar, power point juga dapat menampilkan audiovisual. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan dengan menggunakan media power point terhadap pengetahuan lanjut usia. Kuesioner yang digunakan merupakan rancangan peneliti mencakup upaya untuk menjaga kesehatan selama masa lanjut usia yang sudah dilakukan face validity.Saat dilakukan pre test, mean skor pengetahuan lanjut usia adalah 22,73. Kemudian dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit dengan ceramah dan menggunakan media powert point, materi yang disampaikan adalah kategori lanjut usia, masalah kesehatan saat lanjut usia dan cara menjaga kesehatan. kemudian dilakukan post post test dan didapatkan mean skor 24,47. Hasil mean skor pengetahuan lanjut usia tersebut memiliki distribusi normal yang berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov dengan nilai 0.364. Hasil uji t-test menunjukkan 0.000 yang menunjukan adanya perbedaan antara mean skor pengetahuan lanjut usia sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan media power point.Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan adanya pengaruh pemberian penyuluhan dengan menggunakan media power point terhadap pengetahuan lansia.

Kata kunci : Kesehatan Lansia, media powerpoint, penyuluhan kesehatan.

Abstract

Elderly is the final part of the stages of human development and it is one of the groups vulnerable to

disease. When entering the elderly stage, knowledge is needed to improve and maintain health. Providing

health education can increase knowledge of elderly. The use of power point as a media has advantages, in

addition to being able to display images, power point can also display audiovisual. The purpose of

community service is to determine the effect of providing health education by using power point media on

elderly knowledge. The questionnaire used was the design of the researchers including efforts to maintain

health during the elderly that had been carried out face validity. When pre-tested, the mean score of

elderly knowledge was 22.73. Then health education was conducted for 30 minutes by lecturing and using

media powert point, the material presented was the elderly category, health

10

problems when elderly and how to maintain health. Then researcher did a post-test and obtained

mean score 24.47. The results of the mean score of elderly knowledge had a normal distribution based

on the Kolmogorov-Smirnov test results with a value of 0.364. The results of the t-test showed 0,000

which showed a difference between the mean scores of elderly knowledge before and after health

education using power point media. Based on these results it can be concluded that there was an

influence of providing education using power point media on elderly knowledge.

Keywords : Elderly care, health educaton, power point media.

26. Pendahuluan

Proses menua merupakan tahap akhir dalam proses perkembangan hidup manusia.

Menurut Undang-undang RI nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, batasan

umur lanjut usia atau disingkat lansia adalah ketika seseorang berusia 60 tahun keatas.

Jumlah populasi lansia saat ini semakin meningkat. Menurut World Health Organization

(WHO) jumlah populasi dengan lanjut usia secara global tahun 2015 adalah 12% dari

seluruh penduuduk dunia dan ini akan meningkat menjadi 22% pada tahun 2050. Di

Indonesia menurut Kementerian kesehatan (Kemenkes) RI jumlah populasi lansia secara

nasional pada tahun 2017 adalah 9% dari jumlah penduduk Indonesia atau sebesar 23,66

juta lansia. Usia harapan hidup secara global tertinggi di dunia terdapat di Jepang yaitu

83,7 tahun. sementara di Indonesia usia harapan hidup pada tahun 2017 menurut

Kemenkes mencapai 71 tahun.

Konsekuensi dengan bertambahnya jumlah populasi lansia, maka dibutuhkan

perhatian serius dari semua pihak karena jumlah tersebut bisa menjadi beban bagi negara

apabila kondisi lansia tidak produktif, tidak mandiri dan dalam kondisi sakit. Berdasarkan

data Survey ekonomi nasional (Susenas) tahun 2015 menyebutkan bahwa sebesar 28,62%

dari populasi lansia di Indonesia dalam kondisinya tidak sehat. Penyakit yang dialami lansia

berawal dari penurunan fungsi tubuh sehingga sistem pertahanan tubuh lansia menurun

yang dapat memicu terjadinya penyakit. Beberapa kondisi yang sering dijumpai pada lansia

adalah mal nutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak dan lain lain

11

(Kemenkes, 2015). Lansia juga rentan menderita beberapa penyakit tidak menular (PTM).

Beberapa faktor risiko penyakit tidak menular seperti merokok, tidak mengkonsumsi buah

dan sayuran, mengkonsumsi alkohol serta malas melakukan aktifitas fisik (olahraga). Lima

masalah kesehatan yang dialami lansia adalah hipertensi, athritis, strok, prenyakit paru

obstruksi kronik (PPOK) dan diabetes mellitus.

Pemeliharan kesehatan lansia menurut Undang-Undang RI nomor 36 tahun 2009

tentang kesehatan diarahkan untuk menjaga agar lansia tetap sehat dan produktif baik

secara sosial maupun ekonomi. Upaya pemeliharaan kesehatan lansia tersebut bertujuan

untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia. Untuk mencapai tujuan pemelihatan tersebut

maka keterlibatan lintas sektoral sangat dibutuhkan baik dari kementerian kesehatan,

kementerian sosial dan pemerintah daerah. Kementrian kesehatan RI, mengeluarkan

kebijakan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang ramah bagi lansia,

meningkatkan upaya rujukan di rumah sakit bagi lansia. Pada tahun 2017, tatanan fasilitas

kesehatan dasar terdapat program pelayanan kesehatan santun lansia yang telah

dilaksanakan oleh 37,1% Puskesmas di Indonesia, dan terdapat 80.353 ribu posyandu lansia

yang tersebar di seluruh Indonesia.

Beradasarkan Badan Statistik Kalimantan Utara, jumlah lansia di Kalimantan Utara

tahun 2017 sebesar 41.041 jiwa atau sebesar 5,94% dari total penduduk Kalimantan Utara.

Untuk Kota Tarakan persentase penduduk lanjut usia yang berusia diatas 65 tahun di kota

Tarakan terus meningkat dalam 3 tahun terakhir. Pada tahun 2017 terdapat 2,76% dari

jumlah total penduduk Tarakan atau sekitar 6.983 jiwa. Kelurahan Mamburungan Timur

merupakan salah satu wilayah timur Kota Tarakan dan telah ditetapkan oleh Kelurahan

Mamburungan Timur, Puskesmas Mamburungan dan Akademi Keperawatan Kaltara sebagai

wilayah binaan. Hasil laporan pendataan awal oleh mahasiswa pada bulan Maret 2019

jumlah lansia di kelurahan Mambrungan Timur adalah 95 orang atau 4,66% dari jumlah

penduduk Kelurahan Mamburungan Timur. Berdasarkan hasil laporan pendataan bahwa

terdapat 86% lansia tidak atau jarang melakukan cek kesehatan secara rutin di pelayanan

Kesehatan dan berdasarkan hasil wawancara dengan petugas puskesmas Mamburungan

12

dan pihak kelurahan Mamburungan Timur tidak ada posyandu lansia di wilayah

Mamburungan Timur.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatan masyarakat adalah melalui kegiatan promosi kesehatan dalam bentuk pendidikan

kesehatan. Menurut Kemenkes RI (2011) promosi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari oleh dan untuk masyarakat sesuai

dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung dengan kebijakan publik yang

berwawasan kesehatan. Pemberian informasi kesehatan selain dapat meningkatkan

pengetahuan hasil yang diharapkan adalah perubahan perilaku. Menurut Haber (2010)

pendidikan kesehatan yang diberikan dapat menjadi titik awal untuk perubahan perilaku

hidup sehat tidak terkecuali pada lansia.

Dalam kegiatan pendidikan kesehatan yang terstruktur dapat menambah

pengetahuan peserta yang mengikuti penyuluhan. Seperti dalam pendidikan kesehatan yang

dilakukan posyandu dengan sasaran ibu yang memiliki balita dapat meningkatkan

pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi dasar (Simanjuntak dan Nurnisa, 2019).

Sementara untuk lansia, keberadaan posyandu lansia sangat menunjang pelaksanaan

kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan lansia, dapat

mempertahankan kebugaran fisik serta kesehatan psikologis lansia melalui kegiatan

pendampingan posyandu lansia (Puspita, Nurdin dan Saleh, 2019)

Dalam persiapan pelaksanaan pendidikan kesehatan yang menentukan keberhasilan

penyuluhan kesehatan adalah penggunaan media. Media dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) sebagai salah satu sarana komunikasi. Media digunakan untuk

memudahkan penyampaian informasi. Dalam promosi kesehatan, media digunakan untuk

memudahkan menyampaikan informasi kesehatan. Menurut Direktorat promosi kesehatan

dan pemberdayaan masyarakat Kemenkes RI, media promosi kesehatan digunakan dapat

berbasis kertas (print out) seperti brosur, poster, banner sementara berupa dokumen

seperti materi, peraturan, publikasi kemudian media dengan audio visul berupa film pendek,

infografis dan media berbasis daring dan media sosial berupa aplikasi promosi kesehatan,

13

memanfaatkan sosial media seperti facebook, youtube, instagram, whatsapp dan lain

sebagianya.

Power point sering digunakan sebagai media pengajaran termasuk dalam pemberian

pendidikan kesehatan. Menurut Brock and Joglekar (2011) penggunaan power point sangat

dianjurkan dalam presentasi dan pengajaran, powert point dapat mencatumkan gambar,

foto, bagan, grafik, suara (audio visual) dan animasi bila dibandingkan dengan penggunaan

media lain. Penggunaan media dalam pendidikan kesehatan memiliki kelebihan dan

kekurangan masing-masing, tergantung pada tujuan dan sasaran penyuluhan kesehatan.

Penggunaan power point memudahkan untuk pemberian materi penyuluhan kesehatan

karena melalui power point beberapa media penyuluhan dapat dipadukan seperti poster,

brosur, namun kekurangan media power point hanya bisa digunakan saat presentasi dan

tidak bisa dipajan seperti poster atau banner. Menurut Khoirun (2014) penggunaan power

point dalam pendidikan kesehatan lebih efektif dari penggunaan leaflet, mean pengetahuan

dengan menggunakan power point lebih besar dari mean pengetahuan dengan

menggunakan leaflet.

Informasi dari kelurahan Mamburungan timur dan perawat Puskesmas

Mamburungan kegiatan penyuluhan kesehatan pada lansia belum pernah dilakukan dalam

kurung waktu tiga tahun terakhir. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah untuk melihat

pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan dengan media power point terhadap

pengetahuan lanjut usia tentang kesehatan lansia. Manfaat yang didapatkan oleh lanjut usia

setelah mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat adalah pengetahuan yang bertambah

tentang menjaga kesehatan di masa lanjut usia.

27. Metode

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini melibatkan mahasiswa yang tergabung dalam

panitia project social oleh lembaga kemahasiswaan Akademi Keperawatan Kaltara dan

perwakilan mahasiswa yang sedang menjalankan praktek kerja lapangan di kelurahan

Mamburungan Timur. Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat diawali dengan

14

pengurusan perizinan di kantor kelurahan Mamburungan Timur, pengurusan tempat,

mahasiswa melakukan pendataan awal tentang kesehatan lansia di 11 RT sekaligus

mengkoordinasikan dengan ketua RT tentang keterlibatan lansia untuk kegiatan pengabdian

pada masyarakat, penulis dan tim menyiapkan keperluan kegiatan untuk penyuluhan

kesehatan dan skrening kesehatan lansia serta menyiapkan materi penyuluhan.

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner kesehatan lansia yang merupakan h

hasil rancangan penulis yang bertujuan untuk mengukur pengetahuan lansia tentang hidup

sehat lansia. Kuesioner terdiri 15 item pernyataan dan telah dilakukan face validity terhadap

5 responden lansia yang mengatakan isi kuesioner mudah dipahami dan 3 diantaranya lansia

tersebut memberikan masukan seperti merubah istilah medis ke dalam bahasa yang mudah

dipahami. Pernyataan dalam kuesioner tersebut mencakup batasan umur seseorang

dikatakan lansia, aktifitas yang diperbolehkan untuk lansia, waktu yang tepat untuk

memeriksakan kesehatan bagi lansia, nutrisi untuk lansia serta penyakit dan keluhan yang

umumnya dialami lansia. Lansia mengisi kuesioner dengan memberikan tanda centang pada

pernyataan yang dianggap benar atau salah dengan didampingi oleh fasilitator dari

mahasiswa. Setiap pernyataan pilihannya sesuai akan diberikan skor 2 sementara yang tidak

sesuai diberikan nilai 1. Angket yang terkumpul akan diberikan skor, skor maksimal adalah

30 sementara skor minimal adalah 15.

Lansia yang terlibat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah lansia

yang berada di 11 RT yang ada di Kelurahan Mamburungan Timur yang diundang secara

langsung dengan melibatkan ketua RT setempat, dilakukan dua hari sebelum hari

pelaksanaan. Saat hari pelaksanaan, lansia berkumpul ruang pertemuan kelurahan

Mamburungan Timur dan sebelum memulai penyuluhan, dilakukan pre test kemudian

dilakukan pemberian materi sehat di masa lanjut usia sekitar 30 menit dengan

menggunanakan media power point. Pemateri adalah dosen pengampuh mata kuliah

keperawatan gerontik (lansia) dan sering terlibat dalam kegiatan posyandu lansia. Materi

yang disampaikan mencakup kategori lansia, faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia,

kesalahan persepsi tentang lansia, penyakit atau keluhan yang sering ditemukan pada

lansia, aktifitas fisik untuk lansia, waktu pemeriksaan kesehatan, perilaku yang berisiko 15

menimbulkan penyakit tidak menular dan posyandu lansia. Di dalam slide power point juga

ini mencantumkan berbagai gambar yang relevan dengan materi. Selelah pemberian materi

dilakukan post test. Setelah kegiatan pendidikan kesehatan dan posttest, lansia menuju

meja screening yang dilakukan oleh mahasiswa. Screening yang dilakukan adalah

pemeriksaan antropometri meliputi tinggi badan, berat badan dan lingkar perut,

pemeriksaan tekanan darah, pengisian angket untuk mengidentifikasian faktor risiko

penyakit tidak menular (PTM) dan dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu, asam urat

dan pengecekkan kolesterol yang khusus ditujukan untuk lansia yang memiliki berat badan

lebih (obesitas) atau lansia yang memiliki IMT > 25. Lembar Skrining kesehatan tentang

faktor risiko penyakit tidak menular berdasarkan Kemenkes yang mengidentifikasi tentang

kebiasaan merokok, kebiasan mengkonsumsi alkohol, kebiasaan mengkonsumsi makanan

tinggi lemak, makanan manis, makanan asin, konsumsi buah dan sayuran, rutinitas

melakukan aktifitas fisik serta kondisi psikologis seperti stress, cemas atau depresi.

Kuesioner direkap dan dilakukan perhitungan skor kemudian ditentukan nilai mean

setiap lansia. Hasil rekapitulasi mean score tersebut dilakukan test normalitas data dengan

menggunakan uji Kolmogorof Smirnov dan hasil yang didapatkan adalah 0.364 atau >0.05

yang berarti bahwa data tersebut berdistribusi normal sehingga analisa yang digunakan

untuk menilai perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan

kesehatan dengan menggunakan media power point, menggunakan uji t-test dependen

(berpasangan) dengan nilai p-value <0.05 yang berarti ada perbedaan pretest dan post test.

Apabila hasil yang didapatkan p-value >0.05 menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan pretest dan post test.

28. Hasil

Kegiatan pengabdian pada masyarakat dilaksanakan pada Sabtu, 30 Maret 2019 di Ruang

pertemuan Kantor Kelurahan Mamburungan timur. Sebelum kegiatan dilakukan senam

bersama lansia, warga dan tamu undangan. Lansia yang mengikuti kegiatan pengabdian

kepada masyarakat ini berjumlah 20 lansia namun yang mengikuti kegiatan secara lengkap

mulai lengkap pre test, kegiatan penyuluhan dan post test adalah 15 orang, sementara 5 16

lansia tidak mengikuti pre test karena hadir saat kegiatan pendidikan kesehatan

berlangsung, namun lansia tersebut tetap mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat

untuk peneriksaan antropometri, pemeriksaan tekanan darah serta pengecekkan gula darah

dan asam urat. Untuk membantu kelancaran selama pengisian kuesioner baik pretest

maupun posttest, setiap lansia dibantu oleh fasilitator dari mahasiswa yang membantu

membaca dan menjelaskan maksud pernyataan dan mempersilahkan lansia untuk memilih

benar atau salah dari pernyataaan tersebut.

Saat presentasi materi, lansia cukup antusias mendengarkan dan mengikuti

pemaparan materi pendidikan kesehatan dengan menggunakan media power point yang

mencatumkan gambar lansia sehat, kegiatan lansia, dan beberapa animasi lansia. Setiap

slide dalam power point mencantumkan gambar yang sesuai dengan isi materi. Lansia

memberikan respon yang positif selama pendidikan kesehatan dan beberapa di antaranya

mengajukan pertanyaan mengenai materi yang disampaikan dan tidak ada lansiayang

meninggalkan ruangan selama pendidikan kesehatan berlangsung. Selain lansia, dalam

kegiatan pengabdian masyarakat ini juga terdapat 30 warga kelurahan Mamburungan Timur

yang berusia produktif, sebagian di antaranya adalah keluarga lansia yang sedang mengikuti

kegiatan ini dan sebagian yang lain merupakan warga di sekitaran kantor kelurahan.

Kegiatan yang diikuti oleh warga usia produktif ini adalah kegiatan skrening kesehatan

terutama skrening faktor risiko penyakit tidak menular.

Adapun karakteristik lansia yang mengikuti secara lengkap pengabdian kepada

masyarakat ini dapat dipaparkan dalam tabel 1 berikut ini : Tabel 1 Distribus

Frekuensi Karakteristi Responden (n= 15)

Variabel Frekuensi Persentase

Usia (tahun)

60-65 7 46,67

66-70 5 33,33

71-75 3 20,00

Jenis Kelamin

Laki-laki 5 33,33

Perempuan 10 66,67

17

Pendidikan

Tidak sekolah 6 40,00

SD 6 40,00

SMP 3 20,00

SMA 0 0

Perguruan tinggi 0 0

Pekerjaan

Bekerja 9 60,00

Tidak bekerja 6 40,00

Indeks Massa Tubuh

< 18 (underweight) 0 0

18-24 (normal) 9 60,00

> 24 (overweight) 6 40,00

Hasil pengukuran tekanan darah

Normal 3 20,00

Prahepertensi hipertensi 5 33,33

7 46,67 Sumber : data primer

Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat dijelaskan bahwa hampir setengah atau 46,67%

lansia yang mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat ini berumur pada rentang 60-65

tahun, melebihi setengah atau 66,67 % lansia berjenis kelamin perempuan. Sementara

lansia yang tidak sekolah dan lansia yang berpendidikan SD berjumlah sama yaitu 40%, lebih

dari setengah atau 60% lansia masih bekerja, lebih dari setengah atau 60% lansia memiliki

Indeks massa tubuh yang normal atau berat badan yang normal sementara yang memiliki

IMT > 24 atau overweight sebesar 40% serta tidak ada lansia IMTnya di bawah normal.

Hampir setengah atau 46,67% lansia mengalami hipertensi (tekanan darah ≥ 140 / 90

mmHg), pra hipertensi 33% sementara yang memiliki tekanan darah normal sebesar 20%.

Untuk mengetahui perbedaan mean skor setiap item pernyataan dalam kuesioner

setelah dilakukan pretest dan posttest, diuraikan dalam tabel 2 berikut ini :

Tabel 2. Perbedaan mean skor sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan berdasarkan

item pernyataan dalam kuesioner

18

No

Item Pernyataan

Mean

pre

Mean

post

1 Lanjut usia (disingkat lansia) merupakan proses alami seiring 25 25 dengan bertambahnya umur yaitu ketika seseorang berumur 60 tahun

2 Tidak semua orang yang dilahirkan bisa memasuki masa usia 24 25

lanjut

3 Ketika seseorang memasuki masa lansia maka orang tersebut akan 22 23

sakit-sakitan

4 Ketika memasuki masa lansia, tidak dianjurkan bekerja sekalipun 22 24 lansia tersebut masih mampu

5 Masa lansia adalah masa dimasa seseorang harus lebih banyak 23 24

beristrahat di rumah

6 Lansia memeriksakan kesehatannya hanya pada saat ada keluhan 23 24

7 Saya merasa aman / biasa-biasa saja bila obat yang saya minum 22 23 tanpa resep dokter (beli sendiri) misalnya obat tekanan darah

tinggi atau obat sakit / nyeri karena reumatik

8 Berjalan / melakukan aktifitas fisik selama 30 menit baik untuk 22 24

lansia

9 Saya tidak memiliki pantangan makanan di masa lansia 22 25

10 Tekanan darah tinggi adalah penyakit yang sering di jumpai pada 23 24

lansia

11 Lansia juga bisa sehat sejahtera lahir dan batin 22 25

12 Lansia penting menkonsumsi makanan tinggi serat seperti buah 25 26

dan sayur serta susu tinggi kalsium

13 Lansia yang sakit-sakitan biasanya sulit untuk sembuh kembali 20 27

14 Lansia juga butuh hiburan / rekreasi 22 23

15 Ketika lansia, khususnya pada perempuan lebih sering marah- 24 25

marah

mean 22,73 24,47

Berdasarkan tabel 2 di atas diuraikan bahwa setiap item pernyataan dalam

kuesioner bila dibandingkan skor pre dan post mengalami peningkatan skor. Peningkatan

skor tertinggi adalah item penyataaan nomor 13 yang mengalami peningkatan 7 skor

19

sementara item pernyataan nomor 1 tidak mengalami perubahan skor dan

terdapat pernyataan yang mengalami peningkatan 1 skor, 2 skor dan 3 skor

Untuk mengetahui perbedaan mean skor pengetahuan lansia setelah dilakukan pretest

dan post test serta melihat pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan dengan

menggunakan media power point diuraikan dalam tabel 3 berikut ini :

Tabel 3.Hasil uji beda pengatahuan lanjut usia sebelum sesudah diberikan

penyuluhan kesehatan

Variabel Mean SD p-value

Pre Post Pre Post 0.000

Pengetahuan 22,73 24,47 1,335 1,125

Sumber : data primer

Berdasarkan tabel 2 di atas mean skor pre test pengetahuan lansia sebelum

dilakukan penyuluhan dengan menggunakan media power point adalah 22,73 sementara

mean skor hasil post test adalah 24,47, hasil t-test dependen menunjukkan nilai 0.000 yang

menunjukkan bahwa adanya pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan dengan

menggunakan media power point terhadap pengetahuan lansia.

29. Pembahasan

Lansia merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan. Peningkatan

pengetahuan tentang kesehatan lansia merupakan salah satu upaya mempertahankan

produktifitas lansia. Pemberian promosi kesehatan melalui penyuluhan kesehatan atau

pendidikan kesehatan merupakan bagian dari strategi intervensi dalam keperawatan

komunitas selain proses kelompok, pemberdayaan dan kemitraan. Bentuk promosi

kesehatan dengan kegiatan pendidikan kesehatan ditujukan sebagai diseminasi informasi,

mendorong seseorang untuk berprerilaku hidup sehat atau mengurangi faktor risiko,

membuat perubahan perilaku yang dapat meningkatkan kualitas hidup (Riasmini dkk,

2017).

20

Berdasarkan hasil uji t-test dependen menunjukkan nilai 0.000 yang berarti bahwa

pemberian penyuluhan kesehatan dengan menggunakan media power point menunjukkan

pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan lanjut usia. Peningkatan pengetahuan

lanjut usia ini dengan pemberian penyuluhan kesehatan sesuai dengan hasil penelitian oleh

Wardani dkk (2018) dan Candrasari dan Widyasari (2013) yang menunjukkan bahwa

pemberian pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan lansia. Pada kedua

penelitian tersebut media yang digunakan saat pemberian pendidikan kesehatan adalah

power point namun tidak spefisik disebutkan pada judul penelitian. Sementara menurut

Sumardino (2016) Pemberdayaan lansia melalui pendidikan kesehatan dapat meningkatkan

pengetahuan lansia dan kemampuan untuk mendeteksi dini penyakit degeratif dan penyakit

tidak menular pada lansia.

Dalam promosi kesehatan selain kegiatan penyuluhan kesehatan maka harus

didukung dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat, kemitraan dan advokasi. Sesuai

dengan semangat piagam Ottawa tahun 1986 untuk peningkatan kesehatan melalui

promosi kesehatan, yang mencakup adanya kebijakan yang berwawasan kesehatan,

lingkungan yang mendukung, reorientasi pelayanan kesehatan, keterampilan individu dan

gerakan masyarakat. Promosi kesehatan menjadi langkah awal dalam perubahan perilaku

kesehatan sehingga masyarakat memiliki kondisi kesehatan yang optimal. Peningkatan

kesehatan menjadi tanggung jawab bersama dengan mempertimbangkan aspek sosial

ekonomi dan budaya. Kegiatan promosi kesehatan menjadi tanggungjawab bersama antar

lintas sektoral yang ada dan menjadi kegiatan yang berkesinambungan sehingga tujuan

pembangunan kesehatan dapat tercapai tanpa adanya perbedaan (kesetaraan).

Kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan langkah awal kegiatan untuk

meningkatkan kesehatan lansia di kelurahan Mamburungan Timur. Pengabdian

masyarakat masih difokuskan pada kegiatan penyuluhan dengan menggunakan media

power point. Sementara hasil screaning kesehatan telah disampaikan kepada pemegang

program penyakit tidak menular dan pemegang program kesehatan lansia di Puskesmas

Mamburungan dan dalam kegiatan ini belum belum dilakukan secara berkesinambungan

seperti pemantauan aktifitas keseharian lansia dalam meningkatkan kesehatan. Kedepannya 21

kegiatan pembinaan kesehatan lansia di kelurahan Mamburungan Timur menjadi

tanggung jawab bersama lintas sektoral yang ada baik dari akademi keperawatan kaltara,

puskesmas Mamburungan dan kelurahan Mamburungan timur keterlibatan sumber daya

kesehatan yang ada seperti kader kesehatan.

30. Simpulan

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian

penyuluhan kesehatan dengan menggunakan power point terhadap pengetahuan lanjut usia

tentang kesehatan di masa lanjut usia. Selama pelaksanaan pendidikan kesehatan juga

melibatkan mahasiswa sebagai fasilitator yang membantu menjelaskan isi dan maksud

kuesioner saat dilaksanakan pretest dan post test. Saran dari pengabdian pada masyarakat

ini diharapkan puskesmas khususnya pemegang program lanjut usia dapat menindaklanjuti

hasil pengabdian kepada masyarakat ini dengan melakukan kegiatan pendampingan sebagai

upaya meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia melalui kegiatan promosi kesehatan

seperti pendidikan kesehatan.

31. Ucapan Terimakasih

Terimakasih kepada Pimpinan Akper Kaltara serta mahasiswa Akper Kaltara yang tergabung

dalam kepanitian social project Akper Kaltara tahun 2019 yang terlibat dalam kegiatan

skrening kesehatan pada lansia pada pengabdian masyararakat ini dan semua pihak yang

membantu kelancaran kegiatan ini.

22

PENGARUH PENYULUHAN SENAM LANSIA

TERHADAP MINAT MENGIKUTI SENAM

LANSIA PADA WANITA MENOPAUSE

DI RW 09 BUMIJO JETIS

YOGYAKARTA

32. NASKAH PUBLIKASI

23

Disusun oleh: Nurul Insan 201510104355

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

33. 2017

24

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH PENYULUHAN SENAM LANSIA TERHADAP MINAT MENGIKUTI SENAM

LANSIA PADA WANITA MENOPAUSE DI RW 09 BUMIJO JETIS

YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI NASKAH PUBLIKASI NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh: Nurul Insan

201510104355

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui untuk Mengikuti Ujian Skripsi

Program Studi Kebidanan Jenjang Diploma IV

Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

oleh:

Pembimbing Tanggal Tanda Tangan

: Eka Fitriyanti, S.ST., M.Kes : 17 Februari 2017 : 25

PENGARUH PENYULUHAN SENAM LANSIA

TERHADAP MINAT MENGIKUTI SENAM

LANSIA PADA WANITA MENOPAUSE

DI RW 09 BUMIJO JETIS

YOGYAKARTA1

Nurul Insan2, Eka Fitriyanti3

34. INTISARI

Latar Belakang: lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu kelompok yang rentang

terhadap masalah kesehatan. Hal yang paling penting dalam menjaga kesehatan diri

lansia menopause adalah merubah kebiasaan pola hidup sehat seperti olahraga harus

dilakukan secara rutin.

Tujuan: Untuk mengetahui Pengaruh Penyuluhan Senam Lansia Terhadap Minat

Mengikuti Senam Lansia Pada Wanita Menopause di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta

Metode Penelitian: Metode penelitian dengan desain rancangan quasi eksperiment

dengan one group pretest posttest. Populasinya adalah sebanyak 53 lansia wanita.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden. Teknik pengambilan sampel

purpose sampling. Pengambilan data dengan kuesioner dan analisis data dengan uji

Mann-Whiney

26

Hasil: Hasil uji statistik Mann Whiney didapatkan rerata sebelum dilakukan penyuluhan

sebesar 69,6 dan rerata setelah penyuluhan sebesar 78,8 dan nilai p-value yang di

dapat sebesar 0,000<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

penyuluhan senam lansia terhadap minat mengikuti senam lansia pada wanita

menopause di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta.

Simpulan dan Saran: terdapat pengaruh penyuluhan senam lansia terhadap minat

mengikuti senam lansia pada lansia menopause. Di harapkan bagi responden dapat

meningkatkan pengetahuan pentingnya senam lansia.

Kata Kunci

: penyuluhan, senam lansia, minat,lansia menopause

Kepustakaan

: 20 buku (2002-2015), 10 jurnal, 13 skripsi, 1 website

Jumlah Halaman

: i-xiii halaman, 75 halaman, 11 tabel, 2 gambar, 15 lampiran

1Judul Skripsi

2Mahasiswa Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

3Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

THE IMPACT OF GERIATRIC EXERCISE COUNSELING

TO THE INTEREST TO FOLLOW GERIATRIC

27

EXERCISE ON MENOPAUSE WOMEN AT

BUMIJO JETIS YOGYAKARTA1

Nurul Insan2, Eka Fitriyanti3

35. ABSTRACT

Background: Elderly is one of the groups that to health problems. The most significant

thing in keeping the health on menopause elderly is to change their healthy life style

like doing sport that should be done regularly.

Objective: The objective of the study was to investigate the impact of geriatric gym

counseling to the interest of following geriatric gym on menopause women at

Bumijo Jetis Yogyakarta.

Method: The method employed quasi experimental design with one group pretest

posttest. The population was 53 elderly women. The samples of the study were 30

respondents. Purposive sampling was used as sample taking technique. The data of

the study were obtained through questionnaire, and the data were analyzed by using

Mann-Whitney.

Result: The statistical test Mann Whitney test obtained the mean before applying the

counseling with 69.6 and the mean after applying the counseling with 78.8. P value

was 0.000 < 0.05, so it can be concluded that there was impact of geriatric gym

counseling to the interest of following geriatric gym on menopause women at Bumijo

Jetis Yogyakarta.

Conclusion and Suggestion: There was impact of geriatric gym counseling to the

interest of following geriatric gym on menopause women at Bumijo Jetis Yogyakarta.

It is expected that the respondents to be able to increase their knowledge on the

importance of geriatric gym.

Keywords

: Counseling, Geriatric Gym, Interest, Elderly Menopause

References

: 20 books (2002-2025), 10 journals, 13 theses, 1 website

Page Numbers : i-xiii pages, 75 pages, 11 tables, 2 figures, 15 appendices

28

1 Title

2 Student of Diploma IV Midwifery Program, Faculty of Health Science, ‘Aisyiyah University of Yogyakarta

3 Lecturer of ‘Aisyiyah University of Yogyakarta

36. PENDAHULUAN Latar Belakang

Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap

masalah kesehatan (Pudjiati, 2014). Salah satu fase hidup yang akan dialami oleh

setiap manusia, pertambahan usia diiringi penurunan fungsi organ tubuh tetapi lansia

tetap harus menjalani hidup sehat. Hal yang paling penting dalam menjaga kesehatan

diri lansia adalah merubah kebiasaan pola hidup sehat seperti olahraga harus

dilakukan secara rutin (PKPU Lembaga Kemanusiaan Nasional, 2011).

Perubahan fisiologis pada lansia berdampak pada penurunan daya

produktifitas sehingga lansia wanita tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi

(menopause) yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita untuk bereproduksi.

Secara normal wanita akan mengalami menopause antara usia 45 tahun sampai 50

tahun. Pada saat menopause, wanita akan mengalami perubahan-perubahan di dalam

organ tubuhnya yang disebabkan oleh bertambahnya usia. Usia dari hari ke hari akan

terus berjalan dan setiap orang seiring dengan bertambahnya usia tidak akan lepas

dari predikat tua. Bertambahnya usia maka gerak-gerik, tingkah laku, cara berpakaian

dan bentuk tubuh mengalami suatu perubahan. Maka perlunya penanganan pada

masa lansia agar lansia lebih memahami tentang gejala ketidaknyamanan yang di

sebabkan oleh menopause (Najamuddin, 2010).

Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah

yang akan dialami setiap perempuan, selain pubertas, menstruasi, dan kehamilan.

Bersamaan dengan bertambahnya usia maka wanita mengalami berbagai perubahan

dan penurunan fungsi aspek fisiologis dalam masa menopause tersebut. Menopause

umumnya terjadi pada usia 50 tahun (rentang usia 40-45 tahun). Sekitar 1%

29

perempuan mencapai menopause sebelum usia 40 tahun yang disebut menopause

prekoks, sedangkan berhentinya menstruasi antara usia 40-45 tahun disebut dengan

menopause dini (early menopause) yang terjadi pada 10% perempuan (Ningsi,

2008). Menurut Rambulangi (2006) seorang perempuan sebelum masa menopause

akan memasuki masa pre menopause pada usia 40-50 tahun.

Angka menopause dini di Indonesia sangat tinggi dibandingkan dengan

negara-negara maju di Asia, Eropa, dan Amerika. Bahkan, persentase angka

menopause dini diIndonesia setara dengan negara-negara miskin di dunia seperti

Banglaaes. meskipun usia menopause diIndonesia bervariasi antara 44 sampai dengan

45 tahun, para wanita Indonesia sudah banyak yang mengalami menopause saat usia

42 tahun (Boyke dalam Sulisetiyawati, 2011).

Lanjut usia bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau

tahap hidup manusia, yaitu bayi, kanak-kanak, dewasa, dan tua. Usia lanjut dikatakan

sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Kel iat Dalam

Maryam, 2008). Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab 1 pasal 1 Ayat 2,

yang disebut dengan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun

ke atas, baik pria maupun wanita.

Batasan-batasan lansia :

Menurut WHO dalam Tamher & Noorkasiani (2009) Mengelompokan lansia menjadi 4 kelompok yaitu:

Usia pertengahan (middle age) yaitu usia antara 45 sampai 59 tahun Lanjut usia (eldery) yaitu usia antara 60 sampai 74 tahun

Lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 75 sampai 90 tahun

Usia sangat tua (very old) yaitu usia diatas 90 tahun

Sedangkan Menurut Nugroho (2008) lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa yang dsibagi menjadi 4 bagian : Fase iuventus, antara 25-40 tahun

Fase verilitas, antara 40-50 tahun

Fase presenium, antara 55-65 tahun

Fase senium, diatas 65 tahun

30

Berdasarkan masalah diatas, peneliti tertatarik untuk melakukan penelitian

pengaruh penyuluhan senam lansia terhadap minat mengikuti senam lansia pada

lansia menopause di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta.

37. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah “Adakah

pengaruh penyuluhan senam lansia terhadap minat mengikuti senam lansia pada

wanita menopause di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta?

38. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penyuluhan senam lansia terhadap minat mengikuti senam lansia pada wanita menopause di RW 09 bumijo jetis yogyakarta

39. METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperiment dengan one group pretest

posttest design. Dalam penelitian ini tidak ada variable control. Pada penelitian ini

populasinya adalah wanita menopause yang berjumlah 53 lansia di RW 09 Bumijo

Jetis Yogyakarta tahun 2016. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive

sampling. Total sampel dalam penelitian ini 30 lansia wanita.

40. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan

Hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan pendidikan

31

Pendidikan

%

F

SD

3.3

1

SMP

13.3

4

SMA/SMK

63.3

19

PT 6 20.0

Total

100

30

Sumber Data Primer 2016

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar pendidikan

responden yaitu SMA sebanyak 19 orang (63,3%) sedangkan sebagian kecil lulusan SD

sebanyak 1orang (3,3%).

Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan

Hasil penelitiian mengenai karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :

32

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan F %

Karyawan 6 20.0

PNS 2 6.7

Wirausaha 9 30.0

Buruh 3 10.0

Tidak bekerja 10 33.3

Total 30 100

Sumber : Data Primer 2016

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar tidak bekerja sebanyak

10 orang (33.3%), sedangkan sebagian kecil responden bekerja sebagai PNS 2 orang

(6,7%)

Karakteristik responden berdasarkan Umur

Hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan umur

Umur F %

<=59 Tahun 14 46.7

60 -74 Tahun 12 40.0

75 – 90 Tahun 3 10.0

>90 Tahun 1 3.3

Total 30 100

Sumber : Data Primer 2016

33

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar berumur kurang dari

59 Tahun sebanyak 14 orang (46,7%), sedangkan sebagian kecil lebih dari 90 Tahun

sebanyak 1 orang (3,3%). Analisis Univariat

Hasil penelitian tentang pengaruh penyuluhan senam lansia terhadap minat mengikuti

senam lansia pada wanita menopause di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta secara

deskriptif sederhana dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

41. Tabel 4.4 Distribusi frekuensi minat senam lansia Sebelum dilakukan

Penyuluhan Senam Lansia Mengikuti Senam Lansia pada wanita menopasue

Di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta

Kategori

F

%

Minat Rendah 0 0

Minat Sedang 17 56.7

Minat Tinggi 13 43.3

Total 30 100.0

Sumber : Data primer 2016

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas diketahui minat senam lansia Sebelum dilakukan

Penyuluhan Senam Lansia Mengikuti Senam Lansia pada wanita menopause Di RW 09

Bumijo Jetis Yogyakarta Paling banyak memiliki minat sedang sebanyak 17 responden

(56,7%), sedangkan paling sedikit minat tinggi sebesar 13 responden (43,3%)

Hasil penelitian mengenai minat senam lansia Sesudah dilakukan Penyuluhan Senam

Lansia Mengikuti Senam Lansia pada wanita menopause Di RW 09 Bumijo Jetis

yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut:

34

42. Tabel 4.5 Distribusi frekuensi minat senam lansia Sesudah dilakukan

Penyuluhan Senam Lansia Mengikuti Senam Lansia pada wanita menopause

Di RW 09 Bumijo Jetis yogyakarta

Kategori F %

Minat Rendah 0 0

Minat Sedang 1 3.3

Minat Tinggi 29 96.7

Total 30 100.0

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas diketahui minat senam lansia Sesudah dilakukan

Penyuluhan Senam Lansia Mengikuti Senam Lansia pada wanita menopause Di RW 09

Bumijo Jetis Yogyakarta Paling banyak memiliki minat tinggi sebanyak 29 responden

(96,7%), sedangkan paling sedikit minat tinggi sebesar 1 responden (3,3%)

Hasil penelitian tentang pengaruh penyuluhan senam lansia terhadap minat

mengikuti senam lansia pada wanita menopause di RW 09 Bumijo Jetis

Yogyakarta secara deskriptif sederhana dapat dilihat pada tabel 4.2 Perbandingan

skor yang didapatkan lansia sebelum dan sesudah penyuluhan untuk mengetahui

pengaruh dapat dilihat pada tabel berikut

43. Tabel 4.6 Distribusi frekuensi minat senam lansia Sebelum dan sesudah

dilakukan Penyuluhan Senam Lansia Mengikuti Senam Lansia Di RW 09

Bumijo Jetis Yogyakarta

Kategori Sebelum Sesudah

F % F %

Minat Rendah 0 0 0 0

17 56.7 1 3.3

Minat Sedang

Minat Tinggi 13 43.3 29 96.7

35

Total 30 100.0 30 100.0

Hasil penelitian Pengaruh Penyuluhan Senam Lansia Mengikuti Senam Lansia pada wanita

menopause Di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut:

44. Tabel 4.7 Pengaruh Penyuluhan Senam Lansia Mengikuti Senam Lansia

pada wanita menopause Di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta

Mann Z p-value

Mean Whitney

Pre-test 69,6±5,89 0,000 Post-test 78,8±5,38 210

4,470

45. Pembahasan

Minat senam lansia sebelum dilakuakn penyuluhan senam lansia mengikuti

senam lansia pada wanita menopause Di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta paling banyak

memiliki minat sedang sebanyak 17 responden (56,7%). Hasil penelitian ini menemukan

bahwa lansia memiliki minat sedang dalam melakukan senam lansia. Hal ini dapat

terjadi karena factor umur lansia.

Minat lansia sebelum diberi penyuluhan masuk dalam kategori sedang

diperkuat oleh hasil penelitian pada butir 2 sebanyak 67% responden menyatakan

bahwa lansia memiliki minat untuk senam lansia karena kebermanfaatnya. Pada butir 4

sekitar 13% responden masih ada yang menyatakan tidak memerlukan senam karena

masih merasa sehat. Pada butir 6 sekitar 33% responden menyatakan melakukan senam

lansia hanya akan menyita waktu. Dari hasil penelitian yang dilihat di kuisoner sebagian

besar responden sudah mengetahui manfaat yang akan diperoleh jika menjalani senam

lansia, namun tidak semua responden memiliki minat dalam melakukan senam lansia

dengan alasan masih merasa sehat dan responden menyatakan jika melakukan senam

lansia hanya akan menyita waktu.

Hasil penelitian dari Mutiatul (2007) yang berjudul Tinjauan Motivasi Lansia

dalam Mengikuti Senam Lansia pada Paguyuban Lansia di Rumah Sakit Panti Rahayu

36

YAKKUM Purwodadi Grobogan Tahun 2007. Diketahui bahwa faktor intrinsik (dorongan

dari dalam diri sendiri) memotivasi lansia mengikuti senam lansia pada paguyuban lansia

di Rumah Sakit Rahayu YAKKUM Purwodadi Grobogan tahun 2007. Dorongan yang

dimaksudkan yaitu keinginan para lansia menambah pengetahuan sebagai alasan utama

dan selanjutnya diikuti oleh keinginan meningkatkan derajat kesehatan dan terakhir

adalah untuk menambah hubungan kemasyarakatan dimasa-masa tuanya.

Minat senam lansia sesudah dilakukan penyuluhan senam lansia mengikuti

senam lansia pada wanita menopause di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta paling banyak

memiliki minat tinggi sebanyak 29 responden (96,7%). Hasil penelitian sesudah

dilakukan penyuluhan mengalami perubahan minat paling banyak memiliki minat tinggi,

hal ini dapat terjadi karena responden masih memiliki kemampuan belajar yang baik, hal

ini didasari oleh umur yang sebagian besar masih dibawah 59 Tahun, umur dapat

memberikan pengaruh pada kognitif lansia.

Hasil penelitian sesuai dengan teori Azizah (2011) yang menyatakan

perubahan kognitif pada aspek learning di usia lanjut tidak mengalami mengalami

demensia masih memiliki kemampuan belajar yang baik. Hal ini sesuai prinsip belajar

seumur hidup (life-long learning), bahwa manusia memiliki kemampuan untuk belajar

sejak dilahirkan sampai akhir hayat. Sehingga ketika responden diberi pembelajaran

mampu merubah minat yang ada.

Peningkatan pemahaman dapat dilihat pada hasil kuisoner butir 6 sudah

mengalami peningkatan seluruh responden setuju dengan pernyataan bila melakukan

senam lansia bukanlah menyita waktu, pada butir 7 sebagian besar responden sangat

setuju bahwa manfaat senam lansia agar tetep sehat, dapat memperlancar peredaran

darah. Seluruh responden tidak setuju jika senam lansia membuat tubuh sakit namun

justru membuat rasa gembira dan membuat rasa sakit seperti pegel-pegel hilang dan

mengurangi resiko terkena lumpuh.

Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian Ficky Fadli Abas, 2015. Faktor

yang Mempengaruhi Minat Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia di Wilayah

Puskesmas Buko Kabupaten Bolaang Mongondow. Hasil penelitian menyatakan bahwa

faktor yang paling mempengaruhi minat adalah faktor pengetahuan responden.

Hasil analisis statistik deskriptif nilai rerata minat senam lansia sebelum

dilakukan penyuluhan senam lansia didapatkan rerata sebesar 69,6 dan rerata setelah

program pelatihan sebesar 78,8 selain itu nilai p-value yang didapat sebesar 0,000<0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Penyuluhan Senam Lansia

Mengikuti Senam Lansia pada wanita menopause Di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta.

37

Hasil penelitian sesudah penyuluhan didapat paling banyak memiliki minat

dalam kategori tinggi, dapat terjadi karena responden telah memahami manfaat senam

lansia melalui penyuluhan yang dilakukan. Manfaat yang disampaikan dalam

penyuluan yaitu tentang manfaat senam lansia yaitu tubuh menjadi sehat, terhindar

dari penyakit seperti tulang keropos, memperlancar peredaran darah, dapat nyenyak

dan pikiran saya tetap segar, agar menambah daya tahan.

Pengaruh penyuluhan tentang senam lansia memberikan dampak peningkatan

minat. Peningkatan minat yang terjadi karena responden mengetahui manfaat senam

lansia diantaranya memberikan kemampuan lansia untuk memelihara kesehatan,

menciptakan suatu keadaan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Pengaruh

penyuluhan juga dapat merubah sikap para lansia untuk mengupayakan kesehatan

mereka, selain itu penyuluhan mampu meningkatkan pengetahuan lansia tentang

pentingnya hidup sehat. Pengaruh penyuluhan ini ditunjukkan oleh teori Machfoedz

(2008) dalam teorinya menyatakan bahwa manfaat dari dilakukannya penyuluhan

yaitu memberikan kemampuan kepada masyarakat untuk memelihara kesehatan,

menciptakan keadaan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan, dapat

merubah sikap masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan mereka, dan

mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya hidup sehat.

Lansia ternyata memiliki hambatan dalam melakukan senam lansia.

Hambatan tersebut seperti tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan senam lansia,

dan tidak ada dukungan dari orang sekitar seperti dukungan anak atau dukungan

teman menjadi penghambat dalam melakukan senam lansia sehingga minat melakukan

senam hamil menjadi menurun. Hasil penelitian sesuai dengan teori Totok Santoso

dalam Marliani (2011) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

lansia dalam mengikuti senam lansia salah satunya faktor intrinsik yaitu faktor minat.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat yaitu pengetahuan, dukungan

keluarga, fasilitas dan teman pergaulan. Untuk memberikan pengetahuan terhadap

lansia agar lansia melakukan senam maka diperlukan pemberian informasi. Pemberian

informasi dapat dilakukan dengnan berbagai cara misalkan penyuluhan.

Penyuluhan merupakan sumber Informasi yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat seseorang. Dengan memberikan informasi maka dapat menciptakan minat seseorang. Seperti dalam teori (Mubarak, 2007) yang menyatakan bahwa salah satu cara menyampaikan informasi adalah dengan pemberian penyuluhan.

Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian Erwin. (2012) penelitiannya

yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi lansia melakukan olah raga

senam lansia di panti sosial lanjut usia (Pslu) Kabupaten Mojokerto, hasil penelitian

38

menyatakan faktor yang mempengaruhi motivasi lansia melakukan senam lansia

adalah faktor fisik dan pengetahuan mempengaruhi motivasi lansia. faktor fisik lansia

dapat mempengaruhi motivasi lansia melakukan senam lansia. Kondisi fisik lansia

yang lemah dapat menyebabkan lansia tidak mampu untuk melakukan senam lansia.

Sedangkan kondisi fisik yang sehat dapat mempengaruhi keinginan lansia untuk

melakukan olahraga senam lansia tersebut. Kondisi fisik lansia yang sehat atau kuat,

akan memudahkan para lansia untuk tetap termotivasi dalam dirinya sendiri untuk

melakukan olahraga karena masih ditunjang oleh raga yang masih kuat dalam

melakukan setiap gerakan olahraga senam lansia. Lansia juga menganggap bahwa

olahraga dapat mempertahankan status kesehatan dan kebugaran jasmani. Dengan

berolahraga secara rutin lansia menjadi lebih segar, tenang, dan merasa percaya diri

dalam melakukan aktivitas sehari-hari bersama lansia yang lain

46. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan analisis data dan interprestasinya, maka dapat ditarik keismpulan penelitian sebagai berikut :

Minat senam lansia sebelum dilakukan penyuluhan senam lansia mengikuti senam

lansia lansia pada wanita menopause Di RW 09 Kelurahan Bumijo Jetis memiliki rerata

sebesar 69,6% paling banyak memiliki minat sedang 17 responden 56,7%. Minat

senam lansia Sesudah dilakukan Penyuluhan Senam Lansia Mengikuti Senam Lansia

pada wanita menopause Di RW Bumijo Jetis yogyakarta memiliki rerata sebesar 78,8,

Paling banyak memiliki minat sedang sebanyak 17 responden (56,7%). Terdapat

Penyuluhan Senam Lansia terhadap minat Mengikuti Senam Lansia pada wanita

menopause Di RW 09 Bumijo Jetis yogyakarta dengan nilai p-value sebesar 0,001.

47. Saran

Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi tenaga kesetahan untuk menyampaikan informasi kebermanfaat senam lansia kepada para lansia dan kader

Bagi responden

Mingkatkan pengetahuan tentang manfaat senam lansia untuk menunjang kesehatan lansia. Bagi Institusi

39

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan referensi untuk memperkaya institusi, khususnya bidang kepustakaan.

Bagi Penelitian selanjutnya

Hasil penelitian dapat menjadikan acuan penelitian selanjutnya tentang

bagaimana meningkatkan minat senam lansia agar lansia selalu melakukan senam

lansia tanpa paksaan.

48. DAFTAR PUSTAKA

Najamuddin , M. 2010. 100 Tanya-Jawab Kesehatan Harian Untuk Lansia. Yogyakarta : Tunas Publishing

Ninggi, T. 2008. Konsep Diri Dan Strategi Coping Pada Perempuan Menopause

Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM

Mubarak, I.W Chayatin, N. Rozikin, K & Supardi, 2007. Promosi Kesehatan.

Jakarta : Graha Ilmu.

Maryam. R.S., Ekasari. M. F., Rosidawati., Jubaedi. A., Batubara. I. 2008. Mengenal Lanjut Usia Dan Perawatannya. Salemba Medika. Jakarta.

Pudjiati., E. Riyanti dan T. Hartini. 2014. Dukungan Keluarga Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Lanjut Usia Datang ke Posyandu. JKep, Vol. 1 (2) : 195204 (word)

Sulisetyawati. S. 2011. Dampak Menopause Terhadap Konsep Diri Wanita Yang Mengalami Menopause Di Kelurahan Trengguli Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. STIKES Kusuma Husada Surakarta

40

eISSN: 2655-8688 pISSN: 2548-3943 http://jurnal.stikes-sitihajar.ac.id/index.php/jhsp Received Juli, Accepted Sept, Publish Januari

hal:29-39 Volume 2, Nomor 1 - 2020

Copyright @2020. This is an open-access arcle distributed under the terms of the CreaveCommons Aribuon-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Internaonal License () hp://creavecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/which permits unrestricted non-commercial used, distribuon and reproducon in any medium

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Posyandu Lansia Terhadap Pengetahuan dan Tindakan Pemanfaatan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

49. Purwaningsih1*

1Akademi Keperawatan Kesdam I/Bukit Barisan Medan

Email : [email protected]

ABSTRAK

Jumlah lansia di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 60 orang. Dari jumlah tersebut lansia yang aktif mengikuti kegiatan lansia sebanyak 28 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 10 orang dan perempuan sebanyak 18 orang. Kurang aktifnya

lansia diduga karena kurangnya pengetahuan, sehingga perlu diberi pendidikan kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan tindakan pemanfaatan posyandu lansia .Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian dilakukan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 60 orang dan sampel diambil setengahnya yaitu 30 orang. Data dianalisis secara analitik dengan menggunakan uji t dua sampel berpasangan (paired sample t-test) pada taraf signifikan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh (perbedaan) yang signifikan pengetahuan lansia sebelum diberikan pendidikan kesehatan (pretest) dengan pengetahuan sesudah diberi pendidikan kesehatan (posttest) dengan nilai t-hitung = -37,622 > 1,699 (t-tabel) dan nilai p= 0,000 < 0,05. Terdapat pengaruh (perbedaan) yang signifikan tindakan pemanfaatan posyandu lansia sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan (posttest) dengan nilai t-hitung = -17,954 > 1,699 (t-tabel) dan nilai p= 0,000 < 0,05. Disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya perawat aktif untuk memberikan pendidikan kesehatan baik kepada lansia maupun kepada anggota keluarga yang tinggal satu rumah dengan lansia agar pengetahuan pasien dan keluarga bertambah serta mampu melakukan perawatan pada lansia

dengan semaksimal mungkin dan mendukung lansia untuk datang ke posyandu lansia. Kata Kunci: Pendidikan Kesehatan, Pengetahuan, Tindakan Pemanfaatan Posyandu Lansia

ABSTRACT

The number of elderly people in Ujung Rambung Village, Pantai Cermin District, Serdang Bedagai District is as many as 60 people. Of these, there are 28 elderly who actively participate in elderly activities, with 10 men and 18 women. Underactivity of the elderly is suspected due to lack of knowledge, so it needs to be given health education. The purpose of this study was to determine the effect of health education on the knowledge and actions of elderly posyandu utilization. The type of this research is analytic with quasi experimental design . The study was conducted in Ujung Rambung

41

Village, Pantai Cermin District, Serdang Bedagai District . The population in this study were 6 0 people and half of the samples were taken from 30 people. Data were analyzed analytically by using test t two paired samples (paired sample t-test) at significance level of 0.05. Results of the study showed that t erdapat influence (difference) Significant knowledge of the elderly before being given health education (pretest) with knowledge of health education are given after (posttest) by value t count = - 37.622> 1.699 (t-table) and p = 0.000 <0.05. There is a significant influence (difference) in the use of posyandu for the elderly before and after being given health education (posttest) with a value of t-count = -17,954> 1,699 (t-table) and a value of p = 0,000 <0.05. It is recommended for health workers, especially active nurses to provide health education both to the elderly and to family members who live in the same house with the elderly so that the knowledge of patients and families increases and be able to take care of the elderly as fully as possible and support the elderly to come

to the elderly Posyandu.

50. Keywords : Health Education, Knowledge, Actions for Utilization of

Elderly Posyandu Pendahuluan

Lansia merupakan suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang

dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut akan

terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Namun para usia lanjut tidak perlu

berkecil hati, harus selalu optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap perilaku sehat di

usia lanjut (Ismawati, 2010).

Perilaku sehat dalam meningkatkan kesehatan lansia adalah pemeliharaan tidur untuk

memastikan pemulihan fungsi tubuh sampai tingkat fungsional yang optimal dan untuk

memastikan keterjagaan di siang hari guna menyelesaikan tugas-tugas dan menikmati

kualitas hidup yang tinggi (Stanley, 2012). Namun sebagian besar kelompok usia lanjut

mempunyai risiko mengalami gangguan pola tidur sebagai akibat pensiun, perubahan

lingkungan sosial, penggunaan obat-obatan yang meningkat, penyakitpenyakit dan

perubahan irama sirkadian (Prayitno, 2012).

Dampak yang mungkin terjadi pada lansia akibat kurang tidur (istirahat) antara lain

mudah terkena depresi, rentan terhadap penyakit jantung, menurunkan kemampuan

dalam memenuhi tugas sehari-hari dan menurunkan daya tahan tubuh (lemah, lesu,

kurang bergairah, lemas) sehingga mempermudah lansia menderita penyakit seperti

batuk, pilek, meriang dan demam (Putra, 2011).

Keluhan tentang kesulitan istirahat dan tidur waktu malam seringkali terjadi pada lansia.

Sebagaimana contoh, seorang lansia yang mengalami arthritis mempunyai kesulitan tidur

akibat nyeri sendi. Kecenderungan untuk tidur siang kelihatannya meningkat secara progresif

dengan bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari dipakai untuk tidur dapat terjadi

karena seringnya terbangun pada malam hari. Dibandingkan dengan jumlah waktu yang

dihabiskan di tempat tidur, waktu yang dipakai tidur menurun sejam atau lebih.

42

Perubahan pola tidur pada lansia disebabkan perubahan system syaraf pusat yang

mempengaruhi pengaturan tidur. Kerusakan sensorik, umum dengan penuaan, dapat

mengurangi sensitivitas terhadap waktu mempertahankan irama sirkadian (Potter &

Perry, 2012).

Lansia memiliki pola tidur yang berbeda dengan remaja. Lansia yang notabene tidak

melakukan banyak aktivitas fisik memerlukan tidur yang lebih sedikit dari pada remaja.

Kebutuhan tidur lansia semakin menurun karena dorongan homeostatic untuk tidurpun

berkurang. Pada lansia, perempuan lebih banyak mengalami insomia dibandingkan

lakilaki yang lebih banyak menderita sleep apnea atau kondisi medis lainnya yang dapat

mengganggu tidur (Putra, 2011).

Prevalensi sulit tidur (insomnia) pada usia lanjut di Amerika adalah 54% untuk wanita dan

46% pada pria dan di Hongkong terdapat 10% pada usia lanjut. Seorang usia lanjut akan

membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di tempat tidur

sebelum tertidur) dan mempunyai lebih sedikit/ lebih pendek waktu tidur nyenyaknya

(Rafknowledge, 2014).

Di Indonesia gangguan tidur menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun. Insomnia

merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan, setiap tahun diperkirakan sekitar

20% - 50% lansia melaporkan adanya insomnia dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur

yang serius. Prevalensi insomnia pada lansia cukup tinggi yaitu 67% (Rafiudin, 2014).

Seorang usia lanjut akan membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring

lama di tempat tidur sebelum tidur) dan mempunyai lebih sedikit/ lebih pendek waktu

tidur nyenyaknya. Orang yang sudah tua (berusia ± 50 tahun) memerlukan waktu tidur ± 6

jam (pukul 23.00 – 05.00 Wib) (Leniwaty, 2010).

Menurut Putra (2011) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan

insomnia antara lain : stress atau kecemasan yang biasanya dikarenakan memikirkan

permasalahan yang sedang dihadapi, faktor depresi karena seseorang ingin melepaskan diri

dari masalah yang dihadapinya sehingga seseorang ingin tidur terus untuk

menghilangkannya, faktor pola makan yang buruk dengan mengkonsumsi makanan berat

sesaat sebelum tidur dapat membuat sulit tidur, dan faktor mengkonsumsi kafein, nikotin

(rokok), alkohol serta kurang berolah raga. Selain itu, suasana lingkungan seperti suara

bisik, suhu udara, perubahan lingkungan dan efek samping yang dihasilkan oleh obatobatan

yang dikonsumsi.

Seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup, jumlah penduduk lansia (lanjut usia) atau di atas 60 tahun diperkirakan akan meningkat. Data yang disodorkan persatuan

43

Gerontologi Medik Indonesia, menyebutkan pada tahun 2015 jumlah lansia di Indonesia

akan mencapai 36 juta orang atau 11,34% dari populasi penduduk. Presentase angka

harapan hidup ini terus pacu melalui berbagai langkah terutama di bidang kesehatan, agar

kualitas lansia bisa berbanding dengan kuantitasnya. Karena usia seperti ini diharapkan

tidak berarti sakit-sakitan, namun harus sehat dan produktif. Informan yang tidak

memanfaatkan posyandu lansia banyak yang tidak mengetahui tentang sasaran dan

posyandu lansia, sehingga mereka tidak mengetahui kalau umur mereka saat ini termasuk

sasaran kegiatan posyandu lansia dan salah persepsi bahwa kegiatan posyandu lansia bukan

hanya ditujukan untuk lansia perempuan dan lansia yang sakit saja. Disamping itu mereka

tidak mengetahui bahwa program di posyandu lansia merupakan program pencegahan

penyakit sehingga mereka menilai kegiatan tersebut kurang baik karena tidak ada pelayanan

pengobatan yang dilakukan dokter. Hal ini kurangnya sosialisasi tentang posyandu lansia ke

masyarakat. Pada hal pengetahuan yang baik berdampak pada meningkatnya pemanfaatan

layanan posyandu lansia oleh masyarakat.

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman lansia salah satunya dilaksanakan melalui

promosi atau pendidikan kesehatan (Depkes, 2008). Pendidikan kesehatan sebagai bagian

dari kesehatan masyarakat, berfungsi sebagai media atau sarana untuk menyediakan

kondisi sosio-psikologis sedemikian rupa sehingga individu atau masyarakat berperilaku

sesuai dengan norma-norma hidup sehat, dengan perkataan lain pendidikan kesehatan

bertujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan tindakan individu atau masyarakat

sehingga sesuai dengan norma-norma hidup sehat. Pendidikan kesehatan akan berpengaruh

pada perilaku kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada

meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan

kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

Tingkat pengetahuan kader posyandu sangat penting dalam pemberian sinar infrared dan

tens yang diberikan dalam kegiatan posyandu lansia di Desa Sukasari Kecamatan

Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai sangat bermanfaat bagi lansia dalam meningkatkan

kesehatan lansia (Sulaiman, Anggriani, & Sutandra, 2019).

Puskesmas Pantai Cermin adalah salah satu puskesmas induk yang ada di Kabupaten Serdang

Bedagai. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Pantai Cermin bahwa terdapat

sebanyak 5 posyandu lansia dengan jumlah lansia sebanyak 1.400 orang terdiri dari laki-laki

sebanyak 717 orang, dan perempuan sebanyak 683 orang. Jika dilihat dari keaktifan lansia

mengikuti posyandu lansia maka anggota posyandu lansia yang aktif sebanyak 125 orang

dengan jumlah laki-laki sebanyak 47 orang dan laki-laki sebanyak 78 orang. Pelatihan dan

penyuluhan diberikan kepada kader posyandu lansia di Desa Suka raya memberikan

44

dampak sebanyak 50% responden memanfaatkan posyandu lansia di Desa Suka Raya Kecamatan Pancur Batu (Sulaiman & Anggriani, 2018).

Desa Ujung Rambung merupakan satu desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pantai

Cermin dengan jumlah lansia terbanyak dibandingkan desa lainnya. Jumlah lansia di Desa

Ujung Rambung sebanyak 60 orang. Dari jumlah tersebut lansia yang aktif mengikuti

kegiatan lansia sebanyak 28 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 10 orang dan

perempuan sebanyak 18 orang. Banyaknya lansia yang tidak aktif mengikuti kegiatan

posyandu lansia kemungkinan disebabkan kurangnya informasi tentang posyandu lansia

sehingga dirasa perlu untuk diberikan pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Posyandu Lansia Terhadap Pengetahuan dan

Tindakan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin

Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2019.

51. Metode Penelitian Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik menggunakan pendekatan one group pre and

post test design dengan rancangan penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment).

Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :

52. Tabel Rancangan Penelitian

Kelompok Pre Test Perlakuan Post test

Eksperimen Tes 1 Penkes tentang Posyandu

Tes 2 Lansia

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan responden dan pemanfaatan posyandu

sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia di Desa Ujung

Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2019.

53. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin

Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2019. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18

Februari 2019.

45

Dalam penelitian ini lansia yang berumur >60 tahun ke atas berdomisili di wilayah kerja

Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai tahun

2019 sebanyak 60 orang.

Sampel dalam penelitian ini diambil setengah dari jumlah populasi atau 50% sehingga diperoleh sampel sebanyak 30 orang.

Uji validasi yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan dan pemanfaatan posyandu

lansia sebelum dan setelah diberi perlakuan penkes kesehatan tentang posyandu lansia

menggunakan dua sampel berpasangan (paired sample t-test). Uji ini digunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang

berpasangan (berhubungan), maksudnya adalah sebuah sampel tetapi mengalami

perlakuan (data diukur sebelum dan setelah perlakuan) (Priyatno, 2009). Penerimaan atau

penolakan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ho diterima dan Ha ditolak, jika nilai t-hitung < t-tabel atau nilai signifikan (probabilitas = p) > 0,05, maka tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia terhadap tindakan pemanfaatan posyandu lansia di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2019.

2. Ho ditolak dan Ha diterima, jika nilai t-hitung > t-tabel atau nilai signifikan (probabilitas

= p) < 0,05 maka ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia terhadap tindakan pemanfaatan posyandu lansia di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2019.

Hasil Penelitian Analisis Univariat

54. Karakteristik Responden Umur

Berdasarkan hasil penlitian, usia responden yang berumur 40-50 tahun sebanyak 4

orang (13,3%), berumur 51-60 sebanyak 14 orang (46,7%), berumur 61-70 tahun

sebanyak 12 orang (40,0%).

55. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Posyandu Lansia

Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai

No Umur Jlh Persentase (%)

1 60-65 14 46,7

2 66-70 12 40,0

3 >70 4 13,3

TOTAL 30 100,0

46

56. Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 22 orang (73,3%), sedangkan responden perempuan sebanyak 8 orang (26,7%).

57. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Posyandu

Lansia Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang

Bedagai

No Jenis Kelamin Jlh Persentase (%)

1 Laki-laki 22 8 26,7

2 Perempuan 73,3

TOTAL 30 100,0

58. Pendidikan

Berdasarkan pendidikan, responden yang berpendidikan SD sebanyak 11 orang (36,7%),

berpendidikan SMP sebanyak 16 orang (53,3%), dan berpendidikan SMA sebanyak 3

orang (10,0%).

59. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Posyandu

Lansia Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten

Serdang Bedagai

No Jenis Kelamin Jlh Persentase (%)

1 SD 11 36,7 53,3

2 SMP 16 10,0

3 SMA 3

TOTAL 30 100,0

60. Pengetahuan Sebelum Pendidikan Kesehatan

Berdasarkan data menunjukkan yang paling banyak dijawab “benar” adalah

pertanyaan nomor 1 yaitu posyandu lansia adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan

untuk kesejahteraan orang yang lanjut usia sebanyak 23 orang (76,7%). Pertanyaan yang

banyak dijawab “salah” adalah pertanyaan nomor 10 yaitu kegiatan posyandu lansia

terdiri dari 3 meja sebanyak 24 orang (80,0%).

47

61. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Pernyataan

Pengetahuan Lansia Sebelum Pendidikan Kesehatan di Desa Ujung Rambung

Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2019

Jawaban Total

No

Pertanyaan

Benar Salah

f % f % F %

1 Posyandu lansia adalah pelayanan kesehatan 23 76,7 7 23,3 30 100,0

yang ditujukan untuk kesejahteraan orang yang

lanjut usia.

2 Tujuan posyandu lansia adalah untuk 13 43,3 17 56,7 30 100,0

memelihara kesehatan lansia sesuai

kemampuan dan aktivitas fisik dan mental.

3 Posyandu lansia dapat juga dimanfaatkan 9 30,0 21 70,0 30 100,0

sebagai sarana untuk menyalurkan minat

lansia.

4 Posyandu lansia hanya untuk lansia perempuan 8 26,7 22 73,3 30 100,0

saja.

5 Sasaran lansia yaitu penduduk yang berumur 50 13 43,3 17 56,7 30 100,0

tahun ke atas.

6 Manfaat posyandu lansia untuk menyalurkan 7 23,3 23 76,7 30 100,0

minat dan bakat untuk mengisi waktu luang.

7 Dalam posyandu lansia dilakukan penyuluhan 13 43,3 17 56,7 30 100,0

tentang gizi untuk lansia.

8 Kegiatan olahraga di posyandu lansia salah 7 23,3 23 76,7 30 100,0

satunya adalah senam lansia.

9 Posyandu lansia merupakan upaya untuk 8 26,7 22 73,3 30 100,0

mencegah terjadinya penyakit

pada lansia.

10 Kegiatan posyandu lansia terdiri dari 3 meja. 6 20,0 24 80,0 30 100,0

62. 1) Setelah Pendidikan Kesehatan

Berdasarkan data menunjukkan yang paling banyak dijawab “benar” adalah pertanyaan

nomor 1 yaitu posyandu lansia adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk

kesejahteraan orang yang lanjut usia sebanyak 25 orang (83,3%). Pertanyaan yang banyak

dijawab “salah” adalah pertanyaan nomor 2 yaitu tujuan posyandu lansia adalah untuk

memelihara kesehatan lansia sesuai kemampuan dan aktivitas fisik dan mental dan nomor

48

10 yaitu kegiatan posyandu lansia terdiri dari 3 meja masing-masing sebanyak 14 orang

(46,7%).

63. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Pernyataan

Pengetahuan Lansia Setelah Pendidikan Kesehatan di Desa Ujung Rambung

Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2019

Jawaban Total

No

Pertanyaan Benar Salah

f % F % F %

1 Posyandu lansia adalah pelayanan kesehatan 25 83,3 5 16,7 30 100,0

yang ditujukan untuk kesejahteraan orang yang

lanjut usia.

2 Tujuan posyandu lansia adalah untuk 16 53,3 14 46,7 30 100,0

memelihara kesehatan lansia sesuai kemampuan

dan aktivitas fisik dan mental.

3 Posyandu lansia dapat juga dimanfaatkan 22 73,3 8 26,7 30 100,0

sebagai sarana untuk menyalurkan minat lansia.

4 Posyandu lansia hanya untuk lansia 19 63,3 11 36,7 30 100,0

perempuan saja.

5 Sasaran lansia yaitu penduduk yang berumur 50 23 76,7 7 23,3 30 100,0

tahun ke atas.

6 Manfaat posyandu lansia untuk menyalurkan 23 76,7 7 23,3 30 100,0

minat dan bakat untuk mengisi waktu luang.

7 Dalam posyandu lansia dilakukan penyuluhan 22 73,3 8 26,7 30 100,0

tentang gizi untuk lansia.

8 Kegiatan olahraga di posyandu lansia salah 23 76,7 7 23,3 30 100,0

satunya adalah senam lansia.

9 Posyandu lansia merupakan upaya untuk 21 70,0 9 30,0 30 100,0

mencegah terjadinya penyakit pada lansia.

10 Kegiatan posyandu lansia terdiri dari 3 meja. 16 53,3 14 46,7 30 100,0

64. 2) Kategori Pengetahuan Sebelum dan Setelah Pendidikan Kesehatan

Berdasarkan data menunjukkan bahwa sebelum diberi penkes tentang posyandu lansia, pengetahuan responden sebagian besar dalam kategori kurang sebanyak 18 orang (60,0%),

berpengetahuan cukup sebanyak 12 orang (40,0%). Sesudah diberi

penyuluhan, 49

pengetahuan responden sebagian besar cukup sebanyak 22 orang (73,3%), dan berpengetahuan baik sebanyak 8 orang (36,7%).

65. Tabel 6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Sebelum

dan Setelah diberi Penkes di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai

Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2019

No Pengetahuan Sebelum Se sudah

f

% f

%

1 Baik 0 0,0 8 26,7

2 Cukup 12 40,0 22 73,3

3 Kurang 18 60,0 0 0,0

Jumlah 30 100,0 30 100,0

66. Tindakan Pemanfaatan Posyandu Lansia

Berdasarkan data menunjukkan bahwa sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang

posyandu lansia, sebagian besar lansia tidak aktif sebanyak 20 orang (66,7%), yang aktif

sebanyak 10 orang (33,3%). Sesudah diberi penyuluhan, sebagian besar responden

menjadi aktif sebanyak 21 orang (70,0%), dan yang tidak aktif sebanyak 9 orang (30,0%).

67. Tabel 7 Distribusi Frekuensi Tindakan Pemanfaatan Posyandu Lansia

oleh Responden Sebelum dan Setelah diberi Penkes di Desa Ujung Rambung

Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2019

No Tindakan Pemanfaatan Posyandu Se elum Se sudah

Lansia

f

% f

%

1 Aktif 10 33,3 21 9 70,0

2 Tidak aktif 20 66,7 30,0

Jumlah 30 100,0 30 100,0

68. Uji Statistik 1) Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan

tentang Posyandu Lansia

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai posttest pengetahuan lansia lebih

tinggi dibandingkan nilai pretest. Nilai rata-rata (mean) pada pretest yaitu 3,57 sedangkan

posttest yaitu 6,93, nilai tengah (median) pada pretest yaitu 3,00 sedangkan posttest yaitu

7,00, nilai simpangan baku (standar deviation) pada pretest yaitu 971 sedangkan posttest

yaitu 944. Varians (variance) pada pretest 944 sedangkan pada posttest yaitu 892.

50

Berdasarkan uji statistik menggunakan uji t dua sampel berpasangan (paired sample t

test) diperoleh nilai t-hitung = -37,622 > 1,699 (t-tabel) dan nilai p= 0,000 < 0,05 hal

tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan lansia sebelum dan

setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia atau terdapat pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan lansia di Desa Ujung Rambung Kecamatan

Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2019.

69. Tabel 8 Data Statistik Deskriptif Pretest dan Posttest Pengetahuan Lansia

di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang

Bedagai Tahun 2019

Pengetahuan

Mean

Median

Standar

Varian

Uji-t (p-value)

Deviasi

Sebelum (pretest) 3,57 3,00 971 944 t = -37,622

Sesudah (posttest)

6,93

7,00

944

892

p = 0,000

Keterangan: nilai t negatif (t = -37,622) menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan

lansia sebelum diberi penkes lebih rendah dibandingkan sesudah diberi penkes.

70. 2) Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan Pemanfaatan

Posyandu Lansia

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai posttest keaktifan lansia ke posyandu

lansia lebih tinggi dibandingkan nilai pretest. Nilai rata-rata (mean) pada pretest yaitu 3,00

sedangkan posttest 4,13, nilai tengah (median) pada pretest yaitu 3,00 sedangkan posttest

4,00, nilai simpangan baku (standar deviation) pada pretest 871 sedangkan posttest 900. Varians (variance) pada pretest 759 sedangkan pada posttest 809.

Berdasarkan uji statistik menggunakan uji t dua sampel berpasangan (paired sample t test)

diperoleh nilai t-hitung = -17,954 > 1,699 (t-tabel) dan nilai p= 0,000 < 0,05 hal tersebut

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tindakan pemanfaatan lansia sebelum dan

setelah diberikan pendidikan kesehatan atau terdapat pengaruh pendidikan kesehatan

tentang posyandu lansia terhadap tindakan pemanfaatan posyandu lansia di Desa Ujung

Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2019.

51

71. Tabel 9 Data Statistik Deskriptif Pretest dan Posttest Keaktifan Lansia Ke

Poyandu di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten

Serdang Bedagai Tahun 2019

Pemanfaatan Mean Median

Standar Varian

Uji-t (p-value)

Posyandu Lansia Deviasi

Sebelum (pretest) 3,00 3,00 871 759 t = -17,954

Sesudah (posttest) 4,13 4,00 900 809 p = 0,000

Keterangan: nilai t negatif (t = -17,954) menunjukkan bahwa nilai rata-rata pemanfaatan posyandu sebelum diberi penkes lebih rendah dibandingkan sesudah diberi penkes.

72. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang

Posyandu Lansia Terhadap Tindakan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Ujung Rambung

Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2019”, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh (perbedaan) yang signifikan pengetahuan lansia sebelum diberikan pendidikan kesehatan (pretest) dengan pengetahuan sesudah diberi pendidikan kesehatan (posttest) dengan nilai t-hitung = -37,622 > 1,699 (t-tabel) dan nilai p= 0,000 < 0,05.

2. Terdapat pengaruh (perbedaan) yang signifikan tindakan pemanfaatan posyandu lansia

sebelum diberikan pendidikan kesehatan (pretest) dengan tindakan pemanfaatan posyandu lansia sesudah diberi pendidikan kesehatan (posttest) dengan nilai t-hitung = - 17,954 > 1,699 (t-tabel) dan nilai p= 0,000 < 0,05.

73. Saran 1. Tenaga Kesehatan (perawat) di Puskesmas Pantai Cermin

Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya perawat aktif untuk memberikan

pendidikan kesehatan baik kepada lansia maupun kepada anggota keluarga yang tinggal

satu rumah dengan lansia agar pengetahuan pasien dan keluarga bertambah serta

mampu melakukan perawatan pada lansia dengan semaksimal mungkin dan

mendukung lansia untuk datang ke posyandu lansia.

2. Lansia

Diharapkan untuk banyak bertanya kepada petugas kesehatan tentang posyandu lansia

serta manfaatnya sehingga lansia lebih termotivasi untuk memanfaatkan posyandu

lansia.

52

3. Peneliti selanjutnya

Diharapkan melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan teknik atau metode

penyuluhan (pendidikan kesehatan) yang berbeda seperti simulasi, diskusi, dan teknik

lainnya yang dapat meningkatkan pengetahuan lansia untuk melengkapi hasil penelitian

yang telah ada.

74. Referensi

Darmayanti, F.N. 2012. Hubungan pendidikan kesehatan pada lansia dengan keikutsertaan lansia dalam posyandu lansia di kelurahan Sembungharjo kota Semarang. Abstrak.

Effendy, N. 2009. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Cetakan Pertama. Jakarta : EGC.

Fauzi, 2013. Agama dan Realittas Sosial. Renungan dan Jalan Menuju Bahagia. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa.

Ismawati, Cahyo, dkk, 2010. Posyandu dan Desa Siaga, Cetakan Pertama. Jogjakarta : Sitra Medika.

Mubarak, W.I. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Konsep dan Aplikasi Dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Narulita, R.S. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan

Insomnia Pada Lansia. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2012. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni, Cetakan I, Jakarta: Rineka Cipta.

Novayenni, R. 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Angka Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia. JOM Vol 2 No 1, Februari 2015.

Potter, A., 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses dan praktik. Edisi 4 volume 2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran.

Prayitno, A., 2012. Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut dan

Penatalaksanaannya, Bagian Jakarta: Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran

Universitas Trisakti.

Rafknowledge, 2014. Insomnia dan Gangguan Tidur lainnya. Cetakan Kedua. Jakarta :

Gramedia

Rafiudin R. 2014. Insomnia dan Gangguan Tidur lainnya. Cetakan Pertama. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

53

Rosidawati, 2008. Mengenal Usia dan Perawatannya, Cetakan Pertama. Jakarta: Salemba

Santoso, H., & Andar, I. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia Uraian Medis Dan Pedagogis Patoral. Jakart : Gunung Mulia.

Setiabudi, T. 2012. Panduan Gerontologi. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.

Setiadi, 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Stanley, Mickey. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2. EGC, Jakarta.

Sumedi, T., 2010. Pengaruh Senam Bugar Lansia Terhadap Penurunan Soedirman Skala

Insomnia di Panti Wredha Dewanata Cilacap. Jurnal Keperawatan Soedirman

(The Soedirman Journal Of Nursing), volume 5 No. 1 Maret 2010.

Tamher, S dan Noorkasiani, 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Tarigan, E. 2009. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Lansia tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia Dalam Menunjang Status Gizi Di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2009. Skripsi FKM USU. Medan.

Walgito, B. 2013. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Edisi Revisi, Yogyakarta: Andi.

Wawan dan Dewi. 2011. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia, Cetakan Kedua. Yogyakarta: Nuha Medika.

Aditama, T.Y. 2009. Tuberkulosis Paru, Masalah dan Penanggulangannya, Jakarta: Universitas Indonesia Press.

________. 2010. Tuberkulosis Paru, Diagnosa, Terapi dan Masalahnya, Edisi IV, Jakarta:

Ikatan Dokter Indonesia.

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, 2005. Dasar–Dasar Ilmu Penyakit Paru.. Surabaya: Airlangga University Press.

Amin, M., Hood Alsagaff, W.B.M. Taib Saleh, 2009. Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Jakarta :

Airlangga University Press.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan II, Edisi 4, Jakarta : Rineka Cipta.

Dinkes Propsu. 2012. Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2011. medan: Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara..

54

Handayani, T.E. 2010. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Tentang Pencegahan Tuberkulosis Paru Di Dusun Kayangan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Jurnal Penelitian.

Kemenkes RI. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB Di Indonesia 2010-2014.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

Priyatno, D. 2009. Mandiri Belajar SPSS. Cetakan Ketiga, Jakarta: Buku kita.

Rifai, T.S. 2005. DOTS di Rumah Sakit, Jakarta : Puspaswara.

Smeltzer and Bare. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Sulaiman, & Anggriani. (2018). PkM Pemanfatan Posyandu lansia Di Desa Sukaraya Kecamatan Pancurbatu Tahun 2017. AMALIAH: JURNAL PENGABDIAN KEPADA

MASYARAKAT, 2(1), 161–164. https://doi.org/10.32696/ajpkm.v2i1.109

Sulaiman, S., Anggriani, A., & Sutandra, L. (2019). Sosialisasi Pemberian Infrared dan

Tens pada Lansia di Desa Sukasari, Serdang Bedagai. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 4(2 SE-Articles). https://doi.org/10.30653/002.201942.128

Taufik, M. 2007. Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan, Untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan, Cetakan Pertama, Jakarta: Infomedika.

55

Daftar Pustaka Brock and Joglekar. (2011). Empowering Power point: Slides and teaching effectiveness.

Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge, and Management, 6:85-94.

Haber, D. (2010). Health Promotion and Aging, practichal and application for health profesional. New York: Spinger Publishing Compeny.

Dahlan, S. (2011). Statustik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Jakarta.

Khoiron. (2014). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Media Leaflet Dan

Media Slide Power Point Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku

Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Ibu-Ibu PKK Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kartasura Sukoharjo. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/28620/.

Puspitha, A., Nurdin, N., & Saleh, U. (2019). Pendampingan Posyandu Lanjut Usia. Media Karya Kesehatan, 2(1) : 74-84.

Riasmini., dkk. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, kelompok dan komunitas

berdasarkan modifikasi NANDA, ICNP, NOC dan NIC di Puskesmas dan masyarakat.

Ikatan perawat Kesehatan Komunitas Indonesia (IPKKI). Depok; UI Press.

Simanjuntak, S. M., & Nurnisa, I. N. (2019). Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Imunisasi dengan Pendekatan Promosi Kesehatan Tentang Imuniasi Dasar. Media Karya Kesehatan, 2(1) : 38-52.

Sumardino, W. (2016). Pemberdayaan Kemampuan Lansia dalam Mendeteksi penyakit degenerative. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan (Interest) 5 (2) : 230-237.

Wardani, R., dkk. (2018). Pengaruh pendidikan kesehatan Hipertensi terhadap pengetahuan

Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Manisrenggo. Journal of Community Engagement in Health. 1 (2).

56

Widyasari dan Candrasari. (2010). Peningkatan pengetahuan tentang hipertensi pada Lansia

di Posyandu Lansia Dukuh Gantungan desa Makamhaji Kartasura Sukoharjo.

WARTA, 13(1): 28-36.

Statistik Nasional Kota Tarakan.(2018). Statistik Daerah Kota Tarakan Tahun 2018.

BPS Kalimantan Utara. (2018). Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kalimantan utara tahun 2015-2017.

https://kaltara.bps.go.id/dynamictable/2017/02/21/2/jumlah-penduduk- menurutkelompok-umur-dan-jenis-kelamin-di-provinsi-kalimantan-utara-

2015.html diakses tanggal 8 Juli 2019.

BPHN. (1998). Undang-Undang RI nomor 13 tentang kesejahteraan lanjut usia.

Promkes.

Kemkes. (2019). Kategori media Promosi http://promkes.kemkes.go.id/pencarian_media diakses 8 Juli 2019.

kesehatan.

Infodatin Kemenkes RI. (2016). Situasi Lanjut Usia di Indonesia, dalam rangka hari lanjut usia nasional 25 Mei.

Kemkes RI. (2017). Analisis Lansia di Indonesia. Pusat data dan Informasi Kemenkes.

Kemkes RI. (2011). Promosi Kesehatan di daerah bermasalah kesehatan, panduan bagi petugas kesehatan di Puskesmas.

WHO. (2019). The Ottawa Charter for Health Promotion. https://www.who.int/healthpromotion/conferences/previous/ottawa/en/

diakses tanggal 1 juli 2019.

57

58