systematic review ; pengaruh penyuluhan …
TRANSCRIPT
SYSTEMATIC REVIEW ; PENGARUH PENYULUHAN
KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN
SIKAP LANSIA TENTANG SENAM LANSIA
Oleh
MELVI DWI ARISANDI 18.14201.90.05
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2020
i
SYSTEMATIC REVIEW ; PENGARUH PENYULUHAN
KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN
SIKAP LANSIA TENTANG SENAM LANSIA
Skripsi ini diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
SARJANA KEPERAWATAN
Oleh
MELVI DWI ARISANDI
18.14201.90.05
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
2020
ii
ABSTRAK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA PALEMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, Agustus 2020
Melvi Dwi Arisandi
Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Sikap
Lansia Tentang Senam Lansia : Sebuah Tinjauan Sistematik (xiii + 24 halaman + 6 tabel + 1 Bagan)
Ada beberapa perubahan fisik pada lansia seperti perubahan sel, sistem persyarafan,
sistem pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, pengatur suhu tubuh, pernafasan,
pencernaan, reproduksi, genitourinaria, endokrin, integumen dan muskuloskeletal.
Ada beberapa macam penyakit yang biasa menimpa para lansia antara lain hipertensi,
diabetes mellitus, jantung koroner, stroke, katarak, dan lain sebagainya. Penyakit
pada lansia dapat diminimalisir dengan melakukan aktifitas fisik pada lansia,
Aktivitas fisik dengan cara melakukan latihan fisik membantu lansia beraktivitas.
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur, terarah dan terencana yang
diikuti oleh lansia untuk meningkatkan kemampuan fungsional tubuh. Melakukan
senam secara teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan kebugaran fisik yang
baik. Olah raga meningkatkan curah jantung (cardiac output), frekuensi denyut nadi
(Heard rate) dan isi sekuncup (stroke volume). Peningkatan curah jantung
dipengaruhi oleh isi sekuncup yang merupakan perkalian antara denyut jantung dan
isi sekuncup. Untuk meningkatan kemauan lansia dalam melakukan senam lansia
maka dibutuhkan penjelasan dan pengarahan pada lansia untuk melakukan senam
lansia dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap lansia
tentang senam lansia. Metode yang lebih dominan dan lebih sering digunakan dalam
penelitian terkait dari review literature jurnal tentang pengaruh penyuluhan kesehatan
terhadap pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia yaitu metode Quasy
Eksperimen pre dan post test desaign dengan Uji Paired T Test. Pada review literature
ini menunjukkan bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan
dan sikap lansia tentang senam lansia. Dari penelitian terdapat pengaruh penyuluhan
kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia.
Kata Kunci
Dafrar Pustaka
: Penyuluhan Kesehatan, Pengetahuan, Sikap Lansia
: 14 (2008 – 2020)
iii
ABSTRACT
INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE
BINA HUSADA PALEMBANG NURSING STUDY PROGRAM
Thesis, 25 August 2018
Melvi Dwi Arisandi
The Effect oh Health Education on Knowladge and Attitudes of Elderly About
Elderly Gymnastics : a Systematic review (xiii + 24 pages + 6 tables +1 chart)
There are several physical changes in the elderly such as changes in cell, nervous
system, hearing system, vision, cardiovascular, body temperature control, respiration,
digestion, reproduction, genitourinary, endocrine, integumentary and
musculoskeletal. There are several types of diseases that commonly afflict the
elderly, including hypertension, diabetes mellitus, coronary heart disease, stroke,
cataracts and so on. Diseases in the elderly can be minimized by doing physical
activity in the elderly. Physical activity by doing physical exercise helps the elderly
get active. Gymnastics for the elderly is a series of regular, directed and planned tone
movements that are followed by the elderly to increase the body’s functional abilities.
Doing regular exercise is one way to improve good physical fitness. Exercise
increases cardiac output, pulse frequency (heard rate) and stroke volume. The
increase in cardiac output is influenced by the content of the stroke which is the
multiplication of heart rate and stroke content. To increase the willingness of the
elderly to do elderly exercise by giving health education. This study aims to
determine the effect of health education on knowledge and attitudes of the elderly
about elderlyexercise. The method that is more dominant and more frequently used in
related research from the knowledge and attitudes of the elderly about elderly
exercise, namely the quasy experiment method and the desaign post test with the
paired T test. This literature review show that there is an effect on health education
on the knowledge and attitudes of the elderly about elderly exercise. From the
research, there is an effect of health education on knowledge and attitudes of the
elderly about elderly exercise.
Keywords
Bibliography
: Health Education, Knowladge, Attitudes of the elderly
: 14 (2008-2020)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
SYSTEMATIC REVIEW ; PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN
TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TENTANG SENAM
LANSIA
Oleh :
MELVI DWI ARISANDI
18.14.201.90.05P
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji
skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Bina Husada Palembang
Palembang, Agustus 2020
Pembimbing
Abu Bakar Sidik, SKp,.M.Kes
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Ns. Sutrisari Sabrina Nainggolan, S. Kep., M.Kes,.M.Kep
v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG
Palembang, Agustus 2018
KETUA
Abu Bakar Sidik, SKp,.M.Kes
PENGUJI I
Ns. Isrizal, S.Kep., M.Kes., M.Kep
PENGUJI II
Ns. Yunita Liana, S.Kep., M.Kes
vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS
A. Identitas
Nama : Melvi Dwi Arisandi
Tempat, Tanggal lahir : Baturaja, 27 Mei 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Sepakat 4 Blok R No. 48B Baturaja Permai
Kecamatan Baturaja Timur Kab OKU
Email : [email protected]
Nomor Handphone : 087896779307
Nama Orang Tua
- Ayah : Nuzul Karyadi
- Ibu : Rosmaleni S.E
B. Riwayat Pendidikan
Tahun 2002-2008 : SDN 02 OKU
Tahun 2008-2011 : SMP Negeri 01 OKU
Tahun 2011-2014 : SMA Sentosa Bhakti Baturaja
Tahun 2014-2017 : DIII Al Ma’Arif Baturaja
Tahun 2018-2020 : STIK Bina Husada Palembang
vii
PERSEMBAHAN DAN MOTTO
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, saya persembahkan karya ini untuk
diriku dan orang-orang yang aku sayangi..
Teruntuk kedua orang tuaku tercinta papa Nuzul Karyadi dan mama Rosmaleni
yang senantiasa menyebut namaku dalam setiap doa dan selalu memberikan
dukungan serta semangat yang tiada hentinya, terima kasih atas usaha dan kerja
keras yang kalian lakukan demi untuk kesuksesanku
Teruntuk kedua saudaraku ayuk Dewi Putri Anggeraeni adikku M.Tri Bhagas
Alamalah yang selalu memberikan semangat semoga kelak kita bisa sukses
bersama dan membahagiakan kedua orang tua kita
Teruntuk keluarga besarku terimakasih karena kalian aku bias semangat sampai
sekarang
Teruntuk Ricco Tuzzuhdi terimakasih atau kasih sayang yang telah diberikan
terimakasih sudah memotivasiku untuk terus maju kedepan
Teruntuk sahabat ku Herza oktavira dan Nilla ardiani terimakasih buat support
yang tiada henti, semoga kelak kita bias sukses bersama
Teruntuk kelas PSIK Reg B Terimakasih telah memberikan kenangan yang
sangat berarti
Motto :
Jangan pernah puas dengan apa yang telah kita raih, karena kepuasan akan
membuat kemunduran dalam suatu pencapaian
Semangatlah dalam meraih cita-cita untuk mendapatkan keinginan yang sudah
kita impikan
viii
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji Syukur kita sampaikan atas kehadiran Allah SWT, yang senantiasa
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Salawat dan salam kami sampaikan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia ke alam yang
penuh dengan pengetahua, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIK) Bina Husada Palembang Program Studi Ilmu Keperawatan.
Skripsi ini ditulis dengan judul : “Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Lansia Tentang Senam Lansia” guna memenuhi salah satu
syarat dalam rangka menyelesaikan Pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIK) Bina Husada Palembang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Dr. Amar Muntaha, SKM.,M.Kes selaku ketua STIK Bina Husada Palembang.
2. Ns. Kardewi S.Kep.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan STIK Bina
Husada Palembang
3. Ns. SutriSari Sabrina Nainggolan, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Ilmu
Keperawatan STIK Bina Husada Palembang
4. Abu Bakar Sidik, SK.p,. M.Kes selaku dosen Pembimbing yang telah
menyediakan waktu dan tenaga dalam mengarahkan dan membimbing saya dalam
menyelesaikan penulisan Literatur Review ini.
ix
5. Ns. Isrizal, S.Kep,. M.Kes,. M.Kep selaku dosen Penguji 1 dalam seminar Skripsi
Terima Kasih atas waktu, masukan dan saran serta arahannya dalam seminar
Skripsi ini
6. Ns. Yunita Liana, S.Kep M.Kes selaku dosen Penguji 2 dalam seminar Skripsi
Terima Kasih atas waktu, masukan dan saran serta arahannya dalam seminar
Skripsi ini
7. Seluruh Staf dan Dosen Program Studi S1 Keperawatan STIK Bina Husada
Palembang
Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan yang telah diberikan semoga
amal yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa Skripsi ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, karena keterbatasan
pengetahuan dan keahlian. Untuk itu penulis harapkan saran dan masukan untuk
kesempurnaan Skripsi ini. Akhirnya semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
peneliti selanjutnya Amin.
Palembang, Agustus 2020
Peneliti
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ................................................ ii
ABSTRAK .................................................................................................................... iii ABSTRACT. ................................................................................................................ iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN. ....................................................................... v PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI. ................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS. .............................................................................. vii HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ................................................ viii
UCAPAN TERIMAKASIH ..................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR BAGAN ...................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang .................................................................................................. 1 1.2. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 4
1.4. Tujuan Penelitian............................................................................................. 5 BAB II METODE PENELITIAN
2.1.Metode Pencarian. ............................................................................................ 6 2.1.1 Sumber Pencarian. ................................................................................ 6
2.1.2 Strategi Pencarian. ................................................................................ 6 2.2. Seleksi Studi. .................................................................................................... 7
2.2.1 Strategi Seleksi Studi. .......................................................................... 7
2.2.2 Kriteria Inklusi. ..................................................................................... 8 2.3. Kriteria Kualitas Studi. .................................................................................. 8
2.4. Ekstraksi Data. ................................................................................................. 9 2.5.Analisa Data. .................................................................................................... 16
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil dan Pembahasan. .................................................................................. 17
3.1.1 Pengetahuan Lansia. ............................................................................. 17 3.1.2 Sikap Lansia ........................................................................................... 19
3.1.3 Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap lansia .................................................................................................................. 20
BAB IV KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan. ...................................................................................................... 23 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRA
xi
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
Bagan 2.1 Alur Prisma ............................................................................................................ 7
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Strategi Pencarian .................................................................................................. 6
Tabel 2.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ............................................................................... 8
Tabel 2.3 Kriteria Kualitas Studi .......................................................................................... 9
Tabel 2.4 Ekstraksi Data ........................................................................................................ 10
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
1. Jurnal Titik Kurniawati, Dewi Elliana, Indah Permata Sari Hubungan
tingkat pengetahuan lansia dengan keikutsertaan dalam pelaksanaan senam
lansia Tahun 2019
2. Jurnal Agustika Antoni Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap lansia
tentang senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluh
Sicincin Tahun 2018
3. Jurnal Nurul Insan,Eka Fitriyanti Pengaruh penyuluhan senam lansia
terhadap minat mengikuti senam lansia pada wanita menopause di RT 09
Bumijo Jetis Yagyakarta Tahun 2017
4. Jurnal Novianti, Dina Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia
dalam mengikuti senam lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2018
5. Jurnal Purwaningsih Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Posyandu
Lansia Terhadap Pengetahuan dan Tindakan Pemanfaatan di Desa Rembung
Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2020
6. Jurnal Upik Rahmi,Budi Somantri, Nisa YusriaNur Alifah Gambaran
pengetahuan lansia mengenai senam lansia di Panti Sosial tresna werdha
budi pertiwi Tahun 2016
7. Jurnal Haris, Muh Aris, Mulyadi Peningkatan Pengetahuan Lanjut Usia
Melalui Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Media Powe
Point Tahun 2019
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses menjadi tua pasti akan dialami oleh setiap orang, pada lanjut usia akan
terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Sunaryo, dkk. 2016)
Lanjut usia adalah proses yang terjadi pada laki-laki dan perempuan berusia 60
tahun ke atas. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk tahun 20210-2035 terjadi
peningkatan demografi di Indonesia oleh karena keberhasilan pembangunan
kesehatan.Hal ini ditandai dengan tingginya umur harapan hidup (UHH), peningkatan
UHH berakibat pada transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan meningkatnya
jumlah kesakitan oleh karena penyakit degenerative (Depkes RI, 2016).
Lanjut usia menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 adalah seseorang yang telah
mencapaiusia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Penduduk lanjut usia terus mengalami
peningkatan seiring kemajuan di bidang kesehatan yang ditandai dengan
meningkatnya angka harapan hidup dan menurunnya angka kematian. Perkembangan
demografi ini dapat membawa dampak di bidang kesehatan, ekonomi, dan
sosial.Untuk itu diperlukan data terkait kelanjutusiaan sebagai bahan pemetaan dan
strategi kebijakan sehingga pertumbuhan jumlah penduduk lansia menjadi potensi
yang turut membangun bangsa (Badan Pusat Statistik Lansia, 2019).
Meningkatnya jumlah lansia beriringan dengan peningkatan jumlah rumah tangga
yang dihuni oleh lansia. Persentase rumah tangga lansia tahun 2019 sebesar 27,88
persen, dimana 61,75 persen diantaranya dikepalai oleh lansia. Yang menarik dari
keberadaan lansia Indonesia adalah ketersediaan dukungan potensial baik ekonomi
maupun social yang idealnya disediakan oleh keluarga. Data Susenas 2019
1
menunjukkan bahwa 9,38persen lansia tinggal sendiri, di mana persentase lansia
perempuan yang tinggal sendiri hampir tiga kali lipat dari lansia laki-laki (13,39
persen berbanding 4,98 persen). Dibutuhkan perhatian yang cukup tinggi dari seluruh
elemen masyarakat terkait hal ini, karena lansia yang tinggal sendiri membutuhkan
dukungan dari lingkungan sekitar mereka mengingat hidup mereka lebih berisiko,
terlebih pada lansia perempuan yang cenderung termarginalkan (Badan Pusat Statistik
Lansia, 2019).
Berdasarkan data Susenas 2014, jumlah rumah tangga lansia sebanyak 16,08 juta
rumah tangga atau 24,50 persen dari seluruh rumah tangga di Indonesia. Rumah
tangga lansia adalah yang minimal salah satu anggota rumah tangganya berumur 60
tahun ke atas. Jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta jiwa, setara dengan
8,03 persen dari seluruh penduduk Indonesia tahun 2014. Jumlah lansia perempuan
lebih besar daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan dibandingkan 9,47
juta lansia laki-laki. Adapun lansia yang tinggal di perdesaan sebanyak 10,87 juta
jiwa, lebih banyak daripada lansia yang tinggal di perkotaan sebanyak 9,37 juta jiwa
(Bappenas, 2014).
Dalam aspek kesehatan diketahui semakin bertambah tua umurnya, maka lansia
yang mengalami keluhan kesehatan akan semakin banyak. Sebanyak 37,11 persen
penduduk pra lansia (45-59 tahun) pernah mengalami keluhan kesehatan dalam
sebulan terakhir, sementara lansia muda (60-69 tahun) sebesar 48,39 persen, lansia
madya (70-79 tahun) sebesar 57,65 persen, dan lansia tua (80-89 tahun) sebesar 64,01
persen yang mengeluhkan kondisi kesehatannya. Selanjtnya, ditilik dari angka
kesakitan (morbidity rates) lansia yaitu terganggunya kegiatan sehari-hari sebagai
akibat dari keluhan kesehatan yang dideritanya. Angka kesakitan lansia tahun 2014
sebesar 25,05 persen, berarti bahwa sekitar satu dari empat lansia pernah mengalami
sakit dalam satu bulan terakhir(Bappenas, 2014).
Ada beberapa perubahan fisik pada lansia seperti perubahan sel, sistem
persyarafan, sistem pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, pengatur suhu tubuh,
2
pernafasan, pencernaan, reproduksi, genitourinaria, endokrin, integumen dan
muskuloskeletal. Ada beberapa macam penyakit yang biasa menimpa para lansia
antara lain hipertensi, diabetes mellitus, jantung koroner, stroke, katarak, dan lain
sebagainya (Nugroho, 2008).
Aktivitas fisik dengan cara melakukan latihan fisik membantu lansia beraktivitas.
Olah raga adalah salah satu aktivitas yang baik untuk lansia.Jenis olah raga yang
dilakukan untuk meningkatkan kebugaran yang efektif untuk populasi lansia adalah
aerobic contohnya senam (Kemenkes RI, 2017).
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur, terarah dan terencana
yang diikuti oleh lansia untuk meningkatkan kemampuan fungsional
tubuh..Melakukan senam secara teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan
kebugaran fisik yang baik (Sulistyarini, 2018).
Olah raga meningkatkan curah jantung (cardiac output), frekuensi denyut nadi
(Heard rate)danisi sekuncup (stroke volume).Peningkatan curah jantung dipengaruhi
oleh isi sekuncup yang merupakan perkalian antara denyut jantung dan isi
sekuncup.Pada saat keadaan istirahat nilai denyut jantung 60 sampai 80 kali per
menit, peningkatan denyut jantung sejalan dengan jenis olah raga yang dilakukan oleh
seseorang. Saat melakukan olah raga isi sekuncup akan meningkat hingga 40-60%
dan peningkatan ini terjadi karena peningkatan aliran balik vena melalui mekanisme
frank-starling atau karena peningkatan kontraktilitas miokardium yang dipicu oleh
aktivitas simpatis (Guyton, 2011)
Untuk meningkatan kemauan lansia dalam melakukan senam lansia maka
dibutuhkan penjelasan dan pengarahan pada lansia untuk melakukan senam lansia
dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan. Tujuan dari penyuluhan kesehatan
tersebut yaitu tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam membina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan sehat serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
3
Pernyataan diatas sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Haris
(2019) dengan judul peningkatan pengetahuan lanjut usia melalui pendidikan
kesehatan dengan media power point. Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengatahuan lansia sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan terdapat
perbedaan dengan nilai p value 0,000.
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan rangkuman literature
yang bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penyuluhan kesehatan terhadap
pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia.
1.2 Pertanyaan penelitian
1. Apakah penyuluhan kesehatan mempengaruhi pengetahuan lansia tentang
senam lansia
2. Apakah penyuluhan kesehatan mempengaruhi sikap lansia tentang senam
lansia
3. Apakah penyuluhan kesehatan mempengaruhi pengetahuan dan sikap lansia
tentang senam lansia.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Teridentifikasinya nilai pengetahuan sebelum dan setelah dilakukan
penyuluhan kesehatan
2. Teridentifikasinya nilai sikap sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan
kesehatan
3. Teridentifikasinya nilai pengetahuan dan sikap sebelum dan setelah dilakukan
penyuluhan kesehatan
4
BAB II
METODE PENELITIAN
2. 1 Metode Pencarian
2.1.1 Sumber Pencarian
Pencarian data pada penelitian ini mengacu pada sumber data based seperti
Pubmed, sinta, portal garuda, google Scholar yang sifatnya resmi yang disesuaikan
dengan judul penelitian, abstrak dan kata kunci yang digunakan untuk mencari
artikel. Kata kunci ini disesuaikan dengan pertanyaan penelitian yang telah dibuat
sebelumnya .
2.1.2 Strategi Pencarian
Pencarian literature menggunakan pendekatan PICO berdasarkan kata kunci
Population Intervention Comparison Outcome
(Populasi) (Intervensi) (Perbandingan) (Hasil)
Konsep Konsep Konsep utama Konsep utama
utama utama
Seluruh Lansia Penyuluhan - Pengaruh penyuluhan
diPosyandu Kesehatan kesehatan tentang senam
lansia lansia terhadap pengetahuan
lansia tentang senam lansia
Sinonim/ Sinonim/ Sinonim/ istilah Sinonim/ Istilah Pencarian
5
istilah istilah pencarian
pencarian pencarian
Populasi Seluruh lansia Pengaruh penyuluhan
di Posyandu kesehatan senam lansia
lansia terhadap pengetahuan lansia
tentang senam lansia
2.2 Seleksi studi
2.2.1.1 Strategi seleksi studi
Seleksi studi berpedoman pada Diagram PRISMA (2009) yang alurnya
dapat dilihat pada Diagram 2.1
Diagram 2.1
Diagram Alur PRISMA
Penelitian diidentifikasi dari Penelitian diidentifikasi dari
database
Google database Portal Garuda
Cendikia/Scholar n=10 n=1
Catatan setelah duplikat dihapus (n=9)
Excluded (n=2)
Judul yang di identifikasi dan disaring (n=7)
Excluded (n=0)
Abstrak yang diidentifikasi dan
6 disaring (n=7)
Salinan lengkap diambil dan
dinilai untuk kelayakannya
Studi termasuk dalam sintesis (n=7)
2.2.1.2 Kriteria inklusi
Kriteria inklusi studi dtetapkan berdasarkan item PICOS
Participant/ population (populasi) Seluruh Lansia di Posyandu Lansia
Intervention (intervensi) Penyuluhan Kesehatan tentang Senam
lansia
Comparison (Perbandingan) -
Outcomes (Hasil) Pengaruh penyuluhan kesehatan tentang
senam lansia terhadap pengetahuan dan
sikap lansia tentang senam lansia
Study Design/ context Systematic review, Pre experimental,
dan penelitian kuantitatif
2.3 Kriteria Kualitas Studi
Pencarian Literatur Dipublikasikan hanya dari jurnal
terindeks SINTA
7
Batas Pencarian 2015-2020
Skrining/Penyaringan Full text dengan minimal 2
penulis/peninjau
Abstraksi Data Satu orang mengabstraksi data
sementara yang lain memverifikasi
Risiko Penilaian Bias Satu orang menilai sementara yang
lain memverifikasi
Apakah dua penulis akan secara Ya
mandiri menilai studi
Proses Penilaian Full text
Bagaimana perbedaan pendapat akan Perbedaan pendapat akan dikelola
dikelola oleh orang yang ahli
Alat Penilai Risiko Bias/ Alat Penilai -
Kualitas Studi
2.4 Ekstrasi Data
Setelah proses protokol telah dilakukan dengan menggunakan metode
PRISMA selanjutnya dilakukan ekstraksi data. Ekstraksi data dalam penelitian ini
akan dilakukan secara manual dengan membuat format yang berisi tentang tipe
artikel, nama jurnal atau konferensi, tahun, judul, kata kunci, metode penelitian.
Tabel 3.1
Karkteristik Studi Tinjauan Sistematis “Pengaruh penyuluhan kesehatan
terhadap pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia”
8
No Author Thn Volume, Judul Metode Hasil penelitian Data
angka (desain, base
sampel,
variable,
instrument,
analisis)
1 Titik 2019 Volume Hubungan Cross Hasil penelitian Scopus
Kurniawa 8 tingkat sectional, 80 menunjukkan
ti, Dewi Nomor pengetahu Responden bahwa tingkat
Elliana, 2 an lansia lansia, pengetahuan
Indah dengan Pengetahuan, lansia tentang
Permata keikutsert keikutserataan senam lansia
Sari aan dalam senam lansia, sebagian besar
pelaksana Quesioner, termasuk
an senam dianalisis kategori kurang
lansia menggunakan yaitu sebanyak
Uji Chi Square 37 (46,3%)
responden.
Sedangkan
keikutsertaan
dalam
pelaksanaan
senam lansia
sebagian besar
termasuk
kategori tidak
mengikuti
sebanyak 39
(48,8%)
responden.
9
Terdapat
hubungan yang
bermakna antara
tingkat
pengetahuan
lansia dengan
keikutsertaan
dalam
pelaksanaan
senam lansia
dengan p value
0,000.
2 Agustika 2018 Volume Gambaran Cross Hasil penelitian Scopus
Antoni XII, tingkat sectional, 54 98,1%
Nomor pengetahu lansia, responden
8 an dan Pengetahuan, memiliki
sikap sikap, pengetahuan
lansia menggunakan tinggi tentang
tentang Quesioner, senam lansia di
senam Deskriptif panti social
lansia di Kuantitatif tresna werdha
Panti sabai Nan Aluh
Sosial Sicincin dan
Tresna 83,3%
Werdha responden
Sabai Nan bersikap positif
Aluh tentang senam
Sicincin lansia di Panti
Sosial Tresna
Werdha Sabai
10
Nan Aluh
Sicincin.
3 Nurul 2017 Volume Pengaruh rancanganquas Hasil uji
Insan,Eka 2 Jilid 1 penyuluha i eksperiment statistik Mann
Fitriyanti n senam dengan one Whiney
lansia group pretest didapatkan
terhadap posttest. rerata sebelum
minat Sampel dalam dilakukan
mengikuti penelitian ini penyuluhan
senam sebanyak 30 sebesar 69,6 dan
lansia responden. rerata setelah
pada Pengambilan penyuluhan
wanita data dengan sebesar 78,8 dan
menopaus kuesioner dan nilai p-
e di RT analisis data valueyang di
09 dengan uji dapat sebesar
Bumijo Mann-Whiney 0,000<0,05
Jetis sehingga dapat
Yagyakart disimpulkan
a bahwa terdapat
pengaruh
penyuluhan
senam lansia
terhadap minat
mengikuti
senam lansia
pada wanita
menopause di
RW 09 Bumijo
Jetis
11
Yogyakarta.
4 Novianti, 2018 Volume Faktor- Cross hasil penelitian
Dina 1, faktor sectional, 33 menunjukkan
Nomor yang orang bahwa sebagian
2 mempeng responden, besar responden
aruhi Pengetahuan, (60,6%)
perilaku dukungan memiliki
lansia keluarga, pengetahuan
dalam motivasi, kurang,
mengikuti Quesioner, Uji kebanyakan
senam Chi Square responden
lansia di (51,5%
Wilayah mendapat
Kerja dukungan
Puskesma keluarga yang
s lebih rendah,
hamper separuh
responden
(36,4%)memilik
i motivasi
rendah, hamper
setengah
responden
(42,4%)
berprilaku tidak
aktif dalam
berpartisipasi
pada senam
untuk lansia,
dan hasil chi
12
square p
=0,040, 0,000
dan 0,001 yang
menunjukkan
tidak ada
hubungan yang
bermakna
5 Purwanin 2020 Volume Pengaruh Quasy Hasil penelitian Scopus
gsih 2, Pendidika Eksperimen, menunjukkan
Nomor n 30 orang bahwa ada
1 Kesehatan respondem, pengaruh
Tentang Pengetahuan (perbedaan)
Posyandu sebelum dan yang signifikan
Lansia setelah, pengetahuan
Terhadap Quesioner, Uji lansia sebelum
Pengetahu Paired T Test. diberikan
an dan pendidikan
Tindakan kesehatan
Pemanfaa (pretest) dengan
tan di pengetahuan
Desa setelah diberi
Rembung pendidikan
Kecamata kesehatan
n Pantai (posttest)
Cermin dengan nilai t
Kabupate hitung = -37,622
n Serdang > 1,699 (t-tabel)
Bedagai dan nilai p value
0,000 <0,05.
13
6 Upik 2016 Volume Gambara metode Hasil Scopus
Rahmi,B 2 Jilid 1 n deksriptif penelitian
udi pengetah kuantitatif, menunjukan
Somantri uan Jumlah bahwa
, Nisa lansia responden distribusi
YusriaN mengena yang di ambil frekuensi
ur Alifah i senam sebanyak 29 responden
lansia di lansia di berdasarkan
Panti panti sosial usia 60-74
Sosial tresna werdha tahun (48,3%)
tresna budi pertiwi. atau lebih dari
werdha Intrument sebagian besar
budi menggunaka lansia
pertiwi n kuisoner berpengetahua
dan teknik n baik 14
analisa data lansia (48,3%),
menggunakn dan lansia
distribusi yang
frekuensi. berpengetahua
n cukup 14
lansia (48,3%)
dan
berpengetahua
n kurang ada 1
lansia (3,4%).
Dari hasil
penelitian ini
dapat
14
disimpulkan
bahwa hampir
setengahnya
(48,3%)
berpengetahua
n baik dan
cukup
7 Haris, 2019 Volume Peningkat Quasy Hasil penelitian
Muh Aris, 2, an Eksperimen, didapatkan
Mulyadi Nomor Pengetahu 15 responden, bahwa
2 an Lanjut Pengetahuan pengetahuan
Usia sebelum dan lansia sebelum
Melalui sesudah, dilakukan
Pendidika Quesioner, Uji penyuluhan
n Paired T Test dengan
Kesehatan menggunakan
Dengan media power
Menggun point adalah
akan 22,73 sementara
Media mean skor hasil
Powe post test 24,47,
Point hasil T test
dependen
menunjukkan
nilai 0,000 yang
menunjukkan
bahwa adanya
pengaruh
pemberian
penyuluhan
15
kesehatan
dengan
menggunakan
media power
point terhadap
pengetahuan
lansia
2.5 Analisa data
Setelah melewati tahap protokol sample, maka akan dilakukan dengan
menghubungkan semua data yang telah memenuhi kriteria inklusi san ekssklusi
menggunakan teknik secara deskriptif untuk memberikan gambaran terkait dari permasalahan
yang diteliti.
16
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil dan Pembahasan
3.2.1 Pengetahuan Lansia
Artikel pertama yang dikemukakan oleh Novianti (2020) yang menyatakan
bahwa dari 33 responden terdapat sebagian besar responden (60,6%) memiliki
pengetahuan kurang dari 20 responden pengetahuan kurang terdapat sebagian besar
responden (60,0%) berperilaku tidak aktif dalam mengikuti senam lansia.
Berdasarkan uji chi-square(Pearson Chi-Square)didapatkan nilai ρ= 0,040 maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku lansia
dalam mengikuti senam lansia. Pengetahuan lansia akan manfaat senam lansia ini
dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Lansia
yang menghadiri kegiatan posyandu, akan mendapatkan penyuluhan tentang
bagaimana cara hidup sehat dengan segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang
melekat pada mereka. Pengalaman serta pengetahuan lansia menjadi pendorong minat
atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia (senam
lansia). Pengetahuan yang dicari seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan
kemampuan berpikir dengan kata lain seseorang yang berpengetahuan tinggi akan
dapat mengambil keputusan yang lebih baik umumnya terbuka atau cepat tanggap
untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan yang berpengetahuan
17
lebih rendah, begitu pula halnya dengan pengetahuan lansia cenderung
mempengaruhi perilaku lansia dalam mengikuti senam.
Pernyataan artikel diatas sejalan dengan artikel yang dikemukakan oleh Upik
Rahmi (2016) yang menyatakan bahwa menurut data yang didapatkan lansia yang
berpengetahuan cukup 14 orang (48,3%), meskipun hal ini tidak terlalu jauh
perbedaannya dengan tingkat pengetahuan baik dan kurang yang memperlihatkan
sebagian responden berpengetahuan baik 14 orang (48,3%) dikarenakan sudah
dilakukan penyuluhan tentang senam lansia sebelumnya dan sebagian kecil responden
berpengetahuan kurang 1 orang (3,4%) ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
usia, pengalaman, dan pendidikan. Mengingat pada tabel di atas umur lansia menurut
WHO didominasi 60-74 tahun 14 lansia (48,3%) dan umur > 74 tahun ada 15 lansia
(51,7%) dimana menurut Notoatmodjo (2010) semakin cukup umur, tingkat
kematangan seseorang akan lebih tinggi pada saat berpikir dan bekerja terutama pada
usia lanjut. Pada usia tahap ini (>74 tahun) yaitu lanjut usia akhir, individu akan lebih
berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan
persiapan demi suksenya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua.
Pernyataan tersebut juga sejalan dengan artikel selanjutnya yang dikemukakan
oleh Purwaningsih (2020)menunjukkan bahwa nilai posttest pengetahuan lansia lebih
tinggi dibandingkan nilai pretest. Nilai rata-rata (mean) pada pretest yaitu 3,57
sedangkan posttest yaitu 6,93, nilai tengah (median) pada pretest yaitu 3,00
sedangkan posttest yaitu 7,00, nilai simpangan baku (standar deviation) pada pretest
18
yaitu 971 sedangkan posttest yaitu 944. Varians (variance) pada pretest 944
sedangkan pada posttest yaitu 892.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan pada artikel diatas maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat 3 kategori dalam pengetahuan yaitu baik, cukup,
kurang.Pada pengetahuan yang baik dapat meningkatkan wawasan dan prilaku hidup
yang lebih baik juga.
3.2.2 Sikap Lansia
Artikel pertama yang dikemukakan oleh Agustika (2018) yang menyatakan
bahwa dari 54 responden, 45 (83.3%) responden memiliki sikap positif tentang senam
lansia sedangkan 9 responden (16.7%) memiliki sikap negatif tentang senam lansia.
sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial.Berdasarkan hasil yang didapatkan maka peneliti mengansumsi bahwa
lebih dari setengah responden memiliki sikap yang positif tentang senam lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin. Banyaknya sikap lansia yang
positif terhadap senam lansia karena dengan seringnya lansia mendapatkan informasi-
informasi atau penyuluhan tentang tujuan, manfaat senam lansia maka lansia akan
19
berfikir dan bersikap positif terhadap hal yang diberikan oleh orang lain yang dirasa
bermanfaat olehnya.
Berdasarkan artikel-artikel diatas maka dapat disimpulkan bahwa jika lansia
bersikap positif dan berpengetahuan tinggi maka akan meningktkan kemauan dan
minatnya untuk melakukan sesuatu yang positif.
3.2.3 Pengaruh Penyuluhan Kesehatan senam lansia terhadap pengetahuan
dan sikap lansia tentang senam lansia
Artikel pertama yang dikemukakan oleh Titik Kurniawati (2019) yang
menyatakan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan lansia
tentang senam lansia sebagian besar termasuk kategori kurang yaitu sebanyak 37
(46,3%) responden. Sedangkan keikutsertaan dalam pelaksanaan senam lansia
sebagian besar termasuk kategori tidak mengikuti sebanyak 39 (48,8%) responden.
Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan lansia dengan
keikutsertaan dalam pelaksanaan senam lansia dengan p value 0,000.
Pernyataan tersebut juga sejalan dengan artikel selanjutnya yang dikemukakan
oleh Purwaningsih (2020) menunjukkan bahwa nilai posttest pengetahuan lansia lebih
tinggi dibandingkan nilai pretest. Nilai rata-rata (mean) pada pretest yaitu 3,57
sedangkan posttest yaitu 6,93, nilai tengah (median) pada pretest yaitu 3,00
sedangkan posttest yaitu 7,00, nilai simpangan baku (standar deviation) pada pretest
yaitu 971 sedangkan posttest yaitu 944.Varians (variance) pada pretest 944
sedangkan pada posttest yaitu 892. Berdasarkan uji statistik menggunakan uji t dua
20
sampel berpasangan (paired sample t test) diperoleh nilai t-hitung = - 37,622 > 1,699
(t-tabel) dan nilai p= 0,000 < 0,05 hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan pengetahuan lansia sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan
tentang posyandu lansia atau terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan lansia.Pendidikan kesehatan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat,
berfungsi sebagai media atau sarana untuk menyediakan kondisi sosio-psikologis
sedemikian rupa sehingga individu atau masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-
norma hidup sehat, dengan perkataan lain pendidikan kesehatan bertujuan untuk
mengubah pengetahuan, sikap dan tindakan individu atau masyarakat sehingga sesuai
dengan norma-norma hidup sehat. Pendidikan kesehatan akan berpengaruh pada
perilaku kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada
meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (out come)
pendidikan kesehatan.
Berdasarkan artikel diatas maka dapat diasumsikan bahwa dengan pemberian
penyuluhan kesehatan maka akan meningkatkan pengetahuan dan menambah
wawasan lansia tentang senam lansia sehingga akan mempengaruhi juga cara lansia
tersebut bersikap, lansia akan bersikap positif dan berminat untuk melaksanakan
senam lansia.
21
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
1. Pengetahuan lansia meningkat setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan
tentang senam lansia
2. Sikap lansia menjadi positif dan mau mengikuti senam lansia setelah
mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang senam lansia
3. Ada pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan pada lansia terhadap
pengetahuan dan sikap lansia terhadap senam lansia. Lansia yang sebelumnya
tidak tau apa dan bagaimana manfaat dari senam lansia setelah diberikan materi
penyuluhan maka akan bertambahnya wawasan mereka terhadap senam lansia,
hal inilah yang akan mempengaruhi sikap lansia untuk melaksanakan senam
lansia.
22
DAFTAR PUSTAKA
Agustika Antoni (2018). Gambaran tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentang senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluh Sicincin. Menara Ilmu. Volume XII, Nomor 8.https://www.jurnal.umsb. ac.id/index.php/menarailmu/article/viewFile/860/771
Badan Pusat Statistik. (2014). Statistik Penduduk Lanjut Usia
SumateraSelatan.(Online), (http://sumsel.bps.go.id,diakses 26 Juli 2020): Sumatera Selatan
Badan Pusat Statistik. (2019). Statistik Penduduk Lanjut Usia SumateraSelatan. (Online), (http://sumsel.bps.go.id,diakses 26 Juli 2020): Sumatera Selatan
Guyton A. C, Hall, J.E (2011). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta : EGC
Haris, Muh Aris, Muliyadi (2019). Peningkatan Pengetahuan Lanjut Usia Melalui
Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan Media Power Point. Volume 2 Nomor 2.
Haris, Muh Aris, Mulyadi (2019). Peningkatan Pengetahuan Lanjut Usia Melalui Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Media Powe Point. Media Karya Kesehatan.Volume 2, Nomor 2.http://jurnal.unpad.ac.id /mkk/article/view/22472
Kementrian Kesehatan RI (2017), Info Datin Pusat Data dan Informasi Kesehatan RI
Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta : Kemenkes RI.
Novianti, Dina (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia dalam
mengikuti senam lansia di Wilayah Kerja Puskesmas. Jurnal Keperawatan Silampari. Volume 1, Nomor 2.https://doi.org/10.31539/jks.v1i2.8
Nugroho (2008).Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
Nurul Insan,Eka Fitriyanti (2017). Pengaruh penyuluhan senam lansia terhadap
minat mengikuti senam lansia pada wanita menopause di RT 09 Bumijo Jetis Yagyakarta.STIKes Aisyah Yogyakarta http://lib.unisayogya.ac.id/
Purwaningsih (2020).Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Posyandu Lansia
Terhadap Pengetahuan dan Tindakan Pemanfaatan di Desa Rembung
Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Journal of Health
Science and Physiotherapy. Volume 2, Nomor 1. http://jurnal.stikes-sitihajar.ac.id/index.php/jhsp
23
Sulistyarini, Tri, dkk (2018). Kompres hangat dan senam lansia dalam menurunkan nyeri sendi lansia.Nganjuk : Adji Madia Nusantara
Sunaryo, dkk.(2016). Asuhan Keperawatan Gerontik.Yogyakarta : Andi
Upik Rahmi,Budi Somantri, Nisa YusriaNur Alifah (2016). Gambaran pengetahuan lansia mengenai senam lansia di Panti Sosial tresna werdha budi pertiwi.
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. Volume 2 Jilid 1. https://ejournal.upi.edu/index.php/JPKI/article/view/2851
24
Tersedia di http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jur_bid/ Jurnal Kebidanan, 8 (2), 2019, 115-122 DOI : 10.26714/jk.8.2.2019.115-122
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA DENGAN
KEIKUTSERTAAN DALAM PELAKSANAAN SENAM LANSIA DI KOTA SEMARANG
RELATIONSHIP OF ELDERLY KNOWLEDGE LEVEL WITH PARTICIPATION IN IMPLEMENTATIONGYMNASTIC IN THE CITY OF SEMARANG
Titik Kurniawati1, Dewi Elliana2, Indah Permata Sari3
1,2,3 Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Email: [email protected]
ABSTRAK
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada kehidupan
manusia.. Upaya mendukung tercapainya harapan hidup, diawali dengan meningkatkan
pelayanan dibidang kesehatan pada usia lanjut. Di Indonesia tahun 2010 terdapat
penduduk lanjut usia sebanyak 23.992.513 jiwa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia dengan keikutsertaan
dalam pelaksanaan senam lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyu Manik
Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan termasuk
jenis krelasi. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
Sampling dengan responden sebanyak 80 responden. Data selanjutnya dianalisis
menggunakan Uji Chi Square. Peneltian ini dilakukan pada bulan Mei 2014. Hasil
penelitian menunjukan tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia sebagian besar
termasuk katagori kurang yaitu sebanyak 37 (46,3%) responden. Sedangkan
keikutsertaan dalam pelaksanaan senam lansia sebagian besar termasuk katagori tidak
mengikuti sebanyak 39 (48,8%) responden. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada
hubungan . Nilai tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia dengan
keikutsertaan dalam pelaksanaan senam lansia dengan nilai p value 0,000. Nilai p value
lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Saran yang diberikan kepada masyarakat khususnya
lansia lebih meningkatkan pengetahuan tentang manfaat senam lansia dengan aktif
menggali informasi dan pengetahuan tentang manfaat senam lansia untu kesehatan
baik melalui posyandu lansia atau sumber lain yang lebih akurat.
Kata kunci : Pengetahuan, Keikutsertaan, Senam lansia
26
ABSTRACT
Old age is said to be the final stage of development in human life. Efforts to
support the achievement of life expectancy begin with improving services in the field of
health in the elderly. In Indonesia in 2010 there were 23,992,513 elderly people. The
purpose of this study was to determine the relationship of the level of knowledge of the
elderly about elderly gymnastics with participation in the implementation of elderly
gymnastics in Pudakpayung Village, Banyu Manik District, Semarang City. This study
used a cross sectional design and included the type of correlation. In this study the
sampling technique used purposive sampling with as many as 80 respondents. The data
is then analyzed using Chi Square Test. This research was conducted in May 2014. The
results of the study showed that the level of knowledge of the elderly about elderly
gymnastics was mostly included in the category of 37 (46.3%) respondents. While the
participation in the exercise of elderly gymnastics, mostly including the category did not
follow as many as 39 (48.8%) respondents. The conclusion of this study is that there is a
relationship. The value of the level of knowledge of the elderly about elderly gymnastics
with participation in the implementation of elderly gymnastics with a p value of 0,000.
The value of p value is smaller than 0.05 (0,000 <0,05). Suggestions given to the
community, especially the elderly, increase their knowledge about the benefits of elderly
gymnastics by actively digging up information and knowledge about the benefits of
elderly gymnastics for health both through elderly posyandu or other more accurate
sources.
Keywords: Knowledge, Participation, Elderly Gymnastics
Copyright © 2019, JK, p-ISSN: 2301-8372, e-ISSN: 2549-7081
PENDAHULUAN
Menurut Boedhi Darmojo (2004), menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau
sakit, tetapi suatu proses perubahan dimana kepekaan bertambah atau batas
kemampuan beradaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan
geriatric giant, di mana lansia akan mengalami 13 I, yaitu imobilisasi; instabilitas
(mudah jatuh); intelektualitas terganggu (demensia); isolasi (depresi);
inkontinensia; impotensi; imunodefisiensi; infeksi mudah terjadi; impaksi
(konstipasi); iatrogenesis (kesalahn diagnosi); insomnia; impairment of
(gangguan pada); pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman,
komunikasi dan intergritas kulit, inaniation (malnutrisi). Proses menua (Ageing
Process) merupakan proses menghilangnya secara perlahan-lahan mengganti
27
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Bandiyah Siti, 2009
). Kesegaran atau kebugaran jasmani pada lansia adalah kebugaran dengan
kesehatan, yaitu kebugaran jantungparu, peredaran darah, kekuatan otot, dan
kelenturan sendi. Untuk memperoleh kesegaran jasmani yang baik, harus
melatih semua komponen dasar kesegaran jasmani yang terdiri atas : ketahanan
jantung, peredaran darah, pernapasan, ketahanan otot, kekuatan otot serta
kelenturan tubuh (R. Siti Maryam. dkk 2011). Senam lansia adalah olah raga
ringan yang mudah dilakukan dan tidak memberatkan, yang dapat diterapkan
pada lansia. Aktifitas olah raga ini akan membantu tubuh lansia agar tetap bugar
dan sehat (Widianti, dkk 2010).
Menurut WHO (World Health Organisation), tahun 2025 yang akan
datang jumlah usia lanjut yang ada diseluruh dunia diperkirakan menjadi 1,2
milyar lansia. (Bandiyah, 2009). Saat ini, diseluruh dunia jumlah lansia
diperkirakan ada 529 juta. Jumlah populasi lansia yang ada di Indonesia pada
tahun 2005 kurang lebih 18,7 juta lansia (8,5 % dari jumlah penduduk) dan
diperkirakan tahun 2025 populasi lansia di Indonesia menempati urutan ke-4
dari negara-negara yang jumlah populasi lansianya terbanyak setelah Cina,
India, Amerika (Hardjomarsono, 2011). Sedangkan jumlah lanjut usia di
Indonesia, menurut Badan Pusat Statistik bahwa pada tahun 2004 sebesar
16.522.31 lansia, tahun 2006 sebesar 17.478.282 lansia, tahun 2008 sebesar
19.502.355 lansia (8,55% dari total penduduk sebesar 228.018.900) dan pada tahun 2010 sebesar 23.992.513 lansia (9,77%).
Di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 terdapat 2.229.448 lansia
sedangkan yang mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 1.321.757 lansia
(59,29%) (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2010). Data Dinas Kesehatan Kota
Semarang, di daerah Kota Semarang pada tahun 2011 terdapat jumlah
penduduk Lanjut Usia sebanyak 59081 lansia. Untuk memberi pelayanan
kesehatan maka didirikan sejumlah 781 Posyandu Lansia, dengan kegiatan-
kegiatan yang mendukung kesejahteraan lansia salah satu diantaranya yaitu
senam lansia yang terdapat 625 kelompok senam lansia di seluruh Kota
Semarang. Data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2011 di Puskesmas
Pegandan jumlah lansia 2145 dengan 37 kelompok senam lansia. sedangkan di
Kelurahan Pudak Payung dengan jumlah lansia usia 60-65 tahun sebanyak 397
lansia, dan mengikuti senam yaitu 90 lansia.
28
Jumlah keseluruhan lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang terdapat 850 lansia. Data dari kelurahan Pudak
Payung terdapat 16 RW. Bulan November 2013 di dapatkan jumlah lansia usia
60-65 tahun sebanyak 397 lansia. Di Rw 1 terdapat 54 lansia, di Rw 2 terdapat
28 lansia, di Rw 2 terdapat 28 lansia, di Rw 3 terdapat 28 lansia, di Rw 4
terdapat 64 lansia, di Rw 5 terdapat 60 lansia, di Rw 6 tidak terdapat lansia
berumur 60-65 tahun, di Rw 7 terdapat 29 lansia, di Rw 8 terdapat 16 lansia, di
Rw 9 tidak terdapat lansia, di Rw 10 terdapat 43 lansia, di Rw 11 terdapat 38
lansia, di Rw 12 terdapat 22 lansia, di Rw 13 terdapat 49 lansia, di Rw 14
terdapat 9 lansia, di Rw 15 terdapat 7 lansia, di Rw 16 terdapat 4 lansia. Dari
data study pendahulauan pada bulan November 2013 yang di lakukan di
Kelurahan Pudak Payung terhadap 10 lansia di dapatkan hasil yang mengetahui
tentang senam lansia dan mengikuti senam lansia ada 3 lansia (30%) sedangkan
7 lansia (70%) tidak mengetahui tentang senam lansia dan tidak mengikuti
senam lansia. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin meneliti
mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia tentang Senam Lansia dengan
Keikutsertaan Lansia Dalam Pelaksanaan Senam Lansia di kelurahan Pudak
Payung Kecamatan Banyumanik kota Semarang.
METODE PENELITIAN
Ruang lingkup masalah dalam penelitian ini adalah hubungan tingkat
pengetahuan lansia tentang senam lansia dengan keikutsertaan lansia dalam
pelaksanaan senam lansia. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Pudak Payung
Kecamatan Banyumanik Kota Semarang pada bulan Mei 2014. Penelitian ini
menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua lansia yang berusia 60-65 tahun, jumlah populasi dalam penelitian ini
sebanyak 387 lansia. Sampel didapatkan 80 responden, dengan teknik
pengambilan sampel adalah proporsional sampel dari 10 RW.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Karaktertistik Sampel
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden
Umur F %
29
60– 62 tahun 48 60,0 63-65 tahun 32 40,0
Jumlah 100,0 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar
lanjut usia berumur 60-62 tahun yaitu sebanyak 48 orang (60,0%).
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden
Pendidikan F %
Tidak sekolah 12 15,0
Dasar (SD-SMP) 58 72,5
Menengah (SMU) 6 7,5
Perguruan tinggi 4 5,0
Jumlah 80 100,0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar
lanjut usia berpendidikan dasar (SD-SMP) yaitu sebanyak 58 orang
(72,5%).
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden
Pekerjaan f %
Tidak bekerja 9 11,3
Buruh 34 42,5
Pedagang 25 31,3
PNS 6 7,5
Purnawirawan 5 6,3
lain-lain 1 1,3
Jumlah 80 100,0 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar
lanjut usia bekerja sebagai buruh yaitu sebanyak 34 orang (42,5%).
2. Analisis Univariat
a. Tingkat Pengetahuan Lansia tentang Senam Lansia Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang
30
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Senam Lansia di Kelurahan Pudak Payung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang
Pengetahuan f %
Baik 22 27,5
Cukup 21 26,3
Kurang 37 46,3
Jumlah 80 100,0
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa pengetahuan lansia
tentang senam lansia Kelurahan Pudakpayung Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang sebagian besar dalam kategori kurang
baik yaitu sebanyak 37 orang (46,3%).
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan
lanjut usia dengan keikutsertaan lanjut usia dalam mengikuti senam
lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang dari 80 lanjut usia menunjukan bahwa responden dengan
pengetahuan kurang sebanyak (46,3%), pengetahuan cukup
sebanyak (26,3%), dan pengetahuan baik sebanyak (27,5%).
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar
pendidikan lansia rendah yaitu pada pendidikan dasar (SD-SMP)
sebanyak 58 (72,5%) responden. Hal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan lanjut usia tentang senam lansia.
b. Keikutsertaan Lansia dalam Pelaksanaan Senam Lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang
Tabel 5. Distribusi Frekuensi KeikutsertaanLansia Dalam Pelaksanaan Senam
Lansia di Kelurahan PudakPayung Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang
Pendampingan suami f %
Mengikuti teratur 21 26,3
Mengikuti tidak teratur 20 25,0
Tidak mengikuti 39 48,8
Jumlah 80 100,0
31
Berdasarkan Tabel 5. menunjukkan bahwa keikutsertaan lansia
dalam pelaksanaan senam lansia di Kelurahan Pudakpayung
Kecamatan Banyumanik Kota Semarang sebagian besar tidak
mengikuti yaitu sebanyak 39 orang (48,8%).
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan
lanjut usia tentang senam lansia dengan keikutsertaan lansia dalam
mengikuti senam lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang menunjukan bahwa sebagian besar
responden yang tidak mengikuti teratur sebanyak 39 (48,8%)
responden, mengikuti teratur 21 (26,3) responden, dan mengikuti
tidak teratur 20 (25,0%) responden.
Sesuai Erfandi (2008), keikutsertaan senam lansia adalah
dimana lansia mengikuti kegiatan senam lansia secara teratur,
terukur serta terencana dan tujuannya untuk meningkatkan
kemampuan fungsional raga. Dan factor yang mempengaruhi
keikutsertaan senam lansia adalah pengetahuan lansia, jarak dan
dukungan keluarga serta sikap lansia.
3. Analisis Bivariat
Tabel 6. Hubungan Tingkat Pengetahuan Lansia tentang Senam Lansia dengan
Keikutsertaan dalam Pelaksanaan Senam Lansia di Kelurahan Pudakpayung
Kecamatan Banyumanik Kota Semarang
Pengetahuan Keikutsertaan
Mengikuti Mengikuti
teratur
tidak
Tidak Total
p-
teratur mengikuti value
f % f % f % f %
14 63,5 3 13,6 5 22,7 22 100,0 0,000
Baik
Cukup 5 23,8 15 71,4 1 4,8 21 100,0
Kurang 2 5,4 2 5,4 33 89,2 37 100,0
32
Jumlah 21 26,3 20 25,0 39 48,8 80 100,0
Berdasarkan hasil analisis hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang
senam lansia dalam keikutsertaan dalam pelaksanaan senam lansia di
Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang
diperoleh responden yang mempunyai pengetahuan tentang senam
lansia kategori baik sebanyak 22 orang dimana 14 orang (63,6%)
mengikuti senam lansia dengan teratur, 3 orang (13,6%) mengikuti
senam lansia dengan tidak teratur dan 5 orang (22,7%) tidak mengikuti
senam lansia.
Responden yang mempunyai pengetahuan tentang senam lansia
kategori cukup baik sebanyak 21 orang dimana 5 orang (23,8%)
mengikuti senam lansia dengan teratur, 15 orang (71,4%) mengikuti
senam lansia dengan tidak teratur dan 1 orang (4,8%) tidak mengikuti
senam lansia. Responden yang mempunyai pengetahuan tentang senam
lansia kategori kurang baik sebanyak 37 orang dimana 2 orang (5,4%)
mengikuti senam lansia dengan teratur, 2 orang (5,4%) mengikuti
senam lansia dengan tidak teratur dan 33 orang (89,2%) tidak mengikuti
senam lansia.
Hasil uji statistik didapatkan nilai χ2 sebesar 66,615 dan nilai p value
sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan tingkat
pengetahuan lansia tentang senam lansia dalam keikutsertaan dalam
pelaksanaan senam lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang
Lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang yang mempunyai pengetahuan tentang senam lansia kategori
baik sebagian besar mengikuti senam lansia di mana responden
mengetahui senam lansia membantu tubuh agar tetap bugar dan sehat,
olahraga ringan yang mudah dilakukan dan tidak memberatkan
sehingga mereka mengikuti senam lansia dengan teratur. Keteraturan
lansia mengikuti senam lansia tersebut didukung oleh dukungan
keluarga yang baik. Dimana mereka memberikan motivasi dan
kesediaan mengantar serta mendampingi.
Responden yang mempunyai pengetahuan tentang senam lansia
kategori cukup baik sebanyak 21 orang dimana 5 orang (23,8%)
mengikuti senam lansia dengan teratur, 15 orang (71,4%) mengikuti
33
senam lansia dengan tidak teratur dan 1 orang (4,8%) tidak mengikuti
senam lansia. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
responden yang mempunyai pengetahuan tentang senam lansia
kategori cukup baik mengikuti senam lansia dengan tidak teratur.
Lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang yang mempunyai pengetahuan tentang senam lansia kategori
cukup baik di mana mereka mengetahui bahwa dengan mengikuti
senam lansia manfaat minimalnya adalah lansia merasa bahagia,
senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, dan pikiran tetap segar
sehingga mereka mengikuti senam lansia meskipun tidak teratur.
Responden yang mengikuti senam lansia meskipun tidak teratur merasa
bahagia karena dapat berkumpul dengan rekan sebayanya, di mana
mereka dapat bertukar pengalaman dan bercerita tentang kesehatan
dan hal lainnya. Hal tersebut diantaranya didukung dengan sikap positif
mereka terhadap senam lansia.
Sesuai Erfendi (2008) penilaian pribadi atau sikap yang baik trhadap
petugas merupakan dasar atas kesiapan atau kesediaan lansia dalam
mengikuti kegaiatan senam lansia. Dengan sikap baik tetsebut, lansia
cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan di
posyandu lansia dalam hal senam lansia. Hal ini dapat dipahami karena
sikap seseorang adalah salah satu cerminan dari kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertenetu apabila indivdu
dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.
Responden yang mempunyai pengetahuan tentang senam lansia
kategori kurang baik sebanyak 37 orang dimana 2 orang (5,4%)
mengikuti senam lansia dengan teratur, 2 orang (5,4%) mengikuti
senam lansia dengan tidak teratur dan 33 orang (89,2%) tidak mengikuti
senam lansia. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
responden yang mempunyai pengetahuan tentang senam lansia
kategori kurang baik tidak mengikuti senam lansia dengan teratur.
Lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota
Semarang yang mempunyai pengetahuan tentang senam lansia kategori
kurang baik di mana mereka tidak mengetahui bahwa senam lansia
dapat melatih tulang agar tetap kuat dan dapat membantu kerja
34
jantung secara optimal, sehingga mereka tidak teratur dalam melakukan
senam lansia. Sebagian dari responden mengikuti senam lansia hanya
kerena ingin berkumpul dengan komunitasnya, mencari teman yang
dapat digunakan sebagai teman bercerita atau berbagi, sehingga ketika
mereka sudah tidak mendapatkan teman berbagi ketika melakukan
senam, maka mereka tidak aktif lagi untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Hasil uji statistik didapatkan nilai χ2 sebesar 66,615 dan nilai p value
sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan tingkat
pengetahuan lansia tentang senam lansia dalam keikutsertaan dalam
pelaksanaan senam lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang.
Sesuai Erfendi (2008) pengetahuan lansia akan manfaat senam lansia ini
dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan
sehariharinya. Lansia yang menghadiri kegiatan posyandu lansia, akan
mendapat penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan
segala keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada
mereka. Pengalaman serta pengetahuan lansia menjadi pendorong
minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu
lansia (senam lansia).
KESIMPULAN
1. Sebagian besar responden berumur 60-62 tahun yaitu sebanyak 48 orang (60,0%), berpendidikan dasar (SD-SMP) yaitu sebanyak 58 orang (72,5%) dan bekerja sebagai buruh yaitu sebanyak 34 orang (42,5%).
2. Sebagian besar Pengetahuan lansia tentang senam lansia Kelurahan
Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang dalam kategori kurang baik yaitu sebanyak 37 orang (46,3%).
3. Sebagian besar Keikutsertaan lansia dalam pelaksanaan senam lansia di
Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang tidak mengikuti yaitu sebanyak 39 orang (48,8%).
4. Ada hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang senam lansia dalam
keikutsertaan dalam pelaksanaan senam lansia di Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang, dengan p value 0,000.
35
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Rineka Cipta, Jakarta
Azwar, Saifudin. (2011). Metode Penelitian. Pustaka Belajar, Yogyakarta Provinsi Jawa Tengah
Badan Pusat Statistik. (2010). Profil Lansia Jawa Tengah Semarang : BPS Provinsi Jawa Tengah
Bandiyah, Siti. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika, Yogyakarta
Darmojo, R. Boedhi dan Martono, H. Hadi. (2006). Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). FKUI, Jakarta
Dinkes Kota Semarang. (2011). Format Pencatatan Hasil Kgiatan Kesehatan di
Kelompok Usia lanjut Tingkat Kota Semarang Tahun 2010, Dinas Kesehatan
Kota Semarang
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Salemba Medika, Jakarta
Maryam, R. Siti, dkk. (2011). Mengenal Usia Lnajut dan perawatannya, salemba medika, Jakarta selatan
Notoatmodjo.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik, Edisi 3. HCG. Jakarta
Tamher, S dan Noorkasiani. (2011). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta
Widianti, Anggriyana Tri. (2010). Senam Kesehatan. Nuha Medika, Yogyakarta
36
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP
LANSIA TENTANG SENAM LANSIA DI PANTI
SOSIAL TRESNA WERDHA SABAI
NAN ALUIH SICINCIN
Jurnal Keperawatan Silampari (JKS) Volume 1, No 2, Januari-Juni 2018 e-ISSN : 2581-1975
p-ISSN : 2597-7482
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU LANSIA DALAM MENGIKUTI SENAM LANSIA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS
Novianti 1, Dina2 1,2
UPTD Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
lansia dalam mengikuti senam lansia di Puskesmas Jalan Gedang di Kota Bengkulu.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan crosssectional. Populasi
yang semuanya lansia di senam di Puskesmas Jalan Gedang berjumlah 50 orang, dengan
total sampel 33 orang, dan diambil dengan teknik accidental sampling. Pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan
analisis univariat dan bivariat dengan uji chi-square pada α 5%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar responden (60,6%) memiliki pengetahuan kurang,
kebanyakan responden (51,5%) mendapat dukungan keluarga yang lebih rendah, hampir
separuh responden (36,4%) memiliki motivasi rendah, hampir setengah responden
(42,4%) berperilaku tidak aktif dalam berpartisipasi. pada senam untuk lansia, dan hasil
nilai chi-square ρ = 0,040, 0,000 dan 0,001 menunjukkan tidak ada hubungan antara
pengetahuan, dukungan keluarga dan motivasi terhadap perilaku lansia dalam mengikuti
37
senam di Puskesmas Jalan Gedang di Kota Bengkulu. 2016. Pengetahuan, dukungan
keluarga, dan motivasi sangat penting bagi lansia agar senantiasa mengikuti senam
secara aktif, karena senam sangat berguna untuk menjaga kesehatan.
Kata kunci: Dukungan Keluarga Kesadaran, Motivasi dan Perilaku
ABSTRACT
This study aimed to determine the factors that influence the behavior of the elderly in
participating in gymnastics for elderly in Jalan Gedang Health Center in Bengkulu City, 2016.
This study was an analytical study using cross-sectional design. The population were all
elderly at gymnastics in Jalan Gedang health center totaled 50 people, with a total sample
of 33 people, and were taken using accidental sampling technique. Data collection was done
by direct interview using a questionnaire. The data were analyzed using univariate and
bivariate analysis with chi-square test at α 5%. The results showed that most respondents
(60.6%) had less knowledge, most respondents (51.5%) got lower family support, almost
half of respondents (36.4%) had low motivation, almost half of respondents (42.4%) behave
not active in participating in gymnastics for elderly, and the results of the chi-square value
of ρ = 0.040, 0.000 and 0.001 showed no relationship between knowledge, family support
and motivation to the behavior of the elderly in participating in gymnastics in Jalan Gedang
health center in Bengkulu City 2016. Knowledge, family support, and motivation are very
important for the elderly in order to follow gymnastics actively, because gymnastics is very
useful for maintaining health.
Keywords: Awareness, Behavior, Family Support, and Motivation
4. PENDAHULUAN
Salah satu hasil pembangunan di Indonesia adalah meningkatnya angka harapan hidup.
Pembangunan di Indonesia sudah cukup berhasil karena angka harapan hidup bangsa kita
meningkat secara bermakna. Namun, dengan meningkatnya harapan hidup, populasi
penduduk lanjut usia semakin meningkat (Suseno, 2012).
Semakin meningkatnya populasi lansia perlu mendapatkan perhatian khusus terutama
peningkatan kualitas hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatannya. Salah satu
upaya yang dilaksanakan adalah program posyandu lansia. Posyandu lansia merupakan
38
salah satu program Puskesmas melalui kegiatan peran serta masyarakat yang ditujukan pada
masyarakat setempat, khususnya lansia. Salah satu kegiatan di posyandu lansia yaitu senam
lansia. Senam lansia bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran lanjut usia.
Dengan melakukan olahraga kesehatan secara teratur dapat memperbaiki morbiditas dan
mortalitas yang diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler. Selain itu olah raga pada lanjut
usia juga akan membantu meningkatkan kualitas hidup, menambah kegembiraan dan
memaksimalkan sisa kemampuan (Padila, 2013).
Perilaku lansia untuk mengikuti kegiatan senam dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut
Mantra, perilaku dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, motivasi kepercayaan dan sikap
positif, tersedianya sarana dan prasaran yang diperlukan dan terdapat dorongan yang
dilandasi kebutuhan yang dirasakan. Sikap lanjut usia perempuan dan laki laki dapat
berupa sikap positif (mendukung) dan sikap negatif (menolak). Ada 3 faktor yang saling
menunjang untuk pembentukan sikap, yaitu kognitif, konatif, dan afektif yang merupakan
presdiposisi terhadap tindakan dan perilaku seseorang (Sigalingging, 2008).
Puskesmas Jalan Gedang terdapat posyandu lansia yang salah satu kegiatannya adalah
senam lansia yang bernama kelompok senam jantung sehat (KJS) yang beranggotakan 50
orang, tetapi jumlah lansia yang berkunjung ke posyandu lansia masih rendah. Berdasarkan
studi awal kader posyandu lansia dalam pelaksanaan kegiatan senam masih banyak lansia
tidak aktif mengikuti dan yang aktif hanya berjumlah 28 orang. Ketidakhadiran para lansia ke
Posyandu untuk kegiatan senam menurut berdasarkan hasil dari wawancara 6 orang lansia,
30% karena tidak ada yang mengantar, 50% karena senam dianggap kurang bermanfaat bagi
kesehatannya, dan 20% karena kurang menyenangi senam sedangkan menurut dari kader
Posyandu disebabkan oleh berbagai kondisi fisik yang terjadi pada lansia seperti sedang
sakit atau lupa dengan jadwal Posyandu.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang” Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia dalam mengikuti senam lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu Tahun 2016”. Dimana tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat faktor pengetahuan, dukungan keluarga, motivasi, dan
perilaku lansia dalam mengikuti kegiatan senam lansia.
5. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan rancangan cross-sectional.
Populasi penelitian adalah seluruh lansia senam di Puskesmas Jalan Gedang yang berjumlah 50
orang, dengan jumlah sampel sebanyak 33 orang, dan diambil menggunakan teknik accidental
sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung
39
menggunakan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat dengan uji chi-square pada α 5%.
6. HASIL PENELITIAN
Data yang diperoleh dari penelitian kemudian dikelompokkan dan ditabulasi sesuai dengan
keperluan peneliti. Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dan analisis data.
Hasil penelitian disajikan dalam analisis univariat dan setiap variable independen dan
dependen. Penyajian dilanjutkan dengan hasil analisis bivariat yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara variable independen dan variable dependen. Dengan hasil
penelitian sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lansia
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Kurang 20 60,6
Cukup 7 21,2
Baik 6 18,2
Total 33 100,0
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui dari 33 responden terdapat sebagian besar responden (60,6%) memiliki pengetahuan kurang.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Lansia
Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)
Rendah 17 51,5
Tinggi 16 48,5
Total 33 100,0
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui dari 33 responden terdapat sebagian besar responden (51,5%) mendapat dukungan keluarga rendah.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Motivasi Lansia
40
Motivasi Frekuensi Persentase
(%)
Rendah Tinggi 12 36,4
21 63,6
Total 33 100,0
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui dari 33 responden terdapat hampir sebagian responden (36,4%) memiliki motivasi rendah.
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Perilaku Lansia
Perilaku Lansia Frekuensi Persentase
(%)
Tidak Aktif Aktif 14 42,4
19 57,6
Total 33 100,0
Berdasarkan tabel 4 di atas dapat diketahui dari 33 responden terdapat hampir sebagian
responden (42,4%) berperilaku lansia tidak aktif dalam mengikuti senam lansia.
Tabel 5 Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Lansia dalam Mengikuti Senam Lansia
Perilaku Lansia Total
Pengetahuan Tidak Aktif Aktif p
n % n % n %
Kurang 12 60,0 8 40,0 20 100,0 0, Cukup 1 14,3 6 85,7 7 100,0 04
Baik 1 16,7 5 83,3 6 100,0 0
Berdasarkan tabel 5 diatas diketahui dari 20 responden pengetahuan kurang terdapat
sebagian besar responden (60,0%) berperilaku tidak aktif dalam mengikuti senam lansia.
Berdasarkan uji chi-square (Pearson Chi-Square) didapatkan nilai ρ = 0,040 maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku lansia dalam
mengikuti senam lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu Tahun
2016.
41
Tabel 6 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Lansia
Perilaku Lansia Total
Dukungan Keluarga Tidak Aktif Aktif p
n % n % n %
Rendah Tinggi 13 1 76,5 6,2 4 23,5 17 100,0 0,00 15 98,2 16 100,0 0
Berdasarkan tabel 6 diatas diketahui dari 17 responden yang mendapat dukungan keluarga
rendah terdapat hampir seluruh responden (76,5%) berperilaku tidak aktif dalam
mengikuti senam lansia. Berdasarkan uji chi-square (Continuity Correction) didapatkan nilai
ρ = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan
perilaku lansia dalam mengikuti senam lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang
Kota Bengkulu Tahun 2016.
Tabel 7 Hubungan Motivasi dengan Perilaku Lansia dalam
Mengikuti Senam Lansia
Perilaku Lansia Total
Motivasi Tidak Aktif Aktif p
n % n % n %
Rendah Tinggi 10 4 83,3 2 16,7 12 100,0 0,00
19,0 17
81,0 21 100,0 1
Berdasarkan tabel 7 diatas diketahui dari 12 responden yang motivasi rendah terdapat
hampir seluruh responden (83,3%) berperilaku tidak aktif dalam mengikuti senam lansia.
Berdasarkan hasil uji chi-square (Continuity Correction) didapatkan nilai ρ = 0,001 maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan motivasi dengan perilaku lansia dalam mengikuti senam
lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu Tahun 2016.
PEMBAHASAN
7. Pengetahuan Lansia Tentang Senam Lansia
Berdasarkan hasil penelitian tabel 1 di atas dapat diketahui dari 33 responden terdapat
sebagian besar responden (60,6%) memiliki pengetahuan kurang. Hasil penelitian mengenai
42
pengetahuan lansia tentang manfaat senam lansia menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan responden mayoritas termasuk dalam kategori kurang. Kurangnya
pengetahuan lansia tentang manfaat senam lansia dikarenakan terbatasnya informasi
mengenai manfaat senam lansia, sehingga informasi dan pengetahuan tentang manfaat
senam lansia belum dapat dimengerti oleh responden. Dan kurang optimalnya kader
dalam memberikan informasi, imbauan, bujukan dan ajakkan terhadap lansia yang tidak
aktif membuat responden semakin tidak aktif untuk mengikuti kegiatan senam lansia.
Pengetahuan lansia akan manfaat senam lansia ini dapat diperoleh dari pengalaman pribadi
dalam kehidupan sehari-harinya. Lansia yang menghadiri kegiatan posyandu, akan
mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala
keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Pengalaman serta
pengetahuan lansia menjadi pendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti
kegiatan posyandu lansia (senam lansia).
Penelitian ini didukung teori Notoatmojo, (2010) yang mengatakan pengetahuan yang
dicari seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berpikir dengan kata
lain seseorang yang berpengetahuan tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih
baik umumnya terbuka atau cepat tanggap untuk menerima perubahan atau hal baru
dibandingkan dengan yang berpengetahuan lebih rendah, begitu pula halnya dengan
pengetahuan lansia cenderung mempengaruhi perilaku lansia dalam mengikuti senam.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Puspitasari (2014) dengan judul hubungan tingkat
pengetahuan dan dukungan keluarga dengan keaktifn lanjut usia dalam mengikuti
kegiatan di posyandu lansia Desa Gajahan Kecamatan Colomadu, menunjukan sebagian
besar responden (61,5%) pengetahuan baik, pengetahuan lansia diperoleh dari hasil
pengalaman lansia selama proses aktif di posyandu, sehingga lansia mampu merasakan
manfaat dari kegiatan Posyandu Lansia (senam lansia).
Berdasarkan hasil penelitian penulis berasumsi bahwa pengetahuan lansia tentang senam
lansia sangat diperlukan karena mendorong lansia untuk mengikuti senam, sehingga perlu
edukasi tentang senam dari tenaga kesehatan Puskesmas Jembatan Kecil kota Bengkulu.
8. Dukungan Keluarga Pada Lansia dalam Mengikuti Senam Lansia
Berdasarkan hasil penelitian tabel 2 di atas dapat diketahui dari 33 responden terdapat
sebagian besar responden (51,5%) mendapat dukungan keluarga rendah. Hal ini terlihat
dari jawaban responden yang mengatakan yang lebih dominan tidak diantar keluarga untuk
mengikuti senam lansia, responden senam lebih dominan atas kemauan sendiri, dan kalau
responden lupa mengikuti senam keluarga biasa saja tidak merasa kecewa. Padahal
43
mengingat pada orang lanjut usia (lansia) banyak dari organ tubuh yang mulai mengalami
proses degenerasi atau menua serta berbagai macam penyakit kronis yang mulai
mengghinggapi mereka. Maka untuk mendapatkan kesegaran tubuh perlu memilih olah raga
yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Olahraga yang dapat dilakukan berupa jalan pagi
atau olah raga aerobik seperti senam lansia, yang dilakukan secara teratur dua atau tiga kali
dalam seminggu dengan intensitas yang terukur sehingga kualitas kesegaran fisik pada
lansia dapat ditingkatkan.
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia untuk
mengikuti kegiatan senam lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi lansia
apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia,
mengingatkan lansia jika lupa jadwal senam lansia, dan berusaha membantu mengatasi
segala permasalahan bersama lansia.
Setelah seseorang memasuki masa lansia, maka dukungan keluarga dari orang lain menjadi
sangat berharga dan akan menambah ketenteraman hidupnya. Namun demikian dengan
adanya dukungan keluarga tersebut tidaklah berarti bahwa setelah memasuki masa seorang
lansia hanya tinggal duduk, diam, tenang, dan berdiam diri saja. Untuk menjaga kesehatan
baik fisik maupun kejiwaannya lansia justru tetap harus melakukan aktivitas-aktivitas yang
berguna bagi kehidupannya. Lansia tidak boleh berdiam diri saja tanpa melakukan aktivitas
fisik, dan semua dilayani oleh orang lain. Hal itu justru akan mendatangkan berbagai
penyakit dan penderitaan, sehingga bisa menyebabkan para lansia tersebut cepat
meninggal dunia.
Hasil penelitian didukung teori Maryam, (2010), dukungan keluarga merupakan informasi
verbal maupun non verbal, saran, bantuan yang nyata yang diberikan oleh orang-orang yang
dekat dengan subjek di dalam lingkungan keluarganya, atau yang berupa kehadiran dan hal-
hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku
penerimanya. Dukungan keluarga juga dapat didefinisikan sebagai adanya kenyamanan,
perhatian, penghargaan, atau sikap penerimaan, dukungan sosial tersebut diperoleh dari
kelompok. Keaktifan lansia dalam mengikuti senam lansia sangat dipengaruhi oleh
dukungan keluarga itu sendiri. keluarga diharapkan dapat memberikan motivasi pada lansia
dalam mempertahankan kesehatannya.
Keluarga merupakan tempat bernaung dan berlindung bagi para lansia, oleh karena itu
keluarga diharapkan dapat memberikan dukungannya terhadap lansia, karena dukungan
keluarga merupakan salah satu unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan
masalah dalam hal ini masalah kesehatannya. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan
44
bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat (Padila, 2012).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Novarina (2012), dengan judul
hubungan dukungan keluarga tentang senam lansia Dengan keaktifan mengikuti senam di
Posyandu “Peduli Insani” di Mendungan Desa
Pabelan Kartasura, menujukan sebagian besar responden (52%) dukungan keluarga kategori
buruk sehingga semakin tinggi tingkat dukungan keluarga maka semakin tinggi tingkat keaktifan
lansia mengikuti senam. Tingkat dukungan keluarga yang cukup tentang senam lansia sangat
penting, sehingga resiko lansia mengalami kelemahan fisik bisa dicegah.
Dan sejalan dengan penelitian Puspitasari (2014), dengan judul hubungan tingkat
pengetahuan dan dukungan keluarga dengan keaktifan lanjut usia dalam mengikuti
kegiatan di posyandu lansia Desa Gajahan Kecamatan Colomadu, menunjukan hampir
sebagian responden dukungan keluarga sedang. Dukungan keluarga yang sedang dapat
diartikan bahwa masih ada responden yang kurang baik mendapat dukungan keluarga
terhadap keaktifan dalam mengikuti posyandu.
Hasil penelitian ini sejalan penelitian Suseno (2012), dengan judul faktorfaktor yang
mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu lansia di Desa Kauman
Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten, menunjukan sebagian besar responden (73%)
mendapat dukungan keluarga kurang. Berdasarkan hasil penelitian penulis berasumsi
bahwa dukungan keluarga diperlukan oleh lansia untuk mengikuti senam lansia, salah
satunya dengan keluarga mengingatkan jadwal senam atau kalau bisa mengantar lansia
untuk senam sehingga kesehatan lansia bisa terkontrol.
9. Motivasi Lansia dalam Mengikuti Senam Lansia
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 di atas dapat diketahui dari 33 responden terdapat
hampir sebagian responden (36,4%) memiliki motivasi rendah. Hal ini terlihat dari jawaban
responden yang mengatakan lebih dominan mengatakan bahwa senam tidak membuat percaya
diri dan mengurangi rasa cemas, lebih dominan tidak ada dorongan dari petugas kesehatan
untuk lebih giat mengikuti senam, dan responden lebih dominan mengatakan tidak ada petugas
kesehatan dan teman lansia yang mengajak senam jika ia malas mengikuti senam. Sedangkan
motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak, motivasi merupakan dampak
dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya. motivasi merupakan tenaga
penggerak, dengan motivasi manusia akan lebih cepat dan bersungguh sungguh untuk
melakukan kegiatan. Motivasi dibagi menjadi dua jenis motivasi yaitu motivasi intrinsik berasal
dari dalam diri manusia (meliputi kebutuhan akan senam,
45
keinginan untuk mengikuti kegiatan senam, harapan dari kegiatan senam, dan kepuasan
lansia pada kegiatan senam) dan motivasi ektrinsik yang berasal dari luar merupakan
pengaruh dari orang lain atau lingkungan (meliputi motivasi karena rangsangan dari luar
atau pengaruh dari luar lansia, misalnyan dukungan dari keluarga, teman, kader
kesehatan, dan tokoh masyarakat dan petugas kesehatan.
Hasil penelitian ini didukung teori Ismawati (2010), kurangnya motivasi dalam mengikuti
kegiatan senam lansia salah satunya adalah kegiatan yang diadakan tidak banyak
perubahan atau jenis senam hanya satu macam hanya monotun, sehingga menjadikan
motivasi untuk tetap mengikuti kegiatan senam lansia semakin berkurang.
Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu tindakan diperlukan faktor lain yaitu motivasi.
Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang
menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah laku. Motivasi merupakan
tenaga penggerak, dengan motivasi manusia akan lebih cepat dan bersungguh sungguh
untuk melakukan kegiatan. Motivasi dibagi menjadi dua jenis motivasi yaitu motivasi
intrinsik berasal dari dalam diri manusia (meliputi kebutuhan akan senam, keinginan untuk
mengikuti kegiatan senam, harapan dari kegiatan senam, dan kepuasan lansia pada kegiatan
senam) dan motivasi ektrinsik yang berasal dari luar merupakan pengaruh dari orang lain
atau lingkungan (meliputi motivasi karena rangsangan dari luar tau pengaruh dari luar
lansia, misalnya dukungan dari keluarga, teman, kader kesehatan, dan tokoh masyarakat
dan petugas kesehatan (Padila, 2013).
Hasil penelitian ini tidak sejalan penelitian Suseno (2012), dengan judul faktor-faktor yang
mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu lansia di Desa
Kauman Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten, menunjukan sebagian besar responden
(65%) motivasi kurang. Dan sejalan penelitian Hasanah (2007), dengan judul tinjauan
motivasi lansia dalam mengikuti senam lansia pada Paguyuban Lansia di Rumah Sakit Panti
Rahayu YAKKUM Purwodadi Grobogan, menunjukan hampir seluruh responden (84,3%)
motivasi tinggi dalam mengikuti senam lansia.
Berdasarkan hasil penelitian penulis berasumsi motivasi lansia baik dari dalam diri
sendiri atau dari luar mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti senam lansia
sehingga diperlukan.
10. Perilaku Lansia dalam Mengikuti Senam Lansia
Berdasarkan hasil penelitian tabel 4 di atas dapat diketahui dari 33 responden terdapat
hampir sebagian responden (42,4%) berperilaku tidak aktif dalam mengikuti senam. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pengetahuan, sosial ekonomi, ketersediaan
46
sarana dan fasilitas, letak geografis, dukungan keluarga dan sikap petugas kesehatan. Dari
hasil observasi dilapangan melalui daftar hadir selama 12 kali pertemuan terdapat kehadiran
lansia yang terendah sebanyak 35 lansia dengan kehadiran 1 sampai 4 kali pertemuan, ini
disebabkan karena keluarga tidak memberi tahu jadwal senam, fasilitas senam yang
diberikan kader kurang mencukupi, jarak rumah lansia dengan posyandu jauh, lansia tidak
datang mengikuti kegiatan senam lansia karena tidak tahu manfaat senam. Didukung teori
Wulan (2012) dalam Novarina (2012), dengan banyaknya lansia yang aktif mengikuti senam
diharapkan lansia mendapatkan manfaat dari mengikuti senam lansia sehingga lansia tetap
bugar dan memiliki harapan hidup yang tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Widyastuti (2012) dalam Novarina (2012), dengan banyaknya lansia
yang aktif mengikuti senam diharapkan lansia mendapatkan manfaat dari mengikuti senam
lansia sehingga lansia tetap bugar dan memiliki harapan hidup yang tinggi. Berdasarkan hasil
penelitian penulis berasumsi perilaku aktif dalam mengikuti senam lansia sangat penting
karena bermanfaat bagi kesehatan lansia agar tubuh tetap sehat dan bugar.
11. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Lansia
dalam Mengikuti Senam Lansia
Berdasarkan hasil penelitian tabel 5 diatas diketahui dari 20 responden pengetahuan
kurang terdapat sebagian besar responden (60,0%) berperilaku tidak aktif dalam mengikuti
senam lansia, dan dari 6 responden yang pengetahuan baik terdapat hampir seluruh
responden (83,3%) berperilaku aktif dalam mengikuti senam lansia. Berdasarkan hasil
analisis uji chi-square (Pearson Chi-Square) didapatkan nilai ρ = 0,040 < α 0,05 berarti
signifikan maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan dengan perilaku lansia dalam mengikuti senam lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat responden yang memiliki pengetahuan kurang,
namun responden aktif mengikuti kegiatan senam di posyandu lansia. Faktor pendukung
untuk menjadikan responden aktif adalah ajakan dari kader posyandu dan keinginan dapat
bertemu dengan rekan sesama lansia. Meskipun secara pengetahuan responden kurang,
namun responden lebih banyak mengikuti ajakan untuk mengikuti kegiatan posyandu.
Faktor yang tidak kalah penting adalah adanya kesempatan bagi responden untuk dapat
bersosialisasi dengan rekan sesama lansia. Pertemuan bagi rekan lain yang berjauhan rumah
menjadi kesempatan baik yang digunakan oleh responden. Sedangkan responden yang
memiliki pengetahuan baik namun tidak aktif mengikuti kegiatan senam. Kondisi ini
disebabkan oleh adanya aktivitas lain yang bersamaan waktunya kegiatan posyandu lansia.
Acara yang diadakan pada pagi hari menjadikan responden sulit untuk menentukan pilihan
yang ada seperti membantu memasak yang dilakukan pagi hari untuk keperluan kebutuhan
47
rumah tangga dimana responden hidup bersama anak dan cucunya. Oleh karena itu
pengetahuan yang baik pada responden tidak cukup kuat untuk menjadikan
responden selalu aktif mengikuti kegiatan senam lansia.
Hasil penelitian ini didukung teori Notoatmojdo (2010), pengetahuan yang dicari seseorang
memiliki pengaruh pada peningkatan kemampuan berpikir dengan kata lain seseorang
yang berpengetahuan tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih baik umumnya
terbuka atau cepat tanggap untuk menerima perubahan atau hal baru dibandingkan
dengan yang berpengetahuan lebih rendah, begitu pula halnya dengan pengetahuan lansia
cenderung mempengaruhi perilaku lansia dalam mengikuti senam.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Damayanti (2012), dengan judul hubungan
tingkat pengetahuan dan sikap lansia dengan keikutsertaan sikap lansia dalam mengikuti
posyandu lansia di Kelurahan Sambungharjo, menunjukan ada hubungan pengetahuan
dengan keikutsertaan sikap lansia dalam mengikuti posyandu lansia. Dan sejalan
penelitian Suseno (2012), dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia
dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia di Desa Kauman Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten, menunjukan ada pengetahuan dengan keaktifan lansia dalam
mengikuti kegiatan posyandu lansia dengan nilai p = 0,022.
Berdasarkan hasil penelitian penulis berasumsi bahwa pengetahuan lansia tentang senam
mempengaruhi perilaku lansia dalam mengikuti senam lansia, dengan tahunya lansia
manfaat senam maka lansia akan aktif mengikuti senam begitupun sebaliknya dengan lansia
yang tidak tahu manfaat senam, maka lansia tidak aktif mengikuti senam hanya karena
ajakan teman atau kebetulan bisa ikut senam.
12. Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Perilaku Lansia
dalam Mengikuti Senam Lansia
Berdasarkan hasil penelitian tabel 6 diatas diketahui dari 17 responden yang mendapat
dukungan keluarga rendah terdapat hampir seluruh responden (76,5%) berperilaku tidak
aktif dalam mengikuti senam lansia, dan dari 16 responden yang mendapat dukungan
keluarga tinggi terdapat hampir seluruh responden (98,2%) berperilaku aktif dalam
mengikuti senam lansia. Berdasarkan hasil analisis uji chi-square (Continuity Correction)
didapatkan nilai ρ = 0,000 < α 0,05 berarti signifikan maka Ho ditolak dan Ha diterima,
dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan perilaku lansia
dalam mengikuti senam lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.
Hasil penelitian menujukan semakin tinggi tingkat dukungan keluarga akan semakin tinggi
tingkat keaktifan lansia mengikuti senam. Tingkat dukungan keluarga yang cukup tentang
48
senam lansia sangat penting, sehingga resiko lansia mengalami kelemahan fisik bisa
dicegah. Teori ini sama dengan yang dikemukakan dalam buku Padila (2013), yaitu
dukungan keluarga dibutuhkan dalam rangka membantu agar lansia tetap dapat
beraktivitas. Menurut PKPM olahraga seperti senam lansia dapat menjaga fungsi oragan
tubuh tetap sehat. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat satu lansia yang memiliki
dukungan keluarga kurang namun aktif dalam menjalankan senam lansia, terdapat satu
lansia yang dukungan keluarganya baik, namun tidak aktif.
Dari hasil observasi pada lansia yang dukungan keluarganya buruk namun aktif dalam
kegiatan senam lansia menunjukan bahwa lansia tersebut mengetahui manfaat dari senam
lansia. Sementara pada lansia yang mendapatkan dukungan keluarga baik namun tidak aktif
dalam kegiatan senam lansia, karena lansia yang bersangkutan sering mengalami gangguan
kesehatan misalnya masuk angin, sehingga meskipun dukungan keluarga baik, namun
karena kondisi kesehatan lansia tidak memungkinkan maka lansia tersebut tidak menghadiri
kegiatan senam lansia. Setelah seseorang memasuki masa lansia, maka dukungan keluarga
dari orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah ketenteraman hidupnya.
Namun demikian dengan adanya dukungan keluarga tersebut tidaklah berarti bahwa
setelah memasuki masa seorang lansia hanya tinggal duduk, diam, tenang, dan berdiam diri
saja. Untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun kejiwaannya lansia justru tetap harus
melakukan aktivitas-aktivitas yang berguna bagi kehidupannya. Lansia tidak boleh berdiam
diri saja tanpa melakukan aktivitas fisik, dan semua dilayani oleh orang lain. Hal itu justru
akan mendatangkan berbagai penyakit dan penderitaan, sehingga bisa menyebabkan para
lansia tersebut cepat meninggal dunia (Azizah, 2011) dalam (Novarina, 2012).
Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian Novarina (2012), dengan judul hubungan
dukungan keluarga dengan tingkat keaktifan lansia dalam mengikuti senam lansia di
Posyandu Peduli Insani Mendungan desa Pabelan Kecamatan Kartasura Kabupaten
Sukoharjo, menggunakan teknik Chi Square diperoleh nilai 2hitung sebesar 46,854 dengan
tingkat signifikansi (p-value) sebesar 0,000, menunjukan ada hubungan antara dukungan
keluarga dengan tingkat keaktifan lansia dalam mengikuti senam lansia di Posyandu Peduli
Insani Mendungan desa Pabelan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo secara
signifikan. Dan sejalan hasil penelitian Puspitasari (2014), dengan judul hubungan tingkat
pengetahuan dan dukungan keluarga dengan keaktifan lanjut usia dalam mengikuti
kegiatan di posyandu Lansia Desa Gajahan Kecamatan Colomadu, menunjukan ada
hubungan dukungan keluarga dengan keaktifan lanjut usia dalam mengikuti kegiatan di
Posyandu Lansia Desa Gajahan Kecamatan Colomadu dengan nilai p = 0,000.
49
Berdasarkan hasil penelitian penulis berasumsi bahwa dukungan keluarga sangat
diperlukan bagi lansia terutama dalam mengikuti senam karena dengan ada dukungan
keluarga dapat memberikan semangat lansia dalam menjaga kesehatannya yang salah satu
caranya dengan aktif mengikuti senam lansia.
13. Hubungan Antara Motivasi dengan Perilaku Lansia dalam
Mengikuti Senam Lansia
Berdasarkan hasil penelitian tabel 7 diatas diketahui dari 12 responden yang motivasi
rendah terdapat hampir seluruh responden (83,3%) berperilaku tidak aktif dalam
mengikuti senam lansia, dan dari 21 responden yang motivasi tinggi terdapat hampir
seluruh responden (81,0%) berperilaku aktif dalam mengikuti senam lansia. Berdasarkan
hasil analisis uji chi-square (Continuity Correction) didapatkan nilai ρ = 0,001 < α 0,05
berarti signifikan maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan motivasi dengan perilaku lansia dalam mengikuti senam lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.
Motivasi adalah sesuatu apa yang membuat seseorang bertindak, motivasi merupakan
dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang dihadapinya. motivasi merupakan
tenaga penggerak, dengan motivasi manusia akan lebih cepat dan bersungguh sungguh
untuk melakukan kegiatan. Motivasi dibagi menjadi dua jenis motivasi yaitu motivasi
intrinsik berasal dari dalam diri manusia (meliputi kebutuhan akan senam, keinginan untuk
mengikuti kegiatan senam, harapan dari kegiatan senam, dan kepuasan lansia pada
kegiatan senam) dan motivasi ektrinsik yang berasal dari luar merupakan pengaruh dari
orang lain atau lingkungan (meliputi motivasi karena rangsangan dari luar atau pengaruh
dari luar lansia, misalnyan dukungan dari keluarga, teman, kader kesehatan, dan tokoh
masyarakat dan petugas kesehatan.
Hal ini menunjukkan bahwa dorongan atau keinginan dari lansia mengikuti senam lansia
yang bersumber dari dalam dirinya sudah besar. Dari ketiga indicator faktor intrinsik yang
memotivasi lansia mengikuti senam lansia adalah keinginan untuk menjadi sehat dan dapat
berhubungan dengan masyarakat sesama lansia. Kondisi tersebut cukup beralasan sebab
pada masa lansia kondisi tubuh mereka mulai menurun, sehingga mereka membutuhkan
lantihan fisik yang sesuai dengan kapasitasnya pada masa tua yaitu melalui senam lansia.
Selaras dengan teori tentang senam lansia dalam padila (2013), bahwasanya dengan
senam lansia mereka berkeyakinan dapat terbebas dari berbagai penyakit yang
menghampiri di masa tuanya, mereka dapat menghindari diri dari kegemukan akibat
kekuarangan gerak serta melalui senam lansia juga dapat meningkatkan kekuatannya yang
mulai menurun seiring dengan bertambahnya usia.
50
Keikutsertaan lansia dalam senam lansia atas dorongan untuk dapat berhubungan dan
bermasyarakat juga sangat beralasan sebab pada masa tua, biasanya mereka sudah
berhenti atau pensiun dari segala pekerjaan dan aktifitas yang dilakukannya semasa muda.
Dengan meminggalkan pekerjaan tersebut tentunya mereka juga meninggalkan semua
teman-teman yang dulu selalu bersama-sama semasa muda. Sehingga mereka
membutuhkan komunitas yang baru untuk dapat hidup bermasyarakat dan bergaul untuk
mengisi masa-masa tuanya. Disamping keinginan untuk menjadi sehat dan dapat
bermasyarakat, keikutsertaan lansia mengikuti senam lansia juga karena didorong keinginan
untuk menambah pengetahuan terkait berbagai teknik dan bentuk-bentuk gerakan senam
lansia agar pada akhirnya nanti selain mereka dapat melakukan senam lansia (Padila, 2012).
Adanya motivasi intrinsik yang lebih dominan dibandingkan motivasi ekstrinsik tersebut
tentunya akan membuat para lansia dapat lebih tekun dalam mengikuti segala program
yang direncanakan. Selain itu suatu kegiatan yang didorong oleh motivasi instrinsik lebih
menunjukkan sikap tekun, dedikasi tinggi, tidak bergantung pada orang lain, percaya
diri, disiplin yang tinggi dan memiliki kepribadian yang matang dan mantap. Namun
demikian adanya dorongan dari luar harus tetap ditumbuhkan agar mtovasi seseorang
tersebut semakin tinggi (Padila, 2013).
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian Widjajono (2009) dalam Henny A (2013)
menyatakan kurangnya motivasi pada responden, menjadikan responden tidak aktif
mengikuti kegiatan Posyandu (senam lansia). Motivasi lansia yang terdaftar di Posyandu
dapat dipengaruhi oleh motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik pada lansia
bermakna keinginan yang muncul dari diri sendiri dan tanpa dukungan orang lain. Motivasi
ekstrinsik seperti halnya tokoh masyarakat dan pelayanan petugas Posyandu berkaitan
dengan motivasi masyarakat lansia untuk mengikuti kegiatan Posyandu lansia. Tokoh
masyarakat biasanya dianggap sebagai pemimpin informal sekaligus teladan dan panutan
di masyarakat. Motivasi dari petugas Puskesmas, kader Posyandu dan tokoh masyarakat
setempat berpengaruh pada keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu lansia.
Dan hasil penelitian Hasanah (2007) faktor instrinsik memotivasi lansia untuk mengikuti senam,
dalam kategori tinggi dengan keinginan menambah pengetahuan sebagai alasan utama dan
selanjutnya diikuti oleh keinginan meningkatkan derajat kesehatan, dan untuk menambah
hubungan kemasyarakatan dimasa-masa tuanya. Kemudian faktor ekstrinsik memotivasi lansia
untuk mengikuti senam, dalam kategori sedang dengan fasilitas serta peluang bermasyarakat
pendorong utama dan diikuti oleh adanya kesempatan untuk mendapatkan kegembiraan dan
kesenangan, kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan serta peran serta
pelatih. Dan sejalan hasil penelitian Suseno (2012), dengan judul faktor-faktor yang
mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan
51
posyandu lansia di Desa Kauman Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten, menunjukan ada
motivasi dengan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia dengan nilai p =
0,009. Kurangnya motivasi dalam mengikuti kegiatan Posyandu salah satunya adalah kegiatan
yang diadakan tidak banyak perubahan atau kegiatan lain selain pemeriksaan tekanan darah,
penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan dan konsultasi gizi. Responden
beranggapan bahwa keluhan berat badan, tinggi badan dari waktu kewaktu tidak banyak
perubahan dan kegiatannya hanya monotun, sehingga menjadikan motivasi untuk tetap
mengikuti kegiatan posyandu lansia semakin berkurang juga.
Beradasarkan hasil penelitian penulis berasumsi bahwa motivasi sangat penting karena
mendorong adanya keinginan untuk menambah pengetahuan, keinginan untuk sehat
serta keinginan untuk bermasyarakat dan akan membuat para lansia dapat lebih tekun
dalam mengikuti segala program yang direncanakan. Selain itu suatu kegiatan yang
didorong oleh motivasi instrinsik lebih menunjukkan sikap tekun, dedikasi tinggi, tidak
bergantung pada orang lain, percaya diri, disiplin yang tinggi dan memiliki kepribadian
yang matang dan mantap.
14. SIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebagian besar lansia memiliki pengetahuan kurang.
2. Sebagian besar lansia mendapat dukungan keluarga rendah.
3. Hampir sebagian lansia memiliki motivasi rendah.
4. Hampir sebagian lansia berperilaku tidak aktif dalam mengikuti senam lansia.
5. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku lansia dalam mengikuti senam lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu Tahun 2016.
6. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku lansia dalam mengikuti
senam lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu Tahun 2016.
7. Ada hubungan antara motivasi dengan perilaku lansia dalam mengikuti senam lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Jalan Gedang Kota Bengkulu Tahun 2016.
15. SARAN
1. Akademik. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebagai sumber pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku lansia dalam mengikuti senam lansia.
2. Peneliti Selanjutnya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengembangan dan agar
dapat menyempurnakan penelitian ini dengan metode yang lebih lengkap.
52
3. Bagi Puskesmas. Puskesmas hendaknya melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan penyuluhan berbagai macam hal berkaitan dengan masalah kesehatan dalam pelayanan posyandu lansia.
4. Bagi Keluarga Responden. Bagi keluarga lansia merupakan tanggung jawab anggota
keluarga, dengan demikian dukungan keluarga terhadap kesehatan lansia sangat penting.
5. Bagi Responden. Diharapkan lansia tetap mau melakukan kunjungan ke posyandu lansia untuk mengikuti senam lansia agar kesehatan dapat tetap terkontrol secara baik.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2012. Jumlah Penduduk Indonesia. Diakses http://Badan Pusat Statistik.co.id tanggal 14 Oktober 2015.
Bandiyah, S. 2010. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika
Damayanti. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Lansia dengan Keikutsertaan
Lansia dalam Posyandu Lansia di Kelurahan Sembungharjo Kota Semarang. Diakses
dari jtptunimus-gdl-fitrianinu6466-1-artikel -1.pdf tanggal 15 Oktober 2015.
Erfandi. 2008. Pengelolaan Posyandu Lansia. Diakses dari http// puskesmas-oke.
Blogspot.com/2011 pengelolaan-Posyandu Lansia-html tanggal 15 Oktober 2015.
Fatimah. 2010. Merawat Manusia Lanjut Usia. Jakarta : Trans Info Media.
Henny A. 2013. Motivasi Lanjut Usia Dalam Melakukan Senam Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan. UR :
Naskah Asli Tidak Dipublikasikan
Ismawati. 2010. Posyandu dan Desa Siaga. Yogyakarta : Nuha Medika.
Hasanah. 2007. Tinjauan Motivasi Lansia dalam Mengikuti Senam Lansia di Rumah Sakit Panti Rahayu Yakkum Purwodadi Grobogan. Naskah dipublikasikan.
53
Latipah. 2012. Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Pedagogia
Maryam. 2010. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.
Ningsih. 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi Minat Lansia Mengunjungi Posyandu Lansia.
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
Novarina. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga tentang Senam Lansia Dengan Keaktifan Mengikuti Senam Di Posyandu “Peduli Insani” di Mendungan Desa Pabelan Kartasura
Novita. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia di Puskesmas Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar.
Profil Dinkes Kota Bengkulu. 2015. Profil Dinkes Kota Bengkulu. Bengkulu: Dinkes Kota Bengkulu.
Padila. 2013. Buku ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuhamedika
Padila. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuhamedika
Puspitasari, D. 2014. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Dukungan Keluarga Dengan
Keaktifan Lanjut Usia dalam Mengikuti Kegiatan di Posyandu Lansia Desa
Gajahan Kecamatan Colomadu. Naskah Dipublikasikan.
Riyanto. 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sigalingging. 2008. Sikap Motivasi Lanjut Usia terhadap Kegiatan Senam Lansia berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Sihumbang Taput. Naskah
54
Dipublikasikan.
Soemanto. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Bina Aksara.
Suseno. 2012. Factor-fakor yang mempengaruhi Keaktifan Lansia dalam mengikuti Kegiatan
Posyandu Lansia di Desa Kauman kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten
Wawan & Dewi. 2011. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Willis. 2012. Psikologi Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Agustika Antoni Akademi Keperawatan Baiturrahmah Padang
55
Abstrak
Indonesia sebagai salah satu negara di Asia mengalami peningkatan penduduk lansia (60 tahun ke atas) yang cukup pesat. Dalam kurun waktu sekitar 50 tahun peningkatannya sudah mencapai tiga kali lipat.Di Sumatera Barat juga terjadi peningkatan jumlah lansia dari tahun ke tahun, berdasarkan data yang peneliti dapat dari biro pusat statistik yaitu sebayak 346,574 jiwa berdasarkan sensus tahun 2011. (Data Statistik Indonesia, 2011). tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan sikap lansia di Panti Sosial Tresna Werda Sabai Nan Alui Pariaman. Jenis Penelitian ini adalah penelitian Deskriptif dengan jumlah sampel sebanyak 54 lansia dengan teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling. Hasil penelitaian 98,1% Responden memiliki pengetahuan tinggi tentang senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin dan 83,3% Responden bersikap lansia positif tentang senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Key Words : Senam Lansia, Lansia
Pendahuluan
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.. Salah satu isu kependudukan yang mulai menghangat pada dekade terakhir ini adalah peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di beberapa negara di dunia dan khususnya di Indonesia.(UU Kesehatan no 36 tahun 2009).
Indonesia sebagai salah satu negara di Asia mengalami peningkatan penduduk lansia (60 tahun ke atas) yang cukup pesat. Dalam kurun waktu sekitar 50 tahun peningkatannya sudah mencapai tiga kali lipat. Menurut data BPS (1998), jumlah lansia (60 tahun ke atas) di Indonesia pada tahun 1971 sekitar 4,9 persen dari jumlah penduduk, sedangkan pada tahun 1990 sekitar 6,7 persen, kemudian meningkat . (http://www.askep-kti.co.cc.maret.2011).
Penduduk Indonesia yang berusia lanjut selalu menunjukkan peningkatan setiap tahunnya,
menurut Survey Pemantauan Anak Sekolah (SUPAS) Lembaga Demografi, Universitas
Indonesia, persentase jumlah penduduk lansia tahun 1985 sebesar 3,4 % , tahun 1990
meningkat menjadi 5,8 % dan tahun 2000 mencapai 7,4 %. Pada tahun 2006 mencapai 8,5 %
dan pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 22,5 % (Depkes RI, 2009)
Di Sumatera Barat juga terjadi peningkatan jumlah lansia dari tahun ke tahun, berdasarkan data yang peneliti dapat dari biro pusat statistik yaitu sebayak 346,574 jiwa berdasarkan
56
sensus tahun 2011. (Data Statistik Indonesia, 2011). Panti sosial selain sebagai rumah
hunian bagi para lansia yang tidak mampu secara ekonomi, disini lansia juga mendapat
bimbingan-bimbingan dan aktivitas-aktivitas yang menunjang kesehatan seperti
pemeriksaan kesehatan secara rutin setiap minggunya dan juga dilaksanankan senam lasia
untuk kebugaran tubuh yang dilaksanakan rutin 2 kali dalam seminggu.
Berdasarkan studi awal yang peneliti lakukan di Lansia yang menjadi kelolaan di Panti Tresna
Werdha ini 116 orang lansia,63 laki-laki dan 53 orang perempuan, dengan rentang umur 60-
75 tahun, dengan daerah asal dari berbagai daerah di Sumatera Barat, para lansia ini dibagi
8-12 orang per kelompok dan ditampung di wisma yang berjumlah 14 wisma.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti ”Gambaran tingkat pengetahuan dan
sikap lansia tentang senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin.
16. Metodologi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran
mengenai tingkat pengetahuan dan sikap lansia tentangsenam lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin.
Populasipenelitian ini adalah Seluruh lansia yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin yang berjumlah116 orang lansia.
Teknik pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan rumus : (Notoatmodjo, 2005).
N
n 1 2)
N(d
Dimana besar populasi 116 orang (N)
n
n
57
n
n
=54
Keteranga
n :
N = Besar
Populasi n =
Besar Sampel
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
Jadi jumlah sampel penelitian adalah 54 lansia.Tehnik pengambilan sampel Random sampling.
17. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
PSTW Sabai Nan Aluih merupakan salah satu Panti Sosial yang ada di Sumatera Barat.
Panti Sosial ini berlokasi di Sicincin Kabupaten Padang Pariaman tepatnya Di Jl. Raya Padang
Bukittinggi Km. 48 dengan luas lokasi 10.200 m. Panti Sosial ini memiliki fasilitas 14 wisma, 1
kantor, 1 gedung serba guna, 1 poliklinik, 1 mushola, 1 ruang kesenian dan 2 buah rumah
dinas. Jumlah lansia yang berada di PSTW Sabai Nan Aluih Sebanyak 116 lansia.
18. Karakteristik Umum Responden Umur Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi
Lansia Menurut Umur Di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin
Umur Mean SE SD Min-Max Responden
72.46 814 5.980 50-82
58
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa usia responden rata-rata 72.46 tahun dengan
standar eror of mean 814, standar devisiasi 2.990 dan usia minimal 50 tahun sedangkan usia
maksimal responden 82 tahun.
19. Jenis Kelamin Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Lansia Menurut Jenis
Kelamin Di Panti Sosial Tresna Wedha Sabai Nan Aluih
Jenis kelamin
F
%
Laki –laki 29 53.7
Perempuan 25 46.3
Jumlah 54 100
Dari tabel 1.2 diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
laki-laki sebanyak 29 responden (53,67%), sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 25
responden (46,3%).
20. Pendidikan Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Reponden Menurut
Pendidikan Di Panti Sosial Tresna Wedha Sabai Nan Aluih
Pendidikan F %
SD 7 13,0
SLTP 20 37,0
SLTA 25 46,3
PERGURUAN TINGGI 2 3,7
Jumlah 54 100
Dari tabel 1.3 diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan pendidikan adalah tamat SD sebanyak 7 responden (13,0%), tamat SLTP sebanyak 20 responden (37,0%), tamat
59
SLTA sebanyak 25 responden (46,3%), dan tamat Perguruan Tinggi sebanyak 2 responden (3,7%).
21. Hasil Penelitian Pengetahuan Lansia Tentang Senam Lansia Tabel 1.4
22. Ditribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Pengetahuan Lansia
Tentang Senam LansiaDi Panti Sosial Tresna Wedha Sabai Nan AluihSicincin
No Pengetahuan Keseluruhan f %
1. Tinggi 53 1 98.1
2. Rendah 1.9
Jumlah 54 100
Dari tabel1.4 diatas dapat bahwa dari 54 responden, 53 (98.51%) responden memiliki
pengetahuan tinggi tentang pengetahuan secara keseluruhan tentang senam lansia dan 1
responden (1.9%) tingkat pengetahuan rendah tentang pengetahuan secara keseluruhan
terhadap senam lansia.
23. Sikap Lansia Tentang Senam Lansia Tabel 1.5 Ditribusi Frekuensi Sikap
LansiaTentang Senam Lansia Di Panti Sosial Tresna Wedha Sabai Nan Aluih
Sicincin
No Sikap f %
1. Positif 45 9 83,3
2.
Negatif 16,7
Jumlah 54 100,0
Dari tabel1.5 diatas dapat bahwa dari 54 responden, 45 (83.3%) responden memiliki sikap
positif tentang senam lansia sedangkan 9 responden (16.7%) memiliki sikap negatif tentang
senam lansia.
60
24. Pembahasan Pengetahuan Lansia Tentang Senam Lansia
Dari tabel1.4 diatas dapat bahwa dari 54 responden, 53 (98.1%) responden pengetahuan tinggi terhadap pengetahuan tentang senam lansia.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, terdapat kesamaan dengan hasil
penelitian Arifatul Unsiyanah (2006) di Desa Kalirejo Lampung Tengah, dimana terdapat
(72.6%) responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang senam lansia.
Menurut Depkes RI (1997),manfaat senam lansia bagi kesehatan adalah dapat sebagai pencegah suatu penyakit, sebagai pengobatan, dan sebagai perbaikan dari suatu penyakit.
Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa pengetahuan dapat membantu sikap
seseorang. Dalam hal ini dengan retannya penyakit pada lanjut usia diharapkan lansia dapat
mempertahankan kesehatannya dengan produktif dalam kebiasaan sehari dalam kehidupan
bermasyarakat.
Maka dengan demikian peneliti dapat mengansumsikan bahwa pengetahuan merupakan hal
yang mempengaruhi lansia dalam melakukan senam lansia secara teratur.Tingginya
pengetahuan lansia tentang pengetahuan tentang senam lansia karena saat dilakukan
penelitian lansia mengatakan sering mendapatkan informasi tentang senam lansia tersebut
dari penyuluhan yang diberikan tenaga kesehatan yang ada maupun dari mahasiswa
kesehatan yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin. Lansia yang ada
di panti 2 kali dalam seminggu mendapatkan instruktur senam lansia oleh pihak panti.
Dengan adanya informasi dan pelaksanaan senam lansia yang dilakukan oleh
lansia secara langsung lansia sudah mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi
25. Sikap LansiaTerhadap Senam Lansia
Dari tabel1.5 diatas dapat bahwa dari 54 responden, 45 (83.3%) responden memiliki sikap positif tentang senam lansia.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, terdapat kesamaan dengan hasil
penelitian Arifatul Unsiyanah (2006) di Desa Kalirejo Lampung Tengah, dimana terdapat
(60.9%) responden bersikap positif tentang senam lansia.
Menurut Notoadmojo (2003), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu
yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial.
61
Berdasarkan hasil yang didapatkan maka peneliti mengansumsi bahwa lebih dari setengah
responden memiliki sikap yang positif tentang senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Sabai Nan Aluih Sicincin. Banyaknya sikap lansia yang positif terhadap senam lansia karena
dengan seringnya lansia mendapatkan informasi-informasi atau penyuluhan tentang tujuan,
manfaat senam lansia maka lansia akan berfikir dan bersikap positif terhadap hal yang
diberikan oleh orang lain yang dirasa bermanfaat olehnya.
Kesimpulan
1. Mayoritas lansia memiliki pengetahuan tinggi tentang senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin
2. Mayoritas lansia bersikap positif tentang senam lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Sabai Nan Aluih Sicincin
Daftar
Pustaka A.
Unsiyanah. 2006. Kareteristik senam lansia di posyandu lestari. http://www.askep-kti.co.cc.maret
.2011. B.
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Budiman Chandra, 1995, Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta. EGC.
Depkes RI, 2003. Latihan Fisik Untuk Usia Lanjut. Depkes RI, 2003. Buku Pedoman Pelaksanaan posyandu lanjut usia
Marniyah. (2007). Pengaruh Senam Yoga Terhadap Peningkatan Kebugaran Pada Lansia di
Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Notoatmodjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.. Jakarta. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, 2005, Metodologi Penelitian. Kesehatan. Jakarta . Rineka Cipta.
Rahmania. (2008). Pengaruh Olah Raga Senam Lansia Terhadap Tingkat Depresi Pada
Usia Lanjut di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya. Skripsi Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga
Risdianto. (2009). Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup Lanjut Usia di Desa
Kembang Kuning Cepogo Boyolali. Skripsi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
62
Santosa.1994 . Tentang Senam Lansia. http://tutorial kuliah,blogspot.com. april. 2011. Siti Bandiyah,2009. Lanjut usia dan keperawatan gerontik. yogjakarta.Nuha Medika UUD RI. 1998.No 13. Kesejahteraan lanjut usia. UUD RI. 2009. No 36. Tentang Kesehatan.
GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI
1Upik Rahmi, 2Budi Somantri, 3Nisa Yusrina Nur Alifah 1,2,3Prodi D3
Keperawatan FPOK Universitas Pendidikan Indonesia Email : [email protected]
63
ABSTRAK
Di Indonesia proporsi penduduk berusia lanjut terus membesar. Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan usia harapan hidup lansia akan menimbulkan berbagai masalah antara lain masalah kesehatan, psikologi dan sosial ekonomi. Salah satu permasalahan pada lansia adalah penurunan aktivitas akibat proses penuaan ditandai dengan kurangnya motivasi lansia mengikuti senam lansia. Hal ini dikarena kurangnya pengetahuan lansia mengenai senam lansia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran pengetahuan lansia mengenai senam
lansia. Penelitian ini menggunakan metode deksriptif kuantitatif, dengan teknik pengambilan data sampel menggunakan total sampling. Jumlah responden yang di ambil sebanyak 29 lansia di panti sosial tresna werdha budi pertiwi. Intrument menggunakan kuisoner dan teknik analisa data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan usia 60-74 tahun (48,3%) atau lebih dari sebagian besar lansia berpengetahuan baik 14 lansia (48,3%), dan lansia yang berpengetahuan cukup 14 lansia (48,3%) dan berpengetahuan kurang ada 1 lansia (3,4%). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hampir setengahnya (48,3%) berpengetahuan baik dan cukup. Adapun saran bagi tenaga kesehatan adalah diadakannya
penyuluhan tentang senam lansia.
Kata Kunci : Pengetahuan, Senam Lansia, Lansia
ABSTRACT
In Indonesia, the proportion of the elderly population continues to grow. Indonesia is among the top five countries with the highest number of elderly people in the world, reaching 18.1 million in 2010. The increasing of population and life expectancy of the elderly will cause various problems among other health problems, psychological and socio-economic. One of the problems in the elderly is a decrease in activity due to aging is characterized by a lack of motivation to follow gymnastics elderly. This is caused by a lack of knowledge about gymnastics elderly. The purpose of this study was to identify the description of the elderly knowledge about gymnastics. This research is using quantitative descriptive method, with sample data retrieval technique using total sampling. The number of respondents who took as many as 29 elderly people in social institutions Tresna Werdhana Budi Pertiwi. Instrument using questionnaires and data analysis techniques using frequency distribution.
The results of the research showed that the frequency distribution of respondents by age 60-74 years (48.3%) or more of the mostly elderly knowledgeable both 14 elderly (48.3%), and the elderly who are knowledgeable enough 14 elderly (48.3%) and No less knowledgeable one elderly (3.4%). From these results it can be concluded that nearly half (48.3%) and fairly
64
good knowledge. As for advice for health workers is holding counseling about gymnastics elderly. Keywords: Knowledge, Gymnastics Elderly, Elderly
e-ISSN 2477-3743. Indonesia University of Education @2016
65
PENDAHULUAN
Lanjut usia merupakan salah satu fase hidup yang akan dialami oleh setiap manusia,
meskipun usia bertambah dengan diiringi penurunan fungsi organ tubuh tetapi lansia
tetap dapat menjalani hidup sehat. Salah satu hal yang paling penting adalah merubah
kebiasaan. Tidak hanya meninggalkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu
kesehatan, tetapi beberapa pola hidup sehat seperti olah raga dan menjaga pola makan
memang harus dilaksanakan (PKPU Lembaga
Kemanusiaan Nasional, 2011).
Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO (World Health Organization) seseorang
disebut lanjut usia (elderly) jika berumur 60-74 tahun. Berdasarkan pengertian lanjut
usia secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun
keatas (Effendi dan Makhfudli, 2009). Menurut WHO batasan lanjut usia meliputi usia
pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly),
antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun, usia sangat
tua (very old), diatas 90 tahun.
Proporsi lansia di dunia diperkirakan mencapai 22 persen dari penduduk dunia atau
sekitar 2 miliar pada tahun 2020, sekitar 80% lansia hidup di negara berkembang. Rata-
rata usia harapan hidup di negara-negara kawasan Asia Tenggara adalah 70 tahun.
Jumlah penduduk di 11 negara kawasan Asia Tenggara yang berusia di atas 60 tahun
berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di
tahun 2050 sedangkan di Indonesia termasuk cukup tinggi yaitu 71 tahun
(riskesdas, 2013).
Di Indonesia proporsi penduduk berusia lanjut terus membesar. Indonesia termasuk
lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni
mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6% dari jumlah penduduk (Sensus Penduduk,
2010). Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun
2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun
2006 usia harapan hidup meningkat menjadi 66,2 tahun dan jumlah lansia menjadi 19
juta orang, dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4%
(riskesdas, 2013).
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab
pertanyaan “what”. Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu dari manusia
terhadap sesuatu, atau segala perbuatan dari manusia untuk memahami suatu objek
tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barangbarang baik lewat indera maupun lewat akal,
1
dapat pula objek yang dipahami oleh manusia berbentuk ideal atau bersangkutan dengan masalah kejiwaan.
Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan usia harapan hidup lansia akan menimbulkan
berbagai masalah antara lain masalah kesehatan, psikologi dan sosial ekonomi. Sebagian
besar permasalahan pada lansia adalah masalah kesehatan akibat proses penuaan ditambah
dengan masalah lain seperti masalah keuangan, kesepian, merasa tidak berguna dan tidak
produktif.
Kesegaran jasmani cenderung mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia
seseorang. Penurunan semakin terlihat setelah seseorang berusia 40 tahun dan akan
menurun 30-50% pada saat usia lanjut. Salah satu faktor presdisposisi penurunan kesegaran
jasmani adalah kurangnya aktivitas fisik seorang lansia biasanya akan mengalami
keterbatasan dalam melakukan aktifivitas sehingga cenderung kurang beraktivitas.
Terutama dalam melakukan olahraga seperti jogging, jalan sehat dan senam lansia. ( Hilda
fauziah, 2012 )
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang
diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan
fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. (Santosa, 2010). Dalam Indonesia Nursing (2008)
Rahmi, U., Somatri, B., & Alifah, N.Y.N.
senam lansia
disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga
berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan
teratur.
Olahraga pada usia lanjut dapat dilakukan dengan memperhatikan tingkat
kekuatan, seperti jalan cepat, bersepeda santai dan senam dapat dilakukan secara
rutin. ”Bahkan aktivitas sehari-hari seperti membersihkan rumah, berkebun dan
mencuci pakaian dengan intensitas selama 30 menit juga baik bagi kesehatan.
Penting bagi lansia untuk mengikuti senam karena akan membantu tubuh lansia
agar tetap bugar dan tetap segar, karena senam lansia mampu melatih tulang
tetap kuat, mendorong jantung bekerja secara optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang terdapat didalam tubuh. Semua jenis senam dan
aktivitas olahraga ringan sangat bermanfaat untuk menghambat proses
degeneratif atau proses penuaan (Widianti, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh
2
Warda Jamilah (2012) dari hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan
lansia tentang senam lansia dalam kategori baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil
jawaban responden dengan kategori baik sebanyak 67,3%, sedang 11,5%, dan
kategori sangat baik 21,1 %. Sikap Lansia dalam penelitian ini mayoritas responden
dalam kategori baik yaitu sebanyak 80,7%, sedangkan kategori sedang sebanyak
19,2%.
Faktor yang mendukung pengetahuan lansia dapat dikategorikan baik yaitu bila
dilihat dari keadaan responden hal ini memungkinkan responden memiliki
pengetahuan baik karena didukung oleh pengalaman dan motivasi responden yang
kuat untuk tetap memperoleh informasi. Hal ini kemungkinan juga dapat
berhubungan dengan pengalaman, budaya dan kesempatan untuk mendapatkan
informasi yang didapatkan responden dalam kehidupannya sehari - hari. Sebagai
saran
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 38-43 (2016)
penelitian selanjutnya perbandingan pengetahuan lansia terhadap motivasi melakukan senam lansia terhadap lansia yang ada di panti dengan lansia di masyarakat.
Penelitian Veronica, dkk (2011) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan lansia dalam
kategori baik (54%), cukup (6%), dan kurang (40%). Berdasakan hasil uji Spearman’s Rho
diketahui bahwa arah korelasi positif dan terdapat kekuatan hubungan tingkat sedang
antara tingkat pengetahuan tentang senam lansia dengan keaktifan mengikuti senam lansia.
Nilai koefisien korelasi sebesar 0,435 dan nilai signifikansi p=0,002 (P<0,05). Berdasarkan
hasil penelitian diatas diharapkan dengan semakin baiknya tingkat pengetahuan lansia
tentang senam lansia.
Didapatkan data lansia yaitu jumlah lansia pada tahun 2015 di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi pertiwi ini adalah 29 lansia. Semua lansia yang tinggal dip anti semuanya adalah lansia
perempuan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 04 April 2015 dari
lima lansia yang diwawancarai, semua lansia mengatakan selalu mengikuti senam lansia dua
kali dalam seminggu setiap hari selasa dan rabu. Lima lansia tersebut mengatakan senam
lansia yang diadakan di panti sosial hanya sebagai rutinitas yang harus dijalaninya saja. Dua
diantara lima lansia kurang motivasi mengikuti kegiatan senam lansia karena lelah
sedangkan tiga yang lainnya mengatakan jika sedang sakit tidak pernah mengikuti senam
lansia. Dari hasil pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul
penelitian “Gambaran pengetahuan lansia mengenai senam lansia”.
3
METODOLOGI
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Populasi dalam penelitian adalah 29 lansia di panti sosial tresna werdha budi pertiwi
bandung. Sampel dalam penelitian ini 29 lansia dan pengambilan sampel dalam penelitian
ini menggunakan teknik Total Sampling. Intrument dalam penelitian ini menggunakan
kuisoner tertutup. Kuesoiner dalam penelitian ini menggunakan skala Guttman yaitu skala
yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban tegas seperti jawaban dari
pertanyaan/pernyataan : ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan
salah. Skala Guttman ini umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian,
apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 (Hidayat, 2011).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Kuesioner
adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana
responden (dalam hal kuesioner) dan interview (dalam hal wawancara) tinggal
memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo,
2010). Adapun bentuk pernyataan yang digunakan dalam kuesioner ini adalah kuesioner
berbentuk pilihan dimana jawabannya telah disediakan closed ended item.
Uji validitas instrumen ini dilakukan kepada 10 responden di Panti Sosial Tresna
Werdha Senjarawi Bandung pada tanggal 18 Mei 2015 surat izin untuk uji validitas
masuk dan di izinkan dari pihak Panti Sosial Tresna Werdha Senjarawi Bandung adalah
tanggal 19 Mei 2015 untuk melakukan uji validitas. Dari 30 pertanyaan, 13 pertanyaan
tersebut dinyatakan valid dan 17 pertanyaan tersebut tidak valid karena r hasil < 0,514.
Petanyaan yang tidak valid selanjutnya diperbaiki redaksi kalimatnya kepada
pembimbing, dan tetap digunakan untuk penelitian yang sebenarnya.
Pertanyaan yang sudah valid dilakukan uji reliabilitas dengan cara
membandingkan r hasil (alpha) dengan konstanta (0,7). Jika nilai r hasil adalah alpha
yang terletak di awal output dengan tingkat kemaknaan 5% (0,05) maka setiap
pertanyaan kuesioner dikatakan valid jika r alpha > konstanta (0,7) maka pertanyaan
tersebut reliable.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas kepada 10 orang responden di Panti Sosial Tresna
Werdha Senjarawi Bandung didapatkan nilai r (alpha)= 0,712 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa item pertanyaan tersebut reliabel.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat yang
bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo,2010). Analisis secara diskriptif ini nantinya menghasilkan distribusidan 4
persentase dari setiap variabel, dan disajikan dalam bentuk narasi,tabel dan diagram. Untuk
mengetahui pengetahuan Lansia Di panti social tresna werdha budi pertiwi tentang senam
lansia yang diperoleh dari wawancara dengan alat bantu kuesioner. Setiap jawaban yang
benar diberi nilai 1, dan jawaban yang salah diberi nilai 0.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan pada lansia mengenai senam lansia di PSTW Budi
Pertiwi
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden
Gambaran Pengetahuan Lansia
Mengenai Senam Lansia di Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Pertiwi (n=29)
Pengetahuan f %
Baik 14 48,3 %
Cukup 14 48,3 %
Kurang 1 3,4 %
Jumlah 29 100 %
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan pada lansia di panti
sosial tresna werdha budi pertiwi mengenai senam lansia menunjukan sebagian responden
berpengetahuan baik 14 lansia (48,3 %), berpengetahuan cukup 14 lansia (48,3 %) dan
sebagian kecil responden
Rahmi, U., Somatri, B., & Alifah, N.Y.N. berpengetahuan
kurang 1 lansia (3,4 %).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pada Lansia Di Panti
5
Sosial Tresna Werdha Budi Pertiwi Usia (tahun) f %
60-74 14 48,3 %
> 74 15 51,7 %
Jumlah 29 100 %
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa usia lansia di panti sosial
tresna werdha budi pertiwi pada tahun 2015 sebagian besar berusia > 74 tahun
yaitu 14 lansia (51,7 %) dan sebagian kecil berusia 60 – 74 tahun 14 orang (23,8%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Pertiwi
Jenis Kelamin f %
Laki – laki 0 0 %
Perempuan 29 100 %
Jumlah 29 100 %
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa
sosial tresna werdha budi pertiwi semuanya
lansia(100%).
jenis kelamin pada lansia di panti perempuan dengan jumlah 29
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Pertiwi
Pendidikan Terakhir f %
Tidak Sekolah SD 11 37,9%
6
11 37,9 %
SMP 4 13,8 %
SMA 2 6,9 %
Perguruan Tinggi 1 3,4 %
Jumlah 29 100 %
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pendidikan terakhir pada lansia di
panti sosial tresna werdha budi pertiwi adalah 11 lansia (37,9%) tidak
berpendidikan, 11 lansia (37,9%) berpendidikan SD, 4 orang (13,8%)
Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia 2(1) : 38-43 (2016)
berpendidikan SMP, dan 2 orang (3,4%) berpendidikan SMA, serta 1 orang (3,4%) berpendidikan Perguruan Tinggi.
Lansia adalah proses alami yang tidak dapat dihindari. Semakin bertambahnya usia,
fungsi tubuh pun mengalami kemunduran sehingga lansia lebih mudah terganggu
kesehatanya, baik kesehatan fisik maupun kesehatan jiwa (Maryam dkk., 2008). Karena
keadaan fisik yang banyak mengalami kemunduran sehingga membuat lansia kurang
motivasi untuk berolah raga seperti senam lansia karena minimnya pengetahuan mengenai
senam lansia.
Menurut data yang didapatkan lansia yang berpengetahuan cukup 14 orang (48,3%),
meskipun hal ini tidak terlalu jauh perbedaannya dengan tingkat pengetahuan baik dan
kurang yang memperlihatkan sebagian responden berpengetahuan baik 14 orang (48,3%)
dikarenakan sudah dilakukan penyuluhan tentang senam lansia sebelumnya dan sebagian
kecil responden berpengetahuan kurang 1 orang (3,4%) ini disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu usia, pengalaman, dan pendidikan. Mengingat pada tabel di atas umur lansia menurut
WHO didominasi 60-74 tahun 14 lansia (48,3%) dan umur > 74 tahun ada 15 lansia (51,7%)
dimana menurut Notoatmodjo (2010) semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang
akan lebih tinggi pada saat berpikir dan bekerja terutama pada usia lanjut. Pada usia tahap
ini (>74 tahun) yaitu lanjut usia akhir, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat
dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksenya upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua.
7
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2013) yang
menyebutkan bahwa data hasil penelitian dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan. Penelitian
ini pun sejalan dengan penelitian Veronica, dkk (2011) didapatkan bahwa hasil penelitian
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan lansia dalam kategori baik (54%), cukup (6%), dan
kurang (40%).
Pengetahuan lansia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti budaya,
kebiasaan, dan pengalaman hidup. Menurut Notoatmodjo (2010) pengalaman
merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Salah satu faktor lain yang diungkapkan oleh
Kuncoroningrat (1997, dalam
Mubarak, 2008, hlm.145) yaitu pendidikan, yang menyebutkan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak
pengetahuan yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan hasil pendidikan terakhir lansia bisa
mempengaruhi pengetahuan proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin
mudah orang tersebut untuk menerima informasi ini menurut notoatmodjo (2010), ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan peneliti di panti sosial tresna werdha budi
pertiwi sebagian besar lansia 11 lansia (37,9%) tidak bersekolah, 11 lansia 37,9 (37,9%)
berpendidikan SD, 4 lansia (13,8%) berpendidikan SMP, 2 lansia (6,9%) berpendidikan
SMA, dan 1 lansia (3,4%) berpendidikan perguruan tinggi.
SIMPULAN
Gambaran pengetahuan lansia mengenai senam lansia di panti sosial tresna werdha
budi pertiwi diperoleh kategori tertinggi yaitu kategori baik 14 lansia, kategori cukup 14
lansia dan untuk pengetahuan dengan kategori kurang 1 lansia.
8
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Caesar, A. (2012). Validitas dan reliabilitas.
(online). Tersedia di:
http://arihdyacaesar.wordpress.com/20 12/01/13/validitas-dan-reliabilitas/.
Diakses : 15 Mei 2015.
Hidayat, A. A. (2011). Metodologi penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta : Salemba Medika.
Jamilah,W (2013) “Pengetahuan Dan Sikap Lansia Tentang Senam Lansia Di Desa
Mompang Kecamatan Berumun Kabupatn Padang Lawas” hlm 1 Maryam RS, Ekasari, MF, dkk. (2008). Mengenal
Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo. (2013). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Edisi ke-2. Jakarta :
Salemba Medika. RISKESDAS. (2013). Laporan Nasional 2013. Riyanto, A. (2011). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
9
Peningkatan Pengetahuan Lanjut Usia melalui Pendidikan Kesehatan dengan Menggunakan Media Power Point
Haris, Muh Aris, Muliyadi Akademi Keperawatan Kaltara
Tarakan Email : [email protected]
Abstrak
Lanjut usia merupakan bagian akhir dari tahapan perkembangan manusia. Lanjut usia merupakan salah satu kelompok rentan terkena penyakit. Ketika memasuki tahap lanjut usia dibutuhkan pengetahuan untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan. Pemberian pendidikan Kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan lansia. Penggunaan power point sebagai media memiliki kelebihan yaitu selain dapat menampilkan gambar, power point juga dapat menampilkan audiovisual. Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan dengan menggunakan media power point terhadap pengetahuan lanjut usia. Kuesioner yang digunakan merupakan rancangan peneliti mencakup upaya untuk menjaga kesehatan selama masa lanjut usia yang sudah dilakukan face validity.Saat dilakukan pre test, mean skor pengetahuan lanjut usia adalah 22,73. Kemudian dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit dengan ceramah dan menggunakan media powert point, materi yang disampaikan adalah kategori lanjut usia, masalah kesehatan saat lanjut usia dan cara menjaga kesehatan. kemudian dilakukan post post test dan didapatkan mean skor 24,47. Hasil mean skor pengetahuan lanjut usia tersebut memiliki distribusi normal yang berdasarkan hasil uji Kolmogorov-Smirnov dengan nilai 0.364. Hasil uji t-test menunjukkan 0.000 yang menunjukan adanya perbedaan antara mean skor pengetahuan lanjut usia sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan media power point.Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan adanya pengaruh pemberian penyuluhan dengan menggunakan media power point terhadap pengetahuan lansia.
Kata kunci : Kesehatan Lansia, media powerpoint, penyuluhan kesehatan.
Abstract
Elderly is the final part of the stages of human development and it is one of the groups vulnerable to
disease. When entering the elderly stage, knowledge is needed to improve and maintain health. Providing
health education can increase knowledge of elderly. The use of power point as a media has advantages, in
addition to being able to display images, power point can also display audiovisual. The purpose of
community service is to determine the effect of providing health education by using power point media on
elderly knowledge. The questionnaire used was the design of the researchers including efforts to maintain
health during the elderly that had been carried out face validity. When pre-tested, the mean score of
elderly knowledge was 22.73. Then health education was conducted for 30 minutes by lecturing and using
media powert point, the material presented was the elderly category, health
10
problems when elderly and how to maintain health. Then researcher did a post-test and obtained
mean score 24.47. The results of the mean score of elderly knowledge had a normal distribution based
on the Kolmogorov-Smirnov test results with a value of 0.364. The results of the t-test showed 0,000
which showed a difference between the mean scores of elderly knowledge before and after health
education using power point media. Based on these results it can be concluded that there was an
influence of providing education using power point media on elderly knowledge.
Keywords : Elderly care, health educaton, power point media.
26. Pendahuluan
Proses menua merupakan tahap akhir dalam proses perkembangan hidup manusia.
Menurut Undang-undang RI nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, batasan
umur lanjut usia atau disingkat lansia adalah ketika seseorang berusia 60 tahun keatas.
Jumlah populasi lansia saat ini semakin meningkat. Menurut World Health Organization
(WHO) jumlah populasi dengan lanjut usia secara global tahun 2015 adalah 12% dari
seluruh penduuduk dunia dan ini akan meningkat menjadi 22% pada tahun 2050. Di
Indonesia menurut Kementerian kesehatan (Kemenkes) RI jumlah populasi lansia secara
nasional pada tahun 2017 adalah 9% dari jumlah penduduk Indonesia atau sebesar 23,66
juta lansia. Usia harapan hidup secara global tertinggi di dunia terdapat di Jepang yaitu
83,7 tahun. sementara di Indonesia usia harapan hidup pada tahun 2017 menurut
Kemenkes mencapai 71 tahun.
Konsekuensi dengan bertambahnya jumlah populasi lansia, maka dibutuhkan
perhatian serius dari semua pihak karena jumlah tersebut bisa menjadi beban bagi negara
apabila kondisi lansia tidak produktif, tidak mandiri dan dalam kondisi sakit. Berdasarkan
data Survey ekonomi nasional (Susenas) tahun 2015 menyebutkan bahwa sebesar 28,62%
dari populasi lansia di Indonesia dalam kondisinya tidak sehat. Penyakit yang dialami lansia
berawal dari penurunan fungsi tubuh sehingga sistem pertahanan tubuh lansia menurun
yang dapat memicu terjadinya penyakit. Beberapa kondisi yang sering dijumpai pada lansia
adalah mal nutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak dan lain lain
11
(Kemenkes, 2015). Lansia juga rentan menderita beberapa penyakit tidak menular (PTM).
Beberapa faktor risiko penyakit tidak menular seperti merokok, tidak mengkonsumsi buah
dan sayuran, mengkonsumsi alkohol serta malas melakukan aktifitas fisik (olahraga). Lima
masalah kesehatan yang dialami lansia adalah hipertensi, athritis, strok, prenyakit paru
obstruksi kronik (PPOK) dan diabetes mellitus.
Pemeliharan kesehatan lansia menurut Undang-Undang RI nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan diarahkan untuk menjaga agar lansia tetap sehat dan produktif baik
secara sosial maupun ekonomi. Upaya pemeliharaan kesehatan lansia tersebut bertujuan
untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia. Untuk mencapai tujuan pemelihatan tersebut
maka keterlibatan lintas sektoral sangat dibutuhkan baik dari kementerian kesehatan,
kementerian sosial dan pemerintah daerah. Kementrian kesehatan RI, mengeluarkan
kebijakan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang ramah bagi lansia,
meningkatkan upaya rujukan di rumah sakit bagi lansia. Pada tahun 2017, tatanan fasilitas
kesehatan dasar terdapat program pelayanan kesehatan santun lansia yang telah
dilaksanakan oleh 37,1% Puskesmas di Indonesia, dan terdapat 80.353 ribu posyandu lansia
yang tersebar di seluruh Indonesia.
Beradasarkan Badan Statistik Kalimantan Utara, jumlah lansia di Kalimantan Utara
tahun 2017 sebesar 41.041 jiwa atau sebesar 5,94% dari total penduduk Kalimantan Utara.
Untuk Kota Tarakan persentase penduduk lanjut usia yang berusia diatas 65 tahun di kota
Tarakan terus meningkat dalam 3 tahun terakhir. Pada tahun 2017 terdapat 2,76% dari
jumlah total penduduk Tarakan atau sekitar 6.983 jiwa. Kelurahan Mamburungan Timur
merupakan salah satu wilayah timur Kota Tarakan dan telah ditetapkan oleh Kelurahan
Mamburungan Timur, Puskesmas Mamburungan dan Akademi Keperawatan Kaltara sebagai
wilayah binaan. Hasil laporan pendataan awal oleh mahasiswa pada bulan Maret 2019
jumlah lansia di kelurahan Mambrungan Timur adalah 95 orang atau 4,66% dari jumlah
penduduk Kelurahan Mamburungan Timur. Berdasarkan hasil laporan pendataan bahwa
terdapat 86% lansia tidak atau jarang melakukan cek kesehatan secara rutin di pelayanan
Kesehatan dan berdasarkan hasil wawancara dengan petugas puskesmas Mamburungan
12
dan pihak kelurahan Mamburungan Timur tidak ada posyandu lansia di wilayah
Mamburungan Timur.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan masyarakat adalah melalui kegiatan promosi kesehatan dalam bentuk pendidikan
kesehatan. Menurut Kemenkes RI (2011) promosi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari oleh dan untuk masyarakat sesuai
dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung dengan kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan. Pemberian informasi kesehatan selain dapat meningkatkan
pengetahuan hasil yang diharapkan adalah perubahan perilaku. Menurut Haber (2010)
pendidikan kesehatan yang diberikan dapat menjadi titik awal untuk perubahan perilaku
hidup sehat tidak terkecuali pada lansia.
Dalam kegiatan pendidikan kesehatan yang terstruktur dapat menambah
pengetahuan peserta yang mengikuti penyuluhan. Seperti dalam pendidikan kesehatan yang
dilakukan posyandu dengan sasaran ibu yang memiliki balita dapat meningkatkan
pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi dasar (Simanjuntak dan Nurnisa, 2019).
Sementara untuk lansia, keberadaan posyandu lansia sangat menunjang pelaksanaan
kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan lansia, dapat
mempertahankan kebugaran fisik serta kesehatan psikologis lansia melalui kegiatan
pendampingan posyandu lansia (Puspita, Nurdin dan Saleh, 2019)
Dalam persiapan pelaksanaan pendidikan kesehatan yang menentukan keberhasilan
penyuluhan kesehatan adalah penggunaan media. Media dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) sebagai salah satu sarana komunikasi. Media digunakan untuk
memudahkan penyampaian informasi. Dalam promosi kesehatan, media digunakan untuk
memudahkan menyampaikan informasi kesehatan. Menurut Direktorat promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat Kemenkes RI, media promosi kesehatan digunakan dapat
berbasis kertas (print out) seperti brosur, poster, banner sementara berupa dokumen
seperti materi, peraturan, publikasi kemudian media dengan audio visul berupa film pendek,
infografis dan media berbasis daring dan media sosial berupa aplikasi promosi kesehatan,
13
memanfaatkan sosial media seperti facebook, youtube, instagram, whatsapp dan lain
sebagianya.
Power point sering digunakan sebagai media pengajaran termasuk dalam pemberian
pendidikan kesehatan. Menurut Brock and Joglekar (2011) penggunaan power point sangat
dianjurkan dalam presentasi dan pengajaran, powert point dapat mencatumkan gambar,
foto, bagan, grafik, suara (audio visual) dan animasi bila dibandingkan dengan penggunaan
media lain. Penggunaan media dalam pendidikan kesehatan memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, tergantung pada tujuan dan sasaran penyuluhan kesehatan.
Penggunaan power point memudahkan untuk pemberian materi penyuluhan kesehatan
karena melalui power point beberapa media penyuluhan dapat dipadukan seperti poster,
brosur, namun kekurangan media power point hanya bisa digunakan saat presentasi dan
tidak bisa dipajan seperti poster atau banner. Menurut Khoirun (2014) penggunaan power
point dalam pendidikan kesehatan lebih efektif dari penggunaan leaflet, mean pengetahuan
dengan menggunakan power point lebih besar dari mean pengetahuan dengan
menggunakan leaflet.
Informasi dari kelurahan Mamburungan timur dan perawat Puskesmas
Mamburungan kegiatan penyuluhan kesehatan pada lansia belum pernah dilakukan dalam
kurung waktu tiga tahun terakhir. Tujuan pengabdian masyarakat ini adalah untuk melihat
pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan dengan media power point terhadap
pengetahuan lanjut usia tentang kesehatan lansia. Manfaat yang didapatkan oleh lanjut usia
setelah mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat adalah pengetahuan yang bertambah
tentang menjaga kesehatan di masa lanjut usia.
27. Metode
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini melibatkan mahasiswa yang tergabung dalam
panitia project social oleh lembaga kemahasiswaan Akademi Keperawatan Kaltara dan
perwakilan mahasiswa yang sedang menjalankan praktek kerja lapangan di kelurahan
Mamburungan Timur. Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat diawali dengan
14
pengurusan perizinan di kantor kelurahan Mamburungan Timur, pengurusan tempat,
mahasiswa melakukan pendataan awal tentang kesehatan lansia di 11 RT sekaligus
mengkoordinasikan dengan ketua RT tentang keterlibatan lansia untuk kegiatan pengabdian
pada masyarakat, penulis dan tim menyiapkan keperluan kegiatan untuk penyuluhan
kesehatan dan skrening kesehatan lansia serta menyiapkan materi penyuluhan.
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner kesehatan lansia yang merupakan h
hasil rancangan penulis yang bertujuan untuk mengukur pengetahuan lansia tentang hidup
sehat lansia. Kuesioner terdiri 15 item pernyataan dan telah dilakukan face validity terhadap
5 responden lansia yang mengatakan isi kuesioner mudah dipahami dan 3 diantaranya lansia
tersebut memberikan masukan seperti merubah istilah medis ke dalam bahasa yang mudah
dipahami. Pernyataan dalam kuesioner tersebut mencakup batasan umur seseorang
dikatakan lansia, aktifitas yang diperbolehkan untuk lansia, waktu yang tepat untuk
memeriksakan kesehatan bagi lansia, nutrisi untuk lansia serta penyakit dan keluhan yang
umumnya dialami lansia. Lansia mengisi kuesioner dengan memberikan tanda centang pada
pernyataan yang dianggap benar atau salah dengan didampingi oleh fasilitator dari
mahasiswa. Setiap pernyataan pilihannya sesuai akan diberikan skor 2 sementara yang tidak
sesuai diberikan nilai 1. Angket yang terkumpul akan diberikan skor, skor maksimal adalah
30 sementara skor minimal adalah 15.
Lansia yang terlibat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah lansia
yang berada di 11 RT yang ada di Kelurahan Mamburungan Timur yang diundang secara
langsung dengan melibatkan ketua RT setempat, dilakukan dua hari sebelum hari
pelaksanaan. Saat hari pelaksanaan, lansia berkumpul ruang pertemuan kelurahan
Mamburungan Timur dan sebelum memulai penyuluhan, dilakukan pre test kemudian
dilakukan pemberian materi sehat di masa lanjut usia sekitar 30 menit dengan
menggunanakan media power point. Pemateri adalah dosen pengampuh mata kuliah
keperawatan gerontik (lansia) dan sering terlibat dalam kegiatan posyandu lansia. Materi
yang disampaikan mencakup kategori lansia, faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia,
kesalahan persepsi tentang lansia, penyakit atau keluhan yang sering ditemukan pada
lansia, aktifitas fisik untuk lansia, waktu pemeriksaan kesehatan, perilaku yang berisiko 15
menimbulkan penyakit tidak menular dan posyandu lansia. Di dalam slide power point juga
ini mencantumkan berbagai gambar yang relevan dengan materi. Selelah pemberian materi
dilakukan post test. Setelah kegiatan pendidikan kesehatan dan posttest, lansia menuju
meja screening yang dilakukan oleh mahasiswa. Screening yang dilakukan adalah
pemeriksaan antropometri meliputi tinggi badan, berat badan dan lingkar perut,
pemeriksaan tekanan darah, pengisian angket untuk mengidentifikasian faktor risiko
penyakit tidak menular (PTM) dan dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu, asam urat
dan pengecekkan kolesterol yang khusus ditujukan untuk lansia yang memiliki berat badan
lebih (obesitas) atau lansia yang memiliki IMT > 25. Lembar Skrining kesehatan tentang
faktor risiko penyakit tidak menular berdasarkan Kemenkes yang mengidentifikasi tentang
kebiasaan merokok, kebiasan mengkonsumsi alkohol, kebiasaan mengkonsumsi makanan
tinggi lemak, makanan manis, makanan asin, konsumsi buah dan sayuran, rutinitas
melakukan aktifitas fisik serta kondisi psikologis seperti stress, cemas atau depresi.
Kuesioner direkap dan dilakukan perhitungan skor kemudian ditentukan nilai mean
setiap lansia. Hasil rekapitulasi mean score tersebut dilakukan test normalitas data dengan
menggunakan uji Kolmogorof Smirnov dan hasil yang didapatkan adalah 0.364 atau >0.05
yang berarti bahwa data tersebut berdistribusi normal sehingga analisa yang digunakan
untuk menilai perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan
kesehatan dengan menggunakan media power point, menggunakan uji t-test dependen
(berpasangan) dengan nilai p-value <0.05 yang berarti ada perbedaan pretest dan post test.
Apabila hasil yang didapatkan p-value >0.05 menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan pretest dan post test.
28. Hasil
Kegiatan pengabdian pada masyarakat dilaksanakan pada Sabtu, 30 Maret 2019 di Ruang
pertemuan Kantor Kelurahan Mamburungan timur. Sebelum kegiatan dilakukan senam
bersama lansia, warga dan tamu undangan. Lansia yang mengikuti kegiatan pengabdian
kepada masyarakat ini berjumlah 20 lansia namun yang mengikuti kegiatan secara lengkap
mulai lengkap pre test, kegiatan penyuluhan dan post test adalah 15 orang, sementara 5 16
lansia tidak mengikuti pre test karena hadir saat kegiatan pendidikan kesehatan
berlangsung, namun lansia tersebut tetap mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat
untuk peneriksaan antropometri, pemeriksaan tekanan darah serta pengecekkan gula darah
dan asam urat. Untuk membantu kelancaran selama pengisian kuesioner baik pretest
maupun posttest, setiap lansia dibantu oleh fasilitator dari mahasiswa yang membantu
membaca dan menjelaskan maksud pernyataan dan mempersilahkan lansia untuk memilih
benar atau salah dari pernyataaan tersebut.
Saat presentasi materi, lansia cukup antusias mendengarkan dan mengikuti
pemaparan materi pendidikan kesehatan dengan menggunakan media power point yang
mencatumkan gambar lansia sehat, kegiatan lansia, dan beberapa animasi lansia. Setiap
slide dalam power point mencantumkan gambar yang sesuai dengan isi materi. Lansia
memberikan respon yang positif selama pendidikan kesehatan dan beberapa di antaranya
mengajukan pertanyaan mengenai materi yang disampaikan dan tidak ada lansiayang
meninggalkan ruangan selama pendidikan kesehatan berlangsung. Selain lansia, dalam
kegiatan pengabdian masyarakat ini juga terdapat 30 warga kelurahan Mamburungan Timur
yang berusia produktif, sebagian di antaranya adalah keluarga lansia yang sedang mengikuti
kegiatan ini dan sebagian yang lain merupakan warga di sekitaran kantor kelurahan.
Kegiatan yang diikuti oleh warga usia produktif ini adalah kegiatan skrening kesehatan
terutama skrening faktor risiko penyakit tidak menular.
Adapun karakteristik lansia yang mengikuti secara lengkap pengabdian kepada
masyarakat ini dapat dipaparkan dalam tabel 1 berikut ini : Tabel 1 Distribus
Frekuensi Karakteristi Responden (n= 15)
Variabel Frekuensi Persentase
Usia (tahun)
60-65 7 46,67
66-70 5 33,33
71-75 3 20,00
Jenis Kelamin
Laki-laki 5 33,33
Perempuan 10 66,67
17
Pendidikan
Tidak sekolah 6 40,00
SD 6 40,00
SMP 3 20,00
SMA 0 0
Perguruan tinggi 0 0
Pekerjaan
Bekerja 9 60,00
Tidak bekerja 6 40,00
Indeks Massa Tubuh
< 18 (underweight) 0 0
18-24 (normal) 9 60,00
> 24 (overweight) 6 40,00
Hasil pengukuran tekanan darah
Normal 3 20,00
Prahepertensi hipertensi 5 33,33
7 46,67 Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat dijelaskan bahwa hampir setengah atau 46,67%
lansia yang mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat ini berumur pada rentang 60-65
tahun, melebihi setengah atau 66,67 % lansia berjenis kelamin perempuan. Sementara
lansia yang tidak sekolah dan lansia yang berpendidikan SD berjumlah sama yaitu 40%, lebih
dari setengah atau 60% lansia masih bekerja, lebih dari setengah atau 60% lansia memiliki
Indeks massa tubuh yang normal atau berat badan yang normal sementara yang memiliki
IMT > 24 atau overweight sebesar 40% serta tidak ada lansia IMTnya di bawah normal.
Hampir setengah atau 46,67% lansia mengalami hipertensi (tekanan darah ≥ 140 / 90
mmHg), pra hipertensi 33% sementara yang memiliki tekanan darah normal sebesar 20%.
Untuk mengetahui perbedaan mean skor setiap item pernyataan dalam kuesioner
setelah dilakukan pretest dan posttest, diuraikan dalam tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Perbedaan mean skor sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan berdasarkan
item pernyataan dalam kuesioner
18
No
Item Pernyataan
Mean
pre
Mean
post
1 Lanjut usia (disingkat lansia) merupakan proses alami seiring 25 25 dengan bertambahnya umur yaitu ketika seseorang berumur 60 tahun
2 Tidak semua orang yang dilahirkan bisa memasuki masa usia 24 25
lanjut
3 Ketika seseorang memasuki masa lansia maka orang tersebut akan 22 23
sakit-sakitan
4 Ketika memasuki masa lansia, tidak dianjurkan bekerja sekalipun 22 24 lansia tersebut masih mampu
5 Masa lansia adalah masa dimasa seseorang harus lebih banyak 23 24
beristrahat di rumah
6 Lansia memeriksakan kesehatannya hanya pada saat ada keluhan 23 24
7 Saya merasa aman / biasa-biasa saja bila obat yang saya minum 22 23 tanpa resep dokter (beli sendiri) misalnya obat tekanan darah
tinggi atau obat sakit / nyeri karena reumatik
8 Berjalan / melakukan aktifitas fisik selama 30 menit baik untuk 22 24
lansia
9 Saya tidak memiliki pantangan makanan di masa lansia 22 25
10 Tekanan darah tinggi adalah penyakit yang sering di jumpai pada 23 24
lansia
11 Lansia juga bisa sehat sejahtera lahir dan batin 22 25
12 Lansia penting menkonsumsi makanan tinggi serat seperti buah 25 26
dan sayur serta susu tinggi kalsium
13 Lansia yang sakit-sakitan biasanya sulit untuk sembuh kembali 20 27
14 Lansia juga butuh hiburan / rekreasi 22 23
15 Ketika lansia, khususnya pada perempuan lebih sering marah- 24 25
marah
mean 22,73 24,47
Berdasarkan tabel 2 di atas diuraikan bahwa setiap item pernyataan dalam
kuesioner bila dibandingkan skor pre dan post mengalami peningkatan skor. Peningkatan
skor tertinggi adalah item penyataaan nomor 13 yang mengalami peningkatan 7 skor
19
sementara item pernyataan nomor 1 tidak mengalami perubahan skor dan
terdapat pernyataan yang mengalami peningkatan 1 skor, 2 skor dan 3 skor
Untuk mengetahui perbedaan mean skor pengetahuan lansia setelah dilakukan pretest
dan post test serta melihat pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan dengan
menggunakan media power point diuraikan dalam tabel 3 berikut ini :
Tabel 3.Hasil uji beda pengatahuan lanjut usia sebelum sesudah diberikan
penyuluhan kesehatan
Variabel Mean SD p-value
Pre Post Pre Post 0.000
Pengetahuan 22,73 24,47 1,335 1,125
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 2 di atas mean skor pre test pengetahuan lansia sebelum
dilakukan penyuluhan dengan menggunakan media power point adalah 22,73 sementara
mean skor hasil post test adalah 24,47, hasil t-test dependen menunjukkan nilai 0.000 yang
menunjukkan bahwa adanya pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan dengan
menggunakan media power point terhadap pengetahuan lansia.
29. Pembahasan
Lansia merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah kesehatan. Peningkatan
pengetahuan tentang kesehatan lansia merupakan salah satu upaya mempertahankan
produktifitas lansia. Pemberian promosi kesehatan melalui penyuluhan kesehatan atau
pendidikan kesehatan merupakan bagian dari strategi intervensi dalam keperawatan
komunitas selain proses kelompok, pemberdayaan dan kemitraan. Bentuk promosi
kesehatan dengan kegiatan pendidikan kesehatan ditujukan sebagai diseminasi informasi,
mendorong seseorang untuk berprerilaku hidup sehat atau mengurangi faktor risiko,
membuat perubahan perilaku yang dapat meningkatkan kualitas hidup (Riasmini dkk,
2017).
20
Berdasarkan hasil uji t-test dependen menunjukkan nilai 0.000 yang berarti bahwa
pemberian penyuluhan kesehatan dengan menggunakan media power point menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan lanjut usia. Peningkatan pengetahuan
lanjut usia ini dengan pemberian penyuluhan kesehatan sesuai dengan hasil penelitian oleh
Wardani dkk (2018) dan Candrasari dan Widyasari (2013) yang menunjukkan bahwa
pemberian pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan lansia. Pada kedua
penelitian tersebut media yang digunakan saat pemberian pendidikan kesehatan adalah
power point namun tidak spefisik disebutkan pada judul penelitian. Sementara menurut
Sumardino (2016) Pemberdayaan lansia melalui pendidikan kesehatan dapat meningkatkan
pengetahuan lansia dan kemampuan untuk mendeteksi dini penyakit degeratif dan penyakit
tidak menular pada lansia.
Dalam promosi kesehatan selain kegiatan penyuluhan kesehatan maka harus
didukung dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat, kemitraan dan advokasi. Sesuai
dengan semangat piagam Ottawa tahun 1986 untuk peningkatan kesehatan melalui
promosi kesehatan, yang mencakup adanya kebijakan yang berwawasan kesehatan,
lingkungan yang mendukung, reorientasi pelayanan kesehatan, keterampilan individu dan
gerakan masyarakat. Promosi kesehatan menjadi langkah awal dalam perubahan perilaku
kesehatan sehingga masyarakat memiliki kondisi kesehatan yang optimal. Peningkatan
kesehatan menjadi tanggung jawab bersama dengan mempertimbangkan aspek sosial
ekonomi dan budaya. Kegiatan promosi kesehatan menjadi tanggungjawab bersama antar
lintas sektoral yang ada dan menjadi kegiatan yang berkesinambungan sehingga tujuan
pembangunan kesehatan dapat tercapai tanpa adanya perbedaan (kesetaraan).
Kegiatan pengabdian masyarakat ini merupakan langkah awal kegiatan untuk
meningkatkan kesehatan lansia di kelurahan Mamburungan Timur. Pengabdian
masyarakat masih difokuskan pada kegiatan penyuluhan dengan menggunakan media
power point. Sementara hasil screaning kesehatan telah disampaikan kepada pemegang
program penyakit tidak menular dan pemegang program kesehatan lansia di Puskesmas
Mamburungan dan dalam kegiatan ini belum belum dilakukan secara berkesinambungan
seperti pemantauan aktifitas keseharian lansia dalam meningkatkan kesehatan. Kedepannya 21
kegiatan pembinaan kesehatan lansia di kelurahan Mamburungan Timur menjadi
tanggung jawab bersama lintas sektoral yang ada baik dari akademi keperawatan kaltara,
puskesmas Mamburungan dan kelurahan Mamburungan timur keterlibatan sumber daya
kesehatan yang ada seperti kader kesehatan.
30. Simpulan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menunjukkan adanya pengaruh pemberian
penyuluhan kesehatan dengan menggunakan power point terhadap pengetahuan lanjut usia
tentang kesehatan di masa lanjut usia. Selama pelaksanaan pendidikan kesehatan juga
melibatkan mahasiswa sebagai fasilitator yang membantu menjelaskan isi dan maksud
kuesioner saat dilaksanakan pretest dan post test. Saran dari pengabdian pada masyarakat
ini diharapkan puskesmas khususnya pemegang program lanjut usia dapat menindaklanjuti
hasil pengabdian kepada masyarakat ini dengan melakukan kegiatan pendampingan sebagai
upaya meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia melalui kegiatan promosi kesehatan
seperti pendidikan kesehatan.
31. Ucapan Terimakasih
Terimakasih kepada Pimpinan Akper Kaltara serta mahasiswa Akper Kaltara yang tergabung
dalam kepanitian social project Akper Kaltara tahun 2019 yang terlibat dalam kegiatan
skrening kesehatan pada lansia pada pengabdian masyararakat ini dan semua pihak yang
membantu kelancaran kegiatan ini.
22
PENGARUH PENYULUHAN SENAM LANSIA
TERHADAP MINAT MENGIKUTI SENAM
LANSIA PADA WANITA MENOPAUSE
DI RW 09 BUMIJO JETIS
YOGYAKARTA
32. NASKAH PUBLIKASI
23
Disusun oleh: Nurul Insan 201510104355
PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
33. 2017
24
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH PENYULUHAN SENAM LANSIA TERHADAP MINAT MENGIKUTI SENAM
LANSIA PADA WANITA MENOPAUSE DI RW 09 BUMIJO JETIS
YOGYAKARTA
NASKAH PUBLIKASI NASKAH PUBLIKASI NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh: Nurul Insan
201510104355
Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui untuk Mengikuti Ujian Skripsi
Program Studi Kebidanan Jenjang Diploma IV
Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
oleh:
Pembimbing Tanggal Tanda Tangan
: Eka Fitriyanti, S.ST., M.Kes : 17 Februari 2017 : 25
PENGARUH PENYULUHAN SENAM LANSIA
TERHADAP MINAT MENGIKUTI SENAM
LANSIA PADA WANITA MENOPAUSE
DI RW 09 BUMIJO JETIS
YOGYAKARTA1
Nurul Insan2, Eka Fitriyanti3
34. INTISARI
Latar Belakang: lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu kelompok yang rentang
terhadap masalah kesehatan. Hal yang paling penting dalam menjaga kesehatan diri
lansia menopause adalah merubah kebiasaan pola hidup sehat seperti olahraga harus
dilakukan secara rutin.
Tujuan: Untuk mengetahui Pengaruh Penyuluhan Senam Lansia Terhadap Minat
Mengikuti Senam Lansia Pada Wanita Menopause di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta
Metode Penelitian: Metode penelitian dengan desain rancangan quasi eksperiment
dengan one group pretest posttest. Populasinya adalah sebanyak 53 lansia wanita.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 responden. Teknik pengambilan sampel
purpose sampling. Pengambilan data dengan kuesioner dan analisis data dengan uji
Mann-Whiney
26
Hasil: Hasil uji statistik Mann Whiney didapatkan rerata sebelum dilakukan penyuluhan
sebesar 69,6 dan rerata setelah penyuluhan sebesar 78,8 dan nilai p-value yang di
dapat sebesar 0,000<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
penyuluhan senam lansia terhadap minat mengikuti senam lansia pada wanita
menopause di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta.
Simpulan dan Saran: terdapat pengaruh penyuluhan senam lansia terhadap minat
mengikuti senam lansia pada lansia menopause. Di harapkan bagi responden dapat
meningkatkan pengetahuan pentingnya senam lansia.
Kata Kunci
: penyuluhan, senam lansia, minat,lansia menopause
Kepustakaan
: 20 buku (2002-2015), 10 jurnal, 13 skripsi, 1 website
Jumlah Halaman
: i-xiii halaman, 75 halaman, 11 tabel, 2 gambar, 15 lampiran
1Judul Skripsi
2Mahasiswa Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
THE IMPACT OF GERIATRIC EXERCISE COUNSELING
TO THE INTEREST TO FOLLOW GERIATRIC
27
EXERCISE ON MENOPAUSE WOMEN AT
BUMIJO JETIS YOGYAKARTA1
Nurul Insan2, Eka Fitriyanti3
35. ABSTRACT
Background: Elderly is one of the groups that to health problems. The most significant
thing in keeping the health on menopause elderly is to change their healthy life style
like doing sport that should be done regularly.
Objective: The objective of the study was to investigate the impact of geriatric gym
counseling to the interest of following geriatric gym on menopause women at
Bumijo Jetis Yogyakarta.
Method: The method employed quasi experimental design with one group pretest
posttest. The population was 53 elderly women. The samples of the study were 30
respondents. Purposive sampling was used as sample taking technique. The data of
the study were obtained through questionnaire, and the data were analyzed by using
Mann-Whitney.
Result: The statistical test Mann Whitney test obtained the mean before applying the
counseling with 69.6 and the mean after applying the counseling with 78.8. P value
was 0.000 < 0.05, so it can be concluded that there was impact of geriatric gym
counseling to the interest of following geriatric gym on menopause women at Bumijo
Jetis Yogyakarta.
Conclusion and Suggestion: There was impact of geriatric gym counseling to the
interest of following geriatric gym on menopause women at Bumijo Jetis Yogyakarta.
It is expected that the respondents to be able to increase their knowledge on the
importance of geriatric gym.
Keywords
: Counseling, Geriatric Gym, Interest, Elderly Menopause
References
: 20 books (2002-2025), 10 journals, 13 theses, 1 website
Page Numbers : i-xiii pages, 75 pages, 11 tables, 2 figures, 15 appendices
28
1 Title
2 Student of Diploma IV Midwifery Program, Faculty of Health Science, ‘Aisyiyah University of Yogyakarta
3 Lecturer of ‘Aisyiyah University of Yogyakarta
36. PENDAHULUAN Latar Belakang
Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap
masalah kesehatan (Pudjiati, 2014). Salah satu fase hidup yang akan dialami oleh
setiap manusia, pertambahan usia diiringi penurunan fungsi organ tubuh tetapi lansia
tetap harus menjalani hidup sehat. Hal yang paling penting dalam menjaga kesehatan
diri lansia adalah merubah kebiasaan pola hidup sehat seperti olahraga harus
dilakukan secara rutin (PKPU Lembaga Kemanusiaan Nasional, 2011).
Perubahan fisiologis pada lansia berdampak pada penurunan daya
produktifitas sehingga lansia wanita tidak lagi mendapatkan siklus menstruasi
(menopause) yang menunjukkan berakhirnya kemampuan wanita untuk bereproduksi.
Secara normal wanita akan mengalami menopause antara usia 45 tahun sampai 50
tahun. Pada saat menopause, wanita akan mengalami perubahan-perubahan di dalam
organ tubuhnya yang disebabkan oleh bertambahnya usia. Usia dari hari ke hari akan
terus berjalan dan setiap orang seiring dengan bertambahnya usia tidak akan lepas
dari predikat tua. Bertambahnya usia maka gerak-gerik, tingkah laku, cara berpakaian
dan bentuk tubuh mengalami suatu perubahan. Maka perlunya penanganan pada
masa lansia agar lansia lebih memahami tentang gejala ketidaknyamanan yang di
sebabkan oleh menopause (Najamuddin, 2010).
Menopause merupakan salah satu proses dalam siklus reproduksi alamiah
yang akan dialami setiap perempuan, selain pubertas, menstruasi, dan kehamilan.
Bersamaan dengan bertambahnya usia maka wanita mengalami berbagai perubahan
dan penurunan fungsi aspek fisiologis dalam masa menopause tersebut. Menopause
umumnya terjadi pada usia 50 tahun (rentang usia 40-45 tahun). Sekitar 1%
29
perempuan mencapai menopause sebelum usia 40 tahun yang disebut menopause
prekoks, sedangkan berhentinya menstruasi antara usia 40-45 tahun disebut dengan
menopause dini (early menopause) yang terjadi pada 10% perempuan (Ningsi,
2008). Menurut Rambulangi (2006) seorang perempuan sebelum masa menopause
akan memasuki masa pre menopause pada usia 40-50 tahun.
Angka menopause dini di Indonesia sangat tinggi dibandingkan dengan
negara-negara maju di Asia, Eropa, dan Amerika. Bahkan, persentase angka
menopause dini diIndonesia setara dengan negara-negara miskin di dunia seperti
Banglaaes. meskipun usia menopause diIndonesia bervariasi antara 44 sampai dengan
45 tahun, para wanita Indonesia sudah banyak yang mengalami menopause saat usia
42 tahun (Boyke dalam Sulisetiyawati, 2011).
Lanjut usia bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa atau
tahap hidup manusia, yaitu bayi, kanak-kanak, dewasa, dan tua. Usia lanjut dikatakan
sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Kel iat Dalam
Maryam, 2008). Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab 1 pasal 1 Ayat 2,
yang disebut dengan lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas, baik pria maupun wanita.
Batasan-batasan lansia :
Menurut WHO dalam Tamher & Noorkasiani (2009) Mengelompokan lansia menjadi 4 kelompok yaitu:
Usia pertengahan (middle age) yaitu usia antara 45 sampai 59 tahun Lanjut usia (eldery) yaitu usia antara 60 sampai 74 tahun
Lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 75 sampai 90 tahun
Usia sangat tua (very old) yaitu usia diatas 90 tahun
Sedangkan Menurut Nugroho (2008) lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa yang dsibagi menjadi 4 bagian : Fase iuventus, antara 25-40 tahun
Fase verilitas, antara 40-50 tahun
Fase presenium, antara 55-65 tahun
Fase senium, diatas 65 tahun
30
Berdasarkan masalah diatas, peneliti tertatarik untuk melakukan penelitian
pengaruh penyuluhan senam lansia terhadap minat mengikuti senam lansia pada
lansia menopause di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta.
37. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah “Adakah
pengaruh penyuluhan senam lansia terhadap minat mengikuti senam lansia pada
wanita menopause di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta?
38. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penyuluhan senam lansia terhadap minat mengikuti senam lansia pada wanita menopause di RW 09 bumijo jetis yogyakarta
39. METODE
Penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperiment dengan one group pretest
posttest design. Dalam penelitian ini tidak ada variable control. Pada penelitian ini
populasinya adalah wanita menopause yang berjumlah 53 lansia di RW 09 Bumijo
Jetis Yogyakarta tahun 2016. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling. Total sampel dalam penelitian ini 30 lansia wanita.
40. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan
Hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan pendidikan
31
Pendidikan
%
F
SD
3.3
1
SMP
13.3
4
SMA/SMK
63.3
19
PT 6 20.0
Total
100
30
Sumber Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar pendidikan
responden yaitu SMA sebanyak 19 orang (63,3%) sedangkan sebagian kecil lulusan SD
sebanyak 1orang (3,3%).
Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan
Hasil penelitiian mengenai karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
32
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan F %
Karyawan 6 20.0
PNS 2 6.7
Wirausaha 9 30.0
Buruh 3 10.0
Tidak bekerja 10 33.3
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar tidak bekerja sebanyak
10 orang (33.3%), sedangkan sebagian kecil responden bekerja sebagai PNS 2 orang
(6,7%)
Karakteristik responden berdasarkan Umur
Hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan umur
Umur F %
<=59 Tahun 14 46.7
60 -74 Tahun 12 40.0
75 – 90 Tahun 3 10.0
>90 Tahun 1 3.3
Total 30 100
Sumber : Data Primer 2016
33
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar berumur kurang dari
59 Tahun sebanyak 14 orang (46,7%), sedangkan sebagian kecil lebih dari 90 Tahun
sebanyak 1 orang (3,3%). Analisis Univariat
Hasil penelitian tentang pengaruh penyuluhan senam lansia terhadap minat mengikuti
senam lansia pada wanita menopause di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta secara
deskriptif sederhana dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :
41. Tabel 4.4 Distribusi frekuensi minat senam lansia Sebelum dilakukan
Penyuluhan Senam Lansia Mengikuti Senam Lansia pada wanita menopasue
Di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta
Kategori
F
%
Minat Rendah 0 0
Minat Sedang 17 56.7
Minat Tinggi 13 43.3
Total 30 100.0
Sumber : Data primer 2016
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas diketahui minat senam lansia Sebelum dilakukan
Penyuluhan Senam Lansia Mengikuti Senam Lansia pada wanita menopause Di RW 09
Bumijo Jetis Yogyakarta Paling banyak memiliki minat sedang sebanyak 17 responden
(56,7%), sedangkan paling sedikit minat tinggi sebesar 13 responden (43,3%)
Hasil penelitian mengenai minat senam lansia Sesudah dilakukan Penyuluhan Senam
Lansia Mengikuti Senam Lansia pada wanita menopause Di RW 09 Bumijo Jetis
yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut:
34
42. Tabel 4.5 Distribusi frekuensi minat senam lansia Sesudah dilakukan
Penyuluhan Senam Lansia Mengikuti Senam Lansia pada wanita menopause
Di RW 09 Bumijo Jetis yogyakarta
Kategori F %
Minat Rendah 0 0
Minat Sedang 1 3.3
Minat Tinggi 29 96.7
Total 30 100.0
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas diketahui minat senam lansia Sesudah dilakukan
Penyuluhan Senam Lansia Mengikuti Senam Lansia pada wanita menopause Di RW 09
Bumijo Jetis Yogyakarta Paling banyak memiliki minat tinggi sebanyak 29 responden
(96,7%), sedangkan paling sedikit minat tinggi sebesar 1 responden (3,3%)
Hasil penelitian tentang pengaruh penyuluhan senam lansia terhadap minat
mengikuti senam lansia pada wanita menopause di RW 09 Bumijo Jetis
Yogyakarta secara deskriptif sederhana dapat dilihat pada tabel 4.2 Perbandingan
skor yang didapatkan lansia sebelum dan sesudah penyuluhan untuk mengetahui
pengaruh dapat dilihat pada tabel berikut
43. Tabel 4.6 Distribusi frekuensi minat senam lansia Sebelum dan sesudah
dilakukan Penyuluhan Senam Lansia Mengikuti Senam Lansia Di RW 09
Bumijo Jetis Yogyakarta
Kategori Sebelum Sesudah
F % F %
Minat Rendah 0 0 0 0
17 56.7 1 3.3
Minat Sedang
Minat Tinggi 13 43.3 29 96.7
35
Total 30 100.0 30 100.0
Hasil penelitian Pengaruh Penyuluhan Senam Lansia Mengikuti Senam Lansia pada wanita
menopause Di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut:
44. Tabel 4.7 Pengaruh Penyuluhan Senam Lansia Mengikuti Senam Lansia
pada wanita menopause Di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta
Mann Z p-value
Mean Whitney
Pre-test 69,6±5,89 0,000 Post-test 78,8±5,38 210
4,470
45. Pembahasan
Minat senam lansia sebelum dilakuakn penyuluhan senam lansia mengikuti
senam lansia pada wanita menopause Di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta paling banyak
memiliki minat sedang sebanyak 17 responden (56,7%). Hasil penelitian ini menemukan
bahwa lansia memiliki minat sedang dalam melakukan senam lansia. Hal ini dapat
terjadi karena factor umur lansia.
Minat lansia sebelum diberi penyuluhan masuk dalam kategori sedang
diperkuat oleh hasil penelitian pada butir 2 sebanyak 67% responden menyatakan
bahwa lansia memiliki minat untuk senam lansia karena kebermanfaatnya. Pada butir 4
sekitar 13% responden masih ada yang menyatakan tidak memerlukan senam karena
masih merasa sehat. Pada butir 6 sekitar 33% responden menyatakan melakukan senam
lansia hanya akan menyita waktu. Dari hasil penelitian yang dilihat di kuisoner sebagian
besar responden sudah mengetahui manfaat yang akan diperoleh jika menjalani senam
lansia, namun tidak semua responden memiliki minat dalam melakukan senam lansia
dengan alasan masih merasa sehat dan responden menyatakan jika melakukan senam
lansia hanya akan menyita waktu.
Hasil penelitian dari Mutiatul (2007) yang berjudul Tinjauan Motivasi Lansia
dalam Mengikuti Senam Lansia pada Paguyuban Lansia di Rumah Sakit Panti Rahayu
36
YAKKUM Purwodadi Grobogan Tahun 2007. Diketahui bahwa faktor intrinsik (dorongan
dari dalam diri sendiri) memotivasi lansia mengikuti senam lansia pada paguyuban lansia
di Rumah Sakit Rahayu YAKKUM Purwodadi Grobogan tahun 2007. Dorongan yang
dimaksudkan yaitu keinginan para lansia menambah pengetahuan sebagai alasan utama
dan selanjutnya diikuti oleh keinginan meningkatkan derajat kesehatan dan terakhir
adalah untuk menambah hubungan kemasyarakatan dimasa-masa tuanya.
Minat senam lansia sesudah dilakukan penyuluhan senam lansia mengikuti
senam lansia pada wanita menopause di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta paling banyak
memiliki minat tinggi sebanyak 29 responden (96,7%). Hasil penelitian sesudah
dilakukan penyuluhan mengalami perubahan minat paling banyak memiliki minat tinggi,
hal ini dapat terjadi karena responden masih memiliki kemampuan belajar yang baik, hal
ini didasari oleh umur yang sebagian besar masih dibawah 59 Tahun, umur dapat
memberikan pengaruh pada kognitif lansia.
Hasil penelitian sesuai dengan teori Azizah (2011) yang menyatakan
perubahan kognitif pada aspek learning di usia lanjut tidak mengalami mengalami
demensia masih memiliki kemampuan belajar yang baik. Hal ini sesuai prinsip belajar
seumur hidup (life-long learning), bahwa manusia memiliki kemampuan untuk belajar
sejak dilahirkan sampai akhir hayat. Sehingga ketika responden diberi pembelajaran
mampu merubah minat yang ada.
Peningkatan pemahaman dapat dilihat pada hasil kuisoner butir 6 sudah
mengalami peningkatan seluruh responden setuju dengan pernyataan bila melakukan
senam lansia bukanlah menyita waktu, pada butir 7 sebagian besar responden sangat
setuju bahwa manfaat senam lansia agar tetep sehat, dapat memperlancar peredaran
darah. Seluruh responden tidak setuju jika senam lansia membuat tubuh sakit namun
justru membuat rasa gembira dan membuat rasa sakit seperti pegel-pegel hilang dan
mengurangi resiko terkena lumpuh.
Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian Ficky Fadli Abas, 2015. Faktor
yang Mempengaruhi Minat Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lansia di Wilayah
Puskesmas Buko Kabupaten Bolaang Mongondow. Hasil penelitian menyatakan bahwa
faktor yang paling mempengaruhi minat adalah faktor pengetahuan responden.
Hasil analisis statistik deskriptif nilai rerata minat senam lansia sebelum
dilakukan penyuluhan senam lansia didapatkan rerata sebesar 69,6 dan rerata setelah
program pelatihan sebesar 78,8 selain itu nilai p-value yang didapat sebesar 0,000<0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Penyuluhan Senam Lansia
Mengikuti Senam Lansia pada wanita menopause Di RW 09 Bumijo Jetis Yogyakarta.
37
Hasil penelitian sesudah penyuluhan didapat paling banyak memiliki minat
dalam kategori tinggi, dapat terjadi karena responden telah memahami manfaat senam
lansia melalui penyuluhan yang dilakukan. Manfaat yang disampaikan dalam
penyuluan yaitu tentang manfaat senam lansia yaitu tubuh menjadi sehat, terhindar
dari penyakit seperti tulang keropos, memperlancar peredaran darah, dapat nyenyak
dan pikiran saya tetap segar, agar menambah daya tahan.
Pengaruh penyuluhan tentang senam lansia memberikan dampak peningkatan
minat. Peningkatan minat yang terjadi karena responden mengetahui manfaat senam
lansia diantaranya memberikan kemampuan lansia untuk memelihara kesehatan,
menciptakan suatu keadaan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Pengaruh
penyuluhan juga dapat merubah sikap para lansia untuk mengupayakan kesehatan
mereka, selain itu penyuluhan mampu meningkatkan pengetahuan lansia tentang
pentingnya hidup sehat. Pengaruh penyuluhan ini ditunjukkan oleh teori Machfoedz
(2008) dalam teorinya menyatakan bahwa manfaat dari dilakukannya penyuluhan
yaitu memberikan kemampuan kepada masyarakat untuk memelihara kesehatan,
menciptakan keadaan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan, dapat
merubah sikap masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan mereka, dan
mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya hidup sehat.
Lansia ternyata memiliki hambatan dalam melakukan senam lansia.
Hambatan tersebut seperti tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan senam lansia,
dan tidak ada dukungan dari orang sekitar seperti dukungan anak atau dukungan
teman menjadi penghambat dalam melakukan senam lansia sehingga minat melakukan
senam hamil menjadi menurun. Hasil penelitian sesuai dengan teori Totok Santoso
dalam Marliani (2011) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
lansia dalam mengikuti senam lansia salah satunya faktor intrinsik yaitu faktor minat.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi minat yaitu pengetahuan, dukungan
keluarga, fasilitas dan teman pergaulan. Untuk memberikan pengetahuan terhadap
lansia agar lansia melakukan senam maka diperlukan pemberian informasi. Pemberian
informasi dapat dilakukan dengnan berbagai cara misalkan penyuluhan.
Penyuluhan merupakan sumber Informasi yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat seseorang. Dengan memberikan informasi maka dapat menciptakan minat seseorang. Seperti dalam teori (Mubarak, 2007) yang menyatakan bahwa salah satu cara menyampaikan informasi adalah dengan pemberian penyuluhan.
Hasil penelitian sesuai dengan hasil penelitian Erwin. (2012) penelitiannya
yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi lansia melakukan olah raga
senam lansia di panti sosial lanjut usia (Pslu) Kabupaten Mojokerto, hasil penelitian
38
menyatakan faktor yang mempengaruhi motivasi lansia melakukan senam lansia
adalah faktor fisik dan pengetahuan mempengaruhi motivasi lansia. faktor fisik lansia
dapat mempengaruhi motivasi lansia melakukan senam lansia. Kondisi fisik lansia
yang lemah dapat menyebabkan lansia tidak mampu untuk melakukan senam lansia.
Sedangkan kondisi fisik yang sehat dapat mempengaruhi keinginan lansia untuk
melakukan olahraga senam lansia tersebut. Kondisi fisik lansia yang sehat atau kuat,
akan memudahkan para lansia untuk tetap termotivasi dalam dirinya sendiri untuk
melakukan olahraga karena masih ditunjang oleh raga yang masih kuat dalam
melakukan setiap gerakan olahraga senam lansia. Lansia juga menganggap bahwa
olahraga dapat mempertahankan status kesehatan dan kebugaran jasmani. Dengan
berolahraga secara rutin lansia menjadi lebih segar, tenang, dan merasa percaya diri
dalam melakukan aktivitas sehari-hari bersama lansia yang lain
46. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan analisis data dan interprestasinya, maka dapat ditarik keismpulan penelitian sebagai berikut :
Minat senam lansia sebelum dilakukan penyuluhan senam lansia mengikuti senam
lansia lansia pada wanita menopause Di RW 09 Kelurahan Bumijo Jetis memiliki rerata
sebesar 69,6% paling banyak memiliki minat sedang 17 responden 56,7%. Minat
senam lansia Sesudah dilakukan Penyuluhan Senam Lansia Mengikuti Senam Lansia
pada wanita menopause Di RW Bumijo Jetis yogyakarta memiliki rerata sebesar 78,8,
Paling banyak memiliki minat sedang sebanyak 17 responden (56,7%). Terdapat
Penyuluhan Senam Lansia terhadap minat Mengikuti Senam Lansia pada wanita
menopause Di RW 09 Bumijo Jetis yogyakarta dengan nilai p-value sebesar 0,001.
47. Saran
Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi tenaga kesetahan untuk menyampaikan informasi kebermanfaat senam lansia kepada para lansia dan kader
Bagi responden
Mingkatkan pengetahuan tentang manfaat senam lansia untuk menunjang kesehatan lansia. Bagi Institusi
39
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan referensi untuk memperkaya institusi, khususnya bidang kepustakaan.
Bagi Penelitian selanjutnya
Hasil penelitian dapat menjadikan acuan penelitian selanjutnya tentang
bagaimana meningkatkan minat senam lansia agar lansia selalu melakukan senam
lansia tanpa paksaan.
48. DAFTAR PUSTAKA
Najamuddin , M. 2010. 100 Tanya-Jawab Kesehatan Harian Untuk Lansia. Yogyakarta : Tunas Publishing
Ninggi, T. 2008. Konsep Diri Dan Strategi Coping Pada Perempuan Menopause
Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM
Mubarak, I.W Chayatin, N. Rozikin, K & Supardi, 2007. Promosi Kesehatan.
Jakarta : Graha Ilmu.
Maryam. R.S., Ekasari. M. F., Rosidawati., Jubaedi. A., Batubara. I. 2008. Mengenal Lanjut Usia Dan Perawatannya. Salemba Medika. Jakarta.
Pudjiati., E. Riyanti dan T. Hartini. 2014. Dukungan Keluarga Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Lanjut Usia Datang ke Posyandu. JKep, Vol. 1 (2) : 195204 (word)
Sulisetyawati. S. 2011. Dampak Menopause Terhadap Konsep Diri Wanita Yang Mengalami Menopause Di Kelurahan Trengguli Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar. STIKES Kusuma Husada Surakarta
40
eISSN: 2655-8688 pISSN: 2548-3943 http://jurnal.stikes-sitihajar.ac.id/index.php/jhsp Received Juli, Accepted Sept, Publish Januari
hal:29-39 Volume 2, Nomor 1 - 2020
Copyright @2020. This is an open-access arcle distributed under the terms of the CreaveCommons Aribuon-NonCommercial-ShareAlike 4.0 Internaonal License () hp://creavecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/which permits unrestricted non-commercial used, distribuon and reproducon in any medium
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Posyandu Lansia Terhadap Pengetahuan dan Tindakan Pemanfaatan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai
49. Purwaningsih1*
1Akademi Keperawatan Kesdam I/Bukit Barisan Medan
Email : [email protected]
ABSTRAK
Jumlah lansia di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 60 orang. Dari jumlah tersebut lansia yang aktif mengikuti kegiatan lansia sebanyak 28 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 10 orang dan perempuan sebanyak 18 orang. Kurang aktifnya
lansia diduga karena kurangnya pengetahuan, sehingga perlu diberi pendidikan kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan tindakan pemanfaatan posyandu lansia .Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian dilakukan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 60 orang dan sampel diambil setengahnya yaitu 30 orang. Data dianalisis secara analitik dengan menggunakan uji t dua sampel berpasangan (paired sample t-test) pada taraf signifikan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh (perbedaan) yang signifikan pengetahuan lansia sebelum diberikan pendidikan kesehatan (pretest) dengan pengetahuan sesudah diberi pendidikan kesehatan (posttest) dengan nilai t-hitung = -37,622 > 1,699 (t-tabel) dan nilai p= 0,000 < 0,05. Terdapat pengaruh (perbedaan) yang signifikan tindakan pemanfaatan posyandu lansia sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan (posttest) dengan nilai t-hitung = -17,954 > 1,699 (t-tabel) dan nilai p= 0,000 < 0,05. Disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya perawat aktif untuk memberikan pendidikan kesehatan baik kepada lansia maupun kepada anggota keluarga yang tinggal satu rumah dengan lansia agar pengetahuan pasien dan keluarga bertambah serta mampu melakukan perawatan pada lansia
dengan semaksimal mungkin dan mendukung lansia untuk datang ke posyandu lansia. Kata Kunci: Pendidikan Kesehatan, Pengetahuan, Tindakan Pemanfaatan Posyandu Lansia
ABSTRACT
The number of elderly people in Ujung Rambung Village, Pantai Cermin District, Serdang Bedagai District is as many as 60 people. Of these, there are 28 elderly who actively participate in elderly activities, with 10 men and 18 women. Underactivity of the elderly is suspected due to lack of knowledge, so it needs to be given health education. The purpose of this study was to determine the effect of health education on the knowledge and actions of elderly posyandu utilization. The type of this research is analytic with quasi experimental design . The study was conducted in Ujung Rambung
41
Village, Pantai Cermin District, Serdang Bedagai District . The population in this study were 6 0 people and half of the samples were taken from 30 people. Data were analyzed analytically by using test t two paired samples (paired sample t-test) at significance level of 0.05. Results of the study showed that t erdapat influence (difference) Significant knowledge of the elderly before being given health education (pretest) with knowledge of health education are given after (posttest) by value t count = - 37.622> 1.699 (t-table) and p = 0.000 <0.05. There is a significant influence (difference) in the use of posyandu for the elderly before and after being given health education (posttest) with a value of t-count = -17,954> 1,699 (t-table) and a value of p = 0,000 <0.05. It is recommended for health workers, especially active nurses to provide health education both to the elderly and to family members who live in the same house with the elderly so that the knowledge of patients and families increases and be able to take care of the elderly as fully as possible and support the elderly to come
to the elderly Posyandu.
50. Keywords : Health Education, Knowledge, Actions for Utilization of
Elderly Posyandu Pendahuluan
Lansia merupakan suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang
dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Pada usia lanjut akan
terjadi berbagai kemunduran pada organ tubuh. Namun para usia lanjut tidak perlu
berkecil hati, harus selalu optimis, ceria dan berusaha agar selalu tetap perilaku sehat di
usia lanjut (Ismawati, 2010).
Perilaku sehat dalam meningkatkan kesehatan lansia adalah pemeliharaan tidur untuk
memastikan pemulihan fungsi tubuh sampai tingkat fungsional yang optimal dan untuk
memastikan keterjagaan di siang hari guna menyelesaikan tugas-tugas dan menikmati
kualitas hidup yang tinggi (Stanley, 2012). Namun sebagian besar kelompok usia lanjut
mempunyai risiko mengalami gangguan pola tidur sebagai akibat pensiun, perubahan
lingkungan sosial, penggunaan obat-obatan yang meningkat, penyakitpenyakit dan
perubahan irama sirkadian (Prayitno, 2012).
Dampak yang mungkin terjadi pada lansia akibat kurang tidur (istirahat) antara lain
mudah terkena depresi, rentan terhadap penyakit jantung, menurunkan kemampuan
dalam memenuhi tugas sehari-hari dan menurunkan daya tahan tubuh (lemah, lesu,
kurang bergairah, lemas) sehingga mempermudah lansia menderita penyakit seperti
batuk, pilek, meriang dan demam (Putra, 2011).
Keluhan tentang kesulitan istirahat dan tidur waktu malam seringkali terjadi pada lansia.
Sebagaimana contoh, seorang lansia yang mengalami arthritis mempunyai kesulitan tidur
akibat nyeri sendi. Kecenderungan untuk tidur siang kelihatannya meningkat secara progresif
dengan bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari dipakai untuk tidur dapat terjadi
karena seringnya terbangun pada malam hari. Dibandingkan dengan jumlah waktu yang
dihabiskan di tempat tidur, waktu yang dipakai tidur menurun sejam atau lebih.
42
Perubahan pola tidur pada lansia disebabkan perubahan system syaraf pusat yang
mempengaruhi pengaturan tidur. Kerusakan sensorik, umum dengan penuaan, dapat
mengurangi sensitivitas terhadap waktu mempertahankan irama sirkadian (Potter &
Perry, 2012).
Lansia memiliki pola tidur yang berbeda dengan remaja. Lansia yang notabene tidak
melakukan banyak aktivitas fisik memerlukan tidur yang lebih sedikit dari pada remaja.
Kebutuhan tidur lansia semakin menurun karena dorongan homeostatic untuk tidurpun
berkurang. Pada lansia, perempuan lebih banyak mengalami insomia dibandingkan
lakilaki yang lebih banyak menderita sleep apnea atau kondisi medis lainnya yang dapat
mengganggu tidur (Putra, 2011).
Prevalensi sulit tidur (insomnia) pada usia lanjut di Amerika adalah 54% untuk wanita dan
46% pada pria dan di Hongkong terdapat 10% pada usia lanjut. Seorang usia lanjut akan
membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di tempat tidur
sebelum tertidur) dan mempunyai lebih sedikit/ lebih pendek waktu tidur nyenyaknya
(Rafknowledge, 2014).
Di Indonesia gangguan tidur menyerang sekitar 50% orang yang berusia 65 tahun. Insomnia
merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan, setiap tahun diperkirakan sekitar
20% - 50% lansia melaporkan adanya insomnia dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur
yang serius. Prevalensi insomnia pada lansia cukup tinggi yaitu 67% (Rafiudin, 2014).
Seorang usia lanjut akan membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring
lama di tempat tidur sebelum tidur) dan mempunyai lebih sedikit/ lebih pendek waktu
tidur nyenyaknya. Orang yang sudah tua (berusia ± 50 tahun) memerlukan waktu tidur ± 6
jam (pukul 23.00 – 05.00 Wib) (Leniwaty, 2010).
Menurut Putra (2011) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan
insomnia antara lain : stress atau kecemasan yang biasanya dikarenakan memikirkan
permasalahan yang sedang dihadapi, faktor depresi karena seseorang ingin melepaskan diri
dari masalah yang dihadapinya sehingga seseorang ingin tidur terus untuk
menghilangkannya, faktor pola makan yang buruk dengan mengkonsumsi makanan berat
sesaat sebelum tidur dapat membuat sulit tidur, dan faktor mengkonsumsi kafein, nikotin
(rokok), alkohol serta kurang berolah raga. Selain itu, suasana lingkungan seperti suara
bisik, suhu udara, perubahan lingkungan dan efek samping yang dihasilkan oleh obatobatan
yang dikonsumsi.
Seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup, jumlah penduduk lansia (lanjut usia) atau di atas 60 tahun diperkirakan akan meningkat. Data yang disodorkan persatuan
43
Gerontologi Medik Indonesia, menyebutkan pada tahun 2015 jumlah lansia di Indonesia
akan mencapai 36 juta orang atau 11,34% dari populasi penduduk. Presentase angka
harapan hidup ini terus pacu melalui berbagai langkah terutama di bidang kesehatan, agar
kualitas lansia bisa berbanding dengan kuantitasnya. Karena usia seperti ini diharapkan
tidak berarti sakit-sakitan, namun harus sehat dan produktif. Informan yang tidak
memanfaatkan posyandu lansia banyak yang tidak mengetahui tentang sasaran dan
posyandu lansia, sehingga mereka tidak mengetahui kalau umur mereka saat ini termasuk
sasaran kegiatan posyandu lansia dan salah persepsi bahwa kegiatan posyandu lansia bukan
hanya ditujukan untuk lansia perempuan dan lansia yang sakit saja. Disamping itu mereka
tidak mengetahui bahwa program di posyandu lansia merupakan program pencegahan
penyakit sehingga mereka menilai kegiatan tersebut kurang baik karena tidak ada pelayanan
pengobatan yang dilakukan dokter. Hal ini kurangnya sosialisasi tentang posyandu lansia ke
masyarakat. Pada hal pengetahuan yang baik berdampak pada meningkatnya pemanfaatan
layanan posyandu lansia oleh masyarakat.
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman lansia salah satunya dilaksanakan melalui
promosi atau pendidikan kesehatan (Depkes, 2008). Pendidikan kesehatan sebagai bagian
dari kesehatan masyarakat, berfungsi sebagai media atau sarana untuk menyediakan
kondisi sosio-psikologis sedemikian rupa sehingga individu atau masyarakat berperilaku
sesuai dengan norma-norma hidup sehat, dengan perkataan lain pendidikan kesehatan
bertujuan untuk mengubah pengetahuan, sikap dan tindakan individu atau masyarakat
sehingga sesuai dengan norma-norma hidup sehat. Pendidikan kesehatan akan berpengaruh
pada perilaku kesehatan, selanjutnya perilaku kesehatan akan berpengaruh kepada
meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan
kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Tingkat pengetahuan kader posyandu sangat penting dalam pemberian sinar infrared dan
tens yang diberikan dalam kegiatan posyandu lansia di Desa Sukasari Kecamatan
Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai sangat bermanfaat bagi lansia dalam meningkatkan
kesehatan lansia (Sulaiman, Anggriani, & Sutandra, 2019).
Puskesmas Pantai Cermin adalah salah satu puskesmas induk yang ada di Kabupaten Serdang
Bedagai. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Pantai Cermin bahwa terdapat
sebanyak 5 posyandu lansia dengan jumlah lansia sebanyak 1.400 orang terdiri dari laki-laki
sebanyak 717 orang, dan perempuan sebanyak 683 orang. Jika dilihat dari keaktifan lansia
mengikuti posyandu lansia maka anggota posyandu lansia yang aktif sebanyak 125 orang
dengan jumlah laki-laki sebanyak 47 orang dan laki-laki sebanyak 78 orang. Pelatihan dan
penyuluhan diberikan kepada kader posyandu lansia di Desa Suka raya memberikan
44
dampak sebanyak 50% responden memanfaatkan posyandu lansia di Desa Suka Raya Kecamatan Pancur Batu (Sulaiman & Anggriani, 2018).
Desa Ujung Rambung merupakan satu desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pantai
Cermin dengan jumlah lansia terbanyak dibandingkan desa lainnya. Jumlah lansia di Desa
Ujung Rambung sebanyak 60 orang. Dari jumlah tersebut lansia yang aktif mengikuti
kegiatan lansia sebanyak 28 orang dengan jumlah laki-laki sebanyak 10 orang dan
perempuan sebanyak 18 orang. Banyaknya lansia yang tidak aktif mengikuti kegiatan
posyandu lansia kemungkinan disebabkan kurangnya informasi tentang posyandu lansia
sehingga dirasa perlu untuk diberikan pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Posyandu Lansia Terhadap Pengetahuan dan
Tindakan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2019.
51. Metode Penelitian Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik menggunakan pendekatan one group pre and
post test design dengan rancangan penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment).
Rancangan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
52. Tabel Rancangan Penelitian
Kelompok Pre Test Perlakuan Post test
Eksperimen Tes 1 Penkes tentang Posyandu
Tes 2 Lansia
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan responden dan pemanfaatan posyandu
sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia di Desa Ujung
Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2019.
53. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin
Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2019. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18
Februari 2019.
45
Dalam penelitian ini lansia yang berumur >60 tahun ke atas berdomisili di wilayah kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai tahun
2019 sebanyak 60 orang.
Sampel dalam penelitian ini diambil setengah dari jumlah populasi atau 50% sehingga diperoleh sampel sebanyak 30 orang.
Uji validasi yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan dan pemanfaatan posyandu
lansia sebelum dan setelah diberi perlakuan penkes kesehatan tentang posyandu lansia
menggunakan dua sampel berpasangan (paired sample t-test). Uji ini digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang
berpasangan (berhubungan), maksudnya adalah sebuah sampel tetapi mengalami
perlakuan (data diukur sebelum dan setelah perlakuan) (Priyatno, 2009). Penerimaan atau
penolakan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :
1. Ho diterima dan Ha ditolak, jika nilai t-hitung < t-tabel atau nilai signifikan (probabilitas = p) > 0,05, maka tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia terhadap tindakan pemanfaatan posyandu lansia di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2019.
2. Ho ditolak dan Ha diterima, jika nilai t-hitung > t-tabel atau nilai signifikan (probabilitas
= p) < 0,05 maka ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia terhadap tindakan pemanfaatan posyandu lansia di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2019.
Hasil Penelitian Analisis Univariat
54. Karakteristik Responden Umur
Berdasarkan hasil penlitian, usia responden yang berumur 40-50 tahun sebanyak 4
orang (13,3%), berumur 51-60 sebanyak 14 orang (46,7%), berumur 61-70 tahun
sebanyak 12 orang (40,0%).
55. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Posyandu Lansia
Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai
No Umur Jlh Persentase (%)
1 60-65 14 46,7
2 66-70 12 40,0
3 >70 4 13,3
TOTAL 30 100,0
46
56. Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin, responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 22 orang (73,3%), sedangkan responden perempuan sebanyak 8 orang (26,7%).
57. Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Posyandu
Lansia Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang
Bedagai
No Jenis Kelamin Jlh Persentase (%)
1 Laki-laki 22 8 26,7
2 Perempuan 73,3
TOTAL 30 100,0
58. Pendidikan
Berdasarkan pendidikan, responden yang berpendidikan SD sebanyak 11 orang (36,7%),
berpendidikan SMP sebanyak 16 orang (53,3%), dan berpendidikan SMA sebanyak 3
orang (10,0%).
59. Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Posyandu
Lansia Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai
No Jenis Kelamin Jlh Persentase (%)
1 SD 11 36,7 53,3
2 SMP 16 10,0
3 SMA 3
TOTAL 30 100,0
60. Pengetahuan Sebelum Pendidikan Kesehatan
Berdasarkan data menunjukkan yang paling banyak dijawab “benar” adalah
pertanyaan nomor 1 yaitu posyandu lansia adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk kesejahteraan orang yang lanjut usia sebanyak 23 orang (76,7%). Pertanyaan yang
banyak dijawab “salah” adalah pertanyaan nomor 10 yaitu kegiatan posyandu lansia
terdiri dari 3 meja sebanyak 24 orang (80,0%).
47
61. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Pernyataan
Pengetahuan Lansia Sebelum Pendidikan Kesehatan di Desa Ujung Rambung
Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2019
Jawaban Total
No
Pertanyaan
Benar Salah
f % f % F %
1 Posyandu lansia adalah pelayanan kesehatan 23 76,7 7 23,3 30 100,0
yang ditujukan untuk kesejahteraan orang yang
lanjut usia.
2 Tujuan posyandu lansia adalah untuk 13 43,3 17 56,7 30 100,0
memelihara kesehatan lansia sesuai
kemampuan dan aktivitas fisik dan mental.
3 Posyandu lansia dapat juga dimanfaatkan 9 30,0 21 70,0 30 100,0
sebagai sarana untuk menyalurkan minat
lansia.
4 Posyandu lansia hanya untuk lansia perempuan 8 26,7 22 73,3 30 100,0
saja.
5 Sasaran lansia yaitu penduduk yang berumur 50 13 43,3 17 56,7 30 100,0
tahun ke atas.
6 Manfaat posyandu lansia untuk menyalurkan 7 23,3 23 76,7 30 100,0
minat dan bakat untuk mengisi waktu luang.
7 Dalam posyandu lansia dilakukan penyuluhan 13 43,3 17 56,7 30 100,0
tentang gizi untuk lansia.
8 Kegiatan olahraga di posyandu lansia salah 7 23,3 23 76,7 30 100,0
satunya adalah senam lansia.
9 Posyandu lansia merupakan upaya untuk 8 26,7 22 73,3 30 100,0
mencegah terjadinya penyakit
pada lansia.
10 Kegiatan posyandu lansia terdiri dari 3 meja. 6 20,0 24 80,0 30 100,0
62. 1) Setelah Pendidikan Kesehatan
Berdasarkan data menunjukkan yang paling banyak dijawab “benar” adalah pertanyaan
nomor 1 yaitu posyandu lansia adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
kesejahteraan orang yang lanjut usia sebanyak 25 orang (83,3%). Pertanyaan yang banyak
dijawab “salah” adalah pertanyaan nomor 2 yaitu tujuan posyandu lansia adalah untuk
memelihara kesehatan lansia sesuai kemampuan dan aktivitas fisik dan mental dan nomor
48
10 yaitu kegiatan posyandu lansia terdiri dari 3 meja masing-masing sebanyak 14 orang
(46,7%).
63. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Jawaban Tiap Butir Pernyataan
Pengetahuan Lansia Setelah Pendidikan Kesehatan di Desa Ujung Rambung
Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2019
Jawaban Total
No
Pertanyaan Benar Salah
f % F % F %
1 Posyandu lansia adalah pelayanan kesehatan 25 83,3 5 16,7 30 100,0
yang ditujukan untuk kesejahteraan orang yang
lanjut usia.
2 Tujuan posyandu lansia adalah untuk 16 53,3 14 46,7 30 100,0
memelihara kesehatan lansia sesuai kemampuan
dan aktivitas fisik dan mental.
3 Posyandu lansia dapat juga dimanfaatkan 22 73,3 8 26,7 30 100,0
sebagai sarana untuk menyalurkan minat lansia.
4 Posyandu lansia hanya untuk lansia 19 63,3 11 36,7 30 100,0
perempuan saja.
5 Sasaran lansia yaitu penduduk yang berumur 50 23 76,7 7 23,3 30 100,0
tahun ke atas.
6 Manfaat posyandu lansia untuk menyalurkan 23 76,7 7 23,3 30 100,0
minat dan bakat untuk mengisi waktu luang.
7 Dalam posyandu lansia dilakukan penyuluhan 22 73,3 8 26,7 30 100,0
tentang gizi untuk lansia.
8 Kegiatan olahraga di posyandu lansia salah 23 76,7 7 23,3 30 100,0
satunya adalah senam lansia.
9 Posyandu lansia merupakan upaya untuk 21 70,0 9 30,0 30 100,0
mencegah terjadinya penyakit pada lansia.
10 Kegiatan posyandu lansia terdiri dari 3 meja. 16 53,3 14 46,7 30 100,0
64. 2) Kategori Pengetahuan Sebelum dan Setelah Pendidikan Kesehatan
Berdasarkan data menunjukkan bahwa sebelum diberi penkes tentang posyandu lansia, pengetahuan responden sebagian besar dalam kategori kurang sebanyak 18 orang (60,0%),
berpengetahuan cukup sebanyak 12 orang (40,0%). Sesudah diberi
penyuluhan, 49
pengetahuan responden sebagian besar cukup sebanyak 22 orang (73,3%), dan berpengetahuan baik sebanyak 8 orang (36,7%).
65. Tabel 6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Sebelum
dan Setelah diberi Penkes di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai
Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2019
No Pengetahuan Sebelum Se sudah
f
% f
%
1 Baik 0 0,0 8 26,7
2 Cukup 12 40,0 22 73,3
3 Kurang 18 60,0 0 0,0
Jumlah 30 100,0 30 100,0
66. Tindakan Pemanfaatan Posyandu Lansia
Berdasarkan data menunjukkan bahwa sebelum diberi pendidikan kesehatan tentang
posyandu lansia, sebagian besar lansia tidak aktif sebanyak 20 orang (66,7%), yang aktif
sebanyak 10 orang (33,3%). Sesudah diberi penyuluhan, sebagian besar responden
menjadi aktif sebanyak 21 orang (70,0%), dan yang tidak aktif sebanyak 9 orang (30,0%).
67. Tabel 7 Distribusi Frekuensi Tindakan Pemanfaatan Posyandu Lansia
oleh Responden Sebelum dan Setelah diberi Penkes di Desa Ujung Rambung
Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2019
No Tindakan Pemanfaatan Posyandu Se elum Se sudah
Lansia
f
% f
%
1 Aktif 10 33,3 21 9 70,0
2 Tidak aktif 20 66,7 30,0
Jumlah 30 100,0 30 100,0
68. Uji Statistik 1) Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan
tentang Posyandu Lansia
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai posttest pengetahuan lansia lebih
tinggi dibandingkan nilai pretest. Nilai rata-rata (mean) pada pretest yaitu 3,57 sedangkan
posttest yaitu 6,93, nilai tengah (median) pada pretest yaitu 3,00 sedangkan posttest yaitu
7,00, nilai simpangan baku (standar deviation) pada pretest yaitu 971 sedangkan posttest
yaitu 944. Varians (variance) pada pretest 944 sedangkan pada posttest yaitu 892.
50
Berdasarkan uji statistik menggunakan uji t dua sampel berpasangan (paired sample t
test) diperoleh nilai t-hitung = -37,622 > 1,699 (t-tabel) dan nilai p= 0,000 < 0,05 hal
tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan lansia sebelum dan
setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang posyandu lansia atau terdapat pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan lansia di Desa Ujung Rambung Kecamatan
Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2019.
69. Tabel 8 Data Statistik Deskriptif Pretest dan Posttest Pengetahuan Lansia
di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang
Bedagai Tahun 2019
Pengetahuan
Mean
Median
Standar
Varian
Uji-t (p-value)
Deviasi
Sebelum (pretest) 3,57 3,00 971 944 t = -37,622
Sesudah (posttest)
6,93
7,00
944
892
p = 0,000
Keterangan: nilai t negatif (t = -37,622) menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan
lansia sebelum diberi penkes lebih rendah dibandingkan sesudah diberi penkes.
70. 2) Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan Pemanfaatan
Posyandu Lansia
Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa nilai posttest keaktifan lansia ke posyandu
lansia lebih tinggi dibandingkan nilai pretest. Nilai rata-rata (mean) pada pretest yaitu 3,00
sedangkan posttest 4,13, nilai tengah (median) pada pretest yaitu 3,00 sedangkan posttest
4,00, nilai simpangan baku (standar deviation) pada pretest 871 sedangkan posttest 900. Varians (variance) pada pretest 759 sedangkan pada posttest 809.
Berdasarkan uji statistik menggunakan uji t dua sampel berpasangan (paired sample t test)
diperoleh nilai t-hitung = -17,954 > 1,699 (t-tabel) dan nilai p= 0,000 < 0,05 hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tindakan pemanfaatan lansia sebelum dan
setelah diberikan pendidikan kesehatan atau terdapat pengaruh pendidikan kesehatan
tentang posyandu lansia terhadap tindakan pemanfaatan posyandu lansia di Desa Ujung
Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2019.
51
71. Tabel 9 Data Statistik Deskriptif Pretest dan Posttest Keaktifan Lansia Ke
Poyandu di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2019
Pemanfaatan Mean Median
Standar Varian
Uji-t (p-value)
Posyandu Lansia Deviasi
Sebelum (pretest) 3,00 3,00 871 759 t = -17,954
Sesudah (posttest) 4,13 4,00 900 809 p = 0,000
Keterangan: nilai t negatif (t = -17,954) menunjukkan bahwa nilai rata-rata pemanfaatan posyandu sebelum diberi penkes lebih rendah dibandingkan sesudah diberi penkes.
72. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang
Posyandu Lansia Terhadap Tindakan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Ujung Rambung
Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2019”, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh (perbedaan) yang signifikan pengetahuan lansia sebelum diberikan pendidikan kesehatan (pretest) dengan pengetahuan sesudah diberi pendidikan kesehatan (posttest) dengan nilai t-hitung = -37,622 > 1,699 (t-tabel) dan nilai p= 0,000 < 0,05.
2. Terdapat pengaruh (perbedaan) yang signifikan tindakan pemanfaatan posyandu lansia
sebelum diberikan pendidikan kesehatan (pretest) dengan tindakan pemanfaatan posyandu lansia sesudah diberi pendidikan kesehatan (posttest) dengan nilai t-hitung = - 17,954 > 1,699 (t-tabel) dan nilai p= 0,000 < 0,05.
73. Saran 1. Tenaga Kesehatan (perawat) di Puskesmas Pantai Cermin
Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya perawat aktif untuk memberikan
pendidikan kesehatan baik kepada lansia maupun kepada anggota keluarga yang tinggal
satu rumah dengan lansia agar pengetahuan pasien dan keluarga bertambah serta
mampu melakukan perawatan pada lansia dengan semaksimal mungkin dan
mendukung lansia untuk datang ke posyandu lansia.
2. Lansia
Diharapkan untuk banyak bertanya kepada petugas kesehatan tentang posyandu lansia
serta manfaatnya sehingga lansia lebih termotivasi untuk memanfaatkan posyandu
lansia.
52
3. Peneliti selanjutnya
Diharapkan melakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan teknik atau metode
penyuluhan (pendidikan kesehatan) yang berbeda seperti simulasi, diskusi, dan teknik
lainnya yang dapat meningkatkan pengetahuan lansia untuk melengkapi hasil penelitian
yang telah ada.
74. Referensi
Darmayanti, F.N. 2012. Hubungan pendidikan kesehatan pada lansia dengan keikutsertaan lansia dalam posyandu lansia di kelurahan Sembungharjo kota Semarang. Abstrak.
Effendy, N. 2009. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Cetakan Pertama. Jakarta : EGC.
Fauzi, 2013. Agama dan Realittas Sosial. Renungan dan Jalan Menuju Bahagia. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa.
Ismawati, Cahyo, dkk, 2010. Posyandu dan Desa Siaga, Cetakan Pertama. Jogjakarta : Sitra Medika.
Mubarak, W.I. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Konsep dan Aplikasi Dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Narulita, R.S. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan
Insomnia Pada Lansia. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2012. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni, Cetakan I, Jakarta: Rineka Cipta.
Novayenni, R. 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Angka Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia. JOM Vol 2 No 1, Februari 2015.
Potter, A., 2012. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses dan praktik. Edisi 4 volume 2. Jakarta: Penerbit buku kedokteran.
Prayitno, A., 2012. Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut dan
Penatalaksanaannya, Bagian Jakarta: Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti.
Rafknowledge, 2014. Insomnia dan Gangguan Tidur lainnya. Cetakan Kedua. Jakarta :
Gramedia
Rafiudin R. 2014. Insomnia dan Gangguan Tidur lainnya. Cetakan Pertama. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
53
Rosidawati, 2008. Mengenal Usia dan Perawatannya, Cetakan Pertama. Jakarta: Salemba
Santoso, H., & Andar, I. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia Uraian Medis Dan Pedagogis Patoral. Jakart : Gunung Mulia.
Setiabudi, T. 2012. Panduan Gerontologi. PT Gramedia Pustaka, Jakarta.
Setiadi, 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Stanley, Mickey. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2. EGC, Jakarta.
Sumedi, T., 2010. Pengaruh Senam Bugar Lansia Terhadap Penurunan Soedirman Skala
Insomnia di Panti Wredha Dewanata Cilacap. Jurnal Keperawatan Soedirman
(The Soedirman Journal Of Nursing), volume 5 No. 1 Maret 2010.
Tamher, S dan Noorkasiani, 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Tarigan, E. 2009. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Lansia tentang Pemanfaatan Posyandu Lansia Dalam Menunjang Status Gizi Di Puskesmas Petisah Medan Tahun 2009. Skripsi FKM USU. Medan.
Walgito, B. 2013. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), Edisi Revisi, Yogyakarta: Andi.
Wawan dan Dewi. 2011. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia, Cetakan Kedua. Yogyakarta: Nuha Medika.
Aditama, T.Y. 2009. Tuberkulosis Paru, Masalah dan Penanggulangannya, Jakarta: Universitas Indonesia Press.
________. 2010. Tuberkulosis Paru, Diagnosa, Terapi dan Masalahnya, Edisi IV, Jakarta:
Ikatan Dokter Indonesia.
Alsagaff Hood, Abdul Mukty, 2005. Dasar–Dasar Ilmu Penyakit Paru.. Surabaya: Airlangga University Press.
Amin, M., Hood Alsagaff, W.B.M. Taib Saleh, 2009. Pengantar Ilmu Penyakit Paru, Jakarta :
Airlangga University Press.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cetakan II, Edisi 4, Jakarta : Rineka Cipta.
Dinkes Propsu. 2012. Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2011. medan: Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara..
54
Handayani, T.E. 2010. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Tentang Pencegahan Tuberkulosis Paru Di Dusun Kayangan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar. Jurnal Penelitian.
Kemenkes RI. 2011. Strategi Nasional Pengendalian TB Di Indonesia 2010-2014.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Priyatno, D. 2009. Mandiri Belajar SPSS. Cetakan Ketiga, Jakarta: Buku kita.
Rifai, T.S. 2005. DOTS di Rumah Sakit, Jakarta : Puspaswara.
Smeltzer and Bare. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sulaiman, & Anggriani. (2018). PkM Pemanfatan Posyandu lansia Di Desa Sukaraya Kecamatan Pancurbatu Tahun 2017. AMALIAH: JURNAL PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT, 2(1), 161–164. https://doi.org/10.32696/ajpkm.v2i1.109
Sulaiman, S., Anggriani, A., & Sutandra, L. (2019). Sosialisasi Pemberian Infrared dan
Tens pada Lansia di Desa Sukasari, Serdang Bedagai. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 4(2 SE-Articles). https://doi.org/10.30653/002.201942.128
Taufik, M. 2007. Prinsip-Prinsip Promosi Kesehatan Dalam Bidang Keperawatan, Untuk Perawat dan Mahasiswa Keperawatan, Cetakan Pertama, Jakarta: Infomedika.
55
Daftar Pustaka Brock and Joglekar. (2011). Empowering Power point: Slides and teaching effectiveness.
Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge, and Management, 6:85-94.
Haber, D. (2010). Health Promotion and Aging, practichal and application for health profesional. New York: Spinger Publishing Compeny.
Dahlan, S. (2011). Statustik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Salemba Jakarta.
Khoiron. (2014). Efektifitas Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Media Leaflet Dan
Media Slide Power Point Terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku
Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Ibu-Ibu PKK Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kartasura Sukoharjo. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/28620/.
Puspitha, A., Nurdin, N., & Saleh, U. (2019). Pendampingan Posyandu Lanjut Usia. Media Karya Kesehatan, 2(1) : 74-84.
Riasmini., dkk. (2017). Panduan Asuhan Keperawatan Individu, kelompok dan komunitas
berdasarkan modifikasi NANDA, ICNP, NOC dan NIC di Puskesmas dan masyarakat.
Ikatan perawat Kesehatan Komunitas Indonesia (IPKKI). Depok; UI Press.
Simanjuntak, S. M., & Nurnisa, I. N. (2019). Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Imunisasi dengan Pendekatan Promosi Kesehatan Tentang Imuniasi Dasar. Media Karya Kesehatan, 2(1) : 38-52.
Sumardino, W. (2016). Pemberdayaan Kemampuan Lansia dalam Mendeteksi penyakit degenerative. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan (Interest) 5 (2) : 230-237.
Wardani, R., dkk. (2018). Pengaruh pendidikan kesehatan Hipertensi terhadap pengetahuan
Lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Manisrenggo. Journal of Community Engagement in Health. 1 (2).
56
Widyasari dan Candrasari. (2010). Peningkatan pengetahuan tentang hipertensi pada Lansia
di Posyandu Lansia Dukuh Gantungan desa Makamhaji Kartasura Sukoharjo.
WARTA, 13(1): 28-36.
Statistik Nasional Kota Tarakan.(2018). Statistik Daerah Kota Tarakan Tahun 2018.
BPS Kalimantan Utara. (2018). Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Kalimantan utara tahun 2015-2017.
https://kaltara.bps.go.id/dynamictable/2017/02/21/2/jumlah-penduduk- menurutkelompok-umur-dan-jenis-kelamin-di-provinsi-kalimantan-utara-
2015.html diakses tanggal 8 Juli 2019.
BPHN. (1998). Undang-Undang RI nomor 13 tentang kesejahteraan lanjut usia.
Promkes.
Kemkes. (2019). Kategori media Promosi http://promkes.kemkes.go.id/pencarian_media diakses 8 Juli 2019.
kesehatan.
Infodatin Kemenkes RI. (2016). Situasi Lanjut Usia di Indonesia, dalam rangka hari lanjut usia nasional 25 Mei.
Kemkes RI. (2017). Analisis Lansia di Indonesia. Pusat data dan Informasi Kemenkes.
Kemkes RI. (2011). Promosi Kesehatan di daerah bermasalah kesehatan, panduan bagi petugas kesehatan di Puskesmas.
WHO. (2019). The Ottawa Charter for Health Promotion. https://www.who.int/healthpromotion/conferences/previous/ottawa/en/
diakses tanggal 1 juli 2019.
57