syok anafilaktik

20
PENDAHULUAN Anaphylaxis (Yunani, Ana = jauh dari dan phylaxis = perlindungan). Anafilaksis berarti Menghilangkan perlindungan. Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi. Syok anafilaktik(= shock anafilactic ) adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya diterapi sebagai anafilaksis (4) Syok anafilaktik merupakan suatu reaksi alergi yang cukup serius. Penyebabnya bisa bermacam macam mulai dari makanan, obat obatan, bahan bahan kimia dan gigitan serangga. Disebut serius karena kondisi ini dapat menyebabkan kematian dan memerlukan tindakan medis segera. (1,2) Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas. (1,4) Oleh Coomb dan Gell (1963), anafilaksis dikelompokkan dalam hipersensitivitas tipe 1 atau reaksi tipe segera (Immediate type reaction). (1,4) Antigen yang bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi degranulasi, pengeluaran histamin, dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini menyebabkan peningkatan permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Terjadi hipovolemia relatif karena 1

Upload: aldiza-rena-pramudita

Post on 08-Feb-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

Page 1: syok anafilaktik

PENDAHULUAN

Anaphylaxis (Yunani, Ana = jauh dari dan phylaxis = perlindungan). Anafilaksis berarti

Menghilangkan perlindungan. Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada

beberapa sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal

yang merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang

sebelumnya sudah tersensitisasi. Syok anafilaktik(= shock anafilactic ) adalah reaksi

anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi

Anafilaktoid adalah suatu reaksi anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan antigen-

antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda biasanya diterapi sebagai

anafilaksis(4)

Syok anafilaktik merupakan suatu reaksi alergi yang cukup serius. Penyebabnya bisa

bermacam macam mulai dari makanan, obat obatan, bahan bahan kimia dan gigitan

serangga. Disebut serius karena kondisi ini dapat menyebabkan kematian dan

memerlukan tindakan medis segera.(1,2) Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen

dan kemudian terjadi kontak lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi

hipersensitivitas.(1,4) Oleh Coomb dan Gell (1963), anafilaksis dikelompokkan dalam

hipersensitivitas tipe 1 atau reaksi tipe segera (Immediate type reaction).(1,4) Antigen

yang bersangkutan terikat pada antibodi dipermukaan sel mast sehingga terjadi

degranulasi, pengeluaran histamin, dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini menyebabkan

peningkatan permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Terjadi hipovolemia relatif

karena vasodilatasi yang mengakibatkan syok, sedangkan peningkatan permeabilitas

kapiler menyebabkan udem. Pada syok anafilaktik, bisa terjadi bronkospasme yang

menurunkan ventilasi.Syok anafilaktik sering disebabkan oleh obat, terutama yang

diberikan intravena seperti antibiotik atau media kontras. Sengatan serangga seperti

lebah juga dapat menyebabkan syok pada orang yang rentan.(4)

1

Page 2: syok anafilaktik

Tanda dan gejala syok anafilaktik yang harus diketahui(1,2,3) :

1. Kulit :

- eritema- Urtikaria- Edema angioneurotik- Injeksi konjungtiva- Pucat- Sianosis

2. Kardiovaskuler : - Takikardi- Hipotensi- syok

3. Respirasi : - Rinitis- Spasme bronkus- Obstruksi laring karena edema

4. Gastrointestinal : - Mual- Muntah- Abdominal Cramps- Diare

5. Lain-lain : - Rasa cemas- Batuk- Parestesi- Atralgia- Kejang-kejang- Gangguan pembekuan darah- Kesadaran menurun

2

Page 3: syok anafilaktik

PEMBAHASAN (6,9)

Penatalaksanaan

Berbagai macam obat dapat digunakan untuk menanggulangi anafilaksis tetapi

adrenalin / epinefrin masih merupakan obat terpilih untuk reaksi yang hebat. Adrenalin

dapat meningkatkan produksi c-AMP sehingga pelepasan histamine dan mediator lain

dapat dicegah, sedangkan xantin (aminofilin) dapat mencegah degradasi c-AMP. Oleh

karena itu keduanya sangat penting dalam mengatasi anafilaksis.

Obat-obatan yang digunakan dalam terapi anafilaksis umumnya ditujukan untuk:

1. Menghambat sintesis dan lepasnya mediator.

2. Blokade reseptor jaringan terhadap mediator yang lepas

3. mengembalikan fungsi organ terhadap pengaruh mediator

Penanggulangan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat sebab penderita berada

pada keadaan gawat. Sebenarnya, pengobatan syok anafilaktik tidaklah sulit, asal

tersedia obat-obat emergensi dan alat bantu resusitasi gawat darurat serta dilakukan

secepat mungkin. Hal ini diperlukan karena kita berpacu dengan waktu yang singkat

agar tidak terjadi kematian atau cacat organ tubuh menetap. Kalau terjadi komplikasi

syok anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat kimia, baik peroral maupun

parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan, adalah:

1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat lebih tinggi dari

kepala 30 – 45 º untuk meningkatkan aliran darah balik vena, dalam usaha

memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.

3

Page 4: syok anafilaktik

2. Segera berikan epinefrin atau adrenalin bekerja sebagai penghambat pelepasan

histamine dan mediator lain yang poten. Mekanismenya adalah adrenalin

meningkatkan siklik AMP dalam sel mast dan basofil sehingga menghambat

terjadinya degranulasi serta pelepasan histamine dan mediator lainnya. Selain itu

adrenalin mempunyai kemampuan memperbaiki kontraktilitas otot jantung, tonus

pembuluh darah perifer dan otot polos bronkus. Dosis yang dianjurkan adalah

0,25 mg sub kutan setiap 15 menit sesuai berat gejalanya. Bila penderita

mengalami presyok atau syok dapat diberikan dengan dosis 0,3 – 0,5 mg

(dewasa) dan 0,01 mg/ KgBB (anak) secara intra muskuler dan dapat diulang

tiap 15 menit samapi tekanan darah sistolik mencapai 90-100 mmHg. Cara lain

adalah dengan memberikan larutan 1-2 mg dalam 100 ml garam fisiologis secara

intravena, dilakukan bila perfusi otot jelek karena syok dan pemberiannya

dengan monitoring EKG. Pada penderita tanpa kelainan jantung, adrenalin dapat

diberikan dalam larutan 1 : 100.000 yaitu melarutkan 0,1 ml adrenalin dalam 9,9

ml NaCl 0,9% dan diberikan sebanyak 10 ml secara intravena pelan-pelan dalam

5 – 10 menit.

3. Pemberian cairan infus intravena

Pemberian cairan infus dilakukan bila tekanan sistolik belum mencapai 100

mmHg (dewasa) dan 50 mmHg (anak). Cairan yang dapat diberikan adalah

RL/NaCl, Dextran/ Plasma. Pada dewasa sering dibutuhkan cairan sampai

2000ml dalam jam pertama dan selanjutnya diberikan 2000 – 3000 ml/m² LPB/

24 jam. Plasma / plasma ekspander dapat diberikan segera untuk mengatasi

hipovolemi intravaskuler akibat vasodilatasi akut dan kebocoran cairan

intravaskuler ke interstitial karena plasma / plasma ekspander lebih lama berada

di dalam intravaskuler dibandingkan kristaloid. Karena cukup banyak cairan yang

diberikan, pemantauan CVP dan hematokrit secara serial sangat membantu.

Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah dan curah jantung serta

mengatasi asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan antara larutan kristaloid dan

koloid tetap merupakan perdebatan didasarkan atas keuntungan dan kerugian

mengingat terjadinya peningkatan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada

dasarnya, bila memberikan larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3–4 kali

4

Page 5: syok anafilaktik

dari perkiraan kekurangan volume plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat

diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20 – 40% dari volume plasma.

Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan dengan jumlah yang

sama dengan perkiraan kehilangan volume plasma. Tetapi, perlu dipikirkan juga

bahwa larutan koloid plasma protein atau dextran juga bisa melepaskan

histamin..

4. Obat-obat vasopressor

Bila pemberian adrenalin dan cairan infus yang dirasakan cukup adekwat tetapi

tekanan sistolik tetap belum mencapai 90 mmHg atau syok belum teratasi, dapat

diberikan vasopressor. Dopamin dapat diberikan secara infus dengan dosis awal

0,3mg/KgBB/jam dan dapat ditingkatkan secara bertahap 1,2mg/KgBB/jam untuk

mempertahankan tekanan darah yang membaik. Noradrenalin dapat diberikan

untuk hipotensi yang tetap membandel.

5. Aminofillin

Sama seperti adrenalin, aminofillin menghambat pelepasan histamine dan

mediator lain dengan meningkatkan c-AMP sel mast dan basofil. Jadi kerjanya

memperkuat kerja adrenalin. Dosis yang diberikan 5mg/kg i.v pelan-pelan dalam

5-10 menit untuk mencegah terjadinya hipotensi dan diencerkan dengan 10 ml

D5%. Aminofillin ini diberikan bila spasme bronkus yang terjadi tidak teratasi

dengan adrenalin. Bila perlu aminofillin dapat diteruskan secara infus kontinyu

dengan dosis 0,2 -1,2 mg/kg/jam.

6. Kortikosteroid

Berperan sebagai penghambat mitosis sel precursor IgE dan juga menghambat

pemecahan fosfolipid menjadi asam arakhidonat pada fase lambat.

Kortikosteroid digunakan untuk mengatasi spasme bronkus yang tidak dapat

diatasi dengan adrenalin dan mencegah terjadinya reaksi lambat dari anafilaksis.

Dosis yang dapat diberikan adalah 7-10 mg/kg i.v prednisolon dilanjutkan

dengan 5 mg/kg tiap 6 jam atau dengan deksametason 40-50 mg i.v. Kortisol

dapat diberikan secara i.v dengan dosis 100 -200 mg dalam interval 24 jam dan

selanjutnya diturunkan secara bertahap.

5

Page 6: syok anafilaktik

7. Antihistamin

Bekerja sebagai penghambat sebagian pengaruh histamine terhadap sel target.

Antihistamin diindikasikan pada kasus reaksi yang memanjang atau bila terjadi

edema angioneurotik dan urtikaria. Difenhidramin dapat diberikan dengan dosis

1-2mg/kg sampai 50 mg dosis tunggal i.m. Untuk anak-anak dosisnya 1mg/kg

tiap 4 -6 jam.

Penilaian C,A dan B dilakukan dari tahapan resusitasi jantung paru yang terbaru

dikeluarkan oleh American Heart Association tahun 2010, yaitu:

C. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar (a. karotis, atau a.

femoralis), segera lakukan kompresi jantung luar. hidup dasar yang

penatalaksanaannya sesuai dengan protokol resusitasi jantung paru.

A. Airway ‘penilaian jalan napas’. Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak ada

sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi kepala dan leher diatur

agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan napas, yaitu dengan melakukan

ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka mulut.

B. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila tidak ada tanda-

tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut ke hidung. Pada syok

anafilaktik yang disertai udem laring, dapat mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan

napas total atau parsial. Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial,

selain ditolong dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen.

Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong dengan lebih aktif,

melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau trakeotomi.

6

Page 7: syok anafilaktik

Resusitasi Jantung Paru

RJP dilakukan apabila terdapat tanda-tanda kagagalan sirkulasi dan pernafasan.

Untuk itu tindakan RJP yang dilakukan sama seperti pada umumnya.

Bilamana penderita akan dirujuk ke rumah sakit lain yang lebih baik fasilitasnya,

maka sebaiknya penderita dalam keadaan stabil terlebih dahulu. Sangatlah tidak

bijaksana mengirim penderita syok anafilaksis yang belum stabil penderita akan dengan

mudah jatuh ke keadaan yang lebih buruk bahkan fatal. Saat evakuasi, sebaiknya

penderita dikawal oleh dokter dan perawat yang menguasai penanganan kasus gawat

darurat.

7

Page 8: syok anafilaktik

Penderita yang tertolong dan telah stabil jangan terlalu cepat dipulangkan karena

kemungkinan terjadinya reaksi lambat anafilaksis. Sebaiknya penderita tetap dimonitor

paling tidak untuk 12-24 jam. Untuk keperluan monitoring yang kektat dan kontinyu ini

sebaiknya penderita dirawat di Unit Perwatan Intensif.

Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok anafilaktik dikirim ke

rumah sakit, karena dapat meninggal dalam perjalanan. Kalau terpaksa dilakukan,

maka penanganan penderita di tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin

sesuai dengan fasilitas yang tersedia dan transportasi penderita harus dikawal oleh

dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam posisi terlentang dengan kaki lebih tinggi

dari jantung.

8. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat dipulangkan, tetapi harus

diawasi / diobservasi dulu selama kurang lebih 4 jam. Sedangkan penderita yang telah

mendapat terapi adrenalin lebih dari 2 – 3 kali suntikan, harus dirawat di rumah sakit

semalam untuk observasi.

8

Page 9: syok anafilaktik

(10)

9

Page 10: syok anafilaktik

PENCEGAHAN :

Pencegahan syok anafilaktik merupakan langkah terpenting dalam setiap pemberian

obat, tetapi ternyata tidaklah mudah untuk dilaksanakan. Ada beberapa hal yang dapat

kita lakukan, antara lain:

1. Pemberian obat harus benar-benar atas indikasi yang kuat dan tepat.

2. Individu yang mempunyai riwayat penyakit asma dan orang yang mempunyai riwayat

alergi terhadap banyak obat, mempunyai risiko lebih tinggi terhadap kemungkinan

terjadinya syok anafilaktik.

3. Penting menyadari bahwa tes kulit negatif, pada umumnya penderita dapat

mentoleransi pemberian obat-obat tersebut, tetapi tidak berarti pasti penderita tidak

akan mengalami reaksi anafilaktik. Orang dengan tes kulit negatif dan mempunyai

riwayat alergi positif mempunyai kemungkinan reaksi sebesar 1 – 3% dibandingkan

dengan kemungkinan terjadinya reaksi 60% bila tes kulit positif.

4. Yang paling utama adalah harus selalu tersedia obat penawar untuk mengantisipasi

kemungkinan terjadinya reaksi anafilaktik atau anafilaktoid serta adanya alat-alat bantu

resusitasi kegawatan. Mempertahankan suhu tubuh dipertahankan dengan

memakaikan selimut pada penderita untuk mencegah kedinginan dan mencegah

kehilangan panas. Jangan sekali-kali memanaskan tubuh penderita karena akan sangat

berbahaya.

10

Page 11: syok anafilaktik

Pemberian Cairan :

1. Jangan memberikan minum kepada penderita yang tidak sadar, mual-mual, muntah

atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.

2. Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau dibius dan yang

mendapat trauma pada perut serta kepala (otak).

3. Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada indikasi

kontra. Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi mual atau muntah.

4. Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama dalam

melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume intravaskuler, volume

interstitial dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti plasma berguna untuk

meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.

KOMPLIKASI (7):

Komplikasi yang terjadi pada syok anafilaktik termasuk :

1. Obstruksi jalan napas bagian atas ( sembab larynx )–> Pasang pipa

endotracheal atau tracheostomI

2. Obstruksi jalan napas bagian bawah ( asma ) –>Beri : Aminofilin, Hidrokortison,

Terbutalin atau pasang ventilator.

3. Renjatan berkepanjangan :

Beri cairan intravena NaCl 0,9% atau koloid.

4. Kadang-kadang perlu diberi Adrenalin intravena dengan dosis 1 ml larutan 1 :

10.000 dengan sangat hati-hati.

Cara membuat larutan : 1 ml larutan 1 : 1000 dilarutkan dalam 10 ml NaCl 0,9%

5. Kadang-kadang perlu diberi obat-obat vasopresor, seperti Norepinephrin,

Metaraminol, dan Dopamin.

6. Bila renjatan belum membaik, ukur CVP.

7. Bila tekanan kurang lebih 12 mm Hg, beri Isoproterenol.

8. Pemantauan ECG.

9. Jantung berhenti :

11

Page 12: syok anafilaktik

o Lakukan pijat jantung.

o Beri napas buatan.

o Beri Natrium Bikarbonat : 0.5 - 1mEq/kgBB

12

Page 13: syok anafilaktik

KESIMPULAN(1,5)

Anafilaksis merupakan kompleks gejala yang timbul secara mendadak (dapat

sangat berat) sebagai akibat perubahan permeabilitas vaskuler dan hiperaktifitas

bronchial karena kerja dari mediator-mediator endogen yang dihasilkan oleh sel-sel

mast dan basofil akibat stimuli antigen. Jadi anafilaksis merupakan reaksi antigen-

antibodi (reaksi hipersensitivitas).

Penderita yang mengalami syok anafilaksis termasuk dalam kegawatan medis

dan harus segera ditangani, karena dapat dengan segera jatuh ke situasi yang

membahayakan jiwa bahkan fatal.

Pengetahuan tentang prosedur penanganan anafilaksis perlu dipahami dan

dikuasai agar kita dapat bertindak dengan cepat dan tepat saat menjumpai kasus

tersebut, dengan demikian dapat terlindung dari tuntutan hukum karena telah

menjalankan prosedur dengan benar.

Perlu kajian mendalam dari kalangan medis dan publikasi kepada publik tentang

reaksi alergi agar tidak diterjemahkan sebagai “mal praktek“.Dikatakan “medical error”

apabila nyata-nyata seseorang yang mempunyai riwayat alergi obat tertentu tetapi

masih diberikan obat sejenis. Karena itu penting untuk memberikan penjelasan dan

catatan kepada penderita yang mempunyai riwayat alergi, agar tidak terjadi reaksi syok

anafilaksis.

13

Page 14: syok anafilaktik

DAFTAR PUSTAKA :

1. Yentis M.S, Hirsch N.P,Smith G.B. Anaesthesia : An Intensive Care A to Z An

Encyclopedia of Principles and Practice. 2nd Edition. Butterworth Heinemann.

Reprinted 2000. 30-31

2. http://www.blogdokter.net/tag/anafilaktik/

3. http://nursingbegin.com/penatalaksanaan-syok-anafilaktik/.accessed on 20th

January 2011

4. Kemp SF. Current concepts in pathophysiology, diagnosis, and management of

anaphylaxis. Immunol Allergy Clin North Am 2001;21:611-634

5. Protocol For Management Of Anaphylactic Shock. Manitoba.Revised November

2007. Available at :

http://www.gov.mb.ca/health/publichealth/cdc/protocol/anaphylactic.pdf

6. Schwartz LB. Systemic anaphylaxis, food allergy, and insect sting allergy. In:

Goldman L, Ausiello D, eds. Cecil Medicine. 23rd ed. Philadelphia, Pa: Saunders

Elsevier; 2007:chap 274.

7. http://blog.ilmukeperawatan.com/penatalaksanaan-anafilaksis.html.accessed on

23rd January 2011

8. http://www.farmasiku.com/index.php?target=pages&page_id=Syok_Anafilaktik.

Accessed on 24th January 2011

9. http://alirifan.blogspot.com/2007/11/penatalaksanaan-syok-anafilaktik.html.

accessed on 20th January 2011

10.http://firstaid.about.com/od/cpr/qt/09_2010_CPR_Guidelines.htm.accessed on

23rd January 2011

14