syarifudin, dakwah mencegah konflik keluarga

162
Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 1

Upload: syarifudin-amq

Post on 04-Dec-2014

163 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 1

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kondisi Dusun Kembang Buton di tengah kota

Ambon yang diapit oleh dua Perguruan Tinggi

Universitas Darussalam dan IAIN Ambon tetapi sampai

saat ini belum mendapat pelayanan pemberdayaan dari

berbagai aspek. Hal ini menunjukkan bahwa peran

perguruan tinggi sebagai pencerah di tengah masyarakat

belum tampak secara maksimal. Salah satu aspek yang

menjadi permasalahan adalah pemahaman akan

pentingnya pendidikan belum menjadi kewajiban,

kebutuhan, untuk mencerahkan remaja masjid Al-

Hidayah di dusun Kembang Buton.

Misalnya penataan masjid yang belum maksimal

dalam melayani umat, kurangnya pendidikan agama

pada remaja, kebiasaan minum minuman keras,

kebiasaan merayakan pesta joget untuk berbagai

perayaan seperti perkawinan anak-anak mereka selalu

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 3

dirayakan dengan pesta joget. Selain itu kebiasaan

mereka juga yaitu judi yang sering dilakukan oleh para

remaja yang marak di tengah masyarakat. Hal ini kerap

kali menimbulkan prilaku yang kurang baik dan bahkan

dapat meresahkan masyarakat.

Perilaku bermasalah (problem behavior) remaja

masjid. Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah,

atau kampus dapat dikatakan masih dalam kategori

wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

Problematika ini memberikan dampak terhadap

perkembangan prilaku remaja dan lingkungan

masyarakat. Keadaan ini menjadikan remaja masjid

menjadi sentral pemberdayaan akibat lemahnya

pembinaan pada remaja di dusun Kembang Buton.

Akibat kurangnya pembinaan remaja masjid kondisi

masyarakat di Kembang Buton termasuk masyarakat

yang kurang sehat. Karena kondisi remaja kurang sehat

inilah sehingga fokus pemberdayaan ini dikonsentrasikan

pada remaja masjid Al-Hidayah di dusun Kembang

Buton.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 4

Remaja masjid adalah aset terbesar dalam sumber

daya yang akan menggerakkan regulasi interaksi sosial di

dalam masyarakat. Ia adalah sosok sumber daya yang

dinamis dan jika tidak ada pemberdayaan dan

pembinaan secara intensif maka dapat melahirkan

problematika sosial.

Pemberdayaan remaja mulai pada tahun 1995-1998

awalnya dilakukan oleh Ibnu Jarir dan Marzuki sebagai

orang pertama yang membuat pemberdayaan di Dusun

Wara kemudian dirubah menjadi dusun Kembang Buton.

Tapi pemberdayaan ini tidak mencakup pada semua

masyarakat tetapi akan ditekankan pada kelompok

remaja. Pilihan remaja dalam pemberdayaan ini

dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa unsur penting di

tengah masyarakat adalah remaja, karena remaja kerap

kali menjadi salah satu penyebab keresahan di tengah

masyarakat seperti di jalan raya, dan tempat-tempat

umum di kota Ambon dan juga terjadi di daerah lain

sebagaimana yang ditayangkan di media massa.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 5

Akhir-akhir ini di media massa kerap kali terjadi

tawuran pelajar sehingga Televisi Republik Indonesia

pusat mengundang para pakar dibidangnya untuk

mencari solusi. Isu ini juga menjadi tema penting dari tim

Lembaga Pemberdayaan IAIN Ambon. Pendamping

sebagai motivator dakwah dan komunikasi persuasif,

mendekati pemuda untuk melakukan dampingan dalam

rangka mencegah remaja dari prilaku yang kurang baik

seperti yang tampak di media massa tanggal 29

September 2012. Untuk menghindari prilaku tawuran ini

tim Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) IAIN

Ambon berpendapat bahwa remaja perlu diselamatkan

dari berbagai prilaku yang tidak baik melalui pendekatan

dakwah dan komunikasi persuasif, empati, dan

partisipatori.

Pendekatan ini kami lakukan berdasarkan hasil

penelitian Syarifudin bahwa untuk meningkatkan

kesadaran remaja perlu dakwah empati, komunikasi

partisipatif, persuasif, dan komunikatif untuk mencegah

terjadinya tawuran remaja khususnya peserta didik di

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 6

kota Ambon yang dilakukan di dusun Kembang Buton.

Pada tanggal 2 September tim LPM bersama pendamping

melakukan observasi awal di Masjid Al-Hidayah dusun

Kembang Buton.

Jarak antara Masjid Al-Hidayah dusun Kembang

Buton dengan IAIN Ambon sekitar 1 km, yang bisa

dijangkau dengan naik kendaran bermotor selama 10

menit. Aktivitas permberdayaan dilakukan setiap malam

minggu atau malam sabtu sebagai jadwal tetap yang telah

disepakati antara tim LPM IAIN Ambon dan pihak

pengurus Remaja masjid Al-Hidayah dusun Kembang

Buton.

Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan dilakukan

setelah shalat Isya.Tim LPM IAIN Ambon bersama tim

pendamping menunaikan ibadah shalat magrib

berjamaah dengan warga dan pengurus Remaja Masjid

Al-Hidayah dusun Kembang Buton. Selain dipilih dari

tim LPM IAIN Ambon kami juga temani oleh tim

pendamping yang sudah kami pilih berdasarkan

spesifikasi keilmuan dan materi pemberdayaan yang ada

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 7

di masjid Kembang Buton tersebut. Tujuan pendamping

ini agar dapat menyaksikan secara seksama problematika

pengelolaan masjid, pembinaan remaja masjid Al-

Hidayah dusun Kembang Buton.

B. Identifikasi masalah pengabdian.

Dari hasil pengamatan awal kami di Kembang

Buton jika menggunakan teori Wikelsyen maka faktor

pertama yang perlu diberdayakan adalah masjid karena

posdaya masjid sebagai spirit untuk melakukan

perbaikan mental masyarakat yang kerap kali minum

minuman keras, joget, dan kurang peduli pada

manajemen masjid. Oleh sebagai itu setelah kami dari tim

LPM IAIN Ambon mengamati mendapatkan beberapa

masalah sosial keagamaan sebagai berikut;

1. Kurangnya sumber daya remaja dalam mengelola

masjid l-Hidayah dusun Kembang Buton.

2. Pemahaman keagamaan yang masih sangat

tradisional yang berdampak pada pola interaksi

sosial yang kurang efektif dan kerap kali terjadi

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 8

problematika sosial yang dihadapai oleh

masyarakat.

3. Memberikan penguatan kepada remaja masjid

dalam hal memakmurkan masjid.

4. Untuk mengetahui wawasan ilmu agama remaja

masjid.

5. Belum adanya pemberdayaan manajamen masjid

pada remas. Pemberdayaan remaja masjid tanggal 3

oktober, daftar hadir, foto dokumentasi. Seperti

Pemberdayaan teknik berkhutbah, membaca al-

Qur’an dengan tartil, dan mengantar khatib,

sebanyak 20 peserta.

C. Rumusan dan batasan Pengabdian

Dari indentifikasi permasalahan pengabdian di atas

untuk lebih fokus karena keterbatasan biaya dan waktu

maka dari sembilan permasalahan tersebut kami

merumuskan dan membatasinya fokus pengabdian

―bagaimana model pemberdayaan remaja masjid dalam

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 9

meningkatkan perannya di tengah masyarakat dusun Kembang

Buton‖

Rumusan pengabdian tersebut untuk lebih tegas

dapat digambarkan unsur-unsur pengabdian yang akan

dilakukan di masjid Al-Hidayah dusun Kembang Buton.

Hal ini dideskripsikan dalam bentuk tabel berikut ini;

No Permasalahan pengabdian Unsur-Unsur pengabdian

1 Gambaran Lokasi Pengabdian

Matriks Kesenjangan

Unsur-Unsur Kesenjangan

2 Strategi Pemberdayaan Remaja Masjid

Pelatihan Manajemen Masjid

Workshop pembinaan Keluarga Sakinah

Pelatihan Ceramah, Khutbah, Imam

3 Hasil Pemberdayaan Kepada Masyarakat

Pencapaian Kognitif

Pencapaian

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 10

Afektif

Pencapaian

Psikomotorik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemberdayaan Remaja masjid

Pemberdayaan remaja masjid dalam meningkatkan

perannya di tengah masyarakat memiliki peran strategis

karena pemuda merupakan agen penggerak dakwah

Islam yang sangat potensial.1 Bagi masyarakat Islam di

Indonesia, masjid selain menjadi tempat beribadah secara

berjamaah dan tempat untuk mendapatkan nasehat-

nasehat, ternyata juga menjadi tempat untuk membangun

kebersamaan dan tatanan nilai. Masjid tidak hanya

memenuhi kebutuhan spiritual, tapi juga memenuhi

1Muh}ammad Zen, Manajemen Masjid Berdasarkan "The Eight

Habit" Selasa, 16 Desember 2008 05:31:48.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 11

kebutuhan sosial, bahkan membentuk tatanan nilai dalam

masyarakat. Landasan dalam pemberdayaan ini merujuk

pada firman Allah swt Artinya :

―Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk‖. (QS At Taubah /9:18).2

Ayat di atas merupakan pengantar dari

pemberdayaan ini, ayat tersebut menunjukkan bahwa

peran strategis masjid tidak hanya sebagai tempat ibadah

dan ritual keagamaan saja tetapi juga mempunyai peran

strategis dalam pemberdayaan umat di Masjid.

Secara etimologis masjid berarti tempat untuk bersujud.

Sedangkan secara terminologis masjid diartikan sebagai

tempat beribadah umat Islam, khususnya dalam

menegakkan seluruh prinsip-prinsip Al-Quran dan

2Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan

Terjemahnya, (Cet. Bandung: Jamanatul ‘Ali, 2004), h. 190

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 12

Sunnah.3 Disamping itu masjid juga sering disebut

dengan Baitullah (rumah Allah), yang merupakan

bangunan yang didirikan sebagai sarana pengabdian

kepada Allah. Oleh karena itu, masjid merupakan

bangunan yang sengaja didirikan umat muslim untuk

melaksanakan shalat berjamaah dan berbagai keperluan

lain yang terkait dengan kemaslahatan umat muslim.

Sejarah menujukkan bahwa pada waktu Nabi

Muhammad SAW hijrah dari Mekah ke Madinah

ditemani sahabat beliau, Abu Bakar ra, pada waktu

melewati daerah Quba di sana beliau mendirikan Masjid

pertama sejak masa kenabiannya, yaitu Masjid Quba.

Setelah di Madinah Rasulullah juga mendirikan Masjid,

tempat umat Islam melaksanakan shalat berjama’ah dan

melaksanakan aktivitas sosial lainnya yang kemudian

disebut dengan Masjid Nabawi.

3Abu> al-Fida> Isma>’i>l bin Umar bin Kas \i>r al-Quraisyi> al-Dimasyqi>,

Tafsir Alqur’an al-‘az}im (Cet. II; Beirut: Dar T{aibah, 1999 M. 1920 H), h.

189.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 13

Kata masa>jidallah bermakna seluruh masjid di

permukaan bumi ini, sedangkan kata masjidallah yakni

masjidil Haram di Mekah.4 Selain firman Allah yang

dijelaskan dalam surah Attaubah Rasulullah saw. juga

bersabda pentingnya umat Islam memakmurkan masjid

yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai berikut:

ر حسبت أنه قال - من ب نى مسجدا لله ت عالى - ي بتغى به وجه الله - قال بكي ب نى الله له ب يتا ى الجن

Artinya: "Barang siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangunkan baginya rumah di surga." (HR Muslim).5

Hadis itu jelas sekali maksudnya, tapi kadang selalu

dipahami secara harfiah, tanpa mengkaji nilai dari makna

hadis tersebut secara konprehensip serta beranggapan

bahwa cukup menjadi panitia pembangunannya, Allah

4Abu> al-Fida> Isma>’i>l bin Umar bin Kas \i>r al-Quraisyi> al-Dimasyqi>,

Tafsir Alqur’an al-‘az}im (Cet. II; Beirut: Dar T{aibah, 1999 M. 1920 H), h.

189.

5Abu> al-Husain Muslim bin Hajja>j al-Qusyairi> an-Nai>sa>bu>ri>, al-

Jami al-Sah}ih yang dikenal dengan Sah}ih Muslim (Cet. T.c. Beirut: Dar al-

jilid II t.t.), h. 68.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 14

swt. sudah membangunkan manusia rumah di syurga.

Konteks hadis tersebut penulis fahami bahwa

optimalisasi fungsi masjid diberbagai bidang termasuk

mengembangkan Dakwah. Kecenderungan membangun

masjid tetapi fungsi dan pemeliharaannya tidak menjadi

perhatian bagi umat.

Sejarah juga mencatat bahwa, masjid mengalami

perkembangan yang pesat, baik dalam bentuk bangunan

maupun fungsi dan perannya. Hampir dapat dikatakan,

dimana ada komunitas muslim disitulah ada Masjid.

Memang umat Islam tidak bisa terlepas dari Masjid.6

Disamping menjadi tempat beribadah, Masjid telah

menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar

pengalaman, pusat da’wah dan lain sebagainya.

Pemberdayaan remaja masjid dalam meningkatkan

perannya di tengah masyarakat

6Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (Cet. IV;

Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), h. 166. Menurut ahli tarikh Ibnu H{isyam

(w 213 H) penguatan sistem yang dibentuk Rasulullah saw. setelah

menerima surat permintaan Dai dari warga Yatsrib untuk membentuk sub

sistem informasi Dakwah.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 15

Pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafa Ar

Rasyidin, masjid berfungsi sebagai tempat beribadah,

menuntut ilmu, dan merencanakan kegiatan

kemasyarakatan. Kaum muslimin membicarakan

masalah-masalah agama, pendidikan, sosial, politik, dan

berbagai masalah kehidupan di masjid, mengajak

manusia pada keutamaan, kecintaan, pengetahuan,

kesadaran sosial, serta pengetahuan tentang hak dan

kewajiban kepada Allah. Bermula dari masjid pula,

mereka menyebarkan akhlak Islam dan memberantas

kebodohan. Oleh karena itu, masjid merupakan tempat

paling baik bagi kegiatan pendidikan dan pembentukan

moral keagamaan.

Perkembangan selanjutnya, di Indonesia banyak

Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid

Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang

lainnya. Masjid didirikan untuk memenuhi hajat umat,

khususnya kebutuhan spiritual, guna mendekatkan diri

kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi

kepada Allah Swt. Masjid menjadi tambatan hati,

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 16

pelabuhan pengembaraan hidup dan energi kehidupan

umat.

Dari sisi pertumbuhannya, masjid di Indonesia

sangat menggembirakan karena dari tahun ke tahun

jumlahnya kian bertambah. Kendati demikian, secara

jujur harus diakui, bahwa pemanfaatannya belum

optimal. Oleh karena itu, perlu diupayakan berbagai

usaha untuk memakmurkannya, di samping

memfungsikannya semaksimal mungkin secara terus

menerus.

Karenanya, menjadi tanggung jawab umat Islam

khusus para pengelolanya untuk mengembalikan masjid

sesuai fungsinya semula sebagai pusat segala kegiatan

kaum muslimin. Akan tetapi, untuk memakmurkan

masjid melalui optimalisasi peran dan fungsinya tersebut

di atas tidaklah mudah, diperlukan kemampuan

manajerial idarah dan kesiapan waktu dari para pengelola

masjid. Tentunya harus ada pembenahan internal dari

jamaah masjid itu sendiri. Setidaknya, ada beberapa hal

yang harus diperhatikan, antara lain, mengaktifkan

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 17

kepengurusan masjid, mengaktifkan kegiatan masjid,

meningkatkan kepedulian terhadap amanah masjid,

meningkatkan kualitas manajemen idarah masjid dan

pemeliharaan fisik ri’ayah masjid.

B. Teori Masjid dan Pemberdayaan

1. Pengertian Masjid

Kata masjid berasal dari bahasa Arab yaitu: sajada,

yasjudu, sujudan yang berarti sujud7 atau tunduk. Masjid

juga terambil dari kata sajada yang berarti patuh, taat

serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.8 Dari fi’il

(kata kerja) sajada mendapat tambahan huruf min,

sehingga menjadi isim makan (kata benda yang

menunjukkan tempat) yang menyebabkan terjadinya

perubahan dari bentuk kata kerja (sajada) berarti masjidu.9

7 Louis ma’luf (Beirut: Al-Matba’ah al-Qanun al-hakikiyah, 1952),

h. 329.

8 M .Quraish Shihab, Wawasan Al-quran (Cet. VIII; Bandung: Mizan

1998). h. 23.

9Sidi Gazalba, Masjid Sebagai Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam

(Jakarta: Pustaka Husna, 1994), h. 188.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 18

Dalam kamus bahasa indonesia dikatakan bahwa

masjid berarti rumah tempat sembahyan (salat) bagi umat

islam.10 Dalam kamus istilah agama dikatakan masjid

adalah tempat sujud umat Islam menunaikan ibadah

shalat zikir kepada Allah swt.11 Masjid dapat pula

diartikan meletakkah dahi, kedua tangan, lutut dan kaki

ke bumi yang kemudia dinamai sujud. Oleh karena itu

syariat adalah bentuk syariah lahiriah yang paling nyata

dari makna-makna di atas. Itulah sebabnya mengapa

bangunan yang dikhususkan untuk melaksanakan s}alat

dinamai masjid yang artinya tempat sujud.12

Dalam pengertian sehari-hari, masjid merupakan

bangunan tempat shalat kaum muslimin, yang

mengandung makna tunduk dan patuh. Hakekat masjid

adalah tempat melakukan segala aktifitas yang

10WJS. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai

Pustaka 1987), 649.

11Shadiq dan Salahuddin Chaeri, Kamus Istilah Agama (Jakarta: CV.

Sientarama, 1983), h. 213.

12M. Quraish Shihab, op. cit. h. 460.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 19

menagandung kepatuhan kepada Allah semata.13 Masjid

adalah lembaga risalah tempat mencetak umat yang

beriman, beribadah, menghubungkan jiwa dengan sang

khalik, umat yang beramal shaleh dalam kehidupan

masyarakat, umat yang berwatak dan berakhlaq teguh.14

Dengan demikian masjid sebagai pusat informasi dan

komunikasi umat islam baik secara hablum minanllah

maupun hablum minannas.

Dalam konteks perkemban informasi dewasa ini

dengan mengefektifkan seluruh infrastruktur kemasjidan

seperti: Imamnya, Muazzinnya, Tenaga Kearsipan,

Clenning Services, Sucurity, Dan tenaga dakwah, Membuat

renstra dakwah di masjid: mulai dari Perencanaan

13Sofyan Syafri Harahap, Manajen Masjid: Suatu pendekatan

Teoriritis dan Organisatoris (Cet. II; Yogyakarta: Dana Bhakti prima Yasa,

1993), h.4. lihat juga di Tesis Tajuddin Hajma dengan Judul: Pemberdayaan

Masjid Sebagai Media Komunikasi Islam. h.17.

14Yusuf Qardawi, AL-Dawabit al-Syariyah li binai al-Masajid, di

terjemahkan oleh: Abdul Hayyie al-Kattani (Cet. I; jakarta: gema Insani

Press, 2000), h. h. 7.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 20

dakwah, pengorganisasi, pelaksanaan, pengarsipan dan

controling.15

Peradaban moderen ini kecendrungan umat dalam

memanfaatkan masjid telah mengikuti perkembangan

zaman dengan menyesuaikan dengan konteks moderen

khususnya menggunakan teknologi informasi sebagai

alat penunjang dalam melakukan aktifitas dakwah.

Seperti contoh dalam mendesain sebuah masjid yang

kokoh dipanggil tenaga arsitek komputer grafis dan

penggunan radio, TV, Internet dan media informasi dan

komunikasi lainnya dalam pelayanan umat. Dari

kemajuan tersebut peran masjid sebagai wadah aktifitas

ibadah dan publikasi Islam sebagaimana peran

Rasulullah saw.. di Madinah dalam membangun sistem

informasi Masjid dapat dilihat sebagai berikut:

1. Masjid dijadikan sebagai tempat menjaga diri dari serangan musuh.

15Ahmad Yani, Menuju umat terbaik: Kumpulan Buletin Artikel

Dakwah Khaeru Ummah (Jakarta: Khaeru Ummah, 1996), h. 157-159.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 21

2. Kalender Islam dimulai pada tanggal 12 Rabiul Awal permulaan tahun hijria pada tanggal 1 muharam.

3. masjid juga dijadikan sebagai syiar perkembangan agama Islam di mekah dan madinah.

4. masjid dijadikan sebagai satu sistem ikatan kekeluargaan antara kaum anshor dan muhajirin dengan satu prinsip yakni keimanan kepada Allah swt.

5. Masjid dijadikan sebagai pusat gotong royong umat islam demi kemaslahatan bersama.16

Ahmad Sutarmadi yang diungkapkan pada tahun

2002 dalam bukunya pemberdayaan masjid menjelaskan

bahwa masjid pada masa Rasul saw dan para sahabat

sudah mulai difungsikan mencakup semua aspek

kehidupan umat Islam waktu itu. Fungsi masjid

menempati posisi Central sebagai Sistem Informasi Islam

(Islamic Centre Information).17 Masjid sebagai pusat

pembinaan umat Islam, sekretariat pemerintah Islam,

pusat dakwah, dan pengembangan kebudayaan Islam,

16 Moh. E. Ayub. Op. cit. h. 10.

17Faizah, et.al, Psikologi Dakwah (Cet. II; Jakarta: Prenada Group,

2009), h.viii

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 22

mahkamah Islam dan baitul mal (lembaga pemberdayaan

ekonomi umat Islam) sebagai pusat kesejahteraan

ekonomi kerakyatan yang dikembangkan oleh kelompok

umat memakmurkan masjid Allah masjid dalam terapi

mengatasi kemiskinan, sebagaimana Firman Allah QS at-

Taubah (9) : 18

Terjemahnya Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

Kata masa>jidallah bermakna semua masjid di

permukaan bumi ini, sedangkan kata masjidallah yakni

masjidil haram di Mekah.18 Hikmah yang dapat dipetik

dari ayat tersebut adalah masjid dipermukaan bumi

adalah media atau tempat paling ampuh membangun

skill mental/jiwa untuk melahirkan quantum ikhlas

sehingga melahirkan ekosistem dakwah yang sehat.

18Abu> al-Fida> Isma>’i>l bin Umar bin Kas \i>r al-Quraisyi> al-Dimasyqi>,

Tafsir Alqur’an al-‘az}im (Cet. II; Beirut: Dar T{aibah, 1999 M. 1920 H), h.

189.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 23

Kriteria masjid yang memiliki sentral dakwah yang sehat

adalah melahirkan umat yang tangguh dan tidak pernah

pasrah dengan kondisi apapun.

2. Teori Pemberdayaan

Teori pemberdayaan remaja sebagai instrumen

mengungkap dan membedah problematika remaja

menggunakan beberapa teori pemberdayaan untuk

mendapatkan gambran secara komprehensip bagaimana

cara memberdayakan remaja di Dusun Kembang Buton.

Proses sosial multi dimensi yang bertujuan untuk

membantu individu/kelompok agar dapat memperoleh

kendali bagi kehidupan mereka sendiri dalam memenuhi

kebutuhan dasaranya sesuai prinsip Al-Quran dan

Sunnah. Untuk memahami pemberdayaan menurut Page

dan Czuba ada 3 komponen penting :

1. Pemberdayaan bersifat multi dimensi, dimana

terlibat didalamnya dimensi sosiologi, psikologi,

ekonomi dan dimensi lainnya. Pemberdayaan dapat

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 24

berlangsung pada berbagai jenjang, seperti:

individu, kelompok dan komunitas/masyarakat.

2. Pemberdayaan adalah suatu proses sosial

3. Pemberdayaan merupakan suatu proses yang mirip

dengan suatu perjalanan bagi pihak yang sedang

membangun.19

Sumodiningrat, bahwa pemberdayaan masyarakat

merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat

lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka

miliki untuk bertahan dalam setiap perubahan sosial.

Pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua

kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat sebagai

pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh

kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.20 Teori

Pemberdayaan ini relevan dengan pandangan Rappaport

bahwa pemberdayaan: pemahaman secara psikologis

19 Page dan Czuba, Teori Pemberdayaan Masyarakat diterjemahkan

oleh: Usman Jide (Cet. I; Makassar: Berkah Utami, 2009), h. 66.

20 Sumodiningrat, Pemberdayaan Masyarakat (Cet. I; Jakarta: 1999),

h.98.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 25

pada masyarakat yang diberdayakan dan pengaruh

kontrol individu memiliki peran di tengah keadaan sosial,

seperti kekuatan politik, budaya, dan ekonomi.21

Berbagai pandangan para tokoh teori pemberdayaan

cukup mendapatkan gambaran dalam melihat

problematika pemberdayaan masyarakat di Dusun

kembang Buton di kota Ambon. Tetapi selain teori

pemberdayaan tersebut ada juga teori pemberdayaan

yang telah di undang-undangkan oleh Mc. Ardle pada

tahun 1989 bahwa pemberdayaan adalah proses

pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara

konsekwen melaksanakan keputusan tersebut agar cara

mencapai tujuan secara kolektif lebih sistematis, terukur,

dan memiliki metodologi yang teratur serta memiliki

kemandirian.

Dari teori Pemberdayaan tersebut tentunya masih

banyak lagi teori pemberdayaan yang tidak diungkapkan

21 Rappaport, Teori Pemberdayaan Dalam perspektif Lingkungan,

diterjemahkan oleh; Muhaimin dkk (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 1987),

h.121.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 26

dalam kajian teori tetapi hemat penulis dari teori yang

telah diungkapkan yang berhubungan dengan

pemberdayaan remaja masjid di Dusun Kembang Buton

telah memenuhi standar untuk membedah problematika

remaja untuk memiliki kemandirian dalam menata dan

merespon setiap persoalan kehidupan ditengah

masyarakat dengan baik dan tertib.

C. Paradigma Teori Pemberdayaan

Teori Pemberdayaan remaja masjid dalam

meningkatkan perannya di tengah masyarakat ini juga

didasarkan pada suatu konsep bahwa manusia

merupakan suatu sistem energi yang dinamis meliputi

respon terhadap rangsangan, dorongan, dan proses

penalaran untuk memelihara keseimbangan dalam

merespon sistem-sistem energi lain, sehingga

pembelajran dapat berinteraksi melalui organ rasa.22

Merujuk pada teori ini, juga mendasar adanya tingkah

laku (behaviorisme) manusia merupakan

22 http://antoniusmakas.blogspot.com/2010/05/teori-belajar-

psikologi-daya.html

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 27

tanggapan (respon) terhadap (stimulan) yang

disebabkan oleh sesuatu yang dilihatnya. Jadi, terjadinya

tingah laku disebabkan oleh sesuatu yang lain. dengan

demikian munculah dua aliran;

1. Koneksinoisme atau asosianisme, yaitu terjadinya

tingkah laku manusia karena respon yang

disebabkan oleh stimulan lain dimana satu dengan

lainnya saling berhubungan.

2. Konotivisme, yakni terjadinya tingkah laku

manusia karena kemampuan manusia untuk

mengetahui dan membuat hubungan antara

komponen yang diketahuinya. kemampuan

mengetahui (kognitif) inilah menjadi respon

seseorang terhadap sitimulan semakin kuat.23

Dari eksperimen itu dapat ditarik kesimpulan

bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus

dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan

23 Ibid

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 28

pengkondisian tertentu. Pengkondisian itu dengan

melakukan pancingan dengan sesuatu yang dapat

menumbuhkan peserta memahami materi pelajaran

melalui perlakuan dan penguatan dari guru. Adapun

teori penguatan pembelajaran tersebut antara lain;

a. Teori penguatan (reinforcement); Teori penguatan

atau reinforcement merupakan pengembangan lebih

lanjut dari teori koneksionisme. Kalau pada

pengkondisian (conditioning) yang diberi kondisi

adalah perangsangannya (stimulus), maka pada

teori penguatan yang dikondisikan atau diperkuat

adalah responsnya. Seorang anak yang

diberdayakan dengan giat dan dia dapat

menjawab semua pertanyaan dalam ulangan atau

ujian, maka guru memberikan penghargaan pada

anak ini dengan nilai yang tinggi, pujian atau

hadiah. Berkat pemberian penghargaan ini, maka

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 29

anak tersebut akan pemberdayaan lebih rajin dan

lebih bersemangat lagi.24

b. Teori Cognitive Gestalt-Field; Teori pemberdayaan

Gestalt (Gestal Theory) lahir di Jerman pada tahun

1912 dipelopori dan dikembangkan oleh Max

Wertheimer (1880-1943) yang meneliti tentang

pengamatan dan problem solving, dari

pengamatannya ia menyesalkan penggunaan

metode menghapal di sekolah, dan menghendaki

agar remaja pemberdayaan dengan pengertian

bukan hapalan akademis.25

c. Teori Pemahaman (insight) Suatu konsep yang

penting dalam psikologi Gestalt adalah tentang

insight yaitu pengamatan dan pemahaman

mendadak tentang hubungan-hubungan antar

bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan.

Dalam pelaksanaan pemberdayaan teori Gestalt,

24ibid

25 Woolfolk, Anita. Educational Psychology. (Needham Height :

Allyn and Bacon Sage Press, 1995), h. 291

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 30

guru tidak memberikan potongan-potongan atau

bagian-bagian bahan ajar, tetapi selalu dalam satu

kesatuan yang khusus. Guru memberikan satu

kesatuan situasi atau bahan yang mengandung

persoalan-persoalan, dimana anak harus berusaha

menemukan hubungan antar bagian, memperoleh

insight agar ia dapat memahami keseluruhan

situasi atau bahan ajar tersebut. Menurut teori

Gestalt ini pengamatan manusia pada awalnya

bersifat global terhadap objek-objek yang dilihat,

karena itu pemberdayaan harus dimulai dari

keseluruhan, baru kemudian berproses kepada

bagian-bagian. Pengamatan artinya proses

menerima, menafsirkan, dan memberi arti

rangsangan yang masuk melalui indera seperti

mata dan telingan.26

d. Teori pemberdayaan Goal Insight; Teori

pemberdayaan Goal Insight menurut para ahli ialah

26Ibid

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 31

individu selalu berinteraksi dengan lingkungan.

Perbuatan individu selalu bertujuan, diarahkan

kepada perbuatan hubungan dengan lingkungan.

Pemberdayaan adalah usaha untuk

mengembangkan pemahaman tingkat tinggi.

Pemahaman yang bermutu tingkat tinggi adalah

pemahaman yang telah teruji, yang berisi

kecakapan menggunakan suatu objek, fakta,

proses, ataupun ide dalam berbagai situasi.

Pemahaman tingkat tinggi memungkinkan

seseorang bertindak inteligen, berwawasan luas,

mampu memecahkan berbagai masalah.

e. Teori pemberdayaan Cognitive Field; Kurt Lewin (

1892-1947) yang mengembangkan teori ini, dengan

menaruh perhatian kepada kepribadian dan

psikologi sosial. Lewin berpendapat bahwa

tingkah laku merupakan hasil interaksi antar

kekuatan-kekuatan, baik yang dari diri individu

seperti tujuan, kebutuhan, takanan kejiwaan,

maupun dari luar diri individu seperti tantangan

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 32

dan permasalahan. Medan kekuatan psikologis

dimana individu bereaksi disebut life space yang

mencakup perwujudan lingkungan dimana

individu bereaksi, misalnya orang-orang yang

mereka temui, objek materiil yang ia hadapi dan

funsi-fungsi kejiwaan yang mereka miliki27

6. Proses Pemberdayaan.

Dalam Al-Quran memberikan inspirasi sebuah teori

pemberdayaan dengan mengenal benda-benda. Hal ini

dijelaskan dal surah Al-Baqarah ayat 31-33.

Terjemahnya: 31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" 32. mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana[35]."

27Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. (Cet. II; Jakarta : kencana Perdana Media Group, 2006), h. 103.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 33

33. Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka Nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka Nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan.28

Sebenarnya terjemahan hakim dengan Maha

Bijaksana kurang tepat, karena arti hakim ialah: yang

mempunyai hikmah. Hikmah ialah penciptaan dan

penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan

faedahnya. di sini diartikan dengan Maha Bijaksana

karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti

Hakim.29 Pemberdayaan Al-Quran itu adalah hikmah dan

memiliki potensi pemberdayaan untuk mencerdaskan

kondisi spiritual, intelektual, dan kecerdasan sosial bagi

peserta didik atau santri yang memgikuti

pempemberdayaanan Al-Quran.

28Al-Quran Suyrah Al-Baqarah ayat 31-33.

29Penjelasan Departemen agama terhadap kata ‚hikmah‛ dalam Al-

Quran Suyrah Al-Baqarah ayat 31-33.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 34

Dalam konteks pemahaman para ahli balagha

membuat metodologi memahami objek atau tanda secara

ma’ani (kecerdasan memahami objek), bayani

(kecerdasan menjelaskan objek), badi (kecerdasan

membahasakan objek).30 Inilah yang dikembangkan

dalam proser pemberdayaan memahami, menjelaskan

dan mengkomunikasikan setiap respon yang dicerna

panca indra manusia.

Selain ayat di atas Allah juga berfirman dalam Al-

Quran Surah al-Rahman ayat 1 sampai dengan ayat 4.

Ayat ini menjelaskan proses pemberdayaan manusia

Allah yang memberi daya untuk mampu

memberdayakan dan mengucapkan sesuatu berdasarkan

karunia dan kasih sayangnya. QS Ar-Rahman/55:1-4.

Terjemahnya: 1. (Tuhan) yang Maha pemurah, 2. yang telah mengajarkan Al Quran. 3. Dia menciptakan manusia.

30Syarifudin, Sistem Informasi Dakwah (Cet. I; Makassar:

University Press, 2012), h. 68.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 35

4. mengajarnya pandai berbicara.31

Proses pemberdayaan adalah wujud pemberdayaan

serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat syaraf

individu yang pemberdayaan melafalkan dan melagukan

ayat Al-Quran. Proses pemberdayaan terjadi secara

abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat

diamati. Oleh karena itu, proses pemberdayaan hanya

dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang

yang berbeda dengan sebelummnya .

Perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal

pengetahuan, afektif, maupun psikomotoriknya. 32

Syarifudin mengemukakan dalam disertasinya bahwa

proses komunikatif itu terjadi jika adanya adanya responj

kode dalam mengemukakan pesan-pesan dalam peroses

komunikasi. Hal ini menggambarkan bahwa

pemberdayaan bisa efektif jika adanya kesamaan

keinginan dalam proses pemberdayaan.

31Al-Quran Surah Ar-Rahman Ayat 1-4.

32op.cit

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 36

Berhasil atau gagalnya pencapain tujuan 33 amat

tergantung dari proses pemberdayaan yang dialami

remaja. Kaitannya dengan pemberdayaan remaja masjid

di Dusun Kembang Buton beberapa teori-teori yang

dikemukakan oleh para ahli dalam melakukan

pemberdayaan. Menurut Gagne (1984) pemberdayaan

adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme

berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Proses

Pemberdayaan menurut pandangan Jerome S. Bruner;

Jerome S. Bruner (1960) seorang ahli psikologi

perkembangan dan psikologi pemberdayaan.

Bruner tidak mengembangkan suatu teori

pemberdayaan yang sistematis, yang penting baginya

ialah cara-cara bagaimana orang memilih,

mempertahankan, dan mentransformasikan informasi

secara efektif, ialah menurut Bruner inti dari

pemberdayaan. Menurutnya dalam proses

pemberdayaan dapat dibedakan menjadi tiga fase yaitu:

33op.cit

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 37

(1) informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah

informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah

kita miliki, ada yang memperhalus dan

memperdalamnya ada pula informasi yang bertentangan

dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya, misalnya

ada energi yang lenyap; (2) Transformasi, informasi itu

harus dianalisis, diubah atau ditransformasikan kedalam

yang lebih abstrak, atau konseptual agar dapat

digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini

bantuan guru sangat diperlukan; dan (3) Evaluasi

kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang

kita peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan

untuk memahami gejala-gejala lain.

Dalam proses pemberdayaan ketiga episode ini

selalu ada, yang menjadi masalah ialah berapa banyak

informasi diperlukan agar dapat ditransformasi. Lama

tiap episode tidak selalu sama, hal ini antara lain

tergantung pada hasil yang diharapkan, motivasi remaja

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 38

pemberdayaan, minat, keinginan untul mengetahui, dan

dorongan untuk menemukan sendiri.34

Dalam kajian ini tim LPM IAIN Ambon perlu

mendemonstrasikan berbagai macam teori

pemberdayaan agar memiliki kekayaan cara pandang

dalam memetakan problematika remaja masjid Dusun

Kembang Buton berikut ini paradigma para ahli dalam

melakukan pemberdayaan dan proses pemberdayaan;

a. Proses pemberdayaan menurut pandangan Robert

M. Gagne Pemberdayaan adalah proses yang

kompleks, sejalan dengan itu menurut Robert M.

Gagne (1970) pemberdayaan merupakan kegiatan

yang kompleks dan hasil pemberdayaan berupa

kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan; (1)

stimulusi yang berasal dari lingkungan; dan (2)

proses kognitif yang dilakukan oleh remaja (pelajar).

Setelah pemberdayaan orang memiliki ketrampilan,

pengetahuan, sikap dan nilai. Dengan demikian

34Jerome S. Bruner, Complexs Education Study (New Yor: Sage

Publishing, 2002), h. 67.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 39

dapat ditegaskan, pemberdayaan adalah

seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat

stimulan lingkungan, melewati pengolahan

informasi, dan menjadi kapabilitas baru.

Pemberdayaan terjadi bila ada hasilnya yang dapat

diperlihatkan, anak-anak demikian juga orang

dewasa dapat mengingat kembali kata-kata yang

telah pernah didengar atau dipelajari Gagne (1970)

mengemukakan bahwa pemberdayaan adalah

perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia

yang terjadi setelah pemberdayaan secara terus

menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses

pertumbuhan saja. Pemberdayaan terjadi apabila

suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan

mempengaruhi santri sedemikian rupa sehingga

perbuatannya (performance) berubah dari waktu

sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu setelah ia

mengalami situasi tadi. Gagne berkeyakinan, bahwa

pemberdayaan dipengaruhi oleh faktor dalam diri

dan faktor luar diri dimana keduanya saling

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 40

berinteraksi. Komponen-komponen dalam proses

pemberdayaan menurut J.B. Watson yang dikutip

H.M. Arifin dapat di gambarkan sebagai (S)

stimulus (R) respons. S yaitu situasi yang memberi

stimulus, sedangkan R adalah respons dan garis

diantaranya adalah hubungan antara stimulus dan

respon yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak

dapat kita amati, yang bertalian dengan sistem

syaraf dimana terjadi transformasi perangsang yang

dierima melalui alat indra.35 Stimulus itu

merupakan input yang berada diluar individu,

sedangkan respons adalah outputnya, yang juga

berada diluar individu sebagai hasil pemberdayaan

yang dapat diamati (Nasution, 2000:136).36 Ada tiga

komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu

stimulus dari lingkungan dalam acara

pemberdayaan, kondisi internal yang

35H.M. Arifin, Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar (Cet. VI;

Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 13.

36Ibid

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 41

menggambarkan keadaa internal da proses kognitif

santri dan hasil pemberdayaan yang

menggambarkan informasi verbal, ketrampilan

intelek, ketrampilan motorik, sikap, dan siasat

kognitif. Kondisi internal pemberdayaan ini

berinteraksi dengan kondisi eksternal

pemberdayaan, dari interaksi tersebut tampaklah

hasil pemberdayaan.

b. Proses pemberdayaan dilihat dari proses

pengajaran; Kegiatan mengajar tidak dapat

dilepaskan dari pemberdayaan, sebab keduanya

merupakan dua sisi dari sebuah mata uang.

Mengajar merupakan suatu upaya yang dilakukan

guru agar santri pemberdayaan dapat melakukan

perubahan tingkah lakunya (Sukmadinata, 1987).37

c. Pemberdayaan intuitif; Orang lebih mudah

membahas atau melakukan pemikiran analitik yang

lebih bersifat konkret daripada berpikir intuitif yang

37Ibid

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 42

lebih abstrak. Berpikir analitik meliputi suatu

rentetan langkah-langkah. Langkah-langkah

tersebut bersifat eksplisit dan biasanya dapat

disampaikan kepada orang lain. Hasil-hasil

pemikiran ini berupa informasi atau operasi. Model

pemikiran ini mengunakan proses pemikiran secara

deduktif dengan bantuan model konsep matematika

atau logika, menggunakan prinsip penelitian,

eksperimen dan analisis statistik.

Berpikir intuitif tidak memiliki langkah-langkah

yang dapat dirumuskan secara pasti dan teliti, lebih

merupakan suatu manuver yang didasarkan atas persepsi

implisit dari keseluruhan masalah. Pemikir sampai pada

suatu jawaban mungkin benar mungkin juga tidak,

dengan sedikit pernyataan tentang proses

pencapaiannya. Ia sering jarang dapat menjelaskan

bagaimana memperoleh jawaban, mungkin juga ia tidak

menyadari aspek-aspek dari situasi masalah yang ia

hadapi/kerjakan. Biasanya proses pemikiran intuitif ini

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 43

berkenaan dengan domain kognitif terutama dengan

struktur pengetahuan, yang memungkinkan ia

melangkah atau meloncat atau memotong jalan pendek

untuk sampai pada suatu jawaban atau pemecahan. Hasil

berpikir intuitif dapat dicek dengan kesimpulan dari hasil

analitik.

Kedua model pemikiran ini dapat saling

komplemen. Melalui berpikir intuitif seseorang

memungkinkan sampai pada jawaban atau pemecahan

yang sama sekali tak dapat dipecahkan atau lambat sekali

bila mengunakan pemecahan melalui proses analitik.

Kemungkinan dapat terjadi pada suatu saat pemikir

intuitif dapat menemukan masalah yang sama sekali tak

dapat ditemukan oleh pemikir analitik. Pemecahan

intuitif mungkin lebih cepat dibandingkan dengan

pemecahan analitik. Hasil pemecahan intuitif dapat dicek

oleh hasil pemecahan analitik. Berikut ini dalah faktor-

faktor yang mempengaruhi berpikir intuitif:

1) Faktor Pemberdaya. Apakah remaja-remaja akan turut

berpikir intuitif, bila gurunya melakukan demikian?

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 44

Remaja tidak akan berpikir intuitif andaikan

mereka tidak pernah melihat bagaimana gurunya

melakukan demikian dengan hasil baik.

2) Penguasaan bahan. Orang yang menguasai bidang

ilmu tertentu akan lebih sering berpikir intuitif bila

dibandingkan dengan orang yang tidak

menguasainya. Seorang dokter spesialis yang

berpengalaman dapat mengadakan diagnosis yang

tepat berdasarkan beberapa pertanyaan. Intuisi

adalah memperoleh jawaban berdasarkan

keterangan yang sangat terbatas. Tertentu saja selalu

ada kemungkinan bahwa hasil pemikiran intuisi

tidak benar dan karena itu perlu lagi diselidiki.

3) Struktur pengetahuan. Memahami struktur atau seluk

beluk suatu bidang ilmu memberi kemungkinan

yang lebih besar untuk berpikir intuitif. Dalam

matematika misalnya, ditekankan agar anak-anak

memahami struktur bidang studi itu.38

38Ibid

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 45

4) Prosedur heuristik. Yaitu mencari jawaban dengan

cara yang tidak ketat, misalnya menganjurkan

remaja-remaja untuk menemukan jawaban atas

masalah yang pelik dengan memikirkan masalah

yang ada persamaannya yang lebih sederhana atau

berpikir secara analogi, berdasarkan simetri, atau

dengan melukiskannya atau membuat diagram.

5) Menerka. Haruskah remaja-remaja dianjurkan untuk

menerka. Memang ada situasi dimana terkaan tidak

sesuai. Namun sering terkaan memberikan

kemungkinan untuk mendapatkan jawaban yang

tepat, walaupun masih perlu dibuktikan kemudian.

Sering remaja dilarang, bahkan dicela kalau ia

menerka. Dalam menghadapi masalah-masalah

pelik, kita juga sering harus mengambil keputusan

berdasarkan data yang tidak lengkap, sehingga kita

terpaksa menerka apa tindakan yang sebaiknya,

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 46

menghukum anak yang menerka jawaban akan

menghalanginya berpikir produktif dan krearif.39

Pembinaan remaja dalam pandangan Henslin yang

dikembangkan pada tahun 2007 mengatakan bahwa

proses interakasi dengan keluarga merupakan

pembentuk dasar kepribadian seorang remaja. Rekaman

peristiwa yang di serap oleh remaja dirumah adalah

informasi awal yang akan menjadi modal untuk

melakukan interaksi sosial di tengah masyarakat. Jika

lingkungan rumah sehat maka karakter remaja cenderung

sehat dalam melakukan interaksi sosial di tengah

masyarakat.40 Dari padangan Henslin ini

menggambarkan bahwa tawuran yang terjadi pada

remaja akibat lingkungan rumah tangga yang kurang

sehat sehingga melahirkan remaja yang abnormal dalam

berprilaku. Hal yang hampir senada juga diungkapkan

39Ibid

40Henslin, This Is Your Brain On Joy: How The New Science Of

Happiness Can Help You Feel Good And Be Happy (Cet. II; Yogyakarta,

Andi Press, 2007), h. 121.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 47

oleh Santrock yang digagas pada tahun 2003 bahwa

seorang remaja akan berperilaku sesuai dengan apa yang

dilakukan oleh orang tuanya. Ketika orangtua melakukan

suatu hal, lalu terlihat oleh anaknya, maka hal tersebut

akan dicontoh oleh anak tersebut.

Lalu hal tersebut akan dipraktekkan juga ke orang

lain atau malah ke orang tua itu sendiri.41 Ketika orangtua

jujur dalam hal apapun ke anaknya, maka ini akan

menjadi contoh bagi remaja, sehingga mereka juga akan

jujur. Kejujuran tersebut akan mereka praktekkan ke

orangtuanya atau teman sebayanya ataupun kesemua

orang. Sehingga perilaku orangtua juga bisa menjadi

landasan dalam terbentuknya moral siswa.

Dapat disimpulkan di atas bahwa orangtua

memiliki kuasa yang lebih dalam membentuk moral para

remaja, sehingga penulis menyarankan untuk

menggunakan metode otoritatif oleh orang tua.

Sebenarnya banyak metode pembinaan moral untuk

41John W. Santrock, Child Development: An Introduction (New

York: Sage Publishing, 2003), h. 44.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 48

remaja, tetapi penulis lebih ingin fokus pada dampak dari

sikap orangtua dan proses interaksi yang terjadi antara

remaja dan orangtuanya, sehingga motode otoritatif ini

yang penulis pilih. Selain itu juga ada faktor lain seperti

teori tentang perkembangan moral remaja, penelitian

yang telah dilakukan dan survey tentang metode ini dan

juga hal-hal lainnya.

Metode otoritatif dikembangkan Diana Baumrind

(1966) dimana metode ini merupakan salah satu dari tiga

metode pengasuhan anak yang ia paparkan. Metode ini

dilakukan oleh orangtua dengan mengarahkan remaja

melakukan kegiatan secara rasional dan sesuai dengan

permasalahan yang ada. Dengan metode ini para remaja

diberikan kebebasan dalam bertindak dengan batasan-

batasan untuk mengendalikan diri mereka. Sehingga di

dalam metode ini akan terjadi konsensus atau

kesepahaman antara orangtua dan remaja. Hal ini terjadi

karena orangtua yang memiliki aturan tersendiri dan

remaja juga sudah memiliki kebebasan dalam

menentukan aturannya. Pada konsensus nantinya akan

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 49

terjadi komunikasi verbal yang bebas dengan orangtua

yang bersikap hangat dan membesarkan hati remajanya

sedangkan remaja bisa memaparkan ide-ide nya secara

bebas. Sehingga nantinya akan tercipta remaja yang

memiliki karekter atau moral yang kompeten.42

Dalam penelitiannya, Baumrind (1966)

menyimpulkan bahwa sikap orang tua yang otoritatif

lebih mendukung pembentukkan karakter seorang

remaja dibandingkan sikap atau pola asuh yang lain.

Pemberian kebebasan kepada remaja pada metode ini

memberikan kesempatan kepada mereka untuk

mengembangkan karakter diri mereka secara bebas tetapi

dengan batasan yang telah digariskan oleh orangtua.

Sehingga perkembangan karakter dan juga moral akan

fokus dan tidak menyimpang. Lalu, penelitian Baumrind

ini didukung oleh sebuah survey yang dilakukan oleh

situs Free Online Research Paper tentang pandangan

42Baunrind, D. (1966). Effect of Authoritative Parental Control on

Childern Behavior. Diakses pada 04 Juli 2010 dari

http://persweb.wabash.edu/facstaff/hortonr/articles%20for%20

class/baumrind.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 50

remaja terhadap metode asuh orang tua. Situs ini

memaparkan bahwa 73% remaja yang menjadi

koresponden memiliki orangtua yang menerapkan

metode otoritatif dan mereka memberikan penilaian yang

tinggi terhadap metode ini.

Santrock (2003) pun memperkuat bahwa pola

otoritatif ini akan menimbulkan remaja yang

bertanggung jawab dan sadar diri secara social. Sehingga

metode otoritatif ini memiliki poin positif terhadap

perkembangan moral remaja dan tidak salah jika sangat

dianjurkan bagi orangtua untuk mulai menerapkan

metode ini kepada remajanya. Metode yang digunakan

adalah metode pengajaran moral, dan metode mengajar

dengan nilai-nilai moral. Metode-metode ini telah diteliti

oleh Gary D. Fenstermacher, Professor di Universitas

Michigan, beserta kedua asistennya Richard D.

Osguthorpe dan Matthew N. Sanger.43

43

Richard D. Osguthorpe dan Matthew N. Sanger, Teaching Morally and Teaching Morality. (Cet. I; Yogyakarta: 2009), h. 77.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 51

Dalam penilitiannya, mereka mengamati dua

sekolah yang menggunakan metode berbeda dalam

membina moral para siswanya dikarenakan perbedaan

latarbelakang dari kedua sekolah itu. Sekolah pertama,

mereka sebut dengan K-5, menggunakan metode

pengajaran mengenai moral. Metode ini menekankan

pada teori-teori untuk memberikan pemahaman moral

kepada siswa. Disekolah K-5 ini, pembelajaran moral

dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah. Selain itu juga

terdapat program-program pembinaan tentang kejujuran,

empati, toleransi, kerjasama, dan lain-lain yang

menunjang pengembangan moral siswa. Lalu sekolah

yang kedua, mereka sebut dengan K-8, menggunakan

metode pembinaan moral dengan menanamkan nilai-

nilai moral dalam setiap interaksi yang terjadi dengan

siswa. Metode ini lebih menekankan pada praktik dan

pemberian contoh sehingga siswa beserta masyarakat

sekolah terbiasa dengan perilaku-perilaku yang bermoral.

Membiasakan penerapan nilai-nilai moral diharapkan

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 52

bisa menciptakan siswa-siswa yang memiliki pribadi

bermoral.

Dari hasil penelitian yang dijelaskan diatas, dapat

kita simpulkan bahwa salah satu metode pembinaan

remaja di lingkungan sekolah adalah dengan menerapkan

nilai-nilai moral dalam setiap interaksi antar anggota

sekolah yang diiringi dengan pengajaran nilai-nilai moral

yang membantu interaksi tersebut. Sehingga nantinya

dengan penerapan metode ini, diharapkan terbentuknya

remaja-remaja dengan kepribadian yang bermoral.

Sedangkan bentuk penerapan metode pembentukan

moral dengan menanamkan nilai-nilai moral ketika

berinteraksi adalah ketika guru mengajar. Guru memiliki

peran penting dalam perkembangan moral remaja

dimana dari sejak taman kanak-kanak hingga kuliah

seorang remaja akan berinteraksi dengan guru

(Zulkarnaen, 2010). Guru juga memiliki pengaruh

penting di dalam kelas, yaitu menciptakan iklim kelas

dan sebagai model moral bagi remaja yang diajar

(Santrock, 2003). Sehingga interaksi yang cukup sering

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 53

dan kekuasaan yang dimiliki guru di dalam kelas secara

tidak langsung menciptakan proses interaksi dengan

memasukkan nilai-nilai moral yang nantinya bertujuan

membentuk moral para remaja.

Lalu pembahasan yang terakhir yaitu ketika seorang

remaja mengetahui dan memasuki lingkungan baru

seperti kelompok teman. Disini remaja akan lebih senang

jika mereka membuat lingkungan lebih kecil atau bisa

kita sebut kelompok teman sebaya, atau terkadang

konotasi negatifnya orang-orang bilang sebagai geng.

Pembentukkan kelompok-kelompok kecil ini tidak bisa

dielakkan karena sudah menjadi prinsip dasar dari ilmu

sosial (Henslin, 2007). Selain itu pembentukan kelompok

kecil ini juga biasanya dilandasi kepada kesamaan visi

dari setiap remaja (Wulansari, 2009). Para remaja tersebut

merasa memiliki cara yang sama untuk mencapai tujuan

sehingga mereka melakukannya secara bersama-sama.

Sehingga terbentuklah kelompok-kelompok kecil ini dan

menjadi lingkungan baru bagi interaksi sosial seorang

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 54

remaja yang nantinya juga akan mempengaruhi

pembentukkan moral mereka.

Ketika remaja sudah berada di lingkungan barunya,

yaitu kelompok teman sebaya, maka proses interaksi

disini juga mulai berubah. Salah satu alasannya menurut

Henslin (2007) karena teman sebaya cenderung akan

mempengaruhi pola perilaku remaja. Lalu dia

menambahkan bahwa ketika seorang remaja menjadi

anggota suatu kelompok, berarti menyerahkan kepada

orang lain tentang keputusan remaja dalam berperilaku.

Jadi ketika seorang remaja masuk ke dalam sebuah

kelompok, lalu anggota kelompok menentukan bahwa

setiap anggota harus melakukan ini dan itu, maka setiap

anggota harus taat. Ketaatan terhadap keputusan ini

bukan karena ketakutan, tetapi lebih karena ada perasaan

yang mengikat antar anggota kelompok (Henslin, 2007).

Keputusan perilaku yang akan dijalankan remaja

ditentukan oleh kelompok dan hal ini lama kelamaan

akan mengubah moral dari remaja yang bergabung tadi.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 55

Dan akhirnya akan terlihat perubahan moral yang

diakibatkan pergaulan dengan anggota kelompok.44

Setelah penulis pelajari lebih dalam tentang

kelompok teman, maka metode yang penulis ajukan

adalah metode basudara antar anggota kelompok. Metode

ini sebelumnya sudah diteliti oleh Monika Keller dan

Wolfgang Edelstain (1991) yang berasal dari Institut Max

Plank, Jerman. Mereka meneliti 97 remaja yang berumur

7 sampai dengan 15 tahun dan menyimpulkan dari hasi

pengamatan dan wawancara mereka bahwa

perkembangan moral seorang remaja, seperti rasa

tanggung jawab, saling mempercayai, hubungan yang

semakin dekat, semakin berkembang seiring

perkembangannya umur yang mulai dari 7 hingga 15

tahun.45

44

Arifah, N. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter, Moral, dan

Budaya. (Jakarta: Prenada Media group, 2010), h. 132.

45Slavin, R. E. (2009). Educational Psycology diterjemahkan oleh Samosir dengan judul: Psikologi Pendidikan (Cet. I; Jakarta:Indeks 2006), h. 93.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 56

Disini dapat dilihat bahwa metode persahabatan

antar anggota kelompok memiliki pengaruh yang besar

bagi perkembangan remaja. Dengan mengamati beberapa

teori yang memberikan poin positif tentang

pengelompokan para remaja dan juga penelitian yang

dilakukan tentang persahabatan. Metode ini nantinya

akan menciptakan tingkat kesadaran moral yang sangat

tinggi pada remaja karena menurut Henslin (2007),

metode ini lebih menekankan pada perubahan moral

karena kenyamanan interaksi antara anggota kelompok.

Sehingga ini juga menjadi alasan bagi penulis

mengajukan metode persahabatan antar anggota

kelompok. Dan penerapan metode ini hendaknya mulai

dilakukan oleh para remaja.

Dimulai dari lingkungan keluarga, dengan

menerapkan metode otoritatif yang menekankan pada

kesepakatan yang terjadi antara remaja dengan

orangtuanya. Remaja di beri kebebasan dengan batasan-

batasan yang diajukan oleh orang tua. Sehingga nantinya

akan terbentuk remaja yang memiliki moral yang

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 57

kompeten. Selanjutnya lingkungan sekolah dengan

menggunakan metode pengajaran moral dan mengajar

dengan moral yang keduanya ini tidak dapat dipisahkan

dalam penerapannya. Metode ini mampu menciptakan

suasana sekolah yang diharapkan bisa membentuk

kepribadian para remaja lebih bermoral. Lalu yang

terakhir adalah teman kelompok dengan metode

persahabatan antar anggota kelompok. Metode

persahabatan ini nantinya akan menciptakan tingkat

kesadaran moral yang sangat tinggi pada remaja

sehingga ini menjadi akhir rangkuman dari ketiga

metode tersebut.

7. Pemberdayaan bermakna.

Ausubel dan Robinson (1969) dikutip dari

Syarifudin (2010) membedakan dua dimensi dari proses

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 58

komunikasi dalam komunikasi, yaitu dimensi cara

menguasai pengetahuan dan secara menghubungkan

pengetahuan baru dengan struktur ide yang telah ada.46

Pada dimensi yang pertama dibedakan tipe

pemberdayaan yang bersifat mencari (discovery learning)

dan yang bersifat menerima (reception learning). Pada

dimensi kedua, dibedakan antara pemberdayaan yang

bersifat menghapal (rote learning) dan pemberdayaan

bermakna (meaningful learning).

Ada dua hal penting dalam konsep bermakna, yaitu

struktur kognitif dan materi pengetahuan baru. Struktur

kognitif merupakan segala pengetahuan yang yang telah

dimiliki santri sebagai hasil dari kegiatan pemberdayaan

yang lalu. Dalam pemberdayaan bermakna pengetahuan

baru harus mempunyai hubungan atau dihubungkan

dengan struktur kognitifnya. Hubungan itu akan terjadi

karena adanya kesamaan isi (substantiveness) dan secara

46Syarifudin, Sistem Informasi Dakwah pada masjid PT. Telkom

DIVRE VII Makassar Tesis, dipersentasikan untuk memenuhi gelas

magister dakwah dan komunikasi pada tahun 2010, h. 54.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 59

beraturan (non-arbitrer). Kedua sifat hubungan tersebut

menunjukkkan adanya kebermaknaan logis materi yang

akan dipelajari.47 Jadi kebermaknaan logis ini merupakan

sifat dari materi yang akan dipelajari tetapi tidak berarti

menjamin bahwa itu bermakna bagi santri.

Pemberdayaan bermakna menuntut tiga persyaratan: a).

Materi yang dipelajari harus dapat dihubungkan dengan

struktur kognitif secara beraturan karena adanya

kesamaan isi. b). Santri harus memiliki konsep yang

sesuai dengan materi yang akan dipelajarinya. c). Santri

harus mempunyai kemauan atau motif untuk

menghubungkan konsep tersebut dengan struktur

kognitifnya.

Makna merupakan hasil suatu proses

pemberdayaan bermakna. Hal itu juga akan menjadi isi

kognitif atau isi dari penyadaran yang muncul bila materi

yang punya makna potensial dihubungkan dengan

struktur kognitif. Bermakna dan pemberdayaan

47Ibid

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 60

menghapal bukan dua hal yang benar-benar bersifat

dikotomis, tetapi hanya menunjukkan apakah sesuatu

kegiatan pemberdayaan lebih mengarah pada bermakna

atau kurang bermakna. Suatu kegiatan pemberdayaan

yang kurang bermakna akan muncul apabila:

a. Materi yang dipelajari kurang memiliki

kebermaknaan logis.

b. Santri kurang memiliki konsep-konsep yang sesuai

dalam struktur kognitifnya.

c. Santri kurang memiliki kesiapan untuk melakukan

kegiatan pemberdayaan bermakna.

d. Pemberdayaan bermakna akan menghasilkan

konsep-konsep, ide-ide baru yang puny makna,

penuh arti, jelas, nyata perbedaannya dengan yang

lain. Konsep yang demikian tidak akan mudah

digoyahkan dibandingkan konsep-konsep yang

dibentuk melalui hubungan atau asosiasi arbitrer.

Dengan pemberdayaan bermakna, santri akan

menguasai dan mengingat konsep-konsep inti dan

konsep bukan inti berbaur dan saling menghambat,

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 61

tetapi dalam pemberdayaan makna keduanya bisa

dibedakan dengan jelas.

Makna merupakan isi dari stuktur kognitif, yang

terjadi karena materi yang memiliki kebermaknaan

potensial disatukan dengan struktur kognitif. Proses

penyatuan tersebut berbeda-beda dan dapat diletakkan

dalam suatu hierarki dari yang bersifat represensional

sampai dengan pemberdayaan tinggi, perbuatan

pemberdayaan kreatif. Berikut adalah macam-macam

pemberdayaan bermakna:

a. Pemberdayaan represensional; Merupakan suatu

proses pemberdayaan untuk mendapatkan arti atau

makna dari simbol-simbol.

b. Pemberdayaan konsep; Pemberdayaan konsep dapat

mempunyai makna logis dan makna psikologis.

Makna logis terbentuk melalui fenomena adanya

benda-benda yang dikelompokkan karena memiliki

ciri-ciri yang sama. Pada tahap berikutnya bila anak

telah bersekolah ia pemberdayaan makna konsep

secara formal dari nama dan kata-kata. Kedua tahap

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 62

proses pembentukan makna konsep tersebut terjadi

hampir dalam semua kegiatan anak pemberdayaan

konsep. Pembentukan konsep selanjutnya terjadi

melalui proses asimilasi yaitu definisi-definisi.

c. Pemberdayaan proposisi; Proposisi atau kalimat

merupakan suatu kalimat yang menunjukkan

hubungan antara dua hal. Proposisi ini ada yang

bersifat umum, ‖binatang buas makan daging‖ yang

berisi banyak konsep dan ada pula yang bersifat

khusus, harimau makan kelinci yang hanya berisi

saru konsep.48

d. Pemberdayaan diskoveri atau mencari; Bahan yang

yang dipelajari tidak disajikan secara tuntas tetapi

membutuhkan beberapa kegiatan mental untuk

menuntaskan dan menyatakan dengan struktur

kognitif. Pemberdayaan dikoveri terbagi atas dua

macam kegiatan pemberdayaan, yaitu

48Ibid

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 63

pemberdayaan memecahkan masalah dan

pemberdayaan kreatif.

e. Pemberdayaan pemecahan masalah; Memiliki proses

psikologis yang lebih kompleks dibandingkan

dengan pemberdayaan proposisi. Dalam

pemberdayaan pemecahan masalah, anak

dihadapkan pada masalah-masalah yang

memerlukan pemecahan. Guru mengajukan

beberapa pertanyaan yang mengarahkan santri agar

menemukan pemecahan atau jawabannya sendiri.49

f. Pemberdayaan kreatif; Kreatifitas adalah kemampuan

untuk menghasilkan sesuatu yang baru, baik baru

bagi dirinya maupun orang lain. Pemberdayaan

kreatif adalah santri proses pemberdayaan

merencanakan, melaksanakan, dan membuktikan

sendiri percobaan-percobaan. Mereka berusaha

mencari hubungan antara konsep-konsep yang baru

49Ibid

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 64

dan konsep-konsep yang telah ada pada struktur

kognitifnya.50

Membangun kreativitas remaja masjid adalah usaha

tegas untuk meningkatkan animo remaja masjid yang

selama ini dibentuk dilingkungan masyarakat yang

jarang mendengar informasi agama. Karena Joseph De

Vito dalam bukunya diadic dommunication

mengungkapkan bawha ekspresi seseorang sangat

tergantung pada volume input input informasi.51

Semakin banyak informasi positif yang diakses semakin

baik cara menata prilaku remaja tersebut.

Peningkatan Ibu Rumah tangga

Peningkatan Ibu Rumah tangga dalam pembinaan

remaja yang akan terjun di tengah masyarakat perlu

menjadi perhatian serius hal ini juga pernag di

intensipkan sejak 1978, dalam Repelita VI diarahkan

50Ibid 51

Joseph De Vito, Communication Interpersonal (New York: Sage

Pblishing, 2009), h. 99.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 65

untuk mencapai kemitrasejajaran yang harmonis antara

pria dan wanita dalam pembangunan dan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sejalan dengan

itu, sasaran peningkatan peranan wanita dalam Repelita

VI adalah meningkatnya taraf pendidikan wanita sebagai

calon pemimpin dan membimbing anaknya agar dapat

menjadi remaja yang tangguh terhadap perubahan

zaman.

Masyarakat secara serasi dan seimbang jika unsur

remaja dapat diperhatikan pembinaan mentalnya. Hal ini

dapat diintensifkan pembinaan organisasi wanita dan

makin aktif peranannya dalam pembangunan remaja.

Dalam rangka mencapai sasaran tersebut ditempuh

berbagai kebijaksanaan, yaitu: meningkatkan kualitas

wanita sebagai sumber daya pembangunan;

meningkatkan kualitas dan perlindungan tenaga kerja

wanita; meningkatkan peran ganda wanita dalam

keluarga dan masyarakat; mengembangkan iklim sosial

budaya yang mendukung kemajuan wanita; serta

membina kelembagaan dan organisasi wanita.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 66

Pembinaan anak dan remaja ditujukan untuk

meningkatkan kualitas anak dan remaja, terutama dari

segi pendidikan dan kesehatan. Dalam Repelita VI

sasarannya adalah meningkatnya anak yang mempunyai

status gizi dan kesehatan yang baik; meningkatnya

jumlah anak dan remaja yang mengikuti pendidikan

dasar sembilan tahun; meningkatnya minat baca dan

belajar di kalangan anak dan remaja; terpelihara dan

terbinanya anak yang kurang beruntung dan terlantar;

menurunnya tingkat kenakalan remaja dan terhindarnya

anak dan remaja dari bahaya penyalahgunaan obat

terlarang, zat adiktif, dan narkotika; serta meningkatnya

kesadaran dan peran orang tua dalam mendidik dan

membina anak dan remaja, terutama dalam keimanan

dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan budi

pekerti luhur.

Untuk mencapai sasaran tersebut, Repelita VI

menetapkan kebijaksanaan pembinaan anak dan remaja

yaitu : meningkatkan status gizi dan kesehatan;

meningkatkan pendidikan; menum- buhkan wawasan

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 67

iptek; menumbuhkan dan meningkatkan idea- lisme dan

patriotisme; meningkatkan kemampuan menyesuaikan

diri dengan masyarakat dan lingkungan; meningkatkan

peran keluarga dan masyarakat dalam pembinaan anak

dan remaja; serta meningkatkan pembinaan dan

perlindungan hukum anak dan remaja.

Pembinaan dan pengembangan pemuda bertujuan

untuk meningkatkan kualitas pemuda sebagai generasi

penerus perjuangan bangsa yang mandiri, tangguh, dan

ulet, serta mampu melestarikan nilai-nilai luhur bangsa.

Generasi muda yang berkualitas akan menjadi sumber

insani yang potensial dan andalan dalam pembangunan

nasional.

Dalam Repelita VI sasarannya adalah meningkatnya

pengetahuan dan keterampilan pemuda serta

kemampuannya untuk memanfaatkan,

mengembangkan, dan menguasai iptek; me- ningkatnya

partisipasi pemuda dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara berlandaskan Pancasila;

meningkatnya rasa kesetiakawanan sosial, serta

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 68

kepedulian pada lingkungan sosial dan lingkungan

hidup; meningkatnya kualitas pemuda sebagai pewaris

nilai-nilai luhur budaya bangsa yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa; dan

meningkatnya kualitas kepemimpinan pemuda sebagai

kader penerus cita-cita perjuangan bangsa.

Untuk mewujudkan berbagai sasaran tersebut di

atas kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan

pemuda dalam Repelita VI adalah : meningkatkan

perluasan kesempatan bagi pemuda untuk memperoleh

pendidikan dan pelatihan; me- ningkatkan peranserta

pemuda dalam pembangunan; meningkatkan

kepeloporan dan kepemimpinan pemuda dalam

pembangunan; dan meningkatkan kelembagaan dan

organisasi kepemudaan.

Berbagai kebijaksanaan peningkatan peranan wanita

serta pembinaan anak, remaja, dan pemuda tersebut

dituangkan dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

secara terpadu dengan pro-gram pembangunan bidang

lainnya.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 69

B. Peranan Keluarga

Dalam kurun waktu Repelita VI (1994/95 - 1997/98)

dilak-sanakan kegiatan-kegiatan peranan wanita yang

meliputi: pe-ningkatan kualitas wanita sebagai sumber

daya pembangunan; peningkatan kualitas dan

perlindungan tenaga kerja wanita; peningkatan peran

ganda wanita dalam keluarga dan masyarakat;

pengembangan iklim sosial budaya yang mendukung

kemajuan wanita; dan pembinaan kelembagaan dan

organisasi wanita.

a. Peningkatan Kualitas Wanita sebagai Sumber Daya Pembangunan

Kualitas wanita sebagai sumber daya pembangunan

diupayakan untuk senantiasa meningkat sehingga wanita

dapat berperan sebagai mitrasejajar pria dalam

pembangunan, antara lain melalui pendidikan baik di

sekolah maupun di luar sekolah; peningkatan derajat

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 70

kesehatan dan gizi; dan peningkatan ke-sejahteraan

keluarga.

Di bidang pendidikan, program wajib belajar telah

memberikan kesempatan yang lebih luas bagi wanita

untuk mengikuti pendidikan dasar sehingga rasio murid

wanita terhadap pria meningkat dari tahun ke tahun

(Tabel XX-1). Selanjutnya, untuk memberantas tiga buta

dilaksanakan pendidikan luar sekolah antara lain melalui

Kelompok Belajar (Kejar) Paket A yang sebagian besar

pesertanya adalah wanita. Berdasarkan data Survei Sosial

Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1997, persentase

penduduk wanita umur 10 tahun ke atas yang buta huruf

menurun dari sebesar 19,26 persen pada tahun terakhir

Repelita V menjadi 14,92 persen.

Dalam bidang kesehatan, perbaikan derajat

kesehatan dan gizi wanita dilakukan terutama melalui

kegiatan pelayanan kesehatan dasar bagi ibu hamil dan

menyusui. Dalam upaya menurunkan angka kematian

ibu melahirkan serta angka kematian bayi dan anak di

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 71

daerah perdesaan diupayakan melalui penempatan bidan

di desa dan pembinaan serta pelatihan dukun bayi.

Sampai dengan tahun keempat Repelita VI telah

ditempatkan sekitar 68 ribu bidan PTT di seluruh desa.

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 1995 menunjukkan angka kematian ibu melahirkan

sekitar 373 per 100.000 kelahiran hidup, yang berarti

menurun dibandingkan tahun 1993 yaitu sekitar 425 per

100.000 kelahiran hidup. Namun dibanding dengan

sasaran akhir Repelita VI, yaitu 225 per 100.000 kelahiran

hidup, masih jauh lebih tinggi.

Hal ini antara lain disebabkan oleh masih rendahnya

tingkat pendidikan wanita terutama di daerah perdesaan,

masih rendahnya status gizi ibu hamil, masih terbatasnya

akses dan kualitas pelayanan persalinan di daerah

terpencil dan sulit terjangkau, serta masih banyaknya

wanita perdesaan yang memeriksakan dan melahirkan

anaknya dengan pertolongan dukun yang tidak terlatih.

Di bidang kependudukan dan keluarga sejahtera,

wanita telah sejak lama berpartisipasi sebagai peserta dan

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 72

motivator KB. Pada tahun keempat Repelita VI sebanyak

6,3 juta pasangan usia subur (PUS), dengan hampir 99

persen di antaranya adalah wanita, berhasil diajak

menjadi peserta KB baru. Di samping itu, kegiatan

pembinaan akseptor KB untuk tetap ber-KB (peserta KB

aktif) terus dilakukan dan hingga tahun 1997/98 telah

mencapai 26,5 juta PUS.

Upaya pemberdayaan wanita untuk membantu

meningkatkan ekonomi keluarga terutama yang masih

berada dalam tahapan Pra- Sejahtera dan Sejahtera-I

dilaksanakan melalui program Tabungan Keluarga

Sejahtera (Takesra) dan Kredit Usaha Keluarga Sejahtera

(Kukesra). Program Takesra telah mencakup sebanyak

11,2 juta keluarga yang tergabung dalam 526,3 ribu

kelompok usaha. Penyerapan dana Kukesra hingga Maret

1998 telah mencapai sekitar Rp. 395,7 miliar.

Dalam bidang kesejahteraan sosial, upaya

meningkatkan taraf hidup fakir miskin dilakukan

melalui pembinaan kelompok usaha bersama (KUBE)

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 73

terdiri dari 10 KK di mana anggotanya sebagian besar

adalah wanita.

b. Peningkatan Kualitas dan Perlindungan Tenaga Kerja Wanita

Peningkatan kualitas tenaga kerja wanita

(nakerwan) dan perlindungan bagi nakerwan dan

keluarganya diupayakan melalui berbagai kegiatan

pelatihan. Sasaran utama kegiatan-kegiatan tersebut

adalah wanita dari keluarga berpenghasilan rendah.

Upaya peningkatan pendidikan dan keterampilan

wanita antara lain dilakukan melalui pelatihan

keterampilan berusaha sebagai upaya memperluas

kesempatan kerja wanita, serta pemberian bantuan modal

usaha kepada kelompok belajar usaha wanita di

perdesaan. Di bidang perkoperasian, telah dilaksanakan

penyuluhan dan pelatihan bagi kelompok wanita. Di

bidang pertanian, banyak wanita berperanserta dalam

kegiatan Pembinaan dan Peningkatan Pendapatan Petani-

Nelayan Kecil (P4K). Sejak dimulainya pada tahun 1988

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 74

sampai dengan Februari 1998, kegiatan P4K telah

mencakup hampir 50 ribu KPK, yang 37 persen di

antaranya adalah KPK wanita. Sedangkan upaya

peningkatan kualitas nakerwan di sektor informal, antara

lain dilakukan melalui kegiatan terpadu bagi para wanita

pedagang kecil eceran, di samping upaya pembinaan

melalui kegiatan temu usaha, konsultasi usaha, serta

konsultasi teknis.

Dalam rangka meningkatkan perlindungan

kesehatan dan keselamatan kerja, pengupahan,

pengembangan karier, ke- sejahteraan tenaga kerja

wanita, dan jaminan sosial bagi tenaga kerja wanita dan

keluarganya, yaitu terhadap pelaksanaan peraturan

perundang-undangan mengenai upah minimum dan jam

kerja maksimum, dan kesehatan kerja di sektor informal,

serta penetapan upah minimum regional (UMR) di 27

propinsi dan Otorita Pulau Batam; antara lain melalui

program perlindungan bagi wanita yang bekerja malam

hari di perusahaan dan penyuluhan tenaga kerja wanita

di sektor formal.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 75

Selain itu dilakukan pula pelatihan skill bagi pelatih

di tingkat pusat dan kader pelatih di tingkat lapangan,

yang selanjutnya pelatih dan kader pelatih tersebut akan

memberikan pembinaan keterampilan serta penyuluhan

pentingnya pemberian air susu ibu (ASI) dan pengelolaan

tempat penitipan anak (TPA) bagi para pengelola TPA

dan nakerwan, di berbagai perusahaan, industri, dan di

sektor informal.

c. Peningkatan Peran Ganda Wanita dalam Keluarga dan Masyarakat

Peningkatan peranan wanita dalam keluarga dan

masyarakat diarahkan bagi terciptanya kemitrasejajaran

yang harmonis antara pria dan wanita dalam membina

keluarga maupun dalam peran aktif di masyarakat.

Peran wanita dalam keluarga ditingkatkan antara lain

melalui penyuluhan dan bimbingan keterampilan untuk

meningkatkan pendapatan keluarga dan pembinaan

tumbuh kembang anak balita. Sementara itu, peran

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 76

wanita dalam masyarakat dilakukan melalui

peningkatan berbagai aktivitas wanita di berbagai sektor

pembangunan.

Upaya meningkatkan peran wanita dalam

meningkatkan pendapatan keluarga dilakukan antara

lain melalui kegiatan bimbingan dan bantuan berusaha

sendiri dalam bentuk Usaha Swadaya Wanita Desa

(USWD), dari pembangunan kesejahteraan sosial.

Upaya meningkatkan kemampuan ibu dan anggota

keluarga dalam membina pertumbuhan dan

perkembangan anak balita dilakukan antara lain melalui

kegiatan kelompok bina keluarga balita (BKB). Kegiatan

posyandu terus ditingkatkan melalui kegiatan imunisasi

bagi ibu hamil, usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK),

dan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi bagi anak

balita dan pentingnya air susu ibu (ASI) bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak balita. Kegiatan-

kegiatan tersebut dilak- sanakan di seluruh propinsi

hingga tingkat desa. Dalam rangka kegiatan diversifikasi

pangan dan gizi melalui pemanfaatan pekarangan rumah

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 77

dalam bentuk penyebarluasan paket teknologi

pekarangan berupa bibit, benih (sayuran, buah-buahan,

ikan dan ternak unggas), dan sarana produksi di 27

propinsi.

Peran wanita dalam masyarakat terus ditingkatkan

melalui berbagai aktivitas wanita untuk mendukung

pembangunan di daerahnya. Kegiatan tersebut

dilaksanakan antara lain melalui wadah PKK, KB, dan

posyandu. Melalui gerakan PKK, wanita berperan aktif

dalam membina kesejahteraan keluarganya, sedangkan

dalam kegiatan posyandu, wanita terlibat secara aktif

dalam pemberian pelayanan kesehatan, imunisasi, dan

perbaikan gizi keluarga.

d. Pengembangan Iklim Sosial Budaya yang Mendukung Kemajuan Wanita

Iklim sosial budaya yang mendukung kemajuan

wanita, terutama dalam wujud dukungan masyarakat

kepada upaya terciptanya kemitrasejajaran pria dan

wanita yang harmonis dalam pembangunan, diperlukan

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 78

agar wanita dapat lebih berpartisipasi dalam

pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut

dilakukan berbagai kegiatan yang mencakup penataan

hukum dan perundang-undangan dan kegiatan

komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) mengenai

jender.

Upaya penataan hukum dan perundang-undangan

bertujuan untuk mengembangkan kesadaran tentang hak

dan kewajiban wanita dengan memasyarakatkan

undang-undang dan peraturan yang melindungi hak-

hak wanita dan kewajibannya dalam aspek- aspek

perkawinan, perceraian, serta tata cara kerja bagi pekerja

wanita, seperti jam kerja malam dan pemutusan

hubungan kerja karena menikah, hamil, dan melahirkan.

Untuk menyebarluaskan makna kemitra sejajaran

pria dan wanita maka dilakukan kegiatan KIE mengenai

jender melalui media massa, antara lain melalui operasi

penerangan motivator juru penerang wanita dan operasi

penerangan peningkatan motivator wanita

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 79

Kelompencapir. Sampai dengan tahun keempat telah

dibina sebanyak 1.411 kelompencapir wanita.

Di samping itu sejak tahun 1996 telah diupayakan

pembentukan indikator jender menurut sektor, yang

ditujukan untuk mengukur keberhasilan pembangunan

Repelita VI serta untuk mempersiapkan Repelita VII yang

mengandung wawasan kemitrasejajaran antara pria dan

wanita yang harmonis. Informasi mengenai statistik

wanita di Indonesia telah dipublikasikan dalam buku

―Profil Kedudukan dan Peranan Wanita Indonesia Tahun

1995‖ oleh Kantor Menteri Negara Urusan Peranan

Wanita bekerja sama dengan Biro Pusat Statistik. Pada

tahun 1997/98, telah dilaksanakan pula penyajian data

Indikator Sosial Wanita Indonesia tingkat nasional dan

propinsi.

e. Pembinaan Kelembagaan dan Organisasi Wanita

Pembinaan kelembagaan dan organisasi wanita

dilakukan untuk memantapkan fungsinya dalam

berpartisipasi dalam pembangunan. Pembinaan ini antara

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 80

lain mencakup pembinaan kelompok PKK, Pusat Studi

Wanita (PSW) dan pembinaan tim pengelola Program

Peranan Wanita (P2W). Selain upaya pembinaan tersebut,

dilanjutkan pula kegiatan-kegiatan yang mendukung

perencanaan pembangunan yang berwawasan jender

dan partisipasi wanita dalam berbagai kegiatan

internasional.

Kegiatan wanita di daerah perdesaan

diselenggarakan melalui kelompok Pembinaan

Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan posyandu. Selama

kurun waktu Repelita VI jumlah kelompok PKK serta

posyandu di tanah air berkembang dengan pesat hingga

telah mencakup seluruh desa dan kelurahan yang ada di

Indonesia. Di tingkat propinsi hingga desa, pembinaan

kelembagaan P2W dilakukan melalui Tim Pengelola

P2W. Di samping itu juga dibentuk Pusat Studi Wanita

(PSW) di perguruan tinggi yang merupakan mitra

pemerintah dalam merumuskan program P2W.

Sementara itu di tingkat nasional organisasi-organisasi

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 81

wanita terus berperan melalui wadah Kongres Wanita

Indonesia (Kowani).

Dalam rangka kerjasama internasional, Indonesia

telah berpartisipasi aktif dalam Konperensi Dunia IV

tentang Wanita tahun 1995 di Beijing, Cina, yang

menghasilkan Beijing Declaration and Platform for Action.

Selanjutnya, untuk menjabarkan 12 kesepakatan tersebut,

pada awal tahun 1996 diselenggarakan "Semiloka

Nasional Pemantapan Kemitrasejajaran Pria dan Wanita

Dalam Rangka Pelaksanakan Konperensi Dunia IV

tentang Wanita" di Jakarta.

2. Pembinaan Anak dan Remaja

a. Peningkatan Status Gizi dan Kesehatan

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan status

gizi dan kesehatan bayi, anak balita, serta remaja. Upaya

peningkatan status gizi bagi bayi dan anak balita

terutama dilaksanakan melalui posyandu yang

kegiatannya antara lain meliputi penyuluhan dan

pelayanan gizi, pemantauan pertumbuhan dan

perkembangan anak balita melalui kartu menuju sehat

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 82

(KMS), peningkatan penggunaan air susu ibu (ASI), dan

pembinaan kebiasaan makanan yang sehat dan bermutu

gizi sejak usia dini. Sampai dengan tahun keempat

Repelita VI, jumlah posyandu yang melaksanakan

kegiatan peningkatan status gizi dan kesehatan telah

mencapai 257,0 ribu posyandu, meningkat dari tahun

1993/94 yaitu sebanyak 244,8 ribu posyandu.

Upaya peningkatan status gizi sekaligus penurunan

angka putus sekolah dan tinggal kelas anak didik SD/MI

di perdesaan dilaksanakan melalui Program Makanan

Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS). Pada tahun 1996/97

PMT-AS dicanangkan menjadi program nasional yang

terpadu dan lintas sektor.

Sejalan dengan itu, dilakukan pula kegiatan usaha

kesehatan sekolah (UKS) yang meliputi penjaringan

masalah kesehatan, pemeriksaan kesehatan dan

pencegahan penyakit berupa imunisasi. Di samping itu

dilaksanakan pula Pekan Imunisasi Nasional (PIN) untuk

mencapai bebas Polio pada tahun 2000 dan sekaligus

untuk meningkatkan kesehatan bagi anak balita.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 83

Sebagai hasil dari berbagai kegiatan pembinaan

anak remaja tersebut di atas, terdapat peningkatan derajat

kesehatan serta status gizi yang ditunjukkan oleh

semakin menurunnya angka kematian bayi dan

prevalensi kurang energi protein (KEP). Angka kematian

bayi diperkirakan mengalami penurunan dari 58 per

seribu kelahiran pada tahun 1993 menjadi 50 per seribu

kelahiran pada tahun 1998. Demikian pula prevalensi

KEP pada anak balita cenderung mengalami penurunan

dari sebesar 41,7 persen pada tahun 1992 menjadi 35

persen pada tahun 1995.

b. Peningkatan Pendidikan

Peningkatan pendidikan dimaksudkan untuk

meningkatkan kualitas anak dan remaja yang bercirikan

keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa, berbudi pekerti luhur, cerdas, kreatif, berdisiplin,

serta sehat jasmani dan rohani. Dalam rangka

meningkatkan kualitas pendidikan anak dan remaja,

dilakukan upaya-upaya Wajib Belajar Pendidikan Dasar

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 84

Sembilan Tahun, pendidikan agama dan budi pekerti

luhur serta kegiatan seperti pramuka, Karang Taruna,

OSIS, kesenian dan kegiatan keagamaan.

Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar

Sembilan Tahun memberikan kesempatan anak dan

remaja untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi

sehingga partisipasi pendidikan tingkat SD dan SLTP

dapat meningkat. Pada tahun 1997/98 angka partisipasi

kasar (APK) tingkat SD/MI dan tingkat SLTP tidak

termasuk MTs mencapai 113,6 persen dan 60,0 persen,

meningkat dari masing-masing 110,4 persen dan 43,4

persen pada tahun 1993/94. APK SLTP termasuk MTs

pada tahun 1997/98 telah mencapai 73,8 persen.

Gangguan kesehatan, kekurangan gizi, dan terutama

rendahnya kemampuan ekonomi keluarga, merupakan

penyebab utama anak dan remaja tidak bersekolah atau

putus sekolah sehingga APK terutama tingkat SLTP

belum dapat mencakup seluruh anak dan remaja.

Pendidikan agama dan budi pekerti luhur bagi anak

dan remaja diselenggarakan antara lain melalui kegiatan

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 85

perkemahan keagamaan, penyuluhan keagamaan,

penyediaan buku bacaan keagamaan dan pesantren kilat

remaja SLTP.

c. Penumbuhan Wawasan Iptek

Penumbuhan wawasan iptek anak dan remaja

dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman,

kesadaran, pemanfaatan, penguasaan dan pengembangan

iptek sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya.

Hal ini dilaksanakan dengan memberikan kesempatan

bermain bersama yang menumbuhkan daya cipta bagi

balita; menumbuhkan minat baca, menulis, berhitung,

seni, budaya, daya cipta, analisis, prakarsa dan kreasi

bagi anak usia sekolah; dan meningkatkan dan

membudayakan minat baca dan belajar bagi remaja.

Upaya menumbuhkan daya cipta bagi balita

dilaksanakan melalui penyediaan alat permainan

edukatif (APE) dan pedoman belajar pendidikan

prasekolah bagi lembaga-lembaga pendidikan

prasekolah. Sementara itu, dalam rangka menumbuhkan

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 86

wawasan iptek bagi anak dan remaja, dalam Repelita VI

telah diselenggarakan sayembara penyusunan cerita

ilmiah bergambar dan lomba karya remaja setiap tahun.

Pada tahun 1994/95 telah didirikan pula Pusat Peragaan

Ilmu dan Teknologi di Taman Mini Indonesia Indah. Di

samping itu, dilaksanakan pula penyediaan taman

bacaan dan perpustakaan keliling di perdesaan di seluruh

propinsi, untuk meningkatkan minat membaca dan

belajar para anak dan remaja.

d. Peningkatan Idealisme dan Patriotisme

Upaya menumbuhkan dan meningkatkan idealisme,

patriotisme dan wawasan kebangsaan terhadap anak dan

remaja dilakukan dengan menanamkan rasa cinta tanah

air, disiplin dan kemandirian sejak anak usia sekolah.

Upaya tersebut terutama di-selenggarakan melalui

kegiatan kepramukaan berupa penyeleng-garaan

kepanduan, pelatihan instruktur/pembina pramuka,

serta bantuan pengadaan peralatan kepramukaan. Upaya

menanamkan rasa cinta tanah air dilakukan antara lain

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 87

melalui kegiatan wisata remaja dan kirab remaja yang

diikuti oleh perwakilan remaja dari seluruh propinsi dan

wakil-wakil remaja dari negara sahabat. Kegiatan lainnya

yang ditujukan untuk meningkatkan idealisme,

patriotisme dan wawasan kebangsaan selama empat

tahun Repelita VI adalah Forum Dialog Anak (FDA).

d. Peningkatan Adabtasi Diri dengan Lingkungan

Peningkatan kemampuan anak dan remaja dalam

menyesuaikan diri dengan masyarakat dan

lingkungannya di maksudkan untuk membudayakan

hidup bermasyarakat sedini mungkin. Salah satu

kegiatannya adalah memberikan kesempatan bermain

bersama bagi balita dengan mengutamakan permainan

tradisional yang bercirikan budaya Indonesia. Sementara

itu bagi anak usia sekolah dan remaja, upaya-upaya

tersebut di atas dilanjutkan dengan penumbuhan

kesadaran hidup bermasyarakat dan peningkatan

kepekaannya terhadap lingkungan.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 88

Salah satu kegiatan pembinaan anak dan remaja

yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan

menyesuaikan diri adalah pengembangan tempat

penitipan anak (TPA) dan kelompok bermain melalui

pelatihan petugas, penyediaan peralatan, penyusunan

dan penyebarluasan profil panti sosial TPA dan

kelompok bermain. Sampai dengan tahun 1997/98,

jumlah TPA sampai dengan 1997/98 adalah 760 buah,

yang berlokasi di 24 propinsi.

Salah satu bentuk pembinaan remaja yang bertujuan

untuk meningkatkan kesadaran lingkungan adalah

―wisata remaja cinta lingkungan‖ bagi remaja di

lingkungan OSIS yang diselenggarakan setiap tahun sejak

awal Repelita VI. Selain itu, untuk lebih meningkatkan

pemahaman dan tindak nyata remaja dalam pelestarian

lingkungan hidup, setiap tahun dalam Repelita VI

diselenggarakan "Jambore Kependudukan dan

Lingkungan Hidup" yang diikuti oleh wakil-wakil

organisasi kepramukaan dari seluruh propinsi di

Indonesia.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 89

f. Peningkatan Peranan Keluarga dan Masyarakat

Peningkatan peran keluarga dan masyarakat

dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan orang tua dan keluarga, meningkatkan dan

memperluas dukungan lembaga pendidikan sekolah dan

luar sekolah, meningkatkan partisipasi masyarakat serta

mendorong dunia usaha dalam pembinaan anak dan

remaja. Pendalaman pengetahuan dan peningkatan

keterampilan bagi para ibu mengenai pendidikan dan

pengasuhan anak balita yang baik dan benar

dilaksanakan melalui kelompok- kelompok bina keluarga

balita (BKB).

Sebagai hasil dorongan dan kerja sama antara

keluarga, masyarakat dan pemerintah dalam pembinaan

anak dan remaja, peran serta masyarakat luas termasuk

Ikatan Dokter Indonesia (IDI), GN-OTA, dan Forum

Komunikasi Pembinaan dan Pengembangan Anak

Indonesia (FKPPAI) selama Repelita VI, IDI membimbing

dalam perancangan dan pembuatan alat pantau tumbuh-

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 90

kembang anak balita. Selain itu, pada akhir tahun

1995/96 FKPPAI telah menyelenggarakan Musyawarah

Nasional II yang bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang

pentingnya pembinaan dan pengembangan anak dan

remaja.

g. Pembinaan dan Perlindungan Hukum Anak dan Remaja

Pembinaan dan perlindungan hukum bagi anak dan

remaja bertujuan untuk melindungi anak dan remaja dari

perlakuan atau tindakan yang tidak sesuai dengan atau

membahayakan bagi anak dan remaja baik secara fisik

maupun kejiwaan. Dalam Repelita VI, kegiatan ini antara

lain meliputi perlindungan terhadap anak-anak yang

terpaksa bekerja dan perlindungan terhadap berbagai

bentuk diskriminasi dan hukuman yang tidak

mendukung proses tumbuh kembang anak.

Perlindungan bagi anak yang terpaksa bekerja

ditujukan untuk melindungi dan mengawasi terhadap

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 91

hal yang membahayakan keselamatan dan masa depan

anak tersebut.

Upaya perlindungan ini berupa pembatasan jam

kerja tidak lebih dari 4 jam sehari, tidak mempekerjakan

mereka pada malam hari, pemberian waktu dan

kesempatan kepada mereka untuk mengikuti pendidikan,

dan pelaksanaan pemberian upah sesuai dengan Upah

Minimum Regional (UMR) setempat. Untuk

meningkatkan kualitas pengawasan dan memperluas

pengawasan, diselenggarakan pelatihan peningkatan

pengelolaan bagi tenaga pengawas ketenagakerjaan

khususnya mereka yang menangani anak yang terpaksa

bekerja.

Dalam upaya awal untuk mengurangi anak yang

terpaksa bekerja pada Repelita VI, telah diupayakan

perbaikan penyediaan data dan informasi mengenai

aspek-aspek anak yang terpaksa bekerja. Berdasarkan

hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS),

jumlah anak usia 10-14 tahun yang terpaksa bekerja telah

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 92

menurun dari 2,2 juta orang pada tahun 1993 menjadi 1,6

juta orang pada tahun 1997.

Peningkatan perlindungan terhadap anak dan

remaja dari berbagai bentuk diskriminasi dan hukuman

yang tidak mendukung proses tumbuh kembang anak

dilakukan antara lain melalui penyebarluasan dan

pemasyarakatan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990

tentang ratifikasi konvensi hak anak.

Selain itu dalam Repelita VI juga dilaksanakan

serangkaian kajian dan penyempurnaan hukum tentang

anak, yang dilakukan antara lain melalui temu karya

penjabaran konvensi PBB dan Hukum Nasional,

penyusunan dan penyebarluasan panduan penyuluhan

hukum tentang anak, serta kajian penyempurnaan

Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang

perlindungan terhadap anak yang terpaksa bekerja dan

Wajib Belajar. Dalam rangka mencegah dan mengurangi

kenakalan dan penyalahgunaan obat terlarang dan

narkotika di kalangan remaja, telah dikeluarkan UU No. 7

Tahun 1997 tentang pengesahan Konvensi Perserikatan

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 93

Bangsa-Bangsa dalam pemberantasan peredaran gelap

narkotika dan psikotropika tahun 1988. Pelaksanaan

pengawasan peredaran obat-obat terlarang dan

psikotropika juga terus ditingkatkan secara terpadu

antara Badan Koordinasi Pelaksana (Bakolak)

bekerjasama dengan masyarakat dan pengusaha.

3. Pembinaan dan Pengembangan Pemuda

Hasil-hasil pelaksanaan program pembinaan dan

pengembangan pemuda sampai dengan tahun keempat

Repelita VI dapat dijelaskan sebagai berikut. Kesempatan

para pemuda memperoleh pendidikan melalui jalur

formal dapat terlihat dari angka partisipasi kasar (APK)

SLTA maupun APK Perguruan Tinggi (PT). Pada tahun

1997/98 APK SLTA, termasuk Madrasah Aliyah (MA)

dan APK Perguruan Tinggi, termasuk Perguruan Tinggi

Agama (PTA), masing-masing adalah 39,9 persen dan

12,5 persen. Angka partisipasi tersebut telah melampaui

sasaran tahun keempat Repelita VI.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 94

Dari APK tersebut tampak bahwa masih banyak

pemuda yang belum menikmati pendidikan melalui jalur

sekolah terutama karena kesulitan ekonomi. Dalam

upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

mereka diselenggarakan pendidikan melalui jalur luar

sekolah. Upaya tersebut antara lain dilaksanakan melalui

berbagai pembinaan dan pelatihan di balai latihan kerja

(BLK) yang telah ada di seluruh propinsi.

b. Peningkatan Peran Pemuda dalam Pembangunan

Upaya untuk meningkatkan peranserta pemuda

dalam kehidupan berpolitik dan berorganisasi antara

lain ditempuh melalui peningkatan pendidikan politik.

Sampai dengan tahun keempat Repelita VI jumlah

peserta yang mengikuti pendidikan politik adalah sekitar

3.800 orang setiap tahunnya, meningkat dari sekitar 860

orang pada akhir Repelita V. Selain itu, sampai dengan

tahun keempat telah diselenggarakan diskusi

antarorganisasi pemuda dengan pemerintah yang

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 95

bertujuan untuk menambah wawasan para pemuda

dengan jumlah peserta sebanyak 8.385 orang.

Dalam rangka penumbuhan semangat

kewiraswastaan pemuda, telah dilaksanakan pembinaan

dan pelatihan keterampilan pengelolaan koperasi

pemuda di 27 propinsi dengan jumlah peserta kumulatif

sebanyak 6.600 orang. Selanjutnya dalam menanggulangi

kecenderungan pengangguran di kalangan pemuda

terdidik, pada tahun 1996/97 telah dikembangkan

kawasan industri bagi pemuda terdidik. Sebagian dari

kawasan industri akan disediakan bagi kaum muda

terdidik sebagai lokasi untuk mendirikan usaha.

Pemuda berperan besar dalam bidang olah raga.

Pembibitan olah ragawan berbakat di Pusat-Pusat

Pendidikan dan Latihan Olah Ragawan Pelajar (PPLP)

meningkat jumlahnya dari 250 orang pada tahun 1993/94

menjadi 749 orang pada tahun 1997/98. Upaya tersebut

telah memungkinkan meningkatnya prestasi dalam

berbagai cabang olah raga baik di tingkat nasional

maupun internasional. Prestasi Indonesia sebagai juara

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 96

umum pada Sea Games XIX di Jakarta tahun 1997 tidak

terlepas dari peranserta pemuda.

Dalam rangka menumbuhkan daya cipta kreatif bagi

pemuda sehingga dapat memperkukuh jati diri dan

kepribadian bangsa, meningkatkan kebanggaan nasional,

serta memperkukuh persatuan dan kesatuan, dibuka dan

diperluas kesempatan untuk mengembangkan minat seni

dan budaya, telah diselenggarakan antara lain: pagelaran

seni di taman budaya di tingkat propinsi sebanyak 459

kali, di tingkat kabupaten 641 kali, pemberian bantuan

peralatan kesenian 480 unit, penyelenggaraan pameran

seni sebanyak 317 kali, pengiriman misi kesenian ke luar

negeri, termasuk festival persahabatan Indonesia–Jepang

di Tokyo pada tahun 1997.

Upaya peningkatan peran serta pemuda dalam

bidang pertahanan keamanan diarahkan untuk

meningkatkan ketahanan nasional dan wawasan

kebangsaan. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain

melalui penataran kewaspadaan nasional (Tarpadnas)

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 97

sebanyak 718 orang dan pelatihan kader bela negara

sebanyak hampir 3.000 orang.

Pembinaan pemuda dalam memantapkan perilaku

keagamaan bertujuan agar melalui pendekatan

keagamaan, kegiatan dan kreativitas pemuda dapat lebih

diarahkan pada hal-hal yang bermanfaat baik bagi diri

pribadi masing-masing maupun bagi keluarga dan

masyarakat. Meningkatnya hasrat pemuda mengenai

perilaku keagamaan tercermin dengan meningkatnya

peserta yang mengikuti sarasehan agamawan muda,

yaitu dari 80 orang per tahunnya pada Repelita V,

menjadi sekitar 330 orang pada akhir Repelita VI.

Selain itu, dalam upaya melindungi anak dan remaja

dari penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang,

dilakukan pelatihan bagi para pemuda sebagai motivator.

Pada Repelita VI setiap tahunnya lebih dari 800 pemuda

mengikuti pelatihan motivator tersebut.

Peningkatan jiwa kepeloporan dan kepemimpinan

pemuda, diarahkan agar pemuda memiliki jiwa

kejuangan, keperintisan, kepekaan terhadap lingkungan,

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 98

disiplin, dan sikap mandiri, serta kepedulian sosial yang

tinggi. Kegiatan yang dilakukan antara lain melalui

penempatan sarjana pendamping purna waktu (SP2W);

pertukaran pemuda antarpropinsi dan antarnegara; dan

napak tilas jejak pahlawan; serta pengembangan Karang

Taruna.

Selama empat tahun telah dikerahkan sekitar 4.000

orang SP2W dari berbagai disiplin ilmu di desa-desa

tertinggal sebagai pendamping kelompok IDT.

Penempatan pemuda pelopor tersebut diharapkan akan

mampu mendorong dan memberikan motivasi bagi

masyarakat dalam mengembangkan usaha-usaha

pertanian, perikanan, peternakan, dan usaha-usaha

ekonomi produktif lainnya sesuai dengan kondisi

setempat. Kegiatan tersebut juga telah menumbuhkan

kepedulian dan kesetiakawanan sosial pemuda yang

lebih tinggi.

Selain itu, untuk mendorong pemuda dalam

kepeloporannya di bidang ekonomi dan meningkatkan

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 99

kepemimpinan pemuda dalam pembangunan

masyarakat terus dilakukan berbagai pelatihan dalam

rangka pengembangan Karang Taruna yang disertai

dengan bantuan paket sarana usaha. Pada tahun 1993/94,

bantuan dan pelatihan tersebut diberikan kepada 2.900

Karang Taruna dan sampai dengan tahun 1997/98

kepada 12.000 Karang Taruna. Selanjutnya pada tahun

1998/99 direncanakan pelatihan bagi 3.100 Karang

Taruna dan bantuan modal kerja bagi 1.100 Karang

Taruna.

Sebagai upaya untuk meningkatkan rasa cinta tanah

air serta semangat persatuan, kesatuan, dan persaudaraan

antarpemuda, dilaksanakan kegiatan napak tilas jejak

pahlawan yang diikuti oleh 2.225 orang setiap tahunnya

dan pertukaran pemuda antarpropinsi maupun

antarnegara masing-masing diikuti oleh sekitar 1.500

orang dan 132 orang setiap tahunnya.

Peningkatan kelembagaan dan organisasi

kepemudaan bertujuan untuk memantapkan peran dan

fungsi kelembagaan serta mekanisme kerja organisasi,

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 100

sehingga dapat memperkukuh peran pemuda sebagai

generasi penerus bangsa yang mempunyai jiwa

kejuangan, wawasan kebangsaan, dan kecintaan tanah air

yang tinggi.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam Repelita VI

antara lain meliputi pembinaan organisasi dan bantuan

sarana bagi organisasi KNPI, dan organisasi

kepramukaan, serta organisasi kepemudaan. Dalam

rangka itu ditingkatkan dan dikembangkan kegiatan

pelatihan bagi para pemimpin organisasi kepemudaan

serta berbagai diskusi yang membahas berbagai masalah

kepemudaan dan kebangsaan. Selanjutnya, dalam

mendukung kegiatan-kegiatan tersebut sampai dengan

tahun keempat Repelita VI telah disebarkan sekitar 53

ribu eksemplar buku pedoman kepemudaan yang

meningkat dari sekitar 33 ribu eksemplar selama Repelita

V.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 101

Pergerakan Dakwah Remaja

Konsep para ahli pemberdayaan tersebut

menggambarkan bahwa pemberdayaan dapat diamati

dari berbagai aspek tingkah laku manusia untuk

menciptakan remaja yang sehat secara spiritual,

intelektual dan sosial. Kajian ini lebih menekankan

pemberdayaan di lingkungan masyarakat dan dipusatkan

di masjid Dusun kembang Buton.

Adapun teori sistem pemberdayaan dalam

menyebarkan informasi pemberdayaan berdasarkan teori

sistem informasi. Komponen sistem informasi

pemberdayaan terdiri dari pesan, proses, hasil. Ketiga sub

sistem tersebut, sebagai instrumen dasar dalam

melakukan proses penerimaan dan pengiriman informasi

di remaja masjid. Pemberdayaan dilakukan dengan

konsep sebagai berikut:

a. Setiap sistem pemberdayaan memiliki tujuan (niat)

yang menjadi motivasi yang mengarahkan remaja

masjid untuk mengasah kepedulian sosial, spiritual,

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 102

dan intelektual. Dan mendesain materi

pemberdayaan yang telah disepakati yang

dilakukan secara partisipatif dengan remaja masjid

Dusun Kembang Buton.

b. Proses: Proses merupakan bagian yang melakukan

perubahan atau trasnformasi dari masukan menjadi

keluaran yang berguna, misalnya berupa informasi

dakwah dan lain sebagainya.52

c. Output pemberdayan berupa informasi, cetakan,

saran, laporan, dan lain sebagainya.

d. Mekanisme/Pengendalian pemberdayaan: Menjaga

agar informasi pemberdayaan yang disebarkan

tidak berdampak buruk pada orang lain, yang

dapat memicu tindakan yang kurang berakhlaq.

Tetapi dapat memberikan spirit pencerahan bagi

remaja masjid di Dusun Kembang Buton.

52op.cit Abdul kadir, Pengantar Sistem informasi, h. 71.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 103

Dari konsep pemberdayaan ini relevan dengan

metode pemberdayaan Jim Ife yang menjadi rujukan para

ahli pemberdayaan masyarakat yang sangat

berkembangan pada tahun 1995. Karena efektifinya

konsep ini maka dapat dijadikan sebagai rujukan

tambahan dalam pemberdayaan remaja masjid di Dusun

Kembang Buton sebagai instrumen tambahan untuk

membedah problematika sosial pada remaja masjid.

Adapun strategi pemberdayaan Jim Ife yang akan dicapai

dalam proses pemberdayaan antara lain:

1) Perencanaan dan kebijakan pemberdayaan (policy

and planning empawering): Untuk mengembangkan

perubahan struktur masyarakat dan institusi perlu

akses pemberdayaan yang intensip berbagai sumber

keilmuan agar kebutuhan dan kebuntuan

masyarakat dapat dikontrol sebelum menjadi

kekerasan psikologis ditengah masyarakat. Hal ini

dapat dilakukan dengan cara meningkatkan taraf

kehidupannya, menyediakan sumber kehidupan

yang cukup melalui model dan modul dalam

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 104

mengarahkan cita-cita para remaja dalam menggapi

masa depannya.

2) Aksi sosial budaya kreatif, inovatif, dengan adanya

keterlibatan masyarakat secara terbuka agar trilogi

pemberdayaan di rumah, sekolah, dan lingkungan

masyarakat dapat terjaga dari berbagai macam

informasi yang dapat merusak sistem kognitif,

afektif, dan psikomotorik.

3) Peningkatan kesadaran disiplin menerbarkan

informasi perbaikan masyarakat dan mencegah

informasi buruk yang akan mengacam cara berpikir

masyarakat. Karena dikhawatirkan berdampak

negatif (kekerasan psikologis dan fisik). Hal ini

dapat dilakukan dengan mencerdasarkan cara

beragama, kecerdasan intelektual, wirausaha, dan

sosial. Hal ini dilakukan sebagai modal untuk

memenuhi kebutuhan dasar.

Kondisi manusia modern sekarang ini dibangun

atau terlahir dari tiga rahim peradaban yakni:

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 105

1. Peradaban pesantren yang melahirkan karakter

bangsa sehingga membentuk karakter masyarakat

yang berpancasilais.

2. Peradaban perpaduan budaya pesantren dan

budaya colonial melahirkan watak bangsa yang

ambigu.

3. Peradaban karakter budaya Eropa yang membentuk

watak masyarakat materialisme/hedonisme dan

individualistik.

Keadaan ini membutuhkan keseimbangan antara

pola kehidupan materialisme dengan kehidupan

spiritualisme. Karena jika keseimbangan kebutuhan

materialisme dengan kehidupan spiritualisme ini

ditanamkan di tengah masyarakat khususnya remaja

masjid maka kita dapat menghasilkan remaja masjid yang

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 106

memiliki karakter kehidupan yang seimbang dalam

melakukan interaksi sosial. 53

Kehidupan yang seimbang itu hanya bisa

didapatkan melalui eksplorasi model pendekatan

dakwah yang sesuai dengan kebutuhan remaja masjid.

Pednekatan dakwah dapat dilakukan dengan cara

dakwah bil-lisan (dengan kata-kata), aksi social (dakwah

bil-hal), dan dakwah bi al-Qalam(lewat media tulisan).

Fungsi manajemen dakwah menurut syarifudin bahwa

salah satu fungsi manajemen dakwah bagi pembinaan

remaja masjid adalah usaha sistematis dan tertib untuk

mengetahui laju pergerakan remaja masjid yang

dilakukan secara organisasi dengan melibatkan banyak

sumber daya.54 Urgensi manajemen dakwah menjadi

takterelakkan, agar dakwah yang dilakukan secara

berjama’ah baik melalui perkataan, tulisan, lembaga dan

53Muhammad Zen, Signifikansi Manajemen Dakwah Islam Dalam

Agenda Perubahan Sosial (Tulisan ini di muat di jurnal SIMBOL Tahun

2000).

54Syarifudin Makalah, Manajemen Pembinaan Remaja Masjid Untuk

Menggerakkan Dakwah Islam Ditengah Masyarakat (dipresentasikan di

depan mahasiswa pascasarjana UIN Alauddin Makassar tahun 2012), h. 19

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 107

berbagai aktivitas sehari-hari menjadi efektif dan sesuai

dengan tujuan dakwah Islam.

Mengajak manusia dari apa adanya menuju kepada

apa yang seharusnya, menyelamatkan orang-orang agar

tidak sampai jatuh ke dalam murka Allah.55 Dakwah

bertujuan untuk mendidik remaja masjid agar kembali

pada rel kehidupan yang lebih banyak mendatangkan

kemaslahan bagi umat manusia. Penagalaman para

ulama klasik dan kontemporer yang telah banyak makan

garan dalam menyikapi hidup ini perlu menjadi referensi

untuk menyikapi pola hidup karena hidup ini menurut

Ibnu Khaldun seperti lingkaran saja perbedaannya pada

kotesknya saja.

Signifikansi pembinaan remaja Manajemen Dakwah

Manajemen baik dipandang sebagai ilmu (science)

maupun seni (art) pada awal exisistensinya dapat

dicermati kerap kali berkutat pada persoalan industri dan

55Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan

Masalah,(Jakarta: CV Haji Masagung,1993), cet. ke-9, h. 3 G.R.

Terry, Principle of Management (Home wood illions, sixth edition, Richard

Irwin, Inc. 1972) sebagai pembanding lihat Malayu S.P. Hasibuan, ibid, h. 3

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 108

bussines Perkembangan selanjutnya justru manajemen

sangat diperlukan dan bermanfaat bagi setiap usaha

dalam berbagai bidang, tak terkecuali sektor dakwah.56

Semua aktivitas manusia yang memiliki tujuan tak bisa

terlepaskan dari urgensi manajemen, sebab manajemen

memberikan plumas bagi roda aktivitas manusia untuk

mengapai dan mengail tujuan yang telah diharapkan

(dicita-citakan) yakni pembinaan remaja masjid untuk

menggerakkan cakrawala Islam ditengah masyarakat.

Demikian halnya aktivitas dakwah yang memiliki

tujuan yang lebih kompleks, tentunya eksistensi

manajemen sangat berperan agar substansi dakwah yang

akan disampaikan kepada mad’u –melalui berbagai

metode—menjadi efektif dan efisien. Istilah manajemen

dan dakwah meski berlatar belakang dari disiplin ilmu

yang berbeda-beda, namun keterpaduan di antara dua

disiplin ilmu ini dapat memberikan warna tersendiri

dalam khazanah keilmuan Islam. Manajemen dan

56Ibrahim Anis et. All, al-Mu’jam al-Wasith, (Cet. II: Mesir: Jilid ke-

1, Dar’l Ma’arif, 1972 ), h. 286

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 109

Dakwah meski berangkat dari perbedaan yang

―mencolok‖, urgensi manajemen rupanya sudah menjadi

sebuah keharusan bagi mubalig untuk menggapai

keberhasilan berdakwah menjadi optimal bagi remaja

masjid untuk menggerakkan cakrawala Islam ditengah

masyarakat.

Membedah definisi Manajemen dan Dakwah

sangatlah luas jangkauannya. Dalam tulisan ini hanya

ditengahkan definisi yang menurut penulis sudah

dianggap mewakili substansi pengertian Manajemen dan

Dakwah. Di tinjau dari segi bahasa manajemen dapat

diartikan sebagai how to manage (bagaimana mengatur),

how to hand (bagaimana menangani), dan how to

control (bagaimana mengontrol/ mengawasi). Secara

istilah, G.R. Terry dalam bukunya ―Principle of

Management‖ (Home wood illions, sixth edition, Richard

Irwin, Inc. 1972) menjelaskan bahwa:

Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling performed to

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 110

determine and accomplish stated objectivas by the use of human being and other resources.57

―Manajemen merupakan suatu proses yang khas

yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,

pengorganisasian, penggerakkan dan pengendalian yang

dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-

sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan

sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya‖.58

Pembinaan remaja masjid untuk menggerakkan

cakrawala Islam ditengah masyarakat.

Sedangkan dakwah secara lugatan berasal dari

bahasa Arab yang terambil dari kata دع، يدعى، دعىة berarti

panggilan, seruan atau ajakan.59 Dalam Lisan al-Arab

karya Ibn Manzur Jamal al-Din Muhammad ibn

Mukarram al-Ansari, terdapat penjelasan tentang arti

57

G.R. Terry, Principle of Management : (Cet. II; Home wood illions,

sixth edition, Richard Irwin, Inc. 1972), h. 76.

58Lihat Ibn Manzur Jamal Al-Din Muhammad Ibn Mukarram Al-

Ansari,Lisan Al-Arab, (Kairo: Dar Al-Mishriyah Li Al-Taklif Wa Al-

Tarjamat), Tt. Selanjutnya Disebut Lisan Al-Arab, Jilid. 18, Hal. 281.

59Lihat Juga Muhammad Fath Al-Bayanuni, Al-Madzkhal Ila Ilmi

Dakwah, (Madinah: Muassasah Al-Risalah 1994) h. 200

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 111

dakwah dari kata da’a dengan dua pengertian saja, yaitu

dengan arti permohonan do’a dan pengabdian kepada

Allah SWT.

Menurut Toha Umar dakwah Islam adalah

mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan

yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk

kemaslahatan dan kebahagiaan mereka didunia dan

akherat.60 Dari berbagai pendapat di atas terlintas sebuah

gambaran pertama, dakwah adalah mengajak kejalan

Allah (fi sabilillah, system Islam), kedua dilaksanakan

secara berjama’ah (terorganisir), ketiga didalamnya

merupakan kegiatan untuk mempengaruhi umat manusia

supaya masuk ke jalan Allah (system Islam), keempat

dengan sasaran fardhiyyah dan jama’ah. Pembinaan

remaja masjid untuk menggerakkan cakrawala Islam di

tengah masyarakat.

60M. Yunan Yusuf, ‚Internalisasi Etika Islam ke Dalam Etika

Nasional: agenda Dakwah Dalam Perspektif Pemikiran Islam‛, (Jakarta: Jurnal Dakwah) , vol. I. No. 3, h. 9

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 112

Sehingga secara kesuluruhan arti dakwah adalah

mengajak umat manusia supaya masuk dalam sebuah

lingkungan kehidupan yang taat pada tata tertib yang

telah disepakati bersama untuk meningkatkan

pembinaan remaja masjid untuk menggerakkan

cakrawala Islam di tengah masyarakat. Peningkatan itu

dapat dilakukan secara menyeluruh baik dengan lisan

dan tulisan maupun dengan perbuatan sebagai ikhtiar

muslim mewujudkan ajaran Islam menjadi kenyataan

dalam kehidupan pribadi, kelurga, jama’ah dan umat

dalam semua segi kehidupan, sehingga terwujud khairul

ummah.

Sedang tujuan utama dakwah dari berbagai

pengertian di atas adalah terwujudnya kebahagian,

kesejahteraan hidup didunia dan akherat yang diridhai

Allah. Kebahagian, kesejahteraan hidup di dunia dan

akherat yang diridhai Allah merupakan suatu nilai atau

hasil yang diharapkan dapat dicapai oleh keseluruhan

usaha da’wah, dan hal itu merupakan konsekwensi logis

dari dilaksanakannya usaha-usaha dakwah itu sendiri.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 113

Arti kata dakwah seperti ini dapat dijumpai dalam

ayat al-Qur’an dan hadits Nabi SAW, seperti : .…

وادعىا شهداء كم مه دون هللا

Artinya : ―……Dan ajaklah penolong-penolongmu

selain Allah SWT….‖ (QS. Al-Baqarah {2} : 23).

… . اولئك يدعىن ال النبر وهللا يدعىا ال الجنت والمغفرة……

Artinya : ―…….Mereka itu menyeru ke dalam

neraka dan Allah SWT menyeru ke dalam surga

dan ampunan ……‖ (QS. Al-Baqarah {2) : 221).

مه دعب ال هدي كبن له مه االجر مثـل أجىر مه تبعه ال ينقص ذلك

أجىرهم شيئب

Artinya : ―Barangsiapa yang berdakwah kepada

petunjuk, maka baginya pahala seperti yang

diperoleh orang yang telah mengikutinya dan

tidaklah dikurangkan sedikitpun juga daripadanya

(pengikutnya)‖.61 (HR. Muslim).

61Imam Muslim, Shahih Bukhari, (Indonesia : Dar Ihya Al-Kutub Al-

Arabiyah), Tt Juz. II, h. 466

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 114

Dakwah berarti seruan atau ajakan kepada Islam

dengan melakukan amar makruf nahi munkar, sebagai

pedoman berdakwah dalam mengajak kebajikan (dalam

ajaran Islam) dan mencegah kejahatan (yang

bertentangan dengan ajaran Islam). Dengan demikian

pengertian dakwah yang bersifat pembinaan adalah

suatu usaha mempertahankan, melestarikan dan

mengarahkan umat manusia agar mereka tetap beriman

kepada Allah SWT, dengan menjalankan syari’at-Nya.

Sehingga mereka menjadi manusia yang hidup bahagia

dunia akhirat. Sedangkan pengertian dakwah yang

bersifat pengembangan adalah usaha mengajak ummat

manusia yang belum beriman kepada Allah SWT dan

upaya untuk menyempurnakan pelaksanaan ajaran

Islam.

Definisi ini setidak-tidaknya memberikan dakwah

secara universal, di mana dakwah diartikan secara luas

sebagai suatu proses usaha untuk mencapai apa yang

menjadi tujuan dakwah, menyangkut segi-segi atau

bidang-bidang yang sangat luas. Tidak hanya dakwah

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 115

dipahami sebagai dakwah bi al-lisanmelainkan dakwah bi

al-kitabah, bi al-hal, bi at-tadbir atau bi at-tandim.

Dari penjelasan tersebut dapat ditarik benang merah

bahwa manajemen dakwah adalah proses memanaje

dakwah melalui POAC yaitu: Planning (perencanaan),

Organizing (pengorganisasian), Actuating (penggerakan),

dan Controlling (pengawasan/evaluasi) agar tercapai

sasaran dan tujuan yang telah ditentukan, dengan

harapan proses dakwah tersebut memperoleh hasil lebih

efektif dan efisien.62

Pembicaraan mengenai dakwah akan

menghantarkan kita juga memasuki segenap sisi

kehidupan manusia, sehingga berbagai bidang akan

ditelusuri meliputi pendidikan, sosial, ekonomi, politik

dan kebudayaan yang di sana terdapat persoalan

dakwah. Singkatnya, dakwah merupakan segala sesuatu

yang mengajak kepada kebaikan dalam bentuk apapun

62

Syarifudin, Dakwah dan Aksi Sosil Menggerakkan Remaja di Tengah Masyarakat Pluraliseme Makalah Manajemen Dakwah (di

presentasikan di depan mahasiswa pascasarjana UIN Alauddin Makassar,

2011), h. 9.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 116

(perorangan, kelompok atau lembaga-lembaga Islam baik

yang berorientasi pendidikan, perekonomian, sosial-

keagamaan, politik dan sebagainya).

1. Manajemen Dakwah dan Persentuhan dengan Masyarakat

Kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para da’I tak

lepas dari eksistensi mad’u (masyarakat/ audiens). Hal

ini menurut H.M. Yunan Yusufsebab interaksi da’i dan

mad’u sangat erat sebagai mana telah dicontohkan oleh

Rasulullah saw dalam berdakwah, dalam waktu 23

tahun, beliau telah berhasil membentuk remaja yang

egaliter, terbuka dan demokratis yang dipandang sangat

maju melampaui zamannya.63 Namun tak dapat

dipungkiri, keberhasilan tersebut merupakan bukti dari

kesuksesan menajemen yang dijalankan oleh Rasulullah

saw dalam melakukan aktivitas dakwah yang didukung

63Tuti Alawiyah, ‚Paradigma Baru dakwah Islam: Pemberdayaan

Sosio-Kultural Mad’u‛, (Jakarta: Jurnal Dakwah, 2001) vol. 3. no. 2, h. 5

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 117

oleh masyarakat (umat Islam).64 Strategi ini dapat

dilakukan untuk meningkatkan pembinaan remaja masjid

untuk menggerakkan cakrawala Islam di tengah

masyarakat yang dipusatkan di majsid sebagai pos daya

masjid.

Ketika membangun masyarakat ada beberapa upaya

manajemen yang telah dilakukan oleh Rasulullah yaitu

melakukan tiga tahap atau proses pengembangan

masyarakat, yakni takwin, tanzim, taudi’. Takwin adalah

tahap pembentukan masyarakat Islam, kegiatan pokok

tahap ini adalah dakwah bil lisan sebagai ikhtiar

sosialisasi aqidah, ukhuwah, dan ta’awun. Semua aspek

tadi, ditata menjadi instumen sosiologis. Proses sosialisasi

dimula dari unit terkecil dan terdekat sampai kepada

perwujudan-perwujudan unit terbesar (dari strata

ekonomi bawah sampai atas).

Quick post this image to Myspace, Digg, Facebook, and

others! Pada tahap takwin telah terwujud jamaah Islam

64Ismah Salman, Telaah Kritis Dakwah Milenium III, (Jakarta:

Abstraksi Pidato Pengukuhan Profesor, tidak diterbitkan, 2003), h. 5-10

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 118

yang akan menjadi comuniti basekegiatan dakwah Nabi

di Yastrib. Tanpa terwujudnya bai’at aqabah, secara

sosiologi, dakwah Nabi SAW di Yastrib tidak akan

berjalan semulus yang terjadi karena itu, kesepakatan

(bai’at) antara da’i dan mad’u merupakan sunatullah

dalam sejarah yang menentukan keberhasilan dakwah

Islam karena bai’at merupakan prinsip pengorgani-sasian

Islam, maka adanya organisasi dakwah merupakan

suntullah untuk keberhasilan dakwah khusunya bagi

remaja masjid.

Tanzim adalah tahap tembinaan dan penataan

masyarakat, pada fase ini internalisasi dan eksternalisasi

Islam muncul dalam bentuk internalisasi Islam secara

konprehensif dalam realitas social. Tahap ini dimulai

dengan hijrah Nabi ke Madinah. Fase hijrah dimulai

dengan pemahaman karakteritik social masyarakat

Madinah, baik melalui informasi dari Mus’ab bin Umair

maupun interaksi Nabi dengan jamaah haji peserta bai’at

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 119

Aqabah.65 Dalam persepektif strategi dakwah, hijrah

dilakukan ketika tekanan cultural, struktural, dan meliter

sudah demikian mencekam sehingga jika tidak hijrah,

bisa terjadi involusi kelembagaan dan menjadi lumpuh.

Fase ini tercipta masyarakat yang cukup dalam berbagai

sisi kehidupan.

Taudi’ adalah tahap keterlepasan dan kemandirian

pada tahap ini, umat telah siap menjadi masyarakat

mandiri, terutama secara manajerial. Bila ketiga tahap ini

selamat dilalui, bolehlah berharap akan munculnya suatu

masyarakat Islam yang memiliki kualitas yang siap

dipertandingkan dengan kelompok-kelompok

masyarakat lain dalam arena pasar bebas nanti.

Demikian halnya proses dakwah di Indonesia,

dalam melakukan aktivitas berdakwah juru dakwah tidak

dapat lepas dari interaksi dengan mad’u (masyarakat).

Sehingga sudah sepatutnya para da’i melakukan upaya

terobosan bagaimana memberdayakan masyakat dalam

65

Ismah Salman, Telaah Kritis Dakwah Milenium III, (Jakarta:

Abstraksi Pidato Pengukuhan Profesor, tidak diterbitkan, 2003), h. 5-10

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 120

berbagai dimensidengan pisau analisis manajemen

dakwah yang merubah kebiasaan yang tidak baik menuju

perbuatan yang baik atau dengan kata lain merubah

tabi’at manusia dari apa adanya kepada apa yang

seharusnya sesuai apa yang diperintahkan Allah SWT.

2. Problematika Dakwah Sebagai Cambuk Solusi Social of Change.

Memasuki milenium ketiga, dunia dakwah

menghadapi tantangan baru yang lebih sistemik sifatnya.

Zaman globalisasi dan pasar bebas juga merupakan

tantangan yang harus dihadapi. Tekad Indonesia untuk

menyejajarkan diri dengan bangsa-bangsa lain di dunia

tidak dapat terealisasi apabila tidak mengambil langkah-

langkah konkret sejak sekarang.66

Problematika kehidupan yang dihadapi umat Islam

di Indonesia sangatlah komplek. Krisis Iman, krisis moral

66M. Habib Chirzin, ‚Manajemen Modern Dalam Pengembangan

Dakwah Islam di Era Informasi‛, Makalah pada acara Studium General

BEMJ-Manajemen Dakwah tanggal 18 Desember 1998, h. 1

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 121

dan krisis ekonomi yang bermuara terjadinya pergeseran

dari umat (bangsa) yang bermoral, ramah dan santun,

berubah drastis ke arah tindakan-tindakan

anarkis.67 Manusia dibakar hidup-hidup, pemerkosaan,

perampokan dengan berbagai modus –baik cara

konvensional sampai cara mutakhir melalui cyber space

(dunia maya), tawuran antar sekolah, kelompok, atau

etnis/daerah menjadi budaya yang sangat

memprihatinkan. Belum lagi agenda lama dakwah yang

belum terselesaikan, seperti merebaknya perjudian,

penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang, serta

kolusi-korupsi-nepotisme.68

Ismah Salman menganggap hal ini menjadi miris

kiranya, jika dicermati suatu realitas sosial dan kultural

bahwa Indonesia adalah negeri muslim terbesar di

67Lihat MANIS Jurnal Kajian Manajemen dan Lembaga

Islam, ‚Iftitah‛, Jakarta, edisi ke-1 2001

68M. Yunan Yusuf, ‚Internalisasi Etika Islam ke Dalam Etika

Nasional: agenda Dakwah Dalam Perspektif Pemikiran Islam‛, (Jakarta: Jurnal Dakwah) , vol. I. No. 3, h. 9

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 122

Dunia,69 sudah sepatutnya kaum muslimin Indonesialah

yang bertanggung jawab atas keberhasilan dan

ketidakberhasilan dakwah Islam di bumi pertiwi ini,

sebab setiap umat Islam berdasarkan nash memiliki

kewajiban untuk berdakwah.

Oleh karena itu berbagai konflik, perjudian, percaya

kepada para normal, pencurian dan penjarahan yang

dilakukan masyarakat merupakan agenda dakwah yang

belum terselesaikan, merupakan tanggung jawab kita

bersama dalam memanaje dakwah minimal untuk diri

sendiri dan lebih luas terinternalisasi kepada masyarakat.

Di samping tanggung jawab tersebut dibebankan tugas

khusus kepada para juru dakwah dalam melakukan

aktivitas berdakwah. Jika dakwah di Indonesia belum

sampai kepada tahap keberhasilan tidak berarti kita

mengkambinghitamkan para juru dakwah telah gagal

melakukan aktivitas dakwah, melainkan kita semua

69 R.H. Akib Suminto, Problematika Dakwah, (Jakarta : Bulan

Bintang), 1973, Hal. 41

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 123

sebagai bangsa Indonesia yang nota bene berpenduduk

masyoritas Islam harus bekerja sama merubahnya.

Dalam melakukan sebuah perubahan, yang sangat

penting adalah disamping ucapan disertai dengan contoh

panutan perbuatan yang terpuji sesuai dengan

kemampuan masing-masing, untuk merubah dari

tindakan yang tidak baik (dilarang) kepada perbuatan

yang dianjurkan Allah SWT.

Belum lagi musuh-musuh Islam punya program

rinci, sistimatis untuk memurtadkan orang-orang Islam.

Dakwah Islam harus punya program jelas, terarah,

terukur, teratur. Berapa persen ditargetkan kenaikan

jumlah anggota jama’ah shubuh, kenaikan jumlah

anggota jama’ah Jum’at untuk selang waktu tertentu.

Berapa persen ditargetkan kenaikan jumlah orang yang

bisa baca-tulis Qur’an, kenaikan jumlah orang yang bisa

baca-tulis, kenaikan jumlah orang yang bisa khutbah

Jum’at untuk selang periode tertentu. Berapa persen

ditargetkan menurunnya jumlah pencopet, penodong,

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 124

pemerkosa, pengamen, pemulung, pelacur, pemabuk,

penjudi, penjarah untuk selang waktu tertentu.70

Hasil dakwah perlu dievaluasi secara berkala.

Sudah berapa persen target tercapai. Apa saja kendala

yang merintangi keberhasilan. Tentukan indikator-

indikator keberhasilan. Tentukan langkah, program kerja

berikutnya. Program kerja berikut merupakan koreksi

program sebelumnya. Untuk itulah kegiatan dakwah

perlu mengadopsi fungsi operasi manajemen, mencakup

fungsi perencanaan (planning, programming), fungsi

organizing, fungsi pembimbingan (directing), fungsi

coordinating, fungsi pengawasan (controlling). Dalam

program kerja antara lain diperhatikan tentang sasaran,

pelaku (man), dana (money), waktu, metode dakwah.

Sudah masanya, lembaga dakwah, muballigh

memusatkan diri menyampaikan tuntunan, panduan

Islam dalam mencegah timbulnya konflik sosial, baik

konflik vertikal (antara atasan dan bawahan, antara

70Adi Sasono dkk, Solusi Islam Atas Problematika Umat, (Jakarta:

GIP, 1998), h.16-17

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 125

majikan dan pelayan, antara penguasa dan rakyat)

maupun konflik horizontal (sesama rakyat, sesama

penguasa, antara eksekutif dan legislatif). Menyampaikan

ajaran ―salam‖ yang dapat menumbuhkan rasa kasih

sayang secara konkrit.

Problematika dakwah akan selalu ada selama

denyut nadi umat Islam masih berdetak. Tantangan

kristenisasi, kebodohan, maraknya kelompok-kelompok

yang mengaku menyuarakan Islam, disharmoni dengan

pemerintah setempat ataupun policy nasional, kebebasan

pers dan media massa yang tidak terkendali dan

bertanggung jawab, adalah wacana-wacana eksternal

dalam problematika dakwah. Dalam kasus internal,

profesionalisme da’i dalam pengertian yang seluas-

luasnya masih menjadi keluhan mendasar. 71 Karena da’i

sebagai agent of change harus mempunyai visi yang jelas,

tidak saja menyangkut wawasan Islam yang utuh tapi

juga visi menyeluruh Islam tentang politik, ekonomi,

71Ibid, h. 23

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 126

sosial dan budaya dalam mengarahkan umat Islam

kepada suatu tatanan yang lebih mapan, establish, maju

dan diperhitungkan di hadapan umat-umat lain.

Perubahan sosial ke arah yang lebih baik jelas

tidaklah mudah seperti membalikkan kedua telapak

tangan, namun perlu adanya sinergitas pelbagai

komponen untuk melakukan aktivitas dakwah. Prof. Dr.

Ismah Salman secara jelas menguraikan berdakwah harus

sesuai dengan kemampuannnya masing-masing di mana

saja kita berada seperti:72

a. Perkantoran dilaksanakan oleh Pimpinan, kepala

bagian dan seluruh karyawan muslim/muslimah

sesuai kemampuannya karena mereka adalah

Hamba Allah yang dituntut untuk menyampaikan

Amar Ma’ruf Nahi Munkar.

b. Rumah Sakit: oleh Dokter, Bidan, Perawat, buruh

para medis melaksanakan Dakwah dalam

72Baihaqi Abd. Madjid dan Syaifuddin A. Rasyid, Paradigma Baru

Ekonomi Kerakyatan Sistim Syariah Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia,(Jakarta: PINBUK, 2000), h. v

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 127

menghadapi pasien selain memberikan obat, juga

mendorong mereka (para pasien) untuk

mendekatkan diri kepada Allah SWT.

c. Setiap lembaga pendidikan, melaksanakan dakwah

melalui guru dalam seluruh mata pelajaran.

Menyisipkan ajaran Islam dalam melaksanakan

kegiatan bagi peserta didiknya.

d. Perdagangan/ industri, melaksanakan dakwah

melalui usaha yang halal dan toyyib, berlaku jujur

dalam menakar timbangan dan tidak berlaku

curang. Memberi imbalan gaji karyawan sesuai

dengan mekanisme yang ada.

e. Setiap orang tua melaksanakan dakwahnya bagi

anak cucu yang dilahirkan.

f. Insan Media Massa, yang muslim: melaksanakan

tugasnya dengan kesadarannya untuk

menyampaikan ajaran agamanya Ia juga

mengemban tugas mulia untuk menjadi da’i bagi

umatnya. Baik melalui surat kabar, majalah, jurnal,

tv, film.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 128

g. Birokrat berdakwah melalui kegiatannya sebagai

pemimpin sebagai tauladan dalam melaksanakan

kegiatannya.

h. Politisi, membekali diri dengan ilmu tentang Islam

dan dapat berdakwah dalam partainya.

i. Hakim dan Jaksa berdakwah melalui jalur

profesionalisme dengan menjalankan tugas

amanah dengan sebenar-benarnya, menghakimi

orang dengan cara adil, tanpa terpengaruhi oleh

uang pelicin untuk tidak berbuat tidak adil.

j. Polisi, tentara berdakwah melalui kegiatannya

sebagai penjaga keamanan negara dengan ramah

tamah dan contoh akhlak yang mulia baik di

kantor maupun saat melayani masyarakat.

k. Pengelola Website berdakwah melalui dunia maya

(cyber space) yang memberikan informasi yang

islami sesuai kebutuhan umat Islam.

l. Lembaga Ekonomi berdakwah dengan cara

mensosialisasikan sistem perbankan yang sesuai

dengan syariah tanpa bunga melainkan dengan

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 129

sistem bagi hasil, dan membumikan zakat di

indonesia untuk membantu merubah stratifikasi

sosial dari terendah melesat ke ke lapisan lebih

tinggi, peminta-minta (mustahiqqin) menuju

mizakki.

3. Peningkatan Skill Da’i

Maraknya training pelatihan-pelatihan da’i yang

diselenggarakan oleh berbagai organisasi dakwah dalam

bidang manajemen dan lain-lain, tidak saja diharapkan

dapat melakukan aksi solusi memanaje atas

probelamatika umat dalam bingkai diatas, tapi juga

dalam rangka menyatukan rentak dan langkah para

du’at. Para du’at dituntut untuk memperbarui keikhlasan

mereka agar dapat melahirkan ketekunan dan

kesungguhan yang tak lekang oleh panas. Harus

dipahami bahwa kewajiban dakwah bukanlah sebuah

pekerjaan sambil lalu, tapi merupakan kewajiban atas

setiap muslim (QS. Ali Imran: 104 & 110). Karenanya,

setiap muslim -apapun profesinya-, adalah juga Da’i yang

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 130

dituntut untuk menyampaikan misi Islam seluas-luasnya

sesuai dengan kemampuan.

Karena itu, kaderisasi da’i melalui individu, institusi

keluarga di mana orang tua menjadi sokoguru, institusi-

institusi dakwah, media massa, dan lain-lain harus terus

disemarakkan sehingga masalah umat dapat

diminimalisasi. Krisis multidimensional yang melanda

bangsa kita ternyata memberikan agenda yang belum

untas atas proses mapping dakwah Islam di Indonesia.

Kesadaran akan pengamalan ajaran Islam menjadi sebuah

keharusan, agar kehidupan di dunia ini berjalan sebagai

mana mestinya, tidak ada kedhaliman, keonaran, dan

kerusakan di muka bumi ini oleh kerakusan manusia.73

Milenium ketiga adalah era di mana diperlukan

kemampuan profesional dalam melaksanakan

manajemen dakwah Islam.

Manajemen Dakwah Islam adalah mendorong

tertatanya semua program yang mengarah terhadap

73Syarifudin, Sistem Informasi Dakwah (Cet. I; Makassar: Berkah

Utami, 2008), h. 99

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 131

peningkatan aqidah umat Islam dan pemberdayaan

ekonomi masyarkat. Hal ini diharapkan agar terbentuk

masyarakat yang Islami yang terangkum dalam negeri

yang baldatun tayyibatun warabbun ghafur. Tentu,

memerlukan usaha yang keras dari berbagai elemen

dalam berdakwah yang merupakan kewajiban individu.

Berdakwah merupakan tugas mulia dan suci yang

dibebankan kepada setiap muslim dalam posisi dan

profesi di mana pun ia berada.74 Meskipun demikian,

hendaknya training peningkatan skill juru dakwah yang

telah berjalan dikembangkan kembali agar para juru

dakwah memiliki sisi manajerial dan senantiasa akan

berupaya melakukan solusi dalam problematika mad’u

dengan melakukan improvisasi terhadap mereka sebagi

upaya transpormasi ajaran Islam dari apa adanya (das

sein) kepada apa yang seharusnya (dassolen).

4. Peluang Alumni Manajemen dakwah

74Syarifudin, Teknologi Informasi Dakwah (Cet. I; Makassar:

Berkah Utami, 2012), h. 19

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 132

Kehadiran calon da’i yang memiliki integritas sisi

manajerial dan keilmuan yang layak sangatlah dinanti-

nantikan oleh seluruh umat Islam. Itulah kiranya di

antara alasan mencuat jurusan manajemen dakwah di

lingkungan UIN/ IAIN. Tampilnya jurusan ini sangat

diharapkan oleh oleh UIN/IAN (sebagai pembuat

produk adanya jurusan) dapat menelurkan para alumni

yang memiliki skill manajerial dalam mengelola lembaga

dakwah Islam (baik yang berorientasi politik, pendidikan,

ekonomi, sosial keagamaan maupun budaya dan

informatika/ media cetak), yang dapat mengaplikasikan

ilmu-ilmu yang telah didapatinya dan bermanfaat bagi

kemajuan dan tegaknya izzul islam wa almuslimin. Sebagai

stack holder (lembaga-lembaga dakwah dan

kemasyarakatan) juga sangat menantikan dalam

mengelola lembaga dakwah yang mereka pimpin agar

lebih efektif.

Awal munculnya Manajemen Dakwah dikenal

sebagai jurusan di lingkungan IAIN/UIN sekitar tahun

1995 dan 1996, namun sebagai pioner untuk membuka

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 133

jurusan ini yaitu IAIN Bandung dan di susul IAIN

Makassar. Mengapa tidak di pusat (IAIN Jakarta) terlebih

dahulu untuk mendirikan jurusan ini? Pertanyaan inilah

yang sempat mencuat dikumandangkan mahasiswa

angkatan pertama (tahun 1997) jurusan ini saat

berlangsungnya acara dialog kefakultasan yang digelar

waktu itu. Meskipun terlambat dua tahun (1997) jurusan

Manajemen Dakwah baru dibuka oleh IAIN Syarif

Hidayatullah Jakarta (yang sekarang sudah berubah

menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) sebab melihat

prospek outputnya yang cukup cerah dan sangat

dibutuhkan oleh lembaga-lembaga Islam (dakwah). 75

Meskipun terbilang jurusan ini relatif masih muda

(enam tahun), ternyata dapat dicermati output alumni

manajemen dakwah telah menyebar di berbagai lembaga

yang bergerak dalam bidang dakwah dan

kemasyarakatan. Ada yang aktif menjadi Ketua DKM

Masjid Raya, ketua majelis taklim, kepala sekolah, aktif

75Yunan Yusuf, ‚Manajemen Dakwah Rasulullah Kajian Awal Dari

Sudut Pengelolaan SDM‛, (Jakarta: Jurnal MANIS, 2001) h. 5

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 134

di lembaga ekonomi Islam, ada yang menjadi pengusaha

sukses, aktif di ormas-ormas Islam dan LSM, aktif di

Rumah Sakit Islam, aktif di penelitian, aktif sebagai

tenaga pengajar baik di sekolah maupun di perguruan

tinggi dan lain sebagainya.

Hal ini secara kasat mata memang sudah cukup

menggembirakan, namun masih jauh dari harapan. Sebab

masih sangat perlu adanya pembenahan secara eksternal

dan internal. Secara eksternal pihak Fakultas Dakwah dan

Komunikasi terutama jurusan Manajemen Dakwah

(sebagaigarda fakultas dan produsen menciptakan

mahasiswa siap pakai) sangat perlu meningkatkan

jaringan (network) kepada lembaga-lembaga dakwah di

Indonesia.76 Dengan mengidentifikasi rumusan-rumusan

kebutuhan yang diperlukan oleh lembaga-lembaga

tersebut mencakup apa saja, sehingga memberikan

rumusan agenda perbaikan kurikulum yang telah ada

76M. Yunan Yusuf, ‚Urgensi Dakwah Islam dan Tantangan Alaf

Baru‛, makalah pada acara Training Muballigh se-Jabotabek BEMF-Dakwah (IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2000), h. 1

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 135

kepada apa yang dibutuhkan oleh stack holder (lembaga-

lembaga dakwah). Atau bisa saja mendatangkan tenaga

pengajar dari luar sebagai praktisi di lembaga dakwah

yang bersangkutan, sehingga adanya sinkronisasi antara

teorisi dengan praktis. Tidak sebaliknya membuat

kurikulum yang kurang dibutuhkan oleh mereka, atau

tidak berupaya mendatangkan tenaga pengajar dari

lembaga tersebut. Jika sudah mengarah kepada apa yang

dibutuhkan oleh lembaga-lembaga dakwah tersebut,

jurusan manajemen dakwah mendatang akan menjadi

mercusuar dan rujukan dalam bidang manajemen

dakwah yang dikembangkan bagi proses memanaje

dakwah Islam di Indonesia.

Adapun perbaikan secara internal mencakup

bagaimana pihak manajemen fakultas mencetak

mahasiswa yang siap pakai baik di lembaga dakwah dan

di tengah-tengah masyarakat. Peningkatan kualitas

mahasiswa bisa dilakukan dengan peningkatan skill

bahasa dan komputer, perbaikan kurikulum yang sesuai

dengan arus rumusan kebutuhan lembaga dakwah.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 136

Memberdayakan laboratorium sebagai media praktikum

awal guna menghantarkan ke dunia kenyataan di

masyarakat. Sehingga Keluhan dan pesimistis mahasiswa

Manajemen Dakwah untuk menggapai masa depan yang

cerah dapat diminimalisasikan, sesuai dengan spesialisasi

idaman dan tujuan pokok mereka memasuki jurusan ini.

Dari sisi tenaga pengajar kejuruan Manajemen

Dakwah ini meskipun kita merasa berbesar hati sebab

banyak dosen yang kompeten, namun secara kunatitaif

dosen kejuruan dimiliki justru rata-rata bukan dari

golongan praktisi lebih banyak teorisi, sehingga jalur

birokrasi yang dimiliki dosen sangat minim. Implikasi ini

juga membuat mahasiswa Manajemen Dakwah lebih

banyak berkutat kepada persoalan-persoalan teoritis

dengan jarang untuk menyentuh kepada persoalan-

persoalan praktis atau merealisasikan teori di

lapangan. Sebab, penguasaan bidang manajemen dakwah

(lembaga Islam) secara teoritis dan praktis bagi kader

manajer lembaga Islam sangatlah dibutuhkan, sebelum

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 137

mereka terjun ke medan lembaga dakwah Islam dan

kesmasyarakatan.

Untuk melakukan social of change lebih efektif

ternyata manajemen dalam mengelola dakwah sangat

urgen. Proses Manajemen Dakwah boleh dibilang

menghadapi tantangan yang tidak mudah dalam pentas

mapping dakwah Islam di Indonesia, sebab manajemen

dakwah perlu adanya kebersamaan para aktivis dakwah

guna mewujudkan berbagai tujuan bersama.

Oleh karena itu profesinalisme menajemen

merupakan kunci dari keberhasilan suatu usaha dan di

dalam memenangkan suatu persaingan. Termasuk di

dalam pengembangan dakwah Islam. Dalam rangka

pengembangan manajemen dakwah di Indonesia,

khususnya di UIN Syarif Hidayatullah ini, nampaknya

perlu ditingkatkan pengkajian dan pengembangan

manajemen dakwah baik teorisi maupun praktis. Agar

proses manajemen dakwah berjalan sesuai dengan

koridornya baik sebagai kajian ilmiah maupun dalam

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 138

penerapan manajemen dakwah yang diibutuhkan oleh

lembaga-lembaga Islam dan masayarakat.

Al-hasil, dengan demikian Jurusan Manajemen

Dakwah, Fakultas Dakwah dan komunikasi ini

diharapkan sangat dinantikan oleh stack holder (seluruh

umat Islam baik individu maupun lembaga keislaman

terutama di Indonesia) dalam pengembangan dakwah

Islam yang melakukan upaya pemberian kontribusi

pemikiran kepada pengembangan model manajemen

dakwah bagi perkembangan dakwah Islam di Indonesia

menjadi lebih efektif. Semoga.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 139

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENGABDIAN

Pengabdian yang dilakukan secara partisipatif ini

memiliki tujuan dan kegunaan ilmiah dan praktis

demikian pengembangan wawasan keilmuan dan ilmu

terapan dalam melakukan pemberdayaan di tengah

masyarakat di dusun Kembang Buton Kota Ambon.

A. Tujuan Ilmiah

Pengabdian ini secara metodologis memberikan

wawasan bagi dunia akademik strategi

pemberdayaan remaja masjid dengan

melakukan komunikasi empati, persuasif,

komunikatif, dan partisipatif melalui

pendekatan dakwah dan komunikasi.

Secara metodologi dapat dijadikan pijakan

untuk melakukan riset berbasis pengabdian di

kota Ambon khususnya peningkatan peran

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 140

remaja masjid dalam menggerakkan

pemahaman Keagamaan di tengah masyarakat.

B. Tujuan Praktis

Berguna bagi lembaga IAIN Ambon khususnya

LPM IAIN Ambon dalam bidang pengabdian

masyarakat khususnya bagi kalangan remaja.

Dapat digunakan sebagai referensi dalam

menentukan kebijakan dakwah yang dilakukan

pada remaja masjid sebagai informasi awal

dalam melakukan penelitian, pemberdayaan, di

masjid Al-Hidayah dusun Kembang Buton.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 141

BAB IV

METODE PENGABDIAN

Secara metodologis cara kerja dalam pemberdayaan

remaja masjid di kembang Buton merujuk pada pola

Kementerian Agama dalam Surat keputusan Kementerian

Agama Republik Indonesia dalam proses pemberdayaan

masyarakat. Pemberdayaan ini semi riset kualitatif karena

diawali dengan prose pembuatan observasi kondisi

dampingan yang dilakukan dengan cara wawancara

mendalam dengan warga dusun Kembang Buton.

Dalam menentukan tema pemberdayaan yang

dibutuhkan oleh masyarakat dilakukan komunikasi

partisifatif dengan warga di dusun Kembang Buton dan

stakeholder setempat dalam menunjang proses

pengabdian pada remaja masjid Al-Hidayah dusun

Kembang Buton. Dengan demikian cara kerja

pengengabdian masyarakat adalah sebagai berikut.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 142

A. Observasi Awal.

Pengabdian ini secara metodologis dilakukan secara

partisifatif dengan warga dan remaja masjid Al-Hidayah

dusun Kembang Buton kota Ambon tentang pola

pembelajaran dan pemilihan tema dan fokus pengabdian.

Dalam proses observasi awalnya pengabdian ini akan

dipusatkan pada remaja masjid Al-Hidayah dusun

Kembang Buton kota Ambon karena pertimbangan

rumah warga kurang efektif. Adapun fokus pengamatan

yang dilakukan pada remaja masjid Al-Hidayah dusun

Kembang Buton kota Ambon ini adalah mengamati

pengelolaan manajemen masjid, fiqhi rumah tangga.

B. Metode pendekatan Pengabdian Masyarakat;

Metode pendekatan yang digunakan dalam

pengbadian ini mengikuti pola pendekatan dakwah dan

komunikasi Ali Mahfuz dari aspek dakwah, Joseph

DeVito dari aspek komunikasi dan Talcot Parson dari

aspek sosiologis. Ketiga pendekatan ini digunakan agar

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 143

dapat memetakan kondisi remaja masjid Al-HIdayah

dusun Kembang Buton kota Ambon. Untuk

mengungkap manajemen, struktur organisasi, budaya

dan cara melakukan interaksi sosial sehingga membentuk

pola pemenuhan kebutuhan hidup.77

a. Pendekatan Sosiologis

Pendekatan sosiologis digunakan untuk menjadi

panduan untuk menelaah polarisasi interaksi masyarakat

dalam pemenuhan kebutuhan hidup baik secara

individual, kelompok, dan secara berjamaah.78

Paradigma ini digunakan untuk menelaah dan

menginterpretasikan realitas sosial keagamaan yang

berkenaan dengan proses transformasi dakwah di Dusun

Kembang Buton kota Ambon.

77Lihat Guba dan Licon dikutif dalam Ibnu Ahmad, Konstruksi

Realitas Politik dalam media massa: Sebuah studi critical discousus analisis

(Cet. I; Jakarta Granit, 2004,), h. 42.

78Ibid., Ibnu Ahmad, Konstruksi Realitas Politik dalam media massa:

Sebuah studi critical discousus analisis (Cet. I; Jakarta Granit, 2004,), h. 43.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 144

Adapun ilmu bantu yang digunakan dalam kajian

ini adalah paradigma Talcott Parson. Menurut Talcott

parson dalam menelaah realitas sosial keagaman

menggunakan paradigma keteraturan sistem sosial, ia

berpendapat bahwa keteraturan sistem sosial dapat

terwujud jika setiap sub sistem masyarakat memiliki

sumber daya yang profesional sehingga masyarakat itu

laksana mekanik saling berhubungan, menunjang, dan

mempengaruhi.79 Argumentasi memilih ilmu bantu

antropologi dan sosiologi bertujuan untuk mengungkap

virtual reality serta mendeskripsikan struktur sosial

keagamaan khususnya terkait dengan remaja masjid Al-

Hidayah dusun Kembang Buton kota Ambon yang

dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor kekuatan politik,

ekonomi, budaya, cara pemahaman agama.

b. Pendekatan Histografi

Pendekatan histografi ini digunakan untuk

79Talcott Parsons, The social system : Routledge sociology classics

Sociology I Title 301(Yew York: British Library Cataloguing in Publication

Data 1902–1979). H.47

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 145

memetakan dan menelaah regulasi pemahaman

masyarakat di dusun Kembang Buton kota Ambon

sebelum konflik, saat konflik, dan pasca konflik.

Pendekatan Histografi yang dikutip dari hasil penelitian

Syarifudin yang berjudul sistem informasi dakwah di

kota Ambon. Hasil penelitian ini mendeskripsikan bahwa

kondisi perjalanan dakwah di kota Ambon perlu

menggunakan dakwah kultural.80 Pendekatan ini juga

digunakan dalam memetakan secara historis model

perkembangan dakwah terkait dengan remaja masjid di

dusun Kembang Buton kota Ambon.

C. Pertemuan dengan Stakeholder

Pengabdian ini melibatkan beberapa stakeholder

yang dianggap sangat memiliki peran strategis

terselenggaranya kegiatan pemberdayaan re4maja masjid

80Syarifudin, Sistem Informasi Dakwah di Kota Ambon tahun 2010.

Hal ini relevan dengan hasil penelitian Para Pakar dan dekan Dakwah se-

Indonesia yang berjudul Epistemologi dan Struktur Keilmuan Dakwah dan

Kalsifikasi Ilmu Dakwah (Fakultas Dakwah IAIN Sumatra Utara, 1996), h.

15

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 146

di Dusun Kembang Buton kota Ambon. Kegiatan yang

dilakukan secara administrasi antara lain:

1. Menyurat ke Imam masjid Al-Hidayah dusun

Kembang Buton kota Ambon

2. Menentukan Jadwal pertemuan dengan remaja

masjid dan warga masyarakat di dusun Kembang

Buton kota Ambon.

3. Menyurat kepada narasumber yang akan

memberikan dampingan

4. Membuat Rencana pemberdayaan.

5. Menetapkan jadwal pemberdayaan sesuai

kesepakatan dan kebutuhan remaja masjid di

dusun Kembang Buton Kota Ambon.

D. Penentuan Bidang Pengabdian

Penentuan lokasi pengbdian ini dilakukan secara

bertahap pada mulanya kegiatan ini akan dilakukan di

Dusun Kembang Buton kota Ambon secara umum.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut;

1. Melakukan maping distingsih (analisis Kebutuhan).

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 147

2. Mengindentifikasi tema pemberdayaan yang akan

diberdayakan.

3. Melakukan brainstorming dengan, Stakeholder

yang akan menunjang pelaksanaan

pemberdayaan remaja masjid.

4. Menentukan kebutuhan remaja masjid dengan

pertimbangan psikologis masyarakat yang untuk

menghindari adanya persaingan yang berakibat

kurang baik di tengah masyarakat.

E. Merumuskan Fokus Pengabdian

Berdasarkan maping distingsih (pemetaan kebutuhan

yang mendesak) dari analisis kebutuhan yang dilakukan

oleh tim Lembaga Pengabdian IAIN Ambon maka

perumusan fokus dan batasan pengabdian dilakukan

berdasarkan matriks rangking dari berbagai masukan-

masukan saat melakukan presentasi di hadapan peserta

pengabdian, reviwer, dan ketua lembaga pengabdian

Institut Agama Islam Negeri (IAIN Ambon). Dari

masukan oleh para reviwer, peserta, dan ketua LPM IAIN

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 148

Ambon maka kegiatan pengabdian ini dibatasi pada

pemberdayaan remaja masjid Al-Hidayah dusun

Kembang Buton kota Ambon.

F. Strategi Pengabdian

Strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh tim

LPM khususnya dalam pembinaan tilawah lebih

dikonsentrasikan pada partisipatori di masjid Al-Hidayah

dusun Kembang Buton kota Ambon.

Kegiatan ini adalah kegiatan pemberdayaan

management pembinaan baca Al-Quran modim, calon

khatib, tahlil, fiqhi rumah tangga, dan manajemen sistem

informasi masjid sebagai pusat posdaya masjid Al-

Hidayah dusun Kembang Buton. adapun jadwal

pelaksanaan pemberdayaan management modern dan

pembinaan Al-Quran modim, khatib, tahlil, pighi rumah

tangga, dan manajemen sistem informasi masjid sebagai

pusat posdaya masjid dideskrisikan dalam tabel berikut

ini;

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 149

1. Pembinaan Modim, Khatib, dan Tahlil

Proses pelaksaanan pembianaan Modim, Khatib,

dan Tahlil tim LPM IAIN Ambon mengawali

memberikan pemahaman kepada remaja dusun kembang

Buton tentang hukum dan rukun khutbah jumat melalui

diskusi, ceramah, dan menyediakan buku-buku yang

berhubungan dengan Modim, Khatib, dan Tahlil melalui

juknis yang dibuat oleh tim LPM sebagai standar acuam

dalam melakukan pembinaan bidang pemberdayaan

Modim, Khatib, dan Tahlil.

Hari

Waktu Materi Pemberdayaan Penanggung

jawab I 08.00 –

09.30 Pembukaan dan Keynote Speech

Ketua TIM pemberdayaan LPM IAIN Ambon

09.30 – 09.45

Break Panitia

09.45 – 11.15

Pemberdayaan management modern dan pembinaan Al-Quran

Pendamping, Remas, dan Team

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 150

modim, khatib, tahlil, pighi rumah tangga, dan manajemen sistem informasi masjid sebagai pusat posdaya masjid.

LPM

11.15 – 12.45

Over view Model Pembedayaan Management masjid

Pendamping

12.45 – 13.45

Isoma Team LPM dan Remas Pendamping.

13.45 – 15.15

Concept Map I (design content I) management Masjid

Team LPM

15.15 – 15.30

Break Tem LPM IAIN Ambon

15.30 – 16.30

Concept Map (design content) Pembinaan modim, khatib, tahlil, Dusun Kembang Buton.

Team LPM

19.00 – 20.30

Tugas Terstruktur Remas

II 07.30 – 09.00

Concept Map pemberdayaan management modern dan pembinaan Al-Quran

Team LPM

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 151

modim, khatib, tahlil, pighi rumah tangga, dan manajemen sistem informasi masjid sebagai pusat posdaya masjid Dusun Kembang Buton.

09.00 – 10.30

Time-Line and Competency Perencaan Pengelolaan manajemen masjid Dusun Kembang Buton.

Team LPM

10.30 – 11.00

Break Panitia

11.00 – 12.30

Competency Design Pembinaan remaja untuk mencegah tawuran

Team LPM

12.30 – 13.30

ISOMA Team LPM dan Remas

13.30 – 15.30

Competency membangun karakter remaja untuk memiliki kepekaan sosial untuk menyadari perannya di Dusun Kembang Buton.

Team LPM

15.00 – 15.30

Break Team LPM dan Remas

III 07.30 – 09.00

Pengenalan tata kelola masjid

Team LPM

09.00 – Pengenalan pemberdayaan Team LPM

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 152

10.30 ekonomi masjid sebagai pusat posdaya masjid

10.30 – 11.00

Break Panitia

11.00 – 12.30

Pengenalan rencana strategis dakwah

Team LPM

12.30 – 13.30

Break Team LPM dan Remas

13.30 – 15.30

Competency Pengembangan masjid yang berwawasan lingkungan sehat

Team LPM

15.00 – 15.30

Break Team LPM dan Remas

15.30 – 16.30

Strategi Design Management Sistem Informasi dakwah

Team LPM

19.00 – 20.30

Tugas Terstruktur bagi remaja masjid Dusun Kembang Buton.

remaja masjid

IV 07.30 – 09.00

Evaluasi Design pemberdayaan management modern dan pembinaan Al-Quran modim, khatib, tahlil, pighi rumah tangga, dan manajemen sistem

Team LPM

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 153

informasi masjid sebagai pusat posdaya masjid

10.30 – 11.00

Break Team LPM dan Remas

11.00 – 12.30

Evaluasi Design pemberdayaan modim, khatib, dan tahlil sebagai pusat posdaya masjid

Team LPM dan Remas

12.30 – 13.30

Break Team LPM dan Remas

13.30 – 15.30

Pencetakan RENSTRADAK bagi remaja masjid yang berisi pemberdayaan management modern dan pembinaan Al-Quran modim, khatib, tahlil, pighi rumah tangga, dan manajemen sistem informasi masjid sebagai pusat posdaya masjid

Team LPM

15.00 – 15.30

Eavaluasi Pemberdayaan dan teknik pembinaan di tengah masyarakat

Team LPM dan Remas

15.30 – 16.30

Penutupan Team LPM dan Remas

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 154

C. Pembiayaan Selama kegiatan pemberdayaan.

Kegiatan ini dilakukan selama 3 bulan dengan

menggunakan biaya sebesar Rp. 8.500.000,- format

program antara lain; pemberdayaan management

modern dan pembinaan Al-Quran modim, khatib, tahlil,

fiqhi rumah tangga, dan manajemen sistem informasi

masjid sebagai pusat posdaya remaja masjid Al-Hidayah

dusun Kembang Buton. Rincian penggunaan anggaran

dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 155

BAB VI KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Pemberdayaan modim, Khatib, dan Tahlil bisa

meningkat jika Lembaga Pengabdian Kepada

Masyarakat IAIN Ambon berjalan dengan

maksimal untuk memberikan dan menanamkan

nilai-nilai agama pada remaja.

2. Indikator untuk mengetahui pergerakkan

cakrawala pergerakan oraganisasi remaja masjid

jika manajemen sistem informasi dakwah di

Masjid semakin tinggi minat jamaah melakukan

ibadah di masjid di Dusun Kembang Buton.

3. Kurikulum pembinaan rumah tangga atau disebut

Piqhi keluarga dapat membantuk karakter

keluarga sebagai modal dasar remaja terjun

ditengah masyarakat. Dan dapat dikembangan

materi pemberdayaan remaja dipusatkan pada

posdaya masjid.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 156

B. Rekomendasi

Idealnya pendampingan harus dilakukan 1-5 tahun berturut-turut dan perlu adanya pendampingan secara kontinyu dan terprogram khususnya bagi LPM IAIN Ambon yang menjadi bagian integral pengabdian masyarakat. Dengan demikian maka rekomendasi pengbadian ini ada tiga yang perlu dicermati oleh instansi pendidikan, kementrian agama, dan semua instansi terkait antara lain:

1. Remaja adalah aset Sumber daya manusia yang perlu dibina melalui aksi sosial, perlu pembinaan di sekolah tentang cara menjadi modim, Khatib dan Tahlil di Maluku mengingat budaya sosial keagamaan ini mulai ditinggalkan oleh remaja.

2. Menjadikan masjid sebagai pusat posdaya masjid agar kondisi kebatinan remaja yang suka tawuran dapat diredam dengan menggerakkan cakrawala mereka senang pada masjid. Semakin baik pembinaan remaja masjid semakin sedikit tawuran remaja. Hal ini dilakukan dengan menggerakkan manajemen sistem informasi dakwah di Majid semakin tinggi minat remaja pada masjid.

3. Piqhi keluarga jika diintensifkan di dalam keluarga maka dapat membentuk karakter remaja untuk meminimalisasi tawuran remaj yang dapat mengganggu ketertiban umum. Hal ini perlu digalakkan di lingkungan rumah tangga, sekolah, dan lingkungan masyarakat yang dipusatkan di masjid.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 157

C. Pustaka

Abu ‘Ala Al-Maududi, Mabadi Asyasiah li Fahm Al-Quran

(Lahore: Da>r al-Arubah li al-Dakwah al-Islamiyah, 1969.

Adeng Muchtar Ghzali, Agama dan Keberagamaan dalam Konteks Perbandingan Agama Cet. I; Bandung: CV.

Pustaka Setia, 2004.

Mohammad Sobary, Dakwah Multikultural (Cet. I; Jakarta:

Prenada Media Group, 2004.

Zakiyah Darajat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Penerbit Gunung Agung, Jakarta, Cet. VII, 1983.

H. Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama: Kepribadian Muslim Pancasila, Penerbit Sinar Baru, Bandung, Cet. II, 1991.

Jalaluddin Rahmat Msc, Islam Alternatif, Penerbit Mizan,

Bandung, Cet. I, 1986.

Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an inteletual Tradition (Cet. II; London: The University of

Chicago press, 1982), h. 20.

Made Wena, Strategi Komunikasi pada Masyarakat Multikultural (Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.

56-66.

M. Amin Abdullah, Bengawan Muhammadiyah. h. 5.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 158

Nashr Hamid Abu Zayd, Tesktualitas Al-Quran: Kritik terhadap ulumul Qur’an terjemahan (Cet. III;

Yogyakarta: LKiS, 2003), h. 1.

M. Arkoun, Al-Fikr al-Islamy: Naqad wa Ittihat, Terjemahan Hashim Salih (London: Da>r al-Saqi), h. 299.

Max Weber, Essays in Sosiologi (Oxford University Press,

1946) diterjemahkan oleh: Noorkholis dengan judul:

Sosiologi (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h.

441.

Mustamin Giling, Pluralisme Agama Dan Toleransi Antar Umat Beragama (Suatu Kajian berdasarkan Teologi

Islam)

Haidar Bagir, Bahasa Agama: Bahasa Tuhan Bahasa Manusia,

kata pengantar pada buku Komaruddin Hidayat,

Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutika

(Cet. I; Bandung: Pustaka Mizan, 2011), h. 64.

Rogers, Everett. M and F. Floyd Shoemaker, Communication of Innovations, A Cross Cultural Approach., (New York:

The Free Press,1991), h. 331.

Talcott Parson, The Social System: The Structure of Social Action ( First published in New Fetter Lane London

EC4P 4EE Routledge is an imprint of the Taylor &

Francis Group This edition published in the Taylor &

Francis e-Library, 2005) h. 45-46.

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 159

C. Dewi Wulansari, Sosiologi Konsep dan Teori (Cet. I;

Bandung: Refika Aditama, 2009), h.43

Zakiah Darajat, Perbandingan Agama (Cet. II; Jakarta: Bumi

Aksara, 1992

Harifuddin Cawidu, Tanggung Jawab Umat Beragama dalam Membinan Kebersamaan ‚Makalah Seminar‛ DPD MDI

Sulsel, tanggal 16 Mei 2002.

D. Lampiran Foto Kegiatan pengabdian dan

pemberdayaan

Foto Pertemuan dengan

Remaja Masjid Kembang Buton

Foto pertemuan dengan Warga Masjid Kembang

Buton

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 160

Foto Pertemuan dengan Remaja Masjid dan warga

Kembang Buton untuk menawarkan model

pemberdayaan

Foto Pertemuan dengan Remaja Masjid Kembang

Buton dengan warga pentingnya kolaborasi

pogram yang dibuthkan warga dengan misi dan

visi IAIn Ambon

Foto Pertemuan dengan

Remaja Masjid Kembang Buton

Foto Pendaping dengan Santri Masjid Kembang

Buton

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 161

Konsep Pembinaan Remaja Masjid di Dusun Kembang Buton 162