sutrisno h simanjuntak

29
BAB I PENDAHULUAN Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi. Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor

Upload: sutrisno-harianto-simanjuntak

Post on 28-Oct-2015

82 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANKeselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja maka para pihak diharapkan dapat melakukan pekerjaan dengan aman dan nyaman. Pekerjaan dikatakan aman jika apapun yang dilakukan oleh pekerja tersebut, resiko yang mungkin muncul dapat dihindari. Pekerjaan dikatakan nyaman jika para pekerja yang bersangkutan dapat melakukan pekerjaan dengan merasa nyaman dan betah, sehingga tidak mudah capek.Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan keselamatan kerja tidak terpaku pada faktor fisik, tetapi juga mental, emosional dan psikologi. Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. Dalam makalah ini kemudian akan dibahas mengenai permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja serta bagaimana mewujudkannya dalam keadaan yang nyata.

Permenaker 05/MEN/1996 Bab III pasal 3 mengatakan: bahwa tempat kerja yang berisi 100 orang atau lebih; memiliki potensi bahaya yang yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi; atau dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan kerugian, wajib menerapkan SMK3 ( Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ) .MANFAAT PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3 Perlindungan karyawanTujuan inti penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 adalah memberi perlindungan kepada pekerja. Bagaimanapun, pekerja adalah asset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya. Pengaruh positif terbesar yang dapat diraih adalah mengurangi angka kecelakaan kerja. Mengurangi biayaDengan menerapkan sistem ini, kita dapat mencegah terjadinya kecelakaan, kerusakan atau sakit akibat kerja. Dengan demikian kita tidak perlu mengeluarkan biaya yang ditimbulkan akibat kejadian tesebut.Salah satu biaya yang dapat dikurangi dengan penerapan sistem manajemen K3 adalah biaya premi asuransi. Membuat sistem manajemen yang efektif Salah satu bentuk nyata yang bisa kita lihat dari penerapan sistem manajemen K3 adalah adanya prosedurterdokumentasi. Dengan adanya prosedur, maka segala aktivitas dan kegiatan yang terjadi akan terorganisir, terarah dan berada dalam koridor yang teratur. Rekaman-rekaman sebagai bukti penerapan sistem disimpan untuk memudahkan pembuktian dan identifikasi akar masalah ketidak sesuaian.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA1. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja1. Pedoman PenerapanKecelakaan kerja tidak dapat dielakkan secara menyeluruh. Namun demikian setiap perencanaan, keputusan, organisasi harus mempertimbangkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan. Berikut merupakan beberapa pedoman penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.a. Komitmen dan kebijaksanaanPenerapan keselamatan dan kesehatan kerja haris memiliki komitmen dan kebijaksanaan. Komitmen keselamatan dan kesehatan kerja dapat membantu perusahaan dalam bekerja sama dengan pekerja. Tinjauan awal keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kerja sama yang dilakukan yaitu yang berkaitaan dengan :a. Identifikasi kondisi dan sumber dayab. Pengetahuan dan peraturan perundangan K3c. Membandingkan penerapand. Meninjau sebab-akibate. Efisiensi dan efektifitasPerusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja yang diwujudkan dalam (PER. 05/MEN/1996):a) Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan.b) Menyediakan anggaran, tenaga kerjaa yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.c) Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang, dan kewajiban yang jelas dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja.d) Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasie) Melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan keselamataan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional.2. PerencanaanDalam perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan susunan system keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi dengan baik. Perencanaan K3 meliputi beberapa komponen yaitu:a. Menentukan tingkat resiko untuk setiap bagian tertentu yang mempunyai potensi kecelakaan atau gangguan kesehatan.b. Meneliti setiap peraturan pemerintah dan standar industri yang dapat dilaksanakan.c. Menetapkan tujuan yang hendak dicapai dan sasaran K3 secara jelas.Perusahaan yang memiliki perencanaan yang efektif maka akan mencapai keberhasilan dalam penerapan K3. Tujuan dari pencegahan kecelakaan kerja adalah untuk melindungi para pekerja, masyarakat dan lingkungaan dari bencana kecelakaan yaitu dengan(Simajuntak, 1994): a) Mempersiapkan, menyediakan dan memasang sarana pencegahan kecelakaan dan alat-alat pelindung diri.b) Mengadakan pemeriksaan dan inspeksi dini untuk mengetahui potensi atau kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja sehingga dapat dicegah.c) Menyusun organisasi sistem pencegahan bencana kecelakaan, termasuk menyediakan tenaga ahli keselamatan kerja.d) Meminimumkan dampak bencana kecelakaan terhadap masyarakat, antara lain dengan menempatkan instalasi berisiko tinggi terpisah dengan perumahan dan tempat-tempat konsentrasi penduduk seperti rumah sakit, sekolah-sekolah, dan pasar.e) Menyusun rencana penyelamatan darurat.3. Penerapan Kegiatan yang dilakukan dalam menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja adalah mengaudit sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada perusahaan sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 05/1996. Dalam menerapkan terdapat kegiatan yang mendukung yaitu komunikasi, pelaporan, pendokumentasian, dan pengendalian dokumentasi. Penerapan yang dilakukan tidak hanya meliputi pengauditan melainkan juga mengidentifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian resiko. Penerapan K3 memiliki 5 komponen yang perlu dibentuk yaitu:a. Struktur organisasi dan pembagian tanggung jawab. Struktur organisasi harus ditetapkan secara jelas dengan setiap posisi di dalam organisasi.b. Pemberian pelatihan K3 yaitu pelatihan secara umum yang diberikan kepada seluruh karyawan dan pelatihan keahlian secara khusus yang diberikan kepada karyawan yang bekerja di lokasi kerja yang memiliki potensi bahaya yang tinggi atau karyawan yang memiliki tugas khusus di bidang K3.c. Komunikasi K3 yang dilakukan dalam kelompok besar maupun kelompok kecil ditujukan untuk meningkatkan kesadaran K3 pada seluruh karyawan dan memotivasi penerapan K3.d. Sistem dokumentasi dan pengontrolan dokumene. Tenaga ahli K3

4. Pengukuran dan evaluasi penerapan K3Pemantauan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendukung kegiatan selanjutnya yaitu evaluasi. Pemantauan dapat berupa memantau apakah terjadi pertimpangan dalam melaksanakan prosedur kerja. Setelah dilakukan pemantauan, dievaluasi dengan mengukur hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan prosedur kerja.Hasil pemantauan dan evaluasi menghasilkan catatan dan penyimpanan data yang merupakan tindakan untuk perbaikan dan pencegahan. Pencatatan dan penyimpanan data berguna sebagai bahan untuk membuat perencanaan selanjutnya.5. Tinjauan ulang terhadap penerapan K3Kegiatan untuk meninjau ulang penerapan K3 biasanya dilakukan untuk menilai kesesuaian dan keefektifitasan penerapan K3 secara keseluruhan. Peninjauan yang dilakukan berdasarkan hasil akhir evaluasi penerapan K3. Apabila hasil akhir tidak sesuai dengan target K3 maka perlu dilakukan tinjauan ulang K3.Tinjauan ulang Sistem Manajemen K3 meliputi(PER. 05/MEN/1996):a) Evaluasi terhadap penerapan kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerjab) Tujuan, sasaran, dan kinerja keselamatan dan kesehatan kerjac) Hasil temuan audit Sistem Manajemen K3d) Evaluasi efektivitas penerapan Ssistem Manajemen K3 dan kebutuhan untuk mengubah Sistem Manajemen K3 sesuai dengan:1. Perubahan peraturan perundangan2. Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar3. Perubahan produk dan kegiatan perusahaan4. Perubahan struktur organisasi perusahaan

Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan KerjaKeselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak.Tujuan dari penerapan keselamatan dan kesehatan kerja adalah (Direktorat Pengawasan Norma K3, 2006): 1) Menempatkan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia2) Meningkatkan komitmen pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja3) Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja untuk menghadapi kompetisi perdagangan global4) Proteksi terhadap industri dalam negeri5) Perlunya upaya pencegahan terhadap masalah sosial dan ekonomi yang terkait dengan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja .

BAB IIIPERMASALAHAN METODE KERJA1. Permasalahan yang ada fly over Simpang Pos1. Traffic yang sangat padat2. Banyaknya kendaraan yang lewat3. Banyaknya utilitas4. Adanya masalah pembebasan lahan5. Banyak masyarakat yang ingin tahu sehinga dapat menyebabkan terhambatnya kinerja

1. Rencana Solusi Permasalahan yang ada di Fly Over Simpang Pos1. Traffic yang sangat padat dengan penyelesaian pemasangan rambu-rambu2. Banyaknya kendaraan yang lewat dengan penyelesaian memberi peringatan 3. Banyaknya utilitas dengan pengerjaan extra hati-hat menggunakan tenaga manusia4. Adanya pembebasan lahan penyelesaian dengan adanya ganti-rugi lahan5.Memberikan sosialisasi kepada masyarakat

SKEMA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1. Safety Morning Talk 2. Toll Box Meeting 3. Safety Patrol 4. Safety MeetingIdentifikasi item pekerjaan1. penegakan penerapan SMK3 2. Usulan perbaikan SMK31. Laporan Kegiatan2. Laporan BulananStrategiProgram KerjaSMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja)SAFETY PLANESASARANPENERAPANEVALUASIAmd Internal (WIKA)RTPAudit ExternalOHSAS

SAFETY PLANPEMBANGUNAN JEMBATAN FLY OVER SIMPANG POS NoKegiatanIdentifikasi bahayaAkibatPeluangTingkat resikoPengendalian ResikoPenanggung jawab

1Setting out/Pengukuran1. Tertabrak kendaraan yang sedang melintas pada jalan raya.

4CM1. Adanya Trafficc managemen, supervise engineering untuk aktifitas pekerjaan. Dan koordinasi untuk pelaksanaan pekerjaan denganinstansi terkait (PU, Jasa Marga,dan kepolisian terdekat).1. Pemasangan rambu rambu lalu lintas dan rambu rambu peringatan pada saat akan memasuki lokasi proyek.1. Pemasangan pagar pengaman.1. Pekerja, petugas pengukuran wajib menggunakan alat pelindung diri.Pelaksanaan utama/ team survey.

2Pile Driving/ Pemancangan.

1. Mobolisasi Tiang pancang

1. Welding tiang pancang

1. Cutting pile

1. Pergerakan crane pancang yang akan membahayakan petugas/pekerja/pihak ketiga.1. Tertimpa tiang pancang yang diangkat ole crane.1. Terjatuhnya tiang pancang dari atas trailer pada saat mobilisasi.

1. Keracunan logam akibat pengelasan.1. Cahaya pijar pada saat pengelasan.1. Luka bakar

1. Tertimpah bobokan tiang pancang.

1. Terluka tangan pada saat pembobokan tiang pancang.

3

3

2

3

2

3

3

2

D

D

E

C

B

B

D

B

M

M

L

M

M

H

M

H

1. Pengikatan tiang pancang sesuai prosedur dan standart.

1. Pengecekan kondisi crane dan sling pengikat.

1. Pengamanan areal kerja dengan pagar pengaman , rambu- rambu lalu lintas dan dibuat traffic manajemen untuk areal padat lalu lintas.1. Gunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker, kaca mata pelindung, sarung tangan dan body protector dll.

1. Mempergunakan crane untuk menahan dan memindahkan sisa potongan tiang pancang yang panjang.1. Gunakan alat pelindung diri.

P elut / Operator / Safety Officer.

Safety officer / welder

Pelut / mandor /Pekerja

3Galian Dan Timbunan1. Pergerakan alat berat dan dump truck yang mengganggu lalu lintas sehingga mudah terjadi kecelakaan lalu lintas.1. Tertimbun longsoran tanah (galian dalam).

1. Terjatuh kegalian yang dalam baik pekerja maupun pihak luar.3

2

2C

B

CM

H

M1. Operator harus mempunyai (SIO).1. Penempatan petugas / flagmen yang memakai rompi.1. Pemesangan rambu lalu lintas sesuai peraturan yang berlaku.1. Pemasangan pagar pengaman dan rambu peringatan.1. Pakai lampu penerangan apabila bekerja pada malam hari.1. Pemasangan dinding pelindung sementara, apa bila penggalian sangat dalam > 2m.1. Mempergunakan alat pelindung diri.1. Mempergunakan pagar pengaman , berikade dan memasang rambu rambu peringatan.Pelut / operator / Safety officer

4Congrete works & renforcement.

1. Pembesian

1. From work

1. Pengecoran

1. tertimpah / terhimpit besi pada saat pengangkatan / penurunan besi baik pada saat penerimaan maupun langsir dari lokasi gudang / fabrikasi kelokasi pekerjaan.1. Terluka pada saat pekerjaan fabrikasi yang mempergunakan peralatan.1. Terbakar akibat korsleting karena pemakaian peralatan listrik.1. Tertimpah besi beton yang sedang diangkat untuk pemasangan lantai jembatan fly over yang beakibat jatuh.1. Terjatuh pada saat pemasangan pekerjaan pembesian di pier.1. Pemasangan besi yang mengakibatkan tangan luka.

1. Terjatuh pada saat pemasangan from work untuk pier, diafragma, parapet yang berada pada tempat yang tinggi.1. From worwk lantai atas jembatan yang diangkat ke lokasai yang akan I cor bisa berakibat jatuh.1. Pergerakan truck mixer dan concrete pump yang membahayakan pekerja, pejalan kaki dan lalu lintas disekitarnya.1. Tetjatuh dari plat from.1. Perancah pada saat sedang bekerja ( bagian atas pier/ abutmen jembatan).1. Terjatuh dan tertimpah pada saat perancah roboh.1. Perancah tertabak kendaraan yang melintas disekitar lokasi.

3

2

3

3

2

2

3

3

3

3

3

2

D

D

D

D

C

C

C

D

D

C

C

C

M

L

M

M

M

M

H

M

M

H

H

M

1. Periksa kondisi pengait dan sling.1. Pengikatan besi sesuai prosedur dan standart1. Adanya flagmen untuk pengendalian lalu lintas.1. Pemasangan rambu rambu lalu lintas.

1. Pergunakan alat paelindung diri.

1. Periksa instalasi listrik apakah sudah baik dan benar.1. Matikan listrik dengan benar setelah pemakaian.1. Pemadam kebakaran harus stand bay.1. Periksa kondisi pengait dan sling.1. Pengikatan besi sesuai prosedur dan standart1. Adanya flagmen untuk pengendalian lalu lintas.1. Pemasangan rambu rambu lalu lintas.1. Pergunakan alat paelindung diri.

1. Pergunakan alat paelindung diri.

1. Pergunakan APD. 1. Periksa kondisi perancah yang disesuaikan dengan prosedur yang berlaku.1. Pemasangan railing pada tepian untuk kondisi kerja yang tinggi.1. Periksa kondisi pengait dan sling.1. Pemasangan rambu rambu lalu lintas.1. Pergunakan alat paelindung diri.1. Pemasangan barikade, pagar pengaman pada lokasi yang sedang dikerjakan.1. Operator harus mempunyai (SIO).1. Penempatan petugas / flagmen yang memakai rompi.1. Pemesangan rambu lalu lintas sesuai peraturan yang berlaku.1. Pemasangan pagar pengaman dan rambu peringatan.1. Pakai lampu penerangan apabila bekerja pada malam hari.1. Pemasangan railing pada tepian untuk kondisi kerja yang tinggi.1. Periksa kondisi pengait dan sling.1. Pemasangan rambu rambu lalu lintas.

Pelut / mandor besi / safety officer

Pelut / mandor / safety officer

Pelut / operator / Safety officer

5ERECTIONBEAM/GIRDER

STRESSING BEAM/GIRDER- Tertimpa Girder yang jatuh pada saat diangkat- Terjadi kecelakaan lalu lintas pada saat crane mengangkat girder- girder yang telah diletakkan pada abutment tergulng/terjatuh ke bawah

1. Menghirup fumes pengelasan (keracunan logam) pada waktu las braching girder.1. Iritasi mata dan luka bakar pada saat pengelasan.1. Terjadi kecelakaan pada saat girder disusun di Stressing Bed

4

2

3

3

2

2D

C

D

C

B

DH

M

M

H

H

M1. Periksa kondisi pengait dan sling

1. Pengikat girder sesuai prosedur dan standard

1. Kondisi crane harus benar-benar siap operasi, karena crane yang beroperasi lebih dari dua alat, diperlukan koordinasi antar crane dengan baik

1. Koordinasi dengan instansi terkait dalam pelaksanaan erection (Polantas, DLLAJR,untuk pengaturan lalulintas).

1. Girder yang telah terpasang segera diikat/ pada dudukan girder dan besi yang di las.

1. Penggunakan APD mutlak diperlukan untuk menghidari keracunan dan iritasi mata (Kaca mat alas, sarung tangan, masker).

1. Periksa kondisi kayu/papan perata dibawah girder1. Periksa kondisi dongkrak Hydrolik u mengangkat Girder 1. Dikontrol oleh Team Survey pada saat Girder diratakan pada permukaannya.1.

Pelut/Operator/Safety Officer

PELUT/ Safety Oficer

6

ASPHALT PAVEMENT

1. Terjadi kecelakaan pada saat Girder distressing atau ditarik

1. Terkena material kotoran / tanah, pasir pada saat pembersihan dengan air compressor

1. Pekerja yang kena aspal panas prime coat hot mix pada waktu loading aspal finisher selama pelakasanaan penghamparan aspal ATB wearing/HRS 3

2

2

D

B

CM

H

M1. Periksa kondisi strand, hindari peristiwa strand ditarik dan direalease.1. Periksa Alat Manometer dan dikalibrasi1. Memakai alat pelindung diri (Helm, Safety Shoes) dan sarung tangan , masker / penutup hidung untuk petugas pembersihan.1. Jaringan pengaman agar material / kotoran tidak terlempar ke pengendara yang melintas dibawah jambatan.1. Pekerja harus memakai alat pelindung diri (helmet, sarung, tangan), untuk pekerja yang memegang alat sprayer aspal 1. Pasang rambu rambu lalulintas.1. Lampu sorot untuk kerja malam hari.1. Pagar pengaman dan traffic cone.1. Petugas Flagman / pengendalian lalulintas yang dilengkapi PELUT/Safety Officer

PELUT/Safety Officer

7ERECTION STEEL BOX GIRDER 1. Tertimpa Girder pada saat diangkat.1. Steel Box Girder terguling pada diangkat dengan Bogie Trailer1. Steel Box Girder yang diletakan pada Pier Head terguling atau jatuh.4

3

3D

D

D

H

H

H

1. Periksa kondisi pengait dan sling 1. Pengikatan Girder sesuai dengan prosedur1. Kondisi Crane harus benar-benar siap operasi dan diperlukan antar personil crane 1. Kondisi Bogie Pelut / operator / Safety officer

TINGKAT RESIKO12345AKIBATPELUANGAKIBATPENJELASANPELUANG

AHHEEEE= ExtrimeA= Hampir pasti akan terjadi / almost certin1= tidak ada cidera, kerugian material kecil.

BMHHEEH= High RiskB= Cenderung untuk terjadi / likely2= cidera ringan / P3K, kerugian material sedang

CLMHEEM= ModerateC= Mungkin dapat terjadi3= hilang hari kerja, kerugian material cukup besar

DLLMHEL= Low riskD= kecil kemungkinan terjadi4= cacat, kerugian material besar

ELLMHHE= jarang terjadi5= kematian, kerugian material sangat besar

BAGAN ALUR PENANGANAN MENINGGAL DUNIA

BAGAN ALUR KECELAKAAN BERAT

BAGAN LAUR KECELAKAAN RINGAN

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Metode Kerja1. Secara umum metode kerja yang dilakukan pada proyek fly over simpang pos meliputi struktur, Mechanical Electrical dan Arsitektural .1. Pelaksanaannya metode knostruksi stuktur meliputi :1. Retaining Wall1. Embankment1. Rigid Pavement1. Abutment1. Main Structure1. Pemakaian metode kerja pada proyek fly over simpang pos mempergunakan metode kerja yang sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.

B. Saran1. Penerapan SMK3 efektif jika didukung oleh semua personel proyek yang terlibat1. Menumbuhkan kesadaran dan budaya selalu menggunakan alat pelindung diri (APD) dalam melaksanakan setiap item pekerjaan adalah suatu usaha yang harus dilaksanakan secara sistematis dan terus-menerus.

Gambar1.1 :InformasiProyek Pembangunan Fly Over-JaminGinting

Gambar1.2 : Slogan LingkunganPadaProyekFly Over-JaminGinting

Gambar1.3 : Slogan K3 PadaProyekFly Over-JaminGinting

Gambar1.4 :BeberapaPeraturan K3 yang WajibDilaksanakanPadaProyekFly Over-JaminGinting

Gambar1.5 : Slogan-slogan danWaktuPelaksanaanPadaProyekFly Over-JaminGinting

Gambar1.6 :RambuPeringatanBagiPenggunanJalanakanadaproyekFly Over500 m kedepan