sutoro melawan korupsi desa

9
Melawan Korupsi Desa Dengan Demokrasi Sutoro Eko Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FFPD)

Upload: indonesia-anti-corruption-forum

Post on 27-Jul-2015

150 views

Category:

Government & Nonprofit


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sutoro melawan korupsi desa

Melawan Korupsi Desa Dengan Demokrasi

Sutoro EkoForum Pengembangan Pembaharuan Desa (FFPD)

Page 2: Sutoro melawan korupsi desa

Diktum

• Semakin sedikit/dangkal demokrasi, semakin banyak korupsi; semakin banyak elektokrasi semakin lebih banyak korupsi.

• Peraturan bukan segala-galanya, tetapi segala sesuatunya membutuhkan peraturan. Peraturan yang baik tidak serta merta membuahkan kebaikan, tetapi peraturan yang buruk dengan cepat mendatangkan keburukan.

Page 3: Sutoro melawan korupsi desa

Dalil Dilema

• Dilema aksi kolektif adalah hadirnya para penumpang gelap yang tidak mau berkorban tetapi mencari keuntungan.

• Distribusi kekuasaan dan sumberdaya mengandung tujuan baik, tetapi juga berisiko menghadirkan perampasan elite (elite capture).

Page 4: Sutoro melawan korupsi desa

Pilihan Rasional UU Desa

• UU No. 6/2014 tentang Desa dilahirkan bukan sebagai reformasi yang nekat (audacious reform) dengan pertimbangan: ongkos besar, manfaat besar, dan risiko sama besar juga.

• Tetapi UU Desa dilahirkan dengan reformasi yang rasional dengan pertimbangan: ongkos besar, manfaat lebih besar dan risiko lebih kecil.

Page 5: Sutoro melawan korupsi desa

Proyeksi Manfaat Besar UU Desa• Reformasi birokrasi: UU Desa bermaksud memotong mata rantai rente proyek

pembangunan sektoral yang dikuasai oleh K/L.• Emansipasi lokal: Memperkuat peran dan kontribusi desa dalam pembangunan:

desa tidak hanya menjadi obyek penerima manfaat tetapi sebagai subyek pemberi manfaat.

• Subsidiaritas: memastikan urusan-urusan lokal (kepentingan masyarakat setempat) tidak ditangani oleh pemerintah (yang membuat pemerintah menjadi kerdil), melainkan ditangani dan diselesaikan oleh desa (yang paling depan dan dekat dengan masyarakat).

• Demokrasi: mengurangi dominasi elite, sekaligus memperkuat kuasa rakyat melalui pembukaan ruang-ruang publik yang demokratis, partisipasi dan deliberasi,

• Transformasi: mendorong perubahan desa dari institusi korporatis dan institusi parokhial menjadi institusi sipil.

• Inovasi dan akselerasi: memperkuat modal sosial, kapasitas administratif, pelayanan publik, pengembangan ekonomi lokal, dan pengelolaan sumberdaya alam lingkungan secara berkelanjutan.

Page 6: Sutoro melawan korupsi desa

UU Desa Menghadirkan Negara dengan Tepat

Dilema intervensi negara terhadap desa: kalau tidak hadir salah, tetapi kalau hadir keliru

Isolasi (negara absen) Imposisi (hadir berlebihan)menciptakan keterbelakangan menciptakan ketergantungan

Jalan tengah:Rekognisi, Proteksi,

Redistribusi, Akselerasi, Supervisi, Fasilitasi

Page 7: Sutoro melawan korupsi desa

Pengalaman 1: Bilamana Desa Menghadirkan Korupsi?

Desa diberi uang tetapi setelah itu dibiarkan dan diolok-olok dengan tudingan tidak siap, tidak mampu dan korupsi.

Desa parokhial rawan korupsi: aliran dana mengikuti aliran darah.

Masyarakat melakukan politisasi terhadap kearifan lokal yang melegitimasi korupsi.

Kepala desa yang tidak mempunyai (memegang) otoritas dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana Bantuan Langsung Masyarakat, cenderung melakukan perampasan (capture).

Elite desa terlalu dominan, tidak diimbangi dengan ruang-ruang publik demokratis, partisipasi dan kontrol publik.

Sistem administrasi keuangan yang ruwet dan mematikan, sementara kapasitas lokal masih terbatas. Ini membuat mal-administrasi.

Page 8: Sutoro melawan korupsi desa

Pengalaman 2: Bilamana Desa Tanpa Korupsi?

•Kepala desa hadir sebagai pemimpin yang bershi, progresif, dan visioner. Ia hadir sebagai aktor baru dalam konteks krisis, yang dilahirkan melalui social capital dan political capital dengan ongkos transaksi yang sangat rendah.•Kepala desa yang kuat karena memperoleh kepercayaan sekaligus memegang otoritas dan akuntabilitas dalam mengelola uang. •Pembagian kerja dalam pemerintahan desa berjalan dengan baik, disertai dengan kapasitas administratif yang cukup memadai dan didukung dengan sistem informasi (misalnya sistem informasi administrasi dan keuangan desa).•Ruang-ruang publik yang demokratis berjalan secara semarak. •Partisipasi, deliberasi dan kolektivitas berjalan dengan baik.•Desa memperoleh pendampingan secara utuh (kapasitas, perencanaan dan penganggaran, penguatan tradisi berdesa dan tradisi kewargaan).

Data/fakta: dari 906 desa dampingan ACCESS (2003-2013) di Indonesia Timur, hanya 1 desa yang ditengarai berpredikat korup. Apakah ini karena pengawasan yang ketat? Bukan!!

Page 9: Sutoro melawan korupsi desa

Jalan Kedepan•Pendekatan kontrol dari atas dan pendekatan represif secara

hukum sangat penting untuk mengatasi korupsi di desa, tetapi hal itu tidak cukup.•Pengembangan kapasitas sangat sangat penting, tetapi juga tidak

cukup. •Membuat desa tanpa korupsi sama dengan membuat desa yang

inklusif dan demokratis. Desa yang bersih dari korupsi dan desa yang inklusif-demokratis akan berjalan bersama.•Tetapi demokrasi ala liberal yang mengutamakan watch dog

masyarakat bisa menimbulkan risiko: pemerintah desa dan masyarakat akan saling berhadap-hadapan secara konflktual. •Pola demokrasi komunitarian dan republiken jauh lebih tepat

untuk desa dan bisa mencegah korupsi. Hadirnya organisasi representasi warga, musyawarah desa, engagement antara pemerintah desa dan organisasi warga akan mendukung kebaikan bersama (ala komunitarian) dan penguatan tradisi kewargaan (ala republikenisme).