survey bki

25
Macam-Macam Survey Pada Klas 1. Annual Survey / Survey Tahunan 2. Intermediete Survey / Survey Antara 3. Special Survey / Survey Pembaharuan 4. Docking Survey / Survey Pengedokan

Upload: ahmadfauzan

Post on 02-Feb-2016

220 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

Marine Engineering

TRANSCRIPT

Macam-Macam Survey Pada Klas

1. Annual Survey / Survey Tahunan2. Intermediete Survey / Survey Antara3. Special Survey / Survey Pembaharuan4. Docking Survey / Survey Pengedokan

Annual Survey

Survey tahunan dilaksanakan untuk lambung, instalasi mesin termasuk instalasi listrik dan perlengkapan khusus yang dikelaskan harus dilaksanakan pada selang waktu 12 bulan, terhitung dari tanggal dimulai periode kelas seperti yang tercantum dalam sertifikat kelas.

Survey bisa dilaksanakan dalam jendela waktu ± 3 bulan dihitung dari tanggal jatuh temponya.Untuk kapal dengan akomodasi lebih dari 12 penumpang survey tahunan harus dilaksanakan tidak lebih lambat dari tanggal jatuh temponya.

Intermediete Survey

Jatuh tempo survey antara ditetapkan 2,5 tahun sejak berlakunya kelas dan dilaksanakan bersamaan dengan survey tahunan kedua atau ketiga. Untuk kapal pedalaman dilaksanakan tidak lebih dari tiga tahun dihitung dari survey pembaruan kelas.

Special Survey

Survey pembaruan kelas dapat dilaksanakan dalam beberapa bagian.Survey pembaruan kelas untuk lambung, instalasi mesin termasuk instalasi listrik dan perlengkapan khusus yang dikelaskan harus dilaksanakan pada akhir periode kelas.Pembaruan kelas untuk lambung dinomori dalam urutan I, II, III dan seterusnya.Pembaruan kelas IV dan seterusnya disamakan dengan Pembaruan kelas III. Survey pembaruan kelas dapat dimulai pada suvey tahunan keempat dan harus selesai dilaksanakan secara lengkap pada akhir periode kelas. Masa survey keseluruhan tidak boleh lebih dari 15 bulan.

Docking Survey

Pengedokan digunakan untuk keperluan pemeriksaan berkala terhadap kondisi lambung dibawah garis air (survey alas), bukaan dan perlengkapan penutup mesin, dan komponen bagian luar dari sistem poros penggerak.

Kapal dengan tanda kelas A100 harus menjalani survey pengedokan 2 kali dalam satu periode kelas 5 tahun. Survey pengedokan yang pertama dilaksanakan pada survey tahunan kedua atau paling lambat survey tahunan ketiga. Selang waktu maksimum antara survey pengedokan yang berurutan tidak boleh lebih dari 36 bulan. Survey pengedokan berikutnya harus dilaksanakan paling lambat setelah 24 bulan. Kapal dengan tanda kelas A90 harus menjalani survey pengedokan pada selang waktu 18 bulan. Kapal dengan akomodasi untuk lebih dari 12 penumpang harus menjalani survey pengedokan pada selang waktu 12 bulan.

Pemeriksaan Contact Fit Shaft Propeller

Gambar 1 : Shaft propeller yang dioleskan gris merah secara merata

Gambar 2 : Bekas gris merah pada hub propeller

Contact fit bertujuan untuk menguji apakah shaft propeller sudah mengunci dengan sempurna dengan hub propeller

Langkah kerja :1. Bersihkan permukaan shaft propeller , kemudian oleskan grease merah2. Pasang poros propeller kepada shaft kemudian tunggu minimal 10 menit3. Lepas kembali propeller , kemudian periksa as propeller 4. Apabila 80% bagian as propeller terdapat bekas grease merah maka dapat dikatakan as propeller dengan shaft propeller pengunci dengan sempurna (Sesuai ketentuan rules BKI Vol III , Section 4)

Penetrant Test Shaft Propeller

Gambar 3 : First cleaning dengan cairan cleaner

Gambar 4 : Penyemprotan cairan penetrant

Gambar 5 : Pre cleaning dengan cairan cleaner

Gambar 6 : Penyemprotan cairan white contrast

Gambar 7 : Hasil dari penetrant test

Penetrant test adalah salah satu jenis pengujian tak merusak (NDT , Non Destructive Test) yang berfungsi untuk mendeteksi cacat permukaan pada suatu material, misal : crack , porositas .Langkah kerja :

1. Bersihkan permukaan shaft propeller dengan cairan cleaner/remover (first cleaning)

2. Semprotkan cairan penetrant secara merata , kemudian tunggu minimal 10 menit agar cairan penetrant dapat meresap kedalam bagian yang cacat

3. Bersihkan cairan penetran yang telah disemprotkan pada shaft propeller dengan cairan cleaner/remover (pre cleaning)

4. Semprotkan cairan white contrast untuk menarik kembali cairan penetran yang meresap kedalam bagian yang cacat

Keel Deflection

Gambar 8 : Proses pengukuran bagian keel dengan water pass

Gambar 9 : Proses pengukuran dengan water pass pada proyeksi di samping kapal

Gambar 10 : Pengecekan ketepatan pengukuran menggunakan alat theodolit

Keel deflection bertujuan untuk pengecekan perpindahan posisi keel akibat adanya kesalahan pada saat penyatuan tiap blok pada pembangunan kapal baru.Alat kerja :

1. Water pass

2. Tali

3. Tongkat

4. Meteran

5. Kapur

6. Theodolit

Langkah kerja :

1. Pengecekan posisi keel kapal

2. Pengecekan hasil proyeksi water pass dari keel ke samping kapal

3. Pengecekan hasil pengukuran keel deflection menggunakan theodolit

Draught Mark

Gambar 11 : Pengecekan draught mark menggunakan meteran

Draught mark bertujuan untuk pemberian penomoran pada setiap ketinggian sarat kapal yang tercelup di dalam air yang mengacu pada lines plan yang telah disetujui oleh BKI.

Alat kerja :

1. Meteran

Langkah kerja :

1. Pengecekan posisi penomoran pada setiap sarat yang tertempel di lambung kapal

2. Pengecekan hasil perhitungan jarak dari setiap sarat kapal secara kasat mata

Principal Dimension Check

Gambar 12 : Pengecekan principal dimension menggunakan meteran

Principal dimension check bertujuan untuk mengukur ketepatan ukuran utama kapal yang sudah dibangun dengan mengacu pada lines plan yang telah disetujui oleh BKI.Alat kerja :

1. Tali

2. Kapur

3. Meteran

Langkah kerja :

1. Pengecekan proyeksi bagian samping, bagian haluan dan buritan kapal

2. Pengecekan Length Over All (LOA) yang diukur dari ujung haluan sampai ujung buritan kapal

3. Pengecekan Breadth (B) yang diukur pada bagian parallel midle body

4. Pengecekan Height (H) yang diukur dari keel sampai main deck kapal

Safety Device

Gambar 13 : Pengecekan indikator panel alarm

Gambar 14 : Pengecekan LO low pressure

Gambar 15 : Pengecekan temperatur panas air tawar

Gambar 16 : Pengecekan sinyal alarm

Gambar 17 : Pengecekan ESB

Safety device bertujuan untuk pengecekan perlengkapan keselamatan berupa sinyal alarm dan trip yang terletak pada main engine atau auxiliary engine apabila terjadi kesalahan atau kerusakan.

Item-item savety device :

1. Over speed

Safety device pada over speed bertujuan untuk pengecekan rpm pada mesin. Apabila rpm pada mesin melebihi batas yang ditentukan, maka indikator panel alarm akan memberikan sinyal alarm yang kemudian akan diikuti dengan adanya trip atau shut down mendadak pada mesin.

2. LO low pressure

Safety device pada LO low pressure bertujuan untuk pengecekan tekanan LO pada mesin, apabila tekanan LO pada mesin turun atau jatuh akan menyebabkan kerusakan pada bagian piston karena bergerak secara terus menerus tanpa adanya pelumas. Apabila terjadi hal tersebut, maka indikator panel alarm akan memberikan sinyal alarm yang kemudian diikuti dengan adanya trip pada mesin.

3. High temperature of fresh water cooling

Safety high temperature of fresh water cooling bertujuan untuk pengecekan suhu pada pendinginan mesin. Mesin yang beroperasi secara terus menerus akan mengakibatkan mesin menjadi panas, oleh karena itu perlu adanya sistem pendinginan menggunakan air tawar. Apabila suhu air tawar meningkat dan sistem pendingin tidak berjalan normal, maka indikator panel alarm akan memberikan sinyal alarm untuk mencegah terjadinya over heat pada mesin.

4. Emergency stop

Safety emergency stop bertujuan untuk pengecekan tombol mati otomatis yang terletak pada indikator panel alarm. Hal tersebut bertujuan agar mesin dapat dimatikan secara mendadak apabila terjadi kesalahan pada saat pengoperasiannya.

Langkah kerja :

1. Pengecekan indikator panel alarm dan engine

2. Pengecekan sinyal alarm dan trip pada uji coba LO low pressure

3. Pengecekan sinyal alarm dan trip pada uji coba over speed

4. Pengecekan emergency stop dari indikator panel alarm

5. Pengecekan sinyal alarm pada uji coba temperatur panas air tawar

Pengecekan Lambung

Gambar 18 : Proses replating pada pelat alas

1. Ketebalan pelat

Ketebalan pelat diukur dengan menggunakan alat ukur ultrasonik (ultrasonic wall thickness gauge). Apabila pelat yang diukur ketebalannya telah berkurang lebih dari 20% ketebalan pelat awal, maka pelat tersebut harus diganti sesuai dengan ketentuan dari BKI.

2. Deformasi pelat

Cara menentukan deformasi pelat dilakukan dengan cara visual check. Deformasi pada pelat kulit kapal terdiri dari 2 jenis yakni lekuk (dented) yang dikarenakan melenturnya pelat bersama-sama balok konstruksinya serta besarnya lenturan pada lekukan yang paling dalam, dan gelombang (corrugation) yang dikarenakan melenturnya pelat antara 2 balok pada konstruksi tersebut. Pengecekan yang dilakukan yaitu pengecekan ketebalan pelat pada bagian yang mengalami deformasi, cek keretakan, dan pengecekan kuncian las-lasan antara gading dan pelat.

3. Las-lasan replating

Pengecekan hasil las-lasan pada replating pelat bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :

a. Metode kapur dan minyak

Hasil las-lasan pada bagian luar dioleskan kapur, untuk bagian dalam dioleskan minyak pelumas. Apabila terjadi cacat las, maka kapur yang terletak pada bagian luar pelat akan berminyak.

b. Metode vacum test

Kampuh las diberikan air sabun yang kemudian diberikan tekanan udara agar udara di area kampuh las menjadi hampa. Jika terjadi cacat las, maka akan terdapat gelembung air pada bagian kampuh las.

c. Metode air pressure test

Biasanya digunakan untuk pengecekan las-lasan pada bagian tangki. Pengujian dilakukan dengan bantuan alat berupa pressure gauge atau selang plastik yang diisi dengan air. Jika terjadi cacat las, maka akan terdapat gelembung air pada bagian kampuh las yang sebelumnya telah diberikan air sabun.

4. Rudder

Melakukan pengecekan clearence (tes kelonggaran) pada tongkat kemudi dengan pintle atau tongkat kemudi dengan neck bearing.

5. Propeller

Pemeriksaan keretakan dan balancing pada daun baling-baling.

6. Jangkar dan rantai jangkar

Pengecekan berat jangkar kanan dan kiri dan pengecekan diameter serta ketebalan dari rantai jangkar.

Pengecekan Permesinan

Gambar 19 : Pengecekan filter sea chest

1. Sea chest

Pemeriksaan bagian filter sea chest yang menepel pada bagian kulit kapal, pemeriksaan katup, dan pembersihan lempengan pada penyaring sea chest.

2. Overboard

Pemeriksaan katup dan pembersihan lempengan pada penyaring overboard.

3. Shaft propeller

Melakukan pengecekan clearence (tes kelonggaran) pada poros shaft propeller dengan bantalannya.

Item Tambahan Intermediate Survey1. Internal tangki ballast

Pengecekan konstruksi, pengecekan ketebalan pelat, pengecekan korosi, pengecekan pengecatan tangki, pengecekan pipa isi dan pipa hisap, pengecekan pipa udara, dan pengecekan pipa duga.

2. Crank web deflection

Selama periode waktu dimana mesin terus berjalan secara terus menerus, tingkat keausan pada setiap bantalan sepanjang poros engkol tidak lah sama. Hal tersebut menyebabkan crank shaft tidak tetap dalam garis lurus seperti semula, dan akan ditemukan kebengkokan baik ke atas maupun ke bawah pada derajat yang kecil yang mungkin tidak terlihat dengan mata namun menimbulkan kerusakan pada crank webs.

3. Megger test

Megger test berfungsi untuk mengukur besarnya tahanan isolasi pada motor listrik dan peralatan listrik seperti generator, transformator, MSB, dll. Megger digunakan dalam pemeriksaan kemungkinan gangguan pada peralatan listrik seperti gangguan singkat antar phasa atau hubungan singkat phasa dengan bodi.