survei preferensi uang logam - bi.go.id · pdf filemenggunakan uang logam dalam kegiatan...
TRANSCRIPT
Sumber: KBI Kendari
(500,000,000)
(400,000,000)
(300,000,000)
(200,000,000)
(100,000,000)
‐
100,000,000
200,000,000
300,000,000
400,000,000
500,000,000
JANU
ARI
FEBR
UARI
MAR
ET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUS
TUS
SEPTEM
BER
OKTO
BER
NOPEMBER
DESEMBER
outflow inflow selisih
Boks 3
SURVEI PREFERENSI UANG LOGAM
1. Latar Belakang
Berdasarkan data perkembangan inflow-outflow uang yang dikelola Kantor Bank
Indonesia Kendari sepanjang tahun 2010 terlihat bahwa uang logam pecahan Rp500 ke
bawah menunjukkan trend inflow yang cukup signifikan.
Grafik 1. Inflow Outflow Uang Logam
Berdasarkan informasi dari seksi Perkasan, berkurangnya penggunaan uang
logam khususnya pecahan Rp100,00 dan Rp200,00 antara lain diakibatkan adanya
penolakan oleh pihak pedagang untuk menerima pembayaran dengan alasan uang
tersebut sudah tidak berlaku dan bank tidak mau menerima setoran dengan uang logam
pecahan Rp100,00 dan Rp200,00. Isu tersebut terjadi di Kota Raha, Kabupaten Muna.
Untuk membuktikan hal ini, dan kemungkinan terjadi pula di wilayah lainnya maka perlu
dilakukan survei yang komprehensif.
Tujuan survei ini adalah untuk mengetahui preferensi masyarakat terhadap
penggunaan uang logam, sehingga diketahui alasan untuk menggunakan atau tidak
menggunakan uang logam dalam kegiatan transaksi sehari-hari. Survei dilakukan di Kota
Kendari, Kota Raha dan Kota Bau-Bau. Pemilihan daerah survei ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa ketiga kota tersebut merupakan sentra ekonomi di provinsi Sulawesi
Tenggara.
BOKS BANK INDONESIA KENDARI
65
2. Awareness Uang Logam
Pemahaman responden mengenai nominal pecahan uang logam yang beredar saat ini
masih cukup bervariasi, baik responden pedagang maupun responden perorangan, namun tidak
ada responden yang mengetahui secara tepat jumlah dan nominal uang logam yang beredar
saat ini (Grafik 2). Jumlah nominal uang logam yang beredar saat ini sebanyak 6 jenis yaitu
Rp1,00, Rp50,00, Rp100,00, Rp200,00, Rp500,00, dan Rp1000,00.
Grafik 2. Jenis Nominal Uang Logam Beredar Menurut Responden Pedagang dan Perorangan
1
1
1
2
3
10
12
25
0 5 10 15 20 25 30
(Rp100, Rp200, Rp500)
(Rp200, Rp500, Rp1000)
(Rp50, Rp100, Rp200, Rp500, Rp1000, …
(Rp100, Rp500)
(Rp50, Rp100, Rp500, Rp1000, Rp2000)
(Rp50, Rp100, Rp200, Rp500, Rp1000)
(Rp500, Rp1000)
(Rp100, Rp200, Rp500, Rp1000)
1
1
1
1
1
2
3
11
26
28
0 5 10 15 20 25 30
(Rp100, Rp1000)
(Rp100, Rp500)
(Rp100, Rp200, Rp1000)
(Rp200, Rp500, Rp1000)
(Rp25, Rp50, Rp100, Rp200, Rp500)
(Rp25, Rp100, Rp500, Rp1000)
(Rp10, Rp50,Rp100, Rp200, Rp500, …
(Rp500, Rp1000)
(Rp100, Rp200, Rp500, Rp1000)
(Rp50, Rp100, Rp200, Rp500, Rp1000)
3. Penerimaan Uang Logam
Selanjutnya, rata-rata penerimaan uang logam per hari baik responden bank,
pedagang, maupun perorangan masih cukup bervariasi, dengan 18,46% dari total responden
menyatakan hampir tidak pernah menerima uang logam dalam aktivitasnya sehari-hari (Tabel1).
Dari seluruh reponden yang pernah menerima uang logam, uang logam pecahan Rp500, dan
Rp1000 yang paling banyak diterima dalam transaksi harian (Tabel 2).
Tabel 1. Rata-Rata Penerimaan Uang Logam Per Hari
No Rata‐Rata Penerimaan Bank Pedagang PeroranganJumlah
RespondenPersentase
1 Hampir tidak pernah 4 9 15 24 18.462 1‐2 kali 6 14 32 46 35.383 3‐5 kali 6 14 20 34 26.154 5‐10 kali 2 12 3 15 11.545 lebih 10 kali 2 6 5 11 8.46
20 55 75 130 100.00Sumber: Data Primer, Desember 2010
Jumlah
BOKS BANK INDONESIA KENDARI
66
Tabel 2. Urutan Uang Logam yang Sering Diterima oleh Responden
Urutan Responden
Bank Pedagang Perorangan
1 Rp500 Rp500 Rp500
2 Rp100 Rp1000 Rp200
3 Rp200 Rp200 Rp100
4 Rp1000 Rp100 Rp1000
5 Rp50 Rp50 Rp50
Berdasarkan tempat penerimaan uang logam, sebagian besar responden menerima
dari rumah makan yaitu 29,17 %, kemudian disusul dari pasar dan toko/swalayan yaitu masing-
masing sebanyak 26,04 %, lainnya sebanyak 16,15 %, dan Bank 2,60 %.
4. Penolakan Penerimaan Uang Logam
Mengacu pada isu yang beredar tentang tidak berlakunya beberapa jenis uang logam,
Sebagian besar responden, baik responden bank, pedagang, maupun perorangan menyatakan
tidak pernah menolak menerima uang logam dan hanya sebagian kecil yang menolak menerima
uang logam. Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat 4 orang responden bank yang pernah
menolak menerima uang logam, 9 orang responden pedagang pernah menolak menerima uang
logam, dan 13 orang responden perorangan pernah menolak menerima uang logam.
Responden Bank menyatakan alas an menolak untuk menerima uang logam adalah
1. Nasabah membawa uang logam dalam keadaan tidak rapi (bercampur dengan kapur)
sehingga menghambat transaksi di teller;
2. Ketentuan Bank Indonesia;
3. Uang belum disusun.
Adapun alasan responden pedagang menolak untuk menerima uang logam adalah
1. Susah disimpan;
2. Mudah hilang;
3. Banyak yang menolak;
4. Ragu tidak dapat ditukar lagi.
Sementara itu, responden perorangan menyatakan alasan menolak untuk menerima uang
logam adalah
1. Susah disimpan;
2. Mudah hilang;
3. Berat untuk dibawa;
4. Repot dibawa;
BOKS BANK INDONESIA KENDARI
67
5. Isu tidak laku.
Berdasarkan daerahnya, penolakan untuk menerima uang logam paling tinggi terjadi di
Bau-Bau dan Raha yaitu masing-masing sebesar 30,00% dan 20,00% dari total responden
pernah menolak menerima uang logam (Grafik 3).
Grafik 3 Persentase Penolakan Penerimaan Uang Logam Berdasarkan Daerah
70%
80%
84%
30%
20%
16%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Bau‐Bau
Raha
Kendari
Tidak pernah menolak Pernah menolak
5. Penggunaan Uang Logam
Penggunaan uang logam sebagai alat transaksi relatif rendah. Sebanyak 43,33% orang
responden menggunakan uang logam rata-rata per hari 1-2 kali saja. Penggunaan itu sebagian
besar dilakukan oleh responden perorangan, kemudian pedagang dan bank. Hanya 10,67%
orang responden yang menggunakan uang logam lebih 10 kali per hari (Tabel 3).
Tabel 3. Rata-Rata Penggunaan Uang Logam
No Rata‐Rata Penggunaan Bank Pedagang PeroranganJumlah
RespondenPersentase
1 Hampir tidak pernah 7 8 17 32 21.332 1‐2 kali 8 21 36 65 43.333 3‐5 kali 4 7 17 28 18.674 5‐10 kali 1 5 3 9 6.005 lebih 10 kali 0 14 2 16 10.67
20 55 75 150 100.00Sumber: Data Primer, Desember 2010
Jumlah
Penggunaan uang logam yang relatif rendah terjadi pada semua daerah survei bahkan
di Kota Raha responden perorangan sebagian besar mengatakan rata-rata per hari hampir tidak
menggunakan uang logam sebagai alat transaksi (Grafik 4). Rendahnya penggunaan uang
logam sebagai alat transaksi terutama di Kota Raha dan Bau-Bau disebabkan isu yang sudah
BOKS BANK INDONESIA KENDARI
68
merebak sampai ke pelosok bahwa pecahan uang logam selain Rp500 dan Rp1000 tidak
berlaku lagi.
Grafik 4 Persentase Penggunaan Uang Logam Per Hari Berdasarkan Daerah
30%
34%
19%
25%
40%
37%
30%
14%
23%
15%
0%
8%
0%
11%
13%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Bau‐Bau
Raha
Kendari
hampir tidak pernah 1‐2 kali 3‐5 kali 5‐10 kali lebih dari 10 kali
6. Penolakan Penggunaan Uang Logam
Meskipun uang logam masih digunakan sebagai alat transaksi namun sebagian
masyarakat telah mengalami penolakan pada saat menggunakan uang logam sebagai alat
transaksi. Berdasarkan daerahnya, penolakan penggunaan uang logam paling tinggi terjadi di
Raha dan Bau-Bau yaitu masing-masing sebesar 49,00% dan 37,00% dari total responden
pernah menolak menerima uang logam (Grafik 5).
Grafik 5 Persentase Penolakan Penggunaan Uang Logam Per Hari Berdasarkan Daerah
63%
51%
83%
37%
49%
17%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Bau‐Bau
Raha
Kendari
Tidak pernah menolak Pernah menolak
Penolakan penggunaan uang logam tidak saja terjadi di Kota Raha dan Bau-Bau tetapi
juga di Kota Kendari. Nilai nominal pecahan uang logam yang pernah ditolak adalah Rp50,00,
Rp100,00, Rp200,00 bahkan satu orang responden di Kota Kendari mengatakan pernah ditolak
pada saat menggunakan pecahan Rp500,00.
BOKS BANK INDONESIA KENDARI
69
Kontaminasi isu tidak berlakunya uang logam tidak mustahil akan masuk ke Kota
Kendari dalam waktu yang singkat mengingat mobilitas/interaksi masyarakat Kota Kendari
dengan Kota Raha dan Bau-Bau cukup tinggi bahkan banyak masyarakat bertempat tinggal di
Kota Kendari namun mereka adalah penduduk Kota Raha atau Kota Bau-Bau.
7. Persepsi Uang Logam Yang Tidak Berlaku
Isu tidak berlakunya uang logam nominal tertentu tidak hanya terdengar oleh
responden Kota Raha dan Bau-Bau tetapi juga oleh masyarakat Kota Kendari. Khusus di Kota
Raha dan Bau-Bau, semua responden pernah mendengar isu tersebut. Pecahan uang logam
yang diisukan tidak berlaku adalah pecahan Rp50,00 dan Rp100,00. Isu tidak berlakunya uang
logam tertentu sebagian besar responden telah mempertanyakan ke bank dan telah mendapat
penjelasan.
Tabel 4. Pecahan Uang Logam Yang Diisukan Tidak Berlaku
No Nilai Pecahan Logam Pedagang Perorangan1 Rp50.00 45 82 Rp100.00 53 103 Rp500.00 2 04 Rp1,000.00 0 0
100 18Sumber: Data Primer, Desember 2010
Jumlah
Dengan merebaknya isu tidak berlakunya uang logam pecahan tertentu maka di Kota
Raha dan Bau-Bau tidak ditemukan lagi pecahan uang logam selain Rp1000,00 dan Rp500,00.
Pada Tabel 5 di bawah tampak bahwa 84,48% orang responden tidak menggunakan lagi uang
yang diisukan tidak berlaku dan sebanyak 15,52% orang responden yang menyatakan masih
menggunakan.
Tabel 5. Penggunaan Uang Logam Yang Diisukan Tidak Berlaku
No Penggunaan Uang Logam Pedagang Perorangan1 Ya 16 02 Tidak 32 8
48 8Sumber: Data Primer, Desember 2010
Jumlah
Responden yang masih menggunakan uang logam yang diisukan tersebut umumnya
adalah responden di Kota Kendari , sebagian kecil di Kota Bau-Bau dan Raha (grafik 7) yaitu
responden pedagang yang skala usahanya relatif besar/maju dan mengetahui bahwa uang
tersebut tetap berlaku.
BOKS BANK INDONESIA KENDARI
70
Grafik 7 Persentase Penggunaan Uang Logam Yang Diisukan Tidak Berlaku
Berdasarkan Daerah
19%
40%
61%
81%
60%
39%
0% 20% 40% 60% 80% 100%
Bau‐Bau
Raha
Kendari
Ya
Tidak
8. Preferensi Uang Logam
Selain pertanyaan tentang isu tidak berlakunya beberapa jenis uang logam, kepada
responden juga ditanyakan preferensi mereka terhadap penggunaan uang logam. Berdasarkan
hasil survey, 90,53% orang responden mengatakan uang logam masih diperlukan dengan
alasan untuk pengembalian pembayaran terhadap barang. Pecahan nominal uang logam yang
masih dibutuhkan masyarakat yaitu Rp500,00 kemudian Rp1000,00 dan Rp200,00.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6. Preferensi Pecahan Uang Logam
No Nilai Nominal Bank Perdagangan Perorangan1 Rp1.00 ‐ ‐ ‐2 Rp25.00 ‐ ‐ ‐3 Rp50.00 ‐ ‐ 44 Rp100.00 5 32 185 Rp200.00 3 3 166 Rp500.00 8 84 617 Rp1,000.00 1 72 538 Rp2,000.00 1 72 239 Lainnya 0 2 2
18.00 265.00 177.00Sumber: Data Primer, Desember 2010
Jumlah
Meskipun dibutuhkan, beberapa responden mengemukakan ketidaksukaannya
terhadap uang logam karena susah dibawa dan susah disimpan (gampang hilang). Sedangkan
masalah yang dikeluhkan oleh responden bank adalah tempat penyimpanan uang logam yang
terbatas dan tidak adanya alat sortiran sehingga penortiran uang logam dilakukan secara
manual.
BOKS BANK INDONESIA KENDARI
71
9. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Survei Preferensi atas Uang Logam, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Jenis pecahan uang logam yang beredar dan dikenali oleh responden pedagang adalah
4 (empat) jenis yaitu Rp100,00, Rp200,00, Rp500,00 dan Rp1000,00,sedangkan
menurut responden perorangan terdiri dari 5 jenis yaitu Rp50,00, Rp100,00, Rp200,00,
Rp500,00 dan Rp1000,00
b. Rata-rata penerimaan uang logam per hari adalah berkisar 1 s.d. 5kali per hari.
c. Itensitas uang logam yang sering diterima dan digunakan oleh responden adalah
pecahan uang logam dengan nominal Rp500,00, Rp200,00, Rp100,00 dan Rp1000,00.
Tempat yang sering menerima uang logam adalah rumah makan, pasar dan
toko/swalayan.
d. Sebagian besar responden tidak pernah menolak pembayaran transaski dari uang logam.
Meskipun relatif rendah, penolakan uang logam pernah terjadi bukan hanya di Kota
Raha dan Bau-Bau tetapi juga di Kota Kendari. Penolakan bukan hanya oleh pedagang
dan perorangan tetapi bank juga pernah menolak untuk penukaran.
10. Saran-Saran
a. Berkaitan dengan isu tidak berlakunya uang logam dengan pecahan nominal tertentu,
khususnya Kota Raha dan Bau-Bau maka Bank Indonesia Kendari sebaiknya melakukan
aksi/kegiatan (sosialisasi) “Kita cinta uang logam” . antara lain melalui media cetak
atau elektronik. Kegiatan tersebut juga sebaiknya dilakukan di seluruh kota di provinsi
Sulawesi Tenggara dan secara continue.
b. Bank Indonesia Kendari melalui “Kas Keliling”juga dapat dengan menerima penukaran
uang logam dengan nominal apa saja.
c. Bank Indonesia Kendari dapat menyelenggarakan perlombaan/pertandingan yang
hadiahnya berupa uang logam.
BOKS BANK INDONESIA KENDARI
72
Halaman ini sengaja dikosongkan