surat edaran bukan peraturan perundang

5
Surat Edaran Bukan Peraturan Perundang-Undangan Mungkin pejabat yang membuat Surat Edaran kurang paham peraturan yang lebih tinggi. Atau, dia menganggap sudah masuk diskresi sebagai pejabat. ALI/HER/MYS Dibaca: 4600 Tanggapan: 3 Sesuai amanat UU No. 10 Tahun 2004, Surat Edaran (SE) sebenarnya tidak lagi bisa dikualifisir sebagai peraturan perundang- undangan. Namun dalam praktek, SE acapkali dikeluarkan dengan membuat norma yang menabrak peraturan perundang-undangan. Kasus terakhir yang menghebohkan adalah Surat Edaran yang diterbitkan Kementerian Negara BUMN. Surat Edaran yang diterbitkan pada 25 Juni 2007 itu dianggap melangkahi norma yang telah dibuat Keppres No. 80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. SE tadi menyatakan tender pengadaan barang dan jasa yang dilakukan BUMN tidak ada kaitannya dengan Keppres No. 80/2003. Keberadaan SE tadi akhirnya menuai masalah karena Keppres 80 saja menyebut tender pengadaan barang dan jasa meliputi BUMN. Kementerian yang dipimpin Sofyan Djalil itu menyatakan akan meninjau ulang SE dimaksud. Ketika Sofyan Djalil masih menjabat Menteri Komunikasi dan Informasi, ia juga pernah dikecam lantaran menerbitkan SE yang mengukuhkan momopoli PT Pos Indonesia dalam pengiriman surat dengan berat tertentu. SE No. 01/SE/M/Kominfo/1/2007 tentang Pengiriman Surat itu pada intinya mewajibkan setiap instansi menggunakan jasa Posindo sebagai satu-satunya BUMN yang berhak menyelenggarakan jasa perposan. Akhirnya, SE ini pun menuai kontroversi. Bahkan KPPU meminta Pemerintah segera mencabut SE pengiriman surat itu. Surat Edaran mestinya hanya sekedar menjelaskan atau memuat petunjuk teknis suatu peraturan umum. Tetapi tak jarang, SE membuat norma baru yang akhirnya membingungkan. Apalagi kalau

Upload: aep-purnama

Post on 03-Oct-2015

217 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

surat edaran itu bukan peraturan perundang undangan

TRANSCRIPT

Surat Edaran Bukan Peraturan Perundang-UndanganMungkin pejabat yang membuat Surat Edaran kurang paham peraturan yang lebih tinggi. Atau, dia menganggap sudah masuk diskresi sebagai pejabat.ALI/HER/MYSDibaca:4600Tanggapan:3 Sesuai amanat UU No. 10 Tahun 2004, Surat Edaran (SE) sebenarnya tidak lagi bisa dikualifisir sebagai peraturan perundang-undangan.Namun dalam praktek, SE acapkali dikeluarkan dengan membuat norma yang menabrak peraturan perundang-undangan. Kasus terakhir yang menghebohkan adalahSurat Edaran yang diterbitkan Kementerian Negara BUMN.Surat Edaran yang diterbitkan pada 25 Juni 2007 itu dianggap melangkahi norma yang telah dibuat Keppres No. 80/2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. SE tadi menyatakan tender pengadaan barang dan jasa yang dilakukan BUMN tidak ada kaitannya dengan Keppres No. 80/2003. Keberadaan SE tadi akhirnya menuai masalah karena Keppres 80 saja menyebut tender pengadaan barang dan jasa meliputi BUMN. Kementerian yang dipimpin Sofyan Djalil itu menyatakan akan meninjau ulang SE dimaksud.Ketika Sofyan Djalil masih menjabat Menteri Komunikasi dan Informasi, ia juga pernah dikecam lantaran menerbitkan SE yang mengukuhkan momopoli PT Pos Indonesia dalam pengiriman surat dengan berat tertentu. SE No.01/SE/M/Kominfo/1/2007 tentang Pengiriman Surat itu pada intinya mewajibkan setiap instansi menggunakan jasa Posindo sebagai satu-satunya BUMN yang berhak menyelenggarakan jasa perposan. Akhirnya,SE ini pun menuai kontroversi. BahkanKPPU meminta Pemerintah segera mencabutSE pengiriman surat itu.Surat Edaran mestinya hanya sekedar menjelaskan atau memuat petunjuk teknis suatu peraturan umum. Tetapi tak jarang, SE membuat norma baru yang akhirnya membingungkan. Apalagi kalau sampai SE itu lebih dipatuhi bawahan di pejabat pembuat SE ketimbang peraturan perundang-undangan. Kadang-kadang memang seperti peraturan, tapi sifatnya intern saja, ujar Prof. Maria ketika dihubungi via telepon.Sehubungan dengan itu, Guru Besar Ilmu Perundang-Undang Universitas Indonesia Maria Farida Indrati mengingatkan bahwa SE tidak termasuk kategori peraturan perundang-undangan. Meskipun muncul kesan sebagai peraturan, sifatnya hanya untuk kalangan intern.Dari segi materi muatan, jelas Prof. Maria, biasanya sebuah SE menjelaskan atau membuat prosedur untuk mempermudah, atau memperjelas peraturan yang mesti dilaksanakan. Karena sifatnya hanya memperjelas, maka SE tidak boleh menabrak apalagi menegasikan peraturan perundang-undangan. Meskipun jarang menemukan SE yang demikian, staf pengajar Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Indonesia itu berpendapat SE tidak boleh menabrak UU, PP, atau Perpres misalnya. Itu nggak boleh, ujarnya.TabelContoh-Contoh Surat EdaranNama dan Nomor SETentang

SE Kepala Arsip Nasional No. 01/1981 Tahun 1981Penanganan Arsip Inaktif Sebagai Pelaksanaan Ketentuan Peralihan PP tentang Penyusunan Arsip

SE Kepala Arsip Nasional No. 02/1983 Tahun 1983Pedoman Umum untuk Menentukan Nilai Guna Arsip

SE Dirjen AHU Sephukham No. C.UM.01.10-41 Tahun 2001Jam Kerja Operator Sisminbakum di Ditjen AHU

SE Dirjen Bea Cukai No. 07/BC/2008Pelayanan Impor Kacang Kedelai

SE Menteri Perhubungan No. 7 Tahun 2000Rincian Kewenangan Kabupaten/Kota di Sektor Perhubungan dalam Rangka Otonomi Daerah.

SE Mahkamah Agung No. 1 Tahun 1980Pelaksanaan Putusan Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan

SE Menteri Tenaga Kerja No. 36/M/IV/1998 Tahun 1998Pencegahan PHK

SE Menteri Tenaga Kerja No. 10/M/BW/1995 Tahun 1995Petunjuk Pelaksanaan Permenaker No. Per-05/Mem/1995 tentang PKWT pada Perusahaan Pertambangan Migas

SE Menteri Negara Investasi/KepalaBKPM No. 369/SE/BKPM/7/1998 Tahun 1998Pedoman Mengenai Ketentuan Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Permohonan Perizinan Perusahaan PMA/PMDN

Kelalaian atau sengajaAnggota Komisi III DPR Wila Chandrawila sepaham dengan Prof. Maria. Lingkup sebuah SE mestinya hanya internal dan tidak mengikat pihak luar. Cuma dalam praktek ada SE yang menyangkut kepentingan pihak ketiga. Anggota Fraksi PDI Perjuangan itu mencontohkan SE Mahkamah Agung yang meniadakan keberlakuan sebagian KUH Perdata. Semestinya SE tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang kedudukan dan hierarkisnya lebih tinggi, apalagi sampai meniadakan.Prof. Wila menduga SE semacam itu dikeluarkan bisa karena faktor kesengajaan, bisa pula karena ketidaktahuan. Disebut kesengajaan karena pejabat tertentu menganggap punya diskresi untuk membuat norma tertentu. Secara hukum, pejabat boleh saja membuat diskresi asalkan terhadap apa yang belum diatur. Kalau sudah diatur, tidak boleh. Itu namanya ultra vires, kata Guru Besar Universitas Parahyangan Bandung itu.Faktor ketidaktahuan lebih disebabkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman pejabat yang menerbitkan SE terhadap peraturan perundang-undangan. Itu sebabnya pejabat juga perlu melakukan harmonisasi peraturan sebelum menerbitkanregelingataubeschiking.Lalu, kalau ada SE bertentangan dengan Keppres, apa yang bisa dilakukan? Jika pandangan Prof. Maria dipakai bahwa SE bukan peraturan perundang-undangan, maka prosedurjudicial reviewsulit dilakukan. Tetapi kalau sifat SE itubeschikingyang individual dan konkrit, pihak yang dirugikan bisa menggugat ke PTUN dalam tenggat waktu yang sudah ditentukan.

Surat Edaran danKedudukannyaOktober 9, 2012 Filed undercerita harian,Coffee BreakBerdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2011, jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;4. Peraturan Pemerintah;5. Peraturan Presiden;6. Peraturan Daerah Provinsi; dan7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.Peraturan Perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum hanya Peraturan Perundang-undangan yang tingkatannya sama atau lebih tinggi.Semua Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Gubernur, Keputusan Bupati/Walikota, atau keputusan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 yang sifatnya mengatur, yang sudah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku, harus dimaknai sebagai peraturan, sepanjang tidak bertentangan dengan Undang- Undang ini.Bagaimana dengan Surat Edaran?Pada Permendagri Nomor 55 Tahun 2010 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri, menyebutkan bahwaSurat Edaran adalah naskah dinas yang berisi pemberitahuan, penjelasan dan/atau petunjuk cara melaksanakan hal tertentu yang dianggap penting dan mendesak.Oleh karena itu Surat Edaran tidak dapat dijadikan dasar hukum untuk menganulir peraturan Menteri, apalagi Perpres atau PP tetapi semata-mata hanya untuk memperjelas makna dari peraturan yang ingin diberitahukan.

Surat edaran adalah surat pemberitahuan tertulis yang ditujukan kepada pejabat/pegawai.Surat edaran ini berisi penjelasan mengenai sesuatu hal, misalnya kebakan pimpinan,petunjuk mengenai tata cara pelaksanaan, atau suatu peraturan perundang-undangan.