supply and demand law -...
TRANSCRIPT
1
Pendahuluan
Seiring berjalannya waktu, bisnis atau produksi makanan lama kelamaan
kecenderungan terus meningkat dan mengingat jumlah manusia yang terus bertambah
dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Faktanya yang didasarkan pada kenyataan bahwa
makanan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia. Hal tersebut sesuai dengan teori
Maslow yang mendefiniskan bahwa sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan
dasar setiap manusia. Berkaitan dengan ini, maka permintaan terhadap pangan yang terus
meningkat merupakan kebutuhan dasar manusia berdampak terhadap peningkatan
penawaran makanan. Hal tersebut sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran
(supply and demand law)
Sampai sekarang, macam atau jenis makanan beraneka ragam, contohnya seperti
banyak macam camilan-camilan yang diproduksi oleh para pengusaha camilan yang
target pasarnya adalah anak-anak kecil yang menyukai banyak varian rasa dan cara
memakannya yang dapat dibilang unik dan dapat menarik perhatian anak-anak. Seiring
dengan semakin tinggi tingkat pendidikan dan adanya teknologi informasi, maka para
konsumen tidak akan sembarangan untuk memilih dan membeli camilan yang akan
dikonsumsinya. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih jenis camilan,
misalnya selera dan harganya. Pada umumnya anak-anak tidak terlalu memperhatikan
hal-hal tersebut, apabila camilan disukainya, pasti tidak akan memperhatikan selera dan
harganya, melainkan kecocokan terhadap camilan yang dimakannya. Dengan adanya cara
memakan Oreo dengan cara diputar, dijilat, dan dicelupin dapat menarik perhatian anak-
anak dalam proses sebelum memakan Oreo. Alasan menentukan variabel ritual adalah
menunjukkan seberapa menariknya cara memakan atau ritual yang dapat dilakukan
sebelum memakan Oreo. Karena dari perusahaan pesaing belum ada atau masih sedikit
yang mempunyai cara unik ini, sehingga cara memakan Oreo yang unik ini dapat
meningkatkan keinginan anak-anak untuk mengkonsumsi Oreo. Dengan adanya cara
memakan Oreo yang unik diharapkan akan timbul rasa puas setelah melakukan ritual dan
dapat juga menimbulkan loyal terhadap produk Oreo dalam jangka panjang.
2
Peneliti melakukan penelitian ini karena adanya ritual cara memakan oreo yang
unik dan dapat dikatakan menarik terutama bagi anak kecil sebelum menikmati oreo
tersebut dan masih sedikit yang meneliti. Yang menarik dari penelitian ini adalah
penelitian ini membahas lebih dalam mengenai ritual atau cara memakan oreo tersebut
terutama pada anak kecil. Yang baru dari penelitian ini yaitu mengenai ritual yang belum
ada di penelitian-penelitian sebelumnya..
Persoalan Penelitian
1. Apakah kepercayaan merek berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen?
2. Apakah word of mouth berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen?
3. Apakah ritual berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen?
4. Apakah kepuasan konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian?
5. Apakah kepuasan konsumen berpengaruh positif terhadap loyalitas merek?
6. Apakah keputusan pembelian berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen?
Tinjauan Pustaka
Kepercayaan Merek
Rasa percaya seorang konsumen timbul karena adanya harapan bahwa pihak lain
akan bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Ketika seorang
konsumen telah mempercayai pihak lain maka mereka yakin bahwa semua harapannya
akan terpenuhi (Ryan 2002). Sedangkan menurut Lau dan Lee (1999), kepercayaan
konsumen terhadap suatu merek adalah kemauan konsumen untuk mempercayai merek
dengan segala resikonya karena ada harapan yang dijanjikan oleh merek dan harapannya
dapat memberikan hasil yang positif pula.
Ferrinadewi (2008) berpendapat bahwa terdapat tiga aktivitas yang dapat dilakukan suatu
perusahaan untuk menumbuhkan rasa kepercayaan konsumen, sebagai berikut:
3
Gambar 2.1 Proses menumbuhkan kepercayaan merek
+ + =
Sumber: Ferrinadewi (2008)
Tahap pertama yaitu Achieving result, harapan konsumen adalah janji yang harus
dipenuhi agar mendapatkan kepercayaan konsumen, kemudian tahap kedua Acting with
integrity, adanya konsistensi atau ketepatan antara ucapan dengan tindakan dalam setiap
situasi, tahap ketiga Demonstrate concern, kemampuan perusahaan menunjukkan
seberapa besar perhatian kepada konsumen dengan cara menunjukkan sikap pengertian
kepada konsumen jika menghadapi masalah dengan produk yang dijual. Jika ketiga tahap
tersebut telah dilakukan oleh perusahaan, maka diharapkan kepercayaan konsumen
terhadap merek yang dijual dapat dipercaya.
Kepercayaan merek adalah harapan akan kehandalan dan intensi merek. Oleh
karena itu, kepercayaan merek merefleksikan 2 hal yaitu brand reliability dan brand
intentions. Brand reliability atau kehandalan merek yang bersumber pada keyakinan
konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang dijanjikan atau dengan
kata lain persepsi bahwa merek tersebut mampu memenuhi kebutuhan dan memberikan
kepuasan (Delgado, 2004). Brand reliability merupakan hal yang esensial bagi
terciptanya kepercayaan terhadap merek karena kemampuan merek memenuhi nilai yang
dijanjikannya akan membuat konsumen menaruh rasa yakin akan mendapatkan apa yang
dibutuhkan dalam hal ini kebutuhan untuk keluar dari perasaan terancamnya. Sedangkan
brand intention didasarkan pada keyakinan konsumen bahwa merek tersebut mampu
mengutamakan kepentingan konsumen ketika masalah dalam konsumsi produk muncul
secara tidak terduga (Delgado, 2004).
Menurut Kotler (2009), konsumen membentuk pilihan terhadap merek dalam
kumpulan yang dapat dipilih. Konsumen juga akan membentuk minat beli terhadap
merek yang paling dia pilih. Kasus tersebut dapat dikatakan ada hubungan antara merek
yang konsumen percaya terhadap minat beli pada suatu produk. Sebagai contoh, dalam
melaksanakan intensi membeli untuk mobil, konsumen mungkin akan membuat lima
Achieving
Result
Acting
With
Integrity
Demonstration
Concern
Level of Trust
4
bagian keputusan yaitu brand, dealer, quantity, timing, dan payment method. Konsumen
akan memilih merek terlebih dahulu dalam menentukan pembelian dan kebanyakan
merek yang konsumen pilih adalah merek yang konsumen percaya. Konsumen akan
memilih merek yang mendapat kepercayaan dari konsumen, maka diharapkan minat
untuk membeli produk tersebut menjadi meningkat dan konsumen tidak ragu lagi dalam
memilih merek yang dipercaya karena menurut penelitian Riana (2008), konsumen
seringkali berinteraksi dengan merek seolah-olah merek tersebut adalah manusia.
Dugaan hipotesis yang menunjukkan bahwa kepercayaan merek berpengaruh
positif terhadap keputusan beli adalah dari pengertian Ryan (2002) yang menyatakan
bahwa konsumen yang sudah mempercayai suatu merek, maka harapannya terhadap
suatu merek tersebut dapat terpenuhi. Jika konsumen sudah mempercayai suatu merek,
otomatis akan menimbulkan keputusan untuk membeli merek tersebut. Apabila seseorang
pernah melakukan pembelian pada masa lalu, maka seorang konsumen tidak ragu lagi
dalam melakukan proses pembelian.
Dari penjelasan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis (H1) :
Kepercayaan merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.
Word Of Mouth
Menurut Hasan, (2009) pengertian word of mouth adalah konsumen yang puas
terhadap suatu produk akan merekomendasikan merek produk tersebut kepada orang lain
dengan sendirinya. WOM tidak hanya mengurangi waktu yang dibutuhkan konsumen
untuk memperoleh informasi yang diperlukan, tetapi juga memberikan rekomendasi yang
dapat diandalkan untuk memecahkan masalah produk yang semakin kompleks dan
mengurangi resiko terkait membuat keputusan pembelian yang salah (Schuller, 2008).
Menurut Barber dan Wallace (2009) word of mouth marketing yang efektif perlu
memiliki lima hal, yang pertama, produk dan layanan yang baik, rencana, pesan yang
jelas, teliti dan konsisten, persiapan dan melakukan tenaga penjualan, orang yang
berkeinginan untuk beraksi atau bertindak. Dalam komunikasi tatap muka antara pihak-
pihak yang dikenal satu sama lain, kepercayaan dapat lebih mudah dibangun melalui
5
keakraban sehingga dengan demikian informasi yang disampaikan lebuh mungkin untuk
digunakan dalam pengambilan keputusan pembelian (Niininen et al., 2007).
Tiga tahapan WOM menurut Sumardi (2009) adalah TAPS (Talking, Promoting,
Selling). Membicarakan adalah tahapan dimana seorang konsumen membicarakan sebuah
produk atau merek kepada konsumen lain, mempromosikan ketika seorang konsumen
bukan hanya sekedar membicarakan merek/produk tapi juga bersedia untuk
mempromosikan kepada konsumen lain, menjual adalah tahapan dimana seorang
konsumen mau untuk menjualkan merek/produk tersebut kepada orang lain (SWA
08/XXV/16-29 April 2009)
Dugaan hipotesis yang menunjukkan bahwa word of mouth berpengaruh positif
terhadap keputusan beli adalah dari pendapat Hasan (2009) yang menyatakan bahwa
konsumen yang puas terhadap suatu produk akan merekomendasikan merek produk
tersebut kepada orang lain dengan sendirinya. Dari pengertian tersebut, muncul dugaan
jika pengaruh word of mouth terhadap keputusan beli dapat tercipta dengan tersendirinya
karena telah mendapatkan informasi tentang produk tersebut. Pengaruh atau sugesti dari
teman dan relasi biasanya lebih dipercaya dari pada promosi dari suatu perusahaan, ini
juga dapat mendukung tercipta adanya keputusan beli.
Dari penjelasan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis (H2) :
Word Of Mouth berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.
Ritual
Pengertian ritual menurut Situmorang (2004) adalah suatu hal yang berhubungan
terhadap kepercayaan dan keyakinan spiritual dengan tujuan tertentu. Menurut Bird,
(1980) ritual merupakan suatu tindakan yang dirancang atau direncanakan agar sesuai
dengan aturan yang sudah ditentukan serta yang dianggap berharga. Ritual cenderung
dilakukan dengan cara yang sama jika diperhatikan, sehingga ritual dapat berfungsi
sebagai tindakan yang menimbulkan pemikiran tertentu (Mead, 1956).
6
Menurut Erickson (1977) meskipun beberapa kebiasaan di dalam ritual yang
kompleks dan dapat mengakibatkan ketergantungan, sering kali orang-orang yang
melakukan ritual secara terus menerus akan merasa kurang bermakna daripada dirinya
sendiri. Dengan kata lain sering kali orang yang telah ketergantungan dalam melakukan
ritual lebih tidak menghargai dirinya sendiri. Menurut Leach (1976) ritual adalah bahasa
tubuh yang berfungsi sebagai simbol-simbol alami, mempermudah atau cara untuk
berkomunikasi dengan orang.
Peninggalan-peninggalan atau warisan ritual seringkali mirip dengan bentuk
produk yang biasa dikonsumsi, yang menyangkut atau dikonsumsi dalam pengaturan atau
aturan suatu ritual (Douglas and Isherwood, 1979). Menurut Levy (1978), unsur kerangka
kerja yang disiplin untuk membangun perilaku dalam ritual yaitu dapat diidentifikasi dari
5 sumber utama dari perilaku dan maknanya, yang pertama tujuan individu dan emosi,
kelompok pembelajaran, nilai-nilai budaya dan keyakinan. Menurut Julian Huxley
(1966), perilaku ritual sebagai sarana promosi yang mampu merangsang pola perilaku
pada seseorang dan mampu memfasilitasi ikatan sosial. Mitos juga ada di cerita rakyat
modern di jaman dahulu, kadang-kadang dapat disebut sebagai bagian dari tradisi salah
satu budaya (Sherry, 1984).
Dugaan hipotesis yang menunjukkan bahwa ritual berpengaruh positif terhadap
kepuasan konsumen yaitu menurut Bird (1980) ritual merupakan suatu tindakan yang
dirancang atau direncanakan agar sesuai dengan aturan yang sudah ditentukan serta yang
dianggap berharga. Ritual dalam penelitian ini yaitu mengenai ritual dalam cara
memakan oreo yang ditentukan atau terdapat cara yang dapat dikatakan unik yaitu
dengan proses diputar, dijilat, dicelupin. Ritual ini dapat menarik para calon konsumen
untuk mencoba juga mempraktekan apa yang menjadi ritual perusahaan, dan akan
menimbulkan kepuasan terhadap produk oreo.
Dari penjelasan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis (H3) :
Ritual berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen.
7
Kepuasan Konsumen
Kepuasan konsumen adalah sejauh mana manfaat sebuah produk yang telah dibeli
dapat dirasakan sesuai dengan harapan pelanggan (Amir, 2005). Gaspersz (2005)
berpendapat bahwa kepuasan konsumen sangan bergantung terhadap persepsi dan
harapan konsumen.
Menurut Supranto (2006) kepuasan merupakan membandingkan kinerja atau hasil
yang telah didapatkan dengan harapannya. Kepuasan konsumen adalah hasil penilaian
konsumen terhadap apa yang diharapkan dengan membeli dan mengkonsumsi suatu
produk (Aritonga, 2005:2). Harapan itu lantas dibandingkan dengan persepsinya terhadap
kinerja yang diterima dengan mengkonsumsi produk itu. Jika harapan lebih tinggi
daripada kinerja produk, pelanggan akan merasa tidak puas. Sebaliknya jika harapannya
sama dengan atau lebih rendah daripada kinerja produk konsumen akan merasa puas.
(Lerbin, 2005:2).
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Samuel dan Foedjiawati (2005)
yang meneliti pengaruh kepuasan konsumen terhadap keputusan pembelian, dimana hasil
penelitiannya menunjukkan ada hubungan yang positif antara kepuasan konsumen
terhadap keputusan pembelian pada restoran The Prime Steak and Ribs Surabaya. Dugaan
hipotesis yang menunjukkan kepuasan konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan
pembelian adalah dari pengertian Supranto (2006) yang mengatakan bahwa kepuasan
merupakan hasil dari membandingkan kinerja atau hasil yang telah didapatkan dengan
harapannya. Jika konsumen puas, maka keputusan pembelian terhadap suatu merek
dengan sendirinya akan muncul.
Dari penjelasan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis (H4) :
Kepuasan konsumen berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian.
Keputusan Pembelian
Keputusan tentang keunggulan suatu produk sehingga menimbulkan rasa
menyenangkan yang akan membuat seseorang untuk memutuskan membeli suatu produk
8
(Tjiptono, 2005). Suatu tahap dimana seorang konsumen menetapkan pilihannya dan siap
untuk melakukan pembelian antara uang dan janji untuk membayar dengan hak
kepemilikan suatu barang atau jasa (Kotler, 2005).
Kotler & Amstrong (2006) berpendapat bahwa tipe-tipe perilaku keputusan
pembelian terdiri dari, perilaku membeli secara kompleks (Complex Behavior), perilaku
membeli yang timbul karena kebiasaan, perilaku membeli yang mencari banyak variasi,
perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan.
Kotler dan Keller (2009) mengungkapkan bahwa keputusan pembelian
merupakan proses pengambilan keputusan di mana konsumen benar-benar memutuskan
membeli produk atau jasa. Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
keputusan pembelian merupakan suatu tahap setelah konsumen telah melakukan transaksi
pembelian suatu produk.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2008) keputusan didefinisikan sebagai seorang
konsumen yang telah berada dalam tahap seleksi atau memilih dua pilihan alternatif atau
lebih. Jika seseorang mempunyai banyak pilihan yaitu antara membeli dan tidak
membeli, pilihan antara merek yang satu dengan yang lain, orang tersebut berada dalam
posisi untuk mengambil keputusan.
Pengambilan keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh situasi dimana proses
dan perilaku beli terjadi. Situasi komunikasi, situasi pembelian, situasi penggunaan dan
situasi penyingkiran produk, semuanya mempengaruhi keputusan beli. Lingkungan
sosial, waktu, tujuan pembelian dan konsumsi dan mood (suasana hati) tidak dapat
diabaikan sebagai unsur-unsur yang sangat berarti dalam keputusan beli (Prasetijo dan
Ihalauw, 2005).
Berikut ini adalah lima model proses keputusan pembelian menurut Kotler dan
Amstrong (2012, p.166).
9
Gambar 2.2
Model Proses Keputusan Pembelian
Sumber: Kotler (2012, p.166)
Model lima tahap proses pembelian yang di atas menjelaskan bahwa konsumen
melalui lima tahap dalam melakukan proses pembelian.
Dugaan hipotesis yang menunjukkan bahwa keputusan pembelian berpengaruh
positif terhadap loyalitas merek adalah menurut pendapat Kotler dan Amstrong, (2006)
yaitu jika seorang konsumen sudah memutuskan untuk membeli suatu merek tertentu,
maka diharapkan timbul loyalitas terhadap suatu merek.
Dugaan hipotesis yang kedua mengenai keputusan pembelian berpengaruh positif
terhadap loyalitas merek yaitu menurut pendapat dari Kotler dan Amstrong, (2006) yaitu
seorang konsumen yang telah memutuskan untuk membeli dapat menimbulkan rasa
menyenangkan setelah membeli produk dengan merek tersebut.
10
Dari penjelasan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis (H5) :
Keputusan pembelian berpengaruh positif terhadap loyalitas merek..
Loyalitas Konsumen
Menurut Griffin (2005) loyalitas konsumen yaitu pembelian yang dilakukan dari
waktu ke waktu yang menghasilkan suatu keputusan. Karakteristik pelanggan yang loyal
terhadap suatu merek dapat diidentifikasi dengan seberapa sering seorang konsumen
melakukan pembelian (teratur atau tidak), jika konsumen tersebut sudah loyal terhadap
suatu merek, pasti juga akan mereferensikan kepada keluarga atau teman, tidak tergoda
oleh merek-merek yang ditawarkan oleh pesaing.
Menurut Rangkuti (2008) ukuran dari kesetiaan konsumen terhadap suatu merek
merupakan inti dari brand equity yang menjadi gagasan inti dari pemasaran, karena hal
ini merupakan pengukuran kesetiaan seorang konsumen pada suatu produk. Menurut
Kotler (2005) loyalitas konsumen adalah suatu kegiatan pembelian berulang-ulang yang
dilakukan oleh seorang konsumen karena sudah memiliki komitmen pada suatu produk
atau merek. Menurut Kotler dan Keller (2006) ada 3 indikator dalam mengukur loyalitas
pelanggan, yaitu Repeat Purchase (pembelian secara berulang-ulang),
Retention(ketahanan terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari perusahaan), Referalls
(mereferensikan). Menurut Tunggal (2008) loyalitas konsumen dapat dilihat dari
ketergantungan konsumen pada suatu merek, toko, pabrik, pemberi jasa atau entitas lain
dari harapan dan hasil yang didapatkan.
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, cara perusahaan agar dapat
mendapatkan konsumen yang loyal adalah dengan memuaskan apa yang menjadi
kebutuhan dan keinginan konsumen secara konsisten dari waktu ke waktu (Ferrinadewi,
2005). Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam memberikan
pelayanan pada 5 dimensi kualitas pelayanan agar mendapatkan loyalitas konsumen,
yaitu tangible, reliability, responsiveness, assurance dan empathy.
Dari penjelasan di atas maka dapat dirumuskan hipotesis (H6) :
Kepuasan konsumen dan keputusan pembelian berpengaruh positif terhadap loyalitas
merek.
11
Model Penelitian
Gambar 1. Model Penelitian
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode kuantitatif, dan penulis
akan meneliti pengaruh kepercayaan merek, word of mouth, dan ritual terhadap
keputusan pembelian, serta pengaruh keputusan pembelian terhadap kepuasan konsumen,
dan pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas merek dengan cara menyebarkan
kuesioner kepada para responden. Penulis akan memberikan kuesioner kepada para
responden yang pernah membeli dan mengkonsumsi produk Oreo apakah melakukan
ritual yang telah dipublikasikan oleh perusahaan melalui iklan di televisi. Dalam
penelitian ini menggunakan teknik pengolahan data structural equation modeling (SEM).
Metode sampling yang digunakan dalam penulisan adalah non-probability sampling
Kepuasan
Konsumen
Kepercayaan
Merek
Ritual
Word
Of
Mouth
Loyalitas
Konsumen
Keputusan
Pembelian
12
dengan menggunakan judgement sampling, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan
suatu kriteria berupa suatu pertimbangan tertentu (Jugiyanto, 2008).
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah para konsumen yang pernah
membeli oreo dan mengkonsumsinya. Sedangkan secara lebih spesifik sampel atau
respondennya adalah konsumen yang sudah pernah melihat iklan di televisi dan pernah
mendapatkan rekomendasi dari teman untuk membeli Oreo. Jika konsumen tersebut tidak
pernah melakukan pembelian, maka pengisian kuesioner tidak dilanjutkan lagi. Jumlah
sampel atau responden yang mengisi lembar kuesioner sebanyak 150 orang dimana
seluruh responden adalah anak kecil yang berumur 10-15 tahun. Penentuan jumlah
sampel mengacu pada rule of thumb yang ditemukan oleh Roscoe (Supramono &
Haryanto, 2005) yang menyatakan bahwa ukuran sampel yang layak sekitar 30-500
sampel.
Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel yang digunakan yaitu dengan likert scale dengan 5
poin yang dimulai dari skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat
setuju). Skala likert merupakan teknik pengukuran yang paling luas digunakan dalam
riset pemasaran (Simamora, 2008). Skala ini memungkinkan bagi responden untuk
mengekspresikan persetujuan maupun ketidaksetujuan responden terhadap pernyataan-
pernyataan mengenai objek stimulasi.
Berikut ini adalah definisi operasional dan pengukuran variabel penelitian:
Tabel 1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Indikator Empirik Sumber
Kepercayaan
Merek
Ketika seorang
konsumen telah
mempercayai pihak
lain maka mereka
yakin bahwa semua
harapannya akan
terpenuhi.
1. Percaya
2. Setelah percaya ,
maka memutuskan
untuk membeli.
3. Menjaga
kualitasnya
4. Percaya karena
telah dipasarkan
dimana-mana.
5. Tidak mungkin
menggunakan
bahan-bahan yang
berbahaya
Ryan, (2002)
13
Word Of Mouth Konsumen yang
puas terhadap suatu
produk akan
merekomendasikan
merek produk
tersebut kepada
orang lain dengan
sendirinya.
1. Membeli karena
rekomendasi.
2.Tahu dari teman.
3.Informasi yang
didapatkan dapat
dipercaya.
4. Sering mendengar
keunggulan oreo.
5. Membeli oreo
karena populer.
Hasan, (2009)
Ritual Suatu tindakan yang
dirancang atau
direncanakan agar
sesuai dengan
aturan yang sudah
ditentukan serta
yang dianggap
berharga.
1.Ritualnya kelihatan
menyenangkan
2.Ritualnya membuat
ingin membeli.
3. Ritualnya asyik.
4. Rasanya akan;/’
lebih enak jika
melakukan ritual
sebelum
memakannya.
- Bird, (1980)
- Erickson (1977)
Kepuasan
Konsumen
membandingkan
kinerja atau hasil
yang telah
didapatkan dengan
harapannya.
1. Rasanya sesuai
dengan apa yang
dibayangkan.
2. Kemasannya lebih
menarik
dibandingkan
dengan merek
lainnya.
3. Merasa puas setelah
memakannya.
4. Senang.
5. Memuaskan saya.
Supranto, (2006)
Keputusan
Pembelian
Pembelian akhir
dari konsumen, baik
individual maupun
rumah tangga yang
1. Memutuskan
membeli setelah
ada rekomendasi.
2. Memutuskan
membeli karena
ramai dibicarakan.
Kotler dan
Amstrong, (2006)
14
membeli barang-
barang dan jasa
untuk konsumsi
pribadi.
3. Memutuskan
membeli karena
memiliki banyak
rasa.
4. Memutuskan
membeli karena
kualitasnya.
5. Memutuskan
membeli karena
iklannya.
Loyalitas Merek suatu kegiatan
pembelian
berulang-ulang
yang dilakukan oleh
seorang konsumen
karena sudah
memiliki komitmen
pada suatu produk
atau merek.
1. Selalu membeli.
2. Merekomendasikan
ke teman-teman.
3. Suka.
4. Berharap selalu
bisa memakannya.
Kotler, (2005)
Analisis dan Pembahasan
Sebelumnya penulis telah melakukan pre-tes kepada 30 responden untuk melihat
validitas dan reliabilitas dari setiap indikator yang akan digunakan dalam pernyataan
kuesioner. Menurut Hair et al., (2010), indikator dinyatakan valid jika nilai corrected
item-total correlation ≥ 0,361 dan dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,5.
Hasil uji dengan menggunakan SPSS 16.0 menemukan bahwa terdapat beberapa
indikator yang tidak valid dan kemudian kuesioner disebarkan ulang kepada 150
responden. Berikut ini data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kemudian
dianalisis dengan metode Structural Equation Modeling dengan software LISREL 8.7
15
Tabel 2. Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel Indikator Empirik Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach Alpha
Kepercayaan Merek KM1
KM2
KM3
KM4
KM5
0.437
0.410
0.127
0.138
0.387
0,851
Word Of Mouth WOM1
WOM2
WOM3
WOM4
WOM5
0.239
0.226
0.087
0.107
0.362
0,740
Ritual R1
R2
R3
R4
R5
0.149
0.181
0.240
0.295
0.258
0,687
Kepuasan
Konsumen
KK1
KK2
KK3
KK4
KK5
0.163
0.164
0.245
0.206
0.134
0,690
Keputusan
Pembelian
KP1
KP2
KP3
KP4
KP5
0.392
0.399
0.329
0.174
0.328
0,679
Loyalitas Konsumen LK1
LK2
LK3
LK4
LK5
0.220
0.105
0.270
0.131
0.031
0,693
Sumber: Output SPSS 16.0
16
Sebelumnya telah dilakukan pre-tes untuk kuesioner dengan menggunakan 30
responden untuk melihat validitas dan reliabilitas dari masing-masing indikator yang
digunakan sebagai pernyataan dalam kuesioner. Menurut Hair et al., (2010), suatu
indikator dinyatakan valid jika nilai corrected item-total correlation ≥ 0,361 dan
dinyatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,5. Jika terdapat pernyataan yang
tidak valid maka akan dilakukan sedikit perubahan pernyataan pada kuesioner yang
indikatornya, dan kuesioner baru disebarkan ulang kepada 150 responden.
Berikut perubahan pernyataan kuesioner yang dilakukan:
Tabel. 3 Perubahan pernyataan kuisoner
Pernyataan Sebelumnya Pernyataan Sesudah
Kepercayaan Merek
1. Oreo akan menjaga nama baiknya. 1. Oreo akan menjaga kualitasnya.
2. Saya percaya dengan produk oreo
karena telah dipasarkan secara luas.
2. Saya percaya dengan oreo karena
telah dipasarkan dimana-mana.
Word Of Mouth
1. Saya memutuskan membeli karena
rekomendasi
1. Saya membeli oreo karena
rekomendasi.
2. Saya tahu produk oreo dari teman. 2. Saya tahu produk oreo dari teman-
teman.
3. Informasi yang saya dapatkan dari
teman dapat dipercaya
3. Informasi tentang oreo dapat
dipercaya.
4. Saya sering mendengar kelebihan
oreo.
4. Saya sering mendengar keunggulan
oreo.
Ritual
1. Sebelum saya memakan oreo, saya
melakukan ritual yang saya lihat di
televise (diputar, dijilat, dicelupin).
1. Ritual memakan oreo kelihatannya
menyenangkan.
2. Saya memutuskan membeli oreo
karena saya ingin melakukan ritual
tersebut.
2. Ritual memakan oreo membuat saya
ingin membeli oreo.
3. Saya akan terus melakukan ritual
sebelum memakan oreo.
3. Ritual memakan oreo asyik.
4. Saya melakukan ritual karena saya
ketagihan melakukannya.
4. Rasa oreo akan lebih enak jika saya
melakukan ritual sebelum memakannya
17
Kepuasan konsumen
1. Oreo sesuai dengan apa yang saya
bayangkan.
1. Rasa oreo sesuai dengan apa yang
saya bayangkan.
2. Oreo lebih menarik dibandingkan
merek lainnya.
2. Kemasan oreo lebih menarik
dibandingkan dengan merek lainnya.
3. Saya merasa puas setelah membeli
oreo.
3. Saya merasa puas setelah makan oreo.
4. Saya merasa senang dengan oreo. 4. Saya senang dengan oreo.
5. Oreo memuaskan kebutuhan saya
saat ini.
5. Oreo memuaskan kebutuhan saya.
Keputusan Pembelian
1. Saya memutuskan untuk membeli
oreo karena oreo memiliki banyak
varian rasa.
1. Saya memutuskan untuk membeli
oreo karena oreo memiliki banyak rasa.
2. Saya memutuskan untuk membeli
oreo karena oreo memiliki kualitas
produk yang baik.
2. Saya memutuskan untuk membeli
oreo karena kualitasnya.
3. Saya memutuskan untuk membeli
oreo karena penasaran dengan iklannya.
3. Saya memutuskan untuk membeli
oreo karena iklannya.
Loyalitas Konsumen
1. Membuat saya tidak ingin berpindah
ke merek lain.
1. Saya akan selalu membeli oreo.
2. Oreo biasa saya konsumsi. 2. Saya akan merekomendasikan oreo ke
teman-teman
3. Oreo memuaskan saya. 3. Saya sangat suka dengan oreo.
4. Membuat saya ketagihan untuk terus
mengkonsumsi oreo.
4. Saya berharap bias selalu makan oreo.
Pada tabel data di atas telah dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas pada pre
test yang dilakukan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa variabel yang
tidak valid yang dapat dilihat dari Corrected Item-Total Correlation pada output SPSS
18
16.0. Kemudian dilakukan sedikit perubahan pernyataan pada kuesioner yang
indikatornya tidak valid, dan kuesioner baru disebarkan ulang kepada 150 responden.
Data ulang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner kemudian akan dianalisis
menggunakan metode Structural Equation Modeling.
Karakteristik Responden
Berikut merupakan karakteristik responden yang digunakan untuk mendukung hasil
analisis penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, serta pernah atau tidak melihat iklan
Oreo di televisi.
Tabel 4. Karakteristik Responden
Kategori Sub Kategori Frekuensi Presentase (%)
Usia 10-15 tahun 150 1
Jenis Kelamin Laki-Laki
Perempuan
76
74
50,66
49,33
Asal Sekolah SMP Kristen 2
Salatiga
150 1
Pekerjaan Pelajar 150 1
Sumber: Data primer (2014)
Setelah penulis menyebarkan kuesioner sebanyak 150 kepada responden, maka dapat
ditemukan rata-rata setiap variabel pertanyaan yang terdapat di setiap pertanyaan
kuesioner.
Nilai rata-rata 1-3: Kurang
Nilai rata-rata 3-4: Cukup
Nilai rata-rata 4-5: Baik
Berikut hasil yang telah didapatkan:
Tabel 5. Tanggapan Responden Mengenai Kepercayaan Merek:
Kepercayaan Merek Rata-Rata Penjelasan
1. Saya percaya dengan merek Oreo. 3,82
Cukup
2. Setelah saya percaya dengan merek Oreo. Maka saya
memutuskan untuk membeli.
3,71 Cukup
19
3. Oreo akan menjaga kualitasnya. 3,6 Cukup
4. Saya percaya dengan Oreo karena telah dipasarkan
dimana-mana.
3,4 Cukup
5. Oreo tidak mungkin menggunakan bahan-bahan yang
berbahaya.
3,3 Cukup
Total 3,56
Dengan hasil rata-rata 3,56 pada variabel kepercayaan merek, berarti bahwa konsumen
tidak benar-benar dapat mempercayai merek Oreo. Dari pihak perusahaan dan dari
pemasarannya harus dapat lebih meyakinkan konsumen supaya dapat lebih mempercayai
merek Oreo.
Tabel 6. Tanggapan Responden Mengenai Word Of Mouth:
Word Of Mouth Rata-rata Penjelasan
1. Saya membeli Oreo karena rekomendasi. 3,31
Cukup
2. Saya tahu produk oreo dari teman-teman. 3,21 Cukup
3. Informasi tentang Oreo dapat dipercaya. 3,33 Cukup
4. Saya sering mendengar keunggulan Oreo. 3,37 Cukup
5. Saya membeli Oreo karena populer. 3,34 Cukup
Total 3,31
Dari hasil yang didapat dengan rata-rata 3,31 ini berarti bahwa word of mouth tidak
cukup mempengaruhi sampai pada tahap pembelian yang dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar. Pengaruh dari teman atau keluarga ternyata kurang memberikan pengaruh yang
kuat sampai pada tahap pembelian.
20
Tabel 7. Tanggapan Responden Mengenai Ritual:
Ritual Rata-rata Penjelasan
1. Ritual memakan Oreo kelihatannya menyenangkan. 3,33
Cukup
2. Ritual memakan Oreo membuat saya ingin membeli
Oreo.
3,16 Cukup
3. Ritual memakan Oreo asyik. 2,95 Kurang
4. Ritual Oreo akan lebih enak jika saya melakukan ritual
sebelum memakannya.
2,92 Kurang
Total 3,09
Dari hasil responden di atas didapat total rata-rata ritual 3,09 yang berarti bahwa variabel
ritual hampir mendekati interval kurang. Ternyata para konsumen kebanyakan tidak
melakukan ritual sebelum memakan Oreo yang terlihat dari poin kuesioner nomor 3 dan
4 hasilnya kurang.
Tabel 8. Tanggapan Responden Mengenai Kepuasan Konsumen:
Kepuasan Konsumen Rata-rata Penjelasan
1. Rasa Oreo sesuai dengan apa yang saya bayangkan. 3,29
Cukup
2. Kemasan Oreo lebih menarik dibandingkan merek
lainnya.
3,09 Cukup
3. Saya merasa puas setelah makan Oreo. 3,02 Cukup
4. Saya senang dengan Oreo. 3,13 Cukup
5. Oreo memuaskan kebutuhan saya. 3,02 Cukup
Total 3,11
Dengan total rata-rata 3,11 pada variabel kepuasan konsumen ini berarti bahwa
konsumen tidak benar-benar puas dengan produk Oreo. Dengan hasil rata-rata cukup dan
21
tidak sampai membuat konsumen puas, hasil seperti ini dapat membahayakan penjualan
Oreo karena akan tersaingi oleh para pesaing.
Tabel 9. Tanggapan Responden Mengenai Keputusan Pembelian:
Keputusan Pembelian Rata-rata Penjelasan
1. Saya memutuskan untuk membeli Oreo setelah ada
rekomendasi. 3,31
Cukup
2. Saya memutuskan untuk membeli Oreo karena ramai
dibicarakan.
3,21 Cukup
3. Saya memutuskan untuk membeli Oreo karena Oreo
memiliki banyak rasa.
3,26 Cukup
4. Saya memutuskan untuk membeli Oreo karena
kualitasnya.
3,19 Cukup
5. Saya memutuskan untuk membeli Oreo karena
iklannya.
3,14 Cukup
Total 3,22
Total rata-rata 3,22 pada variabel keputusan pembelian ini berarti bahwa seorang
konsumen dalam memutuskan membeli produk Oreo masih pada tahap ragu-ragu karena
semua hasil dari poin 1 sampai 5 hanya mendapatkan nilai cukup.
Tabel 10. Tanggapan Responden Mengenai Loyalitas Konsumen:
Loyalitas Konsumen Rata-rata Penjelasan
1. Saya akan selalu membeli Oreo. 3,31
Cukup
2. Saya akan merekomendasikan Oreo ke teman-teman. 3,12 Cukup
3. Saya sangat suka dengan Oreo. 3,15 Cukup
4. Saya berharap bisa selalu makan Oreo. 3,05 Cukup
Total 3,16
22
Dengan nilai total rata-rata 3,16 pada loyalitas konsumen ini berarti bahwa seorang
konsumen tidak mendapatkan kepuasan setelah mengkonsumsi Oreo sehingga konsumen
tidak loyal terhadap produk Oreo.
Hasil Pengolahan Data
Dengan menggunakan SEM dan Lisrel 8.7, diperoleh hasil uji kesesuaian
keseluruhan model struktural yang didalamnya menghasilkan nilai kesesuaian atau GOF.
Berikut merupakan nilai kesesuaian pada tabel 4.
Tabel 11. Ukuran Kesesuaian Keseluruhan Model Struktural
Indikator GOF Ukuran Yang
Diharapkan
Hasil Estimasi Kesimpulan
GFI GFI > 0,90 0,68 Marginal Fit
RMSEA RMSEA < 0,08 0,11 Marginal Fit
NNFI NNFI > 0,90 0,83 Marginal Fit
NFI NFI > 0,90 0,77 Marginal Fit
RFI RFI > 0,90 0,75 Marginal Fit
IFI IFI > 0,90 0,85 Marginal Fit
CFI CFI > 0,90 0,84 Marginal Fit
Sumber: Data primer, 2014
Hasil Pengujian Hipotesis
Berikut merupakan gambar dan hasil analisis full model SEM.
Gambar 2. Path Diagram
Sumber: Output Lisrel 8.7 (2014)
23
Hasil di atas menunjukkan nilai koefisien yang dihasilkan dan nilai | t |. Apabila
lintasan struktural memiliki nilai | t | ≥ 1,96, maka koefisien lintasan tersebut dinyatakan
signifikan, dan apabila | t | ≤ 1,96 maka koefisien dari lintasan tidak signifikan (Hair et al.
, 2010).
Tabel 7. Hasil Pengujian Hipotesis
HIPOTESIS Nilai t Hasil Uji
H1: Kepercayaan merek berpengaruh positif
terhadap kepuasan konsumen
1,92 Tidak didukung data
H2: Word of mouth berpengaruh positif terhadap
kepuasan konsumen
0,92 Tidak didukung data
H3: Ritual berpengaruh positif terhadap kepuasan
konsumen
3,18 Didukung data
H4: Kepuasan konsumen berpengaruh positif
terhadap keputusan pembelian
3,15 Didukung data
H5: Kepuasan konsumen berpengaruh positif
terhadap loyalitas konsumen
2.32 Didukung data
H6: Keputusan pembelian berpengaruh positif
terhadap loyalitas konsumen
4,38 Didukung data
Pembahasan
1. Pengaruh kepercayaan merek terhadap kepuasan konsumen.
Berdasarkan hasil olah data, ditemukan bahwa kepercayaan merek tidak berpengaruh
positif terhadap kepuasan konsumen. Hal ini terlihat dari nilai | t | pada tabel 5 tidak
sesuai dengan persyaratan statistik yang telah ditentukan yaitu | t | ≤ 1,96, sehingga
hipotesis ini dinyatakan tidak didukung data. Pada hasil pengujian hipotesis 1 diketahui
bahwa kepercayaan merek seorang konsumen tidak berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan konsumen yang mengkonsumsi Oreo. Artinya, kepercayaan merek tidak
memiliki pengaruh cukup kuat untuk membuat konsumen sampai pada kepuasan
konsumen. Sebelum seorang konsumen mempercayai sebuah merek, calon konsumen
akan melakukan evaluasi mengenai merek yang akan dibeli agar mereka merasa puas
setelah melakukan pembelian.
24
Hal di atas sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ryan
(2002) bahwa ketika konsumen telah mempercayai pihak lain maka mereka yakin bahwa
semua harapannya akan terpenuhi. Dari pengertian tersebut, jika seorang konsumen telah
mempercayai sebuah merek, maka mereka yakin bahwa harapannya akan produk tersebut
akan terpenuhi.
2. Pengaruh word of mouth terhadap kepuasan konsumen.
Berdasarkan hasil olah data, ditemukan bahwa word of mouth tidak berpengaruh
positif terhadap kepuasan konsumen. Hal ini terlihat dari nilai | t | pada tabel 5 tidak
sesuai dengan persyaratan statistik yang telah ditentukan yaitu | t | ≤ 1,96, sehingga
hipotesis ini dinyatakan tidak didukung data. Pada hasil pengujian hipotesis 2 diketahui
bahwa word of mouth tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen yang
mengkonsumsi Oreo. Artinya, word of mouth tidak memiliki pengaruh yang cukup kuat
untuk membuat konsumen mencapai pada tahapan kepuasan dalam mengkonsumsi oreo.
Word of mouth dinilai lebih efektif untuk produk yang masuk dalam kategori shopping
atau special goods.
Hal di atas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2009) yang
mengatakan bahwa konsumen yang puas terhadap suatu produk akan merekomendasikan
merek produk tersebut kepada orang lain dengan sendirinya. Jika seorang konsumen tidak
atau kurang puas terhadap produk Oreo, maka dia tidak akan menceritakan kepada
kerabatnya bahkan akan menjelek-jelekkan produk Oreo. Jika seorang konsumen akan
menceritakan kepada kerabatnya, pasti tidaka akan dibuat-buat karena word of mouth
tercipta oleh konsumen itu sendiri dengan sukarela karena konsumen tersebut telah
mengkonsumsi Oreo (Hendriani, 2008). Mengacu pada usia responden yang interval usia
pada 10-15 tahun, mereka cenderung menceritakan kepada teman sekolahnya jika ia suka
dengan produk Oreo.
3. Pengaruh ritual terhadap kepuasan konsumen.
Berdasarkan hasil olah data, ditemukan bahwa ritual berpengaruh positif terhadap
kepuasan konsumen. Hal ini terlihat dari nilai | t | pada tabel 5 sesuai dengan persyaratan
statistik yang telah ditentukan | t | ≤ 1,96 sehingga hipotesis ini dinyatakan didukung data.
Pada hasil pengujian hipotesis 3 ditemukan bahwa ritual memakan Oreo yang dapat
dikatakan unik tersebut dapat memuaskan konsumen. Dengan adanya ritual (dijilat,
25
diputar, dicelupin) dari produk Oreo maka diharapkan ide tersebut dapat meningkatkan
kepuasan konsumen. Pengaruh ini juga diduking oleh penelitian sebelumnya dari
Erickson (1977) yang mengatakan bahwa meskipun beberapa kebiasaan di dalam ritual
yang kompleks dan dapat mengakibatkan ketergantungan, sering kali orang-orang yang
melakukan ritual secara terus-menerus akan merasa kurang bermakna daripada dirinya
sendiri. Jika seorang konsumen telah melakukan ritual dan merasa puas maka
kemungkinan besar konsumen tersebut akan melakukan pembelian ulang. Ritual yang
ada di produk oreo dapat dikatakan unik karena unik dan berbeda dari pesaing oreo.
Dilihat dari usia responden pada usia 10-15 tahun maka cenderung sebelum
mengkonsumsi oreo, mereka akan melakukan ritual, meskipun tidak semua anak pada
usia 10-15 tahun melakukannya.
4. Pengaruh kepuasan konsumen terhadap keputusan pembelian.
Berdasarkan hasil olah data, ditemukan bahwa kepuasan konsumen berpengaruh
positif terhadap keputusan pembelian. Hal ini terlihat dari nilai | t | pada tabel 5 sesuai
dengan persyaratan statistik yang telah ditentukan | t | ≤ 1,96 sehingga hipotesis
dinyatakan didukung data. Pada hasil pengujian hipotesis 4 ditemukan bahwa kepuasan
konsumen yang telah dirasakan oleh konsumen memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan pembelian. Dengan adanya kepercayaan merek, word of mouth, dan
ritual maka penulis memiliki hipotesa bahwa konsumen akan memutuskan membeli
setelah merasa puas terhadap produk Oreo. Kriteria penilaian puas atau tidak puas ini
dilakukan konsumen dengan cara membandingkan antara produk Oreo dengan produk
pesaing. Dalam hal ini, PT. Kraft Indonesia dinilai telah mampu memberikan kepuasan
yang setara bahkan lebih dari harapan konsumen.
Hal di atas sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh
Westbrook dan Reilly (2005) yang mengemukakan bahwa kepuasan konsumen
merupakan respon berupa emosional terhadap pengalaman menggunakan produk atau
jasa yang telah dibeli. Jika telah timbul kepuasan akan produk oreo, maka akan timbul
kegiatan untuk memutuskan membeli produk oreo kembali. Kepuasan konsumen dapat
timbul dengan sendirinya setelah memutuskan untuk membeli dan mengkonsumsinya.
26
5. Pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas konsumen.
Berdasarkan hasil olah data, ditemukan bahwa kepuasan konsumen berpengaruh
positif terhadap loyalitas konsumen. Hal ini terlihat dari nilai | t | pada tabel 5 sesuai
dengan persyaratan statistik yang telah ditentukan | t | ≤ 1,96 sehingga hipotesis
dinyatakan didukung data. Pada hasil pengujian hipotesis 5 ditemukan bahwa kepuasan
konsumen yang telah dirasakan oleh konsumen memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap loyalitas konsumen. Semakin tinggi kepuasan yang dirasakan oleh konsumen
maka loyalitas akan produk Oreo akan semakin tinggi juga. Konsumen yang puas lama
kelamaan akan berubah menjadi konsumen yang tingkat loyalitasnya tinggi, dikarenakan
konsumen yang puas biasanya akan melakukan pembelian secara terus menerus secara
berkala sehingga pada akhirnya secara tidak langsung akan menumbuhkan pula loyalitas
konsumen pada produk tersebut.
Hal di atas sesuai dengan penelitian sebelumnya dari Supranto (2006) yang
berpendapat bahwa kepuasan merupakan membandingkan kinerja atau hasil yang telah
didapatkan dengan harapannya. Proses dari timbulnya kepuasan dengan hasil yang telah
didapatkan ini merupakan proses timbulnya loyalitas konsumen. Jika seorang konsumen
puas dengan produk oreo, maka dengan sendirinya konsumen tersebut akan loyal
terhadap produk oreo dan akan membeli secara terus menerus secara berkala.
6. Pengaruh keputusan pembelian terhadap loyalitas konsumen.
Berdasarkan hasil olah data, ditemukan bahwa keputusan pembelian berpengaruh
positif terhadap loyalitas konsumen. Hal ini terlihat dari nilai | t | pada tabel 5 sesuai
dengan persyaratan statistik yang telah ditentukan | t | ≤ 1,96 sehingga hipotesis
dinyatakan didukung data. Pada hasil pengujian hipotesis 6 ditemukan bahwa keputusan
pembelian pada produk Oreo memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas
konsumen. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Kotler dan Amstrong, (2006) yaitu jika seorang konsumen sudah memutuskan untuk
membeli suatu merek tertentu, maka diharapkan timbul loyalitas terhadap suatu merek.
Setelah memutuskan untuk melakukan pembelian maka ada kemungkinan konsumen
tersebut dapat loyal terhadap produk yang telah dibeli.
Hal di atas sesuai dengan penelitian sebelumnya dari Tjiptono (2005) yaitu keputusan
tentang keunggulan suatu produk sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan
27
membuat seseorang untuk memutuskan membeli suatu produk. Setelah memutuskan
untuk membeli dan timbul rasa menyenangkan, maka loyalitas seorang konsumen akan
timbul dan waktu konsumen tersebut memutuskan untuk membeli kembali, maka tidak
timbul lagi perasaan ragu atau takut kecewa terhadap produk oreo.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengujian hipotesis yang telah diuraikan terdahulu, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban terhadap keenam persoalan penulisan. Menurut
hasil penelitian, kepercayaan merek tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kepuasan konsumen. Hal ini berarti bahwa percaya terhadap suatu merek saja tidak
mendukung akan timbulnya kepuasan konsumen.
Selain itu, word of mouth tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
konsumen. Hal ini dikarenakan word of mouth tidak dapat menjamin kepada konsumen
bahwa konsumen tersebut akan merasa puas, karena tingkat kepuasan masing-masing
orang berbeda-beda.
Selain itu dari hasil penelitian juga diketahui bahwa ritual memiliki pengaruh yang positif
terhadap kepuasan konsumen. Dengan adanya ritual (dijilat, diputar, dicelupin) dari
produk Oreo maka diharapkan ide tersebut dapat meningkatkan kepuasan konsumen.
Implikasi Teoritis
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi wcara baru untuk penelitian yang
berhubungan dengan: (1) kepercayaan merek, word of mouth, dan ritual dalam kaitannya
dengan kepuasan konsumen, (2) kepuasan konsumen dalam kaitannya dengan keputusan
pembelian dan loyalitas konsumen, (3) keputusan pembelian dalam kaitannya dengan
loyalitas konsumen, karena mengingat belum banyak penelitian yang meneliti kaitan
variabel-variabel sebelumnya secara bersamaan. Diharapkan kedepannya, hasil penelitian
ini dapat menjadi acuan atau referensi bahkan juga sebagai dasar pembentukan teori baru
bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan (1)
kepercayaan merek, word of mouth, dan ritual dalam kaitannya dengan kepuasan
konsumen, (2) kepuasan konsumen dalam kaitannya dengan keputusan pembelian dan
loyalitas konsumen, (3) keputusan pembelian dalam kaitannya dengan loyalitas
konsumen.
28
Implikasi Manajerial
Beberapa hal yang dapat dijadikan masukan dan perhatian oleh PT. Kraft
Indonesia antara lain:
1. Kondisi pasar yang dinamis, maka perlu adanya inovasi dalam menyampaikan
produk kepada konsumen supaya tidak mengalami kejenuhan. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan menghadirkan berbagai varian rasa yang belum ada di pasar.
2. PT. Kraft Indonesia harus dapat tetap mempertahankan citra merek Oreo yang
selama ini telah banyak dikenal masyarakat sebagai salah satu merek yang dinilai
memiliki keunikan dengan adanya ritual (diputar, dijilat, dicelupin) yang dapat
ditonjolkan dalam mempertahankan citra mereknya.
3. PT. Kraft Indonesia dapat pula memberikan promo atau hadiah atau event khusus
yang tertera di dalam kemasan produk sehingga dapat menjadi salah satu
alternatif untuk menarik minat konsumen dalam membeli produk. Karena dalam
hal ini, hal penting utama yang seharusnya menjadi tujuan pemasar adalah
menarik minat konsumen.
Keterbatasan Penelitian dan Agenda Penelitian Mendatang
Peneliti menyadari berbagai keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan. Untuk
itu diajukan beberapa saran perbaikan dan juga saran bagi penelitian mendatang.
Terdapat beberapa model penelitian yang kurang mendukung dalam penelitian dan di
penelitian mendatang model penelitian akan diperbaiki sehingga output Goodness of Fit
Statistics menjadi lebih baik dan dapat disebabkan dari sumber data.
Pertama, peneliti hanya meneliti satu macam produk (Oreo). Hasil penelitian
mungkin akan jauh lebih baik jika terdapat lebih dari satu produk.
Kedua, responden dalam penelitian ini hanya diambil dari satu kota (Salatiga).
Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti.
29
Daftar Pustaka
Amir, M. Taufiq. 2005. “Dinamika Pemasaran Jelajahi dan Rasakan”. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Aritonga, Lerbin. 2005. “Kepuasan Pelanggan (Membedah dan Penganalisaan dengan
SPSS)”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Barber, Peggy, Wallace, Linda. 2009. “Building Buzz & Word of Mouth Marketing
USA: American Library Association.
Delgado-Ballester, E., & Munuera-Aleman, J. L. 2004. "Brand Trust in the Context of
Consumer Loyalty". European Journal of Marketing, 35(11/12), 1238-1258.
Ferrinadewi, Erna. 2005. “Atribut Produk yang Dipertimbangkan Dalam Pembelian
Kosmetik dan Pengaruhnya pada Kepuasan Konsumen di Surabaya”. Jurnal
Manajemen dan Kewirausahaan, Vol 7. No. 2.
__________. 2008. “Merek dan Psikologi Konsumen Implikasi pada Strategi
Pemasaran”, edisi pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta”.
Gaspersz, Vincent. 2005. “Total Quality Management”. PT Gramedia Pustaka Utama.,
Jakarta, Indonesia.
Gede, Riana. 2008. “Pengaruh Trust in a Brand Terhadap Brand Loyalty pada Konsumen
Air Minum Aqua di Kota Denpasar. Skripsi. Program Studi Manajemen, Fakultas
Ekonomi. Universitas Udayana, Denpasar.
Griffin, J. 2005. “Customer Loyalty: Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan
Pelanggan. Erlangga, Jakarta.
Hasan, 2009. “Marketing Edisi Baru”. Yogyakarta: Media Pressindo.
Kotler, Philip. 2005. “Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks
Kelompok Gramedia.
Kotler & Amstrong. 2006. “Principles of Marketing”. Eleventh Edition, Pearson Prentice
Hall, New Jersey.
Kotler, Philip & Gary, Amstrong. 2012. “Principles of Marketing”. Global Edition, 14
Edition, Pearson Education.
Kotler, P & Kevin L. Keller. 2006. “Marketing Managemen”. Pearson Education Inc.
Kotler, P & Kevin L. Keller. 2009. “Manajemen Pemasaran”. Terjemahan: Bob Sabran.
Edisi 13 Jilid 1 dan 2, Penerbit Erlangga
30
Lau, Geok Theng dan Lee, Sook Han. 1999. “Consumer Trust in Brand and The Link to
Brand Loyalty”. Journal of Market Focused Management, Vol 4.
Niininen, O., Buhalis,d., and March, R. 2007. "Customer Empowerment in Tourism
through Consumer Centric Marketing (CCM)". Qualitative Market Research An
International Journal, 10(3), 265-281.
Prasetijo, R & Ihalauw, J. 2005. Perilaku Konsumen. Jogjakarta: Andi
Rangkuti, F. 2008. “The Power of Brand’s. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Ryan dan Natalie Ann. 2002. In Brands We Trust, International Business Master Thesis
No 2002 : 4.
Samuel, H dan Foedjiawati, S, H. 2005. “Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap
Kesetiaan Merek, Studi Kasus Restoran Prime Steak & Ribs Surabaya”.
Universitas Kristen Petra Surabaya.
Schiffman, leon & Kanuk, Leslie Lazar. 2004. “Perilaku Konsumen (edisi ketujuh)”. PT.
Indeks, Jakarta.
Schuller, A. M. 2008. "Zukunftstrend Empfehlungsmarketing: Der best
Umsatzbeschleuniger aller Zeiten". Gottingen: Business Village.
Sumardi. 2009. "Mencintai Negatif Word Of Mouth". SWA, 12/XXV, 11-24 Juni.
Supranto, J. 2006. “Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan: untuk menaikkan pangsa
pasar”. Jakarta: Rineka Cipta.
Sumardy, Marlin Silviana, dan Meilina Melone. (2010). The Power of Word of Mouth
Marketing. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Tjiptono, Fandy. 2005. “Prinsip-prinsip Total Quality Service – TQS, Andi. Yogyakarta.
Tunggal. Amin, Widjaja. 2008. (a) Dasar-Dasar Customer Relationship Management
(CRM). Jakarta: Harvarindo
31
LAMPIRAN
32
KUESIONER
Responden yang terhormat,
Sehubungan dengan penyusunan kertas kerja yang menjadi salah satu syarat dalam
menyelesaikan Program Sarjana Ekonomi (S1), saya mohon kesediaan responden untuk
menjawab beberapa pertanyaan pada kuesioner ini, sesuai dengan pendapat anda yang
sebenarnya. Kuesioner ini akan dijadikan sebagai dasar penyusunan kertas kerja yang
terkait dengan pengaruh kepercayaan merek, word of mouth, dan ritual terhadap
keputusan pembelian.
Terima kasih atas kesediaan responden untuk mengisi kuesioner ini.
Hormat saya,
Nico Saerang
A. Petunjuk Pengisian
Berikanlah tanda centang (√ ) untuk alternative jawaban yang Anda anggap paling
tepat.
DATA RESPODEN
Nama :
Usia : ( ) 10-15 tahun
Jenis kelamin : ( ) Laki-laki
( ) Perempuan
Apakah anda pernah melihat iklan oreo di TV? ( ) Ya
( ) Tidak
(Jika Anda menjawab tidak pernah, Anda tidak perlu mengisi pertanyaan selanjutnya).
B. Atribut Penelitian
Berilah tanda centang (√ ) pada alternatif jawaban yang Anda anggap paling tepat.
Keterangan:
1 = STS : Sangat Tidak Setuju
2 = KS : Kurang Setuju
33
3 = CS : Cukup Setuju
4 = S : Setuju
5 = SS : Sangat Setuju
Pernyataan untuk mengukur variabel kepercayaan merek
PERNYATAAN STS KS CS S SS
1. Saya percaya dengan merek oreo.
2. Setelah saya percaya dengan merek oreo, maka
saya memutuskan untuk membeli.
3. Oreo akan menjaga kualitasnya.
4. Saya percaya dengan oreo karena telah
dipasarkan dimana-mana.
5. Oreo tidak mungkin menggunakan bahan-bahan
yang berbahaya.
Pernyataan untuk mengukur variabel word of mouth
PERNYATAAN STS KS CS S SS
1. Saya membeli oreo karena rekomendasi.
2. Saya tahu produk oreo dari teman-teman.
3. Informasi tentang oreo dapat dipercaya.
4. Saya sering mendengar keunggulan oreo.
5. Saya membeli oreo karena populer.
34
Pernyataan untuk mengukur variabel ritual
PERNYATAAN STS KS CS S SS
1. Ritual memakan oreo kelihatannya
menyenangkan.
2. Ritual memakan oreo membuat saya ingin
membeli oreo.
3. Ritual memakan oreo asyik
4. Rasa oreo akan lebih enak jika saya melakukan
ritual sebelum memakannya.
Pernyataan untuk mengukur kepuasan konsumen
PERNYATAAN STS KS CS S SS
1. Rasa oreo sesuai dengan apa yang saya
bayangkan.
2. Kemasan oreo lebih menarik dibandingkan
dengan merek lainnya.
3. Saya merasa puas setelah makan oreo.
4. Saya senang dengan oreo.
5. Oreo memuaskan kebutuhan saya.
35
Pernyataan untuk mengukur keputusan pembelian
PERNYATAAN STS KS CS S SS
1. Saya memutuskan untuk membeli oreo
setelah ada rekomendasi.
2. Saya memutuskan untuk membeli oreo
karena ramai dibicarakan.
3. Saya memutuskan untuk membeli oreo
karena oreo memiliki banyak rasa.
4. Saya memutuskan untuk membeli oreo
karena kualitasnya.
5. Saya memutuskan untuk membeli oreo
karena iklannya.
Pernyataan untuk mengukur loyalitas konsumen
PERNYATAAN STS KS CS S SS
1. Saya akan selalu membeli oreo.
2. Saya akan merekomendasikan oreo ke teman-
teman.
3. Saya sangat suka dengan oreo.
4. Saya berharap bisa selalu makan oreo.
36
37
38
39
40
41
42
43
44
1. Kepercayaan Merek
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.851 .853 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
KM1 13.53 6.189 .609 .539 .834
KM2 13.53 5.637 .735 .687 .802
KM3 13.67 5.402 .769 .650 .791
KM4 13.80 5.959 .629 .521 .829
KM5 13.60 5.766 .583 .414 .844
2. Word Of Mouth
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.740 .741 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
WOM1 12.90 4.231 .607 .640 .654
WOM2 13.00 4.345 .589 .663 .662
WOM3 13.13 4.395 .464 .305 .711
WOM4 13.03 4.516 .477 .465 .704
45
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
WOM1 12.90 4.231 .607 .640 .654
WOM2 13.00 4.345 .589 .663 .662
WOM3 13.13 4.395 .464 .305 .711
WOM4 13.03 4.516 .477 .465 .704
WOM5 13.13 4.878 .387 .393 .735
3. Ritual
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.966 .967 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
R1 5.70 10.769 .877 .788 .962
R2 5.70 10.424 .951 .910 .950
R3 5.67 10.575 .916 .874 .956
R4 5.67 10.644 .901 .877 .958
R5 5.80 11.614 .881 .834 .963
4. Kepuasan Konsumen
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.510 .564 5
46
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
KK1 13.13 3.568 .201 .524 .498
KK2 13.10 3.197 .377 .560 .413
KK3 12.97 2.861 .463 .414 .348
KK4 12.63 2.240 .489 .380 .280
KK5 12.97 3.344 .026 .210 .655
5. Keputusan Pembelian
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.776 .790 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
KP1 13.13 6.189 .589 .606 .722
KP2 13.03 5.689 .759 .796 .664
KP3 13.03 6.102 .683 .692 .694
KP4 13.07 6.133 .537 .388 .739
KP5 13.07 6.961 .269 .191 .836
6. Loyalitas Konsumen
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items N of Items
.705 .699 5
47
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
LK1 12.93 5.030 .389 .362 .684
LK2 12.70 4.631 .528 .432 .628
LK3 12.67 5.540 .258 .351 .730
LK4 13.03 4.240 .585 .511 .599
LK5 12.80 4.372 .553 .476 .615