sumber: kek.go.id bisnis/yayan...

1

Upload: vanthuan

Post on 16-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sumber: kek.go.id BISNIS/YAYAN INDRAYANAbigcms.bisnis.com/file-data/1/2283/34b32a04_Des17-NusaRayaCiptaTbk... · Tiga Roda, Holcim, dan Semen Batu Raja. “Harga kompetitif terkait

28 Kamis, 29 Maret 2018 I N F R A S T R U K T U R �KEK MANDALIKA

LPEI Akan Danai Rp1,50 TriliunPRAYA — Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika

akan mendapat kucuran pendanaan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia hingga Rp1,50 triliun

untuk pembangunan infrastruktur [email protected]

Skema pembiayaan ini akan men-jadi proyek percontohan dalam rangka mendorong pertumbuhan industri pariwisata khususnya pada 10 kawasan ‘Bali Baru’ yang digagas oleh pemerintah.

Direktur Pelaksana Lembaga Pem-bia yaan Ekspor Indonesia (LPEI) Dwi Wah yudi mengatakan bahwa untuk mendatangkan investasi sebesar Rp45 triliun di KEK Mandalika, diperlukan infrastruktur dasar senilai Rp4,50 triliun.

“Selain mendukung pembiayaan ekspor barang ke Afrika, kami juga mendukung pariwisata. Untuk tahap awal, kami akan dukung proyek pem-ba ngunan infrastruktur dasar KEK Mandalika yang merupakan salah satu program prioritas pemerintah da lam menciptakan the next Bali,” ujar Dwi dalam seminar Menggarap Pe luang Ekspor Baru bagi Indonesia di kawasan KEK Mandalika, Lombok Tengah, Rabu (28/4).

Pembiayaan ini dilakukan LPEI melalui program penugasan khusus pemerintah atau National Interest Account (NIA). Program ini dilakukan karena ketersediaan infrastruktur dasar merupakan bagian utama dan paling penting untuk bisa mendatangkan investasi yang lain ke dalam kawasan.

Salah satu alasan Mandalika dijadikan

sebagai proyek percontohan karena kawasan ini dinilai yang paling siap dari 10 kawasan lain yang tengah digarap.

LPEI memberi skema investasi jangka panjang untuk Mandalika sebab infrastruktur dasar termasuk investasi yang cukup lama pengembaliannya.

“Realisasi diharapkan pada semester pertama tahun ini. Sekarang kami sedang hitung kebutuhannya, mungkin sekitar Rp1 triliun sampai Rp1,50 triliun,” ujar Dwi.

Seminar yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan itu bertujuan untuk menggali peluang ekspor baru bagi Indonesia

dalam mengantisipasi turunnya tren ekspor ke sejumlah negara mitra ekspor tradisional menyusul menurunnya perekonomian di negara tujuan.

Direktur Pengelolaan Risiko Keuangan Negara Kemenkeu Brahmantio Isdijoso mengatakan bahwa pelaksanaan seminar itu bertujuan untuk memberi

gambaran mengenai arah kebijakan dan strategi yang dilakukan.

SUMBER DEVISATim Percepatan Pembangunan 10

Destinasi Pariwisata Prioritas Ke men-terian Pariwisata Artadi Saleh me-ngatakan bahwa sektor jasa pariwisata diproyeksikan akan menjadi sumber devisa terbesar negara pada 2019.

“Kami targetkan 20 juta wisatawan pada tahun 2019 itu setara dengan devisa negara sekitar US$24 miliar yang diharapkan pariwisata jadi sumber devisa terbesar bagi negara,” ujar Artadi.

Untuk mencapai target tersebut, pemerintah tengah mempercepat pembangunan kawasan di 10 destinasi

pariwisata prioritas, termasuk KEK Mandalika di Lombok.

Percepatan pembangunan dila ku kan khususnya di bidang infra struk tur dasar aksesibilitas, ke tersediaan amenitas, serta peningkatan dan pembenahan atraksi-atrak si wisata di des ti nasi.

“Dibandingkan de ngan KEK lainnya, Man da lika memang paling siap. Dari

sisi lahan juga sudah klir dan tidak ada masalah. Jadi,

tinggal dikembangkan dan cari investor saja,” katanya.

Direktur Utama PT Indonesia Tourism

Development Cor po-ra t ion Abdulbar M.

Mansoer menilai bahwa peran pemerintah pusat

dalam pembangunan kawasan Mandalika cukup besar untuk menarik investor yang akan masuk.

“Pengembangan kawasan Mandalika bisa menaikkan tingkat PDB sektor pariwisata. Diperkirakan pada 2045 dengan pembangunan Mandalika bisa diperoleh sekitar Rp18,80 triliun, sedangkan tanpa pembangunan Man-da lika hanya sekitar RP11,40 triliun.”

Pembangunan infrastruktur dasar KEK Mandalika terus dipercepat seperti jalan dalam kawasan. Sejumlah hotel juga tengah dibangun di sana.

Saat ini baru tersedia 102 kamar hotel di kawasan ini. Sebanyak tujuh hotel sudah masuk dalam tahap desain akhir dan pembangunan konstruksi dengan kapasitas 1.771 kamar.

Sementara itu, sudah ada lima hotel lain yang sedang dalam tahap negosiasi yang rencananya dibangun sebanyak 1.255 kamar. (k16)

�MATERIAL KONSTRUKSI

Kebutuhan Semen WSBP Naik 25%

JAKARTA — PT Waskita Beton Precast Tbk. memproyeksi kebutuhan semen yang digunakan oleh perusahaan pada tahun ini mencapai 3 juta ton, meningkat 25% dibandingkan dengan 2017.

Corporate Secretary PT Waskita Beton Precast Tbk. Ratna Ningrum mengatakan bahwa sepanjang tahun lalu, emiten berkode WSBP itu membutuhkan semen sebanyak 2,40 juta ton.

“Tahun ini kami butuh 3 juta ton meningkat [25%] dari tahun lalu 2,4 juta ton,” ujarnya kepada Bisnis, pekan lalu.

Peningkatan kebutuhan semen tersebut seiring dengan peningkatan penjualan tahun ini menjadi sekitar Rp9,70 triliun atau lebih tinggi dari penjualan tahun lalu sebanyaknilai Rp7,10 triliun.

Ratna menuturkan bahwa selama ini kebutuhan semen WSBP dipenuhi oleh distributor lokal.

Hal itu dikarenakan produk-produk semen lokal secara kualitas sudah terbukti dan memenuhi spesifi kasi perusahaan.

Selain itu, kapasitas yang ada di pabrik-pabrik semen lokal saat ini masih bisa memenuhi kebutuhan.

Sebagian besar WSBP menggunakan produk seperti Semen Gresik dan Semen Padang, Semen Tiga Roda, Holcim, dan Semen Batu Raja.

“Harga kompetitif terkait dengan biaya transportasi dan kemudahan distribusi. Selain itu, ada imbauan dari pemerintah untuk mengutamakan produk lokal sehingga kami pakai produk lokal,” tutur Ratna.

KINERJA USAHABerkaitan dengan kinerja usaha, WSBP

memproyeksikan pendapatan usaha senilai Rp2,10 triliun pada kuartal pertama 2018.

Ratna mengatakan bahwa angka proyeksi tersebut naik 72% dibandingkan dengan pendapatan usaha pada periode yang sama 2017 senilai Rp1,22 triliun.

Perusahaan juga menargetkan laba bersih sampai dengan Maret 2018 senilai Rp476 miliar atau meningkat 42% dari tahun sebelumnya Rp196 miliar.

Jika diperinci, pada Januari 2018, perusahaan mencatatkan pendapatan usaha Rp1,20 triliun. Angka ini naik 313% dibandingkan dengan pendapatan usaha pada Januari 2017 senilai Rp300,23 miliar. “Hal ini karena sebagian pendapatan yang didapat pada Desember 2017 dibukukan pada Januari 2018,” ujarnya melalui siaran pers, pekan lalu.

Pendapatan usaha itu berasal dari proyek jalan tol Krian—Legundi—Bunder—Manyar, Pejagan—Pemalang, Terbanggi Besar—Kayu Agung, Cibitung—Cilincing, Tebing Tinggi—Kuala Tanjung, Kraksaan—Probolinggo, Semarang—Batang, dan proyek lainnya.

Direktur Utama WSBP Jarot Subana menuturkan bahwa menutup akhir 2017, perusahaan berhasil mengantongi pendapatan usaha senilai Rp7,10 triliun. (Yanita Petriella)

�JALAN TOL

Tarif Turun Bukan Solusi

JAKARTA — PT Marga Mandalasakti menilai bahwa perpanjangan konsesi jalan tol tak terlalu berpengaruh pada penurunan tarif dan bukan menjadi solusi untuk menarik minat kendaraan logistik melintasi jalan bebas hambatan.

Presiden Direktur PT Marga Mandalasakti Wiwiek D. Santoso mengatakan bahwa penurunan tarif tol belum tentu dapat menarik minat kendaraan logistik melintasi ruas tol. Pasalnya, komponen tarif tol terhadap biaya logistik itu kecil hanya mencakup 1%.

“Kami prefer-nya tidak menurunkan tarif. Perpanjangan konsesi itu sangat kecil sekali pengaruhnya ke penurunan tarif. Konsesi setelah 50 tahun enggak ada artinya,” ujarnya ketika ditemui di Kementerian PUPR, Selasa (27/3).

Dia mengungkapkan hampir semua ruas tol yang dimiliki oleh perusahaan terdapat deviasi kendaraan yang lalu lalang. Misalnya, di ruas Jombang—Mojokerto, di mana seharusnya kendaraan yang melintas sebanyak 20.000 kendaraan, tetapi realisasinya hanya 11.000 kendaraan.

Deviasi juga terjadi di ruas Cikopo—Palimanan (Cipali) yang dalam rencana bisnis terdapat komposisi komersial sebesar 40%, tetapi kenyataannya baru sekitar 15%. “Jadi, tidak semata-mata tarif. Kami juga lakukan survei. Kalau di ruas Cipali, soal mampirnya. Kalau di tol kan enggak bisa berhenti. Kalau di Jombang—Mojokerto mungkin karena belum nyambung semuanya. Jadi, tidak selalu tarif,” kata Wiwiek.

Jalan tol merupakan jalur alternatif berbayar yang menjadi pilihan masyarakat apakah mau melintas atau tidak.

Jalan ini dibangun untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna jalan ingin cepat sampai sehingga menjadi konsekuensi apabila membayar tarif untuk melintasi jalan tol. “Kalau enggak mau lewat, enggak mau bayar ya, sudah,” ucapnya.

Kendati demikian, apabila pemerintah tetap mengambil kebijakan perpanjangan konsesi agar dapat menurunkan tarif dan penyederhanaan penggolongan kendaraan, dia berharap supaya bisa dikaji lebih mendalam.

Menurutnya, perpanjangan konsesi dan penurunan tarif tol tidak bisa dipukul rata setiap ruas karena berbeda biaya investasinya.

Misalnya, jalan tol yang memiliki banyak jembatan dan berlika-liku tentu berbeda nilai investasinya dengan tol yang lurus saja.

“Enggak bisa dipukul rata penurunannya. Itu harus betul-betul dikaji per ruas karena ada yang menginvestasikan sudah sangat tinggi. Harus diingat juga, dulu tanah juga dibebankan kepada badan usaha masuk biaya investasi yang baru sekarang melalui LMAN [Lembaga Manajemen Aset Negara]. Bisnis tol ini jangka panjang,” tuturnya.

Selain itu, persoalan penurunan tarif juga akan berdampak kepada mitra investor ruas tol sehingga memang harus dikaji lebih mendalam, terlebih perjanjian-perjanjian yang telah dibuat oleh para mitra. (Yanita Petriella)

BISNIS/YAYAN INDRAYANASumber: kek.go.id

Lokasi : Lombok Tengah, NTBLandasan hukum : PP No. 52.2014Badan usaha pembangun & pengelola : PT Indonesia Tourism Develop ment CorporationKegiatan utama : Pariwisata (hotel, resor, MICE)Luas area : 1.035,67 hektareNilai investasi:

•Pembangunan kawasan Rp 2,2 triliun•Perkiraan mampu menarik investasi Rp28,63 triliun hingga 2025 Proyek tenaga kerja : 58.700 orang

Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika

langgeng
Typewriter
29 Maret 2018, Bisnis Indonesia | Hal.28