sumber daya alam provinsi

56
Sumber Daya Alam Provinsi DKI Jakarta Salah satu yang menjadi motor penggerak perekon Jakarta adalah sektor perdagangan dan jasa. Sek memberikan kontribusi terhadap perekonomian Pro Jakarta tetapi juga mampu menyerap tenaga kerja lebih besar. Provinsi DKI Jakarta pada 2005 juga memiliki pe cukup baik. Produk pertanian diri dari palawija anggrek, dan tanaman obat. Produksi ini pada um merupakan hasil pemanfaatan lahan tidur dan lahan pekarangan. perikanan pada 2005 terdiri dari perikanan laut 132.033,8 ton darat 8.880,37 ton, dan ikan hias 49,002.044 ton. Dan kemungk meningkat di tahun 2006. Berdasarkan populasi ternak tahun 2005 terdiri dari sapi pera kerbau (242 ekor). kuda (156 ekor), kambing (5.886), domba (1 ayam buras (55.056 ekor), ayam pedaging/ras (182.000 ekor), d (68.000 ekor). Dalam hal ini, produk hasil ternak juga cukup Produksi daging, telur, dan susu untuk tahun 2005 cukup untuk kebutuhan tahun 2006. Produk tersebut terdiri dari daging (21 telur (530.466 kg), susu (5.060.664 kg), tulang (2.195.630 kg sapi/kerbau (71.600 lembar dan kulit kambing/domba 111.480 le diharapkan untuk tahun 2006 akan terus meningkat. Hutan yang ada di Provinsi DKI Jakarta adalah hutan kota yang kedalam empat jenis, yaitu Hutan Istimewa (158,1 ha), Hutan K ha), Hutan Pulau Seribu (100,91 ha) dan Kawasan Kota (172,19 Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007). Sumber Daya Alam Provinsi Banten Provinsi Banten mempunyai peluang ekonomi yang besar karena posisi geografis dan aset pemerintah daerahnya sangat mendukung. Provinsi ini memiliki 56 pulau, dan dalam waktu dekat akan memiliki pelabuhan laut di Bojonegara. Pelabuhan yang tengah dibangun akan dimanfaatkan sebagai Kawasan Ekonorni Khusus (KEK), melayani jalur bisnis regional dan internasional di jalur selat Sunda. Selat strategis ini, merupakan salah satu jalur internasional yang sangat potensial, Selat ini tidak saja dilalui kapal kapal lokal, tetapi juga kapal kapal tanker yang menghubungkan Australia dan Selandia Baru dengan kawasan Asia Tenggara semisal Thailand, Malaysia, dan Singapura. Wilayah Banten, terutama Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, adalah kawasan penyangga Jakarta sebagai lbukota Negara. Posisi ini sangat strategis, dipenuhi oleh pabrik pabrik dan sentra-sentra industri.

Upload: eko-yuliadi-lewon

Post on 03-Jul-2015

2.814 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sumber Daya Alam Provinsi

Sumber Daya Alam Provinsi DKI Jakarta Salah satu yang menjadi motor penggerak perekonomian DKI Jakarta adalah sektor perdagangan dan jasa. Sektor itu memberikan kontribusi terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta tetapi juga mampu menyerap tenaga kerja yang relatif lebih besar.

Provinsi DKI Jakarta pada 2005 juga memiliki pertanian yang cukup baik. Produk pertanian diri dari palawija, sayuran, anggrek, dan tanaman obat. Produksi ini pada umumnya merupakan hasil pemanfaatan lahan tidur dan lahan pekarangan. Produksi perikanan pada 2005 terdiri dari perikanan laut 132.033,8 ton, perikanan darat 8.880,37 ton, dan ikan hias 49,002.044 ton. Dan kemungkinan terus meningkat di tahun 2006.

Berdasarkan populasi ternak tahun 2005 terdiri dari sapi perah (347 ekor), kerbau (242 ekor). kuda (156 ekor), kambing (5.886), domba (1.624 ekor), ayam buras (55.056 ekor), ayam pedaging/ras (182.000 ekor), dan itik (68.000 ekor). Dalam hal ini, produk hasil ternak juga cukup baik. Produksi daging, telur, dan susu untuk tahun 2005 cukup untuk memenuhi kebutuhan tahun 2006. Produk tersebut terdiri dari daging (21.874.380 kg), telur (530.466 kg), susu (5.060.664 kg), tulang (2.195.630 kg), kulit sapi/kerbau (71.600 lembar dan kulit kambing/domba 111.480 lembar) dan diharapkan untuk tahun 2006 akan terus meningkat.

Hutan yang ada di Provinsi DKI Jakarta adalah hutan kota yang dibagi kedalam empat jenis, yaitu Hutan Istimewa (158,1 ha), Hutan Kota (3477,42 ha), Hutan Pulau Seribu (100,91 ha) dan Kawasan Kota (172,19 ha).

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Banten

Provinsi Banten mempunyai peluang ekonomi yang besar karena posisi geografis dan aset pemerintah daerahnya sangat mendukung. Provinsi ini memiliki 56 pulau, dan dalam waktu dekat akan memiliki pelabuhan laut di Bojonegara. Pelabuhan yang tengah dibangun akan dimanfaatkan sebagai Kawasan Ekonorni Khusus (KEK), melayani jalur bisnis regional dan internasional di jalur selat Sunda.

Selat strategis ini, merupakan salah satu jalur internasional yang sangat potensial, Selat ini tidak saja dilalui kapal kapal lokal, tetapi juga kapal kapal tanker yang menghubungkan Australia dan Selandia Baru dengan

kawasan Asia Tenggara semisal Thailand, Malaysia, dan Singapura.

Wilayah Banten, terutama Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, adalah kawasan penyangga  Jakarta sebagai lbukota Negara. Posisi ini sangat strategis, dipenuhi oleh pabrik pabrik dan sentra-sentra industri. Tersedianya infrastruktur yang memudahkan berlangsungnya transaksi ekonomi antar provinsi, memberikan nilai tambah dalam mempercepat pertumbuhan ekonominya. Apalagi beberapa pelabuhan laut kecil yang kini dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas pelabuhan laut di Jakarta.

Potensi sektor pertanian terus dikembangkan. Luas lahan panen dan besarnya produksi padi yang dihasilkan terus bertambah, dari 337.986 ha dan 1.756.037 ton pada 2005 menjadi 364,721 ha, dan 1.812.495 ton pada 2006. Praktik budidaya selama kurun tahun 2002 2004 semakin membaik, tercermin dari laju pertumbuhan produksi rata rata lebih tinggi, (11,16% per tahun) dari laju pertumbuhan lahan panen rata rata (2,33% per tahun). Meskipun laju pertumbuhan produksi perluas lahan panen untuk jenis tanaman palawija meningkat, pola dan praktis produksinya relatif belum berkembang. Laju pertumbuhan rata rata luas lahan panen 2,48% per tahun, namun laju pertumbuhan rata-rata produksinya hanya 4,08% per tahun, atau dengan rasio mencapai 1,64%. Di antara semua tanaman palawija, ubi kayu dan kacang kedelai memiliki rasio laju pertumbuhan produksi rata rata berbanding laju pertumbuhan luas panen rata rata di angka 1 (masing masing 1,41 dan 6,75).

Secara rata rata, luas panen tanaman sayur mayur meningkat dari 13.777 ha pada 2002 menjadi 19,095,13 ha pada 2005. Dalam kurun waktu yang sama, produktivitasnya menurun, dari 59,71 ton/ha pada 2002 menjadi 7,51 ton/ha pada 2005, Penurunan produksi karena perubahan variasi minat  petani terhadap jenis tanaman yang diusahakan. Laju pertumbuhan luas panen dalam kurun 2002-2004 bergerak pada angka 17,75% per tahun, namun laju pertumbuhan produksi pada posisi  0,73% per tahun.

Page 2: Sumber Daya Alam Provinsi

Budidaya ternak meningkat dari tahun ke tahun, mulai dart sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba dan babi. jumlah populasi ternak yang di budidayakan semakin meningkat antara tahun 2002 2004 dengan rata rata laju pertumbuhan jumlah dan jenis populasi sebesar 24,97% per tahun. Persediaan ternak untuk kebutuhan konsumsi daging pada 2004 dibandingkan jumlah ternak yang dipotong menunjukkan tingkat ketersediaan kebutuhan yang sangat memadai. Khusus ternak sapi, jumlah populasi yang tersedia pada 2004 hanya 24,25% terhadap ternak yang dipotong.

Populasi ternak unggas kurun 2003 2005 meningkat dengan rata rata laju pertumbuhan sebesar 16,70%, meliputi ayam buras, ayam ras (pedaging dan petelur) serta itik. Laju pertumbuhan ternak unggas pada 2005-2006 mencapai 14,79%, namun untuk ternak yang menghasilkan daging (ayam buras dan ayam pedaging) menurunm khusus periode 2005-2006 karena mewabahnya flu burung.

Provinsi Banten memiliki kekayaan keanekaragaman hayati berupa flora, fauna dan tipe ekosostemnya. Sebagian diantaranya jenis dan tipe ekosistem yang bersifat endemik. Kekayaan tipe ekosiste m yang bersifat endemik. Kekayaan tersebut sebagian besar terdapat di kawasan hutan dan kebun. Namun eksistensi kekayaan itu saat ini sedang terancam akibat pencurian plasma nutfah, penyeludupan satwa, perambahan hutan dan kebun, perburuan liar, serta perdagangan flora dan fauna yang dilindungu. Luas kawasan hutan dan kebun mencapai 386.865,83 ha, terdiri kawasan hutan 206.851,44 ha dan kawasan kebun 158.884,13 ha.

Berdasarkan fungsinya, kawasan hutan terdiri atas 72.295,47 ha hutan produksi, 9.486,06 ha hutan lindung dan 123.905,3 ha hutan konservasi. Kawasan konservasi terdiri dari Taman Nasional Ujung Kulon seluas 120.551 ha, berupa kawasan hutan konservasi seluas 76.214 ha, sisanya merupakan kawasan taman/perairan laut seluas 44.337 ha, Taman Nasional Gunung Halimun seluas 42.925,15 ha, masuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Lebak, sedangkan sisanya masuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Bogor dan Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Cagar Alam seluas 4.238 ha dan Taman Wisata seluas 528,15 ha.

Perusahaan yang terlibat mengeksplolasi kawasan hutan produksi dibagi dalam kapling-kapling, sesuai dengan kapasitas perusahaan dan permintaan pasar. Pengusahaan hutan Jati, seluas 37.791,96 ha, Meranti 13.039,22 ha, Mahoni 25.462,69 ha, Damar 22.139,85 ha dan Akasia Mangium 9.466,12 ha.

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan kawasan konservasi dunia karena memiliki potensi keanekaragaman hayati, baik flora, fauna maupun berbagai tipe tumbuhan khas lainnya. Taman ini juga merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan daratan rendah yang tersisa dan terluas di Pulau Jawa. Gejala alamnya yang unik serta panoramanya yang asri dan alami merupakan kesatuan ragam alamiah yang mempesona bagi kegiatan wisata alam. Di dalarnnya terdapat badak bercula satu (Rbinoceros sundaicus), satwa spesifik eudemik dan langka. Provinsi Banten juga memiliki Cagar Alam Rawa Danau – suatu kawasan penyedia air baku dan satu-satunya reservoir air di bagian barat provinsi ini.

Satu hal yang patut dibanggakan, provinsi ini memiliki kawasan konservasi kaum Baduy seluas 5,136,58 ha. Luas areal perkebunan mencapai 158.884,13 hal terdiri perkebunan rakyat 142.965,31 ha, perkebunan besar swasta (PBS) seluas 6.337,04 ha dan perkebunan negara (PTPN) seluas 9,581,78 ha. Komoditas kelapa ditanam di atas tanah seluas 81.601,61 ha, kebun karet seluas 22.751,35 ha, kebun kakao seluas 5.183,77 ha, seluas 14.075,28 ha, kebun kopi seluas 8.590,00 ha, kebun cengkeh seluas 13.387,00 ha dan kebun aren seluas 2.367,58 ha.

Kenerja sektor perikanan mencakup perikanan tangkap (laut dan perairan umum) dan perikanan budidaya (laut, tambak, kolam, sawah, keramba, jaring terapung). Produksi perikanan hingga 2004 mancapai 76.324,05 ton dengan nilai Rp 538.130 miliar, menurun dibanding produksi tahun 2002 mencapai 87.279,40 ton dengan nilai produksi Rp 588.101 niliar, karena pengaruh menurunya produksi perikanan tangkap hingga sebesar 2,95%. Kontribusi perikanan tangkap terhadap total produksi perikanan mancapai 70,98%, dengan milai produksi sebesar 54,24%. Sedangkan kontribusi perikanan budidaya sebesar 29,02% dengan nilai produksi 45,76%.

Potensi sumber daya perikanan tangkap laut tersebar di Laut Jawa, Selat Sunda, dan Samadera Indonesia. Pengembangan perikanan tangkap masih terkonsentrasi di Laut Jawa dan Selat Sunda. Potensi sumber daya perikanan tangkap masih besar, tercermin dari produksi tahun 2005 yang hanya 58.753,11 ton, atau baru 76,98% dari potensi di wilayah perairan Kabupaten Pandeglang yang mencapai 92.971 ton.

Produktivitas usaha perikanan budidaya masih perlu ditingkatkan, karena mininya produktivitas budidaya tambak pada 2005, yang baru mencapai 0,87 ton/ha dan budidaya ikan di sawah mencapai 0,72 ton/ha. Produksi

Page 3: Sumber Daya Alam Provinsi

budidaya laut memberikan kontribusi12,91% terhadap produksi perikanan budidaya atau 3,74% terhadap total produksi perikanan. Potensi sumber daya perikanan budidaya masih berpeluang untuk dikembangkan, misalnya budidaya laut (KJA dan rumput laut) di Pantai Utara dan Pantai Barat. Lahan tambak hingga tahun 2005 baru dimafaatkan 10.970,70 ha atau 79,7% dari total potensi 13.768,9 ha, atau 6,18% dari 84.315,40 ha. Untuk mengembangkan kolam budidaya ikan, baru 1.280,76 ha yang termanfaatkan.

Belum maksimalnya produksi ika, hingga tahun 2005 baru 86.531,14 ton, dibanding besarnya jumlah penduduk mencapai 9.083.144 jiwa, membuat kebutuhan lokal terhadap ikan belum terpenuhi. Namun unuknya, produk perikanan provinsi ini sudah merambah pasar luar negeri dalam kapasitas terbatas dengan tujuan Jepang dan Amerika.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi D.I. Yogyakarta Potensi sumberdaya alam bervariasi, seperti pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan. Lahan sawah irigasi teknis sebesar 18.506 ha (138,27%), dan non irigasi teknis sebesar 29,848 ha 161,72%).

Luas  lahan palawija, hortikultura, dan sayur sayuran sebagian besar ditanami jagung dan kedelai, kacang tanah, dan ubi kayu, dengan perincian jagung seluas 79,704 ha, kedelai 34.292 ha, kacang tanah 67.759 ha, dan ubi kayu 58,735 ha, sedangkan sisanya berupa kacang hijau, ubi jalar, dan sayur sayuran.

Adapun jumlah produksi palawija, hortikultura dan sayur sayuran adalah jagung sebanyak 219.758 ton, padi 715,684 ton, kedelai 402 ton, kacang tanah 66.697 ton, kacang hijau 550 ton, ubi kayu 978,494, Ubi jalar 6.777 ton, sayuran 67.703 ton, dan buah buahan 197.204 ton.

 Menurut jenis komoditas kehutanan yang dikembangkan berupa produk kayu dan non kayu. Luas kawasan hutan seluas 74.992,97 ha (23,54% dari luas wilayah), dengan perincian hutan Negara 18.044,97 ha (5,66%), hutan rakyat 54,948 ha (17,88%). Sementara itu, produksi kayu terdiri dari jati 111.930,393 m³, mahoni 16.490,574 m³, sono keling 8.412,866 m³, akasia 3.292,287 m³ dan rimba campur 2.787,235 m³, maka dihasilkan kayu bulat sebanyak 8.022.009,30 m³.

Potensi dan pemanfaatan bidang kelautan dan perikanan terdiri dari perairan umum sebesar 3.133,5 ha (tingkat pemanfaatan 5,20 ha), rambak 650 ha tingkat pemanfaatan 58 ha), sawah tambak 240 ha belum dimanfaatkan), kolam 4.630,2 ha (tingkat pemanfaatan 915 ha), dan Mina Padi 10.265,6 ha (tingkat pemanfaatan 1,233 ha). Di samping itu, potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya alam khususnya perikanan di Selatan Jawa, terdiri dari puluhan ton/tahun tingkat pemanfaatan 45%, mencapai 25.000 ton/tahun tingkat pemanfaatan 18.000 ton/tahun tingkat pemanfaatan 44%, tenggiri 10.000 ton/tahun tingkat pemanfaatannya 11%, dan pelagis kecil 431.000 ton/tahun.    Potensi peternakan di antaranya populasi ternak sapi potong 249.480 ekor, sapi perah dengan produksi 8.623 ekor dengan jumlah produksi 8,900.215 liter/tahun, ternak kecil, dan unggas. Dari  seluruh jenis peternakan tersebut, ternak unggas cukup besar, yaitu ayam buras 4.604.824 ekor/tahun, ayam petelur 2 494.008 ekor/tahun, dan ayam pedaging 22.020,306 ekor.

Di bidang perkebunan, terdapat banyak potensi di antaranya teh, kopi, tembakau, kakao, lada, kelapa, vanili, dan tebu. Dari jenis tanaman perkebunan, areal tanaman Kelapa mempunyai areal yang cukup besar, yaitu 44,119,59 ha.

Di bidang pertambangan dan energi, terdapat 28 jenis bahan galian, naik dari golongan B maupun golongan C yang mendominasi adalah batu kapur putih memiliki potensi yang cukup tinggi, yaitu sebesar 621.073,6 ton, serta beberapa jenis tambang lainnya, seperti andesit (44,097,2 ton), bentonit/ abu bumi (1.699,16 ton), dan kaolin/feldstar (1.225 ton).

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Page 4: Sumber Daya Alam Provinsi

Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Barat Sumber daya alam Jawa Barat cukup melimpah. Provinsi ini pada tahun 2006 memiliki lahan sawah ber-irigasi teknis seluas 380.996 ha, sementara sawah ber irigasi setengah teknis 116,443 ha, dan sawah ber irigasi non teknis seluas 428.461 ha. Total saluran irigasi di Jawa Barat sepanjang 9.488.623 km, Sawah-sawah inilah yang pada 2006 menghasilkan 9.418.882 ton padi, terdiri atas 9,103.800 ton padi sawah clan 315.082 ton padi ladang.

Di antara tanaman palawija, pada 2006 ketela pohon menempati urutan pertama. produksi palawija, mencapai 2.044.674 ton dengan produktivitas 179,28 kuintal per ha, Kendati demikian, luas tanam terluas adalah untuk

komoditas jagung yang mencapai 148.505 ha, Jawa Barat juga menghasilkan hortikultura terdiri dari 2.938.624 ton sayur mayur, 3.193.744 ton buah buahan, dan 159.871 ton tanaman obat/biofarmaka.

Hutan di Jawa Barat juga luas, mencapai 764.387,59 ha atau 20,62% dari total luas provinsi, terdiri dari hutan produksi seluas 362.980.40 ha (9,79%), hutan lindung seluas 228.727,11 ha (6,17%), dan hutan konservasi seluas 172.680 ha (4,63%). Pemerintah juga menaruh perhatian serius pada hutan mangrove yang mencapai 40.129,89 ha, tersebar di 10 kabupaten yang mempunyai pantai. Selain itu semua, ada lagi satu hutan lindung seluas 32.313,59 ha yang dikelola oleh Perum Perhutani Unit III jawa Barat dan Banten.

Dari hutan produksi yang dimilikinya, pada 2006 Jawa Barat memetik hasil 200.675 m³ kayu, meskipun kebutuhan kayu di provinsi ini setiap tahun sekitar 4 juta m³. Sampai 2006, luas hutan rakyat 214.892 ha dengan produksi kayu sekitar 893.851,75 m³. Jawa Barat juga menghasilkan hasil hutan non kayu cukup potensial dikembangkan sebagai aneka usaha kehutanan, antara lain sutera alat jamur, pinus, gerah damar, kayu putih, rotan, bambu, dan sarang burung walet.

Di sektor perikanan, komoditas unggulan adalah ikan mas, nila, bandeng, lele, udang windu,  kerang hijau, gurame, patin, rumput laut dan udang vaname. Di tahun 2006, provinsi ini memanen 560,000 ton ikan hasil budidaya perikanan dan payau, atau 63,63% dari total produksi perikanan Jawa Barat.

Di bidang peternakan, sapi perah, domba, ayam buras, dan itik adalah komoditas unggulan di Jawa Barat. Data 2006 menyebutkan kini tersedia 96.796 sapi perah (25% populasi nasional), 4.249.670 domba, 28.652.493 ayam buras 5.596.882 itik (16% populasi nasional). Kini hanya tersedia 245.994 sapi potong di jawa Barat (3% populasi nasional), padahal kebutuhan setiap tahunnya sekitar 300 ribu sapi potong. Untuk memenuhi kebutuhan Jawa Barat harus mengimpor 150 ribu ternak sapi dari Australia setiap tahunnya, di samping berharap pasokan ternak hidup dari provinsi lain terutama Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah lstimewa Yogyakarta, Lampung, Bali, Lombok, dan lain lain. Dalam memaksimalisasi sektor peternaknya, Jawa Barat membagi kawasan pengembangan andalan peternakan ke dalam tiga wilayah, yaitu:1.    Jawa Barat Bagian Utara untuk peternakan itik;2.    Jawa Barat Bagian Tengah untuk sapi perah, ayam ras, dan domba; serta 3.    Jawa Barat Bagian Selatan untuk domba dan sapi potong,

Provinsi ini memiliki banyak objek unggulan di bidang perkebunan, antara lain teh, cengkeh, kelapa, karet, kakao, tembakau, kopi, tebu, dan akar wangi. Dari semua jenis komoditas itu, cengkeh, kelapa, karet, kakao, tembakau, dan kopi merupakan komoditas unggulan nasional asal Jawa Barat. Dari sisi lahan, produktivitas terbaiknya, yakni luas areal tanam sama dengan Iuas tanaman yang menghasilkan, adalah komoditas tembakau dan tebu. Dari sisi produksi, produktivitas terbanyak adalah kelapa sawit (6,5 ton per ha) dan tebu (5,5 ton per ha).

Jawa Barat juga menghasilkan produksi tambang unggulan. Pada 2006, berhasil dieksplorasi 5.284 ton zeolit, 47.978 ton bentonit, serta pasir besi, semen pozolan, felspar dan barn permata/gemstone. Potensi pertambangan batu mulia umumnya banyak terdapat di daerah Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Kuningan, dan Sukabumi.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Timur

Page 5: Sumber Daya Alam Provinsi

Potensi sumber daya alam sangat bervariasi, seperti pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan serta perkebunan. Luas lahan sawah adalah 1.178.283 ha, terdiri dari lahan beririgasi seluas 907.274 ha, sawah tadah hujan seluas 243.899 ha, dan sawah lainnya/irigasi lodesa seluas 27.110 ha. Luas lahan palawija, hortikultura dan sayur mayur seluas 4.046.971 ha. Panjang saluran irigasi teknis primer 3.633.093 Km, dan panjang saluran teknis sekunder 3.445.093 Km. Panjang saluran irigasi semi teknis primer adalah 446.848 Km dan panjang saluran semi teknis sekunder 47.151 Km, Panjang saluran irigasi sederhana primer 216.636

Km dan panjang saluran sederhana sekunder 75.749 Km.

Dari lahan persawahan yang ada, areal panen rata rata seluas 1,692.729 ha dengan rata rata pro¬duktivitas 53,17 Kw/ha, jumlah produksi padi kering giling yang diperoleh sebanyak 900.215 ton/tahun atau beras sebanyak 5.688.51 ton/tahun. Tanaman jagung dengan luas areal produksi mencapai 1.144.349 ha, dapat memproduksi sebanyak 4.240.308 ton. Tanaman kedelai dengan produksi mencapai 257.170 ha, dapat memproduksi sebanyak 343.150 ton .jumlah produksi untuk padi adalah 9.007.265 ton, jagung 439.850 ton, ubi kayu 4.023.614 ton, dan kacang 95.527 ton. Keadaan ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2004 yaitu pada 9.002.618 ton, jagung 4.134.762 ton, ubi kayu 3.9611.662 ton, kacang hijau 212.325 ton. Sementara ketersediaan  pangan beras sebesar 1.745.841 ton, jagung 3.444.480 ton, ubi kayu 2.615,42 ton, ubi jalar 23.009 ton, kacang tanah 160.658 ton, kacang hijau 66.137 ton, daging 83.508 ton, telur 19.841 ton, susu 77.633 ton, dan ikan 6.302 ton. Ketersediaan pangan di Jawa Timur merupakan keberhasilan teknologi pertanian, perluasan lahan panen meningkatkan intensifikasi petani.

Provinsi jawa Timur juga merupakan yang berpotensi untuk pengembangan buah-buahan dan memberikan kontribusi nasional sebesar 20%. Jenis buah buahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan jenis produksi buah buahan adalah mangga (Kabupaten Situbondo, Probolinggo, Pacitan dan Gresik), pisang (Kabupaten Lumajang, Magetan, dan Banyuwangi) dan jeruk (Kabuparen Pasuruan, Ponorogo, Madiun, Mojokerto, Pacitan, Magetan, dan Jombang).

Luas kawasan hutan sekitar 1.357.206,36 ha atau 28% dari luas dararan Provinsi Jawa Timur, terdiri atas beberapa jenis hutan. Hutan hutan yang ada menurut jenisnya antara lain hutan produksi seluas 811.452,70 ha (59,79%), hutan lindung seluas 312.636,50 ha (23,04%), hutan konservasi seluas 233.117,16 ha (17,18%). Hasil produksi yang didapat dari hutan non HPH antara lain kayu bulat sebanyak 265.844 m³; kayu gergagian 1.237 m³; kayu olahan jati yang terdiri dari veneer sayat (3.079.321 m²); TOP (7.656 m³); dan penempelan veneer (444.790 m²).

Kegiatan perikanan dapat dibedakan atas sektor perikanan laut dan perikanan darat. Pada sektor perikanan laut, jumlah kapal penangkap ikan yang beroperasi sebanyak 53.889 unit dengan jumlah rumah tangga perikanan sebanyak 91.979 kepala keluarga, jumlah tempat pelelangan ikan sebanyak 45 buah. Jumlah produksi ikan yang dihasilkan setiap tahunnya berkisar 334.162,50 ton.

Sementara itu, kegiatan perikanan pada sektor perikanan darat dibagi atas beberapa jenis, yaitu:

1. Tambak, dengan luas areal 54.812,42 ha dapat memproduksi sebanyak 81,228,10 ton setiap  tahunnya;2. Kolam, dengan luas areal 1.980,65 ha dapat memproduksi sebanyak 31.025,60 ton setiap   tahunnya;3. Keranmba, dengan jumlah sebanyak 23,7 unit dapat memproduksi sebanyak 2.797,70 ton setiap

tahunnya;4. Mina padi, dengan luas areal 498.95 ha dapat memproduksi sebanyak 175,03 ton setiap    tahunnya;5. Sawah tambak, dengan luas areal 33.577,36 ha dapat memproduksi sebanyak 51.103,40 ton setiap

tahunnya.

Sektor peternakan dibagi dalam dua jenis yaitu sektor peternakan produksi utama ternak dan sektor peternakan produksi untama unggas. Jenis-jenis peternakan yang ada pada sektor dengan produksi utama ternak anatara lain peternakan sapi potong dengan populasi 2.524.476 ekor setiap tahunnya dapat memotong sebanyak 336.595 ekor; peternakan sapi perah dengan populasi 134.043 ekor, setiap tahunya dapat menghasilkan susu sebanyak 239.908 liter. Peternakan kambing dengan populasi 2.400.750 ekor, dapat memproduksi daging sebanyak 7.772 ton per tahun; peternakan domba demgam populasi 1.407.116 ekor, dapat memproduksi daging sebanyak 4.334 ton per tahun; dan peternakan babi dengan populasi 35.958 ekor, dapat memproduksi daging sebanyak 398 ton per tahun.

Page 6: Sumber Daya Alam Provinsi

Sektor peternakan dengan produksi utama unggas adalah peternakan ayam buras dengan jumlah populasi 39.673.982 ekor dapat memproduksi 13.734 ton per tahun; peternakan ayam petelur dengan jumlah populasi sebanyak 30.051.763 ekor dapat memproduksi telur sebanyak 139.786 ton per tahun; peternakan ayam pedaging dengan jumlah populasi 29.377.200 ekor dapat memproduksi daging sebanyak 71.301.200 ton per tahun; dan peternakan itik dengan jumlah populasi sebanyak 2.425.129 ekor dapat memproduksi telur sebanyak 8.512 ton per tahun.

Luas seluruh perkebunan di Provinsi Jawa Timur seluas 952.933 ha dengan jumlah total seluruh produksi perkebunan sebanyak 1.658.528,71 ton per tahun. Jenis-jenis perkebunan yang ada antara lain adalah: perkebunan teh dengan luas areal 2.711 ha dapat memproduksi sebanyak 16.695,46 ton per tahun; perkebunan tembakau dengan luas areal 109.918 ha dapat memproduksi sebanyak 77.421 ton per tahun; perkebunan kakao dengan luas areal 35.328 ha dapat memproduksi sebanyak 19.880,81 ton per tahun; perkebunan vanili dengan areal 535 ha dapat memproduksi sebanyak 15,50 ton per tahun; perkebunan tebu dengan luas areal 169.317 ha dapat memproduksi sebanyak 1.048.734,83 ton per tahun; perkebuanan jambu mete dengan luas areal 52.995 ha dapat memproduksi sebanyak 12.213 ton per tahun; dan perkebunan kelapa dengan luas areal 285.180 ha dapat memproduksi sebanyak 265.452,56 ton per tahun.

Salah satu potensi sumber daya alam yang dimiliki adalah sektor pertambangan. Dengan luas area pertambangan mencapai 10.992,86 ha, jumlah produksi yang dihasilkan adalah sebanyak 29.458.718,76 ton per tahum. Jenis produksi yang dihasilkan dari sektor pertambangan antar lain: batu gunung/anderit dengan produksi sebanyak 55.255,00 ton per tahun, pasir degnan produksi sebanyak 2.003.432,92 ton per tahun; batu kapur denganproduksi sebanyak 16.311.268,00 ton per tahun; Felspart dengan produksi sebanyak 198.094,18 ton per tahun; tanah liat dengan produksi sebanyak 1.868.683,00 ton per tahun; dolomit dengan produksi sebanyak 456.681,52 ton per tahun; marmer dengan produksi sebanyak 1.177.864,00 ton per tahun; pasir kwarsa dengan produksi sebanyak 62.973,40 ton per tahun; bantonit dengan produksi sebanyak 16.600,00 ton per tahun; tanah urug dengan produksi sebanyak 74.141,00 ton per tahun; trass dengan produksi sebanyak 80.225,10 ton per tahun; pasir/krikil batu (sirtu) dengan produksi sebanyak 7.075.176,87 ton.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Tengah Sumber daya alam Jawa Tengah cukup kaya. Provinsi ini memiliki lahan sawah beririgasi teknis seluas 387.742,8 ha, sementara sawah yang beririgasi setengah teknis 220,116 ha. Total saluran irigasinya mencapai 3.248.369 ha, Sawah sawah inilah yang pada 2006 menghasilkan 8,68 juta ton padi, terdiri dari 8.487.112 ton padi sawah dan 192.888 ton padi ladang, Produksi padi meningkat 1,94% dari 8,51 juta ton pada 2005 menjadi 8,68 juta ton pada 2006, Peningkatan ini dipicu oleh meningkatnya areal panen sebesar 3,22% atau sekitar 52.000 ha.

Produksi hortikultura pada periode 2005-2006 juga meningkat. Produksi ubi kayu meningkat 7,89%, dari 3.318 juta ton menjadi 3,58 juta ton, sementara produksi kacang hijau meningkat 25,40% dari 85.167 ribu ton menjadi 106,8 ribu ton. Hal ini karena luas panen kedua komoditas itu juga meningkat. Produksi bahkan melonjak secara sangat signifikan sebesar 35,33%, dari 155.098 ton pada 2005 menjadi 209.893 ton di tahun 2006.

Jawa Tengah memiliki hutan seluas 650 ribu ha atau 19,97% dari total luas daratannya, Pembangunan, sektor kehutanan antara lain dilakukan melalui program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan untuk memperkaya hutab rakyat seluas 8.600 ha dan dengan memberikan bantuan 5,1 juta bibit berbagai jenis tanaman dan buah-buahan kepada masyarakat. Reboisasi hutan mangrove seluas 2.625 ha mengurangi degradasi lingkungan pantai  di pantai utara juga digalakkan mulai dari Kabupaten Rembang hingga Kabupaten Brebes.

Tingkat kebutuhan bahan baku kayu di provinsi per tahun sekitar 6 juta m³, sementara produksi bahan baku kayu hanya 2,5 juta m³ per tahun, berasal dan negara sekitar 300 ribu m³ dan 2,2 juta m³ dari hutan rakyat. Dengan demikian, masih terdapat kekurangan 3,5 juta m³ kayu per tahun. Ekspor dari produk tersebut berada dalam kisaran US$ 60–US$ 80 juta.

Page 7: Sumber Daya Alam Provinsi

Di sektor kelautan dan perikanan, sampai Desember 2006 nilai ekspornya mencapai 17,06 ribu ton atau setara dengan US$ 70,54 juta. Jumlah meningkat dibanding ekspor 2005, yang hanya mencapai setara dengan US$ 69,21 juta.

Populasi ternak meningkat rata-rata 0,9% per tahun selama periode 2004   2006, dari 2.739.534 Animal Unit (AU) ekor pada 2004 meningkat  jadi 3.114.404,68 AU ekor pada 2005, lalu bertambah lagi jadi 3.879.272,99 AU ekor pada 2006. Produksi daging pun meningkat rata-rata 0,09% dari 175.393.101 kg pada 2004 meningkat menjadi 181.037.114 kg pada 2005 dan di tahun 2006 mencapai 207.539.434 kg. Hanya saja, hanya saja produksi susu menurun rata rata 0,01% dari 74.013.864 liter pada tahun 2004 turun menjadi 70.693.094 liter pada tahun 2005, tetapi naik pada 2006 menjadi 71.813.422 liter.

Dalam upaya meningkatkan kualitas ternak Jawa Tengah, sejak Januari 2002 sampai Juni 2006 Balai Inseminasi Buatan (BIB) Ungaran telah memproduksi semen beku sekitar 700.000 dosis. Sejak 2003, semen beku produksi BIB memenuhi 51% kebutuhan pasar regional, pada 2006 telah menghasilkan 131,506 dosis semen beku, baik untuk sapi potong, sapi perah dan kambing PE. Pada 2007, BIB Ungaran menerapkan sasaran peningkatan kontribusi semen beku sebesar 70%.

Produk ekspor tanaman perkebunan provinsi ini mencakup kopi, teh, tembakau, dan nilam. Dalam dua tahun terakhir nilai terus meningkat pada 2006, nilai ekspor produk perkebunan ini mencapai US$ 35 juta dengan tingkat produksi 105 ribu ton.    

Dari hasil ekspor sumber daya mineralnya, terutama bahan baku semen, teridentifikasi bahwa kandungan bahan baku antara lain terdapat di Kabupaten Wonogiri (138.289 juta ton), Blora (3,483 juta ton), Grobogan (4.025 juta ton), Kebumen (17.000 juta ton), Pati (1.353 Juta ton) dan Rembang (1.313 juta ton. Ini semua belum termasuk potensi geothermal yang terdapat di Kabupaten Semarang.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Bali Potensi lahan persawahan pada 2005 seluas 81.210 ha, dan sisanya adalah lahan kering. Lahan persawanan terluas terletak di Kabupaten Tabanan (pada 2006 mencapai 22.490 ha). Hal ini sesuai dengan julukan Tabanan sebagai ”lumbung beras”. Berikutnya diikuti Kabupaten Gianyar dengan luas lahan sawah 14.856 ha, sedangkan Kota Denpasar memiliki lahan sawah terkecil yaitu 2.768 ha. Sementara lahan kering terbanyak terdapat di Kabupaten Buleleng yaitu sebesar 74.320 ha, diikuti Kabupaten Karangasem seluas 62.707 ha, Kabupanten Tabanan seluas 51.338 ha dan Kota Denpasar memiliki luas lahan kering terkecil yaitu 9.229 ha.

Kawasan hutan di Provinsi Bali memiliki luas sekitar 130.686,01 ha dan 23,2% dari luas Pulau Bali terdiri dari kawasan Hutan Lindung seluas 95.766,66 ha (73,28% dari luas hutan keseluruhan). Hutan Konservasi seluas 26.293,59 ha yang terdiri dari: Cagar Alam seluas 1.762,80 ha dan Taman Nasional seluas 19.002,89 ha yang terdiri dari daratan seluas 15.587,89 ha dan perairan seluas 3.415 ha, Hutan Wisata Alam seluas 19.002,89 ha, Taman Hutan Raya seluas 1.373,50 ha, Hutan Produksi Tetap seluas 1.907,10 ha dan Hutan Produksi Terbatas seluas 6.719,26 ha dan Hutan Bakau seluas 3.013 ha yang terdiri dari 2.177 ha di dalam kawasan hutan dan 834 ha terletak di luar kawasan hutan.

Kebijakan perkembangan daerah tidak terlepas juga dari prinsip-prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan seperti yang tertuang dalam Agenda 21 Nasional dan Agenda 21 Daerah yang bertujuan untuk mengintegrasikan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan ke dalam satu paket kebijakan. Selain itu paradigma pembangunan yang berwawasan lingkungan dan bersifat holistik senantiasa mendorong pemerintah daerah untuk menciptakan kenerja pembangunana yang lebih baik dengan memperhatikan ongkos lingkungan dan ongkos pasokan serta cadangan sumber daya alam.

Hutan Konservasi seluas 26.293.59 ha yang terdiri dari: Cagar Alam seluas 1.762,80 ha dan Taman Nasional seluas 19.002.89 ha yang terdiri dari daratan seluas 15.587,89 ha dan perairan seluas 3.415 ha, Hutan Wisata Alam seluas 4.154,40 ha, Taman Nasional seluas 19.002,89 ha, Taman Hutan Raya seluas 1.373,50 ha, Hutan

Page 8: Sumber Daya Alam Provinsi

Produksi seluas 8.626,36 ha yang terdiri dari hutan Produksi tetap seluas 1.907,10 ha dan hutan produksi terbatas seluas 6,719,26 ha dan hutan bakau seluas 3.013 ha yang terdiri dari 2.177 ha di dalam kawasan hutan dan 834 ha terletak di luar kawasan hutan.

Kebijakan pembangunan daerah tidak terlepas juga dari prinsip-prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan seperti yang tertuang dalam Agenda 21 Nasional dan Agenda 21 Daerah yang bertujuan untuk mengintegrasikan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan ke dalam  kebijakan. Selama ini paradigma pembangunan yang berwawasan lingkungan dan bersifat holistik senantiasa mendorong pernerintali daerah untuk menciptakan kinerja pembangunan yang lebih baik dengan memperharikan ongkos lingkungan. dan ongkos penemunan pasokan serta cadangan sumber daya alam.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sektor pertanian adalah motor penggerak perekonomian masyarakat Aceh. Pada 2005, memiliki lahan sawah beririgasi teknis seluas 96.683 ha, beririgasi setengah teknis 44.230 ha dan beririgasi non teknis seluas 74.027 ha. Produksi padi tercatat sebesar 1.411.649 ton Gabah Kering Giling (GKG) dimana mengalami penurunan dibandingkan tahun 2004 sebesar 1.552.083 atau 9,22%. Penurunan ini akibat luasnya kerusakan lahan akibat tsunami. Secara umum padi sawah mendominasi persediaan pangan dibandingkan dengan padi ladang, hanya berproduksi 8.509 ton dibanding padi sawah dengan produksi 1.403.139 ton tahun.Luas areal irigasi yang dikelola Dinas Sumber Daya Air Provinsi NAD terdiri dari: (1) jaringan irigasi teknis; (2) setengah teknis dan (3) jaringan irigasi sederhana (tradisional) dengan jumlah total luas areal potensial 214.940 ha pada tahun 2005. Jika dibandingkan tahun 2004 dengan luas 214.939 ha terdapat

penurunan pada tanggal 26 Desember Tahun 2004 provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dilanda gempa yang sangat dahsyat, yang telah memporak porandakan seluruh asset daerah, termasuk didalamnya aset irigasi. Sampai dengan tahun 2006 hanya 70% dari daerah Irigasi yang berfungsi dengan baik dan 30% tidak berfungsi karena jaringan yang belum lengkap atau mengalami degradasi akibat kurang pemeliharaan.Potensi pertanian di Aceh sangat besar. Luas panen dan produksi padinya terus meningkat dari 295.212 ha pada 2001 menjadi 337.893 ha (14,46%) pada 2005 dengan produksi sebanyak 1.246.612 ton pada 2001, meningkat menjadi 1.411.649 ton atau naik 13,24% pada 2005. Produksi kacang tanah, jagung/ kedele dan ubi kayu/ ubi jalar juga meningkat. Luas panen dan produksi kacang tanah mengalami penurunan dari 14.239 ha dan 16.887 ton pada 2003 menjadi 12.984 ha dan 15.598 ton pada 2005, sementara untuk jagung dari 25.188 ha dan 67.386 ton pada 2003 meningkat jadi 29.517 ha dan 94.246 ton. Ada pun luas lahan dan produksi ubi kayu mencapai 6.098 ha dan 75.286 ton pada 2003 meningkat jadi 4.316 ha dan 53.424 ton pada 2005. Sedangkan kedelei dengan luas panen 14.519 ha dan produksi 18.697 ton mengalami peningkatan luas panen 24.186 ha dan produksi 31.167 ton tahun 2005.Sesuai dengan keputusan Menteri Kehutanan No.170/Kpts-II/2000 tanggal 29 Juni 2000, hutan di Aceh termasuk kawasan perairannya seluas 3.549.813 ha, dengan 3.335.713 ha di antaranya adalah daratan. Seluas 60,22% dari luas seluruh daratan provinsi, kawasan hutan ini terdiri atas kawasan hutan konservasi, hutan lindung dan kawasan hutan produksi.Pembabatan hutan di Aceh sangat fantastis selama periode 2002-2004, mencapai 350.000 ha atau setara lebih dari lima kali lipat luas daratan Singapura. Dari jumlah yang mengkhawatirkan itu, hampir 60% praktik deforestasi terjadi konservasi dan hutan lindung, termasuk di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Deforestasi juga terjadi di luar kawasan hutan melalui praktik konversi untuk kepentingan pembangunan di luar sektor kehutanan, misalnya perkebunan dan kegiatan budidaya lainnya seluas lebih dari 156.000 ha. Deforestasi di luar kawasan hutan menyumbang 45% dari total pembabatan hutan di Aceh. Deforestasi inilah yang menyebabkan degradasi hutan Aceh semakin parah hingga mencapai angka 1,87 juta ha pada tahun 2002-2005,diantaranya tersebar pada 75% kawasan konservasi dan hutan lindung. Jika di diamkan, kondisi ini jelas mengancam keberlanjutan proses rekonstruksi Aceh pasca tsunami.Lebih dari 81% deforestasi terkonsentrasi pada 11 kabupaten di sepanjang pantai barat-selatan dan wilayah Aceh Bagian Tengah. Sedangkan lebih dari 83% degradasi hutan juga tersebar pada kawasan hutan di 11 kabupaten itu. Tujuh kabupaten di sepanjang pantai barat-selatan menyumbang deforestasi seluas 45,37%, sedangkan empat kabupaten di Aceh Bagian Tengah menyumbang 36,25%. Sisanya tersebar di sepanjang pantai utara, timur, dan pulau-pulau di wilayah administratif provinsi NAD.

Page 9: Sumber Daya Alam Provinsi

Pada kawasan hutan produksi, sampai Desember 2003 terdapat delapan perusahaan HPH yang masih aktif dengan total pengusaha hutan sebanyak 524.644 ha dan dua perusahaan HPHTI menguasai 13.200 ha. Pada 2005, pemerintah telah mengaktifkan kembali izin lima HPH untuk mengelola seluas 367.550 ha dan ini mengundang banyak perdebatan di kalangan masyarakat. Kapasitas jatah produksi pemegang HPH menurut SK Menteri Kehutanan No. 357/ Menhut-VI/2005 sebesar 500.000 m³ per tahun, dinilai terlalu besar dibandingkan dengan kebutuhan lokal sebanyak 215.249 m³, per tahun untuk merekonstruksi dan merehabilitasi Aceh pasca tsunami.Di sektor perikanan, mengeksploitasi psisir pantai sepanjang 1.660 km dengan luas perairan laut 295.370 km², terdiri atas luas wilayah perairan ( teritorial dan kepulauan ) seluas 56.563 km² dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 238.807 km². Jenis ikan laut yang ditangkap: ikan kembung, layang, tongkol, tuna, dan tembang. Dari 1.660 km panjang garis pantai, 800 km di antaranya rusak diterjang gelombang tsunami.Potensi sumberdaya kelautan dan perikanan terdiri perikanan tangkap di laut dan perairan umum (sungai, danau, waduk dan rawa-rawa) dan perikanan budidaya (ikan air payau di tambak, di kolam, ikan di sawah (mina padi) atau budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung, baik di laut maupun diperairan tawar). Gempa bumi dan tsunami 2004 telah menyebabkan kerusakan besar di sektor kelautan dan perikanan. Produksi perikanan tangkap (kembung, laying, tongkol, tuna, dan tembang) pada 2005 sebanyak 109.152,2 ton, sementara produksi 2004 mencapai 140.780,8 ton. Produksi 2006 ditargetkan meningkat menjadi 154.000 ton. Potensi ikan tangkap di Aceh 1,8 juta ton. Sektor perikanan hanya menyerap 257.300 tenaga kerja atau sekitar 51.460 kepala keluarga atau mencapai 31,68% dari 811.971 total tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian.Potensi perikanan lainnya adalah budidaya rumput laut, kerapu, kakap, lobster dan kerang mutiara dengan potensi sebaran seluas ±12.014 ha,membentang mulai dari Sabang, Aceh besar, Aceh Barat, Aceh Selatan, Simeleu, sampai Pulau Banyak Kabupaten Aceh Singkil. Pengembangan perikanan ini didukung oleh sebaran luas terumbu karang seluas ±274.841 ha, membentang mulai dari Sabang, Aceh Besar sampai pantai barat selatan Aceh.Sejak 2000, sektor peternakan dikelola intensif terutama usaha penggemukan sapi potong dan pemeliharaan ayam ras pedaging dan petelur. Bidang peternakan mempunyai prospek bagus untuk dikembangkan menjadi salah satu sektor unggulan dan menunjang perekonomian masyarakat. Populasi peternakan sapi menurun 10,2% dari 969.954 ekor pada 2004 menjadi 625.853 ekor pada 2005.Produksi beberapa tanaman perkebunan pada 2005 mengalami penuruna dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kondisi ini terjadi terhadap produksi karet yang mengalami penurunan, 36,58% kelapa 12,29% dan kopi 6,23%. Sedangkan produksi yang mengalami peningkatan adalah Pinang 12,3%, Kelapa Sawit 30,57%, dan Kemiri 13,70%. Untuk mengolah semua hasil perkebunan itu, hingga kini tercatat ada 21 unit pabrik kelapa sawit, 111 unit pengolahan kopi, 179 unit sarana penyulingan pala, 29 unit alat penyulingan nilam, 2 unit pabrik pengolahan minyak kelapa, 2 unit pengolahan kakau, dan 4 unit pengolahan karet. Usaha pertambangan umum telah dimulai sejak 1900. Daerah operasi minyak dan gas di bagian utara dan timur meliputi daratan seluas 8.225,19 km² dan dilepas pantai Selat Malaka 38.122,68 km². Perusahaan migas yang mengeksploitasi tambang Aceh berdasarkan kontrak bagi hasil (production sharing) saat ini adalah Gulf Resources Aceh, Mobil Oil-B, Mobil Oil-NSO, dan Mobil Oil-Pase.Endapan batubara terkonsentrasi pada “Cekungan Meulaboh” di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Terdapat 15 lapisan batubara hingga kedalaman ±100 meter dengan ketebalan lapisan bekisar antara 0,5 m – 9,5 m. Jumlah cadangan terunjuk hingga kedalam 80 meter mencapai ±500 juta ton, sedeangkan cadangan hipotesis ±1,7 miliar ton.     

Sumber Daya Alam Provinsi Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri dalam kerangka perekonomian nasional. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat pengembangan perkebunan dan hortikultura di satu sisi, sekaligus merupakan salah satu pusat perkembangan industri dan pintu gerbang pariwisata di Indonesia di sisi lain. Ini terjadi karena potensi sumber daya alam dan karakteristik ekosistem yang memang sangat kondusif bagi pembangunan ekonomi daerah dan nasional.

Kini tersedia potensi pertanian yang cukup melimpah. Sebagian besar produksinya, sayur-mayur dan jeruk malah telah dipasarkan ke provinsi lain bahkan ke luar negeri. Karena itu, tidak mengherankan jika sektor ini menjadi salah satu prioritas pembangunan daerah. Luas areal pertanian meliputi lahan sawah irigasi teknis seluas

135.872 ha, sawah non irigasi teknis seluas 141.383 ha, dengan saluran irigasi primer, sekunder dan tersier sepanjang 820.462 meter. Pada 2005, sawah-sawah ini menghasilkan 3.447.784 ton padi, sedangkan di tahun 2006 hanya memproduksi 3.030.784 ton padi.

Bukan hanya padi yang dihasilkan, tetapi juga 1.298.230 ton palawija, hortikultura dan sayur-sayuran. Beberapa jenis tanaman yang dikembangkan antara lain 218.375 ha lahan jagung dengan hasil produksi 739.067 ton;

Page 10: Sumber Daya Alam Provinsi

13.142 ha tanaman kedelai dengan hasil produksi 15.295 ton; 155.436 ha lahan singkong dan umbi-umbian dengan hasil produksi 655.070 ton.

Pada 2004, luas hutan mangrove mencapai 103.372 ha dengan kondisi 60% baik. Hal ini sangat mempengaruhi perubahan ekosistem pantai dan kehidupan masyarakat nelayan. Kualitas air sungai yang di pantai hasilnya masih berfluktuasi terutama untuk parameter BOD, COD, TSS, Do dan PH. Fluktuasi kualitas air sungai ini terkait dengan ketaatan perusahaan terhadap baku mutu limbah cair dan besarnya beban limbah domestik yang dibuang langsung ke badan air. Sungai ini terkait dengan ketaatan perusahaan terhadap baku mutu limbah cair dan besarnya beban limbah domestik yang dibuang langsung ke badan air. Kualitas udara dengan indicator konsentrasi ambien polutan udara (Sox, Nox, debu, kebisingan) dan jumlah titik api (hotspot). Tahun 2004 jumlah titik api berkurang dari 219 titik api (2003) menjadi 164 titik api. Indikator ini menunjukkan kebakaran hutan masih relatif tinggi dan salah satu sumber polusi udara yang menyebabkan tingginya kadar debu di udara.

Di sektor perkebunan, menunjukkan progress menggembirakan. Pada 2005, misalnya, luas areal perkebunan 1.746.340 ha, lalu bertambah menjadi 1.788.943 ha pada 2006, terdiri atas 1.008.525 ha perkebunan rakyat, 363.106 ha perkebunan pemerintah, dan 365.992 ha perkebunan swasta dengan total hasil produksi 4.199.834 ton. Total produksi perkebunan pada 2006 mencapai 1.788.943 ton, meningkat dibandingkan total produksi 2005 sebesar 4.048.411 ton.

Komoditas unggulan sektor perkebunan antara lain karet. Dengan luas areal 479.174 ha, berhasil diproduksi 367.113 ton karet setiap tahunnya. Perkebunan sawit juga cukup luas, mencakup areal 908.080 ha dengan hasil produksi 13.830 ton. Luas perkebunan kelapa 125.969 ha dengan hasil produksi 99.529 ton. Perkebunan kopi mencapai 78.119 ha dengan hasil produksi 55.597 ton, sementara perkebunan kakao terhampar seluas 3.259 ha dengan hasil produksi 59.229 ton.

Meski potensi perikanan laut di pantai timur atau Selat Malaka hanya 239 ribu ton per tahun, Sumatera Utara memiliki potensi perikanan yang sangat besar di Pantai Barat atau Samudera Hindia yang mencapai 917.000 ton per tahun. Kendati demikian, produksi ikan secara keseluruhan masih relative kecil dibanding potensi yang ada, yakni 10,53% per tahun. Produksi perikanan tidak hanya dari laut, tapi juga dari produksi perairan rawa, danau dan sungai yang mencapai 11.669,90 ton dengan hasil produksi perikanan laut yang mencapai 330.579,60 ton, dengan jumlah kapal 22.457 unit. Untuk hasil perikanan budidaya dan perikanan tangkap untuk tahun 2006 sebesar 388.559 ton.

Di bidang kehutanan, Sumatera Utara juga menyediakan sumber daya alam yang melimpah. Pada 2005, total luas wilayah hutan mencapai 2.386.960 ha, terdiri atas 1.297.330 ha hutan lindung dan 1.035.690 ha hutan produksi terbatas. Dari seluruh potensi kehutanan yang ada, hutan yang dapat dikonversi mencapai 879.270 ha dan hutan bakau seluas 477.070 ha. Produksi kehutanan di luar kawasan Hak Pengelolaan Hutan (HPH) sebanyak 112.459,79 meter kubik kayu bulat, 34.082,12 meter kubik kayu gergajian dan 187.128,74 meter kubi kayu olahan. Sedangkan hasil hutan  ikutannya terdiri atas 600 ton rotan dan 654,37 meter kubik Gondorukem.

Di sektor peternakan, komoditas utama yang dihasilkan adalah sapi, kambing, domba, babi, dan unggas. Jumlah populasi sapi potong pada 2006 mencapai 25.465 ekor dengan jumlah pemotongan per tahun sebanyak 53.207 ekor. Populasi sapi perah 6.521 ekor, memproduksi 4.561 ribu liter susu per tahun. Di sana juga tersedia 721.858 ekor kambing bersama 268.500 ekor domba, 809.705 ekor babi, 21.280.380 ekor ayam buras, 6.190.175 ekor ayam petelur dengan hasil produksi 123.95,36 ton telur per tahun, 51.219.491 ekor ayam pedaging dengan hasil produksi 44.687,58 ton daging ayam per bulan, serta 2.291.472 ekor itik dengan hasil produksi 10.919,80 butir telur per tahun. Total produksi peternakan tahun 2006 mencapai 216,05 ton, meningkat dibanding produksi 2005 yang hanya mencapai 213,25 ton.

Sumatera Utara juga memiliki kekayaan tambang. Survey 2006 mencatat bahwa terdapat 27 jenis barang tambang nonlogam (golongan C), 15 jenis barang tambang logam dan enam jenis minyak, gas (migas) dan energi. Barang tambang nonlogam antara lain batu gamping, dolomite, pasir kuarsa, belerang, kaolin, diatomea dan bentonit. Sedangkan barang tambang logam mencakup emas, perak, tembaga dan timah hitam. Sementara potensi migas dan energi antara lain minyak bumi, gas alam dan panas bumi. Saat ini telah dilakukan eksploitasi terhadap minyak bumi di Sumatera Utara, dengan hasil produksi pada 2006 mencapai 21.000 barel minyak bumi. 

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Bengkulu

Page 11: Sumber Daya Alam Provinsi

Salah satu yang menjadi motor penggerak perekonomian di luar migas adalah sektor pertanian. Sektor ini tidak saja mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian tetapi juga mampu menyerap tenaga kerja yang relatif lebih besar.

Menurut data Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, luas lahan sawah yang mempunyai saluran irigasi teknis seluas 22.598 ha, sawah non irigasi teknis seluas 68.232 ha dan luas lahan palawija, hortikultura dan sayur-sayuran seluas 386.881 ha. Sedangkan, panjang saluran irigasi primer, sekunder, dan tersier, secara keseluruhan sepanjang 583,89 km. dengan spesifikasi tersebut, Provinsi Bengkulu berhasil memproduksi padi

sebanyak 3,755 ton/ha.

Berdasarkan data Departemen Kehutanan, luas hutan seluas 920.753,50 ha dengan hasil hutan Kayu Bulat sebanyak 29.945,10 m³ kayu gergajian sebanyak 23.151,94 m³ rotan: 177.200 batang dan damar: 312.500 batang. Sedangkan menurut data Dinas Kehutanan Provinsi Bengkulu, tercatat luas Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam seluas 444.882 ha, luas Hutan Lindung 252.042 ha, hutan produksi terbatas seluas 182.210 ha, hutan produksi tetap seluas 34.965 ha dan Hutan Fungsi Khusus seluas 6.865 ha.

Di bidang kelautan dan perikanan, menurut data Departemen Kelautan dan Perikanan, Provinsi Bengkulu memiliki potensi sebesar 145.334 ton dengan hasil 39.203,3 ton. Pada bidang produksi peternakan, Departemen Pertanian mengeluarkan data, yakni sapi potong sebanyak 84.943 ekor, sapi perah sebanyak 194 ekor, kerbau sebanyak 49.024 ekor, kambing sebanyak 110.611 ekor, domba sebanyak 6.655 ekor, babi sebanyak 2.153 ekor, kuda sebanyak 65 ekor, ayam buras sebanyak 2.797.876 ekor, entok sebanyak 48.029 ekor, angsa sebanyak 6.210 ekor dan puyuh sebanyak 10.717 ekor.

Potensi perkebunan sangat ditunjang dengan luas lahan perkebunan seluas 1.978.870 ha dengan hasil antara lain sawit sebanyak 703.335,60 ton, karet 72.248,89 ton, kopi robusta 55.461,39 ton, kopi arabika 2.466,36 ton, kakao 1.523,93 ton, kelapa dalam 5.983,21 ton, lada 3.284,92 ton, cengkeh 64,26 ton, aren 1.862,40 ton, kayu manis 719,06 ton, pinang 465,59 ton dan kemiri 3.082,90 ton.

Data dari Departemen ESDM, Provinsi Bengkulu memiliki potensi pertambangan dan energi diantaranya lima yang terbesar, yaitu: batu bara, emas, pasir besi, batu apung, bentonit. Hasil produksi batu bara tercatat sebanyak 673.542.000 ton.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007

Sumber Daya Alam Provinsi Riau

Riau adalah salah satu provinsi kaya di Nusantara. Hampir semua kekayaan alam dimiliki provinsi ini. Di dalam perut buminya terkandung minyak bumi, batubara, emas, timah dan bahan tambang lainnya. Sementara di atasnya terhampar kekayaan hutan, perkebunan dan pertanian dalam arti luas.

Pertambangan umum berdenyut relatif pesat, ditandai dengan banyaknya perusahaan yang ikut andil bergerak di bidang ini. Mereka seolah berlomba mengeruk isi perut bumi Riau, mulai dari menggali pasir laut, granit, bauksit, timah, emas, batu bara, gambut, pasir kuarsa sampai

andesit. Di samping minyak dan gas timah juga merupakan hasil tambang Riau. Konstribusi sektor pertambangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riau mencapai Rp.57.927.709,65,- atau sekitar 41,68 %. Karena itu, sektor pertambangan menjadi andalan provinsi dalam memperkokoh perekonomiannya.Sektor pertanian menjadi salah satu motor penggerak perekonomian rakyat. Sektor ini tidak saja mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian lokal, tapi juga mampu menyerap banyak sekali tenaga. Kini tersedia lahan sawah seluas 28.845 ha yang dilengkapi dengan saluran irigasi, 150.092 ha sawah tadah hujan, 70.284 ha sawah pasang surut dan 13.077 ha sawah lainnya.

Page 12: Sumber Daya Alam Provinsi

Data 2006 juga menunjukkan bahwa tak kurang dari 134.290 ha sawah kini berproduksi, menghasilkan 421.384 ton padi. Jumlah produksi ini meningkat dibanding dua tahun terakhir. Padi 2004, 144.499 ha sawah menghasilkan 453.817 ton padi, lalu menurun menjadi 133.496 ha sawah pada 2005 dengan produksi 423.095 ton padi. Ladang jagung yang berproduksi seluas 16.524 ha, menghasilkan 36.421 ton. Kedelai, singkong dan umbi-umbian juga diproduksi di Riau. Ada 2.829 ha lading kedelai terhampar di sana dengan jumlah produksi 2.923 ton, sementara 5.266 ha ladang singkong dan umbi-umbian memproduksi 52.997 ton.

Potensi hutan juga besar di Riau. Berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) yang dibuat pemerintah setempat, luas hutan di sana mencapai 4.160.710 ha terdiri atas 228.793,82 ha hutan lindung, 529.487 ha hutan konservasi, 914.839 ha hutan produksi terbatas, dan 2.487.590 ha hutan produksi. Dari hutan-hutan itulah pemerintah setempat memperoleh anggaran dari produksi 8.022.009,30 m³ kayu bulat, 188.201,82 m³ kayu gergajian dan 260.709,32 m³ kayu lapis. Dengan perairan dan lautan seluas 470,80 km², Riau tidak mau ketinggalan dalam bisnis perikanan, baik perikanan laut, perairan umum, tambak maupun keramba. Ada banyak jenis ikan yang telah dibudidayakan. Pada 2005 saja, berhasil diproduksi 97.781,3 ton perikanan laut, 24,693,7 ton ikan dari perairan umum, 674,5 ton ikan dari tambak dan 24.768,8 ton ikan dari keramba. Total produksi semua bisnis ikan itu mencapai Rp. 717,21 miliar. Setahun kemudian, semua hasil meningkat. Pada 2006, berhasil di produksi 99.188,3 ton perikanan laut, 14.173,5 ton ikan dari perairan umum, 244,6 ton ikan dari tambak dan 2.741,3 ton ikan dari keramba. Total produksi semua bisnis ikan itu mencapai Rp. 1.174 miliar.

Berbagai jenis peternakan juga telah dikembangkan, terutama sapi potong, kambing, domba, babi, ayam buras dan itik. Pada 2005, ternak sapi potong populasinya mencapai 102.352 ekor per tahun, sementara ternak kambing 256.324 ekor per tahun, ternak domba 2.453 ekor per tahun, babi 46.386 ekor per tahun, ayam buras 316.425 ekor per tahun dan itik 339.269 ekor per tahun. Karena itu, daging yang diproduksi per tahun nya mencapai 4.593183 kg daging sapi, 434.806 kg daging kambing, 1.490 kg daging domba, 874.262 kg daging babi dan 29.355.155 kg daging ayam unggas.

Perkebunan juga merupakan sektor andalan. Karet, kelapa, kelapa sawit, kopi dan pinang adalah komoditas perkebunan yang selama ini banyak membantu perekonomian penduduk pedesaan. Di saat krisis ekonomi melanda Indonesia secara nasional, petani yang bekerja di sektor ini justru tetap survive, bahkan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Luas perkebunan karet mencapai 528.697,48 ha dengan hasil 463.053,52 ton, kebun kelapa mencapai 546.927,13 ha dengan hasil 629.926,80 ton, kebun kelapa sawit seluas 1.392.232,74 ha dengan hasil 3.931.619,17 ton, kebun kopi seluas 10.040,50 ha dengan hasil 3.545,97 ton dan kebun pinang seluas 9.249,56 ha dengan hasil 6.960,72 ton.     Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007

Sumber Daya Alam Provinsi Kepulauan Riau

Kepulauan Riau memiliki berbagai macam daya alam meliputi: bidang pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, pertambangan, dan lain-lain. Pemerintah Kepulauan Riau terus mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk kesejahteraan masyarakat. Peranan sektor pertanian merupakan sektor kontribusi 5,32% terhadap PDRB 2005, Sektor tersebut belum berkembang maksimal karena luas lahan lebih kecil dibandingkan luas perairan. Di luar itu, tanah merah di kepulauan ini pun hanya bisa ditanamin jenis tanaman tertentu yang memerlukan penelitian dan pengembangan khusus untuk meningkatkan produksinya.

Luas lahan sawah di provinsi ini pada 2005 mencapai 1.792 ha sedangkan lahan bukan sawah  terdiri atas lahan kering dan lahan lainnya mencapai 694.924 ha dan 74.607 ha, Luas lahan hortikultura mencapai 42.728 ha. Lahan sawah irigasi teknis mencapai 130 ha, lahan sawah irigasi sederhana mencapai 104 ha, sementara lahan sawah dengan irigasi desa mencapai luas 309 ha dan lahan sawah tadah hujan seluas 1.249 ha. Luas lahan panen seluruh kabupaten di Kepulauan Riau mencapai 94 ha clan dapat memproduksi padi sebanyak 249 ton dengan rata-rata produksi 5,20 ton/ha.

Hasil palawija adalah jagung dengan luas lahan panen 585 ha clan produksi 1.267 ton; ubi kayu dengan luas lahan panen 708 ha dan produksi 4,927 ton; ubi jalar 1.159 ton; dan kacang tanah dengan lahan panen 124 ha dan produksi 179 ton.

Page 13: Sumber Daya Alam Provinsi

Produksi sayur-mayur hasil produksi 723 ton, kacang panjang dengan hasil produksi 1.295 ton, bayam dengan hasil produksi 26.715 ton dan kangkung dengan hasil produksi 842 ton.

Dari sektor perkebunan, komoditas yang, berpotensi di provinsi kepulauan Riau adalah cengkeh dengan luas lahan 14.716 ha perkebunan kelapa seluas 39.491 ha, perkebunan karet seluas 34.891 ha, perkebunan lada seluas 449 ha, perkebunan sagu seluas 3.949 ha, dan perkebunan gambir seluas 996 ha.

Sektor peternakan dibedakan menjadi tiga jenis kelompok, masing-masing ternak berternak lele dan unggas. Pada kelompok ternak,  kambing adalah ternak dengan populasi terbanyak hingga 18.166 ekor, diikuti 9.976 ekor sapi dan 422.655 ekor babi. Populasi unggas terdiri atas 585.226 ekor ayam buras, 347.800 ekor ayam petelur, 452.510 ekor ayam pedaging  21.634 ekor itik 26.270 ekor puyuh.

Selain perikanan tangkap, pengembangan budidaya perikanan yang meliputi usaha pembenihan sampai pemanfaatan teknologi budidaya sangat cocok di provinsi ini. Di Kabupaten Bintan, Karimun dan Natuna terdapat budidaya ikan yang bernilai ekonomis seperti ikan kerapu, napoleon dan kakap. Potensi budidaya ikan air tawar dapat dikembangkan di Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Natuna. Pada 2006, Total produksi perikanan tangkap mencapai 217.094,91 ton dan produksi ikan budidaya 3.475,70 ton.

Wilayah Kepulauan Riau memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena sebagian dan kabupaten memiliki potensi hasil tambang seperti bauksit dan timah, sementara di bawah laut terdapat minyak dan gas. Cadangan minyak bumi mencapai 298,81 million meter barrel oil (MMBO), sementara cadangan gas alam sebanyak 55,3 triliun square cubic feet (TSCF) terdapat di Kabupaten Natuna. Timah dengan jumlah cadangan, mencapai 11.360.500 m3 terdapat di Pulau Karimun. Bauksit dengan total cadangan 15.880,000 ton terdapat di Pulau Bintan dan Tanjong Pinang. Granit dengan total cadangan mencapai 858.384.000 m3 terdapat di Pulau Karimun dan Pulau Bintan. Sementara pasir darat dengan total cadangan mencapai 39.826.400 ton terdapat di Putau Karimun dan Pulau Bintan.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya sumber keanekaragaman hayati. Sebagian besar wilayahnya masih merupakan hutan alami dan dilindungi. Hutan tropisnya dapat dijumpai berbagai spesies langka, misalnya rafflesia arnoldii (bunga terbesar di dunia), harimau sumatera, siamang, tapir, rusa, beruang, dan berbagai jenis burung dan kupu-kupu.

Potensi pertanian juga meningkat, ini dapat dari bertambahnya luas panen padi sebesar 1.03% dari 2004 ke 2005. Hal yang sama terjadi pada palawija, luas panennya bertambah 12,53% untuk komoditas jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau. Memang tidak semua lahan panen meningkat, seperti pada komoditas sayur-sayuran yang terdiri atas bawang merah, bawang

putih, bawang daun, kentang, kol, kubis, petai, sawi, cabe, wortel, dan cabe rawit pada 2005 hanya mencapai 16.598 hektar, padahal di tahun 2004 mencapai 17.826 hektar.

Di sektor peternakan, komoditas utamanya adalah sapi potong. Jenis ternak terdiri atas kelompok ternak besar meliputi sapi perah, sapi potong, kerbau, kambing dan babi serta sebagian kecil kuda dan domba; dan kelompok ternak kecil yang terdiri atas ayam ras, ayam buras dan itik. Dari total ternak yang ada, lebih dari 96,45% adalah kelompok ternak kecil. Populasi tertinggi untuk kelompok ternak besar mencapai 872.517 ekor, terdiri atas 419.352 sapi potong dengan produksi daging seberat 14.715.641 kg; ditambah 210.421 ekor kerbau dengan produksi daging seberat 3.067.218 kg dan susu sebanyak 1.342.807 kg. kambing dengan populasi 29.847 ekor menghasilkan 309.050 kg daging. Sisanya adalah 714 ekor sapi perah dan 6.052 ekor domba.

Dengan luas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) mencapai 186.580 km2 dan panjang garis pantai 2.420.357 km, sektor kelautan dan perikanan sangatlah bernilai. Potensi perairan di Sumatera Barat antara lain ikan laut, ikan air tawar, mangrove, terumbu karang, padang lamun, rumput laut, penyu dan lain-lain.

Provinsi ini juga kaya akan bahan-bahan tambang. Sektor ini dibagi dalam tiga jenis usaha, yaitu bahan galian strategis (golongan A), bahan galian vital (golongan B) dan bahan galian industri (golongan C). masuk dalam

Page 14: Sumber Daya Alam Provinsi

kategori golongan A antara lain batu bara dan bitumen padat (oil-shale). Sejumlah daerah yang memiliki potensi batu bara antara lain Kota Sawahlunto dengan total cadangan 104,8 juta ton, kabupaten Sawahlunto dengan total cadanan mencapai 76 juta ton, Kabupaten Pesisir Selatan dengan jumlah cadangan 4 juta ton serta beberapa daerah lainnya.

Jenis bahan tambang yang diusahakan dengan skala besar hanyalah batubara. Selama periode 2005 produksi batubara mencapai 787.404,58 ton, dikonsumsi untuk pasar dalam negeri 787,4 ribu ton dan sisanya 296,56 ton diekspor. Dari hasil penjualan ini berhasil diperoleh pendapatan Rp. 299,06 miliar.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Sumatera Selatan

Lahan sawah irigasi teknis mencapai 6,757 ha dan irigasi non teknis 809 ha. Lahan pertanian mencapai 5.524.725 ha atau setara dengan 70% total luas wilayah Sumatera Selatan. Kendati demikian, lahan padi di provinsi ini pada 2005 mencapai 626.849 ha dengan jumlah produksi 2.320.110 ton. Dari jumlah produksi itu, sekitar 171.928 ton berasal dari produksi lahan kering seluas 73.504 ha. Kabupaten dengan luas areal dan produksi padi tertinggi adalah  Ogan Komering Ilir dan Ogan Komering Timur.

Saat ini lahan sawah abadi seluas 752.150 ha, terdiri atas 399.521 ha atau 55% lahan sawah irigasi 113.655 ha atau 15% lahan sawah pasang surut, sawah lebak dan sawah tadah hujan dan sisanya 238.974 ha atau 30%

adalah lahan sawah yang belum ditanami.Perkebunan terhampar luas. pada 2005, kebun mencapai 26.884 ha dengan produksi 75.556 ton dan kebun ketela pohon seluas 14.432 ha dengan produksi 179.952 ton. Luas tanaman ubi jalar 3.379 ton, kebun bawang daun 330 ha dengan jumlah produksi 27.748 ton, kubis produksi 49.930 ton, sawi 770 ha jumlah produksi 68.799 ton.

Sumatera Selatan terkenal dengan produksi buah-buahan khususnya duku, durian, nanas dan pisang. Luas perkebunan duku mencapai 3.851 ha dengan produksi 62.226 ton, perkebunan durian 40.486 ha total produksi 29.000 ton. Namun demikian, pohon duku dan durian banyak yang sudah tua sehingga diremajakan. Perkebunan nanas mencapai 4.670 ha dan total produksinya 513.858 ton. Selain itu, perkebunan alpukat terhampar di atas lahan 275 ha dengan produksi 1.852 ton, perkebunan belimbing 95 ha memproduksi 1.786 ton, perkebunan jambu biji 311 ha memproduksi 13.085 ton, perkebunan jambu 834 ha memproduksi 15.442 ton, perkebunan jeruk siam 7.003 ha memproduksi 2.660.363 ton, perkebunan manggis 763 ha memproduksi 2.286 on dan perkebunan nangka seluas 1.484 ha dengan produksi 18.681 ton.

Provinsi ini juga memiliki sumber daya perkebunan seluas 1.878.983 ha yang merupakan perkebunan milik rakyat dan perusahaan, terdiri dari perkebunan karet, kelapa sawit, tebu, kopi, kelapa, lada dan lainnya dengan total produksi 4.040.150 ton. Ada empat komoditas yang dominan yaitu kelapa sawit, karet, kopi dan kelapa. Keempat komoditas tersebut tersebar hampir tersebar di semua kabupaten/kota. Kepemilikan perkebunan rakyat masih dominan dibandingkan milik perusahaan dan lainnya. Areal produksi karet rakyat seluas 1,2 juta ha, diikuti lahan produksi kelapa sawit 1,1 juta ha. Selama 20 tahun terakhir, laju pertumbuhan kedua komoditas ini sangat fantastis sebagai hasil kerja keras semua komponen yang berkecimpung dibidangnya.

Di sektor perikanan dan kelautan, penduduk yang menggeluti sektor ini mencapai 115.388 rumah tangga perikanan. Persentase perikanan diperoleh dari hasil budidaya ikan (56,18%), perairan umum (39,31%) dan perikanan laut (4,51%).  Pembangunan perikanan dititikberatkan pada pembangunan perikanan budidaya, termasuk di dalamnya pascapanen, yang pada 2005 mencapai 88.954,5 ton.

Hasil produksi ternak mulai dari daging, susu dan telur terus meningkat clari tahun ke tahun. Pada 2005, produksi daging sapi, kerbau, kambing, babi dan unggas mencapai 44.676 ton, Sedangkan produksi susu segar mencapai 277.000 liter, produksi telur sebesar 46.183 ton.

Provinsi Sumatera Selatan tidak kalah dengan provinsi lain dalam melestarikan hutan, suatu kinerja yang harus disambut positif luas hutan mencapai 4.416.837 ha atau 40,43% dari total luas wilayah provinsi, terdiri dari kawasan hutan konservasi seluas 714.416 ha (16,17 %), hutan lindung 760.523 ha (17%) dan hutan produksi

Page 15: Sumber Daya Alam Provinsi

2.941.898 ha (66,61%).

Provinsi ini memiliki potensi pertambangan yang cukup besar, antara lain cadangan minyak bumi sebanyak 5,03 miliar barrel (10% cl) atau 5.032.992 matrick stack tank barrel. Cadangan minyak bumi diproduksi dengan pertumbuhan 10% per tahun dan dapat bertahan 60 tahun, Sedangkan cadangan batu bara diperkirakan sebesar 16.953.615.000 ton atau 60% cadangan nasional. Luas areal usaha pertambangan umum mencapai 1.030.128,75 ha, dengan pertambangan minyak dan gas 2.243,120,15 ha.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Bangka Belitung Bukan hanya pertambangan saja yang bisa eksploitasi di  sana, tetapi juga sektor pertanian dan perikanan, hanya saja sektor pertanian belum maksimal, terlihat dari perbandingan besarnya luas lahan dan lahan yang telah digunakan untuk pertanian. Dari seluruh luas lahan yang ada, baru 25% yang digunakan untuk usaha pertanian.

Provinsi ini memiliki lahan sawah beririgasi teknis seluas 2.743 ha, sementara sawah yang teririgasi non teknis seluas 3.844 ha. Sawah-sawah inilah yang pada tahun 2006 menghasilkan 16.507 ton padi. Terdiri atas 

9.073 ton padi sawah dan 7.434 ton padi ladang. Dibandingkan dua tahun terakhir, produktifitas padi yang dicapai menurun. Pada 2004, produksi padi mencapai 18.764 ton sementara pada2005 mencapai 19.027 ton. Di tahun 2005 ini pula berhasil dipanen 26.184 ton palawija, 4.968 hortikultura, dan 1.389 sayur-mayur.

Di kepulauan ini juga terdapat hutan seluas 657.510 ha. Sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 357/Menhut-II 2004, hutan ini terdiri atas 466.090 ha hutan produksi, 156.730 ha hutan lindung, dan 34.690 ha hutan konservasi. Kawasan-kawasan hutan tersebut tersebar dalam 60 kelompok register kawasan hutan, sedangkan pada zaman Belanda batas-batasnya telah ditata secara definitif.

Provinsi ini juga memiliki potensi perikanan laut yang cukup besar. Selain potensi perikanan tangkap potensi perikanan budidaya, baik budidaya ikan air payau maupun ikan air tawar, layak dikembangkan. Per tahun, potensi kelautan dan perikanan provinsi ini mencapai 499.500 ton perikanan tangkap dengan nilai Rp2.497.500.000,- dan 1.316.000 ton perikanan budidaya dengan nilai Rp245.160.000.000,-.

Perkebunan memiliki arti strategis untuk menunjang perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Komoditas unggulan perkebunan rakyat yang telah di tekuni berabad-abad secara turun-temurun adalah lada dan karet. Sedangkan kelapa sawit merupakan komoditas baru dan banyak diusahakan oleh perusahaan besar swasta. Bangka Belitung merupakan daerah penghasil dan pengekspor lada putih yang sejak dulu terkenal dengan nama muntok white pepper.

Dari semuanya, bijih timah adalah sumberdaya alam yang paling bernilai di provinsi ini, bahkan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan nasional. Di sini terdapat satu BUMN yang menambang bijih timah, PT Timah Tbk, dan satu perusahaan asing, PT Koba Tin. Luas area Kuasa Pertambangan (KP) PT Timah Tbk di darat sekitar 360.000 ha atau ± 35% dari luas daratan Pulau Bangka. BUMN ini juga memiliki areal KP darat di Pulau Belitung seluas 126.455 ha atau ± 30% dari luas daratan Pulau Belitung. Untuk PT Koba Tin, diberikan sekitar 41.000 ha. Di luar area kuasa pertambangan PT Timah Tbk dan kontrak karya (KK) PT Koba Tin, kegiatan penambangan juga diusahakan oleh pengusaha tambang inkonvensional dan masyarakat secara tradisional yang juga memberikan nilai ekonomi masyarakat Kepulauan Bangka Belitung.

Secara total, produksi bijih timah pada 2005 mencapai 42.615,22 ton Sn dan logam timah 41.789 metric Sn. Darat di Pulau Belitung seluas 126,445 ha atau 30% dan luas daratan Pulau Belitung. Untuk PT Koba Tin, diberikan sekitar 41.000 ha, Di luar area kuasa pertambangan PT Timah Tbk dan kontrak karya (KK) PT Koba Tin, kegiatan penambangan juga diusahakan oleh pengusaha tambang inkonvensional dan masyarakat secara tradisional yang juga memberikan nilai ekonomi masyarakat Kepulauan Bangka Belitung.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007)

Page 16: Sumber Daya Alam Provinsi

Sumber Daya AlamProvinsi Jambi Dari 51.000.000 ha luas dataran provinsi, 1.211.236 ha diantaranya telah dikembangkan untuk lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Luas panen padi mencapai 154.941 ha menghasilkan 597.635 ton padi per tahun. Luas lahan palawija 28.618 ha, menghasilkan produksi 103.675 ton. Lahan sayur–mayor dan buah buahan seluas 64.350 ha dengan hasil produksi 472.240 ton. Tanaman hias juga di budidayakan di atas lahan 13.303 ha dengan hasil produksi 21.353 tangkai per tahun, bersama tanaman obat–obatan di atas lahan seluas 950.024 ha dengan hasil produksi 1.239.429 kg. hasil pertanian inilah yang memberikan kontribusi

26,92% untuk PRDB.

Provinsi ini memiliki delapan irigasi dan lahan sawah irigasi teknis seluas 13.014 ha, serta 38 irigasi semi teknis dengan luas sawah irigasi setengah teknis 10.751 ha. Itu semua belum termasuk lahan sawah irigasi non teknis seluas 13.014 ha. Total saluran irigasi mencapai 2.316 km yang terdiri dari saluran muka 4 km, induk 593 km, sekunder 197 km dan tersier 1.522 km. Sawah–sawah inilah yang pada 2006 menghasilkan 579.701 ton padi, terdiri atas 516.330 ton padi sawah dan 63.371 ton padi lading. Dibanding dua tahun terakhir, produktivitas padi yang dicapai meningkat. Pada 2004, produksi padi mencapai 579.404 ton sementara pada 2005 mencapai 579.635 ton.

Komoditas perkebunan khususnya karet dan kelapa sawit merupakan komoditas unggulan. Tahun 2006 luas kebun karet mencapai 623.825 ha dengan produksi 225.702 ton per tahun. Lahan kelapa sawit seluas 259.786 ha dengan produktivitas 3.110 kg per hektar setiap tahunnya. Lahan kelapa dalam seluas 119.600 ha dengan produktivitas 1.385 kg/ha/tahun; berikutnya lahan kelapa hybrid seluas 938 ha dengan produktivitas 516 kg/ha/tahun; lahan cassiavera seluas 49.529 ha dengan produktivitas 2.626 kg/ha/tahun. Kopi Robusta seluas 24.484 ha dengan produktivitas 933 kg/ha/tahun; lahan the seluas 2.625 ha dengan produktivitas 2.328 kg/ha/tahun; lahan kelapa seluas 120.538 ha dengan produktivitas 1.901 kg/ha/tahun; lahan kakao seluas 1.325 ha dengan produktivitas 484 kg/ha/tahun; perkebunan pinang seluas 5.898 ha dengan produktivitas 1.062 kg/ha/tahun. Tahun 2006 ini merupakan tahun kebangkitan karet karena sampai dengan 2010 akan di remajakan (replanting) karet–karet tua dan rusak sebanyak 130.000 ha. Tahun 2006 telah dimulai sebanyak 17.500 ha.

Dari semua potensi itu, komoditas perkebunan berskala besar baik yang dikelola Negara maupun swasta adalah kelapa sawit, karet dan teh. Budidaya teh terbesar di Indonesia yang dibangun oleh NV.HVA (Holland Vereniging Amsterdam) pada 1925 dan mulai berproduksi tahun 1930. Hasil perkebunannya memberikan kontribusi 11,07% terhadap PRDB Provinsi Jambi pada tahun 2005.

Potensi perikanan terdiri atas perikanan tangkap dan budidaya. Potensi perikanan tangkap di perairan laut tercatat 71.820 ton/tahun dengan produksi 40.892,5 ton/tahun, sementara potensi perikanan tangkap di perairan umum sekitar 34.500 ton/tahun, perairan laut 71.820 ton/tahun dengan produksi masing–masing 5.634,5 ton/tahun dan 40.892,5 ton/tahun. Untuk budidaya laut potensi yang ada seluas 50 ha namun saat ini masih dalam uji coba, potensi tambak seluas 18,000 ha dengan produksi tahunannya mencapai 1.576 ton, potensi keramba jarring apung 97.350 unit dengan produksi 4.683 ton/unit/tahun, potensi kolam 5.035 ha dengan produksi 6.020 ton serta budidaya mina padi dengan potensi 350 ha dengan produksi 8 ton. Sektor perikanan memberikan kontribusi 1,74% terhadap PDRB provinsi pada 2005 dan menurun menjadi 1,49% pada tahun 2006. Provinsi Jambi saat ini telah memprogramkan pengembangan Ikan Patin Jambi yang dikembangkan pada keramba sepanjang 1.740 km di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari yang akan dikembangkan sampai dengan tahun 2010 sebanyak 60.000 keramba. Sampai saat ini telah mengirimkan sebanyak 68 ton dalam bentuk fillet untuk di ekspor ke Amerika dan Eropa.

Provinsi ini kaya akan potensi bahan galian, baik bahan galian logam dan non logam, migas maupun energi alternative. Sebagian dari potensi ini telah diusahakan, baik pada tahap eksplorasi maupun produksi. Batubara merupakan salah satu potensi pertambangan yang dapat dipergunakan untuk PLTU sebagai salah satu sumber energy alternative di samping panas bumi, gas maupun tenaga air. Produksi batu bara sekitar 50.000 metrik ton per tahun, kabupaten penghasil terbesar adalah Kabupaten Sarolangun dan Bungo dengan kandungan kalori rendah sampai sedang. Potensi lain adalah gas bumi dengan potensi 178,13 Triliyun kaku kubik/TCF yang terdiri dari 91,17 TCF cadangan terbukti dan 86,69 TCF cadangan potensi. Potensi gas berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Muaro Jambi.

Tanggal 25 Mei 2007 telah dilakukan peletakan batu pertama pembangunan PLTA di Kabupaten Kerinci dengan kapasitas 2 x 90 megawatt dan juga direncanakan pembangunan PLTU di Kabupaten Bungo dengan kapasitas 2

Page 17: Sumber Daya Alam Provinsi

x 20 mega watt. Dengan demikian diharapkan pasokan listrik untuk Provinsi Jambi akan tercukupi dengan pembangunan pembangkit listrik tersebut.

Usaha peternakan di provinsi ini meliputi sapi, sapi perah, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam dan itik. Total populasi tahun 2006 mencapai 16.580.642 ekor, meningkat dibanding populasi tahun 2005 sebanyak 14.818.652 ekor atau populasi 2004 yang hanya 9.012.108 ekor. Dengan kata lain, terjadi penigkatan 45,65% populasi ternak dari 2004 sampai 2006. Dari semua populasi itu, ayam ras pedaging menempati populasi terbanyak (69,59%) dengan produksi utamanya adalah daging dan telur.

Luas dan kualitas hutan di wilayah ini diupayakan selalu dalam kondisi seimbang, baik sebagai fungsi konservasi maupun produksi. Hal ini terutama bila dikaitkan dengan keberadaan hutan lindung dan taman nasional di provinsi ini yang luas keseluruhannya mencapai 2.148.850 ha atau mencakup 4,21% dari seluruh wilayah daratan provinsi. Berdasarkan fungsinya, hutan tersebut dibagi atas hutan produksi sebesar 59,5% hutan lindung 8,89% dan hutan wisata atau hutan suaka alam sebesar 31,6%. Hasil utama hutan adalah kayu, getah dan rotan.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007)

Sumber Daya Alam Provinsi Lampung Dengan luas ± 3.528.835 ha, Provinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat beraneka ragam, prospektif, dan dapat diandalkan, mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, sampai kehutanan. Provinsi ini memiliki lahan sawah irigasi teknis seluas 103.245 ha, sawah, irigasi setengah teknis 24.164 ha, dan lahan sawah  irigasi non teknis seluas 244.008 ha. Total saluran irigasi mencapai 371.417 km. Sawah-sawah inilah yang pada 2006 menghasilkan 2.129.914 ton padi (gabah keringgiling/GKG), terdiri atas 1.959.426 ton padi sawah dan 170.488 ton padi ladang. Dibanding dua tahun terakhir, produktivitas padi yang dicapai meningkat, Pada 2004, produksi padi mencapai 2.091.996 ton sementara pada 2005 mencapai 2.124.144 ton, Semua itu belum termasuk produksi ubi kayu

rotan 2006 mencapai lebih dari 5.473.283 ton, dan produksi jagung 1.183.982 ton. Dengan demikian ketahanan pangan di provinsi ini cukup kuat.

Kawasan hutan mencapai 1.004.735 ha atau sekitar 30,43 % dari luas wilayah provinsi, terdiri atas hutan lindung 317.615 ha, hutan suaka alam dan hutan wisata/taman nasional 462.030 ha; hutan produksi terbatas 33.358 ha dan hutan produksi tetap 91.732 ha. Dalam rangka mendukung pembangunan berwawasan lingkungan yang berkesinambungan, produksi kehutanan kini lebih diarahkan kepada hasil hutan non kayu dan potensi ekowisatanya. Hasil hutan pada 2006 berupa kayu bulat sebanyak 3.4121.171 m³, kayu gergajian 145.732,25 m³ dan kayu lapis 82.714.45 m³, Sedangkan produksi basil hutan non kayu berupa damar mata kucing sebanyak 5.454,17 ribu ton, damar batu 1.351,30 ton, arang 30.347 rotan manau 3.000 batang, dan rotan lilin 1.293,24 ton.

Dari laut dan sungai sungainya yang besar pada 2006 Lampung menikmati hasil tangkapan laut hingga 133.503,4 ton, sedangkan tangkapan perairan umum mencapai 10.345,4 ton. Produksi budidaya tambaknya mencapai 164.264,8 ton, budidaya air tawar mencapai 17.448,9 ton dan hasil budidaya laut sebanyak 1.569,7 ton.

Daerah berlahan kering yang mencapai 89,88% dari total luas provinsi adalah tempat yang sangat cocok untuk mengembangkan sapi potong. Dengan potensi ini, Lampung memiliki perusahaan penggemukan sapi potong (feedlotters) terbesar di Indonesia dengan total populasi sapi potong mencapai 428 ribu ekor atau sama dengan 60% dari total populasi sapi potong nasional di feedlotter. Provinsi ini juga dikenal sebagai penghasil jagung, ubi kayu, dan dedak halus sebagai bahan baku pembuat konsentrat yang sangat dibutuhkan oleh ternak. Dengan dukungan potensi bahan baku ini, Lampung mampu menghasilkan produksi 23 juta ekor ayam potong pada 2006, meningkat dibandingkan dengan produksi 2005 yang mencapai 21 juta ekor ayam potong.

Perekonomian di Provinsi Lampung juga sangat didukung oleh produksi perkebunan seperti kopi, lada, karet, kelapa, dan tebu. Produksi kopi pada tahun 2006 mencapai 143.050 ton, produksi kakao 22.976 ton, lalu diikuti produksi kelapa dalam lebih dari 112.631 ton, lada 24.011 ton, karet 54.461 ton, kelapa sawit 367.840 ton, dan tebu 693.613 ton. Dari hasil produksi tebu itu Lampung memberi kontribusi 35% dari total produksi gula nasional, meningkat dibanding kontribusi 2005 yang mencapai 20%.

Page 18: Sumber Daya Alam Provinsi

Keanekaragaman sumberdaya mineral di provinsi itu meliputi mineral logam, bahan galian industri, bahan galian energi, dan bahan galian konstruksi. Pada 2006, dari galian industrinya berhasil diproduksi 1.980.000.000 m³ andesit, 389.000.000 m³ felspar dan 590.000.000 m³ granit dengan mutu terjamin. Untuk cadangan zeolit sebesar 2.145.000 m3 dengan cadangan yang diprediksi sebesar 8.000.000 m³, baik untuk kebutuhan domestik maupun ekspor, Bahan galian logam yang ada di provinsi ini meliputi emas, mangaan, bijih besi dan pasir besi, namun baru sebagian saja dari potensi ini yang telah dikelola. Sekarang sumberdaya energi terbaru berupa panas bumi, air, serta bahan bakar nabati (BBN) yang berasal dari tebu, singkong, sawit, dan tanaman jarak tengah dikembangkan, Saat ini Provinsi Lampung memiliki pabrik etanol berbahan tebu terbesar di Indonesia.

Potensi energi seperti panas bumi yang berlokasi di daerah Ulu Belu, Kabupaten Tanggamus, mencapai 400 MW. Di Suoh, Kabupaten Lampung Barat, potensi tersebut mencapai 300 MW. Semua potensi itu telah di eksplorasi oleh Pertamina sebesar 110 MW. Potensi air untuk pembangkit tenaga listrik     juga sangat besar. Pada SWS Way Semangka Upper tersedia kapasitas sebesar 78 MW dan telah dioperasikan melalui PLTA Besai dan PLTA Baru Tegi. Pada SWS Way Semangka Lower dan Way Semung masing-masing tersedia potensi sebesar 76 MW clan 2,6 MW.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007)

Sumber Daya Alam Provinsi Papua Provinsi ini sangat kaya dengan berbagai potensi sumberdaya alam. Sektor pertambangannya sudah mampu memberikan kontribusi lebih dari 50% perekonomian Papua, dengan tembaga, emas, minyak dan gas menempati posisi dapat memberikan kontribusi ekonomi itu. Di bidang pertambangan, provinsi ini memiliki potensi 2,5 miliar ton batuan biji emas dan tembaga, semuanya terdapat di wilayah konsesi Freeport. Di samping itu, masih terdapat beberapa potensi tambang lain seperti batu bara berjumlah 6,3 juta ton, barn gamping di atas areal seluas 190.000 ha, pasir kuarsa seluas 75 ha dengan potensi hasil 21,5 juta ton, lempung sebanyak 1,2 jura ton, marmer sebanyak 350 juta ton, granit sebanyak 125 juta ton dan hasil tambang lainnya seperti pasir besi, nikel dan krom.

Karena 90% dari daratan Papua adalah hutan, produk unggulan pun banyak lahir dari belantara yang dipadati lebih dari 1.000 spesies tanaman. Lebih dari 150 varientas di hutan itu merupakan tanaman komersial. Hutan di Papua mencapai 3l.079.185,77 ha, terdiri atas hutan konservasi seluas 6.436.923,05 ha (20,71%), hutan lindung 7.475.821,50 ha (24,05%), hutan produksi tetap 8.171606,57 ha (26,3 %), hutan produksi terbatas 1.816.319 ha (5,84%), dan hutan yang dapat dikonversi 6.354.726 ha (20,45%). Ditambah areal penggunaan lainnya 821.787,91 ha (2,64%). Hutan hutan di provinsi ini memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pendapatan asli daerah, Contoh, sebanyak 323.987m3, kayu bangunan/timber sebanyak 1.714 m3, kayu balok olahan/block board sebanyak 1.198 m3, triplek/plywood sebanyak 88.050 m3 dan kayu olahan/chips sejumlah 45.289 m3.

Di sektor perkebunan, dari 5.459.225 ha lahan yang ada, tak kurang dari 160.547 ha sudah dimanfaatkan untuk perkebunan rakyat (PR) maupun perkebunan besar (PB), tenaga kerja dengan total produksi 62.153 ton. Komoditas unggulan pada 2005 dengan total produksi 12.347 ton (19,87%), sawit dengan produksi 31.021 ton (49,91%), kakao dengan produksi 11.363 ton (18.28%), kopi Arabic produksi 2.583 ton (4.16%), buah merah dengan produksi 1.889 ton (3,04%) dan karet dengan total produksi 1.458 ton (2,35%). Pada 2005 kayu mencapai 20.711 ton dan Jayapura dengan produksi 2.444 ton pada 2005. produksi sayur mayur selama 2005 hanya mencapai 13,99 ton, menurun dibandingkan dengan 2004 yang mencapai 25,78 ton.

Provinsi ini memiliki lahansawah beririgasi teknis seluas 3.845 ha pada 2006, beririgasi nonteknis 3.696 ha. Total saluran irigasi primer mencapai 1.984 km, irigasi sekunder 23,45 km sementara irigasi tersier 4,25 km. Sawah sawah tersebut dapat menghasilkan 61.922 ton padi, meningkat dibanding dua tahun terakhir mencapai 61.750 ton. Pada saat Panen Raya Padi di Merauke, padatanggal 5 April 2006, Presiden berharap bahwa: ”Merauke menjadi sentara pertumbuhan baru, bukan hanya untuk padi, tetapi juga untuk sektor lainnya”. Presiden berpesan, ... ”ketika terjadi pertumbuhan sawah, pertumbuhan tebu, pertumbuhan kelapa sawit, nantinya pendidikan dan lain lain, tenaga kerja dan lain-lain, tolong sekali lagi diperhatikan dan ditingkatkan kesejahteraan penduduk asli sehingga betul-betuk kesetaraan yang baik, dengan demikian dapat meningkatkan persaudaraan dan harmoni diantara semua warga yang ada di daerah ini”.

Di sektor perikanan, memiliki kekayaan yang kurang besar di sepanjang 1.170 mil garis pantai yang dipenuhi

Page 19: Sumber Daya Alam Provinsi

ribuan pulau pulau kecil. Provinsi ini memiliki terumbu karang terkaya dan terbaik di dunia. Hutan bakau terluas dan terbaik di dunia, dengan berbagai jenis ikan mulai dari pelagis besar, kecil, kerapu, udang, teripang, kerang, dan lain lain. Potensi lestari perikanan Papua sebesar 1.404.220 ton per tahun, dengan produksi tahun 2005 mencapai 209.210,3 ton, meningkat 13,29% dibanding produksi 2004 yang hanya mencapai 180.612,4 ton. Dari produksi perikanan, 95,83% merupakan hasil produksi perikanan laut dengan nilai produksi selama 2005 mencapai Rp. 2.215 miliar atau menurun 44,86% banding 2004 yang mencapai Rp 2.451 miliar.

Populasi ternak besar dan kecil selama tahun 2005 umumnya naik. Ternak kerbau pada 2005 naik 14,54% dari 1.131 ekor pada 2004 menjadi 1.292 ekor pada tahun 2006, sementara ternak kuda dari 1.576 ekor pada 2004 menjadi 1.501 ekor pada 2005 lalu meningkat menjadi 2.061 ekor pada 2006. Kenaikan persentase dialami ternak sapi (8,6%), kambing (5,37%) dan babi (19,50%). Populasi ternak kecil, antara lain ini kampung naik 18,99%, ayam pedaging naik 90% dan ayam ras petelur meningkat 19,58%.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007)

Sumber Daya Alam Provinsi Papua Barat Kehutanan merupakan sektor non migas yang memberikan kontribusi ekonomi terbesar di Papua Barat. Luas hutan dan perairannya adalah 9.769.686,91 ha. Di sektor kehutanan, alokasi fungsi hutan terbagi atas hutan lindung seluas 1.819.267 ha, hutan suaka alam dan pelestarian alam seluas 1.885.323 ha hutan produksi terap seluas 1.435.640 hal hutan produksi terbatas seluas 1.046.529 ha, hutan yang dapat dikonversi seluas 2.500.432 ha dan hutan lainnya seluas 327.909 ha.

Sedangkan lahan non sawah di antaranya ladang/tegalan seluas 340.275 ha, perkebunan seluas 125.135 ha, permukiman seluas 121.403 ha, usaha lain seluas 332.688 ha, danau/telaga seluas 4.531 ha, dan ranah

tandus/ranah rusak alias tidak diusahakan seluas 82.197 ha. Pada 2005, di provinsi ini beroperasi 25 perusahaan pemegang IUPHHK/HPH yang berlokasi di delapan kabupaten (Fakfak, Kaimana, Manokwari, Raja Ampat, Sorong, Sorong Selatan, Teluk Bintuni, danTeluk Wondama) dengan dominasi lokasi operasi di Kabupaten Kaimana dan Teluk Bintuni. Total areal pengusahaan hutan (HPH) di provinsi ini pada 2005 seluas 3.545.400 ha. Di bidang Industri primer hasil hutan, di provinsi ini bergerak di perusahaan, Dari jumlah itu, tiga perusahaan beroperasi dengan skala di atas 6.000 m³/tahun dan dengan skala di bawah 6.000 m³/tahun sebanyak 15 perusahaan. Produk kayu olahan yang dihasilkan adalah chip wood, plywood, block board, dan sawmill.

Pada sektor pertanian, tahun 2006 tercatat luas areal panen 9.663 ha, jumlah produksi gabah kering giling 34.157 ton, produksi beras giling 32.497 ton, dengan demikian rata-rata produktivitasnya 3.368 ton/ha. Untuk komoditas jagung tahun 2006 tercatat luas areal panen 4.046 ha dengan jumlah produksi 5.052 ton dan rata-rata produksi 139 ton, Sedangkan untuk komoditas kedelai, pada 2006 tercatat luas areal panen 9.884 ha dengan jumlah produksi 11.811 ton dan rata-rata produksi 12 ton.

Di sektor perikanan dan kelautan, sejak 2005 tengah dibangun pangkalan pendaratan ikan (PPI) di Kabupaten Sorong,Teluk Wondama, dan Kabupaten Raja Ampat. Juga tengah dikembangkan perikanan budidaya seperti budidaya teripang di Kabupaten Teluk Wondama dan Fakfak; budidaya ikan terapu di Kabupaten Sorong; budidaya rimput laut di Kabupaten Raja Ampat; budidaya kepiting di Kabupaten Kaimana dan pengelolaan Terumbu Karang (Coremap II).

Produksi perikanan di provinsi ini berorientasiekspor, mencakup udang,  tuna/cakalang, pelagis, demersal, ikan campur dan hasil olahan. Daerah produksi perikanan laut di provinsi ini adalah Kota Sorong, Kabupaten Manokwari, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Fakfak, dan Kabupaten Raja Ampat. Nilai ekspor produksi perikanan tahun 2005 sebesar Rp 116.708.593.523,-.

Di sektor peternakan, pada 2006 tercatat populasi sapi potong berjumlah 29.126 ekor, jumlah pemotongan per tahun 30.167 ekor, produksi daging sapi 657 ton/tahun dan rata-rata kepemilikan 4 ekor. Ternak kecil berupa kambing dengan jumlah produksi 18.144 ekor dan jumlah populasi 100,98 ton/tahun dan babi sebanyak 35.977 ekor dengan jumlah produksi 571,96 ton/tahun. Lalu unggas meliputi ayam buras dengan jumlah populasi 534.845 ekor, ayam petelur sebanyak 367.243 ekor/tahun dengan jumlah produksi telur sebanyak 289,67 ton/tahun dan jumlah peternak 35.000 peternak serta rata-rata kepemilikan per peternak 10 ekor/kk, ayam ras

Page 20: Sumber Daya Alam Provinsi

pedaging sebanyak 465.765 ekor/tahun dengan jumlah produksi telor sebanyak 33.587 ton/tahun dan jumlah peternak 55.211 peternak serta rata-rata kepemilikan per peternak 80 ekor/kk, itik sebanyak 94.511 ekor/tahun dengan jumlah produksi telur sebanyak 23.251 ton/tahun dan jumlah peternak 409,33 butir/tahun serta rata-rata kepemilikan per peternak 4 ekor/kk.

Sementara itu untuk sektor perkebunan, komoditas unggulannya antara lain kelapa sawit, kakao, kelapa dalam, kopi, pala, cengkeh, jambu mete dan pinang. Selain potensi yang telah disebutkan di atas arah pemerintah Provinsi Papua Barat telah mencoba mengembangkan potensi pertambangannya melalui kebijakan umum bidang pertambangan dan energi dengan titik berat pada bidang minyak dan gas bumi, geologi dan sumber daya mineral, kelistrikan dan pemanfaatan energi serta bidang lingkungan hidup. Dalam tahun anggaran 2005, dilaksanakan beberapa kegiatan di bidang geologi dan air bawah tanah, pembinaan usaha pertambangan umum, serta prasarana kelistrikan dan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan energi.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007)

Sumber Daya Alam Provinsi Gorontalo Dalam rangka mewujudkan Gorontalo sebagai kota pertanian (Agropolitan), maka berbagai upaya terus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi melalui perbaikan infrastruktur sebagai pilar pilar dalam memacu pembangunan, antara lain penyediaan sarana produksi pertanian, penyediaan dana penjamin, peningkatan SDM pertanian, memperlancar pemasaran dengan jaminan harga dasar dan lain lain, dengan menyusun berbagai program:

1. Pengembangan tanaman pangan, di versifikasi pangan dan ketahanan pangan daerah;2. Pengembangan agropolitan menuju satu jutaan ton jagung;3. Pengembangan agro bisnis, dan4. Peningkatan peran dan fungsi kelembagaan petani melalui pembedayaan masyarakat       pertanian.

Dalam mengembangkan potensi dan keaneka ragaman sumber daya alam di Provinsi Gorontalo merupakan peluang investasi untuk dikembangkan, seperti investasi di bidang agro bisnis (pertanian dan perkebunan), termasuk juga agro industri (nata de coco, minyak kelapa dan Dubuk santan) serta di bidang pertambangan (emas, granit clan bahan galian golongan ),

Prioritas pengembangan selama lima tahun ke depan diproyeksikan pada komoditi jagung dengan luas areal produksi jagung tahun 2004 seluas 35.692,450 ha dengan jumlah produksi sebanyak 323,065 ton dan untuk jagung louning sendiri telah berhasil di ekspor sebesar 9.148 ton.

Dari luas wilayah Provinsi Gorontalo seluas 1.221.544 ha, untuk areal potensial pertanian seluas 463.649,09 ha atau 37,95%, tetapi yang baru di manfaatkan seluas 148.312,78 ha (32%) atau masih terdapat peluang pengembangan lahan 315.336,31 ha. Wilayah Provinsi Gorornalo merupakan daerah agraris dengan keadaan topografi datar, berbukit-bukit sampai dengan bergunung sehingga berbagai jenis tanaman pangan dapat tumbuh dengan baik di daerah ini.

Luas lahan kering adalah 215.845,00 ha. Sedangkan rawa-rawa (tegalan) seluas 1.580,00 ha, Luas areal produksi padi pada tahun 2006 yaitu 45.027 ha dengan jumlah produksi tahun 2006 sebanyak 197.600,94 ton dan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2005 yang mempunyai luas areal 37.831 ha dengan jumlah produksi sebanyak 164.168 tom. Luas areal produksi kedelai pada tahun 2006 adalah 5.217 ha dengan jumlah produksi 6.767,21 ton, mengalami peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2005 yang mempunyai luas areal  produksi 2.677 ha dengan jumlah produksi 3.738 ton. Luas areal produksi kacang tanah pada tahun 2006 adalah 2.825 ha dengan jumlah produksi 3.316,79 ton meningkat jika dibandingkan pada tahun 2005 yang mempunyai luas areal 4.335 ha dengan jumlah produksi mencapai 5.371 ton. Luas areal produksi ubi kayu pada tahun 2006 adalah seluas 853 ha dengan jumlah produksi mencapai 9.742,04 ton. Luas areal produksi Singkong dan umbi-umbian seluas 894,70 dengan jumlah produksi sebanyak 10.041 ton. Luas areal produksi sayur-sayuran pada tahun 2006 adalah 3.674 ha dengan jumlah produksi mencapai 74,44 ton/ha.

Jika dilihat dari data luas kawasan hutan Provinsi Gorontalo pada tahun 2004 berdasarkan TGHK (Tata Guna Hutan Kesepakatan), maka lufas kawasan hutan Provinsi Garontalo seluas 826.378,12 ha, yang terdiri dari: hutan

Page 21: Sumber Daya Alam Provinsi

lingdsing seluas 165.488,67 ha, hutan konservasi seluas 20.135,60 ha, hutan produksi terbatas seluas 342.449,55 ha, dan hutan produksi seluas 100.684,45 ha. Dari seluruh luas hutan tersebut hasil kayu yang di dapat mencapai total 14.808.000 m³.

Kawasan laut di Gorontalo, terutama di Teluk Tomini, menyimpan banyak potensi alam karena merupakan satu satunya teluk yang dilalui garis khatulistiwa. Perikanan dan kelautan merupakan sektor unggulan bagi Goronralo yang memiliki garis pantai yang cukup panjang, Garis pantai Utara dan Selatan masing masing memiliki panjang sekitar 270 kilometer dan 320 kilometer. Gorontalo akan di kembangkan sebagai wilayah Agropolitan dengan Pertanian dan Perikanan yang akan menjadi Sektor Pengembangan Ekonomi Unggulan Provinsi. Potensi sumber daya perikanan Gorontalo berada di tiga perairan, yakni Teluk Tomini, Laut Sulawesi, dan Zone Ekonomi Eksklusif Laut Sulawesi. Sayangnya, tingkat pemanfaatan perikanan tangkap baru 24,05% atas 19.771 ton per tahun.

Luas wilayah perairan Gorontalo termasuk cukup besar yakni di Utara sepanjang 270 kilometer menghadap ke Laut Sulawesi ada areal Zone Ekonoinic Exclusive (ZEE) yang kaya dengan hasil laut. Jenis ikan yang ada di wilayah itu adalah palangis besar dan palangis kecil.

Sejak menjadi provinsi, produksi hasil perikanan di Gorontalo terus meningkat, Sektor perikanan tangkap dengan potensi mencapai 1.226.090 ton, dapat menghasilkan produksi sebesar 37.036 ton/tahun, sektor budidaya laut dengan potensi mencapai 25.050 ton dapat menghasilkan produksi sebesar 5.648,3 ton/tahun, sektor budidaya air payau dengan jumlah potensi mencapai 59.770 ton dapat menghasilkan produksi sebesar 1.553,2 ton/tahun dan budidaya air tawar dengan potensi mencapai 928,6 ton dapat meningkatkan produksi sebesar 928,6 ton/tahun.

Potensi kelautan lainnya yang menjadi unggulan, yaitu budi daya rumput laut yang didukung program Gerakan Menanam Rumput Laut (Germar Laut), pemanfaatan lahannya baru mencapai sekitar 850 ha dengan produksi 4.250 ton/ha/tahun.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007)

Sumber Daya Alam Provinsi Kalimantan Barat Sektor pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Kalimantan Barat. Pada 2006 kontribusinya mencapai sekitar 27,25 % dari total nilai PDRB atas dasar harga berlaku. Sektor inilah yang menghasilkan nilai tambah, devisa daerah sekaligus membuka banyak sekali lapangan kerja, semua ini dapat dilihat dari luas sawah irigasi di sana yang mencapai 61,138 hal ditambah sawah non irigasi seluas 373.480 ha, Di sawah sawah itulah masyarakat di sana menanam palawija yang terdiri atas 37.743 ha ladang jagung dengan produksi 127.660 ton; 17.021 ha ubi kayu dengan produksi 24353 ton; 1.571 ha ubi jalar dengan produksi 12.364 ton; 2.492 ha kacang tanah dengan produksi 2.747 ton; 1.194 ha kacang kedelai dengan produksi 1.349 ton, dan 1.383 ha kacang hijau dengan produksi 966 ton.

Produksi sayur mayur juga melimpah. Lahan untuk ketimun saja mencapai 2.803 ha (20.317 ton), untuk sawi 2.561 ha (6.387 ton), untuk kacang panjang 2.448 ha (12.505 ton), untuk terung 171 ha (5.060 ton), untuk kangkung 1.259 ha (3.899 ton), untuk bayam 1.890 ha (2.480 ton), untuk bawang daun 340 ha (1.070 ton), untuk cabe 3.236 ha (7.888 ton), untuk tomat 318 ha (2.486 ton), dan untuk buncis disediakan lahan 411 ha dengan  produksi 2.126 ton.

Dengan lahan luas dan subur Kalimantan Barat bertekad meningkatkan ketahanan pangan yang kuat untuk masyarakat. Ini dibuktikan dengan melimpahnya produk buah buahan di sana, mulai dari avokad (281 ton), belimbing (609 ton), duku/langsat (7.165 ton), durian (44.308 ton), jambu biji (2.016 ton), jeruk (145.129 ton), manggis (1.281 ton), mangga (2.666 ton), nangka/cempedak (15.201 ton), nanas (12.492 ton), pepaya (4.124 ton), pisang (96.834 ton), rambutan (41.001 ton), salak (2.963 ton), sawo (2,179 ton), sirsak (596 ton) hingga sukun (1.965 ton). Tentu saja dibutuhkan kerja keras untuk mencapai panen yang gemilang seperti itu. Provinsi ini, misalnya, memiliki saluran irigasi primer sepanjang 698 km, saluran irigasi sekunder sepanjang 2.182 km, dan saluran. irigasi tersier sepanjang 17.144 km pada 2006, meningkat dibanding 2005 yang hanya tersedia 633 km saluran irigasi primer, 1.484 km saluran irigasi sekunder dan 11.121 km saluran irigasi tersier. Dengan prestasi yang dicapainya itu, wajar jika Kalimantan Barat menjadi sebuah provinsi yang berswasembada pangan.

Page 22: Sumber Daya Alam Provinsi

Predikat ini dicapai melalui kerja keras dan kerjasama pemerintah daerah, masyarakat dan dunia usaha. Karena itu, sebagai penghargaan pemerintah terhadap keberhasilan ini, Presiden Susilo Bambang Yodhoyono sampai menganugerahkan penghargaan di bidang ketahanan pangan kepada Gubenur Kalimantan Barat, H. Usman Ja’far, di Istana Bogor pada tanggal 21 Nopember 2006.

Di samping perkebunan, Kalimantan Barat juga memiliki potensi pembangunan yang besar di biding kehutanan. Provinsi Kalimantan Barat merupakan salah satu pro ini yang ditetapkan sebagai "paru paru dunia" yang dikenal dengan "The Heart of Borneo”. Hutan hutan di Kalimantan Barat menyimpan kekayaan luar biasa, kawasan hutan cagar alamnya terhampar seluas 153.275 ha, belum termasuk hutan taman nasional yang luasnya mencapai 1.252.895 ha. Hutan wisata alamnya juga luas, mencapai 29.310 ha dan hutan lindungnya mencakup areal seluas 2.307.045 ha. Ada pun suaka alam lainnya mencapai 210.100 ha. Kawasan budidaya hutan meliputi hutan produksi terbatas seluas 2.445.985 ha, hutan produksi biasa 2.265.800 ha, dan hutan produksi konversi mencapai 514.350 ha.

Dari sektor kehutanan, Bumi Khatulistiwa ini pada tahun 2005 menghasilkan kayu sebanyak 450,030 m³. Ini belum termasuk produksi non kayu yang juga melimpah ruah, meliputi: arang rimba campuran di atas tanah seluas 309.875 ha; damar batu sebanyak 78 ton; rotan lacak sebanyak 16 ton, rotan cacing mencapai 3.689 ton, rotan semambu dengan jumlah 348.800 batang, rotan manau sejumlah 49.000 batang, rotan getah sebanyak 258 ton, rotan segak seberat 231 ton, kulit kayu gembor seberat 128 ton dan 57 ton gaharu buaya.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007)

Sumber Daya Alam Provinsi Kalimantan Selatan Pertanian merupakan sektor yang berkontribusi besar terhadap PDRB Provinsi Kalimantan Selatan. Pada sub sektor pertanian tanaman pangan komoditi utama yang dikembangkan adalah padi sawah dan padi sebagian lagi adalah palawija. Lahan yang digunakan dalam rangka memproduksi tanaman pangan pada umumnya menggunakan lahan sawah yang terdiri dari lahan basah dan perairan pasang surut.

Dengan luas areal produksi (panen) 397.998 ha hasil produksi padi tahun 2004 mencapai 1.403.250 ton. Sedangkan pada tanaman jagung, dengan luas areal produksi mencapai 15.491 ha, dapat memproduksi jagLingsebanyak45.686 ton. Kacang kedelai dengan luas areal produksi mencapai 4.382 ha dapat memproduksi 5,423 ton, tanaman singkong dan umbi-umbian merah dengan luas areal produksi mencapai 7.345 ha dapat

memproduksi sebanyak 88.779 ton.

Selain mengembangkan sektor pertanian, Provinsi Kalimantan Selatan juga mempunyai sektor perkebunan baik yang dikelola perusahaan besar swasta dan pemerintah perkebunan yang dikelola rakyat pada bersifat campuran dan hanya seluruh komoditi utama, sedangkan perkebunan yang dikelola oleh pemerintah adalah komoditi perusahaan besar swasta adalah kelapa sawit. Perkebunan karet dengan luas areal memproduksi sebanyak 91.406,42 ton, teh dengan areal produksi 1.499 ha memproduksi teh sebanyak 244,98 ton. Perkebunan kopi dengan luas areal 5.970 ha memproduksi sebanyak 2.223,66 ton. Perkebunan sawit dengan luas areal memproduksi 303.085,59 ton. Perkebunan dengan luas areal 3.515 ha memproduksi 160.753 ha memproduksi 303.085.599 ton. Perkebunan kakao luas areal 3.515 ha memproduksi 484,32 ton. Perkebunan lada dengan luas areal 1.165 ha memproduksi 634,24 ton, Perkebunan vanili dengan luas areal 6 ha memproduksi 2,63 ton dan perkebunan kelapa dengan luas areal 45.334 ha dapat memproduksi 31.582,85 ton.

Pada sub sektor kehutanan hutan rakyat guna menunjang pembangunan hutan yang berkelanjutan. Selain itu juga telah dikembangkan HTI dan HPH. Luas areal hutan di Provinsi Kalimantan Selatan adalah 1.659.003 ha termasuk didalamnya; hutan lindung, hutan alam, hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, hutan konversi dan hutan bakau. Luas lahan kritis adalah sebesar 500.077 ha dan luas lahan reboisasi alam14.454 ha.

Produksi sektor kehutanan terdiri dari dua jenis yaitu kayu dan non kayu. Hasil hutan non HPH berupa kayu bulat pada tahun 2004 adalah sebesar 719.980,01 m³ dan kayu olahan sebesar 1.568.715,38 m³. Produksi rotan adalah sebesar 239.206 ton; produksi kayu manis adalah sebesar 1.056 ton, produksi karet adalah sebesar 91.406 ton.

Sektor perikanan yang meliputi perikanan laut dan perikanan darat juga dikembangkan oleh provinsi ini.

Page 23: Sumber Daya Alam Provinsi

Khusus perikanan laut hanya terdapat pada 5 kabupaten yaitu: Kabupaten Batola, Banjar, Tala, Tanah Bumbu dan Kota Baru. Perikanan laut dikembangkan oleh sekitar 8.929 kepala keluarga, menggunakan 9.598 unit kapal penangkap ikan dengan total tangkapan mencapai ± 116.375 ton. Sedangkan dalam upaya pengembangan perikanan darat dilakukan melalui tambak, kolam dan keramba. Total produksi perikanan darat mencapai 11.706 ton yang terdiri dari tambak dengan luas areal 663,80 ha dengan produksi mencapai 3.830,90 ton; Kolam dengan luas areal 598,91 ha dengan produksi 2.871, 50 ton. Keramba dengan jumlah sebanyak 3.360 unit memproduksi 5.005 ton.

Sub sektor peternakan di Provinsi Kalimantan Selatan dikembangkan 3 (tiga) jenis ternak yang terdiri dari ternak besar (sapi, kerbau, kuda), ternak kecil (kambing, domba, babi) dan jenis unggas (ayam dan itik). Produksi total daging dari jenis ternak besar menghasilkan daging sebanyak 6.703.428 kg yang antara lain terdiri dari:•    Sapi dengan jumlah populasi 173,648 ekor memproduksi 5.881.834 kg;•    Kerbau dengan jumlah populasi 38.488 ekor memproduksi 819.040 kg;•    Kuda dengan jumlah populasi 794 ekor memproduksi 2.554 kg.

Produksi total daging dari jenis ternak kecil menghasilkan daging sebanyak 602.925 kg yang antara lain terdiri dari: •    Kambing dengan jumlah populasi 91.911 ekor memproduksi 370.613 kg;•    Domba dengan jumlah populasi 3.419 ekor memproduksi 27.574 kg;•    Babi dengan jumlah populasi 6.523 memproduksi 204.738 kg.Sedangkan produksi total dari jenis menghasilkan daging sebanyak 18.699.466 kg dan telur sebanyak 37.217.980 butir.

Sektor pertambangan di Provinsi Kalimantan Selatan di dominasi oleh migas dan batu bara, namun migas cenderung mengalami penurunan, batu bara justru mengalami peningkatan yang cepat. Produksi batu bara pada tahun 2O04 mencapai 45.032.100 m3 ton dengan peningkatan mencapai 7% dari tahun 2003 yang hanya mencapai 41.344.695 m³ ton, sedangkan produksi minyak mentah 394.976.000 ton dan produksi gas alam sebanyak 23.240,50 ton.

Potensi tambang di Kalimantan Selatan du jekinpokkan dalam 3 kelompok yaitu: tambang golongan A, tambang golongan B, dan tambang golongan C. Kelompok tambang golongan A antara lain terdiri dari batubara dengan potensi cadangan sebanyak 5,6 miliar ton, Minyak bumi dengan potensi cadangan sebanyak 101.974.400 m³, dan biji nikel dengan potensi cadangan sebesar 42.242.000 ton. Kelompok tambang golongan B antara lain terdiri dari biji besi dengan potensi cadangangan sebanyak 194.817.800 ton, biji mas dengan potensi cadangan sebanyak 23.227.517 ton, krikil berntan dengan potensi cadangan sebanyak 23.154.000 ton. Kelompok tambang golongan C antara lain terdiri dari batu gamping dengan potensi cadangan sebanyak 10.291.116.760 ton, marmer dengan potensi cadangan sebanyak 1.236.097.000 m³ , kaolin dengan potensi cadangan sebanyak 194.187.800 ton

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007)

umber Daya Alam Provinsi Kalimantan Tengah

Keppres Nomor 82 Tahun 1995 tentang Pengembangan Lahan Gambut Untuk Pertanian Tanaman Pangan di Kalimantan Tengah telah mendasari pelaksanaan proyek pengembangan lahan gambut (PLG) untuk pertanian tanaman pangan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional. Proyek ini berhasil membuka areal baru pertanian (ekstensifkasi), meningkatkan intensitas tanam, memanfaatkan lahan-lahan berawa, membangun berbagai jenis saluran, pintu-pintu air, mencetak sawah, jalan dan jembatan, sarana permukiman, serta mendatangkan transmigran baik dari luar maupun lokal. Semua itu dilakukan oleh dan dengan anggaran berbagai departemen selama 4 sampai 5 tahun.

Di areal PLG terdapat potensi lahan padi seluas 160.000 ha yang setiap tahunnya menyumbangkan pangan tanaman padi bagi masyarakat di sana, Pada musim tanam April-September 2006 saja, misalnya, terdapat luas areal sawah 12.500 ha dengan komposisi bibit unggul seluas 512 ha dan bibit lokal seluas 11.988 ha.

Dalam kaitan ini, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menaruh perhatian besar pada potensi ekonomi dan

Page 24: Sumber Daya Alam Provinsi

besarnya aset yang telah ditanam pemerintah pusat di kawasan PLG itu. Inilah yang mendiring Presiden RI, pada 29 Agustus 2006, mencanangkan ”Rehabilitasi dan Revitalisasi Pengembangan Lahan Gambut” di Kalimantan Tengah, sekaligus melakukan panen perdana untuk penanaman padi seluas 12.500 ha yang terdiri dari 500 ha padi unggul dan 12.000 ha padi local. Dalam sambutannya Presiden berharap: ”... teruskanlah mengembangkan, merencanakan, menata semuanya itu dengan baik, dengan penuh semangat, dengan penuh tanggung jawab, agar cita-cita Pak Gubenur dengan semua pimpinan dan masyarakat Kalimantan Tengah ini dapat terwujud dengan baik”.

Lebih lanjut, Presiden menunjukkan keseriusannya terhadap proyek ini dengan mengeluarkan Inpres Nomor 2 Tahun 2007 tentang Percepatan Rehabilitasi dan Revitalisasi Kawasan Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah, dengan menugaskan Gubenur Kalimantan Tengah dalam penanganan Lahan Gambur sangatlah berat, namun dengan tekad dan optimisme yang tinggi kiranya harapan Presiden dapat terwujud. Ini tercermin dari ungkapan Beliau: ”Kami yakin proyek ini tidak saja bakal menyejahterakan penduduk Kalimantan Tengah, tapi juga akan memberikan kontribusi pangan dalam skala nasional. Ini juga sekaligus membuka lowongan kerja buat masyarakat sekaligus lahan investasi baru untuk investor, ”ujar Teras Narang, optimistis.

Sebagai provinsi ketiga terluas di Indonesia, Kalimantan Tengah mempunyai kawasan hutan seluas 10.294.388,72 ha atau 64,04% diri total luas wilayahnya. Dengan karakteristik vegetasi penutupan lahan yang unik dan khas, hutan-hutan di provinsi ini dibagi dalam empat tipe penyebaran, masing-masing Hutan Hujan Tropika seluas 10.350.363,87 ha atau 65,51% dari total luas provinsi; Hutan Rawa Tropika seluas 2.383.683,31 ha atau 15,08% dari total luas provinsi; Hutan Rawa Gambut seluas 2.280.789,70 ha atau 14,44 % dari total luas provinsi; dan Hutan Pantai Mangrove seluas 832.573,55 ha atau 5,27%dari total luas provinsi.

Luas hutan yang mencapai 64,04% dari total luas wilayah ini bisa dipastikan sangat menguntungkan Provinsi Kalimantan Tengah. Sektor ini menyumbang penerimaan negara yang cukup besar dalam bentuk provisi sumber daya hingga sebesar Rp 132.347.418.067,50,- dan dana reboisasi sebesar Rp 316.558.344.542,59,-. Penerimaan negara tersebut berasal dari pemegang Hak Pengelolaan Hutan (HPK), IPK dan Izin Sah Lain-nya (ISL) serta dari hasil lelang kayu trmuan maupun kayu sitaan.

Sektor perikanan pada 2006 produksinya mencapai ± 88.893 ton, naik 8,5% dibandingkan produksi tahun sebelumnya. Dari jumlah itu, 82.212 ton adalah perikanan tangkap dan 6.681 ton sisanya produksi perikanan budidaya. Termasuk dalam jenis ikan hasil tangkapan di laut adalah tongkol, kembung, udang, kepiting, rajungan, kakap, sembilang, mayung, selar, tenggiri, benagin, pari, cucut, belanak, teri tembang, dan lainya. Sedangkan, hasil tangkapan perairan tawar meliputi baung, gabus, lais, sepat, gurami, biawan, toman, seluang, jelawat, patin, tapah, kelabau, udang galah, betutu, dan lain-lain. Jenis ikan hasil budidaya pada 2006 meliputi: patin, nila, toman, ikan mas, bawal air tawar, jelawat, gurame, lele, betok, udang galah, udang windu, dan bandeng.

Sektor peternakan di Kalimantan Tengah pada umumnya masih digarap secara tradisional dalam bentuk usaha kecil atau rumah tangga. Padahal, luas lahan rumput yangpotensial untuk berbisnis peternakan sapi, kerbau, kambing/domba, dan unggas tersedia luas. Namun demikian, populasi ternak selama 2004 terus nail, khususnya ternak sapi potong yang jumlahnya naik dari 55.999 ekor pada 2005 manjadi 63.375 ekor pada 2006 atau naik 13,24%. Ini semua berkat kegiatan aksi pembibitan dan Penguatan Modal Keuangan Usaha Kelompok (PMKUK) dan skim kredit ketahanan pangan.

Produksi daging juga meningkat dari 13.8925.579 kg pada 2005 menjadi 25,52%. Lenaikan yang sama terjadi pada produksi telur dari 3.851.223 kg pada 2005 menjadi 4.996.351 kg pada 2006 atau nail 29,73%.

Sumber daya alam yang tak kalah memikat di Bumi Tambun Bungai ini adalah perkebunan kelapa sawit. Sektor ini dari tahun terus memikat para investor. Pada 2006, terhampar 523.502 ha kebun sawit, dengan jumlah produksi 1.100.000 ton. Dari buah yang melimpah itu, pemerintah setempat manarik keuntungan dari hasil 813.897 ton crude palm oil (CPO) pada 2006 dan 165.000 ton PLO. Berpijak pada fenomena inilah pemerintah setempat kemudian menargetkan produksi CPO mencapai 2 juta ton pada 2009. jika produksi sawit meningkat, kebutuhan pupuk pun bisa dipastikan meningkat. Inilah bisnis sampingan yang bisa digarap selain sawit. Pada 2006 saja, perkebunan sawit di Kalimantan Tengah menyedot 161.361 ton pupuk. Bisa dibayangkan, jika produksi sawit itu ditargetkan mancapai 2 juta ton.

Secara geologis, Kalimantan Tengah terdiri atas satuan batuan beku (25%), bantuan sedimen (65%) dan batuan metamorf (10%). Ketiga satuan batuan ini membawa potensi bahan galian tambang yang beragam. Pada satuan

Page 25: Sumber Daya Alam Provinsi

beku ini, erdapat di bagian utara Kalimantan Tengah dan dikenal sebagai ”Borneo Gold Belt”, tersimpan potensi emas dan perak serta beberapa jenis logam dasar. Satuan sedimen terdiri atas tigacekungan besar masing-masing cekungan Balito, cekungan Melawi dan cekungan Kutai. Ketiga cekungan ini mangandung cebakan minyak dan gas bumi, batubara, logam mulia dan logam dasar sekunder.

Sejumlah investor lokal maupun luar telah melirik bisis pertambangan yang menggiurkan ini. Ini terlihat dari jumlah perizinan dan kontrak yang dibuat oleh Pemda Kalimantan Tengah, mulai dari enam Kontrak Karya (KK), 15 Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B), 289 Kuasa Pertambangan (KP), 60 Surat Izin Pertambangan Rakyat Daerah, 23 Surat Izin Pertambangan Rakyat (WPR) di lokasi seluas 87.537,94 ha.

Di Kalimantan Tengah kini tersedia potensi 3,5 miliar ton batubara, terdiri atas 1.6064 miliar ton dengan klasifikasi tereka, dan 684.931 juta ton dengan klasifikasi terukur. Target produksinya memang 5 juta ton per tahun, meskipun realisasinya baru mencapai 2 juta ton akibat kendala angkutan. Diperkirakan produksi 2009, akan mencapai 20 juta ton per tahun.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007)

Sumber Daya Alam Provinsi Kalimantan Timur Lahan potensial pertanian tanaman pangan dan hortikultura pada rahim 2006 seluas 2.511.167 ha terdiri dari lahan sawah seluas 225.451 ha dan lahan bukan sawah 2.285.716 ha. Dan luas potensi utama sawah tersebut, yang ditanami padi setahun dua kali 34.076 ha. Lahan sawah yang tidak diusahakan selama satu tahun seluas 23.232 ha dan lahan sawah yang sementara tidak diusahakan adalah 121.270 ha, lahan sawah yang ada baru di fungsikan seluas 104.181 ha (±46%). Untuk lahan bukan sawah dari lahan potensial seluas 2.285,716 ha yang difungsikan baru seluas 1.446.132 ha (±63%) dan sementara tidak diusahakan adalah 893.584 ha (±37%).

Untuk tahun 2005, Provinsi Kalimantan Timur mendapat jatah kayu tebangan tahunan sebesar ±1,5 juta meter kubik. Untuk memenuhi kebutuhan seluruh industri di

Provinsi Kalimantan Timur setidaknya diperlukan bahan baku kayu sebesar 3,2 juta meter kubik.

Perkembangan sektor kelautan dan perikanan menjadi sektor unggulan bagi pertumbuhan ekonomi, potensi sumberdaya ikan yang cakup besar, di antaranya Wilayah ZEEI (Zone Ekskfusif Indonesia) di laut Sulawesi seluas ±297.813 km². Penangkapan di pantai seluas ±12.000.000 ha, terdapat lahan yang digunakan untuk budidaya air payau seluas ±91.380 ha, ditimbang parairan umum seluas ± 2.773.937 ha.

Perkembangan produksi ikan tangkapan ikan laut, produksi perikanan tambak dan produksi penangkapan  perairan umum meningkat dari 99.691 ton tahun 2005 menjadi 101.187 ton pada 2006 dengan  rata pertumbuhan per tahun sebesar 1,5%, Produksi perikanan darat tahun 2005 sebanyak 49.719 ton meningkat  menjadi 50.465 ton pada tahun 2006 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 1,5% produksi ikan perairan umum tahun 2005 meningkat menjadi 30.964 ton pada 2006 rata-rata pertumbuhan sebesar 1,26% per tahun.

Peluang ekspor hasil perikanan sebagian besar ke negara Jepang dan ke beberapa negara tujuan seperti Amerika Serikat, Hongkong, Malaysia, Singapura beberapa negara Eropa. jenis komoditas yang diekspor adalah udang beku (bentuk olahan headless&peeled) yang terdiri atas udang windu dan udang putih, idang segar, ikan tenggiri, ikan hidup berupa ikan berutu, ikan kerapu, lobster serta kepiting, labi-labi, kura-kura, dan cacing laut.

Potensi sumberdaya alam dan sumberdaya mineral yang cukup besar dilihat dari segi geologi dan potensi lahan galian sangat mempunyai daya tarik yang cukup tinggi dimata para investor bidang pertambangan, namun masih banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal terkait dengan masih perlunya secara terus menerus informasi geologi sumberdaya mineral dalam rangka mengelola sumberdaya mineral, energi, air tanah, pengelolaan lingkungan, investasi bencana alam, penggunaan lahan dan penataan ruang wilayah pertambangan. Saat ini terdapat enam perusahaan yang telah memproduksi  minyak bumi, masing-masing Pertamina, OPEP Sangata, tiga perusahaan asing serta dua perusahaan swasta nasional.

Di lihat dari perkembangannya, produksi minyak mentah, gas alam dan batu bara mengalami peningkatan. Produksi minyak mentah pada 2004 sebesar 58.975,99 barell sedangkan produksi gas alam sebesar 1.220.287,54 

Page 26: Sumber Daya Alam Provinsi

dan produksi batu bara sebanyak 63.769.646,04 ton. Sementara pada 2005, produksi minyak mentah 57.025,99  barell, produksi gas alam 1.110.900.740 MMBTU dan batu bara sebanyak 81.517.819,59 ton, Sedangkan untuk tahun 2006 produksi minyak mentah 13.476,48 barel, produksi gas alam 292.227,42 MMBTU, dan produksi batu bara sebesar 58.489,691,98 ton.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007)

Sumber Daya Alam Provinsi Maluku Salah satu yang menjadi motor penggerak perekonomian Provinsi Maluku adalah sektor pertanian, Luas penggunaan lahan untuk hutan lindung 779.618 hektar, hutan suaka alam dan wisata 475.433 hektar, hutan produksi tetap 475.433 hektar, dan untuk lahan persawahan pada 2005 seluas 3.469 hektar, sedangkan untuk sawah tadah hujan 1.065 hektar.

Produksi padi sawah pada 2005 sebesar 32.836 ton akan naik sebesar 4,89% dibandingkan dengan sebelumnya, yaitu 31.304 ton. Produksi padi ladang sebesar 4.403 ton atau turun sebesar 9,10% dibandingkan tahun

sebelumnya yaitu 4.844 ton.

Produksi palawija mengalami kenaikan diantaranya: jagung pada 2004 sebesar l2.477 ton menjadi 14.262 di tahun 2005 atau naik sebesar 14,31%, kacang tanah dari 1.876 ton menjadi 2.508 ton atau naik sebesar 33,69%. Demikian juga dengan abi kayu pada 2005 sebesar 94.995 Lon naik sebesar 3,99% dari tahun 2004, sedangkan ubi jalar naik dari 15.298 ton pada 2004 menjadi 16.701 ton di tahun 2005 atau naik 9,17%.

Perkebunan di Provinsi Maluku adalah perkebunan rakyat dengan angka produksi di tahun 2005 sebanyak 69.175 ton, cengkeh sebesar 12.765 ton, pala sebesar 1.998 ton, coklat sebesar 4.185 ton, kopi sebesar 734 ton, jambu mete sebesar 2.068 ton dan kapuk sebesar 182 ton. Sedangkan hasil kehutanan yang terbesar kayu bulat, dengan total produksi pada 2005 sebesar 124.213,18 m³ mengalami penurunan sebesar 32,91% dari tahun 2004, yaitu 185147,36 m³.

Jumlah ternak untuk tahun 2005, antara lain: sapi sebanyak 66,578 ekor, kerbau 22,607 ekor, kambing 146,193 ekor, domba 13.873 ekor, babi 110,896 ekor dan kuda 8.820 ekor. Produksi perikanan di tahun 2004 sebesar 425.671,4 ton, naik menjadi 453.380,6 ton atau sebesar 6,51% di tahun 2005.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Maluku Utara Potensi sumberdaya alam Provinsi Maluku Utara sangar bervariasi, antara lain pada sektor pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan dan perkebunan. Luas lahan sawah di Provinsi Maluku Utara adalah 49.367 ha, yang terdiri dari lahan irigasi teknis seluas 7.945,5 ha dan lahan non irigasi teknis seluas 41.421,5 ha. Produksi padi yang dapat dihasilkan dari kedua jenis lahan sawah tersebut adalah sebesar 57.943 ton/tahun dengan luas area/panen adalah 16.253 ha. Luas lahan jagung sebesar 6.088 ha dengan tingkat produksi mencapai sekitar 9.860 ton/tahun. Luas lahan ubi jalar sebesar 3.960 ha dengan tingkat produksi mencapai 142.620 ton/tahun. Luas lahan ubi kayu sebesar 11.770 ha dengan peningkatan produksi mencapai 4.965 ton/tahun.

Luas seluruh kawasan hutan di Provinsi Maluku Utara adalah 2.861.475 ha yang terbagi atas Hutan lindung (683,75 ha), hutan produksi terbatas (675,5 ha), Hutan produksi (497,6 ha), Hutan konversi (956.625 ha), dan Hutan PPA (48 ha). Hasil hutan yang paling mendominasi adalah kayu hutan dengan produksi kayu sebesar 44.6951,69 m³ dan hasil produksi kayu sebesar 179,92 ton.

Sebagai provinsi kepulauan dengan penghasil kayu terbesar mencapai 100.736,44 km², perikanan juga merupakan sumber daya alam yang menjanjikan untuk diolah. Hasil kelautan dan perikanan setiap tahunya sebesar 1.035.230 ton, terdiri dari: ikan pelagis besar (tuna, cakalang, tongkol, kakap, tenggiri) sebesar 424.260 ton/tahun; ikan pelagis kecil (ikan teri, kembung, layang selar, julung) sebesar 169.834,33 ton/tahun; ikan demersal (kakap merah. lengcan, ekor kuning, dan baronang) sebesar 6.7801,78 ton/pertahun;  lobster sebesar

Page 27: Sumber Daya Alam Provinsi

14.992,37 ton/tahun; cumi cumi sebesar 22.874,16 ton/tahun; udang peneid sebesar 26.545,26 ton/tahun; rumput laut sebesar 16.387 ton/tahun; ikan kerapu sebesar 38.484 ton/tahun, ikan nila dan ikan mas sebesar 19.682 ton/tahun, udang windu sebesar 3.556 ton/tahun.

Peternakan juga merupakan salah satu potensi sumber daya alam yang terdapat di Provinsi Maluku Utara. Jenis peternakan yang tersebar antara lain peternakan sapi yang mampu memproduksi  daging segar sebanyak 897.052 kg, peternakan kambing memproduksi daging segar sebanyak 402.800 kg, peternakan itik memproduksi telur sebanyak 84.462 butir, peternakan ayam ras memproduksi daging sebanyak 542.448 kg dan telur sebanyak 40.824 butir dan ayam buras mampu memproduksi daging sebanyak 542.448 kg dan telur sebanyak 252.066 butir.

Luas seluruh perkebunan sebesar 272.604 ha terdiri dari perkebunan cengkeh seluas 15.525 ha perkebunan kelapa seluas 200.813 ha, perkebunan pala seluas 16.506 ha, perkebunan kakao seluas 32.531 ha, perkebunan kopi seluas 2.881 ha, perkebunan jambu mere seluas 3.909 ha, perkebunan lada seluas 29 ha, perkebunan vanili seluas 151 ha dan perkebunan cassivera seluas 259 ha.

Jenis pertambangan dan energi yang ada antara lain pertambangan nikel dan pertambangan emas. Sedangkan potensi tambang dan energi yang dapat diolah antara lain: nikel dengan perkiraan cadangan 42.763.460 ton, emas dengan perkiraan cadangan 192.000.000 ton, tembaga dengan perkiraan cadangan mencapai 240.000.000 ton, dan pasir besi dengan perkiraan cadangan mencapai 68.840 ton.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Sulawesi Tenggara Potensi sumberdaya alam sangat bervariasi, antara lain sektor pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan dan perkebunan. Luas total sawah yang menggunakan sistem pengairan seluas 70.726 ha, terdiri dari sawah berpengairan teknis seluas 24.744 ha, berpengairan setengah teknis seluas 20.163 ha, berpengairan sederhana PU seluas 10.460 ha, berpengairan irigasi desa seluas 15.359 ha. Luas total sawah yang menggunakan sistem tadah hujan seluas 13.858 ha, sistem pasang surut seluas 2.211 ha, dan sistim pengairan lainnya seluas 1.212 ha.

Produksi yang dihasilkan dari lahan beririgasi teknis dan non irigasi teknis sebesar 57.943 ton/tahun dengan luas area/panen 16.253 ha. Luas lahan jagung 6A8 ha dengan tingkat produksi mencapai 9.860 ton/ tahun. Luas lahan ubi jalar sebesar

3.960 ha dengan tingkat produksi 142.620 ton/tahun. Luas lahan ubi kayu 11.770 ha dengan tingkat produksi 4.965 ton/tahun.

Di sektor kehutanan, ada 5 hutan suaka alam, 42 hutan lindung dan 52 hutan cagar budaya. Luas kawasan hutan seluruhnya 1.061.270 ha (40,82%). Luas lahan kritis pada 2005 mencapai 1.202.040 ha, Hasil hutan terbagi berdasarkan jenis hutan, yaitu hasil hutan Non HPH, dan hasil hutan ikutan. Hasil hutan non HPH pada 2004 berbentuk kayu bulat dengan total produksi 61.855,79 ton, kayu gergajian total produksi 953.94 m³ dan kayu olahan mencapai 9.539 ton. Sedangkan hasil hutan ikutan adalah rotan dengan produksi mencapai 14.861.82 m³.

Sektor kelautan dan perikanan merupakan sumber daya alam yang potensial. Pada lokasi penangkapan ikan berpotensi mencapai sebesar 250.000 ton/tahun. Tingkat pemanfaatan pada saat ini banyak 157.479 ton/tahun (±63%) dengan jenis produksi antara lain ikan layang, kembung, lemuru, ikan merah, tenggiri, dan kerapu.

Pada perairan laut Banda, Laut Flores, Teluk Bone, dan Teluk Tomini (perairan ZEE)  potensi ikan mencapai 77.500 ton/tahun dan ikan cakafang 38.670 ton/tahun.

Sektor peternakan didominasi oleh ternak sapi, kambing, domba, babi, dan itik. Populasi sapi potong pada 2005 sebanyak 212.000 ekor, jumlah pemotongan pertahun mencapai 24.020 ekor dan pertumbuhan populasi mencapai  2%. Pada hewan ternak kecil, jumlah populasi kambing tahun 2005 adalah 90.089 ekor, domba sebanyak 240 ekor dan babi mencapai 27.760 ekor.

Hewan unggas, antara lain ayam buras populasinya mencapai 7.431.140 ekor dan ayam petelur 40.820 ekor.

Page 28: Sumber Daya Alam Provinsi

Jumlah peternak mancapai 443.600 ton. Jumlah populasi ayam pedaging 810.000 ekor dengan jumlah peternak 232 orang. Rata-rata produksi pertahun daging yang dihasilkan sebanyak 648.560 ton perbulan.

Sektor perkebunan didominasi oleh tanaman kopi, kelapa sawit, kakao, lada, vanili, tebu dan jambu mete. Luas areal perkebunan kopi pada 2005 adalah 10.541 ha dengan jumlah produksi 3.587 ton pertahun. Luas areal perkebunan kelapa sawit mencapai 3.602 ha, perkebunan kakao seluas 175.349 ha dengan jumlah produksi 110.521 ton pertahun. Luas perkebunan lada 12.3274 ha dengan jumlah produksi 2.851 ton pertahun, perkebunan vanili 1.280 ha dengan jumlah produksi 18 ton pertahun dan jambu mete luas areal 119.659 ha dengan jumlah produksi mencapai 34.034 ton.

Sumber daya alam yang juga potensial adalah sektor pertambangan seperti aspal, marmer dan biji nikel. Lokasi penyebaran aspal di Kabupaten Biton dan Kabupaten Muna. Luas areal pertambangan aspalitu sebesar 13.003,67 ha dengan jumlah cadangan potensi/deposit mencapai 680.747.000 ton, Pada jenis tambang batu marmer, lokasi penyebarannya di Kabupaten Buton, Kabupaten Muna, dan Kabupaten Kolaka dengan luas areal seluruhnya 189.082 ha dengan jumlah potensi/deposit mencapai 206.237.000.000 m³. Sedangkan biji nikel, produksinya menurut data tahun 2005 mencapai 1.426.672 ton.

Sumber Daya Alam Provinsi Sulawesi Utara

Provinsi ini memiliki lahan sawah irigasi teknis seluas 25.740 ha, sementara sawah irigasi semi teknis 26.738 ha. Itu semua belum termasuk lahan sawah irigasi non teknis seluas 4.662 ha. Lahan sawah tadah hujan seluas 4.631 ha, areal sawah pasang surut seluas 634 ha, sementara tahan palawija, hortikultura dan sayur-sayuran seluas 341.419 ha, Sawah-sawah inilah yang pada 2006 menghasilkan 451.700 ton padi dan meningkat jadi 470.400 ton pada 2007 dengan luas panen yang juga bertambah menjadi 99.500 ha. Dibanding dua tahun terakhir, produktivitas padi yang dicapai meningkat. Pada 2004, produksi padi di sana mencapai 407.358 ton.

Pertaniaan tanaman pangan di Sulawesi Utara relatif baik, terbukti dari kemampuan provinsi ini untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal, regional (Maluku Utara, Kalimantan Timur dan Papua) serta pasar internasional (Singapura, Malaysia, Belanda dan negara. Eropa lainnya, AS, Cina, Korea, Jepang dan India).

Untuk memenuhi target Sulawesi Utara sebagai sentral hortikultura, kini tengah dikembangkan produksi kentang, wartel dan nanas yang memang menjadi komoditas unggulan daerah itu. Berbagai usaha meningkatkan volume kentang telah dilakukan, misalnya dengan membangun pusat pembibitan ddan pembenihan kentang. Pengembangan SDM petugas melalui pelatihan, mengembangkan teknologi kultur jaringan, mengintroduksi benih baru kentang dan memperbanyak benih G2-G3 dan seterusnya sampai menghasilkan benih sebar. Proyek serupa ini juga telah berhasil dilakukan pada bibit anggrek, pisang dan rambutan. Khusus untuk rambutan digunakan bantuan luar negeri dengan Kecamatan Tenga dan Sinonsayang dijadikan pilot project.

 Total produksi sayur-mayur meningkat signifikan dari 91.048 ton pada 2000 menjadi 325.135 ton pada 2005, namun produksi buah-buahan menurun dari 158.441 ton pada 2000 menjadi 129.662 ton pada 2005. Produksi kentang meningkat dari 38.884 ton pada 2000 menjadi 195.826 ton pada 2005, dibarengi produksi nanas yng juga meningkat dari 1.851 ton pada 2000 manjadi 2.813 ton pada 2005. produksi wartel dari tahun sebelumnya menjadi 11.113 ton pada 2005.

Luas hutan di provinsi ini mencapai 788.691,88 ha. Fungsi hutan dibagi menjadi hutan lindung seluas 175.958,33 ha, hutan produksi tetap seluas 67.423,55 ha, hutan produksi terbatas seluas 219.908,86 ha, hutan produk konversi seluas 14.643,40 ha serta hutan suaka alam seluas 310.759,74 ha. jenis kayu yang dihasilkannya bervariasi dari kayu kelas satu sampai kelas empat, jenis kayu dimaksud adalah kayu besi, meranti, dan kayu lokal lainnya. Disamping itu juga terdapat hasil hutan ikutan yang mempunyai nilai ekonomi dan nilai rambah seperti rotan, damar, kayu manis, ijuk, daun woka dan lainnya.

Sulawesi Utara juga merupakan pusat pengembangan industri perikanan. sejak 2001, pemerintah setempat melaksanakan apa yang disebut Gerakan Pengembangan Komoditas Unggulan Berbasis Agri bisnis (Gerbang Kuba) meliputi industri ikan tuna, cakalang dan layang. Hasil penangkapan ikan di taut merupakan produksi tertinggi di sektor perikanan. Para nelayan kini juga tengah mengembangkan teknik-teknik baru dalam budidaya

Page 29: Sumber Daya Alam Provinsi

perikanan laut, meliputi ikan untuk umpan, ikan kerapu, baronang, rumput laut dan kerang mutiara. Untuk budidaya perikanan darat fokus diarahkan untuk ikan mas dan nila.

Produksi perikanan tangkap (tuna, cakalang, tongkol) pada 2006 sebanyak 137.000 ton. Produksi ini ditargetkan meningkat menjadi 141.000 ton pada 2007 dari 1,4 juta ton quota tangkap yang di toleransi. Potensi ikan tangkap di sana 1,8 juta ton. Hasil budidaya ikan dan udang air tawar mencapai 14.400 ton dengan luas areal 981 ha pada 2006, ditargetkan meningkat menjadi 16.600 ton dengan luas areal 1.130 ha pada 2007. Pada 2006, produksi rumput laut mencapai 12.000 ton (basah) di atas areal tanam seluas 600 ha dan ditargetkan meningkat menjadi 13.100 ton (basah) dengan luas areal tanam 654 ha pada 2007. Potensi yang tersedia sebesar 5.600 ha.

Perkembangan ekspor komoditas perikanan Sulawesi Utara didukung oleh perkembangan unit-unit pengelolahan hasil perikanan. Sampai 2004, terdapat 40 unit perusahaan pengelolahan hasil perikanan dengan 22 cold storage yang mereka miliki. Setiap cold storage berkapasitas 10.630 ton. Kini terdapat 60 eksportir komoditas hasil perikanan di provinsi itu, dengan negara tujuan ekspor antara lain Jepang, Korea, AS, Cina, Spanyol, Australia, jerman, Inggris, Hongkong, Denmark, Afrika Selatan, Irlandia, Belanda, Swiss, Slovenia, Belgia, Finlandia, Italia, Polandia, Prancis, Yunani, Malta, Cyprus, Kanada, Thailand, Taiwan, Singapura, Afrika dan Filipina. Mereka terbiasa pengekspor rumput laut segar, tuna, udang galah dan kepiting bakau yang dibekukan, ikan kaleng, ikan asap.

Sumber Daya Alam Provinsi Sulawesi Selatan

Areal pertanian di provinsi ini mencapai 1.411.446 ha, terbagi dalam lahan persawahan seluas 550.127 ha dan lahan kering seluas 861.319 ha. Lahan persawahan beririgasi teknis mencapai 317.727 ha, sawah tadah hujan seluas 230.760 ha, sawah pasang surut 1.540 ha dan sawah lebah/ polder seluas 100 ha dengan total saluran irigasi mencapai 244.304 ha. Sawah-sawah inilah yang pada 2006 menghasilkan 3.365.509 ton padi, terdiri atas 3.352.116 ton padi sawah dan 13.393 ton padi ladang. Dibanding dua tahun terakhir, produktivitas padi yang dicapai meningkat, Pada 2004, produksi padi di sana mencapai 3.552.834 ton sementara pada 2005 mencapai 3.619.652 ton. Di luar sawah-sawah tadi, di provinsi ini juga terdapat lahan kering yang terdiri atas lahan pekarangan seluas 178.734 ha, tegalan/kebun seluas 539.266 ha dan ladang/huma seluas 153.319 ha.

Sebagai salah satu lumbung beras nasional, Sulawesi Selatan setiap tahunnya menghasilkan 2.305.469 ton beras. Dari jumlah itu, untuk konsumsi lokal hanya 884.375 ton dan 1.421.094 ton sisanya merupakan cadangan yang didistribusikan bagian timur lainnya bahkan telah diekpor sampai ke Malaysia, Filipina dan Papua Nugini. Lokasi produksi padi terbesar berada di Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sidrap, Pinrang dan Luwu (Bodowasipilu).

Selain pertanian, perkebunan juga merupakan sumber daya alam yang sedang di kembangkan seperti: palawija di Sulawesi Selatan pada 2004 sebanyak 674.115 ton, 723.331 untuk tahun 2005 sedangkan pada tahun 2006 mencapai 696.084 ton dan diperkirakan meningkatpada tahun 2007 sekitar  800.000 ton. Jika ini tercapai, Sulawesi Selatan  akan menjadi produsen jagung terbesar kelima di Indonesia. Sentral produksi jagung terdapat di Kabupaten Bone, Jeneponto, Bulukumba dan Bantaeng. Pada kegiatan Presiden RI ke Provinsi Sulawesi Selatan dengan acara "Puncak Hari Pangan dan Peresmian Pembukaan Indonesia Food di Makassar tanggal 26 November 2006 menyampaikan bahwa: “… pada kesempatan yang baik ini, saya meminta agar pemerintah daerah, provinsi, kabupaten dan kota menyusun program-program yang nyata, untuk meningkatkan roda ekonomi pedesaan. jika ekonomi pedesaan tumbuh dengan baik, kerawanan pangan dan secara bertahap dapat kita hapuskan. Saya mengingat kembali akan pentingnya revitalisasi pertanian, perikanan dan kehutanan yang telah saya canangkan beberapa waktu yang lalu…”.

Selain jagung, daerah Sulawesi Selatan juga menghasilkan ubi kayu, ubi jalar. kacang tanah kacang hijau dan kedelai, Untuk produksi ubi kayu pada tahun 2004 sebanyak 592.350 ton, tahun 2005 sebanyak 586.350 ton, sedangkan tahun 2006 produksi ubi kayu sebanyak 590.717 ton. Sedangkan produksi ubi jalar sebesar 61.790 ton pada tahun 2004, 76.500 ton untuk tahun 2005 dan pada tahun 2006 diproduksi sebesar 73.430 ton. Kacang tanah diproduksi sebanyak 41.191 ton tahun 2004, tahun 2005 sebanyak 40.328 ton dan pada tahun 2006 dihasilkan sebanyak 41.759 ton, Kacang hijau pada tahun 2004 diproduksi 27,06 ton, tahun 2005 sebanyak 29.675 ton dan di tahun 2006 sebanyak 28.554 ton. Sedangkan untuk produksi kedelai pada tahun 2004 sebesar 26.875 ton, tahun 2005 sebesar 27.269 ton serta tahun 2006 diproduksi sebesar 22.242 ton. Perkebunan adalah

Page 30: Sumber Daya Alam Provinsi

sektor sumber daya alam yang menghasilkan berbagai jenis komoditas, antara lain kelapa hibrida, kakao, kopi, lada, vanili, teh, jambu mete dan kapas.

Berdasarkan Tata Guna Horan Kesepakatan (TGHK) tahun 2004, luas hutannya mencapai 3.090.005 ha, meliputi hutan lindung seluas 1.224.279,65 ha, hutan produksi terbatas seluas 488.551 ha dan hutan produksi biasa seluas 131.041,10 ha, Dart hutan-hutan ini dihasilkan 147.739,24 m³ kayu, terdiri aras 33.345,9 m³ kayu HPH dan 114.604,67 m³ kayu non-HPH, Produksi non kayu terdiri atas 6478,67 ton rotan dan 180.126,7 ton getah pinus.

Potensi sektor perikanannya sebanyak 318378 ton, terdiri atas perikanan laut sebanyak 291.969 ton, perairan darat 6.425 ton dan perairan umum 19.984 ton. Ekspor 2005 di sektor ini mencapai 1.700 ton ikan tuna segar/beku, 1.710 ton ikan kerapu serta 1.400 ton ikan kakap, meningkat jadi 2.100 ton ikan tuna segar/beku, 1.950 ton ikan kerapu serta 1.745 ton ikan kakap pada 2006. Produk kelautan lainnya adalah rumput laut, yang pada 2004 di budi dayakan di garis pantai sepanjang 1900 km dengan total produksi 4.642,7 ton. Saat ini Sulawesi Selatan merupakan sentral pengembangan produksi rumput laut di Indonesia, khususnya untuk jenis glacillaria dan E Cottoni, masing-masing memberikan kontribusi 58% dan 36% terhadap produk rumput laut nasional.

Berbagai jenis peternakan berkembang di sana, terutama ternak sapi, kerbau, ayam, itik, kambing dan sebagainya. jumlah populasi ternak 2005 sebanyak 28.942.526 ekor per tahun dan produksi peternakan mencapai 26.747.228,47 ton per tahun. Populasi ternak tahun 2004 untuk sapi mencapai 738.140 ekor, kerbau 133.467 ekor, kuda 118.101 ekor, kambing 555.927 ekor, babi 448.869 ekor, ayam ekor dan itik 4.118.276 ekor. Sedangkan pada tahun 2005 jumlah populasi kerbau 171,790 ekor, kuda 130.319, sapi 567.749 ekor, babi 570.917 ekor, dan itik 3.534.280 ekor. Pada 2006 populasi kerbing sebanyak 245.350 ekor, kuda 124.254 ekor, ayam sebanyak ekor dan itik sebanyak 4.765.428 ekor.

Perkebunan adalah sektor andalan dengan berbagai jenis komoditas, antara lain kelapa sawit, kelapa hibrida, kakao, kopi, lada, vanili, tebu, karet, teh, jambu mete dan kapas. Dari semuanya, kakao dan kopi adalah komoditas primadona. Luas perkebunana kakao 662.615 ha, terdiri atas perkebunan rakyat 657.334 ha dan perkebunan besar swasta 5.281 ha. Pertumbuhan rata-rata kakao mencapai 2% per tahun, dengan produksi 521.440 ton per tahun. Sentra produksi kakao terdapat di Kabupaten Luwu Timur, Luwu Utara, Luwu, Wajo, Pinrang, Bone dan Sinjai.

Primadona lainya adalah kopi, dengan luas hutan 203.844 ha, terdiri atas lahan kopi arabika seluas 118.742 ha dan kopi robusta seluas 85.102 ha. Luas lahan ini pun masih dibagi dua, perkebunan rakyat besar seluas 107.966 ha dengan produksi 47.231 ton per tahun dan perkebunana besar swasta seluas 10.776 ha dengan produksi 2.093 ton per tahum. Laju perkembangan luas lahan rata-rata 1,5% per tahun dan pertumbuhan rata-rata produksi 3% per tahun. Setra produksi kopi terdapat di Kabupaten Tana Toraja dan Enrekang.

Salah satu faktor yang mendorong tingginya PDRB Provinsi Sulawesi Selatan adalah sektor pertambangan. Produksinya mencakup emas, mangan, besi, pasir besi, granit, timah hitam, batu nikel sebagai produk unggulannya. Produksi nikel mencapai 73.283.138 kg per tahun, terdapat di Kabupaten Luwu Timur dan Luwu Utara.

Sumber Daya Alam Provinsi Sulawesi Tengah

Perkembangan sektor pertanian sangat dominan. Berbagai program dan kegiatan telah dilakukan untuk mengatasi dampak krisis ekonomi dan telah dapat meningkatkan produksi dan ekspor beberapa komoditas unggulan walau secara keseluruhan belum memberikan nilai tambah dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat petani. Lahan persawahan sesuai sistem pengairannya dapat dibedakan antara lain lahan sawah irigasi teknis seluas 54.314 ha, irigasi setengah teknis seluas 36.241 ha, irigasi sederhana seluas 13.410 ha, irigasi desa/Non PU seluas 22.929 ha dan lahan sawah non irigasi teknis seluas 23.518 ha.

Dari luas lahan tersebut jumlah produksi padi sawah yang dihasilkan setiap tahunnya mencapai 726.714 ton/ha. Luas lahan palawija, hortikultura dan sayur-mayur 57,320

ha, luas lahan buah-buahan 14.029,92 ha dan luas lahan tanaman obat 667.272 ha. jumlah produksi yang dihasilkan dari lahan palawija antara lain jagung dengan jumlah produksi 67.617 ton/ha, tomat jumlah produksi

Page 31: Sumber Daya Alam Provinsi

58.260 ton/ ha, lobak jumlah produksi 48.300 ton/ha, ubi kayu jumlah produksi 48.255 ton/ha, bawang merah jumlah produksi 44,960 ton/ha, terung jumlah produksi 32.490 ton/ha.

Tanaman buah-buahan, jumlah produksi yang dihasilkan antara lain jeruk siam/keprok sebanyak 21.036 ton/ha, labu siam sebanyak 18.890 ton/ha, nangka sebanyak 3.763 ton/ha, durian 3.123 ton/ha, dan pisang sebanyak 2.887 ton/ha.

Potensi peternakan, hewan ternak  didominasi oleh sapi dengan jumlah produksi sebanyak 189.145 ekor, kambing sebanyak 188.452 ekor, kerbau sebanyak 4.491 ekor, kuda sebanyak 3.315 ekor, dan domba sebanyak 2.211 ekor. Sedangkan hewan unggas didominasi oleh ayam pedaging dengan jumlah populasi mencapai 2.522.000 ekor, lalu disusul oleh ayam kampung sebanyak 2.008.549 ekor, ayam ras (petelur) sebanyak 376.214 ekor, itik sebanyak 210.784 ekor. Sektor peternakan setiap tahunnya menghasilkan populasi yang jumlahnya sangat besar. Peternakan sapi menghasilkan produksi daging sebanyak 2.988,17 ton, peternakan babi menghasilkan sebanyak 2.320,19 ton, kambing sebanyak 84,69 ton, peternakan kerbau sebanyak 38,19 ton, peternakan domba menghasilkan produksi daging sebanyak 24,75 ton, Peternakan ayam ras (petelur) menghasilkan telur sebanyak 299,06 ton, peternakan  ayam ras (pedaging) menghasilkan produksi daging sebanyak  2.006,01 ton, peternakan ayam kampung menghasilkan produksi daging sebanyak 1.876,14 ton dan peternakan itik sebanyak 105,18 ton.

Dari komoditas perkebunan, yang diunggulkan adalah kelapa dengan luas areal tanam sebesar 147.320 ha menghasilkan produksi sebanyak 188.650 ton pertahun, kakao luas areal tanam 193.495 ha menghasilkan 177.591 ton per tahun, kelapa sawit luas areal tanam 66,595 ha menghasilkan 623.293 ton pertahun, kopi luas areal tanam 10.720 ha menghasilkan 4.877 ton pertahun, karet luas areal tanam 6.520 ha menghasilkan 7.216 ton pertahun, vanili luas areal tanam 1.434 ha menghasilkan 92 ton pertahun dan lada luas areal tanam 1.428 ha menghasilkan 227 ton pertahun.

Salah satu sumber daya alam lainnya yang dimiliki adalah sektor kehutanan. Luas hutan mencapai 4.394.932 ha, potensi hutan yang dimiliki sangat besar. Jenis-jenis hutan antara lain hutan lindung seluas 1.489.923 ha, hutan produksi biasa seluas 500.587 ha, hutan produksi terbatas seluas 1.476.318 ha, hutan konversi seluas 251.856 ha, hutan suaka alam dan hutan wisata seluas 676.923 ha. Hasil produksi dapat diambil antara lain kayu bulat sebanyak 114.583,25 m³, kayu gergajian 90.308.477,5 m³, kayu eboni 708,32 m³, rotan 13.908.462 m³ dan damar 1.468.826 m³.

Selain itu, terdapat pula potensi sumber air laut, diperkirakan luas perairan sekitar 3 (tiga) kali luas daratan yakni 193.923,75 km² membentang sepanjang wilayah. sebelah timur sejauh Teluk Tolo dan Teluk Tomini dan sebelah barat adalah Selat Makassar dan sebagian laut Sulawesi. Potensi perairan laut mengandung sumber penghasilan yang sangar besar berupa bahan makanan ikan dan tumbuhan laut. Potensi lestari perairan laut Sulawesi Tengah diperkirakan sebesar 1.593.796 ton pertahun. Potensi kelautan dan perikanan dimasukkan dalam penetapan zona/kawasan pengelolaan sumber daya pesisir clan laut Sulawesi Tengah, yakni:

1. Zona pengembangan I, meliputi perairan laut Sulawesi dan Selat Makasar yaitu Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Toli-toli dan Kabupaten Buoi;

2. Zona Pengembangan II, meliput perairan Teluk Tomini yaitu Kab Lipaten Parigi Moutong, Kabupaten Poso, Kabupaten Bariggai;

3. Zona Pengembangan III, meliputi Perairan Teluk folo, yattu Kabupaten Bariggat, Kabupaten Banggai Kepulauan, dan Kabupaten Worowali.  

Potensi penangkapan ikan di laut lepas dan budidaya pantai dapat menghasilkan 92.088 ton ikan dengan jumlah kapal penangkap ikan sebanyak 31.675 unit. Sedangkan di perairan umum mencapai 299 ton ikan. Perikanan budi daya fuis areal mencapai 10.403 ha dapat memproduksi 9.286,6 ton. Pada budidaya tersebut mencapai 1.394,80 ha, dapat menghasilkan sebanyak 1.579,70 ton ikan. Pada budi daya jumlah keramba mencapai 60 unit  produksi 23,2 ton, sedangkan budidaya laut dengan luas areal 828,3 ha menghasilkan produksi sebanyak 20.664,4 ton. Saat ini, Provinsi Sulawesi Tengah pengekspor hasil perikanan sebanyak 1.641 ton keberbagai negara setiap tahunnya.

Potensi sumber daya air cukup besar aliran sungai dan air danau. Sumber  air dan danau dapat dikembangkan energi yang cukup potensial dibagi menjadi beberapa skala, antara lain:

1. Potensi Skala Besar (PLTA) yakni: Sungai Sulewana (Poso) dan Danau Lindu (Palu) yang berkapasitas

Page 32: Sumber Daya Alam Provinsi

total 714,8 Mw;2. Skala Menengah (PTM) yang berkapasitas total 28.564,12 Mw dan;3. Skala Kecil yang berkapasitas total 804,8 Mw.

Provinsi Sulawesi Tengah juga memiliki Potensi Listrik Tenaga Surya (PLTS) seluruh wilayah kabupaten/kota dengan jumlah 8.025 unit dan kapasitas 1.650 kw. Potensi Tenaga Bayu/Angin (PLTB) tersebar di seluruh wilaya kabupaten/kota dengan kapasitas 2-3 m/s. Potensi minyak bumi terdapat di Lapangan Tiaka Kec. Bungku Utara Kab. Morowali dan Kec. Toili Barat Kab. Banggai dengan kapasitas 16,5-23 juta barrel/hari dan potensi gas bumi di Senoro Kec. Taili Kab. Banggai demgam kapasitas 1,6 triliun kaki kubik.

Potensi lain yang taka akalah pentingnya adalah bidang pertambangan dan energi. Jenis-jenis pertambangan antara lain nikel dengan luas areal bahan galian mencapai 322.200 ha dengan jumlah potensi cadangan mencapai 8.000.000 WMT dan jumlah cadangan Infered imonit 14.062,20 juta ton. Jenis pertambangan lainya adalah gelena dengan potensi cadangan mencapai 100.000.000 ton, emas mancapai 16.000.000 ton, molibdenum mencapai 100 juta ton, granit potensi cadangan terukur berdasarkan hasil pemetaan semi mikro 1:50.000 sebesar 259.461.283.470 m³, pasir dfelspar potensi cadangan sebesar 71.211.000 m³, gips dengan luas areal ±200 ha, Lempung potensi cadangan mencapai 6.970.000 m³ dan batu bara dengan ketebalan lapisan 0,3-0,1 m yang pada ketebalan 0,15-3,0 m penyebarannya sekitar 15 ha.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Sulawesi Barat Provinsi ini memiliki potensi sumber daya alam yang besar dan bervariasi mulai dari pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan sampai perkebunan. Provinsi ini memiliki lahan sawah beririgasi teknis seluas 11.366 ha, sawah beririgasi setengah teknis 2.813 ha, sawah beririgasi nonteknis atau sederhana seluas 15.254 ha, dan lahan sawah tadah hujan seluas 26.012 ha, total saluran irigasi mencapai 29.433 km.

Potensi sumberdaya alam itu belum termasuk lahan palawija seluas 11.441 ha dan lahan hortikultura serta sayur-mayur seluas 5.220.363 ha. Dengan luas lahan tersebut, provinsi ini menghasilkan produksi padi sejumlah 253.885 ton yang dipanen di atas areal seluas 59.766 ha atau rata-rata 4,25 ton per ha, palawija sebanyak 85.851 ton, hortikultura dan sayur-mayur sebanyak 683.965 ton.

Di sektor hutannya 1.120.583 ha atau 67%  luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat, mempunyai hutan lindung seluas 700.020 ha, hutan terbatas 341.904 ha dan hutan tetap 78.659 ha. Hutan-hutan inilah menghasilkan 51.306 ton kayu dan 2.927 ton rotan dan damar.

Sumberdaya kelautan dan perikanan provinsi ini menghasilkan 18.456 ton ikan pada 2005, terdiri atas  37.720,4 ton perikanan laut dan 4.364 ton perikanan  darat, terdiri atas 4.184,71 ton tambak air payau, 9,15 ton ikan kolam, 4,7 ton ikan sawah, dan 153,3 ton ikan rawa, Pemerintah setempat mencatat bahwa perikanan laut sebanyak 60.116 ton/tahun. Areal budidaya rumput lautnya seluas 20.337 ha dann areal budidaya tambak seluas 13.662 ha. Kegiatan perikanan ini didukung oleh 17.616 kepala keluarga atau 7,5% dari total penduduk di provinsi itu.

Di sektor peternakan, pada 2005 ternak besarnya terdiri atas 75.301 ekor sapi, 12.421 ekor kerbau dan 8.285 ekor kuda. Sementara ternak kecilnya terdiri atas 179.530 ekor kambing dan 102.866 ekor babi. Populasi itik berjumlah 1.661.893 ekor, ayam ras sebanyak 178.958 ekor dan ayam kampung mencapai 4.033.262 ekor, Produksi peternakan meningkat pada 2006, mencakup 88.511 ekor sapi, 15.456 ekor kerbau, 10.789 ekor kuda, 243.235 ekor kambing dan 122.948 ekor babi. Populasi unggas juga bertambah, mencakup ayam kampung 4.891,449 ekor, ayam potong sebanyak 447.795 ekor, ayam petelur sebanyak 180.651 ekor dan itik sebanyak 1.716.252 ekor.

Lahan perkebunan seluas 342.917 ha, terbagi dalam perkebunan rakyat seluas 278.014 ha dan perkebunan besar swasta seluas 64.903 ha, Komoditas unggulan di sektor perkebunan adalah kakao dengan luas lahan 116.425 ha menghasilkan 102.976 ton, diikuti jambu mete dengan luas lahan 635 ha menghasilkan 144 ton, kelapa dalam dengan luas lahan 54.180 ha menghasilkan 52.259 ton, kelapa sawit dengan luas lahan 14.890 ha menghasilkan

Page 33: Sumber Daya Alam Provinsi

261.004 ton, kelapa hibrida dengan luas lahan 5.226 ha menghasilkan 6.000 ton dan kopi robusta dengan luas lahan 18.835 ha menghasilkan 7.065 ton.

Di sektor pertambangan dan energi, potensi sumberdaya alamnya meliputi batu bara dengan potensi 322.142.102 ton. Kedua potensi ini terdapat di Kabupaten Mamuju. Potensi bijih besi sebesar 88.819 ton terdapat di Kabupaten Polewali Mandar, potensi tembaga 50.000 ton, zeng dan mangan 15.000 ton. Semua potensi ini terdapat di Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju. Potensi pasir kuarsa sangat besar, sebanyak 3.534.411 ton dan zeolit di Kabupaten Mamasa dengan potensi sebesar 17.057.600 ton, kaolin di Kabupaten Polewali Mandar dengan potensi sebesar 570.937 ton, batu gamping sebesar 3.864.430 ton di Kabupaten Majene serta potensi marmer dengan potensi sebesar 570.937 ton. Setelah di eksplorasi, potensi minyak dan gas bumi terdapat di Kabupaten Bloka Surumanal Pasangkayu, Kurna, BudangBudong, dan Karama.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi Sulawesi Barat Provinsi ini memiliki potensi sumber daya alam yang besar dan bervariasi mulai dari pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan sampai perkebunan. Provinsi ini memiliki lahan sawah beririgasi teknis seluas 11.366 ha, sawah beririgasi setengah teknis 2.813 ha, sawah beririgasi nonteknis atau sederhana seluas 15.254 ha, dan lahan sawah tadah hujan seluas 26.012 ha, total saluran irigasi mencapai 29.433 km.

Potensi sumberdaya alam itu belum termasuk lahan palawija seluas 11.441 ha dan lahan hortikultura serta sayur-mayur seluas 5.220.363 ha. Dengan luas lahan tersebut, provinsi ini menghasilkan produksi padi sejumlah 253.885 ton yang dipanen di atas areal seluas 59.766 ha atau rata-rata 4,25 ton per ha, palawija sebanyak 85.851 ton, hortikultura dan sayur-mayur sebanyak 683.965 ton.

Di sektor hutannya 1.120.583 ha atau 67%  luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat, mempunyai hutan lindung seluas 700.020 ha, hutan terbatas 341.904 ha dan hutan tetap 78.659 ha. Hutan-hutan inilah menghasilkan 51.306 ton kayu dan 2.927 ton rotan dan damar.

Sumberdaya kelautan dan perikanan provinsi ini menghasilkan 18.456 ton ikan pada 2005, terdiri atas  37.720,4 ton perikanan laut dan 4.364 ton perikanan  darat, terdiri atas 4.184,71 ton tambak air payau, 9,15 ton ikan kolam, 4,7 ton ikan sawah, dan 153,3 ton ikan rawa, Pemerintah setempat mencatat bahwa perikanan laut sebanyak 60.116 ton/tahun. Areal budidaya rumput lautnya seluas 20.337 ha dann areal budidaya tambak seluas 13.662 ha. Kegiatan perikanan ini didukung oleh 17.616 kepala keluarga atau 7,5% dari total penduduk di provinsi itu.

Di sektor peternakan, pada 2005 ternak besarnya terdiri atas 75.301 ekor sapi, 12.421 ekor kerbau dan 8.285 ekor kuda. Sementara ternak kecilnya terdiri atas 179.530 ekor kambing dan 102.866 ekor babi. Populasi itik berjumlah 1.661.893 ekor, ayam ras sebanyak 178.958 ekor dan ayam kampung mencapai 4.033.262 ekor, Produksi peternakan meningkat pada 2006, mencakup 88.511 ekor sapi, 15.456 ekor kerbau, 10.789 ekor kuda, 243.235 ekor kambing dan 122.948 ekor babi. Populasi unggas juga bertambah, mencakup ayam kampung 4.891,449 ekor, ayam potong sebanyak 447.795 ekor, ayam petelur sebanyak 180.651 ekor dan itik sebanyak 1.716.252 ekor.

Lahan perkebunan seluas 342.917 ha, terbagi dalam perkebunan rakyat seluas 278.014 ha dan perkebunan besar swasta seluas 64.903 ha, Komoditas unggulan di sektor perkebunan adalah kakao dengan luas lahan 116.425 ha menghasilkan 102.976 ton, diikuti jambu mete dengan luas lahan 635 ha menghasilkan 144 ton, kelapa dalam dengan luas lahan 54.180 ha menghasilkan 52.259 ton, kelapa sawit dengan luas lahan 14.890 ha menghasilkan 261.004 ton, kelapa hibrida dengan luas lahan 5.226 ha menghasilkan 6.000 ton dan kopi robusta dengan luas lahan 18.835 ha menghasilkan 7.065 ton.

Di sektor pertambangan dan energi, potensi sumberdaya alamnya meliputi batu bara dengan potensi 322.142.102 ton. Kedua potensi ini terdapat di Kabupaten Mamuju. Potensi bijih besi sebesar 88.819 ton terdapat di Kabupaten Polewali Mandar, potensi tembaga 50.000 ton, zeng dan mangan 15.000 ton. Semua potensi ini terdapat di Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju. Potensi pasir kuarsa sangat besar, sebanyak 3.534.411 ton dan zeolit di Kabupaten Mamasa dengan potensi sebesar 17.057.600 ton, kaolin di Kabupaten Polewali Mandar

Page 34: Sumber Daya Alam Provinsi

dengan potensi sebesar 570.937 ton, batu gamping sebesar 3.864.430 ton di Kabupaten Majene serta potensi marmer dengan potensi sebesar 570.937 ton. Setelah di eksplorasi, potensi minyak dan gas bumi terdapat di Kabupaten Bloka Surumanal Pasangkayu, Kurna, BudangBudong, dan Karama.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi NTB Potensi areal pertanian yang dapat diusahakan dan dikembangkan dalam rangka menunjang ketahanan pangan dan pengembangan sektor agribisnis adalah 1.106.599 ha, dan baru dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian mencapai 49.893 ha, terdiri dari lahan irigasi 146.916 ha, non irigasi 35.339 ha, lahan tadah hujan 28.553 ha, dan lahan kering 287.085 ha. Sebagai komoditas utama, pasti diusahakan dan dikembangkan hampir di seluruh wilayah kabupaten/kota, dan potensi pengembangan dalam dua kah musim tanam mencapai 396.941 ha, yaitu musim hujan 214.910 ha

dan musim kemarau 182,031 ha. Produksi padi pada tahun 2004 mencapai 1.466.757 ton, pada 2005 turun lebih rendah yaitu 1.367.869 ton, angka produksi padi/gabah, maka produksi beras mencapai 1.259.889 ton, sementara kebutuhan konsumen penduduk NTB tahun 2005 mencapai 530.788 ton, sehingga terdapat kelebihan stock sebanyak 284.556 ton yang menjadi stock pangan nasional.

Komoditas tanaman pangan dan hortikultura yang banyak dikembangkan dan menguntungkan  untuk diusahakan oleh masyarakat petani antara lain adalah: kedelai, kacang tanah, jagung kacang hijau, cabe, bawang merah, mangga, pisang dan nanas. Di samping sembilan jenis komoditas unggulan daerah, komoditas hortikultura lain yang dapat dikembangkan adalah kentang, wortel, apel, dan anggur.

Luas hutan berdasarkan data dinas kehutanan Provinsi NTB tahun 2006 seluas 1.098.744,08 ha, Produksi hasil hutan menurut: jenis kayu yaitu jati, rimba, dan dua bunga. Sedangkan hasil hutan non kayu yaitu kayu bakar, rotan, air madu, asam, bambu, kayu bulat, kayu gergajian, dan akar lontoh.

Semua biofisik, Provinsi NTB mempunyai potensi sumber daya pesisir dan laut yang cukup tinggi, dengan luas perairan lautnya sekitar 29.159,04 km2, panjang pantai 2.333 km2 dan perairan karang sekitar 3.601 km2. Potensi lestari perikanan sekitar 102.804 ton/tahun, yang terdiri dari perairan pantai sebesar 67.906 ton/tahun, perairan lepas pantai sekitar 61.957 ton/tahun dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) sekitar 298.576 ton/tahun. Provinsi NTB membagi wilayahnya menjadi 3 (tiga) wilayah pengembangan perikanan, yaitu:

1. Pulau Lombok, dengan prioritas pada pengembangan budidaya laut dan perikanan air tawar, budidaya air payau (tambak), penangkapan perairan umum;

2. Pulau Sumbawa Bagian Barat prioritas pada pengembangan budidaya air payau (tambak), budidaya laut, penangkapan, perairan umum dan budidaya air tawar;

3. Pulau Sumbawa Bagian Timur dengan prioritas pada pengembangan penangkapan, budidaya air (tambak), budidaya laut, perairan umum, dan budidaya air tawar. 

Lahan untuk pengembangan budidaya perikanan laut dan payau seluas 42.595 ha, dan baru dimanfaatkan seluas 6.528 ha (15%). Pengembangan perikanan budidaya laut, payau, maupun air tawar menjadi perhatian utama untuk dikembangkan seperti budidaya tambak udang, rumput laut, kerang, mutiara, abalone, lobster, kerapu dan budidaya ikan karang lainnya yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. jumlah produksi penangkapan ikan di wilayah perairan taut NTB pada tahun 2004 tercatat 79.449,7 ton, pada tahun 2005 sebesar 81.610,2 ton.

Jenis rumput laut yang sudah dikenal dan dikembangkan oleh masyarakat adalah jenis sango sango (Gracilaria), Geranggang (Encheuma spinosum) dan Kottorni (Eucheuma cottomi), yang diperkirakan mencapai 5.910 ha dengan potensi produksi diperkirakan mencapai 591.000 ton per tahun, menyebar pada masing masing kabupaten, sedangkan jenis mutiara yang dihasilkan. adalah mutiara bulat (round pearl) dan mutiara setengah bulat (balf pearl).

Provinsi Nusa Tenggara Barat berada di dua lempeng besar yakni Hindia Australia dan Eurasia yang saling berinteraksi dan berbentuk, menjadikan wilayah NTB kaya dengan sumber daya mineral dan energi. Terdapat enam jenis bahan galian mineral logam, dan yang telah memperoleh izin baik segi eksplorasi maupun eksploitasi adalah lima jenis bahan galian yaitu emas, perak, tembaga, pasir best, dan timbal atau timah hitam, sedangkan

Page 35: Sumber Daya Alam Provinsi

belerang jumlahnya belum ekonomis untuk diproduksi.

Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu daerah produsen dan pemasok utama ternak potong dan bibit untuk kebutuhan berbagai daerah di Indonesia. Daya dukung pengembangan agribisnis berbasis peternakan antara lain potensi ketersediaan  ternak secara kualitas dan kuantitas, sumber daya lahan, dan pakan ternak, dukungan semua produksi, pola peliharaan secara kelompok, bebas beberapa penyakit menular serta masih terbukanya peluang pasar domestik dan ekspor. Sapi NTB adalah jenis (ras) sapi Bali, yang termasuk komoditas unggulan NTB serta memiliki pasar domestik dan ekspor. Di samping sapi dan kerbau, komoditas penunjang lainnya adalah babi, kambing& kuda, ayam, dan itik.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).

Sumber Daya Alam Provinsi NTT Menurut informasi, pada tahun 2006 terjadi peningkatan hasil panen, Peningkatan luas panen dan produksi diikuti oleh peningkatan produktifitas usaha, kecuali pada kedelai. Secara umum, kondisi ini menunjukkan terjadinya ekstensif kasi pertanian tanaman pangan yang disertai perbaikan metode clan teknologi pra panen. Dengan demikian, diharapkan kecenderungan perluasan areal panen yang disertai dengan perbaikan teknologi pertanian terus berkelanjutan sehingga menyediakan bahan pangan utama tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga (food

crops) melainkan juga bagi aktifitas yang mendatangkan uang tunai bagi petani (cash crops).

A.    Pertanian

Produksi sub sektor tanaman pangan merupakan produksi utama bagi ketahanan pangan, pada umumnya dan kesejahteraan petani pada khususnya, karena bagi mayoritas keluarga petani, ketersediaan pangan serta kebutuhan hidup penting lainnya bergantung pada apakah produksi pangannya cukup untuk konsumsi keluarga dan untuk diperjual belikan guna memperoleh uang tunai. Terkait dengan hat tersebut, berbagai upaya dan kecenderungan perbaikan yang perlu ditingkatkan melalui program pemerintah dan masyarakat, produksi tanaman yang di hasilkan di provinsi ini adalah sumber karbohidrat (padi, jagung, kacang-kacang umbi-umbian) dan sumber protein nabati (sayur dan buah).Jika pada 2004, lima sayuran dengan produksi tertinggi adalah sawi, terung, bawang dan tomat, maka pada 2005 kacang tanah menduduki peringkat pertama, dan tomat produksi tertinggi. Selain sayur mayur, buah-buahan merupakan penyumbang utama protein nabati serta mineral-mineral yang  penting untuk kesehatan tubuh.

Secara agregat, sebelas komoditi buah-buahan yang dipantau memperlihatkan produksi yang positif dimana peningkatan produksi dari tahun 2004 ke tahun 2005 adalah 39,50%. Peningkatan produksi terendah adalah sirsak (12,18%), sedangkan jeruk (63,74%). Kondisi ini merupakan  perbaikan produksi buah-buahan di Nusa Tenggara Timur.

Selain ini, provinsi ini juga sedang melakukan menggalakkan pengembangan apel jenis Rome beauty yang berasal dari Timor Tengah Selatan, Pengembangan diharapkan dapat mengembalikan daya produksi apel sehingga suplai apel yang selama dua dasawarsa dimonopoli apel luar Nusa Tenggara Timur dapat diganti dengan produk lokal.

B.    Kehutanan

Luas hutan adalah 1.808.990 hektar atau setara 30,34% luas daratan merupakan dampak deforestasi dimana eksploitasi hasil hutan dalam bentuk kayu berpacu terlalu cepat dibandingkan upaya-upaya reboisasi dan rehabilitasi hutan. Ekploitasi hasil hutan kayu, arang dan pohon mencapai 86.620,77 meter kubik, hasil hutan non kayu, kulit dan daun mencapai 29.777.185 ton, dan hasil perburuan (madu) 23.604 liter.

C.    Kelautan dan Perikanan

Sub sektor perikanan dan kelautan merupakan penyumbang protein hewani untuk konsumsi lokal masyarakat Nusa Tenggara Timur, pasar nasional bahkan pasar luar negeri untuk jenis ikan tertentu. Sub sektor perikanan mengalami penurunan kinerja yang signifikan ditandai oleh penurunan tangkapan ikan laut sebesar 87,90% dan

Page 36: Sumber Daya Alam Provinsi

ekspor 58,73%, serta penurunan potensi produksi dan produksi perikanan darat.

D.    Peternakan

Sub sektor peternakan merupakan penyumbang protein hewani untuk kebutuhan masyarakat lokal maupun masyarakat di luar Nusa Tenggara Timur. Tujuh jenis ternak menunjukkan perkembangan populasi netto sebesar 1,87%, Kenaikan tertinggi di sumbangkan oleh kambing (3,85%) dan babi (3,37%), sedangkan pertumbuhan negatif disumbangkan oleh domba, perkembangan pengeluaran ternak, perdagangan antar pulau sapi sebagai ternak niaga utama mengalami penurunan sebesar 19,47%, sekalipun secara agregat pengantar  ternak besar mengalami pertumbuhan sebesar 7,94%. Akan hasil pemotongan ternak, secara agregat terjadi kenaikan sebesar 1,89%. Jika dibandingkarn antara pengantar pemotongan, terlihat bahwa pemotongan sapi mengalami lonjakan yang lebih besar daripada pengantarpulauannya, hal ini menunjukkan daya serap daging sapi untuk pasar lokal mengalami peningkatan.

E.    Perkebunan

Usaha tani tanaman perkebunana memiliki keunggulan tersendiri karena tahun produksinya yang panjang. Dalam kurun waktu 2004-2005, secara agregat terjadi pertambahan luas areal tanaman produktif sebesar 11,94%, dan pertambahan produksi sebesar 9,97%. Namun demikian, data menunjukkan bahwa terjadi sedikit penurunan luas panen untuk tanaman kopi, asam, dan lontar; tetapi untuk kopi dan asam, tidak diikuti dengan penurunan produksi. Penurunan produksi justru terjadi pada tanaman lain yakni kapuk dan tembakau.

F.    Pertambangan dan Energi

Sub sektor pertambangan dan penggalian belum menjadi penyumbang dominan dalam pendapatan regional karena sejauh ini didominasi oleh komoditas bernilai rendah yakni batu karang, sirtu, pasir, batu pecah, batu gelondongan, batu warna dan batu kapur untuk kebutuhan konstruksi lokal. Potensi 2,79% pada 2005. selain deposit bernilai rendah, terdapat pula eksplorasinya panas bumi untuk pembangkit energi listrik di Flores, penambangan marmer di Timor dan penambangan biji besi di Sumba. BPS memperkirakan bahwa total ekspor NTT untuk batuan dan biji besi sekitar 43 ribu ton dengan nilai ekonomi 1,15 juta dolar Amerika.

Eksplorasi panas bumi untuk pembangkit energi listrik telah sampai pada tahapan implementasi, sehingga diyakini akan meningkatkan daya dorong sub sektor pertambangan terhadap peningkatan energi dan listrik. Kendala yang dihadapi usaha penambangan deposit marmer adalah tingginya investasi, dan risikonya serta lemahnya diplomasi sosial ekonomi antara masyarakat adat, pemerintah dan perusahaan penambang, mengakibatkan berhentinya dua buah tambang marmer di daratan Timor. Untuk penambangan biji besi di Sumba, kendala yang dihadapi adalah rendahnya skala usaha yang diterapkan sehingga tidak mencapai skala yang ekonomis.

Sumber: Indonesia Tanah Airku (2007).