eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/jurnal sulkifli amin.docx · web viewpopulasinya adalah...

31
Pengaruh Antropometri dan Koordinasi Mata Tangan Terhadap Pencapian Hasil Slice Service Permainan Tenis Lapangan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Tadulako ABSTRAK SULKIFLI AMIN, 2015. Pengaruh Antropometri dan Koordinasi Mata Tangan Terhadap Pencapian Hasil Slice Service Permainan Tenis Lapangan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Tadulako (Dibimbing Oleh Djen Djalal dan Hikmad hakim) Faktor pendukung dalam pencapaian hasil slice service permainan tenis lapangan adalah faktor antropometri dan koordinasi mata tangan. Antropometri dalam penelitian ini meliputi tinggi badan dan berat badan. Memiliki antropometrik yang baik akan mempengaruhi hasil servis yang dilakukan dalam bermain tenis lapangan dan memiliki koordinasi mata tangan yang baik dibutuhkan akan mempengaruhi hasil servis permainan tenis lapangan Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik analisis jalur (Path Analysis). Populasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sampling sistematis. Teknik anaslisa data yang digunakan adalah analisis statistik 1

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

Pengaruh Antropometri dan Koordinasi Mata Tangan Terhadap Pencapian

Hasil Slice Service Permainan Tenis Lapangan Mahasiswa Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Tadulako

ABSTRAK

SULKIFLI AMIN, 2015. Pengaruh Antropometri dan Koordinasi Mata Tangan

Terhadap Pencapian Hasil Slice Service Permainan Tenis Lapangan Mahasiswa

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas

Tadulako (Dibimbing Oleh Djen Djalal dan Hikmad hakim)

Faktor pendukung dalam pencapaian hasil slice service permainan tenis lapangan adalah faktor antropometri dan koordinasi mata tangan. Antropometri dalam penelitian ini meliputi tinggi badan dan berat badan. Memiliki antropometrik yang baik akan mempengaruhi hasil servis yang dilakukan dalam bermain tenis lapangan dan memiliki koordinasi mata tangan yang baik dibutuhkan akan mempengaruhi hasil servis permainan tenis lapangan

Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik analisis jalur (Path Analysis). Populasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sampling sistematis. Teknik anaslisa data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis jalur dengan bantuan program computer SPSS 16.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) variabel tinggi badan berpengaruh secara langsung terhadap koordinasi mata tangan sebesar 21,05%.(2) berat badan berpengaruh langsung terhadap koordinasi mata tangan sebesar 15,11% (3) Tinggi badan berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan sebesar 17,27%. (4) Berat badan berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan sebesar 16,57 %. (5) Koordinasi mata tangan berpengaruh secara langsung terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan sebesar 8,76 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, (1) Terdapat pengaruh langsung tinggi badan terhadap koordinasi mata tangan. (2) Terdapat pengaruh langsung berat badan terhadap koordinasi mata tangan. (3) Terdapat pengaruh langsung tinggi badan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan. (4) Terdapat pengaruh langsung berat badan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan. (5) Terdapat pengaruh langsung koordinasi mata tangan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan. (6) Terdapat pengaruh tidak langsung tinggi badan terhadap hasil

1

Page 2: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

slice service permainan tenis lapangan melalui koordinasi mata tangan. (7) Terdapat pengaruh tidak langsung berat badan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan melalui koordinasi mata tangan.

Kata Kunci : Antropometri, Koordinasi Mata Tangan, Hasil Slice Service Permainan Tenis Lapangan

PENDAHULUAN

Servis sebagai salah satu teknik dasar yang menjadi perhatian penting

dalam permainan tenis lapangan, seorang pemain tenis lapangan harus memiliki

kemampuan untuk melakukan servis yang baik dan benar. Selain sebagai teknik

dasar dalam permainan tenis lapangan, servis merupakan pukulan permulaan

permainan tenis lapangan. Seorang pemaian dalam perolehan poin harus

melakukan servis terlebih dahulu.

Servis bagi seorang pemain pemula hanya dianggap sebagai pukulan awal

dalam suatu pertandingan, akan tetapi bagi seorang pemain profesional servis

dapat dijadikan sebagai pukulan awal dan sekaligus sebagai serangan awal bagi

pemain lawan. Pemain yang memiliki servis yang akurat dan keras akan

berpeluang untuk memperoleh poin dengan mudah. Servis yang keras dan akurat

akan membuat lawan melakukan kesalahan dalam mengantisipasi kecepatan dan

arah bola. Akan tetapi mencapai hasil tersebut tidaklah mudah, seorang pemain

terkadang melakukan kesalahan sehingga membuang peluang untuk memperoleh

poin melalui servis. Seorang pemain memungkinkan kecolongan poin karena

melakukan double fault atau servis yang dilakukan dapat dengan mudah untuk

dikembalikan oleh pemain lawan. Menurut Brown (2007:53) Servis sangat

penting, karena angka tidak akan diperoleh tanpa melakukan servis terlebih

2

Page 3: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

dahulu pemain saling melakukan servis selama bertanding, jadi memukul servis

kelapangan yang tepat tidak hanya penting tapi vital. Pada tingkat pemain

menengah dan lanjut, memegang servis (memenangkan permainan saat servis)

merupakan sasaran utama dalam pertandingan. Sebuah servis yang efektif menjadi

kunci kemenangan, karena dengan servis yang baik, berarti seorang pemain

memiliki 50% peluang untuk memperoleh angka dibandingkan dengan pukulan

bertahan.

Servis permainan tenis lapangan menurut Kurniawan (2011:83) Servis

merupakan pukulan pembuka yang dilakukan oleh pemain di sisi deuce court.

Oleh karena itu, pukulan pionir ini sangat penting bagi kita untuk dapat

menguasainya. Selanjutnya Rakyat (2004:36) menabahkan bahwa servis adalah

pukulan yang paling mematikan dalam tenis. Dalam posisi statis, servis yang

terukur baik akan menembak bola dengan ketepatan mematikan pada lawan.

Untuk servis sempurna, rasakan momentum naik melaui tubuh saat kaki,

pinggang, punggung, pundak, tangan bermain dan pergelangan tangan membuat

reaksi berantai yang kuat.

Hasil servis dalam permainan tenis lapangan sangat dipengaruhi oleh

pemain itu sendiri, untuk memperoleh kemampuan servis yang baik

membutuhkan usaha-usaha dari pemain itu sendiri yaitu dengan melakukan

latihan secara teratur dan sitematis. Disamping latihan yang sitematis dan teratur,

kemampuan servis seorang pemain dalam permainan tenis lapangan juga dapat

didukung oleh faktor Antropometri dan faktor potensi fisik seperti koordinasi

tubuh yang dimiliki oleh seorang pemain.

3

Page 4: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

Antropometri merupakan ukuran komposisi tubuh yang dimiliki oleh

seorang pemain yang meliputi pengukuran tinggi dan panjang tubuh, ukuran

besar, lebar dan berat tubuh. Pencapaian hasil servis tenis tentunya tak lepas dari

faktor Antropometri yang dimiliki oleh seorang pemain. Antropometri sebagai

salah satu factor yang menjadi penentu keberhasilan seorang pemain dalam

melakukan servis tentunya menjadi pokok perhatian. Oleh karena itu pengukuran

Antropometri dapat dijadikan sebagai perhatian utama dalam pemilihan dan

prekrutan pemain yang akan dijadikan sebagai seorang atlet, meskipun

Antropometri sering di anggap sebagai faktor pendukung dalam pencapaian

prestasi khusnya cabang tenis lapangan..

Sebagai upaya untuk mendukung peningkatan hasil servis tenis, maka

setiap pemain harus memiliki potensi fisik yang baik. Selain memiliki

Antropometrik yang baik dalam melakukan servis seorang harus memiliki

kemampuan koordinasi yang baik dalam mendukung hasil servis tenis yang baik

pula. Kemampuan koordinasi yang dimaksud adalah kemampuan koordinasi mata

tangan. Koordinasi mata tangan dalam pencapain hasil servis tenis lapangan

merupakan salah satu dari berbagai jenis komponen kondisi fisik yang dijadikan

sebagai tolak ukur dalam pencapaian hasil servis.

Masalah utama yang dihadapi dalam peningkatan prestasi olahraga

khususnya prestasi pada cabang olahraga tenis lapangan adalah dalam proses

pemilihan dan prekrutan pemain untuk dijadikan atlet. Seorang pelatih dalam

proses pemilihan dan prekrutan atlet hanya melalui pengamatan sepintas saja.

Pemilihan tersebut tanpa mempertimbangkan tes pengukuran Antropometrik dan

4

Page 5: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

potensi fisik yang dimiliki dalam proses pemilihan pemain yang akan dibina

dalam upaya peningkatan prestasi. Selain hal tersebut proses prekrutan dan

pemilihan pemain oleh kebanyakan pelatih cenderung hanya dengan memilih

pemain secara langsung berdasarkan cabang olahraga yang diminati oleh pemain

tersebut tanpa mempertimbangkan faktor-faktor pendukung dalam peningkatan

prestasi olahraga khususnya pada cabang olahraga yang dilatihkan. Hal ini

tentunya akan berpengaruh pada peningkatan prestasi yang dimiliki oleh pemain

atau atlet. Secara umum kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan manusia

ditentukan oleh berbagai faktor. Faktor tersebut menurut Manuaba (1989) dalam

Zulfikar (2011:14) meliputi: umur, jenis kelamin, ras, antropometri, status

kesehatan gizi, keseharan jasmani, pendidikan, keterampilan, budaya, tingkah

laku, kebiasaan, dan kemampuan beradaptasi. Berdasarkan penjelasan tersebut,

salah satu yang menjadi faktor penentu kemampuan seseorang dalam suatu

aktifitas gerak dalam olahraga khusnya sevis dalam permainan tenis lapangan

adalah antropometri.

Sebagai salah satu universitas negeri yang ada di kota Palu, universitas

tadulako merupakan universitas yang miliki program studi yang bergerak pada

bidang ilmu keolahragaan sehingga menjadi salah satu universitas primadona

yang banyak diminati oleh pendaftar hampir setiap tahunnya. Dalam proses

prekrutan mahasiswa berbagai macam item tes dilakukan dalam melakukan

seleksi untuk masuk sebagai calon mahasiswa pada program studi pendidikan

jasmani dan olahraga Universitas Tadulako. Salah satu yang menjadi dasar

5

Page 6: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

pertimbangan yaitu Antropometrik yang dimiliki oleh peserta tes dalam seleksi

penerimaan mahasiswa.

Selain hal tersebut diatas, sebagai salah satu mata kuliah dari yang wajib

diprogramkan bagi mahasiwa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan

rekreasi. Matakuliah tenis lapangan bagi setiap mahasiswa harus memprogram

mata kuliah tersebut dan melulusi mata kuliah tenis lapangan berdasarkan

penilaian yang ditentukan oleh penanggung jawab matakuliah. Disamping hal

tersebut ketersediaan sarana dan prasarana yang ada menjadi suatu modal utama

dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan bermain tenis lapangan

khususnya dalam hal hasil servis yang dimiliki oleh mahasiswa program studi

pendidikan jasmani dan olahraga universitas tadulako. Akan tetapi hal tersebut

tidak sejalan dengan pencapaian prestasi pada cabang olahraga tenis lapangan

mahasisawa program studi pendidikan jasmani dan olahraga Universitas

Tadulako.

Pencapaian prestasi olahraga khususnya cabang tenis lapangan sejauh ini

masih belum mencapai hasil yang maksimal. Dalam setiap event pertandingan

antar Universitas (POMNAS) yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali,

pencapaian prestasi tenis lapangan mahasiswa program studi pendidikan jasmani

kesehatan dan rekreasi universitas tadulako masih kalah bersaing dengan

universitas lain yang ada di kota Palu. Berdasarkan hasil pertimbangan yang

dikemukakan diatas, sehingga menjadikan dorongan bagi penulis untuk

melakukan penelitian terkait permainan tenis lapangan dalam hal hasil servis slice

yang dimiliki oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani dan Olahraga

6

Page 7: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

Universitas Negeri Tadulako jika dikaitkan dengan pengukuran antropometri dan

koordinasi mata tangan.

METODE

Populasi penelitian adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani

kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako . Teknik pengambilan sampel yang

dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode sampling sistematis. Jenis

penelitian ini adalah path analysis atau analisis jalur.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak

langsung tinggi badan, berat badan dan koordinasi mata tangan terhadap hasil

slice service permainan tenis lapangan mahasiswa program studi pendidikan

jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako.

Terdapat empat macam data yang dikumpulkan yaitu data tinggi badan ,

berat badan, koordinasi mata tangan dan hasil slice service adapun variabel yang

dilibatkan dalam penelitian ini terdiri dari: variabel terikat yaitu hasil slice service,

variabel bebas, yaitu: (1) tinggi badan, (2) berat badan dan (3) koordinasi mata

tangan.

Data yang diperoleh dari variabel yang diteliti, dianalisis dengan teknik

analisis jalur (path analysis) pada taraf signifikan α = 0,05. Namun, sebelum

teknik jalur (path analysis) dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian

persyaratan analisis parametrik, itu uji normalitas dan uji linearitas. Kedua

pengujia ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.

7

Page 8: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

Adapun struktur pengujian analisis jalur dalam penelitian ini dapat dilihat

pada gambar berikut ini:

Gambar 1. Model Persamaan Struktur

Keterangan:

X1 : Tinggi Badan X2 : Berat Badan

X3 : Koordinasi Mata-Tangan Y : Hasil Slice Service

r12 : Koefisien korelasi ɛ1, ɛ2 : Error

βx3x1, βx3x2, βyx3x1, βyx3x2, βyx3 : Koefisien Persamaan Struktural

HASIL

Adapun penyajian hasil analisis SPSS versi 16 adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil analisis deskripsi

VariabelStatistik

N Range Min Max Rata-Rata Simpangan Baku (s)

Varians (s2)

X1 40 17.4 154.2 171.6 163.275 4.9102 24.110X2 40 23 50 73 59.12 5.464 29.856X3 40 7 13 20 17.13 1.697 2.881Y 40 26 14 40 26.45 6.520 42.510Pengujian Persyaratan Analisis

8

Page 9: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

Adapun hasil analisis pengujian normalitas setiap variabel dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Hasil Pengujian Normalitas

VariabelShaphiro-wilk

Statistic df Sig

Tinggi badan 0.961 40 0.186

Berat badan 0.959 40 0.156

Koordinasi mata tangan 0.957 40 0.136

Hasil slice service 0.958 40 0.141

Berdasarkan hasil analisi normalitas pada tabe diatas, maka dapat

diketahui keseluruhan variabel yang digunakan dalam penelitian ini berada pada

sebaran normal hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian normalitas menggunakan

Shapiro-wilk dimana nilai signifikan yang diperoleh untuk setiap variabel lebih

besar dari 0.05 (p-value > 0.05)

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Pengujian Linearitas

Variabel F p-value Kesimpulan

X1*X3 27.728 0.001 Linear X2*X3 33.135 0.000 Linear X3*Y 33.466 0.000 Linear X1*Y 25.39 0.001 Linear X2*Y 60.32 0.000 LInear Berdasarkan tabel diatas, tampak bahwa nilai P-value < α = 0,05, dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa variabel yang diujikan memiliki hubungan

yang linear.

9

Page 10: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

Hasil pengujian normalitas dan lineritas data tersebut menunjukan bahwa

kelompok-kelompok data dalam penelitian ini berasal dari populasi yang

berdistribusi normal dan memiliki hubungan yang linear. Dengan demikian,

persyaratan normalitas dan linearitas data terpenuhi sehingga dapat digunakan

Analisis regresi berganda.

Pengujian Hipotesis

Karena penelitian ini merupakan penelitian jalur (path analisis) dengan

jumlah variabel yang digunakan terdiri atas empat variabel, sehingga model

teoritis atau model persamaan struktur pada gambar 1 yang dikemukakan

sebelumnya. Sehingga model tersebut dibagi menjadi dua model persamaan

struktur, adapun model persamaan struktur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Model persamaan struktur I

Gambar 2. Model persamaan struktur I

Berdasarkan pada model pengujian hipotesis stuktur 1 pada gambar diatas,

ada tiga hipotesis penelitian yang diajukan. Hipotesis tersebut adalah sebagai

berikut:

1. H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan tinggi badan dan berat badan secara

bersama-sama terhadap koordinasi mata tangan.

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan tinggi badan dan berat badan secara

10

Page 11: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

bersama-sama terhadap koordinasi mata tangan.

2. H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan tinggi badan terhadap koordinasi mata

tangan.

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan tinggi badan terhadap koordinasi mata

tangan.

3. H0 : Tidak terdapat pengaruh berat badan terhadap koordinasi mata tangan.

H1 : Terdapat pengaruh berat badan terhadap koordinasi mata tangan.

Berdasarkan ketiga hipotesis yang dikemukakan pada model persamaan

sub struktur 1 diatas, selanjutya ketiga hipotesis tersebut dilakukan pengujian.

Pengujian hipotesis tersebut dilakukan satu persatu sesuai dengan urutan-urutanya

seperti pada perumusan hipotesis, juga diberikan kesimpulan singkat tentang hasil

pengujian tersebut. Adapun hasil pengujian hipotesis model persamaan sub

struktur 1 adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil analisi korelasi tinggi badan dan berat badan (r12)

Kekuatan otot tungkai

Kelentukan r = 0,690p = 0,000

Tabel diatas merupakan hasil analisis bivariat yang digunakan untuk

mengetahui atau menjawab hubungan antara variabel tinggi badan dan berat

badan (r12). Adapun hasil yang diperoleh pada tabel hasil pengujian analisis

bivariat diatas adalah variabel tinggi badan dan berat badan memiliki hubungan

(r12) sebesar 0.690.

11

Page 12: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

Tabel 5. Hasil uji Anova secara bersama-sama variabel tinggi badan dan berat

badan terhadap koordinasi mata tangan

Model Jumlah Kuadrat df Rata-rata

Kuadrat F P-value

1 Regresi 53.723 2 26.861 16.945 .000a

Pada tabel diatas diperoleh nilai F hitung = 16.945, sedangkan nilai p-value

diperoleh 0.000. Karena nilai p-value lebih kecil dari 0.05 (0.000<0.05) maka

hipotesis tersebut diterima.

Tabel 6. Hasil analisis multivariat regresi variabel tinggi badan, berat badan dan

koordinasi mata tangan.

Model Variabel Koefisien Koefisien Korelasi T P-value

1Tinggi badan 0,128 0,372 1.266 < 0,05Berat badan 0,118 0,381 2,321 < 0,05Konstanta -10.845 0,157

Berdasarkan tabel koefisien model struktur I di atas diperoleh nilai

koefisien persamaan struktural untuk variabel tinggi badan dan berat badan

masing-masing 0.372 dan 0.381. Sedangkan nilai signifikan yang diperoleh untuk

variabel tinggi badan adalah 0,029 dan berat badan 0.026. Karena nilai

signifikansi kurang dari 0,05(0.029<0.05) maka dapat diambil keputusan hipotesi

alternative (H1) diterima.

Dengan demikian model persamaan struktural model 1 sub struktur I

sudah dapat digunakan, karena variabel bebas yang terlibat signifikan, selanjutnya

dapat diketahui besar koefisien determinan sebesar 0,478. Adapun hasil

perhitungan koefisien determinasi untuk sub struktur 1 dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

12

Page 13: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

Tabel 7. Hasil analisis koefisien determinasi model struktur I

Model R Koefisien Determinasi

adjusted Koefisien Determinasi

Std. Eror

1 0,691 0,478 0,450 1.259

Bedasarkan hasil yang diperoleh dari tabel di atas, sehingga dapat dihitung

besarnya koefisien error:

ε 1=√1−R2=√1−0.478 = √0.522 = 0.7224

Dengan demikian diagram jalur untuk sub struktur I mengalami perubahan

menjadi berikut ini:

Gambar 2. Diagram hasil analisis jalur struktur 1

1. Pengujian Hipotesis Sub Struktur 2

Model kedua yang diajukan dalam pengujian hipotesis dalam penelitian

persamaan yaitu model pedel persamaan sub stuktur 2. Adapun gabaran model

tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

13

Page 14: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

Gambar 3. Model Pengujian Hipotesis Sub Struktur II

Berdasarkan pada model pengujian hipotesis stuktur 2 pada gambar diatas,

ada tiga hipotesis penelitian yang diajukan. Hipotesis tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel koordinasi mata

tangan, tinggi badan, berat badan secara bersama-sama terhadap hasil

slice service permainan tenis lapangan.

H1 : Terdapat pengaruh signifikan variabel koordinasi mata tangan, tinggi

badan, berat badan secara bersama-sama terhadap hasil slice service

permainan tenis lapangan

2. H0 : Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan variabel tinggi

badan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan.

H1 : terdapat pengaruh langsung yang signifikan variabel tinggi badan

terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan.

3. H0 : Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan variabel berat

badan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan.

H1 : Terdapat pengaruh langsung yang signifikan variabel berat badan

terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan.

14

Page 15: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

4. H1 : Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan koordinasi mata

tangan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan.

H1 : Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan koordinasi mata

tangan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan.

Berdasarkan hipotesis yang diajukan pada model persamaan stuktur 2

diatas, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis menggunakan SPSS versi 16.

Adapun hasil pengujian hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 8. Analisis varians sub struktur II hasil anova tinggi badan, berat badan,

koordinasi mata tangan dengan hasil slice service permainan tenis

lapangan.

Model Jumlah Kuadrat df Rata-rata

Kuadrat F P-value

1 Regresi 1100.312 3 366.771 23.680 .000a

Berdasarkan tabel hasi analisis varians di atas diperoleh nilai F sebesar

23,680 dengan nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,000. Karena nilai

signifikansi kurang dari 0,05 (0.000<0.05) maka dapat diambil hipotesis

alternative (H1) diterima. Dengan demikian model persamaan struktural

keseluruhan dapat diterima, dan dapat dilanjutkan ke uji masing-masing variabel

bebas.

Tabel 9. Hasil analisis multivariat regresi sub struktur 2

Model Variabel Koefisien Koefisien Korelasi T P-value

15

Page 16: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

1

Tinggi badan 0,428 0,322 2.326 < 0,030Berat badan 0,353 0,296 2,070 < 0,046Koordinasi mata tangan 1.195 0.311 2.326 < 0.026Konstanta -84.730 0,001

Berdasarkan tabel koefisien struktur 2 di atas diperoleh nilai koefisien

persamaan struktural untuk koordinasi mata tangan, berat badan, dan tinggi badan

adalah 0.31, 0.296, dan 0.322 dengan signifikansi yang diperoleh adalah 0,026,

0.046, dan 0.030 karena nilai signifikan yang diperoleh masing-masing variabel <

0.05 maka dapat disimpulkan hipotesis alternative (H1) diterima.

Berdasarkan hasil pengujian ini dimana ketiga variabel bebas telah

signifikan, selanjutnya dapat diketahui besarnya koefisien determinan sebesar

0,664. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 10. Koefisien Determinasi Sub Struktur II

Model R Koefisien Determinasi

adjusted Koefisien Determinasi

Std. Eror

1 .815a .664 .636 3.936

Dari tabel di atas dapat dihitung besarnya koefisien error :

ε2 = √1−R2 = √1−0.6642 √0.336= 0.579

Dengan demikian diagram jalur untuk sub struktur II menjadi seperti

berikut:

16

Page 17: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

Gambar 4. Diagram hasil analisis jalur sub struktur II

Berdasarkan hasil pengujian untuk sub struktur I dan sub struktru II, maka

diperoleh diperoleh diagram jalur untuk keseluruhan sebagai berikut:

Gambar 5. Hasil analisis jalur secara keseluruhan

Kontribusi variabel tinggi badan terhadap koordinasi mata tangan secara

langsung adalah sebesar 0,3722 x 100% = 13.84%. Sementara variabel berat badan

memiliki kontribusi secara langsung sebesar 0,2812 x 100% = 7,90 %. Pengaruh

antara tinggi badan dan berat badan berkorelasi terhadap koordinasi mata tangan

sebesar (0,372 x 0,690 x 0,281) x 100% = 7,21 %. Total pengaruh tinggi badan

terhadap koordinasi mata tangan adalah sebesar 13,84% + 7,21% = 21,05%.

Sedangkan berat badan berkontribusi terhadap koordinasi mata tangan secara

keseluruhan adalah sebesar 7,90 % + 7,21 % =15,11%. Temuan ini menunjukkan

bahwa tinggi badan dan berat badan memiliki pengaruh pada koordinasi mata

tangan seorang atlet. Sedangkan Kontribusi variabel koordinasi mata tangan

secara langsung terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan adalah

17

Page 18: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

sebesar 0,2962 x 100% = 8,76 %. Besarnya kontribusi variabel tinggi badan

terhadap hasil slice servis permainan tenis lapangan secara langsung sebesar

0,3222 x 100% = 10,37 %. Sedangkan kontribusi variabel berat badan terhadap

hasil slice service permainan tenis lapangan secara langsung adalah 0,3112x 100%

= 9,67%. Sementara pengaruh tidak langsung variabel tinggi badan dan berat

badan yang berkorelasi terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan

sebesar (0,322 x 0,690 x 0,311) x 100% = 6,90 %. Sehingga total pengaruh tinggi

badan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan yang diperoleh adalah

sebesar 10,37% + 6,90 % = 17,27%. Total pengaruh berat badan terhadap hasil

slice service permainan tenis lapangan yang diperoleh adalah 9,67% +6,90 % =

16,57 %. Sedangakan variabel koordinasi mata tangan berkontribusi terhadap hasi

slice service permainan tenis lapangan secara keseluruhan adalah sebesar 0,2962 x

100% = 8,76 %.

18

Page 19: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

DAFTAR PUSTAKA

Aji Kurnia, R. 2012. Hubungan Power Lengan, Kekuatan Genggaman, dan koordinasi Mata Tangan dengan Hasil Servis Slice pada Atlet Tenis Usia 13-16 di Club Yunior. Skripsi

Baley, James. A. 1986. Pedoman Atlet Teknik Peningkatan Ketangkasan dan Stamina. Semarang: Dahara Prize.

Brown Jim. 2007. Tenis Tingkat Pemula. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Djalal, Djen. 2002. Dasar-Dasar Permainan Tenis Lapangan. Makassar: Universitas Negeri Makassar

Giriwijoyo, Santosa. Ilmu Faal Olahraga (Fisologi Olahraga). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Grimshaw & Burden. . Sport and Exercise Biomechanics.Terjemahan oleh Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Negeri Makassar Program Studi Pendidikan Jasmani dan Olahraga.

Harsono.1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching.

Indonesia:C.V. Tambak Kusuma.

Hidayat, Imam. 1997. Biomekanika. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan dan Ilmu Pendidikan.

Indriati. Etty. 2009. Antropometri untuk Kedokteran, Keperawatan, gizi, dan olahrga. Klaten: PT. Intan Sejati.

Johnson, Barry L & Nelson, Jack K. 1986. Practical Measurements For Evaluation In Physical Education. United States of America.

Kurniawan, Feri. 2011. Buku Pintar Berolahraga. Jakarta: Penerbit Laskar Aksara.

Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: P2LPTK

Mutohir, T.C, & Maksum Ali 2007. Sport Developmen Index: Konsep, Metodologi, dan Aplikasi. Jakarta : PT Indeks

Nur Ichsan. 2011. Tes dan Pengukuran Kesegaran Jasmani. Makassar:Penerbit UNM

19

Page 20: eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/JURNAL SULKIFLI AMIN.docx · Web viewPopulasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako

Rahyubi Heri. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media.

Rakyat, Dian. 2004. 101 Tips Terpenting Tenis. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.

Sajoto. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta:P2LPTK

Sharkley, B.J. 2011. Kebugaran dan Kesehatan. 2011. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Bandung.

. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Bandung.

Pasau, M. A. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Makassar : Penerbit UNM

Wiarto, Giri. 2013. Fisiologi Olahraga. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Widiastuti. 2011. Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta:PT Bumi Timur Jaya.

Winarno. 2013. Metodologi Penelitian dalam Pendidikan Jasmani. Malang : Penerbit IKIP Malang.

Zulfikar. 2011. Ergonomika Psikologi Kerja, Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanaan Kerja (K3). Makassar: Universitas Indonesia Timur.

http://www.athleticquickness.com/images/tennis_forwardswing03.png. diakes pada (1/28/2015:07.49)

http://news.tennis365.net/lesson/img/pro_gif/sampras_serve_04_0402.jpg. diakes pada (1/28/2015:07.49)

http://prasso.wordpress.com/2007/08/31/teknik-dasar-bermain-tenis-orehand/ diakses pada (1/28/2015:758)

20