eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/7638/1/jurnal sulkifli amin.docx · web viewpopulasinya adalah...
TRANSCRIPT
Pengaruh Antropometri dan Koordinasi Mata Tangan Terhadap Pencapian
Hasil Slice Service Permainan Tenis Lapangan Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Tadulako
ABSTRAK
SULKIFLI AMIN, 2015. Pengaruh Antropometri dan Koordinasi Mata Tangan
Terhadap Pencapian Hasil Slice Service Permainan Tenis Lapangan Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas
Tadulako (Dibimbing Oleh Djen Djalal dan Hikmad hakim)
Faktor pendukung dalam pencapaian hasil slice service permainan tenis lapangan adalah faktor antropometri dan koordinasi mata tangan. Antropometri dalam penelitian ini meliputi tinggi badan dan berat badan. Memiliki antropometrik yang baik akan mempengaruhi hasil servis yang dilakukan dalam bermain tenis lapangan dan memiliki koordinasi mata tangan yang baik dibutuhkan akan mempengaruhi hasil servis permainan tenis lapangan
Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik analisis jalur (Path Analysis). Populasinya adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako. Teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode sampling sistematis. Teknik anaslisa data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis jalur dengan bantuan program computer SPSS 16.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) variabel tinggi badan berpengaruh secara langsung terhadap koordinasi mata tangan sebesar 21,05%.(2) berat badan berpengaruh langsung terhadap koordinasi mata tangan sebesar 15,11% (3) Tinggi badan berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan sebesar 17,27%. (4) Berat badan berpengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan sebesar 16,57 %. (5) Koordinasi mata tangan berpengaruh secara langsung terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan sebesar 8,76 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, (1) Terdapat pengaruh langsung tinggi badan terhadap koordinasi mata tangan. (2) Terdapat pengaruh langsung berat badan terhadap koordinasi mata tangan. (3) Terdapat pengaruh langsung tinggi badan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan. (4) Terdapat pengaruh langsung berat badan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan. (5) Terdapat pengaruh langsung koordinasi mata tangan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan. (6) Terdapat pengaruh tidak langsung tinggi badan terhadap hasil
1
slice service permainan tenis lapangan melalui koordinasi mata tangan. (7) Terdapat pengaruh tidak langsung berat badan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan melalui koordinasi mata tangan.
Kata Kunci : Antropometri, Koordinasi Mata Tangan, Hasil Slice Service Permainan Tenis Lapangan
PENDAHULUAN
Servis sebagai salah satu teknik dasar yang menjadi perhatian penting
dalam permainan tenis lapangan, seorang pemain tenis lapangan harus memiliki
kemampuan untuk melakukan servis yang baik dan benar. Selain sebagai teknik
dasar dalam permainan tenis lapangan, servis merupakan pukulan permulaan
permainan tenis lapangan. Seorang pemaian dalam perolehan poin harus
melakukan servis terlebih dahulu.
Servis bagi seorang pemain pemula hanya dianggap sebagai pukulan awal
dalam suatu pertandingan, akan tetapi bagi seorang pemain profesional servis
dapat dijadikan sebagai pukulan awal dan sekaligus sebagai serangan awal bagi
pemain lawan. Pemain yang memiliki servis yang akurat dan keras akan
berpeluang untuk memperoleh poin dengan mudah. Servis yang keras dan akurat
akan membuat lawan melakukan kesalahan dalam mengantisipasi kecepatan dan
arah bola. Akan tetapi mencapai hasil tersebut tidaklah mudah, seorang pemain
terkadang melakukan kesalahan sehingga membuang peluang untuk memperoleh
poin melalui servis. Seorang pemain memungkinkan kecolongan poin karena
melakukan double fault atau servis yang dilakukan dapat dengan mudah untuk
dikembalikan oleh pemain lawan. Menurut Brown (2007:53) Servis sangat
penting, karena angka tidak akan diperoleh tanpa melakukan servis terlebih
2
dahulu pemain saling melakukan servis selama bertanding, jadi memukul servis
kelapangan yang tepat tidak hanya penting tapi vital. Pada tingkat pemain
menengah dan lanjut, memegang servis (memenangkan permainan saat servis)
merupakan sasaran utama dalam pertandingan. Sebuah servis yang efektif menjadi
kunci kemenangan, karena dengan servis yang baik, berarti seorang pemain
memiliki 50% peluang untuk memperoleh angka dibandingkan dengan pukulan
bertahan.
Servis permainan tenis lapangan menurut Kurniawan (2011:83) Servis
merupakan pukulan pembuka yang dilakukan oleh pemain di sisi deuce court.
Oleh karena itu, pukulan pionir ini sangat penting bagi kita untuk dapat
menguasainya. Selanjutnya Rakyat (2004:36) menabahkan bahwa servis adalah
pukulan yang paling mematikan dalam tenis. Dalam posisi statis, servis yang
terukur baik akan menembak bola dengan ketepatan mematikan pada lawan.
Untuk servis sempurna, rasakan momentum naik melaui tubuh saat kaki,
pinggang, punggung, pundak, tangan bermain dan pergelangan tangan membuat
reaksi berantai yang kuat.
Hasil servis dalam permainan tenis lapangan sangat dipengaruhi oleh
pemain itu sendiri, untuk memperoleh kemampuan servis yang baik
membutuhkan usaha-usaha dari pemain itu sendiri yaitu dengan melakukan
latihan secara teratur dan sitematis. Disamping latihan yang sitematis dan teratur,
kemampuan servis seorang pemain dalam permainan tenis lapangan juga dapat
didukung oleh faktor Antropometri dan faktor potensi fisik seperti koordinasi
tubuh yang dimiliki oleh seorang pemain.
3
Antropometri merupakan ukuran komposisi tubuh yang dimiliki oleh
seorang pemain yang meliputi pengukuran tinggi dan panjang tubuh, ukuran
besar, lebar dan berat tubuh. Pencapaian hasil servis tenis tentunya tak lepas dari
faktor Antropometri yang dimiliki oleh seorang pemain. Antropometri sebagai
salah satu factor yang menjadi penentu keberhasilan seorang pemain dalam
melakukan servis tentunya menjadi pokok perhatian. Oleh karena itu pengukuran
Antropometri dapat dijadikan sebagai perhatian utama dalam pemilihan dan
prekrutan pemain yang akan dijadikan sebagai seorang atlet, meskipun
Antropometri sering di anggap sebagai faktor pendukung dalam pencapaian
prestasi khusnya cabang tenis lapangan..
Sebagai upaya untuk mendukung peningkatan hasil servis tenis, maka
setiap pemain harus memiliki potensi fisik yang baik. Selain memiliki
Antropometrik yang baik dalam melakukan servis seorang harus memiliki
kemampuan koordinasi yang baik dalam mendukung hasil servis tenis yang baik
pula. Kemampuan koordinasi yang dimaksud adalah kemampuan koordinasi mata
tangan. Koordinasi mata tangan dalam pencapain hasil servis tenis lapangan
merupakan salah satu dari berbagai jenis komponen kondisi fisik yang dijadikan
sebagai tolak ukur dalam pencapaian hasil servis.
Masalah utama yang dihadapi dalam peningkatan prestasi olahraga
khususnya prestasi pada cabang olahraga tenis lapangan adalah dalam proses
pemilihan dan prekrutan pemain untuk dijadikan atlet. Seorang pelatih dalam
proses pemilihan dan prekrutan atlet hanya melalui pengamatan sepintas saja.
Pemilihan tersebut tanpa mempertimbangkan tes pengukuran Antropometrik dan
4
potensi fisik yang dimiliki dalam proses pemilihan pemain yang akan dibina
dalam upaya peningkatan prestasi. Selain hal tersebut proses prekrutan dan
pemilihan pemain oleh kebanyakan pelatih cenderung hanya dengan memilih
pemain secara langsung berdasarkan cabang olahraga yang diminati oleh pemain
tersebut tanpa mempertimbangkan faktor-faktor pendukung dalam peningkatan
prestasi olahraga khususnya pada cabang olahraga yang dilatihkan. Hal ini
tentunya akan berpengaruh pada peningkatan prestasi yang dimiliki oleh pemain
atau atlet. Secara umum kemampuan, kebolehan, dan keterbatasan manusia
ditentukan oleh berbagai faktor. Faktor tersebut menurut Manuaba (1989) dalam
Zulfikar (2011:14) meliputi: umur, jenis kelamin, ras, antropometri, status
kesehatan gizi, keseharan jasmani, pendidikan, keterampilan, budaya, tingkah
laku, kebiasaan, dan kemampuan beradaptasi. Berdasarkan penjelasan tersebut,
salah satu yang menjadi faktor penentu kemampuan seseorang dalam suatu
aktifitas gerak dalam olahraga khusnya sevis dalam permainan tenis lapangan
adalah antropometri.
Sebagai salah satu universitas negeri yang ada di kota Palu, universitas
tadulako merupakan universitas yang miliki program studi yang bergerak pada
bidang ilmu keolahragaan sehingga menjadi salah satu universitas primadona
yang banyak diminati oleh pendaftar hampir setiap tahunnya. Dalam proses
prekrutan mahasiswa berbagai macam item tes dilakukan dalam melakukan
seleksi untuk masuk sebagai calon mahasiswa pada program studi pendidikan
jasmani dan olahraga Universitas Tadulako. Salah satu yang menjadi dasar
5
pertimbangan yaitu Antropometrik yang dimiliki oleh peserta tes dalam seleksi
penerimaan mahasiswa.
Selain hal tersebut diatas, sebagai salah satu mata kuliah dari yang wajib
diprogramkan bagi mahasiwa program studi pendidikan jasmani kesehatan dan
rekreasi. Matakuliah tenis lapangan bagi setiap mahasiswa harus memprogram
mata kuliah tersebut dan melulusi mata kuliah tenis lapangan berdasarkan
penilaian yang ditentukan oleh penanggung jawab matakuliah. Disamping hal
tersebut ketersediaan sarana dan prasarana yang ada menjadi suatu modal utama
dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan bermain tenis lapangan
khususnya dalam hal hasil servis yang dimiliki oleh mahasiswa program studi
pendidikan jasmani dan olahraga universitas tadulako. Akan tetapi hal tersebut
tidak sejalan dengan pencapaian prestasi pada cabang olahraga tenis lapangan
mahasisawa program studi pendidikan jasmani dan olahraga Universitas
Tadulako.
Pencapaian prestasi olahraga khususnya cabang tenis lapangan sejauh ini
masih belum mencapai hasil yang maksimal. Dalam setiap event pertandingan
antar Universitas (POMNAS) yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali,
pencapaian prestasi tenis lapangan mahasiswa program studi pendidikan jasmani
kesehatan dan rekreasi universitas tadulako masih kalah bersaing dengan
universitas lain yang ada di kota Palu. Berdasarkan hasil pertimbangan yang
dikemukakan diatas, sehingga menjadikan dorongan bagi penulis untuk
melakukan penelitian terkait permainan tenis lapangan dalam hal hasil servis slice
yang dimiliki oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani dan Olahraga
6
Universitas Negeri Tadulako jika dikaitkan dengan pengukuran antropometri dan
koordinasi mata tangan.
METODE
Populasi penelitian adalah mahasiswa program studi pendidikan jasmani
kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako . Teknik pengambilan sampel yang
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode sampling sistematis. Jenis
penelitian ini adalah path analysis atau analisis jalur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak
langsung tinggi badan, berat badan dan koordinasi mata tangan terhadap hasil
slice service permainan tenis lapangan mahasiswa program studi pendidikan
jasmani kesehatan dan rekreasi Universitas Tadulako.
Terdapat empat macam data yang dikumpulkan yaitu data tinggi badan ,
berat badan, koordinasi mata tangan dan hasil slice service adapun variabel yang
dilibatkan dalam penelitian ini terdiri dari: variabel terikat yaitu hasil slice service,
variabel bebas, yaitu: (1) tinggi badan, (2) berat badan dan (3) koordinasi mata
tangan.
Data yang diperoleh dari variabel yang diteliti, dianalisis dengan teknik
analisis jalur (path analysis) pada taraf signifikan α = 0,05. Namun, sebelum
teknik jalur (path analysis) dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian
persyaratan analisis parametrik, itu uji normalitas dan uji linearitas. Kedua
pengujia ini dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.
7
Adapun struktur pengujian analisis jalur dalam penelitian ini dapat dilihat
pada gambar berikut ini:
Gambar 1. Model Persamaan Struktur
Keterangan:
X1 : Tinggi Badan X2 : Berat Badan
X3 : Koordinasi Mata-Tangan Y : Hasil Slice Service
r12 : Koefisien korelasi ɛ1, ɛ2 : Error
βx3x1, βx3x2, βyx3x1, βyx3x2, βyx3 : Koefisien Persamaan Struktural
HASIL
Adapun penyajian hasil analisis SPSS versi 16 adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil analisis deskripsi
VariabelStatistik
N Range Min Max Rata-Rata Simpangan Baku (s)
Varians (s2)
X1 40 17.4 154.2 171.6 163.275 4.9102 24.110X2 40 23 50 73 59.12 5.464 29.856X3 40 7 13 20 17.13 1.697 2.881Y 40 26 14 40 26.45 6.520 42.510Pengujian Persyaratan Analisis
8
Adapun hasil analisis pengujian normalitas setiap variabel dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 2. Hasil Pengujian Normalitas
VariabelShaphiro-wilk
Statistic df Sig
Tinggi badan 0.961 40 0.186
Berat badan 0.959 40 0.156
Koordinasi mata tangan 0.957 40 0.136
Hasil slice service 0.958 40 0.141
Berdasarkan hasil analisi normalitas pada tabe diatas, maka dapat
diketahui keseluruhan variabel yang digunakan dalam penelitian ini berada pada
sebaran normal hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian normalitas menggunakan
Shapiro-wilk dimana nilai signifikan yang diperoleh untuk setiap variabel lebih
besar dari 0.05 (p-value > 0.05)
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Pengujian Linearitas
Variabel F p-value Kesimpulan
X1*X3 27.728 0.001 Linear X2*X3 33.135 0.000 Linear X3*Y 33.466 0.000 Linear X1*Y 25.39 0.001 Linear X2*Y 60.32 0.000 LInear Berdasarkan tabel diatas, tampak bahwa nilai P-value < α = 0,05, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa variabel yang diujikan memiliki hubungan
yang linear.
9
Hasil pengujian normalitas dan lineritas data tersebut menunjukan bahwa
kelompok-kelompok data dalam penelitian ini berasal dari populasi yang
berdistribusi normal dan memiliki hubungan yang linear. Dengan demikian,
persyaratan normalitas dan linearitas data terpenuhi sehingga dapat digunakan
Analisis regresi berganda.
Pengujian Hipotesis
Karena penelitian ini merupakan penelitian jalur (path analisis) dengan
jumlah variabel yang digunakan terdiri atas empat variabel, sehingga model
teoritis atau model persamaan struktur pada gambar 1 yang dikemukakan
sebelumnya. Sehingga model tersebut dibagi menjadi dua model persamaan
struktur, adapun model persamaan struktur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Model persamaan struktur I
Gambar 2. Model persamaan struktur I
Berdasarkan pada model pengujian hipotesis stuktur 1 pada gambar diatas,
ada tiga hipotesis penelitian yang diajukan. Hipotesis tersebut adalah sebagai
berikut:
1. H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan tinggi badan dan berat badan secara
bersama-sama terhadap koordinasi mata tangan.
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan tinggi badan dan berat badan secara
10
bersama-sama terhadap koordinasi mata tangan.
2. H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan tinggi badan terhadap koordinasi mata
tangan.
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan tinggi badan terhadap koordinasi mata
tangan.
3. H0 : Tidak terdapat pengaruh berat badan terhadap koordinasi mata tangan.
H1 : Terdapat pengaruh berat badan terhadap koordinasi mata tangan.
Berdasarkan ketiga hipotesis yang dikemukakan pada model persamaan
sub struktur 1 diatas, selanjutya ketiga hipotesis tersebut dilakukan pengujian.
Pengujian hipotesis tersebut dilakukan satu persatu sesuai dengan urutan-urutanya
seperti pada perumusan hipotesis, juga diberikan kesimpulan singkat tentang hasil
pengujian tersebut. Adapun hasil pengujian hipotesis model persamaan sub
struktur 1 adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil analisi korelasi tinggi badan dan berat badan (r12)
Kekuatan otot tungkai
Kelentukan r = 0,690p = 0,000
Tabel diatas merupakan hasil analisis bivariat yang digunakan untuk
mengetahui atau menjawab hubungan antara variabel tinggi badan dan berat
badan (r12). Adapun hasil yang diperoleh pada tabel hasil pengujian analisis
bivariat diatas adalah variabel tinggi badan dan berat badan memiliki hubungan
(r12) sebesar 0.690.
11
Tabel 5. Hasil uji Anova secara bersama-sama variabel tinggi badan dan berat
badan terhadap koordinasi mata tangan
Model Jumlah Kuadrat df Rata-rata
Kuadrat F P-value
1 Regresi 53.723 2 26.861 16.945 .000a
Pada tabel diatas diperoleh nilai F hitung = 16.945, sedangkan nilai p-value
diperoleh 0.000. Karena nilai p-value lebih kecil dari 0.05 (0.000<0.05) maka
hipotesis tersebut diterima.
Tabel 6. Hasil analisis multivariat regresi variabel tinggi badan, berat badan dan
koordinasi mata tangan.
Model Variabel Koefisien Koefisien Korelasi T P-value
1Tinggi badan 0,128 0,372 1.266 < 0,05Berat badan 0,118 0,381 2,321 < 0,05Konstanta -10.845 0,157
Berdasarkan tabel koefisien model struktur I di atas diperoleh nilai
koefisien persamaan struktural untuk variabel tinggi badan dan berat badan
masing-masing 0.372 dan 0.381. Sedangkan nilai signifikan yang diperoleh untuk
variabel tinggi badan adalah 0,029 dan berat badan 0.026. Karena nilai
signifikansi kurang dari 0,05(0.029<0.05) maka dapat diambil keputusan hipotesi
alternative (H1) diterima.
Dengan demikian model persamaan struktural model 1 sub struktur I
sudah dapat digunakan, karena variabel bebas yang terlibat signifikan, selanjutnya
dapat diketahui besar koefisien determinan sebesar 0,478. Adapun hasil
perhitungan koefisien determinasi untuk sub struktur 1 dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
12
Tabel 7. Hasil analisis koefisien determinasi model struktur I
Model R Koefisien Determinasi
adjusted Koefisien Determinasi
Std. Eror
1 0,691 0,478 0,450 1.259
Bedasarkan hasil yang diperoleh dari tabel di atas, sehingga dapat dihitung
besarnya koefisien error:
ε 1=√1−R2=√1−0.478 = √0.522 = 0.7224
Dengan demikian diagram jalur untuk sub struktur I mengalami perubahan
menjadi berikut ini:
Gambar 2. Diagram hasil analisis jalur struktur 1
1. Pengujian Hipotesis Sub Struktur 2
Model kedua yang diajukan dalam pengujian hipotesis dalam penelitian
persamaan yaitu model pedel persamaan sub stuktur 2. Adapun gabaran model
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:
13
Gambar 3. Model Pengujian Hipotesis Sub Struktur II
Berdasarkan pada model pengujian hipotesis stuktur 2 pada gambar diatas,
ada tiga hipotesis penelitian yang diajukan. Hipotesis tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel koordinasi mata
tangan, tinggi badan, berat badan secara bersama-sama terhadap hasil
slice service permainan tenis lapangan.
H1 : Terdapat pengaruh signifikan variabel koordinasi mata tangan, tinggi
badan, berat badan secara bersama-sama terhadap hasil slice service
permainan tenis lapangan
2. H0 : Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan variabel tinggi
badan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan.
H1 : terdapat pengaruh langsung yang signifikan variabel tinggi badan
terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan.
3. H0 : Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan variabel berat
badan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan.
H1 : Terdapat pengaruh langsung yang signifikan variabel berat badan
terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan.
14
4. H1 : Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan koordinasi mata
tangan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan.
H1 : Tidak terdapat pengaruh langsung yang signifikan koordinasi mata
tangan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan.
Berdasarkan hipotesis yang diajukan pada model persamaan stuktur 2
diatas, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis menggunakan SPSS versi 16.
Adapun hasil pengujian hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Analisis varians sub struktur II hasil anova tinggi badan, berat badan,
koordinasi mata tangan dengan hasil slice service permainan tenis
lapangan.
Model Jumlah Kuadrat df Rata-rata
Kuadrat F P-value
1 Regresi 1100.312 3 366.771 23.680 .000a
Berdasarkan tabel hasi analisis varians di atas diperoleh nilai F sebesar
23,680 dengan nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,000. Karena nilai
signifikansi kurang dari 0,05 (0.000<0.05) maka dapat diambil hipotesis
alternative (H1) diterima. Dengan demikian model persamaan struktural
keseluruhan dapat diterima, dan dapat dilanjutkan ke uji masing-masing variabel
bebas.
Tabel 9. Hasil analisis multivariat regresi sub struktur 2
Model Variabel Koefisien Koefisien Korelasi T P-value
15
1
Tinggi badan 0,428 0,322 2.326 < 0,030Berat badan 0,353 0,296 2,070 < 0,046Koordinasi mata tangan 1.195 0.311 2.326 < 0.026Konstanta -84.730 0,001
Berdasarkan tabel koefisien struktur 2 di atas diperoleh nilai koefisien
persamaan struktural untuk koordinasi mata tangan, berat badan, dan tinggi badan
adalah 0.31, 0.296, dan 0.322 dengan signifikansi yang diperoleh adalah 0,026,
0.046, dan 0.030 karena nilai signifikan yang diperoleh masing-masing variabel <
0.05 maka dapat disimpulkan hipotesis alternative (H1) diterima.
Berdasarkan hasil pengujian ini dimana ketiga variabel bebas telah
signifikan, selanjutnya dapat diketahui besarnya koefisien determinan sebesar
0,664. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 10. Koefisien Determinasi Sub Struktur II
Model R Koefisien Determinasi
adjusted Koefisien Determinasi
Std. Eror
1 .815a .664 .636 3.936
Dari tabel di atas dapat dihitung besarnya koefisien error :
ε2 = √1−R2 = √1−0.6642 √0.336= 0.579
Dengan demikian diagram jalur untuk sub struktur II menjadi seperti
berikut:
16
Gambar 4. Diagram hasil analisis jalur sub struktur II
Berdasarkan hasil pengujian untuk sub struktur I dan sub struktru II, maka
diperoleh diperoleh diagram jalur untuk keseluruhan sebagai berikut:
Gambar 5. Hasil analisis jalur secara keseluruhan
Kontribusi variabel tinggi badan terhadap koordinasi mata tangan secara
langsung adalah sebesar 0,3722 x 100% = 13.84%. Sementara variabel berat badan
memiliki kontribusi secara langsung sebesar 0,2812 x 100% = 7,90 %. Pengaruh
antara tinggi badan dan berat badan berkorelasi terhadap koordinasi mata tangan
sebesar (0,372 x 0,690 x 0,281) x 100% = 7,21 %. Total pengaruh tinggi badan
terhadap koordinasi mata tangan adalah sebesar 13,84% + 7,21% = 21,05%.
Sedangkan berat badan berkontribusi terhadap koordinasi mata tangan secara
keseluruhan adalah sebesar 7,90 % + 7,21 % =15,11%. Temuan ini menunjukkan
bahwa tinggi badan dan berat badan memiliki pengaruh pada koordinasi mata
tangan seorang atlet. Sedangkan Kontribusi variabel koordinasi mata tangan
secara langsung terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan adalah
17
sebesar 0,2962 x 100% = 8,76 %. Besarnya kontribusi variabel tinggi badan
terhadap hasil slice servis permainan tenis lapangan secara langsung sebesar
0,3222 x 100% = 10,37 %. Sedangkan kontribusi variabel berat badan terhadap
hasil slice service permainan tenis lapangan secara langsung adalah 0,3112x 100%
= 9,67%. Sementara pengaruh tidak langsung variabel tinggi badan dan berat
badan yang berkorelasi terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan
sebesar (0,322 x 0,690 x 0,311) x 100% = 6,90 %. Sehingga total pengaruh tinggi
badan terhadap hasil slice service permainan tenis lapangan yang diperoleh adalah
sebesar 10,37% + 6,90 % = 17,27%. Total pengaruh berat badan terhadap hasil
slice service permainan tenis lapangan yang diperoleh adalah 9,67% +6,90 % =
16,57 %. Sedangakan variabel koordinasi mata tangan berkontribusi terhadap hasi
slice service permainan tenis lapangan secara keseluruhan adalah sebesar 0,2962 x
100% = 8,76 %.
18
DAFTAR PUSTAKA
Aji Kurnia, R. 2012. Hubungan Power Lengan, Kekuatan Genggaman, dan koordinasi Mata Tangan dengan Hasil Servis Slice pada Atlet Tenis Usia 13-16 di Club Yunior. Skripsi
Baley, James. A. 1986. Pedoman Atlet Teknik Peningkatan Ketangkasan dan Stamina. Semarang: Dahara Prize.
Brown Jim. 2007. Tenis Tingkat Pemula. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Djalal, Djen. 2002. Dasar-Dasar Permainan Tenis Lapangan. Makassar: Universitas Negeri Makassar
Giriwijoyo, Santosa. Ilmu Faal Olahraga (Fisologi Olahraga). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Grimshaw & Burden. . Sport and Exercise Biomechanics.Terjemahan oleh Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Negeri Makassar Program Studi Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
Harsono.1988. Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis dalam Coaching.
Indonesia:C.V. Tambak Kusuma.
Hidayat, Imam. 1997. Biomekanika. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan dan Ilmu Pendidikan.
Indriati. Etty. 2009. Antropometri untuk Kedokteran, Keperawatan, gizi, dan olahrga. Klaten: PT. Intan Sejati.
Johnson, Barry L & Nelson, Jack K. 1986. Practical Measurements For Evaluation In Physical Education. United States of America.
Kurniawan, Feri. 2011. Buku Pintar Berolahraga. Jakarta: Penerbit Laskar Aksara.
Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: P2LPTK
Mutohir, T.C, & Maksum Ali 2007. Sport Developmen Index: Konsep, Metodologi, dan Aplikasi. Jakarta : PT Indeks
Nur Ichsan. 2011. Tes dan Pengukuran Kesegaran Jasmani. Makassar:Penerbit UNM
19
Rahyubi Heri. 2012. Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media.
Rakyat, Dian. 2004. 101 Tips Terpenting Tenis. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.
Sajoto. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Jakarta:P2LPTK
Sharkley, B.J. 2011. Kebugaran dan Kesehatan. 2011. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta Bandung.
. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Bandung.
Pasau, M. A. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Makassar : Penerbit UNM
Wiarto, Giri. 2013. Fisiologi Olahraga. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Widiastuti. 2011. Tes dan Pengukuran Olahraga. Jakarta:PT Bumi Timur Jaya.
Winarno. 2013. Metodologi Penelitian dalam Pendidikan Jasmani. Malang : Penerbit IKIP Malang.
Zulfikar. 2011. Ergonomika Psikologi Kerja, Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanaan Kerja (K3). Makassar: Universitas Indonesia Timur.
http://www.athleticquickness.com/images/tennis_forwardswing03.png. diakes pada (1/28/2015:07.49)
http://news.tennis365.net/lesson/img/pro_gif/sampras_serve_04_0402.jpg. diakes pada (1/28/2015:07.49)
http://prasso.wordpress.com/2007/08/31/teknik-dasar-bermain-tenis-orehand/ diakses pada (1/28/2015:758)
20