suku sumbawa (tau samawa - · pdf filepulau sumbawa, berada pada posisi ... migrasi berbagai...
TRANSCRIPT
SUKU SUMBAWA (TAU SAMAWA)
MAKALAH
Disusun guna memenuhi sebagian tugas
Mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara (MKK00102)
Program Studi Televisi dan Film
Jurusan Seni Media Rekam
Disusun oleh :
DZAARI QOLBII AKBAR NIM 14148113
TOMMY GUSTIANSYAH PUTRA NIM 14148114
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA
SURAKARTA
2015
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Letak Geografis dan Kependudukan ....................................................... 2
b. Le .......................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Letak Geografis dan Kependudukan
1. Letak Wilayah dan Geografis
Sumbawa merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pulau Sumbawa, berada pada posisi 116" 42' sampai dengan 118" 22' Bujur Timur
dan 8" 8' sampai dengan 9" 7' Lintang Selatan serta memiliki luas wilayah 6.643,98
km2 (sumbawakab.go.id, 2012).
Sumbawa yang merupakan bagian dari kepulauan Sunda Kecil memiliki
banyak gunung yang tersebar di sepanjang pulau. Sumbawa juga terkenal akan
keindahan alam dan tanah yang berbukit-bukit. Daerah beriklim tropis serta hamparan
padang sabana yang membentang luas menjadi ciri khas dari tanah Sumbawa.
Gambar 1.1 Peta Pulau Sumbawa
(Sumber: http://www.mataram.bpk.go.id/wp-content/uploads/2012/02/peta.jpg)
2. Tau Samawa
Tau samawa adalah orang asli penduduk dari Pulau Sumbawa.Secara etimologi
Tau samawa berasal kata dari Tau yang berarti orang, Tana yang berarti tanah,
Samawa berasal dari kata sammava ( bahasa sanksekerta ) artinya dari berbagai
penjuru (Gempar, 2011).Kata Tau Samawa mempunyai maksud tersendiri bagi
masyarakat di daerah tersebut.
3
Masyarakat lokal Sumbawa biasanya menggunakan sebutan Tana Samawa
untuk pulau Sumbawa dan Tau Samawa untuk orang Sumbawa. Banyak pendapat
yang menyebutkan asal mula suku asli dari tau samawa atau suku sumbawa berasal
dari Gowa, makassar yang dibuang oleh kerajaan Gowa. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya kesamaan tradisi, budaya dan adat istiadat, senjata tradisional, pakaian
adat dan lain-lain. Bahkan karakter yang keras juga masih bisa ditemui (Rizal Fahmi,
2011). Jadi dapat dikatakan suku sumbawa atau tau samawa yang mendiami pulau
Sumbawa sebagai penduduk asli adalah pencampuran dari berbagai daerah khususnya
di kepulauan sunda kecil.
3. Populasi Penduduk
Jumlah penduduk Sumbawa Barat terus mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Tahun 2010 tercatat 114.951 jiwa terdiri dari 58.274 laki-laki dan 56.677 perempuan
(sumbawabaratkab.go.id, 2010). Suku asli Sumbawa atau Tau Samawa berasal dari
migrasi berbagai pulau tetangga seperti Lombok, Bali, Jawa, dan Sulawesi. Dari
percampuran darah antara pendatang dan penduduk asli, berdirilah beberapa kerajaan
seperti Utan Kadali, Tangko dan Taliwang.
Sejarahtau samawa yang terungkap dari semua mitos, legenda, catatan maupun
kumpulan cerita yang berasal dari kawasan suku-suku lain yang ada di Indonesia,
sebelumnya menghuni daerah pesisir dan kemudian tersingkir akibat adanya
gelombang pendatang dari pulau-pulau besar di Nusantara.
BAB II
WUJUD BUDAYA SUMBAWA
A. Budaya Ide Konsep
Budaya Ide/ Konsep mengacu pada pemikiran yang ada pada pulau sumbawa
dan dianut pada masyarakatnya. Pada bab ini akan membahas mengenai Pariri Lema
bariri dan Agama masyarakat.
4
1. Pariri Lema Bariri
Gambar 2.1 Lambang Daerah Sumbawa Barat
(Sumber: http://soaltescpns.info/wp-content/uploads/2014/10/Hasil-CAT-CPNS-Kabupaten-
Sumbawa-Barat.jpg )
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Barat Nomor 5 Tahun
2005 Tentang Lambang Daerah, Motto Daerah dan Hari Lahir Kabupaten Sumbawa
Barat menyatakan bahwa Pariri berasal dari bahasa sumbawa yang artinya
menghimpun, memperbaiki, membangun dan merawat secara berkesinambungan.
Lema bermakna agar atau supaya dan Bariri bermakna baik, berguna, berfungsi,
bermanfaat sekaligus sempurna. Secara Garis besar arti kata Pariri Lema Bariri
ditujukan kepada masyarakat Sumbawa untuk membangun dan tumbuh besar
supaya tanah dan masyarakat sumbawa menjadi masyarakat yang berguna. Hal ini
yang membangun konsep, kebudayan, dan norma yang berkembang di tanah
Sumbawa.
2. Agama Masyarakat
Hampir seluruh masyarakat tau samawa beragama islam, hanya beberapa kecil
saja yang masih percaya akan kepercayaan dari nenek moyangnya. Pasca
‘penaklukkan’ Kerajaan Hindu Utan atas Kerajaan Gowa-Sulawesi proses
penyebaran agama islam berlangsung dengan gemilang melalui segala sendi
kehidupan, baik pendidikan, perkawinan, bahkan segala bentuk tradisi disesuaikan
dengan ajaran Islam (Rachmat Siyamsyah Ali, 2015). Munculnya kebudayaan islam
pada masa runtuhnya majapahit sangat berpengaruh pada suku Tau Samawa.
Sejak saat itu Tau Samawa menjadi fanatik tentang agama islam, juga terhadap
bentuk-bentuk keyakinan agama lain selain agama Islam, namun terdapat pula Tau
5
Samawa yang sampai saat ini masih percaya kepada agama yang dianut nenek
moyangnya dahulu.
B. Budaya Tindakan/Aktivitas
Pernikahan adalah suatu yang sangat sakral, karena merupakan Awal dari kehidupan
baru manusia. Prosesi pernikahan tau samawa atau masyarakat Sumbawa sebenarnya
tidaklah jauh berbeda dengan masyarakat lain di Indonsia. Perkawinan menurut hukum
Sumbawa atau tau samawa merupakan suatu ikatan antara pria dengan wanita sebagai
suami-istri untuk bermaksud mendapatkan keturunan dan membangun serta membina
kehidupan keluarga rumah tangga, tetapi juga berarti suatu hubungan hukum adat yang
menyangkut para anggota kerabat dari pihak istri dan dari pihak suami dengan agama
dan kepercayaan yang dianut dari pihak istri dan suami (soemali, 2011 : 103).
1. Upacara Perkawinan
a. Bajajak
Bajajak merupakan tahap penting yang merupakan pembukaan dari
runtutan upacara perkawinan di suku sumbawa. Bajajak artinya
membongkar. Dalam istilah Sumbawa bajajak merupakah pertemuan kedua
belah pihak keluarga (Hery, 2011).
Gambar 3.1 Pertemuan Kedua Belah Pihak atau Bajajak
(sumber : http://sultansumbawa.com/wp-content/uploads/2013/04/pengantin-sbw.gif)
Jadi jika seorang pria yang ingin menikahi seorang wanita, sebelum
pernikahan yang resmi diadakan diperlukan waktu khusus untuk mengenal
lebih dalam sang wanita tersebut. Semisal saudara perempuan dari pengantin
pria diutus untuk melakukan pendekan pada sang pengantin wanita dengan
6
sedemikian rupa cara, agar supaya memperoleh segala data dari sang
pengantin wanita tersebut. Mulai dari hobi, ketrampilan, kepribadian, dan
lain lain dan yang terpenting yaitu kesungguhan dan kesiapan sang pengantin
wanita untuk berumah tangga. Jadi dari data tersebut nantinya akan
digunakan sebagai kemantapan perisapan sang pengantin pria untuk segera
menikahi sang pengantin wanita.
b. Bakatoan
Bakatoan atau biasa di sebut dengan melamar. Ditentukan oleh pihak
pengantin pria yang terdiri dari kerabat dekat atau tokoh masyarakat yang
penting bagi dirinya. Tama Bakatoan (Melamar) yaitu dimana pihak laki –
laki datang menemui pihak perempuan dan membicarakan tentang
pernikahan (Asryn Charbell, 2012).
Gambar 3.2 Acara Lamaran Sultan Sumbawa
(sumber : http://sultansumbawa.com/wp-content/uploads/2013/04/sultan-dan-
istri.jpg )
Seorang kurir dari pihak pria mendatangi orang tua pihak wanita untuk
memberitahukan bahwa akan datang rombongan dari pihak pria pada waktu
yang sudah di tentukan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
c. Basaputis
Basaputis yakni memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan
rencana pernikahan kedua putra-putri mereka A(Muhtar Anwar, 2009).
Ketika lamaran tersebut sudah mencapai musyawarah atau sudah diterima,
dilanjutkan dengan upacara Basaputis atau menyatakan keperluan yang harus
7
dipenuhi oleh pihak laki-laki yang biasanya dalam bahasa sumbawa disebut
mako
Jadi di dalam perkawinan suku sumbawa pada tahap ini, kedua belah
pihak, dari pihak pria maupun pihak wanita menentukan segala bentuk
keperluan yang telah di pertimbangkan atau dimusyawarahkan untuk
menujang lancarnya perkawinan. Dalam hal ini pihak wanita menjadi
pelaksana hampir seluruh upacaranya.
d. Barodak
Barodak adalah adat – istiadat daerah sumbawa berupa luluran yang
menggunakan seme’ (masker) kepada kedua mempelai yang dilakukan pada
saat sebelum dilaksanakan akad nikah ataupun sebelum resepsi pernikahan
(Katiano Gamesa, 2013). Jika semua persiapan sudah beres, maka ditentukan
hari baik untuk prosesi selanjutnya yaitu Barodak. Upacara diadakan
bersamaan dengan upacara nyorong. Barodak menjadi ritual wajib dalam
prosesinya. Jadi seperti layaknya yang terjadi pada etnik lain, disumbawa
kenal apa yang disebut denganluluran. Calon pengantin di lulur dengan
ramuan odak.
Gambar 3.3 Prosesi Luluran atau Barodak
(sumber :
http://www.mantenhouse.com/assets/uploaded/galleries/f9f336a95f38add00618eefd
fe050659.jpg )
Odak dibuat dari ramuan kulit-kulit beberapa jenis pohon yang serba
guna yang diproses secara khusus (ditumbuk halus). Fungsi utama odak
adalah agar kulit menjadi kuning dan halus. Disamping itu, dengan ramuan
8
daun pancar (pemerah kuku), kedua mempelai dicat kukunya (kaki maupun
tangannya) oleh ina odak, petugas khusus sebagai juru rias (Fachir Rachman,
2013). Sebagian masyarakat suku Sumbawa percaya barang siapa tidak
melakukan barodak akan muncul mala petaka bagi pengantin, seperti
penyakit gatal – gatal, kesurupan, menangis darah, dan berbagai jenis
penyakit aneh.
e. Nyorong
Upacara selanjutnya yaitu nyorong, nyorong merupakan sebuah upacara
adat dimana pihak keluarga calon pengantin laki-laki datang dengan
rombongan yang cukup besar untuk menyerahkan bawaan kepada pihak
keluarga calon pengantin wanita (Katiano gemesa, 2013). Upacara nyorong
melibatkan banyak orang terdiri dari kerabat dekat, tetangga, keluarga besar.
Gambar 3.4 Prosesi Nyorong
(Sumber: http://i44.tinypic.com/21cvafs.jpg)
Jadi barang yang sudah diputuskan dalam prosesi basaputis sebelumnya
akan diantarkan ke pihak wanita melalui upacara nyorong ini. Disinilah
bahasa-bahasa puitik Tau Samawa yang dikenal dengan sebutan Lawas disier
atau dilantunkan oleh kedua belah pihak. Rombongan dari pihak laki-laki
tidak akan diizinkan masuk ketempat upacara apabila tidak bisa melantunkan
bait-bait Lawas. Pintu masuk yang disebut dengan Lawang Rare pun ditutup.
9
2. Karaci
Gambar 4.1 Karaci Stik
(Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-hXPReQNV-1c/TzXmbu8_-
6I/AAAAAAAAAHE/GxZHD_YRh4g/s1600/12294_113987888637090_10000077638222
5_78907_6659022_n.jpg)
Karaci merupakan hiburan bagi para raja di Sumbawa. Keahlian saling pukul
dan menahan pukulan lawan menjadi tontonan yang sangat menghibur. Inilah awal
mula karaci tersebar di masyarakat Sumbawa. Karaci dipimpin oleh seorang wasit
pemisah. Dengan menggunakan tongkat berukuran 3-4 meter, wasit harus berlaku
adil dan mampu mencegah pertarungan tidak menjurus ke arah yang berbahaya
(Riky, 2011). Permainan tradisional karaci merupakan wujud kekuatan, kepercayaan
dan juga kehebatan para lelaki suku sumbawa.
3. Barapan Kebo
Salah satu kesenian adat sumbawa yang sampai sekarang masih sering
dilakukan yaitu barapan kebo. Barapan kebo merupakan wujud rasa syukur
masyarakat Sumbawa kepada Yang Maha Kuasa, sekaligus menjadi cara untuk
menggemburkan tanah (Riky, indonesiakaya.com). Barapan kebo adalah sebuah
kesenian tradisional dalam budaya masyarakat kabupaten Sumbawa yang berupa
permainan rakyat. Dalam Bahasa Indonesa,barapan adalah karapan dan kebo yaitu
kerbau jadi Barapan kebo berarti karpan kerbau. (Abdurrozaq, 2011 : 8 )
10
Gambar 5.1 Barapan Kebo
(Sumber: https://kmkomedik.files.wordpress.com/2012/05/kerbau-mertua.jpg)
Kesenian barapan kebo ini biasanya di adakan sebelum sebelum dan sesudah
musim panen. Bagi masyarakat Sumbawa barapan kebo adalah suatu hal yang
dinantikan. Para pemilik kerbau mendatangkan kerbau pilihan untuk ditandingkan
dengan kerbau lainnya. Barapan kebo juga menjadi penyambung tali silaturahmi
masyarakat sumbawa.
Gambar 5.2 Tradisi Barapan Kebo
(Sumber: http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/556488600423bd9b5f8b4568.jpeg)
Sistem barapan kebo ini dilakukan bukan seperti cabang atletik. Joki
mengendalikan setiap pasang kerbau dan kemudian beradu cepat dengan cara lari.
Masing-masing pasangan kerbau ini juga dikawal sandro untuk mengalahkan pesaing.
Targetnya adalah menabrak saka ( sebatang kayu sekitar dua meter yang di tancapkan
di titik tujuan ) yang juga dijaga sandro dari panitia. Sandro ini bertugas
11
mempertahankan Saka agar kerbau tidak berhasil menabraknya (onco gamankz,
2012).
4. Barempuk
Gambar 6.1 Barempuk
(Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-
iqDgqz_R2xk/VcLQHTmCLLI/AAAAAAAAAUk/OUt_Fn-48hs/s1600/BAREMPUK-6.jpg)
Indonesia memang mempunyai beragam kesenian dan budaya sangat banyak
dan beragam. Dari keberagaman tersebut menjadi kekayaan bangsa yang patut kita
syukuri, dibanggakan dan di lestarikan. Seperti salah satunya permainan barempuk.
Permainan barempuk disebut permainan “baranak bawi”. Barempuk berarti saling
rempuk atau saling memukul antara dua orang laki-laki yang besar dan kekuatannya
berimbang dengan masing-masing mengepalkan tangkai bulir padi yang telah di
potong di sawah (sumbawakab.go.id, 2013).
Gambar 6.2 Tradisi Barempuk
(Sumber: http://i.ytimg.com/vi/xvsrQWVGVag/hqdefault.jpg)
12
Permainan barempuk biasanya diadakan atau dilakukan di pinggir sawah saat
petani sedang memanen padinya dengan mengundang banyak orang. Saat permainan
barempuk dimulai masyarakat sumbawa berbondong – bondong untuk melihatnya.
Aturan permainan barempuk di awali dengan ngumangnya seorang laki-laki sambil
mengenggam batang bulir padi ke dalam arena permainan untuk mencari lawan
mainnya. Jika di antara yang hadir di tempat itu bersedia menjadi lawannya, maka
iapun memasuki arena sambil ngumang pula. Permainan barempuk baru dimulai jika
orang yang memimpin permainan memberikan aba-aba mulai dan permainan berakhir
jika pemimpin permainan menyatakan berhenti (sumbawakab.go.id, 2013).
Jadi meskipun permainan barempuk dilakukan dengan secara memukul namun
tetap dalam suasanana kegembiraan, jadi bukanlah suatu perselisihan atau
perkelahian.
13
C. Wujud Budaya Artefak
1. Tenun Songket
Gambar 7.1 Kain Tenun Songket
(Sumber: http://2.bp.blogspot.com/_1bN-drCmZig/TUv-
4sUBG0I/AAAAAAAAAEQ/z30uc4jwI90/s320/songket+sumbawa.jpg)
Menenun untuk masyarakat Sumbawa merupakan suatu yang sudah menjadi
tradisi. Masyarakat Sumbawa begitu lekat dengan tradisi menenenun, menjahit,
dan menyulam. lamin no to nesek, siong tau swai, artinya bila tidak bisa
menenun, bukanlah perempuan (Gufron Wahyu Dani, 2013: 18). Dari kalimat
tersebut seperti mengungkapkan perbedaan tugas dari kaum lelaki seperti
menggembala ternak, membajak sawah, dan lainya.
Songket adalah suatu teknik atau cara memberikan hiasan pada kain tenunan.
Songket sendiri berasal dari Sungkit yang artinya mengangkat beberapa helai
benang lungsi dengan lidi (Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. NTB,
2013). Sehingga terjadi lubang-lubang kemudian dapat dimasukan benang pakan
dari benang emas atau perak secara berulang-ulang. Kain songket dihasilkan
melalui alat tenun kayu tradisional. Kain ini dibuat dalam proses yang lama oleh
wanita tau samawa yang sudah dewasa. Selain untuk dijadikan kebutuhan
sandang, kain songket juga dijadikan sebagai keperluan untuk ibadah para
penganut animisme tau samawa.
14
Kain tenun Sumbawa bukanlah sekadar membuat motif dan ornamen, tetapi
memiliki filosofi yang punya hubungan yang tidak dapat dipisahkan dengan pola
kehidupan agraris warganya, kondisi alam dan lingkungan, representasi bentuk-
bentuk kekerabatan dan kebersamaan dalam kehidupan komunal mereka
(Dinullah Rayes, 2008).
2. Istana Tua Dalam Loka
Gambar 7.1 Istana Tua Dalam Loka Tampak Depan
(Sumber: http://lombok.panduanwisata.id/files/2013/06/Istana-Dalam-Loka-
Sumbawa.jpg)
Bangunan tua di tana samawa salah satunya istana tua dalam loka. Bangunan
ini merupakan saksi sejarah yang memperlihatkan kejayaan kesultanan sumbawa
pada jamannya. Letak bangunan tersebut berada di jantung kota sumbawa
besarnya.
Dibangun pada tahun 1885, pembangunan bangunan yang berarti istana tua
ini diprakarsai Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III yang menjadi Sultan ke-16
dari Dinasti Dewa Dalam Bawa. Berbentuk rumah panggung dengan luas
bangunan 904 M2, Istana Dalam Loka terlihat sangat megah. Istana yang
dibangun dengan bahan kayu ini memiliki filosofi “adat berenti ko syara, syara
barenti ko kitabullah”, yang berarti semua aturan adat istiadat maupun nilai-nilai
dalam sendi kehidupan tau Samawa (masyarakat Sumbawa) harus
bersemangatkan pada syariat Islam (Riky, indonesiakaya.com).
15
Gambar 7.2 Istana Tua Dalam Loka Tampak Dalam
(Sumber: )
(Sumber: http://lombok.panduanwisata.id/files/2013/06/img_1335.jpg)
Pemilihan arah hadap selatan rumah pun memiliki makna tersendiri. Berdasar
hukum arah mata angin, selatan dipercaya dapat memberikan suasana sejuk,
tenteram, damai, dan nyaman. Tidak hanya itu, selatan pun bermakna menatap
pada masa lalu yang bila diartikan pemimpin harus memiliki kebijaksanaan dan
kearifan dalam menyikapi masa lalu yang bisa dibawa ke masa kini (Riky,
indonesiakaya.com).
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Suku Sumbawa atau biasa di sebut dengan Tau Samawa adalah salah satu suku di
provinsi Nusa Tenggara Barat. Sumbawa terkenal akan keindahan alam dan tanah
yang berbukit-bukit. Penduduk asli sumbawa merupakan campuran dari berbagai
daerah kususnya kepulauan sunda kecil. Dari percampuran darah antara pendatang
dan penduduk asli, berdirilah beberapa kerajaan seperti Utan Kadali, Tangko dan
Taliwang.
Mayoritas tau samawa beragama islam. Daerah beriklim tropis ini mempunyai
banyak sekali keaneka ragaman budaya dan adat yang menarik dan unik. Mulai dari
upacara perkawinan tau samawa atau masyarakat Sumbawa. Dari bajajak, bakatoan,
bakaputis, nyorong hingga sampe dimana acara pernikahan. Semuanya mengandung
makna dan arti –arti tertentu.
Dari Keberaneka ragaman adat dan tradisi tersebutlah yang membuat
masyarakat tau samawa tumbuh menjadi masyarakat yang berkualitas dan
bermartabat.
17
DAFTAR PUSTAKA
Skirpsi dan Jurnal :
Abdurrozaq , 2011 “BARAPAN KEBO SEBAGAI WISATA BUDAYA KABUPATEN
SUMBAWA MELALUI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL” Universitas Sebelas Maret
Halikin, 2010 “ANALISIS POLA INTERAKSI MASYARAKAT PENDATANG TERHADAP
MASYARAKAT LOKAL DI SUMBAWA BARAT” Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Soemali, 2011 : “ Perkawinan Adat Sumbawa dan Permasalahan Hak Waris bila ditinjau
menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974” Fakultas Hukum Universitas Narotama
Surabaya.
Website :
http://gemparvaroz.blogspot.co.id/2011/11/samawa.html : 7 Oktober 2015
http://sumbawakab.go.id/index_static.html?id=3 : 6 Oktober 2015
http://humor.kampung-media.com/2014/03/20/kisah-penentuan-batas-wilayah-di-pulau-
sumbawa-1758 : 7 Oktober 2015
http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/karaci-seni-pertarungan-ala-
sumbawa#fbcommentBox : 6 oktober 2015
http://samawasamawa.blogspot.co.id/2011/12/prosesi-perkawinan-adat-sumbawa.html : 6
Oktober 2015
http://katiano.mywapblog.com/adat-perkawinan-sumbawa-nyorong-dan-baro-2.xhtml : 8
Oktober 2015
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1019/rumah-istana-sumbawa-dalam-loka : 8
Oktober 2015
http://bp3ed.disperindag.ntbprov.go.id/index.php/profil/vm/19-fungsional/87-ragam-tenun : 8
Oktober 2015
18
Website Gambar :
Gambar 1.1: http://www.mataram.bpk.go.id/wp-content/uploads/2012/02/peta.jpg : 9 Oktober
2015
Gambar 2.1 : http://soaltescpns.info/wp-content/uploads/2014/10/Hasil-CAT-CPNS-
Kabupaten-Sumbawa-Barat.jpg : 9 Oktober 2015
Gambar 3.1: http://sultansumbawa.com/wp-content/uploads/2013/04/pengantin-sbw.gif : 9
Oktober 2015
Gambar 3.2: http://sultansumbawa.com/wp-content/uploads/2013/04/sultan-dan-istri.jpg : 9
Oktober 2015
Gambar 3.3: http://www.mantenhouse.com/assets/uploaded/galleries/f9f336a95f38add
00618eefdfe050659.jpg : 9 Oktober 2015
Gambar 3.4 : http://i44.tinypic.com/21cvafs.jpg : 9 Oktober 2015
Gambar 4.1 : http://4.bp.blogspot.com/-hXPReQNV-1c/TzXmbu8_-
6I/AAAAAAAAAHE/GxZHD_YRh4g/s1600/12294_113987888637090_100
000776382225_78907_6659022_n.jpg : 9 Oktober 2015
Gambar 5.1 : https://kmkomedik.files.wordpress.com/2012/05/kerbau-mertua.jpg : 9
Oktober 2015
Gambar 6.1 : http://2.bp.blogspot.com/-
iqDgqz_R2xk/VcLQHTmCLLI/AAAAAAAAAUk/OUt_Fn-
48hs/s1600/BAREMPUK-6.jpg : 9 Oktober 2015
Gambar 6.2 : http://i.ytimg.com/vi/xvsrQWVGVag/hqdefault.jpg : 9 Oktober 2015
Gambar 7.1 : http://2.bp.blogspot.com/_1bN-drCmZig/TUv-
4sUBG0I/AAAAAAAAAEQ/z30uc4jwI90/s320/songket+sumbawa.jpg : 9
Oktober 2015
Gambar 7.2 : http://lombok.panduanwisata.id/files/2013/06/img_1335.jpg : 9 Oktober 2015