sugeng utaya banjir di malang karena perubahan tata guna lahan 4778 id

2
Sugeng Utaya: Banjir di Malang Karena Perubahan Tata Guna Lahan Dikirim oleh prasetya1 pada 11 Juli 2008 | Komentar : 0 | Dilihat : 5044 Sugeng Utaya Kota Malang yang berada di dataran tinggi dengan topografi bergelombang seharusnya tidak mengalami banjir. Tetapi karena proporsi lahan terbuka semakin sempit dan sistem saluran drainase yang ada tidak memadai, maka pada saat musim hujan beberapa tempat di kota Malang mengalami banjir sesaat secara rutin.pada tahun 2005, ketinggian air di daerah Bareng mencapai 1,5 m dan merendam ratusan rumah penduduk. Diduga banjir di kota Malang karena perubahan fungsi lahan dari lahan terbuka hijau menjadi lahan terbangun. Drs Sugeng Utaya MSi menyatakan ini dalam disertasi berjudul ?Perubahan Tata Guna Lahan dan Resapan Air di Kota: Optimalisasi Resapan Air dalam Pengelolaan Lahan Kota Malang?. Ujian terbuka disertasi Sugeng digelar Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Jumat (11/7), dengan majelis penguji Prof Dr Ir Wani Hadi Utomo (promotor), Ir Didik Suprayogo MSc PhD dan Dr Ir Zaenal Kusuma MS (ko-promotor), Prof Dr Ir Suhardjono MPd DiplHE, Prof Dr Ir Ariffin MS, Ir Agus Suharyanto MSc PhD dan Dr Agus Suryantoro MS (penguji). Tata guna lahan Ada beberapa tujuan penelitian disertasi Sugeng Utaya. Di antaranya, sebagai upaya untuk mengkaji pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap limpasan di Kota Malang, mengkaji pengaruh pengelolaan tata guna lahan terhadap penurunan resapan air hujan serta mengkaji pengaruh penggunaan lahan terhadap sifat biofisik tanah dan resapan air hujan. Beberapa hal diperoleh dari penelitian ini, bahwa banjir/genangan di beberapa kawasan di Kota Malang disebabkan oleh besarnya limpasan permukaan sebagai akibat terjadinya perubahan tata guna lahan. Selama 19 tahun terakhir, pertumbuhan luas lahan terbangun sekitar 28.13% (rata-rata 1,48%/tahun) yang mengakibatkan peningkatan limpasan permukaan sebesar 8,87% (0,47%/tahun). Lebih lanjut diungkap pula bahwa kebijakan Pemkot Malang baik secara sadar (melalui RTRW) maupun tidak sadar (melalui implementasi RTRW) menyebabkan terjadinya perubahan tata guna lahan dan pada gilirannya mengakibatkan penurunan resapan air hujan. Selain itu, diketahui pula bahwa perubahan penggunaan lahan menyebabkan perubahan sifat biofisik tanah terutama biomassa akar, jumlah cacing dan BOT, dan perubahannya mengakibatkan penurunan kemampuan lahan

Upload: dewi-damara

Post on 12-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Banjir kota malang

TRANSCRIPT

Page 1: Sugeng Utaya Banjir Di Malang Karena Perubahan Tata Guna Lahan 4778 Id

Sugeng Utaya: Banjir di Malang Karena Perubahan Tata Guna Lahan

Dikirim oleh prasetya1 pada 11 Juli 2008 | Komentar : 0 | Dilihat : 5044

Sugeng Utaya

Kota Malang yang berada di dataran tinggi dengan topografi bergelombang seharusnya tidak mengalami banjir. Tetapi karena proporsi lahan terbuka semakin sempit dan sistem saluran drainase yang ada tidak memadai, maka pada saat musim hujan beberapa tempat di kota Malang mengalami banjir sesaat secara rutin.pada tahun 2005, ketinggian air di daerah Bareng mencapai 1,5 m dan merendam ratusan rumah penduduk. Diduga banjir di kota Malang karena perubahan fungsi lahan dari lahan terbuka hijau menjadi lahan terbangun. Drs Sugeng Utaya MSi menyatakan ini dalam disertasi berjudul ?Perubahan Tata Guna Lahan dan Resapan Air di Kota: Optimalisasi Resapan Air dalam Pengelolaan Lahan Kota Malang?. Ujian terbuka disertasi Sugeng digelar Program Pascasarjana Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Jumat (11/7), dengan majelis penguji Prof Dr Ir Wani Hadi Utomo (promotor), Ir Didik Suprayogo MSc PhD dan Dr Ir Zaenal Kusuma MS (ko-promotor), Prof Dr Ir Suhardjono MPd DiplHE, Prof Dr Ir Ariffin MS, Ir Agus Suharyanto MSc PhD dan Dr Agus Suryantoro MS (penguji). Tata guna lahan Ada beberapa tujuan penelitian disertasi Sugeng Utaya. Di antaranya, sebagai upaya untuk mengkaji pengaruh perubahan tata guna lahan terhadap limpasan di Kota Malang, mengkaji pengaruh pengelolaan tata guna lahan terhadap penurunan resapan air hujan serta mengkaji pengaruh penggunaan lahan terhadap sifat biofisik tanah dan resapan air hujan. Beberapa hal diperoleh dari penelitian ini, bahwa banjir/genangan di beberapa kawasan di Kota Malang disebabkan oleh besarnya limpasan permukaan sebagai akibat terjadinya perubahan tata guna lahan. Selama 19 tahun terakhir, pertumbuhan luas lahan terbangun sekitar 28.13% (rata-rata 1,48%/tahun) yang mengakibatkan peningkatan limpasan permukaan sebesar 8,87% (0,47%/tahun). Lebih lanjut diungkap pula bahwa kebijakan Pemkot Malang baik secara sadar (melalui RTRW) maupun tidak sadar (melalui implementasi RTRW) menyebabkan terjadinya perubahan tata guna lahan dan pada gilirannya mengakibatkan penurunan resapan air hujan. Selain itu, diketahui pula bahwa perubahan penggunaan lahan menyebabkan perubahan sifat biofisik tanah terutama biomassa akar, jumlah cacing dan BOT, dan perubahannya mengakibatkan penurunan kemampuan lahan

Page 2: Sugeng Utaya Banjir Di Malang Karena Perubahan Tata Guna Lahan 4778 Id

dalam meresap air. Perlu ruang terbuka Sugeng Utaya menyarankan untuk melakukan revisi RTRW Kota Malang dengan menyediakan luas ruang terbuka yang memadai sebagai areal resapan hujan. RTRW juga menurut Sugeng sebaiknya dapat difungsikan sebagai alat untuk mempertahankan ruang terbuka yang masih ada dan menata kembali pola penggunaan lahan dengan memperhatikan aspek hidrologi. Apabila resapan air melalui lahan terbuka di kota belum mencukupi, ia menambahkan perlunya mencapai target resapan ideal melalui peresapan air dengan lubang peresap baik secara individual dan kolektif oleh masyarakat di kawasan permukiman maupun oleh pemerintah dalam bentuk kolam peresap/danau buatan di berbagai penjuru kota dengan berpedoman apda keseimbangan air tanah di kota. Sugeng Utaya dilahirkan di Yogyakarta 47 tahun silam. Sarjana dari Jurusan Hidrologi Fakultas Geografi UGM (1986) ini meraih magister sains pada Program Studi Ilmu Lingkungan PPS UGM (1993). Staf pengajar Jurusan Geografi FMIPA Universitas Negeri Malang dengan jabatan terakhir Ketua Jurusan Geografi FMIPA UM (1999-2003) ini, dalam yudisium dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar doktor dalam ilmu pertanian dengan kekhususan sumberdaya alam dan lingkungan. Predikat yang diraih adalah sangat memuaskan, dengan IPK 3,67 dan masa studi 4 tahun 10 bulan. [nok]

Artikel terkait

Disertasi Nour AthirohManfaat Ciplukan Sebagai AntiinflamasiI Gusti Putu Anom Kerti: Pengaturan Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Kondominium HotelMengakui Peradilan Adat Bukan Membuat Negara dalam NegaraPerda RTRW Provinsi NTB Tidak Sinkron dengan UU Penataan Ruang