sudahkah kita menjadi orang tua yang saleh.ppt

Upload: muhammad-fawzul-aziim-afif

Post on 31-Oct-2015

74 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENDAHULUANANAK BERANTEM (KONFLIK) ITU BAIKMENGAPA KITA MARAH KEPADA ANAKAGAR ANAK TAK MENYUKAI TELEVISIHATI-HATI MENGHUKUM ANAKPENUTUP

  • Orang bijak berkata bahwa seorang bayi yang baru lahir ibarat kertas putih tanpa noda. Orang yang pertama kali menulisi kertas tersebut adalah orang terdekatnya, yaitu orang tua. Bagus tidaknya tulisan yang dihasilkan tergantung kepada mereka. Apakah kertas tersebut akan diisi coretan tanpa makna, ataukah sebuah karya yang indah dan mengagumkan, tergantung kepada orang tua.

  • Orang tua sebagai cermin bagi anak-anaknya. Orang tua juga harus sadar bahwa kesalahan yang dilakukan anak tidak serta merta murni kesalahan mereka, tetapi di dalamnya terdapat andil kesalahan dari cara mendidik orang tua mereka.Mari kita melihat beberapa poin permasalahan dari sudut pandang berbeda. Lebih mendalam, lebih menyentuh, dan lebih mengena.

  • Persoalan anak berantem (konflik) ini merupakan hal yang hampir disemua keluarga pernah terjadi.Hampir semua anak yang memiliki saudara pasti pernah merasakan konflik. Konflik ini bentuknya macam-macam, mulai dari beda pendapat, rebutan barang, makanan, mainan, sampe ada yang melibatkan fisik. Jadi hampir tidak ada anak yang bebas dari pengalaman konflik.

  • 1. Bersahabat dengan konflikKonflik tidak bisa dihindari, karena manusia diciptakan berbeda-beda. Jadi perbedaan itu normal, sepanjang diekspresikan dengan cara yang baik dan tidak merugikan siapapun.

    Karenanya mari kita bersahabat dengan konflik, bukan memusuhi konflik. Semakin kita memusuhi konflik, kita akan semakin lelah. Mari kita ubah persepsi tentang konflik, meski sulit menerima, tapi cobalah tenangkan pikiran dengan mengucap kalimat Segala Puji Bagi Allah saat dihadapkan pada konflik anak-anak kita.

  • 2. Libatkan AnakSaat anak berkonflik, sah-sah saja orang tua terlibat. Namun, sebaik-baik penyelesaian adalah yang melibatkan anak itu sendiri. jika memungkinkan, orang tua hanya jadi fasilitator yang bertugas untuk membimbing anak mencari solusi penyelesaiannya.

    3. Aturan yang Jelas

    a. Milik siapa ?b. Berlomba dan bergantianc. Boleh intervensi saat mulai merugikand. Semua orang boleh marah, tetapi tidak menyakiti atau merusake. Penawaran terhadap konsekuensi antara anak dan orangtua.

  • 4. Syarat melindungi yang lemaha. Harus ada pembatasanb. Berikan reward pada kakak yang mengalah

    5. Fokuskan pikiran anak pada saling mencintai

    a. Berikan perhatian pada saat mereka bekerja sama dibandingkan saat mereka bertengkarb. Mempersiapkan mental kakak sebelum kelahiran adik.c. Berlatih musyawarah.

  • Mengapa kita marah kepada anak?Karena mereka tak mau makan.Karena mereka tak mau menggosok gigi.Karena mereka tak mau sekolah.

    Untuk apa mereka makan, menggosok gigi, dan sekolah?Agar sehat, dan paling penting, kelak mereka bahagia.Kita bilang, demi mereka sendiri.Apakah bahagia demi mereka, jika hati mereka disakiti?

  • Mengapa kita marah kepada anak?Karena mereka rewel.Karena mereka nangis terus.Karena mereka tak bisa diam.Karena mereka melakukan semua itu.

    Cari tahulah, mengapa mereka melakukan semua itu!Menekan? Mulut mereka semakin membisu.Men-DEKAP? Kita jadi tahu.DE-ngarkan, a-KA-r, P- ermasalahannya!

  • Ternyata, kita sekarang tahu.Oh, mereka haus, lapar, dan bosan.Lalu, apakah mereka berdosaKarena merasa haus, lapar, dan bosan?

  • Mengapa kita marah pada anak?Karena mereka membangkang.Mengapa mereka membangkang?Karena mereka tak menuruti kemauan kita.Karena mereka tak percaya omongan kitaMengapa omongan kita tak dipercaya?Karena omongan kita gampangkanWalaupun tak sesuai kenyataan.

  • 1. Anggota Keluarga BaruGanti televisi dengan media lain seperti VCD/DVD player yang dapat kita pilih program2 yang mendidik.2. Buat anak suka membaca3. Buatlah jam boleh nonton televisi4. Simpanlah televisi di tempat yang tidak nyaman5. Bantu anak membuat kegiatan mandiri saat anda tengah sibuk6. Sediakan waktu bersama anak

  • 1. Jangan pernah melakukan kekasaran fisik pada anak.Dari Hadist-hadist:Anak baru boleh dipukul usia 10 tahunHanya pada perbuatan yang sangat prinsip (Shalat)Anak diberi kesempatan terlebih dahulu.

    2. Hukuman adalah bagian dari konsekuensi bukan reaksi spontan.

    3. Lakukan secara bertahap

    4. Cari hukuman yang tak menyakiti anak

  • 1. Tidak mendekati anak untuk sementara waktu2. Tidak mengajak anak ke tempat tertentu3. Tidak mengajak anak berbicara selama beberapa saat4. Tidak membolehkan anak melakukan hal-hal yang diinginkannya atau mengambil sementara hak-hak istimewanya.5. Meminta anak tinggal di kamar beberapa lama.6. Menunjukkan ekspresi ketidaksetujuan anda, misalnya mimik sedih atau kecewa kepada anak adalah diperbolehkan.

  • 1. Dari beberapa ulasan tadi, kita dapat memahami dimana posisi kita sebagai orang tua yang akan mengisi lembar kertas kosong tadi, semua tergantung kepada kita orang tuanya.2. Sudah saatnya kita bercermin dan tak malu mengakui kesalahan yang pernah kita perbuat. Mari kita perbaiki bersama kesalahan-kesalahan itu agar anak-anak kita kelak menjadi manusia yang lebih baik dan berguna bagi agamanya.