substansi dan interpretasi peraturan presiden nomor 88 tahun 2011 tentang rencana tata ruang pulau...

49
SUBSTANSI DAN INTERPRETASI PERATURAN PRESIDEN NO. 88 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG PULAU SULAWESI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMU DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RU Dr. Ir. Budi Situmorang, MURP

Upload: pustaka-virtual-tata-ruang-dan-pertanahan-pusvir-trp

Post on 29-Nov-2015

60 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

SUBSTANSI DAN INTERPRETASI PERATURAN PRESIDEN

NO. 88 TAHUN 2011 TENTANGRENCANA TATA RUANG PULAU

SULAWESI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

Dr. Ir. Budi Situmorang, MURP

I. PENDAHULUAN1. Dasar Hukum2. Kedudukan3. Muatan

II. RENCANA STRUKTUR & POLA RUANG PULAU SULAWESIIII. TUJUAN, KEBIJAKAN, & STRATEGI PENGEMBANGAN

PULAU SULAWESIIV. STRATEGI OPERASIONALISASI PERWUJUDAN SISTEM

PERKOTAAN NASIONAL DI PULAU SULAWESIV. INDIKASI PROGRAM UTAMA MEWUJUDKAN KAWASAN

PERKOTAAN NASIONAL YANG BERBASIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA

VI. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANGVII. KOORDINASI DAN PENGAWASANVIII. PERAN SERTA MASYARAKATIX. KETENTUAN PERALIHANX. KETENTUAN PENUTUP

OUTLINE TAYNANG

I. PENDAHULUANA. RTR Pulau: Amanat UU No.26 Tahun 2007 Ttg PR

1. Pasal 14 Ayat (1) Huruf bRTR Pulau Sebagai Penjabaran dan Operasionalisasi RTRWN.

2. Pasal 14 Ayat (3)RTR Pulau Sebagai Rencana Rinci RTRW Nasional.

RTR PULAU/KEPULAUAN merupakan uraian terperinci dan langkah operasional dari RTRW Nasional sesuai dengan kondisi objektif Pulau/Kepulauan.

3. Pasal 20 Ayat (2 ) Huruf g RTR Pulau (Sebagai Rencana Rinci RTRWN) menjadi pedoman dalam penyusunan RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota.

4. Pasal 20 Ayat (2) Huruf a-b RTR Pulau (Sebagai Rencana Rinci RTRWN) menjadi pedoman dalam penyusunan RPJPN dan RPJMN 2010 – 2014.

RTR Pulau menjadi acuan dalam penyusunan RPJMN Tahun 2010-2014 yang menetapkan sasaran pembangunan nasional berbasis wilayah (pulau/kepulauan)

1. Kedudukan RTR PulauRTR Pulau Sulawesi berkedudukan sebagai rencana rinci, penjabaran, dan operasional RTRWN dan acuan bagi RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.

RPJPN RPJMN

Harus MemperhatikanPasal 19 UUPR

Menjadi PedomanPasal 20 ayat (2) UUPR

• RTRWN• RTR PULAU/KEPULAUAN• RTR KAWASAN STRATEGIS NASIONAL

Menjadi PedomanPasal 20 ayat (2) UUPR

Menjadi AcuanPasal 22 ayat (1) huruf a UUPRPasal 25 ayat (1) huruf a UUPR

• RTRW PROVINSI• RTRW KAB/KOTA

Kedudukan RTR Pulau Terhadap RPJPN, RPJMN, serta RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota

I. PENDAHULUANB. Kedudukan, Peran, dan Fungsi RTR Pulau

ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

PERAN MASYARAKAT

TUJUAN PENATAAN RUANG PULAU

KEBIJAKAN, & STRATEGI PENATAAN RUANG

STRATEGI OPERASIONALISASI PERWUJUDAN (SOP)

STRUKTUR RUANG Sistem Perkotaan Nas Sistem Jar Transportasi Nas Sistem Jar Energi, Telekom, SDA

POLA RUANG• Kaw Lindung Nas• Kaw Budidaya Nas

Fungsional Kaw Perkotaan Fungsional Jar. Jalan Nas Fungsional Jar ASDP Fungsional Pelabuhan Fungsional Bandar Udara Fungsional Jar. Energi Fungsional Jar Telekomunikasi Fungsional Wilayah Sungai Fungsional Kaw Lindung Nas. Fungsional Kaw Andalan

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG: • Indikasi Program Utama 5 tahunan, Instansi Pelaksana, Sumber Pembiaya an

KOORDINASI DAN PENGAWASAN

INDIVIDU

RENCANA STRUKTUR & POLA RUANG PULAU

I. PENDAHULUANC. POKOK MUATAN PERPRES PR PULAU SULAWESI

II. RENCANA STRUKTUR DAN POLA RUANG PULAU SULAWESI

Struktur Ruang Pulau Sulawesi adalah susunan pusat-pusat permukiman (PKN, PKW, PKSN) yang diikat oleh sistem infrastruktur (sistem jaringan transportasi nasional, telekomunikasi, energi, dan

sumber daya air) secara hirarkis

A. PETA STRUKTUR RUANG PULAU SULAWESI

Sistem Nasional dalam Struktur Ruang Pulau Sulawesi meliputi: Sistem perkotaan nasional: 5 PKN, 27 PKW dan 2 PKSN Sistem transportasi nasional Jaringan Jalan Arteri Primer, Kolektor Primer dan Strategis Nasional yg bagian

dari Lintas Barat, Lintas Tengah, Lintas Timur, dan Pengumpan Pulau Sulawesi Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Pulau 23 Lintas Penyeberangan dan 5 transportasi danau 3 Pelabuhan Utama dan 5 Pelabuhan Pengumpul 2 Bandar Udara Pengumpul dengan skala pelayanan primer,3 Bandar Udara

Pengumpul dengan skala pelayanan sekunder, dan 3 Bandar Udara Pengumpul dengan skala pelayanan Tersier

Sistem infrastruktur wilayah lainnya (Energi, Telekomunikasi, Sumberdaya Air)

RENCANA STRUKTUR RUANG PULAU SULAWESI

1. Manado2. Kws.Perkotaan 3. Manado-Bitung4. Gorontalo5. Palu6. Kendari7. Makassar

1. Tahuna2. Melonguane

1. Tomohon2. Tondano3. Kotamobagu4. Kuandang5. Isimu6. Tilamuta7. Buol8. Tolitoli9. Donggala10. Pasangkayu

11. Poso

12. Luwuk13. Kolonodale14. Mamuju15. Palopo16. Majene17. Parepare18. Barru19. Pangkajene20. Watampone

21. Jeneponto22. Bulukumba23. Lasolo24. Unaaha25. Kolaka26. Raha27. Bau-bau

PKSN PKN PKW

Pola ruang Pulau Sulawesi adalah distribusi peruntukan ruang di Pulau Sulawesi berupa fungsi lindung dan fungsi budidaya bagi pengembangan ekonomi kelautan, pertanian, dan pertambangan berbasis

potensi lestari

B. PETA POLA RUANG PULAU SULAWESI

PETA KAWASAN PERKOTAAN MENADO-BITUNG

PETA KAWASAN PERKOTAAN MAMMINASATA

Sistem Nasional dalam Pola Ruang Pulau Sulawesi meliputi: Kawasan Lindung, meliputi:

o kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;o kawasan perlindungan setempat;o kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya:

• kawasan TN Lore Lindu, TN Rawa Aopa Watumohai, TN Bogani Nani Wartabone, dan TN Bantimurung-Bulusarawung;

• kawasan CA Gunung Ambang, CA Dua Saudara, CA Tangkoko Batuangus, Cagar Alam Morowali, CA Pangi Binanga, CA Pamona, CA Gunung Tinombala, CA Gunung Sojol, CA Gunung Dako, CA Tanjung Api, CA Pegunungan Faruhumpenai, CA Kalaena, Cagar Alam Panua, dan CA Tanjung Panjang;

• kawasan Taman Hutan Raya Poboya Paneki (Palu), Taman Hutan Raya Murhum, dan Taman Hutan Raya Bontobahari; dan

• kawasan TWA Danau Matano, TWA Danau Mahalona, TWA Danau Towuti, TWA Malino, TWA Cani Sirenrang, TWA Lejja, dan TWA Mangolo

o kawasan rawan bencana alam; o kawasan lindung geologi; dano kawasan lindung lainnya

Kawasan Budidaya bernilai strategis nasional (Kawasan Andalan)

RENCANA POLA RUANG PULAU SULAWESI

Pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan konservasi laut

Lumbung pangan padi nasional di bagian selatan dan lumbung pangan jagung nasional di bagian utara

Pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di bagian tengah

pusat pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi

Pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (MICE)

Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup

Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah

Kawasan perkotaan nasional yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana

Kelestarian kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% dari luas Pulau Sulawesi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

III. TUJUAN, KEBIJAKAN, & STRATEGI PENATAAN RUANG PULAU SULAWESI

TATA RUANG PULAU SULAWESI BERTUJUAN UNTUK MEWUJUDKAN:

pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan konservasi laut

pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai

pusat perikanan

pengembangan kawasan minapolitan memperhatikan

potensi lestari

pelestarian kawasan konservasi laut yang memiliki

keanekaragaman hayati

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2 KEBIJAKAN 3

mengembangkan kawasan industri pengolahan hasil

perikanan

meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional

dengan sentra perikanan

mengembangkan prasarana dan sarana penangkapan dan budi

daya

mengembangkan sentra-sentra perikanan yang didukung

teknologi perikanan

melestarikan terumbu karang dan sumber daya hayati laut

mencegah sedimentasi kawasan muara sungai

Mengkonservasi jalur migrasi bagi biota laut dilindungi

mengembangkan sarana bantu navigasi pelayaran

mengendalikan penangkapan ikan dengan lestari

STRATEGI STRATEGI STRATEGI

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

A

Kawasan minapolitan di Kawasan Andalan Laut Tomini dsk, Bunaken dsk, Batutoli dsk, Teluk Tolo-Kep. Banggai dsk, Teluk Bone dsk, Selat Makassar, Kapoposang dsk, Singkarang-Takabonerate dsk, Asera Lasolo, Kapontori-Lasalimu dsk, serta Tiworo dsk.

Pusat industri pengolahan hasil perikanan orientasi ekspor di PKN Kawasan Perkotaan Manado-Bitung, dan PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata).

Pusat industri pengolahan hasil perikanan di PKN Kendari, PKW Tilamuta, PKW Pangkajene, PKW Jeneponto, PKW Watampone, PKW Barru, PKW Bulukumba, PKW Toli-toli dan PKW Raha.

Outlet ekspor: Pelabuhan Bitung dan Pelabuhan Makassar.

Pusat pengembangan ekonomi kelautan berbasis keberlanjutan pemanfaatan sumber daya kelautan dan konservasi laut

Pengembangan kawasan peruntukan perikanan yang didukung dengan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat produksi

lumbung pangan padi nasional di bagian selatan Pulau Sulawesi dan lumbung pangan jagung nasional di bagian utara Pulau Sulawesi

mengembangkan sentra pertanian tanaman pangan padi

dan jagung

mendorong pengembangan kawasan perkotaan nasional

sebagai pusat industri pertanian

membangun waduk dan jaringan irigasi dalam rangka

meningkatkan luasan lahan

mencegah pendangkalan danau dan waduk

menetapkan dan mempertahankan lahan pangan

berkelanjutan

membatasi alih fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan

mengendalikan perkembangan fisik kawasan perkotaan

STRATEGI STRATEGI STRATEGI

pengembangan sentra pertanian tanaman pangan padi dan jagung

yang didukung dengan industri pengolahan

pengembangan jaringan prasarana sumber daya air untuk meningkatkan

luasan lahan pertanian

pemertahanan kawasan peruntukan pertanian pangan berkelanjutan

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2 KEBIJAKAN 3

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

B

mengembangkan pusat penelitian dan pengembangan

pertanian

Pengembangan Sentra Produksi Padi: di Kawasan Andalan (KA) Dumoga-Kotamobagu dsk, KA Palu dsk, KA Mamuju, KA Mamminasata dsk., KA Bulukumba-Watampone, KA Palopo dsk, KA Parepare dsk., KA Toli-toli, KA Asesolo/Kendari, KA Mowedang/Kolaka.

Pengembangan Sentra Produksi Jagung di KA Manado-Bitung, KA Marisa, KA Gorontalo, KA Kolonedale dsk., KA Mamminasata dsk., KA Kapolimu-Patikala Muna-Buton, dan KA Bulukumba-Watampone

Mendorong Pusat Pengembangan Ekonomi Pertanian Pangan Padi dan Jagung: Pusat industri pengolahan jagung yang

berorientasi ekspor di PKN Gorontalo Pusat industri pengolahan jagung di PKW

Isimu, PKW Kuandang, PKW Tilamuta, dan PKW Jeneponto

Pusat penelitian dan pengembangan pertanian tanaman pangan padi di PKW Parepare dan PKW Kotamobagu

Lumbung pangan padi nasional di bagian selatan dan lumbung pangan jagung nasional di bagian utara

Pengembangan kawasan sentra pertanian yang didukung dengan prasarana sumber daya air serta industri pengolahan dan jasa

pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di bagian tengah Pulau Sulawesi

mengembangkan kawasan industri pengolahan hasil perkebunan kakao

meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dengan sentra perkebunan

kakao

mengembangkan pusat penelitian dan pengembangan perkebunan kakao

mengembangkan sentra-sentra produksi perkebunan kakao pada kawasan peruntukan

perkebunan dengan memperhatikan keanekaragaman hayati di kawasan sekitarnya

STRATEGI STRATEGI

pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri hasil perkebunan kakao

pengembangan sentra-sentra perkebunan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

C

Pengembangan Sentra perkebunan kakao di KA Toli-toli, KA Palu dsk., KA Poso dsk, KA Kolonedale dsk., KA Mamuju dsk., KA Palopo dsk, KA Asesolo/Kendari, dan KA Mowedang/Kolaka.

Mendorong Pusat Pengembangan ekonomi perkebunan kakao: pusat pengembangan industri

pengolahan kakao yang berorientasi ekspor di PKW Mamuju.

Pusat industri pengolahan hasil perkebunan kakao di PKN Palu, PKW Pasangkayu, PKW Bol, PKW Poso, PKW Kolonedale, PKW Palopo, PKW Majene, dan PKW Unaaha.

Pusat perkebunan kakao berbasis bisnis di bagian tengah

Pengembangan kawasan sentra perkebunan kakao dengan prinsip keberlanjutan yang didukung kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan

mewujudkan pusat pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi di Pulau Sulawesi

mengembangkan kawasan industri pengolahan hasil pertambangan

pengelolaan limbah industri terpadu

mengembangkan prasarana dan sarana untuk kelancaran distribusi dan produksi

dari kawasan peruntukan pertambangan ke pasar nasional dan internasional

mengembangkan sentra-sentra produksi komoditas unggulan pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta minyak dan gas bumi dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

STRATEGI STRATEGI

pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan pertambangan

yang ramah lingkungan

pengembangan kawasan peruntukan pertambangan dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

D

Pengembangan sentra pertambangan: Sentra pertambangan aspal di Pulau Buton Sentra pertambangan nikel di KA Kolonedale

dsk., KA Palopo dsk., KA Asesolo/Kendari, dan KA Mowedang/Kolaka.

Sentra pertambangan migas di Kawasan Teluk Bone, Buton, Banggai, Selat Makassar, Majene, Mamuju, Polewali, Mandar, Donggala, Poso, Wajo, Mamuju Utara, Bone Utara, Enrekang, dan Sengkang.

Mendorong Pusat Ekonomi Pertambangan: Pusat industri pengolahan aspal di PKW Bau-

bau Pusat industri pengolahan hasil tambang nikel

di PKN Kendari, PKW Lasolo, dan PKW Kolaka Pusat industri pengolahan hasil minyak dan

gas bumi di PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata, PKW Luwuk, dan PKW Mamuju

Pusat pengembangan pertambangan mineral, aspal, panas bumi, serta migas

Pengembangan kawasan peruntukkan pertambangan yang memperhatikan daya dukung dan daya tampung dengan didukung kawasan perkotaan nasional sebagai pusat industri pengolahan

pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran

mengembangkan pusat jasa dan promosi pariwisata di kawasan perkotaan nasional

meningkatkan keterkaitan antara kawasan perkotaan nasional dan kawasan-kawasan

pariwisata

mengembangkan prasarana dan sarana pendukung kegiatan pariwisata

merehabilitasi kawasan peruntukan pariwisata yang terdegradasi

STRATEGI STRATEGI

pengembangan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pariwisata

pengembangan kawasan pariwisata bahari dan pariwisata cagar budaya

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

E

Pengembangan Kaw Destinasi Pariwisata: Pariwisata bahari di KAL Kep. Togean-Teluk Tomini

dsk., KAL Bunaken dsk., KAL Kapoposang dsk., KAL Takabonerate dsk., dan KAL Wakatobi dsk.

Pariwisata cagar budaya di Kaw Bau-bau dsk. (Keraton Buton), Kaw Tana Toraja, Kaw Mamasa dsk., Kaw Bulukumba dsk (Suku Kajang), Kaw Makassar dsk (kars Maros-Pangkep), dan Kaw Manado dsk. (Pinabetengan/Bukit Kasih Minahasa).

Mendorong Pusat Ekonomi Pariwisata: Pusat pariwisata bahari di PKN Kawasan

Perkotaan Manado Bitung, PKN Gorontalo, PKN Palu, PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata, dan PKN Kendari.

Pusat pariwisata cagar budaya di PKN Kaw Perkotaan Mamminasata, PKW Mamuju, PKW Tondani, PKW Bulukumba, dan PKW Bau-bau.

Pengembangan outlet pariwisata bahari dan pariwisata cagar budaya di Bandar Udara Sam Ratulangi, Djalaludin, Mutiara, Tempa Padang, Hassanuddin, dan Wolter Mongosidi

Pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran (MICE)

Pengembangan kawasan peruntukkan pariwisata yang didukung kawasan perkotaan sebagai pusat promosi dan penyelenggaraan MICE

kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan

kelestarian lingkungan hidup

pengembangan kawasan perbatasan negara dengan pendekatan kesejahteraan, pertahanan

dan keamanan, serta lingkungan hidup

penegasan dan pertahanan eksistensi 14 (empat belas) pulau-pulau kecil terluar sebagai Titik-titik

Garis Pangkal Kepulauan Indonesia

membangun dan memelihara mercusuar sebagai penanda dan navigasi pelayaran

membangun bandar udara untuk melayani angkutan udara perintis

mengembangkan prasarana dan sarana transportasi penyeberangan

mengembangkan PKSN sebagai pusat pengembangan ekonomi, pintu gerbang

internasional, serta simpul transportasi kawasan perbatasan negara

mengembangkan kawasan sentra produksi di kawasan perbatasan negara berbasis sumberdaya

alam

mengembangkan kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagai perwujudan kedaulatan

negara

mendorong pengembangan PLTS, PLTB, PLTAL, dan PLTMH

mendorong pengembangan jaringan telekomunikasi

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2

STRATEGI STRATEGI

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

F

3

4

• Pengembangan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Perbatasan Negara di Talaud dan Melonguane

• 14 pulau kecil terluar sbg titik dasar garis pangkal negara:

1. Pulau Lingian

6. Pulau Makalehi

11. Pulau Miangas

2. Pulau Salando

7. Pulau Kawalusu

12. Pulau Marampit

3. Pulau Dolangan

8. Pulau Kawio

13. Pulau Intata

4. Pulau Bangkit

9. Pulau Marore

14. Pulau Kakarutan

5. Pulau Manterawu

10. P. Batubawaikang

21

5

6

78

910

11

1213

14

Kawasan perbatasan negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara dengan memperhatikan keharmonisan aspek kedaulatan, pertahanan dan keamanan negara, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan hidup

Pemertahanan eksistensi 14 pulau kecil terluar dan kawasan pesisir dengan pendekatan kesejahteraan, pertahanan dan keamanan negara, serta lingkungan hidup

jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah

mengembangkan jaringan transportasi yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan kawasan perbatasan negara, kawasan

tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil

mengembangkan sistem transportasi antarmoda menuju kawasan perbatasan negara, kawasan

tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil

mengembangkan akses prasarana dan sarana yang menghubungkan antarkawasan perkotaan dan

memantapkan koridor ekonomi

mengembangkan dan memantapkan aksesyang menghubungkan kawasan perkotaan nasional

dengan sentra produksi, pelabuhan, dan bandar udara

mengembangkan pelabuhan di sepanjang jalur ALKI

memantapkan fungsi bandar udara

mengembangkan jaringan transportasi dengan memperhatikan kawasan pertanian tanaman

pangan dan kawasan lindung

STRATEGI STRATEGI

pengembangan jaringan transportasi yang terpadupengembangan jaringan transportasi untuk

meningkatkan aksesibilitas

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

G

Jaringan transportasi antarmoda yang dapat meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah

Pengembangan jaringan transportasi terpadu untuk meningkatkan daya saing wilayah dan aksesbilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi

mengembangkan dan memantapkan pada Jaringan

Jalan Lintas Barat Pulau Sulawesi, Lintas Timur Pulau

Sulawesi, Lintas Tengah Pulau Sulawesi, dan

pengumpan Pulau Sulawesi, untuk meningkatkan

keterkaitan antarkawasan perkotaan nasional dan

mendorong perekonomian di Pulau Sulawesi mengembangkan Jaringan Jalur Kereta Api Lintas

Barat Pulau Sulawesi Bagian Utara, Barat Pulau

Sulawesi Bagian Barat, dan Lintas Barat Pulau Sulawesi

Bagian Selatan mengembangkan dan memantapkan pelabuhan untuk

meningkatkan akses kawasan perkotaan nasional

sebagai pusat pengembangan kawasan andalan

menuju tujuan-tujuan pemasaran produk unggulan mengembangkan bandar udara untuk mendukung

kegiatan pariwisata cagar budaya dan ilmu

pengetahuan, bahari, ekowisata, serta MICE

kawasan perkotaan nasional yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana

mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan yang berfungsi sebagai lokasi dan jalur evakuasi

bencana

menetapkan standar bangunan gedung yang sesuai dengan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana

membangun sarana pemantauan bencana

menetapkan zona-zona rawan bencana di kawasan perkotaan dan wilayah pesisir

mengendalikan perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan dan wilayah pesisir

STRATEGI STRATEGI

pengendalian perkembangan kawasan perkotaan dan wilayah pesisir yang rawan bencana

pengembangan prasarana dan sarana perkotaan pada kawasan rawan bencana

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

H

Kawasan perkotaan nasional yang berbasis mitigasi dan adaptasi bencana

Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan yang berbasis mitigasi dan adatasi terhadap bencana serta pengendalian kawasan perkotaan yang berada pada kawasan rawan bencana

bencana gempa bumi di PKN Gorontalo, PKN Kawasan

Perkotaan Manado-Bitung, PKN Palu, PKW Isimu, PKW

Kuandang, PKW Tilamuta, PKW Poso, PKW Luwuk, PKW

Toli-toli, PKW Donggala, PKW Palopo, PKW Mamuju, PKW

Majene, dan PKW Pasangkayu bencana letusan gunung berapi di PKN Kawasan

Perkotaan Manado-Bitung, PKW Tondano, PKW

Tomohon, PKW Kotamobagu, PKSN Melonguane, dan

PKSN Tahuna bencana tsunami di kawasan perkotaan PKN Gorontalo,

PKN Kawasan Perkotaan Manado-Bitung, PKN Kawasan

Perkotaan Mamminasata, PKW Kuandang, PKW Tondano,

PKW Toli-toli, PKW Luwuk, PKW Donggala, PKW

Jeneponto, PKW Majene, PKW Bulukumba, PKW

Mamuju, PKSN Melonguane, dan PKSN Tahuna bencana banjir di PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata,

PKN Kawasan Perkotaan Manado Bitung, PKW Palopo,

PKW Pangkajene, dan PKW Bau-bau

kelestarian kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari luas pulau Sulawesi

pemantapan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi kawasan

berfungsi lindung yang terdegradasi

pengendalian kegiatan budi daya yang berpotensi mengganggu

kawasan berfungsi lindung

pengembangan koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi

KEBIJAKAN 1 KEBIJAKAN 2 KEBIJAKAN 3

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

mempertahankan luasan kawasan bervegetasi hutan

menetapkan kawasan hutan paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari

luas Daerah Aliran Sungai (DAS)

menata kembali permukiman masyarakat adat

mengendalikan kegiatan pemanfaatan ruang di bagian hulu Wilayah Sungai

(WS), kawasan hutan lindung, kawasan resapan air, dan kawasan

konservasi

menetapkan koridor ekosistem

Mengendalikan kawasan budidaya

membatasi pengembangan kawasan permukiman

STRATEGI STRATEGI STRATEGI

melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati

pada kawasan berfungsi lindung

memulihkan kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi

mengendalikan pemanfaatan ruang pada kawasan dengan kelerengan

terjal

mengembangkan prasarana yang ramah lingkungan

I

Kelestarian kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40% dari luas Pulau Sulawesi

Pengendalian kegiatan budi daya yang merusak serta pemantapan dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung

Hutan Lindung & Resapan Air; Sempadan Sungai, Sempadan Pantai, & Kws Sekitar

Danau/Waduk; kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya: kawasan TN Lore Lindu, TN Rawa Aopa Watumohai, TN

Bogani Nani Wartabone, dan TN Bantimurung-

Bulusarawung; kawasan CA Gunung Ambang, CA Dua Saudara, CA

Tangkoko Batuangus, Cagar Alam Morowali, CA Pangi

Binanga, CA Pamona, CA Gunung Tinombala, CA Gunung

Sojol, CA Gunung Dako, CA Tanjung Api, CA Pegunungan

Faruhumpenai, CA Kalaena, Cagar Alam Panua, dan CA

Tanjung Panjang; kawasan Taman Hutan Raya Poboya Paneki (Palu), Taman

Hutan Raya Murhum, dan Taman Hutan Raya

Bontobahari; kawasan TWA Danau Matano, TWA Danau Mahalona,

TWA Danau Towuti, TWA Malino, TWA Cani Sirenrang,

TWA Lejja, dan TWA Mangolo

1. Kws.Perkotaan Manado-Bitung

2. Gorontalo3. Palu4. Kendari

5. Kws.Perkotaan Mamminasata

1. Tahuna2. Melonguane

1. Tomohon2. Tondano3. Kotamobagu4. Kuandang5. Isimu6. Tilamuta7. Buol8. Tolitoli

9. Donggala10. Pasangkayu11. Poso12. Luwuk13. Kolonodale14. Mamuju

15. Palopo16. Majene17. Parepare18. Barru19. Pangkajene20. Watampone21. Jeneponto22. Bulukumba

23. Lasolo24. Unaaha25. Kolaka26. Raha27. Bau-bau

1 2

PKSN PKN

PKW

3

12

4

5

6

1 2

345

6

78

9

1011

121

13

15

14

16 23

242517

1820

19

2221

26

27

1. Mengendalikan perkembangan fisik kawasan perkotaan2. Mengembangkan PKN dan PKW sebagai :

pusat industri pengolahan hasil perikanan; pertanian tanaman pangan jagung, hasil perkebunan kakao dan kelapa;

pusat penelitian, pengembangan serta jasa pengolahan pertanian tanaman pangan padi;

pusat industri pengolahan hasil pertambangan nikel, aspal, serta minyak dan gas bumi;

pusat pengembangan pariwisata bahari serta pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan;

3. Mengembangkan PKSN sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara, pusat pengembangan ekonomi, serta simpul transportasi kawasan perbatasan;

4. Mengembangkan Sistem Perkotaan Nasional berbasis mitigasi dan adaptasi bencana; dan

5. Mendorong pengembangan kawasan perkotaan sehingga dapat ditetapkan menjadi PKN atau PKW.

IV. STRATEGI OPERASIONALISASI PERWUJUDAN SISTEM PERKOTAAN NASIONAL

a. meningkatkan jasa pelayanan keuangan, pergudangan, dan perdagangan yang mendukung kegiatan ekspor-imporb. mengembangkan PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai pusat industri pengolahan hasil perikanan dan

pertambangan yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpaduc. mengembangkan PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai pusat industri pengolahan dan industri jasa hasil

pertanian tanaman pangand. mengembangkan kawasan peruntukan industri pengolahan lanjutan yang berteknologi tinggi, padat modal, berdaya

saing, dan ramah lingkungan dengan didukung pengelolaan limbah industri terpadue. mengembangkan PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai pusat pariwisata bahari serta penyelenggaraan MICEf. mengembangkan PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata berbasis mitigasi dan adaptasi bencana banjir dan tsunamig. mengembangkan fungsi PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai pusat permukiman dengan tingkat intensitas

pemanfaatan ruang menengah dan tinggih. mengembangkan kawasan peruntukan industri pengolahan dan industri jasa dan industri jasa komoditas unggulan

pertanian pertambangan, serta perikanan tangkap dan perikanan budi daya yang ramah lingkungan dan padat karya di PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Palopo dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Bulukumba-Watampone, Kawasan Andalan Pare-Pare dan Sekitarnya Kawasan Andalan Laut Mamminasata dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Kapoposang dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Teluk Bone dan Sekitarnya, serta Kawasan Andalan Laut Singkarang-Takabonerate dan Sekitarnya

i. mengembangkan kawasan peruntukan hutan di Kabupaten Gowa, Kabupaten Bone, Kabupaten Luwu, dan Kabupaten Luwu Utara dengan PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata

j. mengembangkan jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata dengan Pelabuhan Soekarno-Hatta (Makassar) dan Bandar Udara Sultan Hasanuddin

k. mengembangkan prasarana penunjang fungsi pelayanan PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata berupa Pelabuhan Soekarno-Hatta (Makassar) dan Bandar Udara Sultan Hasanuddin

l. mengembangkan pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi tenaga listrik yang melayani PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata

m. mengembangkan prasarana telekomunikasi yang menghubungkan Jaringan Terestrial: Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan di Pantai Barat Sulawesi untuk melayani PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata

n. mengembangkan prasarana sumber daya air baku berbasis WS Jeneberang (Sulawesi Selatan)o. mengembangkan kawasan peruntukan pendidikan di PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata yang didukung oleh

prasarana dan sarana pendidikan

IV. STRATEGI OPERASIONALISASI PERWUJUDAN SISTEM PERKOTAAN NASIONAL

SOP Kawasan Perkotaan Makassar-Maros-Sungguminasa-Takalar (Mamminasata)

p. mengembangkan prasarana dan sarana berskala regional di PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata yang meliputi SPAM, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem pengelolaan persampahan

q. mengembangkan ruang terbuka hijau di PKN Kawasan Perkotaan Mamminasatar. meningkatkan fungsi PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu

gerbang menuju kawasan internasionals. meningkatkan fungsi PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai simpul utama transportasi skala internasional,

nasional, dan/atau regionalt. meningkatkan keterkaitan pusat kegiatan pertanian dengan PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai pusat

pertanian terutama Kawasan Andalan Palopo dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Bulukumba-Watampone, dan Kawasan Andalan Pare-Pare dan Sekitarnya yang terhubung dengan Pelabuhan Makassar

u. meningkatkan keterkaitan pusat kegiatan perikanan dengan PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Laut Mamminasata dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Kapoposang dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Teluk Bone dan Sekitarnya, serta Kawasan Andalan Laut Singkarang-Takabonerate dan Sekitarnya yang terhubung dengan Soekarno-Hatta (Makassar) dan/atau Bandar Udara Sultan Hasanuddin

v. meningkatkan fungsi konservasi Waduk Bili-biliw. mengendalikan perkembangan fisik PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata untuk mempertahankan luas lahan pertanianx. mengendalikan perkembangan PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata yang menjalar (urban sprawl)y. mengendalikan pemanfaatan ruang pada sempadan pantai di PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata yang dapat

mengganggu fungsi sempadan pantaiz. mengendalikan perkembangan kawasan budi daya yang berada di sekitar kawasan hutan lindung dan kawasan hutan

konservasiaa.menetapkan pelarangan pemanfaatan ruang yang mengganggu fungsi PKN Kawasan Perkotaan Mamminasataab.menetapkan RDTR kota dan peraturan zonasi kotaac. membatasi intensitas pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu fungsi PKN Kawasan Perkotaan Mamminasata

IV. STRATEGI OPERASIONALISASI PERWUJUDAN SISTEM PERKOTAAN NASIONAL

SOP Kawasan Perkotaan Makassar-Maros-Sungguminasa-Takalar (Mamminasata)

a. mengembangkan PKW Mamuju sebagai pusat industri pengolahan hasil perkebunan kakao yang didukung oleh pengelolaan limbah industri terpadu

b. mengembangkan kawasan peruntukan industri pengolahan lanjutan yang berteknologi tinggi, padat modal, berdaya saing, dan ramah lingkungan dengan didukung pengelolaan limbah industri terpadu

c. mengembangan PKW Mamuju sebagai pusat penelitian dan pengembangan perkebunan kakaod. mengembangkan PKW Mamuju sebagai pusat pariwisata cagar budaya (Kawasan Mamasa)e. mengembangkan fungsi PKW Mamuju sebagai pusat permukiman dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang

menengah dan tinggif. mengembangkan kawasan peruntukan industri pengolahan dan industri jasa komoditas perkebunan yang ramah

lingkungan dan padat karya di PKW Mamuju sebagai pusat pengembangan Kawasan Andalan Mamuju dan Sekitarnya g. mengembangkan kawasan peruntukan hutan di Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Polewali dengan PKW Mamuju h. mengembangkan jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan PKW Mamuju dengan Bandar Udara Tampa Padang

dan Pelabuhan Belang-Belangi. mengembangkan pembangkit tenaga listrik dan jaringan transmisi tenaga listrik yang melayani PKW Mamujuj. mengembangkan prasarana telekomunikasi yang menghubungkan Jaringan Terestrial:k. Jaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan di Pantai Barat Sulawesi untuk melayani PKW Mamujul. mengembangkan prasarana sumber daya air baku berbasis WS Kaluku-Karama (Sulawesi Barat-Sulawesi Tengah)m. mengembangkan kawasan peruntukan pendidikan di PKW Mamuju yang didukung oleh prasarana dan sarana pendidikann. mengembangkan prasarana dan sarana berskala regional di PKW Mamuju yang meliputi SPAM, sistem jaringan drainase,

sistem jaringan air limbah, dan sistem pengelolaan persampahano. mengembangkan ruang terbuka hijau di PKW Mamujup. meningkatkan fungsi PKW Mamuju sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan

internasionalq. meningkatkan fungsi PKW Mamuju sebagai simpul utama transportasi skala internasional, nasional, dan/atau regionalr. meningkatkan keterkaitan pusat kegiatan perkebunan dengan PKW Mamuju sebagai pusat pengembangan Kawasan

Andalan Mamuju dan Sekitarnya yang terhubung dengan Pelabuhan Belang-Belangs. mengendalikan perkembangan PKW Mamuju yang menjalar (urban sprawl)t. mengendalikan pemanfaatan ruang pada sempadan pantai di PKW Mamuju yang dapat mengganggu fungsi sempadan

pantaiu. mengendalikan perkembangan kawasan budi daya yang berada di sekitar kawasan hutan lindung dan kawasan hutan

konservasiv. menetapkan pelarangan pemanfaatan ruang yang mengganggu fungsi PKW Mamuju

IV. STRATEGI OPERASIONALISASI PERWUJUDAN SISTEM PERKOTAAN NASIONAL

SOP PKW MAMUJU SBG PUSAT Perdagangan dan jasa, Industri, Pariwisata, Perkebunan

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI

STRATEGI OPERASIONALISASI

PERWUJUDAN

SUMBER PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN

I II III IV

1. Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-kota Pusat Pertumbuhan Nasional

1.1

Pengembangan/Peningkatan Fungsi..

PKN Kawasan Perkotaan Manado-Bitung, PKN Kawasan Perkotaan MammiPKN nasata, Kendari, PKW Tilamuta, PKW Pangkajene, PKW Jeneponto, PKW Watampone, PKW Barru, PKW Bulukumba, PKW Toli-toli dan PKW Raha)

Lampiran III Strategi Operasionalisasi Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional di Pulau Sulawesi (II.1.)

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU,Kemendagri,KKP, Kementan, Kemenperin, Kemenbudpar,Kemenhub Kemenkominfo, Kemendag, Kemenhut, Pemda, dan Swasta

2. Pengembangan Kawasan Andalan

2.1.

Pengembangan Kawasan Andalan untuk Sektor Unggulan Perikanan

Kawasan Andalan Lampiran XIVStrategi Operasionalisasi Perwujudan Kawasan Andalan di Pulau Sulawesi (1, 2, 3, 4, 5, 11, 15, 16, dan 22)

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen KP, Kemen PU, Kemenhub, Pemda, dan Swasta

V. INDIKASI PROGRAM : MEWUJUDKAN KAWASAN PERKOTAAN NASIONAL SEBAGAI PUSAT PENGEMBANGAN EKONOMI KELAUTAN

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI

STRATEGI OPERASIONALISASI

PERWUJUDAN

SUMBER PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN

I II III IV

3. Pengembangan Jaringan Infrastruktur Transportasi3.1. Jaringan Jalan Bebas Hambatan3.1.1 Pengembangan

Jaringan Jalan Bebas Hambatan

2. Jaringan Jalan Bebas Hambatan Antarkota meliputi Manado-Bitung, Manado-Tomohon,

Lampiran IV Strategi Operasionalisasi Perwujudan Jaringan Jalan Nasional di Pulau Sulawesi (VI.1 s/d VI.9.)

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU, Pemda, dan Swasta

3.2. Jaringan Jalur Kereta Api3.2.1 Pengembangan

jalur Kereta Api Antarkota

Jaringan Jalur Kereta Api Lintas Barat Pulau Sulawesi Bagian Utara

Lampiran V Strategi Operasionalisasi Perwujudan Jaringan Jalur Kereta Api Nasional di Pulau Sulawesi (I.1)

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU, Kemenhub, Pemda, dan Swasta

3.3 Lintas Penyeberangan3.3.1 Pemantapan dan

Pengembangan Pelabuhan Penyeberangan

1. Pelabuhan Bitung sebagai bagian dari jaringan lintas penyeberangan sabuk utara

Lampiran VI Strategi Operasionalisasi Perwujudan Jaringan Transportasi Danau dan Penyeberangan di Pulau Sulawesi (II.2., II.7., dan II.10.)

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU, Kemenhub, Pemda, dan Swasta

V. INDIKASI PROGRAM : MEWUJUDKAN KAWASAN PERKOTAAN NASIONAL SEBAGAI PUSAT PENGEMBANGAN EKONOMI KELAUTAN

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI

STRATEGI OPERASIONALISASI

PERWUJUDAN

SUMBER PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN

I II III IV

3.4 Pelabuhan 3.4.1 Pengembangan

Pelabuhan Internasional (Utama)

Pelabuhan Bitung Lampiran VII Strategi Operasionalisasi Perwujudan Tatanan Kepelabuhanan di Pulau Sulawesi (1)

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU, Kemenhub, Pemda, dan Swasta

3.5 Bandar Udara Pengumpul dengan Skala Pelayanan Primer3.5.1. Pemantapan

Bandar Udara Pengumpul dengan Skala Pelayanan Primer

Bandar Udara Sam Ratulangi

Lampiran VIII Strategi Operasionalisasi Perwujudan Tatanan Kebandarudaraan di Pulau Sulawesi (2)

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU, Kemenhub, Pemda, dan Swasta

V. INDIKASI PROGRAM : MEWUJUDKAN KAWASAN PERKOTAAN NASIONAL SEBAGAI PUSAT PENGEMBANGAN EKONOMI KELAUTAN

NO INDIKASI PROGRAM UTAMA LOKASI

STRATEGI OPERASIONALISASI

PERWUJUDAN

SUMBER PENDANAAN INSTANSI PELAKSANA

WAKTU PELAKSANAAN

I II III IV

4 Jaringan Transmisi Tenaga Listrik4.1. Rehabilitasi

Jaringan Transmisi Tenaga Listrik

Jaringan Transmisi Sulawesi bagian Utara

Lampiran IX Strategi Operasionalisasi Perwujudan Sistem Jaringan Energi Nasional di Pulau Sulawesi (III.1.1., III.1.2., dan III.3.)

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen ESDM, Pemda, dan PLN

5 . Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional5.1 Pengembangan

Jaringan TerestrialJaringan Pelayanan Pusat Pertumbuhan Di Pantai Barat Sulawesi

Lampiran X Strategi Operasionalisasi Perwujudan Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional di Pulau Sulawesi (I.1.)

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemenkominfo, Pemda, dan PT. Telkom

6. Konservasi SDA, Pendayagunaan SDA, dan Pengendalian Daya Rusak Air6.1. Pengelolaan WS

Strategis NasionalWS Tondano-Likupang

Lampiran XI Strategi Operasionalisasi Perwujudan Sistem Jaringan Sumber Daya Air di Pulau Sulawesi (I.2.)

APBN, APBD, dan/atau sumber lain yang sah

Kemen PU, Kementan, Pemda, dan Swasta

V. INDIKASI PROGRAM : MEWUJUDKAN KAWASAN PERKOTAAN NASIONAL SEBAGAI PUSAT PENGEMBANGAN EKONOMI KELAUTAN

• Arahan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Sulawesi digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Sulawesi

• Arahan pengendalian pemanfaatan ruang Pulau Sulawesi terdiri atas:– Indikasi arahan peraturan zonasi sistem

nasional; – arahan perizinan;– arahan pemberian insentif dan disinsentif;

dan – arahan sanksi.

VI. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

• Indikasi arahan peraturan zonasi untuk PKN (Kws.Perkotaan Manado-Bitung, Gorontalo, Palu, Kendari, Kws.Perkotaan Mamminasata)

– pemanfaatan ruang untuk mempertahankan luas lahan pertanian;– pengendalian perkembangan PKN yang menjalar (urban sprawl);– pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri pengolahan hasil pertanian, perikanan,

perkebunan, dan pertambangan berskala internasional, nasional dan/atau regional yang didukung dengan prasarana dan sarana

– pemanfaatan ruang untuk kegiatan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran berskala internasional dan nasional yang didukung dengan prasarana dan sarana;

– pengembangan PKN berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;– pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman dengan

tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah dan tinggi;– fungsi atau potensi PKN sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu

gerbang menuju kawasan internasional; – fungsi atau potensi PKN sebagai simpul utama transportasi skala internasional,

nasional, dan/atau regional;– pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu fungsi PKN; – ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap

berfungsinya PKN

VI. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANGINDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI

• Indikasi arahan peraturan zonasi untuk PKW:– pemanfaatan ruang untuk mempertahankan luas lahan pertanian;– pengendalian perkembangan PKW yang menjalar (urban sprawl);– pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri pengolahan hasil pertanian,

perikanan, perkebunan, dan pertambangan berskala provinsi yang didukung dengan prasarana dan sarana perkotaan;

– pemanfaatan ruang untuk kegiatan pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran berskala provinsi yang didukung dengan prasarana dan sarana perkotaan;

– perkembangan PKW berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;– pengembangan fungsi kawasan perkotaan sebagai pusat permukiman

dengan tingkat intensitas pemanfaatan ruang menengah;– fungsi atau potensi PKW sebagai simpul kedua mendukung kegiatan

perdagangan provinsi; – fungsi atau potensi PKW sebagai simpul transportasi skala provinsi atau

beberapa kabupaten; – pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak mengganggu

fungsi PKW; dan– ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan

terhadap berfungsinya PKW.

VI. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANGINDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI

• Indikasi arahan peraturan zonasi untuk PKSN (Tahuna & Melonguane:– pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berdaya saing, pusat

promosi investasi, dan pemasaran; – pemanfaatan ruang untuk kegiatan pertahanan dan keamanan

negara sebagai beranda depan dan pintu gerbang negara dengan fasilitas kepabeanan, imigrasi, karantina, dan keamanan;

– pemanfaatan ruang untuk kegiatan kerja sama militer dengan negara lain secara terbatas dengan memperhatikan kondisi fisik lingkungan dan sosial budaya masyarakat.

– pengembangan PKSN berbasis mitigasi dan adaptasi bencana;– pengembangan fungsi PKSN sebagai pusat permukiman dengan

tingkat intensitas pemanfaatan ruang rendah dan menengah;– pengembangan fungsi atau potensi PKSN sebagai simpul utama

transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya;– pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak

mengganggu fungsi PKSN; dan– ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang menyebabkan

terganggunya fungsi PKSN

VI. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANGINDIKASI ARAHAN PERATURAN ZONASI

• Koordinasi:– Koordinasi penataan ruang Pulau Sulawesi dilakukan oleh

Menteri. – Koordinasi antardaerah dalam rangka penataan ruang Pulau

Sulawesi dilakukan melalui kerja sama antarprovinsi dan/atau kerja sama antar badan koordinasi penataan ruang daerah.

• Pengawasan:– Pengawasan diselenggarakan oleh Pemerintah dan

pemerintah daerah provinsi sesuai dengan kewenangannya.– Pengawasan diselenggarakan melalui kegiatan pemantauan,

pelaporan, dan evaluasi terhadap kesesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana struktur ruang dan rencana pola ruang Pulau Sulawesi dalam rangka perwujudan Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi.

– Kegiatan pemantauan, pelaporan, dan evaluasi dilaksanakan oleh seluruh Gubernur di Pulau Sulawesi dilaporkan kepada Menteri

VII. KOORDINASI DAN PENGAWASAN

• Peran Masyarakat:– masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;– kerja sama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau

sesama unsur masyarakat dalam pemanfaatan ruang;– kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan

lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;– peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam

pemanfaatan ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

– kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan negara serta memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam; dan

– kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

VIII. PERAN MASYARAKAT

• Ketentuan peralihan”– ketentuan dalam peraturan daerah tentang rencana

tata ruang wilayah provinsi, peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, dan peraturan daerah tentang rencana rinci tata ruang beserta peraturan zonasi yang telah ada dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Presiden ini

– peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah provinsi, peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota, dan peraturan daerah tentang rencana rinci tata ruang beserta peraturan zonasi yang bertentangan dengan Peraturan Presiden harus disesuaikan paling lambat dalam waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak Peraturan Presiden ini ditetapkan

IX. KETENTUAN PERALIHAN

• Ketentuan Penutup:– Jangka waktu Rencana Tata Ruang Pulau

Sulawesi adalah sejak ditetapkannya Peraturan Presiden ini sampai dengan berakhirnya jangka waktu RTRWN sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

– Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi dilakukan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun

X. KETENTUAN PENUTUP

• Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun:– dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang

berkaitan dengan bencana alam skala besar yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan;

– dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan batas teritorial negara yang ditetapkan dengan undang-undang; dan/atau

– apabila terjadi perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang terkait dengan Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi.

X. KETENTUAN PENUTUP

TERIMA KASIH