study case demam tifoid

Upload: imran-taufik

Post on 25-Feb-2018

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    1/37

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. LATAR BELAKANG

    Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh Samonella typhi atau

    Salmonella paratyphi. Tanda klinis klasik yang muncul pada penderita berupa

    demam, malaise, nyeri perut, dan konstipasi. Demam tifoid yang tidak segera

    ditangani akan memberat dan mengakibatkan delirium, perdarahan intestinal,

    perforasi usus, dan kematian dalam jangka waktu 1 bulan.

    Penularan terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasikuman S. typhi dari tinja dan urine penderita atau carier. Di beberapa negara

    pencemaran terjadi karena mengkonsumsi kerang-kerangan yang berasal dari air

    yang tercemar, buah-buahan dan sayur-sayuran mentah yang dipupuk dengan

    kotoran manusia. Lalat dapat juga berperan sebagai perantara penularan

    memindahkan mikroorganisme dari tinja ke makanan. Di dalam makanan

    mikrorganisme berkembang biak memperbanyak diri mencapai dosis infektif.

    Demam Tifoid tersebar merata di seluruh dunia. nsidensi penyakit Tifoid

    menurut !"# mencapai 1$ juta orang dengan jumlah kematian sebanyak

    %&&.&&& orang setahun dan $& ' kematian terjadi di benua (sia.)*+ (ngka

    kematian Demam Tifoid menurut !"# mencapai 1& & ', sebelum ditemukan

    antibiotik yang tepat, tetapi setelah ditemukan antibiotik yang tepat angka

    kematian berkurang sampai 1 '. Pada penderita Demam Tifoid yang berat, S.

    typhi menyerang usus, yang selanjutnya juga akan menyerang organ lain yang

    menyebabkan adanya komplikasi pada organ lain seperti hati, limpa atau kantung

    empedu.

    Penegakan diagnosis Demam Tifoid dilakukan dengan menggunakan

    pemeriksaan laboratorium. (dapun metoda pemeriksaan yang dilakukan antara

    lain pemeriksaan darah rutin, pemeriksaan serologis dan metoda biakan kuman.

    Penanganan yang tepat dan komprehensif akan dapat memberikan

    kesembuhan terhadap pasien. Tidak hanya dengan pemberian antibiotika, namun

    perlu juga asuhan keperawatan yang baik dan benar serta pengaturan diet yang

    tepat agar dapat mempercepat proses penyembuhan pasien dengan Demam Tifoid.

    1

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    2/37

    1.2. Aspek Disiplin Ilmu yang Terkai !engan Pen!ekaan Diagn"sis

    H"lisik Pa!a Pen!eria Demam Ti#"i!

    ntuk pengendalian permasalahan demam tifoid pada tingkat indi/idu dan

    masyarakat secara komprehentif dan holistik yang disesuaikan dengan 0tandar

    ompetensi Dokter ndonesia )0D+, maka mahasiswa program profesi dokter

    ni/ersitas 2uslim ndonesia melakukan kegiatan kepanitraan klinik pada bagian

    lmu esehatan 2asyarakat dan edokteran omunitas dilayanan primer

    )Puskesmas+ dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi yang dilandasi oleh

    profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, sertakomunikasi efektif. 0elain itu kompetensi mempunyai landasan berupa

    pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran, keterampilan klinis,

    dan pengelolaan masalah kesehatan.

    ompetensi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut3

    1..1. Profesionalitas yang luhur )ompetensi 1+ 3 untuk mengidentifikasi dan

    menyelesaikan permasalahan dalam pengendalian demam tifoid secara

    indi/idual, masyarakat maupun pihak terkait ditinjau dari nilai agama, etik

    moral dan peraturan perundangan.

    1... 2awas diri dan pengembangan diri )ompetensi + 3 2ahasiswa mampu

    mengenali dan mengatasi masalah keterbatasan fisis, psikis , sosial dan

    budaya sendiri dalam penangan demam tifoid, melakukan rujukan bagi

    kasus demam tifoid, sesuai dengan 0tandar ompetensi Dokter ndonesia

    yang berlaku serta mengembangkan pengetahuan.

    1..*. omunikasi efektif )ompetensi *+ 3 2ahasiswa mampu melakukan

    komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada indi/idu, keluarga,

    masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian demam tifoid.

    1..4. Pengelolaan nformasi )ompetensi 4+ 3 2ahasiswa mampu

    memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dan informasi kesehatan

    dalam praktik kedokteran.

    1..5. Landasan lmiah lmu edokteran )ompetensi 5+ 3 2ahasiswa mampu

    menyelesaikan masalah pengendalian demam tifoid secara holistik dan

    komprehensif baik secara indi/idu, keluarga maupun komunitas

    2

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    3/37

    berdasarkan landasan ilmiah yang mutakhir untuk mendapatkan hasil yang

    optimum.

    1..%. eterampilan linis )ompetensi %+ 3 2ahasiswa mampu melakukan

    prosedur klinis yang berkaitan dengan masalah demam tifoid dengan

    menerapkan prinsip keselamatan pasien, keselamatan diri sendiri, dan

    keselamatan orang lain.

    1..$. Pengelolaan 2asalah esehatan )ompetensi $+ 3 2ahasiswa mampu

    mengelolah masalah kesehatan indi/idu, keluarga maupun masyarakat

    secara komprehensif, holistik, koordinatif, kolaboratif dan

    berkesinambungan dalam konteks pelayanan kesehatan primer.1.$ TU%UAN DAN &AN'AAT (TUDI KA(U(

    Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah menatalaksana

    masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai indi/idu yang utuh terdiri

    dari unsur biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan penyakit promotif,

    pre/entif, kuratif dan rehabilitatif. Proses pelayanan dokter keluarga dapat lebih

    berkualitas bila didasarkan pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini )evidence

    based medicine+.

    1.$.1. Tu)uan Umum*

    Tujuan dari penulisan laporan 0tudi asus ini adalah untuk dapat

    menerapkan penatalaksanaan penderita urtikaria dengan pendekatan kedokteran

    keluarga secara paripurna )komprehensif+ dan holistik, sesuai dengan 0tandar

    ompetensi Dokter ndonesia )0D+, berbasis evidence based medicine)672+

    pada pasien dengan mengidentifikasi faktor risiko dan masalah klinis serta prinsip

    penatalaksanaan penderita demam tifoid dengan pendekatan kedokteran keluarga

    di Puskesmas 8ongaya tahun &15.

    1.$.2 Tu)uan K+usus

    1. ntuk melakukan komunikasi, pemberian informasi dan edukasi pada

    le/el indi/idu, keluarga, masyarakat dan mitra kerja dalam pengendalian

    demam tifoid.

    . ntuk memanfaatkan sumber informasi terkini dan melakukan kajian

    ilmiah dari data di lapangan, untuk melakukan pengendalian demam tifoid.

    3

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    4/37

    *. ntuk menggunakan landasan lmu edokteran linis dan esehatan

    2asyarakat dalam melakukan upaya promotif, pre/entif, kuratif dan

    rehabilitatif dalam pengendalian demam tifoid.4. ntuk dapat menggunakan dan menjelaskan epidemiologi, etiologi dan

    patogenesis demam tifoid.

    5. ntuk melakukan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan

    penunjang, serta mengintepretasikan hasilnya dalam mendiagnosis demam

    tifoid.

    %. ntuk melakukan prosedur tatalaksana demam tifoid sesuai standar

    kompetensi dokter ndonesia.

    1.$.$. &an#aa (u!i Kasus1. 7agi nstitusi pendidikan.

    Dapat dijadikan acuan )referensi+ bagi studi kasus lebih lanjut sekaligus

    sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan.

    . 7agi Penderita )Pasien+.

    2enambah wawasan tentang demam tifoid yang meliputi proses penyakit dan

    penanganan menyeluruh demam tifoid sehingga dapat meyakinkan penderita

    untuk melakukan pencegahan.

    *. 7agi tenaga kesehatan.

    "asil studi ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pemerintah

    daerah dan instansi kesehatan beserta paramedis yang terlibat di dalamnya

    mengenai pendekatan diagnosis holistik penderita demam tifoid.

    4. 7agi Pembelajar 0tudi asus )2ahasiswa+

    0ebagai pengalaman berharga bagi penulis sendiri dalam rangka memperluas

    wawasan dan pengetahuan mengenai evidence baseddan pendekatan diagnosis

    holistik demam tifoid serta dalam hal penulisan studi kasus.

    1., INDIKAT-R KEBERHA(ILAN TINDAKAN

    ndikator keberhasilan tindakan setelah dilakukan penatalaksanaan

    penderita demam tifoid dengan pendekatan kedokteran keluarga, berbasis

    evidence based medicineadalah3

    1.4.1. Pasien mampu mengubah pola hidup untuk mencegah demam tifoid

    1.4.. Perbaikan gejala dapat die/aluasi setelah istirahat dan pengobatan

    4

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    5/37

    Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwapenilaian keberhasilan

    tindakan pengobatan didasarkan atas kepatuhan pasien dalam mengubah pola

    hidup untuk mencegah demam tifoid serta perbaikan gejala yang die/aluasi

    setelah istirahat dan pengobatan.

    5

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    6/37

    BAB II

    ANALI(I( KEPU(TAKAAN BERDA(ARKAN KA(U(

    2.1. KERANGKA TE-RITI(

    Hygien Pemaparan akeri In/asi )aringan

    &alnurisi &akanan

    'ak"r resik" !emam Ti#"i! &ekanisme !emam i#"i!

    2.2. DE&A& TI'-ID

    2.2.1. DE'INI(I

    Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh Samonella typhi atau

    Salmonella paratyphi. Tanda klinis klasik yang muncul pada penderita berupa

    demam, malaise, nyeri perut, dan konstipasi. Demam tifoid yang tidak segera

    ditangani akan memberat dan mengakibatkan delirium, perdarahan intestinal,

    perforasi usus, dan kematian dalam jangka waktu 1 bulan.

    2.2.2. EPIDE&I-L-GI

    Disriusi !an 'rekuensi

    A. -rang

    Demam tifoid dapat menginfeksi semua orang dan tidak ada

    perbedaan yang nyata antara insiden pada laki-laki dan perempuan. nsiden

    pasien demam tifoid dengan usia 1 *& tahun $& 9& ', usia *1 4&

    tahun 1& & ', usia : 4& tahun 5 1& '. 2enurut penelitian

    0imanjuntak, ;.", dkk )1

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    7/37

    Demam tifoid tersebar di seluruh dunia. Pada tahun &&&, insiden rate

    demam tifoid di (merika Latin 5* per 1&&.&&& penduduk dan di (sia

    Tenggara 11& per 1&&.&&& penduduk. Di ndonesia demam tifoid dapat

    ditemukan sepanjang tahun, di 8akarta tara pada tahun &&1, insiden rate

    demam tifoid %9& per 1&&.&&& penduduk dan pada tahun && meningkat

    menjadi 1.4% per 1&&.&&& penduduk.

    Di ndonesia demam tifoid jarang dijumpai secara epidemik, tetapi

    lebih sering bersifat sporadik, terpencar-pencar disuatu daerah, dan jarang

    menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. 0umber

    penularannya biasanya tidak dapat ditemukan.

    'ak"r 'ak"r ang &empengaru+i 3Deerminan4

    A. 'ak"r H"s

    2anusia adalah sebagai reser/oir bagi kuman Salmonella thypi.

    Terjadinya penularan 0almonella thypi sebagian besar melalui

    makanan?minuman yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita

    atau carrier yang biasanya keluar bersama dengan tinja atau urine. Dapat

    juga terjadi trasmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada

    dalam bakterimia kepada bayinya. Penelitian yang dilakukan oleh "eru

    Laksono )&&

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    8/37

    memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah. 7eberapa hal

    yang mempercepat terjadinya penyebaran demam tifoid adalah urbanisasi,

    kepadatan penduduk, sumber air minum dan standart hygiene industri

    pengolahan makanan yang masih rendah.

    2.2.$ ETI-L-GI

    7asil penyebab tifoid adalah Salmonella typhi dan paratyphi dari genus

    Salmonella. 7asil ini adalah gram negatif, bergerak, tidak berkapsul, tidak

    membentuk spora, tetapi memiliki fimbria, bersifat aerob dan anaerob fakultatif.

    kuran antara 4 B &,% mikrometer. 0uhu optimum untuk tumbuh adalah *$C;

    dengan p" antara % 9.

    ambar 1. 0almonella typhi )dikutip dari kepustakaan 4+

    2.2., PAT-GENE(I(

    2asuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi kedalam

    tubuh manusia dapat melalui transmisi oral melalui makanan yang terkontaminasi

    kuman Salmonella typhi, transmisi dari tangan ke mulut, dimana tangan yang

    tidak higienis yang terkontaminasi dengan kumanSalmonella typhi langsung

    bersentuhan dengan makanan yang dimakan serta melalui transmisi dari kotoran,

    dimana kotoran indi/idu yang mempunyai basil Salmonella typhike sungai atau

    dekat dengan sumber air yang digunakan sebagai air minum yang kemudian

    langsung diminum tanpa dimasak. 0ebagian kuman dimusnakan dalam lambung,

    sebagian lolos dan masuk kedalam usus dan selanjutnya berkembang biak. 7ila

    respon imunitas humoral mukosa )g(+ usus kurang baik maka kuman akan

    menembus sel-sel epitel )terutama sel-2+ dan selanjutnya ke lamina propria.

    8

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    9/37

    Di lamina propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit

    terutama oleh makrofag. uman dapat hidup dan berkembang biak didalam

    makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak peyer ileum distal dan kemudian ke

    kelenjar getah bening mesenterika. 0elanjutnya melalui duktus toracicus kuman

    yang terdapat dalam makrofag ini masuk kedalam sirkulasi darah sehingga

    mengakibatkan bakteremia pertama yang asimptomatik dan menyebar keseluruh

    organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Diorgan-organ ini kuman

    meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak diluar sel atau ruang

    sinusoid dan selanjutnya masuk kedalam sirkulasi darah lagi mengakibatkan

    bakteremia yang kedua kalinya disertai tanda-tanda dan gejala penyakit sistemik.Didalam hati, kuman masuk kedalam kandung empedu, berkembang biak,

    dan bersama cairan empedu dieksresikan secara intermitten kedalam lumen usus.

    0ebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi kedalam

    sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung

    makrofag telah terakti/asi dan hiperaktif maka saat fagosit kuman Salmonella

    terjadi pelepasan berbagai mediator inflamasi yang selanjutnya akan

    menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia,

    sakit kepala, sakit perut, instabilitas /ascular, gangguan mental, dan koagulasi.

    Didalam plak peyer makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hyperplasia

    jaringan. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah

    sekitar plak peyer yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia akibat

    akumulasi sel-sel mononuclear di dinding usus. Proses patologi jaringan limfoid

    ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus dan dapat

    mengakibatkan perforasi.

    6ndotoksin dapat menempel direseptor sel endotel kapiler dengan akibat

    timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardio/askuler,

    pernapasan dan gangguan organ lainnya.

    2.2.6 GA&BARAN KLINI(

    9

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    10/37

    Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar bisa diberikan

    terapi yang tepat dan meminimalkan terjadinya komplikasi. Pengetahuan

    gambaran klinis penyakit ini sangat penting untuk membantu mendeteksi secara

    dini. !alaupun pada kasus tertentu dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk

    membantu menegakkan diagnosis.

    2asa tunas demam tifoid berlangsung antara 1&-14 hari. ejala-gejala klinis

    yang timbul sangat ber/ariasi dari ringan sampai dengan berat, dari asimptomatik

    hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian.

    Pada minggu pertama gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan

    gejala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyerikepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan

    tidak enak diperut, batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisis hanya didapatkan

    suhu badan yang meningkat. 0ifat demam adalah meningkat perlahan-lahan

    terutama pada sore hingga malam hari. Dalam minggu kedua gejala-gejala

    menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi relatif )peningkatan suhu 1o; tidak

    diikuti peningkatan denyut nadi 9 kali permenit+, lidah yang berselaput )otor

    ditengah, tepid an ujung merah serta tremor+, "epatosplenomegally, meteorismus,

    gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium atau psikosis. @oseola

    jarang ditemukan pada orang ndonesia.

    2.2.7 PE&ERIK(AAN LAB-RAT-RIU&

    a. Pemeriksaan @utin

    !alaupun pada pemeriksaan darah perifer lengkap sering ditemukan

    leukopenia, dapat juga ditemukan kadar leukosit normal atau leukositosis.

    Leukositosis dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder. 0elain

    itu pula dapat ditemukan anemia ringan dan trombositopenia. Padapemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi aneosinofilia maupun

    limfopenia. Laju endap darah )L6D+ pada demam tifoid dapat

    meningkat.0#T dan 0PT sering kali meningkat, tetapi akan kembali

    menjadi normal setelah sembuh. enaikan 0#T dan 0PT tidak

    memerlukan penanganan khusus.

    Pemeriksaan lain yang rutin dilakukan adalah uji widal dan kultur

    bakteri. 0ampai sekarang, kultur menjadi standar baku dalam penegakan

    diagnostik. 0elain uji widal, terdapat beberapa metode pemeriksaan serologi

    10

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    11/37

    lain yang dapat dilakukan dengan cepat dan mudah serta memiliki

    sensiti/itas dan spesifisitas lebih baik dari antara uji T76E, Typhidot dan

    dipstick.b. ji !idal

    ji widal dilakukan untuk mendeteksi antibodi terhadap kuman

    Salmonella typhi. Pada uji !idal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara

    antigen kuman Salmonella typhi dengan antibody yang disebu dengan

    agglutinin. (ntigen yang digunakan pada uji widal adalah suspense

    Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium. 2aksud uji

    widal adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum penderita

    tersangka demam tifoid yaitu 3 aglutinin # pada tubuh kuman, (glutinin "

    pada flagella kuman dan aglutinin Fi pada simpai kuman.

    Dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin # dan agglutinin "

    yang digunakan untuk diagnosisn demam tifoid. 0emakin tinggi titernya

    maka semakin besar kemungkinan terinfeksi oleh kuman ini.Pembentukan

    agglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demam, kemudian

    meningkat secara cepat dan mencapai puncak pada minggu keempat dan

    tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase akut mula-mula timbul

    aglutinin #, kemudian diikuti dengan agglutinin ". pada orang yang telah

    sembuh aglutinin # masih tetap dijumpai setelah 4-% bulan, sedangkan

    agglutinin " menetap lebih lama antara

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    12/37

    ji tubeB merupakan uji semi-kuantitatif kolometrik yang cepat

    )beberapa menit+ dan mudah untuk dikerjakan. ji ini mendeteksi antibodi

    anti-Salmonella typhi #< pada serum pasien, dengan cara menghambat

    ikatan antara g2 anti-#< yang terkonjugasi pada partikel lateB yang

    berwarna dengan lipopolisakarida Salmonella typhiyang terkonjugasi pada

    partikel magnetic lateB. "asil positif ujin tubeB ini menunjukkan terdapat

    infeksi Salmonellae serogroupDwalau tidak secara spesifik menunjuk pada

    Salmonella typhi. nfeksi oleh Salmonella paratyphiakan memberikan hasil

    negatif.

    0ecara imunologi, antigen #< bersifat immunodominan sehingga

    dapat merangsang respon imun secara independen terhadap timus dan

    merangsang mitosis sel 7 tanpa bantuan dari sel T. karena sifat-sifat

    tersebut, respon terhadap antigen #< berlangsung cepat sehingga deteksi

    terhadap anti-#< dapat dilakukan lebih dini, yaitu pada hari ke 4-5 untuk

    infeksi primer dan hari ke -* untuk infeksi sekunder. Perlu diketahui bahwa

    uji tubeB hanya dapat mendeteksi lg2 dan tidak dapat mendeteksi g

    sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk mendeteksi

    infeksi lampau.

    Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan * macam komponen

    meliputi 3 tabung berbentuk F yang berfungsi meningkatkan sensiti/itas,

    reagen ( yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi dengan

    antigen #

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    13/37

    0kor nterpretasi

    H =egatif Tidak menunjuk infeksi tifoid aktif

    * 7orderline Pengukuran tidak dapat disimpulkan. langi

    pengujian apabila masih meragukan lakukan

    pengulangan beberapa hari kemudian

    4-5 Positif 2enunjukkan infeksi tifoid aktif

    :% Positif ndikasi kuat infeksi tifoid

    Tabel 1. nterpretasi hasil uji TubeB )dikutip dari kepustakaan 1+

    onsep pemeriksaan ini dapat diterangkan sebagai berikut. 8ika serum

    tidak mengandung antibodi terhadap #

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    14/37

    antara infeksi akut dengan kasus reinfeksi atau kon/alesen pada kasus

    infeksi primer. ntuk mengatasi masalah tersebut, uji ini kemudian

    dimodifikasi dengan mengakti/asi total g pada sampel serum. ji ini

    yang dikenal dengan nama uji typhidot-2, memungkinkan ikatan antara

    antigen dengan g2 spesifik yang ada pada serum pasien. 0tudi e/aluasi

    yang dilakukan oleh hoo e dkk pada tahun 1

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    15/37

    pengambilan darah setelah minggu pertama pada saat aglutinin semakin

    meningkat.

    2.2.8 PENATALAK(ANAAN

    0ampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid sebagai

    berikut stirahat dan perawatan, dengan tujuan mencegah komplikasi dan

    mempercepat penyembuhan, diet dan terapi penunjang )simtomatik dan suportif+

    dengan tujuan mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal,

    pemberian antimikroba, dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran

    kuman.

    a. stirahat dan perawatanTirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah

    komplikasi. Tirah baring dengan perawatan yang sepenuhnya ditempat seperti

    makan, minum, mandi, buang air kecil dan buang air besar akan membantu dan

    mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali dijaga

    kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien

    perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik serta higiene

    perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.

    b. Diet dan terapi penunjang

    Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan

    penyakit demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan

    umum dan giIi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhannya akan

    semakin lama.

    Dimasa lampau penderita demam tifoid diberi diet bubur saring, kemudian

    ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan

    diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur

    saring tersebut bertujuan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna

    atau jperforasi usus. "al ini disebabkan karena ada pendapat bahwa usus harus dJ

    iistirahatkan. 7eberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makanan padat

    dini yaitu nasi dengan lauk-pauk rendah selulosa )menghindari sementara sayuran

    yang berserat+ dapat diberikan dengan aman pada pasien dengan demam tifoid.

    Pemerian animikr"a

    15

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    16/37

    #bat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid

    adalah sebagai berikut3

    Tabel 3 farmakoterapi demam tifoid

    16

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    17/37

    2.2.8 K-&PLIKA(I

    0ebagai suatu penyakit sistemik maka hampir sama organ utama tubuh

    dapat diserang dan berbagai komplikasi serius dapat terjadi. 7eberapa komplikasi

    yang dapat terjadi pada demam tifoid yaitu3

    a. omplikasi intestinal yaitu perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik,

    pankreatitis.

    b. omplikasi ekstraintestinal

    omplikasi kardio/askuler 3 gagal sirkulasi perifer, miokarditis

    omplikasi darah 3 anemia hemolitik, trombositopenia

    omplikasi paru 3 pneumonia, empiema, pleuritis

    omplikasi hepatobilier 3 hepatitis, kolestitis

    omplikasi ginjal 3 glomerulonefritis, pielonefritis omplikasi tulang 3 osteomielitis, periostitis

    omplikasi neuropsikiatri ? tifoid toksik.1

    2.2.9 PR-GN-(I(

    Prognosis dari demam tifoid adalah berdasarkan dari cepat atau lambatnya

    penanganan serta penggunaan antibiotik yang tepat. 7ila penyakit berat,

    pengobatan terlambat?tidak adekuat atau ada komplikasi berat maka prognosis

    buruk.

    2.$ Pen!ekaan Diagn"se H"lisik Pa!a Pelayanan Ke!"keran Keluarga !i

    Layanan Primer

    Pengertian holistik adalah memandang manusia sebagai mahluk

    biopsikososio-kultural pada ekosistemnya. 0ebagai mahluk biologis manusia

    adalah merupakan sistem organ, terbentuk dari jaringan serta sel-sel yang

    kompleks fungsionalnya.

    Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukandasar dan penyebab penyakit )disease+, luka )injury+ serta kegawatan yang

    diperoleh dari alasan kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien,

    pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang, penilaian risiko

    internal?indi/idual dan eksternal dalam kehidupan pasien serta keluarganya.

    0esuai dengan arah yang digariskan dalam 0istem esehatan =asional &&4,

    maka dokter keluarga secara bertahap akan diperankan sebagai pelaku pelayanan

    pertama )layanan primer+.

    17

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    18/37

    Tujuan Diagnostik "olistik 3

    1. Penyembuhan penyakit dengan pengobatan yang tepat

    . "ilangnya keluhan yang dirasakan pasien

    *. Pembatasan kecacatan lanjut

    4. Penyelesaian pemicu dalam keluarga )masalah sosial dalam kehidupannya+

    5. 8angka waktu pengobatan pendek

    %. Tercapainya percepatan perbaikan fungsi sosial

    $. Terproteksi dari resiko yang ditemukan

    9. Terwujudnya partisipasi keluarga dalam penyelesaian masalah

    Diagnosa secara holistik sangat penting dilakukan sebelum melakukan terapi,

    tujuannya yakni

    1. 2enentukan kedalaman letak penyakit

    . 2enentukan kekuatan serangan pathogen penyakit*. 2enentukan kekuatan daya tahan tubuh yang meliputi kekuatan fungsi organ

    4. 2enentukan urutan tatacara terapi dan teknik terapi yang akan dipilihnya

    5. 2enentukan interfal kunjungan terapi. )2odul Pelatihan dan 0ertifikasi

    (0P6T@ 8ateng &11+.

    Diagnosis "olistik memiliki standar dasar pelaksanaan yaitu 3

    1. 2embentuk hubungan interpersonal antar petugas administrasi )penerimaan,

    pencatatan biodata+ dengan pasien. 2embentuk hubungan interpersonal antara paramedis dengan pasien.

    2elakukan pemeriksaan sarinagn )Triage+, data diisikan dengan lembaran

    penyaring

    *. 2embentuk hubungan interpersonal anatara dokter dengan pasien

    4. 2elakukan anamnesis

    5. 2elakukan pemeriksaan fisik

    %. Penentuan derajat keparahan penyakit berdasarkan gejala, komplikasi,

    prognosis, dan kemungkinan untuk dilakukan inter/ensi

    $. 2enentukan resiko indi/idual

    diagnosis klinis sangat dipengaruhi faktorindi/idual termasuk perilaku pasien.

    9. 2enentukan pemicu psikososial dari pekerjaan maupun komunitas

    kehidupan pasien.

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    19/37

    . Pelayanan kesehatan perorangan yang memandang seseorang sebagai bagian

    dari keluarga dan lingkungan komunitasnya.

    *. Pelayanan yang mempertimbangkan keadaan dan upaya kesehatan secara

    terpadu dan paripurna )komprehensif+.

    4. Pelayanan medis yang bersinambung

    5. Pelayanan medis yang terpadu

    Pelayanan komprehensif yaitu pelayanan yang memasukkan pemeliharaan

    dan peningkatan kesehatan )promotive+, pencegahan penyakit dan proteksi khusus

    )preventive & spesific protection+, pemulihan kesehatan )curative+, pencegahan

    kecacatan )disability limitation+ dan rehabilitasi setelah sakit )rehabilitation+

    dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etikakedokteran.

    Pelayanan medis yang bersinambung merupakan pelayanan yang disediakan

    dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung, yang melaksanakan

    pelayanan kedokteran secara efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan

    pasien.

    Pelayanan medis yang terpadu artinya pelayanan yang disediakan dokter

    keluarga bersifat terpadu, selain merupakan kemitraan antara dokter dengan

    pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan kemitraan lintas

    program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan kedokteran, baik

    dari formal maupun informal.

    Prinsip pelayanan Ke!"keran Keluarga !i Layanan Primer a!ala+*

    a. Comprehensive care and holistic approach

    b. Continuous care

    c. Prevention first

    d. Coordinative and collaborative care

    e. Personal care as the integral part of his/her familyf. amily! community! and environment consideration

    g. "thics and law awareness

    h. Cost effective care and #uality assurance

    i. Can be audited and accountable care

    Pendekatan menyeluruh )holistic approach$, yaitu peduli bahwa pasien

    adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan

    spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya.

    19

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    20/37

    ntuk melakukan pendekatan diagnosis holistik, maka perlu kita melihat

    dari beberapa aspek yaitu3

    . (spek Personal 3 eluhan utama, harapan dan kekhawatiran.. (spek linis3 7ila diagnosis klinis belum dapat ditegakkan cukup dengan

    diagnosis kerja dan diagnosis banding.

    . (spek nternal 3 epribadian seseorang akan mempengaruhi perilaku.

    arakteristik pribadi amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,

    pendidikan, pekerjaan, sosial ekonomi, kultur, etnis, dan lingkungan.

    F. (spek 6ksternal 3 Psikososial dan ekonomi keluarga.

    F. Derajat >ungsi 0osial 3

    Derajat 13 Tidak ada kesulitan, dimana pasien dapat hidup mandiri

    Derajat 3 Pasien mengalami sedikit kesulitan.

    Derajat *3 (da beberapa kesulitan, perawatan diri masih bisa dilakukan,

    hanya dapat melakukan kerja ringan.

    Derajat 43 7anyak kesulitan. Tak melakukan aktifitas kerja, tergantung pada

    keluarga.

    Derajat 53 Tak dapat melakukan kegiatan

    20

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    21/37

    BAB III

    &ET-D-L-GI (TUDI KA(U($.1 %enis (u!i Kasus

    0tudi kasus ini menggunakan desain studi ohort untuk mempelajari

    hubungan antara faktor risiko dan efek )penyakit atau masalah kesehatan+, dengan

    memilih kelompok studi berdasarkan perbedaan faktor risiko. emudian

    mengikuti sepanjang periode waktu tertentu untuk melihat berapa banyak subjek

    dalam masing-masing kelompok yang mengalami efek penyakit atau masalah

    kesehatan untuk melakukan penerapan pelayanan dokter layanan primer secara

    paripurna dan holistik terutama tentang penatalaksanaan penderita demam tifoid

    dengan pendekatan kedokteran keluarga di Puskesmas 2inasa pa pada tahun

    &15.

    $.2. L"kasi !an 0aku melakukan (u!i Kasus

    $.2.1. Taa Leak Ge"gra#i

    ambar 3 Puskesmas 2inasa pa

    21

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    22/37

    Puskesmas 2inasa upa berada di wilayah kecamatan @appocini, ota

    2akassar dengan luas wilayah 1%%,*$ km.

    (dapun batas wilayah kerja Puskesmas 2inasa pa adalah sebagai berikut 3

    0ebelah tara 3 @! EF elurahan arunrung

    0ebelah Timur 3 ecamatan 0omba #pu abupaten owa

    0ebelah 7arat 3 @! elurahan unung 0ari

    0ebelah 0elatan 3 elurahan 2angasa

    ambar * 3 Peta ;akupan Puskesmas 2inasa pa

    $.2.2. Daa Dem"gra#i

    7erdasarkan data primer yang didapatkan melalui pendataan di wilayah

    kerja Puskesmas 2inasa upa diketahui penduduk di wilayah kerja Puskesmas

    2inasa upa ota 2akassar Tahun &15 berjumlah 1.$5& orang.

    $.2.$. Daa ("sial Ek"n"mi

    8umlah penduduk dalam wilayah Puskesmas 2inasa upa 1.$5& orang

    yang terdiri dari jenis kelamin laki-laki $*99 orang dan jenis kelamin perempuan

    $*59 orang.

    (gama

    2ayoritas slam, yang lain risten, "indu dan 7udha

    Tingkat Pendidikan

    Perguruan Tinggi, 02(, 02P, 0D, dan Tidak Tamat 0D

    2ata Pencaharian

    2ayoritas =elayan, T=, P=0, dan !@(0!(0T(.

    22

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    23/37

    $.2.,. :isi !an &isi

    Fisi

    Puskesmas sebagai moti/ator masyarakat mandiri dalam kesehatan

    menuju 2akassar kota Dunia

    2isi

    2elalui paya 3

    2oti/asi gerakan Perilaku "idup 7ersih dan 0ehat )P"70+

    2endidik masyarakat mampu mengenal, memprioritaskan dan

    menyelesaikan masalah kesehatan diwilayah sekitarnya

    2eningkatkan kemampuan 0umber Daya 2anusia )0D2+ Puskesmas

    untuk menjadi moti/ator handal.

    $.2.6. Kegiaan pelayanan kese+aan

    Pelayanan kesehatan dilaksanakan melalui instalasi rawat jalan.

    nstalasi rawatjalan melalui3 poliklinik umum, poliklinik gigi dan (.

    Layananpenunjang berupa nstalasi Laboratorium, nstalasi amar 7ersalin,

    nstalasi iIi, dan nstalasi >armasi.

    ambar 4 3 0truktur #rganisasi Puskesmas 2inasa pa

    eterangaan

    =#. T6=(( 82L("

    1 D#T6@ 22 *

    D#T6@ 1

    23

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    24/37

    * P6@(!(T 5

    4 7D(= 4

    5 K 1

    % 0(=T(@(= $ 6PD62#L# 1

    9 (P#T66@ 1

    < L(7#@(T#@2 1

    1& P6(@(

    11 P6@(!(T

    Kegiaan P"k"k Puskesmas

    Promosi esehatan

    ;akupan desa siaga aktif

    P"70, dimana indicator P"70 adalah

    Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

    2emberikan bayi (0 eksklusif

    2enimbang balita setiap bulan

    2enggunakan air bersih

    ;uci tangan menggunakan sabun dan air brsih

    2akan buah dan sayuran setiap hari

    2elakukan akti/itas fisik setiap hari

    2enggunakan jamban sehat

    2emberantas jentik di rumah sekali seminggu

    Tidak merokok di dalam ruangan

    2endorong terbentuknya upaya kesehatan bersumber masyarakat

    Penyuluhan =apIa

    esehatan Lingkungan

    Pelayanan kesehatan lingkungan

    Pelayanan pengendalian Fektor )bebas jentik nyamuk (edes+

    Pelayanan "ygiene sanitasi tempat-tempat umum

    Penyehatan air

    "ygiene dan sanitasi makanan dan minuman

    24

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    25/37

    ( dan 7

    (

    Pemeriksaan pada ibu hamil

    Penyuluhan pada ibu hamil

    Perawatan pada ibu nifas

    Pemberian /itamin ( pada bayi dan balitaa

    Pemeriksaan pada tumbuh kembang bayi

    Pemberantasan Penyakit 2enular )P2+

    Penyuluhan P2

    (batesasi

    Data kematian

    Pelacakan kasus

    Puskesmas keliling

    Penjaringan malaria

    Posyandu

    Penemuan penderita Pneumonia balita )cakupan balita dengan pneumonia

    yang ditangani+

    Penemuan pasien baru T7 7T( positif, ;ase Detection @ate );D@+

    Pelayanan munisasi

    Penyelidikan 6pidemiologi dan penanggulangan L7

    Pelayanan penderita usta yang selesai berobat )@>T @ate+

    Pelayanan penderita D7D

    Pelayanan pada 7alita penderita diare

    Penanganan kasus P20 dan "F?(D0

    Pengobatan

    ;akupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

    iIi

    Pemantauan status giIi balita

    Penyuluhan giIi

    25

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    26/37

    Pemberian /itamin ( pada bayi usia % bulan 5< bulan setiap bulan

    >ebruari dan (gustus

    Pelacakan giIi buruk

    Pemantauan konsumsi garam beryodium

    Pemberian makanan tambahan

    Pencatatan dan pelaporan

    Laboratorium

    8enis pemeriksaan yang di lakukan di laboratorium 3

    pemeriksaan darah rutin

    pemeriksaan urine rutin

    pemeriksaan tes kehamilan

    pemeriksaan asam urat

    pemeriksaan gula darah

    pemeriksaan kolesterol

    Pemeriksaan DD@ ? malaria

    Pemeriksan 0putum T7

    0krining "F (D0 pada ibu hamil dan penderita T7

    $.2.7. 0aku (u!i Kasus

    0tudi kasus dilakukan pertama kali saat penderita datang berobat di

    puskesmas 8ongaya pada tanggal 9 2ei &15. 0elanjutnya dilakukan home /isit

    untuk mengetahui secara holistik keadaan dari penderita.

    $.$. Pengumpulan Daa ; In#"rmasi0emua yang berkaitan dengan penyakit atau permasalahan kesehatan

    penderita informasinya dikumpulkan dengan melakukan komunikasi personal

    dengan pasien dan atau keluarganya dan analisis data.

    $.,. 5ara Pengumpulan Daa ; In#"rmasi

    Dilakukan dengan komunikasi personal dengan pasien?keluarganya secara

    langsung dengan menggunakan pertanyaan what! why! who! where! when dan

    how.

    26

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    27/37

    BAB I:

    HA(IL DAN PE&BAHA(AN

    ,.1. HA(IL (TUDI KA(U(

    ,.1.1. I!enias Pasien

    =ama 3 (n. (

    8enis kelamin 3 laki-laki

    mur 3 $ tahun

    (gama 3 slam

    0uku ? 7angsa 3 2akassar ? ndonesia

    Pekerjaan?pendidikan 3 0iswa

    (lamat 3 8l. 2inasa pa 7lok >?$

    ,.1.2. Anamnesis

    Pasien anak usia $ tahun datang ke D Puskesmas 2inasa pa

    dengan keluhan demam sejak 4 hari sebelum datang ke puskesmas. Demam

    tidak terus menerus di rasakan terutama menjelang sore hari dan malam

    hari. Pasien mengeluh nyeri kepala kadang-kadang, mual dan muntah serta

    nafsu makan menurun, 7( lancar, 7(7 belum * hari terakhir.

    Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan dari pasien,

    dokter menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan darah yaitu

    pemeriksaan trombosit dan widal tes. "asil dari pemeriksaan didapatkan

    trombosit 15%.&&& dan widal tes 0.typhi # 3 1?*& sehingga dokter

    mendiagnosis demam tifoid. Pasien pun dianjurkan istirahat dan mendapat

    pengobatan selama 5 hari kemudian kembali kontrol setelah pengobatan 5

    hari.

    @iwayat Penyakit Dahulu 3

    - Pasien pernah datang ke puskesmas dengan keluhan yang sama 5 bulan

    yang lalu.

    @iwayat Penyakit eluarga 3

    27

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    28/37

    - Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama

    ,.1.$. Pemeriksaan 'isik

    1. eadaan mum 3 0akit sedang

    . Fital sign

    esadaran 3 ;ompos 2entis

    ;0 3 15

    Tek. Darah 3 11&?$& mm"g

    >rek. =adi 3 99 B?menit

    >rek Pernapasan 3 & B?menit

    0uhu 3 *$,4 ;

    *. 0tatus eneralis 3

    - epala 3 =ormocephal

    - 2ata 3 onjungti/a (nemis )-?-+, 0klera kterik )-?-+, pupil

    bulat, isokor

    - T"T 3 Dalam 7atas =ormal

    - Leher 3 Pembesaran 7 dan tiroid )-+, trakea berada di

    tengah

    - Paru-paru

    nspeksi 3 pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri

    Palpasi 3 fremitus taktil dan /okal simetris kanan dan kiri

    Perkusi 3 sonor seluruh lapang paru

    (uskultasi 3 /esikuler kanan dan kiri, rhonki )-?-+,

    wheeIing )-?-+- 8antung

    nspeksi 3 iktus kordis tidak terlihat

    Palpasi 3 iktus kordis teraba di ;0 F linea midkla/ikula

    sinistra

    Perkusi 3 batas jantung kanan ;0 F linea sternalis deBtra

    batas jantung kiri ;0 F linea midkla/ikula

    sinistra

    batas pinggang jantung ;0 linea parasternalis

    sinistra (uskultasi 3 bunyi jantung dan normal, murmur )-+

    - (bdomen

    nspeksi 3 simetris, kelainan kulit )-+, pelebaran /ena )-+

    (uskultasi 3 bising usus normal

    Palpasi 3 nyeri lepas )-+, nyeri ketuk )-+,hepatomegali)-+,

    spleenomegali )-+

    Perkusi 3 timpani di semua lapang abdomen, nyeri ketuk )-+

    - 6kstremitas 3 akral hangat, edema

    4. 0tatus Lokalis 3 -

    28

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    29/37

    ,.1.,. Pa!a pemeriksaan penun)ang !i !apakan*

    Trombosit 15%.&&&

    !idal 3 0.Typhi # 3 1?*&

    0. Typhi " 3 1?1%&

    0. Typhi (" 3 1?4&

    0. Typhi 7" 3 1?4&

    ,.1.6. Laar Belakang ("sial Ek"n"mi Dem"gra#i Lingkungan

    Keluarga

    a. 0tatus perkawinan 3 belum menikah

    b. 8umlah anak ? 0audara 3 anak pertama dari 1 bersaudara

    c. 8umlah anggota keluarga 3 * orang )bapak, ibu, 1 orang anak+

    d. 0tatus ekonomi keluarga 3

    eluarga pasien termasuk keluarga kurang mampuh. (yah pasien

    bekerja sebagai supir mobil truk. bu pasien adalah seorang @T.

    e. ondisi rumah 3

    Tinggal di rumah kubuk dengan ukuran sekitar 4B% meter, berlantai

    sebagian semen dan sebagian tanah, berdindingkan papan tanpa /entilasi, dan

    beratapkan seng. Di dalam rumah terdiri dari ruang tamu yang bergabung

    dengan ruang makan, tempat tidur, 1 dapur tempat masak, 1 kamar mandi

    sekaligus tempat cuci piring dan !;. 0emua anggota keluarga tidur sekamar.

    Listrik ada, /entilasi tidak ada dan pencahayaan kurang. Di dalam rumah

    terdapat tempat ternak ayam. 0umber air minum dibeli dari penjual air

    keliling dan ditampung di jergen , buang air besar di jamban yang

    dibawahnya merupakan selokan, tidak ada pekarangan, bagian depan rumah

    langsung jalanan umum, sampah rumah tangga dikumpulkan dan dibuang ke

    tempat pembuangan sampah umum.

    f. Pola onsumsi 2akanan eluarga

    Pola makan -* kali sehari dengan menu yang tidak tentu. (n.( lebih

    sering membeli makanan di warung makan dibanding makan masakan

    dirumah. 2enu makan pun tidak menentu. 2enu yang paling sering di

    konsumsi adalah nasi, tahu, tempe, ikan dan sayur

    29

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    30/37

    g. ondisi lingkungan keluarga 3

    Pasien tinggal di gubuk kecil yang tidak memiliki perkarangan dan

    sekitarnya terdapat deretan gubuk. Dibawahnya terdapat selokan dan

    lingkungan sekitar yang kurang bersih. 0ecara umum keadaan lingkunganya

    dikatakan kumuh.

    h. ondisi pribadi pasien

    Pasien jarang mandi, kuku panjang dan kotor, sering main bersama

    teman temanya di selokan dan dilapangan terbuka tanpa memakai sendal.

    i. (spek psikologis di keluargaPasien tinggal bersama ayah kandung dan ibu tiri, sering dimarahi oleh

    ayahnya karena tidak mau mengikuti perintah orang tuanya, sehingga

    menciptakan psikologi aman bagi penghuni komplek.

    ,.2. PE&BAHA(AN

    Penegakan diagnosis pada pasien ini berdasarkan anamnesis secara holistic

    yaitu, aspek personal, aspek klinik, aspek resiko internal, dan aspek resiko

    eksternal serta pemeriksaan penunjang dengan melakukan pendekatan menyeluruh

    dan pendekatan diagnosis holistik.

    1. Anamnese

    Aspek Pers"nal

    Pasien datang ke D Puskesmas 2inasa pa dengan keluhan

    demam sejak 4 hari sebelum datang ke puskesmas. Demam tidak terus

    menerus di rasakan terutama pada sore hari. Pasien mengeluh nyeri kepala

    kadang-kadang, mual dan muntah serta nafsu makan menurun, 7( lancar,

    7(7 belum * hari terakhir.

    ekhawatiran3 Takut terkena D7D, Takut penyakitnya tidak sembuh,

    Takut penyakitnya akan bertambah parah. "arapan3 sembuh

    Aspek Klinik

    a. Demam sejak 4 hari sebelum ke puskesmas 8ongaya

    b. Demam disertai nyeri kepala, mual, muntah dan 7(7 tidak lancar

    Aspek 'ak"r Resik" Inernal

    b. urangnya pengetahuan tentang demam tifoid

    30

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    31/37

    c. 2engidentifikasi dan mengeliminasi faktor penyebab demam tifoid

    kurang

    d. 0ering mengkonsumsi makanan yang kurang bersih.

    Aspek 'ak"r Resik" Eksernal

    a. Lingkungan sekitar rumah pasien dengan kepadatan penduduk yang

    cukup padat dan kebersihan yang masih kurang.

    b. Fentilasi dan jendela rumah yang masih kurang sehingga pencahayaan

    dan pertukaran udara menjadi kurang.

    c. 2akanan yang kurang bersih yang dikonsumsi setiap hari bila membeli

    di luar.

    Aspek Psik"s"sial Keluarga

    Di dalam keluarga terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat dan

    mendukung kesembuhan pasien. Di antara faktor-faktor yang dapat

    menghambat kesembuhan pasien yaitu, kurangnya pengetahuan keluarga

    tentang penyakit yang diderita pasien sehingga tidak ada upaya pencegahan

    faktor pencetus. 0edangkan faktor yang dapat mendukung kesembuhan

    pasien yaitu adanya dukungan dan moti/asi dari semua anggota keluarga

    baik secara moral dan materi.

    Aspek 'ungsi"nal

    0ecara aspek fungsional, pasien tidak ada kesulitan dan masih mampu

    dalam hal fisik dan mental untuk melakukan aktifitas di dalam maupun di

    luar rumah.

    Dera)a 'ungsi"nal

    (n.( masih dapat bekerja dengan baik tanpa bantuan siapapun

    )derajat 1 minimal+

    2. Pemeriksaan 'isik

    Tanda Fital 3Tekanan Darah3 1&?9& mm"g, =adi 3 99 B?menit, Pernapasan 3

    & B?menit, 0uhu 3 *$,4 &;

    $. Pemeriksaan Penun)ang

    a. Trombosit 15%.&&&

    b. !idal 3 0.Typhi # 3 1?*&

    0. Typhi " 3 1?1%&

    0. Typhi (" 3 1?4&

    31

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    32/37

    0. Typhi 7" 3 1?4&

    ,. Gen"gram 3P"+"n Keluarga4

    6. Diagn"sis H"lisik 3Bi"

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    33/37

    b. Diagnose Psiko-sosial3 Takut terkena D7D, Takut penyakitnya tidak

    sembuh, Takut penyakitnya akan bertambah parah.

    c. ambaran dari enogram3 (n.( menderita demam tifoid.

    d. Perbaikan dapat die/aluasi setelah pengobatan dengan didapatkan

    berkurangnya gejala.

    :.2. (aran

    Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Th.> berupa 3 penyakit

    demam tifoid dengan pola makan yang tidak teratur dan tidak bersih maka

    disarankan 3

    a. 2enjaga kebersihan makanan

    b. 2emberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit demam

    tifoid

    c. Penatalaksanaan demam tifoid sebaiknya selain farmakoterapi adalah

    istirahat yang cukup.

    DA'TAR PU(TAKA

    1. (ru !0, 7ambang 0, drus (, dkk.%uku jar 'lmu Penyakit Dalam. nterna

    Publishing. 6disi 5. 8akarta, &&

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    34/37

    4. 8ohn L7. Typhoid >e/er. 2edscape. &1. Dapat diakses di

    http3??emedicine.medscape.com?article?*11*5-o/er/iew. Diakses 1* februari

    &14.

    5. 0iti >0. eputusan 2enteri esehatan @epublik ndonesia =omor

    *%4?26=60?0?F?&&% Tentang Pedoman Pengendalian Demam Tifoid.

    8akarta3 &&%.

    %. 0ulistia , @ianto 0, >rans D, dkk. >armakologi dan Terapi. Penerbit aya

    7aru. 6disi 5. 8akarta, &&$. "al *9, 54, %4*, 9%4.

    $. The (merican 0ociety of "ealth 0ystem Pharmacists. ;eftriaBone njection.

    2aryland. &1*. Dapat diakses dihttp3??www.nlm.nih.go/?midlineplus?meds.Diakses 15 >ebruari &14.

    9. ;hin, 8. &&%.Pemberantasan Penyakit (enular "disi )*. 8akarta3 nfomedika

    rankie, et al. &&9. The T76E test detects not only typhoid-specific

    antibodies but also soluble antigens and whole bacteria. +ournal of (edical

    (icrobiology. 5$, *1%**.

    1&. katan Dokter (nak ndonesia. &&9. 7ukujar 'nfeksi dan Pediatri ,ropis -nd

    "d. 8akarta3 7adan Penerbit D(.

    LA&PIRAN

    Hasil D"kumenasi Kea!aan Ruma+ Dan Lingkungan (ekiarnya

    34

    http://www.nlm.nih.gov/midlineplus/medshttp://www.nlm.nih.gov/midlineplus/medshttp://www.nlm.nih.gov/midlineplus/meds
  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    35/37

    Gamar agian !epan ruma+ pasien

    Ruangan &akan Pasien

    Lantai Rumah Pasien

    35

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    36/37

    Tempat Tidur Pasien

    Tempat ternak ayam

    Dapur tempat memasak

    36

  • 7/25/2019 Study Case Demam Tifoid

    37/37

    Kamar mandi, Tepat mancuci, Tempat Air Bersih