studi tentang proses pembelajaran tari condong …
TRANSCRIPT
1
STUDI TENTANG PROSES PEMBELAJARAN TARI CONDONG
GAMBUH DI SANGGAR SENI SATRIYA LELANA BATUAN SUKAWATI
GIANYAR
NI KADEK WISTIN, NI WAYAN MUDIASIH, NI KETUT YULIASIH
Program Studi Pendidikan Sendratasik, Fakultas Seni Pertunjukan,
Institut Seni Indensia Denpasar
Email. [email protected]
Abstrak
Sanggar seni Satriya Lelana merupakan salah satu sanggar yang ada di Desa Batuan yang
masih aktif dalam menjaga kesenian khas Desa Batuan, salah satunya yaitu tari Condong
Gambuh Batuan. Sanggar ini sebagai wadah untuk menuangkan ilmu pengetahuan khususnya
dalam bidang seni tari, memberikan ruang kepada anak-anak untuk dapat mengembangkan
bakatnya, berkreativitas sehingga dapat pencetak generasi penerus yang berkualitas. Penelitin ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan memiliki 3 (tiga) aspek yaitu: karakter tari Condong
Gambuh, proses pembelajaran serta factor pendukung dan penghambat pembelajaran tari
Condong Gambuh. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik,
mengetahui proses pembelajaran serta untuk mengetahui factor pendukung dan penghambat
proses pembelajaran. Maka dari itu, penting kiranya untuk mengetahui proses pembelajaran tari
Condong Gambuh di Sanggar Seni Satriya Lelana Batuan. Pengumpulan data menggunakan teknik
observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Analisis data menggunakan teknik deskriptif
dengan mendeskripsikan segala data yang diperoleh dilapangan jelas dan terperinci, yaitu data primer
berasal dari hasil penelitian dilapangan dan hasil wawancara sedangkan data sekunder diperoleh dari
buku-buku, skripsi, dan sumber pustakan lainya yang terkait dengan penelitian.
Proses pembelajaran tari Condong Gambuh di Sanggar Seni Satriya Lelana Batuan menggunakan
4 (empat) tahapan pembelajaran yaitu: tahap persiapan (preparation), tahap penyampaian (presentation),
tahap latihan (practice), dan tahap penampilan (performance). Faktor-faktor yang mempengaruhi tari
Condong Gambuh ada 2 (dua) yaitu: factor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung yang
terdiri dari faktor internal berupa faktor minat, faktor kesiapan, dan faktor bakat sedangkan faktor
eksternal berupa faktor guru atau pelatih dan faktor sarana dan prasarana. Faktor penghambat terdiri dari
faktor internal yaitu, faktor bakat, dan faktor eksternal berupa faktor jarak dan waktu.
Kata kunci: proses pembelajaran tari Condong Gambuh, karakteristik Condong Gambuh, faktor
pendukung dan penghambat
2
PENDAHULUAN
Pendidikan seni juga dapat digunakan
sebagai wadah untuk mengembangkan
kreativitas, emosional, sosial dan estetika.
Pendidikan seni juga bertujuan untuk
membentuk karakter seseorang dari yang
kurang baik menjadi lebih baik, itu
dikarenakan melalui pendidikan seni
membangkitkan rasa dan perasaan mereka
dalam melakoni kehidupan yang
dihadapinya. Hal tersebut yang menjadikan
pendidikan seni penting untuk dipelajari.
Pendidikan seni merupakan usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan
pelatihan agar menguasai kemampuan
berkesenian sesuai dengan peran yang harus
dipermainkan (Soerhadjo, 2012:13). Selain
itu,
Pembelajaran yang baik adalah
pembelajaran yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih dimana dalam proses
pembelajaran tentu harus ada interaksi
antara pendidik dengan siswa melalui
belajar. Belajar memiliki dua sifat yaitu
formal dan informal. Belajar formal
merupakan belajar yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah pada umumnya. Sedangkan
belajar informan adalah belajar yang
dilakukan mulai dari keluarga, lingkungan,
kelompok atau komunitas yang memiliki
daya tarik untuk mengembangkan apa yang
diminati, seperti halnya pembelajaran seni
yang dominan berasal dari lingkungan atau
komunitas bahkan tidak jarang sekarang ini
banyak lembaga atau institusi yang
menerapkan pembelajaran seni itu sendiri.
Salah satu lembaga yang
memberikan pembelajaran informal adalah
sanggar, yaitu tempat yang digunakan oleh
suatu komunitas atau sekumpulan orang
untuk melakukan kegiatan seni. Seiring
perkembangan zaman, banyak terbentuk
sanggar-sanggar yang melestarikan seni
khususnya di Bali, baik yang bersifat sosial
maupun murni sebagai wadah pembelajaran
seni khususnya seni tari. Lembaga-lembaga
informal (sanggar) yang secara konsisten
memberikan pembelajaran mengenai tari
Bali khususnya di desa Batuan yaitu:
Sanggar Kakul Mas, Sanggar Panti Pusaka
Sakti dan Sanggar Satrya Lelana. Ketiga
sanggar ini secara konsisten memberikan
pembelajaran tari Bali.
Tari Bali adalah perwujudan atau
peragaan dari kompleksitas nilai-nilai
budaya Hindu-Bali melalui jalinan gerak
tubuh manusia. Setiap pose dan frase gerak
penari, yang diikat oleh ruang dan waktu,
mencerminkan konsep kosmologi,
pandangan hidup, kepercayaan, prilaku,
serta prinsip estetik masyarakat Bali yang
berlandaskan kepada agama Hindu (Dibia,
2013:1). Tari Bali adalah salah satu seni
budaya warisan turun temurun dari leluhur
yang harus dipertahankan dengan
memotivasi diri untuk lebih disiplin dan
serius dalam mempelajarinya.
Selain memberikan materi
pembelajaran tari lepas dan tari kreasi baru,
ketiga sanggar ini juga memberikan materi
pembelajaran tari klasik Drama Tari
Gambuh yaitu sebuah drama tari yang
menjadi cikal bakal tari Bali. Sanggar Panti
pusaka Sakti dan sanggar Kakul Mas
mengajarkan tari Gambuh hanya ketika ada
pementasan atau ngayah (kegiatan
pengabdian masyarakat), kepada anggota
sanggar yang sudah dewasa, dan sudah
mendapatkan pembelajaran gambuh secara
otodidak sebelumnya. Akan tetapi, sanggar
yang memberikan pembelajaran tari
Gambuh pada siswanya sejak dini hanya
sanggar Satriya Lelana Desa Batuan,
Sukawati, Gianyar. Secara formal Sanggar
Satriya Lelana berdiri sejak tanggal 30
Desember 1998 di Banjar Pekandelan Desa
3
Batuan Kecamatan Sukawati Kabupaten
Gianyar. Sanggar seni Satriya Lelana sudah
banyak melahirkan seniman-seniman muda
yang berbakat dan berkualitas. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk melestarikan
kesenian gambuh yang ada di Bali
khususnya di Desa Batuan Sukawati
Gianyar. Pembelajaran drama tari gambuh
tidak hanya diberikan kepada siswa yang
sudah dewasa melainkan juga kepada siswa
yang masih anak-anak. Proses pembelajaran
dilakukan secara bertahap, yaitu diawali
dengan tari Condong Gambuh untuk penari
putri. Alasan peneliti mengangkat objek
penelitian tari Condong Gambuh menurut
peneliti untuk dapat mahir membawakan
tokoh-tokoh gambuh yang lainnya terlebih
dahulu harus bisa menguasai tari condong
karena gerak condong merupakan gerak
dasar dari gerak-gerak tokoh gambuh yang
lainnya. Dalam membentuk penari yang
mahir khususnya Tari Condong Gambuh,
para siswa terlebih dahulu diperkenalkan
dengan kesenian Gambuh guna
menumbuhkan ketertarikan siswa untuk ikut
melestarikan kesenian gambuh ini.
Hal ini yang membedakan sanggar
Satriya Lelana dengan sanggar-sanggar lain
yang ada di daerah Batuan khususnya.
Selain itu sanggar Satria Lelana juga
memiliki beberapa teknik khusus dalam
memberikan materi gambuh kepada
siswanya. Maka dari itu, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai
proses pembelajaran tari Condong Gambuh
di Sanggar Satriya Lelana Batuan yang
dituangkan dalam sebuah potret proses
pembelajaran Tari Condong Gambuh di
Sanggar Seni Satriya Lelana. Dengan judul
“Study Tentang Proses Pembelajaran Tari
Condong Gambuh di Sanggar Seni Satriya
Lelana Batuan Sukawati Gianyar”. Adanya
potret dari proses pembelajaran tersebut
maka akan dapat membantu proses
pembelajaran Tari Condong Gambuh yang
sulit dipelajari oleh generasi penerus, guna
melestarikan kesenian Gambuh yang ada di
Bali khusunya tari Condong Gambuh
Batuan.
KARAKTERISTIK TARI CONDONG
GAMBUH
Condong Gambuh merupakan salah satu
tokoh dalam dramatari Gambuh yang harus
ada disetiap pementasan dramatari gambuh.
Tokoh Condong dalam dramatari Gambuh
memiliki karakter sama seperti karakter
condong pada umumnya, yaitu gaya gerakan
lebih lugas dan lincah, memiliki watak keras
dan tegas. Tokoh condong berperan sebagai
seorang pelayan wanita dengan tugas
menasehati dan mengemban Raja Putri.
Tokoh Condong juga berperan sebagai
penerjemah ucapan yang berbahasa Kawi ke
dalam bahasa Bali. Suara yang digunakan
dalam tokoh Condong yaitu tinggi dan
nyaring dengan tempo ucapan agak cepat.
Postur tubuh yang sesuai untuk
membawakan tokoh Condong dalam
dramatari Gambuh yaitu penari yang
memiliki postur tubuh sedikit pendek, mata
agak bulat. Adapun struktur tari condong
gambuh adalah: (1) pepeson; (2) pengawak;
(3) Pengecet; (4) pekaad.: Adapun struktur
(ragam gerak) tari Condong gambuh yaitu:
a. Pepeson adalah bagian pertama dalam tari
Condong gambuh, adapun struktur geraknya
dapat dijabarkan sebagai berikut: Pepeson
merupakan bagian permulaan atau bagian
awal suatu tarian. Adapun gerak-gerak
dalam tari pepeson condong Gambuh
sebagai berikut: Dari posisi agem kiri keluar
dengan jalan tetayungan pelan-pelan (9
langkah) ke depan mulai dengan kaki kanan.
Ngijik ke depan (3 kali dengan kaki kanan
dan 2 kali dengan kaki kiri) kedeng aed kiri
langsung jalan nyapi dengan ngumbang
memutar ke kiri dan ke kanan membentuk
angka delapan, maka dengan kaki
menghadap ke depan. Ngijik ke depan (3
kali dengan kaki kanan dan 2 kali dengan
kaki kiri) langsung kaki kanan menutup kaki
kiri dalam posisi tampak sirang pada, ngejer
4
pala, nyogok kanan bersamaan dengan kaki
kanan, nanjek ke samping kanan, kaki kiri
menutup di depan kaki kanan tampak
sirang, ngikal (posisi agem kanan) sledet
kanan dan nyegut.
Ngelier, sledet kanan dan nyegut diulangi 2
kali. Kirig udang dengan kaki kiri,
pandangan ke pojok kiri depan, ambil
selendang dengan tangan kiri, lalu
diletakkan pada tangan kanan, nyogok kanan
bersamaan dengan kaki kanan nanjek ke
diagonal belakang, kaki kiri nanjek ke
depan, kaki kanan menutup di belakang,
kaki kiri dalam posisi tampak sirang, ngikal
(posisi agem kanan) sledet kanan dan
nyegut. Ngijik ke depan (3 kali dengan kaki
kanan dan 2 kali dengan kaki kiri) langsung
kaki kanan menutup kaki kiri dalam posisi
tampak sirang pada, ngejer pala, nyogok kiri
bersamaan dengan kaki kiri ke samping kiri
nanjek ke samping kiri, kaki kanan menutup
di depan kaki kiri dalam posisi tampak
sirang ngikal (posisi agem kiri). Ngelier,
sledet kiri dan nyegut. Diulangi 2 kali Kirig
udang dengan kaki kanan, pandangan ke
pojok kanan depan, ambil selendang dengan
tangan kanan, lalu diletakkan pada tangan
kiri, nyogok kiri bersamaan dengan kaki kiri
nanjek ke diagonal belakang, kaki kanan
nanjek ke depan, kaki kiri menutup di
belakang, kaki kanan dalam posisi tampak
sirang ngikal (posisi agem kiri) sledet kiri
dan nyegut. Ngijik ke depan (3 kali dengan
kaki kiri dan 2 kali dengan kaki kanan)
langsung kaki kiri menutup kaki kanan
dalam posisi tampak sirang pada, ngejer
pala. Ngelung kanan dan kiri pelan-pelan,
kanan, kiri, kanan cepat, ngelung kiri dan
kanan pelan-pelan, kiri, kanan,kiri cepat,
ngelung kanan dan kiri pelan-pelan, kanan,
kiri, kanan cepat.
Ngijik ke depan (3 kali dengan kaki kanan
dan 2 kali dengan kaki kiri) kedeng aed
kanan, langsung jalan nyapi dengan
memutar ke kanan dan ke kiri membetuk
angka delapan, mulai dengan kaki kiri,
menghadap ke depan.
Ngijik ke depan (3 kali dengan kaki kanan
dan 2 kali dengan kaki kiri) langsung kaki
kanan menutup kaki kiri dalam posisi
tampak sirang pada, ngejer pala, nyogok
kanan bersamaan dengan kaki kanan nanjek
ke diagonal belakang, kaki kiri nanjek ke
depan, ngikal langsung melimpah dalam
posisi agem kanan. Ngelier sledet kanan dan
nyegut diulangi 2 kali Ambil selendang
dengan tangan kiri, lalu diletakkan pada
tangan kanan, pandangan ke pojok kiri
depan, nyogok kanan, ngikal, sledet kanan
dan nyegut. Ngejer pala, nyogok kiri, ngikal,
metimpuh dalam posisi agem kiri Ngelier,
sledet kiri dan nyegut. Diulangi 2 kali.
Ambil selendang dengan tangan kanan, lalu
diletakkan pada tangan kiri, Pandangan ke
pojok kanan depan, nyogok kiri, ngikal,
sledet kiri dan nyegut. Ngejer pala, bangun,
berdiri Ngelung kiri dan kanan pelan-pelan,
kiri, kanan, kiri cepat Ngelung kanan dan
kiri pelan-pelan, kanan, kiri, kana
cepatNgelung kiri dan kanan pelan-pelan,
kiri, kanan, kiri cepat. Ngijik ke depan (3 x
dengan kaki kanan dan 2 kali dengan kaki
kiri), kedeng aed kanan langsung jalan nyapi
dengan ngumbang memutar ke kanan
belakang kemudian ke kiri, mulai dengan
kaki kiri, menghadap ke samping kanan.
Ngijik ke depan menghadap ke samping
kanan (3 kali dengan kaki kanan dan 2 kali
dengan kaki kiri) langsung kaki kanan
menutup kaki kiri dalam posisi tampak
sirang pada ngejer pala, kaki kanan nanjek
ke samping kanan menghadap ke depan,
kaki kiri nanjek di depan kaki kanan dalam
posisi tampak sirang, ngambil pajeng kanan
(posisi agem kanan kanan dengan tangan
kanan lurus diagonal ke atas). Angsel
tetatungan dengan tangan kiri 3 kali (ke kiri,
kanan, kiri) tangan kanan buang paying,
kaki kanan kirig udang, menghadap ke
samping kanan, pandangan lurus ke atas
5
(tetuwek pajeng) posisi tangan agem kiri,
sledet kiri, nyegut. Ngelier, sledet kiri,
nyegut. Nyogok kiri bersamaan dengan kaki
kiri nanjek ke diagonal belakang, kaki kanan
nanjek ke depan, kaki kiri menutup di
belakang kaki kanan dalam posisi sirang
segitiga (posisi agem kiri, sledet kiri,
nyegut)
Ngijik ke depan menghadap ke samping
kanan (3 kali dengan kaki kiri dan 2 kali
dengan kaki kanan) langsung kaki kiri
menutup kaki kanan dalam posisi tampak
sirang pada, ngejer pala, menghadap kearah
depan. Ngelung kanan dan kiri pelan-pelan,
kanan, kiri, kanan cepatNgelung kiri dan
kanan pelan-pelan, kiri, kanan, kiri cepat
Ngelung kanan dan kiri pelan-pelan, kanan,
kiri, kanan cepat. Ngijik ke depan (3 kali
dengan kaki kanan dan 2 kali kaki kiri),
kedeng aed kiri langsung jalan nyapi dengan
ngumbang, memutar satu langkah ke kiri
depan kemudian memutar ke kanan,
menghadap ke samping kiri, mulai dengan
kaki kanan. Ngijik ke depan menghadap ke
samping kiri (3 kali dengan kaki kanan dan
2 kali dengan kaki kiri) langsung kaki kanan
menutup kaki kiri dalam posisi tampak
sirang pada, ngejer pala, kaki kiri nanjek ke
samping kiri menhadap ke depan, kaki
kanan nanjek di depan kaki kiri dalam posisi
tampak sirang, ngambil pajeng kiri (posisi
agem kiri dengan tangan kiri luhur diagonal
ke atas). Angsel tetayungan dengan agem
kanan 3 kali (ke kiri, kanan, kiri) tangan kiri
buang paying, kaki kiri kirig udang,
menghadap ke samping kiri, pandangan
lurus ke samping kiri atas (tetuwek pajeng),
posisi tangan agem kanan, sledet kanan,
nyegut). Ngelier, sledet kanan, nyegut.
Nyogok kanan bersamaan dengan kaki
kanan nanjek ke diagonal belakang, kaki kiri
nanjek ke depan, kaki kanan menutup di
belakang kaki kiri dalam posisi tampak
sirang, ngikal (posisi agem kanan), sledet
kanan, nyegut. Ngijik ke depan menghadap
ke samping kiri (3 kali dengan kaki kanan
dan 2 kali dengan kaki kiri) langsung kaki
kanan menutup kaki kiri dalam posisi
tampak sirang pada,, ngejer pala,
menghadap ke depan.
KAKAN-KAKAN KELUAR
Ngelung kiri dan kanan pelan-pelan, kiri,
kanan, kiri cepat, ngelun kanan dan kiri
pelan-pelan, kanan, kiri cepat, ngelung kiri
dan kanan pelan-pelan, kiri, kanan, kiri
cepat.
Ngijik ke depan (3 kali dengan kaki kanan
dan 2 kali dengan kaki kiri), kedeng aed
kanan langsung jalan nyapi dengan
ngumbang memutar ke kanan dank e kiri,
muali dengan kaki kiri, menghadap ke
depan.
Ngijik ke depan (3 kali dengan kaki kanan
dan 2 kali dengan kaki kiri) langsung kaki
kanan menutup di depan kaki kiri dalam
posisi tampak sirang (posisi agem ngedel
kiri), ngetog kanan, nyogok kanan
bersamaan dengan kaki kanan nanjek ke
diagonal belakang, kaki kiri nanjek ke
depan, kaki kanan menutup di depan kaki
kiri dalam posisi tampak sirang (posisi agem
ngedel kiri). Ngelung kiri, kanan dan kiri
secara bergantian, kaki kanan Ngijik ke
depan (3 kali ) ngetog kanan, nyogok kanan
bersamaan dengan kaki kanan nanjek ke
samping kanan, kaki kiri menutup kaki
kanan dalam posisi tampak sirang pada,
enggot-enggot. Diulang 3 kali.
b. Pengawak Pengawak merupakan bagian
pokok atau isi dari satu tarian. Pengawak
biasanya menggabarkan tema yang
dipergunakan oleh satu tarian dan
mempunyai irama sedikit pelan. Adapun
gerak-gerak pengawak dalam tari Condong
Gambuh Batuan sebagai berikut: Tangan
kanan mentang laras, tangan kiri anadah
oncer, tangan kanan ngenjel ( c ) 3 kali (ke
kiri, kanan, kiri) kemudian tangan kanan
nayog ke bawah diikuti dengan badan
merendah langsung ngenjel (b) ke atas, jalan
nyisir ke kiri, ngenjel (a) ke kiri, kaki kiri
mundur ke belakang, kaki kanan dalam
6
posisi tampak sirang (posisi agem ngedel
kiri), ngambil ngelukan diakhiri dengan
kedua tangan silang (nakep dada), enggot-
enggot. Jalan nyisir ke kiri, ngenjel (a) ke
kiri 2 kali, jalan nyisir ke kanan, ngenjel (a)
ke kanan dan ke kiri langsung kaki kiri
mundur ke belakang kaki kanan dalam
posisi tampak sirang (posisi agem ngeled
kiri), ngetog kanan, nyogok kanan
bersamaan dengan kaki kanan nanjek ke
diagonal belakang, kaki kiri nanjek ke depan
, kaki kana menutup kaki kiri dalam posisi
tampak sirang pada, enggot-enggot. Tangan
kanan mentang laras, tangan kiri anadah
oncer, tangan kanan ngenjel © 3 kali (ke
kiri, kanan, kiri), kemudian tangan kanan
nayog kebawah diikuti dengan badan
merendah langsung ngenjet (b) ke atas.
Ngelung kiri, kanan dan kiri, nyleog ke
kanan dengan kaki kiri menyilang di depan
kaki kanan langsung kaki kanan nanjek di
depan kaki kiri dalam posisi tampak sirang
(posisi agem ngedel kiri), ngetog kanan,
nyogok kanan bersamaan dengan kaki kanan
nanjek ke diagonal belakang, kaki kiri
nanjek ke depan, kaki kanan menutup kaki
kiri dalam posisi tampak sirang pada, nakep
dada dengan kedua tangan posisi silang,
enggot-enggot. Tepuk tangan langsung
nuding sambil ucap-ucap:
Wiihhhh…Nyen to masliweran di jaba
tengah….
Sampingan-sampingan….anake Dwagung
Istri pacang medal..
nahhh…to keto ingetang munyin embok..
Jalan nyisir memutar ke kanan, menghadap
ke belakang, tangan kanan mentang laras,
tangan kiri ngagem, berhadap-hadapan
Kakan-kakan sambil ucap-ucap:
Nahhhh….to adin-adin mbok jak
mekejang…
Dabdabang-dabdabang..…anake Dwagung
Istri pacing medal…
Nahhh…to keto ingetang munyin embok…
Jalan nyisir ke kiri langsung nakep dada
dengan kedua tangan silang, ngenjel (a) ke
kiri 2 kali, jalan ke kanan, ngenjel (a) ke
kanan dan ke kiri langsung kaki kiri mundur
ke belakang, kaki kanan dalam posisi
tampak sirang (posisi agem ngedel kiri),
ngetog kanan, nyogok kanan bersamaan
dengan kaki kanan nanjek ke diagonal
belakang, kaki kiri nanjek ke depan, kaki
kanan menutup kaki kiri dalam posisi
tampak sirang pada, tepuk tangan langsung
nuding, sambil ucap-ucap. Ngelung kiri,
kanan dan kiri secara bergantian, kaki kanan
Ngijik ke depan (3 kali), ngleog kanan,
nyogok kanan bersamaan dengan kaki kanan
nanjek ke samping kanan, kaki kiri menutup
kaki kanan dalam posisi tampak sirang
pada, enggot-enggot. Diulang 3 kali. Jalan
dengan tayung ngotes (8 langkah) kearah
belakang dan memutar ke kiri menghadap ke
depan di tengah-tengah Kakan-kakan, mulai
dengan kaki kiri, diakhiri dengan kaki kanan
menutup di depan kaki kiri dalam posisi
tampak sirang (posisi agem ngedel kiri)
ngetog kanan, nyogok kanan bersamaan
dengan kaki kanan nanjek ke diagonal
belakang, kaki kiri nanjek ke depan, kaki
kanan menutup kaki kiri dalam posisi
tampak sirang pada, nakep dada dengan
kedua tangan silang. Ngelung kiri, kanan
dan kiri secara bergantian, kaki kanan Ngijik
ke depan (3 kali), ngetog kanan, nyogok
kanan bersamaan dengan kaki kanan nanjek
ke samping kanan, kaki kiri menutup kaki
kanan dalam posiis tampak sirang pada,
enggot-enggot. Diulang 3 kali. Jalan dengan
tayung ngotes (8 langkah) kea rah belakang
dan memutar ke kiri menghadap ke depan di
tengah-tengah Kakan-kakan, mulai dengan
kaki kiri, diakhiri dengan kaki kanan
menutup di depan kaki kiri dalam posisi
tampak sirang (posisi agem ngedel kiri)
ngetog kanan, nyogok kanan bersamaan
dengan kaki kanan nanjek ke diagonal
belakang, kaki kiri nanjek ke depan, kaki
kanan menutup kaki kiri dalam posisi
tampak sirang pada, nakep dada dengan
kedua tangan silang Jalan nyisir ke kiri,
7
ngenjel (a) ke kiri 2 kali, jalan nyisir ke
kanan, ngenjel(a) ke kanan dan ke kiri
langsung kaki kiri mundur ke belakang kaki
kanan dalam posisi tampak sirang (posisi
agem ngeled kiri), ngetog kanan, nyogok
kanan bersamaan dengan kaki kanan nanjek
ke diagonal belakang, kaki kiri nanjek ke
depan, kaki kanan menutup kaki kiri dalam
posisi tampak sirang pada, enggot-enggot.
Tangan kanan mentang laras, tangan kiri
adalah oncer, tangan kanan ngenjel © 3 kali
(ke kiri, kanan, kiri), kemudian tangan
kanan nayog kebawah diikuti dengan badan
merendah langsung ngenjet (b) ke atas.
Ngelung kiri, kanan dan kiri secara
bergantian, kaki kanan ngijik ke depan (3
kali) langsung ngetog kanan, nyogok kanan
bersamaan dengan kaki kanan nanjek ke
samping kanan, kaki kiri menutup kaki
kanan dalam posisi tampak sirang pada,
enggot-engot. Di ulang 3 kali. Jalan dengan
tayung ngotes ke pojok kanan (6 langkah)
mulai dengan kaki kiri diakhiri dengan kaki
kanan menutup di depan kaki kiri dalam
posisi tampak sirang (posisi agem ngedel
kiri) menghadap ke samping kanan langsung
ngetog kanan, nyogok kanan bersamaan
dengan kaki kanan nanjek ke diagonal
belakang kaki kiri nanjek ke depan, kaki
kanan menutup di belakang kaki kiri dalam
posisi tampak sirang, ngikal, (posisi agem
kanan). Ulap-ulap 2 kali pandangan ke
depan. Ngunda menghadap ke depan dengan
tangang kanan, tanagn kiri anadah oncer,
diikuti dengan nyregseg ke depan dan
mundur, sledet kiri, nyegut, diulang 3 kali.
Ngelung kanan dan kiri pelan-pelan, kanan,
kiri, kanan cepat. Ngelung kiri dan kanan
pelan-pelan, kiri kanan, kiri cepat. Ngelung
kanan dan kiri pelan-pelan, kanan, kiri,
kanan cepat.Ngijik ke depan (3 kali dengan
kaki kanan dan 2 kali kaki kiri), kedeng aed
kanan langsung jalan nyapi dengan
ngumbang, memutar satu langkah ke kanan
belakang kemudian memutar ke kiri,
menghadap ke samping kiri, mulai dengan
kaki kiri, diakhiri dengan kaki kiri menutup
di depan kaki kanan dalam posisi tampak
sirang (posisi agem ngedel kanan) langsung
agem kiri, nyogok kiri bersamaan dengan
kaki kiri nanjek ke diagonal belakang, kaki
kanan nanjek ke depan, kaki kiri menutup di
belakang kaki kanan dalam posisi tampak
sirang ngikal (posisi agem kiri). Ulap-ulap 2
kali, pandangan ke depan. Ngunda
menghadap ke belakang dengan tangang
kanan, tangan kiri adalah oncer, diikuti
dengan nyregseg ke depan dan mundur,
sledet kiri, nyegut, diulang 3 kali.
Memutar ke kanan menghadap ke depan.
Ngelung kiri dan kanan pelan-pelan, kiri,
kanan, kiri cepat, ngelung kanan dan kiri
pelan-pelan, kanan, kiri, kanan cepat,
ngelung kiri dan kanan pelan-pelan, kiri,
kanan, kiri cepat. Ngijik ke depan (3 kali
dengan kaki kanan dan 2 kali kaki kiri),
kedeng aed kanan langsung jalan nyapi
dengan ngumbang, memutar ke kanan
belakang kemudian memutar ke depan terus
tayung ngotes ke pojok kanan depan
kemudian ke tengah, menghadap ke depan
mulai dengan kaki kiri, , diakhiri dengan
kaki kanan menutup di depan kaki kiri
dalam posisi tampak sirang (posisi agem
ngedel kiri) langsung nyleog kanan, nanjek
kanan bersamaan dengan kaki kanan nanjek
ke diagonal belakang, kaki kiri nanjek ke
depan ngikal langsung metimpuh posisi
agem kanan.
c. Pengecet merupakan lanjutan dari bagian
pengawak hanya iramanya lebih cepat,
dilakukan untuk tari Putri dan Putra Manis.
Adapun gerak-gerak pengecet dalam tari
Condong Gambuh Batuan sebagai berikut:
Enggot-enggot ke kiri, sledet kiri, enggot-
enggot ke kanan, sledet kanan Bangun,
berdiri, angsel ngejer pala, nyogok kanan
bersamaan dengan kaki kanan nanjek ke
diagonal belakang. Egol kipekan capung ke
kiri 8 kali dan ke kanan 8 kali, angsel ngejer
pala. Nyregseg memutar ke kanan
menghadap ke kanan ke belakang 3 kali (ke
8
kanan, kiri dan kanan secara bergantian)
berhadap-hadapan dengan Kakan-kakan
yang di sebelah kanan, angsel ngejer pala,
nyogok kanan bersamaan dengan kaki kanan
nanjek ke diagonal belakang, kaki kiri
nanjek ke depan, kaki kanan menutup kaki
kiri dalam posisi tampak sirang pada.
Enggot-enggot, angsel ngejer pala. Nyregseg
3 kali (ke kanan, kiri dan kanan secara
bergantian), berhadap-hadapan dengan
Kakan-kakan yang di sebelah kiri angsel,
ngejer pala, anjek kanan bersamaan dengan
kaki kanan nanjek ke diagonal belakang,
kaki kiri nanjek ke depan, kaki kanan
menutup kaki kiri dalam posisi tampak
sirang pada. Enggol-enggol, angsel ngejer
pala. Nyregseg memutar ke kanan
menghadap ke depan, kemudian ke kiri dan
ke kanan secara bergantian langsung
memutar ke kiri satu lingkaran, menghadap
ke depan angsel ngejer pala, tangan kiri
nayog bersamaan dengan kaki kanan nanjek
ke samping kanan, kaki kiri nanjek di depan
kaki kanan dalam posisi tampak sirang
(posisi agem kanan). Ngelung kiri dan kanan
pelan-pelan kiri, kanan, kiri cepat, ngelung
kanan dan kiri pelan-pelan, kanan, kiri,
kanan cepat, ngelung kiri dan kanan pelan-
pelan, kiri, kanan, kiri cepat. Kaki kanan
Ngijik ke depan 3 kali langsung ngetog
kanan, nyogok kanan bersamaan dengan
kaki kanan nanjek ke diagonal belakang,
kaki kiri nanjek ke depan, kaki kanan
menutup di belakang kaki kiri dalam posisi
tampak sirang (posisi agem kanan)
d. Pakaad merupakan bagian akhir dari
komposisi tarian yang menandakan tarian
sudah akan berakhir atau selesai. Adapun
gerak-gerak Pakaad dalam tari Condong
Gambuh Batuan sebagai berikut:
Jalan tetayungan ke depan (4 langkah) mulai
dengan kaki kiri, kemudian memutar ke kiri
(20 langkah), menghadap ke belakang,
ngejer pala, tangan kiri nayog bersamaan
dengan kaki kanan nanjek ke samping
kanan, kaki kiri nanjek di depan kaki kanan
dalam posisi tampak sirang (posisi agem
kanan), masuk dengan jalan tetayungan
mulai dengan kaki kir.
PROSES PEMBELAJARAN TARI
CONDONG GAMBUH DI SANGGAR
SENI SATRIYA LELANA BATUAN
Proses pembelajaran tari Condong Gambuh
di Sanggar Seni Satriya Lelana Batuan
merupakan suatu wadah dan sarana untuk
mengembangkan bakat serta
mengembangkan kreativitas peserta didik
yang diimbangi dengan pendidikan budi
pekerti, menumbuhkan minat, rasa cinta
serta kesadaran untuk melestarikan
kesenian-kesenian yang telah diwariskan
oleh para leluhur, terutama kesenian klasik
yang merupakan dasar dari terlahirnya
kesenian-kesenian berikutnya. Dewasa ini
ketertarikan anak-anak untuk mempelajari
kesenian Bali khususnya kesenian klasik
sudah semakin berkurang dan semakin
tergerus oleh perkembangan teknologi
sehingga, pelatihan mengenai kesenian Bali
khususnya kesenian klasik sangat
diperlukan, sebagai upaya pelestarian
kesenian Bali khususnya kesenian gambuh.
Hal ini pula yang dilakukan di sanggar seni
Satriya Lelana desa Batuan sebagai upaya
pelestarian kesenian gambuh batuan di
kalangan anak-anak
Meiere (2002:103), mengatakan
bahwa Pembelajaran manusia pada
hakikatnya mempunyai empat unsur yakni,
persiapan (prepation), penyampaian
(presentation), pelatihan (practice),
penampilan hasil (performance). Pada
proses pembelajaran meliputi kegiatan dari
membuka sampai menutup pembelajaran,
dalam kegiatan pembelajaran meliputi: (1)
kegiatan awal, yaitu melakukan apresiasi,
menyampaikan tujuan pembelajaran. (2)
kegiatan inti, yaitu kegiatan utama yang
dilakukan oleh pengajar dalam memberikan
pengalaman belajar, melalui berbagai
9
strategi dan metode yang dianggap sesuai
dengan tujuan dan materi yang akan
disampaikan, dan (3) kegiatan akhir yaitu
menyimpulkan kegiatan yang sudah
dilaksanakan sebelumnya. Tahapan
pembelajaran tersebut dapat dipaparkan
sebagai berikut:
a. Tahapan Persiapan (Preparation)Tahap
persiapan merupakan tahap yang berkaitan
dengan mempersiapkan peserta didik untuk
belajar. Tahapan ini sangat berpengaruh
terhadap proses pembelajaran. tanpa melalui
proses ini pembelajran dapat terhambat
bahkan terhenti. Tahapan ini penting
dilakukan agar kita dapat mengetahui
hambatan-hambatan yang akan kita temui
dalam pelaksanaan proses pembelajaran,
sehingga kita dapat merancang kegiatan
pembelajaran dengan baik dan dapat
menekan resiko yang mungkin akan ditemui
dalam pelaksanaan proses pembelajaran.
Keberhasilan proses pembelajaran di
Sanggar Seni Satriya Lelana Desa Batuan
ditentukan oleh komponen-komponen
pembelajaran yaitu: tujuan pembelajaran,
sumber pembelajaran, media pembelajaran,
materi pembelajaran, metode pembelajaran
guru dan peserta didik (Djamarah,2000:44). (1)Tujuan pembelajaran merupakan hal
mutlak ada dalam kegiatan pembelajaran
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Adapun tujuan pembelajaran tari Condong
Gambuh di Sanggar Satriya Lelana Desa
Batuan adalah, (1) Untuk menumbuhkan
rasa cinta peserta didik terhadap kesenian
klasik khususnya tari Gambuh, (2) Sebagai
upaya pelestarian kesenian gambuh,
khususnya drama tari gambuh Batuan, (3)
melahirkan generasi seniman penerus
kesenian gambuh, khususnya dramatari
gambuh desa Batuan.
(2)Sumber PembelajaranSumber belajar
yang digunakan sebagai acuan dalam proses
pembelajaran tari Condong Gambuh di
Sanggar Satriya Lelana Desa Batuan adalah
buku Gambuh Drama Tari Bali Wujud Seni
Pertunjukan Gambuh Desa Batuan Dan
Desa Pedungan, oleh Maria Cristina
Formaggia tahun 2000 yang diterbitkan oleh
Yayasan Lontar. Buku ini mengulas tentang
sejarah, struktur, ragam gerak, penokohan,
karakteristik, tata rias, tata busana,
pengguanaan suara dan bahasa, makna gerak
serta semua hal yang berkaitan dengan
dramatari Gambuh Batuan dan Pedungan.
Selain menggunakan sumber belajar berupa
buku, proses pembelajaran tari Condong
Gambuh di Sanggar Satriya Lelana desa
Batuan juga berpedoman pada hal-hal yang
telah diwariskan oleh para leluhur secara turun temurun, sehingga warisan tersebut
tetap terjaga dan tidak tergerus oleh
perkmbangan zaman. Media pembelajaran
merupakan alat yang digunakan dalam
proses pembelajaran guna memperlancar
proses penyampaian materi dari guru kepada
peserta didik. Khususnya dalam praktik seni
tari media sangat penting untuk merangsang
dan mempermudah peserta didik mengingat
gerak karena dapat mendengar langsung
iringan tari serta aksen-aksen dalam tarian
tersebut. Proses pembelajaran tari Condong
Gambuh di Sanggar Satriya Lelana Desa
Batuan menggunakan media pembelajaran
berupa Tape Recorder dan kaset pita
rekaman musik iringan drama tari gambuh. (3)Materi pembelajaran merupakan unsur
inti dalam proses pembelajaran, materi
pembelajaran diupayakan agar semaksimal
mungkin dapat dikuasai oleh peserta didik.
Sanggar Satriya Lelana desa Batuan dalam
proses pembelajarannya mengkhusus pada
pembelajaran seni tari, baik tari lepas, tari
sakral, tari kreasi baru, serta tari klasik
khususnya dramatari Gambuh desa Batuan.
Dramatari gambuh dipilih sebagai salah satu
materi pembelajaran dikarenakan dramatari
gambuh merupakan akar dari kesenian di
Bali, serta gerak-gerak yang terdapat dalam
dramatari Gambuh juga merupakan dasar
dari gerakan tari Bali pada umumnya, selain
menguasai gerakan tari dalam membawakan
10
dramatari gambuh penari juga dituntut untuk
menguasai seni pengolahan vocal dan
penguasaan bahasa kawi (jawa kuno), oleh
karena itu pembelajaran dramatari gambuh
di Sanggar Satriya Lelana memberikan
pengalaman khusus pada peserta didik yang
nantinya akan berguna bagi mereka di masa
depan. Metode merupakan suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Dalam kegiatan
pembelajaran, metode diperlukan oleh guru
dengan penggunaan yang bervariasi sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai (Sutikno,
2013.36). Metode pembelajaran tari
Condong Gambuh di Sanggar Seni Satriya
Lelana Batuan, Sukawati, Gianyar
menggunakan beberapa metode dalam
penyampaian materi yaitu: metode ceramah,
metode demonstrasi. Metode imitasi dan
metode Tanya jawab. a) Metode Ceramah
merupakan metode pembelajaran yang
menggambarkan struktur penyampaian
berupa penyampaian informasi tentang tari
dari guru kepada peserta didik. Pada proses
pembelajaran tari Condong Gambuh di
Sanggar Seni Satriya Lelana Batuan Gianyar
metode ceramah digunakan baik dalam
membuka pembelajaran, pada saat proses
pembelajaran sedang berlangsung yaitu pada
saat guru menjelaskan ragam gerak serta
gambaran umum tentang materi tari
Condong Gambuh, dan dalam menutup
pembelajaran. metode ceramah digunakan
bertujuan agar peserta didik lebih
memahami materi pembelajaran dan
memaksimalkan daya ingat mengenai tari
Condong Gambuh tersebut. Mengingat tari
Condong Gambuh sangat sulit diingat antara
gerak, musik iringannya dan vocal. b)
Metode Demonstrasi adalah suatu cara
penyajian informasi dengan
mempertunjukkan tentang cara melakukan
sesuatu disertai penjelasan secara visual dari
proses dengan jelas. Metode demonstrasi
digunakan untuk menjelaskan bagian gerak
dan vocal yang sulit dijelaskan dengan kata-
kata. Seperti intonasi lagu serta teknik gerak
dan menujukkan kepada peserta didik
bagaimana melakukan setiap gerakan
dengan teknik yang benar. Metode ini
digunakan dalam pembelajaran tari Condong
Gambuh pada saat penyampaian teknik
dasar gerak dan intonasi vocal. c) Metode
Imitasi merupakan aktivitas siswa
menirukan gerakan yang dilakukan oleh
guru didepan kelas. Metode ini juga
digunakan pada saat proses pembelajaran
berlangsung yaitu ketika guru memberikan
contoh gerak atau teknik vokal didepan
kelas, yang kemudian ditirukan oleh peserta
didik. Hal ini pula yang terjadi dalam proses
pembelajaran tari Condong Gambuh di
Sanggar Seni Satriya Lelana Batuan. Pada
saat guru memberikan contoh salah satu
ragam gerak tari Condong Gambuh peserta
didik dengan sesame menirukan gerakan
secara berulang-ulang. Begitupula dengan
pembelajaran teknik vocal peserta didik
harus memperhatikan terlebih dahulu contoh
dari guru, agar nantinya dapat memahami
dan melantunkan vocal dengan teknik yang
baik dan benar. d) Metode Tanya jawab
adalah suatu cara penyajian pembelajaran
dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab. Dari guru kepada peserta didik atau
sebaliknya. Tujuan dari metode ini adalh
untuk mengetahui tingkat pemahaman
peserta didik terhadap materi pembeajaran.
Memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk berkomentar dan memberikan kesan
mengenai proses pembelajaran. Pada tahap
ini guru dapat mengukur tingkat pemahaman
peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung. (4) Guru sebagai sumber
belajar sekaligus sebagai mediator yang
mentransfer ilmu pengetahuan kepada
peserta didik. Guru merupakan salah satu
factor penentu keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Dalam pelatihan tari Condong
Gambuh, guru yang memberikan materi
berupa teknik dasar gerak, gerak tari
Condong Gaambuh teknik intonasi vocal
11
dan kata-kata yang akan di ucapkan oleh
tokoh Condong dalam dramatari Gambuh.
Guru yang membina tari Condong Gambuh
di sanggar Seni Satriya Lelana Batuan yaitu
bapak I Wayan Budiarsa Peserta didik
merupakan subjek pembelajaran. Peserta
didik yang mengikuti pembelajaran tari
Condong Gambuh di sanggar Seni Satriya
Lelana Batuan, Sukawati, Gianyar kurang
lebih 50 orang. Sebagian besar peserta didik
berasal dari Banjar Pekandelan Desa Batuan
serta beberapa dari kecamatan lain di
Gianyar. Proses pembelajaran dilakukan
satu minggu sekali, jumblah siswa yang
datang tidak menentu, hal ini disebabkan
oleh kegiatan diluar sanggar yang diikuti
oleh peserta didik tersebut. Kegiatan yang
dimaksud seperti les pelajaran, kegiatan
sekolah maupun kegiatan keluarga serta
kegiatan lainya. Dalam proses pembelajan
tari Condong Gambuh di Sanggar Seni
satriya Lelana dipungut biaya latihan
sebanyak 5.000 per-sekali latihan. uang
tersebut digunakan untuk pembayaran
listrik, pengelolaan tempat serta kebutuhan
lain
b. Tahap Penyampaian (presentation)
Peneliti melakukan observasi langsung pada
saat proses pembelajaran berlangsung, untuk
mengetahui proses penyampaian materi pada
tari Condong Gambuh di Sanggar Seni
Satriya Lelana Batuan Gianyar. Pada
kegiatan penyampaian dibagi menjadi 3
(tiga) yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir. Masing-masing dengan
alokasi waktu 15 menit, 90 menit, dan 15
menit. Jadi pembelajaran berlangsung
selama 120 menit (2 jam) untuk setiap
pertemuan. Berikut masing-masing tahap
kegiatan penyampaian sebagai berikut: (1)
Kegiatan Awal pada kegiatan ini guru
mengawali kegiatan pembelajaran dengan
kegiatan-kegiatan seperti mengucapkan
salam, berdoa, menyiapkan media
pembelajaran, menyampaikan materi
pembelajaran dan tujuan pembelajaran.
dalam tahapan ini guru memberikan dasar-
dasar teknik vokal berupa pengenalan
intonasi dan tata bahasa yang benar. Pada
penuangan materi tari, guru memberikan
teknik dasar gerak sebagai pemanasan awal.
Pada kegiatan awal guru juga memberikan
motivasi kepada peserta didik agar dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik dan
sungguh-sungguh. (2) Kegiatan
Inti Pada tahapan ini tahapa penyampaian
meliputi elaborasi, kolaborasi dan
konfirmasi. Tahap elaborasi merupakan
tahapan dimana guru menjelaskan atau
menjabarkan materi pembelajaran dengan
metode yang telah dipilih. Kolaborasi adalah
terjadinya interaksi antara guru dengan
peserta didik melalui proses pembelajaran
dan konfirmasi dan konfirmasi merupakan
penegasan atau pembenaran yang dilakukan
oleh guru untuk memberikan konsep yang
benar agar dapat melekat kuat pada ingatan
peserta didik. Berikut adalah proses interaksi
antara guru dengan peserta didik dalam
proses pembelajaran saat menyampaikan
teknik intonasi vokal, teknik gerak-gerak
dasar, dan ragam gerak tari Condong
Gambuh seperti: a)Peserta didik
memperhatikan guru dalam menjelaskan
intonasi vokal, gerak dasar tari dan ragam
gerak tari Condong Gambuh; b)Guru
mendemontrasikan di depan peserta didik
sesuai dengan tujuan penyajian dan
maknanya; c)Peserta didik mengamati dan
ikut memperagakan bentuk penyajian tari
Condong Gambuh yang diperagakan oleh
guru; d)Melakukan tanya jawab tentang
bentuk penyajian tari Condong Gambuh
yang kurang dimengerti dan atau dipahami
oleh peserta didik. Tahap selanjutnya, guru
memulai pembelajaran dengan
memantapkan intonasi vokal, gerak dasar
dan penghapalan ragam gerak tari Condong
Gambuh, kemudian dilanjutkan proses
pembelajaran dengan musik iringan
menggunakan metode demontrasi. Jika
peserta didik dilihat sudah mampu
12
memperagakan gerak tari Condong
Gambuh, guru akan memberikan peserta
didik latihan mandiri namun guru tetap
memantau gerakan peserta didik. Guru dapat
mengoreksi intonasi vokal, ragam gerak tari
Condong Gambuh yang dianggap kuran
tepat oleh guru. Ketika peserta didik kurang
paham tentang materi pembelajaran, guru
akan menjelaskan kembali dan mengulang
sampai peserta didik benar-benar paham dan
mengerti. (3) Kegiatan AkhirPada kegiatan
akhir yang dilakukan guru dalam
pembelajaran tari Condong Gambuh
deisanggar Seni Satriya Lelana Batuan,
Sukawati, Gianyar yaitu: a)Guru
mengumpulkan seluruh peserta didik untuk
menegaskan kembali pembelajaran yang
telah berlangsung untuk meningkatkan
kegiatan belajar peserta didik; b)guru
mengadakan tanya jawab sebelum
pembelajaran diakhiri dengan menggunakan
metode tanya jawab; c)Guru memberikan
pengumuman mengenai latihan selanjutnya,
guru melakukan absen kehadiran peserta
didik, dan guru menutup pembelajaran
dengan salam.
c. Tahap Latihan Pembelajaran tari Condong
Gambuh di Sanggar Seni Satriya Lelana
Batuan dilakukan dengan cara bertahap.
Dalam materi pembelajaran sangat banyak
yang perlu diketahui oleh peserta didik baik
dari gerak dasar tari Condong gambuh,
Ragam gerak tari Condong Gambuh, pola
lantai, hingga intonasi vokal. Tahap latihan
yang diberikaan oleh guru di sanggar ini
yaitu memperkenalkan gerak-gerak dasar
yang terdapat dalam tari Condong Gambuh
Batuan sebagai pemasan awal sebelum
masuk ke materi ragam gerak Tari Condong
Gambuh. Setelah pemanasan selesai peserta
didik diajarkan intonasi vokal atau kata-kata
yang akan diucapkan pada saat menarikan
tari Condong Gambuh. Berdasarkan hasil
wawancara, intonasi vokal diajarkan terlebih
dahulu karena materi tersebut dianggap
paling susah. Selain menghafalkan kata-
kata, para penari harus menyesuaikan
intonasi vokal (logat) yang sudah ditetapkan
turun-temurun. Setelah peserta didik sudah
menguasai intonasi dan kata-kata ucapan,
dilanjutkan dengan penuangan gerak serta
pola lantai. Dalam penuangan gerak
memerlukan waktu yang cukup lama,
mengingat gerak tari Condong Gambuh
masih sangat berpatokan dengan pakem-
pakem tari yang sudah ada dan tari Condong
Gambuh merupakan tari klasik yang sangat
sulit untuk dipelajarai. Selain gerak tari yang
cukup sulit, untuk menggabungkan gerak
tari dengan musik iringan juga memerlukan
waktu yang cukup lama karena untuk
mendengarkan tempo atau angsel musik
sangatlah sulit dan memang harus
dihafalkan serta dipahami dengan benar.
d. Tahap Penampilan (Performance) Tujuan
tahap penampilan adalah untuk memastikan
bahwa materi pembelajaran tetap melekat
dan berhasil diterapkan. Pada tahap ini dapat
diketahui sejauh mana kemampuan peserta
didik dari segi pementasan nonformal
dimana peserta didik dilihat dari keseharian
dan disiapkan untuk acara ngayah,
sedangkan pementasan formal dilakukan
pada saat acara kenaikan tingkat untuk dapat
mengetahui sejauh mana peserta didik
memahami tari Condong Gambuh tersebut.
Selain itu untuk merangsang minat peserta
didik agar daya tarik latihan lebih
ditingkatkan. Tari Condong Gambuh anak-
anak ini sudah beberapa kali dipentaskan
dan sudah memiliki lima (5) Generasi penari
Condong Gambuh.
Faktor-faktor yang Mendukung Proses
Pembelajaran tari Condong Gambuh di
Sanggar Seni Satriya Lelana Batuan.
Faktor-faktor yang mendukung
proses pembelajaran tari Condong Gambuh
ada dua (2), factor internal dan factor
eksternal. Factor internal adalah factor yang
ada dalam diri individu yang sedang belajar,
sedangkan factor eksternal adalah factor
13
yang ada di luar individu yang sedang
belajar. Kedua factor tersebut sangat
berpengaruh terhadap hasil pembelajaran
yang ingin dicapai oleh setiap individu.
Faktor Internal;1) Faktor Minat peserta
didik sangat berpengaruh dengan proses
pembelajaran tari Condong Gambuh di
Sanggar Seni Satriya Lelana Batuan.
Dengan peserta didik yang memiliki minat
untuk mempelajari tari Condong Gambuh,
maka guru akan lebih mudah untuk
menuangkan materi dan memberi
pemahaman tentang tehnik vokal, gerak-
gerak dan pola lantai yang sudah ada. Minat
peserta didik dapat mendorong keinginan
untuk mempelajari materi yang diberikan
oleh guru karena peserta didik merasa
senang mempelajarinya, walaupun dengan
gerakan dan teknik vokal yang susah untuk
dihapal serta dipahami dan materi yang
dapat dikatakan jarang mereka temui pada
tari-tari lainnya; 2) Faktor Kesiapan
merupakan kesediaan untuk memberikan
respon atau bereaksi. Pembelajaran akan
berjalan dengan baik jika peserta didik siap
menerima materi yang akan disampaikan.
Kesiapan peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran tari Condong Gambuh di
Sanggar Seni Satriya Lelana Batuan sangat
mendukung, karena peserta didik hadir
untuk mengikuti pembelajaran di Sanggar
Seni satriya Lelana dengan keadaan siap
untuk menerima materi pembelajaran,
kelihatan dari antusias dan keseriusan
peserta didik dalam mendengarkan dan
mempraktekan materi tari Condong Gambuh
yang diberikan; 3) Faktor Bakat Peserta
didik yang mengikuti proses pembelajaran
tari Condong Gambuh di Sanggar Seni
Satriya Lelana Batuan ini rata-rata memiliki
bakat dalam hal menari. Hal ini dapat dilihat
dari cepatnya daya serap peserta didik dalam
menerima setiap gerakan yang dituangkan
oleh guru. Namun ada juga beberapa peserta
didik yang memiliki daya tangkap lemah,
tetapi semua itu ditutupi dengan semangat
yang tinggi dalam mengikuti latihan.
sehingga tidak ada peserta didik yang
ketinggalan terlalu jauh dari teman-
temannya.
Faktor Eksternal
1)Guru atau pelatih menjadi komponen yang
mutlak ada ketika mejalankan sebuah
pembelajaran. Di Sanggar Seni Satriya
Lelana Batuan, memiliki sosok guru yang
berkualitas daam mengajarkan tari Condong
Gambuh. Beliau bernama I Wayan Budiarsa.
Beliau merupakan anak dari Alm. I Made
Bukel merupakan tokoh seniman
pegambuhan di Desa Batuan. Bapak wayan
Budiarsa mengatakan bahwa melatih di
sanggar Seni satriya Lelana merupakan
salah satu kewajiban beliau untuk
melestarikan dan tetap menjaga pakem-
pakem gerak pegambuhan yang sudah
diwariskan oleh ayah beliau. Hal ini juga
merupakan tanggung jawab beliau untuk
tetap mejaga dan melestarikan kesenian
klasik khas Desa Batuan agar ada generasi
muda penerus dikemudian hari; 2) Faktor
Sarana dan prasarana merupakan hal yang
sangat penting dalam mendukung proses
pembelajaran apapun. Sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh sanggar Seni Satriya
Lelana Batuan ini sudah memadai dalam hal
melaksanakan proses pembelajaran tari
Condong Gambuh. Sanggar ini memiliki
tempat latihan yang sanggat memadai untuk
menampung anak-anak yang mengikuti
proses pembelajaran tari Condong Gambuh.
Selain itu sanggar ini juga memiliki satu set
Instrumen pegambuhan sehingga
memudahkan dalam hal menyesuaikan
antara gerak tari dengan musik ketika semua
materi pembelajaran sudah rampung.
Faktor yang menghambat proses
Pembelajaran tari Condong Gambuh di
Sanggar Seni satriya Lelana Batuan. Faktor Internal
14
1)Factor bakat Kemampuan peserta didik
yang tidak sama menjadi hambatan dalam
proses pembelajaran tari Condong Gambuh.
Terutama saat membawakan intonasi vokal
ucap-ucapan, beberapa peserta didik ada
yang malu-malu untuk mengeluarkan suara
yang lepas. Selain vokal, gerak yang cukup
rumit dan masih sangat berpatokan dengan
pakem-pakem gerak terdahulu sangat
menyulitkan bagi anak-anak untuk
menghapal dan mengingat gerakan tari
Condong Gambuh tersebut.
Menggambungkan antara gerak dengan
musik iringan juga sangat sulit karena harus
memecah konsentrasi anatara vokal, gerak
dan musik iringan mengingat para peserta
didik adalah anak-anak. Menurut hasil
wawancara dengan Bapak I Wayan Budiarsa
di kediamannya, pada tanggal 18 Januari
2018 beliau menyatakan bahwa salah satu
kesulitan yang dilihat adalah kesulitan para
peserta didik mendengarkan melodi dan
aksen musik yang kurang jelas mengingat
instrument gambuh beda dari musik tari
pada umumnya.
Faktor Eksternal 1)Jarak dan Waktu merupakan salah satu hal
yang menjadi penghambat dari proses
pembelajaran tari Condong Gambuh di
Sanggar Seni Satriya Lelana Batuan. Peserta
didik sanggar yang tidak hanya berasal dari
Desa Batuan, tentu memiliki jarak tembuh
dan waktu yang berbeda untuk menuju ke
sanggar. Hal tersebut membuat beberapa
peserta didik terlambat untuk mengikuti
pembelajaran tari Condong Gambuh
tersebut. Selain itu kegiatan-kegiatan
sekolah yang sifatnya mendadak akan
menyebabkan keterlambatan dalam proses
pembelajaran tari Condong Gambuh.
PENUTUP
Pendidikan yang didapat oleh setiap
individu melalui proses yang terdapat dalam
suatu masyarakat dan individu yang ada di
dalamnya. Penelitian ini didasari atas
ketertarikan peneliti terhadap tari Condong
Gambuh Batuan hingga pada akhirnya
peneliti akhirnya memutuskan untuk
meneliti bagaimana proses pembelajaran tari
Condong Gambuh Batuan di Sanggar Seni
satriya Lelana Batuan, Sukawati, Gianyar.
Adapun alasan memilih Sanggar Seni satriya
Lelana Batuan ini telah melahirkan seniman-
seniman muda yang berkualitas dibidang
Gambuh. Selain itu, beberapa sanggar yang
ada di Desa Batuan tidak ada yang
mengajarkan tari Gambuh pada anak-anak,
akan tetapi sanggar Seni Satriya Lelana
mampu memberikan pembelajaran Gampuh
pada anak-anak peserta didik yang
mengikuti latihan di sanggar tersebut. Dalam
proses pembelajaran tari Condong Gambuh
Batuan di sanggar Seni satriya Lelana ini,
menggunakan metode-metode yang tepat
untuk menuangkan pembelajaran tari
Condong Gambuh. Sehingga penting bagi
peneliti untuk mengetahui bagaimana proses
pembelajaran tari Condong Gambuh di
Sanggar Seni Satriya Lelana Batuan,
Sukawati, Gianyar. Yang terakhir adalah
tidak terpungkiri juga bahwa lokasi Sanggar
Seni Satriya Lelana ini kebetulan relative
dekat dengan kediaman peneliti selain itu
peneliti memang benar-benar menyukai
pementasan Gambuh dan beberapa kali
peneliti sempat ikut berkecimpung pada
pementasan Gambuh tersebut, sehingga
dapat memudahkan peneliti dalam hal
pencarian data.
Dalam penelitian ini peneliti
mengangkat tiga pokok permasalahan yaitu:
karakter tari Condong Gambuh Batuan,
proses pembelajaran tari Condong Gambuh
Batuan, serta factor pendukung dan
penghambat dalam proses pembelajaran tari
Condong Gambuh di Sanggar Seni Satriya
Lelana Batuan, Sukawati, Gianyar.
Karakteristik adalah sifat khas sesuai
dengan perwatakan tertentu. Mengacu dalam
seni pertunjukan karakteristik tari Gambuh
dengan gaya gerakan lebih lugas dan lincah,
15
memiliki watak keras dan tegas. Tokoh
condong berperan sebagai seorang pelayan
wanita dengan tugas menasehati dan
mengemban Raja Putri. Tokoh Condong
juga berperan sebagai penerjemah ucapan
yang berbahasa Kawi kedalam bahasa Bali.
Suara yang digunakan dalam tokoh
Condong yaitu tinggi dan nyaring dengan
tempo ucapan agak cepat. Postur tubuh yang
sesuai untuk membawakan tokoh Condong
dalam dramatari Gambuh yaitu penari yang
memiliki postur tubuh sedikit pendek, mata
agak bulat.
Prose pembelajaran tari Condong Gambuh
Batuan dibagi menjadi 4 (empat) tahap
yakni: Tahap persiapan (preparation),
mempersiapkan peserta didik, sumber
pembelajaran dengan materi tari Condong
Gambuh Batuan. Tahap penyampaian
(presentation) yaitu mengungkapkan metode
ceramah, metode demonstrasi. Metode
imitasi dan metode Tanya jawab dengan
didukung tempat untuk berlangsungnya
proses pembelajaran. Tahap latihan
(practice) yaitu proses pembelajaran
diberikan gerak-gerak dasar dan ragam
gerak tari Condong Gambuh serta intonasi
vokal yang terdapat dalam tari Condong
Gambuh Batuan. Tahap penampilan
(performance) pada tahap ini dapat
diketahui sejauh mana kemampuan siswa
dapat terukur dari pementasan ngayah
(kegiatan sosial) ataupun dalam kegiatan
kenaikan tingkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses pembelajaran tari Condong Gambuh
Batuan ada dua faktor yaitu factor
pendukung dan factor penghambat. Factor
pendukung proses pembelajaran tari
Condong Gambuh di Sanggar Seni Satriya
Lelana Batuan terdiri dari dua bagian yakni
factor internal dan eksternal. Factor internal
terdiri dari factor minat, factor kesiapan dan
factor bakat, sedangkan factor eksternal
terdiri dari factor guru atau pelatih serta
factor sarana dan prasarana. Factor
penghambat proses pembelajaran tari
Condong Gambuh di Sanggar Seni Satriya
Lelana Batuan dibagi menjadi dua bagian
yakni factor internal dan factor eksternal,
factor internal terdiri dari factor bakat,
sedangkan factor eksternal terdiri dari factor
jarak dan waktu.
DAFTAR RUJUKAN
Annurahman, 2012. Belajar dan
Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta
Bandem, I Made.1971. Pengembangan Tari
Bali. Denpasar: Akademi Seni Tari
Indonesia Denpasar
--------------,dkk. 1983. Materi Hasil
Penelitian Gerak Tari Bali. Denpasar:
Akademi Seni Tari Indonesia
Denpasar.
Dibia, I Wayan. 2013. Puspasari Seni Tari.
Denpasar: UPT. Penerbitan
ISI Denpasar
Djalantik, A. A. M. 1990. Pengantar Dasar
Ilmu Estetika Jilid I Estetika
Instrumental. Denpasar:
Sekolah Tinggi Seni
Indonesia (STSI).
-----------------------.1999.Estetika Sebuah
Pengantar. Bandung: The Ford
Fondation
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan
Anak Didik Dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta: Rineka
Ilmu.
Djayus, Nyoman. 1980. Teori Tari Bali.
Denpasar: CV. Sumber mas
Bali.
Formaggia, Maria Cristina. 2000a. Gambuh
Drama Trai Bali: Tinjauan
Seni, Makna Emosional dan
Mistik, kata-kata dan Teks,
Musik Gambuh Desa Batuan
16
dan Desa Pedungan. Jakarta.
Yayasan Lontar.
________. Maria Cristina. 2000b. Gambuh
Drama Tari Bali: Wujud Seni
Pertunjukan Gambuh Desa
Batuan dan Desa Pedungan.
Jakarta: Yayasan Lontar.
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar
Mengajar. Jakarta: Bumi
Aksara.
--------------. 2002. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta : PT.
Bumi Aksara.
Iriaji. 2008. Konsep dan Strategi
Pembelajaran Seni Budaya.
Malang: UniGayatas Negeri
Malang
Meiere, D. 2002. The Accelerated Learning
handbook : Panduan Kreatif
dan Efektif Merancang
Program Pendidikan &
Pelatihan. Bandung: Kaifa
Murgiyono, Sal. 1992. Koreografi. Jakarta:
Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah Depdikbud.
Rota, ketut. 1982. Persoalan Mula Pertama
Adanya Gambuh Di Bali.
Rusman, 2017. Belajar & Pembelajaran
Berorientasi Standar proses
Pendidikan. Jakarta: PT
Kharisma Putra Utama.
Septiari, ayu. 2017. Skripsi “Studi Proses
Pembelajaran Tari Legong
Kraton Gaya Peliatan Di
Sanggar Balerung, Ubud,
Gianyar”. Program Studi
Pendidikan Sendratasik
Slemato. 2015. Belajar dan Faktor-faktor
yang mempengaruhi. Jakarta.
PT Rineka Cipta.
---------. 2010. Belajar dan Faktor-faktor
Yang Mempengaruhinya. Jakarta:PT
Rineka Cipta
Smith, Jacqueline terjemahan Suharto, Ben.
1985. Komposisi Tari Sebuah
petunjuk Praktis bagi Guru.
Yogyakarta: Ikalasti
Yogyakarta.
Soerhadjo. 2012. Pendidikan Seni Jilid II.
Universitas Negeri Malang
Fakultas Sastra Jurusan Seni
dan Desain.
Sugiyono. 2014. Metode penelitian
pendidikan. Bandung:
Afabeta
-----------. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunarto dan Hartono, Agung. 2008.
Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi
Pembelajaran Teori Dan
Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Rizz
Media.
Sutikno, M. Sobry. 2013. Belajar dan
Pembelajaran “Upaya
Kreatif dalam Mewujudkan
Pembelajaran yang
Berhasil”. Ombok: Holistica.
Yudi Setiyadi, I Wayan. 2017. Skripsi
“Studi Tentang Pembelajaran
Tari Baris Wayang Di
Pasraman Prabha Budaya,
Banjar Lumintang,
Denpasar”. Program Studi
Pendidikan Sendratasik.