studi tentang empat lukisan pelepah pisang karya...

160
STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA LADIONO PERIODE 2007 SKRIPSI OLEH HERDHA PRASILA NIM 106251400544 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA Juli 2011

Upload: vutu

Post on 06-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH

PISANG KARYA LADIONO PERIODE 2007

SKRIPSI

OLEH

HERDHA PRASILA

NIM 106251400544

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

Juli 2011

Page 2: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH

PISANG KARYA LADIONO PERIODE 2007

SKRIPSI

Diajukan kepada

Universitas Negeri Malang

untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan program Sarjana

Pendidikan Seni Rupa

Oleh

HERDHA PRASILA

NIM 106251400544

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA

Juli 2011

Page 3: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua
Page 4: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua
Page 5: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

i

ABSTRAK

Prasila, Herdha. 2011. Studi Tentang Empat Lukisan Pelepah Pisang Karya

Ladiono Periode 2007. Skripsi, Seni Desain, Sastra, Universitas Negeri

Malang. Pembimbing 1: Drs. Mistaram, M.Pd. Pembimbing 2: Ike

Ratnawati, S.Pd, M, Pd.

Kata kunci: studi, lukisan pelepah pisang, Ladiono

Suatu karya seni yang estetik dihasilkan melalui pengalaman–pengalaman,

kotemplasi, maupun imajinasi. Dalam menciptakan suatu karya seni tidak lepas

dari adanya pengaruh lingkungan. Salah satu pelukis yang penciptaan karya

seninya mendapat pengaruh dari lingkungan adalah Ladiono.

Ladiono merupakan sosok seniman yang aktif, kreatif, dan berpotensi

dalam menghasilkan karya- karya seni dengan bentuk lukisan pelepah pisang

yang menonjol seperti relief. Tekstur dan warna yang ditampilkan pada lukisan

Ladiono berasal dari media asli pelepah pisang. Selain itu bentuk objek yang

ditampilkan Ladiono menggunakan satu atau dua objek utama dengan background

yang berupa ruang maya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan

pendekatan kritik holistik. Penelitan ini dilaksanakan pada bulan April sampai

Mei di rumah Ladiono di Trenggalek, merupakan seniman pelepah pisang dan

sebagai narasumber dengan cara observasi,wawancara langsung dan dokumentasi.

Sedangkan untuk pengecekan keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi

data dan sumber agar data tersebut dapat dipertanggung- jawabkan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kematangan berproses

kreatif/ kerja seni, Ladiono dapat memvisualisasikan ide melalui pengalaman

melihat (baik secara langsung maupun tidak langsung), mendengar dan merasakan

sehingga dapat terwujud lukisan dengan memanfaatkan media dari alam yaitu

pelepah pisang dengan bentuk yang cenderung ekspresif dan inovatif. Lukisan

pelepah pisang karya Ladiono periode 2007 menggambarkan tentang realitas

kehidupan, perilaku, pengalaman hidup masyarakat masa kini dengan

menggunakan figur manusia dan objek hewan sebagai symbol. Lukisan pelepah

pisang karya Ladiono mengandung nilai- nilai pesan moral seperti:nilai

perdamaian, pentingnya perilaku jujur dalam lembaga tinggi Negara, perlunya

istirahat untuk mengembalikan stamina tubuh serta adanya rasa cinta dan kasih

sayang terhadap sesama manusia tanpa melihat tinggi rendahnya pekerjaan.

Ladiono cenderung lebih mengarah pada sebuah sisi kehidupan atau dapat

dikatakan sebagai figur seniman humanis.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan agar dilakukan

penelitian lebih lanjut mengenai makna yang terdapat dalam visualisasi dan

karakter lukisan Ladiono dengan mengarahkan penelitian pada makna

penggunaan tokoh pewayangan periode tahun 2000-2006, Peranan warna pelepah

pisang untuk lukisan Ladiono, dan perubahan corak/ gaya pada lukisan pelepah

pisang karya Ladiono baik menggunakan kritik holistik maupun dengan kritik

formalistik.

Page 6: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

ii

ABSTRACT

Prasila, Herdha. 2011. Study Of Four Pictures about Stem of Banana Bunch by

Ladiono in 2007Period. Thesis, art design, Faculty of Letters State

University of Malang. Advisors: 1: Drs. Mistaram, M.Pd. Pembimbing 2:

Ike Ratnawati, S.Pd, M, Pd.

Key words: study, stem of banana bunch picture, Ladiono

An art design which had an esthetics could be got through experiencing,

contemplation or imagination. In creating an art design, it did not lose from an

influence of environment. One of artist who created his art design with

influencing of environment was Ladiono.

Ladiono was an active artist, creative, and had a skill in creating art

design with stem of banana bunch picture which was protrude like a relief.

Texture and color which was showed from Ladiono’s picture was from the real

stem of banana bunch. Besides that, the shape showed of Ladiono used one or two

main subject with background which was illusion room.

This study used qualitative descriptive approach by using holistic critique

approach. This study was held on April to May in the house of Ladiono in

Trenggalek, who was an artist of stem of banana bunch and as a resource by using

observation and direct interviewing and documentation. While to check the

validity of data, it was used triangulation data technique and a resource in order to

make those data to be responsible.

The result study showed that with mind maturity in creativity processing

or art work, Ladiono could visualize his opinion through observing (not only

directly, but also indirect), listen and feel so that it could be resulting a picture by using media from nature that was stem of banana bunch with a shape which

tended to be expressive and innovative. A stem of banana bunch picture of

Ladiono 2007 period showed about reality of life, attitude, and experience of

people nowadays by using human model and animal as a symbol. A stem of

banana bunch picture made by Ladiono containing morality values like:

peacefulness value, the importance of honest in the Highly State Committee, the

needed of time for resting to get back the power of our body and a respecting love

and care to other people without discriminating from their status or it could be

said as a humanism artist model.

Based on that result study, so it was suggested to be done the next research

about meaning inside visualizes and characters of Ladiono’s picture with focusing

on the meaning of the using wayang actors in 2000-2006 period, the role of color

from stem of banana bunch picture for Ladiono’s picture, and the changing of

design or style in the stem of banana bunch worked by Ladiono using holistic

critique or formalistic critique.

Page 7: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah atas segala rahmat dan hidayah yang diberikan

Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi

ini merupakan suatu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada

Program Studi S1 Pendidikan Seni Rupa Jurusan Seni dan Desain.

Penulisan Skripsi memerlukan tenaga dan waktu serta lika-liku yang

menyenangkan walaupun terasa berat dan melelahkan. Tetapi, berkat bimbingan

dan arahan yang diberikan oleh pembimbing I dan pembimbing II, serta dukungan

moral dan motivasi yang diberikan oleh berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati dan kerendahan hati, penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyelesaikan skripsi ini. Pihak-pihak tersebut antara lain:

1. Prof. Dr. H. Suparno, selaku Rektor Universitas Negeri Malang.

2. Prof. Dr. H. Dawud, M.Pd , selaku Dekan Fakultas sastra Universitas

Negeri Malang.

3. Drs.Iriaji, M.Pd, selaku Ketua jurusan Seni Desain Universitas Negeri

Malang.

4. Drs. H. Mistaram, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang dengan penuh

kesabaran telah memberikan bimbingan, petunjuk serta pengarahan dalam

penyusunan skripsi ini hingga selesai.

5. Selaku Dosen Pembimbing II, Ike Ratnawati, S.Pd, M, Pd, yang telah

banyak memberikan bimbingan maupun saran-saran dalam

Page 8: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

iv

penyempurnaan penyusunan skripsi ini hingga selesai.

6. Bapak, ibu, kakak dan adik tercinta, atas do’a dan dorongan

semangatnya hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Bapak Ladiono yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi

objek penelitian.

8. Teman-teman Seni Rupa angkatan 2006 terima kasih atas kebersamaannya

selama ini.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak

langsung yang tidak bisa disebut secara satu persatu.

Penulis menyadari skripsi ini masih perlu penyempurnaan lebih lanjut.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, Juli 2011

Penulis

Page 9: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI .................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... 4

C. Landasan Teori ................................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 41

E. Ruang Lingkup .............................................................................. 42

F. Definisi Operasional ...................................................................... 44

BAB II METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian..................................................... 45

B. Kehadiran Peneliti ......................................................................... 47

C. Lokasi Penelitian ........................................................................... 47

D. Data dan Sumber Data .................................................................. 48

E. Instrumen Penelitian ...................................................................... 49

F. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 49

G. Analisis Data ................................................................................. 50

H. Pengecekan Keabsahan Temuan ................................................... 54

I. Tahap Penelitian ............................................................................ 55

BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN

A. Aspek Genetik Subjektif dan Objektif Pelukis Ladiono

Dalam Menciptakan Karya Seni Rupa Berupa Lukisan

Pelepah Pisang Periode 2007 ......................................................... 58

B. Aspek Objektif/ Karya Lukisan Pelepah Pisang Ladiono

Periode 2007 .................................................................................. 69

C. Afeksi Penghayat Terhadap Lukisan Pelepah Pisang Periode

2007 Karya Ladiono ...................................................................... 92

D. Hubungan Aspek Genetik, Objektif, dan Afeksinya

Dalam Lukisan Pelepah Pisang Karya Ladiono Periode 2007 ....... 97

BAB VI PEMBAHASAN

A. Aspek Genetik Subjektif dan Objektif Pelukis Ladiono

Dalam Menciptakan Karya Seni Rupa Berupa Lukisan

Pelepah Pisang Periode 2007 ....................................................... 105

B. Aspek Objektif/ Karya Lukisan Pelepah Pisang Ladiono

Page 10: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

vi

Periode 2007 ................................................................................ 109

C. Afeksi Penghayat Terhadap Lukisan Pelepah Pisang Periode

2007 Karya Ladiono .................................................................... 120

D. Hubungan Aspek Genetik, Objektif, dan Afeksinya

Dalam Lukisan Pelepah Pisang Karya Ladiono Periode 2007 ..... 125

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 128

B. Saran ............................................................................................ 134

DAFTAR RUJUKAN .................................................................................. 136

LAMPIRAN ................................................................................................. 138

Page 11: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ............................................... 43

Page 12: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Garis Geometris ...................................................................................... 7

1.2 Garis Kaligrafis ...................................................................................... 8

1.3 Bidang..................................................................................................... 9

1.4 Contoh Ruang ....................................................................................... 10

1.5 Lingkaran Warna .................................................................................. 11

1.6 Lukisan Diego Velasques yang berjudul “Las Meninas”

menunjukkan adanya pencahayaan ..................................................... 14

1.7 Contoh Tekstur ..................................................................................... 15

1.8 Kesatuan ............................................................................................... 16

1.9 Contoh Keseimbangan.......................................................................... 17

1.10 Lukisan Salvador Dali tampak adanya Keserasian .............................. 19

1.11 Centre of Interest ................................................................................. 20

1.12 Irama ..................................................................................................... 21

1.13 Proporsi ................................................................................................ 22

1.14 Lukisan Theodore Gericould yang berjudul “Rakit Medusa” .............. 23

1.15 Lukisan Custavo Courbert yang berjudul “Coubert Stone Breakers” .. 24

1.16 Lukisan Basuki Abdulah yang berjudul “Balinese Beauty”................. 25

1.17 Lukisan Claude Monet yang berjudul “Impression Rissing Sun” ........ 26

1.18 Lukisan Affandi yang berjudul “Kandang Penyu” ............................... 27

1.19 Lukisan Salvador Dali yang berjudul “The Persistence of Memory” .. 28

1.20 Lukisan Dekoratif ................................................................................. 29

1.21 Lukisan Marcel Duchamp yang berjudul “Fountain” .......................... 29

1.22 Lukisan Paul Klee yang berjudul “ Around the Fish” .......................... 30

3.1 Ladiono menunjukkan pelepah pisang sebagai media utama untuk

karyanya ............................................................................................... 63

3.2 Ladiono menunjukkan lukisan pelepah pisang karyanya ..................... 64

3.3 Lukisan “Pemulung” ............................................................................ 69

3.4 Garis Struktural Pada Lukisan “Pemulung” ......................................... 72

3.5 Perulangan Bentuk Menyerupai tempat sampah pada

lukisan “Pemulung” .............................................................................. 73

3.6 Perulangan garis kaligrafis pada lukisan “Pemulung” ......................... 74

3.7 Background pada lukisan “Pemulung” ................................................. 75

3.8 Lukisan berjudul “Sepatu Tikus” ........................................................ 76

3.9 Garis kaligrafis pada lukisan “Sepatu Tikus” ....................................... 78

3.10 Perulangan bentuk tikus serta variasi bentuk antara

sepatu dengan tikus pada lukisan “Sepatu Tikus” ................................ 79

3.11 Background pada lukisan “Sepatu Tikus” ........................................... 80

3.12 Lukisan berjudul “Antara hidup dan mati” .......................................... 81

3.13 Objek pada lukisan “Antara hidup dan mati” ....................................... 83

3.14 Background pada lukisan “Antara hidup dan mati” ............................. 84

3.15 Lukisan berjudul “Nyethe” .................................................................. 86

3.16 Objek pada lukisan “Nyethe” ............................................................... 89

Page 13: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

ix

3.17 Perulangan warna coklat tua pada lukisan “Nyethe” .......................... 90

3.18 Perulangan warna putih kecoklatan pada lukisan “Nyethe” ................ 90

3.19 Background pada lukisan “Nyethe” .................................................... 91

4.1 Lukisan berjudul “Pemulung” ........................................................... 109

4.2 Lukisan berjudul “Sepatu Tikus” ....................................................... 112

4.3 Lukisan berjudul “Antara hidup dan mati” ........................................ 115

4.4 Lukisan berjudul “Nyethe” ................................................................ 118

Page 14: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lembar Observasi/pengamatan terhadap kerajinan lukisan

pelepah pisang karya Ladiono periode 2007 .......................................... 138

2. Daftar Wawancara Dengan Informan Utama ......................................... 139

3. Daftar Wawancara Dengan Informan Penunjang ................................... 141

4. Data Pribadi Subjek Penelitian ................................................................ 142

5. Peta Rumah Ladiono ................................................................................ 143

6. Pernyataan Keaslian Tulisan .................................................................... 144

7. Surat Keterangan Penelitian di Rumah Ladiono ...................................... 145

8. Riwayat Hidup ......................................................................................... 146

Page 15: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua hasil karya manusia yang diciptakan baik dengan kesadaran

keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua memiliki nilai

keindahan walau nilai keindahannnya kecil. Mulai dari alat- alat rumah tangga,

bentuk tempat tinggal, peralatan bekerja, alat transportasi dan lain- lain (Sanyoto,

2005:3).

Karya seni sendiri lahir dari seniman yang kreatif, artinya karya seni

dihasilkan lewat pengalaman kotemplasi dan imajinasi seniman yang ingin

meningkatkan sensibilitas dan persepsi terhadap dinamika kehidupan

masyarakatnya, sehingga dapat dikatakan bahwa karya seni adalah buah tangan

atau hasil cipta seni seniman. Pada dasarnya karya seni bersifat fisik, namun jika

ingin melihatnya sebagai non fisik maka pengertian karya seni harus digunakan

dalam arti estetik. Sejumlah pemikir masa sekarang banyak berpendapat bahwa

karya seni pada akhirnya adalah wujud artefak (Susanto, 2002:18).

Karya-karya seni rupa berkembang pesat dan semakin beraneka ragam

jenisnya sehingga menjadi kesulitan untuk menggolongkan karya-karya seni rupa

tersebut. Begitupun dalam menyebut atau memberi nama sebuah karya seni rupa

seringkali kurang tepat, bahkan jauh dari pengertian yang sesungguhnya. Hal

Page 16: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

2

tersebut diakibatkan dengan tidak adanya batasan dan fungsi yang pasti dalam

proses pembuatannya.

Karya seni ciptaan Ladiono ini dikerjakan dengan keterampilan atau

kecekatan tangan atau biasa disebut dengan handycraft.

Karya seni karya Ladiono pada penelitian ini lebih difokuskan pada

proses penciptaan seni yang berbahan utama terbuat dari pelepah pisang. Pelepah

pisang dapat dikreasikan menjadi karya seni yang bernilai seni tinggi. Kriya seni

yang satu ini berbeda dengan karya seni yang lain. Pada umumnya masyarakat

menggunakan pelepah pisang menjadi bungkus kue, aneka tas wanita, pigura foto,

bros, perlengkapan makan, lampu hias, tatakan gelas maupun piring, kotak

hantaran pengantin dilengkapi dengan hiasan bunga warna-warni dan masih

banyak lagi yang lain. Sedangkan karya seni pelepah pisang karya Ladiono yang

berasal dari Trenggalek berbentuk lukisan. Lukisan pelepah pisang karya seniman

Trenggalek ini berbeda dengan lukisan pelepah pisang lainnya. Beliau mengubah

pelepah pisang menjadi lukisan pelepah pisang yang unik dan bernilai seni tinggi

ditinjau dari pemilihan bahan baku, teknik pembuatan, bentuk objek serta

coraknya.

Lukisan Debog karya Ladiono menggunakan bahan baku dari debog /

pelepah pisang karena debog merupakan bahan yang mudah didapatkan di mana

saja, apalagi di daerah pedesaan hampir di setiap rumah ditanami pelepah pisang.

Namun tidak semua pelepah pisang dapat digunakan. Perbedaan jenis pisang

yang digunakan sangat menentukan warna yang dihasilkan, karena tidak semua

pisang dapat digunakan untuk karya seni khususnya lukisan. Bahan baku yang

digunakan Ladiono dalam menciptakan lukisan pelepah pisangnya biasanya

Page 17: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

3

berasal dari pisang gepok, pisang raja, dan pisang ambon, pelepah pisang dulang,

dan pelepah pisang emas. Hal ini dikarenakan pelepah pisang tersebut memiliki

perbedaan warna yang tajam dan memiliki sifat yang lentur serta mudah dibentuk.

Pelepahnyapun tidak mudah patah ketika dipakai, serta semua bagian pelepah

pisang (baik bagian luar dan dalam) dapat dimanfaatkan. Sedangkan jenis pelepah

pisang yang lain memiliki permukaan kulit yang keras dan sulit untuk dibentuk,

serta warnanya terlalu mengkilap sehingga ketika dikeringkan sebagian kulit ari

dari permukaan pelepah pisang akan mengelupas dan warnanya tidak bisa

menyatu dengan kulitnya. Enis pisang lain yang sulit dibentuk misalkan pisang

kidang, pisang jambe, pisang moro sebo dan pisang byar.

Selain pemilihan pelepah pisang, masih terdapat keunikan lain yaitu

pada teknik pembuatan. Pembuatan lukisan pelepah pisang tidaklah mudah,

terutama dalam proses pembuatannya yang masih sangat tergantung pada alam

khususnya cuaca. Sinar matahari sangatlah dibutuhkan dalam proses pengeringan

pelepah pisang, dan dalam proses finishing barang setelah dipernis. Teriknya

pancaran sinar matahari mempengaruhi waktu yang diperlukan untuk pengeringan

pelepah pisang. Sedangkan penjemuran lukisan debog dilakukan setelah dipernis,

hal ini bertujuan supaya tidak menimbulkan bau apek dan tahan dari serangga dan

jamur. Objek lukisan Ladiono kebanyakan tunggal serta banyak mengambil

tema- tema sosial seperti pemulung, nyethe, kritikan ( tikus dan sepatu) dan hewan

(elang, ular, ikan, dan lain- lain). Berbeda dengan lukisan- lukisan sebelum

periode 2007. Lukisan Ladiono sebelum periode 2007 banyak menampilkan figur-

figur manusia dan hewan dalam jumlah banyak dan memenuhi seluruh bidang

gambar, seperti gambar Ramayana banyak menampilkan objek pemandangan

Page 18: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

4

hutan, hewan dan tiga orang manusia.

Objek yang terdapat pada lukisan debog pada periode 2007 menampilkan

satu sampai dua objek- objek utama menonjol seperti relief ( menonjol keluar

bidang gambar) dengan background komposisi warna debog sehingga dapat

diraba dan dirasakan tekstur asli pelepah pisang.

Masih banyak keunikan lain yang belum diketahui khalayak umum

dalam lukisan pelepah pisang atau debog karya Ladiono, sehingga peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian terhadap hal-hal yang mempengaruhi karya

lukis debog milik Ladiono dengan judul ” Studi Tentang Empat Lukisan

Pelepah Pisang Karya Ladiono Periode 2007”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

mengambil rumusan masalah sebagai berikut ini:

1. Bagaimana aspek genetik Subjektif dan Objektif Pelukis Ladiono dalam

menciptakan karya seni rupa berupa lukisan pelepah pisang periode 2007?

2. Bagaimana pula dengan aspek objektif/ karya lukisan pelepah pisang karya

Ladiono periode 2007?

3. Bagaimana afeksi penghayat terhadap karya seni Ladiono khususnya lukisan

pelepah pisang periode 2007?

4. Bagaimana hubungan aspek genetik, objektif, dan afeksinya dalam lukisan

pelepah pisang periode 2007?

Page 19: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

5

C. Landasan Teori

Berikut ini akan dijelaskan mengenai landasan- landasan teori yang

mendukung penelitian terhadap Studi Tentang Empat Lukisan Pelepah Pisang

Karya Ladiono Periode 2007. Adapun landasan teorinya sebagai

berikut:

1. Definisi Seni

Seni yaitu segala kegiatan dan hasil karya manusia yang mengutarakan

pengalaman batinnya karena disajikan secara unik dan menarik memungkinkan

timbulnya pengalaman atau kegiatan batin pula pada diri orang lain yang

menghayatinya (Soedarso. SP , 2000: 3).

Pendapat lainnya, seperti, menurut Sulastianto (2008:02) mengatakan

bahwa seni merupakan sarana komunikasi perasaaan dan pengalaman batin

seseorang kepada kelompok masyarakatnya dalam rangka memenuhi kebutuhan

pribadinya. Dapat disimpulkan bahwa dalam seni terdapat aspek- aspek sebagai

berikut:

a. Aspek manusia sebagai creator (pembuat) dan apreciator ( penghayat)

b. Aspek karya yang dikreasikan beserta gagasan yang ada di dalamnya

c. Aspek komunikasi

2. Seni Lukis

Terdapat beberapa definisi mengenai seni lukis, yaitu: a. Seni lukis adalah

aktifitas yang menghubungkan struktur bentuk, garis, warna, tekstur dan irama

yang dapat memberikan pengalaman emosi estetik (Clive Bell dalam Sumardjo,

2002:60), Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar

Page 20: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

6

pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh

dari menggambar. Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau

permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium

lukisan bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di

dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang digunakan juga

bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada

media yang digunakan (www.wikipedia Indonesia, 2007:1), c Dalam buku diksi

rupa, Susanto ( 2000:70) mengatakan bahwa seni lukis adalah bahasa ungkapan

dari pengalaman artistik maupun ideologis yang menggunakan warna dengan

garis guna mengungkapkan perasaan, mengekspresikan emosi, gerak, ilusi, dari

kondisi subjektif seseorang.

Dari beberapa pendapat diatas maka seni lukis adalah suatu kegiatan atau

aktifitas dari seniman untuk mengekspresikan pengalaman, mengungkapkan

perasaan, mengekspresikan emosi, gerak dan ilusi maupun ilustrasi yang

dituangkan melalui media.

3. Unsur-Unsur Seni

Menurut Indrawati dalam bukunya Struktur Seni I (1993:23)

mengatakan bahwa karya seni merupakan hasil perpaduan unsur-unsur rupa serta

karya tersebut merupakan hasil gubahan manusia yang mempunyai nilai- nilai

tertentu yaitu nilai fisik dan nilai estetik. Nilai estetik tersebut terjadi karena

adanya pengaruh- pengaruh unsur rupa yang disajikan oleh objek seni rupa,

karena setiap unsur memiliki sifat dan watak tertentu yang dapat dimanipulasi dan

diubah oleh pencipta sebagai sarana untuk mewujudkan idenya yang akhirnya

Page 21: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

7

dapat menampilkan suatu tata susunan yang estetik.

a. Garis

Garis adalah perpaduan dari sejumlah titik yang sejajar dan sama besar

dan memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisa pendek, panjang, halus,

berombak,melengkung, lurus, dan lain-lain (Susanto, 2002:45).

Garis dapat diartikan sebagai suatu hasil goresan , disebut garis nyata atau

kaligrafi dan batas limit suatu benda, batas ruang, batas warna, bentuk massa,

rangkaian massa, dan lain- lain ( Sanyoto, 2005:72).

Dalam dunia seni rupa, peranan dan pengaruh garis sangat penting dalam

penyusunan suatu organisasi sebab garis meupakan unsur-unsur rupa.

Berdasarkan keberadaannya, garis diklasifikasi menjadi dua macam, yaitu:

1) Garis geometris

Garis geometris adalah pembentukan garis menggunakan alat

bantu, seperti penggaris, jangka dan masih banyak lagi.

Gambar 1.1. Garis geometris

(Sumber: Dokumen penulis, 2011)

Garis ini mempunyai karakter cenderung kaku, kuat, mantap, tepat,

universal, dan tanpa kompromi.

Page 22: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

8

2) Garis kaligrafis

Gambar 1.2. Garis kaligrafis

(Sumber: Dokumen penulis, 2011)

Garis kaligrafis merupakan hasil goresan yang merupakan garis

nyata adalah garis contoh garis yang lembut, kadang-kadang kuat, lembut,

manis, gemulai lembut,melesat lancar, gempal dan sebagainya (Sanyoto,

2005:71). Garis kaligrafis ini dibentuk tanpa menggunakan alat bantu

menggaris, jadi lebih menggunakan tangan sehingga garis tersebut dapat

membentuk karakter bebas dan bervariasi. Garis kaligrafis juga

menciptakan kesan luwes, lembut, lincah, kadang- kandang kuat, melesat

kuat dan lain sebagainya.

3) Garis semu

Garis semu yaitu garis yang sebenarnya tidak ada hanya

merupakan kesan garis yang dapat dirasakan. Garis semu ini dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a) Garis struktural

Dikatakan sebagai garis structural, jika kesan garis yang

ditangkap tersebut merupakan batas antara bentuk dan ruang atau

Page 23: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

9

antara bidang dan bidang.

b) Garis pengikat

Disebut sebagai garis pengikat, jika garis yang ditangkap

tersebut merupakan alur perpindahan dari unsur, misalnya alur

hubungan antara titik, bentuk , warna dan sebagainya

b. Bidang

Gambar 1.3 Bidang

(Sumber: Dokumen penulis, 2011)

Menurut Sachari (2004:85) bidang dapat dikatakan ruang dwimatra jika

bidang memempati ruangnya sendiri. Dengan kata lain, bidang adalah pertemuan

garis dengan garis. Menurut Sanyoto (2005: 83), terdapat dua macam bidang yaitu

bidang geometris adalah bidang teratur yang dapat diukur secara matematis dan

bidang non geometris adalah bidang yang dibuat secara bebas.

c. Bentuk / ruang

Dalam seni bentuk merupakan unsur yang penting sebagai dasar untuk

mencapai keindahan desainnya. Bentuk adalah pertemuan antara bidang dengan

bidang dan memiliki kesan meruang atau isi (Nurhadiat, 2004:25). Bentuk atau

Page 24: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

10

ruang digolongkan menjadi dua jenis yaitu:

1) Ruang nyata adalah ruang yang dapat dilihat dan diraba.

2) Ruang maya adalah ruang yang hanya dapat dirasakan atau terkesan

meruang.

Gambar 1.4 Contoh ruang

(Sumber: http://id.shfoong.com/ diakses tanggal 20-05-2011)

Menurut Indrawati (1993:50) dalam bukunya Struktur Seni I ruang dalam

hubungannya dengan bentuk, ruang dapat berupa ruang positif dan ruang negatif.

Dalam komposisi atau karya dua dimensi motif atau bentuk yang tergambar

merupakan ruang positif sedang bagian yang tersisa pada bidang tersebut disebut

ruang negatif.

d. Warna

Warna digunakan secara artistik sebagai alat ekspresi manusia.Sejak

ditemukannya warna pelangi oleh ahli ilmu fisika, Sir Isaac Newton, terungkap

bahwa warna merupakan salah satu fenomena alam yang dapat diteliti dan

dikembangkan lebih jauh dan lebih mendalam (Darmaprawira, 2001:18).

Dalam ilmu fisika warna adalah kesan yang ditimbulkan oleh cahaya pada

mata. Sedangkan menurut Ilmu Bahan, warna adalah berupa pigmen. Istilah ini

Page 25: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

11

diberikan untuk warna-warna sintetik dan warna-warna alam. Warna sintetik

diperoleh dari zat-zat kimia. Tetapi jika warna alam diperoleh dari senyawa

organik (Widodo, 1993:50).

Gambar 1.5 Lingkaran warna

(Sumber http://www.jeffprentice.netteachfonline_colortheory.html

diakses tanggal 20-05-2011)

Peranan warna banyak sekali dalam berbagai bidang. Salah satunya dalam

pembentukan suatu karya seni. Tanpa adanya warna maka suatu karya itu terasa

tidak lengkap dan tidak dapat menarik perhatian pengamat. Warna dapat dipakai

untuk sampai kepada kesesuaian dengan kenyataan. Warna dapat membedakan

antara bentuk dengan sekelilingnya (Prawira, 2002:12).

Warna juga berfungsi untuk menyempurnakan bentuk dan memberikan

karakter terhadap karya seni (Sanyoto, 2005:27). Sebagaimana pada pelukis-

pelukis realis maupun yang naturalis. Warna juga berperan sebagai pengungkapan

kemungkinan-kemungkinan keindahannya serta dapat digunakan untuk berbagai

bentuk pengekspresian. Warna dapat juga dipakai sebagai simbolis, seperti yang

terlihat pada gambar-gambar kontemporer. Dalam berbagai bidang, warna sangat

Page 26: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

12

berpengaruh terhadap keindahan dan kesenangan pada manusia.

Menurut Munsell dalam Indrawati (1993:55) warna dibagi menjadi tiga

sifat, terdiri atas:

1) Hue

Hue diartikan sebagai nama tiap-tiap warna, sehingga kita dapat

membedakan antara warna yang satu dengan warna yang lain. Hue ini

menunjukkan panas dingin warna (Indrawati, 2004:26). Menurut

pengklasifikasian nama-nama warna, terdapat lima nama warna:

a) Warna Primer

Warna primer disebut juga dengan warna pertama atau warna pokok.

Disebut dengan warna primer karena warna tersebut tidak dapat dibentuk dari

warna lain. Selain itu warna ini dapat dipergunakan sebagai pokok

percampuran untuk memperoleh warna-warna lain. Warna ini terdiri atas

merah, biru, dan kuning.

b) Warna Sekunder

Disebut sebagai warna sekunder atau warna kedua karena merupakan

hasil pencampuran dua warna primer/pokok. Warna tersebut terdiri atas:

jingga (orange), ungu (violet), dan hijau (green). Tiga warna primer dan tiga

warna sekunder sering disebut dengan enam warna standart (Sanyoto,

2005:20).

c) Warna Intermediate

Warna intermediate adalah warna perantara, yaitu warna yang ada

diantara warna primer dan warna sekunder dalam lingkaran warna. Warna ini

ialah: kuning hijau (yellow-green), kuning jingga (yellow-orange), merah

Page 27: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

13

jingga (red-orange), merah ungu (red-violet), biru ungu (blue-violet) dan biru

hijau (blue-green).

d) Warna Tersier

Warna tersier atau warna ketiga adalah warna hasil percampuran dari

dua warna sekunder atau warna kedua.

e) Warna Kuarter

Warna kuarter atau warna keempat, yaitu warna hasil percampuran

dari dua warna tersier.

2) Value (tonalitas warna)

Value dapat disebut juga sebagai gejala cahaya dari hue yang

menyebabkan perbedaan pancaran hue dalam perbandingan dengan hitam dan

putih. Bila suatu warna ditambah dengan abu-abu yang gradasinya mendekati

putih, maka diperoleh warna tint, sedang bila suatu warna ditambahkan abu-abu

mendekati warna hitam, maka akan diperoleh warna shade (Indrawati, 2004:26).

Jadi value merupakan nilai gelap terang untuk memperoleh kedalaman karena

pengaruh cahaya. Dengan adanya value tersebut maka kita dapat membedakan

kualitas antara warna gelap dan warna terang disebabkan karena hue tersebut

mengandung “sejumlah” tone hitam dan putih (Indrawati, 1993:55).

3) Chroma

Dapat diartikan sebagai gejala kekuatan pancaran intensitas dari hue yang

diungkapkan untuk menyatakan kemurnian hue. Jadi chroma dan intensitas warna

berhubungan dengan sifat cerah-kelamnya warna (Indrawati, 2004:26). Tingkatan

chroma adalah uruttan perubahan hue dari intensitas tertinggi (maksimum) pada

warna yang jenuh. Jenuh disini maksudnya sudah tidak memiliki identitas lagi,

Page 28: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

14

warna kelabu yang dapat disamakan dengan abu-abu netral percampuran hitam

dan putih.

Manfaat chroma dalam seni rupa adalah untuk mengubah karakter warna,

misalnya warna merah murni memiliki karakter garang, ganas, menyala, panas,

marah dan sebagainya, akan berubah karakternya menjadi lemah lembut, sopan,

kalem, tenang dan sebagainya.

e. Cahaya

Penyebab terjadinya warna adalah adanya cahaya. Tanpa adanya cahaya

maka warna tidak dapat dilihat dan ditemukan.

Gambar 1.6 Lukisan Diego Velasquez yang berjudul “Las Meninas”

menunjukkan adanya pencahayaan.

(Sumber http://duniakuduniamu.com/ diakses tanggal 21-05-2011)

Cahaya merupakan unsur seni rupa yang sangat diperlukan karena tanpa

adanya cahaya maka suatu karya seni tidak dapat diamati dan dinikmati

kehadirannya. Selain itu cahaya juga merupakan salah satu sumber terjadinya

Page 29: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

15

warna (Indrawati, 1993:64). Cahaya diperlukan untuk menentukan gelap terang

suatu objek.

f. Tekstur

Gambar 1.7 Contoh tekstur

(Sumber http://mazgun.wordpress.com/ diakses tanggal 21-05-2011)

Semua benda yang ada di alam pasti memiliki permukaan. Setiap

permukaan tentu memiliki nilai. Nilai tersebut dapat berupa halus, kasar, licin dan

lain sebagainya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tekstur adalah nilai atau

ciri khas suatu permukaan. Tekstur erat kaitannya dengan masalah bahan,

material, atau media fisik karena kehadirannya setiap karya seni rupa tidak bias

lepas dari media fisik tersebut (Movit, 2003:9).

Secara umum tekstur dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tekstur

nyata dan tekstur semu.

1) Tekstur nyata adalah tekstur yang dapat dirasakan langsung keadaan

nyata; antara keadaan digambar dan keadaan dikenyataan bila diraba

dengan tangan sama kasarnya atau halusnya (Movit, 2003:10).

Pernyataan sama diungkapkan Indrawati (1993:61) tekstur nyata

Page 30: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

16

merupakan tekstur yang langsung dapat dirasakan sifat permukaannya

lewat rabaan, jadi tekstur nyata adalah jenis tekstur yang tidak hanya

visible pada mata.

2) Sedangkan tekstur semu adalah kesan, sifat/karakter permukaan suatu

objek/benda yang dapat dirasakan tanpa harus meraba (Movit,

2003:10). Tekstur semu hanya dapat dirasakan lewat panca indera

tanpa dapat diraba dan membuat mata tertipu.

4. Prinsip-prinsip Seni

Selain unsur- unsur seni diatas, seorang pencipta seni harus mengetahui

prinsip- prinsip seni dalam melukis, Prinsip- prinsip seni dalam melukis

diantaranya:

a. Kesatuan (unity)

Gambar 1.8 Kesatuan

( Sumber http://duniakuduniamu.com/ diakses 21-05-2011 )

Kesatuan (unity) merupakan prinsip dasar seni. Karya seni harus menyatu,

Nampak seperti menjadi satu atau adanya saling hubungan antar unsur yang

disusun. Jika satu atau beberapa unsur dalam susunan terdapat saling ada

Page 31: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

17

hubungan maka kesatuan telah dapat dicapai. Beberapa hubungan tersebut antara

lain: hubungan kesamaan-kesamaan, hubungan kemiripan-kemiripan, hubungan

keselarasan-keselarasan, hubungan keterkaitan-keterkaitan, hubungan keterikatan-

keterikatan, hubungan kedekatan-kedekatan, hubungan-hubungan ini kemudian

dapat digunakan sebagai pendekatan-pendekatan untuk mencapai kesatuan

(Sanyoto, 2005: 165).

b. Keseimbangan ( balance)

Keseimbangan (balance) menurut ilmu pesawat ( matematika) adalah

keadaan yang dialami oleh sesuatu ( benda) jika semua daya bekerja saling

meniadakan. Dalam bidang seni/desain sifatnya perasaan, tetapi pengertiannya

hampir sama, yaitu sesuatu keadaan di mana disemua bagian pada karya tidak ada

yang lebih terbebani. Jadi dikatakan seimbang manakala disemua bagian pada

karya bebannya sama, sehingga pada gilirannya akan membawa rasa tenang dan

enak dilihat. Jadi keseimbangan dalam sebuah komposisi adalah suatu keadaan

yang dapat dirasakan jika mengamati suatu objek atau benda, adanya kesamaan

bobot/ nilai antara unsur - unsurnya.

Gambar 1.9 Contoh keseimbangan

(Sumber http:// www.najwasumargo.blogspot.com diakses tanggal 21-05-2011)

Page 32: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

18

Menurut Indrawati ( 2004:39)dalam visual lukisan , keseimbangan dibagi

menjadi dua macam, yaitu

1. Keseimbangan Formal (simerti/ bisymetricalbalance)

Keseimbangan formal dapat dicapai dengan penempatan media estetik

yang mempunyai bobot visual yang sama atau mirip, pada jarak yang sama

terhadap suatu titik pusat keseimbangan imajiner.

Penempatan media/ unsure estetik semacam itu akan berpengaruh pada

pola atau komposisi/ organisasi visual yang terbentuk yaitu pola komposisi yang

simetris (setangkup).

2. Keseimbangan Informal( asimetri/ asymmetrical balance)

Keseimbangan informal dapat dicapai dengan penempatan media estetik/

unsur yang tidak sama bobotnya visualnya disekitar titik pusat/ sumbu imajiner.,

sehingga tercapai kesan seimbang. Penempatan media estetik/unsur semacam

itulah yang menyebabkan penerapan keseimbangan informal dalam sebuah tata

susun akan membentuk pola komposisi yang asimetris, yang memberikan efek/

kesan yang dinamik, bebas dan tidak terlalu resmi.

Menurut Sanyoto, keseimbangan dibedakan mejadi empat (2005:187)

yaitu :

1. Simetri (Symmetrical balance), yaitu keseimbangan antara ruang sebelah kiri

dan kanan sama persis atau setangkup. Karakternya: formal/resmi, tenang,

statis/tak bergerak, kaku.

2. Keseimbangan Memancar (Radial balance), yaitu keseimbangan ruang kiri,

kanan, atas, bawah, sama persis, karakternya sama seperti keseimbangan

simetri.

Page 33: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

19

3. Keseimbangan Sederajad (Obvius balance), yaitu keseimbangan antara ruang

sebelah kiri dan ruang sebelah kanan memiliki beban besaran sederajad

(besaran sama tetapi bentuk rautnya berbeda), misalnya lingkaran dengan segi

tiga dengan besaran sama, karakternya: tidak terlalu resmi, ada sedikit

dinamika.

4. Keseimbangan Tersembunyi (Axial balance) yang sering disebut juga

asimetri (asymmetrical balance) yaitu keseimbangan ruang kiri dan kanan

tidak memiliki beban yang sama besaran maupun bentuk rautnya tetapi tetap

dalam keadaan seimbang, karakternya: dinamik, hidup, tidak resmi.

c. Keselarasan/keserasian (harmony)

Keserasian dapat diartikan sebagai keteraturan diantara bagian- bagian

suatu karya. Keserasian adalah suatu usaha dari berbagai macambentuk, bangun,

warna, elemen- elemen lain disusun secara seimbang dalam suatu susunan

komposisi yang utuh agar nikmat untuk dipandang.

Gambar 1.10 Lukisan Salvador dali tampak adanya keserasian

( Sumber http://duniakuduniamu.com/?p=315 diakses 21-05-2011 )

Page 34: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

20

Keselarasan/keserasian dapat dicapai dengan memperbanyak kesamaan

dan kemiripan pada media estetik yang dimanfaatkan dalam suatu organisasi

visual. Kesamaan dapat dicapai dengan penerapan perulangan, yaitu penggunaan

unsur atau media yang sama lebih dari satu kali dalam sebuah organisasi

visual/tata susun (Indrawati, 2004:38).

Kemiripan tidak hanya berarti bahwa media estetik/unsur yang digunakan

dalam suatu organisasi visual/tata susun terlihat kurang lebih sama, tetapi

kemiripan dapat dikenali jika media atau unsur tersebut tergolong kedalam

kesamaan rumpun, misalnya warna dingin (biru, hijau, dan ungu) atau rumpun

bentuk lurus (balok, bujur sangkar, dan persegi panjang). Jadi kemiripan lebih

berdasarkan pada faktor psikologis (Indrawati, 2004:38).

d. Pusat perhatian (centre of interest)

Gambar 1.11 Centre of interest

(Sumber : Dokumen penulis, 2011)

Pusat perhatian adalah unsur yang sangat menonjol atau berbeda dengan

unsur-unsur disekitarnya sehingga dapat dipergunakan sebagai daya tarik. Karena

unggul, istimewa, unik, ganjil, maka akan menjadi menarik atau menjadi pusat

perhatian. Suatu karya seni harus memiliki pusat perhatian, sebab apabila tidak

Page 35: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

21

memiliki maka karya seni tersebut tidak menarik, membosankan, statis, gersang,

mentah dan hambar (Sanyoto, 2005:176).

Beberapa tujuan diperlukan adanya dominasi, yaitu (Sanyoto, 2005:176):

1) Untuk menarik perhatian.

2) Untuk menghilangkan kebosanan

3) Untuk memecah keberaturan/rutinitas.

e. Irama/Rhytm

Irama berasal dari kata wirama (jawa), wirahma (Sunda), rhutmos

(Yunani), rhythm (Inggris) semula berarti gerak berukuran, ukuran perbandingan,

berkerabat dengan rhein yang artinya mengalir (ensiklopedia Indonesia,

2000:1479).

Menurut Fajar sidik dalam Sanyoto (2005: 121) mengatakan bahwa, irama

atau ritme adalah suatu pengulangan yang secara terus menerus dan teratur dari

suatu unsur atau unsur- unsur. Irama/ rytme dalam suatu organisasi visual terjadi

keran penciptaan perulangan (repetation) , dari media estetik yang ditata sehingga

terasa terjadi gerak ( movement) (Indrawati, 2004:40).

Gambar 1.12 Irama

Sumber:http://www. Google.com/funfacyfemme.blogspot.com diakses 13 April 2011)

Page 36: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

22

Jadi irama atau ritme adalah gerak perulangan atau gerak mengalir yang

ajeg, teratur, terus- menerus. Pembentukan ira ma dapat diusahakan lewat

penyusunan unsur- unsur yang ada atau pengulangan dari unsur – unsur

diorganisir.

f. Proporsi atau persebandingan

Gambar 1.13 proporsi

( Sumber http://duniakuduniamu.com/ diakses 21-05-2011 )

Proporsi atau persebandingan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa

untuk memperoleh keserasian. Proporsi mengacu pada hubungan antara bagian

dari suatu desain atau hubungan antara bagian dengan keseluruhan (Kartika,

2004:64).

Menurut Soecipto dan Widodo (1990: 40) menyebutkan prinsip proporsi

sebagai Law of relationship, yaitu tiga aturan untuk menciptakan komposisi yang

serasi. Aturan yang dimaksud berhubungan dengan teknik penyusunan dan

pengolahan elemen- elemen visual seperti:

1. Penempatan elemen- elemen visual lukis menjadi tata susun yang

menarik

2. Penentuan jenis dan ukuran bentuk yang tepat

Page 37: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

23

3. Penentuan ukuran bentuk ( objek ) dengan pertimbangan ukuran bidang

lukis

5. Aliran Seni Lukis

Aliran atau gaya dalam seni rupa dibedakan berdasarkan prinsip

pembuatannya. Kemunculan suatu gaya atau kreatifitas dalam rangka

mendapatkan keunikan bias relatif bersamaan atau meneruskan gaya sebelumnya

secara selaras atau bertentangan.

Aliran – aliran yang terdapat pada seni lukis, diantaranya:

a. Neoklasik dan romantic

Aliran ini mengembalikan seni pada emosi yang lebih bersifat

imajiner. Awalnya melukiskan kisah atau kejadian yang dramatis/ dahsyat.

Dalam melukiskannya baik dari pengaturan estetika maupun aktualitas

piktorialnya selalu melebihi kenyataan.Warna yang ditampilkan lebih

meriah, gerakan lebih lincah dan lebih tegas (Nursantara, 2005:4).

Gambar 1.14 Lukisan Theodore Gericould, yang berjudul “Rakit Medusa

(Sumber http://sekartejaartstudio.blogspot.com/diakses 13-05- 2011)

Page 38: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

24

Di Indonesia Aliran Romantisme merupakan aliran tertua di dalam

sejarah seni lukis modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha

membangkitkan kenangan romantis dan keindahan di setiap objeknya.

Pemandangan alam adalah objek yang sering diambil sebagai latar

belakang lukisan. Romantisme dirintis oleh pelukis-pelukis pada zaman

penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis pribumi untuk tujuan

koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh terkenal dari aliran

ini adalah Raden Saleh.

Tokoh- tokohnya: Raden Saleh Syarif Bustaman, Theodore

Gericault, Eugene Delacroix,David Friedrich Caspar, dan lain- lain

b. Realisme

Aliran ini merupakan suatu protes terhadap aliran romantis yang

melebih- lebihkan kenyataan. Oleh karena itu aliran realis sering

menampilkan figur berupa pengolahan efek- efek warna yang membentuk

perwujudan global yang masih dapat teridentifikasi.

Gambar 1.15 Lukisan Custavo courbert, yang berjudul “Courbet stone breakers”

(Sumber http://www.justseeds.orgblog200801gustave_courbet_retrospective_1.html,

diakses 13-05- 2011)

Page 39: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

25

Aliran ini memandang dunia sebagai sesuatu yang nyata. Pelukis

atau pembuat karya seni bekerja berdasarkan kemampuan teknis dan

realitas yang diserap oleh indera penglihatannya. Fantasi dan imajinasi

harus dihindarkannya (Soedarso, 2000:31).

Tokoh-tokohnya: S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Trubus, Gustave

Courbert, Honore Daumier dan lain- lain.

c. Naturalisme

Aliran ini dianggap bagian dari realisme yang memilih objek yang

indah dan membuai saja.

Gambar 1.16 Lukisan Basuki Abdulah yang berjudul “Balinese Beauty”

(Sumber http:// blogsenirupa.blogspot.com/ diakses 13-05- 2011)

Secara visual persis seperti objek aslinya (fotografis). Dalam

perkembangannya cenderung memperindah objek secara berlebihan

(Nursantara, 2005:3).

Page 40: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

26

Tokoh- tokohnya seperti: Abdullah Suryosubroto, Basuki Abdullah,

Wahdi Sumanta, Rembrant, William Hogart, dan lain- lain

d. Impresionisme

Aliran yang menggunakan konsep melukis berdasarkan usaha

merekam kesan cahaya yang jatuh/ memantul pada suatu objek atau benda

sehingga menghindari garis atau kejelasan kontur.

Gambar 1.17 Lukisan Claude Monet yang berjudul “Impression Rissing Sun”

(Sumber http:// sekartejaartstudio.blogspot.com/ diakses 13-05- 2011)

Cara melukiskannya harus cepat karena cahaya matahari yang terus

bergerak atau berubah dan dipengaruhi oleh cuaca.

Hal ini menyebabkan lukisan hanya selintas atau tidak detail.

Tokohnya diantaranya Claude Monet, Aguste Renoir, Edgar Degas,

Camille Pissarro, dan Paul Cesane (Soedarso, 2000:57).

e. Ekspresionisme

Aliran ini berusaha mengekpresikan aktualitas bukan hanya

berdasarkan indera penglihatan, tetapi juga dengan pengalaman batin.

Luapan perasaan berupa kesedihan atau tekanan batin yang lainnya yang

mengalir deras meyebabkan kebebasan teknik dalam melukiskannya,

Page 41: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

27

sehingga cenderung terjadi distorsi dan sensasi. Kesempurnaan bentuk

objek yang biasa dilakukan berdasarkan pengalaman secara visual tidak

lagi menjadi pertimbangan estetika (Nursantara, 2005:7).

Gambar 1.18 Lukisan Affandi yang berjudul “Kandang Penyu”

(Sumber http:// alamak-alamakrainarphie.blogspot.com/ diakses 13-05- 2011)

Tokoh-tokoh dalam aliran ekspresionisme diantaranya adalah:

Affandi, Popo Iskandar, Vincent Van Gogh, Vassily Kandinsky, dan lain

sebagainvya.

f. Art Nouveau

Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan mekanisasi di dalam

banyak hal. Barang-barang dibuat dengan sistem produksi massal dengan

ketelitian tinggi. Sebagai dampaknya, keahlian tangan seorang seniman

tidak lagi begitu dihargai karena telah digantikan kehalusan buatan mesin.

Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang tidak

mungkin dicapai oleh produksi massal (atau jika bisa, akan biaya

pembuatannya menjadi sangat mahal). Lukisan, karya-karya seni rupa, dan

kriya diarahkan kepada kurva-kurva halus yang kebanyakan terinspirasi

Page 42: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

28

dari keindahan garis-garis tumbuhan di alam (www.wikipedia.com,

2007:1)

g. Surrealisme

Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk

yang sering ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan

bentuk secara keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari

objek untuk menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia

tanpa harus mengerti bentuk aslinya (http://id.wikipedia.org/ diakses 21-

05-2011).

Gambar 1.19 Lukisan Salvador dali yang berjudul ” The persistence of memory “

(Sumber https://astarhoplahop.wordpress.com/ diakses tanggal 21-05-2011)

h. Dekoratif

Dekoratif merupakan istilah menuju pada teknik perwujudan

dan penyusunan objek-objek lukisan dengan sifat menghias. Lukisan ini

menampilkan objek-objek realitas yang divisualisasikan melalui proses

deformasi.

Page 43: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

29

Gambar 1. 20 Lukisan dekoratif

(Sumber httpecommerce.plasa.com diakses tanggal 21-05-2011)

Biasanya jenis lukisan ini menghilangkan kesan ruang ilusif

(ruang maya) dan volumerik sehingga perwujudan objek-objeknya

bersifat datar/flat dan tidak menunjukkan adanya ketiga dimensinya.

i. Dadaisme

Gambar 1.21 Lukisan Marcel Duchamp yang berjudul ”Fountain”

(Sumber http://sembilan30td1a.files.wordpress.com/ diakses tanggal 21-05-2011)

Page 44: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

30

Istilah dadaisme ini berasal dari bahasa anak-anak Prancis yang

artinya kuda mainan. Aliran ini mendukung surealisme karena muncul

dari alam bawah sadar sebagai protes tidak adanya polarisasi nilai

social dan etika akibat perang dunia.

Hal inilah menyebabkan adanya karya Dadaisme yang

memiliki ciri sinis, konyol, menggambarkan benda atau mesin sebagai

manusia, mengikuti kemauan sendiri, dan menolak estetika dalam

karyanya. Kolase adalah salah satu dari sekian teknik yang digunakan

(Soedarso, 2000:127).

Tokoh Dadaisme seperti: Marcel Duchamp, JeanArp, dan

Tristan Tzara.

j. Naifisme

Gambar 1.22 Lukisan Paul klee yang berjudul “Aroung the fish”

(Sumber http://www.paintinghere.com/painting/ diakses tanggal 21-05-2011)

Lukisan naif merupakan lukisan anak kecil, karena objek yang

ditampilkan sering mengalami perubahan seperti deformasi menjadi

bentuk-bentuk yang bersifat kekanak-kanakan.

Lukisan naif dikatakan bersifat kekanak-kanakan karena

memiliki karakteristik visual menyerupai lukisan anak-anak yang

Page 45: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

31

secara umum tampak sederhana dan lugu. Namun demikian, lukisan

naif tidak dapat disamakan dengan lukisan anak-anak. Karena

kesederhanaan dan keluguan pada lukisan anak merupakan proses

kreatif alami yang disebabkan oleh keterbatasan keterampilan. Pelopor

lukisan aliran naifisme adalah Paul Klee.

6. Media Seni

Media adalah alat atau bahan yang digunakan untuk mewujudkan ide

atau gagasan, sehingga tercipta suatu wujud karya. Media yaitu bahan yang

menjadi alat yang konkret untuk menyatakan gagasan yang bersifat abstrak.

Media harus dipilih secata tepat agar sebuah gagasan dapat dikomunikasikan.

Pemilihan media harus diikuti teknik, prosedur, dan keahlian berkarya agar karya

yang dihasilkan memiliki nilai seni yang tinggi ( Sulastianto, 2008: 20). Media

seni rupa secara umum dibedakan menjadi dua macam yaitu media dua dimensi

dan media tiga dimensi. Media yang diperlukan untuk mewujudkan suatu karya 2

dimensi diantaranya (Nurhadiat,2004:12) :

a. Pensil

Pensil merupakan alat yang digunakan sebagai dasar dalam

membuat sketsa. Keras lunaknya pensil dibedakan dengan inisial H atau B.

Pensil lunak diberi kode B, pensil keras diberi kode H. Watak goresan

sebuah pensil tergantung pada runcing atau tumpulnya ujung pensil. Ujung

yang runcing memiliki watak tegas, cermat dan kaku, sedangkan ujung

yang tebal memiliki kesan halus dan lunak.

Page 46: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

32

b. Conte

Conte adalah sejenis pensil yang bahannya dari arang halus,

sehingga warnanya lebih hitam. Conte digunakan untuk menggambar

potret atau bentuk. Gambar yang menggunakan conte memiliki sifat

seperti daya lekat kapur terhadap papan tulis. Oleh sebab itu, agar hasilnya

tidak mudah rusak sebaiknya di Fixer yaitu dengan alat semprot untuk

menguatkan lekat conte di atas bidang gambar.

a. Pastel atau crayon

Bentuk pastel seperti pensil atau kapur tulis, terbuat dari lilin atau

Coalin dicampur dengan tepung warna. Hasil gambar dengan pastel seperti

dengan conte, harus disemprot dengan zat penguat agar daya lekatnya

lebih kuat dan tahan gesekan. Jika tidak disemprot dengan pengauat

sebaiknya dipakai oil pastel yang memiliki daya lekat baik.

b. Pena

Nama lain dari pena adalah Raddispen, Roundhanpenn atau

Graphospen. Setiap jenis pena memiliki nomor yang menunjukkan ukuran

tebal dan tipisnya jejak pena tersebut. Setiap nama pena memiliki sifat-

sifat yang berbeda, seperti:

1) Jejak yang sama tebal terdapat pada Reddhispen

2) Jejak goresan yang runcing serta tipis-tebal terdapat pada

Roundhanpenn

3) Pena yang memiliki jejak halus yang biasa digunakan untuk

menggaris adalah Graphospen.

Page 47: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

33

c. Kuas

Setiap jenis kuas memiliki ukuran berbeda yang ditulis pada

gagangnya dengan angka 1,2,3,4,5 dan seterusnya.

d. Tinta Bak

Tinta bak dikenal juga dengan sebutan tinta Cina. Tinta bak

berwarna hitam, ada yang luntur di air ada pula yang tidak. Tinta bak yang

berbentuk balok-balok kering sebelum digunakan harus dituangi air

terlebih dahulu agar tinta mencair.

e. Ekolin

Jenis tinta ini berwujud seperti tinta yang beraneka warna, namun

berwarna bening tersimpan dalam botol kecil. Ekolin dapat digunakan

untuk mewarnai gambar konstruksi, gambar peta, gambar teknik dan lain-

lain. Cat ekolin yang bagus adalah yang tidak luntur di air jika sudah

kering.

Ciri khas gambar yang menggunakan ekolin, jika sudah kering

gambarnya tampak mengkilap.

f. Cat air

Cat air adalah cat yang pengencerannya menggunakan air. Jenis

cat ada dua yaitu :

1) Cat air (water colour)

Cat air bersifat transparan atau tembus pandang. Penggunaannya

harus lebih encer.

2) Cat plakat

Cat plakat penggunaannya dapat saling tutup menutup. Maksudnya

Page 48: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

34

jika cat pertama, merah sudah mengering kita pulas kembali

dengan warna kedua, biru maka cat biru itulah yang akan terlihat,

sedangkan warna merah tertutup.

g. Palet

Palet digunakan sebagai tempat mencampur warna. Piring bekas

atau papan besar dari akrilik atau kaca bias kita pakai sebagai palet

sederhana. Palet kayu tradisional dengan lubang ibu jari juga ada dalam

berbagai ukuran. Palet ini harus diminyaki sebelum dipakai supaya

permukaan kayu tidak menyerap cat minyak .

h. Pisau

Pisau ini bisa digunakan untuk membuat tekstur pada lukisan/karya

seni.

k. Bahan-bahan dari alam

Bahan- bahan dari alam dapat juga digunakan sebagai media dalam

membuat suatu karya seni seperti tanah liat, kayu, batu, bambu, daun,

akar, dan sebagainya.

7. Teknik berkarya seni

Teknik adalah cara yang dipergunakan untuk berkarya sesuai dengan

media yang dipilih. Benda- benda yang dibuat oleh masyarakat menggunakan

berbagai macam teknik. Berbagai teknik yang dipakai dalam pembuatan karya

seni kriya dibedakan menjadi dua yaitu teknik karya seni kriya dua dimensi dan

karya seni kriya 3 dimensi menurut Margono dalam Seni Rupa dan Seni Teater

Page 49: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

35

SMA Kelas 2 (2007:6) meliputi:

a. Teknik karya seni kriya dua dimensi

Teknik yang digunakan membuata karya seni kriya dua dimensi dapat

berupa : teknik batik, cetak, ukir, sulam, bordir, menempel, arsir, blok,

tenun, dan anyam.

1) Teknik batik

Teknik batik yaitu memberi hiasan atau motif pada kain dengan

cara memberi gambar pada kain dengan malam atau lilin panas

menggunakan canting.

2) Teknik anyaman

Anyaman adalah seni kerajinan yang dikerjakan dengan cara

mengangkat dan menumpang tindihkan atau menyilang-nyilangkan bahan

sehingga menjadi suatu karya anyaman .

Bahan anyaman dapat berupa:

Daun pandan

Daun lontar

Bambu

Enceng gondok

Mendong

Plastik

Pita jepang,

kertas yang diiris-iris

Page 50: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

36

b. Teknik karya seni kriya tiga dimensi

Teknik yang digunakan membuat karya seni kriya tiga dimensi

diantaranya:

1) Sambung atau menempel

Sambung atau menempel adalah teknik pembuatan kerajinan

pelepah pisang yang lakukan dengan menempelkan lembaran pelepah

pisang menggunakan media seperti kertas karton, triplek, gerabah,

kerangka besi dan lainnya. Jadi, media tersebut dibentuk terlebih dulu

sesuai jenis produk yang diinginkan, kemudian ditempel-tempeli dengan

pelepah pisang yang telah dikeringkan menggunakan lem

(www.diskopjatim.go.id/.../298-suci-memproses-gedebog-jadi-uang.html,

diakses pada tanggal 19 Maret 2011:1).

2) Cetak

Merupakan Pembuatan benda- benda kerajinan dengan

menggunakan cetakan (Margono, 2007:7).

3) Membentuk (modeling)

Adalah membuat karya seni rupa dengan media tanah liat (gerabah,

keramik, atau tembikar) menghasilkan barang baru yang jauh berbeda dari

bahan mentahnya. (Sanusi ,2009:29).

4) Butsir

Teknik butsir, hanya menggunakan alat telapak tangan dan alat lain

(kayu, kawat) sederhana. Bahan yang digunakan lunak, elastis, lentur

antara lain tanah liat, plastisin

Page 51: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

37

5) Teknik Pahat atau ukir

Teknik Pahat atau ukir menurut Sanusi (2009:29) adalah teknik

melakukan sesuatu dengan menggores, memahat, dan menorah pada

permukaan benda yang diukir.

Teknik pahat yaitu cara pembuatannya dengan menggunakan alat

pahat (tatah) atau ukir dengan martil. Bahan (media) yang digunakan

adalah bahan keras seperti batu, cadas, kayu, gips, tanah liat kering.

Contoh pembutan kerajinan patung dan ukiran atau relief, kerajinan seni

ukir terutama ukiran kayu dengan menggunakan teknik pahat. Alat yang

digunakan seperangkat pahat atau tatah ukir dengan berbagai ukuran.

Ada yang dibuat sket pola lebih rinci (detail), setelah selesai dihaluskan

(diamplas).

6) Merakit dan Membangun

Merakit dan membangun yaitu kegiatan yang mencakup aktivitas

menyusun berbagai komponen untuk dijadikan benda trimatra (tiga

dimensi). Contoh: membuat maket, replika, membuat mobil-mobilan,

membuat akuarium, membuat kalung, membuat diorama, membuat

benda berongga (kubus, kerucut, piramida, tabung), membuat wayang

rumput, membuat boneka, media yang digunakan antara lain : tempat dn

batang korek api dan bahan dari alam sekitar, benda-benda bekas, kardus,

karton, sedotan, kertas, kayu, kawat, tali, dan rumput. Alatnya: pisau,

gunting, cutter, spidol, lem, benang tali, kawat, paku.

Page 52: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

38

8. Proses menciptakan karya seni lukis

Lukisan diciptakan atas sebuah dorongan kreatif, yang diperoleh sebagai

hasil penginderaan pelukis terhadap lingkungan disekitarnya. Hasil penginderaan

ini ditampilkan dalam wujud yang bersifat visual dengan menggunakan berbagai

material lukis. Jenis dan sifat visualisasi sangat dipengaruhi oleh persepsi dan

interpreatsi pelukis terhadap segalasesuatu yang dapat diindra. Adapun proses

penciptaan karya seni lukis terdiri dari beberapa tahapan diantaranya:

a. Proses pencarian ide

Gagasan atau sering disebut dengan ide merupakan hal yang

melandasi atau mendorong seseorang untuk berkarya, baik berasal dari

dalam ( internal ) maupun dari luar (eksternal). Wujudnya dapatberupa

persaaan, emosi, mimpi, khayalan, cita- cita, atau pengalaman

(Sulastianto, 2008:19).

Setelah ide ditemukan maka penyempurnaan dalam arti

pengembangan dan memantapkan gagasan menjadi gagasan pravisual atau

disebut dengan gagasan abstrak. Setelah itu dilanjutkan dengan gagasan

original, dimana pada gagasan ini banyak pada seniman melakukan

berbagai cara dan langkah agar karya yang dihasilkan dapat bernilai.

Upaya penemuan sebuah ide dalam melukis dapat dilakukan

dengan melihat langsung objek alam atau dengan berimajinasi. Seperti

yang diungkapkan oleh Sulastianto (2008:29) bahwa seorang pelukis dapat

menemukan ide dari dua jenis objek yaitu objek riil dan objek idiil. Jenis

objek riil yaitu objek atau hal yang bisa membangkitkan ide melalui rasa

batin, yaitu pengamatan kejadian- kejadian dalam kesadaran, misalnya rasa

Page 53: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

39

takut, sedih dan lain- lain. Objek- objek riil dinamakan dengan objek fisis.

Sedangkan objek idiil merupakan objek yang terjadi karena proses

pemikiran atau fantasi dari seseorang. Yang termasuk dalam objek idiil

adalah bidang, bentuk , agama dan logika

b. Proses penuangan ide dalam medium seni

Proses penuangan ide dalam media seni disebut juga dengan tahap

visualisasi. Bagaimana seorang pencipta melakukantransfer ide dalam

bentuk visual sehingga menghasilkan sebuah karya seni lukis. Penuangan

ide ini membutuhkan pengalaman, pendalaman estetik yang dilakukan

bertahun- tahun. Proporsi, ritme, keseimbangan beserta harmoni tidak

dapat muncul dari analisa objektif saja. Logika itu lahir secara intuitif

berdasarkan pengalaman.

Selain pengalaman seorang pelukis harus menguasai dan mengolah

teknik melukis, karena teknik melukis ini erat kaitannya dengan ide

artistik. Selanjutkan pelukis harus dapat mengolah warna untuk

menghasilkan karya seni yang bernilai estetik tinggi.

9. Tujuan Seniman menciptakan karya

Berbagai macam tujuan seni tidak lepas keberadaannya seni itu sendiri

sebagai bagian dari kebudayaan. Dengan demikian tujuan dari pelukis- pelukis

menciptakan karyanya secara langsung dan tidak langsung berkaitan pula dengan

kebudayaan dimana mereka hidup dan berada (Widodo, 1992:22).

Tujuan seniman menciptakan karya seni diantaranya:

a. Menciptakan keindahan

Page 54: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

40

Menciptakan keindahan berkaitan dengan bagaimana dengan seni lukis

seorang seniman bias menciptakan sebuah karya yang indah.

b. Memberi hiasan

Yang dimaksud dengan tujuan seni , lukisan tidak hanya obyek keindahan

yang melekat pada lukisan itu sendiri. Akan tetapi lukisan yang berkat

perwujudannya tepat pula dimanfaatkan sebagai hiasan seperti yang diungkapkan

oleh Widodo (1992:62) bahwa berkat perwujudannya, lukisan dapat dimanfaatkan

sebagai hiasan.

c. Mencatat pengalaman

Pelukis dalam berkarya tidak saja, mengungkapkan sebuah keindahan

semata, akan tetapi merupakan catatan mengenai apa yang dilihat atau dialami.

Dengan demikian seorang pelukis juga bisa mengkomunikasikan pengalaman

pribadinya yang tidak dapat diungkapkan dengan kata- kata.

d. Memprotes ketidakadilan

Persoalan yang diangkat seniman dalam menciptakan karya seni lukis

berasal dari lingkungan dimana para pelukis tersebut berada. Maka secara tidak

langsung karya seni lukis yang mereka ciptakan juga dapat mencerminkan

keadaan sosial budaya.

e. Mengungkapkan masalah yang bersifat umum

Dengan adanya karya seni, seniman dapat ikut ambil bagian berjuang

keras melawan ketidak adilan pada masa mereka hidup dan berada

10. Faktor- faktor yang mempengaruhi karya seni

Keberhasilan Seniman dalam menciptakan karya seni ditentukan oleh

Page 55: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

41

faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.Menurut sukmanaan dalam

www.wikipedia.com diakses 19 April 2011:1 membagi faktor-faktor yang

mempengaruhi karya seni, diantaranya adalah:

a. Faktor intrinsik merupakan faktor yang berasal dari dalam atau bakat

seseorang seniman anugrah dari Allah SWT yang dibawa sejak lahir. Faktor

intrinsik terdiri atas:

1) Ide gagasan

2) Sikap dan perilaku

3) Keluarga

b. Faktor ekstrinsik adalah gejala dari luar karya seni yang mempengaruhi

proses penciptaan karya seni seperti : kebudayaan, agama, pendidikan,

norma-norma, sosial politik, ideology, pola berpikir dan tehnologi dan

pengalaman berkarya, dan motivasi atau rangsangan dari luar (Saliem

Agus, 2010:1).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi pihak- pihak tersebut sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian akan sangat berguna bagi:

a. Menambah wawasan serta dapat dijadikan bekal dan pengalaman

dalam penelitian yang berkaitan dengan ilmu yang dimiliki khusunya

dalam bidang seni lukis.

Page 56: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

42

b. Penerapan teori-teori yang diperoleh selama kuliah.

2. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut

terhadap karya lukisan pelepah pisang milik Ladiono dari Trenggalek.

3. Mahasiswa

Penelitian ini dapat menjadi referensi penelitian yang akan datang atau

juga dapat dijadikan pengembangan dalam berkarya seni.

4. Bagi instansi Universitas Negeri Malang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan dan tambahan

pengetahuan untuk pengembangan seni budaya dan sastra.

5. Seniman.

Bagi seniman penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi dan

memberikan ruang bagi seniman dalam berkarya seni sehingga dapat

mencapai kualitas karya seni yang lebih tinggi.

6. Masyarakat

Dengan adanya penulisan ini di harapkan akan menambah pengetahuan

dan wawasan masyarakat Trenggalek pada khususnya dan masyarakat

luas pada umumnya.

E. Ruang lingkup

Ruang lingkup dan batasan penelitian yang berjudul “Studi Tentang

Kerajinan Lukisan Debog/ Pelepah Pisang Karya Ladiono Dari Trenggalek”

adalah sebagai berikut:

Page 57: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

43

Tabel 1.1. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Rumusan

Masalah Variabel

Sub

Variabel Sumber Data

Teknik

Pengumpulan

Data

1. Bagaimana aspek genetik

Subjek dan Objek

Pelukis Ladiono dalam

menciptakan karya seni

rupa berupa lukisan

pelepah pisang periode

2007?

Genetik

Subjektif

( Ide / gagasan,

Sikap /

perilaku,

Psikologis,

Pendidikan,

Keluarga)

Objektif

(Lingkungan,

sosial politik

dan ideologi)

Narasumber

- Ladiono

(pelukis

pelepah

pisang).

- Keluarga

- Masyarakat

- Temen-

teman

pelukis

Observasi

Wawancara

2. Bagaimana aspek

objektif/ karya lukisan

pelepah pisang karya

Ladiono periode 2007?

Objektif

Unsur-unsur

Seni

Prinsip-prinsip

seni

Literatur

(pustaka)

Penghayat

Observasi

Dokumentasi

3. Bagaimana Afeksi

penghayat terhadap

lukisan pelepah pisang

periode 2007 karya

Ladiono?

Afektif Interpretasi/

evaluasi

Peneliti

4. Bagaimana hubungan

aspek genetik, objektif,

dan afeksinya dalam

lukisan pelepah pisang

periode 2007?

Sintesa

Kesimpulan

Tiga komponen

kehidupan seni

(seniman, karya

dan

penghayatnya)

Subjek

penelitian,

informan,

karya, data

dokumen

Page 58: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

44

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari salah pengertian dan kekaburan mengenai batasan

istilah yang digunakan pada judul penulisan skripsi ini, maka perlu penegasan

istilah pada judul skripsi ini yaitu:

1. Studi adalah mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kerajinan lukisan

karya seniman Trenggalek yang bernama Ladiono.

2. Lukisan adalah ungkapan bahasa (teks) visual tentang realitas kehidupan

yang penuh dengan cerita ( narasi) pada sebuah bidang dua dimensi> Dan

narasi ungkap tersebut didasari sebuah konsep ( teks pikiran) yang khas

dari seorang seniman serta dipengaruhi oleh biografi seniman

(Mamannoor, 2002: 100).

Dalam hal ini lukisan yang dimaksud adalah lukisan karya Ladiono yang

terbuat dari bahan debog/ pelepah pisang. Lukisan pelepah pisang yang

memiliki ciri khas tersendiri baik dari penciptaannya, pemilihan bahan

baku, teknik pembuatan, sampai dengan bentuk objek yang seperti relief

serta menggunakan satu jenis warna.

3. Pelepah pisang adalah bagian terluar dari pohon pisang.

4. Ladiono merupakan seorang seniman dari daerah Trenggalek yang

dikenal akan lukisannya yang sebagian besar berobjek hewan dengan

bentuk relief serta media warna yang terbuat dari debog/ pelepah pisang.

Page 59: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

45

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan deskriptif

kualitatif. Penelitian ini diarahkan sebagai jenis penelitian deskriptif kualitatif

dengan pendekatan holistik. Penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis

penelitian yang temuan temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau

bentuk hitungan lainnya. Pemikiran ini sejalan dengan pendapat Moleong (1998:

77) yaitu :

(1) Pendekatan kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah dan

konteks suatu keutuhan; (2) Penelitian sendiri atau dengan bantuan orang

lain merupakan alat pengumpul data utama; (3) Penelitian kualitatif lebih

mementingkan proses daripada hasil; (4) Penelitian lebih menghendaki

untuk menetapkan batas atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah

penelitian; (4) Data yang dikumpulkan berupa visualisasi gambar.

Pendekatan Kritik holistik digunakan dalam penelitian ini karena

mengacu tidak hanya pada satu sudut pandang namun ketiga komponen seni yang

bergabung menjadi satu. Ketiga komponen seni tersebut meliputi seniman sebagai

sumber informasi genetik, karya seni sebagai sumber informasi objektif serta

penghayat sebagai sumber informasi afektif.

Ketiga komponen kehidupan seni tersebut saling berkaitan erat dan

saling bergantung serta menentukan dalam pencapaian kualitas nilai suatu karya

seni. Dengan tanpa hadirnya salah satu dari komponen tersebut, maka tak akan

Page 60: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

46

Analisis

Formal

ada yang disebut seni, karena kesatuan komponen tersebut merupakan keharusan

yang tak dapat dibantah (Sutopo: tanpa tahun:16).

Penampilan

Kritik

Informasi /

Alasan Kritik

Komponen /

Sumber Nilai

Kerangka

Kerja Kritik

Historisme Emosionalisme

Formalisme Holisme

Bagan 2.1 Struktur Kritik Holistik

(Sumber: H.B. Sutopo)

Sintesis

Kesimpulan

Nilai

Deskripsi

Latar

Belakang

Inter

pretasi

Informasi

/ Alasan

Afektif

Informasi

/ Alasan

Obyektif

Informasi

/ Alasan

Genetik

Karya

Seni

Faktor

Seniman

Faktor

Genetik

Penghayat

Faktor

Afektif

Page 61: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

47

Dari beberapa teori diatas maka penelitian ini difokuskan pada studi

tentang empat lukisan debog/ pelepah pisang karya Ladiono Periode 2007 yang

meliputi Ladiono sebagai faktor genetik, karya lukisan debog sebagai faktor

objektif dan penghayat sebagai faktor afektif.

B. Kehadiran Peneliti

Penelitian ini menggunakan kritik holistik maka kehadiran peneliti

sebagai instrumen utama yang mempunyai peran penting dalam proses penelitian

dan mempunyai tanggung jawab sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data,

analisis, penafsir data, penghayat dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil

penelitian. Pengertian instrumen atau alat penelitian dari keseluruhan proses

penelitian (Moleong, 1990: 34).

Dalam penelitian kritik holistik, peneliti bertindak sebagai perencanaan

penelitian, pelaksana dan pengumpul data genetik berupa proses penciptaan karya

Ladiono, objektif berupa karya - karya kriya berbentuk lukisan Ladiono tahun

2007 dan afektif dari pengamatan peneliti terhadap lukisan pelepah pisang karya

Ladiono dari Trenggalek periode tahun 2007.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kediaman Bapak Ladiono dengan alamat RT.

06, RW. 02, Desa Kendalrejo, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek.

Lokasi tersebut merupakan rumah sekaligus sebagai tempat proses kreatif

Ladiono berlangsung serta tempat untuk memajang hasil karya yang telah jadi

sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian berupa wawancara,

Page 62: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

48

observasi, dokumentasi secara langsung dengan seniman sebagai narasumbernya

dan karya lukisan sebagai objek penelitian.

D. Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan dasar pendekatan kritik holistik yang

bersumber dari data:

1. Data genetik seniman, yaitu:

a. Bersumber dari pelukis Ladiono. Informasi genetik antara lain :

kepribadian, kondisi psikologis, selera, keterampilan

b. Keluarga seniman dan masyarakat sebagai penunjang.

2. Data objektif, bersumber dari 4 karya Ladiono yangh berjudul:

a. Lukisan pelepah pisang berjudul”Pemulung” dibuat pada tahun 2007.

b. Lukisan pelepah pisang berjudul”Sepatu Tikus” dibuat pada tahun 2007

c. Lukisan pelepah pisang berjudul ”Antara Hidup dan Mati” dibuat pada

tahun 2007

d. Lukisan pelepah pisang berjudul ”Nyethe” dibuat pada tahun 2007

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data observasi langsung yaitu dengan

melakukan dokumentasi berupa foto karya lukisan debog dan mengamati secara

langsung studi tentang kerajinan lukisan debog/ pelepah pisang karya Ladiono di

tempat tinggal subyek penelitian (seniman).

3. Data afektif, bersumber dari peneliti sebagai penghayat sekaligus kritikus.

Data dan sumber data dijadikan sebagai informasi dalam penelitian ini.

4. Sintesa/ kesimpulan, data ini bersumber dari penggabungan ketiga

komponen seni yang terdiri dari seniman, karya seni dan penghayat.

Page 63: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

49

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk pengumpulan data diteliti, untuk

selanjutnya dipaparkan prosedur pengembangan instrumen pengumpul data atau

pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan

dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau tujuan penelitian. Instrumen

penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah

lembar observasi dan lembar wawancara.

F. Prosedur pengumpulan data

Guna memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan data yang

diperlukan dalam penelitian, maka pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Metode observasi dan pengamatan

Peneliti langsung melakukan pengamatan/observasi secara mendalam

terhadap obyek yang diteliti. Pengamatan secara mendalam dan pencatatan secara

rinci dilakukan guna mendapatkan informasi yang berasal dari hasil analisa

formal. Dalam observasi ini peneliti mengamati lingkungan dan latar belakang

Ladiono sebagai faktir genetik, karya lukisan pelepah sebagai faktor objektif

kemudian menghasilkan data berupa catatan-catatan sehingga peneliti mudah

melakukan rangkaian penelitian.

H.B.Sutopo (2002:64) menjelaskan bahwa teknik observasi digunakan

untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi,

dan benda serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan baik secara langsung

maupun tidak langsung.

Page 64: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

50

2. Metode wawancara

Dalam penelitian yang berjudul “Studi Tentang empat Lukisan Pelepah

Pisang Karya Ladiono Periode 2007 ” menggunakan metode wawancara melalui

teknik wawancara tidak terstruktur. Dalam wawancara ini penulis melibatkan

Ladiono sebagai informan utama dan keluarga sebagai informan pelengkap.

Wawancara dilakukan dengan teknik tanya jawab kepada Ladiono sebagai

informan utama dan keluarga serta tetangga sebagai pelengkap. Peneliti

menggunakan catatan hasil wawancara sebagai bukti otentik yang dapat

dipertanggung jawabkan.

Sutopo (2002:59) menjelaskan bahwa wawancara di dalam penelitian

kualitatif pada umumnya tidak dilakukan secara terstruktur dan dengan

pertanyaan tertutup seperti di dalam penelitian kuantitatif, tetapi dilakukan secara

tidak terstruktur atau sering disebut sebagai teknik “wawancara mendalam”,

karena peneliti merasa tidak tahu apa yang belum diketahuinya.

3. Metode dokumentasi

Peneliti melakukan pengumpulan data langsung dari lapangan untuk

dijadikan sebagai dokumentasi. Adapun cara memperoleh data ini yakni dengan

memotret langsung menggunakan kamera digital berupa foto lukisan pelepah

pisang. Dari metode dokumentasi itu, maka data yang diharapkan peneliti yang

dapat menunjang penelitian.

G. Analisis Data

Analisis data diperlukan dalam rangka menganalisis data-data yang telah

diperoleh dengan tujuan untuk mengelompokkan, kemudian disusun dalam bentuk

Page 65: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

51

yang runtut, teratur dan rapi. Hal ini berkaitan dengan kepentingan untuk analisis

lebih lanjut secara mendalam.

Tahapan-tahapan dalam analisis data menurut Amles dan Huberman dalam

Sutopo, (2002:90) adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang

merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi

data dengan rumusan masalah.

a. Reduksi I

Reduksi yang awal dilakukanpeneliti adalah mengetahui historis/ latar

belakang terjadinya penciptaan lukisan pelepah pisang karya Ladiono

dari trenggalek periode tahun 2007, yang terdiri atas;

1. Subjektif, ini meliputi

Ide / gagasan

Sikap / perilaku

Psikologis

Pendidikan

Keluarga

2. Objektif, meliputi:

Lingkungan

Sosial Politik

Ideologi

b. Reduksi II

Reduksi data II pada lukisan Ladiono, meliputi empat buah

lukisan pelepah pisang yang memiliki komposisi yang bervariasi,

Page 66: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

52

dengan objek dan background yang sederhana, keempat lukisan

tersebut diantaranya :

1. Lukisan pelepah pisang berjudul ”Pemulung” dibuat pada tahun

2007, dan ukuran 90 cm x120 cm. Lukisan ini menampilkan objek

seorang manusia yang membawa keranjang sampah dengan

background pelepah pisang.

2. Lukisan pelepah pisang berjudul”Sepatu Tikus” dibuat pada tahun

2007, Lukisan ini menggunakan ukuran 90 cm x 120 cm dengan

menampilkan satu objek sepatu dan 3 ekor tikus.

3. Lukisan pelepah pisang berjudul ”Antara Hidup dan Mati” dibuat

pada tahun 2008, ukuran 60 cm x 180 cm menampilkan seekor

burung yang menerkam seekor ular pada sebuah ranting pohon.

4. Lukisan Pelepah pisang berjudul ”Nyethe” yang dibuat pada tahun

2007, dengan ukuran 90 x 120 cm dengan menampilakan seorang

manusia yang sedang duduk bersila sambil merokok.

c. Reduksi III

Setelah keempat karya telah direduksi II ,maka lukisan

dilanjutkan dengan reduksi III yang meliputi;

1. Diskripsi karya menggambarkan gambaran secara

umum/visualisasi yang tampak dari tiap- tiap lukisan pelepah

pisang.

2. Analisis Formal karya adalah menganalisis objek dan background

dalam lukisan yang dikaitkan dengan unsur- unsur seni seperti

garis, bidang, ruang, tekstur, warna, cahaya/ gelap terang yang

Page 67: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

53

terdapat pada lukisan yang diteliti prinsip – prinsip seni seperti

kesatuan, keseimbangan, keserasian, irama, dan dominasi

d. Reduksi IV

Interpretasi atau penafsiran merupakan suatu proses dimana

seorang kritikus mengekspresikan arti suatu karya melewati

penyelidikan. Interpretasi juga merupakan suatu tantangan berat serta

bagian yang sangat penting dalam proses kritik (Mulyadi, 1991:123).

Dalam hal ini tidak diartikan bahwa seorang kritikus terikat penemuan

ekuivalensi verbal atas pengalaman yang diberikan oleh suatu objek

seni. Menginterpretasikan karya berarti melibatkan penemuan arti dan

juga relevansinya terhadap kehidupan dan keadaan manusia pada

umumnya, maksud interpretasi adalah mengkaitkan karya dengan hal-

hal yang berada dibelakang karya dan makna atau nilai yang

dikandungnya.

e. Reduksi V

Sintesa keempat lukisan pelepah pisang karya Ladiono

Setelah keempat lukisan karya Ladiono diinterpretasi oleh penghayat,

maka tahap selanjutnya adalah sintesa. Sintesa atau kesimpulan nilai

merupakan nilai merupakan penjabaran dari kritik holistik. Hasilnya

berdasarkan tahapan sebelumnya yaitu sumber nilai, informasi/ alas an

kritik dan penampilan kritik. Tahpan dalam kritik holistic memiliki

hubungan satu dengan yang lain antar ketiga komponen seni dan

saling mempengaruhi guna mencapai sintesi atau kesimpulan nilai.

Page 68: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

54

H. Pengecekan Keabsahan Temuan

Data yang digunakan dalam suatu kegiatan penelitian berasal dari berbagai

sumber. Data-data tersebut bervariasi nilai gunanya. Dalam penelitian terdapat hal

yang menjadi syarat mutlak untuk pengecekan keabsahan data. Menurut (Moleong

1990: 173), pemeriksaan untuk melakukan pengecekan terhadap keabsahan data

dibagi 4 kriteria, yaitu (1) derajat kepercayaan (credibility), (2) keteralihan

(transferbility), (3) ketergantungan (dependibility), dan (4) kepastian

(confirmability).

Yang menjadi perhatian bagi peneliti dalam usaha pengujian keabsahan

data adalah derajat kepercayaan (credibility) yang bisa diuji dengan beberapa

teknik, yaitu perpanjangan kehadiran peneliti, observasi yang dipadatkan

(ketekunan pengamatan), triangulasi menggunakan beberapa sumber, metode

penelitian, teori, pembahasan sejawat, analisa kasus negatif, kecukupan referensial

serta pengecekan anggota (Penulisan Laporan Penelitian Kualitatif, 1996:8).

Untuk itu peneliti menggunakan teknik trianggulasi. Trianggulasi

merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar

data itu untuk keperluan pengecekan atau digunakan sebagai pembanding

terhadap data.

Pengecekan keabsahan data ini berkatian dengan masalah yang diteliti

Trianggulasi yang dipergunakan peneliti adalah trianggulasi data dan trianggulasi

sumber. Trianggulasi data digunakan untuk data –data yang bersifat tertulis

berupa catatan tertulis melalui observasi, wawancara, yang dilakukan peneliti

dengan informan Ladiono yang masih berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Page 69: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

55

Trianggulasi sumber mengarahkan peneliti agar dalam mengumpulkan

data menggunakan beragam sumber data untuk menggali data yang sejenis.

Trianggulasi sumber dilakukan peneliti dengan cara menggali informasi dari

berbagai sumber, dari kondisi lokasinya, dari aktivitasnya, atau dari sumber yang

berupa catatan atau arsip dan dokumen yang memuat catatan yang berkaitan

dengan data yang dimaksudkan peneliti.

Dengan cara ini maka kemantapan dan kebenaran data sejenis dapat teruji.

I. Tahap -Tahap Penelitian

Terdapat beberapa tahapan yang dilakukan peneliti dalam melakukan

penelitian berupa studi tentang kerajinan lukisan pelepah pisang karya Ladiono

Seniman dari Trenggalek.

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan ini berupa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti, yaitu

pembuatan alat observasi dan rancangan eksperimen. Pedoman observasi

adalah pedoman yang digunakan untuk menekan data atau keterangan

informasi yang berhubungan dengan data serta dilengkapi dengan rambu-

rambu penggunaannya yang digunakan dalam penelitian.

Tahap persiapan dikelompokkan menjadi empat yaitu:

a. Penelitan awal

Penelitian ini adalah merupakan suatu persiapan yang berupa proses

dimana peneliti menetapkan lokasi penelitian. Kegiatan yang

dilaksanakan peneliti adalah mengadakan kunjungan ke lokasi penelitian.

Page 70: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

56

b. Menyusun rancangan penelitian

Peneliti menggunakan rancangan penelitian kualitatif deskriptif

berupa proposal penelitian yang berisi : latar belakang penelitian dan alasan

pelaksanaan penelitian, rumusan permasalahan penelitian, pemilihan

lapangan penelitian, penentuan jadwal penelitian, rancangan pengumpulan

data, rancangan prosedur analisis data, rancangan perlengkapan serta

rancangan pengecekan kebenaran dan keabsahan data.

c. Studi eksplorasi

Merupakan kunjungan ke lokasi penelitian sebelum penelitian

dilaksanakan, dengan maksud dan tujuan berusaha mengenal segala unsur

lingkungan penelitian. Sehingga peneliti bisa menilai keadaan situasi dan

konteksnya serta memahami dan menghayati data dalam sasaran penelitian.

2. Tahap penyusunan rancangan penelitian

Pada tahap ini peneliti menyusun rancangan, langkah-langkah apa yang

akan ditempuh penelitian nantinya dan memperoleh data dari lapangan seperti

mengolah data petunjuk, menganalisa data, petunjuk mengecek keabsahan

data.

3. Tahap pelaksanaan penelitian

Pada tahap pelaksanaan, peneliti melakukan kegiatan dengan

berpedoman pada jadwal pelaksanaan penelitian. Hal ini bertujuan agar

pengolahan data secara analisis terhadap data yang telah diperoleh nantinya

tidak terdapat kerancuan.

Page 71: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

57

Pada tahapan ini terdiri atas:

a. Melakukan observasi terhadap lukisan Ladiono periode tahun 2007

b. Melakukan wawancara dengan Ladiono sebagai subjek penelitian yang

berhubungan dengan permasalahan yang diangkat sehingga dapat

memperkuat informasi penelitian

c. Menelaah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian

d. Penganalisisan data

Artinya pengolahan data dari hasil pengumpulan data yang

berkaitan dengan penelitian. Menganaliis data yang terkumpul dari hasil

observasi, wawancara dan dokumentasi lukisan debog / pelepah pisang

karya Ladiono periode 2006-2008. Kemudian peneliti melakukan

pengolahan data berupa mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan

mendekripsikan karya, cara pembuatan dan menguraikan factor-faktor

yang mempengaruhi penciptaan karya debog/ pelepah pisang dalam

bentuk deskripsi

e. Pengecekan keabsahan temuan

Setelah data terkumpul kemudian peneliti melakukan analisis.

Hasil analisis diurakan dalam bentuk deskripsi.

4. Tahap penyusunan laporan

Tahapan akhir di penelitian ini adalah penyusunan laporan penelitian.

Pada tahap inilah disusun laporan hasil-hasil temuan penelitian.

Page 72: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

58

BAB III

PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN

Berikut ini adalah paparan data dan hasil temuan penelitian yang

diperoleh peneliti melalui observasi dan wawancara ke lokasi tempat Ladiono

berkarya sampai menghasilkan karya dan lukisan pelepah pisang periode 2007.

Hasil penelitian ini dipergunakan peneliti untuk menjawab tujuan penelitian yang

berkaitan dengan latar belakang/ historis Ladiono sebagai faktor genetik ,

A. Aspek Genetik Subjektif dan Objektif Pelukis Ladiono Dalam

Menciptakan Karya Seni Rupa Berupa Lukisan Pelepah Pisang Periode

2007

Ladiono adalah seorang pelaku seni, khususnya di bidang seni lukis.

Ladiono lahir di Tulungagung pada tanggal 26 Mei 1955. Ladiono berasal dari

keluarga tidak mampu pasangan Kaseri dan Widji. Ia merupakan anak kedua dari

tujuh bersaudara terdiri dari lima laki-laki dan dua perempuan. Orang tuanya

bukanlah seniman atau pecinta seni, ibunya merupakan pengrajin gerabah

/barang-barang dari tanah liat, sedangkan Bapaknya adalah pembuat tepung beras.

Pekerjaan sebagai tukang gerabah sudah lama menjadi profesi Ibunya dan

memang di lingkungan Ladiono dibesarkan, sebagian besar warganya menjadi

pengrajin gerabah dan pembuat tepung beras. Pekerjaan itu cukup susah dan tidak

seimbang antara hasil dan biaya. Namun tetap ditekuni karena pekerjaan itu

Page 73: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

59

sebagai penyangga hidup.

Masa kecil Ladiono banyak dihabiskan untuk bermain dan bercanda

layaknya anak-anak seumurnya. Memasuki sekolah Tingkat Kanak-Kanak (TK)

banyak kegiatan yang diberikan oleh gurunya yang dimaksudkan untuk

merangsang perkembangan motorik maupun psikomotorik. Salah satu pelajaran

yang diberikan adalah menggambar atau mewarna. Beliau suka membuat benda-

benda dari tanah liat. Sepulang sekolah ia langsung membantu Ibunya sambil

membuat benda- benda dari tanah liat.

Peneliti pernah melakukan wawancara dengan orang tua kandung

Ladiono bernama Kaseri, Beliau menuturkan bahwa sejak kecil umur 10 tahun

bakat Ladiono di bidang seni sudah nampak, sejak kecil Ladiono suka membuat

bentuk- bentuk wadah dari gerabah mulai vas bunga sampai dengan membuat

hiasan bentuk wayang dari tanah liat. Dia juga dapat membuat cetakan sendiri

untuk hiasan dinding berupa bentuk wayang orang dari tanah liat, dan memberi

warna hiasan dinding yang dibuatnya dengan warna asli getah ringin (wawancara,

12 Maret 2011). Ladiono membenarkan pernyataan orang tuanya tersebut,

Kegiatan berkarya dimulai dengan membuat vas bunga. Kegiatan tersebut

dilakukannya sejak berusia 10 tahun tanpa bantuan dari orang tua dan guru-

gurunya. Kegiatan itu dilakukan secara otodidak. Awalnya ia membuat benda-

benda berupa vas bunga namun lama-kelamaan bentuk vas bunga dirubah dan

dimodifikasi ke relief hiasan dinding dari tanah liat dengan mengambil bentuk-

bentuk pewayangan. Hal ini adanya pengaruh dari tetangganya yang berprofesi

sebagai dalang. Ia sering main dan melihat, serta sering didongengi tentang cerita-

cerita tokoh- tokoh dalam wayang di rumah tetangganya tersebut.

Page 74: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

60

Pada waktu Ladiono berumur sekitar 13 tahun. Tepatnya masih duduk

di kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP), dimana situasi dalam keluarga

semakin repot ditambah lagi dengan hubungan Bapak dan ibunya yang kurang

harmonis menyebabkan Ladiono harus berusaha mencari dana untuk

kebutuhannya dan adik- adiknya. Maka solusi yang diambil Ladiono harus

mencari biaya tambahan untuk sekolah. Lantaran keputusan itulah akhirnya

timbul fikiran Ladiono ingin mencari biaya sendiri untuk mempertahankan agar

tetap sekolah. Kemudian di benak Ladiono timbul angan-angan atau ide positif,

yaitu ingin merombak barang – barang dari gerabah itu menjadi sebuah karya

yang mahal tetapi bahannya sedikit. Setelah mencoba-coba selama kurang lebih

satu tahun ternyata ide itu bisa dibuktikan. Bentuk kuwali, lemper yang

cenderung memerlukan bahan yang banyak, dan pengerjaanya lama, kini diganti

sebuah bentuk wayang orang setengah badan yang menarik. Agar pemrosesannya

lebih efektif dan efesien, dibuat model cetakan, sehingga semua orang bisa

membuat karya wayang orang dengan cara mencetak, termasuk salah satunya

adalah adik-adiknya. Begitulah Ladiono terus menekuni karya cetakan keramik

sampai SMP. Cukup banyak orang membeli kemudian untuk dijual lagi. Bahkan

sampai di luar kota misalnya Malang, Surabaya, Blitar dan lain- lain. Singkatnya

dari hasil berkarya seninya tersebut bisa untuk biaya sekolah dan membantu

keluarganya.

Tahun 1972 Ladiono lulus SMP, sebenarnya cita- cita Ladiono ingin

melanjutkan ke SMSR /Sekolah Menengah Seni Rupa, tetapi tidak jadi

melanjutkan karena terbentur biaya. Kemudian Ladiono ikut pamannya ke

Trenggalek. Bersama Pamannya, Ladiono justru melanjutkan sekolah ke Sekolah

Page 75: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

61

Menengah Kejuruan (SMK) sampai lulus di tahun 1975. Setelah lulus, Ladiono

berusaha mencari pekerjaan yang layak tetapi belum juga mendapatkannya.

Karena begitu sulitnya mencari pekerjaan, Ladiono kembali menekuni karya

gerabah dengan membuat benda-benda tiga dimensi yang dimodifikasi bentuk

dan modelnya, yaitu genthong, kendhi, Vas, Pot bunga, dan sejenisnya, bentuk-

bentuk benda tersebut terkadang diukir/dihias, kadang dicat, kadang divernis saja

yang penting dapat dijual untuk memenuhi kebutuhannya.

Tahun 1976 Ladiono masuk di Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Di

sinilah Ladiono mulai cocok dan bisa mengembangkan bakatnya, karena terdapat

mata pelajaran seni lukis yang menjadi hobinya. Pak Ihwan Supardi dan Sujono,

sebagai pendidik memberikan motivasi dan sekaligus membinanya. Pada saat itu

Ladiono diberi tugas membuat karya lukisan dari pelepah pisang/debog.

Sebenarnya tugas itu bersifat kelompok, tetapi Ladiono mengerjakan sendiri,

maksudnya agar lebih leluasa berkreasi dan bebas berekspresi.Ternyata hasilnya

memuaskan sekali. Akhirnya pada saat itu Ladiono disuruh membuat lagi dan

biaya dicukupi oleh gurunya tersebut. Bahkan Kepala Departemen P dan K

Kabupaten Trenggalek menyuruh membuat lima lukisan untuk dipamerkan di

Surabaya dalam event EXPO se Prop Jatim di Tahun 1976.

Tahun 1977 Ladiono mengadakan pameran tunggal Lukisan Pelepah

pisang pertama di Tulungagung. Hasilnya banyak yang membeli dan banyak

pesanan. Kemudian Tahun 1978, Ladiono mengikuti angkatan CPNS ,

Alhamdulillah Ladiono diangkat sebagai Guru SDN Karanganyar II Kecamatan

Gandusari, Trenggalek.

Tahun 1980 mengadakan pameran tunggal kedua di Tulungagung.

Page 76: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

62

Hasilnya luar biasa, banyak yang pesan, banyak yang beli, dan dari TVRI saat itu

meliput dan ditayangkan dalam acara “UNIK DAN MENARIK”. Mulai saat

itulah hasil karya lukisan debog Ladiono banyak dikenal masyarakat dalam dan

luar kota. Bahkan ada beberapa lukisan dibeli oleh Turis asing.

Karya-karya Ladiono saat itu banyak dipengaruhi lingkungan alam dan

binatang yang realis. Tema yang pernah dibuat antara lain :Berkawan dengan

kerbau, Anak-anak ayam, Perahu nelayan, peternak bebek, sarang blekok, Kidang

dan menjangan, Dua Merak, Kuda Sembrani, Ramayana, dan lain-lain.

Setelah Ladiono berhasil mencapai sukses, dalam wawancara beliau

mengatakan bahwa teringat dengan kata-kata ibunya dulu, yaitu ketika Ladiono

masih dalam kandungan. Kakeknya berpuasa selama 40 hari berdoa supaya

nantinya si jabang bayi dianugerahi kelebiahan dari yang lainnya. Setelah jabang

bayi lahir, ternyata bungkus dan akhirnya diiris dengan garam batu. Kemudian

plasenta bayi sebagaimana biasa dimasukkan dalam gendhok, kali ini dimasukkan

dalam bentulan pisang raja yang dilubangi, lantas dikubur dalam tanah. Apa

maksud Kakeknya itu tidak ada yang tahu. Ternyata setelah dipikir-pikir ada

kaitannya dengan keberhasilan seni debog.

Dari pernyataan tersebut memang Ladiono sebagai pelukis debog

mempunyai keunikan tersendiri. Dan sampai sekarang melukis debog sudah

menyatu disanubari Ladiono. Meskipun setiap hari mengajar di SDN 2 Ngadisuko

Durenan pada malamnya ia gunakan untuk berkarya sehingga tidak

ada waktu kosong, selalu diisi acara melukis debog.

Pengalaman, pengetahuan.dan ketrampilan tentang debog makin

bertambah. Juga corak dan gaya yang ditampilkan cenderung beralih dari realis ke

Page 77: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

63

ekspresif dekoratif. Dalam peralihan corak dan gaya tersebut, pada tahun 2007

Ladiono mempunyai alasan tersendiri. Menurut Ladiono, ”perubahan corak dan

gayanya dipilih karena lebih mudah pengerjannya dan lebih bebas berekpresi dan

juga tema-temanya tidak terikat anatomi”.

Ladiono sangat menyukai hobi membuat seni kriya dari pelepah pisang

dalam bentuk lukisan relief dikarenakan bahannya mudah didapatkan disekitar

lingkungan rumahnya. Di daerah Trenggalek sangat banyak dan mudah ditemukan

pohon pelepah pisang, karena setiap rumah warga ditanami pohon pisang sebagai

perindang dan diambil buahnya. Selain bahannya mudah didapatakan, alasan lain

dari Ladiono adalah tekstur pelepah pisang yang memiliki ciri khas dan warnanya

yang berbeda pada tiap jenis- jenis pisang.

Gambar 3.1 Ladiono menunjukkan pelepah pisang sebagai media utama untuk karyanya

(Sumber: Dokumentasi penulis, 2011)

Ladiono juga menyebutkan bahwa, orang atau seniman yang membuat

lukisan timbul dari pelepah pisang masih sedikit khususnya di daerah Trenggalek.

Adanya keinginan dari dalam hati atau terinspirasi Ladiono untuk menciptakan

gaya seni yang baru yang diciptakan dari hasil penggabungan gaya realis menuju

ke gaya ekspresionis dekoratif.

Page 78: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

64

Gambar 3.2 Ladiono menunjukkan lukisan pelepah pisang karyanya

(Sumber: Dokumen penulis, 2011)

Dalam berkarya seni, Ladiono tidak ditujukan untuk mencari materi

namun semata –mata untuk kepuasan hati Ladiono. Dia sangat menekuni debog/

pelepah pisang dalam bentuk lukisan karena sampai saat ini sedikit orang yang

menekuni atau membuat lukisan debog seperti Ladiono.

Lingkungan Keluarga, Ladiono adalah orang yang sangat menyayangi

keluarganya. Sebagai pemimpin dalam keluarga, Ladiono sangat bertanggung

jawab. Semua anggota keluarga Ladiono sangat mendukung dan menjadi

motivator dalam berkarya. Istrinya, Masripah yang dinikahi Ladiono pada Tahun

1982 sangat memotivasi dan mendukung setiap Ladiono berkarya, ia rela

membantu kerja suaminya menyetrikakan pelepah pisang yang kering. Bahkan

istrinya selalu mendampingi Ladiono ketika mengadakan pameran. Sedangkan

ketiga anaknya membantunya dengan mengerok bagian dalam pelepah pisang /

debog sampai dengan memisahkan bagian pelepah pisang yang kasar dan yang

halus kemudian menjemurnya.

Di lingkungan masyarakat, Ladiono dikenal sebagai orang yang ramah

dan murah senyum. Hal ini diketahui dari wawancara peneliti dengan salah satu

Page 79: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

65

tetangganya yang bernama Pak Yudha Rachman Wijaya yang juga sebagai rekan

guru dengan Ladiono. Beliau mengatakan bahwa” Ladiono adalah orang yang

lucu, suka bercanda, sopan dan pandai melukis. Dalam berkarya tidak harus

mengikuti pakem, hal ini juga tidak terlepas dari latar belakang seniman sebagai

seorang guru yang memanfaatkan bahan yang banyak dijumpai sekitar rumah”.

Lukisan pelepah pisang karya Ladiono bersifat ekspresif dan inovatif, meskipun

keterbatasan warna yang lebih terkesan monokrom tapi dapat tersamarkan dengan

perpaduan bentuk yang harmoni.

Dalam membuat Lukisan timbul dari pelepah pisang/ debog Ladiono,

terdapat beberapa tahapan dalam menentukan media dan teknik yang

dilakukannya, di antaranya:

1. Bahan

Bahan merupakan hal- hal yang diperlukan dalam pembuatan lukisan

pelepah pisang/ debog. Pelepah pisang merupakan bahan utama dalam

pembuatan lukisan karya Ladiono. Dalam membuat lukisan pelepah pisang,

tidak semua pelepah pisang digunakan oleh Ladiono. Beliau menggunakan

pelepah pisang kepok, karena memiliki perbedaan warna.

Bubur kertas, dalam membuat bubur kertas Ladiono menggunakan

kertas Koran dan kertas tipis disebabkan mudah melebur. Dalam pembuatan

bubur kertas, kertas koran sebelumnya direndam dengan air selama 1 hari.

Kertas koran ini dicampur dengan lem rajawali. Campuran kertas koran

dengan lem diaduk rata dan dinamakan menjadi bubur kertas. Bubur kertas

ini digunakan untuk dasaran objek agar tampak lebih menonjol keluar seperti

relief.

Page 80: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

66

Selain bahan di atas, Ladiono juga menggunakan aneka macam pisang

dengan ukuran variasi, menempelkan pelepah pisang di atas bubur kertas

pada triplek. Untuk mencari bahan baku utama yaitu pelepah pisang, ia sering

pergi ke daerah- daerah untuk mencari pelepah pisang yang bermutu untuk

lukisannya tersebut. Bahkan beliau rela melakukan perjalanan sampai keluar

kota untuk mencari pelepah pisang yang memiliki warna dan tekstur yang

berbeda dan unik. Sedangkan media atau dikatakan bidang gambar yang

digunakan Ladiono adalah triplek, media triplek merupakan media yang kuat

dan tidak mudah rapuh dalam tempo waktu yang lama. Untuk menumpuk

bubur kertas agar halus digunakan alu besi atau dalam bahasa jawa dikatakan

lumpang.

2. Teknik pembuatan lukisan pelepah pisang/ debog

Dalam pembuatan lukisan pelepah pisang, terdapat beberapa tahapan

agar lukisan pelepah pisang dapat dinikmati keindahannya, diantaranya:

a. Mengeringkan pelepah pisang

Sebelum dipergunakan untuk lukisan, pelepah pisang

sebelumnya dikerok dalamnya dan diambil permukaannya pelepah

pisang yang lunak dan berserabut. Bagian pelepah pisang yang bawah

atau yang keras tidak dipergunakan karena tidak menghasilkan warna

yang khas. Dan sulit untuk ditempelkan pada media triplek. Setelah

dikeringkan selama satu hari kemudian pelepah pisang tersebut

disetrika. Pengeringan pelepah pisang ditentukan dengan cuaca.

Apabila cuaca panas, maka pengeringan pelepah pisang sangat cepat,

Page 81: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

67

namun apabila cuaca hujan maka pengeringan pelepah pisang

dilakukan dengan memanaskan menggunakan mesin pemanas.

b. Menyetrika pelepah pisang

Penyetrikaan pelepah pisang dilakukan agar mudah dibentuk

dan dipotong. Setelah penyetrikaan selanjutnya dilakukan pembuatan

sketsa.

c. Pembuatan sketsa

Pembuatan sketsa dilakukan Ladiono untuk menempatkan

objek supaya sesuai dengan media yang digunakan. Baik ukuran

maupun warna dan gelap terangnya. Pembuatan sketsa memerlukan

waktu antara 5 sampai dengan 15 menit tegantung ukuran medianya.

Pembuatan sketsa dengan membuat konsep dahulu di kertas kemudian

konsep yang telah jadi diberi warna sampai dengan arah pencahayaan.

Kemudian konsep tersebut dipindahkan pada media triplek

menggunakan cat.

d. Penutupan sketsa dengan bubur kertas

Agar bagian depan tampak menonjol dan bagian yang

belakang tampak datar. Maka yang pertama adalah pengoleskan bubur

kertas pada triplek. Pengolesan bubur kertas dilakukan mengunakan

pisau dapur yang ujungnya tumpul lebih memudahkan membentuk

bubur kertas sesuai dengan objek yang digambar oleh Ladiono. Proses

penutupan sketsa dengan bubur kertas dilakukan selama 1 jam

kemudian ditunggu sampa kering antara 1 sampai 2 hari. Kemudian

Page 82: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

68

setelah kering dilakukan penempelan dengan pelepah pisang/ debog

yang telah disetrika.

e. Penempelan debog

Penempelan pelepah pisang dilakukan setelah media yang

ditutup bubur kertas kering. Penempelan ini menggunakan debog yang

telah disetrika. Debog ditempelkan menggunakan lem rajawali.

Penempelan dilakukan dimulai dari background kemudian menuju ke

depan yaitu objek utama atau figure utama. Ketika menempelkan

debog, tidak dilakukan secara asal tempel, namun Ladiono juga

menggunakan teknik sambung debog dan memilih debog yang

berwarna muda sebagai background seperti lukisan Ladiono yang

berjudul ”Sepatu Tikus” . Bagian yang gelap, ladiono menggunakan

debog dengan warna coklat tua dan warna merah asli pelepah pisang.

f. Finishing

Setelah semua tahap diatas selesai, yang terakhir adalah

memfinishing karya dengan pernis dengan tujuan agar karya lukisan

pelepah pisang/ debog Ladiono tidak mudah rusak, tahan lama dan

tidak mudah berjamur. Untuk menghasilkan satu lukisan pelepah

pisang dengan ukuran 120 x 90 cm, beliau membutuhkan waktu

selama 3 minggu. Lama tidaknya waktu penyelesaian lukisan pelepah

pisang ditentukan dari besarnya ukuran media, kerumitan bentuk yang

diciptakan dan ketersediaan bahan baku.

Page 83: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

69

B. Aspek Objektif/ Karya Lukisan Pelepah Pisang Karya Ladiono Periode

2007

Dalam mencari informasi nilai- nilai yag terdapat dalam lukisan timbul

pelepah pisang/ debog, peneliti melakukan pengamatan (observasi) langsung

dengan empat karya karya milik Ladiono di tahun 2007 yang dipilih berdasarkan

figur/ objek yang di tampilkan.

1. Lukisan pelepah pisang berjudul ”PEMULUNG”

\

Gambar 3.3 Pemulung

(Sumber: Dokumen penulis, 2011)

a. Identitas karya

1. Judul : Pemulung

2. Ukuran : 90 x 120 cm

3. Medium : Pelepah pisang diatas triplek

4. Tahun : 2007

Page 84: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

70

b. Diskripsi Karya

Lukisan berjudul ”Pemulung” ini menampilkan seorang objek

menyerupai manusia dengan dua buah objek di sampingnya yang mirip

dengan tempat/ wadah untuk pembuangan sampah.

Objek menyerupai manusia tersebut tampak mengahadap ke kanan

dan kelihatan telanjang dada dengan memakai celana pendek, ia sedang

duduk sambil menikmati sebuah benda mirip dengan rokok menggunakan

tangan kirinya kelihatan asap- asap rokok yang terbentuk dari garis- garis

lengkung dan kaligrafis. Tampak sekali dua jari tangan kirinya memegang

objek menyerupai rokok dengan tangan kirinya sedangkan ketiga jari yang

lain menekuk ke dalam telapak tangan. Sedangkan siku tangan kanannya

ditopangkan pada benda seperti tempat sampah yang terletak di sebelah kiri

bidang gambar. Objek menyerupai manusia duduk dengan menghadap ke

samping kanan bidang gambar.

Objek mirip dengan manusia pada lukisan di atas memiliki ciri- ciri

fisik seperti: berkulit cokelat kekuningan pada tubuh yang terkena cahaya,

sedangkan pada tubuh bagian yang dalam tampak berwarna cokelat tua. Pada

muka objek nampak sekali garis-garis kaligrafis memenuhi seluruh mukanya,

tampak pula kedua alis dan matanya yang tampak tertutup.

Mulutnya tampak seperti menikmati hisapan sebatang benda

semacam rokok. Tulang- tulang iga objek kelihatan sangat jelas lekuk-

lekuknya dengan warna cokelat tua. Tangan kananya ditopangkan pada

sebuah benda semacam tempat menempatkan sampah; telapak tangan dan

jari- jarinya kelihatan menghadap ke bawah sebelah kiri bidang gambar;

Page 85: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

71

kedua kakinya duduk di samping depan semacam bebatuan yang

memperlihatkan kelima jari- jari kakinya; kaki kanan lurus diagonal ke bawah

kanan bidang gambar tampak telapak dan semua jari- jari kakinya.

Selain objek menyerupai manusia tampak pula dua buah benda yang

berada di sampingnya. Kedua benda itu tampak seperti tempat untuk menaruh

sampah. Satu benda diikatkan pada punggung menyerupai manusia; benda

tersebut terlihat kosong dengan adanya warna cokelar tua di permukaan atas.

Sedangkan satu benda mirip tempat menaruh sampah berdiri tegap di

samping kiri bawah bidang gambar berdekatan dengan objek utama. Benda

semacam tempat pembuangan sampah nampak lebih besar daripada benda

yang diikatkan pada punggung objek menyerupai masusia.

Pada kedua benda tersebut tampak bagian dalamnya yang masih

kosong, Benda semacam tempat sampah yang terletak di samping objek

semacam manusia.

Topi semacam jerami dipakai di atas kepalanya, kelihatan ruat- raut

jerami menutupi sebagain wajah objek mirip manusia.

Background objek tampak lemah gemulai dengan arah dari kiri atas

bidang gambar menuju ke kanan bawah bidang gambar yang terbentuk dari

serangkaian garis dan bidang non geometris, sedangkan bagian tengah

kelihatan terang dengan menampilkan warna cokelat keputihan. Bagian

bawah bidang gambar tampak lebih gelap dengan didominasi oleh warna

cokelat tua.

Pada bagian bawah bidang gambar terlihat dua buah objek mirip

gunung- gunung kecil dengan warna coklat bervalue. Bentuk gunung-

Page 86: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

72

gunungan tersebut dipenuhi oleh garis- garis berwarna cokelat kehitaman dan

cokelat keputihan.

c. Analisis Karya

Lukisan ini tampak estetik dari adanya kesatuan dan keserasian

semua unsur pembentuknya, mulai dari garis, bidang, warna dan tekstur asli

berasal dari pelepah pisang (debog).

Dari segi warna, seluruh elemen visual mempunyai warna coklat

dengan perbedaan value terdiri atas cokelat tua, cokelat, cokelat keputihan

yang terlihat pada gambar 3.3. Warna cokelat tersebut disusun berdasarkan

arah datangnya pencahayaan.

Gambar 3.4 Garis struktural pada lukisan ”Pemulung”

(Sumber: Dokumen penulis, 2011)

Selain itu estetik lukisan juga terlihat dari adanya perulangan garis

kaligrafis dan bidang non geometris yang menyebar dalam bidang gambar

Page 87: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

73

yang tampak pada gambar 3.3. Sedangkan kesan adanya garis struktural juga

nampak pada kontur tubuh objek semacam manusia dan benda semacam

tempat sampah, gunung-gunungan yang tampak pada gambar 3.4 di atas.

Nampak jelas pula perulangan/ ritme bentuk objek semacam tempat

sampah dan perulangan bidang kotak- kotak/ geometris di dalam bentuk

objek semacam tempat sampah pada yang tampak seperti pada skema di

bawah ini.

Gambar 3.5 Perulangan bentuk tempat sampah pada lukisan ”Pemulung”

(Sumber: Dokumen penulis, 2011)

Selain pada bentuk benda mirip tampat sampah, perulangan terjadi

pada perulangan garis kaligafis pembentuk topi objek semacam manusia;

perulangan garis kaligrafis pembentuk semacam asap rokok tampak pada

gambar 3.6, perulangan bentuk mata yang tampak menutup, perulangan

bentuk alis, perulangan bentuk jari- jari tangan, perulangan bentuk jari- jari

kaki, perulangan bentuk iga objek menyerupai manusia, perulangan bentuk

gunung kecil yang berada di samping kanan objek utama.

Page 88: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

74

Perulangan / ritme juga tampak pada warna cokelat tua dan

perulangan warna cokelat muda, kemudian perulangan tekstur kasar yang

menyebar di seluruh bidang gambar pada gambar 3.6.

Gambar 3.6 Perulangan garis kaligrafis pada lukisan “Pemulung”

(Sumber: Dokumen penulis, 2011)

Arah objek tunggal menghadap ke samping kanan dengan

penempatan atau objek terletak pada bidang gambar sebelah kiri bidang

gambar sedangkan bidang gambar bagian kanan lebih lebar. Posisi dan arah

objek tersebut menyebabkan terciptanya suatu keseimbangan asimetris yang

menghasilkan kesan statis pada objek semacam manusia karena

backgroundnya tampak lebih hidup seperti bergerak seperti pada gambar 3.3.

Namun secara visual objek di atas tampak statis sedangkan

background lebih kelihatan dinamis akibat adanya campuran garis kaligrafis

dan bidang– bidang non geometris yang berarah dari kiri atas menuju ke

kanan bawah. Komposisi garis kaligrafis dan bidang non geometris yang

Page 89: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

75

menyatu menyebar memenuhi seluruh tafril. Kondisi demikian menyebabkan

lukisan tampak penuh dan sesak. Hal itu tampak pada skema 3.7.

Gambar 3.7 Background pada lukisan “Pemulung”

(Sumber: Dokumen penulis, 2011)

Di belakang objek semacam manusia tampak terdapat ruang semu.

Kesan keragaman (emphasis) tercipta karena adanya kontras bentuk dan

kontras warna. Kontras bentuk terjadi karena objek tunggal tepat berada di

tengah- tengah bidang gambar menjadi pusat perhatian dengan background

perpaduan garis kaligrafis dan bidang non geometris. Namun kontras warna

tampak dari adanya penempatan warna coklat tua dengan coklat keputihan

seperti pada gambar 3.7.

Jadi dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa lukisan

tersebut masih tampak estetis karena semua unsur - unsur rupa terorganisasi

secara harmoni, meski penampakan objek kelihatan lebih statis dari pada

Page 90: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

76

background di belakangnya yang kelihatan dinamis serta warna yang

ditampilkan hanya dari satu warna cokelat.

2. Lukisan pelepah pisang berjudul ”SEPATU TIKUS”

Gambar 3.8 Lukisan berjudul “Sepatu Tikus”

(Sumber: Dokumentasi penulis, 2011)

a. Identitas karya

1. Judul :Sepatu tikus

2. Ukuran : 90 x 120 cm

3. Medium : Pelepah pisang diatas triplek

4. Tahun : 2007

b. Deskripsi karya

Lukisan yang berjudul ”Sepatu Tikus ” di atas masih terbuat dari

pelepah pisang atau debog. Lukisan ini sama dengan lukisan sebelumnya

Page 91: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

77

menampilkan satu objek utama mirip dengan sepatu bot dan tiga ekor objek

semacam tikus. Seluruh objek tersebut tersusun dengan variasi ukuran, warna

dan bentuk yang tampak memenuhi tubuh semua objek pada bidang gambar.

Objek utama mirip sepatu menghadap kekanan, tampak bagian depan

sedangkan bagian belakangnya memanjang ke atas.

Objek semacam sepatu dikerumuni tiga ekor figur lain menyerupai

tikus. Ketiga figur semacam tikus menyebar di semua bagian objek mirip

sepatu, baik berada di bagian bawah kiri dan kanan sepatu.

Satu figur semacam tikus yang berada di samping kiri bawah sepatu

semacam bot menampilkan kedua tangan yang tampak merayap dan kakinya

menyentuh bidang yang seakan- akan mirip dengan tanah di bawah sepatu.

Ekor figur semacam tikus panjang menyentuh bidang semacam tanah,

matanya tampak dengan tajam melihat keatas, kedua telinganya berdiri.

Tampak pula kumis figur tikus yang terbentuk dari garis-garis lengkung.

Di bagian muka objek semacam sepatu, tepatnya di bagian atas muka

objek semacam sepatu tampak seekor figur mirip tikus menaiki muka sepatu.

Kedua tangannya memegang erat sambil menggigit kuat dengan taringnya

pada bagian muka bentuk semacam sepatu tersebut. Kedua telinganya tampak

tegap, kedua mata hitam serta mulutnya dengan kuatnya sedang menggigit

sebagian tubuh objek menyerupai sepatu. Ekornya panjang menjuntai ke

bawah kiri objek mirip sepatu.

Di bagian atas objek mirip sepatu terlihat seekor figur semacam tikus

lagi nampak menggantung. Figur semacam tikus tersebut menghadap kiri

bidang gambar. Kedua Tangannya tertutup oleh sebagian objek sepatu

Page 92: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

78

sehingga tampak muka, dan kedua telinga tampak jelas bentuknya hampir

bulat, tampak pula kedua kakinya memegang bagian atas sepatu sehingga

bagian atas objek menyerupai sepatu tampak melebar keluar, serta ekor figur

kelihatan menjuntai ke bawah.

Seluruh elemen- elemen rupa dalam bidang gambar terbentuk dari

warna cokelat yang dibedakan dari gelap terangnya. Warna cokelat tua

mendominasi sebagian besar pada bentuk objek menyerupai sepatu dan

ketiga figur tikus sedangkan warna cokelat muda terdapat pada sebagian kecil

bentuk objek semacam sepatu dan tikus.

c. Analisa Formal

Lukisan di atas tampak adanya kesan selaras/ serasi atau harmony dari

dicapai dari memperbanyak kesamaan dan kemiripan. Kesamaan dan

kemiripan didapatkan dari perulangan penggunaan unsur dalam organisasi

visual/tata susun yang terdapat di lukisan pada gambar 3.8 di atas.

Gambar 3.9 Garis kaligrafis pada lukisan “Sepatu tikus”

(Sumber: Dokumen penulis, 2011)

Page 93: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

79

Perulangan ini dengan adanya kesan garis struktural dan garis-garis

kaligrafis pada seluruh permukaan objek baik pada objek menyerupai sepatu

maupun ketiga figur menyerupai tikus. Perulangan garis kaligrafis juga

muncul pada background / belakang objek utama. Garis kaligrafis pada

lukisan di atas memiliki variasi ukuran, panjang, dan memiliki ketebalan yang

berbeda, dapat diketahui dari gambar 3.9.

Sedangkan pada gambar 3.10 menampilkan perulangan / rhytme

terdapat pada perulangan bentuk ketiga figur menyerupai tikus. Perulangan

terlihat mulai dari bentuk telinga yang mirip lebih bulat, ekor panjang, mata,

dan perulangan kumis, bentuk mulut, serta perulangan tekstur nyata dalam

tubuh ketiga figur menyerupai tikus tersebut.

Gambar 3.10 Perulangan bentuk tikus serta variasi bentuk

antara sepatu dengan tikus pada lukisan “Sepatu tikus”

(Sumber: Dokumen penulis, 2011)

Perulangan juga terlihat pada perulangan warna cokelat tua kehitaman

dan perulangan warna cokelat muda baik pada permukaan tubuh objek

menyerupai tikus dan permukaan objek menyerupai sepatu. Perulangan warna

Page 94: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

80

tersebut memenuhi seluruh bidang gambar yang tampak pada gambar 3.8.

Sedangkan warna cokelat keputihan mendominasi bidang gambar.

Objek menyerupai sepatu yang tampak dari samping menghadap ke

kanan bidang gambar, yang terletak di tengah – tengah bidang menjadi pusat

perhatian/ center of interest.

Kontras muncul dari variasi bentuk antara objek menyerupai sepatu

dan objek menyerupai tikus seperti pada gambar 3.10.

Gambar 3.11 Background pada lukisan “Sepatu tikus”

(Sumber: Dokumentasi penulis, 2011)

Kontras bentuk objek utama dan background yang tersusun atas

bidang- bidang non geometris. Kontras juga masih tampak dari perbedaan

warna cokelat tua dan cokelat keputihan yang dibedakan pada value tampak

di background bidang pada gambar 3.11 di atas.

Objek tunggal bersama dengan ketiga figur semacam tikus berada di

tengah- tengah bidang gambar serta background belakang tampak dinamis

Page 95: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

81

dan mengandung kesan adanya ruang semu, bidang- bidang non geometris

memanjang serta tampak bergelombang berarah secara horizontal, sehingga

tercipta adanya kesan keseimbangan informal. Keseimbangan ini berpengaruh

pada komposisi asimetris yang memberikan kesan dinamik dan bebas. Objek

semacam sepatu sebagai pusat perhatian (center of interest) dan tiga ekor

figur tikus memiliki proporsi yang besar sehingga memenuhi bidang gambar.

Meskipun demikian lukisan di atas masih kelihatan estetik karena

penyusunan antar elemen- elemen seni tampak menyatu dan kelihatan

dinamis walaupun objek semacam sepatu kelihatan statis.

3. Lukisan pelepah pisang berjudul ”ANTARA HIDUP DAN MATI”

Gambar 3.12 Lukisan berjudul ”Antara Hidup dan Mati”

(Sumber: Dokumentasi penulis, 2011)

a. Identitas karya

1. Judul :Antara Hidup dan Mati

Page 96: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

82

2. Ukuran : 60 x 180 cm

3. Medium : Pelepah pisang diatas triplek

4. Tahun : 2007

b. Diskripsi

Lukisan pelepah pisang yang ketiga menampilkan dua objek mirip

hewan. Kedua objek kelihatan sedang berperang. Tampak oleh mata,

seekor binatang semacam burung elang menghadap ke kanan bidang

gambar yang sedang mengibaskan kedua sayapnya ke atas. Kedua kakinya

menampakkan benda menyerupai taring- taring kuku yang sangat tajam .

Kaki kirinya mencengkeram tubuh binatang lain semacam ular. Sedangkan

kaki kanannya memperlihatkan kuku- kuku pajangnya serta bulu- bulu

ekornya mengembang.

Binatang yang dicengkeram oleh binatang semacam burung elang

merupakan binatang sejenis ular yang tampak dari samping menghadap ke

kiri bidang gambar. Binatang mirip ular tersebut melilitkan tubuh

panjangnya pada sebuah cabang pohon dengan menjulurkan lidah

panjangnya dan memperlihatkan kedua taring yang sedang terbuka. Mata

objek tersebut nampak melotot mengarah pada binatang semacam elang.

Tubuh objek semacam ular dipenuhi oleh sisik- sisik yang berwarna

cokelat kehitaman sedangkan bagian atas tubuh ular berwarna cokelat

keputihan.

Dibelakang objek utama terdapat background dengan variasi warna

cokelat yang dibedakan dengan adanya pencahayaan.

Page 97: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

83

c. Analisis Formal

Lukisan di atas tampak adanya nilai estetik dengan adanya kesan

menyatu, teratur dan komposisi unsur- unsur rupa yang terorganisasi.

Keselarasan dan keserasian dalam organisasi di atas dicapai dengan cara

memperbanyak kesamaan dan kemiripan. Kesamaan dan kemiripan pada

lukisan ini, dapat dicapai dengan adanya irama garis kaligrafis yang

nampak pada tubuh objek semacam elang dan semacam ular. Selain garis

kaligrafis nampak pula adanya kesan garis struktural, garis ini nampak

sebagai pembeda antara objek dan background yang tampak pada gambar

3.13

Gambar 3.13 Objek pada lukisan “Antara hidup dan mati”

(Sumber: Dokumentasi penulis, 2011)

Selain garis- garis kaligrafis nampak pula bidang- bidang non

geometris mendominasi seluruh bentuk kedua figur tersebut. Perulangan

Page 98: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

84

bidang non geometris terlihat pada seluruh sayap figur elang, ekor dan

tubuh figur mirip elang. Perulangan bidang non geometris juga terlihat

pada badan figur ular seperti pada bentuk sisik- sisik tubuhnya.

Warna kedua objek tersebut tercipta dari warna cokelat yang

dibedakan dengan menonjolkan value yang berbeda sehingga tampak

seperti ada pencahayaan seperti tampak pada skema 3.13.

Perulangan tidak hanya pada tubuh kedua objek. Perulangan juga

terjadi pada bidang- bidang non geometris di background lukisan, mulai

dari perulangan garis kaligrafis, perulangan bidang- bidang non geometris

dan kontras warna cokelat yang dibedakan dengan value yang tampak

pada gambar 3.14.

Gambar 3.14 Background pada lukisan “Antara hidup dan mati”

(Sumber: Dokumentasi penulis, 2011)

Ruang semu/ imajiner tampak juga sebagai background. Pada

gambar ini juga terlihat adanya kontras bentuk objek dengan background

Page 99: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

85

yang hanya tersusun atas bidang non geometris yang terpusat ke tengah

menuju objek utama. Kontras juga tampak dari komposisi warna cokelat

tua ke cokelat keputihan yang dibedakan dengan adanya value pada

gambar 3.14.

Irama nampak harmonis tampil pada penempatan warna asli

pelepah pisang yang ditempelkan pada bidang gambar.

Dominasi nampak pada objek utama mirip elang dan ular pada

cabang pohon. Kesatuan sangat terasa dari bentuk bidang dengan garis,

dan kesatuan warna cokelat. Irama muncul dari perulangan warna cokelat

kehitaman, cokelat muda dan putih kecokelatan.

. Keseimbangan pada lukisan ini merupakan keseimbangan

asimetris dengan arah memancar/ radial. Hal ini tampak dari penempatan

objek yang di tengah dengan background bidang yang seakan-akan

mengarah keluar seperti tampak pada gambar 3.14.

Proporsi bentuk sudah sesuai dengan prinsip proporsi, namun

lukisan di atas masih tampak datar karena menghadirkan dua objek yang

di tempatkan tepat ditengah- tengah bidang gambar.

4. Lukisan pelepah pisang berjudul ”NYETHE”

a. Identitas karya

1. Judul : Nyethe

2. Ukuran : 90 x 120 cm

3. Medium : Pelepah pisang diatas triplek

4. Tahun : 2007

Page 100: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

86

Gambar 3.15 Lukisan berjudul “Nyethe”

(Sumber: Dokumentasi penulis, 2011)

b. Diskripsi karya

Lukisan ini tidak jauh berbeda dengan lukisan – lukisan

sebelumnya. Sebuah objek menyerupai manusia duduk di atas menyerupai

tanah terdapat dalam satu bidang gambar, dimana objek menyerupai

manusia tersebut tampak berada di tengah bidang gambar menghadap ke

kiri. Objek mirip manusia diatas nampak sedang duduk termenung sambil

merokok menggunakan sebuah benda mirip pipa rokok dengan tangan

kanannya. Nampak pula lengkungan- lengkungan garis-garis semacam

asap rokok.

Pada seluruh tubuhnya terlihat garis struktural yang terbentuk dari

garis kaligrafis untuk pembentuk tubuh objek dan pembatas antara objek

dengan background.

Page 101: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

87

Objek menyerupai figur manusia tersebut memiliki ciri- ciri seperti

memiliki kulit tubuh berwarna cokelat tint dengan bervalue dengan

penggunaan pencahayaan pada sebagian muka, baju, tangan dan kedua

kakinya. Bagian muka, leher, tangan dan kedua kaki tampak jelas kerutan-

kerutan seperti otot yang terbuat dari garis kaligrafis. Bahkan rambutnya

tampak tergerai panjang. Figur semacam manusia tersebut kelihatan dari

samping menghadap ke kiri bidang gambar, sehingga telinga, mata dan

hidung serta mulutnya tampak separuh saja.

Tangan kanan figur semacam manusia terlihat memegang sebuah

benda mirip dengan pipa rokok, dua buah jari tangan kanan memegang

pipa rokok sedangkan dua jari tangan kanan menekuk ke dalam telapak

tangan. Tangan kiri objek kelihatan ditopangkan pada dengkul kaki kirinya

dan telapak tangan beserta kelima jari- jari tangannya menghadap ke

bawah.

Objek semacam manusia tersebut sedang duduk bersila, dimana

kaki kanannya menekuk ke dalam sedangkan kaki kirinya ditekuk ke

bawah secara vertikal menuju bidang gambar. Jari jemari kaki kanan

hanya kelihatan sebagian karena tertutup oleh kaki kanan. Namun kelima

jari kaki kiri semuanya tampak menopang di atas semacam tanah.

Objek semacam manusia memakai baju semacam kaos yang

terbuka sebagian pada bagian depannya sehingga nampak sebagain tulang

iganya dan memakai celana pendek. Di depan figur semacam manusia

terdapat sebuah benda mirip dengan korek api ukuran besar. Benda

tersebut terlihat masih dalam kondisi tertutup.

Page 102: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

88

Di samping kiri benda mirip dengan korek api tergeletak secangkir

benda semacam gelas beserta alasnya. Benda semacam cangkir tersebut

tampak menghadap ke atas, tampak bagian dalam cangkir tersebut warna

coklat tua gelap.

Di belakang objek terlihat komposisi warna yang bervariasi mulai

dari warna cokelat tua, cokelat, dan putih kecokelatan menempel pada

bidang non geometris yang berada di atas kiri tafril tampak seperti bidang

yang melengkung- lengkung semakin ke atas semakin membesar.

c. Analisis Formal

Secara visual, lukisan ini menampilkan satu warna utama yaitu

warna cokelat yang dibedakan berdasarkan valuenya. Warna coklat

keputihan mendominasi seluruh bidang gambar.

Lukisan ini juga menampilkan satu figur utama yaitu figur

menyerupai manusia dengan rambut panjang tergerai. Objek semacam

figur manusia, benda mirip cangkir dan sebuah benda menyerupai korek

api tampak berada di tengah- tengah bidang gambar sehingga menjadi

center of interest. Bentuk tubuh figur semacam manusia yang tidak

proporsi. Hal itu diketahui dari lehernya yang panjang, jari- jari tanganya

yang panjangnya sama dengan siku- siku tangannya seperti pada gambar

3.16.

Perulangan bentuk terlihat dari garis kaligrafis dan garis lengkung

yang nampak pada objek utama dan benda semacam cangkir yang berada

di samping objek yang tampak pada gambar 3.16. Pada gambar 3.16

Page 103: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

89

tampak semua tubuh objek sampai dengan rambutnya tersusun dari garis

kaligrafis.

Gambar 3.16 Objek pada lukisan “Nyethe”

(Sumber: Dokumentasi penulis, 2011)

Keseimbangan informal dengan pola asimetris tampak dari

penempatan figur menyerupai manusia tunggal yang berada tepat di

tengah- tengah bidang gambar, menghadap ke kiri bidang gambar.serta

mempunyai bobot yang lebih berat ke bidang samping kanan.

Kesimbangan informal dengan pola asimetris tercipta karena figur

semacam manusia statis, dan diam sedangkan backgroundnya lebih

kelihatan dinamis.

Keselarasan/ keserasian lukisan di atas tampak harmony dengan

adanya kemiripan dan kesamaan dari perulangan warna, tekstur, garis dan

bidang non geometris.

Perulangan warna cokelat tua/ cokelat kehitaman baik pada tubuh

figur semacam manusia mulai dari mata, garis struktural, garis pembentuk

Page 104: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

90

rambut, maupun pada background nampak pada gambar 3.17.

Gambar 3.17 Perulangan warna cokelat tua pada lukisan “Nyethe”

(Sumber: Dokumentasi penulis, 2011)

Pada gambar 3.18, selain perulangan cokelat tua nampak juga

perulangan warna putih kecokelatan yang menyebar di seluruh bidang

gambar.

Gambar 3.18 Perulangan warna putih kecokelatan pada lukisan “Nyethe”

(Sumber: Dokumentasi penulis, 2011)

Page 105: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

91

Gambar 3.19 Background pada lukisan ”Nyethe”

(Sumber: Dokumentasi penulis, 2011)

Perulangan tidak hanya terjadi pada objek utama saja melainkan

juga nampak pada background lukisan yang tampak pada gambar 3.19.

Pada gambar ini kelihatan secara jelas bahwa dalam background nampak

seperti suatu ruang imajiner yang tersusun dari percampuran garis

kaligrafis dan bidang non geometris lengkung yang mengarah secara

horizontal dari kiri membelah menjadi dua arah, separuh menuju ke kanan

atas dan separuhnya lagi menuju ke kanan bawah.

Jadi dapat disimpulkan bahwa lukisan di atas masih tampak estetis

karena unsur- unsur teroganisasi secara harmoni, meski penampakan objek

utama lebih statis dibandingkan dengan backgroundnya yang lebih

dinamis.

Secara keseluruhan, visualisasi pada karya ini kurang tampak

bervariasi baik pada figur objek yang tunggal, warna yang digunakan, serta

background yang datar.

Page 106: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

92

C. Afeksi Penghayat Terhadap Lukisan Pelepah Pisang Periode 2007 Karya

Ladiono.

1. Lukisan ”PEMULUNG”

Kesan pertama peneliti melihat keseluruhan lukisan di atas adalah tenang,

lemah lembut dan mengalir apa adanya. Penggunaan tekstur nyata kasar

memenuhi seluruh bidang gambar. Tekstur tersebut tampak seperti serabut yang

menyebar secara merata pada bidang gambar, sehingga ketika mendekati lukisan

tersebut tampak sekali tesktur nyata dari serabut pelepah pisang.

Adanya variasi ukuran, panjang- pendek dan ketebalan garis kaligrafis

dan bidang non geometris yang memenuhi seluruh bidang gambar yang

diorganisir secara asimetris namun memiliki kesan statis, datar dan diam pada

objek utama. Objek utama lebih statis dibandingkan dengan background yang

jauh lebih dinamis, sehingga ketika mengamati lukisan di atas, peneliti

menemukan backgroundnya lebih hidup daripada objeknya.

Kontras warna kurang nampak pada lukisan di atas karena menggunakan

satu warna asli pelepah pisang yang diatur berdasarkan valuenya sehingga lukisan

tersebut kurang hidup dan cenderung datar.

Penempatan objek yang berada ditengah- tengah bidang gambar dengan

warna dominasi cokelat tua membuat gambar tampak menonjol keluar dari

tafrilnya.

Figur semacam manusia, dengan ciri- ciri memakai topi dari jerami,

tubuhnya kurus kering, membawa duabuah tempat pembuangan sampah, peneliti

diasumsikan sebagai pemulung. Banyak dari para pemulung yang memiliki

tempat tinggal dalam satu lingkup dengan sampah. Dinding rumahnya terbuat dari

Page 107: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

93

triplek- triplek bekas dan beratapkan seng- seng yang sudah berkarat. Ekonomi

seorang pemulung hanya didapatkan dari mengambil sampah-sampah dari

pembuangan sampah rumah dan pabrik.

Pemulung dalam lukisan tersebut sedang duduk melepas lelah sambil

menghisap sebatang rokok.

Dari visualisasi lukisan di atas, maka peneliti dapat menafsirkan bahwa

lukisan di atas menggambarkan kehidupan seseorang pemulung yang kotor dan

miskin. Profesi pemulung banyak dilakukan orang-orang yang miskin demi

memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dengan memunguti sampah- sampah.

Kehidupan pemulung ini mengartikan bahwa kehidupan yang patut kita

hargai karena pekerjaan pemulung bukanlah pekerjaan yang hina. Sepatutnya kita

berterimakasih dengan adanya pemulung, tanpa adanya pemulung pasti sampah-

sampah banyak berserakan, dan bau kotor akan menyeruak kemana- mana.

Ditinjau dari gaya, lukisan di atas menggunakan gaya ekspresionisme, hal

ini tampak dari bentuk objek yang diciptakan hasil dari ungkapan jiwa seniman,

sedangkan teknik yang dipergunakan Ladiono menggunakan teknik dekoratif,

dimana bentuk garis dan bidang lengkung pada objek dan backgroundnya tampak

menghias.

2. Lukisan” SEPATU TIKUS”

Sebidang gambar menampilkan satu objek utama dengan tiga ekor objek

pendamping. Objek tersebut satu objek menyerupai sepatu dan tiga ekor objek

menyerupai tikus. Objek meyerupai sepatu sebagai center of interest lukisan.

Seluruh objek utama dalam lukian tersebut terbentuk dari garis - garis kaligrafis

Page 108: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

94

dan bidang- bidang non geometris. Garis-garis kaligrafis dan bidang-bidang non

geometris menciptakan adanya kesan luwes, lemah lembut, dan tidak kaku.

Namun dengan adanya objek yang berada ditengah- tengah dengan background

yang tampak datar dan sepi.

Dalam lukisan di atas nampak ada satu buah sepatu dan tiga ekor tikus.

Sepatu bot diasumsikan sebagai lembaga tinggi Negara semacam DPR. Tikus

merupakan hewan pengerat yang suka mencuri makanan orang lain, rakus, dan

suka meninggalkan kotoran dimana- mana. Tiga ekor tikus dalam lukisan ini

diasumsikan sebagai orang- orang/ oknum yang saling berebutan dalam

menduduki jabatan dalam lembaga tinggi atau DPR dan beramai- ramai

menyelewengkan harta dan kepercayaan rakyat untuk memenuhi kepentingan

pribadi. Tikus ini diasumsikan sebagai orang yang suka korupsi dana- dana milik

rakyat dengan kedok mengatas namakan demi kepentingan rakyat, padahal dana

tersebut mereka buat untuk kepentingan pribadi mulai dari rekreasi ke luar negeri,

sampai dengan poligami.

Tiga ekor tikus yang berada di semua sisi sepatu menggerogoti kain- kain

sepatu dengan gigi- gigi tajamnya dan kuku-kuku tangannya mengoyak kain- kain

pada sepatu melambangkan kerakusan oknum pegawai dalam lembaga tinggi

untuk berebutan kekuasaan dan menggerogoti lembaganya sendiri dengan

perbuatan- perbuatan tercela.

Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa lukisan di atas menceritakan

tentang obsesi suatu oknum dalam lembaga tinggi untuk mendapatkan jabatan

dengan melakukan berbagai cara. Semakin tinggi jabatan yang ingin didapatkan

maka semakin banyak pula cara mendapatkannya meskipun jalan haram yang

Page 109: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

95

dilakukan ia tidak peduli. Namun setelah mendapatkannya, banyak dari oknum ini

menyalah gunakan jabatan. Jabatan yang dipegang oleh oknum yang tidak

bertanggung jawab dengan menyelewengkan jabatan yang dipegangnya demi

kepentingan pribadi, misalnya jabatan tersebut dipergunakan untuk perantara

mengambil keuntungan sebanyak- banyaknya semisal korupsi.

3. Lukisan”ANTARA HIDUP DAN MATI”

Lukisan berjudul “Antara Hidup dan Mati” memperlihatkan kesan garis

struktural dan garis kaligrafis. Lukisan ini menggambarkan dua buah objek

dengan bidang yang tersusun atas bidang- bidang non geometris.

Secara visual, lukisan ini memang tampak lebih gelap, namun komposisi

warna lukisan ini sudah tampak menyatu dan harmonis, meskipun hanya tersusun

oleh satu warna cokelat yang digradasikan.

Objek lukisan terdapat dua, yaitu elang yang diasumsikan sebagai predator

yang memakan hewan lain. Sedangkan ular diasumsikan sebagai mangsa dari

predator.

Meskipun ular merupakan mangsa dari elang, namun ular berhak untuk

melawan takdirnya sebagai mangsa elang. Ular berhak untuk melawan demi

kelangsungan hidupnya. Ular dalam lukisan itu tampak sekuat tenaga berperang

melawan elang, dengan senjatanya yang berupa dua buah gigi taring panjang, ia

kerahkan tenaganya melawan elang yang memiliki tubuh dan cakar kaki yang

kuat.

Dari keterangan diatas, maka peneliti dapat menginterpretasikan bahwa

lukisan di atas menggambarkan kisah rantai makanan, yaitu pertempuran antara

Page 110: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

96

hewan predator dan hewan yang akan jadi mangsanya. Elang melakukan segala

cara untuk mendapatkan makanannya untuk kelangsungan hidupnya dan Ular

dengan berbagai usaha mempertahankan diri untuk melawan elang, juga untuk

mepertahankan hidup. Mereka saling mencabik satu sama lain, saling memangsa.

Lukisan ini memberikan gambaran bahwa dalam hidup selalu membutuhkan

perjuangan meskipun harus mati.

Gaya pada lukisan berjudul ”Antara hidup dan mati” menurut peneliti,

lukisan ini menampilkan gaya dekoratif yang ekspresif. Dikatakan ekspresif,

apabila ditinjau dari visualisasi lukisan yang memiliki bentuk objek yang

sederhana dan bentuk ini merupakan hasil ungkapan, imajinasi dari Ladiono.

Sedangkan tekniknya Ladiono lebih mengarah pada dekoratif, karena

banyak memperlihatkan bentuk lengkung di tubuh objek maupun backgroundnya

yang tampak seperti menghias dan melebih- lebihkan objek yang ditampilkan.

4. Lukisan ”NYETHE”

Sebidang gambar dengan menampilkan satu objek gambar menyerupai

manusia berambut panjang tergerai sedang duduk di atas tanah. Ia sedang

merokok dan minum secangkir kopi. Objek tunggal tersebut merupakan center of

interest dalam ruang semu. Meskipun semua elemen dalam lukisan tersusun dari

garis kaligrafis dan bidang non geometris namun memiliki efek luwes, lemah

lembut dan tidak kaku namun dengan adanya warna monokrom yang digradasi

membuat lukisan ini terkesan datar dan sederhana.

Lukisan “Nyethe” ini menampilkan seorang figur manusia yang sedang

bersantai duduk-duduk di atas tanah sambil merokok menggunakan pipa rokok

Page 111: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

97

kesayangannya serta ditemani dengan secangkir kopi dan sekotak korek api.

Rambutnya yang tergerai panjang, dengan bajunya yang memperlihatkan

sebagian dadanya menandakan bahwa figur manusia tersebut sedang melakukan

kegiatan yang santai.

Jadi dapat disimpulkan bahwa lukisan keempat tersebut menurut

penafsiran peneliti diasumsikan sebagai orang yang sedang bersantai pada saat

jam istirahat setelah bekerja seharian. Maka ia melepas penatnya dalam bekerja

dengan bersantai sambil menikmati hisapan rokok dalam pipa rokok dengan

duduk bersila. Kegiatan ini merupakan hal wajar yang dilakukan oleh setiap

orang untuk menghilangkan kelelahan, kecapekan dan agar setelah melakukan

kegiatan ini, seseorang dapat kembali bekerja dengan stamina prima.

Gaya pada lukisan berjudul ”Nyethe” menurut peneliti, lukisan ini

menampilkan gaya dekoratif yang ekspresif . Dikatakan ekpresif, apabila ditinjau

dari visualisasi lukisan yang merupakan ungkapan jiwa senimannya yang

sederhana dari kehidupan pribadi Ladiono yang gemar melakukan nyethe.

Sedangkan tekniknya Ladiono lebih mengarah pada dekoratif, karena

banyak memperlihatkan bentuk lengkung di tubuh objek maupun backgroundnya

yang tampak seperti menghias dan melebih- lebihkan objek yang ditampilkan.

D. Hubungan Aspek Genetik, objektif, Dan Afeksinya Dalam Lukisan

Pelepah Pisang Periode 2007

1. Lukisan ”PEMULUNG”

Dalam setiap proses penciptaan karyanya, Ladiono selalu menggunakan

konsep dasar terlebih dahulu. Baginya konsep tersebut merupakan pegangan wajib

Page 112: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

98

untuk dapat melangkah ke proses berikutnya. Hal tersebut nampak pada teknik

penempelan lembaran- lembaran bidang pelepah pisang/ debog yang ditempelkan

berdasarkan gelap terang/ valuenya untuk membentuk suatu objek. Objek lukisan

yang ditampilkan mengungkapkan realitas kehidupan seorang pemulung yang

mengingatkan kehidupan masa kecilnya yang juga serba susah dan menderita. Dia

harus membantu keluarganya mencari penghasilan sendiri untuk biaya sekolahnya

dan menghidupi keenam adik- adiknya, karena pekerjaan orang tuanya tidak

cukup untuk menghidupi anak- anaknya. Penghasilan yang didapatkan orang

tuanya hanya dapat untuk makan sehari saja, kemudian untuk makan besok orang

tuanya harus mencari lagi dengan menjual tepung.

Figur pemulung yang menatap ke samping kanan tampak datar sambil

menghirup rokok, seakan menceritakan perjalanan masih panjang dan banyak

beban persoalan yang harus dihadapi. Sebuah persoalan tentang masa depan

seorang pemulung yang selalu disingkirkan dan dianggap sebagai orang rendahan.

Semua orang banyak yang menyepelekan dan tidak menghiraukan keberadaan

pemulung padahal tanpa adanya pemulung, akan timbul bau yang tak sedap dan

sampah- sampah bertebaran kemana- mana.

Pada umumnya orang- orang mencibir, bahkan mereka menganggap

bahwa pemulung sama dengan peminta- minta. Pemulung tidak sama dengan

pengemis. Pengemis pekerjaan seseorang yang meminta uang dijalan maupun di

rumah- rumah masyarakat, sedangkan pemulung merupakan pekerjaan

mengumpulkan benda- benda bekas atau benda yang tidak terpakai untuk dijual

kepada tengkulak rosokan kemudian dari penghasilannya tersebut ia tukarkan

dengan makanan

Page 113: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

99

Dua tempat sampah yang digambarkan Ladiono dalam lukisan Pemulung

dengan latar gundukan – gundukan menggambarkan bahwa pemulung hanya

mencari sampah atau barang- barang bekas pada tempat sampah rumahan dan

tempat pembuangan akhir sampah. Jarang seorang pemulung yang berani

mengambil barang berharga pada rumah penduduk. Bahkan banyak pemulung

yang meminta ijin apabila ingin mengambil sampah yang terdapat di tong- tong

depan rumah masyarakat.

Penggunaan visualisasi yang sederhana yang dibuat oleh Ladiono

merupakan salah satu usahanya dalam mengkomunikasikan karyanya. Sesosok

seorang figur pemulung dengan tatapan hampa dan tubuh kurus kering

memberikan tauladan kepada kita semua agar jangan mengganggap sebelah mata

dan akan pekerjaan seorang pemulung. Sudah selayaknya kita sebagai manusia

ciptaan Tuhan Yang Maha Esa memberikan rasa cinta kasih pada sesama tanpa

melihat rendahnya pekerjaan seseorang tersebut. Karena di hadapan Tuhan Yang

Maha Esa derajat semua manusia itu sama, yang membedakan adalah tingkat

keimanan kita kepada Yang Diatas.

2. Lukisan ” SEPATU TIKUS”

Sebuah pengalaman yang diperoleh secara tidak langsung tanpa harus

melibatkan diri dalam rentetan suatu kejadian di sekitarnya. Hal yang sama

dilakukan oleh Ladiono. Pengalaman dari interaksi dengan lingkungan sekitar

yang membawanya kepada wujud apa yang nampak pada bidang gambarnya.

Seperti karyanya yang berjudul ”Sepatu Tikus”.

Page 114: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

100

Sepatu tikus merupakan cerminan dari persoalan kehidupan manusia

dalam dunia kerja. Demi suatu obsesi mendapatkan jabatan yang diinginkan,

manusia berani melakukan segala cara tanpa memperhitungkan halal dan

haramnya untuk mendapatkan kursi jabatan tersebut. .

Semakin tinggi jabatan tersebut maka orang- orang yang menginginkannya

juga semakin banyak dan semakin banyak pula cara yang ditempuh.

Salah satu jabatan yang diidam-idamkan oleh masyarakat adalah menjadi Dewan

di lembaga Tinggi. Jabatan ini memang menyilaukan mata masyarakat, demi

mendapatkan jabatan ini mereka yang kaya berani membayar masyarakat miskin

agar memilihnya dalam pemilu, ada pula oknum- oknum yang mempengaruhi

masyarakat dengan menjadi pimpinan demo dengan dalih aspirasi rakyat, dan ada

pula yang dengan berani curang dengan menambahkan kartu pemilihan palsu atas

namanya demi mendapatkan jabatan itu. Namun setelah mendapatkannya, malah

jabatan itu diselewengkan untuk kepentingan pribadinya.

Banyak sorotan yang menanyangkan penyelewengan jabatan yang

dipegang oknum-oknum pada lembaga tinggi, mulai dari pertengakran pada waktu

sidang, perselingkuhan, poligami, penyelundupan bahkan sampai dengan korupsi.

Karena hal itulah, Ladiono menggambarkan tiga ekor tikus yang menggerogoti

sebuah sepatu dengan rakusnya. Taring- taring yang tajam dari ketiga ekor tikus

tersebut disertai dengan compang- campingya sepatu menandakan bahwa kondisi

lembaga tinggi tersebut hampir runtuh diakibatkan ulah negatif para oknum di

dalam lembaga tersebut. Ini merupakan sebuah gambaran suram lembaga tinggi

Negara kita dalam kehidupan masyarakat.

Page 115: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

101

Ladiono sebagai masyakat biasa,ikut merasakan kepedihan dan

kekecewaan yang sangat dalam akan kondisi dalam tubuh lembaga tinggi di

Negara kita seperti DPR. Carut marutnya tatanan dalam lembaga tinggi ini,

diakibatkan ulah para oknum dalam lembaga tinggi Negara ini sendiri.

Ladiono tidak rela apabila lembaga tinggi dikotori oleh oknum-oknum

masyarakat yang tidak bertanggung jawab. Mereka memanfaatkan jabatan itu

hanya untuk pamor dan kepentingan pribadinya. Ladiono tidak terima dan ingin

memberontak dengan keadaan ini, namun ia tidak bisa berbuat apa- apa. Ia hanya

dapat mengekpresikan ketidak puasan hatinya dengan menuangkannya dalam

lukisan pelepah pisan atau debog. Dengan harapan kesemrawutan dalam lembaga

ini bisa teratasi dan kembali pada visi dan misi yang menjadi tujuan utama DPR

yaitu sebagai perantara/ penyalur aspirasi suara rakyat dan menjalankan aspirasi

rakyat dengan baik dan jujur, sehingga uneg-uneg masyarakat bisa tersalurkan dan

kehidupan masyarakat dapat kembali tenang dan damai.

3. Lukisan ” ANTARA HIDUP DAN MATI”

Representasi dalam lukisan yang ketiga ini, merupakan dua sosok figur

binatang yang sering ia temui di lingkungan sekitar. Kejadian- kejadian yang ada

di sekitar merupakan hal yang memiliki keunikan tersendiri bagi terciptanya

visualisasi idenya.

Mengawali proses kreatifnya, sebidang triplek yang telah dibuat

konsepnya ia sapukan dengan cat- cat berwarna kemudian ditutup dengan dempul

tanah lalu ditutup lagi dengan lembaran- lembara pelepah pisang dengan

menentukan valuenya agar tampak gelap terangnya. Kedua objek dalam

Page 116: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

102

penggambaran Ladiono telah mengalami perubahan fisik dan warna sesuai dengan

kehendak Ladiono secara individual. Ladiono menggambarkan dua figur hewan

seperti yang sering ia lihat di lingkungan sekitar rumahnya pada waktu kecilnya.

Sosok elang digambarkan Ladiono secara gagah dan garang sesuai dengan

ide Ladiono, dengan sayap- sayapnya yang melebar dan dengan cakar- cakar

kakinya yang tajam sedang berperang untuk melahap mangsanya. Sedangkan Ular

merupakan hewan lemah yang hanya memiliki kekuatan pada lilitan tubuh dan

taring giginya.

Lukisan di atas jelas terlihat Ladiono menggunakan figur hewan untuk

mengekpresikan emosi hatinya terhadap kondisi masyarakat sekarang ini dengan

menggambarkan dua binatang yang berkisah rantai makanan, yaitu pertempuran

antara hewan predator dan hewan yang akan jadi mangsanya. Elang melakukan

segala cara untuk mendapatkan makanannya dan ular dengan berbagai usaha

mempertahankan diri untuk melawan elang. Lukisan Ladiono menggambarkan

suatu pesan pada kita semua bahwa dalam kehidupan manusia selalu ada

permasalahan. Dalam hidup selalu membutuhkan perjuangan meskipun harus

mati. Akan tetapi seberat apapun persolan yang sedang kita hadapi, seharusnya

diselesaikan dengan perdamaian tidak harus diselesaikan dengan pertengkaran

untuk memperoleh suatu keputusan.

4. Lukisan ” NYETHE”

Berawal dari kesederhanaan hidup berimbas pada keserhanaan

ketercapaian bentuk objek. Ladiono membuat objek tidak memerlukan tingkat

kerumitan tertentu dengan menampilkan satu objek dibelakangnya terdapat

Page 117: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

103

komposisi bidang dari lembaran- lembaran pelepah pisang. Ladiono dalam

lukisan ini sepertinya membuat fokus perhatian terhadap sosok figur yang

sederhana yang merokok dengan rambut tergerai panjang. Sepintas lukisan ini

hampir sama dengan lukisan yang berjudul ”Pemulung”. Keduanya sama- sama

menampilkan satu objek utama dengan latar belakang yang datar /flat.

Lukisan karya Ladiono berjudul ”nyethe”, adanya pusat perhatian salah satu

prinsip yang dipegang dalam menghadirkan pikirannya. Tokoh ini merupakan

pengungkapan jati diri dari Ladiono. Sosok Ladiono yang santai tampak dalam

penggambaran figur yang duduk santai pada lantai dengan sebatang rokok pada

pipa dengan didampingi oleh secangkir kopi. Kesederhanan Ladiono juga nampak

pula pada wajar polos figur dan pakaian yang dikenakan figur dalam lukisan.

Keseharian Ladiono memang tampak lekat sekali dengan lukisan ini,

ketika ia penat dalam berkarya, ia gunakan untuk beristirahat sejenak dengan

kebiasaannya menghirup sebarang rokok pada pipa kesayangannya dan secangkir

kopi panas. Kebiasaan inilah yang dinamakan “Nyethe”, yang juga merupakan

kebiasaan yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat di Tulungagung. Kedua

benda, yaitu rokok dan kopi tersebut memang selalu menemani Ladiono dalam

kegiatan berkaryanya. Dalam istirahatnya itu, Ladiono melakukan kotemplasi/

pembayangan akan kelanjutan karya yang akan dibuatnya, seperti teknik

penempelan pelepah pisang agar tampak estetik.

Penggambaran figur dalam lukisannya menunjukkan keakraban dia dengan

dua benda tersebut sejak Ladiono remaja. Ladiono menggangap bahwa dengan

merokok dan minum secangkir kopi akan membuat idenya muncul kembali.

Namun apabila dia tidak menyempatkan untuk merokok dan minum secangkir

Page 118: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

104

kopi, akan membuat idenya berhenti dan sulit untuk melanjutkan karyanya. Hal

ini memang mengandung makna bahwa istirahat sangat diperlukan untuk setiap

manusia agar dapat memulihkan stamina dan menyegarkan pikiran. Ketika pikiran

kita dan stamina kita kembali fit maka segala pekerjaan dapat terselesaikan

dengan mudah.

Page 119: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

105

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan dari hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka peneliti

melakukan pembahasan. Pembahasan ini diperoleh peneliti dari pengkaitan data

yang ditemukan peneliti melalui hasil penelitian dengan kajian teoritis yang

berhubungan dengan Studi tentang Empat Lukisan Pelepah Pisang (debog) karya

Ladiono Periode 2007.

A. Aspek Genetik Subjektif dan Objektif Pelukis Ladiono Dalam

Menciptakan Karya Seni Rupa Berupa Lukisan Pelepah Pisang Periode

2007.

Ladiono merupakan seniman yang mengolah pelepah pisang menjadi

karya seni yang berbeda pada karya seni umumnya yang menggunakan cat dan

kanvas untuk media. Ia menggunakan pelepah pisang (debog) untuk media

pewarnaan dan triplek media alas dalam lukisannya. Bahan bakunya berasal dari

berbagai macam pisang dengan ukuran variasi, menempelkan pelepah pisang di

atas bubur kertas pada triplek. Untuk mencari bahan baku utama yaitu pelepah

pisang, ia sering pergi ke daerah- daerah untuk mencari pelepah pisang yang

bermutu untuk lukisannya tersebut. Bahkan beliau rela melakukan perjalanan

sampai keluar kota untuk mencari pelepah pisang yang memiliki warna dan

tekstur yang berbeda dan unik. Sedangkan media atau dikatakan bidang gambar

Page 120: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

106

yang digunakan Ladiono adalah triplek, media triplek merupakan media yang kuat

dan tidak mudah rapuh dalam tempo waktu yang lama. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Sulastianto, bahwa:

”Media yaitu bahan yang menjadi alat yang konkret untuk menyatakan

gagasan yang bersifat abstrak. Media harus dipilih secata tepat agar

sebuah gagasan dapat dikomunikasikan. Pemilihan media harus diikuti

teknik, prosedur, dan keahlian berkarya agar karya yang dihasilkan memiliki nilai seni yang tinggi”.

Pada awalnya lukisan pelepah pisang Ladiono menggunakan tema- tema

pewayangan. Faktor lingkungan masa kecil dan pengaruh cerita wayang dari

tetangganya yang berprofesi sebagai dalang membuat penciptaan ide/ gagasan

Ladiono menciptakan karya seni dengan menampilkan tokoh- tokoh pewayangan

pada lukisan pelepah pisangnya. Kemudian pada tahun 2006, beliau mencoba

merubah tema- tema pewayangan dengan tema- tema sosial dengan menampilkan

sosok hewan dan manusia dalam lingkungan sekitarnya, hal ini sesuai dengan

pernyataan dari Sulastianto (2008:19) bahwa: ”gagasan atau sering disebut

dengan ide merupakan hal yang melandasai atau mendorong seseorang untuk

berkarya, baik berasal dari dalam ( internal ) maupun dari luar (eksternal).

Wujudnya dapat berupa perasaan, emosi, mimpi, khayalan, cita- cita, atau

pengalaman”.

Tema- tema yang diambil para periode 2007, diadaptasi dari pengalaman

Ladiono sendiri dan fenomena yang terjadi pada masyarakat sekarang ini. Seperti

yang diungkapakan Dewey dalam Santoso (2001:24) bahwa,”Pengalaman dapat

dialami ketika berinteraksi di dalam suatu lingkungan, masyarakat dan alam

sekitar. Segala peristiwa dilihat dari rentangan waktu tertentu baik sedang dialami

maupun telah berlalu dalam perjalanan kehidupan adalah pengalaman”.

Page 121: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

107

Sosok Ladiono tidak mengkhususkan diri melakukan penggarapan ide

tidak hanya dengan intuisinya melainkan dengan menggunakan konsep. Hal ini

dimaksudkan agar penciptaan objek pada lukisannya tampil menarik sesuai

dengan harapan si seniman yaitu Ladiono.

Jadi proses penciptaan ide pada Ladiono diawali dengan membuat konsep

pada selembar kertas, kemudian ia pindah konsep tersebut pada sebuah triplek

lengkap dengan gelap terangnya. Lalu sketsa tersebut ditutup dengan campuran

bubur kertas dengan lem rajawali dan terakhir ditutup lagi dengan pelepah pisang.

Penutupan lukisan pelepah pisang tidak langsung, namun selembar demi lembar

pelepah pisang ditempelkan pada lukisan disesuaikan warnanya dengan arah

pencahayaan sehingga lebih terlihat gelap terang meskipun hanya satu warna

cokelat saja.

Berkaitan dengan penciptaan karya berupa lukisan, tampak jelas Ladiono

menggunakan material yang konvensional seperti pencil dan cat tembok

sedangkan tekniknya mengeksplorasi ide yang dikonsepkan dengan menampilkan

elemen- elemen visual seperti titik, garis,warna, ruang, gelap terang dan tekstur

nyata. Seperti yang diungkapkan oleh Sulastianto (2008:29) bahwa:

“Seorang pelukis dapat menemukan ide dari dua jenis objek yaitu objek

riil dan objek idiil. Jenis objek riil yaitu objek atau hal yang bisa

membangkitkan ide melalui rasa batin, yaitu pengamatan kejadian-

kejadian dalam kesadaran, misalnya rasa takut, sedih dan lain- lain. Objek-

objek riil dinamakan dengan objek fisis Sedangkan objek idiil merupakan

objek yang terjadi karena proses pemikiran atau fantasi dari seseorang.

Yang termasuk dalam objek idiil adalah bidang, bentuk , agama dan

logika”.

Sebagai makhluk individu, Ladiono yang juga berprofesi sebagai guru di

SDN 2 Ngadisuko, Durenan, Trenggalek dan juga sebagai kepala keluarga

Page 122: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

108

memiliki tanggung jawab besar untuk memberikan nafkah bagi ketiga anak-

anaknya. Kondisi seperti ini tidak membuat Ladiono berhenti berkarya, malah

sebaliknya ia memilih guru sebagai profesi dan memenuhi kebutuhan ekonomi

keluarganya, sedangkan menciptakan lukisan pelepah pisang dipergunakan untuk

menyalurkan hobinya.

Baginya kedua hal tersebut penting dalam hidupnya, untuk itu ia membagi

waktunya agar kedua kegiatan tersebut dapat terlaksana dengan baik. Pada pagi

hari ia gunakan untuk mengajar dan di malam harinya ia gunakan untuk melukis.

Hal ini disadarinya karena suasananya sepi dari kebisingan lingkungan, sehingga

ia mendapatkan waktu yang benar- benar hikmat.

Ditinjau dari kepribadian, Ladiono merupakan sosok yang memiliki

kharismatik yang kuat walaupun secara penampilan tampak sederhana, Ladiono

merupakan sosok yang juga ramah, sederhana, dan humoris. .

Lukisan pelepah pisang karya Ladiono bersifat ekspresif dan inovatif,

meskipun keterbatasan warna yang lebih terkesan monokrom tapi dapat

tersamarkan dengan perpaduan bentuk yang harmoni.

Dengan demikian tujuan dari pelukis- pelukis menciptakan karyanya

secara langsung dan tidak langsung berkaitan dengan kebudayaan dimana mereka

hidup dan berada .

Page 123: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

109

B. Aspek Objektif/ Karya Lukisan Pelepah Pisang Karya Ladiono Periode

2007

5. Lukisan pelepah pisang berjudul ”PEMULUNG”

Gambar 4.1 Lukisan berjudul “Pemulung”

(Sumber: Dokumentasi penulis, 2011)

Lukisan “Pemulung ” karya Ladiono ini menampilkan satu objek utama

mirip dengan manusia. Seluruh tubuh objek tersebut dipenuhi oleh garis- garis

kaligrafis. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Indrawati (1993: 29) yaitu garis

nyata dibedakan menjadi dua macam yaitu garis geometrik dan kaligrafis. Garis

geometrik dibentuk menggunakan alat bantu seperti penggaris, jangka dan masih

banyak lagi yang lain. Garis kaligrafis ini dibuat dengan tangan bebas sehingga

bervariasi dan individual.

Adanya garis kaligrafis ini membuat lukisan ini tampak lembut dan

berkarakter sepeti yang dituturkan Sanyoto ( 2005; 71) bahwa” Garis kaligrafis ini

dibentuk tanpa menggunakan alat bantu menggaris, jadi lebih menggunakan

Page 124: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

110

tangan sehingga garis tersebut dapat membentuk karakter bebas dan bervariasi”.

Selain garis kaligrafis, masih terasa adanya garis struktural, kesan garis

ini berperan sebagai pembentuk objek dan pembeda antara objek dengan bidang

background seperti pernyataan Indrawati (2002:30) “Garis semu dibedakan

menjadi dua jenis, yaitu garis struktural, jika kesan garis yang kita tangkap

tersebut merupakan batas antara bentuk dan ruang atau antara bidang dan bidang”.

Secara visual, seluruh bidang lukisan di atas berisi bidang - bidang non

geometrik baik pada objek maupun dalam backgroundnya. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Sachari (2004:85) ” Terdapat dua macam bidang yaitu bidang

geometris adalah bidang yang dapat diukur secara matematis dan bidang non

geometris adalah bidang yang dibuat secara bebas”.

Warna asli pelepah pisang mendominasi seluruh bidang gambar. Adanya

variasi warna cokelat dibedakan dengan adanya value seperti diungkapkan

Indrawati (1993:55):

“Value merupakan nilai gelap terang untuk memperoleh kedalaman

karena pengaruh cahaya. Dengan adanya value tersebut maka kita dapat

membedakan kualitas antara warna gelap dan warna terang disebabkan

karena hue tersebut mengandung “sejumlah” tone hitam dan putih”. Hal

tersebut juga diungkapkan oleh Prawira (2002) ”warna dapat

membedakan antara bentuk dan sekelilingnya”.

Pada keseluruhan bidang gambar dipenuhi dengan tekstur nyata yaitu

serat asli dari pelepah pisang itu sendiri. Lukisan pelepah karya Ladiono ini juga

memiliki ketebalan yang tampak seperti relief. Seperti yang dikatakan (Movit,

2003:10).“ Tekstur nyata adalah tekstur yang dapat dirasakan langsung keadaan

nyata, antara keadaan digambar dan keadaan dikenyataan bila diraba dengan

tangan sama kasarnya atau halusnya”.

Page 125: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

111

Pernyataan sama diungkapkan Indrawati (1993:61) bahwa:“ Tekstur

nyata merupakan tekstur yang langsung dapat dirasakan sifat permukaannya lewat

rabaan, jadi tekstur nyata adalah jenis tekstur yang tidak hanya visible pada mata”.

Bagian belakang objek utama nampak adanya ruang semu atau ruang

imajiner yang tersusun dari bidang- bidang non geometris .Sama dengan

pernyataan (Nurhadiat, 2004:25), yaitu:

”Bentuk atau ruang digolongkan menjadi dua jenis yaitu:

3) Ruang nyata adalah ruang yang dapat dilihat dan diraba.

4) Ruang maya/ semu adalah ruang yang hanya dapat dirasakan atau

terkesan meruang”.

Posisi dan arah objek pada lukisan tersebut menyebabkan terciptanya

suatu keseimbangan informal dangan komposisi yang asimetris. Akan tetapi

objek tampak statis, hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Indrawati (2004:39)

yaitu

”Keseimbangan dibagi menjadi dua macam, yaitu Keseimbangan Formal

(simetri/ bisymetricalbalance), Keseimbangan formal dapat dicapai

dengan penempatan media estetik yang mempunyai bobot visual yang

sama atau mirip, pada jarak yang sama terhadap suatu titik pusat

keseimbangan imajiner. Penempatan media/ unsur estetik semacam itu

akan berpengaruh pada pola atau komposisi/ organisasi visual yang

terbentuk yaitu pola komposisi yang simetris (setangkup). Keseimbangan

Informal (asimetri/ asymmetrical balance). Keseimbangan informal dapat

dicapai dengan penempatan media estetik/ unsur yang tidak sama

bobotnya visualnya di sekitar titik pusat/ sumbu imajiner, sehingga

tercapai kesan seimbang. Penempatan media estetik/ unsur semacam

itulah yang menyebabkan penerapan keseimbangan informal dalam

sebuah tata susun akan membentuk pola komposisi yang asimetris, yang

memberikan efek/ kesan yang dinamik, bebas dan tidak terlalu resmi”.

Lukisan tersebut tampak harmony/ selaras karena adanya perulangan.

Perulangan didapatkan dari kesamaan dan kemiripan yang terdapat pada garis

kaligrafis, bidang geometrik, warna, dan tekstur, hal ini sesuai dengan pernyataan

dari Indrawati ( 2004:38) yaitu:

Page 126: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

112

“Keselarasan/ keserasian dapat dicapai dengan memperbanyak kesamaan

dan kemiripan pada media estetik yang dimanfaatkan dalam suatu

organisasi visual. Kesamaan dapat dicapai dengan penerapan perulangan,

yaitu penggunaan unsur atau media yang sama lebih dari satu kali dalam

sebuah organisasi visual/ tata susun.”

Proporsi kedua objek di atas masih tampak sesuai dengan ukuran,

sehingga sesuai dengan pernyataan Kartika (2004:64) yaitu” Proporsi atau

persebandingan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa untuk memperoleh

keserasian. Proporsi mengacu pada hubungan antara bagian dari suatu desain atau

hubungan antara bagian dengan keseluruhan”.

2. Lukisan pelepah pisang berjudul ”SEPATU TIKUS”

Gambar 4.2 Lukisan berjudul ”Sepatu Tikus”

( Sumber: Dokumentasi penulis, 2011)

Lukisan yang kedua berjudul ”Sepatu Tikus ” masih terbuat dari pelepah

pisang atau debog. Lukisan di atas juga masih menampilkan satu objek utama

mirip dengan sepatu dan tiga ekor objek semacam tikus. Kesemua objek tersebut

Page 127: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

113

tersusun atas garis- garis kaligrafis dan bidang- bidang non geometris dengan

variasi ukuran, warna dan bentuk yang tampak memenuhi seluruh bidang

gambar.

Pada lukisan ini juga masih tampak ditemukan adanya garis- garis

kaligrafis, dan kesan garis struktural sebagai pembentuk objek seperti yang

dipaparkan oleh Indrawati (1993:29), yaitu: ”Garis nyata dibedakan menjadi dua

macam, yaitu garis geometrik dan kaligrafis. Garis geometrik dibentuk

menggunakan alat bantu seperti penggaris, jangka dan masih banyak lagi. Garis

kaligrafis ini dibuat dengan tangan bebas sehingga bervariasi dan individual”.

Bidang non geometrik ditemukan pada sebagian dalam sepatu dan ketiga tubuh

tikus, dan pada background. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sanyoto (2005:83)

yaitu: ”Terdapat dua macam bidang yaitu bidang geometris adalah bidang teratur

yang dapat diukur secara matematis dan bidang non geometris adalah bidang yang

dibuat secara bebas”.

Dominasi lukisan masih tampak jelas pada warna cokelat bergradasi yang

memenuhi seluruh bidang gambar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawira

(2002), warna dapat membedakan bentuk dan sekelilingnya”.

Tekstur nyata masih tetap nampak pada lukisan ini, seperti yang

diungkapkan Indrawati (1993:61) , ”tekstur nyata merupakan tekstur yang

langsung dapat dirasakan sifat permukaannya lewat rabaan, jadi tekstur nyata

adalah jenis tekstur yang tidak hanya visible pada mata”.

Keselarasan dan keserasian dapat dicapai dengan adanya perulangan

garis- garis kaligrafis, bidang- bidang non geometris, bentuk tikus, tekstur,

perulangan warna cokelat bergradasi, sesuai dengan pernyataan Indrawati

Page 128: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

114

(2004:38):

“Keselarasan/ keserasian dapat dicapai dengan memperbanyak kesamaan

dan kemiripan pada media estetik yang dimanfaatkan dalam suatu

organisasi visual. Kesamaan dapat dicapai dengan penerapan perulangan,

yaitu penggunaan unsur atau media yang sama lebih dari satu kali dalam

sebuah organisasi visual/ tata susun.”

Keseimbangan informal dengan pola komposisi yang asimetris masih

tampak pada lukisan diatas. Seperti paparan oleh Indrawati ( 2004:39) yaitu:

“Keseimbangan dibagi menjadi dua macam, yaitu Keseimbangan Formal

(simerti/ bisymetricalbalance) dan Keseimbangan Informal( asimetri/

asymmetrical balance). Keseimbangan formal dapat dicapai dengan

penempatan media estetik yang mempunyai bobot visual yang sama atau

mirip, pada jarak yang sama terhadap suatu titik pusat keseimbangan

imajiner. Penempatan media/ unsur estetik semacam itu akan

berpengaruh pada pola atau komposisi/ organisasi visual yang terbentuk

yaitu pola komposisi yang simetris (setangkup). Keseimbangan Informal(

asimetri/ asymmetrical balance). Keseimbangan informal dapat dicapai

dengan penempatan media estetik/ unsur yang tidak sama bobot

visualnya di sekitar titik pusat/ sumbu imajiner, sehingga tercapai kesan

seimbang. Penempatan media estetik/unsur semacam itulah yang

menyebabkan penerapan keseimbangan informal dalam sebuah tata susun

akan membentuk pola komposisi yang asimetris, yang memberikan efek/

kesan yang dinamik, bebas dan tidak terlalu resmi”.

Pola komposisi atas adalah pola komposisi yang asimetris dan berkesan

dinamis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Indrawati (2004:39)” keseimbangan

informal dalam sebuah tata susun akan membentuk pola komposisi yang

asimetris, yang memberikan efek/ kesan yang dinamik, bebas dan tidak terlalu

resmi”.

Proporsi kedua objek di atas tampak lebih besar baik pada sepatu maupun

ketiga objek tikus sehingga bidang gambar tampak sesak, penuh dan padat

sehingga sesuai tidak sesuai dengan pernyataan Kartika (2004:64) yaitu

”Proporsi atau persebandingan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa untuk

Page 129: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

115

memperoleh keserasian. Proporsi mengacu pada hubungan antara bagian dari

suatu desain atau hubungan antara bagian dengan keseluruhan”.

Padatnya ukuran objek utama pada bidang gambar menyebabkan lukisan

tampak kurang estetik, sesuai dengan pernyataan Sanyoto (2005:202) : “ ukuran

objek yang teramat besar atau objek memenuhi semua ruang, objek serasa

mendominasi dan merajai, tetapi terasa sesak, tidak dapat bernafas, serasa tidak

dapat bergerak, dan terasa muatan terlalu besar”.

3. Lukisan pelepah pisang berjudul ”ANTARA HIDUP DAN MATI”

Gambar 4.3. Lukisan berjudul ”Antara Hidup dan Mati”

(Sumber: Dokumentasi penulis, 2011)

Pada lukisan yang berjudul ”Antara Hidup dan Mati” di atas masih

ditemukan adanya garis- garis kaligrafis, dan kesan garis struktural sebagai

pembentuk objek seperti yang dipaparkan oleh Indrawati (1993:29), ”garis nyata

dibedakan menjadi dua macam, yaitu garis geometrik dan kaligrafis. Garis

Page 130: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

116

geometrik dibentuk menggunakan alat bantu seperti penggaris, jangka dan masih

banyak lagi. Garis kaligrafis ini dibuat dengan tangan bebas sehingga bervariasi

dan individual”.

Bidang non geometrik ditemukan pada seluruh sayap dan ekor burung

elang, beserta sisik- sisk pada ular dan bidang pembentuk background, sesuai

dengan pernyataan Sanyoto (2005:83) : ”Terdapat dua macam bidang yaitu bidang

geometris adalah bidang teratur yang dapat diukur secara matematis dan bidang

non geometris adalah bidang yang dibuat secara bebas”.

Dominasi lukisan masih tampak jelas pada warna cokelat bergradasi yang

memenuhi seluruh bidang gambar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Prawira

(2002) “warna dapat membedakan bentuk dan sekelilingnya”.

Tekstur nyata masih tetap nampak pada lukisan ketiga ini, seperti yang

diungkapkan Indrawati (1993:61) , ”tekstur nyata merupakan tekstur yang

langsung dapat dirasakan sifat permukaannya lewat rabaan, jadi tekstur nyata

adalah jenis tekstur yang tidak hanya visible pada mata”.

Perulangan garis- garis kaligrafis , bidang- bidang non geometris, tekstur,

perulangan warna cokelat bergradasi, sesuai dengan pernyataan Indrawati

(2004:38):

“Keselarasan/keserasian dapat dicapai dengan memperbanyak kesamaan

dan kemiripan pada media estetik yang dimanfaatkan dalam suatu

organisasi visual. Kesamaan dapat dicapai dengan penerapan perulangan,

yaitu penggunaan unsur atau media yang sama lebih dari satu kali dalam

sebuah organisasi visual/tata susun.”

Keseimbangan informal dengan pola komposisi yang asimetris masih

tampak pada lukisan di atas, seperti paparan oleh Indrawati ( 2004:39) yaitu:

Page 131: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

117

“Keseimbangan dibagi menjadi dua macam, yaitu Keseimbangan Formal

(simerti/ bisymetricalbalance) dan Keseimbangan Informal( asimetri/

asymmetrical balance). Keseimbangan formal dapat dicapai dengan

penempatan media estetik yang mempunyai bobot visual yang sama atau

mirip, pada jarak yang sama terhadap suatu titik pusat keseimbangan

imajiner. Penempatan media/ unsur estetik semacam itu akan

berpengaruh pada pola atau komposisi/ organisasi visual yang terbentuk

yaitu pola komposisi yang simetris (setangkup). Keseimbangan Informal(

asimetri/ asymmetrical balance). Keseimbangan informal dapat dicapai

dengan penempatan media estetik/ unsur yang tidak sama bobotnya visualnya di sekitar titik pusat/ sumbu imajiner, sehingga tercapai kesan

seimbang. Penempatan media estetik/unsur semacam itulah yang

menyebabkan penerapan keseimbangan informal dalam sebuah tata susun

akan membentuk pola komposisi yang asimetris, yang memberikan efek/

kesan yang dinamik, bebas dan tidak terlalu resmi”.

Pola komposisi atas adalah pola komposisi yang asimetris dan berkesan

dinamis, Hal ini sesuai dengan pernyataan Indrawati (2004:39)” keseimbangan

informal dalam sebuah tata susun akan membentuk pola komposisi yang

asimetris, yang memberikan efek/ kesan yang dinamik, bebas dan tidak terlalu

resmi”.

Proporsi kedua objek diatas masih tampak sesuai dengan ukuran,

sehingga sesuai dengan pernyataan Kartika (2004:64) yaitu ”Proporsi atau

persebandingan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa untuk memperoleh

keserasian. Proporsi mengacu pada hubungan antara bagian dari suatu desain atau

hubungan antara bagian dengan keseluruhan”.

4. Lukisan pelepah pisang berjudul ”NYETHE”

Garis- garis yang terdapat pada lukisan di atas adalah garis kaligrafis

berwarna cokelat tua, dan putih kecokelatan dengan ukuran, panjang, serta

ketebalan yang berbeda. Garis kaligrafis tersebut menyebar di seluruh bidang

gambar, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Indrawati (1993:29), ”garis nyata

Page 132: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

118

dibedakan menjadi dua macam, yaitu garis geometrik dan kaligrafis. Garis

geometrik dibentuk menggunakan alat bantu seperti penggaris, jangka dan masih

banyak lagi. Garis kaligrafis ini dibuat dengan tangan bebas sehingga bervariasi

dan individual”.

Gambar 4.4. Lukisan yang berjudul”Nyethe”

(Sumber: Dokumen penulis, 2011)

Selain garis kaligrafis terdapat kesan garis stuktural pada tiap tepi tubuh

objek sebagai pembeda antara objek dengan background seperti paparan

Indrawati ( 2004:30) bahwa: “Dikatakan sebagai garis struktural, jika kesan garis

yang ditangkap tersebut merupakan batas antara bentuk dan ruang atau antara

bidang dan bidang.”.

Secara visual, selain garis kaligrafis dan garis struktural, pada lukisan di

atas nampak pula bidang non geometris pada tubuh objek dan sebagian besar pada

background seperti yang dituturkan oleh, Sanyoto (2005:83) : ”Terdapat dua

macam bidang yaitu bidang geometris adalah bidang teratur yang dapat diukur

Page 133: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

119

secara matematis dan bidang non geometris adalah bidang yang dibuat secara

bebas”.

Warna cokelat mendominasi seluruh bidang gambar lukisan pelepah

pisang, karena warna cokelat tersebut merupakan warna asli pelepah pisang yang

telah kering. Dalam lukisan di atas warna cokelat ditata berdasarkan value. Seperti

yang dipaparkan Prawira (2002) ”warna dapat membedakan bentuk dan

sekelilingnya”.

Pada bidang gambar tersebut dipenuhi oleh tektur nyata berbentuk

serabut, sehingga ketika memegang lukisan dapat langsung dirasakan tekstur

nyatanya. Hal diatas seperti yang diungkapkan oleh Mofit (2003:10).

Tektur dibedakan mejadi dua jenis, diantaranya: tekstur nyata adalah

tekstur yang dapat dirasakan langsung keadaan nyata, antara keadaan

digambar dan keadaan dikenyataan bila diraba dengan tangan sama

kasarnya. Sedangkan tekstur semu adalah kesan, sifat/karakter permukaan

suatu objek/benda yang dapat dirasakan tanpa harus meraba. Tekstur

semu hanya dapat dirasakan lewat panca indera tanpa dapat diraba dan

membuat mata tertipu.

Posisi objek yang tampak lebih kesamping kanan bidang gambar

menciptakan adanya keseimbangan informal dengan pola komposisi asimetris

dimana objek tunggalnya tampak statis. Hal ini bertentangan dengan pernyataan

Indrawati (2004:39) yaitu

”Keseimbangan dibagi menjadi dua macam, yaitu Keseimbangan Formal

(simetri/ bisymetricalbalance), Keseimbangan formal dapat dicapai

dengan penempatan media estetik yang mempunyai bobot visual yang

sama atau mirip, pada jarak yang sama terhadap suatu titik pusat

keseimbangan imajiner. Penempatan media/ unsur estetik semacam itu

akan berpengaruh pada pola atau komposisi/ organisasi visual yang

terbentuk yaitu pola komposisi yang simetris (setangkup). Keseimbangan

Informal (asimetri/ asymmetrical balance). Keseimbangan informal dapat

dicapai dengan penempatan media estetik/ unsur yang tidak sama

bobotnya visualnya di sekitar titik pusat/ sumbu imajiner, sehingga

tercapai kesan seimbang. Penempatan media estetik/unsur semacam

itulah yang menyebabkan penerapan keseimbangan informal dalam

Page 134: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

120

sebuah tata susun akan membentuk pola komposisi yang asimetris, yang

memberikan efek/ kesan yang dinamik, bebas dan tidak terlalu resmi”.

Pada penguasaan ruang, proporsi objek sudah sesuai aturan prinsip-

prinsip seni, sesuai dengan pernyataan Kartika (2004:64) yaitu ”Proporsi atau

persebandingan merupakan salah satu prinsip dasar tata rupa untuk memperoleh

keserasian. Proporsi mengacu pada hubungan antara bagian dari suatu desain atau

hubungan antara bagian dengan keseluruhan”.

Keserasian / keselarasan lukisan yang berjudul “Nyethe” tampak dari

adanya memperbanyak kesamaan dan kemiripan media visual lukisan dengan

adanya perulangan garis dan bidang non geometris, dan tekstur nyata. Sesuai

dengan pemaparan Indrawati ( 2004:38) yaitu:

“Keselarasan/keserasian dapat dicapai dengan memperbanyak kesamaan

dan kemiripan pada media estetik yang dimanfaatkan dalam suatu

organisasi visual. Kesamaan dapat dicapai dengan penerapan perulangan,

yaitu penggunaan unsur atau media yang sama lebih dari satu kali dalam

sebuah organisasi visual/tata susun.”

C. Afeksi Penghayat Terhadap Lukisan Pelepah Pisang Periode 2007 Karya

Ladiono

1. Lukisan pelepah pisang berjudul ”PEMULUNG”

Dari pengamatan peneliti menafsirkan bahwa dari visualisasi lukisan di

atas menggambarkan kehidupan seseorang pemulung yang serba kekurangan.

Profesi pemulung banyak dilakukan orang-orang kekurangan demi memenuhi

kebutuhan hidupnya sehari-hari dengan memunguti sampah-sampah. Lalu

dijualnya kepada tengkulak. Lukisan di atas mengandung pesan bahwa sudah

sepatutnya kita berterimakasih pada pemulung, tanpa adanya pemulung pasti

Page 135: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

121

sampah- sampah banyak berserakan, dan bau kotor akan menyeruak kemana-

mana.

Ditinjau dari gaya, lukisan di atas menggunakan gaya ekspresionisme,

hal ini tampak dari bentuk objek yang diciptakan hasil dari ungkapan jiwa

seniman, sedangkan teknik yang dipergunakan oleh Ladiono menggunakan

teknik dekoratif, dimana bentuk garis dan bidang lengkung pada objek dan

backgroundnya tampak menghias. Seperti yang diungkapkan oleh Susanto

(2002:30) yaitu:

”Dekoratif merupakan istilah menuju pada teknik perwujudan dan

penyusunan objek- objek lukisan dengan sifat menghias. Lukisan ini

menampilkan objek-objek realitas yang divisualisasikan melalui proses

deformasi. Biasanya jenis lukisan ini menghilangkan kesan ruang ilusif

(ruang maya) dan volumerik sehingga perwujudan objek-objeknya

bersifat datar/flat dan tidak menunjukkan adanya ketiga dimensinya”.

2. Lukisan pelepah pisang berjudul ”SEPATU TIKUS”

Dari pengamatan peneliti menafsirkan lukisan diatas menceritakan

tentang penyalahgunaan jabatan yang dipegang oleh oknum yang tidak

bertanggung jawab dengan menyelewengkan jabatan yang dipegangnya demi

kepentingan pribadi, misalnya jabatan tersebut dipergunakan untuk perantara

mengambil keuntungan sebanyak- banyaknya semisal korupsi.

Gaya pada lukisan berjudul ”Sepatu Tikus” menurut peneliti, lukisan ini

menampilkan gaya dekoratif yang ekspresif . Dikatakan ekspresif, apabila ditinjau

dari visualisasi lukisan yang memiliki bentuk objek yang sederhana dan bentuk ini

merupakan hasil ungkapan, imajinasi dari Ladiono.

Sedangkan tekniknya Ladiono lebih mengarah pada dekoratif, karena

banyak memperlihatkan bentuk lengkung di tubuh objek maupun backgroundnya

Page 136: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

122

yang tampak seperti menghias dan melebih- lebihkan objek yang ditampilkan.

Seperti yang diungkapkan oleh Susanto (2002:30) yaitu

”Dekoratif merupakan istilah menuju pada teknik perwujudan dan

penyusunan objek-objek lukisan dengan sifat menghias. Lukisan ini

menampilkan objek-objek realitas yang divisualisasikan melalui proses

deformasi. Biasanya jenis lukisan ini menghilangkan kesan ruang ilusif

(ruang maya) dan volumerik sehingga perwujudan objek-objeknya

bersifat datar/ flat dan tidak menunjukkan adanya ketiga dimensinya”.

Lukisan di atas tampak adanya kesan selaras/ serasi atau harmony dari

dicapai dari memperbanyak kesamaan dan kemiripan. Pada lukisan tersebut

terdapat objek menyerupai sepatu yang terletak di tengah – tengah bidang

menjadi pusat perhatian/ center of interest. Adanya objek utama mendominasi

bidang gambar, menyebabkan lukisan di atas memperlihatkan keseimbangan

asimetris. Meskipun demikian lukisan di atas kelihatan estetik karena penyusunan

antar unsur seni tampak meyatu dan kelihatan dinamis.

3. Lukisan pelepah pisang berjudul ”ANTARA HIDUP DAN MATI”

Lukisan ini menungungkapkan sisi kehidupan sosial masyarakat. Dari

pengamatan peneliti menafsirkan bahwa lukisan di atas menggambarkan kisah

rantai makanan, yaitu pertempuran antara hewan predator dan hewan yang akan

jadi mangsanya demi mempertahankan hidup. Ular berani melawan serangan

elang demi mempertahankan hidupnya, sedangkan elang berambisi menghabisi

ular karena lapar.

Bahwa lukisan ketiga di atas ini menggambarkan kisah rantai makanan,

yaitu pertempuran antara hewan predator dan hewan yang akan jadi mangsanya.

Elang melakukan segala cara untuk mendapatkan makanannya untuk

Page 137: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

123

kelangsungan hidupnya dan ular dengan berbagai usaha mempertahankan diri

untuk melawan elang, juga untuk mepertahankan hidup. Mereka saling mencabik

satu sama lain, saling memangsa. Lukisan ini memberikan gambaran bahwa

dalam hidup selalu memerlukan perjuangan meskipun harus mati.

Gaya pada lukisan berjudul ”antara hidup dan mati” Menurut peneliti,

lukisan ini menampilkan gaya dekoratif yang ekspresif . Dikatakan ekspresif,

apabila ditinjau dari visualisasi lukisan yang memiliki bentuk objek yang

sederhana dan bentuk ini merupakan hasil ungkapan, imajinasi dari Ladiono.

Sedangkan pada tekniknya, Ladiono lebih mengarah pada dekoratif,

karena banyak memperlihatkan bentuk lengkung di tubuh objek maupun

backgroundnya yang tampak seperti menghias dan melebih- lebihkan objek yang

ditampilkan. Seperti yang diungkapkan oleh Susanto (2002:30) yaitu

”Dekoratif merupakan istilah menuju pada teknik perwujudan dan

penyusunan objek-objek lukisan dengan sifat menghias. Lukisan ini

menampilkan objek-objek realitas yang divisualisasikan melalui proses

deformasi. Biasanya jenis lukisan ini menghilangkan kesan ruang ilusif

(ruang maya) dan volumerik sehingga perwujudan objek-objeknya

bersifat datar/ flat dan tidak menunjukkan adanya ketiga dimensinya”.

4. Lukisan pelepah pisang berjudul ”NYETHE”

Pada lukisan di atas peneliti menemukan bahwa objek tunggal dalam

lukisan di atas merupakan tokoh manusia yang sedang bersantai dengan duduk

bersila sambil menghisap rokok.

Jadi lukisan tersebut berisi pengalaman Ladiono dilakukan disela-sela

memakukan proses berkarya seni. Kegiatan melepas penatnya dalam bekerja

dengan bersantai sambil menikmati kopi dan sebatang rokok dengan duduk bersila

di atas tanah sudah menjadi kegitan setiap hari Ladiono dalam proses penciptaan

Page 138: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

124

karya pelepah pisang. Tanpa adanya kedua benda tersebut, maka Ladiono tidak

dapat melanjutkan berkarya melukis pelepah pisang.

Pengalaman Ladiono tersebut sesuai dengan ungkapan Dewey dalam

Santoso (2001:24):

”Pengalaman dapat dialami ketika berinteraksi di dalam suatu

lingkungan, masyarakat dan alam sekitar. Segala peristiwa dilihat dari rentangan

waktu tertentu baik sedang dialami maupun telah berlalu dalam perjalanan

kehidupan adalah pengalaman”

Gaya pada lukisan berjudul ”Nyethe” menurut peneliti, lukisan

ini menampilkan gaya dekoratif yang realis. Dikatakan realis, apabila ditinjau dari

visualisasi lukisan yang memiliki satu bentuk objek tunggal yang sederhana

denga proporsi yang pas dan bentuk ini diambil dari kehidupan pribadi dari

Ladiono, seperti yang dikatakan Soedarso (2003:31) ”Aliran ini memandang

dunia sebagai sesuatu yang nyata. Pelukis atau pembuat karya seni bekerja

berdasarkan kemampuan teknis dan realitas yang diserap oleh indera

penglihatannya. Fantasi dan imajinasi harus dihindarkannya”.

Sedangkan tekniknya Ladiono lebih mengarah pada dekoratif, karena

banyak memperlihatkan bentuk lengkung di tubuh objek maupun backgroundnya

yang tampak seperti menghias dan melebih- lebihkan objek yang ditampilkan.

Seperti yang diungkapkan oleh Susanto (2002:30) yaitu

”Dekoratif merupakan istilah menuju pada teknik perwujudan dan

penyusunan objek-objek lukisan dengan sifat menghias. Lukisan ini

menampilkan objek-objek realitas yang divisualisasikan melalui proses

deformasi. Biasanya jenis lukisan ini menghilangkan kesan ruang ilusif

(ruang maya) dan volumerik sehingga perwujudan objek-objeknya

bersifat datar/ flat dan tidak menunjukkan adanya ketiga dimensinya”.

Page 139: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

125

D. Hubungan Aspek Genetik, Objektif, Dan Afeksinya Dalam Lukisan

Pelepah Pisang Periode 2007

Tiga komponen data seperti data genetik, data objektif dan data afektif

merupakan data lengkap dan sangat diperlukan dalam melakukan analisis bagi

seorang kritikus, sehingga diperoleh kesimpulan berupa sintesis sebagai hasil

akhir proses evaluasi.

Simpulan atau sintetis dalam kritik holistik merupakan sajian makna tafsir

berdasarkan masukan dari tiga kelompok informasi tersebut lewat suatu

pembahasan menyeluruh dengan mengkaitkan persamaan juga perbedaan antara

informasi dari deskripsi lengkap mengenai latar belakang (historis), analisa

formal, dan interpretasi. Dengan demikian simpulan merupakan hasil analisis

menyeluruh yang didukung kelengkapan pengetahuan, kreatifitas kritikus/

pengamat.

Sebagai seorang seniman, lingkungan merupakan teman akrab Ladiono.

Keakraban itu dirasakan sejak ia masih kecil mulai dari lingkungan keluarga,

masyarakat dan lingkungan yang berada disekitarnya. Faktor lingkungan ini telah

membentuk karakter dan perubahan hidup Ladiono khususnya dalam berkarya

seni. Lingkungan pulalah yang membuat Ladiono menjadi seorang seniman

pelepah pisang sampai dengan sekarang.

Dimulai dari masa kecilnya, yang mana kegiatan sehari- harinya

membantu ibundanya membuat benda- benda gerabah, kemudian berkembang

membuat relief dan selanjutnya berkembang berkarya lewat lukisan pelepah

pisang dengan media triplek dengan pewarnaan dari alam, yaitu debog.

Pada awalnya lukisan pelepah pisang buatan Ladiono banyak

Page 140: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

126

menampilkan cerita- cerita pewayangan dengan teknik realis. Namun sejak

periode tahun 2006 ia melakukan perubahan dalam lukisan pelepah pisangnya

dengan menampilkan bentuk- bentuk figur manusia dan hewan- hewan secara

sederhana dengan background ruang semu dalam bidang gambarnya.

Lembaran- lembaran pelepah pisang dibentuk dan ditempelkan menjadi

garis- garis kaligrafis dan bidang- bidang non geometris yang memenuhi seluruh

bidang gambar. Semuan elemen seni disusun Ladiono berdasarkan gelap terang.

Dalam berkarya seni, Ladiono berkarya tidak ditujukan untuk mencari

materi namun semata –mata untuk kepuasan hati Ladiono. Karya Lukisan

Ladiono memiliki bentuk objek yang sederhana dan bentuk ini merupakan hasil

ungkapan ekspresi jiwa, imajinasi dari Ladiono, sehingga karya lukisan Ladiono

tidak dapat dapat dikategorikan sebagai seni terapan melainkan seni murni. Selain

itu pada periode 2007 ini, lukisan pelepah pisang yang ditampilkan Ladiono

banyak mengangkat realitas kehidupan sekitarnya melalui proses pengalaman

melihat, mendengar, dan merasakan fenomena sosial budaya masyarakat di

sekitar, menjadi area ide yang dipakai dalam penggarapan lukisan pelepah

pisangnya dengan teknik dekoratif. Kejadian- kejadian yang ada di sekitar

merupakan hal yang memiliki keunikan tersendiri bagi terciptanya visualisasi

idenya.

Pada periode ini juga, Ladiono juga menanamkan nilai- nilai/ amanat

akibat munculnya fenomena pada kehidupan masyarakat sekarang ini. Nilai- nilai

yang menjadi amanat Ladiono diantaranya seperti nilai perdamaian, pentingnya

perilaku jujur dalam lembaga tinggi Negara, perlunya istirahat untuk

mengembalikan stamina tubuh serta adanya rasa cinta dan kasih sayang terhadap

Page 141: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

127

dirinya sendiri, sesama manusia tanpa melihat tinggi rendahnya pekerjaan dan

llingkungan sekitar. Dari segala usaha komunikasi visualnya dengan ruang

publik (penikmat/ penghayat) dapat dikatakan bahwa Ladiono adalah seniman

yang mengacu pada modernisasi, seniman yang memiliki pandangan yang

didasarkan pada logika, bebas serta tidak terikat aturan yang bersifat tradisional.

Page 142: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

128

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan temuan data di depan tentang studi tentang empat lukisan

Pelepah Pisang karya Ladiono dari Trenggalek periode tahun 2007, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa:

A. Kesimpulan

Kesimpulan penelitian lebih bersifat konseptual dan harus terkait langsung

dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam tujuan penelitan

diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Aspek Genetik Subjektif dan Objektif Pelukis Ladiono Dalam

Menciptakan Karya Seni Rupa Berupa Lukisan Pelepah Pisang Periode

2007

Ladiono merupakan seniman lukis yang memiliki eksistensi yang sangat

kuat terhadap wilayah kesenian kita. Walaupun usianya telah memasuki umur

setengah abad lebih namun semangat berkaryanya patut kita acungi jempol.

Ladiono tidak lelah untuk berkarya. Setiap hari ia selalu berkarya, meskipun

waktunya dipagi hari dihabiskan untuk mengajar di sekolah Dasar. Banyak karya-

karya lukisan pelepah pisang miliknya yang telah dipamerkan baik dalam daerah

maupun diluar kota

Page 143: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

129

Seperti seniman- seniman lukis pada umumnya, dalam berkarya seni

Ladiono selalu diawali dengan membuat konsep terlebih dahulu, karena dengan

adanya konsep maka akan memudahkan Ladiono untuk melakukan langkah

berikutnya.

Visual lukisan figur diciptakan dari penutupan media triplek dengan

lembaran- lembaran pelepah pisang yang dibuat membentuk garis- garis kaligrafis

dan bidang non geometris. Perbedaan bentuk figur dengan background dibedakan

dengan warna pelepah pisang.

Meskipun karya pelepah pisang sudah dikenal masyarakat, khususnya

masyarakat Trenggalek, namun beliau tidak henti- hentinya untuk melakukan

eksperimen untuk memunculkan kreasi baru dalam lukisan pelepah pisangnya.

Seiring dengan perubahan waktu dan jaman, cara pandang , cara

memahami dan mempresentasikan realitas/ kenyataan yang harus diikuti

Ladiono. Bagi seorang Ladiono perubahan- perubahan karya lukisan Ladiono

dianggap sebagai proses kreatifitias dalam berkesenian agar lukisannya tidak

monoton.

Sebagai seorang seniman, Ladiono sangat akrab dengan lingkungan, baik

lingkungan keluarga maupun lingkungan sosial disekitarnya. Hal ini sangat

terlihat jelas dari penggarapan tema- tema dalam lukisannya. Ladiono merupakan

sosok yang yang kritis dalam menghadapi fenomena sosial budaya, memiliki

teknik unik kreatif dalam penuangan ide, serius, bijaksana dalam menyingkapi

persoalan baik keluarga maupun sosial dan terkadang muncul nuansa humoris.

Inilah nilai- nilai yang terkandung dalam lukisan pelepah pisang Ladiono.

Meskipun secara visualisasi lukisan Ladiono tampak sederhana dengan pewarnaan

Page 144: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

130

dari alam tetapi nilai- nilai yang ditanamkan tidak sekedar berkaitan dengan

kepribadiannya saja melainkan juga menanamkan pesan moral kepada

masyarakat.

2. Aspek objektif/ karya lukisan pelepah pisang karya Ladiono periode 2007

Lukisan Ladiono periode 2007 merupakan objek– objek tunggal atau lebih

yang diletakkan ditengah- tengah bidang gambar dengan latar belakang berupa

ruang semu yang diciptakan dari perbedaan value. Objek- objek dalam lukisan

Ladiono merupakan hasil dari imajinasi dan contoh dari fenomena yang terjadi di

lingkup sosial budaya. Objek- objek yang ditampilkan Ladiono tampak suram,

dan sedih. Adapula objek yang ditampilkan merupakan hewan- hewan sebagai

media kritikan.

Visualisasi objek dalam lukisannya ini dibuat secara sederhana

berdasarkan pada unsur- unsur seni dan prinsip- prinsip seni. Meskipun tidak

semua elemen seni dipergunakan Ladiono dalam proses berkarya seninya.

Komposisi dalam lukisan pelepah pisang Ladiono didominasi oleh garis

kaligrafis dan bidang- bidang non geometris.

3. Afeksi penghayat terhadap lukisan pelepah pisang periode 2007 karya

Ladiono

a. Lukisan berjudul ”Pemulung”

Lukisan ini menggambarkan tentang kehidupan pemulung. Pemulung

merupakan suatu pekerjaan yang dianggap remeh oleh kebanyakan orang. Padahal

tanpa adanya pemulung, maka sampah– sampah dan bau- bau apek akan

Page 145: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

131

berhamburan kemana- mana. Hal ini mengandung pesan bahwa sepatutnya kita

menghargai karena pekerjaan pemulung bukanlah pekerjaan yang hina.

Sepatutnya kita berterimakasih dengan adanya pemulung, tanpa adanya pemulung

pasti sampah- sampah banyak berserakan, dan bau kotor yang tidak sedap akan

menyeruak kemana- mana. Sebagai manusia kita wajib saling mengasihi tanpa

harus memandang jenis pekerjaannya karena dihadapan Tuhan YME kedudukan

semua manusia itu sama.

b. Lukisan berjudul ”Sepatu Tikus”

Lukisan ini menggambarkan sebuah sepatu yang digerogoti tiga ekor tikus.

Sehingga lukisan ini merupakan sebuah bentuk kritik. Hewan tikus dijadikan

sebagai simbol dari perilaku oknum di lembaga tinggi yang menyelewengkan

jabatan yang diembannya untuk kepentingan pribadi. Lukisan ini juga

mengandung pesan agar kesemrawutan dalam lembaga ini bisa teratasi dan

kembali pada visi dan misi yang menjadi tujuan utama DPR yaitu sebagai

perantara/ penyalur aspirasi suara rakyat dan menjalankan aspirasi rakyat dengan

baik dan jujur, sehingga uneg-uneg masyarakat bisa tersalurkan dan kehidupan

masyarakat dapat kembali tenang dan damai.

c. Lukisan berjudul ”Antara Hidup dan Mati”

Lukisan yang ketiga ini menggambarkan dua binatang yang berkisah rantai

makanan, yaitu pertempuran antara hewan predator dan hewan yang akan jadi

mangsanya. Elang melakukan segala cara untuk mendapatkan makanannya dan

ular dengan berbagai usaha mempertahankan diri untuk melawan elang. Lukisan

Page 146: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

132

ini mengandung suatu pesan pada kita semua bahwa dalam kehidupan manusia

selalu ada permasalahan. Dalam hidup selalu membutuhkan perjuangan meskipun

harus mati. Akan tetapi seberat apapun persolan yang sedang kita hadapi,

seharusnya diselesaikan dengan perdamaian tidak harus diselesaikan dengan

pertengkaran untuk memperoleh suatu keputusan.

d. Lukisan ”Nyethe”

Lukisan ini merupakan lukisan yang diadaptasi dari pengalaman sehari-

harinya. Lukisan ini menampilkan seorang figur manusia yang sedang beristirahat

didampingi oleh sebatang rokok dan secangkir kopi. Kegiatan ini setiap hari

dilakukan kegiaka Ladiono telah capek dalam membuat lukisan debog. Maka

Ladiono melakukan kegiatan istirahat sambil merokok dengan pipa dan

menikmati secangkir kopi. Kebiasaan inilah yang dinamakan “Nyethe”, yang juga

sebagai kebiasaan yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat di Tulungagung

yang merupakan tanah kelahiran Ladiono.

Hal ini memang mengandung makna bahwa istirahat sangat diperlukan

untuk setiap manusia agar dapat memulihkan stamina dan menyegarkan pikiran.

Ketika pikiran kita dan stamina kita kembali fit maka segala pekerjaan dapat

terselesaikan dengan mudah.

4. Hubungan aspek genetik, objektif, dan afeksinya dalam lukisan pelepah

pisang periode 2007

Nilai- nilai yang terdapat pada lukisan Ladiono khususnya periode tahun

2007, banyak menggunakan objek tunggal dengan background yang tercipta dari

Page 147: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

133

ruang semu. Kemudian semua lukisan Ladiono menggunakan pewarnaan asli dari

pelepah pisang yang dikomposisikan dengan value . Selain pewarnaan tema- tema

yang dipergunakan Ladiono semuanya mengangkat fenomena kehidupan

masyarakat yang terjadi dalam kehidupan sehari- hari. Dalam dua karya lukisan

yang mewakili lukisan pelepah pisang periode 2007 seperti ” Sepatu

Tikus”dan”Antara Hidup dan Mati” menggunakan objek hewan sebagai simbol.

Dalam berkarya seni, Ladiono berkarya tidak ditujukan untuk mencari

materi namun semata –mata untuk kepuasan hati Ladiono. Karya Lukisan

Ladiono memiliki bentuk objek yang sederhana dan bentuk ini merupakan hasil

ungkapan ekspresi jiwa, imajinasi dari Ladiono, sehingga karya lukisan Ladiono

tidak dapat dapat dikategorikan sebagai seni terapan melainkan seni murni.

Ladiono juga menanamkan nilai- nilai/ amanat akibat munculnya

fenomena pada kehidupan masyarakat sekarang ini. Nilai- nilai yang menjadi

amanat Ladiono diantaranya seperti nilai perdamaian, pentingnya perilaku jujur

dalam lembaga tinggi Negara, perlunya istirahat untuk mengembalikan stamina

tubuh serta adanya rasa cinta dan kasih sayang terhadap dirinya sendiri, sesama

manusia tanpa melihat tinggi rendahnya pekerjaan dan llingkungan sekitar. Dari

segala usaha komunikasi visualnya dengan ruang publik (penikmat/ penghayat)

dapat dikatakan bahwa Ladiono adalah seniman yang mengacu pada modernisasi,

seniman yang memiliki pandangan yang didasarkan pada logika, bebas serta tidak

terikat aturan yang bersifat tradisional.

Page 148: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

134

B. Saran

Dari keseluruhan hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap

seni kerajinan lukisan pelepah pisang karya Ladiono di rumahnya, maka

beberapa saran yang sesuai dengan manfaat penelitian yang ingin dicapai

dari peneliti antara lain kepada:

1. Seniman

Karya pelepah pisang karya Ladiono banyak menggambarkan

objek tunggal dengan background ruang semu, untuk itu perlu

penambahan objek agar lukisan tersebut tidak sepi, dan variasi background

agar tidak monoton.

2. Mahasiswa Seni Desain

Gaya yang dipergunakan Ladiono cenderung kearah ekspresif

dekoratif. Gaya Ladiono pada periode tahun 2007 sangat berbeda dengan

periode tahun sebelumnya yang menggambarkan figur - figur pewayangan

yang bergaya realisme. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut

untuk mengetahui makna yang terdapat dalam visualisasi dan karakter

lukisan Ladiono dengan mengarahkan penelitian pada makna penggunaan

tokoh pewayangan periode tahun 2000-2006, Peranan warna pelepah

pisang untuk lukisan Ladiono, dan perubahan corak/ gaya pada lukisan

pelepah pisang karya Ladiono.

3. Lembaga Perguruan Tinggi Universitas Negeri Malang

Lembaga Perguruan Tinggi Universitas Negeri Malang, dapat

mendukung segala bentuk kegiatan ilmiah yang dilakukan mahasiswa yang

berupa penelitian tentang seni. Baik yang ada di daerah Malang, maupun

Page 149: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

135

di luar daerah Malang dan mengkajinya lebih lanjut secara ilmiah demi

peningkatan mutu akademis.

Page 150: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

136

DAFTAR RUJUKAN

Anonymous. 2004. Memproses Gedebog Jadi Uang, (Online),

(www.diskopjatim.go.id/.../298-suci-memproses-gedebog-jadi-

uang.html, dikses pada tanggal 19 Maret 2011).

Anonymous. 2007. Seni Lukis, (Online), (http://id.wikipedia.org/, diakses 21 Mei

2011).

Indrawati, Lilik. 1992/1993. Struktur Seni I (Bagian I). Malang: OPF. Universitas

Negeri Malang..

Indrawati, Lilik. 2004. Nirmana I. Malang: OPF. Universitas Negeri Malang.

Kartika, Dharsono Sony. 2004. Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.

Mamannoor. 2002. Wacana Kritik Seni Rupa di Indonesia. Bandung: Nuansa.

Margono. 2007. Seni Rupa dan Seni Teater SMA Kelas 2.-: -

Moleong, J. Lexy. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Remaja

Rosda Karya

Mofit.2003. Cara Menggambar Mudah. Jakarta: PT Gramedia.

Nurhadiat, Dedi. 2004. Pendidikan Seni Rupa SMP kelas 2. Jakarta: PT Grasindo.

Nursantara, Yayat. 2005. Kesenian SMA untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Prawira, Sulasmi. 2002. Warna Teori dan Kreatifitas Penggunaanya. Bandung:

ITB

Sachari, Agus. 2005. Seni Rupa Desain untuk SMA Kelas XII. Bandung: Eslangga

Saliem, Agus. 2010, (Online), (http://agus.smamuh-trk.com/?p=48 diakses 19

Maret 2011).

Sanyoto, Sajiman Ebdi. 2005. Dasar-dasar Tata Rupa dan Desain (Nirmana).

Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.

Soecipto, Katjik dan Widodo, Triyono. 1990. Dasar-Dasar Seni Lukis. Malang:

OPF. Universitas Negeri Malang.

Soedarso, SP. 2000. Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern. Jakarta: Studio

Delapan Puluh Enterprise.

Page 151: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

137

Sulastianto, Harry. 2008. Seni Budaya Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas.

Bandung: Gravindo Media Pratama.

Sumardjo, Jakob. 2002. Filsafat Seni. Bandung: ITB Bandung.

Susanto, Mikke. 2002. Diksi Rupa. Yogyakarta: Kanisius.

Sutopo, HB.tanpa tahun. Kritik Seni II. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Sutopo, HB, 2002 Metode Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: University Press.

Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi

Kelima. Malang: Universitas Negeri Malang.

Widodo, Triyono. 1992. Dasar-dasar Seni Lukis. Malang: IKIP Malang

Page 152: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

138

Lampiran 1

Lembar Observasi/ Pengamatan

terhadap kerajinan lukisan pelepah pisang karya Ladiono periode 2007

1. Identitas lukisan

a. Judul ………………………………………………………………. b. Ukuran ……………………………………………………………..

c. Medium …………………………………………………………….

d. Tahun ………………………………………………………………

2. Diskripsi karya

Lukisan di atas menampilkan objek yang menyerupai……. Dengan

Background…….

3. Analisa karya

a. Garis ……………………………………………………………….

b. Bentuk ……………………………………………………………..

c. Warna ………………………………………………………………

d. Ruang ………………………………………………………………

e. Tekstur ……………………………………………………………..

f. Kesatuan ……………………………………………………………

g. Keserasian/irama …………………………………………………..

h. Keseimbangan ……………………………………………………..

i. Proporsi/kesebandingan …………………………………………...

j. Dominasi/emphasis ………………………………………………...

4. Interpretasi

Berdasarkan diskripsi dan analisa karya di atas, maka lukisan …….

Menggambarkan tentang…….

5. Sintesis Kesimpulan Nilai

Berdasarkan informasi diskripsi lengkap mengenai latar belakang,

analisa formal dan interpretasi, maka diambilah sintesis kesimpulan nilai

pada lukisan………. yaitu……

Page 153: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

139

Lampiran 2

DAFTAR WAWANCARA DENGAN INFORMAN UTAMA

Nama Informan : Ladiono

Tempat/Tanggal : RT 06, RW 02 Desa kendalrejo, Kecamatan Durenan,

Kabupaten Trenggalek.

1. Siapa nama lengkap anda?

2. Kapan dan dimana anda dilahirkan?

3. Siapa nama orang tua anda?

4. Dimana alamat tempat tinggal orang tua anda?

5. Apakah pekerjaan orang tua anda?

6. Berapa jumlah saudara dan anda anak keberapa?

7. Apa saja profesi/kesibukan saudara-saudara anda?

8. Pendidikan apa saja yang pernah anda selesaikan?

9. Semasa kecil pengalaman apa saja yang masih diingat?

10. Peralatan sekolah apa saja yang pernah dibelikan?

11. Semasa kecil apakah anda suka corat coret dengan alat tulis?

12. Dimana biasanya tempat mencorat-coret?

13. Waktu itu objek apa yang paling disukai untuk dituangkan ke atas kertas?

14. Dari bangku sekolah, tehnik melukis apa saja yang sudah dikenal?

15. Setelah SMP anda melanjutkan ke sekolah apa?

16. Bagaimana peran orang tua terhadap bakat yang anda punya?

17. Setelah tamat SMA melanjutkan kemana? Perguruan Tinggi dimana?

Page 154: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

140

18. Mengapa anda memilih tidak melanjutkan ke Perguruan Tinggi Kesenian?

19. Bagaimanakah anda menyalurkan bakat anda?

20. Mengapa anda memilih berkarya dengan media pelepah pisang?

21. Bagaimana peran serta keluarga terhadap karya anda?

22. Adakah pengaruh lingkungan terhadap proses penciptaannya?

23. Bagaimana hubungan sosial antara masyarakat dengan anda?

24. Bagaimana anda mendapatkan ide dan gagasan dalam berkarya?

25. Tema-tema apa sajakah yang ditampilkan?

26. Selain pelukis, profesi apakah yaqng anda tekuni?

Page 155: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

141

Lampiran 3

DAFTAR WAWANCARA DENGAN INFORMAN PENUNJANG

1. Kaseri (Orang tua seniman)

a. Bagaimanakah Ladiono semenjak kecil? Apakah sering membantu orang

tua?

b. Apakah bakat seni Ladiono sudah terlihat dari kecil ?

2. Masripah (Istri seniman)

a. Bagainakah peran Ladiono sebagai kepala keluarga?

3. Pak Yudha Rachman Wijaya (Tetangga).

a. Bagaimanakah karakter Ladiono?

b. Menurut anda, bagaimanakah karya lukisan Ladiono dilihat dari

visualisasinya?

Page 156: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

142

Lampiran 4

DATA PRIBADI SUBJEK PENELITIAN

1. Nama : Ladiono

2. Tempat/Tgl Lahir : Tulungagung 26 Mei 1955

3. Agama : Islam

4. Pendidikan terakhir : SPG Trenggalek

5. Alamat : RT 06, RW 02. Desa Kendalrejo,

Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek

6. Riwayat Pameran :

Pameran pertama di Trenggalek tahun 1975 dengan tema “ Expo

Seni Debog RI 1975”, Pameran bersama “ Produk Unggulan Daerah”

tahun 1977 di Alun-alun Trenggalek, Tahun 1980 Pameran tunggal “

Debog Ladiono Art” di Tulungagung, Tahun 1988 Pameran tunggal di

Tulungagung dalam acara Pekan Raya hari jadi kota Tulungagung,

Pameran bersama “ Pasar Seni” di Surabaya tahun 2008, Pameran bersama

di Gedung Pramuka Trenggalek tahun 2009.

Page 157: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

143

Lampiran 5

PETA RUMAH LADIONO

Page 158: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

144

Lampiran 6

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Herdha Prasila

NIM : 106251400544

Jurusan/Program Studi : Seni dan Desain/ Pendidikan Seni Rupa

Fakultas/Program : Sastra/ S1

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil

tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, Juni 2011

Yang membuat pernyataan,

Herdha Prasila

Page 159: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

145

Lampiran 7

Surat Keterangan Penelitian di Rumah Bapak Ladiono.

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini Ladiono seniman pelepah

pisang di Kabupaten Trenggalek Jawa Timur menyatakan bahwa:

Nama : Herdha Prasila

NIM : 106251400544

Jurusan : Seni dan Desain

Program Studi : Pendidikan Seni Rupa

Fakultas/Jenjang : Sastra/S1

Telah mengadakan penelitian di rumah bapak Ladiono Rt 06, Rw

02 Desa Kendalrejo Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek Jawa

Timur mulai bulan April 2011 sampai akhir bulan Juni 2011, dalam

rangka penulisan skripsi dengan judul :

“STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG

KARYA LADIONO PERIODE 2007”

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Trenggalek, 28 April 2011

Ladiono

Page 160: STUDI TENTANG EMPAT LUKISAN PELEPAH PISANG KARYA …jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelE364ECC2EBF33FECC82DDD5... · keindahan maupun tanpa dengan kesadaran keindahan, semua

146

Lampiran 8

RIWAYAT HIDUP

Herdha Prasila dilahirkan pada tanggal 25 Januari 1988 di Desa

Kendalrejo, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek, sebagai anak kedua dari

tiga bersaudara pasangan dari Bapak Ladiono dan Ibu Masripah. Hobi basket,

bermain musik, serta segala sesuatu yang berhubungan dengan seni budaya.

Pendidikan yang pernah ia tempuh adalah SDN Kendalrejo I (1994-2000), SMPN

I Durenan (2000-2003), SMAN I Trenggalek (2003-2006).

Pendidikan berikutnya ditempuh di Universitas Malang Fakultas Sastra

Jurusan Seni dan Desain Program Studi Pendidikan Seni Rupa melalui jalur

PMDK.