studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

92
i STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU UNTUNG JAWA KEPULAUAN SERIBU DKI JAKARTA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Sri Setiyowati NIM. 1112015000102 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016

Upload: hoangduong

Post on 27-Jan-2017

235 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

i

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI PULAU

UNTUNG JAWA KEPULAUAN SERIBU

DKI JAKARTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

Sri Setiyowati

NIM. 1112015000102

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016

Page 2: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

ii

Page 3: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

iii

Page 4: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

iv

Page 5: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

v

ABSTRAK

Sri Setiyowati, 1112015000102 “Studi Perubahan Garis Pantai Pulau

Untung Jawa Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Skripsi. Program Studi

Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016

Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara wilayah laut dan wilayah

darat yang memiliki banyak manfaat. Setiap pemanfaatan sumber daya wilayah

pesisir dapat menyebabkan terjadinya perubahan ekosistem dengan skala tertentu.

Pemanfaatan dengan tidak memperhatikan prinsip-prinsip ekologi dapat

menurunkan mutu lingkungan dan berlanjut dengan terjadinya kerusakan

ekosistem wilayah pesisir yang bersangkutan. Penelitian ini dilaksanakan di Pulau

Untung Jawa. Pulau Untung Jawa merupakan salah satu pulau berpenduduk yang

terletak di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Kabupaten Kepulauan Seribu

DKI Jakarta. Pulau Untung Jawa termasuk dalam gugusan Taman Nasional

Kepulauan Seribu yang berpenduduk. Tujuan penelitian ini adalah mengamati dan

mengidentifikasi karakteristik perubahan garis pantai pulau untung jawa dalam

kurun waktu 2010-2013. Metode penelitian ini meliputi pengamatan lapang,

tumpang susun, pengolahan data pendukung seperti data oseanografi. Tumpang-

susun citra yang digunakan adalah tahun 2010-2013. Pengambilan data lapang

berupa mencocokan koordinat menggunakan GPS. Pengolahan data satelit

menggunakan sofware berupa ArcGis, Surfer, Excel, ODV, Google Earth dan

Global Mapper.Berdasarkan hasil overlay citra Pulau Untung Jawa mengalami

rata-rata abrasi sebesar 1547,27 m2/tahun dan akresi sebesar 766,68 m

2/tahun.

Perubahan garis pantai Pulau Untung Jawa dipengaruhi oleh abrasi dan akresi.

Faktor penyebab abrasi dan akresi pantai Pulau Untung Jawa berupa faktor alam

dan faktor aktivitas manusia. Faktor alam berupa gelombang, angin, pasut dan

batimetri sedangkan faktor manusia berupa pengerukan pasir dan pencemaran

laut.

Kata Kunci :Garis Pantai, Abrasi, Akresi, Pulau Untung Jawa

Page 6: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

vi

ABTRACT

Sri Setiyowati, 1112015000102 “Study of coasline changes detection in

Untung Jawa Island Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Skripsi. Social Science

Education Department, Faculty Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah

State Islamic University of Jakarta, 2016

The coastal area is a meeting between the ocean and land area that has

many benefits. Each resource utilization of coastal areas can cause changes in the

ecosystem with a certain scale. Utilization with no regard to the principles of

ecology can degrade the environment and continues to damage coastal ecosystem

concerned. This research was conducted in Untung Jawa Island. Untung Jawa

Island is one of the inhabited islands are located in the district of South Thousand

Islands Thousand Islands district of Jakarta. Untung Jawa Island included in the

group of the Thousand Islands National Wildlife inhabited. The purpose of this

study was to observe and identify the characteristics of changes in the coastline of

the island of Java profit in the period 2010-2013. The research methods include

field observation, overlaying, data processing support such as oceanographic

data. Overlapping stacking imagery used is 2010-2013. Intake of field data in the

form of matching the coordinates using GPS. Satellite data processing using

software such as ArcGIS, Surfer, Excel, ODV, Google Earth and Global Mapper.

Based on the results of the image overlay Untung Jawa Island experienced an

average abrasion of 1547.27 m2 / year and accretion amounted to 766.68 m2 /

year. Changes in Untung Jawa Island coastline affected by erosion and accretion.

Factors that cause erosion and accretion Untung Jawa Island coast in the form of

natural factors and human activity factors. Natural factors such as waves, wind,

tidal and bathymetry whereas human factors such as sand dredging and marine

pollution.

Keywords: Coastline, Abration, Accretion, Untung Jawa Island

Page 7: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT pemilik alam semesta ini,

atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul “Studi Perubahan Garis Pantai Pulau Untung Jawa Kepulauan

Seribu Dki Jakarta”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.Penulis menyadari keterbatasan kemampuan, kurangnya pengalaman,

banyaknya hambatan serta kesulitan senantiasa penulis temui dalam penyusunan

skripsi ini. Dengan terselesaikannya skripsi ini, tak lupa penulis menyampaikan

rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan, bimbingan

serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan

kali ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Bapak Syaripulloh, M.Si selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

4. Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si selaku dosen pembimbing I yang

senantiasa membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.

5. Ibu Zaharah, M.Ed selaku dosen pembimbing II yang senantiasa

membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.

6. Ibu Jakiatin Nisa, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang telah

senantiasa membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.

7. Bapak Sodikin, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Penginderaan Jauh

yang telah memberikan ilmu nya yang penuh manfaat.

Page 8: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

viii

8. Seluruh Dosen, Staf, Dan Karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan pengetahuan, pemahaman dan pelayanan selama

melaksanakan studi.

9. Kedua orang tuaku yang sangai ku cintai dan ku hormati, yakni bapak

Maskuri dan ibu Muryati yang telah membesarkan penulis dengan penuh

kasih sayang serta senantiasa memberikan semangat, doa dan bimbingan.

Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada

kalian.

10. Untuk Kakek, Nenek, Paman dan Bibi ku yang telah memberikan doa,

semangat serta dukungannya. Semoga Allah membalas semua kebaikannya

baik moral maupun materi.

11. Youtuber Remote Sensing yang telah memberikan video tutorial yang sangat

bermanfaat.

12. Sahabat-sahabatku Dessy, Luna, Maul, Eny dan Ely yang selalu memberikan

doa, semangat dan keceriaan semasa kuliah.

13. Teman-teman Rempongers Sarah, Prisda, Feby, Ary, Tya, Rahma, Ike dan Ica

yang selalu memberikan doa, semangat dan keceriaan semasa kuliah.

14. Teman teman sejurusan dan Kosentrasi Geografi 2012 yang telah

memberikan pengalaman dan warna selama menjalani perkuliahan.

15. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis

ucapkan terima kasih atas dukungannya dan bantuannya.

Akhirnya tiada kata lain yang lebih berarti selain harapan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan bagi para pembaca. Amin.

Jakarta, Oktober 2016

Penulis

Page 9: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN MUNAQOSAH

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

ABSTRACT ........................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4

C. Batasan Masalah ........................................................................ 4

D. Rumusan Masalah ..................................................................... 4

E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian .................................................................... 5

BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Kajian Teori

1. Pantai ................................................................................... 6

2. Jenis-Jenis Pantai ................................................................ 8

3. Perubahan Garis Pantai ....................................................... 9

4. Abrasi dan Akresi .............................................................. 10

5. Faktor-Faktor Penyebab Abrasi Dan Akresi .................... 13

6. Perlindungan Pantai .......................................................... 18

B. Hasil Penelitian Relevan ........................................................ 25

C. Kerangka Berfikir..................................................................... 27

Page 10: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

x

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian ...................................................................... 29

B. Metode Penelitian .................................................................... 29

C. Unit Analisis ............................................................................ 29

D. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 30

E. Alat dan Bahan Penelitian ....................................................... 30

F. Teknik Pengolahan Data Penginderaan Jauh ......................... 31

G. Teknik Analisis Data ............................................................... 32

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian

1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian ...................................... 34

a. Letak dan Luas ............................................................ 34

b. Ekosistem ................................................................... 35

c. Iklim ........................................................................... 35

d. Arus dan Gelombang .................................................. 35

e. Topografi .................................................................... 35

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ..................................... 35

B. Pembahasan Temuan Penelitian ............................................. 34

1. Interpretasi Citra ............................................................... 36

2. Perubahan Garis Pantai ................................................... 37

3. Abrasi dan Akresi .............................................................. 38

4. Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Garis Pantai ...... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................ 53

B. Implikasi ................................................................................. 53

C. Saran ....................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Definisi Pantai ..................................................................................... 7

Gambar 2.2 Definisi dan Karakteristik Pantai ......................................................... 8

Gambar 2.3 Jenis-jenis Pasang Surut ..................................................................... 16

Gambar 2.4 Bangunan Pelindung Pantai ............................................................... 24

Gambar 2.5Bagan Kerangka ................................................................................. 29

Gambar 4.1 Batas Administratif Pulau Untung Jawa ............................................ 34

Gambar 4.2 Interpretasi Citra ................................................................................ 36

Gambar 4.3 Overlay Citra 2011-2013 .................................................................... 37

Gambar 4.4 Overlay Lokasi 1 Perubahan Garis Pantai ......................................... 41

Gambar 4.5 Lokasi 1 Perubahan Garis Pantai ...................................................... 41

Gambar 4.6 Overlay Lokasi 2 Perubahan Garis Pantai ......................................... 42

Gambar 4.7 Lokasi 2 Perubahan Garis Pantai ...................................................... 42

Gambar 4.8 Overlay Lokasi 3 Perubahan Garis Pantai ......................................... 43

Gambar 4.9 Lokasi 3 Perubahan Garis Pantai ...................................................... 43

Gambar 4.10 Overlay Lokasi 4 Perubahan Garis Pantai ....................................... 44

Gambar 4.11 Lokasi 4 Perubahan Garis Pantai .................................................... 44

Gambar 4.12 Overlay Lokasi 5 Perubahan Garis Pantai ....................................... 45

Gambar 4.13 Lokasi 5 Perubahan Garis Pantai .................................................... 45

Gambar 4.14 Arah Pergerakan Arus ...................................................................... 47

Gambar 4.15 Tinggi Gelombang Kepulauan Seribu ............................................. 48

Gambar 4.16 Batimetri Pulau Untung Jawa ........................................................... 51

Page 12: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Perubahan Lahan Pulau Untung Jawa ................................................. 40

Grafik 4.2 Persebaran Arah Angin ........................................................................ 46

Grafik 4.3 Pasang Surut Tanjung Priok ................................................................ 50

Page 13: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Tingkat Kerusakan Abrasi ....................................................... 13

Tabel 2.2 Parameter Perbandingan Penelitian ...................................................... 26

Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 30

Tabel 3.2 Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................... 30

Tabel 4.1 Bersar Perubahan Garis Pantai Oleh Abrasi ........................................ 39

Tabel 4.2 Bersar Perubahan Garis Pantai Oleh Akresi ......................................... 39

Tabel 4.3 Bersar Perubahan Lahan Pulau Untung Jawa ........................................ 40

Tabel 4.4 Skala Beaufort ...................................................................................... 47

Page 14: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Karakteristik Pulau Untung Jawa ....................................................... 56

Lampiran 2 Rata-rata Kecepatan Angin ................................................................. 57

Lampiran 3 Rata-rata Arah Angin.......................................................................... 58

Lampiran 4 Peta Arah Arus Perairan Pulau Untung Jawa ..................................... 59

Lampiran 5 Rata-rata Suhu Udara ......................................................................... 65

Lampiran 6 Rata-rata Hari Hujan dan Badai......................................................... 66

Lampiran 7 Luas Wilayah Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk .............. 67

Lampiran 8 Data Pasang Surut Tanjung Priok ....................................................... 68

Page 15: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Ditinjau

dari luasnya terdiri atas lima pulau besar, beberapa puluh pulau sedang dan

beribu-ribu pulau kecil, yang seluruhnya berjumlah sekitar 17.508 pulau

garis pantai sangat panjang mencapai ± 81.000 km, sehingga merupakan

negara dengan pantai terpanjang di dunia setelah Canada. Muara sungai

yang cukup banyak berjumlah sekitar 53.000. Kondisi wilayah kepulauan

indonesia tersebut membuat banyaknya potensi kekayaan alam dan

keanekaragaman hayati yang ada di wilayah pesisir Pantai Indonesia,

berupa ekosistem pesisir yang meliputi lautan, pesisir, hutan mangrove,

muara sungai dan estuari.

Secara umum pulau-pulau di dunia dapat dikelompokan menjadi lima,

yaitu pulau benua, pulau vulkanik, pulau daratan rendah, pulau karang

timbul, dan pulau atol.1Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu di Teluk

Utara Jakarta merupakan tipe pulau daratan rendah. Kepulauan seribu

memiliki beberapa gugusan pulau selain pulau Untung seperti Pulau

Rambut, Pulau, Pari, Pulau Pramuka, Pulau Tidung dan lain sebagainya.

Meskipun demikian Kepulauan Seribu juga dapat dikatakan sebagai pulau

atol karena adanya pertumbuhan terumbu karang dimana ditengan gugusan

terumbu karang tersebut membentuk laguna. Kondisi perairan diluar atol

merupakan daerah perairan dalam sedangkan perairan didalam atol

merupakan daerah yang relatif dan pada beberapa tempat terdapat laguna

(lagoon).

1Dietriech G. Bengen, Dan Alex S.W. Retraubun, Menguak Realitas Dan Urgensi

Pengelolaan Berbasis Eko-Sosio Sistem Pulau-Pulau Kecil, (Jakarta: Pusat Pembelajaran Dan

Pengembangan Pesisir Dan Laut, 2006), H. 9.

Page 16: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

2

Pulau Untung Jawa merupakan salah satu pulau dalam gugusan

Taman Nasional Kepulauan Seribu yang berpenduduk.2 Penduduk Pulau

Untung Jawa ini sebagian besar adalah pendudukPulau Ubi Besar yang

telah leyap di karenakan abrasi. Abrasi merupakan proses pengikisan

pantai yang disebabkan oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang

bersifat merusak.3Usia Pulau Untung Jawa sudah mencapai ±6 generasi

namun kenyataan abrasi pantai seolah tidak dapat dihindarkan, jika

sebelumnya Pulau Ubi Besar yang hilang dan lenyap di hantam abrasi kini

Pulau Untung Jawa memiliki permasalahan yang sama. Rusaknya kawasan

pantai Pulau Untung Jawa dapat berdampak pada perubahan garis pantai

baik yang disebabkan oleh abrasi maupun akresi. Merurut Rifardi “Akresi

adalah proses pengendapan sedimen, termasuk semua aktivitas yang

mempengaruhi dan merubah sedimen menjadi batuan sedimen.4Selain

permasalahan abrasi meningkatnya pembangunan di sekitar Teluk Jakarta

mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan terutama

wilayah pesisir pantai di wilayah tersebut.

Wilayah pesisir merupakan pertemuan antara wilayah laut dan

wilayah darat, dimana interaksi antara ekosistem darat dan ekosistem laut

yang sangat dinamis dan saling mempengaruhi.5 Penggunaan dan

pemanfaatan wilayah pantai sangat besar bagi masyarakat sebagai contoh

pada zaman masuknya bangsa portugis ke Indonesia wilayah pesisir

berperan sebagai lokasi perdagangan antar bangsa. Wilayah pesisir

menjadi tempat para pedagang melakukan transaksi jual beli, bermukim,

penyebaran agama bahkan pelopor munculnya berbagai kerajaan hindu-

budha dan kerajaan islam yang ada di nusantara. Oleh karena itu, wilayah

pantai merupakan daerah yang sangat intensif untuk kegiatan manusia

2 Hasil Pengamatan

3 Heryoso Setiyono, Kamus Oseanografi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press,

1996),h. 1. 4 Rifardi, Ekologi Sedimen Laut Modern, (Pekanbaru: UR Press, 2012), h. 39.

5 Bambang Triatmodjo, Teknik Pantai,(Yogyakarta: Beta Offset, 1999) h. 2.

Page 17: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

3

seperti kawasan pusat pemerintahan, pemukiman, industri, pelabuhan,

pertambakan, perikanan, pariwisata dan lain-lain.

Setiap pemanfaatan sumber daya wilayah pesisir dapat menyebabkan

terjadinya perubahan ekosistem dengan skala tertentu. Pemanfaatan

dengan tidak memperhatikan prinsip-prinsip ekologi dapat menurunkan

mutu lingkungan dan berlanjut dengan terjadinya kerusakan ekosistem

wilayah pesisir yang bersangkutan. Penurunan kualitas lingkungan

wilayah pesisir pantai dapat menimbulkan kemunduran garis pantai yang

disebabkan oleh abrasi pantai selain abrasi akresi yang berlebihan juga

dapat menyebabkan kerusakan ekosistem laut di sekitar pantai.

Abrasi bisa disebut sebagai erosi pantai yang merupakan proses

pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat

merusak.6 Abrasi dapat mengancam garis pantai sehingga mundur

kebelakang, merusak tambak maupun lokasi persawahan yang berada

dipinggir pantai, dan juga mengancam bangunan-bangunan yang

berbatasan langsung dengan air laut, baik bangunan yang difungsikan

sebagai penunjang wisata maupun rumah-rumah penduduk. Selain itu

tingkat abrasi yang cukup besar dapat merusak ekosistem yang terdapat

dalam pulau bahkan dapat membuat hilangnya pulau kecil. Abrasi dapat

terjadi secara alami oleh serangan gelombang dan juga disebabkan oleh

kegiatan manusia seperti pengambilan karang, pembangunan pelabuhan,

penebangan hutan bakau dan lain-lain.

Pantai memiliki keseimbangan dinamis yaitu cenderung

menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian sehingga mampu

menghancurkan energi gelombang yang datang. Gelombang normal yang

datang akan mudah dihancurkan oleh mekanisme pantai, sedang

gelombang besar atau badai yang mempunyai energi besar walaupun

6 Heryososetiyono, Kamus Oseanografi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996),

H.1.

Page 18: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

4

terjadi dalam waktu singkat dan menimbulkan erosi. Kondisi berikutnya

akan terjadi dua kemungkinan yaitu pantai kembali seperti semula oleh

gelombang normal atau material terangkut ketempat lain dan tidak

kembali lagi sehingga disatu tempat timbul erosi dan ditempat lain akan

menyebabkan sedimentasi. Gelombang naik terunnya air laut ini

menimbulkan tekanan yang mengikis pantai Pulau Untung Jawa sehingga

terjadi pergeseran garis pantai baik kearah laut maupun ke arah darat pulau

Untung Jawa. Kerusakan wilayah Pulau Untung Jawa ini disebabkan oleh

faktor alam dan campur tangan manusia. Berdasarkan latar belakang yang

telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul: “Studi Perubahan Garis Pantai Pulau Untung Jawa

Kepulauan Seribu DKI Jakarta”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka identifikasi

masalahnya adalah.

1. Menurunnya mutu lingkungan hidup pesisir Pulau Untung Jawa.

2. Rusaknya ekosistem pesisir pantai Pulau Untung Jawa.

3. Tidak seimbangnya transport sedimen pantai Pulau Untung Jawa.

4. Terjadi perubahan garis pantai Pulau Untung Jawaoleh abrasi.

5. Terjadi perubahan garis pantai Pulau Untung Jawaoleh akresi.

C. Batasan Masalah

Fokus pada penelitian ini adalah Penelitian ini dilakukan terhadap

perubahan garis pantai Pulau Untung Jawa yang disebabkan oleh proses

abrasi dan akresi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, diperoleh

rumusan masalah yaitu bagaimana perubahan garis pantai Pulau Untung

Jawaoleh proses abrasi dan akresi?

Page 19: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

5

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi perubahan garis pantai

Pulau Untung Jawa oleh proses abrasi dan akresi.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan kontribusi pengetahuan yang bermanfaat dalam

mengelola lingkungan suaka margasatwa terutama di Pulau Untung

Jawa.

b. Sebagai masukan suatu rencana tindakan pemerintah daerah DKI

Jakarta dengan berbagai konsekuensinya, serta dapat meningkatkan

kualitas keputusan pemerintah setempat untuk melindungi wilayah

pantai dari cengkraman abrasi di Pulau Untung Jawa.

c. Menjadi bahan perbandingan, pertimbangan, dan pengembangan

bagi peneliti yang lain.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat digunakan sebagai masukan bagi pemerintah setempat

dalam menangani abrasi pantai, sehingga laju abrasi dapat

berkurang.

b. Sebagai bahan masukan bagi para mahasiswa dan guru dalam

melaksanakan pembelajaran IPS terpadu khususnya kajian geografi

pada kelas VII SMP dan Geografi pada kelas X SMA.

c. Sebagai acuan untuk menunjang pengembangan wilayah,

pemanfaatan SDA dan penanggulangan bencana alam yang

mungkin terjadi akibat abrasi dari kawasan pantai khususnya

daerah pantai DKI Jakarta.

d. Dapat memberikan informasi tentang proses terjadinya kerusakan

pantai serta solusinya.

Page 20: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

6

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Kajian Teori

1. Pantai

Pantai adalah batas antara daratan dengan perairan laut pada

pasang rendah sampai ke batas pasang tertinggi gelombang.7 Pantai

merupakan batas wilayah daratan (tanah) dengan wilayah lautan (air).8

Pantai merupakan batas antara darat dan laut, diukur pada saat pasang

tertinggi dan surut terendah, dipengaruhi oleh fisik laut dan sosial

ekonomi bahari, sedangkan ke arah darat dibatasi oleh proses alami

dan kegiatan manusia di lingkungan darat.9

Dari beberapa definisi pantai diatas dapat disimpulkan bahwa

Pantai adalah batas wilayah darat dan laut yang dibatasi antara garis

pasang tertinggi dengan garis surut terendah sehingga memiliki

kerentan terhadap perubahan karena dipengaruhi secara langsung oleh

berbagai aktifitas alam maupun manusia. Beberapa istilah pantai

sebagai berikut:10

a. Pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih mendapat

pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut dan perembesan air

laut.

b. Pantai adalah daerah di tepi perairan sebatas antara surut terendah

dan pasang tertinggi.

c. Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air

laut, dimana posisinya tidak tetap dan dapat bergerak sesuai

dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi.

7 Heryoso Setiyono, Kamus Oseanografi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996),

h.137. 8 Widi Agus Pratikto, Haryo Dwinto Armono dan Suntoyo, Perencanaan Fasilitas Pantai

dan Laut, (Yogyakarta:BPFE, 1997), h.6. 9 Bambang Triatmodjo, Teknik Pantai, (Yogyakarta:Beta Offset, 1999), h. 1.

10 Ibid., h. 2.

Page 21: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

7

d. Sempadan pantai adalah daerah sepanjang pantai yang

diperuntukan bagi pengamanan dan pelestarian pantai.

e. Perairan pantai adalah daerah yang masih dipengaruhi aktivitas

daratan.

Gambar 2.1

Definisi Pantai

Sumber : triatmodjo, 1999

Untuk kepentingan rekayasa atau teknik pantai, triatmodjo

mendefinisikan pantai sebagai berikut:11

a. Surf Zone adalah daerah yang terbentang antara bagian dalam dari

gelombang pecah sampai batas naik turunnya gelombang pantai.

b. Breaker Zone adalah daerah dimana terjadi gelombang pecah.

c. Swash Zone adalah daerah yang dibatasi oleh garis batas tertinggi

niknya gelombang dan batas terendah turunnya gelombang

dipantai.

d. Offshore adalah daerah dari gelombang (mulai) pecah samapai

kelaut lepas.

e. Foreshore adalah daerah yang terbentang dari garis pantai pada

saat surut terendah sampai batas atas dari uprush pada saat air

pasang tinggi.

f. Coast adalah daratan pantai yang masih terpengaruh laut secara

langsung, misalnya pengaruh pasang surut, angin laut, dan

ekosistem pantai.

11

Ibid., h. 3.

Page 22: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

8

g. Coastal Area adalah daratan pantai dan perairan pantai sampai

kedalaman 100 atau 150 m.

Gambar 2.2

Definisi dan Karakteristik Pantai

Sumber : triatmodjo, 1999

2. Jenis-jenis pantai

Jenis-jenis atau tipe pantai berpengaruh pada kemudahan

terjadinya erosi pantai. Berikut adalah penggolongan pantai di

Indonesia berdasarkan tipe-tipe paparan (shelf) perairan pantai

dikelompokan menjadi pantai paparan, pantai samudra dan pantai

pulau.12

a. Pantai Paparan

Pantai paparan merupakan pantai dengan proses pengendapan

yang lebih dominan dibanding proses erosi/abrasi. Pantai paparan

umumnya terdapat di Pantai Utara Jawa, Pantai Timur Sumatera,

Pantai Timur dan Selatan Kalimantan dan Pantai Selatan Papua,

dengan karakteristik sebagai berikut:

1) Muara sungai memiliki delta, airnya keruh mengandung

lumpur yang dipengaruhi oleh proses sedimentasi.

2) Memiliki pantai landai dengan perubahan kemiringan ke arah

laut bersifat gradual dan teratur.

3) Memiliki daratan pantai lebih dari 20 km.

12

Widi Agus Pratikto, Haryo Dwinto Armono dan Suntoyo, op. cit.,h. 7.

Page 23: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

9

b. Pantai Samudra

Pantai samudra merupakan pantai dimana proses erosi lebih

dominan dibanding proses sedimentasi. Pantai jenis ini terdapat di

Pantai Selatan Jawa, Pantai Barat Sumatera, Pantai Utara dan

Timur Sulawesi serta Pantai Utara Papua, dan mempunyai

karakteristik sebagai berikut:

1) Muara sungai berada dalam teluk, delta tidak berkembang

baik dan airnya jernih.

2) Batas antara daratan pantai dan garis pantai yang sempit.

3) Kedalaman pantai ke arah laut berubah tiba-tiba.

c. Pantai Pulau

Pantai pulau merupakan pantai yang mengelilingi pulau kecil.

Pantai ini dibentuk oleh endapan sungai, batu gamping, endapan

gunung berapi atau endapan lainnya. Pantai pulau umumnya

terdapat di Kepulauan Riau, Kepulauan Nias, dan juga Kepulauan

Seribu.

3. Perubahan Garis Pantai

Garis pantai adalah garis yang membatasi antara perairan dan

daratan pantai.13

Garis pantai adalah garis batas pertemuan antara

daratan dan lautan dengan kedudukan yang tidak tetap tiap

waktunya.14

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

perubahan garis pantai merupakan pergeseran garis pertemuan antara

air laut dengan daratan baik ke arah laut maupun kearah darat yang

dapat berubah-ubah karena dipengaruhi oleh aktivitas darat dan laut.

Pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sehingga mampu

mempertahankan kedudukannya namun hal ini tidak selalu terjadi

dikarenakan adanya perubahan lingkungan pantai. Lingkungan pantai

13

Heryoso Setiyono.loc. cit. 14

Bambang Triatmodjo, op. cit., h. 1.

Page 24: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

10

merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan. Perubahan garis

pantai ditunjukkan oleh perubahan kedudukannya, tidak saja

ditentukan oleh suatu faktor tunggal tapi oleh sejumlah faktor beserta

interaksinya.

Berubahnya garis pantai disebabkan oleh rusaknya lingkungan

pantai. kerusakan wilayah pantai dapat dipengaruhi faktor alam

maupun oleh tangan manusia. Kerusakan daerah pantai terbagi ke

dalam beberapa kriteria, dalam kriteria tersebut dikelompokkan dalam

beberapa jenis kerusakan berikut ini:

a. Erosi (Perubahan garis pantai, gerusan di kaki bangunan, daerah

yang terkena erosi dan pengaruhnya terhadap daerah lain).

b. Abrasi (Abrasi di batuan, abrasi di tembok laut/pelindung pantai,

daerah yang terkena abrasi dan pengaruhnya terhadap daerah

sekitarnya).

c. Pendangkalan muara dan sedimentasi (Lamanya muara tertutup,

persentase pembukaan muara, daerah yang terkena sedimentasi

dan pengaruh sedimentasi).

d. Kerusakan lingkungan (Permukiman, kualitas air laut, terumbu

karang dan hutan mangrove).15

4. Abrasi dan Akresi Pantai

a. Abrasi

Abrasi atau erosi adalah pengikisan.Abrasi merupakan proses

pengikisan pantai yang disebabkan oleh tenaga gelombang laut

dan arus laut yang bersifat merusak.16

Abrasi merupakan suatu

proses pelepasan energi gelombang yang dapat merusak garis

15

Oki Setyanto dan Joko Triyanto, “Analisa Erosi dan Perubahan Garis Pantai Pasir Buatan

Dan Sekitarnya Di Talaksiung Provinsi Kalimantan Selatan”, Jurnal Teknik Sipil,Vol. 7, 2007, h.

226-227. 16

Heryoso Setiyono,op. cit.,h. 1.

Page 25: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

11

pantai.17

Abrasi pantai juga didefinisikan sebagai mundurnya garis

pantai dari posisi asalnya.18

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

abrasi atau erosi merupakan suatu pengikisan garis pantai ke arah

darat yang bersifat merusak. Pantai yang mengalami erosi adapat

kembali kebentuk semula maupun tidak kembali kebentuk semula.

Kembalinya bentuk semula pantai yang tererosi dapat terjadi bila

laju abrasi dengan sedimentasi pada wilayah tersebut seimbang.

Erosi yang berlebihan akan menyebabkan hilangnya

keseimbangan dinamis pantai sehingga dapat menimbulkan

kerugian.

Erosi pada dasarnya merupakan suatu proses kehilangan

tanah akibat pergerakan air atau angin. Secara geologi daerah

tempat bertemunya daratan dan lautan adalah satu dari sebagian

besar daerah yang dinamis namun merupakan tempat yang mudah

sekali terjadi erosi dan sedimentasi. Kawasan pantai akan berubah

menjadi suatu lahan yang kritis, jika terjadi pengikisan pantai oleh

abrasi. Abrasi terjadi karena tidak seimbangnya antara angkutan

sedimen yang masuk dan yang keluar dari suatu bentang pantai.

Akibat tidak seimbangnya pasok dan angkutan sedimen, maka

pantai akan terabrasi.

Menurut Bambang Triatmodjo “suatu pantai yang mengalami

abrasi tergantung pada sedimen yang masuk (suplai) dan yang

meninggalkan pantai tersebut.”19

Abrasi pantai terjadi apabila di

suatu pantai yang ditinjau mengalami kehilangan atau

17

Sukandarrumidi, Bencana Alam dan Bencana Anthropogene, (Yogyakarta: Kanisius,

2010), h. 243. 18

Widi Agus Pratikto, Haryo Dwinto Armono dan Suntoyo.loc. cit., h.6. 19

Bambang Triatmodjo, op. cit.,h. 160.

Page 26: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

12

pengurangan sedimen, artinya sedimen yang terangkut lebih besar

dari yang diendapkan.

b. Akresi

Merurut Rifardi “Akresi adalah proses pengendapan sedimen,

termasuk semua aktivitas yang mempengaruhi dan merubah

sedimen menjadi batuan sedimen.20

Akresi atau sedimentasi pantai

merupakan penambahan daratan pantai akibat adanya

pengendapan sedimen yang dibawa oleh air laut dan dipengaruhi

oleh gelombang ataupun arus laut. Akresi dan abrasi merupakan

sebuah proses yang berkaitan karena suatu tempat yang

mengalami erosi maka akan menimbulkan akresi baik di tempat

yang sama maupun ketempat yang berbeda karena partikel yang

tererosi terbawa oleh arus ke tempat lain sehingga menimbulkan

pengendapan (sedimentasi). Akresi yang berlebihan dapat

merugikan masyarakat pesisir, karena dapat mempengaruhi

kestabilan garis pantai. Selain itu transport sedimen yang

berlebihan dapat merusak ekosistem perairan tepi pantai seperti

rusaknya terumbu karang, lamun, dan menyebabkan pendangkalan

muara sungai yang merupakan tempat lalu lintas perahu-perahu

nelayan yang hendak melaut.

Laju sedimentasi atau kecepatan endapan (settling) sedimen

tergantung pada besar kecilnya ukuran partikel. Kebanyakan

sedimen yang terbawa ke daerah estuaria berada dalam bentuk

suspensi dan berukuran kecil.21

Sedimentasi banyak terjadi di

daerah dekat muara sungai karena sepanjang dalam proses

pengalirannya, air sungai mengikis atau mengerosi bagian dasar

maupun dinding sungainya.22

Material hasil erosi selanjutnya

20

Rifardi, Ekologi Sedimen Laut Modern, (Pekanbaru: UR Press, 2012), h. 39. 21

Ibid., h. 24. 22

Agung Mulyo, Pengantar Ilmu Kebumian, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), h. 143.

Page 27: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

13

ditransport (diangkut) dan kemudian diendapkan kembali pada

bagian-bagian sungai yang lainnya, atau terus terbawa aliran

masuk ke laut. 23

Aktivitas ini menyebabkan pengaruh yang kuat

terhadap terjadinya sedimentasi, baik yang berasal dari sungai

maupun yang berasal dari laut atau sedimen yang tercuci dari

daratan di sekitarnya. Sama halnya dengan abrasi transport

sedimen di wilayah pantai dipengaruhi oleh aktivitas marine.

Material sedimen pantai berasal dari daratan dan hasil aktivitas

(proses) biologi, fisika dan kimia baik yang terjadi di daratan

maupun di laut itu sendiri.24

5. Faktor-faktor Penyebab Abrasi dan Akresi

Abrasi dan Akresi telah terjadi dibeberapa pantai di Indonesia

seperti sebagian pantai dari pulau-pulau kecil di berbagai gugusan

Kepulauan Seribu salah satunya Pulau Untung Jawa. Tingkat

kerusakan wilayah pantai dibagi dalam beberapa kelas yaitu ringan,

sedang, berat, amat berat, dan amat sangat berat, yang tergantung pada

kondisi lapangan. Contoh kriteria dari masing-masing tingkat adalah

sebagai berikut ini:25

Tabel 2.1

Kriteria Tingkat Kerusakan Abrasi

Kriteria Tingkat Kerusakan

Ringan

Sedang

<0,5 m/tahun

0,5 – 2,0 m/tahun

Berat 2,0 – 5,0 m/tahun

Amat berat 5,0 – 10,0 m/tahun

Amat sangat berat > 10 m/tahun

Sumber:Setyandito, 2007

23

Ibid. 24

Rifardi, op. cit., h. 39. 25

Oki Setyandito dan Joko Triyanto.loc. cit.

Page 28: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

14

Terjadinya atau besar kecilnya suatu abrasi dan sedimentasi

sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebab terjadinya abrasi dan

sedimentasi. Parameter lingkungan yang mempengaruhi proses

sedimentasi dan erosi adalah gelombang, arus, pasut, perubahan muka

laut, angin dan parameter lain seperti kegiatan manusia.

a. Gelombang

Gelombang selalu menimbulkan pergerakan naik turunnya air

tampa hentinya pada permukaan laut. Dahuri menyatakan

“gelombang merupakan parameter utama dalam proses erosi atau

sedimentasi.”26

Gelombang-gelombang di lautan hanya terbatas

terjadi pada bagian lapisan permukaan bumi yang letaknya paling

atas. Gelombang yang terhempas ke pantai melepaskan energinya

ke pantai. Tinggi rendahnya gelombang dipengaruhi oleh tenaga

penggerak gelombang tersebut. Berdasarkan daya pembentuknya

gelombang dapat dibedakan menjadi gelombang angin, gelombang

pasut, gelombang kapal.

b. Arus

Arus laut merupakan gerakan air laut yang sangat luas baik

secara vertikal maupun horizontal yang terjadi pada seluruh

perairan di dunia.27

Gerakan air di permukaan laut terutama

disebabkan oleh adanya angin yang bertiup di atasnya. 28

Arah dan

kecepatan angin tergantung pada musim, di Indonesia sendiri

terdapat dua angin musim yaitu angin musim barat dan angin

musim timur. Gelombang yang datang menuju pantai juga dapat

menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh

26

Rokhimin Dahuri dkk, Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara

Terpadu, (Jakarta: PT.Pradaya Paramita, 1996), h. 31. 27

Sahala Hutabarat dan Stewart M.Evans, Pengantar Oseanografi, (Depok: UI Press, 1985),

h. 87. 28

Ibid.

Page 29: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

15

terhadap proses sedimentasi/abrasi di pantai.29

Arus menyusur

pantai merupakan arus yang mempunyai pengaruh lebih besar

terhadap transportasi sedimen pantai.30

Selain itu gelombang

pasang surut juga merupakan faktor pembangkit arus. Arus yang

disebabkan oleh pasut dipengaruhi oleh dasar perairan, arus pasut

yang kuat akan ditemui di permukaan dan akan menurun

kecepatannya semakin mendekati dasar perairan.31

c. Pasut

Pasut adalah proses naik turunnya muka laut secara secara

periodik yang dipengaruhi oleh gaya tarik benda-benda angkasa

seperti bulan dan matahari. Air pada bagian ujung pantai yang

berbatasan dengan lautan tidak pernah diam pada suatu ketinggian

yang tetap, tetapi mereka selalu bergerak naik dan turun sesuai

dengan siklus pasang dan surut. Naiknya permukaan laut perlahan-

lahan naik sampai pada ketinggian maksimum, peristiwa ini

dinamakan pasang tinggi, setelah itu kemudian turun sampai

kepada suatu ketinggian minimum yang disebut pasang rendah

sedangkan perbedaan ketinggian permukaan antara pasang tinggi

dan pasang rendah dikenal sebagai tinggi pasang. Pasang surut tiap

daerah tidaklah sama. Terdapat 4 jenis pasang surut air laut yaitu

pasang surut harian ganda, pasang surut harian tunggal, pasang

surut campuran condong ke harian ganda dan pasang surut

condong ke harian tunggal.32

1) Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide) merupakan jenis

pasang surut dengan dua kali pasang dan surut dengan

29

Rokhimin Dahuri dkk,op. cit., h. 34. 30

Rokhimin Dahuri dkk, loc. cit. 31

Rokhimin Dahuri dkk,op. cit.,h. 35. 32

Bambang Triandojo, Pelabuhan, (Yogyakarta: Beta Ofset, 2010), h. 75.

Page 30: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

16

ketinggian yang hampir sama priode pasang surut ini 12 jam

24 menit.

2) Pasang surut harian tunggal (diurnal tide) merupakan jenis

pasang surut dengan satu kali pasang dan surut. Periode pasut

ini 24 jam 50 menit.

3) Pasang surut campuran condong harian ganda (mixed tide

prevailing semi diurnal) merupakan jenis pasut dengan dua

pasang dan surut dengan periode yang berbeda.

4) Pasang surut campuran condong harian tunggal (mixed tide

prevailing diurnal) merupakan jenis pasut dengan satu kali

pasang dan surut ataupun dua kali pasang dan surut dengan

tinggi dan periode yang berbeda.

Gambar 2.3

Jenis-jenis Pasang Surut

Sumber : triatmodjo, 2010

Page 31: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

17

d. Perubahan muka air laut

Sea level rise merupakan fenomena naiknya muka air laut.

Perubahan muka air laut ini disebabkan perubahan iklim global.

Suhu rata-rata bumi mengalami peningkatan sekitar 5 derajat

Celcius dalam waktu 100 tahun.33

Meningkatnya suhu bumi

tersebut menyebabkan mencairnya es di kutub utara akibatnya

muka air laut mengalami kenaikan sehingga daratan yang tadinya

tidak terjamah air laut menjadi terendam. Kenaikan muka air laut

ini secara ekonomis dapat merugikan wilayah pesisir seperti

hilangnya tambak, mundurnya daratan pantai dan tenggelamnya

pulau-pulau kecil.

e. Angin

Menurut Rokhimin Dahuri, “Angin merupakan parameter

lingkungan penting sebagai gaya penggerak dari aliran skala besar

yang terdapat baik di atmosfir maupun lautan.”34

Terdapat 2 angin

yang berhembus di perairan Indonesia yaitu angin musim barat

dan angin muson timur. Angin musim (mosoon) yang dalam

setahun terjadi dua kali pembalikan arah yang mantap dan

memiliki pola yang berlawanan tiap tahunnya masing-masing

disebut angin musim barat dan angin musim timur. 35

Angin

musim barat merupakan angin yang berhembus dari benua Asia ke

benua Australia. Angin musim Barat terjadi antara Oktober sampai

April, angin ini menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan.

Sedangkan Angin musim Timur berhembus dari arah yang

sebaliknya yaitu dari Benua Australia ke Benua Asia. Angin ini

berhembus di bulan April hingga Oktober. Berhembusnya angin

33

Subandono Disaptono, Sebuah kumpulan pemikiran mengantisipasi bencana, (Bogor:

Penerbit Buku Ilmiah Populer, 2007), h. 96. 34

Rokhimin Dahuri dkk,op. cit.,h. 36. 35

Anugerah Nontji, Laut Nusantara, (Jakarta: Djambatan, 2007), h. 68.

Page 32: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

18

musim timur menyebabkan wilayah Indonesia mengalami musim

kemarau.

f. Faktor Kegiatan Manusia (Antropogenik)

Faktor Antropogenik merupakan proses geomorfologi yang

diakibatkan oleh aktivitas manusia. Aktivitas manusia di pantai

dapat mengganggu kestabilan lingkungan pantai. terdapat dua

gangguan terhadap pantai gangguan yang disengaja dan tidak

disengaja. Gangguan yang disengaja bersifat protektif terhadap

garis pantai dan lingkungan pantai, seperti pembangunan

bangunan pelindung pantai. Bangunan pelindung pantai ini

sengaja dibuat untuk melindungi pantai dari serangan gelombang

yang dapat menimbulkan abrasi dan sedimentasi yang berlebihan.

Sedangkan gangguan manusia yang tidak disengaja menimbulkan

gangguan negatif terhadap garis pantai seperti pencemaran

minyak, limbah dan sampah yang terbawa oleh arus laut dapat

menyebabkan rusaknya kawasan hutan mangrove beserta

ekosistem sekitarnya.

6. Perlindungan Pantai

Berbagai cara dilakukan untuk melindungi pantai Langkah

pertama yang harus dilakukan adalah mencari penyebabnya sehingga

dapat ditentukan solusi penanggulangan yang tepat. Terdapat dua cara

dalam menanggulangi wilayah pantai. Perlindungan kawasan pantai

dapat dilakukan dengan soft solution atau hard solution. Cara soft

solution (non struktur) dapat berupa pengisian pasir pada pantai (sand

nourishment), pemeliharaan lamun, karang laut dan penanaman pohon

bakau (mangrove). Cara hard solution (struktur) penanganan dengan

jalan membuat struktur bangunan pelindung pantai, seperti dinding

pantai (seawall), groin, jetty atau pemecah gelombang (breakwater).

Page 33: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

19

a. Penambahan suplai pasir di pantai (sand nourishment)

Sand nourishment adalah penambahan pasir pada garis pantai

yang terabrasi atau pantai yang akan direklamasi. Beach

nourishment merupakan usaha yang dilakukan untuk

memindahkan sedimentasi pada pantai ke daerah yang terjadi

erosi, sehingga menjaga pantai agar tetap stabil. Penambahan pasir

ini harus diseimbangkan dengan laju erosi yang terjadi dan

dilakukan secara berkala.

b. Pemeliharaan padang lamun

Menurut Bengen, “Lamun merupakan satu-satunya tumbuhan

berbunga yang hidup terendam di dalam laut.”36

Lamun tumbuh

berkawanan dan biasa menempati perairan laut hangat dangkal dan

menghubungkan ekosistem mangrove dengan terumbu karang.

Wilayah perairan laut yang ditumbuhi lamun disebut padang

lamun, dan dapat menjadi suatu ekosistem tersendiri yang khas.

Lamun kaya akan manfaat bagi ekosistem perairan. Berikut

merupakan beberapa berbagai fungsi padang lamun bagi

lingkungan pesisir:37

1) Sistem perakaran lamun yang padat dan saling menyilang dapat

menstabilkan dasar laut dan mengakibatkan kokohnya lamun

dalam dasar laut.

2) Padang lamun berfungsi juga sebagai perangkap sedimen yang

kemudian diendapkan dan distabilkan.

3) Padang lamun segar merupakan makanan bagi ikan duyung,

penyu laut, bulu babi dan beberapa jenis ikan.

4) Padang lamun merupakan daerah pengembalaan (grazing

ground) yang penting artinya bagi hewan-hewan laut. Ikan laut

lainnya dan udang tidak makan daun segar melainkan serasah

36

Dietriech G. Bengen dan Alex S.W Retraubun, Menguak Realita dan Urgensi Pengelolaan

Berbasis Eko-Sosio Sistem Pula-pulau Kecil, (Jakarta: PT Pradnya Pramita, 1996), h. 33. 37

Rokhimin Dahuri dkk,op. cit.,h. 87.

Page 34: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

20

(detritus) dari lamun. Detritus ini bisa tersebar oleh arus ke

perairan sekitar padang lamun.

5) Padang lamun merupakan habitat bagi bermacam-macam ikan

(umumnya ikan berukuran kecil) dan udang.

6) Pada permukaan daun lamun, hidup melimpah ganggang-

ganggang renik (biasanya ganggang bersel tunggal) hewan-

hewan renik dan mikroba, yang merupakan makanan bagi

berbagai jenis ikan yang hidup di padang lamun.

7) Banyak jenis ikan dan udang yang hidup di perairan sekitar

padang lamun untuk tumbuh besar. Bagi larva-larva ini padang

lamun memang menjanjikan kondisi lingkungan yang optimal

bagi pertumbuhannya. Dengan demikian perusakan padang

lamun berarti merusak daerah asuhan (nursery ground) larva-

larva tersebut.

8) Daun lamun berperan sebagai tudung pelindung yang menutupi

penghuni padang lamun dari sengatan sinar matahari.

9) Tumbuhan lamun dapat digunakan sebagai bahan makanan dan

pupuk. Misalnya samo-samo (Enhalus acoroides) oleh

penduduk di Kepulauan Seribu telah dimanfaatkan bijinya

sebagai bahan makanan.

c. Pemeliharaan terumbu karang

Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas terdapat di

daerah tropis. Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di

perairan tropis dan sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan.

Terumbu karang termasuk dalam salah satu komponen utama

sumber daya pesisir dan laut, disamping hutan bakau atau hutan

mangrove dan padang lamun. Terumbu karang memiliki peranan

sebagai pelindung fisik yang kokoh bagi pantai dalam meredam

ombak. Terumbu karang memiliki berbagai manfaat seperti:38

38

Supriharyono, Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati Wilayah Pesisir dan Laut,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),h. 110.

Page 35: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

21

1) Sebagai makanan, terumbu karang merupakan tempat hidup

dan berkembang biak berbagai biota laut. Tidak sedikit

diantara biota tersebut yang kemudian dimanfaatkan sebagai

sumber makanan oleh manusia.

2) Berbagai jenis alga dimanfaatkan dalam pembuatan kosmetik

dan bahan pembungkus kapsul.

3) Keindahan terumbu karang telah dirasa manfaatnya sebagai

bahan untuk budidaya maupun rekreasi seperti snorkling dan

diving.

4) Untuk daerah pemijahan, pengasuhan dan pembesaran,

beberapa jenis ikan.

5) Penghalang pesisir (barrier), mencegah terjadinya erosi pesisir

dan

6) Bahan-bahan Bangunan.

Peranan terumbu karang yang besar tidak diimbangi dengan

pemeliharaan yang baik. Pertumbuhan karang sangat lambat, hanya

beberapa cm saja per tahun.39

Hal ini di akan berimbang pada

penurunan kemampuan terumbu karang dalam melindungi wilayah

pesisir. Kenyataannya kerusakan terumbu karang tidak terhenti dan

berlangsung secara terus menerus. Selain faktor alami faktor

kegiatan manusia memiliki pengaruh yang cukup besar bagi

kelangsungan hidup terumbu karang. Berikut faktor-faktor

penyebab kerusakan terumbu karang di wilayah pesisir dan lautan

Indonesia, antara lain adalah:40

1) Penambangan batu karang sebagai bahan bangunan dan hiasan.

2) Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, bahan

beracun, dan alat tangkap tertentu yang pengoperasiannya.

39

Anugerah Nontji, op. cit.,h.126. 40

Rokhimin Dahuri dkk,op. cit.,h. 112.

Page 36: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

22

3) Pencemaran perairan oleh berbagai limbah industri, pertanian

dan rumah tangga baik yang berasal dari kegiatan di darat (land

based activitis) maupun kegiatan di laut (marine based

activities).

4) Pengendapan (sedimentasi) dan peningkatan kekeruhan

perairan dalam ekosistem terumbu karang akibat erosi tanah di

daratan maupun kegiatan penggalian dan penambangan di

sekitar terumbu karang.

5) Eksploitasi berlebihan sumber daya perikanan karang.

d. Penanaman dan pemeliharaan hutan mangrove

Salah satu penyebab kerusakan kawasan pesisr ialah rusaknya

kawasan hutan mangrove. Hutan mangrove adalah tipe hutan yang

khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang

dipengaruhi oleh pasang surut air laut.41

Hutan ini tumbuh di

tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan

organik. Secara keseluruhan Mangrove memiliki arti yang sangat

penting. Kawasan mangrove di Indonesia tercatat sekitar 80 jenis

krustase dan 65 jenis moluska.42

Berikut pengelompokan

tumbuhan mangrove berdasarkan ketahanannya terhadap

genangan pasang air laut yaitu:43

1) Spesies tumbuhan yang selamanya tumbuh di daerah genangan

pasang naik yang tinggi.

2) Spesies tumbuhan yang tumbuh di daerah genangan pasang

naik medium.

3) Spesies yang tumbuh di daerah genangan pasang naik dengan

tinggi pasang normal.

41

Anugerah Nontji, op. cit.,h.106. 42

M. Gufran H. Kordi K,Nikmat Rasanya,Nikmat Untungnya-Pintar Budi Daya Ikan di

Tambak Secara Insentif, (Yogyakarta: Andi Offset, 2010), h.77. 43

Supriharyono, op. cit.,h. 68.

Page 37: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

23

4) Spesies tumbuhan yang hannya tumbuh di daerah genangan

pasang naik yang tertinggi (spring tide).

Mangrove memiliki banyak sekali manfaat dalam pemenuhan

kebutuhan manusia seperti sandang, pangan, papan, dan kesehatan

serta lingkungan, berikut beberapa manfaat kawasan hutan

mangrove bagi wilayah pesisir:

1) Hutan Mangrove memiliki akar yang efisien dalam melindungi

tanah di wilayah pesisir sehingga dapat menjaga keseimbangan

garis pantai yang dipengaruhi oleh proses abrasi.

2) Melindungi pantai dan tebing sungai dari proses erosi atau

abrasi serta menahan atau menyerap tiupan angin kencang dari

laut ke darat.

3) Menahan sedimen secara periodik sampai terbentuk lahan baru.

4) Hutan Mangrove memiliki fungsi mengendapkan lumpur di

akar-akar pohon bakau sehingga dapat mencegah terjadinya

intrusi air laut atau rembesan air laut ke darat, atau sebagai

filter air asin menjadi tawar.44

e. Membangun Bangunan Pelindung Pantai

Perlindungan pantai secara alami dapat dilakukan dengan

pengelolaan hutan mangrove, padang lamun ataupun terumbu

karang namun pengelolaan dengan menanam benih pelindung

alami pantai ini tidak selalu berhasil tumbuh dewasa seluruhnya.

Hal ini dikarenakan berbagai faktor alam seperti gelombang dan

arus sehingga diperlukan pelindung pantai secara buatan.

Pembangunan pelindung pantai secara buatan harus berdasarkan

stardart perhitungan pembangunan pelindung pantai dan prinsip-

prinsip alam dari penanganan alamiah. Karena setiap pantai

memiliki karakteristik yang berbeda sehingga memiliki

44

Arifin Arief, Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya, (Yogyakarta: Kanisius, 2003),

h.14.

Page 38: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

24

keseimbangan dinamis dan kebutuhan jenis bangunan pelindung

pantai yang berbeda pula.

Adapun macam-macam bangunan pantai yang dapat digunakan

dalam penanganan kerusakan pantai akibat arus dan gelombang

yang bersifat merusak sebagai berikut:

Gambar 2.4

Bangunan Pelindung Pantai

Sumber : triatmodjo, 1999

1. Dinding pantai (revetment)

Dinding pantai atau revetment adalah bangunan yang

memisahkan daratan dan perairan pantai, yang berfungsi

sebagai pelindung pantai terhadap erosi dan limpasan

gelombang ke darat. Daerah yang dilindungi adalah daratan

tepat di belakang bangunan sehingga bangunan ini dibangun di

depan daratan yang akan dilindungi. Dinding pantai biasanya

berbentuk dinding vertikal, sedang revetment mempunyai sisi

miring. Bangunan ini ditempatkan sejajar atau hampir sejajar

dengan garis pantai dan bisa terbuat dari pasangan batu, beton,

tumpukan pipa (buis) beton, turap, kayu, atau tumpukan batu.

Page 39: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

25

2. Groin (Groyne)

Groin adalah bangunan pelindung pantai yang biasanya

dibuat tegak lurus dengan garis pantai, dan berfungsi untuk

menahan transport sedimen sepanjang pantai, sehingga bisa

mengurangi ataupun menghentikan erosi yang terjadi.45

Berdasarkan konstruksinya groin dapat berupa tumpukan batu,

caison beton, turap, tiang yang di pancang sejajar, atau

tumpukan buis beton yang di dalamnya di isi beton.46

Groin

dibedakan menjadi tiga tipe yaitu Tipe lurus, Tipe T dan Tipe L

3. Jetty

Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakan

pada kedua sisi muara sungai yang berfungsi untuk mengurangi

pendangkalan alur oleh sedimen pantai.47

Jetty adalah

bangunan tegak lurus pantai yang diletakan pada kedua sisi

muara sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan

alur oleh sedimen pantai. 48

Jetty berfungsi sebagai penahan

transport sedimen sepanjang pantai sehingga dapat mencegah

pendangkalan muara. Jetty memiliki beberapa tipe yaitu jetty

panjang, jetty sedang, jetty pendek

B. Hasil Penelitian Relevan

1. Penelitian mengenai “Studi Abrasi Pantai Padang Kota Padang

Provinsi Sumatra Barat” telah dilakukan oleh Ferli Fajri dkk, dengan

hasil penelitian yaitu Abrasi yang terjadi di Pantai Padang Kota

Padang disebabkan oleh arus dan gelombang. Kecepatan abrasi pantai

padang kota padang berkisar antara 0,24-0,36 m/thn, sedangkan

berdasarkan hasil overlay citra hasil digitasi priode tahun 1990-2010

yaitu berkisar antara 2,0-3,4 m (0,10-0,17 m/thn). Energi gelombang,

kecepatan arus dan ukuran diameter rata-rata sedimen pantai

45

Bambang triatmodjo, op. cit., h. 213. 46

Bambang triatmodjo, op. cit., h. 214. 47

Bambang triatmodjo, op. cit.,h. 220. 48

Bambang triatmodjo, loc. cit.

Page 40: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

26

merupakan parameter atau faktor alam yang dapat menentukan besar

kecilnya kecepatan abrasi yang terjadi.

2. Penelitian mengenai “Kajian Perubahan Garis Pantai menggunakan

data satelit landsat di kabupaten kendal”telah dilakukan oleh

Mukhlisin Arief dkk, hasil dari penelitian tersebut yaitu penggunan

data satelit landsat yang dapat membantu dalam menganalisis

perubahan penutupan lahan dan perubahan garis pantai. Dalam

penelitian ini terjadi abrasi sebesar 43,172 m hingga 53,628

sedangkan sedimentasi sebesar 76,14 ha-80,37 ha dalam kurun waktu

36 tahun. Perubahan maju mundurnya garis pantai di dikabupaten

kendal diperkirakan akibat proses penambahan areal tambak dan

proses sedimentasi dari material yang dibawa oleh air sungai maupun

oleh ombak laut, sedangkan abrasi diperkirakan disebabkan oleh

gempuran ombak atau erosi.

3. Penelitian mengenai “Analisa Laju Abrasi Teluk Belitung Kabupaten

Kepulauan Mentawai Menggunakan Data Penginderaan Jauh” oleh

diteliti oleh Fitri Landari dkk, dari analisa Abrasi Pantai teluk belitung

diketahui perubahan garis pantai teluk belitung selama 24 tahun

terakhir dari tahun 1989-2013 tercatat akresi sebesar 158,311 m atau

6,60 m/tahun dan abrasi sebesar 292,397 m atu 12,18 m/tahun.

Penelitian-Penelitian yang telah disebutkan di atas terdapat perbedaan

dengan penelitian ini, berikut parameter perbandingan penelilian ini

dengan beberapa penelitian relevan di atas.

Tabel 2.2

Parameter Perbandingan Penelitian No Nama Judul Intisari Fokus

Penelitian

Persamaan Perbedaan

1 Ferli Fajri

dkk

Studi

Abrasi

Pantai

Padang

Kota

Padang

Provinsi

Sumatra

Terjadi

abrasi di

pantai

padang

dengan

kecepata

n 0,24-

0,36 m/th

Mengetahui

faktor-faktor

penyebab

abrasi pantai

padang

Teknik

pengolahan

data

menggunaka

n

penginderaa

n jauh

Penelitian

ini dilakukan

di pantai

padang Kota

Padang

Provinsi

Sumatra

Barat

Page 41: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

27

Barat

2 Mukhlisi

n Arief

dkk

Kajian

Perubahan

Garis

Pantai

mengguna

kan data

satelit

landsat di

kabupaten

kendal

Terjadi

abrasi

sebesar

43,172-

53,628 m

dan

akresi

sebesar

76,14 -

80,37 ha

dalam

kurun

waktu 36

tahun.

Pemanfaatan

citra satelit

dalam

menganalisis

perubahan

penutupan

lahan dan

perubahan

garis pantai.

Teknik

pengolahan

data

menggunaka

n

penginderaa

n jauh

Penelitian

ini dilakukan

di pantai

kabupaten

kendal

3 Fitri

Landari

dkk

Analisa

Laju

Abrasi

Teluk

Belitung

Kabupaten

Kepulauan

Mentawai

Mengguna

kan Data

Pengindera

an Jauh

Terjadi

Abrasi

sebesar

12,18

m/tahun

dan

akresi

sebesar

6,60

m/tahun

Pemanfaatan

teknik

penginderaa

n jauh untuk

menganalisis

perubahan

garis pantai

teluk

belitung

Teknik

pengolahan

data

menggunaka

n

penginderaa

n jauh

Penelitian

ini dilakukan

di Teluk

Belitung

Kabupaten

Kepulauan

Mentawai

C. Kerangka Berfikir

Pulau Untung Jawa merupakan salah satu pulau yang termasuk ke

dalam wilayah Administratif Kepulauan Seribu Selatan Kabupaten

Kepulauan Seribu DKI Jakarta. Perubahan lingkungan dan meningkatnya

pembangunan di sekitar Teluk Jakarta menimbulkan permasalahan

lingkungan hidup di Pulau Untung Jawa. Permasalahan yang timbul

berupa pencemaran sampah-sampah yang terbawa oleh arus yang berasal

dari muara-muara sungai di Jakarta dan juga hasil buangan limbah dari

masyarakat Pulau Untung Jawa itu sendiri. Sampah yang terbawa arus dari

teluk jakarta ke pantai Pulau Untung Jawa dapat mengakibatkan rusaknya

mangrove di pesisir Pulau Untung Jawa. Hilangnya kawasan mangrove

sama dengan melepas benteng pertahanan suatu pantai dari abrasi maupun

sedimentasi.

Page 42: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

28

Penanggulangan Abrasi sangat diperlukan untuk mencegah dampak

negatif Abrasi yang terjadi di Pulau Untung Jawa terhadap ekosistem yang

terdapat di dalamnya. Diantaranya dengan menganalisa perubahan garis

Pantai yang disebabkan oleh Abrasi dan Akresi sebagai perbandingan

antara tutupan lahan mangrove yang rusak akibat pencemaran dengan

besaran Abrasi yang ditimbulkan. Oleh karena itu analisa perubahan garis

pantai Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu DKI Jakarta dirasa perlu

dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem di kawasan ini.

Untuk lebih jelasnya berikut kerangka bagan pemikiran dalam

penelitian ini:

Gambar 2.5

Bagan Kerangka

Abrasi

Pantai

Mundurnya Garis

Pantai

Terbawanya Material Abrasi

Oleh Arus Laut Ke Tempat

Lain

Akresi Majunya Garis Pantai

Perubahan Garis Pantai

Page 43: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pulau Untung Jawa selama tiga bulan

(Juli-September). Pulau Untung Jawa merupakan salah satu pulau

berpenduduk yang terletak di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan

Kabupaten Kepulauan Seribu DKI Jakarta.

B. Metode Penetian

Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif menggunakan teknik

pengukuran dan pemetaan. Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang

memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat

aktual pada saat penelitian dilakukan. Secara khusus penelitian deskriptif

berisi data dalam bentuk nilai, fakta digunakan untuk mengatasi masalah

dan tidak ada kontrol variabel.49

Sedangkan metode survei dan pemetaan

merupakan penelitian yang dilakukan pada daerah yang cukup luas dengan

jangka waktu yang pendek.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah perubahan garis pantai Pulau

Untung Jawa yang dipengaruhi oleh abrasi dan akresi. Analisa perubahan

garis pantai ini diharapkan dapat memperbaiki ekosistem Pulau Untung

Jawa yang rusak.

D. Variabel Penelitian

Menurut Alfandi variabel penelitian merupakan “suatu sifat atau umlah

yang mempunyai nilai kategorial atau mempunyai nilai yang dapat

dinyatakan dengan bilangan.”50

Pada penelitian ini untuk mengetahui

perubahan garis pantai digunakan variabel pasang surut, tinggi gelombang,

persebaran angin dan batimetri Pulau Untung Jawa.

49

Widoyo Alfandi, Epistemologi Geografi, (Yogyakarta: UGM Press, 2001), h. 116. 50

Ibid,. h. 44.

Page 44: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

30

E. Jenis dan Sumber Data

Teknik pengumpulan data deskriptif dapat dilakukan dengan observasi

lapangan, pengukuran dan pemetaan, wawancara, kuesioner, dan studi

pustaka.51

Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini

dilakukan dengan survei lapangan dan interpretasi citra. Terdapat dua data

yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

merupakan data yang didapat berdsarkan pengamatan langsung sedangkan

data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode

observasi dan interpretasi citra sedangkan data diperoleh dari beberapa

instansi terkait untuk memperkuat data primer.

Tabel 3.1

Jenis dan Sumber Data

Jenis Data Sifat Data Sumber

Primer Sekunder

Ground Check

Citra

Arus

Gelombang

Batimetri

Pasut

Pengamatan Lapang

Google Earth (2010-2013)

ECMWF

ECMWF

P3SDLP

University Of Hawaii Sea

Level Center

F. Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan dalam penelitian ini digunakan untuk mengolah data

hingga menghasilkan output. Berikut merupakan alat dan bahan yang

digunakan dalam peelitian ini.

Tabel 3.2

Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan Kegunaan

Laptop Input data citra hingga menghasilkan

output

Sofware (ArcGis, Surfer,

ODV, Google Earth, Ms

Exel, dan Global Mapeer)

Pengolahan data citra dan data

pendukung citra

Camera Dokumentasi Hasil Pengamatan

51

Ibid,. h. 117.

Page 45: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

31

Lapang

Citra Tahun 2010-2013 Tumpang Susun Garis pantai

Lembar Kerja Pencatatan Hasil Pengamatan Lapang

G. Teknik Pengolahan Data Penginderaan Jauh

1. Tahap Persiapan

Tahap ini meliputi studi kepustakaan dan pemilihan citra. Citra

Satelit yang digunakan adalah Citra Google Earth tahun 2010-2013.

Citra Google Earth ini dapat diperoleh di Google Earth dan

pengumpulan data sekunder.

2. Tahap Pengolahan Data

Citra satelit Landsat yang dipilih diolah dengan bantuan sofware

ArcGis versi 10.3. Berikut merupakan tahapan yang dilakukan dalam

penelitian ini, yaitu:

a. Retifikasi

Citra Google Earth yang didapat dari google earth berbentuk JPEG

dan tidak memiliki koordinat sehingga dapat menyulitkan proses

analisa perubahan garis pantai. berikut langkah-langkah dalam

proses retifikasi peta:

1. Buka arcgis kemudian buka shapefile peta yang akan kita

rectify.

2. Proses retify ini menggunakan tools “add control point”,

3. Masukan titik ikat minimal 4 yang di peroleh dari google eart

untuk mendapatkan titik ikat yang baik.

4. Setelah terikat kemudian klik “Georeferencing” klik “update

georeferencing”.

5. Citra telah ter georeferencing.

b. Digitasi

Setelah citra teretifikasi proses digitasi dapat dilakukan. Pada

tahap ini masing-masih citra di digitasi tiap garis pantainya, dengan

tujuan mendapatkan data perubahan garis pantai untuk di proses

Page 46: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

32

pada tahap overlay. Berikut langkah-langkah dalam proses digitasi

citra

1) Pada ArcCatalog buat shapefile baru dengan klik kanan pada

folder - New – Shapefile

2) Tentukan nama, tipe data dan koordinat shp. Point untuk

kenampakan marker titik, polyline untuk garis, dan polygon

untuk luasan area. lalu OK.

3) Setelah shp tampil dalam table of content, dari menu utama

Editor - Start Editing.

4) Setelah proses digitasi selesai klik “save ediding”.

5) Lakukan hal yang sama pada seluruh data.

c. Tumpang Susun (Overlay)

Setelah melakukan digitasi batas darat dan air pada masing-

masing citra, kemudian hasil dari digitasi dilakukan tumpang susun

(overlay) antar interval pada masing-masing kondisi. Dari hasil

overlay akan terbentuk data polygon features baru yang mencakup

didalamnya abrasi dan akresi. Polygon features yang baru ini

kemudian akan pecah sesuai dengan lokasi terjadinya abrasi dan

akresi.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh adalah

interpretasi visual dan interpretasi secara digital menggunakan klasifikasi

multispektral atau berbagai transformasi indeks yang ada.

Metode analisis data yang dipergunakan untuk mendapatkan hasil

kesimpulan penelitian antara lain:

1. Metode Overlay (Tumpang Susun Peta) Metode overlay atau tumpang

susun peta merupakan cara menghubungkan garis pantai tiap Citra

tahun 2010,2011,2012 dan 2013. Metode tumpang susun peta

digunakan untuk mengetahui perubahan garis pantai.

2. Analisis Kebenaran Interpretasi Metode analisis ini diperoleh dari

survey lapangan dengan alat berupa GPS.

Page 47: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

33

3. Analisa perhitungan luas menggunakan measure tolls untuk

mengetahui luas perubahan garis pantai.

4. Metode Analisis Deskriptif Metode ini untuk menjelaskan dan

menggambarkan lebih lanjut tentang dua metode diatas.

Berikut merupakan skema alur penelitian :

Croping

location

Data Primer Data Sekunder

Citra Google

Earth2010-2013

Data

Arus

Data

Pasut

Data

Tinggi

Gelomban

g

Data

Batimert

i

Retifikasi

Digitized

on scren

Overlay

Garis

pantai

2013

Ground

check

Croping

location

Created

*txt file

Sort and

filter

Created

DAT file

Griding

DAT file

Layout

Arah Arus

Kepulauan Seribu

Convert

Grafik

Pasut

Tanjung

Priok

Created

*txt file

Sort and

filter

Created

DAT file

Griding

DAT file

Layout

Tinggi

Gelombang

Kepulauan Seribu

Convert

ASCII TO

DEM

SelectedLoc

ation

Generate

contour

Digitized on

scren

Batimetri

Pulau

Untung

Jawa

Analisa Data

SELESAI

Keterangan:

Excel

ODV

ArcGis

Surfer Global Mapper

Page 48: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

34

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL

A. Temuan Penelitian

1. Kondisi Fisik Daerah Penelitian

a. Letak dan Luas

Pulau Untung Jawa merupakan salah satu kelurahan di

kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan

Seribu, Jakarta, Indonesia. Pulau Untung Jawa mempunyai luas

40,10 ha.52

Secara astronomis Pulau Untung Jawa terletak pada

5058’44”-5

058’35,12” LS dan 106

042’40”-106

042’8,40”.

Gambar 4.1

Batas Administratif Pulau Untung Jawa

Berdasarkan posisi geografisnya Pulau Untung Jawa

Kepulauan Seribu berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa.

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Tanjung Pasir.

52

BPS Kepulauan Seribu, Kepulauan Seribu Dalam Angka 2016, (Jakarta: BPS Kabupaten

Kepulauan Seribu, 2016), h. 16

Page 49: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

35

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Rambut.

b. Ekosistem

Terdapat tiga ekosistem utama pembentuk sistem ekologis

Kepulauan Seribu, yaitu : hutan pantai, hutan mangrove, padang

lamun dan terumbu karang. Secara ekologis ketiga ekosistem

utama tersebut merupakan penyangga alami bagi daratan pulau

terutama dalam perlindungan terhadap abrasi dan akresi.

c. Iklim

Iklim merupakan kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu

yang panjang untuk suatu lokasi di bumi. Pulau Untung Jawa

memiliki tipe iklim tropika panas dengan suhu maksimum 35,8°C

dan suhu minimum sebesar 23,2°C.53

Iklim tropika memiliki ciri

suhu panas sepanjang tahun dan variasi suhu musiman yang lebih

kecil.54

d. Arus dan Gelombang

Secara umum arus dan gelombang pada wilayah Kepulauan

Seribu dipengaruhi oleh angin dan pasut. Kecepatan arus pada

musim barat dan musim timur sebersar 0,5 m/s. Tinggi gelombang

pada saat musim barat dan musim timur 0,5>1,75 m.

e. Topografi

Pulau Untung Jawa memiliki ketianggian 1 meter di atas

permukaan laut. Jenis tanah di daratan berasal dari batu gamping

koral seperti koloni koral, hancuran koral dan cangkang moluska.55

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian

Penduduk pulau Untung Jawa berasal dari berbagai wilayah seperti

Jakarta, Banten, Tangerang, dll. Rata-rata mata pencarian masyrakat

Pulau Untung Jawa bersektor pada laut, baik sebagai nelayan maupun

pengelola pariswisata. Kelengkapan sarana dan prasarana Pulau

53

Ibid, h. 26 54

Andri Noor Ardiansyah, Klimatologi Umum, (UINJakarta Press: Jakarta,2013), h. 76. 55

T. Turkandi dkk, Peta Geologi Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu, (Bandung: Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1996)

Page 50: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

36

Untung Jawa cukup memadai seperi tersedianya fasilitas kesehatan,

olahraga, pendidikan, pemerintahan dan tempat ibadah.Sektor

pariwisata menyumbang besar dalam meningkatkan taraf ekonomi

masyrakat Pulau Untung Jawa.

B. Pembahasan Temuan Penelitian

1. Interpretasi Citra

Interpretasi citra merupakan sebuah kegiatan menafsir, mengkaji,

mengidentifikasi, dan mengenali objek pada citra sehingga didapat arti

penting suatu objek dalam citra tersebut.56

Dalam penelitian ini

interpretasi dilakukan menggunakan citra pada Google Earth dengan

rata-rata resolusi spasial 1,5 m. Menginterpretasi citra dapat dilakukan

dengan berbagai metode analisa seperti rona,bentuk, teksture, ukuran,

pola, bayangan, situs dan asosiasi.57

Berikut merupakan hasil

interpretasi citra IKONOS Pulau Untung Jawa.

Gambar 4.2

Interpretasi Citra

56

Sodikin, Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh, (Ciputat: UIN Jakarta Press,

2015). h. 39. 57

Ibid, h. 45-61.

Page 51: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

37

Berdasarkan gambar di atas warna biru halus menggambarkan laut.

Hijau kasar menggambarkan hutan mangrove. Biru muda dekat pantai

menggambarkan tubir dan orange kasar menggambarkan pemukiman.

2. Perubahan Garis Pantai

Suatu pantai memiliki keseimbangan atau kestabilan transport

sedimen. Perubahan garis pantai dipengaruhi oleh keluar masuknya

sedimen pada pantai. Tidak seimbangnya transport sedimen pantai

menyebabkan pantai kehilangan sedimen (abrasi) atau pantai

memperoleh sedimen (akresi). Pantai yang mengalami abrasi akan

terkikis ke arah darat sedangkan pantai yang mengalami akresi akan

semakin meluas ke arah laut. Berdasarkan hasil overlay citra Google

Earth tahun 2011-2013 pulau untung jawa mengalami perubahan garis

pantai baik yang di sebabkan oleh abrasi maupun akresi. Citra tahun

2010 digunakan sebagai acuan awal pengamatan perubahan garis

pantai tahun 2011-2013. Berikut hasil overlay perubahan garis pantai

tahun 2011-2013. Berdasarkan hasil overlay citra Google Earth tahun

2010-2013 diperoleh 5 titik perubahan garis pantai yaitu bagian timur,

timur laut, tenggara dan barat daya Pulau Untung Jawa.

Gambar 4.3

Overlay Citra 2011-2013

Page 52: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

38

3. Abrasi dan Akresi

Pulau Untung Jawa merupakan pantai berpasir dengan vegetasi

hutan mangrove dan hutan pantai. Berdasarkan fungsinya sebagai

pulau berpenduduk maka tidak banyak vegetasi yang terdapat pada

pulau ini karena alih fungsi menjadi pemukiman penduduk ataupun

homestay bagi para wisatawan. Pada lokasi perubahan garis pantai

terlihat adanya vegetasi pantai atau hutan pantai (gambar 4.2).

Vegetasi pantai berpasiradalah tutupan vegetasi yang tumbuh dan

berkembang di pantai berpasir. Secara umum, hutan ini terletak di tepi

pantai, tumbuh pada tanah kering berpasir dan tidak terpengaruh iklim.

Vegetasinya yang sedikit memberi peluang besar kerentaan pantai

terhadap abrasi.

Abrasi dan akresi merupakan sebuah kesatuan yang dapat

mempengaruhi perubahan garis pantai. Abrasi merupakan pergeseran

garis pantai ke arah darat yang dapat mengancam daerah pesisir

bahkan dapat menyebabnya hilangnya suatu pulau kecil seperti Pulau

Ubi Besar Kepulauan Seribu. Sedangkan akresi merupakan pergeserah

garis pantai ke arah laut.

Pantai berpasir tebentuk dari bebatuan dan karang yang hancur

karena hantaman air laut lalu terseret oleh gelombang menuju tepi laut

dan membentuk pantai berpasir. Pada pantai berpasir apabila pantai

tidak dapat meredam gelombang yang datang maka akan menyebabkan

pasir tererosi.58

Pasir yang tererosi akan bergerak ke arah laut dan

terendapkan di wilayah dimana kecepatan air dasar kecil. Suatu pantai

akan kembali kebentuk normal apabila angkutan sedimen yang datang

dan keluar seimbang dan tidak akan kembali ke bentuk semula apabila

angkutan sedimen tidak seimbang.

Pada Pulau Untung Jawa abrasi dan akresi pantai ini terjadi di

bagian Timur Laut, Timur, Tenggaradan Barat DayaPulau Untung

Jawa dikarenakan bagian tersebut berhadapan langsung dengan laut

58

Bambang Triatmojo, Teknik Pantai, (Yogyakarta: Beta Ofset, 1999), h. 162.

Page 53: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

39

tanpa penghalang pulau-pulau lainnya. Laju abrasi terbesar terjadi di

lokasi 2 (gambar 4.6 dan 4.7) sedangkan laju akresi terbesar terjadi

pada lokasi 3 (gambar 4.8 dan 4.9). Berikut merupakan hasil

perubahan garis pantai Pulau Untung Jawa selama 3 tahun yang

dipengaruhi oleh abrasi maupun akresi di daerah tersebut. Perhitungan

perubahan garis pantai Pulau Untung Jawa dilakukan dengan

pembuatan polygon menggunakan measure tolls pada peta hasil

overlay. Berikut merupakan hasil laju abrasi dan akresi Pulau Untung

Jawa tahun 2011-2012.

Tabel 4.1

Besar Perubahan Garis Pantai Oleh Abrasi (m2)

Lokasi 2011 2012 2013 Rata-rata

1 - 23,71 41,62 21,77

2 573,1 263,22 818,36 551,65

3 156,45 774,82 203, 28 378,18

4 404,05 43,65 345,56 264,42

5 448,94 544,83 - 331,25

Total 1547,27

Sumber:Hasil penelitian

Tabel 4.2

Besar Perubahan Garis Pantai Oleh Akresi (m2)

Lokasi 2011 2012 2013 Rata-rata

1 50,94 57,47 27,57 45,32

2 228,96 332,52 11,17 190,88

3 699,03 264,38 492,45 485,28

4 - 38,38 5,47 14,61

5 13,89 60,42 17,46 30,59

Total 766,68

Sumber:Hasil penelitian

Berdasarkan hasil overlay dan perhitungan diatas, setiap lokasi

mengalami abrasi sekaligus akresi di lokasi yang sama hal ini

dikarenakan transport sedimen hasil abrasi yang kembali ke pantai

Page 54: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

40

tidak sebanyak sedimen yang terangkut ke laut. Berdasarkan data

diatas (tabel 4.1 dan 4.2) Pulau Untung Jawa mengalami kemunduran

luas daratan sebesar 2,321 m2

selama 3 tahun (2011-2013).Berikut

merupakan luas pengurangan lahan Pulau Untung Jawa selama 3

tahun.

Tabel 4.3

Besar Perubahan Lahan Pulau Untung Jawa (m2)

Tahun Luas (m2)

2011 256,841

2012 255,955

2013 255,063

Sumber:Hasil penelitian

Berdasarkan tabel di atas Pulau Untung Jawa memiliki rata-rata

pengurangan lahan selama 3 tahun sebesar 2,321 m2. Pengurangan

luasan lahan disebabkan oleh mundurnya garis pantai Pulau Untung

Jawa ke arah darat oleh abrasi. Sedangkan majunya garis pantai

disebabkan oleh majunya garis pantai ke arah laut oleh akresi (gambar

4.5, 4.7, 4.9, 4.11, 4.12).

Grafik 4.1

Perubahan Lahan Pulau Untung Jawa (m2)

2011 2012 2013

perubahan 256,841 255,955 255,063

251

252

253

254

255

256

257

258

Perubahan Lahan

Pulau Untung Jawa (m2)

Page 55: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

41

Gambar 4.4

Overlay Lokasi 1 Perubahan Garis Pantai

Gambar 4.5

Lokasi 1 Perubahan Garis Pantai

Abrasi

Akresi

Page 56: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

42

Gambar 4.6

Overlay Lokasi 2 Perubahan Garis Pantai

Gambar 4.7

Lokasi 2 Perubahan Garis Pantai

Akresi

Abrasi

Page 57: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

43

Gambar 4.8

Overlay Lokasi 3 Perubahan Garis Pantai

Gambar 4.9

Lokasi 3 Perubahan Garis Pantai

Akresi

Page 58: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

44

Gambar 4.10

Overlay Lokasi 4 Perubahan Garis Pantai

Gambar 4.11

Lokasi 4 Perubahan Garis Pantai

Abrasi

Page 59: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

45

Gambar 4.12

Overlay Lokasi 5 Perubahan Garis Pantai

Gambar 4.13

Lokasi 5 Perubahan Garis Pantai

Abrasi

Page 60: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

46

4. Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Garis Pantai

Faktor yang mempengaruhi perubahan garis pantai Pulau Untung

Jawa berupa faktor alam dan faktor campur tangan manusia. Faktor

alam dapat berupa angin, arus, pasut, batimetri dan gelombang. Faktor

kegiatan manusia dapat berupa pencemaran minyak dan sampah pada

perairan dekat pulau.

a. Faktor alam

Faktor alam yang berpengaruh besar dalam perubahan garis

pantai Pulau Untung Jawa adalah gelombang. Gelombang/ombak

pada Pulau Untung Jawa dipengaruhi oleh angin, pasut, dan

gelombang yang di sebabkan oleh gerakan kapal. Angin yang

bertiup di atas permukaan merupakan faktor utama pembangkit

gelombang.59

Gelombang angin merupakan gelombang yang di

bangkitkan oleh angin dan dapat menyebabkan arus.Perubahan

garis pantai Pulau Untung Jawa dipengaruhi oleh arah angin

musiman. Terdapat 2 angin yang melewati Kepulauan Seribuyaitu

musim barat dan musim timur. Citra Satelit yang digunakan berada

pada kondisi musim timur. Berikut merupakan bersebaran arah

angin tahunan kepulauan seribu.

Grafik 4.2

Persebaran arah angin (2013)

Sumber :Kepulauan seribu dalam angka 2014

59

Sahala Hutabarat dan Stewart M. Evans, Pengantar Oseanografi, (Jakarta: UI Press, 2014),

h. 81.

Barat

Barat Daya

Selatan

Barat Laut

Timur Laut

Timur

Tenggara

Utara

Page 61: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

47

Gambar 4.14

Arah Pergerakan Arus

Sumber: ECMWF, Agustus 2013

Arah angin terbanyak di Kepulauan Seribu berasal dari timur

laut di bulan desember yaitu sebanyak 20 dengan kecepatan

maksimal sebesar 46 knots dan minimum sebesar 11 knots.60

Arah

angin terbanyak di dominasi oleh arah Angin Utara, Timur Laut,

Timur, Tenggara dan Selatan.61

Kecepatan angin mempengaruhi

tinggi gelombang. Kecepatan angin dan gelombang yang datang

dapat di klasifikasikan menggunakan skala beaufort hal ini

disebabkan karena kecepatan angin yang datang dapat

mempengaruhi tinggi gelombang yang terbentuk.

Tabel 4.4

Skala Beaufort

No

Wind speed

Km/hr

Heigh

of

waves

(m)

General

description of

wind

Condition of sea

0 Less than 1 0 Calm Sea smooth as a mirror

1 2-5 0,15 Light air Small wavelets like scales; no

60

Kepulauan Seribu Dalam Angka 2014, (Jakarta: BPS Kabupaten Administratif Kepulauan

Seribu, 2014), h. 24. 61

Ibid, h. 25.

Page 62: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

48

foam crets

2 6-11 0,30 Linght breeze Waves short; crets begin to

break

3 12-20 0,60 Gentle breeze Foam has glassy appearance,

not yet white

4 21-29 1,60 Moderate

breeze

Waves not longer; many white

areas

5 30-39 3,10 Fresh breeze Waves pronounce and long;

white foam crets

6 40-50 4,70 Strong breeze Langer waves from; white

foam crets all over

7 51-61 6,20 Moderate gale Sea heapes up; wind blows

foam in streaks

8 62-74 7,80 Fresh gale Heigh of waves and crests

increasing

9 75-87 9,30 Strong gale Foam is blown in dense steaks

10 88-101 10,80 Whole gale High waves with long

overhanging crests; large

foam patches

11 102-120 - Storm Hingh waves; ships in shight

hidden in troughs

12 Above 121 - Hurricane Sea covered with streaky

foam; air filled with spraay

Sumber : Sahala Hutabarat, 2014

Gambar 4.15

Tinggi Gelombang Kepulauan Seribu

Sumber :ECMWF, Januari 2012

Page 63: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

49

Pulau Untung Jawa memiliki tinggi gelombang yang sedikit

tenang dengan nilai skala beaufort 1 dimana arah angin terlihat dari

arah gerak asap tetapi belum menggerakkan panah angin.Tinggi

gelombang di Kepulauan Seribu pada musim Barat sebesar 0,5-1,5

meter, sedangkan pada musim Timur sebesar 0,5-1,0 m. Tinggi

gelombang sangat bervariasi antara satu lokasi dengan lokasi

lainnya disebabkan oleh variasi kecepatan angin, adanya

penjalanan gelombang dan perairan sekitarnya, sesuai dengan letak

gugusan Kepulauan Seribu yang berbatasan dengan perairan

terbuka.

Perairan pada pantai tidak pernah tetap hal ini dikarenakan

pengaruh pasang surut. Pasang surut dapat menimbulkan arus yang

cukup kuat terutama di daerah yang sempit, misalkan di teluk,

estuary, dan muara sungai. Kondisi di mana air laut pasang dapat

menimbulkan pengendapan sedimen namun akan mengikis

sedimen yang ada saat kondisi mulai surut. Gelombang besar yang

datang ke pantai pada saat air pasang bisa menyebabkan kerusakan

pantai sampai jauh ke daratan.

Data pasang surut digunakan dalam meramalkan atau

memodelkan pola arah dan kecepatan arus pada lokasi penelitian.

Tipe pasut dapat ditentukan berdasarkan frekuensi pasang dan surut

setiap hari. Pasang surut di Tanjung Priok pada bulan Januari 2010

termasuk pasut tipe tunggal dengan hasil perhitungan Formzhal

sebesar 4,47 dengan nilai surut terendah sebesar -0,150 dan pasang

tertinggi sebesar 0,725. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)

dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut.

Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pasang surut tipe

harian tunggal memiliki nilai Formzhal sebesar F>3.62

62

Musrifin, “Analisis Pasang Surut Perairan Muara Sungai Mesjid Dumai”, Jurnal

Perikanan dan Kelautan, Vol.16, 2011, h. 50.

Page 64: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

50

Grafik 4.3

Pasang Surut Tanjung Priok

Sumber: UOHSLC, 2010

Pulau Untung Jawa memiliki beberapa dermaga sebagai tempat

berlabuh kapal yang datang. Pergerakan lalu-lalang kapal menuju

dermaga menimbulkan riakan gelombang. Riakan gelombang yang

datang secara continue dapat mempengaruhi garis pantai hal ini

terlihal pada lokasi 3, 4 dan 5 dimana lokasi ini merupakan lokasi

yang berdekatan dengan dermaga kapal sehingga mendapat

pengaruh langsung gelombang yang di timbulkan oleh lalu lalang

kapal.

b. Faktor Kegiatan Manusia

Selain faktor alam di atas terdapat pula faktor antropogenik

berupa pengerukan pasir dan pencemaran. Kedalaman merupakan

faktor yang berperan dalam penentuan transport sedimen

kedalaman laut memiliki pengaruh terhadap gelombang datang.

Pengerukan pasir di sekitar Pulau Untung Jawa cukup besar

mengingat lokasinya yang berdekatan dengan daratan pulau jawa.

Pengerukan pasir berlebihan berdampak pada perubahan topografi

MSL: 0,00

-0,150

0,725

-1

-0,8

-0,6

-0,4

-0,2

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

01

-Jan

-10

02

-Jan

-10

03

-Jan

-10

04

-Jan

-10

05

-Jan

-10

06

-Jan

-10

07

-Jan

-10

08

-Jan

-10

09

-Jan

-10

10

-Jan

-10

11

-Jan

-10

12

-Jan

-10

13

-Jan

-10

14

-Jan

-10

15

-Jan

-10

16

-Jan

-10

17

-Jan

-10

18

-Jan

-10

19

-Jan

-10

20

-Jan

-10

21

-Jan

-10

22

-Jan

-10

23

-Jan

-10

24

-Jan

-10

25

-Jan

-10

26

-Jan

-10

27

-Jan

-10

28

-Jan

-10

29

-Jan

-10

30

-Jan

-10

31

-Jan

-10

Observation(obs)

Calculation(calc)

obs - calc(V)

MSL

Page 65: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

51

dasar laut Pulau Untung Jawa. Topografi Pulau untung jawa

termasuk kedalam perairan dangkal memiliki kedalaman yang

relatif datar bekisar antara 0-15 m. Pada perairan dangkal angin

yang relatif kecil dapat menimbulkan gelombang dipermukaan

laut.63

Gambar 4.16

Bathimerti Pulau Untung Jawa

Lokasi Pulau Untung jawa yang berada dekat dengan teluk

Jakarta membuat pulau ini rentan terhadap pencemaran.

Pencemaran yang dihadapi berupa pencemaran minyak dan

sampah. Pencemaran minyak dapat mempengaruhi hewan maupun

tumbuhan di suatu daerah.64

Kecelakaan pelayaran merupakan

sumber utama pencemaran minyak, seperti terbakarnya Kapal TB

Mitra Anugrah 10 di perairan Pulau Bokor dapat menimbulkan

pencemaran miyak di pulau-pulau sekitar Pulau Bokor salah

satunya Pulau Untung Jawa. Tumpahnya bahan bakar Kapal TB

Mitra Anugrah 10 yang terbakar dapat merusak perairan beserta

63

MAPALA UI, Pengaruh Aktivitas Penambangan Pasir Terhadap Abrasi Pantai Di

Kepulauan Seribu, Draf Laporan Penelitian, Depok, 1996, h. 31, tidak di publikasikan. 64

Sahala Hutabarat, op. cit.,h.146.

Page 66: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

52

ekosistemnya. Selain minyak sampah yang terbawa arus dan

terdampar di pinggir Pantai Pulau Untung Jawa dapat merusak

pertumbuhan ekosistem mangrove. Rusaknya ekosistem mangrove

sama dengan rusaknya pelindung alami pantai Pulau Untung Jawa

yang berbungsi menjaga kestabilan garis pantai. Sebagaimana kita

ketahui mangrove memiliki peran penting dalam menjaga

kestabilan pantai, seperti sebagai peredam ombak, pengikat

sedimen, lokasi hidup biota laut dan lain sebagainya.

Page 67: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

53

BAB V

KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis mengenai

“Perubahan Garis Pantai Pulau Untung Jawa Kepulauan Seribu DKI

Jakarta”, Pulau Untung Jawa mengalami perubahan garis pantai yang

disebabkan oleh abrasi dan akresi. Rata-rata abrasi pada Pulau Untung

Jawa sebesar 1547,27 m2/tahun dan akresi sebesar 766,68 m

2/tahun.

Terdapat 5 titik lokasi yang mengalami perubahan garis pantai yaitu

bagian Timur, Timur Laut, Tenggara dan Barat Daya Pulau Untung Jawa.

Perubahan garis pantai Pulau Untung Jawa dipengaruhi oleh faktor

alamdan faktor kegiatan manusia. Faktor alam perubahan garis pantai

berupa gelombang, pasut, angin, dan batimetri. Faktor kegiatan manusia

berupa pengerukan pasir dan pencemaran laut yang dapat merusak

ekosistem pantai seperti mangrove, lamun dan terumbu karang yang

merupakan penyangga kestabilan pantai.

B. Implikasi

Berdasarkan penelitian ini diharapkan masyarakat Pulau Untung Jawa

dapat mengelola ekosistem patai pulau terutama di beberapa lokasi yang

rawan akan abrasi dan akresi sehingga laju abrasi dan akresi Pulau Untung

Jawa dapat berkurang.

C. Saran

Dari kesimpulan yang telah dipaparkan maka di ajukan beberapa saran

yang perlu di sampaikan sebagai berikut:

1. Penambahan data primer pendukung lainnya yang berpengaruh

terhadap berubahan garis pantai untuk data yang akurat.

2. Diperlukan penelitian perubahan garis pantai pada musim barat.

3. Diperlukan pembuatan bangunan pelindung pantai guna mencegah

abrasi yang lebih besar.

Page 68: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

54

54

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alfandi, Widoyo.Epistemologi Geografi. Yogyakarta: UGM Press, 2001.

Ardiansyah, Andri Noor.Klimatologi Umum. UIN Jakarta Press: Jakarta,2013.

Arief, Arifin.Hutan Mangrove Fungsi Dan Manfaatnya. Yogyakarta: Kanisius,

2003.

Bengen, Dietriech G dan Retraubun, Alex S.W. Menguak Realitas dan Urgensi

Pengelolaan Berbasis Eko-Sosio Sistem Pulau-Pulau Kecil. Jakarta: Pusat

Pembelajaran dan pengembangan Pesisir dan Laut, 2006.

BPS Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu Dalam Angka 2014. Jakarta: BPS

Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, 2014.

-------. Kepulauan Seribu Dalam Angka 2016. Jakarta: BPS Kabupaten Kepulauan

Seribu, 2016.

Dahuri, Rokhimin dkk. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan

Secara Terpadu. Jakarta: PT.Pradaya Paramita, 1996.

Disaptono, Subandono.Sebuah kumpulan pemikiran mengantisipasi bencana.

Bogor: Penerbit Buku Ilmiah Populer, 2007.

Diposaptono. Erosi Pantai dan Klasifikasinya, Kasus di Indonesia. Prosiding

Konferensi Esdal. Jakarta: BPPT, 2001.

Hutabarat, Sahala dan Evans, Stewart M. Pengantar Oseanografi. Depok: UI

Press, 1985.

H, M. Gufran. Kordi K. Nikmat RasanyaNikmat Untungnya-Pintar Budi Daya

Ikan di Tambak Secara Insentif. Yogyakarta: Andi Offset, 201.

MAPALA UI, Pengaruh Aktivitas Penambangan Pasir Terhadap Abrasi Pantai

di Kepulauan Seribu. Depok: 1996. Tidak dipublikasikan

Mulyo, Agung.Pengantar Ilmu Kebumian. Bandung: Pustaka Setia, 2004

Nontji, Anugerah. Laut Nusantara, Jakarta: Djambatan, 2007.

Pratikto, dkk. Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut. Yogyakarta: BPFE, 1997.

Rifardi, Ekologi Sedimen Laut Modern. Pekanbaru: UR Press, 2012.

54

Page 69: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

55

55

Setiyono, Heryoso.Kamus Oseanografi. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 1996.

Sodikin,Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh. Ciputat: UIN Jakarta

Press, 2015.

Supriharyono, Konservasi Ekosistem Sumber Daya Hayati Wilayah Pesisir dan

Laut. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sukandarrumidi, Bencana Alam dan Bencana Anthropogene, Yogyakarta:

Kanisius, 2010.

Triandojo, Bambang. Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Ofset, 2010.

-------. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Ofset, 1999.

Jurnal

Arief, Mukhlisin, dkk. Jurnal Penginderaan Jauh, Kajian Perubahan Garis Pantai

Menggunakan Data Satelit di Kabupaten Kendal, VOL. 8, 2011

Landari, Fitri, dkk. Jurnal Teknik Sipil, Analisa Laju Abrasi Pantai Teluk

Belitung Kabupaten Kepulauan Meranti Menggunakan Data Pengindraan

Jauh.VOL. 1 No 2, 2014.

Musrifin,Jurnal Perikanan dan Kelautan,Analisis Pasang Surut Perairan Muara

Sungai Mesjid Dumai. VOL. 16.1, 2011.

Setyanto, Oki dan Triyanto, Joko,Jurnal Teknik Sipil,“Analisa Erosi dan

Perubahan Garis Pantai Pasir Buatan Dan Sekitarnya Di Talaksiung

Provinsi Kalimantan Selatan”.VOL. 7 No 3 , Juni 2007.

Peta

Turkandi,Tdkk. Peta Geologi Lembar Jakarta dan Kepulauan Seribu. Bandung:

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 1996.

Page 70: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

56

Lampiran 1

Karakteristik Pulau Untung Jawa

Bangunan Pelindung Pantai dan Pantai Selatan Pulau Untung Jawa

Dermaga dan Mangrove

Pasir dan Koral

Page 71: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

57

Lampiran 2

Rata-rata Kecepatan Angin

Rata-rata kecepatan angin menurut bulan (2013)

Kecepatan angin (Knots)

Bulan Min Max Rata-rata

Januari 6,0 46,0 5,5

Februari 6,0 33,0 5,1

Maret 6,0 33,0 4,3

April 6,0 25,0 4,6

Mei 6,0 34,0 3,9

Juni 6,0 31,0 4,1

Juli 7,0 31,0 4,1

Agustus 7,0 25,0 4,3

September 6,0 25,0 4,3

Oktober 7,0 25,0 4,3

Nopember 6,0 40,0 3,9

Desember 6,0 33,0 3,9

11%

10%

8%

9%

8%

8% 8%

8%

8%

8%

7%

7%

Rata-rata Kecepatan dan Angin

Januari Februari MaretApril Mei JuniJuli Agustus SeptemberOktober Nopember Desember

Page 72: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

58

Lampiran 3

Rata-rata Arah Angin

Arah angin (hari)

Bulan Barat Barat

Daya

Selatan Barat

Laut

Timur

Laut

Timur Tenggara Utara

Januari 18 1 1 10 - - - 1

Februari 11 - 1 6 1 - - 9

Maret 11 - 1 8 7 - - 4

April 8 - 3 - 9 3 4 3

Mei 3 - 1 2 13 4 4 4

Juni 10 - - 3 8 - 4 5

Juli 4 - - - 8 6 9 4

Agustus - - 1 - 16 7 5 2

September - - - - 15 3 1 11

Oktober - - 2 - 14 1 1 13

November 8 - 4 1 9 - 1 7

Desember 13 - 1 7 4 - 1 5

Total 86 1 15 37 104 24 30 68

24%

0%

4%

10%

28%

7%

8%

19%

Arah Angin (Tahun)

Barat

Barat Daya

Selatan

Barat Laut

Timur Laut

Timur

Tenggara

Utara

Page 73: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

59

Lampiran 4

Peta Arah Arus Perairan Pulau Untung Jawa

Page 74: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

60

Page 75: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

61

Page 76: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

62

Page 77: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

63

Page 78: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

64

Page 79: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

65

Lampiran 5

Rata-Rata Suhu Udara

Rata-Rata Suhu Udara Menurut Bulan (2013)

Suhu Udara (0C)

Bulan Min Max Rata-rata

Januari 23,8 32,2 27,3

Februari 24,0 34,0 28,4

Maret 24,0 34,0 28,0

April 24,8 34,0 28,9

Mei 23,6 34,0 29,0

Juni 24,1 33,8 28,8

Juli 23,5 32,8 28,8

Agustus 24,0 34,2 27,7

September 24,2 34,8 28,5

Oktober 24,2 35,4 29,3

Nopember 24,2 35,0 28,9

Desember 23,0 33,4 28,9

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des

Min 23,8 24 24 24,8 23,6 24,1 23,5 24 24,2 24,2 24,2 23

Max 32,2 34 34 34 34 33,8 32,8 34,2 34,8 35,4 35 33,4

rata-rata 27,3 28,4 28 28,9 29 28,8 28,8 27,7 28,5 29,3 28,9 28,9

10

15

20

25

30

35

40

Axi

s Ti

tle

Suhu Udara (0C)

Page 80: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

66

Lampiran 6

Rata-RataHari Hujan dan Badai

Rata-Rata Hari Hujan dan Badai Menurut Bulan (2013)

Bulan Jumlah hujan

(hari)

Curah hujan

(mm3)

Jumlah

badai/guntur

Januari 22 626,4 10

Februari 16 212,0 1

Maret 14 173,2 5

April 17 131,8 6

Mei 19 276,0 6

Juni 10 112,2 5

Juli 16 188,3 7

Agustus 6 116,8 2

September 5 70,1 4

Oktober 6 82,8 1

Nopember 10 104,4 4

Desember 20 262,1 7

20

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sep Okt Nop Des

Jumlah hujan (hari) 22 16 14 17 19 10 16 6 5 6 10 20

Curah hujan (mm3) 626,4 212 173,2131,8 276 112,2188,3116,8 70,1 82,8 104,4262,1

Jumlah badai/guntur 10 1 5 6 6 5 7 2 4 1 4 7

0

100

200

300

400

500

600

700

Page 81: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

67

Lampiran 7

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk (2014)

Page 82: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

68

Lampiran 8

Data PasangSurut Tanjung Priok (Januari)

Day Date hour @

# 0:00 1:00 2:00 3:00 4:00 5:00 6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00

1 1-Jan-10 0,419 0,530 0,613 0,655 0,643 0,575 0,452 0,286 0,094 -0,102 -0,282 -0,428 -0,529 -0,581 -0,586 -0,554 -0,494 -0,417 -0,329 -0,236 -0,138 -0,032 0,082 0,204

2 2-Jan-10 0,328 0,446 0,543 0,607 0,626 0,591 0,502 0,367 0,198 0,014 -0,164 -0,318 -0,435 -0,508 -0,537 -0,525 -0,484 -0,421 -0,346 -0,264 -0,178 -0,085 0,014 0,120

3 3-Jan-10 0,230 0,338 0,433 0,505 0,542 0,535 0,481 0,383 0,249 0,095 -0,062 -0,207 -0,325 -0,406 -0,448 -0,453 -0,427 -0,379 -0,315 -0,245 -0,170 -0,092 -0,012 0,071

4 4-Jan-10 0,156 0,240 0,316 0,376 0,413 0,418 0,388 0,323 0,229 0,114 -0,009 -0,127 -0,228 -0,302 -0,345 -0,356 -0,339 -0,300 -0,246 -0,183 -0,116 -0,050 0,014 0,075

5 5-Jan-10 0,132 0,184 0,227 0,259 0,275 0,272 0,248 0,202 0,138 0,062 -0,021 -0,101 -0,171 -0,223 -0,253 -0,260 -0,244 -0,208 -0,158 -0,098 -0,035 0,027 0,082 0,128

6 6-Jan-10 0,163 0,184 0,192 0,186 0,168 0,138 0,100 0,054 0,004 -0,046 -0,093 -0,135 -0,167 -0,188 -0,195 -0,187 -0,164 -0,126 -0,075 -0,015 0,050 0,113 0,169 0,221

7 7-Jan-10 0,235 0,236 0,216 0,175 0,118 0,052 -

0,017

-0,081 -0,136 -0,117 -0,202 -0,214 -0,212 -0,200 -0,180 -0,151 -0,115 -0,070 -0,016 0,047 0,115 0,184 0,247 0,295

8 8-Jan-10 0,321 0,318 0,283 0,219 0,131 0,028 -

0,076

-0,171 -0,246 -0,296 -0,317 -0,313 -0,288 -0,249 -0,202 -0,152 -0,101 -0,047 0,011 0,077 0,148 0,224 0,297 0,358

9 9-Jan-10 0,395 0,401 0,368 0,297 0,191 0,063 -

0,073

-0,201 -0,305 -0,376 -0,409 -0,405 -0,370 -0,315 -0,250 -0,182 -0,117 -0,054 0,009 0,076 0,149 0,229 0,331 0,386

10 10-Jan-10 0,441 0,464 0,446 0,382 0,276 0,136 -

0,020

-0,175 -0,309 -0,407 -0,461 -0,470 -0,440 -0,382 -0,308 -0,229 -0,153 -0,083 -0,017 -0,051 -0,124 -0,206 -0,294 -0,380

11 11-Jan-10 0,452 0,497 0,501 0,456 0,362 0,226 0,062 -0,109 -0,266 -0,390 -0,470 -0,501 -0,486 -0,435 -0,362 -0,280 -0,199 -0,125 -0,057 0,010 0,082 0,164 0,254 0,348

12 12-Jan-10 0,435 0,500 0,527 0,507 0,434 0,312 0,154 -0,022 -0,193 -0,339 -0,443 -0,497 -0,503 -0,468 -0,404 -0,326 -0,247 -0,172 -0,103 -0,037 0,033 0,112 0,202 0,301

13 13-Jan-10 0,397 0,478 0,528 0,533 0,484 0,384 0,240 0,069 -0,106 -0,265 -0,389 -0,466 -0,494 -0,478 -0,430 -0,362 -0,288 -0,216 -0,149 -0,085 -0,018 0,058 0,146 0,245

14 14-Jan-10 0,347 0,439 0,506 0,533 0,510 0,433 0,309 0,152 -0,019 -0,183 -0,319 -0,414 -0,463 -0,467 -0,363 -0,381 -0,316 -0,250 -0,187 -0,126 -0,063 0,008 0,091 0,186

15 15-Jan-10 0,289 0,386 0,465 0,509 0,507 0,455 0,354 0,215 0,057 -0,103 -0,243 -0,349 -0,413 -0,435 -0,421 -0,381 -0,327 -0,268 -0,210 -0,154 -0,096 -0,031 0,045 0,113

16 16-Jan-10 0,230 0,325 0,407 0,462 0,476 0,445 0,367 0,251 0,111 -0,036 -0,171 -0,280 -0,353 -0,387 -0,387 -0,360 -0,316 -0,265 -0,213 -0,162 -0,109 -0,052 0,015 0,093

17 17-Jan-10 0,178 0,265 0,342 0,397 0,420 0,403 0,345 0,252 0,134 0,006 -0,115 -0,217 -0,290 -0,329 -0,338 -0,320 -0,286 -0,243 -0,196 -0,149 -0,101 -0,050 0,007 0,072

18 18-Jan-10 0,143 0,214 0,278 0,325 0,346 0,335 0,290 0,217 0,112 0,017 -0,084 -0,171 -0,234 -0,271 -0,281 -0,269 -0,241 -0,204 -0,162 -0,118 -0,074 -0,028 0,022 0,075

19 19-Jan-10 0,130 0,183 0,228 0,258 0,267 0,252 0,213 0,151 0,076 -0,006 -0,083 -0,148 -0,195 -0,220 -0,226 -0,213 -0,118 -0,154 -0,116 -0,075 -0,033 0,010 0,054 0,098

20 20-Jan-10 0,139 0,174 0,198 0,208 0,199 0,171 0,126 0,069 0,005 -0,057 -0,111 -0,152 -0,177 -0,186 -0,179 -0,161 -0,134 -0,102 -0,066 -0,027 0,013 0,055 0,097 0,135

21 21-Jan-10 0,167 0,187 0,193 0,180 0,150 0,103 0,045 -0,018 -0,078 -0,128 -0,164 -0,182 -0,184 -0,172 -0,149 -0,120 -0,087 -0,052 -0,016 0,022 0,062 0,103 0,144 0,181

22 22-Jan-10 0,207 0,218 0,208 0,177 0,124 0,056 -

0,021

-0,096 -0,161 -0,208 -0,232 -0,234 -0,215 -0,181 -0,140 -0,095 -0,052 -0,011 0,028 0,068 0,109 0,152 0,194 0,231

23 23-Jan-10 0,256 0,262 0,242 0,196 0,124 0,034 -

0,065

-0,158 -0,236 -0,299 -0,309 -0,301 -0,267 -0,215 -0,155 -0,094 -0,036 0,015 0,061 0,105 0,151 0,198 0,246 0,287

24 24-Jan-10 0,314 0,319 0,294 0,237 0,149 0,038 -

0,082

-0,198 -0,295 -0,360 -0,388 -0,379 -0,337 -0,273 -0,197 -0,120 -0,048 0,016 0,074 0,127 0,182 0,238 0,294 0,345

Page 83: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

69

25 25-Jan-10 0,380 0,390 0,365 0,303 0,203 0,074 -

0,069

-0,210 -0,330 -0,416 -0,459 -0,458 -0,417 -0,348 -0,263 -0,174 -0,089 -0,012 0,058 0,123 0,190 0,259 0,330 0,395

26 26-Jan-10 0,445 0,467 0,451 0,390 0,285 0,143 -0,020

-0,185 -0,332 -0,444 -0,510 -0,526 -0,496 -0,431 -0,344 -0,294 -0,156 -0,070 0,010 0,087 0,166 0,250 0,338 0,422

27 27-Jan-10 0,493 0,536 0,537 0,488 0,388 0,242 0,066 -0,119 -0,292 -0,433 -0,526 -0,565 -0,554 -0,502 -0,423 -0,330 -0,236 -0,146 -0,062 0,021 0,108 0,203 0,306 0,410

28 28-Jan-10 0,504 0,572 0,599 0,574 0,490 0,354 0,177 -0,019 -0,211 -0,376 -0,496 -0,563 -0,575 -0,542 -0,477 -0,394 -0,306 -0,221 -0,139 -0,058 0,028 0,125 0,234 0,351

29 29-Jan-10 0,463 0,556 0,612 0,617 0,562 0,448 0,287 0,098 -0,102 -0,280 -0,421 -0,511 -0,548 -0,537 -0,489 -0,421 -0,344 -0,268 -0,196 -0,126 -0,050 0,038 0,140 0,255

30 30-Jan-10 0,373 0,481 0,560 0,595 0,574 0,494 0,362 0,193 0,008 -0,169 -0,316 -0,420 -0,475 -0,482 -0,452 -0,399 -0,335 -0,271 -0,212 -0,156 -0,098 -0,030 0,052 0,149

Note Minimum Maximun

Date Waterlevel Date Waterlevel

Observation 1-jan-10 14:00 -0,586 1-jan-10 03:00 0,655

Calculating 13-jan-10 -0,580 1-jan-10 04:00 0,614

Obs-calc 14-jan-10 14:00 -0,150 10-jan-10 23:00 0,725

Number Of Observatiun (n) 720

Number Of Parameters (u) 19

Redundan (r=n-u) 701

Standard Deviation 0,0

Page 84: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu
Page 85: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu
Page 86: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu
Page 87: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu
Page 88: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu
Page 89: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu
Page 90: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu
Page 91: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu
Page 92: studi perubahan garis pantai pulau untung jawa kepulauan seribu

PROFIL PENULIS

SRI SETIYOWATI, NIM. 1112015000102. Jakarta, 3

Januari 1996. Anak pertama (dari dua bersaudara) bapak

Maskuri dan ibu Muryati. Tinggal di Jl. Pulo Nangka RT

09/02 Kel. Rawa Buaya, Kec. Cengkareng, Kota Jakarta

Barat, Prov. DKI Jakarta. MI Shirathul Rahman. MTs

Annida Al-islamy. MAN 12 Jakarta. S1 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, FITK, P.IPS pada prodi Geografi.

e-mail : [email protected]