studi perencanaan pengembangan jaringan...
TRANSCRIPT
STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN JARINGAN
DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN SUGIHWARAS
KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN SOFTWARE WATERCAD
Fanny Aliza Savitri1, Donny Harisuseno
2, Jadfan Sidqi Fidari
2
1)Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya
2)Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia
Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145, Indonesia
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Kecamatan Sugihwaras memiliki 4 desa yaitu Desa Sugihwaras, Alasgung, Siwalan dan
Trate yang sudah terlayani kebutuhan air bersihnya dan akan dikembangkan hingga tahun
2036 dengan penambahan layanan di 3 desa lainnya yaitu Desa Genjor, Balongrejo dan
Glagahwangi.
Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi terhadap kemampuan debit dan kondisi hidrolis
eksisting berupa kontrol nilai kecepatan (0,1-2,5 m/s), tekanan (0,5-8 atm) dan juga
headloss gradient (0-15 m/km) menggunakan bantuan software Watercad sehingga dapat
diketahui kinerja jaringan penyediaan air bersih eksisting yang selanjutnya digunakan
sebagai pengembangan 2036.
Hasil simulasi yang diperoleh dari software Watercad adalah nilai kecepatan tidak
memenuhi kriteria yang telah ditentukan sehingga dilaksanakan perbaikan bersamaan
dengan perencanaan pengembangan 2036. Perencanaan pengembangan dilakukan dengan
penambahan beberapa komponen diantaranya kapasitas sumber air sebesar 20 lt/dt, pompa
dan menara air. Sehingga debit dan kondisi hidrolis jaringan air bersih dapat memenuhi
kriteria yang telah ditentukan. Selain itu anggaran biaya yang akan dikeluarkan pada
perencanaan pengembangan ini sebesar Rp. 5.630.004.400,-
Kata kunci: air bersih, watercad, jaringan, rencana pengembangan
ABSTRACT
Sugihwaras Subdistrict owns 4 villages; those are Sugihwaras, Alasgung, Siwalan, and
Trate Villages whose clean water need have been served and will be developed until the
year of 2036 with the service addition to the 3 other villages, those are Genjor, Balongrejo,
and Glagahwangi Villages.
In this research, the evaluation was carried on the discharge ability and the existing
hydraulic condition in the form of velocity value control (0,1-2,5 m/s), pressure (0,5-8 atm)
as well as headloss gradient (0-15 m/km) using the aid of watercad software, so it could be
known the performance of existing water supply network then used as development
planning 2036.
The simulation result obtained from Watercad Software was that the velocity value did not
meet the stated criteria; therefore, simultaneous improvement with the development
planning 2036 was carried out. The development planning was conducted with the addition
of several components, among them water source as much as 20 lit/sec, pump, and water
tower. Thus, the discharge and the hydraulic condition of clean water network could meet
the stated criteria in order to serve 7 villages optimally. Besides, the budget that would be
spent on this development planning was as much as Rp. 5.630.004.400,- Keywords: clean water, watercad, network, development planning.
1. PENDAHULUAN
Pada kehidupan manusia tentu tidak
dapat dipungkiri pasti memerlukan air
sebagai salah satu sumber daya alam yang
dapat memenuhi kebutuhan pokok. Namun
permasalahan ketersedian air bersih
menjadi suatu masalah klasik yang
dihadapi oleh masyarakat Indonesia pada
akhir-akhir ini, baik itu mengenai kuantitas
maupun masalah kualitas air bersih yang
ada (Wardhana dkk., 2013).
Monitoring dan pengembangan suatu
jaringan air bersih oleh PDAM Kabupaten
Bojonegoro merupakan hal yang sangat
diperlukan untuk mengetahui dan
mengontrol kondisi di suatu wilayah yang
belum terlayani air bersihnya.
Kecamatan Sugihwaras terdiri dari 17
desa dengan 4 diantaranya sudah terlayani
kebutuhan air bersih oleh PDAM
Kabupaten Bojonegoro dan beberapa sisa
desa lainnya akan menjadi target
perencanaan pengembangan jaringan air
bersih. Dalam perencanaan pengembangan
nantinya akan menggunakan perangkat
lunak komputer untuk membantu
mempermudah dalam pengerjaannya, yaitu
menggunakan bantuan software Watercad.
Penelitian mengenai perencanaan
pengembangan jaringan air bersih dengan
software Watercad sudah banyak
dilaksanakan. Menurut Rofita (2015) dari
hasil simulasi perencanaan jaringan air
bersih yang telah dilakukan menggunakan
software Watercad menghasilkan kondisi
beberapa komponen yang ada pada daerah
studi, misalnya fluktuasi air didalam
menara air dan pola operasi pompa selama
24 jam. Selain itu dalam penelitian lainnya,
Lufira (2012) yang mana juga
menggunakan software Watercad
mendapatkan hasil bahwa dari simulasi
tersebut dapat diketahui kondisi optimasi
hidrolika dengan berbagai diameter dan
jenis pipa pada daerah studi yang sedang
dianalisa.
Dengan demikian, dari beberapa hasil
analisa yang ditawarkan menggunakan
software Watercad, maka studi ini memilih
perangkat lunak tersebut sebagai media
dalam perencanaan pengembangan jaringan
air bersih dengan harapan dapat
mengevaluasi terlebih dahulu kondisi
kebutuhan air dan jaringan pipa dari segi
hidrolis pada daerah layanan eksisting di
Kecamatan Sugihwaras Kabupaten
Bojonegoro sehingga hasil kinerja dari
sistem tersebut nantinya digunakan dalam
perencanaan pengembangan jaringan
distribusi air bersih 2036.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Kecamatan Sugihwaras ini memiliki 17
desa dan 4 diantaranya merupakan desa
layanan eksisting yaitu Desa Sugihwaras,
Alasgung, Siwalan dan Trate. Sehingga
untuk perencanaan pengembangan akan
ditambahkan tiga 3 desa lagi, yaitu Desa
Genjor, Balongrejo dan Alasgung. Berikut
ini adalah peta Kecamatan Sugihwaras dan
daerah lokasi studi.
Gambar 2. Peta Lokasi Studi
Sumber: PDAM Kabupaten Bojonegoro
Data Pendukung Kajian
Dalam studi ini diperlukan data-data
primer yaitu berupa data teknis maupun
data pendukung guna mengkaji sistem
jaringan distribusi air bersih. Adapun data
yang diperlukan meliputi
1. Data penduduk
2. Data kapasitas sumber air
3. Data pelanggan
4. Peta topografi
5. Peta layout dan data teknis jaringan
eksisting.
Langkah-langkah Studi
Adapun langkah-langkah yang akan
dilakukan di studi ini terdiri dari dua
kondisi yaitu:
1. Kondisi eksisting, meliputi perhitungan
proyeksi penduduk hingga tahun 2036
setelah itu memperhitungan jumlah
kebutuhan air bersih yang diperlukan
dan dilakukan suatu evaluasi. Serta
mengecek kondisi hidrolis yang ada
dilapangan dengan bantuan software
Watercad.
2. Rencana pengembangan, meliputi hasil
proyeksi penduduk untuk 7 desa dan
perhitungan kebutuhan air bersih yang
akan digunakan serta mensimulasikan
guna melihat hasil kondisi hidrolis yang
ada pada rencana pengembangan. Jika
terdapat ketidaksesuaian maka akan
dilakukan perbaikan jaringan maupun
penambahan beberapa komponen yang
dibutuhkan.
Proyeksi Penduduk
Dalam perencanaan penyediaan air
bersih distuatu wilayah, diperhatikan juga
tingkat pertumbuhan penduduknya.
Proyeksi penduduk menjadi dasar untuk
menghitung jumlah kebutuhan air bersih
dimasa akan datang. Perhitungan tersebut
didasarkan pada asumsi perkembangan
kelahiran, kematian dan migrasi. Metode
yang digunakan dalam memproyeksikan
jumlah penduduk adalah sebagai berikut:
1. Metode Aritmatik
2. Metode Geometrik
3. Metode Eksponensial
Kemudian dilakukan uji kesesuaian dengan
menggunakan koefisien determinasi dengan
nilai r2 mendekatai +1.
Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air bersih adalah banyaknya
air yang dibutuhkan untuk melayani suatu
masyarakat. Kebutuhan air bersih yang ada
dibagi menjadi 2 tipe, yakni kebutuhan
domestik (kebutuhan air bersih yang
diperuntukkan untuk pemenuhan kegiatan
sehari-hari atau rumah tangga) dan non
domestik (kebutuhan air yang digunakan
untuk penyediaan sarana sosial). Nilai dari
kebutuhan non domestik dihitung 15 % dari
kebutuhan domestik. (Linsley dkk, 1986).
Analisa Hidrolika pada Jaringan Pipa
1. Hukum Bernoulli
Hukum Bernoulli menyatakan bahwa
tinggi energi total merupakan jumlah dari
tinggi tempat, tinggi tekanan dan tinggi
kecepatan yang berbeda dari garis arus
yang satu ke garis urus yang lain. Oleh
karena itu persamaan tersebut hanya
berlaku untuk titik-titik pada suatu garis
arus. Sehingga apabila dirumuskan adalah
sebagai berikut:
Etotal = Energi ketinggian + energi
kecepatan + energi tekanan
Etotal = h +
Pada aliran zat cair ideal, garis tenaga
mempunyai tinggi tetap yang menunjukkan
jumlah dari tinggi elevasi, tinggi tekanan
dan tinggi kecepatan. Sehingga dapat
diterapkan pada gambar dibawah:
Gambar 1. Energi EGL dan HGL dalam
aliran pipa
Sumber: Priyantoro, 1991
Aplikasi persamaan Bernoulli untuk
kedua titik didalam sebuah pipa akan
memberikan rumus sebagai berikut
(Triatnmodjo, 1993: 124):
Z1 +
= Z2 +
+ HL
HGL
EGLV1
2
2g
a
P1
V2
2
2g
P 2
a
b b
V1
V2h1
h 2
h L
dengan:
= tinggi energi di titik 1 dan 2 (m)
= tinggi tekanan di titik 1 dan 2 (m)
Z1,Z2 = tinggi elevasi di titik 1 dan 2 (m)
V1,V2 = kecepatan di titik 1 dan 2 (m/dt)
P1, P2 = tekanan di titik 1 dan 2 (kg/m2)
HL = kehilangan tinggi tekan (m)
w = berat jenis air (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
2. Hukum Kontinuitas
Hukum ini menyatakan bahwa debit
yang masuk ke dalam pipa akan sama
dengan debit yang keluar dari dalam pipa.
Qmasuk = Qkeluar
A1.V1 = A2.V2
dengan:
Q1 = debit pada potongan 1(m3/det)
Q2 = debit pada potongan 2 (m3/det)
A1 = luas penampang di potongan 1 (m2)
A2 = luas penampang di potongan 2 (m2)
V1 = kecepatan di potongan 1 (m/det)
V2 = kecepatan di potongan 2 (m/det)
Pada aliran percabangan pipa juga
berlaku hukum kontinuitas dimana debit
yang masuk pada suatu pipa sama dengan
debit yang keluar pipa. Hal tersebut
diilustrasikan sebagai berikut: Q1 = Q2 + Q3
A1.V1 = (A2.V2) + (A3.V3)
dengan:
Q1,Q2,Q3 = debit yang mengalir pada
penampang 1, 2 dan 3
(m3/det)
V1,V2,V3 = kecepatan pada penampang
1,2 dan 3 (m/det)
3. Kehilangan Tinggi Tekan
Pada perencanaan jaringan pipa, tidak
mungkin dapat dihindari adanya suatu
kehilangan tinggi tekan selama aliran air
dalam sebuah pipa itu berjalan. Kehilangan
tinggi tekan ini dibagi menjadi dua aspek,
yakni kehilangan tingi tekan mayor (major
losses) dan kehilangan tinggi tekan minor
(minor losses).
Kehilangan Tinggi Tekan Mayor
Kehilangan energi mayor disebabkan
oleh gesekan atau friksi dengan pipa.
Dalam buku Priyantoro (1991), terdapat
beberapa teori untuk menghitung
kehilangan tinggi tekan mayor diantaranya
dengan menggunakan Hazen-Williams,
formula dari Darcy-Weisbach, Manning,
Chezy. Namun dalam studi ini
menggunakan persamaan Hazen-Williams
dengan rumus sebagai berikut:
Qi = 0,85 Chw. Ai.Ri0,63
.Sf 0,54
Vi = 0,85 Chw.Ri0,63
.Sf 0,54
dengan:
Qi = debit aliran pada pipa (m3/dt)
Vi = kecepatan dalam pipa (m/dt)
Chw = koefisien kekasaran
Ai = luas penampang pada pipa i (m2)
Ri = jari-jari hidrolis pada pipa i (m)
Sf = kemiringan garis hidrolis (EGL)
Sehingga dari perhitungan debit yang
telah diketahui, dapat digunakan dalam
persamaan kehilangan tinggi tekan mayor
menurut Hazen-Williams menjadi: Hf = k.Q
1,85
k =
dengan:
Hf = kehilangan tinggi tekan mayor (m)
k = koefisien karakteristik pipa
Q = debit aliran pada pipa (m3/dt)
D = diameter pipa (m)
L = panjang pipa (m)
Chw = koefisien kekasaran
Kehilangan Tinggi Tekan Minor
Selain kehilangan energi karena gesekan
dengan dinding pipa selama pengalirannya
terdapat juga kehilangan energi karena
terdapat belokan disepanjang pipa itu
diletakkan sehingga terjadi turbulensi.
Kehilangan energi juga akan terjadi jika air
harus melalui katup dan perbesaran maupun
pengecilan pada pipa.
Perencanaan Teknis Unit
1. Perencanaan Teknis Unit Transmisi
Perencanaan teknis unit transmisi harus
mengoptimalkan jarak antara unit air baku
menuju unit produksi dan/atau dari unit
produksi menuju reservoir. Hal ini terjadi
karena pipa transmisi air baku pada
dasarnya harus dirancang untuk dapat
mengalirkan kebutuhan maksimum.
2. Perencanaan Teknis Unit Distribusi
Dalam perencanaan jaringan distribusi
juga terdapat beberapa ketentuan, yaitu:
a) Denah (layout)
b) Sistem distribusi ditentukan
berdasarkan keadaan topografi.
c) Jika keadaan topografi tidak
memungkinkan untuk menggunakan
sistem gravitasi, maka dapat
diusulkan sebuah sistem kombinasi
d) Jika terdapat perbedaan elevasi
wilayah pelayanan terlalu besar,
maka dapat dibagi menjadi
beberapa zona.
Kriteria Jaringan Pipa Air Bersih
Dalam perencanaan jaringan air bersih
terdapat kriteria yang digunakan sebagai
kontrol kondisi hidrolis dari segi kecepatan,
headloss gradient dan tekanan yang ada
dalam pipa. Adapun kriteria jaringan pipa
ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Kriteria Jaringan Air Bersih
Kriteria Jaringan Air Bersih
1. Kecepatan 0,1-2,5 m/s
Kecepatan kurang dari 0,1 m/s
a. Diameter pipa perkecil
b. Tambah pompa
c. Elevasi hulu pipa ditinggikan
Kecepatan lebih dari 2,5 m/s
a. Diameter pipa perbesar
b. Elevasi hulu lebih besar dari hilir
2. Headloss Gradient 0-15 m/km
Headloss Gradient lebih dari 15
m/km
a. Diameter pipa perbesar
b. Elevasi hulu lebih besar dari hilir
3. Tekanan 0,5-8 atm
Tekanan kurang dari 0,5 atm
a. Diameter pipa perbesar
b. Tambah pompa
Tekanan lebih dari 2,5 m/s
a. Diameter pipa perbkecil
b. Tambah bak pelepas tekan
c. Pasang PRV
Sumber: Anonim, 2017
Pengenalan Watercad
Saat ini software di bidang pengairan
khususnya untuk perencanaan sistem
jaringan distribusi air bersih sudah
berkembang sedemikian rupa, sehingga
kerumitan dalam perencanaan sistem
jaringan distribusi air bersih dapat diatasi
menggunakan software yang sudah
diperbarui. Jadi secara garis besar,
Watercad memiliki kegunaan antara lain:
Menganalisis sistem jaringan distribusi
air pada satu kondisi waktu tertentu.
Menganalisis tahapan-tahapan simulasi
pada sistem jaringan terhadap adanya
kebutuhan air yang berfluktuatif
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Proyeksi Jumlah Penduduk
Proyeksi jumlah penduduk dilakukan
untuk mengetahui trend atau suatu ramalan
pertumbuhan penduduk disuatu wilayah
sampai jangka waktu beberapa tahun dan
digunakan sebagai dasar dalam penentuan
kebutuhan air bersih pada wilayah studi.
Perhtiungan proyeksi jumlah penduduk
menggunakan metode aritmatik, geometrik
dan eksponensial.
Setelah itu akan dilakukan pengujian
kesesuaian metode proyeksi dengan
koefisien determinasi yaitu hasil metode
proyeksi nilainya mendekati +1. Nilai inilah
yang digunakan untuk mengetahui
kesempurnaan suatu data dari metode yang
akan digunakan. Jadi, apabila nilainya
semakin mendekati +1, maka data yang
akan dihasilkan dalam metode tersebut akan
lebih sempurna.
Tabel 2. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Uji
Kesesuaian Metode Proyeksi
Desa Metode Metode Metode
Aritmatik Geometrik Eksponensial
Sugihwaras 0,718 0,731 0,746
Alasgung 0,763 0,766 0,766
Siwalan 0,780 0,785 0,785
Trate 0,610 0,629 0,630
Genjor 0,659 0,669 0,669
Balongrejo 0,799 0,802 0,802
Glagahwangi 0,740 0,743 0,743
Pada tabel 2. diperoleh hasil bahwa
metode eksponensial lebih memenuhi
persyaratan dikarenakan nilai mendekati
+1, sehingga metode ini dipilih sebagai
acuan dalam perhitungan kebutuhan air
bersih.
Kebutuhan Air Bersih
Tabel 3. Hasil Rekapitulasi Kebutuhan Air
Bersih
Daerah Rencana pengembangan hingga 2036
Nama
Desa
Tahun
Kebutuhan air rata-rata (lt/dt)
2021 2026 2031 2036
Sugihwaras 2,983 3,821 4,879 6,213
Alasgung 1,609 1,999 2,475 3,057
Siwalan 1,967 2,315 2,716 3,178
Trate 1,444 1,955 2,639 3,552
Genjor 1,021 1,208 1,423 1,673
Balongrejo 1,672 2,040 2,481 3,010
Glagahwang 2,223 2,974 3,968 5,279
Jumlah 12,919 16,312 20,582 25,962
Dari tabel rekapitulasi perhitungan
kebutuhan air bersih diatas, diperoleh hasil
kebutuhan air bersih rata-rata hingga tahun
2036 yang dikeluarkan sebesar 25,962 lt/dt.
Nilai inilah yang akan disimulasikan pada
perencanaan pengembangan menggunakan
bantuan software Watercad.
Simulasi menggunakan Software
Watercad
1. Evaluasi kondisi ekisting sistem
jaringan air bersih (2016) dengan
software Watercad
a. Kondisi Sumber Air
Kapasitas sumber air sebesar 20 lt/dt
mampu melayani 4 desa layanan eksisting
yaitu Desa Sugihwaras, Siwalan, Alasgung
dan Trate dengan total kebutuhan rata-rata
sebesar 2,036 lt/dt.
b. Kondisi Pompa
Pompa yang terdapat di kondisi eksisting
ini terdiri dari 2 buah. Kedua pompa
tersebut dirancang secara seri (menambah
Head pompa) dan bekerja secara bersamaan
selama 8 jam dari pukul 04.00-08.00 lalu
dinyalakan lagi dari pukul 16.00-20.00.
Sehingga grafik debit total pompa yang
telah disimulasikan menggunakan software
Watercad terlihat pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik debit total pompa
c. Kondisi Menara Air
Kapasitas tampungan dalam menara air
yang dihasilkan sebesar 63,474 m3. Grafik
fluktuasi tinggi air dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. H air dalam menara
Gambar 4 Menunjukkan pada jam 15.00
penggunaan air yang relatif lebih namun
tidak diiringi dengan inflow yang tersedia,
sehingga mengakibatkan penurunan tinggi
muka air dalam menara air itu sendiri.
Namun setelah dipompa lagi pada jam
16.00 tinggi air dalam menara bertambah
sampai jam 24.00 menjadi berkurang.
d. Kondisi Aliran dalam Pipa
Pipa Transmisi
Ketika aliran melewati sebuah pipa,
akan terlihat bagaimana kondisi hidrolis
yang ada didalamnya. Sehingga dari segi
kecepatan, headloss gradient dan tekanan
akan disajikan dalam Gambar 5.
Gambar 5. Kecepatan pipa transmisi
0.250.450.650.851.051.251.451.651.85
24.0
0
03.0
0
06.0
0
09.0
0
12.0
0
15.0
0
18.0
0
21.0
0
24.0
0
H a
ir d
ala
m m
enara
air
(m
)
Jam
00.05
0.10.15
0.20.25
0.3
P-1
P-9
P-1
7
P-2
5
P-3
3
P-4
1
P-4
9
P-5
7
P-6
5
P-7
3
P-8
1
Kec
epa
tan
(m
/s)
Pipa
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa
adanya nilai yang sama dalam kecepatan
yang mengalir yaitu sebesar 0,24 m/s. Hal
ini dikarenakan aliran yang bergerak di
dalam pipa adalah steady flow. Jadi,
asumsinya tidak ada pengambilan saat air
dialirkan sehingga mengakibatkan aliran
dalam pipa adalah konstan.
Gambar 6. Hf pipa transmisi
Gambar 6 menjelaskan bahwa nilai
headloss gradient berbeda, yaitu dengan
kisaran 0,3-0,5 m/km. Perbedaan ini
dikarenakan hasil dari pada faktor minor
losses yang dianggap pada sebuah pipa
ataupun bahan yang digunakan. Karena
semakin kecil diameter pipa yang
digunakan maka kehilangan suatu energi
akan semakin besar.
Gambar 7. Tekanan pipa transmisi
Sedangkan pada Gambar 7 untuk nilai
tekanan pada pipa transmisi ini sesuai
dengan kriteria yang ada yaitu 2-6 atm. Hal
ini dapat disebabkan oleh dimana
perletakkan pipa sesuai dengan elevasi yang
ada dilapangan.
Pipa Distribusi
Dari hasil simulasi, dihasilkan nilai
kecepatan yang berbeda-beda disetiap
pipanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 8.
Gambar 8. Kecepatan pipa distribusi
Gambar 8 menerangkan bahwa
kecepatan yang ada tidak memenuhi
kriteria. Hal ini dapat dikarenakan oleh
jenis pipa maupun diameter pipa yang
digunakan sehingga dapat berakibat pada
pengendapan butiran-butiran apabila terus
dibiarkan sehingga dapat merusak usia guna
pipa itu sendiri.
Gambar 9. Hf pipa distribusi
Gambar 9 menjelaskan tentang headloss
gradient pada P-133 hasilnya lebih besar
dikarenakan diameter yang digunakan pada
pipa ini lebih kecil sehingga mengakibatkan
kehilangan energi yang dikeluarkan lebih
besar namun tetap memnuhi syarat yaitu (0-
15 m/km).
Gambar 10. Tekanan pipa distribusi
Pada Gambar 10. tekanan yang
dihasilkan di J-83 hingga J-Trate sebesar 2
atm. Nilai ini menunjukkan bahwa tekanan
yang dialirkan pada daerah layanan
tergolong kecil.
Maka dari simulasi menggunakan
software Watercad didapatkan hasil bahwa
0
0.2
0.4
0.6
P-1
P-9
P-1
7
P-2
5
P-3
3
P-4
1
P-4
9
P-5
7
P-6
5
P-7
3
P-8
1
Hea
dlo
ss G
rad
ien
t
(m/k
m)
Pipa
0
2
4
6
8
J1 J8
J15
J22
J29
J36
J43
J50
J57
J64
J71
J78T
eka
na
n (
atm
)
Titik Simpul
0
0.05
0.1
0.15
P-8
7
P-9
2
P-9
7
P-1
02
P-1
07
P-1
12
P-1
17
P-1
22
P-1
27
P-1
32
P-1
37
Kec
epa
tan
(m
/s)
Pipa
0
0.1
0.2
0.3
P-8
7
P-9
2
P-9
7
P-1
02
P-1
07
P-1
12
P-1
17
P-1
22
P-1
27
P-1
32
P-1
37
Hea
dlo
ssG
rad
ien
t
(m/k
m)
Pipa
0
1
2
3
J83
J88
J93
J98
J10
3
J10
8
J11
3
J11
8
J12
3
J12
8
J-T
rate
Tek
an
an
(a
tm)
Titik Simpul
pada daerah layanan eksisting, pipa
distribusinya memiliki nilai kecepatan yang
tidak memenuhi kriteria jaringan distribusi
dalam penyaluran air bersih. Sedangkan
dalam kondisi hidrolis lainnya yaitu
headloss gradient dan tekanan hasilnya
memenuhi kriteria jaringan pipa. Sehingga
perbaikan akan dilakukan secara bersamaan
dengan perencanaan pengembangan
nantinya.
2. Perencanaan Pengembangan Sistem
Jaringan Air Bersih (2036) dengan
software Watercad
Perencanaan Pengembangan jaringan
distribusi air bersih dilakukan hingga tahun
2036 dengan penambahan tiga desa, yaitu
Desa Genjor, Balongrejo dan Glagahwangi
sehingga total keseluruhan ada 7 desa
termasuk desa eksisting. Berikut ini adalah
hasil dari simulasinya:
a. Kondisi Sumber Air
Kebutuhan air bersih pada perencanaan
pengembangan 2036 sebesar 25,962 lt/dt.
Sehingga sumber lama tidak mampu
melayani kebutuhan tersebut. Oleh karena
itu, dilakukan penambahan kapasitas
sumber air baru yang telah disediakan oleh
PDAM Kab Bojonegoro. Gambar 11
menunjukkan letak sumber air yang baru.
Gambar 11. Lokasi sumber air baru
Sumber: Google Earth
Gambar 11 menunjukkan lokasi sumber
air baru yang akan digunakan yaitu berada
disebelah selatan sumber lama dan untuk
mencapai sampai menara air menghabiskan
jarak ± 11 km. Kapasitas yang dialirkan
pada sumber baru sebesar 20 lt/dt
b. Kondisi Pompa
Pada perencanaan pengembangan 2036
menggunakan tipe pompa yang sama
dengan pompa pada kondisi eksisting.
Namun kapasitas dan jam operasionalnya
berbeda. Untuk rencana pengembangan
2036 ini pola operasi pompa dilakukan
mulai jam 04.00-10.00 dan istirahat lalu
dilanjutkan lagi jam 13.00-24.00.
c. Kondisi Menara Air
Pada pengembangan 2036 terdapat
penambahan satu menara air. Hal ini
dikarenakan menara air yang ada pada
kondisi eksisting sudah tidak mampu
menampung kapasitas air yang masuk
dari pompa produksi, sehingga tujuannya
agar memaksimalkan pelayanan kepada
masyarakat. Gambar 12 merupakan
fluktuasi H air di dalam menara.
Gambar 12. H air dalam menara
Gambar 12 menjelaskan kondisi tinggi
air dalam menara. Setelah jam operasional
pompa di tambah, maka kondisi inflow
pada saat jam 24.00 dan 24.00 berikutnya
menjadi seimbang sehingga menghasilkan
tinggi air sebesar 4 m. Hal ini berpengaruh
untuk pendistribusian air ke daerah layanan.
d. Kondisi Aliran dalam Pipa
Pipa Transmisi
Pada pipa transmisi tidak ada pergantian
diameter maupun jenis pipa yang digunakan
sehingga kondisi aliran yang dihasilkan
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 13. Kecepatan pipa transmisi
Gambar 13 menunjukkan nilai kecepatan
yang ada pada pipa transmisi di
perencanaan pengembangan 2036 sebesar
1,3 m/s.
1.50
2.50
3.50
4.50
24.0
0
03.0
0
06.0
0
09.0
0
12.0
0
15.0
0
18.0
0
21.0
0
24.0
0
H a
ir d
i m
ena
ra
air
(m
) Jam
0
0.4
0.8
1.2
1.6
P-1
P-1
0
P-1
9
P-2
8
P-3
7
P-4
6
P-5
5
P-6
4
P-7
3
P-8
2
Kec
epa
tan
(m
/s)
Pipa
Sumber air
baru
Pipa transmisi
Sumber air
lama
Gambar 14. Hf pipa transmisi
Pada Gambar 14 headloss gradient
nilainya berkisar antara 6,5-10,8 m/km.
Nilai yang dihasilkan di P-31 sebesar 10,8
m/km ini dipengaruhi oleh jenis pipa yang
digunakan yaitu pipa GI, jadi energi yang
dikeluarkan lebih besar daripada P yang
lain.
Gambar 15. Tekanan pipa transmisi
Gambar 15 menunjukkan tekanan yang
ada di dalam pipa yaitu dengan nilai 2-8
atm. Nilai ini dianggap memenuhi kriteria
dalam perencanaan jaringan pipa. Sehingga
dalam pelayanannya terhadap masyarakat
diharapkan dapat terpenuhi dengan baik.
Pipa Distribusi
Pada perencanaan pengembangan 2036
telah ditambahkan beberapa jaringan pipa
distribusi ke 3 daerah layanan sekaligus
dengan 4 daerah layanan yang sudah ada
sehingga dari segi hidrolis dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
Kondisi hidrolis yang ada baik dari segi
kecepatan, headloss gradient dan tekanan
pada pipa distribusi memenuhi persyaratan.
Sehingga nilai kecepatan yang semula ada
pada kondisi eksisting tidak memenuhi
kriteria, nantinya pada perencanaan
pengembangan 2036 dapat tercover. Hal ini
dapat menjadi dampak positif bagi daerah
layanan 7 desa dan air dapat tersalurkan
secara optimal. Adapun hasil dari
simulasinya terlihat pada Gambar 16
Gambar 16. Kecepatan pipa distribusi
Gambar 16 menerangkan bahwa
kecepatan yang dihasilkan pada P-91
hingga P-141 seperti gambar diatas sebesar
1,42-0,57 m/s.
Gambar 17. Hf pipa distribusi
Gambar 17 menjelaskan bahwa headloss
gradient yang ada pada perencanaan
pengembangan 2036 sangat beragam, yaitu
dari 0,15-13,32 m/km. Contohnya pada P-
143 merupakan pipa penambahan dari
sumber baru dengan diameter pipa yang
lebih kecil sehingga menghasilkan energi
yang harus dikeluarkan lebih besar daripada
P yang lainnya.
Gambar 18. Tekanan pipa distribusi
Gambar 18 menunjukkan nilai tekanan
pada pipa distribusi sebesar 1,73-1,24 atm.
J-130 memiliki tekanan yang lebih besar
daripada junction lainnya yaitu 1,98 atm,
dikarenakan diameter relatif lebih kecil
sehingga mengakibatkan tekanan yang
0
5
10
15
P-1
P-1
0
P-1
9
P-2
8
P-3
7
P-4
6
P-5
5
P-6
4
P-7
3
P-8
2
Hea
dlo
ss G
rad
ien
t
(m/k
m)
Pipa
0
5
10
J1 J9
J17
J25
J33
J41
J49
J57
J65
J73
J81Tek
an
an
(a
tm)
Titik Simpul
0
0.5
1
1.5
P-9
1
P-9
6
P-1
01
P-1
06
P-1
11
P-1
16
P-1
21
P-1
26
P-1
31
P-1
36
P-1
41
Kec
epa
tan
(m
/s)
Pipa
0
5
10
15
P-9
1
P-9
8
P-1
05
P-1
12
P-1
19
P-1
26
P-1
33
P-1
40
Hea
dlo
ss G
rad
ien
t
(m/k
m)
Pipa
00.5
11.5
22.5
J83
J90
J97
J10
4
J11
1
J11
8
J12
5
J-Si
wal
anTek
an
an
(a
tm)
Titik Simpul
dialirkan mengikuti bagaimana kondisi pipa
yang ada.
e. Penambahan Katup Penurun Tekanan
Pada perencanaan pengembangan 2036
ini sebelumnya tekanan yang dihasilkan
melebihi kriteria yang ada sehingga perlu
alternatif untuk menstabilkan tekanan
tersebut. Adanya penambahan katup atau
PRV menjadikan tekanan yang masuk
menjadi normal sesuai dengan kriteria yang
ada. Sedangkan untuk penempatan katup
dapat dilihat pada gambar 19.
Gambar 19. Perletakkan PRV
Sehingga dari penjelasan diatas, untuk
perencanaan pengembangan tahun 2036,
akan ditambahkan beberapa komponen
diantaranya penambahan kapasitas sumber
air baru, pompa, jaringan pipa distribusi
dan menara air. Oleh sebab itu, dengan
penambahan tersebut menjadikan hasil
simulasi jaringan dengan software
Watercad untuk kondisi hidrolisnya baik
dari kecepatan, headloss gradient dan
tekanan memenuhi kriteria perencanaan.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. a. Pada kondisi layanan eksisting tahun
2016 kebutuhan air bersih pada Desa
Sugihwaras, Alasgung, Siwalan dan Trate
masih rendah yaitu sebesar 2,036 lt/dt.
Sementara kapasitas debit yaang disediakan
sebesar 20 lt/dt. Hal ini menjadikan masih
banyak sisa debit yang dapat digunakan
untuk perencanaan pengembangan.
b. Untuk evaluasi sistem jaringan pipa
pada kondisi eksisting tahun 2016 dengan
bantuan Software Watercad memperoleh
hasil bahwa dari segi hidrolis, jaringan pipa
masih berfungsi dengan baik meskipun
tidak maksimal. Hal ini dapat diketahui
pada jaringan distribusi menghasilkan
kecepatan yang masih belum memenuhi
persyaratan. Sehingga perbaikan akan
dilakukan secara bersamaan pada
perencanaan pengembangan jaringan
selanjutnya.
2. a. Dalam perencanaan pengembangan
pada studi ini melakukan penambahan 3
desa layanan yaitu pada Desa Genjor,
Balongrejo dan Glagahwangi. Sehingga
keseluruhan desa yang akan dikembangkan
menjadi 7 desa dengan kebutuhan air rata-
rata sebesr 25,962 lt/dt.
b. Pada perencanaan pengembangan
2036 ini dilakukan perbaikan jaringan dan
juga penambahan beberapa komponen
seperti penambahan kapasitas sumber air,
pompa dan juga menara air sehingga
mengakibatkan nilai kecepatan yang semula
tidak memenuhi kriteria perencanaan
menjadi terpenuhi. Sedangkan untuk nilai
headloss gradient dan tekanannya aman.
Oleh sebab itu air dapat tersalurkan sampai
daerah terjauhpun
Saran
Adapun beberapa saran dari penulis
diantaranya:
1. Dengan melihat hasil evaluasi yang ada
bahwa nilai kecepatan dan tekanan
masih kurang dari kriteria yang
ditentukan mengakibatkan pelayanan
kepada masyarakat tentu tidak maksimal.
Oleh karena itu PDAM Kabupaten
Bojonegoro dapat menambah jam
operasional pompa, dengan harapan nilai
yang diinginkan meningkat sehingga
dapat tercapainya kesejahteraan
masyarakat di Kecamatan Sugihwaras
itu sendiri.
2. Sebaiknya pihak PDAM Kabupaten
Bojonegoro melakukan pendataan ulang
mengenai jumlah pelanggan disetiap
desa, penyambungan pipa dan fluktuasi
pemakaian air pada masyarakat sehingga
pada perencanaan kedepannya akan
lebih terstruktur lagi.
3. Hasil dari laporan skripsi ini dapat
dijadikan studi dan dianalisa lagi guna
mendapatkan hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Linsley, Ray. K, Franzini, J.B. 1986. Teknik
Sumber Daya Air. Jakarta: Erlangga
Lufira, R.D. 2012. Optimasi dan Simulasi
Sistem Penyediaan Jaringan Air
Bersih di Kecamatan Kademangan
Kabupaten Blitar. Blitar: Program
Magister Teknik Pengairan
Universitas Brawijaya
Menteri Pekerjaan Umum. 2007.
Penyelenggaraan Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum:
Menteri PU
Priyantoro, Dwi. 1991. Hidraulika Saluran
Tertutup. Malang: Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya
Rofita, Haenur. 2015. Studi Evaluasi dan
Perencanaan Sistem Penyediaan Air
Bersih untuk Desa Pladingrejo
Kecamatan Bakung Kabupaten Blitar.
Blitar: Jurusan Teknik Pengairan
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Triatmodjo, Bambang. 1993. Hidraulika I.
Yogyakarta: Beta Offset
Triatmodjo, Bambang. 1993. Hidraulika II.
Yogyakarta: Beta Offset
Wardhana, Irawan Wisnu. Budihardjo, M
Arief. P, Scylla Adhesti. 2013. Kajian
Sistem Penyediaan Air Bersih Sub
Sistem Bribin Kabupaten Gunungkidul.
Semarang: Program Studi Teknik
Lingkungan Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro