studi penggunaan antibiotik non resep di apotek … · 2020. 6. 17. · spanyol telah menetapkan...

13
272 Studi Penggunaan Antibiotik Non Resep Sunandar Ihsan, dkk STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK NON RESEP DI APOTEK KOMUNITAS KOTA KENDARI STUDY OF NON PRESCRIPTION USE OF ANTIBIOTICS ON COMMUNITY PHARMACY IN KENDARI Sunandar Ihsan, Kartina, Nur Illiyin Akib Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara Email: [email protected] ABSTRAK Penggunaan antibiotik memerlukan pertimbangan klinis yang tepat untuk memenuhi rasionalitas, sehingga menjamin keamanan, ketepatan dan efektivitas yang maksimal. Penggunaan yang tidak tepat akan menimbulkan masalah resistensi yang berdampak pada morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi maupun kerugian ekonomi dan sosial yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penggunaan antibiotik tanpa resep di apotek komunitas Kota Kendari yang ditinjau dari perilaku pasien dan pengetahuan pasien serta faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik tanpa resep dokter yaitu konsumen apotek. Penelitian ini bersifat deskriptif, dilakukan di 10 apotek yang ditetapkan dengan cluster random sampling dan 287 konsumen apotek yang dipilih dengan accidental sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan pasien. Hasil penelitian menunjukkan pasien cenderung pernah menggunakan antibiotik tanpa resep dokter dengan tingkat pengetahuan pasien kurang (56,44%). Penggunaan antibiotik terkait perilaku adalah sebagian besar pasien memperoleh antibiotik di apotek (94,07%), sumber informasi dalam menggunakan antibiotik adalah dokter (43,90%), jenis penyakit yang diobati adalah gejala demam (54,34%), jenis antibiotik yang sering digunakan adalah amoksisilin (54,34%), pembelian antibiotik untuk satu kali pengobatan adalah 87,80%. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik tanpa resep adalah: sebagian besar diperoleh dari riwayat kebiasaan sebelumnya yang tidak pernah menggunakan resep dokter 87,45%, jika ditinjau berdasarkan pengalaman sebelumnya dari resep dokter subyek menggunakan antibiotik tanpa resep karena gejala dan obat yang sama 89,89%, sebagian besar karena pengalaman penggunaan sebelumnya yang memberi hasil baik 75,26% dan subyek tetap menggunakan antibiotik (77,70%) meski tidak memiliki pengetahuan tentang penyakitnya. Tingginya penggunaan antibiotik tanpa resep di Kota Kendari ditinjau dari perilaku pasien dan pengetahuan serta faktor yang mempengaruhinya dapat menimbulkan kerugian baik secara klinis maupun secara ekonomi. Kata kunci: antibiotik tanpa resep, perilaku pasien, tingkat pengetahuan

Upload: others

Post on 20-Nov-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK NON RESEP DI APOTEK … · 2020. 6. 17. · Spanyol telah menetapkan peraturan bahwa antibiotik tidak dapat dijual tanpa resep dokter. Tetapi dari 108

272

Studi Penggunaan Antibiotik Non Resep Sunandar Ihsan, dkk

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK NON RESEP

DI APOTEK KOMUNITAS KOTA KENDARI

STUDY OF NON PRESCRIPTION USE OF ANTIBIOTICS

ON COMMUNITY PHARMACY IN KENDARI

Sunandar Ihsan, Kartina, Nur Illiyin Akib

Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penggunaan antibiotik memerlukan pertimbangan klinis yang tepat untuk memenuhi

rasionalitas, sehingga menjamin keamanan, ketepatan dan efektivitas yang maksimal.

Penggunaan yang tidak tepat akan menimbulkan masalah resistensi yang berdampak

pada morbiditas dan mortalitas penyakit infeksi maupun kerugian ekonomi dan sosial

yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penggunaan antibiotik

tanpa resep di apotek komunitas Kota Kendari yang ditinjau dari perilaku pasien dan

pengetahuan pasien serta faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik

tanpa resep dokter yaitu konsumen apotek. Penelitian ini bersifat deskriptif, dilakukan

di 10 apotek yang ditetapkan dengan cluster random sampling dan 287 konsumen

apotek yang dipilih dengan accidental sampling. Instrumen penelitian yang

digunakan adalah kuesioner pengetahuan pasien. Hasil penelitian menunjukkan

pasien cenderung pernah menggunakan antibiotik tanpa resep dokter dengan tingkat

pengetahuan pasien kurang (56,44%). Penggunaan antibiotik terkait perilaku adalah

sebagian besar pasien memperoleh antibiotik di apotek (94,07%), sumber informasi

dalam menggunakan antibiotik adalah dokter (43,90%), jenis penyakit yang diobati

adalah gejala demam (54,34%), jenis antibiotik yang sering digunakan adalah

amoksisilin (54,34%), pembelian antibiotik untuk satu kali pengobatan adalah

87,80%. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik tanpa resep adalah:

sebagian besar diperoleh dari riwayat kebiasaan sebelumnya yang tidak pernah

menggunakan resep dokter 87,45%, jika ditinjau berdasarkan pengalaman

sebelumnya dari resep dokter subyek menggunakan antibiotik tanpa resep karena

gejala dan obat yang sama 89,89%, sebagian besar karena pengalaman penggunaan

sebelumnya yang memberi hasil baik 75,26% dan subyek tetap menggunakan

antibiotik (77,70%) meski tidak memiliki pengetahuan tentang penyakitnya.

Tingginya penggunaan antibiotik tanpa resep di Kota Kendari ditinjau dari perilaku

pasien dan pengetahuan serta faktor yang mempengaruhinya dapat menimbulkan

kerugian baik secara klinis maupun secara ekonomi.

Kata kunci: antibiotik tanpa resep, perilaku pasien, tingkat pengetahuan

Page 2: STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK NON RESEP DI APOTEK … · 2020. 6. 17. · Spanyol telah menetapkan peraturan bahwa antibiotik tidak dapat dijual tanpa resep dokter. Tetapi dari 108

273

Media Farmasi Vol. 13 No. 2 September 2016 : 272-284

ABSTRACT

The use of antibiotics needs appropriate clinical judgement to assure safety, properly

and effectivity. Antimicrobial ressistance associated with inappropriate antibiotics

use leading mortality and morbidity infectious disease gives negative impact of

economy and social in society. The aim of this study is to determine the prevalence of

purchase of antibiotics without prescription in community pharmacys in Kendari

based on behaviour and knowledge of patient and predisposition factors of non

prescription use of antibiotics. It is a description study towards to 10 community

pharmacy with cluster random sampling and 287 pharmacy costumer with accidental

sampling. Instrument analysis used patient knowledge questionnaire. The result of

this study show that tended to use of non prescription antibiotics with patient's

knowledge were less (56.44%). The use of non prescription antibiotics related with

patient behaviour is the largest percentage was 94.07% and obtained in community

pharmacies, with phsycian is a source of information (43.90%). Type of symptoms of

disease is fever were 54.70%, with amoxicillin is a frequently used (54.34%).

Purchased of antibiotics for once treatment is 87.80%. Factors that affecting of non

prescription use of antibiotics were the previous habits of antibiotics used without

prescription (87.45%), and based on prescription drugs of antibiotics it is because

the same of drug and symptoms that’s used before were 89.89%, with mainly

therapeutics result are good for previous treatment (75.26%). Subject used of

antibiotics with lack of knowledge for his illness were 77.70%.

Keywords: non prescription antibiotics, patient behaviour, level of patient knowledge

PENDAHULUAN

Antibiotik adalah obat yang berasal dari seluruh atau bagian tertentu

mikroorganisme dan digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Antibiotik ada yang

bersifat membunuh bakteri dan membatasi pertumbuhan bakteri. Penggunaan

antibiotik telah lama digunakan untuk melawan penyakit akibat infeksi oleh

mikroorganisme terutama bakteri. Antibiotik yang pertama kali dihasilkan adalah

penisilin golongan β laktam yang berspektrum sempit hanya untuk bakteri gram

negatif dan kemudian spektrumnya meluas. Setelah itu antibiotik banyak dihasilkan

seperti golongan sefalosforin, makrolida, kuinolon, aminoglikosida (Tripathi, 2008).

Penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan menyebabkan masalah

resistensi, dimana bakteri mengembangkan kemampuan secara genetik menjadi

Page 3: STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK NON RESEP DI APOTEK … · 2020. 6. 17. · Spanyol telah menetapkan peraturan bahwa antibiotik tidak dapat dijual tanpa resep dokter. Tetapi dari 108

274

Studi Penggunaan Antibiotik Non Resep Sunandar Ihsan, dkk

kurang atau tidak peka terhadap antibiotik melalui mekanisme resistensi yang

didapat, resistensi yang dipindahkan dan mutasi spontan. Resistensi juga dapat

bersifat nongenetik ketika bakteri dalam keadaan istirahat namun akan kembali

sensitif jika bakteri tersebut aktif kembali. Resistensi silang terjadi pada antibiotik

yang memiliki struktur kimia yang hampir sama atau berbeda tetapi cara kerja yang

hampir sama seperti eritromisin dan linkomisin (Tripathi, 2008).

Masalah resistensi akibat penggunaan obat yang tidak rasional salah satunya

disebabkan oleh penggunaan yang tidak sesuai dengan kondisi klinik pasien yang

dapat terjadi akibat penggunaan antibiotik tanpa resep dokter. Hal ini dipicu terutama

mudahnya masyarakat memperoleh antibiotik tanpa mempertimbangkan atau

mendapatkan nasehat dan rekomendasi dari tenaga kesehatan yang berwenang

terutama oleh dokter dan juga apoteker. Pembelian antibiotik di sarana kesehatan

terutama apotek dilakukan oleh masyarakat dalam rangka swamedikasi atau

pengobatan sendiri tanpa mendapat penjelasan yang memadai tentang aturan

penggunaan maupun indikasi yang sesuai.

Pengobatan dengan antibiotik tanpa resep dokter tidak hanya terjadi di negara-

negara berkembang melainkan juga di negara-negara maju. Swamedikasi

menggunakan antibiotik yang tinggi ditemukan di negara-negara Eropa seperti

Romania dan Lithuania (Al-Azzam et al., 2007). Adapun penelitian yang dilakukan

di Brazil menunjukkan bahwa 74% dari 107 apotek yang telah dikunjungi, termasuk

88% apotek yang didaftar oleh Municipal Health Secretary menjual antibiotik tanpa

resep dokter (Volpato et al., 2005). Spanyol telah menetapkan peraturan bahwa

antibiotik tidak dapat dijual tanpa resep dokter. Tetapi dari 108 apotek yang menjual

antibiotik, hanya 57 apotek (52,8%) menjelaskan bahwa mereka tidak dapat

memberikan antibiotik secara bebas untuk menghindari resistensi antibiotik (Llor and

Cost, 2009).

Swamedikasi telah diatur oleh peraturan pemerintah yang merupakan upaya

masyarakat dalam mengobati dirinya sendiri dalam bentuk obat wajib apotek (OWA)

yaitu obat yang diserahkan tanpa resep dokter. Untuk swamedikasi, antibiotik kurang

Page 4: STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK NON RESEP DI APOTEK … · 2020. 6. 17. · Spanyol telah menetapkan peraturan bahwa antibiotik tidak dapat dijual tanpa resep dokter. Tetapi dari 108

275

Media Farmasi Vol. 13 No. 2 September 2016 : 272-284

mendapatkan aturan yang cukup jelas berdasarkan SK Menkes No. 347 tahun 1990,

karena tidak semua antibiotik masuk sebagai OWA. Antibiotik yang masuk OWA

hanya dalam bentuk sediaan salep dan cair. Berdasarkan Undang-Undang Obat Keras

St. No. 419 tgl. 22 Desember 1949, antibiotik termasuk obat keras (daftar G). Untuk

distribusi obat daftar G diatur dalam pasal 3 ayat 1 bahwa obat-obat daftar G

penyerahan dan atau penjualan untuk keperluan pribadi adalah dilarang. Oleh karena

itu penggunaan antibiotik tanpa resep dokter pada dasarnya adalah melanggar

peraturan pemerintah baik Undang-Undang obat keras maupun SK Menkes tahun

1990.

Perkembangan pelayanan kefarmasian kini menuntut perubahan paradigma

bahwa pekerjaan kefarmasian tidak hanya berfokus pada obat namun juga

berorientasi pada kepentingan pasien. Oleh karena itu pemerintah membuat aturan

untuk menjamin keselamatan pasien dengan mempertimbangkan konteks pelayanan

kefarmasian yang baru dalam bentuk Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) nomor 35

tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek sebagai hasil revisi dari

PMK sebelumnya nomor 1027 tahun 2004. Dalam PMK yang baru ini disebutkan

bahwa salah satu tugas apoteker adalah pelayanan farmasi klinik yang didalamnya

memuat pelayanan informasi obat dan konseling pasien. Namun peraturan yang baru

ini tidak menjadikan penggunaan antibiotik menjadi legal meski apoteker dapat saja

melakukan pelayanan informasi obat antibiotik maupun konseling mengenai

penggunaan antibiotik. Hal ini dikarenakan sesuai peraturan tentang antibiotik, untuk

mendapat antibiotik harus melalui resep dokter. Oleh karenanya konseling pada

pasien berupa penggunaan antibiotik tanpa resep dokter dilakukan pada dasarnya

hanya sebatas memberi saran untuk mengarahkan pasien agar ke dokter dan sejauh

memberi penjelasan kebaikan dan keburukan penggunaaan antibiotik yang tidak

tepat, sebab jika farmasis memilihkan antibiotik maka hal tersebut akan melanggar

Undang-Undang tentang peredaran antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat penggunaan antibiotik tanpa resep dokter dari perspektif

Page 5: STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK NON RESEP DI APOTEK … · 2020. 6. 17. · Spanyol telah menetapkan peraturan bahwa antibiotik tidak dapat dijual tanpa resep dokter. Tetapi dari 108

276

Studi Penggunaan Antibiotik Non Resep Sunandar Ihsan, dkk

pengetahuan dan perilaku masyarakat di apotek-apotek Kota Kendari serta

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik tanpa resep

dokter.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Data diambil menggunakan

kuisioner untuk menilai tingkat pengetahuan dan perilaku masyarakat yang membeli

antibiotik di apotek. Sampel apotek diambil sebanyak 10 buah yang dipilih

berdasarkan perwakilan daerah yang dibagi berdasarkan 10 kecamatan di Kota

Kendari. Sampel pasien yaitu konsumen apotek diambil secara aksidental

berdasarkan rata-rata pasien yang berkunjung selama 1 bulan atau 10% dari jumlah

pasien selama 1 bulan yang didapat sebanyak 287 responden. Kriteria sampel

responden penelitian ini antara lain pasien yang membeli antibiotik tanpa resep

dokter, berusia di atas 18 tahun, tingkat pendidikan minimal SMA, bersedia

menjawab lembar kuesioner yang diberikan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan panduan

wawancara. Secara umum kuisioner ditujukan kepada pelanggan apotek terdiri dari 9

pertanyaan untuk melihat bagaimana tingkat pengetahuan pasien terkait penggunaan

antibiotik tanpa resep dokter, 6 pertanyaan untuk melihat perilaku pasien terhadap

penggunaan antibiotik tanpa resep dokter, dan 5 pertanyaan untuk melihat faktor-

faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik tanpa resep dokter. Tingkat

pengetahuan pasien terhadap penggunaan antibiotik dibagi dalam 3 kategori yaitu

(Wuwur, 2012):

a) Baik : >80% (jika yang menjawab benar ≥8 dari 9 pertanyaan)

b) Cukup : ≥60% - <80% (jika yang menjawab benar ≥6 dari 9 pertanyaan)

c) Kurang: <60% (jika yang menjawab benar ≤5 dari 9 pertanyaan)

Page 6: STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK NON RESEP DI APOTEK … · 2020. 6. 17. · Spanyol telah menetapkan peraturan bahwa antibiotik tidak dapat dijual tanpa resep dokter. Tetapi dari 108

277

Media Farmasi Vol. 13 No. 2 September 2016 : 272-284

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Karakteristik 287 responden dideskripsikan berdasarkan jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan usia seperti pada Tabel I. Jumlah responden wanita mendominasi

51,91% meski tidak berbeda jauh dengan responden pria 48,09%. Hal ini

mengindikasikan bahwa kecenderungan mengobati diri sendiri lebih banyak

dilakukan oleh perempuan baik untuk keluarga maupun untuk diri sendiri.

Kepedulian perempuan terhadap penyakit adalah sebagai bentuk tanggung jawab dan

rasa kasih yang dimiliki oleh kaum perempuan baik sebagai ibu maupun untuk

keperluan perawatan diri sendiri untuk keperluan penguatan dalam keluarga (Harun,

2015).

Penggunaan antibiotik tanpa resep lebih banyak pada tingkat pendidikan SMA

63,07% dibanding perguruan tinggi 36,97%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan mempengaruhi pengambilan keputusan untuk menggunakan obat secara

rasional. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin baik dalam

menentukan keputusan menggunakan obat yang baik dan benar.

Tabel I. Karakteristik Responden

Karakteristik Jumlah (Σ) Persen (%)

Jenis kelamin

Pria 138 48,09

Wanita 149 51,91

Tingkat pendidikan

SMA 181 63,07

Akademi/perguruanTinggi 106 36,93

Usia

≤30 tahun 151 52,61

≥30 tahun 136 47,39

Total 287 100

Jika dilihat dari umur responden maka umur di bawah 30 tahun lebih banyak

dibanding di atas 30 tahun. Tidak terlalu jelas apakah umur di bawah 30 tahun adalah

juga tingkat pendidikan lebih rendah dibanding di atas 30 tahun, namun kemungkinan

Page 7: STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK NON RESEP DI APOTEK … · 2020. 6. 17. · Spanyol telah menetapkan peraturan bahwa antibiotik tidak dapat dijual tanpa resep dokter. Tetapi dari 108

278

Studi Penggunaan Antibiotik Non Resep Sunandar Ihsan, dkk

korelasi umur dan tingkat pendidikan saling berhubungan dengan tingkat pendidikan

SMA yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi di Kota Kendari cukup banyak. Hal

ini perlu penelitian lebih lanjut, termasuk pola penyakit yang berkaitan dengan

penyakit infeksi termasuk infeksi menular seksual. Penelitian oleh Hajar (2015)

menunjukkan bahwa penyakit menular seksual di Kota Kendari lebih banyak terjadi

pada anak usia remaja putus sekolah.

B. Gambaran Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter

Tingkat penggunaan antibiotik tanpa resep dokter diketahui dengan

menggunakan kuisioner yang meliputi tiga parameter, yaitu untuk melihat bagaimana

tingkat pengetahuan pasien terhadap penggunaan antibiotik yang terdiri dari 9

pertanyaan, untuk melihat perilaku pasien terhadap penggunaan antibiotik tanpa resep

dokter yang terdiri dari 6 pertanyaan, dan untuk melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi penggunaan antibiotik tanpa resep dokter terdiri dari 5 pertanyaan.

1. Tingkat Pengetahuan Responden

Tingkat pengetahuan dinilai dengan menggunakan 3 kategori yaitu baik bila

menjawab 8-9 pertanyaan dengan benar, kategori cukup bila responden menjawab 6-7

pertanyaan dengan benar, dan kategori kurang bila responden menjawab ≤5

pertanyaan dengan benar. Tingkat pengetahuan responden dapat dilihat pada Tabel II.

Tabel II. Profil tingkat pengetahuan pasien

Sumber: data primer yang diolah

Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa, tingkat pengetahuan responden

terhadap antibiotik umumnya termasuk kategori kurang sebesar 56,44%, dengan

kategori baik hanya 15,68%. Hal ini dapat dilihat dari distribusi jawaban benar pasien

Kategori Σ Pasien % Pasien

Baik 45 15,68

Cukup 80 27,88

Kurang 162 56,44

Total 287 100

Page 8: STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK NON RESEP DI APOTEK … · 2020. 6. 17. · Spanyol telah menetapkan peraturan bahwa antibiotik tidak dapat dijual tanpa resep dokter. Tetapi dari 108

279

Media Farmasi Vol. 13 No. 2 September 2016 : 272-284

terkait pengetahuan tentang antibiotik bahwa sebagian besar responden menganggap

penggunaan antibiotik cukup satu tablet yaitu 61,68%. Responden juga tidak dapat

membedakan jenis-jenis dari antibiotik 60,98%. Demam adalah indikasi penggunaan

antibiotik menurut sebagian besar responden 54,70%. Masih banyak responden yang

menganggap bahwa penggunaan antibiotik memiliki cara dan efek yang sama 48,09%

dan tidak harus diminum sampai habis 47,73%. Responden (37,63%) juga

menganggap bahwa antibiotik dalam bentuk sirup untuk anak masih dapat digunakan

walaupun setelah lebih dari 2 minggu serta masih ada responden yaitu 32,06% yang

menganggap bahwa antibiotik digunakan untuk sakit kepala.

2. Perilaku Responden Terkait Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter

Berdasarkan pengamatan pada perilaku konsumen terkait penggunaan antibiotik

tanpa resep dokter didapatkan bahwa sebagian besar (94,07%) konsumen yaitu

responden mendapat antibiotik di apotek. Yang menarik adalah antibiotik juga

didapatkan di warung kelontong sekitar 2,43% dan dari kerabat 3,48%

mengindikasikan peredaran antibiotik kurang terkontrol. Hal ini membutuhkan

pengawasan baik tingkat pemerintah terkait yaitu BPOM dan Dinas Kesehatan

maupun masyarakat karena obat golongan obat keras hanya dapat diperoleh di apotek

bukan di toko obat dan lebih-lebih di toko kelontong.

Sumber informasi yang didapat oleh konsumen (responden) terkait penggunaan

antibiotik adalah kebanyakan dari dokter yaitu 43,90% dan melanjutkan pengobatan

dari dokter 16,37%. Apoteker sebagai sumber informasi justru sangat kecil yaitu

12,54% sama seperti saran dari kerabat atau teman. Dibanding saran dari apoteker,

penggunaan antibiotik tanpa resep lebih banyak didasari oleh kemauan sendiri atas

pengalaman sebelumnya yaitu 14,63%. Jika tanpa saran dari tenaga kesehatan maka

potensi penggunaan antibiotik yang tidak rasional akan lebih besar menimbulkan

masalah berupa resistensi yang berdampak pada peningkatan penyakit infeksi, dan

kerugian ekonomi untuk mengatasi penyakit yang semakin meluas akibat resistensi

antibiotik.

Page 9: STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK NON RESEP DI APOTEK … · 2020. 6. 17. · Spanyol telah menetapkan peraturan bahwa antibiotik tidak dapat dijual tanpa resep dokter. Tetapi dari 108

280

Studi Penggunaan Antibiotik Non Resep Sunandar Ihsan, dkk

Perilaku responden yang juga diamati adalah terkait persediaan antibiotik

untuk digunakan sewaktu-waktu yaitu sebesar 53,31%. Hal ini berpengaruh terhadap

kualitas obat jika penyimpanan tidak memenuhi syarat karena akan menganggu

stabilitas obat tersebut. Oleh karena itu penggunaan antibiotik dalam hal

penyimpanannya perlu mempertimbangkan syarat penyimpanan yang hal ini juga

terkait dengan pola konsumsi bahwa antibiotik harus dihabiskan bukan untuk dipakai

sewaktu-waktu karena berpengaruh terhadap farmakokinetika dan farmakodinamika

obat (Winter, 2013).

Perilaku terkait gejala penyakit yang diobati adalah gejala flu 26,13%, demam

31,35% dan radang tenggorokan 12,54%. Jenis antibiotik yang paling banyak

digunakan adalah amoksisilin 54,34%, ampisilin 21,64%, dan siprofloksasin 8,36%.

Jenis lain yang juga cukup banyak dicari adalah tetrasiklin 4,5% dan sefadroksil

4,87%. Pemberian antibiotik jika tidak berdasarkan pemeriksaan klinis dan

mikrobiologi maka akan berpotensi pada penggunaan yang tidak tepat (Leekha et al.,

2011). Pemberian antibiotik untuk gejala klinis penyakit seharusnya juga diberikan

atas indikasi yang jelas dan secara ideal pemberian antibiotik harus didasarkan pada

hasil pemeriksaan dan berdasarkan faktor pasien seperti umur, berat badan dan fungsi

renal (Ritter et al., 2008). Penggunaan antibiotik juga harus dipastikan kebutuhannya,

jangka waktu penggunaan sesuai dengan yang ditetapkan serta tergantung macam

infeksi dan keparahannya sehingga tidak terjadi resistensi.

Informasi dari tenaga kesehatan terkait pembelian antibiotik menunjukkan

bahwa sebagian besar 87,80% konsumen membeli semua antibiotik setelah diberi

anjuran. Faktanya masih terdapat juga konsumen yang membeli separuhnya dari yang

dianjurkan yaitu 12,19%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa anjuran untuk

menggunakan antibiotik hanya sebatas informasi untuk menghabiskan obatnya yang

tercermin dari jawaban benar terkait pengetahuan untuk penggunaan sampai habis

52,27%. Jika dilihat dari pemberi informasi untuk membeli semua, maka yang

memberi anjuran tersebut sebagian besar bukan apoteker karena saran untuk membeli

antibiotik dari apoteker hanya 12,54%, dengan sebagian besar antibiotik didapat di

Page 10: STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK NON RESEP DI APOTEK … · 2020. 6. 17. · Spanyol telah menetapkan peraturan bahwa antibiotik tidak dapat dijual tanpa resep dokter. Tetapi dari 108

281

Media Farmasi Vol. 13 No. 2 September 2016 : 272-284

apotek 94,07%. Apoteker dalam melaksanakan fungsinya harusnya memberi

informasi terkait cara penggunaan, efek samping, dosis, lama penggunaan untuk

menjamin penggunaan antibiotik yang rasional (Tjay dan Rahardja, 2007).

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter

Faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik dilihat berdasarkan pada:

pertama yaitu riwayat kebiasaan penggunaan sebelumnya yang tidak dengan resep

dokter, kedua; ditinjau berdasarkan penggunaan sebelumnya dari resep dokter, ketiga;

berdasarkan alasan pengalaman hasil penggunaan sebelumnya, dan keempat

berdasarkan pada tahu atau tidaknya pasien terhadap penyakitnya. Dari hasil

penelitian didapatkan sejumlah 87,45% adalah dari kebiasaan pasien menggunakan

antibiotik tanpa resep dokter sebelumnya dan hanya sejumlah 12,54% yang tidak

pernah menggunakan antibiotik tanpa resep dokter sebelumnya. Alasan responden

memiliki kebiasaan menggunakan antibiotik tanpa resep dokter dari penggunaan

sebelumnya yaitu sejumlah 37,28% telah mengetahui jenis antibiotik yang diperlukan

dan sejumlah 34,49% melanjutkan resep pengobatan dari dokter, serta karena lebih

murah 28,21%.

Faktor kedua penyebab responden menggunakan antibiotik tanpa resep yang

ditinjau dari pengalaman penggunaan dengan resep dokter sebelumnya adalah

responden merasa memiliki gejala penyakit yang sama dan mengulang pengobatan

sebelumnya yaitu 89,89%. Resep antibiotik tidak dapat diulang tanpa persetujuan

dokter yaitu dengan menuliskan “iter” akan tetapi hal ini jarang terjadi.

Kenyataannya, masih banyak pasien yang mengulang resep dokter dan tidak

mengkonfirmasikan kepada dokter yang bersangkutan. Faktor ketiga penyebab

penggunaan antibiotik tanpa resep adalah pengalaman penggunaan sebelumnya yang

memberikan hasil yang baik yaitu terjadi pada 75,26% responden. Walaupun hasil

penggunaan antibiotik baik, hal ini tidak tepat karena penggunaan antibiotik hanya

dapat diperoleh dengan menggunakan resep dokter dan tidak semua jenis penyakit

memberikan tanda dan gejala yang sama, sehingga pengobatan tidak dapat disamakan

Page 11: STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK NON RESEP DI APOTEK … · 2020. 6. 17. · Spanyol telah menetapkan peraturan bahwa antibiotik tidak dapat dijual tanpa resep dokter. Tetapi dari 108

282

Studi Penggunaan Antibiotik Non Resep Sunandar Ihsan, dkk

(Tjay dan Rahardja, 2007). Faktor keempat penyebab penggunaan antibiotik tanpa

resep dokter adalah dinilai berdasarkan atas tahu tidaknya responden akan penyakit

yang dideritanya yaitu sebanyak 77,70% responden tetap menggunakan antibiotik

meski tidak tahu apa sebenarnya penyakit yang dideritanya.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa peredaran antibiotik sangat

bebas terjadi di masyarakat tanpa melalui resep dokter. Peredaran antibiotik ini

pertama melanggar peraturan perundang-undangan, kedua kurangnya pengawasan

dari pihak yang berwenang dalam hal ini Dinas Kesehatan terkait maupun BPOM.

Kemenkes telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 2406/Menkes/Per/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik

bahwa penggunaan antibiotik hanya dengan resep dokter. Namun orientasi apotek

yang mengarah pada money oriented menyebabkan obat yang seharusnya dilarang

penjualannya tanpa resep dokter masih dapat dengan bebas diperoleh di apotek tanpa

resep. Lemahnya fungsi kontrol dan instrumen hukum menyebabkan penjualan obat

keras secara bebas terus berlangsung di apotek. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan

nomor 75 tahun 2016 disebutkan bahwa pengawasan dan pembinaan terhadap obat

dan perbekalan kesehatan dilakukan oleh BPOM. Oleh karena itu peran BPOM

sangat penting dan diperlukan untuk melakukan pengawasan terhadap peredaran

antibiotik di sarana kesehatan terutama apotek karena penggunaan antibiotik yang

berlebihan dapat menimbulkan kerugian baik secara ekonomi maupun secara klinis

berupa resistennya antibiotik tersebut terhadap berbagai mikroba.

KESIMPULAN

Tingkat pengetahuan responden terkait penggunaan antibiotik tanpa resep,

sebagian besar termasuk kategori rendah (56,44%). Perilaku responden terkait

penggunaan antibiotik diperoleh tanpa resep dokter sebagian besar di apotek 94,07%

dengan sumber informasi dari dokter hanya 43,90%, penyakit yang diobati terbanyak

untuk demam 54,34% dengan jenis terbanyak adalah amoksisilin dengan penggunaan

sekali.

Page 12: STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK NON RESEP DI APOTEK … · 2020. 6. 17. · Spanyol telah menetapkan peraturan bahwa antibiotik tidak dapat dijual tanpa resep dokter. Tetapi dari 108

283

Media Farmasi Vol. 13 No. 2 September 2016 : 272-284

Faktor yang mempengaruhi penggunaan antibiotik tanpa resep dokter adalah:

sebagian besar diperoleh dari riwayat kebiasaan sebelumnya yang tidak pernah

menggunakan resep dokter 87,45%, jika ditinjau berdasarkan pengalaman

sebelumnya dari resep dokter responden menggunakan antibiotik tanpa resep karena

gejala dan obat yang sama 89,89%, sebagian besar karena pengalaman penggunaan

sebelumnya yang memberi hasil baik dan responden tetap menggunakan antibiotik

meski tidak memiliki pengetahuan tentang penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Azzam, S.I., Al-Husein, B.A., Alzoubi, F., Masadeh, M.M., and Al Horani,

M.A.S., 2007, Self-Medication with Antibiotics in Jourdanian Populations,

International Journal of Occupational and Medicine and Enviromental Health,

20 (4): 373-380.

Hajar, S., 2015, Rasionalitas Penggunaan Antibiotik pada Penyakit Menular Seksual

di Kota Kendari, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Harun, M.Q.A.R., 2015, Rethinking Peran Perempuan dalam Keluarga, Karsa, Jurnal

Sosial dan Budaya Keislaman, 23 (1). Leekha, S., Terrel C.L., and Edson, R.S., 2011, General principles of antimicrobial

therapy, Introduction to the Symposium on antimicrobial therapy, Mayoclinic

Proceeeding, 86 (2): 86–87.

Llor, C. and Cost, J.M., 2009, The Sale of Antibiotics without Prescription in

pharmacies in Catalonia, Spain, Clinical Infectious Disease Oxfrod Journal, 48

(10): 1345-1349. Ritter, J.M., Lewis, L.D., Mant, T.G.K., and Ferro, A., 2008, A Textbook of Clinical

Pharmacology and Therapeutics, 5th Edition, by Hodder Arnold an imprint of

Hodden Education, UK, 323-324.

Tripathi, K.D., 2008, Antimicrobial drugs: general consideration. Essential of

medical pharmacology, 6th Edition. Jaypee brothers medical publishers, 666,

668-670.

Page 13: STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK NON RESEP DI APOTEK … · 2020. 6. 17. · Spanyol telah menetapkan peraturan bahwa antibiotik tidak dapat dijual tanpa resep dokter. Tetapi dari 108

284

Studi Penggunaan Antibiotik Non Resep Sunandar Ihsan, dkk

Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting, Jakarta: Penerbit PT. Elex

Media Komputindo.

Volpato, D.E., Souza, B.V., Rosa, L.G.D., Melo, L.H., Daudt, C.A.S, and Deboni, L.,

2005, Use of Antibiotics withhout Medical Prescription, BJID, 9 (4).

Winter, 2010, Basic Clinical Pharmacokinetics, 5th Edition, Lippincot Williams and

Wilkins, USA., alih bahasa oleh Setiawati M.C.N., Mutiarawati, Keban S.A.,

Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta, 1-3, 25-26, 30-34.

Wuwur, L.N., 2012. Studi Penggunaan Antibiotik Tanpa Resep Dokter di Beberapa

Apotek di Kecamatan Rungkut Surabaya Timur, Skripsi, Surabaya, Fakultas

Farmasi Universitas Surabaya.