studi penentuan batas wilayah antara kota cirebon …

87
TUGAS AKHIR – RG 141536 STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON DAN KABUPATEN CIREBON SECARA KARTOMETRIS KEN ZULEYMIA HUTOMO NRP 3513 100 092 Dosen Pembimbing Ir. Yuwono, M.T. Meiriska Yusfania, S.T., M.T. JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

i

i

TUGAS AKHIR – RG 141536

STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON DAN KABUPATEN CIREBON SECARA KARTOMETRIS KEN ZULEYMIA HUTOMO NRP 3513 100 092 Dosen Pembimbing Ir. Yuwono, M.T. Meiriska Yusfania, S.T., M.T. JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Surabaya 2017

Page 2: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

ii

ii

Page 3: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

i

HALAMAN JUDUL

FINAL PROJECT – RG091536

STUDY OF BOUNDARIES DETERMINATION BETWEEN CIREBON CITY AND CIREBON DISTRICT USING CARTOMETRIC METHOD KEN ZULEYMIA HUTOMO NRP 3513 100 092 Advisors Ir. Yuwono, M.T. Meiriska Yusfania, S.T., M.T. DEPARTMENT OF GEOMATICS ENGINEERING Faculty of Civil Engineering and Planning Sepuluh Nopember Institute of Technology

Surabaya 2017

Page 4: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

ii

Page 5: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

iii

STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA

CIREBON DAN KABUPATEN CIREBON SECARA

KARTOMETRIS

Nama Mahasiswa : Ken Zuleymia Hutomo

NRP : 3513 100 092

Jurusan : Teknik Geomatika FTSP-ITS

Dosen Pembimbing : Ir. Yuwono, M.T.

Meiriska Yusfania, S.T, M.T.

ABSTRAK

Batas administrasi suatu wilayah penting untuk diketahui

secara pasti guna mengoptimalkan pelayanan masyarakat oleh

pihak pemerintahan. Pada umumnya permasalahan batas wilayah

muncul karena pemekaran suatu daerah tanpa tersedianya peta

dasar yang jelas, perebutan sumber daya alam, dan perebutan

lokasi karena adanya potensi pendapatan asli daerah. Penentuan

batas wilayah sudah diatur oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri

No. 76 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penegasan batas Daerah.

Salah satu metode dalam penentuan batas wilayah yaitu metode

kartometrik dimana menentukan batas wilayah dengan peta kerja

tanpa perlu ke lapangan. Metode ini cukup efektif untuk

menyelesaikan permasalahan batas wilayah baik di darat maupun

di laut.

Pada penelitian ini batas yang ditentukan yaitu antara

Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon yang terjadi sengketa sejak

tahun 1986. Titik yang bermasalah terdapat di Kelurahan

Sukapura (Kecamatan Kejaksan), Kelurahan Pekiringan

(Kecamatan Kesambi), dan Kelurahan Pegambiran (Kecamatan

Lemahwungkuk). Peta kerja yang digunakan yaitu Peta Rupabumi

Indonesia dan gambar citra ArcGIS Imagery untuk menentukan

batas wilayah dan meletakkan titik-titik kartometrik. Data

pendukung lain yang digunakan yaitu Peta Kelurahan, Peta Kota

Cirebon dan Kabupaten Cirebon dari Badan Pusat Statistik, dan

Page 6: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

iv

wawancara dengan pihak terkait seperti Kepala Kelurahan dan

Kepala Tata Pemerintahan Kota Cirebon.

Hasil penelitian ini didapatkan 176 titik kartometrik yang

tersebar di 3 kelurahan sengketa dan batas alam berupa sungai

sepanjang 4573,354 meter dan batas buatan berupa jalan

sepanjang 4576,153 meter. Perbedaan batas antara Peta RBI

Cirebon dengan Rekomendasi Peta Batas Wilayah Kota Cirebon

di 3 kelurahan tersebut yaitu sepanjang 698,525 meter dan seluas

91,458 hektar yang menghasilkan wilayah Kota Cirebon lebih luas

dari sebelumnya. Hasil penentuan batas tersebut selanjutnya

disajikan pada Rekomendasi Peta Batas Wilayah Kota Cirebon.

Kata Kunci : Penegasan Batas Wilayah, Metode Kartometrik,

Sengketa Batas Wilayah

Page 7: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

v

STUDY OF BOUNDARIES DETERMINATION BETWEEN

CIREBON CITY AND CIREBON DISTRICT USING

CARTOMETRIC METHOD

Name : Ken Zuleymia Hutomo

NRP : 3513 100 092

Department : Teknik Geomatika FTSP-ITS

Advisors : Ir. Yuwono, M.T.

: Meiriska Yusfania, S.T, M.T.

ABTRACT

The administrative boundaries of a region are important

to know for sure in order to optimize public service by the

government. In general, regional boundary problems arise due to

expansion of an area without the availability of a clear basic map,

the seizure of natural resources, and the seizure of the location due

to potential of local revenue. Determination of territorial

boundaries is regulated by the Minister of Home Affairs Regulation

number 76 of 2012 on Guidelines for Confirmation of Regional

Boundaries. One method in the determination of the boundary area

is the cartometric methods which determines the boundaries of the

region with the work map without go to the location directly. This

method is quite effective to solve the boundary problem both on

land and at sea.

In this study, try to determined boundary between Cirebon

City and Cirebon Regency which occurred in dispute since 1986.

The problematic point is in Sukapura Village (Kejaksan Sub-

district), Pekiringan Village (Kesambi Sub-district), and

Pegambiran Village (Lemahwungkuk Sub-district). The working

map used is the Digital Indonesian Topographic Map (Cirebon

part) and ArcGIS Imagery to define the boundary and place the

cartometric points. Other supporting data used are Village Map,

Cirebon City and Cirebon Regency Map from Central Bureau of

Page 8: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

vi

Statistics, and interview with related parties such as Head of

Village and Head of Cirebon City Administration.

The results of this study obtained 176 cartometric points

spread across 3 disputed sub-district also define the natural

boundary in the form of river is 4573,354 meters and artificial

boundary in the form of road is 4576,153 meter. The boundary

difference between Digital Indonesian Topographic Map (Cirebon

part) and Recommendation Map of Cirebon City Boundary in those

three sub-districts is along the length of 698,525 meters and 91,458

hectares of land that gives Cirebon City area wider than before.

The result of the boundary determination is then presented on

Recommendation Map of Cirebon City Boundary.

Keywords: Boundary Affirmation, Cartometric Methods, District

Boundary Disputes

.

Page 9: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

vii

LEMBAR PENGESAHAN

Page 10: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

viii

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 11: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

ix

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuh

Alhamdulillahi rabbil‘alamin, puji syukur kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat-Nnya penulisan

tugas akhir yang berjudul “Studi Penentuan Batas Wilayah Natara

Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon secara Kartometris” ini

dapat terselesaikan.

Laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan karena bantuan

dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Orangtua dan keluarga besar yang telah mendukung dan

memberikan bantuan moril dan materiil

2. Bapak Ir. Yuwono, M.T. sebagai dosen pembimbing

pertama

3. Ibu Meiriska Yusfania, S.T., M.T. sebagai dosen

pembimbing kedua

4. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Teknik Geomatika ITS atas

ilmu yang telah diberikan.

5. Bapak Agus dan Bapak Karman dari Tata Pemerintahan

serta kepala kelurahan di Kota Cirebon

6. Teman-teman Teknik Geomatika ITS angkatan 2013 dan

teman-teman Himpunan Mahasiswa Geomatika ITS

Penulisan tugas akhir ini masih terdapat banyak

kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk

pembaca nantinya.

Wassalaamu’alaikum wa rahmatullah wabarakatuh

Surabaya, Juli 2017

Penulis

Page 12: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

x

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 13: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................... i ABSTRAK ...................................................................................iii ABTRACT .................................................................................... v LEMBAR PENGESAHAN ......................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................. ix DAFTAR ISI ................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR .................................................................xiii DAFTAR TABEL ....................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................ 1 1.2 Rumusan Permasalahan ............................................. 2 1.3 Batasan Masalah ........................................................ 3 1.4 Tujuan ....................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 5 2.1 Batas Wilayah ............................................................ 5 2.2 Aspek Penetapan Batas Wilayah ............................... 6 2.3 Aspek Pengukuran Batas ........................................... 8 2.4 Penegasan Batas Daerah .......................................... 12 2.5 Metode Kartometrik ................................................ 12 2.6 Pemetaan Partisipatif ............................................... 16 2.7 Pilar Batas................................................................ 17 2.8 ArcGIS World Imagery ........................................... 19 2.9 Penelitian Terdahulu ................................................ 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................... 21 3.1 Lokasi Penelitian ..................................................... 21 3.2 Alat dan Bahan ........................................................ 24

3.2.1 Peralatan ...................................................... 24 3.2.2 Bahan ........................................................... 24

3.3 Tahapan Penelitian .................................................. 25 BAB IV HASIL DAN ANALISA ............................................... 29

4.1 Hasil ..................................................................... 29 4.1.1 Rekomendasi Peta Batas Wilayah ............... 29 4.1.2 Panjang Batas Wilayah ................................ 30

Page 14: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

xii

4.1.3 Panjang Batas Alam dan Buatan.................. 30 4.1.4 Luas Wilayah Administrasi ......................... 30 4.1.5 Titik Kartometrik Batas Wilayah................. 31

4.2 Analisa ..................................................................... 36 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................... 41

5.1 Kesimpulan .............................................................. 41 5.2 Saran ..................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 43 LAMPIRAN ................................................................................ 45 BIODATA PENULIS .................................................................. 69

Page 15: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Penggambaran Sungai Sebagai Batas Daerah ....... 13 Gambar 2. 2. Penggambaran Garis Pemisah Air Sebagai Batas

Daerah ..................................................................... 13 Gambar 2. 3. Penggambaran Batas Daerah melalui Danau/

Kawah dengan Cara Memotong Danau/Kawah ...... 14 Gambar 2. 4. Penggambaran Batas Daerah melalui Danau/

Kawah dengan Cara Pertemuan Lebih Dari Dua Titik ... 14 Gambar 2. 5. Penggambaran As Jalan Sebagai Batas Daerah ..... 15 Gambar 2. 6. Penggambaran Pinggir Jalan Sebagai Batas Daerah ... 15 Gambar 3. 1. Peta Provinsi Jawa Barat ....................................... 22 Gambar 3. 2. Peta Kota Cirebon .................................................. 23 Gambar 3. 3. Tahapan Peneliian ................................................. 25 Gambar 4. 1. Rekomendasi Peta Batas Wilayah Kota Cirebon ... 29 Gambar 4. 2. Sebaran Titik Kartometrik di Kota Cirebon .......... 31 Gambar 4. 3. Sebaran Titik Kartometrik di Kelurahan Sukapura ... 32 Gambar 4. 4. Sebaran Titik Kartometrik di Kelurahan Pekiringan .. 33 Gambar 4. 5. Sebaran Titik Kartometrik di Kelurahan Pegambiran .. 34 Gambar 4. 6. Perbedaan Batas Kelurahan Sukapura, Kecamatan

Kejaksan .................................................................. 37 Gambar 4. 7. Perbedaan Batas Kelurahan Pekiringan, Kecamatan

Kesambi ................................................................... 38 Gambar 4. 8. Perbedaan Batas Kelurahan Pegambiran, Kecamatan

Lemahwungkuk ....................................................... 39

Page 16: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

xiv

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 17: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Daftar Pilar Batas Utama ........................................... 18

Tabel 4. 1. Panjang Segmen Batas Wilayah ................................ 30 Tabel 4. 2. Panjang Batas Alam dan Buatan ............................... 30 Tabel 4. 3. Luas Wilayah Administrasi ....................................... 31 Tabel 4. 4. Kode Wilayah Penomoran Titik Kartometrik ........... 35 Tabel 4. 5. Perbedaan Batas Wilayah .......................................... 37 Tabel 4. 6. Batas Wilayah Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon .. 39

Page 18: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

xvi

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 19: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Batas wilayah suatu daerah menjadi penting agar

penyelenggaraan pemerintah bisa lebih tertib dan efektif. Batas

daerah menjadi sangat krusial karena dalam proses penetapannya

harus berdasarkan atas kesepakatan antar pihak-pihak yang

berbatasan. Seringkali terjadi ketidaksepakatan antar daerah dalam

menentukan batas daerahnya. Hal ini disebabkan karena egosentris

kedaerahan sehingga memunculkan perbedaan penafsiran

peraturan perundangan-perundangan yang menyangkut batas

daerah dan kurang pahamnya akan batas daerah (Direktorat

Wilayah Administrasi dan Perbatasan, 2013). Pada umumya

permasalahan batas daerah muncul antara lain disebabkan oleh

pemekaran Daerah Otonom Baru, perebutan Sumber Daya Alam

(SDA) terkait dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan

kurangnya pemahaman terhadap garis batas pada peta dasar yang

ada. Dibutuhkannya kejelasan batas wilayah untuk menghindari

beberapa masalah yaitu tumpang tindih cakupan wilayah, duplikasi

atau tidak adanya pelayanan pemerintahan, perebutan pengelolaan

sumber daya alam, tumpang tinding perijinan lokasi usaha, dan

daerah pemilihan ganda pada proses pemilu dan pilkada.

Konflik yang terjadi pada Kota Cirebon dan Kabupaten

Cirebon yaitu masih adanya beberapa titik batas yang belum jelas.

Dari 25 titik perbatasan yang disengketakan, baru 18 titik yang

disepakati oleh kedua belah pihak hingga tahun 2010. Terdapat 7

titik yang masih dipersengketakan tersebar di 3 kelurahan, yaitu

titik di Kelurahan Sukapura (Kecamatan Kejaksan), 3 titik di

Kelurahan Pekiringan (Kecamatan Kesambi), dan 2 titik di

Kelurahan Pegambiran (Kecamatan Lemahwungkuk). Masalah

muncul saat diterbitkannya PP No. 35 Tahun 1986 dimana di

dalamnya mencantumkan pemekaran kecamatan di Kotamadya

Daerah Tingkat II Cirebon dari 4 kecamatan menjadi 5 kecamatan

dan juga dilakukan penggantian nama kecamatan yang membuat

Page 20: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

2

Kecamatan Pegambiran wilayahnya dikurangi oleh Kecamatan

Pekalipan namun tanpa peta yang jelas. Permasalahan lain yang

muncul yaitu terdapat beberapa penduduk memiliki Kartu Tanda

Penduduk (KTP) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atas nama

wilayah Kota Cirebon namun untuk sertifikat tanah atas nama

Kabupaten Cirebon dan sebaliknya. Ini berhubungan dengan Dana

Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan kepada masing-masing

wilayah berdaarkan jumlah penduduknya. Semakin banyak

penduduk, dana yang didapatkan akan semakin besar. Juga

berhubungan dengan jarak dari rumah penduduk ke pusat

pemerintahan relatif lebih dekat jika memasuki wilayah Kota

Cirebon. Terdapat pula lokasi yang dipermasalahkan yaitu terdapat

pusat perbelanjaan yang sudah berdiri dan yang masih dalam tahap

pembangunan. Ini berhubungan dengan Pendapatan Ali Daerah

(PAD) yang kedua daerah sama-sama menginginkan lokasi

strategis tersebut.

Dalam penentuan batas wilayah dapat dilakukan dengan

menggunakan metode kartometrik. Metode Kartometrik adalah

penelusuran/penarikan garis batas pada peta kerja dan

pengukuran/penghitungan posisi titik, jarak serta luas cakupan

wilayah dengan menggunakan peta dasar dan peta-peta lain

sebagai pelengkap (Permendagri, 2012). Selain menggunakan

metode kartometrik, penentuan batas wilayah juga didukung

dengan melakukan pemetaan pasrtisipatif. Pemetaan partisipatif

yaitu suatu metode pemetaan yang menempatkan masyarakat

sebagai pelaku pemetaan di wilayahnya, sekaligus juga akan

menjadi penentu perencanaan pengembangan wilayah mereka

sendiri (Hidayat, 2005)

1.2 Rumusan Permasalahan

Rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah

Bagaimana menentukan rekomendasi batas wilayah antara Kota

Cirebon dan Kabupaten Cirebon secara kartometris ?

Page 21: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

3

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Penentuan batas wilayah dilakukan pada 3 kelurahan yaitu

Kelurahan Sukapura (Kecamatan Kejaksan), Kelurahan

Pekiringan (Kecamatan Kesambi), dan Kelurahan

Pegambiran (Kecamatan Lemahwungkuk)

b. Penentuan batas wilayah dilakukan dengan metode

kartometrik sesuai Permendagri No. 76 Tahun 2012

1.4 Tujuan

Tujuan dalam penelitian ini adalah :

a. Menghasilkan rekomendasi peta batas wilayah Kota

Cirebon dan Kabupaten Cirebon

b. Menerapkan aturan yang ditetapkan pada Permendagri No.

76 Tahun 2012 dalam menentukan batas wilayah

Page 22: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

4

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 23: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batas Wilayah

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 76

Tahun 2012 batas daerah di darat adalah pembatas wilayah

administrasi pemerintahan antar daerah yang merupakan rangkaian

titik-titik koordinat yang berada pada permukaan bumi dapat

berupa tanda-tanda alam seperti igir/punggung

gunung/pegunungan (watershed), median sungai dan/atau unsur

buatan di lapangan yang dituangkan dalam bentuk peta. Menurut

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 45 Tahun 2016 batas

adalah tanda pemisah antara desa yang bersebelahan baik berupa

batas alam maupun batas buatan. Batas daerah secara pasti di

lapangan adalah kumpulan titik-titik koordinat geografis yang

merujuk kepada sistem georeferensi nasional dan membentuk garis

batas wilayah administrasi pemerintahan antar daerah.

Suatu batas wilayah dikatakan jelas dan tegas jika

memenuhi kriteria – kriteria sebagai berikut (Nurdjaman, 2002) :

a. Batas tesebut memiliki kepastian hukum, dalam hal ini ada

produk hukum yang mengatur dan menetapkannya

b. Batas tersebut dapat diukur, dalam hal ini dapat diketahui

secara tepat titik koordinat geografisnya

c. Kejelasan batas tersebut diwujudkan dalam bentuk peta,

baik itu berupa peta dasar /peta topografi maupun peta

tematik.

Batas wilayah dapat berupa batas alam dan buatan. Batas

alam yaitu seperti sungai, garis pemisah air, danau, atau kawah.

Batas buatan seperti jalan, jalan kereta api, atau saluran irigasi.

Terdapat batas wilayah indikatif dan definitif, dimana batas

indikatif yaitu batas sementara yang belum ditetapkan. Sedangkan

batas definitif yaitu batas yang telah ditetapkan dan disahkan yang

dicantumkan ke dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Page 24: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

6

2.2 Aspek Penetapan Batas Wilayah

Menurut Fahmi Amhar, Tri Patmasari, Anas Kencana

dalam jurnalnya yang berjudul ‘Aspek-aspek Pemetaan Batas

Wilayah Sebuah Tinjauan Komprehensif’ aspek penetapan batas

wilayah adalah sebagai berikut :

1. Batas ditetapkan secara alami

Batas wilayah (darat) yang dianggap paling mudah

ditentukan secara alami adalah adanya air (garis tengah sungai

atau Thalweg; dan batas teritorial 12 mil laut dari pantai).

Namun bila diteliti lebih dekat, sungai atau pantai ini ternyata

mengalami dinamika. Pantai atau tepi sungai bisa bergeser

karena pasang surut, sedimentasi atau erosi. Pada peta

rupabumi (darat), pantai laut biasa didefinisikan dengan garis

pantai (tinggi nol) rata-rata. Sementara untuk peta perencanaan

permukiman, lebih menguntungkan menggunakan garis pantai

dengan pasang tertinggi, agar pasti daerah permukiman itu

tidak kebanjiran saat air pasang. Sebaliknya untuk peta

navigasi (laut) garis pantai yang lebih penting adalah garis

muka laut terendah, karena ini berkait dengan apakah sebuah

kapal pasti bisa sandar atau tidak.

Andaikata garis batas wilayah mengikuti pergeseran

pantai, maka hal itu menjadi tidak pasti dan bisa merugikan

wilayah tetangga. Oleh karena itu seharusnya yang dipegang

adalah sebuah garis yang didefinisikan dari koordinat-

koordinat titik-titik tetap (misalnya pilar) di pantai yang disebut

juga garis pangkal atau koordinat batas laut terluar yang

direkonstruksi dari titik referensi di pantai. Andaikata kelak

pantai ini mengalami dinamika, maka tetap saja yang dijadikan

pegangan adalah koordinat aslinya. Jadi bukan satu wilayah

yang bertambah luas dan lainnya bertambah sempit, namun

obyek (sungai / pantai) pada wilayah itu yang bergeser. Selain

air, yang juga sering dijadikan batas alam adalah patahan bukit,

di mana air hujan akan mengalir ke dua arah yang berbeda.

Definisi ini menguntungkan karena dengan demikian air tidak

harus mengalir dari satu wilayah ke wilayah lain selain pada

Page 25: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

7

sungai. Dengan teknologi Model Elevasi Digital (DEM),

patahan bukit ini bisa ditentukan secara semi otomatis yaitu

dengan memperhatikan arah lereng (slope) yang berarti juga

arah air akan mengalir.

2. Batas ditetapkan dengan perjanjian

Selain batas alam, batas buatan dibuat dengan suatu

perjanjian. Batas ini bisa berupa jalan raya yang secara fisis

kelihatan, atau bisa pula batas maya yang hanya didefinisikan

secara verbal, misalnya dalam bentuk Undang-undang, Perda,

perjanjian historis atau juga sertifikat tanah. Baik batas fisik

maupun maya ternyata memiliki dinamika. Jalan bisa

mengalami pelebaran sehingga akan mengalami masalah yang

sama seperti batas alam (pantai). Sedang batas maya selama

tidak mencantumkan koordinat, masih akan memiliki potensi

sengketa, terutama bila apa yang dideskripsikan secara verbal

sudah sulit dijumpai di lapangan. Bila pohon atau patok yang

hilang tidak berkoordinat, maka sangat sulit untuk

direkonstruksi. Satu-satunya bentuk batas dengan perjanjian

yang mudah direkonstruksi adalah batas dengan angka-angka

lintang/bujur atau elevasi tertentu, misalnya seperti sebagian

batas Irian Jaya - PNG adalah 141° BT, atau sebagian batas

Kabupaten dan Kota Bandung adalah sepanjang ketinggian

beberapa ratus meter dari permukaan laut.

3. Batas ditetapkan secara hirarkis

Batas-batas wilayah dan batas pemilikan tanah seharusnya

memiliki hubungan hierarkis, baik ke atas maupun ke bawah.

Hubungan hierarkis ke atas artinya, batas wilayah harus

memperhatikan batas-batas kepemilikan sehingga sebuah

tanah milik perorangan tidak perlu terbagi dua di daerah

administrasi atau bahkan daerah hukum yang berbeda. Maka

dalam penentuan batas wilayah, panitia penetapan batas perlu

mempelajari status kepemilikan tanah pada route yang

kemungkinan dilewati batas tersebut. Di sinilah diperlukan

koordinasi antara Badan Pertanahan Nasional (BPN) dengan

Depdagri. Sedang hubungan hierarkis ke bawah artinya, batas

Page 26: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

8

wilayah yang lebih tinggi otomatis menjadi batas wilayah di

bawahnya. Maka semestinya, batas negara adalah selalu

bagian dari batas suatu propinsi, dan batas propinsi selalu

bagian dari batas kabupaten/ kota, dan seterusnya menurun ke

kecamatan/ desa sampai akhirnya ke batas kepemilikan.

Dengan demikian, di dalam basis data, atribut dari polygon

yang membentuk garis batas tersebut harus memiliki semua

informasi dalam hierarki. Dalam software GIS seperti Arc/Info

hal ini bisa dilakukan secara otomatis dimulai dari batas

wilayah yang tertinggi.

2.3 Aspek Pengukuran Batas

Bila penetapan batas harus dilakukan melalui kesepakatan

antar pihak yang akan berbatasan, maka pengukuran batas adalah

upaya untuk mendapatkan koordinat dari titik-titik batas. Di masa

lalu, batas sering hanya didokumentasikan secara grafis, baik

berupa peta atau sketsa. Akibatnya ketelitiannya sangat tergantung

dari skala, bidang proyeksi, sistem referensi geografis, serta

pengaruh perubahan akibat usia pada kertas grafis yang dipakai.

Baru sejak sekitar dua dekade terakhir ini barangkali

penggambaran batas dipisahkan dari pengukuran batas, atau

dengan kata lain, pengukuran batas menjadi salah satu syarat

pemetaan batas. Berbeda dengan obyek alam yang memiliki

ukuran panjang dan lebar (2D), atau mungkin juga tinggi atau

ketebalan (3D), batas bersifat abstrak, yaitu hanya memiliki satu

dimensi (panjang). Oleh karena itu pengukuran batas akan

memerlukan akurasi yang jauh lebih tinggi - dari misalnya

pengukuran jalan ini karena jalan memiliki lebar beberapa meter,

sehingga bila jalan digambarkan dalam sebuah garis, maka posisi

garis itu memiliki toleransi sebesar lebar jalan. Maka dalam peta

skala berapapun, garis batas mestinya tidak mengalami perubahan

apapun, baik karena generalisasi maupun simbolisasi. Hanya saja

secara kartografis hal ini sangat sulit. Pada umumnya, pada unsur

di mana batas bertumpang tindih dengan jalan, maka batas

digambar secara offset di salah satu tepi, dengan maksud agar jalan

Page 27: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

9

tetap kelihatan. Namun dalam basis data di komputer, posisi garis

batas yang sesungguhnya (disebut juga posisi geografis) tetap bisa

terus di simpan, misalnya dalam kolom atau layer terpisah. Bila

dilakukan analisis spasial, maka posisi yang sesungguhnya itulah

yang dipakai, bukan posisi kartografisnya. Masalahnya kini

bagaimana mendapatkan angka-angka koordinat posisi geografis

untuk yang pertama kalinya. Ada beberapa teknik untuk mengatasi

permasalahan tersebut, yaitu :

1. Batas diambil dari peta yang sudah ada (kartometris)

Teknik ini dipakai secara massif sejak hadirnya

komputerisasi pemetaan. Maka semua peta grafis batas, mulai

dari batas persil hingga batas negara dicoba didigitasi untuk

dijadikan data dasar utama analisis spasial, baik untuk

menghitung pajak maupun untuk menghitung potensi wilayah.

Teknik digitasi ini, biarpun dengan equipment yang berakurasi

sangat tinggi, tetap saja dia subyek yang dipengaruhi oleh

kualitas sumber data dan efek kartometri itu sendiri. Harus

diakui bahwa hampir semua sumber data peta-peta batas yang

ada adalah sedikit banyak hanya merupakan dugaan dari

pemerintah daerah yang dibuat di atas peta rupabumi. Meski

dugaan ini disahkan oleh pemerintah setempat, namun

ketiadaan dokumen formal dan pilar-pilar batas di lapangan

mengharuskan Bakosurtanal, sebagai pembuat peta rupabumi

itu, selalu menambahkan disklaimer bahwa peta ini bukan

referensi resmi mengenai batas administrasi. Namun ini sudah

merupakan best available source dibanding misalnya peta-

peta batas Badan Pusat Statistik (BPS) yanga pada saat itu

dibuat dengan sketsa, sekedar untuk membantu pekerjaan

pencacahan dalam sensus penduduk. Karena semua data batas

baik dari Bakosurtanal maupun BPS ini ada dalam bentuk

digital, pemakai mestinya berhati-hati dalam

menggunakannya. Kesulitan lain adalah efek kartometri yang

mau tak mau terjadi tatkala orang mendigitasi peta. Efek ini

terjadi karena garis batas dalam peta sedikit banyak telah

digambar dengan generalisasi dan simbolisasi yang sesuai

Page 28: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

10

skala peta. Bahkan pada kasus-kasus tertentu dia digambar

secara offset agar tidak menutupi obyek yang dianggap lebih

penting bagi peta tersebut, misalnya jalan.

2. Batas diukur di atas foto udara (fotogrametris)

Teknik ini mirip kartometri namun menggunakan foto

udara yang memiliki keuntungan belum tergeneralisasi

maupun simbolisasi. Teknik ini efektif untuk program

ajudikasi tanah, yang berarti penegasan batas kepemilikan

lahan, yang volumenya besar (mencakup areal yang luas).

Pengalaman menarik diberitakan dari Neumaier (VGI 4/97),

seorang professor dari Austria yang berjasa membangun

kadastral di Cina tahun 1930-an. Metodenya adalah sebagai

berikut :

a. Membuat pemotretan udara skala besar (mungkin skala

1:5000) dari seluruh areal yang akan ditegaskan batasnya.

b. Menyebar foto-foto itu ke desa-desa melalui petugas desa

yang sudah dilatih membaca foto udara. Penduduk supaya

memberi tanda batas areal tanah miliknya di atas foto.

c. Foto-foto yang telah diberi klaim batas kemudian

diumumkan selama tiga bulan.

d. Bila dalam tiga bulan itu tidak ada bantahan, maka batas

itupun menjadi batas resmi. Bantahan yang ada harus

diselesaikan (negosiasi, kompromi, penyelesaian hukum).

e. Setelah semua batas tegas, barulah foto itu diukur secara

metris. Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara: (1) diukur

koordinatnya di atas foto, baru kemudian dilakukan

transformasi ke georeferensi. (2) dibuat ortofoto dulu, lalu

diukur di ortofoto, sehingga langsung didapat koordinat

georeferensi.

Kesulitan utama dalam penentuan batas pada foto maupun

ortofoto adalah adanya bayangan, baik dari gedung atau

vegetasi yang cukup tinggi, maupun dari awan yang membuat

gambar menjadi gelap. Yang dimaksud di sini adalah bayangan

awan, bukan tutupan awan. Sedang untuk tutupan awan mau

Page 29: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

11

tidak mau harus diatasi dengan menggunakan sensor tembus

awan (misalnya radar) atau pemotretan di bawah awan.

3. Batas diukur dari citra inderaja

Batas juga bisa didekati dengan citra inderaja (remote

sensing). Hal ini umumnya dilakukan untuk mengukur baik

batas alam (misalnya pantai) maupun batas obyek yang tampak

di alam (misal hutan / kebun). Perbedaan dengan foto udara

adalah pada resolusi citra inderaja yang relatif lebih kasar -

walaupun bisa dibuat halus dengan harga lebih mahal -

misalnya dengan sensor inderaja pada wahana pesawat terbang

(airborne). Keuntungan inderaja adalah pengolahan data relatif

lebih terotomatisasi, sehingga misalnya garis pantai bisa

dikenali otomatis sebagai perbedaan darat dan laut, demikian

juga batas hutan/kebun atau lintasan sungai/jalan bisa dikenali

dari spektral pixelnya. Meski demikian, hasil kerja otomatisasi

ini tetap harus dinikmati dengan hatihati, karena yang tampak

di citra tidak selalu yang diinginkan untuk diukur. Sebagai

misal mahkota sebuah pohon sering jauh melampaui batas

hutan di mana pohon itu berada. Sedang tepi sungai atau pantai

bisa mengalami perubahan temporal yang cukup cepat,

misalnya karena pasang surut atau banjir. Ini semua akan

berpengaruh langsung pada citra inderaja yang direkam pada

saat itu.

4. Batas diukur secara terrestris

Pengukuran darat (terrestris) baik dengan pita meteran,

total station maupun GPS dipandang tetap lebih akurat

dibanding pengkuran kartometris ataupun foto udara dan

inderaja. Yang menjadi masalah pada pengukuran terestris

adalah pengukuran yang tidak sekaligus sistematis pada areal

yang luas, sehingga ketaktelitian pada suatu lahan berakibat

langsung ketaktelitian pada areal sekelilingnya. Hal ini bisa

disebabkan oleh akurasi pengukuran itu sendiri, atau oleh

proses perhitungan sesudahnya yang mencakup reduksi dan

transformasi ke sistem koordinat referensi atau proyeksi yang

digunakan. Permasalahannya adalah, dalam sertifikat tanah,

Page 30: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

12

angka-angka ketaktelitian ini tidak pernah (atau bahkan

mungkin secara hukum tidak boleh) disebutkan. Angka luas

tanah yang mestinya mengandung plus minus sekian meter

persegi (atau hektar) seakan sebuah angka mati yang sudah

benar. Hal ini akan menyulitkan ketika areal di sekelilingnya

juga mulai diukur. Jumlah luas persil-persil bisa-bisa cukup

jauh dari luas keseluruhan areal.

2.4 Penegasan Batas Daerah

Penegasan batas daerah adalah kegiatan penentuan titik-

titik koordinat batas daerah yang dapat dilakukan dengan metode

kartometrik dan/atau survei di lapangan, yang dituangkan dalam

bentuk peta batas dengan daftar titik-titik koordinat batas daerah.

Penegasan batas daerah bertujuan untuk menciptakan tertib

administrasi pemerintahan, memberikan kejelasan dan kepastian

hukum terhadap batas wilayah suatu daerah yang memenuhi aspek

teknis dan yuridis. Penegasan batas daerah dapat dilakukan dengan

dua cara, yaitu:

a. Kartometrik adalah penelusuran/penarikan garis batas

pada peta kerja dan pengukuran/penghitungan posisi titik,

jarak serta luas cakupan wilayah dengan menggunakan

peta dasar dan peta-peta lain sebagai pelengkap.

b. Survei lapangan adalah kegiatan penentuan titik-titik

koordinat batas daerah melaluipengecekan di lapangan

berdasarkan peta dasar dan peta lain sebagai pelengkap.

Untuk daerah yang berbatasan dengan beberapa daerah

lain, maka kegiatan penegasan batas daerah harus dilakukan

bersama dengan daerahdaerah yang berbatasan.

2.5 Metode Kartometrik

Metode Kartometrik adalah penelusuran/penarikan garis

batas pada peta kerja dan pengukuran/penghitungan posisi titik,

jarak serta luas cakupan wilayah dengan menggunakan peta dasar

dan peta-peta atau informasi geospasial lain sebagai pelengkap.

Page 31: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

13

Kaidah-kaidah penarikan garis batas secara kartometrik adalah

sebagai berikut :

a. Penggunaan bentuk-bentuk batas alam

i. Sungai

Garis batas di sungai merupakan garis khayal yang

melewati tengah-tengah atau as(median)sungai

yang ditandai dengan titik-titik koordinat.

Gambar 2. 1 Penggambaran Sungai Sebagai Batas Daerah

Penggambaran Sungai Sebagai Batas Daerah

ii. Garis Pemisah Air/Watershed

Garis batas pada watershed merupakan garis

khayal yang dimulai dari suatu puncak gunung

menelusuri punggung pegunungan/perbukitan

yang mengarah kepada puncak gunung berikutnya

Gambar 2. 2 Penggambaran Garis Pemisah Air Sebagai Batas Daerah

iii. Danau/Kawah

Page 32: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

14

Jika garis batas memotong danau/kawah, maka

garis batas pada danau adalah garis khayal yang

menghubungkan antara dua titik kartometrik yang

merupakan perpotongan garis batas dengan tepi

danau/kawah.

Gambar 2. 3 Penggambaran Batas Daerah melalui Danau/Kawah dengan Cara

Memotong Danau/Kawah

Jikabatasnya adalah pertemuan lebih dari dua

batas daerah maka dilakukan pengukuran titik

koordinat batas pada danau/kawah(titik simpul)

secara kartometrik

Gambar 2. 4 Penggambaran Batas Daerah melalui Danau/Kawah dengan Cara

Pertemuan Lebih Dari Dua Titik

b. Penggunaan bentuk-bentuk batas buatan

i. Jalan

Untuk batas jalan dapat digunakan as atau tepinya

sebagai tanda batas sesuai kesepakatan antara dua

Page 33: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

15

daerah yang berbatasan. Pada awal dan akhir batas

yang berpotongan dengan jalan dilakukan

pengukuran titik-titik koordinat batas secara

kartometrik atau jika disepakati dapat dipasang

pilar sementara/pilar batas dengan bentuk sesuai

ketentuan.

Gambar 2. 5 Penggambaran As Jalan Sebagai Batas Daerah

Gambar 2. 6 Penggambaran Pinggir Jalan Sebagai Batas Daerah

ii. Jalan Kereta Api

Menggunakan prinsip sama dengan prinsip

penetapan tanda batas pada jalan.

iii. Saluran Irigasi

Menggunakan prinsip sama dengan prinsip

penetapan tanda batas pada jalan.

Kegiatan penegasan batas meliputi penyiapan dokumen

batas, pelacakan batas, pengukuran dan penentuan posisi batas,

Page 34: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

16

serta pembuatan peta batas. Pelacakan batas secara kartometrik

dilakukan dengan :

a. Penelusuran/penarikan garis batas pada peta kerja

berpedoman pada Undang-Undang pembentukan daerah

dan dokumen lain yang disepakati.

b. Ploting koordinat titik-titik batas yang tercantum dalam

dokumen-dokumen batas daerah.

c. Dalam hal diperlukan, penelusuran batas dapat dilakukan

survei lapangan.

d. Hasil penelusuran/penarikan batas berupa garis batas

sementara dan daftar titik-titik koordinat batas dituangkan

dalam peta kerja.

Pengukuran dan penentuan posisi secara kartometrik

dilakukan dengantahapan sebagai berikut:

b. Pengukuran titik-titik koordinat batasdengan pengambilan

(ekstraksi) titik-titik koordinat pada jalur batas dengan

interval tertentu menggunakan peta kerja.

c. Pengukuran berpedoman padahasil pelacakan yang

disepakati.

d. Hasil pengukuran dalam bentuk daftar titik-titik koordinat

batas daerah.

e. Hasil pengukuran dan penentuan posisi dituangkan dalam

berita acara.

2.6 Pemetaan Partisipatif

Pemetaan partisipatif yaitu suatu metode pemetaan yang

menempatkan masyarakat sebagai pelaku pemetaan di wilayahnya,

sekaligus juga akan menjadi penentu perencanaan pengembangan

wilayah mereka sendiri (Hidayat, 2005). Ciri-ciri dari pemetaan

partisipatif adalah :

a. Melibatkan seluruh anggota masyarakat.

b. Masyarakat menentukan sendiri topik pemetaan dan

tujuannya.

c. Masyarakat menentukan sendiri proses yang berlangsung.

Page 35: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

17

d. Proses pemetaan dan peta yang dihasilkan bertujuan untuk

kepen-tingan masyarakat.

e. Sebagian besar informasi yang terdapat dalam peta berasal

dari pengetahuan masyarakat setempat.

f. Masyarakat menentukan sendiri penggunaan peta yang

dihasilkan.

Pemetaan partispatif penting dilakukan untuk

meningkatkan kesadaran seluruh anggota masyarakat mengenai

hak-hak mereka atas tanah dan sumber daya alam. Juga

menunjukkan bahwa peta bisa digunakan sebagai media negosiasi

dengan pihak lain, karena dengan peta tersebut menjadi jelaslah

bagaimana wilayah itu dimanfaatkan oleh masyarakat dan siapa

saja yang berhak atas wilayah itu. Proses pemetaan partisipatif

menumbuhkan semangat untuk menggali pengetahuan lokal,

sejarah asal-usul, sistem kelembagaan setempat, pranata hukum

setempat, identifikasi sumber daya alam yang dimiliki, dan

sebagainya. Peta mempermudah pihak luar memahami pengurusan

wilayah itu dan sekaligus mempermudah pengakuan dari pihak

luar. Dengan pemetaan partisipatif dapat menumbuhkan partisipasi

masyarakat baik dalam bentuk tenaga, waktu, uang, maupun

material lainnya, juga memunculkan kelembagaan lokal, baik yang

dulu sudah ada maupun bentuk baru.

2.7 Pilar Batas

Pilar batas adalah bangunan fisik di lapangan yang

menandai batas daerah. Beberapa jenis pilar batas yaitu Pilar Batas

Utama (PBU), Pilar Batas Antara (PBA), dan Pilar Kontrol Batas

(PKB). Pilar Batas Utama (PBU) adalah bangunan fisik di

lapangan yang menandai batas daerah. Berdasarkan peruntukan,

pilar batas dapat dibedakan dalam berbagai macam :

a. Pilar tipe A merupakan pilar batas untuk daerah provinsi

dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 100 cm di atas tanah dan

kedalaman 150 cm di bawah tanah

Page 36: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

18

b. Pilar tipe B merupakan pilar batas untuk daerah kabupaten

atau kota dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 75 cm di atas

tanah dan kedalaman 100 cm di bawah tanah.

c. Pilar tipe C merupakan pilar batas untuk daerah kecamatan

dengan ukuran 30 cm X 30 cm dan tinggi 50 cm, dengan

kedalaman 75 cm dibawah tanah.

PBU dipasang pada hasil pelacakan titik-titik koordinat

dan/atau pada titik-titik koordinat pertemuan (simpul)batas

beberapa daerah provinsi,kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan

tipe pilar batas. Kerapatan PBU sesuai dengan kriteria berikut ini:

a. Untuk batas daerah provinsi yang mempunyai potensi

tinggi, kerapatan pilar tidak melebihi 3-5 km, sedangkan

untuk batas provinsi yang kurang potensi tidak melebihi 5

- 10 km.

b. Untuk batas daerah kabupaten/kota yang mempunyai

potensi tinggi kerapatan pilar tidak melebihi 1 - 3 km,

sedangkan yang kurang potensi kerapatan pilar tidak

melebihi 3 - 5 km.

c. Untuk batas kecamatan yang mempunyai potensi tinggi

kerapatan pilar tidak melebihi 0.5 – 1 km, sedangkan yang

kurang potensi tidak melebihi 1 - 3 km

Berikut merupakan informasi pilar batas yang terdapat di

Kelurahan Sukapura, Kelurahan Pekiringan, dan Kelurahan

Pegambiran. Tabel 2. 1. Daftar Pilar Batas Utama

PBU LINTANG BUJUR

PBU 03 108,548 -6,701

PBU 04 108,546 -6,704

PBU 07 108,549 -6,719

PBU 08 108,549 -6,722

PBU 09 108,548 -6,727

PBU24 108,584 -6,747

PBU25 108,590 -6,744

Page 37: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

19

2.8 ArcGIS World Imagery

Citra resolusi tinggi bisa didapatkan dari banyak cara,

salah satunya dengan mengunduh dari software yang tersedia

seperti SASPlanet, Google Earth, ArcGIS, dan lainnya. Salah satu

citra resolusi tinggi yang dapat diunduh yaitu ArcGIS Imagery.

Gambar citra ini memiliki resolusi 15 meter, 1 meter, hingga 0,3

meter. ArcGIS Imagery memperlihatkan citra satelit resolusi tinggi

untuk Amerika Serikat dan belahan dunia lainnya. ArcGIS Imagery

terakhir diupdate pada Juni 2017, menyediakan resolusi 1 meter

atau yang lebih baik dan gambar udara untuk banyak daerah dan

resolusi rendah untuk seluruh dunia. Di dalamnya terdapat Citra

TerraColor 15 meter untuk skala kecil hingga menengah

(1:591.000.000 sampai 1:72.000.000) dan Citra SPOT 2,5 meter

(1:288.000 sampai 1:72.000). Untuk resolusi 0,3 meter tersedia di

Amerika Serikat ada Eropa dari DigitalGlober. Tambahan dari

DigitalGlobe sub-meter imagery terdapat di beberapa belahan

dunia lainnya. Tersedia pula reolusi 1 meter atau lebih yang lebih

baik dari NAIP Imagery. Untuk mendapatkannya dapat diunduh

menggunakan software SASPlanet hingga perbessaran 24 kali.

2.9 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian yang dilakukan oleh Agung Firmansyah

yang berjudul Ekonomi Politik Penyelesaian Konflik Batas Daerah

Antara Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon dijelaskan bahwa

konflik batas daerah antara Kabupaten Cirebon dan Kota Cirebon

sudah berlangsung sejak tahun 1988 ini berkaitan dengan ekonomi

politik yang ada di tujuh titik batas yang masih disengketakan.

Permasalahan yang diteliti adalah asal mula/titik pangkal

terjadinya konflik batas daerah dan perkembangan penyelesaian

konflik batas daerah. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan analisis data yang yang

digunakan adalah model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa lamanya penyelesaian konflik antara Kota Cirebon dan

Kabupaten Cirebon disebabkan oleh faktor sumber daya khususnya

aspek ekonomi di tujuh titik batas daerah yang disengketakan. Pada

Page 38: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

20

dasarnya asal mula/titik pangkal terjadinya konflik batas daerah ini

disebabkan oleh perbedaan penafsiran pembentukan

kota/kabupaten, undang-undang pembentukan kota/kabupaten

yang tidak mencantumkan batasbatas daerahnya, kebijakan

pelurusan sungai, perbedaan peta dasar acuan, tidak ada koordinasi

antardaerah, ketiadaan regenerasi kepemimpinan yang baik, dan

pengaruh pembangunan Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Pada Penelitian yang dilaukan oleh Helga Machara Novia

yang berjudul Evaluasi Metode Penentuan Batas Wilayah Darat Di

Peta Antar Kabupaten (Studi Kasus Surabaya Dan Sidoarjo)

dijelaskan mengenai aspek dalam penentuan batas wilayah yaitu

aspek penetapan, aspek pengukuran dan aspek pemetaan. Dalam

penelitian ini akan dilakukan proses evaluasi metode penentuan

batas wilayah darat antara kota Surabaya dan kabupaten Sidoarjo.

Hasil penelitian yaitu perbandingan selisih (pergeseran linier) hasil

koordinat foto digital dan peta rupabumi digital berdasarkan

koordinat pilar batas wilayah rata – rata terbesar terjadi pada

koordinat peta rupa bumi digital dan pada koordinat foto digital.

Pada penelitian kali ini mengambil lokasi penelitian di

perbatasan Kota Cirebon dengan Kabupaten Cirebon. Hal yang

dibahas pada penelitian ini yaitu penentuan batas wilayah sesuai

dengan Permendagri No. 76 Tahun 2012. Metode yang digunakan

yaitu metode kartometris dimana dalam penentuannya dilakukan di

atas peta kerja seperti Citra Satelit dan Peta Rupabumi. Pada

penelitian ini selain menentukan batas wilayah di atas peta, juga

akan dilakukan pengukuran ke lapangan dan wawancara dengan

pihak terkait seperti kepala kelurahan dan masyarakat sekitar. Hasil

dari penelitian ini yaitu rekomendasi peta batas wilayah antara

Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon.

Page 39: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini mengambil lokasi studi di perbatasan

Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Kota Cirebon

terletak pada posisi 06º 45’ Lintang Selatan (LS) 108º 33’ Bujur

Timur (BT) dengan luas wilayah administrasi ± 37,35 km2 atau ±

3.735,8 hektar yang mempunyai batas-batas (Badan Pusat Statistik

Kota Cirebon Tahun 2016) :

a. Sebelah Utara : Sungai Kedung Pane

b. Sebelah Barat : Sungai Banjir Kanal (

Kabupaten Cirebon)

c. Sebelah Selatan : Sungai Kalijaga

d. Sebelah Timur : Laut Jawa

Gambar 3.1 merupakan Peta Provinsi Jawa Barat dan Gambar 3.2

merupakan Peya Kota Cirebon dengan daerah yang ditandai yaitu

Kelurahan Sukapura (Kecamatan Kejaksan), Kelurahan Pekiringan

(Kecamatan Kesambi), dan Kelurahan Pegambiran (Kecamatan

Lemahwungkuk) sebagai lokasi penelitian.

Page 40: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

22

Gambar 3. 1. Peta Provinsi Jawa Barat

22

Page 41: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

23

Gambar 3. 2 Peta Kota Cirebon

(Sumber : Peta RTRW Kota Cirebon Tahun 2010-2030)

23

Page 42: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

24

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Peralatan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi

dua, yaitu :

a. Hardware

Hardware yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu Laptop Acer Aspire 4750, dengan RAM 4GB,

processor intel core i5 dan 64-bit operating system.

b. Software

Software yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu software pengolahan data berupa peta, angka,

dan kata.

3.2.2 Bahan

Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a. Peta RBI Digital Kota Cirebon skala 1:25.000 lembar

format .shp

b. Gambar Citra ArcGIS Imagery

c. Peta Batas Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon dari

Badan Pusat Statistik

Page 43: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

25

3.3 Tahapan Penelitian

Gambar 3. 3 Tahapan Penelitian

1. Identifikasi Permasalahan

Tahapan ini merupakan tahap awal dalam penelitian ini.

Mengidentifikasi permasalahan mengenai tumpang

tindihnya batas wilayah Kota Cirebon dan Kabupaten

Cirebon seperti mencari mengenai sejarah awal mula

permasalahan, penyebab terjadinya, dan kondisi saat ini.

Maka dari itu dalam penelitian ini nantinya menghasilkan

Page 44: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

26

output berupa rekomendasi Peta Batas Wilayah Kota

Cirebon dan Kabupaten Cirebon.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini dilakukan pencarian informasi mengenai

permasalahan batas yang terjadi dan mempelajari lebih

dalam ilmu terkait seperti batas wilayah, perundangan terkait

batas wilayah, metode kartometris, dan lain-lain

3. Pengumpulan Data

Data yang di butuhkan adalah Peta RBI Kota Cirebon

format .shp dan ArcGIS Imagery untuk menggantikan Citra

Satelit Resolusi Tinggi, Peta Batas Kota Cirebon dan

Kabupaten Cirebon dari BPS. ArcGIS Imagery dan peta

RBI digunakan sebagai acuan peta kerja. Dilakukan

wawancara dengan kepala kelurahan dan kepala tata

pemerintahan Kota Cirebon yang hasilnya digunakan

sebagai pertimbangan dalam penentuan batas

4. Overlay peta

Overlay peta RBI digital pada ArcGIS Imagery adalah

untuk mendapatkan peta kerja yang digunkan untuk

menetapkan batas wilayah

5. Penentuan Titik Kartometrik dan Garis Batas

Penentuan peta batas dilakukan menggunakan metode

kartometrik mengacu pada pedoman Permendagri Nomor 76

Tahun 2012 mengenai penarikan garis batas. Penentuan ini

mempertimbangkan batas yang sudah ada pada peta RBI

digital, peta kelurahan, peta batas dari BPS, dan hasil

wawancara dengan kepala keluarhaan dan kepala tata

pemerintahan.

6. Validasi Hasil Penentuan Batas

Dari hasil penentuan batas tersebut dilakukan validasi

kepada pihak yang terkait untuk dilakukan pengecekan

kebenarannya. Jika sudah sesuai, maka dilakukan analisa

hasil.

Page 45: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

27

7. Analisa Hasil dan Pembahasan

Pada tahapan ini, dilakukan analisa batas wilayah seperti

perbedaan panjang dan luas batas peta RBI dan metode

kartometrik. Kemudian panjang batas batas alam dan buatan

dari metode kartometrik

8. Penyajian Data

Penyajian data yaitu menampilkan Rekomendasi Peta

Batas Wilayah Kota Cirebon dengan bantuan ArcGIS

Page 46: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

28

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 47: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

29

BAB IV

HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil

4.1.1 Rekomendasi Peta Batas Wilayah

Berikut merupakan rekomendasi peta batas

wilayah Kota Cirebon yang ditentukan secara kartometrik :

Gambar 4. 1. Rekomendasi Peta Batas Wilayah Kota Cirebon

KOTA CIREBON

KABUPATEN

CIREBON

KABUPATEN

CIREBON

Page 48: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

30

4.1.2 Panjang Batas Wilayah

Berikut merupakan panjang batas wilayah Kota

Cirebon menurut Peta Rupabumi Indonesia dan dengan

metode kartometrik : Tabel 4. 1. Panjang Segmen Batas Wilayah

NO KELURAHAN

PANJANG

BATAS RBI

(m)

PANJANG BATAS

KARTOMETRIK

(m)

1 SUKAPURA 3480,069 3825,892

2 PEKIRINGAN 2138,435 2351,903

3 PEGAMBIRAN 2832,479 2971,713

TOTAL 8450,983 9149,508

4.1.3 Panjang Batas Alam dan Buatan

Berikut merupakan panjang batas alam dan buatan

sepanjang batas wilayah Kota Cirebon : Tabel 4. 2. Panjang Batas Alam dan Buatan

NO KELURAHAN

BATAS

ALAM

(m)

BATAS

BUATAN

(m)

TOTAL

1 SUKAPURA 1208,878 2617,014 3825,892

2 PEKIRINGAN 580,396 1771,507 2351,903

3 PEGAMBIRAN 2784,081 187,632 2971,713

TOTAL 4573,354 4576,153 9149,508

4.1.4 Luas Wilayah Administrasi

Berikut merupakan luas wilayah administrasi Kota

Cirebon menurut Peta Rupabumi Indonesia dan dengan

metode kartometrik :

Page 49: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

31

Tabel 4. 3. Luas Wilayah Administrasi

NO KELURAHAN

LUAS

BATAS RBI

(ha)

LUAS BATAS

KARTOMETRIK

(ha)

1 SUKAPURA 127,143 132,637

2 PEKIRINGAN 134,970 137,983

3 PEGAMBIRAN 391,768 474,718

TOTAL 653,881 745,339

4.1.5 Titik Kartometrik Batas Wilayah

Terdapat 176 titik kartometrik yang tersebar pada

garis batas antara Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon di

3 kelurahan Berikut sebaran titik kartometrik di Kota

Cirebon :

Gambar 4. 2. Sebaran Titik Kartometrik di Kota Cirebon

Page 50: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

32

Gambar 4. 3. Sebaran Titik Kartometrik di Kelurahan Sukapura

Page 51: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

33

Gambar 4. 4. Sebaran Titik Kartometrik di Kelurahan Pekiringan

Page 52: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

34

Gambar 4. 5. Sebaran Titik Kartometrik di Kelurahan Pegambiran

Dari 176 titik kartometrik, 49 titik di Kelurahan

Sukapura, 52 titik di Kelurahan Pekiringan, dan 76 titik di

Kelurahan Pegambiran yang ditunjukkan gambar 4.3, 4.4,

ddan 4.5 dengan titik berwarna merah. Titik kartomerik

memiliki informasi nomor, titik koordinat, dan daerah

yang berbatasan (terlampir). Sesuai Peraturan Menteri

Dalam Negeri No. 45 Tahun 2016 Tentang Pedoman

Penetapan dan Penegasan Batas Desa untuk penomoran

titik kartometrik adalah TK(kode wilayah provinsi).(kode

wilayah kabupaten/kota).(kode wilayah kecamatan ke

1).(kode wilayah desa/kelurahan ke 1)-.(kode wilayah

kecamatan ke 2).(kode wilayah desa/kelurahan ke 2)-

nomor titik kartometrik. Tabel 4.4 merupakan kode

wilayah yang digunakan dalam penomoran titik

kartometrik untuk mengisi format penomoran. Untuk

penomoran titik kartometrik dapat dilihat pada lampiran 1

Page 53: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

35

sedangkan untuk informasi koordinat setiap titik

kartometrik tersebut dapat dilihat pada lampiran 2.

Tabel 4. 4. Kode Wilayah Penomoran Titik Kartometrik

Kode Wilayah Kode Wilayah

32 Provinsi Jawa Barat 32 Provinsijawa Barat

9 Kabupaten Cirebon 74 Kota Cirebon

13 Kecamatan Beber 1 Kecamatan Kejaksan

2010 Desa Kondangsari 1001 Kelurahan Kejaksan

38 Kecamatan Greged 1002 Kelurahan Sukapura

Desa Sinarrancang 1003 Kelurahan Kesenden

2010 Desa Nanggela 1004 Kelurahan Kebonbaru

2008 Desa Jatipancur 2 Kecamatan Lemah

Wungkuk

21 Kecamatan Gunung

Jati 1001 Kelurahan Pegambiran

2002 Desa Pasindangan 1002 Kelurahan

Lemahwungkuk

2001 Desa Adidarma 1003 Kelurahan Kesepuhan

20 Kecamatan

Kedawung 1004 Kelurahan Panjunan

2001 Desa Kedungdawa 3 Kecamatan Hajarmukti

2007 Desa Sutawinangun 1001 Kelurahan Kalijaga

2003 Desa Tuk 1002 Kelurahan Hajarmukti

2002 Desa Kalikoa 1003 Kelurahan Kecapi

12 Kecamatan Mundu 1004 Kelurahan Larangan

2008 Desa Mundupesisir 1005 Kelurahan Argasunya

2009 Desa Suci 4 Kecamatan Pekalipan

2010 Desa

Banjarwangunan 1001 Kelurahan Jagasatru

2011 Desa Pamengkang 1002 Kelurahan Pekalipan

Page 54: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

36

Kode Wilayah Kode Wilayah

2001 Desa Setupatok 1003 Kelurahan Pulsaren

14 Kecamatan Talun 1004 Kelurahan Pekalangan

2009 Desa

Kepongpongan 5 Kecamatan Kesambi

2003 Desa Kecomberan 1001 Kelurahan Pekiringan

2001 Desa Sampiran 1002 Kelurahan Sunyaragi

2002 Desa Ciperna 1003 Kelurahan Kesambi

1004 Kelurahan Drajat

1005 Kelurahan Karyamulya

4.2 Analisa

Dari hasil penentuan batas wilayah Kota Cirebon

secara kartometrik terdapat perbedaan batas yang terjadi antara

Peta RBI Digital Cirebon dengan Rekomendasi Peta Batas

Kota Cirebon. Perbedaan terjadi seperti pada gambar 4.6, 4.7

dan 4.8 yaitu pada Kelurahan Sukapura (Kecamatan

Kejaksan), Kelurahan Pekiringan (Kecamatan Kesambi), dan

Kelurahan Pegambiran (Kecamatan Lemahwungkuk). Garis

merah menunjukkan batas wilayah menurut Peta RBI Digital

Cirebon dan garis kuning menunjukkan rekomendasi peta

batas secara kartometrik. Perbedaan ini terjadi dikarenakan :

a. Peta RBI Digital Cirebon mengalami perubahan karena

adanya tumpang tindih daerah yang membuat peta-peta yang

dibuat setelahnya tidak semua mengacu kepada peta RBI

tersebut.

b. Terjadi perubahan batas alam seiring dengan berjalannya

waktu

c. Terjadinya perubahan batas buatan seiring dengan

berjalannya pembangunan

Pada tabel 4.5 dapat dilihat besar perbedaan batas

antara Peta RBI dengan Rekomendasi Peta Batas.

Page 55: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

37

Tabel 4. 5. Perbedaan Batas Wilayah

NO KELURAHAN PANJANG

BATAS (m)

LUAS BATAS

(ha)

1 SUKAPURA 345,823 5,494

2 PEKIRINGAN 213,468 3,013

3 PEGAMBIRAN 139,234 82,951

TOTAL 698,525 91,458

Gambar 4. 6. Perbedaan Batas Kelurahan Sukapura, Kecamatan Kejaksan

Page 56: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

38

Gambar 4. 7. Perbedaan Batas Kelurahan Pekiringan, Kecamatan Kesambi

Page 57: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

39

Gambar 4. 8. Perbedaan Batas Kelurahan Pegambiran, Kecamatan

Lemahwungkuk

Perbedaan panjang batas paling besar terjadi pada

Kelurahan Sukapura dan paling kecil pada Kelurahan

Pegambiran. Sedangkan perbedaan luas yang paling besar

terjadi pada Kelurahan Pegambiran dan paling kecil pada

Kelurahan Pekiringan. Dari hasil batas pada 3 kelurahan

yaitu Kelurahan Sukapura, Kelurahan Pekiringan, dan

Kelurahan Pegambiran, didapatkan batas Kota Cirebon

secara keseluruhan. Pada Tabel 4.6 menunjukkan panjang

dan luas batas wilayah antara Kota Cirebon dan Kabupaten

Cirebon menurut Peta RBI dan hasil penentuan batas

dengan metode kartometrik serta perbedaannya.

Tabel 4. 6. Batas Wilayah Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon

PANJANG BATAS RBI (m) 40989,885

PANJANG BATAS KARTOMETRIK (m) 42954,087

PERBEDAAN PANJANG (m) 1964,202

Page 58: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

40

LUAS ADMINTRASI RBI (ha) 3846,179

LUAS BATAS KARTOMETRIK (ha) 3935,706

PERBEDAAN LUAS (ha) 89,527

Pada tabel 4.6 terlihat hasil penentuan batas

dengan metode kartometrik untuk wilayah Kota Cirebon

lebih panjang dan lebih besar dari batas wilayah menurut

Peta RBI.

Page 59: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian penentuan batas

wilayah antara Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon

adalah sebagai berikut :

a. Rekomendasi Peta Batas Kota Cirebon yang ditentukan

dengan metode kartometrik menghasilkan panjang batas

yang lebih besar 345,823 meter untuk Kelurahan Sukapura,

213,468 meter untuk Kelurahan Pekiringan, dan 139,234

meter untuk Kelurahan Pegambiran dari batas sebelumnya.

Juga rekomendasi batas ini lebih luas 5,494 hektar pada

Kelurahan Sukapura, 3, 013 hektar pada Kelurahan

Pekiringan, dan 82,951 hektar pada Kelurahan Pegambiran

dari batas sebelumnya.

b. Terdapat 4573,354 m batas alam berupa sungai dan

4576,153 m batas buatan berupa jalan pada Kelurahan

Sukapura, kelurahan Pekiringan, dan Kelurhan

Pegambiran.

5.2 Saran

Saran yang disampaikan dari penelitian penentuan

batas wilayah antara Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon

adalah sebagai berikut :

a. Untuk penelitian selanjutnya, menggunakan citra tegak

resolusi tinggi karena untuk daerah perkotaan batas

wilayah bergeser beberapa meter dapat menimbulkan

masalah.

b. Untuk penelitian selanjutnya, dalam menentukan batas

wilayah, penting melihat dari aspek selain aspek teknis

yaitu aspek sosiologis, historis, yuridis, geografis,

pemerintahan, atau aspek lain yang berkaitan.

c. Untuk pihak pembuat perundang-undangan terkait batas

wilayah, perlu dibuat kriteria dari setiap aspek yang

Page 60: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

42

tercantum pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

76 Tahun 2012

Page 61: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

43

DAFTAR PUSTAKA

Adikresna, P.R. 2014. Penentuan Batas Wilayah Dengan

Menggunakan Metode Kartometrik (Studi Kasus Daerah

Kec. Gubeng Dan Kec. Tambaksari). Jurnal GEOID Vol.

9 No. 2.

Amhar,F. Patmasari T A. Kencana. E. Artanto. 2001. Aspek –

Aspek Pemetaan Batas Wilayah Sebuah Tinjauan

Komperhensif. Jurnal GEO-INFORMATIKA Vol. 8 No 1.

Asadi. 2016. Aspek Teknis Dalam Penataan Batas Wilayah. Bogor

: Balai Diklat Geospasial-Badan Informasi Geospasial

Badan Pusat Stastistik Kota Cirebon. 2016. Kota Cirebon Dalam

Angka 2016.

Badan Pusat Stastistik Kabupaten Cirebon. 2016. Kabupaten

Cirebon Dalam Angka 2016.

Direktorat Wilayah Administrasi dan Perbatasan. 2013. Database

Direktorat Wilayah Administrasi dan Perbatasan.

Hidayat, Rahmat. (2005). Seri Panduan Pemetaan Partisipatif No.

2 - Mengenalkan Pemetaan Partisipatif. Bandung : Garis

Pergerakan

Novia, H.M. 2007. Evaluasi Metode Penentuan Wilayah Darat Di

Peta Antar Kabupaten ( Studi Kasus Surabaya Dan

Sidoarjo ). Jurusan Teknik Geomatika ITS. Surabaya

Nurdjaman, P. 2002. Optimalisasi Peran dan Fungsi Survey

Pemetaan dalam Pengelolaan Batas Wilayah. Forum

Komunikasi dan Koordinasi Teknis Batas Wilayah

Depdagri- BAKOSURTANAL.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 76 Tahun 2012. Tentang

Pedoman Penegasan Batas Daerah. Menteri Dalam

Negeri Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 45 Tahun 2016. Tentang

Pedoman Penetapan Dan Penegasan Batas Des. Menteri

Dalam Negeri Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1986.

Tentang Pembentukan Kecamatan Kramatmulya dan

Page 62: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

44

Darma di Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan,

Kecamatan Cimanggung dan Ujung Jaya di Kabupaten

Daerah Tingkat II Sumedang, Kecamatan Bojong dan

Tegalwaru di Kabupaten Daerah Tingkat II Purwakarta,

Kecamatan Blanakan, Tanjungsiang, Compreng

Patokbeusi, Cibogo dan Cipunegara di Kabupaten

Daerah Tingkat II Subang, Kecamatan Pekalipan dan

Penataan serta Perubahan Nama Kecamatan di

Kotamadya Daerah Tingkat II Cirebon Dalam Wilayah

Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat

Prayitno, A.E. 2012. Studi Pembuatan Peta Batas Daerah

Kabupaten Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh

Dengan Data Citra Landsat 7 ETM Dan DEM SRTM

(Studi Kasus : Segmen Batas Kawasan Gunung Kelud Di

Jawa Timur). Jurusan Teknik Geomatika ITS. Surabaya.

Purwanti, Renita. 2015. Studi Batas Wilayah Menggunakan

Metode Kartometrik Studi Kasus: Kecamatan Sukolilo,

Kota Surabaya. Jurusan Teknik Geomatika ITS. Surabaya

Page 63: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

45

Lampiran 1 : Penomoran Titik Kartometrik (TK) Kelurahan Sukapura, Kelurahan Pekiringan, dan

Kelurahan Pegambiran

NO TITIK KARTOMETRIK KABUPATEN CIREBON KOTA CIREBON

KECAMATAN DESA KECAMATAN KELURAHAN

1 TK32.9.21.2001-74.1.1002-1 Gunung Jati Adidarma Kejaksan Sukapura

2 TK32.9.21.2001-74.1.1002-2 Gunung Jati Adidarma Kejaksan Sukapura

3 TK32.9.21.2001-74.1.1002-3 Gunung Jati Adidarma Kejaksan Sukapura

4 TK32.9.21.2001-74.1.1002-4 Gunung Jati Adidarma Kejaksan Sukapura

5 TK32.9.21.2001-74.1.1002-5 Gunung Jati Adidarma Kejaksan Sukapura

6 TK32.9.21.2001-74.1.1002-6 Gunung Jati Adidarma Kejaksan Sukapura

7 TK32.9.21.2001-74.1.1002-7 Gunung Jati Adidarma Kejaksan Sukapura

8 TK32.9.21.2001-74.1.1002-8 Gunung Jati Adidarma Kejaksan Sukapura

9 TK32.9.21.2001-74.1.1002-9 Gunung Jati Adidarma Kejaksan Sukapura

10 TK32.9.21.2001-74.1.1002-10 Gunung Jati Adidarma Kejaksan Sukapura

11 TK32.9.21.2001-74.1.1002-11 Gunung Jati Adidarma Kejaksan Sukapura

12 TK32.9.21.2001-74.1.1002-12 Gunung Jati Adidarma Kejaksan Sukapura

13 TK32.9.21.2001-74.1.1002-13 Gunung Jati Adidarma Kejaksan Sukapura

14 TK32.9.21.2001-74.1.1002-14 Gunung Jati Adidarma Kejaksan Sukapura

Page 64: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

46

NO TITIK KARTOMETRIK KABUPATEN CIREBON KOTA CIREBON

KECAMATAN DESA KECAMATAN KELURAHAN

15 TK32.9.21.2001-74.1.1002-15 Gunung Jati Adidarma Kejaksan Sukapura

16 TK32.9.21.2001-74.1.1002-16 Gunung Jati Adidarma Kejaksan Sukapura

17 TK32.9.20.2001-74.1.1002-17 Kedawung Kedungdawa Kejaksan Sukapura

18 TK32.9.20.2001-74.1.1002-18 Kedawung Kedungdawa Kejaksan Sukapura

19 TK32.9.20.2001-74.1.1002-19 Kedawung Kedungdawa Kejaksan Sukapura

20 TK32.9.20.2001-74.1.1002-20 Kedawung Kedungdawa Kejaksan Sukapura

21 TK32.9.20.2001-74.1.1002-21 Kedawung Kedungdawa Kejaksan Sukapura

22 TK32.9.20.2001-74.1.1002-22 Kedawung Kedungdawa Kejaksan Sukapura

23 TK32.9.20.2001-74.1.1002-23 Kedawung Kedungdawa Kejaksan Sukapura

24 TK32.9.20.2001-74.1.1002-24 Kedawung Kedungdawa Kejaksan Sukapura

25 TK32.9.20.2001-74.1.1002-25 Kedawung Kedungdawa Kejaksan Sukapura

26 TK32.9.20.2001-74.1.1002-26 Kedawung Kedungdawa Kejaksan Sukapura

27 TK32.9.20.2001-74.1.1002-27 Kedawung Kedungdawa Kejaksan Sukapura

28 TK32.9.20.2001-74.1.1002-28 Kedawung Kedungdawa Kejaksan Sukapura

29 TK32.9.20.2001-74.1.1002-29 Kedawung Kedungdawa Kejaksan Sukapura

30 TK32.9.20.2001-74.1.1002-30 Kedawung Kedungdawa Kejaksan Sukapura

Page 65: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

47

NO TITIK KARTOMETRIK KABUPATEN CIREBON KOTA CIREBON

KECAMATAN DESA KECAMATAN KELURAHAN

31 TK32.9.20.2001-74.1.1002-31 Kedawung Kedungdawa Kejaksan Sukapura

32 TK32.9.20.2001-74.1.1002-32 Kedawung Kedungdawa Kejaksan Sukapura

33 TK32.9.20.2007-74.1.1002-33 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

34 TK32.9.20.2007-74.1.1002-34 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

35 TK32.9.20.2007-74.1.1002-35 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

36 TK32.9.20.2007-74.1.1002-36 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

37 TK32.9.20.2007-74.1.1002-37 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

38 TK32.9.20.2007-74.1.1002-38 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

39 TK32.9.20.2007-74.1.1002-39 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

40 TK32.9.20.2007-74.1.1002-40 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

41 TK32.9.20.2007-74.1.1002-41 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

42 TK32.9.20.2007-74.1.1002-42 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

43 TK32.9.20.2007-74.1.1002-43 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

44 TK32.9.20.2007-74.1.1002-44 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

45 TK32.9.20.2007-74.1.1002-45 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

46 TK32.9.20.2007-74.1.1002-46 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

Page 66: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

48

NO TITIK KARTOMETRIK KABUPATEN CIREBON KOTA CIREBON

KECAMATAN DESA KECAMATAN KELURAHAN

47 TK32.9.20.2007-74.1.1002-47 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

48 TK32.9.20.2007-74.1.1002-48 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

49 TK32.9.20.2007-74.1.1002-49 Kedawung Sutawinangun Kejaksan Sukapura

50 TK32.9.20.2007-74.5.1001-50 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

51 TK32.9.20.2007-74.5.1001-51 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

52 TK32.9.20.2007-74.5.1001-52 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

53 TK32.9.20.2007-74.5.1001-53 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

54 TK32.9.20.2007-74.5.1001-54 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

55 TK32.9.20.2007-74.5.1001-55 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

56 TK32.9.20.2007-74.5.1001-56 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

57 TK32.9.20.2007-74.5.1001-57 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

58 TK32.9.20.2007-74.5.1001-58 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

59 TK32.9.20.2007-74.5.1001-59 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

60 TK32.9.20.2007-74.5.1001-60 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

61 TK32.9.20.2007-74.5.1001-61 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

62 TK32.9.20.2007-74.5.1001-62 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

Page 67: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

49

NO TITIK KARTOMETRIK KABUPATEN CIREBON KOTA CIREBON

KECAMATAN DESA KECAMATAN KELURAHAN

63 TK32.9.20.2007-74.5.1001-63 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

64 TK32.9.20.2007-74.5.1001-64 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

65 TK32.9.20.2007-74.5.1001-65 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

66 TK32.9.20.2007-74.5.1001-66 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

67 TK32.9.20.2007-74.5.1001-67 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

68 TK32.9.20.2007-74.5.1001-68 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

69 TK32.9.20.2007-74.5.1001-69 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

70 TK32.9.20.2007-74.5.1001-70 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

71 TK32.9.20.2007-74.5.1001-71 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

72 TK32.9.20.2007-74.5.1001-72 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

73 TK32.9.20.2007-74.5.1001-73 Kedawung Sutawinangun Kesambi Pekiringan

74 TK32.9.20.2003-74.5.1001-74 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

75 TK32.9.20.2003-74.5.1001-75 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

76 TK32.9.20.2003-74.5.1001-76 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

77 TK32.9.20.2003-74.5.1001-77 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

78 TK32.9.20.2003-74.5.1001-78 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

Page 68: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

50

NO TITIK KARTOMETRIK KABUPATEN CIREBON KOTA CIREBON

KECAMATAN DESA KECAMATAN KELURAHAN

79 TK32.9.20.2003-74.5.1001-79 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

80 TK32.9.20.2003-74.5.1001-80 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

81 TK32.9.20.2003-74.5.1001-81 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

82 TK32.9.20.2003-74.5.1001-82 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

83 TK32.9.20.2003-74.5.1001-83 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

84 TK32.9.20.2003-74.5.1001-84 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

85 TK32.9.20.2003-74.5.1001-85 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

86 TK32.9.20.2003-74.5.1001-86 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

87 TK32.9.20.2003-74.5.1001-87 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

88 TK32.9.20.2003-74.5.1001-88 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

89 TK32.9.20.2003-74.5.1001-89 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

90 TK32.9.20.2003-74.5.1001-90 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

91 TK32.9.20.2003-74.5.1001-91 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

92 TK32.9.20.2003-74.5.1001-92 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

93 TK32.9.20.2003-74.5.1001-93 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

94 TK32.9.20.2003-74.5.1001-94 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

Page 69: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

51

NO TITIK KARTOMETRIK KABUPATEN CIREBON KOTA CIREBON

KECAMATAN DESA KECAMATAN KELURAHAN

95 TK32.9.20.2003-74.5.1001-95 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

96 TK32.9.20.2003-74.5.1001-96 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

97 TK32.9.20.2003-74.5.1001-97 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

98 TK32.9.20.2003-74.5.1001-98 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

99 TK32.9.20.2003-74.5.1001-99 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

100 TK32.9.20.2003-74.5.1001-100 Kedawung Tuk Kesambi Pekiringan

101 TK32.9.12.2010-74.2.1001-101 Mundu Banjarwangunan Lemahwungkuk Pegambiran

102 TK32.9.12.2010-74.2.1001-102 Mundu Banjarwangunan Lemahwungkuk Pegambiran

103 TK32.9.12.2009-74.2.1001-103 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

104 TK32.9.12.2009-74.2.1001-104 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

105 TK32.9.12.2009-74.2.1001-105 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

106 TK32.9.12.2009-74.2.1001-106 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

107 TK32.9.12.2009-74.2.1001-107 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

108 TK32.9.12.2009-74.2.1001-108 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

109 TK32.9.12.2009-74.2.1001-109 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

110 TK32.9.12.2009-74.2.1001-110 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

Page 70: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

52

NO TITIK KARTOMETRIK KABUPATEN CIREBON KOTA CIREBON

KECAMATAN DESA KECAMATAN KELURAHAN

111 TK32.9.12.2009-74.2.1001-111 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

112 TK32.9.12.2009-74.2.1001-112 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

113 TK32.9.12.2009-74.2.1001-113 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

114 TK32.9.12.2009-74.2.1001-114 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

115 TK32.9.12.2009-74.2.1001-115 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

116 TK32.9.12.2009-74.2.1001-116 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

117 TK32.9.12.2009-74.2.1001-117 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

118 TK32.9.12.2009-74.2.1001-118 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

119 TK32.9.12.2009-74.2.1001-119 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

120 TK32.9.12.2009-74.2.1001-120 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

121 TK32.9.12.2009-74.2.1001-121 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

122 TK32.9.12.2009-74.2.1001-122 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

123 TK32.9.12.2009-74.2.1001-123 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

124 TK32.9.12.2009-74.2.1001-124 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

125 TK32.9.12.2009-74.2.1001-125 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

126 TK32.9.12.2009-74.2.1001-126 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

Page 71: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

53

NO TITIK KARTOMETRIK KABUPATEN CIREBON KOTA CIREBON

KECAMATAN DESA KECAMATAN KELURAHAN

127 TK32.9.12.2009-74.2.1001-127 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

128 TK32.9.12.2009-74.2.1001-128 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

129 TK32.9.12.2009-74.2.1001-129 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

130 TK32.9.12.2009-74.2.1001-130 Mundu Suci Lemahwungkuk Pegambiran

131 TK32.9.12.2008-74.2.1001-131 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

132 TK32.9.12.2008-74.2.1001-132 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

133 TK32.9.12.2008-74.2.1001-133 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

134 TK32.9.12.2008-74.2.1001-134 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

135 TK32.9.12.2008-74.2.1001-135 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

136 TK32.9.12.2008-74.2.1001-136 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

137 TK32.9.12.2008-74.2.1001-137 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

138 TK32.9.12.2008-74.2.1001-138 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

139 TK32.9.12.2008-74.2.1001-139 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

140 TK32.9.12.2008-74.2.1001-140 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

141 TK32.9.12.2008-74.2.1001-141 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

142 TK32.9.12.2008-74.2.1001-142 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

Page 72: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

54

NO TITIK KARTOMETRIK KABUPATEN CIREBON KOTA CIREBON

KECAMATAN DESA KECAMATAN KELURAHAN

143 TK32.9.12.2008-74.2.1001-143 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

144 TK32.9.12.2008-74.2.1001-144 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

145 TK32.9.12.2008-74.2.1001-145 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

146 TK32.9.12.2008-74.2.1001-146 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

147 TK32.9.12.2008-74.2.1001-147 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

148 TK32.9.12.2008-74.2.1001-148 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

149 TK32.9.12.2008-74.2.1001-149 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

150 TK32.9.12.2008-74.2.1001-150 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

151 TK32.9.12.2008-74.2.1001-151 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

152 TK32.9.12.2008-74.2.1001-152 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

153 TK32.9.12.2008-74.2.1001-153 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

154 TK32.9.12.2008-74.2.1001-154 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

155 TK32.9.12.2008-74.2.1001-155 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

156 TK32.9.12.2008-74.2.1001-156 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

157 TK32.9.12.2008-74.2.1001-157 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

158 TK32.9.12.2008-74.2.1001-158 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

Page 73: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

55

NO TITIK KARTOMETRIK KABUPATEN CIREBON KOTA CIREBON

KECAMATAN DESA KECAMATAN KELURAHAN

159 TK32.9.12.2008-74.2.1001-159 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

160 TK32.9.12.2008-74.2.1001-160 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

161 TK32.9.12.2008-74.2.1001-161 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

162 TK32.9.12.2008-74.2.1001-162 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

163 TK32.9.12.2008-74.2.1001-163 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

164 TK32.9.12.2008-74.2.1001-164 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

165 TK32.9.12.2008-74.2.1001-165 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

166 TK32.9.12.2008-74.2.1001-166 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

167 TK32.9.12.2008-74.2.1001-167 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

168 TK32.9.12.2008-74.2.1001-168 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

169 TK32.9.12.2008-74.2.1001-169 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

170 TK32.9.12.2008-74.2.1001-170 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

171 TK32.9.12.2008-74.2.1001-171 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

172 TK32.9.12.2008-74.2.1001-172 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

173 TK32.9.12.2008-74.2.1001-173 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

174 TK32.9.12.2008-74.2.1001-174 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

Page 74: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

56

NO TITIK KARTOMETRIK KABUPATEN CIREBON KOTA CIREBON

KECAMATAN DESA KECAMATAN KELURAHAN

175 TK32.9.12.2008-74.2.1001-175 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

176 TK32.9.12.2008-74.2.1001-176 Mundu Mundupesisir Lemahwungkuk Pegambiran

Page 75: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

57

Lampiran 2 : Koordinat Titik Kartometris (TK) Kelurahan

Sukapura, Kelurahan Pekiringan, dan Kelurahan

Pegambiran

TITIK KARTOMETRIK X ( m ) Y ( m )

TK32.9.21.2001-74.1.1002-1 229255,154 9258772,599

TK32.9.21.2001-74.1.1002-2 229245,398 9258740,930

TK32.9.21.2001-74.1.1002-3 229228,671 9258718,147

TK32.9.21.2001-74.1.1002-4 229161,966 9258690,414

TK32.9.21.2001-74.1.1002-5 229112,868 9258669,155

TK32.9.21.2001-74.1.1002-6 229064,793 9258650,296

TK32.9.21.2001-74.1.1002-7 229054,960 9258646,839

TK32.9.21.2001-74.1.1002-8 228984,315 9258620,145

TK32.9.21.2001-74.1.1002-9 228954,709 9258608,958

TK32.9.21.2001-74.1.1002-10 228918,492 9258593,554

TK32.9.21.2001-74.1.1002-11 228871,413 9258717,722

TK32.9.21.2001-74.1.1002-12 228862,484 9258745,834

TK32.9.21.2001-74.1.1002-13 228839,046 9258801,877

TK32.9.21.2001-74.1.1002-14 228788,031 9258943,126

TK32.9.21.2001-74.1.1002-15 228788,468 9258958,829

TK32.9.21.2001-74.1.1002-16 228756,566 9258971,975

TK32.9.20.2001-74.1.1002-17 228706,415 9258990,897

TK32.9.20.2001-74.1.1002-18 228483,439 9259081,043

TK32.9.20.2001-74.1.1002-19 228453,954 9259092,901

TK32.9.20.2001-74.1.1002-20 228319,099 9259146,442

TK32.9.20.2001-74.1.1002-21 228366,490 9258909,254

TK32.9.20.2001-74.1.1002-22 228391,041 9258805,389

TK32.9.20.2001-74.1.1002-23 228385,097 9258655,132

TK32.9.20.2001-74.1.1002-24 228442,216 9258678,621

Page 76: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

58

TITIK KARTOMETRIK X ( m ) Y ( m )

TK32.9.20.2001-74.1.1002-25 228476,021 9258590,918

TK32.9.20.2001-74.1.1002-26 228511,087 9258499,943

TK32.9.20.2001-74.1.1002-27 228519,355 9258502,258

TK32.9.20.2001-74.1.1002-28 228550,774 9258430,516

TK32.9.20.2001-74.1.1002-29 228459,378 9258390,612

TK32.9.20.2001-74.1.1002-30 228468,476 9258371,160

TK32.9.20.2001-74.1.1002-31 228513,214 9258274,709

TK32.9.20.2001-74.1.1002-32 228562,267 9258168,909

TK32.9.20.2007-74.1.1002-33 228714,573 9258237,368

TK32.9.20.2007-74.1.1002-34 228772,391 9258103,129

TK32.9.20.2007-74.1.1002-35 228849,580 9258096,848

TK32.9.20.2007-74.1.1002-36 228902,285 9258100,234

TK32.9.20.2007-74.1.1002-37 228955,531 9258105,871

TK32.9.20.2007-74.1.1002-38 229039,466 9258119,564

TK32.9.20.2007-74.1.1002-39 229095,525 9258130,187

TK32.9.20.2007-74.1.1002-40 229076,588 9258072,064

TK32.9.20.2007-74.1.1002-41 229062,785 9258017,274

TK32.9.20.2007-74.1.1002-42 229055,693 9257992,476

TK32.9.20.2007-74.1.1002-43 229050,428 9257959,113

TK32.9.20.2007-74.1.1002-44 229045,492 9257934,163

TK32.9.20.2007-74.1.1002-45 229042,415 9257773,313

TK32.9.20.2007-74.1.1002-46 229037,576 9257752,234

TK32.9.20.2007-74.1.1002-47 229032,767 9257512,764

TK32.9.20.2007-74.1.1002-48 229027,218 9257461,231

TK32.9.20.2007-74.1.1002-49 229027,592 9257424,308

TK32.9.20.2007-74.5.1001-50 229025,947 9257391,086

TK32.9.20.2007-74.5.1001-51 229029,255 9257310,653

TK32.9.20.2007-74.5.1001-52 229043,708 9257224,162

Page 77: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

59

TITIK KARTOMETRIK X ( m ) Y ( m )

TK32.9.20.2007-74.5.1001-53 229047,365 9257207,982

TK32.9.20.2007-74.5.1001-54 229056,483 9257167,632

TK32.9.20.2007-74.5.1001-55 229077,279 9257076,033

TK32.9.20.2007-74.5.1001-56 229078,761 9257033,911

TK32.9.20.2007-74.5.1001-57 229068,442 9257011,616

TK32.9.20.2007-74.5.1001-58 229041,190 9256963,991

TK32.9.20.2007-74.5.1001-59 229015,523 9256924,916

TK32.9.20.2007-74.5.1001-60 228990,388 9256916,714

TK32.9.20.2007-74.5.1001-61 228958,109 9256916,714

TK32.9.20.2007-74.5.1001-62 228953,346 9256821,464

TK32.9.20.2007-74.5.1001-63 228946,202 9256641,017

TK32.9.20.2007-74.5.1001-64 228989,257 9256636,921

TK32.9.20.2007-74.5.1001-65 228989,720 9256601,965

TK32.9.20.2007-74.5.1001-66 228956,494 9256603,646

TK32.9.20.2007-74.5.1001-67 228912,468 9256612,959

TK32.9.20.2007-74.5.1001-68 228884,528 9256616,981

TK32.9.20.2007-74.5.1001-69 228880,718 9256608,091

TK32.9.20.2007-74.5.1001-70 228847,666 9256519,118

TK32.9.20.2007-74.5.1001-71 228824,691 9256457,272

TK32.9.20.2007-74.5.1001-72 228834,320 9256457,193

TK32.9.20.2007-74.5.1001-73 228821,177 9256396,430

TK32.9.20.2003-74.5.1001-74 228819,668 9256389,522

TK32.9.20.2003-74.5.1001-75 228839,905 9256385,504

TK32.9.20.2003-74.5.1001-76 228925,534 9256371,764

TK32.9.20.2003-74.5.1001-77 228968,156 9256365,007

TK32.9.20.2003-74.5.1001-78 229038,367 9256349,094

TK32.9.20.2003-74.5.1001-79 229035,763 9256330,493

TK32.9.20.2003-74.5.1001-80 229029,159 9256311,565

Page 78: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

60

TITIK KARTOMETRIK X ( m ) Y ( m )

TK32.9.20.2003-74.5.1001-81 229022,809 9256285,106

TK32.9.20.2003-74.5.1001-82 229005,504 9256183,337

TK32.9.20.2003-74.5.1001-83 228953,433 9256194,132

TK32.9.20.2003-74.5.1001-84 228942,638 9256132,114

TK32.9.20.2003-74.5.1001-85 228963,333 9256131,175

TK32.9.20.2003-74.5.1001-86 228942,427 9256031,572

TK32.9.20.2003-74.5.1001-87 228986,665 9256028,820

TK32.9.20.2003-74.5.1001-88 228977,564 9256016,755

TK32.9.20.2003-74.5.1001-89 228968,250 9255997,282

TK32.9.20.2003-74.5.1001-90 228963,594 9255977,385

TK32.9.20.2003-74.5.1001-91 228960,419 9255956,854

TK32.9.20.2003-74.5.1001-92 228953,857 9255930,184

TK32.9.20.2003-74.5.1001-93 228944,481 9255873,263

TK32.9.20.2003-74.5.1001-94 228960,045 9255871,346

TK32.9.20.2003-74.5.1001-95 228959,790 9255847,879

TK32.9.20.2003-74.5.1001-96 228967,192 9255847,845

TK32.9.20.2003-74.5.1001-97 228955,724 9255745,514

TK32.9.20.2003-74.5.1001-98 228954,234 9255710,620

TK32.9.20.2003-74.5.1001-99 228952,282 9255686,456

TK32.9.20.2003-74.5.1001-100 228951,528 9255671,526

TK32.9.12.2010-74.2.1001-101 232024,419 9253213,246

TK32.9.12.2010-74.2.1001-102 232084,184 9253126,408

TK32.9.12.2009-74.2.1001-103 232130,796 9253058,681

TK32.9.12.2009-74.2.1001-104 232153,656 9253070,747

TK32.9.12.2009-74.2.1001-105 232179,374 9253095,194

TK32.9.12.2009-74.2.1001-106 232201,913 9253116,004

TK32.9.12.2009-74.2.1001-107 232233,928 9253141,933

TK32.9.12.2009-74.2.1001-108 232255,613 9253159,318

Page 79: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

61

TITIK KARTOMETRIK X ( m ) Y ( m )

TK32.9.12.2009-74.2.1001-109 232265,218 9253167,019

TK32.9.12.2009-74.2.1001-110 232277,297 9253176,704

TK32.9.12.2009-74.2.1001-111 232312,619 9253206,072

TK32.9.12.2009-74.2.1001-112 232330,479 9253212,025

TK32.9.12.2009-74.2.1001-113 232348,280 9253217,779

TK32.9.12.2009-74.2.1001-114 232369,769 9253224,726

TK32.9.12.2009-74.2.1001-115 232378,104 9253237,822

TK32.9.12.2009-74.2.1001-116 232377,310 9253255,682

TK32.9.12.2009-74.2.1001-117 232365,801 9253272,351

TK32.9.12.2009-74.2.1001-118 232348,007 9253297,129

TK32.9.12.2009-74.2.1001-119 232331,074 9253325,704

TK32.9.12.2009-74.2.1001-120 232318,454 9253352,166

TK32.9.12.2009-74.2.1001-121 232328,687 9253358,536

TK32.9.12.2009-74.2.1001-122 232404,641 9253358,721

TK32.9.12.2009-74.2.1001-123 232435,320 9253358,512

TK32.9.12.2009-74.2.1001-124 232460,191 9253358,512

TK32.9.12.2009-74.2.1001-125 232481,301 9253370,865

TK32.9.12.2009-74.2.1001-126 232506,285 9253412,646

TK32.9.12.2009-74.2.1001-127 232512,341 9253421,831

TK32.9.12.2009-74.2.1001-128 232528,454 9253434,183

TK32.9.12.2009-74.2.1001-129 232571,845 9253440,004

TK32.9.12.2009-74.2.1001-130 232605,115 9253448,332

TK32.9.12.2008-74.2.1001-131 232630,383 9253461,292

TK32.9.12.2008-74.2.1001-132 232645,099 9253479,136

TK32.9.12.2008-74.2.1001-133 232657,109 9253511,776

TK32.9.12.2008-74.2.1001-134 232669,144 9253526,656

TK32.9.12.2008-74.2.1001-135 232682,390 9253529,955

TK32.9.12.2008-74.2.1001-136 232693,042 9253532,609

Page 80: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

62

TITIK KARTOMETRIK X ( m ) Y ( m )

TK32.9.12.2008-74.2.1001-137 232700,116 9253527,786

TK32.9.12.2008-74.2.1001-138 232722,147 9253512,765

TK32.9.12.2008-74.2.1001-139 232796,561 9253502,975

TK32.9.12.2008-74.2.1001-140 232836,645 9253524,406

TK32.9.12.2008-74.2.1001-141 232904,299 9253540,768

TK32.9.12.2008-74.2.1001-142 232921,021 9253543,097

TK32.9.12.2008-74.2.1001-143 232941,387 9253540,355

TK32.9.12.2008-74.2.1001-144 232953,724 9253538,694

TK32.9.12.2008-74.2.1001-145 232975,552 9253520,041

TK32.9.12.2008-74.2.1001-146 232981,505 9253501,784

TK32.9.12.2008-74.2.1001-147 232981,902 9253447,413

TK32.9.12.2008-74.2.1001-148 232985,218 9253402,352

TK32.9.12.2008-74.2.1001-149 232993,995 9253386,699

TK32.9.12.2008-74.2.1001-150 233007,813 9253380,104

TK32.9.12.2008-74.2.1001-151 233070,592 9253384,709

TK32.9.12.2008-74.2.1001-152 233091,133 9253382,178

TK32.9.12.2008-74.2.1001-153 233106,446 9253372,512

TK32.9.12.2008-74.2.1001-154 233131,891 9253336,412

TK32.9.12.2008-74.2.1001-155 233155,343 9253295,867

TK32.9.12.2008-74.2.1001-156 233164,160 9253281,697

TK32.9.12.2008-74.2.1001-157 233199,086 9253253,386

TK32.9.12.2008-74.2.1001-158 233243,271 9253232,749

TK32.9.12.2008-74.2.1001-159 233282,429 9253224,017

TK32.9.12.2008-74.2.1001-160 233327,673 9253232,749

TK32.9.12.2008-74.2.1001-161 233426,848 9253264,706

TK32.9.12.2008-74.2.1001-162 233492,002 9253286,203

TK32.9.12.2008-74.2.1001-163 233561,711 9253318,394

TK32.9.12.2008-74.2.1001-164 233610,394 9253341,678

Page 81: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

63

TITIK KARTOMETRIK X ( m ) Y ( m )

TK32.9.12.2008-74.2.1001-165 233654,315 9253362,315

TK32.9.12.2008-74.2.1001-166 233705,645 9253378,190

TK32.9.12.2008-74.2.1001-167 233744,274 9253393,007

TK32.9.12.2008-74.2.1001-168 233783,454 9253417,750

TK32.9.12.2008-74.2.1001-169 233832,998 9253451,639

TK32.9.12.2008-74.2.1001-170 233871,098 9253498,206

TK32.9.12.2008-74.2.1001-171 233914,489 9253560,647

TK32.9.12.2008-74.2.1001-172 233957,881 9253619,914

TK32.9.12.2008-74.2.1001-173 234003,390 9253658,014

TK32.9.12.2008-74.2.1001-174 234064,773 9253688,706

TK32.9.12.2008-74.2.1001-175 234130,390 9253724,689

TK32.9.12.2008-74.2.1001-176 234190,199 9253770,008

Page 82: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …
Page 83: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

65

Lampiran 3 : Rekomendasi Peta Batas Wilayah Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon

Bagian Kelurahan Sukapura, Kecamatan Kejaksan

Page 84: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

Bagian Kelurahan Pekiringan, Kecamatan Kesambi

Page 85: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

Bagian Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk

Page 86: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …
Page 87: STUDI PENENTUAN BATAS WILAYAH ANTARA KOTA CIREBON …

69

BIODATA PENULIS

Penulis bernama Ken Zuleymia

Hutomo, dilahirkan di Malang pada

tanggal 3 Novemver 1995. Penulis

menempuh pendidikan formal antara

lain di TK Anak Shaleh Malang, SD

Islam Sabilillah Malang, SMP Negeri

3 Malang, SMA Negeri 3 Malang.

Setelah lulus dari SMA pada tahun

2013, penulis melanjutkan pendidikan

ke perguruan tinggi diterima di Teknik

Geomatika FTSP-ITS. Selama

menjadi mahasiswa S1, penulis aktif

dalam organisasi kemahasiswaan

sebagai anggota Departemen

Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa Himpunan Mahasiswa

Geomatika (HIMAGE-ITS) 2014/2015, dan Sekretaris

Departemen Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa Himpunan

Mahasiswa Geomatika (HIMAGE-ITS) 2015/2016. Selain itu

penulis juga aktif berpartisipasi mengikuti kegiatan dan

kepanitiaan yang diselenggarakan di tingkat jurusan, fakultas,

maupun institut. Penulis mengambil penelitian Tugas Akhir di

bidang keahlian Geodesi Survei mengenai Penentuan Batas

Wilayah.