studi pembelajaran dan pemanfaatan - psf librarypsflibrary.org/catalog/repository/studi pembelajaran...

47
STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN PRO-POOR PLANNING, BUDGETING & MONITORING (P3BM) KAJIAN SINGKAT DI 9 KABUPATEN DONNY SETIAWAN dan SUHIRMAN (Konsultan PSF World Bank – Jakarta) BANDUNG, 2011

Upload: hoangthu

Post on 20-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN

PRO-POOR PLANNING, BUDGETING & MONITORING (P3BM)

KAJIAN SINGKAT DI 9 KABUPATEN

DONNY SETIAWAN dan SUHIRMAN

(Konsultan PSF World Bank – Jakarta)

BANDUNG, 2011

Page 2: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

LATAR BELAKANG

Dalam rangka membantu Pemerintah mempercepat pemenuhan target Millenium

Development Goals (MDGs), sejak tahun 2006 BAPPENAS dengan dukungan Asian

Development Bank (ADB) dan United Nation Development Program (UNDP)

melaksanakan kegiatan peningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam proses

perencanaan dan penganggaran pembangunan yang pro terhadap masyarakat miskin

(Pro-Poor Planning and Budgeting/P3B). Pada tahun 2009, dengan maksud

penambahan komponen monitoring, kegiatan ini berubah nama menjadi Pro-Poor

Planning, Budgeting and Monitoring (P3BM).

Terdapat empat komponen utama yang diperkenalkan oleh P3BM di lokasi program

yaitu: 1) penyusunan kartu penilaian MDGs (Scorecard) untuk melihat status

pencapaian MDGs suatu daerah; 2) pemetaan kemiskinan (poverty maping) untuk

menganalisa ketepatan lokasi perencanaan dan penganggaran; 3) Analisis APBD

menggunakan metode pivot, yang mencakup analisa anggaran daerah apakah sudah

berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

pemerintah daerah untuk menandai kecamatan yang sangat memerlukan program.

Komponen-komponen ini telah diterapkan antara tahun 2007-2010 di 29 kabupaten

melalui tiga kegiatan utama yaitu: sosialisasi pengenalan alat dan pembentukan

komitmen daerah, training of trainers (TOT) alat-alat kepada pejabat, staf pemerintah,

LSM dan pelaksana program lain di daerah selanjutnya pendampingan dalam proses

perencanaan dan penganggaran yang pro-miskin.

TUJUAN DAN METODOLOGI

Kajian ini bertujuan untuk menggali pembelajaran tentang pemanfaatan pendekatan

dan perangkat analisis P3BM dan mengidentifikasi tantangan dan hambatan dalam

pemanfaatan perangkat analisis P3BM serta menggali informasi untuk perbaikan dan

penyempurnaan perangkat analisis P3BM. Studi dilakukan di 9 kabupaten/kota yang

pernah mendapatkan pelatihan/ pendampingan dari P3BM dengan melakukan

wawancara dan FGD dengan mantan peserta pelatihan P3BM. Untuk memperkaya

informasi, peneliti juga melakukan studi dokumen. Lokasi Studi adalah Kabupaten

Wakatobi, Kota Bau-Bau, Kabupaten Sikka, Timor Tengah Selatan, Manggarai, Sumba

Barat Daya, Kabupaten Sumbawa Barat, Lombok Barat dan Kabupaten Pekalongan.

Studi dilakukan dari bulan Juli – Oktober 2011.

Page 3: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

iii

MANFAAT DAN KELEMAHAN ALAT P3BM

Hasil studi menunjukkan bahwa P3BM mulai memberikan manfaat kepada daerah

terutama dalam mengarahkan dan memonitor proses perencanaan dan penganggaran

agar ber-orientasi pada penanggulangan kemiskinan.

Dalam konteks mengidentifikasi masalah perencanaan pro-poor kabupaten, maka alat

P3BM dapat:

• Memandu kabupaten dalammengidentifikasi permasalahan pokok yang ada di lapangan berkaitan dengan persoalan kemiskinan.

• Memperbaiki perspektif kabupaten untuk memahami prioritas daerah dalam penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

• Bisa memperkuat analisa awal kemiskinan melalui participatory poverty assessment (PPA) yang dilakukan oleh program PNPM Mandiri.

Dalam konteks perencanaan dan alokasi anggaran, alat P3BM dapat:

• Menganalisa dan menentukan pilihan program/kegiatan dan alokasi anggaran. • Mengarahkan SKPD agar membuat perencanaan sesuai dengan Rencana

Strategis (Renstra). P3BM juga membantu SKPD dalam menempatkan lokasi program prioritas.

• Mengevaluasi ketepatan target perencanaan dan alokasi anggaran kemiskinan terutama dari sisi sektor dan prioritas lokasi.

Dalam konteks monitoring dan evaluasi daerah, alat P3BM dapat:

• Memperbaiki database dan jenis data yang terukur. • Dimanfaatkan sebagai alat monitoring dan evaluasi kemajuan daerah dalam

pencapaian MDGs.

Dari paparan di atas tampak bahwa sebagai ‘instrumen teknokratis’ P3BM dapat

memberikan kontribusi dalam membangun sistem-sistem data, mengenali persoalan

daerah baik dari sisi isu maupun lokasi, dan mengarahkan daerah untuk

mengalokasikan anggaran sesuai dengan persoalan yang dihadapi dan tujuan yang ingin

dicapai dalam konteks penanggulangan kemiskinan.

Namun, studi ini juga mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan

P3BM. Yang paling fundamental yaitu P3BM hanya merupakan sebuah alat dan

software, tidak dapat dengan sendirinya mengatasi masalah-masalah sehubungan

dengan komitmen dan mendorong pemerintah daerah agar pro-miskin. Sehingga

terdapat kehati-hatian dalam penggunaan kata-kata ‘dapat’ di atas: jika ditangani oleh

Bappeda yang pro-perubahan, alat P3BM dapat digunakan untuk menjamin bahwa

perencanaan dan anggaran akan lebih sensitif terhadap kesenjangan sosial ekonomi dan

dapat mencapai target-target MDGs. Kelemahan selanjutnya adalah saat ini titik berat

P3BM masih pada fase perencanaan dari skema pemberian pelayanan dasar, dan belum

ada keterkaitan dengan implementasi dan kualitas belanja. Sehingga hal ini masih

Page 4: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

iv

membatasi dampak dari penggunaan toolkit ini, karena terdapat gap antara planning,

budgeting dan realisasi dari penyediaan pelayanan dasar.

Beberapa tantangan lainnya adalah: 1) beberapa daerah masih menghadapi kendala

teknis dalam penerapan basis data sehingga memerlukan pendampingan terus-

menerus, 2) pada saat ini alat-alat P3BM belum menjawab persoalan keterbatasan

anggaran dalam mengatasi masalah kemiskinan (meskipun dapat membantu daerah

dalam menggunakan anggaran minim dengan lebih efektif),3) pemanfaatan alat P3BM

untuk melakukan penelusuran delivery pelayanan dan pertanggung-jawaban anggaran

belum banyak terlihat, 4) peran pemerintah provinsi dalam proses pelatihan dan

pendampingan masih rendah. Kelemahan ini diperparah dengan kebijakan mutasi

pegawai dan tidak ada insentif kepada pejabat dan staf daerah yang bekerja secara

sungguh-sungguh untuk menerapkan alat ini.

REKOMENDASI

Merujuk pada manfaat, kelemahan dan pembelajaran terhadap praktek baik di daerah,

maka untuk meningkatkan efektifitas penerapan dan pengembangan alat P3BM dalam

penanggulan kemiskinan studi ini memberi rekomendasi sebagai berikut:

Perlu dukungan kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah:

a. Kebijakan bersama (misalnya Surat Edaran Bersama) antara BAPPENAS,

Kementrian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri untuk mendukung

mobilisasi berbagai sumberdaya yang khusus diperuntukkan bagi pencapaian

target MDGs di daerah-daerah, terutama bagi daerah yang masih jauh dibawah

capaian nasional dengan memanfaatkan P3BM sebagai salah satu instrument;

b. Pembentukan tim khusus atau sekretariat yang sifatnya lebih fungsional di

Bappeda tingkat propinsi sebagai perencana untuk mengawal proses pencapaian

target MDGs di kabupaten/kota;

c. Kebijakan kepala daerah terkait dengan penugasan khusus terhadap aparatur

yang sudah dilatih dan menguasai alat P3BM untuk menjadi tim supply data

perencanaan dan penganggaran, berkoordinasi secara rutin dan berkala dengan

SKPD dan memberikan masukan bagi TAPD dan Badan Anggaran DPRD dalam

menyusun dan membahas anggaran;

d. Peraturan kepala daerah untuk mengintegrasikan analisis P3BM dalam forum

musrenbang mulai dari tingkat desa sampai kabupaten, untuk mengorientasikan

usulan komunitas sesuai dengan target penanggulangan kemiskinan. Sebagai

konsekwensinya kedalaman analisa pemetaan kemiskinan harus sampai ke

tingkat desa.

Perbaikan strategi pelaksanaan program.

P3BM akan terlihat efektifitasnya jika tidak hanya dikembangkan sebagai paket-

paket pelatihan, tetapi mencakup pendampingan teknis yang intensif minimal untuk

Page 5: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

v

kurun waktu 1-2 tahun. Beberapa komponen penting yang harus dikembangkankan

P3BM dalam kerangka program adalah:

a) Memperluas peserta pelatihan bukan hanya dari pejabat dan staf pemerintah

tetapi juga dari provinsi, perguruan tinggi, BPS, organisasi komunitas, pelaksana

PNPM dan aktivis LSM. Selanjutnya peserta dari provinsi dan non-pemerintah

daerah dilibatkan menjadi pendamping. Provinsi juga dilibatkan baik dalam

pelatihan maupun dalam pemantauan kegiatan P3BM di kabupaten/kota;

b) Perbaikan data dan informasi kemiskinan di tingkat kabupaten. Para alumni

pelatihan diwadahi dalam forum/tim data daerah dan diberi wahana untuk

mentransfer pengetahuannya kepada peer group yang mungkin akan

menggantikan posisinya jika dia dimutasi:

c) Adanya forum sharing pengalaman dalam meningkatkan kualitas perencanaan

dan penganggaran untuk penanggulangan kemiskinan di tingkat nasional,

termasuk adanya kegiatan reguler untuk melihat dan memperbaharui capaian

SKPD dengan menggunakan alat P3BM;

d) Peraturan daerah untuk membahas hasil analisis P3BM sebelum pembahasan

anggaran di DPRD agar anggota DPRD memahami situasi kemiskinan di

daerahnya dan mendorong prioritas alokasi anggaran sesuai dengan target

penanggulangan kemiskinan;

e) Finalisasi dan percobaan (pilot) modul monitoring.

Memperkaya materi pelatihan

a) Perlu pendalaman materi analisis anggaran yang mencakup juga analasis

realokasi anggaran, analisis kemampuan fiscal, dan penelusuran anggaran;

b) Poverty mapping sebaiknya dibuat sampai dengan satuan wilayah desa;

c) Mengaitkan target pencapain MDGS dengan SPM (Standard Pelayanan

Minimum), karena dari sisi regulasi daerah lebih terikat dengan SPM;

d) Perlu tambahan materi tentang tabel indikator program kegiatan di SKPD (input,

output, outcome, impact) sehingga lebih mudah untuk tracking pendanaan dan

belanja SKPD.

Untuk mengembangkan materi pelatihan dan teknis delivery dari program-program di

atas, tidak dapat dihindari pelaksana program P3BM harus juga mengembangkan

jaringan dengan pelaku program lain di daerah, misalnya PNPM. Ini terutama

dibutuhkan untuk memudahkan difusi alat-alat P3BM ke dalam skema program lain dan

kepada sistem perencanaan dan penganggaran reguler.

Page 6: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

vi

KATA PENGANTAR

Studi Pembelajaran dari Pemanfaatan Alat Pro-poor Planning, Budgeting & Monitoring (P3BM) ini dilaksanakan untuk melihat pemanfaatan instrumen P3BM dan mengidentifikasi keberhasilan, tantangan dan hambatan selama penggunaan alat-alat tersebut. Studi ini bermaksud untuk memberikan masukan bagi perbaikan desain dan pengembangan program. Studi akan dilakukan selama 45 hari pada periode Juni – Oktober 2011 di 9 kabupaten/kota yang meliputi 4 provinsi, yaitu: Kabupaten Sikka (NTT), Kabupaten Manggarai (NTT), Kabupaten Timor Tengah Selatan (NTT) , Kabupaten Sumba Barat Daya (NTT), Kabupaten Lombok Barat (NTB), Kabupaten Sumbawa Barat (NTB), Kabupaten Pekalongan (Jawa Timur), Kota Bau Bau (Sulawesi Tenggara), Kabupaten Wakatobi (Sulawesi Tenggara). Laporan akhir ini berisi hasil studi lapangan di 9 Kabupaten, serta rekomendasi mengenai arah pelaksanaan P3BM ke depan. Laporan akhir ini mendapatkan masukan yang sangat berarti dari tim PSF-World Bank terutama dari Hans Antlov dan Dianty Ayu Sintadewi. Bandung, November 2011

Page 7: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

vii

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF ii

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR SINGKATAN viii

1 PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1

2 Tujuan dan Metodologi Studi ...................................................................................... 5

2.1. Tujuan Studi ................................................................................................................................ 5

2.2. Fokus Studi .................................................................................................................................. 5

2.3. Metode Penggalian Data ......................................................................................................... 5

2.4. Lokasi Studi ................................................................................................................................. 6

2.5. Gambaran Umum Wilayah .................................................................................................... 7

3 ANALISIS PEMANFAATAN ALAT ANALISIS P3BM ................................................. 8

3.1 Pelaksanaan dan Pengembangan Program P3BM ....................................................... 8

3.2 Kontribusi Program P3BM ................................................................................................. 10

3.2.1. Tumbuhnya Pengetahuan dan Kesadaran “Baru” ....................................... 10

3.2.2 Memperkuat dan Menginspirasi Inisiatif-Inisiatif Lokal .......................... 10

3.3 Pemanfaatan Alat Analisis P3BM di Daerah ................................................................ 12

3.3.1 Pemanfaatan dalam Penyempurnaan Pengelolaan Basis Data .............. 12

3.3.2 Pemanfaatan dalam Proses Perencanaan dan Penganggaran ................ 13

3.3.3 Pemanfaatan dalam Perbaikan Kualitas Dokumen Perencanaan

Pembangunan Daerah ............................................................................................ 14

4 KEKUATAN DAN KELEMAHAN ALAT-ALAT P3BM .............................................. 15

4.1 Kekuatan Penerapan alat P3BM ....................................................................................... 15

4.2 Kelemahan Penerapan alat P3BM ................................................................................... 16

5 CERITA SUKSES DAN PEMBELAJARAN .................................................................... 19

5.1 Cerita Sukses............................................................................................................................ 19

5.2 Pembelajaran ........................................................................................................................... 24

6 Rekomendasi ................................................................................................................... 26

LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................................................... 30

Page 8: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

viii

DAFTAR SINGKATAN

ADB|Asian Development Bank (Bank Pembangunan Asia) ADD|Alokasi Dana Desa APBD |Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN |Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara BANGGAR |Badan Anggaran BAPPEDA |Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPENAS | Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUPATI |Kepala Daerah Kabupaten DAK |Dana Alokasi Khusus DAU | Dana Alokasi Umum DPRD | Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPU | Dinas Pekerjaan Umum FGD | Focus Group Discussion KEPMEN | Keputusan Menteri KEMDAGRI | Kementrian Dalam Negeri KORPROV | Koordinator Provinsi KUA | Kebijakan Umum Anggaran LSM | Lembaga Swadaya Masyarakat PAD | Pendapatan Asli Daerah P3B| Pro-Poor Planning and Budgeting PEMDA | Pemerintah Daerah PERDA | Peraturan Daerah PERMENDAGRI | Peraturan Menteri Dalam Negeri PNPM Mandiri| Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PNS | Pegawai Negeri Sipil RENJA-SKPD | Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah RENSTRA-SKPD | Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah RKA | Rencana Kerja dan Anggaran RKPD | Rencana Kerja Pemerintah Daerah RPJMD | Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMDes | Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa RPJPD | Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah SKPD | Satuan Kerja Perangkat Daerah TAPD | Tim Anggaran Pemerintah Daerah TKPKD | Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah UU | Undang-undang

Page 9: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

1

1 PENDAHULUAN

Pada tahun 2000, 189 negara di dunia yang menjadi anggota Perserikatan Bangsa-

Bangsa menyepakati agenda pembangunan milenium, yang selanjutnya dikenal dengan

sebutan Millenium Development Goals (MDGs). MDGs memuat delapan kesepakatan

yang menjadi agenda pembangunan negara-negara tersebut sampai dengan tahun 2015.

Sejak disepakatinya MDGs, Pemerintah Indonesia menjadikan agenda MDGs sebagai

salah satu target pembangunan nasional dan daerah. Sebagai bentuk pelaksanaan

MDGs, delapan agenda MDGs dimasukkan dalam rencana pembangunan jangka

menengah dan tahunan, baik itu di tingkat nasional ataupun di daerah.

Dalam rangka membantu pemerintah daerah mempercepat pemenuhan target MDGs,

sejak tahun 2006 BAPPENAS dengan dukungan ADB dan UNDP melaksanakan kegiatan

peningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam proses perencanaan dan

penganggaran pembangunan yang pro terhadap masyarakat miskin (Pro-Poor Planning

and Budgeting-P3B). Pada tahun 2008, dengan maksud penambahan komponen

monitoring, kegiatan ini berubah nama menjadi Pro-Poor Planning, Budgeting and

Monitoring (P3BM).

Pada tahun 2006, kegiatan P3B telah dilaksanakan di 11 kabupaten/kota, yaitu:

Kabupaten Manggarai, Kupang, Sumba Timur, Sumba Barat, Purbalingga, Wonosobo,

Banjarnegara, Kota Semarang, Ogan Komiring Ilir, Ogan Ilir dan Palembang.Pada tahap

ini P3B masih bersifat terbuka (open menu) dimana daerah dapat memilih dukungan

penguatan kapasitas dan pendampingan sesuai dengan kebutuhan daerah.Sejak tahun

2007, Pemerintah Indonesia meluncurkan program Target MDGs dengan didukung oleh

UNDP. Target MDGs memiliki 4 (empat) komponen program, yaitu: perbaikan

pendataan, pelaporan, advokasi/kampanye dan dukungan inisiatif lokal untuk

memperkuat kapasitas pemerintah daerah, LSM dan media massa. Komponen kegiatan

ke-empat selanjutnya disebut Pro-Poor Planning, Budgeting and Monitoring (P3BM)

yang merupakan penyempurnaan dari P3B.

Program Target MDGs berlokasi di 3 (tiga) provinsi dan 18 (delapan belas)

kabupaten/kota sebagai berikut:

Provinsi NTB: Kabupaten Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat,

Dompu, Bima dan Sumbawa Barat

Provinsi NTT: Kabupaten Flores Timur, Belu, Kupang, Sikka, Timor Tengah

Selatan dan Sumba Barat Daya

Provinsi Sulawesi Tenggara: Kabupaten Wakatobi, Bombana, Kolaka, Konawe,

Buton dan Kota Bau-Bau

Page 10: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

2

Program P3BM merupakan upaya peningkatan kapasitas pemerintah daerah untuk

mempercepat pencapaian target MDGs melalui upaya perbaikan kualitas proses

perencanaan dan penganggaran di daerah. Program P3BM diharapkan dapat membantu

pemerintah daerah dalam melakukan “diagnosa” status capaian MDGs di daerah,

meningkatkan kapasitas aparatur dalam menyusun rencana program dan anggaran

yang pro-masyarakat miskin serta monitoring proses dan hasil pembangunan. Dalam

kurun waktu 2007 – 2010, program P3BM telah dilaksanakan di29(dua puluh sembilan)

kabupaten/kota.

Pada tahun 2008 Tim Teknis Asistensi P3B Bappenas-ADB melakukan studi mengenai

perencanaan dan penganggaran daerah. Berdasarkan studi dari Tim Teknis Asistensi

P3B, dari sisi substansi perencanaan dan penganggaran daerah masih memiliki

kekurangan yang mendasar yaitu: 1) tidak memiliki substansi yang jelas dalam

memberantas kemiskinan, 2) penerima manfaat program tidak teridentifikasi dengan

jelas, 3) hanya sedikit mendapat input dari kelompok miskin dan terpinggirkan, 4) tidak

memuat output, outcome dan dampak dari program dan alokasi anggaran, 5) program

dan kegiatan terfragmentasi secara sektoral, 6) tidak ada keterkaitan antara

perencanaan tahunan dan perencanaan jangka menengah, dan 7) tidak ada keterkaitan

yang jelas antara program kabupaten/kota dengan provinsi dan pusat.

Sedangkan dari sisi proses, masalah yang dihadapi dalam perencanaan reguler di

daerah terutama adalah: 1) informasi kebijakan, perencanaan dan pagu anggaran tidak

diketahui pada tingkat perencanaan yang lebih rendah, 2) proses musyawarah

(musrenbang) nyaris tidak dilakukan pada perencanaan di tingkat desa, 3) kalaupun

musrenbang dilakukan di tingkat desa dan kecamatan, hanya dihadiri oleh sedikit

kelompok elit komunitas, 4) waktu musrenbang sangat terbatas untuk menghasilkan

keputusan yang baik, 5) peran LSM lokal dalam musrenbang sangat terbatas, hanya

sebagai partisipan pasif. 6) minsat DPRD dalam menghadiri musrenbang telah ada

terutama di daerah pemilihannya, tetapi perannya belum begitu jelas disamping

pemahaman terhadap strategi penanggulangan kemiskinan yang masih rendah.

Berdasarkan pada hasil studi, Tim Asistensi P3B merekomendasikan agar pengurangan

kemiskinan melalui program P3B fokus pada perbaikan substansi dan proses

perencanaan dan penganggaran. Untuk substansi perencanaan P3B seharusnya fokus

pada perencanaan daerah dengan perhatian yang penuh pada membangun basis data

dan analisis kemiskinan. Untuk itu, usaha yang keras perlu dilakukan untuk mengubah

perencanaan berbasis sektor (SKPD) menjadi berbasis tema/isu yang akan dibahas

bersama dalam forum gabungan SKPD. Setiap tahap perencanaan tahuna perlu dimulai

dengan evaluasi perencanaan dan pelaksanaan sebelumnya dengan menganalisis

output, outcome dan dampak dari program. Perencanaan juga harus menyeimbangkan

penekanan antara pembangunan fisik dengan pembangunan sosial.

Page 11: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

3

Sedangkan dari sisi proses perencanaan seharusnya didasarkan pada kiteria yang jelas

sebagai dasar bagi pengambilan keputusan dalam musrenbang dari di tingkat

komunitas sampai kabupaten. Keputusan berdasarkan kriteria tersebut harus

disepakati dalam forum musrenbang yang mengikat dan diumumkan melalui media

lokal. Agar keputusan musrenbang berkualitas, informasi mengenai kebijakan saat ini –

baik nasional maupun provinsi- termasuk pagu indikatifnya telah diinformasikan

sebelum musrenbang dilakukan. Di tingkat desa sebaiknya hanya ada satu proses,

forum dan produk perencanaan. Desa juga sebaiknya diberikan dana yang mencukupi

(ADD) agar forum musrenbang memiliki arti di tingkat desa. Agar musrenbang dapat

berjalan dengan baik, sebaiknya ada fasilitator profesional pada tiap tahapan

musrenbang. Yang sangat penting dalam pengurangan kemiskinan adalah komponen

masyarakat sipil, masyarakat miskin dan terpinggirkan diberi kesempatan untuk

menyampaikan aspirasi mereka.Untuk mendukung perbaikan perencanaan dan

penganggaran dari sisi substansi dan proses, perlu dilakukan peningkatan kapasitas di

tingka daerah baik terhadap pejabat, staf dan komponen masyarakat sipil.

Merujuk pada rekomendasi Tim Asistensi Teknis, pada tahun 2008 P3B dilanjutkan

dengan nama P3BM dengan dukungan pendanaan dari UNDP. Ada 3 komponen (alat)

utama yang diperkenalkan oleh P3BM di daerah program yaitu:

1. Penyusunan kartu penilaian (balanced scorecard) MDGsuntuk perencanaan dan

pengangaran yang berpihak pada masyarakat miskin. Komponen ini menganalisa

target dan pencapaian target MDGS daerah dibanding dengan target nasional dan

internasional.

2. Pemetaan Kemiskinan MDGs (poverty maping) untuk perencanaan dan

penganggaran yang tepat lokasi. Komponen ini mengkonversi data-data statistik ke

data spatial (GIS) sehingga bisa diidentifikasi lokasi-lokasi yang tingkat

kemiskinannya rendah, sedang dan tinggi.

3. Analisis APBD yang mencakup:

a. Analis kualitas dokumen perencanaan dan penganggaran yang tepat lokasi.

Komponen ini menganalisis ketepatan lokasi alokasi anggaran berdasarkan pada

hasil pemetaan kemiskinan.

b. Analisa belanja pembangunan daerah untuk peningkatan kualitas penggunaan

anggaran untuk penanggulangan kemiskinan.

c. Interpretasi dan aplikasi alat P3BM untuk perencanaan dan penganggaran yang

berpihak pada masyarakat miskin.

Kelima komponen di atas diterapkan di daerah melalui tiga kegiatan utama yaitu:

1. Lokakarya pengenalan alat dan pembentukan komitmen daerah. Kegiatan ini

dilakukan pada tahap awal program untuk memperkenalkan alat-alat P3BM dan

menggali komitmen kepada daerah yang akan menjadi lokasi program.

Page 12: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

4

2. Pelatihanalat-alat P3BM kepada pejabat, staft, LSM dan pelaksana program lain di

daerah.

3. Pendampingan daerah dalam memanfaatkan alat-alat P3BM dalam proses

perencanaan dan penganggaran daerah.

Setelah berjalan selama 4 tahun, maka perlu dipelajari manfaat P3BM di daerah,

kekuatan dan kelemahannya, serta pembelajaran dari praktek baik yang pernah

dilakukan daerah dalam memanfaatkan alat-alat P3BM.

Page 13: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

5

2 TUJUAN DAN METODOLOGI STUDI

2.1. Tujuan Studi

Merujuk pada latar belakang, tujuan dari studi ini terutama adalah:

a. Menggali pembelajaran tentang pemanfaatan pendekatan dan perangkat analisis

P3BM dan merekam aktivitas lainnya yang berhubungan.

b. Mengidentifikasi tantangan dan hambatan dalam pemanfaatan perangkat analisis

P3BM serta menggali informasi untuk perbaikan dan penyempurnaan perangkat

analisis P3BM.

2.2. Fokus Studi

Dalam rangka menjawab tujuan studi sebagaimana dipaparkan di atas,

makapertanyaan-pertanyaan pokok untuk studi ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana P3BM telah berkontribusi dalam peningkatan kualitas perencanaan dan

penganggaran di daerah? Apa kekuatan dan kelemahannya?

b. Seberapa efektif kegiatan pelatihan P3BMdapat mendukung peningkatan kapasitas

aparatur di daerah?

c. Adakah cerita-cerita sukses, pembelajaran dan praktek-praktek baik yang bisa

digambarkan dari P3BM yang menjadi alasan agar kegiatan ini sangat baik untuk

direplikasi dan atau di dikembangkan di lokasi lainnya?

d. Dalam kondisi apa agar P3BM dapat dilaksanakan secara efektif?

e. Apa rekomendasiuntuk memperbaiki kualitas pelaksanaan programP3BM agar

proses perencanaan penganggaran di daerah lebih berpihak bagi masyarakat

miskin?

Berdasarkan pertanyaan pokok studi tersebut, peneliti mengerangkakan studi ini dalam

6 (enam) aspek berikut:

a. Kontribusi P3BM terhadap peningkatan kualitas perencanaan penganggaran daerah

b. Pemanfaatan alat P3BM dalam perbaikan basis data di daerah

c. Pemanfaatan alat P3BM dalam proses perencanaan penganggaran di daerah

d. Pemanfaatan alat P3BM dalam perbaikan kualitas dokumen perencanaan daerah

e. Pembelajaran dan cerita sukses pemanfaatan alat P3BM

f. Rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan program P3BM

2.3. Metode Penggalian Data

Page 14: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

6

Proses pengumpulan data dilaksanakan melalui tigacara, yaitu:

a) Studi data sekunder yang dilaksanakan melalui pengumpulan informasi dan data

sekunder dari berbagai dokumen yang tersedia, diantaranya:

Panduan, laporan dan publikasi pelaksanaan program P3BM

Dokumen perencanaan dan penganggaran daerah, seperti: RPJMD, SPKD, APBD,

RKPD, dll

Dokumen-dokumen terkait lainnya

(Data skunder dan laporan publikasi P3BM yang menjadi rujukan studi ini dapat

dilihat dalam lampiran 1).

b) Wawancara dilakukan terhadap para responden yang memiliki keterkaitan langsung

dengan program penerapan alat P3BM. Responden dalam studi ini dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1)alumni pelatihan P3BM dari SKPD, perguruan

tinggi, LSM dan stakeholder lainnya, dan 2) pejabat provinsi dan kabupaten/kota

yang pernah terlibat dalam program dan kegiatanP3BM. (Kegiatan wawancara dan

daftar responden yang diwawancara dapat dilihat pada lampiran 2)

c) Di beberapa lokasi studi, peneliti melakukan FGD untuk mengidentifikasi manfaat,

kekuatan, kelemahan, contoh-contoh praktek baik dan menyusun rekomendasi

untuk peningkatan pelaksanaan P3BM.

2.4. Lokasi Studi

Lokasi studi adalah daerah-daerah yang pernah terlibat dalam pelatihan P3BM. Daerah-

daerah tersebut ditentukan secara purposif berdasarkan tingkat dukungan dan inisiatif

dalam pelaksanaan metodologi P3BM. Berdasarkan kriteria tersebut, daerah-daerah

yang menjadi lokasi sasaran studi adalah:

1. Sulawesi Tenggara: Kabupaten Wakatobi dan Kota Bau-Bau

2. NTT: Kabupaten Sikka, Timor Tengah Selatan, Manggaraidan Sumba Barat Daya

3. NTB: Kabupaten Sumbawa Barat and Lombok Barat

4. Jawa Tengah: Kabupaten Pekalongan

Page 15: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

7

2.5. Gambaran Umum Wilayah

Secara umum, profil 10 (sepuluh) kabupaten/kota yang menjadi lokasi studi dapat

digambarkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Gambaran Umum Wilayah Studi

Lokasi

Luas Wilayah

Jumlah Kec, Kel /Desa

Penduduk (jiwa)

Jumlah Penduduk

Miskin

Total Belanja APBD TA 2011

(Rp)

Total Belanja Pengawai

(BTL+BL) APBD TA 2011 (Rp)

Total Belanja Publik APBD TA

2011 (Rp)

1. Sikka 7.553,24 km

21 kec.,160 kel./desa

232.605)

(2010) 40.200 jiwa

(13,38%)

(2010)

518.000.000.000 291.946.779.192

(56,36%) 226.053.220.808

(43,64%)

2. Manggarai 1.669,42 Km

9 kec.,132 desa, 17 kel

292.037 (2010)

)

67.100 jiwa (22,91%)

(2010)

511.214.721.209 268.782.195.591

(52,58%)

242.432.525.618, (47,42%)

3. Timor Tenggah Selatan

3.947 km 32 kec., 12 kel., 228 desa

441.155 (2010

)

126.600 jiwa (28,71%

(2010)

709.752.826.686

391.078.111.516 (55,10%)

318.674.715.170 (44,90%)

4. Sumba Barat Daya

1.445,77 km

8 kec., 94 desa, 2 kel

285.414 (2010)

)

85.100 jiwa (29,88%)

(2010)

379.046.287.989 163.523.393.641 (43,14%)

215.522.894.348 (56,86%)

5. Lombok Barat

862,62 Km 10 kec., 88 desa

603.223 (2008)

60.117 KK fakir miskin

(2008)

822.332.436.527

477.115.284.677 (58,02%)

345.217.151.850 (41,98%)

6. Sumbawa Barat

1.849,02 Km

8 Kec., 6 kel., 57 desa

101.089

(2009) 2.558 KK

Fakir Miskin

(2009)

649.000.000.000 217.019.689.288 (33,44%)

431.980.310.712 (66,56%)

7. Pekalongan 836,13 Km 19 kec., 285 desa/kel

1002.826 (2010)

151.630 jiwa

(15,32%) (2010)

898.873.262.000 594.456.285.400 (66,13%)

304.416.976.600 (33,87%)

8. Bau Bau 221,00 Km 7 kec., 43 Kel 130.862 (2009)

18.170 jiw (2009)

449.536.798.444 254.089.931.960 (56,52%)

195.446.866.484 (43,48%)

9. Wakatobi 425,97 Km 8 kec, 25 kel., 75 desa

92.995 2010)

26.000 jiwa (2007)

389.280.861.758 177.596.629.736 (45,62%)

211.684.232.022,- (54,38%)

10. Manokwari 14.448,50 Km

29 kec, 9 kel., 412 des

)

183.900 (2008)

36.347 RTM (2008)

728.455.401.743 383.024.446.005 (52,58%)

345.430.955.738,- (47,42%)

Sumber data: 1)

RPJMD Kab. Sikka 2009-2014, 2)

http://ntt.bps.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=47&Itemid=8, 3)

http://ntt.bps.go.id/index.php? option=com_ content&view=article&id=133&Itemid=107, 4)

RPJMD Kab. Manggarai 2011-2015, 5)

RPJMD Kab. Timor Tengah Selatan 2009-2014, 6)

RPJMD Kab. Sumba Barat Daya 2009-2013, 7)

Kabupaten Sumba Barat Daya Dalam Angka 2010,

8)Kabupaten Lombok Barat Dalam Angka 2009,

9) Kabupaten Sumbawa Barat Dalam Angka 2010,

10) Kabupaten

Pekalongan Dalam Angka 2009, 11)

LKPJ Akhir Masa Jabatan Bupati Pekalongan 2006-2011, 12)

Kota Bau Bau Dalam Angka 2010, 13)

Buku Saku Kota Bau Bau 2010, 14)

Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2011, 15)

Data dan Informasi Kemiskinan Tahun 2007, BPS (Diolah dari Susenas Kor 2007),

16) Kabupaten Manokwari Dalam Angka 2009,

17)Ringkasan APBD Tahun 2011, www.djpk.depkeu.go.id,

18)APBD Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun 2011,

19)APBD Kabupaten Lombok Barat Tahun 2011

Page 16: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

8

3 ANALISIS PEMANFAATAN ALAT ANALISIS P3BM

3.1. Pelaksanaan dan Pengembangan Program P3BM

Pelaksanaan program P3BM di 10 (sepuluh) kabupaten/kota lokasi sasaran studi

diselenggarakan dalam bentuk pelatihan alat-alat analisis P3BM selama 3 (tiga)-5 (lima)

hari. Selain pelatihan juga dilakukan kegiatan lokakarya (1-2 hari) dan pendampingan

baik dalam kerangka menyusun balance score card, pencapaian MDGs maupun dalam

pengembangan manajemen basis data daerah.

Ketiga alat analisis (poverty mapping, balanced score card dan analisis APBD) P3BM

diperkenalkan dan disimulasikan dalam pelatihan tersebut. Selain ketiga alat analisis di

atas, Kabupaten Sumba Barat Daya dan Kabupaten Wakatobi mendapatkan satu paket

pelatihan lainnya yaitu manajemen basis data daerah.

Pada sebagian besar lokasi sasaran studi, materi tentang poverty mapping memiliki

durasi waktu yang lebih lama selama penyelenggaraan pelatihan tersebut. Sementara

itu, alat analisis konsistensi program dan anggaran (pivot analysis), adalah materi yang

memiliki durasi waktu yang paling sedikit.

Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Sumba Barat Daya berinisiatif menggelar

kegiatan pelatihan tambahan. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan penyegaran

bagi alumni pelatihan terdahulu serta memperluas cakupan peserta yang berasal dari

SKPD. Sementara itu, Kabupaten Sikka dan Pekalongan berencana menggelar pelatihan

lanjutan pada tahun 2011 ini.

Tabel 2 Pelaksanaan Pelatihan P3BM di 10 Kabupaten/Kota

Lokasi Waktu

Pelaksanaan Peserta Materi Sumber Dana

1. Kabupaten Sikka

Mei 2009 30 orang staf perencana SKPD

Poverty mapping, score card MDGs, pivot analysis

APBN

2. Kabupaten Manggarai

2007 staf perencana SKPD

Identifikasi kebutuhan masyarakat, pohon masalah, alokasi anggaran berdasarkan kebutuhan

APBN

2008 30 orang staf perencana SKPD

pengenalan score card MDGs, pelatihan pembuatan peta GIS, analisis anggaran

APBN

2010 30 orang staf perencana SKPD di Kab. Manggarai dan Manggarai Timur

Pivot analysis, software Arc-GIS untuk pembuatan peta kemiskinan,Score card MDGs

APBD Kab. Manggarai dan Kab. Manggarai Timur

3. Kabupaten Timor Tengah Selatan

Mei 2009 30 orang staf perencana SKPD

Peta tematik kemiskinan menggunakan Arc-Gis, Pivot analisis menggunakan excel untuk analisis anggaran dan monev

APBN

4. Kabupaten Juni 2009 25-30 orang staf simulasi membuat peta data APBN

Page 17: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

9

Lokasi Waktu

Pelaksanaan Peserta Materi Sumber Dana

Sumba Barat Daya

perencana SKPD kemiskinan, pivot untuk analisis anggaran dan program, balanced scorecard

Juni 2010 30 orang staf perencana SKPD (ada tambahan peserta baru)

training monitoring dan pemutakhiran, ada data dan laptop, ada pre-test

APBD

Desember 2010

30 orang staf perencana SKPD

Monitoring dan evaluasi basis data, TOT dan lokakarya data pencapaian MDGs

APBD

5. Kabupaten Lombok Barat

Mei 2008 30 staf Bappeda dan Perencana di SKPD

MDGs Scorecard, proverty mapping, analisa APBD.

APBN & APBD

6. Kabupaten Sumbawa Barat

November 2008

25 staf Bappeda dan Perencana di SKPD

MDGs Scorecard, proverty mapping, analisa APBD

APBN & APBD

7. Kabupaten Pekalongan

21-23 Mei 2011

30 orang staf Perencana SKPD dan PNPM MP

Sebagian besar tentang poverty mapping. Diperkenalkan juga MDGs scorecard dan pivot analysis.

APBD

8. Kota Bau Bau Desember 2010

30 orang staf Perencana SKPD

Poverty mapping, scorecard MDGs dan Pivot Analysis.

APBN

9. Kabupaten Wakatobi

Mei 2008 36 orang Staf Bappeda, Subag Perencanaan SKPD dan LSM lokal

Poverty mapping, scorecard MDGs dan Pivot Analysis.

APBN & APBD

Dari sisi peserta, ada 3 kelompok target group dari Program P3BM di daerah, yaitu:

1. Kelompok pengambil kebijakan. Kelompok ini dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan

pendahululuan program baik dalam bentuk lokakarya. Tujuannya adalah untuk

menggali dan meningkatkan komitmen pejabat daerah (terutama Bupati dan

Kepala Dinas) untuk mengorientasikan kebijakan dan program pembangunan

dalam rangka mengurngi kemiskinan di daerah.

2. Kelompok Penyusun Program. Kelompok ini dilibatkan dalam pelatihan untuk

memperkenalkan dan mengusai tiga alat utama yang dikembangkan oleh P3BM.

Kelompok yang menjadi sasaran terutama adalah Kepala Bidang Bappeda dan

Kepala Sub Seksi Perencanaan Program di masing-masing SKPD terutama SKPD

Kesehatan, Pendidikan, Pertanian dan PU. Kelompok ini dipilih dengan alasan

mereka adalah perencana program yang akan mengoperasionalkan rencana

program di SKPD masing-masing.

3. Kelompok Pelaksana Teknis Program. Kelompok ini dilibatkan untuk

menghimpun dan memasukan data capaian MDGs dari masing-masing SKPD

untuk dianalisa oleh Bappeda dan dioleh menjadi balance score card capaian

daerah terhadap MDGs dan pemetaan spasial terhadap keadaan daerahnya, untuk

selanjutnya dianalisa oleh Tim yang dikoordinasikan oleh Bappeda yang akan

disampaikan dalam lokakarya.

Page 18: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

10

3.2. Kontribusi Program P3BM

3.2.1. Tumbuhnya Pengetahuan dan Kesadaran “Baru”

Pada tataran konsep dan gagasan, P3BM dianggap oleh sebagian besar responden telah

berhasil mengenalkan pendekatan “baru” untuk menyempurnakan proses perencanaan

dan penganggaran di daerah, khususnya dalam hal pengelolaan basis data perencanaan.

Ketiga alat yang dikenalkan P3BM (poverty mapping, score card MDGs dan analisis

APBD) dianggap membantu para perencana di daerah untuk menstrukturkan data dan

analisisnya dengan tampilan yang lebih mudah dipahami.

Sebelum alat-alat P3BM dikenalkan, beberapa SKPD ternyata pernah menggunakan

software Arc-GIS untuk poverty mapping dan GIS ini untuk membantu pekerjaan

mereka. SKPD-SKPD tersebut diantaranya adalah: Dinas PU untuk membuat peta

kondisi dan kelas jalan dan Dinas Kesehatan untuk membuat peta profil kesehatan di

Kabupaten Manggarai. Namun demikian secara keseluruhan, alat poverty mapping

dengan menggunakan software Arc-GIS merupakan materi pelatihan yang paling diingat

dan diminati oleh para alumni pelatihan P3BM.

Seluruh responden menganggap bahwa dengan dikenalkannya alat-alat P3BM kepada

mereka, terjadi peningkatan pengetahuan dan kesadaran khususnya terkait dengan

perencanaan program dan anggaran dalam rangka pencapaian MDGs dan

penanggulangan kemiskinan di daerah. Seluruh responden meyakini bahwa apabila

alat-alat analisis yang diperkenalkan oleh P3BM diterapkan secara konsisten dan benar

maka akan mempermudah dan mempertajam proses perencanaan penganggaran

menjadi lebih efektif, efisien dan terarah.

Sebelum alat analisis P3BM dikenalkan, sebagian responden menyadari bahwa proses

perencanaan program dan anggaran lebih banyak dipengaruhi oleh pendekatan politik

daripada pendekatan teknokratik. Dengan diterapkannya alat tersebut, para perencana

dan pengambil kebijakan di daerah akan dikenalkan secara lebih mendalam pada

masalah, potensi dan wilayah-wilayah penanganan prioritas.

3.2.2. Memperkuat dan Menginspirasi Inisiatif-Inisiatif Lokal

P3BM dianggap oleh beberapa responden telah memperkuat inisiatif lokal yang

telah/sedang dilaksanakan di daerah. Selain itu, P3BM juga telah menginspirasi lahirnya

beberapa inisiatif lokal terkait upaya perbaikan basis data daerah dan kualitas proses

dan dokumen perencanaan penganggaran.Kontribusi alat analisis P3BM terhadap

beberapa inisiatif lokal tersebut diantaranya:

Page 19: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

11

a) Pada tahun 2011 ini Pemerintah Propinsi NTT sedang menyusun Rencana Aksi

Daerah Pencapaian MDGs. Saat studi ini berlangsung, Pemprop NTT sudah

melakukan pengumpulan data terkait pencapaian MDGs 4 (empat) kabupaten/kota

dari 15 kabupaten/kota di Propinsi NTT. Pihak Pemprop NTT menghendaki basis

data dan analisis yang tertuang dalam dokumen RAD diantaranya menggunakan alat

P3B/P3BM. Untuk itu, sejak Februari 2011, mereka meminta data dan hasil analisis

menggunakan alat P3B/P3BM kepada 6 (enam) kabupaten/kota yang menjadi

wilayah kerja P3B/P3BM. Namun sampai dengan laporan studi ini disusun, keenam

kabupaten/kota tersebut belum memberikan datanya ke pihak Pemerintah Propinsi

NTT.

b) Mendukung program Pembangunan Berbasis RT (PBRT) di Kabupaten Sumbawa

Barat, khususnya dalam menentukan lokasi sasaran program.

c) Hasil analisis menggunakan alat P3BM diadopsi dalam penyusunan Strategi

Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Sikka pada tahun 2010.

d) Menjadi inspirasi dilakukannya studi pendalaman tentang kemiskinan daerah oleh

Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional UGM bekerja sama dengan

Bappeda Sikka tahun 2009.

e) Menjadi salah satu tools yang digunakan di Sekretariat Bersama dalam merumuskan

perencanaan dan evaluasi program pembangunan di Kabupaten Timor Tengah

Selatan.

f) Memperkuat pelaksanaan program Desa Bercahaya, Desa Berkecukupan Pangan,

Desa Berkecukupan Air, Desa Aman dan Tertib khususnya dalam menentukan lokasi

sasaran program untuk APBD 2011 di Kabupaten Sumba Barat Daya.

g) Pemetaan kemiskinan digunakan untuk memperkuat program Gerakan Terpadu

Bangun Desa di Kabupaten Lombok Barat. Terutama dalam menetapkan program-

program di tiap desa.

h) Pada tahun 2011 sudah dirancangan konsolidasi dan sinergisasi perencanaan

reguler dengan PNPM Mandiri Perkotaan melalui pelaksanaan program pagu

indikatif anggaran kewilayahan di Kabupaten Pekalongan, khususnya dalam

memperkuat perencanaan pembangunan di tingkat desa/kelurahan melalui siklus

kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan.

i) Menjadi materi dasar pelaksanaan program BASIC (Bantuan dari Pemerintah

Canada) untuk tahun 2011-2014 untuk sektor kesehatan dan pendidikan di Kota

Bau Bau.

j) Setelah lokakarya P3BM, Bupati Wakatobi mengaskan bahwa pencapaian MDGs

bukan hanya tujuan Internasional dan nasional tetapi juga adalah tujuan daerah.

Pernyataan ini menjadi dasar bagi daerah agar memasukan MDGs dalam

penyusunan RPJMD ketika Bupati terpilih kembali dalam pilkada tahun 2011.

Pencapaian MDGs bersama dengan SPM juga menjadi kriteria utama bagi SKPD

dalam menyusun program-program pembangunan di Wakatobi.

Page 20: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

12

3.3. Pemanfaatan Alat Analisis P3BM di Daerah

3.3.1. Pemanfaatan dalam Penyempurnaan Pengelolaan Basis Data

Pemanfaatan alat analisis P3BM dalam rangka perbaikan basis data daerah, setidaknya

tercermin dari adanya beberapa agenda kegiatan tindak lanjut pasca pelatihan P3BM di

daerah. Permanfaatan alat analisis P3BM dalam rangka penyempurnaan pengelolaan

basis data daerah setidaknya dapat dilihat sebagai berikut:

Adanya inisiatif untuk mengorganisir para alumni peserta pelatihan P3BM dalam

rangka penyempurnaan pengelolaan basis data daerah, contoh:

Pada tahun 2009, pasca pelatihan P3BM dibentuk Kelompok Pecinta GIS di

Kabupaten Sikka yang diperankan untuk mendukung upaya perbaikan basis

data daerah. Kelompok Pecinta GIS ini dikoordinir di Bidang Penelitian dan

Pengembangan BPPMD Kabupaten Sikka. Namun sampai dengan studi ini

dilaksanakan, para anggota Kelompok Pecinta GIS ini belum pernah sekalipun

berkoordinasi dan merumuskan agenda kerja. Pada tahun 2011, dikoordinir

oleh Bidang Litbang BPPMD akan dilaksanakan pelatihan penyegaran alat

analisis P3BM bagi para alumni pelatihan sebelumnya.

Pasca pelatihan pada bulan Desember 2010, di Kabupaten Sumba Barat Daya

dibentuk Tim Basis Data Daerah yang anggotanya terdiri dari para alumni

pelatihan P3BM. Tim ini dikoordinasikan oleh Bidang Litbang BPPMD.

Di Kabupaten Timor Tengah Selatan, telah dibentuk Sekretariat Bersama yang

berkantor di Bappeda (atas kerjasama Pemda, Plan International, CWS dan NGO

Lokal), memanfaatkan alat P3BM untuk melakukan perencanaan, monitoring

dan evaluasi terhadap aktivitas-aktivitas pemerintah daerah dan NGO yang

bekerja di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Di Kabupaten Wakatobi, telah dibentuk Sekretariat Bersama Data Base untuk

mengintegrasikan data-data daerah. Sekretariat ini berada di bawah Bappeda

yang menghimpun dan mengkoordinasikan data-data dari SKPD. Bappeda juga

mengadakan pertemuan koordinasi setiap 3 bulan untuk memperbaharui data

dan mendiskusikan program-program pembangunan.

Penyempurnaan sistem basis data MDGs dan basis data program pembangunan, contoh:

Pada APBD TA 2011 telah dialokasikan anggaran di Bidang Litbang BPPMD

Kabupaten Sumba Barat Daya untuk penguatan kapasitas pengelolaan basis data

MDGs.

Data kemiskinan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) yang ditampilkan

dalam formatpoverty mapping diperbaharui setiap tahun oleh Sekretariat

Bersama dengan menggunakan satuan sampai dengan tingkat kecamatan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai pasca pelatihan P3BM kerap melakukan

pembaruan data sebaran fasilitas kesehatan dan sebaran penyakit.

Page 21: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

13

Di Kabupaten Pekalongan, sejak selesainya pelatihan P3BM pernah akan

dipraktekkan di Dinas PU untuk pembuatan peta sanitasi dan air bersih. Namun,

peta daerah rawan sanitasi dan air bersih datanya sebagian besar tidak ada.

Data air bersih ada, tapi terdapat dua versi dengan perbedaan perhitungan.

Analisis data dengan menggunakan alat P3BM pernah dipublikasikan menjadi

salah satu materi dalam LKPJ akhir masa jabatan bupati,meskipun munculnya

tidak per desa. Target MDGs sudah terjadi untuk sumur gali (+40% dari 77%).

Tapi setelah diteliti lagi belum layak minum (air bersih: hijau, tapi setelah dilihat

detilnya ternyata merah). Di BLK, dipraktekan untuk menginventarisir peserta

pelatihan per kecamatan. Ada perbedaan data antara data SKPD dengan data

statistik dari BPS. Contoh: jumlah fakir miskin.

Di Kota Bau Bau, hasil analisis P3BM ditampilkan sebagai informasi dalam

Profil Kota Bau Bau dan Profil Kesehatan 2010 dan 2011. Selain itu, pada tahun

2011, Bappeda bekerjasama dengan BPS akan melakukan survey penduduk

miskin Kota Bau Bau.

Di Kabupaten Wakatobi, program-program SKPD diumumkan kepada

masyarakat dan menyandingkannya dengan pencapaian MDGs. Tujuan dari

kegiatan ini adalah agar masyarakat memahami hubungan antara program dan

anggaran pemerintah dalam mengatasi persoalan-persoalan kemiskinan di

daerah.

3.3.2. Pemanfaatan dalam Proses Perencanaan dan Penganggaran

Pemanfaatan alat analisis P3BM proses perencanaan penganggaran daerah, setidaknya

tercermin dari adanya beberapa agenda kegiatan tindak lanjut pasca pelatihan P3BM di

daerah yang dapat dilihat dari contoh-contoh berikut:

Dimanfaatkan sebagai alat koordinasi perencanaan, monitoring dan evaluasi

terhadap aktivitas program pemerintah daerah dan NGO seperti yang dilakukan

melalui keberadaan Sekretariat Bersama di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Beberapa kabupaten berinisiatif memaparkan hasil analisis menggunakan alat

P3BM tersebut dalam kegiatan musrenbang dan konsultasi dengan DPRD.

Momen-momen yang dimanfaatkan antara lain adalah musrenbang kecamatan,

musrenbang kabupaten untuk pembahasan rancangan RKPD serta proses-

proses konsultasi dengan DPRD seperti yang terjadi di Kabupaten Sumba Barat

Daya dan Sikka.

Dijadikan sebagai salah satu instrumen evaluasi Kepala Daerah terkait capaian

program, realisasi pendapatan dan belanja SKPD seperti yang terjadi di

Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Menjadi salah satu dasar penentuan realokasi anggaran untuk alokasi-alokasi

yang dianggap tidak terlalu efisien, contoh:

Dilakukannya rasionalisasi anggaran perjalanan dinas luar daerah pada

APBD 2010 di Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Page 22: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

14

Terjadinya kenaikan alokasi anggaran pencapaian target MDGs di Lombok

Barat dari tadinya pada APBD TA 2008 sebesar 19,2%, pada APBD TA

2009 menjadi 22,6% dan APBD TA 2010 menjadi 22%.

Di Kabupaten Pekalongan, alat analisis P3BM digunakan untuk mendukung

pelaksanaan program pagu anggaran indikatif kewilayahan yang mulai

diterapkan pada APBD TA 2011.

Di Kabupaten Wakatobi, alat analisis P3BM dijadikan alat analisis untuk KUA-

PPAS. Sebagai hasilnya Kabupaten Wakatobi melakukan realokasi anggaran dan

memperbesar anggaran untuk pendidikan dan kesehatan lebih besar untuk

mencapai target MDGs yang telah ditetapkan.

3.3.3. Pemanfaatan dalam Perbaikan Kualitas Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah

Pemanfaatan alat analisis P3BM dalam rangka perbaikan kualitas dokumen

perencanaan pembangunan daerah, setidaknya tercermin dari adanya beberapa agenda

kegiatan tindak lanjut pasca pelatihan P3BM di daerah. Permanfaatan alat analisis

P3BM dalam rangka penyempurnaan kualitas dokumen perencanaan pembangunan

daerah setidaknya dapat dilihat sebagai berikut:

Beberapa kabupaten/kota berinisiatif memasukan hasil analisis menggunakan

alat P3B/P3BM tersebut dalam beberapa dokumen perencanaan. Di Kabupaten

Sikka, hasil analisis alat P3B/P3BM khususnya poverty mapping dijadikan dasar

penyusunan Profil Kemiskinan Kabupaten Sikka yang disusun oleh BPPPMD

bekerja sama dengan Pusat Studi Perencanaan Pembangunan Regional

Universitas Gadjah Mada pada akhir tahun 2009. Profil kemiskinan ini menjadi

materi dasar dalam menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Kabupaten Sikka 2009-2013. Namun demikian, hasil analisis ini tidak digunakan

sebagai dasar penyusunan rancangan RKPD dan Renja SKPD sejak 2009-2011.

Di Kabupaten Timor Tengah Selatan, hasilanalisis APBD digunakan oleh Bappeda

sejak tahun 2009 untuk mengevaluasi alokasi anggaran SKPD. Sebagai contoh,

hasil pivot analysis APBD TA 2009 ditemukan alokasi anggaran untuk biaya

perjalanan dinas luas kota cukup besar. Karena itu Bappeda bersama-sama

SKPD melakukan realokasi anggaran yang tidak efisien ini pada saat

penyusunan APBD TA 2010.

Sementara itu di kabupaten lainnya, hasil analisis menggunakan ketiga alat

P3BM yang dilakukan selama pelatihan tidak digunakan sebagai landasan dalam

menyusun dokumen perencanaan maupun penganggaran. Demikian pula, pasca

pelatihan data dan analisis tersebut tidak diperbaharui/update.

Page 23: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

15

4 KEKUATAN DAN KELEMAHAN ALAT-ALAT P3BM

Selain dampak pemanfaatan P3BMdalam praktek perencanaan dan penganggaran

daerah, studi ini juga berusaha mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari alat-alat

P3BM menurut partisipan pelatihan dan pihak-pihak yang menggunakan alat-alat P3BM

di daerah. Identifikasi dilakukan berdasarkan hasil wawancara dan FGD dengan para

pelaku di daerah. Berikut adalah kekuatan dan kelemahan P3BM menurut persepsi

responden dan peserta FGD di daerah.

4.1 Kekuatan Penerapan alat P3BM

Terkait dengan kekuatan alat analisis P3BM, responden berpendapat sebagai berikut:

Dalam konteks pengembangan data daerah, alat P3BM dapat:

• P3BM memandu daerah untuk menghasilkan database yang bagus, sistematis

dan lebih terukur.

• Menampilkan data/informasi dengan informatif, mudah difahami dan mudah

diperbaharui.

• Secara teknis tidak terlalu sulit untuk melaksanakan proses pengembangan

basis data sesuai prosedur yang dikembangkan P3BM.

Dalam konteks identifikasi persoalan daerah, alat P3BM dapat:

• Memandu mengarahkan pada permasalahan pokok kemiskinan yang ada di

lapangan.

• Memperbaiki perspektif kabupaten dalam memahami prioritas daerah dalam

penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

• Bisa memperkuat analisis awal kemiskinan menggunakan alat participatory

poverty assessment (PPA) yang dilakukan oleh program PNPM Mandiri.

Dalam konteks perencanaan dan alokasi anggaran, alat P3BM dapat:

• Memudahkan dalam menganalisis, menentukan pilihan program/kegiatan dan

alokasi anggaran.

• Mengarahkan SKPD agar membuat perencanaan sesuai dengan Rencana

Strategis (Renstra).

• Membantu SKPD dalam menempatkan lokasi program prioritas.

• Mengevaluasi ketepatan target perencanaan dan alokasi anggaran terutama

dari sisi sektor dan prioritas lokasi.

Dalam konteks monitoring dan evaluasi daerah, alat P3BM dapat:

• Memperbaiki database dan jenis data yang terukur.

Page 24: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

16

• Digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi kemajuan daerah dalam

pencapaian MDGs.

Dari paparan di atas tampak bahwa sebagai ‘instrumen teknokratis’ P3BM dapat

memberikan kontribusi besar dalam membangun sistem-sistem data, mengenali

persoalan daerah baik dari sisi isu maupun lokasi, dan mengarahkan daerah untuk

mengalokasikan anggaran sesuai dengan persoalan yang dihadapi dan tujuan yang ingin

dicapai dalam konteks penanggulangan kemiskinan.

4.2 Kelemahan Penerapan alat P3BM

Sementara itu, dari hasil wawancara dan FGD responden mengidentifikasi kelemahan-

kelemahan alat analisis P3BM sebagai berikut:

Aspek teknis

• Peserta pelatihan tidak serta merta memahami alat yang digunakan dalam

pelatihan di kelas. Peserta lebih memahami ketika proses simulasi dan

pendampingan terutama dalam membuat balance scorecard MDGs dan

pemetaan kemiskinan.

• Seringkali data yang digunakan ketika simulasi belum up to date, peta yang

digunakan juga belum menggambarkan kondisi topografis/kemiringan sebagai

input untuk perencanaan program infrastruktur (jalan, irigasi, jenis bangunan,

dll).

• Data yang dihasilkan kurang detil. Kalaupun detil tampilan data seringkali

menumpuk.

• Sangat bergantung pada media elektronik (komputer) sehingga menjadi

hambatan bagi daerah-daerah yang tidak punya fasilitas pendukung.

• ID wilayah di BPS berbeda dengan yang diajarkan;

• Setelah ‘intervensi P3BM’ selesai, kegiatan tidak bisa dilakukan terus menerus

karena:

• Software terbatas (ketika pelatihan tidak diberi CD, yang dapat hanya saat

pelatihan pertama).

• SDM yang dapat menggunakan alat ini hanya sedikit.

• Kode tools harus di update sesuai dengan perkembangan wilayah dan

lingkungan (contoh: pemekaran wilayah).

• Tumpang tindih beban kerja untuk staf perencana di SKPD yang dilatih oleh

P3BM sehingga menghambat proses pembaharuan data.

Aspek Perencanaan dan Penganggaran

• Alat P3B dapat membantu daerah untuk memanfaatkan anggaran yang minim

dengan efektif untuk memenuhi target penanggulangan kemiskinan. Tetapi alat

P3BM belum menjawab persoalan keterbatasan anggaran daerah itu sendiri.

Seringkali masalah daerah dalam penanggulangan kemiskinan bukanlan

Page 25: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

17

masalah kemampuan memahami persoalan dan mengalokasikan anggaran

untuk mengatasi kemiskinan, tetapi justru ketiadaan dana lokal (APBD) dalam

mengatasi permasalahan tersebut.

• Alat P3BM juga tidak bisa digunakan secara luas untuk melakukan penelusuran

delivery pelayanan/program dan pertanggung-jawaban anggaran. Alat yang

dikembangkan P3BM baru dapat digunakan untuk mengarahkan alokasi.

• Pada saat ini alat ini sangat menitikberatkan hanya pada proses perencanaan

dari skema pemberian pelayanan dasar dan tidak ada keterkaitan dengan

implementasi dan kualitas belanja;

• Hasil analisis –MDGs score card dan pemetaan kemiskinan belum menjadi

rujukan utama dalam musrenbang. Hal ini disebabkan –MDGs score card dan

pemetaan kemiskinan hanya disajikan dalam forum musrenbang kabupaten.

Sementara usulan yang dibahas dalam musrenbang banyak yang berasal dari

forum desa dan kecamatan yang tidak merujuk pada MDGs score card dan

pemetaan kemiskinan.

Aspek Politis

• Sebagai instrumen teknokratis, alat P3BM baru menjawab persoalan-persoalan

yang sifatnya teknis. Dengan kata lain, jalan atau tidaknya alat ini tergantung

“the man behind the gun”/pengambil kebijakan di daerah dan SKPD. Jika

pengambil kebijakan memiliki komitmen terhadap penanggulangan

kemiskinan, maka alat ini akan sangat berguna. Sebaliknya jika komitmennya

tidak kuat, maka alat ini tidak akan memberikan banyak pengaruh dalam

pengambilan kebijakan.

• Dalam praktek perencanaan penganggaran, banyak faktor “X” (politik

anggaran) di DPRD. Untuk itu sebelum sidang pembahasan anggaran, hasil

analisis perlu disosialisasikan ke DPRD untuk mengevaluasi kinerja eksekutif

sekaligus juga untuk mengarahkan anggota DPRD agar memprioritaskan

alokasi anggaran sesuai dengan hasil analisis balanced scorecard dan pemetaan

kemiskinan.

Alat analisis P3BM tidak sampai pada membongkar persoalan mendasar terkait

dengan tiga keterlambatan pola kerja pemerintahan daerah yang menjadi sumber

persoalan efektivitas layanan pemerintah daerah, yaitu: (i) lambat dalam

pengambilan keputusan karena kompleksitas motif dan interes politik; (ii) lambat

dalam mobilitas; (iii) lambat melakukan tindakan penanganan segera dan

terobosan karena batasan-batasan aturan pada level nasional.

Keterlibatan pemerintah propinsi sangat minim dan belum diletakkan dalam

kerangka pembagian urusan provinsi dan kabupaten/kota. Hampir di semua daerah

peran provinsi hanya membantu pelaksanaan Lokakarya Nasional Koordinasi

Program P3BM dan fasilitasi ruangan untuk Tim Target MDGs tingkat propinsi.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa Bappeda Provinsi perlu kapasitas

mengoperasikan alat analisis P3BM serta memonitor capaian MDGs di

Page 26: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

18

kabupaten/kota. Ini untuk menjamin keberlanjutan program ketika Tim P3BM

Tingkat Provinsi sudah tidak ada lagi. Tugas ini sesuai dengan fungsi Bappeda

propinsi untuk memonitor, mengkoordinasikan dan memberikan asistensi teknis

bagi Bappeda di tingkat kabupaten/kota. Sebagai contoh kasus adalah Bappeda

Provinsi NTT yang akan menyusun Rencana Akasi Daerah (RAD) Pencapaian

daerah MDGs di NTT. Bappeda kesulitan menghimpun data capaian MDGs di

Kabupaten/Kota NTT karena tidak memiliki akses data dan kapasitas untuk

mengolah data di tingkat kabupaten/kota.

Berbagai kelemahan tersebut semakin terakumulasi dan mengancam implementasi

alat-alat P3BM di daerah manakala dihadapkan pada beberapa faktor penghambat

dalam implementasi alat P3BM. Berdasarkan wawancara dan diskusi, faktor

penghambar penerapan P3BM terutama adalah:

Mutasi pegawai yang tadinya menguasai alat-alat P3BM, sementara penggantinya

sama sekali tidak mamahami alat P3BM. Dalam banyak kasus, situasi ini

menyebabkan supply data menjadi berhenti yang dapat mengganggu pembaharuan

dan analisis data secara keseluruhan.

Tidak adanya kebijakan di tingkat kabupaten yang memberikan insentif kepada

SKPDuntuk mengalokasikan staf khusus agar konsisten memperbaharui data dan

memantau alokasi anggaran sesuai dengan tujuan.

Yang paling fundamental yaitu P3BM hanya merupakan sebuah alat dan software, tidak

dapat dengan sendirinya mengatasi masalah-masalah sehubungan dengan komitmen

dan mendorong pemerintah daerah agar pro-miskin. Sehingga terdapat kehati-hatian

dalam penggunaan kata-kata ‘dapat’ pada awal bagian ini (di atas): jika ditangani oleh

Bappeda yang pro-perubahan, alat P3BM dapat digunakan untuk menjamin bahwa

perencanaan dan anggaran akan lebih sensitif terhadap kesenjangan sosial ekonomi dan

dapat mencapai target-target MDGs.

Page 27: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

19

5 CERITA SUKSES DAN PEMBELAJARAN

5.1 Cerita Sukses

Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS)

Kegiatan pelatihan P3BM di Kabupaten TTS dilaksanakan pada bulan Mei 2009. Pada

tahun 2009 juga Pemerintah Kabupatan TTS membentuk Sekretariat Bersama (Sekber)

yang berfungsi untuk mengkoordinasikan program-program yang dilaksanakan di

Kabupaten TTS baik yang didanai oleh APBD (anggaran daerah), APBN (anggaran

nasional), maupun lembaga donor. Sekber ini dibentuk atas kerjasama Pemda TTS, Plan

International, CWS dan NGO Lokal dan berkantor di Bappeda. Pada kerja-kerjanya,

Sekber memanfaatkan alat P3BM yang senantiasa diperbaharui dalam melakukan

koordinasi perencanaan, monitoring dan evaluasi terhadap aktivitas-aktivitas

pemerintah daerah dan NGO.

Poverty mapping dan analisis APBD adalah dua alat P3BM yang sejak tahun 2009

digunakan dan terus diperbaharui oleh Bappeda bersama-sama SKPD. Data untuk

poverty mapping diperbaharui setiap tahun dengan menggunakan basis data dari

BKKBS, bukan BPS. Data BKKBS digunakan karena instansi tersebut menyelenggarakan

pembaharuan data setiap tahun dan satuannya sampai dengan tingkat kecamatan.

Analisis APBD digunakan oleh Bappeda sejak APBD TA 2009 sampai dengan sekarang.

Hasil analisis APBD terhadap tahun berjalan menjadi dasar untuk menentukan alokasi

anggaran tahun berikutnya. Telah banyak kegiatan yang terkena dampak realokasi

anggaran dikarenakan hasil analisis memperlihatkan bahwa alokasi anggaran untuk

kegitan tersebut dinilai tidak efisien oleh alat ini.

Pada tahun 2010, Bappeda berinisiatif melaksanakan pelatihan selama lima hari dengan

materi membedah APBD menggunakan alat pivot analysis. Kegiatan ini dihadiri oleh 10

orang perwakilan dari SKPD, LSM dan BPS. Pada tahun itu pula dilakukan evaluasi oleh

Bupati terkait realisasi pendapatan dan belanja SKPD dengan menggunakan data hasil

analisis APBD.

Meskipun tidak ada kebijakan khusus tentang pemanfaatan alat P3BM, Bappeda

bersama-sama dengan SKPD memanfaatkan keberadaan Sekber sebagai media untuk

mengkonsolidasikan data dan menganalisisnya. Hasil analisis tersebut dimanfaatkan

dasar perumusan program pembangunan dan alokasi anggaran sekaligus sebagai dasar

untuk monitoring dan evaluasi.

Page 28: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

20

Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD)

Pelatihan P3BM di Kabupaten Sumba Barat Daya telah dilaksanakan sebanyak 3 kali.

Pertama pada bulan Juni 2009 melalui pendanaan dari pemerintah pusat dengan materi

pengenalan 3 (tiga) alat analisis P3BM. Kedua, pada bulan Juni 2010 melalui pendanaan

APBD dengan materi yang sama. Serta ketiga, pada bulan Desember 2010 melalui

pendanaan dari APBD dengan materi pengelolaan basis data MDGs.

Meskipun aparat perencana di Pemkab SBD sudah mendapat pelatihan-pelatihan ini,

namun training di SBD belum berdampak pada perbaikan dokumen perencanan (hasil

analisis alat P3BM belum pernah dipaparkan dalam musrenbang ataupun menjadi

bahan untuk merumuskan rancangan RKPD). Hal ini dikarenakan sebagai kabupaten

yang baru berdiri pada tahun 2007, sumber daya manusia aparatur masih belum

memenuhi proporsi yang ideal sehingga sumber daya manusia yang ada dianggap

belum dapat menampung beban kerja yang ada. Hal ini mengakibatkan seringnya

terjadi “overload” beban kerja, terutama pada aparatur yang dianggap memiliki

kapasitas dan etos kerja yang baik. Selain itu dari sisi kapasitas sumber daya manusia

aparatur dianggap belum merata sehingga masih kesulitan untuk melakukan sinergi.

Namun demikian, kesadaran akan pentingnya pemanfaatan alat P3BM sudah tumbuh,

setidaknya pada beberapa pengambil kebijakan dan pihak-pihak yang selama ini

terlibat dalam kegiatan P3BM. Sebagai aktualisasi dari kesadaran ini, pada tahun

anggaran 2011, Bappeda mengalokasikan anggaran untuk penguatan tim pengelola data

di Bappeda dan pengadaan laptop untuk seluruh staf perencana di SKPD.

Pada sisi inovasi program daerah khususnya yang berorientasi pada penanggulangan

kemiskinan, sejak tahun 2010 Pemkab SBD memiliki beberapa program unggulan, yaitu

Desa Bercahaya, Desa Berkecukupan Pangan, Desa Berkecukupan Air dan Desa Aman

dan Tertib. Program Desa Bercahaya berupa bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Surya

(PLTS) bagi rumah tangga yang belum tersentuh listrik melalui pendanaan dari APBD

dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Pada APBD 2011, target sasaran program ini

dialokasikan untuk 3.000 KK Desa Berkecukupan Pangan yang ditujukan untuk

peningkatan produksi pertanian. Program ini berupa bantuan benih dan bantuan

traktor besar per kecamatan. Kegiatannya antara lain: optimalisasi lahan-lahan tidur,

pembukaan area pertanian baru. Pada tahun 2010 program ini memiliki target

pembukaan area pertanian baru seluas 100 Ha, sementara pada tahun 2011 seluas 200

Ha. Total target area pertanian baru yang akan dibuka adalah seluas 1.000 Ha. Program

Desa Berkecukupan Air dilaksanakan melalui pembuatan 42 penampungan air hujan,

sumur bor bekerjasama dengan PROAIR di 4 desa di Kec. Kodi ditambah dengan

perpipaan sambungan rumah dan 2 desa di Kec. Situlondo. Penetapan lokasi-lokasi

program ini memanfaatkan hasil analisis pemetaan kemiskinan yang diperkenalkan

oleh P3BM.

Page 29: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

21

Kabupaten Sikka

Kegiatan pelatihan P3BM di Kabupaten Sikka pada kepulauan Flores, NTT dilaksanakan

pada bulan Mei 2009. Informasi hasil analisis data yang didapat dalam simulasi

pelatihan tersebut digunakan oleh Bappeda untuk mengkonsolidasikan SKPD dalam

rangka melengkapi basis data yang ada. Pada saat penyusunan rancangan awal RKPD

2010 dan draft Renja SKPD, Bidang Sosial Budaya dan Ekonomi Bappeda

mengkonsolidasikan Dinas Pendidikan, Kesehatan, KB & Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Nakertrans) untuk konsolidasi target pencapaian MDGs. Sebelumnya, target

pencapaian MDGs ini dibagikan ke SKPD sebelum penyusunan rancangan RKPD dan

draft Renja SKPD. Informasi hasil analisis data yang didapat dalam simulasi pelatihan

juga pernah dicoba disosialisasikan pada musrenbang kecamatan tahun 2010 dan 2011.

Sementara itu, Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga (PPO) menerapkan alat

poverty mapping pada program Rencana Pengembangan Pendidikan Dasar dan

Menengah (Dikdasmen) yang didanai melalui program AIBEP-USAID. Peta yang dibuat

adalah Indikator Utama Pendidikan (2008-2011).

Program mapping dan pivot analysis masih digunakan karena dirasa paling bermanfaat.

Alat tersebut digunakan untuk perencanaan dan penganggaran tahunan di Bappeda dan

penyusunan proposal DAK SKPD (bupati mewajibkan usulan rencan kerja tertuang

dalam format peta). Sementara scorecard MDGs tidak sering digunakan karena tidak

berhubungan langsung dengan kegiatan rutin. Namun demikian, data dan analisis yang

dulu dihasilkan dalam simulasi pelatihan belum pernah diperbaharui dengan alasan

kesibukan tugas rutin, mutasi pegawai dan ketiadaan kebijakan yang mengharuskan.

Pada tahun anggaran 2011, Bappeda mengalokasikan anggaran untuk mengukur

capaian MDGs dari tahun 2006-2010 dengan melihat 18 indikator untuk goal 1-7 dan

mengupdate data. Kegiatan ini akan dilakukan oleh tim kecil di Bappeda berkoordinasi

dengan SKPD dengan diawali oleh kegiatan pelatihan penyegaran alat P3BM.

Pasca pelatihan, difasilitasi Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Desa

(BPMPD), para alumni pelatihan P3BM diorganisir dalam Komunitas Pecinta Arc-GIS.

Tetapi karena kesibukan masing-masing, sampai sekarang komunitas ini belum sempat

berkumpul.

Propinsi Nusa Tenggara Timur

Dalam rangka mengakselerasi pencapaian target MDGs di Propinsi NTT, pada tahun

anggaran 2011, Bappeda NTT melaksanakan kegiatan perumusan RAD MDGs. Pihak

Pemprop NTT menghendaki basis data dan analisis yang tertuang dalam dokumen RAD

diantaranya menggunakan alat P3BM. Saat ini masih dilakukan pengumpulan data

pencapaian target MDGs di 15 kabupaten/kota.

Page 30: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

22

Sebagai upaya penanggulangan kemiskinan di Propinsi NTT, pada tahun 2011

dilaksanakan program ANGGUR MERAH (Anggaran Menuju Rakyat Sejahtera).

Pembiayaan program ini didorong melalui sharing dari APBD Propinsi dan APBD

Kabupaten/Kota. Pada tahun 2011 sebagai proyek percontohan dipilih lokasi sasaran

untuk yang dibiayai oleh APBD Propinsi adalah satu desa untuk satu kecamatan. Sisanya

didanai berdasarkan kesanggupan APBD Kabupaten/Kota. Kriteria penentuan desa

sasaran program diantaranya adalah jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, dll.

Fasilitator program ini berasal dari desa yang bersangkutan. Fasilitator yang direkrut

utamanya adalah sarjana-sarjana senior yang menganggur di desa tersebut. Pada APBD

2011 untuk program ini dianggarkan sebesar 500 milyar rupiah.

Contoh implementasi program ANGGUR MERAH dapat dilihat di Kabupaten TTS. Lokasi

sasaran di Kabupaten TTS adalah 32 desa dibiayai dari APBD Propinsi TA 2011 dan 4

desa oleh APBD kabupaten. Bentuk kegiatan dari program ini adalah bantuan modal

usaha. Fasilitator desa program ini juga berperan menjadi fasilitator musrenbang.

Mekanisme yang dilakukan adalah kelompok masyarakat membuat usulan kegiatan

kemudian diverifikasi oleh Pemprop dan Pemkab. Masing-masing desa sasaran

mendapatkan 250 juta rupiah.

Kabupaten Wakatobi

Kegiatan yang dilakukan untuk mendukung pencapaian target MDGs adalah: (i)

penggunaan score card MDGs, pemetaan kemiskinan (poverty mapping) dan analisa

APBD dalam Musrenbang tahun 2009; (ii) pengoperasian basis data MDGs dan basis

data program oleh bidang Statistik dan Pelaporan Bappeda; (iii) perbaikan dokumen

perencanaan Rencana Kerja Anggaran (RKA); (iv) pelaksanaan forum/rapat koordinasi

data 6 bulan sekali yang dimulai tahun 2009; dan (v) analisis kebutuhan pencapaian

target MDGs di Kabupaten Wakatobi.

Sebagai hasil dari proses tersebut, mulai tahun 2009 pemerintah memberikan

pelayanan pengobatan gratis dan sekolah gratis mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga

SLTA. Kabupaten Wakatobi juga meluncurkan program PERAK (Program Ekonomi

Kerakyatan) yang lokasinya merujuk pada data-data yang dikembangkan di sekretariat

bersama. Untuk komitmen dan prestasinya dalam menanggulangi kemiskinan

Kabupaten Wakatobi mendapat Metro TV MDGs Award 2009 dan menjadi nominasi

nasional dalam kualitas pelayanan publik. Prestasi ini menjadi penguat komitmen

pemerintah daerah untuk menerapkan alat-alatP3BM secara konsisten.

Kabupaten Lombok Barat

Untuk mempercepat pencapaian target MDGs, Pemda Lobar telah mencanangkan

program terobosan pada bidang sosial, ekonomi, infrastruktur dan fisik dengan nama

GerduBangdes (Gerakan Terpadu Bangun Desa). Dalam bidang sosial, program

terobosan yang dilakukan adalah sinergitas peningkatan Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) melalui gerakan pendidikan untuk semua (Duta), sadar kesehatan (Sahat), dan

Page 31: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

23

sadar aksara (Dara). Kegiatan yang dilakukan adalah pendidikan, gratis, revitalisasi

lembaga kesehatan tradisional, koran berita desa, getas melalui kelompok pengajian,

dan pembangunan politeknik “patut patuh patju”. Anggaran yang dialokasi untuk

pencapaian target MDGs pada tahun 2008 adalah sebesar 19,2% dari total APBD

kemudian meningkat menjadi masing-masing 22,6% pada tahun 2009 dan 22,0% pada

tahun 2010.

Kabupaten Sumbawa Barat (KSB)

Sebagai best practices, KSB menerapkan inovasi model Pembangunan Berbasis Rukun

Tetangga (PBRT) yang menempatkan rukun tetangga (RT) sebagai basis kegiatan

pembangunan mulai dari pengurusan administrasi penduduk seperti sistem informasi

orang susah (SIOS), musrenbang dimulai dari tingkat RT, penentuan penerima Bantuan

Langsung Tunai (BLT), penentuan rumah untuk bedah rumah, koperasi di setiap RT,

hingga program pembangunan sektoral lainnya. Model PBRT ini diintegrasikan ke

dalam upaya percepatan pencapaian target MDGs.

Pelaksanaan PBRT di lapangan telah memunculkan beberapa hal positif yang sangat

mendukung pembangunan seperti: (i) komitmen dan good will yang kuat dari

pemerintah daerah, DPRD dan masyarakat; (ii) partisipasi aktif masyarakat, khususnya

perangkat RT, pendamping RT dan warga setempat untuk terlibat dalam proses PBRT;

(iii) keterlibatan dan kerja sama dari berbagai pihak (perguruan tinggi, LSM, ormas,

dunia usaha dan lain-lain); (iv) kebijakan/regulasi yang menjamin keberlangsungan

PBRT serta standard operasi dan prosedur (SOP) yang sistematis untuk mendukung

teknis operasional kegiatan; dan (v) adanya dukungan kebijakan anggaran bagi warga

miskin.

Beberapa contoh program yang dilakukan antara lain: Musyawarah RT (Rembug

Warga), pemberian Dana Stimulan Rp. 1,5 Juta per RT, Lomba dan pemberian Reward

RT unggulan, RT sebagai Juru Pemantau Kesehatan Masyarakat (Jumantara),

Pemanfaatan lahan tidak produktif dan peningkatan peran ibu rumah tangga dan

Pembentukan Koperasi RT.

Kabupaten Lombok Timur

Pengalaman di Lombok Timur menunjukan pembelajaran mengenai pola relasi

pemerintah daerah dan CSO dalam penerapan P3BM. Keterlibatannya dalam sosialisasi

tools P3BM, Lokakarya Nasional dan training, telah memberikan inspirasi untuk

mengembangkan praktek alat-alat tersebut untuk memperkuat kerja-kerja

pengorganisasian dan advokasinya yang memang fokus pada upaya pencapaian target

MDGs dan pemberdayaan kelompok-kelompok masyarakat miskin.

Proses pengembangan dilakukan dengan memanfaatkan kapasitas jaringan nasional

yang dimiliki. Diantaranya adalah pengembangakan kemampuan untuk penelusuran

anggaran dari FITRA dan pengembangan Citizen Report Card (CRC) atau Kartu Penilaian

Page 32: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

24

Bersama (KPB) dari JIKEP dan PPKM, dan pengembangan sistem database dari ACE.

Kemampuan tersebut diujicobakan pada proses pengorganisasian 4 (empat) kelompok

perempuan miskin di wilayah pesisir Lombok Timur mulai dari pengenalan dan training

KPB, penyusunan KPB, analisis anggaran, fasiliasi training anggota DPRD tentang

Gender Budget Analysis, sampai dengan advoksi ke pemerintahan daerah.

Salah satu dampak langusng dari proses tersebut, pada ABPD 2010 Lombok Timur

terjadi peningkatan alokasi anggaran untuk program-program peningkatan kapasitas

perempuan. Program-program tersebut antara lain berbentuk: (i) pendidikan politik

perempuan: (ii) pemberdayaan UKM perempuan; (iii) pemberian dan penambahan

insentif kader Pos Yandu dari tidak ada pada APBD 2008 kemudian menjadi Rp 10.000

pada APBD 2009/2010 dan RP 20.000 pada APBD 2010/2011.

5.2 Pembelajaran

Merujuk pada cerita-cerita sukses pendampingan dan penerapan alat-alat P3BM, maka

ada beberapa pembelajaran terkait dengan faktor pendukung agar alat analisis P3BM

dapat dilaksanakan secara efektif, yaitu:

Kepala Daerah memiliki komitmen yang kuat untuk mengentaskan kemiskinan di

daerahnya. Komitmen ini terbentuk bila ada kasus-kasus dan data-data yang nyata

mengenai kemiskinan di daerah.

Komitmen politik kepala daerah diwujudkan dalam kebijakan (berupa Peraturan

Bupati) yang memberikan insentif kepada SKPD, pejabat dan staf daerah untuk:

• Memanfaatan alat P3BM dalam mengidentifikasi, merumuskan program dan

mengalokasikan anggaran secara konsisten –keserasian perencanaan dan

pengangaran- dan tepat sasaran dalam konteks penanggulangan kemiskinan.

• SDM yang sudah dilatih dapat dioptimalkan meskipun jabatan belum sesuai

kompetensinya.

• Adanya penyepakatan sumber data yang akan digunakan yang diwujudkan

dengan pembentukan sekretariat data bersama.

• Untuk mengatasi persoalan mutasi, para alumni pelatihan diikat dengan

penugasan khusus dari kepala daerah, atau melalui pelembagaan pelatihan di

tingkat daerah.

• Mendukung program-program dan alokasi anggaran yang berdampak nyata

dalam pengentasan kemiskinan.

Selain oleh pemerintah, alat P3BM juga dimanfaatkan oleh LSM lokal yang bergerak

di bidang tata pemerintahan. Bersama dengan alat-lata lain, alat P3BM memperkuat

LSM lokal dalam memantau dan melakukan advokasi alokasi anggaran pemerintah.

Fakta ini menunjukkan bahwa P3BM sebaiknya dilatihkan juga kepada LSM lokal

Page 33: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

25

bersama-sama dengan staf pemerintah. Akan lebih baik jika basis data juga

dibangun secara kolaboratif dengan melibatkan LSM, program lain di daerah

tersebut, dan organisasi komunitas yang telah lama dibentuk oleh PNPM.

Implementasi program P3BMakan memiliki eskalasi yang lebih besar jika

bersinergi dengan program lain baik yang bergerak di bidang pengembangan

komunitas –misalnya PNPM- maupun reformasi kelembagaan pemerintah daerah.

Dengan demikian maka kerja-sama implementasi P3BM dengan program lain

menjadi penting dalam konteks difusi alat-alat ini dalam program-program yang

lebih teknis dan sektoral (program peningkatan infrastruktur komunitas,

pendidikan, kesehatan dan pelayanan dasar lainnya).

P3BM sebagai instrumen teknokratis juga dapat dikombinasikan dengan

pendekatan ‘bottom up’. Dalam hal ini, alat P3BM dapat membantu komunitas

dalam memahami persoalan yang mereka hadapi dan merancang proposal program

yang akan diajukan pada tingkat yang lebih tinggi. Dengan demikian, kedalaman

data P3BM sampai ke tingkat desa dapat membantu menjembatani antara proses

perencanaan yang berasal dari komunitas (pendekatan partisipatif) dengan

perencanaan yang berasal dari SKPD (pendekatan teknokratis). Demikian juga

diskusi hasil analisis P3BM di tingkat desa akan sangat baik dalam penentuan

prioritas usulan program yang diusulkan oleh desa dalam forum musrenbang desa.

Page 34: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

26

6 Rekomendasi

Secara umum seluruh responden meyakini bahwa P3BM layak untuk dikembangkan.

Namun demikian, dengan mencermati uraian sebelumnya, masukan dari responden dan

untuk meningkatkan efektifitas penerapan dan pengembangan alatP3BM dalam upaya

pencapaian target MDGs dan pengurangan angka kemiskinan, maka peneliti

merekomendasikan hal-hal sebagai berikut:

Kebutuhan atas dukungan kebijakan dan peraturan di tingkat pusat dan daerah:

a) Kebijakan bersama (misalnya Surat Edaran Bersama) antara BAPPENAS,

Kementrian Keuangan dan Kementerian Dalam Negeri untuk menyelaraskan dan

menyusun kebijakan untuk mendukung konsolidasi dan mobilisasi berbagai

sumberdaya yang khusus diperuntukkan bagi bantuan/dukungan terhadap

upaya-upaya pencapaian target MDGs di daerah-daerah, terutama bagi daerah

yang masih jauh dibawah capaian nasional dan menggunakan P3BM sebagai

instrumen utama. Hal ini dimaksudkan untuk membantu meminimalisir

persoalan kemampuan fiskal daerah bersangkutan. Kebaikan ini diperlukan

karena daerah-daerah yang memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi –capaian

MGDs yang rendah- umumnya adalah daerah-daerah yang memiliki kapasitas

fiskal daerah yang rendah.

b) Pembentukan tim khusus atau sekertariat yang sifatnya lebih fungsional di

Bappeda tingkat propinsi sebagai perencana untuk mengawal proses pencapaian

target MDGs di Kabupaten/Kota. Tim ini memiliki kewenangan dan tugas untuk

menkonsolidasi berbagai sumberdaya di daerah dan dari pusat serta melakukan

penguatan kapasitas pada daerah dan sektor yang dinilai masih lemah.

c) Optimalisasi peran Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

(TKPKD) sebagai “forum multi-actor untuk pencapaian MDGs dan

penanggulangan kemiskinan” (pemerintahan, LSM, media, dll) yang terbukti

concern dan bekerja dalam ruang lingkup pencapaian target-target MDGs dan

penanggulangan kemiskinan. Forum ini berfungsi sebagai media dan ruang

untuk saling bertukar informasi dan pembelajaran atas pengalaman serta

koordinasi antar berbagai kegiatan SKPD dan di luar pemerintah. Dalam TKPKD

inilah berbagai data mengenai kemiskinan dikonsolidasikan dan digunakan

sebagai basis bagi penyusunan program pengentasan kemiskinan yang dilakukan

oleh berbagai pelaku pembangunan yang bekerja di daerah –termasuk program

SKPD, P3BM, PNPM, Program Donor, Program LSM. Melalui proses diharapkan

TKPKD dapat secara efektif mengubah program/proyek daerah yang

terfragmentasi ke dalam sektor pemerintah dan program di luar pemerintah

menjadi ‘tematik’ yaitu menjadikan isu sebagai masalah yang harus dipecahkan

bersama-sama oleh SKPD maupun program di luar pemerintah. Isu tematik

Page 35: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

27

inilah yang seharusnya menjadi pembahasan dalam musrenbang forum

gabungan SKPD.

d) Mengintegrasikan hasil scorecard MDGs, pemetaan kemiskinan dan analisis

APBD dengan proses-proses musrenbang mulai dari tingkat desa sampai

kabupaten/kota. Dalam hal ini hasil analisis scorecard MDGs dan pemetaan

kemiskinan harus dipresentasikan dalam forum-forum musrenbang sehingga

dapat mengarahkan peserta dalam menyusun proposal program/kegiatan ke

tingkat yang lebih tinggi. Penyampaian scorecard MDGs dan pemetaan

kemiskinan juga dapat mendorong peserta musrenbang untuk lebih berfikir

strategis dan tematis dalam menyusun program/kegiatan untuk menanggulangi

kemiskinan, bukan usulan-usulan terpisah yang belum jelas target, output,

outcome dan dampaknya.

e) Mendorong DPRD untuk membahas analisis scorecard MDGs dan pemetaan

kemiskinan sebelum pembahasan RAPBD. Proses ini dilakukan agar DPRD

memiliki pemahaman mengenai situasi daerah dalam pencapaian MDGs

sekaligus juga mengorientasikan DPRD agar memprioritaskan program dan

alokasi anggaran sesuai dengan target penanggulangan kemiskinan. Jika proses

ini didahului dengan proses perencanaan bottom up yang baik dan menggunakan

alat scorecard MDGs dan pemetaan kemiskian, maka prioritas komunitas akan

bertemu dengan prioritas DPRD dalam alokasi APBD.

f) Peraturan kepala daerah terkait dengan penugasan khusus terhadap aparatur

yang sudah dilatih, misalnya: ditugaskan menjadi tim supply data untuk

perencanaan dan penganggaran tahunan, keharusan untuk berkoordinasi secara

rutin dan berkala dengan SKPD, tidak melakukan mutasi bagi staf yang memiliki

kompetensi dalam perencanaan dan penganggaran tanpa disertai mekanisme

kaderisasi yang jelas, secara berkala mengunjungi SKPD dan mempresentasikan

hasil analisisnya kepada TAPD dan Badan Anggaran DPRD;

g) Mengantisipasi proses mutasi yang setiap saat terjadi dengan dua cara: (i)

adanya kebijakan khusus yang mendesak bahwa seluruh aktor strategis yang

terlibat dalam proses perencanaan dan penganggaran harus memahami dan

menguasai alatP3BM, bukan hanya terbatas pada tim teknis; dan (ii) fokus pada

penyiapan tim khusus yang posisi dan sifat jabatannya adalah fungsional

perencana, baik di Bappeda maupun SKPD lainnya. Selain itu, kebijakan mutasi

harus didasarkan pada kompetensi yang jelas (“the right man on the right place”);

h) Jika diperlukan, daerah harus mempunyai kebijakan untuk mengawal peserta

yang sudah dilatih agar tidak terkena mutasi. Atau, meskipun harus promosi dan

mutasi, para alumni pelatihan tersebut tetap diberi penugasan khusus atau

wahana untuk mentransfer pengetahuan dan keterampialan kepada

penggantinya.

Page 36: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

28

Terkait strategi pelaksanaan program.

P3BM akan efektif jika dikembangkan dalam konteks program pendampingan di

daerah. Dengan kata lain, P3BM tidak akan terlihat efektifitasnya jika dikembangkan

hanya sebagai paket-paket pelatihan tetapi mencakup pendampingan teknis (technical

assistance) yang intensif minimal untuk kurun waktu 1-2 tahun dan prosesnya inheren

pada setiap tahapan proses perencanaan dan penganggaran. Beberapa komponen

penting yang harus dikembangkankan P3BM dalam kerangka program adalah:

a) Pembentukan komitmen dari Kepala Daerah, Kepala Dinas dan Anggota DPRD.

Komitmen –terutama dari kepala daerah- perlu dijadikan sebagai syarat bagi

kehadiran/intervensi program P3BM di daerah tersebut.

b) Format pelatihan dilakukan secara berkelanjutan dan levelnya terus meningkat

dengan jangka waktu tidak terlalu lama. Karena itu peserta pelatihan harus

selektif. Dari sisi pemerintah, peserta yang dipilih adalah yang memiliki tugas

untuk menyusun perencanaan dan anggaran serta anggota Tim Anggaran

Pemerintah Daerah (TAPD).

c) Ada kegiatan reguler untuk melihat dan memperbaharui capaian SKPD dengan

menggunakan alat P3BM;

d) Melibatkan propinsi baik dalam pelatihan maupun dalam pemantauan kegiatan

P3BM di kabupaten/kota. Keterlibatan propinsi terutama adalah sebagai peserta

pelatihan, pelatih dan juga monitoring capaian MDGs di kabupaten/kota.

e) Memperluas peserta pelatihan bukan hanya dari pejabat dan staf pemerintah

tetapi juga dari propinsi, perguruan tinggi, BPS, organisasi komunitas, pelaksana

PNPM dan aktivis LSM. Selanjutnya peserta dari propinsi, perguruan tinggi, BPD

dan LSM dapat dilibatkan sebagai pelatih dan pendamping. Provinsi harus

dilibatkan dalam pelatihan dan monitoring kegiatan P3BM di tingkat kabupaten

dan memperbaiki data dan informasi kemiskinan kabupaten;

f) Para alumni pelatihan diwadahi dalam forum/tim data daerah dan diberi

wahana untuk mentransfer pengetahuannya kepada peer group yang mungkin

akan menggantikan posisinya jika dia dimutasi.

g) Pengembangan jaringan kerja sama dengan program-program pengentasan

kemiskinan yang berbasis komunitas –misalnya PNPM- dan lembaga donor yang

bekerja di daerah untuk menjembatani perencanaan bottom up dengan

perencanaan teknokratis yang dikembangkan SKPD. Kerja sama ini terutama

penting untuk mendukung integrasi perencanaan (‘satu perencanaan untuk

semua’). Dalam proses integrasi perencanaan ini, maka hasil analisis balance

scorecard dan pemetaan kemiskinan bisa menjadi rujukan bersama untuk

mengidentifikasi masalah, merumuskan prioritas program dan alokasi anggaran.

h) Adanya program khusus bagi daerah peserta program P3BM oleh Bappenas

untuk sharing pengalaman dalam meningkatkan kualitas perencanaan dan

penganggaran di tingkat nasional. Hal ini bisa mencakup kegiatan reguler untuk

mereview dan mengupdate capaian SKPD dalam memanfaatkan alat P3BM;

Page 37: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

29

Terkait materi pelatihan

Pelatihan adalah materi utama dalam P3BM. Beberapa aspek yang perlu dikembangkan

untuk memperkaya materi pelatihan adalah:

a) Perlu pendalaman materi analisis anggaran karena pada pelatihan sebelumnya

kurang begitu mendalam. Di dalamnya mencakup juga analasis realokasi

anggaran, analisis kemampuan fiskal daerah, dan penelusuran anggaran (budget

tracking).

b) Untuk mengintegrasikan program komunitas/desa dengan SKPD maka balanced

scorecard dan poverty mapping sebaiknya dibuat sampai dengan satuan wilayah

desa;

c) Mengaitkan target pencapain MDGS dengan SPM (Standard Pelayanan

Minimum), karena dari sisi regulasi daerah lebih terikat dengan SPM.

d) Perlu tambahan materi tentang tabel indikator program kegiatan di SKPD (input,

output, outcome, impact); sehingga lebih mudah untuk tracking pendanaan dan

belanja SKPD

e) Proses ini perlu dikaitkan dengan pengelolaan basis data, indikator MDGs dan

siklus perencanaan penganggaran daerah;

f) Perlu dilaksanakan finalisasi dan percobaan (pilot) modul monitoring.

Untuk mengembangkan materi pelatihan dan penyampaian dari program-program di

atas, tidak dapat dihindari pelaksana program P3BM harus juga mengembangkan

jaringan dengan pelaku program lain di daerah misalnya PNPM. Ini terutama untuk

memudahkan difusi alat-alat P3BM ke dalam skema program lain dan kepada sistem

perencanaan dan penganggaran reguler.

Page 38: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

30

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Dokumen

1. Bappenas, Alat Analisia Tepat Guna untuk Perencanaan dan Penganggaran yang

Berpihak pada Masyarakat Miskin, April 2010.

2. Bappenas dan UNDP, Laporan Akhir P3BM Tahun 2009, Desember 2009.

3. Bappenas dan UNDP, Laporan Akhir P3BM Tahun 2009, Desember 2009.

4. Bappenas, Handbook Pro-poor Planning and Budgeting, Mei 2008

5. Bappenas dan UNDP, P3BM Newsletter, Edisi Juli 2009.

6. Bappenas dan UNDP, P3BM Newsletter, Edisi Agustus 2009.

7. Bappenas dan UNDP, P3BM Newsletter, Edisi Oktober 2009.

8. Bappenas dan UNDP, P3BM Newsletter, Edisi November 2009.

9. Bappenas dan UNDP, P3BM Newsletter, Edisi Januari 2010.

10. Bappenas dan Sekretariat Program P3BM, Laporan Lokakarya Nasional 1 – Mataram,

November 2008.

11. Bappenas dan Sekretariat Program P3BM, Laporan Lokakarya Nasional 2– Kupang,

Maret 2008.

12. Bappenas dan Sekretariat Program P3BM, Laporan Lokakarya Nasional Seri 1 tahap

2– Lombok Barat, Maret 2008.

13. Bappenas dan Sekretariat Program P3BM, Laporan Lokakarya Nasional 2– Kupang,

Desember 2009.

14. Bappenas dan Sekretariat Program P3BM, Laporan Lokakarya Nasional 3– Kendari,

Juni 2009.

15. Bappenas dan ADB, Improving Local Government Planning for Enhance Poverty

Reduction: Central Java, South Sumatera and NTT, April 2008

Page 39: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

31

Lampiran 2: Matriks Analisis hasil survey di 9 Daerah

I. Pelaksanaan Pelatihan dan Kontribusi P3BM

Lokasi Pelaksanaan Pelatihan P3B/M Kontribusi P3B/M

1. Sikka Pelaksanaan pelatihan: pada Mei 2009 di Hotel

Pelita, Maumere dilaksanakan selama 5 hari.

Peserta pelatihan sebanyak 30 orang. Mayoritas

staf perencana di masing-masing SKPD.

- Membantu penyusunan Renstra dan Renja SPKD

menjadi lebih terarah.

- Menjadi inspirasi dilakukannya studi tentang

kemiskinan daerah oleh Pusat Studi Perencanaan

Pembangunan Regional UGM bekerja sama dengan

Bappeda Sikka tahun 2009

- Meningkatkan koordinasi tim perencana antar SKPD

(khususnya alumni pelatihan)

2. Manggarai Pelaksanaan pelatihan:

- 2007: pelatihan pro poor planning and

budgeting, materinya;Identifikasi kebutuhan

masyarakat, pohon masalah, alokasi anggaran

berdasarkan kebutuhan

- 2008: pengenalan score card MDGs,

pelatihan pembuatan peta GIS di Bappeda

(umum). Semua dinas membawa data,

contoh: sebaran kawasan hutan dan analisias

anggarannya

- 2010: dilaksanakan bersama-sama dengan

Kab. Manggarai Timur di Hotel Dahlia,

Ruteng, materinya: Pivot, Arc-GIS untuk

pembuatan peta kemiskinan., Score card

MDGs..

- Menginspirasi beberapa SKPD untuk membuat peta

sektoral sebagai basis data untuk perencanaan dan

monitoring capaian program (Dinkes, Dinas Bina

Marga).

3. Timor

Tengah

Selatan

- Mei 2009. Dulu ada expert dari GED

(Jerman) yang membantu. Peta tematik

menggunakan data kemiskinan dengan alat

Arc-GIS, Pivot analisis, menggunakan excel

untuk analisis anggaran dan monev.

- Alat analisis P3BM dijadikan tools untuk

memperkuat Sekber dalam melakukan perencanaan

dan monev program.

4. Sumba Barat

Daya - Juni 2009, pelatihan tools P3BM di Aula

Seruni dibiayai pusat. Diikuti 25-30

orang.Materi mencakup simulasi membuat

peta data kemiskinan, pivot untuk analisis

anggaran dan program, balanced scorecard

MDGs. Masalahnya, data kurang dan tidak

ada laptop

- Juni 2010, pelatihan tools P3BM di Aula

SMK Pancasila dibiayai APBD. Diikuti 30

orang (ada tambahan peserta baru), materi

sama, data dari SKPD, training monitoring

dan pemutakhiran, ada data dan laptop, ada

pre-test

- Desember 2010, pelatihan database MDGs di

aula SMK Pancasila dibiayai APBD.

Monitoring dan evaluasi basis data, TOT dan

lokakarya data pencapaian MDGs

- Memperkuat pelaksanaan program Desa Bercahaya,

Desa Berkecukupan Pangan, Desa Berkecukupan

Air, Desa Aman dan Tertib khususnya dalam

menentukan lokasi sasaran program (APBD 2011)

5. Lombok

Barat

- Pelaksanaan pelatihan: Mei 2008 - Memperkuat inisiatif lokal yang sudah ada yaitu

program Gerakan Terpadu Bangun Desa

- Peningkatan alokasi anggaran untuk pencapaian

MDGs (2008: 19,2%, 2009: 22,6%, 2010: 22%

6. Sumbawa

Barat

Pelaksanaan pelatihan: November 2010 - Memperkuat inisiatif lokalyang sudah ada yaitu

Program Berbasis RT dan Dana Stimulan Ekonomi

Page 40: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

32

Lokasi Pelaksanaan Pelatihan P3B/M Kontribusi P3B/M

7. Pekalongan - Pelaksanaan pelatihan: 21-23 Mei 2011,

pelatihan alat P3BM dilaksanakan oleh

Bappeda atas dorongan Korkot PNPM

Perkotaanyang mengenal P3B dari KMP

PNPM Perkotaan. Diikuti oleh sekitar 30

orang staf perencanaa dari berbagai SKPD.

Materi pelatihan sebagian besar tentang

poverty mapping. Diperkenalkan juga

MDGs scorecard dan pivot analysis.

- Menjadi media konsolidasi dan sinergisasi

perencanaan reguler dan PNPM:

- Akan digunakan untuk memperkuat proses

perencanaan ditingkat kelurahan/desa melalui

program PNPM

- Akan dibuat laporan capaian MDGs skala desa

8. Kota Bau

Bau

- Pelaksanaan Pelatihan: Desember 2009 di

Ruang Rapat Bappeda dengan materi

poverty mapping, scorecard MDGs dan

Pivot Analysis.

- Menjadi materi dasar pelaksanaan program BASIC

(CIDA) dari tahun 2011-2014 untuk sektor

kesehatan dan pendidikan.

- Kesehatan: gizi buruk dan penyakit pencegahan

penyakit menular, termasuk pembuatan peta sebaran

penyakit malaria dan DB.

- Pendidikan: pemberantasan buta huruh, termasuk

pembuatan peta angka putus sekolah/buta aksara (by

name, by address)

9. Wakatobi - Dimulai dengan kegiatan lokakarya yang

langsung diikitu oleh Buppati. Pelaksanaan

pelatihan tahun 2010 dengan peserta dari

Bappeda dan Kasubsi Perencanaan Program

di SKPD-SKPD. Materi pelatihan mencakup

balance scorecard, pemetaan kemiskinan dan

analisis SPBD. Dilanjutkan dengan

pengembangan basis data MDGs melalui

pembentukan sekretariat bersama.

- Menginspirasi pembentukan sekretariat data

bersama, penyusunan program di berbagai SKPD

dan analisis APBD.

- Alokasi APBD dipublikasikan kepada masyarakat

dan menyandingkannya dengan persoalan

keminskinan dan capaian MDGs.

- Menginspirasi penyusunan RPJMD tahun 2011.

II. Pemanfaatan Alat-alat P3BM

Lokasi Pemanfaatan dalam Perbaikan

Basis Data

Pemanfaatan dalam Proses

Perencanaan Penganggaran

Pemanfaatan dalam Perbaikan

Kualitas Dokumen Perencanaan

1. Sikka - Alumni pelatihan diorganisir

dalam Kelompok Pecinta GIS

Sikka oleh Bappeda untuk

mendukung upaya perbaikan

basis data daerah

- Tahun 2011, dilakukan

pelatihan penyegaran tentang

P3BM bagi para alumni peserta

pelatihan sebelumnya

- Hasil analisis sebagai input

musrenbang, penyusunan

renja SKPD dan proses

konsultasi dengan DPRD.

Hasil pemetaan kemiskinan

menjadi dasar penyusunan

dokumen Strategi

Penanggulangan Kemiskinan

Daerah

2. Manggarai Dinas Kesehatan melakukan

update data sebaran fasilitas

kesehatan dan sebaran

penyakit

3. Timor

Tengah

Selatan

Para alumni pelatihan

terkoordinasi dalam sekretariat

bersama yang tugasnya

memperkuat basis data daerah

Setiap tahun, Sekber

melakukan permbaharuan data

kemiskinan bersumber dari

data BKPP, bukan BPS

Hasil analisis sebagai input

dalam proses perencanaan

program (musrenbang dan

proses konsultasi dengan

DPRD)

Realokasi anggaran

perjalanan dinas luar daerah

untuk belanja publik pada

APBD 2010

Alat koordinasi perencanaan,

monitoring dan evaluasi

terhadap aktivitas program

hasil pivot analysis untuk dasar

perumusan alokasi APBD 2010

dan 2011

Page 41: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

33

Lokasi Pemanfaatan dalam Perbaikan

Basis Data

Pemanfaatan dalam Proses

Perencanaan Penganggaran

Pemanfaatan dalam Perbaikan

Kualitas Dokumen Perencanaan

pemerintah daerah dan NGO

melalui pembentukan Sekber

Alat evaluasi Kepala Daerah

terkait capaian program,

realisasi pendapatan dan

belanja SKPD

4. Sumba Barat

Daya Ada alokasi dana untuk

pembentukan Forum data

berupa dukungan prasarana

bagi 6 orang alumni pelatihan

dari Bappeda padat APBD TA

2011.

Pembentukan Tim Basis Data

Penyusunan sistem database

MDGs dan database program

pembangunan

Alat evaluasi Kepala Daerah

terkait capaian program,

realisasi pendapatan dan

belanja SKPD

5. Lombok

Barat

Kenaikan alokasi anggaran

pencapaian target MDGs,

2008: 19,2%, 2010: 22%)

6. Sumbawa

Barat

7. Pekalongan Pernah akan dipraktekkan di

DPU untuk pembuatan peta

sanitasi dan air bersih.

Analisis data dengan

menggunakan alat P3B pernah

dipublikasikan menjadi salah

satu materi dalam LKPJ akhir

masa jabatan bupati.

Di BLK, dipraktekan untuk

menginventarisir peserta

pelatihan per kecamatan.

Ada perbedaan data antara

data SKPD dengan data

statistik dari BPS. Contoh:

jumlah fakir miskin.

Mendukung program pagu

anggaran indikatif

kewilayahan yang mulai

diterapkan 2011

8. Kota Bau

Bau Hasil analisis P3BM

ditampilkan sebagai informasi

dalam Profil Bau Bau dan

Profil Kesehatan 2010/2011.

Bekerjasama dengan BPS

akan melakukan survey

penduduk miskin

-

9. Wakatobi Ada SK Bupati untuk

pengembangan sekretariat data

bersama.

Dipraktekkan di dalam

pengembangan basis data di

Dinas Tata Ruang untuk

pendataan desa.

Menjadi dasar bagi realokasi

APBD pada TA 2010.

Hasil analisis scorcare

diumumkan secara luas

kepada masyarakat.

Capaian MDGs dan SPM

menjadi dasar penyusunan

program SKPD.

Capain MDGs dan SPM

menjadi dasar bagi penetapan

prioritas program dan alokasi

anggaran.

MDGs dan SPM menjadi

kriteria utama dalam

menetapkan program-program

RPJMD 2011.

III. Pembelajaran dan Rekomendasi

Lokasi Pembelajaran Rekomendasi

1. Sikka - P3BM belum menjawab persoalan keterbatasan - Peningkatan pemahaman para kepala SKPD

Page 42: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

34

Lokasi Pembelajaran Rekomendasi

anggaran,

- Faktor penghambat: ketersediaan sarana

pendukung (seperti: laptop, data dari SKPD), tidak

diakuinya data SKPD padahal lebih akurat karena

di update tiap tahun (yang diakui data BPS

padahal kurang upto date), kualitas SDM

- Faktor pendukung: political will dan komitmen

dari pimpinan daerah untuk membangun dari

bawah

- Alat pemetaan P3BM belum menggambarkan

kondisi topografis/kemiringan untuk input

perencanaan program infrastruktur (jenis

bangunan, dll) harus tambah GPS.

- Membantu menghasilkan database yang bagus

sehingga menjadi lebih terukur

- Prioritas program dan alokasi anggaran didasarkan

pada data (lebih matang) dan mudah untuk

evaluasi

- Hambatan: mutasi dan tidak terkonsolidasi

- Kesulitan: kesibukan dan ketiadaan anggaran.

terhadap manfaat tools P3BM, kapasitas teknis

untuk aparat yang tidak ikut pelatihan,

pengembangan manajemen data MDGs di tiap

SKPD.

- Perbup untuk mengukur kinerja SKPD,

termasuk capaian MDGs

- Penguatan kontrol kegiatan dan koordinasi

antar SKPD oleh Bappeda.

- Perlu pendampingan intensif dan pertemuan

rutin selama 1-2 tahun, materi pelatihan harus

lebih banyak terapan.

- Perlu pelatihan lanjutan/ulangan, fasilitas yang

adaptif terhadap perubahan di kabupaten

(seperti peta terbaru, dll).

- Perlu penguatan tim (Kelompok Pecinta GIS)

agar kuat dan solid dengan memanfaatkan

Perda No. 4/2008 tentang pembagian tugas dan

kewenangan SKPD.

- Sosialisasi MDGs disemua level (pemerintah,

masyarakat, DPRD)

- Ada momen reguler untuk melihat/up date

capaian SKPD dengan menggunakan tools

P3BM, misal: semesteran atau pada akhir tahun

anggaran

- Tools pivot; perlu diajarkan lagi untuk

menampilkan data agar lebih komunikatif

- Perlu tambahan materi siklus perencanaan dan

penganggaran

- Perlu tambahan materi GPS

- Perlu tambahan program analysis di Arc-Gis

- Program mapping harus sampai desa

2. Manggarai - Kelebihan P3BM: menampilkan data/informasi

dengan cukup informatif, mudah di update,

mempermudah dan mempercepat untuk pelaporan

- Kekurangan P3BM: kurang detil. Kalaupun detil,

hasilnya tidak informatif karena informasinya

menumpuk, update tidak terkontrol

- Faktor penghambat: mutasi, beban kerja, belum

data minded dalam perencanaan penganggaran,

konsistensi untuk selalu memperbaharui data,

sistem/kebijakan daerah belum memprioritaskan

P3BM, keterbatasan SDM, “gaptek”, orang yang

dikirim selalu sama, software yang diberikan

bukan asli/original

- Faktor pendukung: semangat dan motivasi untuk

mengentaskan kemiskinan, SDM tersedia

meskipun jabatan belum sesuai kompetensinya,

kesiapan peserta terlatih untuk concern dalam

pemanfaatan alat P3BM, tidak “gaptek”, pelatihan

yang kontinu

- Tertarik untuk diaplikasikan dalam penyusunan

perencanaan, evaluasi dan pelaporan kegiatan

- Data itu penting, teknologi (menguasai dan

mendalami) adalah hal baru.

- Komitmen pimpinan yang tertuang dalam

regulasi (pemda-DPRD) mengenai prioritas

penanggulangan kemiskinan.

- Penguatan TKPKD untuk penanggulangan

kemiskinan.

- Daerah harus punya kebijakan untuk mengawal

peserta yang sudah dilatih tersebut agar tidak

terkena mutasi.

- Satker PNPM harus dilibatkan dalam kegiatan

P3BM.

- Transparansi dan akuntabilitas mekanisme

perencanaan penganggaran bagi eksekutif dan

legislatif.

- Perlu kebijakan seperti Bintek Perpres 54/2010.

- Ada badan khusus yang mengawal.

- Perlu SK Bupati untuk menaungi asosiasi

alumni pelatihan

- Memberikan basis data ke-PU-an yang benar

sebagai dasar perencanaan program

- Sosialisasi kepada semua SKPD

- Menjaga konsistensi antara tools dengan

perencanaan penganggaran di SKPD hasil

analisis tools tsb harus tercermin dalam

program dan kegiatan di SKPD

- Strategi program:

- Perlu ada pendampingan & TA, tidak

hanya pelatihan. Harus masuk dalam

proses perencanaan penganggaran (ikut

Page 43: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

35

Lokasi Pembelajaran Rekomendasi

dalam proses)

- Tiap kabupaten ada yang

dimagangkan/dididik khusus oleh

Bappenas untuk meningkatkan kualitas

perencanaan penganggaran

- Pelatihan yang berkelanjutan dan

bertingkat, jarak waktu tidak terlalu

jauh1 tahun bisa 2-3 kali

- Ada pendampingan day to day pada saat

pengumpulan dan analisis data, termasuk

evaluasi perencanaan program dan

anggaran.

- Materi pelatihan:

- Menentukan/membuat tabel indikator

program kegitan di SKPD (input, output,

outcome, benefit)

- Pengetahuan ttg MDGs dkaitkan dengan

perencanaan penganggaran daerah.

- Pendalaman GIS untuk perencanaan dan

monitoring program.

- Lebih spesifik berdasarkan sektor

tertentu dengan menggunakan Arc-Gis.

3. Timor

Tengah

Selatan

- TTS adalah daerah yang tidak mampu tapi

terkesan menghambur-hamburkan uang. Tools ini

membantu agar uang digunakan lebih berharga

(efektif).

- Membuka cara berfikir untuk merencanakan

menjadi lebih terarah (program dan anggaran)

dalam hal penanggulangan kemiskinan dan

peningkatan kualitas SDM. Mengarahkan SKPD

agar membuat perencanaan sesuai dengan Renstra.

- Digunakan untuk input revisi RPJMD 2009-2014.

- Kekurangan:

- Sangat tergantung pada elektronik

(komputer based).

- Software tidak original ada aplikasi-

aplikasi yang tidak bisa digunakan.

- Tidak bisa melakukan tracking anggaran

(baru tracking alokasi)

- Faktor penghambat:Komitmen pimpinan yang

rendah, mutasi pegawai.

- Faktor pendukung:Insiatif dari aktivis sekber.

- Penguasaan terhadap aturan/regulasi

baru/perubahan regulasi.

- Aparat-aparat perencana harus punya

setifikat/dilatih khusus tentang perencanaan.

- Fasilitas dan SDM pengelolaan data harus

melekat ke SKPD/Bappeda.

- Harus ada forum musrenbang data untuk

mengukur capaian kinerja

- Pusat dan daerah membuat komitmen jangka

panjang (5 tahun) termasuk personil dan cost

sharing.

- Peran Bappeda: pada saat rancangan RKPD,

membuat arahan-arahan sesuai hasil analisis

dari tools P3BM

- Perlu pelatihan lanjutan/penyegaran, MoU,

pendampingan. Orang yang sudah dilatih harus

diberi tugas secara formal didasari keputusan

bupati. Misal: menjadi tim supply data untuk

perencanaan penganggaran tahunan, ada waktu

pertemuan rutin, datang ke SKPD dan

mempresentasikan hasil analisisnya. Hal ini

akan menjadi input bagi TAPD dan Banggar.

4. Sumba Barat

Daya

- Bisa mengetahui ketepatan dari proses dan target

perencanaan penganggaran, terutama lokasi.

- Kekurangan: dalam perencanaan penganggaran,

banyak faktor “x” di DPRD (politik anggaran).

- Penghambat: tidak ada SDM yang fokus

menangani ini, mutasi

- Pendukung: SDM yang sudah dilatih dapat

dioptimalkan

- Menambah nilai jual/nilai tambah; membantu

presentasi dengan tampilan yang baik yang

menggambarkan kondisi daerah

- Bisa diketahui gambaran kebijakan yang sudah

berjalan sehingga bisa jadi alat koreksi dan

evaluasi untuk merumuskan arah kebijakan baru

- Jika tools ini digunakan dengan benar, ada alasan

- Strategi pelaksanaan program:

- Pembimbingan/pendampingan

- Ada wadah tim data di daerah

- Materi:

- Menghubungkan indikator MDGs dengan

data, terutama untuk SKPD

“kemakmuran” (ekonomi) (Dinas

Peternakan, Perikanan, Kehutanan,

Koperasi, Ketahanan Pangan, BLH)

- Bagaimana menyediakan data yang

akurat (pelatihan dan konsolidasi potensi

yang ada).

- Sebelum sidang anggaran,perlu disosialisasikan

ke DPRD hasil analisis menggunakan tools

P3BM untuk mengevaluasi kinerja eksekutif.

Page 44: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

36

Lokasi Pembelajaran Rekomendasi

untuk argumentasi SKPD ketika berkonsultasi

dengan Bappeda dan DPRD

- Menampilkan data yang lebih baik

- Kemampuan untuk mengolah dan analisis data

sehingga menjadi rumusan program dan kegiatan

yang sesuai dan menjawab persoalan daerah.

- Perlu ada kebijakan khusus tentang penerapan

tools P3BM untuk melengkapi data sebelum

proses perencanaan penganggaran.

5. Lombok

Barat

- Mendukung program Gardu Bangdes (Gerakan

Terpadu Bangun Desa) sebagai upaya untuk

mempercepat capaian target MDGs.

- Dalam bidang sosial, program terobosan yang

dilakukan adalah sinergitas peningkatan IPM

melalui gerakan pendidikan untuk semua (Duta),

sadar kesehatan (Sahat), dan sadar aksara (Dara).

Kegiatan yang dilakukan adalah pendidikan, gratis,

revitalisasi lembaga kesehatan tradisional, koran

berita desa, getas melalui kelompok pengajian, dan

pembangunan politeknik “patut patuh patju”.

- Anggaran yang dialokasi untuk pencapaian target

MDGs pada tahun 2008 adalah sebesar 19,2% dari

APBD kemudian meningkat menjadi masing-

masing 22,6% dan 22,0% pada tahun 2009 dan

2010.

- Ada ketidakpastian atau keberlanjutan posisi dan

karir aparat birokrasi. Setiap saat mereka harus

menghadapi proses mutasi dari satu posisi ke

posisi lainnya dalam waktu yang relaitf singkat.

Dampaknya adalah proses konsolidasi untuk

pengembangan tools P3BM secara lebih sistemtik

sulit dilakukan

- Pada tataran lebih teknis, para peserta training

tidak mampu pengoperasian lebih lanjut software

dan metoda analisis karena: (i) kegagalan proses

instalasi software yang mereka lakukan dan tidak

ada rujukan tempat untuk bertanya untuk

mengatasi kegagalan proses instalasi ini: (ii)

sekalipun instalasi software berhasil, tapi terjadi

kegagalan berulangkali ketika mencoba

mengoperasikannya; (iii) adanya keterbatasan

fasilitas computer karena seringkali ketika terjadi

mutasi software dan hardware nya juga ikut

berpindah; (iv) keterbatasan kemampuan dan

peralatan untuk mengupdate base map yang lebih

terinci karena pada saat training digunakan base

map yang telah jadi dan skalanya makro; (v)

kebingungan dalam penggunaan data dari berbagai

sumber yang seringkali tidak sinkron; (vi)

kemampuan yang dilatihkan fokus pada bagaimana

caranya mengkalasifiksai dan menampilkan data,

tidak pada bagiamana cara mengupdate, mengolah

dan menganalisa data

- Penggunaan tools P3BM tidak cukup

dikembangkan untuk membongkar secara

mendasar pilihan-pilihan strategi dan pendekatan

secara sistemik untuk mengatasi persoalan

kemiskinan. Padahal dari pemetaan dan

identifikasi struktur persoalan yang menjadi dasar

penyusunan prioritas seharusnya lebih jauh dipakai

untuk membongkar perspektif dan kerangka

berfikir mengenai strategi dan pendekatan dalam

- Perlu adanya upaya mengantisipasi fenomena

proses mutasi yang setiap saat terjadi dengan 2

cara: (i) adanya kebijakan khusus yang

mendesak bahwa seluruh aktor strategis yang

terlibat dalam proses perencanaan dan

penganggaran harus memahami dan menguasai

tools P3BM, bukan hanya terbatas pada tim

teknis; dan (ii) fokus pada penyiapan tim

khusus yang sifatnya posisi atau jabatan

fungsional perencana, baik di Bappeda maupun

di SKPD-SKPD lainnya.

- Seharusnya ada proses pengawalan, pemberian

technical assistance dan bantuan fasilitas-

fasilitas pendukung, minimal untuk 3 tahun

proses perencanaan dan penganggaran. Dengan

pengawalan tiga tahun ini dipandang cukup

memadai untuk membangun system dan tradisi

secara lebih berkelanjutan (Ka Bappeda NTB,

Sekr.Bappeda Lombok Barat dan Pa Idrus);

- Pada level kebijakan nasional, harus ada

terobosan untuk:

- Membuat SKB 3 Menteri (Bappenas, Kuangan

dan Depdagri) untuk menyelaraskan dan

menyusun pengaturan ulang terkait dengan

kebijakan-kebijakan: system perencanaan dan

penganggaran, system pengolaan keuangan

daerah, penyelenggaraan desentralisasi/otonomi

daerah dan pengaturan postur birokrasi pada

pemerintahan daerah;

- Mengkonsolidasi dan memobilisasi berbagai

sumberdaya yang kemudian khusus

diperuntukkan bagi bantuan/dukungan terhadap

upaya-upaya pencapaian target MDGs di

daerah-darah, terutama bagi daerah yang masih

jauh dibawah capaian nasional. Hal ini untuk

membantu meminimalisir persoalan

kemampuan fiscal daerah bersangkutan;

- Pada level kebijakan propinsi dan kabupaten,

perlu dilakukan:

- Pembentukan tim khusus yang sifatnya lebih

fungsional di Bappeda tingkat propinsi sebagai

perencana untuk mengawal proses pencapaian

target MDGs. Tim ini memiliki kewenangan

dan tugas untuk menkonsolidasi berbagai

sumberdaya di daerah dan dari pusat dan

melakukan penguatan-penguatan kapasitas pada

sektor dan daerah yang dinilai masih lemah;

- Dikembangkannya semacam “forum multi-

aktor pro-poor dan MDGs” (pemerintahan,

LSM, media, dll) yang terbukti concern dan

bekerja dalam ruang lingkup pencapaian target-

target MDGs. Forum Mutli-Aktor Pro-Poor dan

MDGs ini berfugnsi sebagai media dan ruang

Page 45: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

37

Lokasi Pembelajaran Rekomendasi

upaya pengurangan kemiskinan. Misalkan, tools

P3BM tidak sampai pada membongkar persoalan

mendasar terkait dengan 3 keterlambatan

pola/langgam kerja pemerintahan daerah, yaitu: (i)

lambat dalam pengambilan keputusan; (ii) lambat

dalam mobilitas; (iii) lambat melakukan penangan.

- Tidak cukup tersedia ruang dan keleluasaan untuk

pengimplementasian tools P3BM dalam proses

perencaan dan penganggaran. Hal ini disebabkan

adanya keterbatasan fiscal yang berdampak pada

pengalokasian pagu inidikatif setiap SKPD.

Alokasi ini harus dihadapkan pada pengalokasikan

untuk operasional SKPD, usulan dari Musrenbang

Kecamatan dan ‘titipan’ dari para anggota

legistaltif yang biasanya fokus pada sarana

prasarana fisik (FGD KSB dan KLB).

untuk saling bertukar informasi dan

pembelajaran atas pengalaman serta koordinasi

antar berbagai kegiatan;

- Pendekatan tidak hanya bertumpu pada sekali

dua kali pelatihan tanpa pengawalan lebih

lanjut. Tapi harus ada skema pendampingan

melalui pemberian asistensi teknis yang dapat

diakses setiap saat dan bantuan pengadaan

fasilitas pendukung untuk pembaruan dan

analisis data dan informasi baik secara kuatitatif

maupuan secara spasial;

- Memperluas target group program dari hanya

terfokus pada pemerintah kabupaten ke

pemerintahan propinsi, legislatif dan kalangan

CSOs;

- Meningkatkan koordinasi dan konsolidsai

dengan berbagai pihak yang mengembangkan

berbagai program dan tools untuk pencapaian

target MDGs dan pengurangan kemiskinan, baik

dari kalangan pemerintah, lembaga donor

maupun kalangan organisasi masyarakat sipil;

- Target pengembagan kapasitas lebih diarahkan

pada kemampuan untuk menyusun strategi

mendasar untuk penanggulangan kemiskinan

serta kemampuan untuk mengupdate, mengolah

dan menganalisis data.

6. Sumbawa

Barat

- Kendala dalam proses implementasi tools P3BM

terkait dengan tarik-mernaik kepentingan dan

kompleksitas dalam hal sinkronisasi 3 sistem yan

terkait, yaitu: (i) sisem perencanaan pembangunan

yang telah memiliki alurnya sendiri dari

Musrenbang Desa/Keluruhan, Kecamatan sampai

dengan Kabupaten; (ii) system perencanaan yang

dikembangkan oleh PNPM yang menawakan

kejelasan alokasi anggaran: (iii) system politik

lokal yang lebih mengedepankan proses kompromi

dan pemenuhan aspirasi basis konstituen para

pejabat dan politiuks lokal.

- Pada tataran lebih teknis, para peserta training

tidak mampu pengoperasian lebih lanjut software

dan metoda analisis karena: (i) kegagalan proses

instalasi software yang mereka lakukan dan tidak

ada rujukan tempat untuk bertanya untuk

mengatasi kegagalan proses instalasi ini: (ii)

sekalipun instalasi software berhasil, tapi terjadi

kegagalan berulangkali ketika mencoba

mengoperasikannya; (iii) adanya keterbatasan

fasilitas computer karena seringkali ketika terjadi

mutasi software dan hardware nya juga ikut

berpindah; (iv) keterbatasan kemampuan dan

peralatan untuk mengupdate base map yang lebih

terinci karena pada saat training digunakan base

map yang telah jadi dan skalanya makro; (v)

kebingungan dalam penggunaan data dari berbagai

sumber yang seringkali tidak sinkron; (vi)

kemampuan yang dilatihkan fokus pada bagaimana

caranya mengkalasifiksai dan menampilkan data,

tidak pada bagiamana cara mengupdate, mengolah

dan menganalisa data

- Untuk menjembatani ketiga proses perencanaan,

Kabupaten Sumbawa Barat perlu merancang

peraturan daerah tentang perencanaan dan

penganggaran daerah yang didalamnya

mencakup: 1) pengintegrasian proses partisipatif

dengan penggunaan alat-alat P3BM untuk

penanggulanan kemiskinan mulai dari tingkat

desa; 2) peran pemerintah daerah dalam

mendukung program-program pemberdayaan

masyarakat yang dilakukan oleh pemerintah

pusat, termasuk PNPM; dan 3) pengintegrasian

proses perencanaan partisipatif dengan proses-

proses politik oleh DPRD.

- Perlu dibentuk ’kelompok kerja P3BM’ di

tingkat daerah yang bertugas untuk: mengatasi

masalah teknis dari P3BM, termasuk sofware

dan pengoperasiannya, mgnkonsolidasi sumber-

sumber data untuk pemantauan MDGs,

memantau dan meng-update data kemajuan

MDGs, dan memberikan masukan terhadap

dokumen perencanaan/penganggaran untuk

pencapaian MDGs. Kelompok kerja ini melekat

di Bappeda/TKPKD.

Page 46: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

38

Lokasi Pembelajaran Rekomendasi

- Seringkali aturan-aturan pada tingkat nasional

yang penghambat terhadap upaya terobosan dan

invoasi pendekatan dalam penanggulangan

kemiskinan. Misalkan pengalaman Pemda

Kabupaten Sumbawa Barat. Bupati berani

melakukan terobosan-terobosan dengan melakukan

program rehabilitasi rumah masyarakat

miskin/pra-sejahtera dan bantuan sapi untuk

peternak. Program ini berbuntut menjadi temuan

BPK karena terjadi polemik pada nomenklatur

apakah masuk kedalam belanja modal yang

dampaknya bahwa bantuan-bantuan tersebut

menjadi asset pemerintahan atau bantuan sosial

yang implikasinya sulit untuk membiaya skema

pendampingannya. Terobosan yang dilakukan

kemudian adalah proses pelimpahan asset

pemerintahan untuk periode waktu tertentu agar

dapat dialokasikan juga angaran untuk

pendampingannya.

- Pada proses pemberian asistensi penyusunan

RPJMD yang terkait dengan MDGs belum dapat

memberikan asistensi secara maksimal, hal ini

disebabkan karena SKPD di desak oleh

waktu/DPRD untuk segera menyerahkan ke DPRD

walaupun waktunya tidak sesuai dengan jadwal

semula. Hal ini disebabkan karena masa kerja

anggota DPRD yang akan berakhir.

7. Pekalongan - Bisa memperkuat analisis awal kemiskinan

(Participatory Poverty assessment) yang dilakukan

oleh PNPM

- Baru terpilih bupati baru dan sedang dalam proses

penyusunan RPJMD. Tools ini dapat dimanfaatkan

dalam proses penyusunan RPJMD.

- Mempermudah pemetaan dengan syarat data

tersedia

- Mengajak masyarakat menentukan prioritas

program sesuai warna (dulu menggunakan

peringkat 1-5)

- Memudahkan pengalokasian anggaran

- Mempermudah analisis untuk formasi PNS

(tenaga-tenaga fungsional)

- Peta potensi daerah menjadi mudah terlihat; pada

2007 pernah dibuat oleh pihak ketiga namun tidak

diberikan softwarenya sehingga tidak bisa di

update.

- Akan kesulitan jika semua OS komputer di pemda

diubah ke linux (sudah disosialisasikan) dan

mungkin akan diimplementasikan 2 tahun ke

depan.

- Faktor penghambat;

- Ketersediaan data

- Kerangka metodologis untuk membuat

kebijakan alat ini harus menjadi

kebijakan

- Mutasi pegawai

- Faktor pendukung:

- Alat ini teknisnya mudah dan sederhana,

lebih mudah dipraktekkan, pengetahuannya

lebih gampang ditransfer.

- Perlu ada forum data untuk sinkronisasi data.

- Perlu pendampingan yang lebih intensif hingga

bisa memanfaatkannya

- Menyelenggarakan pelatihan yang

berkelanjutan

- Tim PNPM bisa mendampingi penerapan alata

P3BM.

- Harus ada pembekalan yang lebih mendalam

dan spesifik untuk SKPD tertentu. Alat ini

harus dikenalkan juga kepada kepala-kepala

SKPD.

- Terkait dengan adanya mutasi pegawai terhadap

alumni pelatihan, sebisa mungkin di SK-kan

oleh bupati dan diorganisir sebagai tim data.

- Perlu aplikasi bantu untuk melihat nilai

kemanfaatan dari program yang sudah

dilaksanakan. Bukan hanya melihat sebaran

wilayah untuk menentukan prioritas. Ketika

perbandingan sangat tergantung persepsi.

Bappeda memiliki program jaring spasial yang

akan dipublikasikan melalui internet.

- Pelatihan juga mengikutsertakan pejabat

daerah.

- Strategi pelaksanaan program;

- Perlu lokakarya untuk mengenalkan alat

ini ke pimpinan daerah

- Pendampingan intensif untuk 1-2 SKPD

Page 47: STUDI PEMBELAJARAN DAN PEMANFAATAN - PSF Librarypsflibrary.org/catalog/repository/Studi Pembelajaran dan... · berpihak kepada masyarakat miskin;dan 4)instrumen yang dapat membantu

39

Lokasi Pembelajaran Rekomendasi

- Ada contoh dari kabupaten/kota yang

pernah mempraktekkan alat P3B

- Penyepakatan sumber data

- Regulasi untuk memanfaatkan alat ini

- Dukungan politik dari DPRD

- Konsistensi dari penentu kebijakan

- Mutasi para alumni pelatihan harus

diikat dengen penugasan khusus.

8. Kota Bau

Bau

- Pelatihan hanya meningkatkan keterampilan.

Harusnya ada dukungan dari pengambil kebijakan

(komitmen pimpinan SKPD).

- Belum dapat dirasakan karena belum

diimplementasikan.

- Kelebihan: lebih informatif. Kelemahan: butuh

konsentrasi, lebih teliti, data harus akurat.

- Aplikasinya tidak sulit.

- Waktu pelatihannya kurang cukup

- aplikasinya tidak compatibel untuk beberapa

operating system dan spesifikasi laptop.

- Kelebihan: lebih informatif. Kelemahan: butuh

konsentrasi, lebih teliti, data harus akurat.

- Alat P3BM belum sepenuhnya digunakan dalam

perencanaan awal (renja SKPD). Setelah selesai

pelatihan, tidak ada pendampingan sehingga tidak

terpakai.

- Sosialisasi pernah dilakukan ke para pimpinan

SKPD di Bappeda diundang oleh Kepala Bappeda,

tim MDGs dari pusat. Tapi mungkin tidak cukup

untuk meyakinkan mereka. Mereka mungkin

belum ada komitmen dari pimpinan daerah.

- Terdapat perbedaan jumlah penduduk versi BPS

dan Dukcapil karena perbedaan kriteria. Contoh:

BPS: sudah tinggal > 6 bulan dianggap penduduk

setempat. Dukcapil: liat data administrasi, BPS:

real fisik. Tapi yang disepakati digunakan adalah

data BPS

- Ada instruksi dari pemerintah pusat kepada

pimpinan SKPD dan kepala daerah untuk

menggunakan alat ini

- Strategi pelaksanaan program: peserta diperluas

dengan melibatkan sekolah, modelnya harus

pelatihan, instrumen/aplikasinya sampai dengan

sekolah (di link dengan aplikasi yang sudah

ada).

- Perlu base peta berdasarkan cakupan wilayah

puskesmas, peta bisa dipecah per puskemas,

lebih bagus yang dilatih fokus per instansi,

perlu surat edaran walikota yang mewajibkan

penggunaan alat ini, No. ID kecamatan berubah

terus karena adanya pemekaran, perlu

pendampingan intensif, cukup pelatihan jika

semua sudah tersampaikan.

- Perlu ada tambahan fasilitas komputer

- Tambahan waktu simulasi dan spesifik per

instansi, jika sudah cukup dengan hanya

pelatihan tidak perlu lagi pendampingan.

9. Wakatobi - Komitmen kepala daerah terhadap MDGs sangat

besar dengan menyatakan bahwa target MDGs

adalah target daerah. Komitemen ini ditegaskan

dalam bentuk SK Bupati untuk membentuk

sekretariat data bersama dan tim Bappeda yang

bertugas memantau capaian MDGs.

- Komitmen kepala daerah menjadi dasar bagi

SKPD untuk menyusun program berdasarkan pada

capaian MDGs dan SPM.

- Realokasi program dan pendanaan dilakukan di

tiap SKPD agar sesuai dengan capaian MDGs.

- Hasil analisis MDGs dan alokasi APBD

diumumkan secara luas.

- Analisis MDGs dan SPM menjadi dasar

penyusunan RPJMD tahun 2011-2-15.

- Sayang program berhenti begitu saja pada tahun

2010. Sehingga apa yang telah dibangun tidak

berlanjut (tidak mendapatkan dukungan asistensi

di tingkat provinsi dan nasional).

- Mutasi pegawai tanpa transper pengetahuan juga

menjadi ancaman serius bagi kelanjutan program-

pencapaian MDGs.

- Perlu dukungan dari tim P3BM pusat untuk

terus mendampingi reformasi perencanaan dan

penganggaran untuk 1 – 2 tahun ke depan agar

sistem yang dikembangkan menjadi mapan.

- Pendataan perlu dilakukan sampai ke desa.

- Kerja sama kabupaten dengan PNPM dalam

perencanaan perlu ditingkatkan. Kalau perlu

dilakukan perencanaan bersama.

- Perlu kelompok kerja untuk mentransfer alat-

alat P3BM kepada Kasubsi Perencanaan

Program di tiap SKPD. Terutama bagai yang

beru menempati posisi tersebut.