(studi pada pemerintah kabupaten/kota di jawa tengah)/pengaruh...pengaruh pendapatan asli daerah dan...

69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : YOHANES ARIS YULIANTO NIM. F1309094 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: trinhtram

Post on 11-Apr-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN

EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL

(Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh :

YOHANES ARIS YULIANTO

NIM. F1309094

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

MOTTO

Kekuatan terbesar dari kata-kata kita adalah harus membuat orang lain senantiasa

mendapatkan manfaat dari apapun yang kita ucapkan (Penulis).

Waktu tidak pernah akan kembali, kesempatan tidak datang dua kali tetapi

kesuksesan akan selalu ada bagi yang mau berusaha (Penulis).

“Tidak pernah aku berbuat sesuatu karena kebetulan. Tidak pernah pula penemuan-

penemuanku yang manapun terjadi secara kebetulan. Semua itu adalah hasil kerja keras dan

tekun. (Thomas A. Edison)”

“Kebahagiaan Tidak Pernah Datang Dari Luar, Kebahagiaan Datang dari Dalam”

“ Jangan Pernah Menyerah Apanila Kamu Mengalami Kegagalan” (Penulis)

Page 5: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil ini aku persembahkan pada:

Tuhan Yesus Kristus, puji syukurku kuucapkan kepadaMu atas bimbinganMu dan anugerahMu yang Kau berikan kepadaku .

Ibuku tercinta, yang kusayangi

atas doa, bimbingan dan motivasi.

Page 6: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

kecil ini. Atas dukungan dan doa berbagai pihak, skripsi yang berjudul

“PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN

EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL” (Studi Pada Pemerintah

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah) dapat terselesaikan dengan baik.

Adapun penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai tugas akhir yang harus

diselesaikan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret serta memberi masukan kepada pihak yang

berkepentingan.

Penulis menyadari tugas akhir ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa

bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dengan segala kerendahan dan

ketulusan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Wisnu Untoro, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Sri Suranta S.E., M.Si, Ak selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Page 7: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

4. Bapak Drs. Nurmadi H. Sumarta, Msi, Ak selaku pembimbing skripsi

yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dalam

penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu, Orang Tuaku tercinta dan tersayang yang telah mencurahkan kasih

sayang, motivasi, semangat, perhatian, dorongan baik moril ataupun

material serta doa yang tidak pernah putus sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

6. Wisudawan (Suma) dan Fitra yang telah menjadi teman seperjuangan dan

ikut membantu dalam pembuatan skripsi ini, terimakasih atas saran dan

bantuannya, tetap cemungudh eaa.

7. Temanku Faat dan Almira makasih atas bantuannya yang telah banyak

mengajari skripsi ini, maafkan karena penulis sering merepotkan kalian.

8. Temanku Be Nou (Wisnu), Thompel dan Koh Nanang terima kasih atas

semangat kalian yang mendorong penulis untuk segera menyelesaikan

skripsi ini.

9. Teman-temanku di Cilikan Group, Koh Ahong dan Gento Susanto terima

kasih atas dukungannya.

10. Semua teman Akuntansi ’08 dan ‘09, yang menjadi pelajaran berharga-ku.

11. Semua Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi UNS, terutama Pak Timin

dan para bapak satpam terimakasih atas semua bantuannya.

12. Semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini, yang tidak bisa

penulis sebutkan satu per satu.

Page 8: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukanlah sebuah karya yang

sempurna karena berbagai keterbatasan dan kelemahan penulis, sehingga wajar

kiranya bila penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya skripsi

ini bisa menjadi lebih bermanfaat.

Surakarta, 23 September 2011

Penulis

Page 9: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN................................ ............................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

HALAMAN MOTTO ......................................... .............................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... . v

HALAMAN KATA PENGANTAR.................................................................. . vi

HALAMAN DAFTAR ISI................................................................................. ix

HALAMAN DAFTAR GAMBAR................................................................... .. xi

HALAMAN DAFTAR TABEL........................................................................ xii

ABSTRAK ........................................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Perumusan Masalah .................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 9

1. Pendapatan Asli Daerah ........................................................ 9

2. Pertumbuhan Ekonomi .......................................................... 13

3. Belanja Modal ....................................................................... 18

Page 10: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu................... ................................. 21

C. Kerangka Pikir ............................................................................ 22

D. Hipotesis Penelitian..................................................................... 23

1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal 23

2. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal .. 24

BAB III METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional............................ . 27

B. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 28

C. Populasi dan Sampel.................................................................... 28

D. Data dan Sumber Data................................................................. 29

E. Metode Pengumpulan Data.......................................................... 29

F. Metode Analisis Data................................................................... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian .......................................................... 38

B. Statistik Deskripstif .................................................................... 39

C. Hasil Pengujian Asumsi Klasik................................................... 42

D. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ..................................... 47

E. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................... 50

F. Pembahasan Hipotesis................................................................. 51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 55

B. Keterbatasan Penelitian ............................................................. 55

C. Saran............................................................................................ 56

Page 11: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Gambar II.1 Kerangka Konseptual ................................................................ 23

Gambar IV.1 Uji Normalitas ........................................................................... 43

Page 12: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

Tabel II.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 21

Tabel III.1 Tabel Autokorelasi .................................................................... 33

Tabel IV.1 Penentuan Sampel Penelitian .................................................... 39

Tabel IV.2 Hasil Statistik Deskripsi ............................................................. 39

Tabel IV.3 Uji Normalitas ............................................................................. 44

Tabel IV.4 Uji Multikolinearitas ................................................................... 45

Tabel IV.5 Uji Autokolerasi .......................................................................... 46

Tabel IV.6 Uji Heterokedasitas ..................................................................... 47

Tabel IV.7 Koefisien Determinasi ................................................................. 48

Tabel IV.8 Hasil Uji Simultan ....................................................................... 48

Tabel IV.9 Hasil Uji Statistik T ..................................................................... 49

Tabel IV.10 Hasil Uji Hipotesis ...................................................................... 50

Page 13: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ABSTRACT

THIS RESEARCH INTENT ON ANALYZING INFLUENCE LOCAL OWN REVENUE (PAD) AND ECONOMIC GROWTH (PE) TO CAPITAL

EXPENDITURE (BM) (Study On Regency/Town Which Reside In Central Java).

YOHANES ARIS YULIANTO F 1309094

The purpose of this research is to find out and to analyze whether Local Own Revenue and Economic Growth influence the Capital Expenditure in Central Java Province.

The analyze method that is used in this research is quantitative method with multiple linier regression with bring about classical assumption test before finding out the best linier model. The variable used in this research are Local Own revenue and Economic Growth as independent variable and the Capital Expenditure as dependent variable. The population is 35 regencies and cities in Central Java the year 2007 up to year 2009 are chosen as samples.

The result proof that Local Own Revenue and Economic Growth influence significanly and simultaneously the Capital Expenditure of regencies and cities in Central Java. Adjusted R2 expressed that 20,5% influence given by Independent variables. The rest 79,5% influence given by other variables is not mentioned in this research model. Partially Local Own Revenue variable influence Capital Expenditure. Economic Growth with PDRB with constan price have no significant influence to the Capital Expenditure. Keywords: Local Own Revenue, Economic Growth and Capital Expenditure.

Page 14: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ABSTRAK

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL

(Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)

YOHANES ARIS YULIANTO F 1309094

Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Pemko/Pemkab di Jawa Tengah.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi khusus sebagai variabel independen dan Belanja Modal sebagai variabel dependen. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 35 kabupaten dan kota sebagai sampel dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2009.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap belanja modal di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah hal ini dapat dijelaskan dalam Adjusted R2 sebesar 20,5% variabel Belanja Modal dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada yaitu Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap Belanja Modal. Sisanya sebesar 79,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Secara parsial variable Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berpengaruh signifikan terhadap belanja modal di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, sedangkan Pertumbuhan Ekonomi yang diproksikan oleh PDRB harga konstan, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya Belanja Modal. Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal.

Page 15: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kemampuan daerah dalam mengolah sumber daya yang dimiliki dapat dijadikan

sebagai sumber kekayaan bagi daerah. Pengelolaan daerah dapat menciptakan lapangan

kerja baru dan dapat merangsang perkembangan kegiatan ekonomi, dan dapat menambah

pendapatan bagi daerah. Daerah otonom dapat memiliki pendapatan yang digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan urusan rumah tangganya secara efektif dan efisien dengan

memberikan pelayanan dan pembangunan. Tujuan pemberian otonomi daerah tidak lain

adalah untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat,

pengembangan kehidupan berdemokrasi, keadilan, pemerataan, dan pemeliharaan hubungan

yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah. Visi otonomi dari sudut pandang

ekonomi mempunyai tujuan akhir untuk membawa masyarakat ketingkat kesejahteraan yang

lebih tinggi dari waktu ke waktu.

Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan

pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah disebut Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk propinsi maupun kabupaten dan kota. Proses

penyusunan anggaran pasca UU 22/1999 dan UU 32/2004 melibatkan dua pihak: eksekutif

dan legislatif, masing-masing melalui sebuah tim atau panitia anggaran. Adapun eksekutif

sebagai pelaksana operasionalisasi daerah berkewajiban membuat draft/rancangan APBD,

yang hanya bisa diimplementasikan kalau sudah disahkan oleh DPRD dalam proses

ratifikasi anggaran (Darwanto dan Yustikasari, 2007).

Realitas menunjukkan tidak semua daerah mampu untuk lepas dari pemerintah pusat,

dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka dalam kenyataannya, pemerintah

pusat tidak dapat lepas tangan begitu saja terhadap kebijakan otonominya. Hal ini tidak

Page 16: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

hanya terlihat dalam konteks kerangka hubungan politis dan wewenang daerah, namun juga

terlihat dalam hubungan keuangan antara pusat dan daerah.

Dalam era desentralisasi fiskal diharapkan terjadinya peningkatan pelayanan

diberbagai sektor terutama sektor publik. Peningkatan layanan publik ini diharapkan dapat

meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di daerah. Harapan ini tentu

saja dapat terwujud apabila ada upaya serius (pemerintah) dengan memberikan berbagai

fasilitas pendukung (investasi). Konsekuensinya, pemerintah perlu untuk memberikan

alokasi belanja yang lebih besar untuk tujuan ini. Desentralisasi fiskal disatu sisi

memberikan kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan daerah, tetapi disisi lain

memunculkan persoalan baru, dikarenakan tingkat kesiapan fiskal daerah yang berbeda-

beda (Harianto dan Adi, 2007).

Di dalam UU No. 25/1999 ditegaskan bahwa untuk pelaksanaan kewenangan Pemda,

Pempus akan mentransfer dana perimbangan, yang terdiri dari DAU, Dana Alokasi Khusus

(DAK), dan Bagian daerah dari Bagi hasil pajak dan bukan pajak, Pemda memiliki sumber

pendanaan sendiri berupa PAD, pinjaman daerah, maupun lain-lain penerimaan daerah yang

sah. Kebijakan penggunaan semua dana tersebut diserahkan kepada Pemda. Seharusnya

dana transfer dari Pempus diharapkan digunakan secara efektif dan efisien oleh Pemda

untuk meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat. Kebijakan penggunaan dana tersebut

sudah seharusnya pula dilakukan secara transparan dan akuntabel (Abdullah dan Halim,

2003). Pada akhirnya pemerintah akan melakukan transfer dana. Transfer dana ini berupa

dana perimbangan. Dana perimbangan adalah pengeluaran alokatif anggaran pemerintah

pusat untuk pemerintah daerah yang ditujukan untuk keperluan pemerintah daerah

(www.ksap.org). Kuncoro (2007) juga menyebutkan bahwa PAD hanya mampu membiayai

Page 17: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

belanja pemerintah daerah paling tinggi sebesar 20%. Kemandirian bagi daerah belum

sepenuhnya terlaksana, karena mereka masih menggantungkan dengan adanya aliran dana

dari pemerintah pusat, khususnya DAU.

Berkaitan dengan hal itu, strategi alokasi belanja daerah memainkan peranan yang

tidak kalah penting guna meningkatkan penerimaan daerah. Dalam upaya untuk

meningkatkan kontribusi publik terhadap penerimaan daerah, alokasi Belanja Modal

hendaknya lebih ditingkatkan. Belanja Modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah

diantaranya pembangunan dan perbaikan sector pendidikan, kesehatan, transportasi,

sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah. Oleh karena itu,

anggaran belanja daerah akan tidak logis jika proporsi anggarannya lebih banyak untuk

belanja. Semakin banyak pendapatan yang dihasilkan oleh daerah, baik dari DAU maupun

Pendapatan Asli Daerah sendiri, daerah akan mampu memenuhi dan membiayai semua

keperluan yang diharapkan oleh masyarakat.

Untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal dan adanya kebutuhan pendanaan

daerah yang cukup besar, pemerintah memberikan dana perimbangan dan salah satu

komponen dana ini yang memberikan kontribusi terbesar adalah Dana Alokasi Umum.

Dalam beberapa tahun berjalan, proporsi DAU terhadap peneriman daerah masih yang

tertinggi disbanding dengan penerimaan daerah yang lain, termasuk PAD (Adi, 2006)

Hal ini menunjukkan masih tingginya ketergantungan pemerintah daerah terhadap

pasokan dana dari pemerintah pusat ini. Namun demikian, dalam jangka panjang,

ketergantungan semacam ini harus menjadi semakin kecil. Berbagai investasi yang

dilakukan pemerintah daerah diharapkan antarpemerintahan dan menjamin tercapainya

standar pelayanan publik minimum diseluruh daerah (Prakosa, 2004).

Page 18: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pergeseran komposisi belanja merupakan upaya logis yang dilakukan pemerintah

daerah (pemda) setempat dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan publik.

Pergeseran ini ditujukan untuk peningkatan investasi modal. Semakin tinggi tingkat

investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada

gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap

pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD. Kesinambungan pembangunan

daerah relatif lebih terjamin ketika publik memberikan tingkat dukungan yang tinggi

(Mardiasmo, 2002 dalam Adi, 2006).

Perubahan alokasi belanja ini juga ditujukan untuk pembangunan berbagai fasilitas

modal. Pemerintah perlu memfasilitasi berbagai aktivitas peningkatan perekonomian, salah

satunya dengan membuka kesempatan berinvestasi. Pembangunan infrastruktur dan

pemberian berbagai fasilitas kemudahan dilakukan untuk meningkatkan daya tarik investasi

ini. Pembangunan infrastruktur industri mempunyai dampak yang nyata terhadap kenaikan

pajak daerah. Dengan kata lain, pembangunan berbagai fasilitas ini akan berujung pada

peningkatan kemandirian daerah (Wong, 2004 dalam Adi, 2006).

Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran Belanja Modal dalam

APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi Belanja Modal ini didasarkan pada kebutuhan

daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan

maupun untuk fasilitas publik. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas

pelayanan publik, pemerintah daerah seharusnya mengubah komposisi belanjanya. Selama

ini belanja daerah lebih banyak digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif.

Saragih (2003) dalam Darwanto dan Yustikasari (2007) menyatakan bahwa pemanfaatan

belanja hendaknya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misal untuk melakukan aktivitas

Page 19: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pembangunan. Stine (1994) dalam Darwanto dan Yustikasari (2007) menyatakan bahwa

penerimaan pemerintah hendaknya lebih banyak untuk program-program layanan publik.

Kedua pendapat ini menyiratkan pentingnya mengaloksikan belanja untuk berbagai

kepentingan publik.

Tingkat Pertumbuhan Ekonomi menjadi salah satu tujuan penting pemerintah daerah

maupun pemerintah pusat. Upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah tidak akan

memberikan arti apabila tidak diikuti dengan peningkatan Pertumbuhan Ekonomi daerah.

Brata (2004) dalam Harianto dan Adi (2007) menyatakan bahwa terdapat dua komponen

penerimaan daerah yang berpengaruh positif secara signifikan terhadap Pertumbuhan

Ekonomi regional. Kedua komponen tersebut adalah PAD dan Bagian Sumbangan &

Bantuan. Namun demikian, belum mencakup periode setelah otonomi daerah sehingga

hubungan PAD dan Pertumbuhan Ekonomi dapat saja mengarah ke hubungan negatif jika

daerah terlalu ofensif dalam upaya peningkatan penerimaan daerahnya.

Selain itu batas wilayah yang jelas antar daerah merupakan indikator yang dapat

mempengaruhi penerimaan PAD dan DAU. Sebenarnya dari 33 provinsi dan 471

kabupaten/kota di Indonesia, hanya sekitar 10 persen yang mempunyai penetapan batas

wilayah yang resmi salah satunya adalah provinsi Jawa Tengah. Penentuan batas wilayah

sangat penting, sebab dengan adanya batas wilayah antar daerah akan dapat memaksimalkan

potensi daerah yang dimilikinya. Adanya batas wilayah yang resmi akan diketahui sejauh

mana batas status hukum, tanggung jawab pemerintahan, perpajakan, hingga untuk

menentukan luas area guna untuk menghitung potensi sumber daya, kepadatan penduduk

hingga dana perimbangan daerah. Sehingga berpengaruh pada berapa besarnya pendapatan

Page 20: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ataupun pengeluaran yang terjadi pada daerah tersebut. Hal inilah yang menjadi

pertimbangan penulis memilih Provinsi Jawa Tengah sebagai obyek penelitian.

Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini dapat diikhtisarkan

sebagai berikut :

1. Abdullah & Halim (2004), Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap

Belanja Pemerintah Daerah.

2. Adi, Priyo Hari (2007), mememukan bahwa Pertumbuhan Ekonomi Daerah

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan PAD dan Belanja Pembangunan

berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan PAD.

3. Darwanto dan Yustikasari, Yulia (2007) meneliti di seluruh kabupaten/kota se Jawa

dan Bali menemukan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Belanja

Modal dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap Belanja Modal.

Dari latar belakang di atas serta penelitian yang dilakukan oleh penelitian Darwanto

dan Yulia Yustikasari (2007) dengan waktu, obyek yang berbeda namun variabel dan alat

analisis yang digunakan adalah sama. Penelitian ini berusaha ingin mengetahui apakah

Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap Belanja Modal.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka judul penelitian ini adalah: “Pengaruh Pendapatan

Asli Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Belanja Modal” (Studi Pada

Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah).

B. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh positif antara Pendapatan Asli Daerah dengan Belanja

Modal pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah?

Page 21: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Apakah terdapat pengaruh positif antara Pertumbuhan Ekonomi dengan Belanja

Modal pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh positif Pendapatan Asli Daerah terhadap

Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

2. Untuk memberikan bukti empiris pengaruh positif Pertumbuhan Ekonomi terhadap

Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah

Memberikan masukan baik bagi Pemerintah dalam hal penyusunan kebijakan di masa

yang akan datang yang berkaitan dengan perencanaan, pengendalian, dan evaluasi dari

APBN dan APBD, serta UU dan PP yang menyertainya.

2. Bagi Akademisi

Memberi kontribusi teori sebagai bahan referensi dan data tambahan bagi peneliti-

peneliti lainnya yang tertarik pada bidang kajian ini.

Page 22: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendapatan Asli Daerah

Dengan adanya otonomi daerah maka daerah mempunyai kewenangan sendiri dalam

mengatur semua urusan pemerintahan di luar urusan pemerintah pusat sebagaimana

yang telah ditetapkan oleh UU. Dengan kewenangan tersebut maka daerah juga

berwenang membuat kebijakan daerah guna menciptakan dan meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka Pendapatan Asli

Daerah juga harus mampu menopang kebutuhan-kebutuhan daerah (belanja daerah)

bahkan diharapkan tiap tahunnya akan selalu meningkat. Dan tiap daerah diberi

keleluasaan dalam menggali potensi Pendapatan Asli Daerahnya sebagai wujud asas

desentralisasi.

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos Penerimaan Pajak

yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah, Pos Penerimaan Non Pajak yang

berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan Investasi serta Pengelolaan

Sumber Daya Alam. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan

daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Identifikasi sumber Pendapatan

Asli Daerah adalah meneliti, menentukan dan menetapkan mana sesungguhnya yang

menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan

Page 23: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

serta mengelola sumber pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan hasil

yang maksimal (Elita dalam Pratiwi, 2007).

Kendala utama yang dihadapi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi

daerah adalah minimnya pendapatan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah

(PAD). Proporsi Pendapatan Asli Daerah yang rendah, di lain pihak menyebabkan

Pemerintah Daerah memiliki derajat kebebasan rendah dalam mengelola keuangan

daerah. Sebagian besar pengeluaran, baik rutin maupun pembangunan, dibiayai dari

dana perimbangan, terutama Dana Alokasi Umum. Alternatif jangka pendek

peningkatan penerimaan Pemerintah Daerah adalah menggali dari Pendapatan Asli

Daerah (Pratiwi, 2007).

Wujud dari desentralisasi fiskal adalah pemberian sumber-sumber penerimaan bagi

daerah yang dapat digunakan sendiri sesuai dengan potensi daerah. Kewenangan

daerah untuk memungut pajak dan retribusi diatur dalam Undang-undang No.34

Tahun 2000 ditindaklanjuti dengan peraturan pelaksanaan dalam PP No.65 Tahun

2001 tentang Pajak Daerah dan PP No.66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.

Berdasarkan ketentuan daerah diberikan kewenangan untuk memungut 11 jenis pajak

dan 28 jenis retribusi (Halim, 2007). Menurut Brahmantio dalam Pratiwi (2007)

pungutan pajak dan retribusi daerah yang berlebihan dalam jangka pendek dapat

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, namun dalam jangka panjang dapat

menurunkan kegiatan perekonomian, yang pada akhirnya akan menyebabkan

menurunnya Pendapatan Asli Daerah.

Page 24: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal

dari sumber ekonomi asli daerah. Adapun kelompok Pendapatan Asli Daerah

dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu (Halim, 2002):

a. Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak.

(Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun 2001)

Adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah

tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah.

b. Retribusi Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi

daerah. Dalam struktur APBD baru dengan pendekatan kinerja, jenis pendapatan

yang berasal dari pajak daerah dan restribusi daerah berdasarkan UU No.34

Tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak

Daerah dan Rertibusi Daerah, dirinci menjadi:

1) Pajak Provinsi. Pajak ini terdiri atas: (i) Pajak kendaraan bermotor dan

kendaraan di atas air, (ii) Bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) dan

kendaraan di atas air, (iii) Pajak bahan bakar kendaran bermotor, dan (iv)

Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.

2) Jenis pajak Kabupaten/kota. Pajak ini terdiri atas: (i) Pajak Hotel, (ii) Pajak

Restoran, (iii) Pajak Hiburan, (iv) Pajak Reklame, (v) Pajak penerangan

Jalan, (vi) Pajak pegambilan Bahan Galian Golongan C, (vii) Pajak Parkir.

3) Retribusi. Retribusi ini dirinci menjadi: (i) Retribusi Jasa Umum, (ii)

Retribusi Jasa Usaha, (iii) Retribusi Perijinan Tertentu.

Page 25: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan meliputi bagian laba atas

penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD; bagian laba atas

penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN; dan bagian laba

atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha

masyarakat.

d. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah disediakan untuk menganggarkan

penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam pajak daerah, retribusi daerah, dan

hasil pengelolaan kekyaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut obyek

pendapatan mencakup: hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;

jasa giro; pendapatan bunga; keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata

uang asing; komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan

dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah; penerimaan keuntungan

dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; pendapatan denda atas

keterlambatan pelaksanaan pekerjaan; pendapatan denda pajak; pendapatan denda

retribusi; pendapatan hasil eksekusi atas jaminan; pendapatan dari pengembalian;

fasilitas sosial dan fasilitas umum; pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan

dan pelatihan; dan pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

Menurut Undang-Undang No. 33/2004 tentang “Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah” menyebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD)

bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai

pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan

desentralisasi. Pada Pasal 7 Undang-Undang No. 33/2004 Dalam disebutkan bahwa

dalam upaya meningkatkan PAD, daerah dilarang:

Page 26: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi

biaya tinggi; dan

b. Menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas

penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan impor/ekspor.

2. Pertumbuhan Ekonomi

Secara umum pengertian Pertumbuhan Ekonomi didefenisikan sebagai suatu

peningkatan kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang atau

jasa. Pertumbuhan Ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam

melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara.

Pertumbuhan Ekonomi menunjukkan sejauh mana aktifitas perekonomian akan

menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena

pada dasarnya aktifitas ekonomi adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor

produksi untuk menghasilkan output maka prosoes ini pada gilirannya akan

menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh

masyarakat. Dengan adanya Pertumbuhan Ekonomi, maka diharapkan pendapatan

masyarakat selaku pemilik faktor produksi juga akan mengalami peningkatan.

Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan jika seluruh balas jasa riil terhadapa

penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada pendapatan riil

masyarakat tahun sebelumnya.

Blakely (1994) dalam Darwanto (2007) juga mengemukakan akan pentingnya peran

pemerintah, dengan mengemukakan sejumlah faktor yang mempengaruhi

pembangunan daerah. Faktor-faktor tersebut adalah sumber daya alam, tenaga kerja,

investasi modal, kewirausahaan, transportasi, komunikasi, komposisi sektor industri,

Page 27: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

teknologi, pasar ekspor, situasi perekonomian internasional, kapasitas pemerintah

daerah, pengeluaran pemerintah dan dukungan pembangunan. Berdasarkan uraian

tersebut disimpulkan semakin tinggi tingkat pertumbuhan perekonomian tentu akan

mengakibatkan bertumbuhnya investasi modal swasta maupun pemerintah. Hal inilah

mengakibatkan pemerintah lebih leluasa dalam menyusun anggaran belanja modal.

Menurut Simon Kuznets dalam Todaro (2000), Pertumbuhan Ekonomi adalah

kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk

menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu

sendiri akan dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

tekhnologi, institutional (kelembagaan) dan ideologis terhadap barbagai tuntutan

keadaan yang ada.

Kenaikan output secara berkesinambungan adalah manifestasi atau perwujudan dari

apa yang disebut Pertumbuhan Ekonomi, sedangkan kemampuan menyediakan

berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi di suatu

negara yang bersangkutan. Perkembangan tekhnologi merupakan dasar atau prakondisi

bagi berlangsungnya suatu Pertumbuhan Ekonomi secara berkesinambungan, tetapi

tidak cukup itu saja, masih dibutuhkan faktor-faktor lain. Guna mewujudkan potensi

yang terkandung di dalam tekhnologi, maka perlu diadakan serangkaian penyesuaian

kelembagaan, sikap dan ideologi.

Ada tiga faktor atau komponen utama dalam Pertumbuhan Ekonomi. Pertama,

akumulasi modal yang meliputi semua bentuk dan jenis investasi baru yang

ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan sumber daya manusia. Kedua,

Page 28: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pertumbuhan penduduk yang beberapa tahun selanjutnya dengan sendirinya membawa

pertumbuhan angkatan kerja. Ketiga, kemajuan teknologi.

Selanjutnya indikator yang digunakan untuk mengukur Pertumbuhan Ekonomi adalah

tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Ada beberapa alasan yang

mendasari pemilihan Pertumbuhan Ekonomi menggunakan Produk Domestik Bruto

(PDB) bukan indikator lainnya di antaranya adalah bahwa PDB merupakan jumlah

nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi di dalam perekonomian,

hal ini berarti peningkatan PDB juga mencerminkan peningkatan balas jasa kepada

faktor-faktor produksi yang digunakan dalam aktivitas produksi tersebut.

Dalam konteks ekonomi regional, ukuran yang sering dipergunakan adalah Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB), yaitu jumlah nilai tambah bruto (gross value

added) yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian di wilayah itu. Sedangkan

pendapatan per kapita adalah total pendapatan wilayah/daerah tersebut dibagi dengan

jumlah penduduknya untuk tahun yang sama.

Hasil perhitungan PDRB disajikan atas dasar harga berlaku (at current price)

merupakan jumlah seuruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit

produksi dalam periode tertentu, biasanya dalam satu tahun yang dinilai dengan harga

tahun yang bersangkutan. Pada perhitungan atas dasar harga berlaku masih terdapat

faktor inflasi di dalamnya.

Perhitungan atas harga konstan (at constant price) menggambarkan perubahan volume

/ kuantum produksi saja. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara

menilai dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Pada perhitungan atas dasar harga

Page 29: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

konstan ini, faktor inflasi telah dihilangkan. perhitungan PDRB menurut harga konstan

dapat dilakukan dengan rumus berikut ini:

Keterangan:

HKx = Harga konstan

HBx = Harga berlaku

IHKx = Indeks Harga Konsumen

100 = IHK tahun dasar

X = tahun tertentu

Ada beberapa cara yang lazim digunakan dalam perhitungan pendapatan suatu daerah,

yakni:

a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar Harga Pasar

Diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh

perekonomian suatu daerah. Nilai tambah bruto di sini mencakup komponen-

komponen faktor pendapatan, penyusutan serta pajak tidak langsung.

b. Produk Domestik Regional Netto atas Dasar Harga Pasar

Perbedaan antara konsep “bruto” dan konsep “netto” adalah karena pada konsep

bruto, faktor penyusutan masih termasuk di dalamnya, sedangkan pada konsep

netto, faktor penyusutan telah dikeluarkan. Penyusutan yang dimaksud adalah

nilai susut barang-barang modal yang terjadi selama ikut serta dalam proses

produksi. Jika nilai susut barang-barang modal dari seluruh faktor ekonomi

dijumlahkan, maka hasilnya merupakan “penyusutan” yang dimaksud di atas.

Page 30: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Belanja Modal

Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum

Negara/Daerah, khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya

terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit

yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Belanja dalam tatanan akuntansi pemerintah

dikalsifikasikan menurut klasifikasi ekonomi, organisasi dan fungsi. Pembahasan

selanjutnya hanya akan kita fokuskan pada klasifikasi ekonomi.

Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan

daerah tersebut masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang

diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan

fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta

mengembangkan jaminan sosial dengan mempertimbangkan analisis standar belanja,

standar harga, tolak ukur kinerja dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU 32/2004). Kewajiban tertuang

dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang merupakan dasar

pengelolaan keuangan daerah dalam masa satu tahun anggaran terhitung mulai 1

Januari sampai dengan 31 Desember.

Belanja Modal adalah belanja yang dilakukan pemerintah yang menghasilkan aktiva

tetap tertentu (Nordiawan,2006). Belanja Modal dimaksudkan untuk mendapatkan aset

tetap pemerintah daerah, yakni peralatan, bangunan, infrastruktur, dan harta tetap

lainnya. Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut, yakni

Page 31: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lainnya, atau juga dengan

membeli. Namun, untuk kasus di pemerintahan, biasanya cara yang dilakukan adalah

membangun sendiri atau membeli.

Menurut Halim (2001), Belanja Modal merupakan belanja yang manfaatnya melebihi

satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah serta akan

menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan. Munir (2003:36)

juga menyatakan hal senada, bahwa Belanja Modal memiliki karakteristik spesifik dan

menunjukkan adanya berbagai pertimbangan dalam pengalokasiannya. Pemerolehan

asset tetap juga memiliki konsekuensi pada beban operasional dan pemeliharaan pada

masa yang akan datang (Bland & Nunn, 1992).

Dewi dan Syaiful (2008) mengutarakan bahwa Belanja Modal adalah pengeluaran

yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap

/ inventaris yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk

didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya

mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas

aset.

Aset tetap merupakan prasayarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh

pemerintah daerah. Untuk menambah aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan

dana dalam bentuk belanja modal dalam APBD. Alokasi belanja modal ini didasarkan

pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan

tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Biasanya setiap tahun diadakan

pengadaan aset tetap oleh pemerintahan daerah, sesuai dengan prioritas anggaran dan

pelayanan publik yang memberikan dampak jangka panjang secara finansial.

Page 32: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Perdirjen Perbendaharaan No. PER-33/PB/2008 tentang “Pedoman Penggunaan Akun

Pendapatan, Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal” menyatakan

bahwa suatu belanja dikategorikan sebagai Belanja Modal apabila:

a. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan asset tetap atau asset

lainnya yang menambah masa umur, manfaat, dan kapasitas.

b. Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi asset tetap atau asset

lainnya yang telah ditetapkan pemerintah.

c. Asset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual. Berpedoman pada Peraturan

Pemerintah No. 24/2005 tentang “Standar Akuntansi Pemerintahan” yang

mengatur mengenai Belanja Modal yaitu:

1) Belanja Modal Tanah yaitu semua biaya yang diperlukan untuk

pengadaan/pembelian/pembebasan/penyelesaian, balik nama dan sewa tanah,

pengosongan pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat

tanah, dan pengeluaran-pengeluaran lain yang bersifat administratif

sehubungan dengan perolehan hak dan kewajiban atas tanah pada

pembebasan/pembayaran ganti rugi tanah.

2) Belanja Modal Peralatan dan Mesin yaitu jumlah biaya untuk pengadaan alat-

alat dan mesin yang dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan sampai siap

untuk digunakan. Dalam jumlah biaya ini termasuk biaya untuk penambahan,

penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin dan diharapkan

dapat meningkatkan nilai aktiva, serta seluruh biaya pendukung yang

diperlukan.

Page 33: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Belanja Modal Gedung dan Bangunan, termasuk dalam belanja ini adalah

jumlah biaya yang digunakan untuk perencanaan, pengawasan, dan

pengelolaan kegiatan pembangunan gedung yang prosentasenya mengikuti

Keputusan Direktur Jendral Cipta Karya untuk pembangunan gedung dan

bangunan.

4) Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan yaitu biaya untuk penambahan,

penggantian, peningkatan pembangunan, pembuatan sarana dan prasarana

yang berfungsi atau merupakan bagian dari jaringan pengairan (termasuk

jaringan air bersih), jaringan instalasi/distribusi listrik dan jaringan

telekomunikasi serta jaringan lain yang berfungsi sebagai prasarana dan

sarana fisik distribusi/instalasi.

5) Belanja Modal Fisik Lainnya yaitu jumlah biaya yang digunakan untuk

perolehan melalui pengadaan/pembangunan belanja fisik lainnya yang tidak

dapat diklasifikasikan dalam perkiraan Belanja Modal tanah, peralatan dan

mesin, gedung dan bangunan, jaringan (jalan dan irigasi) dan Belanja Modal

non fisik, yang termasuk dalam Belanja Modal non fisik ini yaitu kontrak

sewa beli (leasehold), pengadaan atau pembelian barangbarang kesenian (art

pieces), barang-barang purbakala dan barang-barang museum, serta hewan

ternak, buku-buku dan jurnal ilmiah.

Page 34: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini diantaranya. Darwanto

(2007) meneliti Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, PAD, dan DAU terhadap Pengalokasian

Anggaran Belanja Modal dengan mengambil sampel Kabupaten/Kota di Pulau Jawa,

menemukan bahwa Pertumbuhan Ekonomi, PAD dan DAU berpengaruh signifikan terhadap

anggaran Belanja Modal. Sedangkan secara parsial PAD dan DAU berpengaruh signifikan

terhadap anggaran Belanja Modal, sedangkan Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh.

Beberapa penelitian sebelumnya yang dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan

penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian

1 Syukriy Abdullah &

Abdul Halim (2004)

• Dana Alokasi

Umum

• Pendapatan Asli

Daerah

• Belanja Pemerintah

Daerah

• Dana Alokasi Umum

berpengaruh signifikan

terhadap Belanja

Pemerintah Daerah

• Pendapatan Asli Daerah

berpengaruh signifikan

terhadap Belanja

Pemerintah Daerah

Page 35: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2 Priyo Hari Adi

(2006)

• Pertumbuhan

Ekonomi Daerah

• Belanja

Pembangunan

• PendapatanAsli

Daerah

• Pertumbuhan Ekonomi

Daerah berpengaruh

signifikan terhadap

peningkatan PAD

• Belanja Pembangunan

berpengaruh signifikan

terhadap Pertumbuhan

Ekonomi dan PAD

3 Yulia Yustikasari &

Darwanto (2006)

• Pertumbuhan Ekonomi

• Pendapatan Asli

Daerah

• Dana Alokasi

Umum

• Belanja Modal

• Pertumbuhan Ekonomi

berpengaruh signifikan

terhadap Belanja Modal

• Pendapatan Asli Daerah

berpengaruh signifikan

terhadap Belanja Modal

• Dana Alokasi Umum

berpengaruh terhadap

Belanja Modal

C. Kerangka Pikir

PAD adalah Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari hasil pajak daerah, hasil

retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD

yang sah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pertumbuhan

Ekonomi adalah sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan

Page 36: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

suatu perekonomian daerah dari suatu tahun ke tahun berikutnya diproksikan dengan PDRB,

semakin tinggi PDRB suatu daerah berarti Pertumbuhan Ekonomi semakin meningkat yang

mengakibatkan pengalokasian anggaran Belanja Modal yang semakin dinamis. Belanja

Modal adalah pengeluaran untuk perolehan asset tetap dan aset lainnya yang memberi

manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja Modal meliputi antara lain Belanja Modal

untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud (PP Nomor

24 Tahun 2005).

H1

H2

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

D. Hipotesis Penelitian

1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Modal

Desentralisasi fiskal memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengurus dan

mengatur semua urusan pemerintahan dengan membuat kebijakan daerah untuk

memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat

setempat yang bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat (UU No.

32/2004). Kemampuan daerah untuk menyediakan sumber-sumber pendapatan yang

berasal dari daerah sangat tergantung pada kemampuan merealisasikan potensi

Belanja Modal

Pendapatan Asli Daerah

Pertumbuhan Ekonomi

Page 37: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ekonomi daerah setempat menjadi bentuk-bentuk kegiatan ekonomi yang mampu

menciptakan penerimaan daerah untuk membiayai pembangunan daerah tersebut.

Abdullah & Halim (2004) menemukan bahwa sumber pendapatan daerah berupa

Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap belanja daerah secara

keseluruhan. Meskipun proporsi PAD maksimal hanya sebesar 10% dari total

pendapatan daerah, kontribusinya terhadap pengalokasian anggaran cukup besar

terutama bila dikaitkan dengan kepentingan politis (Abdullah, 2004). Studi Abdullah

(2004) juga menemukan adanya perbedaan preferensi antara eksekutif dan legislatif

dalam pengalokasian spread PAD ke dalam belanja sektoral. Alokasi untuk

infrastruktur dan DPRD mengalami kenaikan, tapi alokasi untuk pendidikan dan

kesehatan justru mengalami penurunan.

Rumus untuk menghitung Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu:

PAD = Pajak daerah + Retribusi Daerah + Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan + Lain-lain PAD yang sah

Berdasarkan landasan teoretis dan temuan-temuan empiris di atas, hipotesis dapat

dinyatakan sebagai berikut:

H1 : Pendapatan Asli Daerah di di kabupaten/kota Jawa Tengah akan berpengaruh

positif terhadap Belanja Modal-nya.

2. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Modal

Pertumbuhan Ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita (Boediono, 1985).

Pertumbuhan Ekonomi merupakan meningkatnya tingkat kegiatan ekonomi pada suatu

daerah yang kemudian akan berdampak pada tingkat kemakmuran dan Kemandirian

Daerah. Pertumbuhan ini akan terjadi apabila masing-masing aspek dalam suatu

Page 38: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

daerah bekerjasama dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi seperti contoh

dengan meningkatkan investasi maka secara langsung juga akan meningkatkan

Pertumbuhan Ekonomi. Dalam upaya peningkatan Kemandirian Daerah juga dituntut

untuk mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah satunya

memberikan proporsi Belanja Modal yang lebih besar untuk pembangunan pada

sektor-sektor yang produktif di daerah.

Pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh positif pada

Pertumbuhan Ekonomi (Kuncoro, 2007). Syarat fundamental untuk pembangunan

ekonomi adalah tingkat pengadaan modal pembangunan yang seimbang dengan

pertambahan penduduk. Bertambahnya infrastruktur dan perbaikannya oleh

pemerintah daerah diharapkan akan memacu Pertumbuhan Ekonomi daerah.

Secara tradisional, Pertumbuhan Ekonomi ditujukan untuk peningkatan yang

berkelanjutan Produk Domestik Regional Daerah / PDRB (Saragih, 2003; Kuncoro,

2004). Hasil penelitian yang dilakukan Lin & Liu (2000) dalam Darwanto dan

Yustikasari (2007) yang menunjukkan desentralisasi memberikan dampak yang sangat

berarti bagi Pertumbuhan Ekonomi suatu daerah. Oates (2005), Lin & Liu (2000)

dalam Darwanto dan Yustikasari (2007) membuktikan adanya hubungan yang positif

dan signifikan antara desentralisasi fiskal dengan Pertumbuhan Ekonomi. Hasil ini

mendukung sintesa yang menyatakan bahwa, pemberian otonomi yang lebih besar

akan memberikan dampak yang lebih besar bagi Pertumbuhan Ekonomi, hal inilah

yang mendorong daerah untuk mengalokasikan secara lebih efisien berbagai potensi

lokal untuk kepentingan pelayanan publik (Lin dan Liu, 2000: Mardiasmo, 2002;

Wong, 2004) dalam Darwanto dan Yustikasari (2007).

Page 39: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Landasan teoritis dan temuan-temuan empiris di atas menghasilkan hipotesis berikut:

H2 : Pertumbuhan Ekonomi di kabupaten/kota Jawa Tengah akan berpengaruh positif

terhadap Belanja Modal-nya.

Page 40: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel bebas (Independent Variabel) yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Pertumbuhan Ekonomi yang diproksikan dengan PDRB atas dasar harga konstan dan

Pendapatan Asli Daerah. Variabel terikat (dependent variabel) yang merupakan perhatian

utama adalah Belanja Modal. Untuk menjelaskan variabel-variabel yang sudah

diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Ekonomi adalah sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan

perkembangan suatu perekonomian daerah dalam suatu tahun tertentu. Pertumbuhan

Ekonomi tersebut diproksikan dengan PDRB atas dasar harga konstan dengan

menggunakan skala rasio .

2. Pendapatan Asli Daerah, Total realisasi penerimaan daerah yang bersumber dari hasil

pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan

lain-lain penerimaan PAD yang sah dengan menggunakan skala rasio.

3. Belanja Modal adalah total pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan

modal yang sifatnya menambah asset tetap/inventaris yang memberikan manfaat lebih

dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya

pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat,

meningkatkan kapasitas dan kualitas aset dengan menggunakan skala rasio.

Page 41: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dua buah hipotesis yaitu hubungan antara

Pendapatan Asli Daerah dengan Belanja Modal serta Pertumbuhan Ekonomi dengan

Belanja Modal, sehingga penelitian ini termasuk penelitian kausal yaitu penelitian yang

dimaksudkan untuk mengungkapkan permasalahan berupa hubungan pengaruh antar

variable, di mana Belanja Modal sebagai variable independent serta Pendapatan Asli

Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi sebagai variable dependen. Penelitian ini bersifat cross

sectional, karena penelitian ini hanya mengambil sampel waktu dan kejadian pada suatu

saat tertentu, yaitu pada tahun 2007 – 2009.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah

terdiri dari 29 Kabupaten dan 6 Kota. Penulis dalam penelitian mengambil seluruh populasi

dengan beberapa kriteria sebagai berikut:

1. Kabupaten/Kota menyampaikan Laporan Realisasi APBD tahunan kepada Dirjen

Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2007 hingga 2009.

2. Kabupaten/kota mencantumkan data-data mengenai Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

dari Badan Pusat Statistik yang digunakan dalam penelitian ini.

Jumlah Kabupaten/Kota menyampaikan Laporan Realisasi APBD Tahun 2007 hingga

2009 kepada situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah dan PDRB oleh

Badan Pusat Statistik sebanyak 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Penelitian ini

dilakukan pada tahun 2007-2009 dengan data penelitian sebanyak 105 daerah, di mana

jumlah tersebut diperoleh dengan rumus:

Page 42: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

N= jumlah daerah X periode penelitian

N= 35 X 3 tahun

N= 105

D. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa Laporan

Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa

Tengah tahun 2007-2009 yang berupa realisasi Belanja Modal (BM), realisasi Pendapatan

Asli Daerah (PAD) dan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita

diperoleh dari Badan Pusat Statistik.

E. Metode Pengumpulan Data

Secara umum data penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden. Data

sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari responden (Sekaran, 2000).

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang dibuat atau

dikumpulkan oleh pihak luar (Sekaran, 2000:211). Metode pengambilan data sekunder,

data dikumpulkan dengan metode dokumentasi. Ini dilakukan dengan mengumpulkan,

mencatat dan menghitung data-data yang berhubungan dengan penelitian.

F. Metode Analisis Data

Penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Secara umum, pendekatan

kuantitatif lebih fokus pada tujuan untuk generalisasi, dengan melakukan pengujian

statistik dan steril dari pengaruh subjektif peneliti (Sekaran, 2000). Alat analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Analisis regresi

Page 43: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berganda adalah analisis mengenai beberapa variabel independen dengan satu variabel

dependen.

Secara umum, analisis regresi adalah analisis mengenai variable independen dengan

variabel dependen yang bertujuan untuk mengestimasi nilai rata-rata variabel dependen

berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui. Teknik yang digunakan untuk

mencari nilai persamaan regresi yaitu dengan analisis Least Squares (kuadrat terkecil)

dengan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan.

Dalam analisis regresi selain mengukur seberapa besar hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen, juga menunjukkan bagaimana hubungan antara

variabel independen dengan dependen, sehingga dapat membedakan variabel independen

dengan variabel dependen tersebut (Ghozali, 2006). Di mana dalam penelitian ini, dua

komponen yaitu Pendapatan Asli Daerah Daerah dan Petumbuhan Ekonomi sebagai

variabel independen, akan dianalisis pengaruhnya terhadap Belanja Modal sebagai variabel

dependen.

Beberapa langkah yang dilakukan dalam analisis regresi linier masing-masing akan

dijelaskan di bawah ini:

1. Statistik Deskriptif

Penyajian statistik deskriptif bertujuan agar dapat dilihat profil dari data penelitian

tersebut dengan hubungan yang ada antar variabel yang digunakan dalam penelitian

tersebut. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah Pendapatan Asli

Daerah, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal.

Page 44: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Uji Asumsi Klasik

Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model dari penelitian ini

memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari asumsi klasik. Syarat-syarat yang harus

dipenuhi adalah data tersebut harus terdistribusikan secara normal, tidak mengandung

multikoloniaritas, dan heterokedastisitas. Untuk itu sebelum melakukan pengujian

regresi linier berganda perlu dilakukan lebih dahulu pengujian asumsi klasik, yang

terdiri dari:

a. Uji normalitas

Pengujian normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui

bahwa uji t mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.

Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah

sampel kecil.

Untuk menguji normalitas data, penelitian ini menggunakan analisis grafik.

Pengujian normalitas melalui analisis grafik adalah dengan cara menganalisis

grafik normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari

distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal,

dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Data dapat

dikatakan normal jika data atau titik-titk terbesar di sekitar garis diagonal dan

penyebarannya mengikuti garis diagonal.

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)

pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histrogram dari residualnya.

Page 45: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dasar pengambilan keputusan:

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histrogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka

model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar lebih jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histrogram tidak menunjukkan pola distribusi

normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Ghozali,

2006).

Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji

statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Jika hasil Kolmogrov-

Smirnov menunjukkan nilai signifikan di atas 0,05 maka data residual terdistribusi

dengan normal. Sedangkan jika hasil Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai

signifikan dibawah 0,05 maka data residual terdistribusi tidak normal (Ghozali,

2006).

b. Uji autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada

periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang

waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini muncul karena residual

(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi berikutnya.

Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan”

pada seorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi seorang

Page 46: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Menurut Ghozali (2006),

untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi bisa menggunakan Uji Durbin-

Watson (DW test).

Tabel 3.1

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi

c. Uji heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi apabila varian dari setiap kesalahan pengganggu untuk

variabel-variabel bebas yang diketahui tidak mempunyai varian yang sama untuk

semua observasi. Akibatnya penaksiran ordinary least square (OLS) tetap tidak

bias dan tidak efisien, (Ghozali, 2006). Untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan uji Glejser. Uji Glejser dapat dilakukan

dengan meregresi nilai absolut residual sebagai variabel dependen dengan semua

variable independen dalam model. Jika signifikansi berarti ada

heteroskedastisitas.

d. Uji multikolinieritas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali, 2006). Uji multikolonieritas ini

digunakan karena pada analisis regresi terdapat asumsi yang mengisyaratkan

Page 47: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bahwa variabel independen harus terbebas dari gejala multikolonieritas atau tidak

terjadi korelasi antar variabel independen.

Cara untuk mengetahui apakah terjadi multikolonieritas atau tidak yaitu dengan

melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini

menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel

independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variable independen

menjadi variabel dependen (terikat) dan diregresi terhadap variable independen

lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang

tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai Tolerance yang

rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff

yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai

Tolerance <0,10 atau sama dengan nilai VIF>10 (Ghozali, 2006).

3. Model Regresi

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan model regresi linear berganda dengan

persamaan berikut ini :

Analisis regresi sederhana digunakan untuk melihat pengaruh jumlah Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dan Pertumbuhan Ekonomi (PE) terhadap jumlah Belanja Modal (BM)

secara cross section dengan persamaan sebagai berikut:

Di mana:

Yt : Jumlah Belanja atau perubahan dalam jumlah Belanja Modal

a : Konstanta

b : Koefisien regresi

Page 48: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x1 : Jumlah PADt(PDt-1) atau PEt(PEt-1)

e : Error term

Regresi berganda digunakan untuk memprediksi apakah komponen-komponen

Pendapatan Asli Daerah tersebut secara serempak mempengaruhi Belanja Modal.

Persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Yt : Jumlah Belanja Modal

a : Konstanta

b1 b2 : Koefisien Regresi

X1i : PADt(PDt-1)

X2i : PEt(PEt-1)

e : Error term

4. Uji Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari

Goodness of Fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien

determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan

secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah kritis (daerah di mana

Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam

daerah di mana Ho diterima (Ghozali, 2006).

a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel independen. Koefisien determinasi ini

Page 49: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

digunakan karena dapat menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam

memprediksi variabel dependen. Semakin tinggi nilai koefisien determinasi maka

akan semakin baik pula kemampuan variabel independen dalam menjelaskan

variabel dependen (Ghozali, 2006).

Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variable-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variable independen

atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-

sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Cara untuk mengetahuinya

yaitu dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel. Apabila nilai F

hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka hipotesis alternative diterima

artinya semua variabel independen secara bersama-sama dan signifikan

mempengaruhi variabel dependen.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variable dependen

(Ghozali, 2006). Uji statistik t ini digunakan karena untuk memperoleh keyakinan

tentang kebaikan dari model regresi dalam memprediksi.

Page 50: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Cara untuk mengetahuinya yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan

nilai t tabel. Apabila nilai t hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel

maka berarti t hitung tersebut signifikan artinya hipotesis alternatif diterima yaitu

variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. Selain

itu, bisa juga dilakukan dengan melihat p-value dari masing-masing variabel.

Hipotesis diterima apabila p-value < 5 % (Ghozali, 2006).

Page 51: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah.

Jumlah Pemerintah Daerah di Propinsi Jawa Tengah sendiri berjumlah 35 Pemerintah

Kabupaten/Kota. Propinsi Jawa Tengah merupakan Propinsi yang terletak di tengah pulau

Jawa yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Barat, Jawa Timur, dan Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang menjadi objek dalam penelitian adalah

35 Kabupaten/Kota, sebagai berikut:

1. Kab.Banjarnegara

2. Kab. Banyumas

3. Kab.Batang

4. Kab. Blora

5. Kab.Boyolali

6. Kab.Brebes

7. Kab.Cilacap

8. Kab.Demak

9. Kab.Grobogan

10. Kab.Jepara

11. Kab. Karanganyar

12. Kab. Kebumen

13. Kab. Kendal

14. Kab.Klaten

15. Kab.Kudus

16. Kab. Magelang

17. Kab.Pati

18. Kab. Pekalongan

19. Kab.Pemalang

20. Kab.Purbalingga

21. Kab. Purworejo

22. Kab. Rembang

23. Kab. Semarang

24. Kab.Sragen

25. Kab.Sukoharjo

26. Kab. Tegal

27. Kab.Temanggung

28. Kab.Wonogiri

29. Kab.Wonosobo

30. Kota Magelang

31. Kota Pekalongan

32. Kota Salatiga

33. Kota Semarang

34. Kota Surakarta

35. Kota Tegal

Page 52: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Data pada penelitian ini (n) sebanyak 105, data didapatkan dari laporan realisasi

APBD Tahun 2007 hingga 2009 yang seluruhnya menyampaikan laporan kepada situs

Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah dan Badan Pusat Statistik tahun 2007

hingga 2009, yang mencantumkan data-data mengenai total Pendapatan Asli Daerah,

Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Modal.

Tabel 4.1

Prosedur Penentuan Sampel

Prosedur Penelitian Sampel Jumlah

1. Laporan Realisasi APBD 2007-2009 105

Total sampel yang dapat digunakan 105

B. Statistik Deskriptif

Dari hasil pengumpulan data sekunder mengenai Pendapatan Asli Daerah Daerah,

Pertumbuhan Ekonomi, dan Belanja Modal Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2007-

2009, maka statistik deskriptif yaitu minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi

variabel penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Hasil Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation PAD 105 21757 259411 57625.48 36354.852 Pertumbuhan Ekonomi (PE) 105 2.64 6.19 4.7211 .72872

Belanja Modal 105 63287 274530 135161.71 39236.739 Valid N (listwise) 105

Sumber: Data yang diolah, 2011 (dalam jutaan rupiah)

Page 53: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Pendapatan Asli Daerah

a. Pendapatan Asli Daerah memiliki nilai minimum sebesar Rp 21.757.000.000,00.

Hasil penelitian menunjukkan Pendapatan Asli Daerah terendah di Jawa Tengah

diperoleh dari Kota Pekalongan pada tahun 2008. Oleh karena itu Kota

Pekalongan masih sangat tergantung dengan Pemerintah Pusat untuk membiayai

belanja daerahnya, sehingga Kota Pekalongan harus meningkatkan PAD dengan

menggali terus sumber-sumber Pendapatan Asli Daerahnya sendiri baik secara

intensifikasi dan ekstensifikasi.

b. Pendapatan Asli Daerah memiliki nilai maksimum sebesar Rp

259.411.000.000,00. Hasil penelitian menunjukkan Pendapatan Asli Daerah

tertinggi di Jawa Tengah diperoleh dari Kota Semarang pada tahun 2009. Oleh

karena itu dengan tingginya PAD Kota Semarang memiliki kemandirian otonomi

daerah lebih besar dalam membiayai pembangunan daerah dibandingkan dengan

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.

c. Pendapatan Asli Daerah memiliki nilai rata-rata (mean) selama tiga tahun sebesar

Rp 576.250.480.000,00.

d. Pendapatan Asli Daerah memiliki nilai standar deviasi sebesar Rp

36.354.852.000,00 lebih kecil dari mean Rp 576.250.480.000,00 menunjukkan

bahwa distribusi data cenderung normal.

2. Pertumbuhan Ekonomi

a. Pertumbuhan Ekonomi memiliki nilai minimum sebesar 2.64%. Hasil penelitian

menunjukkan Pertumbuhan Ekonomi terendah di Jawa Tengah diperoleh dari

Kabupaten Cilacap di tahun 2007. Ini dapat memberikan suatu gambaran

Page 54: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bagaimana pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi yang masih belum bagus di

daerah Kabupaten Cilacap.

b. Pertumbuhan Ekonomi memiliki nilai maksimum sebesar 6.19%. Hasil penelitian

menunjukkan Pertumbuhan Ekonomi tertinggi di Jawa tengah diperoleh dari

Kabupaten Purbalingga di tahun 2007. Ini membuktikan Kabupaten Purbalingga

pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi nya sudah paling bagus.

c. Pertumbuhan Ekonomi memiliki nilai rata-rata (mean) selama tiga tahun sebesar

4.72%.

d. Pertumbuhan Ekonomi memiliki nilai standar deviasi sebesar 0.73% lebih kecil

dari mean 4.72% menunjukkan bahwa distribusi data cenderung normal.

3. Belanja Modal

a. Belanja Modal memiliki nilai minimum sebesar Rp 63.287.000.000,00. Hasil

penelitian menunjukkan Belanja Modal terendah di Jawa Tengah diperoleh dari

Kota Salatiga pada tahun 2007. Ini membuktikan Kota Salatiga dengan wilayah

daerah yang tidak begitu luas dan jumlah penduduknya sedikit dibandingkan

dengan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah dapat membiyai Belanja Modal dengan

dana sebesar Rp 63.287.000.000,00.

b. Belanja Modal memiliki nilai maximum sebesar Rp 274.530.000.000,00. Hasil

penelitian menunjukkan Belanja Modal tertinggi di Jawa Tengah diperoleh dari

Kota Semarang pada tahun 2009. Ini membuktikan Kota Semarang dalam

mengalokasikan sebagian besar biayanya untuk Belanja Modal kegiatan

pembangunan daerah.

Page 55: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Belanja Modal memiliki nilai rata-rata (mean) selama tiga tahun sebesar Rp

135.161.710.000,00.

d. Belanja Modal memiliki nilai standar deviasi sebesar Rp 39.236.739.000,00 lebih

kecil dari mean sebesar Rp 135.161.710.000,00. menunjukkan bahwa distribusi

data cenderung normal.

C. Hasil Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian selanjutnya adalah uji asumsi klasik pada data. Uji asumsi klasik yang

dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji Kolmogorov Smirnov, uji

multikolinearitas, uji autokolerasi, uji heteroskedasitas. Berikut ini adalah hasil uji asumsi

klasik.

1. Hasil Uji Normalitas

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat

grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang

mendekati normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat

menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal

adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi

kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis

diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika

distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya

akan mengikuti garis diagonal.

Page 56: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 4.1

Normal Probability Plot

Sumber: Data yang diolah, 2011

Berdasarkan keterangan grafik di atas, titik menyebar disekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji

normalitas grafik dapat menyesatkan jika tidak berhati-hati secara visual kelihatan

normal, padahal secara statistik belum tentu normal. Oleh karena itu dilakukan

pengujian statistik dengan cara melakukan uji one sample tes Kolmogrov-Smirnov. Uji

ini digunakan untuk menghasilkan angka yang lebih detail, apakah suatu persamaan

regresi yang akan dipakai lolos normalitas. Suatu persamaan regresi dikatakan lolos

Page 57: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

normalitas apabila nilai signifikasi uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05

(Ghozali, 2006).

Tabel 4.3

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 105 Normal Parametersa,,b Mean .0000

Std. Deviation 34642.92667 Most Extreme Differences

Absolute .077 Positive .077 Negative -.041

Kolmogorov-Smirnov Z .792 Asymp. Sig. (2-tailed) .558

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber data diolah, 2011

Dari hasil pengujian terlihat pada Tabel 4.3 tersebut terlihat besarnya nilai

Kolmogorov- Smirnov adalah 0.792 dan signifikansinya pada 0.558 dan nilainya jauh

di atas á = 0.05 Dalam hal ini berarti H0 diterima yang berarti data residual

berdistribusi normal.

2. Hasil Uji Multikoloniaritas

Uji Multikolinearitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (Independen). Uji multikolinearitas dapat

dilaksanakan menggunakan model regresi dan melakukan uji korelasi antar variabel

independen dengan menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai tolerance

value di atas 0,10 atau nilai Variance Inflation Factors (VIF) dibawah 10 maka tidak

terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2006). Hasil uji multikolinearitas pada tabel berikut:

Page 58: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1(Constant) 122827.898 22512.010 5.456 .000

PAD .524 .099 .485 5.307 .000 .914 1.094

PE -3780.545 4923.718 -.070 -.768 .444 .914 1.094

a. Dependent Variable: Belanja Modal Diperoleh VIF = 1.019

Sumber data diolah, 2011

Berdasarkan Tabel 4.4 tersebut di atas terlihat bahwa seluruh variable independen

yaitu PAD dan PE memiliki angka Variance Inflation Factors (VIF) di bawah 10

dengan angka tolerance yang menunjukkan nilai lebih dari 0,10. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa model yang terbentuk tidak terdapat adanya gejala

multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

3. Hasil Uji Autokolerasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada

periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem

autokorelasi. Uji Durbin-Watson dapat digunakan untuk menguji autokorelasi. Tabel

4.5 menunjukkan hasil analisis Uji Autokorelasi.

Page 59: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokolerasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .470a .220 .205 34980.914 2.143

a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Ekonomi, PAD

b. Dependent Variable: Belanja Modal Sumber data diolah, 2011

Nilai DW sebesar 2,143, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai table menggunakan

signifikansi 5%, jumlah sampel 105 (n) dan jumlah variable independen 2 (k=2). Nilai

DW 2,143 lebih besar dari batas atas (du) 1,72 dan kurang dari 2,29 (4-du), maka

dapat disimpulkan bahwa tidak bisa menolak H0 yang menyatakan tidak ada

autokorelasi positif atau negatif (sesuai table keputusan) atau dapat disimpulkan tidak

ada autokorelasi.

4. Hasil Uji Heterokedasitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedisitas. Model regresi yang baik

adalah yang Homoskedasitas atau tidak terjadi Heteroskedisitas karena data

crossection mengandung berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar) (Ghozali, 2006).

Gejala heterokedastisitas ini diketahui dengan menggunakan analisis metode uji

Glejser. Uji Glejser dapat dilakukan dengan meregresi nilai absolut residual seagai

variabel dependen dengan semua variable independen dalam model. Jika nilai

Page 60: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

signifikansi t hitung lebih besar dari 0.05 ( p > 0.05) maka dapat dikatakan item bebas

dari gejala heterokedastisitas atau terjadi homokedastis.

Tabel 4.6

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1(Constant) 27025.465 13651.059 1.980 .050

PAD .061 .060 .104 1.012 .314

Pertumbuhan Ekonomi

-673.734 2985.693 -.023 -.226 .822

a. Dependent Variable: AbsUt

Sumber: Data yang diolah, 2011

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi untuk semua variable lebih

besar dari 0.05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terjadi gejala

homokedastisitas atau tidak terjadi hubungan antara nilai residu / sisa dengan variabel

bebas sehingga variabel tergantung benar-benar hanya dijelaskan oleh variabel bebas.

D. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16.00 for windows adalah sebagai

berikut:

1. Koefisien Determinasi

Hasil nilai adjusted R-Square dari regresi digunakan untuk mengetahui besarnya

struktur modal yang dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya.

Page 61: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.7

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .470a .220 .205 34980.914 2.143

a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Ekonomi (PE), PAD b. Dependent Variable: Belanja Modal Sumber: Data yang diolah, 2011

Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa bahwa koefisien determinasi yang ditunjukkan

dari nilai adjusted R2 sebesar 0,205 hal ini berarti 20,5% variasi Belanja Modal dapat

dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel independen yaitu PAD dan PE. Sedangkan

sisanya (100% - 20,5% = 79,5 %) dijelaskan sebab yang lain diluar model.

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara keseluruhan variabel

bebas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap variabel terikat. Dari hasil

pengujian simultan diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.8

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.530E10 2 1.765E10 14.422 .000a

Residual 1.248E11 102 1.224E9

Total 1.601E11 104

a. Predictors: (Constant), Pertumbuhan Ekonomi (PE), PAD b. Dependent Variable: Belanja Modal Sumber: Data yang diolah, 2011

Tabel 4.8 menunjukkan hasil perhitungan statistik uji F sebesar 14,422 dengan

probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 yang berarti secara

simultan seluruh variabel independen PAD dan PE berpengaruh secara signifikan

Page 62: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terhadap variabel Belanja Modal. Dengan demikian model regresi ini dapat

menjelaskan PAD dan PE secara bersama-sama berpengaruh terhadap Belanja Modal.

3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Untuk menentukan pengaruh masing – masing variabel bebas terhadap variabel

tergantung di gunakan uji t. Dari hasil pengujian analisis regresi sebagaimana pada

lampiran diketahui nilai t hitung sebagai berikut:

Tabel 4.9

Uji T

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Toleran

ce VIF

1 (Constant) 122827.898 22512.010 5.456 .000

PAD .524 .099 .485 5.307 .000 .914 1.094

PE -3780.545 4923.718 -.070 -.768 .444 .914 1.094

a. Dependent Variable: Belanja Modal

Sumber: Data yang diolah, 2011

Hasil perhitungan statistik tersebut menunjukkan bahwa dua variabel yang di

masukkan dalam model signifikan mempengaruhui Belanja Modal. Variabel tersebut

adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pertumbuhan Ekonomi (PE). Variabel

Pendapatan Asli Daerah menunjukkan tingkat signifikan sebesar 0,000 yang lebih

kecil dari tingkat signifikan 0,05. Sedangkan Variabel Pertumbuhan Ekonomi tidak

signifikan karena di atas 0.05.

Page 63: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hasil estimasi model dapat ditulis dalam persamaan di bawah ini:

Belanja Modal = 122827.898 + 0,524 PAD – 3780.545 PE

Persamaan tersebut dapat di artikan:

a. Konstanta sebesar 122827.898 menyatakan bahwa jika tidak ada variable

independen dianggap konstan (X1=0, X2=0), maka Belanja Modal tiap daerah

sebesar 122827.898.

b. Koefisien regresi PAD bertambah positif sebesar 0,524, artinya apabila terjadi

perubahan PAD sebesar 1% akan menaikkan Belanja Modal sebesar 0,524 atau

52,40%.

c. Koefisien regresi PE berkurang negatif sebesar 3780.545, artinya apabila terjadi

perubahan variabel PE sebesar 1% akan mengurangi Belanja Modal sebesar

3780.545 atau 37.80%.

E. Hasil Pengujian Hipotesis

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variable independen secara

individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2006).

Tabel 4.10

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 122827.898 22512.010 5.456 .000

PAD .524 .099 .485 5.307 .000

PE -3780.545 4923.718 -.070 -.768 .444

a. Dependent Variable: Belanja Modal Sumber data diolah, 2011

Page 64: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasar tabel di atas dapat disimpulkan mengenai uji hipotesis secara parsial dari

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, sebagai berikut:

H1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

Pada output regresi menunjukkan bahwa angka signifikansi untuk variable Pendapatan Asli

Daerah sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi sebesar 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa Pendaptan Asli Daerah secara individual berpengaruh positif

terhadap Belanja Modal, dan dapat disimpulkan hipotesis 1 diterima.

H2 : Pertumbuhan Ekonomi (PE) berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

Pada output regresi menunjukkan bahwa angka signifikansi untuk variable

Pertumbuhan Ekonomi sebesar 0,444. Nilai ini lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan Ekonomi secara individual tidak

berpengaruh positif terhadap Belanja Modal, dan dapat disimpulkan hipotesis 2 ditolak.

F. Pembahasan Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Ekonomi_PDRB dan Pendapatan

Asli Daerah, berpengaruh terhadap Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.

Variabel Pertumbuhan Ekonomi yang diproksikan oleh PDRB tidak berpengaruh signifikan

terhadap Belanja Modal pada Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Tengah. Hasil ini juga

konsisten dengan riset yang dilakukan oleh Darwanto (2007) yang menyatakan

Pertumbuhan Ekonomi tidak diikuti oleh anggaran Belanja Modal yang signifikan. Hal ini

disebabkan oleh perkembangan data anggaran Belanja Modal mengalami penurunan, tetapi

sebaliknya PE_PDRB justru mengalami peningkatan.

Belanja Modal merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu

tahun anggaran dan akan menambah asset dan kekayaan daerah. Belanja Modal merupakan

Page 65: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

belanja daerah yang dilakukan oleh pemerintah daerah diantaranya untuk pembangunan

dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan, transportasi, sehingga masyarakat juga

menikmati manfaat dari pembangunan daerah. Tersedianya infrasruktur yang lebih baik

diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas di berbagai sektor, produktivitas

masyarakat diharapkan menjadi semakin tinggi dan pada gilirannya terjadi peningkatan

Pertumbuhan Ekonomi.

Secara analisa regresi hasilnya tidak mendukung dengan uraian diatas. Hal ini dapat

dikarenakan pada kenyataannya terdapat kebocoran maupun penyimpangan,

penyelewengan, dan penyalahgunaan dana untuk meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi.

Sehingga Belanja Modal yang telah dianggarkan oleh pemerintah tidak dapat dimanfaatkan

secara maksimal. Selain itu, pemanfaatan Belanja Modal hendaknya dialokasikan untuk

hal-hal yang produktif, misalnya untuk melakukan aktivitas pembangunan. Penerimaan

pemerintah hendaknya lebih banyak untuk program-program layanan publik, hal ini

menyiratkan pentingnya mengalokasikan belanja pemerintah daerah untuk kepentingan

publik.

Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran Belanja Modal dalam

APBD untuk menambah aset tetap. Belanja Modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah

akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksaan tugas pemerintahan maupun

untuk fasilitas publik. Upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik, pemerintah daerah

seharusnya mengubah komposisi belanjanya. Selama ini belanja daerah lebih banyak

digunakan untuk belanja rutin yang relatif kurang produktif.

.

Page 66: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal, menunjukkan bahwa potensi fiskal

pemerintah daerah antara satu dengan daerah yang lain bisa jadi sangat beragam. Perbedaan

ini pada gilirannnya dapat menghasilkan Pertumbuhan Ekonomi yang beragam pula.

Pemberian otonomi yang lebih besar akan memberikan dampak yang lebih besar bagi

Pertumbuhan Ekonomi, hal inilah yang mendorong daerah untuk mengalokasikan secara

lebih efisien berbagai potensi lokal untuk kepentingan pelayanan publik.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap anggaran Belanja Modal.

Kemandirian dalam APBD sangat terkait dengan kemandirian PAD, sebab semakin besar

sumber pendapatan yang berasal dari potensi daerah, bukan sumber pendapatan dari

bantuan, maka daerah akan semakin leluasa untuk mengakomodasikan kepentingan

masyarakatnya tanpa muatan kepentingan Pemerintah Pusat yang tidak sesuai dengan

kebutuhan masyarakat di daerah. Kewenangan pemerintah daerah dalam pelaksanaan

kebijakannya sebagai daerah otonomi sangat dipengaruhi oleh kemampuan daerah tersebut

dalam menghasilkan Pendapatan Daerah. Semakin besar upaya maksimalisasi Pendapatan

daearah yang dilakukan suatu daerah, maka semakin besar pula kewenangan pemerintah

daerah tersebut dalam melaksanakan kebijakannya. Maksimalisasi Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dalam pengertian bahwa keleluasaan yang dimiliki oleh daerah dapat dimanfaatkan

untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun untuk menggali sumber-

sumber penerimaan yang baru. PAD adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil

pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,

dan lain-lain. Pendapatan Asli Daerah yang sah yang bertujuan untuk memberikan

keleluasaan. Pemerintah daerah di dalam membiayai belanja daerahnya, selain dengan

Page 67: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menggunakan transfer dari pemerintah pusat, mereka juga menggunakan sumber dananya

sendiri yaitu PAD.

Page 68: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Secara simultan Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi/PDRB

berpengaruh positif terhadap Belanja Modal di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.

2. Secara parsial hanya variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berpengaruh positif

terhadap Belanja Modal daerah di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Sedangkan

variabel Pertumbuhan Ekonomi yang diproksikan dengan PDRB tidak berpengaruh

signifikan dengan tingkat alpha 5% terhadap Belanja Modal di daerah Kabupaten/Kota

di Jawa Tengah. Hasil tersebut konsisten dengan hasil penelitian Darwanto (2007)

yang menyatakan Pertumbuhan Ekonomi tidak diikuti oleh Belanja Modal yang

signifikan.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini yaitu:

1. Peneliti hanya mengambil 2 variabel independen yaitu Pendapatan Asli Daerah dan

Pertumbuhan Ekonomi/PDRB.

2. Periode penelitian ini dibatasi hanya dari tahun 2007, 2008 sampai dengan tahun 2009.

3. Penelitian ini tidak membahas kebijakan pemerintah dalam penyusunan anggaran

Belanja Modal.

Page 69: (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Jawa Tengah)/Pengaruh...PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Saran

1. Untuk meningkatkan Belanja Modal maka Pemerintah Daerah diharapkan bisa terus

menggali sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah baik secara intensifikasi maupun

extensifikasi untuk meningkatkan Pendapatan Daerah,

2. Bagi peneliti berikutnya di masa mendatang agar dapat memperluas atau menambah

sampel penelitian seperti sampel dari luar Jawa Tengah atau seluruh Indonesia dengan

menambah periode pengamatan.

3. Variabel yang digunakan dalam penelitian akan datang diharapkan lebih lengkap dan

bervariasi dengan menambah variabel independen lain baik ukuran-ukuran atau jenis-

jenis penerimaan Pemerintah Daerah lainnya, maupun variabel non-keuangan seperti

kebijakan pemerintah, kondisi makro-ekonomi.