studi optimalisasi konfigurasi struktur kuda-kuda atap baja ringan
DESCRIPTION
STUDI OPTIMALISASI KONFIGURASI STRUKTUR KUDA-KUDA ATAP BAJA RINGANTRANSCRIPT
0
STUDI OPTIMALISASI KONFIGURASI STRUKTUR
KUDA-KUDA ATAP BAJA RINGAN
MAKALAH SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Strata-1 pada Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Andalas
Oleh:
DWINTA WAHYUNI
1110922093
Pembimbing
SABRIL HARIS HG, Ph.D
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015
1
STUDI OPTIMALISASI KONFIGURASI STRUKTUR
KUDA-KUDA ATAP BAJA RINGAN
Oleh:
Dwinta Wahyuni1)
Sabril Haris HG, Ph.D2)
1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas.
2) Staf pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas.
Abstrak
Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk struktur rangka
batang (truss) atap baja ringan yang mungkin diaplikasikan di lapangan untuk
bentang tertentu (bentang pendek, menengah, dan panjang). Hasil dari analisis ini
digunakan sebagai sebagai rekomendasi bentuk dan konfigurasi struktur rangka
batang atap baja ringan untuk berbagai panjang bentang. Analisis yang
digunakan menggunakan data material penampang C (kanal) yang ada di
pasaran. Analisis dilakukan dengan program (SAP 2000 V.11) dan diperoleh nilai
gaya dalam setiap batang untuk selanjutnya diambil nilai maksimum sebagai nilai
tarik maksimum dan nilai minimum sebagai nilai tekan maksimum. Hasil yang
diperoleh dibandingkan dengan kapasitas penampang sehingga didapatkan rasio
tekan dan rasio tariknya yang memenuhi untuk setiap bentang. Rasio tarik untuk
setiap bentang yang didapatkan adalah; bentang pendek berkisar antara 0,21 s/d
0,29; bentang menengah berkisar antara 0,46 s/d 0,74; bentang panjangberkisar
antara 0,75 s/d 0,94. Sedangkan untuk rasio tekan tiap bentang adalah; bentang
pendek berkisar antara 0,19 s/d 0,26 ; bentang menengah berkisar antara 0,38 s/d
0,60; bentang panjang berkisar antara0,59 s/d 0,74.Dari hasil yang diperoleh
dapat diambil kesimpulan bahwa konfigurasi rangka atap yang telah dianalisis
stabil; pada bentang panjang material penampang digandakan karena struktur
tersebut tidak stabil jika hanya menggunakan satu penampang saja.
Kata kunci: rangka atap baja ringan, konfigurasi rangka atap baja ringan , desain komponen struktur
tekan, desain untuk aksial tarik.
1. PENDAHULUAN
Atap adalah bagian dari suatu
bangunan gedung yang berfungsi sebagai
penutup seluruh ruangan yang ada di
bawahnya terhadap pengaruh panas, hujan,
angin, debu atau untuk keperluan
perlindungan. Komponen atap terdiri dari
dua bagian penting, yaitu konstruksi rangka
atap atau kuda-kuda dan penutup atap.
Untuk bangunan-bangunan dengan
bentang yang cukup panjang, kuda-kuda
baja menjadi pilihan yang sering digunakan
oleh masyarakat. Namun penggunaan
material baja jarang digunakan sebagai
rangka kuda-kuda atap untuk rumah tinggal,
kuda-kuda dari baja lebih sering digunakan
bangunan-bangunan bentang panjang
seperti pabrik, gedung pertemuan, stadion,
kampus dan lain-lain. Namun
pengembangan material baja sebagai
material baja ringan (Light Gauge Steel)
akhir-akhir ini mulai menjadi altenatif yang
banyak digunakan untuk struktur atap
rumah tinggal. Hal ini dikarenakan baja
ringan memiliki bobot yang lebih ringan
dari pada baja biasa sehingga
pemakaiannya lebih efisien pada struktur
yang gaya dalamnya tidak terlalu besar,
2
karena berat sendiri struktur baja ringan
lebih ringan.
Pada tugas akhir ini akan dilakukan
penelitian membahas tentang efektivitas
bentuk kuda-kuda atap dengan material baja
ringan. Pada penelitian penulis akan
menganalisa struktur dan mendesain
penampang untuk berbagai bentuk struktur
atap dengan panjang yang bervariasi. Untuk
bentang yang akan dianalisa adalah bentang
pendek yaitu 6 m s/d 9 m; bentang panjang
diwakili oleh bentang 10 m, 14 m, dan 18
m; bentang panjang diwakili oleh bentang
20 m, 25 m. Penelitian ini dilakukan dengan
program SAP 2000 V.11 untuk
menghindari menganalisis struktur secara
manual.
Tujuan dari penelitian ini adalah
menentukan bagaimana bentuk struktur
rangka batang (truss) atap baja ringan yang
mungkin diaplikasikan di lapangan untuk
bentang tertentu (bentang pendek,
menengah, dan panjang).
Sedangkan manfaat dari penelitian
ini adalah sebagai rekomendasi bentuk dan
konfigurasi struktur rangka batang atap baja
ringan untuk berbagai panjang bentang.
Untuk lebih memfokuskan
permasalahan berdasarkan tujuan yang
ingin dicapai, maka pada penelitian ini
perlu diberikan batasan-batasan masalah
sebagai berikut:
1. Material yang digunakan adalah baja
ringan penampang C yang ada di
pasaran.
2. Analisa struktur dilakukan untuk satu
stuktur rangka batang atap di atas dua
tumpuan sederhana sendi-rol.
3. Struktur rangka batang ditinjau untuk
bentang pendek (penerapan pada rumah
tinggal), bentang menengah (kantor,
gudang), dan bentang panjang (struktur
khusus).
4. Untuk setiap panjang bentang berbeda,
bentuk dan konfigurasi struktur rangka
batang disesuaikan dengan pola yang
sudah biasa digunakan.
5. Perhitungan sambungan tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.
2. DESAIN KOMPONEN STRUKTUR
2.1 Desain Komponen Struktur Tekan
2.1.1 Komponen Struktur Tekan
Pembebanan Konsentris
Pada bagian ini berlaku untuk
komponen struktur dimana resultan semua
beban yang bekerja padanya berupa beban
aksial yang melalui titik berat penampang
efektif yang dihitung pada tegangan kritis
(fn). Gaya aksial tekan desain (N*) harus
memenuhi berikut ini :
a. (2.1)
b. (2.1.1)
Keterangan :
adalah faktor reduksi kapasitas untuk
komponen struktur dalam tekan (sesuai
dengan SNI 7971 tahun 2013 Tabel 1.6
halaman 29) bernilai sebesar 0,85.
adalah kapasitas penampang nominal
dari komponen struktur dalam tekan.
(2.2)
adalah luas efektif saat tegangan leleh
adalah kapasitas komponen struktur
nominal dari komponen struktur dalam
tekan
(2.3)
adalah luas efektif saat tegangan kritis
adalah tegangan kritis ditentukan dari
persamaan yang sesuai, yaitu
( )
(2.4)
3
(
)
(2.5)
Dengan :
kelangsingan nondimensi yang
digunakan untuk menentukan
(2.6)
adalah nilai dari tegangan penampang
yang menerima tekuk tekuk torsi atau tekuk
lentur torsi yang dihitung berdasarkan
persamaan 2.7.
2.1.2 Penampang Simetris Ganda atau
Tunggal yang Menerima Tekuk
Torsi atau Tekuk Lentur-Torsi
Untuk penampang yang menerima tekuk
torsi atau lentur torsi, ditentukan
berdasarkan persamaan berikut ini :
[ √
]
(2.7)
Dengan dan ditentukan berdasarkan
persamaan
⁄
(2.8)
Dengan :
adalah tegangan tekuk elastis pada
komponen struktur tekan yang dibebani
secara aksial untuk tekuk lentur terhadap
sumbu x.
(
) (2.9)
√
(2.10)
Dengan :
, , adalah panjang efektif untuk
tekuk terhadap sumbu x,y, dan puntir, G
adalah modulus elastisitas geser (80 x 103
MPa); J adalah konstanta torsi untuk
penampang; Iw adalah konstanta puntir
lengkung untuk penampang
2.1.3 Komponen Struktur Tekan
Pembebanan Konsentris
Untuk penampang simetris tunggal
yang menerima tekuk distorsi, seperti kanal
lip dengan sayap belakang tambahan, nilai
dari pada persamaan 2.3 harus lebih
kecil dari :
a. yang dihitung sesuai dengan
persamaan 2.4 dan 2.5
b.
:
(
) (2.11)
c.
:
( (√
)
) (2.12)
Tegangan tekuk distorsi elastis
dari penampang kanal lip yang mengalami
tekan harus ditentukan dari persamaan
berikut :
{ √
}
(2.13).
Penjelasan variabel untuk rumus diatas
adalah sebagai berikut;
(
)
(2.14)
(
) (2.15)
(
) (2.16)
(
) (2.17)
(
)
(2.18)
(
)
(2.19)
[
(
)
]
(2.20)
ditentukan dari persamaan 2.13
dengan
(
) (2.21)
4
Gambar 2.8 Kanal Lip Sederhana yang Mengalami
Tekan
Nilai-nilai A, x, y, J, Ix, Iy, dan Ixy
adalah untuk sayap tekan dengan lip
sederhana sebagai berikut :
( ) (2.22)
(
)
( ) (2.23)
( ) (2.24)
( )
(2.25)
(
)
(2.26)
( )
(
)
(2.27)
(
) (
) ( )
(2.28)
2.2 Desain Komponen Struktur Aksial
Tarik
Sebuah komponen struktur yang
menerima gaya aksial tarik desain (N*)
harus memenuhi :
N* ≤ ϕt.Nt (2.29)
Keterangan:
ϕt = adalah faktor reduksi kapasitas
untuk komponen struktur tarik
Nt = adalah kapasitas penampang
nominal dari komponen struktur dalam
tarik yang ditentukan sesuai dengan
penjelasan dibawah ini (diambil sebagai
nilai terkecil);
Nt = Ag.fy ; dan (2.29.1)
Nt = 0,85kt.An.fu (2.29.2)
Keterangan;
Ag = luas bruto penampang
fy = tegangan leleh yang digunakan
dalam desain
kt = faktor koreksi untuk distrubusi
gaya yang ditentukan
An = luas neto penampang, diperoleh
dengan mengurangi luas bruto
penampang dengan luas penampang
penetrasi dan lubang, termasuk
lubang pengencang.
fu = kekuatan tarik yang digunakan
dalam desain
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Pada perhitungan analisa rangka atap
baja ringan dalam perencanaan
konstruksinya dibuat berpedoman kepada
Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk
Gedung (PPIUG) tahun 1983 dan SNI-7971
tahun 2013 tentang Struktur Baja Canai
Dingin.
Data spesifikasi material baja ringan
yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data spesifikasi material baja ringan
yang digunakan
Jenis Kanal C Clip
Mutu G550
Tegangan tarik leleh (fy),
Mpa 550
Tegangan tarik putus
(fu), Mpa 550
Modulus Elastisitas (E),
Mpa 200000
Modulus Geser (G), Mpa 72692.16
Tinggi (D), mm 75
Tebal (t), mm 0.75
Lebar (B), mm 35
Tinggi lip (c), mm 8
Ix 106689,030
Iy 19255.610
rx 30.230
ry 12.840
5
Gambar 4.1 Penampang melintang profil Kanal C
Clip
Pada perhitungan menggunakan
mathCad didapatkan data-data perencanaan
gording seperti pada tabel berikut;
a. Untuk bentang pendek
Tabel 4.2 Data perencanaan gording untuk bentang
pendek
b. Untuk bentang menengah
Tabel 4.3 Data perencanaan gording
untuk bentang menengah
Jenis
gordin
g
Ber
at
gor
ding
(kg/
m2)
Bent
ang
(m)
Jara
k
anta
r
gor
ding
(m)
Panj
ang
rafte
r
(m)
Jum
lah
gor
ding
Sudut
kemiri
ngan
atap
(derjat
)
Chann
el
200x75
x20x3,
2
9,27
10 1,1 5,77
4
6 30
14 1,2 7,72
4
7 25
18 1,15 9,57
8
9 25
c. Untuk bentang panjang
Tabel 4.4 Data perencanaan gording
untuk bentang pendek
Jenis
gordi
ng
Be
rat
go
rdi
ng
(k
g/
m2
)
Be
nta
ng
(m
)
Jar
ak
ant
ar
go
rdi
ng
(m
)
Pa
nja
ng
raf
ter
(m
)
Ju
ml
ah
go
rdi
ng
Sud
ut
kem
irin
gan
atap
(der
jat)
Chan
nel
200x
75x2
0x3,2
9,
27
20 1,
2
11,
03
4
10 25
25
30
40
4.1.1 Pemodelan
Struktur rangka atap dimodelkan dalam
bentuk model numerik berdasarkan
referensi yang telah ada. Dalam permodelan
tersebut diasumsikanbahwa sambungan
adalah monolit (kaku), dimana alat
sambung dan model penyambungnya tidak
dimodelkan. Model numeriknya dapat
dilihat pada gambar-gambar berikut.
a. Bentang Pendek
Gambar 4.2 Rangka atap baja ringan
bentang 6 m
Gambar 4.3 Rangka atap baja ringan
bentang 7 m
Jenis
gording
Berat
gording
(kg/m2)
Bentang
(m)
Jarak antar
gording
(m)
Panjang
rafter (m)
Jumlah
gording
Sudut
kemiringan
atap
(derjat)
6 1 3,464 4 30
7 1,2 4,041 4 30
8 1,1 4,619 5 30
9 1,2 5,196 5 30
Channel
200x75x20x
3,2
9,27
6
Gambar 4.4 Rangka atap baja ringan
bentang 8 m
Gambar 4.5 Rangka atap baja ringan
bentang 9 m
b. Bentang Menengah
Gambar 4.6 Rangka atap baja ringan
bentang 10 m
Gambar 4.7 Rangka atap baja ringan
bentang 14 m
Gambar 4.8 Rangka atap baja ringan
bentang 18 m
c. Bentang Panjang
Gambar 4.9 Rangka atap baja ringan
bentang 20 m
Gambar 4.10 Rangka atap baja ringan
bentang 25 m
4.1.2 Pola Pembebanan
Beban yang diinputkan pada rangka
atap dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Beban Mati ; mencakup berat
sendiri, bebrat atap dan berat
gording.
b. Beban Hidup ; mencakup beban
manusia pada saat
pelaksanaan/pemeliharaan
sebesar 100 kg (sesuai dengan
PPIUG 1983 pasal 3.2)
c. Beban Angin
Beban pada rangka batang (truss)
dikerjakan tepat pada titik-titik simpul/
kumpul. Oleh karenanya dalam pemodelan
ini beban dikerjakan pada setiap titik
simpul/ kumpul. Beban yang diterima oleh
gording kemudian didistribusikan ke
masing-masing titik.
7
Gambar 4.13 Pola Pembebanan Beban
Mati dan Beban Hidup
Gambar 4.14 Pola Pembebanan Beban
Angin
Perhitungan analisa struktur dilakukan
dengan menggunakan mathCad. Setelah
didapatkan resume beban mati, beban
hidup, dan beban angin, beban-beban
tersebut diinputkan dan dianalisa
menggunakan SAP 2000 V.11.0. Hasil yang
didapatkan dari analisa struktur ini adalah
berupa nilai tarik-tekan yang dialami setiap
batang. Untuk selanjutnya akan diamati
berapa nilai maksimum dari gaya aksial
tarik-tekan yang terjadi pada setiap bentang.
Pada tabel berikut akan ditampilkan
resume beban mati, beban hidup, dan beban
angin pada masing-masing bentang;
Tabel 4.5 Resume Beban tiap Bentang
Benta
ng
Panj
ang
Bent
ang,
m
Beban
Mati, kg Be
ban
Hid
up,
kg
Beban
Angin,
kg
Ten
gah
Raft
er
Tep
i
Raf
ter
Te
kan
Hi
sap
Pende
k
6 17,1
24
14,
124 100 6 12
7 19,7
64
15,
444 100 7,2
14,
4
8 19,7
64
15,
444 100 7,2
14,
4
9 19,7
64
15,
444 100 7,2
14,
4
Mene
ngah
10 18,3
84
14,
754 100 6,6
13,
2
14 19,7
64
15,
444 100 7,2
14,
4
18 19,0
59
15,
091 100 6,9
13,
8
Panja
ng
20 15,3
20
12,
295 100
2,7
5 11
25 16,4
70
12,
870 100 1,2
12,
2
30 100
40 100
3.2 Hasil Penelitian
3.2.1 Analisis Gaya Batang
Analisis desain baja ringan pada
elemen rangka atap dibagi dalam dua
kategori, yaitu analisis batang tekan dan
analisis batang tarik. Analisis ini
didasarkan pada nilai gaya batang yang
terjadi akibat beban luar.
Setelah dilakukan analisis dengan
menggunakan SAP 2000 V.11.0, maka
diperoleh diperoleh hasil nilai gaya batang
sebagai berikut :
8
Tabel 4.5 Nilai tarik tekan maksimum tiap
bentang
Bentan
g
Panja
ng
Benta
ng, m
Tekan
Maksimum
(N*), N
Tarik
Maksimum
(N*), N
Pendek
6 10122 9111,71
7 9640,26 8624,42
8 13805,46 12535,75
9 14001,13 12731,86
Menen
gah
10 21328,14 20025,12
14 26721,31 25180,16
18 33612,61 32055,48
Panjan
g
20 63136,21 61292,31
25 78381,77 77206,01
30
40
Nilai tekan maksimum dan tarik
maksimum pada tabel diatas didapatkan
dari nilai tekan dan tarik terbesar pada
setiap bentang. Nilai gaya batang tersebut,
baik tekan maupun tarik ini akan digunakan
sebagai sampel analisis desain.
3.2.2 Desain Batang Tekan dan Tarik
Pada batang tekan, desain
dihadapkan pada antisipasi tekuk yang
dapat terjadi pada tiap sumbu elemennya.
Karena tekuk tersebut berpengaruh pada
nilai struktural batang yang bersangkutan.
Sehingga penampang yang dipilih adalah
penampang dengan nilai kapasitas yang
dapat menahan tekuk yang akan terjadi.
Sedangkan pada batang tarik, desain
dihadapkan pada pemilihan penampang
yang luasannya mampu menahan gaya tarik
yang terjadi, sehingga nilai kapasitas
penampang murni ditentukan oleh luasan
penampang. Hal yang juga harus
diperhatikan pada desain batang tarik
adalah perlemahan yang terjadi pada
sambungan. Hal ini terjadi akibat adanya
lubang akibat sambungan baut. Namun
perhitungan sambungan tidak dibahas
dalam Tugas Akhir ini.
Pada perhitungan batang tarik tekan
berpedoman kepada SNI 7971 tahun 2013
tentang Struktur baja canai dingin seperti
yang telah dibahas sebelumpnya pada BAB
II. Untuk perhitungan batang tari tekan
tersebut menggunakan Microsoft Excel
2010.
Pada tabel berikut ditampilkan
hasil dari nilai kapasitas penampang tarik
tekan pada setiap bentang. Untuk
mendapatkan rasio tarik dan rasio tekan
dapat menggunakan rumus gaya dalam
dibandingkan dengan kapasitas penampang.
Tabel 4.6 Rasio Tarik Tekan
Bentan
g
Panja
ng
Bent
ang,
m
ϕc.Nt,
N
ϕc.Nc,
N
Rasio
Tarik
Rasio
Tekan
Pendek 6 41747
,03
52810,
52
0,22 0,19
7 41747
,03
52114,
4
0,21 0,18
8 41747
,03
53175,
27
0,30 0,26
9 41747
,03
52810,
52
0,30 0,27
Menen
gah
10 41747
,03
53849,
77
0,48 0,40
14 41747
,03
53849,
77
0,60 0,50
18 417,4
7,03
53849,
77
0,77 0,62
Panjan
g
20 82077
,81
106128
,60
0,75 0,59
25 82077
,81
106146
,84
0,94 0,74
30
40
9
Nilai rasio tarik dan tekan yang
didapatkan kecil dari limit rasio yang telah
ditentukan pada Tugas Akhir ini yaitu 1,00.
Penempatan elemen pada sistem
struktur pada perencanaan awal, di setiap
bagian pada rangka atap baja ringan seperti
elemen atas (top chord), elemen bawah
(bottomchord) dan web digunakan profil
Kanal C Clip 75. Apabila setelah dilakukan
analisis ternyata profil tidak sanggup
menahan beban, maka dilakukan
perencanaan ulang dengan mengganti
konfigurasi pada rangka atap tersebut atau
dengan mengganti profil baja ringan dengan
profil Kanal C Clip 75 yang digandakan
(berbentuk box). Seperti yang terjadi pada
bentang panjang (20-40 m) bahwa bentang
tersebut tidak sanggup menahan beban
dengan hanya menggunakan satu profil
saja, maka profil yang dipakai untuk
kemudian digandakan supaya dapat
menahan beban.