studi numerik pengaruh sudut cone

Download Studi Numerik Pengaruh Sudut Cone

If you can't read please download the document

Upload: danian-primasatrya

Post on 08-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Free

TRANSCRIPT

  • SKRIPSI

    STUDI NUMERIK PENGARUH SUDUT CONE

    TERHADAP KARAKTERISTIK FLUIDISASI PADA

    CONICAL BUBBLING FLUIDIZED BED

    No. Soal : TKM 4403 / I-2013/2014 / TAR / 36 / 03 / 19.06 / 2012

    Disusun oleh:

    Ade Hariyono Putro

    07/252447/TK/32897

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

    JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GA JAH MADA

    YOGYAKARTA

    2013

  • PERSEMBAHAN

    Tugas Akhir ini kupersembahkan untuk:

    Allah SWT yang memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan kepadaku.

    Bapak dan Ibu yang selalu mendorong, menyemangati, mendoakan, dan mengarahkan hidupku.

    Semua Keluarga dan Teman-Teman yang selalu ada untukku.

    v

  • INTISARI

    Fluidisasi adalah sebuah kejadian dimana bed partikel padat berubah berperilaku seperti fluida dengan menggunakan kontak dengan partikel gas atau cairan Dalam pemodelan fluidisasi gas-padat, salah satu parameter yang digunakan yaitu sudut cone dalam fluidized bed .

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi sudut cone dan diameter rata-rata partikel yang masuk pada simulasi pemodelan fluidisasi gas-padat dengan menggunakan software CFD Fluent. Simulasi dilakukan dengan metode 3D agar didapatkan hasil yang lebih sesuai dengan keadaan aktualnya. Dalam penelitian ini diasumsikan bahwa aliran yang terjadi secara tiga dimensi dengan tidak ada transfer kalor yang terjadi, dan ukuran partikel solid yang digunakan seragam. Untuk mencari kecepatan minimum fluidisasi diperlukan sepuluh variasi kecepatan tersebut untuk mendapatkan data-data pressure drop masing-masing kecepatan tersebut. Hasil data-data dituangkan dalam bentuk grafik pressure drop vs kecepatan minimum fluidisasi. Namun dalam pembahasan visualisasi post processing hanya dua kecepatan yang digunakan yaitu kecepatan 1,6 m/s dan kecepatan 2 m/s.

    Dari hasil simulasi visualiasi post processing, terlihat bahwa semakin besar sudut cone, semakin cepat bubble terbentuk. Sudut cone yang lebih besar memiliki ketinggian bed yang lebih kecil sehingga memperpendek jarak yang ditempuh bubble. Semakin besar diameter rata-rata partikel semakin kecil ukuran bubble yang dihasilkan. Semakin besar diameter rata-rata partikel maka pressure drop akan semakin besar.

    Kata Kunci : conical bubbling fluidized bed, sudut cone, pressure drop, kecepatan minimum fludisasi, diameter rata-rata partikel, CFD, fluidisasi.

    vi

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang

    telah melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul Studi Numerik Pengaruh Sudut Cone

    terhadap Karakteristik Fluidisasi pada Conical Bubbling Fluidized Bed.

    Begitu banyak pelajaran dan pengalaman baru dan sangat berharga yang

    Penulis peroleh selama proses pengerjaan tugas akhir ini. Penulis menyadari

    bahwa keberhasilan dalam penyusunan tugas akhir ini bukanlah merupakan hasil

    dari Penulis seorang, melainkan tidak terlepas dari bantuan, dorongan, dan

    bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini Penulis

    mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Kedua orang tua penulis, yang tiada hentinya memberikan

    dorongan, nasihat, semangat serta doa kepada Penulis selama

    penyusunan tugas akhir ini.

    2. Bapak Prof. Ir. Jamasri, Ph.D , selaku Ketua Jurusan

    Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas

    Gadjah Mada, Yogyakarta.

    3. Bapak Dr. Tri Agung Rohmat, B.Eng., M.Eng., selaku

    Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan

    bimbingan, arahan, dan motivasi kepada Penulis dalam

    penyusunan tugas akhir ini.

    4. Bapak Ir. Sutrisno, MSME, Ph. D selaku Dosen Pembimbing

    Akademik atas segala bimbingan dan kemudahan yang telah

    diberikan selama menuntut ilmu di bangku kuliah.

    5. Segenap dosen pengajar Jurusan Teknik Mesin dan Industri

    yang telah memberikan bekal ilmu bagi Penulis.

    6. Segenap karyawan di lingkungan Jurusan Teknik Mesin dan

    Industri Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

    7. Rekan-rekan sesama simulasi Fluent yang selalu memberi

    vii

  • bantuan, dukungan, dan motivasi khususnya Adi Henri S.

    8. Seluruh teman Teknik Mesin untuk semangat dan

    solidaritasnya.

    9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

    tugas akhir ini.

    Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan tugas akhir

    ini sehingga saran dan kritik yang membangun sangat Penulis harapkan

    sehingga dapat menjadi sumbangan pemikiran yang bermanfaat.

    Yogyakarta, 05 Oktober 2013

    Penulis

    viii

  • DAFTAR ISI

    Hal.

    HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii HALAMAN PERNYATAAN iii NASKAH SOAL TUGAS AKHIR iv HALAMAN PERSEMBAHAN v INTISARI vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR TABEL xiv DAFTAR LAMPIRAN xv DAFTAR NOTASI xvi BAB I. PENDAHULUAN 1

    1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 2 1.3. Asumsi dan Batasan Masalah 3

    1.4. Tujuan Penelitian 3 1.5. Manfaat Penelitian 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4

    BAB III. LANDASAN TEORI 11 3.1. Fluidisasi 11 3.2. Karakteristik Partikel Solid 12 3.3. Kecepatan Minimum Fluidisasi 18 3.4. Karakter Gelembung 19 3.5. Komputasi Numerik 21

    BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 29 4.1. Alat dan Bahan 29 4.2. Diagram Alir Simulasi 31 4.3. Parameter Penelitian 32 4.4. Kondisi Awal 32 4.5. Simulasi Model 32 4.6. Pengolahan Data 43

    BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 46 5.1. Kecepatan minimum fluidisasi dan pressure drop 47 5.2. Variasi sudut cone dan diameter rata-rata partikel 48 5.3. Hasil post processing simulasi 57

    ix

  • Hal. BAB VI. PENUTUP 69

    6.1 Kesimpulan 69 6.2 Saran 70

    DAFTAR PUSTAKA 71

    LAMPIRAN

    x

  • DAFTAR GAMBAR

    Hal

    Gambar 2.1. Gambar 2.1. Skema penelitian (Arromdee et all, 2011) 4

    Gambar 2.2. Pressure drop vs superficial velocity dengan beberapa variabel kulit kacang (PN) dan kulit asam (TM) pada ketinggian bed (a) 20 cm dan (B) 30 cm (Arromdee et all, 2011) 5

    Gambar 2.3. Skema percobaan Moharana dan Malik (Moharana, 2011) 6 Gambar 2.4. Hasil penelitian Moharana dan Malik menggunakan partikel

    glassbeads dengan diameter 0,00258 m. (Moharana, 2011) 6

    Gambar 2.5. Hasil penelitian Moharana Malik menggunakan partikel glassbeads dengan diameter 0,00218 m. (Moharana, 2011) 7

    Gambar 2.6. Visualisasi hasil simulasi kontur fraksi volume untuk partikel glassbeads pada ketinggian bed = 5,6 cm setelah 5 sec. (Moharana, 2011) 7

    Gambar 2.7. Visualisasi hasil simulasi kontur fraksi volume untuk partikel batubara pada ketinggian bed = 7,3 cm setelah 15 sec. (Moharana, 2011) 8

    Gambar 2.8. Visualisasi hasil simulasi kontur fraksi volume untuk partikel besi pada ketinggian bed = 7,1 cm setelah 10 sec. (Moharana, 2011) 8

    Gambar 2.9. Perbandingan hasil prediksi dan hasil experimental Pressure drop vs Kecepatan superfisial menggunakan sudut cone 300 (Kaewklum, 2005) 9

    Gambar 2.10. Perbandingan hasil prediksi dan hasil experimental Pressure drop vs Kecepatan superfisial menggunakan sudut cone 440 (Kaewklum, 2005) 9

    Gambar 2.11. Perbandingan hasil prediksi dan hasil experimental Pressure drop vs Kecepatan superfisial menggunakan sudut cone 600 (Kaewklum, 2005) 10

    Gambar 3.1 Beberapa regime Fluidisasi (Oka, 2004) 11

    xi

  • Gambar 3.2 Geldarts Classification (Oka, 2004) 13 Gambar 3.3 Gaya sebuah benda (Oka, 2004) 16 Gambar 3.4 Grafik fluidisasi (Kunii, 1991) 19 Gambar 4.1 Domain komputasi dengan mesh hex/wedge type cooper 29

    Gambar 4.2. Skema pengukuran pressure drop 44

    Gambar 5.1. Hubungan pressure drop (Pa) dan kecepatan (m/s)

    (sudut 400 dan diameter 350 m) 47

    Gambar 5.2. Ilustrasi penentukan kecepatan minimum fluidisasi

    (Oka, 2004) 48

    Gambar 5.3. Hubungan pressure drop (Pa) dan kecepatan (m/s) (sudut 450 dan diameter 350 m) 48

    Gambar 5.4. Hubungan pressure drop (Pa) dan kecepatan (m/s) (sudut 500 dan diameter 350 m) 49

    Gambar 5.5. Hubungan pressure drop (Pa) dan kecepatan (m/s) (sudut 400 dan diameter 700 m) 50

    Gambar 5.6. Hubungan pressure drop (Pa) dan kecepatan (m/s) (sudut 450 dan diameter 700 m) 50

    Gambar 5.7. Hubungan pressure drop (Pa) dan kecepatan (m/s) (sudut 500 dan diameter 700 m) 51

    Gambar 5.8. Grafik hasil penelitian simulasi fluidized bed pressure drop (Pa) vs kecepatan (m/s) menggunakan sudut 400 52

    Gambar 5.9. Grafik hasil penelitian simulasi fluidized bed pressure drop (Pa) vs kecepatan (m/s) menggunakan sudut 450 53

    Gambar 5.10. Grafik hasil penelitian simulasi fluidized bed pressure drop (Pa) vs kecepatan (m/s) menggunakan sudut 500 54

    Gambar 5.11. Grafik hasil penelitian simulasi fluidized bed pressure drop (Pa) vs kecepatan (m/s) menggunakan diameter 350 m 55

    Gambar 5.12. Grafik hasil penelitian simulasi fluidized bed pressure drop

    xii

  • (Pa) vs kecepatan (m/s) menggunakan diameter 700 m 56

    Gambar 5.13. Hasil simulasi pada sudut cone 400 , diameter partikel 350 m, dan kecepatan udara 1,6 m/s 57

    Gambar 5.14. Hasil simulasi pada sudut cone 400 ,diameter partikel 350 m, dan kecepatan udara 2 m/s 58

    Gambar 5.15. Hasil simulasi pada sudut cone 450, diameter partikel 350 m, dan kecepatan udara 1,6 m/s 59

    Gambar 5.16. Hasil simulasi pada sudut cone 450, diameter partikel 350 m, dan kecepatan udara 2 m/s 60

    Gambar 5.17. Hasil simulasi pada sudut cone 500, diameter partikel

    350 m, dan kecepatan udara 1,6 m/s 61

    Gambar 5.18. Hasil simulasi pada sudut cone 500 ,diameter partikel 350 m, dan kecepatan udara 2 m/s 62

    Gambar 5.19. Hasil simulasi pada sudut cone 400, diameter partikel 700 m, dan kecepatan udara 1,6 m/s 63

    Gambar 5.20. Hasil simulasi pada sudut cone 400, diameter partikel 700 m, dan kecepatan udara 2 m/s 64

    Gambar 5.21. Hasil simulasi pada sudut cone 450 ,diameter partikel 700 m, dan kecepatan udara 1,6 m/s 65

    Gambar 5.22. Hasil simulasi pada sudut cone 450, diameter partikel 700 m, dan kecepatan udara 2 m/s 66

    Gambar 5.23. Hasil simulasi pada sudut cone 500, diameter partikel 700 m, dan kecepatan udara 1,6 m/s 67

    Gambar 5.24. Hasil simulasi pada sudut cone 500 ,diameter partikel 700 m, dan kecepatan udara 2 m/s 68

    xiii

  • DAFTAR TABEL

    Hal

    Tabel 3.1 Bulk Density untuk Beberapa Partikel Padat (Oka, 2004) 15

    Tabel 3.2 Perhitungan Kecepatan Terminal pada Partikel Bulat (Oka, 2004) 17

    Tabel 3.3 Perhitungan Diameter Gelembung ( Oka,2004) 20

    Tabel 4.1 Tabel Sudut dan Ketinggian Cone yang digunakan 30

    Tabel 4.2 Data Pembuatan Cone dengan Sudut 400 33

    Tabel 4.3 Data Pembuatan Tabung 34

    Tabel 4.4 Pemilihan Zone 35

    Tabel 4.5 Variasi Domain Komputasi yang dibuat 36

    Tabel 4.6 Properti Fase Sekunder 39

    Tabel 4.7 Data surface-plane dua dimensi 43

    Tabel 4.8 Data Surface-Points pengambilan data titik bawah 45

    Tabel 4.9 Data Surface-Points pengambilan data titik atas 45

    xiv

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Hal

    Lampiran 1. Report Models Hasil Program Fluent pada Simulasi Conical Bubbling Fluidized Bed Menggunakan Drag Model Syamlal dan OBrien Kecepatan Udara Uniform 0,4 m/s dan ketinggian bed 420 mm. 72

    Lampiran 2. Report Boundary Conditons Hasil Program Fluent pada Simulasi Conical Bubbling Fluidized Bed Menggunakan Drag Model Syamlal dan OBrien Kecepatan Udara Uniform 0,4 m/s dan ketinggian bed 420 mm. 73

    Lampiran 3. Report Solver Controls Hasil Program Fluent pada Simulasi Conical Bubbling Fluidized Bed Menggunakan Drag Model Syamlal dan OBrien Kecepatan Udara Uniform 0,4 m/s dan ketinggian bed 420 mm. 77

    Lampiran 4. Report Material Properties Hasil Program Fluent pada Simulasi Conical Bubbling Fluidized Bed Menggunakan Drag Model Syamlal dan OBrien Kecepatan Udara Uniform 0,4 m/s dan ketinggian bed 420 mm. 80

    xv

  • DAFTAR NOTASI

    = luas permukaan partikel (m2)

    = luas permukaan partikel bulat pada volume (m2)

    r = bilangan Archimedes (-)

    = faktor drag pada sebuah partikel (-)

    = diameter bubble maksimum yang terjadi (m)

    = diameter fase solid (m)

    = diameter bed (m)

    FA = gaya Archimedes (N)

    FD = gaya hambat (N)

    Fg = gaya gravitasi (N)

    = percepatan gravitasi (m/s2)

    = ketinggian (m)

    hp = jarak antar lubang pada distributor udara (mm)

    g = faktor drag fase solid pada fase (kg/m3.s)

    = massa bed (kg)

    = massa partikel solid (kg)

    ef = bilangan Reynolds saat fluidisasi minimum (-)

    e = bilangan Reynolds sebuah partikel (-)

    = kecepatan bubble (m/s)

    r = kecepatan naiknya sebuah bubble (m/s)

    f = kecepatan saat fluidisasi (m/s)

    = kecepatan fase gas (m/s)

    k = kecepatan minimum fluidisasi terjadi turbulensi (m/s)

    mb = kecepatan minimum fluidisasi terjadi gelembung (m/s)

    mf = kecepatan minimum fluidisasi (m/s)

    mf = kecepatan minimum fluidisasi terjadi fluidisasi (m/s)

    ms = kecepatan minimum fluidisasi terjadi slug (m/s)

    = kecepatan fase solid (m/s)

    tr = kecepatan minimum fluidisasi (m/s)

    xvi

  • = volume bed (m3)

    = volume partikel solid (m3)

    = korelasi kecepatan relatif (-)

    = fraksi volume fase gas (-)

    = fraksi volume fase solid (-)

    = void fraction (-)

    = densitas bulk (kg/m3)

    f = densitas fluid (kg/m3)

    = densitas fase gas (kg/m3)

    = densitas fase solid (kg/m3)

    f = viskositas fluid (kg/m.s)

    = viskositas fase gas (kg/m.s)

    = viskositas fase solid (kg/m.s)

    = faktor bentuk partikel solid (-)

    xvii

  • BAB I

    PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

    Teknologi fluidized bed combustion (FBC) adalah salah satu teknologi

    terbaik untuk menkonversi bahan bakar padat menjadi listrik karena

    mempunyai keunggulan mengkonversi berbagai jenis bahan bakar baik

    sampah, limbah, biomasa ataupun bahan bakar fosil berkalori rendah.

    Teknologi ini telah diperkenalkan sejak abad ke duapuluh dan telah

    diaplikasikan dalam banyak sektor industri dan pada tahun-tahun belakangan

    ini telah diaplikasikan untuk mengkonversi biomasa menjadi energi. Efisiensi

    pembakaran yang lebih tinggi bisa diperoleh dari teknologi fluidized bed

    combustion dibandingkan dengan sistem pembakaran konvensional karena

    perpindahan panas yang sangat bagus di dalam sistem. Salah satu fenomena

    yang terjadi dalam fluidized bed combustion yaitu fluidisasi.

    Fueyo (1995) mendefinisikan fluidisasi adalah sebuah kejadian

    dimana bed partikel padat berubah berperilaku seperti fluida dengan

    menggunakan kontak dengan partikel gas atau cairan.

    Dalam permodelan bubbling fluidized bed, jika salah satu parameter

    diubah dan divariasikan maka akan memberikan hasil fluidisasi yang berbeda.

    Bentuk hasil fluidisasi yang berbeda-beda merupakan salah satu fenomena

    yang terjadi akibat perubahan parameter operasi. Fluidisasi dengan

    menggunakan partikel dengan jenis dan ukuran partikel yang berbeda akan

    memberikan hasil fluidisasi yang berbeda pula, mulai dari kecepatan

    fluidisasi minimumnya dan pressure drop yang dihasilkan. Sudut cone

    merupakan parameter yang dapat digunakan agar dapat memberikan

    kesamaan dengan hasil fluidisasi secara eksperimental.

    Penelitian yang tentang Fludized Bed Combustion juga dilakukan oleh

    Arromdee et all (2011). Penelitian ini mengenai studi komparasi pembakaran

    kulit kacang dan kulit buah asam pada conical bubbling fluidized bed.

    Penelitian tersebut menggunakan conical fluidized bed combustor dengan

    sudut cone 400 dan dengan tiga variasi ketinggian bed yaitu 20 cm, 30 cm,

    1

  • 2

    dan 40 cm. Penelitian ini dilakukan untuk mencari ketinggian bed optimal

    yang diperlukan untuk mencapai proses fluidisasi.

    Moharana dan Malik (2011) meneliti fluidisasi pada conical bed

    dengan menggunakan dua cara. Penelitian ini dilakukan dengan cara simulasi

    numerik Computational Fluid Dynamic (CFD) ANSYS dan eksperimental.

    Penelitian menggunakan CFD juga dimaksudkan agar dapat membandingkan

    distribusi fase bed tiga jenis partikel yatu batubara, glassbeads, dan besi.

    Penelitian secara empirik menggunakan alat percobaan conical fluidized bed

    dengan sudut cone 10,370 dan menggunakan material partikel glassbeads.

    Tujuannya adalah mengetahui bagaimana pengaruh ketinggian bed,

    kecepatan superfisial, dan diameter rata-rata partikel terhadap kararakteristik

    kurva pressure drop vs kecepatan minimum fluidisasi.

    Sementara itu sebuah tim peneliti di Jurusan Teknik Mesin dan

    Industri, FT-UGM sejak tahun 2012 melakukan penelitian co-firing dalam

    sebuah bubbling fluidized bed combustor berbentuk cone dalam skema

    Penelitian Strategi Nasional. Untuk turut serta memberikan informasi yang

    komprehensif, maka penelitian mengenai pengaruh sudut cone menjadi

    penting. Penelitian ini awal mulanya menggunakan simulasi conical

    bubbling fluidized bed untuk memodelkan penelitian tersebut agar kemudian

    dapat dibuat bentuk penelitian empirisnya dengan membuat alat percobaan

    conical fluidized bed combustor. Tujuan simulasi ini adalah agar dapat

    mengetahui sudut dan diameter partikel optimal yang dapat digunakan dalam

    percobaan nantinya kelak. Dari simulasi percobaan dengan menggunakan

    beberapa sudut dan diameter, akan didapatkan hubungan pressure drop (Pa)

    dan kecepatan minimum fluidisasi, serta akan didapatkan visualisasi yang

    dapat digunakan sebagai gambaran situasi yang mendekati situasi aktual.

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan

    dikaji pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh sudut cone terhadap

    karakteristik bubble pada bubbling fluidized bed. Penelitian ini menggunakan

    parameter kecepatan superficial udara masuk serta geometri distributor udara.

    Sudut cone yang digunakan adalah sudut 400, sudut 450,dan sudut 500.

  • 3

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fluidisasi pada

    bubbling fluidized bed. Karakteristik fluidisasi pada bubbling fluidized bed

    yang ingin diketahui antara lain yaitu pressure drop , kecepatan minimum

    fluidisasi, dan distribusi fase bed.

    1.3. Asumsi dan Batasan Masalah

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan asumsi:

    1. Tidak ada transfer kalor dari luar sistem

    2. Massa jenis setiap fase yang digunakan konstan.

    3. Diameter tiap partikel yang digunakan seragam.

    1.4. Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah:

    1. Untuk mengetahui pengaruh sudut cone terhadap distribusi fase bed,

    pressure drop dan kecepatan minimum fluidisasi dalam

    conical bubbling fluidized bed.

    2. Untuk mengetahui pengaruh diameter rata-rata partikel yang digunakan

    terhadap distribusi fase bed, pressure drop dan kecepatan minimum

    fluidisasi dalam conical bubbling fluidized bed.

    1.5. Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

    1. Dapat mensimulasikan pola aliran fluidisasi 3D dan pengaruh sudut

    cone dengan software CFD Fluent serta mengaplikasikan ilmu untuk

    melakukan penelitian ini.

    2. Memenuhi persyaratan kelulusan yang diterapkan di Program Studi

    Teknik Mesin, Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik,

    Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta.

    3. Memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang numerik dengan

    menggunakan software Fluent untuk simulasi 3D fluidized bed.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Fueyo (1995) mendefinisikan fluidisasi adalah sebuah kejadian dimana bed

    partikel padat berubah berperilaku seperti fluida dengan menggunakan kontak

    dengan partikel gas atau cairan. Dalam proses fluidisasi, parameter sudut cone

    memiliki peran yang dominan dalam karakter hasil dari fluidized bed combustion

    diantaranya adalah mempengaruhi pressure drop dan kecepatan minimum

    fluidisasi.

    Penelitian yang tentang Fludized Bed juga dilakukan oleh Arromdee et all

    (2011). Penelitian ini mengenai studi komparasi pembakaran kulit kacang dan

    kulit buah asam pada conical bubbling fluidized bed. Penelitian tersebut

    menggunakan conical fluidized bed combustor dengan sudut cone 400 dan

    menggunakan bed yaitu pasir alumina dengan ukuran partikel 0,3-0,5mm dengan

    tiga variasi ketinggian bed yaitu 20 cm, 30 cm, dan 40 cm. Bahan yang digunakan

    untuk dibakar adalah kacang dan kulit buah asam dengan variasi fraksi massa

    yang berbeda-beda yaitu 0%, 2.5%, 5%, 7.5%, dan 10%. Kecepatan superfisial

    divariasikan mulai dari 0 m/s hingga 4-5 m/s. Sebuah alat dipasang pada bagian

    bawah dan atas cone untuk mengukur besarnya pressure drop yang dihasilkan

    setiap kecepatan superfisial yang digunakan.

    Gambar 2.1. Skema penelitian (Arromdee et all, 2011)

    4

  • 5

    Dari penelitian tesebut, penelitian difokuskan pada pengaruh ketinggian

    bed terhadap karakteristik pressure drop dan kecepatan minimum fluidisasinya.

    Hal ini diperlukan agar didapat tinggi bed optimum yang digunakan untuk

    mencapai fluidisasi supaya penggunaaan blower lebih efisien.

    Gambar 2.2. Pressure drop vs superficial velocity dengan beberapa variabel kulit kacang (PN) dan kulit asam (TM) pada ketinggian bed (a) 20 cm dan (B) 30 cm

    (Arromdee et all, 2011) Grafik ketinggian bed 40 cm tidak ditampilkan karena hasil grafiknya

    hampir sama dengan hasil grafik penelitian dengan ketinggian bed 30 cm. Dari

    grafik tersebut, kecepatan minimum fluidisasi kedua macam ketinggian bed

    tersebut masih sesuai dengan level yang diharapkan, yaiu dibawah 0,8 m/s dengan

    faktor massa kurang dari 5%. Dapat disimpulkan bahwa dengan kenaikan tinggi

    bed pada sudut cone yang sama, pressure drop dan kecepatan minimum

    fluidisasinya menunjukkan kecenderungan meningkat.

    Moharana dan Malik (2011) meneliti fluidisasi pada conical bed dengan

    menggunakan dua cara. Penelitian ini dilakukan dengan cara simulasi numerik

    Computational Fluid Dynamic (CFD) ANSYS dan eksperimental. Penelitian

    menggunakan CFD juga dimaksudkan agar dapat membandingkan distribusi fase

    bed tiga jenis partikel yatu batubara, glassbeads, dan besi. Penelitian secara

    empirik menggunakan alat percobaan conical fluidized bed dengan sudut cone

    10,370 dan menggunakan material partikel glassbeads. Tujuannya adalah

    mengetahui bagaimana pengaruh ketinggian bed, kecepatan superfisial, dan

    diameter rata-rata partikel terhadap kararakteristik kurva pressure drop vs

    kecepatan minimum fluidisasi.

  • 6

    Gambar 2.3. Skema percobaan Moharana et all (Moharana et all, 2011)

    Hasil penelitian Moharana dan Malik menunjukkan bahwa flow regime:

    fixed bed, partially fluidized bed, dan fully fluidized bed tergantung pada

    kecepatan superfisial gas. Kecepatan minimum fluidisasi juga meningkat seiring

    dengan meningkatanya ketinggian bed. Ukuran rata-rata diameter partikel

    meningkatkan pressure drop dan kecepatan minimum fluidisasi.

    Gambar 2.4. Hasil penelitian Moharana et all menggunakan partikel glassbeads

    dengan diameter 0,00258 m. (Moharana et all, 2011)

  • 7

    Gambar 2.5. Hasil penelitian Moharana et all menggunakan partikel

    glassbeads dengan diameter 0,00218 m. (Moharana et all, 2011)

    Gambar 2.6. Visualisasi hasil simulasi kontur fraksi volume untuk partikel

    glassbeads pada ketinggian bed = 5,6 cm setelah 5 sec. (Moharana et all, 2011)

  • 8

    Gambar 2.7. Visualisasi hasil simulasi kontur fraksi volume untuk partikel

    batubara pada ketinggian bed = 7,3 cm setelah 15 sec. (Moharana, 2011)

    Gambar 2.8. Visualisasi hasil simulasi kontur fraksi volume untuk partikel

    besi pada ketinggian bed = 7,1 cm setelah 10 sec. (Moharana, 2011)

  • 9

    Penelitian yang menggunakan variabel sudut cone juga telah

    dilakukan oleh Kaewklum dan Kuprianov (2005). Mereka membandingkan

    hasil prediksi dan hasil experimental fluidisasi menggunakan parameter

    beberapa variasi sudut cone yaitu 300, 440, dan 600 serta menggunakan

    parameter beberapa variasi ketinggian bed yaitu 20 cm, 30 cm, dan 40 cm

    agar mengetahui pengaruh parameter-parameter tersebut terhadap

    karakteristik kecepatan superfisial fluidisasi dan pressure drop. Ukuran

    diameter rata-rata yang digunakan seragam yaitu pasir kuarsa dengan

    diameter 400 m.

    Gambar 2.9. Perbandingan hasil prediksi dan hasil experimental Pressure drop vs Kecepatan superfisial menggunakan sudut cone 300 (Kaewklum,

    2005)

    Gambar 2.10. Perbandingan hasil prediksi dan hasil experimental Pressure drop vs Kecepatan superfisial menggunakan sudut cone 440

    (Kaewklum, 2005)

  • 10

    Gambar 2.11. Perbandingan hasil prediksi dan hasil experimental

    Pressure drop vs Kecepatan superfisial menggunakan sudut cone 600 (Kaewklum, 2005)

    Dari hasil percobaan yang dilakukan Kaewklum dan Kuprianov (2005)

    menunjukkan hasil yang mereka prediksikan tidak berbeda jauh dengan hasil

    eksperimentalnya. Bahwa semakin besar sudut cone maka akan semakin

    meningkat pressure drop dan kecepatan minimum fluidisasinya.

  • BAB III

    LANDASAN TEORI

    3.1 Fluidisasi

    Gambar 3.1 Beberapa regime Fluidisasi (Oka, 2004)

    Fluidisasi terjadi pada regime yang berbeda tergantung pada beberapa

    faktor seperti ukuran, densitas, dan geometri partikel, ukuran dan geometri

    bejana, sistem ditribusi gas, dan kecepatan aliran gas. Regime tersebut terjadi

    di dalam bed yang diletakkan di atas plat distributor (grid). Regime fixed bed

    terjadi pada interval kecepatan 0 < u umf

    dimana partikel masih diam di atas

    plat distributor sedangkan gas mengalir melalui celah-celah antar partikel

    tanpa mengakibatkan efek pengangkatan partikel. Regime particulate

    fluidization terjadi pada interval umf

    < u umb

    di mana partikel mulai

    terangkat dan bed mengalami ekspansi.

    Regime bubbling fluidization terjadi pada rentang kecepatan umb

    < u

    ums di mana gelembung atau bubbles mulai terbentuk pada butiran-butiran

    bed dan bergerak dengan cepat. Gerakan dari gelembung tersebut akan

    membawa partikel ikut bergerak ke atas dan kemudian akan membentuk

    sebuah pola sirkulasi yang lebih besar. Regime slug terjadi pada interval

    kecepatan ums < u uk di mana gelembung yang dihasilkan hampir

    11

  • 12

    kecepatan uk < u utr di mana hembusan gas menyebabkan partikel

    terhampar di permukaan bed dan bergerak dengan acak. Regime fast

    fluidization terjadi pada interval kecepatan u > utr di mana pada pola ini tidak

    ada partikel diam di atas plat distributor, gas mengandung partikel-partikel

    yang terdispersi di dalamnya dan bergerak ke atas tetapi di dekat dinding

    partikel-partikel tersebut bergerak turun. Regime pneumatic transport terjadi

    bila kecepatan gas lebih tinggi daripada kecepatan saat pola fast fluidization,

    secara fisik tidak ada lagi partikel yang bergerak turun sekalipun di dekat

    dinding saluran. Untuk kasus penelitian kali ini adalah pola aliran pada

    regime bubbling fluidization.

    Proses fluidisasi terjadi ketika gaya drag dari partikel sebagai akibat

    dari aliran fluida yang mengalir ke atas melebihi gaya gravitasi dan gaya

    antar partikel.

    Bed akan mulai mengalami ekspansi ketika fluida (gas) yang mengalir

    cukup untuk menggerakkan setiap partikel solid. Pada kecepatan tertentu di mana

    gas mengalir dengan kecepatan yang tinggi maka keseimbangan antara gaya

    gravitasi dari tiap partikel dan penurunan tekanan aliran udara akan tercapai

    sehingga semua partikel solid akan tetap dalam kondisi tersuspensi

    (mengambang). Kondisi semacam ini disebut dengan fluidisasi minimum. Jika

    kecepatan dari aliran udara masuk dinaikkan menjadi diatas kecepatan minimum

    fluidisasi maka ketidakstabilan partikel akan terjadi sehingga membentuk pola

    aliran bubbles atau gelembung, pergerakan gelembung akan semakin naik dan

    membesar menyebabkan bed mengalamai ekspansi maka kondisi ini disebut

    dengan bubbling fluidized bed (Oka, 2004).

    3.2 Karakteristik Partikel Solid

    A. Karakteristik Geldart

    Ada empat karakteristik yang digunakan untuk mengklasifikasikan

    partikel solid yang telah diklasifikasikan oleh Geldart (Oka, 2004) dan

    dikenal dengan nama Geldarts Classification:

  • 13

    Gambar 3.2 Geldarts Classification (Oka, 2004)

    Adapun karakteristik tiap-tiap partikel adalah sebagai berikut:

    Grup A : Partikel padat yang memiliki densitas kurang dari 1400

    kg/m3. Mudah terfluidisasi, pada kecepatan gas sembur rendah

    menghasilkan fluidisasi yang smooth dan pada kecepatan gas

    sembur yang tinggi menghasilkan bubbling fluidization dengan

    ukuran bubbles yang kecil. Kualitas fluidisasinya bagus,

    menghasilkan semburan terekspansi, ukuran partikel rata-rata kecil

    antar 30 m < ds< 100 m.

    Grup B: partikel padat yang menyerupai pasir yang

    menghasilkan bubbling fluidization. Bubbles terbentuk setelah

    gas sembur mencapai kecepatan minimum fluidisasi. Kualitas

    fluidisasinya bagus, umumnya memiliki ukuran 40 m < d s

    <

    500 m, dan densitas partikel 1400 kg/m3 <

    s < 4000 kg/m3.

    Grup C: partikel padat yang memiliki sifat kohesif karena gaya

    antar partikelnya sangat kuat. Sulit terjadi fluidisasi, dan kualitas

    fluidisasi jelek karena menghasilkan banyak slugging dan

    aglomerasi. Dapat menimbulkan gaya elektrostatik. Partikel

    memiliki ukuran yang sangat lembut.

    Grup D: partikel padat yang memiliki sifat spoutable. Sulit

    terjadi fluidisasi dan kualitas fluidisasi jelek karena

  • 14

    menghasilkan channeling yang kuat. Partikel mempunyai

    ukuran yang sangat besar dan berat dengan ukuran ds > 500 m

    dan densitas partikel s > 1400 kg/m3.

    B. Densitas Partikel

    Densitas partikel dapat didefinisikan sebagai massa partikel per

    satuan volume. Merupakan salah satu parameter yang penting untuk

    mengkategorikan sebuah partikel ke dalam klasifikasi Geldart yang sesuai

    karena mempengaruhi kemampuan partikel tersebut untuk dapat

    terfluidisasi.

    Partikel padat berupa porous, sehingga perlu diberikan beberapa

    definisi untuk membedakan densitas partikel. Bulk density (b) adalah

    massa partikel per unit volume bed. Particle density (s) adalah massa

    partikel per satuan volume partikel termasuk volume dari porous partikel.

    True particle density atau skeletal density (t) lebih kepada densitas

    partikel sebenarnya. Fluid density (g

    ) adalah densitas untuk fluida

    hembusnya (gas).

    Bulk density tergantung pada ukuran dan bentuk partikel, kondisi

    permukaan partikel, dan densitas partikel. Berdasarkan pada definisi di

    atas, maka bulk density dari sebuah partikel padat dapat disusun dalam

    persamaan berikut:

    =

    (1 ) (3.5)

    Berdasarkan bulk density maka partikel padat dapat diklasifikasikan

    menjadi 3 kategori, yaitu (Oka, 2004):

    a. light materials b

    < 600 kg/m3

    b. medium heavy materials 600 kg/ m3 <

    b < 2000 kg/ m3

    c. heavy materials b

    > 2000 kg/ m3

  • 15

    Bulk density dari berbagai macam material diberikan pada tabel

    berikut:

    Tabel 3.1 Bulk Density untuk Beberapa Partikel Padat (Oka, 2004)

    Void fraction dari sebuah fixed atau fluidized bed didefinisikan

    sebagai rasio antara volume total dari space yang ada di antara partikel

    dibanding dengan volume bed, atau dalam bentuk persamaan:

    =

    = 1

    (3.1)

    Void fraction dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel, keadaan

    permukaan partikel, dan model packing bed. Persamaan void fraction di

    atas berlaku untuk semua kondisi dan regime fluidized bed.

    C. Properti Hidrodinamika Partikel Padat

    Untuk memahami fluidisasi dan fenomena yang ditimbulkan perlu

    memahami properti hidrodinamika dari partikel padat, yaitu kecepatan

    jatuh bebas atau terminal velocity. Pembahasan mengenai fluidisasi tidak

    bisa dipisahkan dengan terminal velocity di mana keseimbangan antara

    gaya berat partikel, gaya apung, dan tahanan hidrodinamis partikel selama

    bergerak sangat penting. Berikut gaya yang bekerja pada sebuah partikel

    bulat di mana gravitasi berpengaruh selama gerak jatuh bebas:

    Material b

    (kg/ m3)

    Sand 1200 1400 Limestone 1200 1400 Coal 600 800 Ash 1200 1500 Iron ore (pulverized) 2800 3000 Table salt 800 900 Cement 1300 1900 White grain 770

  • 16

    Gambar 3.3 Gaya sebuah benda (Oka, 2004)

    1. Gaya Gravitasi

    = (3.2)

    2. Gaya Buoyancy atau Gaya Apung (Gaya Archimedes)

    = (3.3)

    3. Gaya Hambat

    = 2

    4

    2 (3.4)

    Gaya gravitasi dan gaya buoyancy tidak dipengaruhi oleh

    kecepatan partikel, dan akan selalu konstan selama gerak jatuh jika

    fluidanya inkompresible. Pada detik ke nol, gaya hambat FD

    bernilai nol

    dan partikel mulai bergerak dikarenakan ketidakseimbangan dari gaya:

    > untuk > s (3.5)

    Gerak jatuh bebas pada umumnya merupakan gerak dengan

    percepatan, dan nilai FD

    meningkat seiring dengan jatuhnya partikel

    hingga keseimbangan gaya terjadi, sehingga:

    = + (3.6)

    Dalam keadaan seperti ini maka partikel terus bergerak turun hanya

    karena inersia partikel itu sendiri. Resultan gaya yang ada bernilai nol,

  • 17

    partikel terus bergerak turun dengan kecepatan yang dinamakan kecepatan

    jatuh bebas atau terminal velocity.

    Jika partikel solid diletakkan di atas plat distributor berlubang atau

    grid, dan gas hembus masuk bergerak ke atas, maka partikel mulai

    mengambang ketika kecepatan gas hembus telah mencapai kecepatan

    terminal partikel sehingga gaya yang bekerja pada partikel (Fg, F

    A, F

    D)

    menjadi seimbang, resultan nya bernilai nol. Jika persamaan gaya-gaya

    seperti pada persamaan diatas disederhanakan maka akan menjadi:

    2 = 43 A r (3.7)

    Pada persamaan di atas dapat diketahui bahwa kecepatan jatuh bebas

    hanya dipengaruhi oleh properti partikel dan fluida (dp,

    d,

    f,

    f). Namun

    masalah yang timbul adalah koefisien drag CD

    yang merupakan fungsi

    bilangan Reynolds yang kompleks. Koefisien drag CD

    tidak dapat

    didefinisikan seragam untuk semua bilangan Reynolds, dan koefisien drag

    juga tergantung pada bentuk partikel. Berikut ini tabel perhitungan

    kecepatan jatuh bebas pada partikel bulat:

    Tabel 3.2 perhitungan kecepatan terminal pada partikel bulat (Oka,

    2004):

  • 18

    3.3 Kecepatan Minimum Fluidisasi

    Bila gas dilewatkan melalui lapisan hamparan (bed) partikel passir pada

    kecepatan rendah, maka partikel tersebut tidak bergerak. Namun jika

    kecepatan udara dinaikkan, partikel-partikel pasir itu akhirnya akan mulai

    bergerak dan melayang di dalam fluida, dan gesekan (friction) menyebabkan

    terjadinya penurunan tekanan (pressure drop). Ketika kecepatan udara

    dinaikkan, penurunan tekanan meningkat sampai besar penurunan tekanan

    tersebut sama dengan berat hamparannya dibagi dengan luas penampangnya.

    Kecepatan gas ini disebut kecepatan fluidisasi minimum, Umf. Kecepatan

    fluidisasi minimum adalah kecepatan superfisial terendah yang dibutuhkan

    untuk terjadinya fluidisasi. Jika nilai Umf tidak dapat ditentukan secara

    eksperimental, maka dapat dicari dengan menggunakan persamaan di bawah

    ini (Oka, 2004):

    Remf = (1135,7+0,0408.Ar)1/2 33,7 (3.8)

    Bilangan Reynold untuk terjadinya fluidisasi minimum (Remf):

    Remf =

    (3.9)

    Bilangan Archimedes (Ar):

    Ar = 3

    2 (3.10)

    Dengan : = Kecepatan fluidisasi minimum (m/s)

    = Ukuran diameter partikel rata-rata (m)

    = Massa jenis fluida udara (kg/m3)

    = Massa jenis partikel (kg/m3)

    = Viskositas dinamik fluida udara(kg/ms)

    g = Percepatan gravitasi (m/s2)

  • 19

    A. Menentukan kecepatan minimum fluidisasi

    Pressure drop dan kecepatan fluidisasi memiliki dua tipe variasi

    seperti pada gambar dibawah ini:

    Gambar 3.4 Grafik fluidisasi (Kunii, 1991)

    Kecepatan minimum fluidisasi adalah kecepatan superfisial gas

    pada kondisi fluidisasi minimum. Kecepatan ini dapat ditentukan secara

    empiris oleh perpotongan antara penurunan tekanan terhadap kecepatan

    superfisial. Di mana dengan seiringnya kenaikan kecepatan superfisial

    menyebabkan penurunan tekanan meningkat, dan setelah mencapai

    kecepatan minimum fluidisasi maka penurunan tekanan akan menjadi

    konstan.

    3.4 Karakter Gelembung

    A. Ukuran Bubble

    Ukuran bubble merupakan salah satu parameter penting untuk

    menunjukkan karakteristik fluidisasi gas-padat. Untuk jenis partikel yang

    termasuk ke dalam kategori Geldart grup B, ada beberapa korelasi untuk

    memperkirakan peningkatan ukuran bubble pada sebuah sistem fluidisasi

    sehingga dapat diekspresikan dengan persamaan berikut:

  • 20

    Tabel 3.3 Perhitungan Diameter Gelembung ( Oka, 2004)

    Persamaan di atas berlaku dengan syarat fluidisasi terjadi pada

    operasi kondisi dibawah ini :

    1. dt < 20 cm

    2. 100 ds 350 m

    3. 1 u mf

    8 cm/s

    4. 5 uf u

    mf

    Persamaan di atas menunjukkan bahwa ukuran diameter dari sebuah

    bubble tergantung pada ketinggian di atas plat distributor, dan tergantung

    pada selisih antara kecepatan gas dengan kecepatan minimum fluidisasi.

    B. Kecepatan Bubble

    Selain ukuran diameter gelembung, kecepatan gelembung yang

    terbentuk juga merupakan salah satu parameter yang penting untuk

    menunjukkan karakterisitk fluidisasi gas-padat. Untuk jenis partikel yang

    termasuk ke dalam kategori Geldart grup B maka kecepatan gelembung

    dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini:

    = 1,6 + 1,130,5

    1,35 + (3.11)

    Dimana :

    = 0,71()0,5, dan

    < 0,125 (3.12)

  • 21

    Persamaan di atas sesuai untuk partikel Geldart grup B dengan

    diameter

    bed dt 1 m.

    3.5 Komputasi numerik

    Di dalam penelitian ini penulis menggunakan Computational

    Fluid Dynamic Fluent untuk mensimulasikan fluidisasi pada fluidized bed.

    Fluent adalah sebuah software yang berfungsi untuk mensimulasikan

    sesuatu yang akan terjadi ketika fluida mengalir agar dapat disesuaikan

    dengan keadaan empirisnya.

    A. Keuntungan CFD:

    a. Dapat memodelkan fenomena fluida yang tidak dapat dilakukan

    melalui percobaan eksperimental.

    b. Dapat menyelidiki hasil fenomena fluida dengan lebih murah dan

    cepat dibandingkan dengan percobaan eksperimental.

    B. Kekurangan CFD:

    a. Hasil kadang tidak bisa mendekati dengan hasil keadaan

    eksperimentalnya karena beberapa faktor eksternal yang tidak

    diperkirakan sebelumnya.

    b. Beberapa parameter penelitian yang tidak terdapat dalam fasilitas

    CFD dapat terabaikan.

    C. Gambaran umum prinsip kerja CFD:

    a. CFD dapat bekerja ketika pengguna sudah memodelkan percobaan

    yang akan disimulasikan.

    b. Pembuatan geometri dapat dilakukan melalui software Gambit dan

    kemudian didiskritisasi ke dalam bentuk mesh. Diskritisasi dalam

    fluent adalah cara pendekatan dengan metode aljabar dengan cara

    mengatur sejumlah ruang dan waktu yang akan digunakan dalam

    simulasi.

    c. Langkah selanjutnya adalah memasukkan persaamaan yang akan

    digunakan untuk simulasi sesuai dengan rencana empirisnya.

    d. Persamaan diskritisasi aljabar kemudian akan menyelesaikan setiap

  • 22

    mesh melalui proses iterasi hingga hasilnya memenuhi konvergensi.

    e. Tahap selanjutnya adalah post processing untuk menampilkan hasil

    simulasi yang telah dilakukan.

    D. Dasar Teori dalam Fluent (Fluent, 2006)

    a. Persamaan Kekekalan Massa

    Persamaan kekekalan massa untuk fase q dinyatakan dengan persamaan berikut (Fluent, 2006) :

    + = =1 (3.13) Dengan:

    : massa jenis fase q R : fraksi volume dari fase q : kecepatan fase q : karakteristik transfer massa dari fase p ke fase q : karakteristik transfer massa dari fase q ke fase

    b. Persamaan kekekalan momentum

    Persamaan kekekalan massa untuk fase q dinyatakan dengan

    persamaan berikut (Fluent, 2006) :

    + = + . + +

    + + + , + ,=1 (3.14)

    Dengan :

    : tekanan statis

    : external body force dari fase q

    , : lift force dari fase q

    , : virtual mass force dari fase q

    : interaction force dari fase p dan fase q

    : tegangan dari q

    c. Formulasi Solver

    Di dalam menyelesaikan sebuah kasus permodelan simulasi,

    Fluent menyediakan dua formulasi solver yaitu formulasi solver

    berdasarkan tekanan (Pressure Based) dan formulasi solver

    berdasarkan densitas (Density Based).

  • 23

    Di dalam penyelesaian kasus simulasi permodelan fluidisasi

    gas-padat ini dipilih formulasi solver PressureBased. Pendekatan

    formulasi solver pressure based cocok digunakan untuk aliran

    kecepatan rendah untuk fluida yang incompressible. Fluent akan

    menyelesaikan secara integral semua persamaan atur yang ada baik

    untuk persamaan konservasi massa dan konservasi momentum. Selain

    itu, Fluent juga menyelesaikan persamaan energi dan persamaan

    scalar lain seperti persamaan untuk turbulensi dan proses kimia.

    Perhitungan tekanan didapatkan dari hasil persamaan tekan dengan

    memanipulasi persamaan kontinuitas dan persamaan momentum.

    Pada perhitungan simulasi ini, Fluent menggunakan algoritma

    segregated dimana persamaan atur akan diselesaikan secara terpisah

    dan bergantian. Setiap persamaan akan dipisahkan berdasarkan nama

    terlebih dahulu. Kelebihan metode algoritma segregated ialah hanya

    membutuhkan memori yang kecil dalam setiap penyelesaian

    persamaan atur pada setiap waktu hitungnya, namun algoritma ini

    bergerak cukup lambat dalam menyelesaikan persamaan atur tersebut

    sampai mencapai solusi yang konvergen. Beberapa tahapan dalam

    perhitungan yang dilakukan algoritma segregated ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Memperbarui property fluida antara lain densitas, viskositas,

    kalor spesifik, viskositas turbulensi berdasarkan solusi yang

    sedang dikerjakan.

    2. Menyelesaikan persamaan momentum setelah persamaan

    yang lain diselesaikan menggunakan nilai update dari tekanan

    dan fluks massa.

    3. Menyelesaikan persamaan koreksi tekanan menggunakan nilai

    kecepatan dan fluks massa yang diperoleh berdasar perhitungan

    sebelumnya.

    4. Mengoreksi nilai fluks massa, tekanan, dan kecepatan

    menggunakan koreksi tekanan.

    5. Menyelesaikan persamaan skalar tambahan seperti kuantitas

  • 24

    turbulensi, energi, spesies, dan intensitas radiasi dengan nilai

    variabel yang baru.

    Formulasi solver pressure based banyak

    diaplikasikan untuk mensimulasikan kasus untuk fluida tak

    termampatkan (incompressible) maupun termampatkan

    (compressible) dengan kecepatan rendah sampai menengah atau

    berada pada kecepatan dengan nilai Mach lebih kecil 1(M < 1).

    Solver density based digunakan untuk menyelesaikan simulasi

    kasus dengan fluida termampatkan (compressible) dengan

    kecepatan tinggi hingga bilangan Mach-nya lebih besar dari 1

    (M > 1).

    d. Kontrol solusi

    1. Faktor under relaksasi

    Faktor under relaksasi merupakan factor untuk menstabilkan

    proses iterasi pada solver pressure based, sedangkan pada solver

    density based faktor under relaksasi hanya digunakan di luar set

    persamaan yang di-coupled. Faktor under relaksasi digunakan

    untuk mengontrol perhitungan persamaan non-linear yang

    dilakukan oleh Fluent. Hal ini dilakukan dengan mengubah faktor

    under relaksasi pada proses iterasi. Penurunan factor under

    relaksasi pada umumnya dapat meningkatkan konvergensi namun

    faktor under relaksasi yang diperbolehkan minimal bernilai0,2.

    Tidak ada persamaan khusus untuk menghitung faktor under

    relaksasi sehingga nilai faktor under relaksasi yang paling baik

    hanya dapat diperoleh berdasarkan trial and error.

    2. Metode diskretisasi

    Fluent melakukan proses perhitungan simulasi pada titik-titik

    node mesh geometri dari domain komputasi yang dibuat. Pada

    bagian diantara titik node harus dilakukan perhitungan secara

    interpolasi untuk mendapatkan nilai yang kontinyu pada seluruh

    domain komputasi. Skema interpolasi ini antara lain adalah:

  • 25

    i. First Order Upwind

    Merupakan skema interpolasi yang paling ringan dan

    cepat mencapai konvergen, namun ketelitiannya hanya orde

    satu.

    ii. Power Law

    Skema interpolasi Power Law digunakan untuk

    mendiskretisasikan persamaan momentum, energi, fraksi

    massa, dan fraksi campuran rata-rata. Skema interpolasi

    Power Law lebih akurat dari First Order Upwind ketika

    bilangan Reynolds nya rendah (Re

  • 26

    sudah mencapai kriteria konvergensi yang ditentukan. Kriteria

    default bagi semua residual konvergen adalah ketika nilainya

    sama dengan atau lebih kecil dari 10-3 kecuali energi10-6.

    Konvergensi juga berlaku ketika nilai setiap residual berlangsung

    konstan dalam waktu lama dan tidak berubah nilainya.

    ii. Penambahan iterasi tidak mengubah solusi

    Ada saatnya ketika nilai residual tidak mau turun lagi

    menuju kriteria konvergensi yang telah ditentukan. Apabila

    variabel residual yang lebih dominan mewakili keseluruhan

    aliran relative tidak berubah ketika iterasi berjalan terus, maka

    solusi hasil iterasi sudah dapat dikatakan konvergen.

    iii. Kesetimbangan massa, momentum, energi, dan lainnya telah

    tercapai apabila pada panel Flux Report kesetimbangan massa,

    momentum, energi, dan besaran-besaran yang lain telah terapai

    maka hasil iterasi dapat dikatakan telah konvergen.

    Kesetimbangan yang terjadi tidak boleh lebih besar dari 0,1 %.

    E. Drag Model Syamlal OBrien

    Drag model ini diusulkan oleh Madhava Syamlal dan Tomas

    O'Brien, model ini merupakan korelasi antara drag pada partikel sphere

    dan pada sebuah kondisi multipartikel. Drag model ini dikembangkan

    dengan menggunakan korelasi empiris yang diturunkan berdasarkan

    persamaan Richardson and Zaki untuk menentukan kecepatan terminal

    pada sebuah fluidized bed sebagai fungsi Reynolds Number partikel dan

    fraksi volume partikel padat. Drag model Syamlal and O'Brien seperti

    persamaan berikut (Fluent, 2006) :

    =3

    42 (3.15)

    Dimana = 0,63 +4,8

    2

    (3.16)

    = 0,5 0,06 + (0,06)2 + 0,12(2 ) + 2 (3.17)

  • 27

    Dimana :

    = 4,14 dan = 0,81,28untuk 0,85 (3.18)

    = 4,14 dan = 2,65 untuk > 0,85 (3.19)

    Drag model ini cocok untuk partikel solid dengan bentuk yang

    sphere atau bulat dan pada kondisi yang multipartikel.

  • BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Alat dan Bahan

    A.Alat

    a. Notebook Acer 4752 G Intel i5-2410M Processor 3,1 GHz, RAM 4 GB,

    Windows 7 Ultimate (32-bit).

    b. Paket software CFD Fluent 6.3.26 dan software Gambit 2.2.30

    c. Windows Paint

    d. Microsoft Office 2010

    B. Domain Komputasi

    Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebuah domain

    komputasi berupa model fluidized bed dalam bentuk tiga dimensi seperti

    terlihat pada gambar di bawah ini:

    Gambar 4.1 Domain komputasi dengan mesh hex/wedge type cooper

    28

  • 29

    Tabel 4.1 Tabel sudut dan ketinggian cone yang digunakan

    No Sudut (0) h(m)

    1 40 66

    2 45 58

    2 50 52

  • 30

    4.2 Diagram Alir Simulasi Mulai

    Studi literatur

    Persiapan Alat dan Bahan

    Pembuatan geometri dan meshing

    Mendefinisikan bidang batas dan geometri

    Buruk

    Memeriksa kualitas mesh

    Baik

    Data sifat Fisik Penentuan kondisi batas Proses Numerik Ya

    Iterasi error?

    Pengambilan data dan hasil simulasi

    Analisis data Kesimpulan dan saran

    Selesai

  • 31

    4.3 Parameter Penelitian

    Pada penelitian ini parameter yang diubah-ubah pada setiap simulasi

    permodelan fluidisasi gas padat antara lain:

    Variasi sudut cone:

    1. Sudut cone 400

    2. Sudut cone 450

    3. Sudut cone 500

    Variasi kecepatan udara masuk:

    1. Kecepatan 0,2 m/s

    2. Kecepatan 0,4 m/s

    3. Kecepatan 0,6 m/s

    4. Kecepatan 0,8 m/s

    5. Kecepatan 1 m/s

    6. Kecepatan 1,2 m/s

    7. Kecepatan 1,4 m/s

    8. Kecepatan 1,6 m/s

    9. Kecepatan 1,8 m/s

    10. Kecepatan 2 m/s

    Variasi diameter partikel:

    1. Partikel dengan ukuran diameter rata-rata 350 m

    2. Partikel dengan ukuran diameter rata-rata 700 m

    4.4 Kondisi Awal

    Kondisi awal material yang berada pada pemodelan fluidisasi

    kali ini adalah:

    1. Fraksi volume partikel solid : 0,416

    2. Densitas udara : 1,225 kg/m3

    3. Densitas partikel solid : 2200 kg/m3

    4. Viskositas udara : 1,7894 x 105 kg/ms

    5. Viskositas partikel solid : 1,8 x 105 kg/ms

    4.5 Simulasi Model

    A. Persiapan awal

    Sebelum melakukan simulasi pemodelan fluidisasi gas-padat maka

  • 32

    Geometri Create Real

    Volume

    Geometri Create Real Cylinder Volume

    perlu dipersiapkan beberapa hal antara lain:

    1. Software Gambit 2.2.3

    2. Software CFD Fluent 6.3.26

    B. Pembuatan Domain Komputasi Pemodelan Simulasi Fluidisasi Gas-Padat

    1. Pembuatan domain komputasi dilakukan di dalam program Gambit

    2.2.30. Setelah program Gambit di-run, maka akan muncul jendela

    Gambit Startup. Pada kolom Working Directory dipilih folder kerja,

    pada kolom Session Id dimasukan nama sudut 40 diameter 0,35 , dan

    pada kolom Options diisikan -r2.2.30. Dan terakhir tombol run

    diklik.

    2. Setelah muncul jendela kerja Gambit, solver dipastikan merupakan

    Fluent 6 dengan cara menu Solver dipilih kemudian Fluent 5/6

    diklik.

    3. Pembuatan domain komputasi dilakukan dengan cara:

    1. Pembuatan cone 400

    Pada jendela Coordinate System diisi dengan c_sys.1 dan diisi

    dengan data-data berikut:

    Tabel 4.2 Data pembuatan cone dengan sudut 400

    Create Real Frustrum Data

    Height 66

    Radius 1 7,5

    Radius 2 7,5

    Radius 3 31,5

    Axis Location Positive Y

    Label Cone

    2. Pembuatan tabung

  • 33

    Geometri Move/copy volumes Volume

    Geometri Unite real volume

    Volume

    Mesh Mesh volumes Volume

    Pada jendela Coordinate System diisi dengan c_sys.1 dan diisi

    dengan data-data berikut:

    Tabel 4.3 Data pembuatan tabung

    Create Real Cylinder Data

    Height 180

    Radius 1 31,5

    Radius 2 31,5

    Axis Location Positive Y

    Label Tabung

    3. Penggabungan objek

    Penggabungan ini dimaksudkan agar posisi tabung tepat

    diatas permukaan cone-nya.

    Pick tabung, pilih move, dan pilih translate, kemudian

    pada data X dan data Z diisi dengen 0 , kemudian data Y local

    dimasukkan angka sesuai dengan ketinggian cone yaitu 66 cm

    dan klik apply.

    Setelah memindahkan tabung tepat diatas cone-nya,

    tabung dan cone digabung kan menjadi sebuah unite volume

    dengan cara:

    Pick tabung dan cone kemudian apply.

    4. Mesh 4.1 Mesh Dinding Combustor Pick volume pilih element hex/wedge type cooper kemudian isi dengan interval count mesh 155 agar menghasilkan cell sekitar 400.000.

    5. Setelah pembuatan mesh dilakukan maka langkah selanjutnya

    adalah pemeriksaan kualitas mesh. Hal ini dilakukan dengan cara

    ikon examine mesh diklik. Lalu pada pilihan display type, submenu

  • 34

    range dipilih dan pada submenu show worst element juga dipilih.

    Nilai dari worst element menunjukkan kualitas mesh, nilainya

    berkisar antara 0 (terbaik) s/d 1 (terburuk).

    6. Meskipun meshing yang sudah dilakukan berhasil, namun ada

    kalanya kualitas mesh-nya yakni nilai worst element nya masih

    tinggi (nilai equisize skew lebih dari 0,97). Hal ini kurang begitu

    baik karena akan menghasilkan solusi yang kurat akurat dan akan

    menyebabkan waktu simulasi untuk mencapai konvergen menjadi

    lama. Jika hal ini terjadi maka perlu dilakukan perbaikan pada

    geometri ataupun tipe serta ukuran mesh yang dipilih. Pada proses

    meshing diperlukan trial and error untuk mendapatkan hasil

    meshing yang terbaik.

    7. Langkah selanjutnya adalah pendefinisian kondisi batas, yaitu pada menu Toolpad Operation dipilih submenu Zones. Lalu pada

    submenu Zones, dipilih submenu Specify Boundary Types dan pilih

    Add pada action.

    Tabel 4.4 Pemilihan zone

    No Nama Zone Entity-Face Type

    1 Inlet 1 Velocity Inlet

    2 Dinding 2,5 Wall

    3 Outlet 6 Pressure Outlet

    Lalu klik tombol Apply.

    8. Setelah kondisi batas didefinisikan maka langkah selanjutnya

    adalah penyimpanan file dengan cara menu File lalu submenu Save

    as dipilih, dan menamainya dengan nama sudut 400 diameter 0,35.

    9. Lalu file model domain komputasi tersebut diexport ke dalam

    bentuk *.msh dengan cara menu file lalu submenu export dan

    submenu mesh diklik.

    10. Langkah diatas adalah salah satu contoh pembuatan domain

    komputasi sudut 400 dengan diameter 350 m. Hal yang sama

    dilakukan untuk membuat domain komputasi sudut 450 dan 500

    beserta variasi ukuran diamter partikel 350 m dan 700 m.

    Berikut data-data parameter yang diubah yang diperlukan untuk

  • 35

    membuat domain komputasi pada simulasi ini hingga terbuat 6

    buah jenis domain komputasi.

    Tabel 4.5 Variasi Domain Komputasi yang dibuat

    C. Simulasi Numerik Model Fluidisasi Gas-Padat

    Model yang telah dibuat di dalam gambit selanjutnya akan

    dimasukkan dan diolah di dalam program Fluent. Secara umum langkah-

    langkah simulasi di dalam Fluent adalah sebagai berikut:

    1 . Buka program Fluent 6.3.26. Setelah itu akan muncul

    jendela Fluent Version, pada tab Versions maka 3d dipilih yang

    berarti simulasi akan menggunakan jenis 3 Dimensi lalu

    tombol run diklik.

    2. File Read Case bed.msh

    Setelah muncul jendela kerja Fluent, file bed.msh di import ke

    dalam Fluent dengan cara menu File lalu submenu Read dan

    submenu Case diklik.

    3. Grid Check

    Pengecekan grid dengan cara menu Grid dan submenu Check

    diklik. Pada Grid Check ini akan diperlihatkan nilai

    minimum dan maksimum dari x, y, dan z, serta ada atau

    tidaknya kesalahan pada model yang telah dibuat. Harus

    dipastikan juga bahwa nilai volume minimum yang terjadi

    tidak boleh negatif.

    4. Grid Scale Scale Close Apabila antara pembuatan model pada Gambit dan saat

    No Sudut Cone

    Tinggi Cone

    (cm) Tinggi Bed (cm)

    Diameter partikel

    rata-rata (m)

    1 40 66 43 350 2 40 66 43 700 3 45 58 40 350 4 45 58 40 700 5 50 52 38 350 6 50 52 38 700

  • 36

    pengecekan grid pada Fluent terdapat perbedaan skala maka

    perlu dilakukan penyekalaan satuan dengan cara menu Grid

    dipilih lalu submenu Scale dipilih lalu pada unit conversion

    ditentukan unit yang tepat, dan terakhir tombol Scale diklik.

    5. Apabila grid masih kasar maka dapat diperhalus dengan

    cara menu Grid diklik lalu submenu Smooth/Swap diklik.

    Setelah muncul jendela Smooth/Swap maka tombol Smooth lalu

    tombol Swap diklik secara bergantian sampai Number Swapped

    = 0.

    6. Pendefinisian model simulasi untuk penelitian ini,

    langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

    a. Define Models Solver

    Solver yang dipakai untuk permodelan simulasi ini

    dipilih dengan cara menu Define diklik kemudian

    submenu Models dan submenu Solver dipilih. Setelah

    jendela Solver terbuka maka Pressure Based dipilih

    pada kolom Solver, 3D dipilih pada kolom Space,

    Unsteady dipilih pada kolom Time, dan untuk kolom

    lainnya dibiarkan pada kondisi default Fluent. Setelah itu

    tombol OK diklik.

    b. Define Models Multiphase

    Model multifasa yang dipakai untuk permodelan simulasi

    ini dipilih dengan cara menu Define diklik kemudian

    submenu Models dan submenu Multiphase dipilih.

    Setelah jendela Multiphase Models terbuka maka

    Eulerian dipilih dan Numberof Phases diisi dengan nilai

    2, setelah itu tombol OK diklik.

    7. Pendefinisian material simulasi dengan langkah-langkah

    sebagai berikut: Define Materials

    a. Mendefinisikan material udara

  • 37

    Menu Define diklik kemudian submenu Materials dipilih.

    Setelah muncul jendela Materials maka properti untuk

    udara penghembus dipilih material air pada Fluent

    database, nilai properties dari udara yaitu 1.225 untuk

    Density dan 1.7894e-05 untuk Viscosity.

    b. Sedangkan properti untuk material bed dengan cara

    memasukan nama bed pada kolom Name, mengisikan

    nilai 2200 untuk Density dan 1.8e-05 untuk Viscosity.

    Lalu tombol Change/Create diklik.

    8. Pendefinisian fase untuk permodelan simulasi dengan

    langkah- langkah sebagai berikut:

    Define Phase a. Menu Define diklik kemudian submenu Phases dipilih.

    Setelah muncul jendela Phases maka pendefinisian

    kondisi untuk fase pertama atau fase udara penghembus

    diatur dengan cara phase-1 pada kolom Phase dipilih lalu

    tombol Set diklik. Setelah jendela Primary Phase

    muncul, maka nama gas dimasukkan pada kolom Name

    dan mixture gas dipilih pada Phase Material. Setelah

    itu tombol OK diklik.

    b. Sedangkan untuk fase sekunder diatur dengan cara

    phase-2 dipilih pada kolom Phase, lalu tombol Set diklik.

    Setelah jendela Secondary Phase muncul, maka nama

    solids dimasukkan pada kolom Name dan solids dipilih

    pada kolom Phase Material. Setelah itu fungsi Granular

    diaktifkan dengan cara diklik. Untuk Properties fase

    sekunder yang lain didapat berdasar referensi Fluent

    tutorial guide dapat dilihat pada tabel berikut ini:

  • 38

    Tabel 4.6 Properti Fase Sekunder

    Properti Nilai

    Diameter (m) 152e-06

    Granular Viscosity (kg/m-s) Syamlal-obrien

    Granular Bulk Viscosity (kg/m-s) Lun-et-al

    Frictional Viscosity (kg/m-s) schaeffer

    Angle of Internal Friction (deg) 30

    Frictional Pressure (pascal) Based-ktgf

    Frictional Packing Limit 0.5

    Granular Conductivity (kg/m-s) Syamlal-obrien

    Solid Pressure (pascal) Lun-et-al

    Radial Distribution Lun-et-al

    Packing Limit 0.65

    c. Setelah itu maka perlu di-setting interaksi antara kedua

    fase tersebut dengan cara tombol Interaction diklik.

    Setelah jendela Phase Interaction muncul maka pada

    tab menu Drag dipilih jenis drag model syamlal-obrien.

    Setelah itu tombol OK diklik dan tombol Close diklik

    untuk menutup jendela Phases.

    9. Pendefinisian kondisi operasi dengan cara sebagai berikut:

    Define Ope r a t i ng Conditions

    Pengaturan kondisi operasi simulasi dengan cara menu Define

    diklik kemudian submenu Operating Conditions dipilih. Setelah

    muncul jendela Operating Conditions maka pada kolom

    Operating Pressure diisi dengan nilai 101325 pascal dan pada

    kolom Gravity diaktifkan sehingga dapat memberi nilai -9.81

    m/s2 pada Gravitational Acceleration sumbu Y. Setelah itu

    tombol OK diklik untuk menutup jendela Operating

    Conditions.

    10. Pendefinisian kondisi syarat batas simulasi dengan cara

  • 39

    sebagai berikut:

    Define Boundary Conditions

    a. Menu Define diklik kemudian submenu Boundary

    Conditions dipilih. Setelah muncul jendela Boundary

    Conditions maka inlet pada kolom Zone dan gas pada

    kolom Phase dipilih. Lalu tombol Set. diklik. Setelah

    jendela Velocity Inlet muncul maka tab menu

    Momentum dipilih, dan pada kolom Velocity

    Specification Method, Components dipilih untuk

    memberikan nilai kecepatan hembus udara pada kolom Y-

    Velocity sesuai dengan parameter simulasi, yaitu 0,2 m/s,

    0,4 m/s, 0,6 m/s, 0,6 m/s 0,8 m/s, 1 m/s, 1,2 m/s, 1,4 m/s,

    1,6 m/s, 1,8 m/s dan 2 m/s.

    b. Masih pada jendela Boundary Conditions, solids pada

    kolom Phase dipilih kemudian tombol Set... diklik.

    Setelah muncul jendela Velocity Inlet maka tab

    Multiphase diklik dan pada kolom Volume Fraction

    dimasukkan nilai 0. setelah itu tombol OK diklik dan

    tombol Close diklik untuk menutup jendela Boundary

    Conditions.

    11. Solusi simulasi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Adapt Region

    Menu Adapt diklik kemudian submenu Region dipilih.

    Setelah jendela Region Adaption muncul maka pada

    kolom Input Coordinates diisi dengan nilai X Min, X

    Max, Y Min, Y Max, Z min dan Z max sesuai dengan

    kebutuhan simulasi. Pada kolom X Min diisi dengan nilai

    -0.315, pada kolom X Max diisi dengan nilai 0.315, pada

    kolom Y Min diisi dengan nilai 0, dan pada kolom Y Max

    diisi dengan nilai 0.42 untuk sudut cone 400, nilai 0.40

    untuk sudut cone 450, nilai 0.38 untuk sudut cone 500.

    Sedangkan Z Min diisi dengan nilai -0.315, pada kolom Z

  • 40

    Max diisi dengan nilai 0.315 Setelah itu tombol Mark

    diklik untuk menandai Region Bed. Kemudian

    tombol Close diklik untuk menutup jendela Region

    Adaption.

    b. Solve Initialize Initialize Setelah itu menginisialisasi aliran hembus udara dengan

    cara menu Solve diklik lalu submenu Initialize dan

    submenu Initialize dipilih. Setelah jendela Solution

    Initialization muncul maka pada kolom Compute From

    dipilih inlet lalu tombol Init diklik dan tombol Close

    diklik untuk menutup jendela Solution Initialization.

    c. Solve Initialize Patch

    Langkah selanjutnya adalah mem-Patch dengan cara

    menu Solve dipilih kemudian submenu Initialize lalu

    submenu Patch diklik. Setelah muncul jendela Patch,

    maka pada kolom Phase dipilih fase solids, pada kolom

    Variable dipilih Volume Fraction dan pada kolom Value

    diisi dengan nilai 0.416. Setelah itu hexahedron-r0

    dipilih pada kolom Registers to Patch dan terakhir

    tombol Patch diklik dan tombol Close diklik untuk

    menutup jendela Patch.

    d. Solve Control Solution

    Setelah itu mengatur parameter solusi dengan cara

    menu Solve diklik kemudian submenu Controls dan

    submenu Solution dipilih. Setelah jendela Solution

    Controls muncul maka pada kolom Under-Relaxation

    Factors, Pressure diisi dengan nilai 0.2, Momentum

    diisi dengan nilai 0.2, Volume Fraction diisi dengan nilai

    0.2, dan untuk parameter lainnya dibiarkan pada kondisi

    default. Pada kolom Discretization, Momentum diisi

    dengan First Order Upwind. Lalu tombol OK diklik.

  • 41

    e. Solve Monitors Residual

    Pengaturan ini digunakan untuk melihat grafik residual

    dari perhitungan iterasi Fluent,bisa juga digunakan untuk

    melihat apakah perhitungan sudah konvergen atau belum.

    12. File Write Autosave

    Sebelum memulai iterasi, klik file,kemudian write,lalu autosave.

    Pada autosave data frequency, masukkan angka 1.

    13. Solve Iterate

    Klik solve, iterate untuk memulai iterasi. Untuk 20 detik

    pertama, pada time step size, isi 0,5. Kemudian pada number of

    time steps masukkan angka 40. Pada kolom max iterations per

    time step masukkan angka 20. Kemudian klik iterate. Pada detik

    ke-20 sampai dengan detik 25, pada time step size, isi 0,1.

    Kemudian pada number of time steps masukkan angka 50 . Pada

    kolom max iterations per time step masukkan angka 20.Tunggu

    hingga proses iterasi telah selesai.

    14. File Write Case and Data

    Klik file, kemudian write, autosave untuk menyimpan file

    hasil iterasi tersebut.

    15. Agar dapat menampilkan bagian dalam dari hasil

    simulasinya, maka simulasi 3D akan dibuat bagian tengahnya

    dalam bentuk 2D.

    Surface Plane

  • 42

    Pada points diisi sebagai berikut:

    Tabel 4.7 Data surface-plane dua dimensi

    Parameter Sudut

    400 450 500

    X0(m) -0.315 -0.315 -0.315

    X1(m) 0.315 0.315 0.315

    X2(m) 0.315 0.315 0.315

    Y0(m) 0 0 0

    Y1(m) 2.46 2.38 2.32

    Y2(m) 2.46 2.38 2.32

    Z1(m) 0 0 0

    Z2(m) 0 0 0

    Z3(m) 0 0 0

    4.6 Pengolahan Data

    Data yang digunakan adalah data hasil simulasi setelah detik ke-20

    sampai detik ke-25. Setelah proses simulasi selesai, data-data dapat diperoleh

    dengan cara sebagai berikut:

    1. Masih dalam jendela fluent 6.3, untuk menampilkan kontur fraksi

    volume gas pada software fluent dengan cara klik :

    Display Contours

    Pada pilihan contours of, pilih phase. Pada pilihan Phase, pilih fase

    phase 1 (gas) , pilih dua-dimensi. Kemudian Autorange

    dinonaktifkan,masukkan nilai minimum yaitu 0,35 dan maksimum 1.

    Klik Display.

    2. Kemudian klik :

    File Hardcopy

    Pada pilihan format pilih .jpeg. Pada coloring pilh color. Kemudian

    klik save. Gambar kontur fraksi volume fase solid akan di save

    dalam format .jpeg.

  • 43

    3. Edit gambar dengan Software Paint. Gambar kontur fraksi volume

    fase gas di crop supaya hanya tinggal bagian gambar fluidized bed-

    nya.

    4. Lakukan hal tersebut pada kecepatan 1,6 m/s dan 2 m/s serta pada

    setiap diameter partikel rata-rata pada detik ke-21,5, detik ke-22,

    detik ke-22,5, detik ke-23, detik ke-23,5, detik ke-24, detik ke-24,5,

    dan detik ke-25.

    5. Untuk mengambil data pressure drop dapat dilakukan dengan cara

    membuat dua titik ukur yang berada di bagian atas dan di bagian

    bawah.

    Gambar 4.2. Skema pengukuran pressure drop

    Surface Points

  • 44

    Koordinatnya sebagai berikut:

    a. Titik Bawah

    Tabel 4.8 Data Surface-Points pengambilan data titik bawah

    Parameter Sudut

    40 45 50

    X0(m) 0.075 0.075 0.075

    Y0(m) 0 0 0

    Z0(m) 0 0 0

    b. Titik Atas

    Tabel 4.9 Data Surface-Points pengambilan data titik atas

    Parameter Sudut

    40 45 50

    X0(m) 0.315 0.315 0.315

    Y0(m) 2.46 2.38 2.32

    Z0(m) 0 0 0

    6. Data dapat diliat dengan cara:

    Pada kolom Report type pilih Area-weighted average. Pada kolom

    surface piih titik bawah dan titik atas. Field variable yang dipilih

    adalah static pressure.

    7. Data yang diambil adalah data pada detik 20, detik 20,5, detik 21,

    detik 21,5, detik 22, detik 22,5, detik 23, detik 23,5, detik 24, detik

    24,5 dan detik 25 kemudian diambil rata-rata pressure dropnya.

    8. Cara membuka data hasil iterasi adalah

    Kemudian pilih data pada detik time step yang ditentukan.

    9. Data yang telah diambil diolah didalam microsoft excel dan dibuat grafiknya.

    Report Surface Integral

    File Read Data

  • BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Data hasil penelitian simulasi 3D CFD Fluidized Bed ini menggunakan

    sepuluh variasi kecepatan yaitu 0,2 m/s, 0,4 m/s, 0,6 m/s, 0,8 m/s, 1 m/s, 1,2 m/s,

    1,4 m/s, 1,6 m/s, 1,8 m/s dan 2 m/s. Untuk mencari kecepatan minimum fluidisasi

    diperlukan sepuluh variasi kecepatan tersebut untuk mendapatkan data-data

    pressure drop masing-masing kecepatan tersebut. Hasil data-data dituangkan

    dalam bentuk grafik pressure drop vs kecepatan minimum fluidisasinya. Dari

    grafik tersebut dapat ditentukan berapa kecepatan minimum fluidisasi tiap sudut

    400, sudut 450, dan sudut 500 serta tiap diameter partikel 350 m dan 700 m.

    Namun dalam pembahasan hanya dua kecepatan yang digunakan yaitu

    kecepatan 1,6 m/s dan kecepatan 2 m/s. Pada kecepatan ini terlihat fenomena

    fluidisasi berjalan dengan baik. Pada beberapa kecepatan dibawah kecepatan 1,6

    m/s ada beberapa yang menghasilkan visualisasi bubble dan pasir yang kurang

    baik. Ada bubble yang tidak terbentuk atau pasir yang kurang terangkat. Sudut

    cone divariasikan menjadi tiga variasi, yaitu sudut 400, sudut 450, dan sudut 500.

    Ukuran diameter partikel bed rata-rata juga divariasikan menjadi dua variasi yaitu

    350 m dan 700 m.

    Pembahasan yang dilakukan merupakan pembahasan hasil data visual

    dari proses postprocessing. Dimana pada proses ini data yang ditampilkan

    merupakan kontur fraksi volume dari fase gas dengan nilai maksimum berupa

    warna merah yang menunjukkan nilai fraksi volume fase gas =1 dan nilai

    minimun berupa warna biru yang menunjukkan nilai fraksi volume dari fase gas =

    0,35.

    45

  • 46

    5.1 Kecepatan minimum fluidisasi dan pressure drop

    Berikut ini adalah hasil penelitian simulasi fluidisasi menggunakan

    diameter 350 m dan diameter 700 m:

    A. Diameter 350 m

    1. Sudut 400

    Gambar 5.1. Hubungan pressure drop (Pa) dan kecepatan (m/s) (sudut 400 dan diameter 350 m)

    Dari grafik tersebut menunjukkan hasil penelitian simulasi

    fluidized bed menggunakan sudut 400 dan diameter 350 m. Dari grafik

    tersebut dapat dilihat bahwa terjadi fluidisasi. Pressure drop dihitung

    dari selisih tekanan pada bagian tepat diatas distributor dengan tekanan

    yang berada di bagian atas fluidized bed. Pressure drop maksimumnya

    adalah 1762,63Pa. Kecepatan minimum fluidisasinya adalah 0,4 m/s.

    Kecepatan minimum fluidisasi didapatkan melalui grafik tersebut dari

    data setelah mengalami pressure drop maksimum, kemudian pressure

    drop turun dan mulai konstan. Ketika tekanan sudah mulai steady, tarik

    garis ke kiri dan diambil perpotongan dengan grafik tersebut. Kecepatan

    pada perpotongan tersebut adalah kecepatan minimum fluidisasi.

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2

    Pres

    sure

    Dro

    p (P

    a)

    Kecepatan (m/s)

  • 47

    Gambar 5.2. Ilustrasi penentukan kecepatan minimum fluidisasi

    (Oka, 2004)

    2. Sudut 450

    Gambar 5.3. Hubungan pressure drop (Pa) dan kecepatan (m/s)

    (sudut 450 dan diameter 350 m)

    Dari grafik tersebut menunjukkan hasil penelitian simulasi

    fluidized bed menggunakan sudut 450 dan diameter 350 m. Dari

    grafik tersebut dapat dilihat bahwa terjadi fluidisasi. Pressure drop

    dihitung dari selisih tekanan pada bagian tepat diatas distributor

    dengan tekanan yang berada di bagian atas fluidized bed. Pressure

    drop maksimumnya adalah 2007,34Pa. Kecepatan minimum

    fluidisasinya terjadi sebelum 0,2 m/s. Pada grafik ini fluidisasi sudah

    terjadi sebelum kecepatan 0,2 m/s, hal ini terlihat dari pressure drop

    yang sudah mulai steady sejak tekanan pada kecepatan 0,2 m/s hingga

    kecepatan 2 m/s.

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2

    Pres

    sure

    Dro

    p (P

    a)

    Kecepatan (m/s)

  • 48

    3. Sudut 500

    Gambar 5.4. Hubungan pressure drop (Pa) dan kecepatan (m/s) (sudut 500 dan diameter 350 m)

    Dari grafik tersebut menunjukkan hasil penelitian simulasi

    fluidized bed menggunakan sudut 500 dan diameter 350 m. Dari grafik

    tersebut dapat dilihat bahwa terjadi fluidisasi. Pressure drop dihitung

    dari selisih tekanan pada bagian tepat diatas distributor dengan tekanan

    yang berada di bagian atas fluidized bed. Pressure drop maksimumnya

    adalah 2097,19 Pa. Kecepatan minimum fluidisasinya terjadi sebelum

    0,2 m/s. Pada grafik ini fluidisasi sudah terjadi sebelum kecepatan 0,2

    m/s, hal ini terlihat dari pressure drop yang sudah mulai steady sejak

    tekanan pada kecepatan 0,2 m/s hingga kecepatan 2 m/s.

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2

    Pres

    sure

    Dro

    p (P

    a)

    Kecepatan (m/s)

  • 49

    B. Diameter 700 m

    1. Sudut 400

    Gambar 5.5. Hubungan pressure drop (Pa) dan kecepatan (m/s) (sudut 400 dan diameter 700 m)

    Dari grafik tersebut menunjukkan hasil penelitian simulasi

    fluidized bed menggunakan sudut 400 dan diameter 700 m. Dari grafik

    tersebut dapat dilihat bahwa terjadi fluidisasi. Pressure drop dihitung

    dari selisih tekanan pada bagian tepat diatas distributor dengan tekanan

    yang berada di bagian atas fluidized bed. Pressure drop maksimumnya

    adalah 2103,60 Pa. Kecepatan minimum fluidisasinya adalah 0,8 m/s.

    2. Sudut 450

    Gambar 5.6. Hubungan pressure drop (Pa) dan kecepatan (m/s) (sudut 450 dan diameter 700 m)

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2

    Pres

    sure

    Dro

    p (P

    a)

    Kecepatan (m/s)

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2

    Pres

    sure

    Dro

    p (P

    a)

    Kecepatan (m/s)

  • 50

    Dari grafik tersebut menunjukkan hasil penelitian simulasi

    fluidized bed menggunakan sudut 450 dan diameter 700 m. Dari grafik

    tersebut dapat dilihat bahwa terjadi fluidisasi. Pressure drop dihitung

    dari selisih tekanan pada bagian tepat diatas distributor dengan tekanan

    yang berada di bagian atas fluidized bed. Pressure drop maksimumnya

    adalah 2206,76 Pa. Kecepatan minimum fluidisasinya adalah 1 m/s.

    3. Sudut 500

    Gambar 5.7. Hubungan pressure drop (Pa) dan kecepatan (m/s) (sudut

    500 dan diameter 700 m)

    Dari grafik tersebut menunjukkan hasil penelitian simulasi

    fluidized bed menggunakan sudut 500 dan diameter 700 m. Dari grafik

    tersebut dapat dilihat bahwa terjadi fluidisasi. Pressure drop dihitung

    dari selisih tekanan pada bagian tepat diatas distributor dengan tekanan

    yang berada di bagian atas fluidized bed. Pressure drop maksimumnya

    adalah 2228,69 Pa. Kecepatan minimum fluidisasinya adalah 1 m/s.

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2

    Pres

    sure

    Dro

    p (P

    a)

    Kecepatan (m/s)

  • 51

    5.2 Variasi sudut cone dan diameter rata-rata partikel

    A.Variasi sudut cone

    1. Sudut 400

    Gambar 5.8. Grafik hasil penelitian simulasi fluidized bed pressure drop (Pa) vs kecepatan (m/s) menggunakan sudut 400

    Dari grafik tersebut menunjukkan hasil penelitian simulasi

    fluidized bed menggunakan sudut 400. Secara umum terlihat bahwa

    pada pada sudut ini pressure drop rata-rata diameter 350 m lebih kecil

    dibandingkan diameter 700 m. Hal ini juga terjadi pada pressure drop

    maksimumnya dimana diameter 350 m lebih kecil dibandingkan

    diameter 700 m. Namun untuk kecepatan minimum fluidisasi

    menunjukkan nilai yang berbeda. Kecepatan minimum fluidisasi

    diameter 350 m adalah 0,4 m/s sedangkan kecepatan minimum

    fluidisasi diameter 700 m adalah 0,8 m/s. Secara umum pada sudut

    400, semakin besar diameter rata-rata partikel yang digunakan semakin

    besar pula kecepatan minimum fluidisasinya, namun semakin kecil

    pressure drop rata-rata yang dihasilkan.

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2

    Pres

    sure

    Dro

    p (P

    a)

    Kecepatan (m/s)

    Diameter 700 nm

    Diameter 350 nm

  • 52

    2. Sudut 450

    Gambar 5.9. Grafik hasil penelitian simulasi fluidized bed pressure

    drop (Pa) vs kecepatan (m/s) menggunakan sudut 450

    Dari grafik tersebut menunjukkan hasil penelitian simulasi

    fluidized bed menggunakan sudut 450. Secara umum terlihat bahwa

    pada pada sudut ini pressure drop rata-rata diameter 350 m lebih kecil

    dibandingkan diameter 700 m. Hal ini juga terjadi pada pressure drop

    maksimumnya dimana diameter 350 m lebih kecil dibandingkan

    diameter 700 m. Namun untuk kecepatan minimum fluidisasi

    menunjukkan nilai yang berbeda. Kecepatan minimum fluidisasi

    diameter 350 m terjadi sebelum kecepatan 0,2 m/s, sedangkan

    kecepatan minimum fluidisasi diameter 700 m adalah 1 m/s. Secara

    umum pada sudut 400, semakin besar diameter rata-rata partikel yang

    digunakan semakin besar pula kecepatan minimum fluidisasinya,

    namun semakin kecil pressure drop rata-rata yang dihasilkan.

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2

    Pres

    sure

    Dro

    p (P

    a)

    Kecepatan (m/s)

    Diameter 700 nm

    Diameter 350 nm

  • 53

    3. Sudut 500

    Gambar 5.10. Grafik hasil penelitian simulasi fluidized bed pressure

    drop (Pa) vs kecepatan (m/s) menggunakan sudut 500

    Dari grafik tersebut menunjukkan hasil penelitian simulasi

    fluidized bed menggunakan sudut 500. Secara umum terlihat bahwa

    pada pada sudut ini pressure drop rata-rata diameter 350 m lebih kecil

    dibandingkan diameter 700 m. Hal ini juga terjadi pada pressure drop

    maksimumnya dimana diameter 350 m lebih kecil dibandingkan

    diameter 700 m. Namun untuk kecepatan minimum fluidisasi

    menunjukkan nilai yang berbeda. Kecepatan minimum fluidisasi

    diameter 350 m terjadi sebelum kecepatan 0,2 m/s, sedangkan

    kecepatan minimum fluidisasi diameter 700 m adalah 1 m/s. Secara

    umum pada sudut 400, semakin besar diameter rata-rata partikel yang

    digunakan semakin besar pula kecepatan minimum fluidisasinya,

    namun semakin kecil pressure drop rata-rata yang dihasilkan.

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2

    Pres

    sure

    Dro

    p (P

    a)

    Kecepatan (m/s)

    Diameter 700 nm

    Diameter 350 nm

  • 54

    B. Variasi diameter rata-rata partikel

    1. Diameter 350 m

    Gambar 5.11. Grafik hasil penelitian simulasi fluidized bed pressure

    drop (Pa) vs kecepatan (m/s) menggunakan diameter 350 m

    Grafik tersebut menunjukkan hasil penelitian simulasi

    fluidized bed menggunakan diameter 350 m. Secara umum terlihat

    bahwa pada pada diameter 350 m pressure drop maksimum sudut 400

    lebih kecil dibandingkan sudut 450 dan lebih kecil dibandingkan sudut

    500. Namun untuk kecepatan minimum fluidisasi menunjukkan nilai

    yang berbeda. Kecepatan minimum fluidisasi sudut 500 dan sudut 450

    terjadi sebelum kecepatan 0,2 m/s, sedangkan kecepatan minimum

    fluidisasi sudut 400 adalah 0,4 m/s. Secara umum pada diameter 350

    m, pengaruh sudut cone sukar untuk mendefinisikan kecepatan

    minimum fluidisasinya. Hal ini terjadi karena pada sudut 450 dan sudut

    500 fluidisasi terjadi sebelum kecepatan 0,2 m/s. Diperlukan

    eksperimen dengan parameter kecepatan superfisial yang lebih kecil

    dari 0,2 m/s.Untuk pressure drop maksimum , semakin besar sudut

    cone nya, semakin besar pressure drop maksimum yang dihasilkan.

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2

    Pres

    sure

    Dro

    p (P

    a)

    Kecepatan (m/s)

    Sudut 45

    Sudut 50

    Sudut 40

  • 55

    2. Diameter 700 m

    Gambar 5.12. Grafik hasil penelitian simulasi fluidized bed pressure

    drop (Pa) vs kecepatan (m/s) menggunakan diameter 700 m

    Dari grafik tersebut menunjukkan hasil penelitian simulasi

    fluidized bed menggunakan diameter 700 m. Secara umum

    berdasarkan data pada diameter 700 m pressure drop maksimum sudut

    400 lebih kecil dibandingkan sudut 450 dan lebih kecil dibandingkan

    sudut 500. Namun untuk kecepatan minimum fluidisasi menunjukkan

    nilai yang berbeda. Kecepatan minimum fluidisasi sudut 500 dan sudut

    450 adalah 1 m/s, sedangkan kecepatan minimum fluidisasi sudut 400

    adalah 0,8 m/s. Secara umum pada diameter 700 m, pengaruh sudut

    cone sukar untuk mendefinisikan kecepatan minimum fluidisasinya. Hal

    ini terjadi karena pada sudut 450 dan sudut 500 fluidisasi terjadi pada

    kecepatan 1 m/s, sedangkan kecepatan minimum fluidisasi sudut 400

    adalah 0,8 m/s. Secara umum pada diameter 700 m dengan

    meningkatnya sudut cone semakin besar kecepaan mnimum

    fluidisasinya. Untuk pressure drop maksimum , semakin besar sudut

    cone nya, semakin besar pressure drop maksimum yang dihasilkan.

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2

    Pres

    sure

    Dro

    p (P

    a)

    Kecepatan (m/s)

    Sudut 45

    Sudut 50

    Sudut 40

  • 56

    5.3 Hasil post processing simulasi

    A. Diameter 350 m

    a. Sudut cone 400

    1. Kecepatan 1,6 m/s

    Gambar 5.13. Hasil simulasi pada sudut cone 400 ,diameter partikel

    350 m, dan kecepatan udara 1,6 m/s

    Pada gambar tersebut menunjukkan hasil simulasi numerik

    pada bubbling fluidized bed dengan menggunakan diameter rata-rata

    partikel 350 m dan sudut cone 400. Kontur yang ditampilkan berupa

    kontur fraksi volume dari fase gas. Warna biru menunjukkan nilai

    untuk fraksi volume fase gas berada pada nilai minimum yaitu 0,35

    sedangkan warna merah untuk nilai maksimum yaitu 1. Bubble kecil

    terbentuk ditengah. Bubble tersebut langsung menuju ke bagian atas

    pasir, namun karena gaya dorong bubble tersebut kecil, pasir hanya

    sedikit mengalamai perubahan Bubble tidak mencapai puncak bed,

    bubble-bubble tersebut pecah ketika akan menuju puncak dan udara

    di dalam bubble akan keluar sehingga bubble tersebut akan

    menghilang. Sedangkan bentuk bubble yang dihasilkan mayoritas

    tidak berbentuk bulat, akan tetapi bentuknya tidak beraturan.

  • 57

    2. Kecepatan 2 m/s

    Gambar 5.24. Hasil simulasi pada sudut cone 400 ,diameter partikel

    350 m, dan kecepatan udara 2 m/s

    Pada gambar tersebut menunjukkan hasil simulasi numerik

    pada bubbling fluidized bed dengan menggunakan diameter rata-rata

    partikel 350 m dan sudut cone 400. Pasir terangkat dengan lebih baik

    dibandingkan pada kecepatan sebelumnya yaitu 1,6 m/s. Setelah

    bubble mencapai puncak bed, bubble-bubble tersebut akan pecah dan

    udara di dalam bubble akan keluar sehingga bubble tersebut akan

    menghilang. Sedangkan bentuk bubble yang dihasilkan mayoritas

    tidak berbentuk bulat, akan tetapi bentuknya tidak beraturan. Bentuk

    bubble yang tidak beraturan ini rata-rata memiliki ukuran yang besar.

    Ada juga bubble yang bentuknya hampir bulat, tetapi bubble ini rata-

    rata berukuran kecil dan biasanya bubble tersebut bertubrukan dengan

    bubble lain yang lebih besar sebelum mencapai puncak dari

    ketinggian bed.

  • 58

    b. Sudut cone 450

    1. Kecepatan 1,6 m/s

    Gambar 5.15. Hasil simulasi pada sudut cone 450, diameter partikel

    350 m, dan kecepatan udara 1,6 m/s

    Pada gambar tersebut menunjukkan hasil simulasi numerik

    pada bubbling fluidized bed dengan menggunakan diameter rata-rata

    partikel 350 m dan sudut cone 450. Kontur yang ditampilkan dari t

    = 23,2 s hingga t = 25 s. Bubble tersebut terbentuk dari sebelah kiri

    mulai dari detik ke-23,2 bubble yang terbentuk hingga detik ke-25

    ada yang mengalami tubrukan dengan bubble yang lain, selain itu

    juga ada yang mengalami pemisahan menjadi lebih dari satu bubble.

    Secara umum pasir bergerak dengan baik melebihi posisi awalnya di

    580 mm. Saat bergerak naik ke atas terjadi tubrukan dan pemisahan

    antar bubble. Setelah bubble mencapai puncak bed, bubble-bubble

    tersebut ak