studi komparasi biaya transaksi pada perdagangan …

12
STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN ONLINE DAN OFFLINE (STUDI KASUS USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DI KOTA MALANG) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Miftah Faris 115020107111033 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN …

STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA

PERDAGANGAN ONLINE DAN OFFLINE

(STUDI KASUS USAHA MIKRO, KECIL DAN

MENENGAH DI KOTA MALANG)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Miftah Faris

115020107111033

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015

Page 2: STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN …
Page 3: STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN …

STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN ONLINE DAN

OFFLINE

(STUDI KASUS USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DI KOTA MALANG)

Miftah Faris

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pemasaran produk adalah salah satu hal cukup penting dalam bersaing di era globalisasi ekonomi

yang mana perdagangan lebih kompetitif dan hal ini membuat UMKM dituntut untuk dapat bersaing

dengan perusahaan besar dan produk asing. Strategi pemasaran pada umumnya adalah

perdagangan offline, namun saat ini adanya pemasaran yang menggunakan teknologi dan internet

atau bisa disebut pemasaran modern atau online. Penelitian ini membandingkan salah satu faktor

ekonomi kelembagaan yaitu biaya transaksi (ex-ante cost `dan ex-post cost) antara perdagangan

online dan offline dengan uji beda independent sample t-test dan sampel yang diteliti berjumlah 25

responden. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat tingkat efisiensi secara relatif antara

perdagangan online dan offline yang dilihat dari besaran biaya transaksi yang dikeluarkan. Setelah

dilakukan serangkaian uji perbedaan perdagangan offline dan perdagangan online memiliki

kesamaan atau bersifat homogen yang berarti tidak memiliki perbedaan yang signifikan diantara

keduanya. Namun, jika dilihat dari setiap rata-rata variabelnya, biaya negosiasi, biaya

administrasi, biaya salah adaptasi dan biaya pengiriman perdagangan offline lebih efisien

dibandingkan dengan online dan hanya biaya pengelolaan iklan, perdagangan online dinilai lebih

efisien dibandingkan dengan perdagangan offline.

Kata kunci: Biaya Transaksi, Ex-ante Cost, Ex-post Cost, Rasionalitas Terbatas, Perilaku

Oportunistik, Perdagangan, Pemasaran, Online Shop, UMKM .

A. LATAR BELAKANG

Partisipasi dan kontribusi dari pengusaha-pengusaha nasional dengan pengembangan usahanya

merupakan salah satu faktor penting dalam mewujudkan pembangunan nasional. Namun seiring

berjalanannya waktu, para pengusaha nasional memiliki hambatan lain untuk berkembang yang

merupakan dampak dari globalisasi ekonomi. Globalisasi ekonomi dapat didefinisikan sebagai

mendunianya kegiatan dan keterkaitan perekonomian. Kegiatan perekonomian tidak mengenal

batas-batas kenegaraan, bukan lagi sekedar internasional tapi bahkan transnasional. Dalam kondisi

transnasional yang demikian kegiatan-kegiatan perekonomian bukan lagi terbatas pada aspek

perdagangan dan keuangan, tetapi meluas ke aspek-aspek produksi dan pemasaran.

Globalisasi ekonomi menggiring perusahaan-perusahaan raksasa yang semula bersifat

multinasional menjadi transnasional. Mereka beroperasi menembus batas negara bahkan

memudarkannya. Hal ini berdampak pada peredaran uang dan modal secara global, pesatnya alih

teknologi, cepatnya distribusi hasil-hasil produksi. Kemudian muncul aliansi strategis antar

perusahaan sejenis, serta bermunculan produk-produk yang berstandar global. Semua ini

mengakibatkan kegiatan usaha dan perdagangan menjadi lebih kompetitif (Subandi, 2011).

Pemasaran produk adalah salah satu hal cukup penting dalam bersaing di era globalisasi ekonomi

yang mana perdagangan lebih kompetitif. Keuntungan atau laba yang diperoleh juga ditentukan dari

strategi pemasaran dan merupakan salah satu faktor yang penting untuk pengembangan usaha.

Perkembangan yang terjadi ini menunjukan betapa pentingnya strategi pemasaran apa yang harus

diambil dalam melakukan perdagangan. Strategi pemasaran pada umumnya adalah perdagangan

offline, namun saat ini adanya pemasaran yang menggunakan teknologi dan internet atau bisa disebut

pemasaran modern atau online.

Aktivitas dalam jenis perdagangan telah dibagi oleh para ahli dalam dua kategori yaitu mereka

yang memfasilitasi proses transfer produk dan jasa dan mereka yang menggunakan infrastruktur

aktivitas online dalam transaksi komersial. Transaksi komersial adalah kegiatan di mana uang,

Page 4: STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN …

barang, jasa atau kewajiban yang ditransfer antara individu atau organisasi. Dengan munculnya

perdagangan online, perusahaan telah mengidentifikasi peluang baru untuk memperluas bisnis.

Kebangkitan pasar digital di seluruh dunia, yang memungkinkan untuk menjual semua jenis produk

melalui sarana online telah menghasilkan munculnya jaringan komersial bisnis-ke-bisnis, sebagai

sumber utama keuntungan bagi perusahaan (Carina-Elena, 2013).

Dalam konteks saat ini globalisasi ekonomi dan munculnya lingkungan bisnis virtual, perusahaan

telah mengalami transformasi yang mendalam bahwa perusahaan memaksa untuk

mempertimbangkan kembali tujuan strategis mereka, terutama dengan mempertimbangkan peluang

yang diciptakan oleh teknologi informasi dan komunikasi baru (Carina-Elena, 2013). Hal ini

diperkuat dengan data distribusi domain di Indonesia yang terdaftar di TLD-ID (Top Level Domain

Indonesia) pada tabel 1.1.

Tabel 1. Distribusi Domain Indonesia

SUBDOMAIN TOTAL PRESENTASE

ac.id (akademik) 291 2,97%

co.id (perusahaan) 6115 62,50%

mil.id (militer) 6 0,06%

net.id (provider) 130 1,32%

or.id (lain-lain) 1571 16,05%

sch.id (sekolah) 578 5,91%

web.id (web) 1059 10,82%

war.net.id (warnet) 34 0,34%

TOTAL 9784 99,97%

Sumber: Diana dan Fandy (2007)

Dalam kenyataan membangun perdagangan online tetap diperlukan biaya dalam operasionalnya

dan adanya biaya-biaya lain diluar operasional, seperti biaya pengiriman, biaya asuransi, hingga

biaya pengelolaan online shop. Biaya tersebut dapat dikatakan biaya transaksi. Seperti diketahui,

pandangan neoklasik menganggap pasar berjalan secara sempurna tanpa biaya apa pun (costless)

kerena pembeli (consumers) memiliki informasi yang sempurna dan penjual (producers) saling

berkompetisi sehingga menghasilkan harga yang rendah. Tetapi dunia nyata faktanya adalah

sebaliknya, dimana informasi, kompetisi, sistem kontrak dan proses jual-beli bisa sangat asimetris.

Inilah yang menimbulkan adanya biaya transaksi¸ yang sekaligus bisa didefinisikan sebagai biaya-

biaya untuk melakukan proses negosiasi, pengukuran dan pemaksaan pertukaran. (Yustika, 2013).

Dari teori tersebut, penelitian ini menggunakan variabel biaya transaksi untuk dikomparasikan

antara strategi perdagangan offline dan perdagangan online. Hal ini dikarenakan biaya transaksi pada

umumnya oleh semua pelaku usaha tidak dihiraukan atau tidak diketahui, bisa jadi karena nominal

yang kecil jadi tidak begitu dihiraukan atau karena pelaku usaha tidak sadar dengan pengeluaran

yang lebih karena biaya transaksi ini juga diangggap sebagian besar perusahaan biaya diluar

operasional sehingga bisa jadi tidak tercatat. Hal ini tentunya semakin lama jika tidak dapat

diminimalkan akan semakin besar dan bahkan akan membuat kerugian bagi pelaku usaha. Sehingga

biaya transaksi menjadi salah satu pertimbangan yang penting dalam memilih dan menjalankan

strategi perdagangan yang akan dilakukan pelaku usaha.

Penelitian mengenai biaya transaksi ini tentu sudah ada sebelumnya, contohnya penelitian dari

Eko dan Asfi (2007) yang menggunakan variabel biaya transaksi untuk meneliti industri bank umum

di Indonesia, selain itu penelitian dari Nadhifatul Fuaidah juga menggunakan variabel biaya

transaksi pada pengeluaran petikemas di Surabaya. Berbeda hal dengan penelitian ini yang akan

menganalisis dan mengkomparasikan perdagangan online dan offline, dengan mengambil sampel

data dari Kota Malang. Pengambilan sampel di Kota Malang karena berdasarkan data BPS Provinsi

Jawa Timur 2012, Kota Malang memiliki pertumbuhan ekonomi dengan tren yang terus meningkat,

dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebesar 7,57% di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi

di Jawa Timur yang sebesar 7,27%, hal ini menunjukan perkembangan ekonomi di Kota Malang

sangat baik.

Page 5: STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN …

B. KERANGKA TEORI

Kerangka teori dalam penelitian ini mencakup teori ekonomi kelembagaan khususnya biaya

transaksi, UMKM, etika ekonomi dan perilaku konsumen dan produsen. Definisi UMKM yang

dijelaskan dalam UU. No.20 Tahun 2008 yang mana usaha mikro adalah usaha produktif milik orang

perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. Usaha kecil

adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau

badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau besar

yang memenuhi kriteria usaha kecil. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang merupakan bukan anak

perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dari usaha kecil atau besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil

penjualan tahunan. Setiap individu memiliki hak dan kewajiban, demikian pula dengan konsumen

dan produsen, hak dan kewajiban tersebut sudah diatur dalam undang-undang nomor 8 tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen. Hak dan kewajiban konsumen dan produsen dalam hal transaksi

elektronik juga sudah diatur dalam undang-undang no.11 tahun 2008. Transaksi Elektronik adalah

perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau

media elektronik lainnya. Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau menyebarkan

informasi. Dalam hal ini teknologi informasi dalam transaksi elektronik sebagai salah satu cara

perusahaan dalam memasarkan produknya dengan menggunakan jaringan komputer atau media

elektronik lainya.

Dalam teori ekonomi kelembagaan pandangan neo-klasik menganggap pasar berjalan secara

sempurna tanpa biaya apa pun (costless) karena pembeli memiliki informasi yang sempurna dan

penjual saling berkompetisi sehingga menghasilkan harga yang rendah (Stone, et, al., 1996:97 dalam

Yustika, 2013). Menurut Petrovic dan Krstic (2011) dalam pandangan pasar neo-klasik di mana

individu saling berinteraksi dan berakibat pertukaran barang dan jasa, saat itu kerja sama

berlangsung tanpa biaya yang cukup signifikan, hal ini karena diasumsikan bahwa pasar sebagai

organisasi dan mekanisme koordinasi secara gratis , dan hal ini adalah biaya transaksi sama dengan

nol atau biaya transaksi dalam hal ini diabaikan. Hal ini juga dikarenakan teori neoklasik memakai

produk sebagai dasar unit analisis dalam mengukur biaya.

Literatur ekonomi memberikan definisi yang beragam tentang biaya transaksi. Pada awalnya

diidentifikasi oleh Coase sebagai biaya mengorganisasi transaksi hingga akhirnya banyak

menimbulkan beberapa definisi. Secara ringkasnya, biaya transaksi adalah ongkos untuk melakukan

negosiasi, mengukur, dan memaksakan pertukaran (exchange). Menurut Mburu (2002:42), biaya

transaksi dapat juga diartikan untuk memasukkan tiga kategori yang lebih luas, yaitu (1) biaya

pencarian informasi, (2) biaya negosiasi dan keputusan atau mengeksekusi kontrak, dan (3) biaya

pengawasan, pemaksaan, dan pemenuhan/pelaksanaan (Yustika, 2013). Transaksi mencakup baik

pertukaran – pertukaran maupun kontrak-kontrak jika transaksi dipandang dari suatu hubungan

kontraktual, dengan unsur-unsur penelitian, keputusan, pelaksanaan dan pengendalian, maka biaya

transaksi akan terdiri atas biaya penelitian, informasi, keputusan, tawar menawar, monitoring dan

pelaksanaan kontrak (Williamson, 1985 dalam Yustika, 2013). Transaksi terjadi ketika suatu produk

atau jasa ditransfer ke dalam ikatan yang dapat dipisahkan secara teknologi, satu tahap kegiatan

diakhiri dan tahapan lainnya dimulai. Biaya transaksi mencakup (Williamson, 1985 dalam Yustika,

2013) : 1. Biaya Langsung ( Direct Cost ) dari menjaga hubungan atau sering disebut biaya transaksi yang

belum terjadi ( ex-ante transaction cost ).

2. Biaya Alternatif ( Opportunity Cost ) dari terbuatnya keputusan yang inferior, disebut juga biaya

transaksi yang telah terjadi ( ex-post transaction cost).

Menurut Bickenbach, et. al. (1999:2-3), dua kondisi penting dalam transaksi yang menyebabkan

kontrak beresiko adalah kurangnya/keterbatas informasi dan spesifisitas aset. Keterbatasan

informasi adalah suatu kondisi informasi tidak simetris (asymmetry information), salah satu pelaku

yang melakukan kontrak mempunyai pengetahuan yang lebih banyak ketimbang pelaku yang lain.

Dalam hal ini faktor ketidakpastian, perilaku oportunitis, dan rasionalitas terbatas termasuk

didalamnya (Williamson, 1975:31 dalam Yustika, 2013). Sehingga jika kondisi ini di minimalkan

kemungkinan biaya transaksi akan menurun dan tercapai efisiensi ekonomi.

Menurut Petrovic dan Krstic (2011) tingginya tingkat biaya transaksi tidak hanya dibuktikan

dengan fungsi pasar yang tidak sempurna, tetapi akibat tidak adanya lembaga. Maka dari itu biaya

Page 6: STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN …

transaksi sangat penting bagi kehadiran sebuah lembaga. Semakin tinggi biaya transaksi

menyiratkan permintaan yang lebih besar terhadap lembaga yang lebih efisien dalam sebuah

perekonomian dan masyarakat. Jadi suatu lembaga dianggap sebagai struktur yang meminimalkan

biaya transaksi dan dievaluasi oleh kriteria ini. Sebuah lembaga bisa dikatakan efisien yang

maksimal ketika biaya transaksi sama dengan nol.

Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini dapat dibuat suatu kerangka pemikiran yang dapat asxzmenjadi landasan

dalam penulisan ini yang pada akhirnya dapat diketahui variabel biaya transaksi perdagangan online

atau perdagangan offline yang paling berpengaruh dalam pencapaian efisiensi ekonomi dalam

UMKM. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya transaksi yang terdiri

dari ex-ante dan ex-post. Biaya transaksi ex-ante diantaranya biaya pengelolaan iklan, negosiasi dan

administrasi yang dikeluarkan UMKM di Kota Malang sedangkan untuk biaya transaksi ex-post

diantaranya biaya kesalahan adaptasi dan pengiriman yang variabel tersebut dihitung berdasarkan

strategi perdagangan online maupun offline. Penelitian ini mencoba menganalisis dan

membandingkan seberapa besar biaya transaksi yang dikeluarkan ketika perdagangan online

maupun offline pada UMKM di Kota Malang. Kerangka pikiran ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 1. Kerangka Pikir

Sumber : Berbagai Sumber Diolah (2015)

C. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode kuantitatif, sehingga penelitian

yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu

kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya,

kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya

yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di

lapangan. Analisis data yang bersifat kuantitatif dilakukan dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012). Sebelum uji statistik diterapkan terlebih dahulu dilakukan

Biaya Transaksi

Ex-Ante Cost Ex-Post Cost

Biaya Negosiasi (X1)

Biaya Pengelolaan

Iklan (X2)

Biaya Administrasi

(X3) Biaya Salah

Adaptasi (X4) Biaya

Pengiriman (X5)

Perdagangan Online

Perdagangan Offline

Efisiensi Ekonomi

Page 7: STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN …

uji validitas dan uji realibilitas. Apabila data lolos uji validitas dan uji reliabilitas atau bisa

pengukuran instrumen dikatakan valid, maka dilakukan uji statistik parametrik yaitu uji beda t-test

dengan menggunakan Independent sample t-test.

Independent sample t-test adalah salah satu pengujian hipotesis dari statistik komparatif.

Independent sample t-test adalah metode yang digunakan untuk menguji ada atau tidaknya

perbedaan mean antara dua kelompok yang bersifat independen. Independen berarti adalah sampel

yang satu tidak dipengaruhi atau tidak berhubungan dengan sampel lainya. Independent samples t-

test pada dasarnya menguji dua sampel, tujuannya untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata

(mean) antara dua populasi dengan melihat rata-rata dua sampelnya. Untuk menjawab rumusan

masalah dalam penelitian ini, dilakukan uji beda secara bertahap agar perbedaan variabel biaya

transaksi secara parsial dan simultan dapat diketahui.

Responden dalam penelitian ini merupakan usaha mikro, kecil dan menengah sesaui dengan

kriteria yang telah diatur undang-undang. Adapun kriteria lain yang diharuskan yaitu seluruh

responden dalam hal ini UMKM memiliki toko offline dan toko online. Toko offline diartikan

sebagai tempat penjualan langsung yang pada umumnya terletak di rumahan, ruko dan mall. Toko

online diartikan sebagai tempat untuk penjualan secara jarak jauh dengan media teknologi internet,

dimana transaksi tanpa bertatap muka dengan konsumen. Lokasi penentuan penelitian dilakukan

Jawa Timur lebih tepatnya di Kota Malang. Penelitian ini dilakukan dengan pengambilan sample

dalam suatu kelompok UMKM di Kota Malang. Pengambilan sample di Kota Malang ini karena

beberapa alasan salah satunya berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Timur 2012, dimana Kota

Malang memiliki pertumbuhan ekonomi dengan tren yang terus meningkat, dan pertumbuhan

ekonomi yang cukup tinggi sebesar 7,57% di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur

yang sebesar 7,27%, hal ini menunjukan perkembangan ekonomi di Kota Malang sangat baik. Salah

satu alasan berkembangnya ekonomi Kota Malang karena kontribusi dari industri-industri mikro,

kecil, menengah dan besar yang ada di Kota Malang, terbukti dari pencapaian yang tertinggi setelah

perdagangan, hotel dan restauran dalam PDRB tahun 2012 berdasarkan PDRB atas dasar harga

berlaku Kota Malang tahun 2012.

Fokus sampel penelitian ini adalah UMKM di Kota Malang karena usaha inilah yang mempunyai

kontibusi cukup besar dalam melakukan kombinasi strategi perdagangan online dan offline jika kita

bandingankan dengan industri jasa dan kuliner. Waktu penelitian dilakukan dengan menyesuaikan

waktu pengumpulan data selama dua bulan sampai data tercukupi. Metode sampling yang digunakan

adalah purposive sampling yaitu peneliti menggunakan pertimbangan sendiri secara sengaja dalam

memilih anggota populasi yang dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan atau unit

sampel yang sesuai dengan kriteria tertentu yang diinginkan peneliti. Teknik pengambilan data

dengan menggunakan wawancara dan kuesioner.

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini mempertimbangkan acuan dari penelitian

eksperimental dan penelitian komparatif dengan analisis parametrik dengan jumlah sampel tidak

diketahui jelas jumlahnya (Sekaran, 2003 dalam Wijaya, 2013). Namun, Berdasarkan hasil

pengujian statistik, Voorhis dan Morgan (2007) memberikan saran minimal sampel untuk pengujian

perbedaan membutuhkan 30 sampel per kelompok untuk kekuatan 80%, dan mungkin dapat

dikurangi setidaknya dengan batasan 7 sampel per kelompok. Cohen (1998) membagi tingkatan

kekuatan efek ukuran sampel yaitu 20% (kecil), 50% (sedang) dan 80% (besar). Sehingga penelitian

ini membutuhkan 25 sampel untuk diteliti agar dapat menjawab rumusan masalah penelitian ini.

D. PEMBAHASAN

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan SPSS, dimana setiap outputnya memiliki

hipotesis statistik. Hipotesis untuk perbedaan varians populasi dengan H0 dan H1, H0 menyatakan

kedua varians populasi adalah sama (homogen) dan H1 menyatakan kedua varians populasi adalah

tidak sama (tidak homogen) dengan pengambilan keputusan jika nilai probabilitas > 0,05, maka H0

diterima dan jika nilai probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak. Pengujian untuk melihat ada tidaknya

perbedaan rata-rata pada populasi, pengambilan keputusan dalam analisis Uji t dapat dilakukan

dengan dua cara yakni berdasarkan perbandingan antara t hitung dengan t tabel, dan berdasarkan

perbandingan nilai probabilitas atau nilai signifikansi. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah H0 kedua rata-rata populasi adalah identik atau sama. Sedangkan H1 adalah kedua rata-

rata populasi adalah tidak indentik atau sama. Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, sedangkan

bila probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak. Setelah itu,

Page 8: STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN …

Hasil Uji Beda Ex-Ante Cost

Biaya transaksi yang diuji beda pertama kelompok variabel ex-ante cost diantaranya biaya

negosiasi, biaya pengelolaan iklan, dan biaya administrasi. Hasil independent sample t-test untuk

strategi online mempunyai rata-rata biaya transaksi ex-ante cost sebesar 26,44 dan untuk strategi

offline mempunyai rata-rata biaya transaksi ex-ante cost sebesar 25,44. Hal ini menunjukan bahwa

rata-rata biaya transaksi strategi online lebih tinggi dari rata-rata biaya transaksi strategi offline.

Untuk menjawab secara signifikan (jelas dan nyata) perbedaan antara strategi online dan strategi

offline, analisis dilanjutkan pada hasil output F hitung dari biaya transaksi ex-ante cost yaitu sebesar

0,37 dengan probabilitas 0,848. Oleh karena nilai probabilitas 0,848 > 0,05, maka H0 diterima atau

kedua varians populasi adalah sama (homogen). T hitung untuk biaya transaksi ex-ante cost dengan

Equal variance not assumed adalah 0,525 dengan probabilitas 0,602. Oleh karena probabilitas 0,602

> 0,05, maka Ho diterima, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata biaya transaksi ex-ante cost

antara perdagangan online dan perdagangan offline adalah sama.

Rata-rata biaya transaksi ex-ante cost antara perdagangan online dan offline dinyatakan sama

atau identik dalam hasil uji beda, hal ini berarti tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam biaya

transaksi diantara keduanya. Jika dilihat secara parsial, biaya negosiasi online relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan offline dengan nilai rata-rata variabel biaya negosiasi online sebesar 3,55 dan

biaya negosiasi offline sebesar 2,89. Kemudian biaya pengelolaan online relatif lebih rendah dari

offline dengan nilai rata-rata variabel biaya pengelolaan iklan online sebesar 2,40 dan biaya

pengelolaan iklan offline sebesar 2,76. Terakhir biaya administrasi online sama dengan offline

dengan nilai rata-rata yang sangat tipis yang dapat diartikan sama, yaitu variabel biaya administrasi

online sebesar 2,87 dan biaya administrasi offline sebesar 2,85. Hasil ini mengartikan bahwa dari

dua variabel relaitf lebih tinggi online dan satu variabel sama antara online dan offline. Hasil

deskriptif ini mendukung hasil uji beda dimana tidak adanya perbedaan antara perdagangan online

dan offline karena rata-rata yang tidak terlalu jauh dan tinggi rendahnya biaya transaksi yang

bervariasi.

Biaya Negosiasi

Secara lebih spesifik hasil dari kuesioner dan wawancara seluruh responden mengatakan bahwa

biaya komunikasi untuk bernegosiasi di online lebih tinggi dari offline. Hal ini dikarenakan jarak

dengan konsumen yang bervariasi dan sebagian besar berada di luar kota sehingga waktu yang

dihabiskan dari negosiasi hingga follow up konsumen lebih banyak, berbeda hal nya offline yang

bernegosiasi secara langsung sehingga biaya komunikasi tidak lebih untuk follow up konsumen yang

sudah mencapai kesepakatan.

Tingkat kegagalan dalam mencapai kesepakatan dalam perdagangan online juga lebih tinggi

daripada offline, beberapa responden mengatakan tidak sedikit konsumen yang tidak serius untuk

membeli produk dan hanya sekedar bertanya bahkan berusaha untuk menipu, sementara jika di

offline hal ini jarang terjadi karena niat konsumen dalam membeli memang lebih tinggi dan terhindar

dari usaha penipuan. Sebagian besar responden menanggapi konsumen yang tidak serius atau ingin

menipu hanya dibiarkan saja jika tidak dirugikan secara finansial, namun sebenarnya perusahaan

sudah dirugikan dalam hal waktu dan biaya komunikasi.

Biaya Pengelolaan Iklan

Hasil dari kuesioner dan wawancara seluruh responden mengatakan pengeluaran untuk iklan

secara offline lebih tinggi dari online dikarenakan biaya untuk periklanan online lebih sederhana

dengan hanya membayar domain atau paket internet saja berbeda dengan offline yang membutuhkan

proses percetakan dan terdapat pajak yang harus dibayarkan jika pemasangan iklan di tempat umum.

Selain itu beberapa responden mengatakan pengeluaran iklan offline tidak hanya sebatas media cetak

namun lebih bervariasi seperti adanya gathering, peaching dan sponsorship untuk kegiatan yang

dapat menguntungkan perusahaan.

Seluruh responden menyatakan target perluasan pemasaran yang dicapai iklan secara online

lebih tinggi jika dibandingkan offline, hal ini dikarenakan media offline hanya berpengaruh

signifikan terhadap penjualan dalam kota pada umumnya dengan pengeluaran iklan yang lebih tinggi

juga, sehingga dapat dikatakan bahwa biaya transaksi dalam mencapai target perluasan pemasaran

offline lebih tinggi dari online.

Biaya Administrasi

Seluruh responden menyatakan bahwa biaya packaging produk dan pengeluaran perlengkapan

administrasi pada online lebih tinggi dibandingkan dengan offline. Hal ini diikarenakan pada studi

lapangan masing-masing perusahaan menunjukan packaging untuk produk yang diperjualbelikan

secara online harus memiliki keamanan yang lebih agar tidak merusak produk ketika sampai pada

Page 9: STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN …

tujuan, berbeda halnya dengan packaging produk yang diperjualbelikan secara offline hanya

menggunakan kemasan standar. Berbuhungan dengan packaging online lebih tinggi membuat

pengeluaran perlengkapan administrasi lebih tinggi. Pembayaran yang dilakukan seluruh konsumen

online adalah dengan menggunakan via bank, hal ini membuat proses yang semakin panjang karena

pengecekan transfer yang harus teliti agar tidak terjadi penipuan.

Hasil Uji Beda Ex-Post Cost

Untuk strategi online mempunyai rata-rata biaya transaksi sebesar 15,08 dan untuk strategi

offline mempunyai rata-rata biaya transaksi sebesar 12,36. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata biaya

transaksi ex-post cost strategi online relatif lebih tinggi dari rata-rata biaya transaksi ex-post cost

strategi offline. Untuk menjawab secara signifikan (jelas dan nyata) perbedaan ex-post cost antara

strategi online dan strategi offline, analisis dilanjutkan pada hasil output F hitung dari biaya transaksi

ex-post cost yaitu sebesar 0,174 dengan probabilitas 0,678. Oleh karena nilai probabilitas 0,678 >

0,05, maka H0 diterima atau kedua varians populasi adalah sama (homogen). T hitung untuk biaya

transaksi ex-post cost dengan Equal variance not assumed adalah 2,48 dengan probabilitas 0,018.

Oleh karena probabilitas 0,018 > 0,05, maka Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata

biaya transaksi ex-post cost antara perdagangan online dan perdagangan offline adalah tidak sama.

Rata-rata biaya transaksi ex-post cost antara perdagangan online dan offline dinyatakan tidak

sama dalam hasil uji beda, hal ini berarti adanya perbedaan yang signifikan dalam biaya transaksi

diantara keduanya. Jika dilihat secara parsial, biaya salah adaptasi online relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan offline dengan nilai rata-rata variabel biaya salah adaptasi online sebesar 2,12

dan biaya salah adaptasi offline sebesar 1,55. Kemudian biaya pengiriman online relatif lebih tinggi

dibandingkan dengan offline dengan bahwa nilai rata-rata variabel biaya pengiriman online sebesar

2,91 dan biaya pengiriman offline sebesar 2,57. Hasil ini mengartikan bahwa seluruh variabel biaya

transaksi yang dinilai secara online relatif lebih tinggi secara signifikan terhadap offline.

Biaya Salah Adaptasi

Seluruh responden menyatakan bahwa retur produk atau pengembalian produk yang dilakukan

oleh konsumen online karena produk yang cacat atau rusak lebih tinggi dari konsumen offline. Selain

itu, konsumen yang kecewa dan melakukan pembatalan pembelian setelah membayar tunai ataupun

dengan uang muka secara online lebih tinggi daripada secara offline, namun masih dalam kategori

rendah untuk keduanya. Hal ini dikarenakan terkadang pengiriman barang membuat produk sedikit

rusak dan terkadang ketidak cocokan produk yang dilihat konsumen secara online dengan

kenyataanya. Berebeda hal tentu dengan offline karena konsumen secara langsung melihat kejelasan

produk dan membawa produk yang dibelinya sendiri. Dalam hal ini untuk menanggapi konsumen

yang kecewa karena produk yang rusak beberapa perusahaan melakukan kosultasi dan pendekatan

persuasif yang bertujuan menjaga nama baik perusahaan, namun hal ini membuat biaya transaksi

menjadi tinggi.

Biaya Pengiriman

Dari hasil yang didapatkan, seluruh responden menyatakan bahwa pengeluaran bensin atau

bahan bakar untuk operasional pengiriman produk dan pengeluaran jasa pengiriman yang

ditanggung perusahaan dari transaksi secara offline lebih tinggi dari online. Hal ini dikarenakan

sebagian besar responden menyatakan jika pemesanan dalam skala besar atau produk yang memang

membutuhkan transportasi untuk pengirimannya, akan menjadi tanggungan dari perusahaan. Jika

pengiriman dalam kota menggunakan jasa pengiriman akan lebih tinggi biayanya sehingga

pengiriman dilakukan oleh kurir dari perusahaan.

Berbeda dengan online yang pengirimannya menggunakan jasa pengiriman, biaya pengiriman

tersebut ditanggung oleh konsumen untuk sebagian perusahaan, ditambah dengan seluruh responden

sudah memiliki kerjasama terhadap jasa pengiriman sehingga biaya transaksi dinilai lebih rendah.

Namun dilihat dari intensitasnya pengiriman online lebih sering terjadi, walaupun biaya transaksi

rendah untuk online tetapi hal ini membuat biaya transaksi yang dikeluarkan menjadi rutin dan

semakin membesar. Oleh karena itu jika di kumulatifkan akan terlihat biaya transaksi pengiriman

online lebih tinggi dibandingkan dengan offline dengan nilai yang sangat tipis.

Hasil Uji Beda Total Biaya Transaksi

Pengujian perbedaan yang terakhir dengan menggunakan seluruh variabel biaya transaksi atau

secara keseluruhan diantaranya biaya negosiasi, biaya pengolahan iklan, biaya administrasi, biaya

salah adaptasi dan biaya pengiriman. Untuk strategi online mempunyai rata-rata biaya transaksi

sebesar 41,52 dan untuk strategi offline mempunyai rata-rata biaya transaksi sebesar 37,80. Hal ini

Page 10: STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN …

menunjukan bahwa rata-rata biaya transaksi strategi online secara keseluruhan relatif lebih tinggi

dari rata-rata biaya transaksi strategi offline. F hitung dari seluruh biaya transaksi adalah 0,000

dengan probabilitas 0,990. Oleh karena nilai probabilitas 0,990 > 0,05, maka H0 diterima atau kedua

varians populasi adalah sama (homogen). T hitung untuk seluruh biaya transaksi dengan Equal

variance not assumed adalah 1,309 dengan probabilitas 0,197. Oleh karena probabilitas 0,197 >

0,05, maka Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata dari seluruh biaya transaksi antara

perdagangan online dan perdagangan offline adalah sama. Hasil yang didapatkan secara keseluruhan

dengan uji beda adalah tidak adanya perbedaan yang signifikan antara biaya transaksi perdagangan

online dan offline.

Hasil dari pengujian secara menyeluruh, variabel yang memilki persamaan rata-rata lebih

dominan sehingga keseluruhan biaya transaksi antara online dan offline terlihat sama. Namun jika

dilihat secara parsial, kesimpulan hasil pengujian dari variabel biaya transaksi ex-ante cost,

perdagangan offline lebih efisien dari perdagangan online, begitu juga dengan variabel biaya

transaksi ex-post cost pada perdagangan offline lebih efisien dari perdanganan online dengan biaya

transaksi yang lebih rendah. Hasil statistik ini membutuhkan analisis untuk mengetahui kenapa

offline lebih efisien dari online, karerna itu pernyataan dan persepi dari responden sangat

dibutuhkan. Pernyataan akhir dari semua responden dalam menilai keuntungan pada perdagangan

online ataukah offline, dari 25 responden hanya 3 responden yang menjawab lebih menguntungkan

online, 11 responden menjawab offline dan 11 responden berikutnya menjawab keduanya. Dari

sebaran pernyataan setiap responden dalam menjawab antara online dan offline memiliki persepsi

berbeda.

Persepsi Responden

Masing-masing responden memiliki persepsi yang berbeda, responden yang menjawab offline

lebih menguntungkan cenderung adalah perusahaan yang mempertimbangkan keamanan

bertransaksi, ketidak pastian konsumen dalam membeli membuat perusahaan mengalami kerugian

waktu untuk bernegosiasi dengan konsumen lainya. Beberapa permasalahan yang sering kali timbul

adalah ketika perusahaan menghadapi konsumen “nakal” dalam hal ini konsumen yang kabur dari

pesanan hingga konsumen yang melakukan penipuan seperti memalsukan bukti transfer. Walaupun

perusahaan sudah memiliki cara untuk memperkecil kemungkinan terjadimya hal-hal tersebut

namun tetap tidak dapat diprediksi secara pasti. Berbeda halnya dengan offline, penipuan dan

konsumen kabur dari pesanan jarang sekali terjadi. Semua konsumen yang langsung datang ke toko

walaupun tidak membeli produk, perusahaan tidak dirugikan karena tidak menggunakan alat

komunikasi atau tidak menyita waktu yang banyak dalam bernegosiasi karena informasi cepat

diterima konsumen secara langsung daripada secara online. Jika dilihat dari sisi pengelolaan iklan,

seluruh responden mengatakan memang lebih tinggi offline daripada online karena tidak hanya

media cetak namun iklan melalui radio, sponsor kegiatan hingga ikut serta dalam pameran

merupakan biaya iklan yang bahkan lebih tinggi. Namun offline tetap dipilih dengan persepsi

responden ini adalah iklan melalui offline lebih efektif dibandingkan online karena mencakup semua

kalangan dan dapat memperluas pemasaran dari mulut ke mulut serta memberikan respon nama baik

perusahaan secara langsung terhadap konsumen.

Sementara responden yang menjawab online lebih menguntungkan daripada offline diantaranya

responden yang menganggap bahwa perdagangan online adalah minimum budget maximal income.

Responden ini cenderung tidak memikirkan resiko keamanan karena menganggap jika terjadi

kegagalan karena konsumen kabur dari pesanan atau terjadinya penipuan tidak akan merugikan

finansial namun hanya waktu saja. Kemudahan dalam bertransaksi online menjadi faktor utama

dalam memilih perdagangan online. Responden menyatakan perdagangan dapat dilakukan 24 jam

dan perusahaan dapat mengerjakan hal lain disaat bersamaan. Biaya pengiriman sebagian besar

ditanggungkan kepada konsumen, karena itu biaya dalam pengiriman tidak terlalu tinggi. Responden

yang menjawab keduanya menguntungkan dan saling berhubungan adalah perusahaan yang

cenderung fundamental perusahaannya baik dalam hal manajemen dan memiliki tenaga kerja yang

terpisah antara online dan offline sehingga dapat memperkecil kemungkinan terjadi masalah.

Responden ini menganggap online dan offline saling mendukung, ketika perusahaan memiliki toko

membuat konsumen online lebih percaya terhadap perusahaan dan jika perusahaan memiliki online

dapat memudahkan konsumen offline memilih terlebih dahulu sebelum datang ke toko dan mendapat

informasi produk terbaru dari perusahaan.

Page 11: STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN …

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji beda dan anaisis data yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa

kesimpulan dari ketiga uji beda tersebut, yaitu:

1. Hasil yang didapatkan dari keseluruhan biaya transaksi dengan uji beda adalah tidak adanya

perbedaan yang signifikan antara biaya transaksi perdagangan online dan offline atau dapat

dikatakan sama, hal ini mengartikan bahwa biaya transaksi antara online dan offline memiliki

besaran yang hampir sama.

2. Persepsi dalam memilih perdagangan online dan offline masih sangat beragam. Responden

menganggap bahwa perdagangan online adalah minimum budget maximal income, namun masih

sangat beresiko. Perbedaan penilaian ini berhubungan dengan seberapa berani perusahaan

mengambil resiko dan cara masing-masing perusahaan dalam menangani resiko tersebut.

Sebagian besar perusahaan masih belum berani mengambil resiko, karena itu lebih

memfokuskan penjualan dari offline sehingga penjualan di online kurang maksimal.

3. Biaya komunikasi untuk bernegosiasi di online lebih tinggi dari offline dengan kategori

perdagangan online agak tinggi dan offline agak rendah. Hal ini dikarenakan jarak dengan

konsumen yang bervariasi dan sebagian besar berada di luar kota sehingga waktu yang

dihabiskan dari negosiasi hingga follow up konsumen lebih banyak, tingkat kegagalan dalam

mencapai kesepakatan dalam perdagangan online juga lebih tinggi daripada offline karena tidak

sedikit konsumen yang tidak serius untuk membeli produk dan hanya sekedar bertanya bahkan

berusaha untuk menipu.

4. Pengeluaran untuk iklan secara offline lebih tinggi dari online dikarenakan biaya untuk

periklanan online dengan kategori perdagangan online rendah dan offline agak rendah, lebih

sederhana dengan hanya membayar domain atau paket internet saja pada umumnya, berbeda

dengan offline yang membutuhkan proses percetakan dan terdapat pajak yang harus dibayarkan

jika pemasangan iklan di tempat umum atau pameran. Pengeluaran iklan offline tidak hanya

sebatas media cetak namun lebih bervariasi seperti adanya gathering, peaching, sponsorship dan

kegiatan lain yang dapat menguntungkan perusahaan.

5. Pengiriman barang membuat produk sedikit rusak dan terkadang ketidak cocokan produk yang

dilihat konsumen secara online dengan kenyataanya. Berebeda hal tentu dengan offline karena

konsumen secara langsung melihat kejelasan produk dan membawa produk yang dibelinya

sendiri. Dalam hal ini untuk menanggapi konsumen yang kecewa karena produk yang rusak

beberapa perusahaan melakukan kosultasi dan pendekatan persuasif yang bertujuan menjaga

nama baik perusahaan, namun hal ini menambah biaya transaksi lainya menjadi tinggi.

6. Untuk melihat lebih efisien manakah antara perdagangan online dan offline secara keseluruhan

tidak dimungkinkan karena keduanya memiliki besaran yang sama, karena dari itu harus dilihat

dari setiap variabelnya. Dilihat dari biaya negosiasi, biaya administrasi, biaya salah adaptasi dan

biaya pengiriman perdagangan offline lebih efisien dibandingkan dengan online. Dilihat dari

biaya pengelolaan iklan, perdagangan online lebih efisien dibandingkan dengan offline.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah perdagangan offline lebih efisien dari perdagangan online

jika dilihat dari keseluruhan biaya transaksi.

Saran 1. Keamanan merupakan pertimbangan yang sangat diperhatikan oleh UMKM dalam memulai

perdagangan online, terdapat saran untuk pemerintah berkaitan akan hal ini diantaranya regulasi

dan peraturan yang mengatur hak dan kewajiban produsen-konsumen harus dipertegas serta

lebih di perhatikan karena semakin meningkatnya pengguna online dalam berbisnis semakin

tingginya kesempatan penipuan, tidak hanya perusahaan namun konsumen juga rentan akan

terkena penipuan. Pemberdayaan dan pelatihan UMKM lebih intensif tidak hanya dalam

berbisnis offline namun dalam berbisnis online juga di setiap daerah agar terhindar dari

permasalahan dan dapat bersaing dengan perusahaan asing. Adanya lembaga dari pemerintahan

yang berfokus menangani tindak pidana dan perdata dari bisnis online agar para pengusaha

online lebih merasa aman.

2. Berkaitan hasil penelitian terdapat saran untuk UMKM, diantaranya untuk memilih strategi

bisnis onlline atau offline harus mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam hal finansial

dan sumber daya manusia. Dalam berbisnis online dibutuhkan tenaga kerja yang dikhususkan

dalam pengelolaan online dan mahir dalam internet agar kesalahan informasi antara prosuden

Page 12: STUDI KOMPARASI BIAYA TRANSAKSI PADA PERDAGANGAN …

dan konsumen dapat dicegah. Untuk mencegah tingginya biaya transaksi dari hasil penelitian ini

disarankan menganalisis setiap kegiatan ekonomi yang dilakukan perusahaan terutama dalam

negosiasi, administrasi, kesalahan adaptasi dan pengiriman produk. Dan yang terakhir pihak

perusahaan disarankan untuk memberikan informasi dengan jelas dalam online dan offline

misalnya dari harga dan kualitas karena hal ini yang membuat biaya transaksi semakin tinggi.

Keterbatasan

1. Penelitian ini masih mengandung beberapa keterbatasan, terutama berkaitan dengan sampel.

Sampel penelitian ini kurang dari yang ditargetkan sebanyak 30. Kekurangan sampel ini

dikarenakan tidak diketahuinya jumlah populasi dengan jelas, banyak sekali perusahaan yang

menutup diri dan ada beberapa responden yang memberikan jawaban yang tidak valid. Selain itu

keterbatasan penelitian ini juga terbatasnya penelitian terdahulu yang serupa.

2. Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data hasil wawancara dan kuesioner dari

perusahaan. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini dari kuesioner yang disusun masih kurang

menjelaskan biaya transaksi yang terjadi di lapangan. Untuk mengembangkan penelitian lebih

lanjut masih perlu adanya masukkan variabel lainnya yang akan mempunyai pengaruh lebih

bervariasi terhadap penelitian ini. Saran dan kritik yang membangun senantiasa diterima peneliti

untuk mengembangkan penelitian ini agar lebih baik lagi.

Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 2012. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur dan Kota

Malang Tahun 2010-2012. http://jatim.bps.go.id/ diakses pada 4 November 2014.

Badan Pusat Statistik Kota Malang. 2012. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Usaha Tahun 2008-2012. http://malangkota.bps.go.id/ diakses pada 4 November 2014.

Brousseau, Erick dan Jean-Michel Glachant. 2008. New Institutional Economics, a guide book.

London: Cambride University Press.

Carina-Elena, Stegăroiu. 2013. The Electronic Market Liberalization In A Knowledge Based

Economy. Lecturer Phd, “Constantin Brancusi” University Of Targu Jiu, Faculty Of

Economics And Business Administration.

Diana, Anastasia dan Fandy T. 2007. E-Business. Yogyakarta : Penerbit Andi

Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan, panduan bagi mahasiswa untuk mengenal, memahami,

dan memasuki dunia bisnis. Jakarta : Erlangga.

Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi : Bagaimana meneliti & menulis

tesis?. Jakarta : Erlangg

Listiyanto, Eko dan Asfi Manzilati. 2007. Analisis biaya transaksi pada industri bank umum di

Indonesia, Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Journal of Indonesian Applied

Economics.

Ollie. 2008. Membuat Toko Online Dengan Multiply, cara mudah menjaring uang lewat blog

gratisan. Penerbit Mediakita.

Petrovic, Dragan dan Milos Krstic. 2011. Transaction Cost and Efficiency of Institution. FACTA

UNIVERSITATIS Series: Economics and Organization, Vol. 8, No. 4, 2011, pp. 379-387.

Subandi. 2011. Ekonomi Pembangunan. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Tambunan, T.H. 2005. Development of Small and Medium Enterprises in Indonesia. Faculty of

Economic, University Trisakti Indonesia. Working Paper.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Jakarta: Diperbanyak oleh www.djlpe.esdm.go.id/ diakses pada 31 Oktober 2014.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah. Jakarta: Diperbanyak oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), diakses pada

31 Oktober 2014.

Wijaya, Tony. 2013. Metode Penelitian, Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Yustika, Ahmad Erani. 2013. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, & Kebijakan. Jakarta :

Erlangga.