studi kinerja daerah irigasi menjeli, kecamatan …

12
1 STUDI KINERJA DAERAH IRIGASI MENJELI, KECAMATAN LINGSAR KABUPATEN LOMBOK BARAT Itha Ihsanul Laely 1 , Salehudin 2 , Bambang Harianto 2 1) Mahasiswa Program Studi S1 Teknik Sipil Universitas Mataram 2) Dosen Teknik Sipil Universitas Mataram Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram INTISARI Daerah Irigasi Menjeli memiliki luas baku 203 ha dengan luas daerah irigasi 49.72 ha. Sumber air utama yang digunakan untuk mengairi areal irigasi Menjeli berasal dari sungai Jangkok. Kondisi bendung serta saluran saat ini menunjukkan terjadinya penumpukan sedimentasi berupa endapan lumpur dan sampah, serta terjadi kerusakan pada pintu bendung, terdapat aktifitas warga sekitar yang memanfaatkan saluran utama dengan keramba ikan sehingga dikhawatirkan berdampak pada Kinerja Daerah Irigasi Menjeli. Untuk mengetahui kondisi kinerja daerah irigasi Menjeli perlu dilakukan penilaian indeks kinerja daerah irigasi dengan menggunakan metode PERMEN PU No.32/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Operasional dan Pemeliharaan dengan memperhatikan beberapa parameter yang digunakan yaitu kondisi fisik, produktifitas tanam, sarana penunjang, organisasi personalia, dokumentasi, dan P3A. Dari hasil penilaian indeks kinerja daerah irigasi menurut PERMEN PU No.32/PRT/M/2007 dapat dilihat indeks kinerja daerah irigasi Menjeli pada tahun 2017 adalah sebesar 49.45 % dari nilai indeks kondisi optimum 77.50% (Permen PU No.32/PRT/M/2007), sehingga dapat disimpulkan bahwa indeks kinerja daerah Irigasi Menjeli jelek dan perlu perhatian dari pemerintah maupun masyarakat. Kata Kunci : Irigasi, Kinerja I. Pendahuluan 1.1Latar Belakang Irigasi merupakan salah satu upaya untuk pemanfaatan sarana sumber daya air yang berfungsi sebagai penyedia, pengatur dan penyalur air untuk menunjang lahan pertanian. Sistem pengolahan air irigasi yang efesien dan efektif sangat mempengaruhi hasil produksi pertanian yang maksimal dalam rangka memenuhi ketahanan pangan nasional. Selain pengolahan air hasil produksi pertanian juga dipengaruhi oleh ketersediaan air irigasi yang ada pada daerah tersebut. Ketersediaan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan alam melalui hujan dan kontribusi air tanah. Ketersediaan air untuk irigasi merupakan salah satu faktor utama keberhasilan kinerja suatu daerah irigasi. Meskipun jumlah ketersediaan air mencukupi, namun bila konsistensi efisiensi distribusi air tidak terjaga maka dapat menyebabkan air tidak dapat mencukupi seluruh areal yang direncanakan. Penurunan efisiensi dapat terjadi karena lemahnya pengelolaan jaringan irigasi yang dapat meningkatkan kehilangan air karena rembesan, perkolasi, dan pendistribusian air yang tidak tepat.. Lokasi yang ditinjau dalam penelitian ini adalah Daerah Irigasi Menjeli yang terletak di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Daerah irigasi Menjeli memiliki luas daerah irigasi 49.72 Ha, luas daerah baku 203 Ha dan panjang saluran 7890 m. Daerah irigasi Menjeli mengambil aliran air dari sungai Jangkok yang berada di sebelah utara daerah irigasi. Pengambilan air irigasi dilakukan dengan menggunakan sistem irigasi teknis dengan infrastruktur bangunan bendung Menjeli untuk meninggikan muka air yang kemudian dialirkan ke saluran primer, dimana saluran primer yang sifatnya pembawa mengalirkan air melalui bangunan sadap atau bangunan bagi yang diteruskan oleh saluran sekunder

Upload: others

Post on 07-Nov-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

STUDI KINERJA DAERAH IRIGASI MENJELI, KECAMATAN LINGSAR KABUPATEN LOMBOK BARAT

Itha Ihsanul Laely1, Salehudin2, Bambang Harianto2

1)Mahasiswa Program Studi S1 Teknik Sipil Universitas Mataram 2)Dosen Teknik Sipil Universitas Mataram

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

INTISARI

Daerah Irigasi Menjeli memiliki luas baku 203 ha dengan luas daerah irigasi 49.72 ha. Sumber air utama yang digunakan untuk mengairi areal irigasi Menjeli berasal dari sungai Jangkok. Kondisi bendung serta saluran saat ini menunjukkan terjadinya penumpukan sedimentasi berupa endapan lumpur dan sampah, serta terjadi kerusakan pada pintu bendung, terdapat aktifitas warga sekitar yang memanfaatkan saluran utama dengan keramba ikan sehingga dikhawatirkan berdampak pada Kinerja Daerah Irigasi Menjeli.

Untuk mengetahui kondisi kinerja daerah irigasi Menjeli perlu dilakukan penilaian indeks kinerja daerah irigasi dengan menggunakan metode PERMEN PU No.32/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Operasional dan Pemeliharaan dengan memperhatikan beberapa parameter yang digunakan yaitu kondisi fisik, produktifitas tanam, sarana penunjang, organisasi personalia, dokumentasi, dan P3A.

Dari hasil penilaian indeks kinerja daerah irigasi menurut PERMEN PU No.32/PRT/M/2007 dapat dilihat indeks kinerja daerah irigasi Menjeli pada tahun 2017 adalah sebesar 49.45 % dari nilai indeks kondisi optimum 77.50% (Permen PU No.32/PRT/M/2007), sehingga dapat disimpulkan bahwa indeks kinerja daerah Irigasi Menjeli jelek dan perlu perhatian dari pemerintah maupun masyarakat. Kata Kunci : Irigasi, Kinerja I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Irigasi merupakan salah satu upaya untuk pemanfaatan sarana sumber daya air yang berfungsi sebagai penyedia, pengatur dan penyalur air untuk menunjang lahan pertanian. Sistem pengolahan air irigasi yang efesien dan efektif sangat mempengaruhi hasil produksi pertanian yang maksimal dalam rangka memenuhi ketahanan pangan nasional. Selain pengolahan air hasil produksi pertanian juga dipengaruhi oleh ketersediaan air irigasi yang ada pada daerah tersebut. Ketersediaan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air, kebutuhan air tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan alam melalui hujan dan kontribusi air tanah.

Ketersediaan air untuk irigasi merupakan salah satu faktor utama keberhasilan kinerja suatu daerah irigasi. Meskipun jumlah ketersediaan air mencukupi, namun bila konsistensi efisiensi distribusi air tidak terjaga maka dapat

menyebabkan air tidak dapat mencukupi seluruh areal yang direncanakan. Penurunan efisiensi dapat terjadi karena lemahnya pengelolaan jaringan irigasi yang dapat meningkatkan kehilangan air karena rembesan, perkolasi, dan pendistribusian air yang tidak tepat..

Lokasi yang ditinjau dalam penelitian ini adalah Daerah Irigasi Menjeli yang terletak di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Daerah irigasi Menjeli memiliki luas daerah irigasi 49.72 Ha, luas daerah baku 203 Ha dan panjang saluran 7890 m. Daerah irigasi Menjeli mengambil aliran air dari sungai Jangkok yang berada di sebelah utara daerah irigasi. Pengambilan air irigasi dilakukan dengan menggunakan sistem irigasi teknis dengan infrastruktur bangunan bendung Menjeli untuk meninggikan muka air yang kemudian dialirkan ke saluran primer, dimana saluran primer yang sifatnya pembawa mengalirkan air melalui bangunan sadap atau bangunan bagi yang diteruskan oleh saluran sekunder

2

menuju petak tersier pada daerah layanan irigasi Menjeli.

Berdasarkan kondisi yang ada sekarang, saluran yang ada di sistem jaringan Daerah Irigasi Menjeli mengalami beberapa kerusakan, terdapat sedimentasi, talud saluran yang rusak, pintu air yang tidak berfungsi. Disamping itu saluran primer di Daerah Irigasi Menjeli banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai keramba ikan.

Kondisi saluran dan bangunan air yang kurang terawat sangat berpengaruh terhadap layanan jaringan irigasi. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan kinerja jaringan irigasi diperlukan suatu “Studi Kinerja Daerah Irigasi Menjeli Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah, yaitu: a. Berapa besar kebutuhan air untuk

Daerah Irigasi Menjeli ? b. Bagaimana kinerja jaringan irigasi

Menjeli? c. Berapa besar faktor K pada daerah

irigasi Menjeli? d. Upaya yang dilakukan dalam

meningkatkan kinerja jaringan irigasi Menjeli?

1.3.Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kebutuhan air irigasi pada daerah layanan jaringan irigasi Menjeli.

b. Untuk mengetahui kinerja jaringan irigasi Menjeli.

c. Untuk mengetahui besar faktor K pada daerah irigasi Menjeli.

d. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan guna meningkatkan kinerja jaringan irigasi Menjeli secara garis besar.

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dalam ilmu pengetahuan adalah: a. Memberikan alternatif dalam

meningkatkan kinerja jaringan irigasi Menjeli.

b. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang peningkatan kinerja jaringan irigasi.

1.5.Batasan Masalah Dalam penelitian ini tinjauan dititik

beratkan pada Studi Kinerja Daerah Irigasi Menjeli, Lingsar Kabupaten Lombok Barat dengan batasan permasalahannya adalah sebagai berikut:

a. Lokasi penelitian dilakukan di Daerah Irigasi Menjeli.

b. Stasiun hujan yang di gunakan yaitu stasiun Gunung Sari.

c. Data hujan yang digunakan hanya data hujan yang berpengaruh yaitu stasiun hujan Gunung Sari dan data klimatologi yang digunakan adalah stasiun Kopang yang diperoleh dari Balai Informasi Infrastruktur Wilayah (BIIW).

d. Dalam menentukan kondisi kinerja jaringan irigasi mengacu pada PERMEN PU No.32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasional dan Pemeliharaan.

e. Tidak menganalisa perhitungan sosial ekonomi.

II. Dasar Teori

2.1 Tinjauan Pustaka

Ramadhan dan Tarigan, (2003) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi kinerja saluran jaringan irigasi Jeuram kabupaten Nagan Raya. Supriyono (2010), melakukan penelitian dengan judul Studi Penentuan Skala Prioritas Berdasarkan Kinerja Jaringan Irigasi Pada Jaringan Irigasi Batujai, Gde bongoh, dan Sidemen di Kabupaten Lombok Tengah. Hariany, et al (2011), melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Di Saluran Sekunder pada Berbagai Tingkat Pemberian Air Di Pintu Ukur. 2.2 Landasan Teori

2.2.1. Kinerja Daerah Irigasi Kinerja daerah irigasi adalah

penilaian cara kerja suatu daerah irigasi berdasarkan kualitas dan kuantitas pada daerah irigasi tersebut . Penilaian kinerja daerah irigasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kinerja daerah irigasi yang meliputi:

1. Prasarana Fisik 2. Produktifitas

Tanaman 3. Sarana

Penunjang

3

4. Organisasi Personalia

5. Dokumentasi 6. Kondisi kelembagaan P3A

2.2.2 Hujan Rerata Daerah Ada beberapa cara yang digunakan dalam perhitungan hujan rata-rata kawasan atau daerah ( Triatmojo, 2006) : 1. Rata-rata aljabar 2. Poligon Thiessen 3. Metode Ishoyet 2.2.3 Analisa Hidrologi Parameter hidrologi yang penting untuk perencanaan jaringan irigasi adalah curah hujan dan evapotranspirasi. Tahapan awal analisa hidrologi adalah sebagai berikut : 2.2.3.1 Penyiapan data Data yang dimaksudkan merupakan data yang dapat dikumpulkan secara teratur dan teramati, sehingga dapat memberikan data yang benar-benar mengandung informasi yang tepat. Pengumpulan data ini dilakukan dengan instansi tertentu. 2.2.3.2 Uji konsistensi data curah hujan

. Uji konsistensi data dengan menggunakan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums), digunakan untuk menguji ketidak akuratan antara data dalam stasiun itu sendiri dengan mendeteksi pergeseran nilai rata-rata (mean). Persamaan yang digunakan sebagai berikut (Harto, 1993) :

𝑆𝑘 ∗∗ = 𝑆𝑘∗

𝐷𝑦

k =1, 2, 3,…, n

𝐷𝑦² = ∑ (𝑌𝑖−Ȳ)

𝑛𝑖=𝑙

𝑛

2

𝑆𝑘 ∗ = ∑ (𝑌𝑖 − Ȳ)𝑘

𝑖+𝑙

dengan : n = jumlah data hujan, Yi = data curah hujan, Ȳ = rerata curah hujan, 𝑆𝑘 ∗,𝑆𝑘 ∗∗= nilai statistik.

𝐷𝑦 = standar deviasi.

Nilai statistik Q Q = max0≤𝑘≤𝑛 ∣ 𝑆𝑘 ∗∗∣ Nilai statistik R (Range) R = max0≤𝑘≤𝑛𝑆𝑘 ∗∗ − min0≤𝑘≤𝑛𝑆𝑘 ∗∗ Dengan : Q = nilai statistik, n = jumlah data hujan Statistik Q dan R diberikan pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Nilai Q / √n dan R / √n

(Sumber: Harto, 1993) 2.2.3.3 Evapotranspirasi Peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergeraknya dari permukaan tanah ke udara disebut evaporasi (penguapan). Peristiwa penguapan dari tanaman disebut transpirasi. Bila kedua-duanya terjadi bersama-sama disebut evapotranspirasi.

Perhitungan evapotranspirasi dihitung berdasarkan Metode Penman (Modifikasi FAO) sesuai rekomendasi Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO). Persamaan Penman modifikasi FAO adalah: 𝐸𝑇0 = c (W. Rn + (1 − W). f(u). ( 𝑒𝑎 − 𝑒𝑑) dengan: 𝐸𝑇0 = evapotranspirasi tanaman acuan

(mm/hari), W = faktor temperatur dan ketinggian, Rn = radiasi bersih (mm/hari), 𝑒𝑎 = tekanan uap jenuh (mbar),

𝑒𝑑 = tekanan uap nyata (mbar), c = faktor koreksi kecepatan angin

dan kelembaban, Rh = kelembaban udara (%). dengan harga-harga:

𝑤 =𝑑

𝑑+𝑦

dengan rumus pendukung lainnya: d = 2(0.00738 𝑇𝑐 + 0.8072)𝑇𝑐 - 0.0016

𝑦 = 0.386𝑃

𝐿

P = 1013 – 0.1055. E L = 595 – 0,510T dengan: E = elevasi medan dari muka air laut (mm), T = temperatur rata-rata (C˚). Sedangkan: Rn = 𝑅𝑛𝑠 − 𝑅𝑛𝑙

𝑅𝑛𝑠 = (1 – α)Rs α = 6% (areal genangan) α = 25% (areal irigasi) α = 25% (catchment area)

𝑅𝑛𝑠 = (𝑎 + 𝑏 ∗𝑛

𝑁) ∗ 𝑅𝑎

Menurut Soemarto (1987), a dan b merupakan konstanta yang tergantung letak suatu tempat di atas bumi, untuk Indonesia dapat diambil harga a dan b yang mendekati yaitu Australia a = 0.25 , b = 0.54. 𝑅𝑛𝑙 = 𝑓(𝑇) × 𝑓(𝑒𝑑) × 𝑓(𝑢) × 𝑅𝑎

𝑒𝑎 = 7,01 × 1,062𝑇

4

𝑒𝑑 = 𝑅ℎ × 𝑒𝑎 dengan: Rn = radiasi bersih gelombang panjang

(mm/hari), Rns = radiasi bersih gelombang pendek

(mm/hari), Rs = radiasi gelombang pendek

(mm/hari), Ra = radiasi teraksial ekstra (mm/hari)

yang dipengaruhi oleh letak lintang daerah,

Rh = kelembaban udara (%), 𝑛

𝑁 = lama penyinaran matahari terukur

(%). Dengan harga fungsi-fungsi

𝑓(𝑢) = 0,27 (1 +𝑈

100)

𝑓(𝑇) = 11,25 × 1,0133𝑇

𝑓(𝑒𝑑) = 0,34 − 0,044 × (𝑒𝑑)0.5

𝑓 (𝑛

𝑁) = 0,10 + 0,90 ×

𝑛

𝑁

Reduksi pengurangan temperatur karena keinginan elevasi dengan pengaliran diambil menurut persamaan: 𝑇𝑐 = T − 0,006 × δ𝐸 dengan: Tc = temperatur terkoreksi (˚C), T = temperatur rata-rata (˚C), δ𝐸 = beda tinggi elevasi stasiun dengan

lokasi tinjauan (m). Koreksi kecepatan angin karena perbedaan elevasi pengukuran diambil menurut persamaan:

𝑈2𝑐 = 𝑈2 (𝐿𝑖

𝐿𝑝)

1

7

dengan: 𝑈2𝑐 = kecepatan angin di lokasi

perencanaan, 𝑈2 = kecepatan angin di lokasi

pengukuran, Li = elevasi lokasi perencanaan, Lp = elevasi lokasi pengukuran. Korelasi terhadap lama penyinaran matahari lokasi perencanaan adalah:

𝑛

𝑁𝑐=

𝑛

𝑁− 0,1δ𝐸

dengan: 𝑛

𝑁 = lama penyinaran matahari terukur

(%), 𝑛

𝑁𝑐 = penyinaran matahari terkoreksi (%).

Tabel 2.2 Nilai Ra Berdasarkan Letak Lintang

(Sumber : Suhardjono, 1994)

2.2.4 Debit Andalan Debit andalan adalah debit minimum sungai atau waduk untuk kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi. Debit andalan dihitung dengan menggunakan data debit pengamatan rata-rata setengah bulan masing-masing sungai (Anonim, 1986). Debit andalan yang digunakan pada perhitungan ini adalah debit andalan dengan probabilitas 80% (Q80), artinya resiko yang akan dihadapi karena terjadi debit lebih kecil dari debit andalan sebesar 20% banyaknya pengamatan dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan probabilitas sebagai berikut:

𝑄80 =𝑚

𝑛+1∗ 100%

dengan: P = peluang curah hujan yang terjadi (%), m = nomor urut angka pengamatan dalam susunan (dari besar ke kecil), n = banyaknya pengamatan (jumlah data), Q80 = debit andalan dengan probabilitas 80%. 2.2.5 Kebutuhan Air di Sawah Kebutuhan air irigasi dapat diketahui dengan menghitung kebutuhan air tanaman. Hasil perhitungan irigasi digunakan untuk menganalisis air, yaitu membandingkan debit air yang ada di sungai dengan kebutuhan air irigasi. Persamaan untuk menghitung kebutuhan air irigasi digunakan adalah persamaan : a. Untuk tanaman padi:

NFR = Etc + P + E + W + G – Reff b. Untuk tanaman palawija:

NFR = Etc – Reff dengan: NFR = kebutuhan air di sawah (mm/hari), Etc = kebutuhan air untuk tanaman (mm/hari), E = evaporasi (mm/hari), G = penggantian genangan air/kebutuhan persemaian (mm/hari), P = perkolasi (mm/hari), Reff = hujan efektif (mm/hari), W = genangan air di petak sawah (mm/hari). 2.2.6 Kebutuhan Air Tanaman Perhitungan kebutuhan air tanaman diperlukan untuk mengetahui besarnya kebutuhan air irigasi. Hasil perhitungan irigasi digunakan untuk menganalisis air, yaitu membandingkan debit air yang ada di sungai dengan kebutuhan air irigasi.

˚LS Jan Feb Mar Apr Mei Juni

10 16.1 16 15.3 14 12.6 12.6

8 16.1 16.1 15.5 14.4 13.1 12.4

˚LS Juli Agst Sept Okt Nov Des

10 11.8 12.2 13.3 14.6 15.6 16

8 12.7 13.7 14.9 15.8 16 16

5

Besarnya kebutuhan air untuk tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : a. Penyiapan lahan

Untuk perhitungan kebutuhan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan metode yang dikembangkan oleh Van de Goor Zijlstra tahun 1968. Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam liter/detik selama periode penyiapan lahan dengan rumus sebagai berikut :

𝐼𝑅 =𝑀.𝑒𝑘

(𝑒𝑘−1)

dengan : IR = kebutuhan air irigasi di tingkat

persawahan (mm/hari), M = kebutuhan air untuk mengganti

kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan, M = Eo+p (mm/hari),

Eo = evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 ETO selama penyiapan lahan (mm/hari),

P = perkolasi, K = M . T/S, T = jangka waktu penyiapan

lahan (hari), S = kebutuhan air untuk penjenuhan

ditambah dengan lapisan air 50mm, yakni 200 + 50 = 250mm,

e = bilangan alam (2,7182881820).

b. Pemakaian konsumtif

Pemakaian konsumtif didefinisikan sebagai jumlah air aktual yang digunakan tanaman untuk transpirasi dan evaporasi selama pertumbuhannya. Pemakaian konsumtif dihitung berdasarkan rumus: ETc = kc × ETo dengan: ETc = evapotranspirasi tanaman

(mm/hari), ETo = evapotranspirasi tanaman acuan

(mm/hari), kc = koefisien tanaman sesuai dengan

pertumbuhannya. Tabel 2.3 Koefisien Tanaman

c. Perkolasi dan Infiltrasi

Infiltrasi merupakan proses masuknya air dari permukaan tanah ke dalam tanah (daerah tidak jenuh), sedangkan perkolasi adalah masuknya air dari daerah tidak jenuh ke dalam daerah jenuh, pada proses ini air tidak dimanfaatkan oleh tanaman. Untuk tujuan perencanaan, tingkat perkolasi standar 2,0 mm/hari, dipakai untuk mengestimasi kebutuhan air pada daerah produksi padi.

d. Penggantian Genangan Air

Pada proses budidaya tanaman padi penggantian lapisan air dilakukan pada: a. Setelah pemupukan, diusahakan untuk

menjadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan.

b. Jika ada penjadwalan semacam itu, dilakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/hari selama ½ bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah tranplantasi (pemindahan). e. Efisiensi Irigasi

Efisiensi irigasi digunakan untuk menentukan efektifitas sistem irigasi dan pengolahannya dalam memenuhi permintaan penggunaan konsumtif tanaman selama pertumbuhan. Efisiensi irigasi bervariasi tergantung pada tahap pertumbuhan tanaman. Tabel 2.4 Nilai Efisiensi Irigasi

Lokasi Efisiensi Irigasi (%)

Jaringan Tersier 80

Jaringan Sekunder 90

Jaringan Primer 90

Total 65

(Sumber : Lampiran KP.01)

6

f. Curah Hujan Efektif Curah hujan efektif adalah curah

hujan yang jatuh pada suatu daerah dan dapat diperginakan oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

𝑃 =𝑚

𝑛+1× 100%

dengan: P = peluang terjadinya peristiwa, m = nomor urut angka pengamatan dalam susunan (dari besar ke kecil), n = banyaknya pengamatan. Langkah-langkah dalam menghitung curah hujan efektif adalah sebagai berikut: 1. menghitung jumlah seluruh curah hujan

tiap tahun pada setiap stasiun pengamatan yang diperoleh dari unit hidrologi,

2. menghitung curah hujan rerata, 3. menyusun urutan curah hujan rerata

tahunan daerah dari curah hujan yang terbesar sampai yang terkecil,

4. menentukan tahun dasar perencanaan, dengan rumus sebagai berikut: a. untuk tanaman padi

𝑅80 =𝑚

𝑛+1× 100%

b. untuk tanaman palawija

c. 𝑅50 =𝑚

𝑛+1× 100%

5. menghitung curah hujan efektif setengah bulanan di setiap bulan pada tahun dasar perencanaan,

6. berdasarkan tahun dasar perencanaan kemudian dihitung curah hujan rata-rata setengah bulanan dengan kemungkinan tidak terpenuhi 30%, a. untuk tanaman padi

Re = 0,7 ×𝑅80

15

b. untuk tanaman palawija

Re = 0,7 ×𝑅50

15

Besarnya curah hujan efektif untuk tanaman padi diambil sebesar 80% dari curah hujan rencana yaitu curah hujan yang probabilitasnya terpenuhi 80% (R80), sedangkan untuk tanaman palawija diambil 50% (R50).

2.2.7 Faktor K Faktor K adalah perbandingan antara debit tersedia di bendung dengan debit yang di butuhkan pada periode pembagian dan pemberian air 2 mingguan (awal bulan dan tengah bulan). Jika persediaan air cukup maka faktor K = 1 sedangkan pada persediaan air kurang maka faktor K<1.

𝐾 = 𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎

𝐷𝑒𝑏𝑖𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑘𝑎𝑛

2.2.8 Evaluasi Indeks Kinerja Jaringan Irigasi

Evaluasi Kinerja Sistem Irigasi dimaksudkan untuk mengetahui kondisi kinerja sistem irigasi yang meliputi: a. Prasarana Fisik

b.Produktifitas Tanaman

c. Sarana Penunjang d.Organisasi Personalia e. Dokumentasi f. Kondisi kelembagaan P3A

Indek Kinerja Sistem Irigasi ini menggunakan bobot penilaian sebagai berikut:

-100 :kinerja sangat baik

-79 :kinerja baik

-69 :kinerja kurang dan perlu perhatian perlu perhatian

an optimum 77,5

III. Metode Penelitian

3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Daerah Irigasi Menjeli, Kecamatan Lingsar Lombok Barat. Seperti terlihat pada Gambar 3.1. berikut:

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian 3.2 Tahapan Dan Prosedur Pelaksanaan Dalam penelitian ini dilakukan tahapan pelaksanaan dan prosedur sebagai berikut: 3.2.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat diperoleh dari observasi langsung di lapangan dan dapat juga diperoleh dari instansi-instansi terkait. Dalam pengumpulan ini terdapat dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil survey, observasi dan pengukuran yang langsung dilakukan di lokasi studi. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait berupa data hidrologi, curah hujan

7

dan data pendukung studi lainnya. Ada beberapa jenis data yang dibutuhkan, yaitu:

a. Data curah hujan, b. Data klimatologi. c. Data debit observasi.

3.2.2 Analisis data

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis Hidrologi 1. Perkiraan hujan rencana dilakukan

dengan analisis frekuensi terhadap data curah hujan setengah bulanan , dengan lama pengamatan 15 tahun yang berurutan.

2. Analisa konsistensi hujan dengan metode RAPS.

2. Analisis Kebutuhan Air Tanaman 1. Analisa evavorasi dan analisa

evavotranspirasi dengan metode Penman.

2. Menghitung air untuk penyiapan lahan menurut KP.01

3. Menghitung penggunaan air konsumtif menurut KP.01

4. Menghitung penggantian genangan air menurut KP.01

5. Menghitung curah hujan efektif 6. Menghitung kebutuhan air irigasi didekati

dengan persamaan empiris: NFR = ETc+P+WLR+ LP-Re

3.Analisis Debit Observasi Analisa debit observasi dengan data yang tersedia dari pengamat bendung Ireng Daye. 4.Analisis Faktor Keseimbangan Air (Faktor K) Analisa faktor K dengan membandingkan antara ketersediaan air dengan kebutuhan air pada daerah irigasi Ireng Daye. 5.Penilaian Kinerja Dengan Metode

Permen PU No.32/PRT/M/2007 Variabel penilaian menurut Permen PU No.32/PRT/M/2007 :

a. Prasarana Teknis: 1. Bangunan Utama. (Data Inventarisasi

Saluran dan Bangunan) 2. Saluran Pembawa. (Data Inventarisasi

Saluran dan Bangunan) 3. Bangunan pada Saluran Pembawa.

(Data Inventarisasi Saluran dan Bangunan)

4. Saluran Pembuang dan Bangunan. (Data Inventarisasi Saluran dan Bangunan)

5. Jalan Masuk/Inspeksi. (Data Inventarisasi Saluran dan Bangunan)

6. Kantor, Perumahan dan Gudang. (Data Inventarisasi Saluran dan Bangunan)

b. Produktivitas Tanam:

1. Pemenuhan kebutuhan air. (Hasil Analisa Faktor Keseimbangan Air).

2. Realisasi Luas Tanam. (Data Produktivitas Tanam)

3. Produktifitas Padi. (Data Quisioner Kelembagaan Petani)

c. Sasaran Penunjang: 1. Peralatan O&P. (Data Quisioner

Kelembagaan Petani) 2. Transportasi. (Data Quisioner

Kelembagaan Petani) 3. Alat-alat Kantor

Ranting/Pengamat/UPTD. (Data Quisioner Kelembagaan Petani)

4. Alat Komunikasi. (Data Quisioner Kelembagaan Petani)

d. Organisasi personalia: 1. Organisasi O&P. (Data Quisioner

Kelembagaan Petani) 2. Personalia. (Data Quisioner

Kelembagaan Petani)

e. Dokumentasi: 1. Buku data daerah irigasi. (Data

Quisioner Kelembagaan Petani) 2. Peta dan Gambar-gambar. (Data

Quisioner Kelembagaan Petani)

f. Perkumpulan Petani Pemakai Air.(Data Quisioner Kelembagaan Petani)

8

IV. Analisis dan Pembahasan

4.1 Analisis Hidrologi

Dalam analisa konsistensi hujan dengan metode RAPS menggunakan stasiun Gunung Sari. Data hujan yang dianalisis pada kajian ini adalah data curah hujan dari stasiun hujan yang berpengaruh terhadap daerah studi. Stasiun penakar hujan tersebut adalah stasiun Gunung Sari. Dalam analisis ini digunakan data curah hujan selama 15 tahun yaitu dari tahun 2003-2017.

Gambar 4.1 Peta Daerah Pengaruh Stasiun Hujan Tabel 4.1 Uji RAPS Stasiun Gunung Sari

(Sumber : Hasil Perhitungan) Tabel 4.4 Curah Hujan Efektif untuk Padi dan Palawija

(Sumber : Hasil Perhitungan) 4.2 Analisis Evapotranspirasi Data klimatologi pada daerah studi diambil dari stasiun yang terdekat yaitu stasiun Kopang, dengan mengambil rata–rata data klimatologi dari tahun 2013 sampai tahun 2017.

1 2003 2998 401.31 401.31 10736.83 0.02 0.02

2 2004 2599 2.31 403.63 0.36 0.02 0.02

3 2005 2826 229.31 632.94 3505.64 0.03 0.03

4 2006 1849 -747.69 -114.75 37269.02 -0.01 0.01

5 2007 2079 -517.69 -632.43 17866.63 -0.03 0.03

6 2008 2097 -499.69 -1132.12 16645.78 -0.05 0.05

7 2009 1950 -646.69 -1778.81 27880.24 -0.08 0.08

8 2010 2096 -500.69 -2279.49 16712.48 -0.10 0.10

9 2011 2537 -59.69 -2339.18 237.50 -0.11 0.11

10 2012 3435 838.31 -1500.87 46851.28 -0.07 0.07

11 2013 3179 582.31 -918.55 22605.92 -0.04 0.04

12 2014 2254 -342.69 -1261.24 7828.94 -0.06 0.06

13 2015 2231 -365.69 -1626.93 8915.12 -0.07 0.07

14 2016 3806.8 1210.11 -416.81 97624.95 -0.02 0.02

15 2017 3013.5 416.81 0.00 11582.22 0.00 0.00

38950 0.00 -12563.30 326262.92 -0.58 0.71

2596.7 0.00 -837.55 21750.86 -0.04 0.05

< 1.18

< 1.36

No TAHUN

Jumlah

Rata-rata

Dy

R / n0.5

Hujan

(Yi)(Yi - Y) SK* Dy

2 = ((Yi - Y)

2) / n)

0.11

0.14

0.03

0.04

OK

OK

SK** max

SK** min

Q

R

Q / n0.5

SK** I SK** I

571.19

0.03

-0.11

I II I II I II I II I II I II

15 16 14 14 15 16 15 15 15 16 15 15

33.4 65.6 67.4 45.8 60.4 69 64.4 126.6 25.4 38.6 41.6 47.2

4 25 59 81 59 156 202 24 0 0 0 8

23.38 45.92 47.18 32.06 42.28 48.3 45.08 88.62 17.78 27.02 29.12 33.04

2.8 17.5 41.3 56.7 41.3 109.2 141.4 16.8 0 0 0 5.6

1.56 2.87 3.37 2.29 2.82 3.02 3.01 5.91 1.19 1.69 1.94 2.20

0.19 1.09 2.95 4.05 2.75 6.83 9.43 1.12 0.00 0.00 0.00 0.37

Re Padi (mm/hari)

Re Pal (mm.hari)

Jumlah Hari

R 80%

R 50%

Re Padi (mm)

Re Pal (mm)

Februari MaretKet

JuniJanuari April Mei

Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

I II I II I II I II I II I II

15 16 15 16 15 15 15 16 15 15 15 16

0.2 3 2.4 16.8 17.6 38.6 47.2 69.6 92.8 144.8 50.4 37.8

111 0 0 6 0 26 79 90 0 128 99 236

0.14 2.1 1.68 11.76 12.32 27.02 33.04 48.72 64.96 101.4 35.28 26.46

77.7 0 0 4.2 0 18.2 55.3 63 0 89.6 69.3 165.2

0.01 0.13 0.11 0.74 0.82 1.80 2.20 3.05 4.33 6.76 2.35 1.65

5.18 0.00 0.00 0.26 0.00 1.21 3.69 3.94 0.00 5.97 4.62 10.33

Re Pal (mm)

Re Padi (mm/hari)

Re Pal (mm.hari)

Ket

Jumlah Hari

R 80%

R 50%

Re Padi (mm)

D.I Menjeli

9

Tabel 4.5 Data Klimatologi Rata-rata Tahun 2013-2017 Stasiun Kopang

(Sumber:BIIW) Analisis Evapotranspirasi daerah irigasi Ireng Daye menggunakan metode Penman modifikasi FAO untuk bulan Januari I adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Analisa Evavotranspirasi Metode Penman FAO

(Sumber : Hasil Perhitungan)

4.2 Analisis Kebutuhan Air Irigasi

Tabel 4.10 Rekapitulasi kebutuhan air

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Gambar 4.2 Kebutuhan Air Irigasi Awal Musim Tanam November I 4.4 Analisis Debit Observasi

Data debit Observasi digunakan untuk menentukan nilai debit tersedia sepanjang tahun . Data debit yang digunakan adalah data debit dari pengamat bendung pada DI. Menjeli dari tahun 2013 – 2017.

Tabel 4.11 Debit Observasi

(Sumber:Pengamat bendung DI Menjeli) 4.5 Analisis Faktor Keseimbangan Air

Faktor keseimbangan air digunakan untuk menghitung nilai faktor K pada parameter penilaian indeks kinerja jaringan irigasi menurut Permen PU No 32/PRT/M/2007. Data yang digunankan

I II I II I II I II I II I II

1 Temperatur T (a) ( C ) 27.98 27.24 26.02 24.58 27.14 26.91 26.76 26.01 26.32 26.25 25.64 25.1

2 Kecepatan Angin (U) (km/hr) 296.6 460.8 136.4 84.15 306.9 264.3 115.2 113.5 132.1 124.9 110.1 135.3

3 Kelembaban relatif (Rh) 91.44 90.76 81.45 78.13 91.49 90.25 89.01 88.09 89.31 90.1 89.71 89.27

4 Lama penyinaran (n/N) 19.22 19.68 16.39 21.58 12.24 14.23 15.94 13.37 13.37 14.78 10.54 8.794

I II I II I II I II I II I II

1 Temperatur T (a) ( C ) 25.61 25.12 25.54 25.85 26.50 26.65 27.46 27.57 27.70 26.53 26.28 25.81

2 Kecepatan Angin (U) (km/hr) 182.58 187.46 139.90 174.18 168.45 170.92 158.23 158.35 149.58 139.01 121.76 326.82

3 Kelembaban relatif (Rh) 89.81 90.26 90.64 90.83 90.20 88.97 89.89 90.63 91.21 89.69 92.21 92.33

4 Lama penyinaran (n/N) 11.09 12.10 13.33 16.82 16.74 12.98 13.57 15.25 12.78 13.91 10.26 11.86

DesemberNo Uraian

Juli Agustus September Oktober Nopember

AprilNo Uraian

Januari Februari Maret Mei Juni

T Rh Rh maks n/N U2 Ra Tc n/Nc ea ed

°C % % % km/jam mm/hr °C % m/dt km/hr mbar mbar

1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Jan I 15 27.98 91.440 92.212 19.218 12.357 16.10 29.720 22.118 2.811 103.940 41.892 38.022

II 16 27.24 90.762 92.212 19.676 19.198 16.10 28.982 22.576 4.367 161.479 40.073 32.639

Peb I 14 26.02 81.448 92.212 16.390 5.682 16.10 27.762 19.290 1.292 47.792 37.238 29.094

II 14 24.58 78.132 92.212 21.584 3.506 16.10 26.316 24.484 0.797 29.491 34.135 31.231

Mar I 15 27.14 91.492 92.212 12.242 12.785 15.50 28.876 15.142 2.908 107.541 39.818 35.936

II 16 26.91 90.250 92.212 14.230 11.014 15.50 28.650 17.130 2.505 92.638 39.281 34.965

Apr I 15 26.76 89.014 92.212 15.936 4.802 14.40 28.496 18.836 1.092 40.387 38.918 34.284

II 15 26.01 88.092 92.212 13.366 4.729 14.40 27.750 16.266 1.076 39.776 37.211 33.231

Mei I 15 26.32 89.306 92.212 13.366 5.504 13.10 28.064 16.266 1.252 46.294 37.920 34.167

II 16 26.25 90.102 92.212 14.782 5.205 13.10 27.986 17.682 1.184 43.777 37.743 33.858

Jun I 15 25.64 89.708 92.212 10.538 4.589 12.40 27.380 13.438 1.044 38.601 36.392 32.486

II 15 25.10 89.268 92.212 8.794 5.639 12.40 26.840 11.694 1.283 47.434 35.228 31.639

Jul I 15 25.61 89.812 92.212 11.094 7.607 12.70 27.350 13.994 1.730 63.987 36.326 32.789

II 16 25.12 90.264 92.212 12.104 7.811 12.70 26.864 15.004 1.777 65.698 35.279 31.977

Ags I 15 25.54 90.638 92.212 13.334 5.829 13.70 27.282 16.234 1.326 49.030 36.178 32.859

II 16 25.85 90.826 92.212 16.824 7.258 13.70 27.594 19.724 1.651 61.045 36.863 33.251

Sep I 15 26.50 90.202 92.212 16.736 7.019 14.90 28.240 19.636 1.596 59.035 38.324 34.096

II 16 26.65 88.968 92.212 12.984 7.122 14.90 28.388 15.884 1.620 59.901 38.666 34.759

Okt I 15 27.46 89.894 92.212 13.568 6.593 15.80 29.200 16.468 1.500 55.456 40.602 36.796

II 16 27.57 90.626 92.212 15.246 6.598 15.80 29.312 18.146 1.501 55.497 40.876 37.284

Nop I 15 27.70 91.212 92.212 12.776 6.232 16.00 29.440 15.676 1.418 52.421 41.192 36.944

II 15 26.53 89.686 92.212 13.912 5.792 16.00 28.274 16.812 1.317 48.718 38.402 35.411

Des I 15 26.28 92.212 92.212 10.264 5.073 16.00 28.022 13.164 1.154 42.673 37.824 4.485

II 16 25.81 11.858 92.212 11.858 13.617 16.00 27.548 14.758 3.097 114.538 36.761 0.000

2

1/2 Bulan

DATA KOREKSI DATA

BulanPeriode U2c

Rs Rn Eto Eto

mm/hr mm/hr mm/hr mm/(1/2Bln)

14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

4.354 0.866 16.660 0.551 0.069 0.299 5.948 4.119 1.223 4.649 69.738

3.660 0.845 16.499 0.706 0.089 0.303 5.988 4.047 1.206 4.939 79.029

2.790 0.806 16.235 0.399 0.103 0.274 5.702 3.820 1.230 4.418 61.854

2.074 0.755 15.928 0.350 0.094 0.320 6.154 4.135 1.258 4.178 58.495

3.572 0.841 16.476 0.560 0.076 0.236 5.142 3.560 1.182 3.884 58.266

3.393 0.834 16.427 0.520 0.080 0.254 5.309 3.648 1.195 4.010 64.165

3.277 0.830 16.393 0.379 0.082 0.270 5.065 3.435 1.202 3.724 55.858

2.783 0.805 16.232 0.377 0.086 0.246 4.865 3.303 1.192 3.464 51.966

2.978 0.816 16.300 0.395 0.083 0.246 4.426 2.987 1.169 3.120 46.806

2.928 0.813 16.283 0.388 0.084 0.259 4.526 3.040 1.174 3.185 50.962

2.573 0.793 16.153 0.374 0.089 0.221 4.000 2.681 1.151 2.750 41.245

2.302 0.774 16.038 0.398 0.093 0.205 3.883 2.608 1.142 2.628 39.414

2.557 0.792 16.147 0.443 0.088 0.226 4.135 2.780 1.148 2.852 42.781

2.313 0.775 16.043 0.447 0.091 0.235 4.204 2.809 1.150 2.837 45.388

2.521 0.789 16.132 0.402 0.088 0.246 4.626 3.121 1.177 3.182 47.731

2.692 0.800 16.199 0.435 0.086 0.278 4.884 3.275 1.186 3.421 54.732

3.096 0.821 16.338 0.429 0.083 0.277 5.305 3.603 1.207 3.896 58.444

3.199 0.826 16.370 0.432 0.081 0.243 5.003 3.432 1.192 3.672 58.757

3.850 0.851 16.546 0.420 0.073 0.248 5.355 3.716 1.211 4.067 61.002

3.952 0.854 16.571 0.420 0.071 0.263 5.498 3.812 1.218 4.186 66.971

4.073 0.858 16.599 0.412 0.073 0.241 5.354 3.725 1.212 4.121 61.822

3.119 0.823 16.345 0.402 0.078 0.251 5.453 3.768 1.218 3.988 59.815

2.951 0.814 16.291 0.385 0.247 0.218 5.137 2.975 1.205 5.302 79.526

2.665 0.799 16.189 0.579 0.340 0.233 5.275 2.675 1.186 6.822 109.157

f(t) f(u) f(ed) f(n/N) c

ANALISA

d w

HASIL

I II I II I II I II I II I II

1 2013 - - 0.806 1.147 1.085 - 1.132 0.991 - - - -

2 2014 0.571 0.582 0.605 0.561 0.539 0.559 - 0.537 0.471 0.465 0.561 0.555

3 2015 0.426 0.417 0.479 0.451 0.467 0.465 0.493 0.478 0.560 0.533 0.596 0.568

4 2016 0.914 0.698 0.715 0.692 0.691 0.699 0.792 0.710 0.723 0.733 0.730 0.755

5 2017 0.554 0.515 0.795 0.330 0.317 0.430 0.523 0.500 0.512 0.575 0.553 0.530

0.493 0.442 0.680 0.636 0.620 0.431 0.588 0.643 0.453 0.461 0.488 0.482

I II I II I II I II I II I II

1 2013 - - - - - - - - - - - -

2 2014 0.560 0.537 0.560 0.582 0.553 0.509 0.446 0.354 0.399 0.428 0.413 -

3 2015 0.547 - 0.521 0.539 0.539 0.527 0.572 0.566 0.542 0.590 0.671 0.627

4 2016 0.699 - 0.741 0.698 0.708 0.841 0.825 0.805 0.871 0.868 0.856 0.693

5 2017 0.513 - 0.504 0.500 0.440 0.370 0.383 0.311 0.350 0.595 0.562 0.572

0.464 0.107 0.465 0.464 0.448 0.449 0.445 0.407 0.432 0.496 0.500 0.378

Rerata

JuniNo Tahun

Januari Februari Maret April Mei

Desember

No Tahun

Rerata

Juli Agustus September Oktober Nopember

Rerata Rerata

(lt/dt/Ha) (lt/dt/Ha)

I 15 1.650 I 15 0.677

II 16 1.341 II 16 0.617

I 14 2.127 I 15 0.519

II 14 1.104 II 16 0.121

I 15 0.824 I 15 2.021

II 16 0.694 II 16 2.012

I 15 0.547 I 15 2.054

II 15 0.197 II 16 0.776

I 15 1.776 I 15 0.827

II 16 1.779 II 15 0.685

I 15 1.722 I 15 0.689

II 15 0.182 II 16 0.413

Periode

1/2 BulanBulan

Mar

Apr

Nov

Des

Jan

Feb

Okt

BulanPeriode

1/2 Bulan

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

10

untuk menghitung faktor keseimbangan air adalah data kebutuhan air irigasi dan data debit observasi pada DI. Menjeli, dengan membandingkan ketersediaan dan kebutuhan air irigasi pada DI. Menjeli. Tabel 4.12 Faktor Keseimbangan Air (K)

(Sumber : Hasil Perhitungan) 4.6 Analisis Evaluasi Indeks Kinerja Jaringan Irigasi

Evaluasi indeks kinerja jaringan irigasi bertujuan untuk mengetahui kondisi jaringan irigasi Menjeli saat ini menurut Permen PU No. 32/PRT/M/2007 dengan menentukan nilai kondisi dari parameter yang telah ditentukan sebagai berikut : a. Prasarana Fisik

b. Produktifitas Tanaman

c. Sarana Penunjang d. Organisasi Personalia e. Dokumentasi f. Kondisi kelembagaan P3A

Tabel 4.17 Indeks Kinerja Daerah Irigasi Menjeli

(Sumber : Hasil Perhitungan)

Dari hasil perhitungan tabel di atas dapat kita lihat perbandingan dari beberapa parameter penilaian indeks kinerja Daerah Irigasi Menjeli sebesar 49.45% dari indeks kinerja optimum menurut Permen PU No 32/PRT/M/2007 sebesar 77.50%. Kondisi Daerah Irigai Menjeli saat ini jelek dan perlu penanganan.

V. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Besar kebutuhan air irigasi rata - rata untuk Daerah Irigasi Menjeli sebesar 1.056 lt/dt/Ha.

b. Dari hasil penilaian indeks kinerja daerah irigasi menurut Permen PU No.32/PRT/M/2007 dapat dilihat indeks kinerja daerah irigasi pada Daerah Irigasi Menjeli 49.45% indeks kondisi optimum 77.50% (Permen PU No.32/PRT/M/2007), dikatakan indeks kinerja Daerah Irigasi Menjeli jelek dan perlu diperhatikan.

c. Besar faktor keseimbangan air (faktor K) Daerah Irigasi Menjeli sebesar 0.800.

d. Dibutuhkan rehabilitas pada Daerah Irigasi Menjeli, terdapat beberapa item penanganan diantaranya : Prasarana fisik, produktivitas tanam, sarana penunjang, organisasi dan personalia, dokumentasi, dan perkumpulan petani pemakai air (P3A).

5.2. Saran

Adapun saran yang ingin disampaikan berkenaan dengan penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Diharapkan kepada intansi terkait agar dilaksanakan rehabilitasi jaringan irigasi Menjeli untuk meningkatkan kinerja Daerah Irigasi Menjeli. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan kondisi kinerja daerah irigasi Menjeli jelek dan perlu perhatian.

b. Diharapkan kepada masyarakat untuk bisa menyadari kerugian yang timbul akibat pencurian, perusakan bangunan - bangunan infrastuktur, atau membuang sampah di saluran yang menyebabkan penurunan kinerja pada Daerah Irigasi Menjeli.

c. Bagi peneliti selanjutnya, analisis evaluasi indeks kinerja daerah irigasi dapat dilakukan di beberapa daerah irigasi untuk memberikan informasi kondisi kinerja dibeberapa daerah irigasi sebagai

TAHUN FAKTOR K

2013 0.208

2014 0.917

2015 0.958

2016 0.958

2017 0.958

Yang ada Maks Min Optimum

% % % %

1 22.99 45 25 35.00

2 2.05 15 10 12.50

3 5.05 10 5 7.50

4 11.40 15 8 11.25

5 2.80 5 3 3.75

6 5.15 10 5 7.50

49.45 100 55 77.50

49.45 < 77.50Kriteria Jaringan : Kinerja jelek dan perlu perhatian

Produktifitas Tanam

Sarana Penunjang

Organisasi dan Personalia

Dokumentasi

P3A

Jumlah :

Indeks Kondisi OP Jaringan Irigasi

Prasarana Fisik

11

pembanding untuk menentukan skala prioritas daerah irigasi yang perlu perhatian dan penanganan lebih dulu.

d. Dalam pelaksanan survey inventarisasi untuk data studi dilakukan bersama – sama dengan ketua GP3A, P3A atau pengamat bendung terkait sebagai penyampai informasi pada daerah irigasi tersebut agar data inventarisasi yang didapatkan tepat dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1986. Standar Perencanaan Irigasi, Kriteria Perencanaan 01. Direktorat Jendral

Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

Anonim. 2003. Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Mataram, Mataram.

Anonim. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 32 / PRT / M / 2007. Menteri Pekerjaan Umum. Antar Nusa Gilang, 2016, Studi kinerja Daerah Irigasi Berembun Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur, Universitas Mataram.

Ramadhan F dan Ahmad Perwira Mulia Tarigan, 2003, Evaluasi Kinerja Saluran Jaringan Jeuram Kabupaten Nagan Raya, Jurnal Teknik Sipil Universitas Sumatra Utara.

Hariany,Susi,dkk, 2011, Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Di Saluran Sekunder pada BerbagaiTingkat Pemberian Air Di Pintu Ukur, Jurnal Teknik Sipil Universitas Lampung, Lampung.

Harto, Sri, 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Risnoni Yarni Nia, 2016, Studi Kinerja Daerah Irigasi Reban Tebu, Selong Kabupaten Lombok Timur, Universitas Mataram.

Sidharta, 1997. Irigasi dan Bangunan Air. Universitas Gunadarma, Jakarta.

Supriyono, 2010, Studi Penentuan Skala Prioritas Berdasarkan Kinerja Jaringan Irigasi PadaJaringan Irigasi Batujai, Gde Bongoh, dan Sidemen di Kabupaten Lombok Tengah, Jurnal Teknik Sipil Universitas Mataram, Mataram.

Triadmodjo, Bambang, 2006, Hidrologi Terapan, Percetakan Beta offset, Yogyakarta.

12