studi kelayakan pemasangan pltmh di saluran irigasi

14
STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN IRIGASI LODAGUNG PADA BENDUNGAN WLINGI BLITAR Ridho Hashiddiqi 1 , Suwanto Marsudi 2 , Ery Suhartanto 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2 Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya e-mail: [email protected] ABSTRAK Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumber daya air yang berlimpah dan bisa dimanfaatkan dalam berbagai hal, salah satunya adalah pengembangan sumber daya air menjadi sumber energi. Dengan memanfaatkan bangunan air yang sudah ada bisa dikembangkan menjadi unit pembangkit listrik dengan skala kecil (PLTMH). Studi kelayakan diperlukan untuk mengidentifikasi potensi yang dapat dikembangkan. Studi berlokasi pada bendungan Wlingi, Kabupaten Blitar. PLTMH direncanakan dengan memanfaatkan debit irigasi yang melewati saluran irigasi Lodagung kemudian akan dialirkan kembali menuju saluran irigasi. Dalam studi ini akan digunakan alternatif debit untuk mendapatkan hasil yang optimum. Dari hasil kajian menunjukkan dengan debit desain sebesar 14,370 m 3 /dt (alternatif 1) pada debit irigasi tahun 2012 dapat dibangkitkan energi tahunan sebesar 8804 MW dan dapat mereduksi emisi gas karbon sebesar 5974 tCO 2 /tahun. PLTMH dibangun dengan komponen bangunan sipil (pipa pesat, saluran tailrace, dan rumah pembangkit) dan komponen peralatan mekanik elektrik seperti turbin dan generator. Dari perencanaan tersebut didapatkan biaya pembangunan sebesar 64,41 milyar rupiah dengan nilai BCR: 1,55, NPV: 38,60 milyar rupiah, IRR: 17,90% dan paid back period: 11,21 tahun, sehingga pembangunan PLTMH layak secara ekonomi. Kata kunci: PLTMH, debit, energi, emisi, kelayakan ekonomi ABSTRACT Indonesia is a country that has the potential water resources are plentiful and can be used in various ways, one of which is the development of water resources becomes a source of energy. By using the water constructions could be developed into a mini/micro hydroelectric power plant (MHP). The feasibility study is needed to identify the potential that can be developed. Studies are located at dam Wlingi, Blitar. MHP is planned to utilize the irrigation flow passing through Lodagung irrigation channels then be channeled back to the irrigation channel. In this study will be used to discharge alternate obtain optimum results. The results of the study showed the design discharge of 14.370 m3/sec (alternative 1) the discharge of irrigation generated in 2012 can produced 8804 MW of annual energy and can reduce carbon emissions by 5974 tCO2/tahun. MHP is built with components of civil structures (penstock, tailrace channel, and power house) and electrical components of mechanical equipment such as turbines and generator. From the planning it obtained construction cost of 64.41 billion dollars to the value of BCR: 1.55, NPV: 38,60 billion dollars, IRR: 17.90% and paid back period: 11.21 years, so the development of MHP economically viable . Keywords: MHP, discharge, energy, emissions, economic feasibility

Upload: duongcong

Post on 01-Jan-2017

284 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN IRIGASI

STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN

IRIGASI LODAGUNG PADA BENDUNGAN WLINGI BLITAR

Ridho Hashiddiqi1, Suwanto Marsudi

2, Ery Suhartanto

2

1Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya

2Dosen Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

e-mail: [email protected]

ABSTRAK Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumber daya air yang

berlimpah dan bisa dimanfaatkan dalam berbagai hal, salah satunya adalah pengembangan

sumber daya air menjadi sumber energi. Dengan memanfaatkan bangunan air yang sudah

ada bisa dikembangkan menjadi unit pembangkit listrik dengan skala kecil (PLTMH).

Studi kelayakan diperlukan untuk mengidentifikasi potensi yang dapat dikembangkan.

Studi berlokasi pada bendungan Wlingi, Kabupaten Blitar. PLTMH direncanakan

dengan memanfaatkan debit irigasi yang melewati saluran irigasi Lodagung kemudian

akan dialirkan kembali menuju saluran irigasi. Dalam studi ini akan digunakan alternatif

debit untuk mendapatkan hasil yang optimum.

Dari hasil kajian menunjukkan dengan debit desain sebesar 14,370 m3/dt (alternatif

1) pada debit irigasi tahun 2012 dapat dibangkitkan energi tahunan sebesar 8804 MW dan

dapat mereduksi emisi gas karbon sebesar 5974 tCO2/tahun. PLTMH dibangun dengan

komponen bangunan sipil (pipa pesat, saluran tailrace, dan rumah pembangkit) dan

komponen peralatan mekanik elektrik seperti turbin dan generator. Dari perencanaan

tersebut didapatkan biaya pembangunan sebesar 64,41 milyar rupiah dengan nilai BCR:

1,55, NPV: 38,60 milyar rupiah, IRR: 17,90% dan paid back period: 11,21 tahun, sehingga

pembangunan PLTMH layak secara ekonomi.

Kata kunci: PLTMH, debit, energi, emisi, kelayakan ekonomi

ABSTRACT Indonesia is a country that has the potential water resources are plentiful and can

be used in various ways, one of which is the development of water resources becomes a

source of energy. By using the water constructions could be developed into a mini/micro

hydroelectric power plant (MHP). The feasibility study is needed to identify the potential

that can be developed.

Studies are located at dam Wlingi, Blitar. MHP is planned to utilize the irrigation

flow passing through Lodagung irrigation channels then be channeled back to the

irrigation channel. In this study will be used to discharge alternate obtain optimum results.

The results of the study showed the design discharge of 14.370 m3/sec (alternative

1) the discharge of irrigation generated in 2012 can produced 8804 MW of annual energy

and can reduce carbon emissions by 5974 tCO2/tahun. MHP is built with components of

civil structures (penstock, tailrace channel, and power house) and electrical components of

mechanical equipment such as turbines and generator. From the planning it obtained

construction cost of 64.41 billion dollars to the value of BCR: 1.55, NPV: 38,60 billion

dollars, IRR: 17.90% and paid back period: 11.21 years, so the development of MHP

economically viable .

Keywords: MHP, discharge, energy, emissions, economic feasibility

Page 2: STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN IRIGASI

1. Pendahuluan Permintaan energi dunia berkembang

sangat pesat diakibatkan oleh

perkembangan populasi manusia yang

sangat pesat dan juga perkembangan

sektor industri yang sangat besar.

Kebutuhan energi global meningkat

sebesar 70% mulai tahun 1971 dan

diperkirakan terus meningkat sebesar 40%

sampai tahun 2030, sementara akses energi

masih sangat kurang.

Kebutuhan listrik di Indonesia saat ini

sebagian besar di supply dari sumber

energi fosil. Dalam beberapa waktu

terakhir ini, harga bahan bakar minyak

mengalami kenaikan yang sangat berarti.

Cadangan minyak bumi pun semakin

menipis. Cadangan batubara dan gas pun

jumlahnya terbatas (unrenewable energy).

Disamping itu, saat ini terjadi pemanasan

global akibat polusi yang ditimbulkan dari

pembakaran sumber energi fosil. Hal ini

menuntut kita mencari sumber energi

alternatif yang bersih dan tidak terbatas

untuk menghasilkan listrik.

Sampai saat ini, pembangkit listrik dengan

tenaga air merupakan pembangkit yang

paling ekonomis. Karena dengan

dioptimalkannya penggunaan tenaga air

untuk membangkitkan tenaga listrik maka

dapat menekan penggunaan bahan bakar

minyak yang harganya cenderung

meningkat dan juga cadangannya semakin

kecil.

Sungai Brantas merupakan salah satu

sungai besar di pulau Jawa yang memiliki

potensi yang masih belum dimaksimalkan

karena sebagian besar air dari sungai

Brantas dipergunakan untuk kebutuhan

irigasi, air baku, dan PLTA. Dengan

peningkatan kebutuhan energi listrik maka

sungai Brantas harus lebih dimaksimalkan

lagi potensinya mengingat masih banyak

potensi yang tersimpan. pemanfaatan kanal

irigasi dan tinggi jatuh yang terdapat pada

bangunan melintang sungai untuk instalasi

pembangkit listrik tenaga mikrohidro dan

pembangkit listrik tenaga mikrohidro

dirasa dapat membantu kebutuhan energi

yang sedang meningkat.

Studi ini bertujuan untuk menganalisa

kelayakan dari perencanaan PLTMH

dengan memanfaatkan debit air sungai dan

bangunan irigasi yang dirasa dapat

meningkatkan produksi energi listrik untuk

memenuhi kebutuhan energi listrik yang

meningkat.

2. Pustaka dan Metodologi

Klasifikasi embangkit listrik tenaga air

Klasifikasi dari pembangkit listrik tenaga

air perlu ditentukan terlebih dulu untuk

mengetahui karakteristik tipe pembangkit

listrik, mengklasifikasikan sistem

pembangkit listrik perlu dilakukan terkait

dengan sistem distribusi energi listrik,

apakah listrik dapat disalurkan melalui

grid terpusat ataukah grid terisolasi.

Klasifikasi pembangkit listrik dapat

ditentukan dari beberapa faktor

(Penche,2004:3) yakni:

1. Berdasarkan tinggi jatuh (head)

•Rendah (< 50 m)

•Menegah (antara 50 m dan 250 m)

•Tinggi (> 250 m)

2. Berdasarkan tipe eksploitasi dan

tampungan air

•Dengan regulasi aliran air (tipe waduk)

•Tanpa regulasi aliran air (tipe run off

river)

3. Berdasarkan sistem pembawa air

•Sistem bertekanan (pipa tekan)

•Sirkuit campuran (pipa tekan dan saluran)

4. Berdasarkan penempatan rumah

pembangkit

•Rumah pembangkit pada bendungan

•Rumah pembangkit pada skema

pengalihan

5. Berdasarkan metode konversi energi

• Pemakaian turbin

•Pemompaan dan pemakaian turbin

terbalik

6. Berdasarkan tipe turbin

•Impulse

•Reaksi

•Reversible

7. Berdasarkan kapasitas terpasang

•Mikro (< 100 kW)

•Mini (antara 100 kW dan 500 Kw)

•Kecil (antara 500 kW dan 10 MW)

Page 3: STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN IRIGASI

8. Berdasarkan debit desain tiap turbin

•Mikro (Q < 0,4 m3/dt)

•Mini ( 0,4 m3/dt < Q < 12,8 m3/dt)

•Kecil (Q > 12,8 m3/dt)

Debit desain

Debit desain merupakan besarnya debit

yang akan digunakan untuk mendesain

atau menghitung komponen dan bangunan

dalam PLTMH.

Dalam studi ini digunakan debit operasi

saluran irigasi yang kemudian dapat di

analisa untuk mengetahui debit desain

yang akan digunakan untuk menghitung

bangunan PLTMH.

Sedangkan operasi PLTMH menggunakan

debit yang tersedia, jadi debit operasi

PLTMH dapat berubah-ubah sesuai

dengan permintaan debit operasi irigasi.

Begitupula dengan energi yang dihasilkan

akan bervariatif.

Perencanaan bangunan PLTMH

Perencanaan bangunan PLTMH dengan

sistem tandon (reservoir) meliputi:

A. Bangunan Pengambilan

Bangunan pengambilan bisa terdiri dari:

1. Pintu pengambilan

Pintu pengambilan direncanakan untuk

mengambil air dari bendungan.

2. penyaring (trashrack)

Trashrack digunakan untuk menyaring

muatan sampah dan sedimen yang masuk,

umunya pernyaring direncanakan dengan

menggunakan jeruji besi..

B. Bangunan Pembawa

Bangunan pembawa bisa berupa bangunan

pembawa bertekanan (pipa pesat).

Parameter desain yang direncanakan pada

pipa pesat adalah:

1. Diameter pipa pesat

Diameter ekonomis pipa pesat dapat

dihitung dengan persamaan:

Sarkaria formula:

(

)

ESHA formula:

D = (

)

Doland formula:

D = 0,176 (P/H)0,466

Fahlbuch formula:

D = 0,52 H-1/7

(P/H) 3/7

Gisalssous formula:

D = Q0,4

dengan:

D : diameter pipa (m)

n : koef kekasaran pipa

Q : debit pada pipa (m3/dt)

Hf : kehilangan tinggi tekan total pada pipa

(m)

H : tinggi jatuh (m)

P : Daya (kW)

Namun dalam penentuan diameter pipa

pesat perlu diperhitungkan besarnya

kehilangan tinggi dikarenakan hal ini akan

memperngaruhi besarnya daya yang akan

dihasilkan dan juga perlu diperhatikan

keaman terhadap gejala vortex.

2. Tebal pipa pesat

Tebal pipa pesat dapat dihitung dengan

persamaan:

Technical standart for penstock and gate:

t = (D+800)/400

USBR:

t = (d+500)/400

ESHA:

e = PD/2σkf+es

dengan:

H : tinggi tekan maksimum ( m )

: tekanan statis + tinggi tekan akibat

pukulan air

σ : tegangan baja yang digunakan

(ton/m2 )

D : diameter pipa pesat ( m )

t : tebal pipa pesat ( m )

P : tekan hidrostatis pipa (kN/mm2)

kf : efisiensi ketahanan

es : tebal jagaan untuk sifat korosif (mm)

3. Kedalaman minimum pipa pesat

Kedalaman minimum akan berpengaruh

terhadap gejala vortex, kedalaman

minimum dapat dihitung dengan

persamaan (Penche,2004 :120):

Ht > s

s = c V √

dengan:

c : 0,7245 untuk inlet asimetris

0,5434 untuk inlet simetris

Page 4: STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN IRIGASI

V : kecepatan masuk aliran (m/dt)

D : diameter inlet pipa pesat (m)

Gambar 1. Skema inlet pipa pesat

4. Sistem Pengambilan Melalui Pipa Pesat

(Inlet)

Sistem pengambilan pada mulut pipa pesat

perlu diperhitungkan dengan tujuan untuk

mengatur sistem regulasi debit air yang

masuk ke dalam turbin baik saat kondisi

operasional maupun kondisi perawatan

,intake pipa pesat biasanya didesain

dengan menggunakan sistem katup

(valve). Tipe katup yang sering

diaplikasikan adalah :

a. Gate valve

b. Butterfly valve

c. Needle valve

C. Bangunan Pembuang

Bangunan pembuang digunakan untuk

mengalirkan debit setelah melalui turbin

menuju ke sungai. Bangunan pembauang

sendiri bisa direncanakan sesuai dengan

kondisi lapangan. Umunya bangunan

pembuang direncanakan dengan tipe

saluran terbuka (saluran tailrace).

Tinggi Jatuh Efektif

Tinggi jatuh efektif adalah selisih antara

elevasi muka air pada bangunan

pengambilan atau waduk (EMAW) dengan

tail water level (TWL) dikurangi dengan

total kehilangan tinggi tekan (Ramos,

2000:57).

Persamaan tinggi jatuh efektif adalah:

Heff = EMAW – TWL – hl

dengan:

Heff : tinggi jatuh efektif (m)

EMAW: elevasi muka air waduk atau hulu

bangunan pengambilan (m)

TWL : tail water level (m)

hl : total kehilangan tingi tekan (m)

Gambar 2. Sketsa Tinggi Jatuh Effektif

Kehilangan tinggi tekan digolongkan

menjadi 2 jenis yaitu kehilangan pada

saluran terbuka dan kehilangan pada

saluran tertutup.

Kehilangan tinggi tekan pada saluran

terbuka biasanya terjadi pada intake

pengambilan, saluran transisi dan

penyaring.

Kehilangan tinggi pada saluran tertutup

dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu

kehilangan tinggi mayor (gesekan) dan

kehilangan tinggi minor. Kehilangan tinggi

mayor dihitung dengan persamaan Darcy

Wisbach (Penche,2004:38):

hf = f

sedangkan kehilangan minor dihitung

dengan persamaan (Ramos, 2000:64):

hf = ξ

dengan:

hf : kehilangan tinggi tekan

V : kecepatan masuk (m/dt)

g : percepatan gravitasi (m/dt2)

L : panjang saluran tertutup / pipa (m)

D : diameter pipa (m)

f : koefisien kekasaran(moody diagram)

ξ : keofisien berdasarkan jenis kontraksi

Perencanaan Peralatan Mekanik dan

Elektrik Perencanaan peralatan mekanik dan

elektrik meliputi:

A. Turbin Hidraulik

Turbin dapat diklasifikasikan berdasarkan

tabel berikut (Ramos,2000:88):

Page 5: STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN IRIGASI

Tabel 1. Klasifikasi jenis turbin

Sumber: Ramos, 2000:82

Dalam perencanan turbin parameter yang

mendasari adalah kecepatan spesifik turbin

(Ns) dan kecepatan putar/sinkron (n)

dimana kedua parameter tersebut dihitung

dengan persamaan (USBR,1976: 14):

Ns = √

n =

dengan:

Ns : Kecepatan spesifik turbin (mkW)

n : kecepatan putar/sinkron (rpm)

P : daya (kW)

H : tinggi jatuh effektif (m)

f : frekuensi generator (Hz)

p : jumlah kutub generator

nilai n bisa didapatkan dengan melakukan

nilai coba-coba dengan persamaan:

Untuk turbin francis:

n’ =

√ atau n’ =

Untuk turbin propeller:

n’ =

√ atau n’ =

setelah didapatkan nilai parameter tersebut

maka dapat ditentukan parameter lain

seperti:

1. Titik pusat dan kavitasi pada turbin

Titik pusat perlu diletakkan pada titik yang

aman sehingga terhindar dari bahaya

kavitasi. Kavitasi akan terjadi bila nilai

σaktual < σkritis, dimana nilai σkritis

dapat dihitung dengan persamaan

(USBR,1976: 22):

σc =

Hs = Ha – Hv – H.σ

Sedangkan titik pusat turbin dapat dihitung

dengan persamaan:

Z = twl + Hs + b

dengan:

Ns : kecepatan spesifik turbin (mkW)

σc : koefisien thoma kritis

σ : koefisien thoma

Ha : tekanan absolut atmosfer (Pa/gρ)

Hv: tekanan uap jenuh air (Pw/gρ)

H : tinggi jatuh effektif (m)

Hs : tinggi hisap turbin (m)

Z : titik pusat tubrin

twl: elevasi tail water level

b : jarak pusat turbin dengan runner (m)

2. Dimensi turbin

Dimensi turbin reaksi meliputi:

Dimensi runner turbin, dimensi wicket

gate, dimensi spiral case dan dimensi draft

tube.

3. Effisiensi turbin

Effisiensi turbin sangat tergantung

pengaruh dari debit aktual dalam turbin

dengan debit desain turbin (Q/Qd).

Effisiensi turbin ditunjukkan pada gambar

berikut (Ramos,2000:99):

Gambar 3. Grafik effisiensi turbin

Page 6: STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN IRIGASI

B. Peralatan Elektrik

Peralatan elektrik PLTMH meliputi

perencanaan generator, governor, speed

increaser (jika perlu), transformer,

switchgear dan auxiliary equipment.

Analisa Pembangkitan Energi

Produksi energi tahunan dihitung

berdasarkan tenaga andalan. Tenaga

andalan dihitung berdasarkan debit

andalan yang tersedia untuk pembangkitan

energi listrik yang berupa debit outflow

dengan periode n harian. (arismunandar,

2005:19)

E = 9,8 x H x Q x ηg x ηt x 24 x n

dengan:

E : energi tiap satu periode (kWh)

H : einggi jatuh efektif (m)

Q : debit outflow (m3/dtk)

ηg : effisiensi generator

ηt : efisiensi turbin

n : jumlah hari dalam satu periode.

Analisa Reduksi Emisi Gas Karbon

Analisa reduksi emisi gas karbon dihitung

dengan persamaan (RETScreen, 2005:53):

ΔGHG : (ebase – eprop) Eprop (1- λprop)

dengan:

ΔGHG : Besaran reduksi gas karbon

(kgCO2e)

ebase : Faktor emisi gas karbon dari

sumber tidak terbarukan

eprop : Faktor emisi gas karbon dari

sumber terbarukan

Eprop : besarnya daya bangkitan (kWh)

λprop : kehilangan daya pada grid

nilai unit konversi produksi emsisi gas

karbon per kWh adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Nilai konversi produksi emisi

Sumber: IPCC,2006

Analisa Kelayakan Ekonomi

Analisa ekonomi dilakukan untuk

mengetahui kelayakan suatu proyek dari

segi ekonomi. Dalam melakukan analisa

ekonomi dibutuhkan dua komponen utama

yaitu:

cost (komponen biaya)

meliputi biaya langsung (biaya konstruksi)

dan biaya tak langsung (O&P,

contingencies dan engineering)

benefit (komponen manfaat).

Manfaat didapatakan dari hasil penjualan

listrik berdasarkan harga tarif yang berlaku

dan pendapatan dari reduksi emisi gas

karbon (CER).

Parameter kelayakan ekonomi meliputi:

1. Benefit Cost Ratio

2. Net Present Value

NPV = PV Benefit – PV Cost

3. Internal Rate Of Return

( )

4. Analisa sensitivitas

Analisa sensitivitas dilakukan pada 3

kondisi yaitu:

Cost naik 20%, benefit tetap

Cost tetap, benefit turun 20%

Cost naik 20%, benefit turun 20%

3. Hasil dan Pembahasan

A. Debit Desain

Analisa debit desain direncanakan

menggunakan data debit saluran irigasi

Lodagung pada bendungan Wlingi pada

tahun 2006-2012. Debit desain yang

digunakan adalah debit terbesar, terkecil

dan rerata. Sedangkan debit operasi yang

digunakan untuk pola operasi PLTMH

nantinya adalah debit tiap periode dimana

dalam satu bulan adalah tiga periode.

Berikut adalah hasil analisa debit:

Debit Maksimum : 14,370 m3/dt

Debit Minimum : 7,380 m3/dt

Debit Rerata : 11,231 m3/dt

B. Desain Bangunan Sipil

Bangunan pengambilan

Pintu intake

Data teknis pintu intake irigasi Lodagung

adalah sebagai berikut:

Tipe : roller gate

Elevasi dasar pintu : + 159,000m

Elevasi muka air tertinggi : + 163,500

Page 7: STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN IRIGASI

Elevasi muka air terrendah : + 162,000

Tinggi muka air maks : 4,50 m

Tinggi muka air normal : 3,00 m

Debit maksimum :17,50 m3/det

Saringan / Trashrack : 2 @ 3,20 m

x 8,00 m

Pintu : 2 @ 2,00 m

x 4,50 m

Trashrack

Jenis bahan : besi

Bentuk jeruji : tipe kotak

memanjang

Kemiringan trashrack : 90o

Tebal jeruji : 8,0 mm

Jarak antar jeruji : 850 mm

Lebar jeruji : 800 mm

Bangunan pembawa

Perencanaan Pipa Pesat (Penstock)

Kajian perencanaan pipa pesat dalam studi

ini meliputi: diameter pipa pesat, tebal

pipa dan intake pipa pesat. Data teknis:

Elevasi MA maks : +163,500

Elevasi MA terendah : +162,000

Elevasi dasar pipa pesat : + 159,000

Jumlah pipa pesat : 2 buah

Debit desain :14,370m3/dt

Panjang pipa pesat : 60 meter

Jenis pipa : pipa lingkaran dari

baja (cast iron)

Tegangan ijin pipa :1400 kN/mm2

Koef kekasaran : 0,014

Koef keamanan : 1,1

Sudut kemiringan : 10o

Gross head : 9,82 meter

Dengan data teknis rencana diatas maka

dapat direncanakan diameter pipa pesat.

Debit desain yang digunakan adalah debit

desain yang sudah di kalikan dengan

koefisien keamanan, yaitu 14,370 x 1,1 =

15,807 m3/dt. Sehingga debit tiap pipa

pesat adalah 15,807/2 = 7,903 m3/dt.

Diameter pipa pesat

Pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan kecepatan maksimum dan

minimum, kecepatan ideal pada pipa pesat

dengan low head adalah 2,0 – 3,0 m/dt.

Persamaan Sakaria :

(

)

(

)

D = 2,68 m, maka:

A = 0,25 π D2 = 0,25. 3,14. 2,68

2= 5,63m

2

V = Q/A = 7,903/5,63 = 1,40m/dt

Persamaan diameter ekonomis ESHA

(Penche,2004):

Jika tinggi tekan karena gesekan pipa

direncanakan 4% dari gross head maka:

D = 2,69 (

)

D = 2,69 (

)

D = 1,65 m, maka:

A = 2,14 m2

V = 3,70 m/dt

Persamaan Doland:

D = 0,176 (P/H)0,466

P = 9,81 x Q x H x eff

Q = 14,370/2 = 7,185 m3/dt (debit untuk 1

buah penstock)

P = 9,81 x 7,185 x 9,82 x 0,93 x 0,96 =

617,961 kW = 531,45 HP

D = 0,176 (531,45/9,82)0,466

D = 1,13 m

A = 1,00

V = 7,87 m/dt

Persamaan Fahlbuch:

D = 0,52 H-1/7

(P/H) 3/7

D = 0,52 9,82-1/7

(617,961/9,82)3/7

D = 2,21 m

A = 3,84

V = 2,05 m/dt

Persamaan Gisalssous”

D = Q0,4

D = 7,9030,4

D = 2,28 m

A = 4,10

V = 1,90 m/dt

Selanjutnya diameter dihitung dengan

pendekatan kecepatan berdasarkan

Mosonyi, yaitu:

Kecepatan potensial aliran pada pipa pesat

berdasarkan tinggi jatuh dihitung dengan:

V = √

V = √

V = 13,88 m/dt

Kecepatan yang bisa dicapai oleh pipa

pesat berdasarkan tinggi jatuh yaitu 13,88

m/dt sehingga kecepatan maksimum masih

Page 8: STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN IRIGASI

Diameter Luas Kecepatan Hf 1 Hf 2 Hf 3 Hf 4 Hf total % of H Heff

(m) (m2) (m/dt) (m) (m) (m) (m) (m) (%) (m)

1 Sakaria 2.68 5.63 1.40 3.76E+06 0.00009 0.015 0.033 0.007 0.030 0.1 0.170 1.73 9.65

2 Pence celso 1.65 2.15 3.68 6.09E+06 0.00015 0.014 0.343 0.046 0.207 0.1 0.696 7.08 9.13

3 Gisalssous 2.29 4.10 1.93 4.40E+06 0.00011 0.015 0.072 0.013 0.057 0.1 0.241 2.46 9.58

4 Fahlbuch 2.21 3.85 2.05 4.55E+06 0.00011 0.015 0.085 0.014 0.064 0.1 0.264 2.69 9.56

5 Doland 1.13 1.00 7.88 8.91E+06 0.00022 0.014 2.334 0.211 0.949 0.1 3.594 36.59 6.23

6 Coba-coba 1.90 2.83 2.79 5.30E+06 0.00013 0.013 0.167 0.026 0.119 0.1 0.412 4.19 9.41

7 Rata-rata 1.98 3.07 2.58 5.09E+06 0.00013 0.013 0.135 0.023 0.101 0.1 0.359 3.66 9.46

Sumber: perhitungan

MetodeNo. Re e f

bisa dicapai oleh pipa pesat (Vmaks =

3,0m/dt)

Untuk mencari diameter kisaran dihitung

dengan:

V maksimum = 3,0 m/dt

Q = V x A

D = √

(

)

D = √

(

)

D = 1,83 m

V minimum = 2,0 m/dt

Q = V x A

D = √

(

)

D = √

(

)

D = 2,30 m

Kisaran nilai diameter pipa pesat adalah

1,83 – 2,30 m, di ambil 1,90 m dengan

kecepatan 2,79 m2/dt.

Tabel 3. Diameter Pipa Pesat

Dengan hasil diatas diambil diameter pipa

pesat dengan rata-rata dari tiap formula

yaitu sebesar 1,98 m = 2,00 m.

Tebal Pipa Pesat

Tebal pipa menurut technical standart for

penstock and gate:

t = (D+800)/400

t = (1980+800)/400 = 6,95 mm + 3 mm =

9,95 mm

Tebal pipa menurut USBR:

t = (D+508)/400

t = (1980+508)/400 = 6,21 mm + 3 mm =

9,21 mm

Tebal pipa menurut ESHA:

e =

dengan:

e : tebal pipa (mm)

P : tekan hidrostatis dalam pipa

(kN/mm2)

D : diameter pipa (cm)

σ : tegangan ijin pipa baja SS400

(4000 kN/mm2)

k : efisiensi ketahanan (k = 1 untuk

pipa utuh)

es : tebal jagaan untuk sifat korosif

(cm)

σijin = σ/3 = 4000/3 = 1333 kg/cm2

P = 9821 kN/mm2

Maka tebal pipa menurut ESHA:

e =

e =

e = 10,29 mm

Maka dari hasil perhitungan tebal pipa

untuk tiap metode adalah:

USBR : 9,21 mm

ESHA : 10,29 mm

Technical standart for penstock and gate:

9,95 mm

Direncanakan tebal pipa pesat adalah

10mm.

Bangunan pembuang

Saluran Tailrace dan Tail Water Level

Saluran tailrace berfungsi untuk

membuang aliran setelah melewati turbin

menuju sungai, dalam studi ini

dikarenakan aliran air dari turbin akan

dikembalikan ke saluran irigasi maka debit

air akan dialirkan melalui saluran terbuka

dimana diujung saluran akan direncanakan

ambang lebar sebagai kontrol elevasi muka

air (TWL).

Bentuk ambang : ogee tipe I

Page 9: STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN IRIGASI

Lebar ambang : 15 meter

Tinggi ambang : 0,5 meter

Elevasi ambang :+153,000

(direncanakan)

Elevasi dasar : +152,500

Koefisien debit (C) : 1,7 m1/2

/dt

Analisa elevasi muka air pada ambang

dipergunakan sebagai acuan tail water

level (TWL) untuk referensi tinggi efektif,

elevasi muka air pada ambang dihitung

dengan:

Q = C B H1,5

:

dengan:

Q : debit melalui ambang

B : lebar ambang (15 meter)

C : koefisien debit (1,7)

H : tinggi muka air diatas ambang(m)

Dari persamaan tersebut dapat dihitung

lengkung kapasitas ambang untuk tiap

variasi ketinggian air, untuk debit

14,37m2/dt didapat tinggi muka air 0,68 m.

Tabel 4. Perhitungan Tinggi Muka Air Diatas Ambang

Alternatif Debit operasi Jumlah turbin H MA TWL

(m3/dt) (unit) (m) (m)

1 14.37 2 0.68 153.68

2 7.38 2 0.44 153.44

3 11.23 2 0.58 153.58

Sumber: perhitungan

C. Tinggi Jatuh Efektif

Tinggi jatuh efektif dalam studi ini

mencakup berdasarkan elevasi muka air

pada hulu bendungan Wlingi dan elevasi

muka air pada saluran irigasi Lodagung.

Dimana elevasi muka air pada hulu

menggunakan ketetapan aturan operasi

bendungan Wlingi yaitu +163,500 dan

elevasi pada hilir ditentukan berdasarkan

analisa tail water level pada analisa

sebelumnya yakni +153,680 sehingga

tinggi jatuh kotor (gross head) adalah

9,82 meter.

Tabel 5. Tinggi Jatuh Efektif

No. Debit Operasi

(m3/dt)

Elv Ma Hulu

(m)

Elv TWL

(m)

Net Head

(m)

1 14,370 163,500 153,580 9,46

2 7,380 163,500 153,440 9,70

3 11,230 163,500 153,680 9,56

Sumber: perhitungan

D. Perencanaan Peralatan Mekanik dan

Elektrik

Turbin Hidraulik

Dalam studi ini digunakan beberapa

metode dalam merencanakan turbin

hidraulik, metode yang digunakan adalah

metode Amerika (USBR), metode yang

dikembangkan oleh European small

hydropower association (ESHA) dan

simulasi program TURBNPRO V3.

Tabel 6. Rangkuman Spesifikasi Turbin Untuk Tiap Metode

No. Uraian

Metode Eropa

(ESHA)

Metode Amerika

(USBR)

Simulasi

TURBNPRO V3

nilai satuan nilai satuan nilai satuan

1 tipe turbin Kaplan Kaplan Kaplan

2 frekuensi generator 50 Hz 50 Hz 50 Hz

3 kutub generator (p) 16 buah 16 buah 16 buah

4 kecepatan sinkron 375.00 rpm 375.00 rpm 375.00 rpm

5 kecepatan putar (n) 375.00 rpm 375.00 rpm 375.00 rpm

6 kecepatan spesifik (Ns) 557.89 mkW 541.23 mkW 563.40 mkW

7 faktor kecepatan 1.18 1.53 1.57

8 diameter maksimum 1.17 m 1.06 m 1.23 m

Page 10: STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN IRIGASI

No. Uraian

Metode Eropa

(ESHA)

Metode Amerika

(USBR)

Simulasi

TURBNPRO V3

nilai satuan nilai satuan nilai satuan

9 koefisien kavitasi kritis (σc) 0.68 0.60 0.77

10 tinggi hisap kritis (Hs) 3.64 m 4.13 m 0.00 m

11 tinggi hisap rencana (Hs') -0.50 m -0.50 m -0.50 m

12 jarak dasar turbin ke pusat

(de) 0.48 m 0.43 m 0.51 m

13 elv pusat turbin (Z) 153.18 m 153.18 m 153.18 m

14 koefisien kavitasi aktual (σa) 1.09 1.09 1.05

15 kontrol kavitasi aman aman aman

16 lebar total spiral case 4.47 m 4.03 m 4.38 m

17 diameter intake spiral case 1.66 m 1.55 m 1.68 m

18 tinggi draft tube 2.34 m 2.20 m 2.58 m

19 panjang draft tube 4.56 m 4.11 m 6.55 m

20 biaya perunit turbin (juta

rupiah)

11957.8

5 juta Rp 10317.01 juta Rp 12822.33 juta Rp

21 biaya pemasangan turbin

(juta rupiah) 1793.68 juta Rp 1547.55 juta Rp 1923.35 juta Rp

22 biaya total turbin (juta

rupiah)

13751.5

3 juta Rp 11864.57 juta Rp 14745.68 juta Rp

23 Install Capacity 666.85 kW 666.85 kW 666.85 kW

24 Rp/kW 20.62 17.79 22.11

25 Output energi 16.00 MWh 16.00 MWh 16.00 MWh

26 Rp/MWh 859.24 741.33 921.35

Sumber: perhitungan dan simulasi

Dari hasil perencanaan turbin hidraulik

dengan menggunakan tiap metode pada

tabel diatas digunakan desain turbin

dengan metode Amerika (USBR)

dikarenakan dari hasil perencanaan

didapatkan nilai rasio daya dengan biaya

yang rendah sehingga desain tersebut

merupakan desain yang ekonomis.

Generator

Generator direncanakan dengan

menggunakan tipe generator yang biasa

digunakan untuk PLTMH di Indonesia,

generator yang digunkaan adalah generator

sinkron 3 fasa dengan frekuensi 50

Hz.Generator sinkron harus memiliki

kecepatan putaran dasar yang sama dengan

turbin, pada analisa sebelumnya kecepatan

dasar turbin yang dipergunakan adalah 375

rpm dengan melihat tabel 2.7 maka jumlah

kutub yang harus digunakan adalah 16

buah. Dan dengan melihat daya teoritis

pada analisa sebelumnya maka efisiensi

generator berdasarkan tabel 2.6 adalah

0,96atau 96%.

Peningkat Kecepatan (Speed Increaser)

Peningkat kecepatan dibutuhkan untuk

PLTMH dengan tinggi jatuh rendah untuk

meningkatkan kecapatan turbin agar daya

yang dibangkitkan menjadi maksimal,

peningkat kecepatan didesain dengan tipe

parallel shaft with helical gear.

Pengatur Kecepatan (Governor)

Pengatur kecepatan dibutuhkan untuk

pengaturan kecepatan pada turbin dengan

mengatur guide vane sehingga didapatkan

kecepatan yang masih diijinkan oleh turbin

untuk beroperasi, pengatur kecepatan

memiliki tiga jenis tipe yakni: hidro –

mekanik, mekanik – elektrik dan hidro –

elektrik. Dalam studi ini direncanakan

pengatur kecepatan menggunakan sistem

hidro – elektrik dengan pertimbangan

bahwa sistem ini telah sering dipergunakan

dalam sistem PLTMH.

Transformer (Travo)

Transformer direncanakan dengan desain

yang biasa diterapkan pada lapangan

Page 11: STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN IRIGASI

sesuai dengan standar nasional atau

standar PLN, dalam studi ini tidak

membahas perencanaan transformer secara

teknis.

Peralatan Pengatur Kelistrikan

(Switchgear Equipment)

Switchgear merupakan kombinasi antara

saklar pemutus, fuse dan pemutus aliran

(circuit breaker). Switchgear difungsikan

untuk melindungi generator dan

transformator utama dari bahaya kelebihan

kapasitas (overcapacity).

Dalam studi ini tidak direncanakan adanya

switchgear dikarenakan sistem distribusi

listrik menggunakan sistem central grid

sehingga langsung akan disambungkan ke

switchgear milik PLN.

E. Analisa Pembangkitan Energi

Analisa pembangkitan energi dihitung

berdasarkan alternatif debit desain yang

dipergunakan pada pembahasan

sebelumnya, data teknis yang dibutuhkan

adalah sebagai berikut:

Debit desain : 14,370 m3/dt

Jumlah turbin : 2 buah turbin

Effisiensi turbin : 93%

Effisiensi generator : 96%

Sistem operasi : central grid

Energi yang dihasilkan dalam satu hari,

dihitung dengan:

E = 9,8 x H x Q x ηg x ηt x 24

E = 9,8 x 9,46 x 14,370 x 0,96 x 0,93 x 24

E = 28577,37 kWh

Tabel 7. Hasil Pembangkitan Energi Harian Tiap Alternatif

No

Debit

Operasi

Jumlah

Turbin Eff Elv MA Elv TWL

Net

Head

Lama

Operasi Daya

Energi

Harian

(m3/dt) (buah) (%) (m) (m) (m) (jam) (kW) (kWh)

1 14,370 2 89,28 163,500 153,680 9,46 24 11910,72 28577,37

2 7,380 2 89,28 163,500 153,440 9,70 24 627,24 15053,73

3 11,230 2 89,28 163,500 153,580 9,56 24 940,71 22577,06

Sumber: perhitungan

Pada studi ini digunakan data tahun 2012

sebagai pendekatan perhitungan energi

yang kemudian bisa dijadikan acuan untuk

menghitung energi yang dapat dihasilkan

pada tahun mendatang.

Tabel 8. Energi Total Operasi PLTMH Tahun 2012

No Debit Operasi

Jumlah

Turbin Eff Energi Harian

(m3/dt) (buah) (%) (kWh)

1 14,370 2 89,28 8803,846

2 7,380 2 89,28 4840,045

3 11,230 2 89,28 7472,947

Sumber: perhitungan

F. Analisa Reduksi Gas Karbon (GHG)

dan CER

Reduksi gas karbon dihitung dengan:

ΔGHG : (ebase – eprop) Eprop (1- λprop)

dengan:

Eprop : hasil produksi bangkitan energi

(MW); 8804MW

ebase : faktor emisi gas karbon dari

sumber tidak terbarukan (lihat tabel 2.8)

ebase : 0,754 untuk sumber minyak bumi

eprop : faktor emisi gas karbon dari

sumber terbarukan (eprop = 0 untuk tenaga

air)

λprop : kehilangan energi pada jaringan

grid (direncanakan 10%)

ΔGHG : (0,754 – 0) 8804 (1- 0,1)

ΔGHG : 5974 ton/tahun

PLTMH berhak mendapatkan kompensasi

dana dari badan internasional karena telah

menerapkan energi bersih dalam bentuk

CER. Besarnya dana dari CER dihitung

Page 12: STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN IRIGASI

berdasarkan berapa ton gas karbon yang

bisa tereduksi dengan harga tiap ton adalah

11 euro atau setara dengan Rp.176.457,93

(konversi euro – rupiah per bulan juni

2014).

CER = ΔGHG x Rp 176.457,93

CER = 5974 x 176.457,93

CER = 1054 juta rupiah atau setara 1,05

milyar rupiah pertahun.

G. Analisa Ekonomi

Tabel 9. Hasil Perhitungan Estimasi Biaya Tiap Alternatif

No. Item Pekerjaan Biaya (Milyar Rupiah)

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

1 Biaya Engineering 2,52 1,78 2,22

2 Peralatan Hidromekanik 31,44 19,11 25,90

3 Pemasangan Hidromekanik 4,72 2,87 3,88

4 Pipa Pesat 5,16 3,16 4,69

5 Pemasangan Pipa Pesat 0,67 0,41 0,61

6 Saluran 0,46 0,25 0,37

7 Lain Lain 8,27 4,59 6,66

8 Biaya Contingencies 5,32 3,22 4,43

9 Biaya O & P 0,53 0,32 0,44

10 Capital Cost 58,55 35,38 48,77

11 PPN 10% 5,86 3,54 4,88

12 Total Cost 64,41 38,92 53,64

13 Rasio Rp/Kwh 7.316 8.042 7.178

Sumber:perhitungan

Berdasarkan peraturan menteri ESDM

no.12 tahun 2014 harga jual listrik yang

harus dibeli PT. PLN adalah Rp.

1075/kWh. Maka nilai manfaat dari

penjualan listrik adalah: harga jual x hasil

bangkitan energi listrik yaitu, 1075 x 8804

MW = 9,46 milyar pertahun ditambah

dengan pendapatan dari CER sebesar 1,18

milyar pertahun.

Tabel 10. Estimasi Manfaat Untuk Tiap Alternatif

No Alternatif Harga Jual Listrik

(Rp/kWh)

Pembangkitan Tahunan

(MWh)

Pendapatan

(Milyar Rp)

CER

(Milyar Rp)

Total

(Milyar Rp)

1 1 1075 8804 9,46 1,05 10,51

2 2 1075 4840 5,20 0,58 5,78

3 3 1075 7473 8,03 0,89 8,92

Sumber:perhitungan

Aliran dana (cash flow) disusun

berdasarkan tiap alternatif selama 35

tahun, dalam tabel cash flow masing

masing parameter dihitung dalam bentuk

nilai ekuivalensinya (P/V) untuk tiap

parameter. Kemudian akan dianalisa

kelayakan ekonominya dalam bentuk

benefit cost ratio (BCR), net present value

(NPV), internal rate of return (IRR) dan

paid back period.

Page 13: STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN IRIGASI

Tabel 11. Rangkuman Hasil Analisa Kelayakan Ekonomi

Alternatif Suku

Bunga PV Cost

Dengan CER

PV Benefit BCR NPV IRR Paid Back

Period

1 12,00% 70,15 108,76 1,55 38,60 17,90% 11,21

2 12,00% 42,40 62,76 1,48 20,37 17,22% 11,84

3 12,00% 58,43 93,32 1,60 34,89 18,39% 10,76

Tanpa CER

1 12,00% 76,68 102,16 1,46 32,00 16,87% 12,38

2 12,00% 46,36 56,16 1,32 13,77 15,51% 14,40

3 12,00% 63,80 86,71 1,48 28,29 17,16% 12,04

Sumber: perhitungan

Dari hasil analisa diketahui bahwa nilai

BCR dan IRR memiliki nilai lebih baik

jika biaya lebih rendah (PV Cost)

dibandingkan dengan biaya yang lebih

tinggi, namun ketiga alternatif masih

memiliki parameter kelayakan ekonomi

yang baik (layak) dalam studi ini

diputuskan untuk mengambil alternatif 1

dikarenakan nilai NPV yang lebih tinggi

dari alternatif lainnya hal ini menunjukan

tingkat keuntungan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan alternatif lainnya

meski nilai BCR dan IRR lebih rendah dari

alternatif lain selain itu energi yang bisa

disalurkan menuju grid lebih besar dari

pada alternatif lain sehingga suplai energi

bersih akan meningkat , alternatif 1

memiliki parameter desain sebagai

bereikut:

Debit desain : 14,370 m3/dt

Jumlah turbin : 2 unit turbin

Jumlah pipa pesat : 2 buah

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan

yang telah dilakukan dengan

memperhatikan rumusan masalah, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Berdasarkan analisa, setiap debit yang

melalui saluran irigasi Lodagung dapat

dikembangkan untuk pembangkitan energi

listrik dengan melihat besarnya debit yang

masuk melalui grafik hill curve turbin pro.

Dengan menggunakan data debit irigasi

pada tahun 2012, dapat dibangkitkan

energi sebesar:

a. Alternatif 1: 8804 MWh pertahun

b. Alternatif 2: 4840 MWh pertahun

c. Alternatif 3: 7473 MWh pertahun

2. Komponen bangunan PLTMH yang

dipergunakan dalam studi ini adalah:

a. Bangunan sipil:

Bangunan pengambilan (roller gate,

trashrack)

Bangunan pembawa (pipa pesat).

Bangunan pembuang (saluran tailrace).

Sistem regulator (katup pintu).

Rumah pembangkit (power house)

b. Peralatan mekanik dan elektrik:

Turbin kaplan beserta kelengkapanya

(spiral case, draft tube dan wicket gate),

generator 50Hz 3 fasa dengan 16 kutub,

governor, speed increaser, dan aksesoris

kelistrikan.

3. Berdasarkan analisa reduksi emsisi gas

karbon maka besar reduksi dan pendapatan

dari CER yang dihasilkan dengan adanya

PLTMH untuk tiap jenis konversi bahan

bakar adalah:

a. Minyak

Dapat direduksi emisi gas karbon sebesar

5974 tCO2/tahun dengan pendapatan dari

CER sebesar 1,06 milyar rupiah

b. Diesel

Dapat direduksi emisi gas karbon sebesar

6054 tCO2/tahun dengan pendapatan dari

CER sebesar 1,07 milyar rupiah

c. Batu Bara

Dapat direduksi emisi gas karbon sebesar

7448 tCO2/tahun dengan pendapatan dari

CER sebesar 1,31 milyar rupiah

d. Gas Alam

Page 14: STUDI KELAYAKAN PEMASANGAN PLTMH DI SALURAN IRIGASI

Dapat direduksi emisi gas karbon sebesar

4604 tCO2/tahun dengan pendapatan dari

CER sebesar 0,81 milyar rupiah

4. Berdasarkan analisa ekonomi terhadap

alternatif debit andalan terpilih (alternatif

1) didapatkan besar biaya total sebesar

64,41 milyar rupiah dengan nilai BCR

1,55, NPV 38,60 milyar rupiah, IRR

17,90% dan paid back period 11,21 tahun.

Dengan hasil analisa tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa perencanaan PLTMH

dengan alternatif debit andalan 1 layak

secara ekonomi.

Daftar pustaka

1. Anonim. 2006. Guidelines for National

Greenhouse Gas Inventories. Switzerland: IPCC (International Panel

In Climate Change).

2. Anonim. 1986. Standar Perencanaan

Irigasi (Kriteria Perencanaan 02). Bandung : CV. Galang Persada.

3. Anonim. 1986. Standar Perencanaan

Irigasi (Kriteria Perencanaan 04). Bandung : CV. Galang Persada.

4. Anonim. 2005. RETScreen®

Engineering & Cases Textbook. Kanada: RETScreen International.

5. Anonim, 1976. Engineering

Monograph No. 20 Selecting Reaction

Turbines. Amerika: United States

Bureau of Reclamation.

6. Arismunandar A. & Kuwahara S. 2004.

Buku Pegangan Teknik Tenaga

Listrik. Jakarta : PT Pradnya Paramita.

7. Arndt, R. E. A. 1998. Hydraulic

Turbines. New York: St. Anthony Falls

Laboratory University of Minnesota.

8. Chugoku Electric Power. 2009.

Potential Survey for mini Hydropower

Projects Utilizing Unexploted head on

an irrigation canal network in east

java state. Malang : Perum Jasa Tirta I.

9. Chow, Ven Te. 1997. Hidraulika

saluran terbuka. Jakarta : Erlangga

10. Dandekar, MM & K.N. Sharma. 1991.

Pembangkit Listrik Tenaga Air. Jakarta : Universitas Indonesia.

11. Department Of Energy, Energy

Utilization Management Bureau.

2009. Manuals and Guidelines for

Micro-hydropower Development in

Rural Electrification Volume I. Filipina: Department of energy

Philippines.

12. Linsley, Ray K & Franzini, Joseph B.

1991. Teknik Sumber Daya Air Jilid

2. Jakarta: Erlangga.

13. Mosonyi, Emil. 1963. Water Power

Development Volume One Low Head

Power Plant. Budapest : Akademiai

Kiado.

14. Mosonyi, Emil. 1963. Water Power

Development Volume Two High

Head Power Plant. Budapest :

Akademiai Kiado.

15. Patty, O.F. 1995. Tenaga Air.

Erlangga : Surabaya.

16. Penche, Celso. 2004. Guidebook on

How to Develop a Small Hydro Site. Belgia : ESHA (European Small

Hydropower Association).

17. Ramos, Helena. 2000. Guidelines For

Design Small Hydropower Plants. Irlandia : WREAN (Western

Regional Energy Agency &

Network) and DED (Department of

Economic Development).

18. Suyanto, Adhi, dkk. 2001. Ekonomi

Teknik Proyek Sumberdaya Air. Jakarta : MHI.

19. Varshney,R.S. 1977. Hydro-Power

Structure. India : N.C Jain at the

Roorkee Press.