studi kasus tn.j (syifa dan wulan ) upn april 2011
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sejak dasawarsa 1990-an telah terjadi pergeseran pola penyebab kematian dan sakit di
Indonesia, yakni dari jenis penyakit infeksi ke penyakit yang bersifat degeneratif. Hasil Survei
Kesehatan Rumah Tangga 1995 menunjukkan penyebab utama kematian penduduk berusia di
atas 35 tahun adalah penyakit kardiovaskular atau jantung dan pembuluh darah.1
Salah satu penyakit kardiovaskular yang menjadi perhatian dunia saat ini adalah
hipertensi. Lebih kurang seperlima dari seluruh penduduk dewasa di seluruh dunia diperkirakan
mengalami hipertensi. Prevalensi di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1 miliar orang dengan
angka kematian mencapai 7,1 juta orang per tahun. Hasil survey kesehatan rumah tangga
(SKRT) di Indonesia pada tahun 1995, menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia cukup
tinggi, yaitu 83 per 1000 anggota rumah tangga. Mengingat hipertensi bersifat kronis, diperlukan
penatalaksanaan jangka panjang dan holistik serta dukungan keluarga.
Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain,
bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Banyak faktor yang berperan
untuk terjadinya hipertensi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah meliputi faktor
yang tidak bisa dikontrol, seperti keturunan, jenis kelamin, ras, dan umur. Sedangkan faktor yang
dapat dikontrol yakni olahraga, makanan, alkohol, stress, rokok, kelebihan berat badan,
kehamilan dan menggunakan pil kontrasepsi.2 Hipertensi dapat menjadi penyebab sekunder
penyakit serebrovaskuler (CVD) atau stroke akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah
otak berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding
pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan
viskositas darah.
Pasien seorang laki – laki bekerja di perusahaan cargo sebagai pengawas (supervisor),
tinggal di keluarga inti, menderita hipertensi sejak satu tahun yang lalu namun tidak pernah
mengkonsumsi obat. Kondisi rumah pengap, berdebu, pencahayaan yang kurang dengan
lingkungan padat dan kumuh.
Sehingga kasus ini perlu dikaji untuk membina pasien tentang penyakitnya, kesadaran
untuk kontrol walaupun tanpa serangan dapat dicegah dengan adanya partisipasi dari anggota
keluarga.
Dukungan dari keluarga sangat diperlukan untuk meningkatkan disiplin pasien agar
menjaga tekanan darah dalam keadaan senormal mungkin dan membantu pasien dalam
menjalankan kehidupan sehari – harinya yang sudah mengalami keterbatasan akibat penyakit
stroke. Keluarga sebagai komunitas terkecil di sekitar pasien berpotensi besar untuk membantu
keberhasilan terapi. Keluarga dapat memberi dukungan moral ataupun finansial kepada pasien.
Penatalaksanaan yang berpusat kepada keluarga akan meningkatkan keberhasilan terapi sehingga
menguntungkan tidak hanya bagi pasien, tetapi juga bagi dokter.
Dalam melakukan tatalaksana hipertensi dan stroke diperlukan pendekatan berbeda
daripada penyakit lain mengingat terus menerus serta perlu penatalaksanaan jangka panjang dan
holistik. Dalam hal ini pendekatan pelayanan kedokteran keluarga merupakan salah satu cara
yang cukup efektif. Pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan kesehatan/asuhan medis
yang bersifat holistik, komprehensif, terpadu, dan berkesinambungan yang didukung oleh
pengetahuan kedokteran terkini untuk menyelesaikan semua keluhan dari pasien sebagai
komponen keluarga dengan tidak memandang umur, jenis kelamin, dan sesuai dengan
kemampuan sosialnya.
Pada studi kasus ini akan dikemukakan mengenai pembinaan pasien dengan riwayat
hipertensi derajat II dan stroke dengan perilaku pasien dan keluarga yang kurang mendukung
pengobatan. Juga akan dikemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaannya dari segi biologis, perilaku kesehatan dan keluarga, sarana dan prasarana
kesehatan.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Ilustrasi Kasus
Tn. J usia 51 tahun adalah seorang kepala keluarga yang mempunyai 1 orang istri dan 3
orang anaknya yang berjenis kelamin laki-laki , yang bertempat tinggal di Jl. Temu Giring no.5
RT 10 RW 08, Kelurahan Kayu Putih, Jakarta Timur, datang ke Klinik Dokter Keluarga Kayu
Putih ( KDK KP ) pada tanggal 5 April 2011 atas keinginan sendiri yang didampingi oleh isteri
dan seorang anaknya menggunakan bajaj. Saat turun bajaj, pasien dibantu oleh anaknya dan
beberapa petugas kesehatan KDK, karena tidak mampu berjalan sendiri. Saat di meja TRIASE,
pasien mengutarakan keluhannya yaitu seluruh badannya terasa lemas dan demam sejak 2 hari
yang lalu. Lemas dirasa secara tiba-tiba, dan demam dirasa terus menerus sepanjang hari Pasien
tidak merasakan pusing yang berputar, pasien juga tidak merasakan nyeri kepala hebat yang
disertai muntah yang menyemprot. Sakit kepala timbul sepanjang hari dan tidak menentu.
Keluhan tersebut membuat pasien sulit untuk beristirahat.
Pada saat pertanyaan selanjutnya, pasien lebih banyak diam, dengan tatapan hampa dan
terlihat lemas. Menurut pengakuan anaknya, pasien sering marah-marah dan berbicara kasar jika
merasa sakit kepalanya. Pasien tidak mengeluhkan batuk ataupun pilek, mengaku sulit makan
dan terkadang tersedak jika minum air.
Pasien tidak mengeluh sesak, tidak mengeluh nyeri di bagian dada sebelah kiri.
Akan tetapi menurut keterangan dari isteri pasien, pasien pernah terkena stroke kurang lebih 5
bulan yang lalu. Sehingga pasien saat ini mudah sekali marah dan juga aktifitas pasien saat ini
terganggu dan butuh bantuan dari keluarga di rumah. Pasien sempat mengeluhkan bahwa saat ini
sering mengompol.
Pasien tidak merokok, akan tetapi mengaku sering makan makanan yang
mengandung santan dan goreng-gorengan. Akan tetapi, akhir-akhir ini pasien mengatakan bahwa
pasien sekarang jarang sekali makan.
Pasien selama ini tidak pernah berobat teratur dan jarang datang untuk kontrol ke
dokter. Kurang lebih satu tahun yang lalu, pasien sempat berobat ke dokter dengan keluhan sakit
kepala dan dinyatakan hipertensi, akan tetapi sejak saat itu pun pasien tidak pernah datang
kembali untuk kontrol ataupun berobat. Pasien hanya sering minum obat panadol di warung jika
sudah merasa sakit kepala.
Keluarga :
Istri pasien sebagai pelaku rawat Ny. A, 47 tahun, lulusan SMEA dan bekerja sebagai ibu
rumah tangga, terkadang membuka usaha sebagai penjahit di rumah. Sedangkan 3 anaknya tidak
berada dalam 1 rumah, anak yang pertama usia 26 tahun sudah tinggal di Serang bersama
keluarganya, anak yang kedua usia 18 tahun meninggal karena kanker kelenjar getah bening, lalu
anak yang ketiga usia 17 tahun lebih memilih tinggal di Bekasi.
Identitas Pasien (identitas ini ditulis di berkas studi kasus, dengan nama hanya
menggunakan inisial
Nama : Tn. Jumhamsyah
Umur : 51 th
Alamat : Jl. Temu Giring no.5 RT 10/ RW 08, Kelurahan Kayu
Putih, Jakarta Timur.
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Pegawai Pabrik
Kedudukan dalam keluarga : Kepala Keluarga
Status perkawinan : Menikah
Asuransi kesehatan : Ada
Identitas pelaku rawat
Nama : Ny. Agustinus
Umur : 47 th
Alamat : Jl. Temu Giring no.5 RT 10/ RW 08, Kelurahan Kayu
Putih, Jakarta Timur.
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Kedudukan dalam keluarga : Isteri
Status perkawinan : Menikah
Asuransi kesehatan : -
Genogram
Untuk genogram, sebutkan nama nama dengan inisial dan usianya
Keterangan
: Pasien
: Wanita
: Pria
: Meninggal
Anamnesis
- Keluhan utama (alloanamnesa)
Seluruh badan terasa lemas dan demam sejak 2 hari yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien merasa seluruh badannya lemas dan demam. Lemas dirasa secara tiba-
tiba, dan demam dirasa terus menerus sepanjang hari. Pasien tidak merasakan pusing
yang berputar, pasien juga tidak merasakan nyeri kepala hebat yang disertai muntah yang
menyemprot. Sakit kepala timbul sepanjang hari dan tidak menentu. Keluhan tersebut
membuat pasien sulit untuk beristirahat.
Menurut pengakuan anaknya, pasien sering marah-marah dan berbicara kasar jika
merasa sakit kepalanya. Pasien tidak mengeluh sesak, tidak mengeluh nyeri dada sebelah
kiri. Pasien tidak mengeluhkan batuk ataupun pilek, mengaku sulit makan dan terkadang
tersedak air jika minum air.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien pernah terkena stroke kurang lebih 5 bulan yang lalu. Sehingga aktifitas
pasien saat ini terganggu dan butuh bantuan dari keluarga di rumah. Pasien sempat
mengeluhkan bahwa saat ini sering mengompol.
Pasien tidak merokok, akan tetapi mengaku sering makan makanan yang
mengandung santan dan goreng-gorengan. Akan tetapi, akhir-akhir ini pasien
mengatakan bahwa pasien sekarang jarang sekali makan.
Pasien selama ini tidak pernah berobat teratur dan jarang datang untuk kontrol ke
dokter. Karena saat satu tahun yang lalu, pasien sempat berobat ke dokter dengan keluhan
sakit kepala dan dinyatakan hipertensi, akan tetapi sejak saat itu pun pasien tidak pernah
datang kembali untuk kontrol ataupun berobat. Pasien hanya sering minum obat panadol
dari warung jika sudah merasa sakit kepala.
Riwayat penyakit keluarga :
anak kedua pasien meninggal karena kanker getah bening.
Riwayat Kebiasaan dan Perilaku :
Pasien memiliki kebiasaan .makan makanan yang mengandung santan dan
goreng-gorengan. Pasien tidak merokok ataupun mengkonsumsi kopi. Namun saat ini
pasien sulit makan.
Pemeriksaan Fisik (Tanggal 5 April 2011)
A. Keadaan umum, tanda-tanda vital dan status gizi
Secara umum didapatkan sikap kurang kooperatif , pasien lebih banyak diam,
tatapan kosong, penampilan kurus dan kurang bersih, tampak lemas, kesadaran kompos
mentis, tampak pucat.
Tanda-tanda vital didapatkan
TD: 180/120 mmHg, N : 100 x/m, RR : 24 x/m, S: 38,5ºC.
Tensi sempat diulang karena tinggi :
180 / 120 diturunkan dengan nifedipine 1 x ½ tablet sublingual.
15’ 180 / 120 mmHg
30’ 180 / 120 mmHg (nifedipine diulang 1 x 1 tab sublingual)
15’ 170 / 110 mmHg
30’ 160 / 110 mmHg
TB= 175 cm, BB= 60 kg,
IMT= BB(kg)/TB(m²) = 19 kg/m2
B. Status generalis
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat
isokor, reflek cahaya +/+.
Telinga : Normotia, serumen tidak ada.
Hidung : Simetris, septum tidak deviasi , konka nasalis tidak hipertrofi,
sekret tidak ada.
Tenggorokan : Uvula ditengah, tonsil T1-T1 tenang, Faring tidak hiperemis
Leher : deskripsikan tentang benjolannya. Sepertinya hal spt ini langsung
dituliskan di bagian depan karena harusnya PF benjolan sebesar yang dialami pasien ini, saat
kunjungan pertama sudah bisa terdeteksi
Mulut : Bibir tidak simetris, cenderung lemah di bagian kiri, kulit bibir tampak
kering, lidah tidak kotor.
Thoraks
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba kuat angkat.
Perkusi : Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra.
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra.
Batas kiri : ICS IV linea mid klavikula sinistra.
Auskultasi : BJ I-II normal, murmur tidak ada, gallop tidak ada.
Paru
Inspeksi : Gerakan dinding thorax simetris dalam keadaan statis dan
dinamis, retraksi sela iga (-).
Palpasi : Vokal fremitus sama pada kedua hemithoraks.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (N/N) , ronkhi (-/-), wheezing (-/-).
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (-).
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Ekstremitas :Tungkai tidak edema, akral tidak pucat serta tidak
Sianosis, kekuatan otot 4444 4444
5555 3333
Muskuloskeletal : Dalam batas normal
Status neurologist
Sensorik : ??
Refleks fisiologis : ??
Refleks patologis : ??
N. Kranialis : ???
Status lokalis : (-)
Pemeriksaan Penunjang
Dokter menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan GDS, DPL, UL dan
foto thoraks, karena alasan biaya pihak keluarga pasien hanya menyetujui pemeriksaan
DPL dan GDS
Hasil:
Hb = 17, eritrosit = 5.71, leukosit = 5000, trombosit = 119.000, Ht = 50
Diff count : 0 / 1 / 0 / 82 / 13/ 4
GDS = 106 mg / dl
Diagnosa
Krisis Hipertensi / hipertensi grade 2?? (konsekuensi ke penatalaksnaan, coba lihat lagi
klasifikasinya, terus pakai tekanan darah terakhir
Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik
Observasi febris ec suspek viral infection ec DBD
Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik dd/ limfadenitis spesifik
Suspek keganasan??
Terapi
Piracetam 1 x 1 tablet (seminggu)
Simvastatin 1 x 20 mg
Captopril 3 x 25 mg
Amlodipine 1 x 10 mg
Ascardia stop sementara karena TD tidak terkonrol
Cefixime 2 x 1 tablet
Pihak dokter menyarankan untuk dirujuk ke IGD untuk penatalaksanaan hipertensinya
pasien menolak informed consent
Diagnosis Holistik (awal)
1. Alasan kedatangan (keluhan utama), harapan, kekhawatiran :
Alasan kedatangan : seluruh badan terasa lemas dan demam sejak 2 hari yang
lalu.
Harapan : ingin sembuh.
Kekhawatiran : tidak peduli lagi dengan penyakit yang dideritanya karena
pasien menganggap keluarga sudah tidak sayang dengan pasien.
2. Diagnosis kerja
Untuk diagnosis kerja, tolong di lihat diagnosis di atas yang sudah di buat
Krisis Hipertensi dengan stroke.
3. Perilaku dan mental psikologikal ??? Faktor Risiko Internal
Tidak pernah kontrol rutin ke klinik.
Tidak pernah minum obat hipertensi.
Tingkat pengetahuan pasien terhadap penyakitnya masih kurang
Pola makan ?
Alokasi dana untuk kesehatan ?
4. Fungsi psikososial, sosial dan ekonomi keluarga
Pasien merupakan kepala keluarga yang mendominasi dalam mengambil
keputusan
Sejak terkena stroke, pasien cenderung mudah terpancing emosi, berbicara
kasar terhadap keluarga, sehingga dalam keluarga kurang komunikasi & isteri
serta anak cenderung menghindar dari suami
Pendapatan masih berasal dari suami
Kurang perhatian dari sang isteri ??
5. Skala fungsional
Derajat 4
Masalah Prastudi
Medis
Krisis hipertensi dengan stroke.
Non Medis
1. Tidak kontrol teratur ke klinik.
2. Tidak mau berolahraga.
3. Perilaku suka makan gorengan.
4. Perilaku suka makan makanan bersantan.
5. Ketidakpahaman keluarga terhadap penyakit pasien sehingga kurangnya
dukungan keluarga terhadap kesembuhan pasien.
YANG DI ATAS INI SEPERTINYA TIDAK PERLU KARENA SUDAH
DISEBUTKAN TADI
Pembinaan Kesehatan Keluarga --- INI BISA DISAJIKAN DALAM
MANUSKRIP
Tujuan pembinaan kesehatan keluarga adalah untuk meningkatkan status
kesehatan keluarga dan partisipatif dalam upaya kemandirian untuk kehidupan yang sehat
fisik, mental psikologikal, sosial dan lingkungannya.
Tujuan manajemen penatalaksanaaan terhadap pasien adalah :
1. Berkurangnya keluhan.
2. Terkontrolnya tekanan darah.
3. Rutinnya pasien dalam meminum obat.
4. Mencegah dan memperlambat timbulnya komplikasi lebih lanjut.
5. Diterapkannya pola hidup sehat.
6. Pasien dapat menerima kondisi fisiknya saat ini.
7. Pasien bersemangat untuk menjalani hidup bersama keluarga.
Tujuan studi (HAL INI TIDAK PERLU DISEBUTKAN)
a. Tujuan umum
Mempraktekkan pelayanan kesehatan dengan pendekatan kedokteran keluarga
b. Tujuan khusus
Terhadap Pasien
Berkurangnya keluhan.
Terkontrolnya tekanan darah.
Rutinnya pasien dalam meminum obat.
Mencegah dan memperlambat timbulnya komplikasi lebih lanjut.
Diterapkannya pola hidup sehat.
Pasien dapat menerima kondisi fisiknya saat ini.
Pasien bersemangat untuk menjalani hidup bersama keluarga.
Terhadap keluarga
1. Memberikan pemahaman kepada keluarga tentang penyakit pasien.
2. Meningkatkan peran serta atau partisipasi keluarga dalam pengobatan pasien.
3. Adanya motivasi dari anak sebagai pengawas kontrol berobat dan pengawas pola makan
pasien.
4. Ikut sertanya anggota keluarga yang lain dalam menjalankan perilaku hidup.
Identifikasi Fungsi Keluarga ---- INI DITULISKAN DI BERKAS KELUARGA
YAAA....
Untuk mendaptakan faktor-faktor intrinsik atau ekstrisik dengan adanya partisipasi
keluarga maka dilakukan pembinaan keluarga dengan mengidentifikasi fungsi-fungsi keluarga :
Organisasi keluarga
Bentuk keluarga adalah keluarga inti dengan siklus kehidupan seluruh anak sudah
meninggalkan keluarga dengan orang tua di usia pertengahan. Kehidupan pria dewasa tua
yang memiliki hipertensi dan riwayat stroke dengan satu orang istri, satu anak dewasa yang
telah berkeluarga dan sekarang tidak tinggal satu rumah, anak kedua meninggal karena
kanker kelenjar getah bening, dan anak ketiga lebih memilih tidak tinggal satu rumah dengan
orang tua karena merasa tidak nyaman.
Fungsi biologis
Pasien mengalami hipertensi yang diketahui sejak 1 tahun yang lalu dan riwayat stroke
sejak 5 bulan yang lalu.
Anak-anak pasien memiliki risiko terkena penyakit Hipertensi.
Fungsi psikososial
Hubungan pasien dengan isteri serta anak-anaknya kurang baik.Sikap pasien dengan
isteri cenderung pecemburu sehingga terkadang pasien bersikap dan berbicara kasar,
sedangkan terhadap anak ketiga pasien lebih sering marah-marah dengan alasan tidak
jelas. Sehingga si anak pun cenderung menjaga jarak dengan pasien. Pasien sangat
terpukul dengan kepergian anak keduanya yang dianggap lebih sayang dan peduli
terhadap dirinya
Anak pertama sudah menikah, akan tetapi sangat jarang menjenguk pasien.
Jika kepala sudah terasa sakit, pasien cenderung marah-marah dan terlihat berbicara
sendiri.
Fungsi sosial
Pasien sudah tidak pernah bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.
Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Pasien masih dipekerjakan oleh atasannya di pabrik, walaupun pasien hanya datang dan
diam saja disana. Pasien masih mendapat pendapatan sebanyak Rp. 2.000.000.
Isteri pasien terkadang membuka jasa menjahit dirumahnya, akan tetapi pendapatannya
sendiri tidak tentu.
Fungsi perilaku kesehatan keluarga
Pasien berobat didampingi isteri dan anaknya.
Tidak ada kebiasaan olahraga dalam keluarga.
Perilaku pasien yang suka makan makanan bersantan.
Perilaku pasien yang suka makan goreng-gorengan..
Kebiasaan pasien hanya diam di rumah, waktu paling banyak dihabiskan hanya untuk
tidur.
Menu makanan sehari-hari hanya tinggal beli di warung makanan dekat rumah.
Fungsi non perilaku (sarana dan prasarana kesehatan)
Jarak Puskesmas dari rumah pasien sekitar m, jadi pasien butuh naik angkot 1 x jika
pergi ke klinik.
Lingkungan
Letak rumah pasien di pinggir jalan, masuk gang dengan jarak rumah antar rumah yang
berdempetan satu dengan yang lain. Jumlah penghuni dalam satu rumah adalah 2 orang. Luas
rumah ± 50 m2, dengan dua lantai. Lantai pertama terdapat ruang tamu, tempat tidur pasien,
kamar mandi dan dapur sedangkan lantai kedua terdapat 1 buah kamar untuk anaknya jika
pulang. Lantai rumah terbuat dari marmer dan dindingnya terbuat dari tembok. Sumber
penerangan berasal dari listrik dan 2 buah jendela beserta ventilasinya, tetapi jendela jarang di
buka dan sering tertutup gorden sehingga mengesankan lembab. Selain itu terdapat kipas angin
untuk bantuan ventilasi. Sumber air minum dari Aqua galon, mandi dan cuci berasal dari PAM
dan pompa listrik. Kamar mandi 2 buah dengan 1 buah WC jongkok dan 1 buah bak mandi,
selalu dibersihkan oleh pembantu setiap hari agar tidak licin. Limbah dari rumah dibuang ke got
sedangkan sampah dibuang di tempat sampah depan rumah dan di ambil 1mgg/x oleh tukang
sampah untuk di olah di TPS.
Diagnosis Holistik
I. Alasan kedatangan, harapan dan kekhawatiran
Pasien mengeluh lemas seluruh badan dan demam sejak 2 hari yang lalu.
Pasien ingin segera sembuh, akan tetapi pasien khawatir akan kepedulian
keluarganya terhadap dirinya yang semakin berkurang.
II. Diagnosa Klinik tolong dilihat lagi diagnosis holistik yang dibagian atas
Krisis hipertensi dengan stroke.
III. Masalah perilaku dan mental psikologikal
1. Perilaku tidak berolahraga.
2. Perilaku makan-makanan yang bersantan.
3. Perilaku makan goreng-gorengan.
IV. Masalah fungsi psikososial, sosial dan ekonomi keluarga
1. Dukungan dan komunikasi dengan anak-anak yang kurang (stresor kesendirian),
stress karena memikirkan anak perempuan belum menikah.
2. manajemen pengelolaan rumah yang besar dengan gaya hidup yang cukup mewah
V. Skala fungsional
Derajat 4
BAB III
PEMBAHASAN
Bab III bisa dijadikan bagian dari manuskrip
Pada kasus ini, ditegakkan diagnosis hipertensi grade II atas dasar pemeriksaan tekanan
darah 180/120 mmHg. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan 3 kali menurut rekomendasi
pengukuran tekanan darah pada manusia. Berbagai faktor genetik, faktor lingkungan,
intermediary phenotypes, seperti susunan saraf otonom, hormon, vasopressor/vasodepressor,
struktur sistem kardiovaskular, volume cairan tubuh, fungsi ginjal, dan faktor hipertensinogenik,
seperti stroke, asupan garam yang tinggi, asupan alkohol yang tinggi, resistensi insulin,
dislipidemi, asupan kalium rendah dan asupan kalsium rendah, mempunyai peranan dalam
peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer. Pada anamnesis tidak terdapat gejala penyakit
yang sama seperti pada pasien di keluarganya.
Faktor lingkungan yang banyak diperhatikan adalah intake garam. Asupan garam kurang
dari 3 gram/hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan asupan garam
antara 5 – 15 gram/hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15 –20%. Pengaruh asupan
garam terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan
tekanan darah. Pada pasien ini diketahui bahwa pasien sering mengkonsumsi makanan yang
banyak mengandung santan dan gorengan, faktor lain yang juga berpengaruh terhadap timbulnya
hipertensi antara lain stress psikososial dan kurang olahraga. Faktor stress pada pasien ini
menurut pasien berhubungan dengan tidak adanya perhatian dari istri dan anak baik yang di
rumah maupun di luar rumah untuk menyediakan waktu luang menemani pasien(stressor
kesendirian). Tidak terkontrolnya tekanan darah berhubungan dengan kurangnya perhatian
pasien akan kesehatan dirinya, yang disebabkan kurangnya dukungan keluarga sehingga pasien
tidak kontrol secara teratur. Pasien tidak memiliki tingkat pemahaman yang cukup mengenai
hipertensi sehingga diperlukan edukasi mengenai hipertensi, kemungkinan penyebab dan
komplikasinya, serta penatalaksanaan hipertensi.
Berdasarkan JNC VII pasien ini di diagnosis hipertensi stage II yang sebaiknya diterapi
dengan menggunakan thiazide type diuretics, dapat dipertimbangkan ACEI, ARB, BB, CCB,
atau kombinasi. Penatalaksanaan medikamentosa yang dilakukan pada pasien ini adalah dengan
pemberian obat antihipertensi golongan ACE inhibitor, Captopril 3x25 mg. Efek kerja dari obat
ini adalah menghambat kerja dari enzim konversi angiotensin sehingga menghambat perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II, sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah arteriola
eferen. Captopril merupakan obat yang sering digunakan karena spektrum penggunaannya yang
cukup luas dibandingkan obat-obat antihipertensi lainnya, dapat ditoleransi dengan baik oleh
penderita hipertensi, dan efek samping yang minimal. Obat ini dipilih karena tidak menyebabkan
hipokalemia, hiperglikemia, hiperurisemia atau hiperkolesterolemia seperti golongan diuretik,
dan tidak menyebabkan sakit kepala seperti golongan antagonis kalsium, kepustakaan
menyebutkan efek samping berupa batuk, namun setelah pemakaian selama 5 hari, tidak ada
keluhan dari pasien. Selain bekerja dengan menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
terjadi penurunan aldosteron. Obat ini juga menghambat degradasi baradikinin yang merupakan
vasodilator kuat.7
Penatalaksanaan Non farmakologis meliputi modifikasi gaya hidup. Menjalankan pola
hidup sehat adalah cara yang paling tepat untuk mencegah terjadinya hipertensi pada individu.
Penatalaksanaan pasien hipertensi pun tidak terlepas dari penatalaksanaan pola hidup sehat.
Modifikasi gaya hidup paling utama untuk menurunkan tekanan darah tinggi meliputi penurunan
berat badan, perencanaan pola makan dengan diet yang ketat, namun kaya akan potassium dan
kalsium untuk mencegah hipertensi, aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien dan penghentian
konsumsi alkohol dan hindari stres. Modifikasi gaya hidup terbukti dapat menurunkan tekanan
darah, mempertinggi kinerja obat-obat antihipertensi dan mengurangi terserang penyakit
kardiovaskuler. Pengkombinasian dua atau lebih modifikasi gaya hidup akan mendapatkan hasil
yang baik.7
Berdasarkan pada DASH (Dietary approach to Stop Hypertension) JNC VII, pasien
hipertensi sebaiknya mengkonsumsi rendah natrium. Dalam hal ini diberikan edukasi untuk
mengurangi atau bahkan menghindari konsumsi garam dan bahan makanan yang tinggi kadar
natriumnya seperti makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (keju, biskuit,
craker, keripik dan makanan kering yang asin), makanan dan minuman dalam kaleng (sarden,
sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink), dan makanan yang
diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai
kacang). Selain itu soda kue, baking powder, penyedap rasa (maggi, royco, dll), dan vetsin juga
mengandung natrium.8 Dalam menjalankan diet ini sangat diperlukan partisipasi anggota
keluarga.
Pasien dianjurkan untuk memulai perencanaan diet rendah garam. Hipertensi pada
umumnya memiliki karakteristik dimana pasiennya peka terhadap garam (Na) dan terkadang
dikaitkan dengan fungsi barorefleks yang terganggu. Mengurangi asupan natrium sangatlah
penting dan efektif pada pasien hipertensi, dan harus dilakukan sebelum atau bersamaan dengan
terapi medikamentosa12. Sehari-hari pasiennya tidak melakukan pengaturan diet. Pada seorang
pasien yang mengalami hipertensi, dianjurkan untuk menjalani diet rendah garam (RG). Diet
rendah garam adalah diet yang mengandung garam natrium lebih rendah dari biasanya. Diet
rendah garam dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu : 9
1. Diet RG I, yaitu diet dengan kandungan garam Natrium 200 – 400 mg per hari.
Ditujukan terutama untuk pasien dengan hipertensi berat, asites, dan edema
anasarka.
2. Diet RG II, yaitu diet dengan kandungan garam Natrium 600 – 800 mg per hari
atau setara dengan ¼ sendok teh garam dapur. Ditujukan terutama untuk pasien
dengan hipertensi yang berat.
3. Diet RG III, yaitu diet dengan kandungan garam Natrium 1.000 – 1.200 mg per
hari atau setara dengan ½ sendok teh garam dapur. Ditujukan terutama untuk
pasien dengan hipertensi ringan.
Rehabilitasi pasca stroke pada pasien ini dengan melakukan upaya mengembalikan fungsi
anggota gerak mendekati fungsi normal dengan melakukan latihan setiap hari di rumah. Dalam
hal ini di perlukan perhatian dan keterampilan dari istri untuk melatih bicara pasien dan streching
agar tidak terjadi kekakuan otot. Pasien tidak pernah mau diajak untuk jalan kaki pada pagi hari,
dengan demikian kami menganjurkan pasien untuk menjaga kebugaran jasmani dengan sering
melakukan jalan pagi minimal 30 menit setiap hari bersama sang istri. Dukungan keluarga istri
pasien kepada pasien untuk melakukan jalan kaki di pagi hari tidak pernah berhasil, karena
pasien selalu marah – marah jika dibangunkan di pagi hari, sehingga istri pasien tidak pernah
memotivasi pasien untuk melakukannya lagi. Olahraga secara teratur dianjurkan selain untuk
menurunkan berat badan juga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga ini dilakukan secara
berkelanjutan dengan meningkatkan intensitasnya secara bertahap. Olahraga yang dianjurkan
adalah sebanyak 3-5 kali per minggu selama minimal 30 menit, disamping itu olahraga
sebaiknya yang bersifat aerobik, seperti jogging, senam jantung, bersepeda, berenang dan lari.8
Tolong diselesaikan pembahasannya. Di pembahasan mungkin di bahas pada pasien
ditegakkan beberapa diagnosis atas dasar? Terus penatalaksanaan dan rencana pemeriksaan
penunjang yang dianjurkan, penegakkan diagnosis holistiknya, dll
Terlampir nanti saya kirimkan contoh berkas studi kasusnya dan contoh manuskrip