studi kasus tn.j (syifa dan wulan ) upn april 2011

30
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak dasawarsa 1990-an telah terjadi pergeseran pola penyebab kematian dan sakit di Indonesia, yakni dari jenis penyakit infeksi ke penyakit yang bersifat degeneratif. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995 menunjukkan penyebab utama kematian penduduk berusia di atas 35 tahun adalah penyakit kardiovaskular atau jantung dan pembuluh darah. 1 Salah satu penyakit kardiovaskular yang menjadi perhatian dunia saat ini adalah hipertensi. Lebih kurang seperlima dari seluruh penduduk dewasa di seluruh dunia diperkirakan mengalami hipertensi. Prevalensi di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1 miliar orang dengan angka kematian mencapai 7,1 juta orang per tahun. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di Indonesia pada tahun 1995, menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1000 anggota rumah tangga. Mengingat hipertensi bersifat kronis, diperlukan penatalaksanaan jangka panjang dan holistik serta dukungan keluarga. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah meliputi faktor yang tidak bisa dikontrol, seperti

Upload: vina-subaidi

Post on 04-Aug-2015

27 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejak dasawarsa 1990-an telah terjadi pergeseran pola penyebab kematian dan sakit di

Indonesia, yakni dari jenis penyakit infeksi ke penyakit yang bersifat degeneratif. Hasil Survei

Kesehatan Rumah Tangga 1995 menunjukkan penyebab utama kematian penduduk berusia di

atas 35 tahun adalah penyakit kardiovaskular atau jantung dan pembuluh darah.1

Salah satu penyakit kardiovaskular yang menjadi perhatian dunia saat ini adalah

hipertensi. Lebih kurang seperlima dari seluruh penduduk dewasa di seluruh dunia diperkirakan

mengalami hipertensi. Prevalensi di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1 miliar orang dengan

angka kematian mencapai 7,1 juta orang per tahun. Hasil survey kesehatan rumah tangga

(SKRT) di Indonesia pada tahun 1995, menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia cukup

tinggi, yaitu 83 per 1000 anggota rumah tangga. Mengingat hipertensi bersifat kronis, diperlukan

penatalaksanaan jangka panjang dan holistik serta dukungan keluarga.

Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain,

bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Banyak faktor yang berperan

untuk terjadinya hipertensi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah meliputi faktor

yang tidak bisa dikontrol, seperti keturunan, jenis kelamin, ras, dan umur. Sedangkan faktor yang

dapat dikontrol yakni olahraga, makanan, alkohol, stress, rokok, kelebihan berat badan,

kehamilan dan menggunakan pil kontrasepsi.2 Hipertensi dapat menjadi penyebab sekunder

penyakit serebrovaskuler (CVD) atau stroke akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah

otak berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding

pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan

viskositas darah.

Pasien seorang laki – laki bekerja di perusahaan cargo sebagai pengawas (supervisor),

tinggal di keluarga inti, menderita hipertensi sejak satu tahun yang lalu namun tidak pernah

mengkonsumsi obat. Kondisi rumah pengap, berdebu, pencahayaan yang kurang dengan

lingkungan padat dan kumuh.

Page 2: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

Sehingga kasus ini perlu dikaji untuk membina pasien tentang penyakitnya, kesadaran

untuk kontrol walaupun tanpa serangan dapat dicegah dengan adanya partisipasi dari anggota

keluarga.

Dukungan dari keluarga sangat diperlukan untuk meningkatkan disiplin pasien agar

menjaga tekanan darah dalam keadaan senormal mungkin dan membantu pasien dalam

menjalankan kehidupan sehari – harinya yang sudah mengalami keterbatasan akibat penyakit

stroke. Keluarga sebagai komunitas terkecil di sekitar pasien berpotensi besar untuk membantu

keberhasilan terapi. Keluarga dapat memberi dukungan moral ataupun finansial kepada pasien.

Penatalaksanaan yang berpusat kepada keluarga akan meningkatkan keberhasilan terapi sehingga

menguntungkan tidak hanya bagi pasien, tetapi juga bagi dokter.

Dalam melakukan tatalaksana hipertensi dan stroke diperlukan pendekatan berbeda

daripada penyakit lain mengingat terus menerus serta perlu penatalaksanaan jangka panjang dan

holistik. Dalam hal ini pendekatan pelayanan kedokteran keluarga merupakan salah satu cara

yang cukup efektif. Pelayanan kedokteran keluarga adalah pelayanan kesehatan/asuhan medis

yang bersifat holistik, komprehensif, terpadu, dan berkesinambungan yang didukung oleh

pengetahuan kedokteran terkini untuk menyelesaikan semua keluhan dari pasien sebagai

komponen keluarga dengan tidak memandang umur, jenis kelamin, dan sesuai dengan

kemampuan sosialnya.

Pada studi kasus ini akan dikemukakan mengenai pembinaan pasien dengan riwayat

hipertensi derajat II dan stroke dengan perilaku pasien dan keluarga yang kurang mendukung

pengobatan. Juga akan dikemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan

pelaksanaannya dari segi biologis, perilaku kesehatan dan keluarga, sarana dan prasarana

kesehatan.

Page 3: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

BAB II

ILUSTRASI KASUS

Ilustrasi Kasus

Tn. J usia 51 tahun adalah seorang kepala keluarga yang mempunyai 1 orang istri dan 3

orang anaknya yang berjenis kelamin laki-laki , yang bertempat tinggal di Jl. Temu Giring no.5

RT 10 RW 08, Kelurahan Kayu Putih, Jakarta Timur, datang ke Klinik Dokter Keluarga Kayu

Putih ( KDK KP ) pada tanggal 5 April 2011 atas keinginan sendiri yang didampingi oleh isteri

dan seorang anaknya menggunakan bajaj. Saat turun bajaj, pasien dibantu oleh anaknya dan

beberapa petugas kesehatan KDK, karena tidak mampu berjalan sendiri. Saat di meja TRIASE,

pasien mengutarakan keluhannya yaitu seluruh badannya terasa lemas dan demam sejak 2 hari

yang lalu. Lemas dirasa secara tiba-tiba, dan demam dirasa terus menerus sepanjang hari Pasien

tidak merasakan pusing yang berputar, pasien juga tidak merasakan nyeri kepala hebat yang

disertai muntah yang menyemprot. Sakit kepala timbul sepanjang hari dan tidak menentu.

Keluhan tersebut membuat pasien sulit untuk beristirahat.

Pada saat pertanyaan selanjutnya, pasien lebih banyak diam, dengan tatapan hampa dan

terlihat lemas. Menurut pengakuan anaknya, pasien sering marah-marah dan berbicara kasar jika

merasa sakit kepalanya. Pasien tidak mengeluhkan batuk ataupun pilek, mengaku sulit makan

dan terkadang tersedak jika minum air.

Pasien tidak mengeluh sesak, tidak mengeluh nyeri di bagian dada sebelah kiri.

Akan tetapi menurut keterangan dari isteri pasien, pasien pernah terkena stroke kurang lebih 5

bulan yang lalu. Sehingga pasien saat ini mudah sekali marah dan juga aktifitas pasien saat ini

terganggu dan butuh bantuan dari keluarga di rumah. Pasien sempat mengeluhkan bahwa saat ini

sering mengompol.

Pasien tidak merokok, akan tetapi mengaku sering makan makanan yang

mengandung santan dan goreng-gorengan. Akan tetapi, akhir-akhir ini pasien mengatakan bahwa

pasien sekarang jarang sekali makan.

Page 4: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

Pasien selama ini tidak pernah berobat teratur dan jarang datang untuk kontrol ke

dokter. Kurang lebih satu tahun yang lalu, pasien sempat berobat ke dokter dengan keluhan sakit

kepala dan dinyatakan hipertensi, akan tetapi sejak saat itu pun pasien tidak pernah datang

kembali untuk kontrol ataupun berobat. Pasien hanya sering minum obat panadol di warung jika

sudah merasa sakit kepala.

Keluarga :

Istri pasien sebagai pelaku rawat Ny. A, 47 tahun, lulusan SMEA dan bekerja sebagai ibu

rumah tangga, terkadang membuka usaha sebagai penjahit di rumah. Sedangkan 3 anaknya tidak

berada dalam 1 rumah, anak yang pertama usia 26 tahun sudah tinggal di Serang bersama

keluarganya, anak yang kedua usia 18 tahun meninggal karena kanker kelenjar getah bening, lalu

anak yang ketiga usia 17 tahun lebih memilih tinggal di Bekasi.

Identitas Pasien (identitas ini ditulis di berkas studi kasus, dengan nama hanya

menggunakan inisial

Nama : Tn. Jumhamsyah

Umur : 51 th

Alamat : Jl. Temu Giring no.5 RT 10/ RW 08, Kelurahan Kayu

Putih, Jakarta Timur.

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Pegawai Pabrik

Kedudukan dalam keluarga : Kepala Keluarga

Status perkawinan : Menikah

Page 5: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

Asuransi kesehatan : Ada

Identitas pelaku rawat

Nama : Ny. Agustinus

Umur : 47 th

Alamat : Jl. Temu Giring no.5 RT 10/ RW 08, Kelurahan Kayu

Putih, Jakarta Timur.

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Kedudukan dalam keluarga : Isteri

Status perkawinan : Menikah

Asuransi kesehatan : -

Page 6: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

Genogram

Untuk genogram, sebutkan nama nama dengan inisial dan usianya

Keterangan

: Pasien

: Wanita

: Pria

: Meninggal

Page 7: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

Anamnesis

- Keluhan utama (alloanamnesa)

Seluruh badan terasa lemas dan demam sejak 2 hari yang lalu.

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien merasa seluruh badannya lemas dan demam. Lemas dirasa secara tiba-

tiba, dan demam dirasa terus menerus sepanjang hari. Pasien tidak merasakan pusing

yang berputar, pasien juga tidak merasakan nyeri kepala hebat yang disertai muntah yang

menyemprot. Sakit kepala timbul sepanjang hari dan tidak menentu. Keluhan tersebut

membuat pasien sulit untuk beristirahat.

Menurut pengakuan anaknya, pasien sering marah-marah dan berbicara kasar jika

merasa sakit kepalanya. Pasien tidak mengeluh sesak, tidak mengeluh nyeri dada sebelah

kiri. Pasien tidak mengeluhkan batuk ataupun pilek, mengaku sulit makan dan terkadang

tersedak air jika minum air.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien pernah terkena stroke kurang lebih 5 bulan yang lalu. Sehingga aktifitas

pasien saat ini terganggu dan butuh bantuan dari keluarga di rumah. Pasien sempat

mengeluhkan bahwa saat ini sering mengompol.

Pasien tidak merokok, akan tetapi mengaku sering makan makanan yang

mengandung santan dan goreng-gorengan. Akan tetapi, akhir-akhir ini pasien

mengatakan bahwa pasien sekarang jarang sekali makan.

Pasien selama ini tidak pernah berobat teratur dan jarang datang untuk kontrol ke

dokter. Karena saat satu tahun yang lalu, pasien sempat berobat ke dokter dengan keluhan

Page 8: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

sakit kepala dan dinyatakan hipertensi, akan tetapi sejak saat itu pun pasien tidak pernah

datang kembali untuk kontrol ataupun berobat. Pasien hanya sering minum obat panadol

dari warung jika sudah merasa sakit kepala.

Riwayat penyakit keluarga :

anak kedua pasien meninggal karena kanker getah bening.

Riwayat Kebiasaan dan Perilaku :

Pasien memiliki kebiasaan .makan makanan yang mengandung santan dan

goreng-gorengan. Pasien tidak merokok ataupun mengkonsumsi kopi. Namun saat ini

pasien sulit makan.

Pemeriksaan Fisik (Tanggal 5 April 2011)

A. Keadaan umum, tanda-tanda vital dan status gizi

Secara umum didapatkan sikap kurang kooperatif , pasien lebih banyak diam,

tatapan kosong, penampilan kurus dan kurang bersih, tampak lemas, kesadaran kompos

mentis, tampak pucat.

Tanda-tanda vital didapatkan

TD: 180/120 mmHg, N : 100 x/m, RR : 24 x/m, S: 38,5ºC.

Tensi sempat diulang karena tinggi :

180 / 120 diturunkan dengan nifedipine 1 x ½ tablet sublingual.

15’ 180 / 120 mmHg

30’ 180 / 120 mmHg (nifedipine diulang 1 x 1 tab sublingual)

Page 9: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

15’ 170 / 110 mmHg

30’ 160 / 110 mmHg

TB= 175 cm, BB= 60 kg,

IMT= BB(kg)/TB(m²) = 19 kg/m2

B. Status generalis

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat

isokor, reflek cahaya +/+.

Telinga : Normotia, serumen tidak ada.

Hidung : Simetris, septum tidak deviasi , konka nasalis tidak hipertrofi,

sekret tidak ada.

Tenggorokan : Uvula ditengah, tonsil T1-T1 tenang, Faring tidak hiperemis

Leher : deskripsikan tentang benjolannya. Sepertinya hal spt ini langsung

dituliskan di bagian depan karena harusnya PF benjolan sebesar yang dialami pasien ini, saat

kunjungan pertama sudah bisa terdeteksi

Mulut : Bibir tidak simetris, cenderung lemah di bagian kiri, kulit bibir tampak

kering, lidah tidak kotor.

Thoraks

Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba kuat angkat.

Page 10: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

Perkusi : Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra.

Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra.

Batas kiri : ICS IV linea mid klavikula sinistra.

Auskultasi : BJ I-II normal, murmur tidak ada, gallop tidak ada.

Paru

Inspeksi : Gerakan dinding thorax simetris dalam keadaan statis dan

dinamis, retraksi sela iga (-).

Palpasi : Vokal fremitus sama pada kedua hemithoraks.

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.

Auskultasi : Suara nafas vesikuler (N/N) , ronkhi (-/-), wheezing (-/-).

Abdomen

Inspeksi : Cembung

Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (-).

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

Ekstremitas :Tungkai tidak edema, akral tidak pucat serta tidak

Sianosis, kekuatan otot 4444 4444

5555 3333

Muskuloskeletal : Dalam batas normal

Status neurologist

Page 11: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

Sensorik : ??

Refleks fisiologis : ??

Refleks patologis : ??

N. Kranialis : ???

Status lokalis : (-)

Pemeriksaan Penunjang

Dokter menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan GDS, DPL, UL dan

foto thoraks, karena alasan biaya pihak keluarga pasien hanya menyetujui pemeriksaan

DPL dan GDS

Hasil:

Hb = 17, eritrosit = 5.71, leukosit = 5000, trombosit = 119.000, Ht = 50

Diff count : 0 / 1 / 0 / 82 / 13/ 4

GDS = 106 mg / dl

Diagnosa

Krisis Hipertensi / hipertensi grade 2?? (konsekuensi ke penatalaksnaan, coba lihat lagi

klasifikasinya, terus pakai tekanan darah terakhir

Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik

Observasi febris ec suspek viral infection ec DBD

Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik dd/ limfadenitis spesifik

Suspek keganasan??

Terapi

Page 12: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

Piracetam 1 x 1 tablet (seminggu)

Simvastatin 1 x 20 mg

Captopril 3 x 25 mg

Amlodipine 1 x 10 mg

Ascardia stop sementara karena TD tidak terkonrol

Cefixime 2 x 1 tablet

Pihak dokter menyarankan untuk dirujuk ke IGD untuk penatalaksanaan hipertensinya

pasien menolak informed consent

Diagnosis Holistik (awal)

1. Alasan kedatangan (keluhan utama), harapan, kekhawatiran :

Alasan kedatangan : seluruh badan terasa lemas dan demam sejak 2 hari yang

lalu.

Harapan : ingin sembuh.

Kekhawatiran : tidak peduli lagi dengan penyakit yang dideritanya karena

pasien menganggap keluarga sudah tidak sayang dengan pasien.

2. Diagnosis kerja

Untuk diagnosis kerja, tolong di lihat diagnosis di atas yang sudah di buat

Krisis Hipertensi dengan stroke.

3. Perilaku dan mental psikologikal ??? Faktor Risiko Internal

Tidak pernah kontrol rutin ke klinik.

Tidak pernah minum obat hipertensi.

Page 13: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

Tingkat pengetahuan pasien terhadap penyakitnya masih kurang

Pola makan ?

Alokasi dana untuk kesehatan ?

4. Fungsi psikososial, sosial dan ekonomi keluarga

Pasien merupakan kepala keluarga yang mendominasi dalam mengambil

keputusan

Sejak terkena stroke, pasien cenderung mudah terpancing emosi, berbicara

kasar terhadap keluarga, sehingga dalam keluarga kurang komunikasi & isteri

serta anak cenderung menghindar dari suami

Pendapatan masih berasal dari suami

Kurang perhatian dari sang isteri ??

5. Skala fungsional

Derajat 4

Masalah Prastudi

Medis

Krisis hipertensi dengan stroke.

Non Medis

1. Tidak kontrol teratur ke klinik.

2. Tidak mau berolahraga.

3. Perilaku suka makan gorengan.

Page 14: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

4. Perilaku suka makan makanan bersantan.

5. Ketidakpahaman keluarga terhadap penyakit pasien sehingga kurangnya

dukungan keluarga terhadap kesembuhan pasien.

YANG DI ATAS INI SEPERTINYA TIDAK PERLU KARENA SUDAH

DISEBUTKAN TADI

Pembinaan Kesehatan Keluarga --- INI BISA DISAJIKAN DALAM

MANUSKRIP

Tujuan pembinaan kesehatan keluarga adalah untuk meningkatkan status

kesehatan keluarga dan partisipatif dalam upaya kemandirian untuk kehidupan yang sehat

fisik, mental psikologikal, sosial dan lingkungannya.

Tujuan manajemen penatalaksanaaan terhadap pasien adalah :

1. Berkurangnya keluhan.

2. Terkontrolnya tekanan darah.

3. Rutinnya pasien dalam meminum obat.

4. Mencegah dan memperlambat timbulnya komplikasi lebih lanjut.

5. Diterapkannya pola hidup sehat.

6. Pasien dapat menerima kondisi fisiknya saat ini.

7. Pasien bersemangat untuk menjalani hidup bersama keluarga.

Tujuan studi (HAL INI TIDAK PERLU DISEBUTKAN)

a. Tujuan umum

Mempraktekkan pelayanan kesehatan dengan pendekatan kedokteran keluarga

Page 15: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

b. Tujuan khusus

Terhadap Pasien

Berkurangnya keluhan.

Terkontrolnya tekanan darah.

Rutinnya pasien dalam meminum obat.

Mencegah dan memperlambat timbulnya komplikasi lebih lanjut.

Diterapkannya pola hidup sehat.

Pasien dapat menerima kondisi fisiknya saat ini.

Pasien bersemangat untuk menjalani hidup bersama keluarga.

Terhadap keluarga

1. Memberikan pemahaman kepada keluarga tentang penyakit pasien.

2. Meningkatkan peran serta atau partisipasi keluarga dalam pengobatan pasien.

3. Adanya motivasi dari anak sebagai pengawas kontrol berobat dan pengawas pola makan

pasien.

4. Ikut sertanya anggota keluarga yang lain dalam menjalankan perilaku hidup.

Identifikasi Fungsi Keluarga ---- INI DITULISKAN DI BERKAS KELUARGA

YAAA....

Untuk mendaptakan faktor-faktor intrinsik atau ekstrisik dengan adanya partisipasi

keluarga maka dilakukan pembinaan keluarga dengan mengidentifikasi fungsi-fungsi keluarga :

Organisasi keluarga

Page 16: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

Bentuk keluarga adalah keluarga inti dengan siklus kehidupan seluruh anak sudah

meninggalkan keluarga dengan orang tua di usia pertengahan. Kehidupan pria dewasa tua

yang memiliki hipertensi dan riwayat stroke dengan satu orang istri, satu anak dewasa yang

telah berkeluarga dan sekarang tidak tinggal satu rumah, anak kedua meninggal karena

kanker kelenjar getah bening, dan anak ketiga lebih memilih tidak tinggal satu rumah dengan

orang tua karena merasa tidak nyaman.

Fungsi biologis

Pasien mengalami hipertensi yang diketahui sejak 1 tahun yang lalu dan riwayat stroke

sejak 5 bulan yang lalu.

Anak-anak pasien memiliki risiko terkena penyakit Hipertensi.

Fungsi psikososial

Hubungan pasien dengan isteri serta anak-anaknya kurang baik.Sikap pasien dengan

isteri cenderung pecemburu sehingga terkadang pasien bersikap dan berbicara kasar,

sedangkan terhadap anak ketiga pasien lebih sering marah-marah dengan alasan tidak

jelas. Sehingga si anak pun cenderung menjaga jarak dengan pasien. Pasien sangat

terpukul dengan kepergian anak keduanya yang dianggap lebih sayang dan peduli

terhadap dirinya

Anak pertama sudah menikah, akan tetapi sangat jarang menjenguk pasien.

Jika kepala sudah terasa sakit, pasien cenderung marah-marah dan terlihat berbicara

sendiri.

Fungsi sosial

Pasien sudah tidak pernah bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.

Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan

Pasien masih dipekerjakan oleh atasannya di pabrik, walaupun pasien hanya datang dan

diam saja disana. Pasien masih mendapat pendapatan sebanyak Rp. 2.000.000.

Page 17: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

Isteri pasien terkadang membuka jasa menjahit dirumahnya, akan tetapi pendapatannya

sendiri tidak tentu.

Fungsi perilaku kesehatan keluarga

Pasien berobat didampingi isteri dan anaknya.

Tidak ada kebiasaan olahraga dalam keluarga.

Perilaku pasien yang suka makan makanan bersantan.

Perilaku pasien yang suka makan goreng-gorengan..

Kebiasaan pasien hanya diam di rumah, waktu paling banyak dihabiskan hanya untuk

tidur.

Menu makanan sehari-hari hanya tinggal beli di warung makanan dekat rumah.

Fungsi non perilaku (sarana dan prasarana kesehatan)

Jarak Puskesmas dari rumah pasien sekitar m, jadi pasien butuh naik angkot 1 x jika

pergi ke klinik.

Lingkungan

Letak rumah pasien di pinggir jalan, masuk gang dengan jarak rumah antar rumah yang

berdempetan satu dengan yang lain. Jumlah penghuni dalam satu rumah adalah 2 orang. Luas

rumah ± 50 m2, dengan dua lantai. Lantai pertama terdapat ruang tamu, tempat tidur pasien,

kamar mandi dan dapur sedangkan lantai kedua terdapat 1 buah kamar untuk anaknya jika

pulang. Lantai rumah terbuat dari marmer dan dindingnya terbuat dari tembok. Sumber

penerangan berasal dari listrik dan 2 buah jendela beserta ventilasinya, tetapi jendela jarang di

buka dan sering tertutup gorden sehingga mengesankan lembab. Selain itu terdapat kipas angin

untuk bantuan ventilasi. Sumber air minum dari Aqua galon, mandi dan cuci berasal dari PAM

dan pompa listrik. Kamar mandi 2 buah dengan 1 buah WC jongkok dan 1 buah bak mandi,

Page 18: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

selalu dibersihkan oleh pembantu setiap hari agar tidak licin. Limbah dari rumah dibuang ke got

sedangkan sampah dibuang di tempat sampah depan rumah dan di ambil 1mgg/x oleh tukang

sampah untuk di olah di TPS.

Diagnosis Holistik

I. Alasan kedatangan, harapan dan kekhawatiran

Pasien mengeluh lemas seluruh badan dan demam sejak 2 hari yang lalu.

Pasien ingin segera sembuh, akan tetapi pasien khawatir akan kepedulian

keluarganya terhadap dirinya yang semakin berkurang.

II. Diagnosa Klinik tolong dilihat lagi diagnosis holistik yang dibagian atas

Krisis hipertensi dengan stroke.

III. Masalah perilaku dan mental psikologikal

1. Perilaku tidak berolahraga.

2. Perilaku makan-makanan yang bersantan.

3. Perilaku makan goreng-gorengan.

IV. Masalah fungsi psikososial, sosial dan ekonomi keluarga

1. Dukungan dan komunikasi dengan anak-anak yang kurang (stresor kesendirian),

stress karena memikirkan anak perempuan belum menikah.

2. manajemen pengelolaan rumah yang besar dengan gaya hidup yang cukup mewah

V. Skala fungsional

Derajat 4

Page 19: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

BAB III

PEMBAHASAN

Bab III bisa dijadikan bagian dari manuskrip

Pada kasus ini, ditegakkan diagnosis hipertensi grade II atas dasar pemeriksaan tekanan

darah 180/120 mmHg. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan 3 kali menurut rekomendasi

pengukuran tekanan darah pada manusia. Berbagai faktor genetik, faktor lingkungan,

intermediary phenotypes, seperti susunan saraf otonom, hormon, vasopressor/vasodepressor,

struktur sistem kardiovaskular, volume cairan tubuh, fungsi ginjal, dan faktor hipertensinogenik,

seperti stroke, asupan garam yang tinggi, asupan alkohol yang tinggi, resistensi insulin,

dislipidemi, asupan kalium rendah dan asupan kalsium rendah, mempunyai peranan dalam

peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer. Pada anamnesis tidak terdapat gejala penyakit

yang sama seperti pada pasien di keluarganya.

Faktor lingkungan yang banyak diperhatikan adalah intake garam. Asupan garam kurang

dari 3 gram/hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan asupan garam

antara 5 – 15 gram/hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15 –20%. Pengaruh asupan

garam terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan

tekanan darah. Pada pasien ini diketahui bahwa pasien sering mengkonsumsi makanan yang

banyak mengandung santan dan gorengan, faktor lain yang juga berpengaruh terhadap timbulnya

hipertensi antara lain stress psikososial dan kurang olahraga. Faktor stress pada pasien ini

menurut pasien berhubungan dengan tidak adanya perhatian dari istri dan anak baik yang di

rumah maupun di luar rumah untuk menyediakan waktu luang menemani pasien(stressor

kesendirian). Tidak terkontrolnya tekanan darah berhubungan dengan kurangnya perhatian

pasien akan kesehatan dirinya, yang disebabkan kurangnya dukungan keluarga sehingga pasien

tidak kontrol secara teratur. Pasien tidak memiliki tingkat pemahaman yang cukup mengenai

hipertensi sehingga diperlukan edukasi mengenai hipertensi, kemungkinan penyebab dan

komplikasinya, serta penatalaksanaan hipertensi.

Berdasarkan JNC VII pasien ini di diagnosis hipertensi stage II yang sebaiknya diterapi

dengan menggunakan thiazide type diuretics, dapat dipertimbangkan ACEI, ARB, BB, CCB,

atau kombinasi. Penatalaksanaan medikamentosa yang dilakukan pada pasien ini adalah dengan

Page 20: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

pemberian obat antihipertensi golongan ACE inhibitor, Captopril 3x25 mg. Efek kerja dari obat

ini adalah menghambat kerja dari enzim konversi angiotensin sehingga menghambat perubahan

angiotensin I menjadi angiotensin II, sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah arteriola

eferen. Captopril merupakan obat yang sering digunakan karena spektrum penggunaannya yang

cukup luas dibandingkan obat-obat antihipertensi lainnya, dapat ditoleransi dengan baik oleh

penderita hipertensi, dan efek samping yang minimal. Obat ini dipilih karena tidak menyebabkan

hipokalemia, hiperglikemia, hiperurisemia atau hiperkolesterolemia seperti golongan diuretik,

dan tidak menyebabkan sakit kepala seperti golongan antagonis kalsium, kepustakaan

menyebutkan efek samping berupa batuk, namun setelah pemakaian selama 5 hari, tidak ada

keluhan dari pasien. Selain bekerja dengan menghambat enzim konversi angiotensin sehingga

terjadi penurunan aldosteron. Obat ini juga menghambat degradasi baradikinin yang merupakan

vasodilator kuat.7

Penatalaksanaan Non farmakologis meliputi modifikasi gaya hidup. Menjalankan pola

hidup sehat adalah cara yang paling tepat untuk mencegah terjadinya hipertensi pada individu.

Penatalaksanaan pasien hipertensi pun tidak terlepas dari penatalaksanaan pola hidup sehat.

Modifikasi gaya hidup paling utama untuk menurunkan tekanan darah tinggi meliputi penurunan

berat badan, perencanaan pola makan dengan diet yang ketat, namun kaya akan potassium dan

kalsium untuk mencegah hipertensi, aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien dan penghentian

konsumsi alkohol dan hindari stres. Modifikasi gaya hidup terbukti dapat menurunkan tekanan

darah, mempertinggi kinerja obat-obat antihipertensi dan mengurangi terserang penyakit

kardiovaskuler. Pengkombinasian dua atau lebih modifikasi gaya hidup akan mendapatkan hasil

yang baik.7

Berdasarkan pada DASH (Dietary approach to Stop Hypertension) JNC VII, pasien

hipertensi sebaiknya mengkonsumsi rendah natrium. Dalam hal ini diberikan edukasi untuk

mengurangi atau bahkan menghindari konsumsi garam dan bahan makanan yang tinggi kadar

natriumnya seperti makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (keju, biskuit,

craker, keripik dan makanan kering yang asin), makanan dan minuman dalam kaleng (sarden,

sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink), dan makanan yang

diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai

kacang). Selain itu soda kue, baking powder, penyedap rasa (maggi, royco, dll), dan vetsin juga

Page 21: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

mengandung natrium.8 Dalam menjalankan diet ini sangat diperlukan partisipasi anggota

keluarga.

Pasien dianjurkan untuk memulai perencanaan diet rendah garam. Hipertensi pada

umumnya memiliki karakteristik dimana pasiennya peka terhadap garam (Na) dan terkadang

dikaitkan dengan fungsi barorefleks yang terganggu. Mengurangi asupan natrium sangatlah

penting dan efektif pada pasien hipertensi, dan harus dilakukan sebelum atau bersamaan dengan

terapi medikamentosa12. Sehari-hari pasiennya tidak melakukan pengaturan diet. Pada seorang

pasien yang mengalami hipertensi, dianjurkan untuk menjalani diet rendah garam (RG). Diet

rendah garam adalah diet yang mengandung garam natrium lebih rendah dari biasanya. Diet

rendah garam dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu : 9

1. Diet RG I, yaitu diet dengan kandungan garam Natrium 200 – 400 mg per hari.

Ditujukan terutama untuk pasien dengan hipertensi berat, asites, dan edema

anasarka.

2. Diet RG II, yaitu diet dengan kandungan garam Natrium 600 – 800 mg per hari

atau setara dengan ¼ sendok teh garam dapur. Ditujukan terutama untuk pasien

dengan hipertensi yang berat.

3. Diet RG III, yaitu diet dengan kandungan garam Natrium 1.000 – 1.200 mg per

hari atau setara dengan ½ sendok teh garam dapur. Ditujukan terutama untuk

pasien dengan hipertensi ringan.

Rehabilitasi pasca stroke pada pasien ini dengan melakukan upaya mengembalikan fungsi

anggota gerak mendekati fungsi normal dengan melakukan latihan setiap hari di rumah. Dalam

hal ini di perlukan perhatian dan keterampilan dari istri untuk melatih bicara pasien dan streching

agar tidak terjadi kekakuan otot. Pasien tidak pernah mau diajak untuk jalan kaki pada pagi hari,

dengan demikian kami menganjurkan pasien untuk menjaga kebugaran jasmani dengan sering

melakukan jalan pagi minimal 30 menit setiap hari bersama sang istri. Dukungan keluarga istri

pasien kepada pasien untuk melakukan jalan kaki di pagi hari tidak pernah berhasil, karena

pasien selalu marah – marah jika dibangunkan di pagi hari, sehingga istri pasien tidak pernah

memotivasi pasien untuk melakukannya lagi. Olahraga secara teratur dianjurkan selain untuk

menurunkan berat badan juga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga ini dilakukan secara

Page 22: Studi Kasus Tn.j (Syifa Dan Wulan ) Upn April 2011

berkelanjutan dengan meningkatkan intensitasnya secara bertahap. Olahraga yang dianjurkan

adalah sebanyak 3-5 kali per minggu selama minimal 30 menit, disamping itu olahraga

sebaiknya yang bersifat aerobik, seperti jogging, senam jantung, bersepeda, berenang dan lari.8

Tolong diselesaikan pembahasannya. Di pembahasan mungkin di bahas pada pasien

ditegakkan beberapa diagnosis atas dasar? Terus penatalaksanaan dan rencana pemeriksaan

penunjang yang dianjurkan, penegakkan diagnosis holistiknya, dll

Terlampir nanti saya kirimkan contoh berkas studi kasusnya dan contoh manuskrip