studi kasus pembelajaran distribusi sampling dengan ... · subjek dapat memahami materi serta...
TRANSCRIPT
STUDI KASUS PEMBELAJARAN DISTRIBUSI SAMPLING
DENGAN PENALARAN INFERENSIAL INFORMAL UNTUK
PESERTA DIDIK JENJANG SMA KELAS 11 MIPA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Geovani Debby Setyani
151414104
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
STUDI KASUS PEMBELAJARAN DISTRIBUSI SAMPLING
DENGAN PENALARAN INFERENSIAL INFORMAL UNTUK
PESERTA DIDIK JENJANG SMA KELAS 11 MIPA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Geovani Debby Setyani
151414104
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
F o r I k n o w t h e p l a n s I h a v e f o r y o u , ” d e c l a r e s t h e L O R D ,
“p l a n s t o p r o s p e r y o u a n d n o t t o h a r m y o u ,
p l a n s t o g i v e y o u h o p e a n d a f u t u r e
-Jeremiah 29:11-
Find something in everything to be glad about
-Pollyanna-
Dengan segala rasa syukur, skripsi ini kupersembahkan kepada
TUHAN YESUS KRISTUS
Sang Juru Selamat Sejati
Mama Papa
Adek
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
Pendidikan Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
Geovani Debby Setyani. 2019. Studi Kasus Pembelajaran Distribusi
Sampling dengan Penalaran Inferensial Informal untuk Peserta Didik
Jenjang SMA Kelas 11 MIPA. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan cara untuk mendukung
peserta didik jenjang SMA kelas 11 MIPA dalam memahami distribusi sampling
dengan penalaran inferensial informal dan (2) mengetahui persepsi peserta didik
jenjang SMA kelas 11 MIPA terhadap pembelajaran distribusi sampling dengan
penalaran inferensial informal.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
studi kasus, yang termasuk dalam deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini
adalah 3 peserta didik kelas 11 MIPA SMA Stella Duce 1 Yogyakarta, yang
terdiri dari 3 tingkat hasil belajar Matematika yang berbeda. Metode pengumpulan
data menggunakan observasi langsung terhadap pembelajaran distribusi sampling
oleh peneliti sekaligus guru, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian
yang digunakan adalah instrumen pembelajaran, pedoman wawancara, dan alat
dokumentasi. Observasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui bagaimana
subjek dapat memahami materi serta memahami distribusi sampling dengan
penuntunan secara langsung. Untuk itu, peneliti menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah. Wawancara dilaksanakan untuk mengetahui
persepsi subjek terhadap pembelajaran distribusi sampling dengan penalaran
inferensial informal. Peneliti mendokumentasikan observasi dan wawancara
selama penelitian berlangsung.
Berdasarkan data tersebut peneliti melakukan analisis sehingga peneliti
menyimpulkan bahwa (1) penalaran inferensial informal dan model pembelajaran
berbasis masalah dengan masalah kontekstual dan data riil dapat mendukung
peserta didik jenjang SMA kelas 11 memahami distribusi sampling, dan (2)
peserta didik jenjang SMA kelas 11 memberikan pernyataan positif mengenai
pembelajaran distribusi sampling yang telah dilakukan dan menurut mereka,
peserta didik SMA jurusan MIPA lainnya dapat memahami distribusi sampling ini
dengan pendekatan yang digunakan sama yaitu dengan penalaran inferensial
informal dan model pembelajaran berbasis masalah dengan masalah-masalah
kontekstual dan data riil.
Kata kunci: distribusi sampling, penalaran inferensial informal, masalah
kontekstual, data riil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
Geovani Debby Setyani. 2019. A Case Study of Sampling Distribution Learning
with Informal Inferential Reasoning for 11th-Grade Mathematics and Natural
Science Major High School Students. Undergraduate thesis, Mathematics
Education Study Program, Mathematics and Science Education Department,
Science and Education Faculty, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research is aimed to (1) describe how to support 11th-grade high
school students majoring in mathematics and natural science in understanding the
sampling distribution with informal inferential reasoning, and (2) describe the
perceptions of 11th-grade high school students majoring in mathematics and
natural science on the sampling distribution learning with informal inferential
reasoning.
Researcher used a descriptive qualitative approach called case study as
the methodology. The subjects were 3 students of 11th-grade Stella Duce 1 High
School Yogyakarta, which were from 3 different levels of Mathematics learning
outcomes. The method of data collection were direct observation of sampling
distribution learning by researcher also as teacher, interviews, and
documentations. The research instruments were learning instruments, interview
guidelines, and documentation tools. Observation of sampling distribution
learnings were conducted to find out how the subject can understand the sampling
distribution. Therefore, researcher used problem based learning. Interviews were
conducted to determine the subject's perception of distribution sampling learning
with informal inferential reasoning. Documentation were done during
observations and interviews.
Based on the result of research and analysis, the researcher concluded
that (1) informal inferential reasoning with problem-based learning with
contextual problems and real data could support 11th-grade high school students
to understand the sampling distribution, and (2) 11th-grade high school students
gave positive statements about learning the sampling distribution and according
to them, other high school students majoring in mathematics and natural science
could understand this sampling distribution using the same approach namely
informal inferential reasoning and problem-based learning models with
contextual problems and real data.
Keywords: sampling distribution, informal inferential reasoning, contextual
problems, real data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “ Studi
Kasus Pembelajaran Distribusi Sampling dengan Penalaran Inferensial Informal
untuk Peserta Didik Jenjang SMA Kelas 11 MIPA” ini penulis susun untuk
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program
Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
3. Bapak Yosep Dwi Kristanto, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang selalu
meluangkan waktu dan pikiran serta mengingatkan dan memberikan
semangat bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Maria Suci Apriani, S.Pd., yang telah membantu penulis dalam
memvalidasi instrumen penelitian.
5. Papa Y. Sunarwo, Mama Lismeily, dan Adik Gregorius Dendy Setiadi yang
selalu mengingatkan, menyemangati serta mendoakan penulis untuk
menyelesaikan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
6. Ketiga siswa yang telah bersedia menjadi Subjek pada penelitian ini dan
memberikan pengalaman berharga bagi penulis.
7. Sahabat-sahabatku Dion,Tina, Song, Pikey, Joko, Zach, Agnes serta teman-
teman Kelas C lainnya yang sudah bersama-sama berproses dan selalu
mendukung dari semester 1.
8. Sahabat-sahabatku yang lain Yere, Kevin, Dinar, Dinda, teman-teman
Masdha 2015, dan teman-teman PPL Stece yang telah menemani serta
memberikan pengalaman yang luar biasa bagi penulis.
9. Puri, seorang teman seperjuangan dari masa PPL hingga bersama-sama dalam
pengerjaan skripsi ini tanpa berhenti mendukung satu sama lain.
10. Seluruh teman satu bimbingan; Tyas, Zeska, Vita, Icha, dan Vicent, yang
telah berjuang bersama dalam menempuh gelar sarjana ini.
11. Semua pihak yang secara langsung maupun tak langsung sudah mendukung
dalam doa dan semangat agar penyusunan skripsi penulis dapat berjalan
dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada Tugas Akhir ini.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman peneliti, maka peneliti
mengharapkan kritik dan saran atas Tugas Akhir ini. Akhir kata, peneliti
mengharapkan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan bagi para
pembacanya.
Penulis,
Geovani Debby Setyani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..................................................................v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...............................................................vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 6
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
F. Batasan Istilah ........................................................................................... 7
G. Manfaat Penelitian .................................................................................... 9
H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 10
BAB II KAJIAN TEORI ....................................................................................... 12
A. Penalaran Statistik ................................................................................... 12
B. Penalaran Inferensial Formal .................................................................. 13
C. Penalaran Inferensial Informal ................................................................ 14
D. Teknik Sampling Probabilitas ................................................................. 17
E. Distribusi Sampling ................................................................................ 19
F. Distribusi Sampling Rerata ..................................................................... 20
G. Pembelajaran Berbasis Masalah ............................................................. 24
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah ........................................... 24
2. Ciri dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah.......................... 25
3. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah ................................................. 27
4. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ................................ 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
5. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah ............... 28
H. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 31
I. Kerangka Berpikir ................................................................................... 37
J. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 38
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 40
A. Jenis Penelitian........................................................................................ 40
B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................................... 41
C. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 41
D. Teknik Pengambilan Data ....................................................................... 42
E. Instrumen Pengambilan Data .................................................................. 44
F. Teknik Validasi Data .............................................................................. 46
G. Teknik Analisis Data............................................................................... 47
H. Prosedur Penelitian ................................................................................. 48
BAB IV HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN ......................................... 51
A. Hasil dan Analisis ................................................................................... 51
1. Proses Pembelajaran Distribusi Sampling dengan Penalaran Inferensial
Informal................................................................................................... 51
2. Persepsi Peserta didik Terhadap Pembelajaran Distribusi Sampling
dengan Penalaran Inferensial Informal ................................................... 80
3. Penalaran Inferensial Informal ................................................................ 88
B. Pembahasan............................................................................................. 91
1. Penalaran Inferensial Informal ................................................................ 92
2. Pembelajaran Berbasis Masalah ............................................................. 94
3. Masalah Kontekstual dan Data Riil ........................................................ 97
4. Proses Pembelajaran Distribusi Sampling ............................................ 101
C. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 105
A. Kesimpulan ........................................................................................... 105
B. Saran ..................................................................................................... 106
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 108
LAMPIRAN ........................................................................................................ 126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah .................. 27
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ............................................................................ 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Alur Pembelajaran Distribusi Sampling ............................................ 42
Gambar 4.1 Masalah Quick Count 1 ..................................................................... 52
Gambar 4.2 Hasil Analisis S1 untuk Contoh Sampel dan Populasi ...................... 54
Gambar 4.3 Hasil Analisis S2 untuk Contoh Sampel dan Populasi ...................... 54
Gambar 4.4 Hasil Analisis S3 untuk Contoh Sampel dan Populasi ...................... 54
Gambar 4.5 Masalah Quick Count 2 ..................................................................... 54
Gambar 4.6 Hasil Analisis S1 Contoh Parameter dan Statistik ............................ 57
Gambar 4.7 Hasil Analisis S2 Contoh Parameter dan Statistik ............................ 57
Gambar 4.8 Hasil Analisis S3 Contoh Parameter dan Statistik ............................ 57
Gambar 4.9 Masalah Quick Count 3 ..................................................................... 59
Gambar 4.10 Hasil Analisis S1 Sampel Representatif .......................................... 61
Gambar 4.11 Hasil Analisis S2 Sampel Representatif .......................................... 61
Gambar 4.12 Hasil Analisis S3 Sampel Representatif .......................................... 61
Gambar 4.13 Hasil Analisis S1 Sampling Acak Sederhana .................................. 64
Gambar 4.14 Hasil Analisis S2 Sampling Acak Sederhana .................................. 64
Gambar 4.15 Hasil Analisis S3 Sampling Acak Sederhana .................................. 64
Gambar 4.16 Hasil Analisis S1 Sampling Acak Sistematis .................................. 68
Gambar 4.17 Hasil Analisis S2 Sampling Acak Sistematis .................................. 68
Gambar 4.18 Hasil Analisis S3 Sampling Acak Sistematis .................................. 68
Gambar 4.19 Hasil Analisis S1 Sampling Acak Bertingkat ................................. 70
Gambar 4.20 Hasil Analisis S2 Sampling Acak Bertingkat ................................. 70
Gambar 4.21 Hasil Analisis S3 Sampling Acak Bertingkat ................................. 71
Gambar 4.22 Hasil Analisis S1 Sampling Acak Kluster....................................... 72
Gambar 4.23 Hasil Analisis S2 Sampling Acak Kluster....................................... 73
Gambar 4.24 Hasil Analisis S3 Sampling Acak Kluster....................................... 73
Gambar 4.25 Masalah Drama Korea ..................................................................... 74
Gambar 4.26 Hasil Analisis S1 Distribusi Sampling ............................................ 79
Gambar 4.27 Hasil Analisis S2 Distribusi Sampling ............................................ 79
Gambar 4.28 Hasil Analisis S3 Distribusi Sampling ............................................ 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Skenario Pelaksanaan Pembelajaran ....................................... 113
Lampiran 2 : Pedoman Wawancara .............................................................. 123
Lampiran 3 : Hasil Analisis .......................................................................... 125
Lampiran 4 : Validasi Ahli ........................................................................... 145
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Walpole (1988: 2) dalam bukunya mengelompokkan statistika
menjadi statistika deskriptif dan statistika inferensial. Statistika deskriptif
adalah statistika yang digunakan untuk menghimpun, menyusun,
mengolah, menyajikan, dan menganalisis data angka agar dapat
memberikan gambaran yang ringkas dan jelas mengenai suatu gejala,
sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu, tetapi tidak
digunakan untuk membuat kesimpulan yang bersifat umum (generalisasi).
Sedangkan statistika inferensial adalah statistika yang menyediakan aturan
atau cara yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan yang bersifat
umum, dari kumpulan data sampel yang telah disusun dan diolah
(Sudijono, 2012: 5).
Menilik pada pendidikan Indonesia dewasa ini, sekolah menengah
telah mengakomodasi statistika deskriptif di dalam kurikulumnya. Pada
jenjang SMP, peserta didik mempelajari “mengolah, menyajikan dan
menafsirkan data, dan menggunakan peluang (empirik dan teoretik) dalam
pemecahan masalah kehidupan sehari-hari”. Pada jenjang SMA, peserta
didik kelompok wajib mempelajari “menggunakan statistika deskriptif dari
data berkelompok, kaidah pencacahan, dan peluang dalam pemecahan
masal ah kehidupan sehari-hari”, sedangkan bagi kelompok peminatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kelas 12, peserta didik SMA mempelajari “menggunakan statistika
inferensial, data berdistribusi binomial dan normal dalam pemecahan
masalah kehidupan sehari-hari”. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua
peserta didik di Indonesia mempelajari statistika inferensial sehingga
masih sedikit peneliti yang mengembangkan pembelajaran statistika
inferensial bagi peserta didik jenjang SMP maupun SMA di Indonesia.
Di samping itu, mempelajari statistika inferensial berguna dalam
melakukan sebuah penelitian yang membutuhkan proses panjang. Proses
tersebut diantaranya adalah merancang desain penelitian, memilih dan
mengukur variabel, merancang teknik pengambilan sampel dan ukuran
sampel, mengambil data, serta menentukan metode analisis dan masih
banyak yang lain. Jika salah satu komponen dari proses tersebut tidak
dikerjakan dengan baik, maka kesimpulan yang diambil tidak dapat
diandalkan. Beberapa kesalahan yang mungkin dilakukan oleh para
peneliti adalah sampel yang ditarik secara tidak benar, menggeneralisasi
kesimpulan secara berlebihan, atau salah menganalisis (Frost, 2017).
Kesalahan-kesalahan ini dapat menyebabkan penarikan kesimpulan yang
tidak dapat diandalkan sehingga dapat menyesatkan para pembaca. Tapi,
bagaimana cara mengetahuinya? Jika tidak terbiasa dengan statistika
inferensial, kesalahan kesimpulan ini mungkin sulit dideteksi. Inferensial
adalah dasar dalam statistik, kunci utama dalam ilmu statistika adalah
mempelajari statistika inferensial (Pratt & Ainley, 2008: 3). Untuk dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
mengambil sampel secara benar dibutuhkan teknik-teknik sampling serta
distribusi sampling yang mana tidak terdapat pada kurikulum SMA.
Di samping itu, mempelajari statistika inferensial dapat membantu
membedakan antara kesimpulan yang masuk akal dan yang meragukan
(Frost, 2017). Misalnya saja penggunaan polling pada media sosial twitter.
Dilansir dari laman tribunwow.com seorang pakar statistika, Khairil
Anwar Notodiputro, menjelaskan, “... Pada umumnya polling di twitter
tidak sahih secara metodologi ...”. Guru Besar dari Intitut Pertanian Bogor
(IPB) ini menjelaskan bahwa belum tentu orang (sampel) yang mengikuti
polling merupakan representatif dari populasi yang ingin diprediksi karena
pengendalian “sampel” dalam polling twitter sangat sulit dilakukan. Oleh
karena itu, Khairil berkata, “... hasil polling via twitter tidak layak
dipercaya, dan cukup sebagai hiburan saja” (Dewi, 2018).
Statistika juga digunakan dalam berita-berita yang dimuat di koran
atau media lain. Namun terkadang grafik atau simpulan dari sebuah berita
belum tentu merepresentasikan secara benar keadaan kasus dari berita
tersebut di dunia nyata. Media memiliki bahasa-bahasa yang bisa membuat
berita menjadi terlihat sensasional dan menarik. Contohnya sebuah berita
dengan judul “lulusan perguruan tinggi M tahun 2015 mendapat gaji 100
juta per-tahun”. Pembaca harus lebih kritis dalam menanggapi berita
seperti ini, apakah penulis berita tersebut dapat mendapatkan data dari
seluruh lulusan perguruan tinggi M tahun 2015? Selain itu bisa saja terjadi
kemungkinan bahwa penulis hanya mengambil sampel lulusan perguruan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
tinggi M tahun 2015 yang memang sukses dan tidak menemui lulusan
yang tidak sukses. Dari dua kemungkinan di atas, dapat dilihat gambaran
besar dari sampel yang diambil oleh penulis berita tersebut mempunyai
kemungkinan tidak representatif. Oleh karena itu, berita-berita seperti
contoh di atas tidak dapat serta merta dipercaya. Namun masih banyak
masyarakat yang secara langsung mempercayai berita dalam media yang
menggunakan statistika dalam pemberitaannya. Hal ini menjelaskan betapa
pentingnya mempelajari statistika inferensial sehingga informasi dapat
disaring secara lebih cerdas.
Statistika inferensial adalah bidang yang membahas generalisasi
yang melibatkan sampel dari sebuah populasi. Ketika mempelajari
populasi, diperlukan sampel representatif yang diambil dari populasi yang
bersangkutan. Nilai statistik dari data sampel biasanya digunakan untuk
menduga parameter populasi. Sebagai penduga parameter populasi, nilai
statistik sampel bisa saja tidak sama dengan nilai parameter populasi. Jadi
ada kemungkinan nilai-nilai statistik lebih besar atau lebih kecil dari nilai
parameter populasi. Selain itu, sampel dari sebuah populasi tertentu bisa
diambil lebih dari satu sampel berukuran-n (Sudjana, 2005: 179). Oleh
karena itu, akan ada banyak sekali sampel yang mungkin dapat diambil
dari suatu populasi yang sama. Jika diambil dua atau lebih sampel
berukuran-n tentunya setiap nilai statistik satu sampel dengan sampel
lainnya bisa saja berbeda. Harus disadari bahwa statistik sampel
merupakan peubah acak. Sebagai peubah acak, statistik sampel harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dinilai dan dibandingkan berdasarkan distribusi probabilitasnya. Distribusi
probabilitas ini disebut distribusi sampling karena dihasilkan dari sampel-
sampel sebuah populasi (McClave, Benson, & Sincich, 2011: 291).
Pada dasarnya distribusi sampling mambantu dalam penarikan
kesimpulan serta menggeneralisasi dari statistik sampel ke parameter
populasi. Bagaimana distribusi sampling menjadi kunci dalam
pengambilan kesimpulan ini? Telah dikatakan sebelumnya bahwa setiap
sampel yang dapat digunakan dalam pengambilan kesimpulan serta
generalisasi sebuah populasi haruslah sampel yang representatif. Artinya
sampel yang dipakai memang mencerminkan populasi itu sendiri. Di
sinilah distribusi sampling berperan menjembatani antara sampel dan
populasi.
Untuk itu cukup menarik bagi penulis untuk menyelidiki kasus
peserta didik jenjang SMA, yang belum pernah mempelajari statistika
inferensial yaitu kelas 11 jurusan MIPA, mempelajari distribusi sampling
karena distribusi sampling sendiri tidak diakomodasi oleh kurikulum
SMA. Menurut Watson dan English (2016: 2) akan lebih baik jika
memulai pembelajaran statistika inferensial dengan penalaran informal
dengan beberapa ide dasar sebelum memasuki pembelajaran secara formal
sehingga memiliki fondasi yang kuat agar nantinya dapat memiliki
pemahaman yang bermakna. Karena sebelumnya peserta didik belum
pernah mempelajari statistika inferensial maka peneliti menggunakan
penalaran inferensial informal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Nantinya diharapkan pembelajaran ini dapat membantu serta
menyiapkan pelajar SMA ketika menjadi seorang mahasiswa dan akan
mempelajari statistika inferensial untuk melakukan penelitian.
Berdasarkan latar belakang dan gejala-gejala tersebut, maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian dalam masalah ini dengan
mengangkat judul “Studi Kasus Pembelajaran Distribusi Sampling
dengan Penalaran Inferensial Informal untuk Peserta Didik Jenjang
SMA Kelas 11 MIPA”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka dapat
diidentifikasikan beberapa masalah berikut ini :
1. Kurikulum di Indonesia belum mengakomodasi materi distribusi
sampling bagi pelajar pada jenjang di bawah perguruan tinggi.
2. Masih banyak masyarakat yang belum dapat menyikapi berita
dalam media yang menggunakan statistika dalam pemberitaannya.
3. Masih sedikit penelitian serta pengembangan desain pembelajaran
distribusi sampling dengan penalaran inferensial informal.
C. Batasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah di sekitar kajian ini, maka penulis
memfokuskan pada kajian tentang penalaran inferensial informal untuk
materi distribusi sampling.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mendeskripsikan cara mendukung peserta didik jenjang
SMA kelas 11 MIPA dalam memahami distribusi sampling dengan
penalaran inferensial informal?
2. Bagaimana persepsi peserta didik jenjang SMA kelas 11 MIPA
terhadap distribusi sampling dengan penalaran inferensial
informal?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan cara mendukung peserta didik jenjang
SMA kelas 11 MIPA dalam memahami distribusi sampling dengan
penalaran inferensial informal.
2. Untuk mengetahui persepsi peserta didik jenjang SMA kelas 11
MIPA terhadap distribusi sampling dengan penalaran inferensial
informal.
F. Batasan Istilah
Berkaitan dengan penelitian ini, ada beberapa penjelasan istilah
untuk meminimalisir kesalahan penafsiran terhadap judul skripsi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
diajukan dalam penelitian, makan selanjutnya akan dijelaskan beberapa
istilah sebaga berikut:
1. Penalaran Inferensial Informal
Penalaran inferensial informal adalah cara atau proses
informal dalam mengambil kesimpulan dan membuat generalisasi
dari sekelompok data untuk lingkup yang lebih luas.
Makar and Rubin (2009: 85) menjelaskan tiga prinsip utama
dalam inferensial informal, yaitu:
a. Generalisasi di luar data (prediksi, estimasi parameter,
kesimpulan)
b. Penggunaan data sebagai bukti dalam generalisasi tersebut.
c. Penggunaan bahasa probabilistik dalam menggambarkan
generalisasi, termasuk referensi informal ke tingkat
kepastian tentang kesimpulan yang ditarik.
2. Distribusi Sampling Rerata
Distribusi sampling rerata adalah distribusi probabilitas dari
seluruh kemungkinan nilai-nilai dari rata-rata sampel.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang bertujuan agar siswa mampu
mengerjakan suatu permasalahan untuk menyusun pengetahuan
mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir
tingkat tinggi, serta mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
G. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang akan penulis capai, penelitian
ini diharapkan memiliki manfaat dalam dunia pendidikan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi pendidikan Indonesia
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran bahwa peserta
didik dapat menggunakan penalaran inferensial informalnya dalam
mendefinikan konsep distribusi sampling sehingga pendidikan
nasional dapat memperluas kurikulum statistika terutama statistika
inferensial.
2. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat membantu para guru dalam
memberikan gambaran pembelajaran materi statistika inferensial
distribusi sampling menggunakan penalaran inferensial informal
dengan model pembelajaran berbasis masalah.
3. Bagi peserta didik subjek penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membantu para peserta didik dalam
memahami distribusi sampling dengan penalaran inferensial
informal.
4. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengalaman mendukung peserta didik jenjang SMA kelas 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
MIPA dalam memahami distribusi sampling dengan penalaran
inferensial informal.
5. Bagi peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan pembelajaran materi statistika inferensial lainnya
untuk peserta didik jenjang SMP maupun SMA. Selain itu untuk
menambah khazanah ilmu pengetahuan studi penggunaan
penalaran inferensial informal dalam pembelajaran distribusi
sampling.
H. Sistematika Penulisan
Penelitian skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan
pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, batasan
istilah, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II berisi
landasan teori yang berisi penjelasan mengenai beberapa teori yang
digunakan sebagai dasar penelitian, seperti: penalaran statistik, penalaran
inferensial formal dan informal, distribusi sampling, pembelajaran berbasis
masalah, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, serta hipotesis. Bab
III merupakan metode penelitian yang berisi penjelasan mengenai jenis
penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, tempat dan waktu
penelitian, teknik pengambilan data, instrumen pengambilan data, teknik
validasi dan reliabilitas data, teknik analisis data, serta prosedur penelitian.
Bab IV merupakan hasil penelitian yang berisi tentang hasil penelitian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
analasis, dan pembahasan. Pada Bab V berisi tentang kesimpulan hasil
penelitian dan saran untuk pembelajaran dan penelitian selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
KAJIAN TEORI
Bagian kajian teori ini membahas mengenai penalaran statistik, penalaran
inferensial formal dan informal, teknik sampling, distribusi sampling,
pembelajaran berbasis masalah, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, serta
hipotesis.
A. Penalaran Statistik
Garfield, dalam Andriani (2016: 154), memandang penalaran statistik
sebagai cara orang memberikan alasan menggunakan ide statistik dan
membuat informasi statistik menjadi bermakna. Penalaran ini mencakup
interpretasi terhadap sekumpulan data, representasi grafis, dan ringkasan
secara statistik. Sebagian besar penalaran statistik mengkombinasikan ide
mengenai data dan perubahannya yang digunakan untuk membuat
kesimpulan dan menginterpretasi hasil statistik. Dasar dari penalaran ini
adalah pemahaman konseptual mengenai ide-ide penting seperti distribusi,
pemusatan, penyebaran, asosiasi, ketidaktentuan, keacakan dan pengambilan
sampel.
Menurut Lovett (2001: 6), penalaran statistik mencakup penggunaan
alat dan konsep statistik untuk merangkum, membuat prediksi, dan menarik
kesimpulan berdasarkan data. Martin (dalam Andriani, 2016: 154),
berpendapat bahwa penalaran statistik mencakup penafsiran berdasarkan data
dan penarikan inferensi dari data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
penalaran statistik merupakan penginterpretasian berdasarkan sekelompok
data untuk menarik kesimpulan. Penalaran statistik digunakan agar informasi
statistik menjadi lebih bermakna dan mudah dipahami.
Ada beberapa cara untuk mendorong penalaran statistik, salah satunya
Moore, dalam Andriani (2016: 155), merekomendasikan siswa untuk
mengalami secara langsung proses pengumpulan data dan eksplorasi data.
Siswa diharapkan berkesempatan untuk saling berdiskusi tentang proses data
diperoleh, proses dan alasan rangkuman statistik dipilih, serta proses
pengambilan kesimpulan.
Walpole (1988: 2) dalam bukunya mengelompokkan statistika
menjadi statistika deskriptif dan statistika inferensial. Penelitian ini akan
difokuskan pada statistika inferensial. Mempelajari statistika inferensial dapat
dicapai melalui 2 penalaran, yaitu penalaran inferensial formal dan informal.
B. Penalaran Inferensial Formal
Zieffler, dkk (2008: 45) menjelaskan bahwa penalaran inferensial
statistik formal mencakup tes signifikansi dan/atau interval kepercayaan.
Sebagai contoh, jenis penalaran formal tentang uji signifikansi satu sampel
yang diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan pemahaman
tentang keterkaitan antara:
1. teori atau hipotesis dasar yang akan diuji;
2. sampel data yang dapat diperiksa; dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
3. distribusi statistik untuk semua sampel yang mungkin dengan asumsi
bahwa teori atau hipotesis tersebut benar.
Hal-hal tersebut melibatkan perbandingan statistik sampel yang
diamati dengan distribusi statistik untuk semua sampel yang mungkin untuk
melihat seberapa kecil kemungkinan terjadinya. Hal ini dilihat dari seberapa
jauh keberadaannya di ekor. Semakin jauh berada di salah satu ekor, semakin
tidak masuk akal bahwa hasil yang diamati adalah karena kebetulan dan, oleh
karena itu, semakin meyakinkan bahwa ada perbedaan atau efek yang
sebenarnya. Penalaran formal juga mencakup pemahaman tentang nilai-p
sebagai indikator seberapa besar kemungkinan hasil sampel, atau hasil yang
lebih ekstrem, berada di bawah hipotesis tertentu, serta tindakan menolak
hipotesis ini jika nilai-p cukup kecil (Zieffler, dkk, 2008: 45).
C. Penalaran Inferensial Informal
Beberapa tahun terakhir, perkembangan studi yang berfokus pada
pemahaman statistika informal berkembang cukup pesat, terutama pada
bidang penalaran inferensial informal. Ada beberapa macam teori yang
mendefinisikan penalaran inferensial informal atau biasa dikenal dengan
informal inferential reasoning.
Zieffler, dkk (2008: 44) mendefinisikan penalaran inferensial informal
sebagai cara siswa menggunakan pengetahuan statistik informal dalam
membuat argumen untuk mendukung kesimpulan dari populasi yang tidak
diketahui berdasarkan sampel yang diamati. Menurut Ben-Zvi, Gil, dan Apel
(2007: 2), penalaran inferensial informal mengacu pada kegiatan kognitif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dalam mengambil kesimpulan secara informal atau membuat prediksi tentang
"lingkup yang lebih luas" dari pola, representasi, ukuran statistik dan model
statistik sampel acak, dengan memperhatikan kekuatan serta keterbatasan
pengambilan sampel dan kesimpulan yang ditarik. Makar dan Rubin (2007: 1)
memandang penalaran inferensial informal sebagai proses informal yang
wajar, bertujuan untuk membuat atau menguji generalisasi dari data yang
melampaui data yang dikumpulkan. Berdasarkan pendapat beberapa ahli
tersebut, dapat dirumuskan bahwa penalaran inferensial informal adalah cara
atau proses informal dalam mengambil kesimpulan dan membuat generalisasi
dari sekelompok data untuk lingkup yang lebih luas.
Selain itu, Pfannkuch (2006: 1) dalam artikelnya menjelaskan bahwa
penalaran inferensial informal berkaitan dengan penalaran dari distribusi,
penalaran pengukuran pusat, dan penalaran pengambilan sampel dalam siklus
penyelidikan empiris. Penalaran inferensial informal juga termasuk di
dalamnya penalaran tentang sampel dan pengambilan sampel serta penalaran
tentang inferensi informal (Gil dan Ben-Zvi, 2014: 1).
Rubin, Hammerman, & Konold (2006: 1-2) mendefinisikan inferensi
informal sebagai alasan yang melibatkan pertimbangan ide-ide terkait berikut:
1. sifat menyeluruh daripada sifat individu,
2. ukuran sampel dan pengaruhnya terhadap keakuratan estimasi
populasi,
3. mengendalikan bias, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
4. kecenderungan, membedakan antara klaim yang selalu benar dan yang
sering atau kadang-kadang benar.
Makar dan Rubin (2009: 86-88) menjelaskan tiga prinsip utama dalam
inferensial informal, yaitu:
1. Generalisasi di luar data (prediksi, estimasi parameter, kesimpulan)
Penalaran inferensial informal melibatkan penarikan kesimpulan dan
generalisasi dari sampel ke populasi tertentu. Perbedaan mendasar
antara statistik deskriptif dan inferensial adalah mengambil
kesimpulan statistik sampel ke kasus di luar sampel yang ada.
2. Penggunaan data sebagai bukti dalam generalisasi tersebut.
3. Penggunaan bahasa probabilistik dalam menggambarkan generalisasi,
termasuk referensi informal ke tingkat kepastian tentang kesimpulan
yang ditarik.
Kerangka penalaran inferensial informal memiliki tiga komponen
berikut (Zieffler dkk, 2008: 45):
1. Membuat penilaian, klaim, atau prediksi tentang populasi berdasarkan
sampel, tetapi tidak menggunakan prosedur dan metode statistik
formal (nilai-p, uji t);
2. Menggambar, memanfaatkan, dan mengintegrasikan pengetahuan
sebelumnya (misalnya, pengetahuan formal tentang konsep-konsep
dasar, seperti distribusi atau rerata; pengetahuan informal tentang
inferensi seperti pengakuan bahwa sampel dapat diberikan klaim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
tertentu; penggunaan bahasa statistik), sejauh pengetahuan ini
tersedia; dan
3. Memberikan argumen berbasis bukti untuk penilaian, klaim, atau
prediksi tentang populasi berdasarkan sampel.
Terdapat beberapa jenis penugasan yang telah digunakan dalam
beberapa penelitian dan dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu siswa diminta
untuk (Zieffler, dkk, 2008: 46-47):
1. Memperkirakan dan menggambar grafik populasi berdasarkan sampel;
2. Membandingkan dua atau lebih sampel data untuk menyimpulkan
perbedaan nyata antar populasi yang digunakan untuk mengambil
sampel, dan
3. Mempertimbangkan dua model atau pernyataan yang lebih mungkin
benar.
Membuat kesimpulan secara informal, memberi siswa perasaan tentang
kekuatan teknik statistik untuk membuat penilaian dan keputusan yang masuk
akal tentang data yang diambil dari konteks dunia nyata (Prodromou, 2013:1).
D. Teknik Sampling Probabilitas
Untuk memperoleh sampel yang representatif, salah satu teknik
sampling yang sering digunakan adalah teknik sampling probabilitas. Teknik
ini memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Teknik ini dapat ditempuh melalui beberapa cara:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1. Sampling Acak Sederhana
Sampling acak sederhana adalah teknik pengambilan sampel
secara acak dari suatu populasi yang tidak rumit dan tidak terlalu
heterogen (Lungan, 2006: 196). Dengan cara ini diharapkan setiap
unsur populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi
anggota sampel (Gunawan, 2016: 79). Terdapat beberapa cara untuk
melakukan sampling acak sederhana, yaitu undian, ordinal, dan
menggunakan tabel bilangan acak.
2. Sampling Acak Sistematis
Sampling acak sistematis dilakukan secara acak tetapi
penentuan sampel yang diinginkan berdasarkan urutan populasi yang
telah diberi nomor urut (Gunawan, 2016: 81). Pengambilan sampel
yang dilakukan secara acak hanya pada pengambilan anggota sampel
pertama sebagai patokan untuk menentukan anggota-anggota sampel
selanjutnya dengan interval tertentu.
3. Sampling Acak Bertingkat Proporsional
Sampling acak bertingkat digunakan apabila populasinya
heterogen atau terdiri atas kelompok-kelompok yang bertingkat
(Usman dan Akbar, 2006: 183). Teknik ini akan semakin baik
menggunakan proporsional sehingga setiap tingkat diwakiliki dengan
banyak sampel yang sebanding.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
4. Sampling Acak Kluster
Sampling acak kluster digunakan apabila populasi tersebar
luas dalam beberapa kelompok. Kelompok ini dipilih secara acak
untuk dijadikan anggota sampel.
E. Distribusi Sampling
Setiap sampel yang diambil dari populasi tertentu mungkin akan
memiliki nilai statistik yang berbeda. Sedangkan dari sebuah populasi bisa
menghasilkan ribuan sampel yang berbeda. Dengan seluruh perbedaan
tersebut, memang sulit membuat aturan terkait hubungan antara sampel dan
populasi. Namun kumpulan sampel yang mungkin, memiliki bentuk yang
cukup sederhana dan teratur sehingga menjadi mungkin untuk memprediksi
karakteristik sampel dengan beberapa keakuratan (Gravetter & Wallnau,
2014: 204). Disinilah dibutuhkan jembatan antara sampel dan populasi
sehingga dapat diprediksi karakteristik sampel untuk populasi tertentu, yaitu
distribusi sampling.
McClave dkk (2011: 292) dalam bukunya mendefinisikan distribusi
sampling dari statistik sampel yang dihitung dari sebuah sampel n
pengukuran adalah distribusi probabilitas statistik itu. “The probability
distribution of a statistic is called a sampling distribution” (Walpole, Myers,
Myers, & Ye, 2011: 232) yang artinya kurang lebih sama dengan yang
dijelaskan oleh McClave dkk yaitu distribusi peluang suatu statistik disebut
distribusi sampling. Menurut Gravetter dan Wallnau (2014: 204), distribusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
sampling adalah distribusi dari statistika yang diperoleh dengan memilih
sampel yang memungkinkan dengan ukuran yang spesifik dari populasi.
Setiap sampel yang diambil memiliki nilai statistik, seperti rerata,
simpangan baku, dan sebagainya (Spiegel, 1988: 189). Oleh karena itu,
distribusi sampling biasanya diberi nama bergantung pada nama statistik yang
digunakan sehingga dikenallah distribusi sampling rerata, distribusi sampling
proporsi, distribusi sampling simpangan baku, dan lainnya lagi (Sudjana,
2005: 179).
Distribusi sampling dari statistik digunakan untuk membuat
kesimpulan pada parameter. Distribusi sampling dengan ukuran sampel n
dihasilkan ketika percobaan dilakukan berulang-ulang (dengan ukuran sampel
n) yang kemudian menghasilkan banyak nilai statistik yang berbeda dari
setiap sampel. Distribusi sampling menggambarkan variabilitas nilai statistik
di sekitar nilai parameter dalam percobaan berulang (Walpole dkk, 2011:
233).
Pada Bab II ini, akan dibahas lebih lanjut terkait distribusi sampling
rerata.
F. Distribusi Sampling Rerata
Jika dari suatu populasi yang jumlahnya data seluruhnya ada N buah
yang memiliki rerata sebesar μ dan simpangan baku σ, diambil sampel
sebanyak n buah, maka rerata sampel itu sebesar �̅� dengan simpangan baku s.
Suharyadi dan Purwanto (2016: 21) mendefinisikan distribusi
sampling rerata adalah suatu distribusi probabilitas yang terdiri dari seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
kemungkinan rata-rata hitung sampel dari suatu ukuran sampel tertentu yang
dipilih dari populasi, dan probabilitas terjadinya dihubungkan dengan setiap
rata-rata hitung sampel. Sedangkan dalam bukunya, Gravetter dan Wallnau
(2014: 204) mendefinisikan distribusi sampling rerata merupakan “kumpulan
rata-rata hitung sampel untuk seluruh sampel acak yang memungkinkan
dengan ukuran tertentu (n) yang dapat diperoleh dari populasi”. Distribusi
sampling rerata, menurut Supranto (2001: 90), adalah distribusi probabilitas
dari seluruh kemungkinan nilai-nilai dari rata-rata sampel.
Hasan (2010: 95-97) menjelaskan bahwa pada distribusi sampling
rerata berlaku hal-hal di bawah ini :
a. Pemilihan sampel dari populasi terbatas
Sampel random, berukuran n dengan rerata sampel �̅�, yang
diambil dari populasi berukuran N dengan rerata 𝜇 dan simpangan
baku σ, dan berdistribusi normal, akan memiliki distribusi normal
dengan rerata dan simpangan baku seperti dijelaskan di bawah ini
berdasarkan cara sampling yang dilakukan:
1) Pengambilan sampel tanpa pengembalian atau 𝑛
𝑁> 5%
Di dalam pengambilan sampel tanpa pengembalian,
anggota populasi yang pernah diambil sebagai sampel tidak
boleh diambil lagi sebagai sampel. Jika kita melakukan
pengambilan sampel n dari populasi N, kita akan memiliki 𝐶𝑛𝑁
jumlah sampel (Sudaryono, 2011: 156).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Hubungan antara mean dan simpangan baku populasi
dengan mean dan simpangan baku mean sampel adalah sebagai
berikut (Subagyo, 2010: 134):
a) Mean distribusi sampling sama dengan mean sampel
populasi, yaitu:
𝜇�̅� = 𝜇
b) Simpangan baku distribusi sampling sama dengan
simpangan baku sampel populasi dibagi akar kuadrat
dari ukuran sampel.
σ�̅� =σ
√𝑛√𝑁 − 𝑛
𝑁 − 1
Simpangan baku σ�̅� sering disebut sebagai kesalahan
standar mean (standard error of mean) (McClave dkk, 2011:
298).
2) Pengambilan sampel dengan pengembalian atau 𝑛
𝑁≤ 5%
Dalam pengambilan sampel dengan pengembalian,
semua anggota populasi yang terambil sebagai sampel boleh
dipilih lagi sebagai sampel. Jadi, setiap anggota populasi dapat
terpilih sebagai sampel, tidak selalu sekali, tetapi dapat 2 kali,
3 kali, dan seterusnya.
Jumlah alternatif sampel yang ada = Nn buah. Rerata
dari setiap alternatif sampel itu kalau direrata akan membentuk
mean dari rerata sampel 𝜇�̅� dengan simpangan baku σ�̅�.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Apabila populasi tersebut adalah tak terhingga atau apabila
penarikan sampel dilakukan dengan pengembalian, maka
(Spiegel, 1988: 190):
𝜇�̅� = 𝜇
σ�̅� =σ
√𝑛
b. Pemilihan sampel dari populasi tidak terbatas
Jika populasi memiliki ukuran yang tidak terhingga dan
didistribusikan secara normal dengan rerata 𝜇 dan simpangan baku σ,
maka rerata sampel �̅� yang didasarkan pada sampel random yang
berukuran n dan dipilih baik dengan pengembalian maupun tanpa
pengembalian dari populasi tersebut akan memiliki distribusi normal
dengan rerata dan simpangan baku :
𝜇�̅� = 𝜇
σ�̅� =σ
√𝑛
Untuk mempelajari distribusi sampling rerata, peneliti menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah dalam memfasilitasi pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
G. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pada masa sekarang ini, semakin banyak pandangan terbuka yang
lebih menekankan pada bagaimana suatu konsep dapat dipahami oleh siswa
bukan hanya semata-mata konsep sebagai suatu hafalan (Trianto, 2014: 61;
Sanjaya, 2006: 215). Pemahaman konsep sangat mempengaruhi sikap siswa
terhadap masalah, bahkan siswa kurang mampu menentukan serta
merumuskan masalah (Trianto, 2014: 62). Selain itu, siswa sebagai seorang
manusia pastinya akan menemui masalah di kehidupan nyata. Sehingga
diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat memberikan kemampuan
bagi siswa untuk menghadapi masalah serta menyelesaikannya.
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Trianto (2014: 63) menjelaskan pembelajaran berbasis masalah
adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip
penggunaan masalah sebagai titik awal akuisisi dan integrasi pengetahuan
baru. Sedangkan menurut Sanjaya (2006: 214), pembelajaran berbasis
masalah didefinisikan sebagai rangkaian pembelajaran yang menekankan
pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara alamiah.
Arends, dalam Trianto (2014: 64), menjelaskan bahwa
pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran
yang bertujuan agar siswa mampu mengerjakan suatu permasalahan untuk
menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
keterampilan berpikir tingkat tinggi, serta mengembangkan kemandirian
dan percaya diri.
2. Ciri dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasarkan pengertian dari pembelajaran berbasis masalah yang
telah dijelaskan, pembelajaran berbasis masalah memiliki 3 ciri utama, di
antaranya (Sanjaya, 2006: 214):
a. Strategi pembelajaran berbasis masalah
Strategi ini merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang
tidak hanya mengharapkan siswa untuk mendengarkan, mencatat
kemudian menghafal materi pembelajaran, namun juga siswa dapat
aktif berpikir, berkomunikasi, mencari, mengolah data, dan
menyimpulkan.
b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk meyelesaikan masalah
Kata kunci dari strategi ini adalah masalah, yang berarti tidak
akan ada proses pembelajaran tanpa ada masalah.
c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berpikir secara ilmiah
Berpikir menggunakan metode ilmiah di antaranya adalah
proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilaksanakan secara sistematis, dengan tahapan tertentu, dan
empiris, yaitu didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Suyanto dan Jihad (2013: 154) memaparkan ciri-ciri utama
pembelajaran berbasis masalah di antaranya adalah:
a. pengajuan pertanyaan atau masalah;
b. memusatkan keterkaitan interdisiplin;
c. penyelidikan autentik;
d. kerjasama; dan
e. menghasilkan karya atau peragaan
Beberapa krakteristik pembelajaran berbasis masalah yang
disebutkan Trianto (2014: 68) di antaranya sebagai berikut:
a. Mengorientasikan siswa kepada masalah autentik dan menghindari
pembelajaran terisolasi.
b. Berpusat pada siswa dalam jangka waktu lama.
c. Menciptakan pembelajaran interdisiplin.
d. Penyelidikan masalah autentik yang terintegrasi dengan dunia
nyata dan pengalaman praktis.
e. Menghasilkan produk/karya untuk dipamerkan.
f. Mengajarkan kepada siswa untuk menerapkan apa yang mereka
pelajari di sekolah dalam kehidupannya yang panjang.
g. Pembelajaran terjadi pada kelompok kecil (kooperatif).
h. Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing.
i. Masalah diformalisasikan untuk memfokuskan dan merangsang
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
j. Masalah adalah kendaraan untuk pengembangan keterampilan
pemecahan masalah.
k. Informasi baru diperoleh lewat belajar mandiri.
3. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah
Berdasarkan karateristik tersebut, Trianto (2014: 70) memaparkan
tujuan pembelajaran berbasis masalah, yaitu:
a. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan
pemecahan masalah.
b. Belajar peranan orang dewasa yang autentik.
c. Menjadi pembelajar yang mandiri.
Di sisi lain menurut Suyanto dan Jihad (2013: 154), tujuan dari
model pembelajaran berbasis masalah adalah untuk memberikan
kemampuan dasar dan teknik kepada siswa yang diharapkan mampu
memecahkan masalah daripada hanya diberikan informasi yang harus
dihafalkan.
4. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Suyanto dan Jihad (2013: 155) juga menjelaskan langkah-langkah
model pembelajaran berbasis masalah yang dapat dilihat pada Tabel 2.1
berikut.
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase
ke- Indikator Aktivitas Guru
1 Mengarahkan
siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
serta logistik yang dibutuhkan, memotivasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
siswa terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya.
2 Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah yang akan
dipecahkan.
3
Membimbing
penyelidikan
individual maupun
kelompok
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah yang dihadapi siswa.
4
Mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya
nyata sesuai laporan, video, dan model
yang membantu mereka untuk berbagi
tugas.
5
Menganalisis dan
mengevaluasi
proses pemecahan
masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap hasil
penyelidikan mereka dan proses-proses
yang mereka gunakan berupa langkah-
langkah pemecahan masalah dari masalah
yang muncul dan dihadapi siswa.
5. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebagai suatu model pembelajaran, pembelajaran berbasis masalah
memiliki keunggulan dan kelemahan. Berikut keunggulan dari
pembelajaran berbasis masalah yang diuraikan oleh Sanjaya (2006: 220-
221):
a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk
memahami isi pelajaran.
b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi
siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
siswa.
d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana
menggunakan pengetahuan mereka untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata.
e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran
yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah juga
dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baik
terhadap hasil maupun proses belajarnya.
f. Pemecahan masalah memperlihatkan siswa bahwa setiap mata
pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang
harus dimengerti oleh siswa bukan hanya sekedar belajar dari guru
atau dari buku-buku saja.
g. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai
siswa.
h. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk berpikir kritis dan menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
i. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam
dunia nyata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
j. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk
secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan
formal telah berakhir.
Selain itu, Trianto (2014: 68) mengungkapkan pula keunggulan
dari pembelajaran berbasis masalah, yaitu:
a. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka
sendiri yang menemukan konsep tersebut.
b. Siswa terlibat aktif dalam pemecahan masalah serta keterampilan
berpikir yang lebih tinggi.
c. Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa
sehingga pembelajaran lebih bermakna.
d. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang
diselesaikan langsung berkaitan dengan kehidupan nyata, hal ini
meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang
dipelajari.
e. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi
aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap
sosial yang positif di antara siswa.
f. Pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling
berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya, sehingga
diharapkan pencapaian ketuntasan belajar dari siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Di samping keunggulan, pembelajaran berbasis masalah memiliki
beberapa kelemahan sebagai berikut (Sanjaya, 2006: 221):
a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak percaya diri bahwa
masalah yang dipelajari bisa dipecahkan, maka mereka enggan
untuk mencoba.
b. Keberhasilan pembelajaran berbasis masalah membutuhkan cukup
waktu untuk persiapan.
c. Tanpa pemahaman alasan untuk siswa berusaha dalam pemecahan
masalah yang dikaji, maka mereka tidak akan belajar apa yang
mereka ingin pelajari.
H. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian Kristanto (2018), sebagian besar siswa
masih memiliki penalaran statistik yang rendah dalam memahami konsep
mean. Oleh karena itu, penelitian tersebut menyarankan pembelajaran
statistik harus memprioritaskan pencapaian penalaran statistik siswa yang
dapat dilakukan dengan merancang pembelajaran yang mengharuskan siswa
untuk mengumpulkan data dari kehidupan sehari-hari mereka, mengatur data,
dan pada akhirnya dapat membuat kesimpulan berdasarkan interpretasi
mereka sendiri.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Pfannkuch (2011), yang
melakukan penelitian eksplorasi di kelas 10 (14 tahun) yang diharapkan untuk
belajar lebih banyak tentang konteks peran bermain dalam penalaran
inferensial, di mana baik guru dan siswa diposisikan sebagai peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Dalam proses pembelajaran penalaran inferensial informal sebelum, selama,
dan setelah pengenalan konsep variabilitas sampel terus dikaji. Hasil
penelitian menemukan bahwa belajar tentang situasi dunia nyata (data-
context) dan pengetahuan yang dibawa siswa ke tugas dan lingkungan belajar
fisik dan sosial mereka (learning-experience-contexts) berperan penting
dalam mengembangkan penalaran inferensial informal. Data-context
membantu siswa dalam menemukan makna dari pola yang diamati, tetapi
dapat mengalihkan perhatian mereka selama konstruksi konsep dan ketika
mencoba menerapkan teori yang baru dipelajari. Learning-experience-
contexts memainkan peran penting dalam memediasi perkembangan siswa
dari penalaran inferensial informal. Implikasi untuk mengembangkan konsep
untuk penalaran inferensial informal dan untuk penelitian dibahas. Implikasi
dari penelitian ini adalah bahwa dalam usaha untuk merancang kegiatan yang
meningkatkan penalaran inferensial informal siswa baik mengembangkan
data-context dan learning-experince-context untuk membentuk penalaran
dalam siklus penyelidikan dan untuk mengembangkan konsep.
Gil & Ben-Zvi (2011) dalam artikelnya membahas peranan penjelasan
siswa dalam memaknai data dan belajar bernalar secara informal tentang
statistika inferensial. Hal yang dikaji adalah bagaimana siswa memanfaatkan
pengalaman dan pengetahuan mereka tentang konteks, alat statistik, dan
gagasan untuk mendukung penalaran inferensial informal yang muncul. Studi
kasus ini berfokus pada dua sesi dari siswa kelas enam (usia 12) dengan
lingkungan pembelajaran yang dirancang berbasis inkuiri, untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
mengembangkan penalaran inferensial informal siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat 4 tipe penjelasan yang memunculkan penalaran
inferensial informal siswa, yaitu:
1. Descriptive explanation, memberikan deskripsi statistik tentang
bagaimana interpretasi atau inferensi berdasarkan representasi data.
2. Abductive explanation, memberikan catatan hipotetis tentang alasan
kontekstual dan teoritis tentang fenomena yang diinvestigasi
3. Reasonableness explanation, memberikan suatu dasar bagi penegasan
kewajaran/ ketidakwajaran suatu inferensi dan keperluan ekplorasi dan
penjelasan lanjutan.
4. Conflict resolution, memberikan resolusi terhadap konflik antara suatu
ekspektasi dengan inferensi yang diajukan.
Padmi (2015) menyadari bahwa statistika inferensial merupakan
konsep yang masih sulit untuk dipahami oleh siswa. Di sisi lain, adanya suatu
kebutuhan statistika yang didasari bahwa statistika merupakan alat yang
penting bagi siswa untuk menghadapi informasi sarat-data yang mereka temui
di kehidupan sehari-hari. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk
mengembangkan penalaran inferensial informal pada siswa kelas 7 di
Indonesia, menggunakan pendekatan pembelajaran Pendidikan Matematika
Realistik Indonesia (PMRI). Tujuan dari penelitian ini adalah
mengkontribusikan materi pengajaran dalam mengembangkan penalaran
inferensial informal. Design research digunakan sebagai pendekatan dalam
penelitian. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, dengan subjek siswa kelas 7 dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
seorang guru di SMP Lab Universitas Negeri Surabaya. Data yang
dikumpulkan melalui rekaman video dan hasil kerja siswa, kemudian
dianalisis dengan membandingkan Hypothetical Learning Trajectory dan
Actual Learning Trajectory. Hasil dari penelitian ini yaitu:
1. Menggunakan bentuk konkret sampel dan populasi memungkinkan
siswa untuk benar-benar memahami gagasan bahwa bagian dari data
dapat mewakili keseluruhan.
2. Sampel yang bertambah memungkinkan siswa untuk memahami
gagasan terkait pengaruh ukuran sampel.
3. Dengan mempertimbangkan klaim, meskipun dapat membantu siswa
untuk memahami pemahaman awal, masih belum dapat sepenuhnya
menumbuhkan gagasan pengacakan.
4. Konsep ukuran sampel dan pengacakan untuk menentukan kualitas
sampel tidak benar-benar membantu dengan inferensi siswa.
5. Proyek penelitian kecil memungkinkan siswa untuk mengalami
bagaimana penelitian dilakukan dan hasil statistik diperoleh.
6. Penggunaan dot plot memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi data
secara visual dan mudah mendeteksi fitur data. Alih-alih bergantung
pada rumus dan perhitungan, siswa dapat melihat data menyeluruh,
bukan sekelompok nilai individu dan numerik.
7. Penggunaan bahasa informal menciptakan lingkungan yang santai di
mana siswa dapat mempresentasikan pemikiran mereka sendiri dalam
bahasa mereka sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
8. Keengganan siswa untuk mengekspresikan pendapat mereka baik
secara lisan maupun tulisan menjadi kelemahan utama, terutama
selama proyek penelitian kecil.
Paparistodemou & Meletiou-Mavrotheris (2008) melakukan penelitian
yang berfokus pada pengembangan keterampilan inferensi informal siswa
kelas tiga, merumuskan dan mengevaluasi inferensi berbasis data
menggunakan lingkungan visualisasi data statistik dinamis TinkerPlotsTM.
Siswa menganalisis data yang dikumpulkan menggunakan TinkerPlots, dan
membuat presentasi dari temuan mereka. Hasil dari penelitian ini mendukung
pandangan bahwa pengajaran statistik dapat membantu penrkembangan
penalaran inferensial siswa pada usia dini, melalui pendekatan informal
berbasis data. Mereka juga menyarankan penggunaan perangkat lunak
statistik dinamis karena memiliki potensi untuk meningkatkan pengajaran
statistik dengan membuat penalaran inferensial dapat diakses oleh pelajar
muda.
Prodromou (2013) juga menyelidiki bagaimana siswa kelas 9, berusia
14 hingga 15 tahun membangun konsep informal tentang statistik inferensial
dengan melibatkan siswa dalam proses pemodelan dan membangun simulasi
komputer mereka sendiri dengan perangkat lunak statistik dinamis. Peneliti
memperkenalkan Tinkerplots2 kepada guru dan siswa. Semua siswa
dibiasakan dengan perangkat lunak TinkerPlots2, secara eksplisit berfokus
pada keterampilan belajar yang terkait dengan TinkerPlots2. Hasilnya
menunjukkan bahwa proses pemodelan dan proses simulasi tampaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
menjadi cara yang tepat untuk memperkenalkan inferensi awal kepada siswa
sekolah menengah. Proses pemodelan dan simulasi menantang siswa untuk
membangun model, menafsirkan distribusi yang diamati secara empiris,
membandingkan perilaku model dengan data yang diamati secara empiris dan
mengevaluasi model yang digunakan untuk menghasilkan data.
Watson dan English (2016) melakukan penelitian yang berfokus pada
kegiatan mengumpulkan sampel acak berulang dari populasi terbatas untuk
mengeksplorasi kemampuan siswa secara informal, yang diharapkan dapat
memulai penalaran distribusi dari statistik sampel. Penelitian ini memaparkan
tingkat keberhasilan siswa dalam membuat prediksi untuk populasi dari
sampel yang disimulasikan dan menjelaskan strategi pengambilan sampel.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah (i) seberapa akurat prediksi
persentase populasi berdasarkan pada persentase sampel berulang yang dibuat
oleh siswa kelas 5 dan (ii) apa tingkat penalaran dari pemilihan prediksi dan
penjelasan mengenai seberapa dekat prediksi yang dilakukan dengan
persentase populasi?
Hasil penelitiannya sekitar 70% siswa membuat apa yang dianggap
paling tidak cukup baik sebagai prediksi persentase populasi untuk lima
pertanyaan ya – tidak, dan korelasi antara prediksi dan penjelasan adalah
0,78. Fakta bahwa banyak siswa kelas 5 yang berhasil melakukan prediksi
untuk proporsi mengarah pada harapan bahwa kemampuan yang
dikembangkan di sini akan diperkuat dengan contoh-contoh lebih lanjut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
ketika siswa memiliki lebih banyak teknik dan alat untuk digunakan pada
tahun-tahun sekolah menengah atas.
Penelitian ini dirasa cukup sulit bagi siswa di tingkat menengah atas.
Akan lebih baik jika memulai pembalajaran statistika inferensial dengan
penalaran informal dengan beberapa ide dasar sebelum memasuki
pembelajaran secara formal sehingga memiliki fondasi yang kuat agar
nantinya dapat memiliki pemahaman yang bermakna.
I. Kerangka Berpikir
Statistika dikelompokkan menjadi statistika deskriptif dan statistika
inferensial. Dikatakan bahwa statistika inferensial merupakan pusat dari ilmu
statistika. Terdapat dua penalaran yang dipakai dalam mempelajari statistika
inferensial, yaitu penalaran inferensial formal dan informal.
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan studi yang berfokus
pada pemahaman statistika informal berkembang cukup pesat, terutama pada
bidang penalaran inferensial informal. Penalaran inferensial informal adalah
cara atau proses informal dalam mengambil kesimpulan dan membuat
generalisasi dari sekelompok data untuk lingkup yang lebih luas.
Statistika inferensial menyediakan aturan atau cara yang dapat
digunakan untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum (populasi), dari
kumpulan data sampel yang telah disusun dan diolah. Sehingga dibutuhkan
jembatan antara sampel dan populasi untuk memprediksi karakteristik sampel
untuk populasi tertentu, yaitu distribusi sampling. Distribusi sampling dari
statistik digunakan untuk membuat kesimpulan pada parameter. Terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
beberapa macam distribusi sampling, salah satunya distribusi sampling rerata
yaitu distribusi probabilitas dari seluruh kemungkinan nilai-nilai dari rata-rata
sampel.
Di sisi lain, penalaran inferensial informal tidak mengambil jalan
seperti penalaran inferensial formal, yang mempelajari distribusi sampling
berdasarkan definisi dari distribusi sampling itu sendiri. Berdasarkan
beberapa penelitian yang relevan, penalaran inferensial informal lebih
menekankan pada pemahaman konsep dari kegiatan yang dialami secara
langsung oleh siswa. Oleh karena itu, penggunaan pembelajaran berbasis
masalah dirasa cocok dalam pembelajaran distribusi sampling dengan
penalaran inferensial informal. Pembelajaran berbasis masalah menekankan
pada sikap menghadapi dan menyelesaikan masalah.
J. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada kajian teori yang telah diuraikan serta penelitian
yang relevan, dengan demikian peneliti berhipotesis bahwa peserta didik
jenjang SMA kelas 11 MIPA mampu memahami distribusi sampling
menggunakan penalaran inferensial informal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Untuk mendukung peserta didik jenjang SMA kelas 11 memahami
distribusi sampling melalui penalaran inferensial informal dengan unsur-
unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan
masalah, tujuan, dan manfaat penelitian, maka jenis penelitian yang
digunakan yaitu penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif
diterapkan untuk melihat secara nyata dan apa adanya dalam memahami
subjek dan objek penelitian (Gunawan, 2016: 82).
Metode atau pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah studi
kasus (case study). Menurut Yin (dalam Kholifah & Suyadnya, 2018), untuk
memulai sebuah penelitian dengan pendekatan studi kasus, peneliti harus
menitikberatkan pada pertanyaan ‘bagaimana’ dan ‘mengapa’. Hal-hal yang
harus diperhatikan oleh peneliti adalah kasus dibatasi pada satu orang, satu
lembaga, satu keluarga, dan kelompok objek lain yang cukup terbatas yang
dipandang sebagai kesatuan (Surakhmad dalam Prastowo, 2014: 128). Dalam
penelitian ini, kasus yang diteliti adalah pembelajaran distribusi sampling
dengan penalaran inferensial informal untuk jenjang SMA kelas 11 MIPA.
Jenis penelitian deskriptif kualitatif studi kasus termasuk penelitian
eksplorasi serta memainkan peran sangat penting dalam menciptakan
pemahaman tentang berbagai variabel. Selain itu jenis penelitian ini berpusat
pada suatu unit kasus tertentu dari berbagai fenomena sehingga memungkin-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
kan penelitian menjadi sangat mendalam (Gunawan, 2014: 113). Sumber data
utama dalam penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas 11 MIPA SMA Stella
Duce 1 Yogyakarta. Peserta didik kelas 11 MIPA dipilih karena mereka
belum pernah mempelajari distribusi sampling. Pemilihan subjek dilakukan
berdasarkan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika atas pertimbangan
dari guru mata pelajaran yang mengampu peserta didik-peserta didik tersebut.
Subjek dipilih sebanyak 3 peserta didik yang berasal dari tiga tingkat hasil
belajar Matematika yang berbeda yaitu hasil belajar yang tinggi, menengah,
dan rendah. Tiga peserta didik tersebut selanjutnya akan disebut S1, S2, dan
S3.
Objek penelitian ini adalah kemampuan peserta didik kelas 11 MIPA
dalam memahami distribusi sampling dengan penalaran inferensial informal
serta persepsi peserta didik kelas 11 MIPA terhadap distribusi sampling
dengan penalaran inferensial informal.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan Pusat Universitas Sanata
Dharma pada tanggal 27, 29 Maret, dan 1 April 2019.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
D. Teknik Pengambilan Data
Adapun teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data
yang sesuai dengan sifat penelitian karena mengadakan pengamatan
secara langsung sehingga peneliti harus mencari data sendiri dengan
terjun dan mengamati langsung. Observasi dilaksanakan agar peneliti
dapat merasakan langsung apa yang subjek rasakan, bukan apa yang
peneliti rasakan (Gunawan, 2016: 145).
Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan
melihat bagaimana subjek dapat menangkap materi serta memahami
distribusi sampling dengan menuntun secara langsung. Observasi ini
berlangsung selama proses pembelajaran yang difalitasi langsung oleh
peneliti yang berperan sekaligus sebagai guru dalam pembelajaran ini.
Pembelajaran berlangsung dalam 5 fase yang dilakukan selama 3
pertemuan.
Gambar 3.1 Alur Pembelajaran Distribusi Sampling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Pembelajaran ini menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan pembelajaran, peneliti
melakukan wawancara untuk mengetahui latar belakang peserta didik
untuk mengetahui hal-hal apa saja yang sekiranya dapat diangkat
menjadi masalah kontekstual dalam pembelajaran distribusi sampling
ini.
2. Wawancara
Wawancara bertujuan mengumpulkan data yang beragam dari
para responden dalam berbagai situasi (Sarosa, 2012). Wawancara
dilakukan oleh peneliti terhadap subjek untuk mengetahui persepsi
subjek terhadap pembelajaran distribusi sampling dengan penalaran
inferensial informal. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara
semi terstruktur, di mana peneliti dapat menggali informasi berdasarkan
jawaban dari subjek, tidak hanya mengikuti pedoman wawancara yang
telah dibuat sebelumnya.
3. Dokumentasi
Sebagai pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara dalam penelitian kualitatif, peneliti mendokumentasikan
seluruh proses penelitian dari awal hingga akhir penelitian. Informasi
yang peneliti peroleh dari dokumentasi merupakan penggambaran dari
apa yang peneliti amati, telusuri, dan didapatkan secara sengaja guna
mendokumentasikan perjalanan penelitian seperti diantaranya rekaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
audio visual saat proses pembelajaran dan rekaman audio untuk
wawancara.
E. Instrumen Pengambilan Data
Adapun hal-hal terkait instrumen pengumpulan data akan dijelaskan
sebagai berikut :
1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini adalah perangkat
pembelajaran berupa skenario pelaksanaan pembelajaran yang
digunakan untuk membantu peneliti dalam melakukan proses
pembelajaran dengan lebih terstruktur dan terarah.
2. Pedoman Wawancara
Instrumen ini berisi pertanyaan-pertanyaan dasar yang
ditanyakan oleh peneliti kepada subjek. Pertanyaan-pertanyaan
selanjutnya dikembangkan oleh peneliti berdasarkan situasi pada saat
wawancara. Pedoman ini disusun untuk menanyakan dan mengetahui
hal-hal yang tidak diperoleh saat observasi. Selain itu juga untuk
mempermudah peneliti dalam melakukan tanya jawab mengenai
bagaimana persepsi serta tanggapan subjek terhadap pembelajaran
distribusi sampling dengan penalaran inferensial informal yang telah
dilaksanakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara
No. Pertanyaan
1. Bagaimana proses pembelajaran yang telah dilakukan?
2. Apa saja yang kamu dapatkan selama proses pembelajaran yang
telah dilakukan?
3. Bagaimana perasaanmu terhadap proses pembelajaran yang
telah dilakukan?
4. Apa yang paling menarik dari pembelajaran yang telah
dilakukan? Beserta alasannya.
5. Bagian mana yang paling mudah dan paling sulit untuk
dipahami? Beserta alasannya.
6. Apakah metode yang saya gunakan seperti memberi pertanyaan
pancingan dan masalah membantu proses pembelajaran?
Bagaimana?
7. Apakah ada hal-hal yang sebaiknya diperbaiki dari pembelajaran
yang telah dilakukan?
8. Apakah penting mempelajari distribusi sampling? Mengapa?
9. Apakah kira-kira siswa SMA jurusan MIPA mampu memahami
distribusi sampling?
3. Alat Dokumentasi
Peneliti menggunakan perekam audio visual untuk merekam
proses pembelajaran, sedangkan untuk wawancara peneliti
menggunakan perekam audio. Alat-alat perekam ini di antaranya handy
cam dan ponsel peneliti yang berguna membantu peneliti dalam
pengumpulan data terutama dalam menjelaskan deskripsi berbagai
situasi dan perilaku subjek yang diteliti. Sebelum melakukan
perekaman, peneliti telah meminta izin dan menjelaskan mengenai
kerahasiaan subjek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
F. Teknik Validasi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian sangat menentukan mutu atau
tidaknya hasil penelitian. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan untuk
memperoleh data harus diuji validitas terlebih dahulu. Instrumen yang
divalidasi adalah skenario pelaksanaan pembelajaran dan pedoman
wawancara. Peneliti menggunakan validitas isi, yaitu dengan konsultasi ahli.
Oleh karena itu, peneliti berkesempatan meminta seorang ahli untuk
melakukan validasi, yaitu Maria Suci Apriani, M.Sc. selaku dosen Program
Studi Pendidikan Matematika yang mengampu mata kuliah statistika. Ahli
diminta untuk mengamati secara cermat semua aspek yang hendak divalidasi
dalam dua instrumen tersebut.
Pada akhir perbaikan, ahli dimintai pertimbangan tentang bagaimana
item-item tersebut sudah mencakup semua variabel yang diukur serta
kelayakan instrumen tersebut. Ahli menuliskan pada lembar validasi bahwa
pada pertemuan kedua yang membahas teknik sampling, perlu dituliskan
lebih jelas mengenai syarat-syarat untuk setiap teknik sampling. Untuk itu,
peneliti memadukan dan merevisi kembali instrumen pembelajaran dengan
mengganti kasus-kasus yang digunakan untuk menentukan teknik sampling
yang cocok, sehingga syarat-syarat teknik sampling terpenuhi di dalam setiap
kasus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses pelacakan
dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, observasi,
dokumentasi serta bahan-bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan
pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapar diinterpretasikan
temuannya kepada orang lain (Zuriah, 2006: 92). Pada tahapan analisis data,
peneliti melakukan proses penyederhaan data-data yang telah terkumpul ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipahami.
Tahapan analisis data yang dilakukan peneliti yaitu:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Pada
tahapan ini data-data yang sudah terkumpul dibuat transkripnya, yakni
dengan menyederhanakan informasi yang terkumpul ke dalam bentuk
tulisan yang mudah dipahami. Dari hasil observasi yang dilakukan,
peneliti mengubahnya ke dalam bentuk tulisan. Setelah itu, data-data
tersebut dipilih sesuai fokus penelitian ini untuk memudahkan peneliti
dalam mengkategorikan data-data yang terkumpul.
2. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting saja, mencari tema serta polanya,
dan membuang hal-hal yang tidak diperlukan dalam penelitian.
Dengan demikian, gambaran keseluruhan akan semakin jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiono dalam
Gunawan, 2016: 211).
3. Penyajian data
Data yang sudah dirangkum, lalu ditafsirkan dan dijelaskan untuk
menggambarkan proses peserta didik memahami distribusi sampling
dengan penalaran inferensial informal. Penyajian data digunakan
untuk meningkatkan pemahaman serta dapat dijadikan acuan dalam
pengambilan kesimpulan. Penyajian data dijelaskan berbentuk uraian
naratif.
4. Penarikan kesimpulan
Pada tahap ini, peneliti menarik kesimpulan dari hasil analisis data
yang sudah dilakukan. Penarikan kesimpulan dalam penelitian
kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang telah
dirumuskan di awal. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
diharapkan merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu
obyek yang sebelumnya masih belum jelas sehingga menjadi lebih
jelas setelah diteliti (Sugiono dalam Gunawan, 2016: 212).
H. Prosedur Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan beberapa langkah
dalam kegiatan penelitian ini. Langkah-langkah yang dilakuan peneliti, antara
lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
1. Eksplorasi dan Penentuan Masalah
Pada tahap ini peneliti menentukan topik penelitian di tahapan awal
yaitu mengenai kemampuan peserta didik dalam memahami materi
statistika inferensial, lalu dikerucut menjadi materi distribusi sampling.
Pemilihan subyek penelitian berdasarkan diskusi dengan guru mata
pelajaran Matematika di sekolah tempat peneliti melakukan Program
Pengalama Lapangan (PPL). Peneliti memilih peserta didik dari sekolah
saat peneliti melakukan PPL karena peneliti pernah mengajar mereka
sehingga peneliti dan subjek sudah saling mengenal. Kemudian peneliti
membuat identifikasi dan perumusan masalah tentang penelitian dengan
jelas.
2. Pembuatan Proposal Penelitian
Peneliti membuat proposal penelitian yang dilakukan sebelum
memulai melaksanakan penelitian. Proposal penelitian digunakan untuk
menjelaskan garis besar penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
Peneliti juga selalu berkonsultasi dengan dosen pembimbing dalam
penyusunan proposal sehingga dalam proposal yang disusun dapat
dilaksanakan dengan baik dalam proses penelitian. Peneliti menentukan
metode penelitian dan menentukan hal-hal yang mendukung dalam proses
penelitian seperti ketersediaan kajian teori pendukung, ketersediaan waktu
penelitian, lokasi penelitian, merancang pembelajaran dengan penalaran
inferensial informal, membuat lembar kerja, serta pedoman wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
3. Pelaksanaan Penelitian
Sebagai awal pelaksanaan penelitian, peneliti menyusun lembar
kerja yang kemudian divalidasi oleh ahli sebelum melaksanakan
pembelajaran. Kemudian peneliti melakukan proses pengumpulan data
dengan melakukan observasi saat pembelajaran dilakukan didokumentasi
serta mewawancarai subjek.
4. Penulisan Laporan Penelitian
Setelah peneliti menganalisis data berdasarkan observasi serta
wawancara, dan mendapatkan kesimpulan terhadap hasil penelitian, tahap
berikutnya adalah menuliskan hasil penelitian ke dalam bentuk laporan
penelitian yaitu skripsi. Skripsi sendiri berisi langkah-langkah yang ditulis
secara rinci dan benar sesuai dengan keadaan yang ada, mulai dari
pendahuluan sampai dengan saran-saran kepada peneliti, para pembaca
ataupun pihak yang bersangkutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
BAB IV
HASIL, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Analisis
1. Proses Pembelajaran Distribusi Sampling dengan Penalaran
Inferensial Informal
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendukung peserta didik
jenjang SMA kelas 11 dalam memahami distribusi sampling dengan
penalaran inferensial informal. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti
mendesain 5 fase pembelajaran distribusi sampling dengan penalaran
inferensial informal.
Fase 1: Memahami sampel dan populasi.
Fase 2: Memahami statistik dan parameter, terutama rerata.
Fase 3: Memahami pengambilan sampel yang representatif dari
populasi.
Fase 4: Memahami beberapa teknik sampling.
Fase 5: Memahami distribusi sampling rerata.
Selanjutnya, akan dipaparkan penjelasan setiap fase proses
pembelajaran distribusi sampling dengan penalaran inferensial informal.
Penjelasan akan berpusat pada diskusi serta pemecahan masalah.
a) Fase 1
Mengarahkan peserta didik pada masalah
Fase pertama bertujuan agar peserta didik memahami sampel dan
populasi. Peneliti memberi pertanyaan pancingan: bagaimana quick
count dilakukan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
52
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Pada fase ini peserta didik diberikan masalah mengenai quick count
yang dilakukan lembaga survei seperti yang dapat dilihat pada
Gambar 4.1. Peneliti mengangkat kasus quick count yang memang
benar terjadi di dunia nyata dan diambil dari sumber terpercaya,
yaitu https://www.liputan6.com/quickcount/read/2078119/8-
lembaga-survei-yang-menangkan-jokowi-jk-lebih-kredibel dan
https://kabar24.bisnis.com/read/20140613/355/235788/pilpres-
2014-jumlah-tempat-pemungutan-suara-dikurangi
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Selanjutnya peserta didik diminta menganalisis bagaimana quick
count dilakukan.
Gambar 4.1 Masalah Quick Count 1
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada awalnya, seorang peserta didik menjawab setiap lembaga
survei sengaja ditempatkan di daerah-daerah yang berbeda di
seluruh Indonesia dan semua lembaga survei saling bekerja sama,
namun pada kenyataannya setiap lembaga survei tidak saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
bekerja sama, mereka bekerja masing-masing. Lalu peserta didik
yang lain mengatakan hasil dari lembaga survei berdasarkan
progres hasil suara yang didapat dari TPS. Lalu setelah diberi
beberapa pancingan, seorang peserta didik menjawab
S3 : Berarti cuma beberapa tok, kayak sampel. Lembaga
survei mengambil sampel-sampel dari beberapa TPS
tok.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Ternyata peserta didik telah mengetahui istilah sampel dan
populasi dan mereka mengerti arti dari sampel dan populasi.
G : Sampel itu apa?
S2 : Contoh.. Bukan contoh sih. Apaya?
G : Kalau keseluruhan [namanya apa]?
S1 : Populasi
S2 : Sek sek sampel tu beberapa dari keseluruhan.
S3 : Sebagian dari keseluruhan.
G : Berarti KPU mengambil dari [mana]?
S1,S2,S3 : Keseluruhan dari seluruh Indonesia.
G : Namanya [apa]?
S1 : Populasi.
G : Berarti kalau lembaga survei dari [mana]?
S1,S2,S3 : Dari... Sampel dari beberapa TPS.
Setelah mereka memahami sampel dan populasi dari masalah yang
diberikan, peneliti meminta peserta didik untuk memberikan
contoh-contoh sampel dan populasinya seperti yang dapat dilihat
pada Gambar 4.2, 4.3, dan 4.4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Gambar 4.2 Hasil Analisis S1 untuk Contoh Sampel dan Populasi
Gambar 4.3 Hasil Analisis S2 untuk Contoh Sampel dan Populasi
Gambar 4.4 Hasil Analisis S3 untuk Contoh Sampel dan Populasi
Pada akhir fase ini, peserta didik telah memahami sampel dan
populasi serta dapat memberikan contoh-contohnya.
b) Fase 2
Fase 2 bertujuan agar peserta didik memahami statistik dan
parameter, terutama rerata.
Gambar 4.5 Masalah Quick Count 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Pada fase ini, peserta didik diberikan masalah mengenai rerata
surat suara yang dibutuhkan setiap TPS di Indonesia seperti yang
dapat dilihat pada Gambar 4.5.
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Peserta didik diminta menganalisis bagaimana lembaga survei
mengetahui rerata surat suara setiap TPS.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada awalnya, seorang peserta didik telah mengatakan untuk
mencari rerata dari beberapa TPS, yang berarti peserta didik S3
telah memiliki ide untuk mengambil sampel bukan populasi.
Namun subjek H menyatakan untuk mengambil modus dari data
sampel bukan rerata sampel.
S3 : Mengambil dari beberapa TPS trus dijumlah trus direrata
trus didapet. Iya ga si?
S2 : Iya. Dia [lembaga survei] mengumpulkan sampel dari
banyak TPS lalu dijadiin satu dan dihitung direrata mana
suara yang lebih banyak.
S3 : Engga. Engga [seperti itu]. Ini.......
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Peserta didik S2 telah menyadari bahwa data yang diambil adalah
data sampel, namun masih belum mengetahui statistik apa yang
digunakan. Di lain pihak, peserta didik S3 tetap berpegang teguh
untuk mengambil rerata sampel, alasannya karena yang ditanyakan
adalah surat suara setiap TPS.
S2 : [Jika] kita ambilnya sampel. Pertanyaannya sampelnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
diapain?
S1 : Dihitung berapa banyak.
S2 : Dijumlah.
S3 : Trus dibagi rata.
S2 : Kenapa dibagi rata?
S3 : Karena [yang ditanyakan adalah surat suara] setiap TPS.
Peneliti lalu mencoba meminta peserta didik S3 menggunakan
contoh untuk menjelaskan analisisnya.
S3 : Misal aku [sebagai] lembaga survei [dan] TPS nya Ibu,
S1, S2. [Itu adalah] sampelnya kan. Misalnya [ternyata
surat suara yang dibutuhkan maing-masing adalah] tiga
tiga tiga. [lalu] tak jumlah. Trus......
Peserta didik S3 terlihat mengalami kesulitan karena ternyata
reratanya adalah 3 sehingga sama dengan surat suara yang dimiliki
masing-masing TPS. Peneliti membantu memberi contoh dengan
banyak surat suara yang berbeda. Dan peserta didik S2 membantu
mencari banyaknya surat suara sehingga mudah untuk dihitung.
G : [Misalkan banyak surat suara] punya Ibu 10.
S3 : [Misalkan banyak surat suara] Ibu 10 [dan banyak surat
suara] S2 [adalah] 16.
S2 : Yang gampang ajalah. 10, 5, 25.
S3 : [Jumlahnya] 40 trus... Dibagi..
S2 : Dibagi jumlah [banyak] TPS nya ada 3. 40 bagi 3
berarti....
S1 : 13,333.
G : Berarti 13,333 itu apanya?
S2 : Perkiraan [surat suara yang dibutuhkan] per TPS.
Setelah itu, peneliti bertanya kembali untuk mengkonfirmasi
pemahaman para peserta didik.
G : Berarti tadi [apa yang diambil]?
S2 : Sampel.
G : [Apa] yang dihitung?
S3 : Rerata.
G : Berarti yang dilakukan lembaga survei [adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
untuk] mencari apa?
S3 : Rerata jumlah kertas [surat suara] per TPS.
G : Rerata dari [apa]?
S1,S2 : Sampel.
Peneliti juga memastikan bahwa para peserta didik memahami
perbedaan dengan rerata populasi dengan contoh oleh KPU.
G : Kalau KPU yang menghitung, berarti KPU
memegang [apa]?
S2 : Seluruhnya. Populasi.
G : Kalau dia mengetahui rerata, berarti yang dia
pegang [apa]?
S1,S2,S3 : Rerata populasi.
Setelah mereka memahami parameter dan statistik dari masalah
yang diberikan, peneliti meminta peserta didik untuk memberikan
contoh-contoh parameter dan statistik, seperti yang dapat dilihat
pada Gambar 4.6, 4.7, dan 4.8.
Gambar 4.6 Hasil Analisis S1 Contoh Parameter dan Statistik
Gambar 4.7 Hasil Analisis S2 Contoh Parameter dan Statistik
Gambar 4.8 Hasil Analisis S3 Contoh Parameter dan Statistik
Pada akhir fase ini, peserta didik telah memahami parameter dan
statistik terutama rerata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
c) Fase 3
Fase 3 bertujuan agar peserta didik memahami pengambilan
sampel yang representatif dari populasi.
Mengarahkan peserta didik pada masalah dengan memberi
pertanyaan pancingan: bagaimana mengambil sampel dalam quick
count sehingga dapat menggambarkan/memprediksi hasil
perhitungan suara (real count)?
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Pada fase ini, peserta didik diberikan masalah mengenai quick
count yang dilakukan lembaga survei seperti yang dapat dilihat
pada Gambar 4.9. Peneliti mengangkat kasus quick count serta data
hasil quick count yang memang benar terjadi di dunia nyata dan
diambil dari https://news.detik.com/berita/d-2645601/quick-count-
yang-memenangkan-prabowo-hasilnya-jauh-dari-real-count dan
https://www.kompasiana.com/regansetiawan/54f96257a333117817
8b4c47/gejolakgeliat-liar-nafsu-membara-kmp . Beberapa lembaga
survei meleset dalam memprediksi hasil akhir perhitungan pada
pemilu tahun 2014.
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Peserta didik menganalisis bagaimana prediksi lembaga-lembaga
survei tersebut meleset dari hasil perhitungan populasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Gambar 4.9 Masalah Quick Count 3
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pada awalnya, peserta didik menjawab bahwa hal ini dikarenakan
sampel yang diambil oleh setiap lembaga survei berbeda.
S2 : Karena sampelnya berbeda, [sehingga] menghasilkan
hasil yang berbeda.
G : Tetapi [bagaimana] 8 lembaga survei bisa benar?
S3 : Mungkin sampel yang diambil [oleh 8 lembaga survei itu
kebetulan] pas [dengan sampel yang] memenangkan
Prabowo-Hatta.
S2 : Intinya semua [karena] perbedaan sampel [yang diambil].
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Peneliti terus memberi pertanyaan mendalam sehingga para peserta
didik dapat menganalis lebih dalam tidak hanya beralasan bahwa
sampel yang diambil 4 lembaga survei berbeda. Peneliti
menyatakan bahwa 8 lembaga suvei yang benar juga mengambil
sampel yang berbeda-beda. Peserta didik S2 menjawab karena
sampel yang diambil lebih merata seluruh Indonesia daripada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
sampel yang diambil 4 lembaga survei. Dia juga menyatakan
sampel yang diambil bisa jadi lebih banyak sehingga hasilnya lebih
mendekati hasil populasi. Hal tersebut memang dapat berpengaruh
pada hasil quick count namun pada fase ini yang ingin dicapai
adalah bahwa sampel yang diambil oleh 4 lembaga survei, yang
meleset memprediksi hasil hasil akhir perhitungan pada pemilu
tahun 2014, tidak mencerminkan populasi. Sehingga peneliti mulai
memberi pertanyaan pancingan dari hasil 8 lembaga survei yang
benar memprediksi.
G : 8 lembaga survei [juga] mengambil dari sampel dan
memenangkan Jokowi-JK, KPU mengambil populasi dan
juga memenangkan Jokowi-JK. Artinya apa?
S2 : Artinya [hasilnya] mendekati tepat.
S3 : [Hasilnya] hampir [benar].
S2 : [Hasilnya] mendekati benar, nyerempet.
G : Sampel yang diambil 8 lembaga survei ini [menunjukkan
apa?]
S2 : [Sampel yang diambil 8 lembaga survei ini]
memprediksi, menunjukkan, memperlihatkan [hasil
sebenarnya].
S3 : [Sampel yang diambil 8 lembaga survei ini]
memperkirakan [hasil sebenarnya].
S2 : Sampelnya memperlihatkan hasil yang mendekati.
Peneliti lalu memberi contoh ada lomba karya ilmiah remaja.
Beberapa peserta didik SMA diajukan untuk mengikuti. Maka
beberapa peserta didik ini akan disebut wakil dari SMA itu sebagai
seorang yang representatif, bukan seluruh peserta didik yang
diikutsertakan. Kemudian peneliti memastikan pemahaman mereka
mengenai sampel yang diambil oleh 4 lembaga survei yang salah
memprediksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
G : Selanjutnya [bagaimana dengan sampel dari] 4
lembaga survei yang lain?
S2 : Tidak merepresentasikan. Sampelnya tidak
merepresentasikan.
S3 : Hasil sampel mereka dan hasil dari populasi KPU
[tidak sama]. Sampel yang dari 4 lembaga survei tidak
merepresentasikan hasil populasi KPU.
G : Karena [apa]?
S3 : Hasilnya tidak sama dengan populasi.
G : Padahal seharusnya?
S2 : Benar atau mendekati.
Gambar 4.10 Hasil Analisis S1 Sampel Representatif
Gambar 4.11 Hasil Analisis S2 Sampel Representatif
Gambar 4.12 Hasil Analisis S3 Sampel Representatif
Gambar 4.10, 4.11, dan 4.12 menunjukkan hasil analisis para
peserta didik pada fase ini. Di akhir fase, peserta didik telah
memahami pengambilan sampel yang representatif dari populasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
d) Fase 4
Fase 4 bertujuan agar peserta didik memahami beberapa teknik
sampling. Pada fase ini, peserta didik diberikan 4 masalah berbeda
yang dapat terjadi di sekolah. Peserta didik diminta menganalisis
teknik sampling yang digunakan untuk setiap masalah. Teknik
sampling yang dimaksud adalah sampling acak sederhana,
sampling acak sistematis, sampling acak bertingkat, dan sampling
acak kluster.
Kasus 1 (Sampling Acak Sederhana)
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Peneliti bertanya apa yang akan dilakukan untuk mencari tahu
rerata tinggi peserta didik tanpa memperhatikan gender, kelas,
umur, serta kondisi lainnya.
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Peneliti mendorong peserta didik mengumpulkan informasi yang
sesuai serta saling berdiskusi untuk menentukan teknik sampling
apa yang cocok bagi beberapa kondisi tersebut.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Peserta didik S3 menjawab dengan cara bertanya langsung pada
peserta didik di sekolah itu. Sedangkan peserta didik S2
menyatakan untuk menggunakan sampel dengan mendata, lalu
peserta didik S3 melengkapi dengan menjawab mencari rerata.
S3 : Bertanya [pada peserta didik di sekolah itu].
S2 : Mendata. Mengambil sampel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
S3 : Mencari rerata.
S2 : Yang diambil [adalah] sampel masing-masing kelas. 500
itu populasi trus kamu ambil sampel. Tanpa
memperhatikan gender, kelas, umur.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Peneliti membantu peserta didik memahami konsep acak sederhana
dengan menekankan pengambilan sampel yang dilakukan tanpa
memperhatikan gender, kelas, umur, serta kondisi lainnya.
G : [Pengambilan sampel tanpa memperhatikan gender,
kelas, umur, serta kondisi lainnya]. Artinya apa?
S2 : Ambil murid sedapetnya.
S3 : Mengambil beberapa anak.
S2 : Secara acak.
S3 : Tanpa nanya kamu kelas mana, umur berapa.
S2 : Langsung ditanya. [lalu] aku ambil 50 anak secara
acak, trus aku rerata.
G : Kenapa secara acak?
S2,S3 : Karena tanpa memperhatikan gender, kelas, umur, dll
G : Artinya setiap peserta didik memiliki kesempatan [yang
bagaimana]?
S2,S3 : Yang sama.
Sampai di sini, peneliti mau menambahkan cara pengambilan
sampel secara acak seperti menggunakan undian atau dadu.
G : Secara acak yang lain, kita dapat menggunakan apa?
G : [Misalnya] menentukan siapa yang mentraktir
menggunakan dadu. Itu dapat dianggap sebagai [apa]?
S2 : Secara acak.
G : Berarti bisa menggunakan [apa]?
S3 : Dadu.
S2 : [Bisa juga menggunakan] undian. Lewat kertas [yang
tertulis] 500 anak [lalu] diambil.
G : Ambil sebanyak [berapa]?
S1,S2 : 50 kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Gambar 4.13, 4.14, dan 4.15 di bawah ini menunjukkan hasil
analisis peserta didik terhadap kasus sampling acak sederhana.
Gambar 4.13 Hasil Analisis S1 Sampling Acak Sederhana
Gambar 4.14 Hasil Analisis S2 Sampling Acak Sederhana
Gambar 4.15 Hasil Analisis S3 Sampling Acak Sederhana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Kasus 2 (Sampling Acak Sistematis)
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Peneliti bertanya apa yang akan dilakukan untuk mencari tahu
rerata tinggi peserta didik yang terbagi dalam 10 kelas jika waktu
yang diberikan terbatas.
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Peneliti mendorong peserta didik mengumpulkan informasi yang
sesuai serta saling berdiskusi untuk menentukan teknik sampling
apa yang cocok bagi beberapa kondisi tersebut.
Peserta didik S2 menyatakan dengan mengambil sampel per kelas
karena dalam hal ini pengambilan sampel memperhatikan kelas
tetapi tidak memperhatikan kondisi lainnya.
S2 : [Mengambil sampel] per kelas. Berarti tidak secara
sederhana. Pengambilan sampel secara acak.
S3 : Dan merata.
S2 : Melalui pembagian kelas.
S1 : [Berarti kan] tidak secara acak.
S2 : Acak tapi tidak sederhana.
S3 : Ini tanpa memperhatikan...
S2 : Memperhatikan kelas, tapi tanpa memperhatikan gender dll.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Selanjutnya peserta didik menjelaskan pengambilan sampel
berukuran 5 dari setiap kelas secara acak.
S3 : Berarti ambil aja [dari] 1 kelas [sebanya] 5 orang.
S2 : Ambil aja setiap kelas 5 orang, dari 10 kelas berarti.....
S1 : 50.
G : Ambilnya berarti [bagaimana]?
S3 : Secara acak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
S2 : Acak tapi terorganisir.
G : Berapa kali?
S3 : 5 kali.
S2S3 : 10 kali karena 10 kelas.
G : Tapi setiap kelas [diambil sampel sebanyak] 5. Berarti
sama aja [berapa kali]?
S1 : 50 kali.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Peneliti menekankan bahwa jika menggunakan cara yang telah
dijelaskan oleh peserta didik, waktu yang dibutuhkan tetap sama
karena harus mengambil sampel sebanyak 50 kali. Peserta didik
menjelaskan pengambilan sampel 50 seperti dengan
mengumpulkan. Peneliti membantu para peserta didik agar
pengambilan sampel lebih sistematis dikarenakan waktu yang
diberikan terbatas.
G : Padahal kita dikejar deadline. Bagaimana caranya
biar gak harus 10 kali [karena ada 10 kelas]?
S2 : Tetapi ini harus memperhatikan kelas berarti?
G : Sekolahnya punya berapa [kelas]?
S1,S3 : 10 kelas.
S1 : 500 peserta didik.
G : Berarti setiap kelas ada [berapa peserta didik]?
S1,S3 : Ada 50 [peserta didik].
S2 : Dari 50 [peserta didik dalam kelas] itu aku boleh
ambil sampel lagi gak? Dari masing-masing kelas
aku ambil sampel lagi. Jadi kelas itu jadi populasi.
Kita ambil sampel lagi dari populasi kelas itu. Jadi
dari masing-masing kelas misal kita ambil 1
[peserta didik].
S1 : Tapi gak memrepresentasikan [kalau cuma 1].
G : Di satu kelas [ambil berapa peserta didik]?
S2 : Ambil 1 [peserta didik]. Kalau bisa ambil 5
[peserta didik] sih.
G : Bagaimana biar gak harus ke-9 kelas lainnya kita
ambil lagi 5 anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
S3 : Oh dari absen. Dari nomor absen.
G : Tiap kelas sama gak absennya?
S1,S2,S3 : Sama.
G : Dari 1 sampai....
S1,S2,S3 : 50.
S3 : Dari kelas ini, 1 sampai ini. Kelas ini...
S2 : Sama aja.
S2 : Satu kelas ambil sampel. Misalnya 5.
G : Ambilnya gimana?
S2 : Secara acak.
G : Masing-masing punya...
S2 : Nomor presensi...... Untuk kelas lain, nomor absen
yang sama. Tapi di kelas lain. Biar cepet.
Peneliti lalu mencoba meminta peserta didik S2 menjelaskan
kembali analisisnya karena peserta didik S3 terlihat masih
kebingungan.
S2 : Jadi kita ambil 1 kelas dulu, kita ambil sampel 5
anak secara acak. Mereka masing-masing punya
nomor presensi. Biar gak usah ngacak lagi di kelas
lain. Ambil nomor presensi yang sama di kelas lain
kayak 5 anak ini.
S3 : Misalnya 1-5 di kelas A.
S2 : Tapi kan kita acak ambilnya. Misalnya 11, 15 [dll]
di kelas ini, kelas lain juga absen 11, 15 [dll] itu.
Cuma biar kita lebih cepet tanpa perlu [me]ngacak
lagi.
G : Kira-kira lebih cepet gak?
S2 : Lebih cepet. Karena yang kasus 1 [harus] undian 50
kali, kalau yang ini cuma 5 kali [undian] ngacak itu.
S3 : Berarti tetep undian juga?
S2 : Tetep pakai cara yang pertama tapi [undiannya]
cuma....
S1 : 5 kali.
Gambar 4.16, 4.17, dan 4.18 di bawah ini menunjukkan hasil
analisis peserta didik terhadap kasus sampling acak sistematis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Gambar 4.16 Hasil Analisis S1 Sampling Acak Sistematis
Gambar 4.17 Hasil Analisis S2 Sampling Acak Sistematis
Gambar 4.18 Hasil Analisis S3 Sampling Acak Sistematis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Kasus 3 (Sampling Acak Bertingkat)
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Peneliti bertanya apa yang akan dilakukan untuk mengambil
sampel seluruh golongan darah.
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Peneliti mendorong peserta didik mengumpulkan informasi yang
sesuai serta saling berdiskusi untuk menentukan teknik sampling
apa yang cocok bagi beberapa kondisi tersebut.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pertama, peserta didik mengidentifikasi golongan darah apa saja
yang akan diambil, lalu mereka membagi peserta didik berdasarkan
golongan darah. Namun peserta didik masih mengambil sampel
secara merata tanpa memperhatikan proporsi setiap golongan
darah.
S3 : Berarti A, B, O, AB.
S3 : Anak-anaknya dikumpulin sesuai golongan darah.
S1 : Dipisah dulu.
S2 : Dipisah sesuai golongan darah. Habis itu diambil secara
acak dari masing-masing golongan darah.
G : Berapa?
S2 : 500 bagi 4.
S1 : Tapi kan ga semuanya [ada sejumlah itu].
S2 : Ga semua, nanti dikurangin lagi...
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Peneliti pun menyampaikan bahwa banyaknya peserta didik
berbeda-beda antar golongan darah, bahkan faktanya golongan
darah paling banyak di dunia adalah orang bergolongan darah O.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
S1 : [berarti sampel] yang paling banyak diambil O juga.
S1 : Berarti kita pake perbandingan dong.
S2 : [Perbandingan] antar golongan darah ini dan golongan
darah lain. Harus lihat datanya. Misal a ada 50.
S2 : A 25%, B 25%, AB 10%, O 40%.
G : Mau ambil sampelnya berapa?
S2 : 50.
S3 : Berarti tinggal dihitung.
S2 : A berapa? B berapa? O berapa? AB berapa?
G : Berarti sesuai dengan....
S2 : Presentase populasi
Lalu peneliti meminta peserta didik menghitung berapa peserta
didik untuk masing-masing sampel golongan darah berdasarkan
presentase yang telah ditentukan. Gambar 4.19, 4.20, dan 4.21 di
bawah ini menunjukkan hasil analisis peserta didik terhadap kasus
sampling acak bertingkat.
Gambar 4.19 Hasil Analisis S1 Sampling Acak Bertingkat
Gambar 4.20 Hasil Analisis S2 Sampling Acak Bertingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Gambar 4.21 Hasil Analisis S3 Sampling Acak Bertingkat
Kasus 4 (Sampling Acak Kluster)
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Peneliti bertanya apa yang akan dilakukan untuk mengambil
sampel seluruh golongan darah, namun terkendala waktu sehingga
tidak semua kelas dapat diikutsertakan.
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Peneliti mendorong peserta didik mengumpulkan informasi yang
sesuai serta saling berdiskusi untuk menentukan teknik sampling
apa yang cocok bagi beberapa kondisi tersebut.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Hal pertama yang diidentifikasi oleh peserta didik adalah tidak
semua kelas dapat diambil sebagai sampel. Peserta didik S2
menyatakan harus mengetahui terlebih dahulu banyak kelas yang
diambil dan banyak sampel masing-masing kelas. Juga yang
menjadi perhatian peserta didik adalah seluruh golongan darah
harus dapat diambil sebagai sampel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Peserta didik juga telah mengetahui bahwa mengambil sampel
kelas secara acak [undian].
S2 : Satu kelas belum tentu ada semua golongan darah.
S3 : 2 kelas?
S2 : Bisa.
S1 : [Bagaimana jika mengambil sampel] setengah dari
keseluruhan kelas.
G : Bagaimana mengambil [sampel] kelasnya?
S2 : Secara acak.
S1,S3 : Iya.
S2 : Mengambil separuh kelas melalui undian. Jadi ambil 5
kali [undian].
G : Haruskah setengah dari kesuluruhan kelas?
S2 : Engga, tergantung waktunya. Kalau waktunya makin
kecil, mungkin bisa seperempat.
S3 : Diundi dulu 10 kelas yang tadi, biar [data yang
diambil] jadi lebih kecil.
S2 : Berarti 50 orang, kelas yang terpilih itu diambil semua.
Gambar 4.22, 4.23, dan 4.24 di bawah ini menunjukkan hasil
analisis peserta didik terhadap kasus sampling acak kluster.
Gambar 4.22 Hasil Analisis S1 Sampling Acak Kluster
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Gambar 4.23 Hasil Analisis S2 Sampling Acak Kluster
Gambar 4.24 Hasil Analisis S3 Sampling Acak Kluster
Peneliti bertanya apakah keempat teknik ini dapat memastikan sampel
yang diambil merepresentasikan populasi. Peserta didik S2 menjawab
bahwa keempat teknik tersebut belum tentu merepresentasikan. Hal
ini dikarenakan, keempat teknik tersebut hanyalah cara yang paling
banyak digunakan untuk pengambilan sampel. Di akhir fase, peserta
didik dapat memahami teknik-teknik sampling dan mengetahui
kondisi untuk teknik-teknik sampling tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
e) Fase 5
Mengarahkan peserta didik pada masalah dengan memberi
pertanyaan pancingan : Seberapa bagus sampel yang diambil untuk
menggambarkan populasi? Fase 5 bertujuan agar peserta didik
memahami distribusi sampling rerata.
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Pada fase ini, peserta didik diberikan tujuh drama korea berbeda,
masing-masing episode 1, seperti yang dapat dilihat pada Gambar
4.25. Peneliti mengangkat drama korea serta data hasil quick count
yang memang benar terjadi di dunia nyata dan diambil dari sumber
terpercaya karena hal tersebut memang disukai oleh peserta didik.
Gambar 4.25 Masalah Drama Korea
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Peserta didik diminta mencari rerata durasi episode pertama drama-
drama korea yang populer. Ketika peneliti bertanya sampel mana
yang paling bagus dari antara sampel-sampel yang telah diambil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
peserta didik, salah satu peserta didik langsung menjawab bahwa
sampel yang paling bagus adalah sampel yang memiliki rerata
sampel paling dekat dengan rerata populasi.
S2 : Melihat datanya dulu, episode ini berapa lama lalu
dihitung. Dijumlah lalu dibagi jadi rerata.
G : Drama korea tidak sedikit, jadi tidak semua dapat kita
ambil, jadi apa yang harus kita lakukan?
S1,S2 : Memilih sampel.
G : Kira-kira kita ambil berapa?
S2 : Aku 3.
Lalu para peserta didik mulai melakukan pengambilan sampel dan
menghitung rerata sampel namun para peserta didik tidak
mengambil sampel secara acak seperti yang telah dipelajari pada
fase sebelumnya. Di sini para peserta didik memilih sampel mereka
berdasarkan drama korea yang mereka tahu atau yang pernah
mereka tonton. Peneliti menekankan kembali pengambilan sampel
secara acak yang telah dipelajari lalu mereka teringat dan mulai
mengundi sampel yang diambil. Peneliti juga ikut mengambil
sampel dengan undian.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Lalu semua menyebutkan rerata sampel masing-masing.
G : Dari 4 sampel, sampel mana yang merepresenatasikan
populasi?
S2,S3 : Belum tahu.
G : Lalu?
S3 : [Kita harus] hitung semua...
S2 : Hitung rerata populasi. Lalu mana hasil yang paling
mendekati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Bersama-sama menggunakan excel, peneliti menuntun para peserta
didik mencari selisih yang terkecil karena peserta didik tidak
terbiasa menggunakan excel.
S2 : [Sampel yang memiliki selisih] yang paling kecil
[adalah] sampel A.
G : [Artinya apa?] Sampel yang paling...
S2 : Merepresentasikan...
G : Populasi.
S2,S3 : Adalah sampel A.
G : Mengapa?
S2 : Selisihnya paling sedikit.
S3 : Paling sedikit dari [sampel] yang lain.
S3 : Sampel yang paling merepresentasikan populasi itu
sampel A, karena sampel selisih rerta sampel A dan
rerata populasi itu paling sedikit.
G : Mengapa harus yang paling sedikit.
S2 : Artinya mendekati hasil yang sebenarnya.
Sampai di sini, para peserta didik telah mengetahui sampel yang
paling merepresentasikan populasi. Kemudian peneliti mulai
mencoba meminta peserta didik untuk mendaftar kemungkinan-
kemungkinan sampel. Peneliti menjelaskan proses pengambilan
sampel dengan pengembalian. Awalnya peserta didik masih sangat
kebingungan dalam mendaftar sampel dengan urut.
G : Pengambilan pertama kita mengambil misalnya
Cheese in the Trap [1]. Lalu pengambilan kedua bisa
apa?
S2 : Bisa semuanya.
S1 : Cheese in the Trap atau yang lain.
G : Lalu pengambilan ketiga bisa apa?
S1,S2 : Cheese in the Trap atau yang lain.
G : Berarti sampel pertama apa?
S1,S2 : 1 1 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
S2 : Kalau dari masing-masing bisa diambil 3 kali, berarti
21.
Di sini peserta didik S2 menyatakan bahwa banyaknya
kemungkinan sampel ada 21 namun peneliti meminta peserta didik
mendaftar semua sampel terlebih dahulu. Untuk mempermudah
pengkodean drama korea, peserta didik memilih menggunakan A-
G daripada kode 1-7. Lalu pada saat menentukan sampel ke-8,
peserta didik S2 langsung mengubah pengambilan pertama
menjadi B, namun peserta didik S1 memberi saran bahwa
pengambilan pertama masih A dan yang berubah adalah
pengambilan kedua.
S2 : Sampel ke-8, pengambilan pertama B.
S1 : Bisa A lagi, yang kedua baru A-G.
Lalu peserta didik S2 menyatakan bahwa banyaknya kemungkinan
sampel ada 49 namun ia mengubah pikiran menjadi 21
kemungkinan sampel. Dan peserta didik S3 membantu memberi
saran pada pengambilan ke-8.
S2 : 49 kali?
G : Untuk?
S2 : Pengambilan pertama A semua. Eh 21 kali.
G : Setelah sampel AAG apa?
S2 : ABB?
S3 : ABA?
Peneliti kembali menjelaskan bagaimana mendaftar sampel secara
urut. Setelah semua kemungkinan sampel dengan pengambilan
pertama A, peneliti meminta peserta didik untuk menghitung rerata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
setiap sampel yang sudah terdaftar. Kemudian peneliti menjelaskan
penyajian data dengan histogram menggunakan excel, lalu
menjelaskan posisi rerata populasi serta rerata ke-4 sampel awal
sehingga dapat dilihat bahwa sampel yang paling bagus adalah
sampel yang dekat dengan rerata populasi, atau selisihnya paling
kecil.
G : Bagaimana melihat sampel tersebut bagus untuk populasi
[seberapa bagus sampel yang diambil]?
S2 : Selisih antara...
S3 : Selisih rerata sampel yang diambil dan rerata populasi.
Gambar 4.26, 4.27, dan 4.28 menunjukkan hasil analisis peserta
didik menghitung rerata sampel dan populasi drama korea serta
menganalisis sampel paling bagus bagi sebuah sampel. Di
dalamnya juga terdapat kekeliruan pertama saat mengambil sampel
tidak secara acak. Setelah proses pembelajaran pada fase 5, peserta
didik dapat memahami sampel yang representatif bagi sebuah
populasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Gambar 4.26 Hasil Analisis S1 Distribusi Sampling
Gambar 4.27 Hasil Analisis S2 Distribusi Sampling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Gambar 4.28 Hasil Analisis S3 Distribusi Sampling
2. Persepsi Peserta didik Terhadap Pembelajaran Distribusi Sampling
Dengan Penalaran Inferensial Informal
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan terhadap tiga peserta
didik yang telah melakukan proses pembelajaran distribusi sampling
dengan penalaran inferensial infromal dengan peneliti. Peneliti
melakukan wawancara untuk mengetahui persepsi peserta didik terhadap
pembelajaran distribusi sampling dengan penalaran inferensial infromal.
Hasil wawancara ini akan dibahas berdasarkan aspek-aspek berikut:
a. Proses Pembelajaran yang Telah Dilakukan Secara Keseluruhan
Berdasarkan wawancara terhadap tiga peserta didik yang
telah melaksanakan pembelajaran distribusi sampling dengan
penalaran inferensial informal, ketiga peserta didik menyatakan
bahwa pembelajaran yang telah dilakukan cukup menyenangkan.
Menurut mereka, proses pembelajaran secara kesuluruhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
berjalan dengan baik dengan urutan yang sudah tepat, mulai dari
munculnya masalah lalu dianalisis dan kemudian berdiskusi
bersama untuk menentukan solusi yang tepat.
Peserta didik menekankan pada masalah yang diangkat
pada kasus-kasus. Dalam proses pembelajaran, peneliti
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah sehingga
peneliti memunculkan masalah-masalah untuk memancing
analisis. Peserta didik menjelaskan bahwa masalah-masalah
tersebut membuat pembelajaran lebih mudah untuk dimengerti
karena dapat mereka temukan di sekitar mereka. Selain itu,
pembelajaran juga lebih kondusif dan lebih mudah untuk
dimengerti karena peserta didik yang mengikuti pembelajaran
hanya tiga orang sehingga guru dapat berinteraksi lebih
mendalam dan terarah dalam diskusi bersama.
S1 : Menurutku asyik, trus kayak lebih gampang masuk gitu
[dimengerti] daripada pelajaran di sekolah biasanya karena
selain muridnya cuma bertiga doang, kehadiran gurunya
tuh lebih berinteraksi sama masing-masing dari kita jadi
kita bisa lebih nge-dong [cepat mengerti] dengan baik gitu
materinya. Pemisalannya [masalah] juga bikin gampang
nge-dong [lebih membuat kita mengerti] kayak KPU, TPS.
S2 : Proses baik kayak runtutannya pas, dari kita [me]mahami
kasus-kasus ini trus dijadiin persoalan lalu kita bisa nemu
jawabannya. Menurutku prosesnya berhasil karena jelas
permasalahnnya dan penjelasannya.
S3 : Prosesnya jadi gampang nge-dong karena Ibu ngasih
contohnya juga dari kesukaan kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
b. Hal yang Didapatkan Selama Proses Pembelajaran
Setelah melaksanakan pembelajaran distribusi sampling
dengan penalaran inferensial informal, peserta didik menyebutkan
hal-hal yang didapat dari pembelajaran tersebut yaitu di antaranya
mengenai sampel dan populasi, rerata sampel dan populasi,
sampel yang representatif, serta seberapa bagus sampel yang
diambil berdasarkan selisih rerata sampel dan rerata populasi.
Hal-hal tersebut adalah materi pembelajaran yang telah dilakukan
selama proses pembelajaran.
S1 : [Saya menjadi tahu tentang] sampel dan populasi [juga]
rerata sampel, rerata populasi, [dan] sampel yang paling
merepresentasikan populasi dilihat dari selisih rerata
sampel dan rerata populasi.
S2 : Saya [men]jadi tahu tentang, yang tadinya gak tahu
tentang populasi, tentang sampel, trus tentang gimana
bisa dapetin hasil [sampel] yang merepresentasikan,
seperti quick count, aku jadi tentang itu. Ternyata
persoalan kayak gini banyak dijumpai di kehidupan
sehari-hari.
S3 : [Saya menjadi tahu tentang] rerata sampel dan rerata
populasi trus selisihnya mereka. Selisih untuk
mengetahui seberapa bagus sampel yang
merepresentasikan.
c. Perasaan terhadap Proses Pembelajaran yang Telah Dilakukan
Peserta didik menyebutkan bahwa selama mengikuti
pembelajaran pembelajaran distribusi sampling dengan penalaran
inferensial informal, peserta didik merasa bahwa pembelajaran
berlangsung menyenangkan dan sama sekali tidak merasa
terbebani terutama pada hari pertama, semakin lama memang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
semakin sulit karena harus berpikir lebih keras, namun hal
tersebut terbayarkan karena mereka menjadi paham dan masalah
yang diangkat pun lebih memudahkan untuk dimengerti.
S1 : Tidak merasa terbebani.
S2 : Asik-asik aja.
S3 : Hari pertama senang karena masih gampang. Hari kedua
agak berat, agak mikir dan ngantuk. Hari ini [ketiga]
tambah berat, tambah berpikir. Tapi berjalan dengan
lancar saya paham jadinya.
d. Hal yang Paling Menarik dari Pembelajaran yang Telah
Dilakukan Beserta Alasannya
Dalam proses pembelajaran distribusi sampling dengan
penalaran inferensial informal, masalah-masalah yang diangkat
sengaja diambil dari hal-hal yang berada di sekitar kehidupan
peserta didik. Oleh karena itu, masalah-masalah tersebut menjadi
salah satu hal yang cukup menarik bagi peserta didik terutama
pada kasus mengenai rerata durasi drama korea. Hal tersebut
menjadi sesuatu yang baru bagi mereka untuk dijadikan sebuah
persoalan matematika. Selain itu, quick count juga cukup menarik
perhatian karena sebelumnya mereka tidak mengetahui
bagaimana hasil quick count diperoleh. Setelah pembelajaran ini,
para peserta didik menyadari bahwa quick count yang dilakukan
lembaga survei harus menggunakan sampel yang tepat agar
hasilnya akurat.
S1 : Kasus drama korea soalnya lebih dekat dengan
kehidupan anak SMA, biasanya kita sering nonton drama
korea tapi gak pernah memperhatikan [durasi] waktunya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
bisa dibikin jadi kasus.
S2 : Quick count di Indonesia, itu cara menghitungnya,
karena selama ini kita liat dari TV doang, aku gak tahu
kalau quick count itu ternyata caranya dengan populasi,
dengan sampel. Aku jadi tahu oh ternyata gini cara
[me]nghitungnya gini makanya bisa akurat hasilnya.
S3 : Bagaimana mengambil sampel [teknik sampling].
e. Materi yang Paling Mudah dan Paling Sulit untuk Dipahami
Beserta Alasannya
Berdasarkan wawancara terhadap tiga peserta didik yang
telah melaksanakan pembelajaran distribusi sampling dengan
penalaran inferensial informal, ketiga peserta didik menyatakan
bahwa materi yang paling mudah menurut mereka adalah
memahami sampel dan populasi serta rerata sampel dan rerata
populasi. Hal ini dikarenakan proses berpikir masih cukup mudah
dan tidak dibutuhkan analisis tingkat tinggi.
Di lain pihak, materi pada fase 5 merupakan materi paling
sulit yaitu mengetahui seberapa bagus sampel yang diambil. Hal
ini dikarenakan kemungkinan sampel yang sangat banyak untuk
didaftarkan di Microsoft Excel. Selain itu menganalisis teknik
sampling untuk beberapa kasus yang disajikan juga dirasa cukup
sulit karena butuh analisis lebih lagi antara beberapa kasus
tersebut.
S1 : [Yang paling mudah itu] quick count, karena cuma
[men]cari tahu sampel mana, populasi mana. [Sedangkan
yang paling sulit] yang terakhir, yang [men]cari seberapa
bagus sampel karena sulit menganalisisnya.
S2 : [Yang paling mudah itu] rerata sampel maupun populasi.
[Sedangkan yang paling sulit] misalnya persoalannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
banyak. Menentukan ini mengambil sampelnya [teknik
sampling] pakai cara apa. Teknik sampling karena harus
mikir, harus tahu kalau waktunya segini pakai teknik apa,
harus tahu golongan darahnya, ada pembatasannya
[syarat].
S3 : [Yang paling mudah itu] pertemuan pertama. Baru
pengenalan tentang populasi, sampel karena Cuma sekitar
itu, dari contohnya juga. [Sedangkan yang paling sulit]
hari ini. Kan juga pakai excel, terkendala oleh excel.
Seberapa bagus sampel karena banyak sampelnya jadi
sulit menganalisisnya.
f. Persepsi Mengenai Metode yang Digunakan oleh Peneliti
Selama proses pembelajaran distribusi sampling, peneliti
menggunakan penalaran inferensial informal dengan model
pembelajaran berbasis masalah untuk membantu para peserta
didik memahami distribusi sampling. Peneliti juga menggunakan
pertanyaan-pertanyaan pancingan serta menggunakan masalah-
masalah kontekstual dan data riil dengan tujuan untuk
memunculkan rasa ingin tahu. Menurut para peserta didik, hal
tersebut sangat membantu mereka untuk memahami materi karena
masalah yang diambil dari sekitar kehidupan mereka.
S1 : Bagus banget [karena] lebih mudah dipahami, lebih
dekat dengan kehidupan [kami].
S2 : Membantu, kita harus menganalisis soal. Kasus-
kasusnya pas, quick count dan rerata nilai di sekolah.
S3 : Membantu sih kalau misalnya uda nge-blank jadi lebih
‘oalah kayak gini toh’ karena kasusnya ada di sekitar
jadi lebih gampang bayanginnya.
Dengan pendekatan tersebut, peserta didik menyatakan
tidak ada yang perlu diperbaiki karena mereka merasa
pembelajarannya sangat menyenangkan terutama mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
menekankan dengan masalah yang diambil dari sekitar kehidupan
mereka. Namun, pada fase 5 saat peserta didik mulai melakukan
pengambilan sampel dan menghitung rerata sampel namun para
peserta didik tidak mengambil sampel secara acak seperti yang
telah dipelajari pada fase sebelumnya. Di sini para peserta didik
memilih sampel mereka berdasarkan drama korea yang mereka
tahu atau yang pernah mereka tonton. Salah satu peserta didik
menyarankan lebih baik agar sebelum mengambil sampel, peserta
didik diberitahu pengambilan sampel menggunakan cara undian.
Peneliti memang sengaja tidak memberitahu bahwa pengambilan
sampel dengan secara acak karena peneliti berharap peserta didik
dapat menyadari dan menganalisis sendiri cara pengambilan
sampelnya.
S1 : Tidak [ada yang perlu diperbaiki].
S2 : Untuk mengambil sampel, lebih baik dijelaskan
pengambilannya dengan undian.
S3 : Menurutku engga, karena aku pengen ada guru yang
kayak gini. Contohnya yang ibu kasih dari sekitar kita.
g. Pentingnya Mempelajari Distribusi Sampling Beserta Alasannya
Setelah melaksanakan pembelajaran distribusi sampling
dengan penalaran inferensial informal, peserta didik menyatakan
bahwa mempelajari distribusi sampling cukup menyenangkan
karena mereka dapat mengetahui pentingnya pengambilan sampel
untuk mendapatkan hasil yang akurat dan juga sangat berguna
dalam menghadapi berita-berita agar terhindar dari berita bohong.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Hal-hal ini penting untuk dipelajari karena banyak kita temui di
kehidupan sehari-hari. Seperti contohnya rerata tinggi badan dan
golongan darah yang ternyata dapat diidentifikasi. Namun, peserta
didik merasa bahwa distribusi sampling belum dirasakan
kegunaannya sekarang melainkan mungkin nanti saat memasuki
dunia kerja tergantung dari pekerjaannya juga.
S1 : Mungkin untuk saat ini belum banyak gunanya. Mungkin
untuk pekerjaan ke depan lebih banyak digunakan,
tergantung apa kita ambil juga [pekerjaan]. Berguna
untuk menghadapi berita-berita biar kita mengetahui
yang benar.
S2 : Hal ini banyak dijumpai di kehidupan sehari-hari jadi kita
tahu cara mencarinya gimana. Untuk mendapat hasil
yang akurat, harus tahu caranya bagaimana sehingga
harus mencari selisih
S3 : Penting. Jadi mempermudah mencari rerata, tidak harus
semuanya kita hitung [populasi]. Mengetahui sampel
yang lebih bagus.
h. Kemampuan Peserta Didik SMA Jurusan MIPA Memahami
Distribusi Sampling dengan Penalaran Inferensial Informal
Setelah melaksanakan proses pembelajaran distribusi
sampling menggunakan penalaran inferensial informal dengan
model pembelajaran berbasis masalah, peserta didik telah
memahami materi-materi yang diberikan, yaitu sampel, populasi,
rerata sampel, rerata populasi, teknik sampling, dan distribusi
sampling. Menurut mereka, peserta didik SMA jurusan MIPA
lainnya, seperti teman-teman sekelas dan satu sekolah mereka,
dapat memahami distribusi sampling ini dengan syarat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
pendekatan yang digunakan sama yaitu dengan penalaran
inferensial informal dan model pembelajaran berbasis masalah
dengan masalah-masalah yang diambil dari sekitar kehidupan
anak SMA serta saling berdiskusi untuk menentukan penyelesaian
masalah tersebut. Mereka menyebutkan bahwa jika penalaran
yang digunakan adalah penalaran formal seperti di sekolah,
mungkin materi ini akan lebih sulit untuk dimengerti.
S1 : Menurutku bisa karena metode yang ibu ajarkan enak
[baik] membuat lebih nge-dong [cepat mengerti].
Mungkin agak susah jika menggunakan metode formal
seperti di sekolah.
S2 : Dengan metode yang sama bisa karena kalau belajar
bersama dengan diskusi, menurutku kalau di Stece
[SMA Stella Duce 1 Yogyakarta] bisa.
S3 : Bisa asal metodenya kayak kita, kalau metodenya formal
[kaku, bahasanya rumit] agak susah mungkin.
3. Penalaran Inferensial Informal
Berdasarkan proses pembelajaran serta wawancara, hasil
pembelajaran dan persepsi peserta didik dapat diidentifikasi sebagai
elemen dari penalaran inferensial informal seperti yang diungkapkan
oleh Makar and Rubin (2009: 85), yaitu:
a. Generalisasi di luar data
Pada fase 2, peserta didik diminta menganalisis
bagaimana lembaga survei mengetahui rerata surat suara setiap
TPS dan peserta didik telah berpikir untuk menggunakan
sampel dalam memprediksi rerata populasi surat suara setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
TPS. Hal ini menunjukkan bahwa rerata sampel dapat
digunakan untuk memprediksi rerata populasi.
Pada fase 3, peserta didik diminta menganalisis
bagaimana bisa terdapat prediksi lembaga-lembaga survei yang
meleset dari hasil populasi. Peserta didik menjawab karena
sampel yang diambil oleh setiap lembaga berbeda-beda. Hal
ini menunjukkan bahwa peserta didik telah sampai pada tahap
pemahaman penggunaan sampel untuk menyimpulkan
populasi.
Pada fase 4, peserta didik menganalisis teknik sampling
untuk 4 kasus berbeda. Setiap kasus memiliki populasi
sebanyak 500 karena itu peserta didik menggunakan memilih
sampel untuk memprediksi populasi dengan teknik yang
berbeda-beda.
Pada fase 5, peserta didik menganalisis rerata durasi
episode pertama drama-drama korea yang populer dan
disediakan 7 drama korea berbeda. Memang awalnya peserta
didik menganggap bahwa populasinya adalah 7 drama tersebut
sehingga mereka memilih menghitung rerata populasi dari 7
drama tersebut. Namun peneliti menekankan bahwa di luar 7
drama korea tersebut masih banyak drama korea sehingga yang
akan kita ketahui adalah rerata populasi seluruh drama korea.
Tujuh drama korea di sini digunakan sebagai cara untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
membantu mempermudah pengambilan sampel serta sebagai
pengganti populasi sebenarnya yang digunakan untuk melihat
sampel yang paling representatif. Sehingga peserta didik
memilih menggunakan sampel berukuran 3.
b. Penggunaan data sebagai bukti dalam generalisasi tersebut.
Pada fase 4, peserta didik menganalisis rerata durasi
episode pertama drama-drama korea yang populer dan
disediakan 7 drama korea berbeda. Peserta didik menggunakan
7 drama korea sebagai bukti dengan menghitung selisih rerata
populasi dan sampel.
c. Penggunaan bahasa probabilistik dalam menggambarkan
generalisasi.
Selama proses pembelajaran berlangsung, peserta didik
telah menggunakan istilah sampel dan populasi karena
sebelumnya mereka telah mengetahuinya.
Menurut Zieffler, dkk (2008) terdapat beberapa jenis
penugasan yang telah digunakan dalam beberapa penelitian dan dan
salah satunya penugasannya adalah mempertimbangkan dua model
atau pernyataan yang lebih mungkin benar. Penugasan ini dapat
ditemukan di fase 4 yaitu pada saat peserta didik menganalisis rerata
durasi episode pertama drama-drama korea yang populer dan
disediakan 7 drama korea berbeda. Untuk mengetahui sampel mana
yang paling merepresentasikan populasi atau mengetahui seberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
bagus sampel yang diambil, peserta didik menghitung selisih rerata
populasi dan rerata sampel-sampel yang diambil dan
membandingkannya untuk mempertimbangkan sampel yang lebih
mungkin benar.
Prodromou (2013) menekankan bahwa membuat kesimpulan
secara informal, memberi peserta didik perasaan tentang kekuatan
teknik statistik untuk membuat penilaian dan keputusan yang masuk
akal tentang data yang diambil dari konteks dunia nyata. Setiap
kasus/masalah yang disediakan oleh peneliti memiliki relasi khusus
terhadap peserta didik karena kasus/masalah sengaja diambil dari
konteks dunia nyata. Hal ini pun disadari oleh peserta didik. Dalam
wawancara, peserta didik menyebutkan bahwa kasus/masalah yang
disediakan diambil dari konteks dunia nyata terasa lebih dekat dengan
mereka sehingga lebih mudah untuk dimengerti.
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara mendukung peserta
didik jenjang SMA kelas 11 MIPA dalam memahami distribusi sampling
dengan penalaran inferensial informal dan mengetahui persepsi peserta didik
jenjang SMA kelas 11 MIPA terhadap distribusi sampling dengan penalaran
inferensial informal. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti telah melakukan
observasi berupa pembelajaran distribusi sampling dan wawancara peserta
didik yang mengikuti pembelajaran distribusi sampling.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Berdasarkan proses pembelajaran distribusi sampling dengan
penalaran inferensial informal dan wawancara yang telah dilakukan, terdapat
beberapa hal yang peneliti temukan menjadi aspek utama dalam menciptakan
suasana pembelajaran untuk mendukung peserta didik jenjang SMA kelas 11
MIPA dalam memahami distribusi sampling.
1. Penalaran Inferensial Informal
Penalaran inferensial informal adalah proses informal yang
bertujuan untuk membuat atau menguji generalisasi dari data yang
melampaui data yang dikumpulkan (Makar dan Rubin, 2007: 1). Inti
dari penalaran inferensial informal adalah pendekatan yang dilakukan
secara informal yaitu bukan guru yang memberikan teori-teori atau
hipotesis dasar yang akan diuji. Watson dan English (2016)
menyarankan akan lebih baik jika memulai pembalajaran statistika
inferensial dengan penalaran informal dengan beberapa ide dasar
sebelum memasuki pembelajaran secara formal sehingga memiliki
fondasi yang kuat agar nantinya dapat memiliki pemahaman yang
bermakna.
Pada penalaran ini, peserta didik beranjak dari masalah dan
dengan kemampuan dan skema pengetahuan yang ada menganalisis
dan menyimpulkan sampel mana yang lebih bagus untuk
merepresentasikan suatu populasi.
Penalaran inferensial informal dapat ditemukan muncul dalam
proses pembelajaran, seperti yang diungkapkan pada hasil dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
analisis, berdasarkan kerangka penalaran inferensial informal oleh
Makar and Rubin (2009), Zieffler, dkk (2008), dan Prodromou (2013).
Berdasarkan hasil dari proses pembelajaran dan wawancara
yang telah dilaksanakan, pembelajaran distribusi sampling lebih
mudah untuk dipahami dengan menggunakan penalaran inferensial
informal. Peserta didik menyebutkan bahwa jika penalaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran distribusi sampling adalah
penalaran formal seperti di sekolah, mungkin materi distribusi
sampling akan lebih sulit untuk dimengerti. Pembelajaran di sekolah
dirasa terlalu kaku serta contoh-contoh yang digunakan rumit
sehingga dapat membuat peserta didik tidak termotivasi. Berbeda
dengan pembelajaran yang telah dilakukan, peserta didik merasa
bahwa pembelajaran berlangsung menyenangkan dan mereka sama
sekali tidak merasa terbebani dengan materi-materi tersebut. Hal ini
dikarenakan pembelajaran berlangsung lebih informal dan tidak kaku
sehingga guru pun dapat lebih leluasa dalam mengajar dan
menjangkau peserta didik secara pribadi.
Diskusi informal dapat menumbuhkan suasana kolaborasi.
Diskusi intensif yang di dalamnya terdapat proses menjelaskan dan
memperhatikan penjelasan peserta didik lainnya dapat membantu
peserta didik mengembangkan argumentasi yang logis dan sikap
ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Pfannkuch (2011) yang menemukan bahwa belajar tentang situasi
dunia nyata (data-context) dan pengetahuan yang dibawa siswa ke
tugas dan lingkungan belajar fisik dan sosial mereka (learning-
experience-contexts) berperan penting dalam mengembangkan
penalaran inferensial informal. Data-context dan learning-experince-
context membantu dalam pembentukan penalaran dalam siklus
penyelidikan dan untuk mengembangkan konsep.
2. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan
pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik mampu
menyelesaikan suatu permasalahan untuk menyusun pengetahuan
mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir
tingkat tinggi, serta mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
Model pembelajaran ini menekankan pada pemecahan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk
membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir,
pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. Menumbuhkan
pengetahuan sendiri yang kemudian digunakan untuk saling berbagi
pengetahuan ide/gagasan yang dimiliki dengan teman dalam
kelompoknya, sehingga meningkatkan kepercayaan diri dalam proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran distribusi sampling ini,
setiap peserta didik diberi kesempatan untuk menganalisis pemecahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
masalah kemudian saling berdiskusi untuk berbagi ide dengan peserta
didik lain dan peneliti. Diskusi ini sangat membantu peserta didik
untuk bersama-sama membangun pengetahuan. Hal tersebut ditunjang
juga dengan banyaknya peserta didik yang mengikuti pembelajaran
yaitu hanya terdapat tiga peserta didik sehingga peneliti dapat dengan
mudah menjangkau setiap peserta didik. Pembelajaran pun berjalan
tidak terburu-buru sehingga memberikan peluang peserta didik untuk
berpikir lebih kritis dan dapat menyimpulkan, mencoba menemukan
landasan argumennya dan fakta-fakta yang mendukung alasannya.
Selama pembelajaran berlangsung, terdapat satu peserta didik
yang hanya sedikit melakukan diskusi dan lebih banyak
mendengarkan dua peserta didik lainnya menyampaikan hasil
analisisnya. Ketika ditanya pun peserta didik tersebut sulit untuk
menjelaskan kembali apa yang telah dipelajari. Setelah peneliti dan
peserta didik lain membantu peserta didik tersebut untuk menjelaskan
kembali, peserta didik itu mampu memahami apa yang telah
dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik diharapkan untuk
lebih aktif dalam menganalisis sehingga dapat membangun
pengetahuannya sendiri lalu bersama-sama berdiskusi.
Pada dasarnya pembelajaran berbasis masalah termasuk ke
dalam pembelajaran aktif yaitu pembelajaran yang mengajak peserta
didik untuk belajar secara aktif, turut serta dalam proses pembelajaran.
Kondisi peserta didik yang hanya menerima materi dari guru dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
beranggapan bahwa dengan hanya menghafalkan materi saja sudah
cukup harus diubah untuk menemukan pengetahuan secara aktif
sehingga dapat terjadi peningkatan pemahaman. Model pembelajaran
ini berorientasi dalam membangun pengetahuan peserta didik secara
mandiri. Dalam model pembelajaran berbasis masalah, fokus
pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga peserta didik
tidak hanya mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan
masalah tetapi juga bagaimana memecahkan masalah tersebut. Oleh
sebab itu, peserta didik juga memperoleh pengalaman belajar yang
berhubungan dengan keterampilan memecahan masalah. Peserta didik
yang belajar memecahkan suatu masalah akan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan
yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas
ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan.
Masih dapat ditemukan peserta didik yang malas untuk
menganalisis dan cenderung mengerjakan suatu soal dengan langsung
menjawab atau mencari dari sumber-sumber lain tanpa memiliki
niatan untuk mencoba menganalisis atau mengemukakan pendapat
sendiri. Jika keadaan ini terus berlanjut, maka peserta didik
diprekdiksi akan mengalami kesulitan mengaplikasikan pengetahuan
yang diperolehnya di kelas dengan kehidupan nyata. Oleh sebab itu,
model pembelajaran berbasis masalah dapat menjadi salah satu solusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
untuk mendorong peserta didik berpikir kritis dan bekerja daripada
menghafal.
Hal-hal tersebut diperkuat oleh Farida dan Kusmanto (2014).
Dalam penelitiannya, mereka menemukan bahwa setelah penerapan
metode pembelajaran berbasis masalah, terjadi peningkatan minat dan
prestasi matematika dengan memenuhi kriteria ketuntasan minimum
(KKM). Di samping itu, penelitian yang dilakukan oleh Abdullah
(2016) menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis
masalah dengan pendekatan problem solving dapat meningkatkan
kualitas proses pembelajaran matematika peserta didik dilihat dari
peningkatan tes hasil belajar peserta didik. Hal ini menunjukkan
bahwa pembelajaran berbasis masalah membantu meningkatkan minat
dan hasil belajar yang mengindikasikan bahwa model tersebut
membuat proses pembelajaran menjadi lebih baik dan berkualitas.
3. Masalah Kontekstual dan Data Riil
Pembelajaran berbasis masalah tidak dapat dipisahkan dari
masalah-masalah kontekstual yang diambil dari kehidupan sehari-hari.
Sebelumnya, peneliti telah melakukan wawancara mengenai latar
belakang peserta didik untuk mengetahui hal-hal apa saja yang
sekiranya dapat diangkat menjadi masalah kontekstual dalam
pembelajaran distribusi sampling ini.
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya,
Prodromou (2013) menekankan bahwa membuat kesimpulan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
informal, memberi peserta didik perasaan tentang kekuatan teknik
statistik untuk membuat penilaian dan keputusan yang masuk akal
tentang data yang diambil dari konteks dunia nyata. Penggunaan
masalah kontektual sangat membantu peserta didik dalam memahami
distribusi sampling dengan penalaran inferensial informal karena
konteks dunia nyata terasa lebih dekat dengan peserta didik.
Masalah kontekstual yang menjadi fokus pembelajaran dapat
membuat peserta didik termotivasi untuk memecahkannya karena
masalah tersebut menimbulkan suatu disekuilibrium antara konsep
pada skema kognitif peserta didik dan konteks yang muncul. Hal ini
tentu saja mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan banyak
pertanyaan mengapa dan bagaimana untuk masalah tersebut.
Pertanyaan-pertanyaan ini yang menjadi motivasi bagi peserta didik
untuk belajar. Dari penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa masalah
kontekstual dapat mendorong peserta didik memiliki insiatif untuk
membangun pengetahuannya sendiri.
Masalah kontektual mendorong peserta didik menganalisis
suatu fenomena dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan.
Percakapan dan kolaborasi dapat membantu dalam proses menjawab
pertanyaan yang muncul, yang dilakukan dalam diskusi. Diskusi
secara tidak resmi atau informal dapat menumbuhkan suasana
kolaborasi. Penalaran inferensial infromal sangat membantu
pemecahan masalah-masalah kontekstual karena fenomena muncul
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
dari setiap peserta didik itu sendiri sehingga mereka dapat saling
berkolaborasi. Diskusi intensif yang di dalamnya terdapat proses
menjelaskan dan memperhatikan penjelasan peserta didik lainnya
dapat membatu peserta didik mengembangkan argumentasi yang logis
dan sikap ilmiah.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Rahmadonna
dan Fitriyani (2011) yaitu bahwa motivasi belajar peserta meningkat
dengan diterapkannya pembelajaran matematika dengan pendekatan
kontekstual. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik memiliki lebih
motivasi untuk memecahkan suatu masalah.
Motivasi sangat berpengaruh besar dalam membangun
keingintahuan dan kemauan untuk belajar. Dengan adanya masalah-
masalah yang berasal dari sekitar kehidupan peserta didik dan dari apa
yang dialaminya, peserta didik memiliki kemauan lebih untuk
mempelajari dan menganalisis masalah-masalah tersebut. Proses
pembelajaran berpusat pada peserta didik di mana mereka
menganalisis suatu masalah yang kemudian memberikan pengalaman
proses pembelajaran yang menstimulus peserta didik melakukan
penelitian, mengintegrasikan teori, dan mengaplikasikan pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki dalam memberikan solusi terhadap
masalah yang dihadapi.
Hal tersebut relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Partono (2009) yang menemukan bahwa prestasi belajar peserta didik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
dengan model pembelajaran kontekstual lebih baik dari pada prestasi
belajar peserta didik dengan model pembelajaran langsung.
Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, pembelajaran yang berdasar
pada masalah kontekstual membantu peserta didik dalam mengaitkan
materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata dan mendorong
peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga
menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan
bernilai bagi peserta didik.
Selain masalah kontekstual, kasus yang diangkat juga
mencakup data riil, yaitu data yang memang ada dan tidak dibuat-buat
oleh peneliti. Peneliti mengangkat data hasil quick count tahun 2014
dan drama korea. Data-data ini memang ada dan peneliti ambil dari
sumber terpercaya. Peneliti mengangkat data riil agar masalah yang
disajikan untuk peserta didik terasa lebih nyata dan peserta didik
memiliki rasa percaya pada data yang diberikan.
Data riil yang peneliti gunakan membantu peserta didik untuk
memahami pokok-pokok permasalahan secara nyata. Hal ini
membantu peserta didik untuk belajar mengidentifikasi akar masalah
sehingga meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang
sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Data riil mendorong
peserta didik menyadari bahwa masalah-masalah yang dimunculkan
sesuai dengan keadaan nyata dan bukan lagi teori sehingga masalah-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
masalah dalam aplikasi suatu konsep dapat mereka temukan selama
pembelajaran berlangsung.
4. Proses Pembelajaran Distribusi Sampling
Sebelum mempelajari distribusi sampling, peneliti memberi
beberapa materi prasyarat sebagai perkenalan materi statistika kepada
peserta didik SMA. Materi-materi tersebut terdapat pada fase 1 sampai
4 yaitu sampel dan populasi, rerata sampel dan rerata populasi, teknik-
teknik sampling.
Fase 1 bertujuan agar peserta didik memahami sampel dan
populasi. Pada fase ini, peserta didik diberikan masalah mengenai
quick count yang dilakukan lembaga survei. Peserta didik diminta
menganalisis bagaimana quick count dilakukan. Pada akhir fase ini,
peserta didik telah memahami sampel dan populasi serta dapat
memberikan contoh-contohnya.
Fase 2 bertujuan agar peserta didik memahami statistik dan
parameter, terutama rerata. Pada fase ini, peserta didik diberikan
masalah mengenai rerata surat suara yang dibutuhkan setiap TPS di
Indonesia. Di akhir fase, peserta didik telah memahami parameter dan
statistik terutama rerata dan memberi contoh-contohnya.
Fase 3 bertujuan agar peserta didik memahami pengambilan
sampel yang representatif dari populasi. Pada fase ini, peserta didik
diberikan masalah mengenai quick count yang dilakukan lembaga
survei. Beberapa lembaga survei tidak memprediksi hasil akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
perhitungan dengan benar. Hal itulah yang dianalisis oleh peserta
didik yaitu bagaimana prediksi lembaga-lembaga survei tersebut bisa
meleset dari hasil populasi. Pada akhir fase ini, peserta didik dapat
memahami pengambilan sampel yang representatif dari populasi.
Fase 4 bertujuan agar peserta didik memahami beberapa teknik
sampling. Pada fase ini, peserta didik diberikan 4 kasus berbeda yang
dapat terjadi di sekolah. Peserta didik diminta menganalisis teknik
sampling yang digunakan untuk setiap masalah. Teknik sampling
yang dimaksud adalah sampling acak sederhana, sampling acak
sistematis, sampling acak bertingkat, dan sampling acak kluster. Di
akhir fase 4, peserta didik dapat memahami teknik-teknik sampling
serta mengetahui kondisi-kondisi apa saja untuk menentukan teknik-
teknik sampling yang dipakai.
Fase 5 bertujuan agar peserta didik memahami distribusi
sampling rerata. Pada fase ini, peserta didik diberikan tujuh drama
korea berbeda. Peserta didik diminta mencari rerata durasi episode
pertama drama-drama korea yang populer. Ketika peneliti bertanya
sampel mana yang paling bagus dari antara sampel-sampel yang telah
diambil peserta didik, salah satu peserta didik langsung menjawab
bahwa sampel yang paling bagus adalah sampel yang memiliki rerata
sampel paling dekat dengan rerata populasi. Setelah proses
pembelajaran pada fase 5, peserta didik dapat memahami sampel yang
representatif bagi sebuah populasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Pada fase 5, peserta didik masih terlihat kesulitan dan
membutuhkan bantuan dalam mendaftar kemungkinan sampel karena
terdapat sangat banyak kemungkinan sampel. Mereka juga masih
belum terbiasa menggunakan aplikasi Microsoft Excel karena
sebelumnya jarang menggunakan aplikasi tersebut sehingga peneliti
harus menuntun peserta didik dalam mendaftar kemungkinan sampel
dan berulang kali menjelaskan cara mendaftar secara urut.
Dengan mempelajari distribusi sampling, peserta didik dapat
mengetahui pentingnya pengambilan sampel untuk mendapatkan hasil
yang akurat dan juga sangat berguna dalam menghadapi berita-berita
agar terhindar dari berita bohong. Namun saat ini peserta didik merasa
bahwa distribusi sampling belum berguna bagi kehidupan selain yang
telah disebutkan sebelumnya, melainkan akan berguna nanti saat
memasuki dunia kerja dan juga tergantung dari pekerjaannya.
Berdasarkan wawancara dengan peserta didik, mereka
berpendapat bahwa peserta didik SMA jurusan MIPA lainnya akan
mampu memahami materi distribusi sampling dan materi prasyaratnya
namun menurut mereka pembelajaran yang dilakukan juga harus
menggunakan pendekatan yang sama yaitu dengan penalaran
inferensial informal dan model pembelajaran berbasis masalah dengan
masalah-masalah yang diambil dari sekitar kehidupan anak SMA serta
saling berdiskusi untuk menentukan penyelesaian masalah tersebut
seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Berdasarkan hasil pembelajaran dan wawancara, peserta didik jenjang
SMA kelas 11 MIPA mampu memahami distribusi sampling menggunakan
penalaran inferensial informal sesuai dengan hipotesis pada Bab II, dengan
tambahan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dengan
masalah-masalah kontekstual dan data riil.
C. Keterbatasan Penelitian
Selama pelaksanaan penelitian, peneliti menyadari ada beberapa
keterbatasan yang menyebabkan hasil penelitian kurang maksimal, yaitu:
1. Peneliti masih merasa kurang dalam menjelaskan hasil wawancara dan
menganalisis. Selain itu pelaksanaan, penulisan hasil, dan analisis
wawancara dilaporkan sendiri oleh penulis sehingga tidak dapat
menghindari subjektivitas.
2. Dalam menganalisis, peneliti menggunakan penalaran deduktif
sehingga dapat mengakibatkan adanya beberapa data yang tidak
peneliti kutip dikarenakan data-data tersebut tidak termasuk dalam
kerangka-kerangka penalaran inferensial informal dari para ahli yang
dikutip dalam Bab II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara mendukung
peserta didik jenjang SMA kelas 11 MIPA dalam memahami distribusi
sampling dengan penalaran inferensial informal dan mengetahui persepsi
peserta didik jenjang SMA kelas 11 MIPA terhadap distribusi sampling
dengan penalaran inferensial informal. Oleh karena itu, pada bab sebelumnya
data yang sudah diambil kemudian dianalisis dan dibahas sehingga peneliti
dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Penalaran inferensial informal dengan model pembelajaran berbasis
masalah dengan masalah kontekstual dan data riil yang berhubungan
langsung dengan kehidupan dapat mendukung peserta didik jenjang
SMA kelas 11 MIPA memahami distribusi sampling.
2. Peserta didik jenjang SMA kelas 11 MIPA memberikan pernyataan
positif mengenai pembelajaran distribusi sampling yang telah dilakukan.
Proses pembelajaran secara kesuluruhan berjalan dengan lancar sesuai
dengan skenario yang telah direncanakan dan tidak membebani peserta
didik. Hal ini dikarenakan beberapa hal, yaitu masalah-masalah
konstekstual dan data riil yang diangkat oleh peneliti serta diskusi dalam
menyelesaikan masalah. Ketiga peserta didik menyatakan bahwa materi
yang paling mudah menurut mereka adalah memahami sampel dan
populasi serta rerata sampel dan rerata populasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Sedangkan materi yang paling sulit adalah teknik sampling dan
distribusi sampling. Berdasarkan hal-hal tersebut, menurut mereka
pembelajaran yang telah dilakukan tidak perlu diperbaiki.
Mempelajari distribusi sampling dapat mengetahui pentingnya
pengambilan sampel untuk mendapatkan hasil yang akurat dan juga
sangat berguna dalam menghadapi berita-berita agar terhindar dari
berita bohong.
Menurut mereka, peserta didik SMA jurusan MIPA lainnya dapat
memahami distribusi sampling ini dengan syarat; pendekatan yang
digunakan sama yaitu dengan penalaran inferensial informal dan
model pembelajaran berbasis masalah dengan masalah-masalah
kontekstual dan data riil.
B. Saran
Adapun saran berikut peneliti tujukan bagi peneliti selanjutnya yang
akan mengembangkan penelitian ini, bagi guru maupun calon guru yang akan
memanfaatkan hasil penelitian ini.
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti berharap untuk ke depannya peneliti selanjutnya dapat
melakukan penelitian ini di kelas yang lebih besar dan heterogen. Hal
ini bertujuan untuk memperdalam pembahasan dalam bahasan
penelaran inferensial informal sehingga dapat diterapkan pada kelas
yang lebih besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
2. Bagi Guru dan Calon Guru
Dalam penelitian ini, masalah kontekstual dan data riil
berpengaruh positif dalam pembelajaran distribusi sampling. Masalah
kontekstual dan data riil membantu peserta didik memahami materi-
materi dengan lebih cepat. Oleh karena itu, peneliti menyarankan para
guru dan calon guru untuk menggunakan masalah-masalah
kontekstual dalam membantu peserta didik memahami suatu konsep
statistik pada khususnya dan topik-topik lain secara umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Daftar Pustaka
Abdullah, I. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan
Pendekatan Problem Solving untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Matematika (Studi Materi Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers di Kelas XI
Al Farisi SMA Negeri 2 Labakkang Boarding School). S2 Tesis.
Pascasarjana. Universitas Negeri Makasar.
Andriani, P. (2016). Penalaran Statistik dalam Variasi Konstruk dalam
Pembelajaran Matematika. Malang: CV. Bintang Sejahtera.
Ben-Zvi, D., Gil, E., dan Apel, N. (2007). What Is Hidden Beyond The Data?
Helping Young Students To Reason And Argue About Some Wider
Universe. In D. Pratt. dan J. Ainley (Ed.). Reasoning about Informal
Inferential Statistical Reasoning: A collection of current research studies. In
Proceedings of the Fifth International Research Forum on Statistical
Reasoning, Thinking, and Literacy (SRTL-5). University of Warwick. UK.
Dewi, T. M. (2018). Penjelasan Pakar Statistik IPB terkait Hasil Polling Twitter
yang Tak Layak Dipercayai.
http://wow.tribunnews.com/(2018)/08/13/penjelasan-pakar-statistik-ipb-
terkait-hasil-polling-twitter-yang-tak-layak-dipercayai?page=all. Diakses
pada 7 Februari 2019 pukul 21.11.
Farida, T. Z., dan Kusmanto, B. (2014). Upaya Meningkatkan Minat Dan Prestasi
Belajar Matematika Melalui Metode Pembelajaran Berbasis Masalah Siswa
Kelas VIID SMP Negeri 1 Alian. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika,
2(2), 111-118.
Frost, J. (2017). The Importance of Statistics.
http://statisticsbyjim.com/basics/importance-statistics/ diakses pada 5
Februari 2019 pukul 15.12.
Gil, E., dan Ben-Zvi, D. (2011). Explanation and Context in the Emergence of
Students’ Informal Inferential Reasoing. Mathematical Thinking and
Learning, 13, 87–108. https://doi.org/10.1080/10986065.2011.538295
Gil, E., dan Ben-Zvi, D. (2014). Long-Term Impact On Students’ Informal
Inferential Reasoning. In K. Makar. B. de Sousa. dan R. Gould (Eds.).
Sustainability in statistics education. In Proceedings of the Ninth
International Conference on Teaching Statistics (ICOTS9). Flagstaff,
Arizona, USA. Voorburg, The Netherlands: International Statistical
Institute.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Gravetter, F.J, dan Wallnau, L.B. (2014). Pengantar Statistika Sosial (Edisi 8).
diterjemahkan oleh Purnama. M. Y. dan Bawono. I. R. Jakarta: Salemba
Humanika.
Gunawan, I. (2014). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta:
Bumi Aksara.
Gunawan, I. (2016). Pengantar Statistika Inferensial. Jakarta: Rajawali.
Hasan, M. I. (2010). Pokok – Pokok Materi Statistika 2 (Statistika Inferensif)
(Edisi 2). Jakarta: Bumi Aksara.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Silabus Mata Pelajaran
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) Mata
Pelajaran Matematika. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Silabus Mata Pelajaran
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) Mata Pelajaran
Matematika (Peminatan). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2016). Silabus Mata Pelajaran
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan/
Madrasah Aliyah Kejuruan (SMA/MA/SMK/MAK) Mata Pelajaran
Matematika. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kholifah dan Suyadnya. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif: Berbagi
Pengalaman dari Lapangan. Depok: Rajawali Pers.
Kristanto, Y. D. (2018). Pre-Service Mathematics Teachers’ Statistical Reasoning
About Mean. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering
296 (1), 012037. https://doi.org/10.1088/1757-899X/296/1/012037
Lovett, M. (2001). A Collaborative Convergence On Studying Reasoning
Processes: A Case Study In Statistics. In D. Klahr dan S. Carver (Eds.).
Cognitive and Instruction: Twenty-Five Years of Progress (pp. 347-384).
Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum.
Lungan, R. (2006). Aplikasi Statistika dan Hitung Peluang. Yogyakarta: Penerbit
Graha Ilmu.
Makar, K., dan Rubin, A. (2007). Beyond the bar graph: Teaching Informal
Statistical Inference In Primary School. In Proceedings of the Fifth
International Research Forum on Statistical Reasoning, Thinking, and
Literacy (SRTL-5). University of Warwick, UK.
Makar, K., dan Rubin, A. (2009). A Framework for Thinking about Informal
Statistical Inference. Statistics Education Research Journal, 8(1), 82-105.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
McClave, Benson, Sincich. (2011). Statistik untuk Bisnis dan Ekonomi Jilid 1
(Edisi 11). Jakarta: Erlangga.
Padmi, R. S. (2015). Developing 7th Grade Students’ Informal Inferential
Reasoning. Thesis. Mathematics Education Study Program. Postgraduate
Program of Surabaya State University.
Paparistodemou, dan Meletiou-Mavrotheris. (2008). Developing Young Students’
Informal Inference Skills In Data Analysis. Statistics Education Research
Journal, 7(2), 83-105.
Partono. (2009). Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual terhadap Prestasi
Belajar Barisan dan Deret Ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa. Tesis.
Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret.
Pfannkuch, M. (2006). Informal Inferential Reasoning. Working Cooperatively In
Statistics Education: Proceedings of the Seventh International Conference
on Teaching Statistics. (pp. 2-7). Salvador, Brazil.
Pfannkuch, M. (2011). The Role of Context in Developing Informal Statistical
Inferential Reasoning: A Classroom Study. Mathematical Thinking and
Learning, 13 (1 & 2), 27-46. https://doi.org/10.1080/10986065.2011.538302
Prastowo, Andi. (2014). Memahami Metode-Metode Penelitian: Suatu Tinjauan
Teoretis dan Praktis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Pratt, D., dan Ainley, J. (2008). Introducing The Special Issue On Informal
Inferential Reasoning. Statistics Education Research Journal, 7(2), 3–4.
Prodromou, T. (2013). Informal Inferential Reasoning Using a Modelling
Approach within a Computer-Based Simulation. In A. M. Lindmeier dan H.
Aiso (Eds.). in Proceedings of the 37th Conference of the International
Group for the Psychology of Mathematics Education (vol 4, pp.57-64). Kiel,
Germany: PME.
Rahmadonna, S., dan Fitriyani. (2011). Penerapan Pembelajaran Kontekstual Pada
Mata Pelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
SMA. Majalah Ilmiah Pembelajaran, 7(1), 76-95.
Rubin, A., Hammerman, J., dan Konold, C. (2006). Exploring informal inference
with interactive visualization software. In A. Rossman dan B. Chance
(Eds.). Working Cooperatively In Statistics Education: Proceedings of the
Seventh International Conference on Teaching Statistics. Salvador, Brazil.
Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sarosa, S. (2012). Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Spiegel, M. (1988). Statistika (Edisi Kedua). Bandung : Penerbit Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Subagyo, P. (2010). Statistika Terapan (Edisi Kedua). Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
Sudaryono. (2011). Statistika Probabilitas. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sudijono, A. (2012). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Suharyadi, dan Purwanto, S. K. (2016). Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern. Jakarta: Salemba Empat.
Supranto, J. (2001). Statistika Teori dan Aplikasi (Edisi Keenam Jilid 2). Jakarta:
Penerbit. Erlangga.
Suyanto, dan Jihad, A. (2013). Menjadi Guru Profesional (Strategi Meningkatkan
Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global). Jakarta: Esensi Erlangga
Group
Trianto. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum
2013 (Kurikulum Tematik Integratif / KTI). Jakarta: Prenadamedia Group.
Usman, H., dan Akbar, R. P. S. (2006). Pengantar Statistika (Edisi Kedua).
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Walpole, R. E. (1988). Pengantar Statistika (Edisi Ketiga). Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Walpole R. E., Myers, R. H., Myers, S. L., dan Ye, K. E. (2011). Probability And
Statistics For Engineers And Scientists. ninth edition. Prentice Hall: Boston.
Watson, J. M., dan English L. D. (2016). Repeated Random Sampling in Year 5.
Journal of Statistics Education, 24 (1), 27-37.
https://doi.org/10.1080/10691898.2016.1158026
Zieffler, A., J. Garfield, R. Delmas, dan C. Reading. (2008). A Framework To
Support Research On Informal Inferential Reasoning. Statistics Education
Research Journal, 7(2), 40-58.
Zuriah, N. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi.
Jakarta: Bumi Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Lampiran 1 : Skenario Pelaksanaan Pembelajaran
SKENARIO PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Kelas : XI (sebelas)
Materi Pokok : Distribusi Sampling Rerata
Alokasi Waktu : 3 kali pertemuan @ 90 menit
A. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Memahami sampel dan populasi.
2. Memahami statistik dan parameter, terutama rerata.
3. Memahami pengambilan sampel yang representatif dari populasi.
4. Memahami beberapa teknik sampling.
5. Memahami distribusi sampling rerata.
B. Tujuan Pembelajaran
Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah, peserta didik dapat dengan tepat dan
kritis memahami pengertian sampel dan populasi serta tujuan pengambilan
sampel untuk populasi, memahami pengertian statistik dan parameter terutama
rerata, memahami konsep pengambilan sampel yang representatif dari
populasi, memahami beberapa teknik sampling, dan memahami distribusi
sampling rerata.
C. Materi Pembelajaran
1. Sampel dan populasi
2. Teknik sampling
3. Distribusi sampling
D. Sumber Belajar
1. Buku : Hasan, M. I. (2010). Pokok – Pokok Materi Statistika 2
(Statistika Inferensif) (Edisi 2). Jakarta: Bumi Aksara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
2. Internet : https://www.zenius.net/blog/4435/metode-cara-kerja-
quick-count
https://news.detik.com/berita/d-2645601/quick-count-yang-
memenangkan-prabowo-hasilnya-jauh-dari-real-count
https://www.brilio.net/film/encounter-9-drama-korea-ini-baru-
tayang-sudah-raih-rating-tinggi-181130c.html#
E. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Pembelajaran Berbasis Masalah
Metode Pembelajaran : diskusi, tanya jawab
Penalaran : Penalaran Inferensial Informal
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Ke-1 (90 Menit)
Indikator :
1. Memahami sampel dan populasi.
2. Memahami statistik dan parameter, terutama rerata.
Kegiatan Pendahuluan (5 Menit) Memahami statistik dan parameter, terutama rerata.
Guru memberi salam pembuka, menanyakan kabar.
Guru menyiapkan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
Guru mengorientasi secara singkat kegiatan yang akan dilakukan.
Kegiatan Inti (80 Menit )
Sintak Model
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Mengarahkan
peserta didik pada
masalah
Guru memberi pertanyaan pancingan :
Bagaimana quick count dilakukan?
Mengorganisasikan
peserta didik untuk
belajar
Guru memberi masalah kontekstual :
Indonesia adalah negara demokratis. Setiap 5 tahun
negara kita melaksanakan pemilu, yang dilaksanakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
di ratusan ribu TPS seluruh Indonesia. Ketika
pencoblosan telah selesai dan semua TPS ditutup,
stasiun televisi dan media lainnya berlomba-lomba
mengumumkan hasil quick count masing-masing
lembaga survei. Dalam pemilu tahun 2014 silam, 8
lembaga survei yang melakukan quick count
memprediksikan kemenangan Jokowi-JK.
Bagaimana sebenarnya quick count dilakukan?
Bagaimana bisa lembaga survei dengan sangat cepat
menghitung hasil pemilu? Padahal total terdapat
478.685 TPS di seluruh Indonesia.
Membimbing
penyelidikan
individual maupun
kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai serta saling berdiskusi dalam
menjawab pertanyaan.
Mengembangkan
dan menyajikan hasil
karya
Guru meminta peserta didik menyampaikan hasil
penyelidikan mereka dan proses-proses yang digunakan
berupa langkah-langkah pemecahan masalah.
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru dan peserta didik saling berdiskusi untuk
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah yang telah disampaikan.
Mengorganisasikan
peserta didik untuk
belajar
Guru memberi masalah kontekstual :
Sebuah lembaga survei ingin mengetahui kira-kira
banyak kertas suara yang dibutuhkan oleh setiap
TPS.
Bagaimana lembaga tersebut dapat mengetahui
secara cepat padahal total terdapat 478.685 TPS
tersebar di seluruh Indonesia?
Membimbing
penyelidikan
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai serta saling berdiskusi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
individual maupun
kelompok
menjawab pertanyaan.
Mengembangkan
dan menyajikan hasil
karya
Guru meminta peserta didik menyampaikan hasil
penyelidikan mereka dan proses-proses yang digunakan
berupa langkah-langkah pemecahan masalah.
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru dan peserta didik saling berdiskusi untuk
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah yang telah disampaikan.
Catatan : Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati perubahan
serta perkembangan peserta didik dalam pembelajaran dan mencatat
dalam lembar catatan lapangan.
Kegiatan Penutup (5 Menit)
Peserta didik membuat rangkuman dengan bimbingan guru tentang poin-poin
penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran.
2. Pertemuan Ke-2 (90 Menit)
Indikator :
3. Memahami pengambilan sampel yang representatif
dari populasi
4. Memahami beberapa teknik sampling.
Kegiatan Pendahuluan (5 Menit) Memahami statistik dan parameter, terutama rerata.
Guru memberi salam pembuka, menanyakan kabar.
Guru menyiapkan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
Guru mengorientasi secara singkat kegiatan yang akan dilakukan.
Kegiatan Inti (80 Menit )
Sintak Model
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Mengarahkan
peserta didik pada
Guru memberi pertanyaan pancingan :
Bagaimana mengambil sampel dalam quick count
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
masalah sehingga dapat menggambarkan/memprediksi hasil
perhitungan suara (real count)?
Mengorganisasikan
peserta didik untuk
belajar
Guru memberi masalah kontekstual :
Seperti yang telah disampaikan, dalam pemilu
tahun 2014 silam, terdapat 8 lembaga survei yang
melakukan quick count memprediksikan
kemenangan Jokowi-JK. Namun, ada empat
lembaga survei lain yang memenangkan
pasangan Prabowo-Hatta. Data mereka jauh dari
data real count KPU.
Dalam data KPU, tercatat Jokowi-JK
memperoleh 70.997.833 (53,15%). Sementara itu,
pasangan nomor urut satu, Prabowo-Hatta,
mendapat 62.576.444 (46,8%).
Sejumlah lembaga survei yang memenangkan
Jokowi-JK selisihnya tidak jauh dengan angka di
atas. Sebaliknya, 4 lembaga survei yang
memenangkan Prabowo-Hatta, hasilnya sangat
kontradiktif.
Mengapa ini dapat terjadi?
Membimbing
penyelidikan
individual maupun
kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai serta saling berdiskusi dalam
menjawab pertanyaan.
Mengembangkan
dan menyajikan hasil
karya
Guru meminta peserta didik menyampaikan hasil
penyelidikan mereka dan proses-proses yang digunakan
berupa langkah-langkah pemecahan masalah.
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru dan peserta didik saling berdiskusi untuk
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah yang telah disampaikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Mengorganisasikan
peserta didik untuk
belajar
Guru memberi beberapa masalah kontekstual :
1. SMA SOPA ingin mengetahui rerata tinggi
peserta didik. Sekolah tersebut memiliki 500
peserta didik. Tanpa memperhatikan gender,
kelas, umur, serta kondisi lainnya, sekolah
mencari tahu rerata tinggi peserta didik. Jika
kamu adalah orang yang ditugaskan untuk
mencari tahu, cara apa yang kamu gunakan?
(sampling acak sederhana)
2. SMA SOPI ingin mengetahui rerata tinggi
peserta didik. Sekolah tersebut memiliki 500
peserta didik yang terbagi dalam 10 kelas.
Jika kamu adalah orang yang ditugaskan
untuk mencari tahu dan kamu sedang dikejar
deaedline, cara apa yang kamu gunakan?
(sampling sistematis)
3. SMA SOPE bekerjasama dengan petugas
PMI yang akan mengambil sampel darah di
sekolah itu. Sekolah tersebut memiliki 500
peserta didik. Bagaimana petugas PMI
mengambil sampel seluruh golongan darah?
(sampling berlapis)
4. SMA SOPU bekerjasama dengan petugas
PMI yang akan mengambil sampel darah di
sekolah itu. Sekolah tersebut memiliki 500
peserta didik. Bagaimana petugas PMI
mengambil sampel darah, namun terkendala
waktu sehingga tidak semua kelas dapat
diikutsertakan? (sampling cluster)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Membimbing
penyelidikan
individual maupun
kelompok
Guru mendorong peserta didik mengumpulkan
informasi yang sesuai serta saling berdiskusi untuk
menentukan teknik sampling apa yang cocok bagi
beberapa kondisi tersebut.
Mengembangkan
dan menyajikan hasil
karya
Guru meminta peserta didik menyampaikan hasil
penyelidikan mereka dan proses-proses yang digunakan
berupa langkah-langkah pemecahan masalah.
Guru mendorong peserta didik dapat menyebutkan
contoh-contoh lainnya untuk beberapa teknik sampling
serta teknik sampling mana yang paling cocok untuk
quick count.
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru dan peserta didik saling berdiskusi untuk
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah yang telah disampaikan.
Catatan : Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati perubahan
serta perkembangan peserta didik dalam pembelajaran dan mencatat
dalam lembar catatan lapangan.
Kegiatan Penutup (5 Menit)
Peserta didik membuat rangkuman dengan bimbingan guru tentang poin-poin
penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran.
3. Pertemuan Ke-3 (90 Menit)
Indikator : 5. Memahami distribusi sampling rerata.
Kegiatan Pendahuluan (5 Menit) Memahami statistik dan parameter, terutama rerata.
Guru memberi salam pembuka, menanyakan kabar.
Guru menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
Guru mengorientasi secara singkat kegiatan yang akan dilakukan.
Kegiatan Inti (75 Menit )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Sintak Model
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
Mengarahkan peserta
didik pada masalah
Guru memberi pertanyaan pancingan :
Seberapa bagus sampel yang diambil untuk
menggambarkan populasi?
Mengorganisasikan
peserta didik untuk
belajar
Guru memberi masalah kontekstual :
Korea Selatan tidak henti-hentinya
menyuguhkan drama-drama yang menarik
untuk diikuti. Drama Korea seakan berhasil
menyihir penonton dengan cerita yang
disajikan. Tak bisa dipungkiri alasan sebagian
besar penggemar drama Korea tertarik untuk
mulai menonton adalah karena wajah
aktor/aktrisnya yang ‘enak’ dipandang.
Perilisan perdana Drama Korea selalu ditunggu-
tunggu oleh pecintanya. Perilisan perdana setiap
drama memiliki rating yang beragam. Drama
yang ditunggu-tunggu biasanya akan
mendapatkan rating tinggi, entah itu berasal dari
para pemainnya, alur ceritanya, setting
tempatnya, atau lainnya. Rating episode pertama
ini bisa menjadi salah satu cara untuk
mengetahui drama apa yang bagus untuk
ditonton.
Sebuah lembaga ingin mengetahui rata-rata
durasi episode pertama drama-drama korea yang
populer.
Guru menyediakan masing-masing 1 episode dari 8
drama korea.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Membimbing
penyelidikan individual
maupun kelompok
Guru meminta masing-masing peserta didik memilih
satu sampel berukuran 3.
Guru bertanya dari masing-masing sampel setiap
peserta didik, sampel mana yang bagus.
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Peserta didik diminta menyampaikan hasil
penyelidikan dan proses-proses yang digunakan.
Guru meminta peserta didik mendaftar semua
kemungkinan sampel berukuran 3 dengan bantuan
Microsot Excel.
Guru meminta peserta didik menjawab bagaimana
menentukan sampel yang lebih representatif.
Peserta didik diminta menyampaikan hasil
penyelidikan dan proses-proses yang digunakan.
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru dan peserta didik saling berdiskusi untuk
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
masalah yang telah disampaikan.
Catatan : Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati perubahan
serta perkembangan peserta didik dalam pembelajaran dan mencatat
dalam lembar catatan lapangan.
Kegiatan Penutup (10 Menit)
Peserta didik membuat rangkuman dengan bimbingan guru tentang poin-poin
penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran.
Guru mendorong peserta didik untuk membuat rangkuman serta kesimpulan
dari keseluruhan pembelajaran distribusi sampling.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
G. Evaluasi Pemahaman
Aspek Penilaian Teknik Penilaian Waktu Penilaian
Pengetahuan Tes Lisan
Pemecahan masalah yang
disampiakan peserta didik.
Diskusi pemecahan masalah.
Yogyakarta, 20 Maret 2019
Geovani Debby Setyani
(151414104)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Lampiran 2 : Pedoman Wawancara
Pedoman Wawancara
Tujuan : Mengetahui persepsi siswa SMA kelas 11 MIPA terhadap pembelajaran
distribusi sampling dengan penalaran inferensial informal yang telah dilakukan.
Langkah-langkah yang akan dilakukan:
A. Pembuka
Peneliti akan memberikan orientasi/pengantar berupa penyampaian tujuan
dari wawancara ini serta penjelasan mengenai kerahasiaan identitas.
B. Proses wawancara
Peneliti akan mewawancarai ketiga peserta didi dengan berpedoman pada
pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
No. Pertanyaan
1. Bagaimana proses pembelajaran yang telah dilakukan?
2. Apa saja yang kamu dapatkan selama proses pembelajaran yang
telah dilakukan?
3. Bagaimana perasaanmu terhadap proses pembelajaran yang telah
dilakukan?
4. Apa yang paling menarik dari pembelajaran yang telah
dilakukan? Beserta alasannya.
5. Bagian mana yang paling mudah dan paling sulit untuk
dipahami? Beserta alasannya.
6. Apakah metode yang saya gunakan seperti memberi pertanyaan
pancingan dan masalah membantu proses pembelajaran?
Bagaimana?
7. Apakah ada hal-hal yang sebaiknya diperbaiki dari pembelajaran
yang telah dilakukan?
8. Apakah penting mempelajari distribusi sampling? Mengapa?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
9. Apakah kira-kira siswa SMA jurusan MIPA mampu memahami
distribusi sampling?
C. Penutup
Peneliti mengucapkan terimakasih atas kesediaan peserta didik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Lampiran 3 : Hasil Analisis
Hasil Analisis S1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Hasil Analisis S2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Hasil Analisis S3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Lampiran 4 : Validasi Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI