(studi kasus pedagang kaki lima di kota salatiga)...

115
i PENGARUH KUALITAS PRODUK, KEHALALAN PRODUK, DAN HARGA BERSAING TERHADAP VOLUME PENJUALAN (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) Disusun oleh: Candra Dewi Alamsah 63020150007 PROGRAM SARJANA S1-EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 06-Mar-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

i

PENGARUH KUALITAS PRODUK, KEHALALAN PRODUK, DAN

HARGA BERSAING TERHADAP VOLUME PENJUALAN

(Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)

Disusun oleh:

Candra Dewi Alamsah

63020150007

PROGRAM SARJANA S1-EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019

Page 2: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

ii

Page 3: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

iii

Page 4: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

iv

Page 5: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

v

Page 6: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

vi

Page 7: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

vii

MOTTO

Never Say Never

“Tidak ada yang tidak mungkin”

-Justin Bieber

“Jangan Tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tapi tuntut dirimu karena menunda

adab kepada Allah”. (Ibnu Atha’illah As-Sakandari)

Life is like riding a bicycle, To keep your balance, you must keep moving.

“Hidup ini seperti sepeda, agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak”.

-Albert Einstein

Page 8: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

viii

PERSEMBAHAN

Karya kecilku ini penulis persembahkan kepada:

- Allah SWT

- Orangtuaku bapakku Sumardi dan Mamakku Turiyah, thanks for all everything

- Ke-3 masku ; mas Eko, mas Tyo, dan mas Adam serta adekku Edi. thanks for support

- Bapak pembimbing saya, Bapak Dr. H. Ahmad Mifdlol M., Lc., M.S.I

- Teman-temanku Ekonomi Syariah 2015

Page 9: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohiim

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan

semesta alam, yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan melalui rahmat dan

hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir akademik dengan baik.

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada beliau junjungan kita Nabi

Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat beliau sekalian.

Penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada program studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pada kesempatan ini saya menghaturkan terimakasih kepada semua pihak, yang

baik secara langsung maupun tidak langsung membantu, membimbing, memberi

petunjuk dan saran, serta perhatian yang tidak ternilai harganya dari awal sampai

akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih pada kesempatan ini saya haturkan

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

Salatiga.

2. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam.

3. Bapak Qi Mangku Bahjatullah L.c., M.S.I. selaku Ketua Program Studi S1-

Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

4. Bapak Dr. H. Ahmad Mifdlol M., Lc., M.S.I. selaku pembimbing skripsi yang

telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

5. Bapak/Ibu Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah

memberikan ilmunya dengan tulus dan ikhlas.

6. Bapak dan Mamakku (Bapak Sumardi dan Ibu Turiyah) beserta ke-3 kakakku dan

adikku (Mas Eko, Mas Tyo, Mas Adam, dan Edi),yang telah berusaha

memberikan motivasi dan doa dalam perkuliahan ini. Semoga Allah memberikan

hidayahnya kepada mereka Aamiin.

Page 10: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

x

7. Keluarga Mas Rizal (Bapak Kumaidi dan Ibu Sutini)

8. Para Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga yang telah membantu mensuksekan

selama penelitian.

9. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat, motivasi, selalu membantu

dalam segala kesusahan. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT.

Aamiin.

10. Teman-teman Program Studi Ekonomi Syariah 2015 yang telah memberikan

motivasi serta kesan yang tidak akan pernah terlupakan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini, maka kritik dan saran bagi tulisan ini sungguh menjadi bahan yang

berharga untuk dipertimbangkan dalam revisi dan penelitian lanjutan menuju

penyempurnaan.

Untuk itu semua saya ucapkan terima kasih.

Salatiga, 8 Juli 2019

Penulis,

Candra Dewi Alamsah

630202150007

Page 11: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

xi

ABSTRAK

Alamsah, Candra Dewi. 2019. Pengaruh Kualitas Produk, Kehalalan Produk, dan

Harga Bersaing Terhadap Volume Penjualan. Jurusan Ekonomi Syariah,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Dosen Pembimbing: Dr. H. Ahmad Mifdlol M., Lc., M.S.I.

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kualitas Produk, Kehalalan Produk dan Harga

BersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus Pada Pedagang Kaki Lima di Kota

Salatiga”. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi secara

parsial dan simultan untuk kualitas produk, kehalalan produk, dan harga bersaing

terhadap volume penjualan pada pedagang kaki lima di Kota Salatiga.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada

pedagang kaki lima di Kota Salatiga.Metode kuantitatif digunakan dalam penelitian

ini. Objek penelitian yang digunakan adalah para pedagang kaki lima di Kota

Salatiga. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 463 pedagang dengan

menggunakan data dari BPS Kota Salatiga, dengan jumlah sampel 82 orang dengan

menggunakan rumus Slovin. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan SPSS versi

23.0 dan teknik analisis data menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, uji statistik

dan uji asumsi klasik.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas produk berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap volume penjualan, kehalalan produk berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap volume penjualan, harga bersaing berpengaruh positif dan

signifikan terhadap volume penjualan pedagang kaki lima di Kota Salatiga. Uji F test

menunjukkan bahwa kualitas produk, kehalalan produk, dan harga secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan sebesar 53,8% sedangkan sisanya

46,2% yaitu dipengaruhi oleh variabel lain di luar model.

Kata kunci:kualitas produk, kehalalan produk, harga bersaing dan volume

penjualan.

Page 12: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................. iv

DECLARATION ....................................................................................................... v

PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ........................................................................ vi

MOTTO ..................................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ...................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix

ABSTRAK ................................................................................................................. xi

DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 9

D. Sistematika Penulisan .................................................................................... 10

BABII PEMBAHASAN ............................................................................................ 11

A. Kerangka Teori .............................................................................................. 11

1. Teori Penjualan ........................................................................................ 11

2. Kualitas Produk ........................................................................................ 14

3. Kehalalan Produk ..................................................................................... 19

4. Harga ........................................................................................................ 23

5. Perdagangan Sektor Informal .................................................................. 28

B. Penelitian Sebelumnya yang Relevan ............................................................ 36

C. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 38

Page 13: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

xiii

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................ 42

A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 42

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 42

C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 42

1. Populasi .................................................................................................... 42

2. Sampel ..................................................................................................... 43

D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 44

1. Pengertian Data ........................................................................................ 45

2. Jenis dan Sumber Data ............................................................................. 45

3. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 45

E. Skala Pengukuran ........................................................................................... 46

F. Definisi Konsep Operasional ......................................................................... 46

1. Variabel Kualitas Produk (X1) ................................................................ 47

2. Variabel Kehalalan Produk (X2).............................................................. 47

3. Variabel Harga (X3)................................................................................. 48

4. Variabel Volume Penjualan (Y) ............................................................... 49

G. Uji Instrumen Penelitian ................................................................................ 51

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................................... 52

2. Regresi Linier Berganda .......................................................................... 53

3. Uji Statistik .............................................................................................. 53

4. Uji Asumsi Klasik .................................................................................... 54

5. Alat Analis ............................................................................................... 56

BAB IV ANALISIS DATA ....................................................................................... 58

A. Deskripsi Data Responden ............................................................................. 58

1. Jenis Kelamin Responden ........................................................................ 58

2. Usia Responden ....................................................................................... 58

3. Pendidikan Responden ............................................................................. 59

4. Penghasilan Per-hari Responden .............................................................. 60

B. Analisis Data .................................................................................................. 61

1. Uji Instrumen Penelitian .......................................................................... 61

a. Uji Validitas ....................................................................................... 61

Page 14: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

xiv

b. Uji Reliabilitas ................................................................................... 62

2. Regresi Linier Berganda .......................................................................... 63

3. Uji Statistik .............................................................................................. 64

a. Uji R2 ................................................................................................. 64

b. Uji t – test ........................................................................................... 65

c. Uji F – test .......................................................................................... 66

4. Uji Asumsi Klasik .................................................................................... 67

a. Uji Multikolinearitas .......................................................................... 67

b. Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 68

c. Uji Normalitas .................................................................................... 69

5. Pembahasan .............................................................................................. 72

6. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................... 77

BAB V PENUTUP .................................................................................................... 78

A. Kesimpulan .................................................................................................... 78

B. Kelemahan Penelitian .................................................................................... 78

C. Saran .............................................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 80

LAMPIRAN ............................................................................................................... 84

Page 15: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pedagang Kaki Lima .................................................................................. 5

Tabel 1.2 Research Gap ............................................................................................. 8

Tabel 2.1 Faktor - faktor yang mempengaruhi konsumen tentang kualitas ............... 18

Tabel 2.2 Perbedaan Karakteristik Sektor Formal dan Informal ............................... 30

Tabel 2.3 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 38

Tabel 3.1 Penetapan Skor .......................................................................................... 46

Tabel 3.2 Indikator Penelitian .................................................................................... 49

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden .......................................................................... 58

Tabel 4.2 Usia Responden ......................................................................................... 59

Tabel 4.3 Pendidikan Terakhir Responden ................................................................ 59

Tabel 4.4 Penghasilan per-hari Responden ................................................................ 60

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas ..................................................................................... 61

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................................. 62

Tabel 4.7 Regresi Linier Berganda ............................................................................ 63

Tabel 4.8 Hasil Uji R2 ................................................................................................ 64

Tabel 4.9 Hasil Uji t-test ............................................................................................ 65

Tabel 4.10 Hasil Uji F-test ......................................................................................... 67

Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinearitas ...................................................................... 68

Tabel 4.12 Hasil Uji Glejser ...................................................................................... 68

Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas ................................................................................ 72

Tabel 4.14 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................... 77

Page 16: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Grafik Histogram ................................................................................... 70

Gambar 4.2 Grafik Plot .............................................................................................. 71

Page 17: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar I Kuesioner dan Data .................................................................................... 85

Lampiran II Hasil Uji ................................................................................................. 94

Lampiran III Daftar Riwayat Hidup .......................................................................... 98

Page 18: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka macam antara lain makan,

minum, pakaian, rumah, obat, pendidikan, dan lainnya. Hal itu merupakan sesuatu alami

yang mesti diinginkan oleh setiap manusia sehingga keinginan manusia atas barang atau

jasa terpenuhi sepuas-puasnya tanpa menghiraukan orang lain (Mansur, 2009:33). Maka

dari itu, manusia diwajibkan untuk mencari rezeki yang halal dan berkah.

Islam mendorong pemeluknya untuk mencari rezeki yang berkah, mendorong

berproduksi dan menekuni aktivitas ekonomi di berbagai bidang usaha, seperti pertanian,

perkebunan, industri, perdagangan dan bidang-bidang usaha lainya.Islam mendorong

setiap amal perbuatan hendaknya menghasilkan produk atau jasa tertentu yang

bermanfaat bagi umat manusia, atau yang memperindah kehidupan, mendatangkan

kemakmuran dan kesejahteraan bersama.Selain itu, manusia juga memiliki ciri utama

yang disebut sebagai makhluk ekonomi atau homo economicus.Ini disebabkan karena

manusia sesungguhnya merupakan entitas yang selalu memikirkan dan melakukan

berbagai aktivitas ekonomi dalam berbagai skala. Manusia juga selalu memikirkan

preferensi diri mereka serta mempertimbangkan untung dan rugi dalam setiap proses

pengambilan keputusan hidupnya, layaknya berbagai macam teori ekonomi yang

mengandalkan rasionalitas sebagai sandaran.Karena status makhluk ini, maka berbagai

aktivitas, khususnya aktivitas ekonomi umat, menjadi perhatian Islam. Meskipun tidak

secara mendetail, tetapi islam memberikan batasan-batasan tertentu terhadap berbagai

Page 19: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

2

aktivitas ekonomi ini. Terutama, sebagian besar aktivitas manusia bernuara pada ekonomi

perdagangan (Subhan, dkk, 2016:155)

Perdagangan atau pertukaran dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai proses transaksi

yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Perdagangan

sepertiini dapat mendatangkan keuntungan kepada kedua belah pihak, atau dengan kata

lain perdagangan meningkatkan utility (kegunaan) bagi pihak- pihak yang terlibat

(Hirshliefer, 1985) dalam (Jusmaliani, 2008: 1).

Menurut Al-Maududi (2005: 158) Islam tidak membolehkan umatnya mencari harta

sesukanya dan dengan cara sekehendaknya, akan tetapi ia membedakan antara cara yang

sah dan tidak sah buat mereka dalam memeperoleh penghidupan, dengan memandang

kepentingan umum. Sedangkan cara-cara dimana individu-individu dapat berganti-ganti

di dalam memperoleh harta dengan adanya saling rela dan keadilan, hal itu di sahkan.

Prinsip ini telah diterangkan oleh Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu makan harta-harta kamu diantara

kamu dengan (cara yang) bathil, kecuali atas jalan perdagangan dengan ridha diantara

kamu, dan janganlah kamu bunuh diri-diri kamu, karena sesungguhnya Allah itu

penyayang terhadap kamu.Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar batas

dan aniaya, niscaya akan Kami masukan dia ke dalam neraka”. (QS. An-Nisa’: 29-30)

Ayat ini mensyaratkan sahnya perdagangan dengan dua hal: Pertama, perdagangan ini

harus dengan kedua belah pihak. Kedua, jangan sampai keuntugan satu pihak

menyebabkan kerugian pihak lain.

Dalam Al-Qur’an kata “perdagangan” tidak saja digunakan untuk menunjuk pada

aktivitas transaksi dalam pertukaran barang atau produk tertentu pada kehidupan nyata

Page 20: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

3

sehari-hari, tetapi juga digunakan untuk menunjuk pada sikap ketaatan seseorang kepada

Allah swt. Dengan kata lain, kata dagang atau perdagangan mencakup pengertian yang

eskatologis. Dengan arti eskatologis ini, aktivitas perdagangan dapat dipahami sebagai

ibadah.Ajaran Islam menempatkan kegiatan usaha perdagangan sebagai salah satu bidang

penghidupan yang sangat dianjurkan, tetapi tetap dengan cara-cara yang dibenarkan oleh

agama. Dengan demikian, usaha perdagangan akan mempunyai nilai ibadah apabila hal

tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan agama dan diletakkan ke dalam kerangka

ketaatan kepada Sang Pencipta.

Sektor perdagangan yang banyak diminati adalah sektor informal.Pedagang Kaki

Lima (PKL) adalah salah satu sektor informal yang banyak terdapat di perkotaan.Sektor

informal, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) didefinisikan sebagai unit usaha berskala

kecil yang menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan utama

menciptakan kesempatan kerja dan penghasilan bagi dirinya sendiri, meskipun mereka

menghadapi kendala baik modal maupun sumberdaya fisik dan manusia (BPS dikutip

oleh Sethuraman, 1981a:17)

Salah satunya yaitu pedagang kaki lima penjual makanan dan minuman. Bagi umat

Islam, penting untuk mengetahui jika produk yang mereka konsumsi halal.Indonesia

termasuk negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam sehingga keamanan dan

kehalalan produk benar-benar di perhatikan (cnnindonesia.com).

Sebagai salah satu pengemban fungsi ekonomi, pedagang kaki lima tidak semestinya

hanya dilihat sebagai tempat pertemuan penjual dan pembeli secara sederhana. Tidak

pula hanya dilihat sebagai lapangan kerja tanpa membutuhkan syarat tertentu.Dan tidak

pula dilihat sebagai alternatif lapangan kerja informal yang mudah terjangkau akibat

Page 21: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

4

keadaan ekonomi yang sedang merosot. Tidak kalah penting, melihat pedagang kaki lima

sebagai pusat konsentrasi kapital sebagai pusaran yang menentukan proses produksi dan

distribusi yang sangat menentukan tingkat kegiatan ekonomi masyarakat dan

Negara.Sebagai pengemban fungsi sosial, pedagang kaki lima tidak semestinya hanya

dilihat sebagai pedagang atau penjaja serba lemah, tidak teratur, berada di tempat yang

tidak di tentukan, mengganggu kenyamanan dan keindahan kota. Karena itu harus

ditertibkan oleh petugas kota. Sebagai suatu gejala sosial, pedagang kaki lima

menjalankan fungsi sosial yang sangat besar. Merekalah yang menghidupkan dan

membuat kota selalu semarak, tidak sepi, dan dinamis. Dalam pola sistem tertentu,

pedagang kaki lima merupakan daya tarik tersendiri bagi sebuah kota.Demikian pula dari

sudut budaya, pedagang kaki limamenjadi pengemban budaya bahkan menjadi model

budaya kota tertentu. Melalui pedagang kaki lima, karya-karya budaya diperkenalkan

kepada masyarakat. Selain itu, pedagang kaki lima merupakan gejala budaya bagi sebuah

kota dan menciptakan berbagai corak budaya tersendiri (Simanjuntak, 2013: 221).

Keberadaan pedagang kaki lima yang juga termasuk kegiatan usaha sektor informal

cukup memberi dampak yang baik untuk pembangunan nasional (Pena, 1999) dalam

(Patty dan Rita, 2018:2).

Setiap kota tak terpisahkan dari keberadaan PKL, tidak terkecuali di Kota Salatiga.

Salatiga adalah salah satu kota kecil di provinsi Jawa Tengah yang berada di antara tiga

kota besar di Jawa Tengah yakni Jogjakarta, Solo, Semarang (JogloSemar) dan juga

merupakan kota kecil dengan keberadaan salah satu perguruan tinggi negeri dimana

merupakan tempat aktivitas mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari seluruh daerah

Indonesia. Hal ini sangat ideal untuk menjadi tempat usaha para PKL.Salah satu pusat

Page 22: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

5

aktivitas ekonomi di Kota Salatiga adalah di sepanjang ruas Jalan Tentara Pelajar,

Kridanggo, dan Lapangan Pancasila. Ketiga kawasan tersebut menjadi kawasan yang

dipadati oleh pedagang kaki lima yang menjajaki berbagai dagangan. Peningkatan

kebutuhan lahan bagi aktivitas perdagangan seiring dengan berkurangnya open space

menyebabkan banyaknya PKL yang memanfaatkan ruang-ruang publik terbatas yang ada

di kawasan Jalan Tentara Pelajar, Kridanggo, dan Lapangan Pancasila Salatiga sebagai

tempat usaha. Oleh karena itu diperlukan intervensi pemerintah terkait tata kelola ruang

yang tepat bagi keberadaan PKL agar tidak menimbulkan problem di masyarakat (Devlin,

2011) dalam (Patty dan Rita, 2018:3)

Pedagang kaki lima di kota Salatiga tersebar di beberapa ruas jalan meliputi jalan

utama bagi kendaraan bermotor maupun jalan untuk pejalan kaki atau trotoar. Menurut

Dinas Perdagangan kota Salatiga, jumlah pedagang kaki lima pada tahun 2017 di kota

Salatiga berjumlah 463. Berikut dapat dilihat jumlah PKL yang ada di kota Salatiga yaitu:

Tabel 1.1 Pedagang Kaki Lima

Lokasi TDU

Non

TDU Jumlah

Pedagang Kaki Lima

A. Yani (Kios Buah) 0 25 25

Jenderal Sudirman Barat 0 70 70

Jendral Sudirman Eks Luxor 0 6 6

Kemiri Raya 0 14 14

Kridanggo 0 35 35

Lapangan Pancasila 0 54 54

Muwardi 0 9 9

Buk Suling 0 3 3

Pasar Raya 1 Malam 0 54 54

Patimura 0 28 28

Margosari 12 12 24

Page 23: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

6

Pos Tingkir 0 12 12

Shopping Gerobog Putih 0 0 0

Shopping Malam 0 11 11

Depan RSUD 0 13 13

Sukowati 10 10

Brigjen. Sudiarto 0 9 9

Jl. Pemuda 0 3 3

Depan SMPN 1 & 2 0 23 23

Taman Sari Terminal 0 0 0

Kaloka (depan pertokoan) 0 20 20

Taman Makam Pahlawan 6 11 17

Turen 0 5 5

Blok C 0 0 0

Kemasan 0 0 0

J u m l a h 18 445 463

Total

Sumber: Data Statistik Dinas Perdagangan Kota Salatiga

TDU : Terdaftar Dalam Usaha

Non TDU : Tidak Terdaftar Dalam Usaha

Berdasarkan tabel diatas jumlah PKL paling banyak yaitu di kawasan jenderal

sudirman barat dengan jumlah PKL 70 pedagang.Sedangkan jumlah PKL paling sedikit

berada di kawasan buk suling dan jalan pemuda dengan jumlah PKL 3 pedagang.

Menurut Isrohah (2015:7) keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di perkotaan mampu

menyediakan lapangan kerja baru. Banyak orang menjadikan pedagang kaki lima (PKL)

sebagai pilihan alternatif bagi yang tidak tertampung di sektor formal. Sektor informal

menjadi pilihan alternatif karena relatif mudah memasukinya daripada sektor formal,

tidak perlu ketramnpilan khusus, serta pasar yang menjanjikan, sehingga hal ini dapat

menekan angka pengangguran dan kemiskinan.

Page 24: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

7

Suatu usaha tidak lepas dari peningkatan dan penurunan volume penjualan.Meski

demikian baik menurun atau meningkatnya volume penjualan yang dihadapi harus dapat

segera diatasi, sehingga segala sesuatunya dapat berjalan sesuai harapan.Volume

penjualan yang mengalami penurunan dapat disebabkan oleh selera konsumen yang terus

berubah, harga yang terus naik, dan persaingan usaha yang semakin

kompetitif.(Antyadika,2012) dalam Fitriah(2013:3)

Menurut Wijayanto (2009:1) dalam mewujudkan volume penjualan yang maksimal,

maka ada berbagai faktor (variabel) yang berpengaruh, antara lain adalah kemampuan

dalam memperhitungkan harga jual yang sesuai dengan kondisi perekonomian

masyarakat tanpa mengabaikan kondisi keuangan atau modal itu sendiri.

Menurut Kotler (2002:67) bahwa kualitas produk adalah keseluruhan ciri serta sifat

dari suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk

memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.Artinya, kualitas produk merupakan

ciri, karakteristik dan spesifikasi yang dimiliki suatu barang atau jasa yang bergantung

pada kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

Menurut Charity (2017: 99) Kehalalan suatu produk menjadi kebutuhan wajib bagi

setiap konsumen, terutama konsumen muslim. Baik itu produk berupa makanan, obat-

obatan maupun barang-barang konsumsi lainnya. Oleh karena itu jaminan akan produk

halal menjadi suatu hal yang penting untuk mendapatkan perhatian dari negara.

Menurut Swastha (1990) dalam Wijayanto (2009:3) Harga adalah suatu barang atau

jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasar nilai tersebut dimana seseorang

atau perusahaan bersedia menanggung segala resiko dalam menentukannya.Tujuan

penetapan harga tidak hanya untuk meningkatkan penjualan dan laba saja, tetapi juga

Page 25: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

8

untuk mempertahankan dan mengembangkan market share yang berkaitan dengan tujuan

jangka panjang perusahaan.

Tabel 1.2 Research Gap

No. Peneliti

(Tahun)

Variabel Hasil Penelitian

X Y

A. Kualitas produk terhadap volume penjualan

1. Rani (2016) Kualitas Produk Volume

penjualan

+ / signifikan

2. Manik (2015) Kualitas Produk Tingkat

Penjualan

tidak signifikan

B. Kehalalan Produk terhadap volume penjualan

1.

Nizami (2017) Label Halal Volume

Penjualan

+ / signifikan

2. Segati (2018) Sertifikasi Halal Tingkat

Penjualan

+ / signifikan

C. Harga terhadap volume penjualan

1. Wijayanto

(2009)

Harga Volume

penjualan

+ / signifikan

2. Irfan dkk

(2017)

Harga Volume

penjualan

Negatif

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh dalam

bentuk skripsi dan mengambil penelitian Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga dengan

Page 26: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

9

judul, “Pengaruh Kualitas Produk, Kehalalan Produk dan Harga Bersaing terhadap

Volume Penjualan Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga”.

B. Rumusan Masalah

1. Sejauh mana kualitas produk berpengaruh terhadap volume penjualan pedagang kaki

lima di Kota Salatiga?

2. Sejauh mana kehalalan produk berpengaruh terhadap volume penjualan pedagang

kaki lima di Kota Salatiga?

3. Sejauh mana harga bersaing berpengaruh terhadap volume penjualan pedagang kaki

lima di Kota Salatiga?

4. Sejauh mana kualitas produk, kehalalan produk, dan harga bersaing berpengaruh

secara bersama-sama terhadap volume penjualan pedagang kaki lima di Kota

Salatiga?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis besarnya pengaruh kualitas produk terhadap volume penjualan

pedagang kaki lima di Kota Salatiga.

2. Untuk menganalisis besarnya pengaruh kehalalan produk terhadap volume penjualan

pedagang kaki lima di Kota Salatiga.

3. Untuk menganalisis besarnya pengaruh harga bersaing terhadap volume penjualan

pedagang kaki lima di Kota Salatiga.

4. Untuk menganalisis dari ke-tiga variabel diatas, variabel manakah yang paling

berpengaruh terhadap volume penjualan pedagang kaki lima di Kota Salatiga?

Page 27: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

10

Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan evaluasi terhadap tingkat volume penjualan pedagang kaki lima di

Kota Salatiga.

2. Sebagai tolak ukur bagi perkembangan perekonomian di Kota Salatiga.

3. Dapat digunakan untuk menindak lanjuti penanganan pedagang kaki lima di Kota

Salatiga.

4. Sebagai informasi untuk penelitian lebih lanjut dan juga menambah wawasan untuk

rekan-rekan di IAIN Salatiga..

D. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini disusun dalam lima bab sebagai berikut:

BAB I, merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah, rumusan

Masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II, merupakan tinjauan pustaka yang menjelaskan deskripsi tentang teori

kualitas produk, kehalalan produk, harga, volume penjualan, sektor informal dan

pedagang kaki lima, serta kerangka penelitian dan hipotesis penelitian.

BAB III, merupakan metode penelitian berisi jenis penelitian dan sumber data,

populasi dan sampel, metode pengumpulan data, variable penelitian dan pengukuran,

teknis analisis data.

BAB IV, merupakan analisis data dan pembahasan akan mengemukakan tentang

gambaran umum pedagang kaki lima di Kota Salatiga, deskripsi data penelitian dan

responden, uji t, deskripsi variable penelitian, hasil analisis data dan pembahasan.

BAB V, merupakan penutup, berisi kesimpulan, saran-saran, dan kata penutup.

Page 28: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Teori Penjualan

Penjualan adalah interaksi antara individu saling bertatap muka yang ditujukan

untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan

pertukaran sehingga menguntungkan bagi pihak lain. Penjualan juga diartikan sebagai

usaha yang dilakukan manusia untuk menyampaikan barang bagi mereka yang

memerlukan dengan imbalan uang menurut harga yang ditentukan atas persetujuan

bersama (Kurniadi, 2010) dalam Mariatun(2017:36).

Martz dan Ursy (1988) mengatakan bahwa penjualan merupakan pengalihan hak

milik atas barang dengan imbalan uang sebagai gantinya dengan persetujuan untuk

menyerahkan barang kepada pihak lain dengan menerima pembayaran. Keberhasilan

usaha penjualan dapat dilihat dari volume penjualan yang didapat.Menurut Lamb

(2006)volume penjualan adalah pencapaian penjualan yang dinyatakan secara

kuantitatif dari segi fisik atau volume atau unit suatu produk.Volume penjualan

merupakan sesuatu yang menandakan naik turunnya penjualan dan dapat dinyatakan

dalam bentuk unit, kilo, ton atau liter.Volume penjualan merupakan jumlah total yang

dihasilkan dari kegiatan penjualan barang. Semakin besar jumlah penjualan yang

dihasilkan perusahaan, semakin besar kemungkinan laba yang akan dihasilkan

perusahaan, semakin besar kemungkinan laba yang akan dihasilkan perusahaan. Oleh

karena itu, volume penjualan merupakan salah satu hal penting yang harus dievaluasi

untuk memungkinkan perusahaan agar tidak rugi.Jadi, volume penjualan yang

Page 29: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

12

menguntungkan harus menjadi tujuan utama perusahaan dan bukanya untuk

kepentingan volume itu sendiri.Swastha (1991) menyatakan bahwa hasil kerja dalam

penjualan masih diukur terutama dari volume penjualan yang dihasilkan dan bukan

dari laba perusahaan.Volume penjualan merupakan hasil total yang didapat

perusahaan dari kegiatan penjualan barang dagangan (Rangkuti, 2013:207).

Menurut Girald dkk (2014:5) jika penjualan barang atau jasa berjalan dengan

baik, perusahaan akan mendapatkan lebih banyak keuntungan, akan dapat membiayai

pengeluaran untuk pemasaran yang lebih luas, serta akan mampu menyokong lebih

banyak dana untuk siklus selanjutnya dari keseluruhan proses.

Menurut Maldeva (2014:172) proses menjual produk atau jasa memerlukan

tindakan memepengaruhi untuk memikat hati calon konsumen. Untuk bisa menjadi

seorang pebisnis yang pintar menjual, hal yang paling penting diyakini adalah bangga

dengan profesi yang kita tekuni. Beberapa hukum yang perlu dijalankan dalam

menjual antara lain sebagai berikut:

a) Perlakukan klien seperti kita ingin diperlakukan.

b) Jangan buru-buru menyalahkan klien.Tidak ada kesalahan, tetapi yang ada kurang

tepat.

c) Kenali karakteristik klien supaya bisa berkomunikasi dengan baik.

d) Pahami kebutuhan atau masalah klien.

Untuk menghasilkan angka penjualan maka ada dua hal penting yang menentukan

yaitu volume penjualan dalam unit dan harga jual per unitnya.Apabila volume

penjualan cukup besar dan harga jual juga cukup tinggi, maka perusahaan dapat

menghasilkan angka penjualan yang besar pula.

Page 30: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

13

Kalau penurunan harga bisa menghasilkan kenaikan volume penjualan yang lebih

besar, mungkin hasil penjualan dalam rupiah bisa menjadi lebih besar, artinya

kebijakan harga bisa berakibat naiknya angka penjualan.

Dalam praktik tidak selalu demikian, meskipun harga telah diturunkan, volume

penjualan tidak berubah, sehingga angka penjualan dalam rupiah justru lebih kecil,

bukan lebih besar.Sebaliknya bila harga dinaikan, belum tentu terjadi penurunan

dalam volume penjualan.

Jika volume penjualan tetap sama, sedangkan harga per unit naik, maka angka

penjualan justru bisa menjadi lebih besar. Lebih menarik lagi untuk melihat volume

penjualan yang justru meningkat sejalan dengan naiknya harga per unit.Hal ini bisa

terjadi karena perubahan persepsi konsumen terhadap produk (Darmadji, 2005:24).

Kotler dalam Swastha (2008:404) menyatakan volume penjualan merupakan

jumlah total yang dihasilkan dari kegiatan penjualan barang. Semakin besar jumlah

penjualan yang dihasilkan perusahaan, semakin besar kemungkinan laba yang di

hasilkan perusahaan.Oleh karena itu volume penjualan merupakan salah satu hal

penting yang harus dievaluasi untuk kemungkinan perusahaan agar tidak rugi.Jadi

volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan utama perusahaan dan

bukannya untuk kepentingan volume penjualan itu sendiri.

Berikut ini indikator volume penjualan adalah sebagai berikut:

a) Mencapai volume penjualan.

b) Mendapatkan laba.

c) Menunjang pertumbuhan perusahaan.

Page 31: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

14

2. Kualitas Produk

Deming dalam Tjiptono (2008:20) menyatakan bahwa kualitas merupakan suatu

tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang

rendah dan sesuai dengan pasar.Sedangkan menurut Goetsch dan Davis (1995),

kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.Jadi

pengertian kualitas tidak terbatas pada produk akhir yang dihasilkan suatu

perusahaan.

Kotler (2000) dalam Simamora (2000:114) mengatakan bahwa, kualitas adalah

totalitas fitur dan karakteristik yang memampukan produk memuaskan kebutuhan

yang dinyatakan maupun tidak dinyatakan.

Menurut Taufiq (2004:163) Allah mengajari kita dasar-dasar untuk meneliti ulang

guna mengetahui ketepatan dan mutu produk, “….Maka lihatlah berulang-ulang,

adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?Kemudian pandanglahsekali lagi

niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu

cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.” (al-Mulk: 3-4).

Menurut Garvin dalam Lovelock(1994:131) ada lima alternatif perspektif kualitas

yang biasa digunakan, yaitu:

a) Transcendental Approach

Menurut pendekatan ini kualitas dapat dirasakan atau diketahui tetapi sulit

didefinisikan secara persis atau akurat.

Page 32: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

15

b) Product-based Approach

Pendekatan ini sifatnya obyektif dan menganggap kualitas sebagai karakteristik

atau atribut yang dapat di kuantitatifkan dan dapat diukur.Perbedaan dalam

kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah unsur atau atribut yang dimiliki

berbagai produk.

c) User-based Approach

Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang

yang memandangnya, dan produk yang memuaskan preferensi seseorang

(perceived quality) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. Perspektif

yang paling subyektif dan demand-oriented ini juga menyatakan bahwa

pelanggan yang berbeda memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda pula,

sehingga kualitas bagi seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimum yang

dirasakannya.

d) Manufacuring-based Approach

Perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik-praktik

perekayasaan dan pemanufakturan serta mendefinisikan kualitas sebagai

kesesuaian dengan persyaratannya (conformance to requirements).Dalam sektor

jasa dapat dikatakan bahwa kualitasnya bersifat operations-driven.Pendekatan ini

berfokus pada penyesuaian spesifikasi yang dikembangkan secara internal, yang

seringkali di dorong oleh tujuan peningkatan produktivitas dan penekanan

biaya.Jadi yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan

perusahaan, bukan konsumen yang menggunakannya.

Page 33: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

16

e) Value-based Approach

Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga.Dengan

mempertimbangkan trade-off antara kinerja dan harga, kualitas didefinisikan

sebagai affordable excellence dalam artian produk dengan kualitas yang dapat

diterima pada tingkat harga yang wajar.

Menurut Irawan (2002:45) kualitas produk adalah driver kepuasan pelanggan

yang multi dimensi. Menurut Garvin (1987)dalam Gaspers (1996:119)

mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis

karakteristik kualitas produk, sebagai berikut:

a) Performans (performance), berkaitan dengan aspek fungsional dari produk itu dan

merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan konsumen ketika ingin

membeli suatu produk.

b) Fitur (Features) merupakan aspek kedua dari performasi yang menambah fungsi

dasar berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembanganya. Biasanya konsumen

mendefinisikan nilai dalam bentuk fleksibilitas dan kemampuan mereka untuk

memilih features yang ada, juga kualitas dari features itu.

c) Keandalan (reliability)berkaitan dengan probababilitas atau kemungkinan suatu

produk melaksanakan fungsinya secara berhasil dalam periode waktu tertentu

dibawah kondisi tertentu.

d) Konformans (conformance), berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap

spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan

konsumen.Konformans merefleksikan derajat dimana karakteristik disain produk

dan karakteristikoperasi memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Page 34: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

17

e) Durabilitas (durability) merupakan ukuran masa pakai suatu produk.Karakteristik

ini berkaitan dengan daya tahan dari suatu produk.

f) Kemampuan pelayanan (serviceability), merupakan karakteristik yang berkaitan

dengan kecepatan, keramahan/kesopanan, kompetensi, dan kemudahan serta

akurasi dalam perbaikan.

g) Estetika (aesthetics), merupakan karakteristik yang bersifat subyektif sehingga

berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi individual.

h) Kualitas yang dirasakan (perceived quality) bersifat subyektif, berkaitan dengan

perasaan konsumen dalam mengkonsumsi produk itu, seperti: meningkatkan

harga diri, dll.Merupakan karakteristik yang berkaitan dengan reputasi (brand

name, image).

Menurut Gaspers (1996:118) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi

persepsi dan ekspetasi konsumen adalah:

a) Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan

konsumen ketika ia sedang mencoba melakukan transaksi dengan

produsen/pemasok produk (perusahaan). Jika pada saat itu kebutuhan dan

keinginanya besar, harapan atau ekspetasi konsumen akan tinggi, demikian pula

sebaliknya.

b) Pengalaman masa lalu (terdahulu) ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan

maupun pesaing-pesaingnya.

c) Pengalaman dari teman-teman, dimana mereka akan menceritakan kualitas

produk yang akan dibeli oleh konsumen itu. Hal ini jelas mempengaruhi persepsi

konsumen terutama pada produk-produk yang dirasakan berisiko tinggi.

Page 35: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

18

d) Komunikasi melalui iklan dan pemasaran juga mempengaruhi persepsi

konsumen.Orang-orang dibagian penjualan dan periklanan seyogyanya tidak

membuat kampanye yang berlebihan melewati tingkat ekspektasi konsumen.

Tabel 2.1 Faktor-faktor yang memepengaruhi persepsi konsumen tentang

kualitas

Sebelum Membeli

Produk

Saat Membeli Produk Sesudah Membeli

Produk

Image dan nama

merek perusahaan

Pengalaman

sebelumnya

Opini dari teman

Reputasi toko/ tempat

penjualan

Publikasi hasil-hasil

pengujian produk

Harga (untuk

performansi) yang

diiklankan

Spesifikasi

performansi

Komentar dari penjual

produk

Kondisi dan

persyaratan jaminan

Kebijaksanaan

perbaikan dan

pelayanan

Program-program

pendukung

Harga untuk

performansi yang

ditetapkan

Kemudahan instalasi

dan penggunaan

Penanganan perbaikan,

pengaduan, jaminan

Ketersediaan suku

cadang (spare parts)

Efektifitas pelayanan

purna jual

Keandalan produk

Performansi

komperatif

Sumber : Prayogo dan Liliani (2016: 173)

Menurut Fiani dan Japarianto (2012) dalamPrayogo dan Liliani(2016:173),

terdapat 9 indikator untuk mengukur kualitas makanan:

a) Warna, warna dari bahan-bahan makanan harus dikombinasikan sedemikian rupa

supaya tidak terlihat pucat atau warnanya tidak serasi.

Page 36: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

19

b) Penampilan, makanan harus terlihat baik saat disajikan, dimana hal tersebut

adalah suatu faktor yang penting.

c) Porsi, memiliki porsi standar dalam setiap penyajian makanan.

d) Bentuk, bentuk makanan memainkan peranan penting dalam daya tarik mata.

Bentuk makanan yang menarik bisa diperoleh lewat cara pemotongan bahan

makanan yang bervariasi.

e) Temperatur, mampu mempengaruhi rasa dari sebuah makanan, misalnya rasa

manis pada sebuah makanan akan lebih terasa saat makanan tersebut masih

hangat, sementara rasa asin pada sup akan kurang terasa pada saat sup masih

panas.

f) Tekstur, ada banyak tekstur dalam makanan seperti halus atau tidak, cair atau

padat, keras atau lembut, kering atau lembab, dll.

g) Aroma, merupakan reaksi dari makanan yang akan mempengaruhi konsumen

sebelum konsumen menikmati makanan.

h) Tingkat kematangan, tekstur dari makanan dapat dipengaruhi oleh tingkat

kematangan.

i) Rasa, terdapat berbagai macam rasa, yaitu manis, asam, asin, dan pahit, makanan

harus memiliki rasa sedap untuk dinikmati.

3. Kehalalan Produk

Dalam konteks keindonesiaan, kata “halal” yang berasal dari bahasa Arab terkait

dengan pelaksanaan hukum Islam.Mnurut pandangan Subekti dan Tjitrosudibio

(1983) dalam Shofie(2008: 368), arti halal yaitu terizinkan, diizinkan oleh syari’ah

Islam, tidak haram atau sah.

Page 37: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

20

Menurut Syariat Islam, landasan produk halal sesuai syariat Islam antara lain:

Q.S. Al-Baqarah: 168 yang artinya:

“Wahai manusia makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang

terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan,

sungguh setan musuh yang nyata bagimu orang-orang yang beriman”.

Q.S. Al-Baqarah: 172 yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman makanlah dari rezeki yang baik yang

Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu

hanya menyembah kepada-Nya”.

Q.S. Al-Baqarah: 173 yang artinya:

“Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah,

daging babi dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut

nama) selain Allah. Tetapi barang siapa terpaksa (memakannya) bukan

karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas maka tidak

ada dosa baginya.Sungguh Allah Maha Pengampun”.

Berdasarkan surat Al-Baqarah diatas, Allah memerintahkan kepada orang yang

beriman untuk memakan makanan yang halal dan mengharamkan bangkai, darah,

daging babi, daging hewan yang disembelih tidak menyebut nama Allah, kecuali jika

terpaksa dan tidak melampaui batas. Untuk menentukan produk makanan dan

minuman yang beredar di masyarakat itu halal harus ada logo sertifikat halal yang

dikeluarkan oleh LPPOM MUI pada kemasannya.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

(UUJPH) sesungguhnya semakin mempertegas betapa mendesaknya persoalan halal-

Page 38: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

21

haram dalam rantai produksi dari pelaku usaha hingga sampai di tangan konsumen

dan dikonsumsi oleh konsumen, dimana terdapat pula peran pihak perantara seperti

distributor, subdistributor, grosir, maupun pengecer sebelum sampai ke tangan

konsumen akhir. Pemberlakuan UUJPH bertujuan agar pihak konsumen (masyarakat

luas) mendapatkan kepastian hukum terhadap produk makanan dan barang konsumsi

lainnya.Sedangkan bagi pelaku usaha UUJPH memberikan panduan bagaimana

mengolah, memproses, memproduksi, dan memasarkan produk kepada masyarakat

konsumen, serta bagaimana membuat informasi produk halal kepada konsumen.

Jaminan mengenai produk halal dilakukan sesuai dengan asas perlindungan,

keadilan, kepastian hukum, akuntabilitas dan transparansi, efektifitas dan efisiensi,

serta profesionalitas.Jaminan penyelenggaraan produk halal serta meningkatkan nilai

tambah bagi pelaku usaha untuk memproduksi dan menjual produk halal.

Menurut Wibowo (2007:56) yang dimaksud dengan sertifikat halal adalah fatwa

tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syariat islam.

Sertifikat halal ini merupakan syarat untuk mencantumkan label halal.Sementara itu

yang dimaksud dengan produk halal menurut MUI adalah produk yang memenuhi

syarat kehalalan sesuai syariat Islam. Pengertian kehalalan tersebut adalah sebagai

berikut:

a) Tidak mengandung babi atau produk- produk yang berasal dari babi.

b) Tidak mengandung bahan- bahan yang diharamkan seperti bahan- bahan yang

berasal dari organ manusia, darah, dan kotoran- kotoran.

c) Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut tata cara

syariat Islam.

Page 39: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

22

d) Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar (alkohol).

e) Tidak menggunakan alkohol sbagai ingredient yang sngaja ditambahkan.

Bagi konsumen, sertifikat halal memiliki beberapa fungsi. Pertama,

terlindunginya konsumen muslim dari mengonsumsi pangan, obat-obatan dan

kosmetika yang tidak halal. Kedua, secara kejiwaan perasaan hati dan batin

konsumen akan tenang. Ketiga, mempertahankan jiwa dan raga dari keterpurukan

akibat produk haram. Keempat, akan memberikan kepastian dan perlindungan

hukum.

Bagi produsen, sertifikat halal mempunyai beberapa peran penting. Pertama,

sebagai pertanggungjawaban produsen kepada konsumen muslim, mengingat masalah

halal merupakan bagian dari prinsip hidup muslim. Kedua, meningkatkan

kepercayaan dan kepuasan konsumen.Ketiga, meningkatkan citra dan daya saing

perusahaan.Keempat, sebagai alat pemasaran serta untuk memperluas area jaringan

pemasaran.Kelima, member keuntungan pada produsen dengan meningkatkan daya

saing dan omzet produksi dan penjualan (Hasan, 2014:230).

Menurut Sofyan (2011:45) pengertian produk halal dapat diperluas ke semua

aspek kehidupan, diantaranya bias di dapatkan pada produk dan jasa yang berkaitan

dengan gaya hidup, kosmetik, fashion, obat-obatan, biro perjalanan dan wisata, jasa

rumah sakit dan kesehatan lainya, dan produk beserta jasa penunjang yang

dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dapat terlihat potensi bisnis produk dan jasa halal atau syariah secara

menyeluruh, jika persepsi produk dan jasa halal tersebut sudah dapat disosialisasikan

sebagai produk universal yang mempunyai keunggulan-keunggulan komparatif,

Page 40: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

23

seperti diantaranya lebih bersih, lebih sehat, lebih manfaat dan lebih maslahat bagi

semua pihak.

Maka cara pandang demikian akan memperluas pasar makanan halal ke pasar

produk dan jasa halal lainyayang menarik minat pasar non muslim. Dengan demikian

pasar bagi produk dan jasa halal atau syariah akan semakin besar.

Penjelasan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyatakan

bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan

pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi setiap rakyat Indonesia. Pangan

harus senantiasa tersedia secara cukup, aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan

harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat, serta tidak bertentangan dengan

agama, keyakinan, dan budaya masyarakat.

Mengkonsumsi produk halal menurut keyakinan agama (Islam) dan/atau demi

kualitas hidup dan kehidupan, merupakan hak warga Negara yang dijamin oleh

Undang-Undang Dasar 1945, khususnya Undang-Undang Perlindungan Konsumen

Nomor 8 Tahun 1999. Dan mengkonsumsi yang halal itu merupakan kewajiban bagi

setiap muslim (Hasan, 2014:227)

4. Harga

Alma (2002:125) mengemukakan bahwa: “Harga (price) adalah nilai suatu barang

yang dinyatakan dengan uang”. Kasmir (2006:175) mengemukakan bahwa : “Harga

adalah sejumlah nilai (dalam mata uang) yang harus dibayar konsumen untuk

membeli atau menikmati barang atau jasa yang di tawarkan”. Ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan oleh manajer maupun pengusaha ataupun pedagang di dalam

harga, yaitu:

Page 41: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

24

a) Penentuan harga

b) Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan pada saat menetapkan harga,

diantaranya: menurut pelanggan, menurut bentuk produk, menurut tempat dan

menurut waktu.

c) Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga, seperti harga bahan baku,

biaya produksi, biaya pemasaran dan adanya peraturan pemerintah dan faktor

lainya.

d) Jenis-jenis strategi penetapan harga.

Menurut Kotler (1984:138) harga adalah satu-satunya unsur dalam bauran

pemasaran yang menghasilkan pendapatan penjualan.Unsur-unsur lainya jelas

mengakibatkan keluarnya biaya.Demikian masih banyak perusahaan yang tidak

menggarap masalah harga jualini dengan baik. Kesalahan-kesalahan yang umumnya

terjadi ialah: penetapan harga sangat mengarah pada biaya; harga jual kurang sering

ditinjau padahal pasar selalu berubah; harga jual ditentukan secara tersendiri, lepas

dari bauran pemasarandan bukannya merupakan satu unsur yang terpadu dalam

strategi penempatan pasar, harga jual kurang bervariasi bagi jenis produk dan segmen

pasar yang berlainan.

Menurut Stanton (1998:308) harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk

memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya.

Harga akan menjadi pertimbangan yang cukup penting bagi konsumen dalam

memutuskan pembeliannya, konsumen akan membandingkan harga dari produk

pilihan mereka dan kemudian mengevaluasi apakah harga tersebut sesuai atau tidak

dengan nilai produk serta jumlah uang yang harus dikeluarkan. Secara tradisional

Page 42: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

25

harga telah diperlakukan sebagai penentu utama pilihan pembeli (Kotler dan Keller,

2007:79).

Terdapat indikator-indikator mengenai harga dijelaskan sebagai berikut:

a) Keterjangkauan harga, aspek penetapan harga yang dilakukan penjual sesuai

dengan kemampuan beli konsumen.

b) Kesesuaian harga dengan kualitas produk, aspek penetapan harga yang dilakukan

produsen sesuai dengan kualitas produk yang diperoleh konsumen.

c) Kesesuaian harga dengan manfaat produk, penetapan harga yang dilakukan

produsen sesuai dengan manfaat yang diperoleh konsumen dan produk yang di

beli.

d) Daya saing harga, penawaran harga yang diberikan oleh produsen berbeda dan

bersaing dengan yang diberikan oleh produsen lain.

Menurut Swastha (1999:146) harga pasar sebuah barang dapat mempengaruhi

tingkat upah, sewa, bunga dan laba atas pembayaran faktor-faktor produksi (tenaga

kerja, tanah, kapital dan kewiraswastaan). Dalam cara tersebut harga menjadi suatu

pengatur suatu dasar pada sistem perekonomian secara keseluruhan karena

mempengaruhi alokasi sumber-sumber yang ada.

Biasanya seorang penjual menetapkan harga berdasarkan suatu kombinasi barang

secara fisik ditambah beberapa jasa lain serta keuntungan yang memuaskan. Dalam

hal ini harga merupakam suatu cara bagi seorang penjual untuk membedakan

penawarannya dari para pesaing. Sehingga penetapan harga dapat dipertimbangkan

sebagai bagian dari fungsi diferensiasi barang dalam pemasaran.

Page 43: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

26

Menurut McDonald (1997:115) penetapan harga (pricing) adalah elemen penting

dari rencana pemasaran.Hal pertama yang perlu dikatakan tentang penetapan harga

adalah bahwa ada dua batas yang harus tetap diingat: persaingan sebagai batas atas,

dan biaya sebagai batas bawah.Secara umum, harga yang ditawarkan tidak boleh

lebih dari tawaran yang diberikan oleh pesaing ataupun dalam jangka panjang lebih

rendah dari biaya. Dengan demikian yang menjadi langkah berikutnya adalah

menetapkan apa yang disebut dengan tawaran pesaing yang harus dipertimbangkan

dan apakah yang disebut dengan biaya.

Keputusan harga sangat penting karena harga tidak hanya mempengaruhi marjin

keuntungan melalui dampaknya pada pendapatan, tetapi juga mempengaruhi jumlah

barang yang terjual melalui pengaruhnya pada permintaan.Harga memiliki dampak

interaktif pada elemen-elemen bauran pemasaran lainya.

Dalam menetapkan harga pada sebuah produk perusahaan mengikuti prosedur

enam langkah (Kotler, 1992) dalam Sunyoto(2014:130), yaitu:

a) Perusahaan dengan hati-hati menyusun tujuan-tujuan pemasarannya, misalnya

mempertahankan hidup, meningkatkan laba saat itu, ingin memenangkan bagian

pasar atau kualitas produk.

b) Perusahaan menentukan kurva permintaan yang memperlihatkan kemungkinan

jumlah produk yang akan terjual per periode, pada tingkat-tingkat harga alternatif.

Permintaan yang semakin tidak elastis, semakin tinggi pula harga yang dapat

ditetapkan oleh perusahaan.

c) Perusahaan memperkirakan bagaimana biaya akan bervariasi pada tingkat

produksi yang berbeda-beda.

Page 44: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

27

d) Perusahaan mengamati harga-harga para pesaing sebagai dasar untuk menetapkan

harga mereka sendiri.

e) Perusahaan memilih salah satu dari metode penetapan harga terdiri dari penetapan

harga biaya plus, analisis pulang pokok dan penetapan laba sasaran, penetapan

harga nilai yang diperoleh, penetapan harga yang sesuai dengan laju

perkembangan dan penetapan harga dalam sampul tertutup.

f) Perusahaan memilih harga final, menyatakannya dalam cara psikologis yan paling

efektif dan mengeceknya untuk meyakinkan bahwa harga tersebut sesuai dengan

kebijakan penetapan harga perusahaan serta sesuai pula dengan para penyalur,

grosir, wiraniaga perusahaan, pesaing, pemasok, dan pemerintah.

Sedangkan menurut Payne dalam bukunya Rambat dan Hamdani(2008) dalam

(Sunyoto, 2014:132) tujuan penetapan harga antara lain:

a) Bertahan, merupakan usaha untuk tidak melakukan tindakan-tindakan yang

meningkatkan laba ketika perusahaan sedang mengalami kondisi pasar yang tidak

menguntungkan.Usaha ini dilakukan demi kelangsungan hidup perusahaan.

b) Memaksimalkan laba, penentuan harga bertujuan untuk memaksimalkan laba

dalam periode tertentu.

c) Memaksimalkan penjualan, penentuan harga bertujuanuntuk membangun pangsa

pasar dengan melakukan penjualan pada harga awal yang merugikan.

d) Prestise, tujuan penentuan harga disini adalah untuk memosisikan jasa perusahaan

tersebut sebagai produk yang eksklusif.

e) Pengembangan atas investasi (ROI), tujuan penentuan harga didasarkan atas

pencapaian pengambilan dan investasi (return on investment) yang diinginkan.

Page 45: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

28

Menurut Mursid (2003:81) berikut kemungkinan tujuan penetapan harga, yaitu:

a) Penetrasi Pasar, dengan harga rendah diharapkan market share tinggi.

b) Market skimming, dengan memasang harga tinggi pada permulaan dan kemudian

perlahan-lahan harga diturunkan.

c) Mempercepat pemasukan uang tunai, siasat ini dilakukan bilamana perusahaan

sangat membutuhkan likuiditas atau karena ketidakpastian pasar di masa

mendatang.

d) Memenuhi target laba, siasat penetapan harga didasarkan kepada beberapa laba

yang dikehendaki dicapai. Walaupun ada kemungkinan harga ditetapkan lebih

tinggi, kemungkinan ini tidak akan diambil. Istilah lain siasat penetapan harga

berdasarkan target laba ini adalah satisficing objective atau target pricing.

e) Promosi product line, dalam menetapkan harga tiap item diperhitungkan terlebih

dahulu beberapa optimal profit dari product line.

5. Perdagangan Sektor Informal

Menurut Hans-Dieter Evers sektor informal merupakan sektor ekonomi “ekonomi

bayangan” yang beroperasi pada unit-unit kecil yang efisien dan sesuai dengan

karakteristik migran.Yang dimaksud “ekonomi bayangan” adalah seluruh kegiatan

ekonomi yang tidak terliput oleh statistik resmi pemerintah, dan karenanya tidak

terjangkau oleh aturan dan pajak Negara (Alisjahbana, 2006:2).

Menurut Simanjuntak (2017:37) keberadaan pedagang sektor informal kadang-

kadang terlupakan, sehingga pada setiap kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan

dengan ekonomi praktis, sektor informal sering terlupakan. Sebenarnya pedagang

kaki lima ini biasa dipakai sebagai penarik wisatawan dari mancanegara.

Page 46: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

29

Cirri khas pasar sektor informal, yaitu:

a) Mudah di masuki

b) Fleksibel (waktu dan tempat beroperasinya)

c) Bergantung pada sumber daya lokal

d) Skala operasinya yang kecil.

Dalam Rachbini dkk(1994:26) konsep sektor informal pada awalnya

dikemukakan oleh Keith Hart pada tahun 1971, dimana sektor informal sebagai

bagian angkatan kerja di kota yang berada di luar pasar tenaga kerja yang terorganisir.

Sektor informal tidak sebatas pada pekerjaan dikawasan pinggiran kota besar, namun

juga meliputi berbagai aktivitas ekonomi yang bersifat mudah untuk dimasuki. Sektor

informal mudah di masuki karena tidak membutuhkan syarat yang rumit, karena

sektor informal menggunakan sumber daya lokal sebagai faktor produksi utama usaha

milik sendiri, skala operasi kecil, berorientasi pada penggunaan tenaga kerja dengan

penggunaan teknologi yang ada, dan keterampilan dapat diperoleh diluar instansi

pendidikan formal. Dengan demikian sektor informal dapat dimasuki semua orang.

Sektor informal yang terdiri dari unit usaha berskala kecil yang menghasilkan dan

mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan menciptakan kesempatan kerja dan

pendapatan bagi diri sendiri dan dalam usahanya itu sangat dihadapkan berbagai

kendala seperti faktor modal baik fisik, maupun manusia (pengetahuan) dan faktor

keterampilan.Sektor informal biasa digunakan untuk menunjukan sejumlah kegiatan

ekonomi yang berskala kecil, tetapi bukan perusahaan kecil.Sektor informal

merupakan manifestasi dari situasi pertumbuhan ekonomi Negara sedang

berkembang.Karena mereka yang masuk sektor ini bertujuan untuk mencari

Page 47: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

30

kesempatan kerja dan pendapatan daripada memperoleh keuntungan (Santhurahman,

2005:29).

Menurut Ramli (1992:18-19) kehadiran sektor informal ini sangat penting dalam

kehidupan perkotaan, karena dapat menunjang tersedianya lapangan pekerjaan

merupakan sumber pendapatan yang potensil bagi penduduk kota.

Tabel 2.2 Perbedaan karakteristik sektor informal dan sektor formal

No Karakteristik Sektor Informal Sektor Formal

1 Modal Sukar diperoleh Relativ mudah

diperoleh

2 Teknologi Padat karya Padat modal

3 Organisasi Seperti organisasi

keluarga

Birokrasi

4 Sumber modal Lembaga Keuangan

tidak resmi

Lembaga Keuangan

resmi

5 Serikat buruh Tidak berperan Sudah berperan

6 Bantuan Negara Tidak ada Diperlukan untuk

kelangsungan usaha

7 Hubungan

dengan desa

Saling menguntung One-way-traffic untuk

kepentingan sektor

formal

8 Sifat wiraswasta Berdikari Sangat tergantung pada

perlindungan

pemerintah atau import

9 Persediaan

barang

Jumlah sedikit dan

kualitas sewaktu-waktu

berubah

Jumlah besar dan

kualitas baik

10 Hubungan kerja

dengan majikan

Berdasarkan saling

percaya

Berdasarkan kontrak

kerja

Sumber: Hidayat (1978:10)

Page 48: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

31

Menurut Permadi (2007:6) menurut para ahli ekonomi, banyaknya tenaga kerja

dan terbatasnya lapangan pekerjaan menjadi penyebab utama banyaknya orang

menjadi PKL. Banyak penduduk Indonesia yang tidak kebagian lapangan pekerjaan

di pabrik-pabrik atau di kantor-kantor lalu memilih menjadi PKL.Selain modalnya

murah karena tidak harus menyewa kios, menjadi PKL juga tidak membutuhkan

ijazah sekolah seperti melamar kerja lainnya.

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan Poerwadarminta (1976:193),

istilah kaki lima adalah lantai yang diberi atap sebagai penghubung rumah dengan

rumah. Arti yang kedua adalah lantai (tangga) di muka pintu atau di tepi jalan.

Pengertian tersebut lebih mirip dengan pengertian trotoar yang luasnya 1,5 meter

yang dibuat dimasa penjajahan (Belanda atau Inggris). Namun, yang dimaksudkan

kamus juga bisa diartikan emperan toko (Permadi,2007:4).

Menurut Alma (1997:137) pedagang kaki lima adalah pedagang golongan

ekonomi lemah yang berjualan kebutuhan sehari-hari, makanan atau jasa dnegan

modal yang relatif kecil, modal sendiri atau modal orang lain baik berjualan ditempat

terlarang atau tidak.

Pedagang kaki lima (PKL) pada umumnya adalah pekerja yang paling nyata dan

paling penting di kebanyakan kota pada Negara berkembang. Pedagang kaki lima di

perkotaan mempunyai karakteristik dan cirri-ciri yang khas dengan sektor informal,

sehingga sektor informal perkotaan sering diidentikan sebagai pedagang kaki lima

(Ramli, 1992:31).

Menurut Kartono (1980:3-7) Pedagang kaki lima menyediakan barang-barang

kebutuhan bagi golongan ekonomi menengah ke bawah dengan harga yang dapat

Page 49: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

32

dijangkau oleh golongan tersebut. Pedagang kaki lima melakukan kegiatan produksi

atau distribusi barang dan jasa, dengan sasaran utama untuk menciptakan lapangan

kerja dan penghasilan bagi diri mereka sendiri. Usaha sebagai pedagang kaki lima

telah mampu menunjukan diri sebagai usaha mandiri yang memberikan penghasilan.

Di daerah perkotaan terdapat kesempatan ekonomi yang lebih besar dibandingkan

dengan daerah pedesaan. Pedagang kaki lima lebih sering memilih berlokasi di sekitar

kawasan-kawasan fungsional perkotaan. Dengan tujuan untuk memperoleh omzet

pendapatan yang tinggi.Kawasan-kawasan tersebut dianggap sangat strategis karena

merupakan daerah perdagangan, perkantoran, daerah wisata, pemukiman dan

berbagai fasilitas umum lainnya.

Cirri-ciri pedagang kaki lima menurut Kartono, diantaranya:

a) Merupakan pedagang yang kadang-kadang juga sekaligus produsen.

b) Ada yang menetap pada lokasi tertentu, ada yang bergerak dari tempat satu ke

tempat lain.

c) Umumnya bermodal kecil, kadang hanya merupakan alat bagi pemilik modal

dengan mendapatkan sekedar komisi sebagai imbalan atas jerih payahnya.

d) Kualitas barang yang diperdagangkan relatif rendah dan kadang tidak

berstandar.

e) Volume peredaran uang tidak seberapa besar, para pembeli umumnya

merupakan pembeli yang berdaya beli rendah.

f) Usaha skala kecil bisa berupa family enterprise, dimana ibu dan anak ikut

membantu dalam usaha tersebut, baik langsung maupun tidak langsung.

Page 50: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

33

g) Menjajakan makanan, minuman dan barang-barang konsumtif lainya yang di

butuhkan masyarakat.

Menurut Gee dan Yeung (1977:81) aktivitas pedagang kaki lima dapat

dikategorikan berdasarkan sarana fisik yang di peruntukkan dalam usahanya. Sarana

fisik tersebut di kelompokkan berdasarkan:

a) Jenis barang dan jasa

Jenis dagangan pedagang kaki lima di kelompokkan menjadi empat, yaitu:

1) Makanan yang tidak diproses atau semi olahan (unprocessed and semi

processed food). Makanan tidak diproses seperti: buah-buahan, sayur-

sayuran. Sedangkan makanan semi proses, seperti: beras, dsb.

2) Makanan siap saji (prepared food), seperti: pedagang nasi pecel, es buah,

roti bakar, dsb.

3) Barang bukan makanan (non food items), seperti: penjual kaset DVD,

penjual celana, dsb.

4) Jasa (service), seperti: penjahit, sol sepatu, potong rambut, dsb.

Pedagang kaki lima mampu menyediakan barang-barang yang dibutuhkan

masyarakat sehari-hari, baik kebutuhan primer maupun sekunder. Setiap jenis

barang dan jasa tersebut dapat diperinci lebih jauh, misalanya saja kelontong

terdiri dari alat-alat rumah tangga, mainan anak, barang elektronik, aksesoris dan

sebagainya.Demikian pula jasa perorangan dapat berupa tukang stempel, tukang

kunci, reparasi jam, tambal ban, dan sebagainya (Isrohah, 2015:45).

Page 51: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

34

b) Jenis sarana usaha dan ukuran ruangnya

Aktivitas pedagang kaki lima dapat dikelompokkan berdasarkan jenis

usahanya, yaitu:

1) Gerobak/ kereta dorong

Bentuk aktivitas pedagang kaki lima yang menggunakan gerobak/ kereta

dorong dibagi atas dua macam, yaitu gerobak/ kereta dorong yang tanpa

atap dan gerobak/ kereta dorong yang menggunakan atap untuk

melindungi barang dagangan dari pengaruh panas, debu, hujan, dan

sebagainya.

2) Pikulan

Bentuk aktivitas pedagang kaki lima yang menggunakan sebuah atau dua

buah keranjang dengan cara dipikul. Bentuk pikulan ini dapat

dikategorikan dalam bentuk aktivitas jasa informal keliling atau semi

menetap, biasanya dijumpai pada jenis makanan dan minuman.

3) Warung semi permanen

Bentuk aktivitas pedagang kaki lima yang terdiri atas beberapa gerobak/

kereta dorong yang telah diatur sedemikian rupa secara berderet dan

dilengkapi dengan bangku-bangku panjang dan meja. Bagian atap dan

sekelilingnya biasanya ditutup dengan pelindung yang terbuat dari kain

terpal, plastic atau bahan kain lainya yang tidak tembus air.

4) Jongko atau meja

Bentuk aktivitas pedagang kaki lima yang menggunakan jongko/ meja

sebagai sarana usahanya. Bentuknya ada yang tanpa atap dan ada pula

Page 52: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

35

yang beratap untuk melindungi pengaruh dari luar.Berdasarkan sarana

usaha tersebut maka jasa sektor informal ini tergolong memiliki aktivitas

jasa menetap.

5) Kios

Pedagang kaki lima yang menggunakan papan-papan yang diatur

sedemikian rupa sehingga menyerupai sebuah bilik semi permanen. Para

penjajanya juga biasanya bertempat tinggal di dalamnya.Berdasarkan

sarana usaha tersebut maka sktivitas jasa sektor informal ini digolongkan

sebagai aktivitas jasa menetap.

6) Gelaran/ alas

Pedagang menggunakan alas untuk menggelar daganganya. Alas berupa:

kain, tikar, terpal, dan sebagainya.

Menurut Gee dan Yeung (1977) dalam Simanjuntak (2013:224), pola ruang

aktivitas pedagang kaki lima sangat di pengaruhi oleh aktivitas sektor formal dalam

menjaring konsumennya. Lokasi pedagang kaki lima sangat dipengaruhi oleh

hubungan langsung dan tidak langsung dengan berbagai kegiatan formal dan informal

atau hubungan pedagang kaki lima dengan konsumenya. Untuk dapat mengenali

penataan ruang pedagang kaki lima, harus dikenal aktivitas pedagang kaki lima

melalui penyebaran, pemanfaatan ruang berdasarkan waktu berdagang, dan jenis

dagangan serta sarana berdagang.

Pola penyebaran pedagang kaki lima dipengaruhi oleh aglomerasi aksesibilitas

sebagai berikut:

Page 53: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

36

a) Aglomerasi, aktivitas pedagang kaki lima selalu memanfaatkan aktivitas-

aktivitas di sektor formal dan biasanya pusat-pusat perbelanjaan menjadi salah

satu daya tarik lokasi sektor informal untuk menarik konsumenya. Adapun

cara pedagang kaki lima menarik konsumen dengan cara berjualan

berkelompok (aglomerasi). Para pedagang kaki lima cenderung melakukan

kerja sama dengan pedagang kaki lima yang sama jenis dagangannya atau

saling mendukung antara pedagang makanan dan minuman. Pengelompokan

pedagang kaki lima juga merupakan salah satu daya tarik bagi konsumen

karena mereka bebas memilih barang atau jasa yang diminati.

b) Aksesibilitas, para pedagang kaki lima lebih suka berlokasi di sepanjang

pinggir jalan utama dan tempat-tempat yang sering dilalui pejalan kaki.

Pola pelayanan menurut Yeung (1977) dalam Simanjuntak (2013:221), adalah

cara berlokasi aktivitas pedagang kaki lima dalam memanfaatkan ruang kegiatanya

sebagai tempat usaha. Pola pelayanan pedagang kaki lima ini juga erat kaitanya

dengan sarana fisik dagangan pedagang kaki lima yang digunakan dan jenis

usahanya. Misalnya, pedagang kaki lima menetap, jenis daganganya bukan kebutuhan

primer dan sarana fisik dagangan berupa kios, gerobak beratap dan meja. Serta jenis

pola pelayanan (tetap, semi menetap, dan tidak menetap) ini juga dipengaruhi waktu,

tempat lokasi berdagang pedagang kaki lima.

B. Penelitian Sebelumnya yang Relevan

Dalam hal ini, penulis akan memaparkan tentang beberapa sumber yang

membicarakan penelitian terdahulu mengenai variabel- variabel yang berkaitan dalam

penelitian ini. Penelitian terdahulu antara lain:

Page 54: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

37

1. Manik (2015), dalam penelitianya menyimpulkan bahwa variabel kualitas produk

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat penjualan.Perbedaan

dengan penelitian ini adalah variabel kualitas produk berpengaruh positif terhadap

volume penjualan.

2. Rani (2016), dalam penelitianya menyimpulkan bahwa masing-masing variabel

kualitas produk, promosi, dan harga mempunyai pengaruh secara parsial dan

signifikan terhadap volume penjualan.Perbedaan dengan penelitian ini adalah peneliti

menggunakan variabel independen kualitas produk, kehalalan produk dan harga.

3. Mokalu dan Tumbel (2015), dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kualitas

produk, harga, dan distribusi secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan

terhadap volume penjualan.Perbedaan dengan penelitian ini adalah peneliti

menggunakan variabel independen kualitas produk, kehalalan produk, dan harga.

4. Widyaningrum (2014), dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kualitas produk

berpengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan.

5. Segati (2018), dalam penelitianya menyimpulkan bahwa persepsi sertifikasi halal

berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penjualan.Perbedaan dalam

penelitian ini adalah peneliti menggunakan variabel kehalalan produk.

6. Nizami (2017), dalam penelitianya menyimpulkan bahwa labelisasi halal mempunyai

pengaruh yang positif terhadap volume penjualan.Perbedaan dalam penelitian ini

yaitu menggunakan variabel kehalalan produk.

7. Wijayanto (2009), dalam penelitianya menyimpulkan bahwa harga mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap volume penjualan pada PP. Setia Kawan

Purwokerto.

Page 55: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

38

8. Pristyo (2013), dalam penelitianya menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil hipotesis

yang diajukan bahwa produk dan harga mempunyai pengaruh serempak dan

signifikan terhadap volume penjualan.

9. Mariatun (2017), dalam penelitianya menyimpulkan bahwa harga mempunyai

pengaruh secara signifikan terhadap volume penjualan.

10. Irfan dkk (2017), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa harga berpengaruh

negatif terhadap volume penjualan.

C. Kerangka Berpikir

Dari uraian pemikiran diatas dapat diperjelas melalui variabel kualitas produk,

kehalalan produk, dan harga terhadap volume penjualan, secara skematis digambarkan

seperti pada gambar di bawah ini :

Tabel 2.3 Kerangka pemikiran

Proporsisi

P1 : Kualitas Produk berpengaruh terhadap volume penjualan pedagang kaki lima di Kota

Salatiga.

Kualitas Produk (𝑋1)

Kehalalan Produk (𝑋2)

Harga Bersaing (𝑋3)

Volume Penjualan (Y)

Page 56: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

39

P2 : Kehalalan Produk berpengaruh terhadap volume penjualan pedagang kaki lima di

Kota Salatiga.

P3 : Harga bersaing berpengaruh terhadap volume penjualan pedagang kaki lima di Kota

Salatiga.

P4 : Kualitas Produk, Kehalalan Produk, dan Harga bersaingberpengaruh terhadap

volume penjualan pedagang kaki lima di Kota Salatiga.

Hipotesis

Menurut Sugiyono (2012:221) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan di dasarkan pada

teori yang relevan, belum di dasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data.Dari penjelasan kerangka pemikiran dan paradigma penelitian

sebelumnya diatas, maka hipotesis yang diajukan sebagai jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian ini adalah sebgai berikut:

1. Kualitas Produk

Kualitas produk memiliki arti yang sangat penting bagi sebuah usaha. Karena

apabila sebuah produk memiliki kualitas yang bagus maka konsumen akan tertarik

untuk mengonsumsi.

Berdasarkan penelitian Rani (2016), kualitas produk berpengaruh positif dan

signifikan terhadap volume penjualan pada Nanisa Skincare dan Dental di Sidoarjo.

Page 57: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

40

Berdasarkan penelitian Mokalu dan Tumbel (2015), kualitas produk berpengaruh

secara signifikan terhadap volume penjualan Roti Jordan CV. Minahasa Mantap

Perkasa.

Berdasarkan penelitian Widyaningrum (2014), kualitas produk berpengaruh

positif signifikan terhadap volume penjualan pada Home Industri Kripik Tempe

“ABADI” Singgahan Kecamatan Kartoharjo Kabupaten Magetan.

H1 : Kualitas Produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume penjualan

pedagang kaki lima di Kota Salatiga.

2. Kehalalan Produk

Kehalalan suatu produk mempunyai nilai tersendiri bagi kaum umat

Islam.Dengan mengonsumsi produk –produk halal maka menghindarkan mereka dari

mengonsumsi produk yang haram.

Berdasarkan penelitian Segati (2018), persepsi sertifikasi halal berpengaruh

secara signifikan terhadap peningkatan penjualan.

Berdasarkan penelitian Nizami (2017), labelisasi halal mempunyai pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap volume penjualan pada penjualan produk Usaha Mikro

Kecil Menengah Binaan Dinas Koperasi Kabupaten Tulungagung.

H2 : Kehalalan produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap volume

penjualan pedagang kaki lima di Kota Salatiga.

3. Harga

Bagi konsumen, harga menjadi pertimbangan yang cukup penting untuk

memutuskan pembeliannya. Konsumen akan membandingkan harga dari produk

Page 58: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

41

pilihan mereka dan kemudian mengevaluasi apakah harga tersebut seusai atau tidak

dengan nilai produk serta jumlah uang yang harus dikeluarkan.

Berdasarkan penelitian Mariatun (2017), harga mempunyai pengaruh yang positif

dan signifikan terhadap volume penjualan pada Home Industri Tempe Putra KL

Kecamatan Socah.

Berdasarkan penelitian Pristyo (2013), harga mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap volume penjualan pada UD.Eka Jaya di Surabaya.

Berdasarkan Wijayanto (2009), harga mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap volume penjualan pada PP. Setia Kawan Purwokerto.

H3 : Harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume penjualan pedagang

kaki lima di Kota Salatiga.

4. Pengaruh kualitas produk, kehalalan produk, dan harga terhadap volume penjualan.

Apabila suatu usaha mempunyai kualitas produk yang baik, produk yang dijual

halal, dan harganya terjangkau maka akan berpengaruh terhadap volume penjualan.

Berdasarkan penelitian Segati (2018), kualitas produk, persepdi sertifikasi halal

produk, dan harga secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap

peningkatan penjualan.

H4 : Kualitas Produk, Kehalalan Produk, dan Harga secara serempak berpengaruh

positif dan signifikan terhadap volume penjualan pedagang kaki lima di Kota

Salatiga.

Page 59: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif karena data yang digunakan berupa

angka.Metode kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi dan sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat

statistik, Dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan cross section.Data primer

adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari

responden, sedangkan data cross section adalah data yang dikumpulkan pada

waktu tertentu saja (Supramono dan Sugiarto, 1993:10-11).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di beberapa tempat pedagang kaki lima di

Kota Salatiga. Sedangkan waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 2 April – 5

Mei 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sumanto (2014:200) populasi adalah kelompok dimana seorang

peneliti akan memperoleh hasil penelitian yang dapat disamaratakan

(digeneralisasikan). Suatu populasi mempunyai sekurang-kurangnya satu

karakteristik yang membedakan populasi itu dengan kelompok-kelompok

yang lain.

Page 60: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

43

Populasi dalam penelitian ini adalah pedagang kaki lima di Kota Salatiga.

Dengan menggunakan data statistik yang bersumber dari Dinas Perdagangan

Kota Salatiga sebagai pengambilan sampelnya. Jumlah populasinya yaitu 445,

diambil dari data BPS pedagang kaki lima yang Non TDU (Tidak terdaftar

dalam usaha).

2. Sampel

Menurut Tika (2006:33) sampel adalah bagian suatu objek atau objek yang

mewakili populasi.Pengambilan sampel harus sesuai dengan kualitas dan

karakteristik suatu populasi. Pengambilan sampel yang tidak sesuai dengan

kualitas dan karakteristik populasi akan menyebabkan suatu penelitian

menjadi biasa, tidak dapat di percaya dan kesimpulannya bisa keliru.

Menurut Purwanto (2016:7) sampel merupakan bagian dari

populasi.Dengan menggunakan sampel, maka dapat diperoleh suatu ukuran

yang dinamakan statistik. Sampel dari penelitian ini yaitu pedagang kaki lima

di Kota Salatiga yang diambil secara acak dengan menyebar kuesioner kepada

para pedagang kaki lima di Kota Salatiga.

Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan accidental

sampling(pengambilan sampel seadanya), yaitu pengambilan sampel yang

dilakukan secara subjektif oleh peneliti ditinjau dari sudut kemudahan, tempat

pengambilan sampel, dan jumlah sampel yang akan diambil (Budiarto,

2002:26).

Bungin (2011:155) menyatakan bahwa untuk menentukan sampel dalam

penelitian ini menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:

Page 61: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

44

2

Keterangan:

n = Jumlah sampel yang dicari

N = Jumlah populasi

d = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan/ margin of error max (dalam

penelitian ini ditentukan 10%).

Jadi penentuan sampel dari penelitian ini adalah:

2

Jadi sampel dalam penelitian ini adalah 81,6, namun setelah dibulatkan

menjadi 82 responden yang digunakan oleh peneliti.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dilakukan oleh peneliti

untuk mendapatkan data yang akan dianalisis atau diolah untuk menghasilkan

suatu kesimpulan (Bawono, 2006:29).

Page 62: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

45

1. Pengertian Data

Menurut Supranto (2003:17) data adalah alat bagi pengambil keputusan

sebagai dasar pembuatan keputusan atau pemecahan

persoalan/masalah.Keputusan yang baik hanya bisa diperoleh dari pengambil

keputusan yang baik (jujur, pandai dan berani mengambil keputusan yang

objektif), dimana keputusan tersebut didasarkan atas data yang baik pula.Data

yang baik adalah data yang bisa dipercaya kebenarannya (reliabel), tepat

waktu dan mencakup ruang lingkup yang luas dan bisa memberikan gambaran

tentang suatu masalah secara menyeluruh merupakan data relevan.

2. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer untuk semua

variabel kualitas produk, kehalalan produk, dan harga terhadap volume

penjualan.Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

atau objek yang diteliti atau ada hubungannya dengan objek yang diteliti.Data

tersebut bisa diperoleh langsung dari personal yang diteliti dan dapat pula

berasal dari lapangan (Tika, 2006:57).

3. Metode Pengumpula Data

Angket (Kuesioner)

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

angket/kuesioner.Kuesioner merupakan usaha mengumpulkan informasi

dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara

tertulis oleh responden.Responden adalah orang yang memberikan

jawaban atas pertanyaan yang dimuat dalam angket.Mereka diharapkan

Page 63: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

46

mengetahui dirinya sendiri, mampu dan bersedia memberikan informasi

serta dapat menafsirkan pertanyaan yang dibuat oleh peneliti (Tika,

2006:60).

Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan sendiri kuesioner kepada

para pedagang kaki lima. Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini

adalah kuesioner model tertutup, karena peneliti memberikan alternatif

jawaban di dalam kuesioner tersebut dan responden diharapkan memilih

salah satu jawaban yang telah di sediakan.

E. Skala Pengukuran

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert dengan data

skor 1-5 yang telah dipergunakan dalam penelitian sebelumnya dan telah diuji

validitasnya, dengan indeks sebagai berikut:

Tabel 3.1 Penetapan Skor

Indikator Positif Negatif

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Kurang Setuju 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju 1 5

F. Definisi Konsep Operasional

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang menjelaskan secara tepat

(precisely) bagaimana suatu konsep akan diukur, secara singkat definisi

Page 64: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

47

operasional adalah suatu deskripsi mengenai “operasi” yang akan dilakukan

dalam mengukur suatu konsep (Babbie, 1998:421). Operasionalisasi variabel

tersebut dalam penelitian menjadi penting karena dengan operasionalisasi yang

baik dan benar, maka peneliti akan memperoleh item-item kuesioner yang

mempunyai reabilitas dan validitas yang baik (Zulganef, 2013:85).

Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah:

1. Variabel Bebas Kualitas Produk (X1)

Definisi Kualitas Produk menurut Kotler dalam Simamora (2000:14)

adalah totalitas fitur dan karakteristik yang memampukan produk memuaskan

kebutuhan yang dinyatakan maupun tidak dinyatakan.

Berikut adalah dimensi yang digunakan untuk menganalisis karakteristik

kualitas produk yang diungkapkan Garvin (1987) dalam Gaspers (1996:119) :

a. Performance (Performa)

b. Conformance

c. Durability (Durabilitas)

d. Serviceability (Kemampuan Pelayanan)

e. Aesthetics (Estetika)

f. Perceived Quality (Kualitas yang dirasakan)

2. Variabel Bebas Kehalalan Produk (X2)

Menurut Wibowo (2007:56) yang dimaksud dengan sertifikat halal adalah

fatwa tertulis MUI yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan

syariat Islam.Sementara itu yang dimaksud dengan produk halal menurut MUI

Page 65: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

48

adalah produk yang memenuhi syarat kehalalan sesuai syariat Islam.

Pengertian kehalalan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Tidak mengandung babi atau produk- produk yang berasal dari babi.

b. Tidak mengandung bahan- bahan yang di haramkan seperti bahan- bahan

yang berasal dari organ manusia, darah, dan kotoran- kotoran.

c. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang di sembelih menurut tata

cara syariat Islam.

d. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamr (alkohol).

e. Tidak menggunakan alkohol sebagai ingredient yang sengaja di

tambahkan.

3. Variabel Bebas Harga Bersaing (X3)

Definisi harga menurut Kasmir (2006:175) yaitu sejumlah nilai (dalam

mata uang) yang harus dibayar konsumen untuk membeli atau menikmati

barang atau jasa yang ditawarkan.

Berikut ini indikator mengenai harga yang dikemukakan oleh Stanton

(1998:308) :

a. Keterjangkauan harga

b. Kesesuaian harga dengan kualitas produk

c. Kesesuaian harga dengan manfaat produk

d. Daya saing harga.

Page 66: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

49

4. Variabel Terikat Volume Penjualan (Y)

Menurut Swastha dalam Rangkuti (2013:207) volume penjualan

merupakan hasil total yang di dapat perusahaan dari kegiatan penjualan

barang dagangan.

Indikator volume penjualan menurut Swastha (2008:404) adalah sebagai

berikut :

a. Mencapai volume penjualan

b. Mendapatkan laba

c. Menunjang pertumbuhan perusahaan

Tabel 3.2 Indikator penelitian

No. Variabel Indikator Pertanyaan

1. Kualitas Produk

(Garvin, 1987)

1. Performance

(Performa)

2. Conformance

3. Durability (Durabilitas)

4. Serviceability

(Kemampuan

pelayanan)

1. Saya selalu menyajikan

produk terbaik untuk

konsumen.

2. Saya selalu

menciptakan produk

baru sesuai selera

konsumen.

3. Saya selalu

memberikan informasi

kepada konsumen

tentang masa

kadaluarsa produknya.

4. Saya selalu

memberikan pelayanan

terbaik kepada setiap

konsumen.

Page 67: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

50

5. Aesthetics (Estetika)

6. Perceived

Quality(Kualitas yang

dirasakan)

5. Produk yang saya jual

memiliki keunikan yang

berbeda dari produk

yang lain.

6. Produk saya membuat

konsumen tertarik

untuk membeli lagi.

2. Kehalalan Produk

(fatwa MUI

dalam Wibowo,

2007)

1. Tidak mengandung babi/

produk dari babi.

2. Tidak mengandung

bahan haram.

3. Semua bahan berasal

dari bahan yang halal.

4. Semua makanan dan

minuman tidak

mengandung khamr.

5. Tidak menggunakan

ingredient alkohol

dengan sengaja.

1.Produk yang saya jual

tidak mengandung babi/

bahan yang berasal dari

babi.

2.Produk yang saya jual

tidak menggunakan

bahan haram.

3.Produk yang saya jual

mengandung bahan-

bahan halal dan sesuai

syariat islam.

4.Produk makanan dan

minuman yang saya jual

tidak mengandung

khamr/ alkohol.

5.Produk yang saya jual

tidak menggunakan

komposisi alkohol.

3. Harga (Stanton,

1998)

1. Keterjangkauan harga

2. Keseuaian harga dengan

kualitas produk

1. Produk yang saya jual

harganya terjangkau

(murah).

2. Harga produk yang saya

tetapkan sesuai dengan

kualitas produknya.

Page 68: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

51

3. Kesesuaian harga

dengan manfaat produk

4. Daya saing harga

3. Harga produk yang saya

tetapkan sesuai dengan

manfaat yang di peroleh

konsumen.

4. Produk yang saya jual

harganya sangat

bersaing di pasaran.

4. Volume

Penjualan (Kotler

dalam Swastha,

2008)

1. Mencapai volume

penjualan

2. Mendapatkan laba

3. Menunjang

pertumbuhan perusahaan

1. Penjualan saya setiap

harinya selalu mencapai

target.

2. Penjualan saya setiap

harinya selalu mendapat

keuntungan yang

maksimal.

3. Produk yang saya jual

dapat menunjang

pertumbuhan bisnis

saya.

G. Uji Instrumen Penelitian

Instrument ini merupakan alat ukur yang digunakan dalam melakukan

penelitian.Penelitian ini menggunakan instrumen angket atau kuesioner. Data

dikumpulkan dari para responden dengan menggunakan kuesioner dengan skala

likert yang nantinya digunakan untuk mengukur kualitas produk, kehalalan

Page 69: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

52

produk, harga bersaing, dan volume penjualan pada pedagang kaki lima di Kota

Salatiga.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang

dikumpulkan langsung dari sumber pertama. Data primer penelitian dikumpulkan

melalui penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan kuesioner yang

disebarkan kepada pedagang kaki lima di Salatiga.

Menurut Widodo (2009) dalam Waskito (2016:33), menjelaskan bahwa

instrumen pengukuran variabel dalam penelitian kuantitatif harus memenuhi

beberapa persyaratan agar menghasilkan data pengukuran variabel penelitian yang

akurat. Persyaratan yang paling banyak dikemukakan oleh para ahli dan dianggap

syarat baku adalah validitas dan reabilitas.

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji validitas

Menurut Supardi (2005:156) validitas merupakan tingkat dimana suatu

alat pengukur mengukur apa yang seharusnya diukur. Arti validitas adalah

kebenaran dan keabsahan instrumen penelitian yang digunakan.Setiap

penelitian selalu dipertanyakan mengenai validitas alat yang digunakan.

Alat pengukur dikatakan valid jika alat itu dipakai untuk mengukur sesuai

dengan kegunaanya (Tika,2006:65).

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu hasil

pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau

lebih.Dalam setiap penelitian, adanya kesalahan pengukuran ini cukup

Page 70: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

53

besar.Karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran, kesalahan

pengukuran itu sangat diperhitungkan (Supardi, 2005:159).

2. Regresi Linier Berganda

Tahap- tahap dalam pengolahan data dalam penelitian ini yaitu pemberian

skor atau skala pada setiap lembar jawab responden dengan skala likert,

memindahkan data pada lembar kerja pada program SPSS (Statistical Product

and Service Sollution) 23 for Windows.Data-data tersebut selanjutnya

dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda.Analisis regresi

berganda digunakan untuk menganalisis hubungan antara faktor-faktor yang

mempengaruhi volume penjualan pedagang kaki lima di Kota Salatiga.

Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+e

Keterangan:

Y = volume penjualan pedagang

X1 = kualitas produk

X2 = kehalalan produk

X3 = harga bersaing

a = konstanta

b1, b2,...,b4 = bilangan koefisien masing –masing variabel

c = variabel error

3. Uji Statistik

Uji statistik ini dapat dilihat dari nilai t hitung.F hitung dan nilai koefisien

determinasi.

Page 71: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

54

a. Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model (Kualitas Produk, Kehalalan Produk, dan Harga)

dalam menerangkan variabel- variabel dependen (volume penjualan).Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol (0) dan satu (1).Nilai R2

yang kecil

berarti kemampuan variabel- variabel independen (bebas) dalam

menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.

b. Uji T-test (uji secara individu)

Uji t digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara individu.

c. Uji F-test (uji secara serempak)

Menurut Sudarmanto (2005) dalam Framayani (2018:84) Uji F

dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama

dapat berpengaruh terhadap variabel dependen.

4. Uji Asumsi Klasik

Menurut Bawono (2006:115) uji asumsi klasik merupakan tahapan yang

penting dilakukan dalam proses analisis regresi. Apabila tidak terdapat gejala

asumsi klasik diharapkan dapat dihasilkan model regresi yang handal sesuai

dengan BLUE (Best Linier Unbased Estimator), yang menghasilkan model

regresi yang tidak biasa dan handal sebagai penaksir. Pelanggaran terhadap

asumsi klasik berarti model regresi yang diperoleh tidak banyak bermanfaat

dan kurang valid.Disamping itu uji asumsi klasik berguna untuk melengkapi

uji statistik. Uji asumsi klasik terdiri dari:

Page 72: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

55

a. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Sudarmanto (2005) dalam Framayani (2018:85), uji

heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah varian residual

absolute sama atau tidak sama untuk semua pengamatan.

Adapun hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut:

H0 : tidak ada hubungan yang sistematik antara variabel yang menjelaskan

dan nilai mutlak dari residualnya atau regresi tidak mengandung gejala

heteroskedastisitas.

H1 : ada hubungan yang sistematik antara variabel yang menjelaskan dan

nilai mutlak dari residualnya, atau regresi mengandung gejala

heteroskedastisitas.

Kriteria pengujian:

Apabila nilai sig.˃ = 0,05 maka dapat dipastikan model regresi yang

terbentuk tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau dapat

dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas apabila thitung˂ttabel.

b. Uji Multikolinieritas

Menurut Sudarmanto (2005) dalam Framayani (2018:84), uji asumsi

tentang multikolinieritas dimaksudkan untuk membuktikan atau menguji

ada tidaknya hubungan yang linier antara variabel bebas (independen)

yang satu dengan variabel bebas (independen) lainnya. Ada atau tidaknya

korelasi antar variabel independen dapat diketahui dengan memanfaatkan

Page 73: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

56

statistic korelasi product moment dari pearson dengan rumus sebagai

berikut:

√ 2 2 2 2

Rumusan hipotesis yaitu:

H0: tidak terdapat hubungan antar variabel independen.

H1: terdapat hubungan antar variabel independen.

Kriteria hipotesis yaitu:

Apabila rhitung ˂ rtabel dengan dk = n, = 0,05 = maka H0 ditolak, sebaliknya

jika rhitung ˃ rtabel maka H0 diterima.

c. Uji Normalitas

Data penelitian yang telah diambil oleh peneliti harus diuji terlebih

dahulu untuk mengetahui karakteristik data tersebut.Salah satu salah satu

pengujianya adalah dengan melakukan uji normalitas data.Tujuan

digunakan uji normalitas data adalah untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh dari penelitian tersebut mempunyai distribusi yang normal atau

tidak.Uji normalitas harus dilakukan karena data yang normal adalah data

yang dapat mewakili populasi dan data yang berdistribusi normal adalah

syarat melakukan analisis statistik parametrik.

5. Alat Analisis

Penelitian ini merupakan data kuantitatif dimana data dapat dinyatakan

dalam bentuk angka, alat analisis dari penelitian ini adalah menggunakan

Page 74: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

57

analisis regresi linier berganda yang diaplikasikan ke dalam SPSS 23

(Statistical Package for Social Science).

Page 75: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

58

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Deskripsi Data Responden

1. Jenis Kelamin Responden

Karakteristik responden yang terpilih mengenai jenis kelamin Pedagang

Kaki Lima di Kota Salatiga yang diambil sebagai responden dikelompokkan

berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase

Pria 54 65,9%

Wanita 28 34,1%

Total 82 100%

Sumber: data primer yang diolah, 2019

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden pria cenderung lebih

banyak jika dibandingkan dengan responden wanita. Dengan persentase65,9%

responden pria dan 34,1% responden wanita.

2. Usia Responden

karakteristik responden berdasarkan umur dibedakan menjadi beberapa

kelompok. Data mengenai umur Pedagang kaki lima di Kota Salatiga yang

diambil sebagai responden adalah sebagai berikut:

Page 76: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

59

Tabel 4.2 Umur Responden

Umur Frekuensi Persentase

<25 10 12,2%

26-35 47 57,3%

>36 25 30,5%

Total 82 100%

Sumber: data primer yang diolah, 2019

Tabel menunjukkan bahwa 10 atau sebesar12,2 % responden berumur <25

tahun, 47 atau sebesar 57,3% berumur 26-35 tahun, 25 atau 30,5% responden

berumur >36 tahun.

3. Pendidikan Responden

Data mengenai pendidikan para pedagang kaki lima di Kota Salatiga yang

diambil sebagai responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Pendidikan Responden

Pendidikan Frekuensi Persentase

SD 15 18,3%

SLTP 41 50%

SLTA 24 29,3%

Diploma 2 2,4%

Sarjana 0 0%

Total 82 100%

Sumber: data primer yang diolah, 2019

Dari tabel diketahui bahwa 15 atau 18,3% responden berpendidikan akhir

SD, sebesar 41 atau 50% responden berpendidikan akhir SLTP, sebesar 24

atau 29,3% responden berpendidikan akhir SLTA, sebesar 2 atau

2,4%responden berpendidikan akhir Diploma, sebesar 0 atau 0% responden

Page 77: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

60

berpendidikan akhir Sarjana. Jadi kesimpulan yang diambil bahwa responden

berpendidikan SLTP cenderung lebih banyak jika dibandingkan dengan yang

lain.

4. Penghasilan per-hari Responden

Data mengenai penghasilan per-hari para pedagang kaki lima di Kota

Salatiga yang diambil sebagai responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Penghasilan per-hari Responden

Penghasilan per-hari Frekuensi Persentase

<Rp. 500.000,- 80 97,6%

Rp. 500.000,- Rp. 1.000.000,- 2 2,4%

>Rp. 1.000.000,- 0 0%

Total 82 100%

Sumber: data primer yang diolah, 2019

Dari tabel diatas diketahui bahwa sebesar 80 atau 97,6% responden

penghsilan per-harinya <Rp. 500.000,-. Sebesar 2 atau 2,4% responden

penghasilan per-harinya Rp. 500.000,- Rp. 1.000.000,-. Sebesar 0 atau 0%

responden penghasilan per-harinya >Rp. 1.000.000,-. Jadi kesimpulan yang

diambil bahwa responden dengan pendapatan per hari <Rp. 500.000,- lebih

banyak dibandingkan dengan responden yang mempunyai pendapatan per hari

>Rp. 500.000,-.

Page 78: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

61

B. Analisis Data

1. Uji Instrumen

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu

kuesioner.Berikut ini hasil uji validitas pada setiap masing-masing

variabel pertanyaan.

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas

Variabel Item

Pertanyaan

Pearson

Corellation

Significant

2 Tailed

Keterangan

Kualitas

Produk (X1)

P1 0,631** 0,000 Valid

P2 0,567** 0,000 Valid

P3 0,568** 0,000 Valid

P4 0,526** 0,000 Valid

P5 0,596** 0,000 Valid

P6 0,641** 0,000 Valid

Kehalalan

produk (X2)

P7 0,858** 0,000 Valid

P8 0,670** 0,000 Valid

P9 0,816** 0,000 Valid

P10 0,689** 0,000 Valid

P11 0,798** 0,000 Valid

Harga (X3) P12 0,729** 0,000 Valid

P13 0,625** 0,000 Valid

P14 0,681** 0,000 Valid

P15 0,768** 0,000 Valid

Volume

penjualan (Y)

P16 0,814** 0,000 Valid

P17 0,856** 0,000 Valid

P18 0,722** 0,000 Valid

Sumber: data primer yang diolah, 2019

Page 79: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

62

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa korelasi antara pertanyaan 1

(satu) sampai 18 (delapan belas) terhadap total skor pertanyaan kualitas

produk, kehalalan produk, harga, dan volume penjualan menunjukan

signifikan (berbintang dua).

Berdasarkan output correlations diatas, diketahui nilai sig. (2 tailed)

untuk tiap item sebesar 0,000< 0,05 dan Pearson Correlation bernilai

positif, maka dapat disimpulkan bahwa setiap item adalah valid. Karena

setiap item dinyatakan valid maka setiap item soal tersebut dapat dijadikan

sebagai alat pengumpul data yang akurat dalam sebuah penelitian.

b. Uji Reliabilitas

Uji ini dilakukan terhadap seluruh item atau pertanyaan. Pada

penelitian ini akan menggunakan rumus koefisien cronbach’s alpha. Nilai

cronbach’s alpha kritis pada penelitian ini menggunakan nilai 0,60 dengan

asumsi bahwa daftar pertanyaan yang diuji akan dikatakan reliabel bila

nilai cronbach’s alpha ≥ 0,60. Adapun hasil uji reliabilitas yang diperoleh

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha (α) Keterangan

Kualitas Produk (X1) 0,610 Reliabel

Kehalalan Produk (X2) 0,827 Reliabel

Harga (X3) 0,654 Reliabel

Volume Penjualan (Y) 0,716 Reliabel

Sumber: data primer yang diolah, 2019

Page 80: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

63

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel

mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih dari 0,60 (α > 0,60), sehingga

data tersebut dapat dikatakan reliabel untuk pengukuran dan penelitian

berikutnya.

2. Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda dilakukan untuk menganalisis hubungan antara

faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan pedagang kaki lima di

Kota Salatiga.

Perumusan regresi adalah sebgai berikut:

Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+e

Dengan menggunakan program SPSS (StatisticalProduct and Service

Solution) diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.7 Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.633 2.216 1.639 .105

Kualitas_produk .100 .062 .143 1.614 .110

kehalalan_produk -.131 .060 -.175 -2.175 .033

Harga .559 .075 .656 7.453 .000

a. Dependent Variable: volume_penjualan

Sumber: data primer yang diolah, 2019

Berdasarkan tabel diatas, dapat dibuat model persamaan regresi linear

berganda sebagai berikut:

Y= 3,633+0,100X1-0,131X2+0,616X3+e

Page 81: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

64

Arti dari persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut:

a. Konstanta b0 = 3,633

Artinya jika kualitas produk, kehalalan produk, dan harga nilainya adalah

0, maka volume penjualan nilainya positif sebesar 3,633.

b. Konstanta b1 = 0,100

Artinya jika kualitas produk ditingkatkan sebesar 1 kesatuan, maka

volume penjualan akan meningkat sebesar 0,100 satuan.

c. Konstanta b2 = -0,131

Artinya jika kehalalan produk ditingkatkan sebesar 1 kesatuan, maka

volume penjualan akan menurun sebesar 0,131 satuan.

d. Konstanta b3 = 0,559

Artinya jika harga bersaing ditingkatkan sebesar 1 kesatuan, maka

volume penjualan akan meningkat sebesar 0,559.

3. Uji Statistik

a. Uji R2 (koefisien determinasi)

Tabel 4.8 Uji R

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .733a .538 .520 .845

a. Predictors: (Constant), harga, kehalalan_produk, Kualitas_produk

Sumber: data primer yang diolah, 2019

Page 82: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

65

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa:

1) Koefisien determinasi (R) sebesar 0,733, artinya bahwa ada hubungan

yang kuat antara variabel independen dengan variabel dependen

(karena mendekati angka 1).

2) Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,538, artinya bahwa kontribusi

variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 53,8%

sedangkan sisanya sebesar 46,2% dipengaruhi oleh variabel lain dari

luar model.

b. Uji T-test (uji secara individu)

Uji t test digunakan untuk melihat tingkat signifikansi variabel

independen (kualitas produk, kehalalan produk, dan harga) mempengaruhi

variabel dependen (volume penjualan) secara individu. Dengan cara

melihat nilai signifikan lebih kecil dari 0,1 maka variabel independen

secara individu mempengaruhi variabel dependen. Hasil uji t adalah pada

seperti tabel dibawah ini:

Tabel 4.9 Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 3.633 2.216 1.639 .105

Kualitas_produk .100 .062 .143 1.614 .110

kehalalan_produk -.131 .060 -.175 -2.175 .033

Harga .559 .075 .656 7.453 .000

a. Dependent Variable: volume_penjualan

Sumber: data primer yang diolah, 2019

Page 83: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

66

1) Nilai signifikansi variabel kualitas produk (X1) adalah sebesar 0,110

lebih besar dari 0,05 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan

antara kualitas produk (X1) terhadap volume penjualan (Y).

kesimpulan yang didapat bahwa konsumen pedagang kaki lima rata-

rata adalah golongan menengah kebawah, jadi tidak terlalu

mementingkan kualitas dan mereka lebih mengutamakan harga.

2) Nilai signifikansi kehalalan produk (X2) adalah sebesar 0,033 lebih

kecil dari 0,05 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara

kehalalan produk (X2) terhadap volume penjualan (Y). Kesimpulan

yang didapat halal tidaknya suatu produk yang dijual maka akan

mempengaruhi naik turunnya suatu volume penjualan.

3) Nilai signifikansi harga (X3) adalah sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05

artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara harga (X3) terhadap

volume penjualan (Y). Kesimpulan yang didapat bahwa naik turunnya

suatu harga akan berpengaruh terhadap volume penjualan pedagang

kaki lima di Kota Salatiga.

c. Uji F-test (uji secara bersama)

Uji F test dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh

variabel independen atau bebas secara bersama-sama dapat mempengaruhi

variabel dependen atau terikat (Bawono, 2006:91). Hasil uji F test

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Page 84: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

67

Tabel 4.10 Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 64.746 3 21.582 30.246 .000b

Residual 55.657 78 .714

Total 120.402 81

a. Dependent Variable: volume_penjualan

b. Predictors: (Constant), harga, kehalalan_produk, Kualitas_produk

Sumber: data primer yang diolah, 2019

Tabel diatas menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000 dengan

tingkat kesalahan 0,1. Nilai signifikan <0,1. Artinya variabel dependen

secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi variabel dependen secara

bersama-sama.

4. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas

Untuk mengetahui apakah terjadi multikolinieritas dapat dilihat dari

nilai tolerace dan VIF yang terdapat pada masing-masing variabel seperti

pada tabel berikut:

Page 85: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

68

Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas

S

S

u

s

u

s

u

mber: Data primer yang diolah, 2019

Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinieritas adalah

jika memiliki tolerance ≥0.10 atau VIF ≤10. Dari tabel tersebut diatas

diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki nilai tolerance yang jauh

diatas 0.10 dan nilai VIF jauh dibawah 10 dengan demikian dalam model

ini tidak terdapat masalah multikolinieritas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4.12 Uji Glejser

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.628 1.204 -2.183 .032

Kualitas_produk .066 .034 .241 1.943 .056

kehalalan_produk .063 .033 .219 1.936 .056

Harga .000 .041 .001 .011 .991

a. Dependent Variable: Abs_Res

Sumber: Data primer yang diolah, 2019

Metode ini untuk mengetahui jika suatu data bebas dari

heteroskedastisitas dapat di ketahui jika besar sig. masing- masing variabel

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -2.628 1.204 -2.183 .032

Kualitas_produk .066 .034 .241 1.943 .056 .759 1.317

kehalalan_produk .063 .033 .219 1.936 .056 .915 1.092

Harga .000 .041 .001 .011 .991 .765 1.308

a. Dependent Variable: Abs_Res

Page 86: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

69

independen lebih besar dari 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa data

tersebut bebas dari heteroskedastisitas.

Hasil uji pada tabel diatas menunjukkan bahwa signifikansi variabel

kualitas produk sebesar 0,056, variabel kehalalan produk sebesar 0,056,

dan variabel harga sebesar 0,991, maka dinyatakan bahwa tidak terjadi

masalah heteroskedastisitas.

c. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah variabel independen

dan variabel dependen dalam model regresi memiliki distribusi normal

atau tidak (Bawono, 2006:174).Pada prinsipnya normalitas dapat di

deteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari

grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan

keputusan (Ghazali, 2012:163):

1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola

distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dana tau tidak mengikuti

arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola

distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

Berikut ini adalah gambar grafik histogram, grafik plot dan uji

Kolmogorov-smirnov.

Page 87: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

70

Gambar 4.1 Grafik Histogram

Sumber: data primer yang diolah, 2019

Dari grafik histogram diatas dapat dilihat perbandinagn antara data

observasi dengan distribusi yang hamper mendekati normal. Terlihat

bahwa grafik histogram menunjukkan pola yang mendekati normal,

sehingga bias disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi

normalitas

Page 88: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

71

Gambar 4.2 Grafik Plot

Sumber: data primer yang diolah, 2019

Pada grafik plot di atas pada gambar P-Plot terlihat titik-titik

mengikuti dan mendekati garis diagonalnya sehingga dapat

disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Page 89: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

72

Tabel 4.13 uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 82

Normal Parametersa,b

Mean .0000000

Std. Deviation .82892758

Most Extreme Differences Absolute .077

Positive .048

Negative -.077

Test Statistic .077

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

Sumber: Data primer yang diolah, 2019

Berdasarkan uji K-S pada tabel diatas unstandardized dengan

probabilitas 0,200 jauh dari α = 0,05, jadi dapat disimpulkan kita dapat

menerima hipotesis nol yang berarti data unstandardized berdistribusi

normal.

5. Pembahasan

Jika nilai signifikan suatu variabel lebih kecil dari 5% maka variabel

tersebut berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume penjualan. Untuk

mengetahui signifikansi pengaruh dari ketiga variabel tersebut terhadap

volume penjualan, dapat diuji sebagai berikut:

1. Pengaruh kualitas produk (X1) terhadap volume penjualan (Y)

Hasil uji regresi linier berganda menunjukan besar koefisien regresi

variabel kaulitas produk bertanda positif artinya kualitas produk

Page 90: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

73

berbanding lurus atau searah terhadap volume penjualan dan uji t (uji

parsial) menunjukkan nilai sebesar 1,614 dengan nilai signifikansi

kualitas produk sebesar 0,110 lebih besar dari 0,05 yang berarti kualitas

produk berpengaruh tidak signifikan terhadap volume penjualan

pedagang kaki lima di Kota Salatiga.

Pada konsumen pedagang kaki lima mereka biasanya tergolong dari

kalangan menengah ke bawah. Jadi kebanyakan dari mereka ketika

membeli suatu produk pada pedagang kaki lima mereka lebih

mementingkan harga yang di jual murah. Konsumen seperti ini tanpa

menimbang apakah produk yang di jual mempunyai kualitas yang bagus

apa tidak. Mereka hanya berpatokan pada harga yang murah. Apabila

cocok dengan harga yang di jual maka konsumen akan membeli barang

tersebut.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang sebelumnya yang

dilaukan oleh Manik (2015) yang menyimpulkan bahwa kualitas produk

berpengaruhpositif dan tidak signifikan terhadap tingkat penjualan.

2. Pengaruh kehalalan produk (X2) terhadap volume penjualan (Y)

Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan besar koefisien regresi

variabel kehalalan produk bertanda negatif artinya tingkat kehalalan

produk berbanding terbalik terhadap volume penjualan dan hasil uji t (uji

parsial) signifikansi sebesar 0,033 lebih kecil dari 0,05 yang berarti

kehalalan produk berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan.

Page 91: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

74

Dikarenakan konsumen pedagang kaki lima di Kota Salatiga banyak

dari mereka orang Kristen. Banyak pula konsumen muslim yang menjadi

konsumen pedagang kaki lima, akan tetapi mereka tidak terlalu

mengkhawatirkan kehalalan produk tersebut yang dijual. Mereka

cenderung tidak mengerti apakah yang dijual itu produk dengan

menggunakan bahan-bahan yang halal ataupun cara pengolahannya secara

halal atau tidak.

Menurut data riset kesehatan Kementrian RI (2013), masyarakat

Indonesia kurang memperhatikan kehalalan dan ke-ttayyib-an makanan,

padahal itu juga berpengaruh terhadap kesehatan pada diri muslim dan

kesehatan terhadap anak turunnya.

Secara keseluruhan konsumen Indonesia enggan mempertanyakan

kehalalan suatu produk maupun makanan yang dijual-jual baik di kaki

lima maupun di pusat perbelanjaan. Pengetahuan mayoritas konsumen

Indonesia tentang halal dinilai masih terpaku hanya satu aspek, yakni

mengandung zat dan daging babi atau tidak. Padahal unsur halal tidak

hanya bisa dilihat dari satu unsur saja. Faktor halal perlu dipastikan mulai

dari memperoleh bahan baku, ketersediaan bahan baku, ruangan produksi,

kebersihan saat memproduksi, hingga proses-proses produksi lainnya

(republika.co.id).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sutono (2018) dalam

wawancaranya dengan konsumen pasar maka dapat disimpulkan sebagai

berikut, antara lain: konsumen ada yang tidak mengetahui sedikitpun

Page 92: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

75

tentang halal food, konsumen ada yang sudah mengetahui tentang halal

food namun tidak memperdulikan halal food, konsumen ada yang sudah

mengetahui halal food namun kesulitan untuk memilah produk halal food,

dan ada konsumen yang sudah memahami halal food dan selalu berusaha

memilah-milah untuk bisa dikonsumsi setiap hari.

Sebagai contoh, daging yang tidak halal, harganya sedikit lebih murah

dibandingkan daging sapi dan daging yang halal lainnya. Banyak

ditemukan bahan makanan yang tidak halal.Misalnya, bakso

menggunakan daging babi yang di campur daging sapi, dengan

menggunakan sampul makanan yang menyatakan bahwa itu asli daging

sapi.Dan hal tersebut sangat berpengaruh terhadap volume penjualan para

pedagang (kompasiana.com).

Dengan demikian produk yang dijual pedagang dengan menggunakan

bahan yang haram dan terdapat campuran bahan haram maka harganya

akan lebih murah dibandingkan produk makanan yang berbahan baku

halal. Sedangkan konsumen pedagang kaki lima, mereka tidak terlalu

mementingkan kehalalan suatu produk tetapi hanya terpaku pada harga

yang murah. Apabila suatu produk dijual dengan harga murah maka

pembeli akan tertarik untuk membeli lagi dan lagi. Berbeda lagi jika

produk dijual dengan harga yang lebih mahal maka akan timbul rasa

ketertarikan yang sedikit pada diri konsumen. Dari hal itu maka besar

pengaruhnya terhadap volume penjualan para pedagang kaki lima.

Page 93: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

76

Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Nizami (2017) yang mengatakan bahwa labelisasi

halal mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap volume

penjualan.

Hasil penelitian ini juga bertolak belakang dengan penelitian

sebelumnya yang di lakukan oleh Segati (2018), dalam penelitianya

menyimpulkan bahwa persepsi sertifikasi halal berpengaruh secara

signifikan terhadap peningkatan penjualan.Perbedaan dalam penelitian ini

adalah peneliti menggunakan variabel kehalalan produk.

3. Pengaruh harga bersaing (X3) terhadap volume penjualan (Y)

Hasil uji regresi linier berganda menunjukan besar koefisien regresi

variabel harga bertanda positif artinya harga berbanding lurus atau searah

terhadap volume penjualan dan hasil uji t menunjukan nilai signifikansi

sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang berarti hasilnya signifikan.

Pada pedagang kaki lima harga sangat berpengaruh secara signifikan

dikarenakan apabila harga dari suatu produk tersebut semakin bersaing di

pasaran maka akan sangat berpengaruh terhadap volume penjualannya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Mariatun (2017) yang menyatakan bahwa harga

mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap volume

penjualan.

4. Pengaruh secara bersama-sama variabel kualitas produk, kehalalan produk,

dan harga terhadap volume penjualan.

Page 94: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

77

Variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel dependen dengan melihat besarnya nilai sig. pada tabel ANOVA

jika nilai sig.lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa variabel independen secara

bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Pada

kolom ANOVA besarnya sig. 0,000, ini berarti lebih kecil dari 0,05. Maka

hasil penelitian variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi

variabel dependen secarapositif dan signifikan, dengan arti variabel

kualitas produk, kehalalan produk, dan harga berpengaruh secara bersama-

sama terhadap volume penjualan pedagang kaki lima di Kota Salatiga.

Dan variabel yang paling berpengaruh terhadap volume penjualan adalah

variabel harga dengan nilai signifikansi 0,000.

6. Hasil Uji Hipotesis

Tabel 4.14 Hasil uji hipotesis

Hipotesis Pernyataan Nilai Keterangan

H1 Variabel kualitas produk berpengaruh tidak

signifikan terhadap volume penjualan

0,110 Ditolak

H2 Variabel kehalalan produk berpengaruh

signifikan terhadap volume penjualan

0,033 Ditolak

H3 Variabel harga bersaing berpengaruh

signifikan terhadap volume penjualan

0,000 Diterima

H4 Variabel kualitas produk, kehalalan produk,

dan harga berpengaruh secara bersama-sama

terhadap volume penjualan

0,000 Diterima

Page 95: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan dari kualitas produk, kehalalan produk dan

harga terhadap volume penjualan pedagang kaki lima di Kota Salatiga diperoleh hasil

sebagai berikut:

1. Kualitas produk berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap volume penjualan

pedagang kaki lima di Kota Salatiga.

2. Kehalalan produk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap volume penjualan

pedagang kaki lima di Kota Salatiga.

3. Harga bersaing berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume penjualan

pedagang kaki lima di Kota Salatiga.

4. Kualitas produk, kehalalan produk, dan harga secara bersama-sama berpengaruh

positif dan signifikan terhadap volume penjualan pedagang kaki lima di Kota

Salatiga.

B. Kelemahan Penelitian

Penelitian ini memiliki banyak kelemahan dikarenakan adanya keterbatasan pada

penulis. Kelemahan tersebut diantaranya adalah:

1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya sebagian dari Pedagang Kaki

Lima di Kota Salatiga.

2. Metode pengumpulan data hanya menggunakan data kuesioner.

Page 96: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

79

3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini belum mewakili semua faktor-faktor

yang mempengaruhi volume penjualan.

C. Saran

Penulis menyadari masih terdapat keterbatasan yang muncul dalam pelaksanaan

penelitian ini.Oleh karena itu hasil penelitian ini belum dikatakan sempurna.Namun

dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada semua pihak.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat hal yang harus dilakukan lebih lanjut, diantaranya:

1. Untuk penelitian selanjutnya

Untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penambahan variabel baru atau

indikator baru agar dapat menghasilkan gambaran yang lebih luas tentang masalah

penelitian yang sedang di teliti.

2. Diharapkan para pedagang kaki lima dapat memperhatikan produk yang dijual dari

segi kualitas produk, kehalalan produk, dan harga. Agar dapat meningkatkan volume

penjualan.

3. Hasil penelitian ini kiranya dapatdijadikan acuan bagi penelitian lain untuk

mengembangkan maupun mengoreksi dan melakukan perbaikan seperlunya.

Page 97: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

80

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alisjahbana.2006. Menganalisasi Sektor Informal Perkotaan. Surabaya: ITS Press.

Alma, Buchari. 1997. Dasar-Dasar Bisnis dan Pemasaran.Bandung: Alfabeta.

Alma, Buchari. 2002. Manajemen Pmasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta

Al-Maududi, Abul A’la.2005. Asas Ekonomi Islam Al-Maududi.Surabaya: PT Bima Ilmu

Surabaya.

Babbie.1998. The Practice of Social Research: Wadsworth Publishing

Company.Belmont: CA.

Bawono, Anton. 2006. Multivariate Analiysis dengan SPSS.Salatiga: STAIN Salatiga

Press.

Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Ekonomi, dan Kebijakan

Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainya. Jakarta: Kencana.

Darmadji, Tjiptono. 2005. Strategi Bisnis 60 Cara Cerdas Mengelola dan

Mengembangkan Perusahaan.Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Gaspers, Vincent. 1996. Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan Bisnis. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Ghazali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang.

UNDIP.

Girard dkk.2014. Sales dan Marketing.Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Irawan, Handi. 2002. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan.Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo.

Jusmaliani. 2008. Bisnis Berbasis Syariah. Jakata: Sinar Grafika Offset.

Kartono, Kartini dkk.1980. Pedagang Kaki Lima.Bandung: Universitas Katolik

Parahyangan.

Kasmir.2006. Kewirausahaan.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kotler, Philip. 1984.Manajemen pemasaran jilid 2 edisi kelima (analisis perencanaan

dan pengendalian). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran jilid 1 Edisi Milenium. Jakarta: Prehalindo.

Lovelock, Christopher.1994.Product Plus (How Product + Service = Competitive

Advantage). McGraw-Hill.

Maldeva, Tantra. 2014. Step by Step Memulai Bisnis Dari Nol Hingga

Sukses!.Yogyakarta: Mantra Books.

Mansur. 2009. Seluk Beluk Ekonomi Islam.Salatiga: STAIN Salatiga Press.

McDonald dkk.1997. Marketing Plans That Work.Jakarta: Penerbit Erlangga.

McGee & Yeung. 1977. Hawkers in South East Asian Cities: Planning for The Bazaar

Economy. Canada: Penerbit Internasional Development Research Centre.

Mursid. 2003. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Permadi, Gilang. 2007. Pedagang Kaki Lima Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini!. Penerbit

Yudhistira.

Poerwadarminto. 1976. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rachbini dkk.1994.Ekonomi Informal Perkotaan: Gejala Involusi Gelombang

Kedua.Jakarta: LP3ES.

Page 98: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

81

Ramli, Rusli. 1992. Sektor Informal Pedagang Kaki Lima di Indonesia. Jakarta: Ind-Hill-

Co.

Rangkuti, Freddy.2013. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated

Marketing Communication.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Santhurahman.2005. The Urban Informal Sektor in Developing Countries: Employement,

Poverty, and Environment.Geneva: International Labour Office.

Shofie, Yusuf. 2008. KapitaSelekta Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia.PT.

Citra Aditya Bakti.

Simamora, Bilson. 2000. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia.

Simanjuntak, Bungaran. 2013. Dampak Otonomi Daerah di Indoneasia Merangkai

Sejarah Politik dan Pemerintahan Indonesia.Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia.

Simanjuntak, Bungaran. 2017.Konsepku Mensukseskan Otonomi Daerah; Membangun

Indonesia Berkeadilan Sosial-Ekonomi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia.

Sofyan, Riyanto. 2011. Bisnis Syariah Mengapa Tidak? (Pengalaman Penerapan Pada

Bisnis Hotel).Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Stanton, William. 1998. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Subhan dkk.2016. Seri Khotbah Jum’at: Islam Untuk Kesejahteraan Masyarakat.Jakarta:

Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah.

Sumanto. 2014. Statistika Terapan. Yogyakarta: CAPS (Centre of Academic Publishing

Service).

Sunyoto, Danang. 2014.Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran (Konsep, Strategi, dan

Kasus).Yogyakarta: CAPS (Center of Academic Publishing Service).

Supardi.2005. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis.Yogyakarta: UII Press.

Supramono & Sugiarto.1993. Statistika.Yogyakarta: Andi Offset.

Swastha, Bastu. 1999. Azas-Azas Marketing.Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Swastha, Bastu. 2008. Manajemen Pemasaran Modern edisi 2.Yogyakarta: Penerbit

Liberty.

Taufiq, Ali. 2004. Allah Dalili Fi Idaarat A’maali.Jakarta: Gema Insani.

Tika, Pabundu. 2006. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Bisnis. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.

Umar, Husein. 2000. Research Methods in Finance and Banking.Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Wibowo, Singgih. 2007. Petunjuk Mendirikan Perusahaan Kecil (edisi revisi).Jakarta:

Seri Industri Kecil.

Zulganef.2013. Metode Penelitian Social dan Bisnis.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jurnal

Charity, May Lim. 2017.Jaminan Produk Halal di Indonesia (Halal Products Guarantee

in Indonesia). Jurnal LEGISLASI INDONESIA. Vol 14, No.01.

Hasan, Sofyan. 2014. Kepastian Hukum Sertifikasi dan Labelisasi Halal Produk Pangan.

Jurnal Dinamika Hukum. Vol.14, No. 2.

Hidayat.1978. Definisi, Kriteria dan Evaluasi Konsep Sekktor Informal: Sumbangan

Pemikiran Untuk Repelita IV.Jurnal analisi CSIS No. 7 XII.

Page 99: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

82

Irfan, dkk.2017. Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Volume Penjualan.

Jurnal Riset Sains Manajemen. Vol.1, No.1.

Manik, Cornelia. 2015. Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Promosi Terhadap

Tingkat Penjualan (Studi pada Perumahan Serpong Garden).KREATIF-

Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang.Vol.3, No.1.

Mariatun, Ika. 2017. Pengaruh Saluran Disribusi, Harga dan Promosi Terhadap Volume

Penjualan Pada Home Industri Tempe Putra KL Kecamatan Socah.Tahun

2016.Eco-Socio: Jurnal Ilmu Pendidikan Ekonomi-Sosial.Vol.1, No.1.

Mokalu& Tumbel. 2015. Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan Distribusi Terhadap

Volume Penjualan Roti Jordan CV. Minahasa Mantap Perkasa. Journal

article Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis, dan Akuntansi.

Patty & Rita.2018. Dinamika Usaha Pedagang Kaki Lima di Salatiga.Vol.3, No.1.

Pristyo, Melvin. 2013. Pengaruh Produk dan Harga Terhadap Volume Penjualan Pada

UD.Eka Jaya di Surabaya.E-jurnal Kewirausahaan.Vol.1, No.1.

Rani, Ine. 2016. Pengaruh Kualitas Produk, Promosi dan Harga Terhadap Volume

Penjualan Pada Nanisa Skincare dan Dental di Sidoarjo. Vol.2, No.3.

Sethuraman, S.V. 1975. Urbanization and Employment: A Case Study of Djakarta, di

dalam International Labour Review.Vol.112, No.2-3.

Segati, Ahda. 2018. Pengaruh Persepsi Sertifikasi Halal, Kualitas Produk, dan Harga

Terhadap Persepsi Peningkatan Penjualan.JEBI (Jurnal Ekonomi dan Bisnis

Islam).Vol.3, No.2.

Widyaningrum, Izzah. 2014. Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Volume Penjualan

pada Home Industri Kripik Tempe “ABADI” Singgahan Kecamatan

Kartoharjo Kabupaten Magetan.

Wijayanto, Pikir. 2009. Pengaruh Harga Jual, Promosi, dan Distribusi Terhadap Volume

Penjualan Pada PP. Setia Kawan di Purwokerto. Jurnal Pro Bisnis.Vol.2,

No.1.

Skripsi/ Tesis

Fitriah, Andi. 2013. Pengaruh Harga Jual dan Lokasi Terhadap Volume Penjualan Telur

Itik di Kota Makassar.

Framayani, Maya. 2018. Pengaruh Harga, Kualitas Pelayanan, dan Promosi Penjualan

Terhadap Kepuasan Konsumen dengan Memperhatikan Volume Penjualan

Sepeda Motor Yamaha Pada Dealer Lautan Teduh Cabang Bandar

Sribhawono.

Isrohah, Rohmatul. 2015. Analisis Pengaruh Modal Kerja dan Jam Kerja Terhadap

Pendapatan Bersih Pedagang Kaki Lima di Kelurahan Ngaliyan Semarang.

Nizami, Ika. 2017. Pengaruh Legalitas Usaha dan Labelisasi Halal Terhadap Volume

Penjualan Produk Usaha Mikro Kecil Menengah Binaan Dinas Koperasi

Kabupaten Tulungagung.

Sutono.2018. Perilaku Konsumen Muslim dalam Mengkonsumsi Produk Halal Food

Perspektif Maqasid Al-Shari’ah Al-Syatibi (Studi Pada Pasar Sepanjang

Sidoarjo).

Waskito, Danang. 2016. Pengaruh Sertifikasi Halal, Kesadaran Halal, dan Bahan

Makanan Terhadap Minat Beli Produk Makanan Halal.

Page 100: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

83

Instansi

Badan Pusat Statistik Kota Salatiga.Data Statistik Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga

Tahun 2016.

Data Riset Kesehatan Dasar Menteri Kesehatan RI. 2013. Konsumsi Makanan Beresiko.

Internet

https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/ferypratama/59f2ced4ed603

933b0534/perlunya-memasang-sertifikat-halal-pada-pedagang-kaki-lima

(diakses pada tanggal 20 Agustus 2019, pada jam 20:44).

https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/ptsoni370 (diakses pada tanggal

20 Agustus 2019, pada jam 21:10).

https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180521114413-284-299928/menguak-makna-

halal-produk-produk -pasaran (diakses pada tanggal 21 Agustus 2019, pada

jam 10:25).

Page 101: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

84

LAMPIRAN

Page 102: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

85

KUESIONER

PENGARUH KUALITAS PRODUK, KEHALALAN PRODUK,

DAN HARGA BERSAING TERHADAP VOLUME PENJUALAN

(Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga)

A. Identitas Responden

Isilah titik titik di bawah ini pada soal isian, dan berilah tanda silang (x) pada soal pilihan.

1. Nama : ………………………………(Boleh tidak diisi)

2. Jenis Kelamin : a. pria b. wanita

3. Usia : a. < 25 th b. 26 th - 35 th c. > 36 th

4. Pendidikan Terakhir : a. SD b. SLTP c. SLTA d. Diploma

e. Sarjana f. Lainya : …………………..

5. Penghasilan perhari : a. < Rp. 500.000 b. Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000

c. > Rp. 1.000.000

6. Jenis Dagangan : ……………………………………

7. Alamat Dagang : ……………………………………

B. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Sebelum mengisi kuesioner diharapkan responden membaca setiap butir pertanyaan

dengan cermat.

2. Kemudian berilah tanda centang () pada kolom yang sesuai dengan pilihan.

3. Untuk satu butir pertanyaan hanya diperbolehkan memilih satu alternatif jawaban.

4. Jika ada kesalahan dalam alternatif jawaban, berilah tanda (≠) pada kolom yang salah,

kemudian beri tanda centang () pada kolom yang sesuai.

5. Semua pertanyaan yang ada mohon dijawab tanpa ada satupun yang terlewat.

Adapun pilihan jawaban yang tersedia

1 2 3 4 5

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju

Page 103: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

86

Kualitas Produk

No. Pertanyaan STS TS KS S SS

1 2 3 4 5

1. Saya selalu menyajikan produk terbaik untuk

konsumen

2. Saya selalu menciptakan produk baru sesuai

selera konsumen

3. Saya selalu memberikan informasi kepada

konsumen tentang masa kadaluarsa produknya

4. Saya selalu memberikan pelayanan terbaik

kepada setiap konsumen

5. Produk yang saya jual memiliki keunikan yang

berbeda dari produk yang lain

6. Produk saya membuat konsumen tertarik untuk

membeli lagi

Kehalalan Produk

No. Pertanyaan STS TS KS S SS

1 2 3 4 5

1. Produk yang saya jual tidak mengandung babi/

bahan yang berasal dari babi

2. Produk yang saya jual tidak menggunakan

bahan haram

3. Produk yang saya jual mengandung bahan-

bahan halal dan sesuai syariat Islam

4. Produk makanan dan minuman yang saya jual

tidak mengandung khamr/ alkohol

5. Produk yang saya jual tidak menggunakan

komposisi alkohol

Page 104: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

87

Harga Bersaing

No. Pertanyaan STS TS KS S SS

1 2 3 4 5

1. Produk yang saya jual harganya terjangkau

(murah)

2. Harga produk yang saya tetapkan sesuai dengan

kualitas produknya

3. Harga produk yang saya tetapkan sesuai dengan

manfaat yang diperoleh konsumen

4. Produk yang saya jual harganya sangat bersaing

di pasaran

Volume Penjualan

No. Pertanyaan STS TS KS S SS

1 2 3 4 5

1. Penjualan saya setiap harinya selalu mencapai

target

2. Penjualan saya setiap harinya selalu mendapat

keuntungan yang maksimal

3. Produk yang saya jual dapat menunjang

pertumbuhan bisnis saya

Page 105: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

88

HASIL REKAPAN DATA RESPONDEN

Jenis Kelamin Respoden

Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase

Pria 54 65,9%

Wanita 28 34,1%

Total 82 100%

Umur Responden

Umur Frekuensi Persentase

<25 10 12,2%

26-35 47 57,3%

>36 25 30,5%

Total 82 100%

Pendidikan Responden

Pendidikan Frekuensi Persentase

SD 15 18,3%

SLTP 41 50%

SLTA 24 29,3%

Diploma 2 2,4%

Sarjana 0 0%

Total 82 100%

Penghasilan per-Hari Responden

Penghasilan per-hari Frekuensi Persentase

<Rp. 500.000,- 80 97,6%

Rp. 500.000,- Rp. 1.000.000,- 2 2,4%

>Rp. 1.000.000,- 0 0%

Total 82 100%

Page 106: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

89

P1 P2 P3 P4 P5 P6

total kualitas produk P7 P8 P9 P10 P11

total kehalalan produk

5 4 5 4 4 5 27 5 5 5 5 5 25

4 4 5 5 5 4 27 5 5 5 5 5 25

5 5 5 5 4 5 29 5 4 5 5 5 24

5 4 4 3 4 5 25 5 5 5 5 5 25

5 4 4 4 4 5 26 5 5 5 5 5 25

4 4 4 4 4 4 24 5 5 5 5 5 25

5 4 4 4 5 5 27 5 5 5 5 5 25

5 4 4 5 4 5 27 5 5 5 5 5 25

5 5 5 4 4 5 28 5 5 5 5 5 25

4 4 5 4 5 4 26 4 5 4 5 5 23

5 5 5 4 5 5 29 5 5 5 5 5 25

5 5 5 4 5 5 29 5 5 5 5 5 25

5 5 4 4 5 5 28 4 4 4 4 4 20

5 5 5 4 5 5 29 4 4 5 5 4 22

5 4 5 4 4 5 27 5 5 5 5 5 25

5 4 3 4 4 5 25 5 5 5 5 5 25

4 5 4 4 5 4 26 5 5 5 5 5 25

5 4 4 4 5 5 27 5 5 5 5 5 25

5 4 4 4 4 5 26 5 5 4 5 5 24

4 5 4 4 4 4 25 4 5 4 4 5 22

5 4 4 5 5 5 28 5 5 5 5 5 25

4 5 4 4 5 4 26 5 5 5 5 5 25

5 4 4 4 4 5 26 5 5 5 5 5 25

5 4 4 4 5 5 27 5 5 5 5 5 25

5 5 5 5 5 5 30 5 5 5 5 5 25

4 4 5 5 5 4 27 5 5 5 5 5 25

4 4 5 4 4 4 25 5 5 5 5 5 25

5 5 4 4 4 5 27 5 5 5 5 5 25

4 4 4 3 4 4 23 5 5 5 5 5 25

5 4 4 4 5 5 27 5 5 5 5 5 25

5 4 4 4 4 5 26 5 5 5 5 5 25

5 4 5 4 5 5 28 5 5 5 5 5 25

5 5 4 5 5 5 29 5 4 5 5 4 23

5 5 5 5 5 5 30 4 4 5 5 4 22

4 4 5 5 5 4 27 5 5 5 5 5 25

5 5 4 5 5 5 29 5 5 4 4 4 22

5 5 5 5 5 5 30 5 5 4 5 4 23

Page 107: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

90

5 4 4 5 4 5 27 4 5 4 5 4 22

5 5 5 4 4 5 28 5 5 5 5 5 25

5 5 5 5 5 5 30 5 5 5 5 5 25

5 4 4 4 4 5 26 5 5 5 5 5 25

5 5 5 4 5 5 29 4 4 5 5 4 22

5 5 5 4 4 5 28 4 4 5 5 5 23

4 4 4 5 4 4 25 5 5 5 4 5 24

5 5 4 4 5 5 28 4 4 4 4 4 20

4 4 5 5 4 4 26 5 5 5 5 5 25

5 4 4 5 5 5 28 5 5 5 5 5 25

5 5 4 4 5 5 28 5 5 5 4 5 24

5 5 4 4 5 5 28 4 4 4 4 4 20

5 4 5 5 4 5 28 4 5 5 5 5 24

5 4 5 4 4 5 27 5 5 5 5 5 25

5 4 4 4 5 5 27 5 5 5 5 5 25

5 5 4 4 5 5 28 4 4 4 4 4 20

5 4 5 4 5 5 28 5 5 5 5 4 24

5 4 5 5 5 5 29 5 4 5 5 5 24

5 4 4 4 5 5 27 5 5 5 5 5 25

4 4 4 5 4 5 26 5 5 5 5 5 25

4 5 4 4 4 4 25 4 5 4 4 5 22

5 5 4 4 4 5 27 5 5 5 5 5 25

5 4 4 5 4 5 27 4 5 4 5 4 22

5 5 5 4 5 5 29 4 4 5 5 4 22

5 4 5 5 5 5 29 5 4 5 5 4 23

4 4 4 3 4 4 23 5 5 5 5 5 25

5 5 5 5 4 5 29 5 5 5 5 5 25

5 5 5 4 5 5 29 5 5 5 5 5 25

4 5 5 5 4 5 28 5 5 5 5 5 25

5 5 4 4 5 5 28 5 5 5 5 5 25

4 5 5 5 5 4 28 4 5 4 4 4 21

5 5 4 4 5 5 28 4 4 4 4 4 20

4 5 5 5 5 4 28 4 5 4 4 4 21

5 5 5 5 4 5 29 5 5 5 5 5 25

5 5 4 4 5 5 28 4 4 4 4 4 20

5 5 5 4 5 5 29 4 5 5 5 5 24

4 4 4 3 4 4 23 5 5 5 5 5 25

4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 5 5 22

5 5 5 5 5 5 30 4 5 4 5 4 22

5 4 5 4 4 5 27 5 5 5 5 5 25

5 5 5 5 5 5 30 5 5 5 5 5 25

Page 108: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

91

5 5 5 4 5 5 29 5 5 5 5 5 25

5 5 5 4 5 5 29 5 5 5 4 5 24

4 5 4 4 4 4 25 4 5 4 4 5 22

4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 5 5 22

p12 p13 p14 p15 total harga P16 P17 P18

total volume penjualan

4 4 4 4 16 4 4 5 13

5 5 5 5 20 4 5 5 14

5 4 4 4 17 5 5 5 15

3 5 5 4 17 4 3 5 12

4 5 5 4 18 4 4 4 12

4 4 5 4 17 4 4 4 12

4 5 5 4 18 4 4 4 12

5 4 5 4 18 4 5 5 14

4 4 4 4 16 4 4 5 13

4 4 4 4 16 4 4 5 13

4 5 5 5 19 5 4 5 14

4 5 5 4 18 4 4 5 13

4 4 4 4 16 4 4 5 13

4 5 5 4 18 4 4 4 12

4 4 4 4 16 4 4 5 13

4 5 5 5 19 5 4 4 13

4 5 4 4 17 4 4 5 13

4 5 4 4 17 4 4 4 12

4 4 4 4 16 4 4 5 13

4 4 5 4 17 4 4 5 13

5 5 5 4 19 4 5 4 13

4 4 4 4 16 4 4 4 12

4 4 4 4 16 4 4 5 13

4 5 5 4 18 4 4 4 12

5 5 5 4 19 4 5 4 13

5 4 5 5 19 5 5 5 15

4 5 5 4 18 4 4 5 13

4 5 5 4 18 4 4 5 13

3 4 4 3 14 3 3 4 10

4 5 5 4 18 4 4 5 13

4 4 5 4 17 4 4 4 12

4 5 5 4 18 4 4 5 13

5 5 5 4 19 4 5 4 13

Page 109: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

92

5 5 4 4 18 4 5 5 14

5 4 5 5 19 5 5 5 15

5 5 5 4 19 4 5 5 14

5 5 4 4 18 4 5 5 14

5 5 5 5 20 5 5 5 15

4 4 4 4 16 4 4 4 12

5 5 5 5 20 5 5 5 15

4 4 4 4 16 4 4 4 12

4 5 5 4 18 4 4 4 12

4 4 4 4 16 4 4 4 12

5 5 5 5 20 5 5 5 15

4 4 4 4 16 4 4 5 13

5 5 5 4 19 4 5 5 14

5 4 4 5 18 5 5 5 15

4 4 5 4 17 4 4 5 13

4 4 4 4 16 4 4 5 13

5 4 5 5 19 5 5 5 15

4 4 4 4 16 4 4 5 13

4 5 4 3 16 3 4 4 11

4 4 4 4 16 4 4 5 13

4 5 5 4 18 4 4 5 13

5 4 5 5 19 5 5 5 15

4 5 5 4 18 4 4 4 12

5 5 5 5 20 5 5 5 15

4 4 5 4 17 4 4 5 13

4 5 5 4 18 4 4 4 12

5 5 5 5 20 5 5 5 15

4 5 5 4 18 4 4 4 12

5 5 5 5 20 5 5 5 15

3 4 4 3 14 3 3 4 10

5 4 5 5 19 5 5 5 15

4 5 5 5 19 5 4 4 13

5 5 5 4 19 4 5 5 14

4 4 5 4 17 4 4 4 12

5 4 4 4 17 4 5 5 14

4 4 4 4 16 4 4 5 13

5 4 4 4 17 4 5 5 14

5 5 4 5 19 5 5 5 15

4 4 4 4 16 4 4 5 13

4 5 5 4 18 4 4 4 12

3 4 4 3 14 3 3 4 10

Page 110: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

93

4 4 5 4 17 4 4 4 12

5 5 4 5 19 4 5 5 14

4 5 4 4 17 4 4 4 12

5 4 5 4 18 4 5 5 14

4 5 5 4 18 4 4 4 12

4 5 5 4 18 4 4 5 13

4 4 5 4 17 4 4 5 13

4 4 5 4 17 4 4 4 12

Page 111: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

94

1. Uji Validitas

Analyze – Correlate – Bivvariate – OK

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6

Total_kualitas_pr

oduk

P1 Pearson

Correlation 1 .165 .063 .022 .225

* .938

** .631

**

Sig. (2-tailed) .138 .574 .845 .042 .000 .000

N 82 82 82 82 82 82 82

P2 Pearson

Correlation .165 1 .233

* .088 .319

** .170 .567

**

Sig. (2-tailed) .138 .035 .430 .004 .126 .000

N 82 82 82 82 82 82 82

P3 Pearson

Correlation .063 .233

* 1 .333

** .194 .069 .568

**

Sig. (2-tailed) .574 .035 .002 .080 .538 .000

N 82 82 82 82 82 82 82

P4 Pearson

Correlation .022 .088 .333

** 1 .170 .095 .526

**

Sig. (2-tailed) .845 .430 .002 .127 .394 .000

N 82 82 82 82 82 82 82

P5 Pearson

Correlation .225

* .319

** .194 .170 1 .170 .596

**

Sig. (2-tailed) .042 .004 .080 .127 .127 .000

N 82 82 82 82 82 82 82

P6 Pearson

Correlation .938

** .170 .069 .095 .170 1 .641

**

Sig. (2-tailed) .000 .126 .538 .394 .127 .000

N 82 82 82 82 82 82 82

Total_kualit

as_produk

Pearson

Correlation .631

** .567

** .568

** .526

** .596

** .641

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 82 82 82 82 82 82 82

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Page 112: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

95

Correlations

P12 P13 P14 P15 Total_harga

P12 Pearson Correlation 1 .164 .198 .628** .729

**

Sig. (2-tailed) .141 .075 .000 .000

N 82 82 82 82 82

P13 Pearson Correlation .164 1 .420** .191 .625

**

Sig. (2-tailed) .141 .000 .086 .000

N 82 82 82 82 82

P14 Pearson Correlation .198 .420** 1 .330

** .681

**

Sig. (2-tailed) .075 .000 .002 .000

N 82 82 82 82 82

P15 Pearson Correlation .628** .191 .330

** 1 .768

**

Sig. (2-tailed) .000 .086 .002 .000

Correlations

P7 P8 P9 P10 P11

Total_Kehalalan

_produk

P7 Pearson Correlation 1 .531** .696

** .458

** .571

** .858

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 82 82 82 82 82 82

P8 Pearson Correlation .531** 1 .270

* .225

* .550

** .670

**

Sig. (2-tailed) .000 .014 .042 .000 .000

N 82 82 82 82 82 82

P9 Pearson Correlation .696** .270

* 1 .613

** .537

** .816

**

Sig. (2-tailed) .000 .014 .000 .000 .000

N 82 82 82 82 82 82

P10 Pearson Correlation .458** .225

* .613

** 1 .392

** .689

**

Sig. (2-tailed) .000 .042 .000 .000 .000

N 82 82 82 82 82 82

P11 Pearson Correlation .571** .550

** .537

** .392

** 1 .798

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 82 82 82 82 82 82

Total_Kehalal

an_produk

Pearson Correlation .858** .670

** .816

** .689

** .798

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000

N 82 82 82 82 82 82

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 113: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

96

N 82 82 82 82 82

Total_harga Pearson Correlation .729** .625

** .681

** .768

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000

N 82 82 82 82 82

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Correlations

P16 P17 P18

Toatal_volume_

penjualan

P16 Pearson Correlation 1 .607** .356

** .814

**

Sig. (2-tailed) .000 .001 .000

N 82 82 82 82

P17 Pearson Correlation .607** 1 .403

** .856

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 82 82 82 82

P18 Pearson Correlation .356** .403

** 1 .722

**

Sig. (2-tailed) .001 .000 .000

N 82 82 82 82

Toatal_volume_penjualan Pearson Correlation .814** .856

** .722

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 82 82 82 82

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

2. Uji Reliabilitas

Analyze – Scale – Reliability – OK

Pilih statistic, beri tanda centang pada kolom items, klik continue, ok

a. Kualitas produk

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.610 6

Page 114: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

97

b. Kehalalan produk

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.827 5

c. Harga

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.654 4

d. Volume penjualan

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.716 3

Page 115: (Studi Kasus Pedagang Kaki Lima di Kota Salatiga) SKRIPSIe-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6102/1/Candra Dewi Alamsah (63020150007).pdfBersaingTerhadap Volume Penjulan.Studi Kasus

98

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Candra Dewi Alamsah

Tempat/ Tanggal Lahir : Magelang, 15 Oktober 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

E-mail : [email protected]

Alamat : Krincing RT 35 RW 08, Kec. Secang, Kab. Magelang

Riwayat Pendidikan : 1. TK Lestari PGRI Krincing

3. SD N Krincing

4. MTs N Grabag

5. SMK Syubbanul Wathon

Salatiga, 8Juli 2019

Penulis,

Candra Dewi Alamsah

63020150007