studi kasus pasien diare 1 doc

45
STUDI KASUS PASIEN DIARE PADA ANAK DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA DI PUSKESMAS KELAPA GADING DISUSUN OLEH : YULIYANA 1102006279 PEMBIMBING dr. Lidia Christina dr. Prayudi.A. 0

Upload: dryuli7seven

Post on 21-Jan-2016

1.419 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

STUDI KASUS PASIEN

DIARE PADA ANAK DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN

KELUARGA DI PUSKESMAS KELAPA GADING

DISUSUN OLEH :

YULIYANA 1102006279

PEMBIMBING

dr. Lidia Christina

dr. Prayudi.A.

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA BAGIAN ILMU

KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI JAKARTA

2013

0

Page 2: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

LAPORAN KASUS

1.1. Berkas Pasien

A. Identitas

Nama penderita : An. S

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 11 bulan

Nama Ayah : Tn. Sigit

Umur : 28 tahun

Pekerjaan : Penjaga Toko

Pendidikan : SMA

Nama Ibu : Ny. Putri

Umur : 26 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMA

Hubungan dengan

orangtua : Anak kandung

Agama : Islam

Suku : Betawi

Alamat : Jl.Tepi blok ET/4, Kelapa Gading

1

Page 3: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

B. Ananmnesis (alloanamesis dari ibu pasien tanggal 30 oktober 2013)

1. KeluhanUtama :

Mencret-mencret atau buang air besar berupa air.

2. Keluhan Tambahan :

Panas badan

3. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang diantar oleh ibu dan bapaknya ke Puskesmas Kecamatan Kelapa

Gading, karena mengeluh BAB mencret sebanyak 5 kali perhari sejak 2 hari

sebelum datang ke puskesmas. Tiap kali mencret sebanyak 1/2 gelas, berupa

cairan berwarna kuning kehijauan, tanpa disertai lendir dan darah. Keluhan

mencret disertai panas badan yang tidak begitu tinggi, hilang timbul, siang sama

dengan malam sejak 1 hari. Keluhan tidak disertai muntah, batuk, pilek, ruam di

kulit dan kejang. Pasien tidak tampak rewel dan masih mau minum. BAK tidak

ada keluhan.

Sehari-hari menurut ibu pasien satu keluarga biasa meminum air yang berasal

dari PAM dan di masak sampai matang. Seluruh alat makan dicuci menggunakan

air PAM yang mengalir didapurnya. memiliki 2 botol susu yang setiap hari di

rebus dengan air mendidih.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :

Menurut Ibunya, Pasien belum pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya.

5. Riwayat Penyakit Keluarga :

Dalam keluarga ada pernah yang sakit seperti ini baik ibu atau bapak pasien.

6. Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien adalah seorang anak dari Tn. Sigit dan Ny. Putri dengan pekerjaan

bapak sebagai penjaga toko dan ibu sebagai Ibu rumah tangga dengan rata-rata

pendapatan Rp. 1.000.000,- /bulan . Sosial ekonomi keluarga ini termasuk

keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke bawah.

2

Page 4: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

7. Riwayat Kebiasaan :

Diakui oleh Ny.Putri bahwa anaknya yaitu An. S memiliki pola makan yang

cukup yaitu 3 kali sehari, dan memiliki 2 botol susu yang setiap hari di rebus

dengan air mendidih.

Ny.Putri juga memiliki kebiasaan jarang mencuci tangan dengan sabun

sebelum menyuapi anaknya makan. Tetapi selalu menjaga kebersihan peralatan

makan secara benar, seperti mencuci peralatan makan dengan sabun dan air yang

mengalir.

8. Riwayat Pengobatan :

Pasien belum pernah berobat sebelumnya.

9. Riwayat Alergi :

Alergi obat atau makanan disangkal. Riwayat alergi pada orang tua disangkal.

10. Riwayat Kehamilan :

Selama hamil ibu pasien memeriksakan kehamilan ke bidan 1 bulan sekali. Ibu

hamil An. Sahira pada usia 24 tahun. Ini adalah kehamilan pertama kalinya.

Selama hamil ibu tidak menderita hipertensi, diabetes melitus, eklampsia atau

penyakit berat lainnya. Ibu makan dan minum sesuai anjuran bidan.

11. Riwayat Kelahiran :

By. Sahira lahir cukup bulan ( 9 bulan) dirumah ditolong oleh bidan. Pasien

merupakan anak pertama dari ibu G1P1A0. Pasien lahir spontan dan langsung

menangis. Berat lahir 2900 gr, panjang badan 47 cm dan lingkar kepala ibu tidak

tahu. Warna air ketuban ibu juga tidak tahu. Diakui ibu tidak terdapat penyulit

saat persalinan.

12. Riwayat Pemberian Makanan :

- Anak diberikan ASI eksklusif tanpa makanan tambahan apapun semenjak lahir

hingga sekarang.

- Kesan : pemberian makanan sesuai dengan usia.

13. Riwayat Perkembangan :

3

Page 5: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

- Motorik kasar :

Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala

Usia 8 bulan sudah bisa merangkak

Usia 11 bulan sudah bisa berdiri namun masih suka terjatuh

- Motorik halus :

Usia 6 bulan sudah bisa menggapai benda

Usia 10 memukulkan 2 benda (saling disentuhkan)

- Bahasa : sudah bisa mengoceh dan bisa menyebutkan mama

- Sosial : berespon terhadap orang yang baru dikenal, dan sudah bisa tersenyum.

Kesan : perkembangan sesuai usia.

14. Riwayat imunisasi :

o Hepatitis B, BCG, Polio saat lahir

o DPT dengan HB di kombo sudah 3 kali

o Polio (ditetes) sudah 3 kali

o Campak (di paha) 1 kali

Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai usia.

C. Pemeriksaan Fisik

1. KeadaanUmum : Pasien tampak sakit ringan.

Kesadaran : Compos mentis

2. Vital Sign :

- Tekanan darah : tidak diperiksa.

- Nadi : 88x / menit.

- Pernapasan : 34x /menit.

- Suhu : 36,8oC

- Berat Badan : 8,7 kg

3. Status Generalis :

Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh

- Pucat : (-)

- Sianosis : (-)

- Ikterus : (-)

- Perdarahan : (-)

4

Page 6: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

- Oedem umum : (-)

- Turgor : Kembali Cepat.

- Kepala

- Bentuk : Bulat, simetris.

- UUB : Cekung (-).

- Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.

- Kulit : Tidak ada kelainan.

- Mata :

- Palpebra inferior : Tidak cekung.

- Konjugtiva palpebra : Tidak hiperemis.

- Sklera : Tidak ikterik.

- Air mata : (+)

- Telinga :

- Bentuk : Normal.

- Hiperemis : (-)

- Serumen : (-)

- Membrane timpani : Tidak intak.

- Hidung :

- Bentuk : Normal.

- Septum nasi :deviasi (-)

- Pernafasan cuping hidung : (-)

- sekret : (-)

- Mulut :

- Mukosa bibir : Basah.

- POC : (-)

- Lidah : Bersih.

- Faring : Tidak hiperemis.

- Leher :

- Bentuk : Simetris.

- trachea : Di tengah.

- KGB : Tidak membesar.

- Retraksi SS : (-)

5

Page 7: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

- Paru

- Inspeksi : Pergerakan dinding thorax kiri-kanan simetris, tidak ada bekas

luka, tidak ada benjolan, retraksi ICS (-)

- Palpasi : vocal fremitus sulit dinilai

- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kiri-kanan

- Auskultasi : Suara nafas vesikuler diseluruh lapang paru kiri-kanan.

Ronkhi (-/-), wheezing (-/-).

- Jantung

- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.

- Palpasi : Iktus kordis teraba sela iga IV garis midclavicula sinistra.

- Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal sinistra.

Batas jantung kanan sela iga IV garis parasternal dextra.

Batas jantung kiri sela iga IV garis midklavikula sinistra.

- Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop (-).

- Abdomen

- Inspeksi : Datar, simetris.

- Palpasi : Turgor kembali cepat, hepar dan lien tidak teraba membesar.

- Perkusi : Timpani.

- Auskultasi : Bising usus (+) meningkat.

- Genitalia eksterna

- Kelamin : Perempuan, tidak ada kelainan.

- Anus : kemerahan.

- Ekstermitas

- Akral hangat, Edema (-), CRT < 2 detik.

6

Page 8: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

1.2. Berkas Keluarga

A. Profil Keluarga

1. Karakteristik Keluarga

a. Identitas Kepala keluarga : Tn. Sigit (28 tahun)

b. Identitas Pasangan : Ny. Putri (26 tahun)

c. Struktur Komposisi Keluarga : Keluarga inti

Tabel 1.Anggota keluarga yang tinggal serumah

No. NamaStatus

Keluarga

Jenis

KelaminUsia Pendidikan Pekerjaan

1 SigitKepala

keluargaLaki-laki 28 tahun SMA

Penjaga

Toko

2 Putri Istri Perempuan 26 tahun SMAIbu Rumah

Tangga

3 SahiraAnak

pertamaPerempuan 11 bulan

Belum

sekolah

Tidak

bekerja

2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup

a. Lingkungan tempat tinggal : Pemukiman padat penduduk

Tabel 2. Lingkungan tempat tinggal

Status kepemilikan rumah : Pasien tinggal di rumah milik sendiri

Daerah perumahan : Padat bersih

Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan

Luas rumah : 6 x 12 m2 Pasien tinggal di rumah yang

sederhana, dilingkungan padat

dan cukupsehat dengan jumlah

penghuni tiga orang yang

terdiri-dari keluarga inti.

Rumah tediri dari satu lantai

dengan lantai keramik, dinding

Jumlah penghuni dalam satu rumah : 3 orang

Luas halaman rumah :4 x 6m2

Tidak bertingkat

Lantai rumah dari : Keramik

Dinding rumah dari : Tembok

Jamban keluarga : ada

Tempat bermain : ada

7

Page 9: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

tembok, terdapat jamban

didalam rumah, ketersediaan

air bersih ada, dan terdapat

tempat pembuangan sampah.

Kesan: lingkungan tempat

tinggal pasien baik .

Penerangan listrik : 900watt

Ketersediaan air bersih :ada

Tempat pembuangan sampah :ada

b. Kepemilikan barang – barang berharga

Keluarga ini memiliki :

- Satu buah sepeda motor

- Satu buah kulkas

- Satu buah televisi

- Satu buah kompor gas

- Dua buah kipas angin

3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga

a. Jenis tempat berobat : Puskesmas

b. Balita : KMS

c. Asuransi / Jaminan Kesehatan : Ada (+) KJS

4. Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Tabel 3. Pelayanan Kesehatan

Faktor Keterangan Kesimpulan

Cara mencapai pusat

pelayanan kesehatan

Keluarga menggunakan

Kendaraan pribadi berupa

motor atau naik angkutan

umum untuk menuju ke

puskesmas.

Letak Puskesmas

Kecamatan kelapa gading

tidak jauh dari tempat

tinggal pasien, sehingga

untuk mencapai

puskesmas keluarga pasien

dapat menggunakan sarana

angkutan umum atau

membawa sepeda motor

Tarif pelayanan kesehatan Menurut keluarga biaya

pelayanan kesehatan cukup

murah.

Kualitas pelayanan Menurut keluarga kualitas

8

Page 10: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

kesehatan pelayanan kesehatan yang

didapat memuaskan.

pribadi. Untuk biaya

pengobatan diakui murah

oleh keluarga pasien yaitu

sebesar Rp. 2.000,- setiap

kali datang dan pelayanan

Puskesmas pun dirasakan

keluarga pasien

memuaskan pasien.

5. Pola Konsumsi Makanan Keluarga

a. Kebiasaan makan : Keluarga Tn. Sigit dan Ny. Putri memiliki kebiasaan

makan antara 2-3 kali dalam sehari, sedangkan anak-anaknya yaitu An.

Sahira biasa diberi makan 3 kali dalam sehari.

b. Menerapkan pola gizi seimbang : Keluarga Tn. Sigit selalu menerapkan pola

makan dengan gizi yang seimbang, dengan makan 4 sehat 5 sempurna.

Mereka makan dengan lauk-pauk seperti nasi, ikan dan tempe. Dan setiap hari

mengganti menu makanannya.

6. Pola Dukungan Keluarga

a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga:

Tn. Sigit atau Ny. Putri rutin memeriksakan anak mereka (An.

sahira,11 bulan) ke puskesmas sampai penyakitnya sembuh, memberikan obat

kepada anak secara rutin sesuai dosis yang sudah ditetapkan, menerapkan

kebiasaan selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum menyuapi anak

makan.

b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga:

Tn. Sigit atau Ny. Putri tidak rutin memeriksakan anak nya (An.

Sahira, 11 bulan) ke puskesmas, tidak rutin memberi obat sesuai dosis, tidak

mempunyai kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum menyuapi anak

makan.

9

Page 11: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

B. Genogram

1. Bentuk keluarga :

Bentuk keluarga ini adalah keluarga kecil yang terdiri dari Tn. Sigit sebagai

kepala keluarga dan Ny. Putri sebagai seorang istri dan ibu dari anaknya. Dari hasil

pernikahan Tn. Sigit dan Ny. Putri mereka dikarunai satu orang anak perempuan

yang masih kecil dan belum bersekolah bernama An. Sahira (11 bulan). Seluruh

anggota keluarga ini tinggal dalam satu rumah.

2. Tahapan siklus keluarga :

An. Lina terlahir dari pasangan Tn. Sigit dan Ny. Putri. An. Sahira adalah anak

pertama. Diakui oleh ibu dari An. Sahira yaitu Ny. Putri bahwa penyakit yang

diderita An. Sahira pernah juga dialami seluruh penghuni rumah mulai dari Ny.

Putri sendiri, dan Tn. Sigit.

3. Family map

Gambar 1. Genogram Keluarga

10

Tn. Sigit (x)

Ny. Putri (x)

An. Sahira(x)

Ny. EniNy. RohimahTn. Abdul Tn. Sugeng

Page 12: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

- Nama cetak miring dan dicetak tebal : pasien studi kasus.

- “x” : pernah sakit yang sama seperti yang dialami pasien.

C. Identifikasi permasalahan yang didapat dalam keluarga

Status ekonomi menengah ke bawah dengan pendapatan yang pas-pasan membuat

Tn. Sigit dan Ny. Putri berusaha memenuhi kebutuhan pangan anak. Dan

mempertimbangkan nilai gizinya. Ny. Putri sehari-hari dalam mengasuh anak dan

memberikan anak makan menjadi faktor pendukung dalam hal ini karena cenderung

jarang sekali untuk memperhatikan kebersihan tangan dalam memberikan makan

anaknya.

Kebiasaan hidup bersih di rumah keluarga Tn. Sigit belum diterapkan sepenuhnya.

Tn. Sigit dan Ny. Putri cenderung mengabaikan itu dikarenakan mereka tidak

mengetahui arti penting dari hidup bersih dan sehat. Dan dari itu semua dapat

menyebabkan anaknya yaitu An. Sahira terabaikan kebersihan makannya sehingga

menyebabkan An. Sahira menderita diare seperti yang dialaminya saat ini.

2.1. Diagnosis Holistik

A. Aspek personal :

Pasien datang ke Puskesmas Kelapa Gading diantar oleh suami dan ibu pasien

dengan keluhan mencret sejak 2 hari yang lalu. Harapan setelah berobat ke

Puskesmas adalah agar pasien dapat sembuh. Ibu pasien khawatir jika diare pada

anaknya tidak kunjung sembuh maka akan menyebabakan anak akan menjadi

lemas dan berat badan anak akan menurun.

B. Aspek klinik :

Diagnosis kerja : Diare Akut Tanpa Dehidrasi e.c Infeksi Virus.

Diagnosis banding : Diare Akut Tanpa Dehidrasi e.c infeksi Bakteri.

11

Page 13: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

C. Aspek resiko internal :

Ny. Putri kurang memperhatikan kebersihan makan anaknya (An. Sahira)

seperti tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum menyuapi anaknya makan.

D. Aspek psikososial keluarga :

Kesibukan Tn. Sigit dalam mencari nafkah dan Ny. Putri yang menjadi ibu

rumah tangga menyebabkan anaknya yaitu An. Sahira, Cenderung mengabaikan

hal-hal penting yang seharusnya mereka perhatikan seperti kebersihan mencuci

tangan dengan sabun saat menyuapin anak makan.

E. Aspek fungsional :

Sebelumnya An. Sahira masih dapat menjalankan aktifitas biasa seperti

bermain bersama ibunya dan anak tetangganya, akan tetapi dari hari ke hari

aktifitas fisik yang dilakukan An. Sahira semakin berkurang dikarenakan sakit

yang dideritanya. Bahkan sejak An. Sahira mencret sudah tidak sama sekali

bermain hanya dirumah saja untuk istirahat dan tidur.

2.2. Rencana Pelaksanaan (sesuai dengan keempat aspek diatas)

Tabel 4. Rencana Pelaksanaan

Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil yang

diharapkan

Biaya Keterang

an

Aspek

personal

Menginformasi-

kan kepada

keluarga pasien

baik kepada Tn.

Sigit atau Ny.

Putri untuk

memberikan

atau

meminumkan

An. Sahira

dengan obat

Pasien Saat

pasien

berobat

ke

Puskesm

as dan

saat

kunjunga

n ke

rumah

pasien

Pasien

dapat

sembuh

dengan

sempurna

dan dapat

melakukan

aktifitas

sehari-hari

dengan

baik

Tidak

ada

Tidak

menolak

12

Page 14: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

yang sudah

diberi sesuai

anjuran dokter

puskesmas.

Disamping itu

rutin

memeriksakan

An. Sahira ke

puskesmas

walaupun

kesehatannya

sudah membaik.

Aspek

klinik

Menganjurkan

agar orang tua

pasien

memperhatikan

secara khusus

keadaan pasien,

meminumkan

obat secara

teratur, dan

memeriksakan

pasien rutin ke

Puskesmas dan

melakukan

pemeriksaan

penunjang

seperti feses

rutin di

puskesmas.

Pasien Saat

pasien

berobat

ke

Puskesm

as dan

diberikan

terapi

oralit 100

ml setiap

kali BAB

dan zinc

1 x 20

mg dan

probiotik

2x1dan

tetap

diberikan

makan

dan saat

kunjunga

n ke

Diare

pasien

dapat

sembuh

Rp 2000

Untuk

biaya

berobat

ke

puskesm

as serta

biaya

obat

Tidak

menolak

13

Page 15: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

rumah

pasien

Aspek

resiko

internal

Menginformasik

an kepada orang

tua pasien agar

pasien selalu

istirahat yang

cukup di rumah,

meminumkan

obat yang

teratur,

memperhatika

kebersihan

mencuci tangan

dengan sabun

saat menyuapin

anak makan.

Pasien Saat

pasien

berobat

ke

Puskesm

as dan

saat

kunjunga

n ke

rumah

pasien

Untuk

menjaga

agar

penyakit

yang

diderita

pasien tidak

kambuh

lagi dan

mengurangi

faktor-

faktor yang

memberatk

an keadaan

klinis

pasien.

Tidak

ada

Tidak

menolak

Aspek

psikososi

al

keluarga

Menganjurkan

agar orang tua

pasien merubah

kebiasaannya

umtuk selalu

mencuci tangan

dengan sabun

saat

memberikan

anak makan.

Seluruh

Keluarg

a

Saat

kunjunga

n ke

rumah

pasien

mengurangi

faktor-

faktor yang

dapat

memperber

at keadaan

klinis

pasien.

Menjaga

keluarga

tetap sehat

Tidak

ada

Tidak

menolak

Aspek

fungsiona

l

Menganjurkan

agar setelah

sembuh pasien

dapat

melakukan

Pasien Saat

kunjunga

n ke

rumah

Agar

kondisi

tubuh anak

tetap sehat

dan

Tidak

ada

Tidak

menolak

14

Page 16: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

aktifitas bermain

seperti sedia

kala dan tentu

memperhatikan

kebersihan anak

dan kebersihan

lingkungan

sekitar tempat

anak bermain.

pasien membuat

anak lebih

aktif

2.3 Prognosis

1. Ad vitam : ad bonam

2. Ad sanasionam : ad bonam

3. Ad fungsionam : ad bonam

2.4 Tinjauan Pustaka

15

Page 17: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

DIARE AKUT PADA ANAK

I. Definisi

Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja

yang frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan

berlangsung kurang dari 7 hari.

II. Epidemiologi

Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di dunia

sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian kematian

tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare adalah salah satu penyebab

utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan 1

miliar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. (Parashar,2003).

Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2

episode per tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia

tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak – anak dengan usia kurang dari 5 tahun

di Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur,

prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11 bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35

bulan (12,0) (Biro pusat statistik, 2003).

Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara berkembang

telah turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003. Di

Indonesia angka kematian diare juga telah turun tajam dari 40% tahun 1972 menjadi

24,9 pada tahun 1980, 10% tahun 1985 hingga 7,4 % tahun 1996 dari semua kasus

kematian. Walaupun angka kematian karena diare telah turun, angka kesakitan

karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun di negara berkembang.

Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di

negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering

menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam

waktu yang singkat.

III. Etiologi

1) Faktor infeksi

16

Page 18: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab

utama diare)

Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo bacter,yersinia,

aeromonas, dan sebagainya

Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain

Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia

lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida albicans).

2) Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis Media

Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan

sebagainya (sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun).

3) Faktor Malabsorpsi

Malabsorbsi karbohidrat

- Disakarida : intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa.

- Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa.

Malabsorbsi lemak

Malabsorbsi protein

4) Faktor makanan

Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan.

5) Lain-lain

Imunodefisiensi

Gangguan psikologis (cemas dan takut)

Faktor-faktor langsung:

- KKP (Kurang Kalori Protein).

- Kesehatan pribadi dan lingkungan.

- Sosioekonomi.

IV. Patofisiologi

Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare

osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.

17

Page 19: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

- Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh

usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus

meningkat yang akan menarik cairan.

- Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi cAMP dan

cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.

- Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada

kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi usus

serta hipertiroid.

Mekanisme primer yang menyebabkan diare akut adalah:

- Rusaknya vili-vili di sekitar daerah brush boarder usus halus, yang menyebabkan

malabsorbsi yang menyebabkan diare karena gangguan osmotik.- Kuman yang melepaskan toxin yang berikatan dengan enterosit reseptor yg

spesifik yang menyebabkan terlepasnya ion klorida kedalam membran intestinal

sehingga menyebabkan gangguan absorbsi sehingga menyebabkan diare.

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk

melalui makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi

dan kerusakan villi usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru

yang fungsinya belum matang, villi mengalami atropi dan tidak dapat

mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan meningkatkan tekanan

koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul diare.

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan

dengan pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca

dependen. Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak

berbeda dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.

Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus sehingga

depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat masuk ke dalam

serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri ini

dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

V. Manifestasi kinis

Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang

kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin

lama berubah kehijauan karena bercampur dengan, daerah anus dan sekitarnya timbul

18

Page 20: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak

diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare

dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan

keseimbangan asam basa dan elektrolit.

Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai

gejala dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan

ubun-ubun cekung (bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila

keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi,

denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun,

pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis

berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat,

nafas cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).

VI. Komplikasi Diare

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :

1. Kehilangan cairan (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air. Klasifikasi tingkat

dehidrasi anak dengan diare yaitu :

Penilaian Dehidrasi Menurut MTBS

Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda

berikut ini:

Letargis atau tidak sadar

Mata cekung

Tidak bisa minum atau malas minum

Cubitan kulit perut kembalinya

sangat lambat

DEHIDRASI BERAT

19

Page 21: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda

berikut ini:

Gelisah, rewel/mudah masalah

Mata cekung

Cubitan kulit perut kembalinya

lambat

DEHIDRASI

RINGAN/SEDANG

Tidak cukup tanda-tanda untuk

diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau

ringan/sedang

TANPA DEHIDRASI

Kriteria Dehidrasi menurut WHO 2000

1. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)

Metabolik asidosis terjadi karena :

a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses

b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga

benda keton tertimbun dalam tubuh.

c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.

20

Page 22: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

dikeluarkan oleh ginjal.

e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intraselular.

Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan,

pernapasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan kuszmaull.

Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk

mempertahankan pH darah.

2. Hipoglikemia

Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih

sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini terjadi

karena :

a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.

b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.

Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40

mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut berupa:

lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok, kejang sampai koma.

3. Gangguan gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat

terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena :

a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau

muntahnya akan bertambah berat.

b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.

c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik

karena adanya hiperperistaltik.

4. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan

sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan

berkurang dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat

mengakibatkan perdarahan di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran

(soporokomatusa) dan bila tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.

VII. Kriteria Diagnosis

a. Anamnesis

21

Page 23: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

Lama diare berlangsung, frekuensi diare dalam sehari, warna dan konsistensi

tinja, lendir dan atau darah dalam tinj.

Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil

terakhir, demam, sesak, kejang, kembung.

Jumlah cairan yang masuk selama diare.

Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi makanan

yang tidak biasa.

Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum.

b. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital.

Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus,

turgor kulit abdomen menurun.

Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulu,

dan lidah.

Berat badan.

Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan

dalam (asidosos metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau

hipernatremia).

Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:

Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)

Tidak ditemukan tanda utama dan tandda tambahan

Keadaan umum baik, sadar

Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa

mulut dan bibir basah

Turgor abdomen baik, bising usus normal

Akral hangat

Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)

Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan.

Keadaan umum gelisah atau cengeng.

Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,

mukosa mulut dan bibir sedikit kering.

Turgor kurang, akral hangat.

22

Page 24: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)

Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih tanda

tambahan.

Keadaan umum lemah, letargi, atau koma.

Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa

mulut dan bibir sangat kering.

Turgor sangat kurang dan akral dingin.

c. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak

diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab

dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada

penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urine

dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang

kadang-kadang diperlukan pada saat diare akut :

Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan

kepekaan terhadap antibiotika.

Feses :

PH asam diare osmotic.

Leukosit > 5 / LPB disentri

Hal yang dinilai pada pemeriksaan feses:

- Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau.

- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri.

Bentuk klinis diare berdasarkan penyebabnya :

23

Page 25: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

VIII. Pengobatan Diare

Prinsip penatalaksanaan penderita diare adalah:

a. Mencegah terjadinya dehidrasi

Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah

terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih

banyak dengan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air tajun, kuah sayur, air sup, air

teh. Bila tidak memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan, berikan air matang.

Jangan diberikan cairan yang osmolaritasnya tinggi, yaitu yang terlalu manis sepeti soft

drink.

b. Mengobati dehidrasi

Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderit harus segera dibawa ke

petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan

tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan

cairan intravena dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.

c. Pemberian ASI / makanan

Pemberian ASI / makanan selama serangan diare bertujuan untuk memberikan gizi

pada penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah

berkurangnya berat badan.

d. Pemberian Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih dari 90

macam enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya, termasuk enzim

superoksida dismutase (Linder,1999). Enzim ini berfungsi untuk metabolisme radikal

24

Page 26: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

bebas superoksida sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh berkurang. Pada proses

inflamasi, kadar radikal bebas superoksida meningkat, sehingga dapat merusak berbagai

jenis jaringan termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al, 2006).

Zinc  yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat seorang anak

menderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti zinc yang hilang dalam

proses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga kesehatannya di bulan-bulan

mendatang.

Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc untuk terapi

diare karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah hari lamanya seorang

anak menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan penyakit tersebut, serta

menurunkan kemungkinan anak kembali mengalami diare 2-3 bulan berikutnya.

Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat bermanfaat untuk

membantu penyembuhan diare. Zinc sebaiknya diberikan sampai 10-14 hari, walaupun

diarenya sudah sembuh. 11 Sayangnya suplemen Zinc ini belum banyak beredar di apotek

di Indonesia. Di beberapa RS besar di Indonesia telah menggunakan suplemen Zinc

dalam bentuk suspensi untuk penatalaksanaan diare akut.

Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :

Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg) sekali sehari

selama sepuluh hari berturut-turut.

Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari selama

sepuluh hari berturut-turut.

Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau ASI dalam

sendok teh.

Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit

Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah berhenti

sebelum 10 hari)

Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc, berikan lagi

tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan beberapa kali

hingga satu dosis penuh.

Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap berikan tablet

zinc segera setelah anak dapat minum atau makan.

e. Pemberian Probiotik

25

Page 27: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau jamur

yang tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang bila

diberikan sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat memberikan

keuntungan bagi kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik

didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh

bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati

penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan

pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,

speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian

antibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociated diarrhea ) dan travellers’s

diarrhea.

Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare

akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan

efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare

kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua

pemberian sebanyak 1-2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam

pengobatan diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan

anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen

pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus

dan imunno modulasi.

Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering digunakan

sebagai suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah Lactic Acid

Bacteria (LAB). Golongan LAB dapat mengubah gula dan karbohidrat menjadi asam

laktat, yang berfungsi menurunkan kadar pH saluran gastrointestinal, sehingga

menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Contoh strain golongan LAB adalah

Lactobacillus dan Bifidobacterium.

Sejak dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff,

pada awal abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak dilakukan

untuk menguji kemanfaatannya pada populasi anak. Produk komersial yang

mengandung probiotik sebagai suplemen banyak tersedia di pasaran. Kemanfaatan

probiotik terutama banyak dilihat dari aspek pencegahan dan terapi penyakit, terutama

penyakit alergi dan infeksi.

Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang paling

banyak dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik. Secara teoritis, probiotik

26

Page 28: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

dapat mengurangi keparahan diare melalui efek kompetisi dengan patogen,

imunomodulator, meningkatkan sekresi IgA mukosa usus, dan mengurangi kejadian

intoleransi laktosa.

Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut. Meta-

analisis yang dilakukan oleh Szajewska et al menunjukkan bahwa pemberian

suplemen Lactobacillus mengurangi durasi diare akut sehari lebih cepat dibandingkan

plasebo (95% CI) dengan level of evidence 1a. Efektivitasnya terutama lebih baik

pada mereka dengan etiologi rotavirus, yang merupakan penyebab terbanyak diare

akut pada anak.

f. Pemberian Antibiotik

Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika

oleh karena pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya

diperlukan pada sebagian kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena

penyebab terbesar dari diare pada anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi

berusia di bawah 2 bulan karena potensi terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah

mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau pada anak/bayi yang menunjukkan

secara klinis gajala yang berat serta berulang atau menunjukkan gejala diare dengan

darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis. Anti motilitis seperti difenosilat dan

loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga terjadi bacterial

overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.

Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:

Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau Erytromycin 12,5

mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari

Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau Ceftriaxone 50-100

mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.

Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus

berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)

(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)

Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.

g. Mengobati masalah lain

27

Page 29: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

Obat-obatan “anti diare” dan anti muntah tidak boleh diberikan pada anak dengan

diare. Anti diare tidak dianjurkan karena belum adanya bukti mengenai diare yang berdaya

guna, sehingga penggunaan anti diare hanya menimbulkan beban biaya.

h. Pemberian nasehat

Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa anaknya

kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai

berikut:

Buang air besar cair lebih sering

Muntah berulang-ulang

Rasa haus yang nyata

Makan atau minum sedikit

Demam

Tinja berdarah

IX. Tatalaksana Nutrisi Pada Diare

Ibu perlu dibimbing tentang cara pemberian makanan yang baik pada anak,

mengajari pentingnya meneruskan pemberian makanan penuh selama diare dan

membantu usaha mereka untuk mengikuti anjuran ini. Empat kunci utama tatalaksana

gizi diare yang benar:

Menilai status gizi

Memberi makanan yang tepat pada saat episode diare

Memberi makanan yang tepat pada waktu penyembuhan dengan tindak lanjutnya.

Komunikasi yang efektif tentang anjuran diet kepada ibu.

Pemberian ASI selama diare tidak boleh di kurangi atau di hentikan tetapi

diperbolehkan sesering atau selama anak menginginkannya. ASI harus di berikan

untuk menambah larutan oralit. Susu sapi atau formula yang biasa di terima bila

timbul dehidrasi maka pemberian susu harus di hentikan selama rehidrasi untuk 4-6

jam dan kemudian dilanjutkan lagi. Makanan lunak bila anak berumur 4 bulan atau

lebih sudah bisa menerima makanan lunak, makanan ini harus di teruskan. Bayi umur

6 bulan atau lebih harus mulai di berikan makanan lunak bila belum pernah di beri.

Bila timbul dehidrasi makanan ini harus di hentikan 4 – 6 jan untuk rehidrasi untuk

kemudian di lanjutkan lagi. Paling tidak separuh makanan diet harus berasal dari

28

Page 30: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

makanan porsi kecil tetapi sering (6 kali atau lebih) dan mereka harus di bujuk untuk

makan.

Banyak literatur yang menyebutkan bahwa probiotik memberikan kebaikan dalam

penanganan diare akut pada bayi. Probiotik dengan pemberian dua kali sehari selama

5 hari dipercaya terbukti memberikan kebaikan dalam mengurangi frekuensi, serta

durasi penyakit diare. Probiotik dipercaya dapat mengurangi lama waktu kesakitan,

dengan meningkatkan respon imun, memperbaiki mukosa usus, sebagai substansi

penting dalam antimikroba dan menyeimbangan jumlah mikroba diusus. Angka

penguranga dari frekuensi defekasi secara drastis dalam <3 hari terdapat pada

kelompok yang memeperoleh probiotik dengan kelompok kontrol. Konsistensi faeces

yang lebih padat dan durasi yang lebih pendek pada kelompok probiotik. Rata-rata

lama durasi diare juga mengalami hasil yang signifikan pada kelompok probiotik.

X. Pencegahan Diare

Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral dan

pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi dehidrasi,

kekurangan gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan, untuk

mengurangi insidensi diare, yaitu intervensi yang selain mengurangi penyebaran

mikroorganisme penyebab diare juga meningkatkan resistensi anak terhadap infeksi

kuman ini.

Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak,

kebanyakan meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada

bayi, kebersihan perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih,

pembuangan tinja yang aman dan imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran

untuk promosi, yaitu:

1. Pemberian ASI.

2. Perbaikan makanan pendamping ASI.

3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum.

4. Cuci tangan.

5. Penggunaan jamban.

6. Pembuangan tinja bayi yang aman.

7. Imunisasi campak.

Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan

enterik, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita,

29

Page 31: Studi Kasus Pasien Diare 1 Doc

penggunaan jas panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila

menyentuh bahan yang terinfeksi. Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai

cara penularan enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.

30