(studi kasus : pabrik rokok gama, colomadu, karanganyar .../usulan... · tidak terpakai, penempatan...
TRANSCRIPT
USULAN PERBAIKAN TATA LETAK DAN FASILITAS AREA PRODUKSI (studi kasus : pabrik rokok GAMA, Colomadu, Karanganyar)
Skripsi
Eko Mustahal Mieftah
I 1303042
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA2009
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Produkproduk yang kita hasilkan harus mampu bersaing dengan produk internasional pada era
globalisasi (pasar bebas) ini. Pengaruhnya terjadi terutama pada biaya, yang berdampak pada proses
produksi di suatu perusahaan. Suatu perusahaan harus bisa menerapkan sistem produksi yang tepat agar
produk yang dihasilkan dapat terjangkau konsumen. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses
produksi di perusahaan adalah tata letak pabrik yang baik selain faktor lainnya seperti tenaga kerja,
bahan baku, energi dan modal. Peralatan industri yang mahal, canggih serta desain produk yang bagus
tidak berarti jika tidak ditunjang dengan tata letak fasilitas produksi yang terencana dengan baik.
Pemilihan dan penempatan layout merupakan salah satu proses perencanaan fasilitas produksi.
Layout yang dipilih akan menentukan hubungan fisik dari aktivitasaktivitas produksi yang akan
berlangsung. Definisi tata letak secara umum ditinjau dari sudut pandang produksi adalah susunan
fasilitasfasilitas produksi untuk memperoleh efisiensi pada suatu produksi (Purnomo, 2004 ).
Perancangan tata letak meliputi pengaturan tata letak fasilitasfasilitas operasi dengan memanfaatkan
area yang tersedia untuk penempatan mesinmesin, bahanbahan perlengkapan untuk operasi,
personalia, dan semua peralatan serta fasilitas yang digunakan dalam proses produksi.
Pabrik Rokok GAMA adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan rokok yang
merupakan anak cabang dari PT DJITOE INDONESIA TOBACCO COY. Perusahaan ini memproduksi
dua jenis produk rokok yaitu Sigaret Kretek Tangan (Gama Kingsize, Gama Hijau, Gama 10, Gama
Clasic ) dan Sigaret Kretek Mesin (Gama Prima, Gama Mild, Gama International ). Pada aktivitas
produksi di pabrik rokok GAMA ini menggunakan 3 gedung . Dengan menggunakan 3 gedung ini
ditemukan kelemahan diantaranya kaitanya dengan penataan ruangan dan penataan aliran material.
Salah satunya adalah permasalahan di gedung I yaitu adanya area ( space ) yang kosong dan
tidak terpakai, penempatan mesin packing bungkus yang tidak sesuai dengan aliran material rokok
SKM sehingga jarak antara mesin linting SKM sangat jauh yaitu di gedung 3 .Hal ini menyebabkan
bertambahnya ongkos dan jarak meterial handling menjdi besar. Sedangkan untuk rokok SKT jarak
ruang pengovenan, piket, pres dan bal SKT sangat jauh yaitu di gedung II. Selain itu penempatan
stasiun kerja yang tidak teratur juga akan berdampak pada utilitas ruangan yang kurang optimal.
Permasalahan pada gedung II yaitu adanya penempatan stasiun kerja yang tidak sesuai dengan
pola aliran antara lain Ruang oven, meja piket, meja pres dan meja bal untuk rokok Sigaret Kretek
Tangan (SKT) . Peletakan mesin pres, mesin slop dan meja pembandrolan yang kurang memperhatikan
space antar stasiun yang menyebabkan terganggunya kinerja operator di masingmasing stasiun.
Disamping itu penempatan bahanbahan pembantu pada gedung ini masih berantakan tidak menjadi
satu kesatuan.
Permasalahan pada gedung 3, dimana pada gedung ini terdapat 2 area aktivitas produksi rokok
Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan Sigaret Kretek Tangan (SKT). Sementara ruang yang tersedia kurang
terpenuhi kondisi ini menyebabkan ketidakteraturan misalkan : aktivitas perpindahan material tidak
lancar. Karena jalan perpindahan material lebih dari satu arah, sedangkan jalan terlalu sempit sehingga
menyebabkan terjadinya tabrakan material.yang menyebabkan proses produksi dan proses packing tidak
lancar. Pola aliran yang kurang baik pada proses skrap rokok Sigaret Kretek Mesin (SKM).
``
B
A
D
C1
E
F
G
A
B D
C
G
FH
P
O
I
E
M
K
Pem
band
rola
nS
KM
N
Mesin linting SKM
B
C
D
LF
E
M
GH
P
O
K
J
N I
tembakau
kardus
ALIRAN MATERIAL DI PABRIK ROKOK GAMA
= aliran proses SKM
= aliran proses SKT
Pen
erim
aan
kar
dus
pack
ing
Mesinmolyn
Penerimaantembakau SKT
Linting manual
inspeksipewarnaan
Penerimaan tembakau &cengkeh mentah
Penerimaantembakau hasil
olahan
Packingkardus
Mesin Pengolahantembakau
Sis
ape
ngo
laha
nda
ri m
sein
Tempat karduspacking yg blm
di rakit
Penerimaan bahantambahan
mandor Mesin pres
Mesin slop
Ruang ovenSKT
Mesin Packingbungkus
Penerimaan tembakau SKM Pros
es s
krap
Ruan
g o
ven
SKT
A
Gud
ang
pen
empu
ngro
kok
SKM
Ruangperalatan
Piket SKT
Lin
ting
SK
T
Bal
SK
T
Pres
SK
T
inspeksi
Pen
erim
aan
tem
baka
u SK
TP
ewar
naan
mandor
= perpindahan Tembakau & cengkeh mentah
= aliran perpindahan kardus packing
= aliran perpindahan tembakau olahan U
Gambar 1.1 Aliran Material Pabrik Rokok GAMA
I4
Ketidakteraturan kondisi tata letak yang ada sekarang dapat berimbas pada
peningkatan waktu produksi. Ketidakefisienan seperti ini dapat diatasi dengan
mengatur ulang letak stasiun kerja dan mengatur ulang jalur lalu lintas barang
sesuai dengan fungsi masingmasing stasiun kerja. Perancangan ulang yang
diusulkan diharapkan dapat meminimalisasi jarak dan biaya material handling,
sehingga proses produksi dapat berjalan lebih baik dan biaya produksi dapat
diminimalisasi.
1 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan
permasalahannya adalah :
a. Bagaimana mengukur performansi layout awal pabrik rokok gama dilihat
dari segi jarak dan ongkos material handling?
b. Bagaimana merancang ulang tata letak pabrik rokok gama sehingga jarak
dan ongkos material handling menjadi lebih kecil dibanding kondisi awal?
1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merancang ulang tata
letak Pabrik Rokok Gama .
1 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu merancang ulang tata letak baru yang lebih
baik sehingga dapat mengurangi jarak dan ongkos material handling.
1 Batasan Masalah
Agar ruang lingkup penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan yang
ada, maka perlu adanya batasanbatasan sebagai berikut :
a. Adanya Mesin Pengolah tembakau & cengkeh (A2) yang tidak dipindahkan
b. Pengukuran hanya dilakukan pada lantai produksi.
I5
I6
1 Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Jangka waktu pelaksanaan aktivitas material handling adalah satu bulan dan
biaya yang ditimbulkannya adalah layak.
b. 1 bulan 26 hari kerja
1 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan gambaran umum mengenai tata cara
penyusunan laporan penelitian dan isi pokok dari laporan penelitian ini.
Sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab pertama ini memuat latar belakang masalah, perumusan, tujuan dan
manfaat penelitian serta batasan masalah yang berfungsi untuk
menentukan secara spesifik area pembahasan yang akan dilakukan,
asumsi yang berfungsi untuk menyederhanakan kompleksitas
permasalahan yang dihadapi dan sistematika penulisan yang berisi
urutan penulisan bab dalam laporan penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan secara umum tentang Pabrik Rokok GAMA
meliputi sejarah perusahaan, lokasi dan tata letak pabrik, produk yang
dihasilkan, sumber dan penyediaan bahan baku, proses produksi,
peralatan yang digunakan dan pemasaran produk. Memuat teoriteori
yang menunjang dalam pengolahan data yaitu diantaranya faktorfaktor
yang mempengaruhi perancangan tata letak dan jenis atau tipe tata letak
yang ada.
BAB III METODOLOGI PENYELESAIAN MASALAH
Berisi langkahlangkah penyelesaian masalah secara umum yang
I7
merupakan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses penyelesaian
masalah dan digambarkan dalam bentuk flowcart.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Berisi datadata yang diperlukan untuk penyelesaian masalah dan
pengolahannya secara bertahap.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI
Berisi uraian dan interpretasi dari hasil pengolahan data yang telah
dilakukan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dari hasil pengolahan data dan analisa serta saran
saran yang diperlukan.
I8
I9
I10
I11
I12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2 Sejarah Berdirinya Perusahaan
PR. Gama merupakan salah satu perusahaan yang ada di Karanganyar yang begerak dalam
bidang usaha pembuatan rokok. Perusahaan secara hukum berdiri dengan Akte Notaris tertanggal 1 mei
1997 oleh bapak Saptono Adi, dengan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) No. 04/11.34/PB/I/1997,
dengan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan
No.11335303903 pada tanggal 9 Januari 1997 dan nomor pokok pengusaha Barang Kena Cukai No.
0606.1.3.0393 tanggal 2 April 1997.
Adapun rencana pertama pendirian perusahaan adalah untuk bergerak pada bidang usaha
pembuatan rokok kretek tangan (SKT). Perusahaan ini oleh bapak Saptono Adi diberi nama “PR.Gama
(Perusahaan Rokok Gama)”. Gama dalam bahasa indonesia berarti Tiga Lima, sehingga mudah dikenal
dan gampang dipungut oleh para konsumen.
Karena kemajuan kemajuan yang dicapainya semakin baikdan jumlah karyawan semakin
meningkat mak untuk meningkatkan produksinya, maka perusahaan memproduksi Sigaret Kretek
Mesin (SKM) pada bulan Agustus 1997.
Perusahaan rokok GAMA yang didirikan opleh bapak Saptono Adi ini mempunyai beberapa
tujuan yang menjadi pegangan baik dala formula perencanaan kerja maupun dalam pelaksanaan hingga
pengawasan.
Tujuan didirikanya perusahaan ini adalah :
a. Mendapatkan keuntungan sebagai sumber penghasilan khususnya dan untuk kepentingan
kepentingan perusahaan dalam mengembangkan dan meningkatkan Pabrik Rokok GAMA.
b. Memberikan kepuasan kepada konsumen melalui produk yang dihasilkannya.
c. Dengan adanya efektivitas produksi akan menambah kemakmuran masyarakat sekitarnya dengan
menciptakan lapangan kerja. Sehingga berarti pula membantu program pemerintah dalam usaha
mengurangi tingkat pengangguran, di samping itu bisa menambah pendapatan pemerintah melalui
sektor pajak.
3 Hasil dan Produk Pemasaran
Jenis produksi yang dihsailkan PR.Gama adalah:
2. Sigaret Kretek Tangan (SKT), meliputi:
• Gama kretek hijau = 10 batang
1 Bal = 200 pack
1 Bal = 10 slope/press
1 slope = 20 pack
• Gama King Size = 12 batang
1 Bal = 200 pack
1 Bal = 10 slope/press
1 slope = 10 pack
• Gama Classic = 12 batang
1 Bal = 200 pack
1 Bal = 10 slope/press
1 slope = 20 pack
3. Sigaret Kretek Mesin (SKM), meliputi:
• Gama International = 12 batang
1 Bal = 200 pack
1 Bal = 20 slope/press
1 slope = 10 pack
• Gama Prima = 16 batang
1 Bal = 200 pack
1 Bal = 20 slope/press
slope = 10 pack
• Gama Exclusive = 12 batang
1 Bal = 200 pack
1 Bal = 20 slope/press
1 slope = 10 pack
4 Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang dapat membantu konsumen dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginanya. Pada situasi perekonomian sekarang ini para pengusaha telah menyadari
betapa besar manfaat diadakanya kegiatan pemasaran guna meningkatkan volume penjualan. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa pemasaran merupakan kinci utama untuk mencapai sukses dalam
bidang penjualan, agar nantinya perusahaan dapat berkembang serta menjamin kelangsungan hidupnya.
Daerah pemasaran Pabrik Rokok GAMA adalah sebagai berikut :
a. Jawa Barat, di antaranya : Jakarta, Bandung, Cirebon, Ciamis
b. Jawa Tengah, di antaranya : pekalongan, Tegal, Yogyakarta, Magelang, Semarang, Demak.
c. Jawa Timur, di antaranya : Madiun, malang, Jember, Surabaya, Blitar.
d. Luar jawa, di antaranya : Palembang, Jambi, Medan, Samarinda, Banjarmasin, Ujungpandang,
Palu, Bali.
Tersebarnya daerah pemasaran ini dimaksudkan oleh perusahaan untuk mendapatkan konsumen
sebanyak mungkin dan memperkenalkan hasil produksinya kepada masyarakat luas.
5 Lokasi Perusahaan
Lokasi perusahaan yaitu perusahaan tersebut menjalankan segala kegiatannya. PR.Gama terletak
di Jl. Adisumarmo No.290 Kodran, Kecamatan colomadu, Kabupaten Karanganyar.
Adapun pertimbanganpertimbangan perusahaan dalam menentukan lokasi perusahaan di daerah
Klodran Karanganyar antara lain:
a. Faktor Transportasi
Pengangkutan barang mentah dan barang jadi dari perusahaan ke penyalur sangat mudah sebab
letak pabrik yang strategis yaitu berada di pinggir jalan yang mudah untuk distribusi barang.
b. Faktor Tenaga Kerja
Tenaga kerja mudah didapat, karena kebutuhan akan tenaga kerja diperoleh dari penduduk
sekitar perusahaan. Perusahaan rokok ini menyerap tenaga kerja untuk produksi rokok dengan
tangan maupun mesin dengan tujuan mengurangi pengangguran khususnya disekitar
perusahaan.
c. Faktor Lingkungan
Berdirinya perusahaan ini telah disepakati antara masyarakat sekitar pemerintah setempat dan
pemilik pabrik sendiri. Perusahaan rokok ini tidak menghasilkan limbah yang berbahaya bagi
lingkungan karena berupa limbah padat yang dapat terurai. Dalam melaksanakan aktifitasnya
belum pernah mengalami halhal yang tidak diinginkan baik dari masyarakat maupun
pemerintah, tetapi perubahan lingkungan sosial disekitar perusahaan berdampak positif.
d. Faktor Pasar
Tembakau yang digunakan dalam PR.Gama berasal dari daerah Madura, Bojonegoro,
temanggung, Muntilan dan Tuban. Sedangkan cengkeh yang digunakan dipasok dari daerah
Purwokerto, boyolali dan Jombang. Daerah penjualan PR.Gama berada disebagian jawa Tengah
yaitu di kebumen, dan semarang, sebagian jawa timur yaitu di Kediri dan Banyuwangi, Jawa
Barat yaitu di Kuningan dan Jakarta. Penjualan terbanyak yaitu di luar pulau jawa yaitu di
samarinda (Kalimantan Timur), Ujung Pandang (Sulawesi Selatan), Gorontalo(Sulawesi Utara),
Palembang (Sumatera Selatan), Kupang (NTT), dan Batam.
6 Bahan Baku yang Digunakan
Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :
1. Bahan Baku Utama
• Tembakau
• Bahan baku ini diperoleh dari daerah Boyolali, Temanggung, Muntilan, Weleri, Bojonegoro, dll.
• Cengkeh
• Bahan baku ini diperoleh dari daerah Purwokerto, Lampung, Sulawesi, Ambon, dll. Apabila cengkeh dari daerah ini habis maka akan
menggunakan cengkeh import.
• Saos
• Bahan baku ini diperoleh dari supplier.
• Filter Rood
• Kertas Sigaret
2. Bahan Penolong
• Pati
• Manis Jangan
• Gula Jawa
• Sakarine
• Mentol
I17
7 Pengendalian Mutu Bahan Baku Utama
Untuk pengendalian mutu dari produk maka perusahaan rokok Pabrik Rokok GAMA mengadakan beberapa uji terhadap bahan baku utama,
antara lain :
a. Cengkeh
Cengkeh yang digunakan sebagai bahan baku perusahaan rokok Pabrik Rokok GAMA ikut menentukan mutu dari produk jadi. Oleh karena itu
perlu dilakukan uji kualitas terhadap cengkeh. Adapun yang diuji adalah kadar airnya. Untuk pengujian kadar airnya digunakan alat yang disebut
Testemeter.
Cara kerjanya sebagai berikut :
1. Cengkeh ditimbang dengan teliti sebanyak 1 gram.
2. Dimasukkan ke dalam wadah khusus dari Testemeter yang berbentuk piringan.
3. Dimasukkan ke dalam Testemeter dan tombol ditekan.
4. Diamati dan dicatat skalanya.
5. Disesuaikan dengan table Testemeter sehingga kadar air dapat diketahui.
b. Tembakau
Dalam produksi rokok Pabrik Rokok GAMA menggunakan berbagai macam jenis tembakau. Misalnya temabakau rajangan petanidari
berbagai macam daerah dan temabaku berbentuk daun yang juga berasal dari berbagai daerah. Untuk mendapatkan tembakau yang baik maka perlu
diuji mkualitasnya. Uji ini berdasarkan organoleptis dan kadar airnya. Untuk uji organoleptis berdasarkan warna dan bau. Sedangkan untuk uji kadar
air digunakan alat yang disebut Testemeter. Cara kerjanya persis dengan penentuan kadar air pada bahan dasar cengkeh.
7.1 Landasan Teori
7.1.1 Pengantar Tinjauan Tata Letak PabrikI18
Setiap kegiatan industri baik industri manufaktur maupun industri jasa memerlukan sarana fisik terutama ruang atau tempat melakukan semua
kegiatan. Khusus industri jasa, sarana fisik terutama berupa bangunan menjadi hal yang sangat penting. Bangunan tempat semua kegiatan pelayanan,
perawatan, administrasi dan penunjang menampung banyak unsur misalnya mesin – mesin operasi, perpindahan pasien, para medis dan pengunjung.
Oleh karena itu perencanaan unsurunsur tersebut menjadi hal yang sangat penting pula.
Perencanaan fasilitas dilakukan untuk mengoptimalkan asetaset fisik dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dalam perencanaan fasilitas
dilaksanakan dua kegiatan pokok yaitu merencanakan lokasi dari fasilitas dan merancang komponenkomponen dari fasilitas tersebut. Komponen
komponen perancangan fasilitas adalah perancangan struktur, perancangan tata letak, dan perancangan handling sistem.
Sebagai contoh dalam perencanaan fasilitas pabrik, kegiatan pertama adalah merencanakan lokasi pabrik yang menguntungkan. Selanjutnya
baru dilakukan perancangan pabrik yang terdiri atas :
1. Perancangan struktur : merancang bangunan pabrik beserta sistem pendukung seperti : pembangkit tenaga listrik, air, gas, penerangan, sistem
pengolahan limbah, dan sebagainya.
2. Perancangan tata letak : mengatur konfigurasi departemendepartemen di area produksi maupun area kantor.
3. Perancangan handling sistem : merancang sistem penanganan material.
7.1.2 Definisi Tata Letak
Tata letak (layout) atau pengaturan dari fasilitas produksi dan area kerja yang ada merupakan suatu masalah yang sering dijumpai dalam dunia
industri. Kita tidak dapat menghindarinya, sekalipun kita cuma sekedar mengatur peralatan atau mesin didalam bangunan yang ada serta dalam ruang
lingkup kecil serta sederhana. Pertanyaan yang timbul ialah apakah kita telah meletakkan atau mengatur semua fasilitas prokuksi tersebut dengan
sebaikbaiknya? (Wignjosoebroto, 2001).
Tata letak pabrik merupakan suatu landasan utama dalam dunia industri. Tata letak pabrik (plant layout) atau tata letak fasilitas dapat
didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitasfasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi (Wignjosoebroto, 2001). Pengaturan
tersebut akan memanfaatkan luas area untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi, kelancaran gerakan perpindahan material,
I19
penyimpanan material baik yang bersifat temporer maupun permanen, personel pekerja dan sebagainya. Tata letak pabrik mengatur dua hal yaitu
pengaturan mesin dan pengaturan departemen yang ada di pabrik. Penggunaan istilah tata letak pabrik sering diartikan sebagai pengaturan peralatan/
fasilitas produksi yang sudah ada atau juga bisa diartikan sebagai perencanaan tata letak pabrik yang baru sama sekali.
Umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut menentukan efisiensi, menjaga kelangsungan hidup ataupun kesuksesan
kerja suatu industri. Peralatan industri yang mahal harganya, peralatan yang canggih dan suatu desain produk yang bagus akan tidak ada artinya
akibat perencanaan layout yang sembarangan. Karena kreatifitas produksi suatu industri secara normal harus berlangsung lama dengan tata letak yang
tidak berubahubah, maka setiap kekeliruan yang dibuat dalam perencanaan tata letak ini akan menyebabkan kerugian. Tujuan utama dalam desain
tata letak pabrik pada dasarnya adalah meminimalkan total biaya yang antara lain menyangkut elemenelemen biaya sebagai berikut :
1 Biaya untuk konstruksi dan instalasi baik untuk bangunan mesin, maupun fasilitas produksi lainnya.
1 Biaya pemindahan bahan (material handling costs).
1 Biaya produksi, maintenance, safety dan biaya penyimpanan produk setengah jadi.
Selain itu pengaturan tata letak pabrik yang optimal akan dapat pula memberikan kemudahan dalam proses supervisi serta menghadapi
rencana perluasan pabrik. Layout yang baik dapat diartikan sebagai penyusunan yang teratur serta efisien semua fasilitasfasilitas dalam pabrik.
Suatu pabrik yang sudah berjalan lama yang sudah tertata semua fasilitas yang ada dalam pabrik sejalan dengan perkembangan pabrik akan
membutuhkan penyusunan ulang tata letaknya. Penyusunan ulang tata letak pabrik (relayout) sering dilakukan dalam penyusunan layout diantaranya
dalam pemindahan dari tempattampat fasilitas pabrik dan ini bukan layout secara keseluruhan (Wignjosoebroto, 2001). Relayout adalah perubahan
perubahan kecil dari susunan layout yang perlu dilaksanakan apabila perusahaan mengalami perubahan metode kerja atau perubahan desain produk
akhir.
7.1.3 MasalahMasalah dalam Perancangan Tata Letak
Pada perancangan tata letak pabrik, masalah tidak hanya ditemui pada saat pendirian pabrik atau perbaikan tata letak secara besarbesaran,
I20
tetapi masalah lain yang muncul justru lebih dominan. Masalahmasalah tersebut sebenarnya terjadi karena adanya perubahanperubahan dalam
operasional pabrik. Perubahanperubahan itu agak sulit diantisipasi karena terjadi di masa mendatang apalagi seperti ini keadaan berubah secara
cepat dan tak terduga.
Beberapa perubahan yang dapat menimbulkan suatu masalah tata letak pabrik, sebagai berikut :
1 Perubahan dalam rancangan produk.
1 Perubahan volume produksi.
1 Perubahan pada rancangan proses.
1 Penggantian satu atau banyak peralatan.
1 Penerapan standar dalam keselamatan kerja.
1 Perubahan organisasi perusahaan.
Masalah tata letak pabrik bisa terjadi karena proses yang berangsurangsur berubah dalam jangka waktu yang panjang, di antaranya adalah :
1 Ketidakseimbangan aliran (bottleneck).
1 Gerak balik (back tracking).
1 Terlalu banyak tempat penyimpanan sementara.
1 Gagal memenuhi jadwal.
7.1.4 Tujuan Perancangan Tata Letak Pabrik
Tujuan utama perencanaan tata letak pabrik adalah meminimasi ongkos yang timbul karena kegiatan produksi yang memperhatikan aspek
aspek lain yang terkait. Aspekaspek tersebut adalah :
1. Berhubungan dengan fasilitas
a. Merencanakan material handling yang baik sehingga mengurangi atau menghilangkan ongkosongkos material handling
I21
b. Mengurangi waktu menganggur atau waktu menunggu dalam penggunaan mesinmesin.
c. Mengurangi investasi peralatan.
d. Memungkinkan perawatan yang baik dan mudah untuk semua fasilitas produksi.
e. Fleksibel terhadap perubahanperubahan yang diperlukan dalam hubungan kenaikan produksi atau perubahan produksi.
2. Berhubungan dengan tenaga kerja
a. Merencanakan penggunaan manusia secara efektif dan efisien.
b. Mengurangi resiko kecelakaan dan menjaga keselamatan kerja.
c. Menempatkan secara tepat pekerja langsung dan mengurangi pemakian pekerja tak langsung dengan cara membuat lay out yang mudah
bagi usaha perawatan.
3. Berhubungan dengan material dan alirannya
1.1. Mengusahakan bahan mentah tidak tinggal lama dalam pabrik.
1.2. Mengatur cara penyimpanan serta aliran bahan secara baik untuk menghemat lantai produksi.
1.3. Mengurangi kecelakaan, kerusakan, dan hilangnya bahanbahan.
7.1.5 TipeTipe Tata Letak
Salah satu keputusan penting yang perlu dibuat adalah keputusan menentukan Tipe tata letak yang sesuai akan menjadikan efisiensi proses
manufakturing untuk jangka waktu yang cukup panjang. Tipetipe tata letak secara umum adalah Product Layout, Process Layout dan Group
Technology Layout (Purnomo,2004).
A. Tata Letak Berdasarkan Aliran Produksi (Product Layout)
I22
Product layout dapat didefinisikan sebagai metode atau cara pengaturan dan penempatan semua fasifitas produksi yang diperlukan ke dalam
suatu departemen tertentu atau khusus. Dalam Product Layout, mesinmesin atau alat bantu disusun rnenurut urutan proses dari suatu produk.
Adapun pertimbangan dalam pemilihan jenis layout ini diantaranya:
Hanya ada satu atau beberapa standar produk yang dibuat.
Adanya keseimbangan lintasan yang baik antara operator dan peralatan produksi.
Menentukan aktivitas inspeksi yang sedikit selama proses produksi berlangsung.
Mesin memiliki sifat spesial purpose dan tidak menuntut ketrampilan tinggi bagi operator.
Keuntungan dari jenis layout ini yaitu pekerjaan dari satu proses secara langsung dikerjakan pada proses berikutnya, sehingga inventori
barang setengah jadi menjadi kecil dan waktu produksi per unit menjadi lebih pendek. Sedangkan kerugian untuk jenis layout ini yaitu rusaknya satu
mesin akan berpengaruh pada proses produksi keseluruhan.
B. Tata Letak Berdasarkan Fungsi / Macam Proses (Process Layout)
Tata letak ini merupakan metode penempatan mesin dan peralatan produksi yang memiliki tipe sama ke dalam satu departemen.
Dalam process layout semua operasi dengan sifat yang sama dikelompokkan dalam departemen yang sama pada suatu pabrik/industri. Mesin,
peralatan yang mempunya fungsi yang sama dikelompokkan menjadi satu, dengan kata lain material dipindah menuju departemendepartemen sesuai
dengan urutan proses yang dilakukan.
Process layout dilakukan bila volume produksi kecil dan terutama untuk jenis produk yang tidak standart, biasanya berdasarkan order, kondisi
ini disebut sebagai ”jobshop”. Tata letak tipe process layout banyak dijumpai pada sektor industri manufakturing maupun jasa, misal Bank, Rumah
Sakit, Perguruan Tinggi dan industri jasa yang lainnya yang mengatur segala fasilitas berdasarkan kelompokkelompok fungsionalnya.
Karakteristik tipe tata letak ini atara lain:
Perbandingan antara jumlah (Q) dan jenis produk (P) kecil.
I23
Produksi berdasarkan job order.
Mesin produksi dan perlengkapan yang sama ditempatkan pada satu departemen.
Keuntungan dari jenis tata lerak ini adalah mapu mengerjakan berbagai macam jenis dan model produk serta spesialisasi kerja. Sedangkan
kerugiannya berupa kesulitan menyeimbangkan lintasan kerja dalam departemen sehingga memerlukan area untuk work in process storage.
C. Tata Letak Berdasarkan Lokasi Material Tetap (fix position layout)
Untuk jenis layout ini material atau komponen produk utama tetap pada lokasinya sedangkan fasilitas produksi seperti mesin, manusia dan
komponen pendukung lainnya yang bergerak menuju lokasi komponen utama
Keuntungan dari jenis tata letak ini adalah perpindahan material dapat dikurangi, sedangkan kelemahannya adalah memerlukan operator
dengan keterampilan yang tinggi dan pengawasan yang ketat.
D. Tata Letak Berdasarkan Kelompok Produk (grouptechnology layout)
Tipe tata letak ini, komponen yang sama dikelompokkan ke dalam satu kelompok berdasarkan kesarnaan bentuk kornponen. mesin atau
peralatan yang dipakai. Mesinrnesin dikelompokkan dalam satu kelornpok dan ditempatkan dalam sebuah ‘manufacturing cell”
Kelebihan tata letak ini adalah dengan adanya penge1ompokan produk sesuai dengan proses pembuatannya maka akan dapat diperoleh
pendayagunaan mesin yang maksmal. Juga lintasan aliran kerja menjadi lebih lancar dan jarak perpindahan material akan lebih pendek. Sedangkan
kekurangan dari tipe layout iini yaitu diperlukan tenaga yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang tinggi untuk mengoperasikan semua
fasilitas produksi yang ada. Kelancaran keja sangat tergantung pada kegiatan peigendalian produksl khususnya dalam mnjaga keseimbangan kerja
yang bergerak.
I24
7.1.6 PolaPola Aliran
Langkah awal dalam merancang fasilitas manufaktur adalah menetuan pola aliran secara umum. Pola aliran ini menggambarkan material
masuk sampai produk jadi.
Ada halhal yang berada diluar jangkauan dan diluar pertimbangan yang tidak bisa diukur secara objektif dengan alatalat ukur yang ada.
Setiap keputusan akhirnya harus dibuat dengan tidak hanya mengandalkan kepada pertimbangan kuantitatif semata.
a. Evaluasi secara grafis
Untuk melihat secara grafis situasi layout maka dipergunakan teknik berikut ini :
1. Flow process chart
Merupakan pencatatan dari langkahlangkah dalam proses, Ini memberikan penampilan yang paling lengkap secara grafis.
2. Flow diagram
Merupakan pencataan grafis atas layout area yang sedang diamati.
3. Pembuatan peta darike
Peta ini menunjukan hubungan dari jarak antara stasiun kerja di dalam pabrik.
b. Pola umum aliran bahan
Pola umum aliran bahan pada umumnya akan dapat dibedakan dalam dua tipe yaitu pola aliran bahan untuk proses produksi dan pola aliran
bahan yang diperlukan untuk proses perakitan.
Bentuk umum dari pola aliran bahan untuk proses produksi (Sritomo,2000).
• Bentuk garis lurus
I25
Bentuk ini digunakan bila lintasan produksi pendek, relatif singkat dan hanya mengandung sedikit komponen dan beberapa peralatan
produksi.
• Bentuk zigzag atau bentuk S
Bentuk ini digunakan bila lintasan produksi lebih panjang dari ruangan yang dapat ditempati. Untuk itu aliran bahan akan dibelokkan
untuk menambah panjangnya garis aliran yang ada dan secara ekonomis hal ini akan dapat mengatasi segala keterbatasan dari area
bangunan.
• Bentuk U (UShaped)
Bentuk ini dapat digunakan jika diharapkan produk jadinya ditempatnya/mengakhiri proses pada tempat yang relatif sama dengan awal
proses karena keadaan fasilitas transportasi luar pabrik, pemakaian mesin yang bersamaan. Aplikasi garis aliran bahan relatif panjang,
maka pada (UShaped) ini akan tidak efisien dan untuk ini lebih baik digunakan pada aliran bahan tipe zigzag.
• Bentuk Melingkar
I26
Bentuk melingkar ini digunakan jika diharapkan barang atau produk jadi kembali ketempat dimana proses produksi dimulai, sehingga
bagian penerimaan dan pengiriman terletak pada tempat yang sama.
• Bentuk tak tentu
Bentuk ini digunakan bila pemindahan bahan mekanis atau bila ruangan sangat terbatas sehingga tidak memungkinkan pola lain.
Bentuk umum dari pola aliran bahan untuk proses perakitan (sritomo,2000).
• Combination assembly line pattern
Disini main assembly line akan di suplay dari sejumlah subassembly line.Sub assembly line ini berada pada sisi yang sama. Combination
assembly line ini akan memerlukan lintasan yang panjang.
• Tree assembly line pattern
Pada assembly line pattern sub assembly line akan berada dua sisi dari mainassembly line. Hal ini dirasakan cukup bermanfaat karena
I27
akan dapat diperkecil lintasan dari main assembly line. Kalau combination assembly line pattern akan memungkinkan untuk menempatkan
main assembly line pada atau sepanjang jalan lintasan (aisle), maka tree assembly line pattern ini akan baik dipakai terutama bila main
assembly line berada di bagian tengah dari bangunan pabrik.
• Dendretic assembly line pattern
Pola ini kelihatan lebih tidak teratur dibandingkan dengan Combination assembly line pattern. Disini tiap bagian berlangsung operasi
sepanjang lintasan produksi sampai menuju produksi yang lengkap untuk proses assembling.
• Overitead assembly line pattern
Merupakan pola aliran bahan yang bergantung pada beberapa faktor yaitu antara lain :
1. Area luasan yang tersedia dan ukuran/dimensi dari lantai tersebut.
2. Luas area yang dibutuhkan untuk masingmasing mesin atau fasilitas produksi lainnya.
7.1.7 PrinsipPrinsip Dasar Dalam Perencanaan Tata Letak
I28
Berdasarkan aspek dasar, tujuan dan keuntungankeuntungan yang didapat dari tata letak yang terencana dengan baik, maka dapat
disimpulkan enam tujuan dasar dalam tata letak pabrik, sebagai berikut:
1 Integrasi secara menyeluruh dari semua faktor yang mempengaruhi proses produksi.
1 Perpindahan jarak yang minimal.
1 Aliran kerja yang berlangsung secara normal melalui pabrik.
1 Semua areal yang ada dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
1 Kepuasan kerja dan rasa aman dari pekerja terpelihara.
1 Pengaturan tata letak harus cukup fleksibel.
Tujuan tersebut dapat dinyatakan sebagai prinsip dasar dari proses perencanaan tata letak pabrik.
7.1.8 LangkahLangkah Perencanaan Tata Letak Pabrik
Tata letak pabrik berhubungan erat dengan segala proses perencanaan dan pengaturan letak mesin, peralatan, aliran bahan dan orangorang
yang bekerja di masingmasing stasiun kerja. Tata letak yang baik dari segala fasilitas produksi dalam suatu pabrik adalah dasar untuk membuat
operasi kerja menjadi lebih efektif dan efisien. Secara umum pengaturan semua fasilitas produksi yang terencana akan memberikan :
1. Minimisasi transportasi dari proses pemindahan bahan.
2. Minimisasi gerakan balik yang tidak perlu.
3. Minimisasi pemakaian area tanah.
4. Pola aliran produksi yang terbaik.
5. Keseimbangan penggunaan area tanah.
6. Keseimbangan di dalam lintasan.
7. Fleksibilitas dalam menghadapi ekspansi dimasa yang akan datang.
I29
7.1.9 Analisa Teknis Perencanaan dan Pengukuran Aliran Bahan
Pengaturan departemendepartemen dalam sebuah pabrik dimana fasilitasfasilitas produksi akan diletakkan dalam masingmasing
departemen sesuai dengan pengelompokkannya didasarkan pada aliran bahan yang bergerak diantara fasilitasfasilitas produksi atau departemen
departemen tersebut. Untuk mengevaluasi alternatif perencanaan tata letak departemen atau tata letak fasilitas produksi maka diperlukan aktivitas
pengukuran aliran bahan dalam sebuah analisa teknis.
Ada dua macam analisa teknis yang biasa digunakan di dalam perencanaan aliran bahan, yaitu:
1. Analisa konvensional. Metode ini umumnya digunakan selama bertahuntahun, relatif mudah untuk digunakan dan terutama cara ini akan
berbentuk gambar grafis yang sangat tepat untuk maksud penganalisaan aliran semacam ini.
2. Analisa modern. Merupakan metode baru untuk menganalisa dengan mempergunakan cara yang canggih dalam bentuk perumusanperumusan
dan pendekatan yang bersifat deterministik maupun probabilistik.
Beberapa teknik konvensional yang umum dipakai dan berguna dalam proses perencanaan aliran bahan antara lain sebagai berikut :
1 Operation Process Chart (Peta proses Operasi).
1 Flow Process Chart (Peta Aliran Proses).
1 Multi Product & Activity Process Chart.
1 Flow diagram (Diagram Aliran).
Selain petapeta tersebut, ada pula beberapa peta yang lebih khusus untuk dipakai mengevaluasi dan menganalisa aliran bahan dalam rangka
perancangan layout seperti Assembly Chart, String Diagram, From To Chart atau Travel Chart, Trianguler Flow Diagram dan Activity Relationship
Chart.
Analisa aliran dalam hal ini bisa dilaksanakan secara kuantitatif maupun kualitatif. Analisa kuantitatif bisa dilakukan berdasarkan ukuran
ukuran tertentu seperti unit produk per jam, jumlah gerakan perpindahan per hari dan sebagainya. Proses produksi yang memiliki banyak aktivitas
I30
yang memerlukan aliran pergerakan atau perpindahan sejumlah material, informasi atau manusia dari satu proses menuju proses selanjutnya akan
lebih tepat bila tata letak fasilitas produksinya dianalisa secara kuantitatif.
Analisa bahan secara kualitataif diaplikasikan untuk pengaturan fasilitas produksi atau departemen bilamana pergerakan material, informasi
atau manusia relatif sedikit dilaksanakan. Analisa kualitatif diperlukan bilamana kita ingin mengatur tata letak berdasarkan derajat hubungan
aktivitas seperti hubungan komunikasi atau hierarki dalam struktur organisasi. Ukuran kualitatif akan berupa range derajat hubungan yang
menunjukkan apakah suatu departemen harus diletakkan berdekatan atau berjauhan dengan departemen yang lain.
7.1.10 Metode Kualitatif dan Kuantitatif Guna Menganalisis Aliran Bahan
Aliran bahan bisa diukur secara kualitatif menggunakan tolak ukur derajat kedekatan hubungan antara satu fasilitas (departemen) dengan
lainnya. Nilainilai yang menunjukkan derajat hubungan dicatat sekaligus dengan alasanalasan yang mendasarinya disusun dalam sebuah peta. Suatu
peta hubungan aktivitas dapat dikonstruksikan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Identifikasi semua fasilitas kerja atau departemendepartemen yang akan diatur tata letaknya dan tuliskan daftar urutannya dalam peta
2. Lakukan interview atau survey terhadap karyawan dari setiap departemen yang tertera dalam daftar peta dan juga dengan manajemen
yang berwenang.
3. Definisikan kriteria hubungan antar depertemen yang akan diatur letaknya berdasarkan derajat keterdekatan hubungan serta alasan
masingmasing dalam peta. Selanjutnya tetapkan nilai hubungan tersebut untuk setiap hubungan aktivitas antar departeman yang ada
dalam peta.
4. Diskusikan hasil penilaian hubungan aktivitas yang telah dipetakan tersebut dengan kenyataan dasar manajemen. Secara bebas beri
kesempatan untuk evaluasi atau perubahan yang lebih sesuai. Checking, rechecking dan tindakan koreksi perlu dilakukan agar ada
konsistensi atau kesamaan persepsi dari mereka yang terlibat dalam hubungan kerja.
Analisis kuantitatif aliran bahan akan diukur berdasarkan kuantitas material yang dipindahkan seperti berat, volume, jumlah unit dan satuan
I31
kuantitatif lainnya.
Tahapan analisis aliran bahan dengan metode kuantitatif, sebagai berikut:
1. Perhitungan jarak antar departemen
Perhitungan jarak antar departemen terdapat dua kondisi dari departemen, bila bentuk dari departemen tidak diketahui dan apabila bentuk
departemen diketahui, yaitu:
a. Bila bentuk departemen tidak diketahui maka ruangan diasumsikan berbentuk bujur sangkar untuk mempermudah perhitungan, maka
jarak antar departemen dapat ditentukan dengan perhitungan pada gambar 2.3 dibawah ini.
Maka jarak A ke B = B luas
21
A luas21 +
…………....…...persamaan 2.1
A ke C =C luas
21
B luas21
A luas21 ++
……………....…persamaan 2.2
Gambar 2.1. Jarak Departemen Berbentuk Bujur Sangkar Sumber: Ricard Muther, 1973
b. Bila bentuk departemen diketahui, misal bentuk yang tidak simetris atau berbentuk persegi panjang, maka diambil ukuran
maksimalnya, maka jarak antar departemen ditentukan dengan perhitungan pada gambar 2.3 bawah ini.
y
yA
yB
I32
xA xB x
Maka jarak A ke B didekati dengan : yByAxBxA −+− ..…persamaan 2.3
Gambar 2.2. Jarak Departemen Berbentuk Tidak Simetris Sumber: Ricard Muther, 1973
2. Ongkos Material Handling (OMH),
Aktifitas pemindahan bahan (material handling) merupakan salah satu hal yang cukup penting dalam perancangan tata letak pabrik. Faktor
faktor yang mempengaruhi perhitungan ongkos material handling antara lain alat angkut yang digunakan dan jarak pengangkutan. Dari faktorfaktor
tersebut didapatkan total ongkos material handling (OMH) maka dapat diketahui :
Ongkos material handling per meter gerakan terdiri dari 2 macam, yaitu :
c. Material handling dengan tenaga manusia, menggunakan perhitungan :
OMH per meter = totaljarakbulanperOMH
……….……….…….(2.1)
• Material handling dengan kereta dorong, menggunakan perhitungan :
ljarak totadorong kereta Biaya
meter per MH =O………..…….…….(2.2)
sehingga didapatkan :
frekuensixtempuhjarakxmeterperOMHOMHTotal )(= …..…..(2.3)
I33
Total OMH = ij
n
jiijdfc∑
=1,
. ........................................................................(2.4)
Keterangan :
c = ongkos material handling per meter
ijf = frekuensi perpindahan dari stasiun kerja i ke stasiun kerja j (kali)
ijd = jarak antara stasiun kerja (m)
Setiap kegiatan industri baik industri manufaktur maupun industri jasa memerlukan sarana fisik terutama ruang atau tempat melakukan semua
kegiatan. Khusus industri jasa, sarana fisik terutama berupa bangunan menjadi hal yang sangat penting. Bangunan tempat semua kegiatan pelayanan,
perawatan, administrasi dan penunjang menampung banyak unsur misalnya mesin–mesin operasi, perpindahan pasien, para medis dan pengunjung.
Oleh karena itu perencanaan unsurunsur tersebut menjadi hal yang sangat penting pula.
Perencanaan fasilitas dilakukan untuk mengoptimalkan asetaset fisik dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dalam perencanaan fasilitas
dilaksanakan dua kegiatan pokok yaitu merencanakan lokasi dari fasilitas dan merancang komponenkomponen dari fasilitas tersebut. Komponen
komponen perancangan fasilitas adalah perancangan struktur, perancangan tata letak, dan perancangan handling sistem.
Sebagai contoh dalam perencanaan fasilitas pabrik, kegiatan pertama adalah merencanakan lokasi pabrik yang menguntungkan. Selanjutnya
baru dilakukan perancangan pabrik yang terdiri atas :
1 Perancangan struktur : merancang bangunan pabrik beserta sistem pendukung seperti : pembangkit tenaga listrik, air, gas, penerangan, sistem
pengolahan limbah, dan sebagainya.
1 Perancangan tata letak : mengatur konfigurasi departemendepartemen di area produksi maupun area kantor.
I34
1 Perancangan handling sistem : merancang sistem penanganan material.
7.1.11 Derajat Hubungan Aktivitas
Untuk membantu menentukan aktivitas yang harus diletakkan pada suatu departemen, telah ditetapkan suatu pengelompokkan derajat
hubungan, yang diikuti dengan tanda bagi tiap derajat tersebut. Semuanya telah ditentukan oleh Richard Muther, yaitu :
Tabel 2.1 Simbolsimbol Derajat Keterkaitan Aktivitas
A = Mutlak perlu aktivitasaktivitas tersebut didekatkan (berhampiran satu sama lain)
E = Sangat penting aktivitasaktivitas tersebut berdekatan
I = Penting bahwa aktivitasaktivitas tersebut berdekatan
O = Biasa (kedekatannya), dimana saja tidak ada masalah
U = Tidak perlu adanya keterkaitan geografis apapun
Juga harus dikenali bahwa dapat juga dituntut dejarat pemisahan yaitu aktivitas yang sebaiknya dipisahkan dengan alasanalasan sebagai
berikut :
Tabel 2.2 Derajat Pemisahan
1. kotor. 5. Getaran.2. Bising. 6. Resiko keselamatan atau kesehatan3. Asap, debu 7. Penyelaan.4. Bau. 8. Gangguan.
Tanda untuk menunjukkan kedekatan yang tidak diharapkan adalah X, artinya tidak diinginkan aktivitasaktivitas tersebut berdekatanI35
8 Activity Relationship Chart (Peta Hubungan Aktivitas)
Peta hubungan aktivitas atau Activity Relationship Chart (ARC) adalah suatu cara atau teknik yang sederhana dalam merencanakan tata letak
fasilitas atau departemen berdasarkan derajat hubungan aktivitas yang sering dinyatakan dalam penilaian “kualitatif” dan cenderung berdasarkan
pertimbanganpertimbangan yang bersifat subyektif dari masingmasing fasilitas/departemen.
Pada ARC, analisis bersifat kualitatif dengan menggunakan kodekode huruf yang akan menunjukkan derajat hubungan aktivitas secara
kualitatif dan juga kode angka yang akan menjelaskan alasan untuk pemilihan kode huruf tersebut. Disini kode huruf seperti A, E, I dan seterusnya
menunjukkan bagaimana aktivitas dari masingmasing departemen tersebut akan mempunyai hubungan secara langsung atau erat kaitannya satu sama
lain. Kodekode huruf ini akan diletakkan pada bagian atas dari kotak yang tersedia dan pemberian warna yang khusus juga diberikan untuk lebih
mudah analisisnya. Selanjutnya kode angka 1, 2, 3 dan seterusnya yang diletakkan bagian bawah kotak yang ada mencoba menjelaskan alasanalasan
pemilihan/penentuan derajat hubungan antara masingmasing departemen. Kode huruf yang menjelaskan derajat hubungan antara masingmasing
departemen ini secara khusus telah distandarkan, yaitu sebagai berikut:
I36
Gambar 2.3 Contoh Peta Keterkaitan Aktivitas
Tabel 2.3 Standar Penggambaran Derajat Hubungan Aktivitas
A = Mutlak perlu aktivitasaktivitas tersebut didekatkan (berhampiran satu sama lain)
E = Sangat penting aktivitasaktivitas tersebut berdekatan
I = Penting bahwa aktivitasaktivitas tersebut berdekatan
O = Biasa (kedekatannya), dimana saja tidak ada masalah
U = Tidak perlu adanya keterkaitan geografis apapun
X = Tidak dikehendaki
I37
Alasanalasan yang digunakan untuk menyatakan tingkat kepentingan tersebut dapat dilihat pada tabel 2.3 Alasan tersebut diambil
berdasarkan sifat atau karakteristik dari aktivitas masingmasing stasiun kerja.
Tabel 2.4 Alasan Pemilihan Tingkat Kepentingan
Kode Alasan1 Urutan aliran kerja2 Derajat hubungan kepegawaian 3 Kemudahan pengawasan4 Perpindahan alat/ pegawai5 Alat informasi & komunikasi6 Karyawan sama7 Bising, debu, bau tidak sedap
8.1.1 Work Sheet ( lembar kerja )
Untuk mempermudah penganalisaan selanjutnya, hubungan antar aktivitas tersebut dikonversikan ke dalam lembar kerja (work sheet).
Sementara peta hubungan aktivitas berguna untuk perencanaan dan penganalisaan hubungan aktivitas, informasi yang dihasilkan hanya berguna jika
diolah ke dalam satu diagram. Berikut ini adalah contoh lembar kerja diagram keterkaitan aktivitas
Tabel 2.5 Lembar kerja Diagram Keterkaitan Aktivitas
I38
2.2.14. Activity Relationship Diagram (Diagram Hubungan Aktivitas)
Dengan data yang telah disusun secara lebih sistematik dalam work sheet, suatu ARD akan dapat dengan mudah dibuat. Disini ada dua cara
yang bisa dipergunakan untuk membuat diagram, yaitu sebagai berikut:
• Dengan membuat suatu Activity Template Block Diagram (ATBD)
• Dengan menggunakan kombinasikombinasi garis dan pemakaian kode warna yang telah distandarkan untuk setiap
hubungan aktivitas yang ada.
Pada ATBD, data yang telah dikelompokkan dalam work sheet kemudian dimasukkan ke dalam suatu activity template. Tiaptiap template
akan menjelaskan mengenai departemen yang bersangkutan dan hubungannya dengan aktivitas dari departemendepartemen yang lain. Template
disini hanya memberi penjelasan mengenai hubungan aktivitas antara departemen satu dengan departemen yang lain. Untuk itu skala luasan dari
masingmasing departemen tidak perlu diperhatikan.
Pada dasarnya semua kode yang tercantum dalam work sheet dimasukkan ke dalam ATBD kecuali huruf U (Unimportant), karena dianggap
tidak memberi pengaruh apaapa pada aktivitas departemen satu terhadap departemen lainnya. Seperti halnya dalam work sheet, maka disini kode
angka yang menjelaskan menganai alasan pemilihan derajat hubungan antara departemen juga tidak dimasukkan ke dalam diagram ini. Langkah
selanjutnya adalah memotong dan mengatur template tersebut sesuai dengan urutan derajat aktivitas yang dianggap penting dan diperlukan, yaitu
berdasarkan urutan kode huruf A kemudian E dan seterusnya. Berikut ini adalah contoh diagram hubungan aktivitas
I39
Gambar 2.4 Activity Relationship Diagram
Juga harus dikenali bahwa dapat juga dituntut dejarat pemisahan yaitu aktivitas yang sebaiknya dipisahkan dengan alasanalasan sebagai
berikut :
Tabel 2.6 Standar Penggambaran Derajat Hubungan Aktivitas
Derajat Kedekatan
Diskripsi Kode Garis Kode warna
A Mutlak 4 garis MerahE Sangat penting 3 garis OrangeI Penting 2 garis HijauO Biasa/ cukup 1 garis Biru
U Tidak pentingTidak ada kode garis
Tidak ada kode warna (putih)
X Tidak dikehendaki Garis Coklat
I40
bergelombang
Tanda untuk menunjukkan kedekatan yang tidak diharapkan adalah X, artinya tidak diinginkan aktivitasaktivitas tersebut berdekatan
2.2.15. Systematic Layout Planning
Ada sejumlah langkah atau prosedur yang dikembangkan untuk memudahkan proses perancangan tata letak fasilitas produksi yang pada
dasarnya semua itu bisa didekati dengan menggunakan cara yang sitematis dan terorganisir baik. Systematic layout planning (SLP) merupakan suatu
pendekatan sistematis dan terorganisir untuk perencanaan layout yang dibuat oleh Ricard Muther,1973. Langkah SLP ini banyak diaplikasikan untuk
berbagai macam permasalahan antara lain produksi, transportasi, pergudangan dan lainlain.
Dari prosedur dibawah ini kita melihat bahwa langkah awal harus dimulai dengan pengumpulan data yang dipakai untuk perencanaan layout
berdasarkan kegiatan produksi baik yang sedang berlangsung atau yang diramalkan. Setelah data terkumpul maka suatu analisa aliran material yang
dikombinasikan dengan analisa aktivitas (activity relationship) akan bisa dipakai untuk membuat perencanaan diagram hubungan aktivitas (activity
relationship diagram). Dengan memperhatikan kebutuhankebutuhan akan luasan area untuk fasilitas yang ada dan juga ketersediaan luasan areanya
maka langkah selanjutnya yang bisa dibuat adalah merencanakan “Space Relationship Diagram”. Berdasarkan space relationship diagram ini dengan
pertimbanganpertimbangan modifikasi seperlunya dan batasanbatasan praktis yang harus ada maka suatu alternatif layout bisa segera dirancang dan
dievaluasi seperlunya.
Secara ringkas prosedur pelaksanaan SLP dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut
I41
Gambar 2.5 Prosedur pelaksanaan Systematic Layout Planning(Thompkins J, A, et al)
.
I42
3. From To Chart (FTC)
From to chart adalah suatu teknik konvensional yang digunakan untuk perencanaan tata letak pabrik dan pemindahan bahan dalam suatu
proses produksi. Teknik ini sangat berguna untuk kondisikondisi di mana banyak items yang mengalir melalui suatu area. Angkaangka yang
terdapat dalam suatu from to chart akan menunjukkan total dari berat beban yang harus dipindahkan, jarak perpindahan bahan, volume atau
kombinasikombinasi dari faktorfaktor ini.From to chart merupakan penggambaran tentang total OMH dari suatu bagian aktivitas dalam pabrik
menuju aktivitas dalam pabrik lainnya. Dalam from to chart dapat dilihat total OMH secara keseluruhan.
Berikut ini adalah contoh aplikasi fromto chart untuk empat departement
Tabel 2.7 From to chart yang menunjukan jumlah material yang dipindahkan
4. Inflow / Outflow
Outflow digunakan untuk mencari koefisien ongkos yang keluar dari suatu area ke beberapa area lain. Sedang inflow untuk mencari koefisien
ongkos yang masuk ke suatu area dari beberapa area lain. Referensi perhitungan outflowinflow berasal dari perhitungan OMH dan FTC, yaitu ongkos
yang dibutuhkan untuk material handling dari satu area ke area lain.
Perhitungan inflow dan outflow berdasarkan OMH dan FTC sehingga dapat digambarkan sebagai berikut :
I43
M M
Inflow Outflow
Keterangan :
Inflow = ongkos di mesin M : ongkos yang masuk ke mesin M
Outflow = ongkos di mesin M : ongkos yang keluar ke mesin M
5. Tabel Skala Prioritas (TSP)
Tabel skala prioritas adalah suatu tabel yang menggambarkan urutan prioritas antara departemen dalam suatu lintasan atau tata letak pabrik.
TSP didapat dari hasil perhitungan outflowinflow, dimana prioritas diurutkan berdasarkan harga koefisien ongkosnya. Koefisien terbesar akan
menempati prioritas satu, koefisien terbesar kedua akan menempati prioritas dua dan begitu seterusnya.
Tujuan dari pembuatan TSP adalah :
a. Untuk meminimumkan ongkos.
b. Memperkecil jarak material handling.
I44
c. Mengoptimalkan layout.
Berikut ini adalah contoh Tabel Skala Prioritas empat department.
Tabel 2.8 Contoh TSP empat departement
5.2. Pengertian dan Tujuan Pemindahan Bahan Secara Umum
Pemindahan bahan adalah suatu aktivitas yang sangat penting dalam kegiatan produksi dan memiliki kaitan erat dengan perancangan tata
letak fasilitas produksi. Aktivitas itu sendiri sebenarnya merupakan aktivitas yang diklasifikasikan non produktif, sebab tidak memberikan nilai
perubahan apaapa terhadap material atau bahan yang dipindahkan. Disini tidak akan terjadi perubahan bentuk, dimensi maupun sifatsifat fisik atau
kimiawi dari material yang dipindahkan. Di sisi lain justru kegiatan pemindahan bahan akan menambah biaya. Dengan demikian sebisa mungkin
aktivitas pemindahan bahan tersebut diminimasi atau bahkan dieliminir. Cara yang paling tepat untuk menekan pemindahan bahan tersebut adalah
memindahkan bahan pada jarak yang sependekpendeknya dengan mengatur tata letak departemen produksi atau departemen yang ada.
Dalam melaksanakan kegiatan pemindahan bahan, rekayasawan pemindahan bahan berusaha mencapai sasaran secara menyeluruh yaitu
mengurangi ongkos produksi. Sasaran umum ini lebih mudah dipahami jika diuraikan ke dalam sasaransasaran yang lebih khusus, seperti :
1 Menaikkan kapasitas
1 Memperbaiki kondisi kerja
1 Memperbaiki pelayanan pada pelanggan
1 Meningkatkan pemanfaatan ruang dan peralatan
1 Mengurangi ongkos
I45
2.3.1. Tujuan Material Handling
Ada dua faktor yang mempengaruhi dalam mempelajari dan merencanakan sistem material handling yaitu, pertama karena biaya material
handling menyerap sebagian besar biaya produksi. Kedua, material handling berpengaruh terhadap operasi perancangan fasilitas yang
diimplementasikan. Tujuan utama dari sistem material handling adalah ( Meyers, F. E. 2002):
1 Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan, memberikan perlindungan terhadap material.
1 Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja.
1 Meningkatkan produktivitas.
1 Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas.
1 Mengurangi bobot mati
1 Sebagai pengawas persediaan..
2.3.2. AspekAspek Biaya Pemindahan Bahan
Secara umum biaya material handling akan terbagi dalam tiga klasifikasi (Perencanaan dan Perancangan fasilitas, hari Purnomo,) :
1 Biaya yang berkaitan dengan transportasi raw material dari sumber asalnya menuju pabrik dan pengiriman finished goods product ke konsumen
yang membutuhkannya. Biaya transportasi di sini merupakan fungsi yang berkaitan langsung dengan pemilihan lokasi pabrik dengan
memperhatikan tempat di mana sumber material berada serta lokasi pada tujuannya.
1 In Plant Receiving and Storage, yaitu biayabiaya yang diiperlukan untuk pemindahan material dari satu proses ke proses berikutnya sampai
ke pengiriman produk akhir.
1 Handling materials yang dilakukan oleh operator pada mesin kerjanya serta proses perakitan yang berlangsung di atas meja perakitan.
Dalam usaha menganalisa biaya material handling, maka faktorfaktor berikut ini seharusnya sangat diperhatikan, yaitu ( Sule D., R.,) :
a. Material
• Harga pembelian dari mesin/peralatan
I46
• Biaya seluruh material yang digunakan
• Maintenance cost dan repair – part inventory
• Direct power cost (kilo watt hour, bahan bakar dan lainlain)
• Biaya untuk oli
• Biaya untuk peralatan bangku (pelengkap)
• Biaya instalasi, termasuk di sini seluruh material dan biaya upah pekerja dan pengaturan kembali.
b. Salary dan Wages
• Direct Labor Cost (seluruh personel yang terlibat di dalam pengoperasian peralatanperalatan material handling)
• Training Cost untuk menjalankan peralatan material handling tersebut.
• Indirect Labor Cost (staff dan service departemens) dan lainlain.
c. Finansial Charge
c. Interest untuk investasi peralatan material handling
d. Biaya asuransi, depresiasi dan lainlain
2.3.3. TandaTanda Tata Letak Yang Baik
Tata letak yang baik memiliki beberapa karakteristik yang jelas yang dapat dilihat bahkan dari satu pengamatan biasa. Diantaranya yang
paling penting adalah ( Meyers, F. E):
a. Keterkaitan kegiatan yang terencana
b. Bentuk aliran bahan yang terencana
c. Aliran yang baik diharapkan berbentuk garis lurus
I47
d. Langkah balik yang minimum
e. Gang yang lurus
f. Pemindahan antar operasi minimum
g. Metode pemindahan yang terencana
h. Jarak pemindahan yang terencana
i. Pemindahan bergerak dari penerimaan ke pengiriman
j. Operasi pertama dekat dengan penerimaan
k. Operasi terakhir dekat dengan pengiriman
l. Mudah disesuaikan jika terdapat perubahan situasi
m. Sesedikit mungkin barang yang tengah diproses
n. Ruang penyimpanan yang cukup
o. Penyediaan ruang yang cukup antar peralatan
p. Penempatan yang pantas bagi bagian penerimaan dan pengiriman
2.4. Penelitian Tentang Perancangan Tata Letak Pabrik
I48
Penelitian tentang perancangan tata letak pabrik sudah ada di jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta, penelitian tersebut
telah dilakukan dengan daftar nama seperti pada tabel 2.9 sebagai berikut :
Tabel 2.9. Daftar Penelitian Perancangan Tata Letak di Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta
No. Nama Peneliti
Judul Tahun Metode Hasil
1. Eva Martina Afriana
Perancangan Ulang Tata LetakPabrik Sangkar Burung Soudan, Surakarta.
2006 Metode kuantitatif guna menganalisis aliran bahan
1.Meminimasi jarak tempuh aliran material
2.Meminimasi Ongkos Material Handling (OMH).
2. Anggun Dyan Kartika Rini
Perancangan Perbaikan Tata Letak Fasilitas Gudang PackingDi PT. Palur Raya Surakarta.
2007 Metode kuantitatif guna menganalisis aliran bahan.
1.Meminimasi jarak tempuh aliran material
2.Meminimasi Ongkos Material Handling (OMH).
3. Wiwik Triwidyanti
Perancangan Tata Letak Pabrik Kerajinan Tembaga “MUDA
2007 Metode kuantitatif guna menganalisis aliran bahan.
Meminimasi jarak tempuh aliran material.
I49
TAMA”.4. Yeni
ErnawatiMemperbaiki tata letak RSUD Dr. Soeroto Ngawi.
2007 Metode Pendekatan Sistem Matrik Layout.
Memperbaiki tata letak RSUD Dr. Soeroto Ngawi saat ini berdasarkan kedekatan fungsi antar tiap ruangan.
No. Nama Peneliti Judul Tahun Metode Hasil
5. Didik Dwi Suryanto
Usulan Perbaikan Tata Letak stasiun Kerja Pada Departemen Konstruksi, CV Mitra Jati Mandiri Dengan Menggunaakan Metode Quadratic Assignment Problem (QAP).
2007 Metode Quadratic Assignment Problem (QAP).
Meminimasi jarak tempuh aliran material.
6. Gina Yolanda
Perancangan Ulang Tata LetakDan Fasilitas Pada Industri Krupuk Sala.
2007 Metode kuantitatif guna menganalisis aliran bahan.
Meminimasi jarak tempuh aliran material.
I50
7. Wiwin Lestari
Perancangan Tata Letak Stasiun Kerja Dengan Metode Systematic Layout Procedure.
2007 Metode Systematic Layout Procedure.
Meminimasi Ongkos Material Handling (OMH).
8 Dwi Efendi Usulan Perancangan Tata Letak Pabrik Perusahaan Dalam Rangka Relokasi Ke Area Baru
2008 Metode Blocplan
Meminimalkan biaya produksi
9. Nirul Eka Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi pada Pembuatan Mesin Plastik
2008 Aplikasi Group Technology
Meminimasi jarak tempuh aliran materia & Ongkos Material Handling (OMH
I51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat
penelitian. Langkahlangkah yang dilakukan akan digambarkan dengan sebuah flowchart di bawah
ini :
M u l a i
L a t a r B e l a k a n g M a s a l a h
P e r u m u s a n M a s a l a h
T u j u a n p e n e l i t i a n d a n m a n f a a t p e n e l i t i a n
S t u d i l i t e r a t u r
P e n g u m p u l a n d a t a
A
T a h a pI d e n t i f i k a s i
M a s a l a h
T a h a pP e n g u m p u l a n
D a t a
0100090000037800000002001c00000000000400000003010800050000000b0200000000050000000c0
Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian
Diagram Alir Keseluruhan
Secara garis besar langkahlangkah penyelesaian masalah terdiri dari lima tahap yaitu : tahap
identifikasi masalah, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, tahap analisa dan interpretasi
serta tahap kesimpulan dan saran. Penjelasan lebih lengkap dari tiap tahapan adalah sebagai berikut :
3.1. Identifikasi Permasalahan
Tahap identifikasi masalah terdiri dari empat langkah yaitu : latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta studi literatur. Adapun penjelasan yang lebih lengkap dari
tiap langkah adalah sebagai berikut :
3.1.1. Latar belakang masalah
Latar belakang penelitian ini adalah kondisi tata letak pabrik saat ini yang belum mengacu pada
aliran material yang tepat sesuai proses operasi pembuatan Rokok Gama, sehingga mengakibatkan arus
bolakbalik pekerja. Hal ini juga mengakibatkan terjadinya perpotongan aliran bahan yang dapat
mempengaruhi tingkat keamanan dan performansi pekerja. Selain itu, belum ada penempatan yang
sesuai dengan aliran proses SKT dan SKM yaitu antara bahan mentah, bahan setengah jadi dan barang
jadi yang juga menyebabkan terganggunya arus lalu lintas material handling.
3.1.2. Perumusan masalah
Pada penelitian ini dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang dihadapi adalah mengetahui
bagaimana performansi kondisi pabrik Rokok Gama sekarang serta bagaimana merancang ulang tata
letak pabrik Rokok Gama agar lebik baik dibanding kondisi awal.
3.1.3. Tujuan dan manfaat penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi tata letak pabrik Rokok Gama saat ini serta
merancang tata letak Pabrik Rokok Gama.
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan masukan yang dapat berguna bagi
pengembangan perusahaan serta meminimalisasi jarak tempuh pekerja dalam melakukan proses
produksi dan mengurangi ongkos material handling yang dikeluarkan perusahaan.
3.1.4. Studi literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari referensi yang berhubungan dengan :
1 Jenis rokok yang di produksi PR. Gama yaitu Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek
Mesin (SKM), meliputi : bahan baku, proses produksi, peralatan yang digunakan dalam produksi .
1 Perencanaan dan perancangan tata letak (layout) pabrik.
1 Material handling.
3.2. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan rentang waktu pengumpulannya adalah satu
bulan, dimulai bulan juni 2008. Data yang dikumpulkan meliputi :
d. Aktivitas proses produksi pabrik Rokok Gama .
e. Layout awal, meliputi pembagian stasiun kerja pabrik Rokok Gama.
f. Luas lantai yang tersedia, guna mengetahui ukuran masingmasing stasiun kerja.
g. Ukuran dan jumlah mesin.
3.3. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
3.3.1. Penentuan jarak antar stasiun kerja
Jarak antar stasiun kerja dapat diketahui dengan terlebih dahulu melakukan langkahlangkah
sebagai berikut :
1 Mengetahui jumlah komponen yang diperlukan untuk membuat satu batang rokok beserta urutan
prosesnya.
1 Menghitung frekuensi material handling per bulan.
Selanjutnya adalah perhitungan jarak dengan menggunakan sistem jarak siku (rectilinea)r, yaitu
jarak yang diukur antara pusat stasiun kerja satu dengan pusat stasiun kerja lainnya.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
D12 = 1212 yyxx −+− …………………………..(3.1)
3.3.2. Ongkos Material Handling (OMH)
Faktorfaktor yang mempengaruhi perhitungan ongkos material handling diantaranya adalah :
jarak tempuh dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain, frekuensi perpindahan antar stasiun kerja
dan ongkos pengangkutan per meter gerakan. Pengukuran jarak tempuh tersebut disesuaikan dengan
kondisi yang ada di Pabrik Rokok GAMA. Dengan demikian, jika jarak tempuh sudah diketahui dan
frekuensi material handling sudah diperhitungkan maka ongkos material handling dapat diketahui,
dimana :
Ongkos material handling per meter gerakan terdiri dari 2 macam, yaitu :
1 Material handling dengan tenaga manusia, menggunakan perhitungan :
OMH per meter = totaljarakbulanperGaji
……….……..….……...(3.2)
q. Material handling dengan kereta dorong, menggunakan perhitungan :
ljarak totadorong kereta Biaya
meter per MH =O…………...............(3.3)
sehingga didapatkan :
)( meterperOMHxtempuhjarakxfrekuensiOMHTotal = …..…..(3.4)
3.3.3. Perancangan Layout
Perancangan dilakukan untuk memperbaiki keadaan awal yang dianggap kurang sesuai.
Perbaikan ini didasarkan pada perolehan performansi layout usulan (jarak dan biaya material handling)
yang lebih baik dibanding performansi awal.
Langkahlangkah yang ditempuh dalam perancangan layout usulan adalah sebagai berikut :
c. Membuat Activity Relationship Chart (ARC).
Bila dilakukan perancangan layout, maka layout usulan yang dibuat perlu
mempertimbangkan Activity Relationship Chart (ARC) dan worksheet. ARC disusun
berdasarkan alasan–alasan tertentu dan tingkat kepentingan yang disimbolkan dengan huruf
A, I, E, O, U, dan X. Hurufhuruf tersebut menunjukkan bagaimana aktivitas dari setiap
stasiun kerja akan mempunyai hubungan secara langsung atau erat kaitannya dengan satu
sama lain.
d. Menyusun Worksheet.
Untuk mempermudah penganalisaan selanjutnya, Activity Relationship Chart (ARC) tersebut
dikonversikan ke dalam lembar kerja (worksheet).
e. Menyusun Activity Relationship Diagram (ARD) berdasarkan ARC usualan.
f. Menentukan jarak antar stasiun kerja layout usulan.
g. Mengukur performansi layout usulan dilihat dari segi jarak apakah sudah lebih baik jika
dibandingkan dengan layout awal.
h. Mengatur bentuk / stasiun kerja tiap depertemen.
3.4. Analisis dan Interpretasi Hasil
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis dari hasil pengolahan data yang terdiri dari :
1 Analisis hasil evaluasi layout pabrik rokok gama awal.
1 Analisis hasil perancangan layout usulan.
1 Perbandingan layout awal dengan layout usulan.
1 Interpretasi hasil.
3.5. Kesimpulan dan Saran
Dari analisis yang sudah dilakukan maka langkah berikutnya adalah menarik kesimpulan untuk
menjawab tujuan dari penelitian serta memberikan saran demi perkembangan penelitian ini lebih lanjut.
BAB IVPENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
o Pengumpulan Data
Datadata yang digunakan dalam perancangan tata letak ini adalah aktivitas proses produksi
Rokok Gama jenis SKT dan SKM, layout awal, luas lantai yang tersedia serta ukuran dan jumlah
mesin. Masingmasing data tersebut dijelaskan sebagai berikut :
Aktivitas proses produksi di pabrik Rokok Gama
Area produksi di Pabrik Rokok Gama meliputi Tiga Gedung yaitu :
e. Gedung I
Dengan Luas 36m x 23m, pada gedung ini terdapat area aktivitas produksi rokok jenis SKT, di samping
itu juga sebagai tempat peneriman tembakau dan cengkeh mentah. Layout awal gedung satu dapat
dilihat dan di jelaskan pada gambar dibawah ini:
A
FE
D G
B Cmesin Molyn
area linting SKTtempat penerimaan
tempat penerimaan tembakau
bagian inspeksibag. pewarnaan
tempat tembakau dan cengkeh yang belum di masak ( mentah )
kardus
SKT yg sudah di olah
Gambar 4.1 Layout Awal Gedung 1
Pada layout gedung I di atas terdapat beberapa aktivitas meliputi : stasiun A (penerimaan
packing kardus), stasiun B (aktivitas packing bungkus rokok SKM), stasiun C (produksi Sigaret Kretek
Tangan), stasiun D (penerimaan tembakau SKT yg sudah di olah), stasiun E (aktivitas inspeksi), stasiun
F (aktivitas pewarnaan), stasiun G (penyimpanan tembakau dan cengkeh mentah),
Aktivitas proses produksi yang ada di gedung satu adalah :
8. Stasiun A, merupakan tempat penerimaan kertas packing kardus.
9. Stasiun B, merupakan aktivitas packing bungkus rokok SKM. Rokok yang sudah di linting di
stasiun A di gedung satu di bawa ke stasiun ini untuk di packing bungkus . 1 bungkus =16
batang.
10. Stasiun C, Merupakan aktivitas proses lintng rokok jenis SKT. Tembakau yang sudah di olah
di stasiun B di gedung dua di bawah ke stasiun D pada gedung ini kemudian di proses linting
secara manual.
11. Stasiun D, merupakan tempat penampung tembakau yang sudah di olah dari gedung dua.
12. Stasiun E, merupakan aktivitas yang di lakukan untuk mengecek kualitas rokok yang sudah di
linting dari kecacatan produk sebelum di oven.
13. Stasiun F, merupakan proses pewarnaan kertas sigaret .
14. Stasiun G, merupakan tempat penerimaan tembakau dan cengkeh mentah dari penjual.
f. Gedung II
Dengan luas 60m x 23m, pada gedung ini terdapat beberapa aktivitas antara lain : aktivitas
pengolahan tembakau & cengkeh, aktivitas packing kardus, aktivitas pres SKM, aktivitas slop SKM,
pembandrolan SKM. Untuk lebih jelasnya Layout gedung dua dapat dilihat dan di jelaskan pada gambar
di bawah ini :
N
B D
E
F HJ
A C G
P
MO
KL
Imesin pengolah tembakau
tempat tembakau yg sudah diolah
tempat tembakau sisa olahan
packing kardus
penerimaan bahan baku
penerimaan kertas sigaretbandrol & saos mesin slop
mesin pres
bal SKT
pres SKT
piket SKToven SKT
bandrol SKM
mandor produk siap krm
mandor
Gambar 4.2 Layout Awal Gedung II
Aktivitas proses produksi yang ada di gedung dua ini adalah :
1. Stasiun A (pengolahan tembakau), tembakau dan cengkeh mentah yang sudah di
rajang kecilkecil di bawa pada mesin pengolah. Di dalam mesin terlebih dahulu
tembakau dan cengkeh di udal untuk menghilangkan debu dan kotoran. Kemudian
tembakau dan cengkeh di campur untuk di semprot dengan saos (bumbu yang sudah di
racik) menggunakan mesin sehingga menjadi tembakau masak.
2. Stasiun B (penerimaan tembakau yang suadh di olah), tembakau yang sudah di olah
dari stasiun A di tampung di stasiun ini sesuai dengan jenis rokok, kemudian di bagi
ke tiap stasiun penerimaan di gedung satu dan gedung tiga untuk di proses linting baik
secara manual maupun dengan mesin .
3. Stasiun C, merupakan stasiun penampung tembakau & cengkeh yang tercecer saat
terjadinya proses pengolahan di mesin pengolah.
4. Stasiun D (packing kardus), rokok yang sudah di bungkus di bawa ke stasiun ini untuk
di packing kardus dan rokok siap di kirim.
5. Stasiun E, area mandor yang bertugas mencatat produk yang sudah di packing kardus
dan produk rokok yang akan di kirim.
6. Stasiun F, merupakan tempat penerimaan kertas sigaret dan kertas bandrol untuk
rokok jenis SKT dan SKM.
7. Stasiun G, merupakan tempat penampung bahan baku seperti : CTP, kertas filter,
Etiket, Aluminium Foil, Inner Frameuntuk rokok jenis SKT dan SKM.
8. Stasiun H ( proses slop), rokok jenis SKM yang sudah di pres di bawa ke stasiun ini
untuk di packing slop.
9. Stasiun I (proses piket), rokok jenis SKT yang sudah di oven di bawa ke stasiun ini
untuk di packing bungkus dan di pres kemudian di bal .
10. Stasiun J (proses pres), rokok jenis SKM yang sudah di packing bungkus dan di
tempeli bandrol di bawa ke stasiun ini untuk di pres per bungkus dengan plastik agar
rasa dan aroma rokok tidak pudar.
11. Stasiun K (oven), rokok jenis SKT yang sudah di linting dari stasiun C di gedung tiga
di bawa ke stasiun ini untuk di oven selama 12 jam untuk menjaga agar rasa dan aroma
rokok tidak pudar.
12. Stasiun L (pembandrolan), rokok yang sudah di packing per bungkus di bawa ke
stasiun ini untuk di tempel kertas bandrol.
13. Stasiun M ( meja mandor), merupakan area mandor yang bertugas mengawasi proses
oven SKT, proses piket SKT, pembandrolan SKM, bal SKT, dan pres SKT.
14. Stasiun N (gudang)
15. Stasiun O (pres SKT), rokok yang sudah di packing bungkus di stasiun I di bawake
stasiun ini untuk di pres. 1 pres = 10 pack.
16. Stasiun P (bal SKT), rokok yang sudah di pres di stasiun O di bawa ke stasiun ini
untuk di bal. 1 bal =20 pres.
g. Gedung III
Dengan Luas 36m x 23m. Pada gedung ini terdapat dua area aktivitas produksi yaitu aktivitas
produksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan aktivitas produksi Sigaret Kretek Mesin (SKM). Layout
awal pada gedung III dapat dilihat dibawah ini :
DC
B
A
EN
P
F
O
L
J
K
M
G
H
I
Mesin Linting SKM
Mesin packing bungkus
Penerimaan tembakau olahan SKM
mesin skrapG.alat
G. penampung rokok SKM
R. OvenPiket SKT
Linting SKT
Pewarnaan
penerimaan tembakau SKT
bal SKT
Pres SKT
Inspeksi SKT
mandor
Penampung rokok hasil inspeksi
Gambar 4.3 Layout Awal Gedung III
Aktivitas proses produksi yang ada di gedung tiga ini adalah :
5.3. Stasiun A (aktivitas linting rokok SKM jenis mild dan filter). Tembakau yang sudah di olah di
bawa ke mesin Linting sesuai jenisnya, terdapat 2 mesin linting yaitu jenis mild dan filter.
Setelah itu rokok di tata pada rak penampung untuk selanjutnya di bawa ke mesin packing
bungkus.
5.4. Stasiun B (mesin packing bungkus), rokok yang sudah di tata pada rak penampung di bawa ke
mesin packing bungkus untuk di bungkus 16 batang per bungkus.
5.5. Stasiun C (tempat penerimaan tembakau jenis SKM), tembakau dan cengkeh yg sudah di olah
dari penerimaan tembakau olahan di gedung dua di bawa ke stasiun ini untuk di linting dengan
mesin.
5.6. Stasiun D ( skrap), proses ini di lakukan untuk mendaur ulang atau mengambil tembakau
rokok jenis SKM yang cacat maupun rusak saat pross linting dan packing bungkus.
5.7. Stasiun E, sebagai gudang peralatan .
5.8. Stasiun F, gudang penampung rokok yang akan di packing bungkus.
5.9. Stasiun G, merupakan penerimaan tembakau SKT yang sudah di olah dari stasiun B di gedung
dua.
5.10. Stasiun H, merupakan proses pewarnaan kertas sigaret yang berguna untuk meningkatkan rasa
pada rokok .
5.11. Stasiun I , tembakau yang sudah di olah di bawa pada stasiun ini untuk di linting dan di potong
secara manual . Setalah di linting dan di potong rokok di bawa ke bagian inspeksi untuk di
periksa kualitas rokok sebelum di oven.
5.12. Stasiun J, merupakan proses inspeksi yang di lakukan terhadap rokok SKT untuk mengecek
kualitas rokok yang sudah di linting dari kecacatan produk.
5.13. Stasiun K, merupakan tempat penampung rokok yang sudah melalui proses inspeksi yang
sedang menunggu untuk di oven pada stasiun L.
5.14. Stasiun L (oven), proses ini dilakukan untuk mengoven rokok jenis SKT yang sudah di linting
dengan tujuan agar kualitas rasa rokok tidak berubah sebelum di packing bungkus.
5.15. Stasiun M (piket), pada stasiun ini terdapat aktivitas packing bungkus secara manual
menggunakan mesin las listrik dengan perantara seng. Rokok jenis SKT yang telah di proses
oven di bawa ke stasiun ini untuk di packing bungkus dan pembandrolan secara manual.
Setelah ini rokok di bawa ke stasiun P untuk di pres.
5.16. Stasiun N (bal), rokok yang sudah di pres dibawa ke stasiun ini untuk proses bal sebelum di
packing kardus. 1 bal 20 pres, 1 pres 10 pak bungkus, 1 pak bungkus 10 batang
5.17. Stasiun O, merupakan ruang mandor yg mencatat produksi rokok jenis SKT di gedung ini.
5.18. Stasiun P (aktivitas pres), rokok yang telah di bungkus dan di tempeli bandrol di bawa k
stasiun ini untuk di pres . 1 pres berisi 10 pak bungkus masingmasing bungkus terdapat rokok
jenis SKT 10 batang.
Tenaga kerja.
Jumlah tenaga kerja di masingmasing gedung di Pabrik Rokok GAMA dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kerja
Proses pembuatan rokok jenis SKT dan SKM
Berikut ini adalah tahaptahap pembuatan rokok jenis SKT dan SKM :
• Proses produksi untuk Sigaret Kretek Tangan (SKT), melalui beberapa tahap:
TAHAP I
3 Daun tembakau dirajang kecilkecil dengan menggunakan mesin perajang,kemudian masuk
pengeringan.
4 Tembakau takyat yang berupa gulungan diudal dengan menggunakan mesin, kemudian di ayak
untuk menghilangkan debu dan kotoran lain.
5 Cengkeh dimasukkan ke mesin perajang dan hasilnya berupa cengkeh rajangan.
TAHAP II
2. Tembakau rakyat yang telah diayak dan daun tembakau rajangan dicampur dengan cengkeh
3. Tembakau cengkeh ini kemudian disemprot dengan saos menggunakan mesin penyemprot
sambil diaduk rata, sehingga menjadi tembakau masak.
TAHAP III
d. Tembakau masak tersebut kemudian dilinting oleh tenaga kerja pelintingan
e. Setelah menjadi rokok batangan kemudian dimasukkan kebagian pemeriksaan yang
selanjutnya diadakan pesortiran guna memilih rokok yang memenuhi standart kualitas.
f. Rokok yang sudah memenuhi standart kualitas dimasukkan ke ruang pengovenan untuk
dikeringkan selama kurang lebih 12 jam.
TAHAP IV
i. Setelah rokok kering dan baik, selanjutnya diadakan pembungkusan chellopane yang isinya
tergantung merk, kemudian diberi pita cukai.
j. Tiaptiap 200 pack dijadikan 10 slope atau 20 slope dimana 1 slope ada yang 20 dan 10 pack.
k. Setelah rokok dalam satuan bal atau boss kemudian dikirim kegudang dan siap dipasarkan.
• Proses produksi untuk Sigaret Kretek Mesin (SKM), yaitu pembuatan rokok
menggunkan mesinmesin yang agak modern,sehingga dalam proses produksinya,
tenaga manusia tidak begitu banyak diperlukan, proses produksi menggunakn
beberapa tahap yaitu:
TAHAP I
• Mulamula daun tembakau disemprot dengan saos dasar, kemudian dimasukkan ke
mesin perajang.
• Kemudian tembakau rajangan dimasukkan ke mesin penggorengan untuk dijadikan
tembakau oven.
TAHAP II
1. Setelah proses penggorengan dan menjadi tembakau oven, kemudian di semprot dengan
menthol yang akhirnya menjadi tembakau masak.
2. Tembakau masak ini selanjutnya siap dilinting menggunakan mesin pelintingan (making)
TAHAP III
c. Setelah proses pelintingan selesai rokok dikirim ke stasiun packing untuk
pembungkusan.
d. Kemudian rokok yang sudah dalam bentuk bungkusan diberikan pita cukai.
TAHAP IV
1. Rokok yang telah diberi pita cukai masuk stasiun wraping yaitu rokok melalui proses
pembungkusan plastik.
2. Setelah rokok dalam satuan bal atau boss kemudian dikirim kegudang dan siap dipasarkan.
Diagram Alir
Diagram alir merupakan bentuk garfis dari urutanurutan proses yang dibuat di atas tata letak
yang sedang dibahas yaitu area produksi Pabrik Rokok GAMA. Diagram alir proses produksi dapat
dilihat pada gambar 4.4
``
B
A
D
C1
E
F
G
A
B D
C
G
FH
P
O
I
E
M
K
Pem
band
rola
nS
KM
N
Mesin linting SKM
B
C
D
LF
E
M
GH
P
O
K
J
N I
tembakau
kardus
ALIRAN MATERIAL DI PABRIK ROKOK GAMA
= aliran proses SKM
= aliran proses SKT
Pen
erim
aan
kar
dus
pack
ing
Mesinmolyn
Penerimaantembakau SKT
Linting manual
inspeksipewarnaan
Penerimaan tembakau &cengkeh mentah
Penerimaantembakau hasil
olahan
Packingkardus
Mesin Pengolahantembakau
Sis
ape
ngo
laha
nda
ri m
sein
Tempat karduspacking yg blm
di rakit
Penerimaan bahantambahan
mandor Mesin pres
Mesin slop
Ruang ovenSKT
Mesin Packingbungkus
Penerimaan tembakau SKM Pro
ses
skra
p
Rua
ng o
ven
SK
TA
Gud
ang
pene
mpu
ngro
kok
SKM
Ruangperalatan
Piket SKT
Lint
ing
SK
T
Bal
SKT
Pres
SK
T
inspeksi
Pene
rimaa
nte
mba
kau
SK
TP
ewar
naan
mandor
= perpindahan Tembakau & cengkeh mentah
= aliran perpindahan kardus packing
= aliran perpindahan tembakau olahan U
Gambar 4.4 Diagram Alir Area Produksi Pabrik Rokok GAMA
I66
Layout Awal
Berdasarkan Peta Proses Operasi area aktivitas pabrik Rokok Gama terbagi
menjadi:
d. Gedung I
Layout awal gedung I dapat terlihat di bawah ini :
A
FED G
BC
Gambar 4.5 Layout awal gedung I
Keterangan :
6. Area Aktivitas Penerimaan kardus packing
7. Area Aktivitas packing bungkus SKM
8. Area Aktivitas Linting& pemotongan manual
9. Area Aktivitas Penerimaan Tembakau hasil olahan SKT
10. Area Aktivitas Inspeksi
11. Area Aktivitas Pewarnaan
12. Area Aktivitas Penerimaan Tembakau & Cengkeh mentah
I67
e. Gedung II
Layout awal gedung I dapat terlihat di bawah ini :
N
B D
E
F H
J
A C GP
M
O
K
L
I
Gambar 4.6 Layout awal gedung II
Keterangan :
1 Area Aktivitas Mesin Pengolah tembakau
1 Area aktivitas Penerimaan Tembakau yang sudah di olah
1 Area Aktivitas penerimaan Tembakau sisa olahan
1 Area Aktivitas Packing kardus
1 Area Aktivitas Mandor Produk siap kirim
1 Area Gudang Kertas Sigaret dan Bandrol utk SKT & SKM, dan bahanbahan
kimia
1 Area Gudang bahan Baku : CTP,kertas Filter, Etiket, Aluminium Foil, Inner
Frame untuk SKT & SKM
1 Area Aktivitas Slop SKM
I68
1 Area aktivitas Las & pembandrolan SKT
1 Area Aktivitas Pres SKM
1 Area Aktivitas Oven
1 Area Aktivitas Pembandrolan SKM
1 Area Aktivitas Mandor
1 Gudang
1 Area Aktivitas Pres SKT
1 Area Aktivitas bal SKT
f. Gedung III
Layout awal gedung I dapat terlihat di bawah ini :
DC
B
A
EN
P
F
O
L
J
K
M
G
H
I
Gambar 4.7 Layout awal gedung III
Keterangan :
1 Area Aktivitas Proses Linting SKM
I69
1 Area Aktivitas packing Bungkus SKM
1 Area Aktivitas Penerimaan tembakau olahan SKM
1 Area Aktivitas skrap SKM
1 Area Gudang Peralatan
1 Area Aktivitas penampung SKM yg menunggu di packing bungkus
1 Area Aktivitas penerimaan tembakau SKT
1 Area Aktivitas Pewarnaan
1 Area Aktivitas Linting SKT
1 Area Aktivitas Inspeksi
1 Area Penampung rokok yg siap di oven
1 Area Aktivitas Oven SKT
1 Area Aktivitas Piket SKT
1 Area Aktivitas Bal SKT
1 Area Aktivitas mandor
1 Area Aktivitas Pres SKT
Luas lantai
Di dalam area proses produksi Pabrik Rokok Gama memiliki tiga area
produksi dengan luas berbedabeda antara lain Gedung I 36m x 23m , Gedung II
60m x 23m , Gedung III 36m x 23m . Luas lantai yang ada sekarang berdasarkan
pengamatan di lokasi dapat dilihat pada perhitungan berikut:
Contoh perhitungan :
Area aktivitas penerimaan tembakau SKT(Kode D1), Panjang = 9 m
Lebar = 3.9 m
Luas area aktivitas penerimaan tembakau SKT D1 = panjang x lebar
= 9 m x 3.9 m
= 35.1 m2
I70
Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabeltabel dibawah ini :
Tabel 4.2 Ukuran Area Kerja Gedung I
Berdasarkan pengamatan yang di lakukan di pabrik rokok GAMA, pada
gedung tiga terdapat 7 stasiun kerja dengan total luas area kerja 401,89 m2
Tabel 4.3 Ukuran Area Kerja Gedung II
Berdasarkan pengamatan yang di lakukan di pabrik rokok GAMA, pada
gedung dua terdapat 16 stasiun kerja dengan total luas area kerja 679,09 m2
I71
Tabel 4.4 Ukuran Area Kerja Gedung III
Berdasarkan pengamatan yang di lakukan di pabrik rokok GAMA, pada
gedung satu terdapat 16 stasiun kerja dengan total luas area kerja 488,84 m2
Ukuran dan jumlah mesin
Mesin – mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi
Pabrik Rokok Gama beserta jumlah dan ukurannya dapat dilihat pada tabel 4.5
berikut:
Tabel 4.5 Ukuran dan Jumlah Mesin – Peralatan di Gedung I
I72
Berdasarkan pengamatan yang di lakukan di pabrik rokok GAMA, pada
gedung satu total kebutuhan ruangan pada gedung ini adalah 81,36 m2
Tabel 4.6 Ukuran dan Jumlah Mesin – Peralatan di Gedung II
Berdasarkan pengamatan yang di lakukan di pabrik rokok GAMA, pada
gedung dua total kebutuhan ruangan pada gedung ini adalah 167,73 m2
Tabel 4.7 Ukuran dan Jumlah Mesin – Peralatan di Gedung III
Berdasarkan pengamatan yang di lakukan di pabrik rokok GAMA, pada
gedung tiga total kebutuhan ruangan pada gedung ini adalah 263,79 m2
I73
o Pengolahan Data
Tahapantahapan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :
Pengolahan data layout awal
Pengolahan data layout awal dilakukan untuk menentukan performansi tata
letak Pabrik Rokok Gama saat ini. Langkahlangkah yang ditempuh adalah
sebagai berikut :
e. Penentuan jarak antar area aktivitas
Perhitungan jarak antar area aktivitas dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu mengetahui aliran proses antar area aktivitas. Untuk menentukan aliran
proses, dilakukan dengan mengetahui jenis aktivitas produksi yang dilakukan dan
frekuensi material handlingnya. Jenis aktivitas produksi yang dilakukan pada
Pabrik Rokok Gama dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut :
Tabel 4.8 Data Jenis Aktivitas, Frekuensi Material Handling dan Urutan Proses Tiap Aktivitas
Jenis AktivitasTotal
Aktivitas per hari
Kapasitas Material Handling per hari
Total aktivitas Material
Handling per hari (kali)
Urutan Proses
Pengolahan tembakau SKT
5100 kg 20kg 255 G1A2B2D1C3G3
Linting&pemotongan SKT 395500 btg 3500 btg 113 D1C1/ I3J3
Oven 470000 btg 3500 btg 134 E1K2/J3K3L3Piket gama Classic 640000 btg 3500 btg 113 L3M3/K2I2PiketGama king size 395500 btg 3500 btg 113 L3M3/K2I2Piket Gama Hijau 395500 btg 3500 btg 113 L3M3/K2I2Pres SKT 395500 btg 3500 btg 113 M3P3/I2O2
I74
Bal SKT 395500 btg 3500 btg 113 P3N3/ O2P2Pengolahan tembakau SKM 5100 kg 20kg 255 G1A2B2C3
Linting Mild 1024000 btg 4000 btg 256 C3A3Linting filter 563200 btg 1800 btg 313 C3A3Packing Mild 32000 btg 125 Pack 256 A3B3Packing Filter 30000 btg 110 Pack 273 A3B3Pembandrolan mild 32000 btg 125 Pack 256 B3L2Pres SKM mild 32000 btg 125 Pack 256 L2J2Slop SKM mild 32000 btg 125 Pack 256 J2H2Pembandrolan Filter 30000 btg 110 Pack 273 B3L2Pres SKM Filter 30000 btg 110 Pack 273 L2J2Slop SKM Filter 30000 btg 110 Pack 273 J2H2
Sumber : Data aktivitas produksi Pabrik Rokok Gama bulan januari 2009 .
Dari tabel urutan proses diatas, dapat dihitung frekuensi material handling
per bulan adalah sebagai berikut:
Contoh perhitungan:
Frekuensi perpindahan per hari = )(21perhariHandlingMateralKapasitas
BkeGnPerpindaha
= kgkg
201700
= 85 kali
Frekuensi perpindahan per bulan = jahariharipernperpindahaFrekuensi ker×
= 85 x 26
= 2210 kali
I75
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Frekuensi Material Handling Antar Area Aktivitas (per bulan)
Dari Ke Komponen Alat Angkut
Frekuensi (kali)
G1 (Penerimaan tembakau& cengkeh mentah)
A2 (Pengolahan tembakau)
Tembakau& cengkeh mentah manusia 2210
A2 (Pengolahan tembakau)
B2 (Penampungan tembakau dari mesin pengolah)
Tembakau yg sudah di olah manusia 2210
B2 (Penampungan tembakau dari mesin pengolah)
Penerimaan tembakau SKT yg sudah diolah
Tembakau SKT yg sudah di olah manusia 1105
B2 (Penampungan tembakau dari mesin pengolah)
C3 (Penerimaan tembakau SKM)
Tembakau SKM mild yg sudah di olah
manusia 2340
B2 (Penampungan tembakau dari mesin pengolah)
C3 (Penerimaan tembakau SKM)
Tembakau SKM filter yg sudah di olah
manusia 2340
B2 (Penampungan tembakau dari mesin pengolah)
G3 (Penerimaan tembakau SKT)
Tembakau SKT yg sudah di olah manusia 1105
D1 (Penerimaan tembakau SKT yg sudah diolah)
C1 (Linting & pemotongan manual SKT)
Tembakau yg siap di linting jenis SKT
manusia 1105
C3 (Penerimaan tembakau SKM)
A3 (Proses Linting SKM)
Tembakau utk SKM jenis Mild yg siap di linting
manusia 2340
C3 (Penerimaan tembakau SKM)
A3 (Proses Linting SKM)
Tembakau utk SKM jenis filter yg siap di linting
manusia 2340
A3 (Proses Linting SKM)
F3 (Gudang jadi SKM)
Rokok SKM jenis mild yg
Kereta dorong
208
I76
siap di pack
A3 (Proses Linting SKM)
F3 (Gudang jadi SKM)
Rokok SKM jenis filter yg siap di pack
Kereta dorong 143
A3 (Proses Linting SKM)
D3 (skrap SKM yg cacat)
Rokok SKM yg cacat
manusia 52
D3 (skrap SKM yg cacat)
A3 (Proses Linting SKM)
Rokok cacat yg sudah di skrap manusia 260
F3 (Gudang jadi SKM)
B3 (Proses packing bungkus SKM)
Rokok SKM jenis Mild
Kereta dorong
208
F3 (Gudang jadi SKM)
B3 (Proses packing bungkus SKM)
Rokok SKM jenis Filter
Kereta dorong 143
B3 (Proses packing bungkus SKM)
L2 (Pembandrolan SKM)
Rokok SKM yg sipa di bandrol
Kereta dorong
8597
L2 (Pembandrolan SKM) J2 (Pres SKM) Rokok SKM yg
siap di pres manusia 137540
Lanjutan
Tabel 4.9 Frekuensi Material Handling Antar Area Aktivitas (per bulan)
Dari Ke Komponen Alat Angkut
Frekuensi (kali)
J2 (Pres SKM) H2 (Slop SKM) Rokok SKM yg siap di pack slop
manusia 137540
H2 (Slop SKM) D2 (Packing kardus)
Rokok SKM yg sipa di Packing kardus
Kereta dorong
1733
C1 (Linting & pemotongan manual SKT)
E1 (Inspeksi)Rokok yg sudah di linting& di potong manusia 5200
E1 (Inspeksi) K2 (Oven SKT) Rokok yg siap di oven
Kereta dorong
5200
K2 (Oven SKT) I2 (Las&bandrol SKT) Rokok SKT manusia 5200
I2 (Las&bandrol SKT) O2 (Pres SKT) Rokok SKT manusia 5200O2 (Pres SKT) P2 (Bal SKT) Rokok SKT manusia 5200
P2 (Bal SKT) D2 (Packing kardus)
Rokok jenis SKT kereta dorong
5200
G3 (Penerimaan tembakau SKT)
I3 (Linting & Pemotongan manual SKT)
Tembakau yg siap di linting jenis SKT manusia 1105
I3 (Linting & Pemotongan manual SKT)
J3 (Inspeksi) Rokok jenis SKT manusia 5200
J3 (Inspeksi)K3 (penampung barang jadi yg telah di inspeksi)
Rokok jenis SKT yg siap di oven manusia 5200
K3 (penampung barang jadi yg telah di
L3 (Oven SKT) Rokok jenis SKT manusia 5200
I77
inspeksi)
L3 (Oven SKT) M3 (Las & pembandrolan)
Proses piket rokok SKT
manusia 5200
M3 (Las & pembandrolan) P3 (Pres SKT) Proses pres rokok
SKT manusia 5200
P3 (Pres SKT) N3 (Bal SKT) Proses Bal rokok SKT
manusia 5200
N3 (Bal SKT) D2 (Packing kardus)
Proses packing Kardus rokok SKT
kereta dorong 5200
Keterangan :
1: gedung I
2: gedung II
3: gedung III
Berdasarkan tabel 4.9 di atas maka jarak antara satu area aktivitas dengan
area aktivitas yang lain dapat ditentukan. Penentuan jarak ini menggunakan
system jarak rectilinear yaitu merupakan jarak yang diukur siku antara pusat
fasilitas satu dengan pusat fasilitas yang lain. Masingmasing area aktivitas dicari
titik pusatnya yaitu 0 dari X dan Y. Pemilihan system rectilinear karena lebih
mudah dimengerti dan mudah digunakan.
Contoh perhitungan;
Pada layout awal diketahui bahwa :
o Luas area aktivitas Penerimaan tembakau & cengkeh
mentah (G1) ialah 70.69m2 dengan titik pusatnya (x1;y1)
yaitu (14.36 ;0.38 )
o Luas area aktivitas Pengolahan tembakau (A2) ialah
80.4 m2 dengan titik pusatnya (x2;y2) yaitu (6.10;14.65)
Jarak antara area aktivitas Penerimaan tembakau & cengkeh mentah dan
I78
area aktivitas Pengolahan tembakau (JarakG1A2) adalah sebagai berikut
:Jarak G1A2 = BGBG yyxx −+−
= 42.5999.2402.1895.1 −+−
= 43.3407.16 + = 50.50 m
Tabel 4.10 Titik Pusat Area Aktivitas Gedung I
Kode area aktivitas Titik pusatx y
A 15.2 1.62B 19.4 7.35C 16.1 19.65D 2.25 4.8E 6.15 18.18F 4.95 23.58G 1.95 24.99
Tabel 4.11 Titik Pusat Area Aktivitas Gedung II
Kode area aktivitas Titik pusatx y
A 18.02 59.42B 5.30 59.72C 16.93 72.55D 5.30 70.27E 1.27 80.62F 5.81 85.02G 18.00 83.13H 6.74 93.02I 21.33 98.76J 2.00 97.58K 21.37 104.90L 15.18 105.15M 19.48 100.85N 0.00 104.42O 16.76 98.73P 12.88 96.85
I79
Tabel 4.12 Titik Pusat Area Aktivitas Gedung III
Kode area aktivitas Titik pusatx y
A 18.2 127.34B 10.9 126.44C 1.65 122.99D 2.25 130.34E 4.1 136.54F 8.3 136.54G 12 153.74H 6.3 153.74I 7.8 148.29J 10.8 143.04K 14.55 143.04L 17.15 136.54M 20.6 146.39N 4.8 142.89O 14.6 139.59P 9.5 139.89
Jadi, jarak area penerimaan tembakau & cengkeh mentah – pengolahan
tembakau adalah 50.50 m. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat di bawah
ini
Tabel 4.13 Jarak Antar Area Aktivitas
Dari Ke Jarak (m)G1 A2 50.50A2 B2 13.02B2 D1 57.97B2 C3 66.92B2 C3 66.92B2 G3 100.72D1 C1 28.70C3 A3 20.90C3 A3 20.90A3 F3 19.10A3 F3 19.10A3 D3 18.95D3 A3 18.95F3 B3 12.70F3 B3 12.70B3 L2 25.57L2 J2 20.75
I80
J2 H2 9.30H2 D2 24.19C1 E1 11.42E1 K2 101.94K2 I2 6.18I2 O2 4.60O2 P2 5.76P2 D2 34.16G3 I3 9.65I3 J3 8.25J3 K3 3.75K3 L3 9.10L3 M3 13.30M3 P3 17.60P3 N3 7.70N3 D2 73.12
Total 914.39
Berikut ini akan ditunjukkan jarak tempuh antar area kerja yang paling
berpengaruh terhadap jarak total, pada gambar 4.8 :
Jarak Tempuh Antar Area Kerja
13.0
2 28.7
020
.90
20.9
019
.10
19.1
018
.95
18.9
512
.70
12.7
025
.57
9.30 24
.19
11.4
210
1.94
6.18
4.60
5.76
34.1
69.
658.
253.
75 9.10 13
.30
17.6
07.
7073
.12
20.7
5
100.
7266
.92
66.9
257
.97
50.5
0
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
G1
A2
B2
D1
B2
C3
D3
C1
C3
A3
A3
F3
D3
A3
F3
B3
L2J
2
H2
D2
E1
K2
I2O
2
P2
D2
I3J
3
K3
L3
M3
P3
N3
D2
area aktivitas
jara
k te
mpu
h ( m
)
Gambar 4.8. Jarak Tempuh Antar Area Kerja
I81
f. Ongkos Material Handling (OMH)
Berdasarkan jarak antar area aktivitas yang berhubungan dan besarnya
aliran material untuk periode satu bulan, maka dapat ditentukan jarak total yang
ditempuh selama proses produksi berlangsung di area produksi Pabrik Rokok
Gama. Jarak total tersebut berdasarkan perhitungan berikut :
Contoh perhitungan :
Frekuensi perpindahan dari G1 ke A2 = 2210 kali / bulan
Jarak G1A2 = 50,50 m
Panjang lintasan total G1A2 = 2210 x 50,50
= 111605 m
Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.14
Tabel 4.14 Panjang Lintasan Total
Dari Ke Komponen Alat
AngkutFrekuensi (kali)
Jarak (m)
Frekuensi x Jarak (m)
G1 A2 Tembakau& cengkeh mentah manusia 2210 50.50 111605A2 B2 Tembakau & cengkeh mentah manusia 2210 13.02 28774.2
B2 D1 Tembakau SKT yg sudah di olah
manusia 1105 57.97 64056.85
B2 C3 Tembakau SKM mild yg sudah di olah
kereta dorong 2340 66.92 156592.8
B2 C3 Tembakau SKM filter yg sudah di olah
kereta dorong
2340 66.92 156592.8
B2 G3 Tembakau SKT yg sudah di olah
kereta dorong 1105 100.72 111295.6
D1 C1 Tembakau yg siap di linting jenis SKT
manusia 1105 28.70 31713.5
C3 A3 Tembakau utk SKM jenis Mild yg siap di linting manusia 2340 20.90 48906
C3 A3 Tembakau utk SKM jenis filter yg siap di linting
manusia 2340 20.90 48906
A3 F3 Rokok SKM jenis mild yg siap di pack
kereta dorong 208 19.10 3972.8
A3 F3 Rokok SKM jenis filter yg siap di pack
kereta dorong
143 19.10 2731.3
A3 D3 Rokok SKM yg cacat manusia 52 18.95 985.4
I82
D3 A3 Rokok cacat yg sudah di skrap manusia 260 18.95 4927
F3 B3 Rokok SKM jenis Mild kereta dorong
208 12.70 2641.6
F3 B3 Rokok SKM jenis Filter kereta dorong 143 12.70 1816.1
B3 L2 Rokok SKM yg siap di bandrol
kereta dorong
8596 25.57 219799.72
L2 J2 Rokok SKM yg siap di pres manusia 137540 20.75 2853955
J2 H2 Rokok SKM yg siap di pack slop
manusia 137540 9.30 1279122
H2 D2 Rokok SKM yg sipa di Packing kardus
kereta dorong 1733 24.19 41921.27
C1 E1 Rokok SKT yg sudah di linting& di potong
manusia 5200 11.42 59384
E1 K2 Rokok yg siap di oven kereta dorong 5200 101.94 530088
K2 I2 Rokok SKT manusia 5200 6.18 32136I2 O2 Rokok SKT manusia 5200 4.60 23920O2 P2 Rokok SKT manusia 5200 5.76 29952
P2 D2 Rokok jenis SKT kereta dorong 5200 34.16 177632
G3 I3 Tembakau yg siap di linting jenis SKT
manusia 1105 9.65 10663.25
I3 J3 Rokok jenis SKT manusia 5200 8.25 42900
J3 K3 Rokok jenis SKT yg siap di oven
manusia 5200 3.75 19500
K3 L3 Rokok jenis SKT manusia 5200 9.10 47320L3 M3 Proses piket rokok SKT manusia 5200 13.30 69160
Lanjutan
Tabel 4.14 Panjang Lintasan Total
Dari
Ke Komponen Alat Angkut
Frekuensi (kali)
Jarak (m)
Frekuensi x Jarak (m)
M3 P3 Proses pres rokok SKT manusia 5200 17.60 91520P3 N3 Proses Bal rokok SKT manusia 5200 7.70 40040
N3 D2 Proses packing Kardus rokok SKT
kereta dorong 5200 73.12 380224
Total 372223 914.39 373137.39
Ongkos material handling untuk setiap satu kali pengangkutan ditentukan
berdasarkan ongkos per meter gerakan dimana di dalam ongkos tersebut sudah
dipertimbangkan biaya pembelian alat, biaya tenaga kerja dan biaya depresiasi
alat. Dari data material handling yang ada maka besarnya ongkos material
handling dapat ditentukan sebagai berikut :
1. Material handling dengan menggunakan tenaga manusia
c. Biaya tenaga kerja
I83
Biaya tenaga kerja per minggu = Rp. 180.000,
Biaya tenaga kerja per bulan = Rp. 180.000, x 4 minggu
= Rp. 720.000
Gaji per bulan = Rp 720.000
Jarak total yang dilakukan oleh tenaga manusia adalah 4939446.2 m
dengan perincian yang dapat dilihat pada tabel 4.15
I84
Tabel 4.15 Panjang Lintasan Total Perpindahan Manusia
Dari
Ke Komponen Alat Angkut
Frekuensi (kali)
Jarak (m)
Frekuensi x Jarak (m)
G1 A2Tembakau& cengkeh mentah manusia 2210 50.50 111605
A2 B2Tembakau & cengkeh mentah
manusia 2210 13.02 28774.2
B2 D1Tembakau SKT yg sudah di olah manusia 1105 57.97 64056.85
D1 C1Tembakau yg siap di linting jenis SKT
manusia 1105 28.70 31713.5
C3 A3Tembakau utk SKM jenis Mild yg siap di linting manusia 2340 20.90 48906
C3 A3Tembakau utk SKM jenis filter yg siap di linting
manusia 2340 20.90 48906
A3 D3 Rokok SKM yg cacat manusia 52 18.95 985.4
D3 A3Rokok cacat yg sudah di skrap
manusia 260 18.95 4927
L2 J2Rokok SKM yg siap di pres manusia 137540 20.75 2853955
J2 H2Rokok SKM yg siap di pack slop
manusia 137540 9.30 1279122
C1 E1Rokok SKT yg sudah di linting& di potong manusia 5200 11.42 59384
K2 I2 Rokok SKT manusia 5200 6.18 32136I2 O2 Rokok SKT manusia 5200 4.60 23920O2 P2 Rokok SKT manusia 5200 5.76 29952
G3 I3Tembakau yg siap di linting jenis SKT manusia 1105 9.65 10663.25
I3 J3 Rokok jenis SKT manusia 5200 8.25 42900
J3 K3Rokok jenis SKT yg siap di oven manusia 5200 3.75 19500
K3 L3 Rokok jenis SKT manusia 5200 9.10 47320L3 M3 Proses piket rokok SKT manusia 5200 13.30 69160M3 P3 Proses piket rokok SKT manusia 5200 13.30 91520P3 N3 Proses pres rokok SKT manusia 5200 17.60 40040
Total 4939446.2
OMH per meter = totaljarakbulanperGaji
= 2.4939446000.720
= Rp 0.15,
I85
a. Material handling dengan menggunakan kereta dorong
Gambar 4.9 Peralatan Material Handling
2.22Biaya peralatan kereta dorong
a. Biaya pembelian = @ Rp. 5.000.000,
b. Umur ekonomis = 5 tahun
c. Jumlah kereta dorong = 2 buah
d. 1 tahun = 312 hr
e. 1 bulan = 26 hr
f. Harga ban = @ Rp. 100.000,
g. Harga pelumas = Rp. 30.000, / ltr
Dengan menggunakan perhitungan depresiasi, maka biaya kereta dorong
dapat dihitung sebagai berikut :
Depresiasi 1 kereta dorong = hrekonomisumurthpembelianbiaya
3121
××
= hrththRp
31251,000.000.5.
××−
= Rp. 3205.12,/hr
Depresiasi 2 kereta dorong = 2 x Rp. 3205.12,
I86
= Rp. 6410.25,/hr
Biaya perawatan
Penggantian ban =
( )hr
dorongetajumlahbanjumlahbanah312
kerarg ××
=
( )hr
Rp312
26,000.100. ××−
= Rp. 3846.15,/hr
Pelumas = hrltrRp
261,000.30. ×−
= Rp. 1153.84,/hr
Total biaya perawatan = Rp. 3846.15, + Rp. 1153.84,
= Rp. 4999.99,/hr
Total biaya kereta dorong/bln = (Depresiasi + biaya perawatan) x 26hr
=(Rp. 6410.25, + Rp. 4999.99,) x 26hr
= Rp. 296666.24,
2.23Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja per minggu = Rp 180.000,
Biaya tenaga kerja per bulan = Rp 720.000,
Kebutuhan tenaga kerja = 10orang/hari
Total biaya tenaga kerja / bulan = 10x Rp. 720.000,
= Rp. 7.200.000,
Biaya Kereta Dorong/bulan = Rp. 296666.24,+ Rp.
7.200.000,
= Rp. 7496666.24,
Jarak total yang dilakukan dengan kereta dorong adalah 32868 m, dengan
perincian yang dapat dilihat pada tabel 4.16
I87
Tabel 4.16 Panjang Lintasan Total Perpindahan Kereta Dorong
Dari
Ke Komponen Alat Angkut
Frekuensi (kali)
Jarak (m)
Frekuensi x Jarak (m)
B2 C3 Tembakau SKM mild yg sudah di olah
kereta dorong 2340 66.92 156592.8
B2 C3Tembakau SKM filter yg sudah di olah
kereta dorong
2340 66.92 156592.8
B2 G3 Tembakau SKT yg sudah di olah
kereta dorong 1105 100.72 111295.6
A3 F3Rokok SKM jenis mild yg siap di pack
kereta dorong
208 19.10 3972.8
A3 F3 Rokok SKM jenis filter yg siap di pack
kereta dorong 143 19.10 2731.3
F3 B3 Rokok SKM jenis Mild kereta dorong
208 12.70 2641.6
F3 B3 Rokok SKM jenis Filter kereta dorong 143 12.70 1816.1
B3 L2Rokok SKM yg siap di bandrol
kereta dorong
8596 25.57 219799.72
H2 D2 Rokok SKM yg sipa di Packing kardus
kereta dorong 1733 24.19 41921.27
E1 K2 Rokok yg siap di oven kereta dorong
5200 101.94 530088
P2 D2 Rokok jenis SKT kereta dorong 5200 34.16 177632
N3 D2Proses packing Kardus rokok SKT
kereta dorong
5200 73.12 380224
Total 32973.14
OMH per meter = totaljarakbulanperdorongetaBiaya ker
= 14.3297324.7496666
= Rp 227.36,
Berdasarkan panjang lintasan antar area aktivitas yang berhubungan,
besarnya aliran material / frekuensi aliran bahan, dan ongkos material handling
per meter, maka total ongkos material handling per bulan dapat dihitung sebagai
berikut :
Contoh perhitungan :
I88
Total OMHG1A2 / bulan = frekuensi G1A2 x Jarak G1A2 x OMHG1A2 / meter
= −,15.0.50.502210 Rpxmxkali
= Rp. 16740.75,
Tabel 4.17 Total Ongkos Material Handling (OMH) per bulan
Dari Ke KomponenAlat
AngkutFrekuensi (kali) [1]
Jarak (m) [2]
[3] = [1*2]
OMH/ meter
[4]
Total OMH /
bulan[5] = [3*4]
G1 A2 Tembakau& cengkeh mentah
manusia 2210 50.50 111605 0.15 16740.75
A2 B2 Tembakau & cengkeh mentah manusia 2210 13.02 28774.2 0.15 4316.13
B2 D1 Tembakau SKT yg sudah di olah
manusia 1105 57.97 64056.85 0.15 9608.5275
B2 C3Tembakau SKM mild yg sudah di
olah
kereta dorong 2340 66.92 156592.8 227.4 35602939.01
B2 C3Tembakau SKM filter yg sudah di
olah
kereta dorong 2340 66.92 156592.8 227.4 35602939.01
B2 G3 Tembakau SKT yg sudah di olah
kereta dorong 1105 100.72 111295.6 227.4 25304167.62
D1 C1Tembakau yg siap di linting
jenis SKTmanusia 1105 28.70 31713.5 0.15 4757.025
C3 A3Tembakau utk
SKM jenis Mild yg siap di linting
manusia 2340 20.90 48906 0.15 7335.9
C3 A3Tembakau utk
SKM jenis filter yg siap di linting
manusia 2340 20.90 48906 0.15 7335.9
A3 F3Rokok SKM
jenis mild yg siap di pack
kereta dorong 208 19.10 3972.8 227.4 903255.808
A3 F3Rokok SKM jenis filter yg siap di pack
kereta dorong 143 19.10 2731.3 227.4 620988.368
A3 D3 Rokok SKM yg cacat
manusia 52 18.95 985.4 0.15 147.81
D3 A3 Rokok cacat yg sudah di skrap manusia 260 18.95 4927 0.15 739.05
F3 B3 Rokok SKM jenis Mild
kereta dorong
208 12.70 2641.6 227.4 600594.176
F3 B3 Rokok SKM jenis Filter
kereta dorong 143 12.70 1816.1 227.4 412908.496
B3 L2 Rokok SKM yg siap di bandrol
kereta dorong
8596 25.57 219799.72 227.4 49973664.34
L2 J2 Rokok SKM yg siap di pres manusia 137540 20.75 2853955 0.15 428093.25
I89
J2 H2 Rokok SKM yg siap di pack slop manusia 137540 9.30 1279122 0.15 191868.3
H2 D2Rokok SKM yg sipa di Packing
kardus
kereta dorong 1733 24.19 41921.27 227.4 9531219.947
C1 E1Rokok SKT yg
sudah di linting& di potong
manusia 5200 11.42 59384 0.15 8907.6
Lanjutan
Tabel 4.17 Total Ongkos Material Handling (OMH) per bulan
Dari KeKompone
nAlat
AngkutFrekuensi (kali) [1]
Jarak (m) [2] [3] = [1*2]
OMH/ meter
[4]
Total OMH /
bulan[5] = [3*4]
E1 K2 Rokok yg siap di oven
kereta dorong 5200 101.94 530088 227.4 120520807.7
K2 I2 Rokok SKT manusia 5200 6.18 32136 0.15 4820.4I2 O2 Rokok SKT manusia 5200 4.60 23920 0.15 3588O2 P2 Rokok SKT manusia 5200 5.76 29952 0.15 4492.8
P2 D2 Rokok jenis SKT
kereta dorong 5200 34.16 177632 227.4 40386411.52
G3 I3Tembakau yg siap di linting
jenis SKTmanusia 1105 9.65 10663.25 0.15 1599.4875
I3 J3 Rokok jenis SKT
manusia 5200 8.25 42900 0.15 6435
J3 K3Rokok jenis SKT yg siap
di ovenmanusia 5200 3.75 19500 0.15 2925
K3 L3 Rokok jenis SKT manusia 5200 9.10 47320 0.15 7098
L3 M3 Proses piket rokok SKT
manusia 5200 13.30 69160 0.15 10374
M3 P3 Proses pres rokok SKT manusia 5200 17.60 91520 0.15 13728
P3 N3 Proses Bal rokok SKT
manusia 5200 7.70 40040 0.15 6006
N3 D2
Proses packing
Kardus rokok SKT
kereta dorong
5200 73.12 380224 227.4 86447728.64
total 372223 914.39 6724754.19 2731.47 406648541.5
Dari tabel diatas di ketahui total frekuensi perpindahan 372223 kali, total
jarak perpindahan 914.39 meter, total OMH/ meter 2731.47, ,total OMH/ bulan
406648541.5,.
I90
I91
g. Activity Relationship Diagram (ARD)
Activity Relationship Diagram (ARD) merupakan kombinasi antara derajat
hubungan aktivitas dan aliran material. ARD awal disusun berdasarkan layout awal
yang telah ada. Tampilan Activity Relationship Diagram (ARD) ditunjukkan oleh
gambar 4.7.
Pem
band
rola
nSK
M
N
Mesin linting SKM
Activity Relationship Diagram ( ARD )Area Produksi Pabrik Rokok Gama
Pen
erim
aan
kard
usp
acki
ng
Mesinmolyn
Penerimaantembakau SKT
Linting manual
inspeksipewarnaan
Penerimaan tembakau &cengkeh mentah
Penerimaantembakau hasil
olahan
Packingkardus
Mesin Pengolahantembakau
Sis
ape
ngo
laha
nda
ri m
sein
Tempat karduspacking yg blm
di rakit
Penerimaan bahantambahan
mandor Mesin pres
Mesin slop
Ruang ovenSKT
Mesin Packingbungkus
Penerimaantembakau SKM
mesin skrap
Rua
ng o
ven
SKT
Gu
dan
g pe
nem
pung
roko
k SK
M
Ruangperalatan
Piket SKT
Lint
ing
SKT
Bal
SK
T
Pre
s SK
T
inspeksi
Pene
rim
aan
tem
bak
au S
KT
Pew
arna
an
mandor
Meja piket
mandor
Pres SKT
Bal SKT
Penampung rokokSKT yg siap di oven
U
Gambar 4.10 Activity Relationship Diagram (ARD) Awal
I92
Perancangan Layout
Sebelum merancang layout usulan, yang terlebih dahulu harus diperhatikan
adalah.penentuan kebutuhan luas ruangan. Tiga hal yang dapat dijadikan dasar untuk
menentukan luas area yang dibutuhkan yaitu : penentuan tingkat produksi
(production rate), peralatan yang dibutuhkan untuk proses produksi dan karyawan
yang diperlukan.
Dalam penentuan kebutuhan luas ruangan area produksi Pabrik Rokok
GAMA, peneliti menggunakan “metode fasilitas industri”, yaitu metode penentuan
kebutuhan ruangan berdasar fasilitas produksi dan fasilitas pendukung proses
produksi yang dipergunakan.
Berikut ini akan diberikan perhitungan untuk menentukan luas area yang
dibutuhkan :
Contoh perhitungan :
SKA pada gedung 3, menempatkan 2 mesin linting, dengan ukuran masing
masing :
Mesin 1 panjang = 5.4 m
Lebar = 3.9 m
Luas mesin 1 = 5.4 x 3.9
= 21.06 m2
Mesin 2 panjang = 5.4 m
Lebar = 3.9 m
Luas mesin 2 = 5.4 x 3.9
= 21.06 m2
Luas total = 21.06 m2+ 21.06 m2
= 42.12 m2
Kebutuhan ruang = 150% x 42.12
= 63.18 m2
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.16.
I93
I94
Tabel 4.18. Total kebutuhan ruangan berdasarkan fasilitas produksi
Kode Area Kerja MesinJumlah
[1] Ukuran
Luas mesin [4] = [2] *[3]
m2Luas Total [5]
= [1x4]Kelonggaran
[6]
Kebutuhan Ruang [7] = {5x6}m2
panjang [2] m
lebar [3] m
B1 packing bungkus mesin molyn 1 5 3.6 18 18 150% 27kursi kecil 2 0.35 0.25 0.0875 0.175 150% 0.2625
C1 linting SKT meja besar 10 3.3 1.8 5.94 59.4 150% 89.1
kursi panjang 10 3.3 0.35 1.155 11.55 150% 17.325kursi kecil 20 0.35 0.25 0.0875 1.75 150% 2.625
E1 inspeksi meja besar 1 1.5 1.2 1.8 1.8 150% 2.7kursi kecil 2 0.35 0.25 0.0875 0.175 150% 0.2625
F1 pewarnaan meja besar 1 1.8 1.2 2.16 2.16 150% 3.24kursi kecil 2 0.35 0.25 0.0875 0.175 150% 0.2625
A2 Pengolahan tembakau mesin pengolah 1 12 6.7 80.4 80.4 150% 120.6E2 mandor meja kecil 1 1.5 1.5 2.25 2.25 150% 3.375
kursi kecil 1 0.35 0.25 0.0875 0.0875 150% 0.13125H2 slop mesin slop 1 5.4 3.3 17.82 17.82 150% 26.73
kursi kecil 2 0.35 0.25 0.0875 0.175 150% 0.2625I2 piket SKT meja besar 1 6.85 1.34 9.179 9.179 150% 13.7685
kursi panjang 1 6.85 0.35 2.3975 2.3975 150% 3.59625J2 pres SKM mesin pres 5 3.4 1.2 4.08 20.4 150% 30.6
kursi kecil 5 0.35 0.25 0.0875 0.4375 150% 0.65625L2 pembandrolan SKM meja besar 3 3.75 1.8 6.75 20.25 150% 30.375
kursi panjang 6 3.75 0.35 1.3125 7.875 150% 11.8125
Lanjutan Tabel 4.18. Total kebutuhan ruangan berdasarkan fasilitas produksi
Kode Area Kerja MesinJumlah
[1] Ukuran
Luas mesin [4] = [2] *[3]
m2Luas Total [5]
= [1x4]Kelonggaran
[6]
Kebutuhan Ruang [7] = {5x6}m2
panjang [2] m
lebar [3] m
M2 mandor meja kecil 1 1.5 1.5 2.25 2.25 150% 3.375kursi kecil 1 0.35 0.25 0.0875 0.0875 150% 0.13125
O2 pres SKT meja besar 2 3 1.34 4.02 8.04 150% 12.06kursi kecil 4 0.35 0.25 0.0875 0.35 150% 0.525
I95
P2 bal SKT meja besar 2 3 1.34 4.02 8.04 150% 12.06kursi kecil 4 0.35 0.25 0.0875 0.35 150% 0.525
A3 Linting SKM mesin linting 2 5.4 3.9 21.06 42.12 150% 63.18kursi kecil 4 0.35 0.25 0.0875 0.35 150% 0.525
B3 packing bungkus SKM mesin packing 3 5 3.6 18 54 150% 81kursi kecil 2 0.35 0.25 0.0875 0.175 150% 0.2625
D3 skrap SKM mesin skrap 1 3.9 1.8 7.02 7.02 150% 10.53kursi kecil 1 0.35 0.25 0.0875 0.0875 150% 0.13125
F3 penampung SKM kereta penampung 25 0.9 0.9 0.81 20.25 150% 30.375I3 linting SKT meja besar 16 3.3 1.8 5.94 95.04 150% 142.56
kursi panjang 16 3.3 0.35 1.155 18.48 150% 27.72kursi kecil 32 0.35 0.25 0.0875 2.8 150% 4.2
J3 inspeksi meja besar 1 1.8 1.8 3.24 3.24 150% 4.86kursi kecil 2 0.35 0.25 0.0875 0.175 150% 0.2625
Lanjutan Tabel 4.18. Total kebutuhan ruangan berdasarkan fasilitas produksi
Kode Area Kerja MesinJumlah
[1] Ukuran
Luas mesin [4] = [2] *[3]
m2Luas Total [5]
= [1x4]Kelonggaran
[6]
Kebutuhan Ruang [7] = {5x6}m2
panjang [2] m
lebar [3] m
M3 piket SKT meja kecil 22 1.2 0.9 1.08 23.76 150% 35.64N3 bal SKT meja besar 3 2.4 1.5 3.6 10.8 150% 16.2
kursi kecil 3 0.35 0.25 0.0875 0.2625 150% 0.39375O3 mandor meja kecil 1 1.2 0.9 1.08 1.08 150% 1.62
kursi kecil 1 0.35 0.25 0.0875 0.0875 150% 0.13125P3 pres SKT meja besar 3 2.4 1.5 3.6 10.8 150% 16.2
kursi kecil 3 0.35 0.25 0.0875 0.2625 150% 0.39375
I96
Dari tabel perhitungan luas area di atas, dapat diketahui bahwa ukuran
masingmasing area kerja pada layout awal sudah memenuhi luas area minimal yang
dibutuhkan.
Perancangan layout usulan dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut
f. Activity Relationship Chart (ARC)
Untuk membantu menentukan aktivitas yang harus diletakkan pada suatu
departemen, telah ditetapkan suatu pengelompokan derajat hubungan, yang diikuti
dengan tanda bagi tiap derajat tersebut, yaitu :
Derajat Kedekatan DeskripsiA MutlakE Sangat pentingI PentingO Biasa/ cukupU Tidak pentingX Tidak dikehendaki
Dalam memberikan simbol untuk mengukur kedekatan antar departemen
perlu dimasukkan alasan sebagai dasar penentuan hubungan. Pemberian alasan
didasarkan pada keterkaitan produksi, pegawai dan informasi. Alasan untuk
mendapatkan derajat keterkaitan sangat tergantung pada situasi dimana aktivitas
dilakukan. Secara umum alasan keterkaitan dikelompokkan sesuai alasan berikut
(Apple, J. M) :
Kode Alasan1. Urutan aliran kerja2. Derajat hubungan kepegawaian3. Kemudahan pengawasan4. Perpindahan alat / pegawai5. Alat informasi dan komunikasi sama6. Karyawan sama7. Bising, debu, bau tidak sedap
Berdasarkan derajat hubungan antar aktivitas dan alasannya, maka peta
hubungan keterkaitan aktivitas (ARC) untuk 27 area kerja adalah sebagai berikut
I97
pada gambar 4.11 :
I98
Penerimaan tembakau olahan SKM (C3)
Proses packing bungkus (B3)
Gdg peralatan (E3)
Inspeksi SKT (J3)
Linting SKT (I3)
Gdg penampung rokok SKM (F3)
Penerimaan tembakau SKT hasil olahan SKT (G3)
Pewarnaan (H)
Mandor produk siap kirim (E2)
Gdg penerimaan krts bandrol, sigaret & saos (F2)
Gdg penerimaan bahan baku (G2)
Proses pres (J2)Pembandrolan SKM (L2)
Mandor SKT(M2)
Gudang (N2)
Proses linting SKM (A3)
Penampung rokok SKT yg sdh di inspeksi (K3)
Ruang oven (L3)
Piket SKT (M3)
Bal SKT (N3)
Pres SKT (P3)
I1,2,4
I1,4
U
A
E1,4,6
2,4
A1,4,6
A1,3,6
A1,3,4
A3,6
A1,3
A1,3,4
E3,6
I3
E3,6
I3
E3,6
E1,3,4
E3,6
E1,3,4
E1,3,4
E1,4
E4
O3
A1,4
E4
I1,4
A1,3,6
E1,3,4
Gdg penerimaan tembakau & engkeh mentah (G1)Pengolahan tembakau (A2)
Tempat penampung tembakau sisa pengolahan (C2)
Gdg penampung tembakau SKT & SKM hasil olahan (B2)
Penerimaaan tembakau SKT hasil olahan (D1)
Area inspeksi (E1)
Pewarnaan (F1)
Ruang oven SKT (K2)
Pres SKT (O2)
Bal SKT (P2)
Linting SKT (C1)
Piket SKT (I2)
Packing kardus (D2)
Proses skrap (D3)
Proses slop (H2)
Mandor SKT (O3)
Penerimaan kardus yg blm di rakit (A1)
Proses packing bungkus (B1)
O4 I
1,4
U
U
U U
U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
O4 O
3 O U
U U
U U
U U
U U
U U
7 O4 U
E4,6 I
1,4,6 III
U
1,4,6 U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U
O4
U
U
U
U
O4
U U
U U
U U
U U
I1,4 U
4,64,6
U I
4 I4 U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U I
1,4 I4,6 I
4 U U
U U
U
U
U
U
U
U
U U
U U
U U
U U
U U
U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U
U U
U U
U U
U U
U
U U
I1,4 I
1,4 U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U U
E1,4, E
1,4 O3 O
3 U U
U O
3 O3
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
A1,4 A
1,4 O3,4 O
3,4 U U
U O
3 O3 U
U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U
U
I1,4
U
U
U
A1,4,6 O
4 O4 U
U U
O3 O
3 U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
I1,4 U
E1,4 E
1,4 O4 I
4 I4 O
3 O3 O
3,4 O3,4 U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U
O4
U
U
U
U
U
A1,3,4 O
3 I4 I
4 O3 O
3 O4 O
4 U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
O4 U
E1,3,4 E
1,3,4 E1,3,4 O
3 O3 I
3,4 I3,4 U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U
E1,3,4 E
1,4 O3 O
3 O3 O
3 O3 O
3 O3 O
3 U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
A1,4 I
3 I3 O
3 O3 O
3 O3 O
3 O3
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
I3 I
3,6 A1,4 A
1,3,4 O3 O
3 O3 O
3 U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
I3 E
1,3,4 E1,4 O
3 O3 O
3 O3 U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U
O3 O
3 O3 O
3 O3 O
3 U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
I3 I
3 I3 I
3 I3 U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U
E1,4 E
1,3,4 I3,4 I
3,4 O4 U
U U
U U
U U
U U
U U
U I
4 U U
E1,4 I
3,4 I3,4 O
4 U U
U U
U U
U U
U U
U U
O4 U
U
I1,4 I
1,3,4 O4 O
4 U U
U U
U U
U
U
U
O4
U
U
U
U
E1,4 I
1,4 O4 U
U U
U U
U
U
O4
U
U
U
U
U
U
E1,4 O
4 U U
U U
U U
U U
U U
U O
4 U U
O4 O
3 U U
U U
U U
U
U
O4
U
U
U
U
E3 U
U U
U U
U U
U O
4 O4 O
4
U
U
U U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U U
U
O4 O
4 O3 U
U U
U U
U U
U
A1,4 A
1,3,4 E1,4 I
4 O3,4 O
3,4 O3,4
U
O4
O4
I1,3 U
I4 O
3,4 O3,4 O
3,4 U U
U
I4 O
3 E1,3,4 I
3,4 I3,4 O
4 U U
O3 E
1,3,4 I3,4 I
3,4 O4 U
U
U U
U U
U U
U
U I
4 I4 U
U U
E1,4 E
4 U I
4 U
A1,4 I
4 U U
I4 U
U
I4 U
U
Gambar 4.11 Activity Relationship Chart (ARC)
IV99
g. Worksheet
Setelah ARC dibuat, selanjutnya adalah mengkonversikan ke dalam work
sheet (lembar kerja). Lembar kerja ini dimaksudkan untuk menerangkan hasil peta
keterkaitan yang telah disusun dengan tujuan mempermudah membuat template
diagram kegiatan.
Cara penentuan worksheet adalah sebagai berikut : dari ARC dapat
diketahui bahwa area kerja G1 memiliki keterkaitan derajat hubungan A dengan
area kerja A2 , derajat hubungan I dengan area kerja C2, derajat hubungan O
dengan area kerja B2,F2,A1,D2,E2 derajat hubungan U dengan stasiun kerja
D1,G3,F1,H3,C1,I3,E3,J3,K3,K2,L3,M2,O2,I2,M3,O2,P3,P2,N3,C3,A3,D3,B3,B
1,F3,E3,L2,J2,H2,G2 Demikian seterusnya. Worksheet secara detailnya dapat
dilihat pada tabel 4.17 berikut :
IV100
IV101
Tabel 4.19 WorksheetKode Derajat
A E I O U X
G1 A2,C2 B2,F2,A1,D2,E2
D1,G3,F1,H3,C1,I3,E1,J3,K3,K2,L3,M2,O3,I2,M3,O2,P3,P2,N3, C3,A3,D3,B3,B1,F3,E3,L2,J2,H2,G2,N2
A2 C2 G1,B2,F2 A1,D2,E2,
F1,H3,C1,I3,E1,J3,K3,K2,L3,M2,O3,I2,M3,O2,P3,P2,N3, ,C3,A3,D3,B3,B1,F3E3,L2,J2,H2,G2,N2
B2 A2 D1,C3,G3
C2,F1,H3,E1,J3,K3,K2,L3,M2O3,I2,M3,O2,P3,P2,N3,D2,A1E2,D3,B3,B1,F3,E3,L2,J2,H2,G2,F2,N2
C2 A2
D1,G3,F1,H3,C1,I3,E1,J3,K3K2,L3,M2,O3,I2,M3,O2,P3,P2N3,D2,A1,E2,
D1 G3 C1,I3 E1,F1,G2,J3,K3,L3,K2,I2,O2,P2,N2,P2
A1,B1,C1,D1,E1,F1,H2,J2
G3 D1 C1,I3 E1,F1,G2,J3,K3,L3,K2,I2,O2,P2,N2,P2
A1,B1,C1,D1,E1,F1,H2,J2
F1 H3 C1,I3,G2 L3,M3,K3,J3,N3,P3 A2,B2,C2,D2,F2,H2,J2,K2
H3 F1 C1,I3,G2 L3,M3,K3,J3,N3,P3 A2,B2,C2,D2,F2,H2J2,K2
C1 I3 E1,J3,K3,L3,K2I2,O2,P2,M3,P3,N3
B2,G2 A2,C2,D2
I3 C1 E1,J3,K3,L3,K2,I2O2,P2,M3,P3,N3 B2,G2 A2,C2,D2
E1 J3 K3,L3,K2I2,O2,P2,M3,P3N3
A2,B2,C2,D2,A3,B3,C3,D3,E3,F3
J3 E1 K3,L3,K2I2,O2,P2,M3,P3N3
A2,B2,C2,D2,A3,B3,C3,D3,E3,F3
K3 L3,K2,I2,O2,P2,M3,P3,N3
A2,B2,C2,D2,A3,B3,C3,D3,E3,F3
K2 L3 I2,O2,P2M3,P3,N3 A2,B2,C2,D2,A3,B3,C3,D3,E3,F3
L3 K2 I2,O2,P2M3,P3,N3A2,B2,C2,D2,A3,B3,C3,D3,E3,F3
Keterangan :
IV102
Lanjutan Tabel 4.19 WorksheetKode Derajat
A E I O U X
M2 O3
D1,G3,C1,I3,G2,E1,J3,K3,L3,K2,I2,O2,P2,M3,P3,N3
G1,A2,C2,A1,D2,F2,B2
O3 M2
D1,G3,C1,I3,G2,E1,J3,K3,L3,K2,I2,O2,P2,M3,P3,N3
G1,A2,C2,A1,D2,F2,B2
I2 M3 O2,P2,N3,P3 G2,F2D2,A1,E2,C3,A3,D3,B3,B1,F3,E3,L2,J2,H2,N2
M3 I3 O2,P2,N3,P3 G2,F2D2,A1,E2,C3,A3,D3,B3,B1,F3,E3,L2,J2,H2,N2
O2 P3 P2,N3,D2 G2A1,E2,C3,A3,D3,B3,B1,F3,E3L2,J2,H2,N2
P3 O2 P2,N3,D2 G2A1,E2,C3,A3,D3,B3,B1,F3,E3L2,J2,H2,N2
P2 N3 D2 G2A1,E2,C3,A3,D3,B3,B1,F3,E3L2,J2,H2,N2
N3 P2 D2 G2A1,E2,C3,A3,D3,B3,B1,F3,E3L2,J2,H2,N2
D2 A1 E2 G2C3,A3,D3,B3,B1,F3,E3,L2,J2H2,F2,N2
A1 D2 E2 G2C3,A3,D3,B3,B1,F3,E3,L2,J2H2,F2,N2
E2 D2C3,A3,D3,B3,B1,F3,E3,L2,J2H2,F2,N2
C3A3,D3,B3,B1,F3,E3,L2,J2,H2,G2 F2,N2
A3 B3,B1D3,F3,E3,L2,J2,H2G2 F2,N2
D3 B3,B1 F3,E3,L2,J2,H2,G2 F2,N2B3 B1 F3,E3,L2,J2,H2,G2 F2,N2B1 B3 F3,E3,L2,J2,H2,G2 F2,N2F3 A3,B3,B1 E3,L2,J2,H2,G2 F2,N2
E3A3,B3,B1D3,J2,H2 G2 F2,N2
L2 J2,H2,GF2 F2,N2J2 H2 G2 F2,N2H2 J2 G2 F2,N2G2 H2F2 A2 N2N2
Aktivitas Gedung I :
A1 :Area Aktivitas Penerimaan kardus packing
B1 : Area Aktivitas packing bungkus SKM
C1 : Area Aktivitas Linting& pemotongan manual
D1 : Area Aktivitas Penerimaan Tembakau hasil olahan SKT
E1 : Area Aktivitas Inspeksi
F1 : Area Aktivitas Pewarnaan
G1 : Area Aktivitas Penerimaan Tembakau & Cengkeh mentah
Aktivitas Gedung II :
A2 : Area Aktivitas Mesin Pengolah tembakau
B2 : Area aktivitas Penerimaan Tembakau yang sudah di olah
C2 : Area Aktivitas penerimaan Tembakau sisa olahan
D2 : Area Aktivitas Packing kardus
E2 : Area Aktivitas Mandor Produk siap kirim
F2 : Area Gudang Kertas Sigaret dan Bandrol utk SKT & SKM, dan bahanbahan
kimia
G2 : Area Gudang bahan Baku : CTP,kertas Filter, Etiket, Aluminium Foil, Inner
Frame untuk SKT & SKM
H2 : Area Aktivitas Slop SKM
I2 : Area aktivitas Las & pembandrolan SKT
J2 : Area Aktivitas Pres SKM
K2 : Area Aktivitas Oven
L2 : Area Aktivitas Pembandrolan SKM
M2 : Area Aktivitas Mandor
N2 : Gudang
O2 : Area Aktivitas Pres SKT
P2 : Area Aktivitas bal SKT
IV103
Aktivitas Gedung III :
A3 : Area Aktivitas Proses Linting SKM
B3 : Area Aktivitas packing Bungkus SKM
C3 : Area Aktivitas Penerimaan tembakau olahan SKM
D3 : Area Aktivitas skrap SKM
E3 : Area Gudang Peralatan
F3 : Area Aktivitas penampung SKM yg menunggu di packing bungkus
G3 : Area Aktivitas penerimaan tembakau SKT
H3 : Area Aktivitas Pewarnaan
I3 : Area Aktivitas Linting SKT
J3 : Area Aktivitas Inspeksi
K3 : Area Penampung rokok yg siap di oven
L3 : Area Aktivitas Oven SKT
M3 : Area Aktivitas Piket SKT
N3 : Area Aktivitas Bal SKT
O3 : Area Aktivitas mandor
P3 : Area Aktivitas Pres SKT
h. Activity Relationship Diagram (ARD) usulan
Activity Relationship Diagram (ARD) usulan dibuat berdasarkan tingkat
kedekatan yang diperoleh dari Activity Relationship Chart (ARC). Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka ARD usulan dapat dilihat pada gambar berikut
IV104
IV105
Activity Relationship Diagram ( ARD )Area Produksi Pabrik Rokok Gama usulan 1
(C3)P
enerimaan
tembakau olahan
SK
M
(A3)proses lintingSKM
(D3)Prosesskrap
(F3)PenampungSKM
(B3/B1)Packingbungkus SKM
(L2)PembandrolanSKM
(J2)Prosespres SKM
(H2)Prosesslop (E3)
R.alat
(G1)P
enerimaan tem
bakau &cengkeh m
entah
(A2)Pengolahantembakau & cengkeh
(C2)P
enampung
tembakau sisa olahan
(F2)Penerimaansaos
(P3/O2)Prosespres SKT
(N3/P2)Prosesbal SKT(D2)Proses
packing kardus
(A1)P
enerimaan
kardus packing
(E2/M2)mandor
(I3/C1)Proses lintingSKT
(H3/F1)pewarnaan
(G3/D
1)Penerim
aantem
bakau olahan SK
T
(J3/E1)
Proses
inspeksi
(K3)Penampungrokok siap oven
(K2/L3)Ruang oven
(I2/M3)Proses piket SKT
(O3)mandor
(G2)Penerimaanbahan tambahan
(B2)Penerimaantembakau olahan
SKT & SKM
(G2)Penerimaanbahan tambahan
U
5'0
"
A = MUTLAK
E = SANGAT PENTINGI = PENTINGO = BIASA
Gambar 4.12 Activity Relationship Diagram (ARD) Usulan 1
IV106
Activity Relationship Diagram ( ARD )Area Produksi Pabrik Rokok Gama usulan 2
(C3)Penerimaantembakau olahan SKM
(E3)R.
alat
(D3)Prosesskrap
(A3)Proseslinting SKM
(B3/B
1)Proses packing
bungkus
(F3)
R. penam
pungrokok S
KM
(L2)ProsesPembandrolan
(J2)Proses pres
(H2)
Proses slop
(A2)Prosespengolahan tembakau
& cengkeh mentah
(G1)P
enerimaan
tembakau &
cengkehm
entah
(B2)Penerimaantembakau olahan SKT
& SKM
(D2)Packingkardus
(A1)P
enerimaa
n karduspacking
(F2)Penerimaan
saos
(E2/M2)mandor
(N3/P2)Prosesbal SKT
(P3/O2)Proses
pres SKT
(C2)P
enerimaan
tembakau sisa olahan (I3/C1)
Proses linting SKT
(H3/F1)Pewarnaan
(G3/D1)Penerimaantembakau
olahan SKT
(J3/E1)Proses inspeksi
(K2/L3)
Ruang oven(I2/M3)
Proses piketSKT
(K3)Penampungrokok siap oven
(G2)
Penerim
aanbahan
tambahan
(G2)Penerimaan
bahantambahan
(O3)mandor
UA = MUTLAK
E = SANGAT PENTINGI = PENTINGO = BIASA
Gambar 4.13 Activity Relationship Diagram (ARD) Usulan 2
IV107
Activity Relationship Diagram ( ARD )Area Produksi Pabrik Rokok Gama usulan 3
(A2)Pengolahan tembakau
(C3)
Penerim
aantem
bakau olahanS
KM(A
3)P
roses lintingS
KM
(F3)penampungrokok SKM
(D3)Prosesskrap
(B3/B
1)P
roses packingbungkus
(L2)Prosespembandrolan
(J2)Prosespres
(H2)Proses slop
(E3)R.
alat
(G1)P
enerimaan
tembakau &
cengkehm
entah
(D2)Packingkardus
(A1)Penerimaankardus packing
(E2/M2)mandor
(N3/P2)Bal SKT
(P3/O2)Pres SKT
(F2)penerimaan
saos
(B2)Penerimaantembakau olahan
SKT & SKM
(C2)P
enampung
tembakau sisa olahan (I2/M3)
Piket SKT
(G3/D1)Penerimaantembakau
olahan SKT
(I3/C1)Proses linting SKT
(O3)mandor
(J3/E1)Prosesinspeksi
(H3/F1)pewarnaan
(K2/L3)Ruang oven
(K3)P
enampung
rokok siap oven
(G2)Penerimaanbahan tambahan
(G2)Penerimaan
bahantambahan
UA = MUTLAK
E = SANGAT PENTINGI = PENTINGO = BIASA
Gambar 4.14 Activity Relationship Diagram (ARD) Usulan 3
IV108
IV109
i. Perhitungan Layout Usulan I
2.3.4. Layout Usulan I
Gedung I dirancang berdasarkan dari pembuatan activity relationship chart
(ARC) yang dijelaskan dalam worksheet yaitu kedekatan antar area aktivitas yang
saling berhubungan. Secara garis besar berbentuk pola aliran huruf U, karena
aliran masuk material dan aliran keluarya produk pada lokasi yang sama. Layout
usulan I memiliki pola aliran bahan berbentuk U, dengan susunan pintu masuk dan
pintu keluar menjadi satu. Area aktivitas Sigaret Kretek Mesin di jadikan satu
dalam satu gedung yang dulunya berada di gedung 1 dan gedung 3 dijadilan satu
dan di letakaan pada gedung 1. karena jika di letakkan di gedung 3 terlalu bising
di samping itu juga mengganggu karena berdekatan dengan aktivitas perkantoran.
Stasiun B1 dan B3 di jadikan satu karena mempunyai fungsi dan aliran produk
yang sama. Untuk mempermudah alur distribusi pengambilan material pendukung
yang berupa: alfoil, innerframe, etiket, filter,kertas sigaret, CTP gudang
penerimaan bahan pendukung di dekatkan dengan area aktivitas proses Sigaret
Kretek Mesin. Aktivitas skrap (D) dan Gudang penampung rokok SKM diletakan
di antara mesin linting dan mesin packing untuk mempermudah proses skrap jika
ada kecacatan maupun kerusakan saat proses linting dan proses packing bungkus.
Di samping itu juga di tambahkan aktivitas mandor untuk mengawasi jalanya
proses produksi Sigaret Kretek Mesin (SKM).
Gedung II , pada gedung II ini terdapat dua pintu yaitu pintu masuk
tembakau dan cengkeh mentah dan pintu keluar untuk produk yang sudah di
packing kardus dan siap di kirim. Pada gedung II terdapat tambahan stasiun kerja
dan perubahan susunan antara lain :aktivitas penerimaan tembakau dan cengkeh
mentah (G1) yang dulunya ada pada gedung I di dekatkan dengan aktivitas
pengolahan (A2) pada gedung II, aktivitas penerimaan kardus packing (A1) di
dekatkan dengan aktivitas packing kardus (D2) , aktivitas penerimaan saos di
dekatkan dengan aktivitas pengolahan tembakau untuk mempermudah alur
perpindahan saos ke mesin pengolah. Pada gedung II ini terdapat aktivitas bal dan
pres Sigaret Kretek Tangan (SKM), Kedua stasiun kerja ini merupakan bagian dari
aktivitas proses Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang berada pada gedung III, karena
IV110
keterbatasan ruang dan space pada gedung III kedua stasiun kerja ini di tempatkan
pada gedung II karena pada grdung ini masih terdapat ruang dan space yang
cukup . Sehingga tidak mengganggu aktivitas yang berada pada gedung II ini.
Aktivitas mandor pada gedung ini jadikan satu
Gedung III , pada gedung III ini pintu masuk dan keluar material berada
pada satu pintu. Gedung ini awalnya terdapat dua aktivitas produksi yaitu aktivitas
produksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan aktivitas Produksi Sigaret Kretek
Mesin. Dengan ruang dan space yang kurang memadai justru menyebakan
aktivitas perpindahan material menjadi terganggu. Untuk mengatasi masalah yang
terjadi pada gedung ini maka semua aktivitas proses Sigaret Kretek Tangan di
jadikan satu pada gedung ini. Sedangkan semua aktivitas proses Sigaret kretek
Mesin (SKM) di pindah ke gedung I. adapun stasiun kerja yang ada pada gedung
ini meliputi : Aktivitas penerimaan tembakau olahan SKT, aktivitas pewarnaan
Sigaret, aktivitas linting SKT, aktivitas inspeksi, aktivitas pengovenan, aktivitas
penampung rokok siap oven, aktivitas piket SKT, aktivitas penerimaan bahan
tambahan, aktivitas mandor. Pada gedung III terdapat penggabungan stasiun kerja
antara lain : aktivitas penerimaan tembakau olahan (D1) dengan aktivitas
penerimaan tembakau olahan SKT (G3), aktivitas linting SKT (C1) dengan
aktivitas linting SKT (I3), aktivitas pewarnaan (F1) dengan aktivitas pewarnaan
(H3), aktivitas inspeksi (E1) dengan aktivitas inspeksi (J3), aktivitas pengovenan
(K2) dengan aktivitas pengovenan (L3). Terdapat juga penambahan stasiun kerja
yaitu aktivitas penerimaan bahan tambahan seperti : kertas bandrol, lem, kertas
sigaret, kertas bungkus rokok, kertas bal, kertas pres.
2.3.5. Penentuan jarak antar area kerja layout usulan I
Penentuan jarak ini menggunakan system jarak rectilinear yaitu
merupakan jarak yang diukur siku antara pusat fasilitas satu dengan pusat fasilitas
yang lain. Masingmasing area aktivitas dicari titik pusatnya yaitu 0 dari X dan Y.
Pemilihan system rectilinear karena lebih mudah dimengerti dan mudah
digunakan.
Contoh perhitungan;
IV111
Pada layout awal diketahui bahwa :
2.4. Luas area aktivitas penerimaan tembakau & cengkeh mentah (G1) ialah
50 m2 dengan titik pusatnya (x1;y1) yaitu (47.42;12.70)
2.5. Luas area aktivitas pengolah tembakau (A2) ialah 80.4 m2 dengan titik
pusatnya (x2;y2) yaitu (57.42;14.80)
Jarak antara area aktivitas penerimaan tembakau dan area aktivitas
pengolah tembakau (JarakG1A2) adalah sebagai berikut :
JarakG1A2 = 1212 yyxx −+−
= 80.1470.1242.4742.57 −+−
= 1.210 +
= 12.1 m
Jadi, jarak area aktivitas penerimaan tembakau & cengkeh mentah –
pengolahan tembakau ialah 12.1 m. Ukuran area aktivitas usulan I pada gedung 1,
2 dan 3 dapat dilihat pada tabel 4.20, 4.21, dan 4.22. Hasil perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.25.
Tabel 4.20 Ukuran Area Kerja Gedung I
Berdasarkan perancangan yang di lakukan di pabrik rokok GAMA, pada
gedung satu terdapat 10 stasiun kerja dengan total luas area kerja 337.92 m2
IV112
Tabel 4.21 Ukuran Area Kerja Gedung II
Berdasarkan perancangan yang di lakukan di pabrik rokok GAMA, pada
gedung dua terdapat 11 stasiun kerja dengan total luas area kerja 432.28 m2
Tabel 4.22 Ukuran Area Kerja Gedung III
Berdasarkan perancangan yang di lakukan di pabrik rokok GAMA, pada
gedung tiga terdapat 9 stasiun kerja dengan total luas area kerja 476.9 m2
Tabel 4.23 Titik Pusat Area Aktivitas Gedung I
IV113
Tabel 4.24 Titik Pusat Area Aktivitas Gedung II
Tabel 4.25 Titik Pusat Area Aktivitas Gedung III
Tabel 4.26 Jarak Antar Area Aktivitas Usulan 1
IV114
Berikut ini akan ditunjukkan jarak tempuh antar area kerja yang paling
berpengaruh terhadap jarak total, pada gambar 4.15 :
Jarak Tempuh antar area aktivitas usulan 1
12.1
33.6
4
36.1
8
57.6
6
7
15.5
5
20.0
3
6.93
6.93 10
.15
7.15 9.48
10.1
3
37.5
7
31.1
7.7 13
.7
15.1
42.2
2
10.8
39.9
4
010203040506070
G1
A2
A2
B2
B2
G3
B2
C3
G3
I3
C3
A3
A3
F3
A3
D3
D3
A3
F3
B3
B3
L2
L2J
2
J2H
2
H2
D2
I3J
3
J3K
3
K3
L3
L3M
3
M3
P3
P3
N3
N3
D2
area aktivitas
jara
k te
mpu
h
Gambar 4.15. Jarak Tempuh Antar Area Kerja (Layout Usulan I)
h. Ongkos Material Handling (OMH) usulan I
Setelah jarak antar area kerja diketahui, langkah selanjutnya adalah
menghitung Ongkos Material Handling berdasarkan layout usulan I. Berdasarkan
panjang lintasan antar area aktivitas yang berhubungan, besarnya aliran material /
IV115
frekuensi aliran bahan, dan ongkos material handling per meter, maka total
ongkos material handling per bulan dapat dihitung sebagai berikut, sesuai dengan
contoh perhitungan pada tabel 4.27 :
Contoh perhitungan :
Total OMH G1A2 / bulan = frekuensi G1A2 x Jarak G1A2 x OMH G1A2 / meter
= −,15.0.1.122210 Rpxmxkali
= Rp. 4011.15,
Hasil perhitungan selengkapnya dapat diketahui pada tabel 4.27.
Tabel 4.27 Total Ongkos Material Handling (OMH) per bulan Layout Usulan I
Dari Ke Komponen
Alat Angkut
Frekuensi (kali) [1]
Jarak (m) [2]
[3] = [1*2]OMH/ meter
[4]
Total OMH / bulan[5] =
[3*4]
G1 A2Tembakau& cengkeh mentah
manusia 2210 12.1 26741 0.15 4011.15
A2 B2Tembakau & cengkeh mentah
manusia 2210 33.64 74344.4 0.15 11151.66
B2 G3
Tembakau SKT yg sudah di olah
kereta dorong 1105 36.18 39978.9 227.4 9089602.704
B2 C3
Tembakau SKM filter yg sudah di olah
kereta dorong
4680 57.66 269848.8 227.4 61352823.17
G3 I3
Tembakau yg siap di linting jenis SKT
manusia 1105 7 7735 0.15 1160.25
C3 A3
Tembakau utk SKM jenis Mild yg siap di linting
manusia 4680 15.55 72774 0.15 10916.1
A3 F3 Rokok SKM kereta 351 20.03 7030.53 227.4 1598461.301
IV116
jenis mild yg siap di pack
dorong
A3 D3 Rokok SKM yg cacat manusia 52 6.93 360.36 0.15 54.054
D3 A3Rokok cacat yg sudah di skrap
manusia 260 6.93 1801.8 0.15 270.27
F3 B3
Rokok SKM yg siap di packing bungkus
kereta dorong 351 10.15 3562.65 227.4 810004.104
B3 L2Rokok SKM yg siap di bandrol
kereta dorong 8596 7.15 61461.4 227.4 13973863.9
L2 J2Rokok SKM yg siap di pres
manusia 137540 9.48 1303879.2 0.15 195581.88
J2 H2Rokok SKM yg siap di pack slop
manusia 137540 10.13 1393280.2 0.15 208992.03
Lanjutan Tabel 4.27Tabel 4.27 Total Ongkos Material Handling (OMH) per bulan Layout Usulan I
Dari Ke Komponen
Alat Angkut
Frekuensi (kali) [1]
Jarak (m) [2]
[3] = [1*2]OMH/ meter
[4]
Total OMH / bulan[5] =
[3*4]
H2 D2
Rokok SKM yg siap di Packing kardus
kereta dorong 1733 37.57 65108.81 227.4 14803139.04
I3 J3 Rokok jenis SKT
manusia 5200 31.1 161720 0.15 24258
J3 K3Rokok jenis SKT yg siap di oven
manusia 5200 7.7 40040 0.15 6006
K3 L3 Rokok jenis SKT manusia 5200 13.7 71240 0.15 10686
L3 M3 Proses piket rokok SKT
manusia 5200 15.1 78520 0.15 11778
M3 P3 Proses pres rokok SKT manusia 5200 42.22 219544 0.15 32931.6
P3 N3 Proses Bal rokok SKT
manusia 5200 10.8 56160 0.15 8424
N3 D2 Proses packing Kardus
kereta dorong
5200 39.94 207688 0.15 31153.2
IV117
rokok SKTTOTAL 338813 431.06 4162819.05 1366.41 102185268.4
Dari tabel diatas diketahui total frekuensi perpindahan 338813 kali, total
jarak perpindahan 431.06 meter, total OMH/ meter 1366.41, , total OMH/ bulan
102185268.4,
i. Gambar Layout Gedung I usulan I
Dalam hal ini dilakukan proses pertukaran posisi/lokasi area aktivitas untuk
mendapatkan komposisi penempatan area aktivitas yang lebih baik dilihat dari
paramater jarak material handling, ongkos material handling dan ukuran fasilitas
produksi. Berikut ini perubahan tata letak pertukaran posisi area aktivitas layout
gedung 1 usulan I :
IV118
GEDUNG 1 USULAN 1SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
U
penerimaanbahantambahanSKM
gudang penampung rokok SKM Mesin Linting SKM
Mesin packing bungkus
mesin skrap
G.alat
proses bandrol SKM Proses slopproses pres
olahanSKM
Penerimaantembakau
C3A3D3
G2
F3
B3
L2 J2 H2E3
Gambar 4.16 Layout gedung 1usulan I (Ukuran luas area aktivitas)
Pada layout gedung 1 usulan I setelah dibuat ukuran area aktivitas
maka,berdasarkan pada tabel 4.20 digambarkan penempatan fasilitas – fasilitas
produksi meliputi peralatan dan mesin – mesin yang digunakan untuk proses
produksi pada gambar 4.17 berikut:
IV119
1:2:
Linting SKMPacking Bungkus
3:4:
PembandrolanProses Pres
GEDUNG 1 USULAN 1SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
U
E3
F3
G2
C3PenerimaantembakauolahanSKM
G.alat
1gudang penampung rokok SKM
penerimaanbahantambahanSKM
1
2 2
6
2
3 3 34 4 4 4
mesin skrapD3 Mesin Linting SKM
A3
Mesin packing bungkusB3
proses bandrol SKML2 proses presJ2 Proses slop
H2
Gambar 4.17 Layout Gedung 1 usulan I (Fasilitas Produksi )
Berdasarkan gambar 4.17 maka dibuat diagram alir dari proses produksi di
Pabrik Rokok GAMA untuk layout gedung 1 usulan I. Dapat dilihat pada gambar
4.18 sebagai berikut:
IV120
aliran proses produksi SKM
aliran proses skrapaliran proses perpindahan tembakaualiran penerimaan tembakau olahan SKM & bahan tambahan
aliran proses perpindahan bahan tambahan
E3
F3
G2
C31 1
3 3
6
2
3
4 4 4 5 5 5 5
B3
A3D3
L2 J2 H2
GEDUNG 1 USULAN 1SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
3
U
Gambar 4.18 Layout Gedung 1 usulan I ( Diagram Alir )
j. Gambar Layout Gedung II usulan I
Dalam hal ini dilakukan proses pertukaran posisi/lokasi area aktivitas untuk
mendapatkan komposisi penempatan area aktivitas yang lebih baik dilihat dari
IV121
paramater jarak material handling, ongkos material handling dan ukuran fasilitas
produksi. Berikut ini perubahan tata letak pertukaran posisi area aktivitas layout
gedung 2 usulan I :
GEDUNG 2 USULAN 1SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
U
pres SKTBal SKT
mandor
penerimaansaos
penampungtembakausisa pengolahan
penerimaantembakauolahanSKT
penerimaantembakauolahanSKM
prosespackingkardus
penerimaankarduspacking
penerimaantembakau&cengkehmentah
mesin pengolah tembakau
G1 A2
A1 D2
C2F2 B2
E2 N3 P3
Gambar 4.19 Layout Gedung 2 usulan I (Ukuran luas area aktivitas)
Pada layout gedung 2 usulan I setelah dibuat ukuran area aktivitas
maka,berdasarkan pada tabel 4.21 digambarkan penempatan fasilitas – fasilitas
IV122
produksi meliputi peralatan dan mesin – mesin yang digunakan untuk proses
produksi pada gambar 4.20 berikut:
1:2:
proses Bal SKTProses Pres SKT
GEDUNG 2 USULAN 1SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
U
mandor
penerimaansaos
penampungtembakausisa pengolahan
penerimaantembakauolahanSKT
penerimaantembakauolahanSKM
prosespackingkardus
penerimaankarduspacking
penerimaantembakau&cengkehmentah
mesin pengolah tembakau
G1 A2
A1 D2
C2F2 B2
E21 1 1 2 2 2
1 1 1 2 2 2N3 P3
Gambar 4.20 Layout Gedung 2 usulan I (Fasilitas Produksi )
Berdasarkan gambar 4.20 maka dibuat diagram alir dari proses produksi di
IV123
Pabrik Rokok GAMA untuk layout gedung 2 usulan I. Dapat dilihat pada gambar
4.21 sebagai berikut:
aliran proses pengolahan tembakau SKM & SKT
G1 A2
A1D2
C2F2 B2
E2
1 1 1 2 2 2
1 1 1 2 2 2N3 P3
GEDUNG 2 USULAN 1SKALA 1 : 100S K A L A 1 : 100
U
aliran proses perpindahan produk jadi
aliran penerimaan tembakau & cengkeh mentahaliran perpindahan tembakau olahan SKM & SKT
aliran proses perpindahan bahan tambahan
Gambar 4.21 Layout Gedung 2 usulan I ( Diagram Alir )
IV124
k. Gambar Layout Gedung III usulan I
Dalam hal ini dilakukan proses pertukaran posisi/lokasi area aktivitas untuk
mendapatkan komposisi penempatan area aktivitas yang lebih baik dilihat dari
paramater jarak material handling, ongkos material handling dan ukuran fasilitas
produksi. Berikut ini perubahan tata letak pertukaran posisi area aktivitas layout
gedung 3 usulan I :
GEDUNG 3 USULAN 1SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
Upenampungrokoksiapoven
mandor
penerimaanbahantambahanSKT
prosesinspeksi
pewarnaan
penerimaantembakauolahanSKT
Piket SKTRuang oven
G3
H3
J3
K3
L3M3O3
G2
proses linting SKTI3
Gambar 4.22 Layout Gedung 3 usulan I (Ukuran luas area aktivitas)
IV125
Pada layout gedung 3 usulan I setelah dibuat ukuran area aktivitas
maka,berdasarkan pada tabel 4.22 digambarkan penempatan fasilitas – fasilitas
produksi meliputi peralatan dan mesin – mesin yang digunakan untuk proses
produksi pada gambar 4.23 berikut:
1:2:
Linting SKTPiket SKT
GEDUNG 3 USULAN 1SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
Upenampungrokoksiapoven
mandor
penerimaanbahantambahanSKT
prosesinspeksi
pewarnaan
penerimaantembakauolahanSKT
Ruang oven
G3
H3
J3
K3
L3
O3
G2
1 1
1 1
1 1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2
Gambar 4.23 Layout Gedung 3 usulan I (Fasilitas Produksi )
IV126
Berdasarkan gambar 4.23 maka dibuat diagram alir dari proses produksi di
Pabrik Rokok GAMA untuk layout gedung 3 usulan I. Dapat dilihat pada gambar
4.24 sebagai berikut:
G3
I3
H3
J3
K3
L3O3
G2M2
1 1
1 1
1 1
1 1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2
GEDUNG 3 USULAN 1SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
U
aliran proses produksi SKT
aliran perpindahan pewarnaanaliran proses perpindahan bahan tambahan
aliran penerimaan tembakau olahan SKT
Gambar 4.24 Layout Gedung 3 usulan I ( Diagram Alir )
IV127
j. Perhitungan Layout Usulan II
l. Layout usulan II
Gedung I dirancang berdasarkan dari pembuatan activity relationship chart
(ARC) yang dijelaskan dalam worksheet yaitu kedekatan antar area aktivitas yang
saling berhubungan. Secara garis besar berbentuk pola aliran huruf U, karena
aliran masuk material dan aliran keluarya produk pada lokasi yang sama. Layout
usulan gedung I memiliki pola aliran bahan berbentuk U, dengan susunan pintu
masuk dan pintu keluar menjadi satu. Area aktivitas Sigaret Kretek Mesin di
jadikan satu dalam satu gedung yang dulunya berada di gedung 1 dan gedung 3
dijadilan satu dan di letakaan pada gedung 1. karena jika di letakkan di gedung 3
terlalu bising di samping itu juga mengganggu karena berdekatan dengan aktivitas
perkantoran. Stasiun B1 dan B3 di jadikan satu karena mempunyai fungsi dan
aliran produk yang sama. Untuk mempermudah alur distribusi pengambilan
material pendukung yang berupa: alfoil, innerframe, etiket, filter,kertas sigaret,
CTP gudang penerimaan bahan pendukung di dekatkan dengan area aktivitas
proses Sigaret Kretek Mesin. Aktivitas skrap (D) dan Gudang penampung rokok
SKM diletakan di antara mesin linting dan mesin packing untuk mempermudah
proses skrap jika ada kecacatan maupun kerusakan saat proses linting dan proses
packing bungkus.
Gedung II , pada gedung II ini terdapat dua pintu yaitu pintu masuk
tembakau dan cengkeh mentah dan pintu keluar untuk produk yang sudah di
packing kardus dan siap di kirim. Pada gedung II terdapat tambahan stasiun kerja
dan perubahan susunan antara lain :aktivitas penerimaan tembakau dan cengkeh
mentah (G1) yang dulunya ada pada gedung I di dekatkan dengan aktivitas
pengolahan (A2) pada gedung II, aktivitas penerimaan kardus packing (A1) di
dekatkan dengan aktivitas packing kardus (D2) , aktivitas penerimaan saos di
dekatkan dengan aktivitas pengolahan tembakau untuk mempermudah alur
perpindahan saos ke mesin pengolah. Pada gedung II ini terdapat aktivitas bal dan
IV128
pres Sigaret Kretek Tangan (SKM), Kedua stasiun kerja ini merupakan bagian dari
aktivitas proses Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang berada pada gedung III, karena
keterbatasan ruang dan space pada gedung III kedua stasiun kerja ini di tempatkan
pada gedung II karena pada grdung ini masih terdapat ruang dan space yang
cukup . Sehingga tidak mengganggu aktivitas yang berada pada gedung II ini.
Aktivitas mandor pada gedung ini jadikan satu
Gedung III , pada gedung III ini pintu masuk dan keluar material berada
pada satu pintu. Gedung ini awalnya terdapat dua aktivitas produksi yaitu aktivitas
produksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan aktivitas Produksi Sigaret Kretek
Mesin. Dengan ruang dan space yang kurang memadai justru menyebakan
aktivitas perpindahan material menjadi terganggu. Untuk mengatasi masalah yang
terjadi pada gedung ini maka semua aktivitas proses Sigaret Kretek Tangan di
jadikan satu pada gedung ini. Sedangkan semua aktivitas proses Sigaret kretek
Mesin (SKM) di pindah ke gedung I. adapun stasiun kerja yang ada pada gedung
ini meliputi : Aktivitas penerimaan tembakau olahan SKT, aktivitas pewarnaan
Sigaret, aktivitas linting SKT, aktivitas inspeksi, aktivitas pengovenan, aktivitas
penampung rokok siap oven, aktivitas piket SKT, aktivitas penerimaan bahan
tambahan, aktivitas mandor. Pada gedung III terdapat penggabungan stasiun kerja
antara lain : aktivitas penerimaan tembakau olahan (D1) dengan aktivitas
penerimaan tembakau olahan SKT (G3), aktivitas linting SKT (C1) dengan
aktivitas linting SKT (I3), aktivitas pewarnaan (F1) dengan aktivitas pewarnaan
(H3), aktivitas inspeksi (E1) dengan aktivitas inspeksi (J3), aktivitas pengovenan
(K2) dengan aktivitas pengovenan (L3). Terdapat juga penambahan stasiun kerja
yaitu aktivitas penerimaan bahan tambahan seperti : kertas bandrol, lem, kertas
sigaret, kertas bungkus rokok, kertas bal, kertas pres.
m. Penentuan jarak antar area kerja layout usulan II
Penentuan jarak ini menggunakan system jarak rectilinear yaitu
merupakan jarak yang diukur siku antara pusat fasilitas satu dengan pusat fasilitas
yang lain. Masingmasing area aktivitas dicari titik pusatnya yaitu 0 dari X dan Y.
Pemilihan system rectilinear karena lebih mudah dimengerti dan mudah
IV129
digunakan.
Contoh perhitungan;
Pada layout awal diketahui bahwa :
k. Luas area aktivitas Penerimaan tembakau &
cengkeh mentah (G1) ialah 50 m2 dengan titik
pusatnya (x1;y1) yaitu (11;7)
l. Luas area aktivitas Pengolahan tembakau (A2) ialah
80.4 m2 dengan titik pusatnya (x2;y2) yaitu (15;9)
Jarak antara area aktivitas Penerimaan tembakau & cengkeh mentah dan
area aktivitas Pengolahan tembakau (JarakG1A2) adalah sebagai berikut :
JarakG1A2 = 1212 yyxx −+−
= 70.1715.1892.4942.63 −+−
= 45.05.13 +
= 13.95 m
Jadi, jarak area aktivitas Penerimaan tembakau & cengkeh mentah
Pengolahan tembakau ialah 13.95 m. Ukuran area aktivitas usulan II dapat dilihat
pada tabel 4.27, 4.28 dan 4.29. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 4.33.
Tabel 4.28 Ukuran Area Kerja Gedung I Usulan 2
Berdasarkan perancangan usulan 2 yang di lakukan di pabrik rokok
GAMA, pada gedung satu terdapat 10 stasiun kerja dengan total luas area kerja
IV130
289,33 m2
Tabel 4.29 Ukuran Area Kerja Gedung II usulan 2
Berdasarkan perancangan yang di lakukan di pabrik rokok GAMA, pada
gedung dua terdapat 10 stasiun kerja dengan total luas area kerja 378.28 m2
Tabel 4.30 Ukuran Area Kerja Gedung III Usulan 2
Berdasarkan perancangan yang di lakukan di pabrik rokok GAMA, pada
gedung tiga terdapat 9 stasiun kerja dengan total luas area kerja 491.8 m2
Tabel 4.31 Titik Pusat Area Aktivitas Gedung I
IV131
Tabel 4.32 Titik Pusat Area Aktivitas Gedung II
Tabel 4.33 Titik Pusat Area Aktivitas Gedung III
Tabel 4.34 Jarak Antar Area Aktivitas Usulan 2
IV132
Berikut ini ditunjukkan jarak tempuh antar area kerja yang paling
berpengaruh terhadap jarak total, pada gambar 4.25.
jarak tempuh antar araea aktivitas usulan 2
13.9
5
16.4
5
62.5
2
57.2
2
17.8
5
21.8
14.3
9
12.7
5
12.7
5
10.1
5
13.4
7
8.02
7.36
80.1
1
23.9
5
12.9
5
8.8 14
.35
38.6
7
11.1 23
.35
0102030405060708090
G1
A2
A2
B2
B2
G3
B2
C3
G3
I3
C3
A3
A3
F3
A3
D3
D3
A3
F3B
3
B3
L2
L2J
2
J2H
2
H2
D2
I3J
3
J3K
3
K3
L3
L3M
3
M3
P3
P3
N3
N3
D2
area aktivitas
jara
k te
mpu
h
Gambar 4.25 Jarak Tempuh Antar Area Kerja (Layout Usulan II)
n. Ongkos Material Handling (OMH) usulan II
Setelah jarak antar area kerja diketahui, langkah selanjutnya adalah
IV133
menghitung Ongkos Material Handling berdasarkan layout usulan II.
Berdasarkan panjang lintasan antar area aktivitas yang berhubungan, besarnya
aliran material / frekuensi aliran bahan, dan ongkos material handling per meter,
maka total ongkos material handling per bulan dapat dihitung sebagai berikut,
sesuai dengan contoh perhitungan pada tabel 4.35 :
Contoh perhitungan :
Total OMH G1A2 / bulan = frekuensi G1A2 x Jarak G1A2 x OMH G1A2 / meter
= −,15.0.95.132210 Rpxmxkali
= Rp. 4624.425,
Hasil perhitungan selengkapnya dapat diketahui pada tabel 4.35.
Tabel 4.35 Total Ongkos Material Handling (OMH) per bulan Layout Usulan II
Dari Ke Komponen Alat Angkut
Frekuensi (kali) [1]
Jarak (m) [2]
[3] = [1*2]OMH/ meter
[4]
Total OMH / bulan[5] =
[3*4]
G1 A2Tembakau& cengkeh mentah
manusia 2210 13.95 30829.5 0.15 4624.425
A2 B2Tembakau & cengkeh mentah
manusia 2210 16.45 36354.5 0.15 5453.175
B2 G3Tembakau SKT yg sudah di olah
kereta dorong 1105 62.52 69084.6 227.4 15707074.66
B2 C3
Tembakau SKM filter yg sudah di olah
kereta dorong
4680 57.22 267789.6 227.4 60884643.46
G3 I3
Tembakau yg siap di linting jenis SKT
manusia 1105 17.85 19724.25 0.15 2958.6375
C3 A3
Tembakau utk SKM jenis Mild yg siap di linting
manusia 4680 21.8 102024 0.15 15303.6
A3 F3 Rokok SKM jenis mild yg
kereta dorong
351 14.39 5050.89 227.4 1148370.35
IV134
siap di pack
A3 D3 Rokok SKM yg cacat
manusia 52 12.75 663 0.15 99.45
D3 A3Rokok cacat yg sudah di skrap
manusia 260 12.75 3315 0.15 497.25
F3 B3
Rokok SKM yg siap di packing bungkus
kereta dorong
351 10.15 3562.65 227.4 810004.104
B3 L2Rokok SKM yg siap di bandrol
kereta dorong 8596 13.47 115788.12 227.4
26325586.96
L2 J2Rokok SKM yg siap di pres
manusia 137540 8.02 1103070.8 0.15 165460.62
J2 H2Rokok SKM yg siap di pack slop
manusia 137540 7.36 1012294.4 0.15 151844.16
Lanjutan Tabel 4.35Tabel 4.35 Total Ongkos Material Handling (OMH) per bulan Layout Usulan II
Dari Ke Komponen
Alat Angkut
Frekuensi (kali) [1]
Jarak (m) [2]
[3] = [1*2]OMH/ meter
[4]
Total OMH / bulan[5] =
[3*4]
H2 D2
Rokok SKM yg siap di Packing kardus
kereta dorong 1733 80.11 138830.63 227.4 31564532.04
I3 J3 Rokok jenis SKT manusia 5200 23.95 124540 0.15 18681
J3 K3Rokok jenis SKT yg siap di oven
manusia 5200 12.95 67340 0.15 10101
K3 L3 Rokok jenis SKT
manusia 5200 8.8 45760 0.15 6864
L3 M3 Proses piket rokok SKT manusia 5200 14.35 74620 0.15 11193
M3 P3 Proses pres rokok SKT
manusia 5200 38.67 201084 0.15 30162.6
P3 N3 Proses Bal rokok SKT manusia 5200 11.1 57720 0.15 8658
N3 D2 Proses packing Kardus rokok
kereta dorong
5200 23.35 121420 0.15 18213
IV135
SKTTOTAL 338813 481.96 3600865.94 1366.41 136890325.5
Dari tabel di atas diketahui total frekuensi perpindahan 338813 kali, total
jarak perpindahan 481.96 meter, total OMH/ meter 1366.41, , total OMH/ bulan
136890325.5,
o. Gambar layout gedung 1 usulan II
Dalam hal ini dilakukan proses pertukaran posisi/lokasi area aktivitas untuk
mendapatkan komposisi penempatan area aktivitas yang lebih baik dilihat dari
paramater jarak material handling, ongkos material handling dan ukuran fasilitas
produksi. Berikut ini perubahan tata letak pertukaran posisi area aktivitas layout
Gedung 1 usulan II :
IV136
GEDUNG 1 USULAN 2SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
U
Mesin Linting SKMA3
mesin skrapolahanSKM
PenerimaantembakauC3 penerimaan
bahantambahanSKM
G2
G.alatE3
gudangpenam
pungrokok
SKM
Mesin
packingbungkus
B3
proses bandrol SKM
Proses slopproses presL2 J2
H2
F3
2D3
Gambar 4.26 Layout gedung 1usulan II (Ukuran luas area aktivitas)
Pada layout gedung 1 usulan II setelah dibuat ukuran area aktivitas
maka,berdasarkan pada tabel 4.27 digambarkan penempatan fasilitas – fasilitas
produksi meliputi peralatan dan mesin – mesin yang digunakan untuk proses
produksi pada gambar 4.27 berikut:
IV137
1:2:
Linting SKMPacking Bungkus
3:4:
PembandrolanProses Pres
22
2
GEDUNG 1 USULAN 2SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
U
A3mesin skrap
D3 olahanSKM
PenerimaantembakauC3 penerimaan
bahantambahanSKM
G2
G.alatE3
gudangpenam
pungrokok
SKM
F3 B3
L2 J2
H2
3 3 34 4 4 5
Proses slop
6
1 1
Gambar 4.27 Layout Gedung 1 usulan II (Fasilitas Produksi )
Berdasarkan gambar 4.27 maka dibuat diagram alir dari proses produksi
di Pabrik Rokok GAMA untuk layout gedung 1 usulan II. Dapat dilihat pada
gambar 4.28 sebagai berikut:
IV138
Gambar 4.28 Layout Gedung 1 usulan II ( Diagram Alir )
p. Gambar Layout Gedung 2 usulan II
Dalam hal ini dilakukan proses pertukaran posisi/lokasi area aktivitas untuk
mendapatkan komposisi penempatan area aktivitas yang lebih baik dilihat dari
IV139
paramater jarak material handling, ongkos material handling dan ukuran fasilitas
produksi. Berikut ini perubahan tata letak pertukaran posisi area aktivitas layout
gedung 2 usulan II :
GEDUNG 2 USULAN 2SKALA 1 : 100S K A L A 1 : 100
U
mesin pengolah tembakau
A2 penampungtembakausisa pengolahan
C2penerimaansaos
F2
penerimaankarduspacking
A1prosespackingkardus
D2penerimaantembakau&cengkehmentah
G1
penerimaantembakauolahanSKM &SKT
B2mandor
E2pres SKTBal SKT
N3 P3
Gambar 4.29 Layout Gedung 2 usulan II (Ukuran luas area aktivitas)
Pada layout gedung 2 usulan II setelah dibuat ukuran area aktivitas
maka,berdasarkan pada tabel 4.28 digambarkan penempatan fasilitas – fasilitas
produksi meliputi peralatan dan mesin – mesin yang digunakan untuk proses
IV140
produksi pada gambar 4.30 berikut:
1:2:
proses Bal SKTProses Pres SKT
GEDUNG 2 USULAN 2SKALA 1 : 100S K A L A 1 : 100
U
mesin pengolah tembakau
A2 penampungtembakausisa pengolahan
C2penerimaansaos
F2
penerimaankarduspacking
A1prosespackingkardus
D2penerimaantembakau&cengkehmentah
G1
penerimaantembakauolahanSKM &SKT
B2mandor
E2 P31 1 1 2 2 2
1 1 2 2 2N3
Gambar 4.30 Layout Gedung 2 usulan II (Fasilitas Produksi )
Berdasarkan gambar 4.30 maka dibuat diagram alir dari proses produksi di
Pabrik Rokok GAMA untuk layout gedung 2 usulan II. Dapat dilihat pada gambar
IV141
4.31 sebagai berikut:
Gambar 4.31 Layout Gedung 2 usulan II ( Diagram Alir )
q. Gambar Layout Gedung 3 usulan II
IV142
Dalam hal ini dilakukan proses pertukaran posisi/lokasi area aktivitas untuk
mendapatkan komposisi penempatan area aktivitas yang lebih baik dilihat dari
paramater jarak material handling, ongkos material handling dan ukuran fasilitas
produksi. Berikut ini perubahan tata letak pertukaran posisi area aktivitas layout
gedung 3 usulan II :
penampungrokoksiapoven
mandor
penerimaanbahantambahanSKT
prosesinspeksipewarnaan
penerimaantembakauolahanSKT
Ruang oven
G3
H3 J3
K3
L3O3
G2
GEDUNG 3 USULAN 2SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
U
proses linting SKTI3
M3Piket SKT
Gambar 4.32 Layout Gedung 3 usulan II (Ukuran luas area aktivitas)
Pada layout gedung 3 usulan II setelah dibuat ukuran area aktivitas
IV143
maka,berdasarkan pada tabel 4.29 digambarkan penempatan fasilitas – fasilitas
produksi meliputi peralatan dan mesin – mesin yang digunakan untuk proses
produksi pada gambar 4.33 berikut:
1 1 11 1
1 1 11 1
1 1 11 1
1 1 11 1
1 1 11 1
1:2:
Linting SKTPiket SKT
GEDUNG 3 USULAN 2SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
U
M32 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2
penampungrokoksiapoven
mandor
penerimaanbahantambahanSKT
prosesinspeksipewarnaan
penerimaantembakauolahanSKT
Ruang oven
G3
H3 J3
K3
L3O3
G2
proses linting SKTI3
Piket SKT
Gambar 4.33 Layout Gedung 3 usulan II (Fasilitas Produksi )
Berdasarkan gambar 4.33 maka dibuat diagram alir dari proses produksi di
IV144
Pabrik Rokok GAMA untuk layout gedung 3 usulan II. Dapat dilihat pada gambar
4.34 sebagai berikut:
Gambar 4.34 Layout Gedung 3 usulan II ( Diagram Alir )
IV145
m. Perhitungan Layout Usulan III
r. Layout usulan III
Gedung I dirancang berdasarkan dari pembuatan activity relationship chart
(ARC) yang dijelaskan dalam worksheet yaitu kedekatan antar area aktivitas yang
saling berhubungan. Secara garis besar berbentuk pola aliran huruf U, karena
aliran masuk material dan aliran keluarya produk pada lokasi yang sama. Layout
usulan gedung I memiliki pola aliran bahan berbentuk U, dengan susunan pintu
masuk dan pintu keluar menjadi satu. Area aktivitas Sigaret Kretek Mesin di
jadikan satu dalam satu gedung yang dulunya berada di gedung 1 dan gedung 3
dijadilan satu dan di letakaan pada gedung 1. karena jika di letakkan di gedung 3
terlalu bising di samping itu juga mengganggu karena berdekatan dengan aktivitas
perkantoran. Stasiun B1 dan B3 di jadikan satu karena mempunyai fungsi dan
aliran produk yang sama. Untuk mempermudah alur distribusi pengambilan
material pendukung yang berupa: alfoil, innerframe, etiket, filter,kertas sigaret,
CTP gudang penerimaan bahan pendukung di dekatkan dengan area aktivitas
proses Sigaret Kretek Mesin. Aktivitas skrap (D) dan Gudang penampung rokok
SKM diletakan di antara mesin linting dan mesin packing untuk mempermudah
proses skrap jika ada kecacatan maupun kerusakan saat proses linting dan proses
packing bungkus.
Gedung II , pada gedung II ini terdapat dua pintu yaitu pintu masuk
tembakau dan cengkeh mentah dan pintu keluar untuk produk yang sudah di
packing kardus dan siap di kirim. Pada gedung II terdapat tambahan stasiun kerja
dan perubahan susunan antara lain :aktivitas penerimaan tembakau dan cengkeh
mentah (G1) yang dulunya ada pada gedung I di dekatkan dengan aktivitas
pengolahan (A2) pada gedung II, aktivitas penerimaan kardus packing (A1) di
dekatkan dengan aktivitas packing kardus (D2) , aktivitas penerimaan saos di
dekatkan dengan aktivitas pengolahan tembakau untuk mempermudah alur
perpindahan saos ke mesin pengolah. Pada gedung II ini terdapat aktivitas bal dan
pres Sigaret Kretek Tangan (SKM), Kedua stasiun kerja ini merupakan bagian dari
aktivitas proses Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang berada pada gedung III, karena
keterbatasan ruang dan space pada gedung III kedua stasiun kerja ini di tempatkan
IV146
pada gedung II karena pada grdung ini masih terdapat ruang dan space yang
cukup . Sehingga tidak mengganggu aktivitas yang berada pada gedung II ini.
Aktivitas mandor pada gedung ini jadikan satu
Gedung III , pada gedung III ini pintu masuk dan keluar material berada
pada satu pintu. Gedung ini awalnya terdapat dua aktivitas produksi yaitu aktivitas
produksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan aktivitas Produksi Sigaret Kretek
Mesin. Dengan ruang dan space yang kurang memadai justru menyebakan
aktivitas perpindahan material menjadi terganggu. Untuk mengatasi masalah yang
terjadi pada gedung ini maka semua aktivitas proses Sigaret Kretek Tangan di
jadikan satu pada gedung ini. Sedangkan semua aktivitas proses Sigaret kretek
Mesin (SKM) di pindah ke gedung I. adapun stasiun kerja yang ada pada gedung
ini meliputi : Aktivitas penerimaan tembakau olahan SKT, aktivitas pewarnaan
Sigaret, aktivitas linting SKT, aktivitas inspeksi, aktivitas pengovenan, aktivitas
penampung rokok siap oven, aktivitas piket SKT, aktivitas penerimaan bahan
tambahan, aktivitas mandor. Pada gedung III terdapat penggabungan stasiun kerja
antara lain : aktivitas penerimaan tembakau olahan (D1) dengan aktivitas
penerimaan tembakau olahan SKT (G3), aktivitas linting SKT (C1) dengan
aktivitas linting SKT (I3), aktivitas pewarnaan (F1) dengan aktivitas pewarnaan
(H3), aktivitas inspeksi (E1) dengan aktivitas inspeksi (J3), aktivitas pengovenan
(K2) dengan aktivitas pengovenan (L3). Terdapat juga penambahan stasiun kerja
yaitu aktivitas penerimaan bahan tambahan seperti : kertas bandrol, lem, kertas
sigaret, kertas bungkus rokok, kertas bal, kertas pres.
s. Penentuan jarak antar area kerja layout usulan III
Penentuan jarak ini menggunakan system jarak rectilinear yaitu
merupakan jarak yang diukur siku antara pusat fasilitas satu dengan pusat fasilitas
yang lain. Masingmasing area aktivitas dicari titik pusatnya yaitu 0 dari X dan Y.
Pemilihan system rectilinear karena lebih mudah dimengerti dan mudah
digunakan.
Contoh perhitungan;
Pada layout awal diketahui bahwa :
n. Luas area aktivitas penerimaan tembakau &
IV147
cengkeh mentah (G1) ialah 50 m2 dengan titik
pusatnya (x1;y1) yaitu (11;7)
o. Luas area aktivitas pengolah tembakau (A2) ialah
80.4 m2 dengan titik pusatnya (x2;y2) yaitu (15;9)
Jarak antara area aktivitas penerimaan tembakau & cengkeh mentah dan
area aktivitas pengolah tembakau (JarakG1A2) adalah sebagai berikut :
JarakG1A2 = 1212 yyxx −+−
= 7.128.1442.4742.57 −+−
= 1.294.9 +
= 13.95 m
Jadi, jarak area aktivitas penerimaan tembakau & cengkeh mentah
pengolah tembakau ialah 13.95 m. Ukuran area aktivitas usulan III dapat dilihat
pada tabel 4.34, 4.35 dan 4.36. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 4.39.
Tabel 4.36 Ukuran Area Kerja Gedung I Usulan 3
Berdasarkan perancangan usulan 2 yang di lakukan di pabrik rokok
GAMA, pada gedung satu terdapat 10 stasiun kerja dengan total luas area kerja
292.05 m2
IV148
Tabel 4.37 Ukuran Area Kerja Gedung II usulan 3
Berdasarkan perancangan yang di lakukan di pabrik rokok GAMA, pada
gedung dua terdapat 10 stasiun kerja dengan total luas area kerja 402.28 m2
Tabel 4.38 Ukuran Area Kerja Gedung III Usulan 3
Berdasarkan perancangan yang di lakukan di pabrik rokok GAMA, pada
gedung tiga terdapat 9 stasiun kerja dengan total luas area kerja 472.84 m2
Tabel 4.39 Titik Pusat Area Aktivitas Gedung I
IV149
Tabel 4.40 Titik Pusat Area Aktivitas Gedung II
Tabel 4.41 Titik Pusat Area Aktivitas Gedung III
Tabel 4.42 Jarak Antar Area Aktivitas Usulan 3
Dari KeJarak (m)
G1 A2 13.95A2 B2 20.35B2 G3 55.52B2 C3 48.32G3 I3 26.45C3 A3 9.6A3 F3 15.39
IV150
A3 D3 16.64D3 A3 16.64F3 B3 15.75B3 L2 13.77L2 J2 9.98J2 H2 10.05H2 D2 38.52I3 J3 22.05J3 K3 6.5K3 L3 10.79L3 M3 17.11M3 P3 31.97P3 N3 10.8N3 D2 29.35
Total 439.5
Berikut ini ditunjukkan jarak tempuh antar area kerja yang paling
berpengaruh terhadap jarak total, pada gambar 4.42.
Jarak tempuh antar araea aktivitas usulan 3
13.9
5
20.3
5
55.5
2
48.3
2
26.4
5
9.6 15
.39
16.6
4
16.6
4
15.7
5
13.7
7
9.98
10.0
5
38.5
2
22.0
5
6.5 10
.79
17.1
1
31.9
7
10.8
29.3
5
0
10
20
30
40
50
60
G1
A2
A2
B2
B2
G3
B2
C3
G3
I3
C3
A3
A3
F3
A3
D3
D3
A3
F3B
3
B3
L2
L2J
2
J2H
2
H2
D2
I3J
3
J3K
3
K3
L3
L3M
3
M3
P3
P3
N3
N3
D2
area aktivitas
jara
k te
mpu
h
Gambar 4.35 Jarak Tempuh Antar Area Kerja (Layout Usulan III)
t. Ongkos Material Handling (OMH) usulan III
Setelah jarak antar area kerja diketahui, langkah selanjutnya adalah
menghitung Ongkos Material Handling berdasarkan layout usulan III.
Berdasarkan panjang lintasan antar area aktivitas yang berhubungan, besarnya
aliran material / frekuensi aliran bahan, dan ongkos material handling per meter,
maka total ongkos material handling per bulan dapat dihitung sebagai berikut,
IV151
sesuai dengan contoh perhitungan pada tabel 4.43 :
Contoh perhitungan :
Total OMH G1A2 / bulan = frekuensi G1A2 x Jarak G1A2 x OMH G1A2 / meter
= −,15.0.8.132210 Rpxmxkali
= Rp. 4574.7,
Hasil perhitungan selengkapnya dapat diketahui pada tabel 4.43.
Tabel 4.43 Total Ongkos Material Handling (OMH) per bulan Layout Usulan III
Dari Ke Komponen Alat Angkut
Frekuensi (kali) [1]
Jarak (m) [2]
[3] = [1*2]
OMH/ meter
[4]
Total OMH / bulan[5] =
[3*4]
G1 A2Tembakau& cengkeh mentah
manusia 2210 13.95 30498 0.15 4624.425
A2 B2Tembakau & cengkeh mentah
manusia 2210 20.35 41990 0.15 6746.025
B2 G3Tembakau SKT yg sudah di olah
kereta dorong 1105 55.52 42012.1 227.4 13948445.06
B2 C3
Tembakau SKM filter yg sudah di olah
kereta dorong
4680 48.32 223563.6 227.4 51414644.74
G3 I3
Tembakau yg siap di linting jenis SKT
manusia 1105 26.45 23481.25 0.15 4384.0875
C3 A3
Tembakau utk SKM jenis Mild yg siap di linting
manusia 4680 9.6 32994 0.15 6739.2
A3 F3Rokok SKM jenis mild yg siap di pack
kereta dorong 351 15.39 3797.82 227.4 1228173.71
A3 D3 Rokok SKM yg cacat manusia 52 16.64 639.6 0.15 129.792
D3 A3Rokok cacat yg sudah di skrap
manusia 260 16.64 3198 0.15 648.96
F3 B3 Rokok SKM kereta 351 15.75 3643.38 227.4 1256902.92
IV152
yg siap di packing bungkus
dorong
B3 L2Rokok SKM yg siap di bandrol
kereta dorong 8596 13.77 16762.2 227.4 26911902.93
L2 J2Rokok SKM yg siap di pres
manusia 137540 9.98 1217229 0.15 205897.38
J2 H2Rokok SKM yg siap di pack slop
manusia 137540 10.05 1375400 0.15 207341.55
Lanjutan Tabel 4.43Tabel 4.43 Total Ongkos Material Handling (OMH) per bulan Layout Usulan III
Dari Ke Komponen
Alat Angkut
Frekuensi (kali) [1]
Jarak (m) [2]
[3] = [1*2]OMH/ meter
[4]
Total OMH / bulan[5] =
[3*4]
H2 D2
Rokok SKM yg siap di Packing kardus
kereta dorong 1733 38.52 66061.96 227.4 15177453.18
I3 J3 Rokok jenis SKT manusia 5200 22.05 37700 0.15 17199
J3 K3Rokok jenis SKT yg siap di oven
manusia 5200 6.5 28600 0.15 5070
K3 L3 Rokok jenis SKT
manusia 5200 10.79 51220 0.15 8416.2
L3 M3 Proses piket rokok SKT manusia 5200 17.11 63180 0.15 13345.8
M3 P3 Proses pres rokok SKT
manusia 5200 31.97 100984 0.15 24936.6
P3 N3 Proses Bal rokok SKT manusia 5200 10.8 56160 0.15 8424
N3 D2
Proses packing Kardus rokok SKT
kereta dorong 5200 29.35 154960 0.15 22893
TOTAL 338813 439.5 3574074.91 1366.41 110474318.6
Dari tabel diatas diketahui total frekuensi perpindahan 338813 kali, total
jarak perpindahan 439.5 meter, total OMH/meter 1366.41, , total OMH/ bulan
IV153
110474318.6,
u. Gambar Layout Gedung 1 usulan 3
Dalam hal ini dilakukan proses pertukaran posisi/lokasi area aktivitas untuk
mendapatkan komposisi penempatan area aktivitas yang lebih baik dilihat dari
paramater jarak material handling, ongkos material handling dan ukuran fasilitas
produksi. Berikut ini perubahan tata letak pertukaran posisi area aktivitas layout
gedung 1 usulan III :
IV154
GEDUNG 1 USULAN 3SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
U
penerimaanbahantambahanSKM
G2
G.alatE3proses presJ2
Proses slopH2proses bandrol SKM
L2
Mesin
packingbungkus
B3
gudang penampung rokok SKMF3
Mesin
Linting
SKM
A3
mesin skrapD3
Penerimaan
tembakau
olahanSK
MC
3
Gambar 4.36 Layout gedung 1usulan III (Ukuran luas area aktivitas)
Pada layout gedung 1 usulan III setelah dibuat ukuran area aktivitas
maka,berdasarkan pada tabel 4.34 digambarkan penempatan fasilitas – fasilitas
produksi meliputi peralatan dan mesin – mesin yang digunakan untuk proses
produksi pada gambar 4.37 berikut:
IV155
L2
penerimaanbahantambahanSKM
G2
G.alatE3Proses slop
H2L2
B3
gudang penampung rokok SKMF3
mesin skrapD3
Penerim
aantem
bakauolahanSK
MC
3
GEDUNG 1 USULAN 3SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
U
A3
A3
11
J23 3 3 4 4 4 4
22
2
1:2:
Linting SKMPacking Bungkus
3:4:
PembandrolanProses Pres
Gambar 4.37 Layout Gedung 1 usulan III (Fasilitas Produksi )
Berdasarkan gambar 4.37 maka dibuat diagram alir dari proses produksi di
Pabrik Rokok GAMA untuk layout gedung 1 usulan III. Dapat dilihat pada gambar
4.38 sebagai berikut:
IV156
Gambar 4.38 Layout Gedung 1 usulan III ( Diagram Alir )
v. Gambar Layout Gedung 2 usulan III
Dalam hal ini dilakukan proses pertukaran posisi/lokasi area aktivitas untuk
mendapatkan komposisi penempatan area aktivitas yang lebih baik dilihat dari
IV157
paramater jarak material handling, ongkos material handling dan ukuran fasilitas
produksi. Berikut ini perubahan tata letak pertukaran posisi area aktivitas layout
gedung 2 usulan III :
penerimaan
tembakau
&cengkehm
entah
G1
penerimaan
tembakau
olahanSK
M &
SKT
B2
GEDUNG 2 USULAN 3SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
U
mesin pengolah tembakau
A2 penampungtembakausisa pengolahan
C2 penerimaansaos
F2
mandor
E2 Bal SKTN3
pres SKTP3penerimaan
karduspacking
A1 prosespackingkardus
D2
Gambar 4.39 Layout Gedung 2 usulan III (Ukuran luas area aktivitas)
Pada layout gedung 2 usulan III setelah dibuat ukuran area aktivitas
maka,berdasarkan pada tabel 4.35 digambarkan penempatan fasilitas – fasilitas
IV158
produksi meliputi peralatan dan mesin – mesin yang digunakan untuk proses
produksi pada gambar 4.40 berikut:
mesin pengolah tembakau
A2 penampungtembakausisa pengolahan
C2 penerimaansaos
F2
mandor
E2penerimaankarduspacking
A1 prosespackingkardus
D2
penerimaan
tembakau
&cengkehm
entah
G1
penerimaan
tembakau
olahanSK
M &
SKT
B2
1 1 1 2 2 2
1 1 1 2 2 2N3 P3
GEDUNG 2 USULAN 3SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
U
1:2:
proses Bal SKTProses Pres SKT
Gambar 4.40 Layout Gedung 2 usulan III (Fasilitas Produksi )
Berdasarkan gambar 4.40 maka dibuat diagram alir dari proses produksi di
IV159
Pabrik Rokok GAMA untuk layout gedung 2 usulan III. Dapat dilihat pada gambar
4.41 sebagai berikut:
Gambar 4.41 Layout Gedung 2 usulan III ( Diagram Alir )
IV160
w. Gambar Layout Gedung 3 usulan III
Dalam hal ini dilakukan proses pertukaran posisi/lokasi area aktivitas untuk
mendapatkan komposisi penempatan area aktivitas yang lebih baik dilihat dari
paramater jarak material handling, ongkos material handling dan ukuran fasilitas
produksi. Berikut ini perubahan tata letak pertukaran posisi area aktivitas layout
gedung 3 usulan III :
Piket SKTM3
GEDUNG 3 USULAN 3SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
U
penampungrokoksiapoven
prosesinspeksi
pewarnaan
Ruang oven
H3
J3K3L3
proses linting SKTI3
mandor
O3
penerimaanbahantambahanSKT
G2penerimaantembakauolahanSKT
G3
Gambar 4.42 Layout Gedung 3 usulan III (Ukuran luas area aktivitas)
IV161
Pada layout gedung 3 usulan III setelah dibuat ukuran area aktivitas
maka,berdasarkan pada tabel 4.36 digambarkan penempatan fasilitas – fasilitas
produksi meliputi peralatan dan mesin – mesin yang digunakan untuk proses
produksi pada gambar 4.43 berikut:
penampungrokoksiapoven
prosesinspeksi
pewarnaan
Ruang oven
H3
J3K3L3
proses linting SKTI3
mandor
O3
penerimaanbahantambahanSKT
G2penerimaantembakauolahanSKT
G3
GEDUNG 3 USULAN 3SKALA 1 : 100
S K A L A 1 : 100
U
1 1 11 1
1 1 11 1
1 1 11 1
1 1 11 1
1 1 11 1
1:2:
Linting SKTPiket SKT
22
22
22
2
22
22
22
22
22
22
22
22
2
22
22
22
22
Piket SKTM3
Gambar 4.43 Layout Gedung 3 usulan III (Fasilitas Produksi )
IV162
Berdasarkan gambar 4.43 maka dibuat diagram alir dari proses produksi di
Pabrik Rokok GAMA untuk layout gedung 3 usulan III. Dapat dilihat pada gambar
4.44 sebagai berikut:
Gambar 4.44 Layout Gedung 3 usulan III ( Diagram Alir )
IV163
BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI
Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV dimulai dari perhitungan layout
awal sampai dengan perancangan layout usulan dapat dianalisis seperti yang dijelaskan berikut ini :
3. Analisis Hasil Evaluasi Layout Awal Pabrik Rokok GAMA
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, keadaan tata letak pabrik saat ini belum sesuai
dengan tandatanda tata letak yang baik yaitu bentuk aliran bahan terencana, langkah balik yang
minimum, gang lurus, pemindahan antar operasi minimum,dll (Sritomo,W;1992). Kondisi ini
menimbulkan banyak terjadi feedback pada operator dan banyak perpotongan aliran bahan dan
banyaknya operator yang berada di sekitar area aktivitas B2,D2,H2,D3,P3,N3,J3,K3,I3 dan G3 yang
menyebabkan terganggunya lintasan material handling.
3.1. Pengaruh kondisi layout terhadap aktivitas produksi dan pekerja
Tipe produksi yang diterapkan oleh Pabrik Rokok GAMA ialah ‘make to order’ yaitu membuat
produk berdasarkan atas pesanan konsumen, sehingga volume produksinya tidak terlalu tinggi maupun
terlalu rendah atau disebut juga produksi intermittent. Untuk menyelesaikan pesanan konsumen, dalam
proses produksinya Pabrik Rokok GAMA menyusun mesinmesin yang mempunyai fungsi sama ke
dalam satu stasiun kerja; seperti mesin olah tembakau & cengkeh di stasiun kerja pengolahan
tembakau, mesin pres SKM di stasiun kerja pengepresan, mesin slop SKM di stasiun kerja
pengeslopan, mesin linting SKM di stasiun kerja pelintingan, mesin packing bungkus SKM di stasiun
kerja packing bungkus, mesin skrap di stasiun kerja penyekrapan. Selain itu juga terdapat workin
process storage yaitu stasiun kerja penerimaan bahan baku dan stasiun kerja penerimaan barang jadi.
Penyusunan mesinmesin seperti yang terdapat pada layout awal tentu saja memberikan
pengaruh yang cukup besar terhadap aktivitas produksi khususnya material handling. Sesuai aliran
proses , semua tembakau & cengkeh mentah harus mengalami proses pengolahan yaitu dari stasiun
kerja penerimaan tembakau & cengkeh mentah di gedung 1 menuju stasiun kerja pengolahan di
gedung 2 . Penempatan stasiun kerja penerimaan tembakau & cengkeh mentah yang tidak berdekatan
dengan stasiun kerja pengolahan memberikan akibat yang kurang baik dalam proses material handling
karena pemindahan material harus melewati stasiun penerimaan tembakau & cengkeh hasil olahan
terlebih dahulu. Kondisi ini mengakibatkan terganggunya aliran bahan dari dan ke stasiun penerimaan
tembakau & cengkeh olahan . Di samping itu terdapat stasiun kerja yang fungsinya sama tetapi tidak
menjadi satu kesatuan misanya departemen Sigaret Kretek Tangan yang berada di gedung 1, gedung 2,
gedung 3.
3.2. Jarak antar area kerja
Dari perhitungan sebelumnya dapat diketahui bahwa jarak total yang ditempuh antar arae
aktivitas dalam waktu satu bulan adalah 914,39 meter. Grafik yang menunjukkan jarak tempuh masing
masing area aktivitas dapat dilihat pada gambar 5.1.
Jarak Tempuh Antar Area Kerja
13.0
2 28.7
020
.90
20.9
019
.10
19.1
018
.95
18.9
512
.70
12.7
025
.57
9.30 24
.19
11.4
210
1.94
6.18
4.60
5.76
34.1
69.
658.
253.
75 9.10 13
.30
17.6
07.
7073
.12
20.7
5
100.
7266
.92
66.9
257
.97
50.5
0
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
G1
A2
B2
D1
B2
C3
D3
C1
C3
A3
A3
F3
D3
A3
F3
B3
L2J
2
H2
D2
E1
K2
I2O
2
P2
D2
I3J
3
K3
L3
M3
P3
N3
D2
area aktivitas
jara
k te
mpu
h ( m
)
Gambar 5.1. Grafik Jarak Tempuh Layout Awal
Berdasarkan grafik di atas, jarak terbesar ditimbulkan oleh perpindahan rokok SKT dari stasiun
kerja inspeksi pada gedung 1 menuju stasiun kerja pengovenan di gedung 2 ( E1K2). Kondisi tersebut
timbul akibat letak stasiun pemasahan ke penyetelan yang cukup jauh yaitu sebesar 101.94 meter. Jarak
terkecil ditimbulkan oleh perpindahan rokok SKT dari satsiun kerja inspeksi menuju stasiun
penerimaan rokok SKT yang siap di ovenk (dari J3 ke K3). Kondisi tersebut timbul akibat letak stasiun
kerja inspeksi ke penempung rokok SKT yang siap di oven cukup dekat yaitu sebesar 3.75 meter
3.3. Ongkos material handling
Ongkos material handling dipengaruhi oleh jarak, frekuensi dan ongkos material handling per
meter gerakan. Artinya jarak terjauh (dari area aktivitas E1 ke K2) seperti yang terlihat pada Gambar
5.1 belum tentu mempunyai ongkos material handling terbesar. Grafik ongkos material handling
ditunjukkan oleh gambar 5.2.
Ongkos Material Handling
1674
0.8
4316
.13
9608
.53 3.6E
+07
3.6E
+07
2.5E
+07
4757
.03
7335
.973
35.9
9032
5662
0988
147.
8173
9.05
6005
9441
2908
5E+
0742
8093
1918
6895
3122
089
07.6
1.2E
+08
4820
.435
8844
92.8
4E+0
715
99.4
964
3529
2570
9810
374
1372
860
068.
6E+0
7
020000000400000006000000080000000
100000000120000000140000000
G1A2
B2D1
B2C3
D1C1
C3A3
A3F3D3A
3
F3B3
L2J2
H2D2
E1K2
I2O2
P2D2
I3J3
K3L3
M3P3N3D
3
area aktivitas
Ong
kos
Mat
eria
l Han
dlin
g (R
p/B
ln)
Gambar 5.2. Grafik Ongkos Material Handling Layout Awal
Ongkos material handling terdiri dari dua macam yaitu material handling dengan menggunakan
tenaga manusia dan material handling dengan menggunakan kereta dorong. Material handling dengan
tenaga manusia dihitung berdasarkan gaji yang diterima per bulan dibagi jarak tempuh total yang
dilakukan oleh tenaga manusia. OMH per meter dengan menggunakan tenaga manusia adalah Rp.
0.15,. Sedangkan material handling dengan menggunakan kereta dorong dihitung berdasarkan biaya
peralatan dari kereta dorong (dengan perhitungan depresiasi) ditambah biaya tenaga kerja yang
mengoperasikannya dibagi jarak tempuh total yang dilakukan dengan kereta dorong. Dengan
melakukan perhitungan depresiasi, maka biaya kereta dorong adalah biaya pembelian dikurangi nilai
sisa dibagi dengan umur ekonomisnya, sehingga total OMH per meter dengan kereta dorong adalah
sebesar Rp. 227.4,
Total ongkos material handling dalam jangka waktu satu bulan ialah Rp. 406648541.5,.
Ongkos material handling terbesar dari area aktivitas inspeksi SKT di gedung 1 ke area Oven SKT di
gedung 2 (dari E1 ke K2) yaitu sebesar Rp. 120520807.7,. Hal ini disebabkan frekuensi perpindahan
yang cukup tinggi sebesar 5200 kali dan jarak perpindahannya cukup jauh yaitu 101.94 meter, dengan
ongkos perpindahan yaitu Rp. 227.4,/meter. Besarnya ongkos pemindahan tersebut disebabkan oleh
penggunaan alat angkut kereta dorong. Ongkos pengangkutan terkecil yaitu sebesar Rp. 147.81,
terjadi pada saat dilakukan penyekrapan Rokok SKM yang rusak/ cacat dari mesin linting SKM ke
mesin skrap (dari A3 ke D3). Letak dua area aktivitas tersebut yang berjarak 18.95 meter, penyebab
lain adalah frekuensi pengangkutan rokok SKm yang cacat relatif kecil yaitu 52 kali/bulan dan biaya
OMH/meter untuk tenaga manusia adalah Rp. 0.15,.
4. Interpretasi Hasil Perancangan Layout Usulan
Dari penyusunan ARC (Activity Relationship Chart) dan Worksheet di atas dapat diketahui
bahwa perlu dilakukan suatu perancangan ulang tata letak pada area produksi Di pabrik Rokok GAMA
guna memperbaiki keadaan tata letak awal yang dianggap kurang sesuai. Perancangan ulang
berpatokan pada jarak dan ongkos material handling yang lebih baik. Sebelum merancang layout
usulan, yang terlebih dahulu harus diperhatikan adalah.penentuan kebutuhan luas ruangan. Ada tiga hal
yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan luas area yang dibutuhkan yaitu : penentuan tingkat
produksi (production rate), peralatan yang dibutuhkan untuk proses produksi dan karyawan yang
diperlukan. Dalam penentuan kebutuhan luas ruangan pada area produksi Pabrik Rokok GAMA,
digunakan “metode fasilitas industri”, yaitu metode penentuan kebutuhan ruangan berdasar fasilitas
produksi dan fasilitas pendukung proses produksi yang dipergunakan.
Dari tabel 4.18, dapat diketahui bahwa ukuran masingmasing area aktivitas pada layout awal
sudah memenuhi luas area minimal yang dibutuhkan. Penyusunan Activity Relationship Chart (ARC)
guna membantu merencanakan tata letak area aktivitas berdasarkan derajat hubungan aktivitas yang
dinyatakan dalam penilaian “kualitatif” berdasarkan pertimbanganpertimbangan subyektif baik dari
peneliti maupun pihak manajemen perusahaan terhadap masingmasing area aktivitas. ARC
digambarkan dengan kodekode huruf sebagai penunjuk derajat hubungan aktivitas dan kode angka
sebagai alasan pemilihan kode huruf tersebut. Pemberian alasan didasarkan pada keterkaitan produksi,
pegawai dan informasi. Yang perlu diperhatikan adalah alasan untuk mendapatkan derajat keterkaitan
sangat tergantung pada situasi dimana aktivitas dilakukan.).
Setelah ARC disusun, langkah selanjutnya adalah mengkonversikan ke dalam work sheet
(lembar kerja). Lembar kerja dimaksudkan untuk menerangkan hasil peta keterkaitan yang telah
disusun dengan tujuan mempermudah membuat template diagram kegiatan. Berdasarkan ARC dan
work sheet, selanjutnya dibuat Activity Relationship Diagram (ARD) usulan. Terdapat tiga alternatif
ARD usulan yang disusun dengan tipe yang sama yaitu tipe aliran berbentuk U karena
mempertimbangkan bangunan permanen dari pabrik yang telah ada dengan tidak melakukan perubahan
pada abngunan permanen tersebut . Ketiga usulan tersebut adalah sebagai berikut :
4.1. Layout Usulan I
Gedung I dirancang berdasarkan dari pembuatan activity relationship chart (ARC) yang
dijelaskan dalam worksheet yaitu kedekatan antar area aktivitas yang saling berhubungan. Secara garis
besar berbentuk pola aliran huruf U, karena aliran masuk material dan aliran keluarya produk pada
lokasi yang sama. Layout usulan I memiliki pola aliran bahan berbentuk U, dengan susunan pintu
masuk dan pintu keluar menjadi satu. Area aktivitas Sigaret Kretek Mesin di jadikan satu dalam satu
gedung yang dulunya berada di gedung 1 dan gedung 3 dijadilan satu dan di letakaan pada gedung 1.
karena jika di letakkan di gedung 3 terlalu bising di samping itu juga mengganggu karena berdekatan
dengan aktivitas perkantoran. Stasiun B1 dan B3 di jadikan satu karena mempunyai fungsi dan aliran
produk yang sama. Untuk mempermudah alur distribusi pengambilan material pendukung yang berupa:
alfoil, innerframe, etiket, filter,kertas sigaret, CTP gudang penerimaan bahan pendukung di dekatkan
dengan area aktivitas proses Sigaret Kretek Mesin. Aktivitas skrap (D) dan Gudang penampung rokok
SKM diletakan di antara mesin linting dan mesin packing untuk mempermudah proses skrap jika ada
kecacatan maupun kerusakan saat proses linting dan proses packing bungkus. Di samping itu juga di
tambahkan aktivitas mandor untuk mengawasi jalanya proses produksi Sigaret Kretek Mesin (SKM).
Gedung II , pada gedung II ini terdapat dua pintu yaitu pintu masuk tembakau dan cengkeh
mentah dan pintu keluar untuk produk yang sudah di packing kardus dan siap di kirim. Pada gedung II
terdapat tambahan stasiun kerja dan perubahan susunan antara lain :aktivitas penerimaan tembakau dan
cengkeh mentah (G1) yang dulunya ada pada gedung I di dekatkan dengan aktivitas pengolahan (A2)
pada gedung II, aktivitas penerimaan kardus packing (A1) di dekatkan dengan aktivitas packing kardus
(D2) , aktivitas penerimaan saos di dekatkan dengan aktivitas pengolahan tembakau untuk
mempermudah alur perpindahan saos ke mesin pengolah. Pada gedung II ini terdapat aktivitas bal dan
pres Sigaret Kretek Tangan (SKM), Kedua stasiun kerja ini merupakan bagian dari aktivitas proses
Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang berada pada gedung III, karena keterbatasan ruang dan space pada
gedung III kedua stasiun kerja ini di tempatkan pada gedung II karena pada grdung ini masih terdapat
ruang dan space yang cukup . Sehingga tidak mengganggu aktivitas yang berada pada gedung II ini.
Aktivitas mandor pada gedung ini jadikan satu
Gedung III , pada gedung III ini pintu masuk dan keluar material berada pada satu pintu.
Gedung ini awalnya terdapat dua aktivitas produksi yaitu aktivitas produksi Sigaret Kretek Tangan
(SKT) dan aktivitas Produksi Sigaret Kretek Mesin. Dengan ruang dan space yang kurang memadai
justru menyebakan aktivitas perpindahan material menjadi terganggu. Untuk mengatasi masalah yang
terjadi pada gedung ini maka semua aktivitas proses Sigaret Kretek Tangan di jadikan satu pada gedung
ini. Sedangkan semua aktivitas proses Sigaret kretek Mesin (SKM) di pindah ke gedung I. adapun
stasiun kerja yang ada pada gedung ini meliputi : Aktivitas penerimaan tembakau olahan SKT, aktivitas
pewarnaan Sigaret, aktivitas linting SKT, aktivitas inspeksi, aktivitas pengovenan, aktivitas penampung
rokok siap oven, aktivitas piket SKT, aktivitas penerimaan bahan tambahan, aktivitas mandor. Pada
gedung III terdapat penggabungan stasiun kerja antara lain : aktivitas penerimaan tembakau olahan
(D1) dengan aktivitas penerimaan tembakau olahan SKT (G3), aktivitas linting SKT (C1) dengan
aktivitas linting SKT (I3), aktivitas pewarnaan (F1) dengan aktivitas pewarnaan (H3), aktivitas inspeksi
(E1) dengan aktivitas inspeksi (J3), aktivitas pengovenan (K2) dengan aktivitas pengovenan (L3).
Terdapat juga penambahan stasiun kerja yaitu aktivitas penerimaan bahan tambahan seperti : kertas
bandrol, lem, kertas sigaret, kertas bungkus rokok, kertas bal, kertas pres). Grafik total jarak tempuh
layout usulan I dapat dilihat pada gambar 5.3.
Jarak Tempuh antar area aktivitas usulan 1
12.1
33.6
4
36.1
8
57.6
6
7
15.5
5
20.0
3
6.93
6.93 10
.15
7.15 9.48
10.1
3
37.5
7
31.1
7.7 13
.7
15.1
42.2
2
10.8
39.9
4
010203040506070
G1
A2
A2
B2
B2
G3
B2
C3
G3
I3
C3
A3
A3
F3
A3
D3
D3
A3
F3B
3
B3
L2
L2J
2
J2H
2
H2
D2
I3J
3
J3K
3
K3
L3
L3M
3
M3
P3
P3
N3
N3
D2
area aktivitas
jara
k te
mpu
h
Gambar 5.3. Grafik Jarak Tempuh Layout Usulan I
Dilihat dari segi jarak material handling selama satu bulan, layout usulan I mempunyai jarak
total 431,06 meter. Pada perancangan layout usulan I, tidak terdapat jarak perpindahan pada area
aktivitas M2 karena area aktivitas tersebut dijadikan satu dengan area aktivitas E2. area aktivitas pres
SKT P3 dijadikan satu dengan O2, Area aktivitas bal SKT N3 di jadikan satu dengan P2, Area aktivitas
penerimaan tembakau olah SKT D1 yang dulunya berada di gedung 1 dan G3 yang dulunya berada di
gedung 3 dijadikan satu di gedung 3, Area aktivitas linting manual I3 di jadikan satu dengan C1, Area
aktivitas pewarnaan H3 di jadikan satu dengan F1, Area aktivitas inspeksi J3 di jadikan satu dengan E1,
Area aktivitas pengovenan K2 di jadikan satu dengan L3, Area aktivitas Piket SKT I2 di jadikan satu
dengan M3.
Untuk mengetahui besarnya penghematan yang diperoleh dengan memperpendek total jarak
tempuh pada layout usulan I, dilakukan perhitungan ongkos material handling seperti perhitungan pada
layout awal yaitu dengan mengalikan jarak, frekuensi dan OMH per meter gerakan. Grafik total ongkos
material handling layout usulan I dapat dilihat pada gambar 5.4.
Ongkos Material Handling layout Usulan 1
4011
.15
1115
1.7
9089
603
6.1E
+07
1160
.25
1091
6.1
1598
461
54.0
54
270.
27
8100
04 1.4E
+07
1955
82
2089
92 1.5E
+07
2425
8
6006
1068
6
1177
8
3293
1.6
8424
3115
3.2
010000000200000003000000040000000500000006000000070000000
G1
A2
A3
D3
D3
A3
G3
I3
J3K
3
P3
N3
K3
L3
C3
A3
A2
B2
L3M
3
I3J
3
N3
D2
M3
P3
L2J
2
J2H
2
F3B
3
A3
F3
B2
G3
B3
L2
H2
D2
B2
C3
area aktivitas
Ong
kos
Mat
eria
l Han
dlin
g (R
p/bl
n)
Gambar 5.4. Grafik Ongkos Material Handling Layout Usulan I
Total ongkos material handling dalam jangka waktu satu bulan ialah Rp. 102185268.4,. Ongkos
material handling terbesar timbul pada perpindahan material dari area aktivitas penerimaan tembakau
olahan ke area aktivitas penerimaan tembakau olahan SKM (dari B2 ke C3) yaitu Rp. 61352823.17,.
Hal ini disebabkan frekuensi perpindahan yang cukup banyak sebesar 4680 kali dan jarak
perpindahannya cukup jauh yaitu 57.66 meter dengan ongkos perpindahan yaitu Rp. 227.4 per meter.
Ongkos pemindahan tersebut disebabkan pemindahan tembakau olahan yang dilakukan oleh tenaga
manusia. Ongkos pengangkutan terkecil yaitu sebesar Rp. 54.054, terjadi pada saat dilakukan
pemindahan rokok yang cacat/rusak dari area aktivitas mesin linting ke area aktivitas skrap (dari A3 ke
D3). Walaupun letak antara dua area aktivitas tersebut tidak pendek yaitu 6.93 meter, penyebab lain
adalah frekuensi pemindahan rokok yang cacat/rusak tidak terlalu tinggi yaitu 52 kali/bulan.
4.2. Layout Usulan II
Gedung I dirancang berdasarkan dari pembuatan activity relationship chart (ARC) yang
dijelaskan dalam worksheet yaitu kedekatan antar area aktivitas yang saling berhubungan. Secara garis
besar berbentuk pola aliran huruf U, karena aliran masuk material dan aliran keluarya produk pada
lokasi yang sama. Layout usulan gedung I memiliki pola aliran bahan berbentuk U, dengan susunan
pintu masuk dan pintu keluar menjadi satu. Area aktivitas Sigaret Kretek Mesin di jadikan satu dalam
satu gedung yang dulunya berada di gedung 1 dan gedung 3 dijadilan satu dan di letakaan pada gedung
1. karena jika di letakkan di gedung 3 terlalu bising di samping itu juga mengganggu karena berdekatan
dengan aktivitas perkantoran. Stasiun B1 dan B3 di jadikan satu karena mempunyai fungsi dan aliran
produk yang sama. Untuk mempermudah alur distribusi pengambilan material pendukung yang berupa:
alfoil, innerframe, etiket, filter,kertas sigaret, CTP gudang penerimaan bahan pendukung di dekatkan
dengan area aktivitas proses Sigaret Kretek Mesin. Aktivitas skrap (D) dan Gudang penampung rokok
SKM diletakan di antara mesin linting dan mesin packing untuk mempermudah proses skrap jika ada
kecacatan maupun kerusakan saat proses linting dan proses packing bungkus.
Gedung II , pada gedung II ini terdapat dua pintu yaitu pintu masuk tembakau dan cengkeh
mentah dan pintu keluar untuk produk yang sudah di packing kardus dan siap di kirim. Pada gedung II
terdapat tambahan stasiun kerja dan perubahan susunan antara lain :aktivitas penerimaan tembakau dan
cengkeh mentah (G1) yang dulunya ada pada gedung I di dekatkan dengan aktivitas pengolahan (A2)
pada gedung II, aktivitas penerimaan kardus packing (A1) di dekatkan dengan aktivitas packing kardus
(D2) , aktivitas penerimaan saos di dekatkan dengan aktivitas pengolahan tembakau untuk
mempermudah alur perpindahan saos ke mesin pengolah. Pada gedung II ini terdapat aktivitas bal dan
pres Sigaret Kretek Tangan (SKM), Kedua stasiun kerja ini merupakan bagian dari aktivitas proses
Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang berada pada gedung III, karena keterbatasan ruang dan space pada
gedung III kedua stasiun kerja ini di tempatkan pada gedung II karena pada grdung ini masih terdapat
ruang dan space
yang cukup . Sehingga tidak mengganggu aktivitas yang berada pada gedung II ini. Aktivitas mandor
pada gedung ini jadikan satu
Gedung III , pada gedung III ini pintu masuk dan keluar material berada pada satu pintu.
Gedung ini awalnya terdapat dua aktivitas produksi yaitu aktivitas produksi Sigaret Kretek Tangan
(SKT) dan aktivitas Produksi Sigaret Kretek Mesin. Dengan ruang dan space yang kurang memadai
justru menyebakan aktivitas perpindahan material menjadi terganggu. Untuk mengatasi masalah yang
terjadi pada gedung ini maka semua aktivitas proses Sigaret Kretek Tangan di jadikan satu pada gedung
ini. Sedangkan semua aktivitas proses Sigaret kretek Mesin (SKM) di pindah ke gedung I. adapun
stasiun kerja yang ada pada gedung ini meliputi : Aktivitas penerimaan tembakau olahan SKT, aktivitas
pewarnaan Sigaret, aktivitas linting SKT, aktivitas inspeksi, aktivitas pengovenan, aktivitas penampung
rokok siap oven, aktivitas piket SKT, aktivitas penerimaan bahan tambahan, aktivitas mandor. Pada
gedung III terdapat penggabungan stasiun kerja antara lain : aktivitas penerimaan tembakau olahan
(D1) dengan aktivitas penerimaan tembakau olahan SKT (G3), aktivitas linting SKT (C1) dengan
aktivitas linting SKT (I3), aktivitas pewarnaan (F1) dengan aktivitas pewarnaan (H3), aktivitas inspeksi
(E1) dengan aktivitas inspeksi (J3), aktivitas pengovenan (K2) dengan aktivitas pengovenan (L3).
Terdapat juga penambahan stasiun kerja yaitu aktivitas penerimaan bahan tambahan seperti : kertas
bandrol, lem, kertas sigaret, kertas bungkus rokok, kertas bal, kertas pres. Dari hasil penataan layout
usulan II dapat dilihat grafik jarak tempuhnya pada gambar 5.5.
jarak tempuh antar araea aktivitas usulan 2
13.9
5
16.4
5
62.5
2
57.2
2
17.8
5
21.8
14.3
9
12.7
5
12.7
5
10.1
5
13.4
7
8.02
7.36
80.1
1
23.9
5
12.9
5
8.8 14
.35
38.6
7
11.1 23
.35
0102030405060708090
G1
A2
A2
B2
B2
G3
B2
C3
G3
I3
C3
A3
A3
F3
A3
D3
D3
A3
F3
B3
B3
L2
L2J
2
J2H
2
H2
D2
I3J
3
J3K
3
K3
L3
L3M
3
M3
P3
P3
N3
N3
D2
area aktivitas
jara
k te
mpu
h
Gambar 5.5. Grafik Total Jarak Tempuh Layout Usulan II
Dilihat dari segi jarak material handling selama satu bulan, layout usulan II mempunyai jarak
total 481.96 meter. Pada perancangan layout usulan II, area aktivitas mesin slop ke area aktivitas
packing kardus (dari H2 ke D2) merupakan jarak paling jauh yaitu sebesar 80.11 meter, sehingga
menyebabkan perpindahan antar kedua area aktivitas tersebut berlangsung lama. Sedangkan jarak
terkecil pada area aktivitas pres SKM ke area aktivitas Slop SKM (dari J2 ke H2) sejauh 7.36 meter
karena memang terletak berurutan.
Sama seperti cara yang digunakan pada layout usulan I, untuk mengetahui penghematan yang
diperoleh dengan memperpendek total jarak tempuh pada layout usulan II, dilakukan perhitungan
ongkos material handling seperti perhitungan pada layout awal yaitu dengan mengalikan jarak,
frekuensi dan OMH per meter gerakan. Grafik ongkos material handling layout usulan II dapat dilihat
pada gambar 5.6.
Onkos material Handling Usulan 2
4624
.43
5453
.18
1.6E
+07
6.1E
+07
2958
.64
1530
3.6
1148
370
99.4
5
497.
25
8100
04
2.6E
+07
1654
61
1518
44
3.2E
+07
1868
1
1010
1
6864
1119
3
3016
2.6
8658
1821
3
010000000200000003000000040000000500000006000000070000000
G1
A2
A3
D3
D3
A3
G3
I3
J3K
3
P3
N3
K3
L3
C3
A3
A2
B2
L3M
3
I3J
3
N3
D2
M3
P3
L2J
2
J2H
2
F3B
3
A3
F3
B2
G3
B3
L2
H2
D2
B2
C3
area aktivitas
Ong
kos
Mat
eria
l Han
dlin
g (R
p/B
ln)
Gambar 5.6. Grafik Ongkos Material Handling Layout Usulan II
Total ongkos material handling dalam jangka waktu satu bulan ialah Rp. 136890325.5,.
Ongkos material handling terbesar timbul pada perpindahan tembakau olahan dari area aktivitas
penerimaan tembakau dari mesin pengolah ke area aktivitas penerimaan tembakau olahan SKM (dari
B2 ke C3) yaitu Rp. 60884643.46,. Hal ini disebabkan frekuensi perpindahan yang cukup sering
sebesar 4680 kali dan jarak perpindahannya cukup jauh yaitu 57.22 meter dengan ongkos perpindahan
yaitu Rp. 227.4 per meter. Ongkos pemindahan tersebut disebabkan pemindahan tembakau dilakukan
oleh tenaga manusia dengan menggunakan kereta dorong. Ongkos pengangkutan terkecil yaitu sebesar
Rp. 99.45, terjadi pada saat dilakukan pemindahan rokok yang cacat/rusak dari area aktivitas mesin
linting ke area aktivitas skrap (dari A3 ke D3). Meskipun jarak antara dua area aktivitas tersebut
sebesar 12.75 meter, penyebab lain adalah frekuensi pengangkutannya relatif sedikit yaitu 52 kali
dalam satu bulan.
4.3. Layout Usulan III
Gedung I dirancang berdasarkan dari pembuatan activity relationship chart (ARC) yang
dijelaskan dalam worksheet yaitu kedekatan antar area aktivitas yang saling berhubungan. Secara garis
besar berbentuk pola aliran huruf U, karena aliran masuk material dan aliran keluarya produk pada
lokasi yang sama. Layout usulan gedung I memiliki pola aliran bahan berbentuk U, dengan susunan
pintu masuk dan pintu keluar menjadi satu. Area aktivitas Sigaret Kretek Mesin di jadikan satu dalam
satu gedung yang dulunya berada di gedung 1 dan gedung 3 dijadilan satu dan di letakaan pada gedung
1. karena jika di letakkan di gedung 3 terlalu bising di samping itu juga mengganggu karena berdekatan
dengan aktivitas perkantoran. Stasiun B1 dan B3 di jadikan satu karena mempunyai fungsi dan aliran
produk yang sama. Untuk mempermudah alur distribusi pengambilan material pendukung yang berupa:
alfoil, innerframe, etiket, filter,kertas sigaret, CTP gudang penerimaan bahan pendukung di dekatkan
dengan area aktivitas proses Sigaret Kretek Mesin. Aktivitas skrap (D) dan Gudang penampung rokok
SKM diletakan di antara mesin linting dan mesin packing untuk mempermudah proses skrap jika ada
kecacatan maupun kerusakan saat proses linting dan proses packing bungkus.
Gedung II , pada gedung II ini terdapat dua pintu yaitu pintu masuk tembakau dan cengkeh
mentah dan pintu keluar untuk produk yang sudah di packing kardus dan siap di kirim. Pada gedung II
terdapat tambahan stasiun kerja dan perubahan susunan antara lain :aktivitas penerimaan tembakau dan
cengkeh mentah (G1) yang dulunya ada pada gedung I di dekatkan dengan aktivitas pengolahan (A2)
pada gedung II, aktivitas penerimaan kardus packing (A1) di dekatkan dengan aktivitas packing kardus
(D2) , aktivitas penerimaan saos di dekatkan dengan aktivitas pengolahan tembakau untuk
mempermudah alur perpindahan saos ke mesin pengolah. Pada gedung II ini terdapat aktivitas bal dan
pres Sigaret Kretek Tangan (SKM), Kedua stasiun kerja ini merupakan bagian dari aktivitas proses
Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang berada pada gedung III, karena keterbatasan ruang dan space pada
gedung III kedua stasiun kerja ini di tempatkan pada gedung II karena pada grdung ini masih terdapat
ruang dan space yang cukup . Sehingga tidak mengganggu aktivitas yang berada pada gedung II ini.
Aktivitas mandor pada gedung ini jadikan satu
Gedung III , pada gedung III ini pintu masuk dan keluar material berada pada satu pintu.
Gedung ini awalnya terdapat dua aktivitas produksi yaitu aktivitas produksi Sigaret Kretek Tangan
(SKT) dan aktivitas Produksi Sigaret Kretek Mesin. Dengan ruang dan space yang kurang memadai
justru menyebakan aktivitas perpindahan material menjadi terganggu. Untuk mengatasi masalah yang
terjadi pada gedung ini maka semua aktivitas proses Sigaret Kretek Tangan di jadikan satu pada gedung
ini. Sedangkan semua aktivitas proses Sigaret kretek Mesin (SKM) di pindah ke gedung I. adapun
stasiun kerja yang ada pada gedung ini meliputi : Aktivitas penerimaan tembakau olahan SKT, aktivitas
pewarnaan Sigaret, aktivitas linting SKT, aktivitas inspeksi, aktivitas pengovenan, aktivitas penampung
rokok siap oven, aktivitas piket SKT, aktivitas penerimaan bahan tambahan, aktivitas mandor. Pada
gedung III terdapat penggabungan stasiun kerja antara lain : aktivitas penerimaan tembakau olahan
(D1) dengan aktivitas penerimaan tembakau olahan SKT (G3), aktivitas linting SKT (C1) dengan
aktivitas linting SKT (I3), aktivitas pewarnaan (F1) dengan aktivitas pewarnaan (H3), aktivitas inspeksi
(E1) dengan aktivitas inspeksi (J3), aktivitas pengovenan (K2) dengan aktivitas pengovenan (L3).
Terdapat juga penambahan stasiun kerja yaitu aktivitas penerimaan bahan tambahan seperti : kertas
bandrol, lem, kertas sigaret, kertas bungkus rokok, kertas bal, kertas pres. Dari hasil penataan layout
usulan III dapat dilihat grafik jarak tempuhnya pada gambar 5.7.
Jarak tempuh antar araea aktivitas usulan 313
.95
20.3
5
55.5
2
48.3
2
26.4
5
9.6 15
.39
16.6
4
16.6
4
15.7
5
13.7
7
9.98
10.0
5
38.5
2
22.0
5
6.5 10
.79
17.1
1 31.9
7
10.8
29.3
5
0
10
20
30
40
50
60
G1
A2
A2
B2
B2
G3
B2
C3
G3
I3
C3
A3
A3
F3
A3
D3
D3
A3
F3B
3
B3
L2
L2J
2
J2H
2
H2
D2
I3J
3
J3K
3
K3
L3
L3M
3
M3
P3
P3
N3
N3
D2
area aktivitas
jara
k te
mpu
h
Gambar 5.7. Grafik Total Jarak Tempuh Layout Usulan III
Dilihat dari segi jarak material handling selama satu bulan, layout usulan III mempunyai jarak
total 439.5 meter. Pada perancangan layout usulan III, area aktivitas penerimaan tembakau dari mesin
pengolah ke area aktivitas penerimaan tembakau olahan SKM (dari B2 ke C3) merupakan jarak paling
jauh yaitu 55.52 meter, sehingga menyebabkan perpindahan tembakau olahan antar kedua area aktivitas
tersebut berlangsung lama. Sedangkan jarak terpendek pada area aktivitas inspeksi ke area aktivitas
penampungan tembakau yang siap di oven (dari J3 ke K3) sejauh 6.5 meter karena memang terletak
bersebelahan.
Sama seperti cara yang digunakan pada layout usulan I dan II, untuk mengetahui penghematan
yang diperoleh dengan memperpendek total jarak tempuh pada layout usulan III, dilakukan perhitungan
ongkos material handling seperti perhitungan pada layout awal yaitu dengan mengalikan jarak,
frekuensi dan OMH per meter gerakan. Grafik ongkos material handling layout usulan III dapat dilihat
pada gambar 5.8.
Ongkos Material Handling Usulan 3
4624
.43
6746
.03
1.4E
+07
5.1E
+07
4384
.09
6739
.2
1228
174
129.
792
648.
96
1256
903
2.7E
+07
2058
97
2073
42 1.5E
+07
1719
9
5070
8416
.2
1334
5.8
2493
6.6
8424
2289
3
0
10000000
20000000
30000000
40000000
50000000
60000000
G1
A2
A3
D3
D3
A3
G3
I3
J3K
3
P3
N3
K3
L3
C3
A3
A2
B2
L3M
3
I3J
3
N3
D2
M3
P3
L2J
2
J2H
2
F3B
3
A3
F3
B2
G3
B3
L2
H2
D2
B2
C3
area aktivitas
Ong
kos
Mat
eria
l Han
dlin
g (R
p/bl
n)
Gambar 5.8. Grafik Ongkos Material Handling Layout Usulan III
Total ongkos material handling dalam jangka waktu satu bulan ialah Rp. 110474318.6,. Ongkos
material handling terbesar timbul pada perpindahan tembakau setelah proses pengolahan yaitu dari
area aktivitas penerimaan tembakau dari mesin pengolah ke area aktivitas penerimaan tembakau olahan
SKM (dari B2 ke C3) sebesar Rp. 51414644.74,. Hal ini disebabkan frekuensi perpindahan sebesar
4680 kali dan jarak perpindahannya sebesar 48.32 meter dengan ongkos perpindahan yaitu Rp. 227.4
per meter. Ongkos pemindahan tersebut disebabkan pemindahan tembakau dilakukan dengan
menggunakan kereta dorong. Ongkos pengangkutan terkecil yaitu sebesar Rp. 129.792, terjadi pada
saat dilakukan pengangkutan rokok SKM yang cacat/rusak dari area aktivitas mesin linting ke area
aktivitas skrap (dari A3 ke D3). Selain faktor kedekatan, jarak antara dua area aktivitas tersebut
sebesar 16.64 meter, penyebab lain adalah frekuensi pengangkutan rokok relatif sedikit yaitu 52 kali
dalam satu bulan.
5. Perbandingan Layout Awal dengan Layout Usulan
Dari analisis di atas, diperoleh hasil yang menunjukkan besarnya jarak total perpindahan dan
OMH masingmasing layout. Perbandingan jarak dan OMH dari layout awal dan ketiga layout usulan
tersebut ditunjukkan oleh gambar 5.9.
Perbandingan jarak & OMH layout awal & Usulan
0
200
400
600
800
1000
Awal Usulan I Usulan II Usulan III
layout
jara
k (m
eter
)
0
100000000
200000000
300000000
400000000
500000000
OM
H (R
upia
h)
jarak OMH
Gambar 5.9. Grafik Perbandingan Jarak dan Ongkos Material Handling
Dapat telihat dari ketiga layout usulan bahwa jarak terpanjang terdapat pada layout usulan II
yaitu sepanjang 481.96 meter sedangkan jarak terpendek terlihat pada layout usulan I yaitu 431.06
meter. Tetapi dapat dilihat bahwa pada layout usulan I mempunyai selisih tipis dari layout usulan III
yaitu 439.5 meter terdapat selisih sepanjang 8.44 meter.
Jarak perpindahan minimum dimiliki oleh layout usulan I, akan tetapi karena perhitungan
ongkos material handling dipengaruhi pula oleh frekuensi perpindahan material per area aktivitas,
maka ongkos material handling minimum belum tentu dimiliki oleh layout usulan I.
Setelah dilakukan perancangan ulang, diperoleh layout usulan I dengan ongkos material
handling sebesar Rp. 102185268.4, per, layout usulan II dengan ongkos material handling per bulan
sebesar Rp. 136890325.5, dan layout usulan III dengan ongkos material handling per bulan sebesar
Rp. 110474318.6, Lebih jelasnya untuk perbandingan jarak dan ongkos material handling antara layout
awal dan layout usulan, dapat dilihat pada tabel 5.1:
Tabel 5.1 Perbandingan antara layout awal dan layout usulan
LayoutOMH
(Rp/bln)selisih
(Rp/bln)pengurangan
(%)jarak
(m/bln)selisih (m/bln)
pengurangan (%)
awal 406648541.5 914.39 usulan I 102185268.4 304463273.1 74.87 431.06 483.33 52.85usulan II 136890325.5 269758216 66.33 481.96 432.42 47.2usulan III 110474318.6 296174222.9 72.83 439.5 474.89 51.93
Tabel 5.1. Perbandingan Performansi Layout Awal dan Layout Usulan
Berdasarkan hasil di atas dapat diketahui bahwa ongkos material handling minimum dimiliki
oleh layout usulan I sebesar Rp. 102185268.4,. Selain ongkos material handling minimum, layout
usulan I memiliki kriteria layout ideal yaitu ; operasi pertama bersebelahan dengan penerimaan dan
operasi terakhir berbatasan dengan tempat penyimpanan gudang barang jadi. Penempatan staff terdapat
di bagian tengan diantara proses packing sehingga mempermudah untuk pengawasan semua proses.
Dengan layout berbentuk U yang saling berurutan sehingga mempermudah aliran material handling
dan mencegah terjadinya feedback. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka diambil keputusan bahwa
layout yang paling layak dan paling baik diterapkan adalah layout usulan I.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Pengamatan awal di area Produksi Pabrik Rokok GAMA menunjukkan bahwa kondisi layout
yang ada tidak sesuai dengan kriteria layout yang baik. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, dilakukan
perancangan layout usulan. Dengan mengetahui hubungan kedekatan masingmasing area aktivitas,
maka dirancang tiga alternatif layout usulan. Sehingga dapat dipilih layout usulan terpilih didasarkan
pada pertimbangan sebagai berikut :
1.1.1. Total jarak material handling yang dihasilkan layout awal adalah sejauh 914.39 meter
dan OMH nya sebesar Rp. 406648541.5,. Sehingga layout yang dibuat harus
memiliki jarak material handling dan OMH yang lebih kecil dari layout awal.
1 Dari ketiga alternatif layout yang diusulkan, dipilih satu alternatif yang terbaik yaitu layout usulan
I, hal ini karena didapatkan OMH yang paling minimum dari ketiga layout yang diusulkan.
1 Pada layout usulan I didapatkan OMH sebesar Rp. 102185268.4, per bulan. Terjadi penghematan
OMH 74.87% dari layout awal.
1 Jarak tempuh untuk material handling layout usulan I sejauh 431.06 meter. Dari layout awal terjadi
pengurangan 50.85%.
2. Saran
Saran bagi pihak perusahaan dan untuk penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian ini
adalah :
1 Perusahaan dapat menggunakan layout usulan yang terpilih untuk diimplementasikan di area
produksi Pabrik Rokok GAMA.
1 Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya diperhitungkan analisa terhadap biaya ekonomi untuk
melihat perbandingan antara tingkat penghematan biaya dari penerapan layout usulan dengan biaya
yang dikeluarkan akibat relayout area aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Apple, James M. 1977. Plant Layout and Material Handling, New York: John Wiley & Sons.
Francis, Richard L. And John A. 1992. White Facility Handling and Location : An Anallytical Approach. Englewood Cliffs, N>J> : PrenticdHall Inc.
Heragu, Sunderesh. 1997. Facilities Design. Boslon : PWS Publishing Co.
Lee, Quarterman. 1997. Fasilities and Work Palce Design. Norcross : Engineering and Management Press.
Muther, Richard. 2002. Systimatic Layout Planning. Bostom, Massachussets : CBI Publishing Company, Inc.
Purnomo, Hari. 2004. Perencanaan dan Perancangan Fasilitas, Yogyakarta: PT Graha Ilmu.
Sule, D.R. 1994. Manufaturing Fasilities Location, Planning and Design, Boston : PWS Publishing Co.
Tompkins, James A. And John A. Whitw. 1984. Facilities Planning. New York : John Wiley and Sons.
Wignjosoebroto, S. 2000. Pengantar Teknik dan Manajemen Industri. Jakarta : Edisi Pertama, PT. Guna Widya.
Wignjosoebroto, S. 2000. Tata Letak Pabrik & Pemindahan Bahan. Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Edisi Ketiga, PT. Guna Widya.
Activity Relationship Diagram ( ARD )Area Produksi Pabrik Rokok Gama usulan 1
(C3)P
enerimaan
tembakau olahan
SK
M
(A3)proses lintingSKM
(D3)Prosesskrap
(F3)PenampungSKM
(B3)Packingbungkus SKM
(L2)PembandrolanSKM
(J2)Prosespres SKM
(H2)Prosesslop (E3)
R.alat
(G1)P
enerimaan tem
bakau &cengkeh m
entah
(A2)Pengolahantembakau & cengkeh
(C2)P
enampung
tembakau sisa olahan
(F2)Penerimaansaos
(P3/O2)Prosespres SKT
(N3/P2)Prosesbal SKT(D2)Proses
packing kardus
(A1)P
enerimaan
kardus packing
(E2/M2)mandor
(I3/C1)Proses lintingSKT
(H3/F1)pewarnaan
(G3/D
1)Penerim
aantem
bakau olahan SK
T
(J3/E1)
Proses
inspeksi
(K3)Penampungrokok siap oven
(K2/L3)Ruang oven
(I2/M3)Proses piket SKT
(O3)mandor
(G2)Penerimaanbahan tambahan
(B2)Penerimaantembakau olahan
SKT & SKM
(G2)Penerimaanbahan tambahan
U
13
4
5
6
78
9
10
2
11
1213
14
17
18
19
20
212215162324
2625
27
28
29
30
31
32
33
34
35
3637
38
39
40
41 42 43
44
Proses Pembuatan Rokok Sigaret Kretek TanganProses Pembuatan Rokok Sigaret Kretek mesin
Proses pengolahan tembakau & cengkehPerpindahan Bahanbahan Tambahan
Pengiriman produk jadi