studi kasus motivasi berprestasi terhadap...
TRANSCRIPT
STUDI KASUS MOTIVASI BERPRESTASI
TERHADAP KINERJA GURU
DI MADRASAH TSANAWIYAH AL-INAYAH
RAWA KALONG GUNUNG SINDUR BOGOR
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Syarat Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
Hidayat
NIM : 104011000137
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skipsi yang berjudul “STUDI KASUS MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP
KINERJA GURU DI MTS AL-INAYAH RAWA KALONG GUNUNG SINDUR
BOGOR” telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 26 Januari 2010. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata Satu (S1) pada
jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 18 Maret 2010
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi PAI)
Dr. H. Abdul Fatah Wibisono, MA
NIP. 19580112.198803.1.002
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi PAI)
Drs. Sapiudin Shidiq, MA NIP. 19670328.200003.1.001
Penguji 1
Prof. DR. Rif’at Syauqi Nawawi, MA NIP.
Penguji II
Nurlena Rifai MA, Ph.D
NIP.
Mengetahui,
Dekan FITK
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA
NIP. 19571005.198703.003
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul: “Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru di
Madrasah Tsanawiyah Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor” diajukan kepada
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada Desember 2009 di hadapan dewan penguji.
Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S. Pd.I) dalam bidang Pendidikan
Agama Islam.
Jakarta, 06 Maret 2009
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda tangan
Dr. H. Abd. Fatah Wibisono, M. A ………….. …………….
NIP. : 150 236 009
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag ………….. …………….
NIP. : 150 299 477
Penguji I
Prof. Dr. Abudin Nata, M. A ………….. …………….
NIP. : 150 222 550
Penguji II
Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag …………… …………….
NIP. : 150 299 477
Mengetahui:
Dekan,
Prof. Dr. Dede Rosyada, M. A.
NIP. 150 231 356
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Hidayat
Tempat/ Tgl Lahir : Jakarta, 31 Maret 1986
NIM : 104011000137
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru di MTS Al-
Inayah Gunung Sindur Bogor
Pembimbing : Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed M.Phil
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 04 Januari 2010
Penulis
Hidayat
ABSTRAK
Hidayat
(104011000137)
Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru di MTS Al-Inayah Gunung
Sindur Bogor.
Memberikan motivasi merupakan kegiatan yang positif untuk semua kalangan.
Terutama bagi guru sangat penting sekali karena motivasi dapat membangkitkan semangat
seseorang untuk meraih sebuah tujuan. Guru yang termotivasi untuk berprestasi akan
melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan juga akan menghasil kinerja yang baik.
Motivasi untuk berprestasi ini harus diberikan oleh lingkungan, pihak sekolah dan
masyarakat sekitar. Maka dari itu peran yayasan, pihak sekolah, orang tua siswa, guru,
masyarakat dan lingkungan sangat penting sekali memberikan motivasi berprestasi demi
terciptanya kinerja guru untuk meraih sebuah tujuan.
Penelitian dalam skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh motivasi
berprestasi terhadap kinerja guru, khususnya guru-guru yang berada di MTS Al-Inayah Rawa
Kalong Gunung Sindur Bogor. Adapun metodologi penelitian dalam pembahasan ini adalah
dengan metode penelitian deskriptif. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang objektif mengenai pengaruh motivasi berprestasi terhadap
kinerja guru.
Adapun subjek penelitian adalah guru-guru yang memiliki sampel yang sama dengan
jumlah 14 dari total populasi dengan jumlah 27 guru di MTS Al-Inayah Rawa Kalong
Gunung Sindur Bogor. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah : 1) observasi, 2)
angket, dan 3) wawancara. Dan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan rumus
P = F/N X 100% dan product moment sehingga diperoleh kesimpulan mengenai ada atau
tidak adanya pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru di Madrasah Tsanawiyah
Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor.
KATA PENGANTAR
��� ا ا���� ا�����
Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, dan Allah maha
besar. Yang memberikan nikmat, hidayah dan cinta kepada hamba-Nya, dan menerangi
manusia dari kegelapan dengan cahaya ilmu.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad yang
selalu dimuliakan oleh yang maha mulia, yang telah mendidik umatnya dengan akhlak yang
mulia. Penulisan skripsi ini tidak akan pernah bisa selesai tanpa izin Allah SWT serta iringan
do’a dan tirakat bapak dan mimi yang selalu memberi motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini aku persembahkan untuk keluargaku yang selalu mendoakan, dan memberi
motivasi tiada henti. Atas selesainya penulisan skripsi ini penulis sampaikan rasa terima kasih
sebanyak-banyaknya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Rusydi Zakaria M.Ed, M.Phil selaku dosen pembimbing penulisan skripsi
yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Armai Arief, MA., Dosen Penasihat Akademik.
5. Ayahanda Muhammad Soleh dan Ibunda Nadiroh tercinta, satu dari sekian harapan kalian
telah ananda penuhi, semoga harapan-harapan yang lain dapat ananda wujudkan. Apa
artinya ananda tanpa do’a dan bimbingan kalian, untuk itu ananda memohon untuk terus
mendoakan dan membimbing ananda dengan penuh kesabaran untuk meraih sukses.
6. Kakanda tercintaku Nurhayati dan Mas Adang Suryana beserta putrinya Anneria Najwa
mahya yang selalu mencintai dan menghibur penulis dalam masalah keluarga, adik-adiku
tercinta Nurhafifah, Misbah Mustofa, dan Muhammad Zidan Mubarok yang telah
mewarnai hari-hari penulis dengan penuh keceriaan dan penuh kasih sayang, semoga
kebahagiaan kita dirasakan jua oleh saudari kita Almh. Nursyarifah yang kini telah
tentram di alam Baqa’.
7. Paman Warna dan Mba May, paman wir dan Mba Hera, yang selalu memotivasi dan
mendoakan penulis untuk meraih sukses. Ka’Muin dan Mba Tuti yang sudah menjadi
bagian keluarga penulis.
8. Sahabat-sahabat FORMAL-ku, Bang Soim yang pertama memberikan inspirasi penulisan
skripsi ini, Gus Hayat, Gus Andi dan Gus Zaenal Muttaqin yang sibuk membantu dan
menemani penulis, Gus Rosyid, Gus Afifi, Gus Inu, Gus Bangbang, Gus Kodir, Gus
Adoer, Gus Boim, Gus Muin, Gus Ghozi ,Gus dedi, Gus Roy, Gus Mozer, Gus Syarif,
Gus Iskandar, Gus Amin, Gus Syafiq, Gus Lutfi, Gus Ayung, Habib Syaikhon Yahya,
Mba Edah, Lulu, Tiharoh, Rofiah, yang selalu menemani penulis dengan penuh canda.
9. Teman-teman seperjuangan di Jurusan, Muallafat 2004, dan seluruh teman-temanku yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
10. For my brothers in the Sunter, (Brother ozi, Oman, Roy, “ I like you”.), Iwan, Zaenal,
Arif Holic, Mas Ugeng, Mas Herman, Sepri, bowo, yang selalu menghibur penulis.
Keluarga Padang, Mete edi, Uni Susi, Bang Mael “you the good people”, Hendra, Yanti
yang sudah berbaik hati dan menjadi bagian keluarga penulis. Spesial untuk Zakiah
Nurmalaku yang selalu memberikan motivasi dan mengisi hati penulis dengan penuh
kebahagiaan, “aku takut kehilangan kamu”.
11. Dan seluruh teman-temanku yang selalu bertanya “kapan wisudanya…??” inilah
jawabannya.
Semoga karya ilmiah yang berbentuk skripsi dan tentunya jauh dari kesempurnaan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, Amiiiin.
Jakarta, 04 Januari 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ILMIAH............................................................................... i
ABSTRAKSI ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………...7
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah...................................7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA..................................................................9
A. Motivasi Berprestasi............................................................9
1. Pengertian Motivasi Berprestasi.....................................9
2. Macam-Macam Motivasi...............................................16
3. Fungsi-Fungsi Motivasi .................................................20
4. Motivasi Berprestasi Sebagai Investasi Kinerja..............25
B. Kinerja Guru .......................................................................28
1................................................................................... Pengertian
Kinerja Guru .................................................................28
2................................................................................... Faktor-
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kinerja..................31
3......................................................................................... Kemampu
an-Kemampuan Dalam Kinerja ......................33
C. Kerangka berfikir ................................................................35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..............................................39
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian ..............................................39
B. Metode Penelitian................................................................39
C. Populasi dan Sampel ...........................................................40
D. Variabel Penelitian ..............................................................40
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................41
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data..................................41
BAB IV HASIL PENELITIAN...............................................................47
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Al-Inayah Rawa Kalong Gunung
sindur Bogor................................................47
1. Sejarah Berdirinya MTS Al-Inayah ................................47
2. Visi, Misi dan Tujuan......................................................48.
3. Struktur Organisasi..........................................................48
4. Keadaan Guru Pegawai dan Siswa .................................49
5. Sarana Prasarana.............................................................50.
B. Deskripsi data......................................................................51
C. Analisa Data........................................................................65
D. Interpretasi Data..................................................................71
BAB V PENUTUP..................................................................................73
A. Kesimpulan .........................................................................73
B. Saran...................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................76
LAMPIRAN........................................................................................................79
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Melakukan Tugas mengajar dengan baik.............. ..................................... 51
Tabel 2 Dalam hal mengajar ingin menjadi lebih baik .............................................51
Tabel 3 Melakukan tugas disekolah dengan baik ................................................... 52
Tabel 4 Memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang pandai di luar jam
mengajar........................................................................................................52
Tabel 5 Berangkat ke sekolah untuk mengajar setiap hari..........................................53
Tabel 6 Mengajar karena mengharapkan gaji dan tunjangan......................................53
Tabel 7 Merasa nyaman dalam melakukan tugas mengajar .......................................54
Tabel 8 Mendapat kesejahteraan dalam melaksanakan tugas........................... .........54
Tabel 9 Mempunyai hubungan yang baik dengan para pegawai................................54
Tabel 10 Melaksanakan tugas mengajar mengikuti Prosedur Kerja.............................55
Tabel 11 Membuat RPP Sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar ...................55
Tabel 12 Membuat Preetest dalam kegiatan belajar mengajar.....................................56
Tabel 13 Menggunakan Metode yang sama dalam mengajar.......................................56
Tabel 14 Menggunakan Media Pengajaran pada saat mengajar...................................57
Tabel 15 Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa setelah menyampaikan
pelajaran.......................................................................................................57
Tabel 16 Memberikan tugas latihan kepada siswa ......................................................58
Tabel 17 Mengalami kesulitan dalam mengajar...........................................................58
Tabel 18 Terlambat Masuk Kelas............ ....................................................................59
Tabel 19 Menyelesaikan tugas tepat waktu..................................................................59
Tabel 20 Materi yang bapak/ibu sampaikan Dapat memuaskan siswa .......................59
Tabel 21 Lulus dengan nilai yudisium yang baik.........................................................60
Tabel 22 Pernah mendapat piagam penghargaan selama mengajar.............................60
Tabel 23 Diberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi akademik................61
Tabel 24 Mempunyai keterampilan khusus yang bersifat non akademik.....................61
Tabel 25 Mendapat appresiasi selama menjalankan tugas..........................................62
Tabel 26 Merasa dihargai oleh rekan-rekan seprofesinya...........................................62
Tabel 27 Merasa dihormati oleh karayawan dan siswanya ........................................62
Tabel 28 Figur yang memiliki reputasi yang baik di masyarakat sekitar....................63
Tabel 29 Sosok yang disegani dalam pergaulan sosialnya..........................................63
Tabel 30 Dianggap sosok yang kurang baik di kalangan luas ....................................64
DAFTAR LAMPIRAN
1. Keadaan guru dan pegawai MTS Al-Inayah Gunung Sindur Bogor………80
2. Keadaan siswa-siswi MTS Al-Inayah Gunung Sindur Bogor……………..82
3. Sarana MTS Al-Inayah Gunung Sindur Bogor…………………………….83
4. Prasarana MTS Al-Inayah Gunung Sindur Bogor…………………………85
5. Insturumen angket motivasi berprestasi……………………………………86
6. Instrumen angket kinerja guru……………………………………………...87
7. Angket pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru………………88
8. Berita Wawancara…………………………………………………………..
9. Lembar Pengesahan Judul Skripsi………………………………………….
10. Surat Keterangan Bimbingan Skripsi……………………………………….
11. Surat keterangan penelitian dari MTS Al-Inayah Gunung Sindur Bogor......
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rendahnya sumber daya manusia Indonesia merupakan cerminan dari rendahnya
mutu pendidikan, oleh karena itu harus ada usaha-usaha untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Upaya tersebut tidak akan berhasil tanpa diimbangi dengan peningkatan kualitas
sumber daya manusia dalam pendidikan. Salah satu usaha yang harus dilakukan adalah
meningkatkan kinerja guru, tidak dapat dipungkiri salah satu komponen dalam pendidikan
adalah guru, dengan demikian jika kinerja guru meningkat maka mutu pendidikan akan
meningkat pula. Itu sebabnya guru harus dididik dalam profesi kependidikan, agar memiliki
kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efisien dan
efeketif. Hal ini hanya mungkin dilakukan jika kedudukan, fungsi, dan peran guru diakui
sebagai profesi 1.
Bila kita kaitkan dengan ajaran Islam yang sangat mengutamakan penguasaan atas
ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak ayat-ayat al-Qur’an juga hadits yang membicarakan
pentingnya menuntut ilmu serta Allah mengangkat kedudukan orang-orang yang berilmu.
Seperti dalam surat al-Mujadalah ayat 11 disebutkan :
�������� �� � ������ ���������� ������� � �������� ��������
!�"��#$�� %&'()�*(+ , ���� �(☺./ �0��"(☺��� 23�.4( 5667
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan” (Q.S. al-Mujadalah :11)2
SDM guru merupakan salah satu aspek penting yang menyatu dengan upaya
meningkatkan mutu pendidikan, bahkan, pemerintah telah mengeluarkan sejumlah kebijakan
baik ditingkat nasional maupun local dalam rangka menyikapi hal-hal yang berkenaan
dengan tuntutan peningkatan kualitas dan mutu guru dalam pendidikan yang ada saat ini.
Dalam undang-undang PP no 74 tahun 2008 tentang guru dijelaskan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
1 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru,Bedasarkan Pendekatan Kompetensi. (Jakarta : Bumi aksara,
2002), hal.7 2 Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, hlm.
911.
Hal yang sama terjadi diranah masyarakat sipil, yakni sejumlah inovasi pendidikan
telah dikembangkan dengan mendirikan sekolah-sekolah berdasarkan sejumlah konsep ilmu
pendidikan mutakhir dan melakukan invasi tekhnik dan penggunaan perangkat teknologi
yang baik dalam proses pembelajarannya. Tak hanya itu konsep-konsep pembaharuan
pendidikan mulai digerakkan untuk turut menjawab tantangan peningkatan kualitas
pendidikan tersebut.
Hal itu hingga kini masih menyita perhatian para ilmuwan dan peneliti maupun
praktisi pendidikan dalam upaya memajukan sekolah sebagai institusi formal dalam hirarki
kelembagaan pendidikan Indonesia.
Definisi kinerja itu sendiri adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan
visi lembaga. Armstrong, sepeti dikutip oleh Abdullah Munir, mengatakan bahwa :
Kinerja dan hasil kerja selalu menjadi tanda keberhasilan lembaga dan orang-orang
yang ada dalam lembaga tersebut. Prestasi kerja atau kinerja dipengaruhi oleh cara-
cara yang ditempuh, usaha yang dilakukan, dan pada gilirannya akan memunculkan
hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam lembaga,
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai
sasaran/tujuan lembaga.3
Seorang guru yang memiliki kinerja tinggi sudah tentu konsisten terhadap tugasnya
dan memiliki disiplin kerja yang tinggi. Karena dengan disiplin segala kegiatan akan teratur
dan terarah, sehingga tujuan kerja yang diharapkan dapat dicapai dengan baik. Selain itu
orang-orang yang berhasil dalam bidangnya mempunyai kedisiplinan yang tinggi, dan
sebaliknya kebanyakan dari orang yang gagal umumnya tidak disiplin, “Disiplin yaitu suatu
keadaan dimana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib, teratur dan semestinya, serta tidak
ada suatu pelanggaran langsung maupun tidak langsung.”4
Kinerja guru diharapkan dapat mengembangkan suasana yang senantiasa kondusif
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar disekolah melalui kecakapan dalam melakukan
interaksi produktif, melakukan penilaian, pendekatan belajar, Sehingga dengan demikian
pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang diharapkan5. Guru harus bertanggung jawab
menciptakan suasana belajar yang baik dikelas, sehingga dapat mengembangkan pola pikir
yang lebih maju bagi siswa, menambah pengalaman baru, dan menguatkan analisis kritis
secara praktis.
3 Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah yang Efektif, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2008) hal, 30.
4 Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta : Dunia Pustaka Jaya, 1995) hal. 183
5 Syafrudin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hal.
85
Berbagai konsep dan wawasan baru tentang proses belajar mengajar telah muncul dan
berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.6
Sosok guru yang memiliki kinerja yang tinggi bukan hanya akan terlihat dari
kerajinannya dalam memberikan pengajaran didalam kelas, namun juga tergambar dari
keinginannya untuk mendapatkan hasil yang optimal. Untuk itu ia akan senantiasa mencari
metode mengajar yang paling tepat disamping senantiasa meningkatkan keahlian dan
pengetahuan dirinya. Selain itu, seorang guru yang memiliki kinerja yang baik yaitu, datang
dan bekerja secara efektif serta efisien, saling menghargai, suka bekerja sama, demokratis
dan dalam bekerja ia bersungguh-sungguh, karena ia berusaha untuk meningkatkan kualitas
kerjanya, dan akan memandang segala kesulitan sebagai tantangan yang harus ditaklukkan.
Untuk melihat efektifitas kinerja, Larnsen dan Mitchel mengusulkan beberapa teori,
antara lain pendekatan kontigensi sebagai gabungan dari pendekatan lain. Intinya adalah
kinerja akan bergantung pada perpaduan yang tepat antara individu dan pekerjaannya. Untuk
mencapai produktivitas sekolah secara maksimum, sekolah harus menjamin dipilihnya orang
yang tepat, dengan pekerjaan yang tepat disertai kondisi yang memungkinkan bagi mereka
untuk bekerja optimal.7
Dengan demikian seorang guru tidak hanya penyebar informasi (Transfer of
Knowledge) kepada murid secara efektif dan efisien, ia juga dapat menjadi motifator dan
fasilitator. Menurut Abuddin Nata, jika gurunya berkualitas baik, maka pendidikan pun akan
baik pula. Kalau tindakan para guru dari hari ke hari bertambah baik maka akan menjadi
lebih baik pulalah keadaan dunia pendidikan kita. Sebaliknya kalau tindakan para guru makin
memburuk maka akan makin parahlah dunia pendidikan kita.8
Banyak aspek yang dipandang terkait serta berpengaruh terhadap kinerja guru, mulai
dari aspek sarana, dukungan kelembagaan, tingkat kesejahteraan motivasi, lingkungan kerja,
penadanaan dan sebagainya. Aspek yang diharapkan mampu memperbaiki kinerja guru
tersebut penting mendapat perhatian terutama dalam konteks pengambilan kebijakan
pendidikan baik di tingkat nasional, lokal, dan terutama ditingkat satuan pendidikan.
Salah satu aspek tersebut adalah motivasi berprestasi. Secara etimologis, motivasi
atau motivation berasal dari bahasa latin, yaitu movere yang berarti “menggerakkan” (to
move). Hal yang sama juga dikemukakan oleh Henry Simamora bahwa motivasi berasal dari
6 B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), Cet. Ke-I
hal.3 7 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks menyukseskan MBS dan KBK,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2003) hal. 133 8 Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indoneia, (Bogor :
Kencana, 2003), hal. 146.
kata latin, movere yang bermakna bergerak.namun motivasi melibatkan lebih dari sekedar
gerakan fisik. Motivasi memiliki gerakan fisik dan mental. Motivasi juga mempunyai dua
sisi: gerakan dan motif. Gerakan dapat dilihat, akan tetapi motif harus disimpulkan.9
Sedangkan motivasi berprestasi ialah motivasi yang menyebabkan orang menghasilkan
sesuatu yang lebih baik dari kondisi sebelumnya.10
Kalau kita perhatikan masih banyak guru yang mengesampingkan upaya peningkatan
motivasi berprestasi. Rendahnya motivasi guru untuk meningkatkan prestasinya dapat
menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di sekolah. Bahkan secara khusus dapat saja
berpengaruh terhadap rendahnya kinerja guru yang disebutkan sebelumnya. Bagaimanapun,
fakta-fakta tentang kinerja guru yang rendah tersebut selalu diikuti dengan fakta rendahnya
motivasi berprestasi guru yang bersangkutan.
Pada umumnya lingkungan kerja di sekolah yang kondusif lambat laun dapat
berpengaruh pada prestasi sekolah tersebut. Oleh sebab itu, lingkungan kerja sebagai suatu
suasana yang melingkupi keseharian guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai
pengajar di sekolah semestinya selalu berada dalam kondusifitas yang prima. Lingkungan
harus menyediakan suatu iklim yang mendukung proses berlangsungnya kegiatan belajar dan
proses perbaikan manajemen sekolah terutama yang dapat meningkatkan motivasi guru
dalam meningkatkan kinerjanya.
Pada banyak lembaga pendidikan lingkungan kerja kurang mendapat perhatian. Boleh
jadi diakibatkan oleh pengertian yang keliru mengenai lingkungan kerja yang dimaksud. Oleh
sebab itulah, sangat penting melakukan studi dan penelitian menyangkut kinerja guru
tersebut, untuk mengetahui pengaruhnya dalam peningkatan motivasi belajar siswa. Sehingga
kemajuan dan kekurangan yang ada pada diri siswa dapat dilihat untuk memperbaiki kinerja
guru dalam mengolah proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas penulis berkeinginan untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru, dalam
sebuah judul skripsi sebagai berikut :
“PENGARUH MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA GURU DI MTS
AL-INAYAH RAWA KALONG GUNUNG SINDUR BOGOR”
9 Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : STIE YKPN, 2004) hal 456.
10http://patriotproklamasi.blogspot.com/2006/03/motivasi-berprestasi.
B. Identifikasi Masalah
1. Identifikasi Masalah
Sebelum membatasi masalah yang akan dibahas, maka penulis terlebih dahulu
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
a. Rendahnya motivasi guru dalam upaya meningkatkan kinerja guru dalam
melaksanakan tugas keguruannya.
b. Rendahnya motivasi guru dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa di MTS
Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor
c. Lingkungan kerja yang belum kondusif untuk menciptakan motivasi berprestasi
guru di MTS Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor
C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk memudahkan penelitian ini, maka penulis melakukan pembatasan masalah
sebagai berikut:
a. Pengaruh motivasi berprestasi dalam upaya meningkatkan kinerja guru di MTS Al-
Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor
b. Motivasi guru yang mempengaruhi prestasi belajar siswa di MTS Al-Inayah Rawa
Kalong Gunung Sindur Bogor
2. Perumusan Masalah
Adapun Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Sejauh mana terdapat pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru di MTS
Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor?
b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi motivasi berprestasi guru di MTS Al-
Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui sejauh mana kinerja guru di MTS Al-Inayah Rawa Kalong,
Gunung Sindur, Bogor.
b. Untuk mengetahui pengaruh motivasi berprestasi dalam peningkatan kinerja guru di
MTS Al-Inayah Rawa Kalong, Gunung Sindur, Bogor
2. Manfaat Penelitian
a. Diperolehnya kajian mengenai Kinerja Guru di Mts Al-Inayah Gunung Sindur
Bogor.
b. Hasil kajian tentang pengaruh motivasi berprestasi terhadap kinerja guru ini dapat
menjadi sumbangsih pemikiran bagi MTS Al-Inayah Rawa Kalong, Gunung Sindur,
Bogor.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi Berprestasi
1. Pengertian Motivasi Berprestasi
Secara etimologi, motivasi berasal dari akar kata motif, berasal dari bahasa inggris
“motive” asal katanya ‘motion’ yang berarti gerak atau sesuatu yang bergerak.11
Menurut terminologi motivasi diartikan sebagai tenaga-tenaga (forces) yang
membangkitkan atau mengarahkan kelakuan individu.12
Ada juga yang berpendapat bahwa
motivasi adalah penggerak tingkah laku kearah suatu tujuan dengan didasari adanya suatu
kebutuhan.13
Istilah motivasi ini juga dikutip oleh Drs. Uzer Usman yang berpendapat bahwa:
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan
kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu
dalam mencapai tujuan tertentu.14
Menurut Mc.Donald yang dikutip oleh Sardiman A.M, motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan.15
Dari beberapa pengertian motivasi diatas, secara sederhana dapat diperoleh gambaran
bahwa motivasi merupakan dorongan dari dalam yang digambarkan sebagai harapan,
keinginan dan sebagainya yang bersifat menggiatkan atau menggerakkan individu untuk
bertindak dan bertingkah laku, guna memenuhi kebutuhan. Sedangkan motivasi berprestasi
ialah motivasi yang menyebabkan orang menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari kondisi
sebelumnya.16
Motivasi juga cenderung naik turun, ada kalanya kita merasa di puncak motivasi.
Namun kadangkala kita juga merasa sangat malas, sama sekali tidak ada gairah untuk
melakukan sesuatu, saat itulah motivasi kita turun. Memang itu wajar, akan tetapi kehidupan
menuntut kita untuk senantiasa berprestasi. Lingkungan akan memberi kita penghargaan
apabila kita berprestasi. Tapi lingkungan juga akan menghina kita jika tidak produktif.17
Istilah motivasi ini baru digunakan sejak awal abad kedua puluh. Selama beratus-ratus
tahun, manusia dipandang sebagai makhluk rasional dan intelek yang memilih tujuan dan
11
Dedi Supriyadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adi Citra Karya Nusa, 1999).
Hal 98 12
Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang 1976) hal 57. 13 Drs. Mahfud Salahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan (Surabaya : Bina Ilmu 1990) Cet. Ke-3
hal 113 14
Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2003). Hal 28 15
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru,
(Jakarta: Rajawali, 1990). hal 161. 16
http://patriotproklamasi.blogspot.com/2006/03/motivasi-berprestasi. 17
http://patriotproklamasi.blogspot.com/2006/03/motivasi-berprestasi.
menentukan sederet perbuatan secara bebas. Nalarlah yang menentukan apa yang dilakukan
manusia. Manusia bebas untuk memilih, dan pilihan yang ada baik atau buruk, tergantung
pada intelegensi dan pendidikan individu, oleh karenanya manusia bertanggung jawab penuh
terhadap setiap perilakunya.18
Konsep motivasi terinspirasi dari kesadaran para pakar ilmu, terutama pakar filsafat,
bahwa tidak semua tingkah laku manusia dikendalikan oleh akal, akan tetapi tidak banyak
perbuatan manusia yang dilakukan di luar kontrol manusia. Sehingga lahirlah sebuah
pendapat, bahwa manusia di samping sebagai makhluk rasionalistik, ia juga sebagai makhluk
yang mekanistik yaitu makhluk yang digerakkan oleh sesuatu di luar nalar yang biasaya
disebut naluri atau insting.19
Siagian menyatakan bahwa yang dimaksud dengan motivasi adalah : ”pendorong
yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk menggunakan
kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk
menggunakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya serta menunaikan
kewajibannya dalam rangka mencapai tujuan dan berbagai sasaran organisasi-organisasi yang
telah ditentukan sebelumnya.20
Sedangkan menurut Pidarta, motivasi adalah penentu arah tindakan seseorang.
Seseorang pegawai yang termotivasi untuk meningkatkan karier,akan bekerja sambil belajar
dilembaga pendidikan tertentu pada sore hari. Sebaliknya seorang pegawai yang tidak puas
dengan keadaannya akan bekerja secara tidak tenang, mungkin didasari oleh motivasi ingin
pindah pekerjaan.21
Motivasi sering pula dimaknakan sebagai modal dasar, yang fungsinya mendorong
seseorang untuk beraktivitas, bahkan mampu melipatgandakan potensi dirinya. Kendati
bukan barang yang mahal, motivasi telah menjadi komoditas yang layak dijual. Hal tersebut
dikarenakan dengan bangkitnya motivasi berprestasi akan memicu ke segenap arah kegiatan,
selanjutnya berujung pada peningkatan kinerja yang tidak terbilang besarnya. Banyak
organisasi besar bahkan perusahaan besar dibelahan dunia ini, mengakrabi motivasi sebagai
bagian yang penting dalam menggerakkan roda organisasinya.22
Setiap perbuatan yang dilakukan manusia baik yang disadari (rasional) atau yang
tidak disadari (mekanikal/naluri) pada dasarnya merupakan sebuah wujud untuk menjaga
18
Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar(Dalam Perspektif Islam),
(Jakarta : Prenada Media 2004) hal. 127 19
ref: http://bina-mahasiswa.blogspot.com 20
Sondag P. Siagian, Teori Motivasi Dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) hal 138. 21
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan indonesia. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004) hal 47. 22
ref: http://bina-mahasiswa.blogspot.com
sebuah keseimbangan hidup. Jika keseimbangan ini terganggu, maka akan timbul suatu
dorongan untuk melakukan aktivitas guna mengembalikan keseimbangan kondisi tubuh.
Aktivitas penjagaan keseimbangan ini, kadang-kadang terjadi atas dasar fisiologi semata,
tanpa disertai kehendak manusia, seperti tubuh mengeluarkan keringat pada saat panas yang
tinggi. Namun terkadang aktivitas tersebut berlangsung atas dasar kehendak tertentu,
misalnya makan pada saat lapar.23
Islam sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia, sangat memperhatikan
konsep keseimbangan, seperti terdapat dalam ayat-ayat al-qur’an berikut:
�� وأ����� م�د��ه� وا��رض���� وأ�"!�� رواس� �� .م,زون (�ء آ$# م�
“Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung
dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” (Q.S. al-Hijr 15:19)24
��,/اك 0�12 ا�/.ي 0��4�.
”Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan
(susunan tubuh)mu seimbang,” (Q.S al-Infithar 82:7)25
إ0�� ا�7/1 أ��� آ� وأ��� ا��>��� م� �;�"0 ت�: و�� ا29��ة ا��/ار ا�7/1 ءات�ك ��� وا�!5
.ا�<��ی� ی@?> �� ا�7/1 إن/ ا��رض �� ا�<��د ت"5 و��
“Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (Q.S Al-Qashash 28:77).26
Menurut al-Qurtuby, seperti dikutip oleh Abdurahman Saleh dan Muhbib Abdul
Wahab bahwa makna sempurna dan seimbang dalam penciptaan manusia, dipahami sebagai
kesempurnaan dan keseimbangan secara menyeluruh yang mencakup semua penciptaan
manusia, baik bentuk luar maupun dalam, serta berbagai fungsinya. artinya, bahwa hal itu
23 Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar(Dalam Perspektif Islam),
(Jakarta : Prenada Media 2004) hal. 129 24
Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, hal 392 25
Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, hal
1032 26
Kitab Suci Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia,, hal 623
mencakup pengertian keseimbangan yang diperlukan untuk memelihara diri manusia dan
kelangsungan hidupnya.27
Motivasi sendiri memiliki tiga komponen pokok yaitu, :
1. Menggerakkan. Dalam hal ini motivasi menimbulkan kekuatan pada inidividu, membawa
seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan,
respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan.
2. Mengarahkan. Berarti motivasi mengarahkan tingkah laku. dengan demikian ia
menyediakan suatu orientasi tujuan. tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu .
3. Menopang. Artinya, motivasi digunakan untuk menjaga dan menopang tingkah laku,
lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan arah dorongan-dorongan dan
kekuatan-kekuatan individu.28
Dalam ilmu manajemen maupun psikologi, dapat ditemukan penjelasan bahwa
motivasi selalu berhubungan dengan kebutuhan.
Seperti pendapat Abraham Maslow yang dikutip oleh Bukhori Zainun memberi
penjelasan mengenai lima tingkat kebutuhan manusia seperti berikut: Pertama, (physical
needs) kebutuhan fisik, mencakup kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital,
menyangkut fungsi-fungsi biologis, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan,
kesehatan, dan kebutuhan sex. Kedua, kebutuhan akan rasa aman (safety needs), yaitu
kebutuhan memperoleh keselamatan, keamanan, jaminan perlindungan dari ancaman-
ancaman yang cepat membahayakan kelangsungan hidup dan segala aspek kehidupan
manusia. ketiga, kebutuhan sosial (social needs), yaitu kebutuhan untuk disukai, diterima
dalam kehidupan sosial, menyayangi, bergaul berkelompok, bermasyarakat berbangsa dan
bernegara. keempat, kebutuhan akan penghargaan (self esteem needs), yaitu kebutuhan untuk
memperoleh kehormatan, penghormatan, pujian, penghargaan dan pengakuan. kelima,
aktualisasi diri (self actualization need) kebutuhan akan pengakuan orang lain seperti potensi
dan prestasi yang diperoleh.29
Pada tahap tertinggi kebutuhan manusia adalah aktualisasi diri, karena dapat
menimbulkan motivasi yang sangat kuat dalam diri manusia untuk mencapai tujuannya.
Dalam keterangan mengenai tingkat kebutuhan maslow membuat hierarki seperti
berikut30:
27
Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar(Dalam Perspektif Islam),
(Jakarta : Prenada Media 2004) hal. 130 28
M. Usman Najati, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung : Pustaka Bandung ) Cet. Ke-2 hal 31 29
Bukhori Zainun, Manajemen dan Motivasi, (Jakarta: Balai Aksara 1979) hal. 27 30
Bukhori Zainun, Manajemen dan Motivasi,... hal.30-31
Kebutuhan pertumbuhan
Kebutuhan dasar
Maslow mengelompokkannya menjadi kebutuhan tingkat tinggi dan tingkat rendah.
Kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan keamanan digambarkan sebagai kebutuhan tingkat
rendah, sedangkan kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri sebagai
kebutuhan tingkat tinggi. Kebutuhan tingkat tinggi harus terpenuhi lebih dahulu kemudian
kebutuhan pertumbuhan itu bisa diwujudkan. Itu sebabnya, faktor-faktor kepuasan kerja yang
ditandai dengan kenaikan gaji dan kesejahteraan harus terlebih dahulu dipenuhi untuk
mendorong terwujudnya motivasi kerja, prestasi dan tingkat aktualisasi diri yang lebih tinggi.
Sebaliknya, jika hal tersebut belum terpenuhi maka manusia belum dan bahkan tidak akan
mempunyai kesempatan untuk memikirkan prestasi dan aktualisasi dirinya. Hal ini
disebabkan tuntutan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yang mesti diutamakan dan perlu
dipenuhi lebih dahulu.31
Di dalam lingkungan siswa atau pelajar seperti yang dikatakan Maslow anak yang
lapar tidak akan termotivasi secara penuh dalam belajar. Sedangkan kebutuhan berikutnya
seperti rasa aman adalah kebutuhan tingkat berikutnya setelah kebutuhan dasar yang bersifat
fisik. Sebagai contoh siswa yang merasa terancam, maka siswa ini tidak akan termotivasi
dengan baik dalam belajar, contoh lain seorang siswa yang merasa dirinya dikucilkan oleh
temannya maupun oleh gurunya, tidak mungkin termotivasi dengan baik dalam belajar. Ada
kebutuhan yang disebut harga diri, yaitu kebutuhan untuk merasa dipentingkan dan dihargai.
31
Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar(Dalam Perspektif Islam), (Jakarta : Prenada Media 2004) hal 133
Self-actualization needs
Self esteem needs
Social needs
Safety needs
physiological needs
Kepuasan terhadap kebutuhan ini akan menimbulkan perasaan percaya diri, merasa berharga,
merasa kuat, merasa mampu, merasa berguna dalam hidupnya. Kebutuhan yang paling utama
atau tertinggi yaitu jika seluruh kebutuhan secara individu terpenuhi maka akan merasa bebas
untuk menampilkan seluruh potensinya secara penuh. Dasarnya untuk mengaktualisasikan
sendiri meliputi kebutuhan menjadi tahu dan mengerti untuk memuaskan aspek-aspek
kognitif yang paling mendasar.32
Sebagai pendidik perlu mengetahui kebutuhan yang diinginkan oleh para siswa.
Seperti kebutuhan berprestasi, setiap siswa berbeda kebutuhan berprestasinya, ada siswa yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi, ada juga yang rendah. Siswa memiliki motivasi
berprestasi tinggi kalau berkeinginan untuk sukses, benar-benar berasal dari dalam diri
sendiri. Siswa akan bekerja keras baik dalam diri sendiri. Siswa akan bekerja keras baik
dalam bersaing dengan orang lain, maupun dalam bekerja sendiri. Sedangkan siswa yang
memiliki motivasi rendah cenderung takut gagal dan tidak mau menanggung resiko dalam
mencapai prestasi yang tinggi.33
Kadang- kadang istilah ”kebutuhan” dan ”dorongan” digunakan secara bergantian,
namun ”kebutuhan” lebih sering mengacu pada keadaan fisiologis, darihilangnya jaringan-
jaringan, dan ”dorongan” mengacu pada akibat psikologis dari suatu kebutuhan. Kebutuhan
dan dorongan berjalan dengan paralel tapi tidak identik.34
2. Macam-macam Motivasi
Dalam bahasan mengenai macam-macam motivasi ini terdapat beberapa pendapat,
diantaranya ada ahli yang menggolongkan motivasi menjadi dua macam, yaitu : (a) motif
jasmaniah dan (b) motif rohaniah.
a) Motif jasmaniah, seperti misalnya refleks, instink, otomatisme, nafsu, hasrat dan
sebagainya.
b) Motif rohaniah, yaitu kemauan.
Kemauan itu terbentuk melalui empat momen, seperti disajikan berikut ini:
1) Momen timbulnya alasan-alasan:
32
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru,...
Hal 163 33
http://chrisna.blogdetik.com/2008/10/09/fungsi-motivasi-dalam-belajar/ 34
Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar(Dalam Perspektif Islam), (Jakarta : Prenada Media 2004) hal 137.
Misalnya seorang sedang giat belajar dikamar karena (alasannya) sebentar lagi akan
menempuh ujian. Tiba-tiba dipanggil ibunya dan disuruh mengantar/ menemui tamu
melihat pertunjukkan wayang orang.
Disini timbul alasan baru: mungkin keinginan untiuk menghormati tamu, mungkin
keinginan untuk tidak mengecewakan ibunya, mungkin pula keinginan untuk
menyaksikan pertunjukan wayang orang tersebut.
2) Momen pilih:
Momen pilih yaitu keadaan dimana ada alternatif-alternatif, yang mengakibatkan
persaingan antara alasan-alasan itu. Disini orang menimbang-nimbang dari berbagai
segi untuk menentukan pilihan, alternatif mana yang dipilih.
3) Momen putusan:
Momen perjuangan alasan-alasan berakhir dengan dipilihnya salah satu alternatif, dan
ini menjadi putusan, ketetapan yang menentukan aktivitas yang akan dilakukan.
4) Momen terbentuknya kemauan:
Dengan diambilnya suatu keputusan, maka timbullah di dalam batin manusia
dorongan untuk bertindak, melakukan putusan tersebut.35
Disamping itu ada juga motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a. Motivasi intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah: motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakuakan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca,
tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku
untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan yang dilakukannya (misalnya
kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin
mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh
konkrit, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat
pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara
konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Itulah sebabnya motivasi intrinsik dapat
juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan
aktifitas belajarnya. Seperti tadi dicontohkan bahwa seseorang belajar, memang benar-
benar ingin mengetahui segala sesuatunya, bukan karena ingin pujian atau ganjaran.
35
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PTRaja Grafindo Persada, 2002).cet-II hal. 72-74.
Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan
menjadi orang-orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi
tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa
belajar tidak mungkin mendapatkan pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan
yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan-kebutuhan yang berisikan
keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi
itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan esensial, bukan sekedar simbol dan
seremonial.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ektrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya
perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya
akan ujian dengan harapan akan mendapat nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya
atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi
karena ingin mendapat nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari
segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak langsung bergayut dengan esensi apa yang
dilakukannya itu. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk
motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan-
dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar.
Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting.
Dalam kegiatan belajar-mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa
itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses
belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi
ekstrinsik.36
Kemudian ada juga yang berpendapat mengenai macam-macam motivasi ini, seperti
pendapat Chaplin, dalam bukunya Abdul Rahman Saleh-Muhbib Abdul Wahab bahwa
motivasi dapat dibagi menjadi dua:
a. Physiological drive
b. Social motives
Yang dimaksud dengan physiological drives adalah dorongan-dorongan yang bersifat
fisik, seperti lapar, haus, seks, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan social
motives adalah dorongan-dorongan yang berhubungan dengan orang lain, seperti etetis,
dorongan ingin selalu berbuat baik, dan etis. Lindzy G. Hall, memasukkan kebutuhan
36
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru,... hal 88-90.
berkelompok, kebutuhan terhadap penghormatan, kebutuhan akan sesuatu yang dicintai ke
dalam social motives.37
Sedangkan menurut pembagian Woodworth dan Marquis seperti yang dikutip
Sardiman AM seperti berikut:
a. Kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernafas,
seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. Ini sesuai dengan jenis physiological
drives seperti telah disinggung didepan.
b. Motivasi darurat, yang termasuk dalam jenis motivasi ini antara lain: dorongan untuk
menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu.
Jelasnya motivasi ini timbul karena rangsangan dari luar.
c. Motivasi objektif, dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi,
melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motivasi ini muncul karena dorongan
untuk menghadapi dunia luar secara efektif.38
Selain itu Woodworth juga mengklasifikan motivasi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Unlearned motives, adalah motivasi pokok yang tidak dipelajari atau motivasi bawaan.
Yaitu motivasi yang dibawa sejak lahir, seperti dorongan untuk makan, minum, seksual,
bergerak dan istirahat. Motif ini sering juga disebut motivasi yang diisyaratkan secara
biologis.
b. Learned motives, adalah motivasi yang timbul karena dipelajari, seperti misalnya:
dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan, mengejar jabatan, dan lain
sebagainya. Motivasi ini sering disebut motivasi yang diisyaratkan secara sosial, karena
manusia hidup dalam lingkungan sosial.39
Dengan demikian dilihat dari beberapa macam motivasi diatas manusia dapat meraih
kesuksesan/tujuannya, apabila memiliki motivasi yang tinggi dalam mencapai prestasinya.
3. Fungsi-Fungsi Motivasi
Fungsi dari motivasi adalah mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah
perbuatan, untuk mencapai tujuan dan menyeleksi perbuatan yakni perbuatan mana yang
akan dikerjakan.
37
Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar(Dalam Perspektif Islam),
(Jakarta : Prenada Media 2004) hal. 138. 38
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, ...
hal 87. 39
Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar(Dalam Perspektif Islam), (Jakarta : Prenada Media 2004) hal. 138-139.
Selain fungsi motivasi diatas yang merupakan dorongan untuk berbuat pada diri
manusia. Motivasi dalam suatu perbuatan juga memegang peran sangat penting, Kuat
lemahnya upaya yang dikerahkan seseorang dalam mengerjakan sesuatu sangat ditentukan
oleh motivasinya. Oleh karena itu, mengetahui dan membina motivasi yang benar adalah
suatu kemestian bagi siapa saja yang ingin meraih keberhasilan. Motivasi yang mendorong
manusia untuk melakukan perbuatan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yakni:
1. Motivasi fisik - material.
Manusia terdorong untuk melakukan suatu perbuatan bisa karena keinginan untuk
mendapatkan imbalan fisik material, misalnya dengan terpenuhinya kebutuhan jasmani, baik
berupa barang atau uang. Motivasi seperti ini sangat lemah dan sifatnya sangat sementara.
Misalnya orang yang melakukan sesuatu untuk sekadar mendapat makanan guna menutupi
rasa lapar, maka ketika sudah kenyang ia akan kehilangan motivasi. Sebaliknya, ia pasti akan
kehilangan motivasi untuk melakukan perbuatan yang justru membuat ia lapar, misalnya
berpuasa. Apalagi memperjuangkan suatu kebenaran, yang mungkin akan membuatnya
menderita. Jadi, motivasi fisik material sekalipun ada dan memang perlu, tapi sulit untuk
dikembangkan untuk menjadi pendorong utama bagi manusia dalam berusaha40.
2. Motivasi psiko-emosional
Motivasi psiko-emosional akan menggerakkan manusia untuk berbuat karena suatu kondisi
kejiwaan yang ingin dimiliki seseorang ini seperti rasa kebahagiaan, kehormatan, kebanggaan
dan sebagainya. Orang sering menyebutnya kepuasan batin. Misalnya, seseorang berani
melakukan perlawanan keras terhadap orang yang dinilai telah merusak nama baiknya. Atau
berjuang mati-matian dengan mempertaruhkan harta dan jiwa demi menjaga kemerdekaan.
Dan sebagainya. Motivasi ini meski lebih kuat bila dibandingkan dengan motivasi fisik -
material, sebenarnya juga masih lemah dan sementara sifatnya41
.
3. Motivasi spiritual atau ruhiyah
Inilah motivasi terkuat yang terdapat pada diri manusia. Motivasi ini dibangun oleh
kesadaran seorang muslim dalam hubungannya dengan Allah SWT. Dzat yang menciptakan
manusia, menghidupkan, memberi rizki dan mematikan serta akan meminta
pertanggungjawaban manusia atas segala perbuatannya di dunia. Motivasi ibadah dan
40 http://kspei.multiply.com/journal
41http://kspei.multiply.com/journal
pertanggungan inilah yang mampu mendorong manusia untuk melakukan perbuatan apa saja,
meski harus mengorbankan harta, tenaga dan nyawa sekalipun, selama berjalan dalam batas
yang diperintahkan Allah SWT. Inilah konsep lillahi Ta'ala (demi Allah semata). Bila
ditanamkan, dibina dan dijaga dengan sebaik-baiknya, motivasi ini akan mampu membentuk
pribadi yang konsisten, teguh dan berani. Pada masa Rasulullah, motivasi ini mampu
menggetarkan musuh pada Perang Badar meski pasukan musuh berjumlah tiga kali lipat dari
pasukan kaum Muslimin. Pada masa sekarang, kita dapati pada pejabat yang jujur. Mereka
berani menolak uang suap milyaran rupiah meski sesungguhnya dari segi materi uang
sebanyak itu tentu sangat menggiurkan. Tapi keimanannya kepada Allah mencegahnya untuk
berbuat seperti itu42
.
Motivasi yang harus dibangun oleh setiap manusia dalam mewujudkan aktivitas
kehidupannya adalah motivasi spiritual semata. Dengan motivasi ini, seseorang akan terpacu
untuk berikhtiar terus-menerus disertai dengan sikap tawakal dan pantang berputus harapan
hingga akhirnya meraih keberhasilan dengan izin Allah Yang Maha Pemurah lagi
Penyayang. Inilah motivasi berprestasi yang sesungguhnya.43
Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan. Seperti contoh: para
pemain sepak bola yang rajin berlatih tanpa mengenal lelah, karena mengharapkan akan
mendapatkan kemenangan dalam pertandingan yang akan dilakukannya. Dengan demikian
motivasi itu mempengaruhi adanya kegiatan.
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang
akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian
motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakansesuai dengan
rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan
yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan
42 http://kspei.multiply.com/journal
43 http://kspei.multiply.com/journal
harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan
waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.44
Motivasi menjadi efektif dan tepat sasaran ketika dilakukan sesuai dengan teori dan
ditarafkan pada objek yang tepat. Dalam kasus anak didik misalnya, ketika seorang anak
didik menjadi tekun dalam belajar, hampir dapat dipastikan dia termotivasi dengan sesuatu
seperti ingin menjadi pintar atau ingin menjadi juara umum dan mendapat hadiah. Anak didik
yang memiliki motivasi yang kuat dan jelas, pasti akan tekun dan berhasil dalam belajarnya.
Kepastian itu dimungkinkan oleh sebab adanya ketiga fungsi motivasi sebagai berikut:
1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, seperti timbulnya dorongan untuk
belajar.
2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian
tujuan yang diinginkan.
3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya besar kecilnya motivasi akan menentukan
cepat atau lambatnya suatu perbuatan.45
Dengan demikian jika didapati manusia yang dalam tingkah lakunya tidak terarah dan
tanpa tujuan, dapat dipastikan orang tesebut tidak memiliki motivasi.
Selain itu juga, motivasi bertalian erat dengan suatu tujuan. Makin berharga tujuan itu
bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motovasinya. Jadi motivasi itu sangat berguna bagi
tindakan atas perbuatan seseorang. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
a) Motivasi itu mendukung manusia untuk berbuat atau bertindak, motivasi berfungsi
sebagai penggerak yang memberikan energi atau kekuatan kepada seseorang untuk
melakukan sesuatu.
b) Motivasi dapat menentukan agar perbuatan: yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau
cita-cita, motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang lurus untuk mencapai tujuan.
Maka makin jelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang akan ditempuh.
c) Motivasi menyeleksi perbuatan, Artinya menentukan perbuatan-perbuatan mana yang
harus dilakukan, yang serasi guna mencapai suatu tujuan dengan mengenyampingkan
perbuatan yang tidak atau kurang bermanfaat bagi tujuan semula.46
Motivasi mempunyai nilai dalam pengajaran, adalah menjadi tanggung jawab guru
agar pengajaran yang diberikannya berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak bergantung
44 M. Usman Najati, Jiwa Manusia dalam sorotan al-Qur’an, (Jakarta: CV. Cendekia Sentra Muslim,
2001) hal 57 45
Riyanti,dkk., Psikologi Umum I, (Jakarta: Universitas Gunadarma,1996) hal. 71 46 http://chrisna.blogdetik.com/2008/10/09/fungsi-motivasi-dalam-belajar/
pada usaha guru untuk dapat membangkitkan motivasi pada siswanya untuk belajar. Dalam
garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut:
1. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau kegagalan perbuatan belajar siswa. Belajar
tanpa motivasi kiranya sulit untuk berhasil.
2. Pengajar yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan, dorongan, motif, minat yang dimiliki oleh siswa.
3. Pengajaran yang bermotivasi membentukaktivitasdan imaginitas pada gum untuk
berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yangsesuai dan serasi guna
membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru senantiasa berusaha agar
siswa-siswa pada akhirnya memiliki self motivasi dan yang baik.
4. Berhasil atau tidak berhasilnya dalam membangkitkan penggunaan motivasi dalam
pengajaran sangat erat hubungan dengan aturan disiplin dalam kelas. Ketidakberhasilan
dalam hai ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin dalam kelas.
5. Azas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas mengajar.
Penggunaan motivasi dalam mengajar bukan saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi
juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif. Demikian pengajaran asas
motivasi adalah sangat penting dalam proses belajar dan mengajar.47
Adanya fungsi motivasi ini sebagai pendorong manusia dalam menentukan arah
perbuatan dalam mencapai tujuannya. Karena tanpa adanya motivasi maka manusia sulit
untuk menggapai tujuannya.
4. Motivasi Berprestasi Sebagai Investasi Kinerja
Kerja merupakan kegiatan dalam melakukan sesuatu dan orang yang kerja ada
kaitannya dengan mencari nafkah atau bertujuan untuk mendapatkan imbalan atas prestasi
yang telah diberikan atas kepentingan organisasi.
Prestasi kerja atau kinerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan
yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan
sesuatu. Masalah kerja selalu mendapatkan perhatian dalam manajemen karena berkaitan
dengan produktivitas organisasi.
47
Drs. Mahfud Salahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan (Surabaya : Bina Ilmu 1990) Cet. Ke-3 hal 115-116.
Pada hakikatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau
motivasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku,
sedangkan tujuan berfungsi mengarahkan perilaku. Proses motivasi sebagian besar diarahkan
untuk memenuhi dan mencapai kebutuhan. Apabila digambarkan proses pemenuhan
kebutuhan manusia itu secara sederhana tampak sebagai berikut:
KEBUTUHAN USAHA/PERILAKU PRESTASI
EVALUASI KEBUTUHAN IMBALAN
Sumber : Landasan Manajemen Pendidikan, DR Nanang Fattah
Sebagaimana telah disinggung pada bagian terdahulu dalam teori perilaku, proses
pemenuhan kebutuhan didasari oleh teori perilaku yaitu teori motivasi. Motivasi kerja telah
dikemukakan oleh para pakar manajemen secara bervariasi. Maslow dengan model hierarki
kebutuhan, herzberg dengan teori dua faktor, McClelland dengan motivasi berprestasi diikuti
oleh teori harapan Model Patchenm Porter dan Lawler.
1. Maslow: kebutuhan bertingkat mulai dari yang paling tinggi berturut-turut sampai yang
paling rendah: pemujudan diri, kebutuhan ego, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan rasa
aman, dan kebutuhan fisiologis.
2. Herzberg: teori dua faktor.
Faktor Higine Motivasi
Gaji
Kondisi
Kebijakan perusahaan
Penyediaan
Kelompok Kerja
Kemajuan
Perkembangan
Tanggung jawab
Penghargaan
Prestasi
Pekerjaan itu sendiri
Sumber : Landasan Manajemen Pendidikan, DR Nanang Fattah
3. David C. McCelland (1961) berdasarkan hasil penelitiannya bahwa motivasi berprestasi
mempunyai pengaruh yang jauh lebih penting untuk keberhasilan atau kegagalan suatu
perusahaan industri dibanding dengan motif manapun.
4. Vroom (1960), motivasi kerja ditentukan oleh : kekuatan, harapan dan batu loncatan.48
Disamping motivasi-motivasi diatas, ada juga yang berpendapat bahwa uang
menjadikan orang untuk mengejarnya. Maksudnya uang dapat mengungkapkan prestasi,
kesuksesan, rasa aman, dan persahabatan. dalam penulisan ini akan dipilih pendapat David C.
McCelland.
Seorang pemimpin yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi memiliki
karakteristik, antara lain:
1. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi;
2. Memiliki program kerja berdasarkan rencana dan tujuan yang realistik serta berjuang
untuk merealisasikannya;
3. Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dan berani mengambil risiko yang
dihadapi-nya;
4. Melakukan pekerjaan yang berarti dan menyelesaikannya dengan hasil yang
memuaskan.
5. Mempunyai keinginan menjadi orang terkemuka yang menguasai bidang tertentu.
Sebaliknya pemimpin yang motif berprestasinya rendah, dicirikan oleh sejumlah hal
berikut :
1. Kurang memiliki tanggung jawab pribadi dalam mengerjakan suatu aktivitas;
2. Memiliki program kerja tetapi tidak didasarkan pada rencana dan tujuan yang realistik
serta lemah rnelaksanakannya;
3. Bersikap apatis dan tidak percaya diri;
4. Ragu-ragu dalam mengambil keputusan;
5. Tindakannya kurang terarah pada tujuan.49
Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi maka dia akan berusaha melakukan
yang terbaik, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja mandiri dan bersikap
optimis, memiliki ketidakpuasan terhadap prestasi yang telah diperoleh serta mempunyai
tanggung jawab yang besar atas perbuatan yang dilakukan sehingga seseorang yang
mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi pada umumnya lebih berhasil dalam
menjalankan tugas dibandingkan dengan mereka yang memiliki motif berprestasi yang
rendah.50
48
DR. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004)
Cet ke-7 hal 19-20. 49
http://kspei.multiply.com/journal 50
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan(Konsep, Strategi, dan Aplikasi) (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hal 67.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa motivasi berprestasi para guru amat penting dalam
peningkatan kualitas kerja guru dan karyawan di sekolah. Motivasi kerja diartikan sebagai
investasi kinerja (performace) individu dalam pekerjaan sebagai usaha untuk memperoleh
penghargaan. Bentuk investasi kinerja tersebut berupa : waktu, energi fisik, energi mental,
kreatifitas, semangat, rasa antusias, pengetahuan, keterampilan, dan usaha. Sedangkan
penghargaan yang diharapkan antara lain: gaji, keamanan, penghargaan, penerimaan sosial
dan rasa berhasil.51
B. Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja
Istilah kinerja merupakan terjemahan dari kata “performance” yang berarti
melakukan, menjalankan dan melaksanakan; memenuhi atau menjalankan kewajiban suatu
janji, melaksanakan dan menyempurnakan tanggung jawab, melakukan sesuatu yang
diharapkan oleh seseorang. Kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan tugas dan wewenangnya sesuai
tujuan organisasi yang dilakukan secara legal, tidak melanggar aturan dan berlandaskan
moralitas yang baik.52
Sedangkan istilah kinerja secara terminologi adalah gambaran mengenai tingkat
pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi lembaga.53 Kinerja dan hasil kerja selalu menjadi tanda keberhasilan
lembaga dan orang-orang yang ada dalam lembaga tersebut.
Prestasi kerja atau kinerja dipengaruhi oleh cara-cara yang ditempuh, usaha yang
dilakukan, dan pada gilirannya memunculkan hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau
sekelompok orang dalam lembaga, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-
masing dalam upaya mencapai sasaran/tujuan lembaga. Wahjosumidjo seperti di dalam
51
Thomas J. Sergiovani dan Robert J. Starrat. Supervision Human Perspectives, (New York: McGill)
hal 126. 52
Suyadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan: Kiat Membangun Organisasi Kompetitif
Menjelang Perdagangan Bebas Dunia, (Yogyakarta : BPFE, 1999) Hal 2. 53 Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah yang Efektif, hal, 30.
bukunya mendefinisikan kinerja adalah sumbangan secara kualitatif dan kuantitatif yang
terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan kelompok dalam suatu unit kerja.54
Pakar yang lain berpendapat, bahwa kinerja adalah prestasi atau hasil kerja yang
disumbangkan oleh seseorang atau kelompok dalam menunjang tercapainya tujuan suatu
organisasi. Singkatnya kinerja adalah prestasi, kontribusi sumbangan hasil kerja.55
Kinerja merupakan kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan.
Kinerja itu berkenaan dengan apa yang dihasilkan seseorang dari tingkah laku kerjanya.
Orang yang tingkat kinerjanya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan sebaliknya
orang yang tingkat kinerjanya tidak mencapai standar dikatakan sebagai orang yang tidak
produktif atau berkinerja rendah.56
Kinerja adalah hasil kerja berdasarkan penilaian tentang tugas dan fungsi jabatan
sebagai pendidik, manajer lembaga pendidikan, administrator atau apapun yang penilaiannya
dilaksanakan oleh suatu institusi tertentu, baik lembaga internal maupun eksternal.
Kinerja bukan suatu gambaran dari sebuah pekerjaan yang dilaksanakan seseorang
dengan mengambil standar minimal pencapaian tujuannya, melainkan upaya maksimal
seseorang dalam bekerja untuk mencapai dan bahkan melampaui tuntutan yang diharapkan.
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa kinerja tinggi merupakan sesuatu yang amat
dibutuhkan dalam mencapai target tertentu yang telah direncanakan.
Selain itu dari sudut proses kerja, kinerja juga dapat diartikan sebagai usaha seseorang
untuk mencapai hasil optimal berdasarkan kemampuan dan strategi yang tepat. Ada dua
kondisi yang harus dipenuhi sekiranya para karyawan dikehendaki supaya merasa bahwa
imbalan terkai dengan kinerja. Pertama, hubungan antara kinerja dan imbalan harus kelihatan
dengan jelas oleh anggota- anggota organisasi. Kedua, tingkat kepercayaan yang memadai
haruslah ada antara para karyawan dengan manajemen organisasi. Kepercayaan merupakan
prasyarat yang perlu untuk sifat motivasional dari sistem kompensasi. Apabila para karyawan
tidak mempercayai bahwa manajemen sungguh-sungguh memberikan imbalan yang
dijanjikan atas knerja yang efektif, mereka tidak termotivasi akan bekerja secara efektif. Oleh
karena itu, pemberdayaan sistem kompensasi untuk memotivasi kinerja yang efektif
membutuhkan hubungan yang jelas dan terlihat antara kinerja dan imbalan serta iklim
kepercayaan antara orang-orang yang bekerja dan pihak terkait yang menawarkan imbalan.57
54
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan permasalahannya, (PT. Raja
Grafindo persada, Jakarta. 2005), hal 430 55
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan permasalahannya, hal 430 56
Muhammad As’ad, Psikologi Industri, (Yogyakarta: Liberty, 1999), hal 47. 57
Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : STIE YKPN, 2004) hal 457.
Definisi kinerja tersebut apabila diintegrasikan ke dalam kehidupan sekolah,
memberikan makna lebih jauh sebagai berikut:
1. Kinerja kepemimpinan kepala sekolah adalah prestasi atau sumbangan yang diberikan
oleh kepala sekolah, baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang terukur dalam rangka
membantu tercapainya tujuan sekolah.
2. Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertugas menyelenggarakan proses pendidikan,
proses belajar mengajar dalam usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Agar fungsi kepemimpinan kepala sekolah berhasil memberdayakan segala sumber daya
sekolah untuk mencapai tujuan sesuai dengan situasi, diperlukan kemampuan profesional,
yaitu kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan keterampilan profesional, pelatihan,
dan pengetahuan profesional, serta kompetensi administrasi dan pengawasan.58
Pada hakekatnya orang bekerja untuk memenuhi kebutuhan atas dorongan atau
motivasi tertentu. Kebutuhan dipandang sebagai penggerak prilaku, sedangkan motivasi
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan.59
Sedangkan dalam proses pembelajaran, kinerja guru tertumpu pada kemampuan guru
itu sendiri. Kinerja guru dalam proses belajar mengajar (PBM) adalah kesanggupan atau
kecakapan para guru dalam menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan
peserta didik yang mencakup segi kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai upaya
mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak
lanjut agar tercapainya tujuan pengajaran.60
Kinerja guru dimaksud adalah hasil kerja guru yang terefleksi dalam cara
merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses belajar mengajar yang intensitasnya
dilandasi oleh etos kerja, disiplin, professional guru dalam proses pembelajaran.
2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru di antaranya, yaitu (1)
efektifitas dan efisiensi, (2) otoritas (wewenang), (3) disiplin, (4) inisiatif, (5)
pengarah/director (6) fasilitas
1) Efektifitas dan efisiensi
Kinerja yang baik adalah suatu pekerjaan yang berhasil mencapai tujuan. Hal tersebut
dapat disebut bahwa pekerjaan tersebut efektif, namun jika ada sesuatu yang tidak diinginkan
58
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan permasalahannya, (PT. Raja
Grafindo persada, Jakarta. 2005), hal. 431. 59
Iwan Purwanto, Manajemen Strategi, (Bandung : CV. Yrama Widya, 2007) hal 24 60
Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta 1997) Cet.ke-1 hal 56
muncul di dalamnya berarti pekerjaan tersebut tidak efisien. Oleh sebab itu kedua-duanya
yakni efektifitas dan efisiensi harus diperhitungkan bersama sebagai bagian utama dari
kinerja.61
Hal tersebut juga berlaku pada kinerja guru. Guru dalam proses pembelajaran dapat
diukur kinerjanya dengan asas efektifitas dan efisiensi.
2) Otoritas (wewenang)
Otoritas merupakan perintah dalam suatu organisasi formal yang dimiliki (diterima)
oleh seorang anggota organisasi kepada anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan
kerja sesuai dengan kontribusinya. Perintah tersebut menyatakan apa yang boleh dilakukan
dan yang tidak boleh dilakukan dalam organisasi tersebut.62
3) Disiplin
Yaitu, sikap ketaatan kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Jadi disiplin guru
merupakan kegiatan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian kerja dengan pihak
sekolah dimana dia bekerja. Keterikatan terhadap perjanjian kerja dapat menjadi bagian dari
munculnya kinerja yang optimal dari guru.
4) Inisiatif
Yaitu, berkaitan dengan daya pikir dan kreatifitas dalam bentuk ide untuk
merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Jadi inisiatif adalah daya
dorong kemajuan yang bertujuan untuk mempengaruhi kinerja organisasi. Karyawan yang
memiliki daya inisiatif yang tinggi selalu akan menampakkan kinerja yang lebih maju.63
Guru
dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah barang tentu ide-ide itu
merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.
5) Pengarah/director
Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam hal ini
harus dapat membimbing, memberikan motivasi dan mengarahkan kegiatan belajar siswa
sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.64
6) Fasilitas
Guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar
mengajar, misalnya saja dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa,
61
Suyadi Prawirosentono, Analisis Kinerja Organisasi, (Bandung: PT. Rineka Cipta, 1999.) hal 6 62
Suyadi Prawirosentono, Analisis Kinerja Organisasi, hal 7 63
Suyadi Prawirosentono, Analisis Kinerja Organisasi, (Bandung: PT. Rineka Cipta, 1999.) hal 7. 64
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, (Jakarta: Rajawali, 1990). Cet ke-3 hal 142
serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung
secara efektif.65
Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja seseorang, seperti: lingkungan
(Kegaduhan/desakan), Dalam diri seseorang (harapan/cita-cita, emosi, dan keinginan) dan
tujuan (kepuasan kerja dan tanggung jawab).66
Kinerja sesungguhnya dipengaruhi oleh kemampuan unjuk kerja yang perlu dinilai
atau dievaluasi untuk membandingkan luaran kerja (hasil) dibanding dengan perilaku
kerjanya. Misalnya; cara kerja (lamban atau cekatan), absensi (terlambat atau tepat waktu),
praktek penghematan (hemat atau boros), optimisme (yakin atau ragu), dan kebiasaan dan
keselamatan kerja (hati-hati atau ceroboh). Hal-hal tersebut merupakan bagian dari unjuk
kerja yang berhubungan erat dengan budaya perusahaan atau organisasi untuk mencapai hasil
yang terbaik.67
3. Kemampuan-kemampuan dalam kinerja
Kemapuan-kemampuan dasar yang dapat dijadikan alat ukur kinerja guru adalah :
Penguasaan bahan atau materi pembelajaran termasuk kesesuaiannya dengan kurikulum,
pengelolaan proses belajar mengajar, penguasaan kelas, penggunaan media dan sumber
belajar, penguasaan tentang landasan kependidikan, pengelolaan interaksi belajar mengajar,
penilaian yang tepat, penyelenggaraan administrasi disekolah termasuk pelaporan hasil
belajar, dan penafsiran serta analisis hasil penelitian guna keperluan pengajaran serta
memahami penalaran yang berkaitan dengan perkembangan nalar siswa dan pengembangan
proses belajar mengajar.68
Selain itu, untuk lebih memahami tentang kinerja tenaga kependidikan, berikut
disajikan beberapa pendapat menurut pengertian operasional :
a) Model Vroomian
“Performance” = f (Ability x Motivation)”. Menurut model ini kinerja seseorang
merupakan fungsi perkalian antara kemampuan (Ability) dan motivasi. Hubungan perkalian
tersebut mengandung arti bahwa : jika seseorang rendah pada salah satu komponen maka
65
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, hal
143. 66
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s
2006) hal 44-45 67
Bennet Silalahi, Corporate Culture & Performance Apprasial; Budaya Perusahaan dan Penilaian
Unjuk Kerja. Jakarta: Alhambra, 2004). Hal 38-39. 68
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, (Jakarta: Rajawali, 1990). hal 161.
prestasi kerjanya akan rendah pula. Kinerja seseorang yang rendah merupakan hasil dari
motivasi yang rendah dengan kemampuan yang rendah.
b) Model Lawler and Porter
Performance adalah hasil perkalian effort (energi yang dikeluarkan), abilities
(karakteristik dan sifat-sifat individu) dan role perception (kesesuaian antara usaha yang
dilakukan dengan persepsi yang ditimbulkannya).
c) Ander and Butzin
Performance adalah hasil penjumlahan antara seluruh hasil kerja yang telah dilakukan
dengan hasil kali antara ability dan motivation. Perkalian antara ability dan motivasi menjadi
sangat populer sehingga banyak sekali dikutip para ahli dalam membicarakan kinerja.69
Dengan demikian, model-model yang menggambarkan kinerja ini menunjukkan
bahwa kinerja seseorang dipengaruhi oleh kemampuan, motivasi, upaya keras dan persepsi
orang lain terhadap kinerjanya. Model yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah yang
dikemukakan oleh model Vroomian bahwa antara ”motivasi dan kemampuan harus saling
mendukung, karena apabila salah satu dari keduanya rendah maka akan mempengaruhi
rendahnya kinerja seseorang”.
Kinerja guru merupakan perilaku nyata yang ditunjukkan oleh guru pada waktu
memberi pelajaran kepada siswanya. Kinerja tersebut dapat dilihat saat melaksanakan
interaksi belajar mengajar di kelas termasuk sejumlah persiapan yang dibuatnya. Kinerja guru
juga mencakup prestasi yang terkait dengan kualitas individu yang ditunjukkan dengan
keterampilan dan unjuk kerja dibidangnya berdasarkan pengetahuan dan penguasaan materi
pembelajaran, keterampilan untuk menjelaskan hubungan baik dengan unsur lain yang
terlibat dalam pendidikan guna melaksanakan kewajiban atau tugas pekerjaan yang menjadi
wewenang dan tanggung jawabnya pada waktu tertentu dan prosedur serta aturan tertentu
yang berlaku untuk kepentingan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.70
Salah satu aspek yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki kinerja yang baik
adalah kreatifitas kerjanya. Bebepara faktor yang menandai orang-orang kreatif adalah:
1) Kemampuan kognitif yang meliputi kecerdasan diatas rata-rata, kemampuan
melahirkan gagasan baru, gagasan yang berlainan dan fleksibilitas kognitif.
2) Sikap yang terbuka yang meliputi stimulus internal dan eksternal serta memiliki minat
yang beragam dan luas.
69
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks menyukseskan MBS dan KBK,
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2003) hal. 136-137. 70
Rocman Natawijaya, Pedoman Supervisi. (Jakarta : Depdiknas RI. 1999) hal 22.
3) Sikap yang bebas otonom dan percaya pada diri sendiri meliputi keinginan untuk
senantiasa ingin menampilkan kemampuan dirinya sendiri dan tidak terlalu terikat
pada konvensi-konvensi sosial.
Kemampuan para petugas (guru) yang perlu ditingkatkan ialah cara mereka membina
para siswa baik secara individual maupun secara berkelompok, belajar sendiri menciptakan
alat-alat belajar yang memadai dan bekerja sama dengan nara sumber atau dalam tim guru.
Karena spesifikasi petugas-petugas dalam pendidikan seperti ini sukar didapat, maka para
manajer tidak dapat menggantikan petugas lama dengan petugas yang spesifik.71
Kinerja merupakan faktor yang memiliki korelasi dengan kompetensinya. Artinya,
kompetensi guru amat mendukung kinerjanya. Oleh sebab itu peningkatan kinerja guru juga
memiliki korelasi dengan kompetensinya. Peningkatan kompetensi guru perlu dilakukan
dengan cara mengusahakan buku-buku ilmiah dan petunjuk mengajarkannya. Serta
melibatkan hatinya ketika melakukan proses belajar mengajar dengan siswa.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah usaha dan
tampilan kerja guru dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya untuk mencapai
keberhasilan proses belajar mengajar yang dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
melaksanakan kinerjanya.
C. KERANGKA BERFIKIR
Adanya motivasi berprestasi dianggap perlu karena sebagai dorongan untuk
memenuhi kebutuhan manusia mencapai tujuannya. Motivasi sering dianalisis melalui
pengamatan informal, kita mengukur kebutuhan akan prestasi melalui frekuensi orang
berpikir tentang melakukan sesuatu secara lebih baik”. Menghitung berapa kali seseorang
berpikir untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik kedengarannya mudah dilakukan. Begitu
juga dalam kegiatan proses belajar memberikan motivasi ini dianggap penting dalam
mencapai sesuatu yang lebih baik.
Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi merupakan suatu proses yang menghasilkan
suatu intensitas, arah, dan ketekunan dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan kegiatan
pembelajaran. Intensitas berkaitan dengan upaya seorang guru untuk menggerakkan intensitas
kerjanya atau kesungguhannya dalam bekerja, pada tujuan yang hendak dicapai, sedangkan
ketekunan adalah ukuran tentang berapa lama seorang guru dapat mempertahankan usahanya.
71
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan indonesia. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004) hal 75.
Guru yang memiliki dorongan untuk berprestasi akan berusaha keras dalam meningkatkan
kinerjanya.
Kinerja guru merupakan usaha dan tampilan kerja guru dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya untuk mencapai keberhasilan proses belajar mengajar yang dipengaruhi
oleh efektifitas, otoritas, dan disiplin kerja guru. Sehingga dapat dipahami bahwa motivasi
berprestasi mempunyai korelasi yang sangat signifikan untuk meningkatkan kinerja guru.
Motivasi berprestasi bisa berpengaruh besar pada kinerja guru, hal ini disebabkan karena
motivasi berprestasi dapat membangkitkan motif yang menyebabkan seorang guru dapat
bekerja dengan lebih baik, antusias dan memberi keuntungan.
Dari uraian di atas dapat simpulkan bahwa motivasi berprestasi dapat meningkatkan
kinerja guru, dengan memiliki motivasi berprestasi, kinerja guru bisa terarah dan terukur,
tanpa motivasi berprestasi, kinerja guru tidak maksimal dalam kaitannya untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diinginkan, karena kinerja tanpa tantangan akan membuat aktivitas
guru menjadi hampa. Sehingga bisa dikatakan bahwa motivasi berprestasi dapat dijadikan
sebagai tantangan oleh seorang guru untuk menggapai atau meraih cita-cita yang lebih baik.
Adapun kerangka konseptual bagaimana pembentukan motivasi tersebut memiliki
pengaruh terhadap peningkatan kinerja guru, rangkaiannya dapat diuraikan sebagai berikut :
Menjelaskan input yang menggambarkan keadaan motivasi guru yang berpengaruh
terhadap kinerja guru, yaitu rendahnya motivasi guru dalam upaya meningkatkan kinerja guru
dalam melaksanakan tugas keprofesiannya. Hal ini terjadi karena kurangnya kesejahteraan
guru dalam mencukupi kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan akan sandang pangan dan
papan, sehingga mengkibatkan ketidaknyamanan dalam menjalankan profesinya.
Keadaan motivasi selanjutnya yaitu rendahnya motivasi guru dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa. Artinya, apabila tugas yang diberikan tidak sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki oleh guru, maka akan berakibat langsung terhadap
motivasi. Apabila kemampuan dan motivasi rendah atau salah satu dari keduanya rendah
akan berpengaruh terhadap rendahnya kinerja guru. Kemudian lingkungan kerja yang belum
kondusif juga akan mempengaruhi motivasi berprestasi guru. Hal itu terjadi pada seorang
guru karena merasa kurang diterima dalam lingkungan sosialnya, kurangnya penghormatan
dan kurangnya penghargaan dari komunitas sosialnya, sehingga sulit untuk mencapai kinerja
dengan baik.
Dari keadaan motivasi di atas, muncul sebuah masalah yaitu belum terbentuknya
motivasi guru sebagai upaya dalam meningkatkan kinerjanya. Masalah ini terjadi karena
masih rendahnya keadaan motivasi guru dalam melaksanakan kinerjanya sehingga apabila
faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi tersebut tidak terpenuhi, maka manusia
belum dan bahkan tidak akan mempunyai kesempatan untuk memiliki keinginan berprestasi.
Terhadap permasalahan di atas maka diperlukan adanya strategi sebagai upaya untuk
mencapai hasil yang dinginkan. Beberapa strategi tersebut antara lain adalah dengan
mengembangkan sistem reward, gaji guru, pemberian tunjangan serta kenyamanan, sebagai
bentuk penghormatan dan penghargaan terhadap guru. Penerapan deskripsi tugas yang jelas
dan terukur sesuai dengan bidang studi yang diajarkan. Strategi ini diperlukan untuk
menyesuaikan kemampuan guru dengan bidangnya dalam memberikan pelajaran kepada
siswanya sehingga dapat terarah dan jelas, karena tidak mungkin mengharapkan hasil yang
baik dari guru yang tidak mampu menjalankan profesinya.
Dengan demikian apabila strategi itu dilakukan maka upaya-upaya tersebut akan
menghasilkan (output) guru dengan kinerja baik, guru yang berprestasi dan melahirkan
sebuah pembelajaran yang bermutu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat diagram dibawah ini :
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah MTS Al-Inayah Jl. Pondok Pesantren Pondokmiri Rawa
Kalong Gunung Sindur Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan September - November 2009.
B. Metode Penelitian
Sesuai dengan sifat masalah dan tujuan penelitian yang ada, maka penelitian ini akan
menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif berupa metode penelitian
deskriptif, yaitu metode yang mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat keadaan praktek yang sedang berlangsung sehingga kemudian
mendapatkan sebuah pemahaman yang lebih jelas tentang cara bekerjanya motivasi guru
dalam melahirkan prestasi.
Metode tersebut ditunjang oleh data data yang diperoleh melalui:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penulis melakukan pengambilan data yang diperoleh dari kepustakaan yang berkaitan
dengan permasalahan yang sedang dibahas berupa buku-buku mengenai kinerja guru dan
motivasi berprestasi.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan dilakukan untuk mendapatkan data-data tentang apa-apa yang
diperlukan, dengan menggunakan tehnik pengumpulan data berupa observasi, angket dan
wawancara.
C. Populasi dan Sampel
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang berada di Madrasah
Tsanawiyyah Al-Inayah Rawa kalong Gunung sindur Bogor dengan jumlah guru sebanyak 27
orang.
Sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah guru-guru dari berbagai
bidang studi yaitu guru agama, guru IPA, guru IPS, guru Matematika, guru PPKN, dan guru
bahasa. Seluruh guru-guru yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 14 guru
yang merupakan sebagian guru-guru kelas yang berpendidikan strata 1, berusia diatas 30
tahun, serta memiliki pengalaman mengajar lebih dari 5 tahun yang berasal dari jumlah 27
guru atau dari jumlah total populasi yang ada.
D. Variabel Penelitian
Dalam metodologi penelitian, variabel yang dimaksud adalah “objek penelitian, atau
apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”72
Dalam penelitian ini digunakan bivariate
variable (hubungan antara dua variabel), yaitu variabel independent (variabel bebas) dan
variabel dependent (variabel terikat). Variabel independent yaitu “variabel yang
mempengaruhi variabel lain.” Adapun variabel dependent (variabel terikat) yaitu “variabel
yang dipengaruhi oleh variabel independent.” Oleh karena itu variabel ini sering disebut
variabel terpengaruh.
Adapun yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi berprestasi
dan yang menjadi variabel terikatnya adalah kinerja guru.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat dalam menyusun laporan penelitian ini, maka
peneliti menggunakan beberapa teknik pengambilan data antara lain:
1. Observasi atau pengamatan yaitu, penulis mengamati kejadian, gerak atau proses.
Dalam hal ini penulis mengamati KBM (kegiatan belajar mengajar), kinerja guru, dan
daftar hadir guru untuk memperoleh data motivasi berprestasi dan kinerja guru di
Madrasah Tsanawiyah Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor.
2. Angket atau kuesioner, yaitu berupa daftar pertanyaan yang diberikan kepada
responden untuk memperoleh data tentang kinerja guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Tujuan penerapan angket adalah mencari korelasi antara dua variabel
penelitian di atas, dengan mengajukan 30 item pertanyaan yang menggunakan
jawaban tertutup kepada 14 responden sebagai sample penelitian
3. Wawancara, dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada responden untuk
memperoleh keterangan mengenai motivasi berprestasi dan kinerja guru. Wawancara
dilakukan dengan, kepala sekolah dan ketua yayasan.
2. Instrumen Penelitian
72
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 1998), Cet. Ke 13, hal 118.
Pada tahap awal adalah mendefinisikan variabel yang akan dijadikan penelitian.
Dalam penelitian ini menggunakan variabel motivasi berprestasi dengan kinerja guru.
Adapun kisi-kisi instrumennya pada lampiran 5 dan 6.
F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data.
Sebelum menganalisis data, terlebih dahulu peneliti mengolah data kuantitatif.
Pengolahan datanya dilakukan dengan beberapa langkah :
a. Editing yaitu membersihkan data, artinya memeriksa jawaban responden.
b. Scoring yaitu pemberian angka dan menghitungnya untuk setiap jawaban.
c. Tabulating, yaitu menggolongkan kategori jawaban dalam tabel, baik tabel frekuensi
maupun tabel nilai atau skor.
d. Mendeskripsikan hasil perhitungan dalam bentuk tabel.
Angka prosentase yang digunakan adalah
90-100 % = Seluruhnya
70-89% = Hampir seluruhnya
50-69% = Sebagian besar
Kurang dari 49% = kurang dari setengah
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi berprestasi guru terhadap kinerja
guru di Madrasah Tsanawiyah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor, maka penulis
menentukan kriteria data kuantitatif berdasarkan jumlah nilai persentase angket seluruhnya
dengan ketentuan sebagai berikut:
90% - 100% termasuk kategori sangat baik
70% - 89% termasuk kategori baik
60% - 69% termasuk kategori kurang baik
Kurang dari 59% termasuk kategori tidak baik.
Adapun untuk mengolah data kualitatif seperti hasil wawancara dan observasi akan
diolah serta dipaparkan dengan cara proses klasifikasi, kategorisasi, terhadap masalah yang
ada. Kemudian dilakukan analisis melalui memperbandingkan dan memperbedakan temuan-
temuan yang diperoleh. Selanjutnya dengan temuan itu diinterpretasi sesuai dengan kerangka
fikir yang dikembangkan dalam penelitian ini.
Setelah mendapatkan data yang diperoleh di lapangan kemudian diklasifikasikan,
diolah, dan dianalisa dengan analisa kuantitatif, secara deskriptif analisis yang sebelumnya
telah ditentukan prosentasenya dengan menggunakan rumusnya distribusi frekuensi:
Hasil yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah mengenai motivasi berprestasi
guru serta pengaruhnya terhadap kinerja guru di Madrasah Tsanawiyah Rawa Kalong
Gunung Sindur Bogor.
Pertanyaan angket yang telah dijawab oleh guru akan ditabulasikan dengan skor nilai
setiap itemnya, dengan cara pemberian bobot terhadap alternatif jawaban, dengan ketentuan
sebagai berikut, yaitu:
a. Alternatif jawaban A mempunyai bobot nilai 4
b. Alternatif jawaban B mempunyai bobot nilai 3
c. Alternatif jawaban C mempunyai bobot nilai 2
d. Alternatif jawaban D mempunyai bobot nilai 1
1) Memperoleh nilai frekuensi dengan rumus
Dalam menghitung data-data yang diperoleh peneliti menggunakan rumus prosentase
sebagai berikut:
P = F X 100 %
N
Keterangan : P = Angka Prosentase
F = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of cases (jumlah responden).
2) Mencari angka korelasi
Untuk menganalisis validitas butir angket mengenai motivasi berprestasi dan kinerja
guru penulis menggunakan rumus product moment , yaitu:
rxy = { }{ }Y)²(-²X)²(-²
))((
∑∑∑∑
∑∑−∑
YNXN
YXXYN
Keterangan:
rxy : Angka indeks korelasi "r" product moment
N = Banyaknya subyek (Number of Cases)
ΣX = Jumlah skor dalam sebaran X (pengaruh motivasi berprestasi)
ΣY = Jumlah skor dalam sebaran Y (kinerja guru)
ΣXY = Jumlah hasil kali skor X dengan skor Y
ΣX² = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
ΣY² = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
Setelah diketahui hubungan dari dua variabel, langkah selanjutnya adalah diadakan
intepretasi data dengan dua cara, yaitu:
A. Interpretasi kasar atau sederhana, yaitu dengan mencocokan hasil perhitungan dengan
angka indeks korelasi “r” Product Moment seperti di bawah ini:
B.
Tabel 3.2
Besarnya “r”
Product Moment Interpretasi
0,00 - 0,20 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi akan
tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah.
0,20 - 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
lemah atau rendah.
0,40 - 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
sedang atau cukup.
0,70 - 0,90 Antara variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang
kuat atau tinggi.
0,90 - 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
sangat kuat atau sangat tinggi.
C. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment, dengan
jalan berkorealitasi pada tabel nilai “r” product moment.73
Apabila cara kedua ini yang kita tempuh, maka prosedur yang kita lalui secara
berturut-turut adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan (membuat) Hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil atau Hipotesis
nol (Ho).
Hipotesis alternatifnya (Ha) kita rumuskan sebagai berikut:
“Ada (atau;terdapat) korelasi positif (atau; korelasi negatif) yang signifikan
(meyakinkan) antara variabel X dan variabel Y.”
Adapun rumusan Hipotesis Nihilnya (Ho) adalah sebagai berikut:
“Tidak ada (atau tidak terdapat) korelasi positif atau korelasi negatif yang signifikan
antara variabel X dan variabel Y.
73
Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), hal 193.
b. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah kita ajukan di atas tadi.
(maksudnya: manakah yang benar Ha ataukah Ho?), dengan jalan memperbandingkan
besarnya “r” yang telah diperoleh dalam proses perhitungan atau “r” observasi (ro)
dengan besarnya “r” yang tercantum dalam tabel Nilai “r” Product Moment (rt),
dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedom-nya
(df) yang rumusnya adalah sebagai berikut:
df = N- nr
df = degrees of freedom (derajat bebas)
N = banyaknya responden yang diteliti
nr = banyaknya variable yang dikorelasikan.74
Dengan diperolehnya db atau df maka dapat dicari besarnya “r” yang tercantum dalam tabel
Nilai “r’ product moment, baik pada taraf signifkansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1%.
Jika ro sama dengan atau lebih besar daripada rt maka Hipotesis alternatifnya (Ha) disetujui
atau atau diterima atau terbukti kebenarannya. Berarti memang benar antara variable X dan
variabel Y terdapat korelasi positif (atau korelasi negatif) yang signifikan. Sebaliknya,
Hipotesis Nihil (Ho) tidak dapat disetujui atau tidak dapat diterima atau tidak terbukti
kebenarannya. Ini berarti bahwa Hipotesis Nihil yang menyatakan tidak adanya korelasi
antara variabel X dan variabel Y itu salah.
Untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y penulis menggunakan rumus
sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
Keterangan :
KD= Koefisien Determination (kontribusi variabel X terhadap variabel Y)
r = Koefisien Korelasi antara variabel X dan variabel Y.
Untuk data kualitatif dari hasil wawancara dan observasi akan dianalisa melalui
proses klasifikasi, kategorisasi masalah yang ada. Kemudian dilakukan analisis melalui
memperbandingkan dan memperbedakan temuan-temuan yang diperoleh. Selanjutnya dengan
temuan itu diinterpretasi sesuai dengan kerangka fikir yang dikembangkan dalam penelitian
ini.
74
Anas Sudijono, Pengantar Statistik…, hlm. 194
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyyah Al-Inaayah Gunung Sindur Bogor
1. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah Tsanawiyyah Al-Inaayah Gunung Sindur
Bogor
Madrasah Tsanawiyah Al-Inaayah merupakan salah satu unit pendidikan dan
pengajaran yang sejajar dengan SLTP di bawah naungan satu kesatuan Tarbiyatul Al-
Mu’allimin Wa Al-Mu’Allimat Al-Islamiyyah Pondok Pesantren Al-Inaayah.75
Sistem
Tarbiyatul Al-Mu’allimin Wa Al-Mu’Allimat Al-Islamiyyah yaitu perpaduan antara
kurikulum DEPAG /DIKNAS dan Pondok Pesantren Modern dan Salaf. Sekolah ini berada di
lingkungan Pondok Pesantren Al-Inaayah Gunung Sindur Bogor. Sementara Pondok
Pesantren Al-Inaayah didirikan oleh empat orang badan wakaf yaitu H. Muhammad, H.
Mawardi, Hj. Romlah dan Hj. Muhayya. Sedangkan dalam pelaksanaan organisasi dewan
wakaf menyerahkan kepemimpinan pesantren kepada KH. Ahmad Falaq Ibrahim Lc.
Pada tahun 1991 mulai didirikan pon-pes Al-Inayah yang diasuh langsung oleh KH.
Ahmad Falaq Ibrahim, LC dan alhamdulillah pada tanggal 13 agustus 1994 kemudian
didirikanlah MTS Al-inayah sebagai bentuk pendidikan formal di dalam pesantren dengan
luas tanah 12.000 M² dan luas bidang 1000 M². Madrasah Tsanawiyah juga menerima siswa-
siswi baru dari dalam lingkungan pesantren maupun penduduk yang ada di luar pondok
pesantren Al-Inayah.
Didirikannya Madrasah Tsanawiyah Al-Inayah yang berada di Jl. Pon-pes Al-Inayah
Pondok Miri Ds. Rawa kalong Kec. Gunung Sindur Kab. Bogor adalah sebagai respon positif
terhadap keberadaan masyarakat Gunung Sindur yang sebagian besar tidak mengenyam
pendidikan karena alasan ekonomi, karena masyarakatnya kebanyakan bekerja sebagai
petani, sehingga mereka tidak mampu menyekolahkan anak-anak mereka disebabkan tidak
adanya biaya.
2. Visi, Misi dan Tujuan
Visi :
Membentuk Generasi yang syarat dengan IPTEK dan diimbangi dengan iman dan
taqwa sehingga terbentuk generasi Qur’ani.
Misi :
75
Hasil Wawancara langsung dengan Kepala Madrasah Tsanawiyyah, pada selasa 10 November 2009.
Ketua Yayasan
Komite Madrasah
Wkl Kep. Sek III
(Administrasi)
Wali Kelas Tata Usaha
Wkl Kep. Sek. II
(Kesiswaan/Humas)
Kepala Madrasah
Siswa / Osis
Guru Koperasi
Menghasilkan out put dengan prestasi tinggi dari segi ilmu dan amal dengan wawasan
iman dan takwa, dan membentuk generasi yang mampu berkomunikasi dengan bahasa arab
dan bahasa inggris.
Tujuan :
Ikut berpartisipasi dalam program pencerdasan bangsa dan dakwah islamiyyah.
3. Struktur Organisasi
Keterangan :
: Garis Komando/Instruksi/koordinatif76
: Garis Konsultatif
KETUA YAYASAN : H. Muhammad
KOMITE SEKOLAH : KH. Ahmad Falaq Ibrahim
KEPALA SEKOLAH : Syukron Hs, S.Ag
WAKIL KEPALA SEKOLAH I : Drs. Suyatno
WAKIL KEPALA SEKOLAH II : M. Roiz Rizwan
WAKIL KEPALASEKOLAH III : Karyati, S.PdI
TATA USAHA : Abdullah
4. Keadaan guru, pegawai dan siswa77
.
76
Hasil Observasi di kantor Kepala Madrasah Tsanawiyyah Al-Inayah , pada selasa 10 November 2009.
Wkl Kep. Sek I
(Kurikulum)
a. Keadaan Guru dan Pegawai
MTS Al-Inayah memiliki guru sebanyak 27 guru yang masing-masing dari 23 laki-laki
dan 4 perempuan dan 2 pegawai terdiri dari laki-laki. Sebagian guru 24 orang berpendidikan
S1, 2 orang berpendidikan S2 dan 1 orang berpendidikan D2. Mereka masing-masing ada
yang lulusan IAIN jakarta, IKIP Jakarta, UPI Bandung, UMJ Jakarta, Universitas Madinah,
UNJ Jakarta, UI Jakarta, dan UNISKA kediri. Guru-guru MTS Al-Inayah sebagian
merangkap jabatan Kepsek, Wakepsek, TU dan wali kelas. Untuk lebih jelasnya lihat
lampiran tabel 1.
b. Keadaan Siswa
MTS Al-Inayah pada tahun ajaran 2009 – 2010 memiliki siswa-siswi sebanyak 196
yang masing-masing terdiri dari kelas 1 laki-laki 35 dan perempuan 31, kelas 2 laki-laki 32
perempuan 31, dan kelas 3 laki-laki 27 dan perempuan 30. Untuk lebih jelasnya keadaan
siswa-siswi dari tahun ke tahun bisa dilihat lampiran pada tabel 2.
5. Sarana dan Prasarana
a. Sarana
MTS Al-Inayah memiliki sarana yang relatif memadai antara lain: meja murid, meja
guru, computer, kursi murid, kursi guru, lemari kayu, OHP, lemari besi, rak arsip dan lain-
lain. Keadaan sarana keseluruhan yang masih layak pakai sekitar 90% dan yang tidak layak
pakai sekitar 10%, menurut kepala sekolah MTS Al-Inayah yang perlu dibeli adalah bangku
dan meja murid untuk mengantisipasi datangnya tahun ajaran baru.
b. Prasarana
MTS Al-Inayah memiliki Prasarana antara lain: ruangan kelas, ruangan kepala sekolah,
masjid, perpustakaan, ruangan laboratorium, toilet dan lain-lainnya. Untuk lebih jelasnya
tentang sarana prasarana ini bisa dilihat pada lampiran tabel 3 dan 4.
Sebagian besar sarana dan prasarana diatas diperoleh dan dibangun secara bertahap,
prasarana 98% masih layak untuk dipakai dan baru dibangun gedung baru seluas tiga
ruangan.
77
Hasil observasi di ruang Tata Usaha Madrasah Tsanawiyyah Al-Inayah, pada selasa 10 November 2009
B. Deskripsi Data
Tabel 1.
MELAKUKAN TUGAS MENGAJAR DENGAN BAIK
NO SL SR KD TP JUMLAH
1 9 4 1 - 14
64% 29% 7% - 100%
Dari table di atas mengenai guru yang melakukan tugas mengajar dengan baik
didapatkan sebanyak 9 guru atau 64% menyatakan selalu, 4 guru atau 29% menyatakan
sering, sedangkan 1 guru atau 7% menyatakan kadang-kadang. Data di atas menjelaskan
bahwa guru-guru melakukan tugas mengajarnya dengan baik, karena mayoritas responden
menyatakan selalu termotivasi untuk bekerja keras dalam melaksanakan tugas mengajarnya.
Tabel 2.
DALAM HAL MENGAJAR INGIN MENJADI LEBIH BAIK
NO SL SR KD TP JUMLAH
2 11 2 1 14
79% 14% 7% 100%
Dari tabel di atas mengenai guru-guru yang yang mengajarnya ingin lebih baik
didapatkan sebanyak 11 guru atau 79% menyatakan selalu, 2 guru atau 14% menyatakan
sering, dan 1 guru atau 7% menyatakan kadang-kadang. Dapat disimpulkan bahwa guru-guru
di MTS Al-Inayah ingin menjadi lebih baik dalam hal mengajarnya, karena mayoritas dari
responden menyatakan selalu, jawaban ini menunjukkan bahwa guru-guru di MTS Al-Inayah
termotivasi untuk berusaha lebih unggul dari pada guru yang lain dalam melaksanakan tugas
mengajarnya.
Tabel 3.
MELAKUKAN TUGAS DI SEKOLAH DENGAN BAIK
NO SL SR KD TP JUMLAH
3 9 4 1 - 14
64% 29% 7% - 100%
Tabel di atas menunjukan bahwa guru-guru yang melakukan tugas sekolah dengan
baik didapatkan sebanyak 9 guru atau 64% menyatakan selalu, 4 guru atau 29% menyatakan
sering, dan 1 guru atau 7% meyatakan kadang-kadang. Artinya guru-guru telah melakukan
tugas di sekolah dengan baik, karena guru-guru di MTS Al-Inayah siap bersaing dalam
melaksanakan tugas di sekolah.
Tabel 4.
MEMBERIKAN BIMBINGAN KEPADA SISWA
YANG KURANG PANDAI DI LUAR JAM MENGAJAR
NO SL SR KD TP JUMLAH
4 2 5 5 2 14
14% 36% 36% 14% 100%
Keterangan tabel di atas mengenai guru-guru yang memberikan bimbingan kepada
siswa yang kurang pandai di luar jam mengajar sebanyak 2 guru atau 14% menyatakan
selalu, 5 guru atau 36% menyatakan sering, 5 guru atau 36% menyatakan kadang-kadang,
sedangkan 2 guru atau 14% menyatakan tidak pernah. Data di atas menunjukan bahwa guru-
guru kurang termotivasi dalam memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang pandai di
luar jam mengajar. Ini berarti guru-guru kurang memberikan perhatian terhadap anak-anak
didiknya yang kurang pandai.
Tabel 5.
BERANGKAT KE SEKOLAH UNTUK MENGAJAR SETIAP HARI
NO SL SR KD TP JUMLAH
5 10 2 1 1 14
72% 14% 7% 7% 100%
Keterangan di atas mengenai guru-guru yang berangkat ke sekolah untuk mengajar
setiap hari yang menyatakan selalu didapatkan sebanyak 10 guru atau 72%, 2 guru atau 14%
menyatakan sering, 1 guru atau 7% menyatakan kadang-kadang, sedangkan 1 guru atau 7%
menyatakan tidak pernah. Data di atas menunjukan bahwa guru-guru termotivasi berangkat
ke sekolah untuk mengajar. Kondisi ini menunjukkan bahwa guru-guru memiliki tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas mengajarnya.
Tabel 6.
MENGAJAR KARENA MENGHARAPKAN GAJI DAN TUNJANGAN LAINNYA
NO SL SR KD TP JUMLAH
6 4 5 3 2 14
29% 36% 21% 14% 100%
Keterangan tabel di atas mengenai guru-guru yang mengajar karena mengharapkan
gaji dan tunjangan lainya yang menyatakan selalu sebanyak 4 guru atau 29%, 5 guru atau
36% menyatakan sering, 3 guru atau 21% menyatakan kadang-kadang dan 2 guru atau 14%
menyatakan tidak pernah. Data ini menunjukan bahwa gaji dan tunjangan lainnya dapat
menjadi motivasi mayoritas guru-guru dalam mengajar.
Tabel 7.
MERASA NYAMAN DALAM MELAKUKAN TUGAS MENGAJAR
NO SL SR KD TP JUMLAH
7 12 - 2 - 14
86% - 14% 100%
Keterangan tabel di atas mengenai guru-guru yang merasa nyaman dalam melakukan
tugas mengajar yang menyatakan selalu didapatkan sebanyak 12 guru atau 86%, dan 2 guru
menyatakan kadang-kadang. Ini artinya bahwa kenyamanan dalam melaksanakan tugas
dirasakan oleh guru-guru, karena mayoritas menyatakan nyaman berada dilingkungan
sekolah.
Tabel 8.
MENDAPAT KESEJAHTERAAN DALAM MELAKSANAKAN TUGAS
NO SL SR KD TP JUMLAH
8 3 3 7 1 14
21,5% 21,5% 50% 7% 100%
Keterangan tabel di atas mengenai guru-guru yang mendapat kesejahteraan dalam
melaksanakan tugas yang menyatakan selalu dan sering masing-masing didapatkan sebanyak
3 guru atau 21,5%, 7 guru atau 50% menyatakan kadang-kadang dan 1 guru atau 7%
menyatakan tidak pernah. Data ini menunjukan bahwa guru-guru kurang mendapat
kesejahteraan dalam melaksanakan tugas, karena mayoritas menyatakan kadang-kadang. Ini
berarti kesejahteraan yang merupakan aspek motivasi ekstrinsik kurang mendapatkan
perhatian di MTS Al-Inayah.
Tabel 9.
MEMPUNYAI HUBUNGAN YANG BAIK DENGAN PARA PEGAWAI
NO SL SR KD TP JUMLAH
9 12 2 - - 14
86% 14% - - 100%
Keterangan tabel di atas mengenai guru-guru yang mempunyai hubungan baik
dengan para pegawai yang menyatakan selalu didapatkan sebanyak 12 guru atau 86%, dan 2
guru atau 14% menyatakan sering. Data ini menunjukan bahwa bahwa guru-guru mempunyai
hubungan yang baik dengan para pegawai, karena mayoritas guru-guru menyatakan selalu
menjalin hubungan dengan para pegawai.
Tabel 10.
MELAKSANAKAN TUGAS MENGAJAR MENGIKUTI PROSEDUR KERJA
NO SL SR KD TP JUMLAH
10 9 5 - - 14
64% 36% - - 100%
Keterangan tabel di atas mengenai guru-guru yang melaksanakan tugas mengajar
mengikuti prosedur kerja yang menyatakan selalu didapatkan sebanyak 9 guru atau 64% dan
5 guru atau 36% menyatakan sering. Data ini menunjukan bahwa penugasan mengajar
berdasarkan prosedur baku yang ditetapkan. Ini berarti bahwa prosedur kerja dapat menjadi
motivasi guru-guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya, karena mayoritas responden
menyatakan selalu.
Tabel 11.
MEMBUAT RPP SEBELUM MELAKUKAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
NO SL SR KD TP JUMLAH
11 - 5 6 3 14
- 36% 43% 21% 100%
Keterangan tabel di atas mengenai guru-guru yang membuat RPP sebelum melakukan
kegiatan belajar mengajar didapatkan sebanyak 5 guru atau 36% menyatakan sering, 6 guru
atau 43% menyatakan kadang-kadang, dan 3 guru atau 21% menyatakan tidak pernah. Data
ini menunjukan bahwa kinerja guru tentang pembuatan RPP kurang, karena mayoritas
responden menyatakan kadang-kadang dan sering. Artinya guru-guru dalam kinerjanya
kurang membuat perencanaan pengajarannya.
Tabel 12.
MELAKUKAN PREETEST DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
NO SL SR KD TP JUMLAH
12 - 8 5 1 14
57% 36% 7% 100%
Keterangan tabel di atas mengenai guru-guru yang melakukan kegiatan pretest dalam
kegiatan belajar mengajar didapatkan sebanyak 8 guru atau 57% menyatakan sering, 5 guru
atau 36% menyatakan kadang-kadang, dan 1 guru atau 7% menyatakan tidak pernah. Data ini
menunjukan bahwa kinerja guru tentang melakukan pretest dalam kegiatan belajar mengajar
cukup baik, karena mayoritas responden menyatakan sering, kondisi ini berarti bahwa
kemampuan guru dalam melakukan pretest cukup baik.
Tabel 13.
MENGGUNAKAN METODE YANG SAMA DALAM MEGAJAR
NO SL SR KD TP JUMLAH
13 3 3 8 - 14
21,5% 21,5% 57% - 100%
Keterangan tabel di atas mengenai guru-guru yang menggunakan metode yang sama
dalam mengajar didapatkan sebanyak 3 guru atau 21,5% menyatakan selalu, 3 guru atau
21,5% menyatakan sering dan 8 guru atau 57% menyatakan kadang-kadang. Data di atas
menunjukan bahwa selalu menggunakan metode yang sama dan sebagian besar jarang
mengganti metode yang lain dalam mengajar. Kondisi ini berarti bahwa guru-guru kurang
baik dalam menerapkan metode mengajarnya.
Tabel 14.
MENGGUNAKAN MEDIA PENGAJARAN PADA SAAT MENGAJAR
NO SL SR KD TP JUMLAH
14 1 4 9 - 14
7% 29% 64% - 100%
Keterangan tabel di atas mengenai guru-guru yang menggunakan media pengajaran
pada saat mengajar didapatkan sebanyak 1 guru atau 7% yang menyatakan selalu, 4 guru atau
29% menyatakan sering, dan 9 guru atau 64% menyatakan kadang-kadang. Data di atas
menunjukan bahwa tingkat penggunaan media pengajaran pada saat mengajar masih lemah,
karena mayoritas responden menyatakan kadang-kadang. Kondisi ini menujukkan bahwa
guru-guru kurang dapat mendorong penggunaan media pengajaran karena terbatasnya sarana
yang disediakan oleh sekolah.
Tabel 15.
MEMBERIKAN KESEMPATAN BERTANYA KEPADA SISWA SETELAH
MENYAMPAIKAN PELAJARAN
NO SL SR KD TP JUMLAH
15 10 4 - - 14
71% 29% - - 100%
Keterangan tabel di atas mengenai guru-guru yang memberikan kesempatan bertanya
kepada siswa setelah menyampaikan pelajaran yang menyatakan selalu sebanyak 10 guru
atau 71% dan 4 guru atau 29% menyatakan sering. Data ini menunjukan bahwa dalam proses
KBM guru memberikan kesempatan yang luas bertanya terhadap siswa baik. Kondisi ini
menunjukkan bahwa guru-guru cukup aktif dalam memberikan kesempatan bagi siswa untuk
menampilkan pendapatnya.
Tabel 16.
MEMBERIKAN TUGAS LATIHAN KEPADA SISWA
NO SL SR KD TP JUMLAH
16 4 8 2 - 14
29% 57% 14% - 100%
Keterangan tabel di atas mengenai guru-guru yang memberikan tugas latihan kepada
siswa didapatkan sebanyak 4 guru atau 29% menyatakan selalu, 8 guru atau 57% menyatakan
sering, dan 2 guru atau 14% menyatakan kadang-kadang. Data di atas menunjukan bahwa
tentang memberikan latihan guru cukup aktif memberikan tugas kepada siswa baik. Kondisi
ini berarti bahwa para guru berusaha untuk mengembangkan proses KBM melalui pemberian
latihan dan pemahaman kepada siswa bukan hanya melalui pengajaran di sekolah tetapi juga
melalui tugas yang diberikan di luar kelas.
Tabel 17.
MENGALAMI KESULITAN DALAM MENGAJAR
NO SL SR KD TP JUMLAH
17 6 8 - - 14
43% 57% - - 100%
Keterangan tabel di atas mengenai guru-guru yang mengalami kesulitan dalam
mengajar didapatkan sebanyak 6 guru atau 43% menyatakan selalu, dan 8 guru atau 57%
menyatakan sering. Data di atas mengungkapkan bahwa hampir semua guru mengalami
kesulitan dalam mengajar. Dari pengamatan penulis, kondisi ini disebabkan karena kondisi
lingkungan kerjanya dan sarana prasarananya yang masih terbatas.
Tabel 18.
TERLAMBAT MASUK KELAS
NO SL SR KD TP JUMLAH
18 - - 14 - 14
- - 100% - 100%
Keterangan tabel di atas mengenai keterlambatan guru masuk kelas, didapatkan
sebanyak 14 guru atau 100% kadang-kadang. Maka dapat disimpulkan bahwa kinerja guru
dalam kedisiplinan masuk kelas kadang-kadang, karena tidak didapatkan responden yang
menyatakan sering ataupun selalu. Data ini berarti guru-guru di MTS Al-Inayah lebih banyak
tepat waktu ketika masuk kelas daripada terlambat masuk kelas.
Tabel 19.
MENYELESAIKAN TUGAS TEPAT WAKTU
NO SL SR KD TP JUMLAH
19 3 7 4 - 14
21% 50% 29% - 100%
Tabel di atas menunjukan bahwa guru-guru yang menyelesaikan tugas tepat waktu
didapatkan sebanyak 3 guru atau 21% menyatakan selalu, 7 guru atau 50% menyatakan
sering dan 4 guru atau 29% menyatakan kadang-kadang. Maka dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar guru menyelesaikan tugas tepat waktu. Kondisi ini berarti guru-guru memiliki
inisiatif yang bagus dalam menyelesaikan tugasnya.
Tabel 20
MATERI YANG BAPAK/IBU SAMPAIKAN DAPAT MEMUASKAN SISWA
NO SL SR KD TP JUMLAH
20 5 7 2 - 14
36% 50% 14% - 100%
Tabel di atas menjelaskan bahwa guru-guru dalam menyampaikan materi yang dapat
memuaskan siswa sebanyak 5 guru atau 36% menyatakan selalu, 7 guru atau 50%
menyatakan sering dan 2 guru atau 14% menyatakan kadang-kadang. Data ini menunjukan
bahwa penyampaian materi oleh guru tentang hasil cukup baik. Dari pengamatan penulis
ketika mengamati proses KBM di kelas, mayoritas siswa dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Tabel 21.
LULUS DENGAN NILAI YUDISIUM YANG BAIK
NO SL SR KD TP JUMLAH
21 7 4 3 - 14
50% 29% 21% - 100%
Tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar guru lulus dengan nilai yudisium
yang baik didapatkan sebanyak 7 guru atau 50% menyatakan selalu, 4 guru atau 29%
menyatakan sering dan 3 guru atau 21% menyatakan kadang-kadang. Data ini menunjukan
bahwa mayoritas guru memiliki nilai yudisium yang baik selama mengikuti pendidikannya.
Ini menunjukkan bahwa guru-guru memiliki prestasi yang baik dalam jenjang pendidikannya.
Tabel 22.
PERNAH MENDAPAT PIAGAM PENGHARGAAN SELAMA MENGAJAR
NO SL SR KD TP JUMLAH
22 - 1 8 5 14
7% 57% 36% 100%
Keterangan tabel di atas mengenai guru-guru yang pernah mendapat piagam
penghargaan selama mengajar didapatkan sebanyak 1 guru atau 7% menyatakan sering, 8
guru atau 57% menyatakan kadang-kadang, maksudnya guru yang menjawab kadang-kadang
berarti dia pernah mendapatkan piagam tersebut walaupun hanya sekali. 5 guru atau 36%
menyatakan tidak pernah. Jadi dapat disimpulkan bahwa guru-guru kurang mendapat piagam
pengahargaan selama mengajar, karena mayoritas responden menyatakan kadang-kadang.
Hal itu disebabkan ketatnya persaingan guru-guru yang berusaha lebih baik dalam
melaksanakan tugasnya.
Tabel 23.
DIBERIKAN KESEMPATAN UNTUK MENGEMBANGKAN POTENSI AKADEMIK
NO SL SR KD TP JUMLAH
23 4 3 7 - 14
29% 21% 50% - 100%
Keterangan tabel di atas mengenai guru-guru yang pernah diberikan kesempatan
untuk mengembangkan potensi akademik selama mengajar, didapatkan sebanyak 4 guru atau
29% menyatakan selalu, 3 guru atau 21% menyatakan sering, 7 guru atau 50% menyatakan
kadang-kadang. Dari pengamatan pengamatan yang dilakukan, pihak sekolah selalu
memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengembangkan potensi akademiknya
secara bergantian melalui seminar dan pelatihan.
Tabel 24.
MEMPUNYAI KETERAMPILAN KHUSUS YANG BERSIFAT NON AKADEMIK
NO SL SR KD TP JUMLAH
24 4 3 7 - 14
29% 21% 50% - 100%
Keterangan tabel di atas mengenai apakah guru-guru mempunyai keterampilan
khusus yang bersifat non akademik dalam mengajar, didapatkan sebanyak 4 guru atau 29%
menyatakan selalu, 3 guru atau 21% menyatakan sering, 7 guru atau 50% menyatakan
kadang-kadang. Dari pengamatan yang dilakukan bahwa sebagian besar guru-guru memiliki
keterampilan non akademik sesuai dengan bakatnya masing-masing, seperti olahraga, musik
dan bermain hadrah.
Tabel 25.
MENDAPAT APPERESIASI SELAMA MENJALANKAN TUGAS
NO SL SR KD TP JUMLAH
25 4 2 8 - 14
29% 14% 57% - 100%
Keterangan tabel di atas mengenai apakah guru-guru mendapat apresiasi selama
menjalankan tugas mengajar, didapatkan sebanyak 4 guru atau 29% menyatakan selalu, 2
guru atau 14% menyatakan sering, 8 guru atau 57% menyatakan kadang-kadang. Data ini
menunjukkan bahwa guru-guru mendapat apresiasi selama menjalankan tugas mengajar,
Hanya saja apperesiasi tersebut tidak selalu didapat oleh semua guru dari pihak sekolah.
Tabel 26.
MERASA DIHARGAI OLEH REKAN-REKAN SEPROFESINYA
NO SL SR KD TP JUMLAH
26 10 3 1 - 14
72% 21% 7% - 100%
Keterangan tabel di atas mengenai apakah guru-guru merasa dihargai oleh rekan-
rekan seprofesinya dalam mengajar, didapatkan sebanyak 10 guru atau 72% menyatakan
selalu, 3 guru atau 21% menyatakan sering, 1 guru atau 7% menyatakan kadang-kadang. Data
ini menunjukkan bahwa guru-guru merasa dihargai oleh rekan-rekan seprofesinya dalam
mengajar, karena adanya kerja sama dan hubungan yang baik oleh semua guru.
Tabel 27.
MERASA DIHORMATI OLEH KARYAWAN DAN SISWANYA
NO SL SR KD TP JUMLAH
27 9 5 - - 14
64% 36% - - 100%
Keterangan tabel di atas mengenai apakah guru-guru merasa dihormati oleh
karyawan dan siswanya selama menjalankan tugas mengajar, didapatkan sebanyak 9 guru
atau 64% menyatakan selalu, 5 guru atau 36% menyatakan sering. Data ini menunjukkan
bahwa guru-guru merasa dihomati oleh karyawan dan siswanya selama menjalankan tugas
mengajar, kondisi seperti ini karena terciptanya sikap saling menghormati dan saling
menghargai di MTS Al-Inayah.
Tabel 28.
FIGUR YANG MEMILIKI REPUTASI YANG BAIK DI MASYARAKAT SEKITAR
NO SL SR KD TP JUMLAH
28 5 5 4 - 14
36% 36% 28% - 100%
Keterangan tabel di atas mengenai apakah guru-guru merupakan figure yang
memiliki reputasi yang baik di masyarakat sekitar, didapatkan sebanyak 5 guru atau 36%
menyatakan selalu, 5 guru atau 36% menyatakan sering, 4 guru atau 28% menyatakan
kadang-kadang. Data ini menunjukkan bahwa guru-guru merupakan figur yang memiliki
reputasi baik di masyarakat, kondisi seperti ini karena guru-guru di MTS Al-Inayah selain
mengajar di sekolah mereka juga mengabdikan dirinya di pesantren dan masyarakat sekitar.
Tabel 29.
SOSOK YANG DISEGANI DALAM PERGAULAN SOSIALNYA
NO SL SR KD TP JUMLAH
29 5 2 5 2 14
36% 14% 36% 14% 100%
Keterangan tabel di atas mengenai apakah guru-guru merupakan sosok yang disegani
dalam pergaulan sosialnya, didapatkan sebanyak 5 guru atau 36% menyatakan selalu, 2 guru
atau 14% menyatakan sering, 5 guru atau 36% menyatakan kadang-kadang, 2 guru atau 14%.
Data ini menunjukkan bahwa sebagian guru-guru merupakan sosok yang disegani dalam
pergaulan sosialnya akan tetapi sebagian guru-guru juga menyatakan sebaliknya bahwa
mereka adalah sosok yang kurang disegani.
Tabel 30.
DIANGGAP SOSOK YANG KURANG BAIK DI KALANGAN LUAS
NO SL SR KD TP JUMLAH
30 1 1 2 10 14
7% 7% 14% 72% 100%
Keterangan tabel di atas mengenai apakah guru-guru merupakan sosok yang
dianggap kurang baik di kalangan luas, didapatkan sebanyak 1 guru atau 7% menyatakan
selalu, 1 guru atau 7% menyatakan sering, 2 guru atau 14% menyatakan kadang-kadang, 10
guru atau 72% , menyatakan tidak pernah. Data ini menunjukkan bahwa guru-guru
merupakan sosok yang dianggap sangat baik dikalangan luas, kondisi seperti ini karena guru-
guru dan masyarakat saling membantu dan saling menghormati dengan masyarakat.
Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru
a. Motivasi Berprestasi
Sesuai dengan instrument motivasi berprestasi yang diteliti dengan menggunakan
angket sebanyak 20 item pertanyaan mengenai pengaruh motivasi berprestasi guru-guru di
MTS Al-Inayah, maka dapat dilihat hasil penelitian yang telah dihitung dan dilakukan
pengolahan data, diperoleh jumlah nilai untuk motivasi berprestasi sebesar 886, skor tertinggi
73 dan skor terendah 50, dan skor rata-rata secara keseluruhan adalah 62. Ini menunjukkan
bahwa motivasi berprestasi di MTS AL-Inayah . Data selengkapnya dapat dilihat pada table
35 tentang nilai korelasi variabel X dan variabel Y atau pada tabel di bawah ini :
Tabel 31.
Interval F Nilai Nyata
50 - 55 2 49,50 - 55,50
56 - 60 3 55,50 - 60,50
61 - 65 2 60,50 – 65,50
66 - 70 6 65,50 – 70,50
71 - 75 1 70,50 – 75,50
Total N = 14
Sumber: pada tabel 35 tentang nilai korelasi antara variabel X dan Y
b. Kinerja Guru
Sesuai dengan instrument kinerja guru yang diteliti dengan mengunakan angket sebanyak 10
item pertanyaan mengenai kinerja guru MTS Al-Inayah, maka dapat dilihat hasil penelitian
yang telah dihitung dan dilakukan pengolahan data, diperoleh jumlah nilai untuk kinerja guru
adalah 394, skor tertinggi 32 dan skor terendahnya 23, dan skor rata-rata secara keseluruhan
adalah 27. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 35 tentang nilai korelasi variabel X dan
variabel Y atau pada tabel di bawah ini :
Tabel 32.
Interval F Nilai Nyata
23 - 27 6 22,50 - 27,50
28 - 32 8 27,50 - 32,50
Total N = 14
Sumber: pada tabel 35 tentang nilai korelasi antara variabel X dan Y
C. Analisis data
Langkah awal dalam menganalisa data adalah proses kualifikasi data yaitu
pengelompokan antara variabel X dan Variabel Y dan memberi nilai terhadap jawaban angket
mengenai korelasi antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru.
Sebelum melakukan pengkualifikasian terhadap kedua variabel tersebut, maka
terlebih dahulu nilai pada tiap-tiap alternatif jawaban angket yang dipilih oleh responden
dikelompokkan, mengingat orientasi angket yang digunakan bersifat positif dan negatif.
Sebagaimana telah ditulis pada BAB III, bahwasannya alternatif jawaban tersebut disusun
secara berjenjang ke dalam 4 point, dengan cara memberi bobot nilai untuk masing-masing
item.
Adapun bobot nilai yang diberikan bervariasi, untuk pertanyaan yaitu:
Positif Negatif
A = Selalu (4) A= Selalu (1)
B = Sering (3) B= Sering (2)
C = Kadang-kadang (2) C= Kadang-kadang (3)
D = Tidak pernah (1) D= Tidak pernah (4)
Sebelum melakukan perhitungan dengan rumus product moment bahwasannya
peneliti disini mengacak angket yang telah disebarkan. Yaitu angket pada nomor 11 – 20
tentang kinerja guru di tukar posisinya dengan angket nomor 21 – 30 tentang prestasi.
Tujuannya untuk menggabungkan variable motivasi berprestasi yang terdiri dari 20 item
pertanyaan dan kinerja guru 10 item pertanyaan. (lihat lampiran kisi-kisi angket).
Tabel 33
HASIL JAWABAN RESPONDEN TERHADAP VARIABEL X
Variabel X
N
O
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 NILAI
1 3 3 3 2 4 3 2 2 4 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 4 55
2 3 4 2 2 4 3 4 2 4 4 4 1 2 3 2 4 4 2 2 4 60
3 4 3 4 1 3 2 4 2 4 4 2 1 2 3 2 4 4 3 4 4 60
4 3 4 3 4 4 2 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 1 69
5 4 2 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 2 2 4 4 4 3 1 4 66
6 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 2 2 4 2 4 4 2 2 4 66
7 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 2 2 2 2 2 3 3 3 2 4 62
8 4 4 4 2 4 1 4 4 4 4 4 1 2 4 4 4 4 4 4 4 70
9 4 4 4 2 2 4 4 2 3 4 3 1 4 2 2 3 3 2 2 4 59
10 2 4 3 3 1 1 4 3 3 3 2 1 3 2 3 3 3 2 2 2 50
11 4 4 4 1 4 4 2 2 4 3 3 2 3 2 2 4 3 4 3 4 62
12 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 3 73
13 3 4 3 2 4 4 4 2 4 3 4 2 4 3 4 4 4 3 1 4 66
14 4 4 4 3 4 3 4 2 4 3 4 2 4 2 2 4 4 4 4 3 68
N=
14
∑X=
886
Keterangan :
Tabel di atas merupakan jawaban angket dari variabel X tentang motivasi berprestasi
yang menerangkan bahwa : N adalah jumlah responden yang berada pada kolom kiri ke
bawah. Nomor 1 – 20 yang berada pada kolom atas, dari kiri ke kanan merupakan jawaban
angket tentang motivasi berprestasi yang sudah diberikan bobot nilai sesuai jawaban
responden. Kolom sebelah kanan dari atas ke bawah merupakan jumlah dari jawaban angket.
Sedangkan ∑X adalah jumlah seluruh jawaban angket variabel X tentang motivasi
berprestasi.
Tabel 34.
HASIL JAWABAN RESPONDEN VARIABEL Y
NO Variabel Y
N 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 NILAI
1 2 3 2 2 3 4 3 2 3 3 27
2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 25
3 2 2 3 2 4 3 4 2 4 3 29
4 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 31
5 1 2 4 3 4 4 4 2 3 4 31
6 2 3 2 4 4 2 3 2 3 3 28
7 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 27
8 1 2 2 2 4 3 4 2 3 4 27
9 2 1 2 2 4 2 4 2 2 4 25
10 1 2 2 2 4 3 3 2 2 2 23
11 2 2 3 2 4 4 4 2 2 3 28
12 2 3 4 3 4 4 3 2 3 3 31
13 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 32
14 3 3 2 2 4 3 3 2 4 4 30
N=
14
∑Y=
394
Keterangan :
Tabel di atas merupakan jawaban angket dari variabel Y tentang kinerja guru yang
menerangkan bahwa : N adalah jumlah responden yang berada pada kolom kiri ke bawah.
Nomor 1 – 10 yang berada pada kolom atas, dari kiri ke kanan merupakan jawaban angket
tentang kinerja guru yang sudah diberikan bobot nilai sesuai jawaban responden. Kolom
sebelah kanan dari atas ke bawah merupakan jumlah dari jawaban angket. Sedangkan ∑Y
adalah jumlah seluruh jawaban angket variabel Y tentang kinerja guru.
Tabel 35.
NILAI KORELASI ANTARA VARIABLE X DAN Y
NO
RESPONDEN X Y XY X² Y²
1 55 27 1485 3025 729
2 60 25 1500 3600 625
3 60 29 1740 3600 841
4 69 31 2139 4761 961
5 66 31 2046 4356 961
6 66 28 1848 4356 784
7 62 27 1674 3844 729
8 70 27 1890 4900 729
9 59 25 1475 3481 625
10 50 23 1150 2500 529
11 62 28 1736 3844 784
12 73 31 2263 5329 961
13 66 32 2112 4356 1024
14 68 30 2040 4624 900
∑X= 886 ∑Y= 394
∑Y=25098
∑X²
56576
∑Y²
11182
Keterangan :
Tabel di atas menerangkan tentang nilai korelasi antara variabel X dan variabel Y
yang menjelaskan bahwa : Kolom pertama sebelah kiri dari atas ke bawah adalah jumlah
responden diperoleh N=14. Kolom kedua dari kiri adalah jumlah jawaban angket variabel
tentang motivasi berprestasi diperoleh ∑X= 886. Kolom ketiga adalah jumlah jawaban
variabel Y tentang kinerja guru diperoleh ∑Y=394. kolom keempat adalah hasil perkalian
antara variabel X dan variabel Y diperoleh ∑Y=25098. kolom kelima adalah hasil
pengkuadratan dari variabel X diperoleh ∑X²=56576. kolom terakhir adalah hasil
pengkuadratan variabel Y diperoleh ∑Y²=11182.
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat korelasi variabel data di atas akan diuji
keabsahannya dengan menggunakan rumus product moment yaitu :
2 2 2 2
[ ( ) ( ) ( ) ( )
[ ( ) ( ) ( ) ] [ ( ) ( ) ( ) ]
N x y x yr x y
N x x N y y
Σ − Σ Σ=
Σ − Σ Σ Σ
rxy = angka indeks korelasi. Yaitu untuk mengetahui apakah antara variabel X
(motivasi berprestasi) dan variabel Y (kinerja guru) terdapat korelasi positif yang signifikan.
cara mencari rxy sesuai dengan rumus di atas bahwa N=14, ∑X= 886, ∑Y=394,
∑XY=25098, ∑X²=56576, ∑Y²=11182. maka :
Setelah itu pada garis atas, dikalikan antara jumlah responden dengan variabel XY
dan mengalikan variabel X dan variabel Y. Pada garis bawah akar dikalikan antara jumlah
responden kepada variabel X² dan mengkuadratkan variabel X. begitu juga dengan variabel
Y, yaitu mengalikan jumlah responden kepada variabel Y² dan mengkuadratkan variabel Y.
Selanjutnya pada atas akar, hasil perkalian antara jumlah responden dengan variabel
XY dikurangi dengan hasil perkalian antara variabel X dan variabel Y. Di dalam akar hasil
perkalian antara jumlah responden dengan variabel X² dikurangi dengan hasil pengkuadratan
variabel X, begitu juga dengan jumlah responden yang dikalikan dengan variabel Y²
dikurangi dengan variabel Y.
Selanjutnya setelah mendapat hasil yang berada di dalam akar, kemudian dikalikan
kembali hasilnya.
Kemudian mencari akar dari hasil di atas.
rxy= 2288
3051.651 Kemudian dibagi antara 2288 dengan 3051.651
[(14)(25098)-(886)(394)
[(14)(5676)-(886)²][(14)(11182)-(394)²]
rxy =−
351372-
(792064-784966)(156548-155236)rxy
349084=
2288
(7098)(1312)rxy =
2288
9312576rxy =
0.74 rxy =
Maka akan mendapatkan hasil 0.74. Dari perhitungan di atas, ternyata angka korelasi
antara variabel X dan variabel Y bertanda positif memperhatikan hasil yang diperoleh yaitu
0,74. ini berarti ada korelasi yang positif antara pengaruh motivasi berprestasi dengan kinerja
guru di MTS Al-Inayah. Maka hal ini menunjukkan pula bahwa motivasi berprestasi
mempengaruhi kinerja guru.
D. Interpretasi Data
Apabila hasil tersebut diinterpertasikan secara sederhana dengan mencocokkan hasil
perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment, ternyata besarnya rxy yang
diperoleh terletak antara 0,70 – 0.90 yang berarti : “antara variabel X dan Variabel Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi.”.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah itu signifikan atau tidak, maka “r” hasil
perhitungan dibandingkan dengan “r” table. Dan sebelum membandingkan terlebih dahulu
dicari derajat bebas atau df (Degree of freedom), dengan menggunakan rumus :
Df = N – nr
= 14 – 2
= 12
Pada buku Prof. Anas Sudijono didapatkan bahwasannya, Df sebesar 12 jika
dikonsultasikan dengan “r” table, pada taraf signifikansi 5 % diperoleh harga sebesar 0,532,
ternyata rxy lebih besar daripada harga “r” table, sedangkan pada taraf signifikansi 1 %
diperoleh harga sebesar 0,661, ternyata rxy juga lebih besar daripada harga “r” table. Dengan
demikian hipotesa nol (Ho) ditolak, dan hipotesa alternative (Ha) diterima. Artinya “
Terdapat korelasi yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kinerja guru”.
Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar kontribusi (sumbangan) yang diberikan
variabel X terhadap variabel Y, maka harus diketahui terlebih dahulu koefisiennya yang
disebut dengan “Coefficient of determination” (koefision penentu) dengan rumus sebagai
berikut :
KD = r² x 100 %
= (0,661)² x 100%
= 0,4369
= 43,69
Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru yang dipengaruhi oleh motivasi
berprestasi sebesar 43,69 %, sedangkan 56,31% ditentukan oleh factor lain. Artinya
43,69% adalah yang sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan dalam angket, dan
jumlah sampel yang dibutuhkan. sedangkan 56,31% ditentukan oleh factor lain
adalah diluar pertanyaan angket seperti lingkungan, harapan/cita-cita, emosi
keinginan, status, pengembangan diri atau masih banyak hal-hal lain yang dapat
mempengaruhi kinerja guru, dan juga diambil dari hasil wawancara yang telah
penulis lakukan kepada pihak sekolah. Diantaranya bahwa memberikan motivasi itu
penting dalam peningkatan kinerja guru, karena tanpa motivasi guru-guru akan
kurang bersemangat dalam melaksanakan tugasnya. Karena itu saya sebagai
kepala sekolah selalu memberikan motivasi kepada mereka, tapi kalau motivasi dari
segi materi semuanya sesuai dengan prosedur sekolah.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada kajian teori serta diperkuat dengan analisa deskripsi data lapangan,
maka dapatlah disampaikan kesimpulan penelitian ini sebagai berikut:
1. Hasil pengolahan dan analisis data menggunakan rumus Product Moment menunjukan
bahwa pengaruh motivasi berprestasi (variabel X) terhadap Kinerja guru (variabel Y) di
Madrasah Tsanawiyah Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor cukup signifikan,
karena nilai indeks koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,74. Ketika dianalisis dengan tabel
interpretasi “r” Product Moment ternyata nilai “r” hitung (0,74) terletak antara 0,70 - 0,90
yang berarti bahwa korelasi antara variabel X dan variabel Y cukup kuat atau tinggi, maka
dengan hasil perhitungan di atas, dapatlah disimpulkan bahwa hipotesa alternatif (Ha)
diterima atau disetujui dan hipotesa nihil (Ho) ditolak atau diabaikan dengan bukti
kebenarannya setelah dihitung terdapat nilai korelasi yang positif dan signifikan.
2. Hasil analisis menunjukan dimana kontribusi (sumbangan) yang diberikan varibel X
terhadap variabel Y yang didapatkan dari hasil penghitungan koefisien penentu (Coeficient of
determination) menunjukkan bahwa kinerja guru yang dipengaruhi oleh motivasi berprestasi
sebesar 43,69 %, sedangkan 56,31 % ditentukan oleh faktor lain seperti lingkungan,
harapan/cita-cita, emosi keinginan, status, pengembangan diri atau masih banyak hal-hal lain
yang dapat mempengaruhi kinerja guru yang diperoleh dari hasil wawancara yang telah
penulis lakukan kepada para responden di sekolah.
Dari sejumlah fakta yang telah dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
semakin kuat motivasi berprestasi maka akan semakin berpengaruh positif terhadap
peningkatan kinerja guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur
Bogor. Masalahnya sekarang tinggal sejauhmana pihak Yayasan dapat menangkap
kecenderungan yang ada ini dengan melakukan langkah-langkah kongkrit berupa
peningkatan sarana dan prasarana belajar serta meningkatkan pemberian insentif sehingga
guru tetap bersemangat menjalankan tugasnya.
B. Saran
Dengan memperhatikan hasil penelitian ini, tentunya ada beberapa yang perlu
diperhatikan:
1. Bagi pihak yayasan dan sekolah, hendaknya tidak boleh cepat puas atas apa yang telah
dicapai saat ini, karena situasi dan kondisi seluruh aspek yang berkaitan langsung dengan
proses pendidikan di sekolah semakin hari semakin kompleks, maka dari itu segala usaha
peningkatan motivasi berprestasi guru di Madrasah Tsanawiyah Al-Inayah Rawa Kalong
Gunung Sindur Bogor harus tetap menjadi perhatian pihak sekolah, dengan demikian kinerja
guru pun akan dapat pula ditingkatkan secara bersamaan untuk meningkatkan mutu proses
pendidikan siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Inayah Rawa Kalong Gunung Sindur Bogor.
2. Bagi para guru hendaknya dalam menjalankan tugas dan profesi keguruannya lebih sabar,
ikhlas dan kreatif serta memperhatikan aspek psikologis dan perkembangan intlektual siswa,
agar komunikasi antara guru dan siswa dapat berjalan secara baik yang tentunya akan lebih
memudahkan guru dan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
3. Bagi para siswa diharapkan untuk lebih menghargai guru dan orang tua sebagai bentuk
penghormatan terhadap mereka yang selama ini telah bersusah payah mencurahkan pikiran,
waktu dan tenaga serta perhatiannya dalam mendidik para siswa.
4. Bagi orang tua dan masyarakat, hendaknya dapat memberikan dorongan terhadap guru-
guru, pihak sekolah, dan siswa-siswi di MTS Al-Inayah ini. Karena dorongan merupakan
motivasi yang dapat meningkatkan kinerja guru.
Akhirnya sebagai ucapan terimakasih penulis, kiranya skripsi ini dapat dijadikan
sebagai informasi yang bermanfaat, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan
generasi masa depan yang berkualitas dan berkepribadian yang luhur demi terciptanya cita-
cita pendidikan yang bermartabat.
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
1. Omar Hamalik, Pendidikan Guru, (Jakarta : Bumi aksara, 2003).
2. Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur’an, Al-Qur’an dan
Terjemahannya, (Jakarta: Lembaga Percetakan al-Qur’an Raja Fahd, 1971).
3. Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah yang Efektif, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media,
2008) hal, 30.
4. Tabrani Rusyan dkk, Upaya Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar, (Nusantara :
lestari Ceria Pratama, 2000)
5. Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta : Dunia Pustaka Jaya, 1995)
6. Syafrudin Nurdin, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Ciputat
Press, 2002),
7. B. Suryo Subroto, Proses Belajar Mengaar di Sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997)
8. Abudin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2003),
9. Henry Simamora, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : STIE YKPN,
2004)
10. E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks menyukseskan MBS
dan KBK, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2003)
11. Suyadi Prawirosentono, Kebijakan Kinerja Karyawan: Kiat Membangun Organisasi
Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas Dunia, (Yogyakarta : BPFE, 1999)
12. Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik dan
permasalahannya, (PT. Raja Grafindo persada, Jakarta. 2005),
13. Muhammad As’ad, Psikologi Industri, (Yogyakarta: Liberty, 1999),
14. Jhon Whitmore, Coaching for performance; Membangun Individu, Kinerja dan
Sasaran. (Jakarta: BIP Kelompok Gramedia, 2006)
15. Wayne Pace, Don F Faules, Komunikasi Organisasi, Meningkatkan Efektifitas
Kinerja Pegawai, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya) Cet. Ke-1.
16. Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar; Pedoman Bagi Guru dan
Calon Guru, (Jakarta: Rajawali, 1990). Cet ke-3
17. Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta:
Kizi Brother’s 2006)
18. Bennet Silalahi, Corporate Culture & Performance Apprasial; Budaya Perusahaan
dan Penilaian Unjuk Kerja. Jakarta: Alhambra, 2004).
19. Rocman Natawijaya, Pedoman Supervisi. (Jakarta : Depdiknas RI. 1999)
20. Peter F Drucker, Management Tasks, Responsibilities, (New York : Harper & Row)
21. Made Pidarta, Manajemen Pendidikan indonesia. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004)
22. Dedi Supriyadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Yogyakarta: Adi Citra Karya
Nusa, 1999).
23. Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang 1976)
24. Drs. Mahfud Salahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan (Surabaya : Bina Ilmu
1990)
25. Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda
Karya,2003).
26. Abdul Rahman Saleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar(Dalam
Perspektif Islam), (Jakarta : Prenada Media 2004
27. Sondag P. Siagian, Teori Motivasi Dan Aplikasinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995)
28. M. Usman Najati, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, (Bandung : Pustaka Bandung ) Cet. Ke-
2
29. Bukhori Zainun, Manajemen dan Motivasi, (Jakarta: Balai Aksara 1979)
30. Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PTRaja Grafindo Persada,
2002).cet-II
31. M. Usman Najati, Jiwa Manusia dalam sorotan al-Qur’an, (Jakarta: CV. Cendekia
Sentra Muslim, 2001
32. Riyanti,dkk., Psikologi Umum I, (Jakarta: Universitas Gunadarma,1996)
33. DR. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004)
34. Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan(Konsep, Strategi, dan
Aplikasi) (Jakarta: PT Grasindo, 2002),
35. Thomas J. Sergiovani dan Robert J. Starrat. Supervision Human Perspectives, (New
York: McGill)
36. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Yogyakarta:
Rineka Cipta, 1998),
37. Anas Sudjiono, Pengantar Statistic Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2000) cet. Ke-10
WAWANCARA KEPALA SEKOLAH
HARI : Jum’at, 13 November 2009
NAMA : Syukron Hs. S,Ag
JABATAN : Kepala Sekolah
Pukul : 10.00 – 11.00 wib
Pokok-Pokok Persoalan yang dibicarakan :
1. Sudah berapa lama bapak menjadi kepala sekolah?
2. Keadaan siswa dan guru di Sekolah ini?
3. Pelaksanaan proses belajar mengajar pada Sekolah ini?
4. Apakah fasilitas dan lingkungan di MTS Al-Inayah Gunung Sindur Bogor sudah
cukup untuk mendukung kinerja guru ?
5. Keadaan guru yang ada di Mts Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
6. Bagaimana kinerja guru di Mts Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
7. Keadaan sarana dan prasarana di Mts Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
8. Kinerja guru-guru dan karyawan di Mts Al-Inayah Gunung Sindur Bogor apakah
mereka bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepala sekolah?
9. Kedisiplinan guru-guru di Mts Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
10. Motivasi berprestasi dan pengaruh terhadap kinerja guru ?
WAWANCARA KETUA YAYASAN
HARI : Jum’at 13 November 2009
NAMA : H. Muhammad
JABATAN : Ketua Yayasan
Pukul : 09.00 – 10.00 wib
Pokok-Pokok Persoalan yang dibicarakan :
1. Bagaimana sejarah berdirinya MTs Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
2. Apakah tujuan didirikannya MTs Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
3. Apakah Visi-Misi dari MTs Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
4. Bagaimana Kinerja guru-guru yang ada di MTs Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
5. Apakah bapak memberikan motivasi kepada guru-guru MTs Al-Inayah Gunung
Sindur Bogor?
6. Apa rencana yayasan bagi pengembangan sekolah pada masa depan ?
Hasil Wawancara
Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru
Di MTS Al-Inayah Gunung Sindur Bogor.
HARI : Jum’at, 13 November 2009
NAMA : Syukron Hs. S,Ag
JABATAN : Kepala Sekolah
Pukul : 10.00 – 11.00 wib
1. Saya sudah menjadi kepala sekolah selama 6 tahun, tentunya selama enam
tahun tersebut banyak perubahan positif yang terjadi di sekolah ini, mulai dari
peningkatan mutu guru melalui proses seleksi calon pengajar dan
melaksanakan berbagai kegiatan pelatihan bagi guru-guru yang berkaitan
langsung dengan profesi keguruan, dengan hal ini setidaknya dapat
menigkatkan kinerja guru yang ada.
2. Keadaan siswa dan guru bisa dilihat pada bab IV
3. Pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah ini telah kami sesuaikan
dengan sekolah umum, namun dalam kegiatan belajar mengajarnya
mengikuti kurikulum yang ditetapkan oleh Departemen Agama saat ini.
4. Saya rasa fasilitas dan lingkungan untuk sementara ini cukup, karena masih
bisa memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah ini.
5. Kinerja guru di sini baik, karena adanya peningkatan pada kinerja guru
dalam proses KBM
6. Keadaan sarana prasarana cukup, bisa dilihat di bab IV
7. Mereka semua bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas, karena
saya sendiri sebagai kepala sekolah selalu berusaha memberikan contoh
dalam melaksanakan tugas saya sebagai kepala sekolah.
8. Kedisiplinan di sini baik, karena kami selaku pihak yang bertanggung jawab
langsung terhadap seluruh kegiatan yang ada di sekolah ini, selalu
memberikan motivasi serta pengawasan kepada guru-guru agar mereka
dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu.
9. Memberikan motivasi itu penting untuk dalam peningkatan kinerja guru,
karena tanpa motivasi guru-guru akan kurang bersemangat dalam
melaksanakan tugasnya. Karena itu saya selalu memberikan motivasi
kepada mereka, tapi kalau motivasi dari segi materi semuanya sudah diatur
oleh sekolah.
Interviewee Interviewer
H. Muhammad Hidayat
Hasil Wawancara
Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru
Di MTS Al-Inayah Gunung Sindur Bogor.
HARI : Jum’at 13 November 2009
NAMA : H. Muhammad
JABATAN : Ketua Yayasan
Pukul : 09.00 – 10.00 wib
1. MTS Al- Inayah didirikan pada tanggal 13 Agusutus 1994 atas prakarsa 4
bersaudara yang mewakafkan tanah seluas 1,2 hektar, sekolah ini berada di
bawah naungan yayasan Al- Inayah, adapun tanggung jawab pelaksanaan
dan pengawasannya diberikan kepada KH. Ahmad Falaq Ibrahim Lc hingga
saat ini.
2. Ikut berpartisipasi dalam program pencerdasan bangsa dan dakwah
islamiyyah.
3. Visi : Membentuk Generasi yang syarat dengan IPTEK dan diimbangi dengan
iman dan taqwa sehingga terbentuk generasi Qur’ani. Misi :Menghasilkan out put dengan prestasi tinggi dari segi ilmu dan amal dengan wawasan iman dan takwa, dan membentuk generasi yang mampu berkomunikasi
dengan bahasa arab dan bahasa inggris.
4. Guru-guru di sini disiplin dalam melaksanakan kinerjanya, jadi menurut saya
sudah cukup baik.
5. Tentu, karena motivasi dapat menghasilkan kinerja yang baik dalam
melaksanakan tugas.
6. Terus berkompetisi dengan sekolah lain, baik dari sarana dan prasarana
maupun program-program yang dianjurkan pemerintah untuk melahirkan out
put yang berkualitas.
Interviewee Interviewer
H. Muhammad Hidayat
Angket Mengenai Motivasi, Kinerja dan Prestasi
Nama :
Bidang studi :
Jenis kelamin :
Petunjuk pengisian :
1. Berilah tanda ceklis ( √ ) pada jawaban yang sesuai.
2. Alternative jawaban sebagai berikut:
- Selalu ( SL ) - Kadang-kadang ( KD )
- Sering ( SR ) - Tidak Pernah ( TP )
NO PERTANYAAN SL SR KD TP
1. Apakah Bapak / Ibu melakukan tugas mengajar
dengan baik?
2. Apakah Bapak / Ibu dalam mengajar ingin menjadi
yang lebih baik ?
3. Apakah Bapak / Ibu melakukan tugas di sekolah
dengan baik ?
4. Apakah Bapak / Ibu memberikan bimbingan pada
siswa yang kurang pandai di luar jam mengajar.
5. Apakah Bapak / Ibu berangkat ke sekolah untuk
mengajar setiap hari ?
6. Apakah Bapak / Ibu dalam mengajar karena
mengharapkan gaji dan tunjangan lainnya ?
7. Apakah Bapak / Ibu merasa nyaman dalam
melakukan tugas mengajar ?
8. Apakah Bapak / Ibu mendapat kesejahteraan dalam
melaksanakan tugas ?
9. Apakah Bapak / Ibu mempunyai hubungan yang baik
dengan para pegawai yang lain ?
10. Apakah Bapak / Ibu dalam melaksanakan tugas
mengajar mengikuti prosedur kerja ?
11. Apakah Bapak / Ibu membuat RPP sebelum
melakukan kegiatan belajar mengajar ?
12. Apakah Bapak / Ibu melakukan Preetest dalam
kegiatan belajar mengajar ?
13. Apakah Bapak / Ibu menggunakan metode yang
sama dalam mengajar ?
14. Apakah Bapak / Ibu menggunakan media pengajaran
pada saat mengajar
15.
Apakah Bapak / Ibu memberikan kesempatan
bertanya kepada siswa setelah menyampaikan
pelajaran ?
16. Apakah Bapak / Ibu memberikan tugas latihan
kepada siswa ?
17. Apakah Bapak / Ibu mengalami kesulitan dalam
mengajar ?
18. Apakah Bapak / Ibu terlambat masuk kelas ?
19. Apakah Bapak / Ibu menyelesaikan tugas tepat
waktu ?
20. Apakah materi yang bapak / ibu sampaikan dapat
memuaskan siswa ?
21. Apakah Bapak / Ibu lulus dengan nilai yudisium
yang baik ?
22. Apakah Bapak / Ibu pernah mendapatkan piagam
penghargaan selama mengajar ?
23. Apakah Bapak / Ibu diberikan kesempatan untuk
mengembangkan potensi akademik ?
24. Apakah Bapak / Ibu mempunyai keterampilan
khusus yang bersifat non akademik ?
25. Apakah Bapak / Ibu mendapat appresiasi selama
menjalankan tugas ?
26. Apakah Bapak / Ibu merasa dihargai oleh rekan-
rekan seprofesinya ?
27. Apakah Bapak / Ibu merasa dihormati oleh para
karyawan dan siswanya ?
28. Apakah Bapak / Ibu figur yang memiliki reputasi
yang baik di masyarakat sekitar ?
29. Apakah Bapak / Ibu sosok yang disegani dalam
pergaulan sosialnya ?
30. Apakah Bapak / Ibu dianggap sosok yang kurang
baik di kalangan luas ?
WAWANCARA GURU
HARI/TANGGAL :
NAMA :
JABATAN :
Pokok-Pokok Persoalan yang dibicarakan :
1. Bagaimanakah proses kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran yang bapak/ibu
ajarkan?
2. Apakah bapak/Ibu mengajar sesuai dengan bidang ilmu yang dikuasai?
3. Metode apa saja yang dipakai dalam mengajar?
4. Bagaimana cara bapak/ibu menyampaikan materi yang diajarkan?
5. Apakah motivasi itu penting untuk mencapai sebuah prestasi, Alasannya?
6. Menurut bapak/ibu bagaimana tanggung jawab seorang guru terhadap anak didiknya?
7. Apakah bapak/ibu memberi pelajaran tambahan di luar jam sekolah, apa alasannya?
8. Bagaimana sikap bapak/ibu terhadap peningkatan mutu KBM ?
9. Apa saja yang bapak/ibu lakukan untuk mendapatkan penghargaan dari sekolah?
10. Menurut bapak/ibu bagaimana pengaruh motivasi berprestasi terhadap peningkatan
kinerja guru?
WAWANCARA KEPALA SEKOLAH
HARI :
NAMA :
JABATAN : Kepala Sekolah
Pokok-Pokok Persoalan yang dibicarakan :
11. Sudah berapa lama bapak menjadi kepala sekolah?
12. Keadaan siswa dan guru di Sekolah ini?
13. Pelaksanaan proses belajar mengajar pada Sekolah ini?
14. Apakah fasilitas dan lingkungan di MTS Al-Inayah Gunung Sindur Bogor sudah
cukup untuk mendukung kinerja guru ?
15. Keadaan guru yang ada di Mts Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
16. Bagaimana kinerja guru di Mts Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
17. Keadaan sarana dan prasarana di Mts Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
18. Kinerja guru-guru dan karyawan di Mts Al-Inayah Gunung Sindur Bogor apakah
mereka bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepala sekolah?
19. Kedisiplinan guru-guru di Mts Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
20. Motivasi berprestasi dan pengaruh terhadap kinerja guru ?
WAWANCARA KETUA YAYASAN
HARI :
NAMA :
JABATAN : Ketua Yayasan
Pokok-Pokok Persoalan yang dibicarakan :
7. Bagaimana sejarah berdirinya MTs Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
8. Apakah tujuan didirikannya MTs Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
9. Apakah Visi-Misi dari MTs Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
10. Bagaimana Kinerja guru-guru yang ada di MTs Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
11. Apakah bapak memberikan motivasi kepada - MTs Al-Inayah Gunung Sindur Bogor?
12. Apa rencana yayasan bagi pengembangan sekolah pada masa depan ?