studi kasus dm
TRANSCRIPT
I. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan
penanganan yang seksama.. Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun
meningkat. Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan
ke-4 dengan jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) terbesar di dunia setelah
India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk,
diperkirakan pada tahun 2025 terdapat 12,4 juta pengidap diabetes. Sedangkan
dari data Departemen Kesehatan, jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat
jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin.
Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak,
protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber), membawa
konsekuensinya terhadap kesehatan adalah berkembangnya penyakit degeneratif
(jantung, diabetes melitus, aneka kanker, osteoporosis, dan hipertensi).
Prevalensi DM dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama pada kelompok
yang berisiko tinggi untuk mengalami penyakit DM diantaranya yaitu kelompok
usia dewasa tua (>40 tahun), kegemukan, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga
DM, dan dislipidemia. Pengobatan DM selain minum obat, juga harus diet dan
olahraga teratur. Jika masih dapat diatasi dengan diet rendah karbohidrat dan
olahraga, pasien sebisanya tidak memakai obat.
Untuk mengurangi risiko kematian dan mengurangi biaya pengobatan diabetes
melitus, diperlukan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan secara primer
maupun sekunder. Pencegahan primer merupakan semua aktivitas yang ditujukan
untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada individu yang berisiko untuk jadi
diabetes atau pada populasi umum. Pencegahan sekunder merupakan tindakan
pencegahan terjadinya komplikasi akut maupun komplikasi jangka panjang pada
penderita DM. Pada pencegahan sekunder, penyuluhan kepada pasien dan
1
keluarganya tentang perilaku sehat dan berbagai hal mengenai penatalaksanaan
dan pencegahan komplikasi DM sangat diperlukan.
Diabetes melitus dan hipertensi adalah penyakit menahun yang cenderung akan
diderita seumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya
dokter, perawat dan ahli gizi, akan tetapi lebih penting lagi keikutsertaan pasien
sendiri dan keluarganya. Penyuluhan kepada pasien dan keluarganya akan sangat
membantu meningkatkan keikutsertaan mereka dalam usaha memperbaiki hasil
pengelolaan DM.
2
II. ILUSTRASI KASUS
Ny. Y, perempuan, 53 tahun, seorang ibu rumah tangga dengan tiga orang anak,
yang berdomisili di Kecamatan Kedaton datang ke Puskesmas Rawat Inap
Kedaton pada tanggal 22 Oktober 2009 dengan keluhan badan terasa lemas dan
kepala pening. Keluhan tersebut dirasakannya sejak 2 hari yang lalu.
Kunjungannya ke Puskesmas Rawat Inap Kedaton kali ini adalah kunjungan yang
kesekian kalinya dalam hal pengobatan rutin penyakit kencing manisnya
(Diabetes Melitus).
Pertama kali diketahui bahwa pasien mengalami Diabetes Melitus adalah 3 tahun
yang lalu. Saat itu pasien mengaku badan terasa lemas walaupun banyak makan,
banyak minum, banyak kencing, dan berat badannya dirasakan turun. Kemudian
pasien datang ke Puskesmas untuk memeriksakan diri dan oleh dokter yang
memeriksa disarankan untuk periksa kadar gula darahnya. Berdasarkan hasil
pemeriksaan didapatkan kadar Glukosa Darah Sewaktunya adalah 300 mg/dl.
Karena kondisi pasien yang lemah, kemudian oleh dokter dirujuk ke RS Abdul
Moeloek Bandar Lampung dan dirawat selama 10 hari. Setelah keluhan
membaik, pasien tidak memeriksakan kembali gula darahnya dan datang ke
Puskesmas apabila keluhan tersebut muncul kembali. Dua tahun kemudian pasien
mengalami keluhan yang sama dan dirawat kembali di RS. Pasien mengaku
sebelum menderita kencing manis, ia mempunyai berat badan yang gemuk.
Tetapi saat ini berat badannya dirasakan turun. Di keluarga pasien tidak ada yang
menderita kencing manis tetapi ayah pasien menderita hipertensi.
Menurut pasien ia memang mempunyai kebiasaan makan makanan tinggi lemak
dan tidak menyukai makanan berserat seperti buah dan sayur. Pola makan yang
seperti itu tidak diimbangi dengan kegiatan olah raga. Tinggi badan pasien 150
cm, berat badan sebelum sakit DM ± 65 Kg, berat badan saat ini 47 Kg.
3
Keluarga : Suami pasien Tn. S, sebagai pelaku rawat, 55 tahun, tamat STM,
pekerjaan adalah pegawai di Dinas Perhubungan.
MASALAH PRASTUDI AWAL
A. Masalah Pasien
1. Diabetes Melitus Tipe II
2. Belum sepenuhnya menerapkan pola makan yang sesuai dengan terapi gizi
bagi pasien DM
3. Kebiasaan tidak berolah raga.
4. Tidak rutin mengkontrol kadar gula darahnya
B. Masalah Keluarga
1. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya terapi gizi dan olah raga bagi
pasien DM disamping minum obat secara teratur.
2. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penyakit yang
diderita dan komplikasinya.
PEMERIKSAAN FISIK (22 Oktober 2009)
Penampilan : Kebersihan diri cukup
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 47 kg
Tinggi badan : 150 cm
Kesan gizi : Normal (131 % BBI), IMT Obesitas (26,22)
Tanda vital : TD : 90/60 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,9 ºC
4
Status Umum
Kepala : Tidak ada deformitas
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung
Telinga : Liang lapang, membran timpani intak, serumen (-)
Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, sekret (-)
Gigi dan mulut : Bibir tidak kering, mukosa mulut basah, tidak terdapat karies,
uvula di tengah, tonsil normal, faring tidak hiperemis.
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB, tidak ada nyeri menelan, trakea
di Tengah, JVP tak meningkat
Paru
I : Tampak simetris dalam pergerakan statis dan dinamis, tidak ada retraksi
iga, tidak ada kelainan bentuk tulang dada
P : Tidak teraba massa, fremitus kanan sama dengan kiri
P : Perkusi sonor di kedua lapang paru, batas paru-hati di sela iga ke-6, batas
paru-lambung di sela iga ke-7
A : Bunyi nafas dasar vesikuler di kedua lapang paru, tidak ditemukan adanya
ronkhi maupun wheezing
Jantung
I : Iktus kordis tidak terlihat
P : Iktus kordis tak teraba
P : Batas jantung dalam batas normal
A : Bunyi jantung I-II normal, tidak ditemukan adanya murmur dan gallop
Abdomen
I : Datar, simetris
P : Lemas, tidak teraba massa, nyeri tekan pada epigastrium (-), hati dan limpa
tidak teraba, turgor kulit dalam batas normal
P : Timpani, shifting dullness (-)
A : Bising usus (+) normal
5
Punggung
I : Tampak simetris dalam pergerakan statis dan dinamis, tidak ada retraksi,
tidak terdapat kelainan bentuk tulang belakang
P : Tidak teraba massa, fremitus kanan sama dengan kiri
P : Perkusi sonor di kedua lapang paru
A : Bunyi nafas dasar vesikuler di kedua lapang paru, tidak ditemukan adanya
ronkhi dan wheezing
Ekstremitas
Superior : oedem -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/-, telapak tangan tidak pucat
Inferior : oedem-/-, sianosis -/-, clubbing finger -/-, ulkus -/-
Status Neurologis
GCS : E4M6V5 = 15
Pupil : Isokor, Ø 3cm/3 cm, reflek cahaya langsung +/+, reflek cahaya tidak
langsung +/+
Tanda Rangsang Meningeal : tanda-tanda kaku kuduk (-), Brudzinski I dan II (-),
Kernig (-)
Motorik : 5 5
5 5
Sensorik : anestesi dan hipestesi (-)
Refleks fisiologis : normal
Refleks patologis : tidak ditemukan
DIAGNOSTIK HOLISTIK
I. Alasan Kedatangan, harapan dan kekhawatiran.
Alasan kedatangan : Keluhan badan mudah capai, semutan,
Melanjutkan pengobatan rutin DM
Harapan : Keluhannya dapat hilang dan dapat melanjutkan
pengobatan rutin DM
Kekhawatiran : Takut keluhannya bertambah berat
Berhubungan dengan penyakit Diabetes
Melitusnya, masih ada sedikit kekhawatiran pada
6
diri pasien karena penyakit tersebut tidak bisa
sembuh dan harus minum obat seumur hidup.
Takut bila anggota tubuhnya ada yang luka karena
akan sulit sembuh dan dapat membusuk.
II. Diagnosis Kerja
Diabetes Melitus Tipe II
III. Masalah perilaku dan mentalpsikologikal
a. Belum sepenuhnya menerapkan pola makan yang sesuai dengan terapi gizi
medis bagi pasien DM
b. Kebiasaan tidak berolah raga
c. Tidak rutin mengkontrol kadar gula darahnya
IV. Masalah fungsi psikososial dan lingkungan
a. Pencahayaan dan ventilasi di dalam rumah kurang baik
b. Tata letak barang dalam rumah kurang teratur dan terlalu padat jika
dibandingkan dengan luas rumah
c. Ruang keluarga dan ruang makan menjadi satu dan berhubungan langsung
dengan lingkungan luar.
V. Skala Fungsional
Skala Fungsional 5
7
Tabel 1. Rencana Tindakan
No Masalah Rincian Rencana Tujuan Indikator keberhasilan
1. Klinis Diabetes Melitus Tipe II Metformin 1x 500 mg Glukodex 2 x 80 mg Diet rendah KH, rendah kolesterol
dan tinggi serat Edukasi dan motivasi mengenai
pola makan sehat, olah raga teratur, dan hindari stres
Kadar glukosa darahmendekati normal dan stabil
Mencegah timbulnya komplikasi DM
Menghilangkan gejala-gejala
Kadar glukosa darah mendekati normal dan stabil
Tidak timbul komplikasi DM
Gejala-gejala menghilang Pasien menerapkan pola
makan sehat, olah raga teratur, dan tidak stres
2. Perilaku Belum sepenuhnya menerapkan pola makan yang sesuai dengan terapi gizi medis pasien
Kebiasaan tidak berolah raga
Tidak rutin kontrol ke Puskesmas
Edukasi dan motivasi untuk sepenuhnya menerapkan pola makan sesuai dengan terapi gizi medis pasien
Edukasi dan motivasi untuk melakukan olah raga secara teratur
Edukasi dan motivasi untuk rajin kontrol ke Puskesmas
Glukosa darah mendekati normal dan stabil
Profil lipid normal dan stabil
Mencegah timbulnya komplikasi DM
Pasien sepenuhnyamenerapkan polamakan sesuai dengan terapi gizi medis pasien
Pasien melakukan olah ragasecara teratur
Glukosa darah mendekatinormal dan stabil
Tidak timbul komplikasiDM
3. Keluarga Keluarga inti yang terdiri dari kepala keluarga dan istri
Tidak ada alokasi dana khusus untuk kesehatan
Pembinaan keluarga
Edukasi dan motivasi alokasi dana kesehatan
Terselesaikannya masalah pasien atas bantuan keluarga dan kemandirian keluarga untuk pola kehidupan yang sehat
Terjaminnya ketersediaan sumber dana untuk berobat
Adanya care giver yangmembantu penyelesaian masalah pola diet, pola kebugaran, yang sesuai dengan kebutuhan keluarga
Terdapat alokasi dana untuk kesehatan
8
Paradigma kuratif
Kebiasaan merokok di dalam rumah pada anggota keluarga
Edukasi dan motivasi pasien untuk lebih mengutamakan tindakan preventif
Edukasi dan motivasi untuk tidak merokok dan bila merokok tidak di dalam rumah
Paham tentang pentingnya tindakan preventif dibanding kuratif
Menantu memahami bahaya merokok dan pengaruhnya terhadap lingkungan keluarga
Berubahnya paradigma kuratif menjadi preventif
Menantu tidak merokok dan bila merokok tidak di dalam rumah
No Masalah Rincian Tujuan Hasil minggu ke-1 (29/10/2009) Keterangan1. Diabetes Melitus
Tipe II Terapi obat oral : Metformin 1 x 500 mg Glukodex 2 x 80 mg
Kadar glukosa darah mendekati normal dan stabil
Mencegah timbulnya komplikasiDM
Kadar glukosa darah sewaktu pasien 229 mg/dl
Tekanan darah pasien 140/90 mg/dl Ada komplikasi DM
Kadar glukosa darah pasien sehari-hari yang mendekati normal, tekanan darah yang normal dapat mencegah timbulnya komplikasi akibat DM
2. Belum sepenuhnya menerapkan pola makan yang sesuai dengan terapi gizi medis pasien DM
Edukasi dan motivasi untuk menerapkan pola makan sepenuhnya sesuai dengan terapi gizi medis pasien DM
Pasien menerapkan sepenuhnya pola makan sehat sesuai dengan yang terapi gizi medis pasien DM
Pasien belum sepenuhnya menerapkan pola makan sesuai dengan terapi gizi medis pasien DM
Pola makan yang sesuai dengan terapi gizi medis pasien DM dan hipertensi menyebabkan kadar glukosa darah pasien sehari-hari mendekati normal, tekanan darah mencapai target akhirnya dapat mencegah timbulnya gejala-gejala dan komplikasi akibat DM
9
3. Perilaku tidak berolah raga
Edukasi dan motivasi pasien untuk melakukan olah raga secara teratur
Pasien melakukan olah raga secara teratur
Pasien belum melakukan olah raga Malakukan olah raga secara teratur dapat mengurangi komplikasi kardiovaskuler dan meningkatkan harapan hidup pada pasien DM
Tabel 2. Penatalaksanan Klinis
Tabel 3. Penatalaksanaan Pembinaan Keluarga
Tujuan studi kasus ini adalah teridentifikasinya faktor internal dan eksternal serta diketahuinya efektifitas manajemen pelayanan kesehatan strata pertama berbasis keluarga dalam penatalaksanaan pasien dengan Diabetes melitus tipe II serta pengaruh dukungan keluarga terhadap hasil pelayanan
No Masalah Rincian Masalah Skoring awal penyelesaian masalah
Tindakan Tujuan Skoring akhir kemampuan penyelesaian masalah
1. Organisasi KeluargaKeluarga inti yang terdiri dari suami dan istri
Manajemen sumber daya manusia, tanggung jawab kesehatan keluarga
3 Motivasi penanggungjawab keluarga untuk perhatian akan masalah kesehatan
Risiko kesehatan seluruh anggota keluarga
Harmonisasi dalam keluarga dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan keluarga khususnya masalah pasien
5
10
Motivasi suami untuk menjadi care giver pasien
2. Pasien (Ny. Y) DM tipe II Pola makan belum
sepenuhnya sesuai dengan terapi gizi medis bagi pasien DM
Kebiasaan tidak berolah raga
Tgl 29/10/09 Pasien tetap minum obat teratur setiap hari
Tgl 8/3/08 Pasien belum melakukan olah raga
3 Metformin 1 x 500 mg Glukodex 2 x 80 mg Diet rendah KH, rendah
kolesterol, rendah garam, dan tinggi serat
Edukasi dan motivasi mengenai pola makan sehat, olah raga teratur, dan hindari stres
Glukosa darah mendekati normal dan stabil
Target tekanan darah tercapai dan stabil
Mencegah timbulnya komplikasi DM
5
11
III. TINJAUAN PUSTAKA
DIABETES MELITUS (DM)
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya. WHO sebelumnya telah merumuskan bahwa DM
merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas
dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema
anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi
insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.
WHO (1985) mengklasifikasikan penderita DM dalam lima golongan klinis, yaitu
DM tergantung insulin (IDDM), DM tidak tergantung insulin, DM berkaitan
dengan malnutrisi (MRDM), DM karena toleransi glukosa terganggu (IGT), dan
DM karena kehamilan (GDM). Di Indonesia, yang terbanyak adalah DM tidak
tergantung insulin. DM jenis ini baru muncul pada usia di atas 40 tahun. DM tidak
tergantung insulin disebabkan oleh gaya hidup dan pola konsumsi yang tidak
sehat selain karena faktor keturunan.
Langkah-Langkah Untuk Menegakkan Diagnosis DM
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa
poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah
lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus
vulva pada pasien wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu
≥ 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan
kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis
DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah
12
yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis
DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka
abnormal, baik kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa darah
sewaktu ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral
(TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembedahan ≥ 200 mg/dl.
Modalitas yang ada pada penatalaksanaan Diabetes Melitus terdiri dari :
1. Terapi non farmakologi yang meliputi perubahan gaya hidup dengan
melakukan pengaturan pola makan yang dikenal sebagai terapi gizi medis,
meningkatkan aktivitas jasmani dan edukasi berbagai masalah yang
berkaitan dengan penyakit diabetes yang dilakukan secara terus-menerus
2. Terapi farmakologi yang meliputi pemberian obat anti diabetes oral dan
injeksi insulin. Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar
gula darah secara adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak
efektif pada diabetes tipe I. Contohnya adalah glipizid, gliburid,
tolbutamid, dan kolproamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah
dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan
meningkatkan efektivitasnya. Obat lainnya, yaitu metformin, tidak
mempengaruhi pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh
terhadap insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan cara menunda
penyerapan glukosa di dalam usus.
Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes
tipe II jika diet dan oleh raga gagal menurunkan kadar gula darah secara
adekuat. Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari),
meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian. Jika obat
hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan
baik, mungkin perlu diberikan suntikan insulin.
13
Terapi Gizi Medis
Terapi gizi medis pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang
didasarkan pada status gizi diabetisi dan melakukan modifikasi diet berdasarkan
kebutuhan individual.
Tujuan terapi gizi medis :
1. Kadar glukosa darah mendekati normal
Glukosa puasa berkisar 90-130 mg/dl
Glukosa darah 2 jam setelah makan < 180 mg/dl
Kadar A1c< 7%
2. Tekanan darah < 130/80 mmHg
3. Profil lipid:
Kolesterol LDL < 100mg/dl
Kolesterol HDL > 40mg/dl
Trigliserida < 150 mg/dl
4. Berat badan senormal mungkin
Jenis bahan makanan : karbohidrat 60-70 %, protein 10-15 %, lemak 20-
25 %
Latihan Jasmani
Diabetes merupakan penyakit sehari-hari. Penyakit yang akan berlangsung seumur
hidup. Kadang, diabetes dipandang sebagai tantangan, di waktu lain dianggap
sebagai beban. Tanggung jawab terhadap pengelolaan diabetes sehari-hari,
merupakan milik masing-masing diabetesi. Mereka yang telah memutuskan untuk
hidup dengan diabetes dalam keadaan sehat mempunyai satu persamaan, bahwa
mereka harus melakukan kegiatan fisik.
Pada diabetes tipe II, latihan jasmani dapat memperbaiki kendali glukosa secara
menyeluruh, terbukti dengan penurunan konsentrasi HbA1c yang cukup menjadi
pedoman untuk penurunan risiko komplikasi diabetes dan kematian. Selain
mengurangi resiko, latihan jasmani akan memberikan pengaruh yang baik pada
lemak tubuh, tekanan darah arteriil, sensitivitas barireflek, aliran darah pada kulit,
14
dll. Angka kesakitan dan kematian pada diabetesi yang aktif, 50 % lebih rendah
dibanding mereka yang santai.
Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan diabetes ada tiga jenis atau tahap
yaitu :
a. Pencegahan primer
semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia
pada individu yang berisiko untuk jadi diabetes atau pada populasi umum.
b. Pencegahan sekunder
Upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi pada pengidap DM.
Mencegah timbulnya komlikasi, menurut logika lebih mudah karena
populasinya lebih kecil, yaitu pasien diabetes yang sudah diketahui dan
sudah berobat, tetapi kenyataannya tidak demikian. Tidak gampang
memotivasi pasien untuk berobat teratur, dan menerima kenyataan bahwa
penyakitnya tidak bisa sembuh. Syarat untuk mencegah komplikasi adalah
kadar glukosa darah harus selalu terkendali mendekati angka normal
sepanjang hari sepanjang tahun. Dalam upaya pengendalian kadar glukosa
darah diutamakan cara-cara nonfarmakologis dulu secara maksimal,
misalnya dengan diet dan olah raga, tidak merokok, dll.
Pada pencegahan sekunder pun, penyuluhan tentang perilaku sehat harus
dilaksanakan ditambah dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer
di pusat-pusat pelayanan kesehatan mulai dari rumah sakit kelas A sampai
ke unit paling depan yaitu puskesmas. Di samping itu juga diperlukan
penyuluhan kepada pasien dan keluarganya tentang berbagai hal
mengenai penatalaksanaan dan pencegahan komplikasi. Penyuluhan ini
dilakukan oleh tenaga yang terampil baik oleh dokter atau tenaga
kesehatan lain yang sudah dapat pelatihan untuk itu (diabetes educator).
Faktor Resiko DM tipe II
15
Individu-individu yang berisiko untuk menderita DM yaitu :
Umur > 40 tahun
Obesitas, hipertensi
Riwayat keluarga DM
Riwayat melahirkan bayi > 4 kg
Riwayat DM pada saat kehamilan
Dislipidemia
Komplikasi Kronik DM
Retinopati
Nefropati
Penyakit pembuluh darah koroner
Penyakit pembuluh darah perifer
Neuropati
Upaya pencegahan Terjadinya Komplikasi Kronik DM
Pengendalian kadar glukosa darah
Tekanan darah
Pengendalian lipid
Pola hidup sehat
Perencanaan makan.
16
IV. PEMBAHASAN
Studi kasus dilakukan pada pasien usia 53 tahun yang didiagnosis mengalami
Diabetes Melitus Tipe II. Diputuskan untuk dilakukan binaan terhadap keluarga
dengan alasan :
1. Penyakit pada pasien tergolong penyakit menahun yang akan diderita seumur
hidup. Oleh karenanya perlu dilakukan pembinaan terhadap keluarga agar
anggota keluarga dapat ikut serta dalam pengelolaan penyakit DM
2. Sesuai dengan konsep pelayanan kedokteran keluarga maka bentuk pelayanan
yang dilaksanakan harus memenuhi kriteria :
a. Holistik
b. Komprehensif/Terpadu
c. Memandang pasien sebagai bagian dari keluarganya
d. Menyelesaikan semua keluhan
e. Mempertimbangkan kemampuan sosial
f. Melakukan konsultasi/rujukan pada ahli yang tepat
g. Semua didukung oleh pengetahuan kedokteran dan praktis klinis terkini.
Pada pasien ini, diagnosis DM tipe II ditegakkan berdasarkan anamnesis yang
didapatkan berupa keluhan badan terasa lemas, semutan, riwayat pernah dirawat
di RS dengan GDS 300 mg/dl. Pasien tidak berobat rutin ke puskesmas dan
datang apabila timbul keluhan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
kompos mentis, TD = 90/60 mmHg, Nadi = 80 x/menit, RR = 20 x/menit, Suhu =
36,9 ºC. Status gizi = Normal (95,7 % BBI), IMT normal ( 20,8). Pada tinjauan
pustaka dinyatakan untuk kelompok tanpa keluhan khas DM (lemah, kesemutan,
rasa baal, gatal, bisul-bisul, keputihan, mata kabur, disfungsi ereksi) disertai
dengan dua nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal (GDS ≥ 200 mg/dl dan
atau GD puasa ≥ 126 mg/dl yang diperiksa pada hari yang sama atau pada hari
yang berbeda sudah cukup untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus.
17
Faktor resiko yang dipikirkan menjadi penyebab terjadinya Diabetes Melitus tipe
II pada pasien ini adalah obesitas. Tidak ada riwayat penyakit DM dalam
keluarga, namun ayah pasien mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Dalam
literatur dinyatakan bahwa kelompok individu yang berisiko tinggi menderita DM
tipe II diantaranya adalah individu yang mengalami obesitas dan hipertensi.
Obesitas pada pasien ini terjadi akibat faktor perilaku/kebiasaan pasien makan
makanan tinggi lemak, rendah serat/buah & sayur, dan kebiasaan tidak
melakukan olah raga, serta aktivitas fisik yang kurang (hanya di rumah sebagai
ibu rumah tangga).
Penatalaksanaan Diabetes Melitus tipe II yang diberikan kepada pasien dan
keluarganya mencakup edukasi dan terapi medikamentosa. Keluarga dan pasien
diedukasi mengenai pengertian, faktor resiko, cara pengelolaan (terapi
farmakologis dan nonfarmakologis), tujuan dari pengelolaan, dan komplikasi
penyakit DM, serta anjuran untuk tetap rutin kontrol ke pelayanan kesehatan.
Terapi medikamentosa yang diberikan adalah obat anti diabetes oral. Obat anti
diabetes oral yang diberikan adalah golongan Sulfonilurea dan biguanide.
PEMBAHASAN KELUARGA
Edukasi pasien merupakan proses mempengaruhi perilaku, mengubah
pengetahuan, sikap dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan. Proses tersebut dimulai dengan memberikan informasi
serta interpretasinya yang terintegrasi secara praktis sehingga terbentuk perilaku
yang menguntungkan kesehatan. Dukungan keluarga dekat sangat penting dalam
pembentukan perilaku kesehatan yang baik.
Saat pasien datang ke Puskesmas Rawat Inap Kedaton tanggal 22 Oktober 2009,
tatalaksana yang dilakukan adalah pemberian Metformin dan Glukodex. Pasien
juga dianjurkan untuk minum obat teratur setiap hari dan kontrol kembali bila
obat habis, serta menerapkan pola makan sesuai dengan terapi gizi medis bagi
18
pasien DM dan melakukan olah raga secara teratur. Pasien juga diinformasikan
bahwa pemeriksa akan melakukan kunjungan ke rumah pasien.
Lima hari kemudian 27 Oktober 2009, dilakukan kunjungan rumah yang pertama.
Pada kesempatan tersebut dilakukan perkenalan dengan keluarga pasien serta
diberikan penjelasan mengenai pembinaan keluarga. Setelah itu dilakukan
anamnesis yang lebih mendalam mengenai keadaan pasien, keluarga dan
perilaku /keadaan yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya Diabetes Melitus
pada pasien. Dari anamnesa tersebut kami memperoleh informasi bahwa pasien
memiliki kebiasaan / pola makan yang tidak sehat (makan makanan tinggi lemak,
dan rendah serat) dan kebiasaan tidak berolah raga. Perilaku seperti itu
menyebabkan badan pasien menjadi gemuk ( 65 Kg). Dari hasil wawancara
dengan pasien dan keluarga, dapat disimpulkan bahwa pasien dan keluarga belum
banyak mengetahui mengenai penyakit DM. Kemudian kepada keluarga
dijelaskan bahwa penyakit DM merupakan penyakit menahun yang akan diderita
seumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya dokter,
perawat dan ahli gizi, akan tetapi lebih penting lagi keikutsertaan pasien sendiri
dan keluarganya. Pengelolaan penyakit DM meliputi terapi farmakologis dan
nonfarmakologis. Tujuan dari pengelolaan itu sendiri adalah menurunkan resiko
komplikasi dan kematian akibat penyakit DM.
Pembinaan kedua dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2009. Dari anamnesis yang
dilakukan diketahui bahwa saat ini pasien masih mengeluh badannya mudah
capai, semutan, dan mata sedikit kabur. Menurut pasien, ia minum obat teratur
setiap hari, tetapi pasien kurang menerapkan pola makan yang sesuai dengan
terapi gizi medis dan tidak berolah raga. Pada pemeriksaan tekanan darah
didapatkan hasilnya 140/90 mmHg, berat badan 47 Kg. Pasien diberitahu masih
perlu memperbaiki pola hidupnya da saat itu juga kami lakukan edukasi dan
motivasi kembali kepada pasien dan keluarga mengenai pelaksanaan pengelolaan
DM yang baik agar tujuan dari pengelolaan itu dapat tercapai.
Dari hasil pengamatan terhadap lingkungan rumah pada saat kunjungan pertama
juga didapatkan keadaan rumah tampak kurang bersih dan tata letak barang di
rumah kurang teratur. Rumah berada di lingkungan pemukiman yang padat.
19
Kemudian kepada keluarga dijelaskan bahwa selain perilaku, lingkungan juga
sangat mempengaruhi derajat kesehatan seseorang. Menjaga kebersihan dalam
dan luar rumah dapat mencegah timbulnya penyakit.
Kunjungan rumah ketiga pada tanggal 4 Nopember 2009. Dari anamnesa
diketahui bahwa pasien masih mengeluh badannya mudah capai, semutan, dan
mata sedikit kabur. Pasien mengaku kurang menerapkan pola makan yang sesuai
dengan terapi gizi medis dan tidak berolah raga. Pasien hanya mengandalkan
minum obat saja. Kunjungan rumah keempat pada tanggal 7 Nopember 2009.
Dari anamnesa diketahui bahwa pasien sudah mengerti tentang Diabetes Melitus
dan komplikasinya. Pasien juga sudah mulai menerapkan pola makan yang sesuai
dengan terapi gizi medis yang telah disampaikan pada saat intervensi dan
melakukan olah raga ringan berupa jalan sehat setiap pagi selama kurang lebih 30
menit.
HASIL STUDI
Pasien
1. Dari pemeriksaan klinis telah terdiagnosis sebagai Diabetes melitus tipe II
2. Perilaku : pasien sudah mulai menerapkan pola makan yang sesuai dengan
terapi gizi medis pasien DM dan berolah raga setiap pagi.
3. Pasien telah memahami tentang penyakit DM, cara pengelolaan (terapi
farmakologis dan nonfarmakologis), tujuan dari pengelolaan, dan
komplikasi penyakit DM.
Keluarga
1. Keluarga mulai memahami tentang penyakit DM dan komplikasinya, cara
pengelolaan (terapi farmakologis dan nonfarmakologis), tujuan dari
pengelolaan, dan komplikasi penyakit DM.
2. Keluarga telah ikut berperan serta dalam upaya pengelolaan penyakit DM
3. Keluarga telah memahami bahwa lingkungan dalam dan luar rumah yang
bersih dapat mencegah penyakit.
20
IV. SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
1. Telah ditegakkan diagnosis DM tipe II pada Ny. Y 53 tahun atas dasar
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang serta telah
ditatalaksana dengan pemberian terapi medikamentosa, edukasi, dan motivasi
untuk melakukan terapi nonfarmakologis.
2. Pasien dan keluarganya telah mengetahui bahwa resiko komplikasi dan
kematian akibat DM dapat diturunkan dengan melakukan pengelolaan yang
baik terhadap penyakit DM itu sendiri.
3. Pasien sudah mencoba menerapkan pola makan sesuai dengan terapi gizi
medis pasien DM namun belum sepenuhnya dan pasien juga telah melakukan
latihan jasmani berupa jalan biasa setiap pagi selama ± 30 menit.
4. Keluarga telah ikut berperan serta dalam upaya pengelolaan penyakit DM.
5. Keluarga telah mengetahui pentingnya memiliki dana khusus untuk kesehatan
dan memiliki keinginan untuk dapat menyediakan alokasi dana khusus untuk
kesehatan.
21
SARAN
Untuk Pasien dan Keluarganya
Perlu meningkatkan pengetahuan/wawasan mengenai penyakit DM dan
komplikasinya sehingga dapat melakukan pengelolaan dengan baik
Perlu meningkatkan kesadaran dan tekad untuk melakukan pengelolaan
penyakit DM dengan sepenuhnya sehingga tujuan dari pengelolaan itu
sendiri dapat tercapai.
Tetap mempertahankan kebiasaan minum obat teratur setiap hari dan rutin
kontrol ke pelayanan kesehatan
Keluarga perlu mengoptimalkan kerjasama antar anggota keluarga untuk
meningkatkan kesehatan keluarga.
Untuk Pembina Selanjutnya
Pemantauan dan re-evaluasi pola hidup pasien
Anamnesis keluhan, pemeriksaan tekanan darah dan glukosa darah pasien
Perlu pembinaan lebih lanjut pada pasien dan keluarga mengenai perilaku
sehat berhubungan dengan pengelolaan penyakit DM
Untuk Pelaksana Pelayanan Kesehatan
Perlunya pelayanan kesehatan yang lebih menyeluruh, komprehensif,
terpadu dan berkesinambungan
Adanya sistem pemantauan dan pembahasan di fasilitas kesehatan secara
periodik mengenai kasus yang dibina, bagi kesinambungan pelayanan dan
pemantauan.
Perlu ditingkatkan usaha promosi kesehatan kepada masyarakat.baik
mengenai pencegahan primer maupun sekunder terhadap penyakit DM
22
DAFTAR PUSTAKA
Ariatma Dwi Surya. Penggunaan kaptopril Pada Pasien Hipertensi dengan Diabetes Mellitus. Desember 2007. Diakses 3 Maret 2008. http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news_print.asp?IDNews=442
Gustaviani, Reno. 2007. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta
Harian Kompas. Pencegahan Diabetes pada Penderita Hipertensi . Juli 2004. Diakses 3 Maret 2008. http://64.203.71.11/kompas cetak/0407/09/humaniora/1138841.htm
Nilamsari, Wenny Putri. Studi Penggunaan Obat pada Penderita DM tipe 2
dengan Hipertensi (Penelitian pada Penderita Rawat Inap di Ruang Penyakit Dalam RSU Dr.Soetomo Surabaya). Januari 2007. Diakses 3 Maret 2008. http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-s1-2007-nilamsariw-4870&PHPSESSID=e99ecec43aeb91a73c0e368ce140cf5f
Slamet Suyono. 2006. Diabetes Melitus di Indonesia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta
Soebardi, Suharko . 2007. Terapi Non Farmakologis Pada Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta
Triaseka. Diabetes Melitus. Mei 2007. Diakses 3 Maret 2008. http://www.spunge.org/~triaseka/index.php?categoryid=20&p2_articleid=99
23
Lampiran 1
DAFTAR ANGGOTA KELUARGA (seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam 1 rumah)
No. Nama Kedudukan Dalam
Keluarga
L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Klinik
(Y/T)
Keterangan
1. Sumarki Suami / KK L 55 tahun STM Pegawai Dinas
Perhubungan
T Sehat
2. Yuliati Istri P 53 tahun SMA Ibu Rumah Tangga Y Sakit
3 Fenti Anak P 35 tahun D III Ibu Rumah Tangga T Sehat
4 Ade Anak P 24 tahun SMA Ibu Rumah Tangga T Sehat
5 Darmawi Menantu L 35 tahun SMA Abodemen T Sehat
6 Sugandi Menantu L 26 tahun SMA Supir T Sehat
7 Dino Cucu L 5 tahun - - T Sehat
8 Davira Cucu P 8 bulan - - T Sehat
9 Enja Cucu P 13 bulan - - T Sehat
24
Lampiran 2
Genogram Keluarga
Tn. S/55 th Ny. Y/53 th
Tn. D/35 th Ny. F/35 th Tn S/26 th Ny. A/24 th
Keterangan : An. E/13 bln
An. D/5 th An. D/8 bln : Laki-laki : Meninggal
: Perempuan
: Pasien : Anggota keluarga yang tinggal serumah
Lampiran 3
25
Hubungan kedekatan Keluarga
Lampiran 4
26
Ny.Y/53 thTn.S/55 th
Ny.F/35 th
Tn.D/35 th
An.D/5 th
An.D/8 bln
An.E/13 bln
Tn.S/26 th
Ny.A/24 th
Denah Rumah Keluarga
U
Keterangan
J A, B, C : Kamar Tidur
L D, F, G : Kamar Tidur
I E : Ruang Keluarga + Ruang Makan + RuangTamu
H : Dapur
15 m I : WC
G J : Sumur
K : Halaman
H L : Rumah Tetangga
K F E
D
A B C
7,5 m
Lampiran 5
27
Peta Rumah Dicapai dari Klinik
Gang PU
Jl. Zainal Abidin Pagar Alam
Jl. Sultan Agung
± 100 m Jl. Tunggul Ametung
28
Puskesmas Kedaton
Rumah Pasien
Foto Leaflat yang digunakan untuk intervensi
Kegiatan saat intervensi
24
Foto pasien dan keadaan rumah
Halaman depan
Foto pasien
KAMAR
Ruang tamu + ruang makan
DAPUR
SUMUR
WC
25