studi kasus dm

43
I. LATAR BELAKANG Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan penanganan yang seksama.. Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun meningkat. Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 2025 terdapat 12,4 juta pengidap diabetes. Sedangkan dari data Departemen Kesehatan, jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin. Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber), membawa konsekuensinya terhadap kesehatan adalah berkembangnya penyakit degeneratif (jantung, diabetes melitus, aneka kanker, osteoporosis, dan hipertensi). Prevalensi DM dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama pada kelompok yang berisiko tinggi untuk mengalami penyakit DM diantaranya yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), kegemukan, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga 1

Upload: nadya-noviani

Post on 09-Aug-2015

542 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Kasus Dm

I. LATAR BELAKANG

Diabetes melitus merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapatkan

penanganan yang seksama.. Jumlah penderita diabetes di Indonesia setiap tahun

meningkat. Menurut survei yang dilakukan WHO, Indonesia menempati urutan

ke-4 dengan jumlah penderita Diabetes Melitus (DM) terbesar di dunia setelah

India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk,

diperkirakan pada tahun 2025 terdapat 12,4 juta pengidap diabetes. Sedangkan

dari data Departemen Kesehatan, jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat

jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin.

Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang mengandung lemak,

protein, dan garam tinggi tapi rendah serat pangan (dietary fiber), membawa

konsekuensinya terhadap kesehatan adalah berkembangnya penyakit degeneratif

(jantung, diabetes melitus, aneka kanker, osteoporosis, dan hipertensi).

Prevalensi DM dari tahun ke tahun semakin meningkat terutama pada kelompok

yang berisiko tinggi untuk mengalami penyakit DM diantaranya yaitu kelompok

usia dewasa tua (>40 tahun), kegemukan, tekanan darah tinggi, riwayat keluarga

DM, dan dislipidemia. Pengobatan DM selain minum obat, juga harus diet dan

olahraga teratur. Jika masih dapat diatasi dengan diet rendah karbohidrat dan

olahraga, pasien sebisanya tidak memakai obat.

Untuk mengurangi risiko kematian dan mengurangi biaya pengobatan diabetes

melitus, diperlukan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan secara primer

maupun sekunder. Pencegahan primer merupakan semua aktivitas yang ditujukan

untuk mencegah timbulnya hiperglikemia pada individu yang berisiko untuk jadi

diabetes atau pada populasi umum. Pencegahan sekunder merupakan tindakan

pencegahan terjadinya komplikasi akut maupun komplikasi jangka panjang pada

penderita DM. Pada pencegahan sekunder, penyuluhan kepada pasien dan

1

Page 2: Studi Kasus Dm

keluarganya tentang perilaku sehat dan berbagai hal mengenai penatalaksanaan

dan pencegahan komplikasi DM sangat diperlukan.

Diabetes melitus dan hipertensi adalah penyakit menahun yang cenderung akan

diderita seumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya

dokter, perawat dan ahli gizi, akan tetapi lebih penting lagi keikutsertaan pasien

sendiri dan keluarganya. Penyuluhan kepada pasien dan keluarganya akan sangat

membantu meningkatkan keikutsertaan mereka dalam usaha memperbaiki hasil

pengelolaan DM.

2

Page 3: Studi Kasus Dm

II. ILUSTRASI KASUS

Ny. Y, perempuan, 53 tahun, seorang ibu rumah tangga dengan tiga orang anak,

yang berdomisili di Kecamatan Kedaton datang ke Puskesmas Rawat Inap

Kedaton pada tanggal 22 Oktober 2009 dengan keluhan badan terasa lemas dan

kepala pening. Keluhan tersebut dirasakannya sejak 2 hari yang lalu.

Kunjungannya ke Puskesmas Rawat Inap Kedaton kali ini adalah kunjungan yang

kesekian kalinya dalam hal pengobatan rutin penyakit kencing manisnya

(Diabetes Melitus).

Pertama kali diketahui bahwa pasien mengalami Diabetes Melitus adalah 3 tahun

yang lalu. Saat itu pasien mengaku badan terasa lemas walaupun banyak makan,

banyak minum, banyak kencing, dan berat badannya dirasakan turun. Kemudian

pasien datang ke Puskesmas untuk memeriksakan diri dan oleh dokter yang

memeriksa disarankan untuk periksa kadar gula darahnya. Berdasarkan hasil

pemeriksaan didapatkan kadar Glukosa Darah Sewaktunya adalah 300 mg/dl.

Karena kondisi pasien yang lemah, kemudian oleh dokter dirujuk ke RS Abdul

Moeloek Bandar Lampung dan dirawat selama 10 hari. Setelah keluhan

membaik, pasien tidak memeriksakan kembali gula darahnya dan datang ke

Puskesmas apabila keluhan tersebut muncul kembali. Dua tahun kemudian pasien

mengalami keluhan yang sama dan dirawat kembali di RS. Pasien mengaku

sebelum menderita kencing manis, ia mempunyai berat badan yang gemuk.

Tetapi saat ini berat badannya dirasakan turun. Di keluarga pasien tidak ada yang

menderita kencing manis tetapi ayah pasien menderita hipertensi.

Menurut pasien ia memang mempunyai kebiasaan makan makanan tinggi lemak

dan tidak menyukai makanan berserat seperti buah dan sayur. Pola makan yang

seperti itu tidak diimbangi dengan kegiatan olah raga. Tinggi badan pasien 150

cm, berat badan sebelum sakit DM ± 65 Kg, berat badan saat ini 47 Kg.

3

Page 4: Studi Kasus Dm

Keluarga : Suami pasien Tn. S, sebagai pelaku rawat, 55 tahun, tamat STM,

pekerjaan adalah pegawai di Dinas Perhubungan.

MASALAH PRASTUDI AWAL

A. Masalah Pasien

1. Diabetes Melitus Tipe II

2. Belum sepenuhnya menerapkan pola makan yang sesuai dengan terapi gizi

bagi pasien DM

3. Kebiasaan tidak berolah raga.

4. Tidak rutin mengkontrol kadar gula darahnya

B. Masalah Keluarga

1. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya terapi gizi dan olah raga bagi

pasien DM disamping minum obat secara teratur.

2. Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penyakit yang

diderita dan komplikasinya.

PEMERIKSAAN FISIK (22 Oktober 2009)

Penampilan : Kebersihan diri cukup

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Berat badan : 47 kg

Tinggi badan : 150 cm

Kesan gizi : Normal (131 % BBI), IMT Obesitas (26,22)

Tanda vital : TD : 90/60 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,9 ºC

4

Page 5: Studi Kasus Dm

Status Umum

Kepala : Tidak ada deformitas

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak cekung

Telinga : Liang lapang, membran timpani intak, serumen (-)

Hidung : Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, sekret (-)

Gigi dan mulut : Bibir tidak kering, mukosa mulut basah, tidak terdapat karies,

uvula di tengah, tonsil normal, faring tidak hiperemis.

Leher : Tidak teraba pembesaran KGB, tidak ada nyeri menelan, trakea

di Tengah, JVP tak meningkat

Paru

I : Tampak simetris dalam pergerakan statis dan dinamis, tidak ada retraksi

iga, tidak ada kelainan bentuk tulang dada

P : Tidak teraba massa, fremitus kanan sama dengan kiri

P : Perkusi sonor di kedua lapang paru, batas paru-hati di sela iga ke-6, batas

paru-lambung di sela iga ke-7

A : Bunyi nafas dasar vesikuler di kedua lapang paru, tidak ditemukan adanya

ronkhi maupun wheezing

Jantung

I : Iktus kordis tidak terlihat

P : Iktus kordis tak teraba

P : Batas jantung dalam batas normal

A : Bunyi jantung I-II normal, tidak ditemukan adanya murmur dan gallop

Abdomen

I : Datar, simetris

P : Lemas, tidak teraba massa, nyeri tekan pada epigastrium (-), hati dan limpa

tidak teraba, turgor kulit dalam batas normal

P : Timpani, shifting dullness (-)

A : Bising usus (+) normal

5

Page 6: Studi Kasus Dm

Punggung

I : Tampak simetris dalam pergerakan statis dan dinamis, tidak ada retraksi,

tidak terdapat kelainan bentuk tulang belakang

P : Tidak teraba massa, fremitus kanan sama dengan kiri

P : Perkusi sonor di kedua lapang paru

A : Bunyi nafas dasar vesikuler di kedua lapang paru, tidak ditemukan adanya

ronkhi dan wheezing

Ekstremitas

Superior : oedem -/-, sianosis -/-, clubbing finger -/-, telapak tangan tidak pucat

Inferior : oedem-/-, sianosis -/-, clubbing finger -/-, ulkus -/-

Status Neurologis

GCS : E4M6V5 = 15

Pupil : Isokor, Ø 3cm/3 cm, reflek cahaya langsung +/+, reflek cahaya tidak

langsung +/+

Tanda Rangsang Meningeal : tanda-tanda kaku kuduk (-), Brudzinski I dan II (-),

Kernig (-)

Motorik : 5 5

5 5

Sensorik : anestesi dan hipestesi (-)

Refleks fisiologis : normal

Refleks patologis : tidak ditemukan

DIAGNOSTIK HOLISTIK

I. Alasan Kedatangan, harapan dan kekhawatiran.

Alasan kedatangan : Keluhan badan mudah capai, semutan,

Melanjutkan pengobatan rutin DM

Harapan : Keluhannya dapat hilang dan dapat melanjutkan

pengobatan rutin DM

Kekhawatiran : Takut keluhannya bertambah berat

Berhubungan dengan penyakit Diabetes

Melitusnya, masih ada sedikit kekhawatiran pada

6

Page 7: Studi Kasus Dm

diri pasien karena penyakit tersebut tidak bisa

sembuh dan harus minum obat seumur hidup.

Takut bila anggota tubuhnya ada yang luka karena

akan sulit sembuh dan dapat membusuk.

II. Diagnosis Kerja

Diabetes Melitus Tipe II

III. Masalah perilaku dan mentalpsikologikal

a. Belum sepenuhnya menerapkan pola makan yang sesuai dengan terapi gizi

medis bagi pasien DM

b. Kebiasaan tidak berolah raga

c. Tidak rutin mengkontrol kadar gula darahnya

IV. Masalah fungsi psikososial dan lingkungan

a. Pencahayaan dan ventilasi di dalam rumah kurang baik

b. Tata letak barang dalam rumah kurang teratur dan terlalu padat jika

dibandingkan dengan luas rumah

c. Ruang keluarga dan ruang makan menjadi satu dan berhubungan langsung

dengan lingkungan luar.

V. Skala Fungsional

Skala Fungsional 5

7

Page 8: Studi Kasus Dm

Tabel 1. Rencana Tindakan

No Masalah Rincian Rencana Tujuan Indikator keberhasilan

1. Klinis Diabetes Melitus Tipe II Metformin 1x 500 mg Glukodex 2 x 80 mg Diet rendah KH, rendah kolesterol

dan tinggi serat Edukasi dan motivasi mengenai

pola makan sehat, olah raga teratur, dan hindari stres

Kadar glukosa darahmendekati normal dan stabil

Mencegah timbulnya komplikasi DM

Menghilangkan gejala-gejala

Kadar glukosa darah mendekati normal dan stabil

Tidak timbul komplikasi DM

Gejala-gejala menghilang Pasien menerapkan pola

makan sehat, olah raga teratur, dan tidak stres

2. Perilaku Belum sepenuhnya menerapkan pola makan yang sesuai dengan terapi gizi medis pasien

Kebiasaan tidak berolah raga

Tidak rutin kontrol ke Puskesmas

Edukasi dan motivasi untuk sepenuhnya menerapkan pola makan sesuai dengan terapi gizi medis pasien

Edukasi dan motivasi untuk melakukan olah raga secara teratur

Edukasi dan motivasi untuk rajin kontrol ke Puskesmas

Glukosa darah mendekati normal dan stabil

Profil lipid normal dan stabil

Mencegah timbulnya komplikasi DM

Pasien sepenuhnyamenerapkan polamakan sesuai dengan terapi gizi medis pasien

Pasien melakukan olah ragasecara teratur

Glukosa darah mendekatinormal dan stabil

Tidak timbul komplikasiDM

3. Keluarga Keluarga inti yang terdiri dari kepala keluarga dan istri

Tidak ada alokasi dana khusus untuk kesehatan

Pembinaan keluarga

Edukasi dan motivasi alokasi dana kesehatan

Terselesaikannya masalah pasien atas bantuan keluarga dan kemandirian keluarga untuk pola kehidupan yang sehat

Terjaminnya ketersediaan sumber dana untuk berobat

Adanya care giver yangmembantu penyelesaian masalah pola diet, pola kebugaran, yang sesuai dengan kebutuhan keluarga

Terdapat alokasi dana untuk kesehatan

8

Page 9: Studi Kasus Dm

Paradigma kuratif

Kebiasaan merokok di dalam rumah pada anggota keluarga

Edukasi dan motivasi pasien untuk lebih mengutamakan tindakan preventif

Edukasi dan motivasi untuk tidak merokok dan bila merokok tidak di dalam rumah

Paham tentang pentingnya tindakan preventif dibanding kuratif

Menantu memahami bahaya merokok dan pengaruhnya terhadap lingkungan keluarga

Berubahnya paradigma kuratif menjadi preventif

Menantu tidak merokok dan bila merokok tidak di dalam rumah

No Masalah Rincian Tujuan Hasil minggu ke-1 (29/10/2009) Keterangan1. Diabetes Melitus

Tipe II Terapi obat oral : Metformin 1 x 500 mg Glukodex 2 x 80 mg

Kadar glukosa darah mendekati normal dan stabil

Mencegah timbulnya komplikasiDM

Kadar glukosa darah sewaktu pasien 229 mg/dl

Tekanan darah pasien 140/90 mg/dl Ada komplikasi DM

Kadar glukosa darah pasien sehari-hari yang mendekati normal, tekanan darah yang normal dapat mencegah timbulnya komplikasi akibat DM

2. Belum sepenuhnya menerapkan pola makan yang sesuai dengan terapi gizi medis pasien DM

Edukasi dan motivasi untuk menerapkan pola makan sepenuhnya sesuai dengan terapi gizi medis pasien DM

Pasien menerapkan sepenuhnya pola makan sehat sesuai dengan yang terapi gizi medis pasien DM

Pasien belum sepenuhnya menerapkan pola makan sesuai dengan terapi gizi medis pasien DM

Pola makan yang sesuai dengan terapi gizi medis pasien DM dan hipertensi menyebabkan kadar glukosa darah pasien sehari-hari mendekati normal, tekanan darah mencapai target akhirnya dapat mencegah timbulnya gejala-gejala dan komplikasi akibat DM

9

Page 10: Studi Kasus Dm

3. Perilaku tidak berolah raga

Edukasi dan motivasi pasien untuk melakukan olah raga secara teratur

Pasien melakukan olah raga secara teratur

Pasien belum melakukan olah raga Malakukan olah raga secara teratur dapat mengurangi komplikasi kardiovaskuler dan meningkatkan harapan hidup pada pasien DM

Tabel 2. Penatalaksanan Klinis

Tabel 3. Penatalaksanaan Pembinaan Keluarga

Tujuan studi kasus ini adalah teridentifikasinya faktor internal dan eksternal serta diketahuinya efektifitas manajemen pelayanan kesehatan strata pertama berbasis keluarga dalam penatalaksanaan pasien dengan Diabetes melitus tipe II serta pengaruh dukungan keluarga terhadap hasil pelayanan

No Masalah Rincian Masalah Skoring awal penyelesaian masalah

Tindakan Tujuan Skoring akhir kemampuan penyelesaian masalah

1. Organisasi KeluargaKeluarga inti yang terdiri dari suami dan istri

Manajemen sumber daya manusia, tanggung jawab kesehatan keluarga

3 Motivasi penanggungjawab keluarga untuk perhatian akan masalah kesehatan

Risiko kesehatan seluruh anggota keluarga

Harmonisasi dalam keluarga dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan keluarga khususnya masalah pasien

5

10

Page 11: Studi Kasus Dm

Motivasi suami untuk menjadi care giver pasien

2. Pasien (Ny. Y) DM tipe II Pola makan belum

sepenuhnya sesuai dengan terapi gizi medis bagi pasien DM

Kebiasaan tidak berolah raga

Tgl 29/10/09 Pasien tetap minum obat teratur setiap hari

Tgl 8/3/08 Pasien belum melakukan olah raga

3 Metformin 1 x 500 mg Glukodex 2 x 80 mg Diet rendah KH, rendah

kolesterol, rendah garam, dan tinggi serat

Edukasi dan motivasi mengenai pola makan sehat, olah raga teratur, dan hindari stres

Glukosa darah mendekati normal dan stabil

Target tekanan darah tercapai dan stabil

Mencegah timbulnya komplikasi DM

5

11

Page 12: Studi Kasus Dm

III. TINJAUAN PUSTAKA

DIABETES MELITUS (DM)

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin, atau kedua-duanya. WHO sebelumnya telah merumuskan bahwa DM

merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas

dan singkat tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema

anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor dimana didapat defisiensi

insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin.

WHO (1985) mengklasifikasikan penderita DM dalam lima golongan klinis, yaitu

DM tergantung insulin (IDDM), DM tidak tergantung insulin, DM berkaitan

dengan malnutrisi (MRDM), DM karena toleransi glukosa terganggu (IGT), dan

DM karena kehamilan (GDM). Di Indonesia, yang terbanyak adalah DM tidak

tergantung insulin. DM jenis ini baru muncul pada usia di atas 40 tahun. DM tidak

tergantung insulin disebabkan oleh gaya hidup dan pola konsumsi yang tidak

sehat selain karena faktor keturunan.

Langkah-Langkah Untuk Menegakkan Diagnosis DM

Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa

poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat

dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah

lemah, kesemutan, gatal, mata kabur dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus

vulva pada pasien wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah sewaktu

≥ 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan

kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl juga digunakan untuk patokan diagnosis

DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah

12

Page 13: Studi Kasus Dm

yang baru satu kali saja abnormal, belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis

DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan mendapat sekali lagi angka

abnormal, baik kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl, kadar glukosa darah

sewaktu ≥ 200 mg/dl pada hari yang lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral

(TTGO) didapatkan kadar glukosa darah pasca pembedahan ≥ 200 mg/dl.

Modalitas yang ada pada penatalaksanaan Diabetes Melitus terdiri dari :

1. Terapi non farmakologi yang meliputi perubahan gaya hidup dengan

melakukan pengaturan pola makan yang dikenal sebagai terapi gizi medis,

meningkatkan aktivitas jasmani dan edukasi berbagai masalah yang

berkaitan dengan penyakit diabetes yang dilakukan secara terus-menerus

2. Terapi farmakologi yang meliputi pemberian obat anti diabetes oral dan

injeksi insulin. Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar

gula darah secara adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak

efektif pada diabetes tipe I. Contohnya adalah glipizid, gliburid,

tolbutamid, dan kolproamid. Obat ini menurunkan kadar gula darah

dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan

meningkatkan efektivitasnya. Obat lainnya, yaitu metformin, tidak

mempengaruhi pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh

terhadap insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan cara menunda

penyerapan glukosa di dalam usus.

Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada penderita diabetes

tipe II jika diet dan oleh raga gagal menurunkan kadar gula darah secara

adekuat. Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari),

meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian. Jika obat

hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan

baik, mungkin perlu diberikan suntikan insulin.

13

Page 14: Studi Kasus Dm

Terapi Gizi Medis

Terapi gizi medis pada prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang

didasarkan pada status gizi diabetisi dan melakukan modifikasi diet berdasarkan

kebutuhan individual.

Tujuan terapi gizi medis :

1. Kadar glukosa darah mendekati normal

Glukosa puasa berkisar 90-130 mg/dl

Glukosa darah 2 jam setelah makan < 180 mg/dl

Kadar A1c< 7%

2. Tekanan darah < 130/80 mmHg

3. Profil lipid:

Kolesterol LDL < 100mg/dl

Kolesterol HDL > 40mg/dl

Trigliserida < 150 mg/dl

4. Berat badan senormal mungkin

Jenis bahan makanan : karbohidrat 60-70 %, protein 10-15 %, lemak 20-

25 %

Latihan Jasmani

Diabetes merupakan penyakit sehari-hari. Penyakit yang akan berlangsung seumur

hidup. Kadang, diabetes dipandang sebagai tantangan, di waktu lain dianggap

sebagai beban. Tanggung jawab terhadap pengelolaan diabetes sehari-hari,

merupakan milik masing-masing diabetesi. Mereka yang telah memutuskan untuk

hidup dengan diabetes dalam keadaan sehat mempunyai satu persamaan, bahwa

mereka harus melakukan kegiatan fisik.

Pada diabetes tipe II, latihan jasmani dapat memperbaiki kendali glukosa secara

menyeluruh, terbukti dengan penurunan konsentrasi HbA1c yang cukup menjadi

pedoman untuk penurunan risiko komplikasi diabetes dan kematian. Selain

mengurangi resiko, latihan jasmani akan memberikan pengaruh yang baik pada

lemak tubuh, tekanan darah arteriil, sensitivitas barireflek, aliran darah pada kulit,

14

Page 15: Studi Kasus Dm

dll. Angka kesakitan dan kematian pada diabetesi yang aktif, 50 % lebih rendah

dibanding mereka yang santai.

Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan diabetes ada tiga jenis atau tahap

yaitu :

a. Pencegahan primer

semua aktivitas yang ditujukan untuk mencegah timbulnya hiperglikemia

pada individu yang berisiko untuk jadi diabetes atau pada populasi umum.

b. Pencegahan sekunder

Upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi pada pengidap DM.

Mencegah timbulnya komlikasi, menurut logika lebih mudah karena

populasinya lebih kecil, yaitu pasien diabetes yang sudah diketahui dan

sudah berobat, tetapi kenyataannya tidak demikian. Tidak gampang

memotivasi pasien untuk berobat teratur, dan menerima kenyataan bahwa

penyakitnya tidak bisa sembuh. Syarat untuk mencegah komplikasi adalah

kadar glukosa darah harus selalu terkendali mendekati angka normal

sepanjang hari sepanjang tahun. Dalam upaya pengendalian kadar glukosa

darah diutamakan cara-cara nonfarmakologis dulu secara maksimal,

misalnya dengan diet dan olah raga, tidak merokok, dll.

Pada pencegahan sekunder pun, penyuluhan tentang perilaku sehat harus

dilaksanakan ditambah dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer

di pusat-pusat pelayanan kesehatan mulai dari rumah sakit kelas A sampai

ke unit paling depan yaitu puskesmas. Di samping itu juga diperlukan

penyuluhan kepada pasien dan keluarganya tentang berbagai hal

mengenai penatalaksanaan dan pencegahan komplikasi. Penyuluhan ini

dilakukan oleh tenaga yang terampil baik oleh dokter atau tenaga

kesehatan lain yang sudah dapat pelatihan untuk itu (diabetes educator).

Faktor Resiko DM tipe II

15

Page 16: Studi Kasus Dm

Individu-individu yang berisiko untuk menderita DM yaitu :

Umur > 40 tahun

Obesitas, hipertensi

Riwayat keluarga DM

Riwayat melahirkan bayi > 4 kg

Riwayat DM pada saat kehamilan

Dislipidemia

Komplikasi Kronik DM

Retinopati

Nefropati

Penyakit pembuluh darah koroner

Penyakit pembuluh darah perifer

Neuropati

Upaya pencegahan Terjadinya Komplikasi Kronik DM

Pengendalian kadar glukosa darah

Tekanan darah

Pengendalian lipid

Pola hidup sehat

Perencanaan makan.

16

Page 17: Studi Kasus Dm

IV. PEMBAHASAN

Studi kasus dilakukan pada pasien usia 53 tahun yang didiagnosis mengalami

Diabetes Melitus Tipe II. Diputuskan untuk dilakukan binaan terhadap keluarga

dengan alasan :

1. Penyakit pada pasien tergolong penyakit menahun yang akan diderita seumur

hidup. Oleh karenanya perlu dilakukan pembinaan terhadap keluarga agar

anggota keluarga dapat ikut serta dalam pengelolaan penyakit DM

2. Sesuai dengan konsep pelayanan kedokteran keluarga maka bentuk pelayanan

yang dilaksanakan harus memenuhi kriteria :

a. Holistik

b. Komprehensif/Terpadu

c. Memandang pasien sebagai bagian dari keluarganya

d. Menyelesaikan semua keluhan

e. Mempertimbangkan kemampuan sosial

f. Melakukan konsultasi/rujukan pada ahli yang tepat

g. Semua didukung oleh pengetahuan kedokteran dan praktis klinis terkini.

Pada pasien ini, diagnosis DM tipe II ditegakkan berdasarkan anamnesis yang

didapatkan berupa keluhan badan terasa lemas, semutan, riwayat pernah dirawat

di RS dengan GDS 300 mg/dl. Pasien tidak berobat rutin ke puskesmas dan

datang apabila timbul keluhan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran

kompos mentis, TD = 90/60 mmHg, Nadi = 80 x/menit, RR = 20 x/menit, Suhu =

36,9 ºC. Status gizi = Normal (95,7 % BBI), IMT normal ( 20,8). Pada tinjauan

pustaka dinyatakan untuk kelompok tanpa keluhan khas DM (lemah, kesemutan,

rasa baal, gatal, bisul-bisul, keputihan, mata kabur, disfungsi ereksi) disertai

dengan dua nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal (GDS ≥ 200 mg/dl dan

atau GD puasa ≥ 126 mg/dl yang diperiksa pada hari yang sama atau pada hari

yang berbeda sudah cukup untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus.

17

Page 18: Studi Kasus Dm

Faktor resiko yang dipikirkan menjadi penyebab terjadinya Diabetes Melitus tipe

II pada pasien ini adalah obesitas. Tidak ada riwayat penyakit DM dalam

keluarga, namun ayah pasien mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Dalam

literatur dinyatakan bahwa kelompok individu yang berisiko tinggi menderita DM

tipe II diantaranya adalah individu yang mengalami obesitas dan hipertensi.

Obesitas pada pasien ini terjadi akibat faktor perilaku/kebiasaan pasien makan

makanan tinggi lemak, rendah serat/buah & sayur, dan kebiasaan tidak

melakukan olah raga, serta aktivitas fisik yang kurang (hanya di rumah sebagai

ibu rumah tangga).

Penatalaksanaan Diabetes Melitus tipe II yang diberikan kepada pasien dan

keluarganya mencakup edukasi dan terapi medikamentosa. Keluarga dan pasien

diedukasi mengenai pengertian, faktor resiko, cara pengelolaan (terapi

farmakologis dan nonfarmakologis), tujuan dari pengelolaan, dan komplikasi

penyakit DM, serta anjuran untuk tetap rutin kontrol ke pelayanan kesehatan.

Terapi medikamentosa yang diberikan adalah obat anti diabetes oral. Obat anti

diabetes oral yang diberikan adalah golongan Sulfonilurea dan biguanide.

PEMBAHASAN KELUARGA

Edukasi pasien merupakan proses mempengaruhi perilaku, mengubah

pengetahuan, sikap dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mempertahankan dan

meningkatkan kesehatan. Proses tersebut dimulai dengan memberikan informasi

serta interpretasinya yang terintegrasi secara praktis sehingga terbentuk perilaku

yang menguntungkan kesehatan. Dukungan keluarga dekat sangat penting dalam

pembentukan perilaku kesehatan yang baik.

Saat pasien datang ke Puskesmas Rawat Inap Kedaton tanggal 22 Oktober 2009,

tatalaksana yang dilakukan adalah pemberian Metformin dan Glukodex. Pasien

juga dianjurkan untuk minum obat teratur setiap hari dan kontrol kembali bila

obat habis, serta menerapkan pola makan sesuai dengan terapi gizi medis bagi

18

Page 19: Studi Kasus Dm

pasien DM dan melakukan olah raga secara teratur. Pasien juga diinformasikan

bahwa pemeriksa akan melakukan kunjungan ke rumah pasien.

Lima hari kemudian 27 Oktober 2009, dilakukan kunjungan rumah yang pertama.

Pada kesempatan tersebut dilakukan perkenalan dengan keluarga pasien serta

diberikan penjelasan mengenai pembinaan keluarga. Setelah itu dilakukan

anamnesis yang lebih mendalam mengenai keadaan pasien, keluarga dan

perilaku /keadaan yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya Diabetes Melitus

pada pasien. Dari anamnesa tersebut kami memperoleh informasi bahwa pasien

memiliki kebiasaan / pola makan yang tidak sehat (makan makanan tinggi lemak,

dan rendah serat) dan kebiasaan tidak berolah raga. Perilaku seperti itu

menyebabkan badan pasien menjadi gemuk ( 65 Kg). Dari hasil wawancara

dengan pasien dan keluarga, dapat disimpulkan bahwa pasien dan keluarga belum

banyak mengetahui mengenai penyakit DM. Kemudian kepada keluarga

dijelaskan bahwa penyakit DM merupakan penyakit menahun yang akan diderita

seumur hidup, sehingga yang berperan dalam pengelolaannya tidak hanya dokter,

perawat dan ahli gizi, akan tetapi lebih penting lagi keikutsertaan pasien sendiri

dan keluarganya. Pengelolaan penyakit DM meliputi terapi farmakologis dan

nonfarmakologis. Tujuan dari pengelolaan itu sendiri adalah menurunkan resiko

komplikasi dan kematian akibat penyakit DM.

Pembinaan kedua dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2009. Dari anamnesis yang

dilakukan diketahui bahwa saat ini pasien masih mengeluh badannya mudah

capai, semutan, dan mata sedikit kabur. Menurut pasien, ia minum obat teratur

setiap hari, tetapi pasien kurang menerapkan pola makan yang sesuai dengan

terapi gizi medis dan tidak berolah raga. Pada pemeriksaan tekanan darah

didapatkan hasilnya 140/90 mmHg, berat badan 47 Kg. Pasien diberitahu masih

perlu memperbaiki pola hidupnya da saat itu juga kami lakukan edukasi dan

motivasi kembali kepada pasien dan keluarga mengenai pelaksanaan pengelolaan

DM yang baik agar tujuan dari pengelolaan itu dapat tercapai.

Dari hasil pengamatan terhadap lingkungan rumah pada saat kunjungan pertama

juga didapatkan keadaan rumah tampak kurang bersih dan tata letak barang di

rumah kurang teratur. Rumah berada di lingkungan pemukiman yang padat.

19

Page 20: Studi Kasus Dm

Kemudian kepada keluarga dijelaskan bahwa selain perilaku, lingkungan juga

sangat mempengaruhi derajat kesehatan seseorang. Menjaga kebersihan dalam

dan luar rumah dapat mencegah timbulnya penyakit.

Kunjungan rumah ketiga pada tanggal 4 Nopember 2009. Dari anamnesa

diketahui bahwa pasien masih mengeluh badannya mudah capai, semutan, dan

mata sedikit kabur. Pasien mengaku kurang menerapkan pola makan yang sesuai

dengan terapi gizi medis dan tidak berolah raga. Pasien hanya mengandalkan

minum obat saja. Kunjungan rumah keempat pada tanggal 7 Nopember 2009.

Dari anamnesa diketahui bahwa pasien sudah mengerti tentang Diabetes Melitus

dan komplikasinya. Pasien juga sudah mulai menerapkan pola makan yang sesuai

dengan terapi gizi medis yang telah disampaikan pada saat intervensi dan

melakukan olah raga ringan berupa jalan sehat setiap pagi selama kurang lebih 30

menit.

HASIL STUDI

Pasien

1. Dari pemeriksaan klinis telah terdiagnosis sebagai Diabetes melitus tipe II

2. Perilaku : pasien sudah mulai menerapkan pola makan yang sesuai dengan

terapi gizi medis pasien DM dan berolah raga setiap pagi.

3. Pasien telah memahami tentang penyakit DM, cara pengelolaan (terapi

farmakologis dan nonfarmakologis), tujuan dari pengelolaan, dan

komplikasi penyakit DM.

Keluarga

1. Keluarga mulai memahami tentang penyakit DM dan komplikasinya, cara

pengelolaan (terapi farmakologis dan nonfarmakologis), tujuan dari

pengelolaan, dan komplikasi penyakit DM.

2. Keluarga telah ikut berperan serta dalam upaya pengelolaan penyakit DM

3. Keluarga telah memahami bahwa lingkungan dalam dan luar rumah yang

bersih dapat mencegah penyakit.

20

Page 21: Studi Kasus Dm

IV. SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Dari kegiatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

1. Telah ditegakkan diagnosis DM tipe II pada Ny. Y 53 tahun atas dasar

anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang serta telah

ditatalaksana dengan pemberian terapi medikamentosa, edukasi, dan motivasi

untuk melakukan terapi nonfarmakologis.

2. Pasien dan keluarganya telah mengetahui bahwa resiko komplikasi dan

kematian akibat DM dapat diturunkan dengan melakukan pengelolaan yang

baik terhadap penyakit DM itu sendiri.

3. Pasien sudah mencoba menerapkan pola makan sesuai dengan terapi gizi

medis pasien DM namun belum sepenuhnya dan pasien juga telah melakukan

latihan jasmani berupa jalan biasa setiap pagi selama ± 30 menit.

4. Keluarga telah ikut berperan serta dalam upaya pengelolaan penyakit DM.

5. Keluarga telah mengetahui pentingnya memiliki dana khusus untuk kesehatan

dan memiliki keinginan untuk dapat menyediakan alokasi dana khusus untuk

kesehatan.

21

Page 22: Studi Kasus Dm

SARAN

Untuk Pasien dan Keluarganya

Perlu meningkatkan pengetahuan/wawasan mengenai penyakit DM dan

komplikasinya sehingga dapat melakukan pengelolaan dengan baik

Perlu meningkatkan kesadaran dan tekad untuk melakukan pengelolaan

penyakit DM dengan sepenuhnya sehingga tujuan dari pengelolaan itu

sendiri dapat tercapai.

Tetap mempertahankan kebiasaan minum obat teratur setiap hari dan rutin

kontrol ke pelayanan kesehatan

Keluarga perlu mengoptimalkan kerjasama antar anggota keluarga untuk

meningkatkan kesehatan keluarga.

Untuk Pembina Selanjutnya

Pemantauan dan re-evaluasi pola hidup pasien

Anamnesis keluhan, pemeriksaan tekanan darah dan glukosa darah pasien

Perlu pembinaan lebih lanjut pada pasien dan keluarga mengenai perilaku

sehat berhubungan dengan pengelolaan penyakit DM

Untuk Pelaksana Pelayanan Kesehatan

Perlunya pelayanan kesehatan yang lebih menyeluruh, komprehensif,

terpadu dan berkesinambungan

Adanya sistem pemantauan dan pembahasan di fasilitas kesehatan secara

periodik mengenai kasus yang dibina, bagi kesinambungan pelayanan dan

pemantauan.

Perlu ditingkatkan usaha promosi kesehatan kepada masyarakat.baik

mengenai pencegahan primer maupun sekunder terhadap penyakit DM

22

Page 23: Studi Kasus Dm

DAFTAR PUSTAKA

Ariatma Dwi Surya. Penggunaan kaptopril Pada Pasien Hipertensi dengan Diabetes Mellitus. Desember 2007. Diakses 3 Maret 2008. http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news_print.asp?IDNews=442

Gustaviani, Reno. 2007. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta

Harian Kompas. Pencegahan Diabetes pada Penderita Hipertensi . Juli 2004. Diakses 3 Maret 2008. http://64.203.71.11/kompas cetak/0407/09/humaniora/1138841.htm

Nilamsari, Wenny Putri. Studi Penggunaan Obat pada Penderita DM tipe 2

dengan Hipertensi (Penelitian pada Penderita Rawat Inap di Ruang Penyakit Dalam RSU Dr.Soetomo Surabaya). Januari 2007. Diakses 3 Maret 2008. http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=jiptunair-gdl-s1-2007-nilamsariw-4870&PHPSESSID=e99ecec43aeb91a73c0e368ce140cf5f

Slamet Suyono. 2006. Diabetes Melitus di Indonesia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta

Soebardi, Suharko . 2007. Terapi Non Farmakologis Pada Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta

Triaseka. Diabetes Melitus. Mei 2007. Diakses 3 Maret 2008. http://www.spunge.org/~triaseka/index.php?categoryid=20&p2_articleid=99

23

Page 24: Studi Kasus Dm

Lampiran 1

DAFTAR ANGGOTA KELUARGA (seluruh anggota keluarga yang tinggal dalam 1 rumah)

No. Nama Kedudukan Dalam

Keluarga

L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Klinik

(Y/T)

Keterangan

1. Sumarki Suami / KK L 55 tahun STM Pegawai Dinas

Perhubungan

T Sehat

2. Yuliati Istri P 53 tahun SMA Ibu Rumah Tangga Y Sakit

3 Fenti Anak P 35 tahun D III Ibu Rumah Tangga T Sehat

4 Ade Anak P 24 tahun SMA Ibu Rumah Tangga T Sehat

5 Darmawi Menantu L 35 tahun SMA Abodemen T Sehat

6 Sugandi Menantu L 26 tahun SMA Supir T Sehat

7 Dino Cucu L 5 tahun - - T Sehat

8 Davira Cucu P 8 bulan - - T Sehat

9 Enja Cucu P 13 bulan - - T Sehat

24

Page 25: Studi Kasus Dm

Lampiran 2

Genogram Keluarga

Tn. S/55 th Ny. Y/53 th

Tn. D/35 th Ny. F/35 th Tn S/26 th Ny. A/24 th

Keterangan : An. E/13 bln

An. D/5 th An. D/8 bln : Laki-laki : Meninggal

: Perempuan

: Pasien : Anggota keluarga yang tinggal serumah

Lampiran 3

25

Page 26: Studi Kasus Dm

Hubungan kedekatan Keluarga

Lampiran 4

26

Ny.Y/53 thTn.S/55 th

Ny.F/35 th

Tn.D/35 th

An.D/5 th

An.D/8 bln

An.E/13 bln

Tn.S/26 th

Ny.A/24 th

Page 27: Studi Kasus Dm

Denah Rumah Keluarga

U

Keterangan

J A, B, C : Kamar Tidur

L D, F, G : Kamar Tidur

I E : Ruang Keluarga + Ruang Makan + RuangTamu

H : Dapur

15 m I : WC

G J : Sumur

K : Halaman

H L : Rumah Tetangga

K F E

D

A B C

7,5 m

Lampiran 5

27

Page 28: Studi Kasus Dm

Peta Rumah Dicapai dari Klinik

Gang PU

Jl. Zainal Abidin Pagar Alam

Jl. Sultan Agung

± 100 m Jl. Tunggul Ametung

28

Puskesmas Kedaton

Rumah Pasien

Page 29: Studi Kasus Dm

Foto Leaflat yang digunakan untuk intervensi

Kegiatan saat intervensi

24

Page 30: Studi Kasus Dm

Foto pasien dan keadaan rumah

Halaman depan

Foto pasien

KAMAR

Ruang tamu + ruang makan

DAPUR

SUMUR

WC

25