studi kasus
TRANSCRIPT
LAPORAN HASIL KEGIATANSTUDI KASUS
OLEH
FRANS DWI OKTAREZA(06091007027)
DOSEN : DR. YOSEF BARUS, M.A.
MATA KULIAH : STUDI KASUS
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA2012
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan Penyusunan Laporan Hasil Kegiatan Studi Kasus dengan
tepat waktu, tanpa suatu halangan yang berarti. Laporan ini disusun
Penulis menyadari di dalam menyusun Laporan ini bukan hanya
atas kemampuan dan usaha penulis semata, namun juga bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis sampaikan
terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan ini masih jauh dari
sempurna dan banyak kekurangan. Hal ini karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan penulis, untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memiliki arti sebagai
sumbangan bagi saya juga dunia pendidikan dan khususnya dalam
bidang bimbingan dan konseling.
Indralaya, Januari 2012
Frans Dwi Oktareza
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................1
A. LATAR BELAKANG..............................................................................1
B. TUJUAN..............................................................................................1
C. RUMUSAN MASALAH..........................................................................2
D. MANFAAT...........................................................................................2
BAB II PELAKSANAAN STUDI KASUS..........................................3
1. METODE PENGUMPULAN DATA..........................................................3
2. IDENTIFIKASI MASALAH......................................................................4
2.1. Latar Belakang Masalah..............................................................4
2.2. Identitas Masalah........................................................................5
2.3. Deskripsi Masalah.......................................................................5
3. KETERBATASAN STUDI.......................................................................9
BAB III DIAGNOSIS MASALAH..................................................10
A. Penyebab Kasus..............................................................................10
B. Kasus Yang Muncul..........................................................................10
C. Ketekaitan Hasil Studi dengan Dimensi Studi Kasus......................10
BAB IV PROGNOSIS................................................................12
A. INTERVENSI KASUS..........................................................................12
B. PENDEKATAN DALAM MELAKUKAN INTERVENSI KASUS...................13
BAB V PENUTUP.....................................................................16
A. KESIMPULAN...................................................................................16
B. SARAN............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................iv
LAMPIRAN...............................................................................v
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia harus dapat mengembangkan dirinya seutuhnya dan
berupaya menghindari diri dari berbagai sumber rintangan dan
kegagalan. Dari upaya ini diharapkan manusia mampu secara dinamis
dalam menyelesaikan masalah tersebut secara benar.
Namun dalam kenyataannya untuk mngembangkan manusia
seutuhnya tidaklah mudah. Hal ini, menurut Prayitno (1999) diakibatkan
oleh sifat manusia itu sendiri yang seringkali melampaui batas, kekurang
mampuan berhubungan sosial dan individual, kelemahan sarana dan
prasarana dan upaya, adanya hubungan yang tidak serasi antara
manusia dan lingkungannya. Hal inilah yang sering kali menimbulkan
permasalahan baik itu dirasakan secara individual, kelompok ataupun
keseluruhan masyarakat.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut diperlukan penyelenggaraan layanan BK baik disekolah maupun
luar sekolah. Berbagai latar belakang yang ada serta sesuai dengan
tuntutan positif lingkungannya, tujuan khusus dari BK adalah penjabaran
tujuan umum yang dikaitkan langsung dengan permasalahan yang
dialami, sesuai dengan kompleksitas permasalahan itu.
Berdasarkan dari paparan diatas, salah satu upaya yang dilakukan
dalam tujuan BK di atas, adalah melakukan "Studi Kasus" dimana studi
kasus ini mengungkapakan fakta-fakta yang terkait dengan
permasalahan yang timbul serta sebab masalah tersebut yang kemudian
menetapkan langkah-langkah penetapan masalah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dalam melakukan studi kasus
ini, penulis merumuskan masalah yaitu :
1. Bagaimana cara melaksanakan Studi Kasus?
2. Apa saja Masalah yang perlu di Identifikasikan dalam Studi Kasus
3. Apa masalah yang muncul pada siswa yang menjadi objek studi
kasus?
C. Tujuan Studi
a. Sebagai upaya untuk mengangani langsung sumber pokok
permasalahan dengan tujuan untuk teratasinya atau
terpecahkannya permasalahan.
b. Permasalahan sebenarnya yang terdapat pada diri seseorang
yang sebenarnya besar kemungkinan tidak tepat sama dengan
yang tampak pada pendeskripsian awal, oleh karena itu
diperlukan upaya pendalaman lebih lanjut agar dapat tercapainya
permasalahan yang lengkap dan mantap berkenaan dengan
permasalahan tersebut.
c. Sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan yaitu : untuk
penelitian, dasar diagnosis, untuk mempelajari individual dan
sekaligus mengembangkan individual tersebut agar kehidupannya
dapat berjalan secara efektif sehari-hari
D. Manfaat Studi Kasus
a. Bagi Konselor
Diharapkan laporan dapat bermanfaat bagi Konselor di Sekolah
dalam memahami permasalahan yang dihadapi oleh Sadam baik
penyebab dan permasalahan yang muncul pada diri Sadam dengan
cara menggali akar-akar daripermasalahan tersebut. Dan juga dapat
memberikan bantuan kepada Sadam untuk perkembangannya yang
optimal.
b. Individu yang berkasus
Dapat Membantu kasus dalam memahami masalahnya dalam
upaya pengentasan masalah yang sedang dihadapinya tersebut,
sehingga kasus bisa menjalankan kehidupannya dengan efektif.
c. Bagi Lembaga Sekolah
Studi kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagi anggota
lembaga sekolah. Dengan melakukan Studi kasus ini dapat
memberikan informasi perkembangan anak agar Studi kasus ini
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi unsur organisasi di sekolah
bagi menindak lanjuti kasus yang ada pada Sadam.
BAB IIPELAKSANAAN STUDI KASUS
Kamus Psikologi (Kartono dan Gulo, 2000) menyebutkan 2 (dua)
pengertian tentang Studi kasus (Case Study) pertama Studi kasus
merupakan suatu penelitian (penyelidikan) intensif, mencakup semua
informasi relevan terhadap seorang atau beberapa orang biasanya
berkenaan dengan satu gejala psikologis tunggal. Kedua studi kasus
merupakan informasi-informasi historis atau biografis tentang seorang
individu, seringkali mencakup pengalamannya dalam terapi. Terdapat
istilah yang berkaitan dengan case study yaitu case history atau disebut
riwayat kasus, sejarah kasus. Case history merupakan data yang
terimpun yang merekonstruksikan masa lampau seorang individu,
dengan tujuan agar orang dapat memahami kesulitan-kesulitannya yang
sekarang . serta menolongnya dalam usaha penyesuaian diri
(adjustment) (Kartini dan Gulo, 2000).
Studi Kasus pendidikan merupakan suatu penelitian atau
pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasi
suatu kasus (case) pendidikan (pembelajaran) dalam konteksnya secara
natural (alami) tanpa adanya intervensi dari pihak luar. Kasus (case)
bisa dalam bentuk: (a) sederhana atau kompleks; (b) individual (kasus
tunggal) atau kelompok (cluster / multi kasus); (c) statis atau dinamis
(Yin, Robert, K. 1981; Creswell.J.W. 2005).
Studi Kasus pendidikan berkaitan dengan upaya mencari
pemecahan kasus yang dihadapi oleh peserta didik, baik secara individu
atau kelompok, baik berkaitan dengan kesulitan belajar, masalah karir
dan masalah kepribadian menyimpang.
1. METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam melakukan Studi kasus, banyak metode Pengumpulan Data
yang di pakai, dalam hal ini saya memakai 3 metode pengumpulan data
diantaranya yaitu ;
1. Wawancara
Wawancara adalah alat pengumpul data untuk memperoleh
data dan informasi dari nara sumber secara lisan. Selama pertemuan
pewawancara yang membutuhkan informasi mengajukan pertanyaan
minta penjelasan atas jawaban-jawaban yang diberikan, dan
membuat catatan mengenai hal-hal yang diungkapkan kepadanya.
Wawancara dapat digunakan untuk untuk mengumpulkan data dan
informasi yang sulit diperoleh dengan lain cara, untuk melengkapi
data dan informasi yang telah diketahui melalui saluran lain, dan
untuk mengecek kebenaran dari fakta dan data yang telah diperoleh
Dalam melakukan Studi Kasus ini saya melakukan wawancara
langsung ke pada Klien dan orang-orang yang terkait dengan klien
saya seperti teman yang dianggapnya dekat, pacar yang baru-baru
ini dan orang yang dekat pada saat kegiatan di luar sekolah.
Wawancara juga dilakukan kepada beberapa guru seperti wali kelas,
wakil kepala sekolah dan juga guru BK di sekolah.
2. Observasi
Saya melakukan penilaian yang dilakukan dengan
menggunakan indera secara langsung. Hal ini dilakukan dengan
proses memperhatikan Sadam dalam melakukan suatu kegiatan.
Untuk melakukan ini saya melakukannya dengan menggunakan
intrumen yang sudah dirancang sebelumnya.
Observasi saya lakukan secara berulang dimana pengamatan
optimal dilakukan 2 kali dalam satu minggu. Observasi juga
dilakukan di dalam kelas SADAM untu melihat bagaimana SADAM
waktu dikelas.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah berbagai data yang sudah
didokumentasikan atau diadminstrasikan, misalnya nilai hasil belajar
yang telah diperoleh siswa, data tentang kehadiran siswa, data
tentang keberhasilan siswa setelah menamatkan sekolah, baik
dalam studi lanjutan maupun dalam karir di masyarakat. . Data-data
tersebut dapat dijadikan bahan evaluasi guru Bimbingan dan
konseling untuk melihat dampak layanan bimbingan dan konseling
terhadap kegiatan pembelajaran, dan terhadap keberhasilan siswa
setelah menamatkan sekolah tersebut
Dalam melakukan studi kasus, adapun pengumpulan data
yang saya gunakan yaitu dengan memanfaatkan Dokumentasi yang
ada, baik itu dari pihak tata usaha maupun guru BK. Adapu yang
saya peroleh yaitu ; 1. Buku Leger, 2. Buku Rekap Absen Bulanan, 3.
Buku Pribadi Siswa dari GBK, 4. Buku Kasus
2. IDENTIFIKASI MASALAH
2.1. Latar Belakang
Dalam melakukan Studi kasus, Latar belakang pemilihan kasus
antara lain dengan rekomendasi dari guru pembimbing, yang
menyatakan bahwa kasus perlu untuk dibantu dam Kasus secara
menetap, memperlihatkan tingkah laku yang bermasalah. Studi
Dokumentasi juga dilakukan sebelum memilih objek Studi kasus. Setelah
dapat rekomendasi dari guru pembimbing, maka saya mendapatkan
Individu yang menjadi target dalam pelaksanaan Studi kasus ini.
2.2. Identitas Kasus
Nama Klien : SADAM (Pseudoname)
Tempat / tgl lahir : Pedamaran, 15 April 1995
Jenis kelamin : Laki – laki
Anak ke : 4 dari 6 bersaudara
Sekolah : SMAN 1 Pedamaran kelas XI IPS 1
Kelas : XI IPS 1
Agama : Islam
Hobi : Bola kaki.
Cita-cita : Polisi
Nama Ayah : Masri
Nama Ibu : Eni Erawati
Pekerjaan Ayah : Buruh Tani
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Status dalam keluarga : Anak kandung
Alamat kasus : Jl. Sersan Dahlan Ds. Menang Raya.
Kec. Pedamaran. Kab.OKI
Alamat Orangtua kasus : Jl. Sersan Dahlan Ds. Menang Raya.
Kec. Pedamaran. Kab.OKI
2.3. Deskripsi Masalah
Ruang lingkupnya adalah sebagai berikut ini:
a. Identitas Kasus ( Terlampir )
b. Masalah Label kasus
Sadam dulunya anak yang tergolong baik dan tidak bertingkah
nakal, terlihat pada ia masih kelas X. ketika ia duduk di bangku XI
IPS 1, ia menunjukan prilaku yang nakal dan sering Bolos sekolah
maupun jam pelajaran.
Guru pembimbing Sadam pernah memergoki Sadam sedang
pacaran di tempat yang sepi di belakang kelasnya di pondok
dalam kebun karet masyarakat. Maka dari ini Sadam pernah di
panggil dan dianggap telah berbuat berlebihan.
Wali kelas dan Guru mata pelajaran lainnya juga berkomentar
bahwa Sadam sering tidak ikut belajar dalam kelas, Sadam sering
Alpa dan sering Izin tidak masuk. waktu didalam kelas pada saat
Sadam mengikuti pelajaran, guru juga banyak berkomentar
bahwa Sadam sering mengganggu teman-teman lainya. Maka dari
itu guru-guru menganggap Sadam anak yang nakal.
Teman-teman Sadam pun banyak tidak senang dengan
tingkah Sadam yang berlebihan itu dan temannya juga mengaku
bahwa mereka Cuma berteman biasa saja dan cuma berteman
disekolah saja.
c. Latar Belakang Keluarga Sadam
Orangtua
Berdasarkan keterangan yang diperoleh ditemukan bahwa
orangtua kasus adalah orangtua kandung dan semuanya tinggal
bersama SADAM. Menurut Sadam Orangtuanya juga cukup
memperhatikannya, karena setiap pagi orangtuanya selalu
membangunkannya dan menyuruhnya bersekolah.
Status ekonomi kelurga kasus
Berdasarkan hasil himpunan data siswa status ekonomi
keluarga tergolong pada bagian keluarga menengah kebawah ini
dilihat dari pekerjaan orangtuanya dan pengakuan Sadam sendiri.
Agama yang dianut
Agama yang dianut dalam keluarga SADAM adalah agama
islam, SADAM pun menganut agama islam.
Sikap anggota keluarga terhadap kasus.
Dalam hasil wawancara yang dilakukan kepada Sadam,
keluarga SADAM memberikan perhatian sebagaimana mestinya
orang tua dan anak serta kerukunan keluarganya bagus.
Metode dan bentuk penguatan orang tua
Pernyataan Orangtua kasus, mereka suka memberi nasehat
dan penguatan kepada kasus, seperti rajin-rajin belajar, selalu
membuatt PR, dan sebagainya.
Alamat rumah
Kasus berdomisili di Pedamaran, dan Orangtua kasus tinggal
bersama dengan SADAM dan dengan Saudara lainnya.
d. Kesadaran dari diri kasus sendiri
Dalam wawancara yang telah dilakukan, Sadam mengaku
bahwa dia telah dipandang buruk oleh guru-guru disekolahnya
dan juga oleh temannya. Dia juga bilang tidak ada masalah
karena dia Cuma ingin merasakan bagaimana rasanya jadi anak
nakal dengan alasan untuk mencari pengalaman.
Dia juga mengaku bahwa dia sering bertingkah nakal
karena ikut sama teman-temannya yang selalu mengajak Sadam
keluar kelas pada waktu jampelajaran.
e. Data kesehatan fisik
Berdasarkan data yang diperoleh dalam buku himpunan
data siswa dan hasil wawancara, tidak adanya gangguan yang
dialaminya baik itu penyakit dari lahir maupun bukan dan
keadaan fisik yang dimilikinya pun Normal.
f. Latar belakang Pendidikan:
Sadam merukapan anak Tamatan dari SMP N 1 Pedamaran.
Pada saat SMP Sadam adalah anak yang pintar. Data ini saya
dapat dari Sadam sendiri dan Salah satu guru SMP N 1
Pedamaran. Sadam mengaku bahwa dia selalu mendapatkan
ranking 3 besar dikelas, maka dari itu saya menguji kebenarannya
dengan bertanya kepada salah satu Guru SMP N 1 Pedamaran dan
hasilnya emang sesuai dengan pengakuan Sadam itu sendiri. di
SMA pun waktu kelas X Sadam duduk di kelas X.1, kelas itu
merupakan kelas kumpulan dari anak pintar.
Sekarang Sadam duduk di kelas XI IPS 1 dan tidak
mendapatkan juara kelas. Ini menunjukan adanya kemerosotan
Prestasi belajar dari dalam diri Sadam. Sekarangpun Sadam
sering menunjukan Motivasi belajarnya yang kurang.
g. Perkembangan sosial kasus:
Berdasarkan hasil himpunan data siswa dapat diperoleh
keterangan bahwam Dalam hubungan sosial Sadam berada pada
posisi rata-rata dalam kelas, Keterlibatan dalam kegiatan
kelompok sebagai pengikut, Kedisiplinan dalam kegiatan
kelompok dan kelas SADAM sering mengabaikan tata tertib yang
ada.
Sadam menunjukan tingkah laku yang menyimpang dan
tergolong anak nakal dalam kelasnya. Kebanyakan teman-
temannya pun adalah anak-anak yang tergolong nakal juga.
Sadam sering ikut dengan ajakan-ajakan temannya demi menjaga
pertemanannya.
Sadam pernah memiliki beberapa pacar dalam satu sekolah
itu, tapi sekarang Sadam sedang tidak memiliki pacar karan baru
saja mengalami permasalahan dengan pacarnya dan akhirnya
hubungan mereka terputus. Menurut pengakuan Sadam, dapat
disimpulkan penyebab Sadam putus dengan pacarnya karena
adanya kesalahpahaman dan juga factor keluarga pacar Sadam.
Sadam pernah mengalami konflik dulunya dengan kakak
pacarnya Sadam maka dari itu kakak pacarnya selalu mendesak
pacar Sadam untuk tidak lagi berhubungan dengan Sadam. Selain
itu baru-baru ini Sadam memiliki konflik dengan pacar barunya
mantan pacar Sadam itu sendiri dan sempat terjadi perkelahian
antaranya. Dalam pengakuan Sadam, dia berkelahi itu karena
cowok baru pacarnya itu telah menjelek-jelekan namannya
kepada pacarnya, maka dari itu Sadam tidak dapat lagi
mengendalikan emosinya lagi karena dia beranggapan bahwa ini
telah menginjak-injak harga dirinya.
h. Motivasi Belajar SADAM
Untuk motivasi dalam belajar SADAM merupakan anak yang
setengah rajin. Dia bisa rajin kalau dia senang dengan
pelajarannya itu. SADAM tidak pernah mengerjakan PR yang
diberikan gurunya padahal dia tahu itu, kalaupun dikerjakan oleh
SADAM, PR itu hanya dikerjakan sekedarnya saja. SADAM sering
datang terlambat di sekolah karena ia lebih asik pergi ke warung
dahulu untuk merokok dan nongkrong bersama temannya dari
pada mengikuti pelajaran dengan tepat waktu hal ini berlaku
kepada pelajaran yang kurang disenanginya, lainhalnya dengan
pelajaran yang disenanginya. Pelajaran yang disennginya itu
dilihat dari cara belajarnya dan hobinya.
i. Perkembangan emosional kasus:
Masalah menyangkut perkembangan emosional sangat
terlihat pada kasus yang satu ini diantaranya adalah, akibat tidak
mampu mengontrol emosi, seperti egois, dan suka berkata kasar,
oleh sebab itulah kasus cenderung dijauhi oleh beberapa teman
kasus, dan kasus sering asik diluar kelas dibanding dalam kelas
karena temannya kebanyakan dari siswa yang nakal.
Masalah emosi ini juga sering mengantarkan Sadam dalam prilaku
menyimpang seperti Berkelahi dan sebagainya.
j. Pengalaman kerja kasus
Kasus belum ada pengalaman kerja apapun karena masih
sekolah dan masih di biayai oleh orangtua kasus
k. Kebiasaan yang sering dilakukan
Hampir setiap harinya SADAM selalu bolos di jam pertama
karena pergi kekantin untuk makan dan nongkrong bersama
teman.
3. KETERBATASAN STUDI
1) Sumber informasi didapat dari lingkungan sekolahnya baik itu
Guru-guru yang mengajar SADAM dan temn-teman dekatnya
serta orang yang mempunyai hubungan khusus dengan SADAM.
2) Tidak dilakukannya kunjungan rumah dan wawancara
orangtuanya karena SADAM tidak menunjukan adanya masalah
yang berkaitan dengan keluarganya.
BAB IIIDIAGNOSIS
A. PENYEBAB KASUS
Melihat dari Identifikasi masalah diatas, dapat disimpulkan
penyebab permasalahan yang dihadapi oleh SADAM Pertama, Sadam
banyak memiliki teman yang tergolong nakal. Dan Sadam sendiri suka
ikutan dengan ajakan-ajakan dari temannya tersebut. Kedua, Sadam
merasa jenuh dengan gaya belajar yang diberikan oleh gurunya. Maka
dari itu Sadam sering merasa bosan dengan pelajaran. Ketiga, Sadam
menunjukan bahwa dia sedang mengalami masa Puber yang sering
mencoba-coba dalam suatu hal, dan sayangnya yang dia coba ini
mengarah kearah Negatif. Dan yang terakhir yaitu yang Keempat, Emosi
yang dimiliki Sadam sering tidak terkendali dan suka meledak-ledak
B. KASUS YANG MUNCUL
Dari perkiraan penyebab diatas, maka hal itu membuat Sadam
tergolang anak yang nakal karena kebanyakan dari teman-temannya
adalah anak yang nakal juga, sedangkan dalam hal berteman dalam diri
Sadam ada rasa yang selalu nggak enakan dan selalu ikut ajakan dari
temannya dalam hal apapun itu.
Melihat Sadam merasa jenuh dalam proses belajar yang diikutinya
maka dari itu hal ini menambah hal yang negative pada diri Sadam.
Sadam lebih suka diluar kelas yang bebas dan asik dengan teman
dibanding ikut pelajaran yang membosankan. Ditambah lagi Sadam
sedang mengalami masa puber yang mudah tertarik dengan cewek dan
suka berbuat mencoba-coba. Sadam memiliki teman yang nakal maka
niat yang mencoba-cobanya itupun kearah negative. Hal ini
menyebabkan penyimpangan prilaku kepada Sadam. Jika hal ini tidak
diselesaikan, maka akan membuat Sadam jauh tenggelam kearah
negative. Hal ini juga di dukung oleh Emosi Sadam yang kurang bisa di
kontrol dalam mengekspresikan prasaannya.
C. Keterkaitan Hasil Studi dan Dimensi Studi Kasus
1. Dimensi Sebab akibat
Dari beberapa permasalahan yang dialami oleh kasus tersebut
terlihat jelas bahwa, jika masalah tersebut tidak segera terentaskan
dan teridentifikasi maka akan berakibat tidak baik bagi kasus
tersebut.
2. Dimensi Fisik
Melihat perkembangan masalah selanjutnya jika masalah ini
tidak segera terentaskan maka kecenderungan pelanggaran
tatatertib akan selalu terjadi pada si anak.
3. Dimensi psikologis
Sejalan dengan keterangan di atas, lambat laun jika masalah
tersebut semakin menjadi-jadi dan tidak segera terentaskan maka
akan berdampak buruk bagi sisi psikologis dan akan mengakibatkan
SADAM tenggelam dengan keadaan yang dia ikuti.
4. Dimensi nilai dan moral
Jika ditinjau dari segi ini sangat diharapkan agar kasus dapat
berkembang secara baik, dari segala segi baik itu sosial, emosional,
moral, nilai-nilai hidup yang positif serta tentunya hubungan dengan
Tuhan.
BAB IVPROGNOSIS
Setelah melakukan Identifikasi masalah serta mendiagnosis
masalah yang terjadi pada SADAM, maka perlu di adakannya Intervensi
Kasus terhadap Sadam. Intervensi Kasus dilakukan dengan tujuan agar
Sadam tidak mengalami Penyimpangan yang terlalu jauh.
Intervensi yang dilakukan disini adalah bagaimana kita sebagai
konselor memberikan bantuan terhadap Individu dengan tujuan
memberikan jalan keluar dari permasalahan yang dialami oleh kasus
tersebut, Bantuan disini mencakup segala aspek hendaknya baik itu,
sikap, tingkah laku, pandangan hidup dan lain sebagainya yang
sekiranya terindikasi mengalami permasalahan dalam diri kasus,
sehingga efectife dayly living kasus dapat berjalan dengan baik.
A. INTERVENSI KASUS
Secara Umum, ada beberapa Intervensi yang diberikan kepada
Sadam melalui dengan pelaksanaan layanan-layanan Bimbingan dan
Konseling di sekolah. Layanan-layan yang diberikan adalah berupa :
(1) Layanan Orientasi, untuk membantu peserta didik memahami
lingkungan yang baru (sekolah dengan fasilitas yang ada, guru,
karyawan dan teman yang baru dikenal, dan kultur sekolah) guna
mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik dalam
penyesuaian diri terhadap lingkungan baru
(2) Layanan Informasi, secara umum dilakukan bersamaan dengan
Layanan Orientasi, untuk memberikan pemahaman kepada peserta
didik dalam menerima dan memahami berbagai informasi yang
terkait dengan pengembangan pribadi, struktur kurikulum yang
hendak dipelajari, jadwal pelajaran, peraturan tata tertib sekolah
pendidikan tinggi, karir / jabatan, kehidupan keluarga, sosial
kemasyarakatan, keberagaman, sosial budaya dan lingkungan.
Layanan Informasi dan Orientasi akan dapat menunjang fungsi
pemahaman dan fungsi-fungsi Bimbingan dan Konseling lainnya
berkaitan dengan permasalahan individu, untuk memperlancar dan
mempermudah penyesuaian diri terhadap kegiatan belajar mengajar
(3) Konseling Individual, yaitu peserta didik memperoleh layanan secara
langsung bertatap muka dengan Guru Bimbingan Konseling /
Konselor. Dengan demikian diupayakan terbantu fungsi pengentasan
dari permasalahan yang dialami. Konseling individu sebagai
pendekatan efektif bagi peserta didik, dimana peserta didik bebas
mengekspresikan diri, pengalaman dan perasaan tanpa beban,
sehingga dapat diharapkan adanya perubahan perilaku ke arah
membangun diri dan lingkungan, dimana peserta didik dapat tumbuh
dan berkembang secara optimal dan mampu mengambil keputusan
secara mandiri.
(4) Bimbingan Kelompok, memungkinkan sejumlah peserta didik secara
bersama melalui dinamika kelompok, membahas topik yang dipilih
sesuai kebutuhan dalam kelompok. Layanan Bimbingan Kelompok
terkait dengan fungsi pencegahan, yaitu berperan dalam mencegah
berkembangnya masalah atau hambatan melalui pemahaman
berbagai situasi dan kondisi lingkungan, terbinanya hubungan dalam
berkomunikasi di antara anggota kelompok sehingga dapat
membantu pengembangan diri pribadi, mengembangkan sikap dan
komitmen pribadi dan berbagai kemampuan dalam pengambilan
keputusan
(5) Layanan Konsultasi. merupakan layanan konseling yang dilaksanakan
oleh konselor terhadap seorang pelanggan (di sekolah ; orang tua /
wali peserta didik). Dalam melaksanakan layanan konsultasi ini, Guru
Bimbingan Konseling / Konselor bisa bekerja sama dengan Guru
Mata Pelajaran, Wali Kelas dan instansi terkait (LPTK, psikolog,
psikiater) dan dilaksanakan di kantor tempat praktik konseling, bagi
Guru Bimbingan Konseling yang telah berkewenangan membuka
praktik di luar sekolah dengan cara mengambil studi profesi konselor.
Layanan Konsultasi ini terkait dengan fungsi pemahaman,
pemeliharaan dan pengembangan, yaitu untuk membantu peserta
didik dan/atau pihak lain (orang tua / wali peserta didik) memperoleh
wawasan, pemahaman dan cara–cara pemecahanan masalah
maupun hambatan yang ditemui, sesuai kondisi lingkungan di
sekolah. Guru Mata Pelajaran dan Wali Kelas adalah teman sejawat
dan institusi terkait (LPTK, psikolog, psikiater ) adalah mitra kerja
bagi Guru Bimbingan Konseling / Konselor .
B. PENDEKATAN DALAM MELAKUKAN INTERVENSI KASUS
Adapun pemberian bantuan ini atas dasar beberapa teori agar
bantuan yang diberikan secara tepat.
Pertama, Dalam hal Hubungan sosial Sadam bantuan yang
dilakukan menggunakan pendekatan Client-Centered. Konsep Utama
Pendekatan ini bahwa klien memiliki kemampuan untuk menjadi sadar
atas masalah-masalahnya serta cara-cara mengatasinya. Rogers
menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia
memandang tersosialisasi dan bergerak kemuka, berjuang dan berfungsi
penuh, serta memiliki kebaikan yang positif pada intinya yang terdalam.
jadi, manusia dipercayai dan karena pada dasarnya kooperatif dan
konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian terhadap dorongan-
dorongan agresifnya. Kepercayaan diletakkan pada kesanggupan klien
untuk mengarahkan dirinya sendiri. Kesehatan mental adalah
keselarasan antara diri ideal dan diri riel. Maladjustment adalah akibat
dari kesenjangan diri antara diri ideal dan diri riel. Berfokus pada saat
sekarang serta pada mengalami dan mengekspresikan perasaan-
perasaan.
Pendekatan Client-Centered berfokus pada tanggung jawab dan
kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan
secara lebih penuh karena disini klien adalah orang yang tahu pada
dirinya sendiri sekaligus menjadi orang yang harus menemukan tingkah
laku yang pantas bagi dirinya sendiri.
Tujuan dari pendekatan ini adalah menyediakan suatu iklim yang
aman dan kondusif bagi eksplorasi diri klien sehingga ia mampu
menyadari penghambat-penghambat pertumbuhan dan aspek-aspek
pengalaman diri yang sebelumnya diingkari dan didistorsinya. Serta
membantu klien agar mampu terbuka terhadap pengalaman serta
meningkatkan spontanitas
Jadi dalam pemberian bantuan kepada konseli saya memasukan
pendekatan ini pada saat melakukan Konseling Individu untuk
memberikan pemahaman kepada Konseli bahwa hubungan sosial itu
sangat diperlukan dalam hidup ini berkaiatan dengan peran yang
diemban oleh kasus baik sebagai seorang pelajar di lingkungan sekolah
maupun sebagai anak di lingkungan keluarga.
Kedua, Menanamkan pada diri kasus untuk melakukan perbaikan
konsep diri. Hal ini didukung oleh Terapi Realitas. Terapi realitas
adalah suatu bentuk modifikasi tingkah laku, karena dalam penerapan-
penerapan institusionalnya, merupakan tipe pengondisian operan yang
tidak ketat. Salah satu sebab mengapa terapi ini menjadi populer adalah
keberhasilannya dalam menterjemahkan sejumlah konsep modifikasi
tingkah laku kedalam model praktek yang relatif sederhana dan tidak
berbelit-belit. Terapi realitas adalah terapi jangka pendek yang berfokus
pada saat sekarang, menekankan kekuatan pribadi, dan pada dasarnya
merupakan jalan di mana para klien bisa belajar tingkah laku yang lebih
realistik karenanya, bisa mencapai keberhasilan.
Menurut terapi realitas, akan sangat berguna apabila
menganggap identitas dalam pengertian “identitas keberhasilan” lawan
“identitas kegagalan”. Dalam pembentukan identitas, masing-masing
dari kita mengembangkan keterlibatan-keterlibatan dengan orang lain
dan dengan bayangan diri, yang dengannya kita merasa relative
berhasil dan tidak berhasil. Menurut Glasser (1965), basis dari terapi
realitas adalah membantu para klien dalam memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar psikologisnya, yang mencakup “kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa kita
berguna baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain”.
Tujuan terapi realitas adalah membimbing klien ke arah
mempelajari tingkah laku yang realistis dan bertanggung jawab serta
mengembangkan “identitas keberhasilan”. Membantu klien dalam
membuat pertimbangan-pertimbangan nilai tentang tingkah lakunya
sendiri dan dalam merencanakan tindakan bagi perubahan.
Berdasarkan Terapi Realitas tersebut maka bantuan yang
diberikan dilakukan dengan cara memberikan bimbingan dan
penanaman terhadap wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap siswa. Dalam hal ini, bantuan ini dilakukan dengan bekerja sama
dengan berbagai pihak dalam hal ini wali kelas, orangtua dan wali kasus.
BAB IVPENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pelaksanaan studi kasus ini dapat diketahui bahwa begitu
banyak ragam permasalahan manusia di bumi ini, yang mana itu
semua membutuhkan bantuan untuk mengentaskan masalahnya
tersebut, dan disini sangat diperlukan peran konselor untuk
membantunya.
Dalam melaksanakan studi kasus ini sangat dituntut
kesabaran dan ketelitian serta kehati-hatian konselor untuk
mengungkapkan apa sebenarnya yang sedang dialami kasus, yang
mana itu semua nantinya sangat berpengaruh terhadap upaya
pengentasan atau bantuan apa yang akan diberikan terhadap
masalah kasus tersebut.
Dalam menghadapi seorang kasus jangan hanya memandang
atau melihat dari luar hal yang tampak saja dari diri kasus tersebut,
tapi lihatlah lebih jauh kedalam diri kasus tersebut, karena dari
sanalah kita tahu apa yang sebenarnya yang sedang terjadi pada diri
kasus, untuk menghadapi itu sebenarnya kasus membutuhkan
seseorang untuk membantunya mengenali dirinya kembali dan
disitulah dituntut peran aktif kita untuk segera membantu kasus
dalam menyelesaikan masalah yang sedang dialaminya.
B. Saran
Pada dasarnya pelaksanaan studi kasus ini masih begitu
banyak yang harus ditingkatkan oleh penulis agar studi kasus yang
dihasilkan lebih baik lagi, yaitu:
1. Memperbanyak pemahaman terhadap penyebab masalah kasus
melalui wawancara dengan orang-orang disekitar kasus
2. Meningkatkan cara mendapatkan data tentang kasus agar data
yang didapat lengkap dan penulis bisa lebih tahu lagi secara
mendalam tentang permasalahan kasus yang sebenarnya
3. Meningkatkan cara agar kasus bisa lebih terbuka lagi kepada
penulis tentang masalah yang dihadapinya
4. Untuk unsure yang ada di lembaga sekolah agar dapat lebih
memahami permasalahan yang dialami oleh peserta didik agar
dapat mengatasi anak didik dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
McLeod, John. 2010. Pengantar KONSELING Teori dan Studi Kasus. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Affifudin. 2010. Bimbingan & Konseling. Bandung. Pustaka Setia.
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.
Prastowo, Andi. 2010. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif (Bimbingan dan Pelatihan Lengkap Serba Guna). Jogjakarta. DIVA Press.
Oktareza, Frans Dwi. 2011. Pendekatan-pendekatan bimbingan dan konseling. Diunduh 26 Desember 2011 dari http://www.belajarkonseling.com/berita-137-pendekatanpendekatan-bimbingan-dan-konseling.html.
Prayitno. 2005. Layanan Konseling Perorangan. Padang. Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan UNP.
HALAMANLAMPIRAN
PEDOMAN OBSERVASI
Nama Siswa : Sadam
Waktu : 1x dalam 1 Minggu selama 4 Minggu
Observer : Frans Dwi Oktareza
NOASPEKBAIKCUKU
PKURA
NG
1Kehadiran siswa dalam kelas
2Kerapian siswa dalam berpakaian
3Perhatian siswa dalam kelas
4Keaktifan siswa dalam belajar
5Kemampuan siswa dalam membaca
6Kemampuan siswa dalam menulis
7Kemempuan siswa dalam berhitung
8Kerapian catatan siswa
9Hubungan siswa dengan teman sebangku
10Hubungan siswa dengan teman sekelas
11Hubungan dengan guru
12Kestrategisan tempat duduk
13Ketertiban dalam mengikuti pembelajaran di kelas
14Kedisiplinan dalam mentaati jadwal belajar di kelas
15Mendengarkan penjelasan guru
16Kemauan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru
17Membuat catatan tentang hal-hal yang dibahas dalam pembelajaran
18Bertanggungjawab dengan tugas-tugas dari guru
19Menjaga ketertiban kelas.
20Keingintahuan untuk belajar
21Kemandirian dalam mengerjakan tugas
FORMAT WAWANCARA
WALI KELAS SADAM DI SEKOLAH
1. Bagaimana sikap dan kebiasaan kasus sewaktu belajar dengan
Bapak?
2. bagaiman perkembangan nilai siswa semester ini dibandingkan
dengan nilai sebelumnya?
3. bagaiman hubungan kasus dengan teman-temannya di sekolah
ataupun dikelas?
4. terhadap tugas-tugas yang diberikan baik oleh bapak ataupun
guru lainnya apakah kasus mengerjakannya dengan baik?
5. jika ada tugas atau catatan yang tidak lengkap nilainya tidak
bagus, apakah kasus berusaha untuk memperbaikinya?
6. Mata pelajaran apa saja yang tidak tuntas oleh kasus?
7. bagaimana cara kasus memperbaiki nilainya yang tidak tuntas?
8. upaya Bapak untuk membentu kasus dalam memperbaiki nilainya
yang tidak tuntas bagaimana?
9. Kapan saja kasus berhubungan dengan bapak? Atau apakah ada
waktu-waktu tertentu antara Bapak dan kasus untuk membahas
cara belajar dan lainnya yang berhubungan dengan kasus?
10.pendekatan-pendekatan seperti apa yang ibu berikan kepada
kasus berkaintan dengan posisi bapak sebagai wali kelasnya,
tenetunya berkaitan dengan permasalahannya tersebut?