studi kandungan logam berat besi (fe) dalam …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
STUDI KANDUNGAN LOGAM BERAT BESI (Fe) DALAM
SEDIMEN DAN KERANG ANODONTA WOODIANA DI
SUNGAI PANGKAJENE KABUPATEN PANGKEP
AMINA
K111 08 932
BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Ujian
Skripsi dan disetujui untuk diperbanyak sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.
Makassar, Mei 2012
Tim Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
DR. Anwar Daud, SKM, M.Kes Agus Bintara Birawida, S.Kel, M.Kes
Mengetahui,
Ketua Bagian Kesehatan Lingkungan
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
dr. H. Hasanuddin Ishak, M.Sc, Ph.D
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar pada hari
Rabu, Tanggal 16 Mei 2012
Ketua : DR. Anwar Daud, SKM, M.Kes (……………………...)
Sekretaris : Agus Bintara Birawida, S.Kel, M.Kes (……………………...)
Anggota :
1. Ruslan, SKM, MPH (……………………...)
2. Jumriani Ansar, SKM, M.Kes (……………………...)
3. dr. Masyita Muis, PH (...................................)
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Kesehatan Lingkungan
Skripsi, Mei 2012
AMINA
Studi Kandungan Logam Berat Besi (Fe) Dalam Sedimen dan Kerang
Anodonta Woodiana di Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep
(ix + 58 + 2 Tabel + 8 Lampiran)
Sungai Pangkajene merupakan sumber utama bagi masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran sungai Pangkajene. Aktivitas masyarakat, pasar dan industri yang berada disepanjang sungai sangat memungkinkan sungai tercemar oleh
limbah hasil buangan dari aktivitas tesebut secara alamiah atau sengaja dibuang ke sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat besi
(Fe) pada sedimen dan kerang Anodonta Woodiana di sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep.
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan
dekskriptif. Sampel dalam penelitian ini adalah sedimen dan kerang Anodonta Woodiana. Pengambilan sampel sedimen menggunakan grab sampler dan
pengambilan sampel kerang dengan bantuan masyarakat sekitar. Pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan dengan menggunakan alat AAS Varian Spectra AA 50.
Penelitian ini dilakukan pada Bulan Maret – April 2012. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa kandungan logam besi (Fe) pada
sedimen tidak memenuhi syarat dimana titik tertinggi berada pada titik 3 (29,826
mg/kg) dan titik terendah terdapat dititik 4 (26,955 mg/kg)semuanya tidak memenuhi syarat karena melebihi kadar yang diperkenankan, yakni maksimal
20,00 mg/kg. Kandungan besi (Fe) pada kerang Anodonta woodiana tertinggi titik 1(75,758 mg/kg) dan terendah di titik 4 (14,905 mg/kg) semuanya tidak memenuhi syarat yang diperkenankan, yakni maksimal 2 mg/kg.
Kepada pihak industri, pasar dan masyarakat yang ada disekitar sungai diharapkan agar mengurangi pembuangan limbah langsung ke badan sungai.
Untuk pihak pemerintah diharapkan bisa mengadakan sosialisasi kepada masyarakat mengenai batas maksimum kerang dan menginformasikan kepada masyarakat bahwa kerang telah tercemar logam berat, serta bagi peneliti
selanjutnya, sebaiknya melakukan penelitian terhadap air sumur penduduk dan pemeriksaan logam berat pada biota lain seperti halnya ikan yang d ikonsumsi di
daerah setempat.
Daftar Pustaka : 40 ( 1977 – 2012)
Kata Kunci : Besi, Sedimen, Kerang Anodonta Woodiana
KATA PENGANTAR
Segenap puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nyalah yang senantiasa memberikan kekuatan,
kesehatan, dan pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Studi Kandungan Logam Berat Besi (Fe) Dalam Sedimen Dan Kerang
Anodonta Woodiana Di Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep” sebagai syarat
dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin.
Dengan segala keterbatasan dan kesederhanaan, penulis menyadari bahwa
penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak,oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih.
Skripsi ini penulis persembahkan buat kedua orang tuaku tercinta
H.Abidin B dan Hj.Marhana yang telah sabar dengan penuh cinta dan kebesaran
hati memberikan do’a, motivasi serta semangat selama penulis menempuh
pendidikan di FKM Unhas. Dan tidak lupa kepada adikku Ahlidin, Amirah serta
kakakku Ahmad atas semangat dan do’anya.
Penulis juga sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
bapak DR. Anwar Daud S.KM. M.Kes selaku Pembimbing I dan bapak Agus
Bintara Birawida S.Kel. M.Kes selaku Pembimbing II yang dengan penuh
kesabaran telah meluangkan waktu dan pemikirannya untuk memberikan arahan
kepada penulis mulai dari awal hingga selesainya penulisan ini.
Dengan segala hormat, tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. H.M Alimin Maidin, MPH sebagai dekan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf akademik
atas bantuannya selama penulis mengikuti pendidikan.
2. Bapak dr. H. Hasanuddin Ishak, M.Sc., Ph.D selaku ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan yang memberikan dukungan dan motivasi dalam akademik.
3. Para Dosen FKM Unhas dan terutama dosen Kesehatan Lingkungan yang
telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga selama penulis
mengikuti pendidikan di FKM Unhas.
4. Bapak Ruslan S.KM. M.Kes, Ibu Jumriani Ansar S.KM. M.Kes dan Ibu dr.
Masyita Muis, MS selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan
masukan serta arahan guna penyempurnaan penulisan skripsi ini.
5. Bapak Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Sulawesi
Selatan, Kepala Kantor Kesbang dan Limnas Kabupaten Pangkep, Camat
Bungoro, Camat Pangkajene, Kades Biring Ere, Kades Mangilu, Lurah
Sapanang yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.
6. Bapak dan ibu pengelola Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Sulawesi Selatan yang bersedia membantu dalam pemerikasaan
sampel.
7. Sahabat-sahabatku, fany, dyah, wiwi, mega, taya, zuhra, imaa, dacan, gun,
aidil, ivan, rendra, syahri, tyo, aii’, tamir yang selama ini selalu memberi
dukungan, kesabaran dan kasih sayang kepada penulis yang tak terhingga
nilainya.
8. Buat teman-teman Romusa 2008, teman-teman seperjuangan di jurusan
Kesehatan Lingkungan, teman-teman PBL Posko Lembo, teman-teman KKN
angkatan XXXVIII posko Goarie, Soppeng yang senantiasa memberikan
dukungan, motivasi, kesabaran serta kasih sayang yang tulus kepada penulis.
9. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun
materil hingga skripsi ini dapat terselesaikan, semoga Allah SWT senantiasa
memberikan imbalan pahala yang berlipat ganda.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati, penulis meminta
saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun demi
penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan yang
sederhana ini bernilai ibadah disisi-Nya dan dapat memberikan kontribusi yang
bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Makassar, Mei 2012
Penulis
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Pemeriksaan Kandungan Logam Berat Besi (Fe) Pada Sedimen
Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep …………............................. 42
2. Hasil Pemeriksaan Kandungan Logam Berat Besi (Fe) Dalam Kerang
Anodonta Woodiana Di Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep …… 43
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN i
RINGKASAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Tujuan Penelitian 9
D. Manfaat Penelitian 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pencemaran Air 10
B. Tinjauan Umum Tentang Logam Berat 18
C. Tinjauan Umum Tentang Besi ……….. 21
D. Tinjauan Umum Tentang Sedimen 24
E. Tinjauan Umum Tentang Kerang Anodonta Woodiana 27
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti 31
B. Pola Pikir Variabel Yang Diteliti 33
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 33
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 35
B. Waktu dan Lokasi Penelitian 35
C. Populasi dan Sampel 35
D. Teknik Pengambilan Sampel 36
E. Alat, Bahan dan Cara Kerja 37
F. Pengumpulan Data 39
G. Pengolahan dan Penyajian Data 40
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 41
B. Pembahasan 44
C. Keterbatasan Penelitian 56
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 57
B. Saran 58
C.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
1. Laporan Analisis Laboratorium
2. Hasil Analisis Laporan Laboratorium
3. Peta Lokasi Pengambilan Sampel
4. Surat Keputusan Standar Consensus-Based Sediment Quality Guidelines 2003
5. Surat Izin Penelitian dari Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin
6. Surat Izin Penelitian Gubernus Sulawesi Selatan C.q. Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah
7. Surat Izin Penelitian Bupati Pangkep C.q. Kepala Kantor Kesbang dan Limnas
8. Lembar Ceklist
9. Dokumentasi Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktifitas kehidupan yang sangat tinggi dilakukan oleh manusia ternyata
telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan
manusia dan tatanan lingkungan hidupnya. Penyebab tercemarnya atau
rusaknya tatanan lingkungan hidup adalah limbah. Limbah pertanian, indusrti
dan hasil kegiatan manusia lainnya yang mengandung logam berat dapat
mengkontaminasi perairan sungai maupun laut dan akan berakumulasi dalam
rantai makanan (biota) yang berasal dari perairan tersebut.
Meningkatnya aktivitas manusia akhir-akhir ini di sepanjang aliran
sungai telah memberi pengaruh terhadap ekosistem muara. Kegiatan yang
memberikan dampak terhadap muara tersebut antara lain penebangan hutan di
bagian hulu. Kegiatan ini menyebabkan meningkatnya pengikisan tanah di
sepanjang aliran sungai. Sebagai dampaknya jumlah sedimen di dalam sungai
bertambah dan menyebabkan pendangkalan. Faktor yang mempengaruhi
proses sedimentasi yang terjadi di muara antara lain aktivitas gelombang dan
pola arus (Efriyeldi, 1999).
Kandungan logam dalam sungai berasal dari berbagai sumber, seperti
batuan dan tanah serta dari aktivitas manusia termasuk pembuangan limbah
cair baik yang telah diolah maupun belum diolah ke badan air kemudian
secara langsung dapat memapari air permukaan. Logam berat memasuki air
alami dan menjadi bagian dari sistem suspensi air dan sedimen melalui proses
absorpsi, presipitasi, dan pertukaran ion. Logam dalam sistem perairan
menjadi bagian dari sistem air sedimen dan distribusinya dikendalikan oleh
kesetimbangan dinamik dan interaksi fisika kimia, yang umumnya
dipengaruhi oleh parameter pH, konsentrasi dan tipe senyawa, kondisi reduksi
oksidasi, dan bilangan oksidasi dari logam tersebut. Meskipun diketahui
bahwa keberadaan logam berat di perairan merupakan hal alamiah yang
terbatas dalam jumlah tertentu dalam kolom air, sedimen, dan lemak biota,
tetapi keberadaan logam berat ini akan meningkat akibat masuknya limbah
yang dihasilkan oleh industri- industri serta limbah yang berasal dari aktivitas
lainnya. Dalam hubungannya dengan kondisi morfologi dan hidrologi, materi
terlarut seperti logam dapat terakumulasi sepanjang perairan, bahkan dapat
terjadi beberapa kilometer setelah sumber polusi (Rosmini dkk, 2008).
Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung
terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung
terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat
yaitu sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan
perairan dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan), dapat
terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan
membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut
(Anggraini, 2007).
Logam berat pada perairan tidak secara langsung menimbulkan dampak
pada kesehatan manusia. Logam ini akan terakumulasi dalam tubuh manusia
dalam jangka waktu yang lama, lalu akan menimbulkan gejala dan dampak
yang akan dirasakan selanjutnya. Begitu pula dengan logam berat dalam
sedimen, tidak secara langsung menimbulkan dampak pada kesehatan
manusia. Logam berat memiliki sifat yang mudah mengendap dan mengikat di
dasar perairan dan kemudian akan bersatu dengan sedimen. Logam berat
dalam sedimen akan mengganggu kehidupan biota air seperti ikan dan kerang.
Logam berat akan terakumulasi dalam tubuh biota air ini dan apabila
dikonsumsi oleh masyarakat, maka akan menimbulkan gangguan kesehatan
(Warta, 2004).
Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan
manusia, tergantung bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam
tubuh serta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu
menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh,
menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen atau karsinogen bagi
manusia maupun hewan. Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia
melalui rantai makanan, inhalasi, maupun penetrasi melalui kulit. Logam
tersebut terakumulasi dalam tubuh dan meracuni manusia (Madia dkk, 2011).
Pencemaran logam berat dapat ditemukan dalam badan air dan juga
dalam bentuk padatan yang terdapat dalam perairan seperti sedimen. Sedimen
merupakan lapisan bawah yang melapisi sungai, danau, reservoir, teluk, muara
dan lautan. Biasanya, kandungan logam berat dalam sedimen lebih tinggi
dibandingkan logam berat dalam air. Hal ini disebabkan oleh logam berat
yang masuk ke dalam perairan yang akan mengalami pengendapan pada
sedimen.
Beberapa pencemaran di sungai tentunya diakibatkan oleh kehidupan
disekitarnya baik pada sungai itu sendiri maupun perilaku manusia sebagai
pengguna. Pengaruh dominan terjadinya pencemaran yang sangat terlihat
adalah kerusakan yang di akibatkan oleh manusia dalam kuantitas tergantung
dari pola kehidupannya. Setiap pinggiran sungai yang padat dengan
pemukiman, dipastikan akan terlihat saluran-saluran buangan yang menuju ke
badan sungai (Sukadi, 1999).
Sungai Pangkajene merupakan sungai yang membelah kabupaten
pangkep dan merupakan sumber air bagi masyarakat sekitar. Selain itu sungai
pangkajene merupakan salah satu objek wisata. Setiap hari banyak masyarakat
yang berdatangan, walau hanya untuk sekedar duduk-duduk. Di pinggiran
sungai pangkajene juga terdapat penjual kaki lima dan padat pemukiman. Hal
ini menjadi sangat mungkin untuk sungai pangkajene tercemar oleh limbah
rumah tangga.
Selain itu Pangkep memiliki industri semen tonasa, yang saat ini masih
merajai pasar semen di kawasan timur Indonesia. Pabrik semen tonasa
memiliki 4 unit yang tersebar di kabupaten pangkep. PT Semen Tonasa
menggunakan batubara sebagai bahan bakar untuk operasi pabrik. Batubara
terutama digunakan sebagai bahan bakar pada Pusat Listrik Tenaga Uap
(PLTU) yang memasok kebutuhan energi listrik bagi industri tersebut
(Puslitbang LH, 2011). Pada pembakaran dan pemecahan batubara, selain
dihasilkan gas buangan (CO, NOx dan S0x), juga banyak dihasilkan partikel-
partikel yang terdispersi ke udara sebagai bahan pencemar. Partikel-partikel
tersebut antara lain: karbon dalam bentuk abu atau fly ash (C), debu silika
(SiO2), debu alumina (AL2O3), dan oksidasi-oksidasi besi (Fe2O3) (Wardhana,
2001).
Partikel-partikel hasil dari pembakaran dan pemecahan batubara yang
terdispersi ke udara, tidak hanya akan mencemari udara tetapi juga bisa
mencemari perairan. Hal ini terjadi karena air hujan dapat membawa partikel-
partikel yang berbahaya dari hasil pembakaran batubara yang kemudian
masuk ke dalam tanah dan mencemari air sungai. Adanya aktifitas tersebut
berpotensi memberikan sumbangsih terhadap peningkatan kadar besi pada
perairan. Secara tidak langsung dapat berdampak tidak baik terhadap
masyarakat seperti terakumulasinya logam berat pada biota laut khusunya
pada ikan dan kerang.
Menurut Endang dkk (2007) kadar logam berat dalam sedimen di
bagian Barat Teluk Jakarta di dominasi oleh logam besi (Fe). Dimana pada
bulan Juni 2003 kisaran logam berat Fe = 82,18-533,59 ppm sedangkan pada
bulan Agustus 2003 logam berat Fe berkisar antara 84,12-258,82 ppm. Ini di
sebabkan oleh bagian Barat Teluk Jakarta khususnya Sungai Angke dan muara
Baru merupakan lokasi pembuangan limbah dari PLTU dan tempat
berlabuh/bersandar kapal-kapal yang selesai bongkar muat barang-barang
yang diperlukan oleh industri dan masyarakat yang ada disekitar lokasi
tersebut.
Logam-logam berat diketahui dapat mengumpul di dalam tubuh suatu
organisme, dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama
sebagai racun yang terakumulasi. Kandungan logam berat yang telah
terkontaminasi pada air dan biota yang telah melebihi ambang batas jika
masuk dalam tubuh akan menimbulkan dampak terhadap kesehatan. Salah
satunya adalah logam besi. jika air yang kita minum mengandung besi maka
cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis
besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh
rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan
terjadinya iritasi pada mata dan kulit (Fardiaz, 1992).
Besi dalam air berbentuk ion bervalensi dua (Fe2+) dan bervalensi tiga
(Fe3+). Dalam bentuk ikatan dapat berupa Fe2O3, Fe(OH)2, Fe(OH)3 atau
FeSO4 tergantung dari unsur lain yang mengikatnya. Dinyatakan pula bahwa
besi dalam air adalah bersumber dari dalam tanah sendiri di samp ing dapat
pula berasal dari sumber lain, diantaranya dari larutnya pipa besi, reservoir air
dari besi atau endapan–endapan buangan industri. Pemanfaatan logam besi
sangatlah luas bila dibandingkan dengan pemanfaatan dari logam-logam yang
lain. Logam besi disamping karena kelimpahannya yang cukup banyak di
alam, juga merupakan salah satu logam yang paling reaktif dan paling vital
bagi mahluk hidup (Lopo, 2011).
Beberapa unsur logam dibutuhkan organisme laut untuk pertumbuhan
dan perkembangan hidupnya. Akan tetapi, logam berat dapat terakumulasi di
dalam tubuh organisme jika terjadi absorbsi terus menerus. Dalam jumlah
yang lebih logam berat dapat bersifat racun terutama bagi organisme. Logam
yang ada pada perairan suatu saat akan turun dan mengendap pada dasar
perairan, membentuk sedimentasi hal ini akan menyebabkan organisme yang
mencari makan di dasar perairan (udang, rajungan, dan kerang) akan memiliki
peluang yang besar untuk terpapar logam berat yang telah terikat di dasar
perairan dan membentuk sedimen.
Anodonta woodiana atau yang biasa disebut dengan kijing taiwan/
kerang air tawar dan masyarakat pangkep mengenalnya dengan baja – baja’
merupakan kerang-kerangan yang hidup di danau atau sungai. Kerang jenis
ini mempunyai keistimewaan, yaitu dapat mengatur tingkat metabolisme O2
dengan baik sehingga masih bisa hidup pada keadaan perairan yang berkadar
O2 rendah. Kerang air tawar baru layak santap bila kondisi lingkungan bersih
dari pencemaran. Bila lingkungan perairan di mana ia tinggal tercemar, bisa-
bisa bukan protein yang didapat melainkan racun yang bisa mematikan.
Logam besi yang terakumulasi dalam tubuh dapat menimbulkan gangguan
kesehatan seperti, anemia, muntah, kerusakan usus, penuaan dini hingga
kematian mendadak, pusing, mudah lelah, kulit kehitam-hitaman, sakit
kepala, gagal hati, hepatitis, sakit liver, masalah mental, rasa logam di mulut,
dalam dosis yang berlebihan dan digunakan dalam waktu yang cukup lama
dapat menimbulkan penyakit kronik bahkan dapat menimbulkan kematian
(Kusnaedi, 2010).
Muhajir (2009), melaporkan bahwasanya kandungan logam berat
dalam sedimen yang terbawa aliran sungai yang bermuara di perairan estuari
Pantai Timur Surabaya berada di atas rata-rata kandungan logam untuk
daerah yang belum tercemar dengan urutan logam terbanyak adalah Fe, Mn,
Zn, Cu, Pb, Ni, Cd, dan Ag. Tiga unsur logam terbanyak dalam daging
kerang adalah besi (Fe), mangan (Mn), dan seng (Zn), sehingga masyarakat
disarankan untuk mengurangi kualitas dan kuantitas konsumsi kerang-
kerangan.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang kandungan logam berat besi (Fe) pada sedimen dan kerang Anodonta
Woodiana di Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang telah diuraikan diatas
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah kandungan
logam berat besi (Fe) pada sedimen dan kerang Anodonta Woodiana di Sungai
Pangkajene Kabupaten Pangkep”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kualitas Sedimen dan Kerang Anodonta Woodiana
disekitar Sungai Pangkajene.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kandungan logam berat besi (Fe) dalam Sedimen di
sekitar Sungai Pangkajene.
b. Untuk mengetahui kandungan logam berat besi (Fe) dalam Kerang
Anodonta Woodiana di sekitar Sungai Pangkajene.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan
merupakan bahan bacaan dan pembanding bagi peneliti berikutnya.
2. Manfaat Institusi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan masukan
pada Pemerintah Kabupaten Pangkep untuk meningkatkan upaya
pencegahan pencemaran logam berat terutama pada sungai.
3. Manfaat Praktis
Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam mengaplikasikan
ilmunya dan memperluas wawasan pengetahuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Pencemaran Air
Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor: KEP02/MENKLH/I/1988
Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah: masuk atau dimasukkanya
mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau
berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga
kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi
kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (pasal1).
Dalam pasal 2, air pada sumber air menurut kegunaan/ peruntukannya
digolongkan menjadi :
1.Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2.Golongan B, yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk
diolah sebagai air minum dan keperluan rumah tangga.
3.Golongan C, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan
dan peternakan.
4.Golongan D, yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian,
dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan listrik negara.
Menurut definisi pencemaran air tersebut diatas bila suatu sumber air
yang termasuk dalam kategori golongan A, misalnya sebuah sumur penduduk
kemuadian mengalami pencemaran dalam bentuk rembesan limbah cair dari
suatu industri maka kategori sumur tadi bukan golangan A lagi, tapi sudah
turun menjadi golongan B karena air tadi sudah tidak dapat digunakan
langsung sebagai air minum tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu.
Dengan demikian air sumur tersebut menjadi kurang/tidak berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya (Achmad, 2004).
Pencemaran air dapat dihindari apabila masing-masing pihak mau
menjaga. Didalam kegiatan industri dan teknologi air yang telah digunakan
(air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karna dapat
menyebabkan pencemaran. Jadi, harus diproses daur ulang baru dikembalikan
ke lingkungan. Selain itu dampak pencemaran air dapat menimbulkan
keracunan, yang dapat dikategorikan dalam beberapa macam :
a. Keracunan Kadmium
b. Keracunan Kobalt
c. Keracunan Air Raksa
d. Keracunan Bahan Insektisida
Ketiga bahan seperti Kadmium, Kobalt dan Air Raksa biasanya
terdapat di limbah-limbah industri. Sedangkan yang keempat yaitu bahan
insektisida berasal dari persawahan karena untuk meningkatkan produksi
pangan untuk menghindari hama. Lambat laun bahan-bahan berbahaya yang
masuk ke tubuh menyebabkan terganggunya fungsi organ-organ di dalam
tubuh sehingga menimbulkan kerusakan (Defli, 2009).
Air merupakan kebutuhan primer bagi kehidupan di muka bumi
terutama bagi manusia. Oleh karena itu apabila air yang akan digunakan
mengandung bahan pencemar akan mengganggu kesehatan manusia,
menyebabkan keracunan bahkan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
kematian apabila bahan pencemar itu tersebut menumpuk dalam jaringan
tubuh manusia. Bahan pencemar yang menumpuk dalam jaringan organ tubuh
dapat meracuni organ tubuh tersebut, sehingga organ tubuh tidak dapat
berfungsi lagi dan dapat menyebabkan kesehatan terganggu bahkan dapat
sampai meninggal (Lutfi, 2009).
Logam berat yang masuk ke sistem perairan, baik di sungai maupun
lautan akan dipindahkan dari badan airnya melalui tiga proses yaitu
pengendapan, adsorbsi, dan absorbsi oleh organisme-organisme perairan. Pada
saat buangan limbah industri masuk ke dalam suatu perairan maka akan terjadi
proses pengendapan dalam sedimen. Hal ini menyebabkan konsentrasi bahan
pencemar dalam sedimen meningkat. Logam berat yang masuk ke dalam
lingkungan perairan akan mengalami pengendapan, pengenceran dan dispersi,
kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut.
Pengendapan logam berat di suatu perairan terjadi karena adanya anion
karbonat hidroksil dan klorida. Logam berat mempunyai sifat yang mudah
mengikat bahan organik dan mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan
sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibanding
dalam air (Dony, 2009).
1. Indikator Pencemaran Air
Di dalam kegiatan industri dan teknologi, air yang telah digunakan
(air limbah industri) tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan karena
dapat menyebabkan pencemaran. Air tersebut harus diolah terlebih dahulu
agar mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas air lingkungan.
Apabila semua kegiatan industri dan teknologi memperhatikan dan
melaksanakan pengolahan air limbah industri dan masyarakat umum tidak
membuang sampah secara sembarangan maka masalah pencemaran air
tidak perlu dikhawatirkan.
Pembuangan air limbah secara langsung inilah yang menjadi
penyebab utama terjadinya pencemaran air. Limbah (baik berupa padatan
maupun cairan)yang masuk kedalam air lingkungan menyebabkan
terjadinya penyimpangan dari keadaan normal air dan ini berarti suatu
pencemaran.
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah :
a. Adanya perubahan suhu air
b. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion hidrogen
c. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air
d. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut
e. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan (Wardhana, 2001).
2. Sumber Pencemaran Air
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum
dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung
dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari
industri, TPA sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung
adalah kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau
atmosfir berupa hujan. Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal dari
industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air tanah
mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida.
Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia yaitu
pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam (Warlina, 2006).
3. Komponen Pencemaran Air
Komponen pencemaran air ikut menentukan bagaimana indikator tersebut
terjadi. Komponen pencemaran air dikelompokkan sebagai berikut :
a. Bahan Buangan Padat
Yang dimaksud bahan buangan padat adalah adalah bahan
buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar atau yang halus,
misalnya sampah. Buangan tersebut bila dibuang ke air menjadi
pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan, pengendapan ataupun
pembentukan koloidal. Apabila bahan buangan padat tersebut
menimbulkan pelarutan, maka kepekatan atau berat jenis air akan naik.
Kadang-kadang pelarutan ini disertai pula dengan perubahan warna air.
Air yang mengandung larutan pekat dan berwarna gelap akan
mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air. Sehingga proses
fotosintesa tanaman dalam air akan terganggu. Jumlah oksigen terlarut
dalam air menjadi berkurang, kehidupan organisme dalam air juga
terganggu. Terjadinya endapan di dasar perairan akan sangat
mengganggu kehidupan organisme dalam air, karena endapan akan
menutup permukaan dasar air yang mungkin mengandung telur ikan
sehingga tidak dapat menetas. Selain itu, endapan juga dapat
menghalangi sumber makanan ikan dalam air serta menghalangi
datangnya sinar matahari (Warlina, 2006).
b. Bahan Buangan Organik
Bahan buangan organic umumnya berupa limbah yang dapat
membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila
dibuang ke perairan akan menaikkan populasi mikroorganisme. Dengan
bertambahnya populasi mikroorganisme di dalam air maka tidak
tertutup pula kemungkinannya untuk ikut berkembangnya bakteri
patogen yang berbahaya bagi manusia.
c. Bahan Buangan Anorganik
Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme,
umumnya adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi
peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini
biasanya berasal dari limbah industri yag melibatkan penggunaan
unsure-unsur logam seperti timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), air
raksa atau merkuri (Hg), Nikel (Ni), Calsium (Ca), Magnesium (Mg)
dll.
d. Bahan Buangan Olahan Makanan
Sebenarnya bahan buangan olahan makanan dapat juga dimasukkan ke
dalam kelompok bahan buangan organik. Namun dalam hal ini sengaja
dipisahkan karena bahan buangan olahan makanan seringkali
menimbulkan bau busuk yang menyengat hidung. Oleh karena bahan
buangan ini bersifat organik maka mudah membusuk dan dapat
terdegradasi oleh mikroorgnisme, termaksud pula di dalamnya bakteri
patogen. Oleh karena itu industri pengolahan bahan makanan perlu
mendapatkan pengawasan yang seksama agar bakteri patogen tidak
berkembang di dalam air lingkungan.
e. Bahan Buangan Cairan Berminyak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan
mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak
mengandung senyawa yang volatile, maka akan terjadi penguapan dan
luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut.
Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu.
Lapisan minyak pada permukaan air dapat terdegradasi oleh
mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama.
Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme
dalam air. Ini disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi diffusi
oksigen dari udara ke dalam air, sehingga oksigen terlarut akan
berkurang. Juga lapisan tersebut akan menghalangi masuknya sinar
matahari ke dalam air, sehingga fotosintesapun terganggu (Wardhana,
2001).
f. Bahan Buangan Zat Kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi yang dimaksudkan
dalam kelompok ini adalah bahan pencemar air yang berupa :
1. Sabun (deterjen, shampo, dan bahan pembersih lainnya)
2. Bahan pemberantas hama (insektisida)
3. Zat warna kimia
4. Larutan penyamak kulit
4. Dampak Pencemaran Air
Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan
menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan
mengakibatkan kehidupan dalam air yang membutuhkan oksigen
terganggu serta mengurangi perkembangannya. Selain itu kematian dapat
pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan
pada tanaman dan tumbuhan air. Ada beberapa penyakit yang masuk
dalam katagori water-borne diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa
oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah. Penyakit-penyakit
ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam
sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari, misalnya penyakit diare, hepatitis A, cholera, dll (Warlina, 2006).
B. Tinjauan Umum Tentang Logam Berat
Logam berat merupakan komponen alami tanah. Elemen ini tidak
dapat didegradasi maupun dihancurkan. Logam berat dapat masuk ke dalam
tubuh manusia melalui makanan, air minum, atau udara. Logam berat seperti
besi, tembaga, selenium, atau seng dibutuhkan tubuh manusia untuk
membantu kinerja metabolisme tubuh. Akan tetapi, dapat berpotensi menjadi
racun jika konsentrasi dalam tubuh berlebih. Logam berat menjadi berbahaya
disebabkan sistem bioakumulasi, yaitu peningkatan konsentrasi unsur kimia
didalam tubuh mahluk hidup. Indikator yang digunakan untuk mendeteksi
pencemaran air adalah cemaran logam berat didalamnya. Disebut logam berat
berbahaya karena umumnya memiliki rapat massa tinggi (5gr/cm³) dan
sejumlah konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya (Anonim,
2008).
Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria
yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak deri pengaruh
yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk kedalam
organisme hidup. Lebih lanjut dikatakan bahwa istilah logam berat sebenarnya
telah dipergunakan secara luas, terutama dalam perpustakaan ilmiah sebagai
suatu istilah yang menggambarkan bentuk dari logam tertentu, dimana
karakteristik dari logam ini adalah sebagai berikut:
a. Memiliki spesifikasi graviti yang sangat besar (lebih dari 4)
b. Mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-50 serta unsur-unsur lantanida dan
aktinida.
c. Mempunyai respon biokimia khas (spesifik) pada organisme hidup (Dullah,
2009).
Adanya logam berat di perairan, berbahaya baik secara langsung
terhadap kehidupan organisme, maupun efeknya secara tidak langsung
terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat
yaitu :
1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan
dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan).
2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan
membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme
tersebut.
3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih
tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Disamping itu sedimen mudah
tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali
logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber
pencemar potensial dalam skala waktu tertentu.
Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa menimbulkan bahaya
bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman maupun lingkungan
terdapat 80 jenis logam berat dari 109 unsur kimia di muka bumi ini. Logam
berat dibagi dalam dua jenis, yaitu :
1. Logam berat esensial: yakni ion logam dalam jumlah tertentu yang sangat
dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan logam tersebut
bisa menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan
lain sebagainya.
2. Logam berat tidak esensial: yakni ion logam yang keberadaannya dalam
tubuh masih belum diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik seperti
Hg, Cd, Pb, Cr, dan lain- lain.
Logam berat masih termasuk golongan logam-logam dengan kriteria-
kriteria yang sama dengan logam-logam yang lain. Perbedaannya terletak dari
pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk
kedalam tubuh organisme hidup. Sebagai contoh, bila unsur logam besi (Fe)
masuk dalam tubuh, meski dalam jumlah agak berlebihan biasanya tidaklah
menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap tubuh karena unsur besi (Fe)
dibutuhkan dalam darah untuk mengikat oksigen. Sedangkan unsur logam
berat baik itu logam berat beracun yang dipentingkan seperti tembaga (Cu),
bila masuk ke dalam tubuh dalam jumlah berlebihan akan menimbulkan
pengaruh-pengaruh buruk terhadap fungsi fisiologis tubuh (Miettinen,1977).
Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan
manusia, tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat
dalam tubuh serta besarnya dosis paparan (Widowati dkk, 2008). Akumulasi
logam berat pada tubuh manusia akan menimbulkan berbagai dampak yang
membahayakan kesehatan. Di antaranya adalah kerapuhan tulang, rusaknya
kelenjar reproduksi, kanker, kerusakan otak, dan keracunan akut pada sistem
saraf pusat (Anonim, 2008).
C. Tinjauan Umum Tentang Besi
1. Pengertian besi (fe)
Besi (fe) adlah logam berwarna putih keperakan, liat dan dapat
dibentuk. Fe di dalam susunan berkala termasuk golongan VIII, dengan
berat atom 55,85g.molˉ ˡ, nomor atom 26, berat jenis 7.86g.cmˉ³ dan
umumnya mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6). Besi (fe) adalah
logam yang dihasilkan dari biji besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan
bebas, untuk mendapatkan unsur besi, campuran lain harus dipisahkan
melalui penguraian kimia. Besi digunakan dalam proses produksi besi
baja, yang bukan hanya unsur besi saja tetapi dalam bentuk campuran
beberapa logam dan bukan logam, terutama karbon (alloy).
2. Sumber Keberadaan
Kandungan Fe di bumi sekitar 6.22%, di tanah sekitar 0.5 – 4.3%,
di sungai sekitar 0.7 mg/l, di air tanah sekitar 0.1–10 mg/l, air laut sekitar
1-3 ppb, pada air minum tidak lebih dari 200 ppb. Pada air permukaan
biasanya kandungan zat besi relatif rendah yakni jarang melebihi 1 mg/L
sedangkan konsentrasi besi pada air tanah bervariasi mulai dan 0,01 mg/l
sampai dengan + 25 mg/l.
Di alam biasanya banyak terdapat di dalam bijih besi hematite,
magnetite, taconite, limonite, goethite, siderite dan pyrite (FeS),
sedangkan di dalam air umumnya dalam bentuk terlarut sebagai senyawa
garam ferri (Fe3+) atau garam ferro (Fe2+), tersuspensi sebagai butir
koloidal (diameter <1mm) atau lebih besar seperti, Fe(OH)3 dan tergabung
dengan zat organik atau zat padat yang anorganik (seperti tanah liat dan
partikel halus terdispersi). Senyawa ferro dalam air yang sering dijumpai
adalah FeO, FeSO4, FeSO4.7 H2O, FeCO3, Fe(OH)2, FeCl2 sedangkan
senyawa ferri yang sering dijumpai yaitu FePO4, Fe2O3, FeCl3, Fe(OH)3.
3.Peranan Biologi Besi
Besi dalam bentuk zat besi (Fe) sangat penting bagi semua organisme.
Fe memiliki berbagai fungsi esensial dalam tubuh, yaitu :
a. Sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
b. Sebagai alat angkut elektron dalam sel
c. Sebagai bagian terpadu dari berbagai reaksi enzim
Logam besi disamping karena kelimpahannya yang cukup
banyak dialam, adalah merupakan salah satu logam yang paling
reaktif dan paling vital bagi mahluk hidup (Widowati dkk., 2008).
Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia
berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh
memerlukan 7-35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat
Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat
menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh manusia
tidak dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi mereka yang sering
mendapat tranfusi darah warna kulitnya menjadi hitam karena
akumulasi Fe (Lopo, 2011). Selain itu debu Fe juga dapat diakumulasi
di dalam alveoli, dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru
(Slamet, 2009).
4. Pengaruh Besi (Fe) Terhadap Kesehatan Manusia
Zat besi (Fe) adalah merupakan suatu komponen dari berbagai
enzim yang mempengaruhi seluruh reaksi kimia yang penting di dalam
tubuh meskipun sukar diserap (10-15%). Besi juga merupakan komponen
dari hemoglobin yaitu sekitar 75%, yang memungkinkan sel darah merah
membawa oksigen dan mengantarkannya ke jaringan tubuh. Kelebihan zat
besi (Fe) bisa menyebabkan keracunan dimana terjadi muntah, kerusakan
usus, penuaan dini hingga kematian mendadak, mudah marah, radang
sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker, cardiomyopathies, sirosis ginjal,
sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah lelah, kulit kehitam – hitaman,
sakit kepala, gagal hati, hepatitis, mudah emosi, hiperaktif, hipertensi,
infeksi, insomnia, sakit liver, masalah mental, rasa logam di mulut,
myasthenia gravis, nausea, nevi, mudah gelisah dan iritasi, parkinson,
rematik, sikoprenia, sariawan perut, sickle-cell anemia, keras kepala,
strabismus, gangguan penyerapan vitamin dan mineral, serta
hemokromatis (Arifin, 2010).
5. Masuknya Besi ke Dalam Tubuh Manusia
Besi (Fe) dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan haemoglobin
sehingga jika kekurangan besi (Fe) akan mempengaruhi pembentukan
haemoglobin tersebut. Besi (Fe) juga terdapat dalam serum protein yang
disebut dengan “transferin” berperan untuk mentransfer besi (Fe) dari
jaringan yang satu ke jaringan lain. Besi (Fe) juga berperan dalam aktifitas
beberapa enzim seperti sitokrom dan flavo protein. Apabila tubuh tidak
mampu mengekskresikan besi (Fe) akan menjadi akumulasi besi (Fe)
karenanya warna kulit menjadi hitam. Debu besi (Fe) juga dapat
diakumulasi di dalam alveori menyebabkan berkurangnya fungsi paru-
paru. Kekurangan besi (Fe) dalam diet akan mengakibatkan defisiensi
yaitu kehilangan darah yang berat yang sering terjadi pada penderita tumor
saluran pencernaan, lambung dan pada menstruasi. Defisiensi besi (Fe)
menimbulkan gejala anemia seperti kelemahan, fatigue, sulit bernafas
waktu berolahraga, kepala pusing, diare, penurunan nafsu makan, kulit
pucat, kuku berkerut, kasar dan cekung serta terasa dingin pada tangan dan
kaki. (Lopo, 2011).
D. Tinjauan Umum Tentang Sedimen
Sedimen adalah padatan yang dapat mengendap jika air didiamkan
tidak terganggu selama beberapa waktu. Padatan yang mengendap tersebut
terdiri dari partikel-partikel padatan yang mempunyai ukuran relatif besar dan
berat sehingga dapat mengendap dengan sendirinya. Sedimen yang terdapat di
dalam air biasanya berbentuk sebagai akibat dari erosi, dan merupakan
padatan yang umum terdapat di dalam air permukaan. Adanya sedimen dalam
jumlah tinggi di dalam air akan sangat merugikan karena hal-hal sebagai
berikut:
1. Sedimen dapat menyebabkan penyumbatan saluran air dan selokan, dan
dapat mengendap di dalam bak penampungan air sehingga mengurangi
volume air yang dapat di tampung dalam bak tersebut.
2. Sedimen yang mengendap di dasar sungai atau danau dapat mengurangi
polusi ikan dan hewan-hewan air lainnya karena telur-telur ikan dan
sumber-sumber makanan mungkin terndam di dalam sungai.
3. Adanya sedimen mengurangi penetrasi sinar ke dalam air sehingga
mengurangi kecepatan fotosintesis oleh tanaman air menurun.
4. Sedimen menyebabkan air menjadi keruh sehingga menambah biaya
penjernihan air jika air tersebut akan digunakan untuk keperluan industri.
Padatan terendap biasanya terdiri dari pasir dan lumpur. Berbeda
dengan tanah liat yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya, lumpur
merupakan padatan yang dapat mengendap dengan sendirinya terutama jika
airnya tidak terguncang (Fardiaz, 1992). Dalam kamus lingkungan, Mustafa
(2000) mendefinisikan sedimen sebagai berikut:
a. Bahan padat, baik mineral/organik, yang berada dalam suspensi, sedang
diangkut atau telah dipindahkan dari lokasi asli oleh air, udara, gaya
berat, atau es dan telah mengendap pada permukaan bumi di atas atau di
bawah permukaan laut.
b. Bahan padat dari buangan yang mengendap dalam pengolahan primer
dan sekunder.
Sedimen penyusun dari sungai memiliki ukuran yang bervariasi.
Perbedaan jenis sedimen dasar ini mempengaruhi karakteristik kimia sungai,
pergerakan air dan porositas dasar sungai. Secara umum, sedimen dasar sungai
dapat diklasifikasi menjadi : batu kali (bedrock), buler (boulder), kobel
(cobble), pebel (pebble), kerikil (gravel), pasir (sand), lumpur (silt), dan tanah
liat (clay) (Efendi, 2003).
Sedimen merupakan konsentrator dan sampel yang baik untuk
penelitian jangka panjang, karena sifatnya stabil untuk beberapa jenis
pencemar di hidrosfer seperti organotin dan residunya. Zat pencemar tersebut
dapat dikonsumsi oleh mikroorganisme dan dapat merupakan sumber
pencemar pada kolam air melalui pencucian sedimen dan peristiwa resuspensi.
Dalam lingkungan perairan, bentuk logam antara lain berupa ion- ion bebas,
pasang ion organik, dan ion kompleks. Kelarutan logam dalam air dikontrol
oleh pH air. Kenaikan pH menurunkan kelarutan logam dalam air, karena
kenaikan pH mengubah kestabilan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida
yang membentuk ikatan dengan partikel pada badan air, sehingga akan
menjadi lumpur (Palar, 1994). Mengendapnya logam berat bersama-sama
dengan padatan tersuspensi akan mempengaruhi kualitas sedimen di dasar
perairan dan juga perairan sekitarnya. Kekuatan ionik yang terdapat di air laut
disebabkan adanya berbagai kandungan anion dan kation pada air laut,
sehingga memungkinkan terjadinya proses koagulasi (penggumpalan)
senyawa logam berat yang ada dan memungkinkan terjadinya proses
sedimentasi (pengendapan) (Wardhana, 1995).
Logam berat yang masuk kedalam lingkungan perairan tidak
selamanya berasal dari kegiatan manusia, tetapi bisa juga berasal dari adanya
daur alamiah yang dapat memindahkan logam berat dari batu-batuan ke tanah
dan organisme hidup lalu ke air dan mengendap dalam sedimen. Pengendapan
partikel khususnya partikel biorganik memegang peranan penting dalam
peningkatan logam berat dan pemindahannya pada bagian yang lebih dalam
dari air laut, sungai dan danau yang umumnya sebagian tereliminasi dan
megalami perubahan bentuk menjadi sedimen. Permukaan sedimen yang
terdiri dari subtansi biologi merupakan lapisan yang baik untuk pengikatan
logam berat dari permukaan sedimen dengan lapisan mineral (Andreas, 2010).
E. Tinjauan Umum Tentang Kerang Anodonta Woodiana
1. Pengertian dan Klasifikasi
Kijing air tawar (Anodonta Woodiana) adalah salah satu kijing
yang dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pangan dari hasil perairan.
Kijing Taiwan bukan merupakan kerang asli dari Indonesia. Diduga kijing
Taiwan masuk ke Indonesia melalui ikan nila atau ikan mola yang dibawa
dari Taiwan sekitar tahun 1960 sampai 1970. Nama kijing Taiwan akhirnya
diambil dari daerah asal tersebut kijing ini banyak ditemukan di danau dan
perairan tawar lainnya (Ella, 2008). Global Biodiversity Information
Facility (2007) dalam Yuniar (2010), klasifikasi kerang kijing (Anodonta
Woodiana) adalah sebagai berikut:
Domain : Eukaryota
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Branch : Protostomia
Infrakingdom : Lophotrochozoa
Phylum : Mollusca
Class : Bivalvia
Subclass : Metabranchia
Superorder : Eulamellibranchia
Order : Unionida
Superfamily : Unionacea
Family : Unionidae
Genus : Anodonta
Specific name : Woodiana Japonica
Scientific name : Anodonta Woodiana Japonica
2. Anatomi dan Morfologi Anodonta Woodiana
Kijing taiwan (Anodonta woodiana) termasuk jenis kerang-kerangan.
Tubuhnya terdiri dari dua keping berbentuk sama, bernapas dengan insang
dan mantel. Tubuh Kijing atau kerang air tawar terdiri dari dua bagian, yaitu
bagian dalam dan bagian luar. Bagian luar di sebut cangkang atau kulit.
Sebagian besar organ tubuh kerang air tawar berada di bagian dalam. Organ-
organ itu hanya bisa dilihat apabila cangkangnya dibuka dengan lebar,
sedangkan bila dibuka dengan sempit, hanya beberapa organ saja yang bisa
dilihat. cangkang atau kulit adalah bagian yang langsung berhubungan
dengan perairan. Warnanya coklat kehijauan. Bagian ini sangat keras seperti
batu. Bila dilihat dari atas, sebagian besar cangkang kerang air tawar
berbentuk oval, tapi ada juga yang mendekati bulat. Sedangkan bila dilihat
dari samping, cangkang kerang air tawar berbentuk lonjong di satu bagian,
lalu memipih ke bagian lainnya.
Ada dua bagian pada cangkang kerang air tawar, yaitu cangkang
sebelah kiri dan cangkang sebelah kanan. Cangkang kiri biasanya lebih pipih
dibandingkan dengan cangkang kanan. Kedua cangkang dihubungkan
dengan sebuah engsel, sehingga kedua bagian cangkang itu membuka dan
menutup. Cangkang kerang air tawar dihiasi dengan beberapa lingkaran
berupa lekukan. Lingkaran- lingkaran berpusat pada sebuah titik yang dekat
engsel. Lingkaran paling besar nampak dibagian tepi cangkang, lalu
mengecil ke titik pusat. Bila dipecah, pada cangkang kerang air tawar akan
terlihat tiga buah lapisan.
Lapisan pertama disebut Periostracum layer. Lapisan kedua disebut
prismatic layer. Sedangkan lapisan ketiga disebut nacreous layer.
Periostracum layer adalah lapisan paling luar. Lapisan ini sangat kasar
seperti tanduk. Periostracum layer tersusun dari bahan organik. Prismatic
layer adalah lapisan tengah. Lapisan ini lebih halus dibanding Periostracum
layer. Prismatic layer tersusun dari kristal-kristal prisma hexagonal calcite.
Sedangkan nacreous layer adalah lapisan dalam. Lapisan ini tersusun dari
kalsium karbonat dalam bentuk kristal aragonit (Yuniar, 2010).
3. Akumulasi Logam pada Kerang
Jenis kerang baik yang hidup di air tawar maupun di air laut banyak
digunakan sebagai indikator pencemaran logam. Hal ini disebabkan karena
habitat hidupnya yang menetap atau sifat bioakumulatifnya terhadap logam
berat. Karena kerang banyak dikonsumsi oleh manusia maka sifat
bioakumulatif inilah yang menyebabkan kerang harus diwaspadai bila
dikonsumsi terus menerus (Hayati, 2009).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
Sungai sebagai salah satu komponen lingkungan yang mempunyai
fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia termasuk untuk menunjang
keseimbangan lingkungan. Sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan
pembangunan di berbagai bidang maka baik secara langsung maupun secara
tidak langsung akan mempunyai dampak terhadap kerusakan lingkugan
termasuk di dalamnya pencemaran sungai yang berasal dari limbah domestik
maupun non domestik seperti pabrik dan industri. Oleh karena itu pencemaran
air sungai dan lingkungan sekiranya perlu dikendalikan seiring dengan laju
perkembangan agar fungsi sungai dapat dipertahankan kelestariannya.
Peningkatan kadar logam berat dalam sungai umumnya di sebabkan
oleh masuknya limbah industri, pertambangan, pertanian dan domestik yang
mengandung logam berat. Peningkatan kadar logam berat dalam sungai akan
mengakibatkan logam berat yang semula dibutuhkan untuk berbagai proses
metabolisme akan berubah menjadi racun bagi organisme tersebut. Selain
bersifat racun, logam berat juga terakumulasi dalam sedimen dan biota
melalui proses biokonsentrasi, bioakumulasi dan biomagnifikasi oleh biota.
Pencemaran logam berat dapat ditemukan dalam badan air dan juga
dalam bentuk padatan yang terdapat dalam perairan seperti sedimen. Sedimen
merupakan lapisan bawah yang melapisi sungai, danau, reservoir, teluk, muara
dan lautan. Biasanya, kandungan logam berat dalam sedimen lebih tinggi
dibandingkan logam berat dalam air. Hal ini disebabkan oleh logam berat
yang masuk ke dalam perairan yang akan mengalami pengendapan pada
sedimen.
Hewan air jenis kerang-kerangan atau jenis binatang yang
pergerakannya sangat lambat di dalam air. Mereka biasanya hidup menetap di
suatu lokasi tertentu di dasar air. Jenis kerang banyak digunakan sebagai
indikator pencemaran logam. Hal ini disebabkan karena habitat hidupnya yang
menetap dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi logam
berat. Kemampuan kerang dalam menyerap logam merupakan ancaman bagi
manusia. Selain mudah didapatkan hewan ini merupakan pangan yang murah
dan mengandung protein tinggi. Dengan mengkonsumsi hewan ini secara
berkala akan menyebakan terakumulasinya logam berat kedalam tubuh
manusia dan apbila pada kadar tertentu akan berdampak pada kesehatan
manusia itu sendiri.
Berdasarkan maksud dan tujuan peneliti maka penelitian ini khusus
meninjau tentang kandungan logam berat besi (Fe) dalam sedimen dan
kandungan besi (Fe) pada kerang Anodonta Woodiana di Sungai Pangkajene.
B. Pola Pikir Variabel yang Diteliti
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka disusunlah pola pikir
variabel yang diteliti seperti pada bagan berikut ini :
C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Kandungan logam besi di sedimen
a. Defininisi operasional
Sedimen adalah tanah, pasir atau lumpur yang mengendap yang
terdapat pada sungai Pangkajene di ambil dengan menggunakan grab
sampler dan kadar logam beratnya di ukur dengan metode
Spektofotometer Serapan Atom (SSA), yang dinyatakan dalam satuan
mg/kg berat kering.
b. Kriteria objektif :
Memenuhi syarat : Apabila kandungan besi (Fe) dalam sedimen
sungai Pangkajene ≤ 20,00 mg/kg
berdasarkan standar Consensus-Based
Sediment Quality Guidelines (2003).
Tidak : Apabila tidak memenuhi kriteria di atas.
Sedimen
Kerang
Kandungan
logam Besi (Fe)
2. Kandungan logam besi pada kerang
a. Definisi Operasional
Kerang Anodonta Woodiana adalah kerang yang berada di sungai
Pangkajene, warna coklat kehijauan, memiliki cangkang berbentuk oval
dan pemeriksaannya menggunakan alat spektrofotometer serapan atom
(SSA).
b. Kriteria Objektif
Memenuhi syarat : Apabila jumlah kandungan besi (Fe) pada kerang
tidak melebihi kadar maksimum sesuai dengan
(Keputusan Direktorat Gizi Departemen RI,
dalam Wati, dkk. 2009) yakni 2 mg/kg.
Tidak : Apabila tidak memenuhi kriteria di atas.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode observasional dengan
menggunakan rancangan deskriptif dengan maksud untuk melakukan
pengamatan laboratorium untuk mendapatkan gambaran dan mendapatkan
informasi tentang kadar besi pada sedimen dan kerang Anodonta Woodiana di
Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep
yang berlokasi di sekitar PT Semen Tonasa serta melewati beberapa daerah
pemukiman seperti pemukiman di Desa Sela, Desa Biringere, Desa Samaelo,
dan Kota Pangkep. Penelitian dilakukan pada tanggal 27 Maret sampai dengan
16 April 2012.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah sedimen dan kerang Anodonta
Woodiana yang terdapat pada Sungai Pangkajene di Kabupaten Pangkep.
2. Sampel
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sedimen dan kerang Anodonta
Woodiana yang ada di Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep yang terdiri
dari lima titik, yaitu pemukiman di Desa Sela, Desa Biringere, Desa
Samaelo, dan Kota Pangkep yang akan digunakan untuk pemeriksaan
kandungan logam Besi (Fe).
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
secara purposive sampling atau berdasarkan pertimbangan tertentu menurut
karakterisik populasi, yaitu melihat sumber polutan/pencemaran yang di duga.
Jumlah lokasi pengambilan sampel yaitu sebanyak 5 titik diantaranya:
1. Titik 1 berlokasi di Desa Sela yang mewakili bagian hulu dari sungai,
sumber pencemar pada titik ini yaitu limbah pertanian dan limbah
domestik.
2. Titik 2 berlokasi di Desa Biringere yang merupakan anak sungai yang
dekat dengan stock file batu bara, sumber pencemar pada titik ini yaitu
limbah industri dan limbah domestik.
3. Titik 3 berlokasi di Desa Samaelo yang merupakan pertemuan antara anak
sungai pada titik 2 (Desa Biringere) dengan sungai besar, sember
pencemar pada titik ini yaitu limbah industri.
4. Titik 4 berlokasi di Desa Samaelo yaitu 100 meter dari titik 3, sumber
pencemar pada titik ini yaitu limbah domestik.
5. Titik 5 berlokasi di Kota Pangkep yang mewakili bagian hilir dari sungai,
sumber pencemar pada titik ini yaitu limbah domestik dan limbah pasar.
Frekuensi pengambilan sampel sedimen dan kerang dilakukan 1 kali
pengambilan karena frekuensi waktu tidak mempengaruhi jumlah
kandungan logam berat pada sedimen dan kerang.
E. Alat, Bahan dan Cara Kerja
1. Pemeriksaan Kadar Besi pada Sedimen
a. Pengambilan sampel sedimen sungai
1) Alat yang digunakan
a) Grab sampler
b) Tali
c) Ember
d) Kantong plastik bening
e) Spidol permanen
2) Prosedur pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menurunkan grab
sampler. Grab sampler harus dalam posisi terbuka dan lurus setelah
itu grab sampler diturunkan secara perlahan hingga menyentuh
dasar sungai. Kemudian grab sampler sedikit digoyangkan agar
mulutnya menutup. Setelah itu, secara cepat grab sampler ditarik
kembali ke atas. Grab sampler kemudian dibuka lalu sampel
sedimen yang ada di dalam grab sampler dituangkan ke dalam
sebuah wadah berupa ember lalu air yang ada dalam ember
dibuang sehingga yang tersisa adalah sedimen. Kemudian sedimen
tersebut dimasukkan ke kantong plastik bening dan diberi tanda.
b. Pemeriksaan laboratorium
Sedimen ditimbang dengan menggunakan neraca analitik
sebanyak 5 gram. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam labu
Erlenmeyer. Ditambahkan 5 ml HNO3 , 1 ml HClO4 kemudian diaduk
hingga tercampur rata. Setelah tercampur rata sampel didestruksi
dengan suhu 320º C hingga tingkat kecairan sampai 1 ml. Sampel
didinginkan dalam suhu ruang. Kemudian dicampur aquades sebanyak
50 ml dan diaduk. Larutan kemudian disaring dengan menggunakan
kertas saring. Hasil yang telah di saring dimasukkan ke gelas beker
kemudian di hitung dengan menggunakan AAS Varian Spectra AA 50.
1. Pemeriksaan kadar Besi pada Kerang
a. Alat dan Bahan
1) Spektofotometer Serapan Atom (SSA) 1 unit
2) Neraca analitik 1 buah
3) Labu Erlenmeyer 5 buah
4) Labu ukur 5 buah
5) HNO3 pa secukupnya
6) HCLO4 1 ml
7) Corong dan Kertas saring 5 buah
8) Kerang Anodonta woodiana ±26 gram
b. Cara Kerja
Sampel Kerang dicuci dengan air hingga hilang semua lumpurnya,
kemudiana diambil 30-40 biji Kerang (ukuran lebarnya ± 2 cm dengan
panjang ± 3 cm) setelah itu daging kerang dipisahkan dari
cangkangnya lalu dikeringkan dengan bantuan sinar matahari dan
setelah kering kemudian sampel kerang ditimbang sebanyak ± 5 gr,
kemudian ditambahkan HNO3 pa agar terendam kemudian
ditambahkan HCLO4 1 ml dan didiamkan satu sampai dua jam,
kemudian didekstruksikan di hotplet dengan suhu 370o – 500o
kemudian didinginkan dan diencerkan menggunakan aquades dan
kemudian disaring kedalam labu ukur, ekstrat jernih yang diperoleh
langsung diukur ke alat Spektofotometer Serapan Atom (SSA) dengan
kurfa standar sebagai pembanding.
F. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui survei pendahuluan dilapangan seperti
keadaan umum lokasi dan pemeriksaan kandungan besi (Fe) yang
dilakukan oleh petugas laboratorium dalam sedimen dan biota kerang
Anodonta Woodiana di Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur seperti jurnal, skripsi, tesis,
dan DELH Industri Semen Tonasa.
G. Pengolahan dan Penyajian Data
1. Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan sampel di laboratorium
dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan alat bantu komputer,
yaitu program microsoft office excel 2007.
2. Hasil pemeriksaan tersebut kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan
diuraikan dalam bentuk narasi.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep
pada tanggal 27 Maret 2012 yang dilakukan dengan pengambilan sampel pada
sedimen, kerang, dan pemeriksaan sampel terhadap parameter besi (Fe) di
Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan
dari tanggal 27 Maret – 16 April 2012 dengan tujuan untuk memperoleh hasil
gambaran mengenai kandungan logam berat besi (Fe) pada perairan Sungai
Pangkajene.
Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel pada lima titik di
sungai Pangkajene, yakni titik I, titik II, titik III, titik IV, dan titik V. Setiap
titik pengambilan sampel terdiri dari pengambilan sampel sedimen dan sampel
kerang untuk sampeldilakukan satu kali pengambilan sampel yaitu pada pukul
13.00-15.00 WITA. Sampel sedimen di ambil dengan menggunakan alat grab
sampler sebanyak 600 gr lalu dimasukkan ke dalam plastik sampel kemudian
dilakukan pemeriksaan laboratorium. Sampel kerang diambil pada setiap titik
sebanyak 500 gr berat basah lalu dimasukkan ke dalam plastik sampel
kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan maka dapat di uraikan hasil pemeriksaan yaitu sebagai berikut:
1. Kandungan logam berat besi (Fe) dalam sedimen pada Sungai
Pangkajene Kabupaten Pangkep
Hasil pemeriksaan kandungan besi (Fe) dalam sedimen pada Sungai
Pangkajene Kabupaten Pangkep dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1
Hasil Pemeriksaan Kandungan
Logam Berat Besi (Fe)Pada Sedimen
Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep
No. Titik Pengambilan
Sampel Kandungan Besi (Fe)
(mg/kg) Ket
1. Titik I 28,645 TMS
2. Titik II 27,510 TMS
3. Titik III 29,826 TMS
4. Titik IV 26,955 TMS
5. Titik V 28,713 TMS
Sumber : Data Primer, 2012
Ket : Memenuhi Syarat (MS) apabila ≤ 20,00 mg/kg berdasarkan
standar Consensus-Based Sediment Quality Guidelines (2003).
Pada tabel 1 menunjukkan hasil pemeriksaan kandungan logam berat
besi (Fe) pada sedimen Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep pada lima
titik pengambilan sampel diperoleh gambaran bahwa pada pengambilan
titik I sebesar 28,645 mg/kg, pada titik II sebesar 27,510 mg/kg, pada titik
III sebesar 29,826 mg/kg, pada titik IV sebesar 26,955 mg/kg, dan pada
titik V sebesar 28,713 mg/kg.
Kandungan logam berat besi (Fe) tertinggi dari hasil pemeriksaan
sedeimen Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep diperoleh pada sampel
titik III, yaitu sebesar 29,826 dan kandungan logam berat besi (Fe)
terendah dari hasil pemeriksaan sedimen Sungai Pangkajene Kabupaten
Pangkep diperoleh pada pengambilan sampel titik IV, yaitu sebesar 26,955
mg/kg. Hasil pemeriksaan kandungan logam berat besi (Fe) pada semua
sampel sedimen menunjukkan bahwa tidak memenuhi syarat berdasarkan
srandar Consensus-Based Sediment Quality Guidelines (2003).
2. Kandungan logam berat besi (Fe) dalam kerang Anodonta Woodiana
pada Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep
Hasil pemeriksaan kandungan besi (Fe) dalam kerang Anodonta
Woodiana pada Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep dapat dilihat pada
tabel 2 berikut ini:
Tabel 2
Hasil Pemeriksaan Logam Berat Besi (Fe)
Dalam Kerang Anodonta Woodiana Pada Sungai
Pangkajene Kabupaten Pangkep
No. Titik pengambilan
sampel
Kandungan besi (Fe)
(mg/kg) Ket
1. Titik I 75,758 TMS
2. Titik II 35,985 TMS
3. Titik III 19,198 TMS
4. Titik IV 14,905 TMS
5. Titik V 29,516 TMS
Sumber : Data Primer, 2012 Ket : Memenuhi syarat apabila ≤ 2 mg/kg sesuai dengan (Keputusan
Direktorat Gizi Departemen RI, dalam Wati, dkk. 2009).
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa hasil pemeriksaan kandungan
logam berat besi (Fe) dalam kerang Anodonta Woodiana pada Sungai
Pangkajene Kabupaten Pangkep pada 5 titik pengambilan sampel pada
siang hari diperoleh gambaran bahwa pada pengambilan sampel di titik I
sebesar 75,758 mg/kg, pada pengambilan sampel di titik II sebesar 35,985
mg/kg, pada pengambilan sampel di titik III sebesar 19,198 mg/kg, pada
pengambilan sampel di titik IV sebesar 14,905 mg/kg, dan pengambilan
sampel di titik V sebesar 29,516 mg/kg. Kandungan logam berat besi (Fe)
tertinggi dalam kerang dari hasil pemeriksaan laboratorium yaitu berada
pada titik I sebesar 75,758 mg/kg. Hasil pemeriksaan kandungan logam
berat besi (Fe) pada lima titik pengambilan sampel semuanya tidak
memenuhi syarat berdasarkan Keputusan Direktorat Gizi Departemen RI,
dalam Wati, dkk. 2009.
B. Pembahasan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mnegetahui kandungan logam berat
besi (Fe) pada sedimen dan kerang Anodonta Woodiana pada Sungai
Pangkajene yang merupakan salah satu sungai yang berada di Kabupaten
Pangkep dimana sungai ini merupakan salah satu sumber air bagi masyarakat
sekitar.
Berbagai kegiatan terdapat di sepanjang aliran sugai Pangkajene antara
lain: perkampungan, pabrik dan industri, rumah makan, pertanian, pasar
memberikan kontribusi berbagai jenis polutan yang terbawa arus ke dalam
aliran sungai Pangkajene, sebagian mengalami proses pengendapan bersama
lumpur dalam sedimen. Dampak negatif dari pendirian pabrik/industri salah
satunya adalah limbah hasil produksi dapat menimbulkan pencemaran, karena
pabrik sering memanfaatkan sungai sebagai sarana untuk membuang limbah
yang dihasilkan. Pengotoran sungai oleh pengolahan limbah tak sempurna
oleh pabrik dan industri dapat menyebabkan keracunan pada ikan dan
manusia. Limbah dapat pula meresap ke dalam tanah. Pembuangan limbah
yang mengandung logam-logam berat ke lingkungan sekitar, pada akhirnya
sampai pada manusia melalui rantai makanan (Yuliani, 2010).
Hasil pemeriksaan yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan
berdasarkan Srandar Consensus-Based Sediment Quality Guidelines (2003)
untuk sedimen dan Keputusan Direktorat Gizi Departemen RI, dalam Wati,
dkk. 2009 untuk kerang Anodonta Woodiana. Masyarakat disekitar sungai
Pangkajene tersebut mengkonsumsi kerang tersebut sebagai lauk pauk yang
lezat akan tetapi kerang ini berpotensi terhadap kesehatan.
Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar yang berbahaya
karena bersifat toksik jika dalam jumlah yang besar dan dapat mempengaruhi
berbagai aspek dalam perairan baik aspek ekologis maupun aspek biologis.
Logam-logam berat yang ada dalam badan perairan akan mengalami proses
pengendapan dan terakumulasi dalam sedimen, kemudian terakumulasi dalam
tubuh biota yang ada dalam perairan (termasuk kerang yang bersifat sesil dan
sebagai bioindikator) baik melalui insang maupun melalui rantai makanan dan
akhinya akan sampai pada manusia. Fenomena ini dikenal sebagai
bioakumulasi atau biomagnifikasi (Tauhid, 2001).
1. Kandungan logam berat besi (Fe) pada sedimen sungai Pangkajene
Hasil pemeriksaan sampel sedimen menunjukkan kandungan
logam besi (Fe) berkisar antara 29,826 – 26,955 mg/kg. Dari hasil
pmeriksaan laboratorium yang dilakukan, diperoleh kadar besi (Fe) pada
sampel sedimen sudah tidak memenuhi syarat. Kandungan logam besi (Fe)
tertinggi di titik 3 sebesar 29,826 mg/kg yang merupakan pertemuan titik 2
dengan sungai besar dimana pada titik 2 telah terjadi peningkatan aktivitas
industri yaitu tempat pembuangan limbah batu bara, pada titik 3 banyak
pemukiman warga dan sebelum titik 3 terdapat bengkel, semua ini
mempengaruhi tingginya logam Fe pada titik tersebut. Terendah di titik 4
sebesar 26,955 mg/kg dikarenakan pada lokasi tersebut memang terdapat
pemukiman warga tapi tidak sepadat yang ada dititik 3 sehingga kandungan
logam Fe dalam sedimen rendah pada titik ini. Menurut standar Consensus-
Based Sediment Quality Guidelines (2003) kadar normal Fe dalam sedimen
yang tidak terkontaminasi adalah 20,00 mg/kg.
Sumber utama logam Fe diduga berasal dari pasir besi yang
secara alami sudah ada pada dasar sungai yang berupa pelapukan batuan
yang mengandung unsur tersebut. Dengan demikian jika mengacu kepada
apa yang diungkapkan maka sedimen di sungai Pangkajene ini sudah
tercemar oleh Fe, adanya unsur ini dimungkinkan karena adanya limbah-
limbah yang berasal dari limbah rumah tangga (perkampungan) dan
perbengkelan. Kontaminasi ini seiring dengan berjalannya waktu akan
dapat menimbulkan akumulasi baik pada tubuh biota yang hidup dan
mencari makan di dalam maupun di sekitar sedimen atau dasar perairan,
dan akan berbahaya bagi kehidupan biota, yang pada gilirannya akan
berbahaya pula bagi manusia yang mengkonsumsi biota tersebut (Ahmad F,
2009).
Logam berat yang ada di perairan dapat masuk dalam sedimen
dengan cara absorpsi. Adanya logam berat yang terendap dalam sedimen
akan memberikan dampak negatif bagi organisme yang hidup di dasar
sungai seperti kerang dan udang dan apabila dikonsumsi dapat berbahaya
bagi kesehatan (Palar, 1994).
Nybakken (1992) menyatakan bahwa keberadaan lumpur di dasar
perairan sangat dipengaruhi oleh banyaknya partikel tersuspensi yang
dibawa oleh air serta faktor- faktor yang mempengaruhi penggumpalan,
pengendapan bahan tersuspensi tersebut, seperti arus. Knox 1986 (dalam
Efriyeldi, 1999), menyatakan bahwa sedimen merupakan lingkungan yang
sangat kompleks, karena sedimen yang berasal dari beberapa sumber,
meliputi dari daratan yang dibawa air sungai (fluvial sediment).
Logam berat yang semula terlarut dalam air sungai diadsorbsi oleh
partikel halus (suspended solid) dan oleh aliran air sungai dibawa ke muara.
Air sungai bertemu dengan arus pasang di muara sungai, sehingga partikel
halus tersebut mengendap di muara sungai. Hal inilah yang menyebabkan
kadar logam berat dalam sedimen muara lebih tinggi dari laut lepas. Pada
umumnya muara sungai mengalami proses sedimentasi, dimana logam
yang sukar larut mengalami proses pengenceran yang berada di kolom air
lama kelamaan akan turun ke dasar dan mengendap dalam sedimen.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dkk 2008, Logam Fe
terlihat lebih tinggi dibandingkan kedua logam lainnya dan berdasarkan
Baku Mutu Pemerintah PP No. 20 tahun 1990 untuk kualitas gol B (air
yang digunakan sebagai bahan baku) maka konsentrasi logam besi (Fe) di
perairan Sungai Kuripan sudah melebihi nilai baku mutu yaitu 5 ppm.
Sedangkan logam Mn dan Co masih di bawah nilai baku mutu yang
ditetapkan pemerintah. Logam berat yang telah mencemari suatu perairan
akan terakumulasi dalam sedimen dan organisme melalui proses gravitasi,
bio-konsentrasi, bio-akumulasi, dan bio-magnifikasi. Kadar logam berat Fe
di air terlihat lebih kecil dibandingkan dengan kadar logam berat yang ada
di sedimen atau pun pada kerang, demikian juga dengan kadar logam berat.
Hal ini mengindikasikan telah terjadinya bioakumulasi pada sedimen dan
kerang.
Kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan
dalam air. Ini menunjukkan adanya akumulasi logam berat dalam sedimen.
Hal ini dimungkinkan karena logam berat dalam air mengalami proses
pengenceran dengan adanya pengaruh pola arus. Rendahnya kadar logam
berat dalam air laut, bukan berarti bahan cemaran yang mengandung logam
berat tersebut tidak berdampak negatif terhadap perairan, tetapi lebih
disebabkan oleh kemampuan perairan tersebut untuk mengencerkan bahan
cemaran yang cukup tinggi. Baku mutu logam berat di dalam lumpur atau
sedimen di Indonesia belum ditetapkan, padahal senyawa-senyawa logam
berat lebih banyak terakumulasi dalam sedimen (karena proses
pengendapan) yang terdapat kehidupan biota dasar. Biota dasar yang
resisten terhadap perubahan kualitas lingkungan (tercemar oleh logam
berat) dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran. (Endang, 2007).
Selain dari aktivitas industri yang terjadi daerah daratan,
pencemaran pada sedimen juga dapat terjadi secara alami, seperti yang
dikatakan effendi (2000) bahwa pencemaran berupa sedimen berasal dari
tanah longsor, erosi dan sebagainya yang mengalir ke air dan akan
menimbulkan pendangkalan, karena terbentuknya sedimen di dasarnya.
Tingginya kadar logam berat besi (Fe) diperkirakan karena ketersediaan
logam berat besi di perairan yang besar, hingga tingkat akumulasi logam
berat besi kedalam tubuh kerang juga besar. Selain itu cara makan kerang
yang menyaring partikel-partikel dalam air dan sifat hidup yang cendrung
membenamkam diri dan bergerak lambat memberikan pengaruh terhadap
proses bioakumulasi logam berat besi pada tubuh kerang (Anggraini, 2007).
Dalam penelitian Tauhid, 2001 mengatakan secara keseluruhan
nilai rata-rata kandungan Fe dalam air, sedimen dan kerang di sungai
sungai Sumpang Minangae dapat dilihat bahwa rata-rata kandungan Fe
dalam sedimen lebih besar daripada rata-rata kandungan Fe dalam jaringan
kerang dan air. Hal ini diduga karena Fe yang terlarut dalam air cenderung
diendapkan dalam sedimen dan kerang lebih banyak mengambil Fe dari
rantai makanan (terutama dari fitoplankton dan detritus) dibanding dari
sedimen. Kandungan Fe dalam jaringan kerang terutama berasal dari rantai
makanan. Seperti yang diketahui bahwa kerang bersifat penyaring plankton
(filter feeder) dan pemakan detritus (detrivora). Fitoplankton yang
merupakan awal dari rantai makanan mengabsorpsi ion-ion logam Fe yang
terlarut dalam air, kemudian fitoplankton dimakan oleh zooplankton,
zooplankton dimakan oleh organisme kecil dan selanjutnya dimakan oleh
organisme yang lebih besar (Hutagalung, 1991).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sedimen yang terangkut
dalam air sungai antara lain: (1) Ukuran sedimen yang masuk ke badan
sungai, (2) Karakteristik saluran yaitu morfologi sungai, tingkat kekasaran
dasar sungai, kemiringan sungai dan debit air, (3) Karakteristik fisik
partikel sedimen. Endapan (sedimen) dan koloidal serta bahan terlarut juga
dapat berasal dari adanya bahan buangan industri yang berbentuk padat.
Bahan buangan industri yang berbentuk padat jika tidak dapat larut
sempurna akan mengendap didasar sungai, dan yang larut sebagian akan
menjadi koloidal (Sudaryo, 2009).
2. Kandungan logam berat besi (Fe) pada kerang Anodonta Woodiana di
Sungai Pangkajene
Kerang dapat mengakumulasi logam lebih besar dari pada
hewan air lainnya karena sifatnya yang menetap, lambat untuk dapat
menghindarkan diri dari pengaruh polusi, dan mempunyai toleransi yang
tinggi terhadap konsentrasi logam tertentu. Karena itu jenis kerang
merupakan indikator yang sangat baik untuk memonitor suatu pencemaran
lingkungan (Darmono, 2008).
Kandungan logam berat besi (Fe) pada kerang di Titik 1 (Desa
Sela) adalah 75,758 mg/kg, tingginya kandungan logam pada kerang
anodonta woodiana disebabkan adanya aktivitas pembuangan limbah
rumah tangga sehingga terakumulasi dalam tubuh kerang. Pada kerang di
Titik 2 (Desa Biringere) adalah 35,958 mg/kg, tingginya kandungan logam
pada kerang anodonta woodiana disebabkan peningkatan aktivitas di
industri dan pembuagan limbah rumah tangga sehingga terakumulasi
dalam tubuh kerang. Pada kerang di Titik 3 (Desa Samaelo) adalah 19,198
mg/kg, tingginya kandungan logam pada kerang anodonta woodiana
disebabkan peningkatan aktivitas di industri pada titik 2 (Desa Biringere)
karena titik 3 merupakan aliran air langsung dari titik 2 (Desa Biringere).
Pada kerang di Titik 4 (Desa Samaelo) adalah 14,905 mg/kg, adanya
kandungan logam pada kerang anodonta woodiana disebabkan adanya
aktivitas pembuangan limbah rumah tangga. Sampel kerang di Titik 5
(Kota Pangkep) adalah 29,516 mg/kg, tingginya kandungan logam pada
kerang Anodonta Woodiana disebabkan adanya aktivitas pembuangan
limbah domestik lain di sekitar lokasi pengambilan sampel. Berbagai
faktor dapat mempengaruhi kandungan logam pada kerang antara lain
umur, ukuran biota, kebiasaan makan biota atau tingkat trofik dalam
jaringan, serta spesies atau jenis biota sejalan (Arifin, 2010).
Tingginya logam di titik 1 di pengaruhi oleh padatnya penduduk
yang tinggal di sekitar tersebut dan banyak menghasilkan limbah domestic
seperti kaleng-kalengan. Setiap limbah dari pemukiman dibuang ke sungai
Pangkajene tanpa diolah terlebih dahulu. Ini juga disebabkan karena
adanya perubahan jumlah penduduk, perubahan aktifitas di sepanjang
DAS dan juga karena perubahan peruntukan lahan.
Besi termasuk logam multiguna sehingga penggunaannya dalam
industri sangat luas, antara lain dalam industri pengolahan logam, alat-alat
listrik, dan tambang asam. Pengaruh terhadap hewan laut apabila logam ini
telah terkonsentrasi adalah perubahan warna dan rasa dagingnya sehingga
tidak enak untuk dikonsumsi (Haldstead dalam Rahma M, 2006).
Jika dibandingkan dengan standar baku mutu logam berat untuk
biota konsumsi dari Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
03725/B/SK/1989 (2 ppm), maka dapat dikatakan bahwa kadar logam
berat besi dalam kerang sudah melebihi baku mutu yang telah ada.
Tingginya kadar logam berat besi tersebut tentunya sudah membahayakan
bagi manusia sebagai pengkonsumsi kerang. Hal ini disebabkan karena
sifat kerang yang filter feeder, yaitu mencari makan dengan cara
menyaring partikel - partikel makanan dan air yang dihisapnya dibawah
mantel. Dengan cara hidup yang demikian tubuh kerang memiliki peluang
terakumulasi logam besi lebih besar. Berdasarkan pengamatan dilapangan,
aktivitas pengumpulan kerang tersebut masih terus berlangsung. Dari hasil
wawancara dengan warga setempat, hasil yang dipero leh selain di jual ke
pasar juga untuk mereka konsumsi sendiri. Walaupun pencarian kerang
tersebut tidak dilakukannya setiap hari namun jika hal ini terus dilakukan
secara terus menerus maka logam berat besi (Fe) dapat mengganggu
metabolisme tubuh dan pada akhirnya membahayakan jiwa orang yang
mengkonsumsinya (Angraini, 2007).
Tingginya kandungan logam berat besi (Fe) juga tidak lepas dari
padatnya aktivitas yang terjadi di sekitar lokasi pengambilan sampel.
Aktifitas masyarakat dan limbah pasar yang dibuang ke perairan
berkontribusi terhadap pencemaran besi (Fe) pada air sungai. Air sungai
telah mengandung besi yang berasal dari sisa-sisa buangan limbah
industri, limbah pasar, dan limbah rumah tangga dan logam ini akan
terserap oleh zooplankton, fitoplankton. Zooplankton, fitoplankton ini
merupakan makanan kerang Anodonta Woodiana, akibatnya melalui rantai
makanan ini dalam tubuh kerang terdapat logam besi. Apabila kerang-
kerang tersebut termakan oleh manusia, akan terjadi penumpukan dalam
tubuh manusia dan hal ini akan menimbulkan banyak dampak yang
berbahaya bagi kesehatan manusia (Ayuningrat, 2009).
Ada 3 proses yang terjadi dalam hubungan suatu bahan kimia
dengan organisme di peraian, yaitu: (1) Proses biokosentrasi, yaitu proses
suatu bahan kimia dari air masuk ke dalam organisme melalui insang atau
jaringan epitheliat dan terakumulasi, (2) Proses biokumulasi, yaitu istilah
yang lebih luas dan meliputi bukan hanya biokosentrasi tetapi juga
akumulasi bahan kimia melalui makanan yang dikosumsi, dan (3) Proses
biomaknifikasi, yaitu mengarah ke total proses yang terjadi, meliputi
biokonsentrasi dan bioakumulasi dimana konsentrasi bahan kimia yang
terakumulasi meningkat dalam jaringan sesuai dengan tingkatan tropik
yang dilewati (Connell & Miller 1984 ; Rand & Petrocelli 1985). Proses
biomaknifikasi suatu bahan kimia di dalam suatu struktur tropik atau rantai
makanan organisme laut dapat terjadi oleh karena adanya suatu proses
biotransfer. Proses biotransfer adalah perpindahan secara biologis suatu
bahan kimia dari suatu tingkatan tropik yang rendah ke tingkat yang lebih
tinggi di dalam suatu struktur rantai makanan (Prasetya D, 2006).
Besi (Fe) adalah suatu komponen dari berbagai enzim yang
mempengaruhi seluruh reaksi kimia yang penting di dalam tubuh
meskipun sukar diserap (10-15%). Besi juga merupakan komponen dari
hemoglobin yaitu sekitar 75%, yang memungkinkan sel darah merah
membawa oksigen dan mengantarkannya ke jaringan tubuh. Kelebihan zat
besi (Fe) bisa menyebabkan keracunan dimana terjadi muntah, kerusakan
usus, penuaan dini hingga kematian mendadak, diare, pusing, mudah le lah,
kulit kehitam – hitaman, sakit kepala, gagal hati, hepatitis, mudah emosi,
hiperaktif, hipertensi, anemia, gangguan penyerapan vitamin dan mineral,
serta hemokromatis.
Besi (Fe) dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan
hemoglobin sehingga jika kekurangan besi (Fe) akan mempengaruhi
pembentukan haemoglobin tersebut. Besi (Fe) juga terdapat dalam serum
protein yang disebut dengan transferin berperan untuk mentransfer besi
(Fe) dari jaringan yang satu ke jaringan lain. Besi (Fe) juga berperan
dalam aktifitas beberapa enzim seperti sitokrom dan flavo protein. Apabila
tubuh tidak mampu mengekresikan besi (Fe) akan menjadi akumulasi besi
(Fe) karenanya warna kulit menjadi hitam.
Kekurangan besi (Fe) dalam diet akan mengakibatkan defisiensi
yaitu kehilangan darah yang berat yang sering terjadi pada penderita tumor
saluran pencernaan, lambung dan pada menstruasi. Defisiensi besi (Fe)
menimbulkan gejala anemia seperti kelemahan, fatigue, sulit bernafas
waktu berolahraga, kepala pusing, diare, penurunan nafsu makan, kulit
pucat, kuku berkerut, kasar dan cekung serta terasa dingin pada tangan dan
kaki (Arifin, 2010).
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan di Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep pada
tanggal 27 Maret - 16 April 2012 memiliki beberapa keterbatasan. Adapun
keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pada saat pengambilan sampel dilakukan pada musim hujan sehingga
kualitas air Sungai Pangkajene tidak menggambarkan kondisi
sesungguhnya, hal ini disebabkan terjadi pengenceran oleh air hujan
sehingga kadar bahan pencemar menjadi berkurang.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan dan perhitungan di laboratorium
mengenai studi kandungan logam berat Besi (Fe) pada sedimen dan kerang
Anodonta Woodiana di Sungai Pangkajene Kabupaten Pangkep, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kandungan logam berat Besi (Fe) pada sedimen sungai Pangkajene dari 5
titik semua tidak memenuhi syarat sesuai dengan standar Consensus-Based
Sediment Quality Guidelines (2003). Hasil pemeriksaan sampel sedimen
menunjukkan kandungan logam besi (Fe) berkisar antara 29,826 – 26,955
mg/kg.
2. Kandungan logam berat besi (Fe) dalam kerang Anodonta Woodiana di
sungai Pangkajene dari 5 titik, semua tidak memenuhi syarat sesuai
dengan Keputusan Direktorat Gizi Departemen RI, dalam Wati, dkk.
2009., yaitu berkisar antara 75,758 mg/kg – 14,905 mg/kg.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas, maka penulis
menyarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Kepada pihak Pemerintah Kabupaten Pangkep dan Industri yang berada di
sekitar sungai Pangkajene diharapkan agar mengurangi pembuangan
limbah langsung ke badan sungai. Karena jika kandungan logam Besi (Fe)
melebihi apa yang ditetapkan maka dapat menimbulkan dampak kesehatan
bagi manusia.
2. Kepada masyarakat yang berada di sekitar sungai Pangkajene sebaiknya
memerhatikan dan menjaga kebersihan sungai dari buangan limbah rumah
tangga, serta sampah-sampah anorganik.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R. 2004. Kimia lingkungan. Yogyakarta: Andi.
Ahmad, F. 2009. Tingkat Pencemaran Logam Berat Dalam Air Laut Dan Sedimen
Di Perairan Pulau Muna, Kabaena, Dan Buton Sulawesi Tenggara Makara, Sains, Vol. 13, No. 2, November 2009: 117-124. [online].
http://journal.ui.ac.id/science/article/viewFile/407/403. [diakses 23 Januari 2012].
Andreas, V. 2010. Proses Sedimentasi yang terjadi pada Muara Sungai Cimanuk Indramayu. [online]. http://arielaut.wordpress.com/2010/04/21/proses-sedimentasi-yang-terjadi-pada-muara-sungai-cimanuk-indramayu/. [diakses 13
Februari 2012].
Anggraini. 2007. Analisis Kadar Logam Berat Pb, Cd, Cu Dan Zn Pada Air Laut, Sedimen Dan Lokan (Geloina Coaxans) Di Perairan Pesisir Dumai, Provinsi
Riau. [online]. http://images.cientherell4.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/revdraokcq
maaagwubm1/jurnal%20dewi%20versi%20pdf.file.pdf?nmid=20979624. [diakses 20 Januari 2012].
Anonim. 2008. Bahaya Pencemaran Logam Berat Dalam Air. [online]. http://adinfobogor.blogspot.com/2008/01/bahaya-pencemaran-logam-berat-dalam-
air_31.html. [diakses 23 Januari 2012].
Arifin. 2010. Penghilangan Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Dalam Air. [online]. http://smk3ae.wordpress.com/2010/08/28/penghilangan-besi-fe-dan-mangan-mn-
dalam-air-2/. [diakses 31 Januari 2012].
Ayuningrat, E., 2009. Penapisan Awal Komponen Bioaktif Dari Kijing Taiwan (Anodonta Woodiana Lea.) Sebagai Senyawa Antioksidan. [Online], http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/29551/EllaSalamah_Penap
isanAwalKomponen_2008_No2_119-133_abstract.pdf?sequence=2 [diakses 27 April 2012].
Darmono, 2008. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran, Hubungannya Dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta : Universitas Indonesia.
Dony. 2009. Pendekatan Terpadu Pengelolaan Pencemaran Lingkungan. [online]. http://www.unila.ac.id/index.php/en/home-mainmenu-1/72-
arsip/365Pendekatan%20Terpadu%20Pengelolaan%20Pencemaran%20Lingkungan. [diakses 23 Januari 2012].
Dullah. 2009. Kadar Logam Merkuri Dan Timbal Dalam Air Laut Di Sepanjang
Anjungan Pantai Losari Samapi Golden Hotel Makassar. Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.
Efendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius.
Efriyeldi. 1999. Sebaran Spasial Karakteristik Sedimen Dan Kualitas Air Muara
Sungai Bantan Tengah, Bengkalis Kaitannya Dengan Budidaya Kja (Keramba Jaring Apung. [online]. http://www.unri.ac.id/jurnal/jurnal_natur/vol2/14.pdf. [diakses 13 februari 2012].
Ella, A., Eka, A., & Purwaningsih, S. 2008. Penapisan Awal Komponen Bioaktif
Dari Kijing Taiwan (Anodonta Woodiana) Sebagai Senyawa Antioksidan. [online]. Vol 9 No. 2.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/29551/EllaSalamah_PenapisanAwalKomponen_2008_No2_119-133.pdf?sequence=1. [diakses 16 Februari 2012].
Endang, R & Abdul, R. 2007. Pemantauan Kadar Logam Berat Dalam Sedimen
Di Perairan Teluk Jakarta. [online]. http://journal.ui.ac.id/upload/artikel/05_endang%20rochyatun_pemantauan%20%
20kadar%20new.pdf. [diakses 23 Januari 2012].
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air Dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Hayati. 2009. Analisis Kadar Arsen Pada Kerang Yang Berasal Dari Laut Belawan.[online].http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14732/1/09E02
805.pdf. [diakses 3 Februari 2012].
Lopo, H. 2011. Makalah Pencemaran Logam Besi. [online]. http://hanchlopoblogspot.blogspot.com/2011/04/makalah-pencemaran- logam-besi-fe.html. [diakses 16 Februari 2012].
Lutfi. 2009. Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Hewan, Tumbuh-Tumbuhan,
Dan Tubuh Manusia. [online]. http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran-air/pengaruh-pencemaran-air-terhadap-hewan-tumbuh-
tumbuhan-dan-tubuh-manusia/. [diakses 23 Januari 2012].
Madia & Pranoto. 2011. Pengaruh Pencemaran Air Oleh Logam Berat Terhadap Manusia. [online]. http://www.bppp-tegal.com/:pengaruh-pencemaran-air-oleh-
logam-berat-terhadapmanusia. [diakses 23 Januari 2012].
Miettinen. 1977. Pengertian dan Macam Logam Berat. [online]. http://dedepurnama.blogspot.com/2009/07/logam-berat.html. [diakses 9 Januari 2012].
Muhajir, A. 2009. Studi Kandungan Logam Berat Pada Kerang Anadara Dari
Beberapa Pasar Kota Malang. [online]. http://lib.uinmalang.ac.id/thesis/fullchapter/02520030-abd-muhajir.pdf. [diakses 3 Februari 2012].
Mustafa, A. 2000. Kamus lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.
Palar, H. 1994. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta.
Prasetya, D, 2006. Proses Hierarki Analitik Dalam Pengelolaan Kerang Simping (Amusium Pleuronectes) Di Kabupaten Brebes Jawa Tengah. [online].
http://repository.upnyk.ac.id/208/1/Proses_Hierarki_Analitik_dalam_PengelolaanKerang_Simping_%28Amusium_pleuronectes%29_di_kabupaten_Brebes_Jawa_
Tengah.pdf. [12 Mei 2012].
Pusat Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup (Puslitbang LH). 2011. Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) Industri Semen Portland PT Semen Tonasa. Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar.
Rahmah M, 2006. Kandungan Fe, Cu, Zn, Dan Pb Dalam Sedimen Perairan Pesisir Sekitar Kawasan Industri Gresik . [online]. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46329/G06mra.pdf?sequen
ce=1. [diakses 28 April 2012].
Rosmini & Andarani. 2008. Profil Pencemaran Logam Berat (Cu, Cr, Dan Zn) Pada Air Permukaan Dan Sedimen Di Sekitar Industri Tekstil Pt X (Sungai
Cikijing). [online]. http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/teknologi_pengelolaan_lingkungan/wpcontent/uploads/2010/10/pi-pertiwi-andarani-15305045.pdf. [diakses 20 Januari 2012].
Slamet, J. S., 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Sudaryo, Sutjipto, 2009. Identifikasi Dan Penentuan Logam Pada Tanah Vulkanik Di Daerah Cangkringan Kabupaten Sleman Dengan Metode Analisis Aktivasi
Neutron Cepat. [online]. http://jurnal.sttn-batan.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/D-30%20_sudaryo_.pdf. [12 Mei 2012].
Sukadi. 1999. Pencemaran Sungai Akibat Buangan Limbah dan Pengaruhnya
Terhadap BOD dan DO. [online]. http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.TEKNIK_SIPIL/196409101991011-SUKADI/02-Penelitian/04-Pencemaran_Sungai.pdf. [diakses 20 Januari 2012]
Tauhid, 2001. Kandungan Logam Berat Pada Air, Sedimen Dan Kerang Marcia
Sp. Di Teluk Parepare, Sulawesi Selatan Vol 2 No. 2 Agustus 2001: 35-44. [online]. http://118.97.33.150/jurnal_pdf/sci_2_2/tauhid.pdf. [diakses 12 Mei 2012].
Tim Penyusun. 2012. Panduan Penulisan Skripsi. Makassar: Bagian Kesehatan
Lingkungan FKM UH.
Wardhana, W.A. 1995. Dampak pencemaran lingkungan. Yogyakarta: Andi.
Wardhana, W.A. 2001. Mengatasi Zat Besi (Fe) Tinggi dalam Air. [online]. http://adyancebpp.worrdpress.com/2001/04/16/mengatasi-zat-besi- fe-tinggi-
dalam-air/. [diakses 16 Januari 2012].
Warlina, L., 2006. Pencemaran Air : Sumber, Dampak Dan Penanggulangannya. [Online] http://Rudyct.Com/Pps702-Ipb/08234/Lina_Warlina.Pdf [Diakses 18
Januari 2012].
Warta. 2004. Pencemaran ada pada lapisan sedimen. [online]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20925/5/Chapter%20I.pdf.
[diakses 13 Februari 2012].
Wati, H., Krisdianto & Ramli, R., 2009. Kandungan Logam Besi (Fe) Dalam Air dan Ikan Sepat (Trichogaster trichopterus Egen) Di Sungai Yang Melewati Kecamatan Gambut Dan Aluh Aluh Kabupaten Banjar. [Online]
fmipa.unlam.ac.id/bioscientiae/wp-content/.../B-Vol.-6-No.-1-4.pdf [Diakses 29 April 2012].
Widowati, W., Sastiono, A. & Jusuf, R., 2008. Efek Toksik Logam : pencegahan
dan penanggulangan pencemaran. Yogyakarta : Andi Offset
Wikipedia. 2012. Kerang. [online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Kerang. [diakses 3 Februari 2012].
Yuniar. 2010. Kerang Kijing (Anodonta Woodiana). [online].
http://stationofwords.blogspot.com/2012/01/kijing- taiwan-anodonta-woodiana_7844.html. [diakses 16 Februari 2012].
Lembar Ceklist
Tanggal Pengambilan Sampel : 27 Maret 2012 sampel sedimen
2 April 2012 sampel kerang
Titik : 1
Pemeriksa : Muh. Asri
Laboratorium : Laboratorium Pengkajian Teknologi Pertanian
Variable yang diteliti Kandungan Fe
Sedimen 28,645 mg/kg
Kerang Anodonta Woodiana 75,758 mg/kg
Tanggal Pengambilan Sampel : 27 Maret 2012 sampel sedimen
2 April 2012 sampel kerang
Titik : 2
Pemeriksa : Muh. Asri
Laboratorium : Laboratorium Pengkajian Teknologi Pertanian
Variable yang diteliti Kandungan Fe
Sedimen 27,510 mg/kg
Kerang Anodonta Woodiana 35,985 mg/kg
Tanggal Pengambilan Sampel : 27 Maret 2012 sampel sedimen
2 April 2012 sampel kerang
Titik : 3
Pemeriksa : Muh. Asri
Laboratorium : Laboratorium Pengkajian Teknologi
Pertanian
Variable yang diteliti Kandungan Fe
Sedimen 29,826 mg/kg
Kerang Anodonta Woodiana 19,198 mg/kg
Tanggal Pengambilan Sampel : 27 Maret 2012 sampel sedimen
2 April 2012 sampel kerang
Titik : 4
Pemeriksa : Muh. Asri
Laboratorium : Laboratorium Pengkajian Teknologi
Pertanian
Variable yang diteliti Kandungan Fe
Sedimen 26,955 mg/kg
Kerang Anodonta Woodiana 14,905 mg/kg
Tanggal Pengambilan Sampel : 27 Maret 2012 sampel sedimen
2 April 2012 sampel kerang
Titik : 5
Pemeriksa : Muh. Asri
Laboratorium : Laboratorium Pengkajian Teknologi
Pertanian
Variable yang diteliti Kandungan Fe
Sedimen 28,713 mg/kg
Kerang Anodonta Woodiana 29,516 mg/kg
DOKUMENTASI PENELITIAN
Pengambilan dan Contoh Sampel
Sedimen
Spektofotometer serapan Atom
(SSA) alat untuk mengukur kadar
logam berat
Larutan Standart Besi
Sampel Kerang Anodonta
Woodiana
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : AMINA
Tempat tanggal lahir : Makale, 21 Oktober 1989
Suku / Bangsa : Bugis / Indonesia
Agama : Islam
Status : Belum Kawin
Alamat : Jl. Tritura No.70, Makale, Tana Toraja
Riwayat Pendidikan :
1. Tahun 2002 : Madrasah Ibtidayyah Negeri Makale
2. Tahun 2005 : SMP Pest. IMMIM Puteri Pangkep
3. Tahun 2008 : SMA Pest. IMMIM Puteri Pangkep
Masuk tahun 2008 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan
Lingkungan, Universitas Hasanuddin