studi kajian agama-agama_ sejarah agama hindu buddha di indonesia.pdf

13
11/9/12 MA: SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA 1/13 dimas-sigit.blogspot.com/2011/12/sejarah-agama-hindu-buddha-di-indonesia.html STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA Di dalam sejarah, di luar surga, manusia kecewa. Tapi seperti harapan, kecewa juga lahir dari rongga yang bisa menelannya kembali. mungkin rongga itu sebenarnya rasa syukur yang luas tapi tak selalu jelas. (Goenawan Mohamad) RABU, 14 DESEMBER 2011 SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA Oleh Reny Rosita dan Sigit Rastafara BAB I PENDAHULUAN SEJARAH AGAMA HINDU DAN BUDDHA DI INDONESIA Agama Hindu dan Buddha merupakan Agama yang berasal dari negara India, yang pada perjalanannya menjadi salah satu agama-agama terbesar pengikutnya. Secara garis besar perkembangan agama Hindu dibedakan menjadi tiga tahap. Tahap pertama berlangsung sekitar abad 1500-1000 SM yang dikenal dengan agama Weda. Tahap kedua ditandai dengan munculnya agama Brahman (1000-750 SM), tahap kedua adalah zaman agama Buddha yang berlangsung sekitar 500 SM-300 M. yang mempunyai corak berbeda dengan agama Weda. Tahap ketiga ditandai dengan munculnya pemikiran-pemikiran kefilsafatan yang berpusat di sekitar sungai Gangga (750-300 M), dan tahap yang ketiga adalah apa yang dikenal dengan agama Hindu yang berlangsung sejak 300 M. sampai sekarang.[1] Agama Hindu berkembang hingga ke luar India termasuk Indonesia, yang dibawa oleh para Rsi atau para Brahman. Agama Hindu merupakan agama impor yang pertama kali masuk ke Indonesia dan berinteraksi dengan masyarakat Indonesia yang notabenenya sudah mempercayai Animisme dan Dinamisme. Sedangkan agama Buddha sendiri bisa dikatakan sebagai pembaharu dari agama Hindu yang dibawa oleh Sidharta Gautama. Yang pada perjalannya sang Buddha sendiri melakukan pengembaraan untuk mencari penerahan yang abadi. Berbeda halnya dengan agama hindu, agama Buddha lebih banyak berkembang di Cina di bandingkan dengan asal mulanya agama tersebut yaitu India. Sedangakan Agama Hindu dan Buddha masuk di Indonesia sekitar abad ke 7 M, yang dibawa oleh para Rsi maupun para Bikhhu. Harun Hadiwijono mengatakan bahwa kira-kira abad ke 15 SM. nenek moyang bangsa Indonesia memasuki Indoneisa dari daratan Cina Selatan, dengan melewati dua jalur, yaitu jalur utara dan barat. Jalur utara melewati Jepang, Taiwan, Pilipin, dan menyebrang di Sulawesi, Indoneisa bagian Timur, Irian dan Melanesia, sedangakan jalur barat melewati Indo Cina, Siam, Malaya, serta menyebar di Sumatra, Jawa dan Kalimantan.[2] Dan dari perjalan atau jalur tersebut, saya berpendapat ini merupakan salah satu cara masuknya atau berkembanganya pengaruh agama Hindu dan Buddha di Indonesia. Dalam bab selanjutnya akan dibahas tentang kedatangan awal agama Hindu-Buddha dan pembawanya berdasarkan analisis teori. Selanjutnya membicarakan bagaimana interaksi dengan kebudayaan Indonesia dan perkembangan Agama Hindu-Buddha di Indonesia yang ditandai dengan banyaknya peninggalan kerajaan atau berupa prasasti, bangunan dan segala aspek yang bercorakan Hindu-Buddha. Pada pembahasan selanjutnya kita membahas tentang persamaan dan perbedaan Agama Hindu-Buddha di India, Jawa dan Bali. Dan pada pembahasan terakhir kita membicarakan Hindu Dharma dan Buddha Dharma yang mana ini merupakan ciri khas agama Hindu-Buddha yang ada di Indonesia. BAB II PEMBAHASAN 1. Kedatangan Awal Agama Hindu-Buddha di Indonesia dan Pembawanya (Analisis Teori) Dimas Sigit Menjadi Manusia Yang Bebas dan Merdeka. dengan memperoleh kembali eksistensi diri. " seseorang, yang memiliki Cinta Tuhan di hatinya, meskipun dia tidak memiliki agama." Lihat profil lengkapku MENGENAI SAYA www.uinjkt.ac.id www.islamlib.com Join this site Join this site w ith Google Friend Connect Members (2) Already a member? Sign in PENGIKUT 2012 (2) 2011 (10) Desember (10) Upacara Kematian dalam Agama Buddha SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA AJARAN TENTANG KETUHANAN DAN SEMBAHYANG HINDU DHAR... AJARAN HINDU DHARMA TENTANG ETIKA AJARAN BUDDHA DHARMA TENTANG KETUHANAN DAN BAKTI P... ARSIP BLOG 0 Bagikan Bagikan Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk

Upload: imelda-josephine

Post on 09-Aug-2015

303 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA_ SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA.pdf

11/9/12STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA: SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA

1/13dimas-sigit.blogspot.com/2011/12/sejarah-agama-hindu-buddha-di-indonesia.html

STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMASTUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA

Di dalam sejarah, di luar surga, manusia kecewa. Tapi seperti harapan, kecewa juga lahir dari rongga yang bisa menelannya

kembali. mungkin rongga itu sebenarnya rasa syukur yang luas tapi tak selalu jelas.

(Goenawan Mohamad)

RABU, 14 DESEMBER 2011

SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA

SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIAOleh

Reny Rosita dan Sigit Rastafara

BAB I

PENDAHULUAN

SEJARAH AGAMA HINDU DAN BUDDHA DI INDONESIA

Agama Hindu dan Buddha merupakan Agama yang berasal dari negara India, yang padaperjalanannya menjadi salah satu agama-agama terbesar pengikutnya. Secara garis besar

perkembangan agama Hindu dibedakan menjadi tiga tahap. Tahap pertama berlangsung sekitar

abad 1500-1000 SM yang dikenal dengan agama Weda. Tahap kedua ditandai denganmunculnya agama Brahman (1000-750 SM), tahap kedua adalah zaman agama Buddha yang

berlangsung sekitar 500 SM-300 M. yang mempunyai corak berbeda dengan agama Weda. Tahap ketiga ditandai dengan munculnya pemikiran-pemikiran kefilsafatan yang berpusat di

sekitar sungai Gangga (750-300 M), dan tahap yang ketiga adalah apa yang dikenal dengan

agama Hindu yang berlangsung sejak 300 M. sampai sekarang.[1] Agama Hindu berkembanghingga ke luar India termasuk Indonesia, yang dibawa oleh para Rsi atau para Brahman. Agama

Hindu merupakan agama impor yang pertama kali masuk ke Indonesia dan berinteraksi dengan

masyarakat Indonesia yang notabenenya sudah mempercayai Animisme dan Dinamisme.Sedangkan agama Buddha sendiri bisa dikatakan sebagai pembaharu dari agama Hindu yang

dibawa oleh Sidharta Gautama. Yang pada perjalannya sang Buddha sendiri melakukanpengembaraan untuk mencari penerahan yang abadi. Berbeda halnya dengan agama hindu,

agama Buddha lebih banyak berkembang di Cina di bandingkan dengan asal mulanya agama

tersebut yaitu India.

Sedangakan Agama Hindu dan Buddha masuk di Indonesia sekitar abad ke 7 M, yang dibawa

oleh para Rsi maupun para Bikhhu. Harun Hadiwijono mengatakan bahwa kira-kira abad ke15 SM. nenek moyang bangsa Indonesia memasuki Indoneisa dari daratan Cina Selatan,

dengan melewati dua jalur, yaitu jalur utara dan barat. Jalur utara melewati Jepang, Taiwan,

Pilipin, dan menyebrang di Sulawesi, Indoneisa bagian Timur, Irian dan Melanesia, sedangakan

jalur barat melewati Indo Cina, Siam, Malaya, serta menyebar di Sumatra, Jawa dan

Kalimantan.[2] Dan dari perjalan atau jalur tersebut, saya berpendapat ini merupakan salah satucara masuknya atau berkembanganya pengaruh agama Hindu dan Buddha di Indonesia.

Dalam bab selanjutnya akan dibahas tentang kedatangan awal agama Hindu-Buddha dan

pembawanya berdasarkan analisis teori. Selanjutnya membicarakan bagaimana interaksi

dengan kebudayaan Indonesia dan perkembangan Agama Hindu-Buddha di Indonesia yang

ditandai dengan banyaknya peninggalan kerajaan atau berupa prasasti, bangunan dan segalaaspek yang bercorakan Hindu-Buddha. Pada pembahasan selanjutnya kita membahas tentang

persamaan dan perbedaan Agama Hindu-Buddha di India, Jawa dan Bali. Dan pada

pembahasan terakhir kita membicarakan Hindu Dharma dan Buddha Dharma yang mana ini

merupakan ciri khas agama Hindu-Buddha yang ada di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN1. Kedatangan Awal Agama Hindu-Buddha di Indonesia dan Pembawanya

(Analisis Teori)

Dimas Sigit

Menjadi Manusia Yang

Bebas dan Merdeka.

dengan memperoleh

kembali eksistensi diri. "

seseorang, yang memiliki Cinta Tuhan di

hatinya, meskipun dia tidak memiliki

agama."

Lihat profil lengkapku

MENGENAI SAYA

www.uinjkt.ac.id

www.islamlib.com

Join this siteJoin this sitew ith Google Friend Connect

Members (2)

Already a member? Sign in

PENGIKUT

► 2012 (2)

▼ 2011 (10)

▼ Desember (10)

Upacara Kematian dalam AgamaBuddha

SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHADI INDONESIA

AJARAN TENTANG KETUHANANDAN SEMBAHYANG HINDUDHAR...

AJARAN HINDU DHARMA TENTANGETIKA

AJARAN BUDDHA DHARMATENTANG KETUHANAN DAN

BAKTI P...

ARSIP BLOG

0BagikanBagikan Lainnya Blog Berikut» Buat Blog Masuk

Page 2: STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA_ SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA.pdf

Di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu

India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baikdengan Negara-negara tetangga lainnya. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran

berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina

adalah Selat Malaka. Dan Indonesia terletak di jalur dua benua dan dua samudera, serta

berada di dekat Selat Malaka.

Proses Masukknya Agama Hindu-Buddha ke Indonesia.

Peta Jalur Perdagangan Laut Asia TenggaraAgama Hindu- Budha berasal dari India, yang kemudian menyebar ke Asia Timur dan Asia

Tenggara termasuk Indonesia. Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis,

yaitu terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan Pasifik)

yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia. Untuk lebih jelasnya,

silahkan amati gambar peta jaringan perdagangan laut Asia Tenggara di atas.Awal abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi beralih

kejalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan India melewati selat

Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut. Akibat hubungan

dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia dengan India, dan Indonesia

dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupunbudaya Cina ke Indonesia. Mengenai siapa yang membawa atau menyebarkan agama Hindu -

Budha ke Indonesia, tidak dapat diketahui secara pasti, walaupun demikian para ahli

memberikan pendapat tentang proses masuknya agama Hindu - Budha atau kebudayaan India

ke Indonesia.

Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional tersebut

menyebabkan timbulnya percampuran budaya. Misalnya saja India, negara pertama yangmemberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Para sejarawan

mengatakan bahwa banyak pendapat atau teori masuknya agama hindu di Indonesia, antara lain:

[3]1. Teori Brahman

Teori ini di kemukakan oleh J.C. Van Leur, berpendapat bahwa agama Hindu masuk ke

Indonesia dibawa oleh kaum Brahman. Hanya kaum Brahmanalah yang berhak mempelajari

serta mengajarkan agama Hindu karena hanya kaum Brahmanlah yang mengerti isi kitab suci

Weda. Kedatangan Kaum Brahmana tersebut diduga karena undangan Penguasa/Kepala Suku

di Indonesia atau sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia. Beliau juga

mengatakan bahwa kaum Brahman sangat berperan dalam penyebaran agama dan kebudayaan

agama Hindu ke Indonesia.

2. Teori Ksatria

Terdapat dua pendapat mengenai teori Ksatria yang pertama menurut Prof.Dr.Ir.J.L.Moens

berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia adalah kaum ksatria ataugolongan prajurit, karena adanya kekacauan politik/peperangan di India abad 4 - 5 M, maka

prajurit yang kalah perang terdesak dan menyingkir ke Indonesia, bahkan diduga mendirikan

kerajaan di Indonesia. Yang dikemukakan oleh F.D.K. Bosch, menyatakan bahwa adanya

raja-raja dari India yang datang menaklukan daerah-daerah tertentu di Indonesia yang telah

mengakibatkan penghinduan penduduk setempat.

3. Teori Wasiya

Yang dikemukakan oleh N.J. Krom, mengatakan bahwa pengararuh Hindu masuk ke Indonesai

melalui golongan pedagang dari kasta waisya yang menetap di Indonesai dan kemudian

memegang peranan penting dalam proses penyebaran kebudayaan India termasuk agama Hindu.

4. Teori SudraVon van Faber, menyatakan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawah oleh kasta

sudra. Tujuan mereka adalah mengubah kehidupan karena di India mereka hanya hidup sebagai

pekerja kasar dan budak. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi

andil dalam penyebaran agama dan kebudayaan Hindu ke Nusantara.

5. Teori Campuran

Teori ini beranggapan bahwa baik kaum brahmana, ksatria, para pedagang, maupun golongan

sudra bersama-sama menyebarkan agama Hindu ke Indonesia sesuai dengan peran masing-

masing.

6. Teori Arus Balik

Teori arus blik ini tidak hanya berlaku untuk proses masuknya agamaHindu ke Indonesia saja

melainkan untuk agama Buddha juga. Para ahli mengatakan bahwa banyak pemuda diIndonesia yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan

organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali

untuk menyebarkannya. Sedangakan menurut pendapat FD. K. Bosh, teori arus balik ini

menekankan peranan bangsa Indonesia dalam proses penyebaran kebudayaan Hindu dan

BAKTI P...

Upacara Kelahiran SampaiPerkawinan dalam Agama Hi...

Panca Marga dan Panca Yadnya

AJARAN HINDU DHARMA TENTANGMANUSIA DAN ALAM

AJARAN BUDHA DHARMATENTANG MANUSIA DAN ALAM

Ajaran Buddha Dharma TentangEtika

Page 3: STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA_ SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA.pdf

11/9/12

dimas-sigit.blogspot.com/2011/12/sejarah-agama-hindu-buddha-di-indonesia.html

Budha di Indonesia. Menurutnya penyebaran budaya India di Indonesia dilakukan oleh para

cendikiawan atau golongan terdidik. Golongan ini dalam penyebaran budayanya melakukan

proses penyebaran yang terjadi dalam dua tahap yaitu sebagai berikut: Pertama, proses

penyebaran di lakukan oleh golongan pendeta Buddha atau para biksu, yang menyebarkanagama Budha ke Asia termasuk Indonesia melalui jalur dagang, sehingga di Indonesia terbentuk

masyarakat Sangha, dan selanjutnya orang-orang Indonesia yang sudah menjadi biksu, berusaha

belajar agama Budha di India. Sekembalinya dari India mereka membawa kitab suci, bahasa

sansekerta, kemampuan menulis serta kesan-kesan mengenai kebudayaan India. Dengan

demikian peran aktif penyebaran budaya India, tidak hanya orang India tetapi juga orang-orang

Indonesia yaitu para biksu Indonesia tersebut. Hal ini dibuktikan melalui karya seni Indonesia

yang sudah mendapat pengaruh India masih menunjukan ciri-ciri Indonesia. Kedua, proses

penyebaran kedua dilakukan oleh golongan Brahmana terutama aliran Saiva-siddharta. Menurut

aliran ini seseorang yang dicalonkan untuk menduduki golongan Brahmana harus mempelajari

kitab agama Hindu bertahun-tahun sampai dapat ditasbihkan menjadi Brahmana. Setelah

ditasbihkan, ia dianggap telah disucikan oleh Siva dan dapat melakukan upacara Vratyastome /penyucian diri untuk menghindukan seseorang

Pada dasarnya teori Brahmana, Ksatria dan Waisya memiliki kelemahan yaitu, golongan

Ksatria dan Waisya tidak mengusai bahasa Sansekerta. Sedangkan bahasa Sansekerta adalah

bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Dan golongan Brahmana

walaupun menguasai bahasa Sansekerta tetapi menurut kepercayaan Hindu kolot tidak boleh

menyebrangi laut.

Jadi hubungan dagang telah menyebabkan terjadinya proses masuknya penganut Hindu - Budha

ke Indonesia. Beberapa teori di atas menunjukan bahwa masuknya pengaruh Hindu - Budha

merupakan satu proses tersendiri yang terpisah namun tetap di dukung oleh proses

perdagangan.

Untuk agama Budha diduga adanya misi penyiar agama Budha yang disebut denganDharmaduta, dan diperkirakan abad 2 Masehi agama Budha masuk ke Indonesia. Hal ini

dibuktikan dengan adanya penemuan arca Budha yang terbuat dari perunggu diberbagai daerah

di Indonesia antara lain Sempaga (Sulsel), Jember (Jatim), Bukit Siguntang (Sumsel). Dilihat ciri-

cirinya, arca tersebut berasal dari langgam Amarawati (India Selatan) dari abad 2 - 5 Masehi.

Dan di samping itu juga ditemukan arca perunggu berlanggam Gandhara (India Utara) di Kota

Bangun, Kutai (Kaltim).

Pada umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya

budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri.

Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu Buddha di

daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam yang

sama dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). Para ahli memperkirakan, arca Buddhatersebut merupakan barang dagangan atau barang persembahan untuk bangunan suci agama

Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta dan Malayu

kuno. Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa budaya Hindu

menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.[4]

2. Interaksi Dengan Kebudayaan Indonesia dan Perkembanganya

Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, dan sangat erat kaitanya dengan tindak tutur

manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Khususnya Pulau Jawa tradisi lokal pribumi Jawa

sendiri sejak dulu telah mewarnai kebudayaan setempat. Di tambah lagi dengan masuknya

pengaruh dari Hindu-Buddha yang di terima dengan baik dan ramah oleh orang-orang Jawa

karena memang banyak kesamaan dengan kepecayaan asli bangsa Indonesia. Perkembangan

Hindu-Buddha di Indonesia banyak ditandai dengan munculnya kerajaan-kerajaan sertabangunan-bangunan yang bercorakan Hindu-Buddha, diantaranya:

Kerajaan dan Bangunan Yang Bercorak Hindu

a. Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua bercorak Hindu di Indonesia. Kerajaan ini terletak

di Kalimantan, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai sendiri diambil dari nama tempat

ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Tujuh buah yupa merupakan

sumber utama bagi para ahli untuk menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Dari salah satu

yupa tersebut, diketahui bahwa raja yang memerintah Kerajaan Kutai saat itu adalah

Mulawarman.

Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kudungga, Nama Mulawarman dan

Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sansekerta. Putra Kudungga,

Aswawarman, kemungkinan adalah raja pertama kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga

diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya

pembentuk Keluarga.

Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa, diketahui bahwa pada masa pemerintahan

Page 4: STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA_ SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA.pdf

11/9/12STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA: SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA

4/13dimas-sigit.blogspot.com/2011/12/sejarah-agama-hindu-buddha-di-indonesia.html

Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi

hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.

b. Kerajaan Tarumanegara

Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara diperoleh dari prasasti-prasasti yang berhasil

ditemukan. Namun, tulisan pada beberapa prasati, seperti pada Prasati Muara Cianten dan

Prasasti Pasir Awi sampai saat ini belum dapat diartikan. Banyak informasi berhasil diperoleh

dari tulisan pada kelima prasasti lainnya, terutama Prasasti Tugu yang merupakan prasasti

terpanjang, Tujuh prasasti dari kerajaan Tarumanegara adalah: Prasasti Ciaruteun, Prasasti

Kebon Kopi, Prasasti Jambu, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Awi, dan

Prasasti Munjul.

Sumber sejarah penting lain yang dapat menjadi bukti keberadaan kerajaan Tarumanegara

adalah catatan sejarah pengelana Cina. Catatan sejarah pengelana Cina yang menyebutkan

keberadaan Kerajaan Tarumanegara adalah catatan perjalanan pendeta Cina Fa-Hsein, pada

tahun414 dan catatan kerajaan Dinasti Sui dan Dinasti Tang. Dari salah satu prasasti,

yakniPrasati Ciaruteun yang ditemukan di Desa Ciampea, Bogor, diketahui bahwa

Purnawarman dikenal sebagai raja yang gagah berani. Data sejarah yang lebih jelas, terdapat

pada Prasasti Tugu. Pada prasasti yang panjang ini, dikatakan bahwa pada tahun

pemerintahannya yang ke-22, Purnawarman telah menggali Sungai Gomati. Dari prasati

tersebut, dapat disimpulkan bahwa Purnawarman memerintah dalam waktu yang cukup lama.

Kerajaan dan Bangunan Yang Bercorak Buddhaa. Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya didirikan ± abad ke-7 hingga tahun 1377.[5] Pada mulanya Kerajaan

Sriwijaya berpusat di sekitar Sungai Batanghari, pantai timur Sumatra, tetapi pada

perkembangannya wilayah kerajaan Sriwijaya meluas hingga meliputi wilayah Kerajaan Melayu,

Semenanjung Malaya, dan Sunda (kini wilayah Jawa Barat). Catatan mengenai kerajaan-

kerajaan di Sumatra didapat dari seorang pendeta Buddha dari Tiongkok yang bernama I-Tsing

yang pernah tinggal di Sriwijaya antara tahun 685-689 M.

Dari Prasasti Kedukan Bukit (683), dapat diketahui bahwa Raja Dapunta Hyang berhasil

memperluas wilayah kekuasaannya dengan menaklukan daerah Minangatamwan, Jambi. Daerah

Jambi sebelumnya adalah wilayah kerajaan Melayu. Daerah itu merupakan wilayah taklukan

pertama Kerajaan Sriwijaya. Dengan dikuasainya wilayah Jambi, Kerajaan Sriwijaya memulai

peranannya sebagai kerajaan maritim dan perdagangan yang kuat dan berpengaruh di Selat

Malaka. Ekspansi wilayah Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 menuju ke arah selatan dan

meliputi daerah perdagangan Jawa di Selat Sunda.

Kerajaan Sriwijaya mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Raja Balaputradewa. Pada

masa itu, kegiatan perdagangan luar negeri ditunjang juga dengan penaklukan wilayah-wilayah

sekitar. Sepanjang abad ke-8, wilayah Kerajaan Sriwijaya meluas kea rah utara dengan

menguasai Semenanjung Malaya dan daerah perdagangan di Selat Malaka dan Laut Cina

Selatan. Sejarah tentang Raja Balaputradewa dimuat dalam dua prasasti, yaitu Prasasti Nalanda

dan Prasasti Ligor.

Raja kerajaan Sriwijaya yang terakhir adalah Sri Sanggrama Wijayatunggawarman. Pada masa

pemerintahan Sri Sanggrama Wijayatunggawarman, hubungan Kerajaan Sriwijaya dan kerajaanChola dari India yang semula sangat erat mulai renggang. Hal itu disebabkan oleh seranggan

yang dilancarkan Kerajaan Chola di bawah pimpinan Rajendracoladewa atas wilayah Sriwijaya

di semenanjung Malaya. Serangan-serangan tersebut menyebabkan kemunduran kerajaan

Sriwijaya.

b. Sailendra di Mataram

Sekitar tahun ± 775-850 M di daerah Bagelan dan Yogyakarta berkuasalah raja-raja dari

Wangsa Sailendra yang memeluk agama Buddha. Dan pada kerajaan inilah Mataram

mengalami masa keemasaan dan daerah-daerah yang berada dibawah pemerintahan Sailendra.

Dan pada masa raja Sailenra lah banyak seniman-seniman Indonesia yang telah melahirkan

karya-karya yang mengagumkan, misalnya candi Borobudur, candi paling besar yang dibangun

pada masa pemerintahan raja Sailendra. Selain itu ada candi Pawon, Mendut, Kalasan dan

Sewu[6].

c. Kerajaan Majapahit

Kerajaan bercorak Hindu yang terakhir dan terbesar di pulau Jawa adalah Majapahit. Nama

kerajaan ini berasal dari buah maja yang pahit rasanya. Ketika orang-orang Madura bernama

Raden Wijaya membuka hutan di Desa Tarik, mereka menenukan sebuah pohon maja yang

berubah pahit. Padahal rasa buah itu biasanya manis. Oleh karena itu mereka menamakna

permukiman mereka itu sebagai Majapahit. Daerah ini merupakan daerah yang diberikan Raja

Jayakateang dari Kerajaan Kediri kepada Raden Wijaya. Raja Wijaya adalah menantu Raja

Kertanegara dari kerajaan Singasari. Pada saat Kerajaan Singasari diserbu dan dikalahkan oleh

Page 5: STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA_ SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA.pdf

11/9/12STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA: SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA

5/13dimas-sigit.blogspot.com/2011/12/sejarah-agama-hindu-buddha-di-indonesia.html

Jayakatwang, Raden Wijaya berhasil melarikan diri. Ia mencari perlindungan kepada Bupati

Madura yang bernama Arya Wiraraja. Dengan bantuan orang-orang Madura, ia membangun

pemuliman di Desa Tarik yang kemudian diberi nama Majapahit tersebut.

Pada tahun 1292, armada Cina yang terdiri dari 1.000 buah kapal dengan 20.000 orang prajurit

tiba di Tuban, Jawa Timur. Tujuan mereka adalah menghukum Raja Kertanegara yang

menyatakan tidak mau tunduk kepada Kaisar Kubilai Khan dari Cina. Mereka tidak mengetahui

bahwa Raja Kertanegara dari Singasari itu telah meninggal dikalahkan oleh Raja Jayakatwang

dari Kediri.

Melihat peluang ini, Raden Wijaya mengambil kesempatan untuk merebut kembali Kerajaan

Singasari. Ia menggabungkan diri dengan pasukan cina dan menyerang Raja Jayakatwang di

Kediri. Kerajaan Kediri tidak mampu menghadapi serangan itu. Raja Jayakatwang berhasil

dikalahkan. Kemenangan itu membuat pasukan Cina bergembira dan berpesta pora. Mereka

tidak menyaka kalau kesempatan itu dipakai oleh Raden Wijaya untuk balik menyerang mereka.

Pasukan Raden Wijaya berhasil mengusir armada Cina kembali ketanah airnya. Sejak saat itu

Kerajaan Majapahit dianggap sudah berdiri.

Raden Wijaya naik tahta sebagai Raja Majapahit pada tahun 1293 dengan gelar Sri Kertarajasa

Jayawardhana. Pada tahun 1295., berturut-turut pecah pembrontakan yang dipimpin oleh

Rangga lawe dan disusul oleh Saro serta Nambi. Pembrontakan-pembrontakan itu bisa

dipadamkan. Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 dan mendapat penghormatan di dua

tempat, yaitu Candi Simping (Sumberjati) dan Candi Artahpura.Setelah Raden Wijaya wafat, putera permaisuri Tribuwaneswari yang bernama Jayanegara

menggantikannya sebagai Raja Majapahit. Pada awal pemerintahannya Jayanegara harus

menghadapi sisa pemberontakan yang meletus dimasa ayahnya masih hidup. Selain

pembrontakan Kuti dan Sumi, Raja Jayanegara diselamatkan oleh pasukan pengawal

(Bhayangkari) yang dipimpin oleh Gajah Mada ia kemudian diungsikan ke Desa Bedager.

Raja Jayanegara wafat tahun1328 karena dibunuh oleh salah seorang anggota dharmaoutra yang

bernama Tanca. Oleh karena ia tidak mempunyai putra ia kemudian digantikan oleh adik

perempuannya Bhre Kahuripan yang bergelar Tribuanatunggadewi Jayawishnuwardhani.

Suaminya bernama Cakradhara yang berkuasa di Singasari dengan gelar Kertawerdhana.

Dari kitab Negarakertagama, digambarkan adanya beberapa pemberontakan di masa

pemerintahan Ratu Tribuanatunggadewi. Pembrontakan yang paling berbahaya adalah

pemberontakan di Sadeng dan Keta pada tahun 1331. Namun pemberontakan itu

pemberontakan itu dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Setelah itu Gajah Mada bersumpah di

hadapan Raja dan para pembesar kerajaan bahwa ia tidak akan amukti palapa (memakan buah

palapa), sebelum ia dapat menundukan Nusantara.

Pada tahun 1334, lahirlah putra mahkota Kerajaan Majapahit yang diberi nama Hayam Wuruk.

Pada tahun 1350, Ratu Tribuanatunggadewi mengundurkan diri setelah berkuasa 22 tahun. Ia

wafat pada tahun 1372. Pada tahun 1350, Hayam Muruk dinobatkan sebagai raja Majapahit

dan bergelar Sri Rajasanagara. Gajah Mada diangkat sebagai Patih Hamangkubumi. Dibawah

pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mencapai puncak

kejayaannya. Kerajaan Majapahit menguasai wilayah yang sangat luas. Hampir seluruh wilayah

Nusantara tunduk pada Majapahit.

Gajah Mada meninggal tahun 1364. Meninggalnya Gajah Mada menjadi titik tolak kemunduran

Majapahit. Setelah Gajah Mada tidak ada negarawan yang kuat dan bijaksana. Keadaan

semakin memburuk setelah Hayam Wuruk juga meninggal pada tahun 1389. Hayam Wuruk

tidak memiliki putra mahkota. Tahta kerajaan Majapahit diberikan pada menantunya yang

bernama Wikramawardhana (suami dari putri mahkota Kusumawardhani). Hayam Wuruk

sebenarnya memiliki putra yang bernama Bhre Wirabhumi. Namun, dia bukan anak daripermaisuri sehingga tidak berhak mewarisi tahta Kerajaan Majapahit.

Meskipun demikian, Wirabhumi tetap diberi kekuasaan di wilayah kekuasaan di wilayah

Kerajaan sebelah Timur, yaitu Blambangan. Dengan cara tersebut, kemungkinan perpecahan

antara Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana berhasil diredam. Masalah kembali timbul

ketika tahta Kerajaan Majapahit kembali kosong setelah Kusumawardhani meninggal dunia

pada tahun 1400. Wikramawardhana berniat untuk menjadi pendeta dan menunjuk putrinya,

Suhita, menjadi ratu Kerajaan Majapahit.

Pada tahun 1401, pecah perang antara keluarga Wikramawardhana dan Wirabhumi yang

dikenal sebagai Perang Paregreg. Perang Paregreg baru berakhir pada tahun 1406 dengan

terbunuhnya Bhre Wirabhumi. Parang saudara ini semakin melemahkan Kerajaan Majapahit.

Satu demi satu daerah kekuasaannya melepaskan diri. Tidak ada lagi raja yang kuat dan mampu

memerintah kerajaan yang demikian luas. Menurut catatan. Kerajaan Majapahit runtuh sekitar

tahun 1500 yang didasarkan pada tahun bersimbol Sirna Ilang Kertaning Bhumi.

Page 6: STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA_ SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA.pdf

11/9/12STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA: SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA

6/13

SEJARAH MASUKNYA AGAMA HINDU DI BALI

Masa Prasejarah

Zaman prasejarah Bali merupakan awal dari sejarah masyarakat Bali, yang ditandai oleh

kehidupan masyarakat pada masa itu yang belum mengenal tulisan. Walaupun pada zaman

prasejarah ini belum dikenal tulisan untuk menuliskan riwayat kehidupannya, tetapi berbagai

bukti tentang kehidupan pada masyarakat pada masa itu dapat pula menuturkan kembali

keadaanya Zaman prasejarah berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang, maka bukti-

bukti yang telah ditemukan hingga sekarang sudah tentu tidak dapat memenuhi segala harapan

kita.

Berkat penelitian yang tekun dan terampil dari para ahli asing khususnya bangsa Belanda dan

putra-putra Indonesia maka perkembangan masa prasejarah di Bali semakin terang. Perhatian

terhadap kekunaan di Bali pertama-tama diberikan oleh seorang naturalis bernama Georg

Eberhard Rumpf, pada tahun 1705 yang dimuat dalam bukunya Amboinsche Reteitkamer.

Sebagai pionir dalam penelitian kepurbakalaan di Bali adalah W.O.J. Nieuwenkamp yang

mengunjungi Bali pada tahun 1906 sebagai seorang pelukis. Dia mengadakan perjalanan

menjelajahi Bali. Dan memberikan beberapa catatan antara lain tentang nekara Pejeng, Trunyan,dan Pura Bukit Penulisan. Perhatian terhadap nekara Pejeng ini dilanjutkan oleh K.C Crucq

tahun 1932 yang berhasil menemukan tiga bagian cetakan nekara Pejeng di Pura Desa

Manuaba, Tegallalang.

Penelitian prasejarah di Bali dilanjutkan oleh Dr. H.A.R. van Heekeren dengan hasil tulisan yang

berjudul Sarcopagus on Bali tahun 1954. Pada tahun 1963 ahli prasejarah putra Indonesia Drs.

R.P. Soejono melakukan penggalian ini dilaksanakan secara berkelanjutan yaitu tahun 1973,

1974, 1984, 1985. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap benda-

benda temuan yang berasal dari tepi pantai Teluk Gilimanuk diduga bahwa lokasi Situs

Gilimanuk merupakan sebuah perkampungan nelayan dari zaman perundagian di Bali. Di tempat

ini sekarang berdiri sebuah museum.

Berdasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan hingga sekarang di Bali, kehidupan masyarakat

ataupun penduduk Bali pada zaman prasejarah Bali dapat dibagi menjadi :

1. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat sederhana

2. Masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut

3. Masa bercocok tanam

4. Masa perundagian

Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Sederhana

Sisa-sisa dari kebudayaan paling awal diketahui dengan penelitian-penelitian yang dilakukan

sejak tahun 1960 dengan ditemukan di Sambiran (Buleleng bagian timur), serta di tepi timur dan

tenggara Danau Batur (Kintamani) alat-alat batu yang digolongkan kapak genggam, kapak

berimbas, serut dan sebagainya. Alat-alat batu yang dijumpai di kedua daerah tersebut kini

disimpan di Museum Gedong Arca di Bedulu, Gianyar.

Kehidupan penduduk pada masa ini adalah sederhana sekali, sepenuhnya tergantung pada alam

lingkungannya. Mereka hidup mengembara dari satu tempat ketempat lainnya (nomaden).

Daerah-daerah yang dipilihnya ialah daerah yang mengandung persediaan makanan dan air yang

cukup untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Hidup berburu dilakukan oleh kelompok kecil

dan hasilnya dibagi bersama. Tugas berburu dilakukan oleh kaum laki-laki, karena pekerjaan ini

memerlukan tenaga yang cukup besar untuk menghadapi segala bahaya yang mungkin terjadi.

Perempuan hanya bertugas untuk menyelesaikan pekerjaan yang ringan misalnya mengumpulkan

makanan dari alam sekitarnya. Hingga saat ini belum ditemukan bukti-bukti apakah manusia

pada masa itu telah mengenal bahasa sebagai alat bertutur satu sama lainnya.

Walaupun bukti-bukti yang terdapat di Bali kurang lengkap, tetapi bukti-bukti yang ditemukan

di Pacitan (Jawa Timur) dapatlah kiranya dijadikan pedoman. Para ahli memperkirakan bahwa

alat-alat batu dari Pacitan yang sezaman dan mempunyai banyak persamaan dengan alat-alat

batu dari Sembiran, dihasilkan oleh jenis manusia. Pithecanthropus erectus atau keturunannya.

Kalau demikian mungkin juga alat-alat baru dari Sambiran dihasilkan oleh manusia jenis

Pithecanthropus atau keturunannya.

Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan Tingkat Lanjut

Pada masa ini corak hidup yang berasal dari masa sebelumnya masih berpengaruh. Hidup

berburu dan mengumpulkan makanan yang terdapat dialam sekitar dilanjutkan terbukti dari

bentuk alatnya yang dibuat dari batu, tulang dan kulit kerang. Bukti-bukti mengenai kehidupanmanusia pada masa mesolithik berhasil ditemukan pada tahun 1961 di Gua Selonding, Pecatu

(Badung). Gua ini terletak di pegunungan gamping di Semenanjung Benoa. Di daerah ini

terdapat goa yang lebih besar ialah Gua Karang Boma, tetapi goa ini tidak memberikan suatu

bukti tentang kehidupan yang pernah berlangsung disana. Dalam penggalian Gua Selonding

Page 7: STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA_ SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA.pdf

11/9/12STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA: SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA

7/13dimas-sigit.blogspot.com/2011/12/sejarah-agama-hindu-buddha-di-indonesia.html

ditemukan alat-alat terdiri dari alat serpih dan serut dari batu dan sejumlah alat-alat dari tulang.

Di antara alat-alat tulang terdapat beberapa lencipan muduk yaitu sebuah alat sepanjang 5 cmyang kedua ujungnya diruncingkan.Alat-alat semacam ini ditemukan pula di sejumlah gua Sulawesi Selatan pada tingkat

perkembangan kebudayaan Toala dan terkenal pula di Australia Timur. Di luar Bali ditemukan

lukisan dinding-dinding gua, yang menggambarkan kehidupan sosial ekonomi dan kepercayaan

masyarakat pada waktu itu. Lukisan-lukisan di dinding goa atau di dinding-dinding karang itu

antara lain yang berupa cap-cap tangan, babi rusa, burung, manusia, perahu, lambang matahari,

lukisan mata dan sebagainya. Beberapa lukisan lainnya ternyata lebih berkembang pada tradisi

yang lebih kemudian dan artinya menjadi lebih terang juga di antaranya adalah lukisan kadal

seperti yang terdapat di Pulau Seram dan Papua, mungkin mengandung arti kekuatan magis yang

dianggap sebagai penjelmaan roh nenek moyang atau kepala suku.

Masa Bercocok Tanam

Masa bercocok tanam lahir melalui proses yang panjang dan tak mungkin dipisahkan dari usaha

manusia prasejarah dalam memenuhi kebutuhan hidupnya pada masa-masa sebelumnya. Masa

neolithik amat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat dan peradaban, karena pada

masa ini beberapa penemuan baru berupa penguasaan sumber-sumber alam bertambah cepat.

Penghidupan mengumpulkan makanan (food gathering) berubah menjadi menghasilkan

makanan (food producing). Perubahan ini sesungguhnya sangat besar artinya mengingat

akibatnya yang sangat mendalam serta meluas kedalam perekonomian dan kebudayaan.

Sisa-sisa kehidupan dari masa bercocok tanam di Bali antara lain berupa kapak batu persegi

dalam berbagai ukuran, belincung dan panarah batang pohon. Dari teori Kern dan teori Von

Heine-Geldern diketahui bahwa nenek moyang bangsa Austronesia, yang mulai datang di

kepulauan kita kira-kira 2000 tahun S.M ialah pada zaman neolithik. Kebudayaan ini

mempunyai dua cabang ialah cabang kapak persegi yang penyebarannya dari dataran Asia

melalui jalan barat dan peninggalannya terutama terdapat di bagian barat Indonesia dan kapak

lonjong yang penyebarannya melalui jalan timur dan peninggalan-peninggalannya merata dibagian

timur negara kita. Pendukung kebudayaan neolithik (kapak persegi) adalah bangsa Austronesia

dan gelombang perpindahan pertama tadi disusul dengan perpindahan pada gelombang kedua

yang terjadi pada masa perunggu kira-kira 500 S.M. Perpindahan bangsa Austronesia ke AsiaTenggara khususnya dengan memakai jenis perahu cadik yang terkenal pada masa ini. Pada

masa ini diduga telah tumbuh perdagangan dengan jalan tukar menukar barang (barter) yang

diperlukan. Dalam hal ini sebagai alat berhubungan diperlukan adanya bahasa. Para ahli

berpendapat bahwa bahasa Indonesia pada masa ini adalah Melayu Polinesia atau dikenal

dengan sebagai bahasa Austronesia.

Masa Perundagian

Gong, yang ditemukan pula di berbagai tempat di Nusantara, merupakan alat musik yang

diperkirakan berakar dari masa perundagian.

Dalam masa neolithik manusia bertempat tinggal tetap dalam kelompok-kelompok serta

mengatur kehidupannya menurut kebutuhan yang dipusatkan kepada menghasilkan bahan

makanan sendiri (pertanian dan peternakan). Dalam masa bertempat tinggal tetap ini, manusia

berdaya upaya meningkatkan kegiatan-kegiatannya guna mencapai hasil yang sebesar-besarnya

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Pada zaman ini jenis manusia yang mendiami Indonesia dapat diketahui dari berbagai penemuan

sisa-sisa rangka dari berbagai tempat, yang terpenting di antaranya adalah temuan-temuan dari

Anyer Lor (Banten), Puger (Jawa Timur), Gilimanuk (Bali) dan Melolo (Sumbawa). Dari

temuan kerangka yang banyak jumlahnya menunjukkan ciri-ciri manusia. Sedangkan penemuan

di Gilimanuk dengan jumlah kerangka yang ditemukan 100 buah menunjukkan ciri Mongoloid

yang kuat seperti terlihat pada gigi dan muka. Pada rangka manusia Gilimanuk terlihat penyakit

gigi dan encok yang banyak menyerang manusia ketika itu.

Berdasarkan bukti-bukti yang telah ditemukan dapat diketahui bahwa dalam masyarakat Bali

pada masa perundagian telah berkembang tradisi penguburan dengan cara-cara tertentu.

Adapun cara penguburan yang pertama ialah dengan mempergunakan peti mayat atau

sarkofagus yang dibuat dari batu padas yang lunak atau yang keras. Cara penguburannya ialah

dengan mempergunakan tempayan yang dibuat dari tanah liat seperti ditemukan di tepi pantai

Gilimanuk (Jembrana). Benda-benda temuan ditempat ini ternyata cukup menarik perhatian di

antaranya terdapat hampir 100 buah kerangka manusia dewasa dan anak-anak, dalam keadaan

lengkap dan tidak lengkap. Tradisi penguburan dengan tempayan ditemukan juga di Anyar

(Banten), Sabbang (Sulawesi Selatan), Selayar, Rote dan Melolo (Sumba). Di luar Indonesia

tradisi ini berkembang di Filipina, Thailand, Jepang dan Korea.

Kebudayaan megalithik ialah kebudayaan yang terutama menghasilkan bangunan-bangunan dari

batu-batu besar. Batu-batu ini mempunyai biasanya tidak dikerjakan secara halus, hanya

diratakan secara kasar saja untuk mendapat bentuk yang diperlukan. di daerah Bali tradisi

Page 8: STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA_ SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA.pdf

11/9/12STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA: SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA

8/13dimas-sigit.blogspot.com/2011/12/sejarah-agama-hindu-buddha-di-indonesia.html

megalithik masih tampak hidup dan berfungsi di dalam kehidupan masyarakat dewasa ini.

Adapun temuan yang penting ialah berupa batu berdiri (menhir) yang terdapat di Pura Ratu

Gede Pancering Jagat di Trunyan. Di pura in terdapat sebuah arca yang disebut arca Da Tonta

yang memiliki ciri-ciri yang berasal dari masa tradisi megalithik. Arca ini tingginya hampir 4

meter. Temuan lainnya ialah di Sembiran (Buleleng), yang terkenal sebagai desa Bali kuna,

disamping desa-desa Trunyan dan Tenganan. Tradisi megalithik di desa Sembiran dapat dilihat

pada pura-pura yang dipuja penduduk setempat hingga dewasa ini. dari 20 buah pura ternyata

17 buah pura menunjukkan bentuk-bentuk megalithik dan pada umumnya dibuat sederhana

sekali. Di antaranya ada berbentuk teras berundak, batu berdiri dalam palinggih dan ada pulayang hanya merupakan susunan batu kali.

Temuan lainnya yang penting juga ialah berupa bangunan-bangunan megalithik yang terdapat di

Gelgel (Klungkung).Temuan yang penting di desa Gelgel ialah sebuah arca menhir yaitu terdapatdi Pura Panataran Jro Agung. Arca menhir ini dibuat dari batu dengan penonjolan kelamin

wanita yang mengandung nilai-nilai keagamaan yang penting yaitu sebagai lambang kesuburan

yang dapat memberi kehidupan kepada masyarakat.

Masuknya Agama Hindu

Gua Gajah (sekitar abad XI), salah satu peninggalan masa awal periode Hindu di Bali.

Berakhirnya zaman prasejarah di Indonesia ditandai dengan datangnya bangsa dan pengaruh

Hindu. Pada abad-abad pertama Masehi sampai dengan lebih kurang tahun 1500, yakni dengan

lenyapnya kerajaan Majapahit merupakan masa-masa pengaruh Hindu. Dengan adanya

pengaruh-pengaruh dari India itu berakhirlah zaman prasejarah Indonesia karena didapatkannya

keterangan tertulis yang memasukkan bangsa Indonesia ke dalam zaman sejarah. Berdasarkan

keterangan-keterangan yang ditemukan pada prasasti abad ke-8 Masehi dapatlah dikatakan

bahwa periode sejarah Bali Kuno meliputi kurun waktu antara abad ke-8 Masehi sampai

dengan abad ke-14 Masehi dengan datangnya ekspedisi Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit

yang dapat mengalahkan Bali. Nama Balidwipa tidaklah merupakan nama baru, namun telah ada

sejak zaman dahulu. Hal ini dapat diketahui dari beberapa prasasti, di antaranya dari Prasasti

Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada tahun 913 Masehi yang

menyebutkan kata "Walidwipa". Demikian pula dari prasasti-prasasti Raja Jayapangus, seperti

prasasti Buwahan D dan prasasti Cempaga A yang berangka tahun 1181 Masehi.Di antara raja-raja Bali, yang banyak meninggalkan keterangan tertulis yang juga menyinggung

gambaran tentang susunan pemerintahan pada masa itu adalah Udayana, Jayapangus , Jayasakti,

dan Anak Wungsu. Dalam mengendalikan pemerintahan, raja dibantu oleh suatu Badan

Penasihat Pusat. Dalam prasasti tertua 882-914, badan ini disebut dengan istilah "panglapuan".

Sejak zaman Udayana, Badan Penasihat Pusat disebut dengan istilah "pakiran-kiran i jro

makabaihan". Badan ini beranggotakan beberapa orang senapati dan pendeta Siwa dan Budha.

Di dalam prasasti-prasasti sebelum Raja Anak Wungsu disebut-sebut beberapa jenis seni yang

ada pada waktu itu. Akan tetapi, baru pada zaman Raja Anak Wungsu, kita dapat

membedakan jenis seni menjadi dua kelompok yang besar, yaitu seni keraton dan seni rakyat.

Tentu saja istilah seni keraton ini tidak berarti bahwa seni itu tertutup sama sekali bagi rakyat.

Kadang-kadang seni ini dipertunjukkan kepada masyarakat di desa-desa atau dengan kata lain

seni keraton ini bukanlah monopoli raja-raja.

Dalam bidang agama, pengaruh zaman prasejarah, terutama dari zaman megalitikum masih

terasa kuat. Kepercayaan pada zaman itu dititikberatkan kepada pemujaan roh nenek moyang

yang disimboliskan dalam wujud bangunan pemujaan yang disebut teras piramid atau bangunan

berundak-undak. Kadang-kadang di atas bangunan ditempatkan menhir, yaitu tiang batu monolit

sebagai simbol roh nenek moyang mereka. Pada zaman Hindu hal ini terlihat pada bangunan

pura yang mirip dengan pundan berundak-undak. Kepercayaan pada dewa-dewa gunung, laut,

dan lainnya yang berasal dari zaman sebelum masuknya Hindu tetap tercermin dalam kehidupan

masyarakat pada zaman setelah masuknya agama Hindu. Pada masa permulaan hingga masa

pemerintahan Raja Sri Wijaya Mahadewi tidak diketahui dengan pasti agama yang dianut pada

masa itu. Hanya dapat diketahui dari nama-nama biksu yang memakai unsur nama Siwa, sebagai

contoh biksu Piwakangsita Siwa, biksu Siwanirmala, dan biksu Siwaprajna. Berdasarkan hal ini,

kemungkinan agama yang berkembang pada saat itu adalah agama Siwa. Baru pada masa

pemerintahan Raja Udayana dan permaisurinya, ada dua aliran agama besar yang dipeluk oleh

penduduk, yaitu agama Siwa dan agama Budha. Keterangan ini diperoleh dari prasasti-

prasastinya yang menyebutkan adanya mpungku Sewasogata (Siwa-Buddha) sebagai

pembantu raja.

Kedatangan Ekspedisi Gajah Mada1343-1846

Ekspedisi Gajah Mada ke Bali dilakukan pada saat Bali diperintah oleh Kerajaan Bedahulu

dengan Raja Astasura Ratna Bumi Banten dan Patih Kebo Iwa. Dengan terlebih dahulu

membunuh Kebo Iwa, Gajah Mada memimpin ekspedisi bersama Panglima Arya Damar

dengan dibantu oleh beberapa orang arya. Penyerangan ini mengakibatkan terjadinya

Page 9: STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA_ SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA.pdf

11/9/12STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA: SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA

9/13dimas-sigit.blogspot.com/2011/12/sejarah-agama-hindu-buddha-di-indonesia.html

pertempuran antara pasukan Gajah Mada dengan Kerajaan Bedahulu. Pertempuran ini

mengakibatkan raja Bedahulu dan putranya wafat. Setelah Pasung Grigis menyerah, terjadi

kekosongan pemerintahan di Bali. Untuk itu, Majapahit menunjuk Sri Kresna Kepakisan untuk

memimpin pemerintahan di Bali dengan pertimbangan bahwa Sri Kresna Kepakisan memilikihubungan darah dengan penduduk Bali Aga. Dari sinilah berawal wangsa Kepakisan.

Periode Gelgel

Karena ketidakcakapan Raden Agra Samprangan menjadi raja, Raden Samprangan digantikan

oleh Dalem Ketut Ngulesir. Oleh Dalem Ketut Ngulesir, pusat pemerintahan dipindahkan ke

Gelgel (dibaca /gɛl'gɛl/). Pada saat inilah dimulai Periode Gelgel dan Raja Dalem Ketut Ngulesir

merupakan raja pertama. Raja yang kedua adalah Dalem Watu Renggong (1460—1550).

Dalem Watu Renggong menaiki singgasana dengan warisan kerajaan yang stabil sehingga ia

dapat mengembangkan kecakapan dan kewibawaannya untuk memakmurkan Kerajaan Gelgel.

Di bawah pemerintahan Watu Renggong, Bali (Gelgel) mencapai puncak kejayaannya. Setelah

Dalem Watu Renggong wafat ia digantikan oleh Dalem Bekung (1550—1580), sedangkan raja

terakhir dari zaman Gelgel adalah Dalem Di Made (1605—1686).

Zaman Kerajaan Klungkung

Kerajaan Klungkung sebenarnya merupakan kelanjutan dari Dinasti Gelgel. Pemberontakan I

Gusti Agung Maruti ternyata telah mengakhiri Periode Gelgel. Hal itu terjadi karena setelah putra

Dalem Di Made dewasa dan dapat mengalahkan I Gusti Agung Maruti, istana Gelgel tidak

dipulihkan kembali. Gusti Agung Jambe sebagai putra yang berhak atas takhta kerajaan,

ternyata tidak mau bertakhta di Gelgel, tetapi memilih tempat baru sebagai pusat pemerintahan,

yaitu bekas tempat persembunyiannya di Semarapura.

Dengan demikian, Dewa Agung Jambe (1710-1775) merupakan raja pertama zaman

Klungkung. Raja kedua adalah Dewa Agung Di Made I, sedangkan raja Klungkung yang

terakhir adalah Dewa Agung Di Made II. Pada zaman Klungkung ini wilayah kerajaan terbelah

menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Kerajaan-kerajaan kecil ini selanjutnya menjadi swapraja

(berjumlah delapan buah) yang pada zaman kemerdekaan dikenal sebagai kabupaten.

Kerajaan-Kerajaan Pecahan Klungkung

5. Kerajaan Badung, yang kemudian menjadi Kabupaten Badung.

6. Kerajaan Mengwi, yang kemudian menjadi Kecamatan Mengwi.

7. Kerajaan Bangli, yang kemudian menjadi Kabupaten Bangli.

8. Kerajaan Buleleng, yang kemudian menjadi Kabupaten Buleleng.

9. Kerajaan Gianyar, yang kemudian menjadi Kabupaten Gianyar.

10. Kerajaan Karangasem, yang kemudian menjadi Kabupaten Karangasem.

11. Kerajaan Klungkung, yang kemudian menjadi Kabupaten Klungkung.

12. Kerajaan Tabanan, yang kemudian menjadi Kabupaten Tabanan.

CANDI-CANDI PENINGGALAN AGAMA HINDU

No

Candi

Nama Candi

Letak

Dibangun

Abad ke -

Kerajaaan/Raja

Ciri-ciri Bangunan

Kawi

Tampak Siring,

Bali

Abad 11 M

Kerajaan

Tampak Siring

- Bangunannya di pahat dari tebing batu

Page 10: STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA_ SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA.pdf

11/9/12STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA: SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA

10/13dimas-sigit.blogspot.com/2011/12/sejarah-agama-hindu-buddha-di-indonesia.html

Dieng

Kab. Banjarnegara,

Jawa Tengah

Antara abad 8 – 11 M

Kerajaan Kalingga

- Atap tidak kerucut

- Ruangan candinya kecil dan sempit

- Terdiri dari beberapa kelompok candi yang tersebar di atas pegunungan Dieng

Sambisari

Desa Sambisari,

Sleman – Yogyakarta

Sekitar abad 10 M

Raja dari Wangsa Sanjaya

- Terdapat patung siwa pada bilik utamanya

Gedong Songo

Kab. Semarang,

Jawa Tengah

Abad 9 M (Th. 927 M)

Raja dari zaman Dinasti Syailendra

- Memiliki 9 buah candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran

Prambanan

Klaten - Yogyakarta

Antara abad 9 - 10 M

Raja Rakai Pikatan,

Mataram Kuno

- Candi Hindu terbesar di Indonesia

- Terbagi menjadi 3 bagian : halaman pertama (terdapat 3 candi utama, yaitu : candi

Wisnu, Brahma dan Siwa), halaman kedua (terdapat 224 buah candi ) dan halaman

ketiga

- Memiliki relief yang memuat kisah Ramayana

- Terdapat relief pohon kalpataru

Sawentar

Kab. Blitar,

Jawa Timur

Sekitar abad 13 M

Majapahit

- Menghadap ke arah barat

- Reliefnya berbentuk simbolis

Kidal

Kab. Malang

Jawa Timur

Thn. 1248 M

Kerajaan Singosari

- Terbuat dari batu andesit

- Terdapat banyak hiasan (hiasan medallion yang melingkar menghiasi badan candi &

hiasan kepala kala diatas pintu masuk )

CANDI-CANDI PENINGGALAN AGAMA BUDHA

No

Candi

Nama Candi

Letak

Dibangun

Abad ke -

Kerajaaan/Raja

Ciri-ciri Bangunan

Mendut

Page 11: STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA_ SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA.pdf

11/9/12STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA: SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA

11/13dimas-sigit.blogspot.com/2011/12/sejarah-agama-hindu-buddha-di-indonesia.html

Kab. Magelang,

Jawa Tengah

Abad 9 M

Ada patung Budha dari emas

Ngawen

Kab. Magelang,

Jawa Tengah

Abad 8 M

Mataram Kuno,

Dinasti Syailendra

- Memiliki 5 buah candi

- Candi ke 2 dan 4 terdapat patung singa di sudut

Borobudur

Kab. Magelang,

Jawa Tengah

Thn 760 SM

Mataram Kuno,

Dinasti Syailendra

- Candi Budha terbesar di Indonesia

- Banyak terdapat relief

- terdiri dari 3 bagian dasar (arupadatu, rupadatu & bagian puncak)

Kalasan

Desa Kalasan,

Yogyakarta

Akhir Abad 8 M (th. 778 M)

Raja dari zaman Dinasti Syailendra

- Tinggi candi 24 m

- Ada ukiran yang dipahat dan dilapisi getah yang berfungsi sebagai pelindung lumut

- Pondasinya dibangun dengan bentuk Greek Cross

Plaosan

Kab. Klaten

Surakarta – Solo

Abad 9 M (Th. 824 M)

Raja Rakai Pikatan,

Mataram Kuno

- Terdiri dari 2 kelompok candi ( lor dan kidul )

- Dikelilingi 116 buah stupa pewara dan 50 candi pewara

- Terdapat 6 buah arca di dalam kamar candi induk

Pawon

Kab. Magelang,

Jawa Tengah

Thn. 826 M

Mataram Kuno

- Terdapat 3 buah gambar di bagian depannya

- Banyak dihiasi stupa

- Memiliki 2 buah jendela kecil di belakang temboknya

Jabung

Kab. Probolinggo,

Jawa Timur

Thn. 1354 M

Kerajaan Singosari

- Bangunannya tidak terlalu besar

Jago

Kab. Malang,

Jawa Timur

Abad 12 M

Kerajaan Singosari

Page 12: STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA_ SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA.pdf

11/9/12STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA: SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA

12/13dimas-sigit.blogspot.com/2011/12/sejarah-agama-hindu-buddha-di-indonesia.html

- Terdapat beberapa relief

- Bangunan bagian atas hanya tersisa sebagian karena tersambar petir

1. Persamaan dan perbedaan Agama Hindu-Buddha di India, Jawa dan Bali

Dilihat dari sisi luar, perbedaan antara Hindu Indonesia dengan Hindu India sangat kentara. Baik

dari makanan yang dimakan, Pakaian sembahyang, Hari Suci yang dirayakan maupun hal-hal

lain yang bisa dilihat dengan kasat mata. Sebagai contoh, orang-orang india dimana Veda

diwahyukan, mereka mayoritas vegetarian, sementara orang Hindu Indonesia (Bali,Jawa)

mayoritas non vegetarian. Umat hindu Bali dan Jawa sembahyang tiga kali yang disebut dengan

Tri Sandhya, sedangkan umat hindu dari India biasanya sembahyang dua kali pagi dan sore.Salah satu contoh kesamaan ajaran yang bisa dijumpai di berbagai daerah di Indonesia maupun

di India adalah Lima Keyakinan yang dikenal dengan nama Panca Sradda yaitu:1. Percaya dengan adanya Tuhan,

2. Percaya dengan adanya Atman,3. Percaya dengan adanya Hukum Karma Phala,

4. Percaya dengan adanya Reinkarnasi/Punarbawa/Samsara,5. Percaya dengan adanya Moksa.

Di Bali ada lagi lontar-lontar yang ditulis oleh para Mpu yang telah mencapai tingkatan spiritualyang tinggi seperti: lontar sundari gama, lontar buana kosa, lontar sangkul putih, dan lain-lain.

Perbedaan Agama Hindu-Buddha di India, Jawa dan Bali Perbedaan mulai tampak pada kerangka dasar yang ketiga yaitu yang disebut dengan Upacara

atau Ritual dan Hari Raya. Di sini tradisi dari masing-masing wilayah mewarnai setiap upacarayang ada. Histori di setiap daerahpun berbeda, peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dalam

perjalanan juga tidak sama, sehingga melahirkan perayaan Hari Raya yang berbeda gunamemperingati peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah kehidupan manusia yang pernah terjadi,

yang nantinya bisa selalu diingat dan dijadikan suri teladan dalam mengarungi kehidupan di mayapada ini.

Jangankan Hindu India dan Indonesia, antara Hindu Bali dengan di Jawa saja ada banyakperbedaan, untuk memahami perbedaan-perbedaan ini mari kita tengok sejarah perkembangan

Hindu di Bali seperti yang dituturkan oleh Ida Pandita Nabe Sri Bhagavan Dwija dalamkaryanya: “Hindu dalam Wacana Bali Sentris”

2. Hindu Dharma dan Buddha Dharma

Hindu Dharma Pada tahun 1958 Agama Hindu Bali mendapat tempat di kementrian agama R.I. sesudah

Agama Hindu Bali mendapat tempat di kementrian agama dibentuklah Dewan Agama HinduBali, yang sesudah kongres disebut Parisada Dharma Hindu Bali (1959), dan yang pada

tahun 1964 diganti dengan Parisada Hindu Bali, hingga sekarang.Buddha Dharma

Buddha dharma adalah suatu ajaran yang menguraikan hakekat kehidupan berdasarkanpandangan terang yang dapat membebaskan manusia dari kesesatan dan kegelapan batin dan

penderitaan disebabkan ketidak puasan. Buddha dharma meliputi unsur-unsur agama,kebaktian, filosofi, psikologi, falsafah, kebatinan, metafisika, tata susila, etika dan sebagainya.

Dharma mengandung 4 makna Utama:1. Doktrin

2. Hak, Keadilan, Kebenaran3. Kondisi

4. Barang yang kelihatan atau fenomena.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mukti, Agama-Agama di Dunia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press, 1988),

h. 94.Hadiwijono Dr. Harun, Agama Hindu dan Buddha (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,

1987), h. 83Mukti Krishnanda wijaya, Wacana Buddha Dharma. Jakarta: Sangha Agung Indonesia.

2006Widyadharma Maha Pandita S., Agama Buddha dan Perkembangnnya di Indonesia

(Jakarta: PC. MAPANBUDHI TANGERANG, 1982), h. 7-8.Widyadharma Maha Pandita S., Agama Buddha dan Perkembangnnya di Indonesia,

h. 8 www.google.com, Agama Hindu-Buddha di Indonesia.

www.google.com, persamaandanperbedaan hindu india, bali dan jawa. [1]Mukti Ali, Agama-Agama di Dunia (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press,

Page 13: STUDI KAJIAN AGAMA-AGAMA_ SEJARAH AGAMA HINDU BUDDHA DI INDONESIA.pdf

Posting Lebih Baru Posting LamaBeranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Diposkan oleh Dimas Sigit di 01:29

1988), h. 94. [2][2]Dr. Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha (Jakarta: PT BPK Gunung

Mulia, 1987), h. 83[5]Maha Pandita S. Widyadharma, Agama Buddha dan Perkembangnnya di

Indonesia (Jakarta: PC. MAPANBUDHI TANGERANG, 1982), h. 7-8. [6]Maha Pandita S. Widyadharma, Agama Buddha dan Perkembangnnya diIndonesia, h. 8

Rekomendasikan ini di Google

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Account

Publikasikan Pratinjau

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Template Picture Window. Gambar template oleh Jason Morrow. Diberdayakan oleh Blogger.