studi in vitro faktor penentu sifat hipoglisemik
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 Studi in Vitro Faktor Penentu Sifat Hipoglisemik
1/9
1
STUDI IN VITRO FAKTOR PENENTU SIFAT HIPOGLISEMIK
KACANG MERAH
Fitri Rahmawati1* , Y. Marsono
2, Zuheid Noor
2
1) Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, UNY2) Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, UGM
Abstrak
Telah dilakukan penelitian secara in vitro untuk mengetahui faktor penentu sifat
hipoglisemik kacang merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kacang
merah terhadap daya absorbsi glukosa pada usus halus tikus. Kedelai digunakan sebagai
pembanding, karena bahan pangan ini sudah diyakini memiliki potensi yang besar untuk
penurunan kadar gula darah.
Komposisi kimia kacang merah dan kedelai diketahui melalui analisis proksimat
dengan metode AOAC (1990), yaitu kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dankarbohidrat by difference. Viskositas pakan diukur dengan menggunakan viscometer
(Brookfield model RVT). Untuk mengetahui daya absorbsi glukosa pada usus halus tikus
akibat pengaruh diet dilakukan secara in vitro dengan menggunakan metode kantong usus
terbalik. Ke dalam larutan NaCl 0,9% dengan kandungan glukosa 1,4% ditambahkan
pakan kacang merah, pakan kedelai, maupun pakan standar. Setiap 15 menit diuji kadar
gula reduksi selama 90 menit dan dihitung secara akumulatif.
Hasil penelitian menunjukkan komposisi kimia kacang merah dan kedelai meliputi :
kadar air, protein, lemak,abu dan karbohidrat by difference berturut-turut adalah: 10,08;
17,78; 1,08; 4,12; 77,02 dan untuk kedelai 11,68; 36,57; 15,61; 5,53; 42,29. Viskositas diet
kacang merah mempunyai nilai tertinggi yaitu 53,50 cps. Penelitian secara in vitro
menunjukkan bahwa diet kacang merah dapat menurunkan daya absorbsi glukosa padausus halus tikus sebesar 48,43%.
Kata Kunci :Hypoglisemik, kacang merah, kedelai, usus terbalik
PENDAHULUAN
Perubahan gaya hidup dan pola makan dari makanan yang berbasis karbohidrat
menjadi makanan berlemak tinggi meningkatkan timbulnya penyakit degeneratif seperti
jantung koroner, hypertensi dan juga diabetes.Prevalensi penderita diabetes di Indonesia
diperkirakan mencapai 5 juta pada tahun 2020 Gunawan dan Tandra, 1998 dalam Marsono,
2002). Salah satu alternatif pencegahan yang murah adalah terapi diet pada penderita
dengan memberikan makanan yang dapat menekan peningkatan gula darah penderita.
Asosiasi diabetes memberikan saran kepada penderita diabetes untuk
meningkatkan konsumsi karbohidrat komplek sekitar 50 % total untuk energi dan lebih
banyak serat pangan. (Vessby, 1994). Namun jumlah karbohidrat tidak sepenuhnya dapat
dipegang sebagai satu-satunya acuan, sebab jumlah karbohidrat yang sama dari sumberyang berbeda dapat memberikan respon yang berbeda.(Jenkins et al, 1981). Telah
-
7/26/2019 Studi in Vitro Faktor Penentu Sifat Hipoglisemik
2/9
2
ditemukan bahwa karbohidrat di dalam makanan yang berbeda dapat memiliki respon
glisemik yang berbeda. Indek Glisemik (IG) dapat dipakai sebagai acuan pemilihan
makanan bagi penderita diabetes. Makanan yang mempunyai IG rendah akan lebih
menguntungkan dalam pengendalian gula darah dibandingkan makanan yang mempunyai
IG tinggi.
Di Indonesia daftar Indeks Glisemik masih langka. Penelitian pada beberapa
makanan khas Indonesia menunjukkan bahwa uwi (Dioscorea alata LINN) mempunyai
Indeks Glisemik yang cukup rendah yaitu 73, sedang sukun, singkong dan pisang tanduk
masing-masing adalah 90, 73 dan 92. (Marsono, 2001; Marsono, 2002b). Peneliti yang
sama juga melaporkan bahwa Indeks Glisemik kacang merah sangat rendah yaitu 26,
sedang kacang hijau, kacang tunggak, kacang gude, kapri dan kedelai berturut-turut adalah
76, 51, 35, 30 dan 31 (Marsono, 2002).
Penelitian lanjutan untuk mengetahui efek konsumsi kacang merah dalam jangka
panjang terhadap penurunan kadar gula darah pada hewan coba telah dilakukan dan
terbukti efektif menurunkan gula darah pada tikus yang diinduksi diabet dengan alloxan
sebesar 73,5% (Rahmawati Fitri, 2003). Selain itu menurut Rahmawati Fitri (2004)
kacang merah juga efektif dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah tikus diabetik
yang diinduksi dengan alloxan.
Atas dasar hal-hal tersebut perlu dikaji lebih lanjut faktor penentu sifat
hipoglisemik kacang merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kacang
merah terhadap daya absorbsi glukosa pada usus halus tikus. Kedelai digunakan sebagai
pembanding, karena bahan pangan ini sudah diyakini memiliki potensi yang besar untuk
penurunan kadar gula darah.
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang merah (Vigna umbellata),
kedelai (Glicine maxMERR), diperoleh dari pasar lokal yang ada di DIY dalam keadaan
kering pasar (kadar air 12-14%). Bahan untuk analisis dengan kualitas pro analysis (Sigma,
BDH atau E-Merc) dibeli di toko bahan kimia di Yogyakarta. Komposisi pakan mengacu
pada formula American Institute of Nutrition 1993 (AIN 1993) (Reeves et al., 1993).
Campuran vitamin (AIN-93-VX) dan mineral (AIN-93-MX) dibeli dari ICN, Amerika.
-
7/26/2019 Studi in Vitro Faktor Penentu Sifat Hipoglisemik
3/9
3
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah : neraca analitik,
timbangan, grinder, tabung Crane dan Wilson modifikasi Yuwono, waterbath bergoyang
(Haake SWB), viscometer (Brookfield model RVT) dan alat-alat gelas lainnya.
Metode Penelitian
Analisa bahan
Sebelum diproses menjadi tepung untuk digunakan dalam pembuatan pakan tikus,
kacang merah dan kedelai dilakukan analisa proksimat. Analisa kadar air dilakukan dengan
metode thermogravimetri. Kadar abu ditentukan dengan metode pembakaran. Lemak
dengan metode Soxhlet, sedang kadar protein dengan metode Mikro-Kjeldahl (AOAC,
1990). Viscositas pakan diukur dengan viscometer (Brookfield model RVT).
Tabel 1. Komposisi pakan diet Standar (1), Kacang Merah (2), dan Kedelai (3)
Komponen Diet Diet
Standar Kacang Merah Kedelai
MaizenaKasein
Sukrosa
Minyak Jagung
CMC
Kacang MerahKedelai
Mineral mix (AIN-93-MX)*
Vitamine mix (AIN-93-VX)*
L-cystin
Cholin bitartrate
620.7132.3
100
40
50
--
35
10
1.8
2.5
51670.2
82.4
36.6
-
368-
22
10
1.8
2.5
597.267.8
86.9
-
35.2
-185
26.2
10
1.8
2.5
Total 992.3 1109 1012
Total energi (kcal)/kg 3718.7 3719 3724
* Reeves et al., 1993.
Pengujian secara in vitro
Pengujian in vitro dilakukan untuk melihat daya absorbsi glukosa pada usus halus
karena adanya pengaruh dari kacang merah. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan
metode kantung usus terbalik rancangan Crane dan Wilson (1958) yang telah dimodifikasi
Yuwono (1987).
Langkah pertama dari metode in vitro dengan kantung usus terbalik tersebut
dengan memuasakan tikus selama 20-24 jam dan tetap diberi minum. Selanjutnya
penelitian ini menggunakan usus yang dibalik, sehingga villi berada diluar. Kedua ujung
usus halus diikat yang sebelumnya diisi dengan larutan NaCl 0,9% disebut cairan serosa
-
7/26/2019 Studi in Vitro Faktor Penentu Sifat Hipoglisemik
4/9
4
(tiap 5 cm usus diisi 1 ml). Kemudian usus halus dimasukkan pada tabung yang berisi
pakan kacang merah dalam larutan Nacl 0,9% dengan kadar gula reduksi 1,4% yang
disebut cairan mukosa. Selama percobaan seluruh bagian usus harus terendam dalam
cairan mukosa dan harus dijenuhi dengan oksigen (100 gelembung/menit), temperatur
harus selalu tetap pada 37oC dan diaduk secara terus menerus setiap 15 menit selama 90
menit.
Tikus SD dipuasakan 20-24 jam
Anestesi
Pembedahan
Pemoton an Usus
Pembalikan Usus
Pen ikatan salah satu u un
Pemasan an ada kanula
Pen isian kantun usus
Pemasukan kedalam tabun
Pen aliran O 100 elembun /menit 37oC
Water bath ber o an 90 menit 37oC
Pen ambilan cairan dari usus tia 15 menit
Analisis ula reduksi
NaCl 0 9%
Pakan kacang merahdalam 75 ml NaCl 0,9%
kadar gula reduksi 1,4%
Gambar 1. Diagram alir jalannya pengujian usus terbalik
-
7/26/2019 Studi in Vitro Faktor Penentu Sifat Hipoglisemik
5/9
5
Analisa Statistik
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Analisa
statistik menggunakan analisa varians (ANAVA) dan bila terdapat perbedaan dilanjutkan
dengan uji Duncan Multiple Range Test dengan taraf kepercayaan 5 %. (Gomez and
Gomez, 1995).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisa proksimat kacang merah dan kedelai dapat dilihat pada tabel 2. terlihat
bahwa kadar total karbohidrat kacang merah sebesar 77,02 %. Hasil ini lebih besar jika
dibandingkan dengan total karbohidrat kedelai yaitu 32,42 %. Hasil penelitian ini serupa
dengan penelitian Kylen and McReady (1975) dalam Mas Yamaguchi (1983) dan Daftar
Komposisi Bahan Makanan (1989) komposisi untuk protein, lemak, abu, dan karbohidrat
kedelai berturut-turut adalah : 34,9; 18,1; 4,7; dan 34,8. Sedangkan untuk kacang merah
adalah 23,1; 1,7; 6,7; dan 59,5.
Tabel 2. Komposisi kimia kacang merah dan kedelai ( % db)
Komponen Kacang Merah Kedelai
Protein
Lemak
Abu
Air
Total Karbohidrat (by diff)
17,78
1,08
4,12
10,08
77.02
36.57
15,61
5,53
11,68
42,29
Viskositas Pakan
Hasil analisis viskositas pakan pada diet yang diberikan pada tikus dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Viskositas diet standar, kacang merah, dan kedelai
Diet Viskositas (cps)
Standar
Kacang Merah
Kedelai
42,17 c
53,50 a
48,33b
Huruf yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata ( p< 0,05)
Nilai rata-rata dari 3 (tiga) ulangan
-
7/26/2019 Studi in Vitro Faktor Penentu Sifat Hipoglisemik
6/9
6
Pada tabel 3 terlihat bahwa diet kacang merah mempunyai nilai viskositas tertinggi
yaitu 53,50 cps, diikuti dengan diet kedelai, dan diet standar. Sesuai dengan hasil analisis
gula darah yang dilakukan penelitian sebelumnya pada diet kacang merah menunjukkan
kecenderungan penurunan level gula darah lebih baik dibandingkan dengan diet yang lain,
kemungkinan karena mempunyai viskositas yang lebih besar.
Serat yang viskus dapat menunda pencernaan dan penyerapan makanan kedalam
tubuh (Hockaday, 1989). Menurut Hull dan Cummings (1989), berbagai sumber serat
mempunyai pengaruh yang menguntungkan pada homeostatis glukosa pada penderita
diabet, khususnya serat larut yang dapat menunda pengosongan lambung dan absorbsi di
usus halus karena peningkatan viskositas mungkin menyebabkan perbedaan konsentrasi
digesta.
Pengujiian absorbsi glukosa dengan usus terbalik
Penelitian secara in vitro dilakukan dengan menggunakan metode kantung usus
terbalik untuk menentukan daya absorbsi glukosa pada usus halus tikus karena perbedaan
diet yang diberikan. Hasil analisis terhadap daya absorbsi glukosa ditunjukkan pada
gambar 2.
Daya Absorbsi Glukosa (%)
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6
Pengamatan/15 menit
Daya
AbsorbsiGlukosa(%
Glokosa
STD
KM
KD
Gambar 2. Daya Absorbsi Glukosa Usus Halus Tikus
-
7/26/2019 Studi in Vitro Faktor Penentu Sifat Hipoglisemik
7/9
7
Gambar 2 menunjukkan bahwa pemberian diet kacang merah dapat menurunkan
daya absorbsi glukosa pada usus halus tikus. Pada pengamatan 15 menit keempat dan
selanjutnya terjadi penurunan absorbsi glukosa yang berbeda nyata dengan kontrol. Pada
penelitian ini kacang merah dapat memberikan penurunan daya absorbsi glukosa yang
lebih besar dibandingkan dengan diet yang lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Fitri
Rahmawati (2003) yang menunjukkan penurunan gula darah tikus yang diinduksi diabet
dengan alloxan akibat dari diet kacang merah.
Kecenderungan penurunan daya absorbsi glukosa kemungkinan karena kacang
merah mengandung serat yang tinggi sehingga menghambat absorbsi glukosa kedalam
usus halus. Diet kacang merah pada penelitian ini mempunyai viskositas tertinggi dan sifat
viskus dari serat tersebut dapat menghambat absorbsi glukosa ke dalam usus halus.
Perlakuan diet kacang merah dapat menurunkan daya absorbsi glukosa sebesar
48,43%. Sedangkan untuk diet kedelai dapat menurunkan daya absorbsi sebesar 45,84%.
Menurut Manthey et.al., (1999), serat larut air dapat membentuk larutan yang viskus,
kenaikan viskusitas di dalam usus dapat memperlambat absorbsi glukosa oleh usus halus.
Serat larut yang viskus tersebut dapat menurunkan gula darah postpandrial dan level
insulin.
Absorbsi merupakan proses masuknya nutrien melalui sel-sel dinding saluran cerna
ke dalam darah atau limpa (Anonim, 1989). Hal ini senada dengan yang dikemukakan
Astuti (1991) bahwa absorbsi merupakan proses dimana nutrien yang berasal dari makanan
masuk ke dalam cairan dan jaringan tubuh. Dalam penelitian ini absorbsi merupakan
proses masuknya nutrien makanan melalui sel-sel dinding usus halus. Nutrien atau zat gizi
dalam makanan sebagian besar berada dalam bentuk kompleks, sedangkan proses absorbsi
melalui sel dinding usus halus hanya dapat dilakukan oleh nutrien dalam bentuk sederhana,
karenanya nutrien dalam bentuk komplek tersebut perlu disederhanakan terlebih dahulu
menjadi bentuk sederhana sehingga siap untuk diserap. Faktor yang mempengaruhi
absorbsi, mekanisme absorbsi dalam saluran cerna serta metode yang digunakan.
Menurut Astuti (1984), didalam membran brush border, glukosa diikat oleh
pengemban yang berupa bahan berprotein dan dibawa masuk ke dalam sel epitel.
Konsentrasi gula reduksi yang tinggi dalam lumen usus, akan terjadi transport sejalan
dengan konsentrasinya. Penelitian yang dilakukan secara in vitro menunjukkan kapasitas
absorbsi glukosa cukup besar pada semua bagian usus halus, tetapi paling tinggi terjadi
pada duodenum bagian bawah dan jejenum bagian atas.
-
7/26/2019 Studi in Vitro Faktor Penentu Sifat Hipoglisemik
8/9
8
Pada absorbsi glukosa pakan diet kacang merah kemungkinan banyak faktor yang
berpengaruh yang belum diketahui mengingat di dalam kacang merah juga terkandung
protein dan mineral yang berpengaruh pada proses absorbsi.
SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan komposisi kimia kacang merah dan kedelai
meliputi : kadar air, protein, lemak,abu dan karbohidrat by difference berturut-turut
adalah: 10,08; 17,78; 1,08; 4,12; 77,02 dan untuk kedelai 11,68; 36,57; 15,61; 5,53;
42,29. Viskositas diet kacang merah mempunyai nilai tertinggi yaitu 53,50 cps.
Penelitian secara in vitro menunjukkan bahwa diet kacang merah dapat menurunkan
daya absorbsi glukosa pada usus halus tikus sebesar 48,43%.
SARAN
Perlu dikaji lebih lanjut untuk mengetahui faktor apa yang berperan dalam sifat
hipoglisemik dan hipolipidemik kacang merah, sehingga dapat dipakai sebagai pedoman
dalam pemanfaatan lebih lanjut dari kacang merah.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Proyek Hibah Bersaing, Ditjen
Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional atas biaya penelitiannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1989. Absorbsi Nutrien. Kursus Singkat Gizi Experimental, PAU Pangan dan
Gizi. UGM. Yogyakarta
Astuti, M. 1984. Absorbsi Iodium dalam Gula Kelapa yang difortifikasi dengan Iodiumpada Usus Tikus Secara In Situ. Tesis-UGM
Association of Official Analytical Chemist (AOAC), 1990.Official Methods of Analasis
15 th ed. Vol. 2. Virginia
Cummings. Jhon H. 1989. Metabolism of Dietary Fiber in The Large Intestin. In
Cummings, J.H.(ed). The Role of Dietary Fiber in Enternal Nutritiion. Abbot
International LTD-USA.
Rahmawati Fitri. 2003. Pengaruh Diet Kacang Merah Terhadap Kadar Gula Darah Tikus
Diabetik Induksi Alloxan. Prosiding Seminar Nasional PATPI. UniversitasBrawijaya. Malang
-
7/26/2019 Studi in Vitro Faktor Penentu Sifat Hipoglisemik
9/9
9
Rahmawati Fitri. 2004. Studi Tentang Sifat Hipolipidemik Kacang Merah (Vigna
umbellata) pada Tikus Diabetik. Widyakarya Pangan dan Gizi VIII. LIPI. Jakarta
Gomez, K.A. and A.A. Gomez. 1995. Prosedur statistik untuk penelitian pertanian, Edisi
ke-2. Universitas Indonesia, Jakarta.
Jenkins, D.J.A., Wolever, T.M.S., Taylor, R.H., Barker, H., Fielden, H., Baldwin,J.M., Boeling A.C., Newman, H.C. Jenkins, A.L. and Goff, D.V. 1981.Glicemic
idex of foods : a physiological basis for carbohydrate exchange. Am. J. Clin. Nutr.
34: 362-366.
Mas Yamaguchi, 1983. World vegetables prinsiples, production and nutritive values.Avi
Publising company, inc. Westport, Conecticut.
Manthey, F.A., G.A. Hareland dan D.J. Huseby. 1999.soluble and Insolublle Diaetary
FiberContent and Composition in Oat. Cereal Cemistry. Vol. 76 No. 3 : 417-420.
Marsono, Y., 1999.Perubahan kadar Resistant Starch (RS) dan Komposisi kimia beberapa
bahan pangan kaya karbohidrat dalam pengolahan.Agritech 19: 124-127.
Marsono, Y., 2002a. Indek glisemik umbi-umbian.Agritech22: 13-16.
Marsono, Y., 2002.Glycemic Index of selected legumes. Submitted for publication.
Marsono, Y. 1995.Fermentation of Dietary Fibre in Human Large Intestine : A Review.
Indonesian Food and Nutrition Progress, 1995. Vol. 2, no.2.
Reeves P.G, Nielsen F.H, Fahey Jr. 1993. AIN-93 Purified diets for laboratory rodents :final report of the American Institute of Nutrition ad Hoc Writing Committee on
reformulation of the AIN-76A Rodent diet,J.Nutr. 123:193-1951.
Vessby, B. 1994.Dietary carbohydrates in diabetes. Am. J. Clin Nutr. 59 (suppl) : 742S-
746S.
Yuwono, T. 1987. Pengaruh Kofeina terhadap Kelarutan dan Ketersediaan Hayati O-Etosi
Benzamida pada Tikus Jantan. Disertasi-ITB