studi geografis industri batu gamping di desa puger kulon dan desa kasiyan kecamatan puger kabupaten...
DESCRIPTION
Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : ARIF DIO ESA PTRANSCRIPT
STUDI GEOGRAFIS INDUSTRI BATU GAMPING DI DESA
PUGER KULON DAN DESA KASIYAN KECAMATAN PUGER
KABUPATEN JEMBER
SKRIPSI
Oleh :
ARIF DIO ESA P
(094274031)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
2013
STUDI GEOGRAFIS INDUSTRI BATU GAMPING DI DESA PUGER
KULON DAN DESA KASIYAN KECAMATAN PUGER KABUPATEN
JEMBER
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya
Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian
Program Sarjana Pendidikan
Oleh
ARIF DIO ESA P.
094274031
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
2013
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi oleh : Arif Dio Esa P.
NIM : 094274031
Judul : Studi Geografis Industri Batu Gamping Di Desa Puger Kulon Dan
Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember
Telah diperiksa dan memenuhi syarat untuk diujikan
Surabaya, 2013
Dosen Pembimbing
Drs. H. Agus Sutedjo, M.Si. ............................................
NIP. 19590820 19902 1 001HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi oleh : Arif Dio Esa P.
NIM : 094274031
Judul : Studi Geografis Industri Batu Gamping Di Desa Puger Kulon Dan
Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 7 Oktober 2013 dan
diakui sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana
pendidikan.
Dewan Penguji
1. Dra. Hj. Wiwik Sri Utami,MP . NIP. 19670805 199302 2 001
2. Drs. H. Suhadi HS, M.Si.NIP. 19501229 198103 1 001
3. Drs. H. Agus Sutedjo. M.Si.NIP. 19590820 19902 1 001
Mengetahui, Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ketua Jurusan Pendidikan Geografi
Universitas Negeri Surabaya FIS Unesa
Dr. H. Ketut Prasetyo, MS. Drs. H. Agus Sutedjo. M.Si.NIP. 19600512 198601 1 003 NIP. 19590820 19902 1 001
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
" hidup adalah pilihan. . .
jadi berjuanglah untuk memilih yang terbaik"
Persembahan
Aku Ucapkan Terima Kasih Yang Sebesar – Besarnya Kepada . . .
1. Kepada kedua orang tua, adik dan segenap keluarga yang ada di rumah.
2. Teman – teman seperjuangan Wiwin, Dhiniy, Ameg, Indah, Rozi, Ninul,
Indrak, Marno, Ruly, Arles, Kusnu, Arip, Gareng, dan lain – lain.
3. Segenap teman – teman kos Sugiono.
4. Bapak dan ibu kos.
5. Teman – teman jurusan geografi angkatan 2009
STUDI GEOGRAFIS INDUSTRI BATU GAMPING DI DESA PUGER KULON DAN DESA KASIYAN KECAMATAN PUGER KABUPATEN
JEMBER
Arif Dio Esa P
ABSTRAKKecamatan Puger merupakan daerah penghasil batu gamping di
Kabupaten Jember. Kegiatan industri batu gamping masih tergolong tradisional yaitu dengan tenaga manusia. Industri batu gamping di wilayah Kecamatan Puger terletak di beberapa desa, seperti Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan. Diketahui dari hasil rata - rata produktivitas tiap tahun batu gamping di Desa Kasiyan sebesar 97,4 ton lebih kecil dari Desa Puger Kulon dengan produktivitas batu gamping tersebsar di Kecamatan Puger sebesar 495,9 ton per tahunnya. Padahal jumlah tenaga kerja pada tiap industri tidak jauh berbeda yaitu antara 7 – 8 tenaga kerja dan jarak tiap indsutri ke bahan baku pun juga rata - rata 1 – 2 Km.Permasalahan tersebut diangkat dalam penelitian untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang memyebabkan terjadinya perbedaan kondisi geografis, produktifitas dan dampak terhadap kondisi ekonomi tenaga kerja di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha batu gamping dan tenaga kerja yang ada di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan. Jenis penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah penelitian survey. Lokasi penelitian yaitu Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger kabupaten Jember. Teknik analisis data yang dipakai meliputi analisis Deskriptif, dan Regresi Linier Ganda.
Hasil dari analisis geografis menunjukkan bahwa di Desa Puger Kulon faktor lokasi tempat tinggal tenaga kerja banyak berasal dari Desa Mojosari dan aksesbilitas ke tempat bahan baku berkisar 1 – 2 Km dengan kondisi jalan mayoritas beraspal, sedangkan industri batu gampingnya berpola mengelompok.Sedangkan di Desa Kasiyan lokasi tempat tinggal tenaga kerjanya berasal dari dalam desa sendiri dan aksesbilitas ke tempat bahan baku berkisar 2 – 3 Km dengan kondisi jalan tidak banyak yang beraspal, sedangkan industri batu gampingnya berpola mengelompok. Pengaruh faktor – faktor produksi terhadapproduktivitas batu gamping dari hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa di Desa Puger Kulon faktor yang berpengaruh adalah modal dengan p = 0,038, bahan bakar p = 0,021, dan pemasaran p = 0,017. Di Desa Kasiyan faktor produksi yang berpengaruh meliputi modal dengan p = 0,043 dan bahan bakar p = 0,014. Dalam bidang ekonomi, keberadaan industri batu gamping di Desa Puger Kulon yang produktivitasnya lebih besar dari Desa Kasiyan menimbulkan perbedaan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar industri batu gamping di tiap desa. Diketahui bahwa mayoritas penghasilan tenaga pengangkut batu kapur, sopir truck, tenaga warung, dan mekanik yang ada di Desa Puger kulon lebih tinggi daripada penghasilan tenaga kerja di Desa Kasiyan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Studi Geografis Industri Batu Gamping Di Desa Puger Kulon Dan Desa
Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember”.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan
mencapai gelar Sarjana Pendidikan dalam Ilmu Geografi. Selain itu bertujuan pula
untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta untuk mengaplikasikan ilmu
yang telah penulis dapatkan selama masa kuliah yang dapat berguna bagi
khususnya peneliti dan pembaca pada umumnya.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Surabaya
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya
3. Ketua Jurusan Pendidikan Geografi FIS UNESA
4. Bapak dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan tepat
5. Bapak dan Ibu penguji skripsi yang telah banyak memberikan masukan dan
perbaikan dalam skripsi ini
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Geografi FIS UNESA lainnya, baik langsung
maupun tidak langsung telah membentu dalam penyusunan skripsi ini
7. BAKESBANGPOL Kabupaten Jember, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Jember,
8. Semua pihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu penulis sangat mengaharapkan saran dan kritik
demi kesempurnaan skripsi ini
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
sehingga dapat memberikan wawasan dan menambah ilmu pengetahuan demi
kemajuan bersama di masa depan.
Surabaya, 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HalamanHalaman Judul .............................................................................................. iHalaman Persetujuan ................................................................................... iiHalaman Pengesahan ................................................................................... iiiHalaman Motto Dan Persembahan ................................................................ ivAbstrak ......................................................................................................... vKata Pengantar.............................................................................................. viDaftar Isi ...................................................................................................... viiiDaftar Tabel ................................................................................................. xDaftar Lampiran ........................................................................................... xivDaftar Gambar .............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5C. Tujuan Penelitian........................................................................ 5D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6E. Variabel Penelitian .................................................................... 7F. Definisi Operasional Variabel .................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKAA. Industri ...................................................................................... 11B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Industri ............................ 13C. Kondisi Sosial ............................................................................ 22
BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian .......................................................................... 23B. Penentuan Lokasi Penelitian ...................................................... 23C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 23D. Instrumen Penelitian .................................................................. 24E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 25F. Teknik Analisis Data .................................................................. 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian .......................................................................... 28
1. Letak Daerah Penelitian ...................................................... 282. Industri Batu Gamping......................................................... 293. Luas Wilayah ...................................................................... 304. Iklim ............................................................ 315. Kondisi Sosio - Demografi................................................... 34
a. Jumlah Kepadatan Penduduk .......................................... 34b. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin 36c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........ 37d. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian .......... 39
6. Karakteristik Responden ..................................................... 40
7. Faktor Geografis ............................................................ 43a. Lokasi ............................................................ 44b. Jarak ............................................................ 45c. aksesbilitas ............................................................ 45d. Pola ............................................................ 47
8. Karakteristik Industri Batu Gamping Di Desa Puger Kulon Dan Desa Kasiyan Kecamtan Puger Kabupaten Jember .............. 48a. Modal ............................................................ 49b. Bahan baku ............................................................ 50c. Bahan Bakar ............................................................ 50d. Pemasaran ............................................................ 52e. Tenaga Kerja ............................................................ 53f. Produktifitas ............................................................ 54
9. Pengaruh Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produktifitas Industri Batu Gamping ................................... 57a. Desa Puger Kulon .......................................................... 57b. Desa Kasiyan ............................................................ 61
10. Dampak Industri Batu Gamping Terhadap Kondisi Sosial Tenaga Kerja Desa Puger Kulon Dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember .................................. 67a. Karakteristik tenaga kerja industri batu gamping di
Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan ............................. 671) Jenis Kelamin ............................................................ 682) Umur ............................................................ 68
b. Kondisi Sosial Ekonomi ................................................ 691) Tenaga Warung ......................................................... 692) Mekanik ............................................................ 703) Tenaga Pengangkut ................................................... 714) Sopir ............................................................ 71
c. Dampak Industri Batu Gamping Di Desa Puger Kulon Dan Desa Kasiyan Terhadap Tenaga Kerja .................... 72
B. Pembahasan ............................................................................... 741. Kondisi Geografis Industri Batu Gamping Di Desa Puger
Kulon Dan Desa Kasiyan ..................................................... 742. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produktifitas Industri
Batu Gamping Desa Puger Kulon Dan Desa KasiyanKecamatan Puger Kabupaten Jember ................................... 76
3. Dampak industri batu gamping terhadap kondisi sosial tenaga kerja desa puger kulon dan desa kasiyan kecamatan puger kabupaten jember ....................................................... 81
BAB V SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan ................................................................................... 84B. Saran ......................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 86
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Luas Desa Puger Kulon Menurut Penggunaan Lahan …………… 5
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Lama Pengusaha Industri Batu Gamping
Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan ……...…………………….. 29
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Alasan Mendirikan Industri Desa Puger
Kulon Dan Desa Kasiyan ….…………………………………….. 30
Tabel 4.3 Luas Desa Puger Kulon Menurut Penggunaan Lahan …………… 30
Tabel 4.4 Luas Desa Kasiyan Menurut penggunaan lahan ………….……… 31
Tabel 4.5 Klasifikasi Iklim Menurut Schimdt-Ferguson …………………… 32
Tabel 4.6 Curah Hujan (mm) Rata-Rata Selama 5 Tahun ( 2005 – 2009 )
Menurut Stasiun Pencatat Hujan Daerah Kec. Puger …….……… 35
Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin Di Desa
Puger Kulon …………………………………………………….... 38
Tabel 4.8 Komposisi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin Di Desa
Kasiyan ……………………………………………….…………. 36
Tabel 4.9 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Puger
Kulon ……………………………………………………………. 38
Tabel 4.10 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di
Desa Kasiyan ………………………………………………….…. 38
Tabel 4.11 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Puger Kulon
Tahun 2010 ………………………………………………………. 39
Tabel 4.12 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Kasiyan
Tahun 2010 ….……………………………………………………. 40
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pengusaha Industri Batu
Gamping Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger
Kabupaten Jember …………………………………………….…. 41
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Umur Pengusaha Industri Batu Gamping
Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten
Jember ………………………………………………………...…. 42
Tabel 4.15 Distribusi Tingkat Pendidikan Pengusaha Industri Batu Gamping
Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten
Jember ………………………………………………………..…. 43
Tabel 4.16 Asal Tenaga Kerja Industri Batu Gamping di Desa Puger Kulon
dan Desa Kasiyan …………….…………………………………. 44
Tabel 4.17 Jarak Lokasi Bahan Baku Ke Industri Batu Gamping Di Desa
Puger Kulon Dan Desa Kasiyan …………………………………. 45
Tabel 4.18 Kondisi Jalan Kelurahan/Desa Puger Kulon ……………………. 46
Tabel 4.19 Kondisi Jalan Kelurahan/Desa Kasiyan …………………...……. 46
Tabel 4.20 Besar Modal Industri Batu Gamping di Desa Puger Kulon dan
Desa Kasiyan ………………………...…………………………... 49
Tabel 4.21 Jumlah Bahan Bakar Per Produksi Industri Batu Gamping Di
Desa Puger Kulon Dan Desa Kasiyan …………………………... 51
Tabel 4.22 Luas Jangkauan Pemasaran Industri Batu Gamping Desa Puger
Kulon ……………………………………………………………. 52
Tabel 4.23 Lama Bekerja Tenaga kerja Industri Batu Gamping di Desa Puger
Kulon dan Desa Kasiyan …………………………………………. 54
Tabel 4.24 Tabel Produktifitas industri batu gamping per Sekali Produksi
yang Diterima Pengusaha di Desa Puger Kulon ……...………… 55
Tabel 4.25 Tabel Produktifitas industri batu gamping per Sekali Produksi
yang Diterima Pengusaha di Desa Kasiyan ………..……………. 56
Tabel 4.26 Tabel Hasil Uji Regresi Linier Ganda Keeratan Hubungan Antara
Variabel Bebas (X) Terhadap Variabel Produktivitas Batu Gamping
(Y) Di Desa Puger Kulon ……………..…………………………. 57
Tabel 4.27 Tabel Hasil Uji Regresi Linier Ganda Variabel Bebas (X) Terhadap
Variabel Produktivitas (Y) Industri Batu Gamping Di Puger Kulon 58
Tabel 4.28 Tabel Hasil Uji Normalitas Di Desa Puger Kulon ………………. 60
Tabel 4.29 Tabel Hasil Uji Multikolinieritas Menggunakan Uji Regresi Linier
Ganda Di Desa Puger Kulon ……………………………………. 60
Tabel 4.30 Tabel Hasil Uji Heterokedastitas Menggunakan Uji Regresi Linier
Ganda Di Puger Kulon ……………………………………………. 61
Tabel 4.31 Tabel Hasil Uji Regresi Linier Ganda Keeratan Hubungan Antara
Variabel Bebas (X) Terhadap Variabel Produktivitas Batu Gamping
(Y) Di Desa Kasiyan ……………..………………………………. 62
Tabel 4.32 Tabel Hasil Uji Regresi Linier Ganda Variabel Bebas (X) Terhadap
Variabel Produktivitas (Y) Industri Batu Gamping Di Kasiyan …. 63
Tabel 4.33 Tabel Hasil Uji Normalitas Di Desa Kasiyan ………..…………. 65
Tabel 4.34 Tabel Hasil Uji Multikolinieritas Menggunakan Uji Regresi Linier
Ganda Di Desa Kasiyan ………………………………………… 65
Tabel 4.35 Tabel Hasil Uji Heterokedastitas Menggunakan Uji Regresi Linier
Ganda Di Kasiyan ………………………………………………. 66
Tabel 4.36 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Tenaga Kerja …………..…. 68
Tabel 4.37 Distribusi Frekuensi Jenis Umur Tenaga Kerja ……………...…. 69
Tabel 4.38 Penghasilan Tenaga Warung di Desa Puger Kulon dan Desa
Kasiyan ……………………………………………..……………. 69
Tabel 4.39 Penghasilan Tenaga Mekanik di Desa Puger Kulon dan Desa
Kasiyan …………………………………………………..………. 70
Tabel 4.40 Penghasilan Tenaga Pengangkut di Desa Puger Kulon dan Desa
Kasiyan ………………………………………………………..…. 71
Tabel 4.41 Penghasilan Sopir di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan ……. 72
DAFTAR GAMBARTabel Halaman
Gambar 4.1 Diagram Penggolongan Iklim Menurut Klasifikasi Schimidt –Ferguson ……………………………………………………… 34
DAFTAR LAMPIRANLampiran 1. Peta Kecamatan PugerLampiran 2. Peta Desa Puger KulonLampiran 3. Peta Desa KasiyanLampiran 4. Hasil Penelitian di Desa Puger KulonLampiran 5. Hasil Penelitian di Desa KasiyanLampiran 6. Output SPSS Analisa Statistik Regresi Linier Berganda Desa Puger
KulonLampiran 7. Output SPSS Analisa Statistik Regresi Linier Berganda Desa
KasiyanLampiran 8. Pedoman Wawancara PenelitianLampiran 9. Surat Ijin Penelitian Fakultas Ilmu SosialLampiran 10. Surat Ijin Penelitian BAKESBANGPOL Kabupaten JemberLampiran 11. Surat Ijin Penelitian Kecamatan Puger
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber daya mineral yang termasuk sebagai bahan galian C hampir
terdapat diseluruh penjuru tanah air, salah satunya di provinsi Jawa Timur.
Dimana sebagian besar sumber daya mineral tersebut sudah banyak di eksploitasi
(baik secara tradisional maupung modern ) sebagai bahan baku industri dan
hasilnya telah memberikan banyak manfaat dan menjadi salah satu Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Diperlukan semangat kebersamaan dari semua aspek
masyarakat untuk menggali dan memanfaatkan seluruh potensi – potensi yang ada
di lingkungan sekitar secara optimal dan berkesinambungan tanpa melupakan
kelestarian lingkungan. Apabila seluruh potensi yang ada itu dapat dioptimalkan,
pasti perekonomian suatu masyarakat akan meningkat pada khususnya dan negara
Indonesia menjadi Negara maju pada umumnya. Hal tersebut tidaklah sulit, jika
sumber daya mineral itu bisa kita manage dengan cara modern, yaitu dengan
industrialisasi.
Keberadaan industri kecil di Indonesia masih terjamin dan potensial untuk
berkembang, terutama perusahaan kecil di daerah pedesaan (Marbun,1993:27).
Perusahaan kecil di Indonesia dilihat dari potensi dan keberadaannya ada harapan
untuk berkembang. Sebagaimana industri yang ada di kabupaten Jember dengan
berbagai macam kegiatan industrinya yang meliputi industri keramik, meubel,
barang pecah belah, pengolahan hasil pertanian,perkebunan, perikanan, industri
genteng, gispun dan eternity, semen, industri pengolahan batu kapur, dolomite,
poshat dan pupuk semuanya berpotensi untuk berkembang sehingga dapat
menunjang kebutuhan masyarakat.
Kabupaten Jember yang terletak di provinsi Jawa Timur bagian timur
secara geografis merupakan daerah deretan pegunungan kapur selatan, sehingga
Kabupaten Jember memiliki sumber daya bahan galian batu kapur yang berlokasi
di Kecamatan Puger. Batu kapur Gunung Sadeng merupakan bahan galian industri
yang cukup potensial di Kecamatan Puger karena cadangan depositnya yang
mencapai 475.800.000 ton dengan luas areal tambang 183 Ha berkualitas putih
super/high grade (Bapedda jember, 2009). Komposisi kimia batu kapur ini adalah
CaO, SiO2, Al2O3, FeO3, MgO, Na2O, dan H2O. Batu kapur ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri Oksidasi untuk memproduksi Ethilene,
Kapur Tohor (CaO) serta bahan baku industri Kimia untuk memproduksi pupuk,
Bubuk Pembersih, Insektisida, Fungisida, Bahan Pengisi Pakan Ternak, Cat,
Semen, Bahan Pemantap Tanah.
Eksplorasi batu gamping secara telah dilakukan sejak tahun 1960an di
daerah Gunung Sadeng oleh masyarkat sekitar, akan tetapi masih menggunakan
cara – cara yang tradisional. Baru pada tahun 1998 sebuah perusahaan yaitu PT
Pertama Mina Sutra Perkasa mendapatkan tender besar dari Pembangkit listrik
tenaga Uap yang berada di Jepara yang menuntut perusahaan harus memasok batu
kapur berukuran >1 cm yang perbulanya mencapai 10.000 ton dan banyaknya
permintaan dari industri – industri kecil lainya seperti industri cat, kertas, dan
memasok untuk kebutuhan masyarakat sekitar (local) dalam bentuk bongkahan
berdiameter > 30 cm maka perusahaan diharuskan untuk meningkatkan produksi
yang awalnya hanya 15000 ton/bulan menjadi 25000 ton/bulan. Hal ini yang
membuat perusaan memunculkan ide pemanfaatan peledakan untuk peningkatan
jumlah produksi batu kapur agar dapat memenuhi semua kebutuhan konsumen
yang ada. Dan hingga saat ini ada 9 perusahaan yang masih aktif melakukan
kegiatan pertambangan di Gunung Sadeng.
Secara administrasi Gunung Sadeng terletak di empat desa yaitu Desa
Grenden, Puger Kulon,dan Puger Wetan. Selama ini gunung batu kapur masih
berstatus sebagai areal bebas, sehingga pemkab tidak bisa menarik
retribusi.Anggota Komisi C DPRD Jember Yudi Hartono menjelaskan, gunung
kapur daerah puger merupakan areal bebas milik Negara. Sehingga tidak ada
dasar hukum bagi pemkab untuk mengkapling-kapling daerah tersebut untuk
menarik retribusi pertambangan berupa bagi hasil. Jadi yang selama ini bisa
dikenakan hanya retribusi ijin penambangan.
Besarnya potensi batu kapur yang ada di Kecamatan Puger menjadi salah
satu alasan bagi penduduk untuk melakukan berbagai kegiatan usaha seperti usaha
penambangan batu kapur dan usaha industri batu kapur/gamping. Industri batu
gamping di kecamatan Puger tersebar di beberapa desa, yaitu Desa Puger Kulon,
Puger Wetan, Grenden, Kasiyan Timur dan Desa Kasiyan. Industri batu gamping
yang ada di desa Puger Kulon dan Kasiyan kecamatan Puger, Kabupaten Jember
ini kegiatan produksinya masih bersifat tradisional dan tergolong industri padat
karya (labour intensive) karena masih banyak menggunakan tenaga kerja
manusia.
Keberadaan dari industri batu gamping ini adalah alternatif pekerjaan di
sector pertanian. Industri batu gamping menyerap cukup banyak tenaga kerja dan
memberikan peluang bagi masyarakat yang mempunyai pendidikan rendah untuk
dapat meningkatkan perekonomian keluarganya, serta dapat mengurangi jumlah
pengangguran di daerah setempat. Kegiatan pembuatan batu gamping yang ada di
desa Puger Kulon dan desa Kasiyan kecamatan Puger, Kabupaten Jember
dilakukan dengan proses dan peralatan yang relatif sederhana.
Alat utama dalam pengolahan batu kapur adalah sebuah tungku
pembakaran atau yang masyarakat Puger biasa sebut dengan “tumang”. Proses
pengolahan batu kapur dengan menggunakan Tungku atau tumang ini
membutuhkan waktu antara 5 – 8 hari, tergantung dari cuaca dan kondisi kayu.
Bahan bakar dari tungku sendiri adalah kayu yang didapatkan dengan membeli
dari pihak Perhutani Jember atau dari luar wilayah Kabupaten Jember. Untuk
Tenaga kerja industri batu gamping di Desa Puger Kulon dan Kasiyan kebanyakan
berasal dari masyarakat di desa itu sendiri. Walaupun industri batu gamping ini
bersifat ekstraktif yaitu tidak memerlukan tenaga kerja yang terampil akan tetapi
dalam pengolahan batu gamping keterampilan cukup diperlukan. Karena untuk
mendapatkan hasil batu gamping yang baik, tenaga kerja harus menjaga suhu
tungku pembakaran agar tetap tinggi.
Gunung sadeng adalah sumber bahan bahan baku batu kapur yang ada di
Kabupaten Jember. Kegiatan industri batu gamping telah memberikan dampak
positif terhadap kondisi sosial masyarakat Puger, khususnya masyarakat desa
Puger Kulon dan desa Kasiyan seperti halnya dapat memberikan peluang untuk
terciptanya lapangan pekerjaan baru. Dengan adanya lapangan pekerjaan baru itu
masyarakat dapat memiliki kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarga mereka.
Desa Puger kulon, Puger Wetan, Grenden, Kasiyan, dan Kasiyan Timur
merupakan lokasi keberadaan industri batu gampingnya di kecamatan puger.
Berdasarkan data hasil pra survey, hasil produktivitas industri batu gamping di
desa Kasiyan berada sangat jauh dibawah desa Puger kulon. Adapun
perbandingan mengenai jumlah produktivitas industri batu gamping di desa Puger
Kulon dengan desa Kasiyan dapat dilihat pada tabel 1.1
Table 1.1 Data Produktifitas Industri Batu Gamping Di Desa Puger Kulon
Dan Desa Kasiyan
No. DesaPengusah
a(orang)
Tenaga Kerja
(orang)
Rata – rata Produktivitas
Tahun 2008,2009,2010
,2011(Ton)
Rata – rata produktivitas
tiap pengusaha
1 Puger Kulon 40 320 495,9 12,397
2 Kasiyan 24 167 97,4 4,043
Sumber : Data monografi desa.
Dari tabel 1.1 dapat diketahui bahwa produktivitas industri batu gamping
di desa Kasiyan lebih rendah dibandingkan dengan industri batu gamping yang
dimiliki desa Puger Kulon. Padahal rata – rata jumlah tenaga kerja pada tiap
industri pun tidak jauh berbeda yaitu antara 7 – 8 orang tenaga kerja tiap industri.
Oleh karena itu hal ini perlu ditelusuri faktor – faktor apa saja yang menyebabkan
perbedaan tersebut.
Dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “STUDI GEOGRAFIS INDUSTRI BATU GAMPING
DI DESA PUGER KULON DAN DESA KASIYAN KECAMATAN PUGER
KABUPATEN JEMBER”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi industri batu gamping di desa Puger kulon dan desa
Kasiyan kecamatan Puger Kabupaten Jember?
2. Adakah faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas industri batu
gamping di desa Puger Kulon dan desa Kasiyan kecamatan Puger Kabupaten
Jember?
3. Apakah dampak industri batu gamping terhadap kondisi ekonomi masyarakat
di desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui kondisi industri batu gamping di desa Puger Kulon dan
desa Kasiyan kecamatan Puger Kabupaten Jember.
2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas industri
batu gamping di desa Puger Kulon dan desa Kasiyan kecamatan Puger
kabupaten Jember.
3. Untuk mengetahui dampak industri batu gamping terhadap kondisi ekonomi
tenaga kerja Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger
Kabupaten Jember
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi peneliti, mampu mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh
selama perkuliahan.
b. Bagi pembaca, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian
sejenis.
2. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui seberapa besar faktor
ketersediaan modal, bahan baku, tenaga kerja, bahan bakar, dan
pemasaran sebagai penyebab terjadinya perbedaan produktivitas hasil
industri batu gamping beserta dampak terhadap kondisi ekonomi tenaga
kerja yang dapat ditimbulkan industri batu gamping di Desa Puger Kulon
dan Desa Kasiyan kecamatan Puger Kabupaten Jember.
E. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:38). Dengan demikian variabel
dalam penelitian ini meliputi:
1. Faktor geografis industri batu gamping.
a) Lokasi
b) Aksesbilitas
c) Jalan
d) Pola
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas industri batu gamping :
a) Modal
b) Tenaga kerja
c) Bahan baku
d) Bahan bakar
e) Pemasaran
f) Produktifitas
3. Dampak yang ditimbulkan industri batu gamping terhadap kondisi sosial
tenaga kerja di desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan kabupaten
Jember:
a) Jumlah tenaga kerja
b) Penghasilan
F. Definisi Operasional Variabel
Untuk menghindari terjadinya berbagai penafsiran dalam memeahami
penelitian ini, maka perlu adanya kejelasan arti serta istilah-istilah dalam variabel
yang akan dimasukkan dalam penelitian ini sehingga berdasarkan hal tersebut
perlu adanya pendefinisian secara operasional terhadap variabel-variabel tersebut,
yaitu:
1. Faktor geografis industri batu gamping.
a. Lokasi adalah asal tenaga kerja kerja industri batu gamping. asal tenaga
kerja dari dalam desa atau Luar luar desa.
b. Jarak adalah panjang lintasan berupa jalan dari titik lokasi bahan baku
kapur menuju tiap – tiap lokasi industri batu gamping yang dinyatakan
dengan satuan Km.
c. Jalan adalah kondisi seluruh jalan yang ada di lokasi penelitian. Kondisi
dalam penelitian ini adalah baik atau rusaknya kondisi jalan.
d. Pola adalah tatanan lokasi industri batu gamping, pola dapat berbentuk
garis linier, acak dan tersebar.
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi kemajuan industri batu gamping.
Industri dikatakan maju apabila industri tersebut mempunyai faktor
penting untuk mengembangkan atau memajukan industrinya, seperti faktor
internal meliputi pengalaman pemilik usaha, kemampuan mengelola, besar
kecilnya modal, lamanya usaha dan faktor eksternal meliputi dukungan
berupa dana dari pihak swasta, kemajuan teknologi dalam memproduksi.
a. Modal adalah ketersediaan semua biaya yang diperlukan oleh pengusaha
dalam pengelolaan industri batu gamping untuk satu kali proses produksi
dalam satuan rupiah. Ketersediaan modal meliputi : upah tenaga kerja,
biaya bahan baku, biaya bahan bakar, dan ongkos pemasaran.
b. Tenaga kerja adalah orang yang berkerja dalam industri pengolahan batu
gamping. dalam hal ini yang diukur adalah lama berkerja seorang tenaga
kerja dalam industri batu gamping dalam satuan bulan.
c. Bahan baku adalah suatu bahan yang digunakan untuk proses produksi
guna memproduksi barang jadi berupa batu gamping. Dalam hal ini yang
akan menjadi fokus penelitian adalah jarak dari sumber bahan baku
menuju tiap – tiap lokasi industri.
d. Bahan bakar adalah sejumlah kayu yang diperlukan dalam industri batu
gamping. Ukuran ketersediaan bahan bakar dilihat dari berapa jumlah
kayu (dalam satuan volume) yang dikeluarkan atau dibutuhkan pengusaha
untuk satu kali proses produksi batu gamping.
e. Pemasaran adalah kegiatan usaha yang mengarahkan aliran barang yang
berupa produk batu gamping dari produsen ke konsumen baik secara
langsung maupun melalui perantara (tengkulak). Pemasaran dalam
penelitian ini yaitu meliputi jarak dan daerah – daerah mana saja yang
menjadi tempat pemasaran hasil produksi industri batu gamping di desa
Puger Kulon dan Desa Kasiyan.
f. Produktifitas adalah kemampuan pengusaha untuk menghasilkan barang
berupa hasil produksi persatuan modal dengan satuan persen (%) atau
dapat diformulakan sebagai berikut :
Produktifitas = ( )( ) x 100%
3. Dampak yang ditimbulkan industri batu gamping terhadap kondisi
ekonomi tenaga kerja
Dampak sosial dan ekonomi yang timbul dari industri batu gamping
adalah terciptanya suatu lapangan pekerjaan baru akibat adanya aktivitas
perindustrian batu gamping. Dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui jumlah dan penghasilan dari warga yang menggeluti pekerjaan
baru yang berkaitan dengan industri batu gamping.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Industri
1. Pengertian industri
• Menurut kamus umum bahasa Indonesia (Poerwadarminto, 1985:380)
menyebutkan bahwa pengertian industri adalah kerajinan untuk membuat atau
menghasilkan barang – barang.
• Menurut Dinas Perindustrian Jawa Timur yang dikutip oleh Prastowo
(2005:8) bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, bahan baku, bahan setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang
yang nilainya lebih tinggi untuk kegiatan termasuk kegiatan rancang dan
perekayasaan industri.
• Menurut G.T. Renner dalam Enoh (1997:136), industri diartikan sebagai
bagian dari proses produksi dimana sebagian bahan – bahannya diambil dari
alam dan diolah hingga akhirnya menjadi barang yang bernilai tinggi bagi
masyarakat.
• Menurut Moch Enoh (1990:1), mengemukakan bahwa yang dimaksud dalam
industri adalah segala usaha untuk memproduksi barang mentah menjadi
barang jadi atau setengah jadi, dari bahan baku atau bahan mentah melalui
proses penggarapan dalam jumlah besar, sehingga barang – barang itu bisa
diperoleh dengan harga satuan yang sangat rendah mungkin dengan kualitas
tinggi.
• Berdasarkan UU RI No. 5 tahun 1984 Pasal 1, industri adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah atau bahan baku, barang setengah jadi
atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri.
2. Penggolongan Industri
Jenis – jenis industri dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria –
kriteria tertentu. Klasifikasi tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Industri Berdasarkan Jenis Industri
a. Industri dasar dan hulu
Industri hulu memiliki sifat sebagai berikut : berskala besar,
menggunakan teknologi maju dan teruji. Lokasinya selalu dipilih dekat
dengan bahan baku dam mempunyai sumber energi sendiri, dan pada
umumnya lokasi ini belum tersentuh pembangunan.
b. Industri hilir
Industri ini merupakan perpanjangan proses industri hulu. Pada
umumnya industri ini mengolah barang setengah jadi menjadi barang jadi,
lokasinya diusahakan dekat dengan pasar, menggunakan teknologi madya dan
teruji, serta padat karja.
c. Industri kecil
Industri kecil ini banyak berkembang di pedesaan dan perkotaan,
memilik peralatan sederhana. Walaupun hakikat produksinya sama dengan
industri hilir tetapi sistem pengolahannya lebih sederhana. Sistem tata letak
pabrik maupun pengolahan limbahnya lebih belum mendapat perhatian.
Sistem industri ini padat karya.
B. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Industri
Industri sebagai suatu sistem, merupakan perpaduan subsistem fisis
dengan subsistem manusia. Subsistem fisis yang mendukung pertumbuhan
dan perkembangan industri yaitu komponen lahan, bahan mentah atau bahan
baku, sumber daya energi, iklim dengan segala proses alamiahnya.
Sedangkan subsistem manusia yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan industri meliputi komponen tenaga kerja, kemampuan
teknologi, tradisi, keadaan politik, keadaan pemerintah, transportasi dan
komunikasi, konsumen dan pasar, dan lain sebagainya. Perpaduan semua
komponen tersebut itulah yang mendukung maju mundurnya suatu industri
(Sumaatmadja,1981:180).
Produktivitas menurut Muchdarsyah Sinungan ,menjelaskan bahwa
produktivitas adalah perbandingan output (hasil produksi industri) dengan
input (biaya – biaya produksi). Sedangkan Siegel dan Linda Thesia (2004:3)
bahwa produktivitas adalah berkenaan atau berhubungan dengan sekumpulan
perbandingan antara output (jumlah produksi yang dihasilkan oleh kegiatan
industri) dengan output (biaya – biaya produksi yang digunakan untuk
kegiatan industri).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa produktivitas
adalah jumlah hasil produksi yang dicapai dalam kegiatan produksi dibagai
dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan dalam proses produksi.
Menurut Hendrik Purwanto (2011:13), Produktivitas merupakan
kemampuan pengusaha untuk menghasilkan barang berupa hasil produksi per
satuan modal dengan satuan persen (%) atau dapa diformulakan sebagai
berikut :
Produktivitas = ( )( ) ὼ 100%
Keterangan :
Output = Jumlah semua produk yang dihasilkan.
Input = Semua sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output.
Menurut Robinson (dalam Daldjoeni 1992:59-60), faktor – faktor
geografis yang mendorong berdirinya industri adalah bahan mentah, sumber
daya tenaga, suplai tenaga kerja, suplai air, pasaran, dan fasilitas transportasi.
1. Bahan mentah
Bahan baku sebagai bahan antara dalam kegiatan produksi perlu
mempertimbangkan hal – hal yang menyangkut :
1. Jumlah kebutuhan bahan baku selama satu periode
2. Kelayakan harga barang
3. Kontinuitas persediaan barang
4. Kualitas bahan baku
5. Biaya pengangkutan (ahyari, 1979:10)
Menurut Mulyadi (1986:118) bahan baku adalah bahan yang
membentuk bagian integral produk jadi. Adapun jenis – jenis bahan baku
menurut Gunawan Adisaputra dan Asri (1982:185) terdiri dari : 1. Bahan
baku langsung (direct material) adalah semua bahan baku yang merupakan
bagian daripada barang jadi yang dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk
membeli bahan mentah langsung ini mempunyai hubungan yang erat dan
sebanding dengan jumlah barang jadi yang dihasilkan. 2. Bahan baku tak
langsung (indirect material) adalah bahan baku yang ikut berperan dalam
proses produksi, tetai tidak secara langsung tampak pada barang jadi yang
dihasilkan. Seandainya barang jadi yang dihasilkan adalah meja dan kursi
maka kayu merupakan bahan baku langsung, sedangkan paku dan plamir
merupakan bahan mentah tidak langsung.
1. Suplai Tenaga Kerja
Menurut Siswanto (dalam Herawati 2008) untuk meningkatkan hasil
produksi dalam sebuah perusahaan tidak cukup hanya dengan menggunakan
teknologi yang canggih saja, tetapi juga memerlukan tenaga kerja yang
memiliki skill yang tinggi untuk mengoprasikannya. Dengan demikian
diperlukan tenaga kerja yang mempunyai keahlian, kemampuan dan
ketrampilan kerja.
Berdasarkan Undang – Undang No. 14 tahun 1969 menyatakan bahwa
tenaga kerja adalah tiap orang yang melaksanakan pekerjaan baik didalam
maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan laba atau barang untuk
memnuhi kebutuhan masyarakat
Beberapa istilah – istilah tentang tenaga kerja, yaitu :
a. Tenaga kerja lepas
Tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan untuk melakukan pekerjaan
tertentu yang berubah – ubah baik dalam waktu maupun kontinuitas
pekerjaan dengan menerima upah didasarkan atas kehadirannya.
b. Tenaga kerja borongan
Tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan untuk melakukan pekerjaan
tertentu dengan menerima upah didasarkan atas volume pekerjaan atau satuan
hasil kerja.
c. Tenaga kerja kontrak
Tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan untuk melakukan pekerjaan
tertentu menerima upah yang didasarkan atas kesepakatan untuk hubungan
kerja dalam kurun waktu tertentu atau selesainya pekerjaan tertentu.
Beberapa cara pembayaran upah tenaga kerja ada dua cara yaitu :
1. Upah borongan
Yaitu suatu cara pembayaran upah pada sekelompok buruh atau karyawan
untuk mengerjakan suatu pekerjaan yang sifatnya tidak dapat diperinci
dengan jelas, biasanya didasarkan pada besar kecilnya hasil kerja.
2. Upah harian
Yaitu upah yang didasarkan pada jam dan buruh kerja, tentu saja hasil
kerjanya mengikuti kehendak majikan atau pengusaha.
Menurut Undang – Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri atau masyarakat, dalam kamus besar bahasa Indonesia
(1991:927) tenaga kerja adalah orang yang bekerja atau mengerjakan sesuatu,
orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar
hubungan kerja.
Tenaga kerja merupakan istilah yang identik dengan istilah personalia,
di dalamnya meliputi buruh. Buruh yang dimaksud adalah mereka yang
bekerja pada usaha perorangan dan diberikan imbalan kerja secara harian
maupun borongan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, biasanya
imbalan kerja tersebut secara harian (Siswanto dalam Herawati 2008).
Tenaga kerja merupakan tenaga penggerak dalam proses kegiatan
produksi, karena tanpa keberadaannya maka proses produksi tidak akan
berlangsung. Faktor tenaga kerja ini menyangkut dua segi, yaitu kuatitatif
(banyaknya tenaga kerja) dan kualitatif (ketrampilan yang dimiliki).
(Daldjoeni,1992:59).
2. Pemasaran
Tujuan satu – satunya dari perindustrian adalah memproduksi barang
– barang untuk di jual dan untuk itu pemasaran memiliki kedudukan yang
penting. Dalam pemasaran ini ada 2 hal yang perlu diperhatikan yaitu luas
pemasaran yang artinya banyaknya omset pemasaran (the possible
purchasers) dan kuatnya pemasaran (the purchasing power of the market).
Pemasaran merupakan suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memerlukan kebutuhan baik pembeli
yang ada maupun pembeli yang potensial (William J. Station, 1996:5).
Menurut Philip (dalam ekologi industri, 2002) pemasaran adalah
sesuatu yang meliputi semua langkah yang dipakai atau dibutuhkan untuk
menempatkan barang yang bersifat tangible ke tangan konsumen. Pemasaran
merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh para pengusaha dalam
upayanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya untuk berkembang
dan mendapatkan laba dan pemasaran juga berarti menata olah pasar untuk
menghasilkan pertukaran dengan tujuan memuaskan kebutuhan dan keinginan
manusia. Aktivitas seperti pengembangan prodak, riset, komunikasi,
distribusi, penetapan harga, dan pelayanan merupakan inti dari pemasaran.
Tujuan dari pemasaran adalah untuk mengetahui dan memahami
konsumen dengan baik, sehingga produk atau jasa cocok bagi konsumen dan
bisa terjual dengan sendirinya. Proses pemasaran terdiri dari analisa peluang
pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang strategi pemasaran,
merancang program pemasaran, dan mengorganisir, melaksanakan serta
mengawasi usaha pemasaran. Pemasaran dan produksi merupakan fungsi
pokok bagi perusahaan, semua perusahaan memproduksi dan memasarkan
produk atau jasa untuk pemenuhan konsumen, pada saat ini kegiatan
pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia usaha.
Kadang istilah pemasaran ini dapat diartikan dengan beberapa istilah seperti
penjualan, perdagangan, dan distribusi. Wasis (1997:145)
Kotler (1997:8) mendefinisikan pemasaran adalah segala kegiatan
yang berhubungan dengan penyampaian barang dan jasa, sejak dari produsen
sampai konsumen yang terakhir. Berdasarkan pengertian pemasaran, maka
pengertian pemasaran dalam penelitian ini adalah kegiatan usaha yang
mengarahkan aliran barang yang berupa produk batu gamping dari produsen
ke konsumen baik secara langsung maupun melalui perantara.
Secara garis besar jalur pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi dua
macam, yaitu :
1. Pemasaran secara langsung, yaitu :
1. Produsen menjual langsung dengan jalan mengunjungi konsumen dari rumah
ke rumah
2. Produsen menjual produknya secara langsung kepada konsumen di pasar
2. Pemasaran secara tidak langsung, yaitu dengan cara :
1. Produsen menjual produk melalui tengkulak
2. Produsen menjual produk melalui pengecer
3. Produsen menjual produk melalui lelang
(Stantion, dalam http://www.damandiri.or.id/)
3. Modal
Segala yang dapat digunakan untuk mengembangkan atau
memperluas usaha dalam industri. Modal merupakan salah satu faktor
produksi yang penting bagi kelangsungan industri. Karena modal tidak hanya
sebagai alat atau barang untuk memproduksi barang lain, tetapi juga sebagai
alat untuk mendukung pengembangan dan kemajuan suatu perusahaan atau
kegiatan usaha itu sendiri. Modal adalah satu faktor produksi yang sangat
penting bagi setiap usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar. Dalam
banyak literatur sering disebutkan bahwa sering menjadi faktor penghambat
utama bagi perkembangan suatu usaha atau pertumbuhan output industri skala
kecil dan menengah, karena unit usaha ini yang juga dialami banyak usaha
kecil disektor lain yang sering mengalami keterbatasan. Tambunan (2001:25)
C. Kondisi Sosial
Kondisi sosial setiap masyarakat berbeda antara satu dengan lainnya,
hal ini ditentukan oleh keadaan di dalam keluarga dan lingkungan masyarakat
tersebut. Komponen – komponen sosial demografi meliputi : a) struktur
penduduk menurut umur, jenis kelamin, mata pencaharian, pendidikan, dan
agama. b) tingkat kepadatan dan sebaran kepadatan penduduk (Usman 2004 :
253).
1. Pendidikan
Bagian dari kondisi sosial yang menjadi perhatian dalam kehidupan
bermasyarakat adalah pendidikan, bahkan pemerintah menetapkan wajib
belajar 9 tahun. Kemajuan pendidikan masyarakat memiliki hubungan bagi
kemajuan sosial – ekonomi suatu negara. Pendidikan merupakan kegiatan
kegiatan belajar mengajar di segala tingkatan (BPS, 2008:51). Selain itu
pendidikan juga merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan
potensi manusia untuk mampu mengemban tugas sehari – hari sesuai mata
pencaharian yang dimiliki masing – masing individu.
2. Mata Pencaharian
Menurut M. Enoh (2005:229), mata pencaharian merupakan pekerjaan
yang dilakukan tiap hari secara rutin. Dimana pekerjaan – pekerjaan itu
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu baik uang maupun
barang yang manusia butuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Menurut Yuliana (2002:23) dari berbagi macam mata pencaharian
penduduk dapat kita kelompokkan menjadi dua, yaitu berdasarkan tingkat
ketergantungannya pada tanah air yaitu pertanian dan non pertanian. Mata
pencaharian di sektor pertanian antara lain ladang berpindah, tegalan,
bersawah, pertanian rakyat dan perkebunan, kehutanan, peternakan dan
perikanan. Sedangkan mata pencaharian di sektor non pertanian antara lain
perdagangan, industri, pertambangan dan berbagai bidang jasa termasuk
transportasi dan pariwisata.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah jenis penelitian survey
dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan persentase.
Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu
populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengambilan data yang
pokok (Singarimbun, 2006:3).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan
Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Pemilihan lokasi penelitian ini
dilakukan secara purposive yaitu pemilihan lokasi yang memang disengaja
oleh peneliti karena pertimbangan bahwa adanya perbedaan produktivitas
industri batu gamping di Desa Kasiyan yang lebih rendah dibandingkan
produktivitas industri batu gamping yang dimiliki Desa Puger Kulon.
C. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengusaha industri
batu gamping di desa Puger Kulon dan desa Kasiyan sebanyak 64
pengusaha. Dan untuk mekanik, sopir, tenaga warung, dan tenaga
pengangkut diambil secara aksidental di sekitar industri batu gamping
Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten
Jember. Apabila subyek kurang dari 100 responden maka diambil
semua dan jika subyeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil
10 – 15% atau 20 – 25% (Suharsimi 2006:112). Sesuai pernyataan
tersebut teknik pengambilan sampling penelitian ini dengan cara total
sampling karena subyek dari penelitian ini kurang dari 100.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah(Suharsimi 2006:160). Instrumen yang
digunakan penliti adalah kuesioner terstruktur untuk mengumpulkan data
umum responden.
E. Jenis Data
1. Data Primer
Sumber data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan dan
wawancara dengan responden. Data primer ini meliputi jumlah
modal, tenaga kerja, jarak lokasi industri dengan bahan baku, jumlah
bahan bakar, lokasi pemasaran, jumlah dan penghasilan masyarakat.
2. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini berupa data pendukung
dari data – data primer, yaitu meliputi bahan bacaan berupa buku,
surat kabar, internet,data disperindag, data pemilik industri batu
gamping, data jumlah penduduk, peta administrasi desa, peta
administrasi kecamatan, peta admisnistrasi kabupaten.
F. Teknik Pengumpulan Data
Agar tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik, maka perlu
adanya bukti – bukti atau data yang bisa dipercaya. Untuk itu dibutuhkan
teknik pengumpulan data yang tepat. Tujuan dari pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah untuk memperoleh data yang relevan, akurat, dan
realibel. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti
dengan responden. Teknik ini digunakan untuk mengetahui informasi
secara langsung dari responden baik pemilik usaha atau tenaga kerja
guna mendapatkan informasi atau data yang lebih akurat dengan
menggunakan pedoman wawancara atau quisioner mengenai jumlah
modal, jumlah tenaga kerja, jarak lokasi industri dengan bahan baku,
jumlah bahan bakar, lokasi pemasaran, dan pendapatan.
2. Observasi
Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara langsung dari lapangan dan mencatat hal – hal
penting yang berkaitan dengan daerah yang diteliti. Dalam penelitian
ini yang diobservasi adalah karakteristik kegiatan industri batu
gamping beserta dampak sosialnya di Desa Puger Kulon dan Desa
Kasiyan
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah cara atau metode untuk mengumpulkan
data dengan mencari data dari catatan – catatan statistik maupun
laporan penelitian terdahulu. Adapun data yang diperoleh dalam
metode dokumentasi in adalah data mengenai jumlah penduduk, data
jumlah unit industri batu gamping, dan data monografi. Pengumpulan
data dengan teknik dokumentasi diperoleh dari instansi – instansi yang
bersangkutan dengan penelitian ini antara lain : kantor desa, kantor
kecamatan, dinas perindustrian, BPS.
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara sistematis,
faktual, dan akurat terhadap suatu gejala atau fenomena tertentu. Data
yang diperoleh dari kuesioner, wawancara, observasi maupun dokumentasi
diolah untuk menjawab permasalahan yang ada.
Untuk menjawab pertanyaan pada masalah penelitian ini secara
rinci teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Untuk menjawab rumusan masalah tentang kondisi geografis
industri batu gamping di desa Puger Kulon dan desa Kasiyan,
maka digunakan teknik analisis deskriptif.
b. Untuk menjawab rumusan masalah tentang Perbedaan faktor –
faktor yang mempengaruhi produktifitas industri batu gamping di
Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten
Jember, yang meliputi : modal, tenaga kerja, bahan baku, bahan
bakar, dan pemasaran maka digunakan uji statistika yaitu uji
regresi berganda. Uji regresi berganda digunakan untuk
menganalisis variabel bebas (modal, tenaga kerja, bahan baku,
bahan bakar, dan pemasaran) yang dinyatakan dengan
X1,X2,X3,X4,X5 sedangkan untuk variabel terikat (produktivitas)
akan dinyatakan dengan Y.
Persamaan regresi berganda
Y=b0+b1 X1+b2 X2+b3 X3+b4 X4+b5 X5
Keterangan :
Y : produktivitas industri batu gamping
B1,2,3,4 : koefisien regresi
C : konstanta
X1 : modal
X2 : tenaga kerja
X3 : bahan baku
X4 : bahan bakar
X5 : pemasaran
Di dalam mengolah data regresi berganda tersebut peneliti
menggunakan metode statistik dengan bantuan SPSS.
c. Untuk menjawab rumusan masalah mengenai perbedaan dampak
sosial yang ditimbulkan industri batu gamping di Desa Puger
Kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember,
maka peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Daerah Penelitian
a. Desa Puger Kulon
Secara astronomis Desa Puger Kulon terletak 8018’55’’ Lintang
Selatan dan 1130 27’ 20’’Bujur Timur. Secara administratif, Desa Puger
berbatasan dengan beberapa desa, batas – batas tersebut adalah :
Sebelah Utara : Desa Grenden
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Sebelah Timur : Desa Puger Wetan
Sebelah Barat : Desa Mojosari
Untuk mengetahui daerah penelitian, dapat dilihat pada peta
administrasi Desa Puger Kulon yang ada pada lampiran.
b. Desa Kasiyan
Secara astronomis Desa Kasiyan terletak antara 80 23’ 01’’Lintang
Selatan dan 1130 26’ 02’’ Bujur Timur. Secara administratif, Desa
Kasiyan berbatasan dengan beberapa desa, batas – batas tersebut adalah :
Sebelah Utara : Desa Wringintelu
Sebelah Selatan : Desa Grenden
Sebelah Timur : Desa Kasiyan Timur
Sebelah Barat : Desa Mlokorejo
Untuk mengetahui daerah penelitian, dapat dilihat dapat dilihat
pada peta administrasi Desa Kasiyan yang ada pada lampiran.
2. Industri Batu Gamping
a. Lama Usaha
Suatu waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas baik
bekerja ataupun aktivitas yang lainnya. Lama usaha yang digunakan oleh
pengrajin untuk menjalankan industrinya membutuhkan waktu yang
lama. Berikut tabel lama usaha pengrajin industri batu gamping di Desa
Puger kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember.
Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Lama Pengusaha Industri Batu Gamping Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan
Lama Usaha Puger Kulon Kasiyanf % f %
1 – 3 0 0 3 12,54 – 6 2 5 6 257 – 9 5 12,5 2 8,310 – 12 12 30 5 20,213 – 15 10 25 7 29,216 + 11 27,5 1 4,2Jumlah 40 100 24 100
Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa rata – rata lama usaha
pengusaha batu gamping di Desa Puger Kulon berbeda – beda, sebagian
besar pengusaha sudah sudah mengeluti usaha ini 10 – 12 tahun dengan
frekuensi 12 pengusaha atau 30 %. Sedangkan di Desa Kasiyan rata –
rata lama usaha pengusaha batu gamping adalah 13 – 15 tahun dengan
frekuensi 7 pengusaha atau 29,2%.
b. Alasan Mendirikan Industri
Terkait dengan alasan pengusaha mengeluti usaha batu gamping
dapat dilihat pada tabel 4.13 sebagai berikut :
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Alasan Mendirikan Industri Desa Puger Kulon Dan Desa Kasiyan
Alasan mendirikan industri
Puger Kulon Kasiyan f % f %
Penghasilan tinggi 4 10 3 12,5Turun – temurun 11 27,5 5 20,8Tuntutan ekonomi 21 52,5 12 50Bahan baku dekat 4 10 4 16,7Mayoritas pekerjaan 0 0 0 0Jumlah 40 100 24 100
Sumber : Data Primer Tahun 2013
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar pengusaha
industri batu gamping di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan menekuni
usaha pengolahan batu kapur menjadi batu gamping ini dikarenakan
oleh tuntutan ekonomi yaitu sebanyak 21 pengusaha atau 52,5 % di Desa
Puger Kulon dan di Desa Kasiyan sebanyak 12 pengusaha atau 50 %.
3. Luas Wilayah
a. Desa Puger kulon
Luas wilayah keseluruhan Desa Puger kulon adalah 388,8 ha
(Monografi Desa Puger Kulon 2010) yang terdiri dari beberapa
penggunaan lahan seperti pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.3 Luas Desa Puger Kulon Menurut Penggunaan Lahan
Luas Penggunaan Lahan Luas HaPemukiman 169,3Tegal/ladang 100Persawahan 118Prasarana umum 1,5
Sumber : Monografi Desa Puger Kulon 2010
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terbesar
digunakan sebagai Pemukiman sebesar 169,3 ha, sedangkan
penggunaan lahan terkecil yang berupa prasarana umum sebesar 1,5 ha
b. Desa Kasiyan
Luas wilayah keseluruhan Desa Kasiyan adalah 299,242 Ha
(Monografi Desa Kasiyan 2010) yang terdiri dari beberapa penggunaan
lahan seperti pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.4 Luas Desa Kasiyan Menurut penggunaan lahan
Luas Penggunaan Lahan Luas HaPemukiman 116Tegal/ladang 59,242Persawahan 97Prasarana Umum 27
Sumber : Monografi Desa Kasiyan 2010
Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan terbesar
digunakan sebagai pemukiman sebesar 116 Ha, sedangkan penggunaan
lahan terkecil yang berupa prasarana umum sebesar 27 Ha.
4. Iklim
Iklim adalah pernyataan yang digeneralisasikan dari keadaan
cuaca yang sering terjadi di suatu daerah berdasarkan statistik tentang
catatan data cuaca dalam jangka waktu yang lama, yang meliputi nilai
rata-rata, penyimpangan-penyimpangannya dari nilai rata-rata dan
kemungkinan hubungan antara penyimpangan-penyimpangan itu.
Klasifikasi iklim suatu tempat dapat menggunakan dasar klasifikasi yang
beragam, akan tetapi terdapat beberapa klasifikasi yang menuntut
pernyaratan tertentu dalam penerapannya ( Sulistinah,1997:1 ).
Dalam penelitian ini menggunakan klasifikasi Schmidt-Ferguson
dalam penentuan tipe iklim di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan.
Klasifikasi ini dilaksanakan melaului penentuan kebasahan suatu bulan.
Dengan menghitung rasio antara rata-rata jumlah bulan kering dengan
rata-rata jumlah bulan basah. Berdasarkan rasio Q , Schmidt-Ferguson
membagi iklim Indonesia menjadi 8 golongan ( Sulistinah,1997:41):
Tabel 4. 5 Klasifikasi Iklim Menurut Schimdt-Ferguson
1 Iklim A 0 Sangat Basah2 Iklim B 0, 143 Basah 3 IklimC 0, 333 Agak Basah 4 IklimD 0, 600 Sedang 5 IklimE 1, 000 Agak Kering6 IklimF 1, 670 Kering7 IklimG 3, 000 Sangat Kering8 IklimH 7, 000 Luar Biasa Kering
Sumber : Buku Metereologi
Dalam menentukan rata-rata jumlah bulan basah dan bulan
kering, Schimdt-Ferguson menggunakan data curah hujan selama 5 tahun
untuk mendapatkan statistik cuaca yang dapat mewakili kondisi iklim
daerah setempat. Bulan basah diartikan sebagai bulan yang menerima
curah hujan lebih besar dari penguapan, banyaknya curah hujan dalam
kriterian ini adalah di atas 100 mm/bulan. Bulan kering diartikan sebagai
bulan yang menerima curah hujan lebih kecil dari penguapan, banyaknya
curah hujan yang termasuk dalam kriteria ini adalah kurang dari 60 mm/
bulan . Untuk mngetahui tipe iklim di Desa Puger Kulon dan Desa
Kasiyan, digunakan data statistik curah hujan selama lima tahun terakhir
( 2005 – 2009 ). Data tersebut didapat dari stasiun pencatat hujan nomor
10 di Kecamatan Puger. Data curah hujan disajikan pada tabel 4.6.
Tabel 4. 6 Curah Hujan (mm) Rata-Rata Selama 5 Tahun ( 2005 – 2009 ) Menurut Stasiun Pencatat Hujan Daerah Kec. Puger
Bulan 2005 2006 2007 2008 2009 TotalRata-rata
Januari 132 176 108 167 243 826 165.2
Febuari 82 185 234 310 216 1027 205.4
Maret 144 278 95 314 105 936 187.2
April 197 116 85 80 29 507 101.4
Mei - 4 36 - 77 117 23.4
Juni - - 7 - 5 4 2.4
Juli 27 - - - 10 37 7.4
Agustus - - - - - - -
September - - - - - - -
Oktober 83 - - 88 - 171 34.2
November 30 5 50 156 - 241 48.2
Desember 331 48 198 529 43 1149 229.8
Rata- rat 85.50 67.67 67.75 137.00 60.67 417.92 83.72
Total 1026.00 812.00 813.00 1644.00 728.00 5432.92 1004.60Jml bulan
basah 4 4 3 5 3 19 3.8Jml bulan
kering 6 8 7 5 8 34 6.8Sumber : Dinas PU, 2009
ὗ = x 100%
Berdasarkan nilai rasio Q tersebut , dapat di ketahui bahwa iklim di
wilayah Kecamatan Puger termsuk pada tipe iklim F kering, dengan curah
hujan rata-rata 1004,6 mm pertahun.
Gambar 4.1 Diagram Penggolongan Iklim Menurut Klasifikasi Schimdt-Ferguson
5. Kondisi Sosial dan Demografi
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
1) Desa Puger Kulon
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk yang
mendiami suatu wilayah dalam jumlah rata – rata penduduk tiap 1
km2. Berdasarkan data Monografi Desa Puger kulon tahun 2010
menunjukkkan bahwa jumlah penduduk adalah 13.698 orang, terdiri
dari 6842 orang laki – laki dan 6856 orang perempuan, dengan luas
wilayah 388,8 Ha atau 3,888 km2.
Untuk mengetahui kepadatan penduduk di Desa Puger Kulon
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Kepadatan Penduduk = ( )
= .
,
E
C
A
F
H
D
G
B
= 3523 jiwa/km2
Dari perhitungan dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk
di Desa Puger Kulon adalah 3523 jiwa/km2, hal ini menunjukkan
bahwa setiap 1 km2 luas wilayah Desa Puger Kulon terdapat 3523
jiwa yang tinggal di dalamnya. Berdasarkan kriteria yang digunakan
untuk menghitung kepadatan penduduk menurut Suryanto dan
Haryanto (dalam indrawati, 2010 : 81), kriteria kepadatan penduduk
sebagai berikut :
Dilihat dari kriteria diatas dapat diketahui bahwa di Desa
Puger kulon termasuk dalam kepadatan penduduk sangat padat yaitu
berada pada angka 410 lebih.
2) Desa Kasiyan
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk yang
mendiami suatu wilayah dalam jumlah rata – rata penduduk tiap 1
km2. Berdasarkan data Monografi Desa Kasiyan tahun 2010
menunjukkkan bahwa jumlah penduduk adalah 7748 orang, terdiri
dari 3901 orang laki – laki dan 3847 orang perempuan, dengan luas
wilayah 299,242 Ha atau 2,992 km2.
Untuk mengetahui kepadatan penduduk di Desa Kasiyan
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Kepadatan Penduduk = ( )
= ,
= 2590 jiwa/km2
Dari perhitungan dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk
di Desa Kasiyan adalah 2590 jiwa/km2, hal ini menunjukkan bahwa
setiap 1 km2 luas wilayah Desa Kasiyan terdapat 2590 jiwa yang
tinggal di dalamnya. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk
menghitung kepadatan penduduk menurut Suryanto dan Haryanto
(dalam Indrawati, 2010 : 81), kriteria kepadatan penduduk sebagai
berikut :
Dilihat dari kriteria diatas dapat diketahui bahwa di Desa
Kasiyan termasuk dalam kepadatan penduduk sangat padat yaitu
berada pada angka 410 lebih.
b. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Berdasarkan data monografi Desa Puger kulon dan Desa
Kasiyan tahun 2010 mengenai komposisi penduduk menurut umur
dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin Di Desa Puger Kulon
Kelompok umur
Jenis Kelamin Jumlah %Laki – laki Perempuan
0 – 7 876 862 1783 12,77 – 18 2019 2071 4090 29,818 – 56 3674 3694 7368 53,8> 56 273 229 502 3,7Jumlah 6842 6856 13698 100
Sumber : Data Monografi Desa Puger Kulon Tahun 2010
Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terbanyak menurut golongan umur di Desa Puger Kulon adalah
kelompok umur usia 18 – 56 tahun dengan jumlah 7368 jiwa atau
53,8 %, sedangkan penduduk dengan kelompok umur >56 taun
merupakan kelompok penduduk paling kecil yaitu 502 jiwa atau 3,7
% dari keseluruhan jumlah penduduk di Desa Puger Kulon.
Tabel 4.8 Komposisi Penduduk Menurut Umur Dan Jenis Kelamin Di Desa Kasiyan
Kelompok umur
Jenis Kelamin Jumlah %Laki – laki Perempuan
0 – 7 309 311 620 87 – 18 764 750 1514 19,518 – 56 2503 2503 5006 64,6> 56 325 283 608 7,8Jumlah 3901 3847 7748 100
Sumber : Data Monografi Desa Kasiyan Tahun 2010
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
yang terbanyak menurut golongan umur di Desa Kasiyan adalah
kelompok umur usia 18 – 56 tahun dengan jumlah 5006 jiwa atau
64,6 %, sedangkan penduduk dengan kelompok umur >56 taun
merupakan kelompok penduduk paling kecil yaitu 608 jiwa atau 7,8
% dari keseluruhan jumlah penduduk di Desa Kasiyan.
c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Latar belakang pendidikan yang lebih baik dan lebih tinggi
tentunya merupakan modal yang lebih bagi setiap individu yang
bersangkutan untuk menunjang kesejahteraan yang lebih tinggi.
Pendidikan saat ini sudah menjadi hal yang wajib yang harus
ditempuh oleh setiap orang agar tidak kalah bersaing dengan
masyarakat lain.
Berdasarkan data monografi tahun 2010 mengenai jumlah
penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Puger Kulon dan
Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.9 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Puger Kulon
No Pendidikan Jumlah (jiwa) Prosentase (%)1 Tidak tamat SD 439 3,22 SD 2045 14,93 SMP 17606762 49,34 SMA / SMK 4254 31,15 Perguruan Tinggi 198 1,4Jumlah 13698 100
Sumber : Data Monografi Tahun 2010
Dari tabel 4.9 diketahui bahwa pendidikan yang ditempuh
penduduk Desa Puger kulon terbanyak adalah SMP sebanyak 6762
orang atau 49,3 %. Sedangkan yang paling sedikit adalah perguruan
tinggi sebanyak 198 orang atau 1,4 %.
Tabel 4.10 Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Kasiyan
No Pendidikan Jumlah (jiwa) Prosentase (%)1 Tidak tamat SD 1951 25,12 SD 2019 26,13 SMP 2112 27,34 SMA / SMK 1476 19,15 Perguruan Tinggi 190 2,5Jumlah 7748 100
Sumber : Data Monografi Tahun 2010
Dari tabel 4.10 diketahui bahwa pendidikan yang ditempuh
penduduk Desa Kasiyan terbanyak adalah SMP sebanyak 2112 orang
atau 27,3 %. Sedangkan yang paling sedikit adalah perguruan tinggi
sebanyak 198 orang atau 2,5 %.
d. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Berdasarkan data monografi tahun 2010 mengenai komposisi
penduduk menurut mata pencaharian di Desa Puger Kulon dan Desa
Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 4.11 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Puger Kulon Tahun 2010
No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase
1 Petani 1838 13,42 Buruh Tani 1419 10,33 TKI Perempuan 34 0,24 TKI Laki – laki 16 0,15 PNS 28 0,26 Pengrajin industri rumah tangga 12 0,087 Pedagang Keliling 8 0,058 Peternak 5 0,039 Nelayan 2642 14,910 Montir 4 0,0211 Pembantu rumah tangga 21 0,112 TNI 6 0,0413 POLRI 3 0,0214 Pensiunan TNII/PNS/POLRI 27 0,1915 Sopir 12 0,0816 Tukang Becak 19 0,117 Pekerja disektor industri 4230 30,818 Perkerja disektor perdagangan 3066 22,319 Lain – lain 908 6,6
Jumlah 13698 100Sumber : Data Monografi Desa Puger Kulon
Dari tabel 4.11 menunjukkan komposisi penduduk menurut
mata pencaarian di Desa Puger kulon, dari data dapat dilihat bahwa
mata pencaharian penduduk yang paling banyak adalah pekerka
disektor industri sebanyak 4230 orang atau 30,8 % yang dimaksud
adalah rata – rata sebagai pengusaha dan tenaga kerja batu gamping.
Tabel 4.12 : Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Kasiyan Tahun 2010
No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase
1 Petani 972 12,52 Buruh Tani 2350 30,33 TKI Perempuan 68 0,84 TKI Laki – laki 25 0,35 PNS 54 0,66 Pengrajin industri rumah tangga 485 6,27 Pedagang Keliling 97 1,28 Peternak 246 3,19 Nelayan 44 0,510 Montir 37 0,411 Pembantu rumah tangga 77 0,912 TNI 8 0,113 POLRI 6 0,0714 Pensiunan TNII/PNS/POLRI 29 0,315 Sopir 74 0,916 Tukang Becak 38 0,417 Pekerja disektor industri 1240 1618 Perkerja disektor perdagangan 9 0,119 Lain – lain 1889 24,3
Jumlah 7748 100Sumber : Data Monografi Desa Kasiyan
Dari tabel 4.12 diatas menunjukkan komposisi penduduk
menurut mata pencaarian di Desa Kasiyan, dari data dapat dilihat
bahwa mata pencaharian penduduk yang paling banyak adalah
pekerka disektor industri sebanyak 2350 orang atau 30,3 % yang
dimaksud adalah rata – rata sebagai buruh tani.
6. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini seperti yang telah diuraikan
sebelumnya adalah pengusaha batu gamping, tenaga warung, sopir,
tenaga pengangkut, dan mekanik di Desa Puger kulon dan Desa kasiyan
Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Sebelum menganalisis data maka
disajikan suatu karakteristik responden yang berkaitan dengan variabel
yang akan diteliti.
1) Jenis Kelamin
Suatu kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies
sebagai sarana atau akibat digunakannya proses reproduksi seksual
untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu. Berikut tabel
jenis kelamin pengusaha batu gamping di Desa Puger kulon dan Desa
Kasiyan Kecamatan Puger kabupaten Jember.
Tabel 4.13 : Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pengusaha Industri Batu Gamping Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember
Jenis kelamin
Puger Kulon Kasiyan
F % f %
Laki – laki 39 97,5 24 100Perempuan 1 2,5 0 0Jumlah 40 100 24 100
Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.13, dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis
kelamin pengusaha batu gamping di Desa Puger Kulon adalah rata –
rata laki – laki dengan frekuensi 39 pengusaha atau 97,5 % dan
perempuan dengan frekuensi 1 pengusaha atau 2,5 % sedangkan di
Desa Kasiyan berjenis kelamin laki – laki dengan frekuensi 24
pengusaha atau 100 %.
2) Umur
Suatu satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu
benda atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Umur disini
yaitu umur pengusaha industri batu gamping. berikut tabel umur
pengusaha industri batu gamping di Desa Puger Kulon dan Desa
Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember.
Tabel 4.14 : Distribusi Frekuensi Umur Pengusaha Industri Batu Gamping Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember
Puger Kulon Kasiyan f % f %
20 – 24 0 0 0 025 – 29 0 0 0 030 – 34 1 2,5 0 035 – 39 3 7,5 1 4,240 – 44 5 12,5 2 8,545 – 49 13 32,5 8 33,350 – 54 12 30 9 37,555 – 59 4 10 3 12,560 + 2 5 1 4,2Jumlah 40 100 24 100
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.14 diketahui bahwa pengusaha industri batu
gamping di Desa Puger Kulon rata – rata berumur 45 – 49 tahun.
Dengan frekuensi 13 pengusaha atau 32 %. Sedangkan di Desa
Kasiyan rata – rata berumur 50 – 54 tahun dengan frekuensi 9
pengusaha atau 37 %.
3) Tingkat Pendidikan
Suatu usaha sadar atau terencana untuk mwujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Berikut
tabel tingkat pendidikan pengusaha batu gamping di Desa Puger
Kulon dan Desa Kasiyan.
Tabel 4.15 : Distribusi Tingkat Pendidikan Pengusaha Industri Batu Gamping Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember
Tingkat Pendidikan
Puger kulon Kasiyan f % f %
Tidak Sekolah 2 5 1 4,2SD 15 3,7 10 41,7SMP 14 35 8 33,3SMA 9 22,5 5 20,8Jumlah 40 100 24 100
Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.15 dapat diketahui bahwa rata – rata tingkat
pendidikan terakhir yang ditempuh pengusaha batu gamping berbeda
– beda di Desa Puger Kulon rata – rata tingkat pendidikan pengusaha
adalah tingkat SD (sekolah dasar) dengan frekuensi 15 pengusaha atau
37,5%. Sedangkan di Desa Kasiyan rata – rata tingkat pendidikan
pengusaha adalah SD (sekolah dasar) dengan frekuensi 10 pengusaha
atau 41,7%.
7. Faktor Geografis
Suatu industri tentunya memiliki beberapa pertimbangan untuk
dimana menempatkan suatu industrinya di suatu tempat, hal tersebut
dilakukan utuk mendapatkan lokasi yang tepat guna menunjang kegiatan
industrinya berlangsung. Disamping pertimbangan ketersediaan bahan baku,
ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan bahan bakar, dan lain – lain, perlu
juga difikirkan perihal sarana dan prasarana penunjang, seperti topografi
lokasi, jarak ke bahan baku, kondisi jalan, dan sebagainya.
Dengan demikian akan diuraikan tentang lokasi, jarak, jalan, dan
pola industri batu gamping yang menyebabkan adanya perbedaan
produktifitas di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger
Kabupaten Jember.
a. Lokasi
Dalam penelitian ini lokasi yang ingin diteliti adalah asal atau
tempat tinggal tenaga kerja industri batu gamping di Desa Puger Kulon
dan Desa Kasiyan.
Tabel 4.16 : Asal Tenaga Kerja Industri Batu Gamping di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan
Asal Tenaga Kerja Puger KulonKasiyan
f % f %Dalam Desa 9 11.8 22 51.2
Puger Wetan 16 21.1 0 0.0
Grenden 15 19.7 7 16.3
Mojosari 17 22.4 0 0.0
Mlokorejo 10 13 7 16.3
Lainnya 9 12 7 16,3
Jumlah 76 100.0 43 100.0Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.16 dapat diketahui bahwa rata – rata tenaga kerja
industri batu gamping di Desa Puger Kulon berasal dari mojosari dengan
frekuensi 17 tenaga kerja atau 22,4 %. Sedangkan tenaga kerja industri
batu gamping di Desa Kasiyan mayoritas berasal dari dalam Desa
Kasiyan sendiri dengan frekuensi 22 tenaga kerja atau 51,2 %.
b. Jarak
Salah satu aspek yang perlu sekali difikirkan dalam penentuan
lokasi industri adalah jarak dari lokasi industri menuju tempat bahan
baku berada. Berikut akan diuraikan perihal jarak industri – industri batu
gamping di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan menuju ke satu –
satunya sumber bahan baku kapur yg berada di gunung sadeng.
Tabel 4.17 : Jarak Lokasi Bahan Baku Ke Industri Batu Gamping Di Desa Puger Kulon Dan Desa Kasiyan
Jarak (Km) Puger Kulon Kasiyan
f % f %
0 - 1 0 0 0 0
1,1 - 2 40 100 6 25
2,1 - 3 0 0 18 75
Jumlah 40 100 24 100Sumber : Data Sekunder 2012
Dari tabel 4.17 dapat diketahui bahwa semua industri batu
gamping di Desa Puger Kulon rata – rata berjarak 1,1 – 2 Km menuju
lokasi bahan baku dengan persentase 100 %. Sedangkan industri batu
gamping di Desa Kasiyan rata – rata berjarak 1,1 – 2 Km dengan
frekuensi 6 industri atau 25 % dan mayoritas berjarak rata – rata 2,1 – 3
Km menuju lokasi bahan baku. Dari uraikan diatas dapat disimpulakan
bahwa industri batu gamping yang berada di Desa Puger Kulon lebih
dekat daripada industri batu gamping di Desa Kasiyan.
c. Aksesbilitas
Kondisi suatu jalan tentunya sangat berpengaruh dalam alur
transportasi kegiatan industri, baik dalam mengambil bahan baku atau
mendstribusikan hasil produksinya, kondisi jalan punya andil yang cukup
besar. Hambatan atau kelancaran yang dialami industri batu gamping di
Desa Puger kulon dan Desa Kasiyan dapat diketahui dari kondisi jalan
yang ada di masing – masing desa tersebut.
Dalam penelitian ini variabel jalan dimaksudkan untuk
mengetahui kondisi, baik atau rusaknya jalan yang ada. Jalan yang
dimaksud terbagi menjadi jalan aspal, jalan makadam, jalan tanah, jalan
sirtu, dan jalan semen/beton. Berikut adalah rincian jalan dan kondisinya
di masing – masing desa.
Tabel 4.18 : Kondisi Jalan Kelurahan/Desa Puger Kulon
Jenis Jalan Baik (Km) Rusak (Km)
Jalan Aspal 25 0,25Jalan Makadam 0,4 0,2Jalan Tanah 1 0,5Jalan Sirtu - -Jalan Semen/Beton 3 0,7Sumber : Profil Desa 2012
Tabel 4.19 : Kondisi Jalan Kelurahan/Desa Kasiyan
Jenis Jalan Baik (Km) Rusak (Km)
Jalan Aspal 2,26 -Jalan Makadam 2 1,6Jalan Tanah 1,4 0,5Jalan Sirtu 1 0,5Jalan Semen/Beton - -Sumber : Profil Desa 2012
Dari tabel 4.18 dan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa Desa Kulon
memiliki jalan aspal yang cukup panjang dibanding Desa Kasiyan. Hal
tersebut dapat diartikan bahwa sarana jalan di Desa Puger Kulon lebih
memadai untuk transporatasi kendaraan industri batu gamping.
d. Pola
Orientasi berdirinya suatu industri tentunya bermacam – macam.
Ada yang mengelompok seperti aglomerasi industri yang salah satunya
bertujuan untuk meminimalisir dampak limbah, lalu ada yang yang
berorientasi berdiri di sekitar jalan raya untuk memudahkan sarana
transportasi.
Dalam penelitian ini, pola lokasi berdirinya industri yang ada di
Desa Puger kulon dan Desa Kasiyan adalah berpola mengelompok.
Rumus : T =
T = indeks penyebaran tetangga terdekat
Ju = jarak rata – rata dari titik satu ke titik lain
Jh = jarak rata – rata andaikata semua titik mempunyai pola
random
- Puger Kulon
T = ,,
T = 0,280
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa nilai T = 0,280, maka pola
persebaran industri batu gamping di Desa Puger Kulon digolongkan
dalam pola mengelompok/clustered.
- Kasiyan
T = ,,
T = 0,805
Dari ketentuan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai T =
0,805, maka pola persebaran industri batu gamping di Desa Kasiyan
digolongkan dalam pola mengelompok/clustered.
Dari analisis tetangga terdekat yang dilakukan dapat diketahui
bahwa pola persebaran industri batu gamping di Desa Puger Kulon dan
Desa Kasiyan adalah berpola mengelompok. Pola tersebut memang
sengaja diterapkan oleh pemilik usaha untuk meminimalisir sejumlah
pengeluaran dan efisiensi dalam transportasi, tenaga kerja, dan tempat
penyimpanan kayu.
8. Karakteristik Industri Batu Gamping Di Desa Puger Kulon Dan Desa
Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember
Industri batu gamping di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan yang
sebagian besar merupakan industri kecil dan menengah dalam kegiatan
usahanya tidak lepas dari masalah – masalah yang dihadapi. Masalah yang
sering dihadapi antara lain masalah modal, bahan baku, bahan bakar, tenaga
kerja, dan pemasaran.
Dengan demikian akan diuraikan tentang besar faktor modal, bahan
baku, bahan bakar, tenaga kerja, dan pemasaran dalam mendukung
kemajuan industri batu gamping di Desa Puger kulon dan Desa Kasiyan.
a. Modal
Modal dalam penelitian ini adalah tersedianya semua biaya yang
diperlukan oleh pengusaha dalam kegiatan industri batu gamping di Desa
Puger kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember
untuk satu kali proses produksi berupa pembelian input dalam satuan
rupiah. Pengeluaran rutin diantaranya, pengeluaran untuk membeli bahan
baku, bahan bakar, tenaga kerja, ongkos pemasaran, dan biaya lain – lain.
Tabel 4.20 : Besar Modal Industri Batu Gamping di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan
Modal Puger Kulon Kasiyan f % f %
< 10.000.000 0 0 4 16,710.000.000 – 15.000.000 3 7,5 5 20,815.100.000 – 20.000.000 9 22,5 7 29,220.100.000 – 25.000.000 28 70 8 33,3>25.000.000 0 0 0 0Jumlah 40 100 24 100
Sumber : Data Primer 2013
Ketersedian modal dalam industri gamping menentukkan jadi
atau tidaknya proses produksi batu gamping. Produksi batu gamping
dengan modal yang minim atau setengah – setengah, keberhasilan dan
kualitas dari pembakaran batu gamping akan buruk pula. Modal yang
dibutuhkan pengusaha batu gamping gunanya untuk membeli bahan baku
berupa batu kapur, bahan bakar berupa kayu, memberi upah tenaga kerja
dan ongkos pemasaran batu gamping.
Pengusaha batu gamping di Desa Puger kulon dalam proses
produksinya minimal membutuhkan modal sebesar Rp 10.000.000 –
15.000.000 dengan frekuensi 28 pengusaha atau 7,5 % dalam satu kali
proses produksi dan sebagian besar membutuhkan modal sebesar Rp
20.100.000 – 25.000.000 sebagian besar modalnya sebesar atau 70 %.
Sedangkan di Desa Kasiyan dalam proses produksinya minimal
membutuhkan modal sebesar kurang dari Rp 10.000.000 dengan
frekuensi 4 pengusaha atau 16,7 % dan sebagian besar membutuhkan
modal sebesar Rp 21.000.000 – 25.000.000 dengan frekuensi 8
pengusaha atau 33,3 %.
b. Bahan Baku
Dalam mendapatkan bahan baku berupa batu kapur untuk industri
batu gamping, pengusaha tidak mengalami kesulitan dalam
mendapatkannya, karena lokasi bahan baku yang relatif dekat dengan
industri serta alat transportasi yang sudah modern.
Dalam variabel bahan baku ini adalah cadangan batu kapur yang
terkandung di gunung Sadeng Kecamatan Puger Kabupaten Jember. Dari
dari yang peneliti peroleh menunjukkan bahwa cadangan batu kapur
gunung sadeng sebesar 475.800.000 ton.
c. Bahan Bakar
Bahan bakar merupakan faktor yang sangat penting dalam proses
produksi industri batu gampng. Ketersediaan bahan bakar menjadi salah
satu faktor yang sangat berpengaruh dalam hasil dari batu gamping.
bahan bakar yang digunakan industri batu gamping berupa kayu.
Tabel 4.21 : Jumlah Bahan Bakar Per Produksi Industri Batu Gamping Di Desa Puger Kulon Dan Desa Kasiyan
Jumlah kayu(m3)
Puger Kulon Kasiyan f % f %
< 100 0 0 0 0100 – 150 2 5 4 16151 – 200 9 22,5 10 41,6201 – 250 29 72,5 10 41,6>250 0 0 0 0Jumlah 40 100 24 100
Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.21 dapat diketahui industri batu gamping di Desa
Puger Kulon mayoritas menggunakan kayu sebanyak 201 – 250 m3
dengan frekuensi 29 pengusaha atau 72,5 %. Sedangkan industri batu
gamping di Desa Kasiyan rata – rata menggunakan kayu sebanyak 151 –
200 m3 dan 201 – 250 m3 dengan frekuensi 10 pengusaha atau 41,6 %.
Kayu sebagai bahan bakar pertama dan utama dalam pembakaran
batu gamping. Dalam penyediaan kayu harus memperhatikan dari
kuantitas dan kondisi kayu. Jumlah kayu yang disediakan harus
mencukupi kebutuhan dari proses pembakaran sampai batu gamping
matang sempurna.
Pasokan kayu untuk industri batu gamping di Desa Puger Kulon
dan Desa Kasiyan tidak hanya terbatas dalam lingkup Kabupaten Jember
semata. Pengusaha biasanya membeli kayu – kayu tersebut dari wilayah
Kabupaten lain seperti Lumajang, Bondowoso, dan Banyuwangi. Jenis
kayunya pun beragam, dari kayu bekas gergaji, triplek ,rambutan, asem,
dan lain sebagainya.
d. Pemasaran
Luas jangkauan pemasaran dalam penelitian ini merupakan
jangkauan pemasaran hasil produksi industri batu gamping yang dihitung
berdasarkan rata – rata jarak tempat mana saja jangkauan pemasaran
batu gamping Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan. Untuk lebih
detailnya akan dijelaskan dalam tabel – tabel berikut.
Tabel 4.22 : Luas Jangkauan Pemasaran Industri Batu Gamping Desa Puger kulon
No.
Rata – Rata JarakPemasaranPuger Kulon Kasiyan
1 128 77.252 128 77.253 101 674 128 675 133 77.256 133 07 116 678 128 09 101 67
10 128 101.811 128 101.812 133 101.8
13 116 101.814 128 101.815 133 0
16 101 6717 116 6718 101 019 116 77.25
20 128 101.821 133 022 128 67
23 116 101.8
24 116 101.825 116
26 133
27 116
28 116
29 128
30 128
31 116
32 128
33 116
34 128
35 101
36 133
37 116
38 101
39 116
40 101Sumber : Data Primer 2013
Kebutuhan akan komoditas batu gamping yang cukup luas
memberikan peluang pengusaha untuk meningkatkan produksi batu
gampingnya dan mendistribusikan produknya ke berbagai wilayah di
Jawa Timur. Dari tabel 4.20 diatas dapat diketahui bahwa semua
pengusaha industri batu gamping di Desa Puger Kulon mayoritas
memasarkan hasil produksinya ke luar Kabupaten jember, seperti
Lumajang, Probolinggo, Pasuruan, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi,
Malang, Sidoarjo, dan Bali.
Sedangkan untuk pengusaha industri batu gamping di Desa
Kasiyan mayoritas memasarkan hasil produksinya ke luar Kabupaten
Jember seperti Lumajang, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso,dan
Banyuwangi dengan frekuensi 19 pengusaha, selain itu ada 5 pengusaha
yang memasarkan hasil produksinya hanya di dalam wilayah Kabupaten
Jember.
e. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan faktor penting yang menentukan
produksi industri batu gamping. Tugas tenaga kerja dalam pengolahan
batu gamping adalah memasukkan kayu sebagai bahan bakar utama
kedalam tungku pembakaran. Ketersediaan tenaga kerja dalam penelitian
ini adalah lama bekerja tenaga kerja yang tersedia dan terserap dalam
idsutri batu gamping.
Data tentang lama kerja tenaga kerja di suatu industri batu
gamping di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan dapat diketahui dari
hasil wawancara dengan tenaga kerja sendiri, sehingga dapat diperoleh
data lama bekerja para tenaga kerja di suatu perusahaan batu gamping,
lalu diambil rata – rata lama bekerja semua tenaga kerja yang ada di
suatu perusahaan batu gamping.
Tabel 4.23 : Lama Bekerja Tenaga kerja Industri Batu Gamping di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan
Lama Bekerja (tahun) Puger Kulon Kasiyan f % f %
0 – 5 0 0 8 33,36 – 10 19 47,5 1 41,211 – 15 13 32,5 8 33,316 – 20 8 20 7 29,2>20 0 0 0 0Jumlah 40 100 24 100
Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.23 diatas dapat diketahui bahwa lama bekerja tenaga
kerja industri batu gamping di Desa Puger kulon rata – rata adalah 6 – 10
tahun dengan frekuensi 19 industri atau 47,5 %. Sedangkan di Desa
Kasiyan rata – rata tenaga kerjanya lama bekerja di industri batu gamping
selama 0 – 5 dan 11 – 15 tahun dengan frekuensi 33,3 %.
66
f. Produktivitas
Untuk mengetahui produktivitas lahan pada batu gamping akan
digunakan analisis pendapatan industri batu gamping yang membutuhkan
dua data pokok yaitu data pemasukan dan data pengeluaran selama satu
kali proses produksi batu gamping. Untuk mendapatkan data penerimaan
maka harus dilakukan perhitungan terhadap harga jual batu gamping dan
jumlah batu gamping yang diproduksi oleh masing-masing industri per
satu kali proses produksi. Produktifitas dalam penelitian ini merupakan
kemampuan pengusaha untuk menghasilkan barang berupa hasil produksi
per satuan modal dalam satuan persen (%).
Tabel 4.24 : Tabel Produktifitas industri batu gamping per Sekali Produksi yang Diterima Pengusaha di Desa Puger Kulon
No. Kapasitas Produksi (Ton) Pengeluaran (Rp) Pemasukan (Rp) Produktifitas (%)1 35 21890000 24500000 111.922 35 21950000 24500000 111.623 15 10000000 10500000 105.004 35 21950000 24500000 111.625 30 20100000 21000000 104.486 25 13250000 17500000 132.087 30 19600000 21000000 107.148 30 20090000 21000000 104.539 30 11350000 21000000 185.02
10 35 22390000 24500000 109.4211 35 22000000 24500000 111.3612 30 20800000 21000000 100.9613 30 20000000 21000000 105.0014 25 13000000 17500000 134.6215 35 22300000 24500000 109.8716 25 16950000 17500000 103.2417 30 19300000 21000000 108.8118 25 16450000 17500000 106.3819 30 18500000 21000000 113.5120 35 22500000 24500000 108.8921 35 21200000 24500000 115.5722 25 14700000 17500000 119.0523 30 19200000 21000000 109.3824 30 18500000 21000000 113.5125 30 19750000 21000000 106.3326 35 21400000 24500000 114.4927 30 20500000 21000000 102.4428 30 19300000 21000000 108.8129 25 15350000 17500000 114.0130 30 20500000 21000000 102.4431 30 19400000 21000000 108.25
32 35 22000000 24500000 111.3633 30 18300000 21000000 114.7534 35 22750000 24500000 107.6935 25 15400000 17500000 113.6436 35 21800000 24500000 112.3937 30 19600000 21000000 107.1438 25 13400000 17500000 130.6039 25 15100000 17500000 115.8940 25 16800000 17500000 104.17
Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.24 dapat diketahui bahwa besaranya produktifitas
yang dimiliki industri batu gamping di Desa Puge Kulon berada diatas
100 % dengan rata – rata 112,9 %, dengan produktifitas tertinggi sebesar
185,02 % dan terendah sebesar 102,44 %.
Tabel 4.25 : Tabel Produktifitas Industri Batu Gamping Per Sekali Produksi Yang Diterima Pengusaha Di Desa Kasiyan
No. Kapasitas Produksi (Ton) Pengeluaran (Rp) Pemasukan (Rp) Produktiitas 1 10 6700000 7000000 104.482 10 6500000 7000000 107.693 35 21500000 24500000 113.954 30 19400000 21000000 108.255 10 6000000 7000000 116.676 30 19300000 21000000 108.817 25 15350000 17500000 114.018 10 6500000 7000000 107.699 30 17400000 21000000 102.69
10 35 22000000 24500000 111.3611 30 17300000 21000000 121.3912 35 22750000 24500000 107.6913 10 6500000 7000000 107.6914 25 15400000 17500000 113.6415 25 13300000 17500000 131.5816 25 13400000 17500000 103.6017 35 22500000 24500000 108.8918 10 6800000 7000000 102.9419 10 6700000 7000000 104.4820 25 15400000 17500000 113.6421 30 19800000 21000000 106.0622 30 19600000 21000000 107.1423 25 13000000 17500000 104.6224 10 6700000 7000000 104.48
Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.25 dapat diketahui bahwa produktifitas industri batu
gamping di Desa Kasiyan diatas 100 % dengan rata – rata sebesar 109,1
%, dengan produktifitas tertinggi sebesar 131,58 % dan terendah sebesar
102,69 %.
9. Pengaruh Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas
Industri Batu Gamping
Produktifitas industri batu gamping merupakan kemampuan
industri batu gamping untuk menghasilkan batu gamping dalam sekali
proses pembakaran. Dalam proses produksinya batu gamping memerlukan
sesuatu yang mendukung keberhasilan proses produksinya sepertinya
halnya bahan baku, tenaga kerja dan bahan bakar.
a. Desa Puger Kulon
Untuk mengetahui tentang faktor – faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap produktifitas batu gamping pada industri di Desa
Puger Kulon digunakan metode regresi linier ganda yang dibantu dengan
SPSS.
Tabel 4.26 : Tabel Hasil Uji Regresi Linier Berganda Keeratan Hubungan Antara Variabel Bebas (X) Terhadap Variabel Produktivitas Batu Gamping (Y) Di Desa Puger Kulon
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .837a .700 .656 2.878 2.359
a. Predictors: (Constant), Bahan_Baku, Modal, Tenaga_Kerja, Pemasaran, Bahan_Bakar
b. Dependent Variable: Produktivitas
Dari tabel 4.26 dapat diketahui bahwa angka korelasi antara
modal, tenaga kerja, bahan baku, bahan bakar, dan pemasaran dengan
produktivitas industri batu gamping sebesar 0,837. Hal tersebut
menunjukkan terdapat hubungan kuat antara variabel bebas dengan
produktivitas industri batu gamping. Nilai Adjusted R square 0,656 dapat
diartikan bahwa hasil perhitungan cukup kuat, sehingga hasil penelitian
ini dapat digunakan.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap
produktivitas industri batu gamping adalah dengan melihat nilai R Square
atau dengan menghitung koefisien determinasinya, yaitu:
Koefisien Determinasi = r2 x 100 %
= 0,8372 x 100 %
= 70,1%
Angka koefisien determinasi menunjukkan bahwa besarnya
pengaruh variabel modal, tenaga kerja, bahan baku, bahan bakar, dan
pemasaran dengan produktivitas batu gamping sebesar 70,1 %,
sedangkan 29,9 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel modal,
tenaga kerja, bahan baku, bahan bakar, dan pemasaran.
Tabel 4.27 : Tabel Hasil Uji Regresi Linier Berganda Variabel Bebas (X) Terhadap Variabel Produktivitas (Y) Industri Batu Gamping Di Puger Kulon
No Variabel Bebas Sig (p)1 Modal 0,0000003874 0,0382 Bahan Bakar 0,107 0,0213 Pemasaran 0,046 0,0174 Tenaga Kerja 0,110 0,3845 Bahan Baku 0,004 0,060
Konstanta -14,325 0,066Sumber : Data Primer 2013
Dari hasil uji regresi linier berganda menggunakan SPSS
diketahui bahwa semua variabel tidak berpengaruh terhadap
produktivitas industri batu gamping, seperti diuraikan sebagai berikut :
1. Modal (X1)
Nilai = 0,0000003874, nilai p = 0,038 < (0,05), artinya ada
pengaruh antara modal terhadap produktivitas industri batu gamping.
2. Bahan Bakar (X2)
Nilai = 0,107, nilai p = 0,021 < (0,05), artinya ada pengaruh
antara bahan bakar terhadap produktivitas industri batu gamping.
3. Pemasaran (X3)
0,046, nilai p = 0,017 < (0,05), artinya ada pengaruh
antara pemasaran terhadap produktivitas industri batu gamping.
4. Tenaga Kerja (X4)
Nilai = 0,110, nilai p = 0,384 > (0,05), artinya tidak ada
pengaruh antara tenaga kerja terhadap produktivitas industri batu
gamping.
5. Bahan Baku (X5)
0,004, nilai p = 0,060 > (0,05), artinya tidak ada
pengaruh antara bahan baku terhadap produktivitas industri batu
gamping.
Berdasarkan keterangan diatas dapat diketahui bahwa tidak ada
pengaruh dari faktor – faktor diatas terhadap produktivitas industri batu
gamping di Desa Puger Kulon.
Berdasarkan tabel 4.33 didapatkan model :
Y = b0 + b1 x1+ b2 x2 + ….+ bn xn
Produktivitas industri batu gamping Desa Puger Kulon =
0,0000003874 (modal) + 0,107 (bahan bakar) + 0,046 (pemasaran) + 0,110 (tenaga kerja) + 0,004 (bahan baku)
Tabel 4.28 : Tabel Hasil Uji Normalitas Di Desa Puger Kulon
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Modal Bahan_Bakar Pemasaran Tenaga_Kerja Produktivitas Bahan_Baku
N 40 40 40 40 40 40
Normal Parametersa
Mean 2.08E7 204.00 120.25 13.88 29.50 1685.00
Std. Deviation
3.302E6 21.962 11.033 3.838 4.909 224.808
Most Extreme Differences
Absolute .172 .308 .259 .269 .241 .196
Positive .116 .169 .150 .269 .184 .145
Negative -.172 -.308 -.259 -.190 -.241 -.196
Kolmogorov-Smirnov Z 1.087 1.946 1.637 1.699 1.521 1.237
Asymp. Sig. (2-tailed) .188 .001 .009 .006 .020 .094
a. Test distribution is Normal.
Dari tabel 4.28 dapat diketahui uji normalitas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal.
Tabel 4.29 : Tabel Hasil Uji Multikolinieritas Menggunakan Uji Regresi Linier Ganda Di Desa Puger Kulon
Variabel Bebas Collinearity StatisticsTolerance VIF
Modal .080 12.535Bahan Bakar .065 15.318Pemasaran .495 2.022Tenaga Kerja .929 1.077Bahan Baku .978 1.022
Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.29 dapat diketahui bahwa nilai VIF dan TOC yang
dapat menunjukkan hasil multikolinieritas. Dalam analisis regresi linier
ganda harus dilakukan uji multikolinieritas untuk menghindari terjadinya
korelasi yang kuat antar variabel bebas. Asumsi multikolinieritas bila
nilai VIF (variance inflating factor) < 10. Dan nilai TOC (Tolerance)
mendekati angka 1 (Widarjono, 2009:10). Hasil uji kolinieritas pada tabel
4.35 menunjukkan bahwa mayoritas variabel independen pada penelitian
ini memiliki nilai VIF kurang dari 10 dan nilai TOC kurang dari 1 maka
dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi hubungan
linier antar variabel independen yaitu bahan baku, tenaga kerja, dan
pemasaran di dalam model regresi.
Tabel 4.30 : Tabel Hasil Uji Heterokedastitas Menggunakan Uji Regresi Linier Ganda Di Puger Kulon
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 18.952 4.731 4.005 .000
Modal 1.438E-7 .000 .221 .463 .646
Bahan_Bakar -.053 .052 -.538 -1.020 .315
Pemasaran -.006 .037 -.029 -.153 .880
Tenaga_Kerja -.161 .078 -.288 -2.062 .047
Bahan_Baku -.004 .001 -.416 -3.052 .004
a. Dependent Variable: Abresid1
Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.30 dapat diketahui bahwa nilai p yang dapat
menunjukkan hasil uji heteroskedastisitas. Dalam analisis regresi linier
ganda harus dilakukan uji heterokedasitias untuk mengetahui bahwa
varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain
tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan
dengan nilai yang tak sama antar satu varians dari residual. Asumsi
heterokedastisitas bila nilai p
tabel 4.35 menunjukkan variabel independen yaitu modal, bahan bakar,
dan pemasaran memiliki nilai p
bahwa secara umum dalam model regresi ini tidak terjadi gejala
heterokedastisitas.
b. Desa Kasiyan
Untuk mengetahui tentang faktor – faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap produktifitas batu gamping pada industri di
Kasiyan digunakan metode regresi linier ganda yang dibantu dengan
SPSS.
Tabel 4.31 : Tabel Hasil Uji Regresi Linier Berganda Keeratan Hubungan Antara Variabel Bebas (X) Terhadap Variabel Produktivitas Batu Gamping (Y) Di Desa Kasiyan
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .764a .630 .510 2.958 1.834
a. Predictors: (Constant), Tenaga_Kerja, Bahan_Baku, Bahan_Bakar, Pemasaran,
Modal
b. Dependent Variable: ProduktivitasSumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.31 dapat diketahui bahwa angka korelasi antara
modal, tenaga kerja, bahan baku, bahan bakar, dan pemasaran dengan
produktivitas industri batu gamping sebesar 0,764. Hal tersebut
menunjukkan terdapat hubungan kuat antara variabel bebas dengan
produktivitas industri batu gamping. Nilai Adjusted R square 0,630
dapat diartikan bahwa hasil perhitungan sangat kuat, sehingga hasil
penelitian ini dapat digunakan.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap
produktivitas industri batu gamping adalah dengan melihat nilai R
Square atau dengan menghitung koefisien determinasinya, yaitu:
Koefisien Determinasi = r2 x 100 %
= 0,7642 x 100 %
= 58,4%
Angka koefisien determinasi menunjukkan bahwa besarnya
pengaruh variabel modal, tenaga kerja, bahan baku, bahan bakar, dan
pemasaran dengan produktivitas batu gamping sebesar 58,4 %,
sedangkan 41,6 % dipengaruhi oleh faktor lain diluar variabel modal,
tenaga kerja, bahan baku, bahan bakar, dan pemasaran.
Tabel 4.32 : Tabel Hasil Uji Regresi Linier Berganda Variabel Bebas (X) Terhadap Variabel Produktivitas (Y) Industri Batu Gamping Di Kasiyan
No Variabel Bebas Sig (p)Modal 0,000001334 0,043Bahan Baku 0,000 0,905Bahan Bakar 0,081 0,014Pemasaran 0,020 0,267Tenaga Kerja -0,097 0,364
Konstanta -13,792 0,381Sumber : Data Primer 2013
Dari hasil uji regresi linier berganda menggunakan SPSS
diketahui bahwa semua variabel tidak berpengaruh terhadap
produktivitas industri batu gamping, seperti diuraikan sebagai berikut :
1. Modal (X1)
Nilai = 0,000001334, nilai p = 0,043< (0,05), artinya ada
pengaruh antara modal terhadap produktivitas industri batu gamping.
2. Bahan Baku (X2)
Nilai = 0,000, nilai p = 0,905> (0,05), artinya tidak ada
pengaruh antara bahan baku terhadap produktivitas industri batu
gamping.
3. Bahan Bakar (X3)
0,081, nilai p = 0,014 < (0,05), artinya ada pengaruh
antara pemasaran terhadap produktivitas industri batu gamping.
4. Pemasaran (X4)
Nilai = 0,020, nilai p = 0,267 > (0,05), artinya tidak ada
pengaruh antara tenaga kerja terhadap produktivitas industri batu
gamping.
5. Tenaga Kerja (X5)
-0,097, nilai p = 0,364 > (0,05), artinya tidak ada
pengaruh antara bahan baku terhadap produktivitas industri batu
gamping.
terbalik, dimana ketika variabel biaya tenaga kerja dinaikkan maka
variabel produktivitas batu gamping akan turun sebesar 0,097.
Berdasarkan keterangan diatas dapat diketahui bahwa diantara
faktor – faktor diatas yang paling berpengaruh terhadap produktivitas
industri batu gamping di Desa Kasiyan adalah faktor modal dengan nilai
beta 0,000001334.
Berdasarkan tabel 4.33 didapatkan model :
Y = b0 + b1 x1+ b2 x2 + ….+ bn xn
Produktivitas industri batu gamping Desa Puger Kulon =
0,000001334 (modal) + 0,081 (bahan bakar) + 0,020 (pemasaran) - 0,097
(tenaga kerja) + 0,000 (bahan baku)
Tabel 4.33 : Tabel Hasil Uji Normalitas Di Desa Kasiyan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Modal Bahan_Baku Bahan_Bakar Pemasaran Tenaga_Kerja Produktivitas
N 24 24 24 24 24 24
Normal Parametersa
Mean 16714583.33 2245.83 186.88 66.3500 12.92 22.92
Std. Deviation
5513589.519 230.272 27.616 37.61558 6.241 9.882
Most Extreme Differences
Absolute .131 .204 .215 .299 .256 .250
Positive .106 .204 .182 .173 .231 .238
Negative -.131 -.143 -.215 -.299 -.256 -.250
Kolmogorov-Smirnov Z .639 .999 1.056 1.463 1.253 1.226
Asymp. Sig. (2-tailed) .808 .271 .215 .028 .087 .099
a. Test distribution is Normal.
Dari tabel dapat diketahui uji normalitas menunjukkan bahwa
data berdistribusi normal.
Tabel 4.34 : Tabel Hasil Uji Multikolinieritas Menggunakan Uji Regresi Linier Ganda Di Desa Kasiyan
Variabel Bebas Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Modal .033 29.963
Bahan Bakar .863 1.159
Pemasaran .034 29.711
Tenaga Kerja .914 1.094
Bahan Baku .902 1.108Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.34 dapat diketahui bahwa nilai VIF dan TOC yang
dapat menunjukkan hasil multikolinieritas. Dalam analisis regresi linier
ganda harus dilakukan uji multikolinieritas untuk menghindari terjadinya
korelasi yang kuat antar variabel bebas. Asumsi multikolinieritas bila
nilai VIF (variance inflating factor) < 10. Dan nilai TOC (Tolerance)
mendekati angka 1 (Widarjono, 2009:10). Hasil uji kolinieritas pada tabel
4.35 menunjukkan bahwa mayoritas variabel independen pada penelitian
ini memiliki nilai VIF kurang dari 10 dan nilai TOC kurang dari 1 maka
dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi ini tidak terjadi hubungan
linier antar variabel independen yaitu bahan bakar, tenaga kerja, dan
bahan baku di dalam model regresi
Tabel 4.35 : Tabel Hasil Uji Heterokedastitas Menggunakan Uji Regresi Linier Ganda Di Kasiyan
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 14.278 8.425 1.695 .107
Modal 4.102E-7 .000 1.363 1.222 .238
Bahan_Baku .000 .002 -.032 -.147 .885
Bahan_Bakar -.090 .067 -1.501 -1.351 .193
Pemasaran -.003 .009 -.071 -.334 .743
Tenaga_Kerja -.122 .057 -.457 -2.132 .047
a. Dependent Variable: Abresid
Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.35 dapat diketahui bahwa nilai p yang dapat
menunjukkan hasil uji heteroskedastisitas. Dalam analisis regresi linier
ganda harus dilakukan uji heterokedasitias untuk mengetahui bahwa
varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain
tidak memiliki pola tertentu. Pola yang tidak sama ini ditunjukkan
dengan nilai yang tak sama antar satu varians dari residual. Asumsi
heterokedastisitas bila nilai p
tabel 4.35 menunjukkan bahwa variabel independen yaitu modal, bahan
bakar, bahan baku, dan pemasaran memiliki nilai p
dapat disimpulkan bahwa secara umum dalam model regresi ini tidak
terjadi gejala heterokedastisitas.
10. Dampak Industri Batu Gamping Terhadap Kondisi Ekonomi Tenaga Kerja Desa Puger Kulon Dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember
Keberadaan suatu industri pasti membawa dampak penting bagi
masyarakat sekitarnya, baik pada aspek sosial, ekonomi, fisik maupun
budayanya. Dengan keberadaan suatu industri tentunya akan
meningkatkan taraf hidup para pekerja maupun masyarakat sekitar.
Masyarakat sekitar industri juga akan mendapatkan keuntungan secara tak
langsung dari kegiatan industri yang berjalan. Keuntungan secara tak
langsung yang dimaksud adalah dengan membuka usaha – usaha yang bisa
dikatakan menunjang menunjang kegiatan industri, khususnya industri
batu gamping. Usaha – usaha tersebut meliputi tenaga pengangkut batu
kapur, sopir, tenaga warung, dan tenaga mekanik.
Dalam penelitian ini akan diuraikan tentang perbedaan dampak
sosial yang terjadi pada tenaga kerja yang meliputi tenaga pengangkut batu
kapur, sopir, tenaga warung, dan tenaga mekanik yang ada di Desa Puger
Kulon dengan Desa Kasiyan.
a. Karakteristik Tenaga Kerja Industri Batu Gamping Di Desa Puger Kulon Dan Desa Kasiyan
Karakteristik meliputi umur dan jenis kelamin tenaga kerja yang
ada di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan.
1) Jenis Kelamin
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti saat wawancara yang
dilakukan pada para tenaga kerja mengenai jenis kelamin dapat dilihat
pada tabel dibawah.
Tabel 4.36 : Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Tenaga Kerja
jenis kelamin Puger Kulon Kasiyan
f % f %
laki -laki 20 80 20 80
Perempuan 5 20 5 20
Jumlah 25 100 25 100Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.36 dapat diketahui bahwa mayoritas tenaga kerja di
Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan berjenis kelamin laki – laki.
2) Umur
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti saat wawancara yang
dilakukan pada para tenaga kerja mengenai umur dapat dilihat pada tabel
dibawah.
Tabel 4.37 Distribusi Frekuensi Jenis Umur Tenaga Kerja
umurPuger Kulon Kasiyan
f % f %
20 - 25 0 0 0 0
25 - 30 3 12 3 12
30 - 35 9 36 12 48
35 - 40 7 28 6 24
>40 6 24 4 16
Jumlah 25 100 25 100Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.37 dapat diketahui bahwa umur tenaga kerja di Desa
Puger Kulon dan Desa Kasiyan rata – rata berusia 30 – 35 tahun.
b. Kondisi Ekonomi
Jenis pekerjaan yang tersedia di negara Indonesia, salah satunya
yang mayoritas penduduknya tekuni adalah sebagai petani, akan tetapi
seiring kemajuan zaman profesi petani dianggap tidak lagi sebagai
profesi yang potensial untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan
ekonomi. Penghasilan yang tinggi adalah faktor penarik bagi seseorang
untuk berpindah mengeluti suatu usaha atau pekerjaan di sektor industri
dan perdagangan.
Dalam kaitannya usaha – usaha masyarakat sebagai penunjang
keberadaan industri batu gamping yang ada di Desa Puger Kulon dan
Desa Kasiyan berikut dijelaskan penghasilan dari tenaga kerja di Desa
Puger Kulon dan Desa Kasiyan.
1) Tenaga Warung
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti saat wawancara
yang dilakukan pada para tenaga kerja mengenai penghasilan dapat
dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 4.38 : Penghasilan Tenaga Warung di Desa Puger Kulon dan
Desa Kasiyan
No.
Puger Kulon Kasiyan
(Rp) (Rp)
1 400000 300000
2 500000 400000
3 550000 400000
4 450000 500000
5 600000 400000
Rata - rata 500.000 400.000Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.38 dapat diketahui bahwa tenaga warung di Desa
Puger Kulon rata – rata memperoleh penghasilan Rp 500.000 per
bulan. Sedangkan di Desa Kasiyan tenaga warungnya berpenghasilan
Rp 400.000 perbulan dari usaha warungnya.
2) Mekanik
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti saat wawancara
yang dilakukan pada para tenaga kerja mengenai penghasilan dapat
dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 4.39 : Penghasilan Tenaga Mekanik di Desa Puger Kulon
dan Desa Kasiyan
No. Puger Kulon Kasiyan
(Rp) (Rp)
1 1500000 500000
2 900000 750000
3 1000000 1000000
4 1300000 650000
5 1500000 650000
Rata - rata 1.240.000 710.000Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.39 dapat dilihat bahwa tenaga kerja profesi
mekanik atau bengkel di Desa Puger Kulon berpenghasilan rata –
rata Rp 1.240.000 per bulan. Sedangkan di Desa Kasiyan tenaga
mekaniknya berpenghasilan rata – rata Rp 710.000 per bulan.
3) Tenaga Pengangkut
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti saat wawancara
yang dilakukan pada para tenaga kerja mengenai penghasilan dapat
dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 4.40 : Penghasilan Tenaga Pengangkut di Desa Puger Kulon
dan Desa Kasiyan
No. Puger Kulon Kasiyan
(Rp) (Rp)
1 700000 700000
2 500000 500000
3 600000 600000
4 600000 600000
5 650000 650000
6 700000 700000
7 750000 750000
8 700000 700000
9 650000 650000
10 600000 500000
Rata - rata 645.000 635.000Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.40 dapat diketahui bahwa penghasilan tenaga
pengangkut batu gamping di Desa Puger Kulon tiap bulannya rata –
rata berpenghasilan Rp 645.000. Sedangkan di Desa Kasiyan para
tenaga pengangkut rata – rata berpenghasilan Rp 635.000 per bulan.
4) Sopir
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti saat wawancara
yang dilakukan pada para tenaga kerja mengenai penghasilan dapat
dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 4.41 : Penghasilan Sopir di Desa Puger Kulon dan Desa
Kasiyan
No. Puger Kulon Kasiyan
(Rp) (Rp)
1 1200000 900000
2 1300000 1000000
3 900000 1000000
4 1000000 1200000
5 1000000 1000000
Rata - rata 1.080.000 1.020.000Sumber : Data Primer 2013
Dari tabel 4.41 dapat diketahui bahwa penghasilan sopir truck
pengangkut batu gamping di Desa Puger kulon rata – rata Rp
1.080.000 per bulan. Sedangkan tenaga sopir di Desa Kasiyan
berpenghasilan Rp 1.020.000 perbulan.
c. Dampak Industri Batu Gamping Di Desa Puger Kulon Dan Desa Kasiyan Terhadap Penghasilan Tenaga Kerja
Pengaruh industri batu gamping yang dirasakan masyarakat
sekitar industri cukup membantu masyarakat untuk meningkatkan taraf
ekonomi rumah tangganya. Masyarakat Kecamatan Puger banyak yang
menggeluti usaha batu gamping baik sebagai pengusaha maupun tenaga
kerjanya.
Cukup banyak tenaga kerja yang bisa diserap oleh industri batu
gamping, terutama pada bagian tenaga pengangkut batu kapur. Untuk
memasukkan batu kapur ke dalam tungku pembakaran dibutuhkan rata –
rata 10 orang tenaga pengangkut. Jumlah tersebut dibutuhkan agar batu
kapur bisa di masukkan ke dalam tungku pembakaran sehingga bisa
cepat melakukan proses pembakaran. Walaupun tenaga pengangkut
banyak dibutuhkan, tetapi peran dari tenaga warung, bengkel, dan sopir
juga tidak bisa diabaikan. Semua pekerjaan tersebut berperan penting
dalam menunjang kegiatan industri batu gamping.
Pentingnya tenaga kerja yang bisa mendukung industri batu
gamping nampaknya belum diimbangi dengan upah yang cukup
memadai bila beracuan pada UMK Kabupaten Jember yang berlaku saat
ini. Upah minimum Kabupaten Jember yang saat ini sebesar Rp
1.100.000,00 belum bisa dirasakan oleh semua tenaga kerja pada jenis –
jenis pekerjaan yang tenaga kerja geluti saat ini. Hanya tenaga kerja
mekanik dan sopir yang mampu berpenghasilan sesuai dengan UMK
yang berlaku di Kabupaten Jember, itupun jika memang ada banyak
permintaan jasa.
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam industri batu gamping
memang cukup banyak. Kebutuhan tenaga kerja akan naik bila proses
produksi industri – industri batu gamping lancar. Setidaknya setiap
industri batu gamping rata – rata bisa 3 sampai 4 kali produksi batu
gamping dalam satu bulan. Akan tetapi bila dalam musim penghujan,
intensitas produksi batu gamping bisa menurun hanya sekali produksi
atau malah tidak sama sekali.
B. Pembahasan
1. Kondisi Geografis Industri Batu Gamping di Desa Puger kulon dan Desa Kasiyan
Perbedaan kondisi geografis yang ada di Desa Puger Kulon dan
Desa Kasiyan menjadi salah satu alasan mengapa produktivitas industri
batu gamping di Desa Puger Kulon lebih baik dibanding industri batu
gamping yang ada di Desa Kasiyan. Sudah dijelaskan sebelumnya bila
kondisi jalan di Desa Puger Kulon lebih baik dibanding kondisi jalan yang
ada di Desa Kasiyan. Hal tersebut mempengaruhi akan keefektifan dari
transportasi kendaraan industri batu gamping, seperti halnya truck yang
sudah terbiasa dengan jalan kurang baik, akan tetapi secara akumulasi
waktu, pasti akan terjadi kerusakan pada kendaraan.
Tenaga kerja industri batu gamping tidak hanya terbatas pada
masyarakat di desa itu sendiri, banyak dari desa – desa lain yang bekerja di
industri batu gamping di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan. Bukan
halangan lagi jarak bagi para pekerja, dengan menggunakan alat
transportasi seperti sepeda motor para tenaga kerja pasti sampai di tempat
kerja tempat waktu, selain itu kondisi jalan yang sudah beraspal dan
kondisi yang baik juga turut mendukung kemudahan berkendara para
tenaga kerja. Jadi walaupun tempat lokasi tempat tinggal para tenaga kerja
berada lumayan jauh dari tempat industri batu gamping, bukan halangan
untuk pengusaha batu gamping mencari tenaga kerja untuk industrinya.
Seperti halnya industri batu gamping di Desa Puger Kulon yang tenaga
kerjanya banyak dari luar desa, tetapi para pengusaha mengaku tidak
mengalami masalah berarti untuk mencari tenaga kerja.
Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan sudah dikatakan cukup
memadai, akan tetapi ternyata di Desa Kasiyan kondisi jalannya masih
banyak yang belum beraspal. Terlebih lagi jalan akses industri batu
gamping yang ada di Desa Kasiyan masih berupa jalan makadam. Hal
tersebut tentunya sedikit menganggu jalannya transportasi dari industri
batu gamping sendiri. Terlebih lagi pada musim hujan, jalan yang tidak
beraspal tersebut akan mudah amblas bila dilewati truck – truck
pengangkut batu kapur atau truck pengangkut kayu. Berbeda dengan
kondisi yang ada di Desa Puger Kulon, jalan yang beraspal memudahkan
alur transportasi kendaraan – kendaraan industri di Desa Puger Kulon.
Keberadaan suatu industri – industri pasti mempunyai pola – pola
tertentu. Pola lokasi industri batu gamping yang tersebar di Desa Puger
Kulon dan Desa Kasiyan adalah berpola mengelompok atau cluster.
Keberadaan industri batu gamping yang berpola mengelompok memang
disengaja diterapkan oleh para pengusaha batu gamping untuk
mengoptimalkan pengelolaan industri batu gamping. Hal tersebut selaras
dengan tujuan dari pola mengelompok menurut Alfred Weber yang mana
dari pola ini memiliki keuntungan untuk mempermudah kontrol dalam
hubungan tenaga kerja, bahan baku, bahan bakar, dan pemasaran. Serta
meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam kegiatan industri.
2. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Industri Batu Gamping Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember
Modal merupakan salah satu faktor penting dalam awal
menjalankan suatu kegiatan industri, kesulitan dalam penyediaan modal
bisa menjadi penghambat atau hancurnya eksistensi dari industri. Menurut
Tulus Tambunan (2001:25), modal merupakan salah satu faktor produksi
yang penting bagi kelangsungan industri. Modal tidak hanya sebagai
faktor yang mendukung pengembangan dan kemajuan suatu perusahaan
atau kegiatan usaha itu sendiri. Uji regresi linier berganda menunjukan
bahwa faktor modal berpengaruh terhadap produktifitas industri batu
gamping di Desa Puger Kulon dengan nilai p sebesar 0,038 <
sedangkan industri batu gamping di Desa Kasiyan, faktor modal juga
berpengaruh terhadap produktifitas industri batu gamping, hal ini
dibuktikan dari uji regresi linier berganda dengan nilai p sebesar 0,043 <
(0,05), jadi faktor modal berpengaruh terhadap produktifitas batu gamping
di kedua desa, artinya jika pengusaha bisa menambah modal maka
produktifitas batu gampingnya akan meningkat pula produktifitasnya.
Dalam operasional industri batu gamping tiap kali pembakaran
batu gamping di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan, diperlukan modal
yang tidak sedikit, yaitu berkisar Rp 20.100.000 – 25.000.000 per sekali
produksi. Pengusaha mayoritas mendapatkan modal dari uang pribadi
pengusaha sendiri dan jarang yang menggunakan fasilitas pinjaman bank
Tungku pembakaran yang dimiliki para pengusaha kapasitasnya
bervariasi mulai dari yang 10 ton sampai 35 ton. Pengusaha batu gamping
di Desa Puger Kulon rata – rata memiliki tungku pembakaran sebanyak 3
– 4 buah dengan kapasitas 30 ton. Sedangkan di Desa Kasiyan para
pengusaha batu gampingnya rata – rata hanya memiliki 2 tungku
pembakaran.
Gunung Sadeng merupakan sumber bahan kapur bagi industri batu
gamping di Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan. Semua pengusaha
industri batu gamping di Kecamatan Puger membeli batu kapur dari
penampang batu kapur di gunung sadeng. Diketahui kapasitas batu kapur
yang ada di gunung sadeng mencapai 475.800.000 ton.
Menurut Alfred Weber dalam dalam http:/www.damandiri.or.id,
suatu penentuan lokasi berorientasi bahan baku mempunyai keuntungan
seperti meminimalisir biaya transportasi dan terjaganya kualitas bahan
baku. Faktor bahan baku ternyata tidak signifikan pengaruhnya terhadap
produktifitas industri batu gamping di Desa Puger Kulon dan Desa
Kasiyan. Hal tersebut disebabkan jumlah cadangan batu kapur yang ada di
gunung sadeng yang sama, bahkan setiap tahunnya mengalami penurunan
karena aktivitas penambangan yang ada, akan tetapi ketersediaan batu
kapur sebagai bahan baku industri batu gamping tidak bisa dianggap
sepele, karena adanya industri batu gamping tersebut karena adanya
sumber batu kapur yang cukup melimpah di gunung Sadeng.
Kayu merupakan bahan bakar utama untuk proses pembakaran
batu kapur yang nantinya akan menjadi batu gamping yang siap
dipasarkan. Untuk mendapatkan kualitas batu gamping yang bermutu,
tidak boleh ada keterlambatan menambahkan kayu kedalam tungku
pembakaran. Jenis kayu untuk awal pembakaran biasanya memilih kayu
tapes atau kayu dari bekas pembuatan triplek, setelah itu dilanjutkan
dengan memasukkan kayu keras, yang dimaksud dengan kayu keras
seperti kayu pohon asem, pohon rambutan, pohon waru, dan lain – lain.
Kayu – kayu tersebut dibeli dari dalam wilayah Jember sendiri dan ada
juga yang dari luar Kabupaten Jember seperti Kabuaten Lumajang.
Sumber bahan bakar yang digunakan dalam industri batu gamping
ini adalah kayu. Jenis kayu yang cepat terbakar dipakai pengusaha pada
awal pembakaran lalu dilanjutkan dengan kayu yang lebih keras. Dari uji
regresi linier berganda didapatkan bahwa faktor bahan bakar berpengaruh
terhadap produktifitas industri batu gamping di Desa Puger Kulon dengan
nilai p sebesar 0,021 <
Kasiyan faktor bahan bakar juga berpengaruh terhadap produktifitas
dengan nilai p sebesar 0,014 <
signifikan terhadap produktivitas batu gamping di kedua desa, artinya
produktifitas akan mengalami kenaikan bila jumlah bahan bakar sesuai
dengan kapasitas batu gamping yang akan diproduksi, karena dalam
industri batu gamping jumlah kayu harus tersedia dan mencukupi
jumlahnya untuk membakar batu kapur sampai matang menjadi batu
gamping yang siap dipasarkan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
dijelaskan Linda Thesia (2004:11) mengenai perencanaan sumber daya
akan efektif dan efisien melalui pengukuran kapasitas produksi, baik
dalam perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.
Industri batu gamping adalah industri labour oriented, yaitu tenaga
kerja atau sumber tenaga yang berasal dari manusia maupun akal budi.
Cukup banyak jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan
industri batu gamping ini. Setiap harinya tenaga kerja harus bergantian
untuk memasukkan kayu yang telah dipersiapkan ke dalam tungku
pembakaran. Dengan Rp 40.000,00 para tenaga kerja diupah dalam
seharinya. Tenaga kerja batu gamping di Desa Puger Kulon sendiri
mayoritas berasal dari desa tetangga. Sedangkan di Desa Kasiyan,
mayoritas tenaga kerja berasal dari Desa Kasiyan sendiri.
Tenaga kerja merupakan tenaga penggerak dalam proses kegiatan
produksi, karena tanpa keberadaannya maka proses produksi tidak akan
berlangsung (Daldjoeni,1992:59). Faktor tenaga kerja tersebut tidak
berpengaruh signifikan terhadap produktifitas di industri batu gamping
Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan. Faktor pengalaman tenaga kerja
tidak boleh diabaikan dalam proses pembakaran batu kapur, karena tenaga
kerja harus displin dan tepat waktu untuk memasukkan bahan bakar ke
dalam tungku pembakaran. Jika kayu telat dimasukkan akan menganggu
kondisi temperatur didalam tungku pembakaran, sehingga nantinya akan
berimbas pada hasil akhir atau kualitas dari batu gamping itu sendiri.
Menurut Philip dalam ekologi industri, 2002:69, pemasaran produk
merupakan proses akhir dari rangkaian kegiatan produksi. Pemasaran
merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh para pengusaha dalam
upayanya untuk mempertahankan kelangsungan usahanya untuk
berkembang dan mendapatkan laba. Pemasaran juga berarti menata olah
pasar untuk menghasilkan pertukaran dengan tujuan memuaskan
kebutuhan dan keinginan manusia. Dari uji regresi linier berganda
didapatkan bahwa faktor pemasaran berpengaruh terhadap produktifitas
industri batu gamping di Desa Puger Kulon dengan nilai p sebesar 0,017 <
pemasaran tidak berpengaruh terhadap produktifitas industri batu gamping
karena nilai p sebesar 0,267 >
Industri batu gamping Desa Puger Kulon berpengaruh terhadap
produktifitas, sedangkan hal serupa tidak terjadi di industri batu gamping
Desa Kasiyan.
Rata – rata pengusaha batu gamping di Desa Puger Kulon
memasarkan hasil produksinya ke wilayah Kabupaten Lumajang,
Bondowoso, Banyuwangi, Bali, Probolinggo, Pasuruan, dan Malang.
Sedangkan di pengusaha industri batu gamping di Desa Kasiyan faktor
pemasaran tidak berpengaruh signifikan terhadap produktifitas batu
gamping di desanya. Rata – rata pemasaran batu gampingnya di wilayah
kabupaten Jember sendiri, kabupaten Lumajang, Bondowoso, dan
Probolinggo. Alasan pengusaha industri gamping hanya memasarkan di
daerah – daerah itu saja karena alasan perizinan dan retribusi yang akan
lebih sulit dan mahal jika terlalu jauh tujuan pemasarannya.
3. Dampak industri batu gamping terhadap kondisi sosial tenaga kerja Desa Puger Kulon dan Desa Kasiyan Kecamatan Puger Kabupaten Jember
Keberadaan suatu kegiatan industri membawa peningkatan taraf
ekonomi di wilayah sekitar industri berada. Kesempatan untuk
meningkatkan taraf hidup atau sekedar untuk membantu ekonomi keluarga
akan memicu masyarakat untuk membuat suatu kegiatan usaha juga yang
gunanya sebagai penunjang dari kegiatan industri yang ada.
Masyarakat di wilayah industri batu gamping Desa Puger Kulon dan
Desa Kasiyan juga memanfaatkan keberadaan industri batu gamping
tersebut untuk mendirikan usaha – usaha kecil seperti warung makan,
bengkel, jasa sopir, dan jasa pengangkut batu kapur/gamping, semua jenis
usaha tersebut diadakan guna untuk mebantu kegiatan industri batu gamping
yang ada.
Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa dampak ekonomi
terhadap masyarakat di sekitar industri batu gamping. dari hasil analisis
deskriptif disebutkan bahwa ada perbedaan terhadap penghasilan semua
jenis pekerjaan, dimana penghasilan tenaga kerja di Desa Puger Kulon lebih
besar daripada penghasilan tenaga kerja di Desa Kasiyan. Pada jenis
pekerjaan tenaga warung, tenaga pengangkut, dan sopir di Desa Puger
Kulon dan Desa Kasiyan selisih penghasilan rata – rata berkisar antara Rp
10.000 sampai Rp 100.000, sedangkan untuk jenis pekerjaan mekanik
terjadi perbedaan yang cukup signifikan di Desa Puger dengan Desa
Kasiyan, yang mana tenaga mekanik Desa Puger Kulon berpenghasilan rata
– rata Rp 1.240.000, sedangkan di Desa Kasiyan rata – rata sebesar Rp
710.000. Perbedaan penghasilan tersebut hal tersebut disebabkan kondisi
Desa Puger Kulon yang lebih banyak jumlah industri batu gamping
dibandingkan Desa Kasiyan. Adapun alasan para mekanik memilih untuk
mendirikan bengkelnya di Desa Puger Kulon yaitu karena Desa Puger
Kulon memiliki jalan raya yang aksesnya dekat dengan tambang batu kapur
karena memang kebanyakan pelanggannya adalah truk tambang dan
kendaraan industri batu gamping.
Jadi perbedaan produktivitas terjadi karena Desa Puger Kulon lebih
dekat dengan tempat bahan baku dan jalannya cukup baik sehingga
mendukung dalam proses pengambilan bahan baku dan pemasaran. Dalam
proses produksinya industri batu gamping di Desa Puger Kulon cukup
intens sekali dalam melakukan proses produksi, dalam kurun waktu satu
bulan saja bisa 3 – 4 kali produksi batu gamping. Berbeda dengan industri
batu gamping di Desa Kasiyan yang mayoritas masih labil dalam
permodalan, sehingga untuk proses produksi selanjutnya, pengusaha harus
menunggu hasil dari penjualan batu gamping sebelumnya.
Desa Puger Kulon dengan produktivitas batu gamping yang tinggi
menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat untuk mendirikan usaha
dalam menunjang industri batu gamping sehingga memberikan kontribusi
bagi penghasilan masyarakat Desa Puger Kulon sendiri. hal tersebut
ditunjukkan dengan rata – rata penghasilan tenaga kerja yang meliputi
dalam bidang warung, mekanik, pengangkut, dan sopir, yang mana lebih
besar dibanding penghasilan yang didapat di Desa Kasiyan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Faktor geografis yang mempengaruhi produktivitas industri batu
gamping. Desa Puger Kulon faktor lokasi tempat tinggal tenaga kerja
banyak berasal dari Desa Mojosari dan aksesbilitas ke tempat bahan baku
berkisar 1 – 2 Km dengan kondisi jalan mayoritas beraspal, sedangkan
industri batu gampingnya berpola mengelompok. Sedangkan di Desa
Kasiyan lokasi tempat tinggal tenaga kerjanya berasal dari dalam desa
sendiri dan aksesbilitas ke tempat bahan baku berkisar 2 – 3 Km dengan
kondisi jalan tidak banyak yang beraspal, sedangkan industri batu
gampingnya berpola mengelompok.
2. Produktivitas industri batu gamping di Desa Puger Kulon lebih besar dari
industri batu gamping di Desa Kasiyan dan diketahui hasil uji regresi
linier berganda, dari faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas di
Desa Puger Kulon meliputi variabel modal, bahan bakar, dan pemasaran.
Sedangkan di Desa Kasiyan faktor yang mempengaruhi meliputi variabel
modal dan bahan bakar.
3. Untuk dampak adanya industri batu gamping yang ada di Desa Puger
Kulon dan Desa Kasiyan terhadap kondisi ekonomi tenaga kerja yang
ada, diketahui bahwa penghasilan tenaga kerja di Desa Puger Kulon lebih
tinggi dari pada tenaga kerja yang ada di Desa Kasiyan, terlebih lagi pada
jenis pekerjaan mekanik.
B. Saran
1. Kepada Pemerintah
a. Mendirikan koperasi khusus usaha batu gamping.
b. Memberikan pinjaman atau kredit dengan bunga yang rendah dan
biaya angsuran yang terjangkau.
c. Mempermudah prosedur kepengurusan kredit dan tanpa jaminan.
d. Memberikan kemudahan pengurusan surat izin distribusi bahan bakar
dan pengiriman batu gamping.
e. Mengurangi biaya retribusi terhadap barang yang akan dipasarkan
keluar kabupaten.
f. Memperbaiki sarana jalan raya agar distribusi batu gamping semakin
lancar.
2. Kepada Pengusaha Batu Gamping
a. Lebih berani lagi untuk mendapatkan modal dari pihak bank atau
koperasi.
b. Memperluas jangkauan pemasaran produk batu gamping.
c. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja batu gamping.
d. Menyediakan tempat penyimpanan kayu, supaya kondisi kayu tidak
basah, apalagi disaat musim penghujan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. Suharsimi. 1995. Manajemen Penelitian. PT Rineka Cipta.
________________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta.
Bintarto, R. dan Surastopo Hadisumarno. 1979. Metode Analisa Geografi.
Jakarta : LP3ES.
BPS Surabaya.2011. Kecamatan Puger Dalam Angka.
Daldjoeni, N. 1997. Geografi Baru : Organisasi Keruangan Dalam Teori dan
Praktik. Bandung : Alumni.
___________.1985. Pedesaan, Lingkungan dan Pembangunan. Bandung :
Alumni.
Deperindag. 1985. Gema Industri kecil. Jakarta : Deperindag.
Departemen Pendidikan Nasional. 1985. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Herawati, 2008, Analisis Pengaruh Faktor – Faktor Produksi Modal, Bahan
Baku, Tenaga Kerja, Dan Mesin Terhadap Produksi Gycerine Pada PT.
Flora Sawita Chemindo Medan
(online),(http;//repostory.usu.ac.idbitstream1234567894259067019044.
pdf). di akses pada tanggal 1 desember 2012 pukul 12.00 WIB.
Humaidi, Ach. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas
Tambang Batu Bata Putih Di Kecamatan Pakong Kabupaten
Pamekasan. Surabaya : Unipress Surabaya.
Kristanto, Philip. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta : Andi.
Prismayani, Nurlila Dwi. 2010. Perbandingan hasil usahatani tembakau
mitra pabrik dengan bukan mitra pabrik di kecamatan kedungadem
kabupaten bojonegoro. Surabaya : Unipress Surabaya.
Renner, Durand. 1971. World Economic Geography. Oxford : Program
Press London.
Sinungan, Muchdarsyah. 2008. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta :
Bumi Aksara.
Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D.
Bandung : CV. ALFABETA.
Sukandarrumidi. 1999. Bahan Galian Industri. Yogyakarta : UGM – Press.
Saifudin, Khafid. 2010. Faktor – Faktor Ekonomi Yang Mempengaruhi
Produktivitas Industri Rumah Tangga Gerabah Di Desa Rendeng
Kecamatan Malo Kabupaten Bojonegoro. Surabaya : Unipress
Surabaya.
Tambunan, Tulus T.H. 2002. Usaha Kecil Dan Menengah Di Indonesia.
Salemba Empat : Jakarta.
Thesia, Linda. 2004. Produktivitas. Serpong : bagan penelitian Fakultas
Teknologi Indonesia Institut teknologi Indonesia.
Tika, Moh. Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi
Aksara.
Trihendradi, C. 2009. Step by Step SPSS 16 Analisis Data Statistik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
http://www.wartajember.com/ekonomi-bisnis/678-pengusaha-kapur-
terancam-gulung-tikar.html. di akses pada tanggal 1 desember 2012
pukul 11.00 WIB
http://nuansamasel.blogspot.com/2011/01/penambangan-batu-kapur.html. di
akses pada tanggal 5 desember 2012 pukul 10.00 WIB
http://bappeda.jemberkab.go.id/index.php?option=com_content&view=artic
le&catid=46&id=78&Itemid=71. akses pada tanggal 1 desember 2012
pukul 11.00 WIB