studi awal: gambaran histopatologik...

60
STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN DENGAN PEWARNAAN HEMATOKSILIN EOSIN Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN DISUSUN OLEH : FIIZHDA BAQARIZKY 1112103000039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015

Upload: lamdat

Post on 07-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK

PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES

MELLITUS YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN

DENGAN PEWARNAAN HEMATOKSILIN EOSIN

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

DISUSUN OLEH :

FIIZHDA BAQARIZKY

1112103000039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2015

Page 2: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

ii

Page 3: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

iii

Page 4: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

iv

Page 5: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

v

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta

salam semoga tetap tercurah limpahkan pada Nabi besar Muhammad SAW,

beserta keluarga, sahabat dan umat Islam.

Penelitian ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan dan

motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku Ketua

Program Studi Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen Program Studi Pendidikan

Dokter yang selalu membimbing serta memberikan ilmu kepada saya

untuk menempuh masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Selaku dosen pembimbing penelitian saya dr. Devy Ariany, M.Biomed

dan Ibu Nurlaely Mida Rachmawati, M.Biomed, yang selalu membimbing

dan mengarahkan saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. dr. Dyah Ayu Woro Setyaningrum dan dr. Nurmila Sari, M.Kes selaku

dewan penguji penelitian saya, untuk ilmu, waktu dan tenaga dalam

memperbaiki laporan penelitian ini.

4. Kedua orang tua tercinta, Ir. Sabardi dan Dra. Eni Irawati yang selalu

memberikan kasih sayangnya, doa, nasihat, bimbingannya, serta semangat

sepanjang hidup saya.

5. Kedua adik saya Fridam Amrulah Baqarizky dan Nabila Baqarizky yang

selalu memberikan dukungan dan semangatnya untuk menjalani proses

pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 6: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

vi

6. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS selaku penanggungjawab (PJ)

modul riset PSPD 2012, drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD selaku PJ

laboratorium Riset. Ibu Nurlaely Mida R, S.Si, M.Biomed, DMS selaku PJ

Animal house dan Ibu Endah Wulandari, M.Biomed selaku PJ

laboratorium Biokimia, Ibu Rr. Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed selaku PJ

laboratorium histologi yang telah memberikan izin atas penggunaan lab

pada penelitian ini.

7. Untuk teman seperjuangan penelitian, Putri Junitasari, Galang

Prahanarendra, Fakhri Muhammad Suradi Kartanegara, Abdul Rasyid, M

Imam Alkautsar, Faisal Ravif, M Azharan Alwi.

8. Untuk ka Fadel Askary, Ka Fahrizal Harris Harahap, Pathurrahman dan

Annisa Mardhiyah yang sudah memperbolehkan saya untuk menggunakan

tikus penelitiannya.

9. Seluruh mahasiswa PSPD 2012 yang masih berjuang bersama serta

sahabat saya.

10. Laboran yang terlibat Ibu Ai, Mba Din, Mba Suryani, Mas Rachmadi.

Juga pada Mas Haris, Mas Panji yang sangat membantu berlangsungnya

penelitian ini.

11. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua

pihak yang membaca laporan penelitian ini. Akhir kata, semoga peenelitian ini

dapat bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya, bagi peneliti pada

khususnya.

Ciputat, 26 Februari 2015

Penulis

Page 7: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

vii

ABSTRAK

Fiizhda Baqarizky. Program Studi Pendidikan Dokter. Studi Awal:

Gambaran Histopatologik Pankreas, Hepar, dan Ginjal Tikus Diabetes

Mellitus yang Diinduksi Streptozotocin dengan Pewarnaan Hematoksilin

Eosin. 2015.

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang terjadi akibat defisiensi atau

ketidakekfektifan dari insulin yang diproduksi oleh pankreas. Penyakit ini akan

berdampak negatif dalam jangka panjang terhadap organ-organ lain seperti hepar

dan ginjal. Streptozotocin (STZ) merupakan antimikroba yang disintesis dari

mikroorganisme tanah yaitu Streptomyces achromogenes. STZ ini bersifat toksik

selektif terhadap sel β pankreas sehingga dapat merusak fungsi dan struktur sel

tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologik

akibat pemberian STZ 60 mg/kgBB single dose secara intraperitoneal pada organ

pankreas, hepar dan ginjal tikus DM dengan menggunakan pewarnaan

Hematoksilin Eosin (HE). Hasil penelitian ini menunjukkan pada tikus yang

diberikan STZ terjadi perubahan bentuk nukleus sel β pankreas menjadi tidak

beraturan sebagai bentuk proses nekrosis, perubahan ukuran nukleus hepatosit

menjadi lebih besar dan perubahan ukuran glomerulus yang menjadi lebih besar

serta susunan epitel yang tidak beraturan pada tubulus tikus. Dapat disimpulkan

bahwa STZ dapat memberikan gambaran patologis pada organ pankreas, hepar

dan ginjal tikus DM dengan menggunakan pewarnaan HE.

Kata kunci: Streptozotocin, histopatologik, pankreas, hepar, ginjal, DM, tikus

ABSTRACT

Fiizhda Baqarizky. Medical Education Study Program. Preliminary Study:

Histopathological Overview of Pancreas, Liver, and Renal in Streptozotocin-

Induced Diabetes Mellitus Rats Using Hematoxylin Eosin Stainning. 2015.

Diabetes Mellitus (DM) is a disease caused by deficiency or ineffective of insulin

produced by the pancreas. The disease will have a negative impact to the other

organs such as the liver and the kidney chronically. Streptozotocin (STZ) is an

antimicrobial which synthesized from the soil microorganism called Streptomyces

achromogenes. STZ is selectively toxic to pancreatic β cells which could damage

the function and structure of its. This study aims to describe histopathological of

pancreas, liver, and renal diabetic rats after injected by STZ 60 mg/kgBB single

dose administration intraperitoneally using Hematoxylin Eosin (HE). The results

of this study shows that the nucleus of pancreatic β cells diabetic rats deformed

become irregular as a form of necrosis processes, the nucleus of hepatocytes and

the glomerulus of diabetic rats become larger and the arrangement of tubular

epithelial diabetic rats become irregular. It concluded that the STZ provides

pathological features in the pancreas, liver, and renal diabetic rats using HE

staining.

Key word: Streptozotocin, histopathologic, pancreas, liver, renal, DM, mice

Page 8: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .........................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................

LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................

ABSTRAK ....................................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................

DAFTAR TABEL ........................................................................................

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ...............................................................................

1.2 Rumusan masalah ..........................................................................

1.3 Hipotesis ........................................................................................

1.4 Tujuan penelitian ...........................................................................

1.5 Manfaat penelitian .........................................................................

1.5.1 Bagi peneliti .........................................................................

1.5.2 Bagi institusi ........................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan teori …...........................................................................

2.1.1 Diabetes Mellitus ...............................................................

2.1.2 Epidemiologi DM ..............................................................

2.1.3 Klasifikasi DM …...…........................................................

2.1.4 Patofisiologi DM ................................................................

2.1.4.1. Patofisiologi DM Tipe 1 .......................................

2.1.4.2. Patofisiologi DM Tipe 2 .......................................

2.1.5 Diagnosis DM ....................................................................

2.1.6 Streptozotocin ….................................................................

2.1.7 Gambaran Histologi Pankreas ............................................

2.1.8 Gambaran Histologi Hepar ................................................

2.1.9 Gambaran Histologi Ginjal ................................................

2.2 Kerangka Teori …...….................................................................

BAB 3 METODE PENELITIAN

1.1 Desain Penelitian ...........................................................................

1.2 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................

1.2.1 Waktu Penelitian ..............................................................

1.2.2 Tempat Penelitian ............................................................

1.3 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................

1.3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi .........................................

1.3.1.1 Kriteria Inklusi ...................................................

1.3.1.2 Kriteria Eksklusi ................................................

1.4 Cara Kerja Penelitian ....................................................................

ii

iii

iv

v

vii

viii

x

xi

xiii

1

3

3

3

4

4

4

5

5

5

6

7

8

9

9

12

13

13

13

15

16

16

16

16

16

17

18

18

18

Page 9: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

ix

1.4.1 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................

1.4.2 Adaptasi Hewan Coba …......................................................

1.4.3 Tahap Induksi STZ …………………..................................

1.4.4 Tahap Nekropsi …………………........................................

1.4.5 Tahap Pemrosesan Jaringan ...............................................

3.4.5.1 Dehidrasi ….............................................................

3.4.5.2 Clearing …..............................................................

3.4.5.3 Embedding ….........................................................

3.4.5.4 Blocking ….............................................................

3.4.6 Pemotongan Jaringan …........................................................

3.4.7 Tahap Pewarnaan HE ….......................................................

3.4.8 Foto Jaringan …....................................................................

1.5 Alur Penelitian ……………........................................................

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pankreas ...…….....………...……...….…...…....………………

4.2 Hepar ………...............................................................................

4.3 Ginjal ……....................................................................................

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ........................................................................................

5.2 Saran ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

LAMPIRAN ..................................................................................................

18

19

19

19

20

20

20

21

21

21

22

23

23

25

27

30

34

34

35

38

Page 10: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Etiologi DM .................................................................

Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis DM ………………………...............................

Tabel 4.1 Data Morfologi Pulau Langerhans Tikus Kontrol Negatif ..........

Tabel 4.2 Data Morfologi Pulau Langerhans Tikus Kontrol Positif ............

Tabel 4.3 Data Morfologi Hepatosit Tikus Kontrol Negatif ........................

Tabel 4.4 Data Morfologi Hepatosit Tikus Kontrol Positif .........................

Tabel 4.5 Data Morfologi Ginjal Tikus Kontrol Negatif .............................

Tabel 4.6 Data Morfologi Ginjal Tikus Kontrol Positif ..............................

Tabel 6.1 Rata-rata Glukosa Darah Tikus ....................................................

6

10

25

26

28

28

30

31

46

Page 11: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Langkah-langkah diagnosis DM dan gangguan toleransi

glukosa …………………………………………………………………...

Gambar 4.1.a Pankreas tikus kontrol negatif (1) 20x ..………….................

Gambar 4.1.b Pankreas tikus kontrol positif (1) 20x ...................................

Gambar 4.1.c Pankreas tikus kontrol negatif (1) 40x ..................................

Gambar 4.1.d Pankreas tikus kontrol positif (1) 40x ……………...............

Gambar 4.2.a Hepar tikus kontrol negatif (1) 20x ………….......................

Gambar 4.2.b Hepar tikus kontrol positif (1) 20x …………………............

Gambar 4.2.c Hepar tikus kontrol negatif (1) 40x (insert: hepatosit) ……..

Gambar 4.2.d Hepar tikus kontrol positif (1) 40x (insert: hepatosit) .........

Gambar 4.3.a Ginjal tikus kontrol negatif (1) 20x ....................................

Gambar 4.3.b Ginjal tikus kontrol positif (1) 20x ……………..................

Gambar 4.3.c Ginjal tikus kontrol negatif (1) 40x …….............................

Gambar 4.3.d Ginjal tikus kontrol positif (1) 40x ……………..................

Gambar 4.3.e Ginjal tikus kontrol negatif (1) 40x (insert: T. kontortus) .....

Gambar 4.3.f Ginjal tikus kontrol positif (1) 40x (insert: T. kontortus) …..

Gambar 6.1 Surat Keterangan Tikus Sehat ................................................

Gambar 6.2 Proses sampel penelitian ........................................................

Gambar 6.3 Proses anastesi hewan coba ....................................................

Gambar 6.4 Proses nekropsi .......................................................................

Gambar 6.5 Proses dehidrasi ......................................................................

Gambar 6.6 Proses clearing .......................................................................

Gambar 6.7 Proses embedding ...................................................................

Gambar 6.8 Proses blocking ......................................................................

Gambar 6.9 Pemotongan jaringan .............................................................

Gambar 6.10 Set pewarnaan hematoksilin eosin .......................................

Gambar 6.11 Pankreas Tikus Kontrol Negatif 2 ........................................

Gambar 6.12 Pankreas Tikus Kontrol Negatif 3 ........................................

Gambar 6.13 Pankreas Tikus Kontrol Negatif 4 ........................................

Gambar 6.14 Pankreas Tikus Kontrol Negatif 5 ........................................

Gambar 6.15 Pankreas Tikus Kontrol Negatif 6 ........................................

Gambar 6.16 Pankreas Tikus Kontrol Positif 2 ........................................

Gambar 6.17 Pankreas Tikus Kontrol Positif 3 ........................................

Gambar 6.18 Pankreas Tikus Kontrol Positif 4 ........................................

Gambar 6.19 Pankreas Tikus Kontrol Positif 5 ........................................

Gambar 6.20 Pankreas Tikus Kontrol Positif 6 ........................................

Gambar 6.21 Hepar Tikus Kontrol Negatif 2 ............................................

Gambar 6.22 Hepar Tikus Kontrol Negatif 3 ............................................

Gambar 6.23 Hepar Tikus Kontrol Negatif 4 ............................................

Gambar 6.24 Hepar Tikus Kontrol Negatif 5 ............................................

Gambar 6.25 Hepar Tikus Kontrol Negatif 6 ...........................................

Gambar 6.26 Hepar Tikus Kontrol Positif 2 ...........................................

Gambar 6.27 Hepar Tikus Kontrol Positif 3 ...........................................

Gambar 6.28 Hepar Tikus Kontrol Positif 4 ...........................................

Gambar 6.29 Hepar Tikus Kontrol Positif 5 ............................................

11

27

27

27

27

29

29

29

29

32

32

32

32

32

32

38

39

39

39

39

40

40

40

40

40

41

41

41

41

41

41

42

42

42

42

42

42

43

43

43

43

43

43

44

Page 12: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

xii

Gambar 6.30 Hepar Tikus Kontrol Positif 6 ............................................

Gambar 6.31 Ginjal Tikus Kontrol Negatif 2 ............................................

Gambar 6.32 Ginjal Tikus Kontrol Negatif 3 ............................................

Gambar 6.33 Ginjal Tikus Kontrol Negatif 4 ............................................

Gambar 6.34 Ginjal Tikus Kontrol Negatif 5 ............................................

Gambar 6.35 Ginjal Tikus Kontrol Negatif 6 ............................................

Gambar 6.36 Ginjal Tikus Kontrol Positif 2 .............................................

Gambar 6.37 Ginjal Tikus Kontrol Positif 3 .............................................

Gambar 6.38 Ginjal Tikus Kontrol Positif 4 .............................................

Gambar 6.39 Ginjal Tikus Kontrol Positif 5 .............................................

Gambar 6.40 Ginjal Tikus Kontrol Positif 6 .............................................

44

44

44

44

44

45

45

45

45

45

45

Page 13: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Tikus Sehat ....................................................

Lampiran 2 Gambar Proses Penelitian .........................................................

Lampiran 3 Hasil Preparat ...........................................................................

Lampiran 4 Pengukuran Glukosa Darah Tikus ............................................

Lampiran 5 Riwayat Penulis ........................................................................

38

39

41

46

47

Page 14: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pola hidup yang tidak sehat di era globalisasi saat ini dapat menyebabkan

angka non-communicable disease meningkat, salah satunya Diabetes Mellitus

(DM). Menurut American Diabetes Association pada tahun 2010, DM adalah

suatu kelompok dari penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar

gula darah di atas nilai normal yang disebabkan oleh terganggunya sekresi

insulin, kerja insulin itu sendiri ataupun keduanya.1

Berdasarkan data World

Health Organization (WHO) tahun 2010, bahwa akan ada 220 juta orang di dunia

yang terkena diabetes di tahun 2004 dan memperkirakan bahwa angka kematian

akibat diabetes akan berlipat ganda antara tahun 2005 dan 2030.2 Sedangkan

menurut International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2013 ini terdapat

382 juta orang di dunia yang hidup dengan diabetes di rentang usia 40-59 tahun

dan 80% dari mereka berasal dari low- and middle-income countries. IDF

memperkirakan bahwa di akhir tahun 2013 nanti penyakit diabetes ini akan

menyebabkan 5,1 juta kematian dan bila tidak segera ditindaklanjuti pada 25

tahun yang akan datang akan menyebabkan kenaikan angka diabetes sebanyak

592 juta orang.3

Berdasarkan hasil dari penelitian Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 pada

penduduk dengan usia ≥ 15 tahun, didapatkan 36,6% atau sepertiga dari jumlah

penduduk mengalami gula darah puasa terganggu dan 29,2% dari jumlah

penduduk mengalami tes toleransi glukosa dimana bila tidak ditindak lanjuti akan

berkembang menjadi DM.4 Sedangkan menurut hasil penelitian dari Badan Pusat

Statistik Indonesia tahun 2003 prevalensi penduduk dengan usia diatas 20 tahun

sebanyak 133 juta yang menderita DM sebanyak 8,2 juta penduduk (14,7%) pada

daerah urban dan 5,5 juta penduduk (7,2%) pada daerah rural. Kemudian

diperkirakan pada tahun 2030 sebanyak 194 juta penduduk yang berusia di atas

Page 15: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

2

20 tahun yang menderita DM bertambah menjadi 12 juta penduduk di daerah

urban dan 8,1 juta penduduk di daerah rural.5

Peran insulin sangatlah penting dalam proses metabolisme glukosa,

karena insulin bertugas dalam memecah glukosa yang diserap ke dalam tubuh

menjadi glikogen untuk disimpan sebagai cadangan makanan. Insulin disintesis di

dalam sel β pankreas tepatnya di retikulum endoplasma. Insulin akan disekresikan

bila ada rangsangan berupa peningkatan kadar glukosa dalam darah. Kemudian

insulin akan berikatan dengan insulin receptors substrate di membran sel jaringan

perifer dan ikatan antara insulin dengan reseptor tersebut akan menghasilkan

sinyal untuk regulasi dan proses metabolisme glukosa di dalam sel. Namun,

regulasi dan proses metabolisme glukosa juga dilakukan di jaringan hepar.6

Jaringan hepar juga melakukan proses homeostasis kadar glukosa dalam

tubuh khususnya kadar glukosa puasa dimana jumlah glukosa endogen yang

berasal dari hasil glukoneogenesis dan glikogenolisis meningkat. Dalam keadaan

ini insulin berperan pada efek inhibisi kerja metabolisme tersebut. Bila terjadi

resistensi insulin maka kemampuan dalam menginhibisi glukoneogenesis dan

glikogenolisis akan semakin menurun sehingga terjadi peningkatan produksi

kadar glukosa darah dari hepar.6 Kadar glukosa yang meningkat dapat

menyebabkan gangguan metabolisme lainnya dan menghasilkan radikal bebas.

Radikal bebas ini dapat merusak sel-sel yang ada di tubuh kita seperti pada hepar

dan ginjal. Selain berfungsi untuk homeostasis glukosa dalam tubuh, hepar juga

berfungsi sebagai penghancur zat toksik dimana salah satunya adalah radikal

bebas sehingga sel-sel hepar berpeluang terjadi kerusakan akibat akumulasi zat

tersebut. Selain itu radikal bebas juga akan merusak sel endotel dalam tubuh.

Ginjal merupakan organ yang dipenuhi oleh pembuluh darah. Bila sel endotel

pada pembuluh darah telah dirusak oleh radikal bebas maka kemungkinan fungsi

kerja ginjal akan menurun.9

Page 16: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

3

Streptozotocin (STZ, 2-deoxy-2-(3-(methyl-3-nitrosoureido)-D-

glucopyranose) adalah antimikroba yang disintesis dari mikroorganisme tanah

yaitu Streptomyces achromogenes.7 STZ juga merupakan senyawa glucosamine-

nitrosurea yang bersifat toksik karena dapat merusak DNA. Zat ini dapat masuk

ke dalam sel β pankreas dengan bantuan GLUT-2 sehingga bersifat selektif-toksik

terhadap sel-sel tersebut. Ketika DNA sel tersebut sudah rusak maka akan

mengaktivasi poli ADP-ribosilase dan pada akhirnya akan terbentuk radikal bebas

yang dapat merusak sel β pankreas.8

Menurut penelitian Muhammad Zafar dan

Syed Naeem-ul-Hassan Naqvi tahun 2010 dijelaskan bahwa pada pemberian STZ

dengan dosis 45 mg/kgBB, yang dilarutkan dengan dapar natrium sitrat pada pH

4,5, mengakibatkan peningkatan berat hepar dan ginjal serta penurunan berat

pankreas. Hal tersebut membuktikan bahwa STZ dapat merusak sel-sel pankreas

yang akan memberikan dampak kerusakan metabolisme pada hepar dan ginjal.13

Untuk itu peneliti ingin melakukan penelitian mengenai perubahan

gambaran histopatologik organ hepar, pankreas dan ginjal menggunakan

pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE) dengan cara menginduksikan STZ kepada

tikus strain Sprague dawley untuk membuat kondisi tubuhnya mengalami DM.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran histopatologik pada organ pankreas, hepar, dan ginjal

tikus DM yang telah diinduksi STZ dengan pewarnaan HE?

1.3 Hipotesis

Terdapat perubahan gambaran histopatologik pada organ pankreas, hepar dan

ginjal tikus DM yang telah diinduksi STZ dengan pewarnaan HE.

1.4 Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran histopatologik akibat pemberian STZ pada organ pankreas,

hepar dan ginjal tikus DM dengan pewarnaan HE.

Page 17: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

4

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

1. Menambah pengetahuan mengenai pengaruh pemberian STZ terhadap

organ pankreas, hepar dan ginjal

2. Menambah pengalaman dan mengasah keterampilan dalam melakukan

histoteknik

3. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran

pada Fakultas Ilmu Kesehatan dan Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

1.5.2 Bagi Institusi

Menjadi bahan acuan dalam penyusunan protokol histoteknik di

Fakultas Ilmu Kesehatan dan Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sehingga dapat digunakan oleh peneliti lain.

Page 18: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit gangguan

metabolik yang menimbulkan kondisi tubuh menjadi hiperglikemia.9 Menurut

WHO tahun 2010, DM merupakan penyakit kronik akibat dari pankreas yang tidak

dapat memproduksi insulin yang cukup atau kondisi dimana tubuh penderita tidak

dapat menggunakan insulin.2

2.1.2 Epidemiologi DM

Berdasarkan International Diabetes Federation (IDF), Diabetes Atlas 6th

edition tahun 2013, dari total 328 juta orang yang mengalami diabetes berusia

kisaran 40 hingga 59 tahun dan 80% dari mereka hidup di negara dengan

penghasilan menengah kebawah. Penyumbang angka penderita diabetes

kemungkinan akan meningkat, khususnya diabetes mellitus tipe 2, sebanyak 55%

pada tahun 2035. Diabetes Mellitus dapat ditemukan di semua negara. Pada tahun

2013 terdapat 10 negara dengan penderita diabetes terbanyak yaitu China, India,

USA, Brazil, Rusia, Meksiko, Indonesia, German, Mesir dan yang terakhir adalah

Jepang.3

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, setelah

dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan analisis yang merujuk pada American

Diabetes Association (ADA) 2011 dan gejala klasik DM didapatkan bahwa dari

penduduk Indonesia yang berusia ≥ 15 tahun sebanyak 6,9% menderita DM. Dari

keseluruhan jumlah penduduk Indonesia 7,7% perempuan dan 5,6% laki-laki

terdiagnosis DM. Maka bisa kita simpulkan bahwa penderita DM lebih banyak

terjadi pada perempuan dibanding laki-laki.4

Page 19: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

6

2.1.3 Klasifikasi DM

Klasifikasi diabetes mellitus menurut NIH Diabetes Data Group tahun

1979 dibagi berdasarkan terapi farmakologinya yaitu Insulin-Dependent Diabetes

Mellitus (IDDM) dan Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM).

Namun pada tahun 1997, klasifikasi tersebut dianggap tidak mewakili dari proses

patogenesis dan etiologi dari tiap jenis DM. Maka beberapa komite diabetologis

internasional menyarankan untuk merubah klasifikasi DM yang sudah disahkan

oleh ADA dan WHO, berdasarkan pathogenesis dan etiologinya yaitu10

:

Tabel 2.1 Klasifikasi Etiologi DM

Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut

Autoimun

Idiopatik

Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin

relatif sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin

Tipe lain Defek genetik fungsi sel beta

Defek genetik kerja insulin

Penyakit eksokrin pankreas

Endokrinopati

Karena obat atau zat kimia

Infeksi

Sebab imunologi yang jarang

Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM

Diabetes mellitus gestasional

Sumber: PERKENI, 2011

Diabetes Mellitus Tipe 1 merupakan keadaan hiperglikemia yang

diakibatkan terjadinya destruksi sel β pankreas. Penyebab destruksi sel β pankreas

dibagi menjadi dua yaitu, 95% dari seluruh kasus DM Tipe 1 disebabkan oleh

autoimun dan kurang dari 5% oleh idiopatik. DM Tipe 1 ini bisa dikatakan sebagai

gangguan proses katabolisme karbohidrat dimana insulin tidak ada di sirkulasi

Page 20: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

7

darah, glukagon plasma meningkat dan sel β pankreas gagal untuk merespon

stimulasi insulinogenik. Akibat tidak adanya insulin, hepar, otot dan lemak tidak

dapat mengabsorbsi nutrisi serta tidak dapat melanjutkan distribusi glukosa, asam

amino dan asam lemak ke dalam sirkulasi darah. Hal tersebut berdampak pada

terbentuknya benda keton. Sehingga pada penderita DM Tipe 1 sangat bergantung

pada pemberian insulin setiap harinya. Biasanya DM Tipe 1 ini terjadi pada anak-

anak atau remaja muda dengan puncak kejadian saat usia anak belum bersekolah

dan lagi sekitar masa pubertas.10

Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan kelompok penyakit heterogen

ditandai dengan adanya resistensi insulin, gangguan sekresi insulin dan

peningkatan produksi glukosa. Resistensi insulin bisa diakibatkan oleh faktor

penuaan, gaya hidup dan obesitas sentral. Maka dari itu penderita DM Tipe 2 ini

tidak selalu mutlak membutuhkan insulin untuk seumur hidup, bahkan bisa dengan

cara memberikan obat anti diabetes (OAD). Biasanya DM Tipe 2 terjadi pada

orang dewasa berumur lebih dari 40 tahun dengan berbagai macam derajat

obesitas. 10

Diabetes Gestasional adalah diabetes yang terjadi saat kehamilan.

Intoleransi glukosa mungkin terjadi saat hamil dan berhubungan dengan resistensi

insulin dimana akan terjadi perubahan metabolisme pada akhir kehamilan. Usia

akhir kehamilan merupakan saat-saat dimana kebutuhan insulin meningkat

sehingga bila terjadi diabetes akan menyebabkan gangguan toleransi glukosa. 10

2.1.4 Patofisiologi DM

Diabetes Mellitus dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti genetik,

faktor lingkungan dan gaya hidup. Berdasarkan dari etologinya, kondisi

hiperglikemia dapat disebabkan oleh penurunan sekresi insulin, peningkatan

penggunaan glukosa dan peningkatan produksi glukosa. Gangguan metabolisme

Page 21: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

8

dengan DM dapat menyebabkan kelainan sekunder pada beberapa sistem organ

sehingga dapat mempersulit pengobatan.9

2.1.4.1 Patofisiologi DM Tipe 1

Diabetes tipe ini terjadi akibat destruksi autoimun sel beta. Terdapat

tiga mekanisme yang saling berkaitan dalam peran mendestruksi sel β

pankreas, yaitu kerentanan genetik, autoimunitas, dan pengaruh lingkungan.

Pada mekanisme kerentanan genetik, lokus yang berperan pada DM Tipe 1

terletak pada kromosom 6p21. Di dalam lokus tersebut terdapat gen MHC

kelas II (HLA-DP, -DQ, -DR) yang menentukan kerentanan dan resistensi

terhadap DM Tipe 1. Dari kelompok gen MHC kelas II tersebut, alel spesifik

gen HLA-DQA1 dan HLA-DQB1 yang memiliki pengaruh terkuat pada efek

kerentanan terhadap DM Tipe 1 karena alel tersebut mengkode suatu asam

amino selain aspartat pada posisi 57 di rantai β molekul HLA. Dimana

aspartat yang terletak pada posisi tersebut memiliki peran penting sebagai

protektor terhadap diabetes, contohnya pada alel spesifik gen HLA-DR2.

Namun, mekanisme gen HLA-DR dan HLA-DQ dalam mempengaruhi

kerentanan terhadap DM Tipe 1 masih belum jelas.18

Kelompok MHC kelas II tersebut akan mengekspresikan antigen

pada permukaan membran sel makrofag dan limfosit B. MHC kelas II

berikatan dengan peptida dari antigen kemudian membawanya untuk

berikatan dengan reseptor sel T di permukaan membran sel limfosit T

CD4+.9,18

Kemudian Limfosit T akan menstimulasi sekresi sitokin dan terjadi

insulitis. Sel β pankreas peka terhadap efek toksik dari beberapa sitokin yaitu

TNF-α, interferon γ dan IL-1. Ketika seluruh sel β pankreas terdestruksi,

pulau Langehrans menjadi atrofi dan marker imunologis menghilang.

Semakin lama proses ini terjadi, semakin menurun jumlah dari sel β pankreas.

Ketika 80% sel β pankreas sudah terdestruksi dan berkurangnya produksi

insulin maka sudah dapat dikatakan bahwa pasien telah mengalami diabetes.

Respon imun pada DM Tipe 1 termasuk reaksi hipersensitivitas tipe IV.9,10,19

Page 22: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

9

Selain akibat kerentanan genetik, DM Tipe 1 ini juga dapat

disebabkan oleh adanya reaksi autoimun. Berbagai autoantibodi terhadap sel

islet muncul saat anak menginjak usia 9 bulan. Diantara berbagai antigen

intrasel yang menjadi sasaran autoantibodi adalah asam glutamat

dekarboksilase (GAD), insulin dan beberapa protein sitoplasma lainnya. Lalu,

faktor lingkungan juga dapat memicu reaksi autoimun dengan merusak sel β

pankreas. Contohnya seperti infeksi oleh coxsackievirus B, parotitis, campak,

rubella. Berkaitan dengan DM Tipe 1 karena timbulnya responimun terhadap

suatu protein virus yang memiliki susunan asam amino yang sama degan

suatu protein sel β pankreas.19

2.1.4.2 Patofisiologi DM Tipe 2

Diabetes Mellitus Tipe 2 ditandai dengan adanya 3 proses

patofisiologi diantaranya (1) terganggunya sekresi insulin; (2) resistensi

insulin di jaringan perifer; (3) peningkatan produksi glukosa dari hepar.

Obesitas adalah hal yang paling sering muncul pada DM Tipe 2 karena

adiposit menyekresikan produk biologis seperti leptin, TNF-α, asam lemak

bebas, resistin dan adiponektin dimana produk tersebut berfungsi untuk

memodulasi sekresi insulin, kerja insulin dan berat badan yang akan

menyebakan resistensi insulin. Secara pathogenesis, resistensi insulin

diakibatkan oleh adanya kerusakan pada sinyal PI-3-kinase, dimana akan

menurunkan translokasi GLUT4 ke membran plasma. Akibat dari resistensi

insulin, tubuh kita tidak dapat mengabsorbsi dan menggunakan glukosa yang

masuk ke dalam tubuh sehingga menyebabkan kondisi hiperglikemia dan

terjadi perubahan metabolisme tubuh.9

2.1.5 Diagnosis DM

Penegakkan diagnosis DM dilakukan dengan cara pemeriksaan kadar

glukosa darah menggunakan plasma darah vena atau whole blood. Keluhan-

keluhan klasik DM adalah:

Page 23: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

10

1. Poliuria

2. Polidipsi

3. Polifagia

4. Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

5. Keluhan lain berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita.

Menurut PERKENI tahun 2011 diagnosis DM dapat ditegakkan dengan

tiga cara, yaitu:

1. Keluhan klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL

2. Keluhan klasik DM + glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL

3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO) dengan memberikan 75 gram

glukosa.

Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis DM

1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L)

(Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari

tanpa memperhatikan waktu makan terakhir)

Atau

2. Gejala klasik DM + Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL (7.0 mmol/L)

(Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam)

Atau

3. Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L)

(TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa

yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.)

*Pemeriksaan HbA1c (≥6.5%) oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria

diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandarisasi dengan baik.

Sumber: PERKENI, 2011.

Page 24: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

11

Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM,

maka dapat digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT)

atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT):

1. TGT: Diagnosis TGT dapat ditegakkan bila setelah pemeriksaan

TTGO didapat hasil glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140-

199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L)

2. GDPT: Diagnosis GDPT dapat ditegakkan bila hasil pemeriksaan

glukosa plasma puasa didapatkan antara 100-125 mg/dL (5,6-6,9

mmol/L) dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam < 140 mg/dL.

Gambar 2.1 Langkah-langkah diagnostic DM dan gangguan toleransi glukosa

Sumber: PERKENI, 2011.

Page 25: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

12

2.1.6 Streptozotocin

Streptozotocin (STZ) atau 2-Deoxy-2-[[(methylnitrosoamino)-carbonyl]

amino]-D-glucopyranose adalah salah satu agen diabetogenik dengan kemampuan

toksiknya yang dapat mendestruksi sel β pankreas. Secara struktur, STZ adalah

derivat N-nitrosurea dari D-glukosamin yang diisolasi dari Streptomyces

achromogenes.11

STZ ini dapat disebut juga sebagai salah satu agen anti-

neoplastik sintetik yang digunakan untuk obat kemoterapi pada kanker, khususnya

kanker pulau Langerhans pankreas.12

Menurut Mafee dan Swann tahun 1969, STZ memiliki banyak sekali

pengaruh terhadap proses biologis yaitu seperti produksi kerusakan sel akut dan

kronik, karsinogenik, teratogenik dan mutagenesis. Biasanya zat ini digunakan

untuk menginduksi hewan percobaan menjadi mirip dengan kondisi diabetes.

Dosis yang sering digunakan antara 40-60 mg/kg intravena namun efektif juga

melalui intraperitoneal degan dosis yang sama. Kerja dari STZ ini secara langsung

membuat kerusakan pada proses degranulasi dan menurunkan kapasitas sekresi

insulin pada sel β pankreas dengan menggunakan GLUT-2 sehingga dapat

menyebabkan kerusakan DNA.13,14

Saat STZ berada dalam sel, akan meningkatkan guanilil siklase dan

menambah formasi cGMP dan membebaskan nitrit oksida. Nitrit oksida

merupakan stres oksidatif yang dapat merusak sel. Kemudian adanya defosforilasi

ATP meningkatkan substrat xantin oksidase dimana sel β sangat peka terhadap

enzim ini. Xantin oksidase akan memproduksi hidrogen peroksida dan radikal

hidroksil. Akhirnya gabungan antara nitrit oksida dan macam-macam zat oksigen

reaktif tersebut mengakibatkan fragmentasi DNA.8 Selain itu, STZ dapat merusak

DNA dengan proses metilasi DNA yang akan membentuk ion karbonium (CH3+)

kemudian mengaktifkan enzim poly ADP-ribose synthetase (PARP). Dengan

adanya aktivasi dari PARP, dalam upaya memperbaiki DNA yang rusak, akan

menyebabkan deplesi NAD+ dan persediaan ATP yang akhirnya terjadi nekrosis

dari sel β pankreas.17

Page 26: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

13

2.1.7. Gambaran Histologi Pankreas

Organ pankreas terdiri atas eksokrin dan endokrin. Bagian sel-sel

endokrin membentuk Pulau Langerhans.15

Pulau Langerhans dikelilingi oleh

jaringan ikat retikulin dan berada tersebar di antara asini, yaitu bagian eksokrin

pankreas. Diameter pulau Langerhans sebesar 0,1-0,2 mm dan di dalamnya berisi

ribuan sel. Pulau Langerhans biasanya berbentuk egg-shaped dan terdiri atas sel-

sel yang berbentuk poligonal atau bulat. 16,20

Pulau Langerhans tampak lebih pucat

dibandingkan dengan area eksokrin karena tidak memiliki granul zimogen. 16,22

Bagian eksokrin dari pankreas dibagi menjadi beberapa lobus oleh septa

jaringan ikat. Lobus tersebut dibagi lagi menjadi beberapa lobulus oleh sedikit

jaringan ikat dan tidak memiliki batas yang tegas.16

Bagian eksokrin terdiri atas

sel-sel asiner yang berbentuk piramid dan memiliki inti sel di bagian basal.

Karakteristik sel asiner adalah sitoplasma dengan sifat basofilik terang pada

bagian basal dan asidofilik granul zimogen pada bagian apeks.20,22

2.1.8. Gambaran Histologi Hepar

Berdasarkan teori, sel parenkim hepar terdiri atas hepatosit. Hepar dibagi

menjadi lobus dan dibagi lagi menjadi lobulus oleh jaringan ikat yang disebut

kapsula Gibson. Lobulus hepar terdiri dari beberapa sinusoid bersatu pada vena

sentralis pada bagian tengah. Vena sentralis ini tersusun atas sel-sel endotel. Di

daerah antara lobulus dapat ditemukan portal triad yang terdiri dari vena porta,

arteri hepatica, pembuluh limfe, dan duktus biliaris.16

Hepatosit berbentuk

polihedral dengan diameter 20-30 µm dengan susunan dari perifer ke medial

menuju vena sentralis. Diantara dua barisan hepatosit terbentuk sebuah saluran

yang disebut kanalikuli biliaris. Kanalikuli ini tidak memiliki endotel. Hepatosit

memiliki nukleus yang berbentuk bulat dan besar yang letaknya di tengah sel.22

2.1.9. Gambaran Histologi Ginjal

Ginjal secara mikroskopik dibagi menjadi dua bagian yaitu korteks dan

medulla. Di dalam bagian tersebut terdapat tubulus uriniferus yang terdiri atas

Page 27: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

14

nefron dan duktus kolektivus. Nefron tersusun atas glomerulus, kapsula Bowman,

tubulus kontortus proksimal, Ansa Henle, dan tubulus kontortus distal. Bagian

korteks itu sendiri terdiri atas glomerulus, kapsula Bowman dan tubulus kontortus

(Gambar 4.5). Sedangkan medulla terdiri atas segmen piramid yang berisikan

Ansa Henle dan tubulus kolektivus.16

Bagian pertama nefron dimulai dengan kapsula Bowman yang merupakan

ruang sempit berbentuk piala antara lapisan viseralis dan lapisan parietalis yang

mana akan dilewati ultrafiltrat. Kapsula Bowman membungkus glomerulus.

Glomerulus merupakan anastomosis kapiler-kapiler fenestrata yang berasal dari

arteri renalis, dimana sel endotel kapiler tersebut membentuk taut yang erat dan

dikelilingi oleh membran basalis hingga membentuk suatu kumpulan yang dapat

diidentifikasi di bawah mikroskop.16

Setelah melalui glomerulus dilanjutkan ke tubulus kontortus proksimal.

Tubulus kontortus proksimal memiliki epitel selapis kubus dengan brushborder

yang jelas. Bila dilihat dibawah mikroskop, lumen tubulus kontortus proksimal

terlihat penuh atau kotor. 16

Tubulus kontortus distal tersusun atas epitel selapis kubus yang tidak

memiliki brushborder. Sehingga pada gambaran di bawah mikroskop lumen

duktus akan terlihat bersih. 16

Page 28: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

15

2.2 Kerangka Teori

Page 29: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

16

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain eksperimental

laboratorium.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Agustus 2014.

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Animal House, Laboratorium

Biokimia, Laboratorium Biologi, Laboratorium Farmakologi, Laboratorium

Histologi, dan Laboratorium Riset Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jl.

Kertamukti No. 05, Pisangan Ciputat 15419, Tangerang Selatan.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus jantan strain

Sprague dawley umur 80 hari dengan berat badan rata-rata 180-200 gram. Hewan

coba diperoleh dari Departemen Patologi Institut Pertanian Bogor. (Lampiran 1)

Pada penelitian ini organ yang digunakan sebagai sampel adalah hepar, pankreas

dan ginjal dari 2 kelompok hewan percobaan, yaitu:

1. Kelompok I adalah tikus yang tidak diinduksi STZ sebanyak 6 ekor

2. Kelompok II adalah tikus yang diinduksi STZ 60 mg/kgBB sebanyak 6 ekor

Hewan percobaan yang digunakan sebagai sampel berasal dari hewan

percobaan yang digunakan oleh Fadel dkk tahun 2014 dengan jumlah hewan

penelitian 30 tikus yang merupakan jumlah minimal hewan coba sesuai dengan

rumus Federer. Setelah dilakukan terapi ekstrak Nigella sativa selama 3 minggu,

Page 30: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

17

jumlah hewan dalam penelitian yang tersisa 24 ekor. 6 ekor mati setelah proses

induksi Streptozotocin dan selama penelitian berlangsung. 24 hewan penelitian

yang tersisa masing-masing adalah: 9 hewan untuk kontrol negatif, 7 hewan untuk

kontrol positif dan 8 hewan untuk kelompok terapi. Kematian hewan penelitian

diduga antara lain akibat efek toksisitas pada Streptozotocin, keadaan Animal

House yang kurang higinis dan banyaknya orang yang sering keluar masuk

Animal House. Hal ini dapat menyebabkan hewan coba rentan terkena infeksi dan

stress.26

Pada penelitian ini hanya menggunakan 2 kelompok yaitu kontrol negatif dan

induksi STZ. Besar sampel ditentukan dengan rumus Mead’s Resource Equation

Formula, sebagai berikut27

:

E = Error Component (10-20)

N = Jumlah individu percobaan (sampel) dalam semua kelompok (dikurang 1)

B = Blocking Component (dikurang 1)

T = Jumlah kelompok terapi (dikurang 1)

E = N – 0 – T E = N – 0 – T

≥ 10 = (N – 1) – (T – 1) ≤ 20 = (N – 1) – (T – 1)

≥ 10 = (N – 1) – (2 – 1) ≤ 20 = (N – 1) – (2 – 1)

≥ 10 = (N – 1) – 1 ≤ 20 = (N – 1) – 1

≥ 10 = N – 2 ≤ 20 = N – 2

N ≥ 12 N ≤ 18

Jumlah total sampel adalah 12 ekor yang masih dalam rentang 12-18 ditambah

10% menjadi 14 ekor, yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kontrol negatif dan

induksi STZ. Setiap kelompok terdiri dari 7 ekor tikus jantan strain Sprague

dawley

3.3.1. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

E = N - B – T

Page 31: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

18

3.3.1.1. Kriteria Inklusi

Tikus jantan strain Sprague dawley yang sehat

Berat badan 180-200 gr

Kontrol negatif dengan glukosa darah < 200 mg/dL

Kontrol positif dengan glukosa darah > 200 mg/dL

3.3.1.2. Kriteria Eksklusi

Tikus jantan strain Sprague dawley yang mati selama proses

induksi STZ dan perlakuan

3.4. Cara Kerja Penelitian

3.4.1. Alat dan Bahan Penelitian

a. Tahap Nekropsi

Kapas, minor set surgeon, papan potong, zipline plastic bag, dan ether

untuk anastesi

b. Tahap Fiksasi

Formalin-PBS 10%

c. Tahap Dehidrasi

Gelas ukur (1000 ml, 500 ml), beaker Glass (1000 ml, 500 ml), corong

kaca, aquades, alkohol absolut CH3CH2OH Mallinckrodt Chemicals,

alkohol 95%, dan toluol.

d. Tahap Clearing

Larutan toluol:alkohol (1:1)

e. Tahap Embedding

Hotplate stirer (sRS 710 HA), vials stopper tools neck, dan Paraplast

Leica Microsystem

f. Tahap Blocking

Cetakan blocking

g. Tahap Pemotongan

Object glass, bunsen, mikrotom geser, korek api gas, waterbath, kulkas,

beaker glass 200 ml, putih telur, gliserin, dan es batu.

Page 32: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

19

h. Tahap Pewarnaan

Cover glass, staining jar, mikroskop shimadzu T025A, spatula kaca, timer,

xylol, hematoksilin, eosin, balsam Canada, dan H2SO4.

i. Tahap Foto Jaringan

Kotak preparat, kamera preparat, komputer lab, DVD foto, mikroskop

Olympus BX41

j. Untuk semua tahap histoteknik

Tisu dan tisu berpori

3.4.2. Adaptasi Hewan Coba

Setelah hewan tiba di laboratorium animal house, hewan coba

diadaptasikan selama 14 hari dengan diberi makan dan minum ad libitum.

Bedding dan kandang diganti dengan yang baru setiap 3 hari.26

3.4.3. Tahap Induksi STZ

Pada hari ke-15 tikus dipuasakan selama 10 jam sebelum

dilakukan penginduksian STZ 48-60 mg/kgBB secara intraperitoneal.

Kemudian dilakukan pengukuran kadar glukosa darah pada hari ke-5

setelah penginduksin STZ (hari ke-21). Tikus yang digunakan pada

percobaan ini yang memiliki kadar glukosa darah > 200 mg/dL.26

3.4.4. Tahap Nekropsi

Siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Kemudian ambil plastik

yang sudah ditulis nama atau kode tikus dan organ. Tuangkan formalin-

PBS 10% ke dalam plastik sekitar 20x volume jaringan sampel. Tikus

dianastesi dengan cara dimasukkan ke dalam toples berisi kapas yang

diberikan eter. Tunggu hingga tikus hilang kesadaran dengan cara

memberikan rangsang nyeri pada telapak kaki tikus, bila tidak memberi

respon maka efek anastesi sudah bekerja. Proses pembedahan dilakukan

pada bagian abdominothoracal dan dilakukan nekropsi organ hepar,

Page 33: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

20

pankreas, ginjal. Organ dipotong dengan ketebalan 3-5 mm dan

dimasukan ke dalam plastik yang berisi formalin-PBS 10%.28

3.4.5. Tahap Pemrosesan Jaringan

3.4.5.1. Dehidrasi

Proses dehidrasi menggunakan alkohol dengan variasi konsentrasi

50%, 70%, 80%, 90%. Pengenceran alkohol dilakukan dengan cara

penghitungan sebagai berikut:

1. Pengenceran alkohol 50% = 500 ml alkohol 95% + 450 ml aquades

2. Pengenceran alkohol 70% = 700 ml alkohol 95% + 250 ml aquades

3. Pengenceran alkohol 80% = 800 ml akohol 95% + 150 ml aquades

4. Pengenceran alkohol 90% = 900 ml alkohol 95% + 50 ml aquades

Setiap konsentrasi larutan alkohol tersebut ditempatkan pada 3

buah pot plastik masing-masing setinggi 2/3 pot plastik. Setiap pot

dengan konsentrasi alkohol yang sama diberi label I, II, III untuk

menandakan urutan proses dehidrasi.21,28

Tahap dehidrasi dimulai dengan memasukkan potongan hepar,

ginjal dan pankreas ke dalam pot plastik berlabel I, II, lalu III.

Potongan organ direndam selama 15 menit secara berurutan ke dalam

larutan alkohol 50%, 70%, 80%, 90% dan 95%. 21

3.4.5.2. Clearing

Tahapan Clearing bertujuan untuk mengeluarkan alkohol dari

jaringan, karena alkohol dan parafin tidak dapat menyatu, sehingga

larutan yang akan dimasukkan ke dalam jaringan dapat berikatan

dengan parafin. Pada tahapan ini digunakan larutan toluol:alkohol

(1:1) dan toluol murni.21

Page 34: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

21

Pertama, potongan organ dimasukan ke dalam larutan

toluol:alkohol (1:1) dan direndam selama 25 menit. Kemudian

potongan organ tersebut dipindahkan dan direndam kedalam toluol

murni selama 60 menit hingga menjadi bening. Perendaman dalam

toluol murni diperpanjang sampai potongan menjadi bening. Waktu

perendaman dalam toluol murni paling lama selama 120 menit, karena

akan menyebabkan pengerasan pada jaringan sehingga sulit untuk

dilakukan pemotongan.21

3.4.5.3. Embedding

Tahap embedding bertujuan untuk mengeluarkan cairan pada saat

proses clearing dan menggantinya dengan parafin karena cairan saat

proses clearing dapat mengkristal di dalam jaringan dan menyebabkan

jaringan mudah robek saat tahap pemotongan.21

Pertama, buat larutan toluol : parafin (50 ml : 50 ml). Kemudian

bungkus organ menggunakan tissue berpori lalu rendam dalam larutan

tersebut dan diamkan pada suhu ruangan selama 24 jam. Setelah itu

cairkan parafin dengan suhu diantara 56-62oC dan diberi label I, II, III

dan IV. Masukkan potongan organ ke dalam larutan parafin secara

berurutan, masing-masingnya selama 15 menit.21

3.4.5.3. Blocking

Tahapan ini merupakan proses pembuatan blok preparat agar

organ dapat dipotong dengan mikrotom. Cairkan parafin lalu tuangkan

sedikit ke dalam cetakan blok. Masukan potongan organ secara

perlahan dan kemudian tuangkan kembali parafin hingga merendam

organ.21

3.4.6. Pemotongan Jaringan

Page 35: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

22

Proses ini merupakan pemotongan jaringan dengan menggunakan

mikrotom. Pertama, rekatkan blok parafin diatas blok kayu dengan cara

memanaskan salah satu sisi blok parafin hingga sedikit mencair

kemudian langsung tempelkan. Letakan blok parafin dan balok kayu

tersebut pada holder (pemegang) di mikrotom dan kencangkan. Lakukan

pemotongan jaringan ini dengan ketebalan 6 µm. Jika diperlukan sudut

kemiringan pisau mikrotom diatur pada sudut 20-30 derajat.21

Setelah blok parafin berhasil dipotong, dengan kuas dan rendam

potongan tersebut dalam waterbath dengan suhu air 37-40 oC hingga

potongan terlihat meregang. Kemudian oleskan putih telur yang dicampur

dengan gliserin pada kaca objek secukupnya. Lalu ambil potongan

tersebut menggunakan kaca objek ke dalam waterbath. Letakan kaca

objek tersebut pada hotplate dengan suhu 40-45 oC hingga kering.

Setelah kering dan potongan melekat dengan kuat pada kaca objek,

angkat dari hotplate dan potongan siap untuk diwarnai.21

3.4.7. Tahapan Pewarnaan HE

Sebelum memulai proses pewarnaan masukkan xylol, alkohol

dengan konsentrasi 70%, 80%, 90%, alkohol absolut, alkohol asam,

hematoksilin, eosin dan aquades ke dalam staining jar dengan ¾ volume

maksimum. Masukkan dan rendam cawan yang berisi preparat kedalam

staining jar yang berisi xylol selama 10 menit sebanyak 2 kali. Lalu

pindahkan dan rendam cawan ke dalam staining jar berisi alkohol absolut

selama 5 menit sebanyak 2 kali. Pindahkan dan rendam cawan ke dalam

staining jar berisi alkohol konsentrasi 90% selama 1 menit.21

Pindahkan dan rendam cawan ke dalam staining jar berisi alkohol

konsentrasi 80% selama 1 menit. Pindahkan dan rendam cawan ke dalam

staining jar berisi alkohol konsentrasi 70% selama 1 menit. Pindahkan

dan rendam cawan ke dalam staining jar berisi aquades selama 4 menit.

Page 36: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

23

Pindahkan cawan tersebut dan rendam ke dalam staining jar yang berisi

Hematoksilin dengan durasi hepar 4 menit; ginjal 2 menit; pankreas 1

menit. Selama durasi itu dilakukan pengamatan dibawah mikroskop

untuk menghindari terjadinya overstainning hematoksilin. Lakukan

perendaman cawan di dalam staining jar berisi aquades sebanyak 3 kali

dengan durasi 1 menit. Pindahkan dan rendam cawan ke dalam staining

jar berisi alkohol asam selama 30 detik.21

Kemudian pindahkan dan rendam cawan kedalam staining jar

yang sudah dialiri air mengalir selama 1 menit. Pindahkan dan rendam

cawan ke dalam staining jar berisi Eosin selama 1 menit. Selama durasi

itu dilakukan pengamatan dibawah mikroskop untuk menghindari

terjadinya overstainning eosin.21

Lakukan pemindahan dan perendaman cawan di dalam staining jar

berisi aquades sebanyak 3 kali dengan durasi 1 menit. Pindahkan secara

berurutan dan rendam cawan ke dalam staining jar yang berisi alkohol

dengan konsetrasi meningkat dari 70% sampai alkohol absolut selama 1

menit dan xylol sebanyak 2 kali 3 menit.21

Segera teteskan dan ratakan canada balsam secukupnya di atas

preparat dan ditutup dengan cover glass. Amati di bawah mikroskop dan

jangan biarkan ada gelembung udara pada preparat. Berikan nama

organ/kode organ serta tanggal pembuatan. Tunggu hingga kering.

Preparat siap disimpan.21

3.4.8. Foto Jaringan

Preparat diamati dan difoto dengan menggunakan mikroskop Olympus BX41 dan software Olympus DP2-BSW yang dimulai dari

perbesaran 4x, 10x, 20x, dan 40x.

3.5. Alur Penelitian

Page 37: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

24

Page 38: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

25

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pankreas

Data morfologi sel pada pulau Langerhans pada tikus kontrol negatif dan

kontrol positif yang di nekropsi pada hari ke 21 dan telah dilakukan pewarnaan

dengan hematoksilin eosin (Lampiran 3) sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Morfologi Pulau Langerhans Tikus Kontrol Negatif

KONTROL NEGATIF

Tikus Batas sel Bentuk Sel Sitoplasma Nukleus

1 Jelas Bulat Merah muda Bulat, ungu

2 Jelas Bulat Merah muda Bulat, ungu

3 Jelas Bulat Merah muda Bulat, ungu

4 Jelas, rapat Bulat Merah muda Bulat, ungu

5 Jelas Bulat Merah muda

keunguan Bulat, ungu

6 Jelas, rapat Bulat Merah muda

keunguan Bulat, ungu

Page 39: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

26

Tabel 4.2 Data Morfologi Pulau Langerhans Tikus Kontrol Positif

KONTROL POSITIF

Tikus Batas sel Bentuk Sel Sitoplasma Nukleus

1 Tidak jelas, rapat Tidak dapat

diidentifikasi

Merah muda Bulat-lonjong,

ungu

2 Jelas, rapat Tidak dapat

diidentifikasi

Merah muda Bulat-lonjong,

ungu

3 Tidak jelas, rapat Tidak dapat

diidentifikasi

Merah muda Bulat-lonjong,

ungu

4 Tidak jelas,

bertumpuk

Tidak dapat

diidentifikasi

Merah muda Bulat-lonjong,

ungu

5 Tidak jelas, rapat Tidak dapat

diidentifikasi

Merah muda Bulat-lonjong,

ungu

6 Tidak jelas Tidak dapat

diidentifikasi

Merah muda Bulat-lonjong,

ungu

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Lampiran 4) terjadi peningkatan

kadar glukosa darah pada tikus kontrol positif sebanyak 10,2%.26

Selanjutnya

dilakukan pengamatan morfologi sel antara kedua kelompok.

Berdasarkan hasil pada Tabel 4.1 didapatkan morfologi pulau Langerhans

tikus kontrol negatif yang dominan memiliki batas antar sel yang jelas, bentuk sel

bulat, sitoplasma berwarna merah muda, nukleus berbentuk bulat dan berwarna ungu

dimana dapat disimpulkan masih normal. Sedangkan pada Tabel 4.2 didapatkan

morfologi pulau Langerhans tikus kontrol positif yang dominan memiliki batas antar

sel yang tidak jelas, bentuk sel tidak dapat diidentifikasi dan inti sel yang berbentuk

bulat hingga lonjong namun masih berwarna ungu serta sitoplasma berwarna merah

muda.

Page 40: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

27

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4.1. (a) Pankreas tikus kontrol negatif (1) 20x; (b) Pankreas tikus kontrol positif (1)

20x; (c) Pankreas tikus kontrol negative (1) 40x; (d) Pankreas tikus kontrol positif (1) 40x.

Pada pankreas kontrol negatif dengan perbesaran 40 kali (Gambar 4.1.c)

tampak pulau Langerhans dengan sel yang tersusun rapat namun batas sel dapat

dikenali, sitoplasma berwarna merah muda dan nukleus tampak berwarna ungu dan

berbentuk bulat. Sedangkan pada pankreas yang diinduksi STZ pada perbesaran 40

kali (Gambar 4.1.d) pulau Langerhans masih dapat dibedakan dengan bagian

eksokrin. Namun bentuk sel sulit dikenali, sitoplasma berwarna merah dan nukleus

berbentuk tidak beraturan mulai dari bentuk bulat hingga lonjong dan berwarna ungu.

Kemungkinan hal ini terjadi akibat efek STZ yang dapat mendestruksi sel β

pankreas secara selektif sehingga sel mengalami proses nekrosis.8 Hasil penelitian ini

sesuai dengan penelitian Azza A. Attia tahun 2009 yang menunjukan gambaran

nukleus yang berfragmentasi serta nukleus yang piknotik dimana menandakan adanya

proses kerusakan pada sel β pankreas.23

4.2. Hepar

Page 41: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

28

Data morfologi hepatosit tikus kontrol egatif dan kontrol positif setelah

dilakukan pewarnaan hematoksilin-eosin (Lampiran 3) sebagai berikut:

Tabel 4.3 Data Morfologi Hepatosit Tikus Kontrol Negatif

KONTROL NEGATIF

Tikus Batas sel Bentuk Sel Sitoplasma Nukleus

1 Jelas Polihedral Merah muda Bulat, ungu

2 Jelas Polihedral Merah muda Bulat, ungu

3 Jelas Polihedral Merah muda Bulat, ungu

4 Sebagian jelas,

sebagian tidak

jelas

Polihedral Merah muda Bulat, ungu

5 Jelas Polihedral Merah muda Bulat, ungu

6 Jelas, rapat Polihedral Merah muda Bulat, ungu

Tabel 4.4 Data Morfologi Hepatosit Kontrol Positif

KONTROL POSITIF

Tikus Batas sel Bentuk Sel Sitoplasma Nukleus

1 Jelas, rapat Polihedral Merah muda Bulat besar,

ungu

2 Jelas, rapat Polihedral Merah muda Bulat besar,

ungu

3 Jelas Polihedral Merah muda Bulat, ungu

4 Tidak jelas, rapat Tidak dapat

diidentifikasi

Merah muda Bulat, ungu

5 Tidak jelas, rapat Polihedral Merah muda Bulat besar,

ungu

6 Jelas Polihedral Merah muda Bulat besar,

ungu

Berdasarkan hasil pada Tabel 4.3 didapatkan morfologi hepatosit tikus kontrol

negatif yang dominan memiliki batas antar sel yang jelas dan tersusun rapat, bentuk

Page 42: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

29

sel polihedral, sitoplasma berwarna merah muda, nukleus berbentuk bulat dan

berwarna ungu dimana dapat disimpulkan masih normal. Sedangkan pada Tabel 4.4

didapatkan morfologi hepatosit tikus kontrol positif yang dominan memiliki batas

antar sel yang jelas, bentuk sel polihedral, sitoplasma merah muda, nukleus berbentuk

bulat besar dan berwarna ungu.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4.2. (a) Hepar tikus kontrol negatif (1) 20x; (b) Hepar tikus kontrol positif (1)

20x; (c) Hepar tikus kontrol negatif (1) 40x (insert: hepatosit); (d) Hepar tikus kontrol

positif (1) 40x (insert: hepatosit).

Pada hepar kontrol negatif didapatkan bahwa bentuk sel polihedral dengan

batas antar sel jelas, sitoplasma berwaarna merah muda, nukleus berbentuk bulat

dan berwarna ungu (Gambar 4.2.c insert). Pada hepar yang diinduksi STZ terdapat

perbedaan dengan hepar kontrol negatif yaitu ukuran nukleus lebih besar.

Sedangkan bentuk hepatosit, warna sitoplasma, dan warna nukleus tidak ada

perbedaan dengan hepar kontrol negatif (Gambar 4.2.d insert). Hasil penelitian ini

tidak sesuai dengan yang dilakukan oleh Muhammad Zafar dkk tahun 2009 dimana

Page 43: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

30

didapatkan adanya kongesti pada pembuluh darah porta dan sinusoid serta

perubahan susunan konsentris pada hepatosit. Perbedaan di atas kemungkinan

diakibatkan dari jarak waktu antara pemberian STZ dengan pengambilan organ

sampel . Pada penelitian ini nekropsi dilakukan 21 hari setelah pemberian STZ hari

sedangkan Muhammad Zafar dkk tahun 2004 melakukannya setelah 32 hari.24

4.3. Ginjal

Data morfologi ginjal tikus kontrol negatif dan kontrol positif setelah

dilakukan pewarnaan hematoksilin-eosin (Lampiran 3) sebagai berikut

Tabel 4.5 Data Morfologi Ginjal Tikus Kontrol Negatif

KONTROL NEGATIF

Tikus Glomerulus Kapsula

Bowman

Ruang Kapsula

Bowman

Tubulus

Kontortus

1 Bulat, baik Normal Normal Epitel selapis

kubus

2 Bulat, baik Normal Agak menyempit Epitel selapis

kubus

3 Bulat, baik Normal Normal Epitel selapis

kubus

4 Bulat, baik Normal Agak menyempit Epitel selapis

kubus

5 Bulat, baik Normal Normal Epitel selapis

kubus

6 Bulat, baik Normal Normal Epitel selapis

kubus

Page 44: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

31

Tabel 4.6 Morfologi Ginjal Tikus Kontrol Positif

KONTROL POSITIF

Tikus Glomerulus Kapsula

Bowman

Ruang Kapsula

Bowman

Tubulus

Kontortus

1 Tidak bulat,

membesar

Normal Normal Epitel tersusun

tidak teratur

2 Tidak bulat,

membesar

Normal Menyempit Epitel tersusun

tidak teratur

3 Bulat, normal Normal Normal Epitel tersusun

tidak teratur

4 Tidak bulat,

membesar

Normal Normal Epitel tersusun

tidak teratur

5 Tidak bulat,

membesar

Normal Menyempit Epitel tersusun

tidak teratur

6 Tidak bulat,

membesar

Normal Menyempit Epitel tersusun

tidak teratur

Berdasarkan hasil pada Tabel 4.5 didapatkan morfologi ginjal tikus kontrol

negatif yang dominan memiliki glomerulus dengan bentuk bulat, kapsula Bowman

yang normal, ruang kapsula Bowman yang normal dan tubulus kontortus yang

tersusun oleh epitel selapis kubus. Sedangkan pada Tabel 4.6 didapatkan morfologi

ginjal tikus kontrol positif yang dominan memiliki glomerulus dengan bentuk tidak

bulat dan membesar, kapsula Bowman yang normal, ruang kapsula Bowman yang

normal dan susunan epitel pada tubulus kontortus yang tidak teratur.

Page 45: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

32

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 4.3. (a) Ginjal tikus kontrol negatif (1) 20x; (b) Ginjal tikus kontrol positif (1)

20x; (c) Ginjal tikus kontrol negatif (1) 40x; (d) Ginjal tikus kontrol positif (1) 40x; (e)

Ginjal tikus kontrol negatif (1) 40x (insert: T. kontortus); (f) Ginjal tikus kontrol positif

(1) 40x (insert: T. kontortus)

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa glomerulus pada ginjal yang

diinduksi STZ terlihat lebih besar ukurannya dibanding ginjal kontrol negatif, namun

ruang kapsula Bowman masih dalam kondisi baik (Gambar 4.3.d). Perbedaan tersebut

kemungkinan terjadi akibat perbedaan lokasi pemotongan organ ginjal sehingga

menghasilkan ukuran glomerulus yang berbeda. Selain itu didapatkan pula epitel pada

Page 46: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

33

tubulus ginjal yang diinduksi STZ tidak tersusun dengan teratur dibanding epitel pada

tubulus ginjal kontrol negatif (Gambar 4.3.f insert). Hasil penelitian ini tidak sesuai

dengan yang dilakukan oleh Muhammad Zafar dkk tahun 2009 yang tidak

menunjukkan adanya gambaran patologis pada ginjal tikus yang diinduksi STZ.25

Perbedaan di atas kemungkinan efek STZ pada organ ginjal bersifat reversibel yang

terlihat perubahan morfologi seluler 21 hari setelah pemberiannya dan kembali

normal setelah 32 hari. Untuk membuktikan kemungkinan tersebut perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut.

Page 47: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

34

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada penelitian ini, dapat disimpulkan:

1. Pankreas

Gambaran histopatologik organ ini menunjukan adanya perubahan bentuk

pada nukleus yang bulat menjadi tidak beraturan mulai dari bentuk bulat

hingga lonjong sehingga bentuk sel sulit dikenali.

2. Hepar

Pada nukleus tikus yang diinduksi STZ mengalami perbesaran pada

ukurannya namun pada sitoplasma dan bentuk sel tidak mengalami

perubahan.

3. Ginjal

Pada glomerulus tikus yang diinduksi STZ mengalami perbesaran pada

ukurannya dan perubahan susunan epitel pada tubulus menjadi tidak teratur.

5.2 Saran

1. Menganalisis fungsi organ pankreas, hepar, dan ginjal saat 21 hari setelah

pemberian STZ. Hal ini untuk menguatkan pernyataan bahwa pada saat

tersebut sudah mulai terjadi kerusakan fungsi organ atau perubahan morfologi

seluler tidak mempengaruhi fungsi organ.

2. Menganalisis fungsi organ pankreas, hepar, dan ginjal saat 32 hari atau lebih

lama lagi setelah pemberian STZ. Hal ini untuk membuktikan pernyataan

bahwa kerusakan organ-organ tersebut bersifat reversibel.

Page 48: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

35

DAFTAR PUSTAKA

1. American Diabetes Association. Position Statement: Diagnosis and

Classification of Diabetes Melltus; Diabetes Care Vol. 33 Sup. 1. USA:

Diabetes Journal. 2010. 562-569.

2. World Health Organization. Diabetes: The Problem and The Solution. 2010

3. International Diabetes Federation. Executive Summary: IDF Diabetes Atlas

Sixth Edition. 2013.

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI.

Riset Kesehatan Dasar. 2013.

5. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Diabetes Mellitus Tipe 2

Indoonesia. 2011.

6. Sudoyo Aru W, Setyohadi B, Idrus A, Marcellus SK, Setiati S. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing. 2009.

7. Lenzen Sigur. Alloxan and Streptozotocin Diabetes. Unknown year.

8. Szkudelski T. The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in B Cells

of The Rat Pancreas. Physiol Res. 2001. 50: 536-546.

9. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, et al. Harrison’s

Principles of Internal Medicine. 18th

Edition. New York: McGraw-Hill

Companies, Inc. 2012.

10. Gardner DG, Shoback D. Greenspan’s Basic and clinical Endocrinology. 8th

Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. 2007

11. Raza H, John A. Steptozotocin-Induced Cytotoxicity, Oxidative Stress and

Mitochondrial Dysfunction in Human Hepatoma HepG2 Cells. Int. J. Mol.

Sci. 2013, 13, 5751-5767.

Page 49: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

36

12. Akbarzadeh A, Norouzian D, Mehrabi MR, Jamshadi, Farhangi A, et al.

Induction of Diabetes by Streptozotocin in Rats. Indian Journal of Clinical

Biochemistry. 2007. 22(2):60-64.

13. Zafar M, Naqvi SN, et al. Effects of STZ-Induced Diabetes on the Relative

Weigh of Kidney, Liver and Pancreas in Albino Rats: A Comparative Study.

2010. Int. J. Morphol. 28(1):135-142.

14. Tian HL, Wei LS, Xu ZX, Zhao RT, Jin DL, et al. Correlation Between Blood

Glucose Level and Diabetes Signs in Streptozotocin-Induced Diabetic Mice.

Global Journal of Pharmacology. 2010. 4(3): 111-116.

15. Tallitsch RB, Guastaferri RS. Histology: An Identification Manual.

Philadelphia: Mosby Elsevier. 2009. Chapter 12-13,16.

16. Gartner, Hiatt LP, Strum JL, et al. Biologi Sel dan Histologi Edisi ke-6.

Jakarta: Binarupa Aksara Publisher. 2012.

17. Eleazu CO, Eleazu KC, Chukwuma S, et al. Review of the Mechanism of Cell

Death Resulting from Streptozotocin Challenge in Experimental Animals, its

Practical Use and Potential Risk to Humans. Journal of Diabetes & Metabolic

Disorders. 2013. 12:60.

18. Kumar V, Cotran RS, Robbin SL. Buku Ajar Patologi Edisi ke-7. Vol 2.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2007.

19. Baratawidjaja KG. Imunologi Dasar Edisi ke-11. Jakarta: Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran FKUI. 2014.

20. Mescher LA. Junquiera’s Basic Histology Text and Atlas. 12th

Edition. New

York: McGraw-Hill Companies, Inc. 2010.

21. Suntoro H. Metode Pewarnaan: Histologi dan Histokimia. Bagian Anatomi

dan Mikroteknik Hewan Fakultas Biologi UGM. Jakarta: Bhiratara Karya

Aksara. 1983.

22. Kuehnel W. Color Atlas of Cytology, Histology, and Microscopic Anatomy.

4th

Edition. Germany: Thieme. 2002.

Page 50: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

37

23. Attia AA. Histological and Electron Microscopic Studies of the Effect of β-

Carotene on the Pancreas of Streptozotocin (STZ)-Induced Diabetic Rats.

Pakistan Journal of Biological Science. 2009. 12(4): 301-314.

24. Zafar M, Naqvi SN, et al. Altered Liver Morphology and Enzymes in

Streptozotocin Induced Diabetic Rats. Int. J. Morphol. 2009. 27(3):719-725.

25. Zafar M, Naqvi SN, et al. Altered Kidney Morphology and Enzymes in

Streptozotocin Induced Diabetic Rats. Int. J. Morphol. 2009. 27(3):783-790.

26. Askary F. Efek Pemberian Ekstrak Nigella sativa Terhadap Kadar Glukosa

Darah dan Trigliserida Pada Tikus Diabetes Mellitus yang Diinduksi

Streptozotocin. Laporan Penelitian FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2014.

27. Singh AS, Masuku MB. Sampling Techniques & Determination of Sample

Size in Applied Statistic Research: An Overview. Int. J. ECM. 2014. 11(2): 13.

28. Ahmad AJ. Histoteknik Dasar. Bagian Histologi Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. 2009.

Page 51: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

38

LAMPIRAN

Lampiran 1

Surat Keterangan Tikus Sehat

Gambar 6.1 Surat Keterangan Tikus Sehat

Page 52: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

39

Lampiran 2

Gambar Proses Penelitian

Gambar 6.2 Sampel

penelitian

Gambar 6.3 Anastesi hewan

coba

Gambar 6.4 Proses nekropsi Gambar 6.5 Proses

dehidrasi

Page 53: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

40

(Lanjutan)

Gambar 6.6 Proses

clearing

Gambar 6.7 Proses

embedding

Gambar 6.8 Proses blocking

Gambar 6.9 Pemotongan

jaringan

Gambar 6.10 Set

pewarnaan Hematoksilin

Eosin

Page 54: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

41

Lampiran 3

Hasil Preparat

A. Pankreas

Gambar 6.11 Pankreas

Tikus Kontrol Negatif 2

Gambar 6.12 Pankreas

Tikus Kontrol Negatif 3

Gambar 6.13 Pankreas

Tikus Kontrol Negatif 4

Gambar 6.14 Pankreas

Tikus Kontrol Negatif 5

Gambar 6.15 Pankreas

Tikus Kontrol Negatif 6

Gambar 6.16 Pankreas

Tikus Kontrol Positif 2

Page 55: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

42

B. Hepar

Gambar 6.17 Pankreas

Tikus Kontrol Positif 3

Gambar 6.18 Pankreas

Tikus Kontrol Positif 4

Gambar 6.19 Pankreas

Tikus Kontrol Positif 5

Gambar 6.20 Pankreas

Tikus Kontrol Positif 6

Gambar 6.21 Hepar Tikus

Kontrol Negatif 2

Gambar 6.22 Hepar Tikus

Kontrol Negatif 3

Page 56: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

43

Gambar 6.23 Hepar Tikus

Kontrol Negatif 4

Gambar 6.24 Hepar Tikus

Kontrol Negatif 5

Gambar 6.25 Hepar Tikus

Kontrol Negatif 6

Gambar 6.26 Hepar Tikus

Kontrol Positif 2

Gambar 6.27 Hepar Tikus

Kontrol Positif 3

Gambar 6.28 Hepar Tikus

Kontrol Positif 4

Page 57: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

44

C. Ginjal

Gambar 6.29 Hepar Tikus

Kontrol Positif 5

Gambar 6.30 Hepar Tikus

Kontrol Positif 6

Gambar 6.31 Ginjal Tikus

Kontrol Negatif 2

Gambar 6.32 Ginjal Tikus

Kontrol Negatif 3

Gambar 6.33 Ginjal Tikus

Kontrol Negatif 4

Gambar 6.34 Ginjal Tikus

Kontrol Negatif 5

Page 58: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

45

Gambar 6.35 Ginjal Tikus

Kontrol Negatif 6

Gambar 6.36 Ginjal Tikus

Kontrol Positif 2

Gambar 6.37 Ginjal Tikus

Kontrol Positif 3

Gambar 6.38 Ginjal Tikus

Kontrol Positif 4

Gambar 6.39 Ginjal Tikus

Kontrol Positif 5

Gambar 6.40 Ginjal Tikus

Kontrol Positif 6

Page 59: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

46

Lampiran 4

Pengukuran Glukosa Darah Tikus

Pada penelitian yang dilakukan Fadel Askary tahun 2014 didapatkan hasil

glukosa darah sebagai berikut:

Tabel 6.1. Rata-rata Glukosa Darah Tikus26

1 minggu Setelah

Diinduksi

(mg/dl)

Akhir Minggu ke-3

Perlakuan

(mg/dl)

presentase

penurunan

(%)

Kontrol

(-)

122.2 133.3 -9*

Kontrol

(+)

469.0 516.7 -10.2*

Perlakuan 487.9 348.5 28.6

*mengalami peningkatan

Sumber: Askary F. Efek Pemberian Ekstrak NS Terhadap Kadar Glukosa Darah dan

Trigliserida Pada Tikus DM yang Diinduksi STZ. 2014.

Page 60: STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/37875...STUDI AWAL: GAMBARAN HISTOPATOLOGIK PANKREAS, HEPAR DAN GINJAL TIKUS DIABETES MELLITUS

47

Lampiran 5

Riwayat Penulis

Identitas

Nama : Fiizhda Baqarizky

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 7 Juni 1995

Agama : Islam

Alamat : Nirwana Estate Blok D No 17, Cibinong –

Kabupaten Bogor

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

2000-2001 : TK Islam Tegar Beriman Cibinong

2001-2006 : SD Bina Insani Bogor

2006-2009 : SMPN 5 Bogor

2009-2012 : SMAN 1 Bogor

2012 - sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta