studi analisis terhadap produk makanan dan...
TRANSCRIPT
STUDI ANALISIS TERHADAP PRODUK MAKANAN
DAN MINUMAN OLAHAN YANG BELUM
BERSERTIFIKAT HALAL
(Studi Kasus Pada IKM di Kota Semarang)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
dalam Ilmu Syari’ah
Oleh :
MUHAMMAD KHOLIQ
NIM : 2104020
JURUSAN MU’AMALAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
HALAMAN MOTTO
������ ���� � ��� ���� ������� �� ������ ������ ������ ����� �� �������� � ���! �"#�$ : ��&'�(���� ������ �)#
�*�+,-#�. �� ���$#&� �/� �0�+ �1 #�2�3�+ �����1 �+��&�� �4�5�$�1 �6�+ �� &���4� �6�) 8�#9��� :���( “Dari Abu Hurairah ra.: Nabi SAW bersabda: Akan datang suatu zaman ketika orang-orang
tidak lagi peduli apakah ia memperoleh hartanya (kekayaannya) dengan cara halal atau
haram”. (HR. Bukhari)1
�<&�����=>� &� �?�@�A=-# �B���C �D�+#��
“Hendaklah manusia memperhatikan makanannya”. (QS. Abasa: 24)2
�<�E�- �+�F &���D�A� ���AG �) H( �B�- �+�F &���D�A� ���AG �) I(
"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan". (QS. Al-Insyiroh: 5-6).3
1 Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Ibn Ibrahim bin Al-Mughirah bin Baradzabah
Al-Bukhari Al-Ja’fi, Shahih Bukhari, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, Juz III, 1992, h. 8.
2 Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI., 1993, h. 1025.
3 Ibid., h. 1073.
PERSEMBAHAN
Dengan segala kebahagiaan penulis persembahkan skripsi ini kepada :
1. Allah Subhanahu Wata’ala
2. Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam
3. Ayah dan Ibu tercinta ( Ali ‘Ilmi dan Daryanti ) yang selalu memberikan doa, kasih
sayang dan motivasi selama ini, semoga penulis dapat memberikan yang terbaik
dikemudian hari
4. Kakakku tercinta ‘n seperjuangan ( Muhammad Taqwim, S.Pd.I.)
5. Adik-adikku tercinta (Muhammad Mahfud n’ Umi Khusnul Khotimah)
6. Bpk. Sholikin, S.Ag. dan Mbak Muthoyyibah, S.Pd.I. yang selalu memberi dukungan
penuh ’tuk selalu giat belajar ’n bekerja
7. Teman-teman paket MUA Fakultas Syari’ah ( Midun, Arifuddin, Zamroni, dkk. )
8. Teman- teman KKN di Purworejo Ringinarum Kendal
9. Sahabat dan semuanya
Terima kasih atas do’a, motifasi dan dukungannya.
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab,
penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi
materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain
atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak
berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang
dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 24 April 2010
Deklarator,
MUHAMMAD KHOLIQ
NIM: 2104020
ABSTRAK
Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara
atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pangan telah
mampu menghasilkan sumber bahan pangan yang berasal dari tumbuhan,
hewan, bahan sintetik kimia, mikrobial dan manusia, serta berbagai jenis dan
variasi dari masing-masing jenis barang dan jasa yang dapat dikonsumsi,
sementara informasi hasil teknologi pangan tidak dapat diketahui secara utuh
oleh produsen maupun konsumen. Di sisi lain kondisi demikian ini sering
dijadikan sebagai objek aktifitas bisnis para pelaku usaha untuk meraup
keuntungan yang sebesar-besarnya melalui kiat promosi, cara penjualan serta
penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen. MUI melalui LP
POM dan Komisi Fatwa berupaya untuk memberikan jaminan produk halal
melalui instrumen sertifikat halal.
Kenyataannya masih banyak produk makanan dan minuman olahan
yang belum bersertifikat halal seperti produk-produk makanan dan minuman
olahan pada Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kota Semarang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Apa hukum produk
makanan dan minuman olahan yang belum bersertifikat halal, 2) Alasan
mengapa produk makanan dan minuman olahan pada IKM di Kota Semarang
belum bersertifikat halal.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang
didasarkan studi kasus pada Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kota
Semarang. Penelitian ini mengambil perhatian pada masalah alasan mengapa
produk makanan dan minuman olahan pada IKM di Kota Semarang belum
bersertifikat halal. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data
yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, sedangkan tehnik analisis data
yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pola berfikir induktif.
Setelah data-data dikumpulkan, dijelaskan kemudian dianalisis sehingga
mendapatkan hasil yang diharapkan untuk kemudian diambil suatu
kesimpulan sebagai hasil akhir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Produk makanan dan
minuman olahan yang belum bersertifikat halal merupakan produk yang
hukumnya tidak jelas halal haramnya sehingga perlu diketahui kejelasan
kehalalannya, 2) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi alasan mengapa
produk makanan dan minuman olahan pada IKM di Kota Semarang belum
bersertifikat halal yaitu: a) Sosialisasi sertifikat halal, b) Kondisi ekonomi
perusahaan (IKM) dan biaya sertifikasi halal, c) Pemahaman dan kesadaran
masyarakat terhadap produk halal dan sertifikat halal, serta d) Undang-undang
dan peraturan pemerintah.
KATA PENGANTAR
Alhamdu lillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan segala rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam dihaturkan kepada junjungan
Nabi Agung Muhammad SAW yang merupkan nabi terakhir, yang telah
mambawa manusia dari kehidupan yang gelap gulita sampai ke kehidupan yang
penuh cahaya petunjuk seperti sekarang ini, yang selalu kita tunggu syafa’atnya
nanti di hari kiamat.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah pekerjaan yang
mudah, akan tetapi merupakan perjuangan fikiran yang amat keras hingga
menuntut keseriusan, ketelitian, pemerasan berfikir, pengorbanan baik secara
materiil maupun immateriil serta waktu yang panjang. Hal ini tak akan pernah
terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik secara materiil maupun spirituil.
Atas segala bantuan dan peran sertanya yang telah diberikannya kepada penulis,
maka penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada yang terhormat :
1. Drs. H. Muhyidin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang.
2. Drs. H. Abdul Ghofur, M.Ag., selaku Kepala Jurusan Mu’amalah dan Moh.
Arifin, S.Ag., M.Hum., selaku Wakil Jurusan Mu’amalah yang telah
memberikan persetujuan awal terhadap proposal skripsi ini.
3. Drs. H. Muhyidin, M.Ag dan H. Ahmad Izzudin, M.Ag., selaku dosen
pembimbing yang dengan tulus ikhlas dan meluangkan waktu untuk
mengarahkan dan memberi petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Hj. Rara Sugiharti, S.H., M.Hum., selaku Wali Studi yang selalu
memberikan semangat untuk lebih giat belajar selama kuliah.
5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari’ah yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis.
6. Kepala Perpustakaan IAIN Walisongo Semarang beserta seluruh staf dan
karyawan yang telah memberikan pelayanan kepustakaan yang penulis
perlukan dalam penulisan skripsi ini
7. Bapak saya (Ali ‘Ilmi) dan Ibu saya (Daryanti) yang telah memberikan
segalanya baik materiil maupun spirituil hingga bisa menyelesaikan penulisan
skripsi ini dan bisa mendapatkan gelar sarjana. Serta kakak saya (Muhammad
Taqwim) dan adik saya (Muhammad Mahfud dan Umi Khusnul Khatimah)
yang selalu memberikan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan selama kuliah kelas MUA Fakultas Syari’ah
khususnya teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini (Chamidun, Umi, Frida, Alfiyah, Arifuddin, dan lain-lain).
Kepada mereka semua, penulis tidak dapat memberikan apa-apa selain
ucapan terima kasih dan seuntai do’a semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah
SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda. Amin.
Semarang, 24 April 2010
MUHAMMAD KHOLIQ
NIM. 2104020
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN DEKLARASI ............................................................................. iv
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. viii
HALAMAN DAFTAR TABEL ..................................................................... x
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 12
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 13
E. Metode Penelitian ................................................................... 15
F. Sistematika Penulisan ............................................................. 21
BAB II KONSEP TENTANG MAKANAN DAN MINUMAN HALAL DAN
KONSEP SYUBHAT DALAM ISLAM
A. Konsep Islam tentang makanan dan minuman halal
1. Pengertian makanan dan minuman halal............................ 24
2. Dasar hukum makanan dan minuman halal ...................... 25
3. Syarat-syarat dan kriteria makanan dan minuman halal .... 31
4. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang produk halal ...... 37
B. Konsep syubhat dalam Islam
1. Pengertian dan dasar hukum tentang syubhat .................... 40
2. Sumber-sumber perkara syubhat........................................ 44
BAB III SERTIFIKASI HALAL MUI PADA INDUSTRI KECIL DAN
MENENGAH (IKM) DI KOTA SEMARANG
A. Gambaran umum Industri Kecil dan Menengah (IKM) di
Kota Semarang ........................................................................ 48
B. Sertifikasi halal Majelis Ulama Indonesia pada IKM di Kota
Semarang ................................................................................ 54
1. Sekilas tentang LP POM dan Komisi Fatwa MUI ............. 54
2. Sistim dan prosedur sertifikasi halal .................................. 60
3. Sertifikasi halal MUI pada IKM di Kota Semarang .......... 66
BAB IV ANALISIS TERHADAP PRODUK MAKANAN DAN
MINUMAN OLAHAN YANG BELUM BERSERTIFIKAT
HALAL (Studi Kasus Pada IKM di Kota Semarang)
A. Analisis terhadap produk makanan dan minuman olahan yang
belum bersertifikat halal .......................................................... 77
B. Analisis alasan produk makanan dan minuman olahan pada
IKM di Kota Semarang belum bersertifikat halal.................... 97
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 117
B. Saran ........................................................................................ 118
C. Penutup .................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL :
I. Jumlah Penduduk Kota Semarang Perkecamatan Tahun 2001 ..…….... 49
II. Potensi Industri Kota Semarang Semester I Tahun 2007 ..……….…... 51
III. Jumlah Industri Makanan dan Minuman Kota Semarang Bulan Agustus
2009 ................................................………………………………….... 52
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di bidang
pangan, obat-obatan dan kosmetika dewasa ini sungguh sangat luar biasa. Jika
dahulu pengolahan serta pemanfaatan bahan-bahan baku sangat sederhana dan
apa adanya dari alam, maka sekarang manusia dengan IPTEK-nya telah dapat
merekayasa apa yang terdapat dalam alam, sampai hal-hal yang mikro
sekalipun. Dengan demikian pengidentifikasian tentang proses dan bahan yang
digunakan dalam suatu industri pangan, obat-obatan dan kosmetika tidak lagi
menjadi sesuatu yang sederhana. Jika dahulu untuk mengetahui kehalalan dan
kesucian ketiga hal tersebut bukan merupakan persoalan, karena bahan-
bahannya dapat diketahui secara jelas, serta prosesnya tidak terlalu rumit, kini
persoalannya tidak sesederhana itu.4
Tuntutan zaman untuk pangan, obat-obatan dan kosmetika saat ini
harus mudah disajikan, berpenampilan menimbulkan selera, bertahan segar
dengan warna, aroma, rasa dan tekstur yang diinginkan. Untuk memenuhi
tuntutan tersebut dibutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi.5
4 Lukmanul Hakim, “Sertifikasi Halal MUI Sebagai Upaya Jaminan Produk Halal”
dalam Ichwan Sam, et. al., Ijma’ Ulama Keputusan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia
III Tahun 2009, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, Cet. ke-1, 2009, h. 274. 5 Tim LP POM MUI, “Urgensi Sertifikasi Halal”, dalam Ichwan Sam, et. al., Ijma’
Ulama Keputusan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia III Tahun 2009, Jakarta: Majelis
Ulama Indonesia, Cet. ke-1, 2009, h. 258. Teknologi dapat diartikan segenap pengetahuan
ilmiah dan kerekayasaan yang diterima dan disesuaikan untuk penggunaan komersial (Thee
Kian Wie, Industrialisasi di Indonesia Beberapa Kajian, Jakarta: LP3ES, Cet. ke-1, 1994, h.
233). Armahedi Mahzar mendefinisikan teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains
2
Kemajuan teknologi yang begitu pesat saat ini telah mampu
menghasilkan sumber bahan pangan yang berasal dari tumbuhan, hewan,
bahan sintetik kimia, mikrobial dan manusia. Sementara informasi hasil
teknologi pangan tidak dapat diketahui secara utuh, baik oleh produsen
maupun konsumen. Misalnya, pengembang roti atau donut yang mengandung
asam amino dari rambut manusia (sistein), nama lain dari kelompok khamer
seperti angciu dan rhum, angciu sering dipakai pada masakan ikan laut (sea
food) dan nasi goreng sedangkan rhum sering dipakai pada produk-produk kue
seperti sus dan black forrest, emulsifier yang berasal dari lemak babi yang
dipakai pada produk-produk susu, es krim, dll.6
Perkembangan ekonomi saat ini juga telah mampu menghasilkan
berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan jasa yang dapat
dikonsumsi. Barang dan jasa tersebut pada umumnya merupakan barang dan
jasa yang sejenis maupun yang bersifat komplementer satu terhadap yang
lainnya. Dengan diversifikasi produk yang sedemikian luasnya dan dengan
dukungan kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika, dimana terjadi
perluasan ruang gerak arus transaksi barang dan jasa melintasi batas-batas
wilayah suatu negara, pada akhirnya konsumen dihadapkan pada berbagai
jenis barang dan jasa yang ditawarkan secara variatif, baik yang berasal dari
untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia (Armahedi Mahzar,
“Teknologi dan Islam: Sebuah Refleksi Pengantar”, dalam Ahmad Y. Hassan dan Donald R.
Hill, Islamic Technology: An Illustrated History, terj. Yuliani Liputo, Teknologi dalam
Sejarah Islam, Bandung: Mizan, Cet. ke-1, 1993, h. 17). 6 Tim LP POM MUI, op. cit., h. 258-259.
3
produksi domestik dimana konsumen berkediaman maupun yang berasal dari
luar negeri.7
Kondisi seperti ini, pada satu sisi memberikan manfaat bagi konsumen
karena kebutuhan akan barang atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi serta
semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas
barang dan jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen. Namun
pada sisi lain dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen
menjadi tidak seimbang, di mana konsumen berada pada posisi yang lemah.
Konsumen menjadi objek aktifitas bisnis untuk meraup keuntungan yang
sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan serta
penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen.8
Kelemahan konsumen juga bisa disebabkan oleh tingkat kesadaran dan
tingkat pendidikan konsumen yang relatif masih rendah yang diperburuk
dengan anggapan sebagian pengusaha yang rela melakukan apapun demi
produk mereka, tanpa memperhitungkan kerugian-kerugian yang akan dialami
oleh konsumen. Selain itu, pemahaman tentang etos-etos bisnis yang tidak
benar seperti anggapan bahwa bisnis harus memperoleh keuntungan semata,
bisnis tidak bernurani, atau anggapan bahwa bisnis itu memerlukan banyak
biaya maka akan merugikan apabila dibebani dengan biaya-biaya sosial dan
sebagainaya.9
7 Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000, Cet. ke-3, h. 11. 8 Ibid., h. 12. 9 Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam dalam Perkembangan,
Bandung : Mandar Maju, 2002, Cet. ke-1, h. 161.
4
Pada kenyatannya, semakin marak produk makanan dan minuman
olahan yang beredar di masyarakat dengan berbagai merek dan jenisnya.
Diantara produk tersebut sering kali ditemukan produk yang menggunakan
bahan haram dan berbahaya dalam produksinya. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa ternyata konsumen sering dihadapkan pada penjualan
atau peredaran produk makanan olahan yang mengandung bahan haram atau
dapat menggangu kesehatan konsumen.
Menurut laporan Kepala Bidang Pengujian Pangan dan Bahan
Berbahaya Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), selama tahun
2002, dari 29 sampel mie basah yang ditemukan di pasar dan supermarket di
Jawa Barat, 25 diantaranya (86,2%) mengandung formalin dan boraks dan
terasi 53,33% mengandung zat pewarna tekstil rhodamin B.10
Fakta lain menjelaskan ketika kasus Ajinomoto menghebohkan di awal
bulan Januari 2001 lalu. Melalui fatwanya, MUI menyatakan Ajinomoto
sebagai makanan haram dikarenakan dalam proses pembuatannya terdapat
pemanfaatan unsur porcine (babi). Pada bulan Februari 2003 ditemukan
daging yang mengandung bakteri antraks dan kasus penjualan babi hutan yang
disamarkan sebagai daging sapi.11
Juga kasus minuman “Kratingdaeng” yang
mengandung kafein melebihi ketentuan yang diizinkan oleh Departemen
10 Sentot Yulianugroho, Penyelesaian Sengketa Konsumen di Indonesia, dalam
Jurnal Media Hukum, Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Vol. 14 No. 1, Juni 2007, h. 90. 11 Ibid., h. 91.
5
Kesehatan.12
Peristiwa tersebut merupakan bagian kecil dari kasus-kasus
produk makanan dan minuman yang telah meresahkan masyarakat.
Makanan adalah barang yang dimaksudkan untuk dimakan atau
diminum oleh manusia serta bahan yang digunakan dalam produksi makanan
dan minuman. Makanan olahan adalah makanan dan minuman yang diolah
berasal dari bahan baku dengan proses teknologi yang sesuai dan atau
ditambah dengan bahan pengawet dan atau bahan penolong serta tahan untuk
disimpan.13
Dalam Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan
menyebutkan pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses
dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.14
Secara yuridis, Indonesia sebenarnya cukup produktif dalam membuat
perangkat undang-undang atau peraturan yang memberi perlindungan terhadap
masyarakat. Saat ini Indonesia telah memiliki ketentuan perundang-undangan
yang mengatur dan memberikan perlindungan bagi konsumen. Tepatnya sejak
Indonesia membentuk dan menetapkan UU No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan, UU No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, UU No. 8 Tahun 1999
12 Thabieb Al-Asyhar, Bahaya Makanan Haram bagi Kesehatan Jasmani dan
Kesucian Rohani, Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2002, h. 18-19. 13 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Modul Pelatihan Auditor Internal Halal,
Jakarta: Departemen Agama RI., 2003, h. 134. 14 Lihat Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan pasal
1 butir (2). Bahan baku adalah bahan mentah termasuk penanganan pasca panenannya
maupun bahan olahan yang diproduksi melalui proses industri (Bagian Proyek Sarana dan
Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji, Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal, Jakarta: Departemen
Agama RI., 2003, h. 3.). Bahan Tambahan Makanan adalah bahan atau campuran bahan yang
secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan tetapi ditambahkan ke dalam
pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan, antara lain: bahan pewarna, pengawet,
penyedap rasa, anti gumpal, pemucat dan pengental (Lihat Keputusan Menteri Kesehatan No.
722/MenKes/Per/IX/88 tanggal 20 September 1988 tentang Bahan Tambahan Pangan).
6
tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999
tentang Label dan Iklan Pangan dan peraturan pelaksanaan lainnya, masalah
kehalalan produk tidak hanya menjadi tanggung jawab individu dan tokoh
agama tetapi juga menjadi tanggung jawab pemerintah.15
Adanya undang-undang dan peraturan pelaksanaan lainnya tersebut
menyatakan bahwa Indonesia telah memberikan perlindungan terhadap
konsumen. Dibentuknya undang-undang tersebut sebagai hukum positif yang
berlaku di Indonesia sekaligus menegaskan sikap Indonesia untuk mengakui
dan melindungi hak-hak konsumen. Namun yang terjadi kemudian, masih
banyak pelanggaran dan kasus-kasus makanan dan minuman haram yang
merugikan masyarakat.
Atas keprihatinan terhadap produk makanan dan minuman olahan ini,
berbagai elemen, akademisi dan lembaga swadaya masyarakat berupaya agar
ada suatu kesadaran bersama terhadap pentingnya perlindungan konsumen
dari produk makanan haram. Salah satu dari mereka adalah lembaga para
ulama yang ada di Indonesia, yakni Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Majelis Ulama Indonesia melaui Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-
obatan dan Kosmetika (LP POM) dan Komisi Fatwa telah berikhtiyar untuk
memberikan jaminan makanan halal bagi konsumen muslim melalui
instrumen sertifikat halal. Sertifikat halal merupakan fatwa tertulis Majelis
Ulama Indonesia yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan
syari’at Islam. Sertifikat halal ini bertujuan untuk memberikan kepastian
15 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Modul Pelatihan Auditor Internal Halal, op. cit.,
h. 62.
7
kehalalan suatu produk sehingga dapat menenteramkan batin yang
mengkonsumsinya.16
Dalam pelaksanaanya, LP POM melakukan pengkajian dan
pemeriksaan dari tinjauan sains terhadap produk yang akan disertifikasi. Jika
berdasarkan pendekatan sains telah didapatkan kejelasan maka hasil
pengkajian dan pemeriksaan tersebut dibawa ke Komisi Fatwa untuk dibahas
dari tinjauan syari’ah. Pertemuan antara sains dan syari’ah inilah yang
dijadikan dasar penetapan oleh Komisi Fatwa, yang selanjutnya dituangkan
dalam bentuk sertifikat halal oleh MUI.17
Maka dengan adanya ketentuan MUI tentang sertifikasi halal ini,
menimbulkkan akibat moral yang cukup efektif dalam penegakan hukum,
khususnya dalam kerangka kesadaran masyarakat akan pentingnya produk
halal. Diantaranya :
Pertama, dari sisi normatif. Dalam perspektif ini melihat secara kasat
mata, sebagian besar pelaku usaha, bisnis dan masyarakat yang bersentuhan
dengan kegiatan ekonomi, industri dan teknologi adalah beragama Islam.
Maka dari sisi normatif keagamaan, telah jelas bahwa umat Islam diwajibkan
mengkonsumsi makanan halal, bukan makanan yang diharamkan atau najis.
Dalam Surat An-Nahl ayat 114 Allah SWT berfirman :
�<=K=��L�+ ��M�� #�*�"=K�!� ���N �5O.�C ��G� #���P�=K� ����@ �D�M�Q��� �B &-=R ���S�!�B ���:#�( �D���T���-
16 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Panduan Sertifikasi Halal, Jakarta: Departemen
Agama RI., 2003, h. 1. 17 Lukmanul Hakim, op. cit., h. 279-280.
8
Artinya: “Maka Makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah
diberikan Allah kepadamu dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu
hanya kepada-Nya menyembah”. (QS. An-Nahl: 114)18
Dalam hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. Rasulullah
SAW bersabda :
�N �U�+#� =1 �L��� #���V�T�N �0�5�D&�� ��� �T�M�4�+ WX��� =R �L��� ����V�T�N WY���*� �+ ��� =Z���[=< #���V�T W6�*#�N ��� ���� WQ�#�V ��� \8�T�� ����V�T�N������ ��� � ��� �� �$#�" : ��� =$�L� �� �$#�" :�1\��] #
�����)#�B �-�̂� �C ��_X�. �� &̀��=Z�� �.�C ��G��� #�B�-�̂� �� �+� &�� �M�a�+������� �M�� #�+� � ��&�� �M� � ������ b�<�̀�$# : ����#\��]\ �� #� =Z=R =��L�+ ����c�� �����d#�� ����M=��L�� ���#G4�� #�@��� �M�( #�D�M=��L�-�� ����_!b ���"�$# : ����#\��]��� #�3����� ٰ�+���L=R �=��L�+ ����C �����d#�+ �� #�*&"��=R#�!b=V �!�e �R� � �� �f=Z�� �c��=Z�A�� �g� �1�P�D�h�1 &i��� �� �M\T�� �T������ ���A�� �M�0#�� �� #�j�� �� #�jb�� �+&c�D�M���N � _6��� �+�k� ����N � _6�
���+&����A���N � _6��� =i�3�8� &�#�4� �3�� �j#�l�S�A�� �@�'�< �6ٰ m �n��)/� :���!�A(١٩ Artinya: “Abu Kuraib Muhammad bin Al-‘Ala’ menceritakan kepadaku, Abu
Usamah menceritakan kepada kita, Fudhail bin Marzuqi
menceritakan kepada kita, ‘Adiy bin Tsabit menceritakan kepadaku
dari Abi Hazm dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah bersabda:
Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik, Dia tidak
menerima kecuali yang hal yang baik-baik. Sesungguhnya Allah
memerintahkan kepada orang-orang yang beriman sebagaimana ia
memerintahkan kepada para rasul. Allah berfirman: Wahai para
rasul, makanlah dari sesuatu yang baik-baik dan lakukanlah amal
yang shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui terhadap apa
yang kalian lakukan. Dan firman-Nya: Wahai orang-orang yang
beriman, makanlah hal yang baik-baik dari apa yang kami rizkikan
kepadamu. Kemudian Rasulullah menyebutkan seseorang yang jauh
perjalanannaya dan rambutnya yang acak-acakan berdo’a dengan
menengadahkan tangannya ke langit (sambil berkata) Wahai Tuhan
Wahai Tuhan. Sedangkan makanan, minuman dan pakainnya
adalah sesuatu yang haram. Maka bagaimana mungkin do’anya
terkabulkan ?”. (HR. Muslim)
18 Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI., 19٩٣, h. 419. 19 Al-Imam Abi Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi Al-Yasaburi, Shahih
Muslim, Juz II, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 1992, h. 703.
9
Dalam hadist yang lain Rasulullah SAW bersabda :
��� �-#�M�D\��� ���� ����D�k�� ���� WT��#�l�+ ���� WT���* ��� �o#�M�N #�@�'���@�1 WT���D� ��� =U�����S=" #���V�T�N =$�L=̀ �� �!��� �� �������� ��� ���� ��� =$�L� �� �Q�D�M� �$#�" W ���k� :��&��4�5=$� ��_��� � _���� �6�� �4&�
e �������ٰ _��L�+=� �n���+�k�S���]_d#�. ���8���T�R �p��_ �+�� �6�� �4&�� ���+ �6�� ���� �$�5�4&�� ���+�1 �)#���� �� �������T�� �1� ���S� �� #�]�R� �( ���M�<��� ���� �!��� �T�̀ �< ���+���� �"�F�� &-�� �n�P�L�� #�]���+ O'���P �L�"��F
�&��4� �6��R �M# ���� ���+ ���@� ���D�"��L�� &-�� �n�P�L�� �M�4&�� �$�L�N �� GM�N Wn���+ qZ=K�� �-���� �.�1 �-���� �.�1�N�M��� �+ �4��#�+��) 83+ S�� :���(٢٠
Artinya: “Qutaibah bin Sa’id menceritakan kepada kita, Hammad bin Zaid
mengabarkan kepada kita dari Mujalid dari Sya’bi dari Nu’man bin
Basyir berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: Halal
itu jelas dan haram itu jelas pula, dan diantara keduanya ada
perkara-perkara syubhat (yang samara-samar), banyak orang yang
tidak mengetahuinya. Maka barang siapa yang meninggalkannya,
maka ia telah menjaga agamanya dan kehormatannya, maka
selamatlah dia dan barang siapa jatuh kepada hal syubhat, maka ia
seakan-akan jatuh kepada yang haram. Umpama seorang yang
menggembala dekat daerah yang terlarang, seakan ia nyaris jatuh
(memasuki) daerah itu. Ketahuilah bahwa setiap negara ada tapal
batasnya, dan tapal batas Allah adalah yang diharamkannya”. (HR.
At-Turmudzi)
Dalam kaidah fiqh disebutkan bahwa, bahaya (kerugian) itu harus
dihilangkan ���[�� ���� �r=$� 21 dan menolak kerusakan itu didahulukan daripada
menarik kebaikan �o���0&�� �M�g� #�T�+ �̀�T_6�� ���f &��X &���M�s��#�t .22
Kedua, dari sisi yuridis. Sertifikat halal MUI menjadi satu pendorong
moral dan ketentuan yang mempunyai daya ikat tinggi bagi para pelaku
ekonomi dan bisnis terutama yang beragama Islam.
20 Abi ’Isa Muhammad bin ’Isa bin Saurah, Al-Jami’ As-Shahih wa Huwa Sunan At-
Tirmidzi, Juz III, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, tt., h. 511. 21 Syeikh Abu Bakar bin Abil Qasim bin Ahmad bin Muhammad bin Abi Bakar bin
Muhammad bin Sulaiman bin Abil Qasim bin Umar Al-Ahdal, Al-Faraidul Bahiyyah, terj.
Moh. Adib Bisri, Terjemah Al-Faraidul Bahiyyah, Kudus: Menara Kudus, 1998, h. 21. 22 Ibid., h. 24.
10
Ketiga, secara sosiologis. Tentu dalam perspektif ini ada satu
kecenderungan dalam masyarakat untuk melihat sertifikasi halal menjadi satu
perangkat hukum yang mengikat bagi para pelaku ekonomi khususnya yang
beragama Islam. Dan ini akan berakibat pada satu gerakan sosial yang cukup
tinggi secara sosiologis dalam rangka memberikan perlindungan bagi
konsumen dari produk yang dilarang syari’at Islam.
Sampai di sini perlindungan atas produk makanan olahan dipandang
sangat penting dalam rangka menjaga keseimbangan hidup dan kehidupan
ekonomi. Kasus-kasus makanan halal yang dapat meragukan masyarakat akan
mempunyai dampak negatif tidak hanya berpengaruh bagi perusahaan, tetapi
juga bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat dan bangsa pada umumnya. Yang
paling penting bagi seorang muslim dalam hal makanan dan minuman adalah
sesuatu yang erat sekali kaitannya dengan ibadah.
Sudah saatnya pemerintah menutup (meminimalisir) kerugian akibat
peredaran dan penjualan produk yang dapat meresahkan masyarakat.
Seperangkat hukum saja tidak cukup, struktur pemerintah (penegak hukum)
juga tidak cukup. Maka perlu ada satu kondisi budaya hukum yang
menentukan terciptanya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya produk
halal.
Melihat berbagai realita produk olahan yang haram dan berbahaya,
ternyata masih banyak industri makanan dan minuman yang belum
melaksanakan sertifikasi halal. Seperti yang dilakukan oleh sebagian besar
(untuk tidak mengatakan seluruhnya) Industri Kecil dan Menengah (IKM) di
11
Kota Semarang. Mereka kurang menyadari bahwa produk yang mereka
hasilkan perlu dijamin kehalalannya karena produk tersebut akan dikonsumsi
oleh masyarakat luas termasuk umat Islam. Terlebih lagi produk-produk yang
mereka pasarkan berada dalam daerah yang mayoritas penduduknya beragama
Islam.
Setiap konsumen muslim mempunyai hak untuk memperoleh jaminan
bahwa produk-produk yang dikonsumsinya adalah halal, karena setiap muslim
hanya boleh mengkonsumsi produk halal. Sementara tidak semua konsumen,
seiring dengan rumitnya masalah teknologi pangan yang terus berkembang
dapat mengetahui kehalalan produk makanan.23
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk membahas lebih
lanjut dalam bentuk skripsi mengenai bagaimana hukum produk makanan dan
minuman olahan serta alasan mengapa sebagian besar produk makanan dan
minuman olahan pada IKM di Kota Semarang belum bersertifikat halal. Maka
judul yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah: “STUDI ANALISIS
TERHADAP PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN OLAHAN YANG
BELUM BERSERTIFIKAT HALAL (Studi Kasus Pada IKM di Kota
Semarang)”.
B. Rumusan Masalah
Untuk membuat permasalahan menjadi lebih spesifik dan sesuai
dengan titik tekan kajian, maka harus ada rumusan masalah yang benar-benar
23 Ichwan Sam, et. al., Ijma’ Ulama Keputusan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa Se-
Indonesia III Tahun 2009, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, Cet. ke-1, 2009, h. 84.
12
fokus. Ini dimaksudkan agar pembahasan dalam karya tulis ini tidak melebar
dari apa yang dikehendaki. Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas,
ada beberapa rumusan masalah yang diambil :
1. Apa hukum produk makanan dan minuman olahan yang belum
bersertifikat halal ?
2. Mengapa produk makanan dan minuman olahan pada Industri Kecil dan
Menengah (IKM) di Kota Semarang belum bersertifikat halal ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian skripsi
ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apa hukum produk makanan dan minuman olahan
yang belum bersertifikat halal.
b. Untuk mengetahui alasan mengapa produk makanan dan minuman
olahan pada IKM di Kota Semarang belum bersertifikat halal.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut :
a. Secara ilmiah penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran serta informasi bagi semua pihak terutama pemerhati hukum
Islam dan juga sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan sertifikasi halal
MUI pada IKM di Kota Semarang sekaligus sebagai acuan dan
masukan dalam membuat kebijakan yang akan datang.
13
b. Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan wawasan pengetahuan
bagi penulis pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, serta
dapat dijadikan sebagai acuan bagi para pelaku bisnis dalam penerapan
hukum Islam khususnya menyangkut hukum makanan dan minuman.
c. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut.
D. Tinjauan Pustaka
Untuk mendukung penelitian yang lebih akurat sebagaimana yang
telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka diperlukan karya-karya
pendukung yang memiliki relefansi terhadap tema yang dikaji dan untuk
memastikan tidak adanya kesamaan dengan penelitian-penelitian yang telah
ada, maka di bawah ini penulis paparkan beberapa tinjauan pustaka yang
terkait dengan permasalahan dalam penelitian penulis. Tela’ah pustaka ini
dapat berupa hasil penelitian yang telah dibukukan, antara lain :
Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA., dalam buku Kriteria Halal-
Haram untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Menurut Al-Quran dan Hadist.
Beliau menjelaskan kriteria halal dan haramnya pangan, obat dan kosmetika
dilihat dari thayyib dan khabaits, dharar (bahaya), najasah (najis), Iskar
(memabukkan) dan organ tubuh manusia.
Thobieb Al-Asyhar dalam bukunya Bahaya Makanan Haram Bagi
Kesehatan Jasmani dan Kesucian Rohani. Beliau mengemukakan beberapa
penemuan produk makanan dan minuman yang mengandung babi dan bahan
14
berbahaya lain yang dapat digunakan sebagai pijakan terhadap pembahasan
tentang produk makanan dan minuman olahan yang belum bersertifikat halal.
Sementara itu, teori tentang makanan dan minuman halal dalam hukum
Islam telah banyak dibahas oleh para ulama, diantaranya: Muhammad Yusuf
Qardhawi dalam karyanya Al Halal wal Haram fil Islam, Imam Al-Ghazali
dalam karyanya Ihya ‘Ulumuddin, dalam bab halal dan haram, Abdurrahman
Ar-Rasyid dalam bukunya Halal Haram Menurut Al-Quran dan Hadist, dan
beberapa literatur lain. Penulis juga merujuk pada buku-buku dan literatur
yang membahas mengenai produk halal, antara lain: buku Pedoman Fatwa
Produk Halal, buku Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal dan
buku Panduan Sertifikasi Halal yang diterbitkan oleh Departeman Agama RI
tahun 2003, kemudian buku Himpunan Keputusan Musyawarah Daerah VII
Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006 dan Ijma’ Ulama
Keputusan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia III Tahun 2009 yang
diterbitkan Majelis Ulama Indonesia serta beberapa literatur lain.
Untuk menghindari duplikasi, maka penulis sertakan judul skripsi yang
ada relevansinya dengan penelitian ini :
Skripsi dengan judul “Analisis UU No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen Relevansinya Terhadap Jaminan Kehalalan Produk
Bagi Konsumen Muslim” yang ditulis oleh Erna Karuniawati. Dalam
skripsinya menyimpulkan bahwa relevansi undang-undang perlindungan
konsumen terhadap jaminan kehalalan produk bagi konsumen muslim masih
sangat minim. Karena begitu sedikitnya point yang membahas kewajiban
15
pelaku usaha untuk memproduksi secara halal sebagaimana “halal” yang
dicantumkan dalam label.
Skripsi yang ditulis oleh Rini Setyaningsih mahasiswi IAIN Walisongo
Semarang dengan judul “Analisis Terhadap Keputusan Ijtima’ Ulama Se-
Indonesia Tahun 2009 Tentang Pengharaman Merokok (Studi Kasus Tentang
Pengharaman Merokok di Tempat Umum, Bagi Anak-anak dan Wanita
Hamil”. Dalam skripsinya menyimpulkan bahwa merokok diharamkan karena
merusak kesehatan antara lain dapat menimbulkan kanker, mengandung bahan
pengiritasi mata dan pernapasan, menjadikan sifat anak menjadi pemboros dan
pemalas serta berpengaruh peda wanita hamil dan janin, salah satunya adalah
kematian bayi.
Demikian hasil dari penelusuran pustaka yang penulis dapatkan
sebagai bahan acuan dalam pembuatan skripsi ini.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah semua asas, peraturan dan tehnik-tehnik yang
perlu diperhatikan dan diterapkan dalam usaha pengumpulan data dan
analisis.24
Sebagai dasar cara kerja untuk menata informasi secara runtut,
mulai dari penyusunan dan perumusan fokus penelitian sampai perumusan
hasil penelitian serta untuk memperoleh data yang akurat mengenai
24 Dolet Unaradjan, Pengantar Metode Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta: PT. Grasindo,
2000, h. 1.
16
permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
penelitian yang relevan dengan judul di atas :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research)
yaitu sebuah penelitian yang data-data pokoknya digali melalui
pengamatan-pengamatan dan sumber-sumber data di lapangan dan bukan
berasal dari sumber-sumber kepustakaan. Penelitian dilakukan dengan
berada langsung pada objeknya, sebagai usaha untuk mengumpulkan data
dan berbagai informasi. Dengan kata lain peneliti turun dan berada di
lapangan atau berada langsung di lingkungan yang mengalami masalah
atau yang akan diperbaiki atau disempurnakan.25
Penelitian dilakukan pada Industri Kecil dan Menengah (IKM) di
Kota Semarang yang bergerak dibidang pengolahan makanan dan
minuman dengan upaya untuk memberikan pembuktian mengenai alasan
mengapa sebagian besar produk makanan dan minuman olahan pada IKM
di Kota Semarang belum bersertifikat halal. Diantara IKM yang penulis
jadikan objek penelitian adalah industri roti “Julian Bakery” di Jl.
Kumudasmoro Selatan no. 24 Semarang, industri roti “Seruni” di Jl.
Pusponjolo Barat Raya no. 15 Semarang, Depot Air Minum (DAM) “Tirta
Yoga” di Jl. Mintojiwo Timur no. 5 Semarang, industri sirup “Subur Jaya”
di Jl. Wr. Supratman no. 47 Semarang, industri roti “PUSPA” di Jl.
Puspowarno no. 2 Semarang, industri mie “Lonceng” di Jalan Puspowarno
25 Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1996, h. 24
17
1 no. 25 Semarang, industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) “PT.
Sarika” di Jl. Puspowarno Selatan no. 55 Semarang, home industry bakso
“Pak Geger” di Jl. Mintojiwo Raya/Gisikdrono Semarang, industri Air
Minum Dalam Kemasan (AMDK) “PT Estima” di Jl. Menteri Supeno no.
50 Semarang dan home industry roti Pia dan kue Bolu di Jl. Bongsari no. 4
Semarang.
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data Primer
Data primer yaitu data pokok yang berkaitan dan diperoleh
secara langsung dari masyarakat. Data ini memerlukan analisa lebih
lanjut.26
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah pihak yang
terkait dengan pelaksanaan sertifikasi halal. Dalam hal ini penulis
melakukan wawancara dengan pihak produsen makanan dan minuman
pada IKM di Kota Semarang dan pihak MUI Provinsi Jawa Tengah.
Adapun pihak produsen yang penulis wawancarai adalah Hesti
Sukaryani selaku pemilik industri roti “Julian Bakery” di Jl.
Kumudasmoro Selatan no. 24 Semarang, Anis Widyastuti selaku
pimpinan industri roti “Seruni” di Jl. Pusponjolo Barat Raya no. 15
Semarang, Hj. Siti Atkonah selaku pemilik Depot Air Minum (DAM)
“Tirta Yoga” di Jl. Mintojiwo Timur no. 5 Semarang, Nani Nurhayati
selaku pemilik industri sirup “Subur Jaya” di Jl. Wr. Supratman no. 47
26 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka
Cipta, 1991, h. 87-88.
18
Semarang, Kuniati selaku kayawan industri roti “PUSPA” di Jl.
Puspowarno no. 2 Semarang, Budhi Suryono selaku pengelola industri
mie “Lonceng” di Jalan Puspowarno 1 no. 25 Semarang, Bapak
Ratman selaku kepala produksi “PT. Sarika” di Jl. Puspowarno Selatan
no. 55 Semarang, Nanang Yulianto selaku pengelola home industry
bakso “Pak Geger” di Jl. Mintojiwo Raya/Gisikdrono Semarang,
Bapak Yukana selaku pimpinan “PT Estima” di Jl. Menteri Supeno no.
50 Semarang dan Ibu Yuliana selaku pemilik home industry roti Pia
dan kue Bolu di Jl. Bongsari no. 4 Semarang.
Sementara dari Pihak MUI yang penulis wawancarai adalah
Bapak Sukirman selaku Kepala Sekretariat LP POM MUI Provinsi
Jawa Tengah dan Dr. Zuhad, MA., selaku Anggota Komisi Fatwa MUI
Provinsi Jawa Tengah.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain. Data
sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang
telah tersedia.27
Pada umumnya, data sekunder ini sebagai penunjang
data primer. Data ini penelis ambil dari buku-buku, fatwa, jurnal dan
sumber lain yang dianggap relevan dengan permasalahan.
3. Metode Pengumpulan Data
27 Ibid.
19
Metode pengumpulan data merupakan suatu cara atau proses yang
sistematis dalam pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk
tujuan tertentu.28
Adapun metode yang penulis gunakan yaitu :
a. Metode Dokumentasi
Pengumpulan data dengan metode dokumentasi yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain
sebagainya.29
Dalam hal ini khususnya dokumen yang berkaitan
dengan sertifikasi halal dan IKM di Kota Semarang.
b. Metode Observasi
Observasi yaitu pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk
kemudian dilakukan pencatatan.30
Dalam hal ini, untuk mengumpulkan
data penulis mengamati beberapa produk makanan dan minuman
olahan yang dijual di tempat pemasaran, yaitu pada swalayan “ADA”
di Jl. Soegyopranoto Semarang.
c. Interview
Interview atau wawancara yaitu percakapan dengan maksud
tertentu.31
Untuk itu penulis melakukan wawancara dengan pihak
produsen makanan dan minuman olahan dan pihak MUI untuk
28 Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha Ilmu,
Cet. ke-1, 2004, h. 66. 29 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002, h. 206. 30 P. Joko Subagyo, op. cit., h. 63. 31 Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Remaja
Rosdakarya, 2000, h. 148.
20
memperoleh data yang penulis perlukan dalam penelitian ini. Diantara
pihak produsen yang penulis wawancarai adalah Hesti Sukaryani
selaku pemilik industri roti “Julian Bakery” di Jl. Kumudasmoro
Selatan no. 24 Semarang, Anis Widyastuti selaku pimpinan industri
roti “Seruni” di Jl. Pusponjolo Barat Raya no. 15 Semarang, Hj. Siti
Atkonah selaku pemilik Depot Air Minum (DAM) “Tirta Yoga” di Jl.
Mintojiwo Timur no. 5 Semarang, Nani Nurhayati selaku pemilik
industri sirup “Subur Jaya” di Jl. Wr. Supratman no. 47 Semarang,
Kuniati selaku kayawan industri roti “PUSPA” di Jl. Puspowarno no. 2
Semarang, Budhi Suryono selaku pengelola industri mie “Lonceng” di
Jalan Puspowarno 1 no. 25 Semarang, Bapak Ratman selaku kepala
produksi “PT. Sarika” di Jl. Puspowarno Selatan no. 55 Semarang,
Nanang Yulianto selaku pengelola home industry bakso “Pak Geger”
di Jl. Mintojiwo Raya/Gisikdrono Semarang, Bapak Yukana selaku
pimpinan “PT Estima” di Jl. Menteri Supeno no. 50 Semarang dan Ibu
Yuliana selaku pemilik home industry roti Pia dan kue Bolu di Jl.
Bongsari no. 4 Semarang. Sementara dari Pihak MUI, penulis
melakukan wawancara dengan Bapak Sukirman selaku Kepala
Sekretariat LP POM MUI Provinsi Jawa Tengah dan Dr. Zuhad, MA.,
selaku Anggota Komisi Fatwa MUI Provinsi Jawa Tengah
4. Metode Analisis Data
Sebagai tindak lanjut pengumpulan data, maka analisis data menjadi
sangat signifikan untuk menuju penelitian ini dan dalam menganalisa data
21
penulis menggunakan metode deskriptif analitik.32
Kerja dari metode
deskriptif analitik adalah dengan cara menganalisis data yang diteliti
dengan memaparkan data-data tersebut kemudian diperoleh kesimpulan.33
Metode deskriptif analitik ini akan penulis gunakan untuk melakukan
pelacakan dan analisa terhadap alasan mengapa sebagian besar produk
makanan dan minuman olahan pada IKM di Kota Semarang belum
bersertifikat halal. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini penulis
menggunakan pola berfikir induktif.34
Metode analisis dengan pola berfikir
induktif merupakan metode analisis yang menguraikan dan menganalisis
data-data yang diperoleh dari lapangan dan bukan dimulai dari deduksi
teori.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang bersifat utuh dan menyeluruh serta
ada keterkaitan antar bab yang satu dengan yang lain dan untuk lebih
32
Deskriptif berarti menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan,
gejala atau kelompok tertentu, dan untuk menentukan frekuensi penyebaran suatu gejala
dengan gejala lain dalam masyarakat. Analisis adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan pemerincian terhadap obyek yang diteliti
dengan jalan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain untuk
sekedar memperoleh kejelasan mengenai halnya (Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1996, h. 47-59). 33 Suharsimi Arikunto, op. cit., h. 51. 34 Berfikir induktif adalah proses logika yang berangkat dari data empirik lewat
observasi menuju kepada suatu teori. Dengan kata lain induksi adalah proses
mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang terpisah-pisah menjadi suatu
rangkaian hubungan atau suatu generalisasi. Pola berfikir induktif berkebalikan dengan pola
berfikir deduktif yaitu proses pendekatan yang berangkat dari kebenaran umum mengenai
suatu fenomena (teori) dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau
data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan (prediksi) (Saifudin
Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. ke-1, 1998, h. 40).
22
mempermudah dalam proses penulisan skripsi ini, perlu adanya sistematika
penulisan. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
Penulisan hasil penelitian ini meliputi bagian awal, bagian utama dan
bagian akhir. Bagian awal dari skripsi ini terdiri dari: halaman judul skripsi,
halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto,
halaman persembahan, halaman deklarasi, halaman abstrak, halaman kata
pengantar dan halaman daftar isi.
Bagian utama skripsi ini meliputi pokok dari skripsi yang tertuang
dalam lima bab yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini merupakan gambaran secara keseluruhan skripsi yang
meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan
sistematika penulisan skripsi.
BAB II : KONSEP TENTANG MAKANAN DAN MINUMAN HALAL
DAN KONSEP SYUBHAT DALAM ISLAM
Bab ini membahas secara teoritis tentang konsep makanan dan
minuman halal meliputi pengertian makanan dan minuman halal,
dasar hukum makanan dan minuman halal, syarat-syarat dan
kriteria makanan dan minuman halal serta fatwa Majelis Ulama
Indonesia tentang produk halal. Dalam bab ini juga dibahas
bagaimana konsep syubhat dalam Islam meliputi pengertian dan
23
dasar hukum tentang syubhat serta sumber-sumber perkara
syubhat.
BAB III : SERTIFIKASI HALAL MUI PADA INDUSTRI KECIL DAN
MENENGAH (IKM) DI KOTA SEMARANG
Bab ini membahas gambaran umum Industri Kecil dan Menengah
(IKM) di Kota Semarang membahas dan pelaksanaan sertifikasi
halal MUI di lapangan meliputi penjelasan singkat tentang LP
POM dan Komisi Fatwa MUI, sistem dan prosedur sertifikasi halal
serta pelaksanaan sertifikasi halal MUI pada IKM di Kota
Semarang.
BAB IV : ANALISIS TERHADAP PRODUK MAKANAN DAN
MINUMAN OLAHAN YANG BELUM BERSERTIFIKAT
HALAL (Studi Kasus Pada IKM di Kota Semarang)
Analisis yang dibahas meliputi: analisis terhadap produk makanan
dan minuman olahan yang belum bersertifikat halal dan analisis
alasan produk makanan dan minuman olahan pada IKM di Kota
Semarang belum bersertifikat halal.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan rangkaian akhir dari penulisan skripsi yang
meliputi: kesimpulan, saran-saran dan penutup. Sedangkan pada
akhir skripsi ini berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar
riwayat hidup.
24
BAB II
KONSEP TENTANG MAKANAN DAN MINUMAN HALAL
DAN KONSEP SYUBHAT DALAM ISLAM
A. Konsep Islam tentang Makanan dan Minuman Halal
1. Pengertian Makanan dan Minuman Halal
Secara etimologi makan berarti memasukkan sesuatu melalui mulut,
sedangkan makanan ialah segala sesuatu yang boleh dimakan.35
Dalam
bahasa arab makanan berasal dari kata at-ta’am (6#Dc��) dan jamaknya al-
at’imah (UMDC.�) yang artinya makanan-makanan.36
Sedangkan dalam
ensiklopedi hukum Islam makanan ialah segala sesuatu yang boleh
dimakan oleh manusia atau sesuatu yang menghilangkan lapar.37
Minum, secara etimologi berarti meneguk barang cair dengan mulut,
sedangkan minuman adalah segala sesuatu yang boleh diminum.38
Dalam
bahasa arab minuman berasal dari kata al-asyribah (U P.�) dan jamaknya
35 Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Ilmu
Fiqh, Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1983, h. 525. 36 Ali Mutahar, Kamus Mashur, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hikmah, 2005, Cet.
ke-1, h. 130. 37 Abdul Azis Dahlan, et. al., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru van
Hoeve, 1996, Cet. ke-1, h. 1071. 38 Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN, loc. cit.
25
al-syarb (j k��) yang artinya minuman-minuman.39
Sedangkan dalam
ensiklopedi hukum Islam diartikan dengan jenis air atau zat cair yang bisa
diminum.40
Halal berasal dari bahasa arab ($5u�) secara etimologi berarti
melepaskan ikatan, dibolehkan, tidak dilarang menurut hukum agama.41
Sedangkan dalam ensiklopedi hukum Islam ialah segala sesuatu yang
menyebabkan seseorang tidak dihukum jika menggunakannya atau sesuatu
yang boleh dikerjakan menurut syara’.42
Dalam buku Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi Halal yang
diterbitkan oleh Departemen Agama disebutkan makanan adalah barang
yang dimaksudkan untuk dimakan atau diminum oleh manusia, serta bahan
yang digunakan dalam produksi makanan dan minuman. Sedangkan halal
adalah sesuatu yang dibolehkan menurut ajaran Islam.43
Jadi pada intinya makanan dan minuman halal adalah makanan dan
minuman yang baik yang dibolehkan memakan atau meminumnya
menurut ajaran Islam yaitu sesuai dengan yang diperintahkan dalam Al-
Quran dan Hadits.
2. Dasar Hukum tentang Makanan dan Minuman Halal
39 Ali Mutahar, op. cit., h. 649. 40 Abdul Azis Dahlan, et. al, op. cit., h. 1179. 41 Mochtar Effendy, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, Jakarta: Universitas Sriwijaya,
2001, h. 285. 42 Abdul Azis Dahlan, et. al, op. cit., h. 505-506. 43 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi
Halal, Jakarta: Departemen Agama RI, 2003, h. 3.
26
Prinsip pertama yang ditetapkan Islam adalah bahwa pada asalnya
segala sesuatu yang diciptakan Allah itu halal dan mubah, tidak ada yang
haram, kecuali jika ada nash (dalil) yang shahih (tidak cacat
periwayatannya) dan sharih (jelas maknanya) yang mengharamkannya.44
Sebagaimana dalam sebuah kaidah fikih :
��&��#��=Z�< &�� �#�P���0#&�� �#��N#=U�N �S�� �Tv$�T�� ����=Z�� �� ���S�4� ���! Artinya: “Pada asalnya, segala sesuatu itu boleh (mubah) sehingga ada
dalil yang mengharamkannya”. ٤٥
Para ulama dalam menetapkan prinsip bahwa segala sesuatu asal
hukumnya boleh merujuk pada dalil yang berbunyi :
���L��� �3�w�2 ���x�� =K�! �+�< #&�� �#���y�f �M��GD # Artinya: “Dialah yang menciptakan untuk kalian segala sesuatu di bumi”.
(Al-Baqarah: 29)46
�+# ���N�Z ��� �<�]�L �N�5,$ ���+# �N� �6 �<�]�L �N� _6� ���+# � �K�Q ������ �<�]�L ��&g_L Artinya:“Apa yang dihalalkan Allah adalah halal dan apa yang
diharamkan-Nya adalah haram, sedangkan apa yang
didiamkannya adalah dimaafkan”. ٤٧
Halal dan haram adalah masalah yang hanya ditentukan oleh Allah
semata, tidak ada suatu makhluk yang ikut campur dalam menentukan
halal dan haram ini atau menentukan hukum lainnya yang bersumber dari
keduanya, kecuali dengan cara merujuk pada kaidah-kaidah yang telah
44 Yusuf Qardhawi, Al Halal wal Haram fil Islam terj. Muammal Hamidy, Halal
Haram dalam Islam, Surakarta: PT. Bina Ilmu, 1993, h. 14. 45 Syeikh Abu Bakar bin Abil Qasim bin Ahmad bin Muhammad bin Abi Bakar bin
Muhammad bin Sulaiman bin Abil Qasim bin Umar Al-Ahdal, Al-Faraidul Bahiyyah, terj.
Moh. Adib Bisri, Terjemah Al-Faraidul Bahiyyah, Kudus: Menara Kudus, 1977, h. 11. 46 Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI., 1993. h. 13. 47 Syeikh Abu Bakar bin Abil Qasim bin Ahmad bin Muhammad bin Abi Bakar bin
Muhammad bin Sulaiman bin Abil Qasim bin Umar Al-Ahdal, loc. cit.
27
ditentukan Allah SWT, yaitu tatkala tidak ada nash yang jelas baik dalam
Al-Quran maupun As-Sunnah.48
Dalam Surat Yunus ayat 59 Allah SWT
berfirman :
="&Z�1 ���1���S�!�+ �1 #�@�r�$��� �� =K�!�+ ���� �*WY�< �l�D&��S�!�+ �����N � G+��� #�N�5O.=" &Z��z �1 �e�- ��=K�!�1 �6�� ����� �( &g�S� ���-
Artinya:“Katakanlah: Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang
diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya
haram dan (sebagiannya) halal. Katakanlah: Apakah Allah telah
memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-
adakan saja terhadap Allah?”. (QS. Yunus: 59)49
Kepedulian Allah SWT sangat besar terhadap persoalan makanan
dan minuman. Hal ini tercermin dari firman-Nya dalam Al-Quran
mengenai kata tha’am yang berarti “makanan” terulang sebanyak 48 kali
dalam berbagai bentuknya.50
Sedangkan kegiatan yang berhubungan
dengan makan yaitu “minum” yang dalam bahasa Al-Quran disebut
syariba terulang sebanyak 39 kali.51
Pada dasarnya semua makanan dan minuman yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, sayur-sayuran, buah-buahan dan hewan adalah halal
kecuali yang beracun dan membahayakan nyawa manusia.52
Para ulama
sepakat bahwa semua makanan dan minuman yang ditetapkan Al-Quran
48 Muhammad Mutawalli Sya’rawi, Al-Halal wal Haram, terj. Amir Hamzah
Fachrudin, Halal dan Haram, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Cet. ke-1, 1994, h. 23-24. 49 Al-Quran dan Terjemahnya, op. cit., h. 315-316. 50 Sahabudin, et. al., Ensiklopedia Al-Quran: Kajian Kosakata, Jakarta: Lentera Hati,
2007, h. 994. 51 Abdul Azis Dahlan et.al., op. cit., h. 1179. 52 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi
Halal, op. cit., h. 7.
28
keharamannya adalah haram hukum memakannya baik banyak maupun
sedikit.53
Dasar hukum tentang makanan dan minuman halal antara lain :
a. Al-Quran :
��=R=��L�+ ��M�� #�*�"=K�!��� �N �5O.�C ��G��� #�(�=̀�̂� �L ����3�w�� �@�S�!� ���+ �a�+���L�-
Artinya: “Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rizkikan kepadamu, dan bertakwalah kepada
Allah yang kamu beriman kepada-Nya”.(QS. Al-Maidah:
88)54
O.�5�N ��� �!=K�"�*�� #�M�+ ��L=�=K�< #G����C ���� =K�P����-���T���D�( �:#���B �!�S��=R &-�B ��� �Q�M�D�@ Artinya: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah
diberikan Allah kepadamu dan syukurilah nikmat Allah, jika
kamu hanya kepada-Nya menyembah”.(QS. An-Nahl: 114 )55
���1 #\��]���� #�)#=R =��L�+ ��M�< #&�� ��'���y�N �5O. �C��G�#�� �.�( �S���D�L�2 �=c�L�d��k�� ���c�-# �B�@���� =K�!�� �T{��+ ����_�
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari
apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah setan karena sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagimu”.(QS. Al-Baqarah: 168)56
b. Hadist Rasulullah SAW:
��� =Z���[=< #���V�T�N �U�+#� =1 �L��� #���V�T�N �0�5�D&�� ��� �T�M�4�+ WX��� =R �L��� ����V�T�N �$#�" ��� ��� �� ��� ���� W6�*#�N ��� ���� WQ�#�V ��� \8�T�� ����V�T�N WY���*� �+ : �$#�"
��� =$�L� �� : �-�B �)#���� #�]\��1 �������+�a�M&�� � �+�� �̂� �-�B�� #G����C �.�� =Z��&̀ �� �. _X���C �̂� �$#�̀ �< b������� � �M&�� ��� � �+�� #�M� : ��L=��M����� �d#�����c�� ���+ ��L=�=R =Z� \ �� #�]\���#��
53 Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Ilmu
Fiqh, loc. cit. 54 Al-Quran dan Terjemahnya, op. cit., h. 176. 55 Ibid., h. 419. 56 Ibid., h. 41.
29
�$#�"�� _!������ �-�L=��M�D�( #�M� ���@�� #G4��#�� :��� #�]\���#��|� �����3 #�+ �d#�����C ���+ ��L=�=R ��L���+ #�� �0#�M�A�� ���� �����T�� \T�M�� � ��&i�1 �h�D�P�1 � �g�A�� =Z���c�� =Z�f� �� � �R�e �!=V b�!=R#��&"�*���4&�#� �8�3=i�� _6�� �N ���A��&��+�� _6�� �N ���� �k�+�� _6�� �N ���M�D&c�+�� b�j�� #�� �j�� �6��
|3�� �j#�l�S�A�� �@�'�< m �n��)!�A/� :���(٥٧ Artinya: “Abu Kuraib Muhammad bin Al-‘Ala menceritakan kepadaku,
Abu Usamah menceritakan kepada kita, Fudhail bin Marzuqi
menceritakan kepada kita, ‘Adiy bin Tsabit menceritakan
kepadaku dari Abi Hazm dari Abu Hurairah berkata:
Rasulullah bersabda: Wahai manusia, sesungguhnya Allah
itu Maha Baik, Dia tidak menerima kecuali yang hal yang
baik-baik. Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada
orang-orang yang beriman sebagaimana ia memerintahkan
kepada para rasul. Allah berfirman: Wahai para rasul,
makanlah dari sesuatu yang baik-baik dan lakukanlah amal
yang shaleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui terhadap
apa yang kalian lakukan. Dan firman-Nya: Wahai orang-
orang yang beriman, makanlah hal yang baik-baik dari apa
yang kami rizkikan kepadamu. Kemudian Rasulullah
menyebutkan seseorang yang jauh perjalanannaya dan
rambutnya yang acak-acakan berdo’a dengan
menengadahkan tangannya ke langit (sambil berkata) Wahai
Tuhan Wahai Tuhan. Sedangkan makanan, minuman dan
pakainnya adalah sesuatu yang haram. Maka bagaimana
mungkin do’anya terkabulkan ?”. (HR. Muslim)
�-#�M&�� ���� �-����#�� ��� �}��� #���V�T�N \8�T\A�� � �L�+ ��� =Z����#�M� �� #���V�T�N �$#�" �� ��#�g&�� �-#�M&�� ���� �8�T�]���� �-#�M&p�� ��� ���� ��M������ : �Z��~� ��� �L=$���
������� �� �������� � ���! �$#�" m �0�� �g&���� �����l&���� ���M�A�� ���� :�+�� #�N�Z��� �< �R�S�#���< �]�L�N �5,$�� �+�N #� �6�< �]�L�N � _6��� �+� #�K�Q�� �����< �]�L #�M�+ ���g ������ ) :����f#+ ��(٥٨
57 Al-Imam Abi Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi Al-Yasaburi, Shahih
Muslim, Juz II, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 1992, h. 703. 58 Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qazwini Ibn Majah, Sunnah
Ibnu Majah, Juz II, Beirut: Darul Fikr, tt., h. 1117.
30
Artinya: “Ismail bin Musa As-Suddy menceritakan kepada kita, Saif
Ibn Harun menceritakan kepada kita dari Salman An-Naimy
dari Abi ’Usman An-Nahdiy dari Salman Al-Farisi berkata:
Rasulullah SAW ditanya tentang mentega, keju dan keledai
liar ? Beliau menjawab: Apa-apa yang telah dihalalkan oleh
Allah dalam kitab-Nya (Al-Quran) adalah halal, apa-apa
yang diharamkan-Nya, hukumnya haram, dan apa-apa yang
Allah diamkan/tidak dijelaskan hukumnya, maka ia termasuk
yang suatu yang dimaafkan”.(HR. Ibnu Majah)
�T�M�4�+ #���V�T�N ���g�D�l&�� W �#�f ���� _ �M�D�+ #�@�'���@�1 b�Y��*� �� �T���� #���V�T�N ���4�� ���
�$#�" W)#���� ���� ���� �U�+� &K�� ���� : �!��� �� �������� ��� ���� ��� =$�L� �� �$#�" : �. ���� �� �.�� ��� ��)Uf#+ �� :���(٥٩
Artinya: “Muhammad bin Yahya menceritakan kepada kita,
Abdurrazzaq menceritakan kepada kita, Ma’mar
menceritakan kepada kita dari Jabir Al-Ju’fi dari ’Ikrimah
dari Ibn Abbas berkata: Rasulullah SAW bersabda: Jangan
membahayakan diri sendiri dan jangan pula membahayakan
orang lain”. (HR. Ibn Majah)
c. Kaidah fiqhiyyah :
��&��#��=Z�< &�� �#�P���0#&�� �#��N#=U�N �S�� �Tv$�T�� ����=Z�� �� ���S�4� ���! Artinya: “Pada asalnya, segala sesuatu itu boleh (mubah) sehingga
ada dalil yang mengharamkan”. ٦٠
�#&�� �< =Z���#&���� �<�� =U�N#��#&�� �U�D�<#���� �0#���P&� =U�+� �4&�� ����#�[�� �0#���P�#
Artinya: “Hukum asal sesuatu yang bermanfaat adalah boleh, hukum
asal sesuatu yang berbahaya adalah haram”. ٦١
59 Ibid., h. 784. 60 Syeikh Abu Bakar bin Abil Qasim bin Ahmad bin Muhammad bin Abi Bakar bin
Muhammad bin Sulaiman bin Abil Qasim bin Umar Al-Ahdal, op. cit., h. 11. 61 Proyek Pembinaan Pangan Halal Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji,
Pedoman Fatwa Produk Halal, Derpartemen Agama RI, 2003, h. 76.
31
�+ �����T�� �!&K�4&����F#G+��T���� �Go�L�f�� ���S���� Artinya: “Hukum itu berputar bersama alasannya, ada dan tidaknya
alasan”.62
�0���k�� �!&K�N�� ���S�4���s�+�� ���( �T�A&g�+ ���� � =>����&��< _�#���+ ���� _6�� �N �L�� Artinya: “Hukum sesuatu apakah itu haram atau boleh, lihatlah pada
mafsadatnya dan kemaslahatannya”. ٦٣
Menurut Yusuf Qardhawi, hukum halal dan haram didasarkan pada :
“Pada dasarnya segala sesuatu boleh hukumnya, Penghalalan dan
man hanyalah wewenang Allah, Mengharamkan yang halal dan
menghalalkan yang haram adalah perbuatan syirik kepada Allah,
Sesuatu diharamkan karena ia buruk dan berbahaya, Pada sesuatu
yang halal maka tidak lagi membutuhkan yang haram, Sesuatu yang
mengantarkan kepada yang haram maka haram pula hukumnya,
Mensiasati yang haram maka haram pula hukumnya, Niat baik tidak
menghapuskan hukum haram, Hati-hati kepada yang syubhat agar
tidak terjatuh pada yang haram, Yang haram adalah haram untuk
semua, Darurat mengakibatkan yang haram menjadi boleh”.64
3. Syarat-syarat dan Kriteria Makanan dan Minuman Halal
Sebagian rahmat Allah kepada umat manusia ialah Dia tidak
membiarkan manusia dalam kebimbangan tentang hukum halal dan haram.
Sebaliknya, Dia menjelaskan yang halal dan menguraikan yang haram
sedemikian rupa sebagaimana firman-Nya :
���+�� #=K�!�1 �.�( &'=R=��L�+ ��M=e #�R� � � �!��� �� �������� �"�T�< �s�Z�� =K�!�+ �N #� �6�� ����=K�!�B �. �+��� #=c� ���(�!�B �������� �B�-�R �p��G �� ����[v��L�-� �'���L����]�!� ����� �� &�W!�B �-�� ��n�� �L�1 �����! �&�#�M�D�S�T����
62 Munawir Syadzali, Ijtihad Kemanusiaan, Jakarta: Paramadina, Cet. ke-1, 1997, h.
50. 63 Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. ke-4,
2003, h. 64. 64 Yusuf Qardhawi, Al Halal wal Haram fil Islam terj. Wahid Ahmadi, et. al., Halal
dan Haram dalam Islam, Solo: Era Intermedia, 2000, h. 33.
32
Artinya: “Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang
halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal
sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu
memakannya. Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia)
benar-benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa
nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-
lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui
batas.”.(QS. Al-An’am: 119)65
Manusia dalam menjaga kelangsungan hidupnya memerlukan
makanan dan minuman yang terdiri dari binatang, tumbuh-tumbuhan dan
benda lain yang dianugerahkan Allah SWT kepadanya. Tetapi tidak semua
binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda yang terdapat di bumi ini
halal dimakan manusia. Ada yang halal dan ada pula yang haram dimakan.
Makanan dan minuman yang diharamkan manusia memakan atau
meminumnya itu ada yang ditetapkan dengan Al-Quran, ada yang
diterangkan dengan hadist dan ada pula yang ditetapkan berdasarkan
ijtihad para ulama.66
Dalam hal makanan, ada dua pengertian yang bisa kita kategorikan
kehalalannya yaitu halal dalam mendapatkannya dan halal dzat atau
subtansi barangnya. Halal dalam mendapatkannya maksudnya adalah
benar dalam mencari dan memperolehnya. Tidak dengan cara yang haram
dan tidak pula dengan cara yang batil.67
Jadi, makanan yang pada dasarnya
dzatnya halal namun cara memperolehnya dengan jalan haram seperti:
hasil riba, mencuri, menipu, hasil judi, hasil korupsi dan perbuatan haram
65 Al-Quran dan Terjemahnya, op. cit., h. 207. 66 Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN, Ilmu
Fiqh, loc. cit. 67 Thobieb Al-Asyhar, Bahaya Makanan Haram bagi Kesehatan Jasmani dan
Kesucian Rohani, Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, Cet. ke-1, h. 97-98.
33
lainnya, maka secara otomatis berubah status hukumnya menjadi makanan
haram.68
Dalam Al-Quran makanan yang di haramkan pada pokoknya hanya
ada empat yaitu dalam Surat Al-Baqarah ayat 173 :
�B�@�M�N #� �6�� ����=K�!&�� �M���S�U�� �T���6�� �u�! ̂� ���r���9&���� �+=1 #���Z� ���� ����� ��� �<�M�� ���=c� �i��� � W�#�� �� .Wo#�< �5�B &V�!�� �������B �-�̂� �i =g�L_��� �N��_!
Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai,
darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih)
disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam
keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak
ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”.(QS. Al-Baqoroh: 173)69
Ayat di atas menerangkan bahwa makanan yang diharamkan itu ada
empat macam, yaitu :
1. Bangkai, yang termasuk kategori bangkai adalah hewan yang mati
dengan tidak disembelih, termasuk di dalamnya hewan yang mati
tercekik, dipukul, jatuh, ditanduk atau diterkam oleh hewan buas
kecuali yang sempat menyembelihnya.
2. Darah, maksudnya adalah darah yang mengalir dari hewan yang
disembelih.
3. Daging babi, apapun yang berasal dari babi hukumnya haram baik
darah, daging, tulang dan seluruh bagian tubuh babi.
68 Ibid., h. 99-100. 69
Al-Quran dan Terjemahnya, op. cit., h. 42.
34
4. Binatang yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah.70
Sedangkan minuman yang diharamkan adalah semua bentuk khamer
(minuman beralkohol), sebgaimana firman Allah :
���̂1 #\��]��� #�3�����+z ���L�B ��@�M&�� #�9�M� �� &���M���A� �� &���'�@�s�j#�� &���'�*�.�6�� �f_��+ ���� �M�Z �k�����c�-#�< �f#�S�����L�:�� �D��=K�!�( &g���4�L�-
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan”.(QS. Al-Maidah: 90)71
�$#�" W �s�@ ��� �T���L� #�@� ���2�1 : ��� �o#�M�N ���� ����#���M&�� ����� ����D�� ��� �T���� #�@� ���2�1 �$#�" WT���* : ���� � �M�� ���� ���� WF�<#�@ ���� �j�L\��� #���V�T�N���������� ����� �� �������� � ���!
�"�$# :=RvZ�+ _ �M�2 W �K�A�+ vZ=R�� _6�� �N W �K�A)�#A��� :���(٧٢ Artinya: “Suwaid bin Nasr mengabarkan kepada kita, berkata: Abdullah
yaitu Ibn Al-Mubarak mengabarkan kepada kita dari Hammad
bin Zaid berkata: Ayyub menceritakan kepada kita dari Nafi’
dari Ibn Umar dari Nabi SAW bersabda: Setiap yang
memabukkan itu haram dan setiap yang memabukkan itu
khamer”.(HR. Nasai).
Menurut dalil di atas, benda yang termasuk kelompok haram li-zatih
(zatnya) sangat terbatas, yaitu darah yang mengalir, daging babi dan
alkohol (khamer), sedang sisanya termasuk kedalam kelompok haram li-
ghoirih yang karena cara penanganannya tidak sejalan dengan syari’at
Islam.
70 Qamaruddin Shaleh, et. al., AYATUL AHKAM Ayat-ayat Larangan dan Perintah
dalam Al-Quran Pedoman Menuju Akhlak Muslim, Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2004,
h. 476-477. 71 Al-Quran dan Terjemahnya, op. cit., h. 176. 72 Al-Imam Abi Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib An-Nasai, As-Sunan Al-Kubra, Juz
III, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 1991, h. 212.
35
Dalam hal untuk kepentingan penetapan fatwa halal, MUI hanya
memperhatikan apakah suatu produk mengandung unsur-unsur benda
haram li-zatih atau haram li-ghairih yang karena cara penanganannya tidak
sejalan dengan syari’at Islam atau tidak. Dengan arti kata, MUI tidak
sampai mempersoalkan dan meneliti keharamannya dari sudut haram li-
ghairih, sebab masalah ini sulit dideteksi dan bukan merupakan
kewenangan MUI, karena itu persoalannya diserahkan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.73
Kriteria makanan halal menurut para ahli di LP
POM MUI didasarkan pada bahan baku yang digunakan, bahan tambahan,
bahan penolong, proses produksi dan jenis pengemas produk makanan.74
Produk halal yang dimaksud adalah :
a. Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.
b. Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti bahan-bahan
yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran-kotoran dan lain
sebagainya.
c. Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut
tatacara syari’at Islam.
d. Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan dan
transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah
digunakan untuk babi barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu
harus dibersihkan dengan tatacara yang diatur dalam syari’at Islam.
73 Proyek Pembinbaan Pangan Halal Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji,
Pedoman Fatwa Produk Halal, op. cit. h. 33. 74 Thobieb Al-Asyhar, op. cit., h. 136-137.
36
e. Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.75
Jadi dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat produk pangan halal
menurut syariat Islam adalah :
a. Halal dzatnya b. Halal cara memperolehnya
c. Halal dalam memprosesnya
d. Halal dalam penyimpanannya
e. Halal dalam pengangkutannya
f. Halal dalam penyajiannya.76
Umat Islam harus berhati-hati dalam memilih makanan, terutama
pada era teknologi dan globalisasi seperti sekarang ini kehalalan dan
kesucian produk makanan olahan yang dibuat oleh industri tidak dapat
diketahui secara jelas. Bisa saja dalam produksinya terkandung zat-zat
yang membahayakan maupun zat-zat yang berasal dari bahan yang haram.
Makanan yang kita makan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT baik di dunia
maupun di akhirat. Menurut M. Rusli Amin, ada beberapa kerugian atau
bahaya yang ditimbulkan dari sesuatu yang haram, antara lain:
a. Menimbulkan dosa, karena melakukan perbuatan yang dilarang.
75 Bagian Proyek Sarana Dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji, Panduan Sertifikasi Halal, Jakarta: Departemen
Agama RI, 2003, h. 2. 76 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Tanya Jawab Seputar Produk Halal, Jakarta:
Departemen Agama RI., 2003, h. 17.
37
b. Memperoleh murka dan azab dari Allah, yaitu mendapat siksa dari
Allah dan masuk neraka.
c. Bahaya bagi kesehatan jasmani, yaitu munculnya berbagai penyakit
dalam tubuh.
d. Bahaya bagi kesehatan ruhani, yaitu: kerugian spiritual seperti dilanda
berbagai kesusahan di dalam kehidupan, terhalangnya ilmu, hati
menjadi gelap karena dosa serta mempengaruhi mental dan perilaku
menjadi buruk.77
4. Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Produk Halal
Fatwa menurut bahasa adalah suatu jawaban dalam suatu kejadian
(peristiwa).78
Sedangkan fatwa menurut arti syari’at ialah menerangkan
hukum syara’ dalam suatu persoalan sebagai jawaban dari suatu
pertanyaan, baik si penanya itu jelas identitasnya maupun tidak, baik
perseorangan maupun kolektif.79
Fatwa produk halal adalah fatwa yang ditetapkan oleh Komisi Fatwa
MUI mengenai produk makanan, minuman, obat, kosmetika dan produk
lainnya. Fatwa tersebut ditetapkan setelah dilakukan serangkaian
pembahasan dalam rapat Komisi Fatwa yang didahului dengan laporan
hasil auditing oleh LP POM MUI dan peserta rapat memandang bahwa
77 M. Rusli Amin, Waspadai Makanan Haram di Sekitar Kita, Panduan Meraih
Hidup Sehat, Berkah dan Selamat, Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004, h. 156-175. 78 Rohadi Abdul Fatah, Analisis Fatwa Keagamaan dalam Fiqih Islam, Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2006, h. 7. 79 Yusuf Qardhawi, Fatwa antara Ketelitian dan Kecerobohan, Jakarta: Gema Insani
Press, 1997, Cet. ke-1, h. 5.
38
produk dimaksud tidak mengandung hal-hal yang diharamkan, baik dari
aspek bahan maupun dalam proses produksinya.80
Setelah ditetapkan kehalalanya dalam rapat, dibuatlah satu
keputusan fatwa untuk produk-produk yang diputuskan dalam rapat secara
tertulis sebagaimana keputusan fatwa pada umumnya. Selanjutnya
dibuatkan sertifikat yang disebut dengan “Sertifikat Halal”. Dengan
semikian dapat dikatakan fatwa produk halal merupakan keputusan yang
diwujudkan dalam bentuk sertifikat halal.81
Dalam pelaksanaan sertifikasi halal pada umumnya MUI hanya
menetapkan fatwa halal, sebab apabila laporan hasil auditing dipandang
masih meragukan atau ternyata ditemukan indikasi ada unsur haram dalam
produk yang dilaporkan ataupun proses produksinya diduga tidak sejalan
dengan ketentuan halal, Komisi Fatwa meminta LP POM untuk melakukan
audit kembali. Dari sini diketahui bahwa pada dasarnya MUI tidak pernah
mengeluarkan fatwa produk haram. Akan tetapi untuk kasus tertentu
terkadang MUI menetapkan pula fatwa haram sebagaimana dalam kasus
MSG Ajinomoto yang menggunakan bacto soytone. Penetapan fatwa
haram seperti ini didasarkan pada maslahah ’ammah.82
Berkaitan dengan produk halal, Majelis Ulama Indonesia Provinsi
Jawa Tengah menetapkan Keputusan Fatwa No. 01/MUSDA VII/MUI-
JATENG/II/2006 berdasarkan Musyawarah Daerah VII MUI Provinsi
80 Proyek Pembinaan Pangan Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman Fatwa Produk Halal, op. cit., h. 21. 81 Ibid. 82 Ibid., h. 22.
39
Jawa Tengah tahun 2006 tentang makanan dan minuman yang
mengandung zat berbahaya.83
Keputusan Fatwa tersebut menetapkan
bahwa :
1. Pada dasarnya formalin, boraks, rhodamin B, dan metanil yellow
adalah netral dan mubah apabila digunakan sebagaimana mestinya.
Apabila bahan-bahan tersebut disalahgunakan untuk mencampur
makanan dan minuman maka hukumnya adalah haram.
2. Memproduksi dan memperdagangkan makanan dan minuman yang
menggunakan bahan tambahan yang mengandung zat berbahaya bagi
kesehatan seperti formalin, boraks, rhodamin B dan metanil yellow
merupakan perbuatan tercela dan haram.84
Selain itu, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam rapat
Komisi bersama LP POM MUI pada tanggal 17 Ramadhan 1421 H yang
bertepatan dengan tanggal 13 Desember 2002 M, juga menetapkan
Keputusan Fatwa tentang Penetapan Produk Halal. Dalam keputusan fatwa
tersebut menyatakan :
1. Produk-produk sebagaimana tersebut dalam lampiran keputusan fatwa
ini ditetapkan kehalalannya dan kesuciannya.
83 Himpunan Keputusan Musyawarah Daerah VII Majelis Ulama Indonesia Propinsi
Jawa Tengah, Semarang: Majelis Ulama Indonesia, 2006, h. 52. 84 Ibid., h. 59.
40
2. Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan, dengan ketentuan jika
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan akan diperbaiki dan
disempurnakan sebagaimana mestinya.85
Diantara produk yang difatwakan antara lain produk penyedap rasa
(Monosodium Glutamate, MSG) dari PT. Ajinomoto Indonesia yang
menggunakan Bacto Soytone (ditetapkan haram) dan yang menggunakan
Mameno (ditetapkan halal), kepiting (ditetapkan halal sepanjang tidak
menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia), cacing (budidaya cacing
untuk diambil manfaatnya tidak untuk dimakan hukumnya mubah) dan
jangkrik (ditetapkan halal sepanjang tidak menimbulkan madharat).86
Dengan adanya fatwa MUI tersebut diharapkan dapat dijadikan
sebagai pedoman dan rujukan bagi masyarakat untuk mengkonsumsi
produk/makanan halal serta mampu mengurangi dan meminimalisir kasus-
kasus peredaran produk makanan atau minuman yang mengandung bahan
haram.
B. Konsep Syubhat dalam Islam
1. Pengertian dan Dasar Hukum tentang Syubhat
Kata syubhat berasal dari bahasa arab (U]�k��) artinya keadaan
sama, serupa, keadaan gelap, kabur, samar, tidak jelas.87
Dalam
85 Proyek Pembinaan Pangan Halal Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji,
Pedoman Fatwa Produk Halal, op. cit., h. 77-78. 86 Ibid., h. 79-120. 87 Ahmad Warson Munawwar, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, 1984, h. 740.
41
ensiklopedi hukum Islam syubhat berarti sesuatu yang ketentuan
hukumnya tidak diketahui secara pasti, apakah dihalalkan atau
diharamkan. Dalam pengertian yang lebih luas syubhat ialah sesuatu yang
tidak jelas apakah benar atau tidak, atau masih mengandung kemungkinan
benar atau salah.88
Abdurrahman Ar-Rasyid dalam bukunya Halal Haram
Menurut Al-Quran dan Hadist mendefinisikan syubhat adalah setiap
perkara yang tidak begitu jelas antara halal dan haramnya bagi manusia.
Hal ini dapat terjadi karena tidak jelasnya dalil dan mungkin karena tidak
jelasnya jalan untuk memahami nash atau dalil yang ada terhadap suatu
peristiwa.89
Menurut Imam Al-Ghazali syubhat adalah :
������ ���S���P�� #�+ �������[�S&̀ �+ ��������� ���� �G��T�� �-��o#�̀ �S���� �����< #���� �y��#�D�( &-�'� �:� �+�1 #�������o#�̀ �S���#&���٩٠
Artinya: “Sesuatu yang masalahnya tidak jelas karena di dalamnya
terdapat dua macam keyakinan yang berlawanan yang timbul
dari dua faktor yang menyebabkan adanya dua keyakinan
tersebut”.
Hukum syubhat didasarkan pada hadist Rasulullah SAW :
�-#�M�D\��� ���� ����D�k�� ���� WT��#�l�+ ���� WT���* ��� �o#�M�N #�@�'���@�1 WT���D� ��� =U�����S=" #���V�T�N=̀ �� �!��� �� �������� ��� ���� ��� =$�L� �� �Q�D�M� �$#�" W ���k� ��� =$�L : _���� =$�5�4&���
|e ������� _���� �6�� �4&���� _ ���p�R �8���T���. _d#�]���S�k�+ _��L�+=� �n�����+ �$�5�4&�� ���+�1 �)#����
88 Abdul Azis Dahlan, et. al, op. cit., h. 1759. 89 Abdurrahman Ar Rasyid, Halal Haram Menurut Al-Quran dan Hadist, Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2006, h. 47. 90 Al-Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya ’Ulumuddin,
Jilid II, Beirut: Darul Fikr, Cet. ke-1, 1989, h. 112.
42
O'���P �F�"�� ���+�� �!��� �T�̀ �< ����� ���� �������T�� �1� ���S� �� #�]�R� �( ���M�< �6�� �4&�� ���+ �6�� �����+ ���D�"��L�� &-�� �n�P�L�� �M�4&�� �$�L�N ��� �� ���+ ���@�� #�M�R �6�� �4&�� �F�"��L�� &-�� �n�P�L�� #�]��
���+��#�4�+ ��� �M�N �-���� �.�1 GM�N Wn���+ qZ=K�� �-���� �.�1)83+ S�� :���(٩١ Artinya: “Qutaibah bin Sa’id menceritakan kepada kita, Hammad bin
Zaid mengabarkan kepada kita dari Mujalid dari Sya’bi dari
Nu’man bin Basyir berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda: Halal itu jelas dan haram itu jelas pula, dan diantara
keduanya ada perkara-perkara syubhat (yang samara-samar),
banyak orang yang tidak mengetahuinya. Maka barangsiapa
yang meninggalkannya, maka ia telah membersihkan dirinya
untuk agamanya dan kehormatannya, maka selamatlah dia dan
barang siapa jatuh kepada hal syubhat, maka ia seakan-akan
jatuh kepada yang haram. Umpama seorang yang menggembala
dekat daerah yang terlarang, seakan ia nyaris jatuh (memasuki)
daerah itu. Ketahuilah bahwa setiap negara ada tapal batasnya,
dan tapal batas Allah adalah yang diharamkannya”. (HR. At-
Turmudzi)
Terhadap persoalan syubhat, Islam memberikan suatu garis yang
disebut wara’ (sikap berhati-hati karena takut berbuat haram). Di mana
dengan sifat ini seorang muslim diharuskan menjauhkan diri dari masalah
yang masih syubhat sehingga ia tidak akan terseret kepada perbuatan yang
haram.92
Pengertian wara’ menurut Imam Muhammad bin Ismail adalah :
W6� �4�+ ���< ���L="�L&�� ���L�2 �d#�]��\k�� �X���l�( �����L&���٩٣ Artinya: “Wara’ adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang belum jelas
halal dan haramnya karena takut terjatuh pada perkara yang
haram”.
91 Abi ’Isa Muhammad bin ’Isa bin Saurah, Al-Jami’ As-Shahih wa Huwa Sunan At-
Tirmidzi, Juz III, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, tt., h. 511. 92 Yusuf Qardhawi, Al Halal wal Haram fil Islam, terj. Wahid Ahmadi, op. cit., h. 62. 93 Al-Imam Muhammad bin Ismail Al-Amir Al-Yamny Ash-Shan’any, Subulus
Salam Syarhu Bulughul Maram Min Jam’i Adillati Al-Ahkam, Juz IV, Beirut: Darul Kutub Al-
Ilmiyyah, Cet. ke-I, 1988, h. 314.
43
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi Rasulullah
SAW memerintahkan kepada umatnya agar menjauhi dan meninggalkan
perkara syubhat :
��� � ���� =U���D�P #�@� ���2�� �������o�B ��� ��� �T���� #�@� ���2�� \w��#�s�@�.� � �L�+ �L��� #���V�T�N �T �$#�" �w�T�D�A�� �0����L�4&�� ��� ���� �!��� �+ ����� ��� : �Q&>�g�N #�+ ������ ��� ���A�4&��� �Q&�="
���+ �Q&>�g�N �$#�" m �!��� �� �������� ��� ���� ��� �$�L� �� ���+��� �L�$��� �� ����� ���������� � ���! : �o���+ �� #� �����n�� ���+ �.#�� � �����n �j&3�K&�� �-���� ,U�����@&'�M=C �Y�T�s�� �-�E�< b
,U������)83+ S�� :���(٩٤ Artinya: “Abu Musa Al-Anshari merceritakan kepada kita, Abdullah bin
Idris mengabarkan kepada kita, Syu’bah mengabarkan kepada
kita dari Buraid bin Abi Maryam dari Abi Al-Haura As-Sa’diy
berkata: saya berkata kepada Hasan bib Ali: Apa yang engkau
hafal dari Rasulullah ? Hasan berkata (menjawab): yang saya
hafal dari Rasulullah SAW: Tinggalkan perkara yang
meragukanmu kepada perkara yang tidak meragukanmu. Karena
kejujuran itu adalah ketenangan hati sedangkan kedustaan itu
adalah keraguan”. (HR. Turmudzi )
Dalil di atas merupakan pokok dalam hal meninggalkan syubhat
dan memperingatkan dari berbagai jenis keharaman. Dalam hadist ini
Rasulullah memerintahkan kepada umatnya untuk meninggalkan perkara
yang meragukan dan memerintahkan kepada umatnya untuk mengambil
perkara yang meyakinkan.
Maka apabila seorang muslim mewujudkan apa yang dituntunkan
Rasulullah dalam hadist di atas, maka ia telah menjaga kehormatannya
dari celaan dan menjaga dirinya agar tidak jatuh ke dalam keharaman.
Sebagaimana sabdanya: “Siapa menjaga dirinya dari syubhat (perkara
94 Al-Imam Al-Hafidz Abi Al-‘Ula Muhammad Abdurrahman Ibn Abdurrahim Al-
Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jami’ At-Turmudzi, Juz VII, Beirut: Darul Kutub
Al-Ilmiyyah, 1990, h. 186-187.
44
yang samar) maka sungguh ia telah menjaga agamanya dan
kehormatannya”. Dan perbuatan ini akan mengantarkannya kepada sikap
wara’.
Maka sesuatu yang masih diragukan kehalalan atau keharamannya
harus dibuktikan kebenaran akan halal atau haramnya sehingga seseorang
menjadi jelas dan yakin untuk melakukannya apabila termasuk barang
halal dan meninggalkan apabila itu telah jelas keharamannya. Sesuai
dengan kaidah fiqh :
�n�k�#� =$��r�� �. �����̀ ��&��� Artinya: “Keyakinan itu tidak dapat dihilangkan dengan keraguan”.
٩٥
Menurut Ahmad Batahi Al-Khatabi, hukum meninggalkan syubhat
ada tiga, yaitu: wajib, sunah dan makruh. Jika yang syubhat itu diyakini
membawa pada yang haram, maka meninggalkannya adalah wajib. Jika
yang syubhat itu lebih berat kepada yang haram, maka meninggalkannya
adalah sunah. Jika lebih berat kepada yang halal, maka meninggalkannya
adalah makruh. 96
2. Sumber-sumber Perkara Syubhat
Keraguan (syak) itu adalah suatu ungkapan untuk dua keyakinan
yang saling bertentangan yang bersumber dari dua sebab. Oleh karena itu
mana yang tidah mempunyai sebab atau bukti tidak dapat menjadi
95 Peunoh Daly dan Quraisy Syihab (eds.), Ushul Fiqh II, Jakarta: Departemen
Agama,1986, h. 194. 96 Al-Imam Muhammad bin Ismail Al-Amir Al-Yamny Ash-Shan’any, op. cit., h.
317.
45
ketetapan yang mengimbangi keyakinan yang berlawanan sehingga
kemudian menjadi syak (ragu).97
Batasan syubhat (haddusy-syubhat) menurut Ibnu Qudamah
adalah:
�N\T\k�� ���]�U�+ �( #�D��#�y�< ������ ���S�̀�o#�-��� �TG��� ����P ���~�����+ &̀�S�[�������� �#���S�̀�o#����٩٨ Artinya: “Batasan syubhat adalah sesuatu yang dipertentangkan dua
keyakinan, berasal dari dua hal yang memang selaras dengan
keyakinan itu”.99
Perkara syubhat dapat ditetapkan melalui beberapa sumber. Imam
Al-Ghazali dalam Ihya ’Ulumuddin menjelaskan sumber syubhat itu
antara lain :
a. Keraguan dalam sebab yang menghalalkan dan yang mengharamkan
)6 ��� Z��� X�A�� � nk��( .100
Keraguan tersebut tidak terlepas dari dua kemungkinan, yaitu
setara atau kecenderungan pada salah satu dari dua kemungkinan. Jika
kedua kemungkinan itu setara/sama, maka hukumnya adalah
berdasarkan yang dikenal sebelumnya. Jika salah satu dari dua
kemungkinan itu lebih kuat maka hukumnya adalah bagi yang lebih
97 Imam Al-Ghazali, Al Halal wal Haram, terj. Abdul hamid zahwan, Halal, Haram
dan Syubhat, Solo: CV. Pustaka Mantiq, Cet. ke-1, 1995, h. 45. 98 Al-Imam Asy-Syaikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisy,
Mukhtashar Minhajul Qashidin, Beirut: Maktabah Darul Bayan, 1978, h. 89. 99 Al-Imam Asy-Syaikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisy,
Mukhtashar Minhajul Qashidin, terj. Katur Suhardi, Minhajul Qashidin Jalan Orang-orang
yang Mendapat Petunjuk, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Cet. ke-1, 2006, h. 107. 100 Al-Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin,
loc. cit.
46
kuat. Contoh: Dilemparkan anak panah pada buruan. Buruan itu
terluka lalu terjatuh ke air dan ditemukan telah menjadi bangkai. Tidak
ada yang tahu apakah buruan itu mati karena tenggelam atau karena
lukanya. Maka buruan ini adalah haram karena asalnya yang haram.101
b. Keraguan yang ditimbulkan oleh percampuran )k�+ nPa2.� :S�5(
Yaitu bercampurnya yang haram dan yang halal sehingga tidak
dapat dibedakan lagi antara keduanya sehingga muncul keraguan
apakah sesuatu itu halal atau haram. Contoh: Daging bangkai seekor
kambing bercampur dengan daging beberapa ekor kambing yang
disembelih secara halal. Maka keraguan dalam hal ini harus dijauhi
karena tidak ada tanda pada daging dari bangkai yang bercampur.
Apabila ada keraguan yang beralasan bahwa daging bangkai kambing
itu telah bercampur maka hal tersebut haram.102
c. Keraguan karena adanya hubungan kemaksiatan dengan sebab yang
menghalalkan )U�sD+ Z��� X�A�# ZsS� -�(
Hubungan itu dapat terlihat pada sesuatu itu sendiri, pada
tujuannya, pada permulaannya atau pada persoalan jual beli. Namun
maksiat ini bukan sejenis maksiat yang merusak aqad (ikatan
perjanjian) atau membatalkan sebab yang menghalalkan sesuatu.
101 Al-Ghazali, Mukhtashar Ihya ‘Ulumuddin, terj. Irwan Kurniawan, Mutiara Ihya
‘Ulumuddin, Bandung: Mizan, Cet. ke-1, 2008, h. 153-154. 102 Imam Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, terj. Purwanto, Ihya ‘Ulumuddin, Buku
Keempat: Adab Makan, Nikah, Mencari Nafkah, Berdagang, Halal-Haram, Kasih Sayang dan
Persaudaraan, Bandung: Penerbit Marja’, Cet. ke-1, 2004, h. 156.
47
Contoh: menyembelih dengan pisau rampokan, menjual buah anggur
kepada seorang pembuat khamer.103
d. Keraguan karena perbedaan dalam berbagai dalil )� �5c2.� U�o��(
Perbedaan di dalam berbagai dalilnya ini seperti perbedaan di
dalam sebab-sebabnya. Karena sebab menentukan hukum halal dan
haram sedangkan dalil untuk mengetahui hukum halal dan haram.
Lebih jelas lagi bahwa dalil merupakan sebab untuk bisa sampai pada
pengertian yang nyata pada suatu barang.104
Misalnya sabda Nabi
SAW: ”Orang mukmin menyembelih atas nama Allah Ta’ala, baik ia
menyebut nama Allah atau tidak”. Hadist ini bertentangan dengan
sebuah ayat Al-Quran yang jelas dan beberapa hadist yang
mengatakan bahwa mengucapkan nama Allah pada saat menyembelih
adalah wajib. Dengan demikian hadist terdahulu harus ditinggalkan.105
Wallahu ’alam bissawab.
103 Ibid., h. 157. 104 Imam Al-Ghazali, Al Halal wal Haram, terj. Abdul Hamid Zahwan, op. cit., h. 86. 105 Imam Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, terj. Purwanto, op. cit., h. 159.
48
BAB III
SERTIFIKASI HALAL MUI PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH
(IKM) DI KOTA SEMARANG
A. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kota
Semarang
Kota Semarang yang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah adalah
satu-satunya kota di Provinsi Jawa Tengah yang dapat digolongkan sebagai
kota metropolitan. Sebagai ibukota provinsi, Kota Semarang menjadi
parameter kemajuan kota-kota lain di Provinsi Jawa Tengah. Kemajuan
pembangunan Kota Semarang tidak dapat terlepas dari dukungan daerah-
daerah di sekitarnya seperti Kota Ungaran, Kabupaten Demak, Kota Salatuga,
dan Kabupaten Kendal.106
Kota semarang terdiri dari 16 kecamatan dan 177 kelurahan dengan
luas wilayah keseluruhan 373,7 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak
1.351.246 jiwa. Kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas yaitu
kecamatan Mijen (62,15 km2) sedangkan kecamatan dengan luas paling kecil
adalag kecamatan Candisari (5,56 km2). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam tabel berikut ini :
106 http://ciptakarya.pu.go.id/profil/barat/jateng/semarang.pdf., Profil
Kabupaten/Kota Semarang Jawa Tengah, h. 2, dikutip tanggal 4 November 2009.
49
TABEL I
JUMLAH PENDUDUK PERKECAMATAN TAHUN 2001107
Penduduk No. Kecamatan Luas
(Km2) Jumlah Kepadatan
1 Mijen 62,15 38.843 625
2 Gunung Pati 53,99 58.130 1076
3 Banyumanik 25,13 106.834 4.251
4 Gajah Mungkur 8,53 58.482 6.856
5 Semarang Selatan 8,48 84.103 9.917
6 Candisari 5,56 78.336 14.089
7 Tembalang 44,20 106.090 2.400
8 Pedurungan 19,85 141.695 7.138
9 Genuk 27,38 63.904 2.333
10 Gayamsari 6,36 64.104 10.079
11 Semarang Timur 7,7 84.044 10.914
12 Semarang Utara 10,46 122.929 11.752
13 Semarang Tengah 6,05 76.810 12.695
14 Semarang Barat 23,87 148.753 6.231
15 Tugu 31,29 24.400 799
16 Ngaliyan 32,07 92.548 2.885
Total 373,70 1.350.005 3.613
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Semarang, 2001
Secara umum industri di Kota Semarang dapat diklasifikasikan
menjadi industri kecil, industri menengah dan industri besar.108
Jenis usaha
107 Ibid., h. 4-5. 108 Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi
untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancangan bangun dan perekayasaan industri
(C.S.T. Kansil, Hak Milik Intelektual Hak Milik Perindustrian dan Hak Cipta, Jakarta: Sinar
Grafika, Cet. ke-1, 1997, h. 405).
Di Indonesia, secara umum industri dapat dikelompokkan menjadi industri dengan
skala besar, skala menengah dan skala kecil. Batasan skala usaha didasarkan pada kriteria
jumlah tenaga kerja, sebagai berikut: Industri skala kecil mempekerjakan 1-10 pekerja,
50
industri yang ada di Kota Semarang meliputi industri kimia dan barang kimia,
industri makanan dan minuman, furniture dan barang dari kayu, kulit dan
barang dari kulit, percetakan, logam, elektronika, alat angkut, industri tekstil
dan produk tekstil, aneka industri dan industri lainnya. Potensi industri di Kota
Semarang berdasarkan kelompok dan jumlah unit usaha pada tahun 2007
dapat dilihat dalam tabel berikut :
Industri skala menengah mempekerjakan 10-50 pekerja dan Industri skala besar
mempekerjakan 50 pekerja atau lebih (M. Dawam Rahardjo dan Fachri Ali, “Faktor-faktor
Keuangan yang Mempengaruhi Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia”, dalam Kenneth
James, Aspek-aspek Finansial Usaha Kecil dan Menengah: Studi Kasus Asean, Jakarta:
LP3ES, 1992, h. 16-17).
Oleh karena Industri Kecil Menengah tergolong dalam batasan Usaha Kecil dan
Menengah, maka batasan Industri Kecil Menengah dapat didefinisikan menurut batasan Usaha
Kecil dan Menengah. Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia kepada semua Bank Umum di
Indonesia No. 3/9/BKr, tanggal 17 Mei 2001, Usaha Kecil adalah usaha yang memenuhi
kriteria sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memeliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah
atau usaha besar.
5. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha
yang berbadan hukum termasuk koperasi.
Sedangkan Usaha Menengah, menurut Instruksi Presiden No. 10 Tahun 1999 adalah
usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200.000.000,00 sampai dengan paling
banyak Rp. 10.000.000.000,00, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Milik Warga Negara Indonesia.
3. Berdiri sendiri dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha
besar.
4. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, dan/atau badan
usaha yang berbadan hukum (M. Kwartono Adi, Analisis Usaha Kecil dan Menengah,
Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2007, h. 12-13).
51
TABEL II
POTENSI INDUSTRI
KOTA SEMARANG SEMESTER I TAHUN 2007109
Jumlah Unit Usaha
Industri Kecil
No. Kelompok
Industri
Non
Formal
Formal
Industri
Menengah
Industri
Besar
Potensi
Industtri
%
Potensi
Industri
1 Kimia dan
barang
kimia
3 140 48 12 203 6,430
2 Minuman 316 236 74 15 641 20,304
3 Makanan 365 270 62 9 705 22,363
4 Furniture
dan barang
dari kayu
167 195 157 20 539 17,073
5 Kulit dan
barang dari
kulit
7 - 12 - 19 1,394
6 Percetakan - 125 105 8 238 7,539
7 Logam 13 180 89 16 298 9,439
8 Elektronika - 12 16 3 31 0,982
9 Alat
angkut
- 1 2 9 12 0,380
10 Tekstil dan
produk
tekstil
34 65 13 6 118 3,738
11 Aneka 110 99 49 19 277 8,774
12 Industri
lain
19 - - - 19 1,584
Jumlah 1.034 1.323 617 117 3.091 100,00
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang, 2009
Dari tabel di atas terlihat industri makanan memiliki potensi paling
besar yaitu sebesar 22,363 % disusul industri minuman sebesar 20,304 %.
109 Dinas Perindustrian dan Perdagangan, brosur Potensi Industri Kota Semarang
Semester I Tahun 2007, Pemerintah Kota Semarang.
52
Menurut data yang penulis peroleh dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kota Semarang pada Bulan Agustus 2009, jumlah industri
makanan dan minuman di Kota Semarang adalah sebagai berikut :
⇒ Jumlah industri kecil sebanyak 746 perusahaan, terdiri dari 285 industri
makanan, 428 industri minuman dan 33 industri rokok.
⇒ Jumlah industri menengah sebanyak 178 perusahaan terdiri dari 65
industri makanan, 81 industri minuman dan 22 industri rokok.
⇒ Sedangkan untuk industri besar berjumlah 24 perusahaan, terdiri dari 9
industri makanan, 11 industri minuman dan 4 industri rokok. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
TABEL III
JUMLAH INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN
KOTA SEMARANG, AGUSTUS 2009110
Jumlah Unit Usaha No. Jenis Usaha
Industri
Kecil
Industri
Menengah
Industri
Besar
1 Makanan 285 65 9
2 Minuman 428 81 11
3 Rokok 33 22 4
Jumlah 746 178 24
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Semarang, 2009 (Data olahan)
Dari tabel di atas dapat dijelaskan industri makanan dan minuman di
Kota Semarang pada Bulan Agustus 2009 berjumlah 948 perusahaan. Di sisi
lain data industri/perusahaan makanan dan minuman Kota Semarang yang
110 Data diperoleh pada tanggal 27 Agustus 2009.
53
bersertifikat halal di LP POM MUI Provinsi Jawa Tengah pada Bulan Agustus
2009 berjumlah 71 perusahaan.111
Kaitannya industri makanan dan minuman di Kota Semarang dengan
sertifikasi halal bahwa ternyata sertifikat halal MUI kurang mendapat
perhatian dari para produsen. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya industri
yang belum melaksanaan sertifikasi halal, bahkan ada produsen yang tidak
mengetahui sama sekali tentang sertifikat halal MUI.
Untuk mengetahui mengapa banyak industri makanan dan minuman di
Kota Semarang yang belum melaksanakan sertifikat halal, penulis mendatangi
beberapa IKM untuk melakukan wawancara. Diantara industri makanan dan
minuman yang penulis wawancarai adalah :
1. Industri roti “Julian Bakery” di Jl. Kumudasmoro Selatan No. 24
Semarang.
2. Industri roti “Seruni” di Jl. Pusponjolo Barat Raya No. 15 Semarang.
3. Depot Air Minum (DAM) “Tirta Yoga” di Jl. Mintojiwo Timur No. 5
Semarang.
4. Industri sirup “Subur Jaya” di Jl. Wr. Supratman No. 47 Semarang.
5. Industri roti “PUSPA” di Jl. Puspowarno No. 2 Semarang.
6. Industri mie “Lonceng” di Jalan Puspowarno 1 No. 25 Semarang.
7. Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) “PT. Sarika” di Jl.
Puspowarno Selatan No. 55 Semarang.
111 Data Perusahaan Sertifikasi Halal MUI Provinsi Jawa Tengah, diperoleh pada
tanggal 24 Agustus 2009.
54
8. Home industry bakso sapi “Pak Geger” di Jl. Mintojiwo Raya/Gisikdrono
Semarang.
9. Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) “PT Estima” di Jl. Menteri
Supeno No. 50 Semarang.
10. Home industry Roti Pia dan Kue Bolu di Jl. Bongsari No. 4 Semarang.
B. Sertifikasi Halal Majelis Ulama Indonesia Pada IKM di Kota Semarang.
1. Sekilas tentang LP POM dan Komisi Fatwa MUI
Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah organisasi keulamaan yang
didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Rajab 1395 H, bertepatan dengan 26
Juli 1975 M. Majelis Ulama Indonesia hadir ke pentas sejarah ketika
bangsa Indonesia tengah berada pada fase kebangkitan kembali setelah
selama tiga puluh tahun sejak kemerdekaan energi bangsa terserap dalam
perjuangan politik baik di dalam negeri maupun di dalam forum
internasional, sehingga kurang mempunyai kesempatan untuk membangun
menjadi bangsa yang maju dan berakhlak mulia.112
Ulama Indonesia menyadari keberadaannya sebagai ahli waris para
nabi (waratsatul anbiya), pelayan umat (khadim al-ummah) dan penerus
misi yang diemban Rasulullah Muhammad SAW. Mereka terpanggil
untuk memberikan peran-peran kesejarahan baik pada masa penjajahan,
pergerakan kemerdekaan dan seluruh perkembangan dalam dalam
kehidupan kebangsaanmelalui berbagai potensi dan ikhtiar-ikhtiar
112 Himpunan Keputusan Musyawarah Daerah VII Majelis Ulama Indonesia Propinsi
Jawa Tengah, Semarang: Majelis Ulama Indonesia, 2006, h. 114-115.
55
kebajikan bagi terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah
SWT.
Ulama Indonesia menyadari, kemajemukan dan keberagaman umat
Islam dalam pikiran dan faham keagamaan merupakan rahmat bagi umat
yang harus diterima sebagai pelangi dinamika untuk mencapai kebenaran
hakiki. Sebab sikap menghormati berbagai pikiran dan pandangan
merupakan wasilah bagi terbentuknya kehidupan kolektif yang dilandasi
semangat persaudaraan (ukhuwah) tolong menolong (ta'awun) dan
toleransi (tasamuh).
Ulama Indonesia menyadari, kewajiban untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan dengan cara yang baik dan teruji adalah kewajiban
bersama. Oleh karena itu, kepemimpinan umat Islam yang bersifat kolektif
merupakan kewajiban dalam rangka mewujudkan masyarakat madani
(khair al-ummah) yang menekankan nilai-nilai persamaan (al-musawah),
keadilan (al-'adalah) dan demokrasi (syura).113
Atas dasar itu dibentuklah Majelis Ulama Indonesia yang secara
singkat dijelaskan dalam Pedoman Dasar Majelis Ulama Indonesia pasal
5 bahwa tujuan didirikannya Majelis Ulama Indonesia adalah untuk
terwujudnya masyarakat yang berkualitas (khaira ummah) dan negara
yang aman, damai, adil dan makmur rohaniah dan jasmaniah yang diridhai
oleh Allah SWT (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur).114
113 Ibid., h. 124-125. 114 Ibid., h. 127.
56
Dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara di era
reformasi, muncul indikasi adanya keinginan kuat untuk membangun
suatu masyarakat yang adil, sejahtera, demokratis dan berakhlak mulia.
Menyikapi fenomena tersebut, Majelis Ulama Indonesia mempunyai
obsesi menempatkan dirinya pada posisi berperan aktif dalam membangun
masyarakat baru. Peran aktif MUI yang dimaksud adalah peran sertanya
dalam melaksanakan visi dan misinya, yaitu :
1) Visi
Terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan
dan kenegaraan yang baik, memperoleh ridho dan ampunan Allah
SWT (baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur) menuju masyarakat
berkualitas (khaira ummah) demi terwujudnya kejayaan Islam dan
kaum muslimin (izzul Islam wal-muslimin) dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai manifestasi dari rahmat bagi
seluruh alam (rahmatan lil ’alamin).
2) Misi
Mengerahkan kepemimpinan dan kelembagaan Islam secara
efektif, sehingga mampu mengarahkan dan membina umat Islam
dalam menanamkan dan memupuk akidah Islamiyah, serta
menjalankan syari’at Islamiyah, dan menjadikan ulama sebagai
panutan dalam mengembangkan akhlak karimah, agar terwujud
masyarakat yang berkualitas (khair al-ummah).115
115 Ibid., h. 117.
57
Untuk merealisasikan peran ini MUI memerlukan program-
program riil yang dalam pelaksanaanya diharapkan dapat menggerakkan
kepemimpinan dan kelembagaan ormas Islam yang berada di Indonesia
agar dinamis dan efektif, di mana MUI akan menempatkan diri sebagai
motifator, dinamisator, katalisator dan akan menjadi lembaga penegak
amar ma’ruf nahi munkar serta menjadi panutan dalam mengembangkan
akhlakul karimah.
Salah satu program yang dilaksanakan oleh MUI dalam bidang
Penetapan Fatwa dan Nasehat Hukum Islam adalah mengoptimalkan
fungsi Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LP
POM).116
LP POM MUI atau Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan
Kosmetika Majelis Ulama Indonesia merupakan sebuah lembaga yang
dibentuk oleh MUI dengan tugas menjalankan fungsi MUI untuk
melindungi konsumen muslim dalam mengkonsumsi makanan, minuman,
obat-obatan maupun kosmetika.117
LP POM MUI dibentuk pada tanggal 6 Januari 1989. Lembaga ini
bertugas mengadakan inventarisasi, klasifikasi, dan pengkajian terhadap
makanan, minuman, obat-obatan dan kosmetika yang beredar di
masyarakat, mengkaji dan menyusun konsep yang berkaitan dengan
peraturan mengenai penyelenggaraan rumah makan (restoran), perhotelan,
hidangan, dalam pelayaran dan penerbangan, pemotongan hewan serta
116 Ibid., h. 29. 117 Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika, Panduan Umum Sistem
Jaminan Halal LP POM MUI, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 2008, h. 9-10.
58
penggunaan berbagai jenis bahan bagi pengolahan pangan, obat-obatan
dan kosmetika yang dipergunakan oleh masyarakat, khususnya umat Islam
agar terjamin halal.118
Lembaga ini beranggotakan para ahli di bidang
pangan, kimia, biokimia, teknologi dan lain-lain.
Dalam menjalankan fungsinya, LP POM melakukan pengkajian
dan pemeriksaan dari tinjauan sains terhadap produk yang akan
disertifikasi. Jika berdasarkan pendekatan sains telah didapatkan kejelasan
maka hasil pengkajian dan pemeriksaan tersebut dibawa ke Komisi Fatwa
untuk dibahas dari tinjauan syari’ah. Pertemuan antara sains dan syari’ah
inilah yang dijadikan dasar penetapan oleh Komisi Fatwa, yang
selanjutnya dituangkan dalam bentuk sertifikat halal oleh MUI.119
Sebagai lembaga yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia, LP
POM dalam melaksanakan sertifikasi halal tidak berjalan sendiri. LP POM
bekerjasama dengan Komisi Fatwa untuk menentukan dan ditetapkannya
fatwa halal terhadap produk yang telah dikaji dan diteliti olehnya.
Komisi adalah Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia atau Komisi
Fatwa Majelis Ulama Daerah. Fatwa adalah jawaban atau penjelasan dari
ulama mengenai masalah keagamaan dan berlaku untuk umum. Keputusan
Fatwa adalah fatwa MUI tentang suatu masalah keagamaan yang telah
118 Thabieb Al-Asyhar, Bahaya Makanan Haram bagi Kesehatan Jasmani dan
Kesucian Rohani, Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2002, h. 142. 119 Lukmanul Hakim, “Sertifikasi Halal MUI Sebagai Upaya Jaminan Produk
Halal” dalam Ichwan Sam, et. al., Ijma’ Ulama Keputusan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa Se-
Indonesia III Tahun 2009, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, Cet. ke-1, 2009, h. 279-280.
59
disetujui oleh anggota Komisi dalam rapat.120
Komisi Fatwa MUI adalah
salah satu komisi dalam MUI yang bertugas memberikan nasehat hukum
Islam dan ijtihad untuk menghasilkan suatu hukum terhadap persoalan-
persoalan yang sedang dihadapi umat Islam. Kenggotaan komisi fatwa
mewakili seluruh organisasi Islam yang ada di Indonesia.121
Adapun kewenangan dan wilayah fatwa Majelis Ulama Indonesia
adalah sebagai berikut :
1) MUI berwenang menetapkan fatwa mengenai masalah-masalah
keagamaan secara umum, terutama masalah hukum (fiqh) dan masalah
akidah yang menyangkut kebenaran dan kemurnian keimananumat
Islam.
2) MUI berwenang menetapkan fatwa mengenai masalah-masalah
keagamaan seperti tersebut pada nomor 1 yang menyangkut umat
Islam Indonesia secara nasional atau masalah-masalah keagamaan di
suatu daerah yang diduga dapat meluas ke daerah lain.
3) Terhadap masalah yang telah ada keputusan fatwa MUI, MUI Daerah
hanya berhak melaksanaannya.
4) Jika karena faktor-faktor tertentu keputusan fatwa MUI sebagaimana
dimaksud nomor 3 tidak dapat dilaksanakan, MUI Daerah boleh
menetapkan fatwa yang berbeda setelah berkonsultasi dengan MUI.
120 Proyek Pembinaan Pangan Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman Fatwa Produk Halal, Jakarta: Departemen Agama RI.,
2003, h. 59. 121 Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika, loc. cit.
60
5) Dalam hal belum ada keputusan fatwa MUI, MUI Daerah berwenang
menetapkan fatwa.
6) Khusus mengenai masalah-masalah yang musykil dan sensitif,
sebelum menetapkan fatwa, MUI Daerah diharapkan terlebih dahulu
melakukan konsultasi dengan MUI.122
Komisi Fatwa bertugas mengkaji dan memberikan keputusan
hukum terhadap persoalan yang tidak secara sharih (nyata) terdapat dalam
Al-Quran maupun Sunnah. Lembaga fatwa ini merupakan lembaga yang
independen yang terdiri dari para ahli ilmu dan merupakan kelompok yang
berkompeten yang memiliki otoritas yang memadai untuk memberikan
keputusan-keputusan ilmiah.123
2. Sistem dan Prosedur Sertifikasi Halal MUI
Sertfikat halal adalah fatwa tertulis Majelis Ulama Indonesia yang
menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan syari’at Islam.
Sertifikat halal bertujuan untuk memberikan kepastian kehalalan suatu
produk sehingga dapat menenterampkan batin yang mengkonsumsinya.124
Yang dimaksud produk halal adalah produk yang memenuhi syarat
kehalalan sesuai dengan syari’at Islam, yaitu :
a) Tidak mengandung babi dan bahan yang berasal dari babi.
122 Proyek Pembinaan Pangan Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman Fatwa Produk Halal, op. cit., h. 64. 123 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Modul Pelatihan Auditor Internal Halal,
Jakarta: Departemen Agama RI., 2003, h. 56-57. 124 Bagian Proyek Sarana Dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji, Panduan Sertifikasi Halal, Jakarta: Departemen
Agama RI, 2003, h. 1.
61
b) Tidak mengandung bahan-bahan yang diharamkan seperti bahan-bahan
yang berasal dari organ manusia, darah, kotoran-kotoran dan lain
sebagainya.
c) Semua bahan yang berasal dari hewan halal yang disembelih menurut
tatacara syari’at Islam.
d) Semua tempat penyimpanan, tempat penjualan, pengolahan dan
transportasinya tidak boleh digunakan untuk babi. Jika pernah
digunakan untuk babi barang yang tidak halal lainnya terlebih dahulu
harus dibersihkan dengan tatacara yang diatur dalam syari’at Islam.
e) Semua makanan dan minuman yang tidak mengandung khamar.125
Dengan kata lain produk halal adalah produk pangan, obat,
kosmetika dan produk lain yang tidak mengandung unsur atau barang
haram atau dilarang untuk dikonsumsi, digunakan atau dipakai umat Islam
baik yang menyangkut bahan baku, bahan tambahan, bahan bantu dan
bahan penolong lainnya termasuk bahan produksi yang diolah melalui
proses rekayasa genetika dan iradiasi yang pengolahannya dilakukan
sesuai dengan syariat Islam.126
Proses, prosedur dan mekanisme penetapan fatwa produk halal
pada prinsipnya sama dengan penetapan fatwa pada umumnya. Hanya
saja, rapat penetapan fatwa dilakukan bersama antara Komisi Fatwa
dengan LP POM. LP POM terlebih dahulu melakukan penelitian dan audit
125 Ibid, h. 2. 126 Bagian Proyek Sarana Dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji, Petunjuk Teknis Pedoman Sistem Produksi
Halal Jakarta: Departemen Agama RI, 2003, h. 131.
62
ke pabrik (perusahaan) yang telah mengajukan permohonan seretifikasi
halal. Hasil audit setelah dibahas di LP POM dituangkan dalam “Laporan
Hasil Auditing” yang selanjutnya dibawa ke dalam rapat Komisi Fatwa.127
Setelah ditetapkan kehalalanya dalam rapat, dibuatlah satu
keputusan fatwa untuk produk-produk yang diputuskan dalam rapat secara
tertulis sebagaimana keputusan fatwa pada umumnya. Selanjutnya
dibuatkan sertifikat yang disebut dengan “Sertifikat Halal”.
Pemegang sertifikat halal MUI bertanggung jawab untuk
memelihara kehalalan produk yang diproduksinya dan sertifikat halal
tersebut tidak dapat dipindahtangankan. Sertifikat halal yang sudah
berakhir masa berlakunya termasuk fotokopinya tidak boleh digunakan
atau dipasang untuk maksud-maksud tertentu.128
Untuk lebih jelasnya sistem, prosedur dan mekanisme sertifikasi
halal Majelis Ulama Indonesia secara rinci dapat dijelaskan sebagai
berikut : a. MUI memberikan pembekalan pengetahuan kepada para auditor LP
POM tentang benda-benda haram menurut syari’at Islam. Dalam hal
ini benda haram li-zatih dan haram li-ghairih yang karena cara
penanganannya tidak sejalan dengan syari’at Islam. Dengan arti kata,
para auditor harus mempunyai pengetahuan memadai tentang benda-
benda haram tersebut.
127 Proyek Pembinaan Pangan Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman Fatwa Produk Halal, op. cit., h. 33-34. 128 Bagian Proyek Sarana Dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji, Panduan Sertifikasi Halal, op. cit., h. 2.
63
b. Para auditor melakukan penelitian dan audit ke pabrik-pabrik
(perusahaan) yang meminta sertifikasi halal, pemeriksaan yang
dilakukan meliputi :
1. Pemeriksaan secara seksama terhadap bahan-bahan produk, baik
bahan baku maupun bahan tambahan (penolong).
2. Pemeriksaan terhadap bukti-bukti pembelian bahan produk.
3. Cara pemotongan hewan untuk produk hewani atau mengandung
unsur hewani.
c. Bahan-bahan tersebut kemudian diperiksa di laboratorium, terutama
bahan-bahan yang dicurigai sebagai benda haram atau mengandung
benda haram (najis), untuk mendapat kepastian.
d. Pemeriksaan terhadap suatu perusahaan tidak jarang dilakukan lebih
dari satu kali, dan tidak jarang pula auditor (LP POM) menyarankan
bahkan mengharuskan agar mengganti suatu bahan yang dicurigai atau
diduga mengandung bahan yang haram (najis) dengan bahan yang
diyakini kehalalannya atau sudah bersertifikat halal dari MUI atau dari
lembaga lain yang dipandang berkompeten, jika perusahaan tersebut
tetap menginginkan mendapat sertifikat halal dari MUI.
e. Hasil pemeriksaan dan audit LP POM tersebut kemudian dituangkan
dalam sebuah Laporan Hasil Auditing, dan kemudian Laporan Hasil
Auditing itu diajukan ke Komisi Fatwa MUI untuk disidangkan.
64
f. Dalam sidang Komisi Fatwa, LP POM menyampaikan dan
menjelaskan isi Laporan Hasil Auditing dan kemudian dibahas secara
teliti dan mendalam oleh sidang komisi.
g. Suatu produk yang masih mengandung bahan yang diragukan
kehalalannya, atau terdapat bukti-bukti pembelian bahan produk yang
dipandang tidak transparan oleh Sidang Komisi, dikembalikan kepada
LP POM untuk dilakukan penelitian atau auditing ulang ke perusahaan
bersangkutan.
h. Produk yang telah diyakini kehalalannya oleh Sidang Komisi,
diputuskan fatwa halalnya oleh Sidang Komisi.
i. Hasil rapat Komisi tersebut kemudian dituangkan dalam Surat
Keputusan Fatwa Produk Halal yang ditandatangani oleh Ketua dan
Sekretaris Komisi Fatwa, selanjutnya diterbitkan Sertifikat Halal.129
Lebih jelasnya alur proses sertifikasi halal Majelis Ulama
Indonesia dapat dilihat pada Bagan Proses Sertifikasi Halal berikut ini :
129 Proyek Pembinaan Pangan Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat
Islam dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman Fatwa Produk Halal, op. cit., h. 34-35.
65
BAGAN PROSES SERTIFIKASI HALAL130
Revisi
Produsen
LP POM MUI
Revisi
Revisi
130 Bagian Proyek Sarana Dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam Dan Penyelenggaraan Haji, Panduan Sertifikasi Halal, op. cit., h. 11.
RENCANA PENGAJUAN
SERTIFIKAT HALAL
RENCANA SISTEM
JAMINAN HALAL
PENYUSUNAN MANUAL HALAL DAN
PROSEDUR BAKU PELAKSANAANYA
PEMASYARAKATAN DAN UJI COBA MANUAL HALAL
DAN PROSEDUR BAKU PELAKSANAANYA
PENGAJUAN SERTIFIKAT HALAL
AUDIT DI LOKASI PRODUKSI
FATWA MUI
AUDIT INTERNAL
DAN EVALUASI
EVALUASI
SERTIFIKAT HALAL
CEK SISTEM
JAMINAN HALAL
66
Untuk menjamin kehalalan suatu produk yang telah mendapat
sertifikat halal, selain menunjuk Auditor Internal di setiap perusahaan
yang bertugas mengawasi kehalalan produknya, MUI menetapkan dan
menekankan bahwa jika sewaktu-waktu ternyata diketahui produk-produk
tersebut mengandung unsur-unsur barang haram (najis), MUI berhak
mencabut sertifikat halal produk bersangkutan. Disamping itu, setiap
produk yang telah mendapat sertifikat halal diharuskan pula
memperbaharui atau memperpanjang sertifikat halalnya setiap dua tahun,
dengan prosedur dan mekanisme yang sama. Jika setelah dua tahun
terhitung sejak berlakunya sertifikat halal, perusahaan yang bersangkutan
tudak mengajukan permohonan (perpanjangan) sertifikat halal, perusahaan
itu dipandang tidak lagi berhak atas sertifikat halal dan kehalalan produk-
produknya di luar tanggung jawab MUI.131
Demikianlah sistem dan prosedur sertifikasi halal yang dilakukan
oleh MUI dalam rangka melindungi konsumen muslim agar hanya
mengkonsumsi makanan halal.
3. Sertifikasi Halal MUI Pada IKM di Kota Semarang.
Sekarang ini umat Islam menghadapi masalah yang semakin rumit
dan kompleks. Termasuk masalah yang paling rawan adalah mengenai
beredarnya berbagai jenis produk olahan yang tidak jelas kehalalannya
atau bahkan mengandung bahan haram dan berbahaya. Di tengah kondisi
perekonomian yang semakit sulit akibat adanya persaingan usaha, biaya
131 Proyek Pembinaan Pangan Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman Fatwa Produk Halal, op. cit., h. 53-54.
67
kebutuhan hidup yang semakin tinggi dan lain-lain menyebabkan para
pelaku usaha menghalalkan berbagai cara untuk mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya dengan biaya sekecil mungkin demi mendapatkan apa
yang mereka inginkan. Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut mereka
menggunakan cara-cara tertentu yang dilarang baik oleh pemerintah
ataupun agama. Dalam hal pengolahan makanan atau minuman, seringkali
digunakan bahan-bahan haram dan berbahaya dalam produksinya.
Menurut laporan Kepala Bidang Pengujian Pangan dan Bahan
Berbahaya Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), selama tahun
2002, dari 29 sampel mie basah yang ditemukan di pasar dan supermarket
di Jawa Barat, 25 diantaranya (86,2%) mengandung formalin dan boraks
dan terasi 53,33% mengandung zat pewarna tekstil rhodamin B.132
Fakta lain misalnya kasus Ajinomoto yang menghebohkan di awal
Bulan Januari 2001 lalu. Melalui fatwanya, MUI menyatakan Ajinomoto
sebagai makanan haram dikarenakan dalam proses pembuatannya terdapat
pemanfaatan unsur porcine (babi). Pada Bulan Februari 2003 ditemukan
daging yang mengandung bakteri antraks dan kasus penjualan babi hutan
yang disamarkan sebagai daging sapi.133
Juga kasus minuman
“Kratingdaeng” yang mengandung kafein melebihi ketentuan yang
diizinkan oleh Departemen Kesehatan.134
132 Sentot Yulianugroho, Penyelesaian Sengketa Konsumen di Indonesia, dalam
Jurnal Media Hukum, Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Vol. 14 No. 1, Juni 2007, h. 90. 133 Ibid., h. 91. 134 Thabieb Al-Asyhar, op. cit., h. 18-19.
68
Mengkonsumsi produk-produk haram atau belum jelas
kehalalannya adalah hal yang harus dihindari oleh setiap muslim. Hal itu
karena mengkonsumsi produk-produk tersebut tidak hanya akan
membahayakan secara fisik bagi yang bersangkutan tetapi juga membawa
konsekuensi ukhrawi. Umat Islam Indonesia sekarang ini banyak
kehilangan kebijakan terutama pada kebutuhan mengkonsumsi jenis
produk yang halal, di mana umat Islam terkena dampak akibat permainan
bisnis produsen yang sengaja atau tidak sengaja menggunakan atau
mencampurkan bahan haram dalam produksinya.
Produk yang tidak jelas halal atau haramnya harus segera dicari
kejelasan statusnya, karena hal ini akan menimbulkan kerugian bagi
masyarakat khususnya umat Islam. Sehingga persoalan tersebut harus
segera mendapat jawabannya. Membiarkan persoalan tanpa jawaban dan
membiarkan umat dalam kebingungan atau ketidakpastian tidak dapat
dibenarkan, baik secara syar’i maupun secara i’tiqodi. Atas dasar itu,
Majelis Ulama Indonesia melalui LP POM dan Komisi Fatwa telah
berikhtiyar untuk memberikan jaminan makanan halal bagi konsumen
muslim melalui instrumen sertifikat halal.
Namun sampai saat ini masih banyak industri makanan yang belum
melaksanakan sertifikasi halal, seperti yang dilakukan oleh sebagian besar
(untuk tidak mengatakan seluruhnya) industri kecil dan menengah (IKM)
di Kota Semarang. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan jumlah industri makanan dan minuman di Kota Semarang
69
pada Bulan Agustus 2009 adalah 948 perusahaan.135
Sementara menurut
data yang penulis peroleh dari LP POM MUI Jawa Tengah menjelaskan
dari sekian banyak industri/perusahaan makanan dan minuman di Kota
Semarang hanya 71 perusahaan saja yang telah melaksanakan sertifikasi
halal.136
Dari informasi di lapangan diketahui bahwa pengusaha industri dan
karyawannya ada yang berasal dari golongan muslim dan non-muslim.
Secara umum mereka sebenarnya sudah mengerti tentang konsep halal
dalam makanan atau minuman meskipun mereka bukan dari golongan
muslim. Mereka juga meyadari bahwa kehalalan suatu makanan atau
minuman yang dikonsumsi adalah wajib dan penting untuk diperhatikan.
Terhadap sertifikasi halal MUI, sebagian pengusaha non muslim
pun sebenarnya berminat untuk melaksanakan sertifikasi halal karena
mereka memahami keinginan masyarakat (konsumen) untuk
mengkonsumsi makanan halal sangat tinggi sehingga mereka ingin
meyakinkan konsumen bahwa produk yang mereka hasilkan adalah halal
dan layak dikonsumsi khususnya oleh umat Islam.137
Jadi secara umum
sebenarnya pihak industri mengakui bahwa kehalalan suatu produk
makanan atau minuman sangatlah penting mengingat mayotitas atau
135 Lihat data Industri Makanan dan Minuman Kota Semarang, Agustus 2009, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Kota Semarang, tanggal 27 Agustus 2009. 136 Data Perusahaan Sertifikasi Halal MUI Provinsi Jawa Tengah, diperoleh pada
tanggal 24 Agustus 2009. 137 Dalam wawancara Penulis dengan Anis Widyastuti selaku pimpinan industri roti
Seruni, ia mengatakan bahwa pihaknya setuju jika sertifikat halal diwajibkan, supaya
pelanggan atau pembeli tahu bahwa makanan yang dijual di tempatnya adalah halal karena
pemilik industri tersebut orang Cina (Kristen Cina) dan dari pihak industrinya sudah ada niat
atau rencana untuk melaksanakan sertifikasi (Hasil wawancara pada tanggal 5 Januari 2010).
70
sebagian besar penduduk Indonesia adalah muslim. Bahkan sebagian dari
mereka juga setuju jika sertifikat halal diwajibkan kepada perusahaan.
Meskipun demikian, dari hasil wawancara yang penulis lakukan di
lapangan pada beberapa IKM di Kota Semarang, ada beberapa alasan yang
dapat penulis kemukakan mengapa produk makanan dan minuman pada
IKM di Kota Semarang banyak yang belum bersertifikat halal, antara lain :
1. Pengetahuan IKM tentang sertifikat halal MUI.
Hasil wawancara yang penulis lakukan menunjukkan ada
sebagian IKM yang belum mengetahui tentang sertifikat halal MUI,
ada juga sebagian lain yang mengetahui tetapi tidak secara rinci
mengetahui bagaimana tata cara, proses dan prosedur pelaksanaan
sertifikat halal. Nani Nurhayati, seorang pemilik industri sirup ini
mengatakan bahwa ia belum tahu tentang sertifikat halal MUI.138
Ibu
Yuliana seorang pengusaha/pemilik industri roti pia dan kue bolu juga
mengatakan ia belum mengenal sertifikat halal MUI.139
Sementara
seorang pengelola industri mie bernama Budi Suryono mengatakan ia
sebenarnya sudah tahu tentang sertifikat halal dan berniat untuk
melaksanakannya, tetapi ia tidak tahu bagaimana cara mengurusnya,
apa saja yang diperlukan, surat-surat dan bahan-bahan yang harus
diajukan untuk sertifikat halal.140
Hal serupa dikatakan oleh Bapak
Ratman selaku Kepala Produksi PT. Sarika bahwa pihaknya belum
melaksanakan sertifikasi halal karena tidak tahu bagaimana prosedur
138 Hasil wawancara pada tanggal 6 Januari 2010. 139 Hasil wawancara pada tanggal 20 Maret 2010. 140 Hasil wawancara pada tanggal 20 Februari 2010.
71
pelaksanaannya, kepada siapa harus diajukan, di mana lokasinya,
berapa biayanya, dan lain-lain.141
Ketidaktahuan pihak IKM tentang upaya sertifikasi halal MUI
merupakan satu alasan yang mendasar mengapa produk makanan dan
minuman di Kota Semarang belum bersertifikat halal. Bagaimana
mungkin akan mengajukan kalau tidak tahu sistem dan prosedur yang
harus dilakukan ?
Menurut keterangan Bapak H. Sukirman selaku Kepala
Sekretariat LP POM MUI Provinsi Jawa Tengah sebenarnya pihak LP
POM sudah melakukan pendekatan-pendekatan dan upaya untuk
mensosialisasikan sertifikat halal kepada masyarakat. Sosialisasi
dilakukan melalui beberapa media seperti majalah, pemasangan
spanduk, dengan media elektronik seperti informasi melalui internet
dan lain-lain. Beliau menambahkan bahwa dalam rangka
meningkatkan sosialisasi sertifikat halal ini, pihaknya juga bekerja
sama dengan lembaga/instansi lain seperti BPOM, Dinas/Departemen
Kesehatan, Departemen Agama, Departemen Perindustrian dan
instansi-instansi lainya.142
Meski demikian, masih ada IKM yang
belum tahu tentang sertifikat halal. Bapak Yukana, salah seorang
pengusaha minuman mengharapkan supaya MUI lebih
mensosialisasikan sertifikasi halal karena perusahaannya masih belum
mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaannya dan mengharapkan
141 Hasil wawancara pada tanggal 27 Februari 2010. 142 Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2010.
72
biaya sertifikat halal dikenakan semurah mungkin. Ia juga berharap
agar tidak dipersulit dalam kepengurusannya.143
2. Adanya IKM yang belum atau enggan melaksanakan sertifikasi halal
karena alasan biaya.
Biaya sertifikasi dirasakan menjadi beban tambahan bagi
perusahaan karena akan menambah pengeluaran perusahaan atau
mengurangi pendapatan mereka. Salah satu pengusaha roti bernama
Hesti Sukaryani mengaku bahwa sebenarnya ia berminat sekali untuk
melaksanakan sertifikasi namun karena menyangkut birokrasi,
administrasi juga luas wilayah (jarak), ia jadi pikir-pikir dulu.
Pengusaha roti ini menuturkan bahwa ketika perusahaan disodorkan
dengan angka, perusahaan tentunya akan memperhitungkan baik dan
buruknya bagi perkembangan perusahaan.144
Bapak Ratman selaku
Kepala Produksi PT. Sarika mengungkapkan secara singkat bahwa
biaya sertifikat halal bagi perusahaan besar mungkin tidak menjadi
masalah tetapi bagi perusahaan kecil akan merasa keberatan jika
dibebani dengan biaya tersebut.145
Yuliana seorang pengusaha roti pia
dan kue bolu mengungkapkan bahwa dana usahanya lebih difokuskan
untuk menambah modal, memutar atau mengembangkan usaha yang
sedang dijalaninya. Menurutnya dana untuk pelaksanaan sertifikasi
143 Hasil wawancara pada tanggal 1 Maret 2010. 144 Hasil wawancara pada tanggal 4 Januari 2010. 145 Hasil wawancara pada tanggal 27 Februari 2010.
73
halal akan menambah pengeluaran perusahaan yang dianggap sebagai
dana/uang mati (tidak bisa berkembang lagi).146
Menanggapi hal ini Bapak Sukirman mengatakan pihak LP
POM sangat terbuka dalam hal biaya atau administrasi. Rincian biaya
yang akan dikenakan kepada perusahaan baik untuk auditor lapangan,
sidang Komisi Fatwa, biaya transportasi dan segala peruntukannya
akan dijelaskan secara terbuka kepada perusahaan/produsen yang akan
mengajukan sertifikat halal. Selain itu dalam biaya sertifikat halal ini
pihaknya juga melihat dan mempertimbangkan sejauh mana
kemampuan perusahaan serta selalu terbuka untuk memberikan solusi
apabila perusahaan mendapatkan kesulitan berkaitan dengan sertifikat
halal.147
3. Adanya IKM yang merasa tidak atau belum perlu sertifikat halal.
Dari wawancara yang penulis lakukan, selain biaya ada
beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa pihak IKM di Kota
Semarang tidak atau belum memerlukan sertifikat halal, antara lain :
a. Tidak adanya keharusan (kewajiban) untuk melaksanakan sertifikat
halal.148
146 Hasil wawancara pada tanggal 20 Maret 2010. 147 Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2010. 148 Dalam wawancara dengan Nani Nurhayati pemilik industri sirup UD. Subur Jaya,
tanggal 6 Januari 2010. Dia mengatakan bahwa kalau memang sertifikat halal itu diharuskan
maka akan dilaksanakan, kalau tidak diharuskan maka tidak perlu karena akan menambah
biaya pengeluaran lagi. Sementara Bapak Nanang Yulianto saat ditanya kesediaannya
melaksanakan sertifikat halal, dia mengatakan “kalau dengan terpaksa harus dilaksanakan ya
tidak apa-apa, tapi kalau tidak diharuskan ya tidak perlu. Sertifikat halal itu untuk usaha skala
besar. Kalau industri sudah skala menengah ke atas mungkin bisa melaksanakan sertifikat
halal” (Hasil wawancara pada tanggal 28 Februari 2010). Dia juga menambahkan untuk
produk yang berskala nasional atau internasional yang beredar atau dimasukkan di Indonesia,
74
b. Mereka telah memiliki izin produksi (surat izin usaha) dan
mendapat pembinaan dari dinas terkait, seperti Dinas Kesehatan.149
c. Sebagian mereka (pengusaha dan atau karyawan) yang bekerja
adalah muslim.150
d. Produk yang dihasilkan selain dijual juga dikonsumsi sendiri.151
e. Sepinya penjualan.152
f. Kecilnya keuntungan yang diperoleh perusahaan/produsen, dll.153
Hal ini kembali kepada produsen (IKM) itu sendiri sejauh
mana kebutuhan mereka terhadap sertifikat halal. Namun dalam
kondisi sekarang ini pihak LP POM menghimbau dan mengarahkan
produk tersebut harus bersertifikat halal. Bapak Yukana selaku pimpinan perusahaan
minuman ini justru bertanya: kenapa pemerintah tidak mewajibkan sertifikat halal ? padahal
kehalalan makanan bagi seorang muslim adalah wajib. Bagi perusahaannya, selama sertifikat
halal masih bersifat sukarela pihaknya tidak perlu mensertifikasi produknya (hasil wawancara
pada tanggal 1 Maret 2010). 149 Hasil wawancara dengan Hesti Sukaryani dan Siti Atkonah tanggal 4 Januari 2010
serta Nani Nurhayati tanggal 6 Januari 2010. Sementara Bapak Yukana telah menerapkan SNI
(Standar Nasional Indonesia) dalam produksi minumannya (hasil wawancara pada tanggal 1
Maret 2010). 150 Dalam wawancara penulis dengan Hesti Sukaryani yang beragama Katolik tanggal
4 Januari 2010 dia mengatakan: semua karyawannya beragama Islam. Begitu juga dengan
Anis Widyastuti yang mengatakan bahwa semua karyawan yang bekerja di tempatnya
beragama Islam kecuali pemiliknya yang beragama Kristen (Kristen Cina). Dalam hal ini
sebagai seorang muslim yang mengetahui kehalalan makanan tentunya tidak akan
menggunakan barang haram sebagai bahan produksinya. 151 Hesti Sukaryani misalnya, mengatakan bahwa selain dijual produknya juga
dikonsumsi sendiri dan keluarganya (Hasil wawancara pada tanggal 4 Januari 2010). 152 Hasil wawancara dengan Nani Sukaryani tanggal 6 Januari 2010. Sepinya
penjualan ini juga diungkapkan oleh Kuniati seorang karyawan industri roti Puspa (Hasil
wawancara pada tanggal 5 Januari 2010). Dia menuturkan hal tersebut terjadi dikarenakan
banyaknya toko-toko baru yang buka. Bapak Yukana mengatakan semakin banyak perusahaan
sejenis yang buka memunculkan terjadinya persaingan usaha dan membuat suatu perusahaan
maju-mundur (hasil wawancara pada tanggal 1 Maret 2010). 153 Hasil wawancara dengan Siti Atkonah tanggal 6 Januari 2010. Menurut Budi
Suryono, seorang pengelola industri mie yang sudah berdiri sejak tahun 1975 ini mengatakan
bahwa pada intinya dalam perkembangan industri sekarang ini perusahaan kecil kalah
bersaing dengan perusahaan besar, baik dari sisi modal, harga, menejemen, dll. (Hasil
wawancara pada tanggal 20 Februari 2010). Kecilnya keuntungan yang diperoleh perusahaan
juga dapat disebabkan karena naiknya harga bahan-bahan baku yang tidak diimbangi dengan
naiknya harga jual produk (hasil wawancara dengan Ibu Yuliana pada tanggal 20 Maret 2010).
75
supaya perusahaan melaksanakan sertifikat halal dan mencantumkan
label halal dalam produknya, terutama bagi IKM yang produknya
sudah dijual dan diedarkan secara luas. Karena kebutuhan terhadap
produk halal sekarang ini sudah menjadi keinginan dan tuntutan
konsumen.154
4. Sebagian IKM merupakan industri makanan atau minuman yang
dilarang dalam hukum Islam.
Dari data industri makanan dan minuman yang penulis peroleh
dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, ada sebagian IKM di Kota
Semarang yang memproduksi dan mengembangkan jenis makanan
atau minuman yang dilarang dalam syari’at Islam seperti industri
minuman keras, anggur, arak, arak/anggur obat, minuman beralkohol,
industri rokok, industri pengolahan katak, dll.155
Di sisi lain pada
beberapa tempat pemasaran penulis menjumpai beberapa penjualan
produk dari hasil industri yang demikian. Penulis mengamati beberapa
produk yang mengandung alkohol meskipun dalam jumlah kecil
seperti merek Vodka Mixmax, Mansion House (MH), Guinness,
Anker, Heineken, San Miguel, Pu Tau Chew Chiew, Carlsberg, Black
Cooler dan lain-lain juga produk makanan mengandung babi seperti
Ma Ling Canned Pork Luncheon Meat dan Gulong Pork Luncheon
154 Hasil wawancara dengan Bapak H. Sukirman (Kepala Sekretariat LP POM MUI
Jawa Tengah) pada tanggal 15 Januari 2010. 155 Lihat data Industri Kecil dan Menengah Kota Semarang.
76
Meat.156
Selain itu berbagai jenis dan merek produk rokok dapat
dengan mudah ditemukan di toko-toko dan tempat pemasaran lainnya.
Menanggapi hal ini Bapak Sukirman mengatakan permasalahan
ini dikembalikan kepada UU dan peraturan negara. Karena Indonesia
bukanlah negara Islam, maka produk-produk yang bisa masuk dan
beredar di Indonesia ditangani oleh lembaga pemerintah seperti Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Pihak LP POM MUI
menghimbau untuk produk-produk non halal supaya dikesampingkan
(dipisah) dari produk yang halal.157
156 Hasil Pengamatan tanggal 11 Januari 2010 pada swalayan “ADA” di Jl.
Soegyopranoto Semarang. 157 Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2010.
77
BAB IV
ANALISIS TERHADAP PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN
OLAHAN YANG BELUM BERSERTIFIKAT HALAL
(Studi Kasus Pada IKM di Kota Semarang)
A. Analisis Terhadap Produk Makanan dan Minuman Olahan yang Belum
Bersertifikat Halal
Kepedulian umat Islam terhadap kesucian dan kehalalan sesuatu yang
akan dikonsumsinya tidaklah dipandang berlebihan. Sebab bagi umat Islam,
kesucian dan kehalalan sesuatu yang akan dikonsumsi atau dipakai, mutlak
harus diperhatikan karena hal tersebut sangat menentukan diterima atau
ditolaknya amal ibadah seorang muslim oleh Allah SWT kelak di akhirat.
Jika apa yang dikonsumnya atau digunakan itu suci dan halal, amal
ibadahnya akan diterima oleh Allah. Sebaliknya jika haram atau najis, amal
ibadahnya pasti ditolak oleh Allah, selain itu dipandang telah berbuat dosa.158
Di dalam ajaran Islam, makanan merupakan tolak ukur dari segala
cerminan penilaian awal yang bisa mempengaruhi berbagai bentuk perilaku
seseorang. Makanan bagi umat Islam tidak sekedar sarana pemenuhan
kebutuhan secara lahiriah, akan tetapi juga bagian dari kebutuhan spiritual
yang mutlaq dilindungi. Bahwa hal halal haram bukanlah persoalan
sederhana yang dapat diabaikan, melainkan masalah yang amat penting dan
mendapat perhatian dari ajaran agama secara umum. Karena masalah ini
158 Lukmanul Hakim, “Sertifikasi Halal MUI Sebagai Upaya Jaminan Produk Halal”
dalam Ichwan Sam, et. al., Ijma’ Ulama Keputusan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa Se-
Indonesia III Tahun 2009, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 2009, Cet. ke-1, h. 273.
78
tidak hanya menyangkut hubungan antara sesama manusia tetapi juga
hubungan manusia dengan Tuhan. Seorang muslim tidak dibenarkan
mengkonsumsi sesuatu makanan sebelum ia tahu benar akan kehalalannya.
Mengkonsumsi yang haram atau yang belum diketahui kehalalannya akan
berakibat buruk baik di dunia maupun di akhirat. Jadi masalah ini
mengandung dimensi diniawi dan ukhrawi.159
Dalam Islam, penentuan kehalalan atau keharaman sesuatu tidak dapat
didasarkan hanya dengan asumsi semata. Halal atau haram harus diputuskan
melalui suatu pemahaman dan pengetahuan yang mendalam mengenai
persoalan agama dan persoalan yang akan ditentukan hukumnya. Allah SWT
berfirman :
�<&�����=>� &�� �E�@�A=-# �B�� �C�D�+#�� Artinya: “Hendaklah manusia memperhatikan makanannya”.(QS. Abasa:
24)160
Ajaran Islam juga memerintahkan kepada manusia agar memakan dari
rizki yang halal dan baik, sebagaimana dalam firman Allah dalam Surat An-
Nahl ayat 114 :
�!=K�"�*�� #�M�+ ��L=�=K�< #G����C O.�5�N ��� ���� =K�P����-���T���D�( �:#���B �!�S��=R &-�B ��� �Q�M�D�@ Artinya: “Maka Makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah
diberikan Allah kepadamu dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu
hanya kepada-Nya menyembah”.(QS. An-Nahl: 114)161
Kemajuan teknologi yang begitu pesat saat ini telah mampu
menghasilkan sumber bahan pangan yang berasal dari tumbuhan, hewan,
159 Ibid., h. 273-274. 160 Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI., 1993, h. 1025. 161 Ibid., h. 419.
79
bahan sintetik kimia, mikrobial dan manusia. Bahkan dengan rekayasa
genetika dan teknologi pangan saat ini, telah memungkinkan semua yang ada
di muka bumi ini dijadikan sebagai bahan baku makanan yang bisa
dikonsumsi manusia. Sementara informasi hasil teknologi pangan tidak dapat
diketahui secara utuh, baik oleh produsen maupun konsumen.
Perkembangan ekonomi saat ini juga telah mampu menghasilkan
berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan jasa yang
dapat dikonsumsi. Barang dan jasa tersebut pada umumnya merupakan
barang dan jasa yang sejenis maupun yang bersifat komplementer satu
terhadap yang lainnya. Dengan diversifikasi produk yang sedemikian luasnya
dan dengan dukungan kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika,
dimana terjadi perluasan ruang gerak arus transaksi barang dan jasa melintasi
batas-batas wilayah suatu negara, pada akhirnya konsumen dihadapkan pada
berbagai jenis barang dan jasa yang ditawarkan secara variatif, baik yang
berasal dari produksi domestik dimana konsumen berkediaman maupun yang
berasal dari luar negeri.
Kondisi seperti ini, pada satu sisi memberikan manfaat bagi konsumen
karena kebutuhan akan barang atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi
serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan
kualitas barang dan jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen.
Namun pada sisi lain dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan
konsumen menjadi tidak seimbang, di mana konsumen berada pada posisi
yang lemah. Konsumen menjadi objek aktifitas bisnis untuk meraup
80
keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi,
cara penjualan serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen.
Kelemahan konsumen juga bisa disebabkan oleh tingkat kesadaran dan
tingkat pendidikan konsumen yang relatif masih rendah yang diperburuk
dengan anggapan sebagian pengusaha yang rela melakukan apapun demi
produk mereka, tanpa memperhitungkan kerugian-kerugian yang akan
dialami oleh konsumen. Selain itu, pemahaman tentang etos-etos bisnis yang
tidak benar seperti anggapan bahwa bisnis harus memperoleh keuntungan
semata, bisnis tidak bernurani, atau anggapan bahwa bisnis itu memerlukan
banyak biaya maka akan merugikan apabila dibebani dengan biaya-biaya
sosial dan sebagainaya.
Pada kenyatannya, umat Islam sering dihadapkan pada penjualan atau
peredaran produk-produk makanan yang mengandung bahan haram dan
dapat menggangu kesehatan konsumen. Diantara bahan haram atau
berbahaya yang sering digunakan atau disalahgunakan untuk produk
makanan antara lain: babi, alkohol, formalin, borak, pewarna rhodamin B
dan metanil yellow, dll.
Maka pada era teknologi sekarang ini yang perlu diperhatikan terhadap
suatu produk adalah bahan dan prosesnya. Dalam hal bahan, akan mudah
penetapan status kehalalannya bila bahan yang digunakan tersebut
merupakan bahan segar tanpa melalui proses pengolahan. Lain halnya jika
bahan segar tersebut mengalami proses pengolahan. Dalam proses
pengolahan terkadang ditambahkan bahan tambahan atau bahan penolong
81
sehingga perlu pengkajian lebih lanjut dalam penetapan status kehalalannya.
Dalam hal proses pengolahan pangan, yang menjadi perhatian adalah
terjadinya percampuran (ikhtilath) atau jika bahan tersebut dikeluarkan
kembali dari produk, setidaknya akan terjadi pemanfaatan (intifa’) bahan
yang mungkin berasal dari bahan yang haram atau najis. Kedua kondisi ini
membuat status kehalalan produk menjadi sulit. Terlebih lagi perkembangan
teknologi pangan pada saat ini telah sampai pada kondisi dimana begitu
banyak bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan dalam industri
makanan olahan.162
Allah SWT telah menghalalkan makanan dan mengharamkan
sebagian, menghalalkan minuman dan mengharamkan sebagian, kemudian
manusia mengolah makanan dan minuman hingga merusaknya, yang mana
dengan demikian banyak menjadikan yang halal menjadi syubhat bahkan
haram. Hal ini sebagaimana telah digambarkan dalam firman Allah :
���� �d�� �M�V ���+��|. ̂�n����e ���< �-�� #G��A�N #O"�*���� �G �K� �����+ �-��=3�9�S�( �j#�����.&��� �Z���9 OU�� �-�L=��̀ �D�� W6�L�̀ ��
Artinya: “Dan dari buah kurma dan anggur kamu buat minuman yang
memabukkan dan rizki yang baik. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebenaran Allah) bagi
orang-orang yang memikirkan”. (QS. An-Nahl : 67)163
Jadi, sesuatu yang pada dasarnya halal dapat menjadi haram karena
manusia merubahnya menjadi sesuatu yang dilarang oleh ajaran Islam
sebagaimana buah kurma dan anggur yang dibuat menjadi minuman yang
memabukkan dan dapat menimbulkan madharat bagi manusia.
162 Lukmanul Hakim, op. cit., h. 275-276. 163 Al-Quran dan Terjemahnya, op. cit., h. 412.
82
Makanan adalah barang yang dimaksudkan untuk dimakan atau
diminum oleh manusia serta bahan yang digunakan dalam produksi makanan
dan minuman. Makanan olahan adalah makanan dan minuman yang diolah
berasal dari bahan baku dengan proses teknologi yang sesuai dan atau
ditambah dengan bahan pengawet dan atau bahan penolong serta tahan untuk
disimpan.164
Pangan olahan menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1996
tentang Pangan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau
metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.165
Dalam konteks status hukum mengkonsumsi suatu makanan, selama
tidak ditemukan suatu dalil yang akurat ataupun indikasi yang kuat yang
dapat dikategorikan ke dalam salah satu jenis yang diharamkan Allah, maka
kembali pada hukum asal yakni mubah (boleh). Sebagaimana dalam kaidah
fiqh:
��&��#��=Z�< &�� �#�P���0#&�� �#��N#=U�N �S�� �Tv$�T�� ����=Z�� �� ���S�4� ���! Artinya: “Pada asalnya, segala sesuatu itu boleh (mubah) sehingga ada
dalil yang mengharamkannya”. ١٦٦
Secara teknis, produk-produk makanan atau minuman olahan
dihasilkan melalui proses di mana tidak diketahui secara jelas apakah bahan-
bahan yang digunakan untuk membuat produk tersebut suci dan halal dan
apakah cara dan proses pengolahannya sesuai dengan ketentuan syari’at
164 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Modul Pelatihan Auditor Internal Halal,
Jakarta: Departemen Agama RI., 2003, h. 134. 165 Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan pasal 1
butir (2). 166 Syeikh Abu Bakar bin Abil Qasim bin Ahmad bin Muhammad bin Abi Bakar bin
Muhammad bin Sulaiman bin Abil Qasim bin Umar Al-Ahdal, Al-Faraidul Bahiyyah, terj.
Moh. Adib Bisri, Terjemah Al-Faraidul Bahiyyah, Kudus: Menara Kudus, 1977, h. 11.
83
Islam. Terlebih lagi jika produk tersebut berasal dari negeri yang
penduduknya mayoritas non muslim, sekalipun bahan bakunya berupa
barang suci dan halal tidak tertutup kemungkinan dalam proses
pengolahannya tercampur bahan-bahan yang haram atau najis.
Ketidakjelasan ini menyebabkan status hukum dari produk olahan tersebut
menjadi samar (tidak jelas halal-haramnya).
Terhadap permasalahan produk makanan dan minuman olahan ini,
beberapa ahli dan ulama telah mengemukakan pendapat. Prof. Ibrahim Hosen
berpendapat bahwa produk-produk olahan baik makanan dan minuman
dikategorikan ke dalam kelompok musytabihat (syubhat), apalagi jika produk
tersebut berasal dari negeri yang penduduknya mayoritas non-muslim
sekalipun bahan bakunya berupa barang suci dan halal, tidak tertutup
kemungkinan dalam proses pembuatan, penyimpanan, penyajian dan
medianya tercampur atau menggunakan bahan-bahan haram atau najis.167
Dalam ijtima’ ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia III Tahun 2009 yang
berlangsung di Padang Panjang Sumatera Barat, para ulama menegaskan
dengan menetapkan keputusan bahwa setiap produk makanan dan minuman
yang dalam produksinya melalui proses teknologi hukum asalnya adalah
syubhat. Produk pangan yang belum jelas kehalalannya wajib dihindari
sampai ada kejelasan kehalalannya, karena status jaminan perlindungan halal
adalah hak bagi konsumen muslim dan setiap konsumen muslim hanya boleh
mengkonsumsi produk halal. Maka untuk memberikan jaminan atas
167 Lukmanul Hakim, op. cit., h. 275.
84
kehalalan produk yang dihasilkan untuk dikonsumsi masyarakat muslim,
produsen agar segera mensertifikasi halal produknya.168
Selanjutnya terhadap status hukum produk makanan dan minuman
olahan ini, Dr. Zuhad, MA., selaku Anggota Komisi Fatwa MUI Provinsi
Jawa Tengah mengatakan jika produk tersebut tidak diketahui bahannya,
prosesnya, tidak jelas bahannya, proses pembuatannya maka hal tersebut
menimbulkan keragu-raguan. Dan ini masuk wilayah syubhat (tidak jelas
halal haramnya). Kalau seseorang levelnya ingin beragama dengan baik,
maka dia pastinya meninggalkan yang syubhat dan kalau dia tidak yakin itu
menyehatkan dia juga akan meninggalkannya karena khawatir akan sakit.169
Beliau menambahkan bahwa meskipun produk makanan dan minuman
olahan itu keharamannya tidak tegas, tetapi kalau bahannya tidak
menyehatkan yang bersangkutan (konsumen) akan terkena dampaknya. Hal
ini sesuai dengan konsep halalan thayyiban ( 5N .#��C ).
Menurut Abdul Azis Dahlan, et. al., syubhat adalah sesuatu yang
ketentuan hukumnya tidak diketahui secara pasti, apakah dihalalkan atau
diharamkan. Dalam pengertian yang lebih luas syubhat ialah sesuatu yang
tidak jelas apakah benar atau tidak, atau masih mengandung kemungkinan
168 Ichwan Sam, et. al., Ijma’ Ulama Keputusan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa Se-
Indonesia III Tahun 2009, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, Cet. ke-1, 2009, h. 85. 169 Hasil wawancara pada tanggal 8 Maret 2010. Dalam hal ini beliau mengatakan ada
bahasa Al-Quran yaitu “taqwa”. Taqwa tersebut berarti menghindari siksa dunia dan akhirat.
Siksa dunia berkaitan dengan hukum kausalitas. Kaitannya dengan makanan seperti
makanan basi, tidak sehat, membahayakan, dan dampak buruk lainnya dari makanan
tersebut.
85
benar atau salah.170
Abdurrahman Ar-Rasyid mendefinisikan syubhat adalah
setiap perkara yang tidak begitu jelas antara halal dan haramnya bagi
manusia. Hal ini dapat terjadi mungkin karena tidak jelasnya dalil dan
mungkin karena tidak jelasnya jalan untuk memahami nash atau dalil yang
ada terhadap suatu peristiwa.171
Syubhat menurut Imam Al-Ghazali adalah sesuatu yang masalahnya
tidak jelas karena di dalamnya terdapat dua macam keyakinan yang
berlawanan yang timbul dari dua faktor yang menyebabkan adanya dua
keyakinan tersebut.172
Sedangkan batasan syubhat menurut Ibn Qudamah
adalah sesuatu yang dipertentangkan dua keyakinan, berasal dari dua hal
yang memang selaras dengan keyakinan itu.173
Menurut Imam Al-Ghazali perkara syubhat dapat ditetapkan melalui
beberapa sumber, yaitu :
e. Keraguan dalam sebab yang menghalalkan dan yang mengharamkan.
f. Keraguan yang ditimbulkan oleh percampuran antara yang halal dan
haram.
g. Keraguan karena adanya hubungan kemaksiatan dengan sebab yang
menghalalkan.
170 Abdul Azis Dahlan, et. al., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru van
Hoeve, 1996, Cet. ke-1, h. 1759. 171 Abdurrahman Ar Rasyid, Halal Haram Menurut Al-Quran dan Hadist, Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2006, h. 47. 172 Al-Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya ’Ulumuddin,
Jilid II, Beirut: Darul Fikr, Cet. ke-1, 1989, h. 112. 173 Al-Imam Asy-Syaikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisy,
Mukhtashar Minhajul Qashidin, terj. Katur Suhardi, Minhajul Qashidin Jalan Orang-orang
yang Mendapat Petunjuk, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Cet. ke-1, 2006, h. 107.
86
h. Keraguan karena perbedaan dalam berbagai dalil.174
Dari definisi, batasan dan penjelasan sumber-sumber penetapan
syubhat di atas maka dapat dipahami bahwa produk makanan dan minuman
olahan yang belum bersertifikat halal merupakan produk yang hukumnya
tidak jelas halal haramnya. Hal ini dilandasi karena :
a. Produk olahan yang belum bersertifikat halal tidak diketahui secara jelas
bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksinya, apakah halal atau
haram. Hal ini diperparah dengan adanya informasi hasil rekayasa
genetika dan teknologi pangan yang tidak dapat diketahui secara utuh
baik oleh produsen maupun konsumen.
b. Produk tersebut tidak diketahui secara jelas asal bahan yang digunakan
untuk memproduksinya. Bisa saja berasal dari negeri atau daerah yang
mayoritas penduduknya non muslim, sebab sekalipun bahan tersebut suci
dan halal tidak tertutup kemungkinan dalam proses pengolahan,
pembuatan, penyimpanan, penyajian dan medianya tercampur atau
menggunakan bahan haram atau najis.
c. Produk tersebut secara teknis (prosesnya) tidak diketahui secara jelas cara
pengolahannya. Bisa saja tercampur dengan barang haram atau najis atau
diolah dengan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
Maka dengan adanya realitas dan alasan-alasan terhadap penetapan
hukum produk makanan atau minuman olahan di atas membuat status hukum
makanan yang semula dan pada dasarnya mubah (boleh) berubah menjadi
174 Al-Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, op. cit., h. 112-128.
87
syubhat (samar) dan dapat pula berubah menjadi haram apabila terbukti
mengandung zat atau bahan yang dilarang dalam syari’at Islam. Hal ini
sesuatu dengan kaidah :
�+ �����T�� �!&K�4&����F#G+��T���� �Go�L�f�� ���S���� Artinya: “Hukum itu berputar bersama alasannya, ada dan tidaknya
alasan”. ١٧٥
�0���k�� �!&K�N�� �� �N �L�����S�4���s�+�� ���( �T�A&g�+ ���� � =>����&��< _�#���+ ���� _6 Artinya: “Hukum sesuatu apakah itu haram atau boleh, lihatlah pada
mafsadatnya dan kemaslahatannya”. ١٧٦
Sebagai langkah awal produk olahan baik makanan atau minuman
yang belum jelas kehalalannya harus dihindari agar tidak terjerumus ke
dalam perkara yang haram karena setiap konsumen muslim hanya boleh
mengkonsumsi produk halal. Rasulullah SAW bersabda :
��� �-#�M�D\��� ���� ����D�k�� ���� WT��#�l�+ ���� WT���* ��� �o#�M�N #�@�'���@�1 WT���D� ��� =U�����S=" #���V�T�N =$�L=̀ �� �!��� �� �������� ��� ���� ��� =$�L� �� �Q�D�M� �$#�" W ���k� :�� _���� =$�5�4&��� �6�� �4&��
|e ������� _���� _ ���p�R �8���T���. _d#�]���S�k�+ _��L�+=� �n�����+ ���+ �6�� ���� �$�5�4&�� ���+�1 �)#���� &-�� �n�P�L�� #�]���+ O'���P �F�"�� ���+�� �!��� �T�̀ �< ����� ���� �������T�� �1� ���S� �� #�]�R� �( ���M�< �6�� �4&��
�F�"��L�� Wn���+ qZ=K�� �-���� �.�1 ���D�"��L�� &-�� �n�P�L�� �M�4&�� �$�L�N ��� �� ���+ ���@�� #�M�R �6�� �4&�����+��#�4�+ ��� �M�N �-���� �.�1 GM�N) 83+ S�� :���(١٧٧
175 Munawir Syadzali, Ijtihad Kemanusiaan, Jakarta: Paramadina, Cet. Ke-1, 1997,
hlm. 50. 176 Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. ke-4,
2003, h. 64. 177 Abi ’Isa Muhammad bin ’Isa bin Saurah, Al-Jami’ As-Shahih wa Huwa Sunan At-
Tirmidzi, Juz III, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, tt., h. 511.
88
Artinya: “Qutaibah bin Sa’id menceritakan kepada kita, Hammad bin Zaid
mengabarkan kepada kita dari Mujalid dari Sya’bi dari Nu’man
bin Basyir berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda:
Halal itu jelas dan haram itu jelas pula, dan diantara keduanya
ada perkara-perkara syubhat (yang samara-samar), banyak orang
yang tidak mengetahuinya. Maka barang siapa yang
meninggalkannya, maka ia telah membersihkan dirinya untuk
agamanya dan kehormatannya, maka selamatlah dia dan barang
siapa jatuh kepada hal syubhat, maka ia seakan-akan jatuh kepada
yang haram. Umpama seorang yang menggembala dekat daerah
yang terlarang, seakan ia nyaris jatuh (memasuki) daerah itu.
Ketahuilah bahwa setiap negara ada tapal batasnya, dan tapal
batas Allah adalah yang diharamkannya”. (HR. At-Turmudzi)
Hadist ini menjelaskan sesuatu yang halal atau haram adalah sesuatu
yang telah dijelaskan oleh Allah SWT melalui Al-Quran dan Hadist,
sedangkan syubhat adalah sesuatu yang tidak memiliki kejelasan atau tidak
dapat dijelaskan karena adanya keragu-raguan terhadap kehalalan atau
keharamannya. Dalam hal ini meninggalkan yang syubhat merupakan bagian
dari menjaga agama dan kehormatan. Hadist ini juga memberi kesan bahwa
Rasulullah SAW tidak setuju apabila hal-hal yang syubhat dikerjakan.
Kegunaan atau manfaat dari suatu produk makanan bagi konsumen
dapat diketahui setelah ia mengkonsumsi produk tersebut. Adakalanya
mendatangkan kebaikan, namun adakalanya produk yang telah dikonsumsi
itu membawa bencana bagi konsumen karena sudah tidak layak untuk
dikonsumsi atau rusak atau mengandung bahan-bahan yang dilarang
sehingga mengakibatkan kerugian bagi konsumen. Namun sebagai tindakan
mengantisipasi munculnya kerugian produk tersebut harus dicari kejelasan
halal atau haramnya sebelum dikonsumsi. Hal ini merupakan satu bentuk
89
penolakan terhadap sesuatu yang dapat mendatangkan kerusakan sekaligus
menarik kebaikan. Sebagaimana dijelaskan dalam kaidah :
�X&��f ���� _6�T�̀ �+ �T� #�g�M&�� �0���o�t��#�s�M&�� Artinya: “Menolak kerusakan itu didahulukan daripada menarik
kebaikan”.178
Apabila antara yang halal dan yang haram bercampur maka pada
prinsipnya telah dijelaskan dalam kaidah :
���e�f� ��S�M�F&�� �4�5=$�� &���4� �6�=i ���X&�� �4� �6� Artinya: “Apabila berbaur yang halal dengan yang haram, maka yang
haram mengalahkan yang halal”.179
Melihat kenyataan tersebut maka diperlukan adanya perlindungan
terhadap hak konsumen, terutama terhadap kesehatan dan keselamatan jiwa
konsumen. Hal tersebut sesuai dengan konsep kemaslahatan, yaitu asas al-
dharury )w�� [��( yang merupakan faktor dasar yang diatasnya tegak
dengan kokoh fondamen kehidupan manusia. Dan bila faktor ini tidak ada
maka kehidupan ini akan rusak dan bisa tidak bisa terjelma kemaslahatan
yang hakiki bagi manusia. Asas dharury ini mengacu pada pemeliharaan
terhadap lima hal )UAM�� d#��� [��( , yaitu :
a. Ad-dien, yaitu memelihara atau menegakkan syari’at agama.
b. An-Nafs, yaitu menjaga dan memelihara jiwa raga.
178 Syeikh Abu Bakar bin Abil Qasim bin Ahmad bin Muhammad bin Abi Bakar bin
Muhammad bin Sulaiman bin Abil Qasim bin Umar Al-Ahdal, Al-Faraidul Bahiyyah, terj.
Moh. Adib Bisri, Terjemah Al-Faraidul Bahiyyah, Kudus: Menara Kudus, 1998, h. 24. 179 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid II, Jakarta: Kencana, Cet. ke-5, 2009, h. 430.
90
c. An-Nasl, yaitu menjaga dan memelihara kehormatan dan keturunan
manusia.
d. Al-’Aql, yaitu menjaga atau memelihara kejernihan akal pikiran.
e. Al-Mal, yaitu menjaga atau memelihara harta benda.180
Kelima hal tersebut di atas sebagai ajaran dan kaidah hukum yang
berhubungan dengan kemaslahatan manusia. Dalam kaidah tersebut
terkandung maksud bahwa kepentingan manusia (konsumen) menyangkut
keselamatan agama, jiwa, harta, keturunan, akal dan harta manusia tidak
boleh diabaikan begitu saja, akan tetapi harus diperhatikan sehingga
kepentingan konsumen dapat terlindungi dengan baik. Kemaslahatan
konsumen adalah keselamatan untuk semua pihak termasuk produsen itu
sendiri. Dan juga merupakan penolakan terhadap segala hal yang membawa
kerusakan (mafsadat).
Dalam hal ini produsen harus dapat menjamin bahwa produk yang
dihasilkan atau dipasarkannya itu memenuhi syarat untuk dikonsumsi
sehingga hak-hak konsumen dapat terlindungi, terutama dari segi mutu,
kesehatan, keyakinan agama dan keselamatan dalam mengkonsumsi produk
tersebut. Nabi SAW bersabda :
�N�T�V���+ #�4�M�T� ��� �kW�#�N �T�V���� #���X� ���f � ��W �N �T�V���1 #��� : � �M�D�Q�� �4���� �� �1\��L�j�� �4�T=��� ���� �r���T� ���� ��� �N����WX�� ���� ���T� �� �N��M� ���P �M� #�U ������ &̀���U� �� ���+#W �" �$# : � �M�D�Q�� � �L=$��� �� ��� ���� �������� � ���!�� =̀�L=$ : ��&��M�A���!�� �2&�� L�M�A���!
180 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Al-Fiqh, terj. Saefullah Ma’sum, et. al., Ushul
Fiqh, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, Cet. ke-3, 1995, h. 548-551.
91
���.�� �4vZ�� �M�A��W!� ��# �+���� �2����� ��GD�< #������ ��_X�� �.� �������� ��) Uf#+ �� :���(١٨١ Artinya: “Muhammad bin Basyar menceritakan kepada kita, Wahab bin
Jarir menceritakan kepada kita, Bapakku menceritakan kepada
kita: saya mendengar Yahya Ibn Ayyub menceritakan dari Yazid
bin Abi Habib dari Abdurrahman bin Syumasah dari Uqbah bin
‘Amir berkata: saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: orang
muslim itu bersaudara dengan orang muslim (yang lain), tidak
halal orang muslim menjual kepada saudaranya barang cacat
kecuali ia menjelaskan kepadanya”. (HR. Ibn Majah) Dalam hadist yang lain Nabi SAW bersabda :
���� ���g�D�l&�� W �#�f ���� _ �M�D�+ #�@�'���@�1 b�Y��*� �� �T���� #���V�T�N ���4�� ��� �T�M�4�+ #���V�T�N �$#�" W)#���� ���� ���� �U�+� &K�� :������ ��� ���� ��� =$�L� �� �$#�" �!��� �� �� : �.�� ��� �� �.
���� ��) Uf#+ �� :���(١٨٢ Artinya: “Muhammad bin Yahya menceritakan kepada kita, Abdurrazzaq
menceritakan kepada kita, Ma’mar menceritakan kepada kita dari
Jabir Al-Ju’fi dari ’Ikrimah dari Ibn Abbas berkata: Rasulullah
SAW bersabda: Jangan membahayakan diri sendiri dan jangan
pula membahayakan orang lain”. (HR. Ibn Majah)
Produk syubhat merupakan sesuatu yang secara teknis (prosesnya)
tidak diatur dalam Al-Quran dan Hadist, sehingga produk ini termasuk dalam
wilayah ijtihadiyah untuk mendapatkan ketetapan statusnya. Produk-produk
syubhat harus dihindari sebagai upaya preventif dalam rangka menjaga jiwa,
agama dan kehormatan manusia agar terhindar dari hal-hal yang dilarang
oleh agama. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
181 Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qazwini Ibn Majah, Sunnah
Ibnu Majah, Juz II, Beirut: Darul Fikr, tt., h. 755. 182 Ibid., h. 784.
92
��� �T��� � ���� =U���D�P #�@� ���2�� �������o�B ��� ��� �T���� #�@� ���2�� \w��#�s�@�.� � �L�+ �L��� #���V�T�N�0����L�4&�� ��� ���� �!��� �+ ����� �$#�" �w�T�D�A�� : ���+ �Q&>�g�N #�+ ������ ��� ���A�4&��� �Q&�="
���+ �Q&>�g�N �$#�" m �!��� �� �������� ��� ���� ��� �$�L� ����� �L�$��� �� ����� �� ������ ��� ���! : �o���+ �� #� �����n�� ���+ �.#�� � �����n�M=C �Y�T�s�� �-�E�< b ,U������ �j&3�K&�� �-���� ,U�����@&')83+ S�� :���(١٨٣
Artinya: “Abu Musa Al-Anshari merceritakan kepada kita, Abdullah bin
Idris mengabarkan kepada kita, Syu’bah mengabarkan kepada kita
dari Buraid bin Abi Maryam dari Abi Al-Haura As- Sa’diy
berkata: saya berkata kepada Hasan bib Ali: Apa yang engkau
hafal dari Rasulullah ? Hasan berkata (menjawab): yang saya
hafal dari Rasulullah SAW: Tinggalkan perkara yang
meragukanmu kepada perkara yang tidak meragukanmu. Karena
kejujuran itu adalah ketenangan hati sedangkan kedustaan itu
adalah keraguan”. (HR. Turmudzi)
Dalil ini menjelaskan bahwa Rasulullah memerintahkan kepada
umatnya untuk meninggalkan barang/sesuatu yang masih meragukan
sehingga menjadi jelas keraguan tersebut.
Dalam ajaran Islam, menjauhi sesuatu yang belum jelas halal
haramnya merupakan sikap atau perbuatan wara’, yaitu menjauhkan diri dari
hal-hal yang belum jelas halal dan haramnya karena takut terjatuh pada
perkara yang haram.١٨٤
Sebagaimana perhatian ajaran Islam terhadap perlindungan dan
keselamatan konsumen maka diperlukan langkah kongkrit baik bersifat
183 Al-Imam Al-Hafidz Abi Al-‘Ula Muhammad Abdurrahman Ibn Abdurrahim Al-
Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jami’ At-Turmudzi, Juz VII, Beirut: Darul Kutub
Al-Ilmiyyah, 1990, h. 186-187. 184 Al-Imam Muhammad bin Ismail Al-Amir Al-Yamny Ash-Shan’any, Subulus
Salam Syarhu Bulughul Maram Min Jam’i Adillati Al-Ahkam, Juz IV, Beirut: Darul Kutub Al-
Ilmiyyah, Cet. ke-I, 1988, h. 314.
93
represif maupun preventif (pencegahan). Dalam hal ini perhatian terhadap
usaha preventif dipandang lebih penting karena dalam mengeluarkan biaya
untuk pencegahan (sebelum tertimpa penyakit) lebih kecil dari pada biaya
yang harus dikeluarkan untuk biaya pengobatan. Seperti kata pepatah
“Mencegah lebih baik dari pada mengobati”.
Umat Islam sekarang ini banyak menghadapi permasalahan yang
sudah sedemikian sulit dan rumit, terutama masalah yang berhubungan
dengan status hukum. Sebuah produk yang dihasilkan dari temuan atau hasil
pengembangan atau penelitian dari bidang teknologi kadang-kadang atau
terang-terangan menyimpang dari ajaran Islam. Apalagi di saat sekarang ini,
di era globalisasi di mana jarak komunikasi dan transportasi tidak berarti lagi
dan lancarnya arus informasi menjadikan sekat wilayah dan budaya menjadi
kabur disebabkan kemajuan iptek.
Kemajuan iptek tersebut menuntut pembangunan di seluruh aspek
kehidupan, di mana akan membawa berbagai kemudahan dan kebahagiaan
namun di sisi lain dapat menimbulkan sejumlah perilaku dan persoalan-
persoalan baru, baik persoalan yang belum pernah dikenal, bahkan tidak
pernah terbayangkan, yang kini hal tersebut menjadi nyata. Oleh karena itu
setiap timbul persoalan, maka umat perlu mendapat jawaban yang tepat dari
pandangan ajaran Islam.
Atas dasar itu Allah SWT telah memberikan hak kepada orang-orang
yang memiliki kemampuan melakukan ijtihad terhadap masalah-masalah
yang tidak shahih atau ditetapkan secara tidak jelas dan tidak pasti (qath’i) di
94
dalam Al-Quran. Ijtihad digunakan oleh oleh para fuqaha untuk beberapa
persoalan yang rumit dan sulit yang membutuhkan banyak energi.
Menurut Muhammad Abu Zahrah ijtihad adalah suatu upaya
mengerahkan seluruh kemampuan dan potensi untuk sampai pada suatu
perkara atau perbuatan.185
Menurut Imam Asy-Syaukani ijtihad adalah
“mengerahkan segenap kemampuan dalam mendapatkan hukum syara’ yang
praktis dengan menggunakan metode istinbath (mengambil kesimpulan
hukum)” atau dengan rumusan yang lebih sempit: “upaya seorang ahli fiqih
(al-faqih) mengerahkan kemampuannya secara optimal dalam mendapatkan
sustu hukum syari’at yang bersifat zhanni”.186
Dengan melakukan ijtihad
dalam beberapa persoalan yang belum jelas, syari’at Islam harus mampu
menghadapi dan menjawab masalah baru yang lain seiring dengan kemajuan
budaya manusia.
Produk-produk syubhat harus segera dicari kejelasan halal atau
haramnya karena hal ini akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat
terutama umat Islam. Persoalan ini harus segera mendapat jawabannya.
Membiarkan persoalan tanpa jawaban dan membiarkan umat dalam
kebingungan atau ketidakpastian tidak dapat dibenarkan, baik secara syar’i
maupun secara i’tiqodi. Oleh karena itu para alim ulama dituntut untuk
segera mampu memberikan jawaban dan berupaya menghilangkan kehausan
185 Muhammad Abu Zahrah, op. cit., h. 567. 186 Nasrun Rusli, Konsep Ijtihad Al-Syaukani, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu Cet.
ke-1, 1999, h. 75-76.
95
umat akan kepastian ajaran Islam berkenaan dengan persoalan yang mereka
hadapai.187
Maka diperlukan sebuah upaya penelitian dan kajian khusus yang
mendalam terhadap setiap produk makanan atau minuman olahan. Suatu
kajian yang membutuhkan bukan saja kemauan, tatapi juga pengetahuan
dalam bidang-bidang pangan, kimia, biokimia, teknologi industri dan lain-
lain serta didukung oleh pemahaman pada syari’at Islam. Hal ini mutlak
diperlukan karena tidak semua umat Islam dapat mengetahui status kehalalan
produk yang akan dikonsumsinya sekaligus sebagai langkah melindungi hak-
hak konsumen dari penggunaan bahan haram atau berbahaya.
Sebagai bentuk realisasi dari upaya tersebut Majelis Ulama Indonesia
Provinsi Jawa Tengah berdasarkan Musyawarah Daerah VII MUI Provinsi
Jawa Tengah tahun 2006 menetapkan Keputusan Fatwa No. 01/MUSDA
VII/MUI-JATENG/II/2006 tentang Makanan dan Minuman yang
Mengandung Zat Berbahaya.188
Adapaun ketentuan hukumnya adalah: 1)
Pada dasarnya Formalin, Boraks, Rhodamin B, dan Metanil Yellow adalah
netral dan mubah apabila digunakan sebagaimana mestinya. Apabila bahan-
bahan tersebut disalahgunakan untuk mencampur makanan dan minuman
maka hukumnya adalah haram, 2) Memproduksi dan memperdagangkan
makanan dan minuman yang menggunakan bahan tambahan yang
mengandung zat berbahaya bagi kesehatan seperti Formalin, Boraks,
187 Proyek Pembinaan Pangan Halal Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman Fatwa Produk Halal, Jakarta: Departemen Agama RI.,
2003, h. 56. 188 Himpunan Keputusan Musyawarah Daerah VII Majelis Ulama Indonesia Propinsi
Jawa Tengah, Semarang: Majelis Ulama Indonesia, 2006, h. 52.
96
Rhodamin B, dan Metanil Yellow merupakan perbuatan tercela dan
haram.189
Majelis Ulama Indonesia melalui Komisi Fatwa dalam rapat Komisi
bersama LP POM MUI pada tanggal 17 Ramadhan 1421 H. yang bertepatan
dengan tanggal 13 Desember 2002 M juga menetapkan Keputusan Fatwa
tentang Penetapan Produk Halal.190
Diantara produk yang difatwakan antara
lain produk penyedap rasa (Monosodium Glutamate, MSG) dari PT.
Ajinomoto Indonesia yang menggunakan Bacto Soytone (ditetapkan haram)
dan yang menggunakan Mameno (ditetapkan halal), kepiting (ditetapkan
halal sepanjang tidak menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia), cacing
(budidaya cacing untuk diambil manfaatnya tidak untuk dimakan hukumnya
mubah) dan jangkrik (ditetapkan halal sepanjang tidak menimbulkan
madharat).191
Selain itu, Majelis Ulama Indonesia melalui LP POM dan Komisi
Fatwa telah berikhtiyar untuk memberikan jaminan produk halal bagi
konsumen muslim melalui instrumen sertifikat halal. Sertifikat halal ini
merupakan perwujudan dari usaha (ikhtiyar) dalam rangka melindungi
konsumen dari produk haram. Dengan adanya keputusan fatwa dan kebijakan
MUI tersebut dapat dijadikan sebagai dasar atau pedoman bagi masyarakat
(konsumen) untuk memilih dan mengkonsumsi makanan halal.
189 Ibid., h. 59. 190 Proyek Pembinaan Pangan Halal Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji,
Pedoman Fatwa Produk Halal, Derpartemen Agama RI., 2003, h. 66. 191 Ibid., hlm. 79-120.
97
Begitulah nyatanya, atas dasar kemaslahatan dan dengan tujuan
memudahkan, maka pensyari’atan hukum Islam pada awalnya dilakukan
secara bertahap. Hal itu mengingat pentingnya kemaslahatan sebagai tujuan
inti disyari’atkannya hukum Islam. Maka para ahli ushul atau pelaku hukum
harus mempunyai pendirian kuat di mana ditemukan (dicapai) kemaslahatan
karena di situlah syari’at hukum Allah SWT. Oleh karena itu, tidak patut
seseorang berbuat kaku pada nash-nash (teks Al-Quran dan Hadist) dan
fatwa-fatwa terdahulu dan tidak patut pula seseorang menutup diri dari
perkembangan zaman dan kemaslahatan kekinian.
Tujuan syara’ menurut yang diisyaratkan tersebut adalah tercapainya
kemaslahatan dalam kehidupan manusia. Kemaslahatan yang dimaksud
adalah bersifat dinamis dan fleksibel, artinya pertimbangan maslahat itu
seiring dengan perkembangan zaman. Konsekuensinya bisa jadi yang
diangggap maslahat pada waktu lalu belum tentu dianggap maslahat pada
masa sekarang. Sebagaimana dijelaskan dalam kaidah :
�(����� &�� �#�N�K�6#� �S����� &�� �#�*�+���U� �&��#�+�K���U�� &���D� �� Artinya: “Hukum-hukum itu bisa berubah seiring dengan perubahan zaman,
tempat dan adat istiadat”. ١٩٢
B. Analisis Alasan Produk Makanan dan Minuman Olahan Pada IKM di
Kota Semarang Belum Bersertifikat Halal
Negara Republik Indonesia merupakan negara dengan penduduk
muslim terbesar di dunia. Jumlah penduduknya mencapai sekitar 220 juta
192 Munawir Syadzali, Ijtihad Kemanusiaan, Jakarta: Paramadina, Cet. ke-1, 1997, h.
49.
98
jiwa, diantaranya adalah 87 % kaum muslimin, yaitu sekitar 200 juta jiwa
beragama Islam.193
Setiap konsumen muslim mempunyai hak untuk
memperoleh jaminan bahwa produk-produk yang dikonsumsinya adalah
halal. Sementara tidak semua konsumen seiring dengan rumitnya masalah
teknologi pangan yang terus berkembang dapat mengetahui kehalalan produk
makanan.194
Majelis Ulama Indonesia melaluai Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-
obatan dan Kosmetika (LP POM) dan Komisi Fatwa telah berikhtiar untuk
memberikan jaminan makanan halal bagi konsumen muslim melalui
instrumen sertifikat halal.
Sertifikat halal bertujuan melindungi masyarakat terutama masyarakat
Islam agar tidak mengkonsumsi makanan yang tidak halal. Sertifikat halal
memberikan manfaat baik bagi produsen maupun konsumen. Bagi produsen
yang betul-betul membuat makanan yang sesuai kategori halal, dia tidak akan
dirugikan dan akan diuntungkan karena tingkat kepercayaan konsumen akan
lebih tinggi terhadap produk tersebut, sehingga produknya akan laku.
Sebaliknya kalau tidak jelas kehalalannya masyarakat akan ragu. Masyarakat
muslim yang hati-hati dengan makanan dan minuman akan selektif sekali
dalam memilih makanan. Bukan hanya menghindari yang haram tetapi juga
menghindari makanan yang tidak sehat. Dengan adanya sertifikat halal ini
konsumen tidak perlu berfikir panjang untuk mengkonsumsinya karena
193 Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA., Kriteria Halal-Haram untuk Pangan,
Obat dan Kosmetika Menurut Al-Quran dan Hadist, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, Cet. ke-1,
2009, h. 256. 194 Ichwan Sam, et. al., op. cit., h. 84.
99
sudah jelas halalnya. Jadi masyarakat dilindungi dari dua hal, yaitu halal dari
segi hukum dan kesehatan. Hal ini sesuai dengan konsep halalan
thayyiban.195
Selama kurang lebih 20 tahun MUI menerapkan sertifikat halal, telah
membuahkan hasil yang nyata. Upaya ini mampu mengurangi peredaran
produk-produk haram dan berbahaya, sekaligus menjawab keraguan
masyarakat terhadap produk yang beredar selama ini.196
Namun sampai
sekarang masih banyak industri makanan dan minuman yang belum
melaksanakan sertifikat halal. Seperti yang dilakukan oleh sebagian besar
industri kecil dan menengah (IKM) di Kota Semarang.
Berdasarkan perbandingan data jumlah industri makanan dan minuman
di Kota Semarang dengan data jumlah perusahaan makanan dan minuman
bersertifikat halal di LP POM MUI Provinsi Jawa Tengah pada Bulan
Agustus 2009 menunjukkan bahwa dari 948 industri makanan dan minuman
di Kota Semarang hanya 71 perusahaan saja yang telah memiliki sertifikat
halal. Dapat dikatakan ini merupakan sebuah ketidakseimbangan antara
peraturan atau kebijakan dengan implementasi dari peraturan dan kebijakan
itu sendiri.
195 Hasil wawancara dengan DR. Zuhad, MA., selaku anggota Komisi Fatwa MUI
Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 8 Maret 2010. 196 Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Tengah sampai Bulan Agustus
2009 telah berhasil mensertifikasi 262 produk yang dihasilkan oleh perusahaan (lihat data
perusahaan yang sudah dapat sertifikat halal dari MUI Jawa Tengah). Dalam lingkup yang
lebih luas LP POM MUI sejak didirikan sampai akhir Februari 2008 telah menerbitkan 4.724
sertifikat halal. Proposal untuk memperoleh sertifikat halal ini datang dari dalam dan luar
negeri. Hal ini berarti bahwa Komisi Fatwa, LP POM dan MUI telah melindungi para
konsumen muslim dari produk-produk haram (lihat Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA.,
op. cit., h. 265).
100
Menurut data dan hasil wawancara yang penulis lakukan pada
beberapa IKM di Kota Semarang, ada beberapa alasan yang dapat
dikemukakan mengapa produk makanan dan minuman pada IKM di Kota
Semarang belum bersertifikat halal, sebagai berikut :
5. Adanya IKM yang belum mengetahui tentang sertifikat halal MUI.
6. Adanya IKM yang belum atau enggan melaksanakan sertifikasi halal
karena alasan biaya.
7. Adanya IKM yang merasa tidak atau belum perlu sertifikat halal dengan
pertimbangan-pertimbangan antara lain tidak adanya kewajiban untuk
melaksanakan sertifikasi halal, adanya izin produksi dan mendapatkan
pembinaan dari dinas terkait, sebagian mereka adalah muslim, selain
dijual produknya juga dikonsumsi sendiri, sepinya penjualan, kecilnya
keuntungan yang diperoleh, dll.
8. Sebagian IKM merupakan industri makanan atau minuman yang dilarang
dalam hukum Islam.
Dengan adanya alasan-alasan tersebut menunjukkan bahwa
pelaksanaan sertifikasi halal MUI terhadap produk makanan dan minuman
olahan pada IKM di Kota Semarang saat ini masih mengalami beberapa
kendala dan hambatan. Sehingga diperlukan kebijakan-kebijakan baru untuk
mengatasi kendala dan hambatan tersebut. Dalam hal ini penulis
menyimpulkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi alasan mengapa
sebagian produk makanan dan minuman olahan pada IKM di Kota Semarang
belum bersertifikat halal, sebagai berikut :
101
1. Sosialisasi Sertifikat Halal
Sebagaimana diketahui bahwa masih ada sebagian masyarakat
(produsen) yang belum mengetahui pelaksanaan sertifikat halal, maka
Majelis Ulama Indonesia mempunyai tugas untuk melahirkan kebijakan-
kebijakan baru menyangkut pelaksanaan sertifikasi halal. Kebijakan ini
yang akan menuntun dan membantu umat untuk menemukan mana yang
benar dan mana yang salah.
Dalam tataran komunikasi, berbagai pendekatan sebenarnya sudah
dilakukan untuk mensosialisasikan sertifikat halal melalui beberapa
media seperti majalah, buku, spanduk, informasi melalui internet dan
lain-lain termasuk mengadakan kerja sama dengan lembaga/instansi lain.
Namun kurangnya fasilitas, sarana dan prasarana masih menjadi kendala
sosialisasi dan pelaksanaan sertifikat halal saat ini.197
Sehingga dalam
wilayah praktis atau di lapangan masih ada sebagian masyarakat yang
belum mengenal kebijakan MUI tentang sertifikasi halal. Walaupun ada
yang mengetahui mereka hanya tahu secara umum, tidak mengetahui
secara rinci teknis dan maksud dari kebijakan tersebut. Maka diperlukan
197 Hasil wawancara dengan Kepala Sekretariat LP POM MUI Jateng Bapak H.
Sukirman, pada tanggal 15 Januari 2010. DR. Zuhad, MA., mengatakan dari segi fasilitas LP
POM MUI Provinsi Jawa Tengah sendiri saat ini belum bisa meneliti secara langsung dan
rinci unsur-unsur yang terkandung di dalam suatu bahan atau produk makanan. Saat ini LP
POM masih mengkaji produk yang bahannya sudah jelas. Rencana ke depan LP POM Jawa
Tengah akan mempunyai Laboratorium sendiri dan diharapkan juga adanya laboratorium di
setiap provinsi agar bisa mandiri. Namun rencana tersebut belum bisa tercapai karena
mahalnya biaya yang masih menjadi kendala. Saat ini yang sudah memiliki adalah LP POM
MUI Pusat di Jakarta dan juga Bandung (hasil wawancara pada tanggal 8 Maret 2010).
Beliau menambahkan faktor lain yang masih menjadi kendala adalah pihak industri masih
belum bisa diatur dan mereka semaunya sendiri. Hal ini menyangkut kepentingan ekonomi
dan sosial, misalnya sertifikasi halal akan selalu mengikat perusahaan, kalau memakai
bahan/produk harus sesuai ketentuan/aturan, dll.
102
langkah sosialisasi yang lebih intensif agar masyarakat tahu dan faham
secara benar tentang kebijakan MUI tersebut.
Sosialisasi yang dilakukan MUI saja belum cukup agar kebijakan
yang telah ada bisa berjalan sesuai dengan tujuan dari kebijakan tersebut
dikeluarkan. Untuk mengetahui sejauh mana hal itu berjalan di
masyarakat, perlu adanya tindak lanjut atau evaluasi secara berkala
setelah kebijakan tersebut dikeluarkan, karena bagaimanapun juga
evaluasi sangat diperlukan untuk mengukur tujuan dari dikeluarkannya
kebijakan yang sebenarnya. Disamping itu perlu adanya fasilitas, sarana
dan prasarana serta dukungan dari berbagai pihak.
2. Lemahnya kondisi ekonomi perusahan dan biaya sertifikat halal.
Biaya (cost) sering dipermasalahkan oleh sebagian industri kecil
dan menengah karena dirasakan menjadi beban pengeluaran perusahaan.
Namun menurut penulis masalah biaya atau administrasi merupakan hal
yang wajar bagi setiap orang atau lembaga yang melakukan usaha. Begitu
juga dengan pelaksanaan sertifikasi halal pada industri kecil menengah
(IKM) di Kota Semarang. Di satu sisi IKM merupakan industri atau
perusahan kecil menengah yang menjalankan usaha dengan modal dan
pendapatan yang relatif kecil dibanding perusahaan-perusahaan besar. Di
sisi lain MUI juga bukan merupakan lembaga pemerintah. Maka dalam
hal ini, masalah biaya dan administrasi dapat dibicarakan secara bersama-
sama antara kedua belah pihak. Apalagi menyangkut biaya sertifikasi
halal Bapak H. Sukirman menuturkan bahwa pihak MUI dalam hal ini
103
sangat terbuka kepada perusahaan atau produsen. Segala sesuatu yang
berkaitan dengan biaya sertifikasi halal dijelaskan secara rinci kepada
perusahaan yang bersangkutan. Pihak MUI juga bersikap terbuka untuk
memberikan solusi-solusi kepada produsen apabila ada kesulitan
menyangkut pelaksanaan sertifikat halal.198
Selain biaya, lemahnya kondisi ekonomi perusahaan juga menjadi
alasan mengapa pihak IKM di Kota Semarang tidak atau belum
memerlukan sertifikat halal. Hal ini terutama karena sepinya penjualan
atau kecilnya keuntungan yang diperoleh industri kecil menengah yang
antara lain disebabkan kecilnya modal, adanya persaingan usaha serta
semakin mahalnya harga bahan-bahan baku makanan. Sehingga perlu
dipahami bahwa sebelum dibentuk atau diciptakan suatu peraturan atau
kebijakan menyangkut industri kecil menengah, maka harus dilihat
terlebih dahulu sejauh mana kemampuan IKM untuk melaksanakan
peraturan atau kebijakan tersebut.
Menanggapi hal ini, DR. Zuhad, MA., mengatakan bahwa dengan
adanya produk berlabel halal konsumen akan lebih percaya terhadap
produk tersebut dan hal ini akan menjadi daya tarik dan poin untuk bisa
bersaing dengan produk yang lain. Sertifikat halal ini sebenarnya telah
membantu dua pihak. Pertama pihak industri supaya ekonominya bisa
lebih meningkat dan tambah maju dan kedua konsumen juga akan
terlindungi. Jadi sertifikat halal jangan dianggap akan menghambat,
198 Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2010.
104
sebaliknya hal ini sebenarnya melindungi dari sisi hukum dan dari segi
kemampuan peningkatan ekonomi.199
MUI juga mempunyai program dalam pelaksanaan sertifikasi halal
ini, antara lain dengan mengajukan anggaran kepada pemerintah dan
bekerja sama dengan departemen-departemen terkait. Setiap tahun MUI
mengajukan anggaran untuk program tersebut dan sudah beberapa kali
program tersebut dilaksanakan. Dengan adanya program tersebut, bagi
produsen terutama industri kecil atau home industry tidak dikenai biaya.
Kepada pihak industri/produsen diharapkan supaya segara mendaftarkan
sertifikat halal ke MUI dan jangan takut untuk mengajukan sertifikat
halal.200
Berkaitan dengan produk makanan olahan, yang harus diingat dan
menjadi perhatian lebih dari sekedar biaya atau administrasi bahwa
produk-produk makanan dan minuman olahan yang dihasilkan oleh
industri harus bisa menjamin mutu, kesehatan, kehalalan dan keselamatan
konsumen khusunya umat Islam. Karena jika tidak demikian akan
berdampak negatif tidak hanya bagi konsumen tetapi juga bagi
produsen/perusahaan itu sendiri. Bahkan dengan adanya label halal akan
lebih meyakinkan konsumen dan akan menjadi daya tarik dan poin untuk
bisa bersaing dengan produk yang lain. Apalagi mayoritas pembeli/
konsumennya adalah muslim.
199 Hasil wawancara pada tanggal 8 Maret 2010. 200 Hasil wawancara dengan DR. Zuhad, MA., pada tanggal 8 Maret 2010.
105
3. Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
produk halal maupun sertifikasi halal.
Dengan warna, aroma, rasa, tekstur dan penampilan yang menarik
dan memikat dari suatu produk makanan olahan, konsumen seolah tidak
peduli dengan apa yang dikonsumsinya. Mereka tidak menyadari atau
memperhatikan apakah makanan yang mereka konsumsi tersebut halal
atau tidak. Padahal dengan kondisi demikian itu, suatu produk bisa
dengan mudah menipu.
Minimnya informasi dan pengetahuan masyarakat terhadap bahan
atau makanan hasil olahan menyebabkan masyarakat kehilangan
kebijakan dalam memilih, menggunakan atau mengkonsumsinya dalam
kehidupan sehari-hari. Pemahaman sebagian masyarakat terhadap
kehalalan atau keharaman suatu bahan atau produk makanan olahan saat
ini hanya didasarkan pada asumsi suka atau tidak suka, halal atau tidak
atau anggapan baik dan buruk semata tanpa adanya “greget” dari
masyarakat untuk membuktikan apakah bahan atau produk makanan
tersebut mengandung bahan haram atau tidak. Hal ini sesungguhnya
merupakan tempat keraguan dan ketidakjelasan. Dan sesungguhnya di
sinilah peranan dan fungsi dari sertifikat halal Majelis Ulama Indonesia.
Kesadaran masyarakat khususnya umat Islam tentang pentingnya
produk halal sangatlah besar pengaruhnya terhadap sukses atau tidaknya
pelaksanaan sertifikat halal sebab tanpa kesadaran dari masyarakat akan
sangat sulit sekali sebuah kebijakan atau aturan dapat dilaksanakan
106
dengan berhasil. Apalagi pelaksanaan sertifikat halal saat ini masih
bersifat sukarela (tanpa paksaan) sehingga tidak semua produsen bersedia
melaksanakan sertifikasi halal.201
Hal ini berarti meskipun sudah ada ketentuan dan kebijakan yang
mengatur atau menghimbau masyarakat untuk mengkonsumsi produk/
makanan halal ternyata tidak semua anggota masyarakat patuh pada
ketentuan dan kebijakan tersebut. Bahwa kesadaran seseorang terhadap
ketentuan atau kebijakan ternyata tidak serta merta membuat seseorang
tersebut mematuhinya karena banyak indikator-indikator lain yang
mempengaruhi.202
Maka dapat difahami bersama bahwa kesadaran
hukum masyarakat tidak identik dengan kepatuhan hukum masyarakat itu
sendiri.
Keberhasilan yang timbul dari kesadaran masyarakat ada kalanya
timbul dari dalam diri masyarakat sendiri dan ada kalanya timbul dari
faktor lain yang dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat tersebut.
Menurut penulis salah faktor terpenting yang bisa mempengaruhi
peningkatan produk bersertifikat halal adalah meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk mengkonsumsi produk halal (berlabel halal). Produk
bersertifikat halal akan mengalami peningkatan jika ada tuntutan dari
201 Ichwan Sam, et. al., op. cit., h. 85. 202 Sekarang ini yang namanya etika bisnis tidak semua orang bersedia mentaati
peraturan dan banyak orang yang mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa
menghiraukan peraturan yang ada. Jadi persoalannya bukan hanya persaingan usaha,
keinginan orang untuk dapat untung banyak. Bahkan penimbunan pun juga sering dilakukan
oleh orang Islam, baik tahu atau tidak tahu. Cina saja yang merupakan negara besar juga
memproduksi produk bermelamin, membahayakan dan itu di ekspor dan di impor ke
Indonesia. Artinya masyarakat Indonesia menjadi korban. Ungkap DR. Zuhad saat
menanggapi masalah beredarnya produk-produk minuman beralkohol, mengandung babi,
rokok, dll. (hasil wawancara pada tanggal 8 Maret 2010).
107
masyarakat khususnya konsumen. Tuntutan konsumen menjadi salah satu
pemicu bagi para IKM untuk melaksanakan sertifikasi halal sebab
konsumen kini semakin cerdas dan hak konsumen inilah yang mutlak
harus dilindungi.203
Sehingga segala dukungan baik dari masyarakat,
lembaga maupun pemerintah masih sangat diperlukan.
Sertifikasi halal saat ini memang bukan suatu keharusan. Hal ini
muncul karena adanya kasus banyak makanan yang tidak sehat, banyak
makanan yang tidak halal. Adanya problem di sini dan melibatkan
masyarakat banyak yang tidak berdosa. Kalau produk alami misalnya
hanya menjual air dari sumbernya mungkin tidak perlu disertifikasi.
Tetapi kalau meramu dari berbagai unsur yang terkait banyak hal (bahan
dan proses) maka perlu dikaji lebih lanjut. Sebab sesuatu yang halal jika
dicampur bisa menjadi tidak halal. Sebagaimana buah anggur itu halal
tetapi ketika diproses menjadi sesuatu minuman bisa menjadi tidak halal.
Hal ini yang harus dijelaskan kepada produsen bahwa mereka ketika
menjual produk itu mempunyai tanggung jawab tidak hanya kepada
masyarakat (hak konsumen) tetapi juga kepada Tuhan.204
Pelaksanaan sertifikat halal saat ini juga lebih banyak mengundang
kesadaran semua pihak, produsen sadar tentang itu, konsumen juga sadar
terhadap apa yang akan dikonsumsi. Kalau konsumen sudah sadar
203 Hak konsumen menurut Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konumen antara lain hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa (pasal 4 huruf (a)). Dalam pasal 4 huruf (c) juga
disebutkan bahwa konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. 204 Hasil wawancara dengan DR. Zuhad, MA., selaku Anggota Komisi Fatwa MUI
Provinsi Jawa tengah, pada tanggal 8 Mei 2010.
108
terhadap pentingnya produk halal, produsen otomatis akan mengikuti
keinginan konsumen untuk mengkonsumsi produk halal.205
Dengan memahami keterangan di atas, maka diperlukan sosialisasi
dan kesadaran bersama oleh semua pihak terhadap pentingnya
mengkonsumsi produk/makanan yang halal. Hal ini dilakukan supaya
pelaksanaan sertifikat halal dapat meningkat serta produsen maupun
konsumen sendiri juga terhindar dari produk makanan yang haram atau
berbahaya.
4. Undang-undang dan peraturan pemerintah.
Di Indonesia sebenarnya telah banyak undang-undang dan
peraturan pemerintah yang mengatur tentang produk makanan, seperti
Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-undang
No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-undang No.
7 Tahun 1996 tentang Pangan, Intruksi Presiden No. 2 Tahun 1991
tentang Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan Produksi dan Peredaran
Makanan Olahan, Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 Tentang
Label dan Iklan Pangan, dan beberapa peraturan pelaksanaan lainnya.206
Namun menurut Bapak H. Sukirman undang-undang yang
mengatur tentang jaminan produk halal (sertifikat halal) sampai saat ini
belum dikeluarkan oleh pemerintah. Undang-undang yang ada saat ini
205 Hasil wawancara dengan DR. Zuhad, MA., pada tanggal 8 Maret 2010. 206 Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Modul Pelatihan Auditor Internal Halal,
Jakarta: Departemen Agama RI., 2003, h. 62.
109
masih bersifat menganjurkan atau menghimbau kepada masyarakat untuk
mengurus sertifikat halal sedangkan pelaksanaan sertifikat halal itu
sendiri saat ini masih bersifat sukarela.207
MUI sendiri juga susah
(kesulitan) untuk memaksakan karena secara politik MUI tidak punya
kekuatan untuk itu. MUI bukanlah lembaga politik melainkan merupakan
lembaga sosial agama.208
Jadi belum ada undang-undang atau peraturan
pemerintah yang mewajibkan kepada produsen untuk melaksanakan
sertifikasi halal. Hal ini berarti kurang adanya kekuatan hukum (power of
law) yang mendorong para produsen untuk melaksanakan sertifikasi
halal. Diperlukan adanya undang-undang dan peraturan yang tegas,
mengikat dan benar-benar menjamin agar pelaksanaan sertifikat halal ini
dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
Secara normatif peraturan yang diterapkan di Indonesia dan
berlaku secara universal meliputi semua aspek kehidupan bangsa adalah
undang-undang dan peraturan negara, bukan peraturan agama Islam yang
hanya berlaku bagi umatnya. Sebab Indonesia bukanlah negara Islam.
Sehingga setiap permasalahan yang menyangkut kepentingan seluruh
bangsa penyelesaiannya dikembalikan pada undang-undang dan
peraturan pemerintah.209
Indonesia bukan negara Islam dalam arti negara yang konstitusinya
Islam tetapi masyarakatnya Islam. Indonesia dari segi papan nama
207 Hasil wawancara pada tanggal 15 Januari 2010. 208 Hasil wawancara dengan DR. Zuhad, MA., pada tanggal 8 Maret 2010. 209 Menurut penuturan Bpk. Sukirman saat menanggapi peredaran produk minuman
keras (mengandung alkohol), produk mengandung babi, produk rokok, dll. (Hasil
wawancara pada tanggal 15 Januari 2010).
110
bukanlah negara Islam tetapi dari segi sosial kemasyarakatan, mayoritas
masyarakatnya muslim. Kalau mayoritas muslim otomatis yang namanya
ajaran Islam sebenarnya berjalan. Islam di Indonesia adalah Islam realitas
dan bukan Islam papan nama. Hal ini sebenarnya yang harus lebih
dikondusifkan supaya ajarannya lebih berlaku lagi di masyarakat.210
Terhadap kehalalan produk makanan atau minuman, undang-
undang dan peraturan pemerintah memiliki ketentuan yang berbeda
dengan kaidah hukum Islam. Misalnya ketentuan mengenai produk
minuman beralkohol dan produk yang mengandung babi. Dalam Islam
mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol baik banyak atau
pun sedikit adalah haram, sedangkan menurut peraturan pemerintah
diperbolehkan asal tidak melebihi batas atau memenuhi syarat dan
ketentuan yang telah ditetapkan.211
Demikian juga babi dalam Islam
diharamkan tetapi bagi agama atau kepercayaan tertentu yang menurut
keyakinannya babi boleh dikonsumsi, pemerintah tidak melarang karena
negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
210 Hasil wawancara dengan DR. Zuhad, MA., pada tanggal 8 Maret 2010. 211 Rasulullah bersabda dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibn Majah: “setiap yang
memabukkan itu haram, dan sesuatu (minuman) jika banyaknya memabukkan maka yang
sedikitnya pun haram” (Lihat Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qazwini
Ibn Majah, Sunnah Ibnu Majah, Juz II, Beirut: Darul Fikr, tt., h. 1124). Sedangkan menurut
Peraturan Menteri Kesehatan No. 86/Men.Kes/Per/IV/1977 tentang Minuman Keras, pasal
20 menyebutkan beberapa larangan terhadap minuman keras, yaitu: 1) Dilarang
memproduksi atau mengimpor minuman keras tanpa izin Menteri, 2) Dilarang mengeluarkan
minuman keras yang mengandung etanol lebih dari 0,1% (satu sepersepuluh persen) dihitung
terhadap kadar etanol (C2H5OH), 3) Dilarang menjual atau menyerahkan minuman keras
kepada anak di bawah umur 16 (enam belas) tahun, 4) Dilarang mengiklankan minuman
keras golongan C (Lihat Peraturan Menteri Kesehatan No. 86/Men.Kes/Per/IV/77 tentang
Minuman Keras, dalam Proyek Pembinaan Pangan Halal Ditjen Bimas Islam dan
Penyelenggaraan Haji, Pedoman Fatwa Produk Halal, Derpartemen Agama RI., 2003, h.
282). Menurut Peraturan Menteri Keseharan tersebut minuman keras dibedakan menjadi tiga
golongan: 1) Golongan A dengan kadar alkohol 1-5 %, 2) Golongan B dengan kadar alkohol
5-20% dan 3) Golongan C dengan kadar alkohol 20-55 %.
111
agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan
kepercayaannya itu (Pasal 29 ayat 2 Undang-undang Dasar 1945).
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbhineka.
Kemajemukannya antara lain terletak pada keyakinan dan agama.
Agama-agama yang dianut di Indonesia antara lain Islam, Katolik,
Protestan, Hindu dan Budha. Disamping itu ada aliran-aliran kepercayaan
yang bersumber bukan pada ajaran agama tetapi bersumber pada
keyakinan yang tumbuh di kalangan masyarakat sendiri, yaitu
kepercayaan yang oleh pemerintah digolongkan kepada kepercayaan
yang merupakan bagian dari kebudayaan.
Dalam rangka usaha pembinaan dan pengembangan kehidupan
beragama di seluruh wilayah Republik Indonesia pemerintah tidak hanya
menjamin kebebasan tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaanya itu
melainkan sekaligus menjamin, melindungi, membina, mengembangkan
serta memberikan bimbingan dan pengarahan agar kehidupan beragama
lebih berkembang dan serasi dengan kebijakan pemerintah dalam
membina kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila.212
Ketentuan yang lain adalah mengenai produk rokok yang menurut
hasil Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa Se-Indonesia III sepakat bahwa
212 Ahmad Sukardja, ”Keberlakuan Hukum Agama dalam Tata Hukum Indonesia”,
dalam Cik Hasan Bisri, (ed.), Hukum Islam dalam Tatanan Masyarakat Indonesia, Jakarta:
Logos, Cet. ke-1, 1998, h. 34-35.
112
merokok hukumnya haram (jika dilakukan di tempat umum, oleh anak-
anak dan wanita hamil).213
Maka dengan memperhatikan perbedaan beberapa ketentuan
hukum tersebut, dapat dipahami bahwa suatu produk yang dalam hukum
Islam diharamkan (dilarang) belum tentu dilarang dalam undang-undang
atau peraturan pemerintah Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan
kenyataan bahwa di tempat-tempat penjualan/pemasaran masih bisa kita
temukan produk makanan yang mengandung alkohol dan babi seperti
produk minuman beralkohol merek Vodka Mixmax, Mansion House
(MH), Guinness, Anker, Heineken, San Miguel, Pu Tau Chew Chiew,
Carlsberg, Black Cooler dan lain-lain juga produk makanan seperti Ma
Ling Canned Pork Luncheon Meat dan Gulong Pork Luncheon Meat
yang mengandung babi.214
Selain itu berbagai jenis dan merek produk
rokok dapat dengan mudah dijumpai di toko atau tempat pemasaran
lainnya.
Beberapa ketentuan yang berbeda terhadap produk makanan
tersebut merupakan bagaian dari faktor penyebab mengapa permasalahan
sertifikasi halal produk makanan di Indonesia sulit untuk diselesaikan
karena menyangkut pluralisme dan kepentingan golongan tertentu yang
berbeda-beda terhadap kebutuhan makanan. Oleh karena itu, sudah
213 Keputusan Komisi B Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa MUI Se-Indonesia III tentang
Hukum Merokok, dalam Ichwan Sam, et. al., Ijma’ Ulama Keputusan Ijtima’ Ulama Komisi
Fatwa Se-Indonesia III Tahun 2009, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, Cet. ke-1, 2009, h.
57. 214 Hasil Pengamatan tanggal 11 Januari 2010 pada swalayan “ADA” di Jl.
Soegyopranoto Semarang.
113
sepantasnya permasalahan ini dikembalikan pada tujuan hukum yang
sebenarnya yaitu terwujudnya kemaslahatan manusia seluruhnya
(rahmatan lil’alamin) tanpa ada yang dirugikan.215
Maka dalam rangka menjamin dan melindungi kemerdekaan
penduduk muslim di Indonesia untuk beribadah menurut agama dan
kepercayaannya dalam kaitannya dengan masalah produk makanan dan
minuman pemerintah harus memberikan jaminan dan perlindungan
produk halal kepada umat Islam. Salah satunya dapat dilakukan dengan
mencantumkan label halal atau mengandung bahan tertentu yang dilarang
bagi umat Islam pada setiap produk makanan atau minuman
(misalnya).216
Sehingga konsumen muslim dapat memilih (hak khiyar)
produk makanan atau minuman sesuai dengan agama dan kepercayaanya
itu. Dengan demikian, dalam memilih dan mengkonsumsi produk
makanan olahan konsumen tidak hanya berdasarkan pada asumsi semata
tetapi benar-benar yakin akan kehalalan atau keharaman makanan yang
dikonsumsinya.
Peranan Majelis Ulama Indonesia sendiri secara sosial politik tidak
seperti lembaga-lembaga yang lain. Bahkan yang namanya MUI tidak
215 Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1999,
h. 65. 216 Dalam pasal 7 huruf (b) Undang-undang RI. No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen disebutkan: “Pelaku usaha berkewajiban memberikan informasi
yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa serta
memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan”. Selain itu keterangan
tentang “halal” juga disebutkan dalam pasal 30 ayat 2 Undang-undang RI. No. 7 Tahun
1996 Tentang Pangan bahwa label sebagaimana dimaksud dalam pasal 1, memuat sekurang-
kurangnya keterangan mengenai: nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih
atau isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke
dalam wilayah Indonesia, keterangan tentang halal, serta tanggal, bulan dan tahun
kadaluarsa.
114
mempunyai pegawai tetap dan merupakan pegawai lepas. Mereka adalah
orang-orang yang melaksanakan jihad fi sabilillah. Orang-orang yang
bekerja bukan digaji, bukan pegawai tetap, orang yang diambil dari
berbagai lembaga untuk bekerja di dalamnya. Mereka adalah volunter
(sukarelawan) yang berjihad di jalan Allah dalam rangka membantu dan
mengayomi masyarakat khususnya umat Islam.217
Pelaksanaan sertifikat halal sebenarnya mudah dan tujuannya
adalah melindungi produsen dan konsumen bukan menghambat
perekonomian mereka. Dengan adanya sertifikasi halal diharapkan
perkembangan industri makanan dan minuman khususnya industri kecil
menengah dapat meningkat, lebih mapan, lebih dipercaya oleh
masyarakat dan mampu meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat
Indonesia. Untuk mewujudkan hal tersebut maka diperlukan bantuan dan
dukungan dari semua pihak baik masyarakat, lembaga maupun
pemerintah.
Selanjutnya mengingat tingginya kepentingan umat Islam dalam
mengkonsumsi produk halal sebagaimana dijelaskan di atas, maka sudah
sewajarnya semua produk yang beredar di masyarakat memiliki status
kehalalan yang jelas. Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 4 huruf (a)
Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
bahwa: “hak konsumen adalah hak atas kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa”, pasal ini
217 Hasil wawancara dengan Dr. Zuhad, MA., pada tanggal 8 Maret 2010.
115
menunjukkan bahwa setiap konsumen termasuk konsumen muslim yang
merupakan mayoritas konsumen di Indonesia berhak untuk mendapatkan
barang yang nyaman dikonsumsi olehnya. Salah satu pengertian nyaman
bagi konsumen muslim adalah bahwa barang tersebut tidak bertentangan
dengan kaidah agamanya atau halal menurut syari’at Islam.
Dalam pasal 4 huruf (c) Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen juga disebutkan bahwa: “Konsumen juga berhak
atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa”. Hal ini memberikan pengertian bahwa
keterangan halal yang diberikan oleh perusahaan haruslah benar atau
teruji kehalalannya terlebih dahulu. Sementara pasal 8 ayat 1 huruf (h)
menyebutkan: “Dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
barang dan/jasa yang tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara
halal sebagaimana pernyataan“ halal” yang dicantumkan dalam label”.
Dalam Undang-undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan pasal 34
ayat 1 disebutkan: “Setiap orang yang menyatakan dalam label atau
iklan bahwa pangan yang diperdagangkan adalah sesuai dengan
persyaratan agama atau kepercayaan tertentu bertanggungjawab atas
kebenaran pernyataan berdasarkan persyaratan agama atau
kepercayaan tersebut”. Dalam penjelasan pasal 34 ayat 1 menyebutkan:
“Dalam ketentuan ini benar tidaknya suatu pernyataan halal dalam label
atau iklan tentang pangan tidak hanya dapat dibuktikan dari segi bahan
baku pangan, bahan tambahan pangan atau bahan bantu lain yang
116
digunakan dalam memproduksi pangan, tetapi mencakup pula proses
pembuatannya”.
Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
pasal 21 ayat 2 penjelasan huruf (d) menyebutkan: “Ketentuan lainnya
misalnya pencantuman kata atau tanda halal yang menjamin bahwa
makanan dan minuman yang dimaksud diproduksi dan diproses sesuai
dengan persyaratan makanan “halal””.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan
Iklan Pangan pasal 10 menyebutkan: “Setiap orang yang memproduksi
atau memasukkan pangan yang dikemas ke dalam wilayah Indonesia
untuk diperdagangkan yang menyatakan bahwa pangan tersebut halal
bagi umat manusia, bertanggung jawab atas kebenaran pernyataan
tersebut dan wajib mencantumkan keterangan atau tulisan halal pada
label”. Dalam pasal 11 disebutkan: “Untuk mendukung kebenaran
pernyataan halal sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat 1, setiap
orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas ke
dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan, wajib memeriksakan
terlebih dahulu pangan tersebut pada lembaga pemeriksa yang telah
terakreditasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dilaksanakan berdasarkan Pedoman dan Tata Cara yang telah
ditetapkan oleh Menteri Agama dengan memperhatikan pertimbangan
117
dan saran lembaga keagamaan yang memiliki kompetensi di bidang
tersebut”.
Dari keterangan tersebut di atas, maka sudah semestinya sertifikasi
halal yang saat ini masih bersifat sukarela (voluntary) harus menjadi
suatu kewajiban (mandatory). Untuk itu, perlu dibentuk undang-undang
atau peraturan yang pelaksanaannya bisa menjamin kehalalan suatu
produk makanan atau minuman.
117
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembahasan tentang Studi Analisis Terhadap Produk Makanan dan
Minuman Olahan yang Belum Bersertifikat Halal (Studi Kasus Pada IKM di
Kota Semarang), telah diuraikan di atas dalam skripsi ini. Dari uraian tersebut
penulis dapat menyimpulkan :
1. Berdasarkan definisi, batasan dan sumber-sumber penetapan syubhat maka
dapat disimpulkan bahwa produk makanan dan minuman olahan yang
belum bersertifikat halal merupakan produk yang hukumnya tidak jelas
halal atau haramnya. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan. Pertama,
produk makanan atau minuman olahan tidak diketahui secara jelas bahan
dan asal bahan yang digunakan dalam pengolahannya, apakah halal atau
tidak. Kedua, secara teknis produk tersebut tidak diketahui secara jelas
bagaimana proses produksi atau pengolahannya. Bisa saja tercampur
bahan haram atau najis atau diolah dengan cara yang tidak sesuai dengan
ketentuan halal dalam syari’at Islam.
Berdasarkan dalil Al-Quran, Hadist, dan kemaslahatan
(memelihara maksud/tujuan syara’), maka produk makanan dan minuman
olahan yang tidak jelas halal haramnya sebaiknya dihindari sehingga
diketahui secara jelas kehalalannya sebagai langkah preventif mencegah
timbulnya bahaya/kerugian dari produk tersebut.
2. Hasil penelitian yang penulis lakukan pada beberapa IKM di Kota
Semarang menunjukkan ada beberapa alasan dan faktor yang
mempengaruhi mengapa produk makanan dan minuman olahan pada IKM
di Kota Semarang belum bersertifikat halal, sebagai berikut :
a. Sosialisasi dan informasi sertifikat halal belum sampai kepada IKM
disamping terbatasnya sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan
sertifikasi halal.
b. Lemahnya kondisi ekonomi perusahaan dan biaya sertifikasi halal
sebagai beban bagi IKM karena menambah biaya produksi (cost
production).
c. Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya produk halal maupun sertifikasi halal.
d. Undang-undang atau peraturan pemerintah belum terealisasi dengan
baik sehingga pelaksanaan sertifikasi halal masih bersifat sukarela.
B. Saran-Saran
Dengan realita yang telah penulis uraikan di atas, maka selanjutnya
penulis memberikan saran-saran untuk peningkatan dan pengembangan
pelaksanaan sertifikasi halal pada IKM di Kota Semarang sebagai berikut :
1. Bahwa mengingat pentingnya produk halal bagi masyarakat khususnya
umat Islam maka sebaiknya setiap IKM di Kota Semarang segera
melaksanakan sertifikasi halal produk yang dihasilkannya ke Majelis
Ulama Indonesia dalam hal ini adalah MUI Provinsi Jawa Tengah. Selain
itu, bagi masyarakat baik produsen maupun konsumen hendaklah
senantiasa berpegang pada sumber hukum Islam yaitu Al-Quran dan As-
Sunnah dalam setiap langkah perdagangan atau bisnisnya. Agar tidak ada
pihak yang menggunakan dalih ekonomi untuk menghalalkan segala cara
bertindak semena-mena sehingga merugikan orang lain.
2. Sebagaimana yang telah penulis ungkapkan bahwa masih ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan sertifikasi halal MUI pada IKM di
Kota Semarang. Oleh karena itu sudah selayaknya semua pihak
mendukung terciptanya masyarakat yang bebas dari produk makanan atau
minuman yang dapat merugikan konsumen. MUI beserta pemerintah,
masyarakat dan lembaga lain harus bekerjasama untuk lebih meningkatkan
pendekatan dan sosialisasi tentang pelaksanaan sertifikasi halal dan
pentingnya mengkonsumsi produk halal supaya masyarakat dapat lebih
merespon dan agar pelaksanaan sertifikasi halal bisa berjalan dengan baik.
3. Mengingat banyaknya sumber bahan hasil rekayasa genetika dan teknologi
pangan dengan berbagai jenis dan variasi yang bisa dijadikan sebagai
bahan baku makanan, maka diperlukan sosialisasi terhadap informasi
manfaat sumber bahan pangan yang boleh dan tidak boleh dipergunakan
dalam industri pangan agar tidak terjadi penyalahgunaan sumber bahan
pangan yang haram atau berbahaya dalam produk makanan.
4. Peran pemerintah untuk memberikan jaminan dan perlindungan bagi
konsumen terhadap produk halal sangat diperlukan. Pemerintah dan aparat
penegak hukum hendaknya selalu mengadakan dan meningkatkan
pengawasan terhadap peredaran produk makanan dan minuman olahan di
masyarakat serta menindak tegas pihak/oknum yang memproduksi atau
mengedarkan produk pangan berbahaya dan dapat merugikan konsumen.
5. Mengingat tingginya kepentingan umat Islam dalam mengkonsumsi
produk halal, maka sudah sewajarnya semua produk yang beredar di
masyarakat memiliki status kehalalan yang jelas. Oleh karena itu, sudah
semestinya pelaksanaan sertifikasi halal yang saat ini bersifat sukarela
(voluntary) harus menjadi suatu kewajiban (mandatory). Maka, perlu
dibentuk undang-undang atau peraturan yang pelaksanaannya bisa
menjamin kehalalan suatu produk makanan atau minuman.
6. Masyarakat luas harus berhati-hati dalam memilih produk makanan atau
minuman yang akan dikonsumsi agar terhindar dari bahaya produk-produk
tersebut.
C. Penutup
Puji syukur kehadirat Allah dzat Yang Maha Benar, hanya karena
hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
persyaratan memperoleh gelar sarjana dalam bidang hukum Islam. Namun
harap untuk bisa dimaklumi bahwa “Tiada Gading yang Tak Retak” bahwa
setiap insan mempunyai kekurangan karena hanya Tuhan Yang Maha
Sempurna.
Apalagi penulis skripsi ini yang sarat dengan kelemahan,
ketidakmampuan dan kekurangan yang tak mungkin untuk ditutup-tutupi.
Selanjutnya hanya kepada Engkaulah “Ya… Allah” penulis bertawakal dan
berdo’a dengan penuh harap semoga apa yang tertulis dalam karya ilmiah ini
bermanfaat bagi penulis (atas studinya) dan kepada siapa saja (sebagai amal
shaleh). Semoga skripsi ini dapat menjadi inspirasi, menambah hasanah
keislaman bagi kita semua. Amin.
Akhirnya hanya kritik yang konstruktif dari pembaca yang
selanjutnya penulis harapkan agar dapat mengoreksi dalam langkah menuju
masa depan keilmuan yang lebih matang. Ucapan terima kasih penulis
ucapkan kepada siapa pun yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini
terutam kepada bapak dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat, hidayah, taufiq dan inayah-Nya kepada kita semua.
Amin Ya Rabbal ’alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, M. Kwartono, Analisis Usaha Kecil dan Menengah, Yogyakarta: CV. Andi
Offset, 2007.
Ahyari, Agus, Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi Buku I,
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1992.
Al-Asyhar, Thobieb, Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmani dan
Kesucian Rohani, Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2002.
Al-Bukhari Al-Ja’fi, Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail Ibn Ibrahim
bin Al-Mughirah bin Baradzabah, Shahih Bukhari, Beirut: Darul Kutub
Al-Ilmiyyah, Juz III, 1992.
Al-Ghazali, Al-Imam Abi Hamid Muhammad bin Muhammad, Ihya ’Ulumuddin,
Jilid II, Beirut: Darul Fikr, Cet. ke-1, 1989.
Al-Ghazali, Mukhtashar Ihya ‘Ulumuddin, terj. Irwan Kurniawan, Mutiara Ihya
‘Ulumuddin, Bandung: Mizan, Cet. ke-1, 2008.
_______, Ihya ’Ulumuddin, terj. Purwanto, Ihya ‘Ulumuddin, Buku Keempat:
Adab Makan, Nikah, Mencari Nafkah, Berdagang, Halal-Haram, Kasih
Sayang dan Persaudaraan, Bandung: Penerbit Marja’, Cet. ke-1, 2004.
_______, Halal Haram dan Syubhat terj. Abdulhamid Zahwan, Solo: CV. Pustaka
Mantiq, 1995.
Al-Mubarakfuri, Al-Imam Al-Hafidz Abi Al-‘Ula Muhammad Abdurrahman Ibn
Abdurrahim, Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jami’ At-Turmudzi, Juz VII,
Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 1990.
Al-Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Departemen Agama RI., 1993.
Amin, M. Rusli, Waspadai Makanan Haram di Sekitar Kita, Panduan Meraih
Hidup Sehat, Berkah dan Selamat, Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004.
An-Naisaburi, Al-Imam Abi Al-Hussain Muslim bin Al-Hajjaj Al-Qusyairi,
Shahih Muslim, Juz II, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 1992.
An-Nasai, Al-Imam Abi Abdirrahman Ahmad bin Syu’aib, As-Sunan Al-Kubra,
Juz III, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, 1991.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2002.
Ar Rasyid, Abdurrahman, Halal Haram Menurut Al-Qur’an dan Hadist, Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2006.
Ash-Shan’any, Al-Imam Muhammad bin Ismail Al-Amir Al-Yamany, Subulus
Salam Syarhu Bulughul Maram Min Jam’i Adillati Al-Ahkam, Juz IV,
Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, Cet. ke-I, 1988.
Azwar, Saifudin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. ke-1,
1998.
Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003a, Modul Pelatihan
Auditor Internal Halal, Jakarta: Departemen Agama RI.
_______, 2003b, Panduan Sertifikasi Halal, Jakarta: Departemen Agama RI.
_______, 2003c, Tanya Jawab Seputar Produk Halal, Jakarta: Departemen
Agama RI.
_______, 2003d, Petunjuk Teknis Pedoman Sistim Produksi Halal, Jakarta:
Departemen Agama RI.
Bakry, Nazar, Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. ke-
4, 2003.
Bisri, Cik Hasan, (ed.), Hukum Islam dalam Tatanan Masyarakat Indonesia,
Jakarta: Logos, Cet. ke-1, 1998.
Dahlan, Abdul Azis, et. al., Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru van
Hoeve, Cet. ke-1, 1996.
Daly, Peunoh dan Quraisy Syihab (eds.), Ushul Fiqh II, Jakarta: Departemen
Agama,1986.
Data Industri Makanan dan Minuman Kota Semarang, Agustus 2009, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Pemerintah Kota Semarang, tanggal 27
Agustus 2009.
Data Perusahaan Sertifikasi Halal MUI Provinsi Jawa Tengah, tanggal 24
Agustus 2009.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan, brosur Potensi Industri Kota Semarang
Semester I Tahun 2007, Pemerintah Kota Semarang.
Effendy, Mochtar, Ensiklopedi Agama dan Filsafat, Jakarta: Universitas
Sriwijaya, 2001.
Fatah, Rohadi Abdul, Analisis Fatwa Keagamaan Dalam Fiqih Islam, Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2006.
Hasil Pengamatan produk makanan dan minuman pada salah satu swalayan di Jl.
Soegyopranoto Semarang pada tanggal 11 Januari 2010.
Hasil Wawancara dengan DR. Zuhad, MA., selaku Anggota Komisi Fatwa MUI
Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 8 Maret 2010.
Hasil Wawancara dengan H. Sukirman, selaku Kepala Sekretariat LPPOM MUI
Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 15 Januari 2010.
Hasil Wawancara dengan para produsen makanan dan minuman (Industri Kecil
dan Menengah/IKM) di Kota Semarang tanggal 4, 5, 6, Januari 2010,
tanggal 20, 27, 28, Februari 2010, dan tanggal 1, 20 Maret 2010.
Hassan, Ahmad Y. dan Donald R. Hill, Islamic Technology: An Illustrated
History, terj. Yuliani Liputo, Teknologi dalam Sejarah Islam, Bandung:
Mizan, Cet. ke-1, 1993.
Himpunan Keputusan Musyawarah Daerah VII Majelis Ulama Indonesia Propinsi
Jawa Tengah, Semarang: Majelis Ulama Indonesia, 2006.
http://ciptakarya.pu.go.id/profil/barat/jateng/semarang.pdf., Profil Kabupaten/
Kota Semarang Jawa Tengah, dikutip tanggal 4 November 2009.
http://www.kursustristar.com/info-bahan-tambahan-pangan-food-additive-yang-
diperbolehkan-dep-kes/, Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
722/MenKes/Per/IX/88 tanggal 20 September 1988 tentang Bahan
Tambahan Pangan, dikutip tanggal 6 Februari 2010.
Ibn Majah, Al-Hafidz Abi Abdillah Muhammad bin Yazid Al-Qazwini, Sunnah
Ibnu Majah, Juz II, Beirut: Darul Fikr, tt.
Ibn Qudamah Al-Maqdisy, Al-Imam Asy-Syaikh Ahmad bin Abdurrahman,
Mukhtashar Minhajul Qashidin, Beirut: Maktabah Darul Bayan, 1978.
_______, Mukhtashar Minhajul Qashidin, terj. Katur Suhardi, Minhajul Qashidin
Jalan Orang-orang yang mendapat Petunjuk, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
Cet. ke-1, 2006.
Ibn Saurah, Abi Isa Muhammad bin ’Isa, Al-Jami’ As-Shahih wa Huwa Sunan At-
Tirmidzi, Juz III, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah, tt.
Ibn Umar Al-Ahdal, Syeikh Abu Bakar bin Abil Qasim bin Ahmad bin
Muhammad bin Abi Bakar bin Muhammad bin Sulaiman bin Abil Qasim,
Al-Faraidul Bahiyyah, terj. Moh. Adib Bisri, Terjemah Al-Faraidul
Bahiyyah, Kudus: Menara Kudus, 1998.
Imaniyati, Neni Sri, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam dalam Perkembangan,
Bandung: Mandar Maju, Cet. ke-1, 2002.
James, Kenneth, Aspek-aspek Finansial Usaha Kecil dan Menengah, Jakarta:
LP3ES, 1992.
Jurnal Media Hukum, Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, Vol. 14 No. 1, 2007.
Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika, Panduan Umum
Sistem Jaminan Halal LP POM MUI, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia,
2008.
Moloeng, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Remaja
Rosdakarya, 2000.
Munawar, Ahmad Warson, Al-Munawwir, Kamus Arab-Indonesia, 1984.
Mutahar, Ali, Kamus Mashur, Kamus Arab Indonesia, Jakarta: Hikmah, Cet. ke-1,
2005.
Nawawi, Hadari dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 1996.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 86/Men.Kes/Per/IV/1977 tentang Minuman
Keras.
Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.
Proyek Pembinaan Pangan Halal Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji,
Pedoman Fatwa Produk Halal, Derpartemen Agama RI., 2003.
Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/ IAIN, Ilmu
Fiqh, Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam,
1983.
Qardhawi, Yusuf, Al Halal wal Haram fil Islam terj. Wahid Ahmadi, et al., Halal
Haram dalam Islam, Solo: Era Intermedia, 2000.
_______, Fatwa Antara Ketelitian dan Kecerobohan, Jakarta: Gema Insani Press,
Cet. ke-1, 1997.
_______, Halal dan Haram dalam Islam, 1993a, Jakarta: PT. Bina Ilmu.
_______, 1993b, Al Halal Wal Haram Fil Islam terj. Mu’ammal Hamidy, Halal
dan Haram dalam Islam, Jakarta: PT. Bina Ilmu.
Rusli, Nasrun, Konsep Ijtihad Al-Syaukani, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, Cet.
ke-1, 1999.
Sahabudin, et. al., Ensiklopedia Al-Quran: Kajian Kosakata, Jakarta: Lentera
Hati, 2007.
Sam, Ichwan, et al., Ijma’ Ulama Keputusan Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa Se-
Indonesia III Tahun 2009, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, Cet. ke-1,
2009.
Shaleh, Qamaruddin, et al., AYATUL AHKAM Ayat-ayat Larangan dan Perintah
dalam Al-Quran Pedoman Menuju Akhlak Muslim, Bandung: CV. Penerbit
Diponegoro, 2004.
Subagyo, P. Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT.
Rineka Cipta, Cet. ke-4, 2004.
Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Sumarsono, Sonny, Metode Riset Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2004.
Syadzali, Munawir, Ijtihad Kemanusiaan, Jakarta: Paramadina, Cet. ke-1, 1997.
Syah, Ismail Muhammad, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1999.
Sya’rawi, Muhammad Mutawalli, Al-Halal wal Haram, terj. Amir Hamzah
Fachrudin, Halal dan Haram, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Cet. ke-1,
1994.
Unaradjan, Dolet, Pengantar Metode Penelitian Ilmu Soaial, Jakarta: PT.
Grasindo, 2000.
Undang-undang RI. No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Undang-undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan.
Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 yang sudah diamandemen.
Wie, Thee Kian, Industrialisasi di Indonesia Beberapa Kajian, Jakarta: LP3ES,
Cet. ke-1, 1994.
Wijaya, Gunawan dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen,
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Cet. ke-3, 2000.
Yaqub, Ali Mustafa, Kriteria Halal-Haram untuk Pangan, Obat dan Kosmetika
Menurut Al-Quran dan Hadist, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, Cet. ke-1,
2009.
Zahrah, Muhammad Abu, Ushul Al-Fiqh, terj. Saefullah Ma’sum, et. al., Ushul
Fiqh, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, Cet. ke-3, 1995.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Muhammad Kholiq
NIM : 2104020
Fakultas : Syari'ah
Jurusan : Muamalah
Tempat/ Tanggal Lahir : Boyolali, 15 April 1985
Alamat : Duwet RT 18 RW VIII Kec. Andong Kab. Boyolali
Pendidikan : 1. MI Duwet Andong Boyolali lulus tahun 1998
2. MTs Negeri Andong Boyolali lulus tahun 2001
3. SMA Negeri 1 Andong Boyolali lulus tahun 2004
4. Mahasiswa Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo
Semarang angkatan 2004
Demikian riwayat hidup penulis, yang dibuat dengan sebenar-benarnya.
Penulis,
Muhammad Kholiq
NIM. 2104020
DAFTAR PERUSAHAAN YANG SUDAH DAPAT SERTIFIKAT HALAL DARI MUI JAWA TENGAH
N0 REGISTER NAMA PERUSAHAAN JENIS PRODUK MERK PRODUK MASA AKHIR
1 MUI-JTG.001.10.03 UD. DAUN WARU Ds. Ngemplak, Pati
TEPUNG TAPIOKA Daun Waru 26 Oktober 2005
2 MUI-JTG.002.02.04 UD. SAWUNG POTONG Mijen Semarang
AYAM POTONG Sawung Potong 20 Februarui 2006
3 MUI-JTG.003.04.04 PT. KIMIA FARMA Jl. Simongan 169 Smg
MINYAK GORENG RBD FB 555 27 April 2006
4 MUI-JTG.004.04.04 UD. DWISATA Jl. Kaligarang 1082 Smg
AYAM POTONG Dwisata 27 April 2006
5 MUI-JTG.005.04.04 PT. KOPI LUWAK Jl. MT Haryono No. 1010 Smg
KOPI Kopi Luwak 27 April 2006
6 MUI-JTG.006.04.04 PT. TIRTA ALAM TUNGGONG Jl. Karang Pelem Kedawung, Sragen
AMDK Royan 27 April 2006
7 MUI-JTG.007.04.04 PT SETIA WIJAYA BHAKTI SANTOSO Jl. Prof. Moh. Yamin, slawi, tegal
AMDK Adi 27 April 2006
8 MUI-JTG.008.04.04 PT. INDOTIRTA JAYA ABADI Jl. Majapahit No. 765 Smg
AMDK & TEH Aguaria, Sega, Indoteh 27 April 2006
9 MUI-JTG.009.05.04 ABON ABADI (ABON SS) Jl. Blotongan 123 Salatiga
ABON Abon SS, Wayang, Inti Rasa, Nuri 27 Mei 2006
10 MUI-JTG.010.05.04 ABON ABADI (ABON SS) Jl. Blotongan 123 Salatiga
ABON Abon Ayam “SS” 27 Mei 2006
11 MUI-JTG.011.07.04 PT. SINAR BAHARI AGUNG Jl. Raya Kendal-Batang KM 12 Kdl
TEPUNG IKAN Surimi 29 Juli 2006
12 MUI-JTG.012.07.04 UD. ADIKA PUTRA PERDANA Ds. Sidomukti,Margoyoso, Pati
TEPUNG TAPIOKA Bunga Tanjung, Liberty, Siwalan 29 Juli 2006
13 MUI-JTG.013.07.04 CV. TEH SEPEDA BALAP Jl. Patriot, Sekrading, Pekalongan
TEH Eka Sari, Speda Balap Ijo, Speda Balap Biru
29 Juli 2006
14 MUI-JTG.014.07.04 ABON “TIGA DUA” Kalitengah,Kaligentong, Boyolali
ABON Elang Super, Dewi, Reco, Tiga Bola, Handayani
29 Juli 2006
15 MUI-JTG.015.07.04 CV. MEGAH INDO PRATAMA Dagen, Jaten, Kab. Karang anyar, Solo
KECAP Permata 29 Juli 2006
16 MUI-JTG.013.07.04 PT. INDOMINA CIPTA AGUNG Jl. Tugu Industri I No. 1 Smg
BAKSO IKAN Bakso Putih, Goreng, Isi Jamur, Rebus, Batang Panjang
29 Juli 2006
17 MUI-JTG.02001004 CV. BAROKAH JAYA Jl. Kinibalu Barat, Smg
AYAM POTONG CV. Barokah Jaya 21 Oktober 2006
18 1502200305 PT. BINA MENTARI TUNGGAL Kec. Tingkir, Salatiga
RPH (SAPI) Kibif 07 Maret 2007
19 1501230305 ABON JUARA Jl. Sudirman 339 Salatiga
ABON Juara, Gloria, Sari Echo 07 Maret 2007
20 1517240305 PT. TUNAS INTIBHAKTI MAKMUR Jl. Sumber Mas Timur At-9/III
BLEACHING EARTH
Kelapa Hibrida 07 Maret 2007
21 1517250305 PANGUYUBAN SUMBER MANIS Ds. Sidomukti, Margoyoso, Pati
TEPUNG TAPIOKA Panguyuban Sumber Manis 07 Maret 2007
22 1511260305 CV. SUMBER MANIS HARAPAN JAYA Jl. Raya Pati-Tayu, Pati
GLOUSE Glouse 07 Maret 2007
23 1501270305 DIAMOND Margoyoso, Pati
ABON Diamond 07 Maret 2007
24 1512290305 CV. THE SEPEDA BALAP Jl. Patriot, Sekrading, Pekalongan
TEH Ekasari 02 april 2007
25 1517300405 PT. PURA BARUTAMA Jl. AKBP Agil Kusumadya, Kudus
TINTA Seika 02 April 2007
26 1517310305 PT. MITRA ALVASTAR BUANA Jl. Raya Pati-Tayu kM 14 Pati
TEPUNG TAPIOKA (MODIFIKASI)
Alvastar 02 April 2007
27 1517320305 UD. RODA TERBANG Jl. Raya Pati-Tayu Km 15 Pati
TEPUNG TAPIOKA Gunung Mas, Putri, Singkong Mas 02 april 2007
28 1517330605 CV. HARAPAN Jl. Tugurejo rt 02/III Tugu, Smg
TINTA SIDIK JARI Tinta Sidik Jari Type 00001 11 Juni 2007
29 1512340605 PDAM MAGELANG Jl. Letnan Tukiyat 2 Mungkid Mgl
AMDK Makhoa 11 Juni 2007
30 1517350605 PT MEGA TRI UTAMA Jl. Candi XVI blok 17 no. 15 Smg
TEPUNG JAGUNG Mesh 8, Mesh 16, Mesh 26, Mesh 60
11 Juni 2007
31 1517360605 PT MEGA TRI UTAMA Jl. Candi XVI blok 17 no. 15 Smg
TEPUNG TAPIOKA (MODIFIKASI)
Tepung Tapioka Utama 11 Juni 2007
32 1508370605 PT. KIMIA FARMA JL. Simongan 169 Smg
MINYAK GORENG RBD Coconut Oil, RBD SB RBD PN & RBD PO
11 Juni 2007
33
1508370605
PT. KIMIA FARMA JL. Simongan 169 Smg
MINYAK GORENG
RBD MVO, RBD SPC
11 Juni 2007
34 1502390705 UD TUHU BAROKAH Ds. Krajan Kel. Jatisari Mijen, Smg
RPA Ayam Potong 26 Juli 2007
35 1511450705 PT. INTI MAS Jl. Tentara Pelajar Smg
SODIUM CYCLAMATE
Tiga T 26 Juli 2007
36 1502020806 UD. SAWUNG POTONG Ds. Setumbu Rt 03 / 02 Mijen, Smg
RPA Sawung Potong 10 Agustus 2007
37 1502040806 UD DWISATA Jl. Bendungan Kaligarang 1082 Smg
RPA Dwisata 10 Agustus 2007
38 1506470806 BLEKOK Jl. Jendral Ahmad Yani 95 Cilacap
KECAP Blekok, Kepodang 10 Agustus 2007
39 1502480806 RPH UPTD KOTA SALATIGA Jl. Imam Bonjol 111 A Salatiga
RPH Daging Sapi, Kambing, & Domba 10 Agustus 2007
40 1501510806 ABON H. SURYA JL. S. Parman No. 80 Banjarnegara
ABON Abon H. Surya 10 Agustus 2007
41 1508520806 VICIO Kel. Kutabanajar rt 04/01 Banjarnegara
MINUMAN KESEHATAN
Vicio 10 Agustus 2007
42 1510530806 BARA FOOD Jl. Al Munawarah, Kutabanjar, Banjarnegara
KERUPUK KENTANG
La Rizo 10 Agustus 2007
43 1512540806 CV. Teh Sepeda Balap Jl. Patriot, Sekrading, Pekalongan
TEH Teh Celup dan Teh Seduh Bedjuwit
29 AGUSTUS 2008
44 1512550806 CV. Teh Sepeda Balap Jl. Patriot, Sekrading, Pekalongan
KOPI Ekasari 29 Agustus 2008
46 1510570806 CV. AROMATIC Jl. Abdurrahman Saleh No. 24 Smg
SELAI BUAH Aroma Rasa 29 Agustus 2008
47 1505580806 CV. SARI INDO PRIMA Jl. Taman Telaga Bodas 10 Smg
SUSU BUBUK Indo Prima 350 gr Indo Prima 700 gr
29 Agustus 2008
48 1512040806 PT. JAVA PRIMA ABADI Jl. Tentara Pelajar Smg
KOPI Kopi Luwak, kopi Luwak 3 in 1, Kopi Luwak Kopi Susu, Kopi Luwak+Gula
29 Agustus 2008
49 1512591206 ES Q Jl. Gombel Permai XIV / 458 B
ES BATU Es Q 10 Desember 2008
50 1517121206 UD ADIKA PUTRA PERDANA TEPUNG TAPIOKA Bunga Tanjung, Liberty, Siwalan 12 Desember 2008
Ds. Sidomukti, Margoyoso, Pati
51 1517601206 UD LIMA DELAPAN Ds. Ngemplak Kidul 01/02 Margoyoso, Pati
TEPUNG TAPIOKA “88”(delapan-delapan) 12 desember 2008
52 1503611206 CV. KARYA MINA PUTRA DK.Matalan, Ds. Purworejo. Kaliori
IKAN BELU IKAN KERING
Ikan Belu Ikan Kering
12 Desember 2008
53 1506621206 UD SUKA MAJU Ds. Purworejo. Kaliori, Rembang
GARAM Segi Tiga SM, Ratu Goyang, SM,Arung Segoro
12 Desember 2008
54 1503631206 PT. WINDIKA UTAMA Jl. Diponegoro No. 24 Smg
DAGING RAJUNGAN
Jumbo Colossal, Jumbo Lump, Petite Jumbo, Super Lump, Beckfin, Special, Claw Meat
14 Desember 2008
55 15 01 09 02 07 ABON ABADI (ABON SS) Jl. Blotongan 123 Salatiga
ABON SAPI, AYAM DAN DENDENG
Abadi, Rama, Ikan Mas, Wayang, Inti Rasa, Panen, Gembala Sapi, Mliwis, Nuri colibri, SS, dan Lumba-2
07 Februari 2009
56 15 01 10 02 07 ABON ABADI (ABON SS) Jl. Blotongan 123 Salatiga
ABON Abon Ayam “SS” 07 Februari 2009
57 15 01 64 02 07 ABON ABADI (ABON SS) Jl. Blotongan 123 Salatiga
ABON SAPI, AYAM DAN DENDENG
Corona 07 Februari 2009
58 15 01 65 02 07 ABON DAN DENDENG SAPI Jl. Pasar Ampel, Boyolali
ABON DAN DENDENG
Angsa, Sapi, Sapi Asri dan Merpati 07 Februari 2009
59 15 10 66 02 07 MIRASA FOOD INDUSTRI Jl. Munggur 2 Ambartawang, Mungkid, Magelang.
KRIPIK SINGKONG
Kripik Asin Standar, Jumbo, Mr Pho, Ping Ping, Maksi, Moksi, Nick, Snack, Deli Tos, getto, Tripika Balado, Stikmas, Cassava Chips Pedas (CCP), Cassavca Chips Asin (CCA), Kripsi, TAJ Brand Cassava Chiops Salted/Unsalted/ ChilliLemon, Fried Cassava, Chip’s
07 Februari 2009
60 15 10 67 02 07 SWISS BACERY Jl. Perintis Kemerdekaan Gg. Kr. Anyar 14 Banyumanik Smg
ROTI BASAH Swiss Bacery, Super Swiss, Swiss House
07 Februari 2009
61
15 14 68 02 07
INDO CHEM SEMESTA Jl. Industi XI/ 517 Muktiharjo Lor Semarang
BAHAN
PEMBERSIH
QS 100, PAA 50, CS 100, Conlub SF, Acid 500, CAC 100, BWA 100
07 Februari 2009
62 15 02 69 02 07 NURCHAYATI Jl. Pulutan Rt 02 Rw V Kel. Pulutan Kec. Sidorejo Salatiga
RPA Ayam Potong 07 Februari 2009
63 15 02 70 02 07 DWI SUSWONO JL. Tetep Rt 13 Rw III Kel. Randuacir Kec. Argomulyo, Salatiga
RPA Ayam Potong 07 Februari 2009
64 15 02 71 02 07 UMI CHAYATUN Jl. Ngentak II Rt 15 Rw V Kec. Tingkir Salatiga
RPA Ayam Potong 07 Februari 2009
65 15 10 72 03 07 “GITA” SNACK Jl. Slamet Riyadi 308 Makam Haji, Kartosuro 57161
MAKANAN RINGAN (SNACK)
Sumpia Pedas, Udang, Ayam/ Pangsit Ayam, Pastel Udang, Kacang Medan Telor Gabus Merah/ Balado, Gabus Putih, Krupuk Keju, Kacang Bandung, Sukro Pedas/ Kacang Atom Pedas, Cookies/ Natar Hati, Wafer Coklat, Padan, Kacang Arben, Jeruk Marie Biscuit, King Coklat Cream,Egg Rol Pandan, Rol Coklat dan Egg Rol isi Coklat, Ab0n Sapi, Manisan, Buah, Srundeng, Emping Pedas.
20 Maret 2009
66 1517300307 PT. PURA BARUTAMA Jl. Lingkar Selatan Kudus-Jepara
TINTA Seika Printing Ink 20 Maret 2009
67 1503110307 PT. SINAR BAHARI AGUNG JL. Raya Kendal – Batang Km 12 Kendal
IKAN LAUT OLAHAN
Surimi 20 Maret 2009
68 1509730307 PD. MUJUR JAYA Jl. Raya Desa Mujur – Kroyo Cilacap
SOHUN (MIE PUTIH)
Gelang Indah Menara Televisi dan Semut
20 Maret 2009
69 1510740307 PT. SENTOSA ESA SWADAYA Jl. Raya Bumiayu–Purwokerto
FROZEN FOOD/ MAKANAN BEKU
Naget Jamur, Portabella Strip 20 Maret 2009
Kec. Paguyangan, Kab, Brebes
70 1506150704 CV. MEGAH INDO PRATAMA Dagen, Jaten, Kab. Karanganyar, Solo
KECAP Permata 20 Maret 2009
71 15 06 76 03 07 PT. LOMBO GANDARIA Jl. Raya Jaten, Km 7, Karanganyar, Surakarta
CUKA Lombok Gandaria 20 Maret 2009
72 15 06 75 03 07 PT. LOMBO GANDARIA Jl. Raya Jaten, Km 7, Karanganyar, Surakarta
KECAP Lombok Gandaria, Semar,Bagong dan Sk
20 Maret 2009
73
15 12 77 03 07
PT. LOMBO GANDARIA Jl. Raya Jaten, Km 7, Karanganyar, Surakarta
SYIRUP
Syirup Lombok Gandaria Rasa Orage, lemon, Nanas, Melon, Blewah, Frambosan, Cocopandan, Stawbery
20 Maret 2009
74 15 12 80 03 07 PT. LOMBOK GANDARIA Jl. Raya Jaten, Km 7, Karanganyar, Surakarta
SAOS DAN SAMBAL Cap Bagong, Lombok Gandaria 20 Maret 2009
75 15 17 31 03 05 PT. MITRA AL VASTAR BUANA. Jl. Raya Pati-Tayu Km 14 Pati
TEPUNG TAPIOKA MODIPIKASI
Alvastar 20 April 2009
76 15 17 32 03 05 UD. RODA TERBANG Jl. Raya Pati-Tayu Km 15 Pati Margoyoso
TEPUNG TAPIOKA Gunung Mas, Gunung Putri, Singkong Mas
20 April 2009
77 15 11 26 03 05 CV. SUMBER MANIS HARAPAN JAYA Jl. Raya pati-tayu, 16 pati
BULA CAIR Glukose 20 April 2009
78 15 17 25 03 05 CV. SUMBER MANIS HARAPAN JAYA Jl. Raya Pati-Tayu, 16 pati
TEPUNG TAPIOKA Tepung Tapioka 20 April 2009
79 15 15 80 04 07 PT. KIMIA FARMA Jl. Simongan 169 Smg
BEDAK
Marcks Bedak Putih, Rose Crème, Marks Venus Loose Powder Ivory Natural Beinge, Invivisible dan Solicy
20 April 2009
80 15 12 83 03 07 PT. PANCASAN TIRTA ALAMI Jl. Raya Pancasan 39 Ajibarang Purwekerto
AMDK Aeroz 20 April 2009
81 15 12 90 06 07 PT. ARYA KUSUMA PERSADA Jl. Kol. H. Waristo Sugiarto Km 11 SMG
AMDK Apon 10 Juni 2009
82 15 02 81 06 07 MARDIYAH Jl. Tlogosari Wetan Rt 11 / 11 SMG
RUMAH POTONG AYAM (RPA)
Ayam Potonhg 20 Juni 2009
83 15 12 82 06 07 KBM WBU Perum Perhutani Unit 1 Jateng Jl. KH. Achmad Dahlan No.454 Semarang
MADU Wana Java Up3 Regaloh 20 Juni 2009
84
15 12 80 04 04
PT. INDDOTIRTA JAYA ABADI Jl. Majapahit No. 765 Semarang
AMDK & TEH
Aguaria, Sega, Ikhlas, Mc D, Es Teller, Indoteh Fruit Rasa Apel, Jambu Biji, Lemon, Blimbing.
16 JULI 2009
85 15 12 91 07 07 PT. TIRTA MAS MEGAH Jl. Lingkar Selatan Kudus – Jepara
AMDK Total, Atlantik, Class, Zangrandi 16 Juli 2009
86 15 08 37 06 05 PT. KIMIA FARMA Jl. Simongan 169 Smg
MINYAK GORENG (MINYAK NABATI)
RBD Coconut Oil, RBD Soybean Oil, RBD Peanut Oil, RBD palm Oil, RBD MVO III, RBHD FB 555, RBD SPC
16 Juli 2009
87 15 03 93 07 07 BANDENG PRESTASI Jl. Ciliwung IX/8 Smg
BANDENG DAN AYAM PRESTO
Bandeng dan Ayam Presto Prestasi 16 Juli 2009
88 15 06 93 07 07 PERUSAHAAN KECAP KENTJANA Jl. HM Sarbini No. 88 C Kebumen
KECAP Kentjana 16 Juli 2009
89 15 01 95 07 07 MANDIRI Jl.Raya Dieng Km 4 Wonosobo
MINUMAN DAN KRIPIK
Mandiri 25 Agustus 2009
90 15 12 96 07 07 YUASA FOOD BERKAH MAKMUR Jl.Raya Dieng Km3,5 Wonosobo
MINUMAN BUAH Carica,Salak In Syrup
25 Agustus2009
91 15 01 98 07 07 ANNISA Jl.Manggisan Indah L-2 Wonosobo
KRIPIK KENTANG Nida 25Agustus 2009
92 15 10 99 07 07 UD. SEKAR Jl. JaraksariNo.179 Wonosobo
SELAI PISANG Sekar 25 Agustus 2009
93 15 01 100 08 07 PT. WIDYA PRASUTI Jl. Karangrejo Raya No. 54B Banyumanik Semarang
SOSI,BAKSO SAPI/AYAM
Nandisari 25 Agustus 2009
94 15 11 101 08 07 PT.MUBAROK FOOD CIPTA DELICIA Jl.Sunan Muria No. 33 Kudus
JENANG
Mabrur, Mabrur Ideal, Mabrur Haji Stt; Cokalt, Kombinasi, Melon, Prima Kombina si Viva; Spesial, ElegantTiga Kali Tiga Mubarok; Besar, Kecil Exslusive, Spesial,Kombinasi, Lebaran, Durian, Susu, Pandan, Mossa,Stobery, Capocino, Graffe/Anggur, Taples Wafer
25 Agustus 2009
95
15 10 102 08 07
“GITA”, SNACK Jl.Slamet Riyadi 308 MakamHaji, Kartosura 57161
MAKANAN RINGAN (SNACK)
Stick Balado, Snack Ring, Snack Ball, Stick Pandan, Potato Rol Balado, Potato Rol Barbeque, Ring Barbeque, Stick Barbeque Stick Coklat, Pilo Coklat, Cheesco, Pilo keju, Pilus Austtralia Rasa Barbeque, Pilus Australia Rasa Balado, Kentang Keju, Kentang Bumbu,Kentang Keriting keju, Kentang keriting Bumbu, Singkong Bakar Balado, Singkong Bakar Jagung, Cumi, Cumi, Keciput Panjuang, Keciput Bulat, Keciput Ring, Emping Singkong PDS, Intip Manis, Intip Asin, Sempe Rasa Pandan, Sempe Rasa Durian, Sempe Rasa Pisang, Sempe Rasa Kopi Mocca, Sempe Rasa Strobery,.
25 Agustus 2009
96 15 11 103 09 07 ADA RASA Jl.Kumpul Rejo No. 29 Salatiga
GULA JAWA Gula Jawa Plm Sugar 5 September 2009
97 15 01 104 09 07 PERUSHAAN DENDENG SAPI SUKASARI Jl. Sukarno Hata Km 3 Sidoharjo Salatiga
DENDENG SAPI
Dendeng Sapi Sukasari 5 September 2009
98 15 01 105 09 07 ABON LUMAYAN Jl. Banyu Putih, Salatiga
ABON Lumayan, Mulia, Lancar, Manalagi, Sae, Podo-podo, Sapiku
5 September 2009
99 15 01 106 09 07 SUKSES MANDIRI Jl. Imam Bonjol Km 2, Salatiga
ABON
Dua Ayam, Mahkota, Arwana,Tiga Putri, Monas, Piala, Echo, Mawar, Merpati, Cendrawasih, Champion,
Marlin, Berlian, Lucky, SM
5 September 2009
100 15 01 23 03 05 ABON JUARA Jl. Sudirman 339 Salatiga
ABON
Juara Prima, Gloria, Sari Echo Inti Sari, Pasti Merah, Victoria, Indomaret, Super Hemat, Kerang Biru, Value Plus, CF
5 September 2009
101 15 11 107 09 07 ENTING-ENTING GEPUK CAP KLENTENG DAN 2 HOLO Jl. Kaliyamat 23 A Salatiga
ENTING-ENTNG Cap Klenteng, 2 Holo 5 September 2009
102 15 11 23406 05 PDAM MAGELANG Jl. Letnan Tukiyad 2 Mungkid, Magelang
AMDK Makhoa 12 Sepember 2009
103 1510108907 PT. CANDRABUANA SURYASEMESTA Jl,Tapak N.1 A Semarang
ROTI & SNACK Buana Bakery 30 September 2009
104 15011090907 PO. RAMBUTAN Jl. Karangrejo No. 2 Salatiga
KERIPIK PARU DAN ABON
Rambutan 30 September 2009
105 15011100907 NOVA FOOD Jl. Abiyoso No. 8 Salatiga
DENDENG DAN ABON
Super, Aroma 30 September 2009
106 15011110907 KEONG MAS ECO Jl. Hasanudin No. 136 Salatiga
KERIPIK PARU Eco 30 September 2009
107 15011120907 MERAK Jl. Merak No. 60 Salatiga
KERIPIK PARU DAN ABON
Merak 30 September 2009
108 15011130907 UD GELATIK Jl. Lagenrejo No 36 Salatiga
DENDENG DAN ABON
Gelatik Guci Mas 30 September 2009
109 15061140907 ENGGAL JAYA Jl. Balai Rejo I/ 7 Gundangan Salatiga
KECAP Piring Tomat, Mangkok, Samsa 30 September 2009
110 15121150907 CV. BERHASIL JAYA Jl, Sultan Agung No. 90 Pekalongan
KOPI Larisha 30 September 2009
111 15041310907 TAHU BANDUNGAN BARU SERASI Dsn. Golak RT. 01 RW 07 Bandungan Semarang 0298712155
TAHU DAN SUSU KEDELAI
Tahu dan Susu Kedelai September 2009
112 15041320907 PABRIK TAHU ASLI Dsn Karanglo RT 06 RW 01 Ds. Kenteng Bandungan Semarang
TAHU DAN SUSU KEDELAI
Tahu dan Susu Kedelai September 2009
113 15041330907 TAHU SERASI BANDUNGAN Tlogosari-Banyukuning-Jambu Bandungan Semarang
TAHU DAN SUSU KEDELAI
Tahu dan Susu Kedelai September 2009
114 15041340907 TAHU BANDUNGAN ASLI Tlogosari-Banyukuning-Jambu Bandungan Semarang
TAHU Tahu Bandungan Asli Sari Kedelai Bandungan Asli
September 2009
115 15041310907 TIGA DARA SIRUP Sirup Jambu Merah Tiga Dara September 2009
Candi Berlian V/17 Pasadena Semarang 024-7606844
Sirup Durian Tiga Dara
116
15121350907
BANDENG HJ DJUM ManggisVIII/47 Semarang (024 8315280)
BANDENG
Bandeng Duri Lunak
September 2009
117 15031360907 OLEH-OLEH MBAK YAH Dampit RT 03 RW 01 Mertoyudan Magelang Hp. 08157960566
SNACK Snack September 2009
118 15101370907 SAHABAT Ds. Dampit RT 04 RW 02 kec. Martoyudan Magelang (0293)326044
KRIPIK TEMPE DAN MAKANAN
RINGAN
Kripek Tempe dan Aneka Makanan Ringan
September 2009
119 15101380907 NAMMASHOKE Tuguran 1577 RT 04 RW 06 Potrobangsan Magelang Utara 56116 (0293367747
KRUPUK Krupuk September 2009
120 15101390907 KRUPUK RAMBAK Tuguran 138 RT 04 RW 06 Potrobangsan Magelang Utara 56116 (0293) 313827
KRUPUK Krupuk September 2009
121 15101400907 ROTI JAHE Teguran RT 02 RW 06 Potrobangsan Magelang Utara 56116 (0293) 367779
ROTI Roti September 2009
122 15101410907 BANDENG PRESTO Jl. Pereng Rejo No. 34 Salatiga Telp. (0298)327472
BANDENG PRESTO Bandeng Presto September 2009
123 15031420907 VITADELIN Jl. Pereng Rejo No. 533 Gendongan Sala Tiga (081326012773)
SUSU KEDELAI Susu Kedelai September 2009
124 15041430907 PO.RAMBUTAN Jl. Karangrejo 2 Sala Tiga Telp (0298)327234
KRIPIK PARU Kripik Paru September 2009
125 15021440907 23 LAPION Jl.Klipang Rejo I/V Salatiga Telp (0298)321283
ENTING-ENTING Makanan Kecil (Enting-enting) September 2009
126 15101450907 LANCAR JAYA Tangkisan, Kaligentong, Ampel Boyolali Telp. 8882571087
ABON SAPI Ayam Kampung, Louhan, SPT,
Nuri, Beruang Putih, Terompet,
Seruling, Penganten Bali, Piano,
September 2009
Abone, Nangka, Dua Kenari,
Yoa, Karapan Sapi, Manggis,
Mangga,Anggur Merah, Jambu,
Nikmat Rasa, Strabery,
Semangka, Kangguru, Dua Putri,
Abu Nawas, Super Hero.
127 15011460907 KECAP PENDOWO 5 Jl. Kampung Baris 388 Semarang
KECAP Kecap September 2009
128 15121480907 SUBUR BAROKAH Banoran Rt 2/ Rw 05 Sekarang Gunung Pati Telp. (024) 70120596
AIR MINUM Air Minum September 2009
129 15131490907
PETERNAKAN LEBAH UNGGUL LARAS Jl. Merpati No. 22 Tuntang Kab. Semarang 081325301465
MADU Madu Laras September 2009
130 15171500907 TEPUNG BERAS ARIFIN JAYA Jl. Sumbing 12 Pemalang Telp. 0284-323054
TEPUNG BERAS Tepung Beras September 2009
131 15041510907 SUSU SEGAR ASLI Jl. Ahmad Yani Gg Kepatihan Barat No 66 Pemalang 0284-325487
SUSU SAPI Susu Sapi Murni September 2009
132 15101520907 WFB Jl. Porong Gg Rahmat No. 76 Pemalang 081912836922
KERIPIK TEMPE Keripik Tempe September 2009
133 15101530907 ROTI KAMIR CAP MAWAR Jl. Semeru Gg. Masjid Nur Mulyoharjo Pemalang 0284-321579
ROTI KAMIR Roti Kamir September 2009
134 15131540907 JAHE INSTAN JAGUAR Jl.Kartini 410 Randu Dongkal Pemalang
JAHE INSTAN Jahe Instan September 2009
135 15031550907 BANDENG SANIYYA Purwosari III/8 Tambak Rejo Semarang 024-6583102
BANDENG PRESTO DAN OTAK-OTAK
BANDENG
Bandeng Presto dan Otak-otak Bandeng
September 2009
136 15101560907 PABRIK TEMPE BP. H. ABDULLAH Jl. Stasiun Jerakah Rt. 01/Rw.03 Semarang
TEMPE Tempe September 2009
024-70343739
137 15031570907 HANIFA PRESTO Jl. Stasiun Jerakah Rt. 01/Rw.03 Semarang 024-7607061
BANDENG PRESTO Bandeng Presto September 2009
138 15151580907 PABRIK TAHU BU SUHARNI S.Parman 98 Ungaran Semarang 024-6925996
TAHU Tahu September 2009
139 15101590907 SERASI BANDUNGAN Tlogosari Rt.04/Rw.04 Bayu Kuning Bandungan Semarang 081325940623
TAHU Tahu September 2009
140 15041600907 TAHU SERASI I Dsn Clowok Rt. 01 Rw.05 Kenteng Bandungan Semarang 024-70182988
TAHU DAN SUSU KEDELAI
Tahu dan Susu Kedelai September 2009
141 15121911007 AMDK VALENSIA TambakmasTimur B71 Semarang
AIR MINUM Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
Oktober 2009
142 15101621007 KRUPUK COR UDANGTAMBAK Tuguran 219 01/06 Potrobangsan Magelang (0293) 361484
KRUPUK Krupuk Oktober 2009
143 15101631007 KRUPUK “DINAR” Tuguran 219 RT 01/06 Potrobangsan Magelang (0293)363637
KRUPUK Krupuk Oktober 2009
144 15101641007 KRUPUK UDANG TELUR Tuguran 117RT 05/06 Potrobangsan Magelang
KRUPUK Krupuk Oktober 2009
145 15101651007 KRUPUK UDANG MEKAR Tuguran 230 RT 01/06 Potrobangsan Magelang (0293) 365172
KRUPUK Krupuk Oktober 2009
146 15101661007 KRUPUK SINAR JAYA Tuguran 217 RT 01/06 Potrobangsan Magelang (0293) 365172
KRUPUK Krupuk Oktober 2009
147 15101671007 KRUPUK UDANG SINAR Tuguran RT 05/06 Potrobangsan MagelangUtara (0293)312618
KRUPUK Krupuk Oktober 2009
148 15101681007 GETUK TRIO ANOMA Jl. Paten Tegal 1102A Mageang (0293)
GETUK Getuk Oktober 2009
363751
149 15101691007 GETUK ENAK Menowosari 34 Magelang (0293) 311048
GETUK Getuk Oktober 2009
150 15101701007 GETUK KONDANG Karang Lor 63 Magelang 81578960099
GETUK Getuk Oktober 2009
151 1502390705 UD TUHU BAROKAH Ds. Krajen Kel. Jatisari Mijen Semarang
RUMAH POTONG AYAM
RPA (Rumah Potong Ayam) 10 Desember 2009
152 15021661207 PERUSDA RPH KOTA SEMARANG Jl. Majapahit Km 11 Penggaron Kidul Pedurungan Semarang
RUMAH POTONG HEWAN
RPH Kota Semarang 10 Desember 2009
153 15031710108 UD MINA MAKMUR Jl. Purwosari IV/17 Tambakrejo Kalegawe Semarang
BANDENG PRESTO Bandeng Presto 30 Januari 2010
154 15041720108 TIGA DARA Jl. Candi Berlian V/17 Semarang
SIRUP Sirup Buah Merah, Sirup Bunga Rosela, Sirup Mahkota Dewa
30 Januari 2010
155 15121730108 KURNIAWAN SEJATI Jl. Potrosari Tengah No.8 Semarang
AIR MINUM Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)snw, Milan
30 Januari 2010
156 15101740108 ASIA PANGAN Jl. Semeru 40 Salatiga
ABON SAPI, AYAM DAN KRIPIK
Abon Sapi, Ayam dan Kripik Paru Cap Asia Pangan
30 Januari 2010
157 15101750108 PT. JITU SATTUNGGAL MAKMUR Jl. Nanggulan No. 50 Salatiga
ABON DAN DENDENG
Abon dan Dendeng Wahid, Supertop, Maju, Juwita, Lima Putri, Mayang Sari, Nyoto Eco
30 Januari 2010
158 15041760108 PT. SHANG JAYA FOOD Jl. Raya Kaligawe Km 5 No. 28 Semarang
KOPI SUSU
My cafee (bubuk 3in 1 ; Kopimix, Kopi Susu Moca) my caffee (Mixlate; Vanilla Mocca, Cafillate Vanila, Lover Mocca, Cafelate Kopi Gula2-Go, Cappucino)
30 Januari 2010
159 15101770108 PT. ADI BOGA CIPTA Dsn. Dadaan Ds Gedungan, Kec. Tuntang, Salatiga
BAKSO Bakso Sedap, Bakso Urat Sedap, Daging Kemas
30 Januari 2010
160 15101780308 P. BOGA MAKMUR GRACIA Jl. Anyar Duwet No.8 Ngaliyan Semarang
KRIPIK SINGKONG Umbis, Kripik Singkong 12 Maret 2010
161 15021731007 PT. PRIMAFOOD INTERNATIONAL Jl. Patimura Km. 1 Canden Kel. Kutowinangun Kec. Tingkir Salatiga
RUMAH POTONG HEWAN
Ayam Potong 1 Nopember 2009
162 15101721007 PT. WONDER BAKERY Jl. Semeru No. 11 Salatiga
ROTI Roti 1 Nopember 2009
163 15121711007 PT. SEMPURNA BOGA MAKMUR Kawasan Industri Blok C7-9 Candi Semarang
JELLY (SYIRUP) Donna Puding, Donna Jelly, Syirup Victory, Lala Coco
1 Nopember 2009
164 15101701007 GETUK KONDANG Karang Lor 63 Magelang
GETUK Getuk Kondang 10 Oktober 2009
165 15101691007 GETUK KONDANG Menowosari 34 Magelang
GETUK Getuk Enak 10 Oktober 2009
166
15101681007
GETUK TRIO AROMA Jl. Paten Tegal 1102A
GETUK
Getuk Trio Aroma
10 Oktober 2009
167 15101671007 KRUPUK UDANG SINAR Tuguran RT 05/06 Potrobangsan Magelang Utara
KRUPUK Krupuk Udang Sinar 10 Oktober 2009
168 15101661007 KRUPUK SINAR JAYA Tuguran 217 RT 01/06 Potrobangsan Magelang
KRUPUK Krupuk Sinar Jaya 10 Oktober 2009
169 15101651007 KRUPUK UDANG MEKAR Tuguran 230 RT 01/06 Potrobangsan Magelang
KRUPUK Krupuk Udang Mekar
10 Oktober 2009
170 15101900608 VIRGIN CAKE & BAKERY Jl.Parang Kusuma Raya 18 Semarang
ROTI Virgin 28 Juni 2010
171 15111930708 CV. MULTI KARSA ADITAMA Jl.Pujowiyoto No.19 B Purbalingga
COCONUT SUGAR (GULA JAWA)
Lingga Sari 07 Juli 2010
172 1512040806 PT. JAVAPRIMA ABADI Jl. MT Haryono No. 1010 Semarang
KOPI
Kopi Luwak, Kopi Luwak 3 in 1, Kopi Luwak +Gula, Kopi Luwak + Susu, Mac Caffee Susu, Mac Caffee+Gula Mac Caffee 3 in 1
29 Agustus 2010
173 15121910708 AL KIFAH FOODS Jl. Karang Tengah Rt 05/ 03 KMK Kabupaten Purbalingga
SUSU KEDELAI Al Kifah Foods 09 Juli 2010
174 15101920708 BRALINGGA Jl. Komisaris Noto Sumarsono No.66 Kabupaten Purbalingga
MAKANAN RINGAN
Kripik Tempe 09 Juli 2010
175 15101930708 CITA RASA Jl. Campapuah Mrebet Kabupaten Purbalingga
MAKANAN RINGAN
Kripik Tempe, Kacang Ijo 09 Juli 2010
176 15101940708 KING SAN Jl. Pasukan Pelajar Imam Rt 03/III Kabupaten Purbalingga
MAKANAN RINGAN
Kripik Tempe, Kacang Ijo, Kedelai Hitam
09 Juli 2010
177 15101950708 RIZQIANA Jl. Jompo Wetan Rt 01 Kalimanah Kabupaten Purbalingga
MAKANAN RINGAN
Marneng, Kacang Goreng, Kacang Telor
09 Juli 2010
178 15101960708 ROSE NOPIA Jl. Mangun Negara Rt 04/I Kec.Brebet Kabupaten Purbalingga
MAKANAN RINGAN
Roti Nopia, Toso
09 Juli 2010
179 15101970708 TORAKOR Jl. Kradenana Rt 03/I Kec.Brebet Kabupaten Purbalingga
MAKANAN RINGAN
Torakor (Tomat Rasa Korma) 09 Juli 2010
180 15021980708 ABON DAN DENDENG TEGAL Jl. Tanduk Rt 08/ Rw 1 Ampel Kabupaten Boyolali
ABON DAN DENDENG
Abon dan Dendeng Tegal 12 Juli 2010
181 15021990708 MERAK BEWANGI Jl. Bakalan Rt 05/ 06 Tanduk Ampel Kabupaten Boyolali
DAGING Dendeng dan Daging 12 Juli 2010
182 15122000708 PRATIWI Jl. Kampung Stasiun I No. 15 Kabupaten Demak
MINUMAN Minuman Kunir Asem 12 Juli 2010
183 15122010708 PRATAMA Jl. Bayangkara No. 15 Demak
MINUMAN Minuman Sari Kedelai 12 Juli 2010
184 15102020708 REJEKI BAHARI Jl. Pabean Tasik Agung Rt 04 Rw I Kabupaten Rembang
KRUPUK Krupuk 12 Juli 2010
185 15102020708 SUNTARI Jl. Kampung Sorogenang Bintoro Kabupaten Demak
MAKANAN RINGAN
Kripik Kacang 12 Juli 2010
186 15102030708 TALI ASIH Jl. Nelayan Rt 02 Rw 03 Tasik Agung Kabupaten Rembang
TALI ASIH Krupuk dan Ikan Kering 12 Juli 2010
187 15022040708 ROJO KOYO Jl. Ploso Kerep, Winong Kabupaten Boyolali
ABON Rojo Koyo 16 Juli 2010
188 15102050708 SAFITRI Kecamatan Susukan Rt 02 / Rw I Kabupaten Semarang
KRUPUK Safitri 16 Juli 2010
189 15022060708 BEWANGI Desa Mitiran Rt 04 / Rw 02 Gladagsari Ampel, Boyolali
ABON Bewangi 16 Juli 2010
190 15062070708 SAMPURNA Desa Pedak Kec.Sulang Kabupaten Rembang
KECAP Sampurna 19 Juli 2010
191 15102080708 WINGKO BABAD CAKRA Lempongsari I Rt 04/03 Semarang
WINGKO BABAD Cakra 19 Juli 2010
192 15102090708 DODOL BONANG CAP 99 D/a Bonang Rt 03/02 Kec. Lasem Kabupaten Rembang
DODOL Dodol Bonang Cap 99 19 Juli 2010
193 15082100708 KARYA BAKTI Jl. Gajah Mada Dasa Pantiharjo Kaliori Kab. Rembang
KECAP Udang Windu 25 Juli 2010
194 15102110708 FIKA D/a Sijeruk Rt 02 Rw II Kendal
MAKANAN RINGAN
Kripik Bawang 25 Juli 2010
195 15082120708 KECAP IBU TOEN Jl. Gg. KarnadiNo. 5 Rt 5 Rw 6 /II Kali Buntu Kab. Kendal
KECAP Kecap Ibu Toen 25 Juli 2010
196 15102130708 SUKA RASA D/a Tentara Pelajar Ds.Sijeruk Kab. Kendal
MAKANAN RINGAN
Kue Satru Kacang Hijau, Selai Pisang
25 Juli 2010
197 15102140708 SUMBER REJEKI D/a Tentara Pelajar No. 43 Ds.Sijeruk Kab. Kendal
MAKANAN RINGAN
Kripik Petis 23 Juli 2010
198 15102150708 A N I G D/a Gg.Diponegoro Rt 5/II Kalibuntu Wetan Kab. Kendal
MAKANAN RINGAN
Kripik Nangka 23 Juli 2010
199 15102150708 LA MIRYATA D/a Kauman Bangunharjo387
LA MIRYATA Bahan Roti 25 Juli 2010
Semarang
200 15122160708 N A L L A D/a Parangkusuma I No. 16 Tlogosari Semarang
MINUMAN Syrup 25 Juli 2010
201 15102170708 WINGKO BABAD MANGGA DUA D/a Purwosari PerbalanH 20 Semarang
MAKANAN RINGAN
Wingko Babad Mangga Dua 25 Juli 2010
202 15172180708 PT. PRIMATRALINDO D/a Ds. Ngemplak Kidul RT 02 / III Margoyoso Pati
TEPUNG TAPIOKA Pati Prima Saguku 22 Oktober 2010
203 1502480806 RPH UPTD Kota Salatiga Jl. Imam Bonjol 111 Salatiga
RUMAH POTONG HEWAN
RPH UPTD Kota Salatiga 22 Oktober 2010
204 1502040806 UD DWISATA Jl. Bendungan, Kaligarang 1082 Semarang
RUMAH POTONG AYAM
Dwisata 22 Oktober 2010
205 1502201006 CV. BAROKAH JAYA Jl. Kinibalu Barat Semarang
RUMAH POTONG AYAM
CV. Barokah Jaya 22 Oktober 2010
206 15102191108 BRILLIANT CAKE D/a Pedamaran Gg Buntu No.12-14 Semarang
CAKE Brilliant Cake 22 Nopember 2010
207 15112201108 PT. INDUSTRI GULA NUSANTARA Jl. Ir. Soekarno-Hatta Barat Km 6 Cepiring - Kendal
GULA Gula Kristal “IGN” 22 Nopember 2010
208 15122211108 PT. STAR FOOD JAYA PRIMA Jl. Ahmad Yani 82 A Kudus
MINUMAN
Eksotea, Teh Hijau Apel, Canting, Kio-Kio Bubble,Coffee, Starzone, Eksocool; Strawberi, Guava, Mango, Blackcurrant
22 Nopember 2010
209 15122221108 PT. STAR FOOD JAYA PRIMA Jl. Ahmad Yani 82 A Kudus
AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK)
Berkah, Jordan 22 Nopember 2010
210 15122231108 PT. KARYA CIPTANYATA WISESA Jl. Tapak 1 A Tugu Semarang
MINUMAN (SYRUP) Syirup Fres Classic, Fres Elegance, Fres Premium, Syirup Putri Bali
22 Nopember 2010
211 15102241208 SUMBER RIZKI D.a. Perum Griya Permata Indah B3 No. 9 Tanjungsari Pekalongan
KRIPIK BAYAM Sumber Rizki 03 Desember 2010
212 15062251208 KECAP BAWANG CABE Jl. Raya Kedungwuni 173 Pekalongan
KECAP Bawang Cabe 03 Desember 2010
213 15092261208 PABRIK BIHUN MANUNGGAL BIHUN Bihun Jagung Patmo 03 Desember 2010
Jl. Raya Pakis Putih Kedungwuni Pekalongan
214 15102271208 KRIPIK TAHU ROSE D.a. Griya Permata Indah 23 A Tanjung Sari, Kajen, Pekalongan
KRIPIK TAHU Rose 03 Desember 2010
215 15102281208 KRIPIK TAHU NIKITA D.a. Kedungwuni Gg. Beringin I Pekalongan
KRIPIK TAHU Nikita 03 Desember 2010
216
15102291208
KRIPIK PISTETA JAYA D.a. Simbang Kulon Gg.I No. 324 Buaran Pekalongan
SANCK/ KRIPIK
TAHU
Cap Ni’mat
06 Desember 2010
217 15102301208 SARI NABATI D.a. Simbang Kulon Gg.5 Buaran Pekalongan
SNACK / KRIPIK TAHU
Cap Sari Nabati 06 Desember 2010
218 15102311208 KRIPIK “KALSUM DK” D.a. Simbang Kulon Gg.5 No.77 Buaran Pekalongan
SNACK / KRIPIK TAHU
Cap Kalsum DK 06 Desember 2010
219 15102321208
REMPEYEK KACANG “DELLA SNACK” D.a. Perum Griya Tirto Asri Jl. Bougenvil I No. 80 Pekalongan
SNACK/REMPEYEK KACANG
Della Snack 06 Desember 2010
220 15102331208 WINGKO 78 D.a. Perum Tanjung B XI/7 Tirto Kec. Tirto Kab. Pekalongan
WINGKO BABAD Wingko 78 06 Desember 2010
221 15102341208 ROZI PUTRA D.a. Desa Kemplong Rt 05/ 03 Kec. Wiradesa Kab. Pekalongan
KRUPUK Krupuk Rozi Putra 06 Desember 2010
222 15102351208 KUE KECIPUT MENARA KUDUS D.a. Desa Wonoyoso Gg 3-14 / 03 Buaran, Pekalongan
SNACK/KUE Snack/Kue Keciput 06 Desember 2010
223 15122361208 JAMU INDO AIR LABA D.a. Yos Sudarso No. 301Wiradesa Pekalongan
MINUMAN JAMU Cap Kuda Putih 06 Desember 2010
224 15102361208 ABADI MODERN BAKERY Jl. Pahlawan No. 9 C Pekalongan
ROTI Abadi 29 Desember 2010
225 15102371208 CITRA BAKERY Jl. Prisma Griya Permai Blok C No. 12 Kedungwuni, Pekalongan
ROTI Citra Bakery 29 Desember 2010
226 15102381208 MANNA BAKERY Jl. Gumawang Rt 001 / Rw 001 Wiradesa , Pekalongan
ROTI Manna Bakery 29 Desember 2010
227 15102391208 ROTI & KUE CIANDRA Jl. Raya Pekajangan No. 99 Rt 19/ VII, Pekalongan
ROTI & KUE Ciandra 29 Desember 2010
229 15172410109 GILINGAN SUKSES MANDIRI Sidomukti Rt 1/3 Margoyoso, Pati
TEPUNG 2 Kipas, 333, 44 17 Januari 2011
230 15102420109 GITA SNACK Jl. Slamet Riyadi 308, Makam Haji Kartasuro, Sukoharjo
ROTI DAN MAKANAN RINGAN
Belut Goreng, Kripik Mete Grubi, Kacang Telor, Roti (Tango), Nastar
17 Januari 2011
231 15022430109 GITA SNACK Jl. Slamet Riyadi 308, Makam Haji Kartasuro, Sukoharjo
ABON Abon Ayam 17 Januari 2011
232 15152440109 PT. TARUNAKUSUMA PURINUSA Jl. Raya Klepu, Desa Ngempon, Klepu-Semarang
KAPAS Kapas Kencantikan (Facial Cotton), Kesehatan, Cotton Bud, Cotton Ball
17 Januari 2011
233 15102450109 EMPING WINDAN JAYA Jl. Windan Rt 1 / 9, Makam Haji, Kartasuro, Sukoharjo
MAKANAN RINGAN
Emping Cap Panjang 17 Januari 2011
234 15022460109 PELANGI MAS Jl. Merapi Utara 2, Rt 01 /XX, Cengklik, Nusukan, Solo
ABON Abon Ayam Pelangi Mas 17 Januari 2011
235 15122470109 INDOVITA SURYA ABADI Jl. Lingkar Pulodarat 16 / 02 Pecangaan, Jepara
TEH Raja Teh 17 Januari 2011
236 15102480109 Perusahaan Kerupuk “RAMAYANA” Jl. Yos Sudarso 7 Jepara
KERUPUK DAN KACANG
Kerupuk Tengiri; Ramayana, Echo Kerupuk Udang; Ramayana, Echo Kacang Oven Echo
17 Januari 2011
237 1511450705 PT. INTI MANIS Jl. Perintis Kemerdekaan No. 39 Semarang
SODIUM CYCLAMATE
TIGA T 30 MARET 2011
238 1517300307 PT. PURA BARUTAMA Jl. Lingkar Selatan Kudus-Jepara
TINTA SEIKA PRINTING INK 30 MARET 2011
239 15122490309 PT. VERMINDO UTAMA Jl. Wilis Genuk Krajan VI/IA Rt 4/4 Semarang
SARI KEDELAI BUBUK INSTANS
PROPLUS 30 MARET 2011
240 15022500309 WALUYO FARM Jl. Wonosari RT 1 RW 9 Ngaliyan Semarang
RUMAH POTONG AYAM (RPA)
WALUYO FARM 30 MARET 2011
241 15022510309 AL MUNAWAR Jl. Ling.Congol 05/02 , Kel.Karangjati, Kec.Bergas, Kab.Semarang
RUMAH POTONG AYAM (RPA)
RPA AL-MUNAWAR 30 MARET 2011
242 15022520309 PEMOTONGAN AYAM “MURYADI” Jl. Banjarsari Selatan No. 47 Tembalang Semarang
RUMAH POTONG AYAM (RPA)
AYAM POTONG MURYADI 30 MARET 2011
243 15142530309 PT. TIRTA CIPTA NUGROHO Jl. Gunung Kelir Kawasan Industri Wijayakusuma Karanganyar Tugu Smg
BAHAN KIMIA PENGOLAHAN AIR
CMA 30 MARET 2011
244 15172540109 PT. SAMATOR Jl. Raya Kaliwungu Km. 19 Kendal
GAS Oxygen GAS, Oxygen CAIR MERK : SAMATOR
17 JANUARI 2011
245 15172550509 PT. SAMATOR Jl. Raya Kaliwungu Km. 19 Kendal
NITROGEN NITROGEN GAS, NITROGEN CAIR MERK : SAMATOR
17 JANUARI 2011
246 1503110307 PT. SINAR BAHARI AGUNG Jl. Raya Kendal- Batang Km. 12 Kendal
IKAN LAUT OLAHAN
SURIMI 08 M E I 2011
247 1501090207 ABON ABADI (Abon SS) Jl. Fatmawati No. 123 Salatiga
ABON : SAPI, AYAM, DENDENG, KRIPIK PARU
Abadi, Rama, Ikan Mas, Wayang, Nuri, Inti Rasa, Panen, Gembala Sapi, Mliwis, SS, Colibri, Lumba-lumba, Merpati,Pasti, Kijang Utama
08 M E I 2011
248 1501640207 ABON ABADI (Abon SS) Jl. Fatmawati No. 123 Salatiga
ABON : SAPI, AYAM, DENDENG
CORONA 08 M E I 2011
249 1501650207 ABON, DENDENG CAP SAPI D.a. Pasar Ampel,Boyolali
ABON SAPI DAN DENDENG
Angsa, Sapi, Sapi Asri, Merpati 08 M E I 2011
250 1517310305 PT. MITRA ALVASTAR BUANA Jl. Raya Pati-Tayu Km 14 Pati
TEPUNG TAPIOKA MODIFIKASI
Alvastar 08 M E I 2011
251 1517320305 UD RODA TERBANG Jl. Raya Pati-Tayu Km 15 Pati
TEPUNG TAPIOKA Gunugn Mas, Gunung Putri, Singkong Mas
08 M E I 2011
252 1514680207 INDO CHEM SEMESTA BAHAN BWA 100, CAC 100, CS 100, 08 M E I 2011
Kawsan Industri Candi 20A Kav. 17 Jl. Gatot Subroto Semarang
PEMBERSIH CONLUB LF, CONLUB SF,
CONLUB DRY, PAA 50,
IPC 100, QS 100, ACID 500,
BWA 10, FK 100, SA 100,
PAA 150, IPC 10, CAC 200,
CAC 500, ACID 5, ACID 30,
ACID 50, GENKLIN, CAC P,
IPC SPESIAL, ANTIBAC HS,
BWA P, BWA P20, IPC P,
IPC MT, BA 100
253 15142560509 CV. ANUGRAH ABADI Jl. Brotojoyo Timur No. 12 B Semarang
SABUN PEMBERSIH CAIR
TRR 2075, TRR FC-10, TRR FC - 20, FC 20 ND
08 M E I 2011
254 15062570509 PT. TIRTOSARI Jl. Blimbing No. 2 Dampyak Kab.Tegal
KECAP DAN SAOS Kecap : Manggis, Utama Sari Saos : Sarananda, Segar Harum, Tirtosari, Sinar Jaya
08 M E I 2011
255 15012580509 PS. MAS Jl. Jagalan Rt 03 / Rw 10, Jebres, Surakarta
ABON SAPI, DENDENG DAN SRUDENG
PS MAS, PS KEONG MAS 08 M E I 2011
256 15122590509 PT. GUWATIRTA SEJAHTERA Jl. Raya Solo-Sragen Km 7,5 Janten Karanganyar
AIR MINUS DALAM KEMASAN (AMDK)
UTRA 08 M E I 2011
257 15032600509 KOPERASI MITRA WINDIKA Jl. Beringin Raya 37 Kel. Wonosari Kecamatan Ngaliyan Semarang
MAKANAN OLAHAN HASIL
LAUT
Cumi Tepung Roti, Curry Crab
Cakes, Dimsum Udang, Lumpia
Rajungan Original, Lumpia
Rajungan Pedas, Mini Crab
Cakes, Pangsit Udang, Roti
Lapis Udang, Samosa, Siomay
Udang, Udang Krispy, Udang
Tepung Roti, Capit Rajungan
Tepung Roti, Lengan Rajungan
Tepung Roti, Kepiting Soka
Tepung Roti, Crab Cakes 3,5 Oz
Bola Rajungan , Burger
Rajungan, Kepiting Soka
08 M E I 2011
Gulung, Kare Udang, Udang
Bumbu Mentega
258 15012610509 GITA SNACK Jl. Slamet Riyadi 308, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo
ABON GITA SNACK (Abon Sapi, Abon Sapi Pedas, Abon Sapi Bawang)
08 M E I 2011
259 1510720307 GITA SNACK Jl. Slamet Riyadi 308, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo
MAKANAN RINGAN (SNACK)
Sumpia Pedas, Sumpia Udang,
Sumpia Ayam/ Pangsit Ayam,
Pastel Udang, Kacang Medan
Telor Gabus Merah/ Telor
Balado,Telor Gabus Putih/
Krupuk Keju, Kacang Bandung,
Sukro Pedas/ Kacang Atom
Pedas, Cookies/ Natar Hati,
Wafer Coklat, Wafer Pandan,
Wafer Kacang, Wafer Arben,
Wafer Jeruk, Marie Biscuit,
Biscuit King Coklat Cream,
Egg Rol Pandan, Egg Rol Coklat
dan Egg Rol isi Coklat, Manisan
Buah, Srundeng, Emping Pedas.
08 M E I 2011
260 1510670207 SWISS BAKERY Jl. Perintis Kemerdekaan Gg.Kr.Anyar 14 Banyumanik Semarang
ROTI BASAH SWISS BAKERY, SUPER SWISS, SWISS HOUSE
08 M E I 2011
261 1503631206 PT. WINDIKA UTAMA Jl. Beringin Raya 37 Kel. Wonosari Kecamatan Ngaliyan Semarang
PASTUERIZED CRAB MEAT
Jumbo Colossal, Jumbo Lump, Petite Jumbo, Super Lump, Beckfin, Special, Claw Meat
08 M E I 2011
262 1517300307 PT. PURA BARUTAMA Jl. AKBP Agil Kusumadya No.203 Kudus
TINTA PENANDA JARI
TINTA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2009
30 MARET 2009
100 15 01 23 03 05 ABON JUARA Jl. Sudirman 339 Salatiga
ABON
Juara Prima, Gloria, Sari Echo Inti Sari, Pasti Merah, Victoria, Indomaret, Super Hemat, Kerang Biru, Value Plus, CF
5 September 2009
157 15101750108 PT. JITU SATTUNGGAL MAKMUR Jl. Nanggulan No. 50 Salatiga
ABON DAN DENDENG
Abon dan Dendeng Wahid, Supertop, Maju, Juwita, Lima Putri, Mayang Sari, Nyoto Eco
30 Januari 2010
181 15021990708 MERAK BEWANGI Jl. Bakalan Rt 05/ 06 Tanduk Ampel Kabupaten Boyolali
DAGING Dendeng dan Daging 12 Juli 2010
247 1501090207 ABON ABADI (Abon SS) Jl. Fatmawati No. 123 Salatiga
ABON : SAPI, AYAM, DENDENG, KRIPIK
PARU
Abadi, Rama, Ikan Mas, Wayang, Nuri, Inti Rasa, Panen, Gembala Sapi, Mliwis, SS, Colibri, Lumba-lumba, Merpati,Pasti, Kijang Utama
08 M E I 2011
Senin, 24 agustus 2009
152
Hasil Wawancara dengan Bpk. Sukirman
Informan : H. Sukirman
Jabatan : Kepala Sekretariat LP POM MUI Jawa Tengah
Tanggal : 15 Januari 2010
1. Bagaimana tanggapan Anda mengenai Sertifikasi Halal MUI ?
Bagaimana peranan dan manfaatnya ?
Manfaatnya banyak : -bagi konsumen, informasi kandungan bahan baku
dapat diketahui secara jelas, bagaimana asal-usulnya dan cara
pembuatannya, lingkungan kerja termasuk pendistribusiannya sehingga
meyakinkan masyarakat bahwa produk tersebut kehalalannya sudah
dipatenkan oleh MUI dan sudah dilakukan audit (pemeriksaan).
2. Bagaimana tanggapan Anda mengenai produk makanan (minuman) olahan
yang belum bersertifikat halal ?
Kami tidak menanggung produk tersebut. Sertifikat halal bersifat sukarela:
kembali pada kesadaran IKM sendiri untuk mengajukan sertifikat halal.
Dalam hal ini MUI menghimbau kepada IKM untuk mengajukan Sertifikat
halal dan MUI sangat terbuka untuk memberi solusi kepada IKM yang mau
mengajukan sertifikat halal termasuk dalam hal anggaran.
Bagaimana status hukumnya dalam Islam ?
Dalam hal ini bersikap husnudz dzon IKM berbuat baik (yang terbaik) untuk
produk yang dihasilkannya. Mereka tidak sengaja memberi/memasukkan
bahan tertentu pada produknya.
Bagaimana hukum mengkonsumsinya ?
Kalau kita ragu, tidak usah dimakan. Hal ini kembali kepada masyarakat
untuk menilai sendiri produk tersebut (baik atau buruknya).
3. Bagaimana tanggapan Anda mengenai industri makanan olahan yang belum
melaksanakan sertifikasi halal ?
4. Dari wawancara yang Saya lakukan pada beberapa IKM, ada beberapa alasan
mengapa mereka belum melaksanakan sertifikasi halal :
a. Ada IKM yang belum mengetahui tentang adanya sertifikat halal MUI ?
Bagaimana tanggapan Anda ?
Bagaimana sosialisasi dan upaya MUI menanggapi hal demikian ?
Sarana dan prasarananya masih kurang.
LP POM MUI bekerja sama dengan instansi-instansi yang lain seperti
Badan POM dan Dinas Kesehatan untuk membantu ketika produsen minta
izin layak edar produknya sekaligus untuk mensertifikasi halal juga. Selain
itu dengan dinas yang lain seperti Depag, Dinas Industri untuk sosialisasi.
Alat atau media apa yang digunakan untuk sosialisasi ?
Majalah, MUI daerah dengan pemasangan spanduk (”mengkonsumsi
makanan berlabel halal”), media elektronik: informasi lewat internet, dll.
b. Ada IKM yang keberatan dengan biaya administrasi sertifikasi halal.
Berapa biaya yang akan ditanggung perusahaan untuk melaksanakan
sertifikasi ?
Apakah sudah ada ketentuan atau standarisasi biaya sertifikat halal ?
Kisarannya antara 500 sampai 2,5 juta. Ada dua tahap pembayaran:
pertama untuk audit lapangan, kedua untuk sertifikat halalnya.
Untuk audit, biaya administrasi 50 ribu, auditor lapangan minimal 2
maksimal 3 orang per@ 150 ribu, untuk biaya transportasi ditanggung
perusahaan (ini yang membedakan besar kecilnya).
Untuk sertifikat halal, kami melihat kemampuan perusahan, subsidi silang.
Biaya digunakan untuk rapat, sidang Komisi Fatwa dan peruntukannya
dijelaskan. MUI bukan lembaga profit untuk mencari keuntungan dan
juga bukan leembaga pemerintah.
Kalau dari pemerintah apakah ada subsidi atau bantuan ?
Bantuan pemerintah biasanya diberikan kepada IKM pada ketika ada
program pembinaan IKM untuk melaksanakan sertifikat halal.
c. Ada IKM yang merasa tidak atau belum perlu mensertifikasi produknya
karena sertifikat halal bukan suatu keharusan, dll. Bagaimana tanggapan
Anda ?
Melihat kebutuhan mereka sendiri, tidak perlu tidak apa. MUI
menghimbau, mengarahkan dengan sertifikat halal supaya produknya
lebih laris dan laku. Terutama bagi perusahaan yang produknya sudah
beredar luas.
5. Menurut pandangan Anda (LP POM) sendiri, adakah faktor lain yang
mempengaruhi atau menjadi kendala minimnya produk bersertifikat halal di
Kota Semarang ?
Ada yang belum tahu, sosialisasinya kurang, susah dilaksanakan karena
bahan bakunya belum teridentifikasi secara jelas darimana asalnya dan
produk mana.
6. Bagaimana tanggapan Anda terhadap produk-produk tertentu seperti minuman
keras (beralkohol), produk makanan mengandung babi, produk rokok yang
beredar saat ini ?
Apakah produk-produk tersebut bisa disertifikasi ?
Tidak bisa, karena MUI tidak mengeluarkan sertifikat haram tapi sertifikat
halal.
Menurut Anda, mengapa bisa beredar padahal dalam ajaran Islam telah
dilarang ?
Indonesia bukan Negara Islam. Produk-produk yang bisa masuk ke Indonesia
ditangani Badan POM, bahan bakunya harus jelas.
Dalam hal ini kembali kepada UU dan peraturan negara misalnya bahwa
perusahaan harus memberikan informasi yang jelas terhadap produknya.
MUI menghimbau untuk produk non halal dikesampingkan dari produk yang
halal (dipisah). MUI juga menghimbau kepada konsumen untuk membeli
produk yang berlabel halal.
7. Bagaimana keterkaitan UU dan peraturan lain terhadap kehalalan makanan
saat ini ?
Mengapa pelaksanaan sertifikat halal saat ini masih bersifat sukarela (bukan
suatu keharusan) ?
UU (jaminan produk halal) belum dikeluarkan.
UU yang ada sifatnya menganjurkan kepada masyarakat untuk mengurus
sertifikat halal
8. Menurut Anda, apa yang seharusnya dilakukan supaya masyarakat khususnya
industri bisa lebih merespon pelaksanaan sertifikat halal, mengingat
pentingnya makanan halal bagi umat muslim ?
Mengadakan pendekatan-pendekatan kepada mereka dengan bekerjasama
dengan lembaga/instansi lain karena jika IKM diundang oleh MUI mereka
tidak datang, tetapi dengan bantuan dari lembaga lain bisa lebih mudah
melakukan pendekatan.
9. Bagaimana langkah MUI ke depan untuk meningkatkan peran dan fungsi
sertifikasi halal ?
156
Hasil Wawancara Bakso Sapi “Pak Geger”
Informan : Bpk. Nanang Yulianto (Pak Geger)
Jabatan : Menejer
Perusahaan : Home industri bakso sapi “Pak Geger”
Alamat : Jl. Mintojiwo Raya Gisikdrono Semarang
Tanggal : 28 Februari 2010
1. Sejak kapan Anda memulai usaha ini ? (dan lain-lain)
Sejak 1992.
2. Berapa jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan ini ?
10 karyawan.
3. Bagaimana perkembangan industri/perusahaan Anda ?
-Biasa saja.
4. Apa yang Anda ketahui tentang Majelis Ulama Indonesia ?
MUI berarti halal, menyangkut perijinan halal.
5. Apa yang Anda ketahui tentang Hukum ?
6. Apa yang Anda ketahui tentang UU Pangan, UU Perlindungan Konsumen, UU
Kesehatan ?
Tidak tahu.
7. Apa yang Anda ketahui tentang Sertifikat Halal MUI ?
Sertifikat halal itu menjelaskan bahwa suatu produk tidak mengandung babi.
8. Apakah Anda sudah melaksanakan Sertifikasi Halal ke MUI ? Mengapa ?
Belum.
Belum ada dana.
Sertifikat halal itu untuk industri yang sudah maju.
9. Setelah Anda mengetahui tentang sertifikat halal MUI, apakah anda berniat
atau bersedia melaksanakan sertifikasi ke MUI ?
Kalau dengan terpaksa ya tidak apa-apa. Kalau tidak diharuskan ya tidak
perlu. Sertifikat halal itu untuk usaha skala besar. Kalau industri sudah skala
menengah ke atas mungkin bisa melaksanakan sertifikat halal.
10. Menurut informasi yang Saya ketahui dari LP POM, untuk melaksanakan
sertifikasi halal perusahaan harus mengeluarkan biaya antara Rp. 500.000,00
sampai Rp. 2.500.000,00 atau lebih (relatif). Menurut Anda, apakah biaya
demikian memberatkan perusahaan ?
Sertifikat halal itu tidak perlu.
Kalau hanya usaha skala kecil tidak perlu. Kecuali bagi usaha yang sudah
berskala internasional ya wajib.
Halal atau tidak itu karena minyaknya. Mengandung babi atau tidak ?
Masalah halal itu adanya di Indonesia dan Timur Tengah. Kalau di Eropa
gak ada halal-haram.
11. Seberapa pentingkah produk/makanan halal menurut Anda ?
Ya penting bagi yang di atas, kalau bagi orang bawah ya gak penting/gak
perlu.
Karyawan saya muslim. Produk saya juga tidak melenceng dari yang halal.
12. Apakah Anda setuju jika sertifikat halal ini diwajibkan kepada setiap
perusahaan termasuk perusahaan Anda ?
Mengapa ?
Tidak setuju. Ya lihat-lihat dulu pedagangnya. Kalau untuk pedagang kaki
lima ya mana mungkin.
Kalau usaha skala nasional yang produknya di masukkan di Indonesia maka
itu harus disertifikasi halal. Tetapi kalau pedagang kaki lima, pedagang kecil-
kecilan, pedagang bakso keliling ya gak mungkin/gak perlu.
158
Hasil Wawancara dengan DR. Zuhad, MA.
Informan : DR. Zuhad, MA.
Jabatan : Anggota Komisi Fatwa MUI Jateng
Tanggal : 8 Maret 2010.
Pendahuluan :
Jenis makanan dibagi menjadi 3 :
1. Makanan dari nabati, hampir semuanya halal kecuali yang mengandung
racun atau membahayakan.
2. Makanan dari hewani, ada babi, binatang sembelihan yang tidak menyebut
nama Allah, darah, dll. Yang lain kalau ada yang diharamkan menurut
hadist tetapi sifatnya tidak pasti, kalau Imam Malik itu makruh seperti
gajah, singa dan sebagainya, karena berhubungan dengan keseimbangan
alam.
3. Makanan olahan, bisa dari nabati dan dari hewani. Yang jadi masalah
adalah olahannya. Dalam Al-Quran dikatakan :
�d�� �M�V ���+�� �n����e ���< �-�� #G��A�N #O"�*���� �G �K� �����+ �-��=3�9�S�( �j#�����.&��� �Z���9����
|.^ �-�L=��̀ �D�� W6�L�̀ �� OU��) Z4��� :I� (
Artinya: “Dan dari buah kurma dan anggur kamu buat minuman yang
memabukkan dan rizki yang baik. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda (kebenaran Allah) bagi orang-orang yang
memikirkan”. (QS. An-Nahl : 67).
Sekarang makanan olahan tergantung dari banyak hal. Yang diolah
apa saja. Bahannya yang mau dimasak kan semuanya ada aturannya,
(yaitu) diperbolehkan dan tidak membahayakan seperti gula, minyak,
tepung kan semuanya ada labelnya.
MUI ketika merekomendasi produk-produk tersebut melihat
komposisi produknya. Bahan-bahannya apa saja, bahannya sudah
disertifikasi atau belum misalnya minyaknya, tepungnya, kalau itu obat-
obatan itu sudah bersertifikat halal atau belum. Kalau semuanya sudah klir,
jelas, pengolahannya juga tidak mengandung hal-hal yang diharamkan lalu
diputuskan itu halal. Jadi gampang cara kerjanya.
1. Bagaimana tanggapan Anda mengenai Sertifikasi Halal MUI ?
Sertifikat halal bertujuan melindungi masyarakat terutama masyarakat Islam
agar tidak mengkonsumsi makanan yang tidak halal. Mereka bekerja
membentuk lembaga itu (LPPOM MUI). Ada Komisi Fatwa yang tugasnya
menetapkan kehalalannya itu. Jadi kita melindungi masyarakat.
Bagaimana peranan dan manfaatnya ?
Manfaat bagi produsen, kalau produsen itu betul-betul membuat makanan
yang sesuai kategori, dia jelas tidak rugi malah untung karena tingkat
kepercayaan konsumen akan lebih tinggi terhadap produk tersebut. Tetapi
kalau tidak jelas masyarakat ragu. Masyarakat Islam yang hati-hati dengan
makan minum, dia akan selektif sekali memilih makanan. Kita aja sekarang
makan itu tidak sembarangan, bukan hanya menghindari yang haram tetapi
kita juga menghindari yang tidak sehat. Sekarang banyak makanan yang gak
sehat yang kalau kita makan dampak negatifnya pasti akan ada.
Masyarakat dilindungi dari dua hal itu sebenarnya. Halal dari segi hukumnya
dan sehat, halalan thayyiban itu. Sekarang ada orang yang bikin makanan yang
unsurnya itu menyengsarakan masyarakat. Dari segi manfaatnya, kedua-
duanya terlindungi. Malah pihak produsen itu akan dipercaya sehingga
dagangannya akan laris. Dan konsumen tidak perlu berfikir panjang (untuk
mengkonsumsinya) karena sudah jelas.
2. Bagaimana tanggapan Anda mengenai produk makanan (minuman) olahan
yang belum bersertifikat halal ?
Bagaimana status hukumnya dalam Islam ?
Ya kalau tidak tahu bahannya, prosesnya, ya ragu-ragu. Kalau tidak jelas
bahannya, proses pembuatannya, komposisinya apa, bagaimana prosesnya, ya
jelas kita ragu-ragu. Itu mungkin masuk wilayah syubhat. Kalau kita levelnya
ingin beragama yang baik maka, satu kita mesti meninggalkan yang syubhat,
kedua kalau kita tidak yakin itu menyehatkan kita juga akan tinggalkan karena
khawatir kita sakit. Dan itu yang harus kita ajarkan kepada masyarakat. Masih
lebih banyak makanan lain yang lebih sehat (pemilihan). Ada sekian banyak
alternatif yang lebih jelas.
3. Bagaimana hukum mengkonsumsinya ?(itu sudah dijawab tadi).
Kalaupun itu haramnya tidak tegas, tapi kalau bahannya tidak sehat yang
bersangkutan akan kena dampak. Makannya dalam hal makanan itu ada
bahasa Quran taqwa. Taqwa itu menghindari siksa dunia dan akhirat. Siksa
dunia itu kaitannya dengan hukum kausalitas. Kaitannya dengan makanan ya
makanan basi, gak sehat, membahayakan dan dampak buruknya itu.
4. Bagaimana tanggapan Anda mengenai industri makanan olahan yang belum
melaksanakan sertifikasi halal ?
Kalau bisa mereka mendaftarkan (sertifikat halal) supaya jelas. (pertama)
Mereka sendiri juga supaya tidak melakukan dosa karena membuat makanan
yang haram. Kedua mereka akan lebih aman karena dipercaya oleh konsumen.
Kalau biaya ringan kan sebenarnya dan MUI mempunyai program untuk
sertifikasi itu. Malah mereka tidak ditarik biaya kalau industri kecil. Coba
kamu tanya Bpk. Muchojjar bagaimana cara mendaftarkan. Ini sudah ada
beberapa kali ada program sertifikasi. Jadi diambil beberapa home industri
mereka tidak membayar. Kalau mereka ikut program itu kan bagus.
5. Dari wawancara yang Saya lakukan pada beberapa IKM, ada beberapa
alasan mengapa mereka belum melaksanakan sertifikasi halal :
a. Ada sebagian IKM yang belum mengetahui tentang adanya sertifikat halal
MUI ? Bagaimana tanggapan Anda ?
Bagaimana sosialisasi dan upaya MUI menanggapi hal demikian ?
Karena masih belum lama, wajar kalau orang belum tahu. Memang kita
sosialisasinya juga agak pasif. Paling tidak dari yang sudah kita lakukan
orang sudah mengerti karena banyak yang sudah disertifikasi. Seperti
pemotongan, penyembelihan, industri makanan kecil, banyak sekali.
Paling tidak mereka sudah mengerti. Kalau orang memproduksi sesuatu
saya kira sudah mengerti itu.
(dari pimpinan industri tidak ikut menjual, tetapi dari salesnya sudah ada
tanggapan kehalalan dari konsumen).
Apalagi sudah seperti itu. Nah itu kan perlu ke sana (MUI) mendaftarkan.
b. Ada sebagian IKM yang keberatan dengan biaya administrasi sertifikasi
halal. Berapa biaya yang akan ditanggung perusahaan untuk
melaksanakan sertifikasi ?
Biayanya kan murah. Kalau ikut program yang massal itu dibebaskan.
Suruh saja mendaftarkan ke MUI. Ketua LPPOM MUI Bpk. Muchojjar,
mempunyai program itu. Setiap tahun mengajukan anggaran untuk
program itu. Kita minta biaya dari pemerintah, kerjasama dengan
departemen-departemen terkait. Coba mendaftarkan. Nanti kalau sudah
banyak ketua LPPOM MUI akan mengajukan proposal untuk
penyertifikatan terutama untuk industri kecil. Jangan takut biaya.
Apakah sudah ada ketentuan atau standarisasi biaya sertifikat halal ?
Saya kemarin ke Cilacap membawa surat dari Cilacap surat catering minta
disertifikasi. Malah saya tunggu itu suratnya. Lo kita begitu menjemput
bola baik, kalau ada kesulitan kita bantu. Asal tahu saja.
c. Ada sebagian IKM yang merasa tidak atau belum perlu mensertifikasi
produknya karena sertifikat halal bukan suatu keharusan. Bagaimana
tanggapan Anda ?
Sertifikasi halal memang bukan suatu keharusan. Ini ada karena ada kasus
banyak makanan yang tidak sehat, banyak makanan yang tidak halal. Kita
ada itu kan adanya problem di situ dan ini melibatkan masyarakat banyak
yang tidak berdosa. Kita kan melindungi. Ya kalau produk mereka produk
alami hanya menjual air dari sumbernya mungkin tidak perlu. Tetapi kalau
itu meramu dari berbagai unsur yang terkait banyak hal itu ya perlu dikaji.
Sesuatu yang halal jika dicampur bisa menjadi tidak halal. Anggur itu
halal, ketika diproses menjadi sesuatu minuman dalam prosesnya kan
menjadi tidak halal. Ini yang harus dijelaskan kepada mereka. Bahwa
mereka itu menjual produk kan mempunyai tanggung jawab kepada
masyarakat (hak-hak konsumen) juga kepada Tuhan.
d. Lemahnya kondisi ekonomi perusahaan (sepinya penjualan, persaingan
usaha, dll.) juga menjadi alasan mengapa IKM tidak/belum ingin
melaksanakan sertifikasi. Bagaimana tanggapan Anda ?
Justri karena adanya persaingan kalau poroduk itu berlabel halal kan lebih
meyakinkan. Itu saya kira akan menjadi daya tarik dan paint untuk bisa
bersaing dengan yang lain. Yang lain belum ini sudah, sama produknya.
Orang akan lebih percaya ke itu. Cara berfikirnya harus diperbaiki
(kesadaran masyarakat). Apalagi mayoritas pembelinya kan muslim.
6. Menurut pandangan Anda sendiri, adakah faktor lain yang mempengaruhi
atau menjadi kendala minimnya produk bersertifikat halal (di Kota Semarang)
?
Ya saya kira, satu mereka masih belum bisa diatur. Kedua mereka semaunya
sendiri. Kan yang namanya sertifikat halal itu kan selalu mengikat karena
kalau memakai produk pabrik harus gini gini gini. Mungkin ada produk pabrik
bersertifikat yang lebih mahal sementara ada produk yang lebih murah.
Sehingga mereka memilih untuk tidak mendaftarkan apalagi barangnya sudah
laku. Jadi ada kepentingan ekonominya, ada kepentingan sosialnya.
Dari segi fasilitas apa ada kendala ?
Kita sekarang belum bisa meneliti langsung. LPPOM rencana ke depan
mempunyai laboratorium. Kita sekarang mengkaji yang bahannya sudah jelas.
Kita belum bisa meneliti yang secara rinci unsur-unsur yang terkandung di
dalamnya. Itu yang punya LPPOM pusat di Jakarta dan Bandung itu juga
punya. Kan mahal itu biayanya. (kerja sama dengan luar negeri juga pak).
Tapi kita targetnya nantu harusnya begitu. Tiap propinsi mempunyai itu. Ya
kalau tidak ya tidak bisa mandiri nanti.
7. Bagaimana tanggapan Anda terhadap produk-produk tertentu seperti
minuman keras (beralkohol), produk makanan mengandung babi, produk
rokok yang beredar saat ini ?
Yang jelas kalau produk mengandung babi kan haram, cuma masalahnya kita
sering tidak mengerti, disembunyikan. Yang jelas mengandung babi lebih hati-
hati akan kita mengharamkan. Lebih baik kita tidak mengkjonsumsi itu.
Kalau alkohol kan sudah ada peraturan pemerintah, prosentasenya, berapa
prosentase yang bisa ditoleransi. (ada golongan A, B dan C). Alkohol itu kan
kalau kebanyakan kan bisa merusak.
Apakah bisa disertifikasi ?
Ya kalau jelas ada kandungan-kandungan yang begitu , tidak bisa.
Apakah ada sertifikat haram ?
Kalau yang haram kan gak ada karena yang haram kan susah jadinya kalau
kita mensertifikasi yang haram. Jadi repot banget itu.
Lebih aman kita mengeluarkan label halal. Ya kalau label haram kan gak perlu
disertifikasi, itu sudah diketahui umum. Biar masyarakat sendiri yang menilai
produk tersebut. Kalau begitu MUI nanti bisa menjadi masalah.
Menurut Anda, mengapa bisa beredar padahal dalam ajaran Islam telah
dilarang ?
Ya dalam Islam di larang. Tapi sekarang ini yang namanya etika bisnis tidak
semua orang mau taat aturan dan banyak orang mau mencari keuntungan
banyak. Ya itu tidak hanya terjadi sekarang, dari jaman dulu. Cina saja yang
negara besar juga memproduksi produk bermelamin, membahayakan, di impor
kesini, diekspor ke sini. Coba itu kita menjadi korban.
Persoalannya kan persaingan usaha, keinginan orang untuk dapat untung
banyak. Bukan hanya itu saja seperti menimbun itu juga dilakukan orang islam
juga, baik itu tahu atau tidak tahu.
8. Bagaimana keterkaitan UU dan peraturan pemerintah terhadap kehalalan
makanan saat ini ?
kalau pemerintah jelas. Bahkan Departemen Pertanian itu sangat membantu.
Kita kerja sama dengan mereka juga. Misalnya dalam hal penyembelihan itu
ada kerja sama antara MUI dengan Departeman Pertanian. Sapi gelonggongan,
pernah dilarang juga dagingnya dibawa ke Semarang. Tetapi karena di sana itu
sudah menjadi usaha yang mapan susah sekali menghentikannya.
La sekarang masyarakat diberi tahu saja bahw daging gelonggongan itu
dagingnya gak sehat. Itu bisa menimbulkkan stres bisa menimbulkan emosi
yang berlebihan, dsb.
La kalau orang islam mau menyembelih itu kan hewannya harus dibikin
tenang, tidak stres. Kalau Departemen Pertanian itu hewan yang mau
disembelih 2 hari sebelumnya paling tidak harus ditenangkan. Minimal satu
hari satu malam. Jadi ada etikanya. Kemudian sembelihan harus dengan pisau
yang tajam, tidak boleh di siksa dan sebagainya. Tetapi permasalahnnya
masyarakat yang susah diatur. Ketika itu sudah menjadi besar, susah sekali
mengaturnya dan dijadikan alasan itu sebagai lahan ekonomi mereka.
La sekarang masyarakat kita beri tahu bahwa mengambil itu rugi sebenarnya,
wong dagingnya mengalami penyusutan, tingkat kadar airnya banyak sekali.
Maka masyarakat tertipu. Sekarang produk-produk yang mapan tidak mau
dengan itu akhirnya.
Departemen Pertanian itu membuat kriteria. Daging gelonggongan itu jenisnya
seperti ini dan juga diatur mesti ditaruh di depan karena netes airnya.
Mengapa pelaksanaan sertifikat halal saat ini masih bersifat sukarela (bukan
suatu keharusan) ?
Susah kalau kita memaksakan. Karena secara politik kita gak punya kekuatan
seperti itu. MUI sendiri bukan kekuatan politik melainkan lembaga sosial
agama. Sebenarnya kalau kita lembaga politik ya lain, kita bisa memaksakan
itu.
Makanya ini lebih banyak mengundang kesadaran kepada semua pihak,
produsen sudah sadar tentang itu, konsumen juga sadar apa yang mau diambil.
Kalau masing-masing sudah begitu, kalau konsumen sudah sadar, produsen
otomatis akan kesitu (mengikuti) karena barangnya tidak akan laku. Kalau
mereka semaunya sendiri.
Apakah ini menyangkut apa yang dimaksud Indonesia bukan negara Islam.
Indonesia bukan negara Islam dalam arti negara yang konstitusinya Islam
tetapi masyarakatnya Islam. Makannya Indonesia itu dari segi papan nama dia
bukan negara Islam tetapi ari segi sosial kemasyarakatannya indonesia kan
mayoritas muslim. Kalau mayoritas muslim sebenarnya otomatis yang
namanya ajaran Islam sebenarnya berjalan. Dan sebenarnya juga lebih Islami
di sini dibandingkan dengan negara lain.
Coba lihat di Pakistan, India, Saudi. Indonesia lebih Islami dalam banyak hal.
Jangan ngambilnya qishas, tidak jalan. Yang lain, ajaran Islam yang lebih
membumi disini lebih banyak.
Kita itu Islam realitas. Bukan Islam papan nama. Ini yang harus lebih kita
kondusifkan sebenarnya. Supaya ajarannya lebih berlaku lagi di masyarakat.
9. Menurut Anda, apa yang seharusnya dilakukan supaya masyarakat khususnya
industri bisa lebih merespon pelaksanaan sertifikat halal, mengingat
pentingnya makanan halal bagi umat muslim ?
Ya kalau begitu mendaftarkan saja. Sebenarnya gak ada masalah, biaya itu
kecil. Apalagi itu ikut mess sertifikasi yang diprogramkan MUI itu bisa. Itu
tiap tahun ada dan selalu akan mengajukan anggaran untuk itu.
Kita ini mau membantu. Kita mau membantu 2 pihak. Industri kecil supaya
bisa ekonominya meningkat. Masyarakatnya tambah mampu. Konsumennya
juga terlindungi. Jadi kita tidak hanya melindungi satu pihak, dua-duanya dan
kita ingin industri ini bisa bersaing dengan yang lain. Kita kasihan dengan
industri kecil kalah bersaing dengan industri besar dan rata-rata muslim yang
punya. Jadi jangan dipikir ini mau menghambat. Kita justru mau melindungi.
Melindungi dari sisi hukum dan dari segi kemampuan peningkatan ekonomi.
Tapi kebanyakan pemilik industri itu non muslim ?
Sebenarnya non muslim pun ingin sertifikat halal sebab konsumennya kan
muslim. Ya gak ada masalah kita kalau begitu.
10. Bagaimana langkah MUI ke depan untuk meningkatkan peran dan fungsi
sertifikasi halal ?
Ya ini kalau sosialisasinya jalan, banyak orang yang mengajukan sertifikat
halal itu, ya otomatis akan lebih baik. Tetapi kalau peran sosial politik kita ya
biasa-biasa saja.
Karena kita tidak punya peran politik seperti lembaga-lembaga yang lain.
Bahkan yang namanya MUI itu kan gak punya pegawai. Pegawainya kan
pegawai lepas semua. Ini orang-orang yang jihad fi sabilillah kan. Orang-
orang yang bekerja bukan digaji, bukan pegawai tetap. Orang yang diambil
dari berbagai lembaga untuk bekerja di situ. Tidak ada yang mempunyai gaji
di situ.
(ini berarti perlu penghargaan khususnya dari Allah SWT sendiri)
ini voluntair, betul-betul voluntair.
Ya mesti dijelaskan kepada mnereka (IKM) bahwa kita itu seperti itu.
Saya ke sana (IKM) itu pertama dalam rangka sosialisasi, kedua untuk
mencari data.
Apakah ada pesan-pesan terakhir ?
Ya pesan terakhir kalau nanti penelitian sampaikan ke IKM-IKM bahwa
persoalannya itu sebenarnya mudah dan tujuan ini melindungi mereka dan
melindungi konsumen. Dan kita akan senang kalau industri mnereka itu akan
lebih besar dan dengan ini diharapkan akan lebih mapan dan lebih dipercaya
oleh masyarakat. Jadi jangan takut untuk mendaftar.
Ya ini sekarang kita mau sosialisasi, mau mengumpulkan mereka kita juga
tidak punya dana.
(bagaimana dengan kerjasama dengan Dinas Industri, Dinas Kesehatan ?)
Kemarin propinsi sudah merespon baik. Kemarin se-Jawa Tengah sudah ada
sertifikasi penyembelihan. Jadi penyembelih-penyembelih hewan sejawa
tengah dilatih lalu disertifikasi. Sejawa tengah...ratusan.... ini berarti dari
pemerintah sudah ada dukungan. Kalau Kanwil tidak terjun ke situ, kita juga
tidak bisa.
La kita ada masalah di situ karena kita kan tidak bisa terjun ke orang-orang itu
karena secara kelembagaan kita kan tidak bisa atas bawah gitu.
Kalau MUI terjun langsung mungkin masyarakat takut ?
La ya kita dicurigai nanti. Kita tidak punya SK ke situ. Jadi lebih pada
masyarakat ke LPPOM bukan LPPOM ke masyarakat.
167
Hasil Wawancara Estima
Informan : Bpk. Yukana
Jabatan : Pimpinan Perusahaan
Perusahaan : PT Estima
Alamat : Jl. Menteri Supeno No. 50 Semarang
Tanggal : 1 Maret 2010
13. Sejak kapan Anda memulai usaha ini ? (dan lain-lain)
Sejak Oktober 2005.
14. Berapa jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan ini ?
20 karyawan.
15. Bagaimana perkembangan industri/perusahaan Anda ?
-maju mundur, karena banyak persaingan. Banyak perusahaan minuman isi
ulang yang buka.
16. Apa yang Anda ketahui tentang Majelis Ulama Indonesia ?
Lembaga agama Islam. Lembaga pengawasan bagi umat Islam di Indonesia.
17. Apa yang Anda ketahui tentang Hukum ?
18. Apa yang Anda ketahui tentang UU Pangan, UU Perlindungan Konsumen, UU
Kesehatan ?
Tahu.
19. Apa yang Anda ketahui tentang Sertifikat Halal MUI ?
Sertifikat halal adalah surat keterangan yang menyatakan bahwa produk
yang dikeluarkan oleh perusahaan itu halal.
Bagaimana tanggapan anda terhadap sertifikat halal MUI ?
Sertifikat halal itu perlu karena memberikan manfaat kepada perusahaan.
Untuk meyakinkan masyarakat/konsumen bahwa produk dari perusahaan
tersebut halal. Sehingga konsumen membeli produk tidak berfikir panjang
karena produk sudah jelas halalnya.
20. Apakah Anda sudah melaksanakan Sertifikasi Halal ke MUI ? Mengapa ?
Belum, karena :
-produk kami masih dalam pengembangan.
-kenapa pemerintah tidak mewajibkan sertifikat halal.
-biaya sertifikat halal akan membebani perusahaan karena menambah
pengeluaran perusahaan.
-karena air gak dicampur (jauh) dari bahan haram.
-kami sudah menerapkan SNI.
21. Setelah Anda mengetahui tentang sertifikat halal MUI, apakah anda berniat
atau bersedia melaksanakan sertifikasi ke MUI ?
Ya berniat. Kalau diwajibkan ya berniat, tapi kalau selama masih gini
(sukarela/belum menjadi peraturan) ya tidak perlu.
22. Menurut informasi yang Saya ketahui dari LP POM, untuk melaksanakan
sertifikasi halal perusahaan harus mengeluarkan biaya antara Rp. 500.000,00
sampai Rp. 2.500.000,00 atau lebih (relatif). Menurut Anda, apakah biaya
demikian memberatkan perusahaan ?
Ya kalau bisa semurah mungkin.
Perusahaan masih belum tahu prosedur pelaksanaannya. MUI harus lebih
mensosialisasikan sertifikat halal.
23. Seberapa pentingkah produk/makanan halal menurut Anda ?
Sangat penting, karena sebagai seorang muslim kehalalan menjadi hal yang
wajib.
24. Apakah Anda setuju jika sertifikat halal ini diwajibkan kepada setiap
perusahaan termasuk perusahaan Anda ?
Mengapa ?
Setuju asal biaya murah.
Tidak dipersulit kepengurusannya.
Kalau di Indonesia wajib karena 90% penduduk Indonesia muslim.
Keterangan lain :
Apakah yang bekerja disini muslim ?
Muslim, ada juga yang non muslim 2 karyawan.
-produk juga dikonsumsi sendiri.
-dengan sertifikat halal ada keuntungannya bagi perusahaan, kalau konsumen
membeli tidak berfikir panjang karena jelas halal.
-pihak perusahaan sudah mengetahjui sebagian konsep makanan halal dalam
Islam seperti babi, barang menjijikkan, dll.
170
Hasil Wawancara Julian
Informan : Hesti Sukaryani
Jabatan : Pemilik Pabrik
Perusahaan : Julian Bakery
Alamat : Jl. Kumudasmoro Selatan 24 Semarang
Tanggal : 4 Januari 2010
25. Sejak kapan Anda memulai usaha ini ? (dan lain-lain)
22 Juli 2002 (8 tahun yang lalu)
26. Berapa jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan ini ?
25 karyawan
Berapa pendapatan dari usaha Anda ini ?
Rata-rata 8 juta perhari
27. Apa yang Anda ketahui tentang Majelis Ulama Indonesia ?
Suatu lembaga atau organisasi yang membina khususnya perkembangan,
kemunduran, baik dan buruk daripada umat khususnya umat Islam di
Indonesia.
28. Apa yang Anda ketahui tentang Hukum ?
Suatu rem atau rambu-rambu dimana seseorang itu bisa berkarya, berfikir,
berpendapat, bekerja, berusaha dll. Hukum adalah rambu-rambu dari apapun
yang dilakukan oleh manusia.
Apa Anda tahu tentang UUPK ?
Tahu. UU ini melindungi konsumen dari barang atau sesuatu yang akan
dibelinya.
Apakah Anda tahu tentang UU Pangan ?
UU yang mengatur tentang pangan. UU ini mengatur barang-barang atau
produk (baik dalam negeri maupun luar negeri).
29. Apa yang Anda ketahui tentang Sertifikat Halal MUI ?
Sertifikat halal itu diberikan karena yang bersangkutan (perusahan)
mengajukan permintaan sertifikasi halal.
Sertifikat halal ini muncul karena barang-barang atau produk yang dijual
oleh perusahaan itu ada resiko tidak halal (mengandung bahan haram).
Dengan sertifikat halal, yang mengajukan permintaan sertifikat halal
ingin/bisa bergerak bebas, bahwa produknya tidak mengandung bahan haram
seperti minyak babi.
30. Apakah Anda sudah melaksanakan Sertifikasi Halal ke MUI ? Mengapa ?
Belum.
Karena produk Saya menggunakan bahan halal (tidak haram). Meskipun ada
isi-isu bahan berasal dari minyak babi atau bahan haram.
Pegawai Saya 100% muslim.
Soal makanan, antara yang mengandung babi atau tidak itu baunya sudah
berbeda.
Ngapain repot-repot menggunakan bahan haram kalau ada banyak alternatif
lain yang halal.
Tanpa sertifikat halal produk saya sudah sampai ke luar kota meliputi
Semarang, jepara, kendal, magelang (70% wilayah Jawa Tengah).
31. Setelah Anda mengetahui tentang sertifikat halal MUI, apakah anda berniat
atau bersedia melaksanakan sertifikasi ke MUI ?
Berminat sekali. Tetapi itu menyangkut birokrasi, administrasi, perluasan
wilayah dan lain-lain.
Makanan halal menurut Saya adalah makanan yang baik untuk tubuh.
Misalnya roti itu mengandung telur dan margarin dimana bahan ini sangat
mudah tengik/menjamur, sehingga roti menjadi tidak tahan lama. Kalau ada
roti yang tahan lama pasti ada apa-apanya.
Apakah ada izin dari pemerintah ?
Ada: (1) dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, (2) dari Dinas
Kesehatan mengenai produk.
Mengapa ? Apakah ada hambatan ?
Apakah perlu bantuan ?
32. Menurut informasi yang Saya ketahui dari LP POM, untuk melaksanakan
sertifikasi halal perusahaan harus mengeluarkan biaya antara Rp. 500.000,00
sampai Rp. 2.500.000,00 atau lebih. Menurut Anda, apakah biaya demikian
memberatkan perusahaan ?
Berikan alasan !
Informasi yang saya dapatkan itu 3 sampai 5 juta, informasi itu saya ketahui
sudah lama, sebelum tahun 2009.
Sebenarnya kalau biaya sertifikat halal itu dalam bilangan ratusan, pasti
banyak sekali yang ikut (mengajukan permintaan sertifikat halal) tetapi kalau
sudah jutaan........ya pikir-pikir dulu.....
Lalu idealnya berapa biaya sertifikat halal menurut Anda ?
Melihat kewajaran. Seharusnya lembaga itu (MUI) itu kan bukan bersifat
konsumtif , apalagi sertifikat halal itu tiap dua tahun sekali diperbaharui.
Bagaimana dengan biaya sertifikat halal mengurangi pendapatan menurut
Anda ?
Semuanya itu main hitungan mas...Ketika perusahaan itu disodorkan angka,
perusahaan akan memperhitungkan baik dan buruknya bagi perusahaan.
Apakah ada pemeriksaan dari BPOM ?
Belum ada. Dari Dinas Kesehatan pernah datang kemudian juga pernah ada
kunjungan dari Fakultas Pangan UNDIP.
33. Seberapa pentingkah produk/makanan halal menurut Anda ?
Makanan halal menurut Saya selain tidak mengandung babi dan apa yang di
utarakan dala Islam juga tidak mengandung bahan yang tidak berguna bagi
tubuh.
Kalau produk roti itu bisa bertahan sanagat lama tidak menjamur pasti
dikasih bahan-bahan tertentu.
Kalau di luar muslim, makanan itu dilihat dari baik dan buruknya bagi tubuh.
Masyarakat itu terkadang memiliki kebiasaan buruk terhadap makanan dan
memilih makanan. Ada roti dari Si A (dirahasiakan), selama tiga minggu tidak
menjamur. Setelah saya rasakan...rasanya ternyata sudah tidak enak.
Pengusaha roti tahu seperti apa sifat roti yang baik tetapi pembeli karena
lapar atau tidak tahu, dibeli juga akhirnya.
Penjual itu juga harus memberi pengertian bahwa roti yang bertahan dalam
jangka pendek itu lebih baik daripada roti yang tahan lama. (penulis: ini
berarti bahwa pembeli itu sebenarnya terpaku dan tertarik dengan warna
tekstur, aroma atau bentuk produk bukan melihat dari kualitasnya produknya).
Disamping itu, roti ini tidak hanya dipasarkan tetapi juga dimakan sendiri,
saya dan keluarga, jadi tidak mungkin merusak atau membahayakan diri
sendiri.
34. Apakah Anda setuju jika sertifikat halal ini diwajibkan kepada setiap
perusahaan termasuk perusahaan Anda ?
Mengapa ? (Terkait dengan UU Jaminan Produk Halal).
Setuju........, tetapi peraturan baku itu harus dibuat dengan melihat suasana.
Di Indonesia, industri khususnya industri kecil menengah itu kondisinya
sangat buruk, kalau dibebani dengan biaya-biaya, ini akan lebih buruk lagi.
Jadi situasinya harus baik dan terkendali. Benahi dulu kondisi masyarakatnya
jangan UU dibuat dulu. Kalau UU dibuat dulu sebelum kondisi
masyarakatnya baik dan terkendali nanti yang ada adalah pertikaian. Jika
ada perbedaan pendapat dibulatkan dahulu.
Jadi saya setuju tetapi harus dibenahi dulu. Kalau peraturan-peraturan
diganti-ganti terus orang menjadi bingung dan tidak jelas keadilannya.
Bagaimana kalau semua lembaga dijadikan satu wadah (MUI, DISKES, Dinas
Industri, BPOM dll) ?
Itu baik sekali tetapi itu menyangkut kepentingan masing-masing dan semua
kembali pada hati nurani masing-masing.
Uang itu bisa menjadi menyenangkan kalau dibawa dengan rasa tanggung
jawab sebaliknya tidak tidak akan menyenangkan ketika tidak didasari dengan
tanggung jawab.
Keadilan itu kembali kepada hati nurani.
Keadilan dikembalikan kepada agama sudah cukup.
174
Hasil Wawancara Mie Lonceng
Informan : Budi Suryono
Jabatan : Pengelola
Perusahaan : Home Industri “Mie Lonceng”
Alamat : Jl. Puspowarno 1 No. 25 Semarang
Tanggal : 20 Februari 2010
35. Sejak kapan Anda memulai usaha ini ? (dan lain-lain)
Sejak 1975.
36. Berapa jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan ini ?
5 karyawan.
37. Bagaimana perkembangan industri/perusahaan Anda ?
Seminggu 3x kerja.
Karena sepi dan tidak ada order.
Dipasarkan di daerah Semarang dan Kudus.
Berapa omset penjualannya ?
Wah sepi, sekarang aja gak ada order.
38. Apa yang Anda ketahui tentang Majelis Ulama Indonesia ?
Lembaga sertifikasi halal.
39. Apa yang Anda ketahui tentang Hukum ?
Peraturan-peraturan.
40. Apa yang Anda ketahui tentang UU Pangan, UU Perlindungan Konsumen, UU
Kesehatan ?
Tahu, bisa dipahami secara garis besar.
41. Apa yang Anda ketahui tentang Sertifikat Halal MUI ?
Tahu, tetapi ngurusnya gimana tidak tahu.
42. Apakah Anda sudah melaksanakan Sertifikasi Halal ke MUI ? Mengapa ?
Belum, karena tidak tahu bagaimana cara menrurusnya.
43. Setelah Anda mengetahui tentang sertifikat halal MUI, apakah anda berniat
atau bersedia melaksanakan sertifikasi ke MUI ?
Ya, berniat. Sudah ada rencana untuk sertifikasi.
Apakah ada hambatan ?
Hambatannya: apa saja yang diperlukan, surat-suratnya, bahan-bahan yang
harus diajukan.
44. Menurut informasi yang Saya ketahui dari LP POM, untuk melaksanakan
sertifikasi halal perusahaan harus mengeluarkan biaya antara Rp. 500.000,00
sampai Rp. 2.500.000,00 atau lebih. Menurut Anda, apakah biaya demikian
memberatkan perusahaan ?
Kalau 500 ke bawah sih dak apa-apa, tapi kalau lebih ya keberatan. Karena
kondisi perusahaan sendiri: seminggu 3x kerja, omset kecil, perlu bantuan.
45. Seberapa pentingkah produk/makanan halal menurut Anda ?
Penting !! karena minat masyarakat terhadap produk halal sangat besar.
46. Apakah Anda setuju jika sertifikat halal ini diwajibkan kepada setiap
perusahaan termasuk perusahaan Anda ?
Mengapa ?
Setuju, sebab sudah jamannya produk halal ini.
Keterangan lain :
1. Agama: muslim (2 taat)
2. Kejayaan (kesuksesan): sebelum tahun 1990.
Perusahaan kecil (seperti mie seperti ini) sekarang itu susah. Kenapa ?
Contohnya: harga Indomie di toko Rp. 1200. Untuk perusahaan kecil
membuat mie yang sama dengan penjualan seharga Rp. 1200 tidak bisa,
karena Indomie dari hulu sampai ke hilir mempunyai pabrik sendiri, mulai
dari plastik, tepung dan bahan lainnya, pabriknya punya semua.
Industri Kecil kalau membeli bahan yang sama dengan bahan industri besar
(Indofood) harganya lebih mahal. Sehingga harga penjualan juga akan lebih
tinggi (efek penjualan semakin mahal).
Perusahaan besar bisa menekan harga.
Pada intinya perusahaan kecil kalah dengan perusahaan besar karena:
-Modal
-Harga
-Manajemen
-Meskipun tepung (bahan)nya sama dengan perusahaan besar tetapi harga
bahannya berbeda karena perusahaan besar mengambil/membeli bahan
tersebut dalam jumlah besar sehingga mendapat potongan harga. Bagi
perusahaan kecil tentu saja tidak mampu.
177
Hasil Wawancara PIA Yuliana
Informan : Ibu Yuliana
Jabatan : Pemilik Home Industry
Perusahaan : Home Industry Pia dan kue Bolu
Alamat : Jl. Bongsari No. 4 Semarang
Tanggal : 20 Maret 2010
47. Sejak kapan Anda memulai usaha ini ? (dan lain-lain)
Belum lama mas, ini kan tadinya jual terus berhenti karena krismon (krisis
moneter) tahun 1997. Kalau dari awalnya saya sudah nemu, permulannya dari
Bapak. Ibu kesini sudah ada, ini sampingan saja dari suami saya (Bpk. Ateng).
Kalau awalnya sebelum krisis saya sudah lupa. (Buka lagi setelah krisis) tahun
2006.
48. Berapa jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan ini ?
Ini bukan karyawan mas, cuma saudara-saudara..., kan bekerja di daerah sini.
Di sini bantuin. Mereka pada kerja di pabrik, SPD Panca Tunggal gitu.
Kadang masuknya sif-sifan. Kesini bantuin.
Yang bantuin 3, keponakan. Tapi bukan bekerja di sini lo mas. Dia cuma
nunut tempat sama makan. Keponakan-keponakan sendiri.
49. Bagaimana perkembangan industri/perusahaan Anda ?
Perkembangan industri mundur. Kalau sebelum krisis gampang. Tahun 1990-
1995 itu lancar. Kendalanya krisis karena bahan-bahannya naik tapi rotinya
gak bisa naik. Kalau harga naik gak laku.
Kalau sekarang juga sama malah lebih parah yang sekarang ini. Harganya kan
dulu gula gak seperti sekarang, yang sampai 12.000. jaman dulu jual kue
satunya 500 padahal harga gula cuma 6000. tapi sekarang harga jual 500 harga
gulanya 12.000. (2x lipatnya).
Tepungnya jaman dulu 80.000 sekarang 160.000-170.000 satu saknya. Saya
pakai Cakra.
50. Apa yang Anda ketahui tentang Majelis Ulama Indonesia ?
Kurang tahu mas karena ibu kristiani.
51. Apa yang Anda ketahui tentang Sertifikat Halal MUI ?
Belum tahu.
52. Apakah Anda sudah melaksanakan Sertifikasi Halal ke MUI ? Mengapa ?
Pertama belum tahu.
Kedua, ibu ini kan produksinya sedikit-sedikit dan dikerjakan sendiri. Kadang
kalau capek ya libur. Jadi tidak tentu.
(masih perlu peningkatan menejemen dan hanya usaha sampingan).s
53. Setelah Anda mengetahui tentang sertifikat halal MUI, apakah anda berniat
atau bersedia melaksanakan sertifikasi ke MUI ?
Mengapa ? Apakah ada hambatan ?
Apakah perlu bantuan ?
Kalau untuk sementara ini belum dulu karena produksinya kan belum lancar,
belum berkembang. Kalau seumpama ini sudah berkembang ya...ini kan
terhambat modal. Seumpama mau berkembang kan kendalanya harus punya
modal. (jadi tidak hanya karena bahan pokok saja). Tapi modal juga.
Kalau mau seumpama cari karyawan tetap..., kalau ini kan cuma keponakan-
keponakan. Kalau punya karyawan tetap kan harusnya produksinya rutin.
Kalau ada karyawan produksinya rutin kan bisa teratur dan sekarang belum
teratur.
54. Menurut informasi yang Saya ketahui dari LP POM, untuk melaksanakan
sertifikasi halal perusahaan harus mengeluarkan biaya antara Rp. 500.000,00
sampai Rp. 2.500.000,00 atau lebih (relatif). Menurut Anda, apakah biaya
demikian memberatkan perusahaan ?
Berikan alasan !
Berat sekali. Ya kalau ibu berat kan usahanya belum lancar. Kalau saat ini
belum ada dananya untuk ke situ (sertifikat halal), karena akan menambah
beban pengeluaran.
Harusnya bisa buat tambah modal, dan kembali berputar. Kan itu sepertinya
uang mati maksudnya gak berkembang lagi. Kalau seumpama buat beli tepung
lagi kan berkembang.
55. Seberapa pentingkah produk/makanan halal menurut Anda ?
Ya penting sekali sebenarnya. Tetapi ibu kalau untuk sekarang ini belum
mampu yang jelas. (mungkin tahun-tahun ke depan).
56. Apakah Anda setuju jika sertifikat halal ini diwajibkan kepada setiap
perusahaan termasuk perusahaan Anda ?
Mengapa ?
Kalau diwajibkan ibu kurang setuju. Karena seperti saya kalau diwajibkan
merasa keberatan mas. (untuk industri kecil mungkin malah akan mematikan).
57. Apa yang Anda ketahui tentang Hukum ?
58. Apa yang Anda ketahui tentang UU Pangan, UU Perlindungan Konsumen,
UU Kesehatan, dll. ?
UU Pangan belum tahu.
UU Perlindungan Konsumen belum tahu.
UU Kesehatan... tentang menjaga kebersihan. Tahu secara umum.
59. Apa yang Anda ketahui tentang makanan/produk halal ?
Kalau menurut ibu tahunya ya tidak memakai minyak babi. Yang lain tidak
tahu/belum tahu. Katanya kalau itu buat pia bisa keras. Seperti Pia Patok itu
katanya rahasia Cuma katanya pakai minyak babi. Tapi kalau sini kan gak
berani walaupun ibu ini kristiani. Gak berani pakai kan itu tidak halal.
60. Kalau dari sisi persaingan usaha, bagaimana perkembangannya Bu ?
Banyak persaingan. Kalau di sekitar sini gak ada tapi kalau di pasar (banyak
persaingan). Larinya (pemasarannya) ke pasar sama ke warung-warung.
Pemasarannya ke (pasar) Karang Ayu dan toko/warung-warung dekat sini.
Kalau lingkup luasnya hanya sekitar sini belum sampai ke luar daerah.
Dulu pernah mas, sebelum moneter itu. Sampai di Kendal, sampai Weleri.
Tapi kalau sekarang itu kelihatannya gak cucuk, karena masuk pasar kan
harganya rendah.
Kalau matok harga berapa ?
Di sini masuk pasar harganya 350, nanti di pasar jualnya 400 kan rendah
banget mas. Nanti sampai konsumen harganya 500.
Kalau di warung-warung kan harganya langsung 400 jadi lebih mahal.
Kan tangan pertama...tangan kedua... Kalau langsung masuk ke warung kan
tangan ke dua. (berarti ini nilai/harganya lebih tinggi).
61. Apa yang membantu ibu disini muslim ?
Muslim semua.
181
Hasil Wawancara PT. Sarika Pro Qua
Informan : Bpk. Ratman
Jabatan : Kepala Produksi
Perusahaan : Industri “PT. Sarika”
Alamat : Jl. Puspowarno Selatan No. 55 Semarang
Tanggal : 27 Februari 2010
62. Sejak kapan Anda memulai usaha ini ? (dan lain-lain)
Sejak 1994.
63. Berapa jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan ini ?
10 karyawan.
64. Bagaimana perkembangan industri/perusahaan Anda ?
-merosot drastis karena banyaknya industri minuman isi ulang yang
merajalela, door to door. Sengkan kita hanya mempunyai langganan pada
warung-warung/toko-toko kecil dan menunggu produknya habis. (faktor
menejemen pemasaran).
-produk dipasarkan di Semarang dan Kendal.
65. Apa yang Anda ketahui tentang Majelis Ulama Indonesia ?
Tidak tahu.
66. Apa yang Anda ketahui tentang Hukum ?
67. Apa yang Anda ketahui tentang UU Pangan, UU Perlindungan Konsumen, UU
Kesehatan ?
Tidak tahu.
68. Apa yang Anda ketahui tentang Sertifikat Halal MUI ?
Kurang tahu, suatu produk yang tidak dicampuri daging anjing, babi.
69. Apakah Anda sudah melaksanakan Sertifikasi Halal ke MUI ? Mengapa ?
Belum, karena tidak tahu bagaimana prosedurnya. Kepada siapa harus
diajukan. Dimana lokasinya. Berapa biayanya, dll.
70. Setelah Anda mengetahui tentang sertifikat halal MUI, apakah anda berniat
atau bersedia melaksanakan sertifikasi ke MUI ?
Belum punya niat. Masalahnya di sini produksi air mineral, kecuali kalau
jenis makanan maka hal itu lain.
Kalau air mineral kan di saring dan disterilkan tentu saja halal. Masak air
disterilkan haram ?.
71. Menurut informasi yang Saya ketahui dari LP POM, untuk melaksanakan
sertifikasi halal perusahaan harus mengeluarkan biaya antara Rp. 500.000,00
sampai Rp. 2.500.000,00 atau lebih (relatif). Menurut Anda, apakah biaya
demikian memberatkan perusahaan ?
Untuk perusahaan besar tidak masalah, tapi kalau perusahaan kecil ya
keberatan.
72. Seberapa pentingkah produk/makanan halal menurut Anda ?
Kalau di Indonesia sangat penting, masalahnya sebagian penduduknya
muslim.
73. Apakah Anda setuju jika sertifikat halal ini diwajibkan kepada setiap
perusahaan termasuk perusahaan Anda ?
Mengapa ?
Setuju, baik sekali. Kalau perlu semua produk harus bersertifikat halal. Tapi
jangan di demo juga.
183
Hasil Wawancara Puspa
Informan : Kuniati
Jabatan : Karyawan
Perusahaan : Home Industri roti “Puspa”
Alamat : Jl. Puspowarno 2 Semarang
Tanggal : 5 Januari 2010
74. Sejak kapan Anda memulai usaha ini ? (dan lain-lain)
Sudah lama mas, kurang tahu tepatnya.
75. Berapa jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan ini ?
3 karyawan.
Keterangan lain:
-sekarang sepi tidak seperti dulu lagi.
-banyak toko-toko baru yang buka.
-sebelum tahun 1998 ramai tetapi setelah itu semakin lama semakin merosot.
184
Hasil Wawancara Seruni
Informan : Anis Widyastuti
Jabatan : Pimpinan
Perusahaan : Home Industri dan Toko Roti ”SERUNI”
Alamat : Jl. Pusponjolo Barat Raya No. 15 Semarang
Tanggal : 5 Januari 2010
76. Sejak kapan Anda memulai usaha ini ? (dan lain-lain)
Tepatnya kurang tahu, sekitar 3 tahunan.
77. Berapa jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan ini ?
4 karyawan.
Berapa omset penjualannya rata-rata, Mbak ?
Nggak pasti mas, sekitar tiga tarus ribu perhari, kalau ada pesanan sekitar
enam ratus sampai –tujuh ratus perhari.
78. Apa yang Anda ketahui tentang Majelis Ulama Indonesia ?
Tahu. Tentang halal atau tidak kalau menyangkut makanan.
79. Apa yang Anda ketahui tentang Hukum ?
Semacam peraturan...
Mbak tahu UUPK ?
Tahu. Dulu waktu sekolah pernah belajar tapi poin-poinnya kurang tahu.
Kalau UU Pangan ?
Tidak tahu...
80. Apa yang Anda ketahui tentang Sertifikat Halal MUI ?
Sertifikat halal itu tentang halal tidaknya makanan.
81. Apakah Anda sudah melaksanakan Sertifikasi Halal ke MUI ? Mengapa ?
Belum, tapi kata Bos Saya juga mau di sertifikasi halal...baru mau jalan
(rencana)...
Apa semua karyawannya beragama Islam ?
Islam semua kecuali bos, Kristen Cina.
82. Setelah Anda mengetahui tentang sertifikat halal MUI, apakah anda berniat
atau bersedia melaksanakan sertifikasi ke MUI ?
Ada niat, soalnya memang roti ini harus dikasih label halal.
Apakah ada hambatan ?
Nggak ada, karena memang sudah ada rencana untuk sertifikat halal.
83. Menurut informasi yang Saya ketahui dari LP POM, untuk melaksanakan
sertifikasi halal perusahaan harus mengeluarkan biaya antara Rp. 500.000,00
sampai Rp. 2.500.000,00 atau lebih. Menurut Anda, apakah biaya demikian
memberatkan perusahaan ?
Berikan alasan !
Tidak masalah, soalnya sini cuma cabang, pusatnya di Kudus kalau disana
ramai dan karyawannya juga lebih banyak.
Kenapa tidak diperluas pemasarannya, Mbak ? (dijual keliling)
Untuk sementara, disini baru membuat sendiri dan dijual sendiri.
Selain dijual apakah karyawan disini juga mengkonsumsi ?
Ya kadang-kadang kalau tidak habis ya...dimakan sendiri.
84. Seberapa pentingkah produk/makanan halal menurut Anda ?
Soalnya Saya juga orang Islam, jadi penting juga kehalalan makanan itu.
85. Apakah Anda setuju jika sertifikat halal ini diwajibkan kepada setiap
perusahaan termasuk perusahaan Anda ?
Mengapa ?
Setuju, supaya pelanggan atau pembelinya tahu bahwa makanan yang dijual
disini halal karena yang punya itu orang Cina.
Kalau dibebani dengan biaya demikian tadi gimana ?
Soal biaya tidak bermasalah, karena disini toko (usaha) cabang, punya pusat
di Kudus.
186
Hasil Wawancara Subur Jaya
Informan : Nani Nurhayati
Jabatan : Pemilik
Perusahaan : Sirup Subur Jaya
Alamat : Jl. Wr. Supratman No. 47 Semarang
Tanggal : 6 Januari 2010
86. Sejak kapan Anda memulai usaha ini ? (dan lain-lain)
Sudah lama, 20 tahunan.
87. Berapa jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan ini ?
10 orang, kalau rame biasanya ditambah karyawannya soalnya kalau bulan-
bulan puasa itu permintaan pembeli naik.
Biasanya ditambah limaan tapi tergantung ramainya juga.
Sampai mana usaha Ibu dipasarkan ?
ya Semarang, Kendal (Cepiring)...orang beli itu karena kecocokan, kalau ada
pembeli yang fanatik itu jadi langganan...
88. Apa yang Anda ketahui tentang Majelis Ulama Indonesia ?
Tidak tahu.
89. Apa yang Anda ketahui tentang Hukum ?
90. Apa yang Anda ketahui tentang Sertifikat Halal MUI ?
Tidak tahu. Saya bagian dalam, jarang keluar (memasarkan).
(Penanya menjelaskan tentang sertifikat halal).
Minuman kan tidak ada hubungannya dengan dahing. Bahan pembuatnya kan
Cuma gula, essen-essen...minuman tidak perlu dikasih halal karena tidak
berbau (mengandung) daging.
Kalau dari salesnya apa pernah ada keluhan dari konsumen atau pembeli
tentang halal ini?
Saya tidak tahu.
Kalau dari BPOM apa pernah ada kunjungan ?
Ga ada. Tapi kalau dari Dinas Kesehatan pasti ada tiap tahunnya.
91. Apakah Anda sudah melaksanakan Sertifikasi Halal ke MUI ? Mengapa ?
Belum pernah. Kalau memang diharuskan ya...dilakukan, tapi kalau tidak ya
tidak. Disini kan industri kecil.
92. Setelah Anda mengetahui tentang sertifikat halal MUI, apakah anda berniat
atau bersedia melaksanakan sertifikasi ke MUI ?
Mengapa ? Apakah ada hambatan ?
Apakah perlu bantuan ?
Kalau disini kan industri kecil...kalau memang harus (sertifikat halal) ya
dijalani...tapi kalau belum perlu ya tidak usah karena akan menambah beban
pengeluaran lagi...
93. Menurut informasi yang Saya ketahui dari LP POM, untuk melaksanakan
sertifikasi halal perusahaan harus mengeluarkan biaya antara Rp. 500.000,00
sampai Rp. 2.500.000,00 atau lebih. Menurut Anda, apakah biaya demikian
memberatkan perusahaan ? (belum ada standartnya karena menyangkut jarak
dan jenis produk)
Berikan alasan !
Untuk berapa tahun ? (2 tahun sertifikat halal harus diperbaharui).
Kalau memang perlu ya gak apa apa ?
94. Seberapa pentingkah produk/makanan halal menurut Anda ?
Semua makanan mesti halal dan baik.
95. Apakah Anda setuju jika sertifikat halal ini diwajibkan kepada setiap
perusahaan termasuk perusahaan Anda ?
Mengapa ?
Kalau memang diharuskan ya dilaksanakan tapi kalau tidak ya tidak.
(mengikuti aturan).
Kalau disini ada dua jenis, ada yang kemasan botol plastik dan ada yang
botol beling. Kalau yang laris itu rasa nanas sama melon.
Berapa omset penjualan rata-rata Bu ?
Gimana ya mas, sekarang itu sepi. Jadi ya gak pasti. Yang penting
pasarannya (jaringannya) luas. Bisa balik modal aja sudah baik mas.
Yaa...mau gimana lagi, rugi-rugi ya dipertahankan....
(penanya mensosialisasikan lagi tentang manfaat sertifikast halal bagi produk).
Ibu muslim atau non muslim ?
Saya Katolik.
…………………….Wah ! Ma kasih benget Bu, sudah dibantu masih di
kasih…
189
Hasil Wawancara Tirta Yoga
Informan : Hj. Siti Atkonah
Jabatan : Pemilik Usaha
Perusahaan : Air Minum Tirta Yoga
Alamat : Jl. Mintojiwo Timur No. 5 Semarang
Tanggal : 4 januari 2010
96. Sejak kapan Anda memulai usaha ini ? (dan lain-lain)
Lama (5 tahunan).
97. Berapa jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan ini ?
2 karyawan.
98. Apa yang Anda ketahui tentang Majelis Ulama Indonesia ?
Tidak tahu, pokoknya tentang Islam.
99. Apa yang Anda ketahui tentang Hukum ?
Aturan pemerintah yang mengatur masyarakat.
100. Apa yang Anda ketahui tentang Sertifikat Halal MUI ?
Semacam produk halal makanan.
101. Apakah Anda sudah melaksanakan Sertifikasi Halal ke MUI ? Mengapa ?
Sudah mendapat izin usaha dagang (Disperindag), belum mendapat sertifikat
halal dari MUI.
102. Setelah Anda mengetahui tentang sertifikat halal MUI, apakah anda
berniat atau bersedia melaksanakan sertifikasi ke MUI ?
Mengapa ? Apakah ada hambatan ?
Apakah perlu bantuan ?
Tidak keberatan (bersedia).
Air minum ini diambil dari pegunungan Ungaran dengan harga 110 ribu. Di
sini mempunyai 6 tangki. Sebelum dijual diproses melalui penyaringan.
103. Menurut informasi yang Saya ketahui dari LP POM, untuk melaksanakan
sertifikasi halal perusahaan harus mengeluarkan biaya antara Rp. 500.000,00
sampai Rp. 2.500.000,00 atau lebih. Menurut Anda, apakah biaya demikian
memberatkan perusahaan ?
Berikan alasan !
Ya keberatan.....la wong untungnya cuma 1000 per drigen.
104. Seberapa pentingkah produk/makanan halal menurut Anda ?
Minuman yang bersih, tidak mengandung bahan-bahan haram.
105. Apakah Anda setuju jika sertifikat halal ini diwajibkan kepada setiap
perusahaan termasuk perusahaan Anda ?
Mengapa ?
Setuju tapi jangan mahal.
106. Pengamatan Penulis: Usaha air minum Tirta Yoga sudah memenuhi syarat
secara bakteriologi untuk air minum dari Balai Laboratorium Kesehatan
Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tahun 2003. (pH = 8,2).