struktur sumatra

12
STRUKTUR GEOLOGI Pulau Sumatera terbentuk akibat adanya kolisi antara beberapa continental block dan kerak samudra. Untuk Continental block berasal dari Gondwana seperti Sibumasu yang bergabung dari selatan ke utara dengan Continental block berasal dari Eurasia seperti Indochina yang nantinya memiliki basement rock yang sama seperti Bangka Belitung yang berupa Granit dan West Sumatra yang memiliki karakteristik sama seperti West Burma. Lalu untuk kerak samudra yang menjadi pengisi basement rock bagian barat adalah Woyla Terranes sebagai hasil dari subduksi yang berada disebelah barat Sumatra yang berumur Jurasik akhir hingga awal Kapur dan mulai menumbuk Pulau Sumatera saat itu di umur Carbon hingga Kapur Tengah (lihat gambar 1). Hasil dari proses kolisi dari blok-blok penyusun Pulau Sumatera memiliki batas sutur untuk masing-masingnya yang menyebabkan dari masing-masing blok-blok ini memiliki tren batas sutur yang berarah N-S dan NW-SE yang menandakan adanya struktur besar yang mempengaruhi tren dari batas sutur tersebut.

Upload: muhammad-rahmatullah-husein-ali

Post on 19-Dec-2015

70 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

v

TRANSCRIPT

STRUKTUR GEOLOGIPulau Sumatera terbentuk akibat adanya kolisi antara beberapa continental block dan kerak samudra. Untuk Continental block berasal dari Gondwana seperti Sibumasu yang bergabung dari selatan ke utara dengan Continental block berasal dari Eurasia seperti Indochina yang nantinya memiliki basement rock yang sama seperti Bangka Belitung yang berupa Granit dan West Sumatra yang memiliki karakteristik sama seperti West Burma. Lalu untuk kerak samudra yang menjadi pengisi basement rock bagian barat adalah Woyla Terranes sebagai hasil dari subduksi yang berada disebelah barat Sumatra yang berumur Jurasik akhir hingga awal Kapur dan mulai menumbuk Pulau Sumatera saat itu di umur Carbon hingga Kapur Tengah (lihat gambar 1). Hasil dari proses kolisi dari blok-blok penyusun Pulau Sumatera memiliki batas sutur untuk masing-masingnya yang menyebabkan dari masing-masing blok-blok ini memiliki tren batas sutur yang berarah N-S dan NW-SE yang menandakan adanya struktur besar yang mempengaruhi tren dari batas sutur tersebut.

Gambar 1. Blok-blok tektonik benua di Asia TenggaraUntuk batas sutur yang ada dari timur ke barat Bentong-Raub Suture, Medial Sumatra Tectonic Line, dan Takengan-Bandar Lampung Mesotethys Suture. Masing-masing dari sutur ini memiliki bidang lemah, sehingga saat terjadi kolisi dari India terhadap lempeng Eurasia, gaya yang dilepas sangatlah besar dan diteruskan menuju Asia Tenggara. Karena pada saat itu di sepanjang pulau Sumatra hingga Semenanjung Malaya terdapat banyak zona sutur akibat dari batas pergerakan lempeng tektonik saat itu yaitu berupa zona subduksi yang Pada awalnya memiliki arah NW-SE sehingga arah sesar yang terbentuk di sumatra saat itu adalah N-S. Kemudian terjadi berubahan arah subduksi menjadi NE-SW sehingga arah sesar yang terbentuk kemudian adalah NW-SE (lihat gambar 2). Gambar 2. Perubahan arah gaya tektonik pada Pulau Sumatera (Sribudiyani et al., 2003)Gaya yang dilepas oleh kolisi tadi menghasilkan sesar utama yang bekerja pada Pulau Sumatera yaitu sesar geser sinistral yang termanifestasikan dari batas sutur tadi dan teraktifasi bidang lemah tersebut oleh gaya lepas dari tumbukan antara India dan Eurasia. Dengan demikian Sesar Malaka dan Sesar Sumatra terbentuk disini adalah sesar geser dekstral dengan pola right-stepping. Dengan menggunakan Simple Shear model dari Harding, 1973 didapatkan pola-pola struktur geologi yang terdapat di sepanjang Pulau Sumatera (lihat gambar 3).

Gambar 3. Arah gaya utama pembentuk pola struktur geologi di pulau Sumatera

Lalu didapati bahwa sesar-sesar mendatar yang dominan di Sumatera ini memiliki variasi struktur yang berkembang di dalamnya, yang berperan terhadap pembentukkan cekungan-cekungan yang cukup besar dan menghasilkan hidrokarbon selama ini serta mineral ekonomis. Seperti yang diketahui dalam sesar mendatar ini pada bagian ujung belakang akan membentuk sesar-sesar turun yang berjenjang dan memperlihatkan bentukan dari horsetail dan bentukan cekungannya biasa disebut dengan half graben.

Kemudian hasil dari right stepping dari sesar geser dekstral akan menghasilkan wrench fault yang nantinya membentuk cekungan pull apart basin dan hasil dari left stepping berupa Pop up yang menghasilkan tersingkapnya batuan-batuan dasar yang memiliki hubungannya dengan mineral ekonomis dan memperlihatkan sejarah tektoniknya dengan melakukan penelitian pada batuan dasar tersebut (lihat gambar 4).

Gambar 4. Variasi struktur yang berkembang dalam sistem sesar mendatar

Kemudian berikut adalah implementasi dari hasil struktur tersebut terhadap pembentukan cekungan-cekungan besar yang ada di Pulau Sumatera berupa Pul Apart Basin.

Gambar 4.1. Implementasi struktur geologi terhadap cekungan SumateraCONTOH PEMBENTUKAN STRUKTUR DALAM CEKUNGAN SUMATRA

Gambar 5. Ilustrasi kondisi elemen tektonik North Sumatra Basin dan sekitarnya. (PND, 2006)Cekungan Sumatra Utara terletak pada bagian timur laut Pulau Sumatra Elemen struktur pada daerah Perlak didominasi oleh pola struktur yang berorientasi N-S dan NW-SE. Secara garis besar tiga even tektonik terjadi pada cekungan ini (Cekungan Sumatra Utara) yiatu, fase initial extension pada Eosen Akhir hingga Oligosen Awal. Kemudian fase wrench tectonism pada Miosen Tengah. Dilanjutkan dengan fase compressional tectonism selama Plio-Pleistosen. Sedangkan tren struktur N-S menggambarkan struktur Pra-Miosen dan tren struktur NW-SE menggambarkan pola struktur Miosen Akhir.Pembentukan cekungan ini dimulai pada kala Eosen Akhir, pada masa ini terjadi tabrakan antara India dengan lempeng Eurasia. Wilayah sekitar Sumatra waktu itu diapit oleh dua sesar besar yaitu sesar Malaka dan sesar Sumatra yang ikut bergerak akibat pergerakan India kearah lempeng Eurasia yang relatif cepat. Pergerakan kedua sesar ini menyebabkan wilayah diantara kedua sesar mengalami regangan sehingga terbentuk blok-blok sesar turun dengan arah utara barat laut-selatan tenggara (lihat gambar 6).

Gambar 6. Ilustrasi kondisi tektonik daerah Cekungan Sumatera Utara dan sekitarnya pada kala Eosen Akhir (Sosromihardjo, 1988 dengan modifikasi)

Pada kala Oligosen Awal subduksi India dengan lempeng Eurasia melambat, namun kecepatan subduksi di Sumatra tetap. Hal ini menyebabkan gaya tektonik regangan berubah menjadi kompresi oblique (lihat gambar 7). Akibat kompresi oblique ini wilayah cekungan Sumatra Utara lainnya mengalami block faulting. Wilayah tersebut berubah menjadi daerah yang lebih tinggi (daerah slope) sedangkan wilayah di barat dan di timurnya berubah menjadi daerah yang lebih dalam (Tamiang deep dan Lhok Sukon deep).

Gambar 7. Ilustrasi kondisi tektonik daerah Cekungan Sumatra Utara dan sekitarnya pada kala Oligosen Awal (Sosromihardjo, 1988 dengan modifikasi)

Pada kala Miosen Awal hingga Miosen Tengah gerakan barat laut-tenggara sesar geser Malaka berhenti dan arah gerakan berubah menjadi utara selatan dimana untuk wilayah Cekungan Sumatra Utara dan sekitarnya dikontrol sesar Lokop-Kutacane (lihat gambar 8).

Gambar 8 Ilustrasi kondisi tektonik daerah Cekungan Sumatera Utara dan sekitarnya pada kala Miosen Tengah Pliosen (Sosromihardjo, 1988 dengan modifikasi)Pada kala Miosen Akhir hingga Pliosen pengangkatan Bukit Barisan dan gerakan sesar ke arah utara-selatan tetap terjadi (lihat gambar 8). Akibatnya daratan meninggi dan permukaan laut turun, sedangkan suplai sedimen dari sekitar Bukit Barisan tetap.

Gambar 7 Penampang melintang geologi, pada bagian barat daya cekungan Sumatra Utara.

DAFTAR PUSTAKA:Pulunggono, A., 1985, The changing pattern of ideas on Sundaland within the last hundred years, its implication to oil exploration. Proceedings IPA 14th Ann. Convention , October, 1985 , p.257274

, Haryo, s.Agus, and Kusuma, C.G., 1992, Pretertiary and Tertiary fault systems as a framework of the South Sumatra basin : a study of SAR maps. Proceedings IPA 20th Ann. Convention, October, p. 339360Barber, Anthony J. And Crow, Michael J. 2008. Structure of Sumatra and its implications for the tectonic assembly of Southeast Asia and the destruction of Paleotethys. Blackwell Publishing Asia Pty Ltd : United Kingdom