struktur islamic corporate governance dan kualitas...

113

Upload: others

Post on 11-Feb-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,
Page 2: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS PENGUNGKAPAN LAPORAN

KEUANGAN PADA BANK SYARIAH DI INDONESIAPerspektif Governance dan Finance

Page 3: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,
Page 4: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS PENGUNGKAPAN LAPORAN

KEUANGAN PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA

Perspektif Governance dan Finance

2017

Page 5: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS PENGUNGKAPAN LAPORANKEUANGAN PADA BANK SYARIAH DI INDONESIAPerspektif Governance dan Finance

Penulis:Hikmah Endraswati

Desain Cover dan Tata letak :Bang Joedin

Cetakan Pertama, Juli 201714,5x21cm; xi+99 hal.

Penerbit: LP2M-Press, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) SALATIGAJl. Tentara Pelajar 02, Kode Pos 50721, Salatiga Email: [email protected]

ISBN 978-602-61789-9-2

All Rights reserved. Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalambentuk apa pun tanpa ijin tertulis dari penerbit.

Page 6: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

v

Untuk:Ibu, Bapak, Suamiku “Rachmad”, dan

penerusku “Yumna dan Anggita”

Page 7: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,
Page 8: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas berkat rahmat Allah SWT, akhirnya saya dapat menyelesaikan buku yang merupakan hasil penelitian saya tentang Struktur Islamic Corporate Governance (ICG) dan Kualitas Pengungkapan Laporan Keuangan pada Bank Syariah di Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik Struktur ICG yang meliputi proporsi Komisaris Independen, jumlah meeting Dewan Komisaris, ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit, ukuran Dewan Pengawas Syariah, latar belakang pendidikan Dewan Pengawas Syariah, dan jumlah meeting Dewan Pengawas Syariah pada kualitas pengungkapan laporan keuangan. Kualitas pengungkapan laporan keuangan pada penelitian ini merujuk pada ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak terutama IAIN Salatiga, khususnya bapak rektor, Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, Kepala LP2M, Dr. Adang Kuswaya, M.Ag., dan keluargaku terutama suamiku,

Page 9: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

viii

Rachmad Purnomo, putriku, Yumna Rahmadia, bapak, ibu, dan adikku, Anggita Aulia Mufidawati untuk kesabaran dan dukungannya dalam menemani penelitian selama ini.

Akhirnya, penulis mengharapkan masukan dan kritik dari pembaca untuk kesempurnaan penulisan tentang penelitian di bidang governance dan finance khususnya tentang Struktur Islamic Corporate Governance (ICG) dan Kualitas Pengungkapan Laporan Keuangan pada Bank Syariah di Indonesia.

Salatiga, Juni 2017

Peneliti

Page 10: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

ix

Daftar Isi

Halaman Persembahan ....................................................vKata Pengantar .............................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN ................................................. 1 1.1 Latar Belakang ............................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ........................................... 5 1.4 Kontribusi Penelitian .................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI ........................................... 7 2.1 Agency Teori .................................................. 7

2.1.1 Pengembangan Teori Agency ...........142.1.2 Mekanisme Untuk Mengurangi

Agency Problem .................................15 2.2 Corporate Governance ...............................15

2.2.1 Struktur dalam Corporate Governance .........................................17

2.2.2 Mekanisme Corporate Governance .21 2.3 Prinsip-Prinsip Corporate Governance .....22

Page 11: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

x

2.4 Islamic Corporate Governance ..................25 2.5 Peraturan tentang Corporate Governance di

Indonesia ......................................................28 2.6 Penerapan Corporate Governance pada Per-

bankan Syariah di Indonesia ......................302.6.1 Peraturan tentang Dewan Komisaris

di Bank Syariah .................................30 2.7 Kualitas Pengungkapan Laporan Keuangan ......................................................40 2.8 Literature Review dan Pengembangan

Hipotesis .......................................................41 2.8 Kerangka Konsep Penelitian ......................48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................49 3.1 Populasi .........................................................49 3.2 Sampel ...........................................................50 3.3 Data ...............................................................51

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .........................................................513.4.1 Variabel Dependen ...........................513.4.2 Variabel Independen .........................52

3.5 Analisis Data ................................................583.5.1 Uji Normalitas ...................................593.5.2 Uji Multikolinearitas .........................623.5.3 Uji Heterokedastisitas .......................643.5.4 Uji Autokorelasi .................................67

BAB IV ANALISIS DATA ................................................71 4.1 Statistik Deskriptif .......................................71 4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ..................76

Page 12: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

xi

4.2.1 Uji Normalitas ...................................764.2.2 Uji Multikolinearitas .........................774.2.3 Uji Autokorelasi .................................774.2.4 Uji Heterokedastisitas .......................78

4.3 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis ...79

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................87 5.1 Simpulan .......................................................87 5.2 Saran ..............................................................88

DAFTAR PUSTAKA .............................................................91

Page 13: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,
Page 14: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kasus kesalahan praktik corporate governance pada pe rusahaan-perusahaan konvensional di US seperti Enron dan MCI, di Australia seperti HIH dan One.Tel, di Eropa se perti Permalat pada kurun waktu 2001-2002 (Rahman dan Bremer, 2016) dan di Indonesia yang dikaitkan dengan kualitas pengungkapan laporan keuangan seperti PT Kimia Farma pada tahun 2001 (kompasiana.com, 2015) dan Bank Lippo pada tahun 2002 (suaramerdeka.com, 2003) ternyata terjadi pula pada perbankan syariah. Kedua perusahaan ter -sebut melakukan manipulasi laporan keuangan dengan me-laku kan mark-up pada laba perusahaan. Pengungkapan lapor an keuangan yang dimanipulasi menunjukkan bahwa kua li tas laporan keuangan tersebut rendah karena menjadi sum ber informasi yang tidak bisa dipercaya oleh stakeholder perusahaan.

Page 15: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

2

Kasus pada perbankan syariah yang dimaksud ada lah kasus transaksi derivative (termasuk gharar) yang dilakukan oleh Unit Usaha Syariah Bank Danamon Tbk. Transaksi derivative merupakan produk yang diharamkan dalam prinsip syariah karena adanya aspek spekulasi. Kasus yang lain dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dan UUS BNI yang ikut serta dalam kredit sindikasi proyek Indosat Multimedia Mobil (IM3) dan memperoleh bunga atas pembiyaan tersebut 19% per tahun (RepublikaOnline, 2002). Fakta tersebut di atas jelas menunjukkan bahwa PT BSM dan PT BNI Divisi Usaha Syariah telah melakukan transaksi yang tidak sesuai dengan prinsip syariah. Manajemen bank syariah harus mengungkapkan dalam laporan keuangannya alasan dilakukannya transaksi tersebut (AAOIFI Standard, 1998). Menurut Agustianto fenomena penyimpangan dari prinsip syari’ah banyak terjadi setelah melihat kontrak-kon trak (akad-akad)-nya. Penyimpangan ini dilakukan oleh bank syari’ah yang telah konversi total dari bank kon-vensional kepada syari’ah (Solikhin, 2009).

Manurut Volker (2003) dalam Asrori (2014) me nya ta-kan bahwa dua isu penting kelemahan tata kelola per bankan syariah adalah syariah compliance dan investment depositor protection. Syariah compliance dikaitkan dengan ketidak-mampuan manajemen bank syariah dalam memberikan jaminan kepatuhan syariah pada layanan produk dan jasa yang diberikan. Investment depositor protection dikaitkan dengan ketidakmampuan manajemen bank syariah dalam memberikan jaminan perlindungan risiko finansial pada stakeholder investor deposannya.

Page 16: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

3

Fenomana tidak syari’ahnya bank syari’ah, maka Bank Indonesia dan para ulama ekonomi syari’ah harus me lakukan purifikasi (pemurnian) prinsip syariah di dalam praktek perbankan syariah. Kemurnian prinsip syariah harus ditingkatkan agar bank syariah dapat beroperasi se-suai prinsip itu serta sekaligus dapat meminimalkan risiko citranya sebagai lembaga beratribut syari’ah. Dalam konteks penerapan corporate governance (CG) di bank syari’ah, para bankir syari’ah harus benar-benar merujuk kepada prinsip dan nilai ekonomi dan bisnis Islam yang telah diterapkan oleh Rasulullah yang identik dengan spirit Islamic Corporate Governance (ICG) yang dikembangkan dalam penelitian ini. Karena itu, penelitian tentang ICG sangat penting untuk dilakukan.

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh ICG melalui strukturnya terhadap kualitas pengungkapan laporan perusahaan. Struktur ICG yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk pada Dewan Komisaris, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah dalam menjalankan tugasnya pada bank syariah. Ketiga bagian board ini menjalankan fung si pengawasan pada perusahaan. Fungsi pengawasan ini bertujuan agar apa yang dilakukan perusahaan se suai dengan ke pentingan pemilik. Struktur ICG yang di teliti dalam penelitian ini meliputi proporsi Komisaris Inde-penden, jumlah meeting Dewan Komisaris, ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit, ukuran Dewan Pe-ngawas Syariah, latar belakang pendidikan Dewan Pengawas Syariah, dan jumlah meeting Dewan Pengawas Syariah.

Kualitas pengungkapan laporan perusahaan pada penelitian ini masih terbatas merujuk pada ketepatan waktu

Page 17: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

4

penyampaian laporan perusahaan yang menjadi salah satu indikator yang diungkapkan oleh Barth, Landsman, dan Lang (2008). Hal ini berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Biddle, Hilary dan Verdi (2009) yang menyatakan bahwa financial reporting quality merujuk pada ketepatan in formasi operasional perusahaan, terutama kaitannya dengan ex pected cash flow yang memberikan informasi ekuitas pada investor. Kualitas laporan keuangan fokus pada bebe rapa di mensi seperti earning management, financial resta te ments, dan timeliness (Barth et al., 2008; Cohen, 2004; Schipper dan Vincent, 2003). Kualitas pengungkapan lapor-an perusahaan yang lain tidak diteliti pada penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan?

2. Apakah jumlah meeting Dewan Komisaris ber-penga ruh pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan?

3. Apakah ukuran Komite Audit berpengaruh pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan?

4. Apakah jumlah meeting Komite Audit berpengaruh pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan?

5. Apakah ukuran Dewan Pengawas Syariah ber-pe ngaruh pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan?

Page 18: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

5

6. Apakah latar belakang pendidikan Dewan Pengawas Syariah berpengaruh pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan?

7. Apakah jumlah meeting Dewan Pengawas Syariah berpengaruh pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh proporsi komisaris inde penden pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan.

2. Untuk mengetahui pengaruh jumlah meeting Dewan Komisaris pada kualitas pengungkapan laporan pe-rusahaan.

3. Untuk mengetahui pengaruh ukuran Komite Audit pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan.

4. Untuk mengetahui pengaruh jumlah meeting Ko-mite Audit pada kualitas pengungkapan laporan pe-ru sahaan.

5. Untuk mengetahui pengaruh ukuran Dewan Penga-was Syariah pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan.

6. Untuk mengetahui pengaruh latar belakang pen-didikan Dewan Pengawas Syariah pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan.

7. Untuk mengetahui pengaruh jumlah meeting Dewan

Page 19: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

6

Pengawas Syariah pada kualitas pengungkapan lapor an perusahaan.

1.4 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini memberikan kontribusi yaitu:1. Bagi Akademisi, penelitian tentang kualitas laporan

pada konteks perbankan syariah masih jarang diteliti. Penelitian ini memberikan kontribusi pada pengembangan praktek ICG melalui strukturnya (Dewan Komisaris, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah) yang dikaitkan pada kualitas pengungkapan laporan terutama pada Bank Syariah.

2. Bagi Praktisi, penelitian ini memberikan gambaran pelaksanaan ICG pada perbankan syariah sehingga berguna bagi pengelola bank syariah untuk me-ngambil kebijakan kaitannya dengan praktek ICG melalui strukturnya dan peningkatan kualitas peng-ungkapan laporan. Bagi investor dapat digunakan untuk mengambil keputusan pada bank mana akan dilakukan investasi dengan melihat kualitas peng-ungkapan laporan bank dan ICG.

Page 20: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis membahas tentang landasan teori yang digunakan dalam pe nelitian ini yaitu Agency Theory dan teori tentang Cor-porate Governance. Teori khusus yang membahas tentang ICG belum ada, karena itu peneliti menggunakan konsep ICG dengan memasukkan teori CG pada perbankan sya-riah khususnya peran Dewan Pengawas Syariah (DPS). Pe-ngembangan hipotesis dijelaskan melalui teori tersebut dan penelitian sebelumnya.

2.1 Agency Teori

Menurut Agustianto (2009) bahwa praktek moral hazard sudah menjadi kebiasaan di lembaga-lembaga perbank an. Moral hazard dalam hal ini merujuk pada Agency Theory (Jensen and Meckling, 1976). Menurut Jensen dan Meckling (1976) adanya pemisahan antara kepemilikan

Page 21: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

8

dan pengelolaan perusahaan akan menimbulkan ma sa-lah keagenan karena ada perbedaan kepentingan an tara pemilik sebagai prinsipal dan pengelola sebagai agen. Pro blem keagenan ini menjadi hal yang utama dalam kon trak perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976). Di dalam kontrak tersebut dinyatakan bagaimana seharus-nya manajer melakukan tugasnya dan bagaimana ke-untung an dialokasikan. Pada kenyataannya, manajer atau pengelola memiliki kendali yang luar biasa terhadap alokasi dana dari investor. Keberadaan kontrak antara prin cipal dan agent yang disertai pendelegasian wewenang ini, memunculkan kemungkinan agent mengambil ke-putusan-keputusan bisnis yang menguntungkan diri nya sendiri (opportunistic behavior).

Eisenhardt (1989) berpendapat bahwa konflik ke pentingan atau agency problem muncul ketika timbul konflik antara harapan atau tujuan pemilik/pemegang saham dengan para direksi (top management), dan ketika para pemilik mengalami kesulitan untuk memverifikasi apa yang sesungguhnya sedang dikerjakan manajemen.

Menurut Eisenhardt (1989) teori keagenan dilandasi oleh tiga asumsi yaitu: (1) asumsi tentang sifat manusia (human assumption), (2) asumsi tentang keorganisasian (orga nizational assumption), dan (3) asumsi tentang infor-masi (information assumption). Asumsi tentang sifat manusia maksudnya adalah manusia memiliki sifat mementingkan dirinya sendiri, memiliki keterbatasan rasionalitas, dan tidak menyukai risiko. Asumsi keorganisasian maksudnya adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya asimetri informasi antara

Page 22: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

9

prinsipal dan agen. Asumsi tentang informasi maksudnya adalah informasi sebagai barang komoditi yang dapat diperjual belikan.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) mekanisme yang dapat digunakan untuk mengurangi problem agensi adalah monitoring dan bonding. Karena itu mucul moni-toring cost dan bonding cost. Biaya agensi yang lain adalah residual loss. Monitoring yang dimaksud adalah melakukan pemantauan sementara bonding merujuk pada melakukan pembatasan pada tindakan yang dilakukan.

Monitoring dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: pembentukan Dewan Komisaris, pasar corporate control, pemegang saham mayoritas, pemegang saham ter-konsentrasi dan adanya pasar manajer. Menurut Weisbach (1988), Dewan Komisaris yang didominasi oleh anggota dari luar (Dewan Komisaris independen), akan mendorong monitoring yang lebih efektif. Tugas Dewan Komisaris untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasehat pada direksi telah diatur dalam dalam regulasi PBI No 11/33/2009 pasal 8 dan 9 dan UU No. 40 Tahun 2007 ten-tang PT pasal 108.

Untuk mengurangi biaya agensi, maka free cash flow yang tersedia di perusahaan setelah semua proyek investasi yang menghasilkan nilai tunai bersih dilaksanakan, harus di-kurangi. Cara yang dilakukan untuk melakukan bonding ada-lah dengan peningkatan hutang dan peningkatan pem bayaran di viden kas serta remunerasi (Brigham dan Gapenski, 2010).

Permasalahan keagenan diatasi dengan melak sana-kan corporate governance. Corporate governance dilaksana-

Page 23: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

10

kan melalui struktur dan mekanisme. Struktur corporate governance dijalankan melalui struktur dalam board (Dewan Komisaris dan Direksi) atau CEO yang dikaitkan dengan karakteristiknya yaitu proporsi Komisaris Independen, jumlah meeting Dewan Komisaris, ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit, ukuran Dewan Pengawas Syariah, dan latar belakang pendidikan Dewan Pengawas Syariah. Struktur dan mekanisme board governance yang disebutkan di atas telah diatur di Indonesia dalam peraturan BI No.11/33/2009 tentang pelaksanaan GCG bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dan UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT.

Penelitian ini menggunakan variabel karakteristik board governance (proporsi Komisaris Independen, jumlah meeting Dewan Komisaris, ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit, ukuran Dewan Pengawas Syariah, dan latar belakang pendidikan Dewan Pengawas Syariah) sebagai variabel independennya dengan menggunakan dasar asumsi teori keagenan. Proporsi Komisaris Inde-penden digunakan sebagai variabel independen karena berdasarkan teori agency, proporsi Komisaris Independen termasuk dalam karakteristik struktur board governance. Proporsi Komisaris Independen untuk memenuhi asumsi pertama yaitu human assumptions, bahwa manusia memiliki rasionalitas terbatas. Kehadiran Komisaris Independen untuk memenuhi asumsi pertama supaya rasionalitasnya tidak terbatas.

Proporsi Komisaris Independen digunakan sebagai variabel independen untuk memenuhi organizational assump tion. Asumsi keorganisasian menyatakan bahwa

Page 24: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

11

ada konflik di antara anggota organisasi. Semakin tinggi proporsi Komisaris Independen dalam perusahaan maka akan semakin rendah konflik di antara anggota organisasi. Hal ini disebabkan Komisaris Independen akan bersifat lebih tegas dalam melakukan monitoring pada perusahaan. Komisaris Independen adalah pihak yang betul-betul independen dalam perusahaan sehingga bisa menengahi apabila ada konflik kepentingan dalam perusahaan.

Jumlah meeting Dewan Komisaris digunakan dalam penelitian ini karena berdasarkan teori agency, jumlah meeting Dewan Komisaris merupakan salah satu karakteristik board governance untuk melakukan monitoring. Semakin sering meeting Dewan Komisaris, semakin baik dalam menjalankan monitoring. Jumlah meeting Dewan Komisaris untuk memenuhi asumsi teori keagenan yang pertama dan kedua. Asumsi yang pertama adalah human assumption, di mana manusia memiliki sifat mementingkan dirinya sendiri dan memiliki rasionalitas terbatas. Keputusan yang diambil dengan adanya keterlibatan Dewan Komisaris untuk me-menuhi asumsi rasionalitas yang terbatas. Semakin sering meeting dilakukan oleh Dewan Komisaris semakin baik moni toring, semakin baik koordinasi dan pembahasan ma-salah perusahaan sehingga semakin baik rasionalitas yang dimiliki.

Jumlah meeting Dewan Komisaris memenuhi asumsi yang ke dua yaitu organizational assumption. Konflik tujuan antar partisipan dapat diminimalkan dengan semakin seringnya meeting Dewan Komisaris, karena dengan adanya meeting akan terjadi interaksi, komunikasi, penyaamaan persepsi, dan koordinasi dan demikian pula asimetri antara

Page 25: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

12

prinsipal dan agen dapat diminimalkan dengan adanya meeting Dewan Komisaris.

Berdasarkan teori agency, struktur board governance yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran Komite Audit. Variabel ini memenuhi asumsi pertama yaitu human assumption dan asumsi kedua yaitu organizational assumption. Ukuran Komite Audit yang semakin besar, berarti fungsi monitoring internal perusahaan semakin baik dilakukan karena memenuhi asumsi rasionalitas yang terbatas pada human assumption. Semakin besar ukuran Komite Audit berarti rasionalitasnya menjadi tidak terbatas. Ukuran Komite Audit untuk memenuhi asumsi ke dua yaitu organizational assumption karena dengan semakin besar ukuran Komite Audit maka semakin dapat mengatasi konflik kepentingan yang terjadi di perusahaan.

Menurut teori agency, salah satu struktur board governance dapat diketahui melalui jumlah meeting Komite Audit. Jumlah meeting Komite Audit memenuhi asumsi pertama dan kedua yaitu human assumption dan organizational assumption. Jumlah meeting Komite Audit membuat monitoring yang dilakukan menjadi lebih baik, karena semakin sering meeting yang dilakukan Komite Audit berarti semakin baik monitoring, koordinasi, dan komunikasi. Hal ini memenuhi human assumption di mana dengan adanya meeting dan pembahasan serta monitoring maka rasionalitasnya menjadi tidak terbatas dan untuk me-monitoring konflik kepentingan yang ada sehingga memenuhi pula organizational assumption.

Ukuran DPS sebagai variabel independen ini meme-nuhi asumsi pertama yaitu human assumption dan asumsi

Page 26: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

13

kedua yaitu organizational assumption. Ukuran Dewan Pengawas Syariah yang semakin besar, berarti fungsi monitoring internal perusahaan semakin baik dilakukan karena memenuhi asumsi rasionalitas yang terbatas pada human assumption. Semakin besar ukuran DPS berarti rasionalitasnya menjadi tidak terbatas dikaitkan dengan fungsi DPS dalam perbankan. Ukuran DPS untuk memenuhi asumsi ke dua yaitu organizational assumption karena dengan semakin besar ukuran DPS maka semakin dapat me ngatasi konflik kepentingan yang terjadi di perusahaan.

Latar belakang pendidikan DPS memenuhi asumsi pertama yaitu human assumption. DPS yang memiliki latar belakang pendidikan muamalah dan keuangan per bank-an secara umum akan memiliki rasionalitas yang men -cukupi kaitannya dengan pengawasan perbankan dalam kesyariahan produk bank. Karena itu latar belakang pen-didikan DPS digunakan dalam penelitian ini sebagai variabel independen.

Jumlah meeting DPS memenuhi asumsi pertama dan kedua yaitu human assumption dan organizational assum-p tion. Jumlah meeting DPS membuat monitoring yang dilakukan menjadi lebih baik, karena semakin sering meeting yang dilakukan DPS berarti semakin baik moni toring, koordinasi, dan komunikasi. Hal ini memenuhi human assumption di mana dengan adanya meeting dan pem bahasan serta monitoring maka rasionalitasnya menjadi tidak terbatas dan untuk me-monitoring konflik kepentingan yang ada sehingga memenuhi pula organizational assumption.

Asimetri informasi akan menimbulkan dua per-masala han (Jensen dan Meckling, 1976) yaitu: (1) Moral

Page 27: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

14

hazard, adalah permasalahan yang timbul karena agen tidak melaksanakan kesepakatan dalam kontrak kerja, (2) Adverse selection, adalah keadaan di mana prinsipal tidak me ngetahui apakah agen mendasarkan keputusannya me la-lui in formasi yang diperolehnya atau adanya kelalaian tugas.

Penelitian tentang kualitas laporan keuangan lebih didasarkan pada permasalahan keagenan yaitu munculnya moral hazard, di mana agen tidak melaksanakan ke sepa-katan dalam kontrak kerja. Biaya yang ditimbulkan dari permasalahan keagenan tersebut adalah monitoring expe n-diture dan bonding expenditure, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan monitoring dan biaya untuk menjamin bahwa agen tidak melakukan tindakan yang merugikan prinsipal.

2.1.1 Pengembangan Teori Agency

Penelitian kualitas laporan keuangan di Indonesia ini menggunakan positive theory of agency. Kualitas laporan keuangan sebagai sesuatu hal yang dimonitor oleh Dewan Komisaris, Komie Audit dan Dewan Pengawas Syariah. Struktur ICG yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Dewan Komisaris, Komite Audit, dan Dewan Pengawas Syariah untuk meminimalkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Konflik yang minimal dilakukan diantaranya melalui monitoring kegiatan direksi oleh Dewan Komisaris, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah. Karen a kualitas laporan keuangan akan meningkatkan kepercayaan investor dan pemegang saham pada peru-sahaan.

Page 28: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

15

2.1.2 Mekanisme Untuk Mengurangi Agency Problem

Menurut Jensen dan Meckling (1976) mekanisme yang dapat digunakan untuk mengurangi problem agensi salah satunya adalah monitoring. Monitoring dapat di-lakukan dengan beberapa cara yaitu: pembentukan Dewan Komisaris, pasar corporate control, pemegang saham mayo-ritas, pemegang saham terkonsentrasi dan ada nya pasar manajer. Menurut Weisbach (1988), Dewan Komi saris yang didominasi oleh anggota dari luar (Komisaris Independen), akan mendorong monitoring yang lebih efektif. Tugas Dewan Komisaris untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasehat pada direksi telah diatur dalam dalam regulasi PBI No 11/33/2009 pasal 8 dan 9 dan UU No. 40 Tahun 2007 tentang PT pasal 108. Tugas Komite Audit untuk melakukan evaluasi audit intern dan melakukan koordinasi dengan auditor ekstern ada pada pasal 42. Sementara untuk tugas Dewan Pengawas Syariah (DPS) dijelaskan dalam pasal 47 pada regulasi yang sama.

2.2 Corporate Governance

Menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) corporate governance adalah:

“involves a set of relationships between company’s mana-gement, its Boards, its Shareholder, and other stakeholders and also provides the structure through which the objectives of the company are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance are determined.”

Page 29: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

16

Corporate governance sebagai sebuah sistem memiliki prinsip-prinsip dasar yang perlu dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam penyusunan dan implementasi strategi perusahaan. Menurut Lukviarman (2007) prinsip-prinsip dasar tersebut pertama adalah disclosure (keterbukaan), karena keterbukaan merupakan basis utama kepercayaan pu blik dalam sistem perusahaan. Organisasi yang menganut prinsip keterbukaan ini akan memberikan banyak infor-masi yang dibutuhkan oleh pemakai sehingga mereka dapat melakukan analisis terhadap informasi tersebut guna pengambilan keputusan. Kedua adalah checks dan balance, yaitu adanya pengawasan yang seimbang di antara pihak-pihak yang terlibat di dalam perusahaan sehingga dapat menjaga munculnya konsentrasi kekuasaan yang tidak semestinya. Konsentrasi kekuasaan yang besar hanya kepada satu pihak tertentu akan menyebabkan distribusi kekayaan yang dinikmati tidak dapat merata.

Berdasarkan definisi dan prinsip tersebut dapat di-simpulkan bahwa corporate governance adalah sebuah sistem meliputi seluruh mekanisme dan struktur. Menurut Lukviarman (2007) struktur dalam corporate governance di-gunakan untuk mengatur hubungan antara pemegang saham serta yang mewakilinya, manajemen, kreditur, karyawan, dan pihak lainnya yang terkait dengan perusahaan agar perusahaan dikelola dengan cara terbaik (efektif, efisien dan berkelanjutan) dan tidak merugikan pihak lain serta melindungi kepentingan seluruh stakeholder. Struktur islamic corporate governance dalam penelitian ini merujuk pada Dewan Komisaris, Komite Audit dan Dewan Pengawas Syariah. Dewan Komisaris menjembatani kepentingan

Page 30: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

17

pemegang saham dengan agen, sehingga agen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham.

2.2.1 Struktur dalam Corporate Governance

Struktur governance dalam organisasi dapat diartikan sebagai suatu kerangka untuk menerapkan berbagai prinsip governance sehingga prinsip tersebut dapat didistribusikan, dijalankan serta dikendalikan. Struktur governance harus didesain untuk mendukung jalannya aktivitas organisasi secara bertanggung jawab dan terkendali secara lebih spesifik dan detail (Sabeni, 2005).

Model negara Continental Europe, struktur gover-nance terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris, Dewan Direktur, dan Manajer Eksekutif (manajemen). Model struktur demikian disebut two-board system, yaitu struktur CG yang dengan tegas memisahkan dewan, yakni antara Dewan Komisaris sebagai pengawas dan Dewan Direksi sebagai eksekutif perusahaan (Lukviarman, 2004). Model two-board system, menempatkan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) sebagai struktur tertinggi yang mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris. Model two-board system atau two-tier board governance digambarkan dalam Gambar 2.1 berikut ini:

Page 31: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

18

Gambar 2.1 Two-Tier Board Governance (Continental Model)

Shareholders

Supervisory Board

Board of Management

Sumber: Lukviarman (2004)

Hal tersebut sesuai dengan UU N0. 14 Tahun 2007 pasal 75 tentang PT yang menyatakan bahwa RUPS me-miliki wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan oleh Undang-Undang ini dan atau anggaran dasar. Dewan Komi saris sebagai wakil pemegang saham, memiliki tugas pengawasan dan memberi nasihat kepada direksi dalam men jalankan perusahaan. Hal ini diatur dalam UU PT No.14 Tahun 2007 pasal 114.

Perusahaan di Indonesia menganut basis two-tier board system seperti kebanyakan perusahaan di Eropa (model Continental Europe), tetapi ada perbedaan dalam kedudukan Dewan Komisaris yang tidak langsung mem-bawahi direksi (Sabeni, 2005). Hal ini sesuai dengan aturan yang ada dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40 tahun 2007 yang menyatakan bahwa anggota direksi di-

Page 32: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

19

angkat dan diberhentikan oleh RUPS (pasal 94 ayat 1 dan pasal 105), demikian juga anggota Dewan Komisaris di-angkat dan diberhentikan oleh RUPS (pasal 111). Struktur yang demikian, mengakibatkan baik Dewan Komisaris mau pun direksi bertanggung jawab terhadap RUPS dan me-miliki kedudukan sejajar. Gambar 2.2 di bawah ini meng-gambarkan model CG di Indonesia.

Gambar 2.2 Two-Tier Board and Indonesia

Shareholders

Supervisory Board

Board of Management

Sumber: Lukviarman (2004)

Two-tier board system yang dianut oleh Indo-nesia digambarkan dalam Gambar 2.3 tersebut di atas. Ke dudukan Dewan Komisaris di Indonesia tidak sekuat Dewan Komisaris di Continental Europe karena Dewan Komi saris tidak berwenang mengangkat dan mem ber-henti kan direksi, sehingga direksi tidak ber tanggung jawab kepada Dewan Komisaris.

Menurut PBI No.11/33/2009 pasal 20-22, Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya

Page 33: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

20

kepada pemegang saham melalui RUPS. PBI mengatur pula tentang tugas Dewan Komisaris pada pasal 9 (2) yang menyatakan bahwa Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi, serta memberikan nasihat kepada direksi. Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh komite-komite (pasal 12). Dewan Komisaris terdiri dari komisaris dan komisaris independen, pada pasal 5 disebutkan bahwa paling kurang 50% dari jumlah anggota Dewan Komisaris adalah komisaris independen.

Bagian korporasi dalam struktur board governance yang menentukan tidak hanya top management (direksi) tetapi juga perangkat board of directors (Dewan Komisaris) karena Indonesia menganut two-tier board system. Dewan Komisaris memiliki peran penting mensejajarkan ke-penti ngan direksi dengan pemegang saham (principal). Dewan Komisaris mengangkat beberapa komite untuk membantu tugasnya yaitu Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, Komite Remunerasi dan Nominasi di perbankan (Lukviarman, 2007).

Peraturan BI No. 11/33/2009 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum Syariah pada pasal 11 (1) menyatakan bahwa dalam rangka mendukung efektivitas, pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk paling kurang Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, Komite Remunerasi dan Nominasi.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, disimpulkan bahwa struktur CG di Indonesia ada dua macam yaitu struktur yang direkomendasikan oleh lembaga regulator (mekanisme internal) dan struktur yang disebabkan oleh

Page 34: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

21

kom posisi kepemilikan yang timbul karena perbedaan ke-pemilikan (mekanisme eksternal). Struktur yang di re ko-men dasikan oleh regulator ditujukan sebagai cara untuk meningkatkan transparansi dan melindungi kepenti ngan pemegang saham dan stakeholder lainnya dari ketidak jujuran informasi dalam laporan tahunan. Struktur ini misalnya Dewan Komisaris, Komite Audit dan sekretaris kor porasi. Struktur yang terbentuk karena komposisi ke-pe milikan, berkepentingan agar kepemilikan yang sudah ada dapat memberikan manfaat yang optimal. Struktur kepemilikan yang dimaksud seperti kepemilikan manajerial (Lukviarman, 2007).

2.2.2 Mekanisme Corporate Governance

Walsh dan Seward (1990) berpendapat bahwa ter-dapat dua mekanisme untuk memperkecil perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer dalam rangka penerapan CG, yaitu: (1) mekanisme pengendalian internal perusahaan, dan (2) mekanisme pengendalian eksternal. Lukviarman (2007) sejalan dengan pernyataan di atas bahwa mekanisme CG dapat dikategorikan secara umum berdasarkan karakteristiknya sebagai bagian internal atau eksternal dari sebuah korporasi. Penelitian ini lebih berkaitan dengan mekanisme internal perusahaan. Karena CG dan kualitas laporan keuangan bagian dari mekanisme internal perusahaan.

Page 35: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

22

2.3 Prinsip-Prinsip Corporate Governance

Prinsip-prinsip corporate governance yang banyak digunakan adalah prinsip-prinsip yang dirumuskan oleh OECD (2004) dan KNKG (2006) yaitu:

a. Penciptaan situasi yang kondusif bagi pelaksanaan rerangka corporate governance. Penerapan corporate governance memerlukan tiga hal utama yaitu: negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha se bagai pelaku bisnis, dan masyarakat sebagai kon-sumen atau pengguna barang dan jasa dunia usaha.

b. Hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan kunci. Rerangka corporate governance memfasilitasi pelak sanaan dan pemenuhan hak pemegang saham perusahaan.

c. Perlakuan yang setara terhadap pemegang saham. Re rangka corporate governance harus mampu me-lin dungi kepentingan semua pemegang saham ter-utama pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing.

d. Peran para pemangku kepentingan dalam corporate governance. Rerangka corporate governance harus da pat mengakui hak-hak pemegang saham dalam re gulasi atau perjanjian yang menguntungkan kedua belah pihak. Kerjasama antara perusahaan dan pe-me gang saham untuk menciptakan kemakmuran, pe kerjaan, dan keberlanjutan kondisi keuangan perusahaan.

e. Pengungkapan dan transparansi. Pengungkapan infor masi yang aktual dan tepat waktu dilakukan

Page 36: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

23

pada semua fakta material perusahaan seperti kondisi keuangan, kepemilikan, tata kelola perusahaan, dan kinerja perusahaan.

f. Tanggung jawab board. Rerangka corporate gover-nance menjamin pedoman stratejik perusahaan, monitoring terhadap manajemen yang dilakukan oleh board, dan akuntabilitas yang dimiliki board pada perusahaan dan pemegang saham.

Karakteristik CG yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan prinsip-prinsip CG tersebut di atas terutama berkaitan dengan tanggung jawab board. Tang-gung jawab board yang dimaksud adalah monitoring terhadap manajemen.

Unsur-Unsur Corporate Governance mencakup:a. Transparency, berarti memberikan informasi yang

diperlukan oleh stakeholder. Hal ini diwujudkan dengan mengembangkan sistem akuntansi yang ber basis standar akuntansi dan best practices yang menjamin laporan keuangan dan pengungkapan in formasi yang berkualitas, mengembangkan tek-no logi untuk memproses informasi dan sistem in-formasi manajemen untuk menjamin pengukuran kinerja yang baik dan proses pengambilan keputus-an oleh komisaris dan direksi secara efektif, me-ngem bangkan manajemen risiko di mana semua risiko telah diidentifikasi, diukur, dan dikelola, dan mem buat pengumuman jabatan yang kosong secara terbuka (Tjager, et al., 2003).

Page 37: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

24

b. Accountability, menekankan pada sistem penciptaan pengawasan yang efektif berdasar pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan pemegang saham (Baridwan, 2002) yang meliputi monitoring, pengendalian, dan evaluasi manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen memikirkan dan bertindak untuk kepentingan pemegang saham dan pihak lain yang berkepentingan pada perusahaan. Akuntabilitas dilakukan dengan adanya struktur dalam perusahaan yang meliputi komisaris, direksi, dan komite audit serta komite-komite lainnya seperti komite risiko, komite remunerasi dan nominasi.

c. Fairness, ditujukan untuk keadilan terutama kepen-tingan pemegang saham minoritas dari kecurangan dan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh insider. Prinsip-prinsip corporate governance dapat di guna-kan untuk mengurangi konflik yang ter jadi antara pemegang saham sebagai prinsipal dengan mana-jemen sebagai agen, dan dapat mengurangi konflik yang terjadi antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas. Ketentuan yang mengatur Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas tahun 2007, Peraturan Bank Indonesia tahun 2006 dan penyebaran informasi kepada pemegang saham digunakan untuk mengurangi konflik yang timbul dalam perusahaan.

d. Responsibility atau tanggung jawab diartikan sebagai tanggung jawab perusahaan sebagai bagian dari masyarakat untuk mematuhi regulasi yang berlaku

Page 38: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

25

dan memenuhi kewajiban-kewajiban sosialnya pada masyarakat dan lingkungannya. Menurut Tjager et al.(2003) bahwa tanggung jawab diwujudkan dalam tanggung jawab sosial perusahaan, menghindari penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan, pro-fesional dalam menjalankan bisnis dan usaha, dan menjunjung etika bisnis, dan turut serta memelihara lingkungan bisnis yang sehat.

Unsur-unsur corporate governance tersebut yang berkaitan langsung dengan penelitian ini adalah accoun-tability, responsibility, dan fairness terutama struktur Dewan Komisaris, Komite Audit, dan Dewan Pengawas Syariah. Monitoring untuk meminimalkan konflik antara pemilik dan agen.

2.4 Islamic Corporate Governance

Menurut Najmudin (2011) dalam Endraswati (2016) corporate governance dalam Islam adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan untuk memenuhi tujuan perusahaan dengan melindungi ke pentingan dan hak semua stakeholder dengan meng-gunakan konsep dasar pengambilan keputusan ber-dasarkan epistemologi sosial-ilmiah Islam yang didasar-kan pada ketauhidan Allah.

Menurut Bhatti dan Bhatti (2009) dalam Endraswati (2016) Islamic Corporate Governance mempertimbangkan efek hukum syariah dan prinsip ekonomi dan keuangan Islam pada praktek dan kebijakan, misalnya pada lembaga zakat, pelarangan spekulasi, dan pengembangan sistem

Page 39: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

26

ekonomi yang didasarkan pada bagi hasil. Pengambilan keputusan yang dilakukan melebihi konteks corporate governance konvensional yang mencakup pemegang saham, supplier, kreditur, konsumen, pesaing, dan karyawan (Lewis, 2006). Tujuan utama Islamic Corporate Governance adalah Maqasid Shariah yang merujuk pada kesejahteraan masyarakat (Hasan, 2008).

Istilah Shariah Governance merujuk pada istilah ISFB-10 (2009) yang menyatakan bahwa ‘a set of insti-tutional and organisational arrangements through which Islamic financial institution ensure that there is an effective independent oversight of shariah compliance over the issuence of relevant shariah pronouncements, dissemination of information and an internal shariah compliance review’. Isra (2010) dalam Rama dan Novella (2015) menguraikan definisi tersebut menjadi tiga komponen utama yaitu: adanya Dewan Pengawas Syariah dalam struktur organisasi, adanya opini yang bersifat independen kaitannya dengan pelaksanaan fungsi kepatuhan pada syariah, dan proses review pada pemenuhan syariah.

Dato’ Mustapa Muhammed dalam Hassan, Saifuddeen, dan Salleh (2002) menyebutkan bahwa ide corporate governance merupakan budaya perusahaan yang ada pada nilai-nilai Qur’an seperti kejujuran, kepercayaan, dan transparansi. Menurut Hassan et al. (2002) tiga komponen utama dalam budaya perusahaan Islam adalah tanggung jawab sosial pada bisnis, keadilan, dan kerjasama antar anggota masyarakat. Raja Dato’ Arshad Raja Tun Uda dalam Hassan et al. (2002) menyatakan bahwa budaya perusahaan yang ada di Malaysia bersumber pada dua

Page 40: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

27

prinsip utama yaitu: prosperity dan corporate accountability.Corporate Governance di Malaysia menurut Tan

Sri Nik Mohamed Nik Yacoob dalam Hassan et al. (2002) menyebutkan bahwa tanggung jawab corporate governance berada pada level makro tidak hanya pada sebatas Board saja, tetapi lebih luas yaitu auditor, regulator, lembaga inter-mediari, penasehat perusahaan dan hukum, dan peme gang saham. Selain itu untuk melaksanakan corporate governance dibutuhkan perubahan struktur dan tranformasi organisasi.

Menurut Endraswati (2016) hal yang membedakan corporate governance di perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan konvensional adalah hadirnya Dewan Pengawas Syariah dalam struktur corporate governance-nya. Mekanisme yang membedakan antara perusahaan konvensional dan syariah adalah mekanisme pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan dalam perusahaan syariah didasarkan pada hukum Islam yaitu Al Qur’an dan Sunah Rasullullah saw, sedangkan perusahaan dengan corporate governance konvensional lebih menekankan ke-sesuaian dengan undang-undang dan peraturan peme-rintah. Selain itu empat sifat wajib rasul yaitu shiddiq, amanah, tabligh, dan fathonah menjadi sifat kepemimpinan dalam Islam (Arief, 2014). Karena itu pula, empat sifat wajib rasul tersebut dijabarkan dalam aplikasi Islamic Corporate Governance yang didasarkan pada hukum Al Qur’an dan Hadist.

Loredana, Alexandru dan Roxana (2016) menyatakan bahwa konsep corporate governance dalam Model Islam menjelaskan bahwa manajer dan auditor bekerja secara profesional, memiliki tujuan untuk memenuhi kepentingan

Page 41: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

28

pemegang saham dan aturan Allah swt. Loredana et al. (2016) berpendapat bahwa pilar corporate governance dalam Model Islam mencakup accountability, responsibility, transparancy, correctness, integrity dan competencies. Selain itu tiga dimensi dalam pengambilan keputusan yang ada pada corporate governance Model Islam mencakup by whom, for whom, with whom and to whom. By whom dikaitkan dengan mutual consultation dengan advisory board. For whom dikaitkan dengan tujuan utama untuk memenuhi perintah Allah swt. With whom dan to whom dikaitkan dengan bahwa corporate governance harus dapat meyakinkan bahwa prosedur dan operasional yang berjalan di perusahaan sesuai dengan Qur’an, bahwa Islam mengajarkan adanya kerja team dan harus mematuhi perintah ketua team, dan kehidupan Nabi menjadi model dalam menjalankan bisnis.

2.5 Peraturan tentang Corporate Governance di Indonesia

Peraturan tentang Corporate Governance di Indo-nesia, khususnya yang berkaitan dengan penelitian ini adalah:

a. Prinsip-prinsip corporate governance yang ada pada Pedoman Umum Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006)

b. Undang-Undang No.40 Tahun 2007 tentang Per-seroan Terbatas

c. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Per-bankan Syariah

d. Keputusan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuang-

Page 42: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

29

an dalam Peraturan X.K.6 Nomor: Kep-134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik

e. Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktik Good Corpo-rate Governance pada Badan Usaha Milik Negara

f. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 ten-tang Good Corporate Governance bagi Bank Umum

g. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/2006 tentang Good Corporate Governance bagi Bank Umum

h. Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/12/2007 perihal pe laksanaan good corporate governance bagi Bank Umum

i. Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/2013 perihal pelaksanaan good corporate governance bagi Bank Umum

j. Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.

k. Peraturan OJK No. 6/POJK.03/2015 tentang Trans-paransi dan Publikasi Laporan Bank.

Peraturan corporate governance yang utama dan sering dirujuk dalam penelitian ini terutama UU PT No. 40 tahun 2007, PBI No.11/33/PBI/2009, PBI No.8/14/2006, SE BI No.9/12/2007 serta SE BI No.15/15/2013. Obyek penelitian ini adalah industri perbankan syariah yang berbentuk perseroan terbatas sehingga peneliti menggunakan UU PT No. 40 tahun 2007 sebagai dasar regulasinya. Industri

Page 43: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

30

yang diteliti adalah perbankan maka peneliti menggunakan regulasi PBI No.8/4/PBI/2006, PBI No. 8/14/2006, SE BI No.9/12/2007 yang dirubah menjadi SE BI No.15/15/2013. Beberapa perbankan dalam penelitian ini merupakan BUMN, peraturan Keputusan Menteri BUMN Nomor: KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara digunakan pula sebagai dasar regulasi dalam penelitian ini. Sampel penelitian ini merupakan perbankan syariah maka aturan yang sering dirujuk adalah PBI No. 11/33/2009 tentang GCG Bank Umum dan Unit Usaha Syariah.

2.6 Penerapan Corporate Governance pada Per-bankan Syariah di Indonesia

2.6.1 Peraturan tentang Dewan Komisaris di Bank Syariah

Berdasarkan PBI No. 11/33/2009

Pasal 1(1) Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas

melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Ter-batas.

(2) Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di

Page 44: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

31

dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

(3) Pejabat eksekutif adalah pejabat yang bertanggungjawab langsung kepada direksi dan atau mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dan operasional Bank seperti Kepala Divisi atau pemimpin Kantor Cabang.

Pasal 4Dewan Komisaris

Jumlah, komosisi, kriteria, rangkap jabatan, hubungan keluarga dan persyaratan lain bagi anggota Dewan Komisaris tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia terkait.

Pasal 6Dewan Komisaris

(1) Usulan pengangkatan dan atau penggantian anggota Dewan Komisaris kepada Rapat Umum Pemegang Saham dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi.

(2) Dalam hal anggota Komite remunerasi dan Nominasi memiliki benturan kepentingan (conflict of interests) dengan usulan yang direkomendasikan, maka dalam usulan tersebut wajib diungkapkan adanya benturan kepentingan serta pertimbangan-pertimbangan yang mendasari usulan tersebut.

Page 45: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

32

Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris

Pasal 7Dewan Komisaris wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.

Pasal 8(1) Dewan Komisaris wajib melakukan pengawasan atas ter-

selenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap ke giatan BUS pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi se ba-gai mana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2).

(2) Dewan Komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi, serta memberikan nasihat kepada Direksi.

(3) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dewan Komisaris wajib memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan strategis BUS.

(4) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Dewan Komisaris dilarang terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional BUS, kecuali pengambilan keputusan untuk pemberian pembiayaan kepada Direksi sepanjang kewenangan Dewan Komisaris tersebut ditetapkan dalam anggaran BUS atau dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

Pasal 9Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi telah menindaklanjuti temuan audit dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, Dewan Pengawas Syariah dan/atau auditor ekstern.

Page 46: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

33

Pasal 12(1) Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan tata

tertib kerja yang bersifat mengikat setiap anggota Dewan Komisaris.

(2) Pedoman dan tata tertib kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling kurang mencantumkan: waktu kerja dan pengaturan rapat.

Pasal 13Anggota Dewan Komisaris wajib menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya secara optimal.

Pasal 14Rapat Dewan Komisaris(1) Rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan paling

kurang satu kali dalam dua bulan, (2) Rapat Dewan komisaris sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib dihadiri paling kurang oleh 2/3 dari jumlah anggota Dewan Komisaris,

(3) Rapat Dewan komisaris sebagaimana dimaksud ayat 1 wajib dipimpin oleh Komisaris Utama,

(4) Dalam hal Komisaris Utama berhalangan hadir maka rapat Dewan komisaris dapat dipimpin oleh salah seorang anggota Dewan Komisaris.

Pasal 11(1) Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan

tugas dan tanggung jawabnya, Dewan Komisaris wajib membentuk paling kurang:

Page 47: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

34

a. Komite Pemantau Risikob. Komite Remunerasi dan Nominasic. Komite Audit

(2) Pengangkatan anggota komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Direksi berdasarkan keputusan rapat Dewan Komisaris.

(3) Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa komite yang telah dibentuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjalankan tugasnya secara efektif.

(4) Dewan Komisaris wajib memiliki pedoman dan tata tertib kerja setiap komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(5) Pedoman dan tata tertib kerja komite sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus dievaluasi dan dilakukan pengkinian secara berkala.

Pasal 36(1) Anggota Komite Audit sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 ayat (1) huruf c paling kurang terdiri dari:a. Seorang Komisaris Independenb. Seorang pihak independen yang memiliki keahlian

di bidang akuntansi keuangan, danc. Seorang pihak independen yang memiliki keahlian

di bidang perbankan syariah(2) Anggota Komite Audit sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib memiliki integritas dan reputasi keuangan yang baik.

(3) Komite Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh Komisaris Independen.

Page 48: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

35

(4) Anggota Direksi dilarang menjadi anggota Komite Audit

(5) Mayoritas anggota Komisaris yang menjadi anggota Ko-mite Audit harus merupakan Komisaris Independen.

Jabatan Rangkap Ketua Komite

Pasal 38Ketua komite sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (3), Pasal 35 ayat (2) dan Pasal 36 ayat (3) hanya dapat me-rangkap jabatan sebagai ketua komite paling banyak pada satu (1) komite lainnya pada BUS yang sama.

Pasal 42(1) Komite Audit sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat

(1) huruf c memiliki tugas dan tanggung jawab paling kurang:a. Melakukan evaluasi atas pelaksanaan audit intern

dalam rangka menilai kecukupan pengendalian in-tern ter masuk kecukupan proses pelaporan ke uangan; dan

b. Melakukan koordinasi dengan Kantor Akuntan Publik dalam rangka efektivitas pelaksanaan audit ekstern

(2) Dalam rangka melaksanakan tugas sebagaimana di mak-sud pada ayat (1) huruf a, Komite Audit paling ku rang melakukan evaluasi terhadap:a. Pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh fungsi

audit internb. Pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil

Page 49: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

36

temuan audit dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, Dewan Pengawas Syariah, dan/atau auditor ekstern,guna memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris.

(3) Komite Audit memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris.

Rapat Komite

Pasal 43Hasil rapat komite wajib dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan baik.

Persyaratan Dewan Pengawas Syariah

Pasal 44Jumlah, kriteria, rangkap jabatan dan persyaratan lain bagi Dewan Pengawas Syariah tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia terkait.

Pasal 45(1) Usulan pengangkatan dan atau penggantian anggota

Dewan Pengawas Syariah kepada Rapat Umum Peme-gang Saham dilakukan dengan memperhatikan reko-mendasi Komite Remunerasi dan Nominasi.

(2) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas Syariah paling lama sama dengan masa jabatan anggota Direksi atau Dewan Komisaris.

Page 50: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

37

Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Pengawas Syariah

Pasal 46Dewan Pengawas Syariah wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.

Pasal 47(1) Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah

ada lah memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prin-sip Syariah.

(2) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi antara lain:a. Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Sya-

riah atas pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan Bank;

b. Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank agar sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia;

c. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia untuk produk baru Bank yang belum ada fatwanya;

d. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank; dan

e. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja Bank dalam rangka pelak-sanaan tugasnya.

Page 51: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

38

(3) Dewan Pengawas Syariah wajib menyampaikan Laporan Hasil Pengawasan Dewan Pengawas Syariah ssecara semesteran

(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib di sampaikan kepada Bank Indonesia paling lambat se-telah 2 (dua) bulan setelah periode semester dimaksud berakhir.

(5) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tata cara penyampaian la-poran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) akan di atur lebih rinci dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 48Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.

Rapat Dewan Pengawas Syariah

Pasal 49(1) Rapat Dewan Pengawas Syariah wajib diselenggarakan

paling kurang 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.(2) Pengambilan keputusan rapat Dewan Pengawas Syariah

dilakukan berdasarkan musyawarah mufakat.(3) Seluruh keputusan Dewan Pengawas Syariah yang

dituangkan dalam risalah rapat merupakan keputusan bersama seluruh anggota Dewan Pengawas Syariah

(4) Hasil rapat Dewan Pengawas Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dituangkan dalam risalah rapat dan didokumentasikan dengan baik.

Page 52: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

39

Aspek Transparansi Dewan Pengawas Syariah

Pasal 50Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib mengungkapkan rangkap jabatan sebagai anggota Dewan Pengawas Syariah pada lembaga keuangan syariah lain dalam laporan pelak-sanaan GCG sebagaimana diatur dalam peraturan Bank Indonesia ini.

Pasal 51(1) Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang me man-

faatkan BUS untuk kepentingan pribadi, keluarga dan/atau pihak lain yang dapat mengurangi aset atau me-ngurangi keuntungan BUS.

(2) Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang mengambil dan/atau menerima keuntungan pribadi dari BUS selain remunerasi dan fasilitas lainnya yang ditetapkan Rapat Umum Pemegang Saham

(3) Anggota Dewan Pengawas Syariah wajib mengungkapkan remunerasi dan fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pada laporan pelaksanaan GCG sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

(4) Anggota Dewan Pengawas Syariah dilarang merangkap jabatan sebagai konsultan di seluruh BUS dan/atau UUS.

Page 53: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

40

2.7 Kualitas Pengungkapan Laporan Keuangan

Kualitas pengungkapan laporan keuangan menjadi topik yang menarik dan diperdebatkan di antara regulator standar akuntansi, profesional seperti halnya praktisi (Zheng, 2010). Skandal akuntansi yang terjadi pada awal tahun 2000-an menunjukkan pentingnya kualitas laporan keuangan (Catanach, Rhoades, 2003). Namun, interpretasi tentang kualitas laporan keuangan masih meninggalkan masalah kaitannya dengan perbedaan lingkungan laporan keuangan, regulasi, prosedur, dan pemahaman. Menurut Accounting Standard Steering Committee, Institute of Char-tered Accountants in England and Wales (ICAEW, 1975) meng identifikasi tujuh karakteristik kualitatif untuk meme-nuhi tujuan fundamental pengukuran yaitu: relevance, understandability, reliability, completeness, objectivity, com-para bility, dan timeliness.

Ada beberapa faktor penentu yang ditemukan mem-pengaruhi kualitas laporan keuangan seperti pemerintah, perusahaan, profesi akuntansi, faktor ekonomi, pengaruh internasional dan budaya (Imhoff, 2003; Sharma, 2010). Aturan pemerintah memainkan peran penting pada kualitas laporan keuangan (Cooke, Wallace, 1990). Regulasi tentang pajak mempengaruhi kualitas laporan keuangan karena bisnis akan memilih concervative financial reporting practice untuk meminimalkan kewajiban pajaknya (Doupnik, Salter, 1995). Selain itu, earning management merupakan faktor kunci yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan (Leuz, 2003). Earning management berbeda-beda di antara berbagai industri dan negara (Zheng, 2010).

Page 54: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

41

Kualitas laporan keuangan merupakan konsep yang sulit untuk diukur pada lingkungan yang kompleks. Kualitas laporan keuangan dapat diproksikan misalnya dengan earning persistance, predictability of future performance, earnings variability, the relation between cash, accruals and income (Botosan, 1997; Bhattacharya, 2003).

2.8 Literature Review dan Pengembangan Hipotesis

Penelitian tentang pengungkapan informasi telah dilakukan oleh Buzby (1975), Chow dan Wong-Buren (1987), Botosan (1997), Sengupta (1998), Ali (2004), Muhammad (2009), Htay, Said dan Salman (2013), dan Khiari (2013). Di Indonesia, penelitian tentang pengungkapan informasi dilakukan oleh Na’im dan Rakhman (2000), Sabeni (2002), Hidayah (2008), Suryani (2012), Yunita (2012) dan Fauziyah (2015). Penelitian-penelitian tersebut menguji kualitas pengungkapan yang dikaitkan dengan kinerja, karakteristik industri, leverage, listing status, ukuran dan profitabilitas perusahaan. Penelitian tentang kualitas pengungkapan yang dilakukan di Indonesia pada umumnya dikaitkan dengan mandatory disclosure, voluntary disclosure, social disclosure, intellectual capital disclosure, dan environmental disclosure.

Kualitas pengungkapan tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan CG secara umum. Menurut Tsui dan Gul (2000) bahwa pelaksanaan CG meningkatkan transparansi peru-sahaan. Transparansi perusahaan dikaitkan dengan kualitas pengungkapan. Beberapa penelitian yang telah me neliti tentang CG dan kualitas pengungkapan adalah Forker (1992), Ho dan Wong (2000), Sabeni (2002), Htay et. al. (2013). Forker

Page 55: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

42

(1992) menemukan bahwa mekanisme CG berpengaruh pada kualitas pengungkapan. Ho dan Wong (2000) di Hongkong menemukan bahwa keberadaan komite audit dan struktur dewan berpengaruh terhadap kualitas pengungkapan. Sabeni (2002) meneliti pada perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keberadaan komite audit tidak berpengaruh pada kualitas pengungkapan. Htay et. al. (2013) meneliti pada perbankan di Malaysia. Htay et. al. (2013) menemukan bahwa kualitas pengungkapan akan meningkat ketika kepemilikan board, kepemilikan mayoritas, dan kepemilikan institusi lebih kecil, ukuran board yang lebih besar dan proporsi komisaris independen yang lebih tinggi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya inkonsistensi. Inkonsistensi hasil ini memberikan peluang untuk dilakukan penelitian kembali tentang CG dan kualitas pengungkapan.

Posisi penelitian ini dibandingkan dengan peneliti-an lainnya tentang kualitas pengungkapan adalah: pertama, penelitian ini menggunakan konsep ICG dengan mamasukkan variabel karakteristik dewan pengawas syariah sebagai variabel independen yang berpengaruh pada kualitas pengungkapan. Kedua, karena konsep yang digunakan adalah ICG maka penelitian ini dilakukan pada perbankan syariah yang ada di Indonesia. Ketiga, pengukuran kualitas pengungkapan merujuk pada ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan perusahaan pada publik.

Komisaris independen diasosiasikan dengan tang-gung jawab melakukan fungsi pengawasan pada manajer dan karenanya dapat mengurangi biaya keagenan (Brennan dan McDermott, 2004). Semakin tinggi proporsi Komisaris

Page 56: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

43

Independen berarti semakin baik fungsi monitoring Dewan Komisaris. Karena Komisaris Independen berasal dari luar pe rusahaan, sehingga independensi Dewan Komisaris dalam hal melakukan monitoring lebih baik. Barnhart dan Rosenstain (1998) menyatakan bahwa semakin tinggi per-wakilan dari outside director, maka semakin tinggi inde-pendensi dan efektivitas board of director dalam men jalankan perannya. Bujaki dan Mcconomy (2002) menya takan bah wa semakin tinggi proporsi Komisaris Inde penden maka semakin banyak informasi yang diungkapkan. Hal ini didukung oleh Cheng dan Courteney (2004). Studi sebelumnya menunjukkan bahwa komisaris independen me rupakan penjaga fungsi pengawasan yang efektif (Alza-oubi dan Selamat, 2012). Hipotesis pene litian nya adalah:

H1: Proporsi komisaris independen berpengaruh po sitif pada kualitas pengungkapan laporan peru sahaan.

Salah satu tanggung jawab Dewan Komisaris adalah menghadiri meeting dan mereka dapat menyalurkan hak suaranya melalui meeting tersebut (Ronen dan Yaari, 2008). Suhardjanto dan Anggitarani (2010) menyatakan bahwa semakin sering rapat Dewan Komisaris, maka ke kurang-sesuaian pelaksanaan perusahaan akan semakin cepat ter-deteksi. Hal ini sejalan dengan apa yang di ungkapkan oleh Chen dan Zhou (2006) yang menyatakan bahwa frekuensi meeting Dewan komisaris mengurangi kemungkinan terjadi nya fraud karena meeting yang teratur memungkinkan board untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang ada. Ntim dan Osei (2011) membuktikan dan men-dukung teori keagenan, serta menunjukkan bahwa Dewan

Page 57: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

44

Komisaris perusahaan yang lebih sering melakukan rapat akan meningkatkan kapasitasnya dalam menyarankan dan memantau manajemen. Menurut Conger, Finegold, dan Lawler (1998) semakin sering Dewan Komisaris melakukan meeting maka semakin baik efektifitas board-nya. Menurut Vafeas (1999) bahwa meeting merupakan dimensi utama operasional Dewan Komisaris. Xie, Davidson, dan DaDalt (2003) berpendapat bahwa Dewan Komisaris yang jarang menghadiri meeting hanya memiliki waktu untuk menyetujui perencanaan manajemen dan mendengarkan presentasi sehingga waktunya sangat terbatas untuk memperhatikan isu-isu perusahaan lainnya. Fungsi monitoring yang lebih baik dari Dewan Komisaris diduga berpengaruh pada kualitas pengungkapan. Hipotesis penelitiannya adalah:

H2: Jumlah meeting Dewan Komisaris berpengaruh po-sitif pada kualitas pengungkapan laporan peru sahaan.

Menurut Vafeas (2005) bahwa ukuran Komite Audit merupakan karakteristik utama efektifitas Komite Audit. Jika ukuran komite Audit terlalu kecil, akan mengurangi efek tifitas kerja Komite Audit karena ketidakcukupan ukuran Komite Audit akan menyebabkan kurangnya dalam mo nitoring direksi. Menurut Jensen (1993) hal ini da pat di sebab kan oleh tugas yang meningkat sementara ukuran Komite Auditnya kecil, sehingga tugas kurang dapat ter-selesaikan dengan baik. Namun, jika ukuran Komite Audit ter lalu besar juga akan menyebabkan efektifitasnya ber-kurang karena kesulitan koordinasi, sehingga mem per-lemah proses monitoring.

Page 58: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

45

Rata-rata ukuran Komite Audit yang dianggap tepat oleh peneliti sebelumnya adalah 3-4 orang (Abbott, 2004). Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa semakin besar ukuran Komite Audit maka akan semakin baik efektifitas monitoring-nya. Yang dan Khrisnan (2005) menyatakan bahwa jumlah anggota Komite Audit yang cukup meningkatkan efisiensi fungsi monitoring kaitannya dengan financial reporting integrity. Penelitian lainnya me-nyatakan bahwa perusahaan yang perhatian pada ukuran Komite Audit yang besar juga sangat perhatian pada reputasi auditor terutama Big4 auditors (Chen dan Zhou, 2007).

Ho dan Wong (2001) menemukan bahwa keberadaan komite audit meningkatkan kualitas pengungkapan. Kuali-tas pengungkapan dalam penelitian Ho dan Wong (2001) me rujuk pada voluntary disclosure. Hasil penelitian ini se-jalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuen, Liu, dan Lu (2009), Goodwin dan Seow (2002) dan Beasley (2000). Yuen et. al. (2009) menyatakan bahwa komposisi, kom petensi, dan jumlah Komite Audit berpengaruh pada bagaimana Komite Audit menjalankan fungsi dan tanggung jawabnya, salah satunya adalah transparansi. Hipotesis penelitiannya adalah:

H3: Ukuran Komite Audit berpengaruh positif pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan.

Komite Audit menjalankan tugasnya melalui meeting dan aktivitas auditing perusahaan. Semakin sering meeting, berarti semakin sering melakukan monitoring in ternal termasuk dalam hal transparansi. Pitasari (2010) dan Ettredge, et. al., (2010) menyatakan bahwa frekuensi rapat komite audit

Page 59: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

46

berpengaruh positif terhadap pengungkapan. Semakin tinggi intensitas pertemuan yang diadakan me mung kinkan komite audit secara intens membahas ten tang hal-hal penting pada penyusunan laporan ke uangan. Alzoubi (2012) menyatakan bahwa Komite Audit yang melakukan meeting secara reguler pada tahun fiskal di asosiasi kan de ngan monitoring yang efektif. Semakin sering mereka bertemu semakin efisien mereka dalam men jalankan tanggungjawabnya.

Menurut Krishnan dan Vishvanathan (2009) ada korelasi positif jumlah meeting Komite Audit dan fee untuk Komite Audit. Hal ini disebabkan oleh semakin sering meeting, semakin membutuhkan jaminan dan kepastian serta kualitas yang tinggi pada proses audit yang dilakukan. Untuk memberikan jaminan dan kualitas yang lebih tinggi dari proses audit tersebut, dibutuhkan pekerjaan audit tambahan untuk memperluas scope dan meningkatkan tingkat pengujian auditing. Frekuensi meeting diduga ber-pengaruh pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan, sehingga hipotesisnya adalah:

H4: Jumlah meeting Komite Audit berpengaruh positif pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan

Menurut Rahman dan Bukhair (2013) semakin besar jumlah anggota shariah supervisory board (SSB) maka akan semakin efektif monitoring dan konsistensi pada prinsip syariah. Semakin besar ukuran DPS maka akan semakin besar kemampuannya dalam mengontrol transaksi pada perbankan syariah dengan melihat kesesuaiannya dengan prinsip syariah sehingga berpengaruh pada kualitas pengungkapan. Hipotesis penelitiannya adalah:

Page 60: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

47

H5: Ukuran Dewan Pengawas Syariah berpengaruh pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan.

Pengetahuan dan pengalaman merupakan elemen yang signifikan untuk memastikan efektivitas fungsi monitoring board (Alzaubi, 2012). Menurut Farook (2011) bahwa latar belakang pendidikan berpengaruh pada praktek pengungkapan. Selain itu, pendidikan menentukan ting kat profesionalitas (Grace, Ireland, dan Dunstan, 1995). Be berapa penelitian menunjukkan bahwa pendidikan sha riah supervisory board meningkatkan pengungkapan perusahaan (Farook, 2011). Menurut Rahman dan Bukhair (2013) anggota Shariah Supervisory Board harus memiliki penge tahuan hukum Islam, ekonomi, keuangan dan akuntansi. Jenjang pendidikan doktoral memiliki implikasi yang lebih baik pada pengungkapan. Alzaubi (2012) me-nyatakan pula bahwa pengetahuan tentang akuntansi dan keuangan berguna bagi board untuk memahami laporan keuangan yang lebih baik. Hipotesis penelitiannya adalah:

H6: Latar belakang pendidikan Dewan Pengawas Sya-riah berpengaruh pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan.

Menurut Bukair (2014) efektifitas shariah supervisory board berpengaruh pada pengungkapan informasi. Bukair (2014) meneliti pada Bank Islam di Malaysia pada tahun 2008. Semakin sering rapat maka fungsi pengawasan yang dilakukan DPS kaitannya dengan kesesuaian syariah dan kualita pengungkapan akan semakin baik. Hipotesis penelitiannya adalah:

Page 61: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

48

H7: Jumlah meeting Dewan Pengawas Syariah ber-pengaruh pada kualitas pengungkapan laporan perusahaan.

2.8 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kuali-tas Pengungkapan Laporan Perusahaan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah proporsi Komisaris Independen, jumlah meeting Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, Jumlah meeting Komite Audit, ukuran Dewan Pengawas Sya-riah, Latar Belakang Pendidikan Dewan Pengawas Syariah, dan Jumlah meeting Dewan Pengawas Syariah.

Proporsi Komisaris

Independen

Ukuran Komite Audit

Jumlah meeting DK

Kualitas Pengungkapan Laporan Perusahaan

H1 (+)

H4 (+)

H3 (+)

H2(+)

Jumlah meeting Komite Audit

Ukuran DPS

Jumlah meeting DPS

Latar Belakang Pendidikan DPS

H7 (+)

H5 (+)

H6 (+)

Page 62: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bagian metode penelitian ini dibahas tentang populasi, sampel, sampling, data, metode pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, serta metode analisis data untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Bab ini menjelaskan pula uji asumsi klasik yang dilakukan peneliti supaya hasil regresi atau analisis tidak bias. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan unit analisisnya perusahaan perbankan syariah.

3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua bank umum syariah yang ada di Indonesia. Jumlah bank umum syariah sampai pada tahun 2015 ada 11 bank syariah.

Page 63: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

50

Tabel 3.1 Populasi Perbankan Syariah di Indonesia

No Bank Umum Syariah1 Bank Syariah Mandiri2 Bank Syariah Muamalat Indonesia3 Bank Syariah BNI4 Bank Syariah BRI5 Bank Syariah Mega Indonesia6 Bank Jabar dan Banten7 Bank Panin Syariah8 Bank Syariah Bukopin9 Bank Victoria Syariah

10 Bank BCA Syariah11 Maybank Indonesia Syariah

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2016

3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah semua perbankan syariah yang ada di Indonesia yang memiliki data yang diperlukan dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam penelitian ini 11 bank umum syariah dengan periode penelitian 2011 – 2015 sesuai dengan tabel data populasi. Periode penelitian ini dipilih karena sebagian besar perbankan syariah memiliki laporan tahunan pada periode tersebut. Jumlah observasi penelitian ini menjadi 55.

Page 64: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

51

3.3 Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekun-der. Data penelitian diperoleh melalui annual report masing-masing perbankan syariah di Indonesia.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas pengungkapan laporan perusahaan. Variabel inde-penden penelitian ini adalah struktur ICG yang meliputi proporsi Komisaris Independen, jumlah meeting Dewan Komisaris, ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit, Ukuran Dewan Pengawas Syariah, latar belakang pendidikan Dewan Pengawas Syariah, dan jumlah meeting Dewan Pengawas Syariah. Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah size.

3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kua -litas peng ungkapan laporan perusahaan. Kualitas peng -ungkapan laporan perusahaan merujuk pada ke tepatan waktu perusahaan dalam mengeluarkan laporan tahunan -nya. Ketepatan waktu menurut Ferdi, Braam, dan Boelens (2009) adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk membuat suatu informasi dapat diketahui oleh yang lain, dan ini dikaitkan dengan penggunaan secara umum. Ketepatan waktu merujuk pada peraturan OJK No. 6/POJK.03/2015 pasal 31 yang menyatakan bahwa pengu-muman laporan publikasi tahunan pada situs web bank sebagai mana dimaksud dalam pasal 29 dan penyampaian

Page 65: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

52

laporan publikasi tahunan kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 wajib dilakukan paling lambat 4 (empat) bulan setelah akhir tahun buku. Penelitian ini menggunakan laporan keuangan yang berakhir 31 Desember, sehingga perusahaan yang menyampaikan laporan melebihi tanggal 30 April dinyatakan tidak tepat waktu. Pengukuran ketepatan waktu dengan menggunakan variabel dummy. Perusahaan yang tepat waktu diberi skor 1 dan jika tidak tepat waktu diberi skor 0.

3.4.2 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini meliputi proporsi Komisaris Independen, jumlah meeting Dewan Komisaris, ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit, ukuran Dewan Pengawas Syariah, latar belakang pendidikan Dewan Pengawas Syariah, dan jumlah meeting Dewan Pengawas Syariah.

3.4.2.1 Proporsi Komisaris IndependenKomisaris independen adalah anggota dewan

komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak inde penden atau bertindak semata-mata demi kepentingan pe rusahaan (Herwidayatmo, 2000). Indikator yang diguna-kan mengacu pada penelitian Suhardjanto dan Dewi (2010); Yatim (2011); Htay et al. (2011) Ismail dan Rahman (2011) adalah sebagai berikut:

Page 66: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

53

3.4.2.2 Jumlah Meeting Dewan KomisarisJumlah meeting Dewan Komisaris adalah jumlah

rapat yang dilakukan oleh anggota Dewan Komisaris dalam perusahaan selama satu tahun. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah rapat yang dilakukan oleh Dewan Komisaris dalam waktu satu tahun seperti yang digunakan oleh (Brick dan Chindambaran, 2007; Suhardjanto dan Anggitarani, 2010; Allegrini dan Greco, 2011).

JMDK = ∑ Rapat Komisaris dalam setahun

3.4.2.3 Ukuran Komite AuditUkuran Komite Audit merupakan jumlah seluruh

anggota Komite Audit yang terdapat di perusahaan (Felo et al., 2003). PBI Nomor: 11/33/PBI/2009 mengatur bahwa keanggotaan Komite Audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang anggota, seorang diantaranya merupakan Komi saris Independen perusahaan yang sekaligus me-rangkap sebagai ketua Komite Audit, sedangkan dua anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen di mana satu diantaranya memiliki keahlian di bidang keuangan atau perbankan. Selain itu Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/33/PBI/2009 mengatur bahwa keanggotaan Komite Audit sekurang-kurangnya berjumlah 3 orang.

Page 67: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

54

Variabel ukuran Komite Audit penelitian ini me-ngacu pada penelitian (Felo et al., 2003) yang diukur dengan menjumlahkan anggota Komite Audit yang terdapat di bank. Pengukuran yang dilakukan oleh Felo et al. (2003) juga digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Gan et al. (2008), Siagallan (2006), Li et al. (2008) dan Li et al. (2012). Ukuran Komite Audit dalam penelitian ini diukur dengan rumus Felo et al., (2003):

UKA = ∑ Anggota Komite Audit dalam setahun

3.4.2.4 Jumlah Meeting Komite AuditFrekuensi rapat Komite Audit dalam setahun dapat

mencerminkan seberapa jauh Komite Audit membantu Komisaris terlibat dalam mengawasi manajemen (Ma dan Tian, 2009). Blue Ribbon Committee (1999) mere ko men-dasikan agar jumlah pertemuan Komite Audit tidak kurang dari empat kali dalam setahun. PBI Nomor 11/33/2009 tidak mengatur tentang rapat Komite Audit secara detail.

Indikator pengukuran yang digunakan variabel ini me ngacu pada penelitian Taliang dan Jusop (2011) dan Braswell (2012), yaitu dengan menghitung jumlah rapat yang di lakukan oleh Komite Audit dalam jangka waktu satu tahun.

JMKA = ∑ Rapat Komite Audit dalam setahun

3.4.2.5 Ukuran Dewan Pengawas SyariahUkuran Dewan Pengawas Syariah adalah jumlah selu-

ruh Dewan Pengawas Syariah yang melakukan pengawasan syariah pada perbankan syariah. Peraturan Bank Indonesia

Page 68: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

55

Nomor 6/24/PBI/2004 pasal 26 (1) menyatakan bahwa jum-lah anggota Dewan Pengawas Syariah paling kurang 2 (dua) orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.

Variabel ukuran Dewan Pengawas Syariah dalam pe ne litian ini mengacu pada penelitian Hidalgo et al. (2011) dan di ukur dengan menjumlahkan anggota Dewan Pe ngawas Sya riah yang terdapat dalam perusahaan per-bankan. Pengukuran yang dilakukan oleh Hidalgo et al. (2011) tersebut sebenarnya pengukuran Dewan Komisaris dan didukung penelitian yang dilakukan oleh Allegrini dan Greco (2008), Shil (2011) dan Daily et al. (1999). Pengu ku-ran ini diambil karena masih terbatasnya riset yang meng-gunakan ukuran ini pada perbankan syariah. Ukuran De-wan Pengawas Syariah dapat diukur dengan cara Hidalgo et al.(2011):

UDPS = ∑ Anggota Dewan Pengawas Syariah dalam satu tahun

3.4.2.6 Latar Belakang Pendidikan Dewan Pengawas SyariahLatar Belakang pendidikan Dewan Pengawas Syariah

me rupakan presentase jumlah seluruh anggota Dewan Penga was Syariah yang memiliki latar belakang pendidikan syariah muamalah dan perbankan serta keuangan secara umum yang terdapat di perusahaan dibagi dengan jumlah seluruh Dewan Pengawas Syariah yang ada di perusahaan. Berdasarkan peraturan dari Bank Indonesia tahun 2004 pasal 21 ayat 2 dan 3 menyatakan bahwa anggota Dewan Pengawas Syariah yang memiliki kompetensi adalah yang

Page 69: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

56

memiliki pengetahuan dan pengalaman pada syariah muamalah dan perbankan atau keuangan secara umum. Indikator yang digunakan sebanding dengan indikator yang digunakan dalam penelitian Rose (2007) dan Kusumastuti et al. (2007) yang meneliti tentang latar belakang pendidikan Komisaris yaitu mengukur persentasi anggota Dewan Pengawas Syariah berlatarbelakang pendidikan syariah muamalah dan perbankan atau keuangan dengan rumus sebagai berikut:

3.4.2.7 Jumlah Meeting Dewan Pengawas SyariahFungsi pengawasan Dewan Pengawas Syariah dalam

bentuk rapat karena melalui rapat dapat diambil keputusan penting (Cotter & Silvester, 2003 dalam Li et al., 2008). Fre-kuensi rapat Dewan Pengawas Syariah dalam setahun dapat mencerminkan seberapa jauh Dewan Pengawas Sya riah terlibat dalam mengawasi manajemen (Ma & Tian, 2009).

Peraturan mengenai rapat Dewan Pengawas Syariah juga diatur dalam PBI Nomor 11/33/PBI/2009 Pasal 49 yang menyatakan bahwa rapat Dewan Pengawas Syariah wajib diselenggarakan paling kurang satu (1) kali dalam satu (1) bulan.

Variabel frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilaku-kan oleh Vafeas (1999) dan didukung oleh penelitian Li et al. (2008), Taliang dan Jusop (2011); Haji dan Ghazali (2013) yang mengukur frekuensi rapat Komisaris dengan

Page 70: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

57

total jumlah rapat Komisaris yang dilakukan dalam satu tahun. Penelitian ini merujuk pada peneliti sebelumnya tentang frekuensi rapat Komisaris karena penelitian tentang frekuensi rapat Dewan Pengawas Syariah sepengetahuan peneliti belum ada.

JMDPS = ∑ Rapat Dewan Pengawas Syariah dalam setahun

Tabel 3. 2 Pengukuran Variabel Penelitian

Variabel PengukuranProporsi Komisaris Indepen-den

Jumlah Komisaris Independen/Jumlah Komisaris

Jumlah Meeting Dewan Komisaris (DK)

Jumlah meeting DK dalam se-tahun

Ukuran Komite Audit Jumlah anggota Komite AuditJumlah Meeting Komite Audit Jumlah meeting Komite Audit

dalam setahunUkuran Dewan Pengawas Sya-riah (DPS)

Jumlah anggota DPS

Latar Belakang Pendidikan Dewan Pengawas Syariah

Jumlah latar belakang pendi-dikan syariah muamalah, per-bankan dan keuangan Islam/Jumlah DPS

Jumlah Meeting Dewan Pen-gawas Syariah

Jumlah meeting DPS dalam se-tahun

Kualitas Pengungkapan Lapo-ran Perusahaan

Perusahaan dengan pengung-kapan laporan sebelum 30 April diberi skor 1 dan yang lain 0

3.4.2.8 Size Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan

sehingga pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, tidak dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang

Page 71: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

58

tidak diteliti. Penelitian ini menggunakan size sebagai variabel kontrol untuk mengontrol pengaruh ukuran perusahaan terhadap variabel yang diteliti. Variabel ini menggunakan total asset sebagai pengukurannya. Total asset mencerminkan apa yang dimiliki perusahaan yaitu: asset lancar dan asset tetap (Li dan Hanifa, 2008). Pengukuran ini digunakan pula oleh Azim dan Taylor (2009).

Total Asset = Asset Lancar + Asset Tetap

3.5 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi berganda karena tujuan penelitiannya adalah untuk menguji pengaruh variabel independen pada variabel dependennya. Model penelitian ini adalah:

KPLP = a0 + b1PKI + b2JMDK + b3UKA + b4JMKA + b5UDPS + b6 LPDPS + b7 JMDPS + b8 SIZE + e

Keterangan :KPLP : Kualitas Pengungkapan Laporan PerusahaanPKI : Proporsi Komisaris IndependenJMDK : Jumlah Meeting Dewan KomisarisUKA : Ukuran Dewan KomisarisJMKA : Jumlah Meeting Komite AuditUDPS : Ukuran Dewan Pengawas SyariahLPDPS : Latar Belakang Pendidikan Dewan Pengawas

SyariahJMDPS : Jumlah Meeting Dewan Pengawas SyariahSIZE : Ukuran Perusahaan

Page 72: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

59

Pengujian hipotesis dengan melihat nilai t untuk melihat signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila nilai signifikansi t lebih kecil dari derajat kepercayaannya yaitu 5%, maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah signi fikan. Model yang baik menurut Ghozali (2005) dapat dilihat berdasarkan nilai adjusted R squared, nilai t dan nilai F. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, dilakukan pengujian asumsi klasik.

Uji asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multi kolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum analisis data dilakukan (Ghozali, 2005:56). Uji asumsi klasik ini untuk memenuhi BLUE (best linier unbiased estimation) dan kesimpulan yang dibuat dari hasil analisa regresi menjadi tidak bias (Hill, Griffiths, dan Judge, 2001).

3.5.1 Uji Normalitas

Menurut Hair et al. (2006:208) bahwa normalitas data merupakan asumsi yang sangat mendasar dalam anali-sis multivariate. Data berdistribusi normal atau tidak dapat dilihat melalui gambar histogram atau menggunakan uji statistik.

Asumsi normalitas mengharuskan nilai-nilai residual (e) berdistribusi normal, sehingga penarikan kesimpulan terhadap nilai-nilai statistik hasil regresi seperti estimasi nilai variabel dependen, intersep, dan koefisien nilai regresi menjadi valid. Pengambilan keputusan dari hasil gambar histogram adalah apakah distribusinya nampak seperti

Page 73: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

60

bentuk lonceng (bell-shaped) atau tidak. Pendekatan normal probability plot membandingkan distribusi kumulatif nilai data aktual dengan distribusi kumulatif pada distribusi normal. Pada pendekatan normal probability plot, distribusi normal akan ditunjukkan dengan garis diagonal, sedangkan data aktual akan diplot sesuai dengan distribusinya. Jika plotting data aktual terletak pada garis diagonal atau mendekatinya, berarti data tersebut berdistribusi normal. Jika plotting data aktual berada jauh dari garis diagonal, berarti data aktual tersebut tidak berdistribusi normal.

Pendekatan uji statistik yang paling sederhana men-dasarkan pada nilai kemiringan (skewness). Nilai statistik (Z) dihitung dengan rumus sebagai berikut (Ghozali, 2005: 163):

Asumsi normalitas ditolak, jika nilai Z melebihi nilai kritis. Nilai kritis distribusi Z, berdasarkan pada tingkat sig-ni fikansi yang diinginkan. Uji normalitas umumnya meng-gunakan Shapiro-Wilks Test dan Kolmogorov-Smirnov Test (Uji KS). Kriteria pengambilan keputusan dengan uji KS adalah jika hasil dari uji Kolmogorov Smirnov (KS) nilai sig-ni fikansi atau probabilita > 0.05, maka residual memiliki dis-tri busi normal dan apabila nilai signifikansi atau pro ba bilita < 0,05, maka residual tidak memiliki distribusi normal.

Data yang tidak berdistribusi normal dapat disebab-kan karena adanya data outlier, yaitu data dengan nilai

Page 74: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

61

yang sangat menyimpang dari nilai data lainnya. Cara yang dapat digunakan untuk mengatasi outlier adalah dengan melakukan winsorzing, yaitu dengan mengubah nilai data outlier ke suatu nilai tertentu (Black, Love, dan Rachinsky, 2006).

Menurut Ghozali (2005:41) outlier dapat disebabkan oleh empat hal yaitu:

a) Kesalahan dalam melakukan entry datab) Gagal menspesifikasi adanya missing value dalam

program komputerc) Outlier bukan merupakan anggota populasi yang

kita ambil sebagai sampeld) Outlier berasal dari populasi yang kita ambil se-

bagai sampel, tetapi distribusi dari variabel dalam populasi tersebut memiliki nilai ekstrim dan tidak terdistribusi secara normal.

Untuk mendeteksi adanya outlier atau tidak dilaku-kan dengan cara mengkonversi nilai data ke dalam skor standardized atau yang biasa disebut z-score, yang memiliki nilai mean sama dengan nol dan standar deviasi sama dengan satu. Menurut Hair (1998) untuk kasus sampel kecil (kurang dari 80), maka standar skor dengan nilai lebih dari atau sama dengan 2,5 dinyatakan outlier. Untuk sampel besar standar skor dinyatakan outlier jika nilainya pada kisaran 3 sampai 4. Jika standar skor tidak digunakan, maka kita dapat menentukan data outlier jika data tersebut nilainya lebih besar dari 2,5 standar deviasi atau antara 3 sampai 4 standar deviasi tergantung besarnya sampel. Secara filosofi seharusnya outlier tetap dipertahankan jika data outlier

Page 75: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

62

memang representasi dari populasi yang kita teliti. Outlier harus kita buang jika data outlier tidak menggambarkan observasi dalam populasi.

Uji normalitas dapat pula dilakukan dengan Uji Langrange Multiplier. Uji Langrange Multiplier merupakan uji alternatif dari Ramsey test dan dikembangkan oleh Engle tahun 1982. Estimasi dengan uji ini bertujuan untuk mendapatkan nilai c2 hitung atau (n x R2). Setelah dilakukan regresi, maka selanjutnya membandingkan nilai c2 hitung dan c2 tabel. Jika c2 hitung > c2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan model linear ditolak.

3.5.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ada korelasi antar variabel independen dalam model regresi (Gujarati, 2004:341). Jika terjadi multikolinearitas, berarti di antara variabel independen yang ada di dalam model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna. Multikolinearitas akan mengakibatkan ketidak-tepatan estimasi, sehingga mengarahkan kesimpulan yang menerima hipotesis nol. Hal ini menyebabkan koefisien regresi menjadi tidak signifikan dan standar defiasi men jadi sangat sensitif terhadap perubahan data (Gujarati, 2004: 342).

Menurut Gujarati (2004: 349), model yang mengan-dung multikolinearitas, memiliki konsekuensi sebagai berikut:

1) Meskipun BLUE, estimator OLS memiliki variance dan covariances yang besar, sehingga estimasi yang tepat akan sulit untuk dilakukan.

Page 76: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

63

2) Confidence interval cenderung lebih lebar, sehingga hipotesis null diterima.

3) Rasio t untuk satu atau lebih koefisien cenderung secara statistik tidak signifikan.

4) Meskipun rasio t untuk satu atau lebih koefisien cen-derung secara statistik tidak signifikan, namun R2 bisa bernilai sangat tinggi.

5) Estimator OLS dan standard errors menjadi sensitif terhadap perubahan kecil dalam data.

Multikolinearitas, dapat diamati melalui matrik kore lasi antar variabel independennya. Jika koefisien kore-lasi nya tinggi atau bahkan sama dengan satu berarti terjadi multikolinearitas. Jika nilai koefisien korelasi kurang dari 0.80 maka tidak terdapat multikolinearitas yang berbahaya dalam model penelitian (Gujarati, 2004:359).

Cara lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan membuat auxi liary regression. Variabel yang digunakan sebagai variabel de-penden adalah variabel independen paling kiri, sedangkan sisa variabel independen tetap sebagai variabel independen. Jika hasil dari auxiliary regression memiliki nilai R2 yang tinggi, yaitu di atas 0.8, maka kesimpulannya adalah sebagi an besar variasi dalam variabel independen pertama dijelaskan oleh variasi pada variabel explanatory lainnya.

Cara lain untuk mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan melihat hasil nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Batas tolerence value adalah 0.10 dan batas VIF adalah 10 (Ghozali, 2005:105). Apabila hasil analisis menunjukkan nilai VIF dibawah nilai 10

Page 77: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

64

dan tolerance value di atas 0.10 berarti tidak terjadi multi-kolinearitas. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model regresi reliabel sebagai dasar analisis untuk menguji hipotesis yang diajukan.

Menurut Winarno (2007) persoalan multikolinearitas dapat diatasi dengan beberapa cara yang yaitu:

1) Membiarkan model mengandung multikolinearitas, karena estimatornya masih bersifat BLUE. Sifat BLUE tidak dipengaruhi oleh sifat hubungan antar variabel independen.

2) Menambahkan data. Multikolinearitas biasanya ter-jadi karena data dalam penelitian berjumlah sedikit.

3) Menghilangkan salah satu variabel independen yang memiliki korelasi linear yang kuat dengan variabel lainnya.

4) Melakukan transformasi salah satu atau beberapa variabel independen.

3.5.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apa-kah terjadi ketidaksamaan variance dari residual penga-matan ke pengamatan yang lain dalam model regresi. Jika variance residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain sama, disebut homokedastisitas. Model dikatakan baik jika memenuhi homokedastisitas. Homokedastisitas berarti variabel dependennya menunjukkan tingkat variance yang sama antar variabel predictor (Hair et al., 2006:206). Apabila hal tersebut dilanggar, berarti menunjukkan adanya heterokedastisitas. Heterokedastisitas sering terjadi pada

Page 78: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

65

data cross-sectional karena pengamatan dilakukan pada individu yang berbeda pada titik waktu tertentu (Hill et al., 2001).

Menurut Gujarati (2004:400) heterokedastisitas mun cul karena hal-hal berikut ini:

(1) Adanya outlier(2) Penyimpangan asumsi bahwa model telah

dispesifikasi secara benar,(3) Adanya skewness dalam distribusi satu atau lebih

regressor dalam model (4) Terjadi kesalahan dalam melakukan transformasi

data.

Jika sebuah model regresi linear memiliki heter-oke dastisitas dan estimator least square digunakan untuk melakukan estimasi koefisien yang belum diketahui, maka:

1) Estimator least square masih merupakan estimator yang linier dan unbiased, namun tidak lagi BLUE.

2) Standard error yang biasanya dihitung untuk estimator least square keliru. Interval kepercayaan dan uji hipotesis yang menggunakan standard error ini menjadi tidak tepat.

Heterokedastisitas diuji dengan Uji Park, Uji Glejser, Uji Korelasi peringkat Spearman, atau menggunakan Metode Grafik serta Uji White (Gujarati, 2004:402). Penelitian ini menggunakan Uji White untuk mendeteksi apakah terjadi heterokedastisitas atau tidak di dalam model regresi.

Uji Park dilakukan dengan meregresikan kuadrat nilai residual dengan variabel independen. Apabila koe-

Page 79: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

66

fisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut signi-fikan secara statistik, maka dalam model regresi tersebut terdapat heterokedastisitas, dan sebaliknya maka terjadi homokedastisitas.

Pengujian dengan Glejser, pertama, melakukan regresi sederhana antara nilai absolut residu dengan tiap-tiap variabel independen. Kedua, membandingkan nilai t hitung dan t tabel. Jika nilai t hitung lebih besar dari t tabel berarti terjadi heterokedastisitas.

Uji metode grafik dilakukan dengan membuat diagram plot antara nilai residu dengan predicted value (Y). Pola hubungan dapat dilihat melalui diagram. Hubungan nilai residu dengan nilai hitung (predicted value) yang tidak memiliki pola sistematis (titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y) menunjukkan adanya homokedastisitas (Ghozali, 2005:69).

Uji White dilakukan dengan meregres residual kuadrat dengan variabel independen, variabel independen kuadrat, dan perkalian variabel bebas. Perhitungan c2, di mana c2 = n x R2, dilakukan setelah R2 diketahui (Gujarati, 2004:405). Rule of tumb-nya adalah jika nilai c2 hitung < c2 tabel, maka hipotesis alternatif adanya heterokedastisitas dalam model ditolak.

Gejala ini dapat diatasi dengan melakukan trans-formasi variabel-variabel dalam model regresi yang ditaksir yaitu dengan membagi model regresi asal dengan salah satu variabel bebas yang memiliki koefisien regresi yang tertinggi dengan residualnya atau melakukan transformasi log.

Page 80: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

67

3.5.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah ada kondisi yang berurutan di antara gangguan dalam fungsi regresi (Gujarati, 2004:442). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lain. Masalah tersebut muncul karena residu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya atau terjadi di antara anggota observasi yang terletak berderetan secara series dalam bentuk waktu (jika datanya time series) atau korelasi antara tempat yang berdekatan jika datanya cross sectional. Estimator least square masih tidak bias, tetapi menjadi tidak efisien, ketika terjadi autokorelasi. Dengan demikian, koefisien estimasi yang diperoleh menjadi tidak akurat (Gujarati, 2004:455).

Menurut Hill et al., (2001) konsekuensi yang timbul karena adanya autokorelasi adalah:

1) Estimator least square masih merupakan estimator yang linier dan unbiased, namun tidak lagi the best.

2) Rumus untuk menghitung standard error yang biasa nya dihitung untuk estimator least square tidak lagi benar, sehingga interval kepercayaan dan uji hipotesis yang menggunakan standard error ini mungkin akan menyesatkan.

Deteksi autokorelasi dilakukan dengan uji Durbin Watson, uji Langrange Multiplier, dan Run Test. Uji Durbin Watson dihitung berdasarkan selisih kuadrat nilai-nilai taksiran faktor gangguan yang berurutan. Sebagai rule of thumb adalah:

Page 81: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

68

1) Jika 0 < d < dl atau dl £ d £ du, maka tidak terdapat autokorelasi positif di dalam model regresi.

2) Jika 4 – dl < d < 4 atau 4 – du £ d £ 4 –dl, maka tidak terdapat autokorelasi negatif di dalam model regresi.

3) Jika nilai Durbin Watson terletak antara batas atas (du) dan 4-du, atau du < d < 4 – du berarti tidak terjadi autokorelasi positif dan negatif dalam persamaan model regresi (Gujarati, 2004:470).

Menurut Ghozali (2005:61) nilai Durbin Watson akan bermanfaat untuk uji autokorelasi jika datanya time series. Angka Durbin Watson dapat diabaikan, jika observasi tidak berasal dari time series. Menurut Nachrowi dan Usman (2005:186), autokorelasi yang kuat akan menyebabkan dua variabel yang tidak berhubungan menjadi berhubungan. Kalau menggunakan OLS, maka nilai R2 menjadi sangat besar, sehingga disebut dengan spurious regression. Untuk mengatasi masalah autokorelasi, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: melakukan evaluasi model, melakukan metode pembedaan umum, dan melakukan metode pem-bedaan pertama.

Uji Autokorelasi dengan menggunakan Uji Lang-range Multiplier (Uji LM) untuk sampel besar di atas 100 observasi. Uji ini tepat digunakan jika sampel yang diguna-kan besar dan derajat autokorelasinya lebih dari satu. Uji LM akan menghasilkan statistik Breusch-Godfrey. Secara manual, jika (n – p)*R2 atau C2 hitung lebih besar dari C2 tabel, maka kita dapat menolak hipotesis nol yang me-nyatakan tidak ada autokorelasi dalam model.

Page 82: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

69

Selain menggunakan uji tersebut di atas, untuk pengujian autokorelasi dapat pula menggunakan Run Test. Run Test sebagai bagian dari statistic non-parametrik untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untu melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak (sistematis). Apabila nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis nol ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual tidak random atau terjadi autokorelasi antar residual.

Menurut Ghozali (2003) pengobatan autokorelasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:

i) Tentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupa-kan pure autocorrelation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan spesifikasi model yaitu ada variabel penting yang tidak dimasukkan ke dalam model atau dapat juga karena bentuk fungsi persamaan regresi tidak benar.

ii) Jika yang terjadi pure autocorrelation, maka solusi autokorelasi adalah dengan melakukan transformasi model awal menjadi model difference.

Page 83: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,
Page 84: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

71

BAB IV

ANALISIS DATA

Analisis dalam penelitian ini meliputi deskriptif data, pengujian asumsi klasik, dan analisis hasil pengujian hipotesis.

4.1 Statistik Deskriptif

Secara keseluruhan terdapat 55 data observasi per bankan selama tahun 2011-2015. Jumlah bank yang menjadi sampel penelitian ini berjumlah 11 bank syariah. Jum lah populasi perbankan syariah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tersebut sejumlah 11 bank, sehingga semua populasi yang ada digunakan menjadi sampel dalam penelitian ini, sehingga sampel dalam pene-litian ini merupakan sampel jenuh.

Page 85: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

72

Tabe

l 4.1

. Sta

tistik

Des

krip

tif S

ampe

l

Vari

abel

NM

inM

axM

ean

Std

Dev

iatio

n(1

)(2

)(3

)(4

)(5

)(6

)Pr

opor

si Ko

misa

ris In

depe

nden

550.

1700

1.0

00 0

.669

3 0

.187

32Ju

mla

h M

eetin

g Dew

an K

omisa

ris55

6.00

0058

.000

19.4

364

10.9

7432

Uku

ran

Kom

ite A

udit

552.

0000

6.0

00 3

.545

5 0

.898

93Ju

mla

h M

eetin

g Kom

ite A

udit

550.

0000

32.0

0011

.345

5 8

.632

88U

kura

n D

ewan

Pen

gaw

as S

yaria

h55

2.00

00 4

.000

2.4

000

0.5

3055

Lata

r Bel

akan

g Pe

ndid

ikan

DPS

550.

0000

1.0

00 0

.257

5 0

.342

74Ju

mla

h M

eetin

g Dew

an P

enga

was

Sya

riah

550.

0000

30.0

0014

.090

9 5

.323

86Si

ze55

1.E+

116.

E+13

1.32

E+13

1.85

7E+1

3Ku

alita

s Pen

gung

kapa

n La

pora

n 55

0.00

001.

0000

0.8

909

0.3

1463

Sum

ber:

Dat

a An

nual

Rep

ort d

iola

h

Page 86: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

73

Berdasarkan Tabel 4.1 Statistik Deskriptif dapat diketahui bahwa proporsi Komisaris Independen pada per bankan syariah di Indonesia rerata 66,93%. Regulasi di Indo nesia khususnya GCG tentang Bank Syariah yaitu PBI Nomor 8/4/2006 pasal 5 menyatakan bahwa Dewan Komisaris terdiri dari Komisaris dan Komisaris Independen. Paling kurang 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah anggota Dewan Komisaris adalah Komisaris Independen. Hal ini menunjukkan bahwa proporsi Komisaris Independen pada perbankan syariah sudah sesuai dengan aturan yang berlaku.

Jumlah meeting Dewan Komisaris pada perbankan syariah di Indonesia rerata 19,43. Menurut PBI tahun 2006 bahwa rapat Dewan Komisaris wajib diselenggarakan secara berkala paling kurang 4 (empat) kali dalam setahun. Rapat Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dihadiri oleh seluruh anggota Komisaris secara fisik paling kurang 2 (dua) kali dalam setahun. Dalam hal anggota Komisaris tidak dapat menghadiri rapat secara fisik, maka dapat menghadiri rapat melalui teknologi telekonferensi. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia tersebut, Dewan Komisaris pada Bank Syariah di Indonesia aktif melak-sanakan meeting untuk melakukan fungsi monitoring.

Ukuran Komite Audit pada perbankan syariah di Indonesia rerata 3,54. Hal ini sudah sesuai dengan PBI tahun 2006 yang menyatakan bahwa anggota Komite Audit sekurang-kurangnya tiga orang. PBI Nomor: 11/33/PBI/2009 mengatur bahwa keanggotaan Komite Audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang anggota, se orang diantaranya merupakan Komisaris Independen

Page 87: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

74

perusahaan yang sekaligus merangkap sebagai ketua Komite Audit, sedangkan dua anggota lainnya merupakan pihak ekstern yang independen di mana satu diantaranya me-miliki keahlian di bidang keuangan atau perbankan. Selain itu Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/33/PBI/2013 mengatur bahwa keanggotaan Komite Audit sekurang-kurangnya berjumlah 3 orang. Berdasarkan data pada Tabel 4.1 tersebut di atas dapat diketahui bahwa masih ada bank syariah yang belum memenuhi ketentuan Bank Indonesia kaitannya dengan anggota Komite Audit karena minimal keanggotaan dua berdasarkan tabel tersebut di atas.

Jumlah meeting Komite Audit pada perbankan sya-riah di Indonesia rerata 11,3. Peraturan Bank Indonesia yang mengatur tentang rapat Komite Audit belum rinci, namun menurut Blue Ribbon Committe (1999) bahwa rapat Komite Audit tidak kurang dari empat (4) kali dalam setahun. Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa ada perbankan syariah yang belum mengungkapkan tentang rapat Komite Audit pada laporan tahunannya, sehingga ditulis nol oleh peneliti.

Ukuran Dewan Pengawas Syariah pada perbankan syariah di Indonesia rerata 2,4. Hal ini sudah sesuai dengan peraturan Bank Indonesia tahun 2004 yang menyatakan bahwa jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah sekurang-kurangnya dua orang dan sebanyak-banyaknya lima orang. Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat diketahui bahwa minimal jumlah anggota Dewan Pengawas Syariah di Bank Syariah Indonesia sejumlah dua dan maksimal sejumlah empat orang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosiana, Arifin, dan Hamdani (2015)

Page 88: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

75

tentang ukuran Dewan Pengawas Syariah di BUS periode 2010-2012.

Latar belakang pendidikan Dewan Pengawas Sya-riah pada per bankan syariah di Indonesia rerata 0,25%. Ber dasarkan peraturan Bank Indonesia tahun 2004 latar belakang pendidikan Dewan Pengawas Syariah adalah syariah muamalah, perbankan atau keuangan secara umum. Pada umumnya, latar belakang pendidikan Dewan Pengawas Syariah pada Bank Syariah di Indonesia berpendidikan syariah muamalah. Pendidikan Dewan Pengawas Syariah tentang perbankan dan keuangan secara umum masih terbatas. Hasil temuan ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosiana, Arifin dan Hamdani (2015) yang meneliti latar belakang pendidikan Dewan Pengawas Syariah pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2012. Rosiana et al. (2015) menemukan bahwa semua ang-gota Dewan Pengawas Syariah sudah memiliki latar be lakang pendidikan yang sesuai. Penelitian Grais dan Pellegreni (2006) mengungkap kelemahan mekanisme inter nal tata kelola perbankan syariah dengan responden pada bank syariah di 16 negara menemukan bahwa kompetensi Dewan Pengawas Syariah belum sesuai. Sementara itu, ke lema han mekanisme eksternal kaitannya dengan tata kelola bank syariah adalah penegakan regulasi yang ada masih lemah.

Jumlah meeting Dewan Pengawas Syariah pada perbankan syariah di Indonesia rerata 14,09. Hal ini sudah sesuai dengan PBI tahun 2009 pasal 49 yang menyatakan bahwa rapat Dewan pengawas Syariah wajib diselenggarakan paling tidak satu kali dalam satu bulan. Rerata jumlah meeting Dewan Pengawas Syariah dalam penelitian ini

Page 89: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

76

14,09 berarti sudah lebih dari 12 kali dalam satu tahun.Kualitas pengungkapan laporan keuangan pada per-

bankan syariah di Indonesia rerata 0,89. Semakin nilainya men dekati angka 1 berarti kualitas pengungkapan laporan ke uangan semakin baik. Menurut Avram, Grosanu, dan Rachisan (2015) efektifitas pemerintah, kualitas regulasi dan hukum merupakan faktor yang signifikan mempengaruhi kekuatan standar akuntansi dan pelaporan. Avram et al. (2015) melakukan penelitian di 132 negara selama periode 2009-2011.

4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik

4.2.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak (Hair et al., 2006:208). Berdasarkan hasil uji KS, dapat disimpulkan bah wa residual berdistribusi normal, yaitu dengan melihat nilai signifikansi 0,067 yang jauh di atas 0,05.

Tabel 4.2. Uji Normalitas dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 55Normal Parameters Mean .000Std. Deviation 0.278Most Extreme Absolute 0.228Differences Positive 0.152Negative -0.228Kolmogorov Smirnov Z 1.690Asymp. Sig (2-tailed) 0.067

Sumber: Hasil Olah Data

Page 90: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

77

4.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Gujarati, 2004:342). Metode analisis untuk menguji terjadinya multikolinearitas dapat diamati dari hasil nilai tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance tidak ada yang kurang dari 10% dan hasil perhitungan VIF (Variance Inflation Factor) yang menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang memiliki VIF lebih dari 10 sehingga tidak terjadi multikolinearitas.

Tabel 4.3. Uji Multikolinearitas

Collinearity StatisticsTolerance VIF

PKIJMDK

0.7980.581

1.2541.721

UKA 0.705 1.418JMKA 0.668 1.497UDPS 0.726 1.378LPDPS 0.769 1.301JMDPSlnSize

0.8860.538

1.1281.860

Sumber: Data Diolah

4.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear tidak ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka disebut dengan autokorelasi (Gujarati, 2004: 442). Penelitian

Page 91: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

78

ini menggunakan Uji DW. Nilai DW dalam penelitian ini 2,022 dengan du 1,193 dan dl 1,730. Menurut kriteria du dan 4-du, maka tidak terjadi autokeralasi dalam penelitian ini.

Tabel 4.4. Uji Autokorelasi

Model R R square

Adjusted R Square

Std Error of the estimate

Durbin Watson

1 0.463 0.615 0.478 0.30211 2.022

Sumber: Data Diolah

4.2.4 Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apa-kah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap, maka disebut homokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas dan tidak terjadi heterokedastisitas (Gujarati, 2004:390).

Uji Heterokedastisitas dalam penelitian ini meng-guna kan Uji Park. Berdasarkan uji heterokedastisitas dengan menggunakan Uji Park tersebut di atas, nilai sig lebih besar dari 0,05, sehingga tidak terjadi heterokedastisitas.

Tabel 4.5. Uji Heterokedastisitas dengan Uji Park

ModelUstandardized

CoefficientStandardized

Coefficient T SigBeta Std Error Beta

1 Constant 0.006 0.005 1.222 0.232PKI 0.036 0.046 0.230 0.792 0.435JMDK 0.002 0.001 0.311 1.390 0.176

Page 92: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

79

ModelUstandardized

CoefficientStandardized

Coefficient T SigBeta Std Error Beta

UKA -0.001 0.013 -0.030 -0.084 0.934JMKAUDPSLPDPSJMDPSlnSize

-0.024 0.026 0.015 0.024 0.001

0.0200.0100.0470.0320.015

-0.399 0.006 0.010 0.020 0.015

-1.206 0.890 0.970 0.546 0.097

0.2380.3780.2450.5670.130

Sumber: Data Diolah

4.3 Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisa regresi berganda dengan metode enter setelah sebelumnya di laku-kan pengujian asumsi klasik. Alat analisis yang diguna kan adalah SPSS. Pengujian model untuk menguji pe nga ruh karakteristik board governance terhadap kualitas peng-ungkapan laporan perusahaan dalam penelitian ini adalah:

KPLP = a0 + b1PKI + b2JMDK + b3UKA + b4JMKA + b5UDPS + b6 LPDPS + b7 JMDPS + b8 SIZE + e

Keterangan :KPLP : Kualitas Pengungkapan Laporan PerusahaanPKI : Proporsi Komisaris IndependenJMDK : Jumlah Meeting Dewan KomisarisUKA : Ukuran Komite AuditJMKA : Jumlah Meeting Komite AuditUDPS : Ukuran Dewan Pengawas SyariahLPDPS : Latar Belakang Pendidikan Dewan Pengawas SyariahJMDPS : Jumlah Meeting Dewan Pengawas SyariahSIZE : Ukuran Perusahaan

Page 93: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

80

Tabel 4.6. Pengaruh Struktur Islamic Corporate Governance terhadap Kualitas Pengungkapan Laporan Perusahaan

Variable Coefficient ProbKonstanta 1.354 0.255Proporsi Komisaris Independen 0.413 0.040**)Jumlah Meeting Dewan Komisaris 0.003 0.073*)Ukuran Komite Audit 0.014 0.006***)Jumlah Meeting Komite Audit 0.002 0.014**)Ukuran Dewan Pengawas Syariah 0.116 0.210Latar Belakang Pendidikan D Pengawas Syariah 0.282 0.045**)Jumlah Meeting Dewan Pengawas Sya-riah 0.009 0.025**)Size 0.017 0.694Adjusted R-squared 0.478F-statistic 11.571 0.006***)

***) : signifikan pada α = 1 %**) : signifikan pada α = 5 %*) : signifikan pada α = 10 %

Nilai adjusted R-square 47,8% berarti bahwa 47,8% variasi kualitas pengungkapan laporan perusahaan dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu Proporsi Komisaris Independen, Jumlah Meeting Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, Jumlah Meeting Komite Audit, Ukuran Dewan Pengawas Syariah, Latar Belakang Pendidikan Dewan Pengawas Syariah, Jumlah Meeting Dewan Pengawas Syariah, dan size sedangkan sisanya yaitu 52,2% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Uji Anova atau F test pada tabel menghasilkan nilai F hitung 11,571 dengan tingkat probabilita signifikansi 0,006. Probabilita signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05,

Page 94: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

81

maka model dapat digunakan untuk memprediksi variabel Kualitas Pengungkapan Laporan Perusahaan, atau dapat dikatakan bahwa variabel Proporsi Komisaris Independen, Jumlah Meeting Dewan Komisaris, Ukuran Komite Audit, Jumlah Meeting Komite Audit, Ukuran Dewan Pengawas Syariah, Latar Belakang Pendidikan Dewan Pengawas Syariah, Jumlah Meeting Dewan Pengawas Syariah, dan Ukuran Perusahaan dapat memprediksi kualitas peng-ungkapan laporan perusahaan.

Proporsi Komisaris Independen dengan nilai koe-fisien 0,413 (positif) dan signifikansi 0,040 menunjukkan bahwa proporsi Komisaris Independen berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pengungkapan laporan peru-sahaan. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga signi fikan. Hasil penelitian ini mendukung H1. Hasil pene litian yang menunjukkan bahwa proporsi komisaris inde penden berpengaruh positif terhadap kualitas peng-ung kapan laporan perusahaan. Hasil ini mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hassan (2013) di Nigeria, Cheng dan Courteney (2004), Ezat dan El-Masry (2008) di Mesir. Hassan (2013) meneliti tentang kualitas pelaporan keuangan dengan sampel 32 perusahaan manufaktur di Nigeria. Ezat dan El-Masry (2008) meneliti tentang faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan internet perusahaan Mesir. Hal ini sejalan dengan Dewi dan Wirakusumah (2014) yang menyatakan bah wa proporsi Komisaris Independen yang tinggi me-ngu rangi tindakan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Penggunaan proporsi Komisaris Inde penden dalam penelitian ini sesuai dengan Majid,

Page 95: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

82

Sulaiman dan Arifin (2011) dalam indeks pengungkapan Corporate Governance. Menurut Darmadi (2011) board of directors di Indonesia bertanggungjawab pada pelaksanaan manajemen bank berdasarkan prinsip syariah dan kehati-hatian. Hasil penelitian ini berbeda dengan Mirtafianti (2016) yang menemukan bahwa proporsi Komisaris Inde penden tidak berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan perbankan di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini berbeda dengan Chalaki, Didar, dan Riahinezhad (2012) yang meneliti tentang karakteristik CG dan kualitas pelaporan keuangan di Iran. Chalaki et al. (2012) menggunakan data dari perusahaan di Tehran Stock exchange dengan periode penelitian 2003-2011. Menurut Doidge (2007) hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan CG dan pelaksanaannya di antara berbagai negara.

Jumlah meeting Dewan Komisaris dengan nilai koefisien 0,003 (positif) dan signifikansi 0,073 menunjukkan bahwa jumlah meeting Dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pengungkapan laporan perusahaan. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,10 sehingga signifikan. Jumlah meeting Dewan Komisaris digunakan oleh Majid et al. (2011) pada indeks pengungkapan Corporate Governance. Hasil penelitian ini mendukung H2. Hasil penelitian ini sesuai dengan Ntim dan Osei (2011).

Ukuran Komite Audit dengan nilai koefisien 0,014 (positif) dan signifikansi 0,006 menunjukkan bahwa ukur an Komite Audit berpengaruh positif signifikan ter-hadap kualitas pengungkapan laporan perusahaan. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga signifikan. Ukuran Komite Audit digunakan oleh Majid et al. (2011)

Page 96: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

83

pada indeks pengungkapan Corporate Governance. Hasil penelitian ini mendukung H3. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ho dan Wong (2001) dan Hassan (2013) serta berbeda dengan Chalaki et al. (2012). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar ukuran Komite Audit maka semakin mampu untuk memenuhi kualitas informasi yang diungkapkan dan mampu memenuhi target waktu yang ditetapkan, sehingga meningkatkan kualitas pelaporan keuangan.

Jumlah meeting Komite Audit dengan nilai koefisien 0,002 (positif) dan signifikansi 0,014 menunjukkan bahwa jumlah meeting Komite Audit berpengaruh positif signi-fikan terhadap kualitas pengungkapan laporan perusahaan. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga signifikan. Jumlah meeting Komite Audit digunakan oleh Majid et.al. (2011) pada indeks pengungkapan Corporate Governance. Hasil penelitian ini mendukung H4. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Pitasari (2010). Menurut Klein (1998) Komite Audit membantu mengatasi agensi problem dengan meyakinkan bahwa informasi akuntansi akurat dan tidak bias serta diberikan tepat waktu pada pemegang saham, kreditor, dan pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan. Hal ini sejalan dengan Chapra dan Ahmed (2002) bahwa keberadaan internal kontrol yang efektif sangat penting bagi perusahaan keuangan Islam untuk meyakinkan pelaksanaan manajemen dan budaya sehat pada organisasi. Mereka menyatakan pula bahwa posisi auditor internal seharusnya kuat dan independen dan seharusnya memberikan laporan keuangan yang tepat pada board dan pemegang saham.

Page 97: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

84

Ukuran Dewan Pengawas Syariah dengan nilai koefisien 0,116 (positif) dan signifikansi 0,210 menunjukkan bahwa ukuran Dewan Pengawas Syariah tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pengungkapan lapor-an perusahaan. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 se-hingga tidak signifikan. Ukuran Dewan Pengawas Sya riah digunakan oleh Majid et.al. (2011) pada indeks peng-ungkapan Corporate Governance. Hasil penelitian ini tidak mendukung H5. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Rahman dan Bukhair (2013). Menurut Nienhaus (2007) dalam Darmadi (2011) bahwa Dewan Pengawas Syariah merupakan pihak independen dalam perbankan yang tidak dapat dipengaruhi oleh manajemen, board of directors dan pemegang saham.

Latar belakang pendidikan Dewan Pengawas Syariah dengan nilai koefisien 0,282 (positif) dan signifikansi 0,045 menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan Dewan Pengawas Syariah berpengaruh positif signifikan ter-hadap kualitas pengungkapan laporan perusahaan. Nilai signifi kansi lebih kecil dari 0,05 sehingga signifikan. Latar belakang pendidikan Dewan Pengawas Syariah digunakan oleh Majid et.al. (2011) pada indeks pengungkapan Corporate Governance. Hasil penelitian ini mendukung H6. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Farook (2011). Dewan Pengawas Syariah yang bereputasi memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih baik akan mendorong pada peningkatan fungsi monitoring. Namun apabila reputasi Dewan Pengawas Syariah dikaitkan dengan kesibukannya sehingga tidak mampu melakukan fungsinya dengan baik, maka monitoring yang dilakukan akan me-

Page 98: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

85

lemah. Rubin dan Segal (2011) mendokumentasikan bah-wa semakin bereputasi maka fungsi monitoringnya akan semakin baik pada 1500 perusahaan yang diambil dari S&P selama periode 1996-2009.

Jumlah meeting Dewan Pengawas Syariah dengan nilai koefisien 0,009 (positif) dan signifikansi 0,025 me-nunjukkan bahwa jumlah meeting Dewan Pengawas Syariah berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas peng ungkapan laporan perusahaan. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga signifikan. Hasil penelitian ini mendukung H7. Jumlah meeting Dewan Pengawas Syariah dalam penelitian ini digunakan pula oleh Majid et al. (2011) pada indeks pengungkapan Corporate Governance. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bukair (2014) dan sesuai dengan regulasi tentang jumlah meeting Dewan Pengawas Syariah pada PBI No. 11/33/2009. Menurut Haniffa dan Hudaib (2007) Dewan Pengawas Syariah memainkan peran penting dalam kontrol internal peru sahaan dengan tugasnya mereview dan melakukan super visi kegiatan perbankan Islam agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

Menurut Darmadi (2011) pengungkapan tentang Dewan Pengawas Syariah pada tahun 2010 masih sangat rendah. Rata-rata indeks pengungkapan tentang Dewan Pengawas Syariah sebesar 0,61. Hal ini berbeda dengan apa yang diharapkan di mana Bank Islam di Indonesia meng-ungkapkan secara jelas deskripsi tentang anggota Dewan Pengawas Syariah, tugas dan tanggung jawab, rapat Dewan Pengawas Syariah, kehadiran Dewan Pengawas Syariah dalam rapat dan remunerasi.

Page 99: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

86

Size dengan nilai koefisien 0,017 (positif) dan signi-fikansi 0,694 menunjukkan bahwa size tidak ber pengaruh positif signifikan terhadap kualitas pengungkapan laporan perusahaan. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga tidak signifikan.

Page 100: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

87

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan tentang simpulan hasil pene-litian yang telah dilakukan, implikasi penelitian, dan keterbatasan penelitian. Saran untuk penelitian selanjutnya dijelaskan pada bagian akhir bab ini.

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Proporsi Komisaris Independen berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pengungkapan laporan perusahaan.

2) Jumlah meeting Dewan Komisaris berpengaruh po sitif signifikan terhadap kualitas pengungkapan lapor an perusahaan.

Page 101: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

88

3) Ukuran Komite Audit berpengaruh positif signifi-kan terhadap kualitas pengungkapan laporan peru-sahaan.

4) Jumlah meeting Komite Audit berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pengungkapan laporan perusahaan.

5) Ukuran Dewan Pengawas Syariah tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pengungkapan laporan perusahaan.

6) Latar belakang pendidikan Dewan Pengawas Syariah berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pengungkapan laporan perusahaan.

7) Jumlah meeting Dewan Pengawas Syariah ber pe-nga ruh positif signifikan terhadap kualitas peng-ungkapan laporan perusahaan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian ini, peneliti me nyarankan untuk penelitian yang akan datang sebagai berikut:

1) Ukuran Dewan Pengawas Syariah menggunakan pe-ngu kuran yang berbeda dengan penelitian ini misal-nya dengan memberikan nilai 1 untuk yang sesuai dengan kriteria regulasi dan 0 untuk yang tidak sesuai dengan regulasi.

2) Penelitian tentang kualitas pengungkapan laporan perusahaan menggunakan metodologi yang berbeda misalnya dengan factor analysis, path analysis atau

Page 102: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

89

moderation regression analysis.3) Penelitian tentang kualitas pengungkapan laporan

perusahaan menggunakan pengukuran yang ber-beda dengan penelitian ini misalnya dengan meng-gunakan indeks pengungkapan laporan perusahaan.

Page 103: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,
Page 104: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

91

DAFTAR PUSTAKA

Abbot, L. J. Parker, S. & Peters, G. F. 2004. Audit Committee Characteristics and Restatements. Auditing: Journal of Practice & Theory, 23(1): 69-89.

Alzoubi, Ebraheem Saleem Salem & Selamat, Mohamad Hisyam. 2012. The Effectiveness of Corporate Governance Mechanisms on Constraining Earning Management: Literature Review and Proposed Framework. International Journal of Global Business, 5(1): 17-35.

Asrori. 2014. Implementasi Islamic Corporate Governance dan Implikasinya terhadap Kinerja Bank Syariah. Jurnal Dinamika Akuntansi, Vol. 6 (1): 90-102.

Avram, Cristina Bota. Grosanu, Adrian. Rachisan, Paula Ramona. 2015. Does country-level governance influence auditing and financial reporting standards ? Evidence from a cross country analysis. Current Science, Vol. 108 (7): 1222-1228.

Page 105: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

92

Barnhart, Scott and Stuar Rosentein. 1998. Board Com positi-on, Managerial Ownership, and Firm Performance: An Empirical Analysis. The Financial Review, 33:4.

Barth, M. Landsman, W & Lang, M. 2008. International Accounting Standart and Accounting Quality. Journal of Accounting Research, 46 (3): 467-498.

Beasley, M.S., Joseph V. C., Dana R. H. & Paul D. L. 2000. Fraudulent Financial Reporting: Consideration of Industry Traits and Corporate Governance Mechanisms. Accounting Horizons, 14(4): 441-454.

Bhattacharya, U. Daouk, H. & Welker, M. 2003. The World Pricing of Earning Opacity. The Accounting Review, 78: 641-678.

Biddle, G. C., Hillary, G., Verdi, R. S. 2009. How Does Finan cial Reporting Quality Relate to Investment Efficiency?. Journal of Accounting and Economics, 48: 112-131.

Botosan, C. 1997. Disclosure Level and the Cost of Equity Capital. The Accounting Review, 72: 323-349.

Brennan, N. & McDermott, M. 2004. Alternative Pers-pec tives on Independence of Directors. Corporate Gover nance: An International Review, 12 (3): 325-336.

Bujaki. M. & McConomy, B. 2002. Corporate Governance: Factors Influencing Voluntary Disclosure by Publicly Traded Canadian Firms. Canadian Accounting Perspective, 1:105-39.

Catanach, A. H. Jr. & Rhoades, S. C. 2003. Enron: A Finan-cial Reporting Failure? Villanova Law Review, 48 (4):

Page 106: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

93

1057-1080.Chalaki, Pari. Didar, Hamzeh. & Riahinezad, Mohadeseh.

2012. Corporate Governance Attribute and Financial Reporting Quality: empirical Evidence from Iran. International Journal of Business and Social Science, Vol. 3(15): 223-230.

Chapra, M. U. & Ahmed, H. 2002. Corporate Governance in Islamic Financial Institutions. Islamic Development Bank-Islamic Research and Training Institute. Jeddah.

Chen, K. Y & Zhou, J. 2007. Audit Committee, Board Cha racteristics and Auditor Switch Decisions by Anderson’s Clients. Contemporary Accounting Research, 24 (4): 1085-1117.

Cheng, Eugene C.M. and Stephen M.C. 2004. Board Composition, Regulatory Regime and Voluntary Disclosure. Working Paper Research Projects, Nanyang Technological University.

Chonger, J. A. Finegold, D & Lawler, E. 1998. Appraising Boardroom Performance. Harvard Business Review, 76: 136-164.

Cohen. 2004. The Corporate Governance and Financial Reporting Mosaic Quality. Journal of Accounting Literature, 23: 87-152.

Cooke, T. E. & Wallace, R. S. O. 1990. Financial Disclosure Regulation and its Environment: A Review and Further Analysis. Journal of Accounting and Public Policy, 9 (2): 79-110.

Darmadi, Salim. 2011. Corporate Governance Disclosure in the Annual Report: an Explaratoty Study on Indo-

Page 107: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

94

nesian Islamic Banks. www.ssrn.com, Diunduh 13 Desember 2015.

Dewi, I Gusti Ayu Permata Ratih. & Wirakusuma, Made Gede. 2014. Fenomena Ketepatanwaktu informasi keuangan dan faktor yang mempengaruhi di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 171-186.

Doupnik, T. S. & Salter, S. B. 1995. External Environment, Culture, and Accounting Practice: A Preliminary Test of a General Model of International Accounting Development. International Journal of Accounting Education and Research, 30 (2): 189-207.

Eisenhardt, K. M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of Management Review, 14(1): 57-74.

Endraswati, Hikmah. 2016. Konsep Awal Islamic Cor-porate Governance: Peluang Penelitian yang Akan Datang. Muqtashid.

Ettredge, M., K. Johnstone, M. Stone dan Q. Wang. 2010. The Effect of Firm Size, Corporate Governance Quality, and Bad News on Disclosure Compliance. Review of Accounting Studies, Forthcoming: 1-34.

Ezat, A & El-Masry, A. 2008. The Impact of Corporate Gover nance on Timeleness of Corporate Internet Reporting by Egyptian Listed Companies. Mana-gerial Finance, 848-867.

Farook, S., Hassan, K., & Lanis, R. (2011). Determinants of corporate social responsibility disclosure: The case of Islamic banks. Journal of Islamic Accounting and

Page 108: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

95

Business Research, 2(2): 114 – 141.Ferdi van Best, Braam, Geert. & Boelens, Suzanne. 2009.

Quality of Financial Reporting: Measuring Quali-tative Characteristics. Nice working paper, 09-108.

Goodwin, J. & Seow, J. L. (2002). The Influence of Corporate Governance Mechanisms on the Quality of Financial Reporting and Auditing: Perceptions of Auditors and Directors in Singapore. Accounting and Finance, 42: 195-223.

Grais & Pellegrini. 2006. World Bank Policy Research. Working Paper.

Haniffa, R. & Hudaib, M. 2007. Exploring the Ethical Identity of Islamic Banks via Communication in An nual Reports. Journal of Business Ethics, Vol. 76: 97-116.

Hassan, Nik Mustapha Hj Nik. Saifuddeen, Shaikh Mohd. & Salleh, Shaikh Mohd. 2002. Corporate Governance from the Islamic Perspectives. Kuala Lumpur, Malaysia: Institute of Islamic Understanding.

Hassan, Shehu Usman. 2013. Financial Reporting Quality, Does Monitoring Characteristics Matter? An Em pi-rical Analysis of Nigerian Manufacturing Sector. The Business and Management Review, Vol. 3(2): 147-162.

Hidayah, Erna. 2008. Pengaruh kualitas pengungkapan informasi terhadap hubungan antara penerapan CG dengan kinerja perusahaan di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 12 (1).

Hidayat, David. 2015. Kasus Kimia Farma. Diunduh www.Kompasiana.com.

Page 109: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

96

Ho, S.S.M. & Wong, K.S. 2001. A Study of the Relationship between Corporate Governance Structures and the Extent of Voluntary Disclosure. Journal of Inter-natio nal Accounting, Auditing and Taxation, 10(2): 139-156.

Imhoff, A. E. 2003. Accounting Quality, Auditing, and Cor-po rate Governance. Accounting Horizons, 17: 117-128.

.......... 2009. Guiding Principle on Shariah Governance Systems for Institutions Offering Islamic Financial Services. Islamic Financial Services Board (IFSB).

Jensen, M. 1993. Modern Industrial Revolution, Exit, and The Failure of Internal Control Systems. Journal of Finance, 48(3): 831-880.

Jensen, M., C & Meckling, W. H. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3: 82-136.

Klein, A. 1998. Firm performance and board committee structure. Journal of Law and Economics, Vol. 41 (1): 275-303.

Krishnan, G. V. & Vishvanathan, G. 2009. Do Auditors Price Audit Committee’s Expertise? The Case of Accoun-ting vs Non-Accounting Financial Experts. Journal of Accounting, Auditing & Finance, 24 (1): 115-144.

Leuz, C. Nanda, D. Wysocki, D. P. 2003. Earnings Mana-gement and Investor Protection: an International Com parison. Journal of Financial Economics, 69: 505-527.

Page 110: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

97

Loredana, Dan Roxana. Alexandru, Buglea. & Roxana, Hetes. 2016. Comparative Analysis Between The Traditional Model of Corporate Governance and Islamic Model. Economy Series. Academica Brancusi Publisher. University of Targu Jiu.

Majid, Norakma Abd. Sulaiman, Maliah. & Ariffin, Nuraini Mohd. 2011. Developing a Corporate Governance Index for Islamic Financial Institutions. Proceeding, 8th International Conference on Islamic Economics and Finance. Center for Islamic Economics and Finance. Qatar Faculty of Islamic Studies. Qatar Foundation.

Natalia, Petri & Zulaikha. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan CG pada Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar dalam LQ-45 Bursa Efek Indonesia). Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 1 (2): 1-10.

Rahman, Azhar Abdul & Bukhair Abdullah A. 2013. The Influence of the Shariah Supervision Board on Cor-porate Social Responsibility Disclosure by Islamic Banks of Gulf Co-Operation Council Countries Asian. Journal of Business and Accounting, 6(2).

Rahman, Khondaker Mizanur. & Bremer, Marc. 2016. Effec-tive Corporate Governance and Financial Re por ting in Japan. Asian Academy of Management Jour nal of Accounting and Finance, Vol. 12 (1): 93-122.

Rama, Ali. & Novella, Yella. 2015. Shariah Governance dan Kualitas Tata Kelola Perbankan Syariah. Signifikan, Vol. 4(2): 111-127.

Page 111: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Hikmah Endraswati

98

Ronen, J. & Yaari, V. 2008. Earning Management: Emerging Insight in Theory, Practice, and Research. Vol. 3. New York: Springer Verlag.

Rosiana, Rita. Arifin, Bustanul. & Hamdani, Muhammad. 2015. Pengaruh Ukuran Perusahaah, Profitabilitas, Leverage, dan Islamic Governance Score terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting. Esensi Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 5(1): 87-105.

Rubin, Amir. & Segal, Dan. 2011. Board Reputation and Financial Reporting Quality. Working Paper. Singa-pore Management University.

Schipper, K & Vincent. 2003. Earning Quality. Accounting Horizons, 97-110.

Solikhin, Abrar. 2009. Perkembangan Perbankan Syariah Mengkhawatirkan, Sangat Beresiko Menjalankan Prinsip Menyimpang dari Syariah. Dimana Peran BI & Dewan Pengawas Syariah? Diunduh dari www.Kompasiana.com

Sumatyo, Riwi. 2003. Kasus Bank Lippo dan Degradasi Ke-per cayaan Publik. Diunduh dari www.suaramerdeka.com.

Vafeas, N. 1999. Board Meeting Frequency and Firm performance. Journal of Financial Economics, 53 (1): 113-142.

Vafeas, N. 2005. Audit Committees, Boards, and The Quality of Reported Earnings, Contemporary Accounting Research, 22(4): 1093-1122.

Xie, B. Davidson III, W. N. & DaDalt, P. J. 2003. Earning Management and Corporate Governance: The Role

Page 112: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,
Page 113: STRUKTUR ISLAMIC CORPORATE GOVERNANCE DAN KUALITAS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1786/1/STRUKTUR... · 2017-07-28 · ukuran Komite Audit, jumlah meeting Komite Audit,

Struktur Islamic Corporate Governance

99

of the Board and the Audit Committee. Journal of Corporate Finance, 9(3): 295-316.

Yang, J. S. & Krishnan, J. 2005. Audit Committees and Quarterly Earnings Management, International Journal of Auditing. 9(3): 201-219.

Yuen, C.Y Desmond, M. Liu, Xu Zhang, and Chan Lu. 2009. A Case Study of Voluntary Disclosure by Chinese Enterprises. Asian Journal of Finance and Accounting, Vol. 1(2): 118-145. http//www.macrothink.org/ajfa. Diakses 3 Juli 2012.

Zheng, Xiaosong. 2010. A Comparative Study of Financial Reporting. 6th International Scientific Conference May 13-14. Vilnius. Lithuania.